Anda di halaman 1dari 56

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Al-Hifzh (Menghafal) Al-Quran dan Dasar Pengajarannya.


a. Pengertian Al-Hifzh
Al-Hifzh (hafalan) secara bahasa (etimologi) adalah lawan dari
pada lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Penghafal adalah orang yang
menghafal dengan cermat dan termasuk sederetan kaum yang menghafal.1
Sedangkan menurut Khurrsam Murad mengatakan:
Al-Hifzh adalah kata yang dalam arti sempitnya berarti
menghafal yang meliputi pengertian dan praktek. Tidak ada kata
yang tepat dalam bahasa Inggris termasuk bahasa Indonesia yang
dapat merefleksikan arti yang utuh dan sebenarnya dari kata
hifzh.2
Sedangkan Al-Hifzh menurut istilah (terminology) adalah tidaklah
berbeda

baik

secara

bahasa

(etimologi)

maupun

secara

istilah

(terminology), dari segi pengungkapannya dan menalarkannya. Namun


ada dua perkara asasi yang membedakan antara penghafal Al-Quran,
penghafal al-hadits, penghafal syair-syair, mutiara-mutiara hikmah, tamsil,
teks-teks sastra dan lain-lainnya yaitu:

Abdurrab Nawabuddin dan Maarif, Teknik Menghafal Al-Quran, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2005), 23.
2
Khurram Murad, Membangun Generasi Qurani, (Jakarta: Media Dawah, 1999), 96-97.

13

14

1. Penghafal Al-Quran di tuntut untuk menghafal secara keseluruhan


baik hafalan maupun ketelitian. Sebab itu tidaklah di sebut penghafal
yang sempurna orang yang menghafal Al-Quran setengahnya saja
atau sepertiganya, dan tidak menyempurnakannya. Dan hendaknya
hafalan itu berlangsung dalam keadaan cermat, sebab jika tidak begitu
implikasinya adalah bahwa seluruh umat Islam dapat di sebut
penghafal Al-Quran, karena setiap muslim dapat dipastikan bisa
membaca Al-Fatihah mengingat membaca surat ini merupakan salah
satu rukun sholat, menurut mayoritas mazhab.
Dalam konteks ini, istilah penghafal Al-Quran atau pemangku
keutuhan Al-Quran hampir-hampir tidak dipergunakan kecuali bagi
orang yang hafal semua ayat Al-Quran dengan hafalan yang tepat dan
berkompeten

untuk

mengajarkan

kepada

orang

lain

dengan

berlandaskan kaidah-kaidah tilawah dan asas-asas tajwid yang benar.


2. Menekuni, merutinkan dan mencurahkan segenap tenaga untuk
melindungi hafalan dari kelupaan. Maka barang siapa yang telah
(pernah) menghafal Al-Quran kemudian lupa sebagian atau
seluruhnya, karena disepelekan dan diremehkan tanpa alasan seperti
ketuaan atau sakit, tidaklah dinamakan penghafal. Orang seperti itu
tidaklah bisa disebut pemangku keutuhan Al-Quran. Hal ini
mengingat perbedaan antara Al-Quran dan Hadits atau lain-lainnya.3

Nawabuddin dan Maarif, Teknik Menghafal, 25-27.

15

Hifadz

merupakan alat yang penting agar Al-Quran meresap

dalam diri kita. Menghafal tidak bersifat mekanis atau ritual, tetapi
merupakan perbuatan melibatkan seluruh jiwa dan perasaan. Dengan hifzh
kita dapat membaca Al-Quran dalam sholat dan memikirkan artinya saat
kita berdiri menghadap Allah SWT. Selain itu, Al-Quran dapat diucapkan
dengan lidah agar bersemayam dalam hati dan pikiran sehingga dapat
menjadi pendamping secara tetap. Bahkan dengan melibatkan perasaan
dan hati saat membaca Al-Quran dan memahami apabila Al-Quran dapat
dihafalkan.4
Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Muzammil ayat 20:


)02: (....
...
Artinya:
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran.. (Q.S.
Al-Muzammil:20)5
Demikian juga firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 49:






)94: (
Artinya:
Sebenarnya Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada
orang-orang yang di beri ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat
Kami orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-Ankabut: 49).6
4

Murad, Membangun, 97.


Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab
Suci Al-Quran, 1992), 990.
6
Ibid., 636.
5

16

Oleh karena itu, perlu disediakan sebagian waktu yang dimiliki


untuk Al-Quran. Dan lakukan dengan cara yang sistematis dan bacalah
selalu

Al-Quran

secara

regular

maka

akan

mudah

untuk

mempertahankannya dalam ingatan.


b. Dasar Pengajarannya
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar harus ada dasar
pengajarannya, agar kegiatan belajar mengajar tersebut lebih terarah,
mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Demikian pula
dalam pengajaran hafalan Al-Quran telah ditentukan dasar pengajarannya.
Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Al-Qomar ayat 32:


)63 : (

Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?. (Surat Al-Qomar:
32).7
Dalam ayat lain disebutkan bahwa:

)71-71 : ( .)71( ) 71(


Artinya:
Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (didadamu) dan
membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka
ikutilah bacaannya itu. (Q.S. Al-Qiyamah: 17-18).8

7
8

Ibid., 881.
Ibid., 999.

17

Sedang dasar pengajaran hafalan Al-Quran berdasarkan Hadits


Nabi SAW antara lain yaitu:

:


9

) ( .

Artinya:
Dari Ibnu Abbas r.a mengatakan: Adalah Rasulullah saw. paling
dermawan di antara manusia, dan paling dermawan pada bulan Ramadhan
ketika berjumpa dengan malaikat Jibril. Adalah Jibril menjumpai pada
setiap malam Ramadhan. Malaikat ini mengajarkan Quran pada Nabi,
yang ketika beliau berjumpa dengan Jibril adalah sangat mengutamakan
kebaikan yang lebih utama daripada angin yang bertiup. (HR. Buhkari
Muslim).10
Dalam hadits lain di sebutkan, yaitu:

).
11

Artinya:
Telah bersabda Rasulullah SAW: sebaik-baik di antaramu yaitu yang
belajar Quran dan mengajarkannya. (HR. Bukhari).12
Dari ayat dan hadits tersebut di atas menunjukkan Al-Quran itu
diturunkan dengan cara hafalan, sebagaimana saat Nabi menerima ayat

5-4, ,/ , ,
Hussein Bahreisj, Hadits Shahih Al-Jamius Shahih Bukhari Muslim, (Surabaya: CV
Karya Utama. t.t), 72-73.
11
97 ,7991 , , , ,
12
Bhareisj, Hadits Shahih, 200.
9

10

18

yang pertama turun yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi
sebagai berikut:

) 7(
) 6(
) 0(


) 9(
)5-7 :) ( 5(
Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq: 15).13
Dari ayat tersebut jelaslah bahwa dengan turunnya surat yang
pertama itu terjadi proses pengajaran antara malaikat Jibril dengan Nabi
Muhammad S.A.W.
Dalam proses pengajaran tersebut Jibril menyuruh Nabi untuk
membacanya, karena keadaan Nabi yang demikian itu, maka Jibril
mengajarkannya sehingga Nabi hafal betul. Dengan adanya peristiwa
tersebut dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar yang diajarkan
Jibril kepada Nabi dapat dijadikan dasar pengajaran hafalan Al-Quran
yang kuat.

13

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 1079.

19

B. Hukum dan Keutamaan Menghafal Al-Quran


a. Hukum Menghafal Al-Quran
Mengenai hukum menghafal Al-Quran, apakah hukumnya wajib
atas semua umat? Ataukah wajib atas sebagiannya saja?. Dalam hal ini
para ulama menegaskan bahwa menghafal Al-Quran jangan sampai
terputus

jumlah

(bilangan)

tawatur

didalamnya,

sehingga

tidak

dimungkinkan untuk penggantian dan pengubahan. Apabila di antara


kaum ada yang sudah melaksanakannya, maka bebaslah beban yang
lainnya, tetapi jika tidak ada sam,a sekali, maka berdosalah semuanya. 14
Al-Quran adalah kitab suci bagi pemeluk agama Islam, sebagai
pedoman

hidup dan sumber-sumber hukum; tidak semuanya manusia

sanggup menghafal dan tidak semua kitab suci dapat di hafal kecuali kitab
suci Al-Quran

dan hamba-hamba yang terpilihlah yang sanggup

menghafalkannya.15 Sebagaimana firman Allah dalam surat Fatir ayat 32


yaitu:










)60: ( .


Artinya:
Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih
diantara hamba-hamba Kami lalu diantara mereka ada yang menzalimi diri
sendiri, ada yang pertengahan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat
14

Nawabuddin dan Maarif, Teknik Menghafal,19.


Muhaimin Zen, Tata Cara /Problematika Menghafal Al-Quran dan Petunjukpetunjuknya, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1985), 35.
15

20

kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.
(Q.S. Al-Fathir:32).16
Al-Quran sebagai dasar hukum Islam dan pedoman hidup umat;
di samping diturunkan kepada hambanya yang terpilih, Al-Quran
diturunkan melalui Ruhul Amin Jibril A.S dengan hafalan yang berangsurangsur sesuai dengan kebutuhan umat di masa itu dan di masa yang akan
datang, selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari Nabi Muhammad s.a.w
menerima wahyu Al-Quran dari Allah melalui Jibril tidak melalui tulisan
melainkan dengan lisan (hafalan).17 Hal ini telah dibuktikan dengan firman
Allah surat Al-Alaa: 6-7 yaitu:

.)1(

) 3(
)1-3:(
Artinya:
Kami akan membacakan (Al-Quran) kepadamu (Muhammad) sehingga
engkau tidak akan lupa. Kecuali jika Allah menghendaki. Sungguh, Dia
mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. (Surat Al-Ala:6-7).18
Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Al-Quran diturunkan bukan
dengan tujuan namun hafalan. Dari uraian ayat tersebut tidak ada yang
menunjukkan perintah tentang menghafal Al-Quran karena ayat-ayat itu
menunjukkan kalam ikhbar bukan kalam insya. Oleh karena itu
menghafal Al-Quran bukan kewajiban umat. Namun bila dilihat dari segi
positif dan kepentingan umat Islam maka sangat diperlukan adanya para

16

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 700-701.


