Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

STRATEGI GURU TAHFIDZ DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA


MENGHAFAL AL-QUR’AN DI SDIT NIQ BUNGURAN TIMUR

Disajikan guna memenuhi tugas Mata Kuliah : Metode penelitian pendidikan


Oleh dosen pengampu : Drs. H. Amirudin, MPA

Oleh :
Trisna Adiansih
Nimko : 1215.18.2828
Prodi / semester : PAI / 7

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) NATUNA

TA. 2021-2022
A. Latar Belakang

masalah Allah SWT. telah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW.
melalui malaikat Jibril berupa AlQur’an, yaitu firman Allah SWT. bagi siapa saja yang
membacanya merupakan suatu ibadah. Al-Qur’an merupakan risalah Allah SWT.
sebagai pedoman hidup untuk seluruh umat manusia. Al-Qur’an merupakan sumber
utama ajaran Islam dan sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur’an bukan
sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga
mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (Hablun min Allah wa hablun min
annas) bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.1 Al-Qur’an diturunkan oleh
Allah di tengah-tengah bangsa Arab yang pada waktu itu kebanyakan masih buta huruf.
Meskipun begitu, mereka mempunyai satu keistimewaan yaitu ingatan yang sangat
kuat. Melihat kenyataan seperti itu, maka disarankan cara yang selaras dengan keadaan
itu dalam menyiarkan dan memelihara AlQur’an. Nabi Muhammad SAW.
menganjurkan dan memerintahkan untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur’an setiap kali
diturunkan serta memerintahkan para ahli untuk menulisnya. Dengan cara hafalan dan
tulisan para ahli itulah Al-Qur’an dapat senantiasa terpelihara pada masa Nabi
Muhammad SAW. Al-Qur’an yang ada sekarang ini masih asli dan murni sesuai
dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. kepada para sahabatnya, hal
itu karena Allah-lah yang menjaga. Penjagaan Allah kepada Al-Qur’an bukan berarti
Allah SWT. menjaga secara langsung fasefase penulisan Al-Qur’an, tetapi Allah
melibatkan para hambanya untuk ikut menjaga Al-Qur’an.2 Firman Allah SWT. Q.S
Al-Hijr: 9

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami


benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]: 9). Rasulullah SAW. menerima Al-
Qur’an melalui pengajaran malaikat Jibril as. Lafadz-lafadz Al-Qur’an didiktekan satu
persatu agar bisa ditirukan dan dihafal. Beliau mengajarkan ayat-ayat itu kepada para
sahabat dengan metode yang sama. Kemudian Beliau memerintahkan untuk menuliskan
ayat-ayat itu dihadapan Beliau dengan menunjuk beberapa sahabat yang bisa menulis
bersama saksi-saksi. Metode pengajaran seperti itu disebut talaqqi, yaitu guru
membacakan, sementara murid mendengarkan, lalu menirukan sampai hafal. 3
1
Choirudin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), Cet. 1, h. 25
2
Ahsin Sakho Muhammad, Kiat-Kiat Menghafal Al-Qur’an, (Jawa Barat: Badan Koordinasi TKQ-TPQ-TQA,)
t.th, hlm, 3.
3
Deden Makhyaruddin, Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Media Utama, 2013) Cet.
1 h. 79-80
Keberadaan guru (pengajar) sangat penting dalam penerapan metode belajar Al-Qur’an
secara talaqqi. Dengan metode talaqqi, Al-Qur’an bukan sekedar terjaga huruf-hurufnya
secara lisan dan tulisan, tetapi juga cara membacanya. Para sahabat, bahkan tabi’in
mengajarkan AlQur’an kepada murid-murid mereka dengan talaqqi. Mereka menghafal
Al-Qur’an dengan memahami dan mengamalkannya. Bahkan, pada periode Madinah,
pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an lebih didahulukan daripada hafalan. Sejak
kelahirannya manusia telah Allah bekali dengan potensi-potensi yang tidak dimiliki
oleh mahluk lainnya, demi berkembangnya potensi yang dimiliki manusia, Allah SWT.
memerintahkan kepada manusia untuk menggali informasi dan pengetahuan yang
berhubungan dengan hidupnya agar dia dapat berkembang seoptimal mungkin. Salah
satu potensi yang dimiliki manusia adalah akal untuk belajar dan memahami sesuatu
oleh karenanya manusia dapat memanfaatkan hal tersebut dengan menghafal dan
mempelajari Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an boleh dikatakan sebagai langkah awal
dalam suatu proses penelitian besar yang dilakukan oleh para penghafal Al-Qur’an,
mempelajari dan memahami kandungan ilmu-ilmu Al-Qur’an, tentunya setelah proses
dasar membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, akan tetapi ada juga yang
sebaliknya, yaitu belajar isi kandungan Al-Qur’an terlebih dahulu kemudian
menghafalnya.4 Firman Allah SWT:

