Anda di halaman 1dari 12

PERAN PROGRAM TAHFIDZUL QUR’AN

DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

DI MA AL FALAH JATILAWANG

Fadliyah Wahyuni Khasanah

214110402264

fadliyahwahyuni@gmail.com

Universitas Islam Negeri Prof.K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

Abstract, Saat ini, di Indonesia banyak upaya dilakukan untuk membangun pondok-pondok
pesantren dan madrasah baru oleh masyarakat dan pemerintah. Terutama, tujuan utama
pembangunan ini adalah memberikan kesempatan lebih luas bagi anak-anak remaja lainnya
untuk mendapatkan pendidikan al-Qur'an di lembaga-lembaga tersebut. Dengan adanya
program Tahfidzul Qur’an diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran. Penelitian ini menggunakan sebuah studi kualitatif, tujuannya adalah untuk
menemukan atau mengkonfirmasi teori yang dipelajari penemu sebelumnya dan untuk jelajahi,
temukan, dan temukan makna dan pentingnya setiap perilaku partisipan berdasarkan sudut
pandang peserta. (Fenty Sulastini & Moh. Zamili, 2019). Penelitian ini dilakukan di MA Al-
Falah Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas yang merupakan yayasan Pondok
Pesantren Al-Falah Mangunsari Jatilawang Subyek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru
tahfidz, dan siswa.

Kata Kunci : Tahfidzul Qur'an, Al-Qur'an, Prestasi Belajar, Madrasah

A. PENDAHULUAN

Pendidikan dalam pengertian yang paling sederhana sering diartikan sebagai usah
seseorang untuk mengembangkan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat
dan dalam perkembangan kebudayaan (Priatmoko, 2018). Istilah pendidikamenunjukkan
bimbingan atau bantuan orang dewasa yang disengaja untuk tumbuh (Anas, 2019; Idris &
Tabrani, 2017; Rohman & Hairudin, 2018). Di dalam “UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 1,
Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sada
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesert
didik secara aktif mewujudkan potensi keagamaannya. kekuatan spiritual, pengendalian
diri, kecerdasan pribadi, akhlak mulia, dan untuk diri sendiri, keterampilan yang
diperlukan untuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” (Rohani, 2017).
Menghafal Al-Qur'an sebenarnya bukan hal baru dalam sejarah dan wacana
pendidikan Islam. Jika dicermati, hubungan antara metode hafalan dengan kurikulum atau
materi Al-Qur'an sudah ada sejak zaman Islam klasik. Bayard Dodge menjelaskan bahwa
metode dan materi hafalan Alquran merupakan dua ciri pendidikan Islam klasik (Bayard
Dodge, 1962, 10). Pertama, hampir semua proses pembelajaran tidak menghindari
penggunaan metode hafalan. Beberapa metode lain telah digunakan, tetapi metode merah
masih digunakan. Pembelajaran kognitif adalah inti dari pendidikan dan proses
pembelajaran, sehingga perspektif merah juga terlihat ketika menggunakan metode lain.
Begitu juga dengan mempelajari Al-Qur'an. Hampir semua cabang ilmu pengetahuan
yang berkembang pada masa Islam klasik bersumber dari Al-Qur'an (CM Stanton, 1990,
hlm. 37).
Saat ini, di Indonesia, banyak upaya dilakukan untuk membangun pondok-pondok
pesantren dan madrasah baru oleh masyarakat dan pemerintah. Terutama, tujuan utama
pembangunan ini adalah memberikan kesempatan lebih luas bagi anak-anak remaja
lainnya untuk mendapatkan pendidikan al-Qur'an di lembaga-lembaga tersebut
disampaikan ke tengah masyarakat Arab dan ditugaskan untuk menyampaikan ajaran-
Nya kepada masyarakat yang dilahirkan dan dibesarkan menggunakan bahasa Arab
sebagai yang paling Arab mudah dimengerti. Menurut firman Allah:

“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia
dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan
siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Ibrahim [14]: 4)

Tidak ada keraguan lagi bahwa Al-Qur'an merupakan kebenaran yang mutlak sebagai
panduan bagi umat manusia, seperti yang ditegaskan oleh Allah Swt sendiri mengenai
kebenaran dan pemeliharaan kitab suci tersebut. Allah Swt berfirman dalam Surat Al-
Hijr. Ayat ini menjamin kesucian dan keaslian Al-Qur'an selamanya, atas kehendak Allah
SWT. mempersiapkan orang keputusan untuk menjadi penghafal Al-Qur'an dan
pemelihara kesucian kalimat dan bacaan. Jika ada musuh Islam yang berusaha untuk
mengganti atau mengubah frasa atau kata-kata yang jelas, dengan menyebarkannya
kepada masyarakat Muslim, kita dapat memastikan bahwa Al-Qur'an yang ada saat ini
tetap murni dan asli seperti saat itu, ketika Nabi Muhammad SAW menyampaikannya
kepada para sahabatnya. Hal ini karena Allah Swt menjaga keaslian Al-Qur'an. Al-Qur'an
dijaga oleh Allah Swt dan Dia mengajak hamba-hamba-Nya untuk menjaganya. Allah
Swt secara langsung mengawasi semua tahapan penulisan Al-Qur'an. (Farhah, n.d.)

Menghafal Al-Qur'an adalah salah satu upaya untuk menjaga dan merawat keaslian
Al-Qur'an. Kegiatan ini memiliki nilai mulia dan sangat berharga karena membuka pintu-
pintu kebaikan. Menghafal Al-Qur'an adalah langkah pertama bagi para penghafal untuk
memahami isi ilmu-ilmu Al-Qur'an. Proses ini dilakukan setelah mempelajari cara
membaca dengan benar, karena menghafal Al-Qur'an bukanlah hal yang mudah.
Kedalaman dan keakuratan dalam membaca dan mengucapkan setiap kata sangat penting,
karena kesalahan kecil pun dapat mengubah makna ayat-ayat Al-Qur'an. Jika hal ini
diabaikan atau tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh, kemurnian Al-Qur'an akan
terancam dan terganggu dalam segala aspeknya. Orang-orang yang belajar, membaca,
atau menghafal Al-Qur'an dipilih oleh Allah SWT untuk menerima warisan kitab suci
yang paling agung dan mulia. Mereka yang mampu menghafal Al-Qur'an memiliki
kendali atas hati dan pikiran mereka dalam menjaga kesuciannya, sehingga terhindar dari
perbuatan dosa besar yang dapat menghalangi mereka dalam menghafal Al-Qur'an.

Program Tahfizh atau kegiatan menghafal Al-Qur'an merupakan suatu aktivitas yang
mampu memberikan kehidupan dan keberadaan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara mengkhatamkannya. Kegiatan ini umumnya ditemukan di lembaga
keagamaan baik yang formal maupun informal. Praktik ini telah diadopsi oleh sebagian
besar masyarakat Muslim di Indonesia, dan kegiatan tersebut khususnya berkembang di
kalangan santri, membentuk suatu kesatuan budaya lokal. Itu karena dalam masyarakat
muslim Indonesia, Al-Quran dianggap sebagai sesuatu yang sakral Ini harus dipuji dan
diingat, belum lagi membaca Al-Qur'an dan Menghafalnya adalah hal yang mulia untuk
dilakukan. Pendidikan seharusnya tidak hanya implementasi dari proses belajar untuk
mendapatkan kecerdasan siswa, tetapi juga perkembangan siswa lainnya agar siswa
bersikap positif. Banyak anak-anak hari ini tidak memiliki karakter Islam sebagai
sumber ketidaksamaan. Hal ini dikarenakan akibat cacat mental pendidikan sebelumnya
yang buruk, juga sistem pendidikan menekankan kemampuan kognitif siswa dan
pengaruh globalisasi. Sebuah pergaulan sains dan teknologi, yang mendistorsi
pengembangan Karakter Muslim di kalangan siswa. Selain rendahnya semangat juang
karena jauh dari Al-Qur'an, program Tahfidz merupakan program pelatihan
menggunakan metode menekankan hafalan dan memahami Al-Qur’an.
(Dewimurdianingsih et al., n.d.)

Saat ini, di Indonesia banyak upaya dilakukan untuk membangun pondok-pondok


pesantren dan madrasah baru oleh masyarakat dan pemerintah. Terutama, tujuan utama
pembangunan ini adalah memberikan kesempatan lebih luas bagi anak-anak remaja
lainnya untuk mendapatkan pendidikan al-Qur'an di lembaga-lembaga tersebut. Di
Madrasah Aliyah Al-Falah Kecamatan Jatilawang terdapat program Tahfidz al-Quran,
yang diikuti oleh sebagian siswa Madrasah Kecamatan Jatilawang. Program ini
bekerjasama dengan Lembaga Tahfidz al-Qur’an Pondok Pesantren AL-Falah
Mangunsari dan Pondok Pesantren Anwarul Falah. Pihak Madrasah Aliyah Al-Falah
Kecamatan Jatilawang dan Pondok Pesantren sangat mendukung program Tahfidz al-
Qur’an ini dengan niat yang baik(lillahi ta’ala).
B. TELAAH PUSTAKA

Telaah pustaka merupakan pemeriksaan terhadap penelitian sebelumnya yang


berkaitan dengan penelitian peneliti. Literatur review digunakan untuk mengetahui
apakah penelitian ini dilakukan atau tidak. Selain itu untuk mengetahui perbedaan antar
penelitian sebelumnya dan saat ini. Para peneliti menemukan beberapa penelitian yang
berkaitan dengan pembelajaran anak-anak penyandang disabilitas perkembangan.
Kegiatan penelitian selalu diawali dengan pengetahuan yang ada, dan biasanya semua
ilmuwan memulai penelitiannya dengan menelaah hal-hal yang telah ditemukan oleh para
ahli lainnya. Berdasarkan temuan para ahli, hal ini dapat dilakukan dengan cara
memahami, mengamati, menganalisis dan mengidentifikasi penelitian berupa jurnal,
disertasi, tesis atau publikasi akademik yang ada. Tinjauan literatur yang dilakukan oleh
peneliti mengkaji klaim yang dibuat oleh peneliti sebelumnya sebagai penelitian ini
merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya diantaranya: Judul skripsi yang
disebutkan adalah "PERAN PROGRAM TAHFIZH DALAM MENINGKATKAN HAFALAN
AL-QUR'AN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) PARIWISATA ADI LUHUR
KOTA JAKARTA TIMUR" yang ditulis oleh Safira Farhah. Skripsi ini membahas tentang teori-
teori yang mendukung penulisan skripsi tersebut, yang meliputi program tahfizh Al-Qur'an.
Berikut adalah rangkuman teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini:
Program Tahfizh Al-Qur'an:
 Pengertian program tahfizh
 Definisi tahfizh Al-Qur'an
 Pengertian Al-Qur'an
 Pengertian tahfizh Al-Qur'an
 Dasar hukum menghafal Al-Qur'an
 Keutamaan menghafal Al-Qur'an
 Tujuan menghafal Al-Qur'an
 Syarat menghafal Al-Qur'an
 Metode menghafal Al-Qur'an
 Langkah-langkah menghafal Al-Qur'an
 Faktor pendukung dan penghambat dalam menghafal Al-Qur'an
 Hambatan dalam menghafal Al-Qur'an

Menghafal Al-Qur'an:

 Definisi menghafal
 Pengertian hafalan
 Cara meningkatkan hafalan
 Makanan yang dapat meningkatkan daya ingat
Dalam skripsi tersebut, penulis akan menggunakan teori-teori di atas untuk menjelaskan
peran program tahfizh Al-Qur'an dalam meningkatkan hafalan Al-Qur'an di SMK
Pariwisata Adi Luhur, Kota Jakarta Timur. Penulis juga akan membahas faktor-faktor
pendukung dan penghambat, serta hambatan dalam proses menghafal Al-Qur'an. Selain
itu, penulis akan menjelaskan cara meningkatkan hafalan dan makanan yang dapat
meningkatkan daya ingat dalam konteks menghafal Al-Qur'an. Rincian dan isi teori-teori
tersebut terdapat dalam skripsi asli yang ditulis oleh Safira Farhah.

Kajian Teori
1.Pengertian Tahfidz Al-Qur’an
Tahfidz berasal dari kata Arab "isim masdar" dari Jis yang berarti menghafal. Menurut
Hidayatullah, menghafal adalah kegiatan merekam apa yang kita baca dan kita pahami.
Al-Qur'an adalah kalamullah yang memiliki nilai mukjizat. Al-Qur'an diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril, dan penyampaian Al-Qur'an ini
diwariskan kepada kita melalui cara yang mutawatir. Membaca Al-Qur'an dianggap
sebagai ibadah. Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT bagi setiap manusia, dan terdapat
banyak nash yang menunjukkan hal ini. Al-Qur'an memiliki keistimewaan dalam
menyelesaikan berbagai masalah kemanusiaan, termasuk dalam aspek kehidupan
manusia seperti masalah kejiwaan, jasmani, sosial, ekonomi, dan politik. Penyelesaian
masalah ini didasarkan pada kebijaksanaan yang mendalam. Al-Qur'an menetapkan
prinsip-prinsip universal yang relevan dan dapat menjadi pijakan bagi manusia di setiap
zaman, dengan tujuan menjawab setiap masalah yang dihadapi oleh manusia. Al-Qur'an
secara mutlak berfungsi sebagai panduan hidup manusia, memberikan petunjuk yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Keabsahan dan kelestarian Al-Qur'an hingga
saat ini semakin terbukti. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah dalam ayat 19-21 Surah
At-Takwir.

)۲۱( ‫) قطاع ثم أمين‬۲۰( ‫) في قوة عند ذي العرش مكين‬۱۹( ‫إنه لقول رسول كريم‬

"Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman Allah yang dibawa oleh utusan yang
mulia (jibril). Yang mempunyai kekuatan yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi
Allah Yang Mempunyai Arsy yang ditaati di sana (di alam Malaikat) lagi dipercaya"."
(Qs. At-Takwir: 19. 21)/4

Ayat tersebut mengungkapkan bahwa Al-Qur’an memiliki kedudukan yang paling mulia
di sisi Allah. Sebagai seorang Muslim yang mencintai Al-Qur’an, selain wajib meyakini
kebenaran Al-Qur’an yang agung tanpa ada keraguan sedikit pun, kita juga diperintahkan
untuk mengemban tanggung jawab lain terhadapnya dan mewujudkannya dalam
kehidupan sehari-hari.Tanggung jawab tersebut mencakup beberapa aspek, yaitu tilawah
(membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar), tafsir (memahami dan mengkaji makna Al-
Qur’an), tathbiq (menerapkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari), dan tahfidz
(menghafal Al-Qur’an). Tahfidz Al-Qur’an merupakan proses pengulangan ayat-ayat Al-
Qur’an melalui membaca atau mendengarkan, dengan tujuan untuk menjaga dan
melestarikan kemurnian Al-Qur’an serta mencegah terjadinya perubahan atau pemalsuan.
Dengan menghafal Al-Qur’an secara menyeluruh, dapat menjaga agar tidak terjadi
kelupaan terhadap isinya.

Khalid menyampaikan bahwa program tahfidz atau program menghafal Al-Qur’an


bertujuan untuk memiliki hafalan yang kuat terhadap lafadz-lafadz Al-Qur’an serta
memahami makna-maknanya secara mendalam. Hal ini akan mempermudah dalam
menghadapi berbagai masalah kehidupan, karena Al-Qur’an senantiasa hadir dan hidup
di dalam hatinya sepanjang masa. Dengan memiliki pemahaman yang kuat terhadap Al-
Qur’an, mempraktikkan dan mengamalkannya akan menjadi lebih mudah. Secara
kesimpulan, tahfiz Al-Qur’an adalah proses membaca ulang ayat-ayat Al-Qur’an secara
berulang-ulang hingga dihafal di luar kepala, kemudian dapat diperdengarkan kepada
orang lain. Selain itu, tahfiz juga melibatkan usaha menjaga agar hafalan tidak terlupakan
dan menerapkan serta mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan Program Tahfidz di sekolah, menurut Ahmad Lutfi, adalah sebagai berikut: a.
Memahamkan dan menyadarkan siswa tentang pentingnya kemampuan menghafal Al-
Qur'an. b. Membekali siswa dengan keterampilan menghafal ayat-ayat dari surat-surat
tertentu yang menjadi materi pelajaran. c. Membiasakan siswa untuk menghafal Al-
Qur'an dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk melafalkan ayat-ayat Al-
Qur'an dalam berbagai kesempatan.

2. Hukum Menghafal Al-Qur’an


Para ulama telah sepakat bahwa menghafal Al-Qur'an memiliki status hukum sebagai
fardhu kifayah. Fardhu kifayah, menurut pandangan ulama fiqih, berarti bahwa jika tidak
ada orang yang melaksanakan suatu tugas tertentu di suatu wilayah, maka semua orang di
wilayah tersebut akan mendapatkan dosa karena tidak melaksanakan tugas tersebut.
Prinsip fardhu kifayah ini diterapkan dalam konteks menghafal Al-Qur'an untuk
melindungi Al-Qur'an dari kemungkinan pemalsuan dan perubahan terhadap ayat-ayat
suci yang terkandung di dalamnya.
Imam Nawawi menyatakan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan tentang Al-
Qur'an memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan Muslim lainnya untuk
mempelajarinya. Dalam agama Islam, penting untuk memiliki individu yang dididik
dalam mengenal dan menghafal Al-Qur'an. Jika tidak ada satu pun orang dalam umat
Islam yang menghafal Al-Qur'an, itu akan menjadi dosa bagi mereka. Namun, jika sudah
ada seseorang yang menghafal Al-Qur'an, meskipun hanya sebagian, maka orang lain
tidak akan berdosa. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-
Qur'an adalah fadhu kifayah, yang berarti kewajiban tersebut akan terpenuhi jika sudah
ada orang yang melaksanakannya. Selain itu, penting juga untuk menjaga hafalan agar
tidak dilupakan.

3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil kombinasi dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar, yang
masing-masing memiliki makna tersendiri. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,
prestasi merujuk pada hasil yang telah dicapai dari suatu tindakan atau pekerjaan yang
dilakukan. Dalam konteks belajar, prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh
sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan. Kata “prestasi” sendiri memiliki asal-
usul dari Bahasa Belanda, yaitu “prestati". Dalam Bahasa Indonesia, istilah "prestasi"
merujuk pada hasil dari usaha yang dilakukan. Istilah "prestasi belajar" memiliki
perbedaan dengan "hasil belajar" (learning outcome). Prestasi belajar umumnya berkaitan
dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar mencakup pembentukan karakter
peserta didik. Proses belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil dari
interaksi individu dengan lingkungan. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi
prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan
hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.45
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan
lingkungan. Perubahan itu mengandung pengertian yang luas, yakni pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap dan lain sebagainya, atau yang lazim disebut dengan
istilah kognitif, afektif dan psikomotor. Penguasaan siswa terhadap pengetahuan
(kognitif), nilai dan sikap (afektif), serta keterampilan (psikomotor) dengan baik
menunjukan keberhasilan belajar yang telah dicapainya. Keberhasilan belajar inilah yang
dalam dunia pendidikan dinamakan prestasi belajar.46 Prestasi belajar adalah penilaian
terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana ia mencapai sasaran belajar.
Winkel mengatakan bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan
perubahanperubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai,
sikap, dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang
dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan, atau tugas yang diberikan oleh
guru. (Fajriyyah, n.d.)

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di MA Al-Falah Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas
yang merupakan yayasan Pondok Pesantren Al-Falah Mangunsari Jatilawang Subyek
penelitian ini adalah kepala sekolah, guru tahfidz, dan siswa. Sedangkan objeknya adalah
program Tahfidzul Quran dan prestasi belajar siswa dalam program tersebut Tahfidzul
Quran. Studi ini menggunakan perspektif kualitatif. Penelitian ini menggunakan sebuah
studi kualitatif, tujuannya adalah untuk menemukan atau mengkonfirmasi teori yang
dipelajari penemu sebelumnya dan untuk jelajahi, temukan, dan temukan makna dan
pentingnya setiap perilaku partisipan berdasarkan sudut pandang peserta. (Fenty Sulastini
& Moh. Zamili, 2019).

Pendekatan kualitatif memiliki karakteristik khusus untuk pendataan berdasarkan kata-


kata dari sampel kecil sehingga diperoleh sudut pandang informan. Peneliti sebagai
instrumen kunci dari pengumpulan data informasi, wawancara, observasi, dan analisis
dokumen sebagai teknik dalam pengumpulan data ( Nurul Ulfatin dan Teguh Triwiyanto,
2021). Kemudian untuk mendapatkan sumber data untuk penelitian ini, ilmuwan
melakukan pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi dalam pengadaan ketelitian dalam penelitian. Peneliti
menginformasikan data dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari
wawancara, dokumentasi dan penelitian atau temuan. Data penelitian yang disajikan
dalam penelitian ini berupa informasi terkait tahfidz informan dan temuan di lapangan.
(“Penerapan Program Tahfidzul Qur’an dan Implikasi Terhadap Akhlak Siswa di SMP IT
Ar-Risalah Sukoharjo,” 2022)

Analisis data dalam penelitian kualitatif yang dilakukan dengan saat pengumpulan
data dan setelahnya. Data dianalisis dalam kata-kata, frase, dalam bentuk cerita
deskriptif. Teknik analisis deskriptif diterapkan dalam tiga hal, yang merupakan satu
kesatuan, yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Menurut Taylor,
Patton membedakan antara analisis data dan interpretasi karena tujuan interpretasi data
adalah untuk memberikan makna penting untuk analisis yang menjelaskan pola deskripsi
dan mencari hubungan antara dimensi deskripsi. Keakuratan informasi adalah hal paling
penting dalam penelitian. (Rofi, 2019).

D. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian, analisis, dan interpretasi data oleh penulis, terdapat informasi
tentang program tahfidz di MA Al-Falah di Kecamatan Jatilawang, Kabupaten
Banyumas. Program Tahfidzul Qur'an di MA Al-Falah tersebut merupakan program baru
yang telah berjalan selama 2 tahun. Implementasi program Tahfidzul Qur'an dilakukan di
dua lokasi, yaitu Pondok Pesantren Al-Falah Mangunsari dan Anwarul Falah. Karena,
Siswa yang mengikuti program Tahfidzul Qur’an merupakan santri di Pondok tersebut.
Pengajarannya tidak termasuk dalam kurikulum pembelajaran, melainkan
diselenggarakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler, yang artinya pembelajarannya bersifat
opsional dan tidak diwajibkan bagi siswa. Para siswa yang tertarik untuk mengikuti
program ekstrakurikuler Tahfidz akan dibimbing oleh Bapak Nur Hadi Al-Hafidz dan Ibu
Umi Kulsum. Jumlah siswa yang mengikuti program Tahfidz sebanyak 18 siswa yang
berasal dari berbagai tingkatan kelas, termasuk siswa kelas VII, VIII, dan IX. Dari 18
siswa yang melalui proses seleksi, terpilih 8 siswa. Di MA Al-Falah Kecamatan
Jatilawang Kabupaten Banyumas, terdapat 8 siswa yang mengikuti kegiatan Tahfidz Al-
Qur'an. Program ini merupakan salah satu program ekstrakurikuler atau program
pengembangan minat dan bakat. Kegiatan Tahfidz Al-Qur'an belum dijadikan kegiatan
wajib yang termasuk dalam kurikulum inti atau kurikulum unggulan dalam struktur
kurikulum MA Al-Falah Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas. Tujuan dari
program Tahfidzul Qur'an adalah untuk meningkatkan kualitas dan mempertahankan
jumlah siswa yang menghafal Al-Qur'an.

Ada dua faktor yang mempengaruhi hafalan siswa di MA Al-Falah Kecamatan Jatilawang
Kabupaten Banyumas, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal melibatkan
individu siswa itu sendiri dan memiliki peran penting dalam memotivasi mereka untuk
meningkatkan hafalan. Keadaan emosi dan pikiran siswa dapat memengaruhi kenyamanan dan
motivasi mereka. Niat yang tulus juga menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi
kepribadian siswa. Niat yang tulus, yang semata-mata mengharapkan ridha Allah, dapat
memberikan hasil yang berkah dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Motivasi diri
sendiri juga merupakan upaya yang penting dalam meningkatkan semangat siswa dalam
menghafal Al-Qur'an. Meskipun motivasi dapat datang dari orang lain, motivasi internal
memiliki pengaruh yang lebih besar. Setiap individu memiliki titik jenuh yang berbeda,
sehingga motivasi menjadi penting dalam mengembalikan semangat dan mengingatkan
pada tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Selain itu, metode menghafal yang
dipilih juga memainkan peran penting. Menentukan metode yang sesuai dengan
kemampuan individu siswa akan memudahkan proses menghafal Al-Qur'an. Setiap siswa
diberikan kebebasan untuk memilih metode yang mereka sukai, tanpa dipaksa untuk
menggunakan satu metode khusus. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengembangkan
kreativitas mereka sendiri dalam menghafal Al-Qur'an, sesuai dengan preferensi masing-
masing individu.

Faktor eksternal memiliki peran penting dalam perkembangan dan kegiatan dalam
proses menghafal Al-Qur’an. Secara umum, lingkungan mempengaruhi secara signifikan
dalam hal ini. Dengan adanya lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi proses
menghafal, hasil yang dicapai akan maksimal. Namun, ketika lingkungan menjadi tidak
kondusif, hal tersebut dapat mengganggu dan menyebabkan masalah dalam kegiatan
menghafal Al-Qur'an. Pengaruh dari teman atau orang lain dapat dianggap sebagai bagian
dari lingkungan, karena ketika seseorang telah memutuskan untuk melaksanakan tugas
menghafal, tiba-tiba ada teman atau beberapa teman yang mencoba mempengaruhi
mereka. Menentukan dengan siapa seseorang berteman dan bergaul memiliki dampak
yang signifikan, jika mereka bergaul dengan teman-teman yang baik, hal ini akan
memberikan dampak positif bagi perkembangan mereka.
Mencapai target hafalan Al-Qur'an bukanlah satu-satunya pencapaian yang memadai bagi
siswa. Ada hal lain yang perlu dilakukan oleh mereka. Selain menghafal Al-Qur'an, diharapkan
bahwa siswa juga meningkatkan akhlak dan perilaku terhadap orang lain, baik itu teman, guru,
ustadz, maupun orang yang belum mereka kenal. Sebagai seorang Hafizh Qur'an, sikap dan
perilaku mereka harus mencerminkan akhlaqul karimah dan memiliki budi pekerti yang baik
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Fatah (2014), sikap dan perilaku seorang Hafizh Qur'an
harus mencerminkan akhlaqul karimah dan memiliki budi pekerti yang baik dalam kehidupan
sehari-hari. Ini termasuk penggunaan kata-kata yang lembut, sopan santun yang baik, dan segala
jenis tindakan yang mencerminkan ajaran Al-Qur'an. Penting bagi seorang Hafizh Qur'an
untuk menjaga keseimbangan antara pendidikan agamis dan ilmu pengetahuan di
lingkungan sekolah. Kedua aspek ini saling terkait dan berjalan beriringan dalam konteks
akademik. Dalam masyarakat umum, penilaian positif terhadap seseorang didasarkan
pada tutur kata dan perilaku yang mereka tunjukkan. Namun, di sekolah, siswa dinilai
berdasarkan nilai atau prestasi yang mereka capai. Dalam hal siswa yang menghafal
Qur'an, diasumsikan bahwa mereka tidak akan mengalami kendala atau kesulitan yang
signifikan dalam mempelajari ilmu lain.

