SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
Nervi Pradewi
NIM: 106011000035
Nervi Pradewi
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
بسم ا اهلل الرّ حمن ال ّر حيم
ii
5. Drs. Rusli Ishaq, M.Pd. sebagai Kepala MTs Pembangunan UIN Jakarta, yang
telah memberikan kemudahan dalam pengizinan penelitian di sekolahnya,
sehingga penelitian ini dapat dilakukan dengan lancer pada sekolah tersebut.
6. Abdul Mutaqin, S.Ag sebagai guru bidang studi sejarah kebudayaan Islam,
yang banyak membantu serta member arahan kepada penulis dalam penelitian
di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
7. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
terutama untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah
memberikan kontribusi pemikiran melalui pengajaran dan diskusi yang
berkaitan dengan skripsi ini.
9. Untuk adik-adikku tercinta Endah, Merlin, dan Faiq, yang telah memberikan
warna-warni kehidupan dan semangat serta inspirasi yang sangat berharga
bagi penulis.
10. Sobat Ucruters K’ Lulu, dan Erika juga teman kostanku Uyunk, Pepet, Didiy,
serta Tim Rockers yang lainnya, yang turut membantu saat penulis
menemukan kesulitan dalam penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman Paduan Suara Tarbiyah (PST), yang telah memberikan aku
waktu luang untuk vakum sementara demi suksesnya skripsi ini.
12. Sahabatku kelas A Nadia, Neneng, Indah, Pipit, Sanah, Neng serta “Shohibul
Alif” yang tak dapat disebutkan satu persatu, juga teman-teman kelas
peminatan Sejarah (History Community), yang telah memberikan sumbangsih
pemikiran dan pengalaman yang indah untuk penulis.
13. Teman-teman jurusan PAI lainnya terutama nduL, Goni, Aji, Acong, serta
Evi, dan Mpeb yang turut membantu penulis sampai rampungnya
kepengurusan masalah skripsi ini.
14. Annida, Alsa, Haidir, dan Umar, terimaksih atas perkenalan sekaligus
bantuannya dalam memberikan jawaban atas wawancara dalam penelitian ini.
iii
Tiada kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih penulis selain
“Jazâkumullah Khairan Katsîran” semoga kebaikan dari semua pihak dibalas
Allah dengan berlipat ganda. Amiin..
Akhirnya semoga toresan karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
diri saya sendiri khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis
Nervi Pradewi
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 8
C. Pembatasan Maslaah ................................................................ 9
D. Perumusan Masalah ................................................................. 9
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ..................................... 10
v
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sejarah
Kebudayaan Islam ........................................................... 32
3. Aktivitas Belajar .................................................................. 36
a. Pengertian Aktivitas ........................................................ 36
b. Tujuan Pembelajaran yang Berorientasikan pada
Aktivitas Siswa ............................................................... 37
c. Macam-macam Aktivitas ................................................ 37
d. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ................................... 39
B. Kerangka Berpikir .................................................................. 40
C. Pengajuan Hipotesis Penelitian .............................................. 41
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 4.17 Berkaitan dengan Mengeluarkan Pendapat ............................................ 76
Tabel 4.18 Berkaitan dengan Mendengarkan ........................................................... 77
Tabel 4.19 Berkaitan dengan Menyimak .................................................................. 77
Tabel 4.20 Berkaitan dengan Mencatat ..................................................................... 78
Tabel 4.21 Berkaitan dengan Mengerjakan Tugas .................................................... 79
Tabel 4.22 Berkaitan dengan Menaruh Minat ........................................................... 79
Tabel 4.23 Berkaitan dengan Tidak Merasa Bosan .................................................. 80
Tabel 4.24 Tingkat Skala Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan Indikator ............... 81
Tabel 4.25 Data Kelompok ...................................................................................... 84
Tabel 4.26 Nilai Hasil Perhitungan .......................................................................... 85
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Afnil Guza (ed.), Undang-undang Sisdiknas (UU RI No 20 Tahun 2003) dan Undang-
undang Guru dan Dosen (UU RI No 14 Tahun 2005) (Jakarta: Asa Mandiri, 2009), h. 2.
2
Guza, Undang-undang Sisdiknas…, h. 61
1
2
...
Artinya: “Dikabarkan Abdan, dari Abdullah, kepada Yunus Anijuhri
berkata :telah dikabarkan kepada Abu Salamah bin Abdurrahman
dari Abu Hurairah r.a. Nabi bersabda: tidak ada anak yang
dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah (kesucian) maka kedua
orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai seorang Yahudi,
Nasrani, atau Majusi…” (HR. Bukhari).4
3
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), ed.5,
h. 243-244
4
Syaikh Abdul Aziz, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-Fikr, tth), h. 118.
3
5
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: PT Bumi Aksara, 2009), h. 9.
6
Guza, Undang-undang Sisdiknas…, h. 61.
4
7
Guza, Undang-undang Sisdiknas…, h. 109.
5
jika tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas
yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar.8
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran,
dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan
proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Menurut Frobel dalam buku Sardiman, A.M. mengatakan bahwa anak itu
harus bekerja sendiri. Untuk memberikan motivasi, maka dipopulerkan
semboyan berpikir dan berbuat. Dimana dinamika kehidupan manusia,
berpikir dan berbuat adalah salah satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Begitupun dalam belajar tentu tidak akan mungkin untuk meninggalkan dua
kegiatan tersebut yakni berpikir dan berbuat.9
Mengenai keaktifan itu sendiri Robert M. Gagne memberikan batasan
lewat lima macam kemampuan hasil belajar, yaitu10:
1. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari
sistem lingkungan skolastik)
2. Teknik kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang dalam arti
seluas-luasnya, termasuk memecahkan suatu masalah
3. Informasi verbal, pengetahuan dalam informasi dan fakta
4. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah
5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang
dimiliki seseorang
Dalam Islam, aktivitas belajar merupakan suatu yang penting dalam
pendidikan. Mengingat betapa pentingnya aktivitas belajar ini, sehingga
wahyu yang pertama diturunkan oleh Allah Swt, kepada rasulnya adalah
berkenaan dengan masalah aktivitas belajar, nabi pun melakukan aktivitas
belajar dengan bantuan bimbingan malaikat Jibril yang berupa surat al-„Alaq
ayat 1-5 yang berbunyi :
8
S. Nasution , Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1986), ed. ke-5, h. 88-89.
9
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2007), h. 96.
10
J.J. Hasibuan et.al., Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995),
cet.ke-6, h. 5.
6
11
Suhatman, “Pentingnya Pendidikan Agama Islam”, dari
http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html, 7
Januari 2009 diakses pada 1 September 2010
7
peristiwa tanpa arti sama sekali. Tapi bagi generasi penerus bisa dijadikan
cerminan diri, sumber pengalaman, dan pelajaran yang tidak ternilai harganya
untuk bekal meneruskan perjuangan dimasa mendatang. Untuk itu diperlukan
adanya model pembelajaran yang dapat membantu siswa menjadi aktif dalam
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
Anita Lie, dalam bukunya menjelaskan sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran
gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak
sebagai fasilitator.12
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model cooperative
learning ini merupakan salah satu cara dimana siswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok belajar yang menuntut siswa untuk lebih aktif dikelas,
sehingga pembelajaran menjadi optimal. Dengan demikian model ini efektif
digunakan dalam kelas. Dari sini saya akan meneliti sejauh mana model
pembelajaran ini mempengaruhi keaktifan siswa pada mata pelajaran SKI.
Peneliti akan memberi judul: “Pengaruh Penerapan Model Cooperative
Learning dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs Pembangunan UIN
Jakarta”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Masih banyaknya guru Sejarah Kebudayaan Islam yang belum berhasil
dalam merencanakan program pengajaran secara baik
2. Terbatasnya buku-buku pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang menarik
minat untuk dipelajari, karena isinya terlalu dominan teks
12
Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang
Kelas, (Jakarta: PT.Grasindo, 2010), cet ke-7, h. 12
9
C. Pembatasan Masalah
Setelah penulis mengemukakan identifikasi masalah di atas, dapatlah
terlihat luasnya permasalahan yang di dapat. Untuk itu supaya memperjelas
dan memberikan arah yang tepat dalam pembahasan skripsi, maka penulis
berusaha memberikan batasan sesuai dengan judul, yaitu sebagai berikut:
1. Selama ini penerapan metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
menjadikan siswa pasif, mungkin penerapan model cooperative learning
dalam mata pelajaran tersebut dapat menjadi alternatif dalam upaya
peningkatan aktivitas belajar siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dijabarkan di atas maka
permasalahan dapat dirumuskan yaitu:
1. Bagaimanakah pelaksanaan penerapan model Cooperative Learning pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs Pembangunan
UIN Jakarta?
2. Apakah model Cooperative Learning pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) di MTs Pembangunan UIN Jakarta dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa?
10
A. Landasan Teori
1. Cooperative Learning
a. Pengertian Cooperative Learning
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan
dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya
pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektifitas
kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.1 Adapun pihak yang
terlibat dalam kegiatan pembelajaran yaitu pendidik dan peserta didik
yang keduanya berinteraksi secara edukatif antara satu dengan yang
lainnya.
Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah
satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada faham konstruktivis,
dimana dalam hal pembelajaran ini diharapkan dapat membangun
interaksi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.2
Cooperative learning merupakan sebuah model pembelajaran
yang sengaja diciptakan untuk mencapai pembelajaran yang maksimal
di dalam ruang kelas. Model ini diteliti sekitar pada tahun 1970-an.
1
Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta,
2010), cet. ke-3, h. 11
2
Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas…, h. 11-12
11
12
3
Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media,
2008), cet ke-3, h. 9
4
Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas…, h. 15-17
13
5
Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang
Kelas, (Jakarta: PT.Grasindo, 2010), cet ke-7, h. 12
6
Retno Widyaningrum, “Strategi Pengajaran yang Berasosiakan dengan Pembelajaran
Kontekstual” dalam Cendekia Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, Ponorogo, Vol. 3 No. 2
Juli Desember 2005, h. 6
7
Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset… h. 10
14
8
Slavin, Cooperative Learning: Teori,…, h. 34
9
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasikan Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), cet. ke-1, h. 43-44
15
Penjelasan terperinci
(penjelasan oleh
teman)
Pembenaran dan
koreksi oleh teman
10
Samsul, “Jurnal Model Pembelajaran Cooperative Learning”, dari
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:O0IwBDgeSlwJ:www.unjabisnis.com/20
10/04/jurnal-model-pembelajaran-kooperatif-
learning.html+tujuan+pembelajaran+kooperatif&cd=10&hl= id&ct=clnk&gl=id, 08 April 2010
18
11
Fathi Ashtiani, “A Comparison of the Cooperative Learning Model and Traditional
Learning Model on Academic Achievement”, dari:
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:P3
Tb0MUJMZ4J:scialert.net/fulltext/%3Fdoi%3Djas.2007.137.140+slavin+say+cooperative+learnin
g+is+meaning&cd=7&hl=id&ct=clnk&gl=id. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2010
19
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2007), cet. ke-2, h. 242-244
20
13
Louis Cohen, et.al, A Guide to Teaching Practice, (New York: RoutledgeFalmer, 2004),
ed. ke-5, h. 179.
21
14
Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative…, h. 31-35
23
15
Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative…, h. 54-70
26
16
Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative…, h. 48-51
17
Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative…, h. 38-39
28
18
Abdul Majid, Pengelolaan Kelas, dari:
http://santridaruz.blogspot.com/2008/05/pengelolaan-kelas.html, diakses pada tanggal 13 Oktober
2010
19
Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative…, h. 52
29
20
Slavin, Cooperative Learning: Teori,…, h. 258-260
21
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai
Pustaka, 2007), ed. ke-3, cet. ke- 4, h. 1011
22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar…, h. 170
23
Latifah, “Efektifitas Pelaksanaan Quantum Learning untuk meningkatkan Hasil Belajar
Sejarah Kebudayaan Islam”, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:
Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 13
30
26
http://www.scribd.com/doc/11712482/08Lampiran-3bBab-Vii-Sk-Kd-Pai-Dan-Bhs-Arab-
Tk-MTs. diakses pada tanggal 15 Oktober 2010
27
http://www.scribd.com/doc/11712482/08Lampiran-3bBab-Vii-Sk-Kd-Pai-Dan-Bhs-Arab-
Tk-MTs. diakses pada tanggal 15 Oktober 2010
32
Tabel 2.3
Kelas VII semester II
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami sejarah 1.1 Menceritakan berbagai prestasi
perkembangan Islam pada yang dicapai oleh
masa Khulafaurrasyidin Khulafaurrasyidin
1.2 Mengambil ibrah dari prestasi-
prestasi yang dicapai oleh
Khulafaurrasyidin untuk masa
kini dan yang akan datang
1.3 Meneladani gaya kepemimpinan
Khulafaurrasyidin
Tabel 2.4
Kelas VIII semester I
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami perkembangan 1.1 Menceritakan sejarah berdirinya
Islam pada masa Bani Daulah Abbasiyah
Abbasiyah 1.2 Mendeskripsikan perkembangan
kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Bani Abbasiyah
1.3 Mengidentifikasi tokoh ilmuwan
muslim dan perannya dalam
kemajuan kebudayaan/peradaban
Islam pada masa Bani Abbasiyah
1.4 Mengambil ibrah dari
perkembangan
kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Bani Abbasiyah untuk masa
kini dan yang akan datang
1.5 Meneladani ketekunan dan
kegigihan Bani Abbasiyah
Tabel 2.5
Kelas VIII semester II
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
2. Memahami perkembangan 2.1 Menceritakan sejarah berdirinya
Islam pada masa Dinasti Al Dinasti al-Ayyubiyah
Ayyubiyah 2.2 Mendeskripsikan perkembangan
kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Dinasti al-Ayyubiyah
2.3 Mengidentifikasi tokoh ilmuwan
muslim dan perannya dalam
kemajuan kebudayaan/peradaban
Islam pada masa Dinasti Al
Ayyubiyah
2.4 Mengambil ibrah dari
perkembangan
kebudayaan/peradaban Islam pada
masa Dinasti al-Ayyubiyah untuk
masa kini dan yang akan datang
2.5 Meneladani sikap keperwiraan
Shalahuddin al-Ayyubi
35
Tabel 2.6
Kelas IX semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami perkembangan 1.1 Menceritakan sejarah masuknya
Islam di Indonesia Islam di Nusantara melalui
perdagangan, sosial, dan
pengajaran
1.2 Menceritakan sejarah beberapa
kerajaan Islam di Jawa, Sumatera,
dan Sulawesi
1.3 Mengidentifikasi para tokoh dan
perannya dalam perkembangan
Islam di Indonesia
1.4 Meneladani semangat para tokoh
yang berperan dalam
perkembangan Islam di Indonesia
Tabel 2.7
Kelas IX semester II
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami sejarah tradisi 1.1 Menceritakan seni budaya lokal
Islam Nusantara sebagai bagian dari tradisi Islam
1.1 Memberikan apresiasi terhadap
tradisi dan upacara adat kesukuan
Nusantara
3. Aktivitas Belajar
a. Pengertian Aktivitas
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan
belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada
siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
terciptalah situasi belajar aktif.,
Sardiman AM (2004), yang menganggap bahwa sekolah adalah
salah satu pusat kegiatan belajar karena merupakan arena untuk
36
29
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2007), h. 100
30
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi..., h. 97
31
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi..., h. 100
37
c. Macam-macam Aktivitas
Oemar Hamalik mengatakan dalam bukunya, “pengajaran yang
efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri
atau melakukan aktivitas sendiri”.33 Mengingat aktivitas belajar tersebut
merupakan credit point siswa dalam mencapai nilai yang baik.
Beberapa contoh aktivitas belajar, meliputi34:
a. Mendengarkan
b. Memandang
c. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap
d. Menulis atau mencatat
e. Membaca
f. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi
g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan
h. Menyusun paper atau kertas kerja
i. Mengingat
32
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana, 2008),
cet. ke-1, h. 181
33
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 171
34
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991),
cet. 1, h. 125-129
38
j. Berpikir
k. Latihan atau praktek
Paul B Dierdrich (2007) membuat suatu daftar yang berisi 177
macam kegiatan siswa yang merupakan jenis-jenis aktivitas antara
lain35:
1) Visual activities seperti: membaca, memperhatikan, menggambar,
mendemonstrasikan, percobaan pekerjaan orang lain.
2) Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberii saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview,
diskusi, interupsi.
3) Listening activities seperti: mendengarkan uraian, percakapan
diskusi, pidato.
4) Writing activities seperti: menulis cerita, karangan, laporan, tes,
angket, menyalin.
5) Drawing activities seperti: menggambar, membuat grafik, peta
diagram, pola.
6) Motor activities seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang.
7) Mental activities seperti: menanggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang, gugup.
Terkait dengan judul yang akan diteliti, maka dalam penelitian ini
hanya akan dibahas beberapa aktivitas. Penelitian ini akan lebih
cenderung kepada oral activities yaitu seperti menyatakan,
merumuskan, bertanya, mengeluarkan pendapat, diskusi. Namun dalam
pencapaian aktivitas itu juga didalamnya juga terkait 4 aktivitas lainnya
yaitu Visual activities, Listening activities, Writing activities, dan
Emotional activities.
35
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi..., h. 101
39
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju
kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral.
Oleh karena itu, maka proses pendidikan bukan hanya mengembangkan
intelektual saja, akan tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak
36
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar…, h. 175
40
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian.1 Dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam
dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yaitu model
cooperative learning, yang diberi simbol sebagai variabel (X).
2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu aktivitas belajar
siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diberi simbol
sebagai variabel (Y).
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti disini adalah metode penelitian ex
post facto. Ex post facto artinya “dari sesudah fakta”, ex post facto sebagai
metode penelitian yang menunjuk kepada perlakuan atau manipulasi variabel
bebas X telah terjadi sebelumnya sehingga peneliti tidak perlu memberikan
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), cet. ke-16, h. 118
42
43
2
Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,(Bandung: Sinar Baru Offset,
1989), Cet.1, h. 56
44
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian …,. h. 115
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian …, h. 117
5
Nuraida, Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research
Publishing, 2009), cet. 1, h. 89
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian …, h. 134
45
Tabel 3.1
Data Populasi dan Sampel
No Kelas Jumlah Populasi Sampel
Siswa
1 IX 228 228 34
7
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yoyakarta: Andi Offset, 1994), cet ke-20, h. 136.
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 229
46
2. Wawancara
Wawancara yang biasa juga disebut dengan interview atau kuesioner
lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari narasumber. Wawancara
digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk
mencari data variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,
perhatian, sikap terhadap sesuatu. Secara garis besar ada dua macam
pedoman wawancara, yaitu:
a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas
pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis
pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara.
Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. jenis
wawancara ini cocok untuk penelitian kasus.
b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.
Pewawancara tinggal membubuhkan tanda ( √ ) pada nomor yang
sesuai.
Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk “semi
structured”. Dalam hal ini mula-mula interviewer menanyakan serentetatn
pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam
dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang
diperoleh bias meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap
dan mendalam.9
Wawancara dalam penelitian ini berfungsi sebagai pelengkap yang
dilakukan dengan berdialog dan tanya jawab kepada guru bidang studi
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan 4 orang siswa kelas IX di MTs
Pembangunan UIN Jakarta.
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 155-227
47
3. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Jenis angket yang digunakan oleh
peneliti adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan
jawabannya sehingga responden tinggal memilih.10 Maksudnya, angket
yang menghendaki jawaban pendek atau jawabannya diberikan dengan
membubuhkan tanda tertentu. Daftar pertanyaan disusun dengan disertai
alternatif jawabannya, responden diminta untuk memilih salah satu
jawaban atau lebih dari alternatif yang sudah disediakan. Untuk
mendapatkan data yang komperhensif, angket ini dibagikan kepada siswa-
siswi kelas MTs Pembangunan UIN Jakarta yang menjadi responden.
Angket tersebut berisi pertanyaan seputar penerapan model cooperative
learning yang dilaksanakan di MTs Pembangunan UIN Jakarta dan
kegiatan belajar mengajar (KBM) secara aktivitas pada proses
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga
lebih mudah diolah. Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, maka
penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen, yaitu angket dan pedoman
wawancara.
1. Angket
Angket ini bersifat tertutup, yaitu jawaban yang diberikan sudah
ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan
memberikan jawab lain. Sedangkan alternatif jawaban yang digunakan
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 151-152
48
adalah selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK), dan tidak pernah
(TP).
Adapun angket yang disebarkan dalam bentuk pernyataan dimana
15 butir pernyataan untuk variabel X (penerapan model cooperative
learning) dan 15 butir pernyataan untuk variabel Y (aktivitas belajar siswa
SKI), sehingga total seluruh pernyataan ada 30 butir.
Adapun kisi-kisi instrumen angket ini pada masing-masing variabel
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian
Butir
Variabel Dimensi Indikator
Pernyataan
Penerapan a. Karakteristik Belajar secara kerja kelompok 1
model cooperative Kekompakan kerja kelompok 15
cooperative learning
learning b. Unsur-unsur Prinsip saling membantu 4,14
cooperative Tanggung jawab individu 13
Hasil yang maksimal
learning 6,11
Interaksi kelompok
c. Pengelolaan 10,12
Pembagian kelompok oleh
kelas 3,5,7,8
guru
cooperative
Semangat belajar cooperative
learning 2,9
learning
c. Listening Menyimak 24
activities Mencatat 16
Mengerjakan tugas 28
d. Writing Menaruh minat 18
act Tidak Merasa bosan 23,25
ivit 27
ies
e. Emotional
activities
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 168
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 168-169
50
x ' y ' (c
x ' )(c y ' )
rxy N
( SDx ' )( SD y ' )
Keterangan:
(dimana i-1)
N = Number of Cases13
Adapun kriteria validitasnya adalah sebagai berikut :
Apabila rhitung rtabel maka butir pernyataan tersebut dikatakan valid
valid
Hasil perhitungan koefisien korelasi per butir pernyataan
dikonsultasikan dengan rtabel dengan N = 34 dan df = 32 (34-2) dengan
13
Prof. Dr. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2008), ed. I, h. 220
14
Prof. Dr. Anas Sudijono, Pengantar Statistik…, h. 402
51
b. Uji Reliabilitas
Realibilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang
baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk
memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat
dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya
juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk
pada tingkat keterandalan sesuatu. reliabel artinya dapat dipercaya, jadi
dapat diandalkan.15 Peneliti akan menggunakan teknik pencarian
reliabilitas tersebut dengan menggunakan rumus alpha, yaitu:
2
k
r11 ( )(1 2b )
k 1 t
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pernyataan
b 12
2
= jumlah varians butir = varians
total16
2. Pedoman Wawancara
Untuk menunjang penelitian, peneliti juga menggunakan teknik
wawancara guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dan siswa di
MTs Pembangunan UIN Jakarta. Adapun hal-hal yang akan ditanyakan
adalah mengenai penerapan model cooperative learning, dan kondisi
belajar siswa saat diterapkan model cooperative learning.
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 178
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 196
52
17
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), h. 165
53
3. Tabulasi
Tabulasi adalah bagian terakhir dari pengolahan data. Maksud
tabulasi adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur
angka-angka serta menghitungnya.18
Setelah data-data diolah, langkah selanjutnya adalah menganalisis data.
Teknik analisis data yaitu peneliti berusaha untuk memberikan uraian
mengenai hasil penelitian. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
penerapan model cooperative learning dalam meningkatkan aktivitas belajar
siswa SKI.
Setelah angket melewati uji validitas dan uji reliabilitas, Langkah
selanjutnya adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberi skor dengan
menggunakan rumus prosentase sebagai berikut:
P = f x 100 %
N
Keterangan:
P = Angka Prosentase
f = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
N = Number of ceses (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
18
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif…, h. 168
54
2) Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya
yang diperoleh dari hasil penelitian. Adapun cara perhitungannya dengan
menggunakan rumus mean yaitu:
Mx
X
N
Keterangan:
Mx : Mean/nilai rata-rata
Tabel 3.4
Skala Penerapan Model Cooperative Learning dan
Skala Aktivitas Belajar Siswa SKI
No. Skor Keterangan
1 0% – 25% Rendah
2 26% - 50% Sedang
3 51% – 75% Tinggi
4 76% – 100% Sangat Tinggi
19
Nurbayati Suri, “Efektivitas Penggunaan Audio Visual Sebagai Media Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di SD al-Azhar 12 Cikarang-Bekasi”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syahid Jakarta, 2009), h. 53, t.d.
55
x ' y ' (c
x ' )(c y ' )
rxy N
( SDx ' )( SD y ' )
Keterangan:
x' y ' = Jumlah hasil perkalian silang (product moment) antara: frekuensi sel
(f) dengan x‟ dan y‟
cx ' = Nilai korelasi pada variabel X yang dapat dicari / diperoleh dengan
rumus: c x '
fx'
N
cy ' = Nilai korelasi pada variabel Y yang dapat dicari / diperoleh dengan
rumus: c x '
fy'
N
SDx ' = Deviasi standar skor X dalam arti tiap skor sebagai 1 unit (dimana i-
1)
SD y ' = Deviasi standar skor Y dalam arti tiap skor sebagai 1 unit (dimana i-
1)
N = Number of Cases20
Setelah diperoleh nilai " rxy " maka selanjutnya adalah memberikan
20
Prof. Dr. Anas Sudijono, Pengantar Statistik …, h. 220
56
Tabel 3.5
Interprestasi Terhadap Besarnya “r” Product Moment21
Besar “r” Product Interprestasi
Moment
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat
korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau
0,00 – 0,20 sangat rendah, sehingga korelasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan
variabel Y)
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
0,20 – 0,40
yang lemah atau yang rendah
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
0,40 – 0,70
yang sedang atau cukup
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
0,70 – 0,90
yang kuat atau tinggi
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
0,90 – 1,00
yang sangat kuat atau sangat tinggi
21
Prof. Dr. Anas Sudijono, Pengantar Statistik …, h. 193
57
22
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan …, h. 193-195
BAB IV
HASIL PENELITIAN
58
59
4. Tenaga Edukatif
Sampai saat ini tenaga edukatif pada MTs Pembangunan UIN
Jakarta berjumlah 38 orang.
tersebut. Adapun hasil dari uji coba instrument angket tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Uji Validitas
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Variabel X dan Variabel Y
Variabel X Variabel Y
(Penerapan model Cooperative Learning) (Aktivitas Belajar Siswa SKI)
Rhitung Rtabel Status Rhitung Rtabel Status
0.391 0.349 Valid 0.353 0.349 Valid
0.417 0.349 Valid 0.419 0.349 Valid
0.469 0.349 Valid 0.427 0.349 Valid
0.356 0.349 Valid 0.389 0.349 Valid
0.410 0.349 Valid 0.377 0.349 Valid
0.392 0.349 Valid 0.398 0.349 Valid
0.420 0.349 Valid 0.366 0.349 Valid
0.483 0.349 Valid 0.368 0.349 Valid
0.434 0.349 Valid 0.369 0.349 Valid
0.393 0.349 Valid 0.357 0.349 Valid
0.384 0.349 Valid 0.367 0.349 Valid
0.360 0.349 Valid 0.360 0.349 Valid
0.390 0.349 Valid 0.387 0.349 Valid
0.485 0.349 Valid 0.376 0.349 Valid
1 0.349 Valid 0.351 0.349 Valid
2. Uji Reliabilitas
Angket ini juga telah diuji tingkat reliabilitasnya dengan rumus
penghitungan Alpha. Dari rumus tersebut didapatkan r11 pada variabel X
sebesar 0,8182. Selanjutnya hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel r
61
product moment. Pada taraf signifikansi 5% adalah lebih besar dari rtabel
(0,8182 > 0,349) dan pada taraf signifikansi 1%, rxy adalah juga jauh lebih
1%, rxy adalah juga jauh lebih besar daripada rtabel (0,8439 > 0,449).
Karena pada kedua variabel tersebut mempunyai r11 yang lebih besar
daripada rtabel , maka dapat disimpulkan angket ini reliable.
J. Deskripsi Data
Data-data yang diperoleh oleh peneliti mengenai penerapan model
cooperative learning dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa ini melalui
instrumen angket. wawancara guru bidang studi, dan wawancara siswa.
Peneliti awalnya melakukan observasi terlebih dahulu dan meminta
konfirmasi kepada pihak sekolah (kepala sekolah). Melalui observasi
tersebut, didapatkan hasil bahwa kebanyakan guru bidang studi pada sekolah
tersebut telah menerapkan model cooperative learning.
Sesuai dengan trade mark mereka yang menitik beratkan pada basic
sains, pada pembelajaran sejarah kebudayaan Islam, siswa dalam
pembelajaran kooperatifnya pada akhirnya biasanya dianjurkan membuat
presentasi kelompok nantinya dengan memakai power point sesuai dengan
kreatifitas mereka.2 Melihat hal tersebut, peneliti merasa cocok untuk
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
Selanjutnya peneliti melakukan penyebaran angket hanya pada kelas IX
saja. Sesuai dengan anjuran dari guru bidang studi, karena kelas IX
merupakan kelas yang sudah menerapkan model cooperative learning secara
maksimal dibandingkan dengan tingkat kelas lain pada proses
pembelajarannya. Angket disebar pada 4-5 siswa di masing-masing 7 kelas
2
Wawancara guru bidang studi.
62
yaitu, IX-A, IX-B, IX-C, IX-D, IX-E, IX-F, dan IX-G. Peneliti memberikan
pertanyaan yang mencakup kedua variabel sebanyak 30.
Setelah data diperoleh dari hasil angket yang telah disebarkan kepada
responden, maka langkah selanjutnya yaitu menghitung hasil angket dengan
mencari angka prosentase.
Setuju 25 73,52%
Kurang Setuju 2 5,88%
Tidak Setuju 1 2,94%
Jumlah 34 100%
3
Wawancara guru bidang studi.
66
Setuju 21 61,76%
Kurang Setuju 3 8,82%
Tidak Setuju 2 5,88%
Jumlah 34 100%
4
Wawancara siswa
5
Wawancara siswa
67
Tabel. 4.9
Berkaitan dengan Pembagian Kelompok Oleh Guru
No. Pernyataan
3. Guru selalu membagi kelompok secara heterogen (menggabungkan
dari faktor jenis kelamin, tingkat kepandaian, dll) dalam penerapan
belajar kelompok (cooperative learning) dalam pembelajaran SKI
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 3 8,82%
Setuju 7 20,59%
Kurang Setuju 18 52,94%
Tidak Setuju 6 17,65
Jumlah 34 100%
5. Dalam belajar kelompok (cooperative learning) pembelajaran SKI,
setiap pimpinan/ketua kelompok dipilih secara demokratis
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 6 17,65%
Setuju 19 55,88%
Kurang Setuju 6 17,65%
Tidak Setuju 3 8,82%
Jumlah 34 100%
7. Dalam belajar kelompok (cooperative learning), setiap
pimpinan/ketua kelompok dipilih secara bergiliran pada tiap
pertemuan SKI
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 4 11,76%
Setuju 9 26,47%
Kurang Setuju 18 52,94%
Tidak Setuju 3 8,82%
Jumlah 34 100%
8. Pada saat belajar kelompok (cooperative learning) sedang
berlangsung, guru terus memantau proses diskusi antar siswa di tiap
69
kelompok
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 9 26,47%
Setuju 24 70,59%
Kurang Setuju 1 2,94%
Tidak Setuju - -
Jumlah 34 100%
Dalam hal ini, berkaitan dengan pembagian kelompok yang dilakukan oleh
guru bidang studi SKI di MTs Pembangunan UIN Jakarta. Telah diketahui
lebih dari setengah siswa (52,94%) tidak menyetujui bahwa guru SKI
melakukan pembagian kelompok secara heterogen. Lalu diketahui juga
lebih dari setengah siswa (55,88%) mengakui bahwa pemilihan pimpinan
kelompok dilakukan secara demokratis. Namun dalam hal ini siswa
mengakui bahwa biasanya pemilihan pemimpin kelompok dilakukan
hanya pada kelompok masing-masing saja, tanpa ditunjuk oleh guru.6
Pemilihan ketua/pimpinan kelompok dalam model ini sebenarnya cukup
dibutuhkan sedikit serius, karena guru dapat melatih siswa dalam
memimpin kelompoknya dengan baik seperti apa.
Pada prosentase angket ini, lebih dari setengah siswa (52,94%) tidak
menyetujui guru telah melakukan pimpinan kelompok secara bergiliran.
Lalu dalam hal pemantauan, sebagian besar siswa (70,59%) menyetujui
bahwa guru selalu memantau proses diskusi dalam pembelajaran
kelompok ini. Sejalan dengan hal ini empat orang siswa yang sudah
diwawancarai pun menyetujui bahwa guru bidang studi SKI sangat
memantau mereka saat pembelajaran kelompok ini berlangsung di kelas.
“Pak guru sangat memantau kami dan sering berkeliling melihat pekerjaan
kelompok kami. Terkadang memberi pengarahan bila ada yang belum
dimengerti.” Kata siswa.
6
Wawancara dengan siswa
70
Tabel. 4.10
Berkaitan dengan Semangat Belajar Cooperative Learning
No. Pernyataan
2. Setelah guru menerapkan belajar kelompok (cooperative learning)
di kelas, saya menjadi lebih aktif dalam pembelajaran SKI
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 6 17,65%
Setuju 17 50%
Kurang Setuju 8 23,53%
Tidak Setuju 3 8,82%
Jumlah 34 100%
9. Berdiskusi pada pembelajaran SKI, membuat saya lebih
bersemangat dan tidak mengantuk atau bosan saat di kelas
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat Setuju 4 11,76%
Setuju 22 64,70%
Kurang Setuju 7 20,59%
Tidak Setuju 1 2,94%
Jumlah 34 100%
jadi tidak monoton dan tidak gampang mengantuk”. Siswa 3: “Suka, tapi
tergantung pada teknik pembelajaran yang di pakai. Ada beberapa teknik
pembelajaran yang membuat saya suka sama pelajaran ini”. Dan siswa 4:
“Suka, karena dengan berdiskusi dengan teman menjadi lebih paham”.
Berdasarkan skor penelitian yang ada pada angket dan tingkat kategori
skala penerapan model cooperative learning pada bab III, maka dapat
disajikan besarnya tingkat skala tersebut secara terperinci berdasarkan
indikator penilaian di bawah ini.
Tabel 4.11
Tingkat Skala Penerapan Cooperative Learning Berdasarkan Indikator
Nilai Nilai
Variabel Indikator Harap Skor Ket
(NH) (NS)
1. Belajar Secara 113:34 3,32 Sangat
1x4 = 4 x100 % 83 %
Kelompok = 3,32 4 Tinggi
2. Kekompakan Kerja 107:34 3,15 Sangat
1x4 = 4 x100 % 78,75 %
Kelompok = 3,15 4 Tinggi
6,18
3. Prinsip Saling 210:34 x100 % 77 ,25 % Sangat
2x4 = 8 8
Membantu = 6,18 Tinggi
Dilihat dari total nilai setiap indikator yang ada, maka dapat disimpulkan
bahwa guru sangat menerapkan nilai, karakter, dan unsur-unsur dalam proses
72
tentang sejarah tokoh. Dalam hal ini saya bisa secara langsung memberikan
tugas kepada siswa” kata guru bidang studi SKI. 7
Mengenai teknik yang biasa digunakan dalam model cooperative
learning ini siswa juga mengakui ada beberapa teknik yang biasa dipakai oleh
guru. Tanpa mengetahui namanya mereka menjawab “Pak guru sering
menggunakan metode kelompokan dan membagikan kelompok dari awal
pertemuan. Tergantung materi yang ada, kadang pak guru membagikan hand
out tapi kadang juga pak guru memberikan suatu masalah yang kami harus
pecahkan (baik dalam bentuk soal atau pernyataan). Setelah itu kami
persentasikan atau berkunjung ke kelompok lain untuk memberi tahu masalah
kita pada kelompok tersebut”.8 Hal yang disampaikan oleh siswa ini
maksudnya adalah teknik jigsaw.
7
Wawancara guru bidang studi
8
Wawancara siswa
74
materi tersebut
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 2 5,88%
Sering 8 23,53%
Kadang-kadang 16 47,06%
Tidak Pernah 8 23,53%
Jumlah 34 100%
Dalam hal ini, ternyata tidak banyak siswa yang membaca materi
pelajaran SKI sebelum atau sesudah proses pembelajaran dilakukan
secara konsisten. Kebanyakan dari mereka hanya melakukannya kadang-
kadang saja, hal itu terlihat dari besarnya prosentasi di atas yaitu sebesar
52,94% dan 47,06%.
Tabel. 4.13
Berkaitan dengan Memperhatikan
No. Pernyataan
19. Saya memperhatikan guru, ketika guru sedang memberikan
contoh lewat gambar/media atau demonstrasi saat pembelajaran
berlangsung
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 12 35,29%
Sering 20 58,82%
Kadang-kadang 2 5,88%
Tidak Pernah - -
Jumlah 34 100%
9
Wawancara guru bidang studi
10
Wawancara guru bidang studi
76
Tabel. 4.15
Berkaitan dengan Menjawab
No. Pernyataan
22. Saya menjawab apa yang selalu guru tanyakan pada saya
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 4 11,76%
Sering 10 29,41%
Kadang-kadang 19 55,88%
Tidak Pernah 1 2,94%
Jumlah 34 100%
29. Saya selalu bersemangat dalam menjawab soal-soal seputar
pelajaran SKI
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 2 5,88%
Sering 6 17,64%
Kadang-kadang 25 73,53%
Tidak Pernah 1 2,94%
Jumlah 34 100%
Tabel. 4.16
Berkaitan dengan Diskusi
No. Pernyataan
30. Ketika ada tugas SKI yang tidak dimengerti, saya senang
berdiskusi dengan teman
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 8 23,53%
Sering 13 38,24%
Kadang-kadang 12 35,29%
Tidak Pernah 1 2,94%
Jumlah 34 100%
Tabel. 4.19
Berkaitan dengan Menyimak
No. Pernyataan
16. Saya menyimak setiap penjelasan pelajarn SKI yang diterangkan
oleh guru
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 6 17,65%
Sering 11 32,35%
Kadang-kadang 16 47,06%
Tidak Pernah 1 2,94%
Jumlah 34 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian siswa menjawab “sering”
menyimak penjelasan materi yang dilakukan oleh guru dengan
prosentase 32,35% dan ada juga sebagian besar menjawab “kadang-
kadang” dengan prosentase 47,06%. Kegiatan menyimak ini sangat perlu
dilakukan oleh siswa, karena sebagian besar pemahaman siswa tentang
materi pelajaran itu tergantung sejauh mana siswa menyimak.
Tabel. 4.20
Berkaitan dengan Mencatat
No. Pernyataan
28. Saya mencatat materi pelajaran SKI yang sudah disampaikan oleh
guru dan teman-teman
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 7 20,59%
Sering 9 26,47%
Kadang-kadang 16 47,06%
Tidak Pernah 2 5,88%
Jumlah 34 100%
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa sebagian besar siswa mengerjakan
tugasnya, hal ini dapat terlihat dari besarnya prosentase jawaban “sering”
sebesar 70,59%. Dapat disimpulkan bahwa siswa cukup rajin dalam
mengerjakan tugasnya. Dalam pembelajaran SKI ini guru bidang studi
mengakui bahwa sang guru mempunyai dua nilai untuk tugas masing-
masing siswa yaitu nilai pribadi/individu dan nilai kelompok.
Tabel. 4.22
Berkaitan dengan Menaruh Minat
No. Pernyataan
23. Saya senang saat belajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 5 14,71%
Sering 16 47,06%
Kadang-kadang 13 38,24%
Tidak Pernah - -
81
Jumlah 34 100%
25. Melalui diskusi atau belajar kelompok yang dibuat oleh guru
dalam pelajaran SKI, memudahkan saya dalam memahami
pelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 8 23,53%
Sering 17 50,00%
Kadang-kadang 9 26,47%
Tidak Pernah - -
Jumlah 34 100%
11
Wawancara guru bidang studi
82
89:34 = 2,62
3. Bertanya 1x4 = 4 x100 % 65,5% Tinggi
2,62 4
162:34 4,76
4. Menjawab 2x4 = 8 x100 % 59,5% Tinggi
= 4,76 8
96:34 = 2,82
5. Diskusi 1x4 = 4 x100 % 70,5% Tinggi
2,82 4
Aktivitas 6. Mengeluarkan 87:34 = 2,56
1x4 = 4 x100 % 64 % Tinggi
Belajar Pendapat 2,56 4
Siswa SKI 106:34 3,12 Sangat
7. Mendengarkan 1x4 = 4 x100 % 78 %
= 3,12 4 Tinggi
2,65
90:34 = x100 % 66,25 %
8. Menyimak 1x4 = 4 4 Tinggi
2,65
89:34 = 2,62
9. Mencatat 1x4 = 4 x100 % 65,5% Tinggi
2,62 4
3,06
10. Mengerjakan 104:34 x100 % 76,50 % Sangat
1x4 = 4 4
Tugas = 3,06 Tinggi
195:34 5,74
11. Menaruh Minat 2x4 = 8 x100 % 71,75 % Tinggi
= 5,74 8
83
2,41
12. Tidak Merasa 82:34 = x100 % 60,25 %
1x4 = 4 4 Tinggi
Bosan 2,41
39,97
x100 % 66,62 %
Total Nilai 60 39,97 60 Tinggi
Dilihat dari total nilai setiap indikator yang ada, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa MTs Pembangunan UIN Jakarta mempunyai
aktivitas belajar SKI yang tinggi. Sehubungan dengan aktivitas yang ada pada
MTs Pembangunan kelas IX ini, peneliti juga mendapatkan data lain melalui
hasil wawancara yang sebagiannya telah turut dideskripsikan dengan
penjelasan tabel di atas.
Guru bidang studi SKI mengakui pada setiap pertemuan mempunyai
catatan-catatan khusus siapa-siapa saja siswa yang mempunyai aktivitas
secara menonjol (bertanya atau mengeluarkan pendapat) dan sebaliknya,
karena nantinya aktivitas itulah akan dimasukan ke dalam nilai mereka.12
Catatan yang dimaksud juga telah dilampirkan dalam skripsi ini.
Selain itu guru bidang studi SKI juga mengakui mengenai penerapan
model cooperative learning ini kelebihannya, siswa mempunyai keterlibatan
secara penuh, karena siswa dapat dengan bebas mengeluarkan pendapatnya
sendiri dan dapat mengajarkannya (memberikan informasi yang ia tahu) pada
temannya, lalu kekurangannya yang terkadang masih ditemukan adalah masih
mengandalkan orang lain. Namun untuk menghindari adanya saling
mengandalkan, yang guru lakukan adalah menunjuk siswa yang pasif untuk
bertanya atau mengeluarkan pendapat, dan diusahakan siswa mempunyai
aktivitas belajar yang merata. Karena terkadang ada juga siswa yang baru
bertanya (pertanyaannya bagus) ketika baru ditunjuk.13
12
Wawancara guru bidang studi
13
Wawancara guru bidang studi
84
K. Analisis
Setelah angket diuji validitas dan reliabilitas, maka telah diketahui skor
dari masing-masing responden dan pada masing-masing variabel, yaitu
sebagai berikut:
x ' y ' (c
x ' )(c y ' )
rxy N
( SDx ' )( SD y ' )
- Variabel X R = H- L = 56 – 30 = 26
Variabel Y R = H – L = 52 – 29 = 23
- K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 34 = 5,83 dibulatkan 6
R 26
- Variabel X i = 4,3 dibulatkan 5
K 6
R 23
- Variabel Y i = 3,8 dibulatkan 4
K 6
Tabel 4.25
Data Kelompok
X Y
52 – 56 49 – 52
47 – 51 45 – 48
42 – 46 41 – 44
37 – 41 37 – 40
32 – 36 33 – 36
27 - 31 29 – 32
29- | 1 | 1
2 -2 -4 8 4
32 4 0
fx 1 0 7 16 6 4 =34 =14 =88 =55
x‟ -2 -1 0 +1 +2 +3
fx‟ -2 0 0 16 12 12 =38
2
fx‟ 4 0 0 16 24 36 =80
x‟y‟ 4 0 0 2 22 27 =55
fx' 38
fx' 2 80
fy' 14
fy' 2 88
fx' 38
2. Mencari Cx‟ Cx ' 1,12
N 34
fy' 14
Mencari Cy‟ Cy ' 0,41
N 34
fx' 2 fx'
2 2
80 38
3. - Mencari SDx‟ = i =1
N N 34 34
x ' y ' (c
x ' )(c y ' )
rxy N
( SDx ' )( SD y ' )
55
(1,12 )(0,41)
=
34
(1,047 )(1,556 )
L. Interpretasi Data
Untuk mengetahui apakah pengaruh pada penerapan model
cooperative learning dengan peningkatan aktivitas siswa belajar siswa
signifikan atau tidak maka nilai rxy atau r hasil perhitungan dibandingkan
dengan r tabel, sebelum membandingkannya terlebih dahulu dicari derajat
kebebasannya atau df (degrees of freedom) dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
df = N – nr
df = 34 – 2
= 32
Karena di dalam tabel nilai koefisien korelasi tidak terdapat df sebesar
32, maka diperoleh r tabel dengan df yang mendekati yaitu 30 pada taraf
signifikansi 5% sebesar 0,349 dan taraf signifikansi 1% sebesar 0,449.
Ternyata rxy jauh lebih besar daripada rtabel , pada taraf signifikansi 5%
adalah lebih besar dari rtabel (0,711 > 0,349) maka pada taraf signifikansi 5%
Ha diterima, ini berarti pada taraf 5% terdapat korelasi atau terdapat pengaruh
positif yang signifikansi antara variabel X dengan variabel Y.
Selanjutnya pada taraf signifikansi 1%, rxy adalah juga jauh lebih besar
daripada rtabel (0,711 > 0,449), maka pada taraf signifikansi 1% Ha diterima,
ini berarti pada taraf 1% terdapat korelasi atau pengaruh positif yang
signifikan antara variabel X dengan variabel Y.
88
Dari hasil konsultasi antara rxy dan rtabel maka peneliti berkesimpulan
0,711 berdasarkan interpretasi nilai, rxy berada pada rentangan antara 0,70 –
0,90 yang berarti antara variabel X dengan variabel Y yaitu antara Penerapan
model Cooperative Learning dengan Aktivitas Belajar Siswa MTs
Pembangunan UIN Jakarta memang terdapat korelasi/pengaruh yang kuat
atau tinggi.
Perhitungan koefisien determinasi (KD) yang peneliti manfaatkan untuk
mengetahui kontribusi variabel X dan variabel Y sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= (0,711)2 x 100%
= 0,505521 x 100%
= 50,5521 %
Jadi, angka koefisien penentu sebesar 50,5521% menunjukkan bahwa
kontribusi penerapan model cooperative learning dalam meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah
50,5521% sedangkan sisanya 49,4479% adalah sumbangan dari variabel lain
yang juga menunjang tingkat aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah kebudayaan Islam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan hasil penelitian
ini mengenai Penerapan Model Cooperative Learning dan Pengaruhnya
dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MTs Pembangunan UIN Jakarta, di antaranya sebagai
berikut:
1. Penerapan Model Cooperative Learning pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MTs Pembangunan UIN Jakarta, dilakukan dengan
menitikberatkan unsur-unsur penting sebuah kerja kelompok itu sendiri.
Perlunya sebuah kekompakan walaupun tetap harus mempunyai tanggung
jawab atas pekerjaannya sendiri, dan tetap kondusif walaupun bekerja
secara kelompok. Unsur-unsur penting inilah yang menjadi inti agar tetap
efektif dalam proses pembelajaran.
2. Angka koefisien penentu sebesar 50,5521% menunjukkan bahwa
kontribusi penerapan model cooperative learning dalam meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam
adalah 50,5521% sedangkan sisanya 49,4479% adalah sumbangan dari
variabel lain yang juga menunjang tingkat aktivitas belajar siswa pada
89
90
mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam. Dari sisni dapat terlihat bahwa
model cooperative learning yang merupakan salah satu faktor
peningkatan aktivitas belajar, mempunyai kontribusi besar dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada MTs Pembangunan Jakarta.
3. Dari hasil penelitian ini, diperoleh angka korelasi antara Penerapan Model
Cooperative Learning dengan Aktivitas Belajar Siswa atau rxy adalah
0,711 berdasarkan interpretasi nilai, rxy berada pada rentangan antara 0,70
– 0,90 yang berarti dapat diketahui bahwa terdapat korelasi positif yang
signifikan atau adanya hubungan antara Penerapan Model Cooperative
Learning dengan Aktivitas Belajar Siswa MTs Pembangunan UIN
Jakarta.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini beberapa saran yang dapat
diberikan, di antaranya sebagai berikut:
1. Perlunya seorang guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam lebih
kreatif dalam mengolah proses belajar mengajar yang menyenangkan,
sehingga siswa tidak merasa lagi bahwa pelajaran sejarah kebudayaan
Islam itu pelajaran yang membosankan atau monoton.
2. Perlunya sang guru memperkaya pengetahuannya tentang teknik-teknik
cooperative learning yang lainnya, karena sesungguhnya masih banyak
lagi teknik-teknik dalam pembelajaran kooperatif ini.
3. Dalam menerapkan model cooperative learning di kelas, hendaknya sang
guru juga dapat mengajarkan unsur kepemimpinan dalam kerja kelompok,
seperti pemilihan ketua kelompok yang bergantian agar siswa juga dapat
secara bergiliran belajar cara memimpin secara tidak langsung.
4. Agar proses pembelajaran kooperatif tetap berjalan secara optimal,
hendaknya guru melakukan pemantauan secara maksimal terhadap
aktivitas diskusi siswa. Selain itu agar guru mengetahui siswa mana yang
membutuhkan bantuan.
DAFTAR PUSTAKA
91
92
/search?q=cache:P3Tb0MUJMZ4J:scialert.net/fulltext/%3Fdoi%3Djas.200
7.137.140+slavin+say+cooperative+learning+is+meaning&cd=7&hl=id&c
t=clnk&gl=id
http://www.scribd.com/doc/11712482/08Lampiran-3bBab-Vii-Sk-Kd-Pai-Dan-
Bhs-Arab-Tk-MTs
Majid, Abdul, Pengelolaan Kelas, dari:http://santridaruz.blogspot.com/2008/05/
pengelolaan-kelas.html,
Samsul, “Jurnal Model Pembelajaran Cooperative Learning”, dari
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:O0IwBDgeSlwJ:
www.unjabisnis.com/2010/04/jurnal-model-pembelajaran-kooperatif-
learning.ht
ml+tujuan+pembelajaran+kooperatif&cd=10&hl=id&ct=clnk&gl=id,08
April 2010.
Suhatman, “Pentingnya Pendidikan Agama Islam”, dari
http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-
pendidikan-agama_1274.html, 7 Januari 2009 diakses pada 1 September
2010.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ANGKET PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP
AKTIVITAS BELAJAR SISWA
A. Petunjuk Pengisian
1. Isilah nama dan kelas anda pada tempat yang telah disediakan
2. Bacalah yang cermat setiap pernyataan dan pilihlah jawaban yang tersedia dengan
sejujur-jujurnya
3. Jawaban anda tidak akan mempengaruhi nilai apapun termasuk nilai rapor anda
4. Jawaban anda akan dirahasiakan
5. Berilah tanda ( X ) pada salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai
dengan keadaan sebenarnya, dengan ketentuan:
1 = Tidak Setuju
2 = Kurang Setuju
3= Setuju
4= Sangat Setuju
B. Identitas Siswa
Nama Lengkap :
Kelas :
C. Uraian Pertanyaan
JAWABAN
PERNYATAAN
PERNYATAAN
(VARIABEL X)
SS S KS TS
1. Dengan belajar secara kelompok (cooperative
learning) membuat tugas SKI biasanya menjadi
lebih ringan dikerjakan
2. Setelah guru menerapkan belajar kelompok
(cooperative learning) di kelas, saya menjadi lebih
aktif dalam pembelajaran SKI
3. Guru selalu membagi kelompok secara heterogen
(menggabungkan dari factor jenis kelamin, tingkat
kepandaian, dll) dalam penerapan belajar kelompok
(cooperative learning) dalam pembelajaran SKI
4. Bila ada teman kelompok saya ada masalah dengan
tugasnya, saya siap berusaha membantunya
5. Dalam belajar kelompok (cooperative learning)
pembelajaran SKI, setiap pimpinan/ketua kelompok
dipilih secara demokratis
6. Dengan belajar kelompok (cooperative learning),
saya menjadi lebih memahami dalam belajar SKI
7. Dalam belajar kelompok (cooperative learning),
setiap pimpinan/ketua kelompok dipilih secara
bergiliran pada tiap pertemuan SKI
Selanjutnya juga berilah tanda ( X ) pada salah satu jawaban yang anda anggap
paling sesuai dengan keadaan sebenarnya, dengan ketentuan:
1 = Tidak Pernah
2 = Kadang-kadang
3 = Sering
4 = Selalu
JAWABAN
PERNYATAAN
PERNYATAAN
(VARIABEL Y)
SL SR KK TP
16. Saya menyimak setiap penjelasan pelajarn SKI
yang diterangkan oleh guru
17. Saya membaca beberapa buku untuk menunjang
belajar SKI
18. Saya mencatat materi pelajaran SKI yang sudah
disampaikan oleh guru dan teman-teman
19. Saya memperhatikan guru, ketika guru sedang
memberikan contoh lewat gambar/media atau
demonstrasi saat pembelajaran berlangsung
1. Menurut bapak, apakah model Cooperative Leraning ini cocok diterapkan dalam pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam?
Jawab : Saya melihat, falsafah yang mendasari model pendidikan ini adalah falsafah homo
homini socius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Bentuk
Pembelajaran ini berupa model pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Saya menilai, pembelajaran SKI bisa menggunakan pendekatan ini, terutama
pada topik-topik yang memungkinkan siswa dapat bekerja sama untuk saling
berbagi informasi dan melengkapi temuan mereka kepada temannya yang lain.
Ada beberapa alasan mengapa perlu diterapkan model cooperative learning ini.
Alasan yang pertama, dikarenakan paradigma yang berkembang dari siswa
bahwa pelajaran ini cenderung membosankan dan yang kedua karena pelajaran
ini cenderung “banyak mengingat” seperti tanggal atau nama tokoh dan
sebagainya. Maka mengenai cocok atau tidaknya secara materi itu tergantung dari
sudut pandang yang ada, yang pasti dengan pembelajaran cooperative learning ini
masalah yang ada dalam tugas dapat dipecahkan bersama-sama dan dapat
membangun suasana baru dalam belajar.
2. Bagaimana penerapan model Cooperative Learning ini diterapkan dalam pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MTs Pembangunan UIN Jakarta ini?
Jawab : Saya sering menggunakan pembelajaran secara kooperatif dan membagi
kelompok kecil yang masing-masing kelompok berdiskusi dan berinteraksi
dengan temannya.
Untuk model pembelajarannya saya lebih sering menggunakan “chalk talk” yaitu
menyiapkan spidol dengan di oper dan siap diterima oleh orang yang harus
mengatakan apa yang ada dalam pikirannya tentang materi pada saat itu. Lalu
untuk jigsaw juga diterapkan namun tidak terlalu sering.
Namun yang pasti dalam penerapan cooperative learning ini, apapun modelnya
yang penting adalah unsur-unsur atau nilai dalam pembelajaran kooperatif
sendiri, seperti kerja samanya, kekompakannya, dan keaktifan yang merata pada
setiap siswa. Selain itu yang paling prinsip, saya menumbuhkan rasa tanggung
jawab pada siswa dalam kelompoknya. Selain terhadap diri sendiri juga terhadap
materi yang dihadapi. Misalnya dalam tpoik teori masuknya Islam ke nusantara,
saya menugaskan kepada siswa masing-masing menemukan satu teori. Nanti,
masing-masing mereka, saling berbagi sesame teman kelompoknya dan
menyampaikan di muka kelas secara utuh. Setiap dari mereka siswa saya
persilahkan mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
3. Pada materi apa yang benar-benar cocok untuk diterapkan model pembelajaran ini?
Jawab : Memang tidak semua materi pelajaran yang dapat diterapkan model cooperative
learning ini. Kalau saya hanya topik-topik yang membutuhkan penelusuran yang
lebih oleh siswa. Terkadang ada materi yang saya tidak perlu berpanjang lebar
menjelaskan, karena siswa sudah cukup pandai mencari tahu informasi sendiri
tentang materi itu, misalnya tentang sejarah tokoh. Dalam hal ini saya bisa
secara langsung memberikan tugas kepada siswa.
4. Bagaimana dengan manajemen kelas yang dipakai pada kelas yang diterapkan model
pembelajaran ini?
Jawab : Untuk manajemen kelas pada cooperative learning ini tidak terlalu merepotkan.
Pembagian kelompok sudah dilakukan pada awal pertemuan dan bersifat
permanen, karena menurut saya tidak efektif bila setiap pertemuan melakukan
pembagian kelas. Lalu mengenai bentuk bangku itu dapat disesuaikan dengan
kondisi yang ada, tapi yang lebih efektif menurut saya bentuk leter U. Dan saya
terus memantau diskusi siswa dari awal sampai akhir, karena disinilah siswa
perlu diberi penguatan-penguatan atau reward atas pendapat atau pertanyaan
maupun jawabannya.
5. Bagaimana aktivitas siswa di kelas, apakah siswa senang dengan berdiskusi atau
mengeluarkan pendapatnya?
Jawab : Untuk aktivitas ini, hampir setiap diskusi pasti banyak yang bertanya atau
mengeluarkan pendapatnya. Saya pun mempunyai catatan-catatan khusus siapa-
siapa saja siswa yang mempunyai aktivitas secara menonjol (bertanya atau
mengeluarkan pendapat) dan sebaliknya, karena nantinya aktivitas itulah yang
saya ikut masukan ke dalam nilai mereka.
Setiap siswa mendapat dua penilaian; nilai sendiri dan nilai kelompok. nilai
kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Dengan cara ini, setiap
siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik, baik
untuk dirinya dan kelompoknya.
6. Sejauh mana siswa menaruh minat terhadap proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam?
Jawab : Mengenai minat itu variatif, tapi tiap tahunnya selain tahun ini saya sering
mengadakan catatan evaluasi dengan angket yang disebar keseluruh siswa,
sejauh mana mereka menaruh minat pada pelajaran saya ini. Tapi sayangnya
untuk tahun ini belum lagi saya lakukan. Dari tahun-tahun yang lalu, tanggapan
mereka, ada yang senang dengan cara mengajar saya dan ada juga yang tidak.
7. Apakah terdapat keluhan siswa tentang penggunaan model kooperatif ini di kelas pada
pelajaran bapak? atau siswa terlihat menyukai penerapan model ini?
Jawab : Siswa menyukai penerapan diskusi dengan cooperative learning ini, bila ada
keluhan paling hanya mengenai materinya saja yang terlalu banyak nama yang
dihapal.
8. Menurut pendapat bapak, apakah ada pengaruh yang signifikan antara diterapkannya
model pembelajaran ini dengan aktivitas siswa di kelas?
Jawab : Pengaruhnya cukup besar bila dibandingkan dengan saya harus menyampaikan
materi dengan metode ceramah. Dalam hal ini aktivitas siswa lebih terbentuk
secara positif bila menerapkan cooperative learning ini dalam pembelajaran.
9. Menurut bapak, kekurangan dan kelebihan apa yang terlihat dalam penerapan model ini di
kelas?
Jawab : Untuk kelebihannya, di sini siswa mempunyai keterlibatan secara penuh, karena
siswa dapat dengan bebas mengeluarkan pendapatnya sendiri dan dapat
mengajarkannya (memberikan informasi yang ia tahu) pada temannya.
Untuk kekurangannya yang terkadang masih ditemukan adalah mengandalkan
orang lain.
2. Apakah menurut kamu pengelolaan kelas dalam menerapkan model cooperative learning
ini merepotkan atau tidak?
Siswa 1 : Tidak. Kalau kita membuat kelompok di kelas, biasanya simple saja, teman
sekelompok biasanya juga teman-teman yang bersebelah-belahan bangkunya.
Siswa 2 : Tidak. Kalau kita buat kelompok di kelas audio visual, kita hanya tinggal
duduk bersama-sama, karena di sana tempatnya lesehan. Tapi, kalau belajar
di kelas juga tidak repot, karena tinggal di rapatkan saja meja dan bangkunya
masing-masing tiap kelompok.
Siswa 3 : Tidak repot. Karena meja dan bangku bila sudah tertata dalam bentuk
kelompok, siswa-siswanya yang menghampiri meja kelompoknya, bukan tiap
siswa mendorong-dorong meja dan bangkunya sendiri ke tempat
kelompoknya.
Siswa 4 : Tidak repot. Simple-simple saja dan tidak memakan banyak waktu untuk
menata kelompoknya.
3. Teknik atau model pembelajaran cooperative learning apa yang biasanya guru gunakan di
dalam kelas pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam?
Siswa 1 dan 2 : Pak guru biasanya membagikan hand out atau sebuah materi yang harus
kita pecahkan lalu tiap kelompok di minta untuk persentasi dengan power
point, atau terkadang perwakilan kelompok diminta untuk datang dan
mempersentasikan kepada kelompok lain (jigsaw). Setelah itu ada tanya
jawab yang kadang pak guru juga memberikan pertanyaan kepada siswa
yang dianggap berisik atau mengganggu.
Siswa 3 dan 4 : Pak guru sering menggunakan metode kelompokan dan membagikan
kelompok dari awal pertemuan. Tergantung materi yang ada, kadang pak
guru membagikan hand out tapi kadang juga pak guru memberikan suatu
masalah yang kami harus pecahkan (baik dalam bentuk soal atau
pernyataan). Setelah itu kami persentasikan atau berkunjung ke kelompok
lain untuk member tahu masalah kita pada kelompok tersebut.
4. Sejauh mana guru memantau kamu pada saat proses pembelajaran SKI berlangsung
dengan penerapan model cooperative learning ini?
Siswa 1 : Pak guru sangat memantau kami. Beliau sering berkeliling memantau
masing-masing kelompok.
Siswa 2 : Pak guru memanatau kelompok kami sekaligus terkadang memberi
pengarahan bila ada yang belum dimengerti.
Siswa 3 : Pak guru benar-benar memantau dan tidak keluar ruang kelas kecuali ada
urusan yang benar-benar penting menurutnya.
Siswa 4 : Pak guru sangat memantau kami dan sering berkeliling melihat pekerjaan
kelompok kami.
5. Menurut kamu apakah ada peningkatan nilai bila guru menerapakan model cooperative
learning di kelas pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam?
Siswa 1 : Menurut saya nilai tidak dipengaruhi karena penerapan model pembelajaran
di kelas, tapi itu tergantung dari siswanya sendiri. Saya berpikir saya harus
menyukai semua pelajaran agar saya mau belajar pelajaran itu.
Siswa 2 : Kalau menurut saya, nilai bagus atau tidaknya itu tergantung pada pribadi
siswanya masing-masing. Model pembelajaran apapun yang diterapkan oleh
guru, apabila ia tidak punya kemauan atas pelajaran tersebut, maka ia tidak
bisa mendapat nilai bagus.
Siswa 3 : Menurut saya sangat pengaruh. Saya merasakan itu. Pada kelas 8 kemarin
dengan guru yang berbeda menggunakan teknik pembelajaran kelompok yang
saya suka yang membuat saya semangat belajar dan mendapat nilai bagus.
Siswa 4 : Menurut saya bisa berpengaruh. Karena bila kita suka dengan gaya mengajar
sang guru tersebut dan model pembelajaran yang diterapkan, maka kita juga
punya semangat belajar dan mendapat nilai bagus.
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pernyataan
b
2
= jumlah varians butir
12 = varians total
(Penghitungan ini merujuk pada hasil yang ada di tabel uji validitas)
97 2
113 2
291
391 2 (9) 34 291 276 ,74 14,26 0,419
2 (1) 34 391 375 ,56 15,44 0,454 34 34 34
34 34 34
94 2 108 2
284 352
34 284 259 ,88 24,12 0,709 2 (10) 34 352 343,06 8,94 0,263
2 ( 2) 34 34 34
34 34 34 2
103
75 2 331
189 2 (11) 34 331 312 ,03 18,97 0,558
2 ( 3) 34 189 165 ,44 23,56 0,693 34 34 34
34 34 34
109 2
100 2 355
306
2 (12) 34 355 349 ,44 5,56 0,164
2
34 306 294 ,12 11,88 0,349
( 4) 34 34 34
34 34 34
96 2 104 2
294 330
34 294 271,06 22,94 0,675 2 (13) 34 330 318 ,12 11,88 0,349
2 ( 5) 34 34 34
34 34 34
Figure 1
106 2 110 2
337 372
2 ( 6) 34 337 330 ,47 6,53 0,192 34 372 355 ,88 16,12 0,474
34 34 34 2 (14)
34 34 34
82 2
220 107 2
2 (7) 34 220 197 ,76 22,24 0,654 342
2 (15) 34 342 336 ,73 5,27 0,155
34 34 34
34 34 34
110 2
364
2 (8) 34 364 355 ,88 8,12 0,239
34 34 34
b 0,454 0,709 0,693 0,349 0,675 0,192 0,654 0,239 0,419 0,263 0,558
2
1514 2
68332
Varians total = 34 68332 67417 ,53 914 ,47 26,896
34 34 34
Masukkan ke rumus:
2
k
r11 ( )(1 2b )
k 1 t
15 6,347 15
r11 x(1 ) x(1 0,236 )
15 1 26,896 14
90 2 106 2
260 348
2 (1) 34 260 238 ,24 21,76 0,640 34 348 330 ,47 17,53 0,516
2 (9)
34 34 34 34 34 34
75 2 101 2
195 317
2 ( 2) 34 195 165 ,44 29,56 0,869 34 317 300 ,02 16,98 0,499
34 34 34 2 (10)
34 34 34
2
104 2 87
328 239
34 328 318 ,12 9,88 0,291 2 (11) 34 239 222 ,62 16,38 0,482
2 ( 3)
34 34 34 34 34 34
112 2
380 82 2
34 380 368 ,94 11,06 0,325 220
2 ( 4)
2 (12) 34 220 197 ,76 22,24 0,654
34 34 34
34 34 34
72 2
176
2 ( 5) 34 176 152 ,47 23,53 0,692 259
89 2
34 34 34 2 (13) 34 259 232 ,97 26,03 0,766
34 34 34
89 2
251
2 ( 6) 34 251 232 ,97 18,03 0,530 77 2
34 34 34 187
2 (14) 34 187 174 ,38 12,62 0,371
85 2 34 34 34
231
2 (7) 34 231 212 ,50 18,50 0,544
34 34 34 96 2
294
2 (15) 34 294 271,06 22,94 0,675
94 2
276 34 34 34
2 (8) 34 276 259 ,88 16,12 0,474
34 34 34
b 0,640 0,869 0,291 0,325 0,692 0,530 0,544 0,474 0,516 0,499 0,482
2
Masukkan ke rumus:
2
k
r11 ( )(1 2b )
k 1 t
15 8,328 15
r11 x(1 ) x(1 0,212 )
15 1 39,323 14