Anda di halaman 1dari 103

PEMBINAAN AKHLAK SISWA

MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL


(Studi kasus di Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah
Boarding School Depok)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun oleh:
MIRA KHUMAIROH
108011000147

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434 H/2013 M

Tl

b#

PEMBINAAN AKTILAK SISWA


MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL
(studikasusdi MTs Al-HidayahBoardingSchoolDepok)

Skripsi
DiajukankepadaFakultasIlmu TarbiyahdanKeguruanuntukmemenuhi
SyaratMencapaiGelarSarjanapendidikanIslam (S.pd.I)

Disusunoleh:
Mira Khumairoh
NrM. 10801t000r47

: 195809181987012001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434HJ2013M

LEMBAR PENGESAHANPEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul "Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Program Boarding


School (studi kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok)" disusunoleh
Mira Khumairoh,Nomor Induk Mahasiswa108011000147,
Jurusanpendidikan
AgamaIslam.Telahmelalui bimbingandandinyatakansahsebagaikaryailmiah yang
berhakuntuk diujikanpadasidang Munaqasaftsesuaiketentuanyang ditetapkanoleh
Fakultas.

Jakarta,
13April20l3

YangMengesahkan,

809181987012001

l,i

$'r'

t'
I
l

LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudur: o'pembinaan
Akhrak siswa Merarui program Boarding
school (studi kasus di MTs Al-Hidayah
Boarding Schoor Depok),, diajukan
kepadaFakultas Irmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) uIN syarif Hidayatuilah
Iakartadan terahdinyatakanlurus daram
ujian munaqosahpadatanggar14 Mei
2013 dihadapandewan penguji. Karena
itu, penurisberhak memperorehgerar
sarjanasl (s.Pd.I)darambidangpendidikan
AgamaIsram.

panitia sidangMunaqasan

Jakarta'16Mei 2013

Tanggal

KetuaPanitia
Bahrissalim"
MA
NIP. 196803071998031 002

P/r.tus

Sekertaris(SekertarisJurusan/program
Studi)
r\rr. ryoluJt6'2tJtJ033
19670328
2000331 001
PengujiI
M. Zuhdi.Ph.D
NIP. 19720704199703| 002

trb/t

Penguji2
Drs. HA. Gholib.MA
NrP. 19s4101s1979021

/akB

NIP.19s20520
198103
I 001

TandaTangan

k'/

lii'
i

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH


Yang bertandatangandi bawahini,
Nama

. Mira Khurnairoh

NIM

: 108011000147

Jurusan

: pendidikanAgamaIslam

AngkatanTahun

:200g/2009

Alamat

: Jl. RawadenokRT. 02101No. 52 Kel. Rangkapan


aya Baru Kec. pancoranMas Depok.

Menyatakan dengansesungguhnyabahwa:
skripsi ini berjudul "PembinaanAkhlak Siswa
Melalui progrant Boarding school
(studi kasus di MTs Ar-Hidayah'Boarding
schoor Depok),, adarah benar hasir
karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama

: Dra.DjunaidatulMunawaroh,
M.A

NIP

:195809181987012001

Dosen Jurusan

: Pendidikan
AgarnaIslam

Demikian surat pemyataan ini saya


buat dengan sesungguhnyadan saya siap
menerimasegalakonsekuensiapabila
skripsiini bukanhasilkarya sendiri.

Jakarta,l3 April20l3
Yang Menyatakan,

NtM.lQsor
iooot+z

ABSTRAK
Mira Khumairoh Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
PEMBINAAN AKHLAK SISWA MELALUI PROGRAM BOARDING
SCHOOL (Studi Kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok)
Akhir-akhir ini dunia pendidikan menyajikan fakta yang memprihatinkan.
Persoalan penyimpangan perilaku siswa sampai pada titik yang mencengangkan,
di mana lembaga pendidikan formal mengalami kegagalan membentuk sikap dan
perilaku siswa. Tawuran antar sekolah, siswa masuk dalam pengaruh narkoba
yang mematikan, terjebak pola hidup yang jauh dari nilai-nilai sosial dan agama.
Fakta demikian mengharuskan lembaga pendidikan memikir ulang proses
pembelajaran di sekolah dan di rumah.
Keprihatinan kondisi pendidikan kemudian banyak disikapi oleh
pendidikan Islam, termasuk sekolah Al-Hidayah Boarding School. Untuk
menanggulangi kenakalan-kenakalan siswa, HBS menawarkan program sekolah
berbasis asrama agar mampu memantau secara langsung untuk membentuk
perilaku siswa agar mampu bertindak sesuai dengan tuntutan lingkungan dan
nilai-nilai islami.
Program sekolah berasrama HBS kemudian dikaji dengan pendekatan
deskriptif untuk merekam bagaimana pengembangan kualitas pribadi siswa
dengan nilai-nilai islam yang dilakukan oleh HBS. Penelitian yang dilakukan di
sekolah Al-Hidayah Boarding School menggunakan pendekatan kualitatif
sehingga mampu menjelaskan perubahan perilaku siswa dan mengetahaui
kendala dan hambatan yang dihadapi HBS dalam melakukan pengembangan
akhlak siswa.
Pendidikan berbasis asrama yang terdapat pada sekolah HBS di Depok
Jawa barat ini menunjukkan hasil yang efektif untuk melakukan pembinaan
akhlak siswa. Program-program yang diselenggarakan mampu mempengaruhi
sikap siswa meskipun harus diawali dengan usaha pembiasaan. Dan tidak bisa
dinapikan juga usaha pengembangan perilaku siswa juga harus berhadapan
dengan hambatan yang luar biasa seperti keterbatasan guru untuk memonitoring
dengan ketat karena hanya sebagain kecil saja guru yang menetap di lingkungan
asrama sekolah. Akan tetapi secara umum berdasarkan parameter yang tersedia
terdapat perubahan yang sangat signifikan pada akhlak siswa dengan sistem
boarding school.

Key: Pembinaan Akhlak Siswa

KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis curahkan kepada Allah Swt. atas limpahan
rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Juga alawat dan salam penulis haturkan kepada
sayyidina Muhammad Saw. sebagai uswah hasanah suluruh umat manusia.
Dalam menulis skripsi ini tentu tidak selamanya berjalan mulus, banyak
terdapat hambatan-hambatan yang didapati penulis namun semua itu dapat dilalui
oleh penulis atas rahmat dan kehendak dari Allah Swt serta dukungan-dukungan
dari orang-orang yang turut memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis
dapat bangkit kembali dan menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada:
1. Prof. Dr. Rifat Syauqi Nawawi M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bahrissalim M.Ag. dan Drs. Sapiudin Shidiq M.Ag. selaku Ketua dan Sekretaris
Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah membimbing penulis dalam
perkuliahan sampai selesai
3. Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi, penulis
ucapkan banyak terimakasih atas kesediannya meluangkan waktu disela-sela
kesibukan beliau untuk membimbing serta mengarahkan penulis dengan penuh
ketelitian dan kesabaran selama proses penyusunan skripsi.
4. Tanenji, M.A. selaku dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing serta
memberikan motivasi, saran dan nasihat kepada penulis untuk tetap semangat dan
bersungguh-sungguh dalam menjalani setiap fase-fase dalam perkuliahan.
5. Segenap Dosen, Staff dan Karyawan Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah meberikan
kemudahan kepada penulis dengan fasilitas dan pelayanan yang baik.
6. Segenap Staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta serta Perpustakaan
Iman Jama sebagai sumber referensi bagi skripsi penulis.

ii

7. Anshari Jayadi M.A, Direktur Al-Hidayah Boarding School Depok dan para guru
yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian
skripsi ini.
8. Terkhusus orang tua tercinta; Ayahanda Saipudin Zuhri S.Ag dan Ibunda Ida
Farida S.Pd serta adik-adikku Miftahul Rizki dan M. Zaid An-Nashohi,
terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan atas doa, nasihat, dukungan
serta kasih sayang yang tiada henti mereka curahkan kepada penulis. Juga kepada
keluarga besar H. Mugni bin H. Hanafi dan H. M. Nur bin H. Nipan yang telah
memberikan banyak dukungan serta doa kepada penulis.
9. Kepada Deden Supriadi S.Pd.I yang telah dengan setia mendampingi penulis serta
memberikan dukungan, motivasi dan bantuan kepada penulis dengan penuh
ketulusan, penulis ucapkan banyak terimakasih.
10. Terimakasih kepada Armidis S.Pd yang telah memberikan inspirasi serta bantuan
kepada penulis.
11. Terimakasih kepada para sahabat: Devi Febrina, Siti Rahimah, Epip Yukhopipah,
Ade Sri Rahayu dan seluruh sahabat PAI C yang penulis tidak dapat sebutkan
namanya secara keseluruhan. Teman-teman PAI Angkatan 2008. Juga kepada
sahabat PPKT. Serta Sahabat IKMD. Semoga tali silaturrahim kita tetap terjaga
selamanya. Amin.
Tentu masih banyak lagi pihak-pihak yang turut membantu dalam
penulisan skripsi ini namun penulis tidak dapat menyebutkannya secara
keseluruhan penulis ucapkan banyak terimakasih. Jazakallah Khairon Kairon.

Tangerang, 13 April 2013


Penulis,

Mira Khumairoh

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran pendidikan dalam membangun peradaban manusia tidak diragukan
lagi. Pendidikan menjadi alat yang efektif untuk membangun kesadaran manusia
agar mampu menciptakan kehidupan sosial yang tentram. Hal utama yang mesti
diperhatikan dari usaha membangun kehidupan yang damai itu adalah membentuk
perilaku manusia agar bertindak sesuai dengan ketentuan dan nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Dengan demikian dalam rangka membina akhlak siswa
tersebut, pendidikan juga dijadikan lembaga dalam menyemai nilai-nilai islami
sehingga bisa tercipta kehidupan sosial yang harmonis baik hubungannya dengan
dunia sekitarnya atau pun hubungan dengan sang pencipta atau yang dikenal
dengan hubungan vertikal.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu
maupun masyarakat dan bangsa menempati posisi penting, sebab jatuh bangunnya
suatu masyarakat tergantung kepada akhlak yang dimiliki. Jika akhlaknya baik,
maka sejahteralah lahir dan batinnya. Tetapi, jika akhlaknya rusak, maka akan
rusak pula kehidupan masyarakat tersebut.1
Usaha pembinaan akhlak pun mesti digalakkan baik melalui lembaga
pendidikan mapun lembaga sosial lainnya melalui. Hal ini dikarenakan akhlak
merupakan tujuan dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan yang
1

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta: Amzah,

2007), h. 1

sungguh-sungguh. Pembinaan ini bertujuan membentuk pribadi-pribadi muslim


yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat pada kedua orang
tua, serta sayang pada sesama makhluk Tuhan. Sebaliknya, kalau anak-anak
terlepas dari pembinaan orang tua, sekolah dan lingkungan sosial maka akan
menghasilkan anak-anak yang nakal, berperilaku menyimpang, melakukan
berbagai perbuatan tercela.
Upaya pembentukaan akhlak manusia juga selaras dengan tujuan
pendidikan nasional seperti tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
Pasal 3 bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Pembinaan semacam ini semakin diperlukan mengingat besarnya
tantangan lingkungan dan tuntutan global yang menghadang kehidupan. Dampak
dari kemajuan IPTEK misalnya sangat sangat mempengaruhi perilaku manusia.
Kecanggihan teknologi saat ini memudahkan orang dalam berkomunikasi tanpa
mengenal ruang dan waktu. Peristiwa yang terjadi dibelahan dunia mana pun
dalam hitungan menit dapat dilihat diberbagai Negara melalui internet, faximile,
film, buku-buku. Tentu dengan segala konsekuensi dan dampak negatifnya.
Begitu pula produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup
materialistik dan hedonistik semakin menggejala dan menjadi trend hidup yang
dalam lingkungan kita dewasa ini.3 Ini semua adalah ekses dari kemajuan
teknologi yang terkadang merongrong akhlak dan nilai timur yang selama ini kita
anut.
Pada sisi yang lain, fenomena yang sering disajikan seperti kurangnya
waktu bersama keluarga karena sibuk dengan beban kerja yang menumpuk
sehingga mengabaikan peran vitalnya sebagai orang tua yang seharusnya
membimbing anaknya. Kurangnya alokasi waktu untuk keluarga berakibat negatif
pada pertumbuhan anak. Anak sering mengekspresi kekesalannnya melalui
2

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005)


Cet ke-4, h. 310
3
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h 157.

tindakan-tindakan yang melampaui batas-batas kewajaran hanya untuk mencari


perhatian keluarga. Oleh karena itu, dengan perubahan lingkungan sosial yang
begitu pesat meningkatkan tantangan dan pengaruh yang tidak kecil bagi
perkembangan pribadi anak. Tantangan seperti meluasnya peredaran obat
terlarang, narkotik, pergaulan bebas, tawuran remaja sehingga menumbuhkan
kekhawatiran pada para orang tua.4
Salah satu contohnya yaitu perkelahian antar individu, atau antar
kelompok (tawuran) sering terjadi di antara pelajar belakangan ini. Bahkan tidak
hanya antar pelajar SMU, tapi mahasiswa antar kampus pun sering terlibat dalam
tawuran seperti ini. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan,
tawuran ini sering terjadi. Di Jakarta misalnya tawuran terjadi antar sekolah SMK,
menewaskan seorang pelajar berumur 17 tahun menderita luka karena terkena
lemparan batu dibagian kepala, luka tusuk di selangkangan paha kiri. Pada
akhirnya meninggal dunia.5
Peristiwa itu menambah daftar korban akibat tawuran pelajar. Data
Komnas Perlindungan Anak mencatat jumlah tawuran pelajar pada 2012
mencapai 339 kasus dan 82 orang tewas. Jumlah itu meningkat 165% dari 128
kasus pada tahun sebelumnya. Jika mengacu pada data tersebut menyajikan fakta
bahwa angka tawuran semakin meningkat.6
Dari data-data di atas, perilaku siswa mengkhawatirkan masyarakat,
khususnya para orang tua yang mengharapkan anak-anak berperilaku baik dan
berakhlak terpuji. Para orang tua berupaya mencari jalan keluar dari kekhawatiran
itu dengan menyerahkan tanggung jawab pembinaan anak-anaknya pada lembaga
pendidikan dan melakukan pembinaan akhlak anak-anaknya kepada lembaga
sekolah. Dalam rangka menjawab persoalan tersebut sistem pendidikan
menawarkan pendidikan formal di sekolah sekaligus adanya sistem pengawasan
terpadu di luar sekolah atau biasa dikenal dengan sistem boarding school.
Boarding school sendiri merupakan sebuah lembaga pendidikan yang menerapkan
4

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,


(Jakarta: Rajawali,Pers, 2009), h.152-153.
5
http://www.harianterbit.com/2012/09/13/pembunuh-pelajar-diburu-polisi/
6
http://alfinasj.blogspot.com/2012/01/tawuran-pelajar.html

pola pendidikan seperti pondok pesantren. Para siswanya tinggal di asrama dan
diasuh langsung dari Pembina asrama dan guru. Model ini menerapkan pola
pendidikan terpadu antara penekanan pada pendidikan agama yang di kombinasi
dengan kurikulum pengetahuan umum yang menekankan pada penguasaan sains
dan teknologi.
Fenomena baru dalam lingkungan sekolah formal kita menyita perhatian
penulis untuk mengetahui lebih dalam tentang proses-proses program yang
dilakukan di sekolah AlHidayah Boarding School Depok, dalam membina
akhlak peserta didiknya.
Dari latar belakang masalah di atas, peneliti bermaksud mengangkatnya ke
dalam penulisan skripsi dengan judul PEMBINAAN AKHLAK SISWA
MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL (studi kasus di MTs AlHidayah Boarding School Depok).

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalahmsalah dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Keterbatasan orang tua dalam memberikan perhatian dan pengawasan
kepada anak selama masa pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Kesibukan orang tua menjadikan kurangnya kasih sayang yang akhirnya
anak melampiaskan perilakunya sesuai keinginanannya sendiri tanpa
mempedulikan etika dan sopan santun.
3. Meningkatnya kenakalan anak karena dampak dari perkembangan teknologi
dan akses informasi yang pesat sehingga mempengaruhi perilaku dan
kehidupan mereka.
4. Timbulnya kekhawatiran orang tua terhadap perubahan lingkungan sosial
yang cenderung bersifat negatif (akhlak tercela).

C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas dan memudahkan pokok persoalan dalam penelitian
ini, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Pembinaan akhlak yang dimaksud adalah pembinaan sikap dan perilaku
siswa terhadap Allah, Rasul-Nya, Orangtua (termasuk Kyai/Ustadz) dan
santun dalam pergaulan melalui program yang diselenggarakan di AlHidayah Boarding school Depok di luar kegiatan kurikuler.
2. Strategi pembinaan akhlak dalam boarding school yang dibahas mencakup
tujuan dan kegiatan tentang peran dan tanggung jawab.
3. Perilaku moral siswa sebagai hasil dari strategi pembinaan akhlak, faktor
pendukung

dan

penghambat

serta

jalan

yang

ditempuh

untuk

menyelesaikannya.
4. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah siswa HBS tahun 2012/2013.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang akan diteliti dan
dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pembinaan akhlak siswa MTs AlHidayah Boarding School melalui program Boarding School. Berikut di
sampaikan pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan pembinaan akhlak, yaitu:
Bagaimana pembinaan akhlak siswa melalui program boarding school yang
dilakukan di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara yang dilakukan oleh sekolah
dalam melakukan pembinaan akhlak anak MTs Al-Hidayah Boarding School
melalui program Boarding School.
1. Untuk mengetahui program Boarding School dalam pembinaan akhlak
siswa yang dilaksanakan di MTs Al-Hidayah.
2. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh
pengasuh, pengurus, siswa dalam pembinaan akhlak.
3. Untuk mengetahui strategi dan alat pendidikan yang dikembangkan dalam
pembinaan akhlak.
4. Untuk mengetahui perilaku moral siswa MTs Al-Hidayah sebagai wujud
dari pembinaan akhlak.
5. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pembinaan akhlak.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi S1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bagi Guru Al-Hidayah Boarding School
Untuk dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam pembinaan
akhlak anak.
3. Bagi Siswa Al-Hidayah Boarding School
Untuk memberikan pengetahuan tentang pembinaan akhlak agar melekat
dalam dirinya.
4. Bagi masyarakat
Untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang pembinaan akhlak
melalui Boarding School.

DAFTAR ISI

ABSTRAK i
KATA PENGANTAR .ii
DAFTAR ISI iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah1
B. IdentifikasiMasalah ..4
C. PembatasanMasalah.5
D. PerumusanMasalah ..5
E. TujuanPenelitian ..6
F. ManfaatPenelitian 6

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN YANG


RELEVAN
A. PembinaanAkhlakdalamPendidikanIslam
1. PengertianPembinaanAkhlak 7
2. RuangLingkupAkhlak ..11
3. StrategiPembinaanAkhlak...18
4. Alat yang EfektifdalamPembinaanAkhlak .24
B. Boarding School
1. Pengertian Boarding School ..29
2. Unsur-unsur Boarding School30
3. Program Boarding School .32
4. AspekPositif Boarding School .34
C. KerangkaBerfikir 36
D. HasilPenelitian yang Relevan 36

iv

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. TempatdanWaktuPenelitian .38
B. Setting Penelitian39
C. MetodePenelitian ....40
D. ProsedurPengumpulan Data ...41
E. ProsedurPengolahan Data danAnalisis Data..45

BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. ProfilMTsAl-HidayahBoarding SchoolDepok 51
B. Program PembinaanAkhlak Boarding School ...56
C. PerandanTanggungjawabPengelola

Boarding

School

dalamPembinaanAkhlak
..66
D. StrategidanalatpendidikandalampembinaanAkhlak ..69
E. Sikapdanperilakusiswasebagaiwujuddaripembinaanakhlak
..77
F. FaktorPendukungdanPenghambatpembinaanakhlak
...80
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan .81
B. Saran 82

DAFTAR PUSTAKA .....83


LAMPIRAN

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pembinaan Akhlak dalam Pendidikan Islam


1. Pengertian Pembinaan Akhlak
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pembinaan didefinisikan
sebagai kegiatan membangun, mendirikan, mengusahakan supaya menjadi lebih
baik.Secara etimologi pembinaan berarti proses dan cara; penyempurnaan,
pembaharuan, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif
untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.1
Sedangkan secara terminologi pembinaan diartikan sebagai upayakegiatan
yang terus menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan dan
mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar mampu menghayati
dan mengamalkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat.2
Dari pengertian di atas dapat dirangkum pengertian pembinaan merupakan
usaha sungguh-sungguh yang dilaksanakan secara sadar, sistematis dan terencana
dalam membentuk kepribadian sesuai dengan potensi dan tujuan yang diharapkan.
Sedangkan akhlak berasal dari kata arab, yang kemudian diserap menjadi
bahasa Indonesia. Kalau ditinjau menurut bahasa akhlak adalah bentuk jamak dari
kata khuluq (khuluqun), padanan kata tersebut dalam dalam bahasa Indonesia
adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.Secara sederhana, akhlak

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai


Pustaka, 2005), Edisi 3, h. 152
2
BP4 Pusat, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, (Jakarta: TT, 1984), h. 3.

bisa didefinisikan sebagai sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah


laku), mungkin baik mungkin buruk.3
Pada dasarnya, banyak pendapat para ahli mencoba merangkum pengertian
akhlak dalam sebuah definisi sesuai perspektifnya. Seperti yang dilakukan oleh
Abdul Hamid Yunus yang membuat definisi akhlak sebagai berikut:
4

Sikap mental yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa


berfikir dan pertimbangan.
Selain Abdul Hamid Yunus, ada pula pengertian yang ditulis oleh Ibrahim
Anis dalam al-Mujam al-Wasith sebagai berikut:








5

[Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan].
Tidak jauh berbeda dengan pengertian yang didefinisikan oleh dua tokoh
sebelumnya, Imam al-Ghazali mengartikan akhlak sebagai berikut:







6

[Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah dengan tidak memerlukan
pemikiran dan pertimbangan].
Walaupun masing-masing ahli mendefinisikan akhlak dengan beragam
redaksi namun semuanya masih diikat dalam satu kesamaan paradigma dalam
memandang akhlak.Ketiga ahli ini masih menekan pengertian akhlak dalam pada
usaha reflektif atau sudah menjadi kebiasaan dalam bertingkah laku.Semuanya
dipandang

sebagai

kebiasaan

yang

sering

dilakukan

sehingga

untuk

melakukannya tidak perlu pertimbangan akal.Semuanya dilakukan dengan


sistematis tanpa perintah dari akal.

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h. 346
4
Abd. Hamid Yunus, Dairah al-Maarif, II, (Cairo: Asysyab, t.t), h. 436.
5
Ibrahim Anis, Al-Mujam al-Wasith, (Mesir: Darul Maarif, 1972), h. 202.
6
Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Darur Riyan, 1987), Jilid. III, h. 58.

Abuddin

Nata

dalam

bukunya

Pendidikan

Dalam

PersfektifHaditsmenjelaskan lima ciri bisa digolongkan dengan dalam perbuatan


akhlak. Diantaranya Pertama perbuatan akhlak tersebut sudah menjadi
kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang.Kedua perbuatan akhlak
merupakan perbuatan yang dilakukan dengan acceptable dan tanpa pemikiran.
Ketiga, perbuatan akhlak merupakan perbuatan tanpa paksaan. Keempat,
perbuatan dilakukan dengan sebenarnya tanpa ada unsur sandiwara. Kelima,
perbuatan dilakukan untuk menegakkan kalimat Allah.7 Penjelasan ini tidak jauh
berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh ahli etika sebelumnya, dimana
penekanan masih terdapat pada sikap spontanitas yang melekat pada seseorang
untuk melakukan sebuah tindakan.
Kalau diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak
sebagaimana tersebut di atas tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi,
yaitu suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan
lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan
sudah menjadi kebiasaan.Oleh karena itu wujud akhlakadalah keadaan yang
melekat pada jiwa manusia.Ini sesuai dengan pendapat Muhammad Daud Ali pada
kutipan berikut ini:
Suatu perbuatan baru dapat disebut pencerminan akhlak, apabila telah
memenuhi beberapa syarat diantaranya adalah (1) dilakukan berulangulang, apabila dilakukan sekali saja atau jarang-jarang maka tidak dapat
dikatakan akhlak.(2) Timbul dengan sendirinya, tanpa dipikir-pikir atau
ditimbang berulang-ulang karena perbuatan itu telah menjadi kebiasaan
baginya. Apabila suatu perbuatan dilakukan setelah dipikir-pikir dan
ditimbang-timbang, apabila terpaksa, perbuatan itu bukanlah pencerminan
akhlak.8
Tentang istilah akhlak dalam bahasa Indonesia sering dipakai dengan
moral atau etika. Istilah moral berasal dari bahasa latin yaitu mores yangartinya
adalah adat kebiasaan. Dalam kamus Bahasa Indonesia moral artinya ajaran
tentang baik buruk yang di terima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000).h. 274.
Muhammad Daud Ali,op.cit.,h. 348.

10

budi pekerti, akhlak.Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan


batas-batas suatu sifat, perangai, perbuatan yang layak dikatakan benar, salah,
baik, buruk. Sedangkan etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya
kebiasaan.Kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan baik atau kebiasaan
buruk.9Penjelasan ini sesuai pula dengan apa yang dikemukakan Ibnu Maskawih
yang memandang persoalan akhlak tidak dibatasi pemaknaannya pada etika baik
saja, tetapi berdasarkan pada nilai yang berkembang di dalam masyarakat itu
sendiri. Maka persepsi tentang akhlak pun sangat flexible. Banyak nilai yang
berkembang dalam masyarakat justru berlawanan dengan nilai arab bahkan islam
itu sendiri, namun Maskawih dapat mengakomodirnya dalam bingkai konsep
akhlak seperti yang dijelaskannya.
Meskipun demikian, ada ahli yang cenderung membedakan akhlak dengan
etika.Umumnya pembedaannya dapat dilihat terutama dari sumber yang
menentukan yang baik dan yang buruk. Yang baik menurut akhlak adalah segala
sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai dan norma agama, nilai serta
norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang
lain. Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan
nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat
dan diri sendiri. Penentuan baik atau buruk suatu sikap (akhlak) yang melahirkan
perilaku atau perbuatan manusia, di dalam agama dan ajaran Islam adalah alQuran yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah dengan sunnah beliau
yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadis.
Penentuan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah adat
istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat disuatu
masa.Oleh karena itu, dipandang dari sumbernya, akhlak Islami bersifat
tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedang moral dan etika berlaku
selama masa tertentu disuatu tempat tertentu.Konsekuensinya, akhlak
Islam bersifat mutlak, sedang moral dan etika bersifat relatif (nisbi).10
Uraian diatas dapat dipahami bahwa pembinaan akhlak merupakanusaha
sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana
9

ibid, h. 353-354.

10

ibid, h. 355-356.

11

pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan


dengan sungguh-sungguh. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia dibina
secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat. Menurut Ali Daud, Jika
program pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik,
sistematik,dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepatserta
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka akan menghasilkan anak-anak atau
orang-orang yang baik akhlaknya.11
2. Ruang Lingkup Akhlak
Dalam islam, Al-Quran dan hadist yang menjadi sumber pelajaran bagi
seorang muslim telah menjelaskan nilai-nilai etika islam. Sebagian akhlak baik
tersebut misalnya dapat diklasifikasi sebagai berikut:
a. Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai khalik.
Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya ada empatalasan
manusia perlu berakhlak kepada Allah.Pertama, karena Allah yang telah
menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia dari air yang
ditumpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. Dengan
demikian, sudah sepantasnya manusia berterimakasih kepada yang
menciptakan-Nya.

Kedua,

karena

Allah

yang

telah

memberikan

perlengkapan panca indera, penciptaan yang sempurna. Ketiga, karena Allah


yang telah menyediakan berbagai bahan yang diperlukan bagi kelangsungan
hidup manusia. Keempat, Allah yang telah memuliakan manusia dengan
diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.
Meskipun Allah telah memberikan berbagai kenikmatan kepada
manusia sebagaimana disebutkan diatas, bukanlah menjadi alasan Allah
perlu dihormati. Bagi Allah, dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi

11

Abuddin Nata, op.cit., h. 158.

12

kemuliaan-Nya. Akan

tetapi sebagai makhluk ciptaan-Nya, sudah

sewajarnya manusia menunjukkan sikap akhlak yang pas kepada Allah.


Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah dan
kegiatan menanam nilai-nilai akhlak kepada Allah. Diantara nilai-nilai hal
yang dituntut untuk berakhlak kepada Allah seperti 1) Iman, yaitu sikap
batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. 2) Ihsan, yaitu kesadaran
yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau bersama
manusia dimanapun manusia berada. 3) Takwa, yaitu sikap yang sadar
bahwa kita selalu diawasi olehNya. Itu dapat dimanifestaikan dalam sikap
menjauhi diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya.4) Ikhlas, yaitu sikap
murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi memperoleh
keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan bathin, tertutup maupun
terbuka.5) Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan
penuh harapan kepada-Nya.6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terimakasih
atas nikmat yang diberikanNya. 7) Sabar, sikap tabah menghadapi segala
kepahitan dan cobaan dariNya.12
Sementara itu menurut Quraish Shihab mengatakan bahwa:
titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada Tuhan kecuali Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian
agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu
menjangkaunya.13
Berdasarkan pernyataan diatas, berkenaan akhlak kepada Allah
dilakukan dengan cara banyak memuji-Nya. Selanjutnya sikap tersebut
diteruskan dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya, yaitu menjadikan
Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.
b. Akhlak terhadap Rasulullah SAW
Akhlak terhadap Rasul adalah beriman kepada Rasul. Dikatakan iman
bukan hanya sekedar percaya terhadap sesuatu yang diyakini, akan tetapi
harus dibuktikan dengan amal perbuatan. Amal perbuatan yang dijelaskan di

12

Muhammad Alim, Pendiidkan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan


Kepribadian Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. ke-2, h. 152-154.
13
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1996), h. 262

13

dalam Al-quran dan Al-hadis, tentang bagaimana bersikap kepada


Rasulullah SAW, itulah yang dinamakan akhlak kepada Rasulullah SAW.
Dalam hal beriman kepada Rasul, Allah memerintahkan manusia agar
meneladani yang dicontohkan Rasulullah SAW. Sebagai Nabi penutup,
Nabi Muhammad ditugasi membawa wahyu dan risalah yang berisi pokokpokok aqidah, ibadah dan akhlak yang berlaku sepanjang masa yang wajib
diteladani setiap muslim.
Diantara perilaku atau macam-macam akhlak yang harus dilakukan
oleh setiap muslim dan muslimah terhadap Rasulullah SAW, ialah sebagai
berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)

Ikhlas beriman kepada Nabi Muhammad SAW


Mengucapkan shalawat dan salam
Taat kepada Rasulullah SAW
Cinta kepada Rasulullah SAW
Percaya atas semua berita yang disampaikan Rasulullah SAW
Tidak boleh mengabaikan Rasulullah SAW
Menghidupkan sunnah Rasulullah SAW
Menghormati pewaris Nabi Muhammad SAW
Laksanakan hukum Allah SWT dan Rasulullah SAW
Berhadaqah sebelum bertanya kepada Rasulullah SAW (pada masa
hidupnya)
11) Jangan berumpah, tetapi amalkan ajaran Rasulullah SAW
12) Berbicara dengan suara rendah
13) Bermusyawarah dengan Rasulullah SAW (pada masa hidupnya).14
c. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan al-quran berkaitan dengan
perlakuan terhadap sesama manusia, diantaranya:
1) Akhlak terhadap orang tua
Sebagai seorang anak wajib patuh dan taat terhadap perintah
orang tua dan tidak durhaka kepada kepada mereka. Terutama, kepada
ibu yang telah berjuang mengandung, melahirkan serta membesarkan
anak-anaknya dengan kasih sayang yang tidak terbatas. Begitu pula
seorang Ayah yang berperan besar, ia bertanggung jawab untuk halhal yang bersifat financial dan harus menghidupi keluarganya
14

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Ciputat: Karya mulia, 2005), h. 73-74

14

sertapendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu, seorang anak dituntut


untuk tidak mengecewakannya dan berbakti kepada kedua orang tua,
bersikap baik meskipun ia kurang menyenangkan hatinya, berkata
halus dan mulia, berkata lemah lembut, berbuat baik kepada kedua
orang tua yang sudah meninggal dengan cara mendoakan kedua orang
tua, menempati janji kedua orang tua, memuliakan teman-teman orang
tua dan bersilaturrahmi dengan orang yang mempunyai hubungan
dengan orang tua. Seperti yang diajarkan kitab suci kita yang
mengajarkan bahwa kita harus berbicara dengan tutur kata yang
lembut, sesuai dengan berfirmaNya dalam al-Quran:

Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan


menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu
kecil".(Q.S. Al-Isra, 17: 23-24).15
Oleh karena itu, berdasarkan firman Allah diatas, kita sebagai
anak harus patuh kepada kedua orang tua, berkata halus dan mulia
serta jangan sampai sekali-kali membentak kedua orang tua, karena
kedua orangtualah yang membesarkan dari kecil hingga dewasa.

15

ibid, h. 79-84

15

2) Akhlak Terhadap Guru


Akhlak terhadap guru merupakan cerminan seorang murid yang
patuh dan taat terhadap perintah dan menjalankan segala aturan yang
terdapat di dalam lingkungan sekolah yang harus diperhatikan siswasiswi terhadap guru nya adalah sikap murid sebagai pribadi dalam
menuntut ilmu murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa agar
dapat dengan mudah dan benar dalam menangkap pelajaran,
menghafal dan mengamalkannya.16 Dalam Islam posisi guru adalah
sebagai orang tua, akhlak yang harus dimiliki siswa terhadap guru
diantaranya:Menghormati dan memuliakan guru dan keluarganya
dengan tulus dan ikhlas,tundukdan patuh terhadap semua perintah dan
nasihat guru, jujur dan setia bersama guru, bersikap rendah hati,
lembut dan santun kepada guru, tidak berjalan di depan guru ketika
berjalan bersamanya, tidak meninggikan suara ketika berbicara
dengan guru.17
Dengan demikian seorang siswa harus menghormati dan patuh
terhadap guru, karena guru merupakan orang tua kedua disekolah.
3) Akhlak terhadap Teman
Manusia sebagai makhluk hidup individual juga makhluk sosial
yaitu manusia tidak dapat hidup seorang diri, tetapi membutuhkan
orang lain.Rasulullah telah memberikan pedoman dalam pergaulan
tersebut.Dari Abu Musa radhiyallaahu anhu, dia berkata:


























Perumpamaan teman yang baik dan yang buruk seperti penjual
minyak wangi dan pandai besi.Penjual minyak wangi mungkin ia
16

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001), Cet. 1, h. 102
17
Fidella Devina Aggrippina, Akhlak Terhadap Guru (http://fidela19salju.blogspot.com/),
(Diakses pada tgl 11 Januari 2013. Pukul: 19:35). Lihat juga terjemahan Talimul mutaallim:
Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Kudus: Menara Kudus, 2007) Edisi revisi, h 38.
Dalam kita ini Al-Ghazali menjelaskan bagaimana akhlak murid kepada gurunya.

16

memberi hadiah minyak wangi kepadamu atau kamu membeli darinya


atau kamu akan mendapatkan aroma yang wangi sedangkan pandai
besi mungkin akan mengakibatkan bajumu terbakar atau kamu akan
mendapatkan aroma yang tidak sedap darinya. (H.R Muslim)18
Akhlak terhadap teman dapat dilakukan dengan cara sebaagai
beikut:
a) Hendaklah memilih teman yang baik serta berakhlaq yang terpuji
b) Berkunjung kerumahnya, serta bergaul bersamanya dengan baik
c) Merasa kehilangan ketika temannya tidak ada, dan menanyakan
keberadaannya kepada orang lain
d) Menjenguknya dan menghiburnya ketika terkena musibah
e) Menolongnya ketika membutuhkan
f) Ikut merasakan kesedihan serta kesusahan yang dialami oleh teman
g) Hendaklah menutup aib temannya
h) Bila temannya berbuat salah, maafkanlah dan tetap berbaik sangka
kepadanya
i) Tidak terlalu banyak bergurau dengan teman karena hal itu dapat
menyakitkan hatinya dan membuat permusuhan
j) Selalu menghormati teman, dan memanggilnya dengan nama
terbaiknya
k) Selalu memberikan masukan kepada teman dan meluruskan
kesalahannya
l) Selalu mengucapkan terima kasih atas kebaikannya
m) Menepati janji dan tulus dalam menjalin tali persahabatan karena
hal itu dapat mewujudkan rasa cinta kasih dan saling saying
menyayangi serta penuh pengertian dalam persahabatan
n) Sahabat sejati adalah sahabat yang mencintai sahabatnya seperti
mencintai dirinya sendiri.

18

Abdurrahman bin Nashir As-Sadi, Mutiara Hikmah Penyejuk Hati, Syarah 99 Hadits
Pilihan,Terj. Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, (Malang: Cahaya Tauhid Press, 2006), Cet. ke1 h. 251-253.

17

4) Akhlak kepada lingkungan hidup


Alam merupakan segala sesuatu yang ada dilangit dan di bumi
beserta isinya, selain Allah.Allah melalui al-Quran mewajibkan
kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta seluruh isinya.
Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk
mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini.Manusia diturunkan
ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam
seisinya.Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas dan kewajiban
terhadap alam sekitarnya, yaitu melestarikan dan memeliharanya
dengan baik.Bahkan dengan sangat terang Tuhan memberikan catatan
kepada

manusia

untuk

tidak

membuat

kerusakan

di

bumiNya.Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran surat alQashash ayat 77:

Artinya: Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan. (Q.S. al-Qhashash: 77)
Oleh karena itu, akhlak terhadap lingkungan hidup antara lain
sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan
memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, flora dan fauna
(hewan dan tumbuh-tumbuhan) yang sengaja diciptakan Tuhan untuk
kepentingan manusia dan makhluk lainnya serta sayang terhadap
sesama makhluk.19

19

Muhammad Daud Ali, op.cit., h. 359

18

3. Strategi Pembinaan Akhlak


Strategi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitustrategia yang
berarti ilmu perang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia strategi diartikan
sebagai ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsauntuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Sedangkan
menurut Syaiful Bahri Djamarah, strategi merupakan sebuah cara atau metode
yang secara umum memiliki pengertian garis besar haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.20 JR. David, juga mengartikan
bahwa strategi adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.21
Secara sederhana strategi adalah upaya yang terencana untuk mencapai
tujuan. Dalam bahasa yang lain penggunaan strategi biasa disamakan dengan
siasat atau cara. Maka dapat dipahami bahwa strategi kalau dirincikan dapat
diterjemahkan dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh seseorang untuk
mencapai tujuannya.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi adalah
suatu cara yang bersifat umum digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan

agar

terjadi

kesesuaian

dengan

teknik

danoutput

yang

diinginkan.Strategi juga dapat disimpulkan sebagai suatu rencana tindakan dan


rangkaian kegiatan yang termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.Strategi dapat juga diartikan sebagai
siasat melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang mencakup metode dan teknik.
Adapun yang dimaksud dengan metode adalah cara itu sendiri. Sedangkan yang
dimaksud dengan teknik adalah cara melakukan kegiatan khusus dalam
menggunakan suatu metode tertentu.atau dapat diartikan dengan tindakan praktis
yang diterjemahkan dari strategi berupa langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam menacapai tujuan.
Dalam pembinaan akhlak, strategi harus menyentuh kepada aspek-aspek
manusia atau unsur-unsur insaniyah yang terdiri dari akal, amarah dan syahwat.
20

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 5.


Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Lencana Prenada Media, 2006), h. 124.
21

19

Sebagai yang dikemukakan oleh Ibnu Al-Jauzi bahwa di dalam diri manusia
mempunyai tiga unsur penting;1) unsur akal (juz aqli), 2)unsur amarah (juz
ghadhabi),3) unsur hawa bafsu (juz syahwani).22
Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali, struktur kerohanian manusia
menjadi empat unsur, yaitu nafs, qalb, ruh dan akal.23Al-nafs menurut Imam AlGhazali mempunyai dua arti, pertama adalah kekuatan hawa marah dan syahwat
yang dimiliki oleh manusia.Dan pengertian inilah menurut mayoritas ulama
tasawuf. Mereka berkata sebagaimana hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh
Ibn Abbas yang artinyaMusuhmu yang paling membahayakan adalah nafsumu
yang terletakdiantara dua lambungmu.24
Apabila nafs menenggelamkan diri dalam kejahatan, mengikutinafsu
amarah, syahwat dan godaan syetan, maka dinamakan nafs al-ammarah.Bahkan
dalam hal ini Imam Al-Ghazali mengatakan jadikanlahsebuah kekalahan dalam
jiwamu (nafs).Maksudnya adalah himbauan agarmemposisikan jiwa pada poros
bawah, sehingga jiwa (nafs) tidak merajalelamenerjang syariat.
Sedangkan nafs dalam pengertian yang kedua adalah merupakanhakikat,
diri, dan dzat manusia karena mempunyai sifat yang latif, rabbani,dan rohani.
Nafs dalam pengertian yang pertama di atas merupakanbentuknya yang tidak
kembali pada Allah swt dan jauh dari Allah swt,sedang dalam pengertian yang
kedua adalah merupakan nafs al-muthmainnahyang diridloi oleh Allah swt.25
Qalb (hati), Imam Al-Ghazali membagi menjadi duabagian.Pengertian
bagian pertama adalah berupa fisik, maksudnya adalahjantung yang merupakan
segumpal daging yang terletak pada dada sebelahkiri. Sedangkan pengertian
bagian kedua adalah hati dalam pengertianmetafisik yang merupakan karunia
Tuhan yang halus (latifah) bersifatruhaniah, menjadi sasaran perintah, hukuman
dan tuntutan Tuhan.Pengertian inilah yang menjadi hakikat manusia dan yang
berhubungandengan ilmumukasyafah.26
22

Abdurrahman Ibnu Al-Jauzi, Terapi Spiritual, Terj. A. Khosla Asyari Khatib, (Jakarta:
Zaman, 2010), h. 14.
23
Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah,2002), juz III, h. 45.
24
ibid,h. 4.
25
Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, juz III, h 5.
26
Al-Ghazali Pokok Ajaran Al-quran. h. 4.

20

Selanjutnya tentang al-ruh, jenis ini juga mempunyai banyak arti.Jika


dalam bahasa Arab, ruh diartikan sebagai nyawa dan jiwa. Begitu jugadalam
bahasa Indonesia ruh dipahami sebagai lawan dari kata jasmani, yaituruhani.
Namun jika dikaitkan kembali dalam bahasa Arab, ruh dapat berartisemua
makhluk yang tidak berjasad, seperti jin, malaikat, dan setan.
Sebagaimana mendefinisikan kata al-qalb dengan pengertianmetafisik,
Imam Al-Ghazali juga memaknai ruh sebagai sesuatu yang indah,bersifat
ketuhanan yang mengalahkan akal dan pemahaman dalammenentukan hakikat
kebenaran.27Sehingga dengan adanya ruh ini menjadifaktor penting dalam
mendukung aktifitas manusia, sebab tanpa adanya ruh,manusia tidak akan dapat
berpikir dan merasa.
Istilah keempat adalah al-aql (akal).Pada umumnyaakal diartikan sebagai
pusat segala kecakapan yang dimiliki manusia,karena akal dapat menjadi tolak
ukur kecakapan manusia. Ada pula yangmengartikan akal dengan otak.Imam AlGhazali juga membagi pengertianakal menjadi dua bagian.Pertama akal
merupakan pengetahuan mengenaihakikat segala sesuatu, dalam hal ini akal
diibaratkan sebagai sifat ilmuyang terletak dalam hati. Adapun pengertian yang
kedua adalah akal rohaniyang memperoleh ilmu pengetahuan itu sendiri (almudrik li al-ulum) yangtak lain adalah jiwa (al-qalb) yang bersifat halus dan
menjadi esensimanusia.28
Dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur insaniyah yang menjadi objek
pembinaan akhlak merupakan prosesmenghilangkan atau membersihkan sifat-sifat
tercela yang ada pada diri danmenanamkan atau mengisi jiwa dengan sifat-sifat
terpuji sehinggamemunculkan tingkah laku yang sesuai dengan sifat-sifat Tuhan.
Menurut Imam Al-Ghazali, strategi pembinaan akhlak dapat dilaksanakan
dengan jalan tazkiyah al-nafs, mujahadah dan riyadlah.29Tazkiyah al-nafs
memiliki arti penyucian diri atau jiwa. Secara bahasa, tazkiyah al-nafs berasal dari
dua kata yakni tazkiyah dan nafs. Tazkiyah berasal dari kata zakka-yuzzaki-

27

Ibid.
Al-Ghazali,Isi Pokok Ajaran Al-quran., h. 5.
29
Rus'an, Intisari Filsafat Imam Al-Ghazali, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989),h. 5.
28

21

tazkiyah yang maknanya sama dengan tathir yang berasal dari kata thahharayuthahhiru-tathir[ah] yang berarti pembersihan, penyucian atau pemurnian.30
Tazkijah al-nafs bisa dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan
tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai, seperti shalat, infaq,
puasa, haji, dzikir, fikir, tilawah al-Quran, renungan, muhasabah dan dzikrulmaut. Pada saat itulah terealisir dalam hati sejumlah makna dan dampak bagi
seluruh anggota badan seperti lisan, mata, telinga dan Iainnya. Hasil yang paling
nyata ialah adab dan muamalah yang baik kepada Allah dan manusia. Kepada
Allah berupa pelaksanaan hak-haknyatermasuk di dalamnya adalah jihad di jalanNya. Sedangkan kepada manusia, sesuai dengan ajaran, tuntutan maqam dan taklif
Ilahi.
Dampak lain yang dapat dirasakan adalah terealisirnya tauhid ikhlas,
sabar, syukur, harap, santun, jujur kepada Allah dan cinta kepada-Nya, di dalam
hati. Dan terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengan semua hal tersebut
seperti riya, ujub, ghurur marah karena nafsu atau karena syetan. Dengan
demikian

jiwa

menjadi

tersucikan

lalu

hasil-hasilnya

nampak

pada

terkendalikannya anggota badan sesuai dengan perintah Allah dalam berhubungan


dengan keluarga, tetangga, masyarakat dan manusia.
Selanjutnya

strategi

pembinaan

akhlak

menurut

al-ghazaliadalah

Mujhadah dan Riydhah.Istilahmujhadah dan riydhah dikenal sebagai strategi


dalam melahirkan akhlak yang baik. Mujhadah menurut bahasa artinya
bersungguh-sungguh agar sampai kepada tujuan.Secara lebih luas, mujhadah
adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dalam memerangi hawa nafsu
(keinginan-keinginan) serta segala macam ambisi pribadi supaya jiwa menjadi
suci bersih bagaikan kaca yang segera dapat menangkap apa saja yang bersifat
suci, sehingga ia berhak memperoleh pelbagai pengetahuan yang hakiki tentang
Allah dan kebesaran-Nya.31
Dengan demikian, mujhadah merupakan tindakan perlawanan terhadap
nafsu, sebagaimana usaha memerangi semua sifat dan perilaku buruk yang
30

Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Mudlor, Kamus Kontemporer Al-Asri, (Yogyakarta: Multi
Karya Grafika, 1996), h. 496
31
Ibrahim Mustafa, dkk., Al-Mujam al-Wasth, (Istanbul:Al-Dawah,, TT), h. 142.

22

ditimbulkan

oleh

nafsu

amarahnya,

yang

lazimdisebut

mujhadah

al-

nafs.32Berkaitan dengan ini, Allah SWT. Berfirman:





Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benarbenar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(QS. Al-Ankabut, 29: 69).
Indikator dari keberhasilan mujhadah adalah munculnya kebiasaan dari
seseorang untuk menghiasi dirinya dengan dzikrullah sebagai cara untuk
membersihkan hatinya dan sebagai upaya untuk mencapai musyahadah
(merasakan adanya kehadiran Allah).33
Adapun riydhah artinya latihan. Maksudnya adalah latihan rohaniah
untuk menyucikan jiwa dengan memerangi keinginan-keinginan jasad (badan).
Proses yang dilakukan adalah dengan jalan melakukan pembersihan atau
pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah, kemudian menghiasi jiwanya
dengan zikir, ibadah, beramal saleh dan berakhlak mulia. Pekerjaan yang
termasuk kedalam amalan riydhah adalah mengurangi makan, mengurangi tidur
untuk salat malam, menghindari ucapan yang tidak berguna, dan berkhalwat yaitu
menjauhi pergaulan dengan orang banyak diisi dengan ibadah, agar bisa terhindar
dari perbuatan dosa.34
Tujuan riydhah adalah untuk mengontrol diri, baik jiwanya maupun
badannya, agar roh tetap suci.35Oleh karena itu, riydhah haruslah dilakukan
secara sungguh-sungguh dan penuh dengan kerelaan.Riydhah yang dilakukan
dengan kesungguhan dapat menjaga seseorang dari berbuat kesalahan, baik
terhadap manusia ataupun makhluk lainnya, terutama terhadap Allah Swt. Bagi
seorang sufi riydhah merupakan sarana untuk mengantarkan dirinya lebih lanjut
pada tingkat kesempurnaan, yaitu mencapai hakekat.36
32

Achmad Suyuti, Percik-Percik Kesufian,(Jakarta: Pustaka Amani, 2006), h. 125.


Labib MZ, Memahami Ajaran Tasawuf, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2001), h. 39.
34
Achmad Suyuti, op.cit., h.125-126.
35
Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafndo, 1994), h. 17.
36
S. Al Aziz dan Moh. Saifulloh. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Terbit
Terang, 1998), h. 104.
33

23

Mujhadah dan riydhah yang dilakukan akan mendatangkan cahaya di


dalam kalbu seseorang. Dengan kesungguhan ber-mujhadah dan ber-riydhah,
Allah akan menumbuhkan rasa manisnya amal ibadah di hati, sehingga ia semakin
tekun beribadah. Iabenar-benar akan merasakan nikmatnya shalat, puasa, zikir,
dan ketaatan lainnya. Dan akhirnya Allah akan menumbuhkan dalam dirinya sifatsifat terpuji, seperti ikhlas, tumaninah, sabar, jujur, istiqamah dan selalu gemar
beribadah.

Bagi

seseorang

yang sudah bersungguh-sungguh melakukan

mujhadah dalam ibadahnya, biasanya akan menerima nur dari Allah yang datang
ke hatinya, sehingga hati itu mengalami keadaan (hl) yang bermacam-macam.
Ada yang merasakan keresahan dan ketakutan yang sangat kepada Allah, atau rasa
cinta yang besar kepada Allah, atau munculnya rasa kasih sayang kepada semua
makhluk Allah, atau menimbulkan gairah menegakkan agama Allah, dan bahkan
ada yang mendapatkan kasyf (tersingkapnya rahasia batin) atau musyhadah.
Sebagaimana menurut al-Ghazali di atas, tazkiyah al-nafs, mujhadah dan
riydhahadalah strategi dalam melahirkan akhlak yang mulia juga merupakan
latihan rohaniah dalam rangka menyucikan jiwa, agar hati diliputi nur Ilahiah,
tersingkapnya rahasia batin (muksyafah), merasakan nikmat dan lezatnya
beribadah.
Dalam buku Berbisnis Dengan Allah, al-Ghazali mengemukakan,
sesungguhnya tujuan mujahadah dan riyadlah dengan melakukan amal shalih
adalah untuk menyempurnakan dan mensucikan jiwa serta untuk mendidik
akhlak. Jiwa dan tubuh bersifat saling mempengaruhi, apabila jiwa sempurna dan
suci maka perbuatan tubuh akan baik, begitu juga apabila tubuh baik maka jiwa
akan baik.37Jadi, strategi untuk menyucikan jiwa adalah dengan membiasakan diri
untuk melakukan perbuatan yang dilakukan oleh jiwa yang suci dan sempurna.
Apabila hal tersebut dilakukan dengan terus-menerus, maka jiwa akan terbiasa
dan selalu terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan sempurna dan
akan menjadi perangai dan akhlak baginya.

37

Imam Al-Ghazali, Berbisnis Dengan Allah, Terj. Ahmad Farnk, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 2002), h. 93.

24

Setiap orang dalam hidupnya bercita-cita memperolehkebahagiaan.Salah


satu dari kebahagiaan adalah orang yang menyucikandirinya, yaitu suci dari sifat
dan perangai buruk, suci lahir dan bathin.Sebaliknya, jiwa yang kotor dan
perangai yang tercela membawakesengsaraan di dunia dan di akhirat.Dengan
melaksanakan strategi pembinaan akhlak ini diharapkan segala kebahagiaan dapat
diraih baik kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akhirat.

4. Alat yang Efektif dalam Pembinaan Akhlak


Menurut Al-Ghazali, Ibnu Sina, dan Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa
akhlak adalah hasil usaha (Muktasabah). Pada kenyataan di lapangan, usaha-usaha
pembinaan akhlak melalui berbagai macam cara terus dikembangkan. Ini
menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan pembinaan ini membawa
hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi Muslim yang berakhlak mulia, taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu-bapak, sayang kepada sesama
makhluk Tuhan.38
Di kalangan ahli tasawuf dikenal sistem pembinaan mental, dengan istilah
takhalli, tahalli, dan tajalli.Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan
jiwa dari sifat-sifat tercela, karena sifat itulah yang dapat mengotori jiwa
manusia.Tahalli

adalah

mengisi

jiwa

dengan

sifat-sifat

yang

terpuji

(mahmudah).39Jadi, dalam rangka pembinaan mental atau terapi kesehatan,


penyucian jiwa hingga dapat berada dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang
dilakukan adalah pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, kemudian jiwa yang
bersih diisi dengan sifat-sifat terpuji, hingga akhirnya sampailah pada tingkat
yang berikutnya yang disebut dengan tajalli, yaitu tersingkapnya tabir sehingga
diperoleh pancaran Nur Ilaahi.40
Dalam pendidikan Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan
dalam pembinaan akhlak.Menurut Abdurrahman An-nahlawy alat yang efektif

38

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)h. 156-157
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta:Amzah,
2007), h. 38
40
ibid, h. 25
39

25

untuk pembinaan akhlak diantaranya yaitu keteladanan, pembiasaan, nasihat dan


mendidik melalui kedisiplinan.
a. Keteladanan
Pada dasarnya, kebutuhan manusia akan figur teladan bersumber
dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia.
Peniruan bersumber dari kondisi mental seseorang yang senantiasa
merasa bahwa dirinya berada dalam perasaan yang sama dengan
kelompok lain (empati) sehingga dalam peniruan ini, anak-anak
cenderung meniru orang dewasa, kaum lemah cenderung meniru kaum
kuat, serta bawahan cenderung meniru atasannya.41
Pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan dengan
memberikan contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir, dan
sebagainya. Mayoritas ahli pendidikan berpendapat bahwa pendidikan
dengan keteladanan merupakan metode yang paling berhasil.Hal ini
disebabkan karena pada umumnya dalam belajar lebih mudah
menangkap yang konkrit dibandingkan yang abstrak.42
Abdullah Ulwan mengatakan bahwa pendidik akan merasa lebih
mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Akan tetapi anak
didik akan merasa kesulitan dalam memahami pesan itu jika melihat
pendidiknya

tidak

memberi

contoh

tentang

pesan

yang

disampaikannya.43
Untuk itu Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai hamba
dan Rasul-Nya menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan
pendidikan Islam44, melalui firman-Nya ini:

41

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Sekolah, Rumah dan Masyarakat,


(Jakarta: Gema Insani, 1995)h. 263
42
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 178
43
Abdullah Alwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, (Beirut: Dar-al-Salam, 1978), h. 633
44
Abdurrahman An-Nahlawi, op.cit, h. 260

26

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik. (Q.S. Al-Ahzab: 21)
b. Pembiasaan
Pembiasaan

merupakan

proses

penanaman

kebiasaan.Yang

dimaksud dengan kebiasaan adalah cara-cara bertindak dan hampirhampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya).
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat
penting, terutama bagi anak-anak, karena belum mengenal mana yang
baik dan buruk. Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu
akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan
segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk
diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua.Untuk mengubahnya sering
kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius.45
Metode ini biasanya diterapkan pada ibadah-ibadah amaliah,
seperti jamaah shalat, kesopanan terhadap guru, pergaulan terhadap
sesama siswa, sehingga tidak asing dijumpai disekolah, sebagaimana
seorang siswa begitu hormat pada guru dan kakak seniornya, maka siswa
dilatih dan dibiasakan untuk bertindak demikian.
Metode ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan
kepribadian, jika seorang anak telah terbiasa dengan sifat-sifat terpuji,
lalu tersimpan dalam sistem otak sehingga aktifitas yang dilakukan oleh
siswa tercover secara positif.
c. Memberi Nasihat
Secara etimologi, kata nasihat berasal dari bahasa arab yaitu nashaha
yang artinya bersih dari noda dan tipuan. Sedangkan yang dimaksud
dengan nasihat adalah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan
dengan tujuan menghindarkan seseorang yang dinasihati dari bahaya
45

Hery Noer Aly, op.cit., h. 184-185

27

serta menunjukkannya kejalan yang mendatangkan kebahagiaan dan


manfaat.46
Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam
pendidikan Islam.Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan
pengaruh yang baik kedalam jiwa.Dengan metode ini pula, pendidik
mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik
kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan.Cara yang dilakukan
hendaknya nasihat lahir dari hati yang tulus.47Menurut Abdurrahman AnNahlawi nasihat yang tulus ialah orang yang memberi nasihat tidak
berorientasi kepada kepentingan material pribadi.Dan pendidik yang
memberi nasihat yang tulus hendaknya menghindarkan diri dari segala
bentuk sifat riya dan pamrih agar tidak menodai keikhlasannya sehingga
kewibawaannya dan pengaruhnya terhadap jiwa peserta didik tidak
menjadi hilang.48
d. Mendidik kedisiplinan
Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan/
peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan yang dimaksud adalah
bukanlah karena paksaan tetapi kepatuhan akan dasar kesadaran tentang
nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu.49Metode ini
identik dengan pemberian hukuman atau sanksi.Tujuannya adalah untuk
menumbuhkan kesadaran siswa tentang sesuatu yang dilakukan tersebut
tidak benar, sehingga siswa tidak mengulanginya lagi.
Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu
harus dugunakan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang hendak
diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman:
1) Hukuman adalah metode kuratif, yaitu tujuan hukuman ialah
memperbaiki

46

peserta

didik

yang

melakukan

kesalahan

dan

Abdurrahman An-Nahlawi, op.cit., h. 253


Hery Noer Aly, op.cit., h. 191
48
Abdurrahman An-Nahlawi, op.cit., h. 253
49
M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. 1, h.
47

40

28

memelihara peserta didik lainnya, bukan untuk balas dendam. Oleh


sebab itu, pendidik hendaknya tidak menjatuhkan hukuman dalam
keadaan marah.
2) Hukuman dapat digunakan apabila metode lain, seperti nasihat dan
peringatan tidak berhasil guna dalam memperbaiki peserta didik.
Abdullah Ulwan mengemukakan langkah-langkah yang hendak
diperhatikan dalam memperbaiki peserta didik. Langkah-langkah yang
dimaksud adalah mengingatkannya akan kesalahan dengan memberi
pengarahan, membujuk, memberi isyarat, mencela, mengucilkan,
hukuman yang mengandung pendidikan bagi orang lain.
3) Sebelum dijatuhi hukuman, peserta didik hendaknya lebih dahulu
diberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.
4) Hukuman yang dijatuhkan kepada peserta didik hendaknya dapat
dimengerti olehnya, sehingga peserta didik sadar akan kesalahannya
dan tidak mengulanginya lagi.
5) Hukuman psikis lebih baik dibandingkan hukuman fisik.
6) Dalam menjatuhkan hukuman, hendaknya di perhatikan prinsip logis,
yaitu hukuman yang sesuai dengan jenis kesalahan.50
7) Hukuman hendaknya disesuaikan dengan perbedaan latar belakang
kondisi peserta didik. Abdullah Ulwan mengemukakan bahwa peserta
didik mempunyai kesiapan yang berbeda-beda dalam hal kecerdasan
ataupun

respon

yang

dilahirkan.Demikian

pula

dalam

hal

tempramen.Ada peserta didik yang temperamennya tenang, ada yang


temperamennya

sedang,

dan

ada

pula

yang

mudah

bergejolak.Semuanya disebabkan oleh faktor lingkungan, kematangan,


dan pendidikan. Atas dasar itu, ada anak yang dapat diperbaiki dengan
dipandang dengan muka masam, ada yang perlu dicela, dan ada pula
yang perlu dipukul.51

50

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam.., h. 200-202.


Abdullah Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islamh. 760-761

51

29

Sebagain besar lembaga pendidikan masih menggunakan metode hukuman


punishman untuk membentuk kepribadian siswa agar bersikap sesuai dengan
lingkungannya.Namun metode ini bukanlah satu-satunya yang dilakukan untuk
membina akhlak siswa, biasanya hanya dijadikan apabila siswa sudah berkelakuan
di luar batas kewajaran.
B. Boarding School
1. Pengertian Boarding School
Boarding school diartikan sebagai sekolah berasrama. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang
untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang
kepala asrama.52
Menurut Dr. Nurhayati Djamas, Boarding School adalah lembaga
pendidikan yang menerapkan pola pendidikan yang siswanya tinggalbersama di
asrama yang dibina langsung oleh pengasuh lembaga pendidikan tersebut dengan
model terpadu antara pendidikan agama yang dikombinasi dengan kurikulum
pengetahuan umum.53
Dari beberapa definisi di atas dapat di fahami bahwa Boarding School
adalah sebutan bagi sebuah Lembaga yang didalamnya terjadi kegiatan
pendidikan yang melibatkan peserta didik dan para pendidiknya berinteraksi
dalam waktu 24 jam setiap harinya dengan mengkombinasikan antara pendidikan
agama dan pendidikan umum.
Istilah Boarding School sendiri bukanlah sebuah lembaga pendidikan yang
baru di Indonesia, karena pendidikan model asrama tersebut telah lama
dilaksanakan di Negara ini yaitu pendidikan pesantren.Menurut Zamakhsyari
Dofir pesantren menurut sistem yang dianut terbagi menjadi 2 yakni pesantren
salafi yaitu pesantren yang masih menggunakan sistem pendidikan tradisional dan
52

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai


Pustaka, 2005), edisi ke-3, h. 72
53
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2009), h. 157

30

pesantren khalafi (modern) yaitu pesantren yang telah menerapkan sistem


pendidikan modern (klasikal) dengan pendidikan tradisonal.Dalam lembaga ini
diajarkan secara intensif ilmu-ilmu keagamaan dengan tingkat tertentu untuk
diterapkan dalam kehidupan mereka.Sedangkan di lingkungan sekolah mereka
dipacu untuk menguasai ilmu dan teknologi secara intensif.54
Boarding School ini muncul pada masa awal 1990-an, beberapa tokoh
muslim modern melakukan pembaharuan terkait model pendidikan Islam yang
selama ini berjalan di Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat semakin
berkembangnya teknologi informasi yang berdampak pada bersinggungnya antar
budaya Negara. Disamping itu juga, beberapa kelompok masyarakat khususnya
dari kalangan kelas menengah atas dengan latar belakang orang tua seperti para
professional yang tidak punya cukup waktu untuk mengurusi dan mengawasi
anak-anak mereka biasanya menitipkan anaknya ke lembaga yang boarding
school.

2. Unsur-unsur Boarding School


Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab penyelenggaraan
boarding school dengan baik, diperlukan sebuah keterpaduan dari setiap unsur
yang ada di boarding school.Terdapat beberapa unsur dalam boarding school,
diantaranya asrama, siswa, pengasuh, materi pelajaran.55Sedangkan menurut
Madania, terdapat beberapa unsur dalam boarding school, diantaranya yaitu
asrama, pengasuh, siswa, masjid.56
Dari uraian di atas, dapat di kemukakan bahwa unsur-unsur dari boarding
school terdiri dari:

54

Mujamil Qomar, Pesantren dan Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi


Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 16-17
55
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, h.157159
56
ibid.,h. 160-162.

31

a. Asrama
Asramaadalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk
sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang
kepala asrama.
b. Pengasuh
Pengasuh merupakan penanggung jawab sekaligus sebagai orang tua para
siswa di asrama.Pengasuh memiliki pengaruh yang besar di lingkungan
asrama.Nilai-nilai yang menjadi ciri khas pesantren yang mengutamakan
pendidikan agama serta nilai-nilai pada aspek sosial yang membentuk
pola relasi sosial ditransmisikan melalui pendidikan di asrama terhadap
pembentukan pribadi dan watak siswa.57
c. Siswa
Para siswa yang diterima dilembaga ini adalah siswa terbaik dari
pesantren-pesantren yang telah memiliki basis pengetahuan agama yang
cukup.
d. Masjid
Masjid merupakan pusat kegiatan keagamaan sebagai pengembangan
kegiatan ekstra kurikuler, seperti shalat berjamaah dan tadarus (belajar
al-Quran). Pelaksanaan shalat berjamaah dimasjid merupakan keharusan
bagi siswa dengan menerapkan ketentuan overlimits, yaitu siswa hanya
diperbolehkan tidak mengikuti shalat berjamaah lima kali dalam
seminggu yang diabsen oleh piket masjid dari siswa sendiri. Apabila
ketentuan overlimits ini dilanggar siswa, maka akan mendapatkan sanksi
seperti tidak diperbolehkan pulang kerumah orang tua pada saat orang
lain pulang. Penerapan ketentuan ini dimaksudkan untuk menanamkan
disiplin keagamaan pada siswa.
e. Materi Pelajaran
Pembinaan keagamaan siswa yang merupakan bagian dari program
pengasuhan yang diperkaya dengan menerapkan berbagai kegiatan yang
57

Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, (Jakarta: UIN Press,
2009), h. 140

32

berdimensi keagamaan. Meskipun Boarding school tidak sama persis


dengan pendidikan di pesantren, sekolah ini menerapkan prinsip
pendidikan sejalan dengan tradisi di pesantren, seperti tadarus al-quran
(belajar al-Quran), muhadharah (public speech) dan lain-lain.
Model pendidikan Boarding School adalah salah satu bentuk lembaga
pendidikan hasil modifikasi antara model pendidikan islam dilembaga pendidikan
tradisional pesantren dan pendidikan klasikal. Sekolah model ini menawarkan
pendidikan terpadu antara pendidikan agama

yang komprehensif bagi

pembentukan pribadi yang kuat secara agama, perwujudan perilaku yang


berakhlak mulia dan diperkaya dengan perkembangan sains dan teknologi.58
.
3. Program Boarding School
Program-program yang diselenggarakan oleh boarding school untuk
mencapai tujuan yang diharapkan berbeda antara satu lembaga dengan lembaga
yang lain, karena tidak ada ketentuan atau ketetapan baku yang mengharuskan
adanya keselarasan seperti pada sekolah-sekolah regular pada umumnya.
Penyelenggaraan program disesuaikan dengan visi misi masing-masing lembaga
boarding school tersebut.Namun, secara umum karakteristik boarding school
dapat dilihat dari aspek-aspek penerapan kurikulum dan metode pendidikan
dengan alokasi waktu yang menyeimbangkan antara pendidikan agama bagi
pembentukan watak dan pribadi siswa dengan kurikulum umum serta pada aspek
kedisiplinan.59
Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem boarding lebih
menekankan pendidikan kemandirian. Berusaha menghindari dikotomi keilmuan
(ilmu agama dan ilmu umum). Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu
agama dan ilmu umum diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap
siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan sistem boarding school
yang diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan pembelajaran yang
58

Nurhayati Djamas, op.cit., h. 152


Ibid., h. 157

59

33

lebih leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing,
kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu
diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa
diterapkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24 jam.
Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan, ucapan, perilaku dan
sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif para siswa dapat terseleksi
secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas siswa,
komitmen komunitas siswa terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara
leluasa, para siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran,
kebenaran, kasih sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi,
tanggungjawab, kepatuhan dan kemandirian dapat terus-menerus diamati dan
dipantau oleh para guru / pembimbing.60
Keseluruhan

proses

pendidikan boarding school

diarahkan pada

penguasaan sains dan teknologi, pengembangan kepribadian serta pembentukan


watak siswa, maka kurikulum yang diterapkan merupakan penjabaran dari ketiga
unsur tersebut. Setidaknya ada tiga program pendidikan yang diselenggarakan
oleh sebuah boarding school, yaitu:
a. Kegiatan Kurikuler
Kegiatan ini merupakan substansi pembelajaran yang ditempuhdalam
satu jenjang pendidikan tertentu sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh pemerintah. Kegiatan kurikuler ini dilaksanakan melalui tatap muka
di sekolah untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan
ciri khas dan potensi daerah. Substansi muatan lokal ini ditentukan oleh
satuanpendidikan terkait.
b. Ekstrakurikuler
Untuk menunjang program pembelajaran akademis di boarding school,
maka diperlukan program ekstrakurikuler untuk membentuk karakter
siswa, menyalurkan minat dan bakat serta meningkatkan prestasi nonakademis siswa. Kegiatan Ekstrakurikuler merupakan kegiatan belajar
60

Abd Ala, Pembaruan Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006), h. 49

34

yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka untuk membantu


pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
dan minat mereka

serta memperluas wawasan atau kemampuan,

peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan yang telah dipelajari.


Tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler adalah:
1) meningkatkan

dan

memantapkan

pembangkan

bakat,

minat,

kemampuan, dan keterampilan dalam upaya pembinaan pribadi.


2) mengenali hubungan antar pelajaran dalam kehidupan di masyarakat
c. Keagamaan
Pembinaan keagamaan siswa yang merupakan bagian dari kepengasuhan
asrama diperkaya dengan menerapkan kegiatan yang sejalan dengan
prinsip pesantren, seperti Shalat berjamaah, tadarus Al-Quran,
pengajian kitab dan sebagainya. Hal ini bertujuan pada pembentukan
pribadi keagamaan siswa. Di samping itu, sebagai nilai tambah dan
keunggulan boarding school juga diselenggarakan program-program
unggulan seperti penguasaan bahasa asing, teknologi, tahfidh Al-Quran
dan lain sebagainya.61

4. Segi-segi Positif Boarding School dalam Pendidikan


Ada beberapa segi positif Boarding School jika dibandingkan dengan
pendidikan sekolah regular.yaitu:
a. Program Pendidikan Paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan
akademis sehingga banyak aspek kehidupan anak yang tidak tersentuh.
Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan
program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama
dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari
program pendidikan keagamaan, academic development, life skill (soft
skill dan hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan
61

Sarbini, Pendidikan Kepatuhan Anak,http://www.slideshare.net/iniabras/pembinaankepatuhan-peserta-didik-di-sekolah. Diakses 20 Januari 2013pukul 22.30.

35

pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga


implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.
b. Lingkungan yang Kondusif
Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek
sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau
bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang
dewasa yang ada di Boarding School adalah guru. Siswa tidak bisa lagi
diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek
kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam
kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga ketika kita
mengajarkan tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai
tukang sapu sampai principal berbahasa asing. Begitu juga dalam
membangun religius socity, maka semua elemen yang terlibat
mengimplementasikan agama secara baik.
c. Siswa yang heterogen
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar
belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari
berbagai daerah yang mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat
kecerdasan, kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini
sangat kondusif untuk membangun wawasan national dan siswa terbiasa
berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik
bagi anak untuk melatih anak dan menghargai pluralitas.
d. Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan
siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola
pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib
dibuat sangat lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar
dosa dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat.
Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan
kesehatan (tidak terkena penyakit menular), tidak narkoba, terhindar dari

36

pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik (tauran dan perpeloncoan),


serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya.62

C. Kerangka Berfikir
Masa remaja merupakan masa penting dalam perkembangan dan
pertumbuhan manusia.Pembentukan akhlak manusia sejatinya harus diajarkan
sejak dini agar kelak anak-anak mempunyai kecakapan sosial seperti yang
diharapkan oleh lingkungannya.
Sekolah seperti yang diyakini selama ini merupakan lembaga strategis
untuk menyemai nilai-nilai islam ke dalam kehidupan manusia. Namun dibalik
itu semua, kondisi lingkungan kita dewasa ini selalu diintai oleh pengaruhpengaruh dari luar yang akan merusak tatanan nilai-nilai yang kita anut selama
ini. Untuk membantu pembinaan akhlak terhadap siswa/pelajar maka sekolah
boarding school hadir sebagai solusi alternatif yang dapat membantu anak
dalam membentuk pribadinya menjadi lebih baik.Oleh karena itu, boarding
school

menawarkan

beberapa

program

yang

bertujuan

membantu

perkembangan anak.Atas dasar itu maka penting untuk memberikan programprogram yang efektif kepada siswa.Dan ini menjadi unggulan sekolah dengan
system boarding school dibanding sekolah pada umumnya.Para murid
mengikuti pendidikan regular dari pagi hingga siang di sekolah kemudian
dilanjutkan dengan pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus di
malam harinya. Selama 24 jam anak didik berada dibawah pengawasan para
guru pembimbing.

D. Hasil Penelitian yang Relevan


Sejauh ini, beberapa penelitian yang membahas tentang Pembinaan
akhlak telah banyak dilakukan. Namun masing-masing penelitian tersebut
memiliki fokus penelitian yang berbeda-beda. Adapun beberapa penelitian

62

Jonar Maknun, Pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK), Boarding School


berbasis keunggulan lokal, (Pdf, JPTA FPTK UPI), h. 11

37

yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tema
yang diambil peneliti yang dijadikan telaah atau rujukan antara lain:
Skripsi Abdul Razak yang berjudul Peran Lembaga Pendidikan Islam
Adzkia Islamic School Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid Jakarta dalam
Meningkatkan Akhlak Siswa63penelitian yang dilakukan Abdul Rozak pada
persoalan peran lembaga pendidikan dalam meningkatkan akhlak siswa.
Skripsi Robi Zulia yang berjudul Peranan Yayasan Pesantren Islam
(YPI) Boarding School of Cipete (BSC) Al-Futuwwah dalam Pembinaan
Keagamaan

Anak

Pemulung

Kel.

Cipete

Utara,

Cipete,

Jakarta

Selatan64menekankan pada persoalan peran kelembagaan yayasan pesantren


islam (YPI) BSC dalam melakukan pembinaan keagamaan anak pemulung.
Penelitian ini berbeda dari kedua penelitian di atas.Skripsi yang
mengangkat judul Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Program Boarding
School (studi kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok)menekankan
pada pembentukan akhlak siswa melalui program-program yang ditawarkan
oleh boarding school di Al-Hidayah Boarding School Depok dalam membina
akhlak siswa. Jika dalam penelitian Robi Zulia menakankan aspek pembinaan
agama yang mempunyai cakupan lebih luas maka penelilitian ini justru
spektrumnya lebih spesifik dan terarah. Selain itu, penelitian mengambil
tempat yang berbeda dan waktu yang tidak sama dengan penelitian lainnya.

63

Abdul Razak, Peran Lembaga Pendidikan Islam Adzkia Islamic School Dompet Peduli
Ummat Daarut Tauhid Jakarta dalam Meningkatkan Akhlak Siswa, (UIN Jakarta; 2010).
64
Robi Zulia, Peranan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Boarding School of Cipete (BSC)
Al-Futuwwah dalam Pembinaan Keagamaan Anak Pemulung Kel. Cipete Utara, Cipete, Jakarta
Selatan (UIN Jakarta; 2009).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukanpada program-program yang di selenggarakan di
MTs. Al-HidayahBoarding School/ HBSyang terletak di Jl. Keadilan Raya
Rawadenok RT. 02/01 Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat. Adapun proses
penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dari bulan Januari sampai dengan bulan
Maret 2013 dengan melakukan pengamatan dan penelitian langsung di lapangan
untuk memperoleh serta mengumpulkan data yang dilakukan secara insidental
(sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).Rangkaian kegiatan penelitian
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7

Hari, Tanggal dan


Bulan
Senin, 14 Januari 2013
Senin, 4 Februari 2013
Senin,18 Februari 2013
Rabu, 20 Februari 2013
Senin, 4 Maret 2013
Rabu, 13 Maret 2013
Rabu, 20 Maret 2013

Kegiatan

Keterangan

Observasi
Wawancara I
Wawancara II
Wawancara III
Pengumpulan Data
Pengolahan data
Penulisan Laporan

Sekolah
Kepsek
Pembina Asrama
Guru-Guru
Sekolah
-

38

39

B. Setting Penelitian
Perkembangan pendidikan Islam dewasa ini mengalami kemajuan yang
semakin pesat. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam juga
dihadapkan dengan persoalan kekinian menyita perhatian lembaga pendidikan
untuk dituntaskan sehingga terjadi perubahan besar dalam manajemennya.
Banyak pesantren mendirikan sekolah umum seperti SMK, SMA, MAK untuk
dapat merespon dinamika tersebut. Tuntutan ini agaknya memperkuat alasan
mengapa pesantren Al-Hidayah juga harus membenahi diri dengan menggantikan
namanya menjadi sekolah berasrama atau Al-Hidayah Boarding School.
Pada awal berdirinya, lembaga pendidikan ini bernama pondok pesantren,
lembaga keagamaan yang berkonsentrasi pada sains Islam dan pembentukan
akhlak siswa. Namun perjalanannya untuk memberikan materi-materi pendidikan
Islam mendapat tantangan ketika bersentuhan dengan dunia luar yang kompetitif.
Atas dasar itulah kemudian lembaga ini pada tahun 2008 pesantren Al-Hidayah
menjadi Boarding School. Perubahan ini ini kemudian berpengaruh terhadap
muatan kurikulum sekolah begitu pula sistem pengelolaannya.
Salah satu konsekuensi dari perubahan tersebut adalah masuknya mata
pelajaran umum yang selama ini tidak diajarkan di sekolah.Menurut manajemen
sekolah perubahan ini sesuai dengan tuntutan awal untuk menjadikan lembaga ini
menjadi sekolah berasrama. Meskipun terjadi perubahan namun sekolah tetap
mempertahankan idealismenya untuk membentuk generasi-genarasi yang cakap
dan berakhlak luhur seperti tujuan tertinggi pendidikan islam. Keberadaan sekolah
dengan berasrama ini juga akan mempermudah mengelola dan membentuk akhlak
luhur siswa.
Dikotomi sains islam dan ilmu umum kemudian dirangkum menjadi
keunggulan di sekolah Al-Hidayah Boarding School. Dimana terjadi integrasi
keilmuan yang mendorong kognitif siswa untuk mengetahui ilmu agama tetapi
juga mempunyai kecakapan dalam bidang-bidang sosial lainnya.Hal tersebut

40

sangat seirama dengan cita-cita sekolah yang tercantum dalam visi, misi dan
tujuan umum sekolah.
Apakah tujuan ideal pendidikan islam itu masih tetap terjaga dalam sekolah
yang sudah mengadopsi sistem sekolah modern, atau justru berbalik arah ketika
muatan ilmu ilmu lebih dominan dalam desain kurikulum. Penelitian ini berusaha
menemukan langkah-langkah strategis sekolah sehingga mampu mendidik dan
membentuk perilaku siswa ditengah jadwal yang padat.

C. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Lapangan (Field Research) dilakukan
untuk memperoleh data yang akurat dengan cara mendatangi langsung obyek
penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan
Kualitatif.Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif adalah sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.1 Penelitian ini
berusaha mengungkapkan, menggambarkan berbagai kondisi atau fenomena
realitabudaya interaksi edukasi dan program yang relevan untuk pembinaan
akhlak di MTs. Al-Hidayah Boarding School. Dengan ini, peneliti mampu
memahami dan memberikan makna terhadap rangkaian gambaran realita di
sekolahtersebut.Adapun metode yang penulis gunakan adalah metode Naturalistic
yaitu peneliti masuk dan menghabiskan waktu di sekolah, kelompok masyarakat,
dan

lokasi-lokasi

lain

untuk

mempelajari

seluk

beluk

pendidikan.2

Penelitiandigunakan untuk memperoleh data dan mengidentifikasi bagaimana


proses pembinaan akhlak siswa yang berlangsung di MTs. Al-Hidayah Boarding
School.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


1997), cet. ke-8, h. 3
2
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.
2-3

41

D. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data penelitian ini bersifat interaktif, berlangsung dalam
lingkaran yang saling tumpang tindih.Langkah-langkahnya biasanyadisebut
strategi pengumpulan dan analisis data, teknik yang digunakan dan data yang
telah diperoleh. Secara umum langkah-langkahnya ada kesamaan antara satu
penelitian dengan penelitian lainnya, tetapi di dalamnnya ada variasi:
1. Perencanaan
Meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan
pertanyaan-pertanyaan

penelitian

yang

diarahkan

pada

kegiatan

pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan


lokasi yang dipilih serta informasn-informan sebagai sumber data.
Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan
sampel purposif.
2. Memulai Pengumpulan Data
Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan
hubungan baik, menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab
dengan

individu-individu

dan

kelompok

yang

menjadi

sumber

data.Peneliti memulai wawancara dengan beberapa informan yang telah


dipilih kemudian dilanjutkan dengan teknik bola salju.Pengumpulan data
melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan, dan data
dokumen.Data dikelompokkan secara intnesif kemudian diberi kode agar
memudahkan dalam analisis data.
3. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data diintensifkan dengan wawancara yang lebih
mendalam,

observasi

dan

pengumpulan

dokumen

yang

lebih

intensif.Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data mulai


dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak
ditemukan data baru lagi.Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan
dan dirangkumkan dalam diagram-diagram yang bersifat integratif.

42

4. Pengumpulan Data Penutup


Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi
penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi.Batas akhir
penelitian tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian
kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian
terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang
diteliti.Peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan
semua informasi yang dibutuhkan atau ditemukan lagi data baru.
Secara konkrit Langkah-langkah pengumpulan datayang dilaksanakan
adalah sebagai berikut:
a. Mendefinisikan sasaran yang ingin dicapai melalui program perubahan
yang akan dilakukan setelah dilaksanakannya proses pembinaan akhlak
yang dilakukan selama 24 jam di sekolah.
b. Mengidentifikasikan variabel-variabel sentral yang terdapat dalam
membentuk akhlak santri. Diantaranya seperti pihak sekolah melakukan
pembinaan melalui program-program serta parameter dalam mengukur
keberhasilan sikap siswa sebagai hasil dari pembinaan.
c. Pemilihan metode yang sesuai untuk mengumpulkan data serta
penentuan metode yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang akurat.
d. Mengkondisikan target penelitian, jenis dan mutu informasi yang
diperlukan, penggunaan informasi yang terkumpul, berbagai instrumen
lain yang dapat digunakan.
e. Melakukan wawancara untuk memperoleh data secara detail dari dua
narasumber yakni kepala sekolah dan pengurus asrama. Wawancara
dengan kepala sekolah mengarah pada manajerial sekolah sedangkan
dengan pengurus asrama mengarah pada sikap keseharian siswa serta
kurikulum-kurikulum yang tidak tertulis. Penelusuran ini sangat penting
karena pada umumnya sekolah berasrama banyak mengandung
kurikulum-kurikulum disepakati dengan tidak tertulis.

43

f. Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data seperti hasil wawancara dan


hasil observasi.
g. Analisis Data
h. Evaluasi Efektivitas Pengumpulan data

Proses penelitian ini dilaksanakan sejak awal penyerahansurat izin


penelitian hingga selesai, dengan harapan peneliti ini dapatdiselesaikan dengan
jangka waktu kurang lebih 3 bulan. Tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap pra lapangan
a) Menyusun rancangan penelitian
b) Memilih lapangan penelitian
c) Mengurus perizinan
d) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
e) Memilih dan memanfaatkan informan
f) Meyiapkan perlengkapan penelitian.
g) Persoalan etika penelitian
2. Tahap pekerjaan lapangan
a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri
b) Memasuki lapangan, dengan mengamati berbagai fenomena dan
c) Wawancara dengan beberapa pihak yang bersangkutan
d) Berperan serta sambil mengumpulkan data.
3. Tahap analisis data
a) Analisis selama pengumpulan data
b) Analisis setelah pengumpulan data
c) Penyusunan trianggulasi data laporan penelitian berdasarkan hasil data
yangdiperoleh.3

Lexy J. Moleong, op.cit., h. 127.

44

Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan tersebut, penulis


menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang
terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu.Metode ini penulis
gunakan untuk mengamati, mendengarkan dan mencatat langsung
keadaan dan kondisi sekolah dalam pembinaan akhlak di MTs. AlHidayah Boarding School.Observasi yang digunakan adalah observasi
non-partisipan yaitu observasi yang menjadikan peneliti sebagai
penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik
penelitian.Dalam observasi jenis ini peneliti melihat atau mendengarkan
pada situasi sosial tertentu tanpa partisipasi aktif di dalamnya.4
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi ini sebagai pelengkap data yang berupa buku-buku,
majalah, transkip, notulen rapat, catatan harian, agenda dan lainlain.5Metode ini peneliti gunakan untuk melengkapi data-data yang
berhubungan dengan fokus penelitian dalam penelitian ini.
c. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.Adapun jenis wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara baku terbuka yaitu
wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. 6Dalam hal
ini, yang diwawancarai (interviewee) adalah kepala sekolah MTs. AlHidayah Boarding School dan pembina asrama.

Lexy J. Moleong, op.cit.,h. 37-40


Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 158
6
Lexy J. Moleong, op.cit., h. 135-136
5

45

E. Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data


Pengolahan data dimulai sejak awal penelitian dengan memilah dan memilih
data yang sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan. Prosedur pengolahan data
yang dilaksanakan adalah dengan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, display
data, analisis data, kesimpulan dan verikikasi, keabsahan hasil dan narasi analisis.
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang
terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada halhal yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilah-milah
berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan memberikan
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah
peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas data
sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.
2. Display Data
Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan
dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk
melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.
3. Analisis Data
Teknik Analisis data yang penulis lakukan meliputi beberapa langkah,
berikut sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu
model analisis data mengalir(Flow Model) yaitu:
a. Pengumpulan Data
Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang
terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian.
b. Reduksi Data
Proses analisis data di mulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara,
dan dokumentasi. Setelah dibaca dan dipelajari, maka langkah
selanjutnya adalah mengadakan reduksi data. Langkah ini berkaitan

46

erat dengan proses penyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,


mengabstraksikan dan mentransformasikan data mentah

yang

diperoleh dari hasil penelitian.


c. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis
data adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang
memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan.Bentuk
penyajian data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif
adalah teks naratif yang menceritakan panjang lebar temuan
penelitian.
d. Penarikan Kesimpulan
Langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik
kesimpulan. Analisisnya menggunakan analisis model interaktif,
artinya analisis ini dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga
komponen utama tersebut. Data yang terkumpul dari observasi,
wawancara dan pemanfaatan dokumen yang terkait dengan pelatihan
dan smber-sumber belajar yang sedemikian banyak di reduksi untuk
dipilih mana yang paling tepat untuk di sajikan. Proses pemilihan data
difokuskan pada data yang mengarah untuk pemecahan masalah,
penemuan, pemaknaan, atau untuk menjawab pertanyaan penelitian
yang terkait dengan fokus penelitian.7
Dari teori teknik analisis data yang dikemukakan di atas, kemudian
penulis dalam prosesnya memiliki langkah-langkah yang dilakukan untuk
menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian yakni mengetahui proses
pembinaan akhlak melalui MTs. Al-Hidayah Boarding School. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Setelah selesai mengumpulkan data, kemudian dilanjutkan dengan
pencatatan dan pendataan informasi terkait dengan temuan di
lapangan sehingga memudahkan pencatatan dan pendataan terkait
dengan temuan di lapangan tanpa harus menunggu proses pengamatan
berakhir.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Uin Syarif
Hidayatullah, 2011), h. 60-61.

47

b) Setelah data terkumpul kemudian peneliti mereduksi data-data


tersebut dengan mengklasifikasi dan kategorisasi terkait dengan
pembinaan akhlak meliputi strategi, proses, pengawasan dan evaluasi
program MTs. Al-Hidayah Boarding School.
c) Setelah reduksi data dilakukan, analisis data dilanjutkan dengan
melakukan penyusunan pokok-pokok temuan secara sistematis yang
menjadi fokus kajian penelitian agar makna peristiwanya semakin
jelas.
d) Dan

selanjutnya

dilakukan

penarikan

kesimpulan

dengan

memperhatikan faktor keunggulan maupun kekurangan terkait dengan


pembinaan Akhlak di MTs. Al-Hidayah Boarding School. Pada tahap
ini peneliti dapat mengambil kesimpulan yang kemudian bisa
dijadikan sebagai alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan
atau kebijakan sekolah.
4. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Dari

kegiatan-kegiatan

sebelumnya,

langkah

selanjutnya

adalah

menyimpulkan dan melakukan verifikasi atas data yang sudah diproses


atau ditransfer kedalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan pola
pemecahan permasalahan yang dilakukan.
5. Meningkatkan Keabsahan Hasil
a. Kredibilitas (Validitas Internal)
Keabsahan atas hasil-hasil penelitian dilakukan melalui:
1) Meningkatkan kualitas keterlibatan peneliti dalam kegiatan di
lapangan;
2) Pengamatan secara terus menerus;
3) Trianggulasi, baik metode, dan sumber untuk mencek kebenaran
data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh
sumber lain, dilakukan, untuk mempertajam tilikan kita terhadap
hubungan sejumlah data.8

Lexy J. Moleong, op.cit., h. 178

48

4) Pelibatan teman sejawat untuk berdiskusi, memberikan masukan


dan kritik dalam proses penelitian;
5) Menggunakan

bahan

referensi

untuk

meningkatkan

nilai

kepercayaan akan kebenaran data yang diperoleh, dalam bentuk


rekaman, tulisan, copy-an , dll;
6) Memberi check, pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh
guna perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan
atau kesalahan dalam memberikan data yang dibutuhkan peneliti.
b. Transferabilitas
Bahwa hasil penelitian yang didapatkan dapat diaplikasikan oleh
pemakai penelitian, penelitian ini memperoleh tingkat yang tinggi bila
para pembaca laporan memperoleh gambaran dan pemahaman yang
jelas tentang konteks dan fokus penelitian.
c. Dependabilitas dan Conformabilitas
Dilakukan dengan audit trail berupa komunikasi dengan pembimbing
dan

dengan

pakar

lain

dalam

membicarakanpermasalahan-permasalahan

bidangnya
yang

dihadapi

guna
dalam

penelitian berkaitandengan data yang harus dikumpulkan.


6. Narasi Hasil Analisis
Pembahasan dalam penelitian kualitatif menyajikan informasi dalam
bentuk teks tertulis atau bentuk-bentuk gambar mati atau hidup seperti
foto dan video dan lain-lain.Hal-hal yang perlu dinarasikan dan
diperhatikan yakni; 1) Menentukan bentuk (form) yang akan digunakan
dalam menarasikan data dalam bentuk kerangka atau outline dan lainlain. 2) Hubungkan bagiamana hasil yang berbentuk narasi itu
menunjukan tipe/bentuk keluaran yang sudah di disain sebelumnya, dan.
3)

Menjelaskan

mengkoparasikan

bagaimana
antara

keluaran

teori

dan

yang

berupa

literasi-literasi

narasi

lainnya

itu
yang

mendukung topik.Narasi tersebut menjelaskan detail-detail korelasi


antara topik pembahasan dengan dengan menggunakan parameter teoritis
yang dipakai dalam penelitian ini.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Al-Hidayah Boarding School Depok
1. Sejarah Singkat Al-Hidayah Boarding School Depok
Perkembangan Islam di Depok, Jawa Barat, selalu dikaitkan dengan
keberadaan sebuah yayasan yang bernama Al-Hidayah. Yayasan Pesantren yang
terletak di jalan Keadilan Raya, Rawadenok RT 02/01 Pancoran Mas Depok-Jawa
Barat ini merupakan yayasan tertua di daerah Depok dan sudah memberi kontribusi
besar pada perkembangan Islam di daerah Depok.
Hanya berselang beberapa tahun pasca kemerdekaan republik Indonesia
tepatnya pada tahun 1948 yayasan Al-Hidayah didirikan oleh seorang ulama
terkemuka yang berasal dari Hadramaut yaitu Habib Muhammad bin Yahya. Di tahun
1948 yayasan ini belum resmi beroperasi dan baru menjalan aktivitas keagamaan
setahun setelah pendiriannya pada tahun 1949.

Dapat dipastikan, sebenarnya

kegiatan-kegiatan keagamaan yang dibawa Habib Muhammad sudah dimulai sebelum


kemerdekaan itu sendiri diproklamasikan. Dengan demikian, kontribusinya dalam
49

50

mengembangkan Islam dengan jangka yang relatif lama tentu memberi dampak yang
cukup besar. Banyak ulama-ulama yang dikaderkan Habib Muhammad yang berhasil
menjadi pemuka-pemuka agama yang ternama seperti H. Abdul Muthalib bin
Abdurrahman, K.H Maisar Yunus dan banyak lagi lainnya.
Keberhasilan Habib Muhammad Yahya dalam mengembangkan Islam sangat
dirasakan oleh masyarakat sekitarnya, ini dibuktikan dengan banyaknya kader-kader
yang dididiknya menjadi pemuka agama. Tidak terbatas dalam bidang keagamaan
saja bahkan sebagian kadernya banyak menjadi tokoh masyarakat yang perannya pun
tidak bisa dinapikan dalam lingkungan masyarakatnya sendiri. Hal itu disadari oleh
Habib Muhammad dalam rangka meneruskan dakwah dan syiarnya sehingga beliau
dengan serius mengkader murid-muridnya yang diarahkan untuk menggantikan
posisinya. Kader-kadernya kemudian mengembangkan yayasan ini, mereka adalah H.
Nipan bin Mutan, H. Maarif bin H Nipan, K.H Maisar Yunus, K.H Abdul Muthalib
bin H. Abdurrahim, K.H. Jayadi bin H Kian, K.H. Sanusi bin Ciik, Ustadz Saadullah
bin H. Kian, K.H Asmat. Nama-nama tersebut menjadi penerus dan pengembang
yayasan Al-Hidayah dan sebagian mereka sempat mengisi pucuk pimpinan yayasan
Al-Hidayah.
Yayasan Al-Hidayah ini bergerak di bidang pendidikan Islam sehingga semua
tingkatan sekolah formal itu disediakan oleh yayasan. Awalnya yayasan mendirikan
Madrasah Ibtidayah setingkat SD, kemudian Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah
Aliyah (MA), Pondok Pesantren, Taman pendidikan Al-Quran dan Taman kanakkanak Raudhatul Athfal. Khusus pondok pesantrennya setelah wafat genarasi awal
dari kader Habib Muhammad, pondok ini sekarang dipimpin oleh K.H. Hilmi Zaini
Thahir, MA, dan ketua yayasannya adalah K.H. Drs. Rahman Hakim, M.A.
Pondok pesantren Al-Hidayah yang merupakan satu sub pendidikan dari
yayasan Al-Hidayah yang berdiri pada tahun 1996. Pada awal berdirinya pondok ini
mengadopsi sistem belajar pada umumnya yang terdapat di pesantren-pesantren

51

nusantara salafi dengan model sorogan.1 Jam belajar pun dibagi menjadi dua yaitu
materi pelajaran umum seperti matematika, bahasa inggris, fisika, biologi dan materi
pelajaran agama seperti tafsir, fiqih dan lain-lainnya. Untuk pelajaran agama itu
dijadwalkan sebelum masuk sekolah formal, biasanya sehabis shalat subuh, setelah
ashar dan pada malam hari. Semantara pada jam 07. 30 sampai jam 15.00 santri
diberikan mata pelajaran umum. Rutinitas belajar di pesantren ini sangat padat, semua
santri memang benar-benar dididik dan diasuh dengan melakukan kegiatan rutinitas.
Sistem yang diadopsi pesantren ini pun menemukan kebuntuan, disenyalir
diakibatkan oleh sistem pembelajaran yang tidak relevan dan terlalu klasik sehingga
pesantren mengalami kemunduran. Untuk merespon dinamika tersebut pihak
stokeholders mengambil sikap untuk menggantikannya dengan sistem pembelajaran
yang lebih efektif dan akomodatif.
Sistem

pembalajaran

yang

lama

dinilai

tidak

bisa

mengadaptasi

perkembangan luar sehingga mengalami pelemahan kualitas lulusan ketika bersaing


dengan lembaga pendidikan lainnya. Oleh karena itu, atas inisiatif pengurus pada
tahun 2008 pesantren ini berubah nama menjadi Al-Hidayah Boarding School atau
sering disingkat HBS. Perubahan nama ini untuk mengalih perspektif masyarakat
yang cenderung berpandangan sempit perihal kemampuan pendidikan khususnya
dalam sains dan pengetahuan . Dengan adanya perubahan tersebut pada level yang
lain teradapat perubahan pada kegiatan dan materi-materi di pondok pesantren AlHidayah. Yang sangat dirasakan adalah perhatian sangat besar terhadap kegiatan
menghapal Al-Quran dan banyak lagi kegiatan baru sebagai dampak dari perubahan
pondok Al-Hidayah. Bahkan perubahan itu membawa kamajuan yang lebih pesat,
kreatifitas dan bakat anak yang pada sistem yang lama tidak tercover justru dapat

Model sorogan yang digunakan dalam proses belajar-mengajar diberikan melalui ceramah
dimana santri membentuk sebuah kelompok belajar bersama kajiannya di depan Syaikh. Kelompokkelompok pengajian ini disebut halaqoh atau Bandongan dalam istilah Jawa. Model belajar-mengajar
seperti ini juga diterapkan seperti yang terdapat sistem surau di Minangkabau dan pesantren-pesantren
salafi nusantara lainnya. Lihat Azymardi Azra, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan
Modernisasi (Jakarta: Logos, 2003) h 14

52

dikembangkan dengan sistem yang baru ini. Berikut ini, profile Al-Hidayah sekolah
boarding school.
Sekolah yang telah melakukan transformasi ini masih berstatus swasta seperti
pesantren sekolah islam pada umumnya. Namun terbilang mandiri meski pun tidak di
support penuh pendanaannya oleh pemerintah daerah, namun sistem yayasan seperti
ini justru tidak pernah mengandalkan bantuan dan pendanaan pemerintah karena
yayasanlah sepenuhnya bertanggungjawab untuk mencari solusi jika menyangkut
masalah finansial. Kemandirian sekolah juga bisa terlihat sebagaimana pendirian
awalnya, sekolah ini justru mulai tumbuh dari tanah yang diwakafkan kepada pihak
sekolah. Data ini menguatkan bahwa sekolah dan masyarakat mempunyai hubungan
yang baik untuk membangun generas-generasi yang berkualitas.
Selain itu pula, sebagai sekolah islam yang sadar akan tuntutan dan perubahan
yang dinamis dalam masyarakat kita, sekolah HBS masih menunjukkan kualitas yang
baik bagi usernya. Itu bisa dilihat dari kualitas yang diberikan melalui akreditasi
sekolah, dimana pemerintah memberi nilai A kepada sekolah Al-Hidayah Boarding
School.
2. Visi, Misi dan Tujuan
Al-Hidayah Boarding School termasuk lembaga pendidikan tertua di daerah
Depok, tetapi tidak ada jaminan bahwa sekolah seperti ini mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman yang cukup cepat dan komplek. Oleh karena itu,
perubahan nama dari pondok pesantren menjadi sekolah Boarding School juga harus
diikuti dengan perubahan cara pandang bagaimana merespon dinamika kemasyarakat.
Salah satunya adalah dengan memperkuat landasan penyatuan dua lembaga
(pesantren dan sekolah umum). Konsep tersebut bisa dirangkum dalam sebuah
pandangan besar seperti visi dan misi sekolah. Berikut ini adalah visi, misi dan tujuan
pendidikan yang diidealkan oleh sekolah Al-Hidayah Boarding School:

53

a. Visi
Menjadi lembaga pendidikan yang terdepan dalam mengembangkan dan
memadukan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai islam secara kaffah.
b. Misi
1) Mengembangkan dan memadukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berbasis nilai-nilai Islam.
2) Mengajarkan nilai-nilai entrepreneurship dan life skill dalam
menghadapi tantangan global.
3) Mengembangkan kemampuan tahsin dan tahfidz Al-Quran.
4) Mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris.
5) Mengembangkan dakwah Islam.
c. Tujuan Umum Pendidikan
1) Memiliki hapalan minimal 12 Juz dan surat pilihan
2) Mampu membaca Al-Quran
3) Memiliki kemampuan mempraktekkan fiqih amaliah
4) Mahir berbahasa Arab dan Inggris
5) Memiliki hapalan doa matsurat
6) Memliki jiwa entrepreneurship dan life skill
7) Beraqidah lurus
8) Beribadah dengan benar
9) Berakhlak mulia
10) Berilmu dan berwawasan luas
11) Berbadan sehat dan kuat
12) Terampil, mandiri
13) Bermanfaat bagi masyarakat,agama dan bangsa

54

B. Program Boarding School dalam Pembinaan Akhlak


Salah satu keunggulan yang terdapat pada model pendidikan yang
mengadopsikan sistem boarding school adalah kegiatan siswa yang padat dalam
rangka membentuk kepribadian siswa. Semua siswa hidup bersama dan bergaul
dengan sesama teman dalam sebuah asrama yang disediakan pihak sekolah. Semua
kegiatan pada dasarnya mengarah pada pembentukan perilaku siswa sehingga sesuai
dengan tuntutan agama dan lingkungannya. Oleh karena itu, rutinitas sekolah harus
dipandang sebagai usaha dan tanggungjawab sekolah mendidik akhlak siswanya.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan bersifat komplementer yakni saling mendukung
dan melengkapi antara sekolah dan asrama. Jadi, ketika siswa memutuskan untuk
masuk ke sekolah ini semua siswa sudah ditetapkan jadwalnya sedemikian rupa
sehingga terjadi keseimbangan antara kegiatan sekolah dengan kegiatan asrama.
Dari kegiatan yang ditawarkan sekolah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
kegiatan sekolah formal dan kegiatan ke-asrama-an. Namun secara garis besarnya
bisa dibaca pada skema dibawah ini.
1. Program Kurikuler
Program kurikuler merupakan program yang sudah dijadwalkan oleh pihak
sekolah yang harus diikuti oleh semua siswa HBS sehingga aktifitas siswa jadwalnya
sudah diatur dan didesign oleh sekolah. Adapun kurikulum yang digunakan di AlHidayah Boarding School Depok adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan).
Kegiatan kurikuler ini berlangsung setiap hari selain hari minggu. Dimulai
pada Pukul 07.00 sampai 15.00, khususnya siswa kelas 9 yang akan menghadapi
ujian nasional untuk kegiatan belajar mengajar ini durasinya ditambah jam
pembelajarannya.
Di antara mata pelajaran yang dipelajari di sekolah diantaranya mata pelajaran
Bahasa Indonesia, Matematika, Biologi, Fisika, Agama, IPS, Bahasa Inggris dan
beberapa mata pelajaran yang menjadi pelajaran muatan lokal yang dikembangkan
berdasarkan kultur yang sesuai dengan sekolah. Sistem pengajaran mata pelajaran

55

tersebut dilaksanakan menurut sistem formal, sebagaimana sekolah yang lain, sistem
ini berbeda dengan sistem bandongan yang menjadi ciri khas di pesantren.
2. Kegiatan Extrakurikuler
Selain program kurikuler sekolah Al-Hidayah Boarding School mempunyai
program ekstra kurikuler yang berkonsentrasi untuk mengembangkan bakat yang
dimiliki oleh siswa. Secara definitive dapat dijelaskan bahwa program ektrakurikuler
adalah program tambahan di luar jam sekolah formal untuk mengembangkan
kompetensi siswa.
Berdasarkan brosur sekolah HBS, ekstra kurikuler tercakup pada kegiatan
aplikatif sesuai hobi dan minat siswa. Arenanya terdapat dalam pengembangan
psikomotorik siswa seperti menjahit, bela diri, nagham, nasyid, namun ada dua materi
yang terdapat pada kurikuler juga ada dalam ekstra kurikulker seperti Dirasat Kitab.2
Peneliti menanyakan hal tersebut untuk memperjelas program-programnya kepada
Anshori Jayadi M.A selaku direktur HBS. Untuk menjelaskannya mata pelajaran
Fikih dan Hadits diajarkan pada jam sekolah formal, materi yang diajarkan sesuai
dengan ketentuan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan pengajian
kitab (Dirasat Kitab), selain mempelajari materi yang berbeda juga menggunakan
metode pengajaran yang berbeda yaitu sistem bandongan.
Di sekolah HBS dapat dibagi menjadi tiga kegiatan utama. Pertama kegiatan
kurikuler mencakup mata pelajaran formal seperti sekolah-sekolah umumnya. Kedua
ektsra kurikuler mencakup kegiatan yang mengembangkan hard skill siswa serta
keterampilan lainnya. Ketiga kegiatan keagamaan yang sangat samar, terkadang
tumpang tindih dengan program ektsra kurikuler namun cenderung pada
pengembangan sikap islami. Salah satu contohnya adalah pengajian kitab yang bisa
masuk pada ektsra juga bisa masuk dalam kategori keagamaan. Sekolah HBS
cenderung memisahkan eskul yang menekankan pada skill aplikatif dengan
keagamaan yang menekan pada pemahaman nilai agama melalui pengajian.

Dilihat di Brosur Sekolah Al-Hidayah Boarding School Depok

56

Pengajian kitab itu dilaksanakan dua kali dalam seminggu, malam Senin dan
malam Sabtu. Pada malam Senin mempelajari kitab Safinatunnajah, malam Sabtu
kitab Tafsir Jalalein. Terkadang juga terdapat perubahan kitab yang dipelajari pada
Dirasat Kitab. Bagi siswa yg 3 kali tidak mengikuti dirasat kitab akan diberikan
sanksi lari dilapangan.3
Kegiatan

ekstrakurikuler

menurut

Anshori

Jayadi

sangat

signifikan

mempengaruhi pembentukan kepribadian siswa. Anshori Jayadi mencontohkan


kegiatan pramuka, pada dasarnya membentuk pribadi yang bertanggungjawab
minimal pada dirinya sendiri. Kegiatan seperti ini juga menumbuhkan kepedulian
siswa pada lingkungan sekolahnya sehingga banyak sekali keterlibatan siswa dalam
membantu masyarakat sekitar dalam gotongroyong maupun acara lain seperti
persiapan maulid.4
Kalau prestasi diukur melalui apresiasi sekolah HBS juga banyak sekali
mendapat penghargaan dan kejuaraan dalam beberapa event. Pada tahun 2009
mendapat juara I dalam lomba Tahfidz Quran (Gebyar Ramadhan) tingkat remaja,
dan tahun 2010 mendapat juara II MTQ tingkat kota Depok. Pada cabang yang lain
tahun 2010 sekolah HBS pernah mendapat juara I lomba Bulu tangkis putri tingkat
tingkat kota Depok, juara III Tenis meja putri sekota depok, juara II lomba atlet lari
100m sekota Depok.5
Jika dicermati program ektrakurikuler ini dapat diklasifikasi menjadi lima
cabang, di antaranya:
a) Mempelajari Al-Quran
Al-Quran merupakan sumber utama yang dijadikan pedoman kehidupan. Oleh
karena itu sekolah HBS berkomitmen untuk mempelajarinya secara detail, tidak
sekedar membaca tetapi juga menghafal, simaan Al-Quran dan mempelajari isi
3

Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Depok, Senin, 18
Februari 2013 di asrama putri.
4
Wawancara dengan Anshori Jayadi adalah Direktur Al-Hidayah Boarding School Depok,
Senin, 11 Februari 2013 di ruang kantor.
5
Wawancara dengan bagian tata usaha dan melihat dokumentasi prestasi siswa, Selasa 12
Februari 2013 di ruang kantor.

57

kandungan Al-Quran. Kegiatan-kegiatan itu langsung dipandu oleh dewan guru HBS.
Simaan Al-Quran dilaksanakan dengan cara membaca Al-Quran secara bergantian,
dan yang lain menyimaknya. Kalau terdapat kesalahan dalam pembacaan, makhraj,
tajwid rekan yang lain akan memberikan koreksiannya.
Selain mempelajari Al-Quran hal yang ditekankan juga kepada siswa adalah
pengamalan nilai-nilai Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari dalam
bentuk yang lain bisa dilihat dengan mempelajari tafsirnya, mencermati kandungankandungan ayat dan menerapkannya ke dalam kehidpan.
b) Dasar Agama dan Ibadah
Selain konsisten mengembangkan kecakapan intelektual dan psikomotorik,
HBS memandang aspek agama merupakan aspek vital bagi pertumbuhan dan
perkembangan siswa. Program-program agama menjadi titik tekan bagi terbentuknya
siswa-siswa yang berakhlak mulia sesuai dengan tuntunan agama dan mampu
bersikap sebagai orang yang beragama dalam lingkungannya.
Pada sisi agama, HBS mencoba mengembangkan kecakapan siswa tidak
sekedar mengetahui dan memahami materi namun mampu bersikap seperti nilai-nilai
yang diajarkan di dalam Islam. Pola ini dikembangkan mengingat kemampuan dalam
bidang agama kadang-kadang tidak menunjukkan hasil yang berbanding lurus
pengetahuannya. Namun di sinilah letak peran bagi boarding school, yang tidak
sekedar mengajarkan pengetahuan dalam bentuk materi-materi tetapi juga turut
memantau perkembangan siswa. Selain itu pula, pihak boarding school juga berperan
melalui guru-gurunya memberikan contoh tauladan yang baik untuk ditiru oleh
siswanya. Dengan demikian kemampuan siswa dalam bidang agama tidak hanya
sekedar pemahaman materi yang _ormative tetapi pemahaman yang menjadi sumber
tingkah lakunya.

58

Untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bidang agama, HBS


memberikan program-program keagamaan, antara lain:
Table I
No
1

Nama Kegiatan

Zikir

Praktek

Target

fiqih

amaliah

Manfaat

Menguasai

qiraah ~ Mendekatkan diri dengan

mahmudah

Tuhan melalui zikir

Melaksanakan sholat ~ Melatih kedisiplinan siswa


jamaah setiap 5 waktu

(Sholat Berjamaah)
3

Dirasat kitab

waktunya

Menguasai
tentang

materi ~Mengamalkan
nilai-nilai akhlak

Ziarah kubur

Siswa

dalam

nilai-nilai
kehidupan

sehari-hari

akhlak
4

mengerjakan solat tepat pada

menghargai ~Meningkatkan

ketaqwaan

nikmat Tuhan dalam kepada Allah SWT


bentuk kesehatan dan
hidup.
*data ini diolah dari hasil penelitian

Dalam tradisi yang hidup di HBS, zikir merupakan sarana mengingat


kekuasaan Allah. Menurutnya zikir tidak terbatas hanya pada mengingat Allah akan
tetapi zikir juga turut memberikan kenyamanan hati bagi seorang muslim. Kemudian
jika dijalankan dengan konsekuen akan memantapkan hati untuk mengimani-Nya.
Pada aspek spiritualnya, zikir mampu mengantarkan diri pada derajat
keimanan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Level keimanan dari yakin menjadi
haqqul yaqin. Atas dasar itu pula dalam keyakinannya jika zikir dijalankan dengan
baik ikhlas, zikir akan membuahkan hasil keberkahan dalam kehidupan muslim.
Kalimat-kalimat yang menjadi isi dalam kegiatan zikir ini ialah kalimatkalimat thaibah yang memuji Allah. Zikir tersebut adalah Zikrul Ghafilin yaitu terdiri

59

dari bacaan al-quran surat al-fatihah, ayat kursi, asmaul husna, istigfar, shalawat dan
tahlil. Kegiatan

ini pun dibacakan secara bersama-sama dengan terlebih dahulu

bertawasul mengirimkan Ummul Kitab kepada syaikh-syaikh seperti Gus Mik Kediri,
Hamim Jazuli, Hamid Abdullah Pasuruan. Zikir ini dilaksanakan sebanyak dua kali
dalam sebulan yaitu setiap malam Rabu. Tokoh-tokoh sekolah juga mengambil peran
dalam kegaiatan tersebut. Adapun zikir tersebut dipimpin oleh Ustadz Saifuddin
Zuhri.6
Setelah zikir ada pula Dirasat Kitab misalnya memberikan pengetahuan bagi
siswa tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang muslim dan apa saja larangan
yang tidak boleh dilakukan. Pengajaran ini lebih menekankan pada penguasaan
materi tentang nilai-nilai akhlak. Setelah mengetahui seperangkat nilai ini siswa
ditugaskan untuk menerapkannya, lalu mendapat pantauan secara ketat oleh guru atau
pembina asrama sehingga nilai-nilai yang dipelajari dapat langsung diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan cara seperti inilah kegiatan-kegiatan itu mempunyai
pengaruh besar dalam pembinaan akhlak siswa.
Kegiatan yang lain juga adalah secara bersama-sama melakukan ziarah kubur
setelah subuh ke makam pendiri sekolah Al-Hidayah Boarding School, yaitu K.H.
Muhammad bin Yahya. Kegiatan ziarah ini dipimpin langsung oleh K.H. Arif
Rahman Hakim yaitu ketua yayasan Al-Hidayah. Untuk pelaksanaanya dimulai
dengan membaca Q.S Al-fatihah dan tahlil kemudian dilanjutkan dengan tausiah.
K.H. Arif Rahman Hakim memberikan tausiah tentang keteladanan para pendiri AlHidayah dan manfaat berziarah kubur. Ziarah ini diikuti oleh seluruh siswa putra
sedangkan bagi siswi putri dirasah al-Quran di Masjid. Nilai-nilai dalam kegiatan
ziarah ini adalah mengingatkan manusia tentang Pencipta dan kematian, sehingga
kelak siswa mampu bersikap lebih baik dalam akhlaknya. Manfaat lain yang dapat
dipetik dari ziarah adalah mengaharap keberkahan melalui bertawasul kepada syaikh-

Wawancara dengan Saipudin Zuhri adalah pemimpin Zikrul Ghafilin, Depok, Senin, 11
Februari 2013 di rumah ustd Saipudin Zuhri.

60

syaikh yang disebutkan dalam ziarah tersebut.7 Doktrin ini berangkat dari
kepercayaan kepada ideologi Ahlussunnah Waljamaah.8
Selain tiga aspek di atas, peran sekolah juga tidak berhenti pada programprogram yang bersifat formaltertulis sesuai dengan tata tertib HBStetapi juga
program non formal yang biasanya tidak tertulis dan cenderung menjadi tradisi-tradisi
yang hidup dalam sebuah lembaga sekolah. Hubungan antara kyai dan santri seperti
banyak terdapat di pesantren dan sekolah Islam adalah salah satu contoh bahwa
tradisi seperti ini mampu membantu pembentukan akhlak tanpa harus terikat pada
peraturan-peraturan formal. Tradisi semacam ini adalah ikatan batin antara siswa dan
kyai yang sulit dilacak melalui perspektif formal. Kepatuhan ini bukan kepatuhan
mutlak yang menapikan pertimbangan lain, namun tetap bersumber pada nilai-nilai
Islam yang hidup. Penghormatan pada guru sebagai talim dalam pengetahuan umum
seperti yang diajarkan dalam kitab Talimul Mutaallim bahwa penghormatan itu
syarat mutlak untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang berkah. Dasar inilah yang
mempengaruhi pola pendekatan guru dan siswa di sekolah HBS. Keteladanan yang
dicontohkan guru kemudian menjadi inspirasi bagi siswa untuk mengikuti akhlaknya
serta mengubah tindakannya jika tidak sesuai dengan arahan guru.
c) Kebahasaan (Arab dan Inggris)
Sekolah

Al-Hidayah

Boarding

School

mengadopsi

metode-metode

pembelajaran bahasa dari pesantren ke dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.


Bahasa diajarkan secara rutin dan bertahap kepada semua siswa Al-Hidayah. Pada
tingkat kelas satu di sekolah ini penggunaan bahasa masih diberi kemudahan untuk

Wawancara dengan Arif Rahman Hakim adalah Ketua Yayasan Al-Hidayah sekaligus
Pemimpin Ziarah Kubur, Depok, Kamis 14 Februari 2013.
8
Ahlusunnah Waljamaah yang dianut sekolah HBS dapat dibaca melalui ormas NU yang
merupakan organisasi formal yang menganut paham tersebut. Dalam paham keagamaannya NU
menganut empat mazhab, Hanafi, Hambali, Maliki, dan Syafii sedangkan dalam Tauhid mengikuti
Abu Hasan Al-Asyari dan Abu Mansur Maturidi dan dalam Tasauf Al-Ghazali dan Juned Al Bagdadi.
di sekolah ini secara Fiqih banyak menganut SyafiI sedangkan Tasaufnya mengadospi Al Ghazali.
Ormas inilah yang mempengaruhi tradisi tawasul yang meyakini bahwa berdoa melalui orang-orang
menempati maqom tertentu akan membantu seseorang untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.
(Lihat di Khalimi, Ormas-Ormas Islam, , Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, h. 332 )

61

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, diberi kemudahan sambil


menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta mempelajari dasar-dasar bahasa.
Namun setelah masuk ke kelas dua maka siswa tidak dibolehkan menggunakan
bahasa Indonesia dan daerah untuk dijadikan alat berkomunikasi dalam percakapan
sehari-hari. Jika terdapat siswa yang tidak menggunakan Bahasa Arab atau Inggris
maka akan diberikan sanksi dengan membayar denda dalam bentuk uang dan dihitung
dari banyaknya kata yang digunakan oleh siswa.9
Pembelajaran bahasa diajarkan secara intensif kepada siswa. Secara formal
materi bahasa diajarkan pada sekolah (program kurikuler), biasanya pembelajaran di
sekolah hanya sebatas pemberian materi grammar yang mesti dikuasai. Sedangkan
penerapan dari pengetahuannya ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dan pergaulan.
Selain itu, penggunaan bahasa dalam lingkungan asrama dan sekolah didukung pula
dengan program pendukung muhadtsah yaitu kegiatan menghafal mofradat sebagai
sarana pendukung penguasaan bahasa sehingga mampu berkomunikasi dengan baik.
Proses program muhadatsah di sekolah Al-Hidayah dimonitoring oleh kakak kelas
yang diberi kepercayaan oleh guru untuk memantau adik-adik kelasnya.
Untuk memperkokoh dalam menggunakan bahasa maka siswa juga diajarkan
menggunakan Bahasa Arab atau Inggris dalam kegiatan muhadharah. Siswa secara
bergantian 5 sampai 6 orang menyampaikan ceramah. Dalam seminggu kegiatan
muhadarah dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu malam jumat dan malam Minggu.
Kegiatan ini merupakan ekstra kurikuler yang rutin diselenggarakan untuk
mengembangkan kecakapan siswa dalam berbahasa. Penggunaan dua bahasa ini
diterapkan sesuai dengan visi dan misi sekolah secara disiplin jika tidak
menggunakan maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan sanksi yang sudah
disepakati.10
9

Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Depok, Senin, 18
Februari 2013 di asrama putri.
10
Wawancara dengan Amshori Jayadi M.A, Depok, Senin, 11 Februari 2013 di ruang kantor.

62

d) Olah Raga
Ektrakurikuler lainnya adalah olah raga. Ada beberapa cabang olah raga yang
diselenggarakan di sekolah Al-Hidayah Boarding School yaitu bela diri, futsal dan
volli. Pada pagi hari juga diselenggarakan olahraga untuk membentuk fisik yang
sehat pada siswa sehingga dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan
semangat tinggi.
Olah raga diadakan setiap selesai shalat ashar, pukul 15.30 sampai 17.00
tetapi olah raga yang seperti bela diri dijadwalkan pada waktu yang ditetapkan. Dan
hanya diikuti oleh siswa yang berminat saja.
Pada jam sekolah pelaksanaan olah raga secara bersama-sama antara siswa
dan siswinya. Berbeda pula ketika oleh raga pada saat setelah shalat subuh, selain
dilaksanakan secara terpisah, seluruh siswa diwajibkan memakai pakaian yang sopan.
Untuk laki-laki harus menggunakan celana dibawah lutut sesuai auratnya dan untuk
siswinya tetap memakai pakaian olah raga pantas yang menutup aurat dan tidak
memakai pakaian yang ketat yang memperlihatkan bentuk tubuh. Siswinya wajib
memakai pakaian yang longgar. Oleh karena itu nilai-nilai yang dapat diambil dari
olahraga adalah adab dalam berpakaian.
e) Seni
Ada tiga macam kegiatan seni yang masuk dalam ektrakurikuler yang
diselenggarakan di Al-Hidayah Boarding School yaitu rawi, nagham dan marawis.
kesemuanya termasuk dalam dalam menegakkan syiar Islam melalui pintu seni.
Rawi adalah membaca sejarah rasul yang bermanfaat untuk memberikan
pemahaman tentang perjuangan nabi dalam menegakkan nilai-nilai islam. Rawi ini
dibaca oleh siswa di masjid setelah menunaikan ibadah shalat Magrib. Secara
bergantian masing-masing siswa membacanya dengan nada indah.
Pada dasarnya kegiatan seni bertujuan untuk mengolah rasa dan hati siswa
untuk mempunyai kepekaan terhadap nilai-nilai seni. Penghargaan tersebut akan
membentuk siswa yang akan menghargai tradisi-tradisi yang lahir dari seni dan
mampu menariknya menjadi sikap yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari.

63

Di beberapa sekolah apresiasi seni masih sangat lemah karena terpaku bahwa seni
masih berlawanan dengan nilai-nilai Islam. Akibatnya siswa tidak mampu berekspresi
nilai-nilai budayanya. Rawi dan Marawis adalah contoh bahwa dari rasa seni juga
mampu membentuk pribadi-pribadi fleksibel dan adaptif terhadap nilai budaya.
Selain itu, apresiasi ini juga bisa menekan aktifitas negatif dengan menyibukkan diri
pada nilai estetiknya.
Nagham adalah seni membaca al-quran dengan tajwid yang fasih dengan
nada. Belajar nagham ini dibimbing langsung oleh ustadz Umar Syarif pada malam
Minggu setelah Magrib. Ayat-ayat yang dipelajari ditetapkan langsung oleh ustadz
yang mengajar. Dengan adanya nagham tersebut, memberikan manfaat kepada siswa
untuk menumbuhkan rasa percaya diri dengan suara yang dimilikinya, agar dapat
diasah dengan baik untuk menciptakan suara yang bagus dalam membaca al-Quran.
Selain rawi dan naghom di Al-Hidayah Boarding School ada pula
ektrakurikuler marawis. Biasanya dibentuk beberapa siswa kemudian membentuk
satu kelompok dengan memegang masing-masing alat musik dan vokal.
Kegiatan ektrakurikuler ditengah jadwal yang sangat padat diselenggarakan
Al-Hidayah boarding school bertujuan untuk membentuk siswa yang kompeten.
Kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler tersebut mengisi kemampuan siswa pada tiga
ranah yang vital, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.11 Dengan kompetensi yang
dicapai diantaranya membentuk akhlak siswa yang sesuai dengan nilai-nilai islam,
mampu menghapal Al-Quran dan penguasaan bahasa asing dengan baik. Maka
jelaslah dari materi-materi yang diberikan sekolah Al-Hidayah mengarahkan siswa
menjadi manusia yang kaffah sesuai dengan visinya.12

11

Wawancara dengan Anshori jayadi M.A. adalah Direktur Al-Hidayah Boarding School
Depok, Depok, Senin, 4 Februari 2013 di ruang kantor.
12
Terminologi manusia yang kaffah sering sekali dipakai untuk menggambarkan manusia
yang seutuhnya. Kaffah sendiri di dalam kamus munawir diartikan seluruhnya (tanpa terkecuali)
sehingga dapat dipahami manusia kaffah yang dikehendaki dalam visi tersebut ialah membentuk
manusia yang dapat menjawab setiap persoalan yang dihadapi baik itu pada bidang agama, begitu pula
dalam bidang hubungan kemasyarakat. Dalam bahasa yang lain, manusia kaffah juga bisa dipahami
dengan insan kamil.

64

Selain mengisi kemampuan pengetahuan HBS juga berkomitmen membantu


siswa dengan memberikan keterampilan-keterampilan psikomotorik sebagai bekal
pengalaman dan kemampuan praktis untuk menghadapi dunia kerja. Keterampilan ini
memberi manfaat besar bagi pengembangan skill siswa, bahkan tidak jarang
kemampuan ini jauh lebih membantu mereka bisa hidup dan bersosialisasi secara baik
dengan lingkungannya dibanding materi pelajaran lain.
Program-program

ektrakurikuler

turut

membentuk

kepribadian

dan

perkembangan siswa sehingga mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungannya.


Maka program ektrakurikuler ini, selain bisa menanamkan sikap kemandirian,
kepedulian

dan

kedisiplinan

juga

mampu

mengembangkan

potensi-potensi

psikomotorik siswa. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang ini dalam visi
HBS termasuk dari bagian pengembangan pendidikan life skill yang juga menjadi
fokus dari tujuan pendidikan di sekolah HBS ini.13

C. Peran dan Tanggungjawab Pengelola Boarding School dalam Pembinaan


Akhlak
Pesantren dan boarding school pada dasarnya sulit dibedakan. Hal tersebut
karena tradisi-tradisi pesantren sudah menjadi bagian penting dari keberadaan sekolah
umum yang berlatar belakang Barat seperti boarding school. Pada awalnya, seperti
yang ditulis Nurhayati Djamas14 bahwa sistem sekolah seperti boarding school
merupakan

gabungan

dari

sekolah

umum

dan

pondok

pesantren.

Maka

konsekuensinya kedua unsur inilah yang mewarnai tradisi yang ada di boarding
school yang marak sejak era 1990-an ini.
Dengan demikian dapat disimpulkan ada dua yang sangat mempengaruhi
pembentukan akhlak siswa. Keduanya yaitu guru dan sistem sekolah berasrama.
sistem sekolah berasrama dengan strategi pembiasaanya mampu membentuk sikap
13

Hasil Raker V sekolah HBS di Gunung Bunder-Bogor pada 03-04 Juli 2012, lampiran visi
dan misi sekolah.
14
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo, 2009), h 157.

65

siswa sehingga diresapi menjadi akhlak. Begitu pula guru yang memberikan
pengayaan tauladan yang baik untuk dicontoh dan ditiru. Keduanya bila dikelola
dengan maksimal akan mengantar siswa pada akhlak mulia sesuai misi sekolah.
Sekolah HBS mempunyai tujuan pendidikan jangka panjang seperti yang
terdapat pada tujuan akhirnya yakni membentuk siswa yang berakhalak mulia. Dalam
rangka mencapai tujuan tersebut pihak sekolah sudah memberikan tugas kepada
masing-masing guru. Sedangkan pengasuh boarding mengontrol seluruh siswa
selama 24 jam dengan sistem pembagian otoritasya kepada guru-guru. Pola seperti ini
bisa juga dijumpai pada sekolah berbasis pesantren, namun tanggung jawab
institusional tetap berada pada pengasuh sekolah.
Sekolah HBS juga menerapkan hal yang sama seperti pesantren, setiap asrama
didampingi oleh seorang guru untuk memantau perkembangan-perkembangan siswa.
Di samping itu, pendamping juga bertugas memberikan arahan jika terdapat
kesalahan maupun tindakan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan sekolah. Guru
yang dibebankan mengasuh asrama juga mengajar di sekolah formal. Pemberian
wewenang dari pengasuh itu merupakan cara mengatur dan mengasuh siswa secara
sistematis.
Jika pada jam pelajaran formal guru mengajar sesuai dengan mata pelajaran
yang diampunya, maka diluar jam sekolah guru dengan intens memantau tingkah laku
siswa. Dan ini tugas yang dibebankan pada setiap guru Al-Hidayah Boarding School.
Tentu selain tugas-tugas yang lain seperti mendampingi anak didik di asrama,
mamantau setiap kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan.
Tujuan ini konsisten dijalankan oleh sekolah melalui berbagai media.
Tanggungjawabnya membentuk akhlak siswa diberikan dengan cara pembiasaanpembiasaan tanpa meninggalkan pantau secara langsung oleh pihak terkait seperti
guru, penjaga sekolah dan lain-lain. Kadang-kadang juga pentauan juga dapat
dilakukan oleh kakak kelas yang lebih tinggi untuk memberikan bantuan kepada adik
kelas jika terdapat kesulitan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
pihak sekolah.

66

Pengelolaan semacam itu merupakan pengaruh dari pola pesantren yang pada
awalnya terdapat dalam sekolah HBS. Menurut Ansori Jayadi, transformasi tersebut
adalah usaha lembaga pendidikan menyesuaikan diri dengan perkembangan dan
tuntutan zaman yang semakin meningkat. Atas dasar itu pula, HBS tentu tidak seperti
lembaga yang memang berdiri dengan boarding school karena HBS cikal bakalnya
tumbuh dari pesantren dan bertransformasi menjadi HBS.
Perubahan yang terdapat di lembaga pendidikan menjadi sekolah berasrama
HBS tidak serta merta meninggalkan kultur yang sudah tertanam di HBS, tradisi
seperti kedudukan kyai dalam pesantaren tetap terjaga. Hubungan antara kyai dan
siswa dapat terihat pada sisi peran dan tanggungjawab HBS terhadap siswa-siswanya.
Kyai tetap menempati kedudukan sentral dalam meninjau, mengasuh dan memonitor
setiap perilaku-perilaku siswa.15
Sebuah kultur yang tetap terjaga di Al-Hidayah Boarding School ini adalah
peran kyai sebagai simbol yang otoritatif dalam sebuah pesantren. Pada umumnya,
lembaga pendidikan islam seperti HBS menganggap penyelenggaraan pendidikan
sepenuhnya sangat tergantung pada sosok kyai. Posisinya sebagai pemimpin dan
pemilik HBS

semakin memperkuat otoritasnya dalam menentukan kebijakan-

kebijakan strategis pesantren. Sumber otoritas itu pun menandakan bahwa


manajemen pondok pesantren harus bergantung pada ketokohan kyai. Otoritas itu pun
tidak dianggap melebihi wewenangnya sebagai pemimpin HBS, karena walaupun
pelaksanaan pada kebijakan-kebijakan sekolah bergantung pada kyai namun tetap
mengedepankan mekanisme yang biasa hidup dalam tradisi-tradisi pesantren seperti
musyawarah dan lain-lain. Hal-hal semacam ini meskipun tidak tercatat dalam tata
tertib dan menjadi ketentuan khusus namun ini selalu tetap tumbuh dan terjaga di
sekolah HBS ini. Ini menandakan bahwa HBS tetap berkomitmen menjaga nilai-nilai

15

Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,
Depok, Senin, 4 Februari 2013 di ruang kantor.

67

yang telah dikembangkan dalam lingkungan pondok pesantren dan menerapkannya


ke dalam sekolah modern.
Pada sisi lain peran dan tanggungjawab lembaga juga bisa dilacak melalui
hubungan strategis kyai dalam membina perilaku dan akhlak siswa. Keduanya bisa
dilihat dari dua level, pertama pengelolaan yang bersifat kelembagaan dan tata tertib
sekolah biasanya dipantau langsung oleh pihak asrama atau guru pada level yang lain
bisa juga dilihat dari hubungan yang terbangun antara santri dan kyai. Hubungan
tersebut lebih bersifat unformal tidak seperti hubungan santri dengan pengelola
asrama lainnya.
Seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi di pesantren tak terkecuali
pada

sistem

pengelolaannya

tradisi

seperti

semacam

ini

tetap

bertahan.

Kecenderungan yang terjadi di pesantren belakangan ini yang menganggap otoritas


tunggal kyai mulai berkurang tetap mengalami perubahan meskipun tidak seperti
yang dituduh Nurhayati, justru sejak berubah menjadi boarding school sekolah ini
juga tetap menjaga sumber otoritas utama kyai apalagi terkait dengan pembinaan
akhlak siswa. Tidak bisa dinapikan juga bahwa pengelolaan dan kelembagaan sekolah
telah banyak diserahkan kepada pihak-pihak guru yang dipercaya oleh kyai untuk
ditanganinya.
Transmisi nilai dalam membentuk peribadi yang berakhlak mulia dikemas
dengan baik oleh pihak sekolah. Di antara manifestasi tanggungjawab sekolah
tersebut direalisasikan dalam bentuk program-program yang ditawarkan untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan dan kecakapan-kecakapan lain seperti
afektif dan motoriknya.

D. Strategi dan Alat Pendidikan dalam Pembinaan Akhlak


Pesantren mempunyai cara sendiri ketika melakukan pembinaan akhlak siswasiswanya. Al-Hidayah Boarding School sebagai lembaga pendidikan islam yang
meneruskan tradisi-tradisi pesantren mempunyai kesamaan cara dalam melakukan
pembinaan akhlak. Pembinaan yang dilakukan didasarkan atas pandangan mereka

68

terhadap manusia. Pandangan tersebut akan mempengaruhi cara yang dipilih dalam
melakukan pembinaan secara islami.
Seperti yang umum ditemukan di pesantren, pembinaan akhlak anak dimulai
dari pembiasaan-pembiasaan aktifitas keagamaan. Kemudian diperkuat dengan
instrumen lain agar siswa bisa beradaptasi dengan etika yang dipegang teguh dan
terawat dalam tradisi sekolah. Begitu pula dengan sekolah Al-Hidayah Boarding
School, strategi pembinaan akhlak banyak bertumpu pada peran kyai dan guruguru
sebagai tokoh dan teladan bagi sumber perilaku siswa.
Pada sekolah HBS, strategi pembinaan dilihat dari tiga tahapan. Setiap
tahapan mempunyai orientasi sendiri, sehingga pembinaan akhlak tidak dianggap
sikap yang datang dengan konstan tetapi melalui proses kemudian mengental menjadi
pandangan hidup yang membatin. Ada empat tahapan yang menjadi acuan pembinaan
di sekolah HBS, yakni tahap penyadaran, modelling, riyadhah dan pemantauan.
1. Penyadaran.
Tahapan pertama ini merupakan dasar bagi tahapan setelahnya karena dalam
tahapan penyadaran siswa dibekali dengan materi-materi dengan nilai baik dan buruk
dengan bersumber pada dasar-dasar Islam. Klasifikasi baik-buruk itu menggunakan
acuan nilai atau norma Islam dan tradisi yang ada di HBS. Tetapi sekolah HBS
menuangkan ukuran baik-buruk tersebut ke dalam aturan-aturan sekolah yang telah
ditetapkan. Ketetapan aturan-aturan tersebut bukan saja didasarkan pada nilai-nilai
Islami tetapi juga asas kepatutan. Aturan-aturan yang ditetapkan adalah ukuran untuk
menentukan apa yang menjadi kewajiban, larangan dan perintah sehingga apa pun
tindakan siswa harus sesuai dengan aturan sekolah. Aturan semacam ini menjadi
penyadaran bagi setiap siswa di sekolah HBS dan setiap siswa wajib mengetahui
aturan ketika memilih masuk di HBS.16
16

Sebelum mendaftar menjadi siswa, sekolah menawarkan aturan-aturan yang ditetapkan


sekolah yang mesti dipatuhi oleh siswa. Jika melanggar dari ketentuan tersebut maka aka nada sanksi.
Untuk memperkuat kesepakatan siswa dengan sekolah maka siswa harus menandatangi surat
pernyataan akan mengikuti peraturan-peraturan yang ditetapkan sekolah. Wawancara dengan Ansori
Jayadi, 14 Februari 2013 ruang kantor.

69

Penyadaran pada tingkat yang lain juga diperkuat dengan pengajaranpengajaran materi tentang keislaman khususnya yang berkaitan dengan akhlak.
Pemberian materi di sini sebenarnya ada dua macam, pertama materi yang dijelaskan
melalui jam pelajaran pada sekolah formal lalu yang tidak bisa ditinggal adalah
pemberian materi oleh kyai atau dewan guru. Yang terdapat di sekolah HBS, setiap
malam setelah selesai menunaikan shalat Isya, kyai selalu memberikan tausiyahnya
kepada siswa. Tausiyah kyai berisi nasehat-nasehat tentang akhlak dan anjuran kyai
untuk selalu berpegang pada nilai-nilai yang diajarkan. Bukan hanya itu, kyai pun
selalu mengingatkan siswa tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa agar
tidak mengulanginya lagi. Terkadang kalau kesalahan sudah masuk dalam kategori
larangan-larangan di sekolah dewan guru atau pengasuh asrama akan memberikan
sanksi sesuai dengan ketentuan dan tingkat kesalahannya.
2. Modelling
Pada umumnya siswa lebih mudah menerima materi pelajaran dan pola tingkah
laku yang langsung dipraktikkan oleh guru dan dewan pengasuh untuk ditiru.
Karenanya sangat diperlukan guru-guru yang mempunyai etika yang baik sehingga
proses tranmisi nilai kepada siswa lebih cepat dan efektif. Modelling atau
percontohan adalah pemberian contoh yang baik oleh guru untuk kemudian ditiru
oleh siswa-siswanya.
Guru merupakan sumber utama tuntunan bagi siswa, selain sebagai mitra dalam
pembelajaran guru juga mengemban tugas yakni membentuk akhlak siswa. Dengan
demikian siswa perlu menghadirkan guru yang berkualitas dan bertingkah laku baik
sesuai dengan tuntutannya sebagai pengajar sehingga tingkah laku yang baik itu pula
bisa ditularkan pada siswanya.
Ada banyak kegiatan yang diselenggarakan pihak sekolah untuk memberikan
contoh pada siswanya. Hal yang paling sederhana dapat dijumpai ketika melakukan
shalat jamaah lima waktu di mesjid yang dijalankan tidak hanya oleh siswa tetapi
guru juga ikut terlibat dalam kegiatan. Guru menjadi imam dalam pelaksanaan shalat
jamaah, untuk menularkan kemampuan dan tingkah laku tersebut guru sering sekali

70

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil peran sebagai imam atau
muazin dalam pelaksanaan shalat.
Selain itu, dalam shalat malam qiamul lail guru terlibat langsung menjadi imam
dan memberi tausiyah tentang keutamaan shalat malam. Dan itu menjadi agenda rutin
setiap guru di sekolah hidayah. Selain shalat malam, guru dan pengasuh juga
mengimami shalat duha. Tauladan ini kemudian menular dengan sendirinya kepada
siswa sehingga menjadi amalan rutinitas melalui pembiasaan-pembiasaan.
Keterlibatan secara langsung dewan guru dalam amalan pada awalnya memang
dibentuk oleh hubungan yang erat antara keduanya. Siswa memosisikan guru sebagai
tauladan dikerenakan keterlibatannya secara nyata bukan sebatas memberi
pengetahuan tentang norma lalu diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Pola demikian
sangat efektif membentuk akhlak siswa karena mensyaratkan kedekatan antara siswa
dan pengajar. Guru dijadikan sebagai sumber utama sebagai tauladan bagi siswa.
Komitmennya mengajar dan memberi contoh yang baik juga bisa terlihat pada
kegiatan sehari-hari. Di beberapa kegiatan ektrakurikuler misalnya guru selalu
memosisikan dirinya sebagai mitra yang baik dalam pengembangan akhlak. Tahfiz
Al-Quran yang sejatinya program siswa tetapi guru juga diwajibkan menghafal suratsurat yang ditentukan agar mampu menekan motivasi kepada siswa. Selain itu, dalam
doktrin akhlak tersebut guru adalah manifestasikan dari pengetahuan itu sendiri
sehingga posisinya selalu diteladani karena jika siswa bertindak keluar dari apa yang
dicontohkan guru akan menghilangkan berkah dari pengatahuan yang diajarkan
kepada siswa. sehingga hubungan demikan akan memperkuat posisi guru sebagai
teladan bagi semua siswa.
3. Riyadhah
Tahapan ini adalah latihan melakukan kegiatan atau ritual keagamaan agar bisa
menjadi tradisi dalam pribadi-pribadi siswa. Dalam arti yang sederhana riyadhah
merupakan upaya pembiasaan tanpa harus dikontrol oleh guru atau pembimbing
asrama dan pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.

71

Riyadhah juga bisa diartikan upaya melatih dirinya berbuat baik dengan cara
berusaha memahami perbuatan yang dilakukannya, berbuat dengan sikap yang ikhlas,
tidak tercampur dengan sikap riya dan memperbanyak melakukan kebenaran dalam
pergaulan, baik terhadap Allah, terhadap sesama manusia maupun terhadap
lingkungan hidupnya. Riyadhah juga bisa dipahami dengan selalu tetap
berkonsentrasi terhadap Allah ketika melaksanakan suatu perkataan baik, sehingga
tidak dipengaruhi lagi oleh lingkungan. Penglihatan dan pendengarannya tidak
dipengaruhi oleh sesuatu di sekelilingnya kecuali bertindak sesuai dengan tuntunan
hati.
Akhlak seperti dalam pengertian awal merupakan hasil dari pembiasaan yang
terus menerus dilakukan oleh siswa. Latihan-latihan adalah langkah setelah siswa
sudah mempunyai standar pengetahuan tentang nilai-nilai yang harus menjadi
panduan

mereka

dalam

bertingkah

laku.

Langkah

selanjutnya

adalah

mengaktualisasikan diri dengan mengatur segala tindakan melalui aturan-aturan yang


disepakati bersama siswa. Aturan itu kemudian dijalankan dengan kontinu sehingga
sampai pada sikap yang kita beri nama akhlak.
Tahapan Riyadhah ini akan memacu intensitas pengamalan nilai-nilai yan telah
diajarkan sehingga membentuk akhlak mulia. Perilaku tanpa pertimbangan untuk
melakukannya, seperti yang dijelaskan Abuddin Nata adalah akhlak. Dan sekolah
HBS melakukan pembiasaan tersebut dengan mengembangkannya menjadi rutinitas
sehingga bisa teraplikasi dengan baik dalam sikap keseharian. Anjuran utama melalui
riyadah yang tampak cukup jelas di HBS adalah qiyamul lail, puasa senin-kamis,
bahkan ada yang melakukan puasa daud. Dari pembiasaan-pembiasaan seperti inilah
kemudian terpatri dalam sikap keseharian yang tidak memerluka pikiran dan
prtimbangan untuk melakukaknya lagi. Pada titik inilah yang pembiasaan itu sudah
menjadi akhlak baik bagi siswa.
Metode riyadhah ini memberikan penghayatan mendalam dalam ritual
keagamaan. Latihan dengan menggunakan langkah pembiasaan sangat membantu
siswa melaksanakan tingkah laku sesuai anjuran. Hasil dari pembiasaan itu sangat

72

dirasakan oleh siswa. Shalat malam, pada awalnya dikerjakan dengan sangat susah
tetapi dengan sendirinya membentuk akhlak siswa tanpa sadar. Hanya saja
dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam upaya pembiasaan tersebut disamping
bimbingan yang intens oleh pihak sekolah.
Terkait dengan pembiasaan yang disebutkan di atas, sekolah melatih sikap itu
melalui shalat berjamaah. Model pembiasaan ini dalam islam akan mengikat secara
batiniyah sehingga ketika meninggalkan atau bersikap berlawanan dengan nilai yang
di lingkungannya maka mereka akan merasa teralienasi dari diri dan lingkungannya.
Argumentasi yang lebih mendalam juga pernah diungkapkan Al-Ghazali bahwa
akhlak mulia itu terbentuk melalui pembiasaan sehingga itu menjadi tabiat dan
termanifestasi ke dalam perilaku baik lainnya. Berikut ini kutipannya :
Demikian pula bagi orang yang menginginkan dirinya berhasil berbudi
pekerti tawadhu (tidak congkak) dan ia telah dikuasai oleh sikap takabur.
Maka jalannya adalah dia harus membiasakan melakukan perbuatanperbuatan orang tawadhu dalam waktu yang lama. Ia harus memaksakan
dirinya pada yang demikian dan membebaninya sehingga yang demikian
menjadi budi pekerti dan tabiat baginya. Kemudian mudahlah melakukan
baginya.17
Ketiga tahapan tersebut di atas dalam praktiknya sangat membantu untuk
melakukan pembinaan akhlak siswa. Tahapan ketiga membentuk satu kesatuan yang
komplementer membentuk akhlak siswa karena seperti dijelaskan pada bagian awal
bahwa ketiganya punya kecenderungan yang saling menguatkan. Tahapan awal
sebagai pengenalan nilai melalui materi pelajaran sehingga mempunyai kecakapan
dalam mengenal baik-buruk sesuai ukuran islam. Tanpa pengenalan awal pada
tahap penyadaran tentu tidak akan mungkin masuk ke tahap selanjutnya. Karena
tahapan kedua dan ketiga adalah realisasi dari pemahaman tentang nilai pada tahapan
awal.

17

Juz V.

Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, terjemahan (Semarang: As-syifa, 1994) cetakan I,

73

Tahapan-tahapan ini menurut Ansori Jayadi berhasil membentuk kepribadian


siswa di Al-Hidayah Boarding School. Keberhasilan ini dapat diamati melalui
perubahan-perubahan siswa yang sudah pernah menetap di sekolah.
Sebelum melakukan tindakan seorang harus mengenal nilai baik dan
buruk, lalu bisa menentukan dan melaksanakan nilai tersebut dalam
kesehariannya. Tahapan-tahapan pembinaan akhlak seperti ini sangat
membantu membentuk peribadi siswa. Dan kita bisa menyaksikan
perubahan sikap siswa bagaimana mereka menerapkan nilai-nilai tersebut
dengan baik.18
Aspek lain yang bisa dirasakan secara langsung adalah tingkah lakunya sesama
teman. Saling menolong kalau dalam kesusahan, dan sifat seperti ini tidak tumbuh
begitu saja dalam pribadi siswa tetapi melalui proses yang disebut dengan kesadaran
dan riyadhah. Latihan-latihan inilah yang kemudian mengental memebentuk pribadi
yang baik dan diterima dalam lingkungan sosial.19
Selain itu, keberhasilan dalam membentuk akhlak siswa juga bisa dilihat dari
tingkah lakunya terhadap kedua orang tua, guru atau orang yang lebih tua.
Penghormatan siswa HBS dibanding siswa lain tentu akan berbeda. Siswa dalam
praktiknya yang dapat dilihat misalnya degan mencium tangan orang yang lebih tua
ketika bersalaman sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua.
Melaksanakan shalat secara berjamaah meskipun tanpa disuruh dan dipantau oleh
pembimbing. Artinya, penerapan pengetahuannya tentang agama sudah masuk dalam
kategori

akhlak

karena

sudah

mampu

melakukannya

tanpa

memerlukan

pertimbangan dan perintah. Hal semacam ini meskipun sulit diukur dalam bentuk
angka-angka tetapi sudah menjadi tradisi dalam sekolah HBS dan bisa dilat melalui
observasi. Inilah yang membedakan dengan sekolah-sekolah umum biasa yang tidak

18

Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,
Depok, Senin, 4 Februari 2013.
19
Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,
Depok, Senin, 4 Februari 2013.

74

memakai sistem berasrama karena tidak terlatih dan terbiasa dengan kegiatankegiatan seperti ini.
Pada sisi akhlak sosial siswa HBS juga lebih menonjol dibanding yang lain.
Pembekalan kecakapan psikomotorik mampu membuat mereka lebih mandiri dan
bertanggungjawab kepada diri sendiri.20 Kemandirian itu terbukti dengan beberapa
alumninya yang menekuni dunia usaha seperti menjahit, dan lain-lain. Dalam bahasa
sederhana pembentukan akhalak baik itu secara hubungan dengan manusia maupun
hubungan dengan Tuhan yang diterapkan di sekolah Hidayah Boarding School dapat
digolong berhasil.
Dapat dimengerti bahwa cara-cara pembinaan yang ditempuh oleh sekolah AlHidayah Boarding School mengadopsi dari cara yang dianjurkan oleh Imam Ghazali
dalam kitabnya Minhajul abidin. Menurut penulis, ada kesamaan langkah apa yang
diterapkan di sekolah dengan apa yang ditulis oleh Al-Ghazali di dalam bukunya21.
Misalnya, uqbatu ilmi mempunyai kesamaan dengan jalan penyadaran akan nilai
baik dan buruk, begitu pula pada tahapan selanjutanya seperti anjuran penyucian jiwa
untuk meningkatkan intensitas perilaku baik.
4. Pantauan
Setelah melalui tahapan-tahapan awal tadi yang penting juga adalah pantauan
dari guru, pembina asrama atau pengasuh sekolah. Sekolah boarding school
melakukan kontrolnya melalui mekanisme pentapan aturan-aturan untuk menilai
sejauhmana perkembangan pembinaan akhlak efektif dijalankan.
Langkah yang dilakukan pihak sekolah selain mengukur capaian melalui
aturan-aturan juga memberikan nasehat secara kontinu agar siswa selalu konsisten
dengan komitmennya untuk menjalankan nilai-nilai yang harus dilakukan oleh siswa.
Pemberian nasehat oleh pengasuh disampaikan setiap selesai melakukan shalat.
20

Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,
Depok, Senin, 4 Februari 2013.
21
Dalam buku ini, Imam Ghazali menganjurkan untuk mengetahui tentang nilai-nilai serta
instrument lain yang harus dimiliki. Dalam arti lain adalah menganjurkan penguasaan ilmu seperti
perihal yang berkaitan dengan kwajiban syariat. Lihat Imam Al-Ghazali, Minhajjul Abidin, (Thoha
Putra: Semarang) h. 6.

75

Peran guru dan pengasuh untuk memonitoring perilaku siswa adalah tugas
mutlak karena kontrol secara langsung akan membantu guru untuk memetakan
persoalan yang terdapat pada siswa dan membaca kecenderungan siswanya. Guru
sebagai pemegang otoritas tertinggi juga tidak berhenti pada pengawasan saja tetapi
menjalankan sanksi-sanksi yang disepakati dengan siswa jika terdapat pelanggaran.
Sanksi yang terdapat pada sekolah HBS juga sangat beragam diukur sesuai
dengan tingkat kesalahan yang dilanggar. Bagi siswa yang kabur dari asrama tanpa
izin dari pengasuh akan dicukur licin (botak). Jika tidak mencapai target hapalan
quran dengan surat-surat yang lain. Selain itu siswa tidak diizinkan pulang pada saat
libur seperti libur puasa.
Pada dasarnya sanksi yang ada di sekolah HBS menekan kesadaran siswa untuk
berperilaku sesuai keinginan sekolah, melatih kedisiplinan. Hal ini tergambar pada
poin-poin sanksi yang dicantum, di mana sanksi mental untuk melatih kesadaran
lebih diutamakan dibanding sanksi fisik yang cenderung tidak efektif melatih
kesadaran siswa.

E. Sikap dan Perilaku Siswa manifestasi Pembinaan Akhlak


Program-program pendidikan di sekolah dan di asrama adalah bagian dari
proses pembentukan akhlak yang menjadi target yang ingin dicapai sekolah. Proses
pendidikan tersebut harus diukur melalui manifestasi sikap yang ditanamkan selama
berproses di sekolah maupun di asrama. Salah satu parameternya untuk mengukur
keberhasilan pembinaan akhlak melalui boarding school maka dapat dilihat dari dua
elemen. Pertama ukurannya dapat ditinjau dari akhlak siswa secara vertikal terhadap
sang pencipta sedangkan yang lain yang juga tidak bisa lepas dari penilaian kita
adalah akhlak siswa terhadap lingkungannya (akhlak sosial). Kedua cara ini
setidaknya mampu menjelaskan apakah terdapat perkembangan pada siswa pasca
pembinaan atau tidak.
Elemen pertamanya adalah akhlak siswa kepada Tuhannya. Untuk mengukur
perkembangan ini, umumnya hanya bisa dilihat dari perilaku siswa dalam ubudiyah-

76

nya. Diantaranya manifestasi sikap akhlak itu misalnya bisa terlihat pada tingkat
amaliahnya seperti melakukan shalat berjamaah, berpuasa senin-kamis, melakukan
wirid-wirid yang matsurat.22
Ritual keagamaanzikir, dirosat kitab, rawi dan lainnyamerupakan
manifestasi sikap ketakwaan siswa kepada penciptanya. Kegiatan keagaaman
mendorong siswa bersikap sesuai dengan ajaran, hal itu bisa tercermin pada
intensitasnya melaksanakan shalat karena merasa hal

tersebut merupakan

kewajibannya sebagai makhluk. Meningkatnya amal ubudiyah itu salah satunya


memang disebabkan karena pengetahuan mereka dibidang agama juga meningkat.
Sehingga mampu membentuk kebiasaan yang tanpa paksaan dari Pembina asrama
dan pengasuh sekolah, pada tahap inilah kesadaran itu menjadi akhlak karena bisa
dilakukan dengan spontan tanpa pengawasan sekali pun. Sikap itu kemudian tertuang
pada tindakan untuk melakukan dan menunaikan ibadah-ibadah syari serta
menunjukkan bahwa terdapat kesadaran siswa untuk menunaikan ibadah sebagai
manifestasi ketakwaannya. Ini merupakan bentuk dari manifestasi pembinaan akhlak
yang selalu diajarkan oleh sekolah kepada seluruh siswa. Sebenarnya, sikap-sikap
semacam ini bukan saja menyentuh pada pengetahuan mereka tentang bagaimana
menjadi hamba Tuhan yang baik, tetapi harus menyentuh pada tindakan dan sikap
secara amali.
Kedua akhlak sosial. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan lembaga-lembaga sosial agar bisa mengembangkan diri. Untuk bergaul
dalam sebuah lingkungan membutuhkan kecakapan sosial yang tinggi, mengerti etika

22

Parameter yang digunakan untuk mengukur capaian pembinaan akhlak dalam karya ilmiah ini
menggunakan data afektif siswa yang terdapat pada buku raport dan absensi kegiatan. Berdasarkan
nilai afektif dalam bentuk angka berkisar 98 persen dalam kategori baik. sedangkan ukuran yang
digunakan melalui absensi kegiatan juga sangat baik Karena disetiap absensi kegiatan yang
berhualangan relative tidak ada, kalau pun ada itu adalah siswa yang berhalangan keras. Begitu pula
jika diukur melalui aturan yang ditetapkan menurut Ansori Jayadi tidak ada pelanggaran berat yang
dilanggar siswa semenjak 2013 ini. Data ini menjelaskan bahwa intensitas yang ada dalam setiap even
atau laporan-laporan yang tersedia menunjukkan bahwa pembentukan akhlak melalui boarding school
sangat baik karena mendapat control ektra dari guru dan pengasuh sekolah. Wawancara dengan Ansori
Jaya, Depok 14 Februari 2013.

77

dan batas kepatutan dalam lingkungannya agar bisa diterima dalam lingkungan
tersebut. Kecakapan sosial seperti ini juga tidak lepas dari perhatian sekolah sebagai
pengembang kepribadian siswa. Sekolah menyiapkan model pembinaan dan tujuan
khusus untuk mengembangkan akhlak sosial ini. Akhlak sosial menurut sekolah HBS
lebih bertumpu pada nilai-nilai yang membuat mereka bisa bersosialisasi dengan baik
di lingkungannya.23 Motifnya pun bukan pada hitungan pahala seperti ritual ubudiyah
tetapi pada kapatutan sikap di depan masyarakat sehingga mereka bisa diterima
dengan baik di lingkungannya.
Nilai-nilai yang dikembangkan sekolah untuk menanamkan kesadaran sosial itu
diantaranya sikap tanggungjawab. Sekolah melatih agar bertanggungjawab minimal
kepada dirinya sendiri. Penanaman kesadaran tentang tanggungjawab ini benar-benar
dilatih melalui program-program ekstrakurikuler atau pun keagamaan. Dalam ekstra
kurikuler misalnya kegiatan seperti Pramuka melatih siswa bertanggungjawab
terhadap apa yang mereka lakukan. Jika dianggap melanggar maka konsekuensi
hukumannya harus mereka terima sebagai tanggungjawab dan cara mengakui
kesalahannya.
Selain itu, sekolah selalu menanamkan sikap kasih-mengasihi antara sesama
teman. Dalam bentuk nyatanya, sikap ini bisa dilihat pada kepedulian siswa ketika
teman-temannya sedang mengalami kesusahan. Ketika ada yang sakit, teman
seasrama dengan baik merawat dan menjaganya.24 Dalam kondisi yang jauh dari
orang tua, mendorong mereka untuk saling peduli dan saling mengasihi, sikap
semacam ini sangat kental dan sangat menjiwai siswa-siswa di Al-Hidayah Boarding
School. Ini hanya satu elemen saja dari wujud dari pembinaan akhlak yag dilakukan
oleh sekolah dan dirasakan oleh siswa. Wujud yang lain juga bisa dilihat dari
kemandirian siswa. Semua aktifitas di sekolah dikerjakan dengan sendiri, mulai dari

23

Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,
Depok, Senin, 20 Februari 2013
24
Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Senin 18 Februari
2013.

78

hal-hal kecil seperti menyiapkan buku pelajaran ketika handak sekolah sampai ke hal
yang besar, semuanya dilakukan secara mandiri.
Semua sikap-sikap itu lebih pada pengembangan pribadidalam bahasa HBS
akhlak sosialagar kelak ketika mereka terjun ke dunia yang nyata seperti dalam
kehidupan masyarakat mereka benar-benar siap. Kecakapan akhlak sosial yang
diterapkan pada sekolah adalah bentuk dari komitmen sekolah menyiapkan generasigenerasi yang kuat dan mampu menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan nyata.

F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Akhlak


Akhlak menempati target tertinggi dan menjadi tujuan akhir dari pendidikan di
Al-Hidayah Boarding School. Target pendidikan untuk membentuk kepribadian
siswa sesuai dengan nilai-nilai islam itu juga sesuai dengan misi Rasulullah SAW.


Artinya : Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak.
(H.R. Ahmad)25

Dalam rangka mewujudkan target besar tersebut program-program yang sudah


dicanangkan terkadang juga mengalami kebuntuan dan hambatan. 26 Hambatan besar
dari kegiatan pembentukan kepribadian itu bisa terdapat dari sistem program yang
belum bisa bekerja maksimal memantau perkembangan siswa, pada sisi yang lain
juga bisa terdapat dari individu siswa sendiri. Akan tetapi secara global akhlak siswa
termasuk dalam kategori baik karena tidak ada pelanggaran keras yang dilakukan
siswa HBS.27

25

Moh. Ardani, op.cit., h. 26


Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,
Depok, Senin, 4 Februari 2013.
27
Ukuran ini mengacu pada peraturan-peraturan siswa. Menurut kepala sekolah HBS tidak
ditemukan siswa-siswa yang melanggar larangan-larangan keras yang sudah ditetapkan sekolah.
26

79

Faktor penghambat proses pembinaan akhlak di sekolah HBS adalah


keragaman karakteristik siswa yang mempunyai kecenderungan sendiri-sendiri,
datang dari berbagai latar belakang keluarga. Mengelola emosional siswa yang
beragam tersebut memerlukan perhatian dan perlakuan khusus untuk bisa
mengakomodir kecenderungan mereka. Pengelolaan itu sering terabaikan karena
jumlah guru yang berada di sekolah yang tidak berimbang dengan siswa yang
ditampung. Akibatnya, banyak mereka yang menyangkal perintah-perintah dari guru
yang seharusnya menjadi agenda hariannya seperti menghafal Al-Quran, shalat
berjamaah dan rutinitas lainnya. Pengabaian ini tentu menjadi penghambat bagi
proses pembiasaan siswa untuk selalu menjalankan perintah dan aturan-aturan yang
sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Padahal pembiasaan merupakan alat bagi
sekolah untuk menanamkan nilai-nilai islam kepada para siswa. Kasus seperti ini
biasanya terjadi pada siswa baru yang belum mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan barunya.
Namun pihak sekolah selalu mencari jalan untuk penyelesaian itu dengan
menambah intensitas guru-guru memantau siswa di asrama, terutama pada awal-awal
tahun ajaran baru.
Selain itu pula, tidak bisa dinapikan faktor penghambat juga terdapat pada
institusi sekolah atau guru itu sendiri. Seperti sistem pengelolaan yang ditawarkan
pihak sekolah yang intensitasnya sangat terbatas, sehingga rasio guru yang menjadi
pemantau siswa di asrama tidak sebanding dengan jumlah siswa. Dampaknya banyak
perilaku-perilaku siswa yang lepas dai pantauan guru dan pengawas asrama.
Sedangkan pada dimensi lain, proses pembentukan akhlak siswa melalui sistem
sekolah

berasrama sangat beragam pula. Hal utama yang membantu proses

pembentukan sikap siswa ialah lingkungan sekolah yang mendukung terbentuknya


siswa-siswa yang berakhlak mulia sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan tujuan
pendidikan di HBS. Lingkungan berasrama jauh berbeda dengan sekolah biasa yang
Sejauh ini, parameter yang untuk mengukur capaian-capaian yang dicanangkan selalu mengacu pada
aturan-aturan siswa. Hasil wawancara bersama kepala sekolah HBS, Jayadi Ansori 2013

80

hanya menghabiskan aktu sekitar 7 sampai 8 jam sehari. Sekolah berasrama seperti
HBS adalah sistem sekolah 24 jam. Selama waktu itu pula proses pembelajaran
bukan saja dalam bentuk materi diajarkan kepada siswa-siswa tetapi juga
keteladanan. Intensitas waktu yang panjang akan sangat membantu sekolah
menghasilkan siswa-siswa berkualitas bukan hanya dibidang psikomotorik tetapi juga
menjadi alat ampuh membentuk kepribadian siswa (afektif).
Hal lain yang menjadi unggulan sekolah berasarama dalam membentuk akhlak
siswa adalah aturan-aturan sekolah secara rinci. Peraturan-peraturan yang ditetapkan
akan melatih dan terus memantau perkembangan siswa dengan segala bentuk
penyimpangannya. Jika terdapat pelanggaran-pelanggaran maka akan diberikan
sanksi sesuai dengan kesalahan. Model aturan ini sangat positif untuk membangun
kesadaran siswa sehingga pembiasaan melalui aturan-aturan tersebut mampu
membentuk akhlak sesuai dengan capaian-capaian yang telah tertulis dalam tujuan
pendidikan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari ulasan mengenai pembinaan akhlak di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa di MTs AL-Hidayah Boarding School Depok terdapat dua bentuk program
pembinaan akhlak yaitu melalui program kurikuler dan ekstrakurikuler. Adapun
program kurikuler memberi pengetahuan dan kecerdasan siswa dalam bentuk
pengetahuan

materi-materi.

Sedangkan

program

ekstrakurikuler

berorientasi

membentuk kecakapan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya.


Yang memegang peran sentral dalam melaksanakan pembinaan akhlak adalah
pengasuh sekolah untuk memonitoring setiap aktivitas siswa 24 jam, begitu pula
guru/pengurus dengan rutin memantau perkembangan siswa. Untuk mewujudkan
akhlak mulia, Al-Hidayah Boarding School menggunakan empat tahap strategi yaitu,
pertama Penyadaranpengisian materi tentang akhlak, pertimbangan baik dan
burukkemudian kedua Modelling yakni pemberian contoh yang baik, ketiga
Riyadhah yaitu latihan untuk meningkatkan intensitas amaliyah serta yang keempat
Pantauan yaitu melakukan kontrol terhadap siswa dibantu dengan peraturan-peraturan
dan sanksi yang sudah ditetapkan. Empat tahapan ini menggunakan beberapa strategi

81

82

acak seperti strategi pembiasaan dan teladan yang diberikan oleh guru dalam bentuk
mencontohkan akhlak yang baik terhadap siswanya.
Wujud perilaku siswa Al-Hidayah Boarding School masuk dalam kategori
baik. Manfestasinya dapat dilihat dari indikasi perilaku siswa seperti tidak pernah
terjadi tawuran antar siswa atau antar sekolah yang melibatkan sekolah Al-Hidayah
Boarding School dan tidak melanggar syariat agama. Intensitas kegiatan-kegiatan
keagamaan sesuai absensi juga sangat rajin, ini menunjukkan bahwa perilaku siswa di
sekolah HBS cukup baik. Akan tetapi terdapat dua faktor yang menghambat
pembinaan akhlak di HBS, Pertama minimnya guru dan pengasuh yang menetap di
asrama membuat pembinaan akhlak di asrama tidak terkontrol dengan baik. Kedua
karakteristik siswa dengan latarbelakang yang beragam turut penghambat proses
pembinaan akhlak.

B. Kritik dan Saran


Mengingat lembaga pendidikan sebagai lembaga penyemaian nilai-nilai
kehidupan maka penting untuk memberi saran sebagai bahan koreksi atas kelemahankelamahan yang terdapat di sekolah MTs Al-Hidayah Boarding School, antara lain:
1. Menurut pengamatan peneliti, muatan kurikulum di sekolah Al-Hidayah
Boarding

School

sangat

padat

sarat

muatan

akademik

sehingga

mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Harus ada pengurangan muatan


kurikulum sehingga terbangun model pembelajaran praktis dan aplikatif dan
menyenangkan tanpa harus bergelut dengan kepadatan kurikulum yang
terkadang tidak membantu mengembangkan kecakapan-kecakapan siswa.
2. Sebagian besar guru yang mengajar di sekolah Al-Hidayah Boarding School
menetap di luar lingkungan sekolah akibatnya banyak siswa yang tidak
terpantau dengan baik perkembangan akhlaknya. Untuk itu, harus ada
kebijakan strategis menanggulangi persoalan tersebut agar proses
pembinaan dan bimbingan yang lebih maksimal dapat diberikan oleh pihak
sekolah kepada siswa-siswanya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran, Jakarta: Amzah,
2007
Anis,Ibrahimm Al-Mujam al-Wasith, Mesir: Darul Maarif, 1972
Alim, Muhammad, Pendiidkan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011
Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999)
An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Sekolah, Rumah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani, 1995)
Abd Ala, Pembaruan Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006)
Ali, Atabik & Zuhdi Mudlor, Ahmadm Kamus Kontemporer Al-Asri, Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, 1996
Al Aziz S. dan Saifulloh.Moh, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Terbit
Terang, 1998
Alwan, Abdullah, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Beirut: Dar-al-Salam, 1978
A.S, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo, 2003
Azra, Azymardi, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi
Jakarta: Logos, 2003
Bin Nashir As-Sadi Abdurrahman, Mutiara Hikmah Penyejuk Hati, Syarah 99
Hadits Pilihan, Terj. Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, Malang: Cahaya
Tauhid Press, 2006
Bahri Djamarah, Saiful, Strategi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
BP4 Pusat, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, Jakarta: TT, 1984
Djamasm Nurhayati, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,
Jakarta: Rajawali,Pers, 2009
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2005
83

84

Daud, Ali Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: Rajawali Pers, 2011

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Uin
Syarif Hidayatullah, 2011
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005
Hamid, Yunus Abd., Dairah al-Maarif, II, Cairo: Asysyab, t.t
Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, Darur Riyan, 1987
_____________, Ihya Ulumuddin terjemahan As-syifa: Semarang, 1994 Juz V
_____________, Ihya Ulum al-Din, Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 2002, juz III
____________, terjemahan Talimul mutaallim: Bimbingan bagi Penuntut Ilmu
Pengetahuan Kudus: Menara Kudus, 2007
_____________, Berbisnis Dengan Allah, Terj. Ahmad Farnk, Surabaya: Pustaka
Progressif, 2002
Ibnu Al-Jauzi, Abdurrahman Terapi Spiritual, Terj. A. Khosla Asyari Khatib,
Jakarta: Zaman, 2010
J. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1997
Mustafa,Ibrahim, dkk., Al-Mujam al-Wasth,Istanbul: Al-Dawah,, TT
MZ,Labib, Memahami Ajaran Tasawuf,Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2001
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996
__________, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001

85

Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999
Sarbini, Pendidikan Kepatuhan Anak, http://www.slideshare.net/iniabras/pembinaankepatuhan-peserta-didik-di-sekolah. Diakses 20 Januari 2013 pukul 22.30.
Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Lencana Prenada Media, 2006
Rus'an, Intisari Filsafat Imam Al-Ghazali, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989
Subhan, Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, Jakarta: UIN Press,
2009
Suyuti,Achmad Percik-Percik Kesufian, Jakarta: Pustaka Amani, 2006
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
Profil sekolah Al-Hidayah Boarding School HBS dan hasil
Qomar, Mujamil, Pesantren dan Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, Jakarta: Erlangga, 2006
Wawancara bersama Esalaila (Pembina asrama), pada hari Rabu, 20 februari 2013
Wawancara dengan kepala sekolah, Ansori Jayadi, pada hari Kamis 14 Februari
2013.
Wawancara dengan bagian tata usaha dan melihat dokumentasi prestasi siswa, Selasa
12 Februari 2013
Wawancara dengan Saipudin Zuhri adalah pemimpin Zikrul Ghafilin, Depok, Senin,
11 Februari 2013 di rumah ustd Saipudin Zuhri
Wawancara dengan Arif Rahman Hakim adalah Ketua Yayasan Al-Hidayah sekaligus
Pemimpin Ziarah Kubur, Depok, Kamis 14 Februari 2013
Maknun, Jonar, Pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK), Boarding School
berbasis keunggulan lokal, Pdf, JPTA FPTK UPI
Fidella Devina Aggrippina, Akhlak Terhadap Guru
(http://fidela19salju.blogspot.com/), (Diakses pada tgl 11 Januari 2013. Pukul:
19:35).

86

Hasil Raker V sekolah HBS di Gunung Bunder-Bogor pada 03-04 Juli 2012,
lampiran visi dan misi sekolah.
http://www.harianterbit.com/2012/09/13/pembunuh-pelajar-diburu-polisi/
http://alfinasj.blogspot.com/2012/01/tawuran-pelajar.html

GEDUNG AL-HIDAYAH BOARDING SCHOOL


(KANTOR-KELAS-ASRAMA PUTRA)

GEDUNG AL-HIDAYAH BOARDING SCHOOL


(ASRAMA PUTRI)

Muhadatsah

Muhadhoroh

Olah Raga

Marawis

l.,
l:

sr

KEMENTERIAN
AGAMA
UINJAKARTA
F IT K

FORM(FR)

Jl. lr. H. Juanda No 95 CiDutat15412 lndonesia

No.Dokumen :
:
Tgl.Terbit

FITK-FR-AKD-081
1 Maret 2010

N o .R e v i s i :
Hal

01

1t1

SURATBIMBINGAN
SKRIPSI
Nomor : Un.01/F.1/KM.01
.3/........12012
Lamp. :Hal
: Bimbingan Skripsi

Jakarta.22 Maret 2012

KepadaYth.
Ibr"rDra. Hj. Djunaidatul Munawaroh,M.A
PembimbingSkripsi
FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Assalamu'alaikum wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaanSaudara untuk menjadi pembimbing VII
(materi/teknis)
penulisanskripsimahasiswa:

Nama

Mira Humairoh

NIM

10801
I 000147

Jurusan

PAI

Semester

VIII (Delapan)

JudulSkripsi
PEMBENTUKAN

AKHLAK

SISWA MELALUI

PROGRAM BOARDING

SCHOOL (Study Kasusdi Mts Al-Hidayah Boarding School Depok)


Judul tersebuttelah disetujui oleh Jurusanyang bersangkutanpada tanggal22 Maret 2012,
abstraksiloutlineterlampir. Saudaradapat melakukan perubahanredaksionalpada judul
tersebut.Apabila perubahansubstansialdianggapperlu, mohon pembimbing menghubungi
Jurusanterlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat
diperpanjangselama6 (enam)bulan berikutnyatanpasuratperpanjangan.
Atas perhatiandan kerja samaSaudara,kami ucapkanterima kasih.
Wassal amu'alaikum wr.wb.

ikan AeamaIslam

.Ag
r99803l 002
Tembusan:
l. DekanFITK
ybs,
2. Mahasiswa

fuo'

),.
I

KEMENTENIANNGEIVIN
UINJAKARTA
FITK

No.Dokumen: rtfxFn-Axboe2

FORM( FR)

tgt. rerbtt

.1

Maret 2010

Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1 s412 lndonesia

SURATPERMOHONAN
I Z I NP E N E L I T I A N
Nomor: Un.01/F.1/KM.O1
.Stlg-6a.ndlz
Lamp.: Ouiline/proposal
Hal : Permohonan
lzin penelitian

Jakarta,25 September 2012

KepadaYth.
Boarding
SchootDepok
[epalaSekolahMTsAl-Hidayah
Di
Tempat
Assalamu'alaikum wr.wb.
Dengan
hormatkamisampaikan
bahwa,
Nama

: MiraKhumairoh

NIM

: 108011OOO147

Jurusan

: Pendidikan
Agamalslam(pAl)

Semester

: lX (Sembilan)

Judulskripsi : "PEMBENTUKANAKHLAK sISwA MELALUI


PROGRAM
BOARDING scHool, (studi kasusdi Mts Al-HidayahBoarding
school
Depok)"
adalahbenarmahasiswa/i
Fakultas
llmuTarbiyah
danKeguruan
UINJakarta
yang
sedang menyusunskripsi, dan akan mengadakanpeneritian(riset)
di
instansi/sekolah/madrasah
yangSaudara
pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudaradapat mengizinkanmahasiswa
tersebut
melaksanakan
penelitian
dimaksud
Atasperhatian
dankerjasamasaudara,
kamiucapkan
terimakasih.
Wassalam
u'alaikum wr.wb.
ERlal#

.-"91

ikanAganralslanr

Tembusan:
1. DekanFITK
2. Pembantu
DekanBidangAkademik
3. Mahasiswa
yangbersangkutan

.Ag
199803
I 002

''1,.

*l

I
I
l

:<.-r-^
cr,.>*.^,Y I qt-e+J:ijl 4*1
"<Jl
YAYASAN AL.HIDAYAH

AL-IIIDAYAIT BOAKDING SCNOOT


DDPOK - JAIilIA BARAT

'URATKETERANGAN
Nomor: SK-065/H
BS/IV| zOLg
Yangbertandatangandi bawahini :
Nama

: AMSORITAYADI,
M.Ag

Jabatan

: DlrekturPonpesAhHldayah
BoardingSchool

Denganini menerangkan
bahwa:
Nama

MIRAKHUMAIROH

NIM

1080umo147

Tempatfigl.Lahir

Depok,01 fanuarl.1990

Status

MahasiswiFakultasllmu Tarbiyah& KeguruanUlN rakarta

Jurusan

PendidikanAgamalslam(PAl)

Semester

X (Sepuluh)

Alamat

Rawadenok
Rt.02/01Kel.Rangkapan
JayaBaru
Kec,Pancoran
Mas,KotaDepok164:14

Adalahbenartelah melakanakanpenelitian/riset(StudiKasus)di PesantrenAl-HidayahBoardingSchool


(HBS)Depok,dari tanggal02 Januarl2OL3s/d 06 Aprll 2013dalamrangkapenyusunan
skripsiyangberjudul
IPEMBINAANAKHIAKSISWAMEIATUIPROGRAM
BOARDING
SCHOOL".

Demikiansuratketeranganini dibuaLuntukdipergunakan
sebagaimana
mestinya.

Tembusan:
L
Yth,Ketu.YayasenAl-Hidayah
2. PlmplnanPondokPesantrcn
Al-Hldayah
Boarding
School
3. Arsip

HBSLEARNING
GENTER:

Anda mungkin juga menyukai