DI MA AL FALAH JATILAWANG
214110402264
fadliyahwahyuni@gmail.com
Abstract, Saat ini, di Indonesia banyak upaya dilakukan untuk membangun pondok-pondok
pesantren dan madrasah baru oleh masyarakat dan pemerintah. Terutama, tujuan utama
pembangunan ini adalah memberikan kesempatan lebih luas bagi anak-anak remaja lainnya
untuk mendapatkan pendidikan al-Qur'an di lembaga-lembaga tersebut. Dengan adanya
program Tahfidzul Qur’an diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran. Penelitian ini menggunakan sebuah studi kualitatif, tujuannya adalah untuk
menemukan atau mengkonfirmasi teori yang dipelajari penemu sebelumnya dan untuk jelajahi,
temukan, dan temukan makna dan pentingnya setiap perilaku partisipan berdasarkan sudut
pandang peserta. (Fenty Sulastini & Moh. Zamili, 2019). Penelitian ini dilakukan di MA Al-
Falah Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas yang merupakan yayasan Pondok
Pesantren Al-Falah Mangunsari Jatilawang Subyek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru
tahfidz, dan siswa.
A. PENDAHULUAN
Pendidikan dalam pengertian yang paling sederhana sering diartikan sebagai usah
seseorang untuk mengembangkan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai masyarakat
dan dalam perkembangan kebudayaan (Priatmoko, 2018). Istilah pendidikamenunjukkan
bimbingan atau bantuan orang dewasa yang disengaja untuk tumbuh (Anas, 2019; Idris &
Tabrani, 2017; Rohman & Hairudin, 2018). Di dalam “UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 1,
Pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sada
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesert
didik secara aktif mewujudkan potensi keagamaannya. kekuatan spiritual, pengendalian
diri, kecerdasan pribadi, akhlak mulia, dan untuk diri sendiri, keterampilan yang
diperlukan untuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” (Rohani, 2017).
Menghafal Al-Qur'an sebenarnya bukan hal baru dalam sejarah dan wacana
pendidikan Islam. Jika dicermati, hubungan antara metode hafalan dengan kurikulum atau
materi Al-Qur'an sudah ada sejak zaman Islam klasik. Bayard Dodge menjelaskan bahwa
metode dan materi hafalan Alquran merupakan dua ciri pendidikan Islam klasik (Bayard
Dodge, 1962, 10). Pertama, hampir semua proses pembelajaran tidak menghindari
penggunaan metode hafalan. Beberapa metode lain telah digunakan, tetapi metode merah
masih digunakan. Pembelajaran kognitif adalah inti dari pendidikan dan proses
pembelajaran, sehingga perspektif merah juga terlihat ketika menggunakan metode lain.
Begitu juga dengan mempelajari Al-Qur'an. Hampir semua cabang ilmu pengetahuan
yang berkembang pada masa Islam klasik bersumber dari Al-Qur'an (CM Stanton, 1990,
hlm. 37).
Saat ini, di Indonesia, banyak upaya dilakukan untuk membangun pondok-pondok
pesantren dan madrasah baru oleh masyarakat dan pemerintah. Terutama, tujuan utama
pembangunan ini adalah memberikan kesempatan lebih luas bagi anak-anak remaja
lainnya untuk mendapatkan pendidikan al-Qur'an di lembaga-lembaga tersebut
disampaikan ke tengah masyarakat Arab dan ditugaskan untuk menyampaikan ajaran-
Nya kepada masyarakat yang dilahirkan dan dibesarkan menggunakan bahasa Arab
sebagai yang paling Arab mudah dimengerti. Menurut firman Allah:
“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia
dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan
siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Ibrahim [14]: 4)
Tidak ada keraguan lagi bahwa Al-Qur'an merupakan kebenaran yang mutlak sebagai
panduan bagi umat manusia, seperti yang ditegaskan oleh Allah Swt sendiri mengenai
kebenaran dan pemeliharaan kitab suci tersebut. Allah Swt berfirman dalam Surat Al-
Hijr. Ayat ini menjamin kesucian dan keaslian Al-Qur'an selamanya, atas kehendak Allah
SWT. mempersiapkan orang keputusan untuk menjadi penghafal Al-Qur'an dan
pemelihara kesucian kalimat dan bacaan. Jika ada musuh Islam yang berusaha untuk
mengganti atau mengubah frasa atau kata-kata yang jelas, dengan menyebarkannya
kepada masyarakat Muslim, kita dapat memastikan bahwa Al-Qur'an yang ada saat ini
tetap murni dan asli seperti saat itu, ketika Nabi Muhammad SAW menyampaikannya
kepada para sahabatnya. Hal ini karena Allah Swt menjaga keaslian Al-Qur'an. Al-Qur'an
dijaga oleh Allah Swt dan Dia mengajak hamba-hamba-Nya untuk menjaganya. Allah
Swt secara langsung mengawasi semua tahapan penulisan Al-Qur'an. (Farhah, n.d.)
Menghafal Al-Qur'an adalah salah satu upaya untuk menjaga dan merawat keaslian
Al-Qur'an. Kegiatan ini memiliki nilai mulia dan sangat berharga karena membuka pintu-
pintu kebaikan. Menghafal Al-Qur'an adalah langkah pertama bagi para penghafal untuk
memahami isi ilmu-ilmu Al-Qur'an. Proses ini dilakukan setelah mempelajari cara
membaca dengan benar, karena menghafal Al-Qur'an bukanlah hal yang mudah.
Kedalaman dan keakuratan dalam membaca dan mengucapkan setiap kata sangat penting,
karena kesalahan kecil pun dapat mengubah makna ayat-ayat Al-Qur'an. Jika hal ini
diabaikan atau tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh, kemurnian Al-Qur'an akan
terancam dan terganggu dalam segala aspeknya. Orang-orang yang belajar, membaca,
atau menghafal Al-Qur'an dipilih oleh Allah SWT untuk menerima warisan kitab suci
yang paling agung dan mulia. Mereka yang mampu menghafal Al-Qur'an memiliki
kendali atas hati dan pikiran mereka dalam menjaga kesuciannya, sehingga terhindar dari
perbuatan dosa besar yang dapat menghalangi mereka dalam menghafal Al-Qur'an.
Program Tahfizh atau kegiatan menghafal Al-Qur'an merupakan suatu aktivitas yang
mampu memberikan kehidupan dan keberadaan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara mengkhatamkannya. Kegiatan ini umumnya ditemukan di lembaga
keagamaan baik yang formal maupun informal. Praktik ini telah diadopsi oleh sebagian
besar masyarakat Muslim di Indonesia, dan kegiatan tersebut khususnya berkembang di
kalangan santri, membentuk suatu kesatuan budaya lokal. Itu karena dalam masyarakat
muslim Indonesia, Al-Quran dianggap sebagai sesuatu yang sakral Ini harus dipuji dan
diingat, belum lagi membaca Al-Qur'an dan Menghafalnya adalah hal yang mulia untuk
dilakukan. Pendidikan seharusnya tidak hanya implementasi dari proses belajar untuk
mendapatkan kecerdasan siswa, tetapi juga perkembangan siswa lainnya agar siswa
bersikap positif. Banyak anak-anak hari ini tidak memiliki karakter Islam sebagai
sumber ketidaksamaan. Hal ini dikarenakan akibat cacat mental pendidikan sebelumnya
yang buruk, juga sistem pendidikan menekankan kemampuan kognitif siswa dan
pengaruh globalisasi. Sebuah pergaulan sains dan teknologi, yang mendistorsi
pengembangan Karakter Muslim di kalangan siswa. Selain rendahnya semangat juang
karena jauh dari Al-Qur'an, program Tahfidz merupakan program pelatihan
menggunakan metode menekankan hafalan dan memahami Al-Qur’an.
(Dewimurdianingsih et al., n.d.)
