PROPOSAL
Di Susun Oleh :
ANISA SAFITRI
NIM/NIRM : PI.01.220.4640
potensi-potensi dasar yang dimiliki peserta didik dapat dikembangkan sesuai dengan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembnagkan potensi dirinya untuk
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan
negara” (UU RI No.20 Tahun 2003, 2009 : 2) Untuk menumbuhkan dan menjadikan
tersebut, maka salah satu jalan adalah melalui Pendidikan Agama Islam.
kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai
Oleh karena itu, dalam proses belajar guru atau pendidik mengharapakan agar
peserta didiknya mampu belajar dengan giat atau sungguh-sungguh terutama dalam
belajar membaca Al-Qur‟an dengan baik, peserta didik bisa melafalkan huruf-
hurufnya dengan benar, dan bisa membedakan tajwidnya yaitu Izhar, Idgham, Ikhfa
dan Iqlab agar peserta didik ketika membaca Al-Qur‟an bisa memahami dan
mengamalkan isinya.
Pembelajaran Al-Qur‟an dapat dilakukan diberbagai tempat, misalnya di
Lingkungan anak yang pertama adalah keluarga, diharapkan dalam keluarga sejak
Ketika orang tua kurang mampu mengajari untuk membaca al-Qur‟an maka dapat
SD. Idealnya siswa di Madrasah Tsanawiyah tersebut sudah bisa membaca Al-
Qur‟an. Akan tetapi guru sering menghadapi dan menemukan peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar, yaitu yang berkaitan dengan hal membaca Al-Qur‟an
sering kali terdapat suatu hambatan dalam membacanya terutama dalam ilmu
tajwidnya atau tempat keluarnya huruf misalnya: SIN di baca SYIN, dan DZA di baca
JA.
Siswa yang belum lancar atau masih kesulitan membaca Al-Qur‟an di MTs
kurang mendukung, faktor sekolah dan faktor internal dari peserta didik itu sendiri,
sehingga sulit baginya untuk menangkap suatu bacaan yang di bacakan oleh gurunya
tersebut.
strategi yang harus dilakukan oleh seorang guru. Dalam dunia pendidikan strategi
merupakan suatu rencana atau rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu yang termasuk juga penggunaan metode pada proses
terhadap peserta didiknya dalam pembelajaran yaitu metode praktik dan metode
pembiasaan.
Metode praktik merupakan metode mengajar dengan siswa melaksanakan
kegiatan latihan atau praktik dimana ketika guru sedang mempraktikkan bacaannya
maka peserta didik harus mendengarkan dan menyimaknya terlebih dahulu sehingga
ketika di suruh peserta didik bisa menirukan apa yang dibaca oleh gurunya tersebut.
terbiasa.
peserta didik terbiasa mendengarkan, mengikuti dan menirukan apa yang dibaca oleh
gurunya. Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau kadar
mengevaluasi sahabat-sahabatnya.
para sahabat dalam memahami ajaran agama atau dalam menjalankan tugas. Untuk
para sahabat denagn cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat Al-Qur‟an di
hadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru. Dengan
demikian evaluasi yang diterapkan pada masa Rasullah SAW adalah secara langsung
melihat tingkah laku para sahabat. Mendengarkan bacaan sahabat tentang ayat Al-
sebagainya.
Agama Islam pada madrasah yang memberikan pendidikan dan motivasi kepada
ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman dan dapat mengamalkan
mengetahui apa yang sebelumnya tida diketahui. Oleh karena itu, wajar jika orang tua
belahan otak. Menggunakan mata dan pikiran sekaligus untuk mengerti apa maksud
dari setiap huruf yang dibaca. Kemampuan siswa belajar membaca AlQur‟an
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda yaitu ada yang kemampuan membaca Al-
pengertian dan fungsi Al-Qur‟an dan Hadits, membedakan fungsi keduanya, dan cara
Qur‟an dan Hadits agar peserta didik lebih gemar membaca Al-Qur‟an dan Hadits
Strategi guru Al-Qur‟an Hadits dalam mengatasi kesulitan belajar bagi peserta
didik adalah suatu cara atau usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam membantu
kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar
yaitu penerimaaan materi melalui bagaimana metode yang digunakan, media yang
tepat, serta pemberian motivasi belajar sehingga masalah yang dihadapi peserta didik
dapat teratasi dengan baik dan kegitan belajar mengajar peserta didik dapat sesuai
mengenai makhrajnya atau cara melafalkan huruf dalam suatu kalimat dari ayat-ayat
bacaan tajwidnya. Dari jumlah siswa di kelas VII yang berjumlah 30 orang siswa,
terdapat 21 siswa yang masih kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur‟an baik dari
segi makhraj maupun ilmu tajwidnya. Terdapat 17 siswa yang kesulitan dalam segi
bacaan tajwidnya dan 4 siswa yang kesulitan dalam segi makhorijul hurufnya.
Guru Al-Qur‟an Hadits dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca dan memaknai
Al-Qur‟an Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Nurul Jadid Kecamatan Rimbo Bujang
Kabupaten Tebo”
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja Kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII di Madrasah
2. Apa saja faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam membaca AlQur‟an
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja Bentuk Kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an siswa
Kabupaten Tebo
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Sebagai pembuka wacana bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya
untuk mengetahui strategi guru Al-Qur‟an Hadits dalam mengatasi kesulitan belajar
Rimbo Bujang Kabupaten Tebo b. Sebagai bahan pengetahuan bagi guru Al-Qur‟an
2. Secara Praktis
Kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini secara praktis adalah : a. Bagi
Peneliti Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana strata (S1) dalam
ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan bagi Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. b. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini
bagi guru Al-Qur‟an Hadits dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan strategi
guru dalam mengatasi siswa yang kesulitan belajar. Dalam hal ini kesulitan belajar
c. Bagi Siswa Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penguatan bagi siswa sebagai usaha
untuk menyadarkan bahwa mencari ilmu agama juga sama pentingnya dengan mencari ilmu
umum, yaitu dengan belajar membaca Al-Qur‟an baik di TPQ atau di rumah ustadz/ustadzah
sehingga siswa lebih aktif dan dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran terutama pada
Strategi Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategia. Strategi merupakan sebuah
perencanaan yang panjang untuk berhasil dalam mencapai suatu keuntungan. Demikian juga
strategi didefinisikan sebagai suatu garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan.( Martinis Yamin, 2012 : 64) Strategi pembelajaran yaitu suatu serangkaian
rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk
model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.( Suja‟i, 2008 : 31) Yamin
menegaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
( Martinis Yamin, 2012 : 67) Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata
kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan dari kata
Stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan
(to Plan). Mintzberg dan Waters, mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang
keputusan atau tindakan. Hardi, Langlay, dan Rose dalam Sudjana, mengemukakan strategy
is perceived as plan or a set of explicit intention preceeding and controlling action (strategi
dipahami sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan).
Secara bahasa strategi bisa diartikan sebagai: Siasat, taktik, kiat-kiat, trik-trik, atau cara.
Sedang secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan bertindak
dalam usaha untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila dihubungkan belajar
mengajar strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-peserta didik dalam
mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan atau
dengan kata lain strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. (St. Fatimah Kadir, 2007 : 1)
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih guru untuk menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa dalam lingkungan pembelajaran tertentu.( Suyadi, 2013 : 13)
Rumusan lebih jelas dapat dilihat dalam Depdiknas yang dikutip Darmansyah merumuskan:
Strategi pembelajaran sebagai cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar agar
pembelajaran menjadi efektif. Artinya, rumusan yang dibuat Depdiknas lebih spesifik dengan
tujuan yang jelas, yaitu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Rumusan Depdiknas tersebut
pembelajaran efektif dan berhasil baik.( Darmansyah, 2012 : 18) Strategi pembelajaran
hasil belajar tertentu pada siswa. Dari berbagai pendapat diatas, maka peneliti mengemukakan
bahwa yang dimaksudkan dengan strategi pembelajaran adalah berkenaan dengan pendekatan
pembelajaran
sebagai suatu cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi adalah suatu cara atau metode dengan langkah-
langkah terencana yang berisi tentang rangkaian kegiatan-kegiatan yang telah didesain
sedemikian rupa oleh seseorang secara cermat yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai. b. Prinsip-prinsip Startegi Pembelajaran Menurut Sanjaya, ada empat prinsip umum
(Wahyudin Nur Nasution, 2017 : 9) 1) Berorientasi pada tujuan Dalam setiap pembelajaran,
tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas pendidik dan peserta didik,
mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan, karena keberhasilan suatu
strategi pembelajaran dapat dilihat dari keberhasilan peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran. 2) Aktivitas Belajar bukan hanya menghafal sejumlah fakta atau informasi, tapi
juga berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik, baik aktvitas
fisik, maupun aktivitas bersifat psikis seperti aktivitas mental. 3) Individualitas Mengajar
adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Walaupun pendidik mengajar
pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingn dicapai adalah perubahan
perilaku setiap peserta didik. Pendidik yang berhasil adalah apabila ia menangani 40 orang
peserta didik seluruhnya berhasil seluruhnya berhasil mencapai tujuan, dan sebaliknya
diakatakan pendidik yang tidak berhasil manakala dia menangani 40 orang peserta didik 35
tidak berhasil mencapai tujuan pembelajaran. 4) Integritas Mengajar harus dipandang sebagai
usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik. Dengan demikian, mengajar bukan
hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga mengembangkan aspek efektif
dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan
seluruh kepribadian peserta didik yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik secara
integrasi. c. Tujuan Strategi Pembelajaran Tujuan merupakan suatu yang esensi sebab besar
maknanya. Tujuan strategi pembelajaran harus dirumuskan secara jelas, tepat dan terarah.
Tujuan strategi pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan strategi
relevansi proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa
kemungkinan berfungsinya motivasi. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan
tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. 3) Membentuk sikap positif terhadap guru dan
sekolah. Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa tertentu
yang kurang senang terhadap guru. 4) Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar
untuk belajar. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu
mendorong anak didik untuk selalu belajar sehingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar.
6) Menjaga wibawa guru Untuk menghindari berbagai kejadian yang dapat merendahkan
wibawa guru, salah satunya guru harus mampu mengajar dengan penuh percaya diri,
memiliki kesiapan mental dan intelektual, memiliki kekayaan metode, keleluasaan teknik dan
sebagainya. Dengan kata lain guru harus memiliki bentuk dan model pengajaran yang
bervariasi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2006 : 181-185) 2. Guru Al-Qur’an Hadist a. Guru 1)
Pengertian Guru Menurut Zakiyat Darajad yang dikutip oleh Fathurroman dan Sulistyorini,
“Guru adalah pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagai tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para
orang tua”. Sedangkan menurut Akhyak yang dikutip oleh Fathurroman dan Sulistyorini
yaitu: Guru adalah orang dewasa yang menjadi tenaga kependidikan untuk membimbing dan
mendidik peserta didik menuju kedewasaan, agar memiliki kemandirian dan kemampuan
dalam menghadapi kehidupan dunia dan akherat. (Muhammad Fathurohman dan Sulistyorini,
2012 : 15) Jadi dapat disimpulkan Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung
jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik yang harus memiliki
kedewasaan sebagai tujuan proses pendidikan. Kata guru adalah salah satu kata yang sangat
populer dan sering diucapakan manusia, walaupun dengan bahasa yang beragam. Karena,
kebutuhan akan keberadaan guru sangat penting bagi manuisa. Tidak akan ada peradaban di
bumi ini, tanpa keberadaan sosok guru. Itulah sebabnya, sebelum Nabi Adam diturunkan ke
bumi dan membangun peradaban, terlebih dahulu dia belajar kepada Allah swt. sebagai
“guru” pertama. Seperti yang disebutkan dalam surat Al Baqarah: 31 sebagai berikut: ِ ْاس و آ أ
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-
orang yang benar!"(Q.S AlBaqarah : 31) Dalam setiap proses pembelajaran, selalu ada dua
pihak yang terlibat secara langsung; yaitu guru dan murid. Oleh karena itulah, proses yang
dilakukan keduanya disebut proses belajar dan mengajar atau sering disingkat dengan PBM.
Jika salah satu dari keduanya tidak ada, maka proses belajar dan mengajar tidak akan terjadi.
Selanjutnya, jika salah satu dari keduanya tidak memenuhi persyaratan yang dituntut dari
keduanya, maka sekalipun prosesnya terjadi namun hasilnya tidak akan dicapai secara
maksimal. Bila dipahami, pada hakekatnya tugas dan tanggung jawab seorang guru bukan
hanya sekedar mengajar, tetapi juga membimbing, melatih peserta didik. Dan secara khusus
Tugas Utama Guru Tugas adalah tanggung jawab yang di amanahkan kepada seseorang untuk
di laksanakan atau di kerjakan. Semua profesi pasti mempunya tugas, dan tugas itu bersifat
sangat spesifik. Profesi guru, sama seperti profesi lainnya, juga mempunyai tugas. Tapi ada
yang sangat unik dari tugas guru. Kalau tugas profesi lain tidak atau belum terbayangkan
sebelum di tentukan , sedangkan tugas guru sangat jelas, bahkan ketika seseorang masih
menempuh pendidikan untuk calon guru. Berikut ini adalah tugas pertama dan utama seorang
guru: a) Membaca Sebagai pendidik, maka guru tidak boleh merasa “sudah selesai” belajar
setelah dia menempuh pendidikan formal di perguruan tinggi, misalnya, rasa haus ingin selalu
belajar harus selalu di tumbuhsuburkan di dalam hatinya. Agar dia bisa lebih rendah hati,
karena merasa banyak pengetahuan. Karenanya tugas pertama guru adalah membaca. Hanya
dengan membaca maka guru bisa disebut sebagai manusia pembelajar. Dan hanya dengan
begitu maka dia bisa disebut guru dengan jiwa pendidik. b) Mengenal Setelah membaca,
maka tugas uru berikutnya adalah mengenal. Mengenal secara sederhana kita artikan sebagai
mengetahui dengan cepat, pasti, jelas dan benar. Jadi bukan sekedar mengetahui, tapi juga
harus tepat, pasti, jelas dan benar. Seorang ibu pasti mengenal anak kandungnya sendiri,
karena dialah yang melahirkannya. Artinya, si ibu mengetahui dengan tepat, pasti, jelas dan
benar. Dari tugas kedua ini, yaitu mengenal, guru di harapkan menggunakan
semua potensi kemanusiannya untuk mencurahkan ilmunya kepada murid. Dia akan
mendekati murid-murid nya dengan hatinya, bukan dengan mulutnya. Dia akan mengenali
muridmuridnya dengan kelembutan seorang ibu yang penuh kasih sayang. Bukan dengan
kekuatan (power), tidak juga dengan kekuasannya yang tanpa batas, yeng membuat dia
menjadi otoriter. Dan di atas semuanya, guru yang mengenal menganggap tugasnya sebagai
membaca dan mengenal, maka tugas berikutnya adalah berkomunikasi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, komunikasi diartikan sebagai: (1) Pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang di maksud
melakukan komunikasi; berhubungan dengan satu orang atau lebih dalam rangka
menyampaikan pikiran atau menerima pesan. Dari arti komunikasi di atas, kita bisa
mempunyai makna dan nilai. Tapi dalam konteks pendidikan karakter bagi guru,
berkomunikasi menjadi tugas guru. Arti berkomunikasi di sini adalah bagaimana seorang
guru menyampaikan pelajaran atau ilmu kepada murid dengan landasan sifat Allah. Dia
penerima aktif. Bukan komunikasi searah (one way), yang tidak memberikan kesempatan
kepada murid untuk bertanya, mengkritisi atau memberi saran.( Hamka Abdul, 2012 : 21-26)
Dengan meneliti poin-poin tersebut, tahukah bahwa tugas guru tidak ringan, profesi guru
harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik dan ikhlas.
b. Al-Qur’an Hadist Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang berisi kalam dari yang Maha Suci,
mukjizat Nabi Muhammadyang abadi, diturunkan kepada seorang Nabi yang terakhir yakni
Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi dan Rasul dengan perantara malaikat jibril
ambil dari kata dasar Qara‟in (penguat) karena Al-Qur‟an terdiri dari ayat-ayat yang saling
menguatkan dan terdapat kemiripan antara satu ayat dengan ayat laiinya. Sedangkan menurut
Al-Zuljaj menyatakan bahwa Al-Qur‟an merupakan kata sifat terambil dari kata dasar Al-
Qor‟u yang artinya menghimpun yaitu menghimpun ayat,surat, kisah, perintah, dan larangan.
(Syamsu Nahar, 2015: 14) Al-Qur‟an ini perlu dikaji karena disamping kitab suci umat islam
Al-Qur‟an juga merupakan pedoman dan pegangan hidup semua manusia sampai akhir
kehidupan. Hal ini karena didalam Al-Qur‟an terdapat berbagai tata aturan kehidupan yang
sangat kompleks yang bisa dijadikan sebagai petunjuk manusia dalam melakukan semua
aktivitas, baik yang kaitanya dengan Tuhan ataupun dengan sesama bahkan dengan alam
sekitar. Dan dengan membaca Al-Qur‟an danmengetahui isinya dapat diharapkan akan
Maka dari itu dalam membaca Al-Qur‟an perlu membutuhkan suatu proses yang secara terus
menerus dengan memperhatikan berbagai petunjukyang telah dijelaskan dalam ilmu tajwid,
semua peserta didik mampu membacanya dengan baik dan benar. Dengan demikian hal ini
merupakan sebuah pedoman bagi guru untuk dijadikan sebagai pijakan dalam menentukan
strategi yang tepat, guna melakukan layanan bimbingan kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Sehingga peran guru disni sangatlah dibutuhkan untuk meminimalisir
kesulitan yang dihadapi peserta didik, supaya dapat belajar membaca Al-Qur‟an dengan
benar sesuai dengan makhraj dan tajwidnya. Sedangkan Hadits adalah sumber kedua agama
dan ajaran islam. Apa yang telah disebut ddalam Al-Qur‟an dijelaskan atau dirinci lebih
lanjut oleh Rasulullah dengan sunnah beliau. Karena itu, sunnah Rasul yang kini terdapat
dalam Al-Hadits merupakan penafsiran serta penjelasan otentik,( sah, dapat dipercaya
sepenuhnya) dilanjutkan ada beberapa hal yang perlu dikemukakan. Perkataan Hadits
menurut kebehasaan ialah berita atau sesuatu yang baru. Dalam ilmu Hadits istilah tersebut
berarti segala perkataan, perbuatan, dan sikap diam Nabi tanda setuju (taqrir).(Muhammad
Daud Ali, 2008 :111). Mata pelajaran Al-Quran Hadist di Madrasah adalah salah satu mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari Al-Quran Hadist yang
telah di pelajari oleh peserta didik di MI/MTs/MA. Peningkatan tersebut di lakukan dengan
cara mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian Al-Quran dan Al-Hadist terutama
lebih tinggi, serta memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia dan tanggung
jawab dimuka bumi,demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
Secara subtansial, mata pelajaran Al-Quran hadist diharapkan memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan
nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran Hadist sebgai sumber utama ajaran Islam dan
sekaligus sebagai pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.( Model KTSP
Belajar Membaca Al-Qur’an Kesulitan membaca merupakan suatu gangguan dalam satu atau
lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran
atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan
tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan
afasia perkembangan. Penyebab kesulitan membaca al-Quran dalam bahan penelitian yang
dimaksud disini adalah sebagai bentuk problematika yang sering dihadapi oleh siswa dalam
bacaan al-Quran dibutuhkan pengajaran dan metode pembelajaran sebagai alat untuk
memudahkan mambaca alQuran. Pada dasarnya inti dari pengajaran membaca al-Quran
adalah suatu usaha memberikan ilmu pengetahuan tentang membaca al-Quran dengan baik
dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Salah satu contoh yang dapat diterapkan dalam
pengajaran membaca al-quran ialah metode qira‟ati, metode iqra, dan metode Nahdliyah.
Dari beberapa contoh metode diatas nantinya diharapkan siswa dapat memahami, meresapi,
dan dapat mengamalkan bacaan al-quran. Adapun kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam
proses
pembelajaran membaca al-Quran bagi siswa adalah adalah sebagai berikut: 1) Melafalkan
huruf-huruf hijaiyah (makharijul huruf) Mengenal huruf hijaiyah adalah langkah awal bagi
siapa saja sebelum membaca al-Quran dengan baik, demikian juga dengan siswa. Oleh karena
itu, bila belum mengenal dengan baik huruf-huruf aksara al-Quran maka untuk melafalkannya
akan terasa sulit. Ketika mambaca al-Quran setiap huruf harus dibunyikan sesuai makhrajnya.
kesalahan dalam pengucapan huruf dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti
pada bacaan yang sedang dibaca. Untuk membunyikan huruf-huruf hijaiyah yang baik dan
benar, kita harus sering-sering melatih membiasakan lidah kita untuk mengucapkan huruf-
huruf itu dengan tepat menurut bunyinya yang khas, sehingga satu sama lain tidak tertukar,
misalnya: اdengan ع سdengan ث ذdengan دPertukaran bunyi bukan saja dapat merusak
bacaan, akan tetapi juga dapat merusak makna (arti) dari lafadz itu sendiri. Berdasarkan
permasalahan diatas strategi yang digunakan oleh guru dalam mengatasi kesulitan membaca
al-Quran terutama pada makharijul huruf yaitu a) sebelum memulai pembelajaran guru
melakukan bimbingan serta pendekatan khusus terhadap siswa yang masih kesulitan dalam
c) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melafalkan bunyi huruf yang diajarkan.
d) guru memperbaiki atau membetulkan bacaan yang masih kurang tepat pengucapannya. 2)
Penguasaan ilmu tajwid Kaidah ilmu tajwid merupakan hal penting bagi siapapun yang
membaca al-Quran. Tajwid sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai kaidah-kaidah tertentu
yang harus dipedomani dalam pengucapan huruf-huruf dari makhrajnnya. Makharijul huruf
adalah membaca huruf-huruf sesuai dengan tempat keluarnya huruf seperti tenggorokan,
ditengah lidah, antara dua bibir dan lain-lain. Disamping itu harus pula diperhatikan
hubungan setiap huruf dengan yang sebelum dan sesudahnya dalm cara pengucapannya. Oleh
karena itu tidak dapat diperoleh hanya sekedar dipelajari namun harus melalui latihan,
praktek dan menirukan orang yang baik bacaannya. (H. Tombak Alam, 2011 : 7) berdasarkan
permasalahan diatas strategi yang digunakan oleh guru dalam mengatasi kesulitan membaca
al-Quran terutama pada tajwidnya yaitu : a) Guru menjelaskan tentang hukum-hukum bacaan
dengan siswa. c) Guru memberikan atau menugaskan siswa untuk menghafal hukum bacaan
Kelancaran berasal dari kata dasar lancar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti tidak
tidak tersendat, fasih, tidak tertunda-tunda.(Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa, 2002 : 633).
Kurangnya kemampuan siswa baik dalam melafalkan huruf hijaiyah (makharijul huruf)
maupun kaidah ilmu tajwid dapat menyebabkan pengucapan atau bacaannya terbata-bata. Hal
ini disebabkan kurangnya latihan anak (siswa) dalam membaca al-Quran baik disekolah
maupun dirumah, sehingga anak (siswa) dalam membaca al-Qurannya masih kurang lancar.
Membaca al-Quran tidak sama dengan membaca bahan bacaan lainya karena al-Quran adalah
kalam Allah SWT. Oleh karena itu, membacanya mempunyai etika zahir, yaitu membacanya
dengan tartil. Makna tartil adalah dengan perlahanlahan sambil memperhatikan huruf dan
barisnya b. Ciri-ciri Kesulitan Belajar Adapun ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa seperti berikut: 1) Gangguan persepsi visual: ( Modul, 2016-2017:11) (a) melihat
huruf/angka dengan posisi yang berbeda dari yang tertulis, sehingga seing kali terbalik dalam
menuliskan kembali. (b) Sering tertinggal huruf dalam menulis (c) Menuliskan kata dengan
urutan yang salah misalnya ibu jadi ubi (d) Sulit memahami kanan dan kiri (e) Bingung
membedakan antara obyek dengan latar belakang (f) Sulit mengkoordinasikan antara mata
(penglihatan) dengan tindakan (tangan, kaki, dan lain-lain) 2) Gangguan persepsi auditori (a)
(b) Sulit memahami perintah terutama perintah yang di berikan dalam jumlah yang banyak
dan kalimat yang panjang (c) Bingung dan kacau dengan bunyi yang datang dari berbagai
penjuru sehingga sulit mengikuti diskusi karena saat mencoba mendengar sebuah informasi
sudah mendapatkan gangguan dari suara lain disekitarnya. 3) Gangguan bahasa (a) Sulit
membedakan stimulus yang penting dan tidak penting (b) Tidak terartur, karena tidak
memiliki urutan-urutan dalam proses berpikir (c) Perhatiannya sering berbeda dengan apa
perkembangan susunan syaraf pusat yang mengalami disfungsi minimal. Walaupun masalah
ini tidak dapat dihilangkan, tidak berarti anak tidak dapat mengatasi kesulitan membaca yang
dialaminya. (Lilik Sriyati, 2009 : 37) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi guru
dalam mengatasi kesulitan belajar diantaranya, faktor anak didik, faktor sekolah dan faktor
guru. Penyebab kesulitan dapat diselururi dari berbagai faktor yang memperngaruh hasil
belajar. Dilihat dari kemampuan anak didik sebagai individu, maka kesulitan belajar dari
1) Kesulitan belajar yang bersumber dari ranah kognitif (ranah cipta), antara lain karena
afektif (ranah rasa), antara lain emosi labil, pembentukan sikap yang salah, perasaan
bersalah yang berlebihan dan tidak mempunyai gairah hidup. 3) Bersumber dari aspek
psikomotor seperti gangguan pada kaki, penglihatan dan pendengaran sehingga gerak
motoriknya menjadi terganggu. Secara rinci faktor penyebab kesulitan belajar tersebut
kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi beberapa faktor yaitu faktor anak
didik, sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar. (Lilik Sriyanti, 2009:149) 1) Faktor
Anak Didik Faktor anak internal yang menjadi penyebab kesulitan belajar membaca
antara lain yaitu: a) Tingakat Intelegensi (IQ) yang kurang memadai b) Bakat yang
kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari. c) Faktor emosional
yang kurang mendukung seperti mudah tersinggung, pemurung, mudah putus asa,
cepat menjadi bingung dalam menghadapi masalah, sedih tanpa alasan yang jelas. d)
bermanaaft seperti terlalu banyak nonton TV atau main game. e) Kurang dpat beradabtasi
dengan lingkungan sosial, anak dengan pribadi seperti ini bisa tidak mumpunyai teman,
dikucilkan dalam pergaulan, pada akhirnya anak menjadi kurang berminat berangkat sekolah.
f) Kesehatan yang kurang baik. Misalnya sering sakit kepala, sakit perut, sakit mata, atau
mudah capek dan mengantuk. 2) Faktor Sekolah Sekolah adlah lembaga pendidikan, rumah
kedua bagi anak, karena sebagian besar waktu anak dihabiskan disekolah setelah rumah.
Sekolah menjadi agen ttransfer ilmu pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang baik.
Kenyamanan dan keterangan anak didik dalam belajar akan ditentukan sampai sejauh mana
kondisi dan sistem sosial disekolah dalam menyediakan lingkungan yang kondusif dan
kreatif. Sarana dan prasarana sudahkah mampu dibangun dan memberikan layanan yang
memuaskan bagi anak didik yang berinteraksi dan hidup didalamanya. Sekolah sebagai
tempat menempa diri bagi anak didik, tidak jarang/justru menimbulkan kesulitan dan menjadi
salah satu penyebab kesulitan belajar bagi ank didiknya. Beberapa kondisi sekolah yang dapat
menjadi sumber penyebab kesulitan belajar adalah: a) Pribadi guru yang kurang baik, kurang
ramah, galak dan sikap buruk lainnya. b) Guru kurang berkualitas, kurang memiliki
kompetensi sebagai guru, seperti kurang menguasai materi yang diajarkan, kurang dapat
memotivasi anak didik, tidak mempunyai pendekatan yang baik dalam berinteraksi dengan
siswa. c) Hubungan guru dengan anak, anak dengan sesama temannyadan hubungan guru
dengan personil sekolah kurang harmonis. d) Alat/media dan sasaran yang kurang memadai.
Sarana dan prasarana yang kurang memadai tidak hanya menghambat proses belajar bahkan
dapat menimbulkan kesulitan. Misalnya atap sekolah bocor, meja dan kursi yang sudah rusak
dapat menghambat belajar serta mengurangi kenyamanan belajar. 3) Faktor Guru Disekolah,
guru merupakan orang yang mendidik anak dalam segala hal. Guru dan cara mengajarnya
merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan anak dalam belajar. Bagaimana
sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan
bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya dan turut
menentukan hasil belajar yang akan di capai oleh siswa. (Nini Subini, 2012: 34) Dalam
kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing,
guruharus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi
yang kondusif. Dengan demikian, cara mengajar guru harus efektif dan mengerti oleh anak
didiknya, baik dalam menggunakan model, teknik, ataupun metode dalam mengajar yang
akan disampaikan kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan
dengan konsep
yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses belajar mengjar. 4) Faktor Sarana
dan Prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secra langsung terhadap
perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan
menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana
dan prasarana akan mmbantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan
demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran. d. Cara Mengatasi Kesulitan Membaca al-Quran Agar dapat membaca
al-Quran dengan baik dan benar maka usaha yang harus kita lakukan yaitu dengan cara
bertahap. Adapun cara-cara yang dapat kita lakukan, diantaranya yaitu: 1) Menguasai huruf
hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf berikut makharijul hurufnya. Hal ini dikarenakan untuk
bisa membaca al- Quran, 90%ditentukan oleh penguasaan huruf hijaiyyah dan selebihnya
10% lagi sisanya seperti tanda baca, hukum bacaan dll. 2) Menguasai tanda baca (a, i, u, atau
biasa disebut fathah, kasrah dan dhommah). 3) Menguasai isyarat bacaan seperti panjang,
pendek, tasydid dan seterusnya. 4) Menguasai hukum-hukum tajwid seperti cara baca
dengung, samar,jelas dan sebagainya. 5) Latihan secara istiqomah dengan seorang guru yang
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Kendari Tahun 2017, yang berjudul: “Peran Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Baca al-Quran Siswa SMP Negeri 12
Kendari”. Skripsi yang ditulis oleh Hartini mahasiswa Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Sultan Qaimuddin Kendari Tahun 2009, yang berjudul: “Strategi Guru
Agama Islam Dalam Memberantas Buta Baca Tulis al-Quran Pada Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Ilmi Aoma Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan”. Skripsi yang ditulis oleh
Chusnul Laili Kusna Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri Tulungagung Tahun 2016, yang berjudul : “Strategi Guru Al-Qur‟an Hadits
dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Membaca Al-Qur‟an pada Siswa di MTs Sultan
Agung Jabalsari Tulungagung”. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya identik
dengan judul yang diteliti oleh penulis. Namun demikian tidak berarti penulis melakukan
duplikasi terhadap penelitian sebelumnya. Penelitian yang disebutkan di atas hanya memiliki
keidentikan dengan penelitian yang penulis lakukan, yakni membahas tentang strategi guru
dalam mengatasi kesulitan membaca al-Quran siswa. Adapun aspek lain memiliki perbedaan
dengan penelitian yang penulis lakukan, misalnya Rianti meneliti upaya guru meningkatkan
kemampuan baca al-Quran siswa yang telah dapat membaca al-Quran dengan baik
sebelumnya, sementara penulis meneliti tentang upaya mengatasi permasalahan siswa yang
kesulitan membaca al-Quran. Demikian pula Hartini yang meneliti tentang upaya
pengentasan buta aksara al-Quran, sementara penulis meneliti siswa yang kesulitan membaca
al- Quran. Aspek lain juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan,
penelitian. Begitu juga skripsi yang ditulis oleh chusna, Keterkaitan judul penelitian tersebut
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama membahas strategi guru
namun penelitian tersebut mengarah kepada menumbuhkan motivasi belajar membaca Al-
Qur‟an sedangkan pada penelitian yang akan peneliti lakukan mengarah pada mengatasi
dikemukakan pada bab diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
kabupaten Tebo yaitu: Pengucapan Makhraj, sebagian siswa merasa kesulitan dalam
pengucapan makhrajnya, karena begitu banyak huruf-huruf yang sama jadi siswa terkadang
huruf TSA disebutnya SA dan seterusnya. Hukum ilmu tajwidnya, dalam kegiatan belajar
membaca Al-Qur‟an masih banyak siswa yang mengalami kesulitan terutama dalam hukum
ilmu tajwidnya. 2. Faktor penyebab kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an siswa yaitu: Faktor
peserta didik, yaitu kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik dan
kurangnya motivasi belajar peserta didik. Faktor sekolah, kenyamanan dan ketenangan anak
didik dalam belajar akan ditentukan sampai sejauh mana kondisi dan sistem sosial dalam
menyediakan lingkungan yang kondusif dan kreatif. Faktor guru, sikap dan kepribadian guru,
tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru dan cara mengajarkan pengetahuan
kepada siswa itu yang akan menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. 3.
Strategi guru Al-Qur‟an Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa:
melakukan pendekatan psikologis, guru mempraktikkan bacaan Al-Quran yang benar, guru
Menyuruh siswa membaca surah pendek satu persatu, dan Menggunakan metode tutor
sebaya.
B. Saran Sebelum mengakhiri tulisan ini tak lupa pula peneliti menyampaikan beberapa saran
yang dirasa akan berguna dan bermanfaat sebagai masukan dalam mengatasi sulitnya
membaca Al-Qur‟an di Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa. Adapun saran dari peneliti sebagai
berikut. 1. Kepada kepala sekolah untuk terus berupaya meningkatkan sumber daya yang ada,
hal ini mengingat pentingnya pelajaran membaca AlQur‟an di Madrasah Tsanawiyah At-
Taqwa, yang mana pemahaman siswa dalam belajar Al-Qur‟an masih tergolong rendah, dan
diharapkan memberi semangat dan motivasi siswa untuk lebih giat belajar. 2. Kepada guru
diharapkan untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam bidang agama terutama dalam
belajar membaca Al-Qur‟an agar menjadi guru yang profesional dalam menjalankan tugas
sebagai pendidik. Selain itu guru juga harus lebih banyak memberikan motivasi kepada
siswanya agar lebih semangat dan giat dalam belajar membaca Al-Qur‟an. 3. Kepada siswa
harus semangat dan giat dalam belajar agama terutama dalam belajar membaca Al-qur‟an.
Karena Al-quran merupakan sumber hukum pertama yang menjadi pedoman untuk seluruh
umat manusia di dunia maupun d akhirat. Siswa juga harus lebih rajin dan mempunyai
motivasi untuk belajar membaca Al-qur‟an dan terus membiasakan membaca Al-Qur‟an
sampai berulang-ulang kali. Dan tidak pernah bosan untuk belajar membaca Al-Qur‟an
Suharsimi. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bahri Syaiful Djamarah.
2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Darmansyah. 2012. Strategi
Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: Bumi Aksara. Fatimah Kadir St. 2007.
Pendidikan Berkualitas. Yogyakarta: Teras. H.Tombak Alam. 2014. Ilmu Tajwid. Jakarta:
Amzah. Hamka Abdul. 2012. Karakter Guru Profesional. Jakarta: Al-Mawaerdi Prima.
Kementerian Agama RI. 2014. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro. Majid
Abdul. 2013. Stategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Model KTSP
Remaja Rosdakarya. Moleong Lexi J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Pustaka Sugiono. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung :
CV Alvabeta.