Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI MI MIFTAHUL FALAAH MANISRENGGO


KOTA KEDIRI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum Pengkajian Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Kediri

Dosen Pembimbing Lapangan:


DR. H. MOH. ASROR YUSUF, M.AG

Disusun Oleh:
Farikhatul Khoiriyah (933801518)
Ridhoni Ayu Nur Izzati (933801818)
Yogi Suwarno (933804718)
Badruttamam (933805918)
Ahmat Saifuddin (933806018)
Nabila An’imatul Maula (933806718)
Hidayatun Nisa’ (933807118)
Muhammad Fahrurrozi (933807918)
Angga Prasetyo (933809618)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
IAIN KEDIRI
2021
A. Latar Belakang
Belajar al-Qur’an merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan. Apalagi belajar ilmu
al-Qur’an merupakan suatu yang penting karena dalam membaca al-Qur’an diharuskan
dengan baik dan benar serta tidak boleh merubah makna. Rasulullah Saw menganjurkan
umat muslim untuk senantiasa mempelajari dan mengamalkan isi dan kandungan makna al-
Qur’an. Al-Qur’an merupakan petunjuk sekaligus pedoman umat muslim. Isi dari
kandungan al-Qur’an merupakan ilmu pengetahuan yang lengkap yang dapat kita pelajari
dan pahami.
Mempelajari al-Qur’an merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim. Dalam
mempelajari ilmu al-Qur’an terdapat dua poin penting, yaitu tajwid dan tahfidz. Dua hal ini
memiliki hubungan yang sangat erat. Tajwid merupakan ilmu yang mempelajari tentang
tatacara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, baik dalam pelafalan huruf, hukum
bacaan, dan hal lain yang berhubungan dengan bacaan al-Qur’an. Sedangkan tahfidz
merupakan metode mempelajari al-Quran dengan cara menghafalkannya. Ketika seseorang
ingin masuk ke tahap tahfidz, dianjurkan harus sudah memiliki bacaan yang baik dan benar
terlebih dahulu.
Menghafal al-Qur’an memiliki berbagai metode. Diantaranya dengan membaca
ayat secara berulang-ulang, membaca satu ayat lalu langsung dihafalkan begitu ayat
selanjutnya, memahami dahulu arti dan makna pada suatu ayat, mendengar murottal
berulang-ulang, dan sebagainya. Namun, untuk anak-anak lebih mudahnya menghafal
dengan cara dibaca terlebih dahulu ayat yang akan dihafal secara berulang-ulang atau
dengan mendengarkan murottal dengan cara diulang-ulang. Hal ini membuat anak-anak
cepat dalam menghafal karena otak mereka dalam masa perkembangan yang membuat
mereka mudah merekam apapun.
Jika kita lihat di tahun-tahun terakhir ini, banyak lembaga formal yang mulai
memasukkan program tahfidz dalam pembelajaran. Hal ini dinilai sangat baik, karena pada
usia anak-anak itulah mereka sangat butuh bekal agama yang kuat. Selain itu membiasakan
membaca al-Qur’an dan menghafal al-Qur’an dalam dunia pendidikan merupakan salah satu
pelajaran pembiasaan akhlaq. Apabila anak-anak sejak kecil diajarkan disiplin dan akhlaq
yang baik, maka ia akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula.
Program tahfidz di dunia pendidikan merupakan hal yang efektif untuk
menumbuhkan rasa cinta anak-anak kepada al-Qur’an. Pada usia anak-anak ingatan mereka
sangat kuat. Hal ini salah satu faktor diterapkannya program tahfidz pada usia anak

2
Madrasah Ibtidaiyyah dan sederajat1. Seperti di Madrasah Ibtidaiyyah Miftahul Falaah
Manisrenggo yang juga menerapkan program membaca dan menghafal al-Qur’an sebagai
kegiatan pengembangan akhlaq.
Program tahfidz di MI Miftahul Falaah Manisrenggo ini diawali dari dua tahun
yang lalu tepatnya tahun 2019. Programnya yaitu setiap pagi sebelum memulai pelajaran
anak-anak berdo’a terlebih dahulu kemudian membaca surat-surat yang ada dalam Juz
‘Amma. Dalam hal ini, membaca dan menghafal surat-surat Juz ‘Amma dibagi dalamm
setiap tingkatan kelas. Misalnya untuk kelas 1 surat yang dibaca yaitu Q.S. an-Na>s sampai
dengan Q.S. al-Ikhla>s, dan seterusnnya hingga kelas 6 dari Q.S. ‘Abasa sampai dengan Q.S.
an-Naba’. Setelah membaca Juz ‘Amma dilanjutkan dengan pembacaan asmaul husna.
Tentunya bagi anak-anak dalam menghafalkan banyak sekali kesulitan dan
tantangan. Dalam kegiatan Praktikum Pengkajian Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di MI Miftahul
Falaah Manisrenggo, kami juga menemukan hambatan anak-anak dalam belajar al-Qur’an
dan menghafalkannya. Dalam laporan ini, kami akan membahas bagaimana metode yang
digunakan di MI tersebut dalam belajar al-Qur’an, hambatan-hambatan yang dialami siswa,
dan rekomendasi yang kami berikan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

B. PROFIL MADRASAH IBTIDAIYYAH MIFTAHUL FALAAH MANISRENGGO


1. Sejarah Berdirinya MI Miftahul Falaah Manisrenggo Kota Kediri
Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falaah merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang dikelolah oleh Yayasan Pendidikan Islam Al-Falaah dan didirikan pada tahun
1949 M oleh Bapak H. Fauzan sebagai ketua yayasan, yang bermula dari mushalla Al-
Fuaddiyah milik Kyai Sayyid. Mushalla Al-Fuaddiyah merupakan cikal bakal
berdirinya MI Miftahul Falaah, karena siswanya yang makin hari makin banyak dan
masyarakat manisrenggo menginginkan pengembangan pendidikan maka didirikanlah
Madrasah Ibtida’iyah pada tahun 1949, dan diberi hak menurut hukum untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dan diperbolehkan untuk mengikuti
ujian persamaan Madrasah Negeri.
Madrasah Ibtida’iyah telah terakreditasi dengan nilai B, dengan berdasarkan SK
Penetapan hasil Akreditasi BAP-S/M nomor: 200/BAP-S/M/SK/X/2016 dan berlaku
sampai dengan 25 Oktober 2021 yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Provinsi

1
Ayu Rizka Syilvia, Pembiasaan Membaca dalam Menghafal Al-Qur’an pada Siswa SD Negeri Ragatunjung 05
Paguyangan Brebes, (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2020), h. 20.

3
Sekolah/Madrasah Surabaya Jawa Timur. Lokasi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falaah
terletak di kelurahan Manisrenggo kediri, diatas tanah seluas ±186 m2. Oleh karena itu,
lingkungan MI Miftahul Falaah juga sangat kondusif/strategis untuk pendidikan, sebab
mudah di jangkau dengan kendaraan umum.
Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falaah mengalami proses pasang
surut dalam kurun waktu yang dilaluinya, baik dari segi kualitas maupun kuantitas
sesuai dengan dinamika kehidupan suatu satuan pendidikan yang melayani para
peminat dan para pendukungnya. Selaras dengan perkembangan situasi dan lingkungan
yang ada. Peningkatan tersebut bisa dipahami karena MI Miftahul falaah, dikelola
secara profesional oleh tenaga-tenaga guru yang sesuai dengan keahliannya masing-
masing, dan dengan menggunakan kurikulum yang sudah ditetapkan/disempurnakan
baik dari Departemen Agama, serta ditambah dengan pelajaran ekstrakurikuler di luar
jam efektif.
2. Visi, Misi, dan Tujuan MI Miftahul Falaah Manisrenggo Kota Kediri
a. V i s i
Terwujudnya lulusan Madrasah yang beriman, berilmu dan beramal sholeh serta
memiliki daya saing dalam bidang IPTEK dan olahraga.
b. M i s i
1) Menyiapakan manusia yang menguasai IPTEK dan berlandaskan IMTAQ.
2) Menumbuhkembangkan motivasi siswa lebih aktif, kreatif, dan inovatif sesuai
perkembangan zaman.
3) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama dan budaya bangsa.
4) Menumbuhkan semangat berprestasi.
5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana Madrasah
6) Menerapkan prinsip dan nilai-nilai ajaran islam dalam kegiatan sehari-hari di
Madrasah
7) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
madrasah, komite madrasah, dan masyarakat.
8) Mewujudkan Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang mendapatkan
kepercayaan masyarakat.
c. Tujuan
Dengan mengacu pada visi-misi di atas, maka tujuan MI Miftahul Falaah dibagi
menjadi dua tahap sebagai berikut :

4
1) Tahap I (Tahun 2020-2022) Madrasah berusaha mencapai tujuan :
a) Meningkatkan kualitas tenaga kependidikan untuk mendukung KBM.
b) Melaksanakan PBM yang mengarah pada program pembelajaran yang
berbasis kompetensi dengan pendekatan PAKEMI.
c) Meningkatkan pengamalan sholat berjamaah dhuhur di Madrasah.
d) Meningkatkan nilai rata-rata UASBN secara berkelanjutan
e) Meningkatkan pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan
potensi dan minat siswa
f) Menciptakan manajemen partisipatif terhadap seluruh stakeholders.
2) Tahap II (Tahun 2022-2024) Madrasah berusaha mencapai tujuan:
a) Mewujudkan tim olimpiade MIPA dan KIR yang mampu bersaing di tingkat
daerah.
b) Meningkatkan jumlah sarana / prasarana serta pemberdayaannya yang
mendukung peningkatan prestasi akademik dan non akademik
c) Mewujudkan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang diperhitungkan
masyarakat kota Kediri.
d) Mewujudkan madrasah sebagai madrasah rujukan.
e) Mewujudkan lingkungan belajar yang islami menuju Madrasah hebat
bermartabat.

5
Gambar 1.1

Struktur Organisasi MI Miftahul Falaah Manisrenggo Kediri

Tahun Ajaran 2021-2022

Kepala Sekolah…………….. Yayasan


Ari Purwati, M.
SE,M.Pd. Saifudin,S.Pd.I

Komite Sekolah Pesuruh


H. Kamali Andik Harnoko

Wali Kelas II Wali Kelas V Wali Kelas


Wali Kelas III Wali Kelas IV
Wali Kelas I Nurul VI
Akhmad Ni’matul Lafi Nailil
Siti Asiyah, Azizah, Alis Eko
Mukharom, Hidayah,S.Pd. Fauziyah,S.P
S.Pd.I S.Pd.I Wahyudi
S.Pd I d
& & S.Pd.I
& &
Ima Septian Siti Ngaisah &
Putri Wahyu Ristika,S.Pd.I
Fernanda,S.Pd.I Al Mariatul Dewi
Diana,S.Pd.I
Ulfa,S.Pd.I Ulin,S.Pd

Garis Komando

Garis Koordinasi

6
3. Keadaan Siswa MI Miftahul Falaah Manisrenggo Kota Kediri

Sedangkan untuk mengetahui jumlah siswa tahun ajaran 2020-2021 MI

Miftahul Falaah Manisrenggo dapat dilihat pada tabel berikut ini:

NAMA
NO. Pa Pi JUMLAH WALI KELAS
KELAS

1. IA 11 10 21 Siti Asiyah,S.Pd.I

2. IB 9 13 22 Ima Septian Fernanda,S.Pd.I

3. IIA 16 8 24 Nurul Azizah, S.Pd.I

Siti Ngaisah Al Mariatul


4. IIB 17 9 24
Ulfa,S.Pd.I

5. IIIA 13 9 22 Ahmad Mukharom,S.Pd.I

6. IIIB 10 11 21 Putri Wahyu Diana,S.Pd.I

7. IVA 8 12 20 Ni’matul Hidayah, S.Pd.I

8. IVB 8 12 20 Ristika Mar’atus S.,S.Sos

9. V 12 8 20 Lafi Nailil Fauziyah,S.Pd.

10. VIA 16 7 23 Dewi Ulin Ni’mah,S.Pd.

11. VIB 9 13 22 Alis Eko Wahyudi, S.E,S.Pd

JUMLAH 142 110 252

Sumber: Profil MI Miftahul Falaah Manisrenggo Kediri 2021

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah seluruh siswa MI Miftahul falaah

Manisrenggo pada tahun pelajaran 2021/2022 adalah 252, Jumlah siswa laki-laki 142 dan

110 adalah siswa perempuan. Sehingga jumlah keseluruhan adalah 252 siswa.

