Disusun oleh:
MIRA KHUMAIROH
108011000147
Tl
b#
Skripsi
DiajukankepadaFakultasIlmu TarbiyahdanKeguruanuntukmemenuhi
SyaratMencapaiGelarSarjanapendidikanIslam (S.pd.I)
Disusunoleh:
Mira Khumairoh
NrM. 10801t000r47
: 195809181987012001
Jakarta,
13April20l3
YangMengesahkan,
809181987012001
l,i
$'r'
t'
I
l
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudur: o'pembinaan
Akhrak siswa Merarui program Boarding
school (studi kasus di MTs Al-Hidayah
Boarding Schoor Depok),, diajukan
kepadaFakultas Irmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) uIN syarif Hidayatuilah
Iakartadan terahdinyatakanlurus daram
ujian munaqosahpadatanggar14 Mei
2013 dihadapandewan penguji. Karena
itu, penurisberhak memperorehgerar
sarjanasl (s.Pd.I)darambidangpendidikan
AgamaIsram.
panitia sidangMunaqasan
Jakarta'16Mei 2013
Tanggal
KetuaPanitia
Bahrissalim"
MA
NIP. 196803071998031 002
P/r.tus
Sekertaris(SekertarisJurusan/program
Studi)
r\rr. ryoluJt6'2tJtJ033
19670328
2000331 001
PengujiI
M. Zuhdi.Ph.D
NIP. 19720704199703| 002
trb/t
Penguji2
Drs. HA. Gholib.MA
NrP. 19s4101s1979021
/akB
NIP.19s20520
198103
I 001
TandaTangan
k'/
lii'
i
. Mira Khurnairoh
NIM
: 108011000147
Jurusan
: pendidikanAgamaIslam
AngkatanTahun
:200g/2009
Alamat
Menyatakan dengansesungguhnyabahwa:
skripsi ini berjudul "PembinaanAkhlak Siswa
Melalui progrant Boarding school
(studi kasus di MTs Ar-Hidayah'Boarding
schoor Depok),, adarah benar hasir
karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama
: Dra.DjunaidatulMunawaroh,
M.A
NIP
:195809181987012001
Dosen Jurusan
: Pendidikan
AgarnaIslam
Jakarta,l3 April20l3
Yang Menyatakan,
NtM.lQsor
iooot+z
ABSTRAK
Mira Khumairoh Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
PEMBINAAN AKHLAK SISWA MELALUI PROGRAM BOARDING
SCHOOL (Studi Kasus di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok)
Akhir-akhir ini dunia pendidikan menyajikan fakta yang memprihatinkan.
Persoalan penyimpangan perilaku siswa sampai pada titik yang mencengangkan,
di mana lembaga pendidikan formal mengalami kegagalan membentuk sikap dan
perilaku siswa. Tawuran antar sekolah, siswa masuk dalam pengaruh narkoba
yang mematikan, terjebak pola hidup yang jauh dari nilai-nilai sosial dan agama.
Fakta demikian mengharuskan lembaga pendidikan memikir ulang proses
pembelajaran di sekolah dan di rumah.
Keprihatinan kondisi pendidikan kemudian banyak disikapi oleh
pendidikan Islam, termasuk sekolah Al-Hidayah Boarding School. Untuk
menanggulangi kenakalan-kenakalan siswa, HBS menawarkan program sekolah
berbasis asrama agar mampu memantau secara langsung untuk membentuk
perilaku siswa agar mampu bertindak sesuai dengan tuntutan lingkungan dan
nilai-nilai islami.
Program sekolah berasrama HBS kemudian dikaji dengan pendekatan
deskriptif untuk merekam bagaimana pengembangan kualitas pribadi siswa
dengan nilai-nilai islam yang dilakukan oleh HBS. Penelitian yang dilakukan di
sekolah Al-Hidayah Boarding School menggunakan pendekatan kualitatif
sehingga mampu menjelaskan perubahan perilaku siswa dan mengetahaui
kendala dan hambatan yang dihadapi HBS dalam melakukan pengembangan
akhlak siswa.
Pendidikan berbasis asrama yang terdapat pada sekolah HBS di Depok
Jawa barat ini menunjukkan hasil yang efektif untuk melakukan pembinaan
akhlak siswa. Program-program yang diselenggarakan mampu mempengaruhi
sikap siswa meskipun harus diawali dengan usaha pembiasaan. Dan tidak bisa
dinapikan juga usaha pengembangan perilaku siswa juga harus berhadapan
dengan hambatan yang luar biasa seperti keterbatasan guru untuk memonitoring
dengan ketat karena hanya sebagain kecil saja guru yang menetap di lingkungan
asrama sekolah. Akan tetapi secara umum berdasarkan parameter yang tersedia
terdapat perubahan yang sangat signifikan pada akhlak siswa dengan sistem
boarding school.
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis curahkan kepada Allah Swt. atas limpahan
rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Juga alawat dan salam penulis haturkan kepada
sayyidina Muhammad Saw. sebagai uswah hasanah suluruh umat manusia.
Dalam menulis skripsi ini tentu tidak selamanya berjalan mulus, banyak
terdapat hambatan-hambatan yang didapati penulis namun semua itu dapat dilalui
oleh penulis atas rahmat dan kehendak dari Allah Swt serta dukungan-dukungan
dari orang-orang yang turut memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis
dapat bangkit kembali dan menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada:
1. Prof. Dr. Rifat Syauqi Nawawi M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bahrissalim M.Ag. dan Drs. Sapiudin Shidiq M.Ag. selaku Ketua dan Sekretaris
Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah membimbing penulis dalam
perkuliahan sampai selesai
3. Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi, penulis
ucapkan banyak terimakasih atas kesediannya meluangkan waktu disela-sela
kesibukan beliau untuk membimbing serta mengarahkan penulis dengan penuh
ketelitian dan kesabaran selama proses penyusunan skripsi.
4. Tanenji, M.A. selaku dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing serta
memberikan motivasi, saran dan nasihat kepada penulis untuk tetap semangat dan
bersungguh-sungguh dalam menjalani setiap fase-fase dalam perkuliahan.
5. Segenap Dosen, Staff dan Karyawan Fakultas
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah meberikan
kemudahan kepada penulis dengan fasilitas dan pelayanan yang baik.
6. Segenap Staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta serta Perpustakaan
Iman Jama sebagai sumber referensi bagi skripsi penulis.
ii
7. Anshari Jayadi M.A, Direktur Al-Hidayah Boarding School Depok dan para guru
yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian
skripsi ini.
8. Terkhusus orang tua tercinta; Ayahanda Saipudin Zuhri S.Ag dan Ibunda Ida
Farida S.Pd serta adik-adikku Miftahul Rizki dan M. Zaid An-Nashohi,
terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan atas doa, nasihat, dukungan
serta kasih sayang yang tiada henti mereka curahkan kepada penulis. Juga kepada
keluarga besar H. Mugni bin H. Hanafi dan H. M. Nur bin H. Nipan yang telah
memberikan banyak dukungan serta doa kepada penulis.
9. Kepada Deden Supriadi S.Pd.I yang telah dengan setia mendampingi penulis serta
memberikan dukungan, motivasi dan bantuan kepada penulis dengan penuh
ketulusan, penulis ucapkan banyak terimakasih.
10. Terimakasih kepada Armidis S.Pd yang telah memberikan inspirasi serta bantuan
kepada penulis.
11. Terimakasih kepada para sahabat: Devi Febrina, Siti Rahimah, Epip Yukhopipah,
Ade Sri Rahayu dan seluruh sahabat PAI C yang penulis tidak dapat sebutkan
namanya secara keseluruhan. Teman-teman PAI Angkatan 2008. Juga kepada
sahabat PPKT. Serta Sahabat IKMD. Semoga tali silaturrahim kita tetap terjaga
selamanya. Amin.
Tentu masih banyak lagi pihak-pihak yang turut membantu dalam
penulisan skripsi ini namun penulis tidak dapat menyebutkannya secara
keseluruhan penulis ucapkan banyak terimakasih. Jazakallah Khairon Kairon.
Mira Khumairoh
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran pendidikan dalam membangun peradaban manusia tidak diragukan
lagi. Pendidikan menjadi alat yang efektif untuk membangun kesadaran manusia
agar mampu menciptakan kehidupan sosial yang tentram. Hal utama yang mesti
diperhatikan dari usaha membangun kehidupan yang damai itu adalah membentuk
perilaku manusia agar bertindak sesuai dengan ketentuan dan nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Dengan demikian dalam rangka membina akhlak siswa
tersebut, pendidikan juga dijadikan lembaga dalam menyemai nilai-nilai islami
sehingga bisa tercipta kehidupan sosial yang harmonis baik hubungannya dengan
dunia sekitarnya atau pun hubungan dengan sang pencipta atau yang dikenal
dengan hubungan vertikal.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu
maupun masyarakat dan bangsa menempati posisi penting, sebab jatuh bangunnya
suatu masyarakat tergantung kepada akhlak yang dimiliki. Jika akhlaknya baik,
maka sejahteralah lahir dan batinnya. Tetapi, jika akhlaknya rusak, maka akan
rusak pula kehidupan masyarakat tersebut.1
Usaha pembinaan akhlak pun mesti digalakkan baik melalui lembaga
pendidikan mapun lembaga sosial lainnya melalui. Hal ini dikarenakan akhlak
merupakan tujuan dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan yang
1
2007), h. 1
pola pendidikan seperti pondok pesantren. Para siswanya tinggal di asrama dan
diasuh langsung dari Pembina asrama dan guru. Model ini menerapkan pola
pendidikan terpadu antara penekanan pada pendidikan agama yang di kombinasi
dengan kurikulum pengetahuan umum yang menekankan pada penguasaan sains
dan teknologi.
Fenomena baru dalam lingkungan sekolah formal kita menyita perhatian
penulis untuk mengetahui lebih dalam tentang proses-proses program yang
dilakukan di sekolah AlHidayah Boarding School Depok, dalam membina
akhlak peserta didiknya.
Dari latar belakang masalah di atas, peneliti bermaksud mengangkatnya ke
dalam penulisan skripsi dengan judul PEMBINAAN AKHLAK SISWA
MELALUI PROGRAM BOARDING SCHOOL (studi kasus di MTs AlHidayah Boarding School Depok).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalahmsalah dalam penelitian ini, diantaranya:
1. Keterbatasan orang tua dalam memberikan perhatian dan pengawasan
kepada anak selama masa pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Kesibukan orang tua menjadikan kurangnya kasih sayang yang akhirnya
anak melampiaskan perilakunya sesuai keinginanannya sendiri tanpa
mempedulikan etika dan sopan santun.
3. Meningkatnya kenakalan anak karena dampak dari perkembangan teknologi
dan akses informasi yang pesat sehingga mempengaruhi perilaku dan
kehidupan mereka.
4. Timbulnya kekhawatiran orang tua terhadap perubahan lingkungan sosial
yang cenderung bersifat negatif (akhlak tercela).
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas dan memudahkan pokok persoalan dalam penelitian
ini, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Pembinaan akhlak yang dimaksud adalah pembinaan sikap dan perilaku
siswa terhadap Allah, Rasul-Nya, Orangtua (termasuk Kyai/Ustadz) dan
santun dalam pergaulan melalui program yang diselenggarakan di AlHidayah Boarding school Depok di luar kegiatan kurikuler.
2. Strategi pembinaan akhlak dalam boarding school yang dibahas mencakup
tujuan dan kegiatan tentang peran dan tanggung jawab.
3. Perilaku moral siswa sebagai hasil dari strategi pembinaan akhlak, faktor
pendukung
dan
penghambat
serta
jalan
yang
ditempuh
untuk
menyelesaikannya.
4. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah siswa HBS tahun 2012/2013.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang akan diteliti dan
dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana pembinaan akhlak siswa MTs AlHidayah Boarding School melalui program Boarding School. Berikut di
sampaikan pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan pembinaan akhlak, yaitu:
Bagaimana pembinaan akhlak siswa melalui program boarding school yang
dilakukan di MTs Al-Hidayah Boarding School Depok?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara yang dilakukan oleh sekolah
dalam melakukan pembinaan akhlak anak MTs Al-Hidayah Boarding School
melalui program Boarding School.
1. Untuk mengetahui program Boarding School dalam pembinaan akhlak
siswa yang dilaksanakan di MTs Al-Hidayah.
2. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab yang dilakukan oleh
pengasuh, pengurus, siswa dalam pembinaan akhlak.
3. Untuk mengetahui strategi dan alat pendidikan yang dikembangkan dalam
pembinaan akhlak.
4. Untuk mengetahui perilaku moral siswa MTs Al-Hidayah sebagai wujud
dari pembinaan akhlak.
5. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pembinaan akhlak.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi S1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bagi Guru Al-Hidayah Boarding School
Untuk dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam pembinaan
akhlak anak.
3. Bagi Siswa Al-Hidayah Boarding School
Untuk memberikan pengetahuan tentang pembinaan akhlak agar melekat
dalam dirinya.
4. Bagi masyarakat
Untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang pembinaan akhlak
melalui Boarding School.
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR .ii
DAFTAR ISI iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah1
B. IdentifikasiMasalah ..4
C. PembatasanMasalah.5
D. PerumusanMasalah ..5
E. TujuanPenelitian ..6
F. ManfaatPenelitian 6
BAB II
iv
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TempatdanWaktuPenelitian .38
B. Setting Penelitian39
C. MetodePenelitian ....40
D. ProsedurPengumpulan Data ...41
E. ProsedurPengolahan Data danAnalisis Data..45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. ProfilMTsAl-HidayahBoarding SchoolDepok 51
B. Program PembinaanAkhlak Boarding School ...56
C. PerandanTanggungjawabPengelola
Boarding
School
dalamPembinaanAkhlak
..66
D. StrategidanalatpendidikandalampembinaanAkhlak ..69
E. Sikapdanperilakusiswasebagaiwujuddaripembinaanakhlak
..77
F. FaktorPendukungdanPenghambatpembinaanakhlak
...80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan .81
B. Saran 82
BAB II
KAJIAN TEORI
5
[Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan].
Tidak jauh berbeda dengan pengertian yang didefinisikan oleh dua tokoh
sebelumnya, Imam al-Ghazali mengartikan akhlak sebagai berikut:
6
[Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah dengan tidak memerlukan
pemikiran dan pertimbangan].
Walaupun masing-masing ahli mendefinisikan akhlak dengan beragam
redaksi namun semuanya masih diikat dalam satu kesamaan paradigma dalam
memandang akhlak.Ketiga ahli ini masih menekan pengertian akhlak dalam pada
usaha reflektif atau sudah menjadi kebiasaan dalam bertingkah laku.Semuanya
dipandang
sebagai
kebiasaan
yang
sering
dilakukan
sehingga
untuk
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h. 346
4
Abd. Hamid Yunus, Dairah al-Maarif, II, (Cairo: Asysyab, t.t), h. 436.
5
Ibrahim Anis, Al-Mujam al-Wasith, (Mesir: Darul Maarif, 1972), h. 202.
6
Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, (Darur Riyan, 1987), Jilid. III, h. 58.
Abuddin
Nata
dalam
bukunya
Pendidikan
Dalam
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000).h. 274.
Muhammad Daud Ali,op.cit.,h. 348.
10
ibid, h. 353-354.
10
ibid, h. 355-356.
11
Kedua,
karena
Allah
yang
telah
memberikan
11
12
kemuliaan-Nya. Akan
12
13
14
15
ibid, h. 79-84
15
Perumpamaan teman yang baik dan yang buruk seperti penjual
minyak wangi dan pandai besi.Penjual minyak wangi mungkin ia
16
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001), Cet. 1, h. 102
17
Fidella Devina Aggrippina, Akhlak Terhadap Guru (http://fidela19salju.blogspot.com/),
(Diakses pada tgl 11 Januari 2013. Pukul: 19:35). Lihat juga terjemahan Talimul mutaallim:
Bimbingan bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan (Kudus: Menara Kudus, 2007) Edisi revisi, h 38.
Dalam kita ini Al-Ghazali menjelaskan bagaimana akhlak murid kepada gurunya.
16
18
Abdurrahman bin Nashir As-Sadi, Mutiara Hikmah Penyejuk Hati, Syarah 99 Hadits
Pilihan,Terj. Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, (Malang: Cahaya Tauhid Press, 2006), Cet. ke1 h. 251-253.
17
manusia
untuk
tidak
membuat
kerusakan
di
bumiNya.Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran surat alQashash ayat 77:
19
18
agar
terjadi
kesesuaian
dengan
teknik
danoutput
yang
19
Sebagai yang dikemukakan oleh Ibnu Al-Jauzi bahwa di dalam diri manusia
mempunyai tiga unsur penting;1) unsur akal (juz aqli), 2)unsur amarah (juz
ghadhabi),3) unsur hawa bafsu (juz syahwani).22
Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali, struktur kerohanian manusia
menjadi empat unsur, yaitu nafs, qalb, ruh dan akal.23Al-nafs menurut Imam AlGhazali mempunyai dua arti, pertama adalah kekuatan hawa marah dan syahwat
yang dimiliki oleh manusia.Dan pengertian inilah menurut mayoritas ulama
tasawuf. Mereka berkata sebagaimana hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh
Ibn Abbas yang artinyaMusuhmu yang paling membahayakan adalah nafsumu
yang terletakdiantara dua lambungmu.24
Apabila nafs menenggelamkan diri dalam kejahatan, mengikutinafsu
amarah, syahwat dan godaan syetan, maka dinamakan nafs al-ammarah.Bahkan
dalam hal ini Imam Al-Ghazali mengatakan jadikanlahsebuah kekalahan dalam
jiwamu (nafs).Maksudnya adalah himbauan agarmemposisikan jiwa pada poros
bawah, sehingga jiwa (nafs) tidak merajalelamenerjang syariat.
Sedangkan nafs dalam pengertian yang kedua adalah merupakanhakikat,
diri, dan dzat manusia karena mempunyai sifat yang latif, rabbani,dan rohani.
Nafs dalam pengertian yang pertama di atas merupakanbentuknya yang tidak
kembali pada Allah swt dan jauh dari Allah swt,sedang dalam pengertian yang
kedua adalah merupakan nafs al-muthmainnahyang diridloi oleh Allah swt.25
Qalb (hati), Imam Al-Ghazali membagi menjadi duabagian.Pengertian
bagian pertama adalah berupa fisik, maksudnya adalahjantung yang merupakan
segumpal daging yang terletak pada dada sebelahkiri. Sedangkan pengertian
bagian kedua adalah hati dalam pengertianmetafisik yang merupakan karunia
Tuhan yang halus (latifah) bersifatruhaniah, menjadi sasaran perintah, hukuman
dan tuntutan Tuhan.Pengertian inilah yang menjadi hakikat manusia dan yang
berhubungandengan ilmumukasyafah.26
22
Abdurrahman Ibnu Al-Jauzi, Terapi Spiritual, Terj. A. Khosla Asyari Khatib, (Jakarta:
Zaman, 2010), h. 14.
23
Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah,2002), juz III, h. 45.
24
ibid,h. 4.
25
Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, juz III, h 5.
26
Al-Ghazali Pokok Ajaran Al-quran. h. 4.
20
27
Ibid.
Al-Ghazali,Isi Pokok Ajaran Al-quran., h. 5.
29
Rus'an, Intisari Filsafat Imam Al-Ghazali, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989),h. 5.
28
21
tazkiyah yang maknanya sama dengan tathir yang berasal dari kata thahharayuthahhiru-tathir[ah] yang berarti pembersihan, penyucian atau pemurnian.30
Tazkijah al-nafs bisa dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan
tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai, seperti shalat, infaq,
puasa, haji, dzikir, fikir, tilawah al-Quran, renungan, muhasabah dan dzikrulmaut. Pada saat itulah terealisir dalam hati sejumlah makna dan dampak bagi
seluruh anggota badan seperti lisan, mata, telinga dan Iainnya. Hasil yang paling
nyata ialah adab dan muamalah yang baik kepada Allah dan manusia. Kepada
Allah berupa pelaksanaan hak-haknyatermasuk di dalamnya adalah jihad di jalanNya. Sedangkan kepada manusia, sesuai dengan ajaran, tuntutan maqam dan taklif
Ilahi.
Dampak lain yang dapat dirasakan adalah terealisirnya tauhid ikhlas,
sabar, syukur, harap, santun, jujur kepada Allah dan cinta kepada-Nya, di dalam
hati. Dan terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengan semua hal tersebut
seperti riya, ujub, ghurur marah karena nafsu atau karena syetan. Dengan
demikian
jiwa
menjadi
tersucikan
lalu
hasil-hasilnya
nampak
pada
strategi
pembinaan
akhlak
menurut
al-ghazaliadalah
Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Mudlor, Kamus Kontemporer Al-Asri, (Yogyakarta: Multi
Karya Grafika, 1996), h. 496
31
Ibrahim Mustafa, dkk., Al-Mujam al-Wasth, (Istanbul:Al-Dawah,, TT), h. 142.
22
ditimbulkan
oleh
nafsu
amarahnya,
yang
lazimdisebut
mujhadah
al-
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benarbenar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(QS. Al-Ankabut, 29: 69).
Indikator dari keberhasilan mujhadah adalah munculnya kebiasaan dari
seseorang untuk menghiasi dirinya dengan dzikrullah sebagai cara untuk
membersihkan hatinya dan sebagai upaya untuk mencapai musyahadah
(merasakan adanya kehadiran Allah).33
Adapun riydhah artinya latihan. Maksudnya adalah latihan rohaniah
untuk menyucikan jiwa dengan memerangi keinginan-keinginan jasad (badan).
Proses yang dilakukan adalah dengan jalan melakukan pembersihan atau
pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah, kemudian menghiasi jiwanya
dengan zikir, ibadah, beramal saleh dan berakhlak mulia. Pekerjaan yang
termasuk kedalam amalan riydhah adalah mengurangi makan, mengurangi tidur
untuk salat malam, menghindari ucapan yang tidak berguna, dan berkhalwat yaitu
menjauhi pergaulan dengan orang banyak diisi dengan ibadah, agar bisa terhindar
dari perbuatan dosa.34
Tujuan riydhah adalah untuk mengontrol diri, baik jiwanya maupun
badannya, agar roh tetap suci.35Oleh karena itu, riydhah haruslah dilakukan
secara sungguh-sungguh dan penuh dengan kerelaan.Riydhah yang dilakukan
dengan kesungguhan dapat menjaga seseorang dari berbuat kesalahan, baik
terhadap manusia ataupun makhluk lainnya, terutama terhadap Allah Swt. Bagi
seorang sufi riydhah merupakan sarana untuk mengantarkan dirinya lebih lanjut
pada tingkat kesempurnaan, yaitu mencapai hakekat.36
32
23
Bagi
seseorang
mujhadah dalam ibadahnya, biasanya akan menerima nur dari Allah yang datang
ke hatinya, sehingga hati itu mengalami keadaan (hl) yang bermacam-macam.
Ada yang merasakan keresahan dan ketakutan yang sangat kepada Allah, atau rasa
cinta yang besar kepada Allah, atau munculnya rasa kasih sayang kepada semua
makhluk Allah, atau menimbulkan gairah menegakkan agama Allah, dan bahkan
ada yang mendapatkan kasyf (tersingkapnya rahasia batin) atau musyhadah.
Sebagaimana menurut al-Ghazali di atas, tazkiyah al-nafs, mujhadah dan
riydhahadalah strategi dalam melahirkan akhlak yang mulia juga merupakan
latihan rohaniah dalam rangka menyucikan jiwa, agar hati diliputi nur Ilahiah,
tersingkapnya rahasia batin (muksyafah), merasakan nikmat dan lezatnya
beribadah.
Dalam buku Berbisnis Dengan Allah, al-Ghazali mengemukakan,
sesungguhnya tujuan mujahadah dan riyadlah dengan melakukan amal shalih
adalah untuk menyempurnakan dan mensucikan jiwa serta untuk mendidik
akhlak. Jiwa dan tubuh bersifat saling mempengaruhi, apabila jiwa sempurna dan
suci maka perbuatan tubuh akan baik, begitu juga apabila tubuh baik maka jiwa
akan baik.37Jadi, strategi untuk menyucikan jiwa adalah dengan membiasakan diri
untuk melakukan perbuatan yang dilakukan oleh jiwa yang suci dan sempurna.
Apabila hal tersebut dilakukan dengan terus-menerus, maka jiwa akan terbiasa
dan selalu terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan sempurna dan
akan menjadi perangai dan akhlak baginya.
37
Imam Al-Ghazali, Berbisnis Dengan Allah, Terj. Ahmad Farnk, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 2002), h. 93.
24
adalah
mengisi
jiwa
dengan
sifat-sifat
yang
terpuji
38
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003)h. 156-157
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta:Amzah,
2007), h. 38
40
ibid, h. 25
39
25
tidak
memberi
contoh
tentang
pesan
yang
disampaikannya.43
Untuk itu Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai hamba
dan Rasul-Nya menjadi teladan bagi manusia dalam mewujudkan tujuan
pendidikan Islam44, melalui firman-Nya ini:
41
26
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik. (Q.S. Al-Ahzab: 21)
b. Pembiasaan
Pembiasaan
merupakan
proses
penanaman
kebiasaan.Yang
dimaksud dengan kebiasaan adalah cara-cara bertindak dan hampirhampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya).
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat
penting, terutama bagi anak-anak, karena belum mengenal mana yang
baik dan buruk. Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu
akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan
segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk
diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua.Untuk mengubahnya sering
kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius.45
Metode ini biasanya diterapkan pada ibadah-ibadah amaliah,
seperti jamaah shalat, kesopanan terhadap guru, pergaulan terhadap
sesama siswa, sehingga tidak asing dijumpai disekolah, sebagaimana
seorang siswa begitu hormat pada guru dan kakak seniornya, maka siswa
dilatih dan dibiasakan untuk bertindak demikian.
Metode ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan
kepribadian, jika seorang anak telah terbiasa dengan sifat-sifat terpuji,
lalu tersimpan dalam sistem otak sehingga aktifitas yang dilakukan oleh
siswa tercover secara positif.
c. Memberi Nasihat
Secara etimologi, kata nasihat berasal dari bahasa arab yaitu nashaha
yang artinya bersih dari noda dan tipuan. Sedangkan yang dimaksud
dengan nasihat adalah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan
dengan tujuan menghindarkan seseorang yang dinasihati dari bahaya
45
27
46
peserta
didik
yang
melakukan
kesalahan
dan
40
28
respon
yang
dilahirkan.Demikian
pula
dalam
hal
sedang,
dan
ada
pula
yang
mudah
50
51
29
30
54
31
a. Asrama
Asramaadalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk
sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang
kepala asrama.
b. Pengasuh
Pengasuh merupakan penanggung jawab sekaligus sebagai orang tua para
siswa di asrama.Pengasuh memiliki pengaruh yang besar di lingkungan
asrama.Nilai-nilai yang menjadi ciri khas pesantren yang mengutamakan
pendidikan agama serta nilai-nilai pada aspek sosial yang membentuk
pola relasi sosial ditransmisikan melalui pendidikan di asrama terhadap
pembentukan pribadi dan watak siswa.57
c. Siswa
Para siswa yang diterima dilembaga ini adalah siswa terbaik dari
pesantren-pesantren yang telah memiliki basis pengetahuan agama yang
cukup.
d. Masjid
Masjid merupakan pusat kegiatan keagamaan sebagai pengembangan
kegiatan ekstra kurikuler, seperti shalat berjamaah dan tadarus (belajar
al-Quran). Pelaksanaan shalat berjamaah dimasjid merupakan keharusan
bagi siswa dengan menerapkan ketentuan overlimits, yaitu siswa hanya
diperbolehkan tidak mengikuti shalat berjamaah lima kali dalam
seminggu yang diabsen oleh piket masjid dari siswa sendiri. Apabila
ketentuan overlimits ini dilanggar siswa, maka akan mendapatkan sanksi
seperti tidak diperbolehkan pulang kerumah orang tua pada saat orang
lain pulang. Penerapan ketentuan ini dimaksudkan untuk menanamkan
disiplin keagamaan pada siswa.
e. Materi Pelajaran
Pembinaan keagamaan siswa yang merupakan bagian dari program
pengasuhan yang diperkaya dengan menerapkan berbagai kegiatan yang
57
Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, (Jakarta: UIN Press,
2009), h. 140
32
59
33
lebih leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing,
kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu
diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa
diterapkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24 jam.
Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan, ucapan, perilaku dan
sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif para siswa dapat terseleksi
secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas siswa,
komitmen komunitas siswa terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara
leluasa, para siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran,
kebenaran, kasih sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi,
tanggungjawab, kepatuhan dan kemandirian dapat terus-menerus diamati dan
dipantau oleh para guru / pembimbing.60
Keseluruhan
proses
diarahkan pada
34
dan
memantapkan
pembangkan
bakat,
minat,
35
36
C. Kerangka Berfikir
Masa remaja merupakan masa penting dalam perkembangan dan
pertumbuhan manusia.Pembentukan akhlak manusia sejatinya harus diajarkan
sejak dini agar kelak anak-anak mempunyai kecakapan sosial seperti yang
diharapkan oleh lingkungannya.
Sekolah seperti yang diyakini selama ini merupakan lembaga strategis
untuk menyemai nilai-nilai islam ke dalam kehidupan manusia. Namun dibalik
itu semua, kondisi lingkungan kita dewasa ini selalu diintai oleh pengaruhpengaruh dari luar yang akan merusak tatanan nilai-nilai yang kita anut selama
ini. Untuk membantu pembinaan akhlak terhadap siswa/pelajar maka sekolah
boarding school hadir sebagai solusi alternatif yang dapat membantu anak
dalam membentuk pribadinya menjadi lebih baik.Oleh karena itu, boarding
school
menawarkan
beberapa
program
yang
bertujuan
membantu
perkembangan anak.Atas dasar itu maka penting untuk memberikan programprogram yang efektif kepada siswa.Dan ini menjadi unggulan sekolah dengan
system boarding school dibanding sekolah pada umumnya.Para murid
mengikuti pendidikan regular dari pagi hingga siang di sekolah kemudian
dilanjutkan dengan pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus di
malam harinya. Selama 24 jam anak didik berada dibawah pengawasan para
guru pembimbing.
62
37
yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tema
yang diambil peneliti yang dijadikan telaah atau rujukan antara lain:
Skripsi Abdul Razak yang berjudul Peran Lembaga Pendidikan Islam
Adzkia Islamic School Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid Jakarta dalam
Meningkatkan Akhlak Siswa63penelitian yang dilakukan Abdul Rozak pada
persoalan peran lembaga pendidikan dalam meningkatkan akhlak siswa.
Skripsi Robi Zulia yang berjudul Peranan Yayasan Pesantren Islam
(YPI) Boarding School of Cipete (BSC) Al-Futuwwah dalam Pembinaan
Keagamaan
Anak
Pemulung
Kel.
Cipete
Utara,
Cipete,
Jakarta
63
Abdul Razak, Peran Lembaga Pendidikan Islam Adzkia Islamic School Dompet Peduli
Ummat Daarut Tauhid Jakarta dalam Meningkatkan Akhlak Siswa, (UIN Jakarta; 2010).
64
Robi Zulia, Peranan Yayasan Pesantren Islam (YPI) Boarding School of Cipete (BSC)
Al-Futuwwah dalam Pembinaan Keagamaan Anak Pemulung Kel. Cipete Utara, Cipete, Jakarta
Selatan (UIN Jakarta; 2009).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukanpada program-program yang di selenggarakan di
MTs. Al-HidayahBoarding School/ HBSyang terletak di Jl. Keadilan Raya
Rawadenok RT. 02/01 Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat. Adapun proses
penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dari bulan Januari sampai dengan bulan
Maret 2013 dengan melakukan pengamatan dan penelitian langsung di lapangan
untuk memperoleh serta mengumpulkan data yang dilakukan secara insidental
(sesuai dengan keperluan dalam melengkapi data).Rangkaian kegiatan penelitian
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
Kegiatan
Keterangan
Observasi
Wawancara I
Wawancara II
Wawancara III
Pengumpulan Data
Pengolahan data
Penulisan Laporan
Sekolah
Kepsek
Pembina Asrama
Guru-Guru
Sekolah
-
38
39
B. Setting Penelitian
Perkembangan pendidikan Islam dewasa ini mengalami kemajuan yang
semakin pesat. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam juga
dihadapkan dengan persoalan kekinian menyita perhatian lembaga pendidikan
untuk dituntaskan sehingga terjadi perubahan besar dalam manajemennya.
Banyak pesantren mendirikan sekolah umum seperti SMK, SMA, MAK untuk
dapat merespon dinamika tersebut. Tuntutan ini agaknya memperkuat alasan
mengapa pesantren Al-Hidayah juga harus membenahi diri dengan menggantikan
namanya menjadi sekolah berasrama atau Al-Hidayah Boarding School.
Pada awal berdirinya, lembaga pendidikan ini bernama pondok pesantren,
lembaga keagamaan yang berkonsentrasi pada sains Islam dan pembentukan
akhlak siswa. Namun perjalanannya untuk memberikan materi-materi pendidikan
Islam mendapat tantangan ketika bersentuhan dengan dunia luar yang kompetitif.
Atas dasar itulah kemudian lembaga ini pada tahun 2008 pesantren Al-Hidayah
menjadi Boarding School. Perubahan ini ini kemudian berpengaruh terhadap
muatan kurikulum sekolah begitu pula sistem pengelolaannya.
Salah satu konsekuensi dari perubahan tersebut adalah masuknya mata
pelajaran umum yang selama ini tidak diajarkan di sekolah.Menurut manajemen
sekolah perubahan ini sesuai dengan tuntutan awal untuk menjadikan lembaga ini
menjadi sekolah berasrama. Meskipun terjadi perubahan namun sekolah tetap
mempertahankan idealismenya untuk membentuk generasi-genarasi yang cakap
dan berakhlak luhur seperti tujuan tertinggi pendidikan islam. Keberadaan sekolah
dengan berasrama ini juga akan mempermudah mengelola dan membentuk akhlak
luhur siswa.
Dikotomi sains islam dan ilmu umum kemudian dirangkum menjadi
keunggulan di sekolah Al-Hidayah Boarding School. Dimana terjadi integrasi
keilmuan yang mendorong kognitif siswa untuk mengetahui ilmu agama tetapi
juga mempunyai kecakapan dalam bidang-bidang sosial lainnya.Hal tersebut
40
sangat seirama dengan cita-cita sekolah yang tercantum dalam visi, misi dan
tujuan umum sekolah.
Apakah tujuan ideal pendidikan islam itu masih tetap terjaga dalam sekolah
yang sudah mengadopsi sistem sekolah modern, atau justru berbalik arah ketika
muatan ilmu ilmu lebih dominan dalam desain kurikulum. Penelitian ini berusaha
menemukan langkah-langkah strategis sekolah sehingga mampu mendidik dan
membentuk perilaku siswa ditengah jadwal yang padat.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Lapangan (Field Research) dilakukan
untuk memperoleh data yang akurat dengan cara mendatangi langsung obyek
penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan
Kualitatif.Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan kualitatif adalah sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.1 Penelitian ini
berusaha mengungkapkan, menggambarkan berbagai kondisi atau fenomena
realitabudaya interaksi edukasi dan program yang relevan untuk pembinaan
akhlak di MTs. Al-Hidayah Boarding School. Dengan ini, peneliti mampu
memahami dan memberikan makna terhadap rangkaian gambaran realita di
sekolahtersebut.Adapun metode yang penulis gunakan adalah metode Naturalistic
yaitu peneliti masuk dan menghabiskan waktu di sekolah, kelompok masyarakat,
dan
lokasi-lokasi
lain
untuk
mempelajari
seluk
beluk
pendidikan.2
41
penelitian
yang
diarahkan
pada
kegiatan
individu-individu
dan
kelompok
yang
menjadi
sumber
observasi
dan
pengumpulan
dokumen
yang
lebih
42
43
44
45
46
yang
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Uin Syarif
Hidayatullah, 2011), h. 60-61.
47
selanjutnya
dilakukan
penarikan
kesimpulan
dengan
kegiatan-kegiatan
sebelumnya,
langkah
selanjutnya
adalah
48
bahan
referensi
untuk
meningkatkan
nilai
dengan
pakar
lain
dalam
membicarakanpermasalahan-permasalahan
bidangnya
yang
dihadapi
guna
dalam
Menjelaskan
mengkoparasikan
bagaimana
antara
keluaran
teori
dan
yang
berupa
literasi-literasi
narasi
lainnya
itu
yang
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Al-Hidayah Boarding School Depok
1. Sejarah Singkat Al-Hidayah Boarding School Depok
Perkembangan Islam di Depok, Jawa Barat, selalu dikaitkan dengan
keberadaan sebuah yayasan yang bernama Al-Hidayah. Yayasan Pesantren yang
terletak di jalan Keadilan Raya, Rawadenok RT 02/01 Pancoran Mas Depok-Jawa
Barat ini merupakan yayasan tertua di daerah Depok dan sudah memberi kontribusi
besar pada perkembangan Islam di daerah Depok.
Hanya berselang beberapa tahun pasca kemerdekaan republik Indonesia
tepatnya pada tahun 1948 yayasan Al-Hidayah didirikan oleh seorang ulama
terkemuka yang berasal dari Hadramaut yaitu Habib Muhammad bin Yahya. Di tahun
1948 yayasan ini belum resmi beroperasi dan baru menjalan aktivitas keagamaan
setahun setelah pendiriannya pada tahun 1949.
50
mengembangkan Islam dengan jangka yang relatif lama tentu memberi dampak yang
cukup besar. Banyak ulama-ulama yang dikaderkan Habib Muhammad yang berhasil
menjadi pemuka-pemuka agama yang ternama seperti H. Abdul Muthalib bin
Abdurrahman, K.H Maisar Yunus dan banyak lagi lainnya.
Keberhasilan Habib Muhammad Yahya dalam mengembangkan Islam sangat
dirasakan oleh masyarakat sekitarnya, ini dibuktikan dengan banyaknya kader-kader
yang dididiknya menjadi pemuka agama. Tidak terbatas dalam bidang keagamaan
saja bahkan sebagian kadernya banyak menjadi tokoh masyarakat yang perannya pun
tidak bisa dinapikan dalam lingkungan masyarakatnya sendiri. Hal itu disadari oleh
Habib Muhammad dalam rangka meneruskan dakwah dan syiarnya sehingga beliau
dengan serius mengkader murid-muridnya yang diarahkan untuk menggantikan
posisinya. Kader-kadernya kemudian mengembangkan yayasan ini, mereka adalah H.
Nipan bin Mutan, H. Maarif bin H Nipan, K.H Maisar Yunus, K.H Abdul Muthalib
bin H. Abdurrahim, K.H. Jayadi bin H Kian, K.H. Sanusi bin Ciik, Ustadz Saadullah
bin H. Kian, K.H Asmat. Nama-nama tersebut menjadi penerus dan pengembang
yayasan Al-Hidayah dan sebagian mereka sempat mengisi pucuk pimpinan yayasan
Al-Hidayah.
Yayasan Al-Hidayah ini bergerak di bidang pendidikan Islam sehingga semua
tingkatan sekolah formal itu disediakan oleh yayasan. Awalnya yayasan mendirikan
Madrasah Ibtidayah setingkat SD, kemudian Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah
Aliyah (MA), Pondok Pesantren, Taman pendidikan Al-Quran dan Taman kanakkanak Raudhatul Athfal. Khusus pondok pesantrennya setelah wafat genarasi awal
dari kader Habib Muhammad, pondok ini sekarang dipimpin oleh K.H. Hilmi Zaini
Thahir, MA, dan ketua yayasannya adalah K.H. Drs. Rahman Hakim, M.A.
Pondok pesantren Al-Hidayah yang merupakan satu sub pendidikan dari
yayasan Al-Hidayah yang berdiri pada tahun 1996. Pada awal berdirinya pondok ini
mengadopsi sistem belajar pada umumnya yang terdapat di pesantren-pesantren
51
nusantara salafi dengan model sorogan.1 Jam belajar pun dibagi menjadi dua yaitu
materi pelajaran umum seperti matematika, bahasa inggris, fisika, biologi dan materi
pelajaran agama seperti tafsir, fiqih dan lain-lainnya. Untuk pelajaran agama itu
dijadwalkan sebelum masuk sekolah formal, biasanya sehabis shalat subuh, setelah
ashar dan pada malam hari. Semantara pada jam 07. 30 sampai jam 15.00 santri
diberikan mata pelajaran umum. Rutinitas belajar di pesantren ini sangat padat, semua
santri memang benar-benar dididik dan diasuh dengan melakukan kegiatan rutinitas.
Sistem yang diadopsi pesantren ini pun menemukan kebuntuan, disenyalir
diakibatkan oleh sistem pembelajaran yang tidak relevan dan terlalu klasik sehingga
pesantren mengalami kemunduran. Untuk merespon dinamika tersebut pihak
stokeholders mengambil sikap untuk menggantikannya dengan sistem pembelajaran
yang lebih efektif dan akomodatif.
Sistem
pembalajaran
yang
lama
dinilai
tidak
bisa
mengadaptasi
Model sorogan yang digunakan dalam proses belajar-mengajar diberikan melalui ceramah
dimana santri membentuk sebuah kelompok belajar bersama kajiannya di depan Syaikh. Kelompokkelompok pengajian ini disebut halaqoh atau Bandongan dalam istilah Jawa. Model belajar-mengajar
seperti ini juga diterapkan seperti yang terdapat sistem surau di Minangkabau dan pesantren-pesantren
salafi nusantara lainnya. Lihat Azymardi Azra, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan
Modernisasi (Jakarta: Logos, 2003) h 14
52
dikembangkan dengan sistem yang baru ini. Berikut ini, profile Al-Hidayah sekolah
boarding school.
Sekolah yang telah melakukan transformasi ini masih berstatus swasta seperti
pesantren sekolah islam pada umumnya. Namun terbilang mandiri meski pun tidak di
support penuh pendanaannya oleh pemerintah daerah, namun sistem yayasan seperti
ini justru tidak pernah mengandalkan bantuan dan pendanaan pemerintah karena
yayasanlah sepenuhnya bertanggungjawab untuk mencari solusi jika menyangkut
masalah finansial. Kemandirian sekolah juga bisa terlihat sebagaimana pendirian
awalnya, sekolah ini justru mulai tumbuh dari tanah yang diwakafkan kepada pihak
sekolah. Data ini menguatkan bahwa sekolah dan masyarakat mempunyai hubungan
yang baik untuk membangun generas-generasi yang berkualitas.
Selain itu pula, sebagai sekolah islam yang sadar akan tuntutan dan perubahan
yang dinamis dalam masyarakat kita, sekolah HBS masih menunjukkan kualitas yang
baik bagi usernya. Itu bisa dilihat dari kualitas yang diberikan melalui akreditasi
sekolah, dimana pemerintah memberi nilai A kepada sekolah Al-Hidayah Boarding
School.
2. Visi, Misi dan Tujuan
Al-Hidayah Boarding School termasuk lembaga pendidikan tertua di daerah
Depok, tetapi tidak ada jaminan bahwa sekolah seperti ini mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman yang cukup cepat dan komplek. Oleh karena itu,
perubahan nama dari pondok pesantren menjadi sekolah Boarding School juga harus
diikuti dengan perubahan cara pandang bagaimana merespon dinamika kemasyarakat.
Salah satunya adalah dengan memperkuat landasan penyatuan dua lembaga
(pesantren dan sekolah umum). Konsep tersebut bisa dirangkum dalam sebuah
pandangan besar seperti visi dan misi sekolah. Berikut ini adalah visi, misi dan tujuan
pendidikan yang diidealkan oleh sekolah Al-Hidayah Boarding School:
53
a. Visi
Menjadi lembaga pendidikan yang terdepan dalam mengembangkan dan
memadukan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai islam secara kaffah.
b. Misi
1) Mengembangkan dan memadukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berbasis nilai-nilai Islam.
2) Mengajarkan nilai-nilai entrepreneurship dan life skill dalam
menghadapi tantangan global.
3) Mengembangkan kemampuan tahsin dan tahfidz Al-Quran.
4) Mengembangkan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris.
5) Mengembangkan dakwah Islam.
c. Tujuan Umum Pendidikan
1) Memiliki hapalan minimal 12 Juz dan surat pilihan
2) Mampu membaca Al-Quran
3) Memiliki kemampuan mempraktekkan fiqih amaliah
4) Mahir berbahasa Arab dan Inggris
5) Memiliki hapalan doa matsurat
6) Memliki jiwa entrepreneurship dan life skill
7) Beraqidah lurus
8) Beribadah dengan benar
9) Berakhlak mulia
10) Berilmu dan berwawasan luas
11) Berbadan sehat dan kuat
12) Terampil, mandiri
13) Bermanfaat bagi masyarakat,agama dan bangsa
54
55
tersebut dilaksanakan menurut sistem formal, sebagaimana sekolah yang lain, sistem
ini berbeda dengan sistem bandongan yang menjadi ciri khas di pesantren.
2. Kegiatan Extrakurikuler
Selain program kurikuler sekolah Al-Hidayah Boarding School mempunyai
program ekstra kurikuler yang berkonsentrasi untuk mengembangkan bakat yang
dimiliki oleh siswa. Secara definitive dapat dijelaskan bahwa program ektrakurikuler
adalah program tambahan di luar jam sekolah formal untuk mengembangkan
kompetensi siswa.
Berdasarkan brosur sekolah HBS, ekstra kurikuler tercakup pada kegiatan
aplikatif sesuai hobi dan minat siswa. Arenanya terdapat dalam pengembangan
psikomotorik siswa seperti menjahit, bela diri, nagham, nasyid, namun ada dua materi
yang terdapat pada kurikuler juga ada dalam ekstra kurikulker seperti Dirasat Kitab.2
Peneliti menanyakan hal tersebut untuk memperjelas program-programnya kepada
Anshori Jayadi M.A selaku direktur HBS. Untuk menjelaskannya mata pelajaran
Fikih dan Hadits diajarkan pada jam sekolah formal, materi yang diajarkan sesuai
dengan ketentuan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan pengajian
kitab (Dirasat Kitab), selain mempelajari materi yang berbeda juga menggunakan
metode pengajaran yang berbeda yaitu sistem bandongan.
Di sekolah HBS dapat dibagi menjadi tiga kegiatan utama. Pertama kegiatan
kurikuler mencakup mata pelajaran formal seperti sekolah-sekolah umumnya. Kedua
ektsra kurikuler mencakup kegiatan yang mengembangkan hard skill siswa serta
keterampilan lainnya. Ketiga kegiatan keagamaan yang sangat samar, terkadang
tumpang tindih dengan program ektsra kurikuler namun cenderung pada
pengembangan sikap islami. Salah satu contohnya adalah pengajian kitab yang bisa
masuk pada ektsra juga bisa masuk dalam kategori keagamaan. Sekolah HBS
cenderung memisahkan eskul yang menekankan pada skill aplikatif dengan
keagamaan yang menekan pada pemahaman nilai agama melalui pengajian.
56
Pengajian kitab itu dilaksanakan dua kali dalam seminggu, malam Senin dan
malam Sabtu. Pada malam Senin mempelajari kitab Safinatunnajah, malam Sabtu
kitab Tafsir Jalalein. Terkadang juga terdapat perubahan kitab yang dipelajari pada
Dirasat Kitab. Bagi siswa yg 3 kali tidak mengikuti dirasat kitab akan diberikan
sanksi lari dilapangan.3
Kegiatan
ekstrakurikuler
menurut
Anshori
Jayadi
sangat
signifikan
Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Depok, Senin, 18
Februari 2013 di asrama putri.
4
Wawancara dengan Anshori Jayadi adalah Direktur Al-Hidayah Boarding School Depok,
Senin, 11 Februari 2013 di ruang kantor.
5
Wawancara dengan bagian tata usaha dan melihat dokumentasi prestasi siswa, Selasa 12
Februari 2013 di ruang kantor.
57
kandungan Al-Quran. Kegiatan-kegiatan itu langsung dipandu oleh dewan guru HBS.
Simaan Al-Quran dilaksanakan dengan cara membaca Al-Quran secara bergantian,
dan yang lain menyimaknya. Kalau terdapat kesalahan dalam pembacaan, makhraj,
tajwid rekan yang lain akan memberikan koreksiannya.
Selain mempelajari Al-Quran hal yang ditekankan juga kepada siswa adalah
pengamalan nilai-nilai Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari dalam
bentuk yang lain bisa dilihat dengan mempelajari tafsirnya, mencermati kandungankandungan ayat dan menerapkannya ke dalam kehidpan.
b) Dasar Agama dan Ibadah
Selain konsisten mengembangkan kecakapan intelektual dan psikomotorik,
HBS memandang aspek agama merupakan aspek vital bagi pertumbuhan dan
perkembangan siswa. Program-program agama menjadi titik tekan bagi terbentuknya
siswa-siswa yang berakhlak mulia sesuai dengan tuntunan agama dan mampu
bersikap sebagai orang yang beragama dalam lingkungannya.
Pada sisi agama, HBS mencoba mengembangkan kecakapan siswa tidak
sekedar mengetahui dan memahami materi namun mampu bersikap seperti nilai-nilai
yang diajarkan di dalam Islam. Pola ini dikembangkan mengingat kemampuan dalam
bidang agama kadang-kadang tidak menunjukkan hasil yang berbanding lurus
pengetahuannya. Namun di sinilah letak peran bagi boarding school, yang tidak
sekedar mengajarkan pengetahuan dalam bentuk materi-materi tetapi juga turut
memantau perkembangan siswa. Selain itu pula, pihak boarding school juga berperan
melalui guru-gurunya memberikan contoh tauladan yang baik untuk ditiru oleh
siswanya. Dengan demikian kemampuan siswa dalam bidang agama tidak hanya
sekedar pemahaman materi yang _ormative tetapi pemahaman yang menjadi sumber
tingkah lakunya.
58
Nama Kegiatan
Zikir
Praktek
Target
fiqih
amaliah
Manfaat
Menguasai
mahmudah
(Sholat Berjamaah)
3
Dirasat kitab
waktunya
Menguasai
tentang
materi ~Mengamalkan
nilai-nilai akhlak
Ziarah kubur
Siswa
dalam
nilai-nilai
kehidupan
sehari-hari
akhlak
4
menghargai ~Meningkatkan
ketaqwaan
59
dari bacaan al-quran surat al-fatihah, ayat kursi, asmaul husna, istigfar, shalawat dan
tahlil. Kegiatan
bertawasul mengirimkan Ummul Kitab kepada syaikh-syaikh seperti Gus Mik Kediri,
Hamim Jazuli, Hamid Abdullah Pasuruan. Zikir ini dilaksanakan sebanyak dua kali
dalam sebulan yaitu setiap malam Rabu. Tokoh-tokoh sekolah juga mengambil peran
dalam kegaiatan tersebut. Adapun zikir tersebut dipimpin oleh Ustadz Saifuddin
Zuhri.6
Setelah zikir ada pula Dirasat Kitab misalnya memberikan pengetahuan bagi
siswa tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang muslim dan apa saja larangan
yang tidak boleh dilakukan. Pengajaran ini lebih menekankan pada penguasaan
materi tentang nilai-nilai akhlak. Setelah mengetahui seperangkat nilai ini siswa
ditugaskan untuk menerapkannya, lalu mendapat pantauan secara ketat oleh guru atau
pembina asrama sehingga nilai-nilai yang dipelajari dapat langsung diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan cara seperti inilah kegiatan-kegiatan itu mempunyai
pengaruh besar dalam pembinaan akhlak siswa.
Kegiatan yang lain juga adalah secara bersama-sama melakukan ziarah kubur
setelah subuh ke makam pendiri sekolah Al-Hidayah Boarding School, yaitu K.H.
Muhammad bin Yahya. Kegiatan ziarah ini dipimpin langsung oleh K.H. Arif
Rahman Hakim yaitu ketua yayasan Al-Hidayah. Untuk pelaksanaanya dimulai
dengan membaca Q.S Al-fatihah dan tahlil kemudian dilanjutkan dengan tausiah.
K.H. Arif Rahman Hakim memberikan tausiah tentang keteladanan para pendiri AlHidayah dan manfaat berziarah kubur. Ziarah ini diikuti oleh seluruh siswa putra
sedangkan bagi siswi putri dirasah al-Quran di Masjid. Nilai-nilai dalam kegiatan
ziarah ini adalah mengingatkan manusia tentang Pencipta dan kematian, sehingga
kelak siswa mampu bersikap lebih baik dalam akhlaknya. Manfaat lain yang dapat
dipetik dari ziarah adalah mengaharap keberkahan melalui bertawasul kepada syaikh-
Wawancara dengan Saipudin Zuhri adalah pemimpin Zikrul Ghafilin, Depok, Senin, 11
Februari 2013 di rumah ustd Saipudin Zuhri.
60
syaikh yang disebutkan dalam ziarah tersebut.7 Doktrin ini berangkat dari
kepercayaan kepada ideologi Ahlussunnah Waljamaah.8
Selain tiga aspek di atas, peran sekolah juga tidak berhenti pada programprogram yang bersifat formaltertulis sesuai dengan tata tertib HBStetapi juga
program non formal yang biasanya tidak tertulis dan cenderung menjadi tradisi-tradisi
yang hidup dalam sebuah lembaga sekolah. Hubungan antara kyai dan santri seperti
banyak terdapat di pesantren dan sekolah Islam adalah salah satu contoh bahwa
tradisi seperti ini mampu membantu pembentukan akhlak tanpa harus terikat pada
peraturan-peraturan formal. Tradisi semacam ini adalah ikatan batin antara siswa dan
kyai yang sulit dilacak melalui perspektif formal. Kepatuhan ini bukan kepatuhan
mutlak yang menapikan pertimbangan lain, namun tetap bersumber pada nilai-nilai
Islam yang hidup. Penghormatan pada guru sebagai talim dalam pengetahuan umum
seperti yang diajarkan dalam kitab Talimul Mutaallim bahwa penghormatan itu
syarat mutlak untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang berkah. Dasar inilah yang
mempengaruhi pola pendekatan guru dan siswa di sekolah HBS. Keteladanan yang
dicontohkan guru kemudian menjadi inspirasi bagi siswa untuk mengikuti akhlaknya
serta mengubah tindakannya jika tidak sesuai dengan arahan guru.
c) Kebahasaan (Arab dan Inggris)
Sekolah
Al-Hidayah
Boarding
School
mengadopsi
metode-metode
Wawancara dengan Arif Rahman Hakim adalah Ketua Yayasan Al-Hidayah sekaligus
Pemimpin Ziarah Kubur, Depok, Kamis 14 Februari 2013.
8
Ahlusunnah Waljamaah yang dianut sekolah HBS dapat dibaca melalui ormas NU yang
merupakan organisasi formal yang menganut paham tersebut. Dalam paham keagamaannya NU
menganut empat mazhab, Hanafi, Hambali, Maliki, dan Syafii sedangkan dalam Tauhid mengikuti
Abu Hasan Al-Asyari dan Abu Mansur Maturidi dan dalam Tasauf Al-Ghazali dan Juned Al Bagdadi.
di sekolah ini secara Fiqih banyak menganut SyafiI sedangkan Tasaufnya mengadospi Al Ghazali.
Ormas inilah yang mempengaruhi tradisi tawasul yang meyakini bahwa berdoa melalui orang-orang
menempati maqom tertentu akan membantu seseorang untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.
(Lihat di Khalimi, Ormas-Ormas Islam, , Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, h. 332 )
61
Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Depok, Senin, 18
Februari 2013 di asrama putri.
10
Wawancara dengan Amshori Jayadi M.A, Depok, Senin, 11 Februari 2013 di ruang kantor.
62
d) Olah Raga
Ektrakurikuler lainnya adalah olah raga. Ada beberapa cabang olah raga yang
diselenggarakan di sekolah Al-Hidayah Boarding School yaitu bela diri, futsal dan
volli. Pada pagi hari juga diselenggarakan olahraga untuk membentuk fisik yang
sehat pada siswa sehingga dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan
semangat tinggi.
Olah raga diadakan setiap selesai shalat ashar, pukul 15.30 sampai 17.00
tetapi olah raga yang seperti bela diri dijadwalkan pada waktu yang ditetapkan. Dan
hanya diikuti oleh siswa yang berminat saja.
Pada jam sekolah pelaksanaan olah raga secara bersama-sama antara siswa
dan siswinya. Berbeda pula ketika oleh raga pada saat setelah shalat subuh, selain
dilaksanakan secara terpisah, seluruh siswa diwajibkan memakai pakaian yang sopan.
Untuk laki-laki harus menggunakan celana dibawah lutut sesuai auratnya dan untuk
siswinya tetap memakai pakaian olah raga pantas yang menutup aurat dan tidak
memakai pakaian yang ketat yang memperlihatkan bentuk tubuh. Siswinya wajib
memakai pakaian yang longgar. Oleh karena itu nilai-nilai yang dapat diambil dari
olahraga adalah adab dalam berpakaian.
e) Seni
Ada tiga macam kegiatan seni yang masuk dalam ektrakurikuler yang
diselenggarakan di Al-Hidayah Boarding School yaitu rawi, nagham dan marawis.
kesemuanya termasuk dalam dalam menegakkan syiar Islam melalui pintu seni.
Rawi adalah membaca sejarah rasul yang bermanfaat untuk memberikan
pemahaman tentang perjuangan nabi dalam menegakkan nilai-nilai islam. Rawi ini
dibaca oleh siswa di masjid setelah menunaikan ibadah shalat Magrib. Secara
bergantian masing-masing siswa membacanya dengan nada indah.
Pada dasarnya kegiatan seni bertujuan untuk mengolah rasa dan hati siswa
untuk mempunyai kepekaan terhadap nilai-nilai seni. Penghargaan tersebut akan
membentuk siswa yang akan menghargai tradisi-tradisi yang lahir dari seni dan
mampu menariknya menjadi sikap yang termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari.
63
Di beberapa sekolah apresiasi seni masih sangat lemah karena terpaku bahwa seni
masih berlawanan dengan nilai-nilai Islam. Akibatnya siswa tidak mampu berekspresi
nilai-nilai budayanya. Rawi dan Marawis adalah contoh bahwa dari rasa seni juga
mampu membentuk pribadi-pribadi fleksibel dan adaptif terhadap nilai budaya.
Selain itu, apresiasi ini juga bisa menekan aktifitas negatif dengan menyibukkan diri
pada nilai estetiknya.
Nagham adalah seni membaca al-quran dengan tajwid yang fasih dengan
nada. Belajar nagham ini dibimbing langsung oleh ustadz Umar Syarif pada malam
Minggu setelah Magrib. Ayat-ayat yang dipelajari ditetapkan langsung oleh ustadz
yang mengajar. Dengan adanya nagham tersebut, memberikan manfaat kepada siswa
untuk menumbuhkan rasa percaya diri dengan suara yang dimilikinya, agar dapat
diasah dengan baik untuk menciptakan suara yang bagus dalam membaca al-Quran.
Selain rawi dan naghom di Al-Hidayah Boarding School ada pula
ektrakurikuler marawis. Biasanya dibentuk beberapa siswa kemudian membentuk
satu kelompok dengan memegang masing-masing alat musik dan vokal.
Kegiatan ektrakurikuler ditengah jadwal yang sangat padat diselenggarakan
Al-Hidayah boarding school bertujuan untuk membentuk siswa yang kompeten.
Kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler tersebut mengisi kemampuan siswa pada tiga
ranah yang vital, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.11 Dengan kompetensi yang
dicapai diantaranya membentuk akhlak siswa yang sesuai dengan nilai-nilai islam,
mampu menghapal Al-Quran dan penguasaan bahasa asing dengan baik. Maka
jelaslah dari materi-materi yang diberikan sekolah Al-Hidayah mengarahkan siswa
menjadi manusia yang kaffah sesuai dengan visinya.12
11
Wawancara dengan Anshori jayadi M.A. adalah Direktur Al-Hidayah Boarding School
Depok, Depok, Senin, 4 Februari 2013 di ruang kantor.
12
Terminologi manusia yang kaffah sering sekali dipakai untuk menggambarkan manusia
yang seutuhnya. Kaffah sendiri di dalam kamus munawir diartikan seluruhnya (tanpa terkecuali)
sehingga dapat dipahami manusia kaffah yang dikehendaki dalam visi tersebut ialah membentuk
manusia yang dapat menjawab setiap persoalan yang dihadapi baik itu pada bidang agama, begitu pula
dalam bidang hubungan kemasyarakat. Dalam bahasa yang lain, manusia kaffah juga bisa dipahami
dengan insan kamil.
64
ektrakurikuler
turut
membentuk
kepribadian
dan
dan
kedisiplinan
juga
mampu
mengembangkan
potensi-potensi
psikomotorik siswa. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang ini dalam visi
HBS termasuk dari bagian pengembangan pendidikan life skill yang juga menjadi
fokus dari tujuan pendidikan di sekolah HBS ini.13
gabungan
dari
sekolah
umum
dan
pondok
pesantren.
Maka
konsekuensinya kedua unsur inilah yang mewarnai tradisi yang ada di boarding
school yang marak sejak era 1990-an ini.
Dengan demikian dapat disimpulkan ada dua yang sangat mempengaruhi
pembentukan akhlak siswa. Keduanya yaitu guru dan sistem sekolah berasrama.
sistem sekolah berasrama dengan strategi pembiasaanya mampu membentuk sikap
13
Hasil Raker V sekolah HBS di Gunung Bunder-Bogor pada 03-04 Juli 2012, lampiran visi
dan misi sekolah.
14
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo, 2009), h 157.
65
siswa sehingga diresapi menjadi akhlak. Begitu pula guru yang memberikan
pengayaan tauladan yang baik untuk dicontoh dan ditiru. Keduanya bila dikelola
dengan maksimal akan mengantar siswa pada akhlak mulia sesuai misi sekolah.
Sekolah HBS mempunyai tujuan pendidikan jangka panjang seperti yang
terdapat pada tujuan akhirnya yakni membentuk siswa yang berakhalak mulia. Dalam
rangka mencapai tujuan tersebut pihak sekolah sudah memberikan tugas kepada
masing-masing guru. Sedangkan pengasuh boarding mengontrol seluruh siswa
selama 24 jam dengan sistem pembagian otoritasya kepada guru-guru. Pola seperti ini
bisa juga dijumpai pada sekolah berbasis pesantren, namun tanggung jawab
institusional tetap berada pada pengasuh sekolah.
Sekolah HBS juga menerapkan hal yang sama seperti pesantren, setiap asrama
didampingi oleh seorang guru untuk memantau perkembangan-perkembangan siswa.
Di samping itu, pendamping juga bertugas memberikan arahan jika terdapat
kesalahan maupun tindakan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan sekolah. Guru
yang dibebankan mengasuh asrama juga mengajar di sekolah formal. Pemberian
wewenang dari pengasuh itu merupakan cara mengatur dan mengasuh siswa secara
sistematis.
Jika pada jam pelajaran formal guru mengajar sesuai dengan mata pelajaran
yang diampunya, maka diluar jam sekolah guru dengan intens memantau tingkah laku
siswa. Dan ini tugas yang dibebankan pada setiap guru Al-Hidayah Boarding School.
Tentu selain tugas-tugas yang lain seperti mendampingi anak didik di asrama,
mamantau setiap kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan.
Tujuan ini konsisten dijalankan oleh sekolah melalui berbagai media.
Tanggungjawabnya membentuk akhlak siswa diberikan dengan cara pembiasaanpembiasaan tanpa meninggalkan pantau secara langsung oleh pihak terkait seperti
guru, penjaga sekolah dan lain-lain. Kadang-kadang juga pentauan juga dapat
dilakukan oleh kakak kelas yang lebih tinggi untuk memberikan bantuan kepada adik
kelas jika terdapat kesulitan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
pihak sekolah.
66
Pengelolaan semacam itu merupakan pengaruh dari pola pesantren yang pada
awalnya terdapat dalam sekolah HBS. Menurut Ansori Jayadi, transformasi tersebut
adalah usaha lembaga pendidikan menyesuaikan diri dengan perkembangan dan
tuntutan zaman yang semakin meningkat. Atas dasar itu pula, HBS tentu tidak seperti
lembaga yang memang berdiri dengan boarding school karena HBS cikal bakalnya
tumbuh dari pesantren dan bertransformasi menjadi HBS.
Perubahan yang terdapat di lembaga pendidikan menjadi sekolah berasrama
HBS tidak serta merta meninggalkan kultur yang sudah tertanam di HBS, tradisi
seperti kedudukan kyai dalam pesantaren tetap terjaga. Hubungan antara kyai dan
siswa dapat terihat pada sisi peran dan tanggungjawab HBS terhadap siswa-siswanya.
Kyai tetap menempati kedudukan sentral dalam meninjau, mengasuh dan memonitor
setiap perilaku-perilaku siswa.15
Sebuah kultur yang tetap terjaga di Al-Hidayah Boarding School ini adalah
peran kyai sebagai simbol yang otoritatif dalam sebuah pesantren. Pada umumnya,
lembaga pendidikan islam seperti HBS menganggap penyelenggaraan pendidikan
sepenuhnya sangat tergantung pada sosok kyai. Posisinya sebagai pemimpin dan
pemilik HBS
15
Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,
Depok, Senin, 4 Februari 2013 di ruang kantor.
67
sistem
pengelolaannya
tradisi
seperti
semacam
ini
tetap
bertahan.
68
terhadap manusia. Pandangan tersebut akan mempengaruhi cara yang dipilih dalam
melakukan pembinaan secara islami.
Seperti yang umum ditemukan di pesantren, pembinaan akhlak anak dimulai
dari pembiasaan-pembiasaan aktifitas keagamaan. Kemudian diperkuat dengan
instrumen lain agar siswa bisa beradaptasi dengan etika yang dipegang teguh dan
terawat dalam tradisi sekolah. Begitu pula dengan sekolah Al-Hidayah Boarding
School, strategi pembinaan akhlak banyak bertumpu pada peran kyai dan guruguru
sebagai tokoh dan teladan bagi sumber perilaku siswa.
Pada sekolah HBS, strategi pembinaan dilihat dari tiga tahapan. Setiap
tahapan mempunyai orientasi sendiri, sehingga pembinaan akhlak tidak dianggap
sikap yang datang dengan konstan tetapi melalui proses kemudian mengental menjadi
pandangan hidup yang membatin. Ada empat tahapan yang menjadi acuan pembinaan
di sekolah HBS, yakni tahap penyadaran, modelling, riyadhah dan pemantauan.
1. Penyadaran.
Tahapan pertama ini merupakan dasar bagi tahapan setelahnya karena dalam
tahapan penyadaran siswa dibekali dengan materi-materi dengan nilai baik dan buruk
dengan bersumber pada dasar-dasar Islam. Klasifikasi baik-buruk itu menggunakan
acuan nilai atau norma Islam dan tradisi yang ada di HBS. Tetapi sekolah HBS
menuangkan ukuran baik-buruk tersebut ke dalam aturan-aturan sekolah yang telah
ditetapkan. Ketetapan aturan-aturan tersebut bukan saja didasarkan pada nilai-nilai
Islami tetapi juga asas kepatutan. Aturan-aturan yang ditetapkan adalah ukuran untuk
menentukan apa yang menjadi kewajiban, larangan dan perintah sehingga apa pun
tindakan siswa harus sesuai dengan aturan sekolah. Aturan semacam ini menjadi
penyadaran bagi setiap siswa di sekolah HBS dan setiap siswa wajib mengetahui
aturan ketika memilih masuk di HBS.16
16
69
Penyadaran pada tingkat yang lain juga diperkuat dengan pengajaranpengajaran materi tentang keislaman khususnya yang berkaitan dengan akhlak.
Pemberian materi di sini sebenarnya ada dua macam, pertama materi yang dijelaskan
melalui jam pelajaran pada sekolah formal lalu yang tidak bisa ditinggal adalah
pemberian materi oleh kyai atau dewan guru. Yang terdapat di sekolah HBS, setiap
malam setelah selesai menunaikan shalat Isya, kyai selalu memberikan tausiyahnya
kepada siswa. Tausiyah kyai berisi nasehat-nasehat tentang akhlak dan anjuran kyai
untuk selalu berpegang pada nilai-nilai yang diajarkan. Bukan hanya itu, kyai pun
selalu mengingatkan siswa tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa agar
tidak mengulanginya lagi. Terkadang kalau kesalahan sudah masuk dalam kategori
larangan-larangan di sekolah dewan guru atau pengasuh asrama akan memberikan
sanksi sesuai dengan ketentuan dan tingkat kesalahannya.
2. Modelling
Pada umumnya siswa lebih mudah menerima materi pelajaran dan pola tingkah
laku yang langsung dipraktikkan oleh guru dan dewan pengasuh untuk ditiru.
Karenanya sangat diperlukan guru-guru yang mempunyai etika yang baik sehingga
proses tranmisi nilai kepada siswa lebih cepat dan efektif. Modelling atau
percontohan adalah pemberian contoh yang baik oleh guru untuk kemudian ditiru
oleh siswa-siswanya.
Guru merupakan sumber utama tuntunan bagi siswa, selain sebagai mitra dalam
pembelajaran guru juga mengemban tugas yakni membentuk akhlak siswa. Dengan
demikian siswa perlu menghadirkan guru yang berkualitas dan bertingkah laku baik
sesuai dengan tuntutannya sebagai pengajar sehingga tingkah laku yang baik itu pula
bisa ditularkan pada siswanya.
Ada banyak kegiatan yang diselenggarakan pihak sekolah untuk memberikan
contoh pada siswanya. Hal yang paling sederhana dapat dijumpai ketika melakukan
shalat jamaah lima waktu di mesjid yang dijalankan tidak hanya oleh siswa tetapi
guru juga ikut terlibat dalam kegiatan. Guru menjadi imam dalam pelaksanaan shalat
jamaah, untuk menularkan kemampuan dan tingkah laku tersebut guru sering sekali
70
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil peran sebagai imam atau
muazin dalam pelaksanaan shalat.
Selain itu, dalam shalat malam qiamul lail guru terlibat langsung menjadi imam
dan memberi tausiyah tentang keutamaan shalat malam. Dan itu menjadi agenda rutin
setiap guru di sekolah hidayah. Selain shalat malam, guru dan pengasuh juga
mengimami shalat duha. Tauladan ini kemudian menular dengan sendirinya kepada
siswa sehingga menjadi amalan rutinitas melalui pembiasaan-pembiasaan.
Keterlibatan secara langsung dewan guru dalam amalan pada awalnya memang
dibentuk oleh hubungan yang erat antara keduanya. Siswa memosisikan guru sebagai
tauladan dikerenakan keterlibatannya secara nyata bukan sebatas memberi
pengetahuan tentang norma lalu diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Pola demikian
sangat efektif membentuk akhlak siswa karena mensyaratkan kedekatan antara siswa
dan pengajar. Guru dijadikan sebagai sumber utama sebagai tauladan bagi siswa.
Komitmennya mengajar dan memberi contoh yang baik juga bisa terlihat pada
kegiatan sehari-hari. Di beberapa kegiatan ektrakurikuler misalnya guru selalu
memosisikan dirinya sebagai mitra yang baik dalam pengembangan akhlak. Tahfiz
Al-Quran yang sejatinya program siswa tetapi guru juga diwajibkan menghafal suratsurat yang ditentukan agar mampu menekan motivasi kepada siswa. Selain itu, dalam
doktrin akhlak tersebut guru adalah manifestasikan dari pengetahuan itu sendiri
sehingga posisinya selalu diteladani karena jika siswa bertindak keluar dari apa yang
dicontohkan guru akan menghilangkan berkah dari pengatahuan yang diajarkan
kepada siswa. sehingga hubungan demikan akan memperkuat posisi guru sebagai
teladan bagi semua siswa.
3. Riyadhah
Tahapan ini adalah latihan melakukan kegiatan atau ritual keagamaan agar bisa
menjadi tradisi dalam pribadi-pribadi siswa. Dalam arti yang sederhana riyadhah
merupakan upaya pembiasaan tanpa harus dikontrol oleh guru atau pembimbing
asrama dan pada akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.
71
Riyadhah juga bisa diartikan upaya melatih dirinya berbuat baik dengan cara
berusaha memahami perbuatan yang dilakukannya, berbuat dengan sikap yang ikhlas,
tidak tercampur dengan sikap riya dan memperbanyak melakukan kebenaran dalam
pergaulan, baik terhadap Allah, terhadap sesama manusia maupun terhadap
lingkungan hidupnya. Riyadhah juga bisa dipahami dengan selalu tetap
berkonsentrasi terhadap Allah ketika melaksanakan suatu perkataan baik, sehingga
tidak dipengaruhi lagi oleh lingkungan. Penglihatan dan pendengarannya tidak
dipengaruhi oleh sesuatu di sekelilingnya kecuali bertindak sesuai dengan tuntunan
hati.
Akhlak seperti dalam pengertian awal merupakan hasil dari pembiasaan yang
terus menerus dilakukan oleh siswa. Latihan-latihan adalah langkah setelah siswa
sudah mempunyai standar pengetahuan tentang nilai-nilai yang harus menjadi
panduan
mereka
dalam
bertingkah
laku.
Langkah
selanjutnya
adalah
72
dirasakan oleh siswa. Shalat malam, pada awalnya dikerjakan dengan sangat susah
tetapi dengan sendirinya membentuk akhlak siswa tanpa sadar. Hanya saja
dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam upaya pembiasaan tersebut disamping
bimbingan yang intens oleh pihak sekolah.
Terkait dengan pembiasaan yang disebutkan di atas, sekolah melatih sikap itu
melalui shalat berjamaah. Model pembiasaan ini dalam islam akan mengikat secara
batiniyah sehingga ketika meninggalkan atau bersikap berlawanan dengan nilai yang
di lingkungannya maka mereka akan merasa teralienasi dari diri dan lingkungannya.
Argumentasi yang lebih mendalam juga pernah diungkapkan Al-Ghazali bahwa
akhlak mulia itu terbentuk melalui pembiasaan sehingga itu menjadi tabiat dan
termanifestasi ke dalam perilaku baik lainnya. Berikut ini kutipannya :
Demikian pula bagi orang yang menginginkan dirinya berhasil berbudi
pekerti tawadhu (tidak congkak) dan ia telah dikuasai oleh sikap takabur.
Maka jalannya adalah dia harus membiasakan melakukan perbuatanperbuatan orang tawadhu dalam waktu yang lama. Ia harus memaksakan
dirinya pada yang demikian dan membebaninya sehingga yang demikian
menjadi budi pekerti dan tabiat baginya. Kemudian mudahlah melakukan
baginya.17
Ketiga tahapan tersebut di atas dalam praktiknya sangat membantu untuk
melakukan pembinaan akhlak siswa. Tahapan ketiga membentuk satu kesatuan yang
komplementer membentuk akhlak siswa karena seperti dijelaskan pada bagian awal
bahwa ketiganya punya kecenderungan yang saling menguatkan. Tahapan awal
sebagai pengenalan nilai melalui materi pelajaran sehingga mempunyai kecakapan
dalam mengenal baik-buruk sesuai ukuran islam. Tanpa pengenalan awal pada
tahap penyadaran tentu tidak akan mungkin masuk ke tahap selanjutnya. Karena
tahapan kedua dan ketiga adalah realisasi dari pemahaman tentang nilai pada tahapan
awal.
17
Juz V.
73
akhlak
karena
sudah
mampu
melakukannya
tanpa
memerlukan
pertimbangan dan perintah. Hal semacam ini meskipun sulit diukur dalam bentuk
angka-angka tetapi sudah menjadi tradisi dalam sekolah HBS dan bisa dilat melalui
observasi. Inilah yang membedakan dengan sekolah-sekolah umum biasa yang tidak
18
Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,
Depok, Senin, 4 Februari 2013.
19
Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,
Depok, Senin, 4 Februari 2013.
74
memakai sistem berasrama karena tidak terlatih dan terbiasa dengan kegiatankegiatan seperti ini.
Pada sisi akhlak sosial siswa HBS juga lebih menonjol dibanding yang lain.
Pembekalan kecakapan psikomotorik mampu membuat mereka lebih mandiri dan
bertanggungjawab kepada diri sendiri.20 Kemandirian itu terbukti dengan beberapa
alumninya yang menekuni dunia usaha seperti menjahit, dan lain-lain. Dalam bahasa
sederhana pembentukan akhalak baik itu secara hubungan dengan manusia maupun
hubungan dengan Tuhan yang diterapkan di sekolah Hidayah Boarding School dapat
digolong berhasil.
Dapat dimengerti bahwa cara-cara pembinaan yang ditempuh oleh sekolah AlHidayah Boarding School mengadopsi dari cara yang dianjurkan oleh Imam Ghazali
dalam kitabnya Minhajul abidin. Menurut penulis, ada kesamaan langkah apa yang
diterapkan di sekolah dengan apa yang ditulis oleh Al-Ghazali di dalam bukunya21.
Misalnya, uqbatu ilmi mempunyai kesamaan dengan jalan penyadaran akan nilai
baik dan buruk, begitu pula pada tahapan selanjutanya seperti anjuran penyucian jiwa
untuk meningkatkan intensitas perilaku baik.
4. Pantauan
Setelah melalui tahapan-tahapan awal tadi yang penting juga adalah pantauan
dari guru, pembina asrama atau pengasuh sekolah. Sekolah boarding school
melakukan kontrolnya melalui mekanisme pentapan aturan-aturan untuk menilai
sejauhmana perkembangan pembinaan akhlak efektif dijalankan.
Langkah yang dilakukan pihak sekolah selain mengukur capaian melalui
aturan-aturan juga memberikan nasehat secara kontinu agar siswa selalu konsisten
dengan komitmennya untuk menjalankan nilai-nilai yang harus dilakukan oleh siswa.
Pemberian nasehat oleh pengasuh disampaikan setiap selesai melakukan shalat.
20
Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,
Depok, Senin, 4 Februari 2013.
21
Dalam buku ini, Imam Ghazali menganjurkan untuk mengetahui tentang nilai-nilai serta
instrument lain yang harus dimiliki. Dalam arti lain adalah menganjurkan penguasaan ilmu seperti
perihal yang berkaitan dengan kwajiban syariat. Lihat Imam Al-Ghazali, Minhajjul Abidin, (Thoha
Putra: Semarang) h. 6.
75
Peran guru dan pengasuh untuk memonitoring perilaku siswa adalah tugas
mutlak karena kontrol secara langsung akan membantu guru untuk memetakan
persoalan yang terdapat pada siswa dan membaca kecenderungan siswanya. Guru
sebagai pemegang otoritas tertinggi juga tidak berhenti pada pengawasan saja tetapi
menjalankan sanksi-sanksi yang disepakati dengan siswa jika terdapat pelanggaran.
Sanksi yang terdapat pada sekolah HBS juga sangat beragam diukur sesuai
dengan tingkat kesalahan yang dilanggar. Bagi siswa yang kabur dari asrama tanpa
izin dari pengasuh akan dicukur licin (botak). Jika tidak mencapai target hapalan
quran dengan surat-surat yang lain. Selain itu siswa tidak diizinkan pulang pada saat
libur seperti libur puasa.
Pada dasarnya sanksi yang ada di sekolah HBS menekan kesadaran siswa untuk
berperilaku sesuai keinginan sekolah, melatih kedisiplinan. Hal ini tergambar pada
poin-poin sanksi yang dicantum, di mana sanksi mental untuk melatih kesadaran
lebih diutamakan dibanding sanksi fisik yang cenderung tidak efektif melatih
kesadaran siswa.
76
nya. Diantaranya manifestasi sikap akhlak itu misalnya bisa terlihat pada tingkat
amaliahnya seperti melakukan shalat berjamaah, berpuasa senin-kamis, melakukan
wirid-wirid yang matsurat.22
Ritual keagamaanzikir, dirosat kitab, rawi dan lainnyamerupakan
manifestasi sikap ketakwaan siswa kepada penciptanya. Kegiatan keagaaman
mendorong siswa bersikap sesuai dengan ajaran, hal itu bisa tercermin pada
intensitasnya melaksanakan shalat karena merasa hal
tersebut merupakan
22
Parameter yang digunakan untuk mengukur capaian pembinaan akhlak dalam karya ilmiah ini
menggunakan data afektif siswa yang terdapat pada buku raport dan absensi kegiatan. Berdasarkan
nilai afektif dalam bentuk angka berkisar 98 persen dalam kategori baik. sedangkan ukuran yang
digunakan melalui absensi kegiatan juga sangat baik Karena disetiap absensi kegiatan yang
berhualangan relative tidak ada, kalau pun ada itu adalah siswa yang berhalangan keras. Begitu pula
jika diukur melalui aturan yang ditetapkan menurut Ansori Jayadi tidak ada pelanggaran berat yang
dilanggar siswa semenjak 2013 ini. Data ini menjelaskan bahwa intensitas yang ada dalam setiap even
atau laporan-laporan yang tersedia menunjukkan bahwa pembentukan akhlak melalui boarding school
sangat baik karena mendapat control ektra dari guru dan pengasuh sekolah. Wawancara dengan Ansori
Jaya, Depok 14 Februari 2013.
77
dan batas kepatutan dalam lingkungannya agar bisa diterima dalam lingkungan
tersebut. Kecakapan sosial seperti ini juga tidak lepas dari perhatian sekolah sebagai
pengembang kepribadian siswa. Sekolah menyiapkan model pembinaan dan tujuan
khusus untuk mengembangkan akhlak sosial ini. Akhlak sosial menurut sekolah HBS
lebih bertumpu pada nilai-nilai yang membuat mereka bisa bersosialisasi dengan baik
di lingkungannya.23 Motifnya pun bukan pada hitungan pahala seperti ritual ubudiyah
tetapi pada kapatutan sikap di depan masyarakat sehingga mereka bisa diterima
dengan baik di lingkungannya.
Nilai-nilai yang dikembangkan sekolah untuk menanamkan kesadaran sosial itu
diantaranya sikap tanggungjawab. Sekolah melatih agar bertanggungjawab minimal
kepada dirinya sendiri. Penanaman kesadaran tentang tanggungjawab ini benar-benar
dilatih melalui program-program ekstrakurikuler atau pun keagamaan. Dalam ekstra
kurikuler misalnya kegiatan seperti Pramuka melatih siswa bertanggungjawab
terhadap apa yang mereka lakukan. Jika dianggap melanggar maka konsekuensi
hukumannya harus mereka terima sebagai tanggungjawab dan cara mengakui
kesalahannya.
Selain itu, sekolah selalu menanamkan sikap kasih-mengasihi antara sesama
teman. Dalam bentuk nyatanya, sikap ini bisa dilihat pada kepedulian siswa ketika
teman-temannya sedang mengalami kesusahan. Ketika ada yang sakit, teman
seasrama dengan baik merawat dan menjaganya.24 Dalam kondisi yang jauh dari
orang tua, mendorong mereka untuk saling peduli dan saling mengasihi, sikap
semacam ini sangat kental dan sangat menjiwai siswa-siswa di Al-Hidayah Boarding
School. Ini hanya satu elemen saja dari wujud dari pembinaan akhlak yag dilakukan
oleh sekolah dan dirasakan oleh siswa. Wujud yang lain juga bisa dilihat dari
kemandirian siswa. Semua aktifitas di sekolah dikerjakan dengan sendiri, mulai dari
23
Wawancara dengan Anshari Jayadi M.A. adalah direktur Al-Hidayah Boarding School,
Depok, Senin, 20 Februari 2013
24
Wawancara dengan Esalaila adalah salah satu pembina asrama HBS, Senin 18 Februari
2013.
78
hal-hal kecil seperti menyiapkan buku pelajaran ketika handak sekolah sampai ke hal
yang besar, semuanya dilakukan secara mandiri.
Semua sikap-sikap itu lebih pada pengembangan pribadidalam bahasa HBS
akhlak sosialagar kelak ketika mereka terjun ke dunia yang nyata seperti dalam
kehidupan masyarakat mereka benar-benar siap. Kecakapan akhlak sosial yang
diterapkan pada sekolah adalah bentuk dari komitmen sekolah menyiapkan generasigenerasi yang kuat dan mampu menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan nyata.
Artinya : Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak.
(H.R. Ahmad)25
25
79
80
hanya menghabiskan aktu sekitar 7 sampai 8 jam sehari. Sekolah berasrama seperti
HBS adalah sistem sekolah 24 jam. Selama waktu itu pula proses pembelajaran
bukan saja dalam bentuk materi diajarkan kepada siswa-siswa tetapi juga
keteladanan. Intensitas waktu yang panjang akan sangat membantu sekolah
menghasilkan siswa-siswa berkualitas bukan hanya dibidang psikomotorik tetapi juga
menjadi alat ampuh membentuk kepribadian siswa (afektif).
Hal lain yang menjadi unggulan sekolah berasarama dalam membentuk akhlak
siswa adalah aturan-aturan sekolah secara rinci. Peraturan-peraturan yang ditetapkan
akan melatih dan terus memantau perkembangan siswa dengan segala bentuk
penyimpangannya. Jika terdapat pelanggaran-pelanggaran maka akan diberikan
sanksi sesuai dengan kesalahan. Model aturan ini sangat positif untuk membangun
kesadaran siswa sehingga pembiasaan melalui aturan-aturan tersebut mampu
membentuk akhlak sesuai dengan capaian-capaian yang telah tertulis dalam tujuan
pendidikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari ulasan mengenai pembinaan akhlak di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa di MTs AL-Hidayah Boarding School Depok terdapat dua bentuk program
pembinaan akhlak yaitu melalui program kurikuler dan ekstrakurikuler. Adapun
program kurikuler memberi pengetahuan dan kecerdasan siswa dalam bentuk
pengetahuan
materi-materi.
Sedangkan
program
ekstrakurikuler
berorientasi
81
82
acak seperti strategi pembiasaan dan teladan yang diberikan oleh guru dalam bentuk
mencontohkan akhlak yang baik terhadap siswanya.
Wujud perilaku siswa Al-Hidayah Boarding School masuk dalam kategori
baik. Manfestasinya dapat dilihat dari indikasi perilaku siswa seperti tidak pernah
terjadi tawuran antar siswa atau antar sekolah yang melibatkan sekolah Al-Hidayah
Boarding School dan tidak melanggar syariat agama. Intensitas kegiatan-kegiatan
keagamaan sesuai absensi juga sangat rajin, ini menunjukkan bahwa perilaku siswa di
sekolah HBS cukup baik. Akan tetapi terdapat dua faktor yang menghambat
pembinaan akhlak di HBS, Pertama minimnya guru dan pengasuh yang menetap di
asrama membuat pembinaan akhlak di asrama tidak terkontrol dengan baik. Kedua
karakteristik siswa dengan latarbelakang yang beragam turut penghambat proses
pembinaan akhlak.
School
sangat
padat
sarat
muatan
akademik
sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran, Jakarta: Amzah,
2007
Anis,Ibrahimm Al-Mujam al-Wasith, Mesir: Darul Maarif, 1972
Alim, Muhammad, Pendiidkan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011
Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999)
An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Sekolah, Rumah dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani, 1995)
Abd Ala, Pembaruan Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006)
Ali, Atabik & Zuhdi Mudlor, Ahmadm Kamus Kontemporer Al-Asri, Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, 1996
Al Aziz S. dan Saifulloh.Moh, Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Terbit
Terang, 1998
Alwan, Abdullah, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Beirut: Dar-al-Salam, 1978
A.S, Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo, 2003
Azra, Azymardi, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi
Jakarta: Logos, 2003
Bin Nashir As-Sadi Abdurrahman, Mutiara Hikmah Penyejuk Hati, Syarah 99
Hadits Pilihan, Terj. Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, Malang: Cahaya
Tauhid Press, 2006
Bahri Djamarah, Saiful, Strategi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
BP4 Pusat, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, Jakarta: TT, 1984
Djamasm Nurhayati, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,
Jakarta: Rajawali,Pers, 2009
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2005
83
84
Daud, Ali Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Uin
Syarif Hidayatullah, 2011
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005
Hamid, Yunus Abd., Dairah al-Maarif, II, Cairo: Asysyab, t.t
Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, Darur Riyan, 1987
_____________, Ihya Ulumuddin terjemahan As-syifa: Semarang, 1994 Juz V
_____________, Ihya Ulum al-Din, Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 2002, juz III
____________, terjemahan Talimul mutaallim: Bimbingan bagi Penuntut Ilmu
Pengetahuan Kudus: Menara Kudus, 2007
_____________, Berbisnis Dengan Allah, Terj. Ahmad Farnk, Surabaya: Pustaka
Progressif, 2002
Ibnu Al-Jauzi, Abdurrahman Terapi Spiritual, Terj. A. Khosla Asyari Khatib,
Jakarta: Zaman, 2010
J. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1997
Mustafa,Ibrahim, dkk., Al-Mujam al-Wasth,Istanbul: Al-Dawah,, TT
MZ,Labib, Memahami Ajaran Tasawuf,Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2001
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996
__________, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001
85
Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999
Sarbini, Pendidikan Kepatuhan Anak, http://www.slideshare.net/iniabras/pembinaankepatuhan-peserta-didik-di-sekolah. Diakses 20 Januari 2013 pukul 22.30.
Sanjaya,Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Lencana Prenada Media, 2006
Rus'an, Intisari Filsafat Imam Al-Ghazali, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1989
Subhan, Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, Jakarta: UIN Press,
2009
Suyuti,Achmad Percik-Percik Kesufian, Jakarta: Pustaka Amani, 2006
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik
Profil sekolah Al-Hidayah Boarding School HBS dan hasil
Qomar, Mujamil, Pesantren dan Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, Jakarta: Erlangga, 2006
Wawancara bersama Esalaila (Pembina asrama), pada hari Rabu, 20 februari 2013
Wawancara dengan kepala sekolah, Ansori Jayadi, pada hari Kamis 14 Februari
2013.
Wawancara dengan bagian tata usaha dan melihat dokumentasi prestasi siswa, Selasa
12 Februari 2013
Wawancara dengan Saipudin Zuhri adalah pemimpin Zikrul Ghafilin, Depok, Senin,
11 Februari 2013 di rumah ustd Saipudin Zuhri
Wawancara dengan Arif Rahman Hakim adalah Ketua Yayasan Al-Hidayah sekaligus
Pemimpin Ziarah Kubur, Depok, Kamis 14 Februari 2013
Maknun, Jonar, Pengembangan sekolah menengah kejuruan (SMK), Boarding School
berbasis keunggulan lokal, Pdf, JPTA FPTK UPI
Fidella Devina Aggrippina, Akhlak Terhadap Guru
(http://fidela19salju.blogspot.com/), (Diakses pada tgl 11 Januari 2013. Pukul:
19:35).
86
Hasil Raker V sekolah HBS di Gunung Bunder-Bogor pada 03-04 Juli 2012,
lampiran visi dan misi sekolah.
http://www.harianterbit.com/2012/09/13/pembunuh-pelajar-diburu-polisi/
http://alfinasj.blogspot.com/2012/01/tawuran-pelajar.html
Muhadatsah
Muhadhoroh
Olah Raga
Marawis
l.,
l:
sr
KEMENTERIAN
AGAMA
UINJAKARTA
F IT K
FORM(FR)
No.Dokumen :
:
Tgl.Terbit
FITK-FR-AKD-081
1 Maret 2010
N o .R e v i s i :
Hal
01
1t1
SURATBIMBINGAN
SKRIPSI
Nomor : Un.01/F.1/KM.01
.3/........12012
Lamp. :Hal
: Bimbingan Skripsi
KepadaYth.
Ibr"rDra. Hj. Djunaidatul Munawaroh,M.A
PembimbingSkripsi
FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Assalamu'alaikum wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaanSaudara untuk menjadi pembimbing VII
(materi/teknis)
penulisanskripsimahasiswa:
Nama
Mira Humairoh
NIM
10801
I 000147
Jurusan
PAI
Semester
VIII (Delapan)
JudulSkripsi
PEMBENTUKAN
AKHLAK
SISWA MELALUI
PROGRAM BOARDING
ikan AeamaIslam
.Ag
r99803l 002
Tembusan:
l. DekanFITK
ybs,
2. Mahasiswa
fuo'
),.
I
KEMENTENIANNGEIVIN
UINJAKARTA
FITK
No.Dokumen: rtfxFn-Axboe2
FORM( FR)
tgt. rerbtt
.1
Maret 2010
SURATPERMOHONAN
I Z I NP E N E L I T I A N
Nomor: Un.01/F.1/KM.O1
.Stlg-6a.ndlz
Lamp.: Ouiline/proposal
Hal : Permohonan
lzin penelitian
KepadaYth.
Boarding
SchootDepok
[epalaSekolahMTsAl-Hidayah
Di
Tempat
Assalamu'alaikum wr.wb.
Dengan
hormatkamisampaikan
bahwa,
Nama
: MiraKhumairoh
NIM
: 108011OOO147
Jurusan
: Pendidikan
Agamalslam(pAl)
Semester
: lX (Sembilan)
.-"91
ikanAganralslanr
Tembusan:
1. DekanFITK
2. Pembantu
DekanBidangAkademik
3. Mahasiswa
yangbersangkutan
.Ag
199803
I 002
''1,.
*l
I
I
l
:<.-r-^
cr,.>*.^,Y I qt-e+J:ijl 4*1
"<Jl
YAYASAN AL.HIDAYAH
'URATKETERANGAN
Nomor: SK-065/H
BS/IV| zOLg
Yangbertandatangandi bawahini :
Nama
: AMSORITAYADI,
M.Ag
Jabatan
: DlrekturPonpesAhHldayah
BoardingSchool
Denganini menerangkan
bahwa:
Nama
MIRAKHUMAIROH
NIM
1080umo147
Tempatfigl.Lahir
Depok,01 fanuarl.1990
Status
Jurusan
PendidikanAgamalslam(PAl)
Semester
X (Sepuluh)
Alamat
Rawadenok
Rt.02/01Kel.Rangkapan
JayaBaru
Kec,Pancoran
Mas,KotaDepok164:14
Demikiansuratketeranganini dibuaLuntukdipergunakan
sebagaimana
mestinya.
Tembusan:
L
Yth,Ketu.YayasenAl-Hidayah
2. PlmplnanPondokPesantrcn
Al-Hldayah
Boarding
School
3. Arsip
HBSLEARNING
GENTER: