Anda di halaman 1dari 127

KEJENUHAN BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

(SKI) SISWA KELAS X DI MAN 1 AGAM


KECAMATAN TANJUNG RAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Riri Maria Fitri


NIM: 2118131

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
TAHUN AKADEMIK 2022 M /1443 H
i
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka

apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain) dan ingat kepada

tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

(Q.S Al-Insyirah: 6-8)

Yang Utama Dari Segalanya


Rasa syukur ku ucapkan kepada sang pencipta alam semesta ini yakni Allah SWT
dan kepada pemimpin umat yang telah berusaha menjadikan umatnya manusia
yang berilmu dan selalu bersyukur kepadanya yakni Nabi Muhammad Saw. Betapa
indahnya anugrah yang Allah berikan kepadaku sehingga aku bisa sampai ke titik
ini.
Ayahanda dan Ibunda Tercinta

Terimakasih ku ucapkan kepada ayahanda Amrizal sosok ayah inspirasi kehidupan.


Pendidik yang sangat luar biasa dan cinta pertama bagi kedua putrinya. Terimakasih
juga ku ucapkan kepada ibunda tercinta Fitnayenti telah menjadi ibu yang snagat
luar biasa, terimakasih untuk semua kasih sayang, cinta, pengorbanan, dan
pelajaran hidup yang berharga tanpa kenal lelah, putus asa dan berjuang demi
kedua putrinya sampai detik ini.
My Sisters dan Brothers
Terimakasih ku ucapkan kepada kanda Arianto Mairizal yang telah memberikan
dukungan penuh dari segi apapun, baik itu financial ataupun yang lainnya. Dan
terimaksih kepada adinda Lora Safitri berkat motivasi dari saudaraku akhirnya bisa
sampai ke titik ini dan semoga saudaraku bisa menyusul dan diberikan rahmat oleh-
Nya serta membuat orang tua kita bangga dengan apa yang kita lakukan.
My Best Friends

Terimakasih banyak kepada teman-teman terbaik yang selalu ada dalam keluh
kesah menempuh pendidikan ini dan tak henti-hentinya memberikan motivasi.

iv
Dosen Pembimbing
Terimakasih kepada bapak Dr. Iswantir M, M.Ag yang selalu sabar membimbing dan
memberikan arahan dalam membuat karya ilmiah ini, yang selalu memberikan
masukan pada saat bimbingan skripsi ini serta sabar dan ikhlas dalam
membimbingku untuk menghasilkan karya ilmiah ini.
MY Self And Sameone

Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in me, I wanna
thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no days off, I
wanna thank me for never quitting. Ongki purnandi Thank you very much for
everything you have done for me so far. I can't thank you enough for your love that
pushes me to become a better person.

v
ABSTRAK

Skripsi ini disusun oleh Riri Maria Fitri, Nim: 2118131, Program Studi S1
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi TA. 2021/2022 H. Skripsi ini
dengan judul “KEJENUHAN BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
(SKI) SISWA KELAS X DI MAN 1 AGAM KECAMATAN TANJUNG
RAYA.”
Latar belakang penulis melakukan penelitian ini, karena dalam
pembelajaran sejarah kebudayaan Islam peserta didik tidak bersemangat
mendengarkan dan memperhatikan guru dalam proses pembelajaran, siswa
menerima pembelajaran dari guru menggunakan metode ceramah. Pada saat inilah
tanda-tanda siswa itu jenuh belajar SKI mulai terlihat, ketika pembelajaran
berlangsung adanya siswa yang malas belajar, siswa cendrung ramai, tidur di
dalam kelas, dan berbicara dengan teman sebangku saat guru menjelaskan materi
sehingga membuat siswa tidak fokus dalam belajar. Adapun tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui ciri-ciri kejenuhan dan faktor-faktor penyebab
kejenuhan belajar SKI yang dialami oleh siswa kelas X di MAN 1 Agam, dan
untuk mengetahui cara mengatasi kejenuhan belajar SKI bagi siswa kelas X di
MAN 1 Agam.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat field


research (penelitian lapangan) dengan teknik pengumpulan datanya melalui
observasi dan wawancara. Adapun yang menjadi informan kucinya adalah siswa
kelas X dan yang menjadi informan pendukungnya adalah guru mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam kelas X dan Kepala Sekolah. Kemudian penulis
melakukan analisis data dengan reduksi data, display data, dan selanjutnya
memberikan kesimpulan dari suatu penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa; (1) Ciri-ciri dari peserta


didik yang mengalami kejenuhan belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di
MAN 1 Agam yaitu: turunnya motivasi belajar, merasa lemah dan cepat lelah, dan
kesulitan berkonsentrasi dan mudah lupa dalam belajar. (2) Faktor-faktor
penyebebab kejenuhan belajar sejarah kebudayaan Islam faktor jasmani/ kelelahan
fisik, faktor motivasi dalam belajar, metode yang tidak bervariasi/monoton, sarana
dan prasarana kurang memadai, waktu jam pelajaran dan kurangnya rekreasi dan
hiburan. (3) Cara untuk mengatasi kejenuhan belajar sejarah kebudayaan Islam
dapat dilakukan berbagai dengan berbagai cara yaitu: melakukan pendekatan
kepada peserta didik, menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi,
melakukan evaluasi pada tiap akhir pelajaran, dan mengadakan perubahan fisik
ruangan.

Kata Kunci: Kejenuhan Belajar, Sejarah Kebudayaan Islam

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu


Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah

SWT Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan berbagai rahmat kepada

hamba, sehingga atas kehendak-Nya, semua aktifitas kesehatian penulis mampu

menyelesaikan Skripsi berjudul: “Kejenuhan Belajar Sejarah Kebudayaan

Islam (SKI) Siswa Kelas X Di MAN 1 Agam Kecamatan Tanjung Raya”.

Penyusunan Skripsi ini ialah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

(PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)

Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi.

Penulis sangat menyadari bahwa sepenuhnya penyusunan Skripsi ini

berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu penghargaan dan

cinta terbesar penulis tujukan kepada Ayahnda Amrizal dan Ibunda Fitnayenti

yang telah memberikan cinta kasih, mengasuh, mendidik dan memberikan

motivasi dalam mencapai cita-cita penulis. Hal ini juga penulis sampaikan kepada

Kakanda Arianto Mairizal, Ongki Purnandi, dan adinda Lora Safitri serta

seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan perkuliahan.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Rektor Prof. Dr. Ridha Ahida, M.Hum, selaku rektor Universitas

Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi, serta bapak

wakil rektor yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam

menambah ilmu pengetahuan di IAIN Bukittinggi.

vii
2. Bapak Dr. Asyari S.Ag, M.Si selaku Wakil Rektor I Universitas Islam

Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi. Bapak Dr. Novi

Hendri, M.Ag selaku Wakil Rektor II Universitas Islam Negeri (UIN)

Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi. Bapak Dr. Miswardi, M.Hum

selaku Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil

Djambek Bukittinggi.

3. Ibu Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Dr. Zulfani Sesmiarni,

M.Pd.

4. Bapak Dr. Iswantir M, M.Ag selaku Wakil Dekan I. Bapak Dr. Charles,

M.Pd.I selaku Wakil Dekan II. Bapak Dr. Supratman Zakir, M.Pd,

M.Kom Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi.

5. Bapak Dr. Arifmiboy, S.Ag, M.Pd selaku ketua Program Studi SI

Pendidikan Agama Islam.

6. Bapak Dr. Iswantir M, M.Ag selaku pembimbing yang telah memberikan

arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan Skripsi ini, yang senantiasa

penuh kesabaran memberikan waktu dan memberingan bimbingan serta

pengarahan kepada penulis.

7. Ibuk Dr. Endri Yenti, M.Ag selaku Penasehat Akademik (PA) senantiasa

penuh kesabaran yang telah memberikan dorongan, pengarahan, dan

motivasi untuk menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri (UIN)

Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

viii
ix
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………… i
PENGESAHAN TIM PENGUJI…………………………………………. ii
SURAT PERNYATAAN………………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………... iv
ABSTRAK…………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................. 8
C. Pertanyaan Penelitian.. .................................................................. 9
D. Tujuan Penelitian.. ......................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian.. ....................................................................... 9
F. Penjelasan Judul... .......................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan.............................................. ...................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kejenuhan Belajar
1. Pengertian Kejenuhan Belajar. ................................................. 16
2. Ciri-ciri Kejenuhan Belajar ...................................................... 17
3. Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar. ....................................... 20
4. Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar .......................................... 26
B. Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ..................................... 28
2. Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam........................................... 31
3. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam ............................. 33
C. Penelitian Yang Relevan .............................................................. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian..................................................... 39

x
B. Tempat dan Lokasi Penelitian... ..................................................... 40
C. Informan Penelitian... ..................................................................... 41
D. Teknik Pengumpulan Data.. ........................................................... 41
E. Teknik Analisis Data.. .................................................................... 43
F. Teknik Keabsahan Data ................................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Latar Belakang atau Sejarah MAN 1 Agam ............................ 47
2. Visi dan Misi MAN 1 Agam .................................................... 50
B. Temuan Khusus
1. Ciri-Ciri Kejenuhan Belajar SKI Yang Dialami
Oleh Siswa Kelas X Di MAN 1 Agam .................................... 51
2. Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar SKI
Siswa Kelas X Di MAN 1 Agam ............................................. 56
3. Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar Siswa Kelas
X Pada Mata Pelajaran SKI Di MAN 1 Agam ........................ 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 78
B. Saran............................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.1 Pendidikan merupakan hal yang paling mendasar dan penting

bagi kehidupan umat manusia. Tanpa adanya pendidikan, manusia tidak

akan berkembang dari segala aspek kehidupannya. Oleh sebab itu,

pendidikan harus diperhatikan dan dikelola secara serius. Dalam sejarah

umat manusia hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak

menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan

kualitasnya, sekalipun dalam masyrakat terbelakang (primitife).2

Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu

komponen kehidupan yang paling urgen. Aktivitas ini telah dimulai sejak

manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di alam

semesta ini. Bahkan jika dilihat sejarah dalam Islam, bahwa pendidikan itu

mulai berproses sejak Allah SWT menciptakan manusia pertama yaitu

Adam a.s di surga dan Allah SWT telah mengajarkan kepada beliau semua

1
UU Sisdiknas, Dasar Konsep Pendidikan Moral, (Jakarta: Alfabeta, 2003), hlm. 1
2
Hujar AH. Sanaky, Pradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyrakat Madani
Indonesia (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003), hlm 4

1
2

nama yang belum dikenal sama sekali oleh para malaikat.3 Hal tersebut

dijelaskan dalam firman Allah Q.S. Al-Baqarah: 31-32. Firman Allah:

Artinya:

Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!" (31) Mereka menjawab: "Maha
suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana" (32)

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan sebagai

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dari pengertian pendidikan di

atas, maka peneliti melihat bahwa penyampaian pendidikan melakui

proses pembelajaran yang menyenangkan masih membutuhkan inovasi

dan kreaktifitas, serta motivasi dan kreativitas siswa. Hal ini untuk

memudahkan siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru.

3
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm 5.
3

Seperti halnya pendidik, lebih mudah menyampaikan pembelajaran ketika

mereka sudah memiliki strategi pembelajaran yang menarik.

Kemajuan era globalisasi modern ditandai dengan persaingan mutu

dan kualitas. Majunya suatu negara sangat tergantung pada pendidikan

negara tersebut.4 Hal tersebut menjelaskan pentingnya upaya pendidikan

yang berkualitas, baik kuantitatif maupun kualitatif, yang harus

dipertahankan agar pendidik dapat menjadi alat pembentuk karakter

bangsa.5 Pembelajaran dalam pendidikan agama Islam merupakan upaya

menyeluruh oleh guru untuk memungkinkan siswa untuk percaya,

memhami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan pengajaran

yang dirancang untuk mencapai tujuan.6

Pada dasarnya, Pendidikan Agama Islam (PAI) menempati posisi

strategis dalam memenuhi tujuan nasional pendidikan, terutama dalam

pembentukan keimanan dan ketakwaan, serta penanaman karakter peserta

didik. Hal ini sejalan dengan tujuan PAI itu sendiri yaitu mengembangkan

manusia yang berkarakter dengan keimanan dan ilmu yang kuat. Salah

satu komponen dari Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), ketika belajar tentang Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) yang ada dalam benak adalah tentang suatu

4
Hernawati, Implementasi Pendidikan Agama Islam Dalam Lingkungan Keluarga
Terhadap Sikap Keberagamaan Siswa Di Kelas XI PMDS Putri Palopo, (Palopo: Skripsi Jurusan
Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Palopo, 2014), hlm. 12.
5
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2007), hlm. 17
6
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 183
4

peradaban, suatu cerita, suatu silsilah, suatu kisah atau sejarah baik di

masa lampau maupun di masa sekarang ini. Sejarah Kebudayaan Islam

(SKI) merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia dari

masa ke masa dalam beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam

mengembangkan system kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang

dilandasi oleh akidah yang mana sejarah ini pasti kejadiannya, baik waktu

dan tempat yang tidak bisa dikarang-karang atau direkayasa.

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan suatu

mata pelajaran yang materinya berisi muatan sejarah Islam dari mulai

sejarah lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, para

sahabat, lahirnya dinasti-dinasti atau daulah yang berpusat di Jazirah Arab

termasuk didalamnya juga berisi materi proses masuknya Islam di

Indonesia dan tradisi Islam Nusantara. Mata pelajaran SKI membantu

mendorong siswa untuk mengenal, memahami, dan menghayati nilai-nilai

dalam kurikulum sejarah kebudayaan Islam yang meliputi nilai-nilai

kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan dan sikap serta

membentuk kepribadian siswa.

Sejarah Kebudayaan Islam termasuk mata pelajaran yang

membutuhkan hafalan dan daya ingat yang tinggi dari setiap peserta didik,

karena didalam mata pelajaran SKI banyak nama-nama, tanggal, tahun,

dan peristiwa tertentu yang harus dihafala sesuai aslinya. Bagi peserta

didik yang suka membaca, cepat menghafal dan mempunyai daya ingat

yang bagus, boleh jadi tidak masalah jika mengerjakan ulangan atau tes
5

SKI, tetapi bagi peserta didik yang tidak suka membaca apalagi sulit

menghafal dan daya ingatnya terbatas, maka akan sulit baginya dan

menyebabkan peserta didik itu malas, bosan, jenuh, dan menganggap

bahwa yang mereka lakukan tidak ada hasilnya.7

Suasana proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam saat ini

masih sangat membosankan bagi peserta didik dan menimbulkan suasana

yang selalu monoton, karena peserta didik memandang Sejarah

Kebudayaan Islam seolah-olah hanya sekedar mempelajari tentang sejarah

Islam saja. Kelelahan belajar juga memiliki tanda atau gejala yang sering

dialami yaitu munculnya persaan ragu-ragu, malas, lelah dan kurang minat

belajar.8 Scaufeli dan Enzaman membahas indikator kejenuhan dalam

belajar, yaitu:9

1. Kelelahan emosi.

Gejala yang muncul pada kelelahan emosional adalah perasaan

depresi, kesedihan, kelelahan emosional, kecemasan dan ketakutan

yang tidak wajar.

2. Kelelahan fisik.

Gejala yang terjadi dengan kelelahan fisik antara lain sakit

kepala, pusing, gelisah, nyeri otot, masalah tidur, masalah sesksual,

7
Fitri Handayani, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran SKI Dengan
Model Pembelajaran Jigsaw Di Kelas VII Mts S Bawan Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten
Agam. INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research. Vol, 1 No, 2. (2022)
8
Thursen Hakim, Belajar Secara Efektif, ( Jakarta: Puspa Swara, 2004 ), hlm. 62
9
Vitasari, Ita, Kejenuhan Belajar Ditinjau Dari Kesepian Dan Kontrol Diri Siswa Kelas
X IS MAN 9 Yogyakarta. E-journal Bimbingan dan Konseling. Vol 7. No 5.
6

penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, sesak napas,

kelainan dan lain-lain

3. Kelelahan kognitif.

Gejala yang muncul dengan kelelahan kognitif, seperti

ketidakberdayaan, kehilangan harapan dan makna hidup, persaaan

tidak berdaya dan tidak mampu melakukan apapun, persaan gagal

yang terus-menerus mengganggu, pelupa, ketidakmampuan untuk

melakukan tugas-tugas kompleks, kesepian, berkurangnya

resistensi dalam menghadapi kegagalan yang dirasakan.

4. Kehilangan motivasi.

Gejala yang terjadi dengan kurangnya motivasi antara lain

hilangnya semangat, hilangnya idealism, frustasi, penarikan diri,

kebosanan, dan demoralisasi.

Permasalah yang sering terjadi disekitar sekolah berkaitan dengan

kejenuhan belajar yang sering dialami siswa khususnya dalam pelaksanaan

pembelajaran SKI yaitu pada saat siswa bosan atau jenuh, banyak siswa

yang tidak memperhatikan kegiatan belajar mengajar, siswa cendrung

sibuk sendiri, tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru.

Berdasarkan observasi awal penulis pada tanggal 20 November 2021

ketika guru SKI sudah ingin memulai mengajar di kelas, kelas pada

umumnya di buka dengan salam, doa bersama, dan pembahasan tugas atau

pekerjaan rumah (PR) pada pertemuan sebelumnya.10 Jika tidak ada tugas,

10
Observasi awal di MAN 1 AGAM pada tanggal 20 November 2021
7

guru segera memulai proses pembelajaran dengan menyuruh siswa

membuka buku atau lembar kerja siswa (LKS) dan mendengarkan guru

menyapaikan materi yang sedang dipelajari. Pada saat ini siswa mulai

menunjukkan tanda-tanda kelelahan dari pembelajaran SKI, yang terlihat

dari situasi siswa tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi,

mengerjakan tugas mata pelajaran lain, adanya siswa yang malas belajar

dan bahkan tidur dikelas saat pembelajran berlangsung.

Penulis juga melakukan wawancara awal dengan ibuk Yurniati S.Ag

selaku guru mata pelajaran SKI pada tanggal 20 November 2021 di MAN

1 Agam, beliau mengatakan bahwa “permasalah yang sering terjadi di

lingkungan sekolah terkait dengan kejenuhan belajar yang sering dialami

siswa khususnya ketika pelaksanaan pembelajaran SKI, yaitu ketika siswa

sudah merasa jenuh atau bosan maka banyak siswa yang tidak

memperhatikan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa

cenderung ramai sendiri, tidak memperhatikan apa yang diajarkan oleh


11
guru. Hal ini bisa terjadi salah satunya karena faktor kegiatan belajar

mengajar yang monoton dan sarana prasarana yang kurang memadai

sehingga siswa merasa jenuh dalam mengikuti pelajaran di kelas, dan juga

karena waktu pembelajaran yang singkat sehingga siswa sulit memahami

pembelajaran”.

Salah satu tugas guru di sini adalah bagaimana cara mengatasi

permasalahan tersebut. Sehingga siswa dapat fokus dengan kegiatan

11
Hasil wawancara dengan guru SKI MAN 1 Agam pada tanggal 20 November 2021
pukul 10.30 di dalam ruangan guru
8

belajar mengajar. Apalagi jika dikaitkan dengan belajar sejarah, banyak

beberapa guru yang ada di Madrasah atau sekolah yang kurang

mempunyai strategi mengajar atau pendekatan pembelajaran lain yang

dapat disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Seperti yang diamati oleh

peneliti di MAN 1 Agam, ketika guru berceramah dan mengajar di depan

kelas, siswa hanya mendengarkan, dalam situasi seperti ini siswa menjadi

pasif, siswa menjadi tidak bersemangat dan kehilangan minat belajar

sehingga banyak siswa yang bercanda dengan temannya dan mengabaikan

guru yang sedang menjelaskan materi di depan kelas.

Sikap tersebut dapat membuat siswa bosan dalam proses pembelajran.

Mereka hanya menerima informasi, menerima aturan seperti membaca,

mendengarkan, mancatat, dan menghafal tanpa memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengungkapkan pemikirannya dalam proses

pembelajaran. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas

maka peneliti ingin mengetahui lebih mendalam dan melakukan penelitian

yang berjudul

“KEJENUHAN BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

(SKI) SISWA KELAS X DI MAN 1 AGAM KECAMATAN

TANJUNG RAYA”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, agar tidak melenceng dari

topik pembahasan, maka penulis memfokuskan pada masalah ini yaitu


9

“Kejenuhan Belajar yang dialami Siswa dalam Pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam”

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka penulis merumuskan

pertanyaan penelitian yaitu:

1. Apa saja ciri-ciri kejenuhan belajar SKI yang dialami oleh siswa

kelas X di MAN 1 Agam?

2. Apa saja faktor penyebab kejenuhan belajar SKI yang dialami oleh

siswa kelas X di MAN 1 Agam?

3. Bagaimana cara mengatasi kejenuhan belajar SKI pada siswa kelas

X di MAN 1 Agam?

D. Tujuan Penelitian

Dari pertanyaan penelitian yang di uraikan di atas, maka dapat

diketahui tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ciri-ciri kejenuhan belajar SKI yang dialami

oleh Siswa kelas X di MAN 1 Agam?

2. Untuk mengetahui faktor penyebab kejenuhan belajar SKI yang

dialami oleh Siswa kelas X di MAN 1 Agam?

3. Untuk mengetahui cara mengatasi kejenuhan belajar SKI pada

siswa kelas X di MAN 1 Agam?

E. Manfaat Penelitian
10

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam ilmu pendidikan

khususnya bagi calon guru untuk mengatasi kejenuhan belajar SKI

pada siswa, dan juga sebagai bahan referensi untuk semua

kalangan.

b. Secara Praktis

1) Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini digunakan sebagai syarat pemenuhan

tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana (S1) dan sebagai

acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitiannya.

2) Bagi Sekolah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai

acuan dalam mengatasi kejenuhan siswa, tidak hanya pada

mata pelajaran SKI saja.

3) Bagi pendidik

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai

bahan evaluasi agar proses pembelajran dapat lebih baik dan

maksimal kedepannya.

4) Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

merangsang motivasi siswa untuk belajar SKI, dimana mereka

dapat mengambil solusi dari apa yang mereka alami selam

proses pembelajaran.
11

F. Penjelasan Judul

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menghindari

kesalahpahaman mengenai maksud dan tujuan dari skripsi ini, penulis

akan memberikan batasan yang jelas tentang istilah-istilah yang

terkandung dalam judul skipsi ini sebagai berikut:

1. Kejenuhan Belajar

Kejenuhan belajar adalah jangka waktu yang digunakan untuk

belajar, tetapi tidak ada hasil yang diperoleh. Seorang siswa yang

mengalami kebosanan tampaknya merasa bahwa sesuatu yang telah

dipelajarinya tidak ada kemajuan. Kejenuhan yang dialami siswa

sebenarnya adalah metode yang digunakan guru monoton atau kurang

motivasi sehingga siswa merasa lelah.12

2. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Sejarah merupakan salah satu bidang kajian dalam pendidikan

agama yang membahas tentang riwayat hidup nabi Muhammada Saw,

dan para sahabat yang diceritakan kepada siswa sebagai contoh suri

tauladan yang baik dalam kehidupan manusia dan kehidupan

bermasyrakat

Kebudayaan Islam adalah hasil pikiran atau hasil karya umat Islam

yang didasarkan dari pemahaman Islam yang beranekaragam.13 Salah

satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang

12
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
Jakarta, Proyek Pembinaan Prasarana dan Perguruan Tinggi Agama/IAIN, 1984/1985, hlm. 204
13
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam,
Jakarta, Proyek Pembinaan Prasarana dan Perguruan Tinggi Agama/IAIN, 1984/1985, hlm. 204
12

diarahkan untuk menyiapkan peserta didik mengenal, memahami,

menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar

Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu bentuk mata pelajaran

pendidikan agama Islam yang ada pada tingkat MA. Sejarah

Kebudayaan Islam ini penting untuk di ajarkan. Sebab dengan

mengetahui sejarah umat Islam terdahulu, diharapkan siswa dapat

mengambil ibrah dari kisah yang telah terpaparkan kepada mereka.

Pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.14

Alasan penulis menggunakan judul diatas: pertama, SKI

merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami kerena berisi sejarah

yang sulit dipahami oleh siswa. Kedua, metode yang digunakan guru

dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap siswa, seringkali

dalam pembelajaran SKI guru hanya menggunakan metode ceramah

dan dapat menimbulkan kejenuhan dalam belajar siswa.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan gambaran umum skripsi ini, peneliti harus

menyajikan pembahasan yang sistematis yang terbagi dalam lima Bab,

yaitu Bab satu Pendahuluan, Bab dua Landasan Teori, Bab tiga

Metodologi Penelitian, Bab empat Hasil dan Analisis Penelitian, Bab lima

Kesimpulan dan Saran. Penjelasannya sebagai berikut:

14
Yemmardotillah, Mata Pelajran SKI Di Madrasah Ibtidaiyah (MIN) Bawan
Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten AgamI, Jurnal Sejarah Kebudayaan Islam, 8 (Januari 2014),
hlm. 113
13

BAB I : Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian,

Pertanyaan Penenelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Penjelasan Judul, dan Sistematika Penulisan. Bab ini membahas deskripsi

penelitian tentang latar belakang teoritis penelitian dan menunjukkan

beberapa fakta selama dilokasi penelitian. Dari latar belakang ini, pembaca

akan mengetahui apa masalah utama yang akan diteliti. selain itu, bab ini

juga menjelaskan fokus penelitian dan pertanyaan penelitian dari judul

penelitian utama serta mendeskripsikan dan mendefinisikan kembali.

BAB II : Landasan Teori. Dalam bab kedua ini didasarkan pada teori

yang mencakup penelitian sebelumnya dengan topic serupa, dan landasan

teori berisi banyak teori atau konsep.

BAB III : Metodologi Penelitian, Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian,

Informan Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data,

dan Teknik Keabsahan Data.

BAB IV : Hasil Penelitian, yang membahas tentang kejenuhan belajar

sejarah kebudayaan Islam siswa kelas X di MAN 1 Agan Kecamatan

Tanjung Raya.

BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran serta menjelaskan

bagaimana menyelesaikan permasalahan yang menjadi pusat penelitian

beserta penyebabnya dan tidak lupa juga saran-saran yang bermanfaat

dengan permasalahan yang akan dibahas.


16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kejenuhan Belajar

1. Pengertian Kejenuhan Belajar

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kejenuhan berasal dari kata

jenuh yang artinya jemu atau kejemuan, bosan, penuh (tidak mampu

memuat). Secara harfiah, arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga

tidak dapat ditampung lagi oleh apapun.15 Selain itu kejenuhan juga

bisa berarti bosan atau kebosanan. Saat belajar, selain siswa yang

sering lupa, terkadang mereka juga mengalami peristiwa negatif lain

yang disebut kejenuhan belajar, yang sering disebut Learning Plateau

dalam psikologi.16

Sedangkan belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi

terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah

suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri

individu yang belajar. Menurut slameto belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.17

15
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999), hlm. 161
16
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru, hlm. 162
17
Salmi Wati, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran SKI Dengan
Model Pembelajaran Jigsaw Di Kelas VII Mts S Bawan Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten
Agam. INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research. Vol, 1 No, 2. (2022)
15

Berikut ini adalah pengertian kejenuhan menurut para ahli :

1. Menurut Abu Abdirrahman Al-Qawiy

Bahwa kejenuhan adalah tekanan sangat mendalam yang

sudah sampai titik tertentu. Siapa pun yang merasa jenuh, ia

akan berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari tekanan itu.

2. Menurut Muhibbin Syah

Jenuh juga dapat berarti jemu dan bosan di mana sistem

akalnya tidak dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan

dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru.

Sedangkan secara harfiah jenuh ialah padat atau penuh

sehingga tidak memuat apa pun.

3. Menurut Sayyid Muhammad Nuh

Jenuh atau futur ialah suatu penyakit hati (rohani) yang

efek minimalnya timbulnya rasa malas, lamban dan sikap

santai dalam melakukan sesuatu amaliyah yang sebelumnya

pernah dilakukan dengan penuh semangat dan menggebu-gebu

serta efek maksimalnya terputus sama sekali dari kegiatan

amaliyah tersebut.

4. Menurut Robert, kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu

yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil.

Siswa yang mengalami kejenuhan belajar akan enggan

memperhatikan guru mengerjakan tugas. Banyak mangkir atau malas-

malasan dan prestasi belajar menurun. Apabila kejenuhan telah


16

mendera siswa, biasanya meski waktu yang digunakan untuk belajar

sangat lama, namun takkan mendatangkan hasil yang optimal.

Kejenuhan dalam belajar adalah rentang waktu tertentu yang

digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil. Kejenuhan

belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi dan

konsolidasi, salah satu tingkat keterampilan tertentu, sebelum sampai

pada tingkat keterampilan berikutnya.18 Peristiwa jenuh ini kalau

dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan

belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan

usahanya. Kejenuhan adalah padat atau penuh sehingga tidak mampu

lagi memuat apapun. Jenuh yakni jemu atau bosan. Siswa yang yang

mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan

kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Kejenuhan

ini bisa berlangsung singkat, maupun sebaliknya.

Siswa yang sedang mengalami kejenuhan, sistem akalnya tak dapat

bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item

informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-

akan “jalan ditempat” atau tidak ada perkembangan. Ketika kejenuhan

masih tetap terpelihara dalam lingkungan pendidikan maka prestasi


19
yang selama ini ditunggu-tunggu akan jauh dari harapan. Selain itu

ada juga pendapat yang mengatakan kejenuhan belajar merupakan

18
Andi Thahir, Psikologi Belajar, (Bandar Lampung : LP2M UIN Raden Intan Lampung,
2014), hlm. 91
19
Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2014),
hlm.61
17

suatu kondisi mental seorang pelajar atau mahasiswa mengalami

kebosanan untuk melakukan aktivitas belajar, yang menyebabkan

motivasi belajar menurun.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kejenuhan belajar adalah

menurunnya kondisi mental peserta didik yang mengakibatkan

rendahnya motivasi belajar, sehingga berpengaruh pada hasil belajar

yang kurang memuaskan.20

2. Ciri-ciri Kejenuhan Belajar

Berdasarkan pengertian kejenuhan belajar yang telah disimpulkan

di atas, yaitu suatu kondisi yang dialami siswa yang menyebabkan

aktivitas belajar yang dilakukannya menjadi tidak efektif dan efisien,

sehingga hasil yang diperoleh menjadi tidak optimal, maka kejenuhan

belajar memiliki ciri-ciri utama yaitu kinerja dan produktivitas yang

menurun. Kejenuhan belajar memiliki ciri-ciri rasa bosan, lesu dan

tidak bergairah melakukan aktivitas belajar. Seorang siswa yang

sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tak dapat bekerja

sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi

atau pengetahuan baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan

“jalan di tempat”.21 Bila dijabarkan secara rinci, maka kejenuhan

belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

20
Marbun, Psikologi Pendidikan. (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. 2018), hlm. 76
21
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 165
18

a. Turunnya motivasi belajar.

Siswa menjadi malas, kehilangan semangat dan tujuan belajar

dan tidak terdorong untuk melakukan aktivitas belajar

b. Sulit berkonsentrasi.

Siswa sulit terfokus atau memutuskan perhatian, mudah

teralihkan dan suka melamun

c. Berkurangnya energi, merasa lemah, cepat lelah

Siswa cepat merasa capek dan seperti terkuras tenaganya

d. Meningkatnya kesalahan.

Siswa banyak melakukan kesalahan dalam mengerjakan

sesuatu, terutama yang berhubungan dengan belajarnya

e. Kurang koordinasi.

Siswa tidak dapat mengatur waktu dengan baik untuk berbagai

kegiatan sehari-hari

f. Daya tangkap berkurang.

Siswa menjadi lambat dalam menangkap materi pelajaran,

mengalami kesulitan dalam menangkap materi secara menyeluruh,

materi hanya dimengerti bagian per bagian

g. Tegang.

Siswa tidak dapat merasa tenang atau santai dalam melakukan

aktivitas belajar
19

h. Mudah marah, sensitif.

Siswa menjadi mudah marah dan tersinggung oleh gangguan

kecil sekalipun, khususnya pada saat belajar.22

Ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa kejenuhan belajar akan membuat

kinerja siswa dalam belajar menjadi tidak optimal, demikian pula

produktivitas atau hasil yang dicapainya pun aka menjadi kurang baik.

Reber juga mengemukakan ciri-ciri kejenuhan belajar yaitu:

1) Merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh

dari proses belajar tidak ada kemajuan. Siswa yang mulai

memasuki kejenuhan dalam belajarnya merasa seakan-akan

pengetahuan dan kecakapan yang diperolahnya dalam belajar tidak

meningkat, sehingga siswa merasa sia- sia dengan waktu

belajarnya.

2) Sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan

dalam memproses informasi atau pengalaman sehingga mengalami

stagnan dalam kemajuan belajarnya. Seorang siswa yang sedang

dalam keadaan jenuh, sistem akalnya tidak dapat bekerja

sebagaimana yang diharapkan dalam memproses berbagai

informasi yang diterima atau penglaman baru yang didapatnya.

3) Kehilangan motivasi dan konsolidasi. Siswa yang dalam keadaan

jenuh merasa bahwa dirinya tidak lagi memunyai motivasi yang

dapat membuatnya bersemangat untuk, meningkatkan

22
Nitisemito, Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia). (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1996), hlm. 96
20

pemahamnnya terhadap pelajaran yang diterimanya atau

dipelajarinya.23

3. Faktor-faktor penyebab Kejenuhan Belajar

Kejenuhan dalam belajar dapat terjadi karena proses belajar siswa

telah sampai pada batas kemampuan jasmaniyahnya karena bosan

(Boring) dan keletihan. Namun penyebab kejenuhan yang paling

umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat

menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang

bersangkutan.24 Kejenuhan dalam bidang apa saja pada umumnya

disebabkan oleh aktifitas rutin yang dilakukan dengan cara yang

monoton atau tidak berubah-ubah, dalam waktu lama. Berbagai

penyebab kejenuhan belajar yang perlu diketahui antara lain sebagai

berikut:25

a) Cara atau metode belajar yang tidak bervariasi.

Seringkali siswa tidak menyadari bahwa cara belajar mereka

sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi tidak berubah-

ubah.

b) Belajar hanya di tempat tertentu.

Belajar hanya di tempat tertentu dengan kondisi ruangan,

seperti letak meja, kursi, kondisi ruangan yang tidak berubah-

ubah dapat menimbulkan kejenuhan belajar.

23
Muhibbin, syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm 170
24
Andi Thahir, Psikologi Belajar, (Bandar Lampung : LP2M UIN Raden Intan Lampung,
2014), hlm. 92
25
Thursen Hakim, Belajar Secara Efektif, ( Jakarta: Puspa Swara, 2004 ), hlm. 63-65
21

c) Suasana belajar yang tidak berubah-ubah.

Suasana yang diperlukan oleh siswa tentu saja suasan yang

menimbulkan ketenangan berfikir. Sangat perlu diketahui

bahwa setenang apapun lingkungan tempat belajar, bila

suasananya tidak berubah-ubah sejak lama, mungkin saja dapat

menimbulkan kejenuhan belajar. Jadi setenang apapun ruangan

belajarnya, belum tentu dapat selalu menunjang keberhasilan

belajar.

d) Kurang aktivitas rekreasi atau hiburan.

Sebagaimana halnya dengan aktifitas fisik, proses berfikir yang

merupakan aktivitas mental kita dapat menumbuhkan

kelelahan, dan kelelahan tersebut membutuhkan juga istirahat

dan penyegaran (refreshing)

e) Adanya ketegangan mental kuat dan berlarut-larut pada saat

belajar.

Adanya ketegangan mental yang kuat dan berlarut-larut dapat

menimbulkan kelelahan mental berlebihan. Selanjutnya

kelelahan tersebut dapat menimbulkan kejenuhan belajar

dengan intensitas yang sangat kuat. Penyebab kejenuhan yang

paling umum adalah keletihan yang melanda, karena keletihan

dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa


22

yang bersangkutan. Keletihan mental dipandang sebagai faktor

utama penyebab munculnya kejenuhan belajar.26

Keletihan fisik dan keletihan indera dalam hal ini mata dan telinga,

pada umumnya dapat dikurangi yaitu dihilangkan lebih mudah setelah

siswa berisitirahat cukup terutama tidur nyenyak dan mengkonsumsi

makanan dan minuman yang cukup bergizi. Syah menjelaskan bahwa

setidaknya ada 4 faktor yang menyebabkan keletihan mental

diantaranya:

a. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang

ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri.

b. Karena kecemasan siswa terhadap standar/patokan

keberhasilan

bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi

terutama

ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari

bidang-bidang studi tadi

c. Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang

ketat dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat.

d. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang

optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri

hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri (Self

Imposed). Kejenuhan belajar dapat disebabkan kerena beberapa

26
Thursen Hakim, Belajar Secara Efektif, ( Jakarta: Pusaka Pembangunan Swadaya
Nusantara, 2004 ), hlm. 80
23

hal. Seseorang dapat mengalami kejenuhan belajar karena

proses belajar yang monoton dan tidak bervariasi serta

kurangnya aktivitas rekreasi atau hiburan. Selain itu penyebab

kejenuhan belajar dapat ditimbulkan pula karena keletihan

yang melanda.27

Dibawah ini adalah beberapa faktor yang menyebabkan siswa

jenuh belajar :

1) Kesibukan monoton.

Kemonotonan sering kali merupakan salah satu sebab

kebosanan. Melakukan hal yang sama secara berulang-ulang

tanpa beberapa perubahan juga dapat membuat jenuh.28Sebab

paling umum di balik timbulnya rasa jenuh adalah kesibukan

yang monoton. Seseorang yang mengerjakan sesuatu berulang,

dengan proses yang sama, suasana yang sama, hasil yang sama,

dalam kurun waktu yang lama.

Misalnya seorang siswa yang diajar oleh gurunya dengan

menggunakan metode yang tidak bervariasi, setiap pertemuan

gurunya tersebut menggunakan metode ceramah, mencatat,

merangkum, dalam menenerangkan saja tanpa disela dengan

metode yang lain maka hal tersebut juga bisa menimbulkan

kejenuhan.

2) Prestasi mandeg.

27
Thursen Hakim, Belajar Secara Efektif, hlm. 236-238
28
Thursen Hakim, Belajar Secara Efektif, hlm. 66-75
24

Sebab selanjutnya yang kerap memicu kejenuhan adalah

kemandegan prestasi. Siswa yang terus menerus belajar dengan

giat secara konsisten tidak kenal lelah. Namun setelah sekian

lama belajar tidak mengalami perubahan yang diharapkan.

Maka kondisi seperti ini berpotensi melahirkan kejenuhan,

bahkan rasa frustasi.

3) Lemah minat.

Kejenuhan juga akan muncul ketika seseorang menekuni

yang tidak diinginkan. Demikian pula dengan siswa yang sejak

awal tidak menyukai atau tidak minat pada mata pelajaran

tertentu ia akan selalu merasa jenuh dan bosan terhadap mata

pelajaran tersebut.

4) Penolakan hati nurani

Penyebab selanjutnya adalah tinggal atau berkecimpung di

sebuah lingkungan yang tidak sesuai dengan hati nurani.

Demikian pula dengan seorang siswa, kalau tempat sekolahnya

karena dipilih oleh orang tua tidak sesuai dengan kehendaknya

maka ia akan merasa jenuh dan malas untuk belajar di sekolah.

5) Kegagalan beruntun

Penyebab lain kejenuhan adalah kegagalan yang beruntun.

Seseorang siswa yang pernah mengalami kegagalan dalam

meraih prestasi di sekolah padahal ia telah belajar dan berusaha


25

tetapi tetap gagal. Maka siswa tersebut pasti akan mengalami

kejenuhan dalam belajar.

6) Penghargaan nihil

Sebab lain yang memicu kejenuhan adalah penghargaan

kecil terhadap prestasi dan pengorbanan yang telah dilakukan.

Di dunia belajar, betapa banyak kita saksikan pelajar-pelajar

yang kecewa terhadap guru atau lembaga penyelenggara

pendidikan.

7) Ketegangan panjang.

Sebab selanjutnya yang menimbulkan kejenuhan adalah

ketegangan yang berkepanjangan, ketegangan dalam hidup

kadang perlu, setidaknya agar hidup ini tidak terasa datar atau

monoton. Tetapi ketegangan yang terus menerus bisa

menimbulkan kejenuhan besar.

8) Perlakuan buruk.

Sebab lain yang kerap kali menimbulkan kejenuhan adalah

perlakuan buruk. Hal tersebut juga bisa terjadi pada siswa yang

mendapat perlakuan buruk dari gurunya pada salah satu bidang

studi, tentunya siswa tersebut akan merasa jenuh, bosan, dan

malas terhadap mata pelajaran itu. Selain itu banyak yang

melatar belakangi timbulnya kejenuhan, sebab-sebab itu

berasal dari diri sendiri, dari kesibukan yang ditekuni, dari


26

lingkungan pergaulan, suasana hidup masyarakat, alam sekitar

bahkan dari pemikiran yang dianut.

Kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa

telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya, karena

bosan dan kelelahan. Namun, penyebab kejenuhan yang paling

umum adalah keletihan yang melanda siswa. Karena keletihan

dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa

yang bersangkutan.

4. Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar

Kejenuhan belajar dapat dialami akibat keletihan jasmani yang

dialami oleh beberapa anggota tubuh seperti kaki, jari-jari

tangan,lengan, tonus (tegangan otot) dan lainnya. Masalah ini dapat

dihilangkan dan diatasi dengan mudah yaitu dengan cara:

a. Istirahat yang cukup terutama tidur

b. Menghindari aktivitas berat dimalam hari sehingga tidak

memaksakan tubuh untuk begadang.

c. Membiasakan mengosumsi makanan yang bergizi

d. Perbaikan sirkulasi darah dengan memijat bagian yang lelah

atau menggunakan obat tertentu yang fungsinya mengencerkan

aliran darah.

Menurut Thursan Hakim, upaya untuk mencegah dan mengatasi

kejenuhan belajar adalah sebagai berikut:

a. Belajar dengan cara atau metode yang bervariasi


27

Jika aktivitas belajar dilakukan dengan metode yang tidak

berubah-ubah, seseorang akan dihinggapi persaan bosan dan

jenuh. Karena itu lakukan aktivitas belajar dengan metode yang

bervariasi.

b. Mengadakan perubahan fisik di ruang belajar

Melakukan perubahan letak peralatan dan perlengkapan

belajar agar tercipta motivasi baru dan menurunkan rasa bosan

saat belajar.

c. Menciptakan situasi baru di ruang belajar

Mencoba hal baru saat belajar, misalnya dengan mendengarkan

musik atau melakuka hal lain yang dapat menurunkan

kelelahan dan kejenuhan belajar.

d. Melakukan aktivitas rekreasi dan hiburan

Salah satu cara untuk mencegah dan mengatasi kejenuhan

belajar adalah dengan membuat rencana atau program aktivitas

rekreasi yang dilakukan setelah belajar secara kontiniu.

e. Hindarkan adanya ketegangan mental saat belajar.29

Ketegangan mental akan membuat aktivitas belajar sterasa

jauh lebih berat dan melelahkan.

Keletihan mental dipandang sebagai faktor utama timbulnya

kejenuhan belajar, sehingga tidak dapat diatasi dengan cara sederhana.

Faktor yang mempengaruhi keletihan mental antara lain banyaknya

29
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), hlm, 66-69
28

masalah yang berat dan sulit dipecahkan, kebosanan karena tugas yang

tidak bervariasi, kondisi batin yang negative dan berlangsung relative

lama, dan tugas yang tidak sesuai dengan keinginannya.30

Ada beberapa cara mengatasi kelelahan mental pada siswa yang

menyebabkan kejenuhan, antara lain sebagai berikut:

a. Melakukan istirahat dan mengosumsi makanan serta minuman

bergizi dengan takaran yang ideal

b. Penjadwalan ulangan harian dan waktu belajar yang dianggap

lebih memungkinkan siswa lebih giat belajar

c. Penataan ulang lingkungan belajar siswa meliputi meja tulis,

lemari rak buku dan alat belajar lainnya sampai siswa

menemukan kamar baru yang nyaman untuk belajar.

d. Memotivasi dan menstimuli siswa agar mereka terdorong untuk

belajar lebih giat dari sebelumnya.

e. Siswa harus berniat nyata, tidak menyerah dengan cara

mencoba belajar terus menerus.31

B. Sejarah Kebudayaan Islam

1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Kata sejarah dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti

kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.32

Menurut Abdurahman, sejarah berasal dari bahasa Arab “Syajarah”,

30
Sri Rumini, Psikologi Umum, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP
Yogyakarta, 1998), hlm. 131
31
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Grafindo Persada, 2003) hlm. 69
32
Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007), hlm. 14
29

yang artinya pohon. Istilah sejarah dalam bahasa asing lainnya disebut

Histore (Prancis), Geschichte (Jerman), Histoire / Geschiedenis

(Belanda) dan History (Inggris). Sejarah adalah sebuah ilmu yang

berusaha menemukan, mengungkapkan, serta memahami nilai dan

makna budaya yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa masa

lampau. Pengertian lain tentang sejarah adalah catatan peristiwa-

peristiwa yang terjadi pada masa lampau mencakup perjalanan hidup

manusia dalam mengisi perkembangan dunia dari masa ke masa.33

Kata kebudayaan memiliki akar kata budaya berasal dari bahasa

Sansakerta yaitu Buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari

Buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Arab disebut Tsaqafah.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture yang berasal dari

kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Kata tersebut

dapat diartikan juga dengan mengolah tanah atau bertani. Kata Culture

juga sering diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.34

Badri Yatim mengartikan kebudayaan sebagai bentuk ungkapan

tentang semangat mendalam suatu masyarakat yang direfleksikan

dalam seni, sastra, religi, dan moral.35 Abdullah mengungkapkan jika

al-Kroeber dan C. Kluckhohn pada tahun 1952 telah berhasil

menghimpun 160 definisi kebudayaan. Dari pendapat yang banyak itu,

33
Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Rekonstruksi
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta, 2005), hlm. 1
34
Muhaimin, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal, (Jakarta: Logos, 2001), hlm. 153
35
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 1
30

dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau

penjelmaan dari kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas luasnya.

Sedangkan menurut Imam Barnadib, kebudayaan adalah hasil budi

daya manusia dalam berbagai bentuk dan sepanjang sejarah sebagai

milik manusia yang tidak beku melainkan selalu berkembang dan

berubah.36 Sedangkan Islam memiliki arti agama yang ajaran-

ajarannya diwahyukan Allah Swt kepada manusia melalui Nabi

Muhammad sebagai Rasul, baik dengan perantaraan malaikat Jibril,

maupun secara langsung. Secara etimologis, Islam memiliki sejumlah

derivasi (kata turunan), antara lain:

a. Aslama, yang berarti menyerahkan diri, taat, tunduk dan patuh

sepenuhnya.

b. Salima, berarti selamat, sejahtera, sentosa, bersih dan bebas dari

cacat/cela.

c. Salam, berarti damai, aman dan tentram.

d. Sullam, yang artinya tangga (alat bantu untuk naik ke atas).

Mengikuti pengertian etimologi ini, maka secara garis besar, Islam

mengandung makna penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah Swt

yang dibuktikan dengan sikap taat, tunduk dan patuh kepada

ketentuan-Nya guna terwujudnya suatu kehidupan yang selamat,

sejahtera, sentosa, bersih dan bebas dari cacat/cela dalam kondisi

damai, aman, dan tentram.

36
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: FIP IKIP, 1987), hlm. 24
31

Berdasarkan pengertian dari ketiga kata di atas, yaitu sejarah,

kebudayaan, dan Islam dapat diambil kesimpulan bahwa sejarah

kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa lampau yang

berbentuk hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan

kepada sumber nilai-nilai Islam Definisi yang lebih lengkap bagi

penulis dapat dilihat pada Lampiran PMA No.65 Tahun 2014, yaitu:

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan perkembangan

perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam beribadah,

bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem

kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh

akidah.37

2. Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Suatu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tentu memiliki

tujuan dan fungsi masing-masing yang dapat menjadi bekal bagi siswa

menghadapi kehidupan di masa depan. Tujuan dapat dikemukakan dari

berbagai sudut pandang sesuai dengan pandangan ahli atau sumber.

Pembelajaran SKI memilliki beberapa tujuan, yaitu:

a. Sejarah digunakan sebagai sumber belajar yang memiliki

keutamaan sebagai panutan agar siswa mengikuti perilaku nabi

dan tokoh-tokoh agama Islam dalam kehidupan sehari-hari

37
Lampiran Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2014
Tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Pada
Madrasah, hlm. 37.
32

b. Mempelajari sejarah memberikan contoh teladan yang baik

bagi umat Islam yang meyakininya dan merupakan sumber

syariah yang besar.

c. Mempelajari sejarah dapat mengembangkan imam, mensucikan

moral, membangkitkan patriotisme, dan mendorong diri untuk

berpegang teguh pada kebenaran serta setia kepadanya.

d. Sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna pada

pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan

pribadi dan sosial anak-anak serta mendorong mereka untuk

mengikuti perilaku Rasul.38

Empat poin di atas secara umum mengungkapkan tujuan

mempelajari sejarah sebagai panutan bagi umat Islam untuk menekuni

perilaku Nabi dan Rasul. Selain tujuan-tujuan di atas, secara khusus

dalam dunia pendidikan di Indonesia, tujuan pembelajaran SKI

tertuang dalam Peraturan Menteri Agama No. 165 tahun 2014, yaitu:

1) Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya mempelajari

landasan ajaran, nilai-nilai, dan norma-norma Islam yang telah

dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan

kebudayaan dan peradaban Islam.

2) Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat

yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan

masa depan.

38
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang: Pustaka Pelajar,
2004), hlm 222-223.
33

3) Melatih daya kritis siswa untuk memahami fakta sejarah secara

benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah

4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan siswa terhadap

peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di

masa lampau.

5) Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil ibrah dari

peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh

berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya,

politik, ekonomi, iptek, seni, dan lain-lain untuk mengebangkan

kebudayaan dan peradaban Islam.

Berdasarkan uraian dari Peraturan Menteri Agama, pelajaran SKI

diajarkan di madrasah dengan tujuan agar siswa mengetahui peristiwa-

peristiwa seputar perkembangan dan penyebaran agama Islam dari

masa ke masa agar kemudian diambil hikmahnya untuk diterapkan

pada perilaku sehari-hari dan di masa depan.

3. Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

a. Dakwah Nabi Muhammad SAW

b. Kepemimpinan umat Islam setelah wafatnya para nabi

c. Perkembangan Islam periode klasik (650-1250 M)

d. Perkembangan Islam pada abad pertengahan (1250-1800 M)

e. Perkembangan Islam pada abad modern (1800 M-sekarang)

Pada hakekatnya, sejarah kebudayaan Islam berperan dalam

mendorong peserta didik untuk mengenal, memhami dan menghayati


34

sejarah Islam dengan nilai-nilai hikmah, serta melatih kecerdasan,

sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.39 Sejarah kebudayaan

Islam biasanya dianggap hanya sebagai mata pelajaran yang

mempelajari sejarah Islam saja. dalam pendidikan Indonesia, SKI juga

mencakup tentang agama dan kebudayaan Islam.

Dengan demikian, dalam kurikulum yang diterapkan di Indonesia,

materi yang disampaikan tidak hanya tentang sejarah raja-raja dan

peristiwa sejarah, tetapi juga memberikan perkembangan agama, ilmu

pengetahuan, dan teknologi dalam islam. Tokoh-tokoh yang

disebutkan bukan hanya para nabi beserta para sahabat dan rajanya,

tetapi juga para ulama dan filosof intelektual. Secara umum materi SKI

yang di ajarkan di madrasah akan mengkaji sejarah peradaban Islam di

Andalusia, gerakan pembaharuan di dunia Islam, dan perkembangan

Islam di Indonesia. Ruang lingkup pelajaran sejarah kebudayaan Islam

di tingkat MA (Madrasah Aliyah) adalah menelusuri asal usul,

perkembnagan, peran kebudayaan atau peradaban Islam di masa lalu. 40

Sejarah kebudayaan Islam dianggap sebagai mata pelajaran yang

sangat penting untuk dipelajari karena landasannya tertulis dalam Al-

Quran dan Haditst. Hal terpenting dalam mempelajari sejarah

kebudayaan Islam adalah menelaah nilai, hikmah, fakta, argumentasi,

dan teori dari materi yang diberikan. Oleh karena itu SKI tidak hnaya

39
Departemen Agama, Lampiran Keputusan Menteri Agama Republik Indoneisa Nomor
165 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab pada Madrasah, (Jakarta: Departemen Agama, 2014), hlm 42.
40
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001), hlm. 315.
35

tentang memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengutamakan nilai-

nilai yang dikandungnya.

C. Penelitian Relevan

1. Skripsi Asma, Jurusan PAI Fakultas Agama Islam UIN Alauddin

Makasar 2017, dengan judul: “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam

dalam Mengatasi Kejenuhan Belajar Peserta Didik di SMP Negeri 1

Labakkang Kabupaten Pangkep.”41

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi

guru mengurangi kejenuhan siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP negeri 1 Labakkang.

Hasil analisis kategori kejenuhan belajar siswa menunjukkan

bahwa sebanyak 15 responden menilai kejnuhan belajar siswa dibawah

19%, 50 responden menilai kejenuhan belajar siswa dalam kategori

sedang dengan persentase 64%, dan 13 responden menilai kejenuhan

belajar siswa dalam kategori tinggi dengan pesentase 17%. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa mengatasi kejenuhan kejenuhan

belajar pada siswa SMP N 1 Labakkang berada pada ketegori sedang.

2. Skripsi Moh Agus Rohman, dengan judul “Kejenuhan Belajar Pada

Siswa di Sekolah Dasar Full Day School.”

41
Asma, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Kejenuhan Belajar
Peserta Didik di SMP Negeri 1 Labakkang Kabupaten Pangkep, (Skripsi: Fakultas Tarbiyah dan
Kependidikan UIN Alauddin Makasar, 2017)
36

Penelitian ini berfokus pada aspek dan faktor apa saja yang

menjadi penyebab kejenuhan belajar peserta didik di sekolah dasar full

day school.42

Hasil penelitian: Dalam hal kejenuhan belajar, yakni kelelahan

emosional. Subjek yang mengalami kelelahan emosional memiliki

gejala bosan, jengkel, dan mudah tersinggung. serta aspek kelelahan

fisik, dimana subjek yang nampak mengalami kelelahan fisik merasa

gelisah dan lapar. Dan kelelahan mental subjek yang selalu

menghindar dari tugas guru. Hal itu menggambarkan subjek

mengalami kelelahan mental. Sedangkan yang terakhir yaitu

kehilangan motivasi. Subjek yang memiliki sifat kurang percaya diri

dapat menunjukkan bahwa subjek mengalami kehilangan motivasi.

3. Skripsi Shinta Wulandari, yang berjudul “Strategi Guru Dalam

Mengatasi Kejenuhan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Pada

Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Negeri 10 Sleman.”43

Rumusan masalah skripsi ini adalah bagaimana stretegi guru

mengatasi kejenuhan belajar SKI pada siswa kelas VIII di MTsN 10

Sleman.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa strategi yang digunakan

guru untuk mengatasi kejenuhan dalam belajar pada siswa kelas VIII

MTsN 10 Sleman membantu siswa ketika merasa bosan selama proses

42
Moh Agus Rohman, Kejenuhan Belajar Pada Siswa di Sekolah Dasar Full Day School,
(Skripsi: Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018)
43
Shinta Wulandari, Strategi Guru dalam Mengatasi Kejenuhan Belajar Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) pada Siswa Kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Negeri 10 Sleman,
(Skripsi: Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018)
37

pembelajaran, dimana strategi pembelajaran digunakan guru terlebih

dahulu melakukan pendekatan individual kepada siswa untuk

menentukan karekteristik dan kebutuhan setiap siswa dalam proses

pembelajaran SKI. Membentuk sebuah kelompok diskusi berlomba-

lomba untuk cepat menguasai tugas dan mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas, mereka dapat bertukar pikiran dengan

teman dan bermain sambil belajar dengan teman yang lain, aslkan

tidak membuat keributan dan mengganggu teman yang lain.

4. Skripsi Nisrina Nur Amelia, yang berjudul “Upaya Mengatasi

Kejenuhan Siswa Dalam Menghafal Al-Qur’an Juz 30 Studi Kasus Di

SDIT AL-Kahfi Gudang Air Jakarta Timur.

Hasil penelitian dalam masalah kejenuhan siswa terjadi pada dua

hal, pertama faktor internal seperti daya ingat rendah dan rendahnya

kemampuan siswa dalam membaca dan menulis al-quran. Kemudian

yang kedua adalah faktor eksternal seperti didalam keluarga siswa

yang belum terbiasa menghafal al-quran. Berikut adalah upaya untuk

menghilangkan kejenuhan siswa dengan meminta guru selalun

mendengarkan bacaan al-quran melalui audio. Ada metode lain yang

digunakan guru, yaitu dengan menambahkan jam setelah pelajaran usai

sebagi jam tambahan lagi hafalan yang kurang.


38

5. Skripsi Etik Fajar Latifah, yang berjudul “Kejenuhan Belajar dan Cara

Mengatasinya (Studi Terhadap Pelaksanaan Sistem Pendidikan Fullday

School SD Budi Mulia Dua Yogyakarta).”44

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan

analisis data kualitatif dengan mengambil latar siswa SD Budi Mulia

Dua Yogyakarta dan difokuskan pada kejenuhan belajar dan cara

mengatasinya. Penelitian ini meskipun sama-sama membahas tentang

kejenuhan belajar, namun keduanya berbeda. Dalam penelitian

tersebut membahas kejenuhan belajar yang disebabkan karena

keletihan.

Dari beberapa penelitian di atas, secara umum peneliti banyak

membahas tentang bagaimana strategi guru mengatasi kejenuhan

belajar yang dialami siswa. Perbedaan antara penelitian sebelumnya

dengan peneliti yang akan diteliti adalah waktu dan tempat penelitian.

Kedua, penelitian ini berfokus pada ciri-ciri, faktor penyebab dan cara

mengatasi kejenuhan belajar siswa pada mata pelajaran SKI

44
Etik Fajar Latifah, “Kejenuhan Belajar dan Cara Mengatasinya (Studi Terhadap
Pelaksanaan Sistem Pendidikan Fullday School SD Budi Mulia Dua Yogyakarta),” (Skripsi,
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2006)
39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif

deskriptif yakni suatu bentuk penelitian yang ditunjukkan untuk

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada di lapangan, baik

itu fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.45 Jenis penelitian

bersifat deskriptif artinya data yang dikumpulkan bukan berupa

angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah

wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, memo, dan

dokumen resmi lainnya. 46

Dalam penelitian ini penulis hanya mendeskripsikan dan

menguraikan tentang Kejenuhan Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas X Di MAN 1

Agam Kecamatan Tanjung Raya.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif. Lexy J. Moleong menjelaskan bahwa

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

45
Risdoyok dan Wedra Aprison, Kerjasama Guru PAI Dan Orang Tua Dalam
Menghadapi Pembelajaran Selama Covid-19. Edukatif:Jurnal Ilmu Pendidikan Vol, 3 No, 5.
(2021). 5
46
Sanafiah Faisal, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:Ghalindo, 2004), hlm. 22
40

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan

sebagainya secara holistik dan penyajian data secara deskripsi

dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Jadi

fenomena yang dialami oleh subjek penelitian dideskripsikan

secara apa adanya dalam kata – kata tanpa adanya rekayasa

manusia.47

B. Tempat dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penulis akan melakukan

proses penelitian. Dimana dalam hal ini penulis melakukan penelitian

di MAN 1 Agam yang terletak di Jalan Hj. Udin Rahmani No. 78

Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Provinsi

Sumatra Barat.

Alasan penulis memilih tempat ini sebagai lokasi penelitian adalah

karena permasalahan yang ditemui dari melihat pengalaman lapangan

saat penulis melakukan observasi dan wawancara dengan salah satu

guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas X bahwa

banyak siswa yang merasa bosan dan jenuh dalam proses

pembelajaran. oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menemukan

permasalahan tersebut yang perlu dikaji dalam penyelesaian secara

ilmiah.

47
Nur Aisyah, skripsi : Persepsi Guru Pamong Terhadap Praktik Mengajar Mahasiswa
Ppl Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan UIN Alauddin Makassar
Pada Madrasah Tsanawiyah Di Kabupaten Gwa, (Makassar : UIN Alauddin 2018) hlm. 33
41

C. Informan Penelitian

Peneliti memutuskan untuk menggunakan dua jenis informan, yaitu

informan kunci dan informan pendukung. Berikut ini penjelasannya:

1. Informan kunci

Adalah informan yang mengetahui secara mendalam

permasalahan yang sedang diteliti. informan kunci dalam

penelitian ini adalah siswa kelas X di MAN 1 Agam untuk

mengetahui penyebab kejenuhan belajar SKI yang dialami oleh

siswa.

2. Informan pendukung

Adalah seorang informan yang ditentukan berdasarkan

pengetahuan dan secara teratur berkomunikasi secara formal

dan informal dengan informan kunci. Informan pendukung

dalam peleitian ini adalah Ibu Yurniati S. Ag selaku guru mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas X dan Kepala

Sekolah MAN 1 Agam.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

yaitu, observasi, wawancara , dan dokumentasi. Berikut ini

penjelasannya:

1. Observasi

Pengamatan atau observasi adalah metode pengumpulan data

dimana peneliti atau kolabolatornya mencatat informasi


42

sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Penyaksian

peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan,

merasakan, yang kemudian dicatat seobyektif mungkin.48

Observasi yang peneliti gunakan adalah observasi partisipan

yaitu observasi yang memungkinkan peneliti melihat dan

mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang

ada. Dengan observasi, peneliti mencatat peristiwa dalam situasi

yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun

pengetahuan yang langsung dari data.49 Hasil observasi ini

berguna untuk menguatkan data mengenai ciri-ciri kejenuhan

belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dan informan yang diwawancarai.

Wawancara adalah salah satu teknik yang dapat digunakan

untuk mengumpulkan data peneltian.50 Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa wawancara adalah suatu kejadian atau proses

interaksi antara wawancara dan sumber informasi atau oarang yang

diwawancarai melalui komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan

48
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
hlm. 310
49
Sanafyah Faisal, Metode Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 2004), hlm.
204
50
Muri Yusuf, Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Kencana,2014), hlm. 328
43

bahwa wawancara merupakan percakapan tatap muka antara

wawancara dengan sumber informasi, dimana pewawancara

bertanya kepada orang yang akan diwawancarai pada saat

penelitian tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang

sebelumnya.

Adapun teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara

terstruktur yaitu awawncara yang dilakukan oleh dua belah pihak

yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai.51

Melalui wawancara penulis akan mengajukan pertanyaan secara

langsung kepada responden, maka disini penulis akan melakukan

wawancara dengan guru mata pelajaran SKI dan siswa kelas X

MAN 1 Agam. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data

tentang faktor penyebab kejenuhan belajar dan cara mengatasi

kejenuhan belajar bagi siswa.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan, lapangan,

dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat simpulan sehingga sudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.

51
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm. 82
44

Analisis menurut Miles dan Huberman dibagi dalam tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan, ketiga alur tersebut adalah:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi

data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data

berlansung secara terus menerus selama pengumpulan data

berlansung.52

Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

memilih data telah diperoleh dari informan, kemudian memusatkan

dan membuang data yang tidak dibutuhkan, selanjutnya

disederhanakan agar data yang diperoleh dalam penyajian data

dapat dengan mudah untuk dipahami.

2. Penyajian data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowcard dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.53

3. Penarikan simpulan dan verifikasi

Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang

menggambarkan pendapat–pendapat terakhir yang berdasarkan


52
Hardani, helmina Andriani, dkk. Metode Penelitia kualitatif dan Kuantitatif, (Mataram:
CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta, 2020), hlm. 164
53
Hardani, helmina Andriani, dkk. Metode Penelitia kualitatif dan Kuantitatif, hlm. 168
45

pada uraian–uraian sebelumnya atau, keputusan yang diperoleh

berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif. Simpulan yang

dibuat harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian dan

temuan penelitian yang sudah dilakukan interprestasi dan

pembahasan. 54

F. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, data dapat dinyatakan kredibel apabila

adanya persamaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa

yang sesungguhnya terjadi pada objek yang di teliti. Untuk melihat

keabsahan data kualitatif dapat dilakukan denga teknik triangulasi

data. Triangulasi data adalah pengecekan data melalui beragam

sumber, teknik, dan waktu degan penjelasan sebagai berikut :

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber.

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik dapat dilakukan dengan melakukan

teknik tersbut menghasilkan data yang berbeda-beda satu sama

lainnya, peneliti dapat melakukan diskusi lebih lanjut kepada

sumber data yang terkait hingga di dapatkan kepastian dan

kebenaran datanya.

54
Hardani, helmina Andriani, dkk, hlm. 171
46

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu dapat dilakukan dengan melakukan

pengecekkan kembali terhadap data kepada sumber dan tetap

menggunakan teknik yang sama, namun dengan waktu atau

situasi yang berbeda.


47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum

1. Latar Belakang atau Sejarah MAN 1 Agam

Sekolah MAN 1 Agam dinegerikan oleh Menteri Agama No. 195

Tahun 1970 tanggal 09 September 1970 yang merupakan MAN tertua

di Kabupaten Agam. Sekolah ini telah menghasilkan siswa-siswa yang

luar biasa seperti PNS, TNI, Polri, pegawai dan pengusaha.

Perkembangan pendidikan siswa semenjak dahulu sampai sekarang

siswanya mayoritas berasal dari luar Kec. Tanjung Raya, seperti

Lubuk Basung, Tiku, Bawan, Kec. IV Nagari. Setelah kami

memperhatikan siswa yang masuk ke MAN 1 Agam, perlu menjadi

perhatian kita bersama untuk kemajuan Madrasah ini, yaitu :

a. Siswa yang masuk ke MAN 1 Agam rata-rata keadaan

ekonominya lemah, sehingga diperlukan adanya asrama dari

pihak sekolah untuk membantu siswa/i yang keadaan ekonominya

lemah.

b. Jarak tempuh siswa/i cukuplah jauh sehingga dengan adanya

asrama harapannya dapat mengurangi resiko siswa/i dalam

perjalanan dan dapat fokus belajar.

Madrasah Aliyah Negeri 1 (MAN) 1 Agam di negerikan pertama

(1) pada tahun 1970, berasal dari :


48

1) Pada tahun 1950 tokoh masyarakat nagari Maninjau

mengadakan musyawarah ingin mendirikan sekolah pendidikan

Agama Islam. Mengingat tokoh Nasional Putra dan Putri

Nagari Maninjau seperti Buya H. Muhammad Nasir, Buya H.

Insya Asyari, Ibuk Hj. Rasuna Said, Buya H. Sultan Mansyur,

maka dapatlah persetujuan mendirikan sekolah bernama

Perguruan Islam Maninjau masa pendidikan 6 tahun yang

didirikan oleh Buya H. Udin Rahmani (seorang perintis

kemerdekaan yang pernah dibuang ke Nusa Kambangan oleh

Belanda dan Jepang) tahun 1950 s/d 1960 di Bantu Buya H.

Sutan Makruf dan Buya H. MahmdBeak dan Buya H. Sultan

Mansyur.

2) Pada tahun 1960 s/d 1965 Sekolah Perguruan Islam Maninjau

di Pimpin oleh Buya H. Sutan Makruf.

3) Pada tahun 1965 diadakan musyawarah demi untuk

mengembangkan pendidikan Agama Islam di tengah

masyarakat diadakan perubahan Nama Sekolah Perguruan

Agama Islam Swasta (SPIS) menjadi 2 (dua) Tingkat yang

pertama Tingkatan Sekolah Persiapan Institut Agama Islam

Swasta (SPIAIS) Maninjau di Pimpin oleh Buya H. Udin

Rahmani lama pendidikan 3 tahun, yang kedua Madrasah

Tsanawiyah Agama Islam Swasta (MTsAIS) Maninjau di

Pimpin oleh Buya H. Sutan Ma’ruf lama pendidikan 3 tahun.


49

4) Berkat kesungguhan dan kegigihan Buya H. Udin Rahmani

mengadakan musyawarah untuk berjuang lagi demi kemajuan

Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Swasta (SPIAIS)

untuk dapat dinegerikan menjadi Sekolah persiapan Institut

Agama Islam negeri (SP-IAIN) Imam Bonjol di Maninjau,

usulan ini disetujui leh masyarakat. Maka, diusulkan pda

tanggal 7 mei 1970 ke Menteri Agama melalui Rektor IAIN

Al-Jami’ah Imam Bonjol Padang. Syukur alhamdulillah

permohonan diterima oleh bapak Menteri Agama.

5) Berdasarkan keputusan bapak Menteri Agama Nomor 195

Tahun 1970 tanggal 9 September 1970 tentang pengertian

Sekolah Persiapan Swasta di Maninjau menjadi Sekolah

Persiapan IAIN Al-Jami’ah Imam Bonjol di Maninjau

Sumatera Barat.

6) Pada tanggal 1 Januari 1971 langsung ditugaskan dosen IAIN

Al-Jami’ah Imam Bonjol sebagai Direktur Sekolah Persiapan

IAIN di Maninjau, yaitu Bapak Drs. H. Imran Rahman (1971

s/d 1976).

7) Pada tahun 1978 terjadi perubahan dari Sekolah Persiapan

IAIN Al-jami’ah Imam Bonjol di Maninjau menjadi Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) Maninjau Kabupaten Agam yang di

pimpin oleh bapak Drs. H. Darnis Burhan (1978 s/d 1989).


50

2. Visi Dan Misi MAN 1 Agam

Mengetahui dan menilai keberhasilan, kegagalan, hambatan dan

kendala serta antisipasi kedepan terhadap masalah tugas dan fungsi

serta tanggung jawab yang diemban. Tentunya dimulai dari visi dan

misi yang harus dijalankan.

VISI :

Mewujudkan siswa yang berakhlak mulia, cerdas, berprestasi dan

mandiri menjadi Madrasah Unggul yang Islami.

MISI :

a. Meningkat kualitas pendidikan administrasi dan kegiatan

ektrakulikuler.

b. Menerapkan nilai-nilai kegiatan islami yang tertib, bersih dan

sehat dalam pelaksanaan kegiatan Agama.

c. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan dengan kelengkapan sarana

dan prasana. Untuk itu telah disusun beberapa program.

d. Menyelenggarakan administrasi perkantoran dan administrasi

kependidikan dengan baik.


51

B. Temuan Khusus

Setelah melakukan penelitian di MAN 1 Agam dengan metode

observasi dan wawancara dapat dipaparkan data hasil penelitian sebagai

berikut:

1. Ciri-ciri Kejenuhan Belajar SKI Yang Dialami Oleh Siswa Kelas

X di MAN 1 Agam.

Ciri-ciri kejenuhan belajar adalah merasa bahwa pengetahuan dan

kecakapan dalam proses belajar tidak ada kemajuan, sistem akalnya

tidak dapat bekerja sebagai mana yang diharapkan dalam memproses

informasi atau pengalaman, kehilangan motivasi dan konsolidasi.

Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam skripsi ini,

khususnya yang berkenaan dengan ciri-ciri kejenuhan belajar siswa

kelas X di MAN 1 Agam. Penulis mengumpulkan data dengan

observasi dan wawancara. Melalui observasi dan wawancara penulis

berusaha merangsang informan yang memimiliki wawasan dan

pengalaman yang luas. Dalam mewawancarai informan peneliti akan

berusaha menggali hal-hal yang penting yang belum terfikir oleh

informan penelitian. Wawancara ini penulis memperoleh data dari

siswa dan guru bidang studi SKI kelas X.

Kejenuhan merupakan bagian dari masalah dimana indikatornya

adalah hasil belajar yang rendah, lambat dalam melakukan tugas-tugas

kegiatan belajarnya, menunjukan sikap-sikap kegiatan yang tidak


52

wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan

sebagainya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan

dengan siswa dan guru pada pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di

MAN 1 Agam tentang ciri-ciri siswa yang mengalami kejenuhan

belajar itu seperti apa?

a. Turunnya Motivasi Belajar

Siswa yang dalam keadaan jenuh merasa bahwa dirinya tidak

lagi mempunyai motivasi yang dapat membuatnya bersemangat

untuk meningkatkan pemahamannya terhadap pelajaran yang

diterimanya atau dipelajarinya. Ciri-ciri siswa yang mengalami

turunnya motivasi dalam belajar adalah mengajak teman sebangku

untuk bercerita ketika guru menjelaskan materi pelajaran atau

memberikan ceramah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa “Ketika saya


jenuh atau bosan menyimak penjelasan materi dari guru sejarah
kebudayaan Islam maka saya akan mengajak teman sebangku
untuk mengobrol dan bercerita.”55

Hasil wawancara dengan siswa lain juga mengatakan “saya


kurang bersemangat belajar sejarah kebudayaan Islam karena guru
jarang memberikan motivasi dan kegiatan belajar mengajar

55
Wawancara dengan Fahrul Rozi, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 06 Juni 2022 di
Dalam Kelas
53

berlangsung di jam terakhir, jadi untuk menghilangkan rasa bosan


lebih baik saya bercerita dengan teman lainnya”.56

Sedangkan hasil wawancara dengan guru bidang studi


sejarah kebudayaan Islam mengatakan “Siswa ketika di kelas
kadang sering ramai, tetapi ramainya masih termasuk ramai yang
wajar. Situasinya pun masih terkendali dan masih ada perhatian
dari siswa terhadap pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Saya juga tidak mengajar dengan terlalu tegang, yang penting
serius tapi santai. Ya, memang ada beberapa siswa yang mengobrol
ketika saya menjelaskan materi pelajaran, tetapi jika sudah
menganggu proses pembelajaran di kelas maka saya akan
menegurnya”.57

Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan pada saat


pembelajaran SKI, dan guru menjelaskan materi di depan kelas,
terlihat ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru,
mereka sibuk bercerita dan mengobrol dengan teman
58
sebangkunya.

Dari hasil wawancara dan observasi di atas dapat diketahui

bahwa ketika siswa sudah merasa jenuh maka dia akan mengajak

atau mengaggangu temannya, mereka menganggap bahwa

mengobrol dengan teman sebangku adalah cara supaya tidak bosan

dalam belajar. Hal ini terjadi karena mereka menganggap bahwa

mengikuti pembelajaran sudah tidak ada hasilnya, dan siswa sudah

tidak bersemangat termotivasi atau memiliki tingkat keaktifan yang

56
Wawancara dengan Nur Annisa, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 06 Juni 2022 di
Dalam Kelas
57
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 06
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
58
Observasi Penulis Lakukan Pada Kelas X Di MAN 1 Agam, 06 Juni 2022
54

tinggi pada saat belajar. Sebagai seorang guru harus memotivasi

siswanya agar semanagat dalam belajar serta mempunyai cara

untuk mengatasi murid mengobrol saat belajar bersama guru

seperti memberikan peringatan non verbal atau menegur dengan

halus.

b. Merasa Lemah dan Cepat Lelah

Ketika siswa merasakan kelelahan yang dialami oleh fisik

akibat kurang istirahat atau disebabkan asupan makanan makin

berkurang, beberapa siswa dapat tertidur di kelas pada saat

pembelajaran SKI berlangsung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa “Saya kurang


berminat dalam belajar SKI karena mata pelajarannya berisi kisah-
kisah masa lalu dan terlalu panjang cerita-ceritanya yang membuat
saya malas memperhatikan guru menjelaskan, dan metode yang
digunakan guru SKI adalah ceramah, suasana dikelas kurang
menyenangkan karena pembelajaran terasa membosankan dan
membuat saya mengantuk lalu tidur”.59

Hasil wawancara dengan siswa lain juga mengatakan “Mata


pelajaran SKI adalah mata pelajaran yang materinya sangat
panjang, harus menghafal tahun-tahun dan berbagai peristiwa masa
lampau, saya merasa bosan lelah harus menghafal sebanayak itu.
Guru hanya menjelaskan dengan metode ceramah di depan kelas,
oleh karena itu rasa mengantuk cepat muncul, selain karena metode
guru faktor yang membuat saya mengantuk adalah karena
semalaman bergadang membuat tugas lain, dan bermain
hanphone.”60

Berdasarkan hasil wawancara di atas siswa yang merasa

kelelahan akan mengalami kejenuhan belajar, kelelahan yang

59
Wawancara dengan Nur Annisa, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 06 Juni 2022 di
Dalam Kelas
60
Wawancara dengan Fahrul Rozi, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 06 Juni 2022
di Dalam Kelas
55

dirasakan siswa akibat kegiatan yang mereka lakukan akan

membuat mereka malas atau bosan dalam belajar dan tertidur di

dalam kelas saat pembelajaran berlangsung.

c. Kesulitan Berkonsentrasi dan Mudah Lupa Dalam Belajar

Konsentrasi dalam belajar yaitu pikiran yang fokus dan serius

dalam belajar, baik itu fokus terhadap apa yang guru sampaikan,

maupun fokus terhadap pendapat yang diberikan teman.

Kebanyakan siswa kelas X di MAN 1 Agam tidak konsentrasi atau

fokus dalam belajar sejarah kebudayaan Islam.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru bidang study


sejarah kebudayaan Islam beliau mengatakan: “Jika dilihat dalam
pembelajaran sejarah kebudayaan Islam ciri-ciri yang dapat dilihat
bahwa siswa itu sudah merasa jenuh yaitu malas membaca materi,
tidak memahami materi yang di sampaikan dan sulit
berkonsentrasi. Mereka acuh tak acuh terhadap materi. Oleh karena
itu siswa menjadi lambat dalam menangkap materi pelajaran, jika
ditanya pada pertemuan selanjutnya terkait materi yang sudah
disampaikan siswa tersebut sudah lupa .”61

Melihat dari observasi yang penulis lakukan dilapangan


dapat di ketahui bahwa kejenuhan belajar dalam setiap diri siswa
itu pasti ada dan di tunjukkan dengan berbagai ciri-ciri, mereka
menjaditidak fokus dan kehilangan semangat dan tidak terdorong
untuk melakukan aktivitas belajar.62

Dari hasil wawancara dan observasi diatas dapat diketahui

yaitu ciri-ciri kejenuhan dalam belajar SKI harus bisa diatasi agar

siswa dapat berkonsentrasi dan bersemangat dalam belajar

61
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 06
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
62
Observasi Penulis Lakukan Pada Kelas X Di MAN 1 Agam, 06 Juni 2022
56

sehingga hasil yang diperoleh menjadi optimal, dan aktivitas

belajar yang dilakukan menjadi efektif dan efisien. Guru juga harus

mempunyai strategi yang menarik siswa agar lebih fokus

memperhatikan pelajaran yang diberikan dan sebisa mungkin

membuat siswa aktif agar tidak bisa berkonsentrasi saat

pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan ciri-ciri

kejenuhan belajar SKI yang dialami oleh siswa yaitu: turunnya

motivasi belajar, merasa lemah dan cepat lelah, dan kesulitan

berkonsentrasi dan mudah lupa dalam belajar.

2. Faktor-faktor Penyebab Kejenuhan Belajar Sejarah Kebudayaan

Islam siswa kelas X di MAN 1 Agam

Dunia masa depan ada di tangan anak-anak masa kini, ungkapan

ini mengandung makna bahwa tanggung jawab terhadap anak tidak

terbatas, baik sebagai guru maupun sebagai orang tua, tetapi lebih dari

itu harus dilihat sebagai tanggung jawab terhadap generasi yang akan

datang. Dalam mempersiapkan generasi penerus, kebutuhan fisik dan

mental harus tercukupi karena berkaitan langsung dengan

pembentukan manusia seutuhnya.

Pada era globalisasi saat ini terutama arus informasi yang mengalir

dengan bebas tanpa terbendung, kehadirannya menimbulkan hal-hal

yang berdampak positif dan negatif, jika hal ini tidak dapat diantisipasi
57

terlebih dahulu akan berdampak pada keinginan belajar siswa

khususnya dalam belajar. proses belajar mengajar, siswa akan

mengalami titik jenuh.

Faktor penyebab kejenuhan belajar SKI pada siswa kelas X di

MAN 1 Agam bermacam-macam, yaitu;

a. Faktor Jasmani/Kelelahan Fisik

Faktor jasmani berasal dari dalam diri siswa saat kegiatan

belajar mengajar. Siswa mengalami keletihan ataupun kelelahan

yang dialami tubuh sebab aktivitas yang mereka jalankan. Hal ini

menyebabkan munculnya kejenuhan belajar siswa antara lain malas

belajar, mengabaikan tugas, konsentrasi menurun sehingga

beberapa dari mereka kurang memperhatikan pelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan

siswa dan guru pada pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di

MAN Agam yang berkaitan dengan faktor jasmani atau faktor

yang menyebabkan siswa merasa jenuh ketika belajar SKI?

Menurut hasil wawancara dengan siswa “Dalam belajar


membutuhkan kesehatan untuk memahami pembelajaran yang
diberikan oleh guru saya, kadang saya sakit, maka untuk
memahami materi pelajran yang tertingal saya malas untuk
mengulangnya lagi”63

Sedangkan wawancara dengan guru bidang study


kebudayaan Islam “Kesehatan siswa sangat mempengaruhi dalam
63
Wawancara dengan Fahrul Rozi, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 06 Juni 2022 di
Dalam Kelas
58

belajar. Terutama untuk memahami dan menghafal tiap pase


peristiwa materi pembelajaran sejarah kebudayaan Islam. Jika
siswa sakit snagat sulit berkonstrasi dan belajar. Ada siswa yang
sakit kepala/perut mereka lebih memilih tidur di UKS daripada
pulang kerumah.”64

Melihat dari observasi yang penulis lakukan dilapangan


dapat diketahui bahwa kesehatan dalam melakukan proses
pembelajaran itu sangat diperlukan untuk memahami proses
pembelajaran, selama mengikuti pembelajran siswa ada yang sakit
kepala atau pusing, sakit perut. ia udah malas mengikuti belajar
lagi dan lebih memilih tidur dikelas atau pergi ke UKS untuk
tidur.65

Dari hasil wawancara dan observasi dapat diketahui yaitu

kesehatan jasmani dalam mengikuti proses pembelajran sangat

diperlukan karena kesehatan merupakan suatu kebutuhan untuk

bisa berkonsentrasi dan semangat siswa dalam memahami materi

pembelajaran yang disampaikan oleh guru di depan kelas.

Menurut hasil wawancara dengan siswa “Siswa bosan belajar


sejarah kebudayaan karena materinya banyak, selain materinya
harus dipahami saya juga harus mencatatnya dibuku catatan,
tangan kami suka sakit jika terlalu banyak menulis.”66

64
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 06
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
65
Observasi Penulis Lakukan Pada Kelas X Di MAN 1 Agam, 06 Juni 2022
66
Wawancara dengan Nur Annisa, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 07 Juni 2022 di
Dalam Kelas
59

Sedangkan menurut wawancara dengan siswa lain


“banyaknya tugas yang harus kami kerjakan, sehingga kami lelah
dan menjadi bosan”67

Melihat dari observasi yang penulis lakukan dilapangan


dapat diketahui bahwa beban tugas yang berlebihan yang diberikan
guru kepada peserta didik terkadang membuat peserta didik lupa
untuk mengerjakannya sehingga hal tersebut membuat peserta
didik merasa jenuh.68

Dari hasil wawancara dan observasi diatas dapat diketahui

bahwa keletihan jasmani yang dialami siswa juga dapat dialami

oleh anggota tubuh seperti kaki, jari-jari tangan dan lengan. Hal ini

terjadi karena terjadi tegangan otot pada lengan tangan sehingga

siswa mengalami kelelahan pada tangan dan jari-jarinya akibat

menulis terlalu banyak. Solusi untuk masalah ini adalah dengan

memijat bagian yang lelah untuk memperbaiki stimulasi aliran

darah.

Banyaknya tugas yang diberikan guru adalah satu penyebab

peserta didik akan mengalami kejenuhan pada saat proses

pembelajaran. Maka guru seharusnya bisa lebih memperhatikan hal

tersebut agar tidak terlalu mebebani dalam hal memberikan tugas

kepada peserta didik.

67
Wawancara dengan Muhammad Hafiz, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 07 Juni
2022 di Dalam Kelas
68
Observasi Penulis Lakukan Pada Kelas X Di MAN 1 Agam, 07 Juni 2022
60

b. Faktor Motivasi dalam Belajar

Setiap guru hendaknya berperan aktif dalam memahami

keadaan setiap siswa agar tidak terbebani dalam belajar, salah satu

penyebab kejenuhan siswa saat belajar SKI adalah kurangnya

motivasi guru. Terkadang guru hanya fokus pada materi

pembelajaran hingga lupa membentuk perilaku siswa. Motivasi

belajar yang baik dari berbagai pihak terutama tenaga pengajar dan

perhatian siswa terhadap berbagai pelajaran yang dipelajari.

Menurut kepala sekolah MAN 1 Agam tentang kejenuhan siswa

dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

“Menurut yang saya amati salah satu yang menyebabkan


terjadinya kejenuhan para siswa karena ada beberapa guru yang
kurang kreatif memberikan motivasi siswa tapi cuman sebagian
kecil, ya maklum karna kurang menguasai komputer sehingga
masih menggunakan pola lama jadi itulah yang membuat siswa
bosan.”69
Lain halnya dengan guru bidang study SKI Kelas X
mengemukakan tentang kejenuhan yang dialami oleh peserta didik
yaitu “Siswa memiliki kemampuan yang cukup baik dalam belajar,
untuk minat dan motivasi siswa itu masih kurang, ibuk
memberikan materi dan tugas kepada mereka, dalam mempelajari
sejarah kebudayaan Islam ini sangat diperlukan untuk memancing
mereka bisa berminat dan termotivasi untuk belajar sejarah
kebudayaan Islam. Untuk memberikan penilaian kepada mereka
setiap selesai menyampaikan meteri pelajaran dalam bentuk
memberikan tugas. Dan menyuruh siswa untuk mengulangi
pelajaran di rumah.”70

69
Wawancara dengan Azizul Hayati, Kepa Sekolah MAN 1 Agam, tanggal 07 Juni 2022,
di Dalam Ruangan Kepsek
70
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 07
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
61

Menurut hasil wawancara dengan siswa yang mengatakan


“Dalam belajar sejarah kebudayaan Islam, kurang memanfaatkan
kemampuan yang dimiliki, dan lebih memanfaatkan apa yang telah
jadi dari temannya dalam belajar maupun dalam membuat tugas
sejarah kebudayaan Islam.”71

Hasil wawancara dengan siswa lain juga mengatakan “Siswa


lebih memilih belajar pelajaran yang diminat dan motivasi dan
dalam proses pembelajaran sejarah kebudayaan Islam siswa tidak
terlalu mengikuti, karena pembelajaran sejarah kebudayaan Islam
lebih monoton dan menghafal. Disana siswa kurang berminat dan
termotivasi mempelajari sejarah.”72

Melihat dari hasil observasi yang penulis lakukan dilapangan


dapat diketahui dalam minat dan motivasi bahwa siswa memiliki
kemampuan yang baik, tapi minat mereka untuk mempelajari
sejarah kebudayaan Islam masih kurang dan juga kurang
termotivasi SKI karena secara global mempelajari sejarah Islam itu
sifatnya lebih banyak kepada monoton, mengahfal, dan siswa
hanya terikat dalam pemberi motivasi yang diberikan guru
kepadanya. Kesulitan mereka adalam belajar yaitu memahami tiap-
tiap pase dalam system pemerintahan dan tahunnya.73

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat

diketahui minat dan motivasi yang muncul pada diri siswa itu

masih rendah, walaupun motivasi yang diberikan oleh guru mereka

cukup baik untuk membantu mereka dalam belajar agar tidak

mengalami kejenuhan.

c. Metode yang Tidak Bervariasi/Monoton

Dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam metode yang

digunakan oleh guru yaitu, metode ceramah/cerita, tugas dan

71
Wawancara dengan Meisya Sabna Alfaghira, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 07
Juni 2022 di Dalam Kelas
72
Wawancara dengan Andiki Saputra, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 07 Juni
2022 di Dalam Kelas
73
Observasi Penulis Lakukan Pada Kelas X Di MAN 1 Agam, 07 Juni 2022
62

belajar kelompok/diskusi. Guru sering menggunakan metode ini

dalam proses pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dan metode

inilah yang mudah membuat siswa bosan dan malas dalam belajar.

Metode ceramah adalah metode yang system belajarnya

dilakukan guru dengan sekelompok siswa dalam suatu ruangan

dengan memberikan pembelajaran dengan berceramah atau

bercerita di depan kelas. Sistem belajar ini yang lebih aktif dalam

berperan dalam pembelajaran yaitu guru atau disebut juga dnegan

strategi exposition (secara langsung/direct instruction) adalah

pembelajaran yang disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan

siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut.

Dari metode tersebut penulis mewawancarai seorang siswa


yang mengatakan bahwa “Dalam belajar sejarah kebudayaan Islam
guru menggunakan metode ceramah/cerita dalam menyampaikan
materi pembelajaran. kadang membuat kami malas-malasan dalam
belajar.”74

Belajar kelompok suatu metode yang digunakan guru dalam

belajar yang terbentuk dari beberapa orang dalam kelompok untuk

menyelesaikan suatu masalah atau materi yang diberikan guru yang

akan dipecahkan oleh siswa dan mengemukakan ide-ide dalam

menyelesaikannya. Dalam kelas ini guru membagi kelompok

sesuai dengan materi yang terdiri beberapa poin yang besar yang

74
Wawancara dengan Risma Mutiara, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 07 Juni
2022 di Dalam Kelas
63

diberikan kepada tiap-tiap kelompok untuk dikompromikan secara

bersama.

Dari metode tersebut penulis mewawancarai seorang siswa


yang mengatakan bahwa “Saya belajar di kelas ini dengan mata
pelajaran sejarah kebudayaan Islam yaitu dengan belajar
kelompok, dalam satu materi, yang terdiri dari beberapa poin itu
yang kami diskusikan dengan satu poin satu kelompok, setelah itu
melakukan tanya jawab dengan kelompok lain.”75

Dari wawancara di atas penulis perkuat dengan hasil


observasi dengan melihat Guru sejarah kebudayaan Islam
melakukan pembelajaran dan persiapan pembelajaran yang
diberikan guru kepada siswa menggunakan strategi dan metode
pembelajaran namun dalam mengembangkan materi pelajaran guru
tidak menggunakan media, karena terbatasnya sarana dan
prasarana di sekolah tersebut, sehingga siswa mudah jenuh,
bermalasan dalam belajar sehingga siswa melakukan kegiatan lain,
bertanya pada teman sebangkunya, mencoret-coret buku dengan
membuat gambar, tidur-tiduran, dan dalam belajar kelompok hanya
siswa yang tekun saja yang aktif dan juga dalam membuat tugas
mengandalkan tugas temannya dengan mencontek.76

Dari hasil wawancara dan observasi di atas dapat diketahui

yaitu pembelajaran sejarah kebudayaan Islam merupakan pelajaran

yang materinya berisikan peristiwa masa lalu, sehingga di sekolah

guru sering terjebak dalam mengembangkan materi pelajaran

dengan hanya menggunakan metode yang mengarah kepada

ceramah, kelompok yang kurang aktif dan tugas yang sering di

lalaikan oleh siswa. Padahal metode tersebuut mendatangkan

75
Wawancara dengan Arifman Hakim, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 07 Juni
2022 di Dalam Kelas
76
Observasi Penulis Lakukan Pada Kelas X Di MAN 1 Agam, 07 Juni 2022
64

kebosanan dan kejenuhan, kurang berminat dan juga kurang

memotivasi siswa melakukan dan mengikuti proses pembelajaran

yang tidak aktif dalam mengembangkan aspek kecerdasan yang dia

miliki.

d. Sarana dan Prasarana Kurang Memadai

Salah satu penunjang kelancaran proses belajar mengajar

adalah sarana atau alat. Kurangnya alat peraga yang dimiliki oleh

MAN 1 Agam juga menjadi faktor terjadinya kejenuhan belajar

peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan penyataan guru bidang

Study SKI, sebagai berikut:

“Belum terealisasikannya pembelajaran sejarah kebudayaan


Islam secara baik. Kurangnya alat peraga dalam melakukan suatu
pembelajaran di kelas untuk membantu siswa memahami materi
pembelajaran dengan baik, jadi kadang siswa yang mengikuti
pelajaran menjadi bosan dan jenuh terhadap pelajaran. Maklumlah
sekolah Cuma punya 2 LCD Proyektor/ infocus, itupun harus
bergantian/rebutan dengan guru lain, jadi kalau untuk memakai
media pembelajaran seperti power point itu susah. Jadi kami
sebagai guru menyampaikan pembelajaran hanya dengan metode
ceramah dan diskusi saja.”77

Sedangkan hasil wawancara dengan siswa mengatakan


“Dalam pembelajaran SKI hanya dengan mendengarkan guru
berceramah di depan kelas, kemudian ada sesi tanya jawab, dan
sesekali ada diskusi kelompok, selama pelajaran SKI kami tidak
pernah belajar menggunakan infocus.”78

77
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 08
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
78
Wawancara dengan Ikhsan Yusas, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 08 Juni 2022
di Dalam Kelas
65

Berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan Pada saat


pembelajaran SKI, siswa hanya memperhatikan guru menjelaskan
materi di depan kelas dengan papan tulis dan buku paket sebagai
media pembelajaran, kemudian siswa di bagi beberapa kelompok
untuk di berikan penugasan.79

Dari hasil wawancara dan observasi di atas dapat diketahui

bahwa pembelajaran yang dilakukan tanpa adanya media tambahan

yang bervariasi akan mengakibatkan siswa jenuh dalam belajar,

terkadang siswa juga butuh media belajar yang berbeda, tidak

hanya melihat atau belajar dari buku paket saja, misalnya dalam

pembelajaran SKI adanya perang yang terjadi pada saat

pemerintahan Rasulullah, contoh perang badar, nah materi ini

selain guru menjelaskan atau menceritakan kejadiannyanya, guru

juga bisa menayangkannya dengan infocus di depan kelas, pasti

siswa lebih memahami, tertarik dan bersemangat untuk

menontonnya.

e. Waktu Jam Pelajaran

Persoalan waktu atau jam pelajaran seringkali menjadi topik

pembicaran para pakar pendidikan, karena persoalan waktu

pelajaran sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan seperti

yang diutarakan oleh Guru mata pelajaran sejarah kebudayaan

Islam sebagai berikut:

79
Observasi Penulis Lakukan Pada Kelas X Di MAN 1 Agam, 08 Juni 2022
66

“Kami di sekolah ini agak kesulitan mengajarkan mata


pelajaran sejarah kebudayaan Islam karena jam pelajaran SKI
selalu berada di akhir-akhir pembelajaran, sehingga siswa pada
bosan dan sudah mengantuk.80

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa “Waktu belajar


SKI itu selalu di akhir pembelajaran, ditambah cuacana panas, saya
lebih sering mengantuk, dan mulai gelisah berada di dalam kelas
saat pembelajaran berlangsung.”81

Wawancara juga dengan siswa lain mengatakan “Ketika


belajar SKI itu sulit untuk berkonsetrasi karna di jam-jam rawan
mengantuk, apalalagi materinya panjang-panjang yang membahas
masa lalu, saya menjadi lelah dan memilih tidur karna belajar SKI
di akhir pembelajaran. .”82

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa salah satu

faktor terjadinya kejenuhan belajar adalah waktu pembelajaran

ketika peserta didik telah mengalami kelelahan, maka konsentrasi

mereka terganggu dan mengabaikan pelajaran yang sedang

berlangsung. Menyikapi kondisi tersebut maka seorang guru harus

mengambil langkah-langkah baru dalam mengatasi persoalan

tersebut.

80
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 08
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
81
Wawancara dengan Muhammad Hafiz, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 08 Juni
2022 di Dalam Kelas
82
Wawancara dengan Muhammad Aidil, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 08 Juni
2022 di Dalam Kelas
67

f. Kurangnya Rekreasi dan Hiburan

Sama halnya dengan aktivitas fisik yang membutuhkan

istirahat, belajar yang merupakan aktivitas berpikir juga

dimungkinkan mengalami kelelahan secara mental sehingga

dibutuhkan rekreasi untuk membuat pikiran kembali fresh. Salah

satu cara untuk mencegah dan mengatasi kejenuhan belajar adalah

dengan melakukan aktivitas rekreasi dan hiburan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa “dalam


pembelajaran SKI kami tidak pernah melakukan rekreasi atau
hiburan, di dalam kelas guru hanya fokus menjelaskan meteri
saja.”83

Wawancara juga dengan siswa lain mengatakan “selama


prose belajar mengajar di kelas guru SKI tidak pernah mengajak
kami bermain games di sela-sela pelajaran, padahal materinya yang
banyak dan sulit dipahami membuat kami jenuh berada di kelas
hanya dengan mendengarkan penjelasan guru.”84

Sedangkan hasil wawancara dengan guru bidang study SKI


mengatakan “ saya memang jarang sekali memberikan hiburan/ ice
breaking atau games di dalam kelas terutama pada saata belajara
sejarah kebudayaan Islam karena materinya yang banyak, dan
waktu menjelaskan itu sedikit, karna pelajaran SKI hanya 2JP
dalam 1 minggunya.”85

83
Wawancara dengan Muhammad Hafiz, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 08 Juni
2022 di Dalam Kelas
84
Wawancara dengan Arifman Hakim, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 07 Juni
2022 di Dalam Kelas
85
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 08
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
68

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahawa

kejenuhan belajar dapat disebabkan oleh kurangnya rekreasi dan

hiburan yang diberikan guru kepada peserta didik. Padahal di

dalam pembelajaran bermain dimaksud untuk menyegarkan

kembali tubuh peserta didik sehingga peserta didik bisa lebih aktif

dan segar kembali.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan faktor-

faktor penyebab kejenuhan belajar SKI adalah faktor jasmani/

kelelahan fisik, faktor motivasi dalam belajar, metode yang tidak

bervariasi/monoton, sarana dan prasarana kurang memadai, waktu

jam pelajaran dan kurangnya rekreasi dan hiburan.

3. Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar Siswa Kelas X Pada Mata

Pelajaran SKI di MAN 1 Agam

Seorang guru harus memiliki kreativitas dalam mengajar, hal ini

bertujuan agar peserta didik tidak mengalami kejenuhan pada saat

proses pembelajaran. Peserta didik yang mengalami kejenuhan pada

saat proses pembelajaran maka peserta didik tersebut tidak dapat

mengerti dan memahami materi yang disampaikan oleh gurunya. Maka

tugas seorang guru dalam menyikapi hal tersebut adalah mengetahui

terlebih dahulu penyebab kejenuhan belajar yang sedang dialami oleh

peserta didik. Jika guru telah mengetahui penyebab kejenuhan belajar

yang dialami oleh peserta didik maka tugas guru adalah mengatasi
69

kejenuhan tersebut. Untuk mengatasi kejenuhan tersebut yang

diperlukan adalah kreativitas seorang guru.

Berdasarkan wawancara dengan ibuk kepala sekolah MAN 1

Agam mengatakan bahwa:

“Kiat-kiat untuk mengatasi kejenuhan belajar pada saat proses


pembelajaran adalah tempat belajar harus diatur atau di model,
kemudian metode pembelajaran disusun agar lebih menarik.”86

Sedangkan hasil wawancara dengan guru bidang study sejarah

kebudayaan Islam mengatakan bahwa:

“Melakukan pendekatan-pendekatan kepada peserta didik, artinya


kami harus memahami karakteristik seorang anak dalam hal mengikuti
proses pembelajaran, ketika saya temukan ini kurang bersemangat
tentu saya mencari apa penyebabnya kemudian saya bisa melakukan
pendekatan-pendekatan pada anak itu supaya mereka kembali
bersemangat dalam hal mengikuti proses pembelajaran.”87

Sedangkan hasil wawancara dengan peserta didik cara mengatasi


kejenuhan belajar yaitu “Terkadang di sela pembelajaran guru
memberikan candaan yang dapat memberikan kesegaran untuk kami,
dan dengan candaan itu atau memberikan pertanyaan yang diberikan
secara dadakan kepada siswa sehingga siswa langsung memperhatikan
pelajaran.”88

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa

kreatifitas guru dalam mengatasi kejenuhan belajar sangat penting

karena kreatifitas guru mampu untuk membangkitkan semangat belajar

peserta didik.
86
Wawancara dengan Azizul Hayati S. Ag, Kepala Sekolah MAN 1 Agam, tanggal 08
Juni 2022, di Dalam Ruangan Kepsek
87
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 08
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
88
Wawancara dengan Muhammad Iqbal, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 08 Juni
2022 di Dalam Kelas
70

Langkah-langkah atau upaya-upaya yang harus ditempuh untuk

mengatasi kejenuhan belajar adalah sebagai berikut;

a. Melakukan Pendekatan Kepada Peserta Didik

Pendekatan snagat diperlukan dalam mengatasi peserta didik

yang mengalami kejenuhan dalam belajar. Dalam proses

pembelajaran, seorang guru tidak boleh memperlihatkan hal-hal

yang akhirnya menyebabkan ketegangan, hendaklah guru

memperlihatkan sikap yang baik sehingga peserta didik tertarik

untuk megikuti pelajaran. Dalam proses belajar mengajar mata

pelajaran sejarah kebudayaan Islam di MAN 1 Agam guru

berperan penting dalam memahami karakteristik peserta didik

melalui pendekatan yang bervariasi untuk menghindari kebosanan

dalam proses belajar.

Dalam perannya sebagai pengajar dan pendidik, guru bidang

study SKI kelas X selalu berusaha semaksimal mungkin menata

lingkungan ruang belajar sehingga mengandung iklim kondusif

yang memungkinkan peserta didik mengikuti proses belajar dengan

tenang dan bergairah. Perilaku guru dalam proses pendidikan dan

pembelajaran akan memberiakn pengaruh dan corak yang kuat bagi

pembinaan perilaku dan kepribadian anak didiknya.

Sehubung dengan hal tersebut, menurut hasil wawancara


penulis dengan peserta didik mengatakan “ salah satu faktor yang
membuat kami khususnya saya senang dalam mengikuti pelajaran,
71

karena guru selalu memperlihatkan sikap yang baik dalam proses


pembelajaran.”89
Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan

menyenangkan baik bagi guru maupun peserta didik sangat

dibutuhkan dalam kegiatan belajar. Selain dari perilaku guru dan

perannya dalam menciptakan situasi belajar yang kondusif sebagai

salah satu bentuk pendekatan psikologis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi SKI


mengatakan “dalam kegiatan pembelajran, pendekatan emosional
yang saya lakukan adalah mengajar peserta didik dengan kasih
sayang, memberikan perhatian secara keseluruhan, melayani
peserta didik dan tidak mempersulit, serta tidak pilih kasih antara
peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian
peserta didik merasa nyaman dan tidak ada perasaan didiskriminasi
sehingga tentunya akan berpengaruh pada minat belajar mereka.”90

Dari berbagai informasi wawancara di atas dapat disimpulkan

bahwa dengan melakukan pendekatan emosional dalam mengatasi

kejenuhan belajar peserta didik di MAN 1 Agam, maka akan dapat

meminimalisir bahkan mencegah terjadinya masalah belajar

tersebut, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada perubahan

sikap dan pengalaman peserta didik.

b. Menerapkan Metode Pembelajaran yang Bervariasi

Upaya guru untuk memilih metode yang tepat dalam

mendidik peserta didiknya adalah dengan menyesuaikan metode

89
Wawancara dengan Muhammad Riyan, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 08 Juni
2022 di Dalam Kelas
90
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 08
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
72

dengan kondisi psikis peserta didiknya, juga harus mengusahakan

agar materi pelajaran yang diberikan kepada peserta didik mudah

diterima. Dalam hal ini tidaklah cukup dengan pendidik bersikap

lemah lembut saja. ia harus pula memikirkan metode-metode yang

harus digunakannya agar peserta didik tidak mudah mersa jenuh

terhadap materi yang diajarkan.

Dalam penerapan metode ini, selain menggunakan metode

ceramah sebagaimana lazimnya, guru mata pelajaran sejarah

kebudayaan Islam kelas X juag menerapkan metode lain untuk

membuat peserta didik tidak merasa jenuh dengan materi yang

diajarkan, salah satunya dengan metode PAIKEM (Pembelajaran

Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang study SKI


mengatakan bahwa “Sejarah kebudayaan islam merupakan salah
satu pelajaran yang perlu menggunakan PAIKEM dalam
pembelajarannya. Karena Sejarah Kebudayaan Islam diangap
pelajaran yang membosankan oleh kebanyakan peserta didik. Ini
terjadi karena guru yang terlalu menonton dalam mengajar, yang
hanya menggunakan metode ceramah dan media belajar yang
seadanya.”91

Pada sekarang ini guru-guru sudah banyak melakukan upaya

dalam menumbuhkan minat belajar siswa melalui berbagai metode

maupun strategi pelajaran salah satu usaha guru agar siswa tidak

bosan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

menggunakan PAIKEM, dengan harapan lebih meningkatkan

91
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 08
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
73

proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman siswa dalam

pelajaran Sejarah. Dengan adanya PAIKEM yang diterapkan dalam

pembelajaran, maka pembelajaran akan lebih menyenangkan dan

tidak menonton dan terpaku kepada teori semata, terutama

PAIKEM yang digunakan dalam pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam yang diharapkan mapu member dampak positif

terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan dilapangan,


penulis melihat guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dan
peserta didik di MAN 1 Agam menggunakan PAIKEM untuk
memotivasi peserta didik dalam belajar, sehingga informasi yang
diberikan guru dapat tersampaikan dengan baik dan bermakna.92

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat

diketahui bahwa keinginan guru bidang study SKI dalam

memberikan pelajaran dengan menggunakan metode yang

bervariasi yaitu metode PAIKEM merupakan upaya yang

dilakukan guru SKI yang bertujuan untuk mengatasi kejenuhan

belajar yang dialami peserta didik di MAN 1 Agam. peserta

didikpun menganggap pelajaran sejarah kebudayaan Islam bukan

pelajaran yang membosankan dan hasil yang dicapai sesuai dengan

yang diinginkan, sehingga dengan demikian PAIKEM sangat

membantu guru dalam menyampaikan materi.

92
Observasi Penulis Lakukan Pada Kelas X Di MAN 1 Agam, 08 Juni 2022
74

c. Melakukan Evaluasi Pada Tiap Akhir Pelajaran

Guru diharapkan mampu menciptakan interaksi belajar

mengajar yang kondusif, karena kondusivitas situasi belajar

mengajar dapat dijadikan sebagai indikasi keberhasilan mengajar.

Selanjutnya dalam proses pembelajaran guru harus mengikuti hasil

belajar yang dicapai oleh peserta didik dari waktu kewaktu melalui

evaluasi, informasi yang didapatkan dari kegiatan evaluasi ini

merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan belajar mengajar,

yang selanjutnya akan dijadikan sebagai titik tolak untuk

memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran selanjutnya.

Dengan demikian, proses pembelajaran akan senantiasa

ditingkatkan terus menerus untuk memperoleh hasil belajar yang

optimal.

Seperti pada mata pelajaran lainnya, dalam mata pelajaran

sejarah kebudayaan Islam pada setiap akhir pembelajaran juga

diadakan evaluasi.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bidang


study SKI kelas X mengatakan “Evaluasi dilakukan dengan
maksud untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dalam
proses pembelajaran, sehingga kita tahu langkah apa yang harus
diambil selanjutnya.”93

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan siswa


mengatakan “evaluasi selalu dilakuikan guru SKI di akhir kegiatan

93
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 08
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
75

pembelajaran, baik berupa pertanyaan lisan maupun tulisan sesuai


dengan materi yang kita dapatkan.”94

Selain evaluasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran

berlangsung di sekolah, pemberian tugas rumah pun dilakukan

untuk mengevaluasi ranah afeksi peserta didik, bagaimana

perhatian dan respon mereka terhadap tugas yang diberikan oleh

guru, serta memberi sanksi bila tidak mengerjakan suatu tugas.

Sesuai dengan hasil wawancara dengan guru bidang study


SKI beliau mengatakan “Selain mengadakan evaluasi pada setiap
akhir pembelajaran, upaya lain yang dilakukan dalam rangka
mengatasi maupun mencegah agar peserta didik tidak lupa adalah
memberikan tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan di rumah
tentang materi yang telah diajarkan dan setiap masuk pelajaran
diberikan pertanyaan kepada peserta didik tentang pelajaran lalu
dan diberi sanksi bila tidak bisa menjawab atau mengerjakan suatu
tugas.”95

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan

bahwa fenomena masalah belajar seorang peserta didik biasanya

tampak jelas dari menurunnya prestasi belajarnya.Oleh karena itu

sangat bijaksana apabila memberikan solusi atas masalahmasalah

belajar yang dihadapi oleh peserta didik. Selain itu, hal-hal yang

94
Wawancara dengan Muhammad Hafiz, Siswa Kelas X MAN 1 Agam, tanggal 08 Juni
2022 di Dalam Kelas
95
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 08
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
76

dinilai dalam menentukan hasil belajar yang di capai tidak hanya

dilihat dari segi kemampuannya dalam mengerjakan lembaran soal

ujian, tetapi dapat dilihat dari perilaku dan keterampilan peserta

didik, dengan demikian hasil akhir yang diberikan merupakan

cakupan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

d. Mengadakan Perubahan Fisik Ruangan

Mengadakan perubahan fisik ruangan adalah penataan

lingkungan fisik ruangan kelas dengan cara mengatur tempat

duduk siswa yang nyaman dan menarik sehingga siswa tidak

merasa jenuh ketika belajar di kelas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang study


SKI mengatakan bahwa “untuk mengatasi kejenuhan belajar yang
dialami oleh peserta didik adalah dengan pengaturan fisik kelas
diarahkan untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa sehingga
siswa merasa senang, nyaman, aman dan belajar dengan baik. Jadi
dengan lingkungan fisik yang tertata rapi, bersih da adanya fasilitas
kelas yang lengkap, membuat siswa merasa nyaman dan mampu
memanfaatkan lingkungan yang ada untuk belajar.”96

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di


lapangan pada saat pembelajaran SKI yang berlangsung di dalam
kelas terlihat kelas rapi dan bersih dengan susunan kursi dan meja
yang berjejean rapi, siswa duduk di kursi dan meja masing-masing
yang akan meminimalisir siswa menganggu temannya dan
mengajak mengobrol saat belajar. Kemudian ada juga lemari yang
di dalamnya tersusun buku-buku dengan rapi.97

Jadi berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas

dapat diketahui bahwa guru harus lebih kreatif dalam mengatur

96
Wawancara dengan Yurniati S. Ag, Guru Bidang Study SKI MAN 1 Agam, tanggal 08
Juni 2022, di Dalam Ruangan Guru
97
Observasi Penulis Lakukan Pada Kelas X Di MAN 1 Agam, 08 Juni 2022
77

tempat duduk dan penataan lainnya sesuai pada kondisi siswa dan

pengendalian kondisi belajar, karna guru memiliki peranan penting

dalam menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswanya

agar tidak mengalami kejenuhan belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan cara

mengatasi kejenuhan belajar sejarah kebudayaan Islam adalah

melakukan pendekatan kepada peserta didik, menerapkan metode

pembelajaran yang bervariasi, melakukan evaluasi pada tiap akhir

pelajaran, dan mengadakan perubahan fisik ruangan.


78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penyajian data dan pembahasan data yang telah dilakukan

maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ciri-ciri dari peserta didik yang mengalami kejenuhan belajar Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) di MAN 1 Agam yaitu: turunnya motivasi

belajar, merasa lemah dan cepat lelah, dan kesulitan berkonsentrasi

dan mudah lupa dalam belajar.

2. Faktor-faktor penyebebab kejenuhan belajar sejarah kebudayaan Islam

adalah faktor jasmani/ kelelahan fisik, faktor motivasi dalam belajar,

metode yang tidak bervariasi/monoton, sarana dan prasarana kurang

memadai, waktu jam pelajaran dan kurangnya rekreasi dan hiburan.

3. Sedangkan cara untuk mengatasi kejenuhan belajar sejarah kebudayaan

Islam dapat dilakukan berbagai dengan berbagai cara yaitu: melakukan

pendekatan kepada peserta didik, menerapkan metode pembelajaran

yang bervariasi, melakukan evaluasi pada tiap akhir pelajaran, dan

mengadakan perubahan fisik ruangan.

B. Saran

Setelah penulis mengungkapkan beberapa kesimpulan tersebut, maka

penulis mengemukakan beberapa saran sebagai harapan yang ingin dicapai

dalam pendidikan yaitu:


79

1. Bagi Guru SKI, sebagai seorang pendidik, guru hendaknya lebih

kreatif lagi dalam memilih metode dan strategi pembelajaran, agar

siswa tidak merasa bosan dan lebih tertarik dengan pelajaran

pendidikan agama islam, serta guru memberikan pembinaan yang lebih

untuk mengembangkan potensi siswa dalam bidang keagamaan, tidak

hanya pada saat ada perlombaan saja.

2. Kepada Siswa, hendaknya lebih meningkatkan kembali keaktifan

mereka pada saat pembelajaran, siswa harus bisa memanfaatkan waktu

saat pembelajaran sehingga pembelajaran bisa lebih efektif dan siswa

hendaknya bisa mengamalkan ajaran agama Islam tidak hanya sekedar

memahami teorinya saja.

3. Bagi Sekolah, sebaiknya dapat menambahkan media atau alat

pembelajaran yang dibutuhkan siswa dalam proses pembelajaran yaitu

LCD Proyektor, buku-buku cetak serta sarana dan prasarana yang

membuat siswa merasa nyaman pada saat belajar.


DAFTAR PUSTAKA

UU Sisdiknas. 2003. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Jakarta:Alfabeta

Hujar, Sanaky. 2003. Pradigma Pendidikan Islam Membangun Masyrakat


Madani IndonesiaYogyakarta:Safiria Insania Press

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Hernawati. 2014. Implementasi Pendidikan Agama Islam Dalam Lingkungan


Keluarga Terhadap Sikap Keberagamaan Siswa Di Kelas XI PMDS Putri
Palopo. Palopo:Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan
Agama Islam STAIN Palopo

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:PT Remaja


Rosdakarya

Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan PAI di


Sekolah. Bandung:Remaja Rosdakarya

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Ahmad, Muhammad Abdul Qadir. Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama


Islam. Jakarta:Proyek Pembinaan Prasarana dan Perguruan Tinggi
Agama/IAIN

Yemmardotillah. 2014. Mata Pelajaran SKI Di Madrasah Ibtidaiyah (MIN)


Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten AgamI. Jurnal Sejarah
Kebudayaan Islam.

Lismay, Leli dan Zubaidah. 2019. Strategi Pembelajaran Bahasa Inggris


Mahasiswa Mahad Iain Bukittinggi. Jurnal Educative: Journal Of
Educational Studies. Vol. 4 No. 1.
Risdoyok dan Wedra Aprison. 2021. Kerjasama Guru PAI Dan Orang Tua Dalam
Menghadapi Pembelajaran Selama Covid-19. Edukatif:Jurnal Ilmu Pendidikan
Vol. 3 No

Wati, Salmi. 2022. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran SKI Dengan
Model Pembelajaran Jigsaw Di Kelas VII Mts S Bawan Kecamatan Ampek
Angkek Kabupaten Agam. INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research. Vol,
1 No, 2.

Handayani, Fitri. 2022. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
SKI Dengan Model Pembelajaran Jigsaw Di Kelas VII Mts S Bawan
Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam. INNOVATIVE: Journal Of
Social Science Research. Vol, 1 No, 2.
Herdini, Riani. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu Teori Konsep Dan
Implementasi, Yogyakarta.

Abdurahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta:Ar-


Ruzz Media.

Muhaimin. 2001. Islam dalam Bingkai Budaya Lokal. Jakarta:Logos

Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:Raja Grafindo Persada

Barnadib, Imam. 1987. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta:FIP IKIP

Lampiran Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2014
Tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab Pada Madrasah

Thoha, Chabib. Dkk. 2004. Metodologi Pengajaran Agama. Semarang:Pustaka


Pelajar

Tadjab. 1994. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya:Karya Abditama

Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Cet. IV;


Jakarta : Rineka cipta

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Cet. I Jakarta: Bumi Aksara

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Khodijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada

Marbun. 2018. Psikologi Pendidikani. Ponorogo:Uwais Inspirasi Indonesia

Thahir, Andi. 2014. Psikologi Belajar. Bandar Lampung:LP2M UIN Raden


Intan Lampung

Hakim, Thursen. 2004. Belajar Secara Efektif. Jakarta:Puspa Swara

Fauziah, Ni’matul. 2013.Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar Sejarah


Kebudayaan Islam (Ski) Pada Siswa Kelas Xi Jurusan Keagamaan Di
Man Tempel Sleman. Pendidikan Agama Islam. Vol. X No. 1
Abdurahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta:Ar
Ruzz Media

Muhaimin. 2001. Islam dalam Bingkai Budaya Lokal. Jakarta: Logos

Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:RajaGrafindo Persada

Barnadib, Imam. 1987. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta:FIP IKIP

Thoha, Chabib. Dkk. 2004. Metodologi Pengajaran Agama. Semarang:Pustaka


Pelajar

Nata, Abuddin. 2001. Metodologi Studi Islam. Jakarta:Raja Grafindo

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Cet.
1. Jakarta:Rineka Cipta

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses


Pendidikan. Jakarta:Prenada.

Tohirin, 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Sunarto, 2012. Ice Breaker Dalam Pembelajaran Aktif. Surakarta:Yuman


Presindo

Djamarah, Syaiful Bahri. Dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar Edisi


Revisi. Jakarta:Rineka Cipta

Subroto, Surya. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta:PT.Ardi


Mahatya

Triyanto. 2010. Modifikasi Pembelajaran Statistika Melalui Pendekatan


Kontekstual Dengan Sentuhan Humor. Surakarta:Jurnal Inovasi
Pendidikan.

Lilik, Sriyanti. Dkk. 2009. Teori-teori Pembelajaran.Saltiga:STAIN

Annisa Fadhila, 2017. Pengelolaan Kelas pada Pembelajaran SKI pada Kelas
IV MI Istiqomah Sambas Purbalingga. Skripsi Fakultas Agama Islam
Univeristas Muhammadiyah Purwokerto
Laila Kurniasari, 2015. Strategi Guru dalam Memotivasi Belajar Siswa SKI di
MTsN Bandung Kabupaten Tulungagung Tahun Ajaran 2014/2015.
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung,

Ali As’Ad. 2016. Upaya Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs NU Al Hidayah Get
Assrabi Gebog Kudus. Skripsi Fakultas Trabiyah STAIN Kudus

Keke T. Aritonang. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur, Guru SMPK 1 BPK
PENABUR Jakarta. No. 10. tahun ke-7

Euis Sofi. 2016. Pembelajaran Berbasis E-Learning pada Mata Pelajaran


Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII MTsN. Jurnal Penelitian
Manajemen Pendidikan. Vol. I No. 1

Faisal, Sanafiah. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Ghalindo

Aisyah, Nur. 2018. Persepsi guru pamong terhadap praktik mengajar mahasiswa
ppl jurusan pendidikan agama islam fakultas tarbiyah ilmu keguruan UIN
alauddin Makassar pada madrasah tsanawiyah di kabupaten gwa. Skripsi,
Makassar:UIN Alauddin

Sugiono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta,

Tanzeh, Ahmad. 2009. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta:Teras

Hariwijaya. 2007. Metodologi dan Teknik Penulisan Skripsi Tesisi dan Disertasi,
Yogyakarta:El Matera Publishing,

Sugiono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif


dan R&D

Syam, Nur. 1991. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Solo: CV Romadhoni

Hardani, helmina Andriani. Dkk. 2020. Metode Penelitia kualitatif dan kuantitatif
Mataram:CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta

Ita,Vitasari. 2016. Kejenuhan Belajar Ditinjau Dari Kesepian Dan Kontrol Diri
Siswa Kelas X IS MAN 9 Yogyakarta. E-journal Bimbingan dan Konseling.
Vol 7. No 5

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.


Bandung:Remaja Rosdakarya.
Rumini, Sri. 1998. Psikologi Umum. Yogyakarta:Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP
Yogyakarta
L
A
M
P
I
R
A
N
PEDOMAN OBSERVASI

Data yang dikumpulkan dengan metode observasi adalah:


a. Letak geografis MAN 1 Agam

b. Sarana dan prasarana

c. Kondisi lingkungan

d. Keadaan siswa

e. Metode pembelajaran yang digunakan

f. Bentuk-bentuk kejenuhan belajar Sejarah Kebudayaan Islam

(SKI)
KISI-KISI INSTRUMEN WAWANCARA

Nama Peneliti : RIRI MARIA FITRI

NIM : 2118131

Fakultas/Prodi :Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/Pendidikan Agama

Islam

Tempat Penelitian : MAN 1 Agam Kecamatan Tanjung Raya

No Sumber Data Variabel Indikator Item


Siswa

1 Siswa Ciri-ciri Kejenuhan a. Turunnya 1, 2


belajar SKI siswa motivasi belajar
kelas x
b. Merasa lemah
3
dan cepat lelah

c. Kesulitan
berkonsentrasi 5, 6
dan mudah lupa
dalam belajar
2 Siswa Faktor penyebab a. Belajar tidak 8, 9,
kejenuhan belajar bervariasi 10
SKI siswa kelas X
b. Suasana belajar 11,12
tidak berubah- 13, 14
ubah

c. Berkurangnya 1, 2
motivasi dalam
belajar
15,
d. Kurang rekreasi 16, 17
dan hiburan

e. Kelelahan 18
jasmani/kelelahan
fisik
f. Media
pembelajaran
yang kurang 7
memadai
No Sumber Data Variabel Indikator Item
Guru

3 Guru SKI Cara mengatasi a. Menggunakan 1, 2


kelas X kejenuhan belajar metode yang
SKI bervariasi

b. Memberikan
motivasi kepada 3, 4, 5
siswa

c. Melakukan 6, 7
perubahan fisik
ruangan belajar

d. Melakukan
aktivitas rekreasi 8, 9
dan hiburan

e. Melakukan
pendekatan dan 10,
evaluasi kepada 11, 12
peserta didik
No Sumber Data Variabel Indikator Item
Siswa

4 Kepala Sejarah berdiri a. Awal berdiri 1


Sekolah sekolah sekolah

b. Lokasi sekolah
3
c. Fasilitas sekolah
4.5
Kondisi sekolah
d. Peraturan sekolah 9

e. Program sekolah 6,7

f. Tanggapan
Kejenuhan belajar mengenai
8, 10
kejenuhan belajar
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SISWA

Judul : Kejenuhan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas X Di

MAN 1 Agam Kecamatan Tanjung Raya

Informan : Siswa Kelas X

Nama :

1. Apakah materi SKI terlalu banyak sehingga anda tidak bersemangat dan
menimbulkan kejenuhan belajar?
2. Apakah guru SKI memberikan masukan/motivasi kepada anda sebelum
pembelajaran dimulai?
3. Apakah karena mata pelajaran SKI perlu peghafalan yang kuat terhadap
tahun-tahun terjadinya sejarah masa lalu sehingga membuat anda lemah
dan cepat lelah dalam belajar?
4. Hal apa yang anda rasakan ketika belajar SKI?
5. Apakah anda memperhatikan guru dalam menjelaskan materi pelajaran
SKI?
6. Ciri-ciri apa yang anda alami ketika belajar mata pelajaran SKI?
7. Apakah media pengajaran yang kurang lengkap juga menyebabkan
kejenuhan belajar mata pelajaran SKI?
8. Apakah anada belajar SKI dengan cara yang itu-itu saja?
9. Apakah metode yang digunakan guru membuat anda semangat belajar
SKI?
10. Bagaimana menurut anda cara mengajar guru mata pelajaran SKI?
11. Apakah suasana belajar SKI berubah-ubah?
12. Apakah anda merasa membuang-buang waktu untuk belajar SKI?
13. Apakah anda belajar SKI diruangan yang sama setiap hari?
14. Apakah anda belajar SKI disatu tempat/ruangan saja?
15. Apakah anda punya waktu untuk berekreasi?
16. Apakah anada berpergian hanya untuk sekolah?
17. Apakah anda merasa terbebani dengan banyak tugas (PR)?
18. Apakah anda sering mengalami kelelahan fisik seperti sakit kepala pada
saat belajar SKI?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU SKI

Judul : Kejenuhan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas X Di

MAN 1 Agam Kecamatan Tanjung Raya

Informan : Guru Sejarah Kebudayaan Islam

Nama : Ibuk Yurniati S. Ag

1. Strategi atau metode apa yang ibu terapkan untuk mengatasi kejenuhan
belajar siswa?
2. Apakah ibuk memberikan buku pedoman/LKS agar siswa mudah
memahami materi SKI?
3. Apakah yang perlu ibuk persiapkan sebelum proses pembelajaran
berlangsung?
4. Usaha praktis apa yang dapat membantu mengurangi kejenuhan belajar
SKI/?
5. Apakah ibuk ada memberikan motivasi/masukan kepada siswa sebelum
proses belajar mengajar?
6. Apakah ibuk mengatur tempat duduk siswa sebelum pembelajaran
dimulai?
7. Apakah ibuk menyiapkan tempat/ruangan yang nyaman untuk belajar agar
siswa tidak merasa jenuh?
8. Apakah disela pembelajaran ibuk melakukan ice breaking agar siswa tidak
merasa jenuh?
9. Apakah ibuk ada mengajak siswa belajar ke tempat lain selain di dalam
kelas?
10. Dalam pembelajaran apakah ibuk melakukan pendekatan kepada siswa
agar tidak mengalami ketegangan mental?
11. Apakah ibuk ada memberikan evaluasi kepada siswa setelah selesai
menjelaskan pelajaran?
Apakah ibuk ada memberikan tugas/PR setelah selesai menjelaskan materi
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH

Judul :Kejenuhan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas X Di

MAN 1 Agam Kecamatan Tanjung Raya

Informan : Kepala Sekolah

Nama :

1. Bagaimana sejarah berdirinya sekolah ini?

2. Sudah berapa lama ibuk menjabat sebagai kepala sekolah di MAN 1

Agam?

3. Menurut ibuk bagaimana lokasi dan kondisi bangunan di MAN 1 Agam?

4. Fasilitas apa saja yang tersedia di MAN 1 Agam?

5. Apakah fasilitas yang ada tersebut sudah dimanfaatkan secara optimal?

6. Selama ibuk menjabat sebagai kepala sekolah, upaya apa saja yang

dilakukan untuk memperbaiki MAN 1 Agam?

7. Selama ini program-program apa saja yang sudah terlaksana di sekolah

dan bagaimana hasilnya maupun evaluasi terhadap pelaksanaan program

tersebut?

8. Bagaimana pendapat ibuk tentang siswa yang malas belajar?

9. Apakah ada peraturan sekolah untuk menindak lanjuti sikap siswa yang

sering keluar kelas pada saat pembelajaran berlangsung?

10. Bagaimana tanggapan ibuk mengenai siswa yang jenuh belajar?


DOKUMENTASI

Proses pembelajaran siswa di kelas


Wawancara dengan Guru Bidang Study Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kelas X MAN 1 Agam
Wawancara dengan Siswa Kelas X MAN 1 Agam
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

RIRI MARIA FITRI

DATA PRIBADI
Nama : Riri Maria Fitri
Tempat, Tanggal Lahir : Geragahan, 23 Maret 2000
Alamat : Lubuk Basung
Nomor Telephone : 0822-8590-3073
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarga Negaraan : Indonesia
Email : ririmariafitri28gmail.com

PENDIDIKAN
SDN 54 Geragahan (2006-2012)
SMPN 6 Lubuk Basung (2012-2015)
SMKN 1 Lubuk Basung (2015-2018)
UIN SMDD Bukittinggi
(2018-2022)

HOBI
Baca Buku
Travelling
Menonton Film

Anda mungkin juga menyukai