“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan AlQuran untuk pelajaran, Maka Adakah
orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar [54]: 17)

Menghafal Al-Qur’an adalah pekerjaan yang sangat mulia, orang yang menghafal
Al-Qur’an telah dijanjikan oleh Allah SWT. akan mendapatkan kemuliaan dan
kenikmatan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Menghafal Al-Qur’an berbeda
dengan menghafal buku atau kamus. Al-Qur’an adalah kalamullah, yang akan
mengangkat derajat mereka yang menghafalnya.5 Oleh karena itu, para penghafal Al-
Qur’an perlu menegetahui halhal atau upaya agar mutu hafalannya tetap terjaga dengan
baik. Mengajarkan Al-Qur’an hendaklah dimulai sejak dini, sebab masa kanak-kanak
adalah masa awal perkembangan manusia sehingga nilai-nilai yang terkandung di
dalam Al-Qur’an akan tertanam kuat dalam dirinya akan menjadi tuntunan dan
pedoman hidupnya di dunia ini. Selain itu, pembelajaran Al-Qur’an yang dimulai sejak
dini akan lebih mudah karena pikiran anak masih bersih dan ingatan anak yang masih
4
Ahsin Wijaya Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 19
5
Abdul Aziz dan Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, (Bandung: Syaamil Cipta Media,
2004), Cet. 4, h. 55
kuat. Dalam pandangan Islam, fitrah adalah potensi yang dapat dikembangkan melalui
peranan lingkungan, entah lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat. Oleh karena
itu, peranan pendidikan sangat signifikan dalam ikut menumbuhkembangkan fitrah
yang dibawa sejak anak dilahirkan.6 Hal ini jelas menekankan bahwa lingkungan dan
pendidikan sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak, akan menjadi
seperti apa. Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan
pengalaman yang telah atau sedang dilaluinya., terutama pada masa-masa pertumbuhan
yang pertama yaitu masa anak-anak yang dimulai dari umur 0-12 tahun. 7 Di usia inilah
anak masih semangat mencari pengetahuan baru dan selalu memiliki rasa ingin tahu.
Menghafal Al-Qur’an bukanlah perkara yang mudah, banyak sekali godaan-godaan
yang datang saat kita hendak menghafal Al-Qur’an, seperti malas, tidak bisa mengatur
waktu untuk mengulang hafalan Al-Qur’an sehingga hafalan Al-Qur’an yang sudah kita
hafal menjadi lupa. Oleh karena itu, dibutuhkan motivasi dari diri kita sendiri maupun
dari luar agar menghafal Al-Qur’an tidak menjadi beban yang berat dan aktifitas yang
membosankan.

Motivasi untuk menghafal Al-Qur’an inilah yang menjadi perhatian khusus karena
hal tersebut bisa mendorong proses dan kemajuan hafalan Al-Qur’an. Hasil dari
menghafal Al-Qur’an tidak akan maksimal jika tidak ada strategi untuk meningkatkan
motivasi menghafal AlQur’an. Untuk merealisasikan hal tersebut perlu adanya tempat
dan sistem pembelajaran yang mudah dan mendukung demi tercapainya hasil yang
maksimal. SDIT NIQ (Natuna Insan Qurani) Bunguran Timur merupakan salah satu
sekolah yang mampu merealisasikan hal tersebut. Sekolah ini memiliki program tahfidz
3 Juz (28, 29, 30). Siswa dan siswi SDIT NIQ Bunguran Timur diwajibkan menghafal
juz 28, 29, dan 30. Jika sudah selesai menghafal 3 juz maka siswa dan siswi dinyatakan
lulus dengan capaian target yang sudah ditetapkan. Tujuannya agar ketika peserta didik
melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi diharapkan sudah memiliki hafalan
Al-Qur’an minimal 3 Juz. Dalam proses menghafal Al-Qur’an pasti ada beberapa
kendala atau problem yang dihadapi peserta didik. Apalagi di zaman sekarang ini
peserta didik sudah terpengaruh oleh gedget sehingga peserta didik lebih senang
bermain gedget dibanding menghafal Al-Qur’an, di samping itu kurangnya motivasi
dari orang tua untuk memberikan dorongan kepada peserta didik dalam menghafal Al-
6
6 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2014), h. 172
7
Nafia Wafiqni dan Asep Ediana, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD, (Jakarta: UIN Press, 2015), h.
242
Qur’an. Oleh karena itu, kuat lemahnya semangat peserta didik tergantung pada strategi
yang dilakukan oleh guru tahfidz dalam menumbuhkan dan meningkatkan motivasi
kepada peserta didik untuk menghafal Al-Qur’an agar para peserta didik tidak putus asa
dalam menghafal Al-Qur’an. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “ Strategi Guru Tahfidz dalam Meningkatkan
Motivasi Siswa Menghafal Al-Qur’an di SDIT NIQ Bunguran Timur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah


sebagai berikut:

1. Strategi yang dilakukan guru tahfidz dalam meningkatkan motivasi siswa hafal 3
juz

Al-Qur’an

2. Sejauh mana peran guru tahfidz dalam meningkatkan motivasi siswa menghafal 3
juz

Al-Qur’an

3. Faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi guru tahfidz dalam


meningkatkan motivasi siswa hafal 3 juz Al-Qur’an

4. Hasil dari startegi guru tahfidz dalam meningkatkan motivasi siswa menghafal 3
juz

Al-Qur’an

5. Efektifitas metode yang digunakan oleh guru tahfidz dalam meningkatkan


hafalan Al-Qur’an siswa

6. Hubungan dari motivasi yang diberikan guru tahfidz terhadap hasil prestasi
tahfidz siswa
C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan menjadi:

Bagaimana strategi guru tahfidz dalam meningkatkan motivasi siswa menghafal Al-
Qur’an di SDIT NIQ Bunguran Timur?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dari beberapa masalah yang penulis rumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui strategi yang dilakukan guru tahfidz dalam meningkatkan motivasi siswa
hafal Al-Qur’an.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan terutama dalam
hal upaya meningkatkan motivasi menghafal siswa

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sehingga


menjadi pertimbangan semua pihak sekolah sebagai acuan dalam upaya meningkatkan
motivasi siswa menghafal Al-Qur’an

c. Bagi peneliti dan calon-calon pendidik mendapat pengetahuan tentang upaya


dalam meningkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an.

E. Kerangka Teoritis Dan Penelitian Terdahulu


1. Kerangka teoritis
a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran terdiri atas dua kata yaitu Strategi dan Pembelajaran. Strategi
(strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani.Sebagai kata
benda, strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan “ago”
(memimpin).Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan).8Secara umum
strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Menurut Abdul Majid, Strategi adalah
8
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet 4, h. 3
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Muhibbin
Syah, Strategi adalah sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan mengajar tertentu.9 Adapun istilah pembelajaran menurut Abdul Majid
adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai
upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan
yang telah direncanakan.10 Sedangkan menurut Eveline Siregar danHartini Nara makna
pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan
tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta
pelaksanaannya terkendali.11 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Strategi
pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang termasuk penggunaan metode
dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran untuk
mencapai tujuan.

b. Jenis-jenis strategi pembelajaran

Ada empat jenis strategi pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Berikut
keempat jenis strategi tersebut:

1. Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction), yakni strategi yang berpusat


pada guru. Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah , pertanyaan
didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi.

2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction), yakni strategi yang


berpusat pada siswa, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung
dan sumber personal (resource person)

3. Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactive instruction), yakni strategi yang


merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik. Strategi
pembelajaran interktif dikembangkan dalam rentang pengelompokan dan metode-
metode interaktif. Di dalamya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok
kecil atau pengerjaan tugas berkelompok dan kerja sama siswa secara berpasangan.

4. Strategi Pembelajaran melalui Pengalaman (experiental learning), yakni strategi


belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada
9
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 19, h. 211
10
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, h. 4
11
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), Cet. 4, h.
12
siswa, dan berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam strategi belajar melalui
pengalaman adalah pada proses belajar, bukan pada hasil belajar. Guru dapat
menggunakan strategi ini di dalam kelas maupun di luar kelas.

5. Strategi Pembelajaran Mandiri, yakni strategi pembelajaran yang bertujuan untuk


membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah
pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar
mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil. 12
Dari empat jenis Strategi Pembelajaran di atas, pembelajaran tergantung pada
kebutuhan di lapangan.Bisa hanya menggunakan satu jenis saja atau melakukan
kombinasi.

2. Penelitian terdahulu

1. Ika Nikmah, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Tahun 2007, dalam
skripsinya yang berjudul “Perkembangan Aspek Afektif Anak dalam Pembelajaran
Tahfidzul Qur’an (Studi Kasus di SD Islamic Center Bin Baz Situmulyo Piyungan
Bantul Yogyakarta)” yang menyimpulkan bahwa perubahan yang terjadi pada sikap
siswa dengan pengembangan aspek afektif setelah pembelajaran Tahfidzul Qur’an.
Hasilnya adalah bahwa kemauan anak untuk menerima materi hafalan semakin
meningkat dan perasaan anak senang ketika melaksanakan pembelajaran tahfidz, anak-
anak juga semakin termotivasi untuk meningkatkan dan mempertahankan prestasi
hafalan Al-Qur’an. Skripsi yang akan sama-sama membahas tentang hafalan AlQur’an.
Bedanya skripsi ini penulis lebih membahas tentang strategi guru tahfidz dalam
meningkat motivasi siswa menghafal Al-Qur’an sedangkan skripsi Ika Nikmah lebih
fokus pada perkembangan aspek afektif siswa pada pembelajaran tahfidzul Qur’an.

2. Fifi Luthfiah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif


Hidayatllah Jakarta pada Tahun 2011, dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan
Antara Hafalan Al-Qur’an Dengan Prestasi Belajar Al-Qur’an hadits Siswa MTs Asy-
Syukriyah Cipondoh Tangerang” yang menyimpulkan bahwa terdapat yang signifikan
antara hafalan Al-Qur’an dengan prestasi belajar Al-Quran Hadits pada siswa MTs
Asy-Syukriyyah Cipondoh Tangerang, dengan hubungan yang bersifat kuat atau tinggi.

12
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,h. 11-12
Hal tersebut dapat diketahui dari hasil formulasi statistic product moment dengan hasil
0,85 yang terletak antara 0,70-0,90 pada table angka korelasi “r”. skripsi yang akan
penulis sama-sama membahas tentang hafalan Al-Qur’an. Bedanya skripsi ini penulis
lebih fokus kepada strategi guru dalam meningkatkan hafalan AlQur’an siswa dan
menggunakan metode kualitatif. Sedangkan skripsi Fifi Luthfiyah lebih fokus pada
hubungan antara hafalan Al-Qur’an dengan prestasi belajar Al-Qur’an Hadits dan
menggunakan metode kuantitatif.

3. Mokhamad Zamroni, Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo


pada Tahun 2011, dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan Metode Wahdah Dalam
Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Nurul Furqon Brakas Desa
Terkesi Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2010/2011” yang
menyimpulkan bahwa Metode Wahdah sangat baik jika diterapkan dalam mengahafal
Al-Qur’an. Metodologi dalam penulisan ini menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif, dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, display data dan
kesimpulan. Skripsi yang akan penulis susun sama-sama membahas tentang hafalan Al-
Qur’an. Bedanya dengan skripsi ini penulis menganalisis tentang strategi guru tahfidz
dalam meningkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an, sedangkan pada skripsi Mokhmad
Zamroni membahas tentang metode yang diterapkan dalam menghafal Al-Qur’an.

4. Muh. Zainul Arifin, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Tahun 2012,
dalam skripsinya yang berjudul “ Metode Menghafal AlQur’an Bagi Anak-anak di
Pondok Pesantren AshSholihah Jonggrangan, Sumberdadi, Mlati, Sleman Yogyakarta”
yang menyimpulkan bahwa metode jama, metode setor, metode takrir, metode tartil dan
metode Madrosah yang diterapkan di pondok Pesantern dapat memudahkan santri
dalam menghafal Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid, sehingga
metode yang digunakan cukup efektif bagi santri tingkat SLTP/MTs. Skripsi yang akan
penulis susun sama-sama membahas tentang hafalan Al-Qur’an. Bedanya dengan
skripsi ini penulis lebih fokus terhadap strategi guru tahfidz dalam meningkatkan
motivasi siswa sedangkan pada skripsi Muh. Zainul Arifin lebih fokus pada
metodemetode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an bagi anak-anak di Pondok
Pesantren Ash-Sholihah Jonggrangan, Sumberdadi, mlati, Sleman, Yogyakarta.
5. Mukhamad Iskandar, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Surakarta pada Tahun 2013, dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan Metode Al-
Qasimi dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Baitul Qur’an Garut,
Dawung, Sambirejo, Sragen. Tahun 2012- 2013” yang menyimpulkan bahwa
menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan metode Al-Qasimi di Pondok Pesantren
Baitul Qur’an Sambirejo Sragen telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh
pesantren, selain itu pengguanaan metode Al-Qasimi juga berjalan cukup baik dan
efektif. Metodologi penelitian dalam penulisan ini menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif, dengan tahapan reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan. Skripsi
yang akan penulis susun sama-sama membahas tentang hafalan Al-Qur’an dan
menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Bedanya dengan skripsi ini penulis lebih
fokus pada strategi guru tahfidz dalam meningkatkan motivasi menghafal Al-Qur’an,
sedangkan pada skripsi Mukhamad Iskandar membahas tentang metode yang
diterapkan dalam menghafal Al-Qur’an.

3. Kerangka berfikir
Pembelajaran adalah aktivitas guru yang berupa kegiatan penciptaan peristiwa atau
sistem lingkungan, yang dimaksudkan agar mental-intelektual anak terdorong dan
terangsang untuk melakukan aktivitas belajar.13 Pembelajaran menghafal bukanlah
merupakan sesuatu yang mudah atau yang dapat diucapkan oleh seseorang di luar
kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain). Sehingga seseorang belum dikatakan
hafal apabila ia tidak mampu mengucap kembali suatu materi yang sudah dipelajari
dengan bantuan alat lain, semisal buku, catatan kecil dan lain sebagainya. Menghafal
adalah kumpulan reaksi elektrokimia rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran
indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik di seluruh
bagian otak.14 Aktivitas menghafal ini sangat penting bagi otak. Apalagi yang dihafal
itu adalah al-Qur’an. Pembelajaran menghafal al-Qur’an yaitu, adanya membaca,
menyimak, mendengar, dan mengulang. Menghafal al-Qur’an pada prinsipnya adalah
proses mengulang-ulang bacaan al-Qur’an, baik dengan bacaan atau dengan
mendengar, sehingga bacaan tersebut dapat melekat pada ingatan dan dapat diulang
kembali tanpa melihat mushaf. Dapat diketahui bahwa anak-anak yang menghafal al-

13
Jamaluddin, dkk, Pembelajaran Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 30.
14
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 128.
Qur’an dengan baik ternyata nilai akademiknya diatas rata-rata. Kecerdasan Intelektual
adalah bentuk kemampuan individu untuk berfikir, mengolah, dan menguasai
lingkungannya secara maksimal serta terarah. Kecerdasan Intelektual siswa yang
dimaksudkan yaitu: normal/ rata-rata, pandai, superior, sangat super, gifted dan genius.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka diduga adanya pengaruh pembelajaran
menghafal al-Qur’an terhadap kecerdasan siswa. Semakin baik dan sering mengulang-
ulang bacaan yang telah di hafal. Dengan demikian secara skema dapat dilihat dalam
bagan sebagai berikut:

Pembelajaran Kecerdasan
Menghafal Al-Qur’an Intelektual Siswa
(Variabel X) (Variabel Y)
1. Membaca 1.Kemampuan
Sebelum Menghafal Memecahkan
Al-Qur’an Masalah
2. Menyimakkan 2. Intelegensi
Hafalan Al-Qur’an Verbal
3. Mendengarkan 3. Intelegensi
Hafalan Al-Qur’an Praktis
4. Mengulang
Hafalan Yang Telah
Diperoleh

F. metodelogi Penelitian
1. Lokasi dan pendekatan
a. Lokasi penelitian akan dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu Natuna
Insan Qurani (SDIT NIQ) Bunguran Timur, jalan gang SMK YPMN, Bandarsyah.

b. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif kami maksudkan sebagai


jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitungan lainnya. Penelitian kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau
penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan.
Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan
antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola
nilai yang dihadapi. Dalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga kemungkinan terhadap
"masalah" yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian. Yang pertama masalah yang
dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian sama.

Dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih
bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitian
kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah memasuki
lapangan atau konteks sosial. Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data
berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber
data. Peneliti kualitatif harus bersifat "perspektif emit" artinya memperoleh data bukan
"sebagaimana seharusnya" bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh peneliti, tetapi
berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, dan dirasakan
oleh partisipan atau sumber data. Data yang dikumpulkan berupa kata- kata, gambar,
dan perilaku yang kemudian hasil penelitian tersebut peneliti ungkapkan dalam bentuk
kalimat. Dalam hal ini menelusuri fenomena dan memperoleh data dari lapangan
sehubungan dengan proses Strategi Guru Tahfidz Dalam Meningkatkan Motivasi Siswa
Menghafal Al-Qur’an Di SDIT NIQ Bunguran Timur.

G. Sumber data

Menurut Lofland dan Lofland (1987: 47) sumber utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata- kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain- lain. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan
data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila
dilihat dari segi setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural
setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di sekolah dengan tenaga
pendidikan dan kependidikan, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu
seminar, diskusi, di jalan dan lain- lain. Bila dilihat dari segi sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder.

a. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data primer diperoleh dari kepala sekolah, dan Ustadz-ustadzah SDIT
NIQ Bunguran Timur.

b. Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

H. Teknik Pengumpulan Data


a. Penggunaan Kuesioner atau Angket Sebagian besar penelitian umumnya
menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data.
Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen
pengumpulan data, sebelum kuesioner disusun harus melalui beberapa prosedur:
Pertama, merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner. Kedua,
mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner. Ketiga,
menjabarkan setiap variabel menjadi sub- variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
Keempat, menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan
teknik analisisnya. Dalam hal ini, teknik dalam pengumpulan data dilakukan dengan
cara menyebar kuesioner atau angket kepada Asatidz SDIT NIQ Bunguran Timur tanpa
perwakilan.
b. Penggunaan Metode observasi Dalam menggunakan metode observasi cara
yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan
sebagai atau instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau
tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Metode ini digunakan untuk mengamati
secara langsung terhadap metode Tahfidz Qur'an di SDIT NIQ Bunguran Timur.
c. Penggunaan Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, dan sebagainya.28
Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif. Dalam hal dokumen Bogdan menyatakan “In most tradition of
qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first
person narrative produced by an individual which describes his or her own actions,
experience and belief. Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan informasi
tertulis tentang metode Tahfidz Qur'an di SDIT NIQ Bunguran Timur.

I. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji


kredibilitas (perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, analisis
kasus negatif, menggunakan bahan referensi, atau mengadakan membercheck),
transferabilitas, dependabilitas, maupun konfirmabilitas. Berikut salah satu teknik
pemeriksaan :

1. Triangulasi

data Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik


pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber yang telah ada. Bila peneliti menggunakan data triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi pada
penelitian ini, peneliti gunakan sebagai pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dalam
pelaksanaannya peneliti melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara
dengan kepala sekolah, Ustadz SDIT NIQ Bunguran Timur. Lebih jauh lagi, hasil
wawancara tersebut kemudian peneliti telaah lagi dengan hasil pengamatan yang
peneliti lakukan selama masa penelitian untuk mengetahui bagaimanakah proses
pembelajaran Tahfidzul Qur'an di SDIT NIQ Bunguran Timur. Setelah metode tersebut
terlaksana, maka data-data yang dibutuhkan akan terkumpul. Peneliti diharapkan untuk
mengorganisasi dan mensistematisasi data agar siap disajikan bahan analisis.

J. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data ini
digunakan untuk menyusun, mengolah, dan menghubungkan semua data yang
diperoleh dari lapangan sehingga menjadi sebuah kesimpulan atau teori. Dalam analisis
data dilakukan pengecekan data yang berasal dari wawancara dengan kepala sekolah,
ustadz, beserta pihak lain yang berkaitan. Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut
kemudian ditelaah kembali dengan basil pengamatan yang dilakukan selama masa
penelitian untuk mengetahui bagaimanakah metode pembelajaran siswa, bagaimanakah
system pengajaran Ustadz. Setelah semua data terkumpul, langkah berikutnya adalah
menjelaskan objek permasalahan secara sistematis serta memberikan analisis terhadap
objek kajian tersebut. Dalam memberikan penjelasan mengenai data yang diperoleh
digunakan metode deskriptif kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang bersifat sekarang. Jadi
digunakannya metode deskriptif adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran
Tahfidz Qur'an di SDIT NIQ Bunguran Timur. Maka analisis data yang dilakukan akan
melalui beberapa tahapan:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti, merangkum, memilih halhal pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, mencari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang telah direduksi adalah akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan. Disini data yang direduksi adalah mengenai proses
pembelajaran Tahfidzul Qur'an di SDIT NIQ Bunguran Timur yang terkumpul, baik
dari basil penelitian lapangan atau kepustakaan dibuat sebuah rangkuman.

b. Data Display (penyajian data)

Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, serta merencanakan tindakan
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Setelah itu melalui penyajian
data, maka data dapat terorganisasikan sehingga akan semakin mudah dipahami.

Sajian data tersebut dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai dengan kebutuhan
peneliti tentang proses pembelajaran Tahfidzul Qur'an di SDIT NIQ Bunguran Timur.
Ini artinya data yang telah dirangkum tadi kemudian dipilih, sekiranya data mana yang
diperlukan untuk penulisan laporan penelitian.

d. Conclusion Drawing/ verification (kesimpulan)

Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini akan
diakui dengan bukti- bukti yang diperoleh ketika penelitian di lapangan. Verifikasi data
dimaksudkan untuk penentuan data akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis
sehingga keseluruhan permasalahan mengenai proses pembelajaran Tahfidzul Qur'an di
SDIT NIQ Bunguran Timur dapat terjawab sesuai dengan data dan permasalahannya.

K. Sistematika Penulisan

Penulisan Proposal ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan


SISTEMATIKA SKRIPSI DAN PROPOSAL SKRIPSI BOJONEGORO” terbitan
tahun 2018.

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Hasil penelitian
yang relevan, Kerangka Teoritis, metode Penelitian (lokasi dan pendekatan), sumber
data, teknik pengumpulan data, pengecekan keabsahan data, Teknik Analisis Data dan
sistematika penulisan.

BAB II Kerangka teori yang didalamnya berisi tentang pembahasan yang meliputi
upaya guru tahfidz dalam meningkatkan motivasi siswa hafal AlQur’an

BAB III Metodologi penelitian yang berisikan tempat dan waktu penelitian, jenis
dan pendekatan penelitian, metode pengumpulan data.

BAB IV Hasil penelitian, yang akan dijelaskan di dalamnya meliputi gambaran


umum SDIT NIQ Bunguran Timur, diantaranya letak dan keadaan geografisnya,
sejarah berdirinya, keadaan guru dan karyawannya, keadaan peserta didik serta sarana
dan prasarana.

BAB V Penutup, yaitu penutup dari pembahasan penelitian yang berisi kesimpulan
dan saran
L. DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014

Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2013

Al-Azid , Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syadad bin
Umar, Sunan Abu dawud, Bairut: Al-Maktabah ‘AshriyahShida, 1996

Al-Hafidz, Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Amzah,


2009

Al-Qarn, Aidh, Terjemahan Cahaya Zaman, Jakarta: Al-Qalam, 2006

Anshori, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT RajaGrafindo, 2016

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendektan Praktik, Jakarta: PT


RinekaCipta, 2010

M. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai