Anda di halaman 1dari 64

PENGARUH PEMBELAJARAN PARTISIPATIF

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA


MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP NEGERI 135 JAKARTA TIMUR

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I) pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh
Iin Indahwati
NIM: 106011000032

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
Lampiran – lampiran
ABSTRAKSI

Iin Indahwati, NIM: 106011000032. Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil


Belajar Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta
Timur, skripi, Jakarta: Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pembelajaran Partisipatif


terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan dua kelompok
sample, yaitu Kelompok Eksperimen, kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran
Partisipatif dan Kelompok Kontrol, kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional. Teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling
(Sampel acak kelompok), dengan unit samplingnya adalah kelas. Kelas VII-3 sebagai
kelompok kontrol dan kelas VII-1 sebagai kelompok eksperimen, dengan jumlah yang
sama yaitu 35 siswa. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan posttest. Posttest yang diberikan berupa soal obyektif dengan jumlah25
soal. Hasil test diuji meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf sukar, uji daya
pembeda dan fungsi distraktor, diperoleh 6 butir soal yang invalid. Dengan proporsi
soal yang tingkat kesulitannya ”sukar” sebanyak 8 %, ”sedang” sebanyak 88 % dan
”mudah” sebanyak 4 %. Guna mengetahui perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar antara kelompok kontrol dan eksperimen, maka dilakukan uji ”t”. Dari hasil
perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai thitung = 1,237. Nilai thitung dikonsultasikan pada
ttabel dengan taraf signifikansi 5 % = thitung < ttabel = 1,237 < 2,00 dan pada taraf
signifikansi 1 % = thitung < ttabel = 1,237 < 2,65 maka Hipotesis Nihil (Ho) diterima.
Berarti antara Pembelajaran Partisipatif dan Hasil Belajar Siswa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan. Artinya antara hasil belajar siswa yang menggunakan
pembelajaran partisipatif dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pembelajaran partisipatif tidak
memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirobbil ‘alamin segala puji hanyalah milik Allah s.w.t., Yang Maha
Pengasih dan tiada pernah pilih kasih terhadap hamba-hambanya untuk memberikan
rahmat-Nya yang berlimpah, sehingga penulis merasakan dengan sepenuh hati akan
Kebesaran-Nya. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan atas junjungan
Baginda Nabi besar Muhammad s.a.w., bersama keluarganya, sahabatnya yang telah
membawa umatnya dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang,
dari zaman jahiliyyah menuju zaman modern yang penuh dengan cahaya Islam.
Semoga di Yaumil akhir kita tergolong sebagai umatnya yang memperoleh syafaatnya,
amiin.
Penulis masih menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan,
rintangan serta kesulitan yang dihadapi. Namun berkat bantuan dan motivasi serta
bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bahrissalim, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Dosen Pembimbing Drs. H. Masan A.F, MA selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah membagi ilmunya dengan sabar dan teliti dalam mengoreksi dan
membimbing penulis dalam membuat skripsi.
5. Penasihat Akademik Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag selaku dosen penasihat
akademik yang telah memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis.
6. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

ii
7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Jurusan
Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah memberikan kontribusi pemikiran
melalui pengajaran dan diskusi yang berkaitan dengan skripsi ini.
8. Pihak sekolah SMP Negeri 135 Jakarta Timur, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta memberikan
informasi dan masukan kepada penulis selama proses penelitian.
9. Guru-guru SMP Al-Hidayah Lebak Bulus, Jakarta Selatan terima kasih atas
segala doa dan dukungannya serta nasihat-nasihatnya kepada penulis.
10. Untuk ummi dan bapak, yang telah begitu banyak memberikan sokongan moril
maupun materiil kepada penulis. Terima kasih atas segala hanturan doa yang tiada
henti, sehingga penulis dapat merangkumkan skripsi ini. Usaha yang dilakukan
penulis tidak berarti apa-apa tanpa doa hajat dan kasih sayang ummi dan bapak.
Semoga Allah swt memberikan kesempatan kepada penulis untuk
membahagiakan ummi dan bapak. Dan semoga Allah swt, menjadikan
pengorbanan ummi dan bapak sebagai ladang surga kelak diakhirat, amiin.
11. Terima kasih untuk kakak-kakakku Teh Iis, Teh Evi dan Teh Eka yang sudah
memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis. Serta kakak iparku
K’Andi, K’Cayo dan Bang Rozi yang telah memberikan paket keponakan yang
lucu-lucu dan ngangenin Husein, Zaqi, Hatim dan Nayla yang sudah
menambahkan kebahagian penulis selama ini.
12. Untuk sahabat-sahabatku, nadia dan neneng terima kasih yach bu udah mau jadi
pendengar yang baik buat curhat-curhat penulis plus wejangannya. Doain biar
cepet nyusul yach ke jenjang pernikahan, amiin....
Sahabatku erika, nervi dan lulu terima kasih telah menemaniku dan menjalin
persahabatan dengan ikatan yang berarti takkan penulis lupa. Syaidah dan teh
Devi, terima kasih atas nasihat-nasihatnya semoga senantiasa keistiqamahan
persaudaraan ini dapat terjalin hingga tiada akhir.
13. Buat anak-anak kelas A PAI angkatan 2006 (aisyah, nung, neng, aim, nta, uni dan
sholehah) yang telah mengisi buku hati penulis dengan kenangan yang tiada
pernah terhapus. Buat zame terima kasih buat sms tausyiahnya, temen-temen
history community angkatan 2006, kapan nich jalan-jalan lagi....? temen

iii
seperjuangan di ruang munaqasah (adit, evi n’ rukmi) dan mas yudhi buat
perhatian dan bantuannya
14. Untuk k’ faiz, terima kasih ka’ atas doanya dan dukungannya. Terima kasih
kakak udah sabar untuk nemenin aku menghadapi masa-masa sulit dan menjadi
pendengar yang baik. Semua yang terjadi antara kita udah buat aku menjadi orang
yang lebih kuat, sabar, ikhlas dan dewasa. Semoga Allah swt mempertautkan hati
kita dalam ikatan yang diridhoi-Nya, amiin....

Mohon maaf jika ada pihak yang tidak disebutkan, tanpa mengurangi rasa hormat
terima kasih atas segala dukungannya. Penulis sangat sadar akan segala dorongan dan
bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak. Semoga amal kebaikan selalu
mendapatkan imbalan yang setimpal dari sisi Allah swt.
Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak
sehingga terjadi satu sinergi yang pada akhirnya akan membuat pemikiran ini bisa lebih
disempurnakan lagi di masa yang akan datang. Dan akhirnya penulis berharap bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Jakarta, 16 Sepetember 2010

Penulis
Iin Indahwati

iv
DAFTAR ISI

Abstraksi………………………………………………………………………………i
Kata Pengantar……………………………………………………………………….ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………....v
Daftar Tabel…………………………………………………………………………..vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….1
B. Identifikasi Masalah………………………………………………...6
C. Pembatasan Masalah………………………………………………..7
D. Perumusan Masalah…………………………………………………7
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………………7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS


A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Partisipatif………………………………………….9
a. Pengertian Belajar……………………………………………..9
b. Pengertian Pembelajaran……………………………………..10
c. Konsep Pembelajaran Partisipatif……………………………14
d. Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif…………………………...14
e. Tahap Kegiatan Pembelajaran
Partisipatif……………………………………………………15
2. Hasil Belajar……………………………………………………..19
a. Pengertian Hasil Belajar……………………………………..19
b. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar…………………….21
3. Pendidikan Agama Islam..............................................................23
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam......................................23
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam.............................................24
c. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam................................25
B. Hasil Penelitian yang Relevan..........................................................26

v
C. Kerangka Berfikir.…………………………………………………27
D. Hipotesis...………………………………………………………....28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................29
B. Metode Penelitian.............................................................................29
C. Populasi dan Sampling.....................................................................30
D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................31
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data..............................................34
F. Hipotesis Statistik ............................................................................36

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Deskripsi Data..................................................................................37
B. Pengujian Persyaratan Analisis........................................................46
C. Pengujian Hipotesis..........................................................................44
D. Keterbatasan Penelitian....................................................................48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.......................................................................................50
B. Saran.................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Desain Penelitian............................................................................................30


Tabel 2 Rekapitulasi Uji Instrumen Tes Obyektif.......................................................40

vi
Tabel 3 Rekapitulasi Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol.................43
Tabel 4 Rekapitulasi Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol..............44
Tabel 5 Transformasi Hasil Tes Obyektif ...................................................................73
Tabel 6 Butir Item, nilai P dan Q………………………………………………….…74
Tabel 7 Perhitungan untuk mengetahui Koefisien Korelasi r pbi ................................76
Tabel 8 Nilai n, ∑ Xt, ∑ Xt2 ......................................................................................78
Tabel 9 Butir Item, nilai P Q dan ∑ PQ………….…………………………………..79
Tabel 10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran.......................................................................81
Tabel 11 Klasifikasi Daya Pembeda.............................................................................82
Tabel 12 Penghitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen...................................84
Tabel 13 Penghitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen...................................86

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat
penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa.
Peranan pendidikan dalam mengembangkan bangsa tertuang dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” 1
Peranan pendidikan untuk kelangsungan kehidupan bangsa dan umat, juga
telah digariskan dalam firman Allah swt, surah At-Taubah ayat 122:

☺ ⌧ 


⌧ ⌧

1
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS), (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 32

1
2
2

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya. 2

Menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama bertujuan untuk


mencerdaskan umat dan mengembangkan agama Islam, agar dapat disebarluaskan
dan dipahami oleh segala macam lapisan masyarakat. Menurut pengertian yang
tersurat dari ayat di atas, kewajiban menuntut ilmu pengetahuan yang ditekankan
di sisi Allah swt adalah dalam bidang ilmu agama. Agama adalah suatu system
hidup yang mencangkup seluruh aspek dan segi kehidupan manusia. Setiap ilmu
pengetahuan yang berguna dan dapat mencerdaskan kehidupan, dan tidak
bertentangan dengan norma-norma agama, wajib dipelajari. Umat Islam
diperintahkan Allah untuk memakmurkan bumi ini dan menciptakan kehidupan
yang baik. Sedang ilmu pengetahuan adalah sarana untuk mencapai tujuan
tersebut.
Pendidikan memiliki peranan terhadap kemajuan suatu bangsa, bahwasanya
pendidikan merupakan proses bantuan yang disengaja dari seseorang kepada orang
lain dalam rangka mengembangkan secara maksimal segala potensi yang ada pada
peserta didik. Mengarah pada wacana tersebut, dalam aspek pendidikan terdapat
tiga ranah yang harus dicapai guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran
yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasbullah dalam bukunya “Dasar-
dasar Ilmu Pendidikan” mengutip pendapatnya Ahmad D. Marimba, bahwa
terdapat lima unsur yang harus dipenuhi dalam pendidikan, “yaitu (a) usaha
kegiatan, usaha itu bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan dan dilakukan
secara sadar; (b) ada pendidik, pembimbing atau penolong; (c) ada yang dididik

2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahan, (Semarang: CV. Adi
Grafika, 1994), h. 301
3

atau si terdidik; (d) bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan; (e) dalam usaha itu
tentu ada alat-alat yang dipergunakan”. 3
Dari kelima unsur tersebut, pendidiklah yang memiliki peranan. Terlebih untuk
mencapai keberhasilan dalam pencapaian ketiga ranah tersebut, tidak terlepas dari
adanya peran guru. Guru yang melakukan usaha dalam membimbing. Bimbingan
yang dilakukan memiliki tujuan untuk membuat peserta didik memahami dan
menerapkan akan pelajaran yang disampaikan, dan guru pula yang menggunakan
alat-alat berupa media guna menunjang proses pembelajaran.
Berkenaan dengan hal itu, Didi Sutardi dan Encep Sudirjo mengemukakan
bahwa “yang menjadi kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah guru
dalam mengemban tugas profesinya, keberhasilan tugas guru dalam mengelola
pembelajaran ditentukan oleh hubungan interpersonal antara guru dan siswa.” 4
Pendidikan diharapkan tidak hanya bersifat sebagai transfer ilmu pengetahuan
saja, melainkan para peserta didik dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari baik untuk dirinya maupun
lingkungannya.
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi
melalui kegiatan pembelajaran. Dan modal dari hasil pendidikan itu sendiri, salah
satunya dengan menyelenggarakan proses pembelajaran yang memadai. Proses
pembelajaran dapat berlangsung pada pendidikan formal maupun non formal.
Proses pembelajaran pada pendidikan formal (pendidikan di sekolah) mencangkup
jenjang Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi.
Didalamnya terdapat kurikulum yang diwujudkan melalui penyelenggaraan mata
pelajaran-mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjangnya. Dan Pendidikan
Agama Islam merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pendidikan Agama Islam termasuk
dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, sebagaimana sesuai dengan uu no.
20 Tahun 2003, pasal 30 yaitu ”pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh
pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dan pemeluk agama, sesuai dengan

3
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006), h. 3
4
Didi Sutardi dan Encep Sudirjo, Pembaharuan dalam PBM di SD, (Bandung: UPI Press,
2007), h. 26
4

peraturan perundang-undangan.” 5 Pendidikan Agama Islam adalah salah satu


bidang akademis yang dapat dioptimalkan kemampuannya dengan motivasi dan
kesadaran yang tinggi, Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu dari sekian
ilmu yang ada mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari.
Materi-materi yang terdapat dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut
bersifat teori yang membutuhkan pengaplikasian. Dalam Pendidikan Agama Islam,
siswa patutlah memakai konsep teori yang ada dalam pelajaran Pendidikan Agama
Islam, dengan begitu para siswa dapat secara baik mengaplikasikannya.
Keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat terlihat pada
penerapannya dalam tingkah laku sehari-hari yang dilakukan oleh para siswa.
Terkait dengan pemahaman konsep dan pengaplikasian materi pelajaran
Pendidikan Agama Islam, ditemukan beberapa persoalan yakni siswa dapat
memahami konsep materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, namun tidak terlihat
pengaplikasiannya. Tergambar dari nilai raport siswa pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam, memperoleh nilai baik namun siswa tidak menunjukkan
pengaplikasiannya sesuai dengan nilai yang tertera pada raport. Ada juga siswa
yang tidak dapat memahami bahkan juga tidak dapat mengaplikasikan materi
pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Kesulitan siswa dalam memahami dan mempraktekan materi pelajaran
Pendidikan Agama Islam, bukan semata-mata berasal dari permasalahan siswa.
Tidak menutup kemungkinan dapat disebabkan oleh guru dalam proses
pembelajarannya. Bahwa dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam,
penyampaian guru cenderung bersifat monoton dan kurang kreatif menyebabkan
motivasi siswa tidak tumbuh. “Segala sesuatu akan mudah dicerna, diterima dan
dihayati jika siswa merasa dihargai dan bermotivasi untuk belajar.” 6 Pendidikan
Agama Islam adalah salah satu bidang akademis yang dapat dioptimalkan
kemampuannya dengan motivasi dan kesadaran tinggi untuk mengaplikasikannya.
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, seorang guru kerap kali hanya
terlihat sebatas menyampaikan dan menjelaskan, tanpa ada upaya menindaklanjuti

5
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional........h. 15
6
Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), h. 13
5

kembali. Sebagaimana Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu dari sekian
ilmu yang ada, mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Jika
ditinjau lagi, persoalan dalam kurangnya pemahaman dan tidak tampaknya
pengaplikasian, dapat berindikasi menurunkan hasil belajar siswa dalam pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Pemahaman siswa yang kurang serta ketidakmampuan
siswa dalam mempraktekkannya membuat penilaian terhadap hasil belajar siswa
menjadi rendah.Yang “hasil belajar merupakan seperangkat nilai-nilai yang
diperoleh peserta didik setelah melalui proses evaluasi yang didapat, yaitu hasil
belajar kognitifnya.” 7
Dengan demikian, keberhasilan proses pembelajaran tergantung kepada guru
sebagai seorang pendidik yang berfungsi sebagai fasilitator dan motivator bagi
siswa. Terlepas dari perannya, guru memerlukan alat bantu guna memudahkan
dalam mengajar. Misalnya media pengajaran, metode pengajaran dan strategi
pembelajaran guna mencapai tujuan proses belajar mengajar.
Menanggapi persoalan yang telah disebutkan di atas, guru harus mampu
menyelenggarakan suatu pembelajaran yang lebih inovatif dan kondunsif agar
dapat lebih melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa dengan sendirinya dapat
memahami dan mampu mengaplikasikan materi pelajaran yang telah dipelajari.
Pembelajaran kini harus lebih ditekankan pada pengalaman belajar apa yang akan
dimiliki siswa dari proses pembelajaran, baik kognitif, afektif serta psikomotorik.
Salah satu pembelajaran yang dianggap sesuai terhadap hal tersebut yaitu
pembelajaran partisipatif.
“Pembelajaran Partisipatif merupakan model pembelajaran dengan melibatkan
peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran.” 8 Melalui “model pembelajaran ini, siswa belajar dengan
melakukan sesuatu secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun
pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.” 9 Pembelajaran partisipatif

7
Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
1989), h. 50
8
H. D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production,
2005), h. 10
9
Nur Asma, Model Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
Dirjen Dikti, Direktorat Ketenagaan, 2006), h. 14
6

diharapkan mampu meningkatkan keterlibatan mental peserta didik dalam proses


belajar mengajar, peserta didik diberi kebebasan dan keluasan untuk
mengembangkan potensi dirinya. Adapun guru menjadi mitra belajar bagi para
peserta didik dan bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang dapat
mendorong motivasi dan tanggung jawab peserta didik dalam suasana yang
menyenangkan dan tidak kaku sehingga pembelajaran akan mudah dipahami dan
berpusat pada peserta didik.
Pada prosesnya, pembelajaran partisipatif memanfaatkan media yang sesuai
dengan materi, strategi pembelajaran, suasana dan tempat yang variatif. Hal ini
guna meningkatkan motivasi belajar siswa dan aktifitas siswa dalam belajar.
Sehingga, siswa akan memahami dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Dengan demikian, diduga terdapat pengaruh dalam penyelenggaraan
pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Setelah melihat uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, permasalahan
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Rendahnya pemahaman dan pengaplikasian materi pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta.
2. Adanya kesenjangan antara nilai raport siswa dengan pengaplikasian materi
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta.
3. Masih jarang dilakukan pembelajaran yang bersifat partisipatif oleh guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta.
7

4. Kurang efektifnya model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dipakai


selama ini, yakni pembelajaran partisipatif masih jarang dilakukan di SMP
Negeri 135 Jakarta.
5. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri 135
Jakarta.
6. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMP Negeri 135 Jakarta.
7. Kurang terlihatnya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran non partisipatif di SMP Negeri 135 Jakarta.

C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi dengan dua aspek yaitu Model Pembelajaran Partisipatif
dan hasil belajar siswa.
1. Kurang efektifnya model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dipakai
selama ini, yakni pembelajaran partisipatif masih jarang dilakukan di SMP
Negeri 135 Jakarta.
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMP Negeri 135 Jakarta.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di muka dan
pembatasan masalah, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut yakni
Sejauhmana Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta ?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mendeskripsikan aktivitas pelaksanaan pembelajaran Partisipatif dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
8

b. Untuk membuat analisis hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam


melalui penerapan model pembelajaran Partisipatif.
c. Untuk mengetahui pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan kegunaan yang diantaranya:
a. Bagi penulis, dapat menjadi wahana ilmiah dalam mengaplikasikan
kemampuan yang diperoleh selama menjalani perkuliahan dan dapat
memberikan gambaran mengenai Pengaruh Pembelajaran Partisipatif
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Bagi guru Pendidikan Agama Islam, diharapkan hasil dari penelitian ini
dapat menjadi alternatif dalam memilih jenis pembelajaran yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
c. Bagi siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman baru dalam belajar
yang lebih aktif hingga termotivasi dalam memahami dan mengaplikasikan
pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan begitu dapat meningkatkan hasil
belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
d. Bagi peneliti lain, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
khazanah ilmu pendidikan dan sebagai masukan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Partisipatif
a. Pengertian Belajar
Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Pendidikan menyatakan bahwa
“Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau
latihan.” 1 Definisi dari kata belajar, ada beberapa pendapat yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, antara lain sebagai berikut:
Menurut Morgan yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto mengemukakan
belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman. Sedangkan
Whiterington mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepandaian.2

Belajar mengandung pengertian bahwa “belajar adalah perubahan perilaku


seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran,
membaca dan meniru.” 3
Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang
benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang
belajar.

1
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jiwa, 1996), cet.2, h. 55
2
M. Ngalim Purwanto, Psiklogi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 84
3
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2009), cet.6, h.98

9
10

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar yakni suatu
perubahan tingkah laku yang menyangkut perubahan fisik, psikis yang
mencangkup perubahan dalam tingkah laku, perbuatan, sikap, ketrampilan
ataupun kecakapan sebagai akibat pengalaman dan latihan.

b. Pengertian Pembelajaran
Kata “pembelajaran” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “kata
benda yang diartikan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar.” 4 Correy mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu
“proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu.” 5
Pembelajaran dapat pula dikatakan sebagai proses belajar mengajar, karena
pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi antara pendidik dalam
mengajar (teaching) dan peserta didik dalam belajar (learning). Perlu
diketahui, bahwa pembelajaran tidak sama dengan pengajaran. Sebagaimana
pengajaran adalah “perbuatan, cara mengajar” 6 seorang pendidik kepada
peserta didik.
Pembelajaran, ada yang bersifat pembelajaran Konvensional dan
pembelajaran Kooperatif.
1) Pembelajaran Konvensional
Percival dan Ellington dalam Mukminan (1992) menamakan
pembelajaran konvensional dengan pembelajaran yang berpusat pada guru.
Hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru, seluruh
system diarahkan pada rangkaian yang rapi dalam lembaga pendidikan
tanpa ada usaha untuk mencari dan menerapkan strategi belajar yang
berbeda yang sesuai dengan tingkat kesulitan tiap-tiap individu.

4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), h.17
5
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), h.61
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.........h.11
11

Pembelajaran konvensional dapat diartikan sebagai pembelajaran yang


dilakukan dengan komunikasi satu arah, sehingga siatuasi belajarnya
terpusat pada pengajar. Ini berarti guru mengajar untuk memberikan
informasi secara lisan dan data kepada siswa tanpa ada usaha
mengembangkan keterampilan. Guru juga hanya mengajar menggunakan
buku sumber atau buku paket sehingga selama proses belajar mengajar
berlangsung, siswa hanya berinteraksi dengan buku sumber atau buku
paket.
Aktivitas-aktivitas yang terkandung dalam pembelajaran konvensional,
yaitu:
a) Guru menerapkan suatu konsep.
b) Guru memberikan contoh soal dan penyelesainnya.
c) Guru memberikan soal- soal latihan.
d) Siswa menyimak, mencatat dan mengerjakan tugas-tugas serta ulangan
tes yang diberikan guru.

Nasution dalam bukunya yang berjudul Berbagai Pendekatan dalam


proses Belajar dan Mengajar, mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran
konvensional, yaitu:
a) Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok secara keseluruhan
tanpa memperhatikan siswa secara individual.
b) Kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk ceramah dan tugas
tertulis.
c) Siswa bersifat pasif karena harus mendengarkan penjelasan guru.
d) Dalam kecepatan belajar, siswa harus belajar menurut kecepatan
umum yang ditentukan oleh guru mengajar.
e) Keberhasilan belajar umumnya dinilai oleh guru secara subyektif.
f) Hanya sebagian kecil yang menguasai bahan pelajaran secara
tuntas.
g) Guru terutama berfungsi sebagai sumber informasi atau
pengalaman. 7

Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran konvensional terletak pada


peranan guru dalam penyajian materi pelajaran dan dalam mengelola proses

7
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 209-211
12

pembelajaran. Proses pembelajaran lebih mudah dikendalikan oleh


pengajar, sehingga bisa lebih terarah pada proses pembelajaran yang
berlangsung. Guru berperan sebagai penyampai informasi sebanyak-
banyaknya kepada siswa.

2) Pembelajaran Kooperatif
Dan pembelajaran Kooperatif, sebagaimana Didi Sutardi dan Encep Sudirjo
mengutip pendapat beberapa ahli, diantaranya :
Richard D. Kellough “Cooperative learning a genre of instructional
strategies that use small group students working together and helping each
other on learning tasks, stressing support for one another rather than
competition”. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi
pembelajaran, dimana menggunakan kelompok-kelompok kecil siswa
untuk bekerja bersama dan saling membantu satu sama lain dalam
menyelesaikan tugas yang dipelajarinya, ditekankan kepada membantu satu
sama lain bukan pada kompetisi. Slavin, “Cooperative learning methods
share the idea that students work together to learn and are responsible for
their teammates as well as their own”. Pembelajaran kooperatif dilakukan
melalui saling bertukar pikiran, dimana siswa belajar bersama dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu
maupun kelompok. 8

Kegiatan siswa dalam pembelajaran kooperatif antara lain mengikuti


penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas dalam kelompok,
memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong teman
kelompoknya untuk berpartisipasi aktif, dan berdiskusi. Pembelajaran
kooperatif dimaksudkan untuk memperkuat pelajaran akademik setiap anggota
kelompok, tujuannya agar siswa lebih berhasil dalam belajar dari pada belajar
sendiri. Sebagai konsekuensinya, untuk menjamin agar setiap siswa belajar,
maka setiap siswa harus diberi tanggung jawab secara individual mengerjakan
bagian tugasnya sendiri, dan mengetahui apa yang menjadi target yang harus
dipelajarinya.
Menurut Didi Sutardi dan Encep Sudirjo, dalam bukunya “Pembaharuan
dalam PBM di SD,” pembelajaran kooperatif atau cooperative learning
setidaknya memiliki lima prinsip yang dianut, sebagai berikut
8
Didi Sutardi dan Encep Sudirjo, Pembaharuan dalam PBM di SD…, h.57-58
13

a) Belajar siswa aktif (student active learning)


Proses pembelajaran berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan
dilakukan oleh siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah
belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-masing
siswa memahami materi pembelajaran dan diakhiri dengan membuat
laporan kelompok dan individual.
b) Belajar bekerjasama (cooperative learning)
Proses pembelajaran dilalui dengan bekerjasama dalam kelompok untuk
membangun pengetahuan yang tengah dipelajari. Prinsip pembelajaran
inilah yang melandasi keberhasilan penerapan model pembelajaran
kooperatif. Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk
melakukan diskusi, memecahkan masalah, dan mengujinya secara bersama.
Pengetahuan yang diperoleh melalui hasil kerjasama diyakini lebih bernilai
permanen.
c) Pembelajaran Partisipatif (Partisipative leraning)
Melalui model pembelajaran ini, siswa belajar dengan melakukan sesuatu
atau learning by doing, secara bersama-sama untuk menemukan dan
membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.
d) Mengajar Reaktif (reactive teaching)
Motivasi siswa dapat dibangkitkan, jika guru mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya
akan manfaat pelajaran untuk masa depan mereka. Ciri-ciri guru yang
reaktif, antara lain: (1) menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar, (2)
pembelajaran dari guru dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan
dipahami oleh siswa, (3) selalu menciptakan suasana belajar yang menarik
bagi siswa-siswanya, (4) mengetahui hal-hal yang membuat siswa menjadi
bosan dan segera mencari solusi.
e) Pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning)
Pembelajaran yang menyenangkan, harus dimulai dari sikap dan perilaku
guru di luar maupun di dalam kelas. Guru harus memiliki sikap yang
14

ramah, dengan tutur bahasa yang menyayangi siswa-siswanya dan bersabar


dalam menghadapi masalah di kelas.

c. Konsep Pembelajaran Partisipatif


Kata “Partisipatif” dapat diartikan “hal ikut serta dalam suatu kegiatan,
melakukan partisipasi, ikut berperan serta dalam suatu kegiatan.” 9 Dan yang
dimaksud dengan pembelajaran Partisipatif adalah model pembelajaran dengan
melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pmbelajaran. 10 Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat juga
diartikan sebagai “upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan
program dan penilaian program.” 11
Pembelajaran partisipatif memiliki prinsip-prinsip tersendiri dalam
kegiatan belajar dan membelajarkan. Prinsip dalam kegiatan belajar adalah
bahwa peserta didik memiliki kebutuhan belajar dan berperilaku belajar.
Prinsip dalam kegiatan membelajarkan bahwa pendidik menguasai, memahami
materi atau bahan belajar dan berperilaku membelajarkan peserta didik.

d. Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif


Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif berdasarkan pada pengertian
pembelajaran partisipatif yaitu upaya untuk mengikutsertakan peserta didik
dalam pembelajaran, maka ciri-ciri dalam kegiatan pembelajaran partisipatif
adalah :
1) Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam
melakukan kegiatan pembelajaran
2) Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi
dalam pembelajaran.

9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.........h.320
10
H. D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production,
2005), h. 10
11
http://74.125.153.132/search Model-Pembelajaran- Sosial+model+partisipatorik, 31 maret
010
15

3) Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar yang


kondusif.
4) Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok.
5) Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat
berprestasi.
6) Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya.

Knowles menyebutkan bahwa indikator dalam pembelajaran partisipatif,


yaitu:
1) Adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik;
2) Adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam
pencapaian tujuan;
3) Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.12

Pembelajaran partisipatif dapat dikembangkan dengan prosedur sebagai


berikut:
1) Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.
2) Membantu peserta didik menyusun kelompok agar siap belajar.
3) Membantu peserta didik untuk menemukan kebutuhan belajarnya.
4) Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
5) Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
6) Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil
belajar.

e. Tahap Kegiatan Pembelajaran Partisipatif


Kegiatan pembelajaran partisipatif dapat ditempuh melalui enam tahapan
kegiatan, mencangkup: “(1) pembinaan keakraban; (2) identifikasi kebutuhan
dan sumber serta kemungkinan hambatan; (3) perumusan tujuan belajar; (4)

12
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 – Panduan Belajar KBK, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2005), h. 156
16

penyusunan program pembelajaran; (5) pelaksanaan kegiatan pembelajaran;


dan (6) penilaian terhadap proses, hasil serta dampak kegiatan belajar.” 13
Sebagaimana yang dikembangkan oleh H.D. Sudjana dalam bukunya “Metode
dan Teknik Pembelajaran Partisipatif”, berikut penjelasan dari masing-masing
tahapan kegiatan, antara lain:
1) Tahap Pembinaan Keakraban
Tahap pembinaan keakraban merupakan tahap untuk mempersiapkan
para peserta didik melakukan interaksi dalam kegiatan pembelajaran
partisipatif, baik dengan pendidik maupun dengan peserta didik yang
lain. Peserta didik tentunya akan merasa siap untuk saling belajar
apabila telah terbina suasana yang akrab, saling mempercayai dan
saling menghargai di antara peserta didik. Dengan demikian setiap
peserta didik diharapkan terdorong untuk terlibat dan berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran. Teknik pembelajaran yang dapat
melibatkan peserta didik dalam membina keakraban yakni
pembentukan kelompok.
Pada penelitian ini, tahap pembinaan keakraban dapat pula diwujudkan
pada kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran. Selain untuk
menciptakan keakraban antar peserta didik, tahap ini juga dapat
digunakan untuk menggali kemampuan peserta didik sebelum memulai
proses pembelajaran. Misalnya me-review pemahaman peserta didik
terhadap materi yang telah dipelajari, sebagai bekal untuk memahami
materi yang akan dipelajari. Teknik yang dapat digunakan yakni games
dan kuis yang dikerjakan secara berkelompok.

2) Tahap Identifikasi Kebutuhan dan Sumber serta Kemungkinan


Hambatan
Tahap identifikasi kebutuhan dan sumber serta kemungkinan hambatan
merupakan upaya pendidik untuk melibatkan peserta didik dalam
mengenali, menyatakan dan merumuskan kebutuhan belajar sumber-
sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam
kegiatan belajar. Tahap ini bertujuan untuk memotivasi peserta didik
agar kegiatan belajar itu dirasakan menjadi milik peserta didik. Selain
itu juga, diharapkan peserta didik dapat mempersiapkan diri untuk
belajar. Teknik-teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam tahap
ini antara lain: Curah pendapat (Brain Storming), diskusi kelompok dan
Lembaran Isian Kebutuhan.

3) Tahap Perumusan Tujuan Belajar


Tujuan belajar berfungsi sebagai pengarah kegiatan belajar dan tolak
ukur efektifitas pencapaian hasil kegiatan belajar. Tahap perumusan

13
H. D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production,
2005), h. 66
17

tujuan belajar ini merupakan tahap yang melibatkan peserta didik dalam
menentukan dan merumuskan tujuan belajar yang ingin mereka capai
melalui kegiatan belajar dengan bimbingan pendidik.
Pada penelitian ini, tahap perumusan tujuan belajar dilakukan dengan
teknik Lembaran Isian Perumusan Tujuan Belajar. Dengan demikian,
peserta didik mengetahui tujuan dari proses pembelajaran yang akan
ditempuhnya. Tahap ini dilakukan untuk memotivasi peserta didik
dalam mempersiapkan dan mengikuti kegiatan belajar, serta senantiasa
mengukur tingkat keberhasilan yang dicapainya dalam memahami
pelajaran.

4) Tahap Penyusunan Program Pembelajaran


Tahap penyusunan program pembelajaran melibatkan peserta didik
dalam kegiatan penyusunan program kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan belajar yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah supaya peserta
didik dapat memiliki pengalaman bersama dalam menyatakan, memilih,
menyusun dan menetapkan program kegiatan belajar yang akan
ditempuh. Hasil dari tahap ini adalah rencana atau program kegiatan
belajar. Teknik-teknik yang dapat dilakukan dalam tahap ini yakni
diskusi kelompok.

5) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran


Pada tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran peserta didik dituntut
keterlibatannya dalam upaya membina dan mengembangkan kegiatan
belajar yang telah disepakati dan ditetapkan bersama pada saat
penyusunan program. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini,
para peserta dibantu oleh pendidik agar melibatkan diri dalam proses
pembelajaran. Teknik-teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut mencangkup: Diskusi,
Ceramah bervariasi, permainan dan kuis.

6) Tahap Penilaian terhadap Proses, Hasil serta Dampak Kegiatan Belajar


Pada tahap penilaian terhadap proses, hasil serta dampak kegiatan
belajar ini peserta didik dilibatkan dalam mengevaluasi kegiatan
pembelajaran yang telah ditempuhnya. Pada tahap ini pendidik
mengumpulkan, mengolah dan meyajikan data atau informasi mengenai
program kegiatan pembelajaran sebagai bahan analisis untuk
menentukan tindakan yang tepat. Aspek-aspek yang dinilai adalah
proses, hasil dan pengaruh pembelajaran. Teknik-teknik pembelajaran
yang dapat digunakan dalam tahap penilaian ini yakni wawancara dan
lembar pendapat. 14

14
H. D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif........ h. 67
18

Upaya penerapan pembelajaran partisipatif pada pendidikan sekolah dapat


dipertegas dengan menekankan peranan pendidik untuk membantu peserta didik
melakukan kegiatan belajar secara aktif dan partisipatif.
Keterlibatan dalam penyusunan dan pengembangan program pembelajaran,
pendidik bersama peserta didik meliputi, melakukan identifikasi sumber-sumber
dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran, serta melaksanakan dan
menilai program pembelajaran. Sedangkan keterlibatan pendidik dalam
menumbuhkan situasi belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar
meliputi upaya menciptakan iklim belajar yang partisipatif.
Mc. Keachi (dalam Dimyati, 2002:119) mengemukakan 4 aspek terjadinya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran:
a. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
b. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk
interaksi antar siswa.
b. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.
c. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk
berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran. 15

Gagne dan Brigs (1979) menjelaskan rangkaian kegiatan yang dilakukan


dalam kelas meliputi tujuh aspek untuk menumbuhkan aktifitas dan
partisipasi siswa. Masing-masing diantaranya:
a. Memberikan motivasi atau menarik minat perhatian siswa, sehingga
mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep) yang akan dipelajari.
c. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
d. Memunculkan aktifitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
e. Memberikan umpan balik (feed back).
f. Memberikan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga
kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
g. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran. 16

Berdasarkan uraian mengenai pembelajaran partisipatif, berikut ini penulis


sajikan kelebihan-kelebihan pembelajaran partisipatif:
a. Siswa mengetahui tujuan dan makna dari setiap pembelajaran yang akan
ditempuhnya, sehingga siswa termotivasi untuk berusaha mencapainya.

15
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h.177
16
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa…, h.84
19

b. Guru dan siswa turut menyusun program dan rencana pembelajaran yang
akan ditempuhnya, sehingga dapat disusun program pembelajaran yang
menyenangkan dan sesuai dengan keinginan siswa. Selain itu, siswa juga
akan dilatih untuk bertanggungjawab untuk mengikuti pembelajaran yang
telah disusunnya dengan sungguh-sungguh.
c. Siswa mengetahui kelebihan dan kekurangan serta segala sesuatu yang
dibutuhkannya dalam belajar, sehingga siswa dilatih untuk belajar secara
terarah.
d. Terjalinnya komunikasi dan interaksi yang akrab antara siswa dan guru
maupun siswa dengan siswa, sehingga siswa merasa nyaman untuk saling
belajar.
e. Siswa termotivasi untuk memahami konsep-konsep dengan tingkat
kemampuan dan pengalamannya sendiri.
f. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran,
sehingga melatih kemandirian siswa.
g. Siswa dilatih untuk mengevaluasi tingkat pemahaman yang dicapainya
terhadap konsep/materi yang telah dipelajarinya.

2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Dalam dunia pendidikan dikenal istilah kemampuan yang dicapai siswa
dalam menyerap pelajaran. Ada yang mengatakan hasil, potensi, skor dan
adapula yang menggunakan istilah prestasi.
“Hasil belajar dapat diartikan bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.” 17
Hasil belajar yang baik merupakan tujuan pendidikan yang ingin dicapai
dari proses pengajaran. Ada tiga aspek yang termasuk sebagai hasil belajar
siswa yakni bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

17
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h.30
20

Dari penjelasan diatas, hasil belajar dapat dibagi kedalam tiga: 1) aspek
kognitif; 2) aspek afektif; dan 3) aspek psikomotorik. Dr. Ahmad Tafsir dalam
buku “Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam” mengutip Teori Taksonomi
Bloom, bahwa untuk domain Kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang dibagi menjadi pengetahuan, pemahaman, penerapan dan
penilaian. Lalu domain Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, ranah afektif
meliputi kemampuan menerima, menjawab atau reaksi dan menilai. Dan hasil
belajar Psikomotorik merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan
ketrampilan gerak seseorang. Dasar kemampuan yang diukur adalah
kemampuan fisik. Terdiri atas hasil belajar gerakan refleks, kemampuan fisik,
gerakan yang terampil.
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya.” 18 Menurut Dr. Mulyono hasil belajar
adalah “kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.” 19
Dalam proses belajar mengajar di sekolah perubahan tingkah laku siswa
ditandai dengan kemampuan peserta didik menerapkan dan
mendemonstrasikan pengetahuannya serta ketrampilannya. Perubahan inilah
yang disebut hasil belajar. Hal ini selaras dengan pendapat DR. Suharsimi
Arikunto dalam bukunya Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan mengatakan, “ Hasil
Belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah
laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati dan dapat
diukur.” 20
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau criteria
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa
sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang
lebih baik.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah nilai yang diperoleh peserta didik setelah melalui proses belajar.

18
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdikarya, 2005), h.22
19
Mulyono Abdur Rahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesusilaan Belajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta
20
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h.133
21

b. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1) Faktor Internal
a) Faktor Biologis (Jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan adalah:
(1) Kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam
kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini
terutama harus meliputi keadaan otak, panca indra, anggota tubuh.
(2) Kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar. Dalam menjaga kesehatan
fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan
dan minum yang teratur , olahraga serta cukup tidur.

b) Faktor Psikologis
Faktor Psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah
kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi
hal-hal berikut:
(1) Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar berpengaruh besar
terhadap keberhasilan belajar seseorang.
(2) Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan
belajar seseorang.
(3) Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang
dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi
rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.
(4) Daya ingat seseorang mempengaruhi keberhasilan belajar, yaitu
daya jiwa untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan
kembali suatu kesan dalam menerima pelajaran.
22

(5) Daya konsentrasi seseorang untuk memfokuskan pikiran,


perasaan, kemauan dan panca indera pada satu objek juga
mempengaruhi keberhasilan belajar.

2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya
perhatian orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan
pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan
belajarnya.
b) Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan
belajar para siswa disekolah mencangkup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu
sekolah, tata tertib atau disiplin yang diterapkan.
c) Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang
dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan factor
ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena
keberadaanya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang
keberhasilan belajar diantaranya, adalah lembaga-lembaga pendidikan
nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja
dan lain-lain.
Dengan memperhatikan factor-faktor tersebut diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari
penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.
23

3. Pendidikan Agama Islam


a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan menurut Abuddin Nata adalah “upaya menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik. Sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang
pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi
masyarakat”. 21
Pendidikan Islam merupakan “pendidikan dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli
ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya”. 22
Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darajat adalah “suatu usaha
untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”. 23
Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yakni berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai
dari pendidikan, ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-
ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta
menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. 24

Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk


membina, menanamkan dan membiasakan peserta didik agar berperilaku sesuai
dengan ajaran-ajaran agama Islam agar kelak mendapat kebahagiaan di dunia
dan akhirat. Dimana Pendidikan Agama Islam bukanlah sekedar penambahan
pengetahuan akan tetapi bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang telah
didapatkan itu dapat dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari.

21
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet. I, h.
10
22
http://www.depag.co.id, 20 Mei 2010
23
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130
24
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba’adillah Press, 2002),
Cet. I, h. 37.
24

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Pengembangan, yakni meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan
dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk
menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan,
pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup
di dunia maupun di akhirat.
3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
4) Perbaikan, yakni untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya.
6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum.
7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang mempunyai bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara
optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang
lain. 25

Dari penjelasan di atas, fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau


madrasah yakni untuk mengembangkan pemahaman siswa mengenai ajaran

25
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,.......h. 134-
135
25

agama Islam yang telah mereka dapatkan dalam lingkungan keluarga serta
memperbaiki dan mencegah dari kesalahan-kesalahan pemahaman dan hal-hal
yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam


Pendidikan Agama Islam berarti pendidikan tentang tata hidup yang berisi
pedoman pokok yang akan dipergunakan oleh manusia dalam menjalani
kehidupannya di dunia ini untuk menyiapkan kehidupan yang sejahtera di
akhirat. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi:
1) Keimanan
Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun Iman yang enam,
yakni percaya kepada Allah SWT, kepada para Rasul Allah SWT, kepada
para Malaikat, kepada Kitab-kitab Suci yang diturunkan kepada para Rasul
Allah SWT, kepada Hari Kiamat, kepada Qadha’ dan Qadar. 26
2) Ibadah
Ibadah yakni mengikuti segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala
laranganNya. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT diatur dalam
ibadah secara khas yang mencakup thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji.
sedangkan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur
dalam muamalat secara luas.
3) Al-Quran
Isi pengajaran Al-Qur’an diantaranya adalah pengenalan huruf hijaiyah,
cara membunyikannya, bentuk dan fungsi tanda baca dan tanda berhenti,
dan lain sebagainya. Ruang lingkup pengajaran Al-Qur’an ini lebih banyak
berisi pengajaran yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan. 27
4) Akhlak
Pendidikan akhlak berkisar mengenai persoalan kebaikan dan kesopanan,
tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang timbul dalam

26
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
1995), Cet. I, h. 84
27
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam.......h. 90
26

kehidupan sehari-hari dan bagaimana seharusnya seorang siswa bertingkah


laku.
5) Sejarah (tarikh)
Pengajaran sejarah, yakni sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan
dan perkembangan umat Islam, seperti peperangan yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad Saw dan para sahabat melawan orang kafir, pemerintahan
pada zaman Nabi Saw dan para sahabat, riwayat hidup Nabi Muhammad
Saw dan masih banyak lagi yang lainnya.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan
penulis adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mursanti dalam skripinya yang berjudul “Pola
Belajar Partisipatif Sebagai Suatu Cara Yang Mengaktifkan Siswa”.
Penelitian tersebut merupakan studi deskriptif kualitatif di Panti Sosial Bina
Remaja Taruna Jaya, Tebet-Jakarta Selatan. Hasil dari penelitian tersebut
menyatakan bahwa pola belajar partisipatif berhasil mengaktifkan peserta
didik dan melatih kemandirian peserta didik. Selain itu juga, peserta didik
menyukai pola belajar partisipatif ini.
2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Yoyon Suryono, dalam laporannya yang
berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun Datar
Segi Empat Melalui Penerapan Model Pembelajaran Partisipatif Siswa Kelas
VII-A UPTD SMP Negeri.” Berdasarkan hasil-hasil dari penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran
matematika materi bangun datar segi empat melalui penerapan model
pembelajaran partisipatif meningkat dan hasil belajar matematika materi
bangun datar segi empat melalui model penerapan pembelajaran partisipatif
meningkat.
27

C. Kerangka Berfikir
Saat ini pendidikan diharapkan dapat mentransfer ilmu pengetahuan terhadap
anak didiknya secara tepat, sehingga anak didik kelak dapat bertanggung jawab,
mandiri, berperilaku baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun lingkunganya.
Demikian halnya dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam, diharapkan
siswa tidak hanya sebatas memahami konsep pelajaran dan materi-materi
Pendidikan Agama Islam saja. Namun lebih ditingkatkan lagi pada proses
pengaplikasiannya.
Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi diantaranya
kecerdasan siswa, bakat siswa, kemampuan belajar, minat siswa, model
penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, serta
kondisi masyarakat luas.
Menanggapi hal-hal tersebut, guru harus mampu menyelenggarakan suatu
pembelajaran yang lebih inovatif dan kondunsif agar dapat lebih melibatkan
siswa secara aktif sehingga siswa dengan sendirinya dapat memahami dan
mampu mengaplikasikan materi pelajaran yang telah dipelajari. Pembelajaran
kini harus lebih ditekankan pada pengalaman belajar apa yang akan dimiliki
siswa dari proses pembelajaran.
Pembelajaran Partisipatif merupakan model pembelajaran dengan melibatkan
pserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
28
pembelajaran. Pembelajaran partisipatif diharapkan mampu meningkatkan
keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar, peserta didik diberi
kebebasan dan keluasan untuk mengembangkan potensi dirinya. Hal ini guna
meningkatkan motivasi belajar siswa dan aktifitas siswa dalam belajar. Sehingga,
siswa akan memahami dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari serta dapat berimplikasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dengan demikian, penyelenggaraan pembelajaran partisipatif diduga dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

28
H. D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif........ h. 10
28

D. Hipotesis
Ha : Adanya pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Ho : Tidak adanya pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar
Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 135 Jakarta yang beralamat di Jalan
Teluk Palu No. 35 Pondok Bambu, Jakarta Timur.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009/2010,
yaitu terhitung dari tanggal 29 April sampai dengan tanggal 27 Mei 2010.

B. Metode Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yakni pembelajaran Partisipatif dan hasil
belajar siswa. Sebagaimana yang dimakud dengan ”variabel adalah hal-hal yang
menjadi objek penelitian.” 1 Dan yang menjadi variable I yaitu pembelajaran
Partisipatif dan variable II yaitu hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan guna
mengetahui Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dan metode penelitian yang digunakan
dalam hal ini adalah metode eksperimen.

1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), h. 10

29
30

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan dua kelompok sample


sebagai berikut:
1. Kelompok Eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran
Partisipatif.
2. Kelompok Kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional.
Desain penelitian yang digunakan adalah Desain Kelompok Kontrol dan
Eksperimen dengan Posttest. Untuk lebih jelasnya desain penelitian digambarkan
pada tabel berikut:

Tabel 1
Desain Penelitian
Kelompok Pengambilan Perlakuan Posttest
Eksperimen A X1 O
Kontrol A X2 O

Keterangan:
A = pengambilan sampel secara random/acak
O = posttest pada kelompok eksperimen maupun kelas kontrol
X1 = perlakuan dengan menerapkan pembelajaran partisipatif
X2 = perlakuan dengan menerapkan pembelajaran konvensional

C. Populasi dan Sampling


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Adapun penelitian ini
dilakukan terhadap siswa SMP Negeri 135 Jakarta. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa SMP Negeri 135 Jakarta dengan jumlah 819 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang
dianggap mewakili terhadap populasi dan diambil dengan menggunakan teknik
sampling. Dari seluruh siswa SMP Negeri 135 Jakarta, diambil 2 kelas secara
31

acak untuk dijadikan sample. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Cluster Random Sampling (Sampel acak kelompok), dengan unit
samplingnya adalah kelas. Berdasarkan teknik sampling tersebut terpilih kelas
VII-3 sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa yang muslim 35 orang dan
kelas VII-1 sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa yang muslim 35
orang.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok. Tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes akhir (posttest) dengan bentuk tes obyektif
yang terdiri dari 25 soal. Tes ini diuji melalui uji validitas, uji reliabilitas, uji
taraf sukar, uji daya pembeda dan fungsi distraktor. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan dalam pengolahan data, sebagai berikut:
a) Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai
validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang tidak valid berarti mempunyai
validitas rendah. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitas
adalah:
M p − Mt P
r pbi =
SDt Q
Keterangan :
r pbi : koefisien korelasi antara variabel I dan variabel II
Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki testee, yang untuk butir item
yang bersangkutan telah dijawab betul.
Mt : skor rata-rata dari skor total
32

SDt : deviasi standar dari skor total.


P : jumlah testee yang menjawab betul
Q : jumlah testee yang menjawab salah

Uji validitas intrumen dilakukan dengan mengkonsultasikan hasil


perhitungan di atas dengan r tabel pada taraf signifikan 5 % dengan ketentuan
bahwa jika r pbi sama atau lebih besar dari r tabel maka soal tersebut dinyatakan
valid.

b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas dapat diartikan bahwa suatu soal dapat dengan ajeg atau tetap
memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Adapun rumus yang
digunakan untuk mengukur reliabilitas tes yang berbentuk obyektif adalah:

k ⎛⎜ ∑ PQ ⎞⎟
rii = 1−
k − 1 ⎜⎝ S t ⎟⎠
2

Keterangan :
rii : koefisien reliabilitas tes
k : banyaknya butir item
1 : bilangan konstan
∑ PQ: jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
St2 : varian total

c) Uji Taraf Sukar


Uji taraf sukar butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal. Untuk
mengetahui tingkat kesukaran butir soal digunakan rumus sebagai berikut:
R
P=
T
Keterangan :
P : Tingkat kesukaran Butir Soal
R : Jumlah yang menjawab benar
T : Jumlah seluruh peserta tes
33

d) Uji Daya Pembeda


Uji daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan soal
dalam membedakan kemampuan siswa. Untuk mengetahui daya pembeda
tiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut:
FTI ( X = 1) FRI ( X = 1)
D= −
MT MR
Keterangan :
D : Daya Beda
FTI : kelompok tinggi
FRI : kelompok rendah
MT : Jumlah responden kelompok tinggi
MR : Jumlah responden kelompok rendah

e) Distraktor
Pemasangan distraktor pada tiap butir item adalah agar dari sekian
banyak testee yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik untuk
memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih
merupakan jawaban betul. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur
fungsi distraktor pada tiap butir item adalah:
Jumlah jawaban ( pilihan)
Dis = x100%
jumlah siswa

2 Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan
pencatatan dengan sistematik untuk mengumpulkan data tentang
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Observasi dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara pembelajaran partisipatif terkait dengan hasil
belajar siswa.
34

3 Wawancara
Wawancara sebagai teknik pengumpulan data untuk memperoleh dan
mendalami data mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
menerapkan pembelajaran Partsispatif dan juga hasil belajar siswa.
4 Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data untuk memperoleh data
terstruktur organissasi, visi dan misi serta prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, penulis menempuh cara berikut:
1) Editing
Mengedit adalah memeriksa hasil tes dan pedoman observasi yang
diserahkan oleh para pengumpul data. Setelah tes diisi oleh responden dan
telah dikumpulkan kepada penulis, kemudian penulis memeriksa satu persatu
tes yang dikembalikan. Bila ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab,
maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk
menyempurnakan jawabannya.
2) Tabulating
Langkah selanjutnya yakni memindahkan data dengan memindahkan
jawaban yang terdapat dalam tes. Termasuk kegiatan tabulasi ini adalah
memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor.

2. Teknik Analisis Data


a. Pengujian Prasyarat Analisis Data
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua sample berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Uji Normalitas yang digunkan
adalah Uji Liliefors dengan rumus L0 = Max F ( Z i ) − S ( Z i )
35

Kemudian diinterpretasikan dengan harga Lt (L tabel), kesimpulannya jika :


L0 < Lt : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
L0 > Lt : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

2) Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sample
berasal dari populasi yang variansnya sama. Uji Homogenitas yang
digunakan adalah Uji Fisher dengan rumus:
n∑ X 1 − (∑ X 1 ) 2
2 2
Sb 2
F= dimana S =
Sk
2
n(n − 1)

Adapun criteria pengujian untuk Uji Homogenitas adalah Ho diterima


jika Fh < Ft, dimana Ho memiliki varians yang homogen dan Ho ditolak
jika Fh > Ft, dimana Ho memiliki varians yang tidak homogen.

b. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan yang
signifikan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran partisipatif
dengan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Untuk menguji Hipotesis maka digunakan Uji “t”. Rumus Uji “t” yang
digunakan yaitu:
thitung = M1 - M2
SEM1-M2
Keterangan :
thitung : nilai thitung
M1 : Mean dari Mean Variable I (kelompok eksperimen)
M2 : Mean dari Mean Variable II (kelompok kontrol)
SEM1-M2 : Standard Error perbedaan Mean Variabel I dan Mean
Variabel II
Pengujian hipotesis juga didukung dengan penghitungan persentase,
nilai dalam bentuk persen menunjukkan besarnya persentase pengaruh
36

pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran


Pendidikan Agama Islam. Penghitungan persentase diaali dengan
penghitungan korelasi, dengan menggunakan rumus Product Moment :
r xy = n ∑ XY – ( ∑X )( ∑Y )
( n ∑X2 – ( ∑X )2 ) ( n ∑Y2 - ( ∑Y )2 )
Setelah diperoleh nilai korelasinya, kemudian dihitung besar
persentasenya dengan menggunakan rumus koefisien of determation atau
koefisien penentu, dengan rumus:
KD = r2 x 100 %

F. Hipotesis Statistik
Untuk menguji Hipotesis maka digunakan Uji “t”. Dan kriteria pengujian
hipotesis pada penelitian ini adalah:
Jika thitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika thitung > ttabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan selama 4 pertemuan. Materi Pendidikan Agama
Islam yang diajarkan pada penelitian ini adalah pokok bahasan sejarah Nabi
Muhammad SAW yang meliputi sejarah Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa
risalah, akhlak-akhlak Nabi yang terpuji, contoh perilaku akhlak terpuji Nabi dan
misi Rasulullah SAW dalam berdakwah. Pada proses pembelajaran kedua
kelompok memperoleh perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen (kelas VII-
1) mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran partisipatif,
sedangkan kelompok kontrol (kelas VII-3) mendapatkan pembelajaran dengan
menggunakan pemebelajaran konvensional. Oleh karena itu, perubahan yang
terjadi pada sampel setelah perlakuan disebabkan oleh perbedaan perlakuan-
perlakuan dalam poses pembelajaran tersebut.
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kelompok eksperimen
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran partisipatif. Pada
awal pertemuan penulis terlebih dahulu menyampaikan pembelajaran yang akan
diterapkan dalam beberapa pertemuan ke depan kepada siswa.
Pada pertemuan pertama, penulis memulai melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran partisipatif dengan memperkenalkan diri dan
meminta siswa untuk memperkenalkan diri mereka masing-masing. Setelah antara
penulis dan siswa saling mengenal, penulis membagi siswa menjadi 7 kelompok.
Selanjutnya, penulis membagikan lembar identifikasi kebutuhan, sumber dan

37
38

kemungkinan hambatan belajar serta lembar perumusan tujuan yang berisi daftar
check list (dengan opsi ”ya” dan ”tidak”) terhadap identifikasi kebutuhan, sumber
dan kemungkinan hambatan belajar serta tujuan belajar yang akan dicapai (lihat
lampiran halaman 55). Melalui lembar tersebut siswa diarahkan untuk mengetahui
kebutuhan-kebutuhan belajar yang bisa diperolehnya selama pembelajaran.
Kebutuhan-kebutuhan belajar tersebut diarahkan untuk dapat memenuhi tujuan
belajar, yang meliputi kemampuan pengetahuan (dalam hal ini tentang sejarah
Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah), kemampuan keterampilan dan
sikap. Siswa juga dapat turut serta mengajukan sumber belajar yang hendak
digunakan, sehingga penulis bisa memilih variasi sumber dan metode belajar yang
dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk melibatkan siswa agar mengetahui
tujuan yang hendak dicapai dari proses pembelajaran tersebut, sehingga diharapkan
siswa akan lebih bertanggungjawab dalam mengikuti kegiatan belajar dengan
sungguh-sungguh. Jika terdapat siswa yang memilih opsi ”tidak” pada daftar check
list, bukan berrti siswa tersebut tidak membutuhkan kegiatan belajar atau tidak
ingin mencapai tujuan belajar. Hal tersebut mungkin dikarenakan siswa kurang
berminat terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam, untuk itu penulis harus
mampu mendorong minat siswa tersebut.
Selain itu, kegiatan tersebut juga sebagai pengumpul informasi tentang
hambatan/kesulitan siswa sebelum pembelajaran dengan partisipatif dilaksanakan,
sehingga penulis dapat segera mengatasinya. Misalnya, melalui identifikasi
hambatan belajar diperoleh bahwa masih ada siswa yang belum memahami sejarah
Nabi Muhammad SAW, maka hal ini bisa diatasi dengan cara penulis mengadakan
kuis-kuis di dalam kelas untuk mereview materi yang belum dipahami.
Hasil dari pengisian lembar identifikasi kebutuhan, sumber dan
kemungkinan hambatan belajar, dan lembar perumusan tujuan kemudian diolah
dan disusun oleh penulis menjadi program pembelajaran yang akan ditempuh.
Setiap pertemuan siswa diberikan lembar kontrol belajar (lihat lampiran
halaman 59). Selain sebagai alat informasi mengenai kegiatan belajar dan tujuan
belajar yang akan dicapai dalam setiap pertemuan, lembar ini pun berfungsi
39

sebagai alat evaluasi siswa dan penulis terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Apakah semua siswa sudah memahami materi yang disampaikan?
Apakah terdapat hambatan/kesulitan selama kegiatan pembelajaran?
Selama proses pembelajaran, siswa diberikan latihan soal. Siswa
mempelajarinya secara berkelompok dan kemudian dengan bimbingan penulis
siswa turut serta mnemukan konsep. Berdasarkan pengamatan penulis, terdapat
siswa-siswa yang antusias mengerjakan latihan soal yang diberikan untuk
menemukan sendiri konsep yang akan dipelajari, dan mereka mengaku bangga dan
puas atas usahanya tersebut, namun terdapat juga siswa-siswa yang masih bingung
sehingga tetap pasif dan hanya menunggu penjelasan dari penulis atau temannya
yang sudah menemukannya lebih dulu. Terhadap siswa yang demikian, penulis
turut membimbingnya dan terus memberinya motivasi.
Selain memberikan latihan soal selama pembelajaran, penulis juga
melibatkan diskusi kelompok agar para siswa termotivasi dalam mengembangkan
pendapat dan pengetahuannya. Tidak hanya itu, penulis pun menerapkan ceramah
bervariasi agar pembelajaran tidak terasa jenuh dan monoton. Yakni disisipi
dengan kuis-kuis yang menarik. Hal tersebut dapat memotivasi siswa dan
menjawab pertanyaan. Semakin menarik, karena kuis yang diberikan dikemas
dengan games dan strategi pembelajaran. Dengan begitu, siswa diharapkan dapat
lebih mudah memahami materi yang diberikan dan dapat dimengerti secara baik.
Pada akhir pembelajaran (pertemuan terakhir) kedua kelompok yakni
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan posttest yang digunakan
untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki pemahaman yang lebih baik
terhadap materi yang telah disampaikan. Posttest yang diberikan berupa soal
obyektif. Kemudian hasil test diuji yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji
taraf sukar, uji daya pembeda dan fungsi distraktor, maka diperoleh 6 butir soal
yang invalid. Dengan proporsi soal yang tingkat kesulitannya ”sukar” sebanyak 8
%, soal yang tingkat kesukarannya ”sedang” sebanyak 88 % dan soal yang tingkat
kesukarannya ”mudah” sebanyak 4 % .
40

(Tabel 2)
Rekapitulasi Uji Instrumen Tes Obyektif
Daya
Validitas Taraf Sukar Distraktor
No Pembeda
Soal Sta Option
r pbi P Ket D Ket Kunci
tus A B C D
1 0,2 In 0,375 sedang 0,3 sedang C 25 % 30 % 37,5 % 7,5 %
valid fungsi fungsi fungsi fungsi
2 0,405 valid 0,225 sukar 0,3 sedang B 27,5 % 22,5% 50 % 0%
fungsi fungsi fungsi Tidak
3 0,57 valid 0,475 sedang 0,8 baik A 47,5 % 25 % 10 % 17,5%
sekali Fungsi fungsi fungsi fungsi
4 0,7378 valid 0,275 sedang 0,6 baik B 17,5% 27,5% 7,5 % 47,5%
fungsi fungsi fungsi fungsi
5 0,308 In 0,55 sedang 0,6 baik C 30 % 2,5 % 55 % 12,5%
valid fungsi fungsi fungsi fungsi
6 0,53 valid 0,5 sedang 0,7 baik D 0% 12,5% 37,5 % 50 %
sekali Tidak fungsi fungsi fungsi
7 0,39 valid 0,525 sedang 0,4 sedang A 52,5 % 37,5% 0% 10 %
fungsi fungsi Tidak fungsi
8 0,15 In 0,625 sedang 0,3 sedang D 37,5% 0% 0% 62,5%
valid fungsi Tidak Tidak fungsi
9 0,4 valid 0,425 sedang 0,4 sedang B 37,5% 42,5% 12,5% 7,5 %
fungsi fungsi fungsi fungsi
10 0,59 valid 0,5 sedang 0,7 baik B 25 % 50 % 25 % 0%
sekali fungsi fungsi fungsi Tidak
11 0,52 valid 0,55 sedang 0,4 sedang B 7,5 % 55 % 37,5% 0%
fungsi fungsi fungsi Tidak
12 0,66 valid 0,425 sedang 0,6 baik B 2,5 % 42,5% 10 % 45 %
fungsi fungsi fungsi fungsi
41

13 0,57 valid 0,325 sedang 0,5 baik D 50 % 17,5% 0% 32,5%


fungsi fungsi Tidak fungsi
14 0,68 valid 0,45 sedang 0,8 baik C 55 % 0% 45 % 0%
sekali fungsi Tidak fungsi Tidak
15 0,59 valid 0,525 sedang 0,6 baik A 52,5 % 10 % 37,5% 0%
fungsi fungsi fungsi Tidak
16 0,4 valid 0,425 sedang 0,5 baik A 42,5% 7,5 % 50 % 0%
fungsi fungsi fungsi Tidak
17 0,546 valid 0,575 sedang 0,9 baik D 0% 5% 37,5% 57,5%
sekali Tidak fungsi fungsi fungsi
18 0,437 valid 0,475 sedang 0,4 baik C 0% 0% 47,5% 52,5%
Tidak Tidak fungsi fungsi
19 0,646 valid 0,475 sedang 0,6 baik B 0% 47,5% 0% 52,5%
Tidak fungsi Tidak fungsi
20 0,258 In 0,65 sedang 0,4 baik B 25 % 65 % 5% 5%
valid fungsi fungsi fungsi fungsi
21 0,265 In 0,2 sukar 0,6 baik D 17,5 % 12,5% 25 % 45 %
valid fungsi fungsi fungsi fungsi
22 0,462 valid 0,55 sedang 0,6 baik A 55 % 45 % 0% 0%
fungsi fungsi Tidak Tidak
23 0,594 valid 0,55 sedang 0,8 baik C 0% 45 % 55 % 0%
sekali Tidak fungsi fungsi Tidak
24 0,377 valid 0,3 sedang 0,3 sedang C 20 % 50 % 30 % 0%
fungsi fungsi fungsi Tidak
25 0,29 In 0,7 mudah 0,3 sedang A 70 % 30 % 0% 0%
valid fungsi fungsi Tidak Tidak

Reliabilitas Soal-soal Valid: 0.9785


42

B. Pengujian Persyaratan Analisis


1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua sample berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Uji Normalitas yang digunakan adalah Uji
Liliefors dengan rumus L0 = Max F ( Z i ) − S ( Z i )

Kemudian diinterpretasikan dengan harga Lt (L tabel), kesimpulannya jika :


L0 < Lt : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
L0 > Lt : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Uji Normalitas dilakukan pada kedua sampel yakni kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
a. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
Pada kelompok eksperimen diperoleh harga mutlaknya yaitu Lo = 0,096. Dan
diketahui bahwa n = 35, dikonsultasikan harga Lo dengan Lt pada taraf
signifikansi 5 %.
Dikarenakan jumlah n > 30 maka Lt = 0,886 = 0,886 = 0,14976
35 5,916
Karena Lo < Lt ( 0,096 < 0,14976 ) maka dapat disimpulkan bahwa sampel
kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Kelompok Kontrol


Pada kelompok kontrol diperoleh harga mutlaknya yaitu Lo =0,1507. Dan
diketahui bahwa n = 35, dikonsultasikan harga Lo dengan Lt pada taraf
signifikansi 5 %.
Dikarenakan jumlah n > 30 maka Lt = 0,886 = 0,886 = 0,14976
35 5,916
Karena Lo > Lt (0,1507 > 0,14976 ) maka dapat disimpulkan bahwa sampel
kelompok kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
43

( Tabel 3 )
Rekapitulasi Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Jumlah Taraf
Variabel Lo Lt Kesimpulan
sampel Signifikansi
kelompok
35 5% 0,096 0,14976 berdistribusi normal
eksperimen
kelompok
35 5% 0,1507 0,14976 tidak berdistribusi normal
kontrol

2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher dengan rumus:

Sb
2
2 n∑ fiXi 2 − (∑ fiXi ) 2
Fhitung = dimana S =
Sk
2
n(n − 1)

Keterangan: Fhitung : Homogenitas


Sb2 : Varians Terbesar
Sk2 : Varians Terkecil
Pada penghitungan Fhitung terlebih dahulu dihitung varians dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
a. Varians Kelompok Eksperimen

2 n∑ fiXi 2 − (∑ fiXi ) 2 35(222784) − (2784) 2


S = = = 39,314
n(n − 1) 35(35 − 1)
b. Varians Kelompok Kontrol

2 n∑ fiXi 2 − (∑ fiXi ) 2 35(212880) − (2716) 2


S = = = 62,306
n(n − 1) 35(35 − 1)
Berdasarkan perbandingan data statistik kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol diperoleh varians terbesar adalah nilai varians klompok
kontrol dan varians terkecil adalah nilai varians kelompok eksperimen,
maka Sb2 = 62,306 dan Sk2 = 39,314. Sehingga diperoleh :
2
Sb 62,306
Fhitung = 2
= = 1,58483
Sk 39,314
44

Dan nilai Fhitung dikonsultasikan dengan nilai Ftabel = 1,764 pada taraf
signifikan  = 0,05. Karena Fhitung < Ftabel, yaitu1,58483 <1,764 maka Ho
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dari kedua kelompok
tersebut memiliki varians Homogen.

( Tabel 4 )
Rekapitulasi Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Varians
Taraf
Kelompok Kelompok Fhitung Ftabel Kesimpulan
Signifikansi
Eksperimen Kontrol

kedua kelompok
62,306 39,314 0,05 1,58483 1,764 tersebut memiliki
varians Homogen

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan


1. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan Uji “t”. Sampel yang diteliti berasal
dari kelompok yang berbeda dan tidak berhubungan dengan jumlah 35.
Dikarenakan sampel berjumlah lebih dari 30 maka digunakan rumus Uji “t”
untuk sampel besar yang kedua sampelnya tidak saling berhubungan, dengan
rumus:
thitung = M1 - M2
SEM1-M2
Keterangan :
thitung : nilai thitung
M1 : Mean dari Mean Variable I (kelompok eksperimen)
M2 : Mean dari Mean Variable II (kelompok kontrol)
SEM1-M2 : Standard Error perbedaan Mean Variabel I dan Mean
Variabel II
45

Dan kriteria pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah:


Jika thitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika thitung > ttabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima
Pada penghitungan thitung diperoleh nilai thitung = 1,237. Dengan derajat
bebas (df atau db) = (N1+N2-2) = 35+35-2 =68 (konsultasi table nilai thitung).
Ternyata dalam tabel tidak ditemui df sebesar 68, karena itu dipergunakan df
yang terdekat, yaitu df = 70. Dengan df sebesar 70 diperoleh ttabel sebagai
berikut:
- pada taraf signifikansi 5 %, ttabel = 2,00
- pada taraf signifikansi 1 %, ttabel = 2,65
Karena ”t” yang diperoleh dalam perhitungan yaitu (thitung = 1,237) adalah
lebih kecil daripada ttabel baik pada taraf signifikansi 5 % maupun 1 % (pada
taraf signifikansi 5 % = thitung < ttabel = 1,237 < 2,00 dan pada taraf signifikansi
1 % = thitung < ttabel = 1,237 < 2,65 ) maka Hipotesis Nihil (Ho) diterima.
Berarti antara Variabel I dan Variabel II tidak terdapat perbedaan yang
signifikan. Diterimanya Ho, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran partisipatif
dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Pembelajaran partisipatif yang dieksperimentasikan tidak lebih baik jika
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Dapat disimpulkan, bahwa
tidak adanya pengaruh pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Pengujian hipotesis juga didukung dengan penghitungan persentase, nilai
dalam bentuk persen menunjukkan besarnya persentase pengaruh
pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Penghitungan persentase diaali dengan
penghitungan korelasi, dengan menggunakan rumus Product Moment :
r xy = n ∑ XY – ( ∑X )( ∑Y )
( n ∑X2 – ( ∑X )2 ) ( n ∑Y2 - ( ∑Y )2 )
= 35 x 216416 – (2716)(2784)
( 35 x 212880 – (2716)2 ) ( 35 x222784 – (2784) 2 )
46

= 7574560 – 7561344
( 7450800 – 7376656 ) ( 7797440 – 7750656 )
= 13216 = 0,22
58896,1
Setelah uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel X terhadap variabel Y dinyatakan dalam bentuk persen.
Maka digunakan rumus Koefisien of Determation atau Koefisien Penentu
yang dalam hal ini digunakan untuk memudahkan pemberian interpretasi
angka indeks korelai ”r” Product Moment di atas, sebagai berikut:
KD = r2 x 100 %
= (0,22)2 x 100 %
= 4,84 %
Menghitung Koefisien of Determation dimakudkan untuk mengetahui
besarnya pengaruh yang diberikan pembelajaran partisipatif terhadap hasil
belajar siswa. Dari perhitungan di atas diperoleh hasil Koefisien of
Determation sebesar 4,84 %. Hal ini menunjukkan bahwasanya variabel X
telah memberikan pengaruh sebesar 4,84 % terhadap variabel Y, sebesar
95,16 % menunjukkan bahwasanya 95,16 % dari pembelajaran partisipatif
terhadap hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor lain. Diantaranya
Kondisi siswa yang masih merasa kaku selama proses pembelajaran karena
belum terbiasa dengan tahap-tahap pembelajaran yang dianggap baru/ lain
dari yang biasa dilaksanakan guru-gurunya. Suasana didalam maupun diluar
kelas yang bising, kurang kondusif dan kurang mendukung. Alokasi waktu
yang kurang untuk mengkondisikan siswa benar-benar melaksanakan tahap-
tahap pembelajaran secara maksimal. Terbatasnya fokus penelitian hanya
pada kemampuan kognitif siswa, sedangkan untuk kemampuan lainnya tidak
diteliti.

2. Pembahasan Hasil Pengujian


Pengujian hipotesis di atas menyatakan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
47

partisipatif dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran


konvensional. Tidak terdapatnya perbedaan hasil belajar siswa antara kedua
kelompok tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh pembelajaran
partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Berdasarkan analisa penulis dan didukung pula oleh hasil pengamatan
selama berlangsungnya pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
penyebab yang menjadi kendala selama proses pembelajaran dengan
partisipatif, antara lain sebagian sisa belum dapat menggunakan tahap
perencanaan pembelajaran secara maksimal untuk benar-benar mengetahui
dan memahami apa dan bagaimana kebutuhan belajar (materi pokok
pelajaran), tujuan dan program selama proses pembelajaran yang akan
ditempuh. siswa masih terbiasa dengan proses pembelajaran yang sudah
diprogram guru dan langsung mengikutinya saja, tanpa ada keinginan untuk
mengetahui apa tujuan dari pembelajaran yang akan ditempuh. Padahal hal
tersebut sangat penting dalam memotivasi siswa mempersiapkan diri untuk
belajar.
Demikian pula pada tahap evaluasi pembelajaran, masih sedikit siswa
yang memanfaatkannya secara maksimal untuk menyatakan kesulitan/
hambatan dalam belajar. Padahal tahap tersebut seharusnya dijadikan sebagai
sarana siswa untuk dapat mengukur kemampuan/ tingkat keberhasilannya
dalam memahami materi yang telah diterimanya dan mengkonsultasikannya
dengan guru.
Kendala lain yang diduga sebagai penyebab kurang efektifnya
pelaksanaan proses pembelajaran dengan partisipatif adalah suasana didalam
maupun diluar kelas yang bising. Hal tersebut cukup mengganggu
konsentrasi siswa yang benar-benar ingin mengikuti proses pembelajaran.
Walaupun demikian, penulis telah berusaha semakimal mungkin untuk
mengendalikan kelas sehingga dapat berjalan dengan tertib selama proses
pembelajaran.
48

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa didapat informasi


bahwa siswa senang belajar dengan pembelajaran partisipatif karena
merupakan pengalaman belajar yang baru dan ”suasana belajarnya yang
nyaman” 1 mendorongnya untuk terus berusaha memahami sendiri materi
yang disampaikan. Beberapa siswa mengakui nilainya meningkat dan dapat
memahami pelajaran dengan baik. Begitu pula menurut diagnosa penulis
terhadap tingkat pemahaman siswa, terdapat beberapa siswa yang mengalami
peningkatan dalam pemahamannya terhadap pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Selain itu juga, proses pembelajaran dengan pembelajaran partisipatif
berhasil dalam menciptakan suasana belajar yang nyaman dan akrab, baik
antar siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Sehingga, siswa
termotivasi untuk terlibat dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar.
Siswa baik secara individu maupun kelompok tertantang untuk berusaha
memahami materi yang disampaikan. Dan siswa secara bertahap dapat
memanfaatkan fungsi kelompok dalam kegiatan belajar untuk saling belajar,
berani mengajukan pendapat, pertanyaan dan jawaban.
Dengan demikian, walaupun belum diperoleh hasil yang secara signifikan
menyatakan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran partisipatif terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Pembelajaran partisipatif dapat dijadikan salah satu alternatif dalam memilih
variasi pembelajaran dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah.

D. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna, karena penelitian ini masih
mempunyai beberapa keterbatasan, diantaranya :
1. Kondisi siswa yang masih merasa kaku selama proses pembelajaran karena
belum terbiasa dengan tahap-tahap pembelajaran yang dianggap baru/ lain dari
yang biasa dilaksanakan guru-gurunya.

1
Wawancara dengan siswa, Diarika Mayaranti, selasa 25 mei 2010, pukul 15.00
49

2. Suasana didalam maupun diluar kelas yang bising, kurang kondusif dan kurang
mendukung.
3. Alokasi waktu yang kurang untuk mengkondisikan siswa benar-benar
melaksanakan tahap-tahap pembelajaran secara maksimal.
4. Terbatasnya fokus penelitian hanya pada kemampuan kognitif siswa,
sedangkan untuk kemampuan lainnya tidak diteliti.
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan landasan teori dan pelaksanaan penelitian mengenai Pengaruh


Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil Belajar Siswa pada mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 135 Jakarta Timur, yang telah
diungkapkan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis mengemukakan
beberapa kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari penelitian
yang dilakukan mengenai ” Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil
Belajar Siswa pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam”, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengamatan penulis, aktivitas siswa selama proses pembelajaran
dengan partisipatif cukup aktif dan sebagian besar siswa ingin berpartisipasi
dalam proses pembelajaran. Secara umum tingkat pencapaian hasil belajar
kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol, yakni terlihat
dari nilai rata-rata (mean) kelompok eksperimen = 79,7 dan kelompok
kontrol = 77,6. walaupun rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi, tetapi
tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Dan Berdasarkan penghitungan
dengan uji ”t” terkait Pengaruh Pembelajaran Partisipatif terhadap Hasil
Belajar Siswa pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka diperoleh
nilai ”t” yang diperoleh dalam perhitungan yaitu (thitung = 1,237) adalah lebih

50
51

kecil daripada ttabel baik pada taraf signifikansi 5 % maupun 1 % (pada taraf
signifikansi 5 % = thitung < ttabel = 1,237 < 2,00 dan pada taraf signifikansi 1 %
= thitung < ttabel = 1,237 < 2,65 ) maka Hipotesis Nihil (Ho) diterima. Berarti
antara Variabel I dan Variabel II tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Diterimanya Ho, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa yang menggunakan pembelajaran partisipatif dengan hasil
belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran
partisipatif yang dieksperimentasikan tidak lebih baik jika dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional. Dapat disimpulkan, bahwa tidak adanya
pengaruh pembelajaran partisipatif terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa hendaknya selalu berusaha untuk memahami sendiri materi yang
disampaikan, memanfaatkan kelompok belajar dengan sebaik-baiknya dan
senantiasa melakukan evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan yang
telah dicapai.
2. Bagi guru hendaknya memberikan kesempatan remedial kepada siswa yang
masih belum memahami materi pelajaran dasar atau bahkan siswa yang
berkemampuan kurang, sehingga siswa tidak semakin kesulitan memahami
materi pelajaran selanjutnya.
3. Agar pembelajaran partisipatif dapat digunakan secara maksimal, maka guru
harus melakukan hal-hal berikut:
a. Kemukakan terlebih dahulu pembelajaran yang akan digunakan.
b. Arahkan siswa agar ikut terlibat dalam tahap perencanaan pembelajaran.
Tampung dan pertimbangkan bersama-sama setiap aspirasi siswa.
c. Ciptakan suasana yang nyaman dan akrab untuk memotivasi terus agar
siswa aktif selama tahap proses pembelajaran.
52

d. Ajaklah siswa untuk mengevaluasi tingkat keberhasilannya dalam


memahami materi, baik secara tulisan maupun lisan.
e. Berikan alokasi waktu yang cukup untuk setiap tahap pembelajaran,
bahkan jika memungkinkan gunakan waktu di luar jam pelajaran.
4. Bagi pihak sekolah, hendaknya menggunakan variasi pembelajaran dalam
proses pembelajaran, salah satunya yaitu pembelajaran partisipatif untuk
menciptakan suasana belajar yang nyaman dan akrab bagi siswa, sehingga
mendorong siswa untuk ikut terlibat dan merasa memiliki kegiatan belajar
yang diikutinya.
5. Penulis menyadari dalam penelitian ini, masih terdapat hal yang harus
diperbaiki. Tidak menutup kemungkinan bagi pihak lain yakni masyarakat
pada umumnya untuk melakukan penelitian lanjutan. Guna memperoleh hasil
penelitian yang lebih baik lagi.
53

DAFTAR PUSTAKA

Abdur Rahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesusilaan Belajar, Jakarta:


PT. Rineka Cipta, 004
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
1993
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 2002
Asma, Nur, Model Pembelajaran Kooperatif, Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional, Dirjen Dikti, Direktorat Ketenagaan, 2006
Darajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, Jakarta: A.H. Ba’adillah Press,
Cet. I 2002
Darajat, Zakiah., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, Cet. I, 1995
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahan, Semarang:
CV. Adi Grafika, 1994
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 – Panduan Belajar KBK, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2005
H. D. Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah
Production, 2005
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006
Harsanto, Radno, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius, 2007
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006
Majid, Abdul, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. III
2006
Marimba, Ahmad.D, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: al-Ma’arif, 1980
Penjelasan UU Republik Indonesia, Nomor 2. Tahun 1989, tentang Sistem
Pendidikan Nasional
54

Purwanto, M. Ngalim, Psiklogi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000


S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta:
Bumi Aksara, 2006
Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan Jakarta: Pedoman Ilmu Jiwa, 1996
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2003
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Brorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006
Sudijono, Anas, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996
Sudijono, Anas, Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdikarya, 2005
Sujana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1989
Sutardi, Didi, Pembaharuan dalam PBM di SD, Bandung: UPI Press, 2007
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2001
Tafsir, Ahmad, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya1990
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bandung: Citra Umbara, 2003
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1976
W.s. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia,1976
Yamin, Martinis, Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung
Persada Press, cet.6, 2009
http://74.125.153.132/search Model-Pembelajaran- Sosial+model+partisipator, 31
maret 2010

Anda mungkin juga menyukai