Menghafal Al-Qur'an:
Definisi menghafal
Pengertian hafalan
Cara meningkatkan hafalan
Makanan yang dapat meningkatkan daya ingat
Dalam skripsi tersebut, penulis akan menggunakan teori-teori di atas untuk menjelaskan
peran program tahfizh Al-Qur'an dalam meningkatkan hafalan Al-Qur'an di SMK
Pariwisata Adi Luhur, Kota Jakarta Timur. Penulis juga akan membahas faktor-faktor
pendukung dan penghambat, serta hambatan dalam proses menghafal Al-Qur'an. Selain
itu, penulis akan menjelaskan cara meningkatkan hafalan dan makanan yang dapat
meningkatkan daya ingat dalam konteks menghafal Al-Qur'an. Rincian dan isi teori-teori
tersebut terdapat dalam skripsi asli yang ditulis oleh Safira Farhah.
Kajian Teori
1.Pengertian Tahfidz Al-Qur’an
Tahfidz berasal dari kata Arab "isim masdar" dari Jis yang berarti menghafal. Menurut
Hidayatullah, menghafal adalah kegiatan merekam apa yang kita baca dan kita pahami.
Al-Qur'an adalah kalamullah yang memiliki nilai mukjizat. Al-Qur'an diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril, dan penyampaian Al-Qur'an ini
diwariskan kepada kita melalui cara yang mutawatir. Membaca Al-Qur'an dianggap
sebagai ibadah. Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT bagi setiap manusia, dan terdapat
banyak nash yang menunjukkan hal ini. Al-Qur'an memiliki keistimewaan dalam
menyelesaikan berbagai masalah kemanusiaan, termasuk dalam aspek kehidupan
manusia seperti masalah kejiwaan, jasmani, sosial, ekonomi, dan politik. Penyelesaian
masalah ini didasarkan pada kebijaksanaan yang mendalam. Al-Qur'an menetapkan
prinsip-prinsip universal yang relevan dan dapat menjadi pijakan bagi manusia di setiap
zaman, dengan tujuan menjawab setiap masalah yang dihadapi oleh manusia. Al-Qur'an
secara mutlak berfungsi sebagai panduan hidup manusia, memberikan petunjuk yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Keabsahan dan kelestarian Al-Qur'an hingga
saat ini semakin terbukti. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah dalam ayat 19-21 Surah
At-Takwir.
)۲۱( ) قطاع ثم أمين۲۰( ) في قوة عند ذي العرش مكين۱۹( إنه لقول رسول كريم
"Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman Allah yang dibawa oleh utusan yang
mulia (jibril). Yang mempunyai kekuatan yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi
Allah Yang Mempunyai Arsy yang ditaati di sana (di alam Malaikat) lagi dipercaya"."
(Qs. At-Takwir: 19. 21)/4
Ayat tersebut mengungkapkan bahwa Al-Qur’an memiliki kedudukan yang paling mulia
di sisi Allah. Sebagai seorang Muslim yang mencintai Al-Qur’an, selain wajib meyakini
kebenaran Al-Qur’an yang agung tanpa ada keraguan sedikit pun, kita juga diperintahkan
untuk mengemban tanggung jawab lain terhadapnya dan mewujudkannya dalam
kehidupan sehari-hari.Tanggung jawab tersebut mencakup beberapa aspek, yaitu tilawah
(membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar), tafsir (memahami dan mengkaji makna Al-
Qur’an), tathbiq (menerapkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari), dan tahfidz
(menghafal Al-Qur’an). Tahfidz Al-Qur’an merupakan proses pengulangan ayat-ayat Al-
Qur’an melalui membaca atau mendengarkan, dengan tujuan untuk menjaga dan
melestarikan kemurnian Al-Qur’an serta mencegah terjadinya perubahan atau pemalsuan.
Dengan menghafal Al-Qur’an secara menyeluruh, dapat menjaga agar tidak terjadi
kelupaan terhadap isinya.
Tujuan Program Tahfidz di sekolah, menurut Ahmad Lutfi, adalah sebagai berikut: a.