Zen, Tata Cara/Problematika,37.
18
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 1051.
17

21

penghafal Al-Quran sebagai penjaga keaslihan Al-Quran yang menjadi


sumber pedoman hidup umat Islam.
Oleh karena itu sebagai dasar bagi orang-orang yang menghafal
Al-Quran adalah:
1. Memang Al-Quran itu diturunkan secara hafalan.
2. Mengikuti sunnah Nabi Muhammad s.a.w
3. Melaksanakan anjuran Nabi Muhammad s.a.w.19
Atas dasar ini para ulama dan Imam Abu Abbas Ahmad bin
Muhammad Ajjurjani berkata dalam kitab As-Syafii bahwa hukum
menghafal Al-Quran adalah fardhu kifayah. Seperti apa yang dikatakan
Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah Azzarkasyi dalam kitab AlBurhan Fii Ulumil Quran Juz I hal 457, begitu pula memeliharanya wajib
bagi setiap umat.20
Dengan demikian jelaslah bahwa begitu besarnya keutamaan
membaca Al-Quran, sebab yang dibacanya adalah kitab suci Allah dan
sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik di baca di kala susah, apalagi
yang mampu menghafalkannya.
Lebih lanjut Imam Asyikh Muhammad Makki Nashir mengatakan:


Artinya:

19
20

Zen, Tata Cara/Problematika,37.


Ibid., 37.

22

Sesungguhnya menghafal Al-Quran di luar kepala hukumnya fardhu


kifayah.21
Dengan demikian jelaslah bahwa menghafalkan Al-Quran
hukumnya adalah fardhu kifayah, artinya bila di satu wilayah tidak ada
yang mengerjakan suatu pekerjaan tersebut maka semua orang yang ada di
wilayah itu terkena dosa semua, karena tidak ada yang melaksanakan
perbuatan tersebut.
b. Keutamaan Menghafalkan Al-Quran
Setiap orang mukmin tentu yakin bahwa membaca Al-Quran saja
sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat keutamaan
yang berlipat ganda baik dunia maupun akhirat. Sebagaimana firman Allah
dalam surat Fatir ayat 29 yaitu:

)04 : (

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Quran)
dan melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami
anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka
itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi. (Surat Fatir: 29). 22
Dalam haditsnya Rasulullah juga menjelaskan tentang keutamaan
membaca Al-Quran yaitu:

21
22

Ibid., 37.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 700.

23

: :
23

/ /

Artinya:
Dari Abi Umamah Al-Bahili r.a. dia berkata: Aku mendengar Nabi
Muhammad saw, bersabda: Bacalah Al-Quran karena sesungguhnya ia di
hari kiamat (kelak), menjadi penolong bagi orang yang membacanya. 24
Dengan demikian jelaslah bahwa begitu besarnya keutamaan
membaca Al-Quran,sebab yang di bacanya adalah kitab suciAllah dan
sebaik baik bacaan bagi orang mukmin,baik di baca di kala senang
maupun di kala susah,apalagi yang mampu menghafalkannya maka akan
mendapat suatu keutamaan yang besar dan posisi itu selalu didambakan
oleh semua orang yang benar, dan seorang yang bercita-cita tulus, serta
berharap pada duniawi dan ukhrawi.
Menghafal Al-Quran merupakan tujuan tingkatan yang tertinggi
dalam proses belajar Al-Quran, sedang mengajarkannya adalah tugas
yang sangat mulia di sisi Allah SWT.
Para penghafal Al-Quran adalah sebagai penjaga keaslihan dan
kemurnian Al-Quran. Peran mereka sangat besar di kalangan umat Islam
dalam rangka memelihara keaslian Al-Quran sebagai sumber hukum dan
pedoman umat Islam. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa para penghafal
Al-Quran menduduki posisi yang terhormat di hadapan Allah. Dan akan

23
24

515-514, 7991 -7471, (, , ,


Hamzah Muhammad Shalih, 55 Wasiat Rasulullah SAW, (Surabaya: Amelia, 2003), 169.

24

selalu mendapatkan kemenangan di dunia dan akhirat jika di sertai dengan


amal shaleh dalam menghafalkannya.
Lebih lanjut lagi Nabi menjelaskan tentang keutamaan menghafal
Al-Quran dalam haditsnya antara lain yaitu:

: :

.
/ ,
/

25

Artinya:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Nabi telah bersabda: Ada tiga orang yang
tidak peduli terhadap hisab, tidak terkejut sewaktu sangkakala ditiup dan
tidak susah pada hari gelisah yang sangat besar yaitu: 1) Orang yang hafal
Al-Quran. Dia datang ke hadapan Allah sebagai hamba yang mulia
sehingga menemani para utusan (para Nabi-nabi). 2) Orang yang azan
selama 7 tahun yang melakukan azannya bukan karena tama, dan 3)
Hamba sahaya yang memenuhi hak Allah dari dirinya dan hak tuanya. 26
Selain itu Musthafa Al-Buhga dan Muhyidin menjelaskan tentang
keutamaan-keutamaannya yaitu akan mendapatkan karunia Allah dan
keridhaan-Nya yang berupa:
1. Diturunkan kepada mereka ketenangan.
Dengan ketenangan itu hati akan merasa tenteram, nafsu tidak
bergolak lagi, dada menjadi lapang, pikiran bisa jernih dan penuh
konsentrasi.27 Sebagaimana firman Allah:

)01: (


437 3002 -
Zen, Tata Cara /Problematika 34.
27
Musthafa Al-Bagha dan Muhyidin, Pokok-pokok Ajaran Islam, (Jakarta: Rabbani Press,
2002), 434.
25
26

25

Artinya:
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan menginggat Allah.
Hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Rad: 28)28
2. Mereka diliputi rahmat
Rahmat adalah sesuatu yang paling agung yang di peroleh
seorang muslim, sebagai buah dari susah payahnya yang telah di
lakukan di dunia, karena beruntunglah orang-orang yang di dekati
rahmat, sehingga bacaan dan usaha mereka dalam mempelajari AlQuran menjadi tanda bahwa mereka adalah orang-orang muhsin.29
Sebagaimana firman Allah:

...

)53 : (

Artinya:
. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik (muhsinin). (Q.S. Al-Araf: 56).30
3. Para malaikat berkerumunan di sekelilingnya
Bahwa

orang-orang

yang

membaca

Al-Quran

dan

mempelajarinya berada dalam keadaan aman dan penuh keselamatan.


Karena keberadaan mereka (para malaikat) akan menjaga mereka
mereka dari setiap mara bahaya yang mengancam. 31
Sebagaimana firman Allah:

)77: (....

28

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 373.


Al-Bagha dan Muhyidin, Pokok-pokok, 435.
30
Departemen Agama RI, Al-Quran Tejemahnya, 231.
31
Al-Baqha dan Muhyidin, Pokok-pokok ,436.
29

26

Artinya:
Bagi manusia ada nalaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. (Q.S.Ar-rad: 11)32
4. Allah menjadikan orang yang di sisi-Nya (malaikat) menyebut-nyebut
mereka.33
Sebagaimana firman Allah:


)750: (

Artinya:
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepada-mu, dan bersyukurlah kepada-KU dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku. (Q.S. Al-Baqarah: 152)34
Adapun faedah dari menghafal Al-Quran, seperti yang dijelaskan
oleh Abdurrab Nawabuddin adalah sebagai berikut:
1. Kemenangan di dunia dan akhirat, jika di sertai dengan amal sholeh
dan menghafalnya.
2. Tajam ingatannya dan cemerlang pemikirannya.
3. Bahtera ilmu, dan ini sangat diperhatikan dalam hafalan, menghafal
bisa mendorong seseorang untuk berprestasi.
4. memiliki identitas yang baik dan berperilaku jujur
5. Fasih dalam berbicara, ucapannya benar dan dapat mengeluarkan
bacaan arab dari landasannya secara tabiin (alami).35

32

Departemen Agama RI, Al-Quran Tejemahnya, 370.


Al-Bagha dan Muhyidin, Pokok-pokok, 438.
34
Departemen Agama RI, Al-Quran Tejemahnya, 38.
35
Nawabuddin dan Maarif, Teknik menghafal, 21.
33

27

Demikianlah keutamaan orang yang suka membaca dan menghafal


Al-Quran, mengingat para penghafal ini sangat besar peranannya dalam
pemeliharaan keaslian Al-Quran, maka

Allah menetapkan atau

mensejajarkan dengan para Nabi dan para Rasul.

C. Syarat-Syarat Menghafal Al-Quran


Menghafal Al-Quran bukan merupakan suatu ketentuan hukum yang
harus dilakukan orang yang memeluk agama Islam. oleh karena itu ia tidak
mempunyai syarat-syarat yang mengikat sesuai ketentuan hukum. Syaratsyarat yang ada dan harus di miliki seorasng calon penghafal Al-Quran
adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah semata.
Adapun syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Melakukan dengan penuh keikhlasan
Niat yang ikhlas dan matang dari calon penghafal sangat
diperlukan, sebab apabila sudah ada niat yang matang dari calon penghafal
berarti sudah ada hasrat dan kalau kemauan sudah tertanam di lubuk hati
tentu kesulitan apapun yang menghalanginya akan ditanggulangi. Maka
dari itu jadikanlah tujuan dan sasaran menghafalkan Al-Quran untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Janganlah anda memiliki tujuan
untuk memperoleh kedudukan, uang, upah atau ijazah. Allah SWT tidak
akan menerima amal perbuatan yang tidak ikhlas.36

36

Anas Ahmad Karzun, 15 Kiat Menghafal Al-Quran, (Jakarta: PT Mizan Publikasi,


2004), 29.

28

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 yaitu:








)5: (

Artinya:
Tidaklah mereka di perintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaatiNya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah
agama yang lurus (benar).37
2. Menjauhi kemaksiatan
Hati yang dipenuhi oleh kemaksiatan dan disibukkan dengan
kerakusan nafsu syahwat tidak akan ada tempat untuk cahaya Al-Quran.
Kemaksiatan akan menghalangi hafalan Al-Quran, sedangkan bisikan
setan akan menjauhkan dari mengingat Allah dalam surat Al-Mujaadilah
ayat 19 yaitu:

) 5: (

Artinya:
Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat
Allah, mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahkan golongan setan
itulah golongan tang rugi. (Q.S. Al-Mujaadilah: 19)
3. Izin dari orang tua/ wali/ suami bagi wanita yang sudah menikah
Izin orang tua/ wali ini juga ikut menentukan keberhasilan
menghafal Al-Quran. Apabila orang tua atau suami sudah memberi izin
terhadap anak atau istrinya untuk menghafal Al-Quran, berarti sudah

37

Departemen Agama Islam RI, Al-Quran dan Terjemahnya,1084.

29

mendapat kebebasan menggunakan waktu dan dia rela waktunya tidak


untuk kepentingan lain kecuali hanya untuk menghafal Al-Quran semata.
Ketidakrelaan orang tua/ wali ini akan membawa pengaruh batin
kepada calon penghafal, sehingga menjadi bimbang dan kacau pikirannya
yang akhirnya mengakibatkan sulit untuk menghafal.
4. Kontinuitas dari calon penghafal
Kontinuitas disini berarti disiplin segala-galanya, termasuk
disiplin waktu, tempat, dan disiplin terhadap materi-materi yang
dihafalkannya.
Penggunaan waktu dan materi yang di hafal harus ada keserasian.
Misalnya jika menghafal materi baru pagi (05.00-07.00) untuk
menghafalkan materi baru dengan kemampuan satu halaman, maka untuk
selanjutnya waktu itu harus digunakan setiap hari dengan jumlah materi
yang telah ditentukan. Hal tersebut merupakan barometer bagi para
penghafal. Apabila pada hari-hari lain terjadi atau timbul suatu masalah,
misalnya penggunaan waktu sama jumlahnya sedangkan materi yang
dihasilkan tidak sama, maka dalam keadaan seperti ini dapat dicari sebab
musababnya.
Dengan disiplin waktu ini, seseorang diajar menjadi orang jujur,
konsekuen, dan bertanggung jawab segala-galanya.
5. Sanggup mengorbankan waktu tertentu
Apabila penghafal sudah menetapkan waktu tertentu untuk
menghafal materi baru, maka waktu tersebut tidak boleh diganggu

30

kepentingan lain, misalnya menerima tamu, berolah raga, bepergian dan


lain sebagainya. Waktu yang baik untuk menghafal adalah di pagi hari
antara jam 04.00 sampai dengan 08.00, karena pada waktu-waktu tersebut
udara sejuk dan tenang. Pagi hari setelah bangun tidur baik sekali
dipergunakan untuk menghafal, karena otak pada waktu itu belum
terpengaruh oleh macam-macam program.
6. Sanggup mengulang-ulang materi yang sudah di hafal
Menghafal Al-Quran adalah lebih mudah daripada menghafal
kitab-kitab lain, karena Al-Quran mempunyai keistimewaan, tidak
menjemukan, dan enak di dengarkan. Menghafal materi yang baru lebih
senang dan mudah daripada memelihara materi yang sudah dihafal. AlQuran mudah dihafal tetapi hafalan itu mudah pula hilang. Pagi hari
dihafal dengan lancar lalu ditinggalkan sesaat karena kesibukan lain, di
siang harinya hilang lagi hafalannya tanpa membekas. Hampir semua
penghafal Al-Quran demikian problemnya. Oleh karenanya perlu
diadakan pemeliharaan hafalan yang sangat ketat, sebab kalau tidak
dipelihara maka sia-sialah menghafal Al-Quran itu.
Pemeliharaan hafalan Al-Quran ini ibarat seorang berburu
binatang di hutan rimba yang banyak buruannya. Pemburu lebih senang
menembak binatang hasil buruannya. Hasil buruan yang ditaruh di
belakang itu akan lepas jika tidak diikat kuat-kuat. Begitu pula halnya
orang yang menghafal Al-Quran, mereka lebih senang menghafal materi
baru daripada mengulang-ulang materi yang sudah dihafal. Sedangkan

31

kunci keberhasilan menghafal Al-Quran adalah mengulang-ulang hafalan


yang telah dihafalnya yang disebut takrir.38
Selain syarat-syarat di atas, syarat utama untuk memudahkan
hafalan menurut Mudawi Maarif yaitu:
2. Beriman dan bertaqwa kepada Allah
3. Menguasai bacaan Al-Quran dengan benar (tajwid) dan (makhraj alhuruf)
4. Minimal sudah pernah khatam Al-Quran 20 kali
5. Adanya seorang pembimbing dari ustadz-ustadzah (al-Hafidz-alHafidzah)
6. Gunakan satu jenis mushaf Al-quran (Al-Quran pojok ayat)
7. Menggunakan pensil/bolpen stabillo sebagai pembantu.39
Setelah seseorang mampu menghafal Al-Quran dengan lancar
yang lebih penting lagi yaitu mempelajari isi dari Al-Quran tersebut.
Adapun tujuannya menurut Mahmud Yunus selain untuk jadi ibadah bagi
yang membacanya, adalah sebagai berikut:
a. Memelihara kitab suci dan membacanya serta memperhatikan apa-apa
isinya, untuk jadi petunjuk dan pengajaran bagi kita dalam kehidupan
di dunia.
b. Mengingat hukum agama yang termaktub dalam Al-Quran, serta
menguatkan keimanan dan mendorong bertaubat kebaikan dan
menjauhi kejahatan.
38

Zen, Tata Cara/ Problematika,243-246.


Mudawi Maarif, Materi Tahsin dan Persiapan Menghafal Al-Quran, ( t.t.p, Mukhtasor
Tajwid Juz amma, t.t), 2.
39

32

c. Mengharap keridhaan Allah dengan menganut itikad yang sah dan


mengikuti segala suruhan-Nya dan menghentikan segala laranganNya.
d. Menanam akhlak yang mulia dengan mengambil ibrah dan
pengajaran, serta jadi teladan yang baik dari riwayat-riwayat yang
termaktub dalam Al-Quran.
e. Menanam perasaan keagamaan dalam hati dan menumbuhkannya,
sehingga bertambah tetap keimanan dan bertambah dekat hati kepada
Allah.40

D. Metode Menghafal Al-Quran


Metode merupakan faktor yang penting untuk mencapai suatu tujuan,
sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Sedangkan yang dimaksud dengan
menghafal Al-Quran adalah membaca tanpa melihat Al-Quran dan mushaf.
Adapun

metode

menghafal Al-Quran di sini adalah cara yang

digunakan dalam menghafal Al-Quran sehingga dapat hafal Al-Quran 30


juz, mengingat metode tersebut merupakan salah satu faktor yang tak boleh
diabaikan, karena

ikut

serta menentukan keberhasilan menghafal Al-

Quran.
Dalam firman Allah disebutkan:

)9: (
40

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya Agung,


1983), 61.

33

Artinya:
Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahanlahan. (Q.S. Al-Muzzamil: 4)41


)73: (


Artinya:
Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Quran)
karena hendak cepat-cepat (menguasai)-Nya. (Q.S. Al-Qiyamah:16).42
Dari kedua ayat tersebut diatas di ketahui bahwa menghafal Al-Quran
dengan metode tartil dan tidak tergesa-gesa.
Menurut Muhaimin Zen, ada dua metode menghafal Al-Quran yaitu
tahfidz dan takrir, yang keduanya tidak dapat di pisah-pisahkan, antara satu
dengan lainnya saling menunjang.
a. Teori tahfidz
Sebelum memulai menghafal Al-Quran maka terlebih dulu santri
harus membaca mushaf Al-Quran dengan melihat (binnadhor) di muka
kyai, sebelum mendengarkan hafalan yang baru, terlebih dulu menghafal
Al-Quran menghafal sendiri materi yang akan disimakkan di hadapan
kyai dengan jalan sebagai berikut:
1) Terlebih dulu menghafal membaca dengan melihat mushaf materi
yang akan diperdengarkan di muka kyai minimal 3 x.

41
42

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, 988.


Ibid., 999.

34

2) Setelah itu ada bayangan lalu di baca dengan hafalan minimal 3 x


maksimal tidak terbatas dalam satu kalimat, tidak boleh menambah
materi baru. Bila sudah di baca dan hafal 3 x belum ada bayangan,
maka perlu ditingkatkan hingga ia hafal betul.
3) Setelah satu kalimah telah hafal dengan lancar maka di tambah dengan
merangkai kalimat berikutnya.
4) Setelah satu ayat di kuasai hafal betul dan lancar, diteruskan dengan
menambah materi baru dengan cara seperti pada cara pertama tadi
dalam menghafal satu ayat.
5) Setelah mendapat hafalan ayat dengan baik dan lancar, hafalan itu
harus di ulang-ulang mulai ayat pertama lalu kedua, ketiga dan
seterusnya.
6) Bila materi yang telah di tentukan menjadi hafalan dengan baik dan
lancar, hafalan itu diperdengarkan pada kyai untuk disimak hafalannya
serta mendapatkan petunjuk dan bimbingan seperlunya, begitu
seterusnya hingga khatam hafalannya.
b. Teori takrir
Hafalan yang sudah diperdengarkan ke hadapan instruktur yang
semula sudah di hafal dengan baik dan lancar, kadangkala masih terjadi
kelupaan bahkan hafalan yang sudah di hafal tanpa bisa di ingat lagi. Bila
keadaan demikian maka diperlukan pengulangan kembali.
Takrir atau mengulang hafalan yang sudah dihafal memerlukan
waktu tidak sedikit, meski bila dilakukan tidak sulit seperti menghafal

35

materi baru. Pada waktu bertakrir kepada kyai, materi yang di simak itu
harus seimbang dengan hafalan yang telah dikuasai. Dalam hal ini
perimbangan antara tahfidz dan takrir adalah 1:10, artinya bila penghafal
mempunyai kesanggupan bertahfidz baru dalam satu hari 2 halaman, maka
harus di imbangi dengan takrir terdiri 20 halaman (1 juz). Jelasnya materi
tahfidz satu juz yang terdiri 20 halaman mendapat takrir sepuluh kali.
Demikian seterusnya hingga selesai 30 Juz. 43
Lebih lanjut Ablah Jawwab Al-Harsyi menjelaskan tentang cara
membaca Al-Quran yang paling baik digunakan sebagai metode untuk
menghafalkan Al-Quran yaitu:
1) At-Tahqiq yaitu membaca Al-Quran dengan memberikan seluruh hakhak huruf antara lain seperti memenuhi bacaan mad (panjang),
menetapkan hamzah, menyempurnakan harakat, serta membaca huruf
dengan jelas dan memisah-misahkannya. Jenis bacaan ini adalah untuk
latihan dan belajar Al-Quran dengan bacaan yang benar.
2) Al-Hadr yaitu membaca Al-Quran dengan menggabungkan bacaan
dan mempercepatnya, dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah
bahasa.
3) At-Tadwir yaitu membaca Al-Quran dengan seimbang antara dua
jenis diatas. Inilah yang diriwayatkan dari mayoritas imam. Ini juga
yang ditekuni oleh para pembaca Al-Quran. Sedangkan, sebagian

43

Zen, Tata cata /Probllematika,249-250.

36

ulama menyebutkan bahwa bacaan yang pelan dengan merenung itu


lebih utama daripada membaca Al-Quran dengan cara al-hadr.44
Dalam bab di atas telah dijelaskan menghafalkan adalah berusaha
meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat. Menurut cara memahaminya
menghafalkan itu di tempuh melalui tiga cara yaitu:
a. Menghafal secara mekanis, ialah menghafal sesuatu dengan tidak
menghiraukan hubungan arti, misalnya menghalalkan huruf hijaiyah.
b. Menghafal secara logis, ialah menghafal dengan mengenal dan
memperhatikan artinya, misalnya menghafalkan surat al-Ikhlas beserta
artinya.
c. Menghafalkan secara memoteknis, ialah menghafal dengan menggunakan
titian kedelai. Misalnya menghafal jumlah ayat surat Al-Fatihah dengan
jari tangan.
Berkenaan dengan bahan-bahan yang di hafal maka ada 3 macam
metode menghafal yaitu:
1. Metode G (Ganslers) atau metode K (keseluruhan) yaitu menghafal
dengan cara keseluruhan dari awal sampai akhir berkali-kali sampai
seluruh bahan di kuasai.
2. Metode T (Teillern) atau metode B (bagian-bagian) yaitu menghafal
bagian dami bagian. Metode ini digunakan untuk menghafal sesuatu yang
banyak. Caranya bahan pelajaran, di pelajari dan dihafalkan sedikit demi
sedikit, baru digabungkan.
44

Ablah Jawwad Al-Harsyi, Kecil-kecil Hafal Al-Quran Panduan Praktis Bagi Orang Tua
Dalam Membimbing Anak Menghafal Al-Quran, (Jakarta: Hikmah, 2006), 94-95.

37

3. Metode V (Vermittelende) atau metode C (campuran), yaitu menghafal


dulu bagian demi bagian, dan yang secara keseluruhan. Jadi metode V
merupakan kombinasi dari metode T dan metode G.45
Selain cara-cara yang telah dijelaskan diatas, agar program menghafal
Al-Quran bisa benar-benar berhasil dengan maksimal yang harus
diperhatikan lagi adalah hal-hal berikut sebagaimana yang telah dijelaskan
oleh Syaikh Abdur Rahman bin Abdul Kholik yaitu:
1. Tahsin Tilawah
Langkah

pertama

dalam

menghafal

Al-Quran

setelah

mengikhlaskan niat adalah meluruskan cara pengucapkan ayat-ayat AlQuran (tahsin tilawah).
2. Menentukan kemampuan menghafal dalam sehari
Penghafal

Al-Quran

seyogyanya

dapat

menentukan

kemampuannya dalam menghafal setiap hari, apakah satu halaman, dua,


tuga, sepuluh ayat atau seperdelapan juz dan seterusnya.
3. Memantapkan hafalan sebelum menambah dengan yang baru
Penghafal Al-Quran sangat dianjurkan untuk tidak menambah
hafalan ayat yang baru, kecuali jika ayat sebelumnya sudah betul-betul
hafal dan lancar, hal ini bertujuan agar hafalannya terekam dalam otak
dengan baik.

45

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 73-74.

38

4. Tetaplah pada satu jenis mushaf


Tetap pada satu jenis mushaf, termasuk suatu hal yang dapat
membantu memudahkan menghafal Al-Quran, karena penglihatan sama
seperti

pendengaran

dapat merekam sesuatu sampai terhafal dalam

pikiran. Dengan hanya satu jenis mushaf penglihatan anda akan dapat
menghafal letak dan posisi setiap ayat di dalam mushaf, semua ayat akan
terpetakan di dalam pikiran anda. Penggunaan mushaf yang tidak tetap,
akan mudah mengacaukan hafalan, apalagi jika ayat itu baru anda
hafalkan, bahkan pikiran anda akan susah berkonsentrasi.46 Misalnya
dengan menggunakan Al-Quran khusus untuk menghafal Al-Quran,
yaitu

Al-Quran

pojok

atau Al-Quran

sudut

menurut

istilah

Indonesia. Sedangkan di luar negeri Al-Quran ini terkenal dengan Nama


Al-Quran Bahriyah. Al-Quran ini telah ada dan beredar di Indonesia
semenjak seratus tahun yang lalu, dikatakan Al-Quran pojok karena
setiap halaman di akhiri dengan akhir ayat. Sedangkan sebutan Bahriyah
berasal dari nama penerbit yang pertama kali menerbitkan yaitu percetakan
Bahriyah di Turki. Dan ada kalanya orang menyebut Al-Quran
Setambul/ Istambul (Turki). Al-Quran Bahriyah ini popular di Indonesia
karena paraktis untuk menghafal dan sangat membantu ingatan. Oleh
karena itu

hampir semua orang Indonesia yang menghafal Al-Quran

menggunakan Al-Quran tersebut.

46

Syaikh Abdul Rahman bin Abdul Kholik, Kaidah Emas Menghafal Al-Quran,
(Bandung: Asy-Syamil, 2000), 11-18.

39

Adapun ciri khas dari pada Al-Quran itu ialah bahwa Al-Quran
Bahriyah ini setiap halamannya berisi 15 baris, dari setiap juznya berisi
20 halaman. Perlu diketahui bahwa sekarang mulai beredar Al-Quran
pojok juga yang berbaris 17 atau 18 baris dalam setiap halaman dan
ditulis dengan rasam Ustman. Sedangkan Al-Quran Bahriyah yang
dimaksudkan di sini yaitu Al-Quran Bahriyah yang terkenal di Indonesia
dan menggunakan rasam yang hampir mendekati rasam Imlaiy (yaitu khat
yang mengikuti cara penulisan qaidah Imla).47
5. Menghafal dengan cara memahami
Memahami ayat-ayat yang akan di hafal dan mengetahui
hubungan maksud satu ayat dengan yang lainnya, sangat membantu dalam
proses menghafal Al-Quran. Dengan menggunakan kitab tafsir untuk
melakukan langkah di atas, untuk mendapatkan pemahaman ayat secara
sempurna. Setelah itu membaca ayat-ayat dengan penuh konsentrasi dan
berulang-ulang maka akan mempermudah untuk mengingatnya karena
lidah yang banyak mengulang hingga lancar membaca ayat-ayat yang di
hafal, akan mudah mengingat hafalan walaupun ia sedang tidak
konsentrasi terhadap maknanya. Orang yang hanya mengandalkan saja,
akan banyak lupa dan mudah terputus bacaannya dengan sekedar sampai
lancar.

47

Zen, Tata Cara / Problematika., 246-247.

40

6. Tetap pada satu surat sampai lancar


Penghafal Al-Quran tidak berpindah ke surat berikutnya, kecuali
jika sudah benar-benar lancar, mampu membacanya dari awal sampai
akhir surat dengan mudah tanpa harus memeras pikiran dalam mengingat
bacaannya dan enak untuk di simak orang lain. Ukuran kelancarannya
sampai pada tingkat seakan seperti air tidak tersendat-sendat walaupun
pikiran terkadang tidak konsentrasi terhadap maknanya, atau seakan
membaca Al-Fatihah yang dapat terbaca tanpa lelah dan konsentrasi
walaupun tidak mungkin semua surat di dalam Al-Quran akan dapat
terbaca seperti Al-Fatihah, namun ini sekedar perumpamaan. Untuk itu
sebelum pindah ke surat yang baru. Buktikanlah bahwa hafalan sudah
betul-betul lancar dan mantap.
7. Selalu menyetorkan hafalan
Penghafal Al-Quran tidak boleh mengandalkan hafalan dari
dirinya saja, namun ia harus men-tasmi-kannya (menyetorkannya) kepada
orang lain yang mampu menyimak bacannya dengan melihat mushaf, dan
lebih ideal lagi jika di tasmikan kepada orang yang sudah hafidz AlQuran, karena biasanya lebih teliti dan detail dalam meluruskan bacaan
yang salah satu terlupakan.
8. Pemantauan yang terus menerus
Menghafalkan Al-Quran berbeda dengan menghafalkan hadits
atau syair, karena Al-Quran lebih cepat terlupakan dari ingatan. Jadi harus
ada perhatian yang optimal terhadap ayat yang telah dihafalkan dengan

41

cara pemantauan dan kerja keras yang terus menerus untuk menjaga dari
menurunnya daya ingat.
Dengan cara inilah, hafalan akan terjaga dengan baik, dan tanpa
cara ini hafalan akan mudah terlupakan.
9. Perhatian khusus terhadap ayat-ayat serupa
Al-Quran memiliki kemiripan di dalam makna-maknanya lafadzlafadznya dan ayat-ayatnya.48
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Az-Zumar: 23 yaitu:


)06 : (......


Artinya:
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran
yang serupa ayatnya lagi berulang-ulang. (Surat Az-Zumar: 23).49
Apabila di dalam Al-Quran terdapat 6000 ayat lebih maka dua
ribu ayat diantaranya adalah ayat-ayat yang serupa. Ada yang berbeda
dalam satu huruf saja, satu kata saja, dua kata dan seterusnya. Oleh karena
itu sangat dianjurkan kepada penghafal Quran yang baik untuk
memberikan perhatian khusus terhadap ayat-ayat yang serupa lafadznya.
Perhatian besar terhadap masalah ini akan menghasilkan hafalan yang
baik.

48
49

Abdul Kholik, Kaidah Emas., 11-29.


Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 749.

42

10. Memanfaatkan usia emas dalam menghafal


Memanfaatkan usia emas untuk menghafal yaitu yang di mulai
umur lima tahun sampai dua puluh tiga tahun kemampuan hafalan masih
kuat, dan setelah dua puluh tiga tahun, kemampuan menghafal turun, dan
sebaliknya kemampuan pemahaman meningkat. Agar lebih mendapat
manfaat yang besar, alangkah bagusnya, bila usia emas tersebut
dimanfaatkan untuk menghafal Al-Quran.
Menghafalkan sesuatu pada masa usia diatas, lebih cepat ingat
dan lebih lama lupa, dan sebaliknya di atas usia itu lebih lama ingat dan
lebih cepat lupa. Benarlah orang mengatakan:

.
Menghafal pada waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, dan
menghafal pada waktu dewasa bagaikan mengukir diatas air.
Untuk itu sangat dianjurkan memanfaatkan masa usia emas untuk
menghafalkan.50
Selain cara diatas, ada cara yang lebih tepat penerapannya bagi
mereka yang mempunyai kesibukan tertentu. Mereka hanya perlu waktu
maksimal satu jam tiap hari, dapat dilaksanakan di rumah, selanjutnya
ikuti cara berikut:
a. Sediakan tape recorder dan kaset Al-Quran bacaan murratal seperti
yang dibacakan oleh Mahmud Al-Khusyawi dan lain-lain.

50

Abdul Kholik, Kaidah Emas, 30-31.

43

b. Jiwa ketenangan penuh keikhlasan dan konsentrasi sangat mendukung


cara ini.
c. Membaca doa
d. Untuk menghindari kesalahan bacaan, dengarkan bacaan ayat-ayat
melalui kaset tadi, tiga hingga lima ayat, panjangnya lebih kurang 7
baris.
e. Bila sudah yakin dengan bacaan yang benar, bacalah satu ayat dulu
30-40 kali.
f. Setelah ayat pertama selesai, dengarkan kembali ayat pertama dengan
memutar kaset tadi sambil mengikuti bacaan.
g. Selanjutnya gunakan cara di atas untuk kedua, ketiga dan seterusnya
untuk menggabungkan ayat-ayatnya.
h. Bila menggunakan kaset di rasa mahal, gunakan cara di bawah ini:
1) Mencari temen yang berminat dari terpanggil untuk menghafalkan
Al-Quran.
2) Membaca 3-5 ayat secara bergilir.
3) Hafalkan ayat-ayat di atas secara bergilir
i.

Cara di atas seperti dikerjakan oleh sahabat-sahabat Rasulullah


SAW.51
Bagi mereka yang telah memasuki usia senja yang menggunakan

sebagian besar waktunya untuk membaca Al-Quran sebagai ibadah,


sebaiknya memakai cara berikut:
51

18.

Muttaqin Said, Menuju Generasi Qurani, (Ponorogo: PSIA Pondok Modern Gontor, tt),

44

a. Menyisihkan waktu membaca Al-Quran untuk di hafal 4 ayat tiap hari,


tanpa meninggalkan kebiasaannya membaca Al-Quran hingga khatam
tiap minggu. Bila hal seperti itu dilaksanakan dengan penuh disiplin maka
dapat selesai dihafalkan dalam waktu 1551 hari sekitar 4,5 tahun.
b. Agar pesan yang terkandung dalam Al-Quran dapat diwujudkan dalam
hidup dan kehidupan sehari-hari hendaklah ayat-ayat yang sudah di hafal
direnungkan dan dihayati secara mendalam dengan mendalami makna
kandungannya melalui buku-buku tafsir
c. Mengulangi ayat-ayat tersebut, dengan cara membacanya dengan shalat.52

E. Hambatan dan Cara Pemecahannya dalam menghafal Al-Quran


Menghafal Al-Quran bisa dikatakan berat dan melelahkan. Ungkapan
ini bukanlah menakut-nakuti, karena sudah sepantasnya, siapa yang ingin
mendapatkan sesuatu yang tinggi nilainya baik dimata Allah ataupun di mata
manusia, ia harus berjuang keras, tak kenal lelah, sabar dan tabah dalam
menghadapi segala rintangan yang menghadangnya.

Karena apapun

problemnya itu jika dihadapi dengan kesabaran ketabahan insya Allah


kesuksesan akan diraih. Berikut ini adalah problematika-problematika dalam
menghafal Al-Quran yaitu:
1. Ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi
Problem ini biasanya ialah bahwa di pagi hari hari ayat itu sudah
di hafal dengan lancar bagaikan air sungai yang mengalir dengan deras,

52

Ibid., 35.

45

tetapi sewaktu di tinggal mengerjakan persoalan lain, sore harinya sudah


tidak berbekas lagi. Bahkan bila di coba langsung di coba langsung
ditasmikkan ataui diperdengarkan kepada seorang instruktur, suatu
ayatpun tidak ada yang terbayang. 53
Menghafal Al-Quran diperlukan kerja keras dan kesabaran yang
terus menerus. Ini telah menjadi karakteristik Al-Quran itu sendiri. Kalau
diperhatikan dengan baik, maka isinya mengajarkan untuk menjadi orang
aktif dalam hidup di dunia ini. Begitupun proses turunnya, sering di
hadapi oleh Rasulullah SAW dengan cucuran keringat. Bahkan, seorang
seorang sahabat pernah merasakan beratnya paha Rasulullah ketika
pahanya menjadi sandaran bagi paha Rasulullah saw. saat itu, beliau
tengah menerima wahyu.
Karena itu wajarlah jika proses menghafal Al-Quran memerlukan
kesabaran dan ketekunan dan tidak berputus asa. Karena bagaimanapun
cerdasnya otak manusia tetap mengalami problem lupa.54 Sebuah mutiara
kata menyebutkan:


Artinya:
Tidaklah dikatakan manusia kecuali karena ia lupa.55

53

Zen, Tata Cara/ Problematika,39.


Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menghafal Al-Quran: Sarat Dengan Penanaman
Motivasi, Penjelasan Teknis Dan Pemecahan Masalah, (Jakarta: Dzilal Press, 1996),76.
55
Zen, Tata Cara/ Problematika,42.
54

46

Untuk mengurangi problem lupa ini, sebelumnya yang perlu


diingat adalah bahwa lupa dalam menghafal dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu:
a. Lupa yang bersifat manusiawi dan alami
Yaitu lupa yang biasa di alami oleh seorang penghafal ketika
hafalannya berproses sampai menjadi hafalan seperti air yang
mengalir. Dikatakan manusiawi karena hal ini tidak mungkin dihindari
oleh seorang penghafal Al-Quran. Bahkan mungkin selama hidupnya
ia akan mengalami lupa satu atau dua ayat walaupun sudah banyak
mengulangannya.
b. Lupa karena keteledoran
Yaitu bersumber dari penghafal sendiri seperti malas
mengulang-ulang hafalan, mengira ayat-ayat tersebut seperti nasyid,
selesai dihafalkan langsung terukir dalam ingatan, bagaikan batu
prasasti.56
Cara mengatasinya ialah hendaknya sebelum meperdengarkan
hafalan kepada instruktur/kyai, terlebih dahulu hafalan yang semula
sudah di hafal dengan lancar harus diulangi lagi seperti hafalan yang
baru.57
2. Banyak ayat-ayat serupa tapi tidak sama
Di dalam Al-Quran memang banyak ayat-ayat serupa tetapi tidak
sama. Maksudnya pada awalnya sama dan mengenai peristiwa yang sama
56
57

Abdul Rouf, Kiat Sukses, 77-78.


Zen, Tata Cara/ Problematika,40.

47

pula, tetapi pada pertengahan atau akhir ayatnya berbeda, atau sebaliknya,
pada awalnya tidak sama tetapi pada pertengahannya atau akhir ayatnya
sama. Seperti contoh dalam surat Al-Mukminun ayat 83 dan surat AnNaml ayat 68.
a. Surat Al-Mukminun: 83


)16: (

Artinya: Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami ) ) telah


diberi ancaman dengan ini ( )dahulu ( ) ini tidak lain hanyalah
dongeng orang dahulu kala58
b. Sedangkan pada surat An-Naml: 68


)31 : (

Artinya: Sesungguhnya kami telah di beri ancaman dengan ini ( )


dan juga bapa-bapak kami ( ) dahulu ( ) ini tiada lain
dongeng orang dahulu kala. 59
Jadi jelaslah bahwa pada cerita yang sama yaitu cerita ingkarnya
orang kafir di hari kebangkitan tetapi berlainan ayat dan suratnya. Surat
Al-Mukminun ayat 8 mendahulukan lafadz (( )kami dan bapakbapak kami), sedangkan pada surat An-Naml ayat 68 lafadz tersebut
terlatak pada susunan kalimat sebagai kata keempat. Kata ( )pada surat
Al-Mukminun terletak pada susunan kalimat sebagai kata kelima
58
59

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 536.


Ibid., 602.

