SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh
ARIF SUBHAN
107011001124
Kata kunci: Strategi (strategy) belajar aktif (active learning) dan pembelajaran
pendidikan agam Islam.
i
KATA PENGANTAR
ii
3. Bapak Faza Amri, S. Th.I, Staf Jurusan PAI, yang telah memberikan motivasi
kepada penulis dan memberikan banyak pelajaran kepada penulis.
4. Bapak Yudhi Munadi, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan,
pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak Tanenji, MA, Dosen Penasehat Akademik yang dengan penuh perhatian
telah memberi bimbingan, arahan dan motivasi serta ilmu pengetahuan kepada
penulis selama masa perkuliahan.
6. Bapak pimpinan dan karyawan/karyawati Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan pelayanan dan pinjaman buku-buku yang sangat penulis butuhkan
dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seterusnya ucapan terima kasih buat orang terkasih yaitu Ibunda Juariyah dan
Ayahanda Abdusoman Nasution (Alm) yang selalu memberi motivasi dan
dukungan buat penulis selama penulis mengerjakan skripsi serta memberikan
dukungan moral dan material, do’a dan senyuman yang menyemangati
penulis untuk tabah dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses
pembuatan skripsi ini. Skripsi dan gelar sarjana ini khusus penulis
persembahkan untuk ibunda dan ayahanda.
8. Ibu Nicotiana lila A. S.S Kepala Sekolah SD Islam Nurul Hidayah yang
bersedia menerima peneliti untuk mencari data untuk tersusunnya karya ilmiah
ini.
9. Bunda Tutik Ernawati, Pak Hidayat, Yunita Septiani, Ely Suwarti, Dini Hari,
Windi, dan Haffas Baihaqi dewan guru SD Islam Nurul Hidayah yang turut
serta membantu penulis dalam kelancaran penulisan Skripsi ini.
10. Teman-teman yang penulis banggakan yang banyak membantu dalam
kesulitan, menghibur dalam kegalauan, Rahmawati, S.Pd.I (Padang),
Munzirudin S.Pd.I (Tanah Betawi) Sofyan Adenansi S.Pd.I (Bogor), Ahmad
Zainuddin, S.Pd.I (Banten), kekeluargaan yang sangat luar biasa yang pernah
penulis temukan.
iii
11. Teman-teman penulis di Jurusan Pendidikan Agama Islam, khususnya kawan-
kawan PAI kelas D angkatan 2007, Zen, Azhari, Misbah, Dedi,Rocky, Anis,
hana, lina dll yang telah banyak membantu dan memberikan pengalaman dan
kenangan yang tidak dapat terlupakan kepada penulis selama belajar di
bangku kuliah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
12. Kawan-kawan di HMI Komisariat Tarbiyah, di BEM-J PAI priode 2007-2008
dan 2008-2009, BEM-FITK periode 2009-2011, DPJ PARMA 2009. dan lain-
lain yang tidak penulis sebutkan tapi tidak mengurangi rasa hormat penulis
terhadap semuanya, terimakasih atas semua pengalaman yang di berikan.
13. Teman-teman FK2I (Forum Kajian dan Komunikasi Mahasiswa Pendidikan
Agama Islam) yang sangat membanggakan,
14. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Mandailing Natal (HM MADINA)
Jakarta.
15. Terimakasih juga kepada Lia Ervina Ibu Nur Achyati, Pipit Sofani dan Reni.
16. Terakhir penulis haturkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam peyusunan laporan penelitian ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, dari dalam lubuk hati penulis selalu melekat salam
hormat kepada mereka dan penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada
Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan
mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya. Amiin.
Penulis memohon kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada semua yang telah membantu penulis, sebagai imbalan jasa
yang telah dilakukan.
Hanya kepada Allah SWT sajalah penulis berharap semoga apa yang
penulis kerjakan mendapat keridhaan dan kecintaan-Nya. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 7
D. Rumusan Masalah ............................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .............................................................. 8
v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Data dan Sumber Data................................................... 45
2. Gambaran Diri Subjek ................................................... 46
B. Pembahasan
1. Pelaksanaan pembelajaran aktif (active learning strategy)
dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di SD Islam
Nurul Hidayah ............................................................... 47
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan strategi
belajar aktif (active learning strategy) dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam di SD Islam Nurul Hidayah. ... 61
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ................................................................. 65
B. Saran-saran ................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 67
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No. 14 th 2005 tentang Guru dan Dosen
(Jakarta: GP Press 2009, hal 294
2
Yudhi Munadi, dkk, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kretif, Efektif Dan Menyenangkan,
2011 (jakarta , Bahan ajar PLPG), hal.2
1
2
bagi peserta didik. Guru di tuntut untuk memiliki empat kompetensi, yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan
kompetensi kepribadian. Kemampuan untuk menerapkan kemampuan dalam
pengelolaan peserta didik yang meliputi pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik, perancangan pembelajaran serta dalam menerapkan strategi
pembelajaran yang tepat merupakan sebagian ciri dari kompetensi pedagogik3.
Guru sebagai pendidik memiliki peran yang sangat besar, disamping sebagai
fasilitator dalam pembelajaran siswa, juga sebagai pembimbing dan mengarahkan
peserta didiknya sehingga menjadi manusia yang mempunyai pengetahuan yang
luas baik pengetahuan agama, kecerdasan, kecakapan hidup, keterampilan, budi
pekerti luhur dan kepribadian baik dan bisa membangun dirinya untuk lebih baik
dari sebelumnya serta memiliki tanggung jawab dalam pembangunan bangsa.
Di dalam fenomena empirik menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat
kasus tentang kenakalan dikalangan pelajar, di antaranya isu perkelahian antar
pelajar, minum minuman keras, narkoba, kriminalitas dan masih banyak lainnya
yang mana semakin hari semakin meningkat dan kompleks. Tapi timbulnya
kasus-kasus tersebut memang bukanlah semata-mata karena kegagalan pendidikan
agama Islam. Tetapi bagaimana semua itu bisa digerakkan oleh pemerintah,
masyarakat dan sekolah, dalam hal ini adalah guru agama untuk mencermati
kembali dan mencari solusi lewat pengembangan metodologi pendidikan agama
Islam untuk tidak hanya berjalan dengan cara konvensional tradisional dalam
menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini telah
mempengaruhi banyak pelajar sehingga mereka berprilaku seperti itu.
Pendidikan agama di sekolah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan
permasalahan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran
pendidikan agama Islam di sekolah saat ini masih terbatas sebagai proses
penyampaian pengetahuan tentang Agama Islam” hanya sedikit yang diarahkan
pada proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari
proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan ceramah dan hafalan.
Artinya metode ceramah dan hafalan yang dipergunakan guru ketika mengajar
3
Mukhtar, , Organisasi Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada), hal. 117
3
pendidikan agama Islam pada diri siswa. Hal ini siswa kurang termotivasi untuk
belajar materi pendidikan Agama Islam, sehingga prestasi dalam pelajaran ini pun
menurun.
Padahal pendidikan agama Islam sangatlah penting bagi seseorang peserta
didik, sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting setelah keluarga, yang
berfungsi membantu siswa untuk mendidik dan mencerdaskan untuk mendidik
dan mencerdaskan bangsa. Maka dari itu sebagai seorang pendidik yang
profesional harus memiliki juga rasa tanggung jawab terhadap peserta didik dalam
pembelajaran ilmu pengetahuan, keterampilan, jiwa beragama dan sebagainya.
Khususnya pada pendidikan agama Islam. 4
Oleh karena itu, guru harus mengetahui bagaimana situasi dan kondisi
ajaran disampaikan kepada peserta didik, bagaimana cara atau pendekatan yang
digunakan dalam pembelajaran, bagaimana mengorganisasikan dan mengelola isi
pembelajaran, hasil yang diharapkan dari kegiatan tersebut, dan seberapa jauh
tingkat efektivitas dan efisiennya serta usaha-usaha apa yang dilakukan untuk
menimbulkan daya tarik peserta didik.
Dalam proses belajar mengajar, salah satu faktor yang sangat mendukung
keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah kemampuan guru
dalam menguasai dan menerpakan metode pembelajaran. Guru dituntut untuk
menguasai macam-macam metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
materi dan siswa.
Mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah
satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang
secara optimal. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengoptimalkan memorinya bekerja secara maksimal dengan bahasanya dan
melakukan dengan kreativitasnya sendiri. Jadi siswa tidak hanya diam
mendengarkan materi dari guru dengan metode ceramah saja. Metode mengajar
merupakan salah satu cara-cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
4
M. Djumransyah, Filsafat Pendidikan Malang, (Malang, Bayu Media Publishing, 2004)
hal 146
4
hubungan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan
metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
Namun dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen yang berpengaruh
dalam proses pembelajaran pendidikan agama, yang salah satunya adalah: metode
pembelajaran agama”, apabila ditinjau dari karakteristik setiap individu dari anak
didik pasti memiliki perbedaan dalam hal kemampuan, gaya belajar,
perkembangan moral, perkembangan kepercayaan, perkembangan kognitif, sosial
budaya dan sebagainya. Untuk itu guru harus mampu menjadikan mereka semua
terlibat, merasa senang dalam proses pembelajaran.
Pendidikan agama yang dianggap merupakan suatu alternative dalam
membentuk kepribadian kemanusiaan di anggap gagal. Karena pembelajaran
pendidikan agama Islam yang selama ini berlangsung agaknya kurang
memperhatikan terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama
yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan
dalam diri siswa. 5
Mengembangkan nilai-nilai agama pada siswa sangat tergantung pada
peranan guru dalam mengelola pembelajaran. Salah satu faktor yang sangat
mendukung keberhasilan guru dalam proses pembelajaran pendidikan agama
Islam adalah kemampuan guru yang menguasai menerapkan metode
pembelajaran.
Metode pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan motivasi belajar
yang tinggi, dimana sangat berpengaruh sekali pada pembentukan jiwa anak.
Motivasi belajar yang membangkitkan dan memberi arah pada dorongan yang
menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar.
Dan disini guru dituntut menguasai bermacam metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Dalam memilih metode, kadar
keaktifan siswa harus selalu diupayakan tercipta dan berjalan terus dengan
menggunakan beragam metode.
5
Muhaimin, , Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama Islam
di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdikarya, 2001) hal 168
5
ﻛﹶﺎﻥﹶﻚ ﻛﹸﻞﱡ ﺃﹸﻭﻟﹶٰﺌﺍﺩﺍﻟﹾﻔﹸﺆ ﻭﺮﺼﺍﻟﹾﺒ ﻭﻊﻤ ۚ ﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﺴﻠﹾﻢ ﻋ ﺑﹺﻪ ﻟﹶﻚﺲﺎ ﻟﹶﻴ ﻣﻘﹾﻒﻟﹶﺎ ﺗﻭ
ﺌﹸﻮﻟﹰﺎﺴ ﻣﻪﻨﻋ
“ dan janganlah kamu membiasakan diri pada apa yang kamu tidak ketahui,
karena sesungguhnya pendengaran, pengalihan dan daya nalar pasti akan
ditanya mengenai itu.” (Q.S Al-Isra’ : 36).
Perintah belajar diatas tentu saja harus dilaksanakan melalui proses kognitif
(tahapan-tahapan yang bersifat aqliyah). Dalam hal ini, sistem memori yang
terdiri atas memori sensori, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang
berperan sangat aktif dan menentukan berhasil atau gagalnya seseorang dalam
meraih pengetahuan dan keterampilan. 6
Dengan metode aktif, siswa akan mampu memecahkan masalahnya sendiri
dalam proses belajar. Maka untuk mengaktifkan siswa agar secara sukarela
tumbuh kesadaran mau dan senang belajar, guru harus mempunyai strategi yang
baik supaya pendidikan dan pengajaran yang disampaikan memperoleh respons
positif, menarik perhatian dapat dikembangkan dan terimplementasi dalam sikap
yang positif pula. Untuk mencapainya, seorang guru harus dapat memilih metode
pengajaran bisa menarik karena metode yang bisa diterapkan monoton hanya
terfokus pada materi saja.
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas, banyak faktor yang
harus dipertimbangkan diantaranya yaitu dalam hal penyampaian materi dari
sumber melalui saluran atau media tertentu ke penerimaan siswa, sedangkan
metode yang digunakan di sekolah dirasakan masih kurang menciptakan suasana
6
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) hal: 86
6
kondusif dan siswa terkesan pasif. Hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa
ada respon dari siswa, sehingga yang diketahui siswa hanya tersimpan dalam
memori saja tidak diungkapkan. Penyebab dari kepasifan siswa di kelas yaitu
takut salah dan tidak percaya diri atau kurangnya ilmu pengetahuan tentang
pendidikan agama Islam.
Salah satu alternative yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna lebih
mengaktifkan belajar siswa di kelas yaitu dengan menggunakan metode strategi
active learning. Strategi ini dapat diterapkan pada pembelajaran untuk mencapai
kompetensi yang maksimal.
Dengan metode ini, siswa dapat bekerja atau berpikir sendiri dan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa. Sehingga
semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif
(active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap
tertuju pada proses pembelajaran.
Di antara metode-metode yang digunakan oleh guru untuk mengaktifkan
siswa dalam proses pembelajaran, misalnya adalah, resitasi, kerja kelompok,
debat, diskusi, studi kasus, problem solving, tanya jawab, modeling, bermain
peran dan lain sebagainya, yang kesemua metode-metode ini terangkum menjadi
satu yang dinamakan dengan istilah belajar active learning (active learning
strategy).
Banyak dari uraian latar belakang di atas, maka perlu kiranya diadakan
suatu penelitian pendidikan. Dalam hal ini peneliti ingin mengangkat suatu topik
yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini, oleh karena itu peneliti dapat
merumuskan judul “Penerapan Strategi Belajar Aktif (Active Learning
Strategy) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Islam Nurul
Hidayah”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas timbul
beberapa permasalahan, yaitu.
1. Belum tampaknya pelaksanaan penerapan strategi belajar aktif (active
learning strategy) pada pembelajaran PAI di SD Islam Nurul Hidayah.
7
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam memahami hasil penelitian ini,
maka penulis perlu menjelaskan batasan penelitian diantaranya :
1. Mendeskripsikan tentang pelaksanaan penerapan strategi belajar aktif (active
learning strategy) pada pembelajaran PAI di SD Islam Nurul Hidayah.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan
pendekatan belajar aktif (active learning strategy) dalam pembelajaran PAI di
SD Islam Nurul Hidayah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang penulis ungkapakan
meliputi sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran aktif (active learning strategy)
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Islam Nurul Hidayah?
2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan pendekatan
strategi belajar aktif (active learning strategy) dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam di SD Islam Nurul Hidayah?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan strategi pembelajaran pendidikan agama
Islam di SD Islam Nurul Hidayah dalam meningkatkan ke aktifan siswa.
2. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan pendekatan
belajar aktif (active learning strategy) dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam (PAI) di SD Islam Nurul Hidayah.
8
F. Manfaat Penelitian
1. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan atau masukan
sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan dalam
penggunaan strategi pembelajaran pendidikan agama Islam.
2. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan pendidikan agama
Islam dalam pengembangan pendidikan agama Islam khususnya bagi tenaga
pengajar.
3. Untuk menambah wawasan praktis sebagai pengalaman bagi penulis sesuai
dengan disiplin ilmu yang telah penulis tekuni selama ini.
BAB II
KAJIAN TEORI
1
Umi mahmudah M.A Dkk. Active Learning Dalam Pembelajaran, Bahasa Arab, (UIN
Malang Press, 2008) hal, 123-124
2
Hartono, Suatu strategi Pembelajaran Berbasis Student, disampaiakn seminar Nasional
2005, hlm. 109
9
10
3
Hartono, Suatu strategi Pembelajaran Berbasis Student, disampaiakn seminar Nasional
2005, hlm. 115
4
Umi mahmudah M.A Dkk. Active Learning Dalam Pembelajaran, Bahasa Arab, (UIN
Malang Press, 2008), hal. 117
5
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Rhamdani. 1993), hal 114
6
Sukandi, Belajar Aktif Dan Terpadu, Apa, Mengapa Dan Bagaimana (Surabaya, Duta
Graha Pustaka 2003) hal 6
11
a. Prinsip motivasi
Motivasi adalah daya pribadi yang dimiliki oleh seseornag yang
mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Kalau seorang siswa malas
belajar, guru harus menyelididkinya mengapa ia berbuat sedemikian. Guru
hendaknya menjadi sebagai pendorong , motivator agar motif-motif yang
positif dibangkitkan dan ditingkatkan dalam diri siswa. Ada juga jenis
macam motivasi yaitu motivasi diri dalam anak didik itu sendiri (intrinsic)
dan motivasi dari luar diri anak (ekstrinsik). Motivasi dalam diri anak
dapat dilakukandengan menggairahkan dengan perasaan, pujian, hukuman,
penugasan untuk memperbaiki pekerjaan rumahnya.7
b. Prinsip latar atau konteks
Kegiatan belajar tak terjadi dalam kekosongan. Sudah jelas, para
siswa yang mempelajari sesuatu hal yang barutelah pula mngetahui hal-hal
lain yang secara langsung atau tak langsung berkaitan. Karena itu para
guru menyelidiki apa kira-kira pengetauan, perasaan, keterampilan, sikap,
dan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Perolehan ini perlu
dihubungkan dengan bahan pelajaran baru yang hendak diajarkan guru
atau dipelajari siswa. Dalam mengajar keaneka ragaman tumbuh-
tumbuhan atau hewan misalnya, peran guru dapat mngaitkannya dengan
pengalaman para siswa dengan tumbuh-tumbuhan atau hewan yang
dipelihara oleh orangtuanya, yang berada dilingkungan sekitarnya. Dengan
cara lain, para siswa akan lebih mudah menangkap dan memahami bahan
pelajaran yang baru.8
c. Prinsip keterarahan dan fokus tertentu
Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk pola tertentu akan
mampu mengaitkan bagian-bagian yang terpisah dalam suatu pelajaran.
Tanpa suatu pola, pelajaran dapat terpecah-pecah, dan para siswa akan
sulit memusatkan perhatian. Titik pusat itu dapat tercipta melalui upaya
7
conny Semiawan, Pendekatan Kreampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa
Dalam Belajar, (Jakarta: PT Gramedia 1985) hal 10
8
Ibid.
13
9
Conny Semiawan, Op. cit, hal 10 - 11
10
Dimiyati dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta 2006) hal 45-46
11
Ibid, 46 - 47
14
Dalam belajar masih tetap diperlukan latihan atau pengulangan. Gage dan
Berliner, Metode Drill dan streopyng adalah bentuk belajar yang
menerapkan prinsip pengulangan. 12
f. Prinsip hubungan sosial dan sosialisasi
Dalam belajar para siswa perlu dilatih untuk bekerja sama dengan
rekan-rekan sebayanya. Ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih
berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama, misalnya dalam kerja
kelompok, daripada dikerjakan sendirian oleh masing-masing siswa.
Belajar mengenai bangunan yang biasanya digunakan oleh masyarakat
dalam membangun rumah tentu saja akan lebih mudah dan lebih cepat jika
para siswa bekerja sama. Mereka dapat dibagi kelompok dan kepada setiap
kelompok diberikan tugas yang berbeda-beda. Latihan bekerja sama
sangatlah penting dalam proses pembentukan kepribadian siswa. 13
g. Prinsip Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan
terutama ditekankan oleh teori belajar Operasi Conditioning dari B.T.
Skinner, kalau pada teori Conditioning yang diberi kondisi adalah
stimulusnya, maka pada Operasi Conditioning yang diperkuat adalah
responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya Thorndike.
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan
hasil yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha yang baik dalam ulangan.
Nilai yang baik itu mendorong anak-anak untuk belajar lebih giat lagi.14
h. Prinsip Memecahkan Masalah
Seluruh kegiatan siswa akan terarah jika didorong untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Guna mencapai tujuan-tujuan, para siswa
dihadapkan dengan situasi bermasalah agar mereka peka terhadap
masalah. Kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika para siswa
12
Op. Cit, hal. 47
13
Conny Semiawan, Op. cit, hal. 11
14
Damayati dkk, Op. Cit, hal. 48-49
15
15
Hamzah B Uao, M. Pd, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar
Yang Efektif Dan Kreatif (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) hal 3 - 4
16
Sukandi, Op. Cit hal 10
16
17
Zuhairini. Op. cit, hal 116
18
Sukandi, Op. Cit hal 10
19
Sukandi, Op. Cit hal 11
17
interaksi dan komunikasi. Umpan balik dari guru atau siswa lain terhadap
hasil kerja seorang siswa yang berupa penyataan yang menantang
(membuat siswa berpikir) dapat merupakan pemicu bagi siswa untuk
melakukan refleksi tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari. 20
Agar suasana belajar aktif dapat tercipta secara maksimal, maka
diantara beberapa komponen diatas terdapat pendukungnya, sebagaimana
yang diungkapkan oleh Sukandi sebagai berikut :
1. Sikap dan perilaku guru
Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana
yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa,
maka sikap dan prilaku guru hendaknya :
a) Terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa
b) Membiasakan siswa mendengarkan guru atau siswa dalam
berbiacara
c) Menghargai pendapat orang lain
d) Mentolelir kesalahan siswa dan mendorong untuk memperbaikinya
e) Memberi umpan balik terhadap hasil kerja siswa
f) Tidak kikir untuk memuji dan menghargai
g) Tidak menertawakan pendapat atau hasil kerja siswa untuk tidak
takut salah. 21
2. Ruang kelas yang menunjang belajar aktif diantaranya :
a) Berisi banyak sumber belajar seperti buku atau benda nyata
b) Berisi banyak alat bantu belajar seperti media atau alat peraga
c) Berisi banyak hasil kerja siswa seperti lukisan, laporan percobaan,
alat hasil percobaan
d) Letak bangku dan meja diatur sedemikian rupa, sehingga siswa
leluasa untuk bergerak. 22
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dijelaskan bahwa
komponen belajar aktif dan pendukungnya saling mempengaruhi dan
20
Sukandi, Op. Cit hal 11
21
Ibid hal 12
22
Ibid hal 14
18
saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Dari tampilan siswa
dapat dilihat adanya pengalaman, intraksi, komunikasi dan refleksi.
Sedangkan pendukungnya adalah sikap dan perilaku guru yang harus
dimiliki oleh seorang guru dan tampilan ruang kelas yang memiliki ciri-
ciri khusus untuk menunjang belajar aktif.
Jelas sekali, guru merupakan aktor intelektual perekayasa tampilan
siswa dan tampilan ruang kelas. Gurulah sebagai fasilitator tercipta kedua
tampilan tersebut. Dengan perkataan lain, suasana belajar aktif hanya
mungkin terjadi bila gurunya aktif pula, maksudnya aktif sebagai
fasilitator.
Sehingga tidaklah benar adanya pendapat yang menggangap bahwa
dalam kegiatan belajar mengajar yang bernuansa belajar aktif hanya
siswalah yang aktif, sedangkan gurunya tidak. Keduanya harus aktif tetapi
dalam peran masing-masing, dimana siswa aktif dalam belajar dan guru
aktif dalam meneglola kegiatan belajar mengajar.
Bagi guru yang aktif, biasanya sebelum mengajar terlebih dahulu
mempersiapkan Rancangan Pembelajaran (RP) yang matang dan media-
media apa saja yang dibutuhkan sehingga pada waktu kegiatan proses
belajar mengajar berlangsung guru sudah bisa menerapkannya dengan
penuh keyakinan dan siswa juga senang dan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Sedangkan kegiatan-kegiatan dalam belajar aktif dapat
dijelaskan sebagaimana tabel berikut:
Tabel 1
Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan belajar
aktif (active learning strategy)
23
Silbermen, Terjamahan Dari Active Learning Strategy : 101 Strategies To Teach Aay
Subject. Terjamahan : Raisal Muttaqin, (Boston: Allyn Balcon, 2004), hal 137
24
Silbermen, Op. Cit. hal 137-138
21
25
Umi mahmudah, Abdul wahab rosyadi, (Active Learning Strategy) Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab (UIN Malang Press, 2008) hal 130
26
Umi mahmudah, Op. cit. Hal. 156-157
22
4. Anggota tim yang berbeda yang telah mempelajari/sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli anggota kelompok kembali ke
kelompok asal dan bergantian teman satu tim mereka tentang sub bab
yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan sungguh-
sungguh
6. Tiap tim ahli mempersentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
c. Diskusi panel
Silberman mengungkapkan bahwa “Aktivitas ini merupakan cara yang
baik untuk menstimulasi diskusi dan memberi siswa kesempatan untuk
mengenali, menjelaskan, dan mengklarifikasi persoalan sembari tetap bisa
berpartisipasi aktif dengan seluruh siswa. 27
Prosedur
1. Pilihlah sebuah masalah yang akan mengundang minat siswa. Sajikan
persoalan itu agar siswa menstimulasi untuk mendiskusikan pendapat
mereka. Sebutkan lima pertanyaan untuk didiskusikan.
2. Pilihlah empat hingga enam siswa untuk membentuk kelompok diskusi
panel. Aturlah mereka dalam formasi semi lingkaran di bagian depan
kelas.
3. Perintahkan siswa yang lain untuk duduk di sekeliling kelompok
diskusi pada tiga sisi dalam formasi sepatu kuda.
4. Mulailah dengan pertanyaan pembuka yang provokatif. Serahkan
tanggungjawab diskusi panel kepada kelompok ini sedangkan siswa
yang lain membuat catatan rangka mempersiapkan giliran diskusi
mereka.
5. Pada akhir periode diskusi yang sudah ditetapkan, pisahkan seluruh
kelas menjadi kelompok-kelompok kecil untuk melanjutkan diskudi
tentang pertanyaan yang masih ada.
27
Silbermen, Op. Cit. hal 135
23
e. Mencari
Strategi ini sama dengan ujian open book. Secara berkelompok siswa atau
mahasiswa mencari informasi (biasanya tercakup dalam proses belajar
mengajar) yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada
mereka.
Strategi ini sangat membantu pembelajaran untuk lebih menghidupkan
materi yang dianggap kurang menarik. Metode ini sangat membantu
materi yang mulanya biasa saja menjadi lebih menarik. 30
Prosedur
1. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab dengan cara
mencari informasi dari sumber belajar
2. Bagikan pertanyaan tersebut kepada siswa untuk dicarikan jawaban
informasinya lewat sumber belajar
3. Sumber belajar bisa berupa buku teks (Koran, majalah, televise, radio,
internet, computer)
4. Siswa disuruh menjawab dengan cara kompetisi dan saling melengkapi
5. Guru memberikan respon terhadap jawaban-jawaban siswa
29
Silbermen, Op. Cit. hal 203
30
Umi mahmudah, Op. cit. Hal. 172-173
25
belajar yang berupa dampak pengajaran. Dan peran siswa adalah bertindak
belajar yaitu digolongkan sebagai dampak pengiring. Jadi, pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa.31
Berikut beberapa definisi tentang pembelajaran yang dikemukakan
oleh para ahli :
a. Menurut Degeng, pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal
sebelumnya dengan pengajaran adalah “upaya untuk membelajarkan
siswa”32
b. “Pembelajaran adalah upaya untuk memebelajarkan siswa untuk belajar.
Kegiatan ini mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih
efektif dan efisien.”33
Adapun pendidikan dalam pengertian yang sederhana dan umum,
makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani
sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-
usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma
tersebut, serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk
dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam proses
pendidikan.34
Dengan demikian jelas bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan
dalam upaya memajukan bangsa, terjadi suatu proses pendidikan atau proses
belajar yang akan memberikan pengertian, pandangan dan penyesuaian bagi
seseorang, masyarakat, dan Negara.
Pengertian Pendidikan Agama Islam banyak sekali ragamnya dan
berbeda antara ahli yang satu dengan yang lainnya.Hal ini tergantung dari
sudut pandang mereka masing-masing.Namun untuk memahami pendidikan
31
Dimiyati, Muljiono, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta : PT Rineka Cipta 2006) hal 5
32
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam: Upaya mengaktifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) hal 183
33
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar Aktif (Surabaya: CV. Citra Media 1996) hal 96
34
Djumransyah M.Ed, Filsafat Pendidikan Malang, (Malang: Bayu Media Publishing,
2004) hal 22
26
itu sendiri, terlebih dahulu kita pahami pengertian pendidikan secara bahasa
dan istilah.
Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu
Pedagogiek, yang terdiri dari kata “Paes” dan “Gogos”,“Paes” berarti anak,
“Gogos” artinya membimbing atau tuntunan dan “iek” artinya ilmu yang
membicarakan bagaimana memberikan bimbingan kepada
anak.35Peadagogiek sama dengan pendidikan yang menekankan pada hal
praktek yaitu menyangkut pada kegiatan belajar mengajar.
Pendidikan dalam bahasa Inggris di sebut Education yang berasal dari
kata Educate yang berarti mendidik sedangkan Educated artinya
36
berpendidikan dan terpelajar.
Pengertian pendidikan menurut istilah berdasarkan Undang-Undang
System Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah “usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa
dan Negara”.37
Menurut Langevel “pendidikan ialah setiap usaha pengaruh
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada
pendewasaan anak itu atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri”. Pengaruh itu datangnya dari orang
dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku,
putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang
belum dewasa.38
35
Madya Ekosusilo dan RB Kasihadi, Dasar-Dasar Pendidikan (Semarang: Effar Fublising,
1990), h. 2
36
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003), cet ke-25 h.207
37
Tim Redaksi Focus Media, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Sisdiknas (Bandung: Focus Media, 2003) cet ke-1, hal.3
38
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) cet
ke-3, hal.2
27
39
Muhaimin, Op.Cit hal 183
40
Baihaqi. AK, Mendidik Anak Dalam Kandungan Menurut Ajaran Pedagogis Islam,
(Jakarta: Darul Ulum Press, 2000), cet 1, hal. 13
28
4. Cakap memimpin
5. Mampu mengolah isi bumi untuk kemakmuran umat manusia
Dengan kata lain, pendidikan agama Islam memiliki kompetensi
spesifik untuk menanamkan landasan Al-Qur’an dan HaditsNabi agar siswa
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, berbudi pekerti
luhur yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan
Allah SWT, sesama manusia, dan alam sekitar, mampu membaca dan
memahami Al-Qur’an, mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan
benar, serta mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.
Hal tersebut juga sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran yang
harus ditempuh dalam pendidikan agama yang antara lain adalah
“Pengembangan fitrah beragama, pemusatan belajar pada kebutuhan peserta
didik, pembangkitan motivasi peserta didik, pembiasaan belajar sepanjang
hayat, dan keutuhan kompetensi. 41
41
Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Surabaya: CV. Citra Media, 1996) hal
202
29
42
Muhaimin, Op.Cit hal 146-148
43
Muhaimin, Op.Cit hal 150
30
44
Muhaimin, Op.Cit hal 150
45
Muhaimin, Op.Cit hal 150
31
46
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar Aktif ( Surabaya: CV. Citra Media, 1996) hal. 101
47
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam: Upaya Mengaktifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) hal 156
32
48
Muhaimin, Op.Cit hal 158
49
Ibid 148
33
dengan silabus, RPP, dan dalam praktek mengajar yang dikenaal dengan
istilah strategi belajar mengajar. Keduanya tidak dapat dipisahkan, sebab
strategi aatau model mengajar hendaknya didahului oleh suatu perencanaan
yang sistematis dan menyeluruh.
50
Damayati, Mujiono. Op.cit. hal. 248
51
Mukhtar, Orientasi Baru Supervise Pendidikan, (Jakarta: Gunung Persada press, 2009),
hal 124
34
2. Faktor-Faktor Penghambat
Sedangkan faktor-faktor penghambat pelaksanaan pendekatan belajar
aktif (active learning strategy) dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
menurut pandangan Zuhairini dapat disebutkan sebagaimana berikut :
a. Kesulitan dalam menghadapi perbedaan individu peserta didik
Perbedaan individu murid meliputi : intelegensi, watak, dan latar
belakang kehidupannya. Dalam satu kelas terdapat anak yang pandai,
sedang, dan anak yang bodoh. Ada pula anak yang nakal, pendiam,
pemarah, dan lain sebagainya. Dalam mengatasi hal ini guru sebaiknya
tidak terlalu terikat kepada perbedaan individu peserta didik, tetapi guru
harus melihat peserta didik dalam kesamaannya secara klasikal, walaupun
kedua individu anak pun harus mendapat perhatian.
Materi yang diberikan kepada peserta didik haruslah disesuaikan
dengan kondisi kejiawaan dan jenjang pendidikan mereka, misalnya untuk
materi pendidikan agama Islam yang diberikan pada peserta didik di SD
janganlah terlalu tinggi, tetapi cukup dengan yang praktis, sehingga
mereka dapat langsung menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kesulitan dalam memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran
Metode mengajar haruslah disesuaikan dengan materi pelajaran dan
juga dengan tingkat kejiawaan peserta didik, sehingga dalam proses
35
52
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Jakarta: Rhamadani, 1993) hal. 30-31
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Latar Penelitian
1. Latar
a. Latar Fisik
SD Islam Nurul Hidayah berada di tengah-tengah perkampungan
penduduk. Lokasi untuk menjangkau sekolahnya sangat strategis, dapat
ditempuh dengan jalan kaki, naik angkot atau dengan ojek. Bangunan
sekolah merupakan bangunan sendiri sejak tahuan 1986. Dari tahun
ketahun selalu bertambah jumlah gedungnya agar kegiatan belajar
mengajar berjalan lancar.
Bagian depan sekolah ini nampak satu gerbang panjang sebagai
pintu utama Yayasan SD Islam Nurul Islam dan dua gerbang untuk
36
37
b. Latar Sosial
Lingkungan sosial yang tercipta di SD Islam Nurul Hidayah
Pondok Petir cukup harmonis dan relegius. Hal ini dapat dilihat dari
hubungan antara kepala sekolah dengan guru dan karyawan berjalan baik.
Semua menjalankan tugasanya masing-masing. Tak jarang kepala sekolah
mengontrol kegiatan-kegiatan dan berbincang-bincang dengan para guru
dan karyawan. Hal yang sama juga diterapkan kepada siswa-siswanya,
sehingga merasa nyaman dan bersahabat berada di lingkuan sekolah.
Kegiatan-kegiatan yang mendukung keakraban guru satu sama lain,
adalah dengan diselenggarakannya pertemuan satu minggu sekali, seperti
arisan guru, dan sharing guru pada jam istirahat ataupun pada waktu jam
makan siang atau ketika rapat guru. Begitu juga antara guru dan siswa
diupayakan agar akrab satu sama lain, sehingga siswa menganggap bahwa
sekolah adalah guru. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan
38
pendapat mereka tanpa rasa takut dan guru pun merespon pertanyaan-
pertanyaan dan keluhan para siswa dengan baik.
Kemudian, kedisiplinan staf pengajar SD Islam Nurul Hidayah
Pondok Petir, patut dibanggakan. Misalnya, ketika bel masuk kelas telah
tiba maka, antara guru yang satu dengan guru yang lain saling
mengingatkan untuk masuk kelas dan segera menjalankan tugasnya. Dan
bukan hanya guru saja, siswa juga ketika bel berbunyi siswa harus masuk
kelas dan tidak boleh keluar masuk. Kedisiplinan siswa pun sangat
diperhatikan mulai dari kelengkapan alat sekolah, seragam dan
penampilan. Setiap minggu guru piket yang dibantu dengan OSIS akan
merazia siswa dan siswi yang melanggar hal tersebut. Hal ini bertujuan
mereka patuh dan lebih bertanggung jawab.
Kemudian sebelum pelajaran pertama dimulai, para siswa
membaca surat-surat pendek, asmaul husna dan do’a- doa, setiap
tahummya secara otomatis sduah hafal siswa 5-6 surat pendek dan juga
hadis ditambah lagi do’a-do;a yang lain, sekitar selama 15 menit (sepuluh
menit ). Yang disebut dengan pembiasaan siwa, siswa kelas 4-6 satu kali
dalam seminggu akan bergantian untuk melaksanakan shalat duha di
masjid sekolah. Setelah itu baru pelajaran bisa dimulai.
2. Entri
Peneliti masuk pertama kalinya saat observasi awal yakni di bulan
awal September 2013, sebelum melakukan penelitian di SD Islam Nurul
Hidayah Pondok Petir pada pertengahan bulan september. Kepala SD Islam
Nurul Hidayah Pondok Petir menyambut baik kehadiran peneliti. Adapun saat
melakukan penelitian ini, peneliti ikut menjadi staf pengajar, dengan tujuan
kenyamanan dalam pengamatan, mengenal lebih dalam siswa dan kemudahan
dalam memperoleh informasi yang terkait dengan penelitian.
39
C. Metode Penelitian
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian dengan pendekatan
kualitatif, dan metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif. Yaitu penelitian yang bermaksud menggambarkan tentang suatu
variabel, gejala atau keadaan apa adanya, dan tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis tertentu.1
Menurut Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa “metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.2
Kemudian lebih lanjut Moleong menyatakan bahwa: penelitian kualitatif
berakar pada akar alamiah sebagai keutuhan. Mengandalkan manusia sebagai alat
penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara
induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari
dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi
studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan
data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya
disepakati oleh kedua belah pihak, yakni peneliti dan subjek peneliti”.3
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode
deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah
yang ada sekarang berdasarkan data-data. Disamping itu juga menyajikan data,
menganalisis dan menginterpretasi, serta bersifat koperatif dan korelatif. 4 Riset
kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya
melalui pengumpulan data. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau
sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas.5
1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. I0, h. 234
2
Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rasdakarya, 2004)
hal 4
3
Lexi J Moleong, Op.Cit, Hal 27
4
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara 2002) hal.
44
5
Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 56.
40
2. Observasi
Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap obyek yang diteliti. “ metode observasi
6
Hadi Sturisno, Metodologi Research, Jilid 2, (Yogyakarta: Adi Offset, 2002) hal. 192
7
Suharsini, Op.cit, 132
41
3. Dokumentasi
Dokumentasi bersal dari kata dokumen, yaitu berarti barang-barang
tertulis,. Maka, metode dokumentasi dapat dikatakan sebagai teknik
pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, majalah, surat kabar, prestasi, notulen rapat agenda dsb.9
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang latar belakang SD Islam
Nurul Hidayah yang meliputi sejarah singkat berdirinya, visi misi dan tujuan,
struktur organisasi, keadaan guru dan staf, keadaan siswa-siswa, serta keadaan
saran dan prasaran yang tersedia.
8
Hadi Sturisno, dkk, Op. Cit, hal 136
9
Hadi Sturisno, dkk, Op. Cit, hal 135
42
memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.10 Pemeriksaan yang dilakukan oleh peneliti
antara lain:
a. Tringulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan
dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dengan dokumentasi dan data
hasil pengamatan dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan
dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh
b. Tringulasi metode, yaitu dengan cara mencari data lain dengan sebuah
fenomena yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu
wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian hasil yang diperoleh
dengan menggunakan metode ini dibandingkan dan disimpulkan sehingga
memperoleh data yang bias dipercaya.
c. Trungulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan kebenaran suatu
fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti, baik dilihat dari
dimensi waktu maupun dari sumber yang lain.
Dalam pengecekan data ini, peneliti menggunakan jenis tringulasi teknik
dengan observasi dalam lapangan yang didukung dengan pengecekan melalui
wawancara dan dokumentasi.
F. Analisis Data
Analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisa data-
data yang diperoleh dari penelitian. Menganalisis data ,merupakan suatu langkah
yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisis mana
yang akan digunakan, apakah analisis statistik ataukah analisis non statistik.
Pemilihan ini tergantung pada jenis data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini,
peneliti tidak diwujudkan dalam bentuk angka. 11
Dalam penerapannya metode deskriptif ini melalui beberapa tahapan, yaitu
identifikasi, klasifikasi, kemudian diinterpretasikan. Metode deskriptif kualitatif,
diartikan sebagai metode dengan memaparkan dan menafsirkan kata yang ada,
10
Lexi J Moleong, Op.Cit, Hal. 178
11
Sunardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press,1990) hal 94
43
12
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1998) hal 129
13
Ibid
44
supaya peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan
data. Serta untuk memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi dan
merencanakan kerja selanjutnya. 14
c. Menarik kesimpulan atau verifikasi
Yaitu merupakan rangkaian analisis data puncak. Meskipun begitu,
kesimpulan juga membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan yang valid. Oleh
karena itu, ada baiknya sebuah kesimpulan ditinjau ulang dengan cara
memverifikasi kembali catatan-catatan selama penelitian dan mencari pola,
tema model, hubungan dan persamaan untuk diambil sebuah kesimpulan. 15
14
Sugiyono, Memehamai Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2005) hal 60
15
Nasution, Op.Cit, hal 130
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian kualitatif dipahami sebagai data yang tidak bisa
diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.1 Data dalam penelitian
kualitatif bukanlah berdasarkan atas tabel angka-angka hasil pengukuran atau
penilaian secara langsung yang mana dianalisis secara statistik. Data kualitatif
adalah data yang berupa informasi kenyataan yang terjadi di lapangan.
Menurut Meleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan sedangkan data tertulis, foto, rekaman, dan statistik adalah
data tambahan.2
a. Data Utama
Data utama berupa kata-kata diperoleh mulai dengan wawancara
dan data yang berupa tindakan diperoleh melalui observasi.Pertama
wawancara dilaksanakan dengan berbagai pihak yang terkait, diantaranya
Guru Pendidikan Agama Islam. Dalam memilih dan memanfaatkan
informan, perlu ditentukan bahwa informan adalah orang-orang yang tahu
tentang situasi dan kondisi daerah penelitian, jujur, terbuka, dan mau
1
A. chader Alwasihlah, Pokoknya Kualitatif, (Jakarta: Pustaka Jaya, 2011), h. 105.
2
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
h. 110
45
46
b. Data Tambahan
Data tambahan yakni berupa sumber tertulis dan dokumentasi.
Sumber tertulis ini berupa data-data yang diperoleh dari SD Islam
NurulHidayah. Seperti format programtahunan, silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) SD Islam NurulHidayah. Termasuk
juga dataprofil sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, sarana dan
prasarana yang ada di SD Islam NurulHidayah. Sedangkan dokumentasi
seperti foto-foto, untuk penunjang data-datayang diperoleh dari SD Islam
NurulHidayah supaya diterima keabsahannya.
b. GambaranDiriSubjek
Guru yang
menjadisubjekdaripenelitianiniadalahgurusecarasukarelamembantudalamp
enelitian yang dilakukanpeneliti, guru
yangmemilikilatarbelakangdanpendidikan yang berbeda.
47
SubjekpertamaadalahIbuTutikErnawati, tinggal
didaerahPondokPetir, Bojong Sari Depok, beliaumengajar di sekolah SD
Islam NurulHidayahmulaitahun 2008,
sudahseringmengikutipelatihanmengajar yang
berkaitandenganpembelajaranAktif,
baikpelatiahandariyayasanmaupundariDinasPendidikan.
Pendidikanterakhirnya S.I PendidikanBahasa Arab dari UIN
Malang.IbuTutikErnawatiadalahKordintor guru Pendidikan Agama Islam
di SD Islam NurulHidayah.
InformanselanjutnyaadalahBapakNurhidayat, tinggal di
perumahan Reni Jaya PondokPetirBojong Sari.
Beliaumengajarmulaidaritahun 1995 di sekolahtempatpenelitian,
beliaujugasudahseringmengikutipelatihanbelajaraktif,
metodeaktiflerningsudahditerapkannyamulaidaritahun 2008,
pendidikanterakhirnyadari UHAMKA Jakarta Selatan.
B. Pembahasan
1. Pelaksanaan pembelajaran aktif (active learning strategy) dalam
pembelajaran pendidikan Agama Islam di SD Islam Nurul Hidayah
a. Penerapan belajar aktif (active learning strategy)
Penerapan pembelajaran aktif(active learning strategy) merupakan
salah satu bentuk inovasi dalam dunia pendidikan dan pengajaran dan
strategi ini telah diterapkan di SD Islam Nurul Hidayah.
Penerapan pendekatan belajar aktif (active learning strategy) dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Islam Nurul Hidayah sudah
berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari segi proses kegiatan
pembelajaran pendidikan agama Islam. Hasil belajar siswa dan dari segi
metode yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam.
Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar
pengajarannya berhasil. Diantaranya salah satu untuk membawa
keberhasilan itu adalah guru senantiasa membuat rancangan perencanaan
pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran adalahrencana
48
3
Kunandar, S.Pd. M.Si, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan KTSP Dan Sukses Dalam Setifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Press 2009) hal 262
49
A. Standar Kompetensi
Mengenal Asmaul Husna
B. Kompetensi Dasar
1. Menyebutkan lima dari Asmaul Husna
2. Mengartikan lima dari Asmaul Husna
C. Indikator
1. Menyebutkan Al Gafur, Al Wahhab, Al ’Adl, Al ’Alim, Al Hakim
2. Menunjukkan hafal lima Asmaul Husna Al Gafur, Al Wahhab, Al
’Adl, Al ’Alim, Al Hakim
4
HasilwawancaraIbuTutik Ernawati, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
50
E. Metode Pembelajaran
1. card short
2. Drill methode
3. Tanya jawab
4. Bercerita
5. Bermain peran
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal
a. Salam pembuka
b. Absensi
c. Mendendangkan Asmaul Husna
d. Mengulang pelajaran yang lalu dengan mind map
2. Kegiatan inti
a. Permainan tepuk lima Asmaul Husna dengan artinya
***Al Ghafur *** Maha Pemaaf
***Al Wahhab *** Maha Pemberi
***Al Adl *** Maha Adil
***Al Alim *** Maha Tahu
***Al Hakim *** Maha Bijaksana
b. Tanya jawab tentang arti Asmaul Husna
c. Permainan card short tentang Asmaul Husna dan artinya
d. Kisah berhikmah tentang Allah Maha Tahu
e. Bermain peran tentang kisah berhikmah
f. Lembar kerja
Berilah tanda centang pada jawaban yang sesuai dengan
keadaanmu, jawablah dengan jujur!
51
3. Kegiatan akhir
a. Penilaian
b. Pemberitahuan ulangan harian
G. Sumber / Alat Pembelajaran
1. Buku Senang belajar Agama Islam, M. Masrun S., dkk, Erlangga
2. Buku Agama Islam 5, Achmad Farichi,S.Pd.I, dkk, Yudhistira
3. TeksAsmaulHusna
4. White board, spidol, penghapus
5. Card short
6. Perlengkapanbermainperan
H. Penilaian
1. Proses
2. Performance
52
mencari judul bahasan atau materi yang sesuai dengan kartu yang
dipegang.
g. Langkah ketujuh, guru memberikan komentar atau penjelasan dari
permainan tersebut.
Permainandenganmetodecard short ini sangat efektif dan berjalan
dengan baik, siswa sangat senang sekali dalam metode ini karena mereka
dituntut untuk menemukan jawaban dan saling berintegrasi dengan teman-
teman yang lain..5
Sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di atas, materi
pelajaran dengan menggunakan belajar aktif (active learning strategy)
dengan menggunakan metode card short sudah berjalan dengan baik.
Dengan hal ini senada dengan apa yang diungkapkan dengan guru PAI di
SD Islam Nurul Hidayah ?
”Metode card shortini sangat baik sekali diterapkan dalam
pembelajaran PAI sesuai dengan materi ini yakni tentang Asmaul
Husna, karena dengan metode tersebut siswa akan aktif untuk
menentukan jawaban atau memecahkan masalah, selain itu siswa
akan saling berinteraksi dengan siswa lain sehingga akan timbul
kerjasama dalam kegiatan belajar mengajar”. 6
5
Hasilobservasi di SD Islam NurulHidayah di kelas V B denganIbuTutik Ernawati, S.Ag
(Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
6
HasilwawancaraBapakNurhidayat (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
54
7
HasilwawancaraIbuTutik Ernawati, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
8
HasilwawancaraIbuTutik Ernawati, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
55
9
HasilwawancaraIbuTutik Ernawati, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
56
situasi dan kondisi. Hal ini berdasarkan hasil wawancara antara peneliti
dengan guru bidang studi pendidikan agama Islam
“ Metode yang saya gunakan untuk bidang studi agama Islam
bervariasi, kadang saya menggunakan metode ceramah, Tanya
jawab, diskusi, jigsaw, tugas individu, tugas kelompok, drill/latihan,
hafalan, demonstrasi/praktek, bermain peran dan lain sebagainya.
Penggunaan metode ini saya sesuaikan dengan materi yang saya
ajarkan, dan sebelumnya saya menggunakan metode-metode
tersebut, terlebih dahulu saya tawarkan kepada para siswa apakah
meeka menyukai metode tersebut atau tidak, sehingga suasana
kegiatan belajar mengajar di kelas tidak menjadi fasif dan
menjenuhkan. 10
10
HasilwawancaraIbuTutik Ernawati, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
57
11
HasilwawancaraIbuTutik Ernawati, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
12
HasilwawancaraIbuTutik Ernawati, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
59
13
HasilwawancaraIbuTutik Ernawati, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
14
HasilwawancaraIbuTutik Ernawati, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
15
HasilwawancaraIbuTutik Ernawati, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
60
16
HasilwawancaraIbuTutik Ernawati, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
61
17
HasilwawancaraIbuTutik Ernawati, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
62
18
HasilwawancaraBapakNurhidayat, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
19
HasilObservasi di SD Islam NurulHidayah
63
2. Faktor Penghambat
Faktor-faktor penghambat penerapan pendekatan belajar aktif
(active learning strategy) dalam pembelajaran pendidikan agama Islam,
(PAI) di SD Islam Nurul Hidayah. Diantarnya adalah sebagian dari siswa
masih enggan untuk mengemukakan pendapatnya. Sebagaimana yang
telah di ungkapkan oleh bapak Nurhidayat, S. Agguru Pendidikan Agama
Islambahwa :
“Selama kegiatan belajar berlangsung, ada beberapa siswa
yang masih enggan untuk mengemukakan pendapatnya. Andaikan
ada hanya siswa tertentu yang aktif, meskipun saya sudah
memberikan kesempatan kepada mereka, akan tetapi mereka enggan
20
Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Agama Islam, UIN Press, hal 73-79
64
21
HasilwawancaraBapakNurhidayat, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
22
HasilwawancaraBapakNurhidayat, S.Ag (Guru PAI SD Islam NurulHidayah) tanggal 20
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Uraian pada bab-bab terdahulu, membawa peneliti pada kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar pendidikan agama islam
di SD Islam Nurul Hidayah, guru merupakan pendekatan belajar aktif
(active learning strategy) yang terdidri atas metode Resitasi, diskusi,
problem solving, jigsaw, index card match, drill/latihan. Tanya jawab,
bermain peran, hafalan dan demonstrasi. Dalam penerapan pendekatan
metode tersebut guru menyesuaikan dengan jenis sifat bahan dan materi
pembelajaran, situasi dan kondisi dalam proses belajar mengajar, cara
penerapan strategi belajar aktif. (active learning strategy) dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Islam Nurul Hidayah, dalam
menggerakkan siswa agar belajar aktif. Diperlukan keterlibatan secara
terpadu, seimbang dan berkesinambungan antara media, metode, guru dan
siswa.
2. Penerapan pendekatan belajar aktif (active learning strategy) dalam
pembelajaran pendidikan Agama Islam di SD Islam Nurul Hidayah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor pendukung dan faktor
65
66
B. Saran
1. Bagi lembaga pendidikan
Hal ini dikhususkan kepada SD Islam Nurul Hidayah sebagai lembaga
formal khususnya.
a. Lembaga lebih meningkatkan personil approach (pendekatan individu)
terhadap guru dan siswa, sehingga mudah memperoleh informasi
tentang perkembangan pendidikan. Dengan demikian akan mudah
diketahui permasalahan-permasalahan yang timbul, yang dapat
menghambat pelaksanaan pendidikan terutama yang berkaitan dengan
penerapan pendekatan belajar aktif (active learning strategy) dalam
pembelajaran pendidikan Agama Islam (PAI).
b. Lebih meningkatkan hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sehingga akan membantu memperlancar penerapan
pendekatan belajar aktif (active learning strategy).
2. Bagi Guru Agama
Hal ini khususnya ditujukan kepada guru pendidikan agama Islam di SD
Islam Nurul Hidaya, hendaknya.
a. Berusaha agar metode-metode yang diterapkan benar-benar sesuai
dengan keinginan siswa tanpa mengabaikan etika pendidikan.
b. Menambah wawasan baru tentang metode-metode pembelajaran yang
efektif dalam mengaktifkan siswa untuk digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Echols, John M. dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2003
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar Aktif, Surabaya: CV. Citra Media, 1996
67
68
Sukandi, Belajar Aktif Dan Terpadu, Apa, Mengapa Dan Bagaimana Surabaya,
Duta Graha Pustaka 2003 hal 6
A. Standar Kompetensi
Mengenal Asmaul Husna
B. Kompetensi Dasar
1. Menyebutkan lima dari Asmaul Husna
2. Mengartikan lima dari Asmaul Husna
C. Indikator
1. Menyebutkan Al Gafur, Al Wahhab, Al ’Adl, Al ’Alim, Al Hakim
2. Menunjukkan hafal lima Asmaul Husna Al Gafur, Al Wahhab, Al ’Adl, Al
’Alim, Al Hakim
3. Mengartikan Al Gafur, Al Wahhab, Al ’Adl, Al ’Alim, Al Hakim
D. Materi Pokok
Asmaul Husna
E. Metode Pembelajaran
1. card short
2. Drill methode
3. Tanya jawab
4. Bercerita
5. Bermain peran
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal
a. Salam pembuka
b. Absensi
c. Mendendangkan Asmaul Husna
d. Mengulang pelajaran yang lalu dengan mind map
2. Kegiatan inti
a. Permainan tepuk lima Asmaul Husna dengan artinya
***Al Ghafur *** Maha Pemaaf
***Al Wahhab *** Maha Pemberi
***Al Adl *** Maha Adil
***Al Alim *** Maha Tahu
***Al Hakim *** Maha Bijaksana
b. Tanya jawab tentang arti Asmaul Husna
c. Permainan card short tentang Asmaul Husna dan artinya
d. Kisah berhikmah tentang Allah Maha Tahu
e. Bermain peran tentang kisah berhikmah
f. Lembar kerja
Berilah tanda centang pada jawaban yang sesuai dengan
keadaanmu, jawablah dengan jujur!
3. Kegiatan akhir
a. Penilaian
b. Pemberitahuan ulangan harian
G. Sumber / Alat Pembelajaran
1. Buku Senang belajar Agama Islam, M. Masrun S., dkk, Erlangga
2. Buku Agama Islam 5, Achmad Farichi,S.Pd.I, dkk, Yudhistira
3. Teks Asmaul Husna
4. White board, spidol, penghapus
5. Card short
6. Perlengkapan bermain peran
H. Penilaian
1. Proses
2. Performance
Mengetahui,
A. Standar Kompetensi
Mengenal Asmaul Husna
B. Kompetensi Dasar
1. Menyebutkan lima dari Asmaul Husna
2. Mengartikan lima dari Asmaul Husna
C. Indikator
1. Menyebutkan Al Gafur, Al Wahhab, Al ’Adl, Al ’Alim, Al Hakim
2. Menunjukkan hafal lima Asmaul Husna Al Gafur, Al Wahhab, Al ’Adl, Al
’Alim, Al Hakim
3. Mengartikan Al Gafur, Al Wahhab, Al ’Adl, Al ’Alim, Al Hakim
D. Materi Pokok
Asmaul Husna
E. Metode Pembelajaran
1. card short
2. Drill methode
3. Tanya jawab
4. Bercerita
5. Bermain peran
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal
a. Salam pembuka
b. Absensi
c. Mendendangkan Asmaul Husna
d. Mengulang pelajaran yang lalu dengan mind map
2. Kegiatan inti
a. Permainan tepuk lima Asmaul Husna dengan artinya
***Al Ghafur *** Maha Pemaaf
***Al Wahhab *** Maha Pemberi
***Al Adl *** Maha Adil
***Al Alim *** Maha Tahu
***Al Hakim *** Maha Bijaksana
b. Tanya jawab tentang arti Asmaul Husna
c. Permainan card short tentang Asmaul Husna dan artinya
d. Kisah berhikmah tentang Allah Maha Tahu
e. Bermain peran tentang kisah berhikmah
f. Lembar kerja
Berilah tanda centang pada jawaban yang sesuai dengan
keadaanmu, jawablah dengan jujur!
NO KEGIATAN YA KADANG- TIDAK
KADANG PERNAH
1. Minta maaf setelah berbuat
salah
2. Berdoa memohon kepada
Allah
3. Menyontek pekerjaan teman
4. Mengajak adik bermain
5. Shalat lima waktu
6. Menuruti perintah orang tua
7. Menyembunyikan barang
teman
8. Belajar sendiri tanpa disuruh
orang tua