Anda di halaman 1dari 86

DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN

ORANG TUA PADA REMAJA


(STUDI DI MADRASAH TSANAWIYAH
NEGERI 4 KOTA JAMBI)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah

Oleh
HUDRIA
NIM : UB160215

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2021
PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas


limpahan rahmat, karunia dan kasih sayangNya telah memberikan kesabaran dan
kemudahan dalam setiap proses yang saya lalui untuk menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, semoga
kita mendapatkan syafa’at beliau di akhirat kelak, Aamiin.
Saya persembahkan
Skripsi ini
Kepada orang-orang yang sangat berarti dalam hidup saya
Terutama kepada kedua orang tua saya dan saudara saya
Ayah (Hambali) dan Mak (Alm. Hj.Parida)
Mokte (Pitria Hb. S.Pd.I), Abang Nga (Jazuli),
Abang Ning (Alwan S.Pd), Bining (Eka Yuni Astriyana S.Pd)
serta kepada ibu sambung saya Mak (Tasnim)
Dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang selalu diberikan, do’a yang selalu
tercurahkan, keikhlasan yang selalu tersampaikan, serta kesabaran dalam
memberikan pendidikan dan semangat kepada saya dari kecil hingga saya dewasa.
Terima kasih juga kepada diri saya sendiri karena sudah kuat, sabar dan ikhlas,
tidak pernah menyerah dari setiap cobaan yang datang secara silih berganti dan
mampu bertahan hingga sejauh ini.
Terima kasih kepada keponakanku tersayang Aqlan Harith dan
Muhammad Khairul Azzam yang selalu memberikan semangat kepada saya untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih kepada keluarga besar yang selalu memberikan semangat kepada
saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih kepada sahabat saya Muthohillah, Amd.keb, Fiqih Aulia, Ayu Riski
Sofianti, Widia Lestari, Ely Sukmawarni, Rizki Aulia Harahap yang selalu ada
disetiap keadaan dan selalu memberikan semangat kepada saya.
Terima kasih juga teruntuk teman-teman yang pernah hadir dalam hidup saya dan
teman seperjuangan khususnya BPI A yang selama ini selalu ada dalam setiap
keadaan, memberi semangat dan juga selalu memberikan kebahagian kepada saya.
Terima kasih kepada keluarga besar H.Muhammad Hatta, terutama Ibu Nila
Asmara Dewi, Adek Putra Satria Dwireja dan adek Dimas Zulpan Ramadhan
yang banyak membantu dan memberikan semangat kepada saya didetik-detik
akhir perjuangan ini.

vi
ABSTRAK

Pada umumnya keluarga yang lengkap itu terdiri dari ibu, ayah, anak,
saudara, tetapi kenyataannya tidak semua keluarga lengkap. Kehilangan orang tua
tentunya sangat memberikan dampak bagi keluarga, baik dampak ekonomi
maupun pada perkembangan. Kehilangan seseorang yang dekat dan dicintai
karena kematian terutama orang tua merupakan peristiwa yang sangat tidak
diinginkan oleh setiap orang. Kematian orang tua merupakan peristiwa yang
paling menyedihkan sepanjang kehidupan seseorang dibandingkan dengan
peristiwa-peristiwa lain. Apalagi jika kehilangan tersebut dialami pada masa
remaja. Maka dari itu tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak psikologis
kehilangan orang tua pada remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskripstif. Penelitian ini dilakukan di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi Jalan Berdikari RT.23 Kelurahan
Payo Selincah Kecamatan Paalmerah Kota Jambi dengan subjek penelitian adalah
siswa kelas VIII dan IX serta Guru Bimbingan Konseling sebagai informan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada dampak psikologis kehilangan
orang tua pada remaja seperti kurangnya kasih sayang yang seharusnya dipenuhi
remaja, mengalami kesedihan yang mendalam, hilangnya seorang figur orang tua,
tiada tempat untuk berbagi dan kehilangan keutuhan keluarga. Dampak psikologis
anak tanpa ayah seperti sulit menyesuaikan diri, gangguan kemampuan akademis,
kemungkinan gangguan kesehatan fisik dan mental, bermasalah dengan tanggung
jawab serta dampak psikologis bagi anak yang tumbuh tanpa ibu seperti kurang
percaya diri, sulit percaya dengan orang lain, sulit menetapkan batasan, sulit
mengembangkan potensi, sering menghindari suatu hal, terlalu sensitif dan meniru
apa yang ibu lakukan. Hasil belajar siswa juga mengalami perubahan akibat
dampak kehilangan orang tua terutama pada tingkat penurunan prestasi belajar
siswa seperti siswa tidak pernah mengumpulkan tugas, jarang masuk sekolah dan
sering masuk ruang BK untuk pembinaan. Selain itu perubahan sikap siswa
setelah kehilangan orang tua tidak mengalami perubahan sikap hanya sebatas
shock/penolakan, kekacauan, rasa bersalah, kehilangan dan kesepian pada saat
kejadian. Untuk itu tetap perlu ada pendampingan terhadap kehilangan orang tua
pada siswa. Lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sangat dibutuhkan agar
dampak psikologis terhadap kehilangan orang tua pada remaja dapat berbentuk
positif mengarah kepada tingkat hasil belajar yang tinggi.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdullillah puji syukur tiada hentinya-hentinya kehadirat Allah SWT,
yang telah menganugrahkan penulis dengan memberikan kesehatan, kemudahan
dan sedikit bekal pengetahuan, serta rezeki sehingga penulis menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Sholawat beriring salam selalu tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita
Nabi Muhammad SAW, beliau seorang Nabi yang telah membawa kita umatnya
dari zaman kebodohan menuju zaman yang telah diterangi oleh ilmu pengetahuan
seperti yang kita rasakan saat sekarang ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam upaya penyelesaian karya tulis
ini banyak mengalami hambatan dan rintangan yang ditemui, baik disebabkan
keterbatasan maupun kekurangan penulis. Namun berkat bantuan, motivasi dan
dukungan dari berbagai pihaklah penulis dapat menyelesaikan dalam bentuk
skripsi yang berjudul “Dampak Psikologis Kehilangan Orang Tua Pada
Remaja (Studi di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi” guna
melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Srata Satu (S-1) dalam
Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) pada fakultas Dakwah Universitas Islam
Negeri Sultah Thaha Saifuddin Jambi. Tak lupa pula rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada yang terhormat :
1. Bapak Drs. Sururuddin, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ibu Dani Sartika, S.Ag, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Bapak Drs. Abdullah Yunus, M.Pd selaku Ketua Jurusan Bimbingan
Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Zulqarnain, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. D.I. Ansusa Putra, Lc, M.A.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Arfan Aziz, S.TH.I, M.Sos, Ph.D selaku Wakil Dekan II Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Dr. Samin Batubara, M. HI selaku Wakil Dekan III Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE.,M. EI selaku Wakil Rektor I Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Bapak Dr. As’ad Isma, M.Pd selaku Wakil Rektor II Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


NOTA DINAS .......................................................................................................... ii
PENGESAHAN ....................................................................................................... iii
MOTTO ................................................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ......................................... v
PERSEMBAHAN .................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Permasalahan.......................................................................................... 7
C. Batasan Masalah .................................................................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 7
E. Kerangka Teori ....................................................................................... 8
F. Metode Penelitian ................................................................................... 19
G. Pemeriksaan Pengabsahan Data ............................................................. 23
H. Studi Relevan ........................................................................................ 26

BAB II FROFIL MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 KOTA JAMBI


A. Sejarah Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi..............................29
B. Vidi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi ...................29
C. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi ..........30
D. Keadaan Guru dan Siswa ........................................................................31

BAB III DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA


REMAJA
A. Dampak dari Kehilangan Orang tua........................................................37
B. Teori Kehilangan .....................................................................................44
C. Makna Kehilangan ..................................................................................48

BAB IV PENGARUH DAN PERUBAHAN SIKAP KEHILANGAN ORANG


TUA TERHADAP HASIL BELAJAR
A. Kehilangan Orang tua terhadap Hasil Belajar ........................................ 51
B. Perubahan Sikap setelah Kehilangan Orang tua .................................... 55
C. Bentuk Dukungan dari Keluarga Terhadap Anak yang
Kehilangan Orang tua............................................................................. 58

x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 61
B. Implikasi Penelitian ................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 63


LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Keadaan Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi .............. 32


Tabel 2 : Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi ............. 34
Tabel 3 : Data Siswa yang Orangtuanya Meninggal .......................................... 35

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi ..........30

xiii
TRANSLITERASI1

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia


‫ا‬ ` ‫ط‬ th
‫ب‬ B ‫ظ‬ zh
‫ت‬ T ‫ع‬ `a
‫ث‬ Ts ‫غ‬ gh
‫ج‬ J ‫ف‬ f
‫ح‬ Ch ‫ق‬ q
‫خ‬ Kh ‫ك‬ k
‫د‬ D ‫ل‬ l
‫ذ‬ Dz ‫م‬ m
‫ر‬ R ‫ن‬ n
‫ز‬ Z ‫و‬ w
‫س‬ S ‫ه‬ h
‫ش‬ Sy ‫ء‬ ‫؍‬
‫ص‬ Sh ‫ى‬ y
‫ض‬ Dh

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia


َ‫ا‬ A َ‫ا‬ aa ‫اِى‬ Aa

َ‫ا‬ U ‫اى‬ ii ‫او‬ Aw


ِ‫َا‬ I ‫او‬ uu ‫اى‬ Ay

1
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi (Jambi : Fak.Ushuluddin IAIN STS JAMBI, 2016),149-150.

xiv
C. Tᾱ’ Marbūtah
Transliterasi untuk Tᾱ’ Marbūtah ada tiga macam:
1. Tᾱ’ Marbūtah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah /h/.
Arab Indonesia

‫ﺻﻼﺓ‬ Salᾱh

‫ﻣﺭﺍﺓ‬ Mir’ᾱh

2. Tᾱ’ Marbūtah yang hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan
dommah, maka transliterasinya adalah /t/.
Arab Indonesia

‫وﺯﺍﺭﺓﺍﻟﺗﺭﺒﻴﺔ‬ Wizᾱrtat Al-Tarbiyah

‫ﻣﺭﺍﺓﺍﻟﺯﻣﻦ‬ Mir’ᾱt Al-Zaman

3. Tᾱ’ Marbūtah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah


/tan/tin/tun/.
Arab Indonesia

‫ﻓﺠﺌﺔ‬

xv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu tidak selalu siap menerima kematian orang tua dengan cepat
apalagi seorang pelajar yang masih sangat memerlukan peran orang tuanya dalam
meraih hasil belajar yang baik. Dalam observasi awal penelitian di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, peneliti mewawancarai salah satu guru di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, beliau mengatakan bahwa di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi siswa yang orang tuanya meninggal
berjumlah 48 orang diantaranya yang yatim berjumlah 37 orang, piatu berjumlah
10 orang dan yatim piatu 1 orang.1 Seperti yang dialami oleh Bima salah satu
siswa yang sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, bima ditinggal
meninggal ibunya, dia hanya bersama bapaknya, tapi bapaknya sudah sakit-
sakitan yaitu sakit struk. Beliau anak bungsu yang harus merawat bapaknya itu
dan menjadi tulang punggung keluarga. Bima memiliki kakak yang sudah
berkeluarga yang mempunyai perekonomian yang pas-pasan. Jadi bima berjualan
bakso bakar sampai malam untuk dapat uang agar bisa makan dan bertahan hidup.
Bima kelas VIII akan naik ke kelas IX, banyak perdebatan guru ketika rapat
kenaikan kelas karna anak ini sangat malas sekolah dan dalam pembelajaran.
Pada remaja berduka kurang lebih sama dengan orang dewasa, namun
karena pada tingkat pertumbuhan ini para remaja sering merasakan emosi yang
naik-turun, mereka bisa menderita depresi karenanya. Remaja bisa merasakan
dampak yang sangat besar akibat kesedihan yang mereka rasakan setelah putus
hubungan, perpisahan orang tua atau kematian seseorang yang dekat dengan
mereka. Mereka bisa menutup diri, tertekan dan mudah marah.2 Mereka mungkin
lebih suka mendapatkan dukungan dan menghabiskan waktu bersama kawan-

1
Hasil observasi penulis di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi tanggal 14 Oktober
2020
2
Suzanna, “Makna Kehilangan Orangtua Bagi Remaja di Panti Sosial Bina Remaja
Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi”, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.3,
No.1, Juni 2018,pp.63

1
3

Kehadiran ayah dan ibu demikian pentingnya sebagai alas yang kuat dalam
keluarga, sehingga bilamana kesatuan ini khusus dalam keluarga itu sendiri
maupun dalam masyarakat. Gambaran kesatuan antara kedua orang tua akan
memberikan perasaan aman dan terlindung. Perasaan aman dan perasaan bahwa
dirinya tertampung merupakan suatu kebutuhan dasar bagi setiap individu.
Kebutuhan dasar haruslah dipenuhi agar orang dapat hidup dengan tenang.
Namun, kebutuhan dasar hanya dipenuhi dan perasaan aman diperoleh dalam
suasana keluarga sejahtera.1
Kematian salah satu atau kedua orang tua akan menyisakan luka yang
mendalam bagi remaja. Bahkan tidak jarang remaja mengalami shock dan sangat
terpukul, krisis yang ditimbulkan akibat kehilangan orang tua memiliki dampak
serius dalam tahapan perkembangan remaja. Masa remaja yang merupakan
tonggak penting dalam pembentukan identitas tentunya sangat membutuhkan
dukungan dari orang-orang yang dicintainya, dalam hal ini orang tua. Orang tua
yang menanamkan nilai-nilai dasar, menyediakan kasih sayang, dukungan baik
berupa moril maupun materil. Kematian orang tua menjadi peristiwa yang sangat
berarti bagi remaja karena dengan demikian keluarganya tidak lagi utuh. Akan
banyak perubahan dan penyesuaian yang terjadi, hal ini tidak menutup
kemungkinan dapat menimbulkan konflik dalam diri remaja.2 Tidak selamanya
remaja menganggap kehilangan adalah sebagai suatu hal yang buruk, sebagian
remaja mampu menerima kehilangan sebagai suatu hal yang positif. Sebagaimana
ungkapan DZ:3
“[K]alau perubahan ada sih kak, misalnya mau nakal di sekolah tapi ingat
pesan bapak untuk baik-baik sekolah nggak jadi nakalnya. Kadang juga
sering ditegur ibu dan mbak mengingatkan kalo sudah tidak punya bapak
jadi jangan nakal. Perubahan yang terjadi pada DZ tidak terlepas dari
dukungan langsung dari orang-orang di sekitar seperti ibu, mbk, abang dan
juga mas. Ketika ayah meninggal, sadar bahwa tidak lagi memiliki orang tua

1
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga,( Jakarta : Gunung Mulia, 2007),10.
2
Nurhidayati, Lisya Chairani. Makna Kematian Orangtua Bagi Remaja (Studi
Fenomenologi Pada Remaja Pasca Kematian Orangtua). Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1,
Juni (2014). 41-42
3
DZ, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 3
Desember 2020. Rekaman Audio.
4

yang utuh, dan berarti ada yang hilang dalam keluarga, dan kami tidak lagi
memiliki keluarga yang utuh seperti sebelumnya”.

Kematian dan kehilangan merupakan bagian yang tidak terlepas dari


kehidupan manusia. Kematian merupakan fakta hidup, setiap manusia di dunia ini
pasti akan mati. Kematian tidak hanya dialami oleh kaum usia lanjut tapi juga
oleh orang-orang yang masih muda, anak-anak bahkan bayi. Seseorang dapat
meninggal karena sakit, usia lanjut, kecelakaan dan sebagainya. Hal ini sejalan
dengan firman Allah dalam Al-Qur’an An-nisa : 784
“Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun
kamu di dalam benteng yang tinggi dan kokoh. JIka mereka memperoleh
kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah”, dan jika mereka
ditimpa suatu keburukan mereka mengatakan, “Ini dari engkau
(Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka
mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak
memahami pembicaraan (sedikit pun)”.

Jika seseorang meninggal dunia, peristiwa kematian tersebut tidak hanya


melibatkan dirinya sendiri namun juga melibatkan orang lain yaitu orang-orang
yang ditinggalkannya, kematian dapat menimbulkan penderitaan bagi orang-orang
yang mencintai orang yang meninggal tersebut.
Kehilangan seseorang yang dekat dan dicintai karena kematian terutama
orang tua merupakan peristiwa yang sangat tidak diinginkan oleh setiap orang.
Kematian orang tua, merupakan peristiwa yang paling menyedihkan sepanjang
kehidupan seseorang dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa lain. Apalagi jika
kehilangan tersebut dialami pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa
transisi dari anak-anak menuju ke arah dewasa merupakan tonggak yang sangat
penting dalam pembentukan identitas diri sehingga mereka membutuhkan peranan
orang tua untuk memberikan bimbingan dan arahan agar mereka dapat melewati
masa perkembangan dengan baik dan tumbuh menjadi dewasa secara optimal.

4
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Juz 1-30 Edisi Revisi Terbaru (Surabaya: Karya Agung,
2006), 117
5

Kematian salah satu atau kedua orang tua baik ayah maupun ibu akan
menyisakan luka yang mendalam bagi setiap orang. Seseorang akan mengalami
shock dan sangat terpukul rasa sedih, rindu, kehilangan, kesepian, semua
tercampur jadi satu. Berbagai permasalahan akan muncul setelah kematian orang
tua terutama pada kondisi psikologis. Untuk orang yang kehilangan seorang ibu
akan sangat memberikan dampak pada kehidupan selanjutnya, karena ibu
merupakan sosok yang berperan penting dalam kehidupan, selalu memberikan
support dan nasehat terutama seorang anak perempuan, ada rasa kekhawatiran jika
sudah menikah nanti ia harus lebih mandiri. Begitu juga dengan remaja yang
kehilangan sosok seorang ayah juga akan menyisakan luka yang mendalam, sosok
seorang ayah bukan hanya sebagai kepala keluarga yang harus mencukupi
kebutuhan ekonomi saja, melainkan memberikan perlindungan, rasa aman dan
nyaman terhadap anak-anaknya. Apalagi untuk seorang anak perempuan, tentunya
jika menikah nanti ia ingin ayahnya menjadi wali dipernikahannya. Belum lagi
status sosial baru yang akan disandangnya yakni sebagai anak yatim akan
menambah beban psikologis seseorang yang mengalami kematian orang tua
tersebut dan kekhawatiran lain juga muncul jika suatu hari nanti orangtuanya akan
menikah lagi.
Kehilangan orang tua akan menimbulkan dampak terhadap perkembangan
remaja. Remaja yang mampu memahami kehilangan sebagai suatu hal positif
akan dapat melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik, seperti mampu
mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab dan mencapai kemandirian
emosional. Sebaliknya remaja yang tidak mampu memahami kehilangan sebagai
suatu hal yang positif akan mengalami masalah dalam perkembangannya. 5
Adapun masalah yang mendasar pada remaja adalah kurangnya kasih sayang yang
seharusnya diperoleh remaja. Remaja yang tidak mendapatkan kasih sayang akan
berusaha mendapatkan apa yang seharusnya dia peroleh. Sebagimana ungkapan
FS:

5
Nurhidayati, Lisya Chairani. Makna Kematian Orangtua Bagi Remaja (Studi
Fenomenologi Pada Remaja Pasca Kematian Orangtua). Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1,
Juni (2014). 43
6

“[F]S ingin mencari kesenangan, kebahagian, kasih sayang, teman-teman


yang bisa mengerti FS dan yang pastinya bisa menerima FS apa adanya” 6

Pada remaja yang tidak memiliki orang tua tekanan-tekanan yang dialami
akan semakin banyak terkait dengan tidak adanya orang tua sebagai sumber kasih
sayang, perlindungan dan dukungan. Ketiadaan orang tua merupakan kondisi
yang sangat kompleks bagi remaja, selain pemenuhan kebutuhan fisiologis anak
membutuhkan kasih sayang bagi perkembangan psikis yang sehat. Diketahui juga
bahwa remaja dapat bertahan dengan baik dari situasi yang menekan bila remaja
mempunyai hubungan yang dekat dan penuh kasih sayang dengan orang tua
terutama ibu.7
Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak, hangatnya
sebuah keluarga akan membuat kedekatan yang terjalin antara anak dan orang tua
dan kedekatan itu akan membuat anak menjadi merasa aman dan nyaman, ketika
seorang remaja dihadapkan pada suatu peristiwa yang tidak diinginkan dalam
hidupnya pasti akan merasa berat untuk menerimanya, seperti peristiwa kematian
yang dapat memisahkan hubungan antara orang tua dan anak, peristiwa tersebut
sulit untuk diterima oleh siapapun karena tidak ada satu orangpun yang akan
benar-benar siap ketika harus kehilangan orang yang dicintainya.
Beranjak dari permasalahan di atas peneliti bermaksud ingin mengetahui
lebih jauh mengenai permasalahan yang berjudul “Dampak Psikologis
Kehilangan Orang tua pada Remaja (Studi di Madrasah Tsanawiyah Negeri
4 Kota Jambi)”.

6
FS, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 3
Desember 2020, Rekaman Audio.
7
Suzanna, “Makna Kehilangan Orangtua Bagi Remaja di Panti Sosial Bina Remaja
Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi”, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.3,
No.1, Juni 2018,pp.61-76
7

A. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, masalah pokok yang diangkat
sebagai kajian utama penelitian ini adalah bagaimana dampak psikologis
kehilangan orang tua pada remaja (studi di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota
Jambi). Berdasarkan pokok permasalahan di atas maka dapat dirumuskan sub
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak psikologis kehilangan orang tua pada remaja?
2. Adakah pengaruh kehilangan orang tua terhadap hasil belajar?
3. Bagaimana perubahan sikap siswa setelah kehilangan orang tua?

B. Batasan Masalah
Penelitian ini di lakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi
Kecamatan Paalmerah Kota Jambi, dan di batasi pada lingkup bahasan yang
terkait dengan dampak psikologis kehilangan orang tua pada remaja, penelitian ini
hanya pada kelas VIII dan IX di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui dampak psikologis kehilangan orang tua pada remaja
Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.
b. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui bagaimana dampak psikologis kehilangan orang
tua pada remaja.
2) Untuk mengetahui pengaruh kehilangan orang tua terhadap hasil
belajar.
3) Untuk mengetahui perubahan sikap siswa setelah kehilangan orang
tua.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk Pengembangan ke Ilmu
Jurusan dan Bimbingan Penyuluhan Islam.
8

b. Secara Praktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan
informasi bagi para remaja yang mengalami kasus kehilangan orang
tua atau masyarakat yang memiliki kerabat yang memiliki kasus yang
sama agar melewati dan menyelesaikan masa-masa sulit pasca
kematian orang yang di sayang, serta dapat kembali hidup normal.
2) Memberi pengalaman kepada peneliti khususnya.

D. Kerangka Teori
Demi memudahkan pemahaman pembaca, didalam landasan teori ini akan
di jelaskan penjabaran masing-masing variabel dan keterkaitannya antara satu
dengan yang lain, yaitu sebagai berikut:
1. Dampak Psikologis
Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan, pengaruh
yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif.8 Dampak dibedakan
menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak negatif yaitu:
a. Dampak positif adalah pengaruh atau akibat yang timbul secara baik dan
benar atau bisa diartikan sebagai pengaruh yang menguntungkan
individu.
b. Dampak negatif adalah pengaruh atau akibat yang timbul secara kurang
baik atau dapat merugikan individu itu sendiri.
Secara khusus dampak kematian terhadap kondisi psikologis adalah
terhadap emosi dan kognitif. Pada asfek emosi ditimbulkan dengan gejala gejala
seperti syok, rasa takut, sedih, marah, dendam, rasa bersalah, malu, rasa tidak
berdaya, kehilangan emosi seperti perasaan cinta, kegembiraan atau perhatian
pada kehidupan sehari hari. Pada asfek kognitif ditimbulkan dengan gejala seperti
pikiran kacau, salah persepsi, menurunnya kemampuan seperti mengambil

8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 2002), 234
9

keputusan, daya konsentrasi dan daya ingat berkurang, mengingat hal hal yang
tidak menyenangkan, dan terkadang menyalahkan diri sendiri.9
Secara etimologi, Psikologi terdiri dari dua kata yaitu psyche yang berarti
jiwa atau roh, dan Logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Dengan
demikian, psikologi berarti ilmu pengetahuan tentang jiwa atau dalam bahasa
10
sederhana disebut ilmu jiwa. Terlebih dahulu dibedakan antara nyawa dengan
jiwa. Nyawa adalah daya jasmaniah yang keberadaannya tergantung pada hidup
jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah organic behavior, yaitu perbuatan
yang ditimbulkan oleh proses belajar.11 Sedangkan jiwa adalah hidup rohaniah
yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengantar bagi sekalian
perbuatan pribadi dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Secara umum, psikologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang
mempelajari gejala-gejala jiwa manusia.12 Jadi psikologi adalah ilmu yang
mempelajari kejiwaan manusia sedangkan psikologis adalah kondisi kejiwaan
pada manusia.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa psikologis
atau jiwa jika dilihat dari kacamata psikologi maka dapat dinyatakan sebagai
cerminan dari perilaku yang dimunculkan oleh seseorang dalam bentuk tindakan
atau perbuatan nyata yang meliputi tindakan yang dapat teramati(perilaku terbuka)
ataupun tindakan yang tidak dapat diamati secara langsung(perilaku tertutup)
dalam hubungannya dengan realitas eksternal di luar dirinya.

2. Kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan.13 Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh
setiap individu selama rentang kehidupan, sejak individu sudah mengalami

9
Mundakir, Dampak Psikososial Bencana Lumpur Lapindo, (Jakarta : FIK UI, 2009), 22
10
Baharuddin, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 2007), 13
11
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), 1
12
Sarlito Wirawan, Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 1-
3
13
Potter & Perry, Fundamendal Keperawatan Volume 1, (Jakarta: EGC, 2005)
10

kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk


yang berbeda. Kehilangan dapat berupa kehilangan yang nyata atau kehilangan
yang dirasakan. Kehilangan yang nyata merupakan kehilangan terhadap orang
atau objek yang tidak dapat lagi dirasakan, dilihat, diraba atau dialami individu,
misalnya anggota tubuh, anak, hubungan dan peran ditempat kerja. Kehilangan
yang dirasakan merupakan kehilangan yang sifatnya unik berdasarkan individu
yang mengalami kedukaan, misalnya kehilangan harga diri atau rasa percaya diri.
Jenis-jenis kehilangan yaitu:
a. Kehilangan objek eksternal, misalnya kehilangan karena kecurian atau
kehancuran akibat bencana alam.
b. Kehilangan lingkungan yang dikenal, misalnya kehilangan karena
berpisah rumah, dirawat di rumah sakit atau berpisah pekerjaan.
c. Kehilangan sesuatu atau individu yang berarti, misalnya kehilangan
pekerjaan, kepergian anggota keluarga atau teman dekat, kehilangan
orang yang dipercaya atau kehilangan binatang peliharaan.
d. Kehilangan suatu aspek diri, misalnya kehilangan anggota tubuh dan
fungsi psikologis atau fisik.
e. Kehilangan hidup, misalnya kehilangan karena kematian anggota
keluarga, teman dekat atau diri sendiri.
Kehilangan tidak hanya dirasakan oleh individu pada saat berusia remaja,
kehilangan juga dirasakan oleh remaja semenjak usia dini. Hal ini karena
meninggal ketika mereka masih balita. Pada dasarnya balita belum mampu
memahami tentang kehilangan, namun hal ini dapat dipahaminya ketika dia sudah
beranjak remaja. Kehilangan mulai mereka rasakan pada saat mereka merasa
berbeda dari teman-temannya yang masih memiliki orang tua yang utuh.
Kehilangan orang tua akan menimbulkan dampak terhadap perkembangan
remaja. Remaja yang mampu memahami kehilangan sebagai suatu hal positif
akan dapat melaksanakan tugas perkembangannya sengan baik, seperti mampu
mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab dan mencapai kemandirian
emosional. Sebaliknya remaja yang tidak mampu memahami kehilangan sebagai
suatu hal yang positif akan mengalami masalah dalam perkembangannya. Adapun
11

masalah yang mendasar pada remaja adalah kurangnnya kasih sayang yang
seharusnya diperoleh remaja. Setiap remaja memiliki makna tersendiri tentang
kehilangan orang tua, namun pada umumnya mereka mengartikan kehilangan
orang tua sebagai hilangnya figur yang akan memberikan kasih sayang, hilangnya
keutuhan keluarga, kehilangan model, kehilangan arah, kehilangan rasa aman dan
kehilangan teman berbagi. Oleh karena itu kehilangan memberikan dampak
positif dan negatif bagi remaja. Dampak positifnya adalah kehilangan mampu
membuat remaja lebih mandiri, sebaliknya dampak negatif dari kehilangan adalah
terganggunya perkembangan remaja.

3. Orang tua
Orang tua merupakan sosok yang paling dekat dengan anak. Tugas
membesarkan anak bukanlah hal yang mudah, butuh adanya kerja sama antara ibu
dan ayah. Suasana rumah yang hangat dan perasaan yang aman adalah sebuah
kebutuhan dasar di dalam kehidupan keluarga, dengan adanya kebutuhan dasar ini
maka hal tersebut harus dipenuhi agar selalu berada pada perasaan yang tenang,
aman dan nyaman. Perasaan aman nyaman tersebut merupakan kebutuhan dasar di
dalam suasana keluarga, hanya dapat di peroleh di lingkungan keluarga yang
adanya kesejahteraan di dalamnya.14
Suatu keluarga disebut dalam formasi yang lengkap ketika di dalamnya ada
sosok ayah, ibu dan anak, tetapi pada faktanya tidak semua keluarga selalu
lengkap. Ketidak lengkapan pada keluarga salah satunya adalah karena orang tua
meninggal dunia, baik ditinggal ayah atau ibu. Perasaan akan kehilangan orang
tua pasti akan sangat berdampak bagi anggota keluarga lainnya terutama bagi
anak, apalagi anak yang masih remaja. Ia sedang mencari jati diri dan ketika
ditinggalkan orang tua meninggal dapat membuat dirinya amat terpukul.
Suatu bagian yang tidak akan lepas dari makhluk yang bernyawa di dunia
ini adalah kematian. Semua makhluk yang bernyawa harus menerima fakta yang
nyata adanya yaitu kematian, termasuk manusia. Tidak ada misteri yang selalu

14
Singgih D. Gunarsa, Psikolog Untuk Keluarga, (Jakarta : Gunung Mulia, 2007), 10
12

mengguncang akal dan batin manusia, kecuali kematian.15 Sosok yang paling
dekat dengan anak adalah orang tua, suasana hangat sebuah keluarga adalah
suasana yang akan membangun kedekatan orang tua dengan anak semakin erat
dan akan terciptanya lingkungan keluarga yang sangat nyaman, kehangatan dalam
keluarga adalah suasana yang tidak akan didapatkan dimana pun, bisa
dibayangkan ketika peristiwa yang tidak diinginkan ada pada suatu keluarga yaitu
kematian orang tua, seorang anak tentu akan merasa tidak mampu menerima
segala kenyataan yang dihadapi. Karna pada saat kematian itu terjadi, hal tersebut
akan membuat hubungan anak dan orang tua menjadih terpisah di dunia. Tentu
saja kejadian itu bukanlah hal yang mudah untuk diterima oleh siapapun.
Kematian orang tua merupakan peristiwa yang sangat berdampak bagi
seseorang untuk melanjutkan hidupnya, karna hal tersebut sangatlah sulit dan
membuat siapa pun yang ditinggalkan amat sedih yang sangat mendalam. Setiap
siapa pun akan menunjukan tanggapan yang tidak sama. Karna setiap orang
memiliki cara untuk menghadapinya dengan berbeda-beda saat kehilangan orang
yang dicintai. Beberapa tanggapan atau reaksi yang ditunjukan misalnya dengan
reaksi psikologis yang menunjukan rasa ketakutan, perasaan putus asa, merasa
kesepian dan kegelisahan lainnya. Reaksi tersebut merupakan reaksi yang wajar
ditunjukkan saat ditinggalkan orang yang dicintai apalagi karna kematian.
Terutama apabila hal tersebut dialami oleh seorang anak yang di tinggalkan oleh
orangtuanya.

4. Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu
konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di Negara-negara Barat, istilah
remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa Latin
“adolescere” (kata bendanya adolescentia = remaja), yang berarti tumbuh
menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Terlepas dari
kesulitan untuk merumuskan definisi dan menentukan batas akhir masa remaja,

15
Komarudin Hidayat, Psikologi Kematian, (Jakarta: PT Mizam Publika, 2006), 103
13

namun dewasa ini istilah “adolesen” atau remaja telah digunakan secara luas
untuk menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa
dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan
kognitif dan sosial. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli
adalah antara 12 hingga 21 tahun.16
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut:
1) Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-
anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan
tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan
terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat
dengan teman sebaya.
2) Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir
yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun
individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self directed).
Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku,
belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan
awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain
itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
3) Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-
peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan
tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity.
Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam
kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap
ini.17

16
Desmita. Psikologi Perkembangan. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005), 189-190
17
Kayyis Fithri Ajhuri, Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Yogyakarta: Penebar Media Pustaka, 2019),123-124
14

b. Ciri-ciri Masa Remaja


Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang
kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan
periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah:18
1) Masa remaja sebagai periode yang penting
Ada beberapa periode yang lebih penting daripada beberapa
periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan
perilaku, da nada lagi yang penting karena akibat-akibat jangka
panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat
jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat
fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja kedua-
duanya sama-sama penting.
2) Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya bukan
berarti terputus dengan periode sebelumnya, tetapi apa yang telah terjadi
sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang
dan yang akan datang.
Masa remaja sebagai periode peralihan memiliki status yang tidak
jelas dan terdapat keraguan akan peran yang dilakukan. Pada masa ini,
remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan pula orang dewasa.
Status remaja yang tidak jelas ini memberi waktu kepadanya untuk
mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai
dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
3) Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika
perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga
berlangsung pesat. Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat
uninersal, yakni: pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya

18
Riryn Fatmawaty. “Memahami Psikologi Remaja”. Jurnal Reforma Vol. VI No.02,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA, 57
15

bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.


Perubahan informasinya biasanya berlangsung lebih cepat selama awal
masa remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal
periode akhir masa remaja. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran
yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk diperankan, menimbulkan
masalah baru. Bagi remaja muda masalah baru yang timbul tampaknya
lebih banyak dan sulit diselesaikan dibandingkan dengan masalah
sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia
sendiri dapat menyelesaikannya menurut kepuasannya. Ketiga, dengan
berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah.
Sesuatu yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah
hamper dewasa tidak penting lagi. Misalnya, sebagian remaja tidak lagi
menganggap bahwa banyaknya teman merupakan petunjuk popularitas
yang lebih penting daripada sifat-sifat yang dikagumi dan dihargai oleh
teman-teman sebaya. Sekarang mereka mengerti bahwa kualitas lebih
penting dari kuantitas. Keempat, sebagian besar remaja bersifat
ambivalen terhadap setiap perubahan, mereka menginginkan dan
menuntut kebebasan, tetap mereka sering takut bertanggung jawab akan
akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi
tanggung jawab tersebut.19
4) Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-
sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit
diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.
Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut
cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa
penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.20

19
Miftahul Jannah. Remaja dan Tugas-tugas Perkembangannya dalam Islam. Jurnal
Psikoislamedia, Volume 1, Nomor 1, April 2016. 250-251
20
Khamim Zarkasih Putro. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.
APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Volume 17, Nomor 1, 2017. 27
16

5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas


Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap
kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan.
Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas
lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti
sebelumnya. Status remaja yang mendua ini menimbulkan suatu dilemma
yang menyebabkan remaja mengalami “krisis identitas” atau masalah-
masalah identitas ego pada remaja.
6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya
sendiri atau “semau gue”, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung
berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung
jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata
berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih
dalam hal harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik
ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-
temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari
awal masa remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang
telah ditetapkannya sendiri.
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hamper dewasa . Berpakaian
dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh
karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman
17

keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks bebas


yang cukup meresahkan. Mereka menganggap bahwa perilaku yang
seperti ini akan memberikan citra yang sesuai dengan yang diharapkan
mereka.
c. Aspek-aspek Perkembangan Remaja
Pada masa perkembangan remaja ini ada beberapa aspek yang sangat
menonjol perkembangannya. Antara lain adalah sebagai berikut:21
1) Perkembangan Fisik
Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan fisik sangat pesat
pada usia 12/13-17/18 tahun. Pada masa ini, remaja merasakan
ketidaknyamanan dan ketidakharmonisan pada diri mereka karena
anggota badan dan otot-ototnya tumbuh secara tidak seimbang.
Pertumbuhan otak secara cepat terjadi pada usia 10-12/13 dan 14-16/17
tahun. Pertumbuhan otak wanita meningkat 1 tahun lebih cepat daripada
laki-laki yaitu pada usia 11 tahun, sedangkan pertumbuhan otak laki-laki
meningkat 2x lebih cepat dari pada wanita dalam usia 15 tahun.
2) Perubahan Eksternal
Untuk tinggi rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang
matang pada usia antara 17-18 tahun. Sedangkan laki-laki 1 tahun lebih
lambat dari pada perempuan. Untuk berat perubahan berat badan
mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi, tetapi berat badan
sekarang tersebar ke bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya
mengandung sedikit lemak atau tidak mengandung lemak sama sekali.
Sedang untuk organ seks, organ seks laki-laki maupun perempuan akan
mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja.
3) Perubahan Internal
a) Sistem Pencernaan
(1)Perut menjadi lebih panjang sehingga tidak terlalu menyerupai
bentuk pipa.

21
Riryn Fatmawaty. “Memahami Psikologi Remaja”. Jurnal Reforma Vol. VI No.02,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA, 58-59
18

(2)Hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.


(3)Otot-otot diperut dan dinding-dinding usus manjadi lebih tebal
dan kuat.
(4)Usus bertambah panjang dan bertambah besar.
b) Sistem Peredaran Darah: Jantung tumbuh pesat pada masa remaja
pada usia 17/18 tahun, beratnya 12 kali berat pada waktu lahir.
Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan
mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
c) Jaringan Tubuh: Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada
usia 18 tahun, sedangkan jaringan selain tulang terus berkembang
sampai tulang mencapai ukuran matang.
d) Sistem Pernafasan: Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir
matang pada usia 17 tahun, anak laki-laki mencapai kematangan
beberapa tahun kemudian.
4) Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi pada masa remaja ini cenderung lebih tinggi
dari masa anak-anak. Hal ini dikarenakan mereka berada dibawah
tekanan sosial dan menghadapi kondisi yang baru. Sedangkan selama
mereka pada masa kanak-kanak kurang mempersiapkan diri untuk
menghadapi kehidupan bermasyarakat. Meskipun ketika pada masa
remaja emosianya sama dengan masa kanak-kanak Cuma berbeda pada
rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajat.
5) Perkembangan Kognisi 22
Mulai dari usia 12 tahun, proses pertumbuhan otak telah mencapai
kesempurnaan. Pada masa ini, system syaraf yang memproses informasi
berkembang secara sepat dan telah terjadi reorganisasi lingkaran syaraf
lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu
kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil
keputusan.

22
Ibid, 60
19

6) Perkembangan Sosial
Social cognition berkembang pada masa remaja. Social cognition
yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja dapat memahami
orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat
pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahaman ini
mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab
dengan mereka, terutama teman sebaya.

E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan penelitian
lapangan yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif menekankan analisis proses
dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan
antar fenomena yang diamati dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. 23
Penulis mengarahkan penelitian kualtitatif yang bersifat deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah
secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi dengan
menggambarkan atau menguraikan masalah dan fakta-fakta tersebut.24
Penelitian yang bersifat deskriptif ini juga menggunakan istilah Kriek dan
Miler dalam Sugiono merupakan tradisi penelitian ilmu pengetahuan sosial
bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasan yang berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahan yang digunakan Bogdan dan
Biklen, data yang dihasilkan dalam penelitian kualitatif adalah data di amati.
Inilah yang menjadi penyebab studi kualitatif diistilahkan Inquiry research
naturalistik research.25

23
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif:teori dan praktis (Jakarta: Bumi Aksara,
2013),80
24
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
44
25
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2015), 218
20

2. Setting dan Subjek penelitian


Setting adalah lokasi tempat penelitian lapangan dilakukan.26 Setting dalam
penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi Jalan
Berdikari RT.23 Kelurahan Payo Selincah Kecamatan Paalmerah Kota Jambi.
Subjek adalah responden dan informan yang akan dimintai keterangan.27
Pemilih subjek ini dilandasi teori bahwa subjek yang baik adalah subjek yang
lama terlibat aktif dalam medan dan aktivitas yang diteliti, cukup mengetahui,
memahami, atau berkepentingan dengan aktivitas-aktivitas yang akan diteliti,
serta memiliki banyak waktu untuk memberikan informasi secara benar kepada
peneliti.
Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari Guru Bimbingan
Konseling sebagai informan dan siswa kelas VIII dan IX Madrasah Tsanawiyah
Negeri 4 Kota Jambi sebagai narasumber. Mengingat subjek yang baik adalah
subjek yang terlibat aktif, cukup mengetahui, ,memahami atau berkepentingan
dengan aktivitas yang akan di teliti, serta memiliki waktu yang memberikan
informasi secara benar.28

3. Sumber dan Jenis Data


Sumber data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh.29 Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari, manusia, situas
i/peristiwa, dan dokumentasi. Sumber data berbentuk perkataan maupun tindakan
sumber data orang yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban
lisan melalui wawancara. Sumber data suasana/peristiwa berupa suasana yang
bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana). Meliputi ruangan suasana, dan
proses. Sumber data tersebutmerupakan objek yang akan diobservasi. Sumber

26
Tim Penyusun, Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas IAIN STS Jambi, (Jambi:
Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016),59
27
Ibid. 59
28
Ibid,. 62
29
Suharsimi Arikuno, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2013),172
21

data dokumenter atau berbagai referensi yang menjadi bahan rujukan dan
berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti.30
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama (first hand)
melalui observasi atau wawancara di lapangan. Data primer dari penelitian ini
adalah dari hasil wawancara langsung penulis bersama guru bimbingan konseling
(BK). Kemudian para siswa yang terlibat disana. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber kedua berupa dokumentasi serta peristiwa yang bersifat
lisan dan tertulis. Data sekunder dalam penelitian ini adalah, jurnal, skripsi, buku-
buku, dokumen-dokumen di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.

4. Teknik Pengumpulan Data


Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik
yang dilakukan secara berkesinambungan agar keabsahan datanya dapat
dipertanggungjawabkan, ketiga teknik itu ialah:
a. Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-
gejala yang diselidiki.31 Dalam metode observasi ini peneliti
menggunakan observasi berperan serta (participant observation). Dalam
observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan
observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,
tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang nampak.32

30
Tim Penyusun, Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas IAIN STS Jambi, (Jambi:
Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 62
31
Cholid Narbuko dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,2012),
70
32
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitataif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), 145
22

b. Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penulisan yang


berlangsung secara lisan oleh dua orang atau lebih dengan bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan.33 Dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak
terstruktur (Unstructured Interview) yaitu wawancara yang bebas yakni
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang ditanyakan.34 Tujuan dari wawancara adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti
perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan
oleh informan.
c. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life historis), cerita, biografi,
peraturan kebijakan.Dokumentasi yang berbentuk gambar misalnya foto,
gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumentasi yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-
lain. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.35

5. Metode/Teknik Analisa Data


Teknik analisis data yang di gunakan adalah teknik analisis data yang di
lapangan, analisis dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu,
pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang di

33
Narbuko Cholid & Ahmad Abu, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara), 83
34
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitataif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2013), 233-234
35
Ibid, 240
23

wawancarai. Bila jawaban yang di wawancarai setelah di analisis terasa belum


memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu, diperoleh data yang kredibel. Miles dan Huberman, mengemukakan
bahwa aktifitas dalam menganalisis data kualitatif di lakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data nya sudah jenuh.
Aktifitas dalam menganalisis data, yaitu data reduksion, data displey, dan
konklution drawing or ferifikation.
Langkah-langkah analisi ini sebagai berikut :
a. Reduksi data ( data reduktion)
Yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan pola. Dengn demikian data yang telah di
teduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya
bila di perlukan.
b. Penyajian data atau data displey
Yaitu penyajian data berupa narasi pengungkapan secara tertulis agar
alur kronologis peristiwa dapat mengungkap apa yang terjadi di balik
peristiwa itu. Dalam penelitian kualitatif, penjian data bisa di lakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungna antar kategori, flochart dan
sejenisnya.
c. Penarikan kesimpulan (ferifiktion konklution)
Yaitu suatu kegiatan yang di lakukan selama penilitaan berlangsung.
Makna yang muncul harus selalu di uji kebenaran dan kesesuaian nya
melalui proses pemeriksaan keabsaan data sehingga faliditas nya terjamin.36

F. Pemeriksaan Keabsahan Data


Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat dipercaya, maka peneliti
melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data melalui empat cara yakni:

36
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitataif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2013), 249
24

1. Perpanjangan keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti dilokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,
karena kesalahan penilaian data (data distertion) oleh peneliti atau responden, di
sengaja atau tidak sengaja.37 Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena
adanya nilai-nilai bawakan dari peneliti atau saat adanya keterasingan peneliti dari
lapangan yang di teliti , sedangkan distorsi data dari responden, dapat timbul
secara tidak sengaja, karena responden berupaya memberikan informasi fiktif
yang dapat menyenangkan peneliti, atau pun menutupi data yang sebenarnya.
Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikut sertaan
peneliti di lapangan yang di harapkan dapat menjadikan data yang diperoleh
memiliki derajat reabilitas dan faliditas yang tinggi, perpanjangan keikut sertaan
peneliti pada akhirnya juga akan menjadi semacam motifasi unutk menjalin
hubungan baik yang saling mempercayai antara responden sebagai objek peneliti
dan peneliti.

2. Ketekunan Pengamatan
Dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara teliti, rinci, dan
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol dalam penelitian.
Faktor-faktor tersebut selanjutnya di telaah, sehingga peneliti dapat memahami
faktor-faktor ketekunan tersebut.38 pengamatan dapat dilakukan dengan upya
mendapatkan karakteristik data yang bener-bener relefan dan terfokus pada objek
penelitian.
Permasalahan dan fokus penelitian, hal ini dapat di harapkan pula untuk
mengurangi distorsi data yang mungkin timbul akibat keterburuan penelitian
untuk menilai suatu persoalan, ataupun distorsi data yang timbul dari kesalahan
responden yang memberikan data secara tidak benar, misalnya berdusta, menipu
dan berpura-pura.
37
Tim Penyusun, Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa IAIN STS Jambi, (Jambi:
Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 66
38
Ibid, 67
25

3. Triaggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu diluar data pokok, untuk keperluan pengecekan, reabilitas
data melalui pemeriksaan data silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data
yang diperoleh dari banyaknya informan terdapat empat macam teknik
trianggulasi yang akan digunakkan dalam penelitian ini yaitu: 39
a. Sumber yaitu, membandingkan dan mengecek balik derajat reabilitas
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif.
b. Metode yaitu, teknik pengecekan keabsahan data dengan meneliti hasil
konsistensi, reabilitas, dan validitas data yang diperoleh dari metode
pengumpulan data tertentu. Terdapat dua cara yang dapat dilakukan
dalam trianggulasi dalam metode yaitu: pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
sumber yang sama.
c. Penyidik yaitu, teknik pengecekan data melalui perbandingan hasil daya
yang diperoleh dari satu pengamat dengan hasil penyidikan pengamat
lainnya. Cara ini dapat dilakukan bila penelitian dilakukan dalam suatu
kelompok, dimana masing-masing peneliti kemudian membandingkan
hasil penelitianny.
d. Teori yaitu, pengecekan ke absahan data melalui berbandinggan dua atau
lebih teori yang berbicara tentang hal yang sama, dimaksudkan untuk
mendapatkan penjelasan banding tentang suatu hal yang diteliti.
Penerapan teknik tersebut, dapat dialakukan dengan memasukkan teori-
teori pembanding dan memperkaya dan membendingkan penjelasan pada
teori utama yng digunakkan dalam penelitian.

39
Tim Penyusun, Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa IAIN STS Jambi, (Jambi:
Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 67-68
26

4. Diskusi dengan Teman Sejawat


Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan melakukan
diskusi dengan teman sejawat, guna memastikkan data yang diterima benar-benar
real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara
tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sambungan, masukan, dan saran
yang berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.40

G. Studi Relevan
Studi relevan memiliki fungsi yang sama dengan tinjauan pustaka dalam
penelitian pustaka, yaitu memuat bahasan tentang penelusuran penulis terhadap
berbagai bahan literatur yang berkaitan dengan topik pembahasan atau juga
bahan-bahan literatur yang telah memberikan inspirasi dalam pendalaman materi
penelitian. Studi relevan yang juga sering disebut penelitian terdahulu atau
literature review, adalah bagian dari proposal yang mendiskusikan laporan
penelitian, tulisan (buku atau jurnal) atau kegiatan akademis lainnya seperti
seminar terdahulu berkenaan atau berdekatan dengan focus kajian yang akan
dilakukan. Dari segi posisinya, studi relevan bisa saja sebagai tulisan yang berdiri
sendiri, bagian dari sebuah proposal atau penelitian atau bagian dari sebuah
makalah.41
1. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dalam penelitian ini,
penulis juga merujuk pada literatur hasil penelitian sebelumnya yang
terkait dengan penelitian ini yaitu : Skripsi yang disusun oleh Adina
Fitria S, mahasiswi Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang Tahun 2013 yang berjudul “Grief pada
Remaja Akibat Kematian Orangtua Secara Mendadak” dalam skripsi ini
dikemukakan bahwa peristiwa kematian dapat menyebabkan grief
(kedukaan), grief dapat dialami oleh siapa saja termasuk remaja. Grief
yang dialami oleh remaja tidak boleh dibiarkan berlarut larut karena grief
yang berkepanjangan dapat menimbulkan stress bahkan depresi sehingga
40
Ibid, 68
41
Tim Penyusun, Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa IAIN STS Jambi, (Jambi:
Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 69
27

remaja tidak dapat melanjutkan tugas perkembangannya, terutama


perkembangan emosional dan sosial mereka sehingga sedikit banyak
memiliki andil dalam setiap perilaku mereka. 42
2. Jurnal yang disusun oleh Nurhidayati, Lisya Chairani, mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarief Kasim Riau
tahun 2014 volume 10 Nomor 1 yang berjudul “Makna Kematian
Orangtua Bagi Remaja (Studi Fenomenologi Pada Remaja Pasca
Kematian Orangtua)” dalam jurnal ini dikemukakan bahwa kematian
orang tua menjadi peristiwa yang sangat berarti bagi remaja karena
dengan demikian keluarganya tidak lagi utuh. Akan banyak perubahan
dan penyesuaian yang terjadi.Hal ini juga tidak menutup memungkinan
dapat menimbulkan konflik dalam diri remaja. Jurnal ini bertujuan untuk
memahami makna kematian orangtua bagi remaja dan menggali
bagaimana remaja menghadapi kematian orangtuanya. 43
3. Artikel penelitian yang disusun oleh Intan Cahya Sari Mahasiswi
Fakultas Psikologi Universitas Gunandarama pada tahun 2008 yang
berjudul “Grief Pada Remaja Karena Kedua Orang Tuanya Meninggal”
peristiwa kematian dapat menyebabkan grief, grief dapat dialami oleh
siapa saja termasuk remaja. Grief yang dialami oleh remaja putra berbeda
dengan grief yang dialami oleh remaja putri, karena remaja putra
cenderung sulit untuk mengungkapkan rasa grief yang dialaminya. Bagi
seorang remaja baik putra maupun putri pasti memiliki perasaan
kehilangan, tetapi dalam meluapkan dan mengekspresikan perasaannya
berbeda, untuk remaja putra biasanya memiliki perasaan kehilangan yang
cenderung sulit untuk diungkapkan, lebih pada menahan dan memendam
perasaanya tersebut sedangkan untuk remaja putri cenderung lebih

42
Adina Fitria S, “Grief Pada Remaja Akibat Kematian Orangtua Secara Mendadak”,
Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2013
43
Nurhidayati, Lisya Chairani, “Makna Kematian Orangtua Bagi Remaja (Studi
Fenomenologi Pada Remaja Pasca Kematian Orangtua)”, Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarief Kasim Riau Vol. 10 Nomor 1 2014.
28

memiliki perasaan yang sensitive dan lebih peka, lebih menunjukkan


kesedihan dan rasa kehilangannya. 44
Ketiga penelitian diatas sama sama meneliti tentang kematian orangtua
begitu juga dengan penelitian yang akan penulis susun. Penulis mencoba
memberikan perbedaan pada penelitian ini yaitu lebih menekankan pada dampak
psikologi seorang remaja yang akan ditimbulkan akibat dari peristiwa
meninggalnya orangtua.

44
Intan Cahyasari, “Grief Pada Remaja Putra Karena Kedua Orang Tuanya meninggal”,
Artikel Penelitian Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, 2008.
29

BAB II
PROFIL MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 KOTA JAMBI

A. Sejarah Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi


Madrasah Tsnawiyah Negeri Jambi Timur lembaga pendidikan yang berciri
khas Islam dan menjadi pendidikan Islam Negeri yang dibanggakan oleh umat
Islam di Kelurahan Payo Selincah khususnya. Madrasah Tsanawiyah Negeri
Jambi Timur ini juga merupakan salah satu sekolah negeri yang sangat diminati
oleh masyarakat Kelurahan Payo Selincah khususnya yang beragama Islam.
Madrasah Tsanawiyah Negeri Jambi Timur adalah sekolah yang bercirikan
agama Islam di Kelurahan Payo Selincah Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi
dan di selenggarakan oleh Kementerian Agama Kota Jambi. Madrasah
Tsanawiyah Negeri Jambi Timur berdiri diatas tanah yang di wakafkan dari
Muktar HY.Madrasah di negerikan pada tahun 1993, perubahan status dari
Madrasah Tsanawiyah Swasta Dharma Wanita Unit Kandepag Kota Jambi. Letak
Geografis Madrasah Tsanawiyah Negeri Jambi Timur terletak di jalan Berdikari
Rt. 23 Kelurahan Payo Selincah Kecamatan Jambi Timur. Kemudian pada tahun
2018 Madrasah Tsanawiyah Negeri Jambi Timur telah dirubah setatusnya menjadi
Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.

B. Visi Dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi


Visi
“UNGGUL DALAM MUTU, CERDAS DALAM BERKARYA, BERPIJAK
PADA IMAN DAN TAQWA”
Misi
1. Mewujudkan Lembaga Pendidik yang islami dan berkualitas
2. Menyiapkan dan menyampaikan kurikulum yang mempu memenuhi
kebutuhan anak dan dapat diaplikasikan dalam masyarakat
3. Efektifitas tenaga pendidikan yang Propesional dan berdedukasi
4. Efektifitas PBM yang menghasilkan lulusan berprestasi

29
30

C. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi


Struktur organisasi merupakan tolak ukur dalam suatu lembaga organisasi
baik lembaga pendidikan ataupun lembaga lainnya. Organisasi yang baik dapat
menunjukkan kegiatan yang baik dan juga merupakan pendukung dalam
pelaksanaan segala program kerja organisasi tersebut. Sebagaimana telah di
ketahui Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Jambi Timur merupakan lembaga
pendidikan formal dan menjalankan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai
tujuan, sukses dan lancarnya penyelenggaraan pendidikan sangat ikut dipengaruhi
oleh struktur madrasah yang bersangkutan.
Organisasi adalah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam dunia
pendidikan dan merupakan suatu kebutuhan. Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota
Jambi Kelurahan Payo Selincah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki
organisasi yang terdiri dari beberapa personal dari kepala sekolah sampai kepada
siswa yang bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Adapun
struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi dapat dilihat pada
bagan berikut ini.

Gambar 1 : Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi


Tahun 2020/2021

Kepala Sekolah
Komite Sekolah
Ratna Sari Dewi,
Nawawi
S.Pd, M.Pd

Tata Usaha (TU)


Syaiful Bahri,
S.Ag

Waka SarPras Waka Waka Kurikulum Waka


Djumiati Syam, Humas Dra.Etty Kesiswaan
S.Pd Ermiyati, Yusmaniarti, M.Pd Muhammad
31

Wali Kelas Majelis Guru

Siswa-siswa

D. Keadaan Guru Dan Siswa


1. Keadaan guru
Peranan guru sebagai tenaga pengajar atau pendidik sangatlah penting di
dalam memupuk minat dan menumbuhkan semangat siswa dalam memberikan
bekal ilmu pengetahuan melalui program pembelajaran. Keberhasilan dalam
setiap mata pelajaran tentunya didukung oleh semangat guru dalam
menyampaikan materi pelajaran. Guru yang baik adalah guru yang memberikan
pelajaran kepada siswanya secara efektif dan senantiasa membuat pelajaran, baik
jangka pendek maupun jangka panjang serta berusaha untuk menanamkan,
memupuk dan mengembangkan sikap cinta kepada pelajaran, serta memberikan
semangat dalam setiap proses pembelajaran.
Guru merupakan unsur dari telaksananya proses pendidikan dan
pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan. Guru merupakan alat untuk
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa atau yang disebut sebagai pemberi
informasi. Tanpa guru suatu lembaga pendidikan tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya. Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan adalah 37 orang. Untuk lebih
jelas mengenai keadaan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi dapat
dilihat pada table berikut ini :
32

Tabel 1. Keadaan Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi


No Nama Jabatan Bidang Studi
1 Ratna Sari Dewi, S.Pd, M.Pd Kepala Madrasah
2 Dra.Etty Yusmaniarti, M.Pd Wakil Kurikulum 1. IPA Terpadu
3 Muhammad Syafi’i, S.Ag, Wakil Kesiswaan 1. Aqidah Akhlak
M.Pd.I 2. Prakarya/TIK
4 Ermiyati, S.Pd Wakil Humas 1. Bahasa
Indonesia
5 Djumiaty Syam, S.Pd Wakil 1. Bahasa Inggris
Sarana/Prasarana
6 Drs.Suwanto Guru 1. BK
7 Ermailis, S.Pd, M.Pd Guru 1. MTK
8 Dra.Nina Yuliza Guru 1. Bahasa
Indonesia
9 Liska Evawani, S.Pd, M.Pd Guru 1. IPS Terpadu
2. Seni Budaya
10 Dra.Nurhayati, M.Pd Guru 1. IPA Terpadu
11 Yurnalis, S.Ag, M.Pd Guru 1. Al-Qur’an
Hadist
2. Seni Budaya
12 Desy Pajarwaty, S.Pd, M.Pd Guru 1. Bahasa Inggris
2. Seni Budaya
13 Ahmad Safi’i, S.Ag, M.Pd. I Guru 1. Bahasa Arab
14 Dra.Tsurayya Saman, M.Pd.I Guru 1. SKI
2. Aqidah Akhlak
3. Seni Budaya
15 Yonrizal, S.Pd Guru 1. MTK
16 Murniati, S.Pd Guru 1. Bahasa
Indonesia
17 Dra.Harminawati Guru 1. IPA Terpadu
33

18 Mailly Septrawati, S.Pd Guru 1. IPS Terpadu


2. PKn
19 Wiwik Lestari, S.Pd Guru 1. IPS Terpadu
2. PKn
20 Sri Rahayu, S.Ag Guru 1. SKI
2. Prakarya/TIK
21 Dra.Martiny Guru 1. Aqidah Akhlak
2. Al-Qur’an
Hadist
3. Seni Budaya
22 Sri Fithriyati, S.Ag Guru 1. Fiqih
2. Seni Budaya
23 Resti Fauziah, S.Pd.I, M.Pd.I Guru 1. SKI
2. Fiqih
24 Syofian, Is, S.Ag, M.Pd Guru 1. BK
2. Prakarya/TIK
25 Mariya, S.Si Guru 1. Penjaskes
26 Nurhasanah, S.Pd.I, M.Pd Guru 1. Bahasa Arab
27 Ria Mustika, SE Guru 1. IPS
2. PKn
28 Nani Afriani, S.Pd.I, M.Pd Guru 1. Bahasa Inggris
29 Ratnawati, S.Pd.I Guru 1. Penjaskes
30 Mardiana, S.Pd Guru 1. MTK
31 Tiara Wulandari, S,Pd Guru 1. BK
2. Seni Budaya
32 M. Padri, As, S.Pd.I Guru 1. BK
2. PKn
33 Arika Ristiana Putri, S.Pd Guru 1. MTK
34 Desi Andriyani, S.Pd Guru 1. MTK
35 Yahya Purnama, S.Pd Guru 1. PKn
34

2. Prakarya
36 Purwani Asri, S.Pd Guru 1. Bahasa
Indonesia
37 Eka Yuni Astriyana, S.Pd Guru 1. IPA
2. MTK

2. Keadaan siswa
Keberadaan siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi juga
merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di
sekolah, disamping guru dan karyawan. Tanpa siswa maka penyelenggaraan
pendidikan dan pembelajaran tidak akan terlaksanakan. Siswa adalah objek tujuan
pendidikan. Dengan demikian keberadaan siswa tentunya penting bagi tercapainya
sasaran pendidikan yang telah ditentukan.
Siswa-siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi berjumlah 573
orang yang terdiri dari 272 orang laki-laki dan 301 orang perempuan. Madrasah
Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi untuk mengetahui keadaan siswa di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi dapat dilihat pada tebel dibawah ini :

Tabel 2. Keadaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi


No Kelas Jumlah Jumlah
Laki-laki Perempuan Total Rombel
1 VII 92 97 189 6
2 VIII 102 89 191 5
3 IX 78 115 193 5
Jumlah 272 301 573 16

Diketahui bahwa jumlah siswa sangat banyak atau tepatnya sebanyak orang.
Ini tentu merupakan keberhasilan Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi
dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) selama ini sehingga
masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi untuk menyerahkan anak-anak
35

mereka untuk di didik di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi. Ini tentunya
bukan tugas yang ringan bagi pihak Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi
dalam memenuhi permintaan masyarakat untuk selalu meningkatkan mutu
pendidikan siswa setiap tahunnya melalui penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi.

Tabel 3. Data Siswa yang Orang Tuanya Meninggal

No Kelas Siswa Y/P Sebelum / Sudah


1 VIII A Aaron N Y Sebelum
2 Robbi’ L Y Sebelum
3 Sandi P Sebelum
4 VIII B Aini M Y Sebelum
5 Erpandi S P Sebelum
6 M. Agus Y Sebelum
7 VIII C Fajar K Y Sebelum
8 Azzahra Ramadhona P Sudah disekolah
9 Ahmad Miswanto Y Sudah disekolah
10 Cut Maylinda Y Sudah disekolah
11 VIII D Gilly Ibra Y Sebelum
12 VIII E Andriyanto Y Sebelum
13 Ihsan Maulana P Sebelum
14 M. Ramzi Y Sebelum
15 Putri I P Sebelum
16 Nafisa P P Sebelum
17 IX A Nazswa Y Sebelum
18 Fiqih Safitri Y Sudah disekolah
19 IX B Siti Rahmawati Y Sebelum
20 Navil R Y Sebelum
21 IX C Caren Apriliya Angelica Y Sudah disekolah
22 Faizah Y Sebelum
36

23 Silvia N Y Sebelum
24 Riri Padma Y Sebelum
25 IX D M.Raihan Y Sebelum
26 Rahmat Ramadhan Y Sebelum
27 IX E Dimas Zulpan Ramadhan Y Sudah disekolah
37

BAB III
DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA

A. Dampak Kehilangan Orang Tua


Kehilangan orang tua akan menimbulkan dampak terhadap perkembangan
remaja. Remaja yang mampu memahami kehilangan sebagai suatu hal positif
akan dapat melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik, seperti mampu
mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab dan mencapai kemandirian
emosional. Sebaliknya remaja yang tidak mampu memahami kehilangan sebagai
suatu hal yang positif akan mengalami masalah dalam perkembangannya.
Adapun dampak yang mendasar pada remaja karena kehilangan orang tua
adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya kasih sayang yang seharusnya diperoleh remaja.1
Remaja yang tidak mendapatkan kasih sayang akan berusaha mendapatkan
apa yang seharusnya dia peroleh. Setiap remaja memiliki makna tersendiri tentang
kehilangan orang tua, namun pada umumnya mereka mengartikan kehilangan
orang tua sebagai hilangnya figur yang akan memberikan kasih sayang, hilangnya
keutuhan keluarga, kehilangan model, kehilangan arah, kehilangan rasa aman dan
kehilangan teman berbagi.
“[Y]a sejak ayah saya meninggal, kasih sayang orang tua berkurang dan
perhatiannya tidak sepenuhnya yang dulu, kehilangan itu pasti kehilangan
sekali soalnya masih butuh sosok seorang ayah. Ayah itu lucu jadi seneng
anak-anaknya senang gitu, nggak keras orangnya lembut, memberi perhatian
kasih sayang”.2

Remaja yang tidak mendapatkan kasih sayang akan berusaha mendapatkan


apa yang seharusnya dia peroleh. Kasih sayang adalah hal yang mutlak harus
diperoleh setiap individu, khususnya remaja. Ketika remaja kehilangan figur yang
seharusnya dapat memberikan kasih sayang, maka dia akan mencari figur yang

1
Nurhidayati, Lisya Chairani. “Makna Kematian Orangtua Bagi Remaja (Studi
Fenomenologi Pada Remaja Pasca Kematian Orangtua)”, Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1,
(2014),44
2
CA, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan penulis, 3
Desember 2020

37
38

mereka anggap dapat memberikan kasih sayang sebagaimana yang mereka


inginkan.
Oleh karena itu kehilangan memberikan dampak positif dan negatif bagi
remaja. Dampak positifnya adalah kehilangan mampu membuat remaja lebih
mandiri, sebaliknya dampak negatif dari kehilangan orang tua adalah
terganggunya perkembangan remaja.

2. Kesedihan yang mendalam dalam rentang berdeda3


Kesedihan yang mendalam dalam rentang yang berbeda adalah perasaan
remaja terhadap kehilangan sosok ibu dan perasaan remaja terhadap kehilangan
sosok bapak. Kehilangan sosok ibu, Azzahra merasakan kesedihan yang teramat
menyakitkan dan perasaan itu sering menghapirinya.
“[S]edih ketika sedang sendiri bahkan sekarang masih terkenang karna ibu
baru meninggalnya ketika saya masih kelas VIII, makanya saya nggak mau
sendiri pasti selalu menangis. Sampai saat ini saya merasa sedih nggak
percaya ibu cepat meninggalkan kami, apalagi ada orang yang bertanya ibu
tanpa sadar air mata itu menetes dengan sendirinya. Ibu sosok yang tidak
dapat tergantikan oleh siapapun”.4

Kondisi grief atau berduka atas kehilangan dari seseorang yang kita kenal
terlebih kita cintai, akan berpengaruh terhadap kehidupan selanjutnya. Apa lagi
jika kehilangan sosok orang tua, maka akan ada masa dimana kita meratapi
kepergian mereka dan merasakan kesedian yang mendalam. Remaja
mengungkapkan perasaan kehilangannya dengan menangis, merasa sedih,
melakukan penolakan dan menyesal. Rentang waktu kesedihan yang dialami
remaja terhadap kehilangan orang tua berbeda-beda, keadaan ini terjadi karena
beberapa faktor diantaranya yaitu hubungan remaja dengan almarhum,
kepribadian, usia dan jenis kelamin serta proses kematian.5

3
Suzanna, “Makna Kehilangan Orangtua Bagi Remaja di Panti Sosial Bina Remaja
Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi”, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.3,
No.1, Juni 2018,pp.61-76
4
AR, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 5
Desember 2020, Rekaman Audio.
5
Adina. Fitria, Suprihatin, Grief pada Remaja Akibat Kamatian Orangtua Secara
Mendadak di Semarang, Jurnal Psikologi: 9.(1),(2013), 48-58. Universitas Negeri Semarang.
39

3. Hilangnya seorang Figur Orang tua


Figur orang tua itu sangat dibutuhkan, hal tersebut tergambar pada
ungkapan berikut:
“[S]osok yang tidak tergantikan, ayah adalah sosok pelindung pertama figur
yang menjadi pahlawan bagi anak-anaknya terutama saya sebagai anak
bungsu yang masih butuh ayah. Kepergian sosok ayah di dalam keluarga
memberikan ruang kekosongan yang mendalam dan pengalaman hidup yang
menyakitkan”.6

Kehilangan sosok pemimpin merupakan kehilangan sosok yang dapat


dijadikan panutan, arahan, motivasi dan pembimbing bagi remaja. Remaja berada
dalam masa peralihan dari kanak-kanak kemasa dewasa. Dalam masa peralihan
remaja sedang mencari identitasnya, dalam proses perkembangan yang serba sulit
dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan panutan, arahan,
motivasi dan bimbingan serta bantuan dari orang yang dicintai dan dekat
dengannya terutama orang tua. Karena orang tua adalah orang yang dekat dan
mengerti akan anak-anaknya, hangatnya sebuah keluarga akan membuat
kedekatan yang terjalin antara anak dan orang tua, kedekatan itu akan membuat
anak menjadi merasa aman dan nyaman, ketika seorang remaja dihadapkan pada
suatu peristiwa yang tidak diinginkan dalam hidupnya pasti akan merasa berat
untuk menerimanya, seperti kehilangan yang memisahkan hubungan antara orang
tua dan anak, peristiwa tersebut sulit untuk diterima oleh siapapun karena tidak
ada satu orang pun yang akan benar-benar siap ketika harus kehilangan orang
yang dicintainya.

4. Tiada lagi tempat berbagi


“[Y]a gimana yah.. sedih nggak bisa kumpul bareng, biasanya orang tua
kalau ada masalah bisa memecahkan, kalau orang tua ngak ada ya.. susah.
Nggak ada teman curhat aku ngadepin sendirian”.7

6
FS, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 3
Desember 2020. Rekaman Audio.
7
AR, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 5
Desember 2020, Rekaman Audio.
40

Kehilangan teman berbagi merupakan kehilangan sosok seseorang yang


dapat memahami, membantu dan menyelesaikan masalah yang dialami remaja.
Remaja dengan kehilangan orang tua sangat membutuhkan teman untuk tempat
berbagi, Seperti halnya kehilangan sosok pemimpin dan kehilangan sosok
pemberi kasih sayang, kehilangan teman berbagi juga merupakan bagian dari
kehilangan orang tua karena kehilangan tersebut saling berhubungan. Remaja
yang tidak mendapatkan sosok pemimpin yang dapat dijadikan panutan, tidak
mendapatkan kasih sayang dan juga teman berbagi akan berusaha untuk
mendapatkan apa yang harusnya mereka peroleh. Remaja akan mencari seseorang
yang menurutnya bisa menjadi panutan, perhatian dan teman bercerita. Oleh
karena itu peran keluarga, guru, teman dan pihak lain yang dekat dengan remaja
harus mendukung untuk menyelesaikan tugas perkembangan remaja dengan baik.

5. Kehilangan Keutuhan Keluarga


Kehilangan keutuhan keluarga merupakan kenyataan yang sulit diterima
oleh remaja, karena jika remaja mengalami hal tersebut maka remaja akan merasa
kurang mendaptkan perhatian, kasih sayang, kebersamaan dan perlindungan serta
teman berbagi, karena semuanya akan remaja dapatkan jika memiliki keluarga dan
orang tua yang utuh.
“[A]M, ayah ku sudah meninggal dan ibu ku sudah menikah lagi yang ke
tiga kalinya, ibu ikut bersama suaminya yang sekarang ke Palembang, jadi
aku tinggal bersama ayuk kandungku. Semenjak ayah meninggal aku
berjualan untuk membantu perekonomiannya bersama ayuk, terkadang di
sekolah bahkan tidak pernah absen, tidak mengerjakan tugas, tidak terima
lapor dan sering dipanggil keruang BK.”8

a. Dampak psikologis anak tanpa ayah


Memiliki sosok orang tua yang lengkap sudah pasti menjadi dambaan
dan kebutuhan semua anak. Faktanya, tidak semua anak bisa merasakan
kehangatan dan kasih sayang dari kedua orang tua. Ada sebagian anak yang
harus dibesarkan tanpa ayah. Idealnya, anak memang dibesarkan oleh dua

8
AM, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan penulis, 5
Desember 2020, Rekaman Audio.
41

orang tua, ibu dan ayah. Terdapat perbedaan fungsi peran ibu dan ayah
dalam tumbuh kembang dan pembentukan karakter anak. Maka tak heran
jika seorang anak yang dibesarkan tanpa ayah mungkin mengalami kesulitan
dalam proses pertumbuhannya. Beberapa masalah yang mungkin dihadapi
anak adalah:9
1) Merasa tidak aman
Seorang anak yang dibesarkan tanpa ayah berpotensi merasa
ditinggal, tidak diharapkan dan perasaan-perasaan sejenis lainnya.
Bahkan, anak yang tumbuh dengan kasih sayang seorang ayah sering kali
merasa khawatir dengan dirinya sendiri. Belum lagi anak mungkin tidak
bisa mengontrol emosi yang dimiliki khususnya terhadap diri sendiri.
Tak jarang anak merasa bahwa diri mereka alasan mengapa sang ayah
meninggalkannya. Dengan kata lain anak yang dibesarkan tanpa ayah
sering kali menyalahkan diri sendiri dari kondisi yang dialaminya.

2) Sulit menyesuaikan diri


Selain itu, anak yang dibesarkan tanpa ayah sering kali memiliki
masalah dalam sikap dan perilaku, anak kerap sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Bahkan, tak jarang anak yang dibesarkan tanpa
kasih sayang seorang ayah melakukan bullying kepada teman.

3) Gangguan kemampuan akademis


Dampak dari seorang anak yang dibesarkan tanpa sosok ayah juga
bisa memengaruhi kemampuan akademisnya, anak memiliki
kecenderungan untuk putus sekolah saat SMA jika dibesarkan tanpa
ayah. Sementara itu, efek lain terhadap kemampuan akademis anak juga
terlihat dari masalah yang dihadapi anak dalam kegiatan belajar, sebagai
contoh anak kesulitan berhitung dan membaca saat masih duduk di
bangku SD. Bahkan, ada kecenderungan bagi anak untuk tidak dapat
9
Annisa Hapsari, “Apa yang Terjadi Jika Anak Dibesarkan Tanpa Ayah”, diakses melalui
alamat https://hellosehat.com/parenting/remaja/apa-yang-terjadi-jika-anak-dibesarkan-tanpa-ayah/
tanggal 24 Februari 2021
42

memenuhi tuntutan akademis dan kualifikasi professional ketika beranjak


dewasa.

4) Kemungkinan gangguan kesehatan fisik dan mental


Absennya sosok seorang ayah dalam tumbuh kembang seorang
anak rupanya memiliki pengaruh terhadap kesehatan anak, tidak hanya
kesehatan fisik anak yang dibesarkan tanpa ayah mungkin mengalami
gangguan psikologis. Kesehatan fisik yang mungkin dialami anak adalah
asma, sakit kepala, hingga sakit pada bagian perut. Bahkan, ada
kemungkinan anak mengalami rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan.
Kondisi ini berhubungan dengan gangguan psikosomatik, dimana
beberapa penyakit muncul karena kondisi fisik dan mental. Sementara
itu, gangguan psikologis yang mungkin dialami oleh seorang anak yang
tumbuh tanpa seorang ayah termasuk gangguan kecemasan, depresi dan
kecenderungan untuk bunuh diri.

5) Bermasalah dengan tanggung jawab


Saat dewasa, anak yang dibesarkan tanpa ayah cenderung menjadi
pengangguran, memiliki pendapatan rendah, bahkan tidak memiliki
tempat tinggal. Bahkan 90% anak yang lari dari rumah dan tinggal
dijalan atau penampungan biasanya tidak memiliki ayah. Hubungan
dengan lawan jenis juga terganggu, cenderung lebih besar kemungkinan
untuk bercerai atau memiliki anak diluar pernikahan. Hal ini menekankan
pentingnya sosok ayah terutama selama masa pertumbuhan sel dan saraf
di otak anak. Pasalnya, ketidakhadiran ayah dapat memicu terjadinya
gangguan dalam perilaku sosial dan kondisi ini dapat bertahan hingga
anak tumbuh dewasa.

b. Dampak psikologis bagi anak yang tumbuh tanpa ibu


Mengasuh anak bukanlah hal yang mudah karena akan berdampak pada
pertumbuhan psikologis, bahkan bisa terbawa sampai mereka dewasa. Untuk
43

itu, peran ibu dan ayah sama-sama penting dalam membesarkan anak. Berikut
dampak psikologis yang muncul dari sang anak yang tumbuh tanpa kasih
sayang ibu sebagai berikut:10
1) Kurang percaya diri
Hidup tanpa kasih sayang ibu sering kali membuat anak merasa
diabaikan serta tidak didengar. Bagi seorang anak perempuan, ia cenderung
tidak mengetahui bahwa sebenarnya keberadaannya dapat menyenangkan
serta layak mendapat perhatian dari orang sekitar. Seorang ibu yang sering
kali memuji juga akan membuat anak menjadi percaya diri. Sehingga saat
anak tumbuh tanpa ibu, maka anak tidak akan mendapatkan itu dan
cenderung tidak percaya diri.
2) Sulit percaya dengan orang lain
Hal ini dikarenakan sebuah kepercayaan akan mudah muncul saat
seseorang memiliki hubungan yang baik dengan orang terdekat mereka,
termasuk ibu. Anak tanpa ibu akan cenderung ambivalen dan membutuhkan
berkali-kali pembuktian untuk percaya terhadap suatu hal.
3) Sulit menetapkan batasan
Anak sering kali merasakan menjadi objek dalam hubungan orang
dewasa dan mereka pun tidak dapat keluar dari keadaan ini. Sehingga ia
merasakan hubungan yang tidak sehat dan memunculkan perasaan yang
tidak nyaman dan emosional.
4) Sulit mengembangkan potensi
Meskipun seorang anak akan lebih baik saat mendapatkan perhatian
dari orang tua termasuk ibu. Namun saat seorang ibu menyampaikan hal-hal
kurang baik dan tidak memberikan penjelasan yang baik maka dapat
membuat anak selalu mengingat hal-hal negatif yang terbawa hingga
dewasa nanti, hal tersebut dapat membuat anak selalu fokus terhadap
kekurangannya dan sulit mengembangkan potensi miliknya.

10
Endah Murniaseh, “Apa Dampak Psikologis Bagi Anak yang Tumbuh Tanpa Ibu”,
diakses melalui alamat https://tirto.id/apa-dampak-psikologis-bagi-anak-yang-tumbuh-tanpa-ibu-
f5ne tanggal 24 Februari 2021
44

5) Sering menghindari suatu hal


Menghindari permasalahan sering kali dilakukan untuk keluar dari
rasa tersakiti. Hal ini dikarenakan sifat kurang percaya diri serta ketakutan
terhadap suatu hal. Padahal dalam diri mereka ingin melakukan hal tersebut,
namun ketakutan tersebut akhirnya yang membuat mereka memilih untuk
menghindar.
6) Terlalu sensitif
Anak-anak akan cenderung sulit mengelola emosi yang ia rasakan
serta cenderung banyak berpikir dan merenung, mereka juga sering kali
mudah tersinggung dan salah paham terhadap ucapan yang menurut mereka
sensitif.
7) Meniru apa yang ibu lakukan
Orang tua merupakan guru pertama bagi anak, maka tidak jarang anak
akan mengikuti apa yang dilakukan orang tua mereka. Meskipun hal
tersebut telah mereka sadari tidak baik, namun karena sering melihat hal
tersebut maka anak tanpa sadar akan melakukan hal yang sering orang tua
mereka lakukan.

B. Teori Kehilangan
1. Tahapan Berduka Menurut Kubler Ross11
a. Denial (Penyangkalan)
Denial adalah tahapan pertama orang yang menghadapi kedukaan,
dimana orang yang menghadapi kedukaan akan menyangkal bahwa
kematian benar akan terjadi. Orang dalam tahapan ini mungkin akan berkata
“tidak, tidak mungkin saya, dan itu tidak mungkin”. Menyangkal
merupakan reaksi yang umum terjadi kepada orang yang mengalami

11
Nurlaili Faozan, “5 Tahapan Berduka menurut Kubler Ross”, diakses melalui alamat
https://nurlailiofaozan.wordpress.com/2020/02/27/tahapan-berduka-kubler-ross/ tanggal 6 Januari
2021
45

kedukaan, namun reaksi ini merupakan bentuk bertahanan sementara dan


pada akhirnya akan digantikan dengan kesadaran.12
Dalam tahapan ini seseorang yang tengah berduka akan menyangkal
kejadian yang membuatnya berduka. Pada kenyataannya penyangkalan ini
justru membuat individu tersebut dapat bertahan lebih kuat dalam
menghadapi peristiwa duka yang mendalam. Penyangkalan yang dilakukan
dapat berupa menolak (menyangkal) peristiwa duka yang terjadi. Misalnya:
saat seorang individu divonis penyakit mematikan mereka sebisa mungkin
akan menyangkal berita tersebut dan menganggap berita yang mereka
terima adalah berita bohong. Selama proses penyangkalan umumnya mereka
mencoba untuk hidup dalam realitas yang mereka bangun sendiri. Setelah
fase penyangkalan ini berakhir maka seseorang baru bisa melanjutkan
proses penerimaan terhadap kejadian buruk yang menimpanya. Serta realita
yang tadinya ditolak menjadi sebuah kenyataan yang harus dihadapi.
b. Anger (Kemarahan)
Setelah melewati tahapan berduka dan berhasil menerima kejadian
buruk yang menimpanya. Seseorang yang sedang berada dalam siklus
berduka menurut Kubler-Ross mungkin akan mengalami tahapan kedua
yaitu “kemarahan”. Dalam siklus kemarahan ini umumnya individu tersebut
akan mulai mempertanyakan “Mengapa harus aku?” atau “Kenapa hidup
sangat tidak adil”. Hal ini yang mungkin dilakukan adalah menyalahkan
seseorang atas kejadian yang terjadi, bisa kepada keluarga atau teman dekat.
Pada kenyataannya siklus ini cukup penting untuk dilalui, karena
semakin lama seorang individu menekan kemarahannya maka semakin lama
pula proses penyembuhannya. Semakin meluap-luap kemarahannya maka
semakin cepat pula prose ini berlalu. Proses ini adalah sebuah proses alami
yang memang seharusnya dirasakan tanpa perlu menekan perasaan ini.
Dalam tahap ini biasanya mereka yang tengah berduka akan merasakan
ketidakadilan, kehampaan dan merasa sendirian di dunia ini. Namun ini
12
Qayumah, “Tahapan Kedukaan Elizabeth Kubler Ross Terhadap Kematian Adik”, Skripsi
(Jakarta: Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2019), 17-18
46

adalah sebuah proses alami guna membangun sebuah realitas baru dari
kejadian duka yang telah terjadi.
c. Bargaining (Tawar-menawar)13
Saat berhadapan dengan sebuah masalah besar atau sebuah kejadian
yang berada di luar kontrol diri tentu seringkali seseorang yang tengah
berduka merasa perlu melakukan tawar-menawar kepada semesta,
“Seharusnya aku bisa datang sedikit lebih cepat dan kejadian ini mungkin
tidak terjadi”. Kalimat tawar-menawar tersebut seringkali menjadi salah satu
bentuk negosiasi yang diajukan kepada semesta. Mereka yang tengah
berduka akan dengan bersedia untuk menukar apapun yang mereka miliki
untuk mencegah atau bahkan mengembalikan keadaaan sepeerti pada masa
belum terjadinya peristiwa duka tersebut.
d. Depression (Depresi)
Depresi merupakan salah satu rangkaian dari siklus berduka
seseorang. Depresi menjadi sebuah emosi umum yang diterima seseorang
saat berduka. Perasaan hampa yang begitu mendalam serta kenyataan bahwa
mereka kehilangan seseorang untuk selamanya membuat individu yang
sedang berduka merasa sangat hampa. Perasaan untuk menarik diri dari
kehidupan, perasaan ingin mati, merasa hidup berada di jalan buntu hingga
perasaan tidak ingin bangun dari tempat tidur adalah rangkaian dari proses
depresi yang dialami oleh seseorang.
e. Acceptance (Penerimaan)
Tahapan terakhir dalam siklus berduka yang dialami seseorang adalah
berada dalam proses penerimaan. Pada tahapan ini emosi mereka akan
kembali stabil. Munculnya rasa penerimaan terhadap realita yang semula
ditolak dan mulai menghadapi kejadian buruk tersebut sebagai bagian dari
sebuah siklus hidup. Pada tahap ini individu yang tengah berduka mulai
membangun sebuah realita baru yang mungkin akan berbeda dengan
sebelum terjadinya peristiwa duka. Mereka yang telah menerima kejadian
duka dengan baik umumnya sudah mulai dapat berpikir lebih positif

13
Ibid,.
47

terhadap hidupnya dan merangkai kehidupan baru yang tidak lagi sama
dengan sebelumnya.

2. Teori Kelekatan Bowlby14


Kelekatan (attachment) merupakan istilah yang pertama kali dikemukakan
oleh seorang psikolog dari Inggris bernama John Bowlby. Kelekatan merupakan
tingkah laku yang khusus pada manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan
seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang lain dan mencari kepuasan
dalam hubungan dengan orang tersebut.
Kelekatan menurut Monks adalah mencari dan mempertahankan kontak
dengan orang-orang yang tertentu saja. Orang pertama yang dipilih anak dalam
kelekatan adalah ibu (pengasuh), ayah atau saudara-saudara dekatnya. Sedangkan
menurut Santrock kelekatan adalah ikatan emosional yang erat diantara dua orang.
Kelekatan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kahidupan manusia
yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu. Ciri-
ciri seorang anak dapat dikatakan lekat pada orang lain jika mempunyai kelekatan
fisik dengan seseorang, menjadi cemas ketika berpisah dengan figur lekat,
menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali, dan orientasinya tetap
pada figur lekat walaupun tidak melakukan interaksi. Anak memperhatikan
gerakan, mendengarkan suara dan sebisa mungkin berusaha mencari perhatian
figur lekatnya.
Proses berduka akibat suatu kehilangan memiliki empat fase:15
a. Mati rasa dan penyangkalan terhadap kehilangan.
b. Kerinduan emosional akibat kehilangan orang yang dicintai dan
memprotes kehilangan yang tetap ada.
c. Kekacauan kognitif dan keputusasaan emosional, mendapatkan dirinya
sulit melakukan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.

14
Cenceng. Perilaku Kelekatan Pada Anak Usia Dini (Perspektif John Bowlby), Jurnal
Lentera Vol. IXX, No.2, Desember 2015, 143-145
15
Rossi Anita Sari, “Pengalaman Kehilangan (loss) dan Berduka (grief) pada Ibu
Preeklampsi yang Kehilangan Bayinya”, Skripsi (Semarang: Program Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2015), 27-28
48

d. Reorganisasi dan reintegrasi kesadaran diri sehingga dapat


mengembalikan hidupnya.

3. John Harvey
John Harvey menetapkan 3 tahap berduka, yaitu:
a. Syok, menangis dengan keras dan menyangkal.
b. Instruksi pikiran, distraksi dan meninjau kembali kehilangan secara
obsesif.
c. Menceritakan kepada orang lain sebagai cara meluapkan emosi dan
secara kognitif menyusun kembali peristiwa kehilangan.

4. Rodebaugh et.al
Proses dukacita sebagai suatu proses yang melalui empat tahap yaitu:
a. Reeling: klien mengalami syok, tidak percaya atau menyangkal.
b. Merasa (feeling): klien mengekspresikan penderitaan yang berat, rasa
bersalah, kesedihan yang mendalam,kemarahan, kurang konsentrasi,
gangguan tidur, perubahan nafsu makan, kelelahan dan ketidaknyamanan
fisik yang umum.
c. Menghadapi (dealing): klien mulai beradaptasi terhadap kehilangan
dengan melibatkan diri dalam kelompok pendukung, terapi dukacita,
membaca dan bimbingan spiritual.
d. Pemulihan (healing): klien mengintegrasikan kehilangan sebagai bagian
kehidupan dan penderitaan yang akut berkurang. Pemulihan tidak berarti
bahwa kehilangan tersebut dilupakan atau diterima.

C. Makna Kehilangan
Pada setiap proses dan hidup tidak akan lepas dari yang namanya
kehilangan. Kehilangan karena suatu hal yang menjebak untuk tidak bisa menolak
kehilangan itu. Kehilangan karena mempunyai tujuan agung, kahilangan karena
memperjuangkan yang saat itu perjuangkan. Kehilangan tetap saja kehilangan,
waktu dan apa yang telah hilang tidak bisa diperoleh kembali pada saat dan
49

bentuk yang sama. Kehilangan saat berproses dan kehilangan saat mengupayakan.
Kehilangan yang terus ditimpa dengan kehilangan menjadikan seseorang picik
dan menjadikan senjata untuk mengambil yang bukan miliknya. Kehilangan
membuat seseorang melakukan hal sama, kehilangan membuat seseorang merasa
bahwa orang lain juga harus kehilangan seperti dirinya. Kehilangan membuat
seseorang menutup pintu dunia orang lain. Kehilangan membuat seseorang
mengabaikan hak-hak individu orang lain. Kehilangan membuat seseorang
memiliki mindset bahwa tidak ada yang lebih kehilangan dibandingkan dirinya.
Kehilangan membuat seseorang rakus dan dapat melakukan yang tidak
pernah diperkirakan dampaknya bagi orang lain. Kehilangan akan membuat
seseorang melakukan dan memperjuangkan orang lain agar tidak merasakan hal
yang sama dengan dirinya ternyata hanya sebuah teori dan alasan manusiawi lebih
menjelaskan bahwa kehilangan justru membuat seseorang melakukan hal yang
sama kepada orang lain. Membuat orang lain merasa kehilangan sekalipun itu
sedikit dari total kehilangan yang telah dimiliki. Jika setiap kehilangan berekor
dengan kehilangan, apakah aka nada pihak yang menutup pintu kehilangan itu dan
mengantinya dengan pintu yang lebih luas. Pintu yang mengantarkan bahwa setiap
orang tidak mempunyai hak untuk menutup jalan orang lain, tidak berhak
membuat orang lain kehilangan seperti dirinya. Beberapa kehilangan mungkin
memang suatu proses dan wujud pengorbanan atas apa yang sedang dan apa yang
telah diperjuangkan. Kehilangan bisa bermakna positif dan logis untuk beberapa
hal. Tetapi kehilangan bukan senjata untuk memperlakukan orang lain semena-
mena. Kehilangan bukan senjata untuk tidak menghargai setiap impian orang lain.
Jika kehilangan yang justru membutakan hati seseorang, mungkin itu adalah
kehilangan yang hakiki. Kehilangan setiap impian bukan berarti juga akan
membuat orang kehilangan kesadarannya, bahwa orang lain tidak berhak
kehilangan juga karena dirinya kecuali dianggap sebagai penebusan. 16
Pemaknaan kehilangan yang muncul pada remaja adalah kematian tidak
memandang usia dan alasan, ada Allah pada setiap peristiwa, sehingga saat

16
Sari Wardani, “Makna Kehilangan”, diakses melalui alamat www.kompasiana.com
tanggal 5 Januari 2021.
50

kehilangan remaja merasa kecewa dan cenderung menyalahkan takdir Allah.


Makna lain saat mengalami kehilangan yaitu hilangnya sosok penting dalam
keluarga yang merupakan sumber kebahagiaan, figure teladan dan sosok yang
mampu menjadi pengayom keluarga. Kehilangan juga dimaknai sebagai
pendidikan mental dan spiritual yang mampu memperkuat mental dan keimanan.
Makna kehilangan orang tua bagi remaja berbeda dan dapat berlangsung
lama bahkan bertahun-tahun. Kehilangan yang dialami remaja tidak boleh
dibiarkan berlarut-larut karena dapat mengganggu kejiwaan remaja seperti stress
bahkan depresi sehingga tidak dapat melakukan tugas perkembangannya, terutama
perkembangan emosional dan sosial mereka sehingga sedikit memiliki andil
dalam setiap perilaku mereka.17

17
Suzanna, “Makna Kehilangan Orangtua Bagi Remaja di Panti Sosial Bina Remaja
Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi”, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.3,
No.1, Juni 2018,pp.61-76
51

BAB IV
PENGARUH KEHILANGAN ORANG TUA
TERHADAP HASIL BELAJAR

A. Kehilangan Orang Tua terhadap Hasil Belajar


Hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi
guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
“[S]etelah bapak dari DZ meninggal, ada perubahan yang terjadi terutama
pada tingkat penurunan prestasi belajar. Semuanya harus kita kontrol ya,
dari belajarnya dirumah apalagi sekarang belajarnya daring kalo dak kita
awasi, suruh untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah nggak dikerjakan.
Alhamdulillah mbaknya guru juga di MTs jadi tau kalo DZ tidak
mengumpulkan tugas karna gurunya langsung yang memberitahu kalo
tugasnya DZ belum dikirim. Karna itu abangnya membuat satu buku khusus
untuk semua tugas-tugas dicatat, kalo sudah dikerjakan lapor dulu kirim ke
wa abngnya jadi tau mana yang sudah dikerjakan dan mana yang belom.
Jika tugas tidak dikerjakan sanksinya hp diambil dan jam 10 malam hp
dikasih sama abangnya. Begitu juga dengan sholat dibuat buku sholatnya
jika sholat harus ada ttd siapa yang ada dirumah yang melihat dia sholat,
kalo tidak dengan cara begitu akan berdampak dengan menurunan prestasi
belajar karna sudah kelas IX”. 1

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua faktor
yaitu:
a. Faktor interen (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar)
1) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu
sehat, sakit kepala, demam, batuk dan sebagainya dapat

1
NA, Wawancara Penulis dengan Keluarga DZ, Tanggal 18 Oktober 2020

51
52

mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula


halnya jika kesehatan rohani (jiwa kurang baik).
“[P]ada saat bapak meninggal adek merasa kurang nafsu
makan, mau ngapa’in malas kak, terkadang juga sering
pusing kak”.2

2) Intelegensi dan bakat


Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang
tinggi umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik.
Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan
belajar. Jika seseorang yang mempunyai intelegensi yang tinggi
dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari maka proses belajar
akan lebih mudah dibandingkan orang yang hanya memiliki
intelegensi tinggi saja atau bakat saja.

3) Minat dan motivasi


Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan
juga datang dari sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan
beberapa hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk
menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta
ingin hidup senang atau bahagia. Begitu pula seseorang yang
belajar dengan motivasi yang kuat akan melaksanakan kegiatan
belajarnya dengan sungguh-sungguh penuh gairah dan semangat
belajar.
“[M]inat mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar,
bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat siswa, maka tidak akan ada daya tarik untuk siswa
belajar dengan sungguh-sungguh. Jika bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajarnya akan lebih baik karena siswa merasa senang untuk
mempelajarinya sehingga akan lebih giat dalam belajar.
Motivasi terbesar siswa berasal dari keluarga terutama kedua

2
CM, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 3
Desember 2020, Rekaman Audio.
53

orang tuanya. Setelah kehilangan orang tua siswa merasa


semangat dan motivasi untuk belajarnya berkurang, untuk itu
pendampingan khusus sangat diperlukan setelah siswa
ditinggal orang tuanya, supaya hasil belajarnya tidak
menurun”.3

4) Cara belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil
belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor
fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil
yang kurang maksimal.
“[S]emua siswa mengalami perubahan cara belajar setelah
kehilangan orang tuanya, mulai dari terlambat masuk kelas,
tugas jarang dikumpul dan nilai semester yang menurun dari
sebelumnya”.

b. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri orang yang belajar)
1) Keluarga
Faktor orangtua sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya
pendidikan, besar kecilnya penghasilan dan perhatian.
“[F]aktor lingkungan keluarga sangat menentukan hasil
belajar anak, adanya hubungan yang harmonis dalam
keluarga, tersedianya fasilitas belajar, keadaan ekonomi yang
cukup, suasana yang mendukung dan perhatian orang tua
terhadap perkembangan proses belajar anak dapat
menjadikan anak semangat sehingga hasil belajar yang
diraihnya dapat maksimal. Selain itu faktor ekonomi sangat
besar pengaruhnya terhadap kehidupan keluarga, suasana
dalam rumah tangga juga berpengaruh dalam membantu
belajar bagi anak”. 4

2) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan anak. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian
kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau

3
NA, Wawancara Penulis dengan Keluarga DZ, Tanggal 18 Oktober 2020
4
EY, Wawancara Penulis dengan Keluarga CM, Tanggal 18 Oktober 2020
54

perlengkapan di sekolah dan sebagainya, semua ini mempengaruhi


keberhasilan belajar.
“[P]ihak sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota
Jambi sangat peduli sama anak-anak yang orang tuanya
sudah meninggal, baik itu yatim, piatu dan yatim piatu.
Seperti rutinitas setiap hari Jum’at memberikan sedekah
kepada anak yang orang tuanya sudah meninggal dengan
memberikan beras, makanan atau berupa uang”.5

3) Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila
sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-
orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya, rata-rata
bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak
untuk lebih giat belajar.
“[K]egiatan siswa dalam masyarakat dapat menunjang
perkembangan pribadinya. Jika tidak bisa mengatur waktunya
dengan baik maka akan mengganggu kegiatan belajarnya
karena siswa disibukkan dengan kegiatan di lingkungan
masyarakatnya. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh
baik terhadap diri siswa namun sebaliknya teman bergaul
yang tidak baik pasti mempengaruhi siswa secara negatif,
sehingga perhatian orang tua sangat diperlukan untuk terus
dan selalu mengawasinya”.

4) Lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat
mempengaruhi hasil belajar. Keadaan lingkungan, bangunan
rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebaginya semua ini
akan mempengaruhi kegairahan belajar.
Agar dapat memperoleh hasil belajar yang baik, maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika
hal tersebut tidak menjadi perhatian siswa maka akan timbul
kebosanan sehingga siswa malas untuk belajar. Salah satu faktor yang

5
Hasil Wawancara Penulis di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi tanggal 14
Oktober 2020
55

penting berasal dari orang tua, sebagai orang tua hendaknya dapat
memberikan yang terbaik bagi anak sehingga dapat mendorong kearah
yang lebih baik. Bentuk dari dorongan orang tua yaitu dengan
mengusahakan memenuhi faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa dengan semaksimal mungkin.

B. Perubahan Sikap Setelah Kehilangan Orang tua


Sikap dapat juga diartikan sebagai pikiran dan perasaan yang mendorong
kita bertingkah laku ketika kita menyukai atau tidak menyukai sesuatu. Sedang
sikap sendiri mengandung tiga komponen yaitu: kognisi, emosi dan perilaku serta
bisa konsisten dan bisa juga tidak, tergantung permasalahan apa yang mereka
hadapi.6
Kavanaugh (dalam Astuti & Gusniarti, 2009) mengidentifikasi perilaku dan
perasaan individu sebagai bagian dari proses duka cita yaitu :7
1. Shock dan Penolakan
Fungsi utama melakukan penolakan adalah untuk memberikan
tempat sementara yang aman bagi mereka yang berduka karena
kehilangan dari kenyataan buruk dari dunia sosial yang hanya
menawarkan kesepian dan rasa sakit.

2. Kekacauan
Kekacauan adalah suatu tingkatan dalam proses berduka cita
dimana seseorang mungkin benar-benar merasa tidak sesuai dengan
kenyataan hidup sehari-hari.
“[S]aya merasa kacau kak, karna setelah ayah meninggal, ibu
menikah lagi dan sekarang bersama dengan suaminya yang baru.
Kami hanya bersama kakak kami dan itupun harus bisa membagi
waktu untuk sekolah dan membantu berjualan”.8

6
R.Nuruliah Kusumasari, Lingkungan sosial dalam perkembangan psikologis anak. Jurnal
Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April (2015), 33
7
Tirza Kalesaran. Gambaran Resiliensi Remaja Putri Pasca Kematian Ibu, (Universitas
Pembangunan Jaya), 2016
8
AM, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 5
Desember 2020, Rekaman Audio.
56

3. Rasa Bersalah
Rasa bersalah adalah kemarahan dan kebencian pada diri seseorang
dan sering kali membuat orang menyalahkan dirinya sendiri dan depresi.
Rasa bersalah adalah bagian yang normal dalam proses duka cita.
“[I]ya kak, kami merasa bersalah pada saat ayah meninggal CA
tidak bisa melihat secara langsung, hanya dapat kabar aja kalo ayah
sudah meninggal, karna kami dirumah dan ayah meninggal
dirumah sakit”.9

4. Kehilangan dan Kesepian


Kehilangan dan kesepian adalah sisi lain dari penolakan. Tujuan
pokok melawan kesedihan adalah membangun kebebasan baru atau
untuk menemukan kebebasan baru dan hubungan yang aktif.
“[S]aat itu AR benar-benar sedih kak dan nggak tau harus berbuat
apa dan berfikir apa yang bisa AR perbuat tanpa ibu. Sangat
kehilangan kak karna AR sayang sama ibu, kadang pun selalu
keingat ibu, tebayang ibu dirumah langsung saja tiba-tiba air mato
keluar kak. AR selalu mendo’akan ibu semoga ibu sudah bahagia
disana dan AR selalu merindukan ibu”.10

a. Cara Mengatasi Tekanan Psikis saat Orang Tua Meninggal.


Hubungan antara orang tua dan anak tentu menjadi salah satu
jenis hubungan yang ikatan batin dan psikisnya paling erat. Kadang,
sebagian orang kesulitan menghadapi momen perpisahan dengan
orang tua. Perubahan fisiologis dalam jangka pendek yang mungkin
bisa terjadi di antaranya seperti sakit kepala, sakit perut, pusing, sesak
di dada, kurang tidur dan tidak nafsu makan. Sementara itu dalam
jangka panjang, rasa duka juga bisa mengganggu tubuh secara
keseluruhan. Sejumlah penelitian bahwa telah menemukan hubungan

9
CA, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 3
Desember 2020, Rekaman Audio.
10
AR, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 5
Desember 2020, Rekaman Audio.
57

antara kesedihan yang mendalam dengan resiko hipertensi, gangguan


jantung, gangguan kekebalan tubuh dan bahkan kanker.11
1) Beri diri sendiri waktu untuk menghadapi kesedihan
Tubuh memerlukan waktu untuk benar-benar menghadapi
kenyataan. Setelah mengalami shock, tubuh akan merasakan rasa
duka yang benar-benar mendalam, terutama pada hari-hari awal
setelah orang tua meninggal. Hal yang bisa dilakukan adalah
memberikan waktu dan membiarkan perasaan sedih berkembang.
Meski sulit, tapi menahan dan menolak rasa sedih justru akan
membuat semuanya makin terasa berat.

2) Jangan ragu minta dukungan


Salah satu hal yang membuat rasa sedih setelah orang tua
meninggal adalah perasaan sendirian dan tidak punya orang lain
dalam hidup. Jika merasakan hal seperti itu, maka jangan ragu
untuk minta ditemani atau minta dukungan dari anggota keluarga
lain.

3) Buat rencana untuk memulihkan diri


Setelah rasa duka yang mendalam ini mulai mereda, cobalah
cari waktu untuk mulai memulihkan diri sendiri, tidak perlu dengan
pergi liburan yang jauh atau mahal, cukup dengan melakukan hal-
hal yang anda sukai. Jika anda sanggup, juga bisa dengan
mengingat masa-masa bahagia bersama orang tua sebagai bentuk
penghormatan. Misalnya membuat kue favorit ibu atau pergi ke
tempat favorit bersama orang tua.

11
Ajeng Annastasia Kinanti, “5 Cara Mengatasi Tekanan Psikis saat Orang Tua
Meninggal”, diakses melalui alamat https://www.popmama.com/life/relationship/annas/cara-
mengatasi-tekanan-psikis-saat-orangtua-meninggal tanggal 18 januari 2021
58

4) Temukan cara untuk menjaga keberadaan orang tua


Jika merasa lebih baik untuk selalu menjaga keberadaan
orang tua dalam kehidupan sehari-hari, maka tak ada salahnya
untuk mencari cara untuk mewujudkan hal tersebut. Misalnya
dengan membuat rekaman audio dari semua pesan yang
ditinggalkan orang tua di ponsel, membuat kolase dari foto-foto
orang tua, serta mendengarkan lagu yang disukai oleh orang tua. Ini
semua adalah cara yang bisa dilakukan untuk menjaga keberadaan
seseorang dalam hati kita dan menjaga ingatan mereka tetap hidup.

5) Memaafkan diri sendiri


Salah satu hal yang seringkali juga membuat rasa duka tak kunjung
hilang adalah penyesalan karena mungkin belum bisa mewujudkan
apa yang orang tua inginkan selagi hidup. Jalani kehidupan
selanjutnya dengan memberikan doa dan penghormatan baik atas
nama orang tua kepada orang lain. Tetap semangat, jangan lupa
berikan waktu dan kesempatan bagi diri sendiri untuk menerima
kesedihan dan bangkit kembali.

C. Bentuk Dukungan dari Keluarga Terhadap Anak yang Kehilangan Orang


tua
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian,
dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah
suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan
penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada
yang memperhatikan.
Dukungan keluarga yang diberikan kepada orang yang sedang berduka
biasanya akan membuat orang tersebut lebih tegar dan kuat untuk menghadapi
kondisi yang dialami seperti :
59

“[B]anyak dukungan yang diterima CM dari orang-orang terdekat, baik


keluarga, saudara maupun teman-teman. Dukungan semangat dan motivasi
yang mereka berikan bertujuan agar bisa bersemangat lagi dan tidak teringat
dengan peristiwa meninggalnya bapak. Dukungan yang datang akan
membuat anak yang mengalami kehilangan sosok orang tua merasa lebih
kuat dan tegar untuk menghadapi kondisi yang sedang dialami, tanpa
adanya dukungan akan membuat anak yang ditinggalkan oleh orang yang
dicintainya merasa sepi dan hampa di dunia ini”.12

1. Bentuk atau Fungsi Dukungan keluarga


Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan yaitu:
a. Dukungan penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami
kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi
koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini
juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang
positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat
diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi
pengharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat,
persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan
positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu.
Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping
individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang
berfokus pada aspek-aspek yang positif.

b. Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti
pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata
(Instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda
atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk
didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau
meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan

12
CM, siswa MTs N 4 Kota Jambi. Wawancara dengan penulis, 3 Desember 2020,
Rekaman Audio.
60

pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit


ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah.
Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan
mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai
sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

c. Dukungan Informasional
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung
jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,
memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa
yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi
dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan
tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor. Individu yang
mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan
masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed
back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun
informasi dan pemberian informasi.

d. Dukungan Emosional
Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara
emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi
mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai.
Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa
dicintai, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga
menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.
61

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Dampak Psikologis Kehilangan Orang
Tua pada Remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota Jambi di Kecamatan
Paalmerah Kota Jambi yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dampak psikologis kehilangan orang tua pada remaja. Ada dampak
psikologis kehilangan orang tua pada remaja seperti kurangnya kasih
sayang yang seharusnya dipenuhi remaja, mengalami kesedihan yang
mendalam, hilangnya seorang figur orang tua, tiada tempat untuk berbagi
dan kehilangan keutuhan keluarga. Dampak psikologis anak tanpa ayah
seperti sulit menyesuaikan diri, gangguan kemampuan akademis,
kemungkinan gangguan kesehatan fisik dan mental, bermasalah dengan
tanggung jawab serta dampak psikologis bagi anak yang tumbuh tanpa
ibu seperti kurang percaya diri, sulit percaya dengan orang lain, sulit
menetapkan batasan, sulit mengembangkan potensi, sering menghindari
suatu hal, terlalu sensitif dan meniru apa yang ibu lakukan.
2. Pengaruh kehilangan orang tua terhadap hasil belajar. Hasil belajar siswa
juga mengalami perubahan akibat dampak kehilangan orang tua terutama
pada tingkat penurunan prestasi belajar siswa seperti siswa tidak pernah
mengumpulkan tugas, jarang masuk sekolah dan sering masuk ruang BK
untuk pembinaan.
3. Perubahan sikap siswa setelah kehilangan orang tua. perubahan sikap
siswa setelah kehilangan orang tua tidak mengalami perubahan sikap
hanya sebatas shock/penolakan, kekacauan, rasa bersalah, kehilangan dan
kesepian pada saat kejadian. Untuk itu tetap perlu ada pendampingan
terhadap kehilangan orang tua pada siswa. Lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat sangat dibutuhkan agar dampak psikologis terhadap
kehilangan orang tua pada remaja dapat berbentuk positif mengarah
kepada tingkat hasil belajar yang tinggi.

61
62

B. Rekomendasi
1. Kepada anak yang mengalami duka cita: Kehilangan orang tua karena
kematian memang merupakan ujian yang sangat berat, untuk anak yang
mengalami duka cita diharapkan mampu memulai kehidupan yang lebih
baik dan bisa belajar menghilangkan duka yang dirasakan agar dapat
kembali hidup normal.
2. Bagi keluarga yang mengalami duka cita: Dukungan moral dari pihak
keluarga dan kerabat merupakan kebutuhan utama bagi seseorang yang
mengalami kedukaan karena kematian orang tua.
3. Kepada pihak di lingkungan sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kota
Jambi: Untuk mampu memaksimalkan segala sumber daya yang ada untuk
membantu siswa memaksimalkan potensinya dan bagi guru Bimbingan
Konseling khususnya untuk mampu memaksimalkan perannya disekolah.

61
63

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Juz 1-30 Edisi Revisi Terbaru. Surabaya: Karya
Agung, 2006.
Abu Ahmadi, Cholid Narbuko. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,
2012.
Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.
Ajhuri, Kayyis Fithri. Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka, 2019.
Arikuno, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2013.
Baharuddin. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Aksara Baru, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka, 2002.
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005.
Gunarsa, Singgih D. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia, 2007
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif:teori dan praktis. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Hidayat, Komarudin. Psikologi Kematian. Jakarta: PT Mizan Publika, 2006
Mundakir, Dampak Psikososial Bencana Lumpur Lapindo. Jakarta : FIK UI,
2009.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers,
2010.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta,2009.
Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta,2015.
Tim Penyusun. Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas IAIN STS Jambi.
Jambi: Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016

Jurnal
Adina. Fitria, Suprihatin, Grief pada Remaja Akibat Kamatian Orangtua Secara
Mendadak di Semarang, Jurnal Psikologi: 9.(1),(2013), 48-58. Universitas
Negeri Semarang.
Cenceng. Perilaku Kelekatan Pada Anak Usia Dini (Perspektif John Bowlby),
Jurnal Lentera Vol. IXX, No.2, Desember 2015.
Fatmawaty, Riryn. Memahami Psikologi Remaja. Jurnal Reforma Vol. VI No.02,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA.
Fitria, Suprihatin, Adina. Grief pada Remaja Akibat Kamtian Orangtua Secara
Mendadak di Semarang, Jurnal Psikologi: 9.(1),(2013), 48-58. Universitas
Negeri Semarang.

Jannah, Miftahul. Remaja dan Tugas-tugas Perkembangannya dalam Islam.


Jurnal Psikoislamedia, Volume 1, Nomor 1, April 2016.
Kusumasari, R.Nuruliah. Lingkungan sosial dalam perkembangan psikologis
anak. Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April (2015).

63
64

Lisya Chairani, Nurhidayati. “Makna Kematian Orangtua Bagi Remaja (Studi


Fenomenologi Pada Remaja Pasca Kematian Orangtua)”, Jurnal Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan syrief Kasim Riau Vol.
10 Nomor 1, 2014.
Perry, Potter. Fundamendal Keperawatan Volume 1, (Jakarta: EGC, 2005)
Putro, Khamim Zarkasih. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa
Remaja. APLIKASIA: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Volume 17,
Nomor 1.
Suzanna, “Makna Kehilangan Orangtua Bagi Remaja di Panti Sosial Bina
Remaja Indralaya Sumatera Selatan; Studi Fenomenologi”, Jurnal Aisyah:
Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.3, No.1, Juni 2018,pp.61-76

Makalah, Skripsi dan Disertasi


Anita Sari, Rossi. “Pengalaman Kehilangan (loss) dan Berduka (grief) pada Ibu
Preeklampsi yang Kehilangan Bayinya”. Skripsi (Semarang: Program
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2015.
Cahyasari, Intan.“Grief Pada Remaja Putra Karena Orang Tuanya Meninggal”.
Artikel Penelitian Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma, 2008.
Fitria S, Adina.“Grief Pada Remaja Akibat Kematian Orangtua Secara
Mendadak”. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang, 2013.
Kalesaran, Tirza. Gambaran Resiliensi Remaja Putri Pasca Kematian Ibu,
(Universitas Pembangunan Jaya), 2016
Qayumah. “Tahapan Kedukaan Elizabeth Kubler Ross Terhadap Kematian
Adik”. Skripsi. Jakarta: Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, 2019.

Web-site
Annastasia Kinanti, Ajeng. “5 Cara Mengatasi Tekanan Psikis saat Orang Tua
Meninggal”. Diakses melalui alamat
https://www.popmama.com/life/relationship/annas/cara-mengatasi-tekanan-
psikis-saat-orangtua-meninggal Tanggal 18 januari 2021
Faozan, Nurlaili. “5 Tahapan Berduka menurut Kubler Ross”. Diakses melalui
alamat https://nurlailiofaozan.wordpress.com/2020/02/27/tahapan-berduka-
kubler-ross/ Tanggal 6 Januari 2021
Hapsari, Annisa. “Apa yang Terjadi Jika Anak Dibesarkan Tanpa Ayah”. Diakses
melalui alamat https://hellosehat.com/parenting/remaja/apa-yang-terjadi-
jika-anak-dibesarkan-tanpa-ayah/ Tanggal 24 Februari 2021
Murniaseh, Endah. “Apa Dampak Psikologis Bagi Anak yang Tumbuh Tanpa
Ibu”. Diakses melalui alamat https://tirto.id/apa-dampak-psikologis-bagi-
anak-yang-tumbuh-tanpa-ibu-f5ne Tanggal 24 Februari 2021
Wardani, Sari. “Makna Kehilangan”. Diakses melalui alamat
www.kompasiana.com Tanggal 5 Januari 2021.
DAFTAR INFORMAN

NO NAMA POSISI INFORMAN


1 Ratna Sari Dewi, S.Pd, M.Pd Kepala MTs N 4 Kota Jambi
2 Drs. Suwanto Guru BK
3 Tiara Wulandari, S.Pd Guru BK
4 CM Siswa Kelas VIII C
5 AR Siswa Kelas VIII C
6 AM Siswa Kelas VIII C
7 FS Siswa Kelas IX A
8 CA Siswa Kelas IX C
9 DZ Siswa Kelas IX E
10 NA Keluarga DZ
11 EY Keluarga CM
DOKUMENTASI

A. Foto Wawancara dengan Siswa Kelas VIII dan Kelas IX

Wawancara dengan CM Wawancara dengan AR


Siswa Kelas VIII C Siswa Kelas VIII C

Wawancara dengan AM Wawancara dengan FS


Siswa Kelas IX A Siswa Kelas VIII C

Wawancara dengan CA Wawancara dengan DZ


Siswa Kelas IX C Siswa Kelas IX E
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Skripsi
“DAMPAK PSIKOLOGIS KEHILANGAN ORANG TUA PADA REMAJA
(STUDI DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 KOTA JAMBI”

No JENIS DATA METODE SUMBER DATA


1 Letak Geografi dan Observasi Setting
Sejarah MTs N 4 Kota
Jambi
2 Visi dan Misi MTs N 4 Dokumentasi Dokumentasi Visi
Kota Jambi dan Misi
3 Stuktur Organisasi MTs Dokumentasi Bagan Struktur
N 4 Kota Jambi Organisasi
4 Interaksi Mahasiswa Observasi 1. Praktik
dengan siswa Dokumentasi Implementasi
Wawancara 2. Dokumen
3. Siswa
5 Keadaan Guru dan Siswa Observasi 1. Dokumen
MTs N 4 Kota Jambi Dokumentasi 2. Guru
Wawancara

A. Panduan Observasi

No Jenis Data Objek Observasi


1 Letak Geografi MTs N 4 Kota Keadaan dan Letak Geografis
Jambi
2 Interaksi Mahasiswa Pola yang diterapkan
3 Relevansi Implementasi dampak Pengaruh kehilangan orang tua
psikologis kehilangan orang tua terhadap hasil belajar dan perubahan
pada remaja sikap setelah kehilangan orang tua

B. Panduan Dokumentasi

No Jenis Data Data Dokumenter


1 Letak Geografi dan Sejarah MTs N Data dokumentasi Letak
4 Kota Jambi Geografi dan Sejarah MTs N
4 Kota Jambi
2 Visi dan Misi MTs N 4 Kota Jambi Data dokumentasi tentang
Visi dan Misi MTs N 4 Kota
Jambi
3 Struktur Organisasi MTs N 4 Kota 1. Data dokumentasi tentang
Jambi Struktur Organisasi MTs
N 4 Kota Jambi
2. Daftar Nama Guru
3. Daftar Nama Pegawai
4. Data-data lain yang
dibutuhkan
4 Keadaan Guru dan Siswa MTs N 4 Dokumen tentang Keadaan
Kota Jambi Guru dan Siswa

C. Butir-butir Wawancara

No Jenis Data Sumber Data dan Substansi Wawancara


1 Interaksi Mahasiswa SISWA KELAS VIII & IX
dengan Siswa 1. Apakah benar salah satu dari orang tua anda
meninggal? Jika iya, Ayah atau ibu?
2. Berapa umur anda ketika peristiwa itu terjadi?
3. Ceritakan bagaimana sosok ayah/ibu yang
meninggal bagi anda?
4. Apa saja aktivitas keseharian anda saat itu?
5. Hal-hal apa yang tidak diinginkan yang biasa
terjadi?
6. Bagaimana anda mengatasinya / upaya mencari
jalan keluar?
7. Hal apa yang sering anda lakukan dengan orang
tua anda pada saat itu?
8. Sebenarnya orang tua anda itu mempunyai
penyakit apa, diusia berapa orang tua anda
meninggal / apa penyebab meninggalnya orang
tua anda?
9. Apakah anda mendapatkan firasat atau kejadian
yang dirasakan sebelum meninggalnya orang tua
anda?
10. Pada saat orang tua meninggal anda dimana,
bagaimana perasaaan anda ketika mendengar
berita meninggalnya orang tua anda?
11. Apakah pada saat itu anda sempat bertemu
dengan Almarhum orang tua anda, apa kamu
menyaksikan detik meninggalnya Almarhum?
12. Pada saat beberapa hari orang tua anda
meninggal bagaimana keadaanmu? Keadaan
fisik seperti pola makan dan tidur?
13. Setelah orang tua meninggal apa timbul rasa
marah, bersalah, kecewa terhadap diri sendiri
atau orang tua?
14. Bagaimana perasaan anda ditinggal orang tua
(kesepian, rindu) apa yang dilakukan untuk
melampiaskan kerinduan anda?
15. Apa anda masih teringat dan merasakan
kehadiran Almarhum?
16. Bagaimana anda mencari makna dari
meninggalnya orang tua seperti mandiri
17. Apakah rencana anda kedepannya?
JADWAL PENELITIAN

Februari Juni September Desember Januari Maret Juni


Kegiatan 2020 2020 2020 2020 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan Draf Proposal X
2 Konsultasi dengan kajur/prodi dan X X
lainnya untuk fokus penelitian
3 Revisi Draf Proposal X
4 Proses Seminar Proposal X
5 Revisi Draf Proposal setelah Seminar X
6 Konsultasi dengan Pembimbing X
7 Koleksi Data X X
8 Analisa dan Penulisan Draf Awal X
Skripsi
9 Draf Awal dibaca Pembimbing X
10 Revisi Draf Awal X
11 Draf dua dibaca Pembimbing X
12 Revisi Draf Dua X
13 Draf Dua Revisi Dibaca Pembimbing X
14 Penulisan Draf Akhir X
15 Draf Akhir Dibaca Pembimbing X X
16 Ujian Munaqashah X
17 Revisi Skripsi Setelah Ujian X X
Munaqashah
20 Mengikuti Wisuda X
CURRICULUM VITAE

A. Informasi Diri
Nama : Hudria
Tempat & Tgl. Lahir : Terusan, 10 Mei 1997
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Desa Terusan, Kecamatan Maro Sebo Ilir,
Kabupaten Batanghari
B. Riwayat Pendidikan
SD N 12/1 Terusan : 2009
SMP N 28 Batanghari : 2012
SMA N 11 Batanghari : 2015

C. Riwayat Organisasi/Pekerjaan
1. PPL di KUA Jelutung Kota Jambi
2. KKN di Desa Teluk Rendah, Kecamatan Cermin Nan Gadang, Kabupaten
Sarolangun

Anda mungkin juga menyukai