48

sedangkan pada surat An-Naml terletak pada susunan kalimat sebagai


kata ketiga.
Pada contoh dua ayat ini terdapat tiga kata yang serupa tetapi
berbeda urutannya. Yaitu Bapak-bapak kami. ( ) dengan ini ()
dan dahulu () .
Cara mengatasinya ialah pertama kali di hitung dulu ayat-ayat
yang serupa tersebut, harus diketahui pasda surat apa, juz berapa dan ayat
keberapa, kemudian ditulis pada buku untuk diperbandingkan dan ayatayat yang serupa tersebut di beri garis bawahnya. Bila perlu diketahui
sejarah turunnya ayat bila ada. Peristiwa atau isi kandungan ayat tersebut.
3. Gangguan lingkungan
Untuk mencapai keberhasilan dalam menghafal Al-Quran,
memperhatikan keadaan lingkungan sangatlah penting, karena baik
buruknya lingkungan sangat mempengaruhi konsentrasi dalam menghafal
Al-Quran. Lebih lanjut Muhaimin Zen menjelaskan tentang cara
mengatasi lingkungan-lingkungan yang kurang mendukung dalam proses
menghafal Al-Quran yaitu sebelum memilih ruangan untuk menghafal
harus diperhatikan terlebih dahulu adalah syarat-syarat tempat yang baik
antara lain:
a. Mempunyai penerangan yang cukup sehingga mata tidak lelah dan
kepala tidak sakit.
b. Tempetarur ruangan harus sesuai dan yang terbaik sekitar 18 0-C.
temperature yang lebih panas menimbulkan keinginan untuk

49

beristirahat. Sedangkan temperature dingin akan mengalihkan


perhatian.
c. Ventilasi (pertukaran udara) harus cukup. Bila ventilasi kurang baik
udara menjadi pengab dan akan ngantuk.
d. Sebuah kursi dengan sandaran yang lurus dan tidak terlalu empuk.
e. Sebuah meja yang seimbang dengan kursi.
f. Tempat yang sesunyi mungkin. Beberapa jenis suara terutama suara
orang yang berbicara dapat mengganggu konsentrasi.
f. Jangan sampai perhatian teralihkan oleh sesuatu hal. Maka konsentrasi
harus tertuju pada Al-Quran yang dihadapinya.
g. Tidak ada gangguan misalnya dari teman yang ingin menanyakan atau
mungkin ngobrol.
Dan yang perlu diingat beberapa hal sebelum menentukan kamar
khusus untuk menghafal, antara lain:
a. Ruangan belajar/ menghafal jangan dekat dengan ruang tamu, dapur
atau pintu depan. Akibatnya, secara kebetulan seorang tamu yang tibatiba datang bahkan mungkin salah seorang yang disegani, maka tidak
mungkin dapat mengelakkan atau menghindari tamu tersebut padahal
di tuntut oleh keterbatasan waktu dan materi hafalan yang harus
ditargetkan. Tetapi bila dapat memilih tempat yang tidak nekat dengan
ruangan tamu, dapur, dan dekat pintu depan, maka dapat menghindari
tamu yang datang dengan jalan berpesan kepada salah seorang
anggota keluarga dan anggota keluarga dapat memberitahukan bahwa

50

setiap tamu yang mau ketemu dekat berjumpa nanti setelah selesai
menghafal.
b. Ruangan menghafal jangan dekat dengan tempat berdenda gurau,
tempat televisi, dan tempat telepon. Akibatnya konsentrasinya akan
terganggu.
c. Ruangan menghafal jangan dekat dengan tempat telpon. Apabila
memilih ruangan menghafal dekat dengan tempat telepon, maka akan
menanggung beban moral. Bila telephone berdering dan tidak
mengangkatnya,

perasaan

kurang

enak

karena

jangan-jangan

telephone yang berdering itu untuk orang yang menghafal Al-Quran


tersebut.

Apabila

orang

yang

sedang

menghafal

tersebut

mengangkatnya secara kebetulan telephone itu bukan untuk orang


yang hafalan, dan akan merasa mendapat beban untuk menyampaikan
atau memanggil atau menyampaikan amanat tersebut, akibatnya waktu
telah tersita untuk itu dan konsentrasi menjadi bubar.
d. Bila menetapkan ruangan, maka sebaiknya ruangan tersebut hanya
dipakai untuk menghafal saja. Sebab menghafal di ruangan yang juga
dipakai untuk maksud-maksud lain seperti tidur, makan dan lain-lain
biasanya sulit untuk menghafal Al-Quran.
Dari beberapa penjelasan tentang baik buruknya ruangan yang
dapat mendukung keberhasilan menghafal di atas, sebenarnya tempat
menghafal yang lebih baik dan memenuhi persyaratan tersebut di atas

51

adalah tempat-tempat ibadah seperti musholla/masjid. Karena orang


membaca Al-Quran harus pada tempat yang bersih lagi suci.60
Dalam bukunya Kiat Sukses Menghafal Al-Quran, Abdul Aziz
Abdul Rauf menjelaskan tentang problematika menghafal Al-Quran
sebagai berikut:
1. Prolematika Dakhiliyah (Internal)
a. Cinta dunia dan terlalu sibuk dengannya
Orang yang terlalu sibuk dengan kesibukan dunia,
biasanya tidak akan siap untuk berkorban, baik waktu maupun
tenaga, untuk mendalami Al-Quran. Kenyataannya demikian,
mendalami Al-Quran tidak akan seluas orang yang mendalami
bahasa Inggris atau akuntansi dalam hal kesempatan mencari
peluang rizqi. Karena itu Allah SWT mengingatkan manusia agar
agar jangan terlalu mencintai kehidupan dunia. Hidup bersama AlQuran adalah hidup sukses menuju kehidupan akhirat. Pecinta
dunia tidak akan dapat akrab dengan Al-Quran adalah hidup
sukses menuju kehidupan akhirat. Pecinta dunia tidak akan dapat
akrab dengan Al-Quran.61 Allah berfirman:


)07() 02(

60
61

Zen, Tata Cara/Problematika, 234-236.


Abdul Rauf, Kiat Sukses,63.

52

Artinya: Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai


manusia)

mencintai

kehidupan

dunia,

dan

meninggalkan

(kehidupan) akhirat. (Q.S. Al-Qiyammah: 20-21).62


Namun perlu di ingat dien Islam bukanlah dien yang
menyusuh untuk meninggalkan dunia secara total. Islam
mengajarkan agar menjadikannya hanya sebatas sebagai sarana
dan bukan tujuan yang harus di

raih, apalagi

dengan

mengorbankan akhirat. Karena itu harus hati-hati ketika bergaul


dengan dunia, jangan sampai terpedaya oleh keindahannya. Allah
SWT sengaja menjadikan dunia tampak indah dari jauh
sebagaimana melihat gunung. Tujuan yang paling pokok
diciptakannya dunia adalah untuk menguji, siapa yang paling baik
amal perbuatannya.
b. Tidak dapat merasakan kenikmatan Al-Quran
Kemukjizatan Al-Quran telah terbukti mampu memberi
sejuta kenikmatan kepada para pembacanya yang beriman dan
kepada Allah dan hari akhir. Para pembaca Al-Quran senantiasa
mengkhatamkan Al-Quran dengan frekuensi tinggi. Ustman bin
Affan, Zaid bin Tsabit Ubay bin Kaab adalah para sahabat yang
senantiasa mengkhatamkan Al-Quran setiap sepekan sekali, yaitu
pada hari jumat. Sehingga ada suatu riwayat yang menjelaskan
bahwa pada hari jumah. Sehingga ada suatu riwayat yang

62

Departemen RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 999.

53

menjelaskan bahwa pada hari jumah shahabat Ustman bin Affan


memulai dari surat Al-Baqarah sampai surat Al-Maidah, malam
sabtu memulai dari surat Al-Anam sampai surat Hud, malam
Ahad memulai dari surat Yusuf sampai Maryam, malam senin
memulai dari surat Thaha sampai surat Shad, malam rabu memulai
dari surat Az-Zumar sampai surat Ar-Rahman dan malam kamis
khatam.
Riwayat di atas tidak mungkin dilakukan orang yang
belum mampu merasakan kenikmatan bertilawah Al-Quran.
Besar dan kecilnya kenikmatan membaca Al-Quran sangat
tergantung kepada kualitas keimanan dan ketaqwaan pembacanya
kepada Allah SWT. Karena itu, Allah SWT menjelaskan bahwa
orang yang rajin bertilawah adalah orang suka qiyamul lail,
beriman kepada Allah dan hari akhir. Menyuruh yang maruf dan
melarang kemungkaran serta selalu cepat melakukan amal-amal
shalih.63 Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat
113-114 yaitu:



) 772(






)774(

Artinya:Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada
golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah
pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud
63

Abdul Rauf, Kiat Sukses, 62-65.

54

(sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan


mereka menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang
munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan;
mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (Q.S. Ali-Imran:
113-114)
Dan sebaliknya orang yang tidak beriman kepada Allah,
mereka tidak merasakan nikmatnya ayat-ayat Allah. Allah SWT
menjelaskan sikap mereka terhadap Al-Quran, yang intinya,
jangankan di suruh membaca, mendnegarkannya saja tidak akan
mau, bahkan mereka bersikap kecut serta menjauhkan diri.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hajj ayat 72 yaitu:



)13(..


Artinya:Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami


yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada
muka orang-orang yang kafir itu.(Q.S. Al-Hajj: 72)64
c. Hati yang kotor dan terlalu banyak maksiat
Hafalan Al-Quran akan dapat mewarnai penghafalannya
jika dilandasi oleh hati yang bersih dari kotoran syirik, takabur,
hasud, dan kotoran maksiat lainnya karena Al-Quran adalah kitab
suci yang diturunkan oleh Allah Yang Maha Suci, di bawa oleh
malaikat yang suci, diberikan kepada Rasulullah yang suci dan
diturunkan di tanah yang suci, diberikan kepada Rasulullah yang
suci dan diturunkan di tanah yang suci. Ustman bin Affan yang
dikutipoleh Abdul Rauf pernah berkata:

64

Departemen RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 94 dan 522.

55


Artinya: Andaikata hati itu suci, ia tidak akan pernah puas dengan
Al-Quran.65
Karena itu, menghafal Al-Quran tidak mungkin dilakukan
oleh orang berhati kotor. Mereka yang berhati kotor hanyalah
membayangkan kesan berat dan sulit ketika akan memulai
menghafal. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa maksiat dan dosa
sangat mempengaruhi hati manusia sehingga tercemar.
d. Tidak sabar, malas dan berputus asa
Menghafal

Al-Quran

diperlukan

kerja

keras

dan

kesabaran yang terus menerus. Ini sesungguhnya telah menjadi


karakteristik Al-Quran itu sendiri. Isi Al-Quran mengajak untuk
menjadi orang yang aktif dalam hidup di dunia ini. Begitupun
proses turunnya, sering dihadapi oleh Rasulullah dengan cucuran
keringat. Bahkan, seorang sahabat pernah merasakan beratnya
paha Rasulullah SAW. saat itu, beliau tengah menerima wahyu.
Memperbanyak amal shalih sangat perlu diperhatikan. Ini
untuk membekali diri agar mampu bersabar, bersemangat dan
tidak kenal putus asa dalam menghadapi problematika menghafal
Al-Quran. Menghafal Al-Quran merupakan amal shalih yang
sesungguhnya masih terkait dengan amal shalih yang lain. semua
65

Abdul Rauf, Kiat Sukses, 66-71.

56

amal shalih yang dikerjakan sesungguhnya merupakan realisasi


Al-Quran. Sehingga amal shalih itu merupakan suatu mata rantai
yang sambung-menyambung. Ketika satu saja yang teroutus, maka
akan mempengaruhi yang lain. artinya, satu amal shalih
ditinggalkan, maka berdampak tidak terlaksananya amal shalih
yang lain. Sebagaimana dalam Al-Quran Allah berfirman:


)40(


Artinya: Balasan perbuatan jelek adalah perbuatan jelek yang
serupa. (Surat Asy-Syuura: 40) 66
Maka mafhum mukhalafahnya, setiap perbuatan yang baik
akan menghasilkan yang baik juga. Ungkapan ini kebenarannya
dapat dibuktikan. Ketika semua program keimanan dilakukan
semua seperti matsurat, puasa senin, kamis, shalat berjamaah dan
qiyamul lail, maka akan dirasakan bahwa melaksanakan semua itu
lebih ringan.
Jadi, siapapun memiliki peluang untuk menjadi hafidz AlQuran 30 Juz atau sebagainya selama ia bersabar, bersemangat
dan tidak berputus asa, cepat atau lambat.

66

Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 789.

57

e. Semangat dan keinginan yang lemah


Termasuk problem intern bagi penghafal adalah faktor
lemahnya semangat dan keinginan. Semangat dan keinginan yang
kuat adalah modal utama untuk melakukan apa saja, apalagi yang
bernilai tinggi baik di mata Allah maupun di mata manusia.
Seringan apapun sesuatu pekerjaan, jika tidak dilandasi semangat
dan keinginan yang kuat tidak akan terlaksana dengan baik. Inilah
kendala utama yang dimiliki oleh orang-orang munafik, sehingga
menyebabkan mereka ketinggalan ikut serta dalam berjihad
bersama Rasulullah SAW. 67 Sebagaimana firman Allah dalam
surat At-Taubah ayat 46 yaitu:


)44(





Artinya: Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka
menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak
menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan
keinginan mereka dan dikatakan kepada mereka:Tinggallaj kamu
bersama orang-orang yang tinggal itu. (Surat At-Taubah: 46)68

Tentunya Allah SWT. Maha Mengetahui semangat dan


kemauan hambanya untuk berinteraksi lebih banyak melalui
hifdzul Quran. Kemauan yang kuat akan terealisir dalam bentuk
usaha yang optimal dalam menghafal Al-Quran.

67
68

Abdullah Rauf, Kiat Sukses, 66-71.


Departemen RI, Al-Quran dan Terjemahnya,789.

58

f. Niat yang tidak ikhlas


Niat yang tidak ikhlas dalam menghafal Al-Quran tidak saja
mengecam suksesnya hifdzul Quran, namun juga mengancam diri
penghafal itu sendiri pada hari qiamat.
Keikhlasan dalam menghafal harus selalu dipertahankan
dengan terus menerus. Hal ini akan menjadi motivator yang sangat
kuat untuk mencapai sukses dalam menghafal Al-Quran.
Usahakanlah dengan selalu mengingat-ingat janji Rasulullah SAW,
berupa pahala yang sangat besar bagi orang yang telah sukses.
Untuk itu, mulai dari awal perlu disadari bahwa dalam hifdzul
Quran tidak menjanjikan peluang keduniaan yang luas, tidak
seperti mereka yang bekerja keras mempelajari bahasa Inggris atau
computer, yang jelas-jelas sangat berpeluang untuk meraih risqi
yang banyak.
g. Lupa
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk
menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya
telah di pelajari. Secara sederhana, Gulo dan Reber mendefinisikan
lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu
yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa

59

bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan mengetahui dari


akal.69
Dalam menghafal Al-Quran, bagaimanapun cerdasnya otak
manusia tetap mengalami problem lupa. Kenyataan ini harus
dipahami dan siap menghadapinya. Inilah karakteristik ayat-ayat
Al-Quran yang dijadikan oleh Allah mudah menguap dari pikiran.
Untuk mengurangi problem lupa, yang perlu diingat bahwa
lupa dalam menghafal dapat di bagi menjadi dua kategori, lupa
yang bersifat manusiawi dan alami, dan lupa karena keteledoran.
Lupa yang alami adalah lupa yang biasa dialami oleh seorang
penghafal ketika hafalannya berproses sampai menjadi hafalan
seperti air yang mengalir. Dikatakan manusiawi karena hal ini
tidak mungkin dihindari oleh seorang penghafal. Bahkan mungkin
selama hidupnya ia akan mengalami lupa satu atau dua ayat
walaupun sudah banyak pengulangannya. Sedangkan lupa yang
terjadi karena keteledoran bersumber dari penghafal sendiri seperti
malas

mengulang-ulang

hafalan.

Jadi,

pengulangan

atau

mengulang-ulang hafalan yang sudah hafal adalah sangat penting


bagi para penghafal Al-Quran untuk menghindari problem lupa.

69

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2005), 158.

60

2. Problematika Kharijiah (Eksternal)


a. Tidak mampu membaca dengan baik
Penghafal yang belum mampu membaca dengan baik dan
belum lencar, akan merasakan dua beban ketika menghafal, beban
membaca dan beban menghafal. Dua beban ini kadang akan
semakin terasa ketika ayat yang dihafal semakin banyak, sehingga
di tengah jalan jarang yang dapat bertahan sampai 30 juz,
walaupun ada juga orang yang berhasil. Ciptakan kemampuan
membaca satu hari satu juz secara terus-menerus, dengan latihan
yang banyak dan mendengarkan bacaan para qari yang bagus
bacaannya. Insya Allah dengan begitu lidah akan semakin mudah
melafadzkan

ayat-ayat

Al-Quran,

dan

ketika

menghafal

konsentrasi hanya tercurah pada menghafal dan tidak lagi


disibukkan dengan memikirkan bacaannya.
b. Tidak mampu mengatur waktu
Bagi mereka yang tidak mampu mengatur waktu akan
merasakan, seakan-akan dirinya tidak mempunyai waktu lagi untuk
kegiatan ini. Mereka yang tidak memiliki banyak kesibukanpun
kalau tidak pandai mengatur waktunya tidak akan mampu
menghafal, apalagi yang sudah memiliki keterkaitan dengan ini dan
itu. Jadi, mulailah dari sekarang berdisiplin dengan waktu.
Alokasikanlah satu atau dua jam untuk kegiatan menghafal dan
jangan sekali-kali dilanggar. Pada hakikatnya hanyalah orang yang

61

disiplin

yang

mampu

mengatur

waktu

yang

memanfaatkan

waktu.

sebagian

Pandai-pandailah
besar

manusia

membiarkannya berlalu begitu saja. Bagi penghafal Al-Quran


waktu adalah ibadah dengan tilawah dan Al-Quran,seperti yang
telah dilakukan oleh Umar bin Khattab dalam perjalanannya dari
Madinah ke Baitil Maqdis.
c. Tasyabuhul ayat (ayat-ayat yang mirip dengan yang lain)
Ayat-ayat

yang

serupa,

kadang-kadang

suka

menjengkelkan bagi para penghafal Al-Quran. Ayat-ayat seperti


itu susah diingat kalau para penghafal memberi perhatian lebih
terhadap ayat-ayat yang serupa. Maka perbanyaklah pengulangan
pada ayat-ayat yang serupa melebihi ayat-ayat yang tidak serupa.70
Contoh ayat-ayat yang serupa:
Surat Al-Muminuun ayat 9-10 dengan surat Al-Maarij ayat 3435:


)70(
)9(


)25(

)24(
d. Pengulangan yang sedikit
Terkadang ketika

menghafalkan,

seorang penghafal

merasa kesusahan dalam membaca kembali ayat-ayat yang sedang


di hafal atau ketika menyetor hafalan tiba-tiba bacaan tidak lancar,

70

Abdul Rauf, Kiat Sukses,72-81.

62

padahal ketika mempersiapkan, sudah merasa lancar dan betulbetul hafal.


Sebenarnya, hal itu merupakan problem yang sangat kecil.
Yang perlu diketahui hal itu terjadi karena frekuensi waktu dan
penggulangan ayat-ayat yang dilakukan masih sangat sedikit.
Dalam menghadapi masalah di atas, seorang penghafal harus
bersikap tegar dan kuat-kuat katakana pada diri sendiri, kalau
setoran hafalanku tadi tidak lancar karena aku mempersiapkan
selama dua jam dan begitu seterusnya.
Begitulah yang harus dilakukan untuk meraih surga Allah.
Surga Allah tidak mungkin diperoleh dengan gratis, sangat dituntut
untuk berbuat, dan Allah akan membalasnya.
e. Belum memasyarakat
Menghafalkan Al-Quran dalam suatu masyarakat yang
belum

seutuhnya

mengenal

Al-Quran,

terkadang

juga

mempengaruhi semangat. Beda lagi di Pakistan, di sana hifdzul


Quran sangat bermasyarakat jika di banding di negeri ini. Sebagai
seorang dai yang sudah paham risalah dawah dan taraf hidupnya,
tidak boleh terpengaruh dengan kondisi ini. Justru harus menjadi
orang utama yang memperkenalkan Sunnah Hasanah ini pada
masyarakat. Wajarlah jika orang pertama yang menjadi pelopor
suatu sunnah hasanah mendapat beberapa kesulitan namun pahala

63

untuknya terus mengalir selama karyanya diikuti dan dilestarikan


oleh orang-orang setelahnya.
Untuk itu, seorang penghafal tidak boleh terpengaruh oleh
kondisi lingkungan. Ketahuilah jika di Pakistan saat ini hifdzul
Quran sudah sangat memasyarakat, hal itu bukan terjadi secara
otomatis, namun karena sebelumnya telah dimulai oleh generasi
sebelumnya. Oleh karena itu, jika saat ini tidak berjuang
memulainya, maka ketahuilah pada masa yang akan datang anak
cucu kita akan mengalami kondisi yang sama seperti sekarang
juga.
f. Tidak ada Muwajjih (pembimbing)
Muwajjih dalam dunia hifdzul Quran sangat urgen bagi
orang yang menghafal Al-Quran. Keberadaannya akan selalu
memberi semangat. Karena itu suatu hal yang tidak wajar jika
sudah ada pembimbingnya namun masih malas. Fungsi yang
paling pokok bagi seorang pembimbing adalah mengontrol hafalan.
Penghafal yang tanpa pembimbing dapat dipastikan banyak
mengalami kesalahan dalam menghafal,dan biasanya kalau sudah
salah akan susah di luruskan.
Untuk itu, harus menyetorkan hafalan kepada seorang
pembimbing.

Bagaimanapun

tingginya

kemampuan

untuk

otodidak, namun tanpa pembimbing pada masa yang akan datang

64

rawan untuk diserang futur, kehilangan semangat dan akhirnya


gagal ditengah jalan.71

F. Etika Penghafal Al-Quran


Bagi umat Islam sudah pasti meyakininya, bahwa membaca Al-Quran
saja sudah termasuk amal ibadah yang mulia dan mendapat pahala yang
berlipat ganda, karena yang dibacanya itu adalah kalamullah. Sebaik-baik
bacaan bagi orang mukmin, baik dalam keadaan suka maupun duka, juga bisa
menjadi obat penawar bagi jiwa yang resah, tidak tenang, gelisah, maupun
penyakit-penyakit dhahir atau batin lainnya. Oleh karena itu, dalam membaca
Al-Quran tentunya harus memperhatikan masalah adab-adabnya atau tata
karma, karena yang di baca itu adalah kalamullah yang harus di junjung tinggi
dan dimulyakan.72
Adapun etika-etika bagi penghafal Al-Quran adalah sebagai berikut:
1. Harus bersungguh-sungguh mengagungkan Al-Quran.73
Sebagaimana firman Allah SWT, yaitu:

Artinya:

)09: (

Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran atau hati mereka yang


terkunci. (Q.S. Muhammad: 24).74

71

Abdul Rauf, Kiat Sukses, 83-85.


M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-lagu Tilawatil Quran di Lengkapi dengan Ilmu
Tajwid dan Qasidah, (Surabaya: Apollo, 1997), 189.
73
Abdur Rauf, Kiat Sukses., 87.
74
Departemen Agama RI , Al-Quran dan Terjemahnya., 833.
72

65

2. Di haruskan melakukan wudhu (jika memegang Al-Quran). Adapun bagi


yang membacanya dengan hafalan

saja (tanpa membawa Al-Quran),

hanya disunatkan saja. Selain itu disunatkan menghadap kea rah kiblat
dengan menundukkan kepala untuk menghormati kepada Al-Quran serta
duduk yang baik.75
Sebagaimana pendapat Ibnu Qudamah yaitu: Sebaiknya orang
yang hendak membaca Al-Quran wudhu terlebih dahulu, juga
memperhatikan adab-adab yang baik, duduk bersila, tidak boleh bersandar
atau duduk dengan posisi sekenanya atau dengan posisi yang
menggambarkan kecongkaan. Keadaan yang paling bagus saat membaca
Al-Quran ialah saat berdiri dalam shalat dan dilakukan di masjid.76
3. Disunatkan membaca istiadzah dan basmallah sebelum memulai
membaca ayat-ayat Al-Quran, yaitu:

.
Dengan maksud memohon kepada Allah agar kita dijauhkan dari
bisikan dan pengaruh syetan, sehingga hati dan pikiran bisa menjadi
tenang.
4. Memilih tempat-tempat yang bersih lagi suci, seperti dirumah, di mushaf,
di surau, atau di masjid.

75

Munir, Pedoman Lagu-lagu, 190.


Ibnu Qudamah, Minhajul Qashidin Jalan Orang-Orang Yang Mendapat Petunjuk, (AlImam Ibnul Jauzy), (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), 56.
76

66

5. Diwajibkan menggunakan

tajwid, tanpa menggunakannya hukumnya

haram, sebab membaca Al-Quran dengan tajwid itu hukumnya fardhu


ain.
6. Dianjurkan membaguskan suaranya, sebab suara yang bagus dan merdu itu
bisa menambah keindahan uslubnya Al-Quran.77
7. Ikhlas dalam mempelajari Al-Quran
Para pengaji dan penghafal Al-Quran harus mengikhlaskan
niatnya dan mencari keridhaan Allah SWT semata dalam mempelajari dan
mengajarkan Al-Quran, bukan untuk pamer di hadapan manusia dan juga
tidak untuk mencari dunia.
8. Selalu bersama Al-Quran
Selalu bersama Al-Quran sehingga Al-Quran tidak hilang dari
ingatannya. Caranya dengan terus membacanya melalui hafalan, dengan
membaca dari mushaf atau mendengarkan pembacanya dari radio atau
kaset rekaman.
Penghafal Al-Quran harus menjadikan Al-Quran sebagai
temannya

dalam

kesendiriannya,

serta

penghiburnya

dalam

kegelisahannya sehingga ia tidak berkurang dari hafalannya.


9. Berakhlak dengan akhlak Al-Quran
Orang yang menghafal Al-Quran hendaklah berakhlak dengan
akhlak Al-Quran, nilai-nilainya, etika-etikanya, dan akhlaknya agar
membaca Al-Quran dan ayat-ayat Al-Quran melaknatnya.78

77

Munir, Pedoman Lagu-lagu,194.

67

10. Beramal dengan Al-Quran


Yakni mengamalkan Al-Quran, sebagai bentuk ketaatan terhadap
perintahnya, berhenti pada larangan-larangannya, pelaksanaan terhadap
wasiat-wasiatnya dan memperhatikan bacaan-bacaannya.
11. Memperhatikan, mendengar dan tenang
Memperhatikan, mendengar dan tenang ketika membaca dapat
membantu kepada pemahaman dan penghayatan terhadap apa saja yang
ada di dalam ayat-ayat Allah SWT, termasuk janji dan ancaman, kabar
gembira, dan peringatan, hikmah dan nasehat, perintah dan larangan.
Selain itu lebih memudahkan untuk meraih rahmad Allah.79 Sebagaimana
firman Allah yaitu:


)029(

Artinya:" Dan apabila dibacakan Al-Quran maka dengarkanlah baik-baik,


dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian mendapat rahmat". (Q.S. AlAraf:204).80
12. Menjauhi segala hal yang dapat menghilangkan kekhusuan terhadap
keagungan Al-Quran.
Yakni tertawa, menguap, bermain-main jari jemari, berbicara
kepada orang lain tanpa keperluan dan lain sebagainya. Dianjurkan
menahan bacaan apabila menguap, karena sedang berada dihadapan
percakapan Allah, sedangkan menguap adalah dari syetan.81
13. Meneruskan bacaan setelah khatam
78

Yusuf Al-Qardhawi, Berinteraksi Dengan Al-Quran, (Jakarta: Gema INsani Press,


1999), 200-2001.
79
Etika Membaca Al-Quran, Qiblati (Menyatukan Hati dalam Sunah Nabi), Vol. 01 No.
08 April-Mei 2006, 18-19.
80
Departemen Agama RI , Al-Quran dan Terjemahnya., 256.
81
Etika Membaca Al-Quran, Qiblati, 19-21.

68

Ketika selesai (khatam) membaca Al-Quran, maka disunahkan


untuk meneruskan bacaan yang baru. Karena tindakan yang paling disukai
oleh

Allah

SWT

adalah

Al-Hallul

Murtahal

(tindakan

yang

berkelanjutan).82
Lebih lanjut Abdul Aziz Abdur Rauf, menjelaskan tentang etika
penghafal Al-Quran yaitu:
a. Selalu menjaga keikhlasan karena Allah dan menjaga diri dari riya.
b. Harus selalu mutamayiz (unggul) dari orang lain, menjaga diri dari
laghwu, dan selalu bersegera dalam melakukan ketaatan kepada Allah.
c. Jangan mencari popularitas atau berniat menjadikannya sebagai sarana
mencari nafkah.
d. Jangan merasa dirinya lebih baik dari orang lain, namun hendaknya selalu
bertawadlu.
e. Janganlah berniat mencari imbalan duniawi dari Al-Quran.
f. Jangan berniat menjadikannya sebagai alat meminta-minta kepada
manusia.
g. Berhati-hati dari sifat orang munafik.
h. Berhati-hati dari tergelincir kepada maksiat (fusuq).
i. Banyak berdoa kepada Allah, agar Al-Quran menuntunnya ke jannah
j. Selalu bersama Al-Quran sampai ia menghadap Allah.83

82
83

Jawaid Al-Harsyi, Kecil-kecil Hafal Al-Quran., 62.


Abdul Rauf, Kiat Sukses, 87-90.

Anda mungkin juga menyukai