Anda di halaman 1dari 48

PENERAPAN METODE TALAQQI DENGAN PENDEKATAN

APRESIASI DALAM MENINGKATKAN HAFALAN SURAH-


SURAH PENDEK AL-QUR’AN PADA MATA PELAJARAN
PAI DI KELAS V SDN 430 PANDOSO

Proposal Penelitian

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN PALOPO


untuk Melakukan Penelitian Skripsi
dalam Rangka Penyelesaian Studi Jenjang Sarjana
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Diajukan oleh

Putri Sintia
DESPITA
(20 0201HARUN
0118)
Juwita Judding
20 0201 0018
(20 0201 0104)

Pembimbing:
MuhammadHasriadi, S.Pd.,
Zuljalal Al M.Pd. S. Pd, M. Pd
Hamdany,

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan individu,

sehingga dapat berkembang sacara optimal, baik sebagai pribadi maupun

masyarakat. Pendidikan mengandung pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai

yang berfungsi sebagai pedoman hidupnya. Pendidikan dipandang sebagai usaha

sadar yang bertujuan untuk mendewasakan anak, kedewasaan tersebut seperti

kedewasaan intelektual, sosial dan moral, tidak semata-mata kedewasaan dalam arti

fisik, akan tetapi pengembangan fisik berperan penting dalam membentuk

kedewasaan anak.1

Berkenaan dengan tujuan pendidikan, ditegaskan bahwa tujuan pendidikan

Islam adalah pembentukan manusia yang bertindak sebagai khalifah. 2 Di samping

manusia sebagai khalifah, mereka juga termasuk makhluk pedagogik yaitu makhluk

Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik.

Makhluk itu adalah manusia, dialah yang memiliki potensi dapat dididik dan

mendidik, sehingga menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang

kebudayaan.3

Di dalam Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

1 Daud Ali dan Habibah Daud, Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Islam Indonesia,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1987),h.161


2
Hasan Langgulung, Manusia dan pendidikan, (Jakarta: PT. Alhusna Zikra, 1995), h. 46
3
M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 1

2
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembarrgkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat

bangsa dan negara. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang

dewasa dalam pergaulan dengan peserta didik untuk memimpin perkembangan

potensi jasmani dan rohaninya ke arah kesempurnaan. 4 Secara terperinci, dalam UU

nomor 20 tahun 2003 disebutkan :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang Sekolah Dasar

dimaksudkan untuk membentuk pribadi anak yang berakhlak baik. Pendidikan

Agama Islam merupakan mata pelajaran yang salah satunya mengkaji tentang surat-

surat pendek dalam Al-Qur’an. Pelajaran pendidikan agama Islam membantu guru

dalam menyampaikan isi materi secara utuh dan mudah diterima oleh peserta didik,

sehingga akan menarik jika guru memilih metode yang terbaik dan paling menarik.

Pada jenjang Sekolah Dasar, menghafal surah-surah pendek Al-Qur’an

merupakan materi yang tidak mudah untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan guru

masih menggunakan metode ceramah yang kurang menarik dan tidak sesuai jika

digunakan untuk mengajar anak dalam menghafal Al-Qur’an. Sejauh ini peserta

4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2008, h. 13
5
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) (Bandung: Citra Umba, 2003)

3
didik kelas V di SDN 430 PANDOSO masih kesulitan dalam mempelajari mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya untuk menghafal surah-surah

pendek Al-Qur’an. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, baik internal maupun

eksternal.Faktor internalnya yaitu kurangnya kemampuan dan minat untuk belajar

menghafal surah-surah pendek Al-Qur’an, sedangkan faktor eksternalnya yaitu

kurangnya fasilitas penunjang proses belajar, seperti minimnya buku dan tidak

tersedianya metode pembelajaran yang sesuai untuk hafalan surah-surah pendek Al-

Qur’an.

Penyampaian materi surah pendek Al-Qur’an yang selama ini dilakukan

dengan metode ceramah menjadikan materi ini sulit dipahami dan diingat. Pokok

pembahasan materi surah pendek yang mengharuskan peserta didik untuk

menghafal ini tidak cukup jika penyampaiannya hanya dengan ceramah.

Kemampuan menghafal merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan

mulia.6 Selain itu kemampuan menghafal surah-surah pendek juga satu hal yang

sangat penting bagi peserta didik. Dengan bekal kemampuan menghafal peserta

didik dapat mengekspresikan dirinya. Kegagalan dalam penguasaan kemampuan

menghafal ini akan mengakibatkan masalah bagi diri pribadi peserta didik, baik

untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, maupun untuk menjalani

kehidupan sosial kemasyarakatan ataupun sosial keagamaan, di antara penyebab

orang enggan menjadi imam ketika melakukan shalat berjamaah adalah karena

bacaan dan hafalan yang kurang baik, namun hal yang sangat penting ini, masih

6 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara,


1994), h. 26.

4
belum merata dimiliki para peserta didik, banyak peserta didik yang masih belum

hafal atau belum mampu menghafal surah-surah pendek dengan bacaan yang baik

dan benar sesuai dengan makhrajul huruf dan kaidah ilmu tajwid.

Dalam proses pembelajaran, metode pembelajaran lebih penting daripada

materi. Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan tidak berhasil jika prosesnya

tidak menggunakan metode, karena metode menempati posisi kedua terpenting

setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran: tujuan, metode,

materi, media dan evaluasi.7

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam

melaksanakan pekerjaannya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran.8 Metode pengajaran harus menciptakan suasana yang efektif dan

efisien. Oleh karena itu, selain merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil

pembelajaran, seorang guru juga harus menyiapkan metode pembelajaran yang

tepat. Hal ini agar siswa dapat dengan mudah mempelajari dan menghafal surah-

surah pendek dalam Al-Qur'an.

Banyak metode yang berkembang dari zaman Nabi Muhammad sampai

sekarang yang menjanjikan keefektifan suatu proses dalam belajar menghafal Al-

Qur'an. Namun, dari berbagai metode yang berkembang saat ini, mereka hanya

fokus pada seberapa cepat dan seberapa banyak cepat dan seberapa banyak siswa

dapat menghafal Al-Qur'an sehingga sering mengabaikan kualitas hafalan Al-

Qur'an yang tidak sesuai dengan kaidah bacaan Al-Qur'an yaitu ilmu tajwid, karena

7
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press,
2002, h. 109.
8 Hamzah B & Nurdin, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: Bumi

Aksara,2011), h. 7.

5
dengan menghafal Al-Qur’an secara tidak langsung telah membaca Al-Qur’an

tanpa melihat mushaf. Keadaan demikian juga dirasakan oleh siswa SDN 430

PANDOSO pada mata pelajaran PAI materi surah-surah pendek. Siswa menghafal

Al-Qur’an hanya karena mengejar target hafalan juga tuntutan sesuai dengan

kurikulum yang berlaku sehingga kualitas menghafal Al-Qur’an siswa masih belum

baik dan belum sesuai dengan kaidah-kaidah membaca Al-Qur’an.9

Salah satu metode menghafal surah-surah pendek Al-Qur’an yang akan

digunakan di SDN 430 PANDOSO untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan

menggunakan metode talaqqi. Talaqqi yaitu metode yang diajarkan Malaikat Jibril

AS untuk Rasullullah SAW. Talaqqi adalah metode pengajaran Al-Qur'an secara

langsung, artinya pengajaran Al-Qur'an diterima secara turun-temurun, dari seorang

guru yang mengajarkan secara langsung dari mulut kemulut kepada siswanya.

Dengan cara ini maka rangkaian sanad (silsilah guru) akan menjadi jelas

bersambung sehingga sampai kepada Rasulullah SAW.10

Namun tidak hanya menggunakan metode saja, tetapi untuk memberikan

kesan kepada peserta didik, maka dengan itu juga diterapkan pendekatan apresiasi.

Karena pendekatan Apresiasi diartikan sebagai penghayatan dan penghayatan

terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya seni rupa.11 Kegiatan apresiasi

adalah tindakan menciptakan dan menafsirkan suatu gambaran tentang sesuatu,

Menafsirkan seni adalah proses apresiasi terhadap seni yang kemudian disertai

dengan penghargaan terhadap seni dan senimannya. Berdasarkan beberapa

9
Wawancara dengan Juhatiah Selaku Guru PAI di SDN 430 Pandoso pada tanggal 19
Maret 2022
10
Ahsin W Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Amzah, 2008, h. 288.
11 Bastomi, Suwadji. Wawasan Seni . IKIP Semarang Pres, 1989. h.91

6
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan apresiasi adalah suatu

kegiatan seni yang prosesnya berlangsung melalui tahapan mengamati, memahami,

mengevaluasi, dan mengapresiasi karya seni. 12

Atas dasar teori di atas, maka untuk pembelajaran PAI di semester II Kelas

V di SDN 430 PANDOSO dirancang suatu upaya untuk meningkatkan hafalan

surah-surah pendek Al-Qur’an dengan menggunakan metode Talaqqi dengan

Pendekatan Apresiasi. Untuk memastikan proses dan keberhasilannya, akan diteliti

melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “PENERAPAN

METODE TALAQQI DENGAN PENDEKATAN APRESIASI DALAM

MENINGKATKAN HAFALAN SURAH-SURAH PENDEK AL-QUR’AN

PADA MATA PELAJARAN PAI DI KELAS V SDN 430 PANDOSO”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini dituangkan dalam bentuk pertanyaan dasar sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode talaqqi dengan pendekatan apresiasi

dalam meningkatkan hafalan surah-surah pendek Al-qur’an pada mata

pelajaran PAI di kelas V SDN 430 PANDOSO?

2. Bagaimana hasil penerapan metode talaqqi dengan pendekatan apresiasi

dalam meningkatkan hafalan surah-surah pendek Al-qur’an pada mata

pelajaran PAI di kelas V SDN 430 PANDOSO?

12 Sahman, Humar. Estetika . IKIP Semarang Pers. 1994. h. 45

7
C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode talaqqi dengan

pendekatan apresiasi dalam meningkatkan hafalan surah-surah pendek

Al-qur’an pada mata pelajaran PAI di kelas V SDN 430 PANDOSO

2. Untuk mengetahui bagaimana hasil penerapan metode talaqqi dengan

pendekatan apresiasi dalam meningkatkan hafalan surah-surah pendek

Al-qur’an pada mata pelajaran PAI di kelas V SDN 430 Pandoso.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan akan memberikan manfaat antara
lain sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan peserta didik, khususnya materi hafalan surah-surah pendek

pada mata pelajaran PAI.

2. Manfaat praktis

1) Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk

meningkatkan kemampuan anak dalam menghafal surah pendek.

Pembelajaran dengan Metode Talaqqi dengan pendekatan apresiasi

8
akan membuat peserta didik tertarik untuk mempelajari dan memahami

Al-Qur’an.

2) Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang

Metode Talaqqi yang dapat dipraktikkan secara langsung untuk peneliti

sendiri maupun untuk peserta didik dalam proses menghafal ayat-ayat

Al-Qur’an sehingga memperoleh hasil menghafal yang baik.

3) Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam

menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran menggunakan metode

pembelajaran yang sesuai. Selain itu, dengan melaksanakan PTK

(Penelitian Tindakan Kelas), guru juga dapat memperbaiki dan

meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berdasarkan hasil eksplorasi terhadap penelitian-penelitian terdahulu,

peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian

ini. Meskipun terdapat keterkaitan pembahasan, penelitian ini masih sangat berbeda

dengan penelitian terdahulu. Adapun beberapa penelitian terdahulu tersebut yaitu:

1. Imam Mashud (2018) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Setoran

Hafalan Al-Qur’an Melalui Metode Talaqqi Pada Siswa Kelas VIB Sekolah

Dasar Islam YAKMI Tahun 2018”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan siswa kelas VIB dalam setoran hafalan Al-Qur’an,

penggunaan metode talaqqi pada siswa di sekolah dasar Islam YAKMI, dan

hasil dari setoran hafalan Al-Qur’an melalui metode talaqqi. Hasil yang

didapat dari kegiatan setoran hafalan siswa kelas VIB dengan menggunakan

metode talaqqi adalah setoran hafalan siswa yang telah dilakukan dari bulan

Juli sampai bulan November 2018, rata-rata seluruh siswa pada kelas VIB

sudah hafal 20 surah atau 55% dari jumlah surah pada juz ke-30 yakni 36

surat sudah dihafal oleh seluruh siswa kelas VIB. Dengan demikian sangat

10
optimis untuk target hafal pada juz ke-30 sebanyak 36 surat dapat tercapai

dan dapat dilakukan uji publik hafalan Al-Qur’an.13

2. Nana Nurzulaikha (2019) dengan judul “Efektivitas penerapan metode

Talaqqi untuk membentuk kemampuan menghafal surat-surat pendek santri

taman pendidikan Al-Qur’an Nurul Falah Manyampa Desa Bontoala

Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa”. Hasil penelitian tersebut

menunjukan bahwa penerapan metode talaqqi untuk meningkatkan

kemampuan menghafal surat-surat pendek santri Taman Pendidikan al-

Qur’an Nurul Falah Manyampa Desa Bontoala Kec. Pallangga Kab. Gowa

memperlihatkan hasil yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan

menghafal santri dibandingkan dengan tidak menggunakan metode

talaqqi.14

3. Abdul Qawi (2017) dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Hafalan Al-

Qur’an Melalui Metode Talaqqi di Mtsn Gampong Teungoh Aceh Utara”.

Hasil penelitian tersebut bahwa penerapan metode talaqqi dalam

pembelajaran al-Qur’an terlihat efektif. Oleh sebab itu maka bisa menjadi

salah satu alternatif yang bisa diterapkan oleh guru Qur’an-Hadis tidak

13
Imam, Mashud, “Meningkatkan Kemampuan Setoran Hafalan Al-Qur’an Melalui
Metode Talaqqi Pada Siswa Kelas VIB Sekolah Dasar Islam Yakmi Tahun 2018”, Naturalistic:
Jurnal Kajian Penelitan dan Pendidikan dan Pembelajaran Vol.3, No.2 (April 2019): 349
14 Nana, Nurzulaikha, “Efektivitas Penerapan Metode Talaqqi untuk Membentuk

Kemampuan Menghafal Surat-surat Pendek Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Falah
Manyampa Desa Bontoala Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa”, (Skripsi: UIN Alauddin
Makassar, 2019). h. 57

11
hanya di MTsN Gampong Teungoh, Aceh Utara, akan tetapi juga bisa

diimplementasikan di sekolah-sekolah lainnya15

Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu yang Relevan

No Nama Judul Persamaan Perbedaan

1. Imam Mashud “Meningkatkan Persamaannya Imam Mashud


Kemampuan terletak pada menargetkan
(2018) Setoran Hafalan pembahasan hafalan juz 30,
Al-Qur’an tentang hafalan sedangkan peneliti
Melalui Metode Al-Qur’an melalui hanya menargetkan
Talaqqi Pada Metode Talaqqi. surah An-Nas
Siswa Kelas VIB sampai Adh-duha.
Sekolah Dasar
Islam YAKMI
Tahun 2018”

2. Nana “Efektivitas Persamaannya Nana Nurzulaikha


Nurzulaikha penerapan metode terletak pada menggunakan
(2019) Talaqqi untuk pembahasan pendekatan
membentuk tentang pendidikan,
kemampuan kemampuan pedagogis dan
menghafal surat- menghafal psikologis.
surat pendek surah-surah Sedangkan peneliti
santri taman pendek sebelum menggunakan
pendidikan Al- diterapkan pendekatan
Qur’an Nurul metode talaqqi apresiasi.
Falah Manyampa dan sesudah
Desa Bontoala diterapkan
Kecamatan metode talaqqi.
Palangga
Kabupaten
Gowa”

3. Abdul Qawi “Peningkatan Persamaannya Abdul Qawi,


(2017) Prestasi Belajar terletak pada terletak pada target
Hafalan Al- metode talaqqi hafalan dalam
Qur’an Melalui yang digunakan materinya yaitu
Metode Talaqqi dalam Surah al-Humazah

15 Abdul, Qawi, “Peningkatan Prestasi Belajar Hafalan Al-Qur’an Melalui Metode Talaqqi

di Mtsn Gampong Teungoh Aceh Utara”, Jurnal Ilmiah Islam Futura Vol.16, No.2 (Februari 2017):
282

12
di Mtsn Gampong mengajarkan dan at-Takatsur.
Teungoh Aceh hafalan surah- Sedangkan peneliti
Utara” surah pendek Al- peneliti hanya
Qur’an. menargetkan surah
An-Nas sampai
Adh-duha.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Metode

Kata “metode” mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk

mencapai suatu tujuan. Metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” dan

“hodos” berarti “jalan atau cara”. 16

Metode dalam bahasa arab dikenal dengan istilah thariqoh yang berarti

langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan sesuatu

pekerjaan. Kata metode berasal dari bahasa latin dan juga yunani, methodus yang

berasal dari kata meta yang berarti sesudah atau diatas, dan kata hodos yang

berarti suatu jalan atau suatu cara. Metode adalah cara yang telah teratur dan

berpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud yang diinginkan.17

Zuhairini menjelaskan bahwa metode adalah salah satu komponen dari

proses pendidikan, alat untuk mencapai tujuan yang didukung oleh alatalat bantu

mengajar, dan merupakan kebulatan dalam sistem pendidikan.18

16
M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm, 65.
17
Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka,1999)
18
Zuhairini,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Ilmiah Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981), hlm, 68.

13
Selain itu, Ahmad Tafsir juga mendefinisikan metode sebagai kata yang

digunakan untuk mengungkapkan makna “cara yang paling efisien dan tercepat

dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “efisien dan cepat” itulah yang

membedakan method dengan way (yang juga berarti cara) dalam bahasa Inggris.
19

Menurut Zulkifli, metode ini merupakan metode yang dapat digunakan

untuk melaksanakan rencana yang sudah ada sebelumnya dalam bentuk kegiatan

yang realistis dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu,

metode dapat diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Dan metode itu

mungkin baik, tapi mungkin tidak baik. Baik dan tidak baiknya suatu metode

tergantung kepada beberapa faktor, dimana faktor-faktor tersebut mungkin

berupa situasi dan kondisi serta pemakaian dari suatu metode tersebut.20

Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa jalan adalah sarana

untuk mencapai tujuan. Tuhan sendiri telah mengajarkan manusia untuk

memprioritaskan cara bekerja. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S An-

Nahl : 125 :

‫ك ُه َو‬ ‫ب‬
‫ر‬
َّ َّ
‫ن‬ ِ‫اُدع اِ ىٰل سبِي ِل ربِك ِِب ْْلِكْم ِة والْمو ِعظَِة ا ْْلسن ِة وج ِاد ْْلم ِِبلَِِّت ِهي اَحس ُۗن ا‬
َ َ ُ َ ْ َ ْ ُْ َ َ َ َ َ َْ َ َ َ َ ْ َ ُْ
‫ض َّل َع ْن َسبِْيلِه َو ُه َو اَ ْعلَ ُم ِِبلْ ُم ْهتَ ِديْ َن‬
َ ‫اَ ْعلَ ُم ِِبَ ْن‬

Terjemahan:

“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang


baik dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu,

19
Tafsir, Ahmad. 1995. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
20
Zulkifli, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Pekanbaru: Zanafa Publising, 2011),
hlm. 6

14
Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan
Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” 21

Ayat di atas menyuruh supaya manusia dalam menyampaikan ajaran

Tuhan, dengan cara-cara yang bijaksana, sesuai antara bahan dan orang yang

akan menerimanya dengan mempergunakan faktor-faktor yang akan dapat

membantu supaya ajarannya itu dapat diterima. 22

Metode dalam rangkaian sistem pengajaran, telah menempatkan urutan

setelah materi yang akan di ajarkan atau di sampaikan oleh guru atau ustadz,

dalam penyampaian materi seorang guru harus mampu memilih metode dengan

tepat dan menggunakannya dengan baik, sehingga memiliki peran besar

terhadap hasil pendidikan dan pengajarannya.

Alasan metode tidak dapat dipisahkan dalam proses menghafal Al-

Qur'an, karena metode itu juga menentukan berhasil atau tidaknya tujuan

menghafal Al Qur’an, semakin baik metode, semakin baik pula kualitas

hafalannya. “Seorang Murabbi (guru) juga menghiasi dirinya dengan ilmu dan

metode pendidikan yang akan membantunya dalam melaksanakan tanggung

jawabnya dan mewujudkan misinya dengan cara yang paling tepat.”.23

2. Metode Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an merupakan upaya untuk mempermudah

pemahaman dan menghafal isi Al-Qur’an serta untuk menjaga keasliannya dan

menjadi amal yang baik, tentunya dalam hal ini diperlukan metode yang baik

21
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemah, (Jakarta Timur: PT. Surya Prisma
Sinergi, 2012),h.282.
22
Muhammad Zein, Methodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Ak Group, 1995),
hlm,11.
23
Saad Riyadih, Mendidik Anak Cinta Al Qur’an, (Sukoharjo: Insan Kamil, 2007), h.18

15
sehingga hafalan sangat diperlukan. tersimpan di otak. Manusia dapat

tersimpan dengan baik sehingga daya ingatnya sangat kuat.Oleh karena itu

penulis akan menjelaskan metode-metode yang perlu di laksanakan oleh

seseoarang yang akan atau sedang menghafal Al-Qur’an.

Adapun metode menghafal Al Qur’an penulis kutip dari berbagai ahli

Tahfidz Al Qur’an adalah sebagai berikut:

a. Menurut Sa’dullah SQ, metode yang dapat digunakan untuk

menghafal Al Qur’an diantaranya yaitu:

1) Bin Nadzar, yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al Qur’an

yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al Qur’an secara

berulang-ulang, proses bin nazhar ini hendaknya dilakukan

sebanyak mungkin.

2) Tahfidz, yaitu menghafal sedikit demi sedikit ayat-ayat Al Qur’an

ayat-ayat Al Qur’an yang telah dibaca berulang-ulang secara

binnazhar tersebut, misalnya menghafal satu baris, beberapa

kalimat, atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan.

Setelah dihafal ayat-ayat tersebut harus harus diulang-ulang

sampai lancar. Dan tidak diperkenankan menambah materi

hafalan baru sebelum hafalan yang lama benar-benar lancar.

3) Takrir, yaitu mengulang hafalan atau mensima’kan hafalan yang

sudah dihafalkan/setorkan kepada guru tahfidz takrir

16
dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga

dengan baik, takrir juga dapat dilakukan sendiri-sendiri.24

b. Menurut Ahsin Wijaya Al Hafidz, ada beberapa metode dalam

menghafal Al Qur’an, diantaranya adalah: metode Wahdah, metode

Kitabah, metode Sima’i, metode Gabungan, dan metode Jama’ .

Adapun definisi metode-metode tersebut sebagai berikut:

1) Metode Wahdah , menghafal satu persatu ayat-ayat Al Qur’an

yang hendak dihafalkannya untuk mencapai hafalan awal, setiap

ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, dua puluh kali, bahkan

lebih, sehingga proses ini mampu membentuk pola bayangananya

dengan demikian, penghafal mampu mengontrol ayat-ayat yang

dihafalnya, tidak hanya dalam imajinasinya, tetapi benar-benar

membentuk gerak refleks dalam lisannya.

2) Metode Kitabah, Kitabah artinya menulis, dengan kata lain

penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan

dihafalkannya pada secarik kertas, kemudian ayat-ayat tersebut

dibaca hingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.’

Dengan cara menulis tersebut, secara perlahan akan timbul

bayangan visual dalam hati dan pikiran penghafal.

3) Metode Sima’i, yaitu mendengarkan suatu baccan untuk

dihafalkannya, metode ini sangat efektif bagi penghafal yang

24 Sa’adullah. SQ, 9 Cara Praktis Menghafal Al Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008), h.
52.

17
mempunyaia daya ingat extra, terutama penghafal tuna netra, atau

anak dibawah umur yang belum mengenal baca-tulis Al Qur’an.

4) Metode Jama’, yaitu cara menghafal yang dilakukan secara

kolektif , yakni ayat yang dihafal dibaca secara bersama-sama dan

dipimpin oleh seorang instruktur atau guru. Guru membacakan

satu atau beberapa ayat dan ditirukan oleh siswa secara bersama-

sama. 25

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

dalam proses menghafal Al-Qur’an, ada banyak metode yang dapat digunakan.

Dengan memilih metode yang paling tepat diharapkan kegiatan menghafal Al-

Qur’an menjadi lebih efektif dan evisien. Metode menghafal Al-Qur’an bagi

anak usia dini, tentunya harus disesuaikan dengan perkembangan usia anak,

dimana anak anak pada umumnya belum mencapai kemampuan membaca dan

menulis sehingga metode yang dipilih untuk pembelajaran menghafal Al-

Qur’an benarbenar harus tepat.26

3. Pengertian Metode Talaqqi

Istilah talaqqi berasal bahasa Arab yaitu “‫ يلقِّى‬-‫ ”لقِّى‬berarti yang

“mempertemukan”. Istilah ini banyak digunakan dalam kaitannya dengan

menghafal al-Qur’an. Di Indonesia, istilah ini juga sering dibahasakan dengan

“setoran” yaitu setelah seorang ḥāfiẓ menghafal ayat-ayat yang telah

ditentukan lalu sang ḥāfiẓ itu menghafalkannya di depan seorang guru/kyai

25 Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara,

2009),64.
26 Cucu, Susanti, ‟Efektvitas Metode Talaqqi dalam Meningkatkan Kemampuam

Menghafal al-Qur’an Anak Usia Dini ”, Jurnal, ( 14 April 2016), diakses ( 20 Maret 2018).h.12

18
secara rutin. Talaqqi adalah istilah yang digunakan untuk belajar al-Qur’an

menghafal secara langsung atau face to face dengan seorang guru baik sendiri

maupun berkelompok.27

Talaqqi menurut bahasa berarti bertemu langsung. Istilah ini terdapat

dalam metodologi mengajarkan Al Qur’an. Adapun yang dimaksud dengan

istilah talaqqi adalah suatu metode mengajarkan Al Qur’an secara langsung,

artinya pengajaran Al Qur’an itu diterima dari generasi ke generasi, dari

seorang guru yang mengajarkan secara langsung dari mulut ke mulut kepada

muridnya .28

Metode talaqqi juga sering disebut dengan mus āfaḥah atau modernnya

privat setiap kali mengaji pertama membaca bersama tartil surat-suratan

dengan terpimpin diarahkan atau dibacakan oleh gurunya, atau kadang

disetelkan rekaman yang bagus dan sempurna bacaan tartil dan tajwidnya,

seperti rekaman murottal produksi.29

Metode talaqqi bukannya metode yang baru, metode tersebut dilakukan

sejak dahulu oleh orang paling mulia di bumi beliau adalah Nabi Muhammad

saw. Peristiwa itu terjadi pada saat penerimaan wahyu kepada Nabi

Muhammad saw. yang buta huruf, tidak bisa membaca al-Qur’an, Malaikat

Jibril as. Mengajari al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw dengan cara

27 Aisyah Arsyad Embas, Menuntut Anda Memahami dan Menghafal al-Qur’an, ( juz I ),
h. 36.
28
Risqi,Widyasari. Pembelajaran Tahfizul Quran dengan Metode Talaqqi pada Santri
Kelas I‟dadi di Kuttab Tahfizul Quran Al-Husnayain Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019.
(Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Surakarta, 2018). h.36
29 Maftuh Basthul Birri Sirojuddin, Petunjuk Mengaji dan Mengajar al-Qur’an di MMQ

(Cet.1; Sidoarjo: Pondok Pesantren Lirboyo, 2009), h. 36.

19
bertalaqqi, Sehingga atas izin Allah swt Nabi Muhammad saw yang pada

mulanya tidak bisa membaca al-Qur’an, menghafalnya, dan mengamalkannya

kepada sahabatnya. Sedangkan para sahabatnya Nabi Muhammad saw.

mengamalkannya kepada para tabi’in. Begitu seterusnya, hingga sampai dari

generasi-generasi.

Menurut Widyasari Risqi metode talaqqi yaitu guru membaca,

sementara murid mendengarkan lalu menirukan. Kelebihan metode talaqqi

ialah seorang murid mendengar langsung bunyi bacaan yang benar dari

gurunya, dan kemungkinan kesalahan bacaan sangat minim.30 Sedangkan

menurut Abdul Qawi, talaqqi dari segi bahasa diambil daripada perkataan yaitu

belajar secara berhadapan dengan guru. Sering pula disebut musyafahah, yang

bermakna dari mulut ke mulut (pelajar belajar Al Qur’an dengan

memperhatikan gerak bibir guru untuk mendapatkan pengucapan makhraj yang

benar).31

Metode talaqqi adalah cara guru menyampaikan bacaan Al Qur’an

secara musyafahah (anak melihat gerak bibir guru secara tepat) yaitu

berhadapan langsung dengan murid dalam posisi duduk dengan tenang dan

nyaman, kemudian guru membimbing anak untuk mengulang- ulang ayat yang

dibacakan dan diperdengarkan kepada anak sampai anak benar- benar hafal. 32

30 Risqi ,Widyasari. Pembelajaran Tahfizul Quran dengan Metode Talaqqi pada Santri
Kelas I‟dadi di Kuttab Tahfizul Quran Al-Husnayain Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019.(
Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Surakarta, 2018). h.35
31 Abdul, Qawi. Peningkatan Prestasi Belajar Hafalan Al Qur’an melalui Metode Talaqqi

di MTSN Gampong Teungoh Aceh Utara. Jurnal ilmiah Islam Futura, 2017.hal.269
32
Cucu, Susanti. Efektivitas Metode Talaqqi dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal
Al Qur’an Anak Usia Dini. Tunas Siliwangi.2016.hal.12

20
Metode talaqqi adalah suatu cara belajar dan mengajar Al Qur’an dari

Rasulullah SAW kepada para sahabat beliau, dan kemudian oleh mereka

diteruskan ke genarsi selanjutnya hingga kini. Talaqqi dari segi bahasa diambil

dari pada perkataan yaitu belajar secara berhadapan dengan guru. Sering pula

disebut musyafahah, yang bermakna dari mulut ke mulut (pelajar belajar Al

Qur’an dengan memperhatikan gerak bibir guru untuk mendapatkan

pengucapan makhraj).33

3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Talaqqi

Dalam sebuah metode, tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan

sebagaimana metode talaqqi. Ada beberapa kelebihan dari metode talaqqi,

antara lain;

a. Menumbuhkan kelekatan antara pendidik dengan anak sehingga

secara emosional akan menciptakan hubungan yang harmonis.

b. Pendidik membimbing anak secara berkesinambungan sehingga

pendidik memahami betul karakteristik masing- masing anak.

c. Pendidik dapat langsung mengoreksi bacaan anak agar tidak keliru

dalam membunyikan huruf.

d. Anak dapat melihat langsung gerakan bibir pendidik dalam

mengucapkan makhorijul huruf karena berhadapan secara langsung.

Abdul, Qawi. Peningkatan Prestasi Belajar Hafalan Al Qur‟an melalui Metode Talaqqi
33

di MTSN Gampong Teungoh Aceh Utara. Jurnal ilmiah Islam Futura 2017.hal.269

21
e. Pendidik biasanya membimbing paling banyak 5 (lima) sampai

dengan 10 (sepuluh) orang anak dalam metode talaqqi sehingga

pendidik dapat memantau perkembangan hafalan anak dengan baik.

Adapun kelemahan metode talaqqi ,adalah sebagi berikut:

a. Metode talaqqi tidak dapat digunakan secara klasikal pada kelas yang

siswanya berjumlah banyak karena dirasa kurang efektif.

b. Pendidik akan menguji hafalan masing- masing anak secara sendiri-

sendiri sehingga anak yang belum mendapat giliran akan merasa

bosan menunggu.

c. Perbandingan pendidik dan anak yaitu 1 (satu) orang pendidik

berbanding 5 (lima) orang anak, sehingga jika siswanya banyak, pihak

lembaga pendidikan merasa kesulitan dalam perekrutan guru tahfidz

Qur‟an yang masih sangatterbatas dan dari segi pembiayaan untuk

menggaji guru memerlukan biaya lebih besar. 34

4. Strategi dan Proses Menghafal Al Qur’an dengan Metode Talaqqi

Strategi yang digunakan dalam menghafal Al Qur’an dengan metode

talaqqi dilaksanakan melalui pendekatan 5M yaitu menerangkan

(menjelaskan), mencontohkan, menirukan, menyimak, dan mengevaluasi.

Adapun pendekatan 5 M tersebut antara lain:

a. Menerangkan (menjelaskan)

34
Risqi, Widyasari. “Pembelajaran Tahfizul Quran dengan Metode Talaqqi pada Santri
Kelas I‟dadi di Kuttab Tahfizul Quran Al-Husnayain Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019”.
(Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Surakarta. 2018). hal 41-42

22
Maksudnya adalah sebelum pembelajaran hafalan Al Qur’an

dilakukan, pendidik terlebih dahulu menjelaskan kepada anak tentang

pembelajaran yang akan dilakukan yaitu berkaitan dengan hafalan Al

Qur’an termasuk tujuan dari pembelajaran tersebut.

b. Mencontohkan

Tugas seorang pendidik disini nantinya yaitu memberi contoh

terlebih dahulu ayat Al Qur’an yang akan dihafal, kemudian anak diajak

untuk menirukan bacaan tersebut secara berulang-ulang sampai makhorijul

huruf dan tajwidnya benar-benar fasih.

c. Menirukan

Anak- anak dapat menirukan bacaan persis yang dicontohkan oleh

pendidik, dari segi lagam/lagu, makhraj hurufnya, sifat hurufnya, panjang

dan pendek bacaan dengan kaidah tajwid yang benar. Jika salah maka

pendidik wajib membenarkan bacaan agar anak benar dalam pengucapan

hafalan Al Qur’annya.

d. Menyimak

Anak-anak belum mendapat giliran agar menyimak bacaan

temannya, agar nanti jika tiba gilirannya anak sudah mulai mengerti apa

yang akan dilakukannya, sehingga anak tidak merasa bosan dan tidak

mengganggu teman lainnya.

e. Mengevaluasi

Evaluasi dilakukan agar guru dapat memantau perkembangan hafalan

anak. Yang mana evaluasi tersebut dapat dilakukan langsung pada saat talaqqi

23
berlangsung, sehingga pendidik dapat mengetahui apakah hafalan anak dapat

diteruskan atau masih perlu diulang lagi. 35

5. Langkah- Langkah Metode Talaqqi

Dalam menerapkan metode talaqqi, seorang pendidik perlu mengetahui

langkah- langkah penerapan metode ini. Tahapan metode talaqqi adalah:

a. Guru membacakan ayat yang akan dihafal.

b. Siswa mendengarkan ayat yang dibacakan oleh guru.

c. Siswa menirukan cara membaca ayat seperti yang telah dicontohkan oleh

guru. 36

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah metode talaqqi yaitu guru memberikan contoh cara membaca ayat

yang akan dihafal, sementara siswa mendengarkan, kemudian menirukan

seperti yang telah dicontohkan oleh guru.

6. Pengertian Pendekatan Apresiasi

Pendekatan adalah mendeskrepsikan hakikat apa yang akan dilakukan

dalam memecahkan suatu masalah dalam segala aspek kehidupan masyarakat.

Pendekatan dapat berwujud cara pandang, filsafat, atau kepercayaan yang

diyakini kebenarannya. Salah satu pendekatan yang bias digunakan oleh guru

dalam memecahkan masalah adalah pendekatan sistem.37

35
Imana, Y. “Sudah Baik dan Benarkah Bacaan Al-Qur’anku? Panduan Tahsin/Tajwid
Sistematis Metode Asyarah” 2009.hal 7
36 Risqi,Widyasari. “Pembelajaran Tahfizul Quran dengan Metode Talaqqi pada Santri

Kelas I‟dadi di Kuttab Tahfizul Quran Al-Husnayain Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019”.
(Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Surakarta. 2018). hal 42-43.
37
Muhammad, Basir. “Pendekatan Pembelajaran” . Sengkang: Lampena Intimedia. 2017

24
Pendekatan adalah sudut pandang kita dalam memandang seluruh

masalah yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar (pembelajaran). Sudut

pandang tersebut menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang pendidik

dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran.38

Pendekatan pembelajaran ialah jalan atau cara yang akan ditempuh dan

digunakan oleh pendidik untuk memungkinkan siswa belajar sesuai dengan

tujuan tertentu .39

Dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah pandangan

atau sudut pandang berupa rencana awal untuk menentukan pelaksanaan proses

pembelajaran dalam menerapkan perlakuan (tindakan kelas) yang akan

digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar.

Apresiasi berasal dari kata berbahasa latin yaitu apreciatio, yang berarti

mengindahkan atau menghargai mengandung makna pemahaman dan

pengakuaan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh seorang

pencipta karya seni. Apresiasi mengandung arti yang sangat luas dalam segala

bidang. Maka setiap insan manusia dapat berapresiasi, dan apresiasi masing-

masing individu berlainan menurut selera masing-masing.40

Kata apresiasi mempunyai arti penafsiran atau penghargaan,

penghargaan itu bisa antara seniman dengan masyarakat. Sikap apresiatif berarti

menimbulkan rasa kebanggaan serta penghargaan pada kelompok masyarakat

38
Jamil , Suprihatiningrum. Strategi Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruz Media. 2013. hal
146
39 Rahmawati. “Pengaruh persepsi siswa tentang keterapilan mengajar guru dan motivasi

belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS SMAN
18”. (Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2011)h.74
40 Aminuddin. . “Pengantar Apresiasi Karya Sastra”. Bandung : Sinar Baru,1987.

25
pendukung kesenian itu. Tumbuhnya rasa penghargaan dan kebanggaan itu

sejalan dengan petumbuhan seni itu sendiri. Kepekaan terhadap seni banyak

diindentikan oleh banyaknya pengalaman estetik yang telah dimilikinya.

Kekayaan tentang pengalaman estetik memudahkan orang berapresiasi dengan

benar, kesadaran tentang seni merupakan pangkal tolak untuk berapresiasi seni.

Kemampuan berapresiasi pada seni bagi seseorang akan mendorong tumbuhnya

usaha untuk berharga bagi manusia. Kenikmatan oleh seni disebabkan oleh

getaran perasaan.41

Apresiasi diartikan sebagai penghayatan dan penghargaan terhadap

nilai yang terkandung dalam karya seni, jadi unsur-unsur seni lebih dahulu

dipahami oleh seseorang agar bisa memberikan apresiasinya terhadap karya

seni. Hal ini akan membedakan antara satu orang dengan orang yang lain,

meskipun nilai yang terkandung dalam sebuah karya seni itu sama. 42 Kegiatan

berapresiasi terhadap kaya seni dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu

penikmatan,penghargaan, pemahaman, dan penghayatan.

Dalam proses apresiasi, tahapan ini bukan urutan yang mutlak, namun

tahapan satu dengan yang lain saling berkaitan. Jadi, seseorang melakukan

pengamatan terhadap karya seni, ada kemungkinan orang langsung dapat

memberikan penghargaan atau penghayatan terhadap seni yang diamati.

41 Bastomi, S. “Apresisasi Kesenian Tradisional”. Semarang: IKIP Semarang Press, 1988.

hal 32.
42 Bastomi, S. “Apresiasi pada wayang purwa merupakan salah satu media pembentukan

sikap etis dan estetis” . Semarang : IKIP Semarang Press, 1989.hal 78.

26
Kegiatan apresiasi pada manusia tidak terjadi secara tiba-tiba tetapi

melalui suatu proses yang panjang. Proses apresiasi pada manusia adalah

sebagai berikut :

a. Kegiatan mengamati : apresiator hanyut dalam proses reaksi terhadap

rangsangan yang datang dari objek rangsang tersebut dan menghasilkan

pengindraan, observasi , dan analisa objek.

b. Kegiatan menghayati : setelah mengamati apresiator akan menyatu

dengan jiwa yang terpancar dari suatu karya seni. Secara operasional

apresiator mampu menerima nilai-nilai estetika objek karena terpesona

sering terjadi tidak mampu memberikan kritik terhadap objek tersebut.

c. Kegiatan mengevaluasi : menilaian suatu karya seni dilakukan oleh

kritikus yang dinilai adalah bobot nilai estetika sebuah objek dan

penilaian diberikan dalam bentuk kritik. 43

Dengan demikian, Apresiasi merupakan sebuah bagian dari kegiatan

berkesenian, maka setiap manusia dapat berapresiasi dari masing-masing

individu tidaklah sama dalam mengapresiasi demikian pula dengan peserta

didik kelas V SDN 430 PANDOSO dalam menerapkan metode talaqqi dengan

pendekatan apresiasi untuk meningkatkan hafalan surah-surah pendek.

Tentunya pendekatan Apresiasi terhadap peserta didik sangat beragam.

Pendekatan Apresiasi terhadap peserta didik adalah kegiatan mengamati,

Wadiyo. “Musik pop indonesia dan kemungkinan penggemarnya dalam pendidikan seni
43

musik di sekolah dalam media,” fpbs unnes no.1(17 April 1991): 75

27
menghayati, menilai sampai dengan penghargaan terhadap hafalan surah-surah

pendek.

Pendekatan apresiasi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menekankan pada aspek penghayatan dan pemahaman melalui tahapan

pengamatan-pemahaman-tanggapan-interpretasi-evaluasi-penghayatan pada

karya seni sehingga apresiator (penikmat karya seni) akan memperoleh nilai

estetika sebuah karya seni. 44

7. Pengertian Menghafal Surah- Surah Pendek

Menurut istilah yang dimaksud dengan menghafal surah- surah pendek

adalah menghafal surah sesuai dengan urutan yeng terdapat dalam mushaf

Utsmani mulai surat an- Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan

memelihara kalam Allah yang merupakan mukzijat yang diturunkan kepada

Nabi Muhammda dengan perantara malaikat Jibril yang disampaikan dengan

jalan mutawatir. Menghafal surah- surah pendek sebaiknya diterapkan pada

anak-anak agar mereka terbiasa menggunakan waktu untuk melakukan

kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupan dan masa depannya. 45

Menurut Quraish Shihab mengatakan bahwa menghafal surah- surah

pendek merupakan proses mempelajari al-Qur’an dengan cara

menghafalkannya agar selalu ingat dan dapat mengucapkannya diluar kepala

tanpa melihat mushaf. 46Sedangkan menurut Abdurrab Nawabuddin menghafal

surah- surah pendek yaitu menghafal seluruh al- Qur’an dengan mencocokkan

44
Suwaji, Bastomi. “Apresiasi Seni Tari”. Semarang:Toko Dewi.
45 CucuSusanti, ‟Efektvitas Metode Talaqqi dalam Meningkatkan Kemampuam Menghafal
al-Qur’an Anak Usia Dini ”, Jurnal, ( 14 April 2016), diakses ( 20 Maret 2018).h.9
46
Quraish Shihab. “Membumikan Al Qur’an”1994

28
dan menyempurnakan hafalannya menurut aturan- Aturan bacaan serta dasar-

dasar tajwid yang benar. 47

Maka dari uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa menghafal

alQur’an adalah proses mempelajari al- Qur’an secara keseluruhan mulai dari

surah Al-Fatihah hingga surah an- Nas dengan cara menghafalkannya menurut

aturan dan bacaan tajwid dengan tanpa melihat mushaf dengan tujuan

sematamata hanyalah mengharap ridha Allah SWT.

8. Pengertian PAI

Pendidikan Agama Islam adalah keseluruhan dari ajaran agama Islam yang

dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang meliputi hubungan manusia dengan

Allah SWT, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan dirinya sendiri

dan manusia dengan alam sekitarnya. Dalam penjabarannya meliputi akidah,

syari'ah dan akhlak. Kemudian dikembangkan melalui disiplin bidang kajian

atau disiplin ilmunya seperti tafsir hadits, tauhid atau ilmu kalam, fiqh, akhlaq

tasawuf dan lainnya.48

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang dikemukakan diatas, maka

perlu dibuat suatu kerangka berfikir yang memberi gambaran keseluruhan

penelitian ini. Untuk itu peneliti menggambarkannya melalui bagan kerangka

berfikir yang tertera di bawah ini:

47
Abdurrab Nawabuddin. “Teknik Menghafal Al Quran”.2005
48Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000),
hlm. 23.

29
PAI

Pendekatan
Penerapan Metode
Talaqqi Apresiasi

Pendekatan apresiasi adalah suatu


Hafalan Surah-surah Pendek pendekatan Pembelajaran yang
Peserta didik kelas V menekankan pada aspek penghayatan
di SDN 430 PANDOSO dan pemahaman .

Proses Apresiasi :

Hafalan Al-Qur’an Surah: ➢ Mengamati


An-Nas sampai Adh-Duha ➢ Menghayati
➢ Mengevaluasi

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

30
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan

diatas, maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah melalui penerapan

metode talaqqi dengan pendekatan apresiasi dapat meningkatkan hafalan surah-

surah pendek pada mata pelajaran PAI di kelas V SDN 430 PANDOSO.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dengan menggunakan metode talaqqi dengan pendekatan apresiasi .Penelitian ini

adalah penelitian tindakan kelas atau classroom action research. Penelitian

tindakan kelas adalah penelitian solusi atau mencari jalan keluar tentang

permasalahan yang terjadi. PTK juga diartikan sebagai proses pengkajian masalah

pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan

masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam

situasinya serta menganalis setiap pengarah dari perlakuan tersebut. 49

Menurut Hopkins yang dikutip oleh Zainal Aqib menyebutkan bahwa

penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan

praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan

dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-

tindakan tersebut. Penelitian kelas merupakan suatu perencanaan terhadap kegiatan

49 Wina, Sanjaya, PenelitianTindakanKelas, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 26.

31
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan kerja di dalam

sebuah kelas secara bersama. 50

Penelitian kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan kerja di dalam sebuah kelas secara

bersama. Desain PTK yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan model Kurt

Lewin yang terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan

refleksi. Untuk lebih jelasnya alur dari siklus PTK dapat di gambarkan sebagai

berikut:

PELAKSANAAN

PERENCANAAN SIKLUS I PENGAMATAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PERENCANAAN SIKLUS PENGAMATAN

REFLEKSI

50Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Yrama Widya, 2009), hlm. 18.

32
Gambar 3.1 Alur Siklus Model Kurt-Lewin

Dalam mengatasi permasalahan di kelas, mungkin perlu melakukan lebih

dari satu siklus. Siklus tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Jika siklus

pertama maka peneliti melakukan siklus lagi yang kedua. Sebelum melakukan

penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan observasi awal dengan

memberikan pre-tes, wawancara pada siswa dan guru terkait pembelajaran PAI

dengan materi hafalan surah-surah pendek.

B. Prosedur Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian

adalah siswa kelas V SDN 430 PANDOSO tahun ajaran 2021/2022 yang

berjumlah 21 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa

perempuan. Dikarenakan kelas ini masih banyak siswa dan siswi yang

belum mencapai ketuntasan pembelajaran yang masih rendah dan perlu

ditingkatkan lagi.

2. Waktu dan Lamanya Tindakan

Adapun waktu penelitian ini dilakukan mulai pada bulan maret

tahun ajaran 2021/2022. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu yang

cukup lama, karena penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memperbaiki

proses dan hasil belajar. Kegiatan penelitian dilakukan dalam data awal

dapat diatasi. Penelitian tindakan kelas umumnya dilakukan dalam waktu 1

sampai 2 bulan.

3. Tempat Penelitian

33
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 430

PANDOSO yang beralamat di Desa Padang Lambe, Kecamatan Suli,

Kabupaten Luwu. Peneliti memilih tempat tersebut karena, lokasi penelitian

yang dekat dengan tempat tinggal, serta mudah dijangkau. Selain tu peneliti

melihat permasalahan dari segi bacaan siswa yang tidak sesuai kaidah

tajwid, hal itu disebabkan kurangnya bimbingan guru saat membaca

maupun menghafal al-Qur’an, sehingga untuk itu peneliti berharap dapat

membantu SDN 430 PANDOSO dengan memberikan sebuah metode yaitu

metode talaqqi dengan pendekatan apresiasi agar dapat meningkatkan

kualitas bacaan peserta didik dalam membaca maupun menghafal al-

Qur’an.

4. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

Adapun langkah-langkah pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

yang dilakukan oleh peneliti ada 2 siklus. Siklus I dilaksanakan dengan satu

kal pertemuan dan siklus II dilaksanakan dengan satu kali pertemuan. Setiap

siklus terdiri dari empat tahap yaitu:

a. Perencanaan

b. Pelaksanaan tindakan

c. Pengamatan

d. Refleksi

Siklus ini dimulai dengan:

1) Penelitian Siklus I

Langkah-langkah dalam siklus I adalah:

34
a) Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan ini

adalah:

(1) Menyusun RPP dengan metode talaqqi

(2) Menyiapkan media pembelajaran, alat dan bahan yang

diperlukan

(3) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas guru siswa selama

melaksanakan pembelajaran

(4) Menyusun lembar kerja siswa.

b) Pelaksanaan

(1) Kegiatan Awal

(a) Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a

bersama.

(b) Memulai pembelajaran dengan membaca al-Qur’an

surah-surah pendek yang telah ditentukan sebelumnya.

(c) Mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan

dengan materi sebelumnya.

(d) Menyampaikan KD dan tujuan yang akan dicapai.

(e) Menyampaikan tahapan kegiatan.

(f) Mempersiapkan media/alat yang digunakan dalam

pembelajaran.

(2) Kegiatan Inti

35
(a) Membaca Al-qur’an surah-surah pendek dengan

memperhatikan makhraj hurufnya.

(b) Memotivasi siswa bertanya, misalnya: mengapa

membaca Al-qur’an harus memperhatikan makhrijul

huruf?

(c) Menulis surah-surah pendek yang telah ditentukan

dengan benar.

(3) Kegiatan Penutup

(a) Menyimpulkan materi pembelajaran yang telah

disampaikan.

(b) Mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta didik

dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

(c) Memberikan penilaian kepada siswa.

(d) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk

pertemuan selanjutnya.

c) Pengamatan

(1) Pada waktu guru mengajar, peneliti melakukan pengamatan

dengan cara mencatat kejadian–kejadian selama proses

pembelajaran siswa sebelum dan sesudah diberi tindakan.

Kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengetahui

sejauh mana data prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah

diberi tindakan.

36
(2) Untuk mengetahui perkembangan prestasi, siswa diberi

angket prestasi belajar pada awal kegiatan sebelum

melakukan tindakan dan juga pada lembaran jawaban

observasi prestasi belajar yang dibawa peneliti. Untuk

mengetahui perkembangan hssil belajar siswa dilakukan

melalui tes yang diberikan setiap akhir siklus.

d) Refleksi

Dari hasil observasi, dilakukan analisis tindakan I kemudian

dilanjutkan dengan refleksi yang dilakukan peneliti, kemudian

dilakukan tindakan selanjutnya.

2) Penelitian Siklus II

a) Perencanaan

(1) Rencana tindakan kelas siklus II disusun berdasarkan hasil

analisis dan refleksi selama siklus I. Pada siklus I guru

menyampaikan materi hafalan surah Pendek dengan

menggunakan metode talaqqi.

(2) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II sebagai

kelengkapan proses belajar mengajar.

(3) Mempersiapkan daftar pengamatan sebagai acuan untuk

mengumpulkan data tentang kemampuan hafalan surah-surah

pendek dalam mengikuti pelajaran PAI serta menyiapkan

bahan penelitian.

37
(4) Memberikan tes pada akhir pelajaran untuk mengetahui

peningkatan hafalan surah-surah pendek siswa.

b) Pelaksanaan Tindakan

(1) Kegiatan Awal

(a) Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a

bersama.

(b) Memulai pembelajaran dengan membaca al-Qur’an

surah-surah pendek yang telah ditentukan sebelumnya

yaitu dimulai dari surah Al-Fatihah.

(c) Mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan

dengan materi sebelumnya.

(d) Menyampaikan KD dan tujuan yang akan dicapai.

(e) Menyampaikan tahapan kegiatan dalam menghafal

surah-surah dengan menggunakan metode talaqqi

disertai apresiasi .

(f) Mempersiapkan media/alat yang digunakan dalam

pembelajaran hafalan surah-surah pendek.

(2) Kegiatan Inti

(a) Membaca Al-qur’an surah-surah pendek dengan

memperhatikan makhraj hurufnya dengan menggunakan

metode talaqqi.

(b) Memotivasi siswa bertanya, misalnya: mengapa

membaca al-qur’an harus memperhatikan makhrijul

38
huruf? apakah metode talaqqi yang akan digunakan

dalam hafalan surah-surah pendek akan lebih membantu

dalam pembelajaran dibanding metode sebelumnya?

(c) Menulis surah-surah pendek yang telah ditentukan

dengan benar.

(3) Kegiatan Penutup

(a) Menyimpulkan materi pembelajaran yang telah

disampaikan.

(b) Mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta didik

dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

(c) Memberikan apresiasi kepada siswa yang telah

menghafal surah-surah pendek dengan target yang telah

ditentukan.

(d) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk

pertemuan selanjutnya.

c) Pengamatan

Pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan

tindakan yaitu pada saat proses pembelajaran berlangsung.

d) Refleksi

Pada tahap ini dilakukan analisis observasi terhadap

pelaksanaan tindakan siklus II untuk menarik kesimpulan

tentang dampak tindakan yang telah dilakukan terhadap

pelaksanaan pembelajaran.

39
C. Sasaran Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran penelitian atau objek peneliti

adalah siswa kelas V di SDN 430 PANDOSO yang berjumlah 21 orang siswa yang

terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data penelitian agar data lebih mudah diolah dan menghasilkan penelitian yang

berkualitas. Data yang telah terkumpul dengan menggunakan instrumen akan

dideskripsikan, dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan

dalam suatu penelitian.

1. Lembar observasi

Bentuk lembar observasi yakni pedoman yang berstruktur. Kisi-kisi

observasi digunakan sebagai pegangan bagi peneliti pada saat

melaksanakan observasi.

Tabel 3.4
Lembar observasi kegiatan Guru dan siswa

Sumber Data Indikator

1. Membuka pelajaran
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran
3. Penyajian materi dengan menggunakan
metode Talaqqi.
Guru 4. Penggunaan metode talaqqi yang
divariasi dengan apresiasi.
5. Melakukan evaluasi
6. Menyimpulkan
7. Menutup pelajaran
1. Suasana pembelajaran didalam kelas
Siswa
kondusif.

40
2. Siswa tertarik dengan metode talaqqi
divariasi dengan apresiasi
3. Siswa memperhatikan pelajaran selama
menggunakan metode talaqqi.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan guru PAI

mengenai materi Hafalan Surah-surah pendek dan wawancara dengan

siswa mengenai aktivitas siswa terhadap pembelajaran Hafalan Surah-

surah pendek dan disertai apresiasi.

3. Tes Lisan

Tes Lisan hasil ini dibuat oleh peneliti dengan terlebih dahulu

dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran PAI, hal ini dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana hafalan surah-surah pendek pada siswa.

4. Dokumentasi

Teknik dokumentasi diperoleh dari pihak SDN 430 PANDOSO,

seperti data yang digunakan peneliti yaitu RPP, Silabus, dan Kurikulum

serta keadaan pendidik dan peserta didk. Kemudian terdapat dokumentasi

lain yang berupa foto untuk memberi gambaran secara faktual mengenai

aktivitas dan suasana pembelajaran yang berlangsung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini dengan menggunakan cara,

yaitu:

1. Observasi (Pengamatan)

41
Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan mengenai guru dan

aktivitas belajar siswa selama pembelajaran PAI dengan materi Hafalan

Surah-surah pendek.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan siswa mengenai aktivitas

siswa terhadap pembelajaran Hafalan Surah-surah pendek .

3. Tes

Tes yang diberikan kepada siswa dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menguasai materi

hafalan surah-surah pendek setelah diterapkan metode Talaqqi disertai

apresiasi.

4. Dokumentasi

Teknik dokumentasi diperoleh dari pihak SDN 430 PANDOSO, seperti data

yang digunakan peneliti yaitu RPP, Silabus, dan Kurikulum serta keadaan

pendidik dan peserta didk. Kemudian terdapat dokumentasi lain yang

berupa foto untuk memberi gambaran secara faktual mengenai aktivitas dan

suasana pembelajaran yang berlangsung.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan

siklus penelitian dianalisis secara deskrifptif dengan menggunakan teknik

presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam kegiatan analisis data tersebut, akan didapatkan dua jenis data yaitu data

kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi yang dilakukan

42
pada setiap siklus kegiatan, sedangkan data kuantitatif berupa hasil belajar yang

didapatkan oleh siswa dalam melakukan proses pembelajaran hafalan surah-surah

pendek dengan menggunakan metode Talaqqi disertai pendekatan apresiasi.

1. Penilaian Tugas dan Tes

Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya

dibagi dengan jumlah siswa kelas sehingga diperoleh nilai rata-rata. Nilai

rata-rata ini didapatkan dengan menggunakan rumus:

Σ𝓍
𝓍=
Σ𝑁

Keterangan :𝓍 = Nilai rata-rata


:Σ𝓍 = Jumlah semua nilai siswa
: Σ 𝑁 = Jumlah siswa yang mengikuti tes 51

2. Untuk ketuntasan Belajar

Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa digunakanan

analisis sederhana dengan presentase (%) indikator keberhasilan atau

ketuntasan hasil belajar siswa ditentukan dengan KKM yang ditetapkan

yaitu nilai minimal 70. Dan kelas klasikal, siswa dianggap tuntas belajar

secara individu jika mencapai nilai 70 dan dikatakan belum tuntas jika

mencapai nilai kurang dari 70. Rumusan yang digunakan adalah sebagai

berikut:

Σ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟


𝛲= x 100%
𝛴 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎

51 Zainal Aqib, Penilitian Tindakan Kelas, (Bandung Widya,2008).hal.40

43
Keterangan : P = Presentase yang akan dicari.
Σ = Jumlah seluruh skor jawaban yang diperoleh
semestinya.

Hasil penelitian yang telah diperoleh tersebut diklasifikasikan

kedalam bentuk penyetoran nilai siswa dengan menggunakan kriteria

standar penilaian SDN 430 PANDOSO sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Standar Penilaian


Interval Nilai Predikat Keterangan
90 – 100 A Sangat Baik
70 – 89 B Baik
50 – 69 C Cukup
0 – 49 D Kurang

44
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Tafsir. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosda

Karya, 1995.

Al-Hafidz, Ahsin W. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an.Jakarta: Bumi

Aksara, 1994.

Al-Hafidz, Ahsin W. Kamus Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Amzah, 2008.

Ali, Daud dan Habibah Daud. Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Islam

Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1987.

Aminuddin. “Pengantar Apresiasi Karya Sastra”. Bandung : Sinar Baru,1987.

Aqib,Zainal. “Penelitian Tindakan Kelas” .Bandung: Yrama Widya, 2008.

Aqib,Zainal. “Penelitian Tindakan Kelas”. Bandung: Yrama Widya, 2009.

Arief, Armai. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam.Jakarta: Ciputat

Press, 2002.

Arifin, M..Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

B., Hamzah dan Nurdin. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM . Jakarta: Bumi

Aksara,2011.

Basir, Muhammad. “Pendekatan Pembelajaran” . Sengkang: Lampena Intimedia.

2017.

Bastomi, Suwadji. “Apresiasi Seni Tari”. Semarang:Toko Dewi.1985.

45
Bastomi, Suwadji. “Wawasan Seni” . IKIP Semarang: Pres, 1989.

Embas, Aisyah Arsyad. Menuntut Anda Memahami dan Menghafal al-Qur’an. (Juz

I). Cet. XII. Makassar: Alauddin Universitas Press. Fakih, Mansour.2013.

Humar,Sahman. “ Estetika” . IKIP Semarang: Pers, 1994.

Imana, Y. “Sudah Baik dan Benarkah Bacaan Al-Qur’anku? Panduan

Tahsin/Tajwid Sistematis Metode Asyarah” Bandung: Khajannah

Intelektual, 2009.

Kementrian Agama RI. “Al-Qur’an dan terjemah”.Jakarta Timur: PT. Surya Prisma

Sinergi, 2012.

Langgulung, Hasan. “Manusia dan pendidikan”. Jakarta: PT. Alhusna Zikra, 1995.

Mashud, Imam. “Meningkatkan Kemampuan Setoran Hafalan Al-Qur’an Melalui

Metode Talaqqi Pada Siswa Kelas VIB Sekolah Dasar Islam Yakmi Tahun

2018,” Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan dan Pendidikan dan

Pembelajaran Vol.3, No.2 (April 2019) : 349.

Namsa, Yunus. “Metodologi Pengajaran Agama Islam”. Jakarta: Pustaka Firdaus,

2000.

Nawabuddin, Abdurrab. “Teknik Menghafal Al Quran”.Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 2005.

Nurzulaikha, Nana.2019.“Efektivitas Penerapan Metode Talaqqi untuk

Membentuk Kemampuan Menghafal Surat-surat Pendek Santri Taman

Pendidikan Al-Qur’an Nurul Falah Manyampa Desa Bontoala Kecamatan

Palangga Kabupaten Gowa”,Skripsi :UIN Alauddin Makassar.

Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bandung: Citra Umba, 2003.

46
Poerwadarminta, W.J.S.. “Kamus Umum Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai

Pustaka. 1999.

Qawi, Abdul. “Peningkatan Prestasi Belajar Hafalan Al-Qur’an Melalui Metode

Talaqqi di Mtsn Gampong Teungoh Aceh Utara”, Jurnal Ilmiah Islam

Futura Vol.16, No.2 (Februari 2017): 269 -282.

Quraish Shihab. “Membumikan Al Qur’an”1994

Rahmawati. 2011. “Pengaruh persepsi siswa tentang keterapilan mengajar guru

dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata

pelajaran akuntansi kelas XI IPS SMAN 18”. Skripsi. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Ramayulis. “Ilmu Pendidikan Islam”. Jakarta: Kalam Mulia, 2008.

Riyadih,Saad. “Mendidik Anak Cinta Al Qur’an,”. Sukoharjo: Insan Kamil, 2007.

Sanjaya, Wina. “PenelitianTindakanKelas”, Jakarta: Kencana, 2010.

Sirojuddin,Maftuh Basthul Birri.”Petunjuk Mengaji dan Mengajar al-Qur’an di

MMQ Cet.1; Sidoarjo: Pondok Pesantren Lirboyo, 2009.

SQ, Sa’dullah. “9 Cara Praktis Menghafal Al Qur’an,”. Jakarta: Gema Insani,

2008.

Sudiyono, M.. “Ilmu Pendidikan Islam Jilid I”. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Supandi. “Ulumul Qur’an”. Sukoharjo: Efude Press.2014.

Suprihatiningrum, Jamil. “Strategi Pembelajaran”. Jogjakarta: Ar-Ruz Media.

2013.

47
Susanti, Cucu.‟Efektvitas Metode Talaqqi dalam Meningkatkan Kemampuam

Menghafal al-Qur’an Anak Usia Dini ”, Jurnal Tunas Siliwangi. ( 14 April

2016), diakses ( 20 Maret 2018): 9-12

Wadiyo. “Musik pop indonesia dan kemungkinan penggemarnya dalam pendidikan

seni musik di sekolah dalam media,” fpbs unnes no.1(17 April 1991): 75

Widyasari, Risqi.2018. “Pembelajaran Tahfizul Quran dengan Metode Talaqqi

pada Santri Kelas I‟dadi di Kuttab Tahfizul Quran Al-Husnayain Surakarta

Tahun Pelajaran 2018/2019”.Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam

IAIN Surakarta.

Wijaya, Ahsin. “Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an”. Jakarta: Bumi Aksara,

2009.

Zein, Muhammad. “Methodologi Pengajaran Agama,”. Yogyakarta: Ak Group,

1995.

Zuhairini,dkk. 1981. “Metodik Khusus Pendidikan Agama,” Biro Ilmiah. Malang:

Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel.

Zulkifli, “Metodologi Pengajaran Bahasa Arab,”. Pekanbaru: Zanafa Publising,

2011.

48

Anda mungkin juga menyukai