Memahamkan dan menyadarkan siswa tentang pentingnya kemampuan menghafal Al-
Qur'an. b. Membekali siswa dengan keterampilan menghafal ayat-ayat dari surat-surat
tertentu yang menjadi materi pelajaran. c. Membiasakan siswa untuk menghafal Al-
Qur'an dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk melafalkan ayat-ayat Al-
Qur'an dalam berbagai kesempatan.
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil kombinasi dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar, yang
masing-masing memiliki makna tersendiri. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,
prestasi merujuk pada hasil yang telah dicapai dari suatu tindakan atau pekerjaan yang
dilakukan. Dalam konteks belajar, prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh
sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan. Kata “prestasi” sendiri memiliki asal-
usul dari Bahasa Belanda, yaitu “prestati". Dalam Bahasa Indonesia, istilah "prestasi"
merujuk pada hasil dari usaha yang dilakukan. Istilah "prestasi belajar" memiliki
perbedaan dengan "hasil belajar" (learning outcome). Prestasi belajar umumnya berkaitan
dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar mencakup pembentukan karakter
peserta didik. Proses belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil dari
interaksi individu dengan lingkungan. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi
prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan
hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.45
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan
lingkungan. Perubahan itu mengandung pengertian yang luas, yakni pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap dan lain sebagainya, atau yang lazim disebut dengan
istilah kognitif, afektif dan psikomotor. Penguasaan siswa terhadap pengetahuan
(kognitif), nilai dan sikap (afektif), serta keterampilan (psikomotor) dengan baik
menunjukan keberhasilan belajar yang telah dicapainya. Keberhasilan belajar inilah yang
dalam dunia pendidikan dinamakan prestasi belajar.46 Prestasi belajar adalah penilaian
terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana ia mencapai sasaran belajar.
Winkel mengatakan bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan
perubahanperubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai,
sikap, dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang
dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan, atau tugas yang diberikan oleh
guru. (Fajriyyah, n.d.)
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di MA Al-Falah Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas
yang merupakan yayasan Pondok Pesantren Al-Falah Mangunsari Jatilawang Subyek
penelitian ini adalah kepala sekolah, guru tahfidz, dan siswa. Sedangkan objeknya adalah
program Tahfidzul Quran dan prestasi belajar siswa dalam program tersebut Tahfidzul
Quran. Studi ini menggunakan perspektif kualitatif. Penelitian ini menggunakan sebuah
studi kualitatif, tujuannya adalah untuk menemukan atau mengkonfirmasi teori yang
dipelajari penemu sebelumnya dan untuk jelajahi, temukan, dan temukan makna dan
pentingnya setiap perilaku partisipan berdasarkan sudut pandang peserta. (Fenty Sulastini
& Moh. Zamili, 2019).
Analisis data dalam penelitian kualitatif yang dilakukan dengan saat pengumpulan
data dan setelahnya. Data dianalisis dalam kata-kata, frase, dalam bentuk cerita
deskriptif. Teknik analisis deskriptif diterapkan dalam tiga hal, yang merupakan satu
kesatuan, yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Menurut Taylor,
Patton membedakan antara analisis data dan interpretasi karena tujuan interpretasi data
adalah untuk memberikan makna penting untuk analisis yang menjelaskan pola deskripsi
dan mencari hubungan antara dimensi deskripsi. Keakuratan informasi adalah hal paling
penting dalam penelitian. (Rofi, 2019).
D. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian, analisis, dan interpretasi data oleh penulis, terdapat informasi
tentang program tahfidz di MA Al-Falah di Kecamatan Jatilawang, Kabupaten
Banyumas. Program Tahfidzul Qur'an di MA Al-Falah tersebut merupakan program baru
yang telah berjalan selama 2 tahun. Implementasi program Tahfidzul Qur'an dilakukan di
dua lokasi, yaitu Pondok Pesantren Al-Falah Mangunsari dan Anwarul Falah. Karena,
Siswa yang mengikuti program Tahfidzul Qur’an merupakan santri di Pondok tersebut.
Pengajarannya tidak termasuk dalam kurikulum pembelajaran, melainkan
diselenggarakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler, yang artinya pembelajarannya bersifat
opsional dan tidak diwajibkan bagi siswa. Para siswa yang tertarik untuk mengikuti
program ekstrakurikuler Tahfidz akan dibimbing oleh Bapak Nur Hadi Al-Hafidz dan Ibu
Umi Kulsum. Jumlah siswa yang mengikuti program Tahfidz sebanyak 18 siswa yang
berasal dari berbagai tingkatan kelas, termasuk siswa kelas VII, VIII, dan IX. Dari 18
siswa yang melalui proses seleksi, terpilih 8 siswa. Di MA Al-Falah Kecamatan
Jatilawang Kabupaten Banyumas, terdapat 8 siswa yang mengikuti kegiatan Tahfidz Al-
Qur'an. Program ini merupakan salah satu program ekstrakurikuler atau program
pengembangan minat dan bakat. Kegiatan Tahfidz Al-Qur'an belum dijadikan kegiatan
wajib yang termasuk dalam kurikulum inti atau kurikulum unggulan dalam struktur
kurikulum MA Al-Falah Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas. Tujuan dari
program Tahfidzul Qur'an adalah untuk meningkatkan kualitas dan mempertahankan
jumlah siswa yang menghafal Al-Qur'an.
Ada dua faktor yang mempengaruhi hafalan siswa di MA Al-Falah Kecamatan Jatilawang
Kabupaten Banyumas, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal melibatkan
individu siswa itu sendiri dan memiliki peran penting dalam memotivasi mereka untuk
meningkatkan hafalan. Keadaan emosi dan pikiran siswa dapat memengaruhi kenyamanan dan
motivasi mereka. Niat yang tulus juga menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi
kepribadian siswa. Niat yang tulus, yang semata-mata mengharapkan ridha Allah, dapat
memberikan hasil yang berkah dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Motivasi diri
sendiri juga merupakan upaya yang penting dalam meningkatkan semangat siswa dalam
menghafal Al-Qur'an. Meskipun motivasi dapat datang dari orang lain, motivasi internal
memiliki pengaruh yang lebih besar. Setiap individu memiliki titik jenuh yang berbeda,
sehingga motivasi menjadi penting dalam mengembalikan semangat dan mengingatkan
pada tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Selain itu, metode menghafal yang
dipilih juga memainkan peran penting. Menentukan metode yang sesuai dengan
kemampuan individu siswa akan memudahkan proses menghafal Al-Qur'an. Setiap siswa
diberikan kebebasan untuk memilih metode yang mereka sukai, tanpa dipaksa untuk
menggunakan satu metode khusus. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengembangkan
kreativitas mereka sendiri dalam menghafal Al-Qur'an, sesuai dengan preferensi masing-
masing individu.
Faktor eksternal memiliki peran penting dalam perkembangan dan kegiatan dalam
proses menghafal Al-Qur’an. Secara umum, lingkungan mempengaruhi secara signifikan
dalam hal ini. Dengan adanya lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi proses
menghafal, hasil yang dicapai akan maksimal. Namun, ketika lingkungan menjadi tidak
kondusif, hal tersebut dapat mengganggu dan menyebabkan masalah dalam kegiatan
menghafal Al-Qur'an. Pengaruh dari teman atau orang lain dapat dianggap sebagai bagian
dari lingkungan, karena ketika seseorang telah memutuskan untuk melaksanakan tugas
menghafal, tiba-tiba ada teman atau beberapa teman yang mencoba mempengaruhi
mereka. Menentukan dengan siapa seseorang berteman dan bergaul memiliki dampak
yang signifikan, jika mereka bergaul dengan teman-teman yang baik, hal ini akan
memberikan dampak positif bagi perkembangan mereka.
Mencapai target hafalan Al-Qur'an bukanlah satu-satunya pencapaian yang memadai bagi
siswa. Ada hal lain yang perlu dilakukan oleh mereka. Selain menghafal Al-Qur'an, diharapkan
bahwa siswa juga meningkatkan akhlak dan perilaku terhadap orang lain, baik itu teman, guru,
ustadz, maupun orang yang belum mereka kenal. Sebagai seorang Hafizh Qur'an, sikap dan
perilaku mereka harus mencerminkan akhlaqul karimah dan memiliki budi pekerti yang baik
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Fatah (2014), sikap dan perilaku seorang Hafizh Qur'an
harus mencerminkan akhlaqul karimah dan memiliki budi pekerti yang baik dalam kehidupan
sehari-hari. Ini termasuk penggunaan kata-kata yang lembut, sopan santun yang baik, dan segala
jenis tindakan yang mencerminkan ajaran Al-Qur'an. Penting bagi seorang Hafizh Qur'an
untuk menjaga keseimbangan antara pendidikan agamis dan ilmu pengetahuan di
lingkungan sekolah. Kedua aspek ini saling terkait dan berjalan beriringan dalam konteks
akademik. Dalam masyarakat umum, penilaian positif terhadap seseorang didasarkan
pada tutur kata dan perilaku yang mereka tunjukkan. Namun, di sekolah, siswa dinilai
berdasarkan nilai atau prestasi yang mereka capai. Dalam hal siswa yang menghafal
Qur'an, diasumsikan bahwa mereka tidak akan mengalami kendala atau kesulitan yang
signifikan dalam mempelajari ilmu lain.
E. DISKUSI
Dalam penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dalam penelitian yang
dilakukan oleh penulis dan peneliti sebelumnya. Persamaan dari kedua penelitian yaitu
sama-sma membahas tentang pengaruh peran program Tahfidzul Qur’an dalam proses
hasil belajar yang didapatkan siswa dan sama-sama menggunakan metode kualitatif
dalam melakukan penelitian. Perbedaan dari kedua penelitian yaitu dalam tujuan
penelitian, pada penelitian sebelumnya itu memiliki tujuan meneliti bagaimana peran
program Tahfidzul Qur’an dapat meningkatkan hafalan Siswa. Pada penelitian ini penulis
memiliki tujuan yaitu meneliti bagaimana program Tahfidzul Qur’an dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa baik itu dalam bidang akademis dan non akademis.
F. PENUTUP
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa Program Tahfidzul Qur’an dapat
meningkatakan prestasi belajar siswa. Dalam hal siswa yang khususnya menghafal Al-
Qur’an, dapat disimpulkan bahwa mereka tidak akan mengalami kendala atau kesulitan
yang signifikan dalam mempelajari ilmu lainnya. Hal ini terlihat melalui perilaku siswa
dan prestasi yang telah mereka capai. Prestasi tersebut dapat dilihat dalam berbagai
kompetisi maupun pencapaian nilai hasil belajar yang menunjukkan pengaruh positif
bahwa siswa yang memiliki kemampuan menghafal Al-Qur’an dengan baik juga
mencapai prestasi belajar yang memuaskan.
G. DAFTAR PUSTAKA
Dewimurdianingsih, E., Sarjono, J., & Rochmawan, A. E. (n.d.). PERAN GURU TAHFIDZ
2021/2022.
Farhah, S. (n.d.). Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd).
https://doi.org/10.21043/edukasia.v9i2.779
Fenty Sulastini & Moh. Zamili. (2019). Efektivitas Program Tahfidzul Qur’an dalam
https://doi.org/10.35316/jpii.v4i1.166
Penerapan Program Tahfidzul Qur’an dan Implikasi Terhadap Akhlak Siswa di SMP IT Ar-
Risalah Sukoharjo. (2022). Intiqad: Jurnal Agama dan Pendidikan Islam, 14(1).
https://doi.org/10.30596/intiqad.v14i1.10215
Rofi, S. (2019). Analisis Perbedaan Hasil Belajar Siswa Mengikuti Program Tahfidz Al-Qur’an