4. Sarana dan Prasarana MI Miftahul Falaah Manisrenggo Kediri

Keadaan sarana dan prasarana sekolah ini merupakan wadah, di mana peserta didik

diarahkan menjadi pribadi yang memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan

7
lingkungan masyarakat, untuk mewujudkan kearah ini, diharapkan mampu melengkapi

sarana dan prasarana yang dapat menunjang tercapainya keberhasilan kegiatan belajar

mengajar.

Tabel 1.2

Fasilitas Pembelajaran di MI Miftahul Falaah Manisrenggo Kediri

No. Jenis Ruang Jumlah

1. Ruang Kelas 11 Ruang

2. Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang

3. Ruang Perpustakaan 1 Ruang

4. Ruang UKS 1 Ruang

5. Ruang Guru 1 Ruang

6. Koperasi 1 unit

7. Musholla 1 unit

8. Kamar Mandi/ WC Guru 1 Ruang

9. Kamar Mandi/ WC Murid 2 Ruang

10 Lab. IPA 1 Ruang

JUMLAH 21 Ruang

Sumber: Profil MI Miftahul Falaah Manisrenggo Kediri

8
5. Jumlah Tenaga Pendidik MI Miftahul Falaah Manisrenggo Kediri

Tabel 1.3

Jumlah Tenaga Pendidik MI Miftahul Falaah Manisrenggo Kediri

Jenis Kepegawaian
No Nama
Status Pendidikan Jabatan

Non
PNS
PNS

1 Ari Purwati,S.E, M.Pd. GTY S2 Kepala Madrasah

2 Sutaryono,S.Pd. PNS S1 Guru Penjaskes

3 Siti Asiyah,S.Pd.I GTY S1 Wali Kelas IA

Ima Septian
4 GTY Wali Kelas IB
Fernanda,S.Pd.

5 Nurul Azizah,S.Pd.I GTY S1 Wali Kelas IIA

Siti Ngaisah Al Mariatul


6 GTY S1 Wali Kelas IIA
Ulfa, S.Pd.I

7 Akhmad Mukharom,S,Pd. GTY S1 Wali Kelas IIIA

8 Putri Wahyu Diana,S.Pd.I GTY S1 Wali Kelas IIIB

9 Ni’matul Hidayah, S.Pd.I. GTY S1 Wali Kelas IVA

10 Ristika Mar’atus S.,S.Sos GTY S1 Wali Kelas IVB

11 Lafi Nailil Fauziyah,S.Pd. GTY S1 Wali Kelas V

12 Dewi Ulin Ni,mah, S.Pd GTY S1 Wali Kelas VIA

13 Alis Eko Wahyudi,S.E. GTY S1 Wali Kelas VIB

14 Sa’dullah GTY MA Guru PAI

15. Saifuddin,S.Pd.I GTY S1 Guru PAI

Guru Bahasa
16. M.R.Arif Bahtyar,S.Pd.. GTY S1 Inggris dan
Operator

Jumlah 1 15

9
C. TEORI PEMBELAJARAN AL-QUR’AN
Secara global, setiap ingin melakukan suatu hal terlebih pembelajaran, tentu ada
teorinya supaya dalam melakukan suatu hal itu sesuai dengan aturan dan tata cara yang ada.
Begitu juga pada pembelajaran al-Qur’an pada anak usia 7-12 tahun atau untuk anak
Madrasah Ibtidaiyyah tentu harus menggunakan beberapa teori. Di antaranya sebagai
berikut :
1. Perencanaan Pembelajaran al-Qur’an
Dalam pembelajaran al-Qur’an tidak boleh asal-asalan saja karena sesuai
sejarah para sahabat dahulu bisa membaca dan mempelajari al-Qur’an dengan berguru
langsung kepada Nabi Muhammad Saw, yaitu dengan cara langsung mengaji kepada
beliau atau mengaji kepada sahabat yang mengikuti kajian beliau.
Perencanaan merupakan usaha untuk menjadikan jalannya suatu agenda dengan
kondusif dan lebih tertata, Abdul Majid menjelaskan bahwa perencanaan pembelajaran
merupakan proses penyusunan materi yang akan dipelajari dan akan dilaksanakan pada
masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan2. Sedangkan menurut
Oemar Hamalik, ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam perencanaan
pembelajaran ialah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan-tujuan dari pelajaran itu.
b. Menyusun materi pelajaran berdasarkan tujuan yang dikehendaki.
c. Menyusun isi pelajaran dalam bentuk masalah-masalah, unit-unit atau minat
siswa.
d. Menentukan metode mengajar untuk setiap tingkatan3.

Di MI Miftahul Falaah, perencanaan dan pembelajaran al-Qur’an yang dipakai


adalah dengan menyusun kurikulum, mulai pembelajaran huruf hijaiyyah serta
makhrajnya di kelas 1 sampai kelas 3, kemudian dilanjutkan pengenalan tajwid di kelas
4 samapai kelas 6. Semua itu disusun dalam buku pegangan yang dibagikan ke semua
siswa. Perencanaan pembelajaran al-Qur’an itu juga mencakup adanya penyusunan
surat-surat pendek yang dibaca setiap hari di setiap kelasnya, dengan tingkatan surat
yang berbeda-beda. Hal itu selain bertujuan supaya siswa belajar membaca al-Qur’an,
juga supaya siswa terbiasa membaca surat tertentu dan akan hafal setelah sering dibaca.

2
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 17.
3
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 135.

10
2. Pembelajaran Al-Qur’an
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan untuk membantu siswa
agar dapat belajar dengan baik4. Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik sangat
berperan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Pendidik bertugas sebagai
pembimbing siswa dan mengarahkan agar siswa mempunyai pengalaman belajar.
Setelah adanya perencanaan kemudian diterapkan dalam pengajaran MI
Miftahul Falaah juga sesuai dengan materi atau kurikulum yang telah menjadi acuan.
Walaupun tidak menggunakan metode yang telah ada seperti metode Tilawati, an-
Nahdliyah, Yanbu’a dan lain-lain, kurikulum yang diajarkan di MI Miftahul Falaah
telah sesuai dengan kemampuan siswa dalam mempelajari al-Qur’an. Juga dalam
penerapan pembacaan surat-surat pendek sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai
sangat membantu mereka dalam melancarkan membaca al-Qur’an dan bahkan bisa
menghafalnya.
Buku panduan surat-surat pendek yang dibaca di setiap hari di kelas merupakan
susunan yang telah disesuaikan dengan kemampuan siswa, dan hal itu mulai sekitar
tahun 2017 yang tujuannya selain membiasakan siswa membaca ayat-ayat al-Qur’an
adalah semua siswa jika lulus MI telah menghafal juz 30. Cara tersebut cukup efisien,
terlebih jika didampingi dengan adanya setoran untuk mengetahui sejauh mana hafalan
para siswa.
3. Evaluasi Pembelajaran
Menurut M. Ngalim Purwanto, evaluasi merupakan suatu proses merencanakan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan5. Dalam evaluasi pembelajaran akan nampak hasil yang
sudah dicapai oleh pengajar terhadap yang diajarnya, dan setelah tahu hasilnya maka
pengajar bisa menentukan langkah selanjutnya supaya pembelajaran adaptif dan
mendapatkan hasil yang positif.
Alat untuk mengukur evaluasi yang sering dipakai dalam pembelajaran
(termasuk dalam pembelajaran al-Qur’an), secara garis besar ada dua cara, yaitu :
1. Tes tulis

4
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2014), h. 19.
5
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),
h, 3.

11
Tes ini sangat baik jika dilakukan pada siswa sekolah dasar, karena
ketertarikan mereka pada latihan-latihan yang berupa soal dalam bentuk
tulisan. Mereka akan lebih bisa mengingatnya daripada sekedar dijelaskan
atau dibaca. Tes ini terdiri atas tes harian, tes semester, dan tes akhir tahun.
Materi tesnya pun juga bervariasi bisa berupa soal pilihan ganda, uraian atau
berupa kolom.
2. Tes Lisan
Tes lisan ini biasanya meminta siswa untuk membaca suatu kalimat,
ayat bahkan surat secara langsung dihadapan guru, supaya guru mengetahui
sampai mana kemampuan siswa dalam penguasaan materi yang
dipraktekkan.

Dua cara evaluasi di atas juga diterapkan di MI Miftahul Falaah bahkan dalam
buku LKS nya ada panduan untuk itu sebagai pengingat pengajar untuk melakukan
evaluasi.

D. METODE PEMBELAJARAN
Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan
karakter setiap siswa sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di
sekolah, keluarga dan masyarakat. Pembelajaran merupakan proses menciptakan situasi
kondusif agar terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar antara guru pengajar, siswa, dan
komponen pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran6. Pembelajaran
identik dengan suatu kegiatan dimana guru mengajar atau membimbing siswa menuju
proses pendewasaan diri. Suyono mengatakan bahwa pembelajaran dikondisikan agar
mampu mendorong kreativitas siswa secara menyeluruh dan membuat siswa menjadi aktif,
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam kondisi yang
menyenangkan7.
Media pembelajaran merupakan suatu alat bantu yang tak hidup atau tidak
bernyawa yang bersifat netral. Perannya akan terlihat ketika guru bisa memanfaatkannya
dengan baik dalam proses mengajar. Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar
tentunya media memiliki beberapa fungsi, diantaranya:

6
M. Hosnan, Pendekatan Sainntifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2016), h. 8.
7
Suyono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), h. 27.

12
1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan sebagai fungsi tambahan
melainkan memiliki fungsi tersendiri sebagai alat bantu dalam mewujudkan situasi
belajar yang efektif
2. Penggunaan media pembelajaran adalah bagian atau salah satu unsur yang harus
dikembangkan oleh guru
3. Dalam pembelajaran media pembelajaran harus melihat pada tujuan serta bahan
pelajaran
4. Penggunaan media dalam pembelajaran bukan sebagai hiburan atau sekedar
melengkapi proses belajar agar lebih menarik perhatian siswa
5. Penggunaan media dalam pembelajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses
pembelajaran dan membantu siswa memahami pengertian yang diberikan guru
pengajar
6. Penggunaan media dalam pembelajaran bertujuan meningkatkan mutu belajar
mengajar.

Manfaat penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar terlebih untuk tingkat
SD/MI sangat penting. Hadirnya media sangat membantu mereka dalam memahami hal
tertentu. Pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara guru pengajar dan siswa.
Dalam proses pembelajaran di dalam kelas antara guru pengajar dan siswa diperlukan media
untuk menyampaikan materi8.

Dalam hal ini, di MI Miftahul Falaah dalam pengajaran dan tahfidz al-Qur’an
menggunakan media buku panduan tajwid dan tahfidz. Di dalam buku ini terdapat bacaan
surat-surat yang terdapat dalam Juz ‘Amma. Pembiasaan pembacaan Juz ‘Amma ini
dilakukan setiap pagi hari sebelum memulai pelajaran. Setiap kelas saling bersahutan
melafadzkan kalam Allah yang terdapat dalam Juz ‘Amma. Pembacaan ini dibagi mulai dari
kelas 1 hingga kelas 6 membaca surat yang telah dibagi menurut tingkatan kelasnya. Untuk
kelas 1 membaca Q.S. an-Na>s sampai Q.S al-Ikhla>s, dan seterusnya hingga kelas 6
membaca Q.S. ‘Abasa hingga Q.S. an-Naba’. Sedangkan untuk Hari Jum’at, kegiatan setiap
paginya yaitu belajar al-Qur’an bersama-bersama sesuai dengan tingkatannya untuk kelas 1
sampai kelas 4, dan untuk kelas 5 dan kelas 6 membaca Q.S. Ya>si>n dan tahlil bersama-sama
di musholla MI9.

8
U. A. Chaeruman, Model Pembelajaran Berorientasi Kelas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 20.
9
Wawancara kepada Kepala Madrasah Ibtidaiyyah Miftahul Falaah Manisrenggo Kediri, Ibu Ari Purwati, S.E,
M.Pd.

13
Dalam pembelajaran tajwid dan hukum-hukumnya, di MI Miftahul Falaah
menggunakan buku pelajaran al-Qur’an Hadis. Pembahasan dalam buku ini mencakup
beberapa surat sesuai tingkatan kelas beserta pemahaman tajwid. Seperti misalnya di kelas
1, buku al-Qur’an Hadis terlebih dahulu mengenalkan kepada siswa tentang huruf-huruf
hijaiyah. Huruf hijaiyah merupakan huruf yang digunakan dalam membaca al-Qur’an.
Kemudian menjelaskan Q.S. an-Na>s, Q.S. al-Falaq dan Q.S. al-Ikhla>s yang mana surat-
surat ini merupakan surat yang wajib untuk dihafal karena memiliki banyak kandungan.
Bahkan dijelaskan di dalamnya bahwa surat ini dianjurkan untuk dibaca sebelum tidur.
Anak-anak kelas 1 juga banyak yang telah mengamalkan membaca ketiga surat ini ketika
hendak tidur dengan alasan agar mereka terhindar dari mimpi buruk10. Selain surat-surat
tersebut anak-anak kelas 1 juga sudah banyak yang telah hafal surat-surat lainnya, dan
banyak dari mereka yang sudah mahir membaca al-Qur’an11. Sedangkan mulai kelas 2
hingga kelas 6, tidak hanya materi tajwid dan surat al-Qur’an saja yang dibahas dalam
pelajaran al-Qur’an Hadis, akan tetapi disertai dengan pelajaran hadis beserta pembiasaan
pengamalannya.

E. HAMBATAN YANG DIALAMI DALAM PROSES PEMBELAJARAN


Dalam melakukan segala sesuatu, terlebih di tempat baru, tentunya akan ada
hambatan-hambatan yang dihadapi. Begitu juga dengan Praktek Kerja Lapangan di MI
Miftahul Falaah ini. Sebagai orang baru, di tempat baru pula kami menemukan beberapa
hambatan didalamnya. Diantara hambatan-hambatan yang kami alami yaitu terkait siswa-
siswinya, seperti kurang atau bahkan sulitnya anak dalam memahami pelajaran dan masih
ada beberapa anak yang belum bisa membaca.
Mengenai hambatan-hambatan tersebut, kami akan memberikan uraian satu per
satu. Pertama, sulitnya anak-anak dalam memahami materi. Sulitnya anak memahami
pelajaran, salah satunya disebabkan oleh terlalu lamanya mereka belajar secara daring.
Memang tidak semua anak kesulitan, namun menurut kami sebagian besar mereka
mengalami hal itu. Dari problem ini kami dapat menilai bahwa ternyata pembelajaran daring
tidak begitu efektif bagi pemahaman siswa. Sebab, yang dibutuhkan oleh siswa mestinya
adalah sebuah penjelasan dari materi. Akan tetapi, mayoritas di beberapa tempat mereka
hanya diberi materi untuk belajar sendiri kemudian mengerjakan, atau kasus lain mungkin
guru mereka memang sudah menjelaskan namun mereka yang tidak menyimak. Sehingga,

10
Wawancara kepada Muhammad Bilal siswa kelas 1 MI Miftahul Falaah.
11
Wawancara kepada Alkholifi Dzikri Hadyandra siswa kelas 1 MI Miftahhul Falaah.

14
setelah sekian lama belajar secara daring, saat mereka mulai aktif belajar lagi, mereka masih
sulit menangkap materi yang disampaikan.
Kedua, masih ada beberapa anak yang belum bisa membaca. Hal ini benar-benar
menjadi hambatan sekaligus tantangan bagi kami. Hampir di setiap kelas yang kami masuki,
ada beberapa anak yang masih belum bisa membaca, bahkan untuk didikte pun mereka
kebingungan. Menurut analisa kami, kasus seperti ini dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya kurangnya perhatian dari orang tua. Kemungkinan beberapa orang tua dari
mereka yang belum bisa membaca adalah para pekerja yang kurang memiliki waktu
bersama anak. Sehingga, anak tidak ada yang mendampingi dalam belajar. Selain itu, faktor
yang lain adalah murni dari diri siswa itu sendiri, entah itu rasa malas, tidak mau mencoba,
atau terlalu banyak bermain. Dirinya sadar jika belum bisa membaca, namun dia tidak mau
berusah dan belajar supaya bisa.
Selain faktor-faktor tersebut ada satu faktor lagi yaitu tentang kemampuan seorang
anak. Kemampuan setiap anak menurut kami tidak bisa disamakan. Mungkin satu anak ini
mudah untuk belajar, membaca, ataupun memahami pelajaran, namun tidak untuk anak lain.
Terkadang mereka sudah berusaha semampu mereka, akan tetapi hasilnya masih sama, yaitu
kesulitan. Tentunya anak-anak yang seperti ini harus lebih dibimbing, karena dia memiliki
kemauan untuk belajar. Bukan berarti anak-anak dengan faktor lain tidak dibimbing, namun
bagi kami anak-anak yang memiliki kemauan pasti memiliki ketekunan belajar yang lebih
pula.
Setelah menganalisa hambatan-hambatan tersebut, kami pun berusaha memikirkan
bagaimana solusi yang tepat untuk menghadapinya. Kami berusaha menciptakan suasana
kelas supaya tidak terlalu serius dan canggung. Biasanya, usia anak-anak itu lebih segan jika
dengan orang baru, sehingga mereka lebih mudah untuk mengikuti pelajaran dengan orang
baru. Kami mencoba mengulas kembali materi-materi yang sudah pernah diajarkan selam
pembelajaran daring. Ketika mereka mulai terlihat lelah atau tidak semangat, terkadang
kami isi dengan game, bernyanyi atau aktivitas lain supaya mereka juga tidak jenuh. Baru
setelah itu dilanjutkan pelajaran lagi.
Selanjutnya, untuk anak-anak yang belum bisa membaca sebenarnya lebih sulit
untuk ditangani. Menurut kami, untuk menangani hal itu perlu dilakukan pendekatan secara
personal. Dengan adanya pendekatan personal tersebut, seorang anak bisa lebih mengenal
dan dekat dengan pengajar dan dapat lebih fokus dalam belajar. Sedangkan dalam Praktek
Kerja Lapangan, cara mengajar kami adalah masuk dalam kelas bukan personal atau privat.
Hal itu yang mungkin membuat kami lebih sulit untuk mengatasi kesulitan anak dalam

15
membaca. Kami berusaha menangani kasus ini dengan tetap melakukan pendekatan
personal, namun belum dapat maksimal. Terkadang, kami masuk kelas dua orang, yang satu
menjelaskan materi dari depan dan yang lain mendekati secara personal anak yang masih
sulit membaca tersebut. Selain itu, ketika siswa-siswi lain diberi tugas untuk dikerjakan,
kami membimbing anak-anak yang kesulitan.
Selain hambatan-hambatan yang kami sebutkan di atas, ada lagi hambatan yang
khusus terkait pembelajaran al-Qur’an dan tahfidz. Di MI Miftahul Falaah, sebelum
memulai pembelajaran siswa-siswi dibiasakan untuk membaca asma’ul husna dan Juz
‘Amma. Ternyata dua hal tersebut juga masuk dalam hambatan bagi kami. Banyak dari
mereka, khususnya kelas bawah antara kelas 1 sampai 3 belum hafal asma’ul husna.
Sebenarnya ada buku tahfidz untuk itu, namun entah mungkin belum disiapkan dari pihak
sekolah ataukah ada faktor lain, banyak dari mereka yang tidak memegang buku tersebut.
Sehingga kami pun agak kesulitan jika mau mengajak siswa-siswi membaca asma’ul husna,
khususnya untuk kelas 1 sampai 3 ini. Namun, positifnya meskipun mereka belum hafal,
mereka mau mengikuti membaca atau minimal mau mendengarkan.
Kaitannya dengan membaca Juz ‘Amma, problemnya tidak jauh beda. Juz ‘Amma
ini biasanya dibaca setelah asma’ul husna, dan surah-surah yang dibaca disesuaikan dengan
tingkat kelasnya. Problemnya adalah mereka tidak tahu surah apa yang seharusnya dibaca
untuk tingkat kelas mereka. Kami mencari buku tahfidz di lemari kelas masing-masing pun
tidak ada. Sehingga yang kami lakukan adalah bertanya pada mereka surah apa yang mereka
ingat yang terakhir kali dibaca, baru kami lanjutkan surat berikutnya tau mengulang surat
tersebut.
Untuk bidang tahfidz, yang menjadi hambatannya yaitu mereka tidak disediakan
waktu untuk menyetorkan hafalan di sekolah. Mereka mneghafal di rumah dan hingga tiba
waktu ujian mereka langsung setoran surat yang ditentukan. Sisi positifnya mereka menjadi
memiliki rasa tanggung jawab atas hal tersebut, akan tetapi dari sisi lain ketika membaca di
kelas ada yang sudah hafal dan ada yang belum hafal sehingga terkesan tidak kompak.
Hambatan lain dalam proses menghafal adalah ayatnya yang panjang dan terdapat banyak
lafadz yang hampir sama sehingga sulit untuk dihafalkan12.
Dari beberapa hambatan dan solusi yang telah kami lakukan, ada beberapa yang
mungkin berhasil dan mungkin juga belum berhasil. Yang pertama, mengenai pemahaman
pelajaran. Setelah satu bulan mendampingi mereka belajar, kami rasa ada perkembangan

12
Wawancara kepada Intan Maulida Salsabilla siswa kelas 6 MI Miftahul Falaah.

16
yang baik dari diri mereka dalam memahami pelajaran. Yang awalnya mereka hanya diam
saat pelajaran, semakin hari mereka semakin bisa memberikan timbal balik kepada kami
perihal pelajaran. Jadi, kami rasa metode belajar yang kami gunakan membuahkan hasil.
Kedua, mengenai siswa-siswi yang belum bisa membaca. Problem ini lumayan
sulit untuk kami, menurut kami waktu satu bulan itu sebenarnya belum cukup untuk
mendampingi mereka yang belum bisa membaca, karena belajar membaca bukan hal yang
bisa dilakukan secara instan. Apalagi memang metode yang digunakan adalah pendekatan
secara personal, tentu saja membutuhkan waktu yang relatif lama. Namun, minimal yang
kita hasilkan dari pendekatan personal ini adalah berkurangnya ketidak kondusifan kelas
dan pem-bully-an. Mengapa demikian? Karena, beberapa dari anak yang tidak bisa
membaca itu, biasa mengganggu keseriusan temannya saat pelajaran, sehingga nantinya
kelas menjadi tidak kondusif. Selain itu, dari teman-teman yang lain terkadang juga mem-
bully atau mengejek temannya yang belum bisa membaca. Nah, dengan pendekatan personal
ini, hal itu mulai berkurang. Kami bisa menasehati teman-temannya serta memberikan
dorongan atau semangat kepada anak yang belum bisa membaca tersebut.
Ketiga, terkait asma’ul husna dan surah pendek. Dua hal tersebut juga tidak bisa
membuahkan hasil secara instan. Namun dengan pembiasan dibaca sebelum masuk,
perlahan dapat membuat siswa-siswi hafal. Memang hal itu sudah biasa dilakukan
sebelumnya, akan tetapi karena sudah terlalu lama daring, kami pun seperti mengulang
kebiasaan tersebut dari awal. Poinnya disini adalah kami melancarkan lagi apa yang sudah
menjadi kebiasaan mereka sebelum pembelajaran daring. Dan hasilnya cenderung baik,
karena memang ini dilakukan setiap hari, bukan hanya dibimbing oleh kami, tetapi juga oleh
guru-guru mereka. Untuk proses menghafalnya sebaiknya disediakan jadwal sebulan sekali
atau seminggu sekali untuk anak-anak menyetorkan hafalan surat-surat agar anak-anak lenih
bersemangat menghafal al-Qur’an yang dimulai dari Juz ‘Amma.

F. EVALUASI PEMBELAJARAN
Adanya wabah pandemi Covid-19 telah memaksa anak dan guru lebih mengakrabi
teknologi. Sebab, pembelajaran daring menjadi opsi terbaik yang dilakukan. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu pembelajaran tatap muka pun dilakukan secara bertahap.
Kebijakan pelonggaran aktivitas yang diberlakukan oleh pemerintah, termasuk aktivitas
belajar tatap muka di sekolah, meskipun dibatasi jumlah anak di dalam kelas. Seperti halnya
yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyyah Miftahul Falaah, Manisrenggo, Kota Kediri.
Dengan tetap mengikuti syarat-syarat dengan mengedepankan protokol kesehatan, prinsip

17
kehati-hatian, serta kesehatan dan keselamatan. Pelaksanaan sekolah tatap muka dilakukan
secara bergantian dengan membagi anak dalam beberapa kelompok belajar. Mengingat ada
syarat kapasitas dalam setiap kelas.
Pelaksanaan pembelajaran daring faktanya telah membuat anak untuk terbiasa
menunda menyelesaikan setiap pekerjaan. Banyak anak yang akhirnya sering mengalami
tertinggal tugas, tidak mengikuti pelajaran menyimak. Hal ini pun turut mempengaruhi
kesinambungan pola pikir setiap anak terhadap setiap materi pelajaran. Jangankan
memahami tematik besar dari bab per bab isi buku pelajaran, terkadang anak juga lupa
materi pelajaran terdahulu yang diajarkan oleh guru satu hari sebelumnya. Hal seperti ini
menjadi satu tantangan yang harus dijalankan dan diperbaiki, bukan hanya dalam hal
akademik, namun juga dalam hal perilaku, seperti daya konsentrasi, minat belajar,
kedisiplinan, kemandirian, dan kepatuhan terhadap proses belajar mengajar. Diharapkan
sekolah dapat bersikap sabar dalam memulihkan kondisi psikologis anak dan tidak terburu-
buru untuk mengejar pencapaian akademik.
Hal semacam ini pun dirasakan oleh mahasiswa dalam melakukan PKL PPIAT di
MI Miftahul Falaah. Mahasiswa dalam melakukan praktek pembelajaran dituntut bersabar,
dan memberikan nilai-nilai positif pada anak untuk bisa membangun, menanamkan dan
mengembalikan karakter yang baik pada anak. Akan tetapi bukanlah hal yang mudah dalam
membangun karakter pada anak, faktanya kita sebagai mahasiswa tidak hanya memberikan
materi pelajaran, akan tetapi juga harus bisa memberikan contoh yang baik terhadap anak.
Diberlakukannya kembali pembelajaran tatap muka terbatas ini diharapkan menjadi satu
kesempatan bagi mahasiswa dalam melakukan praktek untuk membangun kembali nilai-
nilai atau karakter pada anak melalui pembelajaran al-Qur’an.
Selain itu, pemilihan metode pembelajaran yang tepat, membuat siswa tidak cepat
merasa bosan atau jenuh ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Agar
metode pembelajaran bisa tercapai dengan baik, maka harus memahami terlebih dahulu
karakteristik dari setiap anak. Dengan demikian metode dalam pembelajaran yang
digunakan akan tepat sasaran dan memudahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Selain itu, metode yang digunakan menjadikan anak juga terlatih dalam menyelesaikan
masalah.

G. REKOMENDASI
Ada hubungan positif dan signifikan antara perhatian orang tua dan manajemen
waktu belajar al-Qur’an di rumah dengan orang tua selain di sekolah yang di lakukan secara

18
bersama-sama bisa meningkatkan prestasi belajari siswa-siswi MI Miftahul Falaah, semakin
tinggi perhatian orangtua dan manajemen waktu belajar di rumah maka semakin tinggi pula
prestasi belajar yang dicapai siswa ketika di sekolah maupun di luar sekolah. Bagi orang tua
perlu meningkatkan perhatian khusus terhadap pendidikan siswa diantaranya menyediakan
kebutuhan siswa dalam belajar, mengawasi penggunaan waktu belajar siswa pada saat di
rumah, mengawasi kegiatan sekolah siswa, dan menolong siswa mengatasi kesulitan belajar
sehingga siswa mendapatkan prestasi belajar yang optimal, bisa mengikuti pembelajaran
yang sudah diberikan oleh guru di kelas.
Siswa juga membutuhkan kasih sayang yang lebih oleh orang tua, hal ini harus
diperhatikan pada anak. Siswa seusia 12 tahun sangat membutuhkan kebiasaan untuk
membaca al-Qur’an dan melatih berakhlak yang baik, rasa aman dan ketenangan juga
adalah kebutuhan yang mendasar yang selalu didambakan anak. Seorang anak akan merasa
sedih dan gelisah jika sering ditinggal pada masa pengasuhan, kekurangan waktu orang tua
oleh anak, peran ibu atau ayah yang digantikan dengan seorang pembantu akan membuat
anak merasa tidak aman. Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang sangat
berpengaruh bagi anak khusus nya bagi siswa-siswi MI Miftahul Falaah diantaranya ialah
memberikan pendidikan kepada anak terutama untuk pendidikan karakter yang mulia karena
sebagai dasar kepribadian putra-putrinya. Sebagai pendidik dalam keluarga, orang tua
sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anaknya. Sikap, kebiasaan, dan
perilaku selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara
sadar atau tidak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan bagi anak-anaknya.
Kualitas waktu yang dimiliki orang tua dan anak dapat dimanfaatkan untuk
membangun kebersamaan antar anggota keluarga, terutama dalam segi belajar yang bisa di
terapkan ketika anak berada di luar lingkup keluarga, seperti halnya di sekolahan sehinggah
muda untuk mengikuti alurnya pembelajaran oleh guru. Waktu belajar baca al-Qur’an yang
diatur oleh orangtua dan kebersamaan orang tua sangat diperlukan bagi anak di usia 12 tahun
kebawa. karena orang tua lah yang lebih memahami akan tingkatan perkembangannya serta
hal-hal yang mereka dibutuhkan, kebersamaan dengan anak dimulai sejak anak belum lahir
hingga mereka remaja, disesuaikan kebutuhan dari masing-masing anak. Dan ada beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan bersama dengan anak untuk menciptakan waktu yang
berkualitas, yaitu dengan beribadah bersama, makan bersama, bermain atau olahraga
bersama, masak bersama, membersihkan rumah bersama, mendampingi anak dalam
mengerjakan tugas sekolah dll.

19
Dari penjelasan di atas menunjukan betapa sangat pentingnya peran orang tua
dalam segi kasih sayang maupun waktu yang seharusnya diberikan kepada siswa-siswi MI
Miftahul Falaah yang bisa membentuk karakter anak dalam belajar. Karakter yang harus
terbentuk dalam diri anak adalah peningkatan keiman dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang
Maha Esa. Iman dan Taqwa kepada Tuhan sebetulnya merupakan landasan yang kuat untuk
terbentuknya karakter. Yang lainnya meliputi karakter terhadap diri sendiri, sesama,
lingkungan, dan kebangsaan, yang terbentuk melalui olah pikir, olah hati, olah raga dan olah
rasa serta olah karsa. Sehingga terbentuk manusia yang berkarakter manusia (insan kamil).
Karakter seseorang yang terbentuk akan dipengaruhi oleh pola pikir dan pola sikap yang
dianut dilandaskan pada iman dan taqwa kepada tuhan sebagai pencipta, maka akan
terbentuk karakter yang kuat dan teriplimentasi dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat
baik itu karakter terhadap diri sendiri, sesama, lingkungan, kebangsaan, yang diperoleh
melalui, aktivitas, olah pikir, olah hati, dan olah karsa.
Waktu orang tua yang di khususkan buat mendampingi anak belajar membaca al-
Qur’an dan belajar berakhlak yang mulia dari tuturkata, tingkalaku, kedisiplinan akan
membentuk karakter anak menjadi kepribadian yang sangat positif dalam segala bidang
disekolah maupun di luar sekolah. Oleh karena itu, pendidikan karakter yang di latih dengan
membaca al-Qur’an melakukan keteladanan dan sentuhan mulai sejak dini sampai dewasa.
Periode yang paling sensitif yang menentukan adalah pendidikan dalam keluarga yang
menjadi tanggung jawab orang tua.

H. KESIMPULAN
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.
Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Berdasarkan kegiatan Praktikum Penelitian Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang
dilakukan di MI MIftahul Falaah selama satu bulan ini, kami melakukan penelitian terhadap
pengajaran al-Qur’an yang terdapat di MI ini. Terdapat dua macam pembelajaran al-Qur’an,
pertama menggunakan kurikulum pembelajaran al-Qur’an Hadis yang mengenalkan tajwid
dan hukum-hukumnya, dan yang kedua pembelajaran tahfidz surat-surat yang terdapat Juz
‘Amma yang menggunakan buku panduan yang disusun oleh MI sendiri.

20
Dikarenakan sudah cukup lama pembelajaran secara daring, tentunya banyak hal-
hal yang menjadi hambatan ketika dimulai belajar secara luring kembali. Mulai dari masih
banyak anak yang belum bisa membaca, anak-anak yang sulit menerima pelajaran, dan
lainnya. Untuk pembelajaran al-Qur’an bidang tahfidz, terdapat beberapa anak yang juga
mengalami kesulitan dalam proses menghafalnya, mulai dari kesulitan membedakan ayat,
sulit menghafal ayat yang panjang-panjang, dan sering lupa dengan nama suratnya.
Semua masalah pasti memiliki solusi. Bagi anak-anak yang belum bisa membaca
hendaknya para orang tua lebih memberikan perhatian kepada anak-anaknya untuk
mengajari membaca sedikit demi sedikit, mengurangi penggunaan gadget pada anak, dan
selalu membiasakan anak lebih banyak belajar tentang ilmu al-Qur’an atau membiasakan
sering membaca al-Qur’an.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alkholifi Dzikri Hadyandra. Siswa kelas 1 Madrasah Ibtidaiyyah Miftahul Falaah


Manisrenggo Kediri.

Ari Purwati. Kepala Madrasah Ibtidaiyyah Miftahul Falaah Manisrenggo Kediri.

Chaeruman, U.A. 2009. Model Pembelajaran Berorientasi Kelas. Yogyakarta: Pustaka


Belajar.

Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Intan Maulida Salsabila. Siswa Kelas 6 Madrasah Ibtidaiyyah Miftahul Falaah Manisrenggo
Kediri.

Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhammad Bilal. Siswa Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyyah Miftahul Falaah Manisrenggo Kediri.

Purwanto, M. Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.

Syilvia, Ayu Rizka. 2020. Pembiasaan Membaca dalam Menghafal Al-Qur’an pada Siswa SD
Negeri Ragatunjung 05 Paguyangan Brebes. Purwokerto: IAIN Purwokerto.

22
LAMPIRAN-LAMPIRAN

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai