Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Presentasi Mata Kuliah
“Tahlil al- Muhtawa fi al- Lughoh al- Arabiyah”
Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Dasar-dasar Penyusunan Buku Pendidikan..........................................................................6
B. Pengertian Kebahasaan.........................................................................................................9
C. Landasan Kebahasaan dalam Pendidikan.............................................................................9
D. Pengertian Sosial Budaya...................................................................................................10
E. Landasan Sosial Budaya dalam Pendidikan.......................................................................11
F. Sosial dan Pendidikan.........................................................................................................13
G. Kebudayaan dan Pendidikan...............................................................................................14
H. Perubahan Sosial Budaya Masyarakat................................................................................15
BAB III..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses komunikasi yang di dalamnya terkandung suatu
proses transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, baik yang
berlangsung di dalam maupun di luar sekolah, di lingkungan masyarakat, di lingkungan
keluarga dan pembelajarannya berlangsung sepanjang hayat (long life learning) dari satu
generasi ke generasi lainnya. Pendidikan sebagai gejala manusiawi yang dilakukan secara
sadar, di dalamnya tidak lepas dari keterbatsan- keterbatasan, baik yang melekat pada
peserta didik, pendidik, interaksi pendidik, serta pada lingkungan, serta sarana dan
prasarana pendidikan. Sebagai bagian dari proses dan sistem pendidikan, para pendidik
diwajibkan untuk memperkokoh landasan pendidikan yang dianutnya. Mengingat hakikat
pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanuasiakan manusia, maka para pendidik
perlu memahami hakikat manusia yang selanjutnya akan berimplikasi terhadap konsep
dan praktek pendidikan.
Pendidikan berfungsi sebagaimana mestinya, yakni memajukan dan membantu
manusia untuk dan tidak disalahgunakan untuk hal yang negatif. Landasan pendidikan
terdiri dari beberapa dasar dan landasan yang meliputi landasan kebahasaan, sosial
budaya dan lain-lain. Pengkajian tentang landasan selalu diarahkan pada unsur, aspek dan
upaya dalam penerapannya, sebagaimana yang akan diuraikan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar-dasar penyusunan buku pendidikan?
2. Apa landasan kebahasaan?
3. Apa landasan sosial budaya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar-dasar penyusunan buku pendidikan
2. Untuk mengetahui landasan kebahasaan
4
3. Untuk mengetahui landasan sosial budaya
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
pendidikan modern telah meletakan teori-teori pembelalajaran bahasa yang sesuai dengan
kebutuhan pembelajar Non Arab tersebut. Teori-teori yang perlu diperhatikan manakala
seorang guru ingin menyusun bahan ajar menurut al-Gholi (1991) ialah2:
1. Akar budaya dan sosial
Bahasa sesungguhnya adalah komponen budaya, sehingga tidak mungkin
membicarakan budaya tanpa bahasa karena bahasa itu sendiri merupakan produk budaya
dan sarana untuk ekspresi budaya. Memahami budaya Islam dianggap sebagai poin
penting dalam mempelajari bahasa Arab. Bagi pembelajar bahasa asing (jika ingin
menekuninya) maka ia harus mengenal dengan baik budaya masyarakat pemakai bahasa
tersebut agar terhindar dari kesalahan makna, maka belajar bahasa asing sesungguhnya
juga mempelajari budaya bahasa tersebut. Pembelajar bahasa Arab sebagai bahasa asing,
tidak cukup hanya mempelajari simbol-simbol kosa kata dan ungkapan-ungkapan yang
terpisah dari sosial masyarakat Arab yang Muslim, maka ketika menyusun bahan ajar
pembelajaran bahasa Arab hendaknya didasari dengan pengertian budaya Arab
sebagaimana budaya Islam yang diterapkan di sana, dengan menyesuaikan tingkat
kemampuan siswa dari sisi umur, kapasitas, latar belakang budaya dan kecenderungan
intelektualnya
2. Unsur Psikologi
Seperti diketahui bahwa siswa adalah komponen dasar dalam sebuah
pembelajaran, dialah yang menjadi objek garapan dan menjadi sasaran mulai awal hingga
akhir dalam proses pembelajaran. Maka proses ini tidak akan berlangsung dengan baik
sebelum mengetahui hakikat dari siswa itu sendiri, sesungguhnya mengetahui kondisi
kejiwaan siswa merupakan suatu hal yang penting sebelum menyusun materi
pembelajaran. Jelas bahwa setiap jenjang perkembangan anak memiliki ciri tersendiri
bahkan masing-masing anak akan sangat berbeda dalam hal karakter dan kemampuan
otaknya. Dari sini terlihat bahwa perbedaan-perbedaan yang mendasar ini hendaknya
menjadi perhatian sebelum menyiapkan materi ajar dan memilih materi pembelajaran.
Keberagaman yang terdapat pada pembelajar non-Arab ini akan berdampak pada
sikap mental dan motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab sehingga tingkat
keberhasilan belajarpun juga akan berbeda-beda. Terdapat keterkaitan yang erat antara
2
Nasir Abdullah Gholi and Abdul Hamid, “Ususu I’dadi Al-Kitab Al Ta’limi Li Ghoiri Al-Nathiqina Biha,” Darul
I’tishom (n.d.).
7
pola perkembangan individu anak terhadap keberhasilan belajar bahasa asing,
sebagaimana halnya terdapat perbedaan cara belajar anak kecil dan orang dewasa.
Perbedaan ini hendaknya diperhatikan dalam menyusun bahan ajar bahasa Arab. Berikut
beberapa hal yang juga patut untuk diperhatikan dalam menyusun bahan ajar:
a. Materi ajar hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa.
b. Memperhatikan perbedaan kejiwaan dan latar belakang siswa.
c. Merangsang pertumbuhan pola pikir sehingga membantu dalam rangka pemerolehan
bahasa.
d. Materi disusun berdasarkan tingkat kesiapan siwa.
e. Memperhatikan motivasi dan kecenderungan siswa secara umum.
f. Memahami ciri-ciri kusus dari kejiwaan masing-masing siswa.
g. Memperhatikan tingkat umur.
h. Menyediakan bahan-bahan ajar yang ilmiah dari situasi kehidupan yang membantu
siswa untuk berinteraksi dengan penutur asli.
i. Bahan ajar harus membentuk sikap dan nilai-nilai yang diharapkan ada pada diri
siswa.
3. Aspek Linguistik dan Pedagogis
Yang dimaksud aspek linguistik adalah bahan ajar yang disusun hakikatnya terdiri
dari huruf, kosa kata dan struktur kalimat yang hendak disampaikan kepada siswa dengan
tingkat kesulitan yang telah disesuaikan, sehingga makna yang terkandung tersebut dapat
dipahami dengan baik, Misalnya dalam menyampaikan struktur kalimat harus jelas
diketahui termasuk jenis apa struktur tersebut, struktur fi’liyah ataukah ismiyah, susunan
kalimat dimulai dari yang sederhana ataukah yang sulit dan demikian seterusnya. Aspek
kebahasaan ini akan mudah diformulasikan jika pedidik memiliki kemampuan pedagogis
yang baik, maka bisa dikatakan bahwa kedua aspek (linguistik dan pedagogis) tersebut
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan karena masing-masing akan selalu terkait.
Materi ajar dianggap baik jika peserta didik mendapatkan kesempatan yang cukup
untuk mengembangkan minat dan bakat mereka sehingga merasa terpenuhi kebutuhannya
bahkan termotivasi untuk berlatih dalam rangka meraih kompetensi-kompetensi yang
lain, dengan demikian bahan ajar tersebut dapat mendorong siswa untuk bertindak
mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam kehidupan dan meraih kesuksesan. Agar tujuan
8
pembelajaran dapat terealisasi dengan baik, maka bahan ajar harus disusun secara ilmiah
sesuai dengan standar kemampuan anak didik dan latar belakangnya.
B. Pengertian Kebahasaan
Setiap teks atau buku memiliki kaidah kebahasaan masing-masing yang
disesuaikan dengan jenis dan tujuan dari suatu buku. Kaidah kebahasaan dari setiap buku
perlu dipahami agar dapat membuat jenis buku dengan baik dan tentunya sesuai dengan
tujuannya.
Kebahaaaan berasal dari kata bahasa yang merupakan sistem lambang bunyi yang
arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri. Semua perihal yang berhubungan dengan bahasa disebut
dengan kebahasaan. Sementara itu, kaidah kebahasaan adalah aturan, dalil, atau pedoman
pasti yang digunakan dalam berbahasa.
Dalam setiap penggunaan bahasa, unsur kebahasaan selalu mengiringi tuturan
karena unsur kebahasaan merupakan peranti sistem bahasa mulai wujud yang paling
sederhana berupa bunyi sampai pada sistem yang paling kompleks berupa wacana.
Menurut Taufiqur Rahman dan Hamidulloh Ibda dalam buku yang berjudul Teks
dalam Kajian Struktur dan Kebahasaan, kaidah kebahasaan adalah aturan-aturan
mendasar yang menjadi standar untuk dipakai dalam pemahaman bahasa. Kaidah
kebahasaan juga digunakan untuk memahami bagaimana ketentuan mengatur tata cara
berbahasa baik secara lisan maupun tulisan.
Dengan demikian, pengertian dari kebahasaan adalah semua perihal yang
berhubungan dengan bahasa.
9
umum dapat dengan mudah memahami buku pendidkkan, maka buku pendidikan tersebut
dinilai memiliki kebahasaan yang baik.3
3
Andoyo Sastromiharjo, Teori Kebahasaan dan Pembelajarannya, Universitas Pendidikan Indonesia, 2008
4
Pengertian ruang lingkup sosial budaya dalam pendidikan,
https://www.academia.edu/23929840/PENGERTIAN_DAN_RUANG_LINGKUP_SOSIAL_BUDAYA_DALAM_PENDIDIK
AN diakses pada 14 Maret 2023, pukul 15.00
10
E. Landasan Sosial Budaya dalam Pendidikan
Faktor dan kekuatan yang mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan
kurikulum, dan diwakili dalam budaya masyarakat, itu warisan, realitas masyarakat,
sistemnya, prinsip-prinsipnya, masalah-masalah yang dihadapinya, dan kebutuhannya,
serta tujuan yang ingin dicapai. Dari uraian di atas, jelas bahwa kebijakan pendidikan
bermula dari karakteristik dan identitas masyarakat. Komunitas ini mendapat manfaat
dari hasil pendidikan dan berpartisipasi melalui lembaga lainnya dalam membentuk sifat
kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang bersangkut paut
dalam misi dan tugas antara realitas masyarakat dan hakikat pendidikan. Kedewasaan dan
kesadaran sosial berpartisipasi dalam menentukan parameter citra kurikulum yang
disetujui, dan dari sini kami menemukan perlunya pengembang kurikulum untuk
memperhitungkan tugas itu ketika merencanakan dokumen pendidikan. Basis sosial
mewakili aspek ilmiah dan landasan sosial prosedural, yang mewakili aspek teoretis dari
fondasi kurikulum.
Landasan sosial merupakan salah satu landasan penting dalam membangun dan
mengimplementasikan kurikulum, dan mereka terwakili dalam kekuatan sosial yang
membentuk ciri-ciri filosofi sosial atau sistem sosial suatu masyarakat, yang bersumber
dari warisan budaya masyarakat ini, nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang berlaku di
dalamnya, dan masalah-masalah sosial yang dideritanya dan mencari solusi yang tepat
untuk itu.
Seseorang hidup di tengah-tengah sekelompok kondisi material dan non-material
yang mengelilinginya dan dia dipengaruhi dan dipengaruhi olehnya, itulah yang
menentukan lingkungan manusia, yang dicirikan oleh perluasan, keragaman, dan
perkembangan. , maksudnya komponen alam atau yang disebut dengan geografi
lingkungan hidup, yang diwakili oleh sungai, laut, sumber kekayaan, cuaca, medan dan
lain-lain.
Kondisi non material merujuk pada faktor-faktor yang muncul sebagai akibat
interaksi seseorang dengan individu atau kondisi material di sekitarnya, termasuk kondisi
sosial yang direpresentasikan dalam hubungan sosial yang terkait dengan orang-orang di
sekitarnya, dan kondisi intelektual yang terwakili dalam pengalaman yang dia peroleh
selama interaksinya dengan situasi kehidupan yang berbeda, dan kebiasaan masyarakat
11
tempat dia tinggal, tradisi, nilai, dan normanya. Dengan demikian, komponen lingkungan
hidup manusia dapat dibedakan menjadi dua komponen yaitu komponen alam, dan
budaya, yaitu bagian dari lingkungan yang dibuat manusia sendiri dan disempurnakan
dengan pengalaman dan pengalamannya. Komponen alam, yang merupakan bagian
material dari lingkungan yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan diserahkan
kepada manusia untuk menjadi sumber bagi kelangsungan hidupnya, dan manusia
berinteraksi di setiap lingkungan dengan komponen alam tersebut untuk beradaptasi,
berinvestasi dan kembangkan mereka. Keanekaragaman komponen alam dalam satu
masyarakat menyebabkan keragaman lingkungan dan jenisnya yang berbeda-
beda.Kehadiran sungai dan laut membantu munculnya lingkungan pesisir, keberadaan
sumber kekayaan mineral membantu munculnya industri lingkungan, dan keberadaan
tanah datar dan sungai membantu munculnya lingkungan pertanian, dan lingkungan ini
disebut lingkungan lokal. . Lingkungan masyarakat setempat dibedakan satu sama lain,
karena setiap lingkungan memiliki sifat dan keterampilan tersendiri yang dibutuhkan oleh
individu yang tinggal di dalamnya. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan individu
untuk berinteraksi dengan lingkungan lokalnya, beradaptasi dengan komunitasnya, dan
berkontribusi untuk memecahkan masalah mereka, dan kurikulum merupakan sarana
pendidikan dalam mencapai hal tersebut.
Budaya Budaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dihasilkan oleh
seseorang dengan pikiran dan tangannya selama hidupnya di suatu tempat tertentu, baik
yang berupa materi, seperti perumahan, tempat ibadah, mesin, dan alat transportasi, atau
tidak materi, seperti adat istiadat. , tradisi, etiket, hukum, dan sistem Budaya terdiri dari
tiga komponen atau unsur yaitu generalitas, spesifik, dan varian atau
alternatif. Generalitas budaya: Mereka adalah komponen budaya yang dimiliki oleh
sebagian besar anggota masyarakat, dan termasuk ide, adat istiadat, tradisi, bahasa,
pakaian, pola dasar hubungan sosial, nilai, sikap, dan moral publik. Generalities diberikan
kepada budaya karakter umum yang membedakannya dari budaya lain, dan mengarah
pada adanya kepentingan bersama di antara anggota masyarakat yang bekerja pada
kohesi kelompok dan kesatuan tujuan, dan memberi mereka rasa memiliki, solidaritas
dan kerja sama, menghindari konflik dan perpecahan.
12
Kurikulum berbeda untuk tingkat yang berbeda dari satu negara ke negara lain,
sehingga kurikulum di Republik Mesir berbeda dari yang ada di Inggris, Amerika Serikat
dan juga di Indonesia. Perbedaan ini dalam banyak kasus mungkin bukan karena
perbedaan dalam konsep pembelajaran atau perbedaan dalam perkembangan psikologis
dan fisik anak-anak, karena ini tidak berbeda dalam landasan umumnya dari satu negara
ke negara lain. warisan sosial dan dalam sistem politik dan ekonomi mereka, dan oleh
karena itu mungkin Inilah alasan utama yang mengarah pada perbedaan besar yang Anda
temukan dalam program pendidikan di berbagai negara, dan keterkaitan program
pendidikan dengan sistem sosial, politik dan ekonomi adalah wajar, karena sekolah
adalah lembaga sosial berdasarkan awal.5
5
األسس االجتماعية والثقافية, https://lakhasly.com/ar/view-summary/BHTk38LLiV diakses pada 14 Maret 2023, pukul
16.00
13
G. Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan,
1989). Kebudayaan produk perseorangan ini tidak disetujui Hasan (1983) dengan
mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat
berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang
merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain
kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah
dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
Dari ketiga devinisi kebudayaan diatas, tampaknya devinisi terakhir yang paling
tepat, sebab mencakup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan manusia yang
diciptakan oleh manuasia itu sendiri sebagai warga masyarakat (Made Pidarta, 1997 :
157). Bisa dikatakan bahwa, kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa
norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, tigkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan
dimiliki oleh semua anggota masyarakat.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat
orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama untuk memajukan.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari
kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila
pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses
membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang
memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya
sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya.
Dapat dituliskan bahwa Hubungan antara kebudayaan dan pendidikan adalah :
1. pendidikan membentuk atau menciptakan kebudayaan
2. pendidikan melestarikan kebudayaan
3. pendidikan menggunakan dan berdasarkan kebudayaan
Ada Implikasi Konsep Kebudayaan pada Pendidikan, yaitu :
14
1. Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan masalah masyarakat setempat
(melalui MULOK)
2. Metode belajar ditekankan pada kegiatan siswa baik individual maupun kelompok.6
6
Rahmawati Indah Lestari, “Landasan Sosial Budaya Pendidikan”,
https://rahmawatiindahlestari.wordpress.com/semester-1/lkpp/landasan-sosial-budaya-pendidikan/ diakses pada
14 Maret 2023, pukul 15.30
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Adapun dasar-dasar yang perlu diperhatikan agar penyusunan bahan ajar
dapat efektif untuk dilaksanakan di antaranya ialah domain, integrasi,
kontinyuitas dan konsekuensi.
2. Teori-teori yang perlu diperhatikan manakala seorang guru ingin
menyusun bahan ajar menurut al-Gholi (1991) ialah:
a. Akar budaya dan sosial
b. Unsur psikologi
c. Aspek linguistic dan pedagogis
3. Buku pendidikan berkaitan dengan bagaimana bahan diolah dan disusun
agar mudah saat dipahami oleh siswa maupun mahasiswa sehingga dapat
mencapai kemampuan yang diharapkan. Oleh karena itu, kata, frasa,
kalimat, dan wacana perlu disusun dengan baik, teratur, dan sistematis.
Jika siswa atau mahasiswa secara umum dapat dengan mudah memahami
buku pendidkkan, maka buku pendidikan tersebut dinilai memiliki
kebahasaan yang baik.
4. Sosial budaya adalah struktur sosial dan pola budaya dalam suatu
masyarakat. Landasan sosial budaya, mengacu pada hubungan antar
individu, antar masyarakat dan individu secara alami, artinya aspek yang
telah ada sejak manusia dilahirkan. Definisi sosial budaya itu sendiri
adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi
nuraninya untuk dan/atau dalam kehidupan bermasyarakat. Atau lebih
singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang
diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Ada implikasi konsep sosial pada pendidikan, yaitu ;
a. Sekolah dan masyarakat sekitarnya harus saling menunjang
16
b. Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dan tokoh
masyarakat
c. Pendidikan (Sekolah) harus berfungsi secara maksimal sebagai
wahana proses sosialisasi anak.
d. Dinamika kelompok harus diarahkan untuk kepentingan belajar
6. Hubungan antara kebudayaan dan pendidikan adalah :
a. Pendidikan membentuk atau menciptakan kebudayaan
b. Pendidikan melestarikan kebudayaan
c. Pendidikan menggunakan dan berdasarkan kebudayaan
17
DAFTAR PUSTAKA
Gholi, Nasir Abdullah, and Abdul Hamid. “Ususu I’dadi Al-Kitab Al Ta’limi Li Ghoiri Al-
Nathiqina Biha.” Darul I’tishom (n.d.).
Indah Lestari, Rahmawati. “Landasan Sosial Budaya Pendidikan."
https://rahmawatiindahlestari.wordpress.com/semester-1/lkpp/landasan-sosial-budaya-
pendidikan/ diakses pada 14 Maret 2023, pukul 15.30
Nidak, Khoiru. “Penyusuna Bahan Ajar Untuk Keterampilan Berbicara Bahasa Arab.”
Ejournal.Iain-Tulungagung.Ac.Id (2019): 69–79.
Pengertian Ruang Lingkup Sosial Budaya dalam Pendidikan.
https://www.academia.edu/23929840/
PENGERTIAN_DAN_RUANG_LINGKUP_SOSIAL_BUDAYA_DALAM_PENDIDIKA
N diakses pada 14 Maret 2023, pukul 15.00
18