E. DISKUSI
Dalam penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dalam penelitian yang
dilakukan oleh penulis dan peneliti sebelumnya. Persamaan dari kedua penelitian yaitu
sama-sma membahas tentang pengaruh peran program Tahfidzul Qur’an dalam proses
hasil belajar yang didapatkan siswa dan sama-sama menggunakan metode kualitatif
dalam melakukan penelitian. Perbedaan dari kedua penelitian yaitu dalam tujuan
penelitian, pada penelitian sebelumnya itu memiliki tujuan meneliti bagaimana peran
program Tahfidzul Qur’an dapat meningkatkan hafalan Siswa. Pada penelitian ini penulis
memiliki tujuan yaitu meneliti bagaimana program Tahfidzul Qur’an dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa baik itu dalam bidang akademis dan non akademis.

F. PENUTUP

Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa Program Tahfidzul Qur’an dapat
meningkatakan prestasi belajar siswa. Dalam hal siswa yang khususnya menghafal Al-
Qur’an, dapat disimpulkan bahwa mereka tidak akan mengalami kendala atau kesulitan
yang signifikan dalam mempelajari ilmu lainnya. Hal ini terlihat melalui perilaku siswa
dan prestasi yang telah mereka capai. Prestasi tersebut dapat dilihat dalam berbagai
kompetisi maupun pencapaian nilai hasil belajar yang menunjukkan pengaruh positif
bahwa siswa yang memiliki kemampuan menghafal Al-Qur’an dengan baik juga
mencapai prestasi belajar yang memuaskan.
G. DAFTAR PUSTAKA

Dewimurdianingsih, E., Sarjono, J., & Rochmawan, A. E. (n.d.). PERAN GURU TAHFIDZ

DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PROGRAM AKSELERASI TAHFIDZUL

QUR’AN SISWA DI SDIT LUQMAN AL HAKIM SUKODONO TAHUN AJARAN

2021/2022.

Fajriyyah, E. N. (n.d.). PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS

TARBIYAH DANTADRIS ISTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)BENGKULU 202.

Farhah, S. (n.d.). Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd).

Fatah, A. (2014). DIMENSI KEBERHASILAN PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM TAHFIDZ

AL-QUR’AN. Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 9(2).

https://doi.org/10.21043/edukasia.v9i2.779

Fenty Sulastini & Moh. Zamili. (2019). Efektivitas Program Tahfidzul Qur’an dalam

Pengembangan Karakter Qur’ani. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 4(1), 15–22.

https://doi.org/10.35316/jpii.v4i1.166

Penerapan Program Tahfidzul Qur’an dan Implikasi Terhadap Akhlak Siswa di SMP IT Ar-

Risalah Sukoharjo. (2022). Intiqad: Jurnal Agama dan Pendidikan Islam, 14(1).

https://doi.org/10.30596/intiqad.v14i1.10215

Rofi, S. (2019). Analisis Perbedaan Hasil Belajar Siswa Mengikuti Program Tahfidz Al-Qur’an

(Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 9 Watukebo Jember). TARLIM : JURNAL

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, 2(1), 1. https://doi.org/10.32528/tarlim.v2i1.2065

Salim A, Panduan Cepat Menghapal Al-qur’an, (Yogyakarta, Diva Press, 2010), 50

Anda mungkin juga menyukai