Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS PROGRAM BI’AH

LUGHAWIYAH DI PESANTREN MAHASISWI AL-AZKIYA’ MALANG

Dosen Pengampu :
Mustaufir, M.Pd.

Disusun Oleh :

Edden Azzahra 22001015011

Ilda U’us Damayanti 22001015016

Farhatun Nisa’ul H 22001015023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM

MALANG 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan jurnal yang berjudul “Manajemen Pembelajaran
Bahasa Arab Bi’ah Lughawiyah di Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’ Malang” tepat pada
waktunya. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW beserta sahabat dan pengikutnya.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yaitu Ustadz
Mustaufir, M.Pd. yang sangat luar biasa dalam memberikan masukan, pengarahan dan
bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dan penulis juga
ucapkan terima kasih kepada teman-teman anggota lainnya yang sudah ikut membantu dalam
proses pembuatan jurnal ini.

Kemudian mengingat jurnal ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan jurnal ini.

Malang, 10 Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Abstrak………………………………………………………………………………………...4
BAB I
Latar Belakang………………………………………………………………………………...4
Rumusan Masalah……………………………………………………………………………..6
Tujuan Penelitian………………………………….…………………………………………...6
BAB II
Metode Penelitian………………………….…………………………………………………..7
BAB III
Kajian Terdahulu………………………………………………………………………………9
Kajian Teori………………………………………………………………………………..…..9
BAB IV
Pembahasan dan Hasil Penelitian…………………………………………………………….12
BAB V
Kesimpulan……………………………………………………………………………….…..16
Saran……………………………………………………………………………………….…16
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………..17
Lampiran……………………………………………………………………………………..18
ABSTRAK

Proses pembelajaran bahasa, metode dan teknik pengajaran bukanlah satu-satunya faktor
yang menentukan keberhasilan kegagalan proses pembelajaran bahasa. Ada faktor lain yang
turut mendeterminasikan keberhasilan proses pengajaran bahasa, salah satu faktor tersebut
adalah tersedianya lingkungan yang menyenangkan. Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’
menerapkan pembelajaran bahasa arab berbasis program bi’ah lughawiyah, dengan
lingkungan yang menyenangkan sehingga pembelajaran menjadi lebih mudah. Metode
penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Perencanaan bi’ah lughawiyah
meliputi, rapat intern tim pelaksana, penentuan pembimbing, pembagian kelompok dan
penyusunan jadwal. Pelaksanaan diawali dengan pembekalan kepada pendidik dan
pemandu, pelaksanaan program, penentuan materi, penetuan metode pembelajaran.
Pengawasan program bi’ah lughawiyah yang dilakukan meliputi monitoring dan evaluasi
terhadap hasil pembelajaran.
Kata Kunci : Optimalisasi Manajemen, Bi’ah Lughawiyah, Keterampilan Berbahasa
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, suatu negeri yang maju dan
berperadaban disebabkan besarnya perhatian terhadap pendidikan. Sebaliknya titik
kehancuran suatu negeri disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap pendidikan.
Pendidikan ibarat pilar-pilar pada gedung besar yang menyangga dan menahan akan
kokohnya sebuah bangunan. Setiap pendidikan memerlukan manajemen yang baik
dan tepat, untuk memudahkan mencapai kesuksesan suatu tujuan dalam pendidikan.
Diperlukan adanya pengelolaan, penataan, dan pengaturan ataupun kegiatan yang
sejenis yang masih berkaitan dengan lembaga pendidikan guna mengembangkan
sumber daya manusia agar dapat memenuhi tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Manajemen yang baik menentukan baik buruknya pembelajaran, bagaimana seorang
guru menggunakan metode yang tepat, penyediaan alat belajar yang cukup, dan
suasana kelas yang kondusif. Itu semua sangat mempengaruhi keberhasilan dalam
belajar.
Manajemen adalah proses kegiatan menyusun, merapihkan, menertibkan serta mengatur
yang dilakukan oleh seseorang individu atau kelompok, sehingga mampu mensistematikan,
menata, mengurutkan, menertibkan dan merapikan hal-hal yang diperlukan dalam mencapai
suatu tujuan yang sudah ditetapkan.
Sama halnya dalam pendidikan, proses belajar mengajar juga membutuhkan kepada
manajemen sehingga mendapatkan hasil pendidikan yang baik dan unggul. Mulai dari
manajemen kurikulum, peserta didik, kepegawaian, tatalaksana Lembaga pendidikan, sarana
dan prasarana, keuangan, hingga layanan khusus Lembaga pendidikan.
Ada beberapa fungsi manajemen yang dapat diterapkan di lembaga pendidikan, menurut
G.R. Terry yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan)1. Fungsi-fungsi manajemen ini sangat penting
dalam lembaga pendidikan. Jika suatu lembaga pendidikan menerapkan fungsi manajemen
diatas maka lembaga tersebut akan mudah dalam menyukseskan visi misi dan tujuan
lembaganya. Oleh karena itu, manajemen sangatlah penting dalam memajukan suatu lembaga
pendidikan. Termasuk lembaga pendidikan nonformal, menurut Nurfuadi pendidikan
nonformal adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, dan
1
S I P Ahmad Mustanir, “Konsep Dasar Administrasi,” Pengantar Ilmu Administrasi Publik, no. 0305192100
(2022): 1.
terencana di luar kegiatan lembaga sekolah2.
Dalam proses pembelajaran bahasa, faktor pendukung sangat dibutuhkan keberadaannya.
Salah satu faktor pendukung tersebut adalah adanya lingkungan yang mendukung dan
memadai. Dengan adanya lingkungan yang mendukung dan memadai, tentu pelaksanaan
proses pembelajaran bahasa akan berjalan dengan baik. Sebagai contoh lingkungan yang
mendukung yaitu lingkungan yang terdapat di pondok pesantren Gontor. Adanya lingkungan
yang mendukung untuk selalu menggunakan bahasa Arab dalam kegiatan sehari-hari dapat
mempermudah tercapainya penguasaan keterampilan berbicara. Hal ini didasarkan karena
dengan adanya lingkungan yang mendukung untuk selalu menggunakan bahasa Arab dalam
kegiatan sehari-hari, merupakan suatu kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain
yang tidak berada dalam lingkungan yang mendukung mereka untuk selalu menggunakan
bahasa Arab.
Henry Guntur Tarigan menyatakan bahwa kualitas keterampilan berbahasa seseorang
jelas bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya
kosakata yang kita miliki maka semakin besar pula kemungkinan kita terampil berbahasa.
Kaitannya dengan keterampilan berbicara sangatlah jelas sekali, karena penguasaan akan
kosa kata yang baik akan memberikan dampak terhadap penguasaan keterampilan berbicara
seseorang. Akan tetapi, dalam praktiknya kita dihadapkan kepada beberapa masalah dalam
aktivitas keterampilan berbicara antara lain: 1) Peserta didik gerogi berbicara karena :
khawatir melakukan kesalahan, takut dikritik, khawatir kehilangan muka, sedikit malu. 2)
Tidak ada bahan untuk dibicarakan : tidak bisa berfikir tentang apa yang mau dikatakan, tidak
ada motivasi untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. 3) Kurang atau tidak ada partisipasi
dari peserta didik lainnya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa peserta didik yang cenderung
mendominasi, yang lain sedikit berbicara. 4) Penggunaan bahasa ibu, merasa tidak bisa
berbahasa asing3.
Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’ merupakan pesantren yang dihuni oleh mahasiswi yang
menempuh studi di Malang. Dengan berbagai latar belakang santri menjadikan pengasuh
pondok pesantren membuat program bi’ah lughawiyah. Dengan adanya program ini
diharapkan santri bisaa menguasai bahasa arab sehingga ia bisa menguasai ilmu-ilmu agama
lainnya.
Program ini baru berjalan sekitar 1,5 tahun sehingga masih banyak hal yang perlu

2
Vairuz Meutia and Rohmah Ageng Mursita, “Kompetensi Pedagogik Guru Kelas Dalam Pembelajaran Peserta
Didik Tunarungu,” Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 9, no. 1 (2018): 19–27,
https://doi.org/10.17509/cd.v9i1.11345.
3
Abdul Wahab Rosyidi, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab (UIN Maliki-Press, 2011).
diperbaiki dan dikembangkan. Melihat berjalannya program ini maka penulis tertarik untuk
meneliti manajemen program bi;ah lughawiyah di pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’ untuk
melihat keunggulan dan kekurangan, sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
membantu berkembangnya program ini.
Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’ bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang dapat memadukan ilmu agama ke dalam berbagai disiplin ilmu lainnya,
melalui penguasaan Bahasa Arab dengan baik dan benar. Selain itu, mahasiswi diharapkan
memiliki keterampilan menyimak (maharatul istima’), keterampilan berbicara (maharatul
kalam), keterampilan membaca (maharatul qira’ah) dan dan keterampilan menulis (maharatul
kitabah) dalam bahasa Arab.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana manajemen pembelajaran Bahasa Arab Bi’ah Lughawiyah di Pesantren
Mahasiswi Al-Azkiya’ Malang?
2. Apa kelebihan dan kekurangan program Bi’ah Lughawiyah di Pesantren Mahasiswi
Al-Azkiya’ Malang?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mendeskripsikan konsep manajemen pembelajaran Bahasa Arab Bi’ah
Lughawiyah di Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’ Malang.
BAB II
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Suharsimi (1998: 130) menjelaskan bahwa menurut jenisnya penelitian ini
merupakan jenis penelitian lapangan (field research) yaitu penelitan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh dari sasaran atau subjek penelitian yang
selanjutnya disebut informen atau responden melalui instrumen pengumpulan data
seperti wawancara, observasi, dan sebagainya. Ditinjau dari segi datanya penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Lexy J. Moloeng (2002: 6)
yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata dan
bukan angka-angka dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif
digunakan untuk memahami, mencari makna dibalik data, untuk menemukan kebenaran,
baik kebenaran empirik sensual, empirik logik, dan empiril etik (Kasiram, 2010: 177).
Tujuan dari penelitian kualitatif sendiri adalah menyusun bangunan dalam idiografik
yaitu upaya memberikan deskripsi atau human atau individual khusus, tidak ada pretensi
untuk mencari generalisasi, paling jauh memberi wawasan tentang kemungkinan
transferabilitas. Subyek penelitian adalah orang atau apa saja yang menjadi sumber data
dalam penelitian. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto bahwa subyek penelitian adalah
subyek dimana data diperoleh baik berupa benda bergerak atau proses sesuatu (Arikunto,
2002: 107). Kemudian metode penentuan subyek yang penulis gunakan adalah dengan
menggunakan teknik populasi, yaitu semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang
diperoleh dari sampel itu hendaknya digeneralisasikan. Adapun yang menjadi subyek dalam
penelitian ini meliputi; a) Guru bahasa Arab; b) Santri Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’
Malang.
B. Waktu dan Tempat
Peneliti melakukan pengambilan data yaitu meliputi wawancara, observasi, dan
dokumentasi pada tanggal 8 Januari 2024 yang dilaksanakan langsung di Pesantren
Mahasiswi Al-Azkiya’.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan dan pengolahan data dalam penlitian ini meliputi, pertama,
Observasi. Sugiyono (2009: 146) memaparkan bahwa dari segi proses pelaksanaan
pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi; (1) observasi berperan serta
(paticipant observation) yaitu suatu kegiatan pengamatan dimana seorang peneliti terlibat
langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. (2) observasi non partisipant yakni suatu kegiatan
pengamatan dimana seorang peneliti tidak terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati dan hanya sebagai pengamat independen. Teknik observasi yang
digunakan oleh peneliti adalah observasi non participan dimana peneliti tidak terlibat
langsung dalam kegiatan pembelajaran, tetapi hanya sebagai pengamat independen dalam
kegiatan yang berlangsung di lokasi penelitian tersebut.
Kedua, Interview (wawancara). Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara
terstruktur, agar data yang diperoleh tersusun dengan sistematis sesuai dengan yang telah
ditentukan. Ketiga, Dokumentasi. Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar
maupun elektronik (Syaodih, 2009: 221). Teknik dokumentasi digunakan sebagai upaya
untuk mencari data yang akurat dari bahan tertulis yang berkitan dengan masalah penelitian.
Langkah-langkah yang diambil peneliti dalam analisis data adalah sebagai berikut : a)
Pengumpulan data, untuk memperoleh data di lapangan yang dilakukan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi; b) Reduksi data, yaitu sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pangabstrakan, transformasi data yang muncul dari catatan
tertulis di lapangan; c) Penyajian data, penyajian disini dibatasi sebagai penyajian
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.
Dalam penyajian data akan dianalisis data yang bersifat deskriptif analisis yaitu mengurai
seluruh konsep yang ada hubungnnya dengan pembahasan penelitian (Baker, 1996: 10). Dan
d) Penarikan kesimpulan, merupakan kegiatan penggambaran yang utuh dari objek penelitian.
Proses penarikan masalah didasarkan pada hubungan informasi yang tersusun dalam suatu
bentuk yang dipadu pada penyajian data.
BAB III
KAJIAN TEORI

A. Kajian Terdahulu
NO JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN
1 OPTIMALISASI MANAJEMEN - Membahas - Subyek
PROGRAM BI'AH program bi’ah penelitian
LUGHAWIYAH SEBAGAI lughawiyah
UPAYA MENINGKATKAN - Membahas
PENGUASAAN manajemen
KETERAMPILAN pembelajaran
BERBAHASA ARAB - Metode penelitian
kualitatif
2 Perkuliahan Bahasa Arab Dasar - Membahas bi’ah - Tidak
Ilmu Nahwu Dan Shorof Dengan lughawiyah membahas
Wasailul Idhah Pada Pemula - Menggunakaan manajemen
Untuk Mengoptimalkan Bi’ah metode penelitian pembelajara
Lughawiyah Di Universitas Islam kualitatif n
Zainul Hasan Genggong Kraksaan
Probolinggo
3 MANAJEMEN - Membahas - Subyek
PEMBELAJARAN BAHASA manajemen penelitian
ARAB DI SEKOLAH (Studi pembelajaran terhadap
Kasus di SMK Muhammadiyah 2 Bahasa arab siswa SMK
Playen Yogyakarta)

B. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Manajemen
Pengertian Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Manajemen adalah suatu ilmu juga seni untuk membuat orang
lain mau dan bersedia berkerja untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan bersama
oleh sebab itu manajemen memerlukan konsep dasar pengetahuan, kemampuan untuk
menganalisis situasi, kondisi, sumber daya manusia yang ada dan memikirkan cara
yang tepat untuk melaksanakan kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.
Pada hakekatnya kegiatan manusia pada umumnya adalah mengatur (managing)
untuk mengatur disini diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama. Pengertian Manajemen adalah suatu rangkaian proses yg
meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan
pengendalian dalam rangka memberdayakan seluruh sumber daya organisasi/ perusahaan,
baik sumberdaya manusia (human resource capital), modal (financial capital), material
(land, natural resources or raw materials), maupun teknologi secara optimal untuk
mencapai tujuan organisasi/ perusahaan. Manajemen selalu dipakai dan sangat penting
untuk mengatur semua kegiatan dalam rumah tangga, sekolah, koperasi, yayasanyayasan,
pemerintahan dan lain sebagainya.
Manajemen dibutuhkan dibutuhkan oleh individu atau kelompok individu, organisasi
bisnis, organisasi sosial atau pun organisasi pemerintah untuk mengatur, merencanakan
segala hal untuk memperoleh hasil yang optimal pada waktu yang akan datang.
Manajemen dibutuhkan oleh semua orang, karena tanpa manajemen yang baik, segala
usaha yang dilakukan kurang berhasil.
Dalam perkembangannya proses manajemen adalah langkah langkah strategis yang
juga adalah manfaat dari manajemen tersebut. Untuk mencapai tujuan organisasi, oleh
karena itu manjer perlu menjaga keseimbangan yang berbeda yaitu tuntutan stakeholders
dan tuntutan pekerja. Tiap-tiap organisasi tentunya memiliki satu atau sebagian tujuan
yang memastikan arah serta menjadikan satu pandangan unsur manajemen yang ada
dalam organisasi itu. Sudah tentunya tujuan yang mau diraih nantinya yaitu satu kondisi
yang tambah baik daripada kondisi diawalnya. Dalam perkembangannya manajemen
digunakan untuk mengendalikan organisasi.

2. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni planning (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan), dan controlling (pengawasan).
Yaitu :
1) Planning (perencanaan)
Menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk
mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan
keputusan, karena termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan.
Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna
merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang. Proses
Perencanaan Proses perencanaan berisi empat tahap : Menentukan tujuan
perencanaan, Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan, Mengembangkan
dasar pemikiran kondisi mendatang, cara untuk mencapai tujuan, dan
mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi hasilnya.
Alasan Perlunya Perencanaan Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan.
Perencanaan dilakukan untuk mencapai : “protective benefits” artinya yang
dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadnya kesalahan dalam pembuatan
keputusan, dan “positive benfits” artinya dalam bentuk meningkatnya sukses
pencapaian tujuan organisasi. Unsur-unsur Perencanaan Suatu perencanaan yang
baik harus menjawab enam pertanyaan yang tercakup dalam unsur-unsur
perencanaan yaitu: tindakan apa yang harus dikerjakan, yaitu mengidentifikasi
segala sesuatu yang akan dilakukan, apa sebabnya tindakan tersebut harus
dilakukan, yaitu merumuskan faktor-faktor penyebab dalam melakukan tindakan,
tindakan tersebut dilakukan, yaitu menentukan tempat atau lokasi, kapan tindakan
tersebut dilakukan, yaitu menentukan waktu pelaksanaan tindakan, siapa yang
akan melakukan tindakan tersebut, yaitu menentukan pelaku yang akan
melakukan tindakan, dan bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut, yaitu
menentukan metode pelaksanaan tindakan.
2) Organizing (Pengorganisasian)
Organizing berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat,
yaitu proses pengelompokan kegiatankegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan dan
penugasan setiap kelompok kepada seorang manajer. Pengorganisasian
mempersatukan sumber-sumber daya pokok dengan cara yang teratur dan
mengatur orang-orang dalam pola yang demikian rupa, hingga mereka dapat
melaksanakan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Pengorganisasi adalah proses dan rangkaian kegiatan dalam pembagian
pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok
pekerjaan, penentuan hubungan pekerjaan yang baik diantara mereka, serta
pemeliharaan lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang pantas.
3) Actuating (Penggerakan)
Penggerakan adalah satu usaha untuk menggerakan anggotaanggota kelompok
demikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran-
sasaran perusahaan yang bersangkutan dan sasaran-sasaran anggota-anggota
perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu ingin mencapai sasaran-sasaran
tersebut. Menggerakkan berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang
pada akhirnya merupakan pusat sekitar apa aktivitas-aktivitas manajemen
berputar. Nilai-nilai, sikap, harapan, kebutuhan, ambisi, harapan, pemuasan
seseorang dan interaksinya dengan orang-orang lain dan dengan lingkungan fisik
kesemuanya bertautan dengan proses menggerakan
4) Controlling (Pengawasan
Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk mencocokkan apakah kegiatan
operasional (actuating) di lapangan sesuai dengan rencana (planning) yang telah
ditetapkan dalam mencapai tujuan (goal) dari organisasi, Dengan demikian yang
menjadi obyek dari kegiatan pengawasan adalah mengenai kesalahan,
penyimpangan, cacat dan hal-hal yang bersifat negatif. Sebutan controlling lebih
banyak digunakan karena lebih mengandung konotasi yang mencakup penetapan
standar, pengukuran kegiatan, dan pengambilan tindakan korektif.

3. Pengertian Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab


Istilah manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu manus atau mano atau mantis yang
berarti tangan dan agere berarti melakukan. Selanjutnya dua istilah (manus dan agere)
kemudian digabungkan menjadi satu istilah yang mengandung kata kerja, managere, yang
berarti menangani, mengurus, mengelola. Istilah managere selanjutnya diterjemahkan
kedalam bahasa Inggris berbentuk kata kerja menjadi “to manage“ dengan kata benda “
management “ dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen 4. Manajemen
dalam arti luas, adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian semua
sumber daya milik organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Hanry L. Sisk mendefinisikan Management is the coordination
of all resources through the processes of planning, organizing, directing and controlling
in order to attain stted objectivies. Artinya manajemen adalah Pengkoordinasian untuk
semua sumber-sumber melalui proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan
dan pengawasan di dalam ketertiban untuk tujuan5.

4
Mathias Gemnafle and John Rafafy Batlolona, “Manajemen Pembelajaran,” Jurnal Pendidikan Profesi Guru
Indonesia (Jppgi) 1, no. 1 (2021): 28–42, https://doi.org/10.30598/jppgivol1issue1page28-42.
5
Maureen D. Mayes, “Principles of Management,” Scleroderma: From Pathogenesis to Comprehensive
Management, 2012, 571–76, https://doi.org/10.1007/978-1-4419-5774-0_47.
Selanjutnya, mengenai pembelajaran berasal dari kata “instruction” yang berarti
“pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak
dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik 6. Menurut Undang-
undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan. Pembelajaran adalah
proses interaktif peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar7.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa manajemen
pembelajaran bahasa Arab merupakan usaha untuk mengelola pembelajaran bahasa Arab
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran guna mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efesien.

4. Pengertian Bi’ah Lughawiyyah


Bi’ah Lughawiyyah adalah lingkungan bahasa Arab di mana seseorang melakukan interaksi
dengan orang lain menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasinya. Bi’ah Lughawiyyah
merupakan fasilitas utama bagi pelajar dalam memperoleh bahasa pertama dan kedua. Bahasa pertama
pelajar adalah bahasa ibu yang diperoleh sejak lahir hingga dewasa sedangkan bahasa kedua mereka
adalah bahasa Arab yang diperoleh melalui bi’ah lughawiyyah. Bi’ah Lughawiyyah ini sangat penting
dalam mewujudkan keterampilan berbicara untuk komunikasi sehari-hari. Dengan adanya Bi’ah
Lughawiyah, para pelajar sangat semangat dan senang dalam memperoleh bahasa Arab karena dengan
adanya Bi’ah Lughawiyyah mereka merasakan bahwa seakan-akan mereka hidup di daerah Timur
Tengah sehingga semangat untuk berdialog dengan menggunakan bahasa Arab sangat tinggi bahkan
mereka malu jika tidak berbicara menggunakan bahasa Arab8.
Tujuan penciptaan lingkungan berbahasa Arab adalah: 1) untuk membiasakan pembelajar dalam
memanfaatkan bahasa Arab secara komunikatif melalui praktik percakapan, diskusi, seminar, ceramah
dan berekspresi melalui tulisan, 2) memberikan penguatan (reinforcement) pemerolehan bahasa Arab
yang sudah dipelajari dalam kelas, 3) menumbuhkan kreativitas dan aktivitas berbahasa Arab yang
terpadu antara teori dan praktek dalam suasana informal yang menyenangkan. Ringkasnya, tujuan
penciptaan lingkungan berbahasa Arab adalah meningkatkan kemampuan dan keterampilan
mahasiswa, dosen dan lainnya dalam berbahasa Arab secara aktif, baik lisan maupun tulisan, sehingga
proses pembelajaran bahasa arab menjadi lebih dinamis, efektif dan bermakna 9.
6
D I Madrasah et al., “7_Ganjil_Tati,” n.d., 75–89.
7
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL, “UU RI INDONESIA,” Demographic Research 49, no. 0 (2003): 1-33 : 29 pag
texts + end notes, appendix, referen.
8
M. Rizal Rizqi and M Rizal Rizqi, “Peran Jasus Dalam Menciptakan Bi’ah Lughawiyyah Di Pondok Pesantren
Modern Fadllillah Tambak Sumur-Waru-Sidoarjo,” EL-IBTIKAR: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab 8, no. 2
(2019): 123–48, https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/ibtikar/article/view/5512.
9
A Hidayat, “Bi’ah Lughowiyah (Lingkungan Berbahasa) Dan Pemerolehan Bahasa,” Jurnal Pemikiran Islam
37, no. 1 (2012): 35–44, https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/52458633/311-591-1-SM-libre.pdf?
1491273497=&response-content-disposition=inline%3B+filename
%3DBIAH_LUGHOWIYAH_LINGKUNGAN_BERBAHASA_DAN.pdf&Expires=1685810373&Signature=
Vmt5Sd-d5h9F7g~7dirS9F3fH92OfvGrIGCRvY0g8rUPjUDDX.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

1. Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab Bi’ah Lughawiyah


Manajemen Bi’ah Lughowiyah adalah proses pengelolaan lingkungan bahasa, Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk mengungkap
penerapan manajemen bi’ah lughowiyah di Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’ Malang.
Hasil penelitian ini adalah Manajemen bi’ah lughowiyyah di Pesantren Mahasiswi
Al-Azkiya’ adalah sebagai berikut : a. Perencanaan, di Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’,
dalam penerapan manajemen bi’ah lughowiyyah ini belum memakai kurikulum ponpes
madarijul ulum namun masih memakai kurikulum saduran dari ponpes moderen yang ada di
Indonesia. b. Organitation, Organisasi yang ada di Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’ ini
diantaranya yaitu : Muharrikul Lughoh dan Qismul Lughoh, di Pesantren Mahasiswi Al-
Azkiya’ pembagian Qismullughoh itu ada 3tingkatanyaitu: Marhalah ula, Marhalah wustho,
Marhalah ‘Ulya. c. Action (Pelaksanaan Pembelajaran), dalam pelaksanaan pembelajaran
bahasa arab di Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’ Malang dengan 2 metode yakni :
Menggunakan Metode Kosa Kata ( Mufrodat ), Menggunakan Metode Muhadatsah. d.
Controlling ( bentuk Pengawasan ), Pengawasan yang terkait dengan pembelajaran bahasa
arab dipesantren dari sisi muhadatsah yaitu dengan pengawasan yang intensif. e. Evaluasi,
Bentuk evaluasi penilaian terhadap pembelajaran bahasa arab adalah dengan 3 bentuk
evaluasi. Diantaranya : jangka pendek ( mingguan ), Jangka Menengah (Bulanan), Jangka
Panjang (Tahunan).
2. Kelebihan dan Kekurangan Program Bi’ah Lughawiyah
Adapun kelebihan dan kekurangan program sebagai berikut: a. Kelebihan
program: Program bī‟ah lugawiyyah di Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’ didukung
penuh dan menjadi bagian dari program resmi pondok pesantren. Kegiatan
kebahasaan yang diterapkan sarat dengan penguatan maharat lughawiyah yang empat.
Program bī’ah lugawiyyah juga bertujuan membangun karakteristik kepemimpinan
pada mahasiswa. Menggunakan direct method dalam kegiatan muhadatsah yaumiyyah
dimana para siswa diarahkan untuk bicara langsung sesuai kebutuhannya tanpa takut
salah. Keberadaan bī’ah lugawiyyah membantu santri di jurusan agama memahami
kitab-kitab yang mereka pelajari di kelas. Sistem kaderisasi yang baik dalam program.
Keterlibatan penuh tenaga-tenaga guru yang berkompeten dan berperan sebagai
model. Sistem dan peraturan yang dijalankan relatif sangat baik, dimana reward and
punishment berlaku pada bī’ah lugawiyyah ini. b. Kekurangan: Jumlah pengurus
bahasa untuk difungsikan sebagai model relatif kurang dalam kegiatan muhadatsah
yaumiyyah. Keteladanan kebahasaan para guru dan pengasuh kurang maksimal.
Fungsi sarana dan prasarana yang belum dimaksimalkan. Banyak papan petunjuk dan
pengumuman yang tidak menggunakan bahasa Arab. Gejala interferensi kebahasaan
(at-tadakhul allughawi) sangat dominan. Heteregonitas masyarakat bī’ah lugawiyyah
yang sebagian bukan dari background bahasa Arab berpengaruh negatif terhadap
kultur dan sistem bī’ah lugawiyyah

3. Perencanaan Program Bi’ah Lughawiyah


a. Rapat-rapat intern tim pelaksana.
Rapat merupakan suatu alat komunikasi langsung antara pimpinan dengan
stafnya. Rapat (conference atau meeting) merupakan pertemuan antara para anggota
lingkungan untuk merundingkan atau menyelesaiakan suatu masalah yang
menyangkut kepeningan bersama. Hal ini dilakukan oleh pengelola pesantren bahasa
program studi Pendidikan Bahasa Arab bertujuan untuk: 1) untuk memecahkan atau
mencari jalan keluar jika terdapat masalah kaitannya pelaksanaan program pesantren
bahasa, 2) untuk menyampaikan informasi, 3) sebagai alat koordinasi antarintern atau
antarekstern, 4) agar peserta rapat dapat ikut berpartisipasi kepada masalah-masalah
yang sedang terjadi. 5) Menyatukan pemahaman tentang proses pelaksanaan program
pesantren bahasa.
b. Penentuan pembimbing/pemandu.
Tujuan dalam penentuan pembimbing dan pemandu dalam program ini
dilakukan untuk menentukan tugas pokok dan fungsi serta siapa saja yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan program pembelajaran. Hal ini dilakukan
mengingat membelajarkan orang dewasa, seorang pendidik tepat dikatakan sebagai
pembimbing, karena pembimbing itu lebih mengutamakan kegiatan belajar pada
keaktifan peserta didik. Pendidik lebih banyak membimbing peserta didik dalam
kegiatan pendidikan orang dewasa.
c. Pembagian kelompok kelas mahasiswa.
Pembagian kelompok dilakukan oleh pengurus pesantren, tujuannya adalah: 1)
memberikan kesempatan para mahasiswa untuk menggunakan keterampilan bertanya
dan membahas suatu masalah 2) memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah. 3)
mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampailan berdiskusi. 4)
memungkinkan pembimbing dan pemandu untuk lebih memperhatikan mahasiswa
sebagai individu serta kebutuhannya belajar.5) mahasiswa lebih aktif bergabung
dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi. 6)
memberi kesempatan kepada siswa untuk megembangkan rasa menghargai dan
menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka
telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.
d. Penyusunan jadwal
Penjadwalan dilakukan untuk kegiatan pengalokasian sumber-sumber atau
yang ada untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.
Penjadwalan Penjadwalan juga didefinisikan sebagai rencana pengaturan urutan kerja
serta pengalokasian sumber, baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang
harus diselesaikan. Dalam hal ini penjadwalan yang dilakukan oleh pengelola
program pesantren bahasa program studi Pendidikan Bahasa Arab bertujuan untuk : a)
Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga
total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat. b).
Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu
penyelesaian sehingga akan meminimalisasi kelambatan. c) Membantu pengambilan
keputusan mengenai perencanaan program.

4. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BI’AH LUGHAWIYAH


a. Tahapan penyelenggaraan pembelajaran Bahasa Arab bi’ah lughawiyah :
1. Penentuan kelompok-kelompok Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’.
2. Pengumuman anggota kelompok berikut pembimbing berdasarkan hasil
placement test.
3. Mengikuti program bi’ah lughawiyah yang terdiri dari: Teori dan praktik Bahasa
Arab serta ujian lisan dan tulisan.
4. Evaluasi terhadap realisasi program bi’ah lughawiyah dan perkembangan
mahasiswa.
b. Materi Program Program Pesantren Bahasa (Al-Ma’had Lughawy) yang diberikan
kepada mahasiswa mencakup atas;
1) Al-Maharat Al-Lughawiyah Al-‘Arabiyah
2) Qowaidul Lughah (Nahwu dan Shorof)
3) Isti’abul Mufradat
Metode Pembelajaran keterampilan berbahasa yang digunakan adalah metode
mubasyaroh dan intiqoiyah. Thariqah mubasyaroh (metode langsung/Direct
method) yaitu cara menyajikan materi pelajaran bahasa asing dimana guru
langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa
menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata-
kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru mengartikan dengan
menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan, menggambar-kan dan lain-lain.
c. Pengawasan Program Bi’ah Lughawiyah
1. Monitoring Oleh Pengurus
Usaha pencapaian tujuan program dalam sebuah organissasi harus selalu
diupayakan oleh pihak manajemen. Upaya tersebut dimulai dari menyusun rencana
stategis jangka panjang yang memuat penetapan visi, misi dan tujuan organisasi. Visi,
misi dan tujuan strategis organisasi merupakan komitmen bersama seluruh warga di
dalam organisasi untuk mewujudkannya. Rencana strategis selanjutnya dijabarkan
dalam rencana operasional satu tahunan yaitu dengan menjabarkan Visi, misi dan
tujuan menjadi sasaran jangka pendek dan program-program kegiatan. Berbagai
program yang telah dan akan dilaksanakan memerlukan peningkatan kinerja pimpinan
dan staf organisasi baik dalam sistem perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasinya.
Keberhasilan suatu program dapat dilihat dari kesesuaian antara perencanaan
dan pelaksanaannya, terukur atau akuntabel hasilnya, serta ada keberlanjutan aktivitas
yang merupakan dampak dari program itu sendiri. Melalui kegiatan monitoring dan
evaluasi (monev) maka keberhasilan, dampak dan kendala pelaksanaan suatu program
dapat diketahui. Ditinjau dari aspek pelaksanaan, monev memerlukan keterampilan
petugas. Petugas adalah seorang evaluator yang terampil untuk mengumpulkan
berbagai data yang sesuai dengan tujuan monitoring dan evaluasi. Selain itu,
kejujuran, keuletan, dan penguasaan pengetahuan tentang monitoring dan evaluasi
menjadi tututan kualifikasi petugas. Bila ditinjau dari aspek sistim monitoring dan
evaluasi, maka staf yang terlibat dalam kegiatan ini harus mampu merencanakan,
menyiapkan, melaksanakan dan melaporkan seluruh kegiatan monitoring dan
evaluasi.
2. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran
Evaluasi berfungsi pertama, untuk menilai keberhasilan mahasiswa dalam
penncapaian kompetensi dan kedua,sebagai umpan balik untuk perbaikan proses
pembelajaran. Kedua fungsi tersebut sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai
fungsi formatif.
Fungsi sumatif adalah apabila evaluasi ini digunakan untuk melihat
keberhasilan suatu program yang direncanakan. oleh karena itu, evaluasi sumatif
berhubungan dengan pencapaian suatu hasil yang dicapai suatu program.
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program
belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu
sendiri. Penilaian formatif berorientasi pada proses, yang akan memberikan informasi
kepada guru apakah apakah program atau proses belajar mengajar masih perlu
diperbaiki.
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program
misalnya penilaian yang dilaksanakan pada akhir caturwulan, akhir semester atau
akhir tahun.Tujuan penilaian ini adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh para
siswa, yakni seberapa jauh siswa telah mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum. Penilaian ini berorientasi pada produk/hasil.
Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa serta faktor-faktor penyebabnya. Pelaksanaan penilaian
semacam ini biasanya bertujuan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran
remedial, menemukan kasus-kasus dan lain-lain.
Secara spesifik pelaksanaan evaluasi terhadap hasil program bi’ah lughawiyah
di Pesantren Mahasiswi Al-Azkiya’ ini secara formal melalui kegiatan non formal
melihat kemampuan mahasiswi melalui berbagai kegiatan tadribul khitobat, tadribul
mufrodat, istiabul mufrodat dan lain-lain.
BAB V
A. KESIMPULAN
Pelaksanaan program bi’ah lughawiyah di pesantren mahasiswi Al Azkiya’
diawali dengan pembekalan kepada tenaga pengajar dan pemandu oleh tim ahli
Bahasa, pelaksanaan program Bi’ah Lughawiyah pesantren mahasiswi Al Azkiya’
mulai dari penentuan kelompok mahasiswa dalam pembelajaran, penentuan materi
program program Bi’ah Lughawiyah pesantren mahasiswi Al Azkiya’ yang diberikan
kepada mahasiswi, bahkan sampai penetuan metode pembelajaran keterampilan
berbahasa yang digunakan di pesantren mahasiswi Al Azkiya’ adalah metode
mubasyaroh dan intiqoiyah. Pengawasan program bi’ah lughawiyah yang dilakukan
oleh pesantren bahasa program studi Pendidikan Bahasa Arab meliputi monitoring
yang dilakukan oleh ketua pengurus dan juga evaluasi terhadap hasil pembelajaran.
Dalam pelaksanaan program bi’ah lughawiyah tentu ada kelebihan dan juga
kekurangan. Adapun kelebihan Program bī‟ah Lughawiyah dipesantren mahasiswi Al
Azkiya’ didukung penuh dan menjadi bagian dari program resmi pondok pesantren.
Kegiatan kebahasaan yang diterapkan sarat dengan penguatan maharat lughawiyah
yang empat. Program bī’ah lugawiyyah juga bertujuan membangun karakteristik
kepemimpinan pada siswa. Dan kekurangan dari program ini adalah jumlah pengurus
bahasa untuk difungsikan sebagai model relatif kurang. Keteladanan kebahasaan para
guru dan pengasuh kurang maksimal. Fungsi sarana dan prasarana yang belum
dimaksimalkan dan Banyak papan petunjuk dan pengumuman yang tidak
menggunakan bahasa Arab.

B. SARAN
Dari program bi’ah lughawiyah diharapkan akan berjalan konsisten dan
berkelanjutan serta selalu memiliki inovasi dan kreatifitas guna mencapai tujuan dari
pembelajaran Bahasa Arab. Sehingga diperlukan manajemen pembelajaran yang baik
untuk kelancaran program tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustanir, S I P. “Konsep Dasar Administrasi.” Pengantar Ilmu Administrasi Publik,


no. 0305192100 (2022): 1.
Gemnafle, Mathias, and John Rafafy Batlolona. “Manajemen Pembelajaran.” Jurnal
Pendidikan Profesi Guru Indonesia (Jppgi) 1, no. 1 (2021): 28–42.
https://doi.org/10.30598/jppgivol1issue1page28-42.
Hidayat, A. “Bi’ah Lughowiyah (Lingkungan Berbahasa) Dan Pemerolehan Bahasa.” Jurnal
Pemikiran Islam 37, no. 1 (2012): 35–44.
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/52458633/311-591-1-SM-libre.pdf?
1491273497=&response-content-disposition=inline%3B+filename
%3DBIAH_LUGHOWIYAH_LINGKUNGAN_BERBAHASA_DAN.pdf&Expires=16
85810373&Signature=Vmt5Sd-d5h9F7g~7dirS9F3fH92OfvGrIGCRvY0g8rUPjUDDX.
Madrasah, D I, Aliyah Negeri, Penelitian Pengembangan, Perangkat Pembelajaran, and
Berbasis Kontekstual. “7_Ganjil_Tati,” n.d., 75–89.
Mayes, Maureen D. “Principles of Management.” Scleroderma: From Pathogenesis to
Comprehensive Management, 2012, 571–76. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-5774-
0_47.
Meutia, Vairuz, and Rohmah Ageng Mursita. “Kompetensi Pedagogik Guru Kelas Dalam
Pembelajaran Peserta Didik Tunarungu.” Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini 9, no. 1 (2018): 19–27. https://doi.org/10.17509/cd.v9i1.11345.
Rizqi, M. Rizal, and M Rizal Rizqi. “Peran Jasus Dalam Menciptakan Bi’ah Lughawiyyah Di
Pondok Pesantren Modern Fadllillah Tambak Sumur-Waru-Sidoarjo.” EL-IBTIKAR:
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab 8, no. 2 (2019): 123–48.
https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/ibtikar/article/view/5512.
Rosyidi, Abdul Wahab. Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab. UIN Maliki-
Press, 2011.
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. “UU RI INDONESIA.” Demographic Research
49, no. 0 (2003): 1-33 : 29 pag texts + end notes, appendix, referen.
Lampiran

Dokumentasi

Arsip Wawancara
1. Bagaimana pembelajaran Bahasa arab dipesantren al Azkiya’ ?
2. Dalam pelaksanaan pembelajaraan,menurut anda seberapa penting manajemen
pembelajaran dan mengapa ?
3. Kami melihat ada program bi’ah lughawiyah,apa maksud dari program bi’ah
lughawiyah?
4. Sudah berjalan berapa lama program bi’ah lughawiyah ?
5. Apa kendala dan kelebihan bi’ah lughawiyah?
6. Apakah peserta didik ada peningkatan kemampuan berbahasa arab?
7. Apakah ada kegiatan yang menunjang program ini,seperti lomba dll?
8. Bagaimana proses atau tahapan manajemen pembelajaran Bahasa arab dipesantren al
Azkiya’?

Anda mungkin juga menyukai