Anda di halaman 1dari 90

PENDIDIKAN AKHLAQ DALAM KITAB BULUGHUL MARAM BAB AL-

BIRR WASHILAH KARYA IBNU HAJAR ASQALANI DAN


RELEVANSINYA PADA MATERI AKIDAH AKHLAK KELAS XII

SKRIPSI

ISNATUL AWLIAH

NIM : 201180033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2022

0
PENDIDIKAN AKHLAQ DALAM KITAB BULUGHUL MARAM BAB AL-
BIRR WASHILAH KARYA IBNU HAJAR ASQALANI DAN
RELEVANSINYA PADA MATERI AKIDAH AKHLAK KELAS XII

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu (S.1) dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

ISNATUL AWLIAH

NIM : 201180033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2022
KEMENTRIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR


Kode Berlaku No. Tgl. Halaman
Dokumen Kode Formulir Tanggal Resivisi Revisi
In.08-PP- In.08-FM-PP- 2022 R-0 - 1 dari 1
05-01 05-03

Hal : NOTA DINAS


Lampiran :-

Kepada
Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
Tempat

Assalamu’alaikum wr.wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi Saudara :

Nama : Isnatul Awliah


NIM : 201180033
Judul : Pendidikan Akhlaq dalam Kitab Bulughul Maram bab Al-birr
Wal washilah Karya Ibnu Hajar Al-Asqalani Dan Relevansinya
Pada Materi Akidah akhlak Kelas XII

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan


Keguruan Jurusan/Program Manajemen Pendidikan Islam Islam UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu dalam Manajemen Pendidikan Islam. Dengan ini
kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat
segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jambi, februari 2022


Pembimbing I

Drs. H. Habibuddin Ritonga, M.A


NIP. 195906121987031003

i
KEMENTRIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR


Kode Berlaku No. Tgl. Halaman
Dokumen Kode Formulir Tanggal Resivisi Revisi
In.08-PP- In.08-FM-PP- 2022 R-0 - 1 dari 1
05-01 05-03

Hal : NOTA DINAS


Lampiran :-

Kepada
Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
Tempat

Assalamu’alaikum wr.wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi Saudara :

Nama : Isnatul Awliah


NIM : 201180033
Judul : Pendidikan Akhlaq dalam Kitab Bulughul Maram bab Al-birr
Wal washilah Karya Ibnu Hajar Al-Asqalani Dan Relevansinya
Pada Materi Akidah akhlak Kelas XII

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan


Keguruan Jurusan/Program Studi Manajemen Pendidikan Islam UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu dalam Manajemen Pendidikan Islam. Dengan ini kami
mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat segera
dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jambi, februari 2022


Pembimbing II

Elly Surayya, S.Ag.M. Pd


NIP.196910211995032002

ii
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun


sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya
merupakan hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skrpsi yang saya kutip


dari hasil karya orang lain telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, etika penulisan Ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi bukan


hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku.

Jambi, Februari 2022

Penulis

Isnatu Awliah
NIM. 201180033

iv
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim

Ya allah…

Alhamdulillahirobbil’alamin Kupanjatkan kepada Allah SWT atas segala


rahmat dan juga kesempatan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan
segala kekurangannya. Segala syukur kuucapkan kepadaMU Ya Rabb, karena
sudah menghadirkan orang-orang baik disekeliling saya. Yang selalu memberi
semangat dan doa, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Syukur Alhamdulillah….
Kini Aku tersenyum dalam iradat-Mu kini baru ku mengerti arti kesebaran
dalam penantian. Shalawat serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
Shallahu’Alaihi Wa Sallam…
Untuk karya yang sederhana ini, ku persembahkan skripsi ini untuk
mereka yang telah ridha, yang telah memberikan dukungan, cinta dan kasih
sayang yang tiada terhingga dan tidak mungkin dapat kubalas hanya dengan
lembar kertas yang bertulis kan kata persembahan, maka saya persembahkan
untuk: Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Sehon dan Ibu Siti Mariyam. Apa
yang saya dapatkan hari ini belum mampu membayar semua kebaikan, keringat,
dan juga air mata bagi saya. Terimakasih atas segala dukungan serta doa kalian.
Karya ini saya persembahkan untuk kalian sebagai wujud rasa terimakasih atas
pengorbanan dan jerih payah kalian, sehingga saya dapat menggapai cita-cita ini.

Adik-adik ku tercinta Taufik Kurrahman dan Aidil Saputra terimakasih


untuk bantuan dan semangat dari kalian, semoga awal dari kesuksesan saya ini
dapat membanggakan kalian. Tiada waktu paling berharga dalam hidup selain
menghabiskan waktu dengan kalian.

Skripsi ini juga ku persembahkan kepada dosen pembimbing saya Bapak


Habibuddin Ritonga dan Ibu Elly Surraya terima kasih telah membimbing saya
dan terima kasih atas segala bantuanya, nasehatnya, dan ilmunya yang selama ini
dilimpahkan pada saya dengan rasa tulus dan ikhlas.

Sahabat dan seluruh teman di penjuru dunia, tanpa kalian mungkin saya
akan menjadi biasa-biasa saja, maaf jika banyak salah dengan maaf yang tak
terucap. Terimakasih untuk dukungan yang luar biasa, sampai saya dapat
menyelesaikan ini dengan baik.

v
MOTTO

‫ترجو النجاة ولم تسلك مسالكها فاعلم فإن السفينة ال تجرى على اليبس‬

“Kamu mengharapkan kesuksesan tetapi kamu tidak menempuh jalanya, maka


ketahuilah sesungguhnya perahu itu tidak berlayar di daratan”

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah puji dan syukur kepada kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha ‘Alim yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya, atas
iradahnya sehingga proposal Skripsi ini dapat dirampungkan. Shalawat dan salam
turut dilimpahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang sangat
dicintai. Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapat gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Penulis menyadari sepenuhnya penyelesaian Skripsi ini banyak melibatkan


pihak yang telah memberikan motivasi baik Akhlak maupun materil. Untuk itu,
melalui kolom ini penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan
kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D Selaku Rektor UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Dr. Ropikoh Ferwati, SE., M.E Selaku Wakil Rektor 1, Dr.As,ad
Isma, M.Pd. Selaku Wakil Rektor II dan Dr.Bahrul Ulum, S.Ag.
MA Selaku Wakil Rektor III universitas Islam Negri Sulthan
Thaha Seifuddin Jambi.
3. Ibu Dr. Hj. Fadila, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Prof Dr. Risnita, M.Pd. Bapak Dr. Najmul Hayat, M.Pd.I dan
Ibu Dr.Yusria, M.Ag Selaku Dekan 1, 2, 3 UIN Sulthan Thaha
Seifuddin Jambi.
5. Bapak Mukhlis, S.Ag dan bapak Habib Muhammad , S.Ag, M.Ag
selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam dan
Sekretaris program Studi Pendidikan Agama Islam yang telah
banyak berperan penting.
6. Bapak Drs.Habibuddin Ritonga. M.A. sebagai dosen Pembimbing I
yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pemikirannya
demi mengarahkan Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Elly Surayya S.Ag, M.Pd.I. sebagai Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pemikirannya demi
mengarahkan Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

vii
8. Dan Terima kasih kepada seluruh Pihak UIN Sulthan Thaha
Seifuddin Jambi Yang telah banyak meluangkan Waktunya dalam
kelancaran penyusunan Skripsi kami.
9. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sehon dan Ibu Siti Mariam yang
telah mencurahkan semua kasih sayang nya, merawat, mendidik,
yang tak henti-hentinya berusaha dan berdoa untuk kesuksesan
putrinya dan selalu memberikan motivasi hingga menjadi
kekuatan pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Jasanya yang tak dapat dibalas dengan bentuk apapun. Semoga
keduanya selalu dalam lindungan Allah
10. Sahabat-sahabat seangkatan dan senasib seperjuangan dengan
peneliti, semangat dan motivasi kalian semua sangat membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan untuk mahasiswa
kelas PAI 7A yang telah menjadi partner diskusi dalam
penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini banyak terdapat
kelemahan dan kekurangan, oleh karna itu penulis berharap kepada semua pihak
untuk kiranya memberikan sumbang saran demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan amal semua pihak
yang telah membantu. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.

Jambi, February 2022

Penulis

Isnatul Awliah
NIM.201180033

viii
ABSTRAK

Nama : Isnatul Awliah


NIM : 201180033
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi : Pendidikan Akhlaq dalam Kitab Bulughul Maram bab Al-
birr Wal washilah Karya Ibnu Hajar Al-Asqalani Dan
Relevansinya Pada Materi Akidah akhlak Kelas XII
Madrasah Aliyah
Dunia pendidikan akhir-akhir ini menghadapi persoalan yang kompleks,
merebaknya isu-isu kurangnya Akhlaq di kalangan remaja seperti penggunaan
narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), tawuran, dan lain-lainnya sudah
menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.
Karena hal tersebut, untuk membentuk dan membangun Akhlaq siswa yang baik,
maka perlu adanya pengetahuan, latihan, bimbingan dan lingkungan yang
kondusif. Hal tersebut bisa dilakukan dengan pengajaran menggunakan kitab
bulughul maram dan dengan materi akidah akhlak agar siswa memiliki Akhlaq
yang baik dan mantap.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis


Pendidikan Akhlaq dalam hubungan manusia dengan Tuhan, dengan diri sendiri,
dan dengan manusia lain dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram dan
relevansinya dengan materi akidah akhlak kelas XII. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian library research. Dalam penelitian library research
analisis data menggunkan analisis isi. Sedangkan pendeketan penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.

Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan: Pendidikan


Akhlaq dalam hubungan manusia dengan Tuhan yakni tidak menyekutukan Allah
dan yakin kepada Allah. Dengan diri sendiri yakni kerja keras, dan penuh kasih.
Dengan manusia lain yakni tolong-menolong, berbakti kepada orang tua, suka
memberi, ramah, menolong orang lain, mengajak kepada kebaikan, menjalin
silaturrahim, tidak saling mencaci, dan larangan berseteru dengan saudara muslim
melebihi tiga hari.

Kata Kunci: Pendidikan Akhlaq, Kitab Bulughul Maram, Materi Akidah


akhlak Kelas XII Madrasah Aliyah

ix
ABSTRACT

Name : Isnatul Awliah


Study : Islamic Education (PAI)
Title : Moral Education in the Book of Bulughul Maram Bab Al-
Birr Wal-Washilah by ibn Hajar Al-Asqalani and its
relevance to the material of Islamic morals for class XII
Madrasah Aliyah
The world of education is currently facing complex problems, the spread
of issues of lack of morality among teenagers such as the use of drugs and illegal
drugs (drugs), brawls, and others become social problems that have yet to be
overcome. finished. Because of this, to form and build good student morals, it is
necessary to have knowledge, practice, guidance and a conducive environment.
This can be done by teaching using the Bulughul mar morality book and with
creed material so that students have good and steady morals.

The purpose of this study is to find out and analyze Moral Education in
human relations with God, with oneself, and with other humans in the al-birr
chapter is the shilah of the Bulughul Maram book and its relevance to the material
of aqidah morals for class XII. The research method used is library research. In
library research, data analysis uses content analysis. While the research approach
uses a descriptive qualitative approach.

Based on the analysis carried out, it can be said: Moral education in human
relations with God, namely not associating partners with Allah and believing in
Allah. With oneself that is hard work, and full of love. With other humans,
namely helping, being devoted to parents, giving, being friendly, helping others,
inviting help, establishing friendship, not helping each other, and prohibiting
fighting with Muslim brothers for more than three days.

Keywords: Moral Education, Bulughul Maram Book, Moral Aqeedah


Material For Class XII Madrasah Aliyah

x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

PENGESAHAN......................................................................................................i

NOTA DINAS.........................................................................................................ii

PERNYATAAN ORIENTITAS..........................................................................iii

PERSEMBAHAN .................................................................................................iv

MOTTO..................................................................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

ABSTRAK...........................................................................................................viii

ABSTRACT............................................................................................................ix

DAFTAR ISI..........................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1


B. Fokus Permasalahan ...................................................................................3
C. Rumusan Masalah .......................................................................................3
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik.............................................................................................5
A. Tinjauan Tentang Pendidikan Akhlak...................................................5
1. Pengertian Pendidikan…..................................................................5
2. Pengertian Akhlak............................................................................6
3. Macam-macam pendidikan Akhlak..................................................8
4. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak.................................................9
B. Materi Akidah Akhlak Kelas XII Madrasah Aliyah..........................14
1. Pengertian materi Akidah Akhlak..................................................14
2. Tujuan Materi Akidah Akhlak Di Madrasah Aliyah......................14
3. Ruang Lingkup Materi akidah Akhlak Madrasah Aliyah..............15
4. Materi Akidah Akhlak....................................................................15

xi
C. Profil Kitab Buluhgul Maram Karya Ibnu Hajar As-qalani................25
a. Riwayat Hidup Ibnu Hajar As-Qalani.............................................25
1. Biografi Ibnu Hajar As-Qalani.......................................................25
2. Riwayat pendidikan Ibnu Hajar As-Qalani....................................26
b. Kitab Bulughul Maram..................................................................29
1. Deskripsi Kitab Bulughul Maram..................................................29
2. Isi Kitab Bulughul Maram.............................................................31
D. Studi Relevan......................................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian...............................................................35


B. Jenis dan Sumber Data .................................................................................35
C. Tehnik Pengumpulan Data ..........................................................................36
D. Tehnik Analisis data ....................................................................................35
E. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data .........................................................37

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...........................................................................................39


A. Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Bulughul Maram Pada Bab Al- Birr
Wal-washilah..........................................................................................40
1. Pendidikan Akhlaq Dalam Bab Al-Birr Wal-washilah Dalam
Hubungan Manusia Dengan Allah…………………………….........41
2. Pendidikan Akhlak Dalam Bab Al-Birr Wal-washilah Dalam
Hubungan Manusia Dengan Diri Sendiri...........................................41
3. Pendidikan akhlak Dalam Bab Al-Birr Wal-washilah Dalam
Hubungan sesama Makhluk...............................................................43
4. Tabel keterkaitan pendidikan Akhlak Dalam Bab Al-Birr Wal-
washilah.............................................................................................51
B. Relavansi Pendidikan Akhlaq Dalam Bab Al-Birr Was Shilah Kitab
Bulughul Maram Dengan Materi Akidah Akhlak Kelas XII Madrasah
Aliyah..................................................................................................60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................71
B. Saran......................................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................73

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................77

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Data Primer

Gambar 1.1 : Kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar As-Qalani

Data Sekunder

Gambar 2.1 :Kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar As-Qalani

Gambar 3.1 :Kitab Bulughul Maram Karya Ibnu Hajar As-


Qalani, penerjemah Syaikh Faishal Abu Mubarak

Gambar 4.1 : Kitab Bulughul Maram Karya Ibnu Hajar As-


Qalani Penerjemah Imam Adz Dzahabi

Gambar 5.1 :Kitab Bulughul Maram Karya Ibnu Hajar As-


Qalani, penerjemah Muhammad Bin Shahih
Utsaimin

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk


membina kepribadianya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dalam perkembagannya, pengertian pendidikan (paedagogie) berarti
bimbinganatau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
agar ia menjadi dewasa agar bisa dan dapat bertanggung jawab terhadap individu
pribadi atau dirinya sendiri secara psikologis, biologis, sosiologis dan paedagogis
Berikutnya menurut Sudirman Pendidikan bermakna sebagai usaha dijalankan
oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam makna
mental.(Hasbuallah, 2015.1-5).

Pada era globalisasi ini ditandai oleh perubahan pesat di berbagai bidang
kehidupan dalam masyarakat. Perubahan itu membawa kemajuan maupun
kegelisahan pada banyak orang termasuk para mahasiswa. Proses transformasi
tersebut tentu saja menimbulkan ketegangan dalam masyarakat. Kondisi seperti
itu membuat masyarakat mengalami kebingungan. Salah satu hal yang
menggelisahkan adalah masalah akhlaq. Perubahan pesat di banyak bidang
menimbulkan banyak pertanyaan sekitar akhlaq. Banyak orang merasa tidak
mempunyai pegangan lagi tentang norma kebaikan. (Susila Wati, 2010, Hlm.. 11).

Hal tersebut ditunjukkan dengan dunia pendidikan akhir-akhir ini


menghadapi persoalan yang kompleks, terutama dalam hal penanaman pendidikan
akhlaq. Merebaknya isu-isu pendidikan akhlaq di kalangan remaja seperti
penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), tawuran, pornografi,
pemerkosaan, merusak milik orang lain, perampasan, penipuan, penganiayaan,
perjudian, pelacuran, dan pembunuhan, sudah menjadi masalah sosial yang
sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan dari
perilaku tersebut cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu
persoalan sederhana, karena sudah menjurus kepada tindakan kriminal. Kondisi
ini sangat memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan guru, sebab
pelaku-pelaku serta korbanya adalah kaum remaja yang masih berstatus sebagai
siswa.

1
2

Siswa merupakan generasi penerus bangsa yang perlu distimulasi sesuai


dengan perkembangan fisik dan psikologis. Sel-sel otak yang dimiliki siswa tidak
akan mampu berkembang secara optimal jika stimulus yang diberikan tidak tepat
dan tidak mendukung perkembangannya. Stimulus yang diberikan kepada siswa
dapat melalui pendidikan di sekolah, keluarga, dan lingkungan sekitar. Hal ini
karena, pendidikan merupakan sarana proses mendidik dan sarana mentransfer
ilmu pengetahuan yang berperan dalam mewariskan budaya dari satu generasi
kepada generasi berikutnya, untuk mempersiapkan siswa agar bisa menerapkan
ilmu pengetahuan yang telah didapat secara maksimal dan bisa bermanfaat bagi
masa depannya.

Sesuai dengan pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional menyebutkan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa tidak cukup hanya memberikan pengetahuan pada siswa, namun juga
harus membentuk dan membangun akhlaq siswa agar mampu mengembangkan
potensi diri dan memiliki moral yang baik. Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara
pendidikan tidak hanya sebagai proses taransfer ilmu pengetahuan belaka, tetapi
pendidikan juga merupakan proses penularan Akhlaq dan norma serta penularan
keahlian dan keterampilan. Pendidikan nasional Indonesia harus dapat
membentuk anak didik seutuhnya menjadi pribadi yang “merdeka jiwanya”,
“merdeka pikirannya” dan “merdeka tindakannya”(Yuli Astutik, 2013, Hlm. 317).

Untuk sampai pada tujuan diatas, memang tidaklah cukup dengan sekedar
membaca dan berteori, akan tetapi perlu dua tahapan seperti yang disampaikan
oleh Imam Al Ghazali; Attakhliyah (menghilangkan sifat buruk) dan Attahliyah
(penghiasan diri dengan perangai baik). Ini semua perlu adanya pengetahuan,
latihan, bimbingan dan lingkungan yang kondusif. Karena kita sekarang hidup di
era globalisasi, teknologi-tekonologi semakin canggih, sumber pembelajaran
sangat beragam, maka pengajaran nilai-nilai moral tidak harus selalu melalui
ceramah guru di kelas, tetapi bisa juga dengan perantara kitab-kitab klasik karya
ulama' terdahulu. Karena, guru harus selalu berinovasi dalam melakukan
pembelajaran, yakni bisa dengan pembelajaran menggunakan teknologi yang
canggih, dan bisa juga berinovasi dengan mengambil sumber belajar dari zaman
3

lampau yang sekiranya masih layak untuk dijadikan sumber pembelajaran di era
globalisasi seperti ini, agar siswa tidak bosan ketika dilakukan
pembelajaran.(Abdullah, 2006, Hlm. 16).

Salah satu kitab yang membahas tentang akhlaq yakni Kitab Bulughul
Maram yang merupakan sebuah karya yang penuh keberkahan dan bermanfaat,
walaupun bentuknya kecil ia sangat padat dan tidak bertele-tele. Para ulama, baik
ulama salaf maupun khalaf menerimanya. Tidak ada suatu kelompok pengkaji
ilmu, kecuali Bulughul Maram menjadi bagian awal dari kurikulumnya. Para
pencari ilmu menyambutnya dengan menghafal, mengkaji serta mencukupkan diri
dengannya dari karya-karya sejenis. Bulughul Maram menjadi karya yang dapat
diterima, sehingga di setiap masa banyak orang yang mengkajinya.(Azmi, 2006,
Hlm. 36).

Kitab Bulughul Maram juga menjadi kitab yang sering dikaji di pesantren-
pesantren sebagai mata pelajaran tambahan (muatan lokal) sebagai pendamping
pembelajaran ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama lainnya karena
kepraktisannya dalam mempelajarinya. Selain hal diatas, untuk mencapai tujuan
tersebut, maka maka ada beberapa materi pendidikan Islam yang perlu diberikan
kepada peserta didik terutama di Madrasah Aliyah. Adapun materi pendidikan
yang dimaksudkan adalah pendidikan aqidah, ibadah dan akhlak.(Saproni, 2015,
Hlm. 5). Atas dasar pertimbangan di atas maka penulis bermaksud mengadakan
penelitian dan mengangkat permasalahan tersebut dan menuangkannya dalam
bentuk penulisan skripsi dengan judul “Pendidikan Akhlaq dalam Kitab Bulughul
Maram bab Al-birr Wal washilah Karya Ibnu Hajar Al-Asqalani Dan
Relevansinya Pada Materi Akidah akhlak Kelas XII Madrasah Aliyah”.

B. Fokus Permasalahan

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak terjadi kesimpang-siuran, maka
penulis memfokuskan penelitian ini pada pengamatan dan penemuan hasil
pendidikan akhlaq dalam kitab bulughul maram bab al-birr washilah karya ibnu
hajar asqalani dan relevansinya pada materi akidah akhlaq kelas XII Aliyah

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang muncul dari fenomena diatas, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja Pendidikan Akhlaq yang terdapat dalam bab al-birr was shilah
pada kitab Bulughul Maram?
2. Bagaimana relevansi atau keterkaitan Pendidikan Ahklaq pada bab al-birr
was shilah Terhadap Materi Akidah Akhlaq kelas XII ?
4

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang penulis angkat, maka tujuan penelitian yang
hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui Apa-apa saja Pendidikan Akhlaq yang terdapat dalam


bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram.
2. Untuk mengetahui bagaimana Relevansi atau keterkaitan Pendidikan
Akhlaq yang terdapat dalam bab al-birr wa shilah pada materi akidah
Akhlaq kelas XII

E. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi seluruh pembaca dan


penulis pribadi.

1. Secara Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu


memberikan pengetahuan tentang pendidikan Akhlaq dalam bab al-birr
was shilah Kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-Asqalani.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan
pengalaman dalam hal penelitian. Dan juga dapat memberikan
pengetahuan tentang relevansi terhadap pendidikan Akhlaq dalam bab al-
birr was shilah Kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-Asqalani
dengan materi akidah akhlak kelas XII Madrasah Aliyah yang nantinya
bisa diterapkan dalam pembelajaran, sehingga siswa menjadi pribadi yang
berakhlak mulia.
b. Bagi Lembaga Bagi lembaga UIN STS Jambi, bisa dijadikan dokumen
yang dapat dijadikan referensi dan juga sumbangan pemikiran dalam
meningkatkan pendidikan Akhlaq.
c. Bagi Pembaca Adanya penelitian ini diharapkan hasilnya bisa
memberikan tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca
tentang pendidikan Akhlaq dalam sebuah kitab klasik karya ulama'
terdahulu, yakni Kitab Bulughul Maram.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Akhlaq
1. Pengertian Pendidikan Akhlaq
a. Pengertian Pendidikan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pendidikan adalah


proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan ialah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan, dan
pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas pendidikan baik formal maupun
informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang
dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup. ( Amin Zamroni,
2017:241) Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama atau insan kamil.
(Mahmud, 2011:21) Hasan Langgulung memberi pengertian tentang pendidikan
adalah sebagai salah satu upaya penting pewarisan kebudayaan yang dilakukan
oleh generasi tua kepada generasi muda agar kehidupan tetap berlanjut.(Amin
Zamroni, 2017:241-263)

Pendidikan menurut George F. Kneller dalam buku Wiji Suwarno


menjelaskan bahwa pendidikan mempunyai arti sempit dan luas. Dalam arti
sempit pendidikan merupakan suatu proses mentransformasikan pengetahuan
nilai-nilai dan ketrampilan melalui lembaga-lembaga pendidikan. Sedangkan
menurut arti luasadalah tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi jiwa,
watak, ataupun kemauan individu. (Murdianto, 2019, Hlm. 35-43) Menurut
Kemendikbud pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seorang
peserta didik untuk lebih maju.

Menurut para ahli ada beberapa yang mengupas definisi dari pendidikan
itu sendiri, diantranya menurut John Dewey, pendidikan adalah merupakan salah
satu proses pembaharuan makna dan pengalaman. Sedangkan menurut H. Horne,
pendidikan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisik
dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasikan dalam
6

alam sekitar, intelektual, emosional, dan kemanusiaan dari manusia. (Imam


Subadi, 2017, Hlm. 81-95) Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan
juga diartikan sebagai tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya
adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak agar
mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggitingginya.

Menurut JJ. Rousseau pendidikan adalah memberikan kita sebagai


manusia bekal yang tidak dibutuhkan pada masa kanak-kanak, akan tetapi
dibutuhkannya nanti pada waktu dewasa. Dalam UU Nomor 2 Tahun 1989
mengartikan pendidikan sendiri sebagai usaha sadar yang diberikan kepada
peserta didik agar melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi
peranannya dimasa yang akan datang. (Binti Maunah, 2009:5-6)

Pendidikan juga diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang


atau kelompok agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau
penghidupan lebih tinggi dalam arti mental. Langeveld sebagaimana yang dikutip
oleh Hasbullah mendefinisikan pendidikan yaitu setiap usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada
pendewasaan anak itu, atau membantu anak agar mampu melaksanakan tugas
hidupnya sendiri. (Hasbullah, 2012:1-2)

Istilah pendidikan islam dalam konferensi dunia tentang pendidikan islam


di Jeddah tahun 1979 merekomendasikan tiga term, yaitu at-tarbīyah, at-ta‘alīm,
dan at-ta’dīb. Ketiga term ini dengan panjang lebar dibahas oleh M. Naquib al-
Attas. Singkatnya, term at-ta’dib menurut Naquib adalah yang paling cocok untuk
menyebut pendidikan islam. Term ini menurutnya menghargai ilmu manusia
sebagai peserta didik, tidak seperti attarbīyah yang mengedepankan kasih sayang,
sehingga cenderung toleran dan tidak professional. Sementara at-ta‘alīm menurut
Naquib tidak saja digunakan untuk pendidikan manusia, juga digunakan untuk
mendidik hewan. Untuk itu, at-ta.alīm tidak khas untuk pendidikan manusia.
Selain itu, sebenarnya di dalam AlQur’an ada juga kata tadris (tadrusun). (Sehat
Sultoni Dalimunthe, 2016, Hlm. 3)

b. Pengertian Akhlaq

Akhlak berasal dari bahasa Arab. Ia adalah bentuk jama’ dari khuluq.
Secara etimologi, khuluq berarti ath-thab’u (karakter) dan as-sajiyyah (perangai).
(Ibrahim Bafadhol, 2017, Hlm. 45-61) Secara terminologi akhlak ialah suatu
keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan
tanpaintervensi akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak ialah sifat yang melekat
dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak
7

pertimbangan lagi. Sebagian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suat
sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia
bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya
sehari-hari. (Sri Narwanti, 2014:3)

Akhlak dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor paling esensial bagi


manusia dalam upaya menata kelangsungan hidupnya, sehingga mereka
berkeyakinan bahwa hidup yang dijalani sangatlah bermakna (meaningful) karena
itu manusia menjadikan akhlak merupakan sistem yang dapat mempengaruhi
perilaku seseorang, dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Dalam konteks ini akhlak merupakan jati diri seseorang yang dapat memberi
makna bagi perilaku ketika berinteraksi sosial, ibadah, dan bermu’amalah.
Pendidikan akhlak merupakan benang perekat yang merajut semua jenis
pendidikan, seperti pendidikan akal, pendidikan etika, pendidikan moral dan
sebagainya. Semua jenis pendidikan tersebut harus tunduk pada kaidah-kaidah
akhlak. (A. Gani, 2015:273)

Abdullah Nasih Ulwan mengartikan pendidikan akhlak merupakan prinsip


dasar moral dan keutamaan sikap serta watak (tabiat) yang harus dimiliki dan
dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi seorang
mukallaf, yakni siap mengarungi lautan kehidupan. Pendidikan akhlak merupakan
usaha yang dilakukan dengan sadar untuk membimbing serta mengarahkan
seseorang guna mencapai tingkah laku yang baik dan diarahkan agar
menjadikannya suatu kebiasaan. Konsep pendidikan akhlak menurut Aristoteles
berkaitandengan jiwa dan keutamaan, kebaikan dan kebahagiaan tertinggi,
kebajikan dan titik tengah, tujuan etika.

Pendidikan akhlak menurut Al-Ghazali ada dua sistem yakni pendidikan


formal dan pendidikan nonformal. “pendidikan ini berawal dari non formal dalai
lingkup keluarga, mulai pemeliharaan dan makanan yang dikonsumsi. Selanjutnya
bila anak sudah mulai nampak daya hayalnya untuk membeda-bedakan sesuatu
(tamyiz) maka perlu diarahkan kepada hal positif. Anak juga perlu dibiasakan
melakukan sesuatu yang baik, disamping itu pergaulan anakpun perlu
diperhatikan, karena pergaulan daan lingkungan itu memiliki andil sangat besar
dalai pembentukan kepribadian anak. Sedangkan untuk pendidikan formal Al-
Ghozali mensyaratkan adanya seorang guru atau mursyid yang mempunyai
kewajiban antara lain: mencontoh rosulullah tidak meminta imbalan, bertanggung
jawab atas keilmuannya, hendaknya seorang guru membatasi pelajaran menurut
pemahaman mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan akhlak
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia sebagai pedoman untuk
8

kelangsungan hidupnya guna mencapai tingkah laku yang baik dan dijadikannya
suatu kebiasaan. (Sungkowo, 2014:33-63)

2.Macam-macam Pendidikan Akhlaq

Dalam agama islam tentunya telah dijelaskan tentang macam-macam


pendidikan akhlak, yaitu sebagai berikut:

a. Berbakti kepada kedua orang tua


Untuk berbuat baik kepada kedua orang tua tentu tidak hanya semasa
hidupnya saja, akan tetapi setelah keduanya meninggalpun ita harus
berbuat baik. Cara berbuat baik kepada orang tua yang sudah meninggal
sudah dijelaskan dalam islam. (Damiri, 2017, Hlm. 24-23)
Adapun cara menghormati kedua orang tua menurut KH. Abdullah Salim
yaitu ;
1. Berbicara dengan kata-kata yang baik
2. Lindungi dan mendoakannya
3. Hormat dengan sikap terima kasih
4. Membantu kedua orang tua
b. Sopan terhadap guru
Guru itu menjadi pengganti bagi orang tua untuk mendidik dan
membimbing anaknya ketika disekolah. Oleh karena itu, setiap murid
hendaknya bersikap sopan santun terhadap gurunya dan tidak bersikap
sebaliknya terhadap gurunya tersebut. (Damiri, 2017, Hlm. 24-23) Syaikh
Abdul Qadir Al-Jailani telah menetapkan beberapa cara yang dapat
dilakukan seorang murid terhadap gurunya untuk berperilaku sopan:
1. Mentaati dan tidak menentangnya baik secara lahir maupun batin
2. Harus menutupi keburukan atau aib gurunya
3. Bersikap sopan serta menggunakan kata-kata yang baik ketika sedang
berbicara dengannya
4. Yakin bahwa gurunya adalah ahli untuk ditimba ilmu pengetahuannya
c. Bersikap baik kepada saudara
Karena dalam islam sendiri telah dijelaskan bahwa kita sebagai seorang
muslim harus berbuat baik kepada saudaranya. Apabila kita mempunyai
rejeki yang lebih kita harus berbagi atau sedekah terhadap saudara kita
sendiri(Damiri, 2017, Hlm. 24-23)
d. Cinta Kepada Allah
Ada beberapa alasan kenapa kita sebagai seorang muslim harus berakhlak
kepada Allah yaitu :
1. Karena Allah telah menciptakan manusia
9

2. Allah lah yang telah memberikan kita perlengkapan panca indera


3. Karena Allah telah menyediakan berbagai kebutuhan manusia yang
diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. (Damiri, 2017, Hlm. 24-23)

3.Ruang Lingkup Pendidikan Akhlaq

Akhlak sendiri mencakup dari beberapa aspek, menurut Ali Nurdin dalam
bukunya “Pendidikan Islam” ruang lingkup pendidikan akhlak sendiri meliputi
akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap sesama
seperti orangtua dan keluarga, orang lain atau masyaakat. berikut akan dijelaskan
mengenai ruang lingkup pendidikan akhlak yaitu: (Ali Nurdin, 2019, Hlm.5.3.6)

a. Akhlak Kepada Allah


Akhlak dalam Islam sendiri harus dibangun atas dasar kesadaran akan
keberadaan Allah SWT sebagai pencipta alam semesta beserta seluruh
isinya. Adapun perwujudan dari akhlak kepada Allah antara lain:
1. Beribadah
Karena Allah itu pencipta seluruh alam semesta, maka kita harus
beribadah hanya kepada-Nya. Seperti yang telah dijelaskan dalai surat
Al-Baqarah ayat 21:
Artinya:“wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”
[QS. Al-Baqarah 2:21]
2. Menauhidkan
Menauhidkan artinya mengesakan bahwa Allah adalah pencipta,
bahwa Allah yang wajib disembah oleh kita, bahwa Allah yang
memiliki sifat sempurna dan jauh dari sifat kurang. Dalam Al-Qur’an
ditegaskan :
Artinya:”katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segalah sesuatu. Dia tiada
beranak dan tiada pula diperanakan. Dan tidak ada satu pun yang
setara dengan Dia.” [QS. Al-Ikhlas 112:1-4]
3. Bersyukur
Bersyukur adalah berterimakasih kepada Allah atas karunia dan
nikmat yang telah diberikan.
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika
kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), mka pasti azab-Ku sangat
berat” [QS. Ibrahim 14:7]
4. Taqwa
10

Taqwa adalah melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi


segala larangan-Nya.
Artinya: ”Hai manusia! Bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dari satu diri (Adam), dan daripadanya Allah
menciptakan pasangannya (Hawa). Dan sari keduanya Allah
mengembangbiakan banyak laki-laki dan perempuan. Bertaqwalah
kepada Allah dimana kalian saling pinta meminta sesama kalian
dengan mempergunakan nama-Nya, lagi pula peliharalah hubungan
kasih sayang antara kalian. Sesungguhnya Allah itu adalah pengawas
kalian.” [QS. An-Nisa 4:4]
5. Berdoa
Berdoa adalah memohon kebaikan kepada Allah dalam segala hal
untuk kebaikan baik di dunia maupun di akhirat.
6. Berdzikir
Berdzikir artinya mengingat Allah, perwujudannya dengan
membaca tahlil, tasbih, istighfar.
Artinya: “Dan tetaplah member peringatan, karena sesungguhnya
peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.” [QS. Azd.
Dzaariyat 51:55]
7. Tawakal
Tawakal adalah sikap pasrah kepada Allah atas ketentuanNya
sambil berusaha.
Artinya: “Kemudian, apabila engkau telah membulatkna tekad, maka
bertawakalah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang yang
bertawakal.” [QS. Ali Imran:159]
8. Mahabbah (Cinta)
Mahabbah artinya sikap merasa dekat dan ingat terus kepada Allah
yang diwujudkan dengan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
Artinya: “Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya.” [QS. Al-
Maa’idah 5:54]
b. Akhlak Kepada Diri Sendiri
Manusia dalam hidupnya mengharapkan suatu kebahagiaan baik
itu kebaghagiaan batin mupun kebahagiaan lahir. Karena harapan tersebut
manusia harus berusaha untuk memperolehnya sesuai dengan
kemamampuannya. Perwujudan akan harapan tersebut merupakan bentuk
dari ekhlak terhadap diri sendiri, yang meliputi:
1. Sabar
11

Sabar adalah sikap mental untuk menerima dan menjalani dengan


lapang dada ketika mendapatkan musibah dan menjalankan perintah.
Sabar tidak hanya ketika mendapatkan cobaan dan penderitaan. Empat
macam sabar yaitu: 1) sabar ketika menghadapi musibah dan cobaan,
2) sabar dalam menghadapi dorongan hawa nafsu yang tidak baik, 3)
sabar dalai menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, 4)
sabar ketika mendapatkan kebahagiaan.
2. Tawadu
Tawadu artinya rendah hati dan tidak sombong, adapun
perwujudan dari sikap tawadu tersebut adalah tidak sombong, tidak
curang, dan bersikap baik kepada orang lain. Allah berfirman dalam
surat Al-Furqon ayat 63 :
Artinya: “Adapunhamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu
adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan
apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang
menghina), mereka mengucapkan, “salam”. [QS. Al-Furqaan 25:63]
3. Benar
Seperti firman Allah yang dijelaskan dalai surat Al-Isra’ ayat 53:
Artinya: “Dan katakanlah kepada hamba-hamba Ku, hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh
setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.” [QS. Al-Isra’
17:53]
4. Iffah
Iffah adalah menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.
Termasuk iffah adalah memelihara diri dari memintaminta. Dan Allah
telah berfirman:
Artinya: “dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas
kepatutan dan (janganlah kamu) tergesagesa (membelanjakannya)
sebelum mereka dewasa. Barangsiapa (di antarapemelihara itu)
mampu maka hendaklah ia menahan diri (dari harta anak yatim itu).”
[QS. An-Nisaa 4:6]
5. Amanah/Jujur
Sesungguhnya Allah telah berfirman dalai surat An-Nisa ayat
58:53 Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu
menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menetapkannya dengan adil.” [QS. An-Nisaa 4:58]
6. Wara’
12

Wara’ adalah perbuatan menjaga diri dari segala sesuatu yang tidak
berguna menurut agama, baik sesuatu yang mubah, haram, maupun
makruh.
7. Bekrja keras
Bekerja keras adalah salah satu ajaran Islam yang mengharuskan
umatnya untuk selalu bekerja keras untuk mencapai segala keinginan
dan cita-citanya. seperti perintah tentang kerja keras dalai surat asy-
syarh ayat 7:
Artinya: “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” Maksud dari kutipan
ayat tersebut adalah, jika suatu urusan tersebut telah selesai, maka
jangan berhenti untuk terus bekerja keras menyelesaikan urusan yang
lain. Karena di Islam sendiri telah mengajarkan untuk selalu bekerja
keras.
c. Akhlak Kepada Sesama Makhluk
Seperti yang dikatakan Aristoteles bahwa manusia sebagai zone
politiken atau homo socius, yaitu manusia adalah makhluk sosial, dimana
manusia tidak mungkin hidup sendiri karena sejatinya manusia dalam
hidupnya membutuhkan orang lain. Bentuk perwujudan dari akhlak
kepada sesama yaitu:
1. Berbakti Kepada Orangtua
Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah
kepada kedua orangtua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil,
dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh Allah tidak menyukai
orang yang sombong dan membanggakan diri.” [QS. An-Nisaa 4:36]
Maksud dari kutipan ayat tersebut adalah bahwa kita sebagai orang
muslim berbuat baik kepada siapapun tanpa terkecuali. Karena Allah
telah memerintahkan perintah untuk berbuat baik kepada sesama,
terlebih berbuat baik atau berbakti kepada kedua orangtua lebih
diutamakan. Karena Allah sangat membenci orang-orang yang
sombong serta membanggakan dirinya sendiri.
2. Membangun Sikap Ukhuwah Atau Persudaraan
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara,
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisish) dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” [QS. Al-
Hujurat 49:10]
Seperti yang telah dijelaskan pada surat Al-Hujurat ayat 10, bahwa
sesama muslim haruslah membangun sikap ukhuwah atau
13

persaudaraan antar sesamanya, sesungguhnya orang mukmin itu


menyukai perdamaian dan selalu bertakwa kepada Allah.
3. Melakukan Silaturahmi
Artinya; “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka kamu Allah menjinakan antara hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu
dahulunya berada di tepi jurang neraka, lalu Allah melepaskanmu dari
sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
mendapat petunjuk.” [QS. Ali Imran/3:103]
4. Bersikap Adil
Artinya: “Sesunggguhnya Allah menyuruh kamu memberikan
amanat kepada pemiliknya dan jika kamu menghukum di antara
manusia maka hukumlah mereka dengan adil.” [QS. An-Nisa/4: 58]
5. Ta’awun
Ta’awun adalah saling tolong menolong dalam hal kebaikan
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan
kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam
(mengerjakan) dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat besar siksa-Nya.” [QS. Al-
Ma’idah/5: 2]
6. Bersikap pemaaf dan penyayang
Artinya: “Janganlah bersumpah orang-orang yang mempunyai
kelebihan dan kelapangan (kekayaan) di antaramu, bahwa mereka
tiada akan memberikan kekayannya itu kepada karib kerabatnya,
orang-orang yang miskin dan orang-orang yang hijrah di jalan Allah.
Hendaklah mereka memaafkan dan merelakan. Tiadakah kamu suka,
bahwa Allah mengampuni dosamu? Allah pengampun lagi pengasih.”
[QS. An-Nuur/24: 22]
Penjelasan dari kutipan ayat diatas adalah, bahwa kita sebagai
sesama muslim hendaknya saling memaafkan di antara satu sama lain,
dan saling mengasihi atau memberi kepada yang saling membutuhkan.
Karena Allah telah menyuruh orang-orang untuk saling memaafkan
dan Allah juga selalu mengampuni dosa-dosa yang telah mereka
lakukan. Sesungguhnya Allah itu maha pengampun lagi maha
pengasih.
7. Menahan marah dan berkata yang baik (Lemah Lembut)
14

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu


kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”. [QS. Al-
Ahzab/33: 70]
Yang di maksud dengan kutipan ayat tersebut adalah, bahwa orang
muslim tentunya, harus selalu menjaga perkataannya yang benar dan
menahan amarahnya. Karena orang yang beriman itu harus selalu
bertawakal hanya kepada Allah.

8. Bermusyawarah
Musyawarah merupakan upaya memecahkan bersama untuk
menghindari penyimpangan dan meletakan langkahlangkah bersama
yang secara bulat di sepakati. (Ali Nurdin, 2019, Hlm. 5.6.3-
5.7.3)Seperti yang telah diperintahkan dalam Al-Qur’an:
Artinya: “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu,
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertakwalah
kepada Allah.” [QS. Ali Imran/3: 159]

B. Materi Akidah Akhlak Kelas XII Madrasah Aliyah


1. Pengertian Materi Akidah Akhlak

Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari akidah dan
akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah.
Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari dan memperdalam
akidah akhlak sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih
tinggi dan untuk hidup bermasyarakat dan/atau memasuki lapangan kerja.Pada
aspek akidah ditekankan pada pemahaman dan pengamalan prinsip-prinsip akidah
Islam, metode peningkatan kualitas akidah, wawasan tentang aliran-aliran dalam
akidah Islam sebagai landasan dalam pengamalan iman yang inklusif dalam
kehidupan sehari-hari, pemahaman tentang, konsep Tauhid dalam Islam serta
perbuatan syirik dan implikasinya dalam kehidupan. Aspek akhlak, di samping
berupa pembiasaan dalam menjalankan akhlak terpuji dan menghindari akhlak
tercela sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, juga mulai
diperkenalkan tasawuf dan metode peningkatan kualitas akhlak.

Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah


memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk
melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-
hari. Al-Akhlak al-Karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan
15

oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa,


terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan
krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.(Kurikulum
Pai, 2014, Hlm. 49-5)

2. Tujuan Materi Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah

Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah bertujuan untuk:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan


pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
swt.;(Kurikulum Pai, 2014, Hlm. 51)
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu
maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

3. Ruang Lingkup Materi Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah meliputi:

a. Aspek akidah terdiri atas: prinsip-prinsip akidah dan metode


peningkatannya, al-Asma’ al-Husna, konsep Tauhid dalam Islam, syirik
dan implikasinya dalam kehidupan, pengertian dan fungsi ilmu kalam serta
hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, dan aliran-aliran dalam ilmu
kalam (klasik dan modern),
b. Aspek akhlak terpuji meliputi: masalah akhlak yang meliputi pengertian
akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan tercela, metode peningkatan
kualitas akhlak; macam-macam akhlak terpuji seperti Husnudzan, taubat,
akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima
tamu, adil, rida, amal salih, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji dalam
pergaulan remaja; serta pengenalan tentang tasawuf.
c. Aspek akhlak tercela meliputi: riya, aniaya dan diskriminasi, perbuatan
dosa besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengonsumsi
narkoba), israf, tabzir, dan fitnah.
d. Aspek adab meliputi: adab kepada orang tua dan guru, adab membesuk
orang sakit, adab berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima
16

tamu, melakukan takziyah, adab bergaul dengan orang yang sebaya, yang
lebih tua yang lebih muda dan lawan jenis, Adab membaca Al-Qur’an dan
berdoa.
e. Aspek Kisah meliputi: Kisah kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf a.s.,
Ulul Azmi, Kisah Sahabat dan Tokoh Fatimatuzzahrah, Abdurrahman bin
Auf, Abu Dzar al-Ghifari, Uwais al-Qarni, Imam al-Ghazali, Ibnu Sina,
Ibn Rusyd dan Muhammad Iqbal

4.Materi Akidah Akhlak Kelas XII Madrasah Aliyah

Adapun Materi Akidah Akhlak Kelas XII Madrasah Aliyah adalah sebagai
berikut:

a. Bab 1 yaitu Nilai-Nilai Mulia Al-Asma Al-Husna, membahas tentang Al-


Gaffar, Al-Rozzaq, Al-Malik, Al-Hasib, Al-Hadi, Al-Khaliq, dan Al-
Hakim
b. Bab 2 yaitu Membiasakan Akhlak Terpuji, membahas tentang Amal
Shalih, Toleransi, Musawah, dan Ukhuwah.
c. Bab 3 yaitu Menghindari Akhlak Tercela, membahas tentang Nifaq dan
Keras Hati.
d. Bab 4, yaitu Membiasakan Adab Pergaulan Dalam Islam, membahas
tentang Adab bergaul dengan teman sebaya, Adab bergaul dengan yang
lebih tua, Adab bergaul dengan yang lebih muda, dan Adab bergaul
dengan lawan jenis
e. Bab 5, yaitu Meneladani Akhlak Utama Orang-Orang Shalih, membahas
tentang Al-Ghazali dan Ibnu Sina.
f. Bab 6, yaitu Membiasakan Akhlak Terpuji, membahas tentang
Kompetensi dalam Kebaikan, Optimis, Dinamis, Inovatif, dan Kreatif.
g. Bab 7, yaitu Menghindari Akhlak Tercela, membahas tentang Fitnah,
Namimah dan Ghadab.
h. Bab 8, yaitu Membiasakan Adab Membaca Al-Qur’an dan Do’a,
membahas tentang Adab Membaca Al-Qur’an dan Adab Berdo’a.
i. Bab 9, yaitu Meneladani Akhlak Utama Orang-Orang Shalih, membahas
tentang Ibnu Rusyd dan Muh. Iqbal.

Sedangkan materi akidah akhlak kelas XII Madrasah Aliyah yang akan
direlevansikan penulis nanti adalah sebagai berikut:

A. Al-Asma Al-Husna

1. Al-Hasib
17

Al-Hasib secara etimologi berasal dari kata hasiba dengan tiga


huruf Arab ha, sin dan ba. Setidaknya terdapat empat kata dalam bahasa
Arab, yaitu menghitung, mencukupkan, bantal kecil dan penyakit yang
menimpa kulit shingga kulit menjadi putih. Hanya saja makna ketiga dan
keempat dari kata al-Hasib tidak mungkin dilekatkan kepada Allah Swt.
Dalam al Quran kata al-Hasib disebutkan empat kali. Tiga terkait dengan
Allah Swt dan satu terkait dengan manusia. Dua ayat yang terkait dengan
Allah Swt dapat diartikan dengan Dzat yang memberi kecukupan.
Imam al-Ghazali mengartikan al-Hasib dengan Dia yang
mencukupi siapa saja yang mengandalkan diri-Nya. Sifat ini hanya milik
Allah karena tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang dapat
mencukupi kebutuhan orang lain. Menurut al-Ghazali rezeki yang
diberikan oleh Allah Swt kepada bayi sesungguhnya karena AlHasibnya
Allah Swt. Allah-lah yang mencukupi kebutuhan bayi dengan
menciptakan ibu yang menyusui, air susunya dan insting serta keinginan
untuk menyusui.
Seseorang yang memaknai al-Hasib sebagai Dzat yang memberi
kecukupan, maka ia akan nyaman dan tentram. Ia tidak akan terganggu
oleh bujuk rayu setan lalu menjadi sekutunya dan ia tidak akan sedih saat
harus kehilangan sesuatu, baik berupa materi atau kesmpatan karena ia
yakin dirinya sudah merasa cukup dengan adanya Allah Swt.
2. Al-Khaliq
Al-Khaliq secara etimologi berasal dari kata khalq atau khalaqa
yang berarti mengukur atau menghapus. Kemudian makna ini
berkembang dengan arti menciptakan dari tiada, menciptakan tanpa suatu
contoh terlebih dahulu, mengatur dan membuat. Kata Al-Khaliq
ditemukan delapan kali di dalam al Qur’an dan merujuk kepada Allah
Swt. Semenatra kata khalq dengan berbagai bentuknya terulang 150 kali
dan secara umum mempertegas kehebatan dan kebesaran Allah Swt dalam
ciptaanNya.
Menurut al-Ghazali meskipun kata Al-Khaliq sama dengan Al-
Bari’ yang berarti pencipta, tetapi keduanya memiliki makna masing-
masing. Al-Khaliq berarti Allah Swt mewujudkan sesuatu dengan ukuran
yang ditetapkan. Sementara Al-Bari’ mewujudkan dari tidak ada menjadi
ada saja. Sedangkan AlMushawwir Dzat yang memberi rupa

B. Akhlaq Bergaul Dengan Teman Sebaya

a. Saling Menghormati
Teman sebaya dimungkinkan dapat berasal dari berbagai kalangan
berbeda agama, tradisi dan kebudayaan dengan perbedaan. Sikap saling
18

menghormati inilah yang harus dimiliki oleh orang yang bergaul. Sikap
saling menghormati berarti menempatkan hak dan kewajiban secara
seimbang. Menempatkan persamaan hak dan kewajiban secara seimbang
sangat dianjurkan oleh Islam. Hal tersebut dilakukan sebagai perwujudan
ukhuwah insaniah.

Sikap saling menghormati juga dapat dilakukan pada perintah


untuk bersikap toleran terhadap teman sebaya yang tidak seagama.
Perintah Al-Quran dalam rangka saling menghormati keyakinan beragama
terdapat dalam al-Qur’an Allah Swt berfirman: Untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku. (QS. Al-Kafirun (109).
b. Tolong-Menolong
Tolong-menolong merupakan bagian dari ajaran Islam yang
dianjurkan. Tolong-menolong yang dimaksud di sini adalah tentu saja
tolong-menolong dalam hal kebajikan. Oleh karena itu ketika seorang
teman memiliki hajat ataupun kegiatan yang membutuhkan pertolongan,
maka diusahakan untuk menolongnya. Dari sini kelak akan timbul
keharmonisan dalam berteman.(Muhammad Reza, 2016, Hlm. 10)
c. Cinta dan Kasih Sayang
Cinta berarti perasaan kasih sayang yang besar. Sementara kasih
sayang terdiri dari dua kata, kasih dan sayang. Kasih sebenarnya berasal
dari rasa belas kasih seperti Allah Swt mengasihi manusia karena
kelemahan dan memang perlu diberi belas kasih. Rasa kasih biasanya
menjadi awal munculnya rasa sayang. Sementara rasa sayang itu sendiri
merupakan perasaan ingin saling menjaga dan membuat bahagia siapapun
yang disayangi.Kasih sayang antara teman atau anggota masyarakat sangat
penting. Kasih sayang akan melahirkan kekuatan yang besar. Kasih sayang
akan menciptakan masyarakat yang rukun, solid dan kompak dan akan
melahirkan kepekaan sosial yang kuat, bahkan seseorang yang
menyayangi temannya dengan tulus akan melahirkan persaudaraan yang
hakiki.
Pergaulan dengan teman sebaya termasuk dengan siapa pun harus
dilandasi oleh rasa kasih sayang dan keikhlasan. Allah Swt tidak akan
menyayangi seseorang jika ia tidak menyayangi sesamaya. Rasulullah Saw
bersabda: “Barangsiapa yang tidak menyayangi sesama manusia, niscaya
tidak akan disayangi oleh Allah”. (HR. Bukhari Muslim). Ketika seorang
teman mendapat ancaman atau serangan dari pihak lain misalnya, wajib
bagi kita memberikan perlindungan dengan catatan ia berada pada pihak
yang benar.
19

d. Saling Menasehati
Bergaul dengan teman sebaya terkadang tidak selalu berjalan
mulus. Mungkin saja terjadi hal-hal yang tidak diharapkan seperti terjadi
salah pengertian atau bahkan ada teman yang membatasi diri terhadap kita
atau bahkan sering membuat ulah dan masalah. Menghadapi persoalan
seperti ini , hendaklah kita harus bijak. Ketika ada teman yang berselisih
atau bertengkar ataupun melakukan perbuatan yang tidak baik terhadap
teman-teman yang lain maka kita wajib menasehatinya. Kepada teman
yang berbuat salah hendaklah segera meminta maaf dari kesalahannya.
Begitu juga apabila kita berbuat salah atau kekeliruan, hendaklah kita
segera meminta maaf, baik disengaja maupun tidak disengaja, jangan
sampai menunda-nunda dalam meminta maaf.(Muhammad Reza, 2016:11-
12)

C.Larangan Dalam Bergaul Dengan Teman Sebaya

1. Bermusuhan

Bermusuhan artinya tidak ramah atau tidak bersahabat. Oleh


karena itu bermusuhan berarti tindakan tidak bersahabat atau tidak ramah
terhadap sesama. Agama Islam melarang bermusuhan, apalagi dalam
waktu yang cukup lama. Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah halal bagi
seorang muslim mendiamkan (tidak mengajak bicara) saudaranya yang
muslim lebih dari tiga hari. Jika keduanya bertemu, lalu ingin
memalingkan muka, dan yang lain pun demikian juga. Dan yang paling
baik di antara keduanya adalah yang terlebili dahulu mengucapkan salam”.
(HR. Bukhari Muslim).

Tawuran antar pemuda dan pelajar yang kerap terjadi sudah


menjadi budaya dan trend yang salah di kalangan remaja. Tawuran dapat
menyebabkan perpecahan di kalangan para pelajar dan dapat
mengakibatkan korban harta dan jiwa. Seorang muslim dilarang saling
membenci. Sebab Allah Swt telah menjadikan mereka teman dan saudara
yang saling menyayangi, bukan saling membenci.

2. Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas merupakan salah satu akhlak madzmumah
(tercela). Bebas di sini berarti telah melewati norma-norma yang ada, baik
norma agama maupun norma sosial. Pergaulan bebas yang dimaksud
adalah berbaurnya kaum lelaki dan perempuan yang bukan muhrim di
20

suatu tempat di mana mereka dapat saling memandang, memberi isyarat,


berbicara, bahkan saling bersentuhan dan berlanjut kepada perbuatan
negatif yang diharamkan. Pergaulan bebas juga mengakibatkan
berkembangnya kebiasaan negatif, seperti berpacaran. Kebiasaan ini
banyak terjadi pada remaja dan umumnya mereka tidak mampu
mengendalikan hawa nafsu. Perilaku seperti ini bisa terjadi karena budaya
menonton film-film yang tidak mendidik yang berasal dari teman sebaya.

Untuk menghindari pergaulan bebas ini tentu dengan mencari


teman sebaya yang shaleh. Sebagai pemuda janganlah anda berkata: ”Saya
tidak akan terpengaruh oleh teman sebaya saya. Saya hanya sekedar
bergaul dan tidak akan mengikuti ucapan dan model pergaulannya yang
bebas itu”. Ungkapan di atas adalah ungkapan yang keliru karena alQuran
telah menyatakan pengaruh buruk teman serta nabi juga telah bersabda
bahwa perilaku teman sangat berpengaruh sekali.

3. Melanggar Norma-Norma
Pergaulan yang tidak beretika terkadang dapat melanggar norma
terutama norma agama. Melanggar norma agama berrati melakukan
perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan dalam agama..
Sedangkan norma masyarakat dan Negara adalah segala peraturan, baik
tertulis maupun tidak tertullis yang ada dalam masyarakat atau Negara.

D.Adab Bergaul Dengan Orang Yang Lebih Tua

Islam telah menganjurkan pemeluknya untuk menghormati orang yang


lebih tua dan menyayangi sosok yang lebih muda. Dalam kamus bahasa Indonesia
orang yang lebih tua yaitu orang yang dipandang tua atau berpengalaman seperti
orang tua, para pemimpin dan para penasihat. Orangtua misalnya memiliki peran
yang sangat penting dalam membesarkan anaknya. Orangtua adalah orang yang
bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam
kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu. Orang tua memiliki
kedudukan yang sangat mulia sehingga Allah memerintahkan kita untuk berbakti
kepada keduanya Allah Swt berfirman : “Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu”. (QS. Luqman (31): 14).
21

Selain orang tua yang melahirkan sebagai orang yang dituakan, guru juga
termasuk orang yang dituakan. Oleh karena itu menghormati guru dan mematuhi
nasehat-nasehatnya adalah kewajiban bagi kita. Guru merupakan pengganti orang
tua di rumah. Ia telah menanamkan saran dan nasehatnya kepada kita. Oleh karena
itu melaksanakan perintahnya yang tidak bertentangan dengan al Quran dan hadits
merupakan kewajiban bagi kita. Sebagai seorang murid menghormati guru dengan
menerima pengajarannya secara ikhlas dan dengan hati gembira.

E.Tata Cara Bergaul Dengan Orang Yang Lebih Muda

1. Memberi Nasehat Dengan Bijak


Kalangan muda khususnya remaja dan pemuda adalah masa panca
roba. Masa muda mempunyai posisi yang sangat penting. Para pemuda
dituntut untuk memberikan sumbangsihnya dalam membangun kemajuan.
Bersamaan dengan itu, masa muda juga merupakan masa yang penuh
dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Para remaja dan
pemuda pemuda sangat membutuhkan nasehat dan orangorang yang lebih
tua harus memberikan nasehat kepada mereka agar hendaknya menjadikan
diri mereka mempunyai waktu untuk melakukan penyucian jiwa dengan
harapan mereka terjaga dari maksiat. misalnya dengan rajin beribadah,
mempelajari ilmu dan berpuasa sunnah.
2. Mempererat Persaudaraan
Orang yang lebih tua harus mencintai saudaranya yang lebih muda
karena Allah akan memandang bahwa dirinya merupakan bagian integral
dari suatu masyarakat yang harus membangun suatu tatanan untuk
kebahagiaan bersama. Apapun yang dirasakan oleh saudaranya, baik
kebahagiaan maupun kesengsaraan akan dianggap sebagai kebahagiaan
dan kesengsaraannya juga. Dengan demikian akan terjadi keharmonisan
hubungan antar individu yang akan memperkokoh persatuan dan kesatuan
masyarakat.
Masyarakat seperti ini pernah terjadi di masa Rasulullah Saw.
Saaat itu Kaum Anshar dengan tulus ikhlas menolong dan merasakan
penderitaan yang dialami oleh kaum Muhajirin. Perasaan seperti itu sama
sekali