SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana
Strata 1
WassalamualaikumWr.Wb
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
PENGESAHAN
Bismilahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirobil‟alamin
Satu langkah awal telah kulewati Untuk membuka jalan baru
langkah awal untuk memulai
Ucapan syukur yang tiada hentinya kepada Allah Subhanahuwata‟ala Atas segala
karunia yang telah di berikan kepada kita semua dengan sifat Maha Pemurah-Nya
saya bisa menyelsaikan skripsi ini serta salam kepada Nabi Muhammad SAW
Semoga kita mendapat syafaat beliau di akhirat kelak Amin.
Teruntuk ayahahda Musrizal dan Ibunda Asiah, yang tak pernah lelah memberiku
kasih sayang dan doa restu yang telah mendidikku tanpa sedikit pun keluh yang
terucap yang senantiasa menjadi penguat meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.
untuk sahabatku organisasiku serta sahabat di kelas SPI A yang selalu ada dalam
suka maupun duka, terimaksih sudah mengajarkan banyak hal, serta terimakasih
atas segala dukungannya, semoga Allah memberikan kemudahan untuk segala
urusan kita, sukses selalu.
Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha „Alim
yang tidak kita mengetahui kecuali apa yang di ajarkannya, atas Iradahnya hingga
skripsi ini dapat di rampungkan. Sholawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW
pembawa risalah pencerah bagi manusia.
Dengan keterbatasan Ilmu yang saya miliki,tidak sedikit hambatan dan
kendala yang penulis hadapi dalam upaya penyelesaian skripsi ini. Namun berkat
bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak hambatan dan kendala mampu
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada
kesempatan ini ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada pembimbing I dan pembimbing II. Adapun maksud dan
tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana
strata satu (S1).
Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan demi
kesempurnaan penulisan ini , terimakasih saya ucapkan kepada :
1. Bapak Prof. Dr.H.Su‟adi ,MA.Ph.D, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Halimah Dja‟far, M.Fil.I selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
3. Bapak Agus Fiadi,M.Si dan Bapak Rahyu Zami,M.Hum selaku Kaprodi dan
Sekprodi Sejarah Peradaban Islam
4. Bapak Syamsu Hadi J, M.HI, selaku pembimbing I dan Bapak Rahyu
Zami,M.Hum selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam penyelesaian
skripsi ini
5. Kiai M Shoffs Saifillah Al Faruq , selaku pimpinan Pondok Pesantren
Mamba‟ul Ulum yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
memperoleh data di lapangan
6. Sahabat-sahabat Mahasiswa SKI yang telah menjadi patner dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi tiada henti hingga
menjadi kekuatan pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat dan keluarga besar KSR PMI Perguruan Tinggi UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Penulis
ABSTRAK
This research was based on the activities of the Syadziliyah Tarekat at the Islamic
Boarding School in Mamba'ul Ulum in Talang Bakung Village, Jambi City in
2015-2019. The existence of the Tarekat did not proliferate in every region,
generally in Jambi Province the most developed ones were the Naqsabandiyah
and Qodariyah orders, and the adherents were usually those of the aged only. In
this paper the researcher discusses the development and daily behavior of
participating in the religious activities of the Syadziliyah Order. In addition, this
study also discusses the history and development of the Syadziliyah Tarekat in
Indonesia and reaches Jambi Province, and discusses the teachings,
characteristics, impacts and benefits of the Syadziliyah Tarekat which is in the
Mamba'ul Ulum Islamic Boarding School in Talang Bakung Village, Jambi City.
This study uses historical research methods that focus on developments that occur.
The historical research method in question is: Heuristic, Source Criticism,
Interpretation and Histigraphy. In collecting these data sources as heuristics, the
researcher uses interviews as a complementary tool in this method, because
interviews are a step to seek information from sources who can produce primary
sources to strengthen this research.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
A. MetodePenelitian ..............................................................................14
B. SistematikaPenulisan .......................................................................21
A. SejarahdanperkembanganPondokpesantren ......................................22
B. Letakgeografis...................................................................................24
C. ProfilPondokPesantren......................................................................25
D. VisidanMisi .......................................................................................25
E. Strukturorganisasi .............................................................................25
F. Data ustadzdanustadzah ....................................................................26
G. Data Santri ........................................................................................26
H. SaranadanPrasarana ..........................................................................32
BAB IV PEMBAHASAN ..............................................................................33
A. Sejarah Tarekat Syadziliyah .............................................................33
1. Biografi Pendiri 33
2. Sejarah Lahirnya Tarekat ..................................................................35
3. Tujuan Tarekat 39
4. Jenis Tarekat 40
5. Sejarah Tarekat Syadziliyah di pondok pesantren Mamba‟ul Ulum
B. Perkembangan Tarekat Syadziliyah ..................................................48
1. Penyebaran Tarekat di Pondok Pesantren Mambau‟ul Ulum
2. PokokdanKonsepAjaranTarekatSyadziliyah ....................................54
3. Tata carapelaksanaantarekat .............................................................55
4. Pengaruh PengamalanTerekat ...........................................................56
BAB V PENUTUP .........................................................................................58
A. KESIMPULAN .................................................................................58
B. SARAN .............................................................................................58
LAMPIRAN ...............................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................
DAFTAR TABLE
14
15
4
Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta: Pustaka panjimas, 2000) hal 13
16
5
Sholihin dan Rosihon , Ilmu Tasawuf (Bandung, Pusaka Setia, 2014) hal 17
17
6
Mulyadi Kartanegara, Filsafat Etika, dan Tasawuf, (Bandung, Pusaka Setia, 2016) hal. 92
18
7
Ibid.Mulyadi Kartanegara, hal. 93
8
Ibid, hal. 107
19
9
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, (Bandung: Mizan, 1995), h. 197
20
berzikir bersama ataupun bisa dilakukan sendiri. Dalam hal ini pihak
pondok menekankan kepada semua pengikut TarekatSyadziliyyah agar
tidak melalaikan amalan yang sudah ditentukan sesuai dengan perintah
mursyid TarekatSyadziliyyah.
Pada bulan maulid, dipondok Pondok Pesantren Mambaul Ulum
biasanya terjadi fenomena orang-orang yang datang berbondong-
bondong untuk melakukan bai‟at tarekat syadziliyah, baik itu para
santri-santri Pondok Pesantren Mambaul Ulum itu sendiri maupun
santri yang berasal dari pondok lain. Hal tersebut dapat terjadi karena
tarekat syadziliyah tidak menitik beratkan harus adanya praktek
menjauhkan diri dari dunia. Menurut Al-Syadzili, zuhud tidak melulu
meninggalkan dunia dan meninggalkan profesi yang sedang digeluti, 10
lebih jauh lagi menurut Al-Syadzili meninggalkan kehidupan dunia
secara berlebihan akan menghilangkan perasaan syukur, dan sebaliknya,
memanfaatkan dunia secara berlebihan maka akan menimbulkan
kezaliman. Selanjutnya, ia senantiasa menganjurkan pengikutnya agar
menggunakan nikmat Allah secukupnya baik dalam hal pakaian,
makanan, dan kendaraan, serta hal materil lainnya. 11 Perbuatan
mengasingkan diri dan menjauhi urusan dunia dapat menimbulkan rasa
tidak bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita.
Banyaknya orang-orang datang dari berbagai golongan untuk mengikuti
bai‟at dan ijazah serta ikut mengamalkan ajaran tarekat di Pondok
Pesantren Mambaul Ulum, amalan yang diajarkan juga cukup mudah
dalam segi pengamalannya. Bagi mereka yng baru ingin mencari tahu
dan mengamalkan apa itu tarekat, dapat dengan mudah
mengamalkannya. Sedangkan mereka yang telah mahir, dapat lebih
memperdalam latihan spiritual serta menambah hizb, wirid maupun
sanad. Dengan demikian muncullah rasa kecocokan dari
10
Ensiklopedi Tasawuf (Bandung: Angkasa, 2008), hal. 85
11
Sri Mulyati dan Wiwi Siti Sajaroh, LaporanPenelitian Kolektif Buku Ajar TasawufPasca Ibn‟
Arabi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), hal. 22
22
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah lahirnya Tarekat Syadziliyyah di pondok pesantren
Mamba‟ul Ulum ?
2. Bagaimana perkembangan Tarekat Syadziliyyah di pondok pesantren
Mamba‟ul Ulum ?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan pokok masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan
pada suatu permasalahan. Dimana hal ini untuk menghindari objek
bahasan yang keluar dari koridor yang di harapkan. Oleh karena itu
dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas
hanya tentang, Sejarah dan perkembangan Tarekat Syadziliyah di
pesantren Mambaul Ulum Kelurahan Talang bakung Kota Jambi 2015-
2019.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejarah lahirnnya Tarekat Syadziliyyah
2. Untuk mengetahui perkembangan TarekatSyadziliyyah di pondok
pesantren Mamba‟ul Ulum
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk lebih mengenal
kekayaan dari nilai-nilai keislaman itu sendiri, khususnya ajaran
Tarekat Syadziliyyah pada masyarakat Talang Bakung,
sekaligus sebagai wacana untuk mempelajari Islam khususnya pada sisi
24
12
Sa‟adatul Jannah,Tarekat Syadziliyyah dan hizbnya. (UIN Syarif Hidayatulah). Jakarta:2011.
25
13
Skripsi Muhammad Juni, sejarah Perkembangan dan peranan tarekat syadziliyah dikabupaten
bekasi(1993-2003). (UIN Syarif Hidayatulah) .Jakarta:2008
26
14
Sri Mulyati, Tarekat-Tarekat Muktabaroh di Indonesia (Jakarta: Prenada Media Group, 2006),
hal. 11
27
15
Ris‟an Rusli, Tasawuf dan Tarekat (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal183.
16
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Jakarta: FA.H.M TawiSonBag, 1966), hal 50
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Heuristik
17
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Seiarah Islam, (Yogyakart: Ombak , 2011),hal
104
18
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitan Sosial, (Jakarta: PY. Raja Grafindo Persada, 2015) ,
hal 52
19
Prof. Dr. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2017), hal. 64
28
29
20
Wasino dan Endah, Metode Penelitian Sejarah .( Yogyakarta :pusaka setia 2018) hal.23
21
Dudung Abdurrahman, metode penelitian sejarah (Yogyakarta : Ombak.2011) hal.55-59
kritis tahap ini disebut kritik sumber baik terhadap bahan materi yang
disebut kritik eksternal maupun sumber terhadap substansi isi sumber
disebut kritik internal. 22
Setelah sumber sejarah selesai dalam pengklasifikasiannya,
tahapan berikutnya melakukan verifikasi atau bisa juga disebut
dengan kritik untuk memperoleh kebenaran sumber. Dalam hal ini
yang harus diuji adalah keabsahan tentang keaslian sumber
(otentisitas) yang dilakukan melalui keritik ekstrn dan keabsahan
tentang kesahihan sumber (kredebilitas) yang ditelusuri melalui
keritik intern.23
Selain heuristik yang digunakan dalam penelitaian sejarah,
peneliti juga perlu menggunakan verifikasi, dengan menggunakan
verifikasi maka data diketahui keabsahannya dengan sempurna, jadi
verifikasi dalam penelitian sejarah tidak bisa ditinggalkanberikut ini
akan dijelaskan tentang teknik verifikasi yang peneliti gunakan
yaitu:
a. Keaslian Sumber
Peneliti melakukan pengujian atas asli dan tidaknya sumber,
berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditentukan.
Bila sumber itu merupakan dokumen tertulis maka harus diteliti
kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya,
ungkapannya, kata-katanya, hurufnya, dan segi penampilan luarnya
yang lain.24 Tentang Sejarah dan Perkembangan Tarekat
Syadziliyyah di pesantren mambaul Ulum Kelurahan Talang
Bakung Kota Jambi Tahun 2015-2019.
b. Kesahihan Sumber
22
Zuhdi buletin, histografi dan metodologi penulisan skripsi (jakarta:2017) hal 50
23
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penulisan Sejarah Islam,(Yogyakarta : Ombak. 2011)hal.108
31
25
Ibidhal. 111
26
Ibidhal. 114
Karena penelitian yang dilakuan oleh penulis bersifat deskriptif,
maka penulis menggunakan metode analisis untuk membantu
mengambil kesimpulan dalam penelitian ini, meliputi:
a. Metode Induktif
Yaitu metode yang membahas masalah khusus menuju ke arah
kesimpulan yang bersifat umum. Seperti yang dikemukakan oleh
Sutrisno Hadi yakni : “berfikir induktif berangkat dari
fakta yang konkrit kemudian ditarik dan digeneralisasikan sesuai
dengan sifat umum”
b. Metode Deduktif
Yaitu data yang dipergunakan untuk menganalisa data yang
terkumpul dengan jalan menguraikan atau menginterprestasikan
hal – hal yang bersifat umum pada kesimpulan yang bersifat
khusus. Merupakan proses pendekatan yang berangkat dari
kebenaran yang bersifat umum mengenai suatu fenomena (teori)
kemudian menggeneralisasi kebenaran tersebut pada suatu
peristiwa atau data tertentu yangmempunyai ciri yang sama
dengan fenomena yang bersangkutan, dengan memakai kaidah
logika tertentu.27
27
Syarifudin Anwar, Metode Penelitian, ( Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2003) hal 40
33
28
Zuhdi buletin, histografi dan metodologi (jakarta:2017) hal 50
29
Gottschalk, L. Mengerti Sejarah,(Jakarta:1985) hal 18
30
tersebut atau imajinasi ilmiah. Dalam memastikan imajinasi kisah
sejarah dalam penelitian ini bersifat ilmiah dan relevan, maka dari
itu peneliti menggunakan ilmu-ilmu sosial lain dalam menunjang
hasil penelitian.
Historiografi penelitian ini disertai dengan eksplanasi. Menurut
Kartodirdjo Eksplanasi yaitu memberi penjelasan kritis, sehingga
rekonstruksi yang dihasilkan bersifat deskriptif-analitis. Eksplanasi
dapat dilakukan dengan bantuan konsep dan teori ilmu social yang
lain.31
Persyaratan paling umum yang harus diperhatikan oleh peneliti
di dalam memaparkan fakta sejarah adalah: bahasa yang digunakan
oleh peneliti dalam menjelaskan haruslah menggunakan bahasa
yang baik, penggunaan gaya bahasa yang tepat dalam
menggungkapkan maksudnya dan memperhatikan pedoman bahasa
Indonesia yang baik, bahasa yang mudah dan jelas dipahami, dan
data dipaparkan seperti apa adanya atau seperti yang dipahami
oleh peneliti dan gaya bahasa yang khas.
a. Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah
disadari sebgaian dari sejarah yang lebih umum, karena ia
didahului oleh masadan diikuti oleh masa pula. Dengan
perkataan lain, penulisan itu ditempatkan sesuai dengan
perjalanan sejarah.
b. Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan
menyajikan bukti-bukti dan membuat garis-garis umum yang
akan diikuti secara jelas oleh pemikiran pembaca. Dalam hal
ini perlu dibuat pola penulisan atau sistematika penyusunan dan
pembahasan.
c. Keseluruhan pemaparan sejarah haruslah argumentatif, artinya
usaha peneliti dalam mengerahkan ide-idenya
30
Isam‟un,Sejarah Sebagai Ilmu, (Bandung:Historia Utama Press, 2005),hal 32-34
31
Skripsi Sukardi, T. Gerakan Tareqat Akmaliyah Di Banyumas Jawa TengahAbad XIX
(Universitas Pendidikan Indonesia), Vol. IX, No. 2 . Hal 87-102.
35
Bab III : sejarah Tarekat terdiri dari, sejarah singkat Tarekat, Tujuan
Tarekat, Jenis-Jenis Tarekat, penyebaran Tarekat , perkembangan
Tarekat.
32
Dudung Abdurahman, Metododologi Penelitian Sejarah (Yogyakarta Ombak 2011),hal.116-118
BAB III
36
untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sangat
dibutuhkan sekolah yang dapat membantu para du‟afa tersebut untuk
dapat bersekolah dan melanjutkan pendidikannya tanpa membayar biaya
SPP dari tingkat dasar sampai atas.
Beberapa alasan di atas, melatar belakangi pendirian pondok pesantren
Mamba‟ul Ulum di daerah transmigrasi (Sumatera), dengan harapan
dapat membantu mengatasi berbagai permasalahan khususnya dalam
dunia pendidikan di daerah transmigrasi. Sangat dibutuhkan dukungan
dari berbagai pihak, untuk membantu mewujudkan kehidupan bangsa
yang cerdas dan mandiri sesuai dengan cita-cita pembangunan yang
tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
Pondok pesantren Mamba‟ul Ulum didirikan pada tanggal 9 Juli 2001
M bertepatan dengan 17 Rabi‟ul Akhir 1422 H. Yayasan mamba‟ul
Ulum mendapat pengesahan resmi dari Departemen Hukum Dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Direktorat Jendral Administrasi dan
Umum pada tanggal 2 Desember 2008. Pendiri Pondok Pesantren
Mamba‟ul Ulum adalah Kyai Slamet Baharudin beserta istri dan dibantu
oleh kalangan masyarakat yang berada di lingkungan sekitar pondok
pesantren Mamba‟ul Ulum dan pesantren ini didirikan di atas tanah
pribadi. KH Selamet Baharudin lahir pada tgl 5 mei tahun 1963 dan
wafat pada tanggal 23 april 2016. Beliau mengenyam pendidikan di
ponpes Mambaul Ulum di Purwodadi Jawa Tengah yang di asuh oleh
KH Abdul Karim selama 9 tahun mulai dari kelas 4 madrasah
ibtidaiyah sampai lulus madrasah aliyah. KH Selamet Baharudin
mengikuti program transmigrasi ke jambi pada tahun 1996 dan tidak
langsung mendirikan ponpes. KH Selamet Baharudin pada awal tiba di
Jambi bekerja serabutan atau tidak punya pekerjaan tetap pernah juga
bekerja sebagai kuli bangunan dan buruh pabrik. KH Selamet Baharudin
jg sempat bekerja di medan selama satu tahun pada tahun 1999 di
perkebunan, bahkan mempunyai keluarga angkat di medan
yang beragama Kristen. Hingga pada akhirnya KH Selamet Baharudin
mendirikan pondok pesantren pada tgl 9 Juli 2001.
pondok pesantren Mamba‟ul Ulum ini awalnya didirikan pada tanah
yang berukuran 300 m2 (10 m × 30 m). Didirikan menggunakan kayu-
kayu yang sederhana terdiri dari 2 lantai, lantai bawah digunakan untuk
belajar-mengajar dan lantai atas untuk asrama yang terdapat empat
kamar tidur didalamnya. Dua kamar tidur untuk santri putri dan dua
kamar untuk santri putra.
Nama Mamba‟ul Ulum digunakan dengan harapan agar pesantren ini
dapat menjadi pesantren yang dapat mengalirkan berbagai macam ilmu
yang berguna bagi umat. Selalu mendapat Ridho Allah SWT dan
Rasulnya serta mendapat keberkahan dan lindunganNYA, baik dalam
kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat nantinya.Sekitar tahun 1988-
1989 tersebar berita bahwa setiap pemberangkatan transmigrasi yang
hendak melakukan perjalanan keluar dari pulau Jawa, termasuk ke
daerah Sumatera selalu diikuti oleh seorang Pastur. Hal tersebut
membuat sebagian umat di pulau Jawa termasuk lembaga pendidikan
masa itu merasa gelisah. Untuk itu, Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul
Ulama (NU), dan Muhamadiyah mengirimkan Da‟i pembangunan dengan
persyaratan antara lain: sudah berumah tangga dan bersedia ditempatkan
di daerah transmigrasi. Imbalan yang bisa diperoleh jika Da‟i tersebut
bersedia memenuhi persyaratan adalah sebuah sepeda motor dan uang
Rp 100.000,- tiap bulan.
Di daerah transmigrasi pada waktu itu juga sangat membutuhkan
orang- orang yang lebih memahami ajaran Islam dan pondok pesantren.
Sebagian besar orang yang berada di daerah transmigrasi saat itu
kurang memahami ajaran Islam karena kurangnya sumber daya manusia
dan sarana yang dapat digunakan untuk memperdalam ilmu agama
Islam.Aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran Islam juga banyak
berkembang di daerah transmigrasi. Sangat dibutuhkan lebih banyak
sumber daya manusia dan sarana seperti pondok pesantren yang
dapat lebih membentengi umat Islam dari pengaruh dan penyebaran
aliran-aliran menyimpang tersebut.
Tingginya tingkat kenakalan remaja terutama perjudian dan narkoba di
daerah transmigrasi membuat semakin dibutuhkannya lembaga-lembaga
pendidikan yang dapat mengurangi masalah tersebut. Lembaga-lembaga
pendidikan diharapkan mampu menghasilkan generasi-generasi yang
bersih dari perjudian dan narkoba.Masih cukup tingginya biaya
pendidikan membuat sebagian para dua‟fa (fakir miskin dan anak yatim)
tidak mampu mengenyam pendidikan sekolah dasar maupun untuk
melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sangat dibutuhkan
sekolah yang dapat membantu para du‟afa tersebut untuk dapat
bersekolah dan melanjutkan pendidikannya tanpa membayar biaya SPP
dari tingkat dasar sampai atas.
Beberapa alasan di atas, melatar belakangi pendirian pondok pesantren
Mamba‟ul Ulum di daerah transmigrasi (Sumatera), dengan harapan
dapat membantu mengatasi berbagai permasalahan khususnya dalam
dunia pendidikan di daerah transmigrasi. Sangat dibutuhkan dukungan
dari berbagai pihak, untuk membantu mewujudkan kehidupan bangsa
yang cerdas dan mandiri sesuai dengan cita-cita pembangunan yang
tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Pondok pesantren Mamba‟ul
Ulum didirikan pada tanggal 9 Juli 2001 M bertepatan dengan 17
Rabi‟ul Akhir 1422 H. Yayasan mamba‟ul Ulum mendapat pengesahan
resmi dari Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Direktorat Jendral Administrasi dan Umum pada tanggal 2
Desember 2008. Pendiri Pondok Pesantren Mamba‟ul Ulum adalah Kyai
Slamet Baharudin beserta istri dan dibantu oleh kalangan masyarakat
yang berada di sekitar lingkungan pondok pesantren Mamba‟ul Ulum
dan pesantren ini didirikan di atas tanah pribadi.
Awalnya pondok pesantren Mamba‟ul Ulum didirikan pada tanah yang
berukuran 300 m2 (10 m × 30 m). Didirikan menggunakan kayu-kayu
yang sederhana, terdiri dari empat kamar (dua kamar untuk santri
putra dan dua kamar untuk santri putri) yang didirikan menjadi dua
lantai, lantai bawah untuk belajar dan lantai atas untuk asrama. Nama
Mamba‟ul Ulum digunakan dengan harapan agar pesantren ini dapat
menjadi pesantren yang dapat mengalirkan berbagai macam ilmu yang
berguna bagi umat. Selalu mendapat Ridho AllahSWT dan Rasulnya
serta mendapat keberkahan dan lindunganNYA, dalam kehidupan dunia
maupun kehidupan akhirat nantinya.
B. Letak Geografis
Letak Pondok pesantren Mamba‟ul Ulum sangat strategis untuk
pendidikan, bertempat di perbatasan Kotamadya Jambi dengan
Kabupaten Muaro Jambi sehingga menjadikan pesantren tersebut:
1. Mudah dijangkau, baik dari dalam kota maupun luar kota
2. Pengaruh kebudayaan masyarakat masih cukup terkendali karena
pengaruh negatif perkotaan (sikap individulalis) dan pengaruh
negatif pedesaan (keterbelakangan pendidikan) tidak terlalu
berpengaruh kuat di wilayah.
3. Hubungan masyarakat masih kuat.
C. Profil Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum
1. Alamat Pondok Pesantren : Jalan Purwosari RT.24 Kel.Talang
Bakung, Paal Merah, Kota Jambi 36138
2. Tahun didirikan : 2000
3. Tahun Beroperasi : 2001
4. Status Tanah : milik sendiri
5. Status Bangunan : milik sendiri
6. Luas Bangunan : 10.000 M2
D. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi pendidikan islami yang mampu mencetak ulama warosatul
anbiya‟
2. Misi
(a) Menanamkan nilai-nilai yang islam dan berakhlakul karimah.
(b) Menyiapkan kader muslim yang beriman, bertakwa, berakhlak
mulia dan bermanfaat bagi orang tua, agama, nusa dan bangsa.
(c) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan profesionalitas tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan yang sesuai dengan
perkembangan dunia pendidikan.
E. Struktur organisasi Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum
Struktur Organisasi
Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum
Pengasuh
M. Shofa Saifillah
Bendahara Sekartaris
Ibnu Hajar M. Zainal
F. Keamanan
Seksi Seksi Ibadah Seksi Kebersihan
G. Reza Rizki Uyi Usman Irfan Aji S
Ustadz
Santri
Sullam At-Taufiq,
karya Syaikh Al-
Habib Abdullah
Parit, 29- Sungai bin Husain bin
1. Marmini S.Pd.I S1
12-1989 Gelam Thohir bin
Muhammad bin
Hasyim
Baa‟Alwi
Kumpeh
2. Khadijah MA
Ilir
Seponjen,
3. Sriyatun 25-09- Seponjen S1 Kholasoh Putri
1995
Khulashah Nurul
Yaqin, karya
4. Septi MA
Syaikh Umar ibn
Abd Al-Jabbar
Safinatunnajah
Jakarta,
Yayuk Sumber karya Syaikh
5. 07-01- S1
Pristiwati Agung Salim bin Samir
1993
Al-Khudri
7. Wartini Sungai Bu S1
ngur
Washoya karya
Rizki Uyi Riau, 20- Sungai Syaikh
8. S1
Asman 07-1994 Bahar Muhammad
Syakir
Qurratul „Uyum
Aceh
Eka Merdeka Talang karya Syaikh
11. barat, 17- S1
Wati, S.Pd Bakung Abi Muhammad
08-1985
Maulana
Tempat
Pendidikan
No. Nama Tanggal Alamat Kitab
Terakhir
lahir
No Tempat
Pendidikan
Nama Tanggal Alamat Kitab
Terakhir
Lahir
2. Data Santri
125
2. MI siswa 190 siswa 315 orang 13
110
3. MTs Siswa 125 Siswa 235 Orang 7
Diniyah
6. Takmiliyah 22 Siswa 34 Siswa 56 Orang 3
7. STIT 8 17 25 Orang 2
8. Mahasiswa 10 15 25
545
358 Oran
JUMLAH Orang g 903 Orang 39 Rombel
G. Sarana dan Prasarana
RUANG/BANGUNAN FISIK
PEMBAHASAN
33
Sri Mulyati (ed), Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2011), hal. 58
49
50
34
A. Aziz Masyhuri, Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat dalam Tasawuf, hal. 306
35
Muhammad Juni, Sejarah Perkembangan dan Peranan Tarekat Syadziliyah Di Kabupaten
Bekasi, hal. 21
panjang dan tentunya tidaklah mudah. Banyaknya cobaan yang ia
tempuh begitu pula dari segi perekonomian.
36
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), hal. 54-55.
52
37
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.
5 (Jakarta: Balai Pustaka, 2017), hal 1012.
Syekh Muhammad Amin Al-Kurdiy mengemukakan tiga macam definisi,
yang berturut-turut disebutkan:
4. Tujuan Tarekat
Dari pengertian tarekat sebelumnya, bahwa tujuan dari tarekat ialah:
a. Mendekatkan diri kepada Allah dengan berusaha mengangkat
dirinya melampaui batas-batas kediriannya sebagai manusia melalui
amalan-amalan zikir tertentu, penyucian batin, meninggalkan larangan-
larangan-Nya, menghiasai diri dengan sifat terpuji, taat menjalankan
perintah agama, taubat atas segala dosa, dan muhasabah diri. 38 Hal
ini dimaksudkan untuk memantaskan
38
Sri Mulyati (ed), Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah Di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2006), hal. 9
56
diri agar lebih dekat dengan Tuhan baik didunia ini maupun dunia
akhirat yang diyakini lebih haqiqi keberadaannya.
b. Sampai kepada Allah, yaitu ma῾ rifat langsung kepada-Nya, atau bahkan
bersatu kembali dengan-Nya. Ma῾ rifat disini bukan berupa pengetahuan
semata, melainkan berupa pengalaman. Pengalaman bertemu dengan
Tuhan melalui tanggapan kejiwaannya, bukan melalui pancaindra atau
akal.
c. Membetuk kekeluargaan, dalam arti setiap pengamal tarekat,
otomatis menjadi sebuah keluarga dari tarekat tersebut. Hingga
seseorang pengamal tarekat tertentu dapat melakukan perjalanan
antar negara dengan singgah di sebuah zawiyah dari kerabatnya di
belahan negara lain.39 Bertarekat tidak hana mengasingkan diri dari
keramaian akan tetapi mengamalkan sebuah tarekat dapat
menciptakan keluarga baru, sesama anggota terekat.
3. Jenis-jenis Tarekat
Dijelaskan secara umum tarekat terbagi menjadi 2, yang pertama
disebut mu‟tabarrah dan yang kedua disebut ghairu mu῾ tabarrah.
Diklasifikasikan sebagai mu‟tabarrah jika pengamalannya dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum/syariat. Sedangkan dikatakan
ghairu mu῾ tabarrah jika pengamalan terekat tersebut tidak dapat di
pertanggung jawabkan secara hukum/syariat. Ada pula pendapat lain
mengatakan bahwa kedua jenis tarekat ini dalah suatu tarekat yang
memadukan antara hukum/syariat dan hakikat. mempunyai silsilah
sampai kepada Rasulullah Saw., pemberian ijazah dari mursyid yang
satu terhadap mursyid yang lainnya, maka tarekat tersebut disebut
dengan tarekat mu῾ tabarrah. Dan sebaliknya, jika suatu tarekat
39
A. Riyadhi, Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf: Melacak Peran Tarekat dalamPerkembangan
Dakwah Islamiyah, (Jurnal at-Taqaddum, Vol 6/ No.2, Nopember 2014), hal. 360
tidak sesuai dengan kriteria tersebut diatas, maka tarekat tersebut adalah
ghairumu῾ tabarrah.40
Al-Quran dan As Sunnah merupakan indikator yang dapat
menjadi acuan utama dalam menilai sebuah tarekat, apakah tarekat
tersebut tergolong mu῾ tabarrah atau ghairu mu῾ tabarrah. Dan juga amalan-
amalan yang dilakukan para sahabat nabi yang tentunya dicontoh dari suri
tauladan perilaku terpuji Rasulullah. Semangat yang menjiwai tarekat
mu‟tabarrah ini adalah keselarasan dan kesesuaian antara ajaran esoteris
Islam dan eksoteriknya.
adapun tarekat yang tarekat yang berkembang di indonesia yakni:
1. Tarekat Qadiriyah
Pada masa awal munculnya, India (Gujarat) menjadi pusat
penting yang mempengaruhi perkembangan tarekat di Indonesia.
Dari tempat inilah diduga Syamsudin al-Sumatrani , Hamzah
Fansuri, dan Nuruddin al-Raniri belajar tarekat dan mendapatkan
ijazah serta menjadi seorang khalifah. Sumber-sumber pribumi
menyebutkan bahwa diantara tarekat-tarekat yang berkembang di
Indonesia, tarekat Qadiriyah merupakan tarekat yang pertama.
Qadiriyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya,
yaitu „Abd al-Qadir Jilani yang terkenal dengan sebutan Syaikh
„Abd al-Qadir Jilani al-ghawsts atau quthb al-awliya‟. Menurut „Abd Al-
Qadir Jailani, baik buruk adalah pasangan dari buah pohon. Keduanya
adalah ciptaan Tuhan, tetapi kita harus menganggap semua keburukan
datang dari diri kita. Dia menjelaskan bahwa makom spritual
seseorang sangat tergantung pada penderitaan yang dialaminya, semakin
berat penderitaan yang dialami seseorang semakin tinggi juga maqam
spritual yang diperolehnya. Kutipan dari hadist nabi yang ia ambil
berbunyi, “Kami para Nabi diuji
40
Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual: Solusi Problem Manusia Modern, (Jogjakarta: Pustaka,
2003), hal. 45-46
58
2. Tarekat Syadziliyah
Tarekat Syadziliyah tak dapat dilepaskan hubungannya dengan
pendirinya, yaitu Abu Hasan al-Syadzili. Selanjutnya nama tarekat
ini dinisbahkan kepada namanya Syadziliyah yang mempunyai ciri
khusus yang berbeda dengan tarekat-tarekat yang lain. Secara
lengkap nama pendirinya ialah „Ali bin Abdullah bin „Abd al-
Jabbar Abu Hasan al-Syadzili. Silsilah keturunannya mempunyai
hubungan dengan orang-orang garis keturunan Hasan bin Ali bin
Abi Thalib, dan dengan demikian berarti juga keturunan Siti
Fatimah, anak perempuan Nabi Muhammad SAW. Al-Syadzili
sendiri pernah menuliskan garis keturunannya sebagai berikut: „Ali
bin Abdullah bin Abd. Jabbar bin Yusuf bin Ward bin Batthal
bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Hasan bin
„Ali bin Abi Thalib. Tarekat Syadziliyah berkembang pesat antara
lain di Tunisia, Mesir, Aljazair, Sudan, Suriah, dan semenanjung
Arabia, juga di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Tengah dan
Jawa Timur. Adapun kitab-kitab tasawuf yang pernah dikaji oleh al-
Syadzili dan di kemudian hari ia ajarkan kepada muridnya, antara
lain: Ihya‟ „Ulum al-Din karya Abu Hamid al-Ghazali, Qut al-Qulub
karya Abu Thalib al-Makki, Khatm al-Auliya‟ karya al- Hakim al-
Tirmidzi, al-Mawaqif wa al-Mukhathabah karya Muhammad
„Abd al-abbar, an–Nafri, al-Syifa‟ karya Qodhli
„Iyadh, al-Risalah karya al-Qusyairi, dan al-Muharrar al-Wajiz
karya ibn Athiah.
3. Tarekat Naqsyabandiyah
Pendiri tarekat Naqsyabandiyah adalah seorang pemuka
tasawuf terkenal, yakni Muhammad bin Muhammad Baha‟ al-
41
M.M. Sharif, ed. A History of Philosophy (Wiesbaden: Otto Harrassowitz, 1963) Vol. I,
hal.350
Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi (1318-1389). Tarekat
Naqsyabandiyah merupakan sebuah tarekat yang mempunyai
pengaruh serta dampak yang cukup meluas pada masyarakat
muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Untuk pertama
kalinya, Tarekat ini berdiri di Asia Tengah kemudian meluas ke
Turki, Suriah, Afganistan, dan India. Tarekat Naqsyabandiyah
memasuki wilayah India (yang kemudian berpengaruh ke wilayah
Indonesia), sekitar abad 10/16M atau tepatnya pada tahun 1526.
Dalam perkembangan dan penyebarannya di nusantara, ada
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut, antara
lain adanya gerakan pembaruan dan politik.
4. Tarekat Khalwatiyah
Tarekat Khalwatiyah dinamakan demikian karena nama
tersebut diambil dari seorang sufi dan pejuang Makassar di abad ke-
17. Syaikh Yusuf al-Makassari al-Khalwati yang sampai sekarang
masih sangat dihormati. Tarekat Khalwatiyah Yusuf disandarkan kepada
nama Syaikh Yusuf al-Makassari dan Tarekat Khalwatiyah Samman
diambil dari nama seorang sufi Madinah abad ke-18 Muhammad al-
Samman. Syaikh Yusuf al-Makassari pertama kali membawa dan
menyebarkan tarekat ini ke Indonesia pada tahun 1670 M. Al-
Makassari berguru dan mendapatkan ijazah dari Syaikh Abu al-
Barakah Ayyub bin Ahmad bin Ayyub al- Khalwati al-Quraisyi42
serta mendapat gelar Taj al-Khalwati sehingga namanya menjadi
Syaikh Yusuf Taj al-Khalwati.
5. Tarekat Syattariyah
Perkembangan Tarekat Syattariyah di wilayah nusantara
tentunya tidak dapat dipisahkan dari kembalinya Abdurrauf al-
Sinkili dari Haramayn pada awal paruh kedua abad 17 tepatnya
pada tahun 1661 M. Beliau merupakan murid dari al-Qusyasyi.
Setahun setelah guru utamanya wafat. Masa kembalinya
42
Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Trekat, (Bandung: Mizan, 1995), hal. 287
60
43
Muhammad Yusuf an-Nabhani, Hujjat Allah „ala al-„Alamin, (Berikut: Dar al-Fikr, t.th.), hal. 10
44
Sri Mulyanti, Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 258.
62
1. Allah SWT
2. Jibril AS
3. Nabi Muhammad SAW
4. Ali Bin Abi Thalib RA
5. Al-Sayyid Syarif Hasan Bin Ali
6. Syaikh Abi Muhammad Jabir
7. Syaikh Said Ghozwan
45
Wawancara dengan UstadzSuprayogi pada 15 Juli 2020
64
46
Hasan Muarif, Ambari, Ensiklopdia Islam, (Jakarta :PT. Iktiar Baru Van Houven, 1996) hal.193
66
47
Wawancara dengan UstadzSuprayogi pada 15 Juli 2020
telah diperintahkan. Pengamalannya biasa dilakukan setelah waktu shalat
maghrib dan shalat isya. Jika seorang santri dirasa belum sanggup
berikrar untuk mengikuti ijazah serta mengamalkan ajaran tarekat
syadziliyah tersebut, meskipun telah berumur diatas 17 tahun, maka ia
dianjurkan untuk terlebih dahulu mempersiapkan diri sebelum dibai‟at.
Sebagaimana keterangan yang didapat Nanda mengenai batasan
umur, waktu pengamalan Tarekat Syadziliyah bagi para santri yang
sudah diperkenankan mengikuti Tarekat Syadziliyah adalah:
48
Wawancara dengan Nanda pada 11 Juni 2020
49
Wawancara Dengan Nanda pada 15 Juni 2020
Dapat dikatakan bahwa pengamalan Tarekat Syadziliyah dapat
dirasakan manfaatnya jika terlebih dahulu mereka yang ingin bertarekat
untuk dapat melakukan bai‟at dan mengamalkannya terus menerus atau
secara istiqamah. Karena pada dasarnya tarekat ini merupakan salah satu
praktek tasawuf yang telah terorganisir. Oleh karena itu sangat di
anjurkan untuk terlebih dahulu melakukan bai‟at dan mendapatkan ijazah
agar mendapatkan sanad, petunjuk pengamalan serta izin langsung dari
mursyid.
1. Penyebaran Tarekat Syadziliyah
Tarekat Syadziliyah merupakan tarekat yang diajarkan oleh Al-
Syadzili kepada para muridnya yang kemudian dinisbahkan kepadanya
dan terkenallah dengan nama Tarekat Syadziliyah. Awal mula
keberadaan tarekat ini yaitu berkembang dibawah kekuasaan dinasti al-
Muwahiddun, didaerah Tunisia. Meskipun berasan dari Tunisia, namun
tarekat ini banyak yang mengikuti dan berkembang pesat didaerah
Mesir. Daerah maghribi mempunyai peran yang tidak sedikit dalam
kehidupan spiritual. Walaupun daerah Mesir merupakan daerah asal
islam iu sendiri, gaya hidup, seni kaligrafi, bentuk-bentuk bangunan
arsitektur yang dibuat serta kecerdasan muslim daerah barat, telah ada
sejak islam generasi awal.
Karakteristik inilah yang menjadikan penguat bersama dengan
berdirinya dinasti yang dinamakan Abbasiyah. Serta mulai membentuk
kebiasaan-kebiasaan sendiri. Ciri umum ini mendapat penguatan bersama
dengan berdirinya dinasti abbasiyah dan mulai mengembangkan
kebiasaannya sendiri. Inilah yang melatar belakangi berdirinya Tarekat
Syadziliyyah pada abad ke-7/13 M yang mengembangkan kebebasan
berpikir, kemajuan ilmu pengetahuan, peradaban dan perekonomian. 50
Berdasarkan pemaparan diatas, tentunya kita dapat melihat begitu
banyaknya faktor yang menjadi pendorong berdiri serta
50
Victor Danner, Tarekat Syadziliyyah dan Tasawuf di Afrika Utara, 1990.hal. 35
70
51
Abu al-Wafa Al-Taftazani., Sufi dari Zaman ke Zaman, (Bandung: Pustaka, 1997), hal. 239-240.
52
Sri Mulyati, Mengenal Dan Memahami Tarekat Tarekat Muktabarah Di Indonesia. Hal.65.
Di Indonesia, penyebaran Taraekat Syadziliyah tentunya melalui
proses yang panjang dan tidaklah mudah. Awal mula kedatangan tarekat
ini juga tidak mudah begitu saja disambut dan diterima oleh penduduk
Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu banyak ulama-ulama besar
yang diketahui bertarekat Syadziliyah. Ulama-ulama tersebut diantaranya,
Hadrotu Syaikh KH. Hasyim Asy‟ary, KH. Wahab Hasbullah, Mbah
Kiyai Soleh Langitan, Mbah Kiyai Ma‟shum Lasem, Syaikh Kholil
Bangkalan, Mbah Kiyai Syahlan Kiran, Mbah Kiyai Zainuddin Mojosari,
Mbah Kiyai Dalhar bin Abdurrahman Watucongol, Magelang, dan KH.
Abdul Hamid Pasuruan. Dari ulama inilah kemudian ajaran tarekat
Syadziliyah mulai menyebar luas sampai kedaerah pelosok Nusantara.
Yang tentunya dibantu oleh para murid-murid yang telah di baiat oleh
para mursyid.
Pada tahun 1960-an, daerah kebaradaan Tarekat Syadziliyah yang
berkisar di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, mulai terlihat
mengembangkan sayapnya. Terlihat dari pembai‟ atan yang dilakukan oleh Kyai
Mustaqim Bin Husen dan Mbah Kyai Hasbullah kepada KH. Mahfudz
Syafi‟ i yang kemudian mengajarkan Tarekat Syadziliyah di iKabupaten Bekasi.
Tepatnya di Desa Kalijaya, Kecamatan Cikarang Barat idi Pondok Pesantren
Al-Istighotsah yang kemudian menjadi pusat iperkembangan Tarekat Syadziliyah
di Bekasi.53 Selain di Pondok Pesantren iAl-Istigothsah, Tarekat Syaddziliyah
juga diajarkan di Pondok Pesantren iParak Bambu Runcing Di Parakan,
Temenggung, Jawa Tengah.
Dengan tersebarnya Tarekat Syadziliah di Bekasi, khususnya di
Pondok Pesantren Parakan Bambu Runcing dan Al-Istighotsah, maka pada
isekitar tahun 1970-an, Tarekat Syadziliyah tersebar tidak hanya Jawa
Timur dan Jawa Tengah, melainkan juga sampai penyebarannya ke
53
Skripsi: Muhammad Juni, Sejarah Perkembangan Dan Peranan Tarekat Syadziliyah
DiKabupaten Bekasi (1993-2003), Jurusan Sejarah Dan Peradaban Islam Fakultas Adab Dan
Humaniora Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008
72
54
Skripsi: Muhammad Juni, Sejarah Perkembangan Dan Peranan Tarekat Syadziliyah
DiKabupaten Bekasi (1993-2003), Jurusan Sejarah Dan Peradaban Islam Fakultas Adab Dan
Humaniora Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2008
55
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian tentang Mistik, hal. 53
istighfar, membaca shalawat Nabi seperti Shalawat An-NurAdz-Dzat
seperti berikut:
ي األَسَما ء
سا ئ ر دَنا َّم دمح نالُّنو ر الّذَا تي والسر السا ري اللَُّه َّم َوال صل وسل م َبا ركو عٰلى
سي
صفَات
Juga membaca dzikir (lâ Ilâha Illa Allah) yang didahului dengan
wasilah dan rabitah. Juga membaca hizib, antara lain Hizb al-Nasr, al-
Kafi, al-Bahr, al-Barr, al-Birhatiyah atau al-Abaladiyah, al- Salâmah,
al-Hujb, al-Mubârak, al-Falâh, al-Lutf, al-Nur, al-Jalâlah, al-Dâirah, dan
lain-lain.
56
ibid. A. Aziz Masyhuri hal. 262 - 271
74
َ َّ دَ ل َ د
7) Membaca Tahlil 100x, di tutup dengan membaca doa
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dari hasil penelitian yang telah diuraikan
penulis diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut: Perkembangan Tarekat Syadziliyah berawal dibawah salah
satu dinasti muwahiddun yang berada di Tunisia. Kemudian tarekat ini
berkembang hingga ke berbagai belahan dunia yang tentunya dalam
proses penyebaran tersebut tidak lah mudah dan banyak mendapat
kecaman. Daerah magribi dalam kehidupan spiritual mengambil peran
yang tidak sedikit. Menurut danner, perannya sejak abad ke-7 H/ 13M.
Meskipun dasar-dasar dari tasawuf Maghribi itu berasal dari Timur
sebagai asal muasal Islam itu sendiri, namun gaya hidup, seni
kaligrafi, bentuk-bentuk bangunan arsitektur yang dibuat serta
kecerdasan muslim daerah barat, telah muncul sejak Islam generasi
terdahulu.
Penyebaran Tarekat Syadziliyah di mulai sejak 2009 hanya untuk
santri dan para ustadz dan ustadzah. Namun, di perkenalkan secara
terbuka tarekat ini sendiri di mulai pada tahun 2014 secara
masal. Pondok Pesantren pun mendatangkan guru atau mursyid dari
Jawa. Dengan kehadiran beliau maka tatanan ataupun urutan
pengamalan tarekat syadzailiyah di jelaskan dan di ajarkan proses ini
sering di sebut bai‟at. Pembai‟atan pada santri internel dan ekternal di
mulai secara rutin pada tahun 2017 sampai sekarang, karena proses
pengenalan yang cukup panjang. Sehingga di jadikan agenda tahunan
pondok
B. Saran
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Berkat-Nya
lah penelitian karya ilmiah ini yang berjudul “Sejarah dan
Perkembangan Tarekat Syadziliyah di Pesantren Mambaul
76
Ulum Kelurahan Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2015-2019” dapat
selesai dirampungkan. Namun tentunya penulisan karya ilmiah ini
masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi sistematis penulisan
maupun pemilihan kata yang kurang tepat. Oleh karena itu, kritik
maupun saran yang membangun sangat dibutuhkan demi perbaikan
penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga ingin menyampaikan rasa
terimakasih kepada semua pihak yang telah bersedia membantu selama
proses penulisan, baik itu bantuan secara moril maupun materil dalam
proses penyelesaian karya ilmiah ini. Diharapkan penulisan karya
ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca maupun
seluruh warga Pesantren Mamba‟ul Ulum.
DAFTAR PUSTAKA
78
Muarif Hasan, Ambari, 1996, Ensiklopdia Islam, (Jakarta :PT. Iktiar Baru
Van Houven)
Mulyati Sri, Mengenal Dan Memahami Tarekat Tarekat Muktabarah Di
Indonesia.
Nasution Harun, 2006, Falsafat dan Mistisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang),
Riyadhi A. 2014, Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf: Melacak Peran
Tarekat dalamPerkembangan Dakwah Islamiyah, (Jurnal at-Taqaddum,
Volume 6, Nomor 2, November),
Rusli Ris‟an, 2013, Tasawuf dan Tarekat (Jakarta: Rajawali Pers,),
Sugiono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung: Alfabeta
Sholihin, Rosihon. 2014. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pusaka setia.
Siregar Lindung Hidayat,2009,MIQOT Sejarah Tarekat Dan Dinamika
Sosial, Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara (Jurnal Miqot, Vol.
XXXIII No. 2 Juli-Desember)
Sri Mulyati, Wiwi , LaporanPenelitian Kolektif Buku Ajar Tasawuf Pasca
Ibn‟ Arabi(Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2006),
Sri Mulyati, 2006,Tarekat-Tarekat Muktabaroh di Indonesia (Jakarta:
Prenada Media Group,
Suisyanto, 2006. Pengantar filsafat dakwah. Yogyakarta: Teras.
Syukur Amin, 2003, Tasawuf Kontekstual: Solusi Problem Manusia
Modern, (Jogjakarta: Pustaka)
Skripsi : Muhammad Juni, Sejarah Perkembangan Dan Peranan Tarekat
Syadziliyah Di Kabupaten Bekasi (1993-2003), Jurusan Sejarah Dan
Peradaban Islam Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2008
Tim Penyusun. 2011.Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Adab-Sastra dan Kebudayaaan Islam, Jambi: IAIN STS Jambi
Wasino,Endah, 2018. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Magnum
Pustaka Utama
Kliwonan
Gambar 1:
Gambar 2:
Lampiran
Gambar 5 :
Gambar 3:
Gambar 4:
Email : yuda151297@gmail.com
Ayah : Musrizal
Ibu : Asiah
Jenjang Pendidikan
1. Tahun 2003 - 2009 SDN 184 Desa Sumber Agung, Muaro Jambi
2. Tahun 2009 - 2012 SMPN 32 Desa Sumber Agung, Muaro Jambi
3. Tahun 2012 - 2015 MA Mamba‟ul Ulum, Talang Bakung, Kota
Jambi
4. Tahun 2015 – 2020 UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Pengalaman Organisasi