Anda di halaman 1dari 35

STRATEGI GURU AL-QURAN HADIST DALAM MENGATASI

KESULITAN MEMBACA DAN MEMAKNAI AL-QURAN PADA SISWA


DIMADRASAH STANAWIYAH NURUL JADID
KECAMATAN RIMBO BUJANG
KABUPATEN TEBO

PROPOSAL

Di Susun Oleh :

ANISA SAFITRI

NIM/NIRM : PI.01.220.4640

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) YASNI BUNGO


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya fasilitas untuk menciptakan situasi dimana

potensi-potensi dasar yang dimiliki peserta didik dapat dikembangkan sesuai dengan

tuntutan kebutuhan mereka agar dapat menghadapi tuntutan zaman.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 bab I pasal 1 tentang sistem

pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah sebagai berikut: “ Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembnagkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan

negara” (UU RI No.20 Tahun 2003, 2009 : 2) Untuk menumbuhkan dan menjadikan

manusia indonesia seutuhnya, khususnya yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan

sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

tersebut, maka salah satu jalan adalah melalui Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Agama adalah usaha untuk membimbing ke arah pertumbuhan

kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai

ajaran Islam, sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, dalam proses belajar guru atau pendidik mengharapakan agar

peserta didiknya mampu belajar dengan giat atau sungguh-sungguh terutama dalam

belajar membaca Al-Qur‟an dengan baik, peserta didik bisa melafalkan huruf-

hurufnya dengan benar, dan bisa membedakan tajwidnya yaitu Izhar, Idgham, Ikhfa

dan Iqlab agar peserta didik ketika membaca Al-Qur‟an bisa memahami dan

mengamalkan isinya.
Pembelajaran Al-Qur‟an dapat dilakukan diberbagai tempat, misalnya di

rumah, di sekolah, di pondok pesantren, dan di TPQ ( Taman Pendidikan AlQur‟an).

Lingkungan anak yang pertama adalah keluarga, diharapkan dalam keluarga sejak

kecil anak telah mendapatkan pengajaran Al-Qur‟an dari orangtuanya.

Ketika orang tua kurang mampu mengajari untuk membaca al-Qur‟an maka dapat

menitipkan anak ketempat belajar misalnya TPQ ataupun pondok pesantren.

Pembelajaran Al-Qur‟an di Madrasah Tsanawiyah merupakan lanjutan dari tingkat

SD. Idealnya siswa di Madrasah Tsanawiyah tersebut sudah bisa membaca Al-

Qur‟an. Akan tetapi guru sering menghadapi dan menemukan peserta didik yang

mengalami kesulitan belajar, yaitu yang berkaitan dengan hal membaca Al-Qur‟an

sering kali terdapat suatu hambatan dalam membacanya terutama dalam ilmu

tajwidnya atau tempat keluarnya huruf misalnya: SIN di baca SYIN, dan DZA di baca

JA.

Siswa yang belum lancar atau masih kesulitan membaca Al-Qur‟an di MTs

tersebut di sebabkan karena faktor keluarga , faktor lingkungan masyarakat yang

kurang mendukung, faktor sekolah dan faktor internal dari peserta didik itu sendiri,

sehingga sulit baginya untuk menangkap suatu bacaan yang di bacakan oleh gurunya

tersebut.

Untuk mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an tersebut dibutuhkan

strategi yang harus dilakukan oleh seorang guru. Dalam dunia pendidikan strategi

merupakan suatu rencana atau rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu yang termasuk juga penggunaan metode pada proses

pembelajaran. Adapun metode pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru

terhadap peserta didiknya dalam pembelajaran yaitu metode praktik dan metode

pembiasaan.
Metode praktik merupakan metode mengajar dengan siswa melaksanakan

kegiatan latihan atau praktik dimana ketika guru sedang mempraktikkan bacaannya

maka peserta didik harus mendengarkan dan menyimaknya terlebih dahulu sehingga

ketika di suruh peserta didik bisa menirukan apa yang dibaca oleh gurunya tersebut.

Metode pembiasaan ini mengutamakan proses untuk membuat seseorang menjadi

terbiasa.

Seorang guru harus sering mengulang-ulang bacaan ayat Al-Qur‟annya agar

peserta didik terbiasa mendengarkan, mengikuti dan menirukan apa yang dibaca oleh

gurunya. Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau kadar

penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, Nabi Muhammad SAW juga

mengevaluasi sahabat-sahabatnya.

Dengan mengevaluasi sahabat-sahabat, Rasulullah mengetahui kemampuan

para sahabat dalam memahami ajaran agama atau dalam menjalankan tugas. Untuk

melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan Rasulullah sering mengevaluasi hafalan

para sahabat denagn cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat Al-Qur‟an di

hadapannya dengan membetulkan hafalan dan bacaan mereka yang keliru. Dengan

demikian evaluasi yang diterapkan pada masa Rasullah SAW adalah secara langsung

melihat tingkah laku para sahabat. Mendengarkan bacaan sahabat tentang ayat Al-

Qur‟an, tanpa mengguanakan buku catatan sebagaimana sekarang ini.

Bila belum sampai kepada ukuran yang diharapkan, Rasulullah SAW

memberikan penekanan dan penambahan materi, berupa nasehat, arahan dan

sebagainya.

Mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits merupakan unsur mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam pada madrasah yang memberikan pendidikan dan motivasi kepada

peserta didik untuk mempelajari, memahami, mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai


yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan mencintai Al-Qur‟an hadits sebagai sumber

ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman dan dapat mengamalkan

isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

Membaca merupakan dasar utama untuk memperoleh kemampuan belajar

diberbagai bidang. Melalui membaca seseorang dapat membuka cakrawala dunia,

mengetahui apa yang sebelumnya tida diketahui. Oleh karena itu, wajar jika orang tua

merasa khawatir ketika anaknya mengalami kesulitan dalam hal membaca.

Membaca merupakan suatu proses yang kompleks dengan melibatkan kedua

belahan otak. Menggunakan mata dan pikiran sekaligus untuk mengerti apa maksud

dari setiap huruf yang dibaca. Kemampuan siswa belajar membaca AlQur‟an

mempunyai kemampuan yang berbeda-beda yaitu ada yang kemampuan membaca Al-

Qur‟annya cepat, sedang dan lambat Tujuan pembelajaran Al-Qur‟an Hadits di

Madrasah Tsanawiyah tersebut adalah setelah mengamati, menanya, mengeksplorasi,

mengasosiasi dan mengkomunikasikan diharapkan peserta didik mampu menjelaskan

pengertian dan fungsi Al-Qur‟an dan Hadits, membedakan fungsi keduanya, dan cara

memfungsikan dalam kehidupan, cara mencintainya dan juga mampu menjelaskan

perilaku seseorang yang mencintai Al-Qur‟an dan Hadits. (Kementrian Agama

Republik Indonesia, 2014 : 2). Pentingnya mengetahui tujuan pembelajaran Al-

Qur‟an dan Hadits agar peserta didik lebih gemar membaca Al-Qur‟an dan Hadits

dengan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya dan dapat

mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya menjadi petunjuk dan

pedoman bagi kehidupan manusia.

Strategi guru Al-Qur‟an Hadits dalam mengatasi kesulitan belajar bagi peserta

didik adalah suatu cara atau usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam membantu

kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar
yaitu penerimaaan materi melalui bagaimana metode yang digunakan, media yang

tepat, serta pemberian motivasi belajar sehingga masalah yang dihadapi peserta didik

dapat teratasi dengan baik dan kegitan belajar mengajar peserta didik dapat sesuai

dengan standar kompetensi pelajaran AlQur‟an Hadits. Kesulitan belajar membaca

Al-Qur‟an yang dialami oleh siswa Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa, terutama

mengenai makhrajnya atau cara melafalkan huruf dalam suatu kalimat dari ayat-ayat

Al-Qur‟an, maupun juga dalam memahami serta mempraktikkan dari bentuk-bentuk

bacaan yang ada dalam AlQur‟an.

Bahkan dalam menerapkan bacaannya juga masih kurang halnya tentang

bacaan tajwidnya. Dari jumlah siswa di kelas VII yang berjumlah 30 orang siswa,

terdapat 21 siswa yang masih kesulitan dalam belajar membaca Al-Qur‟an baik dari

segi makhraj maupun ilmu tajwidnya. Terdapat 17 siswa yang kesulitan dalam segi

bacaan tajwidnya dan 4 siswa yang kesulitan dalam segi makhorijul hurufnya.

Dari permasalahan diatas tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian di Madrasah Tsanawiyah Nurul Jadid Kabupaten Tebo tentang: “Strategi

Guru Al-Qur‟an Hadits dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca dan memaknai

Al-Qur‟an Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Nurul Jadid Kecamatan Rimbo Bujang

Kabupaten Tebo”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dapat dirumuskan masalahnya

sebagai berikut:

1. Apa saja Kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII di Madrasah

Tsanawiyah At-Taqwa Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo?

2. Apa saja faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam membaca AlQur‟an

Kelas VII di MTs At-Taqwa Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo?


3. Bagaimana strategi Guru Al-Qur‟an Hadits dalam mengatasi kesulitan belajar

membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Nurul Jadid

Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui apa saja Bentuk Kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an siswa

kelas VII di Madrasah Tsanawiyah nurul Jadid Kecamatan Rimbo Bujang

Kabupaten Tebo

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam

membaca Al-Qur‟an Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa Kecamatan

Rimbo Bujang Kabupaten Tebo

3. Untuk mengetahui bagaimana strategi Guru Al-Qur‟an Hadist dalam mengatasi

kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an siswa kelas VII di Madrasah Tsanawiyah

At-Taqwa Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Sebagai pembuka wacana bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya

untuk mengetahui strategi guru Al-Qur‟an Hadits dalam mengatasi kesulitan belajar

membaca Al-Qur‟an Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa Kecamatan

Rimbo Bujang Kabupaten Tebo b. Sebagai bahan pengetahuan bagi guru Al-Qur‟an

Hadits dalam meningkatkan proses belajar membaca Al-Qur‟an dengan baik.

2. Secara Praktis

Kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini secara praktis adalah : a. Bagi

Peneliti Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana strata (S1) dalam
ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan bagi Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. b. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pihak sekolah. Terutam gambaran

bagi guru Al-Qur‟an Hadits dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan strategi

guru dalam mengatasi siswa yang kesulitan belajar. Dalam hal ini kesulitan belajar

membaca Al-Qur‟an Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah AtTaqwa Kecamatan Rimbo

Bujang Kabupaten Tebo

c. Bagi Siswa Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penguatan bagi siswa sebagai usaha

untuk menyadarkan bahwa mencari ilmu agama juga sama pentingnya dengan mencari ilmu

umum, yaitu dengan belajar membaca Al-Qur‟an baik di TPQ atau di rumah ustadz/ustadzah

sehingga siswa lebih aktif dan dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran terutama pada

mata pelajaran Al-Qur‟an HaDIST


BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Strategi Pembelajaran a. Pengertian

Strategi Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategia. Strategi merupakan sebuah

perencanaan yang panjang untuk berhasil dalam mencapai suatu keuntungan. Demikian juga

strategi didefinisikan sebagai suatu garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang

telah ditetapkan.( Martinis Yamin, 2012 : 64) Strategi pembelajaran yaitu suatu serangkaian

rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai

sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan,

model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.( Suja‟i, 2008 : 31) Yamin
menegaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus

dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

( Martinis Yamin, 2012 : 67) Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata

kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan dari kata

Stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan

(to Plan). Mintzberg dan Waters, mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang

keputusan atau tindakan. Hardi, Langlay, dan Rose dalam Sudjana, mengemukakan strategy

is perceived as plan or a set of explicit intention preceeding and controlling action (strategi

dipahami sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan).

( Abdul Majid, 2013 : 3)

Secara bahasa strategi bisa diartikan sebagai: Siasat, taktik, kiat-kiat, trik-trik, atau cara.

Sedang secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan bertindak

dalam usaha untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila dihubungkan belajar

mengajar strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-peserta didik dalam

mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan atau

dengan kata lain strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. (St. Fatimah Kadir, 2007 : 1)

Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih guru untuk menyampaikan materi

pembelajaran kepada siswa dalam lingkungan pembelajaran tertentu.( Suyadi, 2013 : 13)

Rumusan lebih jelas dapat dilihat dalam Depdiknas yang dikutip Darmansyah merumuskan:

Strategi pembelajaran sebagai cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar agar

pembelajaran menjadi efektif. Artinya, rumusan yang dibuat Depdiknas lebih spesifik dengan

tujuan yang jelas, yaitu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Rumusan Depdiknas tersebut

diperkuat dengan pernyataan selanjutnya bahwa dalam mengembangkan strategi

pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan terciptanya

pembelajaran efektif dan berhasil baik.( Darmansyah, 2012 : 18) Strategi pembelajaran

menjelaskan komponen-komponen umum dari seperangkat bahan pembelajaran dan

prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan

hasil belajar tertentu pada siswa. Dari berbagai pendapat diatas, maka peneliti mengemukakan

bahwa yang dimaksudkan dengan strategi pembelajaran adalah berkenaan dengan pendekatan

pembelajaran

sebagai suatu cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi adalah suatu cara atau metode dengan langkah-

langkah terencana yang berisi tentang rangkaian kegiatan-kegiatan yang telah didesain

sedemikian rupa oleh seseorang secara cermat yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai. b. Prinsip-prinsip Startegi Pembelajaran Menurut Sanjaya, ada empat prinsip umum

yang harus diperhatikan pendidik dalam menggunakan strategi pembelajaran, yaitu:

(Wahyudin Nur Nasution, 2017 : 9) 1) Berorientasi pada tujuan Dalam setiap pembelajaran,

tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas pendidik dan peserta didik,

mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan, karena keberhasilan suatu

strategi pembelajaran dapat dilihat dari keberhasilan peserta didik mencapai tujuan

pembelajaran. 2) Aktivitas Belajar bukan hanya menghafal sejumlah fakta atau informasi, tapi

juga berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik, baik aktvitas

fisik, maupun aktivitas bersifat psikis seperti aktivitas mental. 3) Individualitas Mengajar

adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Walaupun pendidik mengajar

pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingn dicapai adalah perubahan

perilaku setiap peserta didik. Pendidik yang berhasil adalah apabila ia menangani 40 orang

peserta didik seluruhnya berhasil seluruhnya berhasil mencapai tujuan, dan sebaliknya

diakatakan pendidik yang tidak berhasil manakala dia menangani 40 orang peserta didik 35

tidak berhasil mencapai tujuan pembelajaran. 4) Integritas Mengajar harus dipandang sebagai
usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik. Dengan demikian, mengajar bukan

hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga mengembangkan aspek efektif

dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan

seluruh kepribadian peserta didik yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik secara

integrasi. c. Tujuan Strategi Pembelajaran Tujuan merupakan suatu yang esensi sebab besar

maknanya. Tujuan strategi pembelajaran harus dirumuskan secara jelas, tepat dan terarah.

Tujuan strategi pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan

tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya pengajaran. Penggunaan strategi terutama

ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan strategi

dalam pembelajaran adalah : 1) Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap

relevansi proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa

terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. 2) Memberikan kesempatan

kemungkinan berfungsinya motivasi. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan

tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. 3) Membentuk sikap positif terhadap guru dan

sekolah. Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa tertentu

yang kurang senang terhadap guru. 4) Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar

individual. Sebagai seorang guru dituntut untuk mempunyai


berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar. 5) Mendorong anak didik

untuk belajar. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu

mendorong anak didik untuk selalu belajar sehingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar.

6) Menjaga wibawa guru Untuk menghindari berbagai kejadian yang dapat merendahkan

wibawa guru, salah satunya guru harus mampu mengajar dengan penuh percaya diri,

memiliki kesiapan mental dan intelektual, memiliki kekayaan metode, keleluasaan teknik dan

sebagainya. Dengan kata lain guru harus memiliki bentuk dan model pengajaran yang

bervariasi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2006 : 181-185) 2. Guru Al-Qur’an Hadist a. Guru 1)

Pengertian Guru Menurut Zakiyat Darajad yang dikutip oleh Fathurroman dan Sulistyorini,

“Guru adalah pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya

menerima dan memikul sebagai tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para

orang tua”. Sedangkan menurut Akhyak yang dikutip oleh Fathurroman dan Sulistyorini

yaitu: Guru adalah orang dewasa yang menjadi tenaga kependidikan untuk membimbing dan

mendidik peserta didik menuju kedewasaan, agar memiliki kemandirian dan kemampuan

dalam menghadapi kehidupan dunia dan akherat. (Muhammad Fathurohman dan Sulistyorini,

2012 : 15) Jadi dapat disimpulkan Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung

jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik yang harus memiliki

kemampuan dalam merancang program pembelajaran serta mampu menata dan


mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat

kedewasaan sebagai tujuan proses pendidikan. Kata guru adalah salah satu kata yang sangat

populer dan sering diucapakan manusia, walaupun dengan bahasa yang beragam. Karena,

kebutuhan akan keberadaan guru sangat penting bagi manuisa. Tidak akan ada peradaban di

bumi ini, tanpa keberadaan sosok guru. Itulah sebabnya, sebelum Nabi Adam diturunkan ke

bumi dan membangun peradaban, terlebih dahulu dia belajar kepada Allah swt. sebagai

“guru” pertama. Seperti yang disebutkan dalam surat Al Baqarah: 31 sebagai berikut: ِ ‫ْاس و آ أ‬

َّ ُُ‫ب ا ِن ا ُو بئ ا ن ا ل ا ق ف ِ كة ِ آالئ ل ى االم ع ا م ُ ضه ر ا‬


‫ث ع ُكلَّه ْاال ْاسآاء م اد ء لَّم ا ي ع ِ ق ٰص ِد ا ُم ت ا ان ُكن‬

١٣:‫رة‬uu‫ )ِ ا ِ ُآلء آئ ه ِ اء )البق‬Terjemahannya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama

(benda-benda) seluruhnya,kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu

berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-

orang yang benar!"(Q.S AlBaqarah : 31) Dalam setiap proses pembelajaran, selalu ada dua

pihak yang terlibat secara langsung; yaitu guru dan murid. Oleh karena itulah, proses yang

dilakukan keduanya disebut proses belajar dan mengajar atau sering disingkat dengan PBM.

Jika salah satu dari keduanya tidak ada, maka proses belajar dan mengajar tidak akan terjadi.

Selanjutnya, jika salah satu dari keduanya tidak memenuhi persyaratan yang dituntut dari

keduanya, maka sekalipun prosesnya terjadi namun hasilnya tidak akan dicapai secara

maksimal. Bila dipahami, pada hakekatnya tugas dan tanggung jawab seorang guru bukan

hanya sekedar mengajar, tetapi juga membimbing, melatih peserta didik. Dan secara khusus

guru yang dimaksudkan adalah yang bertanggung jawab secaralangsung


kepada perkembangan peserta didik,baik itu ketika didalam kelas maupun diluar kelas. 2)

Tugas Utama Guru Tugas adalah tanggung jawab yang di amanahkan kepada seseorang untuk

di laksanakan atau di kerjakan. Semua profesi pasti mempunya tugas, dan tugas itu bersifat

sangat spesifik. Profesi guru, sama seperti profesi lainnya, juga mempunyai tugas. Tapi ada

yang sangat unik dari tugas guru. Kalau tugas profesi lain tidak atau belum terbayangkan

sebelum di tentukan , sedangkan tugas guru sangat jelas, bahkan ketika seseorang masih

menempuh pendidikan untuk calon guru. Berikut ini adalah tugas pertama dan utama seorang

guru: a) Membaca Sebagai pendidik, maka guru tidak boleh merasa “sudah selesai” belajar

setelah dia menempuh pendidikan formal di perguruan tinggi, misalnya, rasa haus ingin selalu

belajar harus selalu di tumbuhsuburkan di dalam hatinya. Agar dia bisa lebih rendah hati,

karena merasa banyak pengetahuan. Karenanya tugas pertama guru adalah membaca. Hanya

dengan membaca maka guru bisa disebut sebagai manusia pembelajar. Dan hanya dengan

begitu maka dia bisa disebut guru dengan jiwa pendidik. b) Mengenal Setelah membaca,

maka tugas uru berikutnya adalah mengenal. Mengenal secara sederhana kita artikan sebagai

mengetahui dengan cepat, pasti, jelas dan benar. Jadi bukan sekedar mengetahui, tapi juga

harus tepat, pasti, jelas dan benar. Seorang ibu pasti mengenal anak kandungnya sendiri,

karena dialah yang melahirkannya. Artinya, si ibu mengetahui dengan tepat, pasti, jelas dan

benar. Dari tugas kedua ini, yaitu mengenal, guru di harapkan menggunakan
semua potensi kemanusiannya untuk mencurahkan ilmunya kepada murid. Dia akan

mendekati murid-murid nya dengan hatinya, bukan dengan mulutnya. Dia akan mengenali

muridmuridnya dengan kelembutan seorang ibu yang penuh kasih sayang. Bukan dengan

kekuatan (power), tidak juga dengan kekuasannya yang tanpa batas, yeng membuat dia

menjadi otoriter. Dan di atas semuanya, guru yang mengenal menganggap tugasnya sebagai

wujud nyata pengabdiannya kepada Allah, bukan untuk mengukuhkan eksistensinya

(keberadaannya) atau menunjukkan kehebatannya. c) Berkomunikasi Kemudian setelah

membaca dan mengenal, maka tugas berikutnya adalah berkomunikasi. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, komunikasi diartikan sebagai: (1) Pengiriman dan

penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang di maksud

dapat di pahami. (2) Perhubungan. Maka Berkomunikasi diartikan: mengadakan atau

melakukan komunikasi; berhubungan dengan satu orang atau lebih dalam rangka

menyampaikan pikiran atau menerima pesan. Dari arti komunikasi di atas, kita bisa

mengatakan bahwa berkomunikasi artinya melakukan hubungan timbalbalik yang

mempunyai makna dan nilai. Tapi dalam konteks pendidikan karakter bagi guru,

berkomunikasi menjadi tugas guru. Arti berkomunikasi di sini adalah bagaimana seorang

guru menyampaikan pelajaran atau ilmu kepada murid dengan landasan sifat Allah. Dia

mendekati murid-muridnya dengan senang hati dan rasa tanggung


jawab. Komunikasi yang di jalin adalah komunikasi dua arah, sehingga murid menjadi

penerima aktif. Bukan komunikasi searah (one way), yang tidak memberikan kesempatan

kepada murid untuk bertanya, mengkritisi atau memberi saran.( Hamka Abdul, 2012 : 21-26)

Dengan meneliti poin-poin tersebut, tahukah bahwa tugas guru tidak ringan, profesi guru

harus berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik dan ikhlas.

b. Al-Qur’an Hadist Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang berisi kalam dari yang Maha Suci,

mukjizat Nabi Muhammadyang abadi, diturunkan kepada seorang Nabi yang terakhir yakni

Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi dan Rasul dengan perantara malaikat jibril

alaihisalam. ( Syamsum Nahar, 2015 : 1) Al-Fara‟ menjelaskan bahwa kata Al-Qur‟an di

ambil dari kata dasar Qara‟in (penguat) karena Al-Qur‟an terdiri dari ayat-ayat yang saling

menguatkan dan terdapat kemiripan antara satu ayat dengan ayat laiinya. Sedangkan menurut

Al-Zuljaj menyatakan bahwa Al-Qur‟an merupakan kata sifat terambil dari kata dasar Al-

Qor‟u yang artinya menghimpun yaitu menghimpun ayat,surat, kisah, perintah, dan larangan.

(Syamsu Nahar, 2015: 14) Al-Qur‟an ini perlu dikaji karena disamping kitab suci umat islam

Al-Qur‟an juga merupakan pedoman dan pegangan hidup semua manusia sampai akhir

kehidupan. Hal ini karena didalam Al-Qur‟an terdapat berbagai tata aturan kehidupan yang

sangat kompleks yang bisa dijadikan sebagai petunjuk manusia dalam melakukan semua

aktivitas, baik yang kaitanya dengan Tuhan ataupun dengan sesama bahkan dengan alam
sekitar. Dan dengan membaca Al-Qur‟an danmengetahui isinya dapat diharapkan akan

mendapat rahmat dari Allah SWT.

Maka dari itu dalam membaca Al-Qur‟an perlu membutuhkan suatu proses yang secara terus

menerus dengan memperhatikan berbagai petunjukyang telah dijelaskan dalam ilmu tajwid,

semua peserta didik mampu membacanya dengan baik dan benar. Dengan demikian hal ini

merupakan sebuah pedoman bagi guru untuk dijadikan sebagai pijakan dalam menentukan

strategi yang tepat, guna melakukan layanan bimbingan kepada siswa yang mengalami

kesulitan belajar. Sehingga peran guru disni sangatlah dibutuhkan untuk meminimalisir

kesulitan yang dihadapi peserta didik, supaya dapat belajar membaca Al-Qur‟an dengan

benar sesuai dengan makhraj dan tajwidnya. Sedangkan Hadits adalah sumber kedua agama

dan ajaran islam. Apa yang telah disebut ddalam Al-Qur‟an dijelaskan atau dirinci lebih

lanjut oleh Rasulullah dengan sunnah beliau. Karena itu, sunnah Rasul yang kini terdapat

dalam Al-Hadits merupakan penafsiran serta penjelasan otentik,( sah, dapat dipercaya

sepenuhnya) dilanjutkan ada beberapa hal yang perlu dikemukakan. Perkataan Hadits

menurut kebehasaan ialah berita atau sesuatu yang baru. Dalam ilmu Hadits istilah tersebut

berarti segala perkataan, perbuatan, dan sikap diam Nabi tanda setuju (taqrir).(Muhammad

Daud Ali, 2008 :111). Mata pelajaran Al-Quran Hadist di Madrasah adalah salah satu mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari Al-Quran Hadist yang

telah di pelajari oleh peserta didik di MI/MTs/MA. Peningkatan tersebut di lakukan dengan

cara mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian Al-Quran dan Al-Hadist terutama

nenyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk melanjutkan pendidikan yang

lebih tinggi, serta memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia dan tanggung

jawab dimuka bumi,demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

perspektif Al-Quran dan Al-Hadist sebagai persiapan untuk hidup bermasyarakat.

Secara subtansial, mata pelajaran Al-Quran hadist diharapkan memiliki kontribusi dalam

memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan

nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran Hadist sebgai sumber utama ajaran Islam dan

sekaligus sebagai pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.( Model KTSP

Madrasah, 2007 : 16). 3. Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an a. Pengertian Kesulitan

Belajar Membaca Al-Qur’an Kesulitan membaca merupakan suatu gangguan dalam satu atau

lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran

atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan

mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Batasan

tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan

afasia perkembangan. Penyebab kesulitan membaca al-Quran dalam bahan penelitian yang

dimaksud disini adalah sebagai bentuk problematika yang sering dihadapi oleh siswa dalam

membaca al-Quran contohnya sulit melafalkan huruf-huruf hijaiyah (makharijul huruf),


kurangnya penguasaan ilmu tajwid, dan kurang dalam kelancaran bacaan. Dalam memahami

bacaan al-Quran dibutuhkan pengajaran dan metode pembelajaran sebagai alat untuk

memudahkan mambaca alQuran. Pada dasarnya inti dari pengajaran membaca al-Quran

adalah suatu usaha memberikan ilmu pengetahuan tentang membaca al-Quran dengan baik

dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Salah satu contoh yang dapat diterapkan dalam

pengajaran membaca al-quran ialah metode qira‟ati, metode iqra, dan metode Nahdliyah.

Dari beberapa contoh metode diatas nantinya diharapkan siswa dapat memahami, meresapi,

dan dapat mengamalkan bacaan al-quran. Adapun kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam

proses

pembelajaran membaca al-Quran bagi siswa adalah adalah sebagai berikut: 1) Melafalkan

huruf-huruf hijaiyah (makharijul huruf) Mengenal huruf hijaiyah adalah langkah awal bagi

siapa saja sebelum membaca al-Quran dengan baik, demikian juga dengan siswa. Oleh karena

itu, bila belum mengenal dengan baik huruf-huruf aksara al-Quran maka untuk melafalkannya

akan terasa sulit. Ketika mambaca al-Quran setiap huruf harus dibunyikan sesuai makhrajnya.

kesalahan dalam pengucapan huruf dapat menimbulkan perbedaan makna atau kesalahan arti

pada bacaan yang sedang dibaca. Untuk membunyikan huruf-huruf hijaiyah yang baik dan

benar, kita harus sering-sering melatih membiasakan lidah kita untuk mengucapkan huruf-

huruf itu dengan tepat menurut bunyinya yang khas, sehingga satu sama lain tidak tertukar,

misalnya: ‫ ا‬dengan ‫ ع س‬dengan ‫ ث ذ‬dengan ‫ د‬Pertukaran bunyi bukan saja dapat merusak

bacaan, akan tetapi juga dapat merusak makna (arti) dari lafadz itu sendiri. Berdasarkan
permasalahan diatas strategi yang digunakan oleh guru dalam mengatasi kesulitan membaca

al-Quran terutama pada makharijul huruf yaitu a) sebelum memulai pembelajaran guru

bersama-sama siswa menyebutkan tiap-tiap makharijul huruf dengan benar. b) guru

melakukan bimbingan serta pendekatan khusus terhadap siswa yang masih kesulitan dalam

pengucapan makharijul huruf.

c) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melafalkan bunyi huruf yang diajarkan.

d) guru memperbaiki atau membetulkan bacaan yang masih kurang tepat pengucapannya. 2)

Penguasaan ilmu tajwid Kaidah ilmu tajwid merupakan hal penting bagi siapapun yang

membaca al-Quran. Tajwid sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai kaidah-kaidah tertentu

yang harus dipedomani dalam pengucapan huruf-huruf dari makhrajnnya. Makharijul huruf

adalah membaca huruf-huruf sesuai dengan tempat keluarnya huruf seperti tenggorokan,

ditengah lidah, antara dua bibir dan lain-lain. Disamping itu harus pula diperhatikan

hubungan setiap huruf dengan yang sebelum dan sesudahnya dalm cara pengucapannya. Oleh

karena itu tidak dapat diperoleh hanya sekedar dipelajari namun harus melalui latihan,

praktek dan menirukan orang yang baik bacaannya. (H. Tombak Alam, 2011 : 7) berdasarkan
permasalahan diatas strategi yang digunakan oleh guru dalam mengatasi kesulitan membaca

al-Quran terutama pada tajwidnya yaitu : a) Guru menjelaskan tentang hukum-hukum bacaan

tajwid beserta contohnya. b) Guru mendemonstrasikan hukum bacaan secara bersamasama

dengan siswa. c) Guru memberikan atau menugaskan siswa untuk menghafal hukum bacaan

tajwid beserta contohnya. d) Guru mengevaluasi hafalan siswa. 3) Kelancaran bacaan

Kelancaran berasal dari kata dasar lancar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti tidak

tersangkut, tidak terputus,

tidak tersendat, fasih, tidak tertunda-tunda.(Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa, 2002 : 633).

Kurangnya kemampuan siswa baik dalam melafalkan huruf hijaiyah (makharijul huruf)

maupun kaidah ilmu tajwid dapat menyebabkan pengucapan atau bacaannya terbata-bata. Hal

ini disebabkan kurangnya latihan anak (siswa) dalam membaca al-Quran baik disekolah

maupun dirumah, sehingga anak (siswa) dalam membaca al-Qurannya masih kurang lancar.

Membaca al-Quran tidak sama dengan membaca bahan bacaan lainya karena al-Quran adalah

kalam Allah SWT. Oleh karena itu, membacanya mempunyai etika zahir, yaitu membacanya

dengan tartil. Makna tartil adalah dengan perlahanlahan sambil memperhatikan huruf dan
barisnya b. Ciri-ciri Kesulitan Belajar Adapun ciri-ciri kesulitan belajar yang dialami oleh

siswa seperti berikut: 1) Gangguan persepsi visual: ( Modul, 2016-2017:11) (a) melihat

huruf/angka dengan posisi yang berbeda dari yang tertulis, sehingga seing kali terbalik dalam

menuliskan kembali. (b) Sering tertinggal huruf dalam menulis (c) Menuliskan kata dengan

urutan yang salah misalnya ibu jadi ubi (d) Sulit memahami kanan dan kiri (e) Bingung

membedakan antara obyek dengan latar belakang (f) Sulit mengkoordinasikan antara mata

(penglihatan) dengan tindakan (tangan, kaki, dan lain-lain) 2) Gangguan persepsi auditori (a)

Sulit membedakan bunyi : menangkap secara berbeda apa yang didengarnya

(b) Sulit memahami perintah terutama perintah yang di berikan dalam jumlah yang banyak

dan kalimat yang panjang (c) Bingung dan kacau dengan bunyi yang datang dari berbagai

penjuru sehingga sulit mengikuti diskusi karena saat mencoba mendengar sebuah informasi

sudah mendapatkan gangguan dari suara lain disekitarnya. 3) Gangguan bahasa (a) Sulit

menangkap dan memahami kalimat yang dikatakan kepadanya (b) Sulit

mengkoordinasikan/mengatakan apa yang sedang dipikirkan 4) Kacau (a) Tidak dapat

membedakan stimulus yang penting dan tidak penting (b) Tidak terartur, karena tidak
memiliki urutan-urutan dalam proses berpikir (c) Perhatiannya sering berbeda dengan apa

yang sedang di kerjakan (melamun/menghayal saat belajar dikelas) c. Faktor Penyebab

Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Kesulitan belejar membaca disebabkan oleh

perkembangan susunan syaraf pusat yang mengalami disfungsi minimal. Walaupun masalah

ini tidak dapat dihilangkan, tidak berarti anak tidak dapat mengatasi kesulitan membaca yang

dialaminya. (Lilik Sriyati, 2009 : 37) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi guru

dalam mengatasi kesulitan belajar diantaranya, faktor anak didik, faktor sekolah dan faktor

guru. Penyebab kesulitan dapat diselururi dari berbagai faktor yang memperngaruh hasil

belajar. Dilihat dari kemampuan anak didik sebagai individu, maka kesulitan belajar dari

beberpa ranah yaitu:

1) Kesulitan belajar yang bersumber dari ranah kognitif (ranah cipta), antara lain karena

rendahnya kapasitas intelektual/ intelegensi anak didik. 2) Bersumber dari ranah

afektif (ranah rasa), antara lain emosi labil, pembentukan sikap yang salah, perasaan

bersalah yang berlebihan dan tidak mempunyai gairah hidup. 3) Bersumber dari aspek

psikomotor seperti gangguan pada kaki, penglihatan dan pendengaran sehingga gerak
motoriknya menjadi terganggu. Secara rinci faktor penyebab kesulitan belajar tersebut

jika sudut pandang diarahkanpada aspek lainnya, maka faktorfaktor penyebab

kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi beberapa faktor yaitu faktor anak

didik, sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar. (Lilik Sriyanti, 2009:149) 1) Faktor

Anak Didik Faktor anak internal yang menjadi penyebab kesulitan belajar membaca

antara lain yaitu: a) Tingakat Intelegensi (IQ) yang kurang memadai b) Bakat yang

kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari. c) Faktor emosional

yang kurang mendukung seperti mudah tersinggung, pemurung, mudah putus asa,

cepat menjadi bingung dalam menghadapi masalah, sedih tanpa alasan yang jelas. d)

Kurang aktivitas belajar, kurang dapat memanfaatkan waktu, waktunya terbuang

untuk kegiatan kurang

bermanaaft seperti terlalu banyak nonton TV atau main game. e) Kurang dpat beradabtasi

dengan lingkungan sosial, anak dengan pribadi seperti ini bisa tidak mumpunyai teman,

dikucilkan dalam pergaulan, pada akhirnya anak menjadi kurang berminat berangkat sekolah.

f) Kesehatan yang kurang baik. Misalnya sering sakit kepala, sakit perut, sakit mata, atau
mudah capek dan mengantuk. 2) Faktor Sekolah Sekolah adlah lembaga pendidikan, rumah

kedua bagi anak, karena sebagian besar waktu anak dihabiskan disekolah setelah rumah.

Sekolah menjadi agen ttransfer ilmu pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang baik.

Kenyamanan dan keterangan anak didik dalam belajar akan ditentukan sampai sejauh mana

kondisi dan sistem sosial disekolah dalam menyediakan lingkungan yang kondusif dan

kreatif. Sarana dan prasarana sudahkah mampu dibangun dan memberikan layanan yang

memuaskan bagi anak didik yang berinteraksi dan hidup didalamanya. Sekolah sebagai

tempat menempa diri bagi anak didik, tidak jarang/justru menimbulkan kesulitan dan menjadi

salah satu penyebab kesulitan belajar bagi ank didiknya. Beberapa kondisi sekolah yang dapat

menjadi sumber penyebab kesulitan belajar adalah: a) Pribadi guru yang kurang baik, kurang

ramah, galak dan sikap buruk lainnya. b) Guru kurang berkualitas, kurang memiliki

kompetensi sebagai guru, seperti kurang menguasai materi yang diajarkan, kurang dapat

menggunakan metode yang mampu

memotivasi anak didik, tidak mempunyai pendekatan yang baik dalam berinteraksi dengan

siswa. c) Hubungan guru dengan anak, anak dengan sesama temannyadan hubungan guru
dengan personil sekolah kurang harmonis. d) Alat/media dan sasaran yang kurang memadai.

Sarana dan prasarana yang kurang memadai tidak hanya menghambat proses belajar bahkan

dapat menimbulkan kesulitan. Misalnya atap sekolah bocor, meja dan kursi yang sudah rusak

dapat menghambat belajar serta mengurangi kenyamanan belajar. 3) Faktor Guru Disekolah,

guru merupakan orang yang mendidik anak dalam segala hal. Guru dan cara mengajarnya

merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan anak dalam belajar. Bagaimana

sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan

bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya dan turut

menentukan hasil belajar yang akan di capai oleh siswa. (Nini Subini, 2012: 34) Dalam

kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing,

guruharus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi

yang kondusif. Dengan demikian, cara mengajar guru harus efektif dan mengerti oleh anak

didiknya, baik dalam menggunakan model, teknik, ataupun metode dalam mengajar yang

akan disampaikan kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan

dengan konsep
yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses belajar mengjar. 4) Faktor Sarana

dan Prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secra langsung terhadap

kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran,

perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang

secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan

menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana

dan prasarana akan mmbantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan

demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi

proses pembelajaran. d. Cara Mengatasi Kesulitan Membaca al-Quran Agar dapat membaca

al-Quran dengan baik dan benar maka usaha yang harus kita lakukan yaitu dengan cara

bertahap. Adapun cara-cara yang dapat kita lakukan, diantaranya yaitu: 1) Menguasai huruf

hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf berikut makharijul hurufnya. Hal ini dikarenakan untuk

bisa membaca al- Quran, 90%ditentukan oleh penguasaan huruf hijaiyyah dan selebihnya

10% lagi sisanya seperti tanda baca, hukum bacaan dll. 2) Menguasai tanda baca (a, i, u, atau

biasa disebut fathah, kasrah dan dhommah). 3) Menguasai isyarat bacaan seperti panjang,

pendek, tasydid dan seterusnya. 4) Menguasai hukum-hukum tajwid seperti cara baca

dengung, samar,jelas dan sebagainya. 5) Latihan secara istiqomah dengan seorang guru yang

ahli. (Zakiyah daradjat, dkk, 2004: 3)


B. Studi Relevan Skripsi yang ditulis oleh Rianti mahasiswa Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu

Keguruan Institut Agama Islam Negeri Kendari Tahun 2017, yang berjudul: “Peran Guru

Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Baca al-Quran Siswa SMP Negeri 12

Kendari”. Skripsi yang ditulis oleh Hartini mahasiswa Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Sultan Qaimuddin Kendari Tahun 2009, yang berjudul: “Strategi Guru

Agama Islam Dalam Memberantas Buta Baca Tulis al-Quran Pada Madrasah Ibtidaiyah

Nurul Ilmi Aoma Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan”. Skripsi yang ditulis oleh

Chusnul Laili Kusna Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama

Islam Negeri Tulungagung Tahun 2016, yang berjudul : “Strategi Guru Al-Qur‟an Hadits

dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Membaca Al-Qur‟an pada Siswa di MTs Sultan

Agung Jabalsari Tulungagung”. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya identik

dengan judul yang diteliti oleh penulis. Namun demikian tidak berarti penulis melakukan

duplikasi terhadap penelitian sebelumnya. Penelitian yang disebutkan di atas hanya memiliki

keidentikan dengan penelitian yang penulis lakukan, yakni membahas tentang strategi guru

dalam mengatasi kesulitan membaca al-Quran siswa. Adapun aspek lain memiliki perbedaan

dengan penelitian yang penulis lakukan, misalnya Rianti meneliti upaya guru meningkatkan

kemampuan baca al-Quran siswa yang telah dapat membaca al-Quran dengan baik

sebelumnya, sementara penulis meneliti tentang upaya mengatasi permasalahan siswa yang

kesulitan membaca al-Quran. Demikian pula Hartini yang meneliti tentang upaya

pengentasan buta aksara al-Quran, sementara penulis meneliti siswa yang kesulitan membaca

al- Quran. Aspek lain juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan,

diantaranya sebab penelitian/ latar


belakang, kajian teori, lokasi dan waktu penelitian berbeda satu sama lain, serta sumber data

penelitian. Begitu juga skripsi yang ditulis oleh chusna, Keterkaitan judul penelitian tersebut

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama membahas strategi guru

namun penelitian tersebut mengarah kepada menumbuhkan motivasi belajar membaca Al-

Qur‟an sedangkan pada penelitian yang akan peneliti lakukan mengarah pada mengatasi

kesulitan membaca Al-Qur‟an pada peserta didik.


BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian hasil penelitian yang telah

dikemukakan pada bab diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.

Bentuk-bentuk kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an di Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa

kabupaten Tebo yaitu: Pengucapan Makhraj, sebagian siswa merasa kesulitan dalam

pengucapan makhrajnya, karena begitu banyak huruf-huruf yang sama jadi siswa terkadang

susah untuk membedakan huruf-hurufnya. Misalnya huruf JA disebutkanya huruf ZA dan

huruf TSA disebutnya SA dan seterusnya. Hukum ilmu tajwidnya, dalam kegiatan belajar

membaca Al-Qur‟an masih banyak siswa yang mengalami kesulitan terutama dalam hukum

ilmu tajwidnya. 2. Faktor penyebab kesulitan belajar membaca Al-Qur‟an siswa yaitu: Faktor

peserta didik, yaitu kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik dan

kurangnya motivasi belajar peserta didik. Faktor sekolah, kenyamanan dan ketenangan anak

didik dalam belajar akan ditentukan sampai sejauh mana kondisi dan sistem sosial dalam

menyediakan lingkungan yang kondusif dan kreatif. Faktor guru, sikap dan kepribadian guru,

tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru dan cara mengajarkan pengetahuan

kepada siswa itu yang akan menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. 3.

Strategi guru Al-Qur‟an Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa:

melakukan pendekatan psikologis, guru mempraktikkan bacaan Al-Quran yang benar, guru

Menyuruh siswa membaca surah pendek satu persatu, dan Menggunakan metode tutor

sebaya.
B. Saran Sebelum mengakhiri tulisan ini tak lupa pula peneliti menyampaikan beberapa saran

yang dirasa akan berguna dan bermanfaat sebagai masukan dalam mengatasi sulitnya

membaca Al-Qur‟an di Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa. Adapun saran dari peneliti sebagai

berikut. 1. Kepada kepala sekolah untuk terus berupaya meningkatkan sumber daya yang ada,

hal ini mengingat pentingnya pelajaran membaca AlQur‟an di Madrasah Tsanawiyah At-

Taqwa, yang mana pemahaman siswa dalam belajar Al-Qur‟an masih tergolong rendah, dan

diharapkan memberi semangat dan motivasi siswa untuk lebih giat belajar. 2. Kepada guru

diharapkan untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam bidang agama terutama dalam

belajar membaca Al-Qur‟an agar menjadi guru yang profesional dalam menjalankan tugas

sebagai pendidik. Selain itu guru juga harus lebih banyak memberikan motivasi kepada

siswanya agar lebih semangat dan giat dalam belajar membaca Al-Qur‟an. 3. Kepada siswa

harus semangat dan giat dalam belajar agama terutama dalam belajar membaca Al-qur‟an.

Karena Al-quran merupakan sumber hukum pertama yang menjadi pedoman untuk seluruh

umat manusia di dunia maupun d akhirat. Siswa juga harus lebih rajin dan mempunyai

motivasi untuk belajar membaca Al-qur‟an dan terus membiasakan membaca Al-Qur‟an

sampai berulang-ulang kali. Dan tidak pernah bosan untuk belajar membaca Al-Qur‟an

meskipun sulit untuk membaca dan memahaminya.


DAFTAR PUSTAKA Anonim Al-Qur‟an dan terjemah. Bandung: Diponegoro. ______. UU

RI No.20 Tahun 2003.2009. Tentang Sistem Pendidikan Nasional,.Jakarta: Sinar Grafika

Afrizal. 2014.Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Arikunto,

Suharsimi. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bahri Syaiful Djamarah.

2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Darmansyah. 2012. Strategi

Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: Bumi Aksara. Fatimah Kadir St. 2007.

Strategi Belajar Mengajar. Kendari: STAIN. Fathurohman M dan Sulistyorini, 2012.

Pendidikan Berkualitas. Yogyakarta: Teras. H.Tombak Alam. 2014. Ilmu Tajwid. Jakarta:

Amzah. Hamka Abdul. 2012. Karakter Guru Profesional. Jakarta: Al-Mawaerdi Prima.

Kementerian Agama RI. 2014. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro. Majid

Abdul. 2013. Stategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Model KTSP

Madrasah. 2007. Direktorat Pendidikan Madrasah. Direktorat Jedral Pendidikan Islam:

Departemen Agama. Moleong Lexi J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya. Moleong Lexi J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.

Bandung: Remaja Rosdakarya Muhajir Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Yogyakarta: Rake Sarasih. Nini Subini. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari

Pustaka Sugiono. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung :

CV Alvabeta.

Anda mungkin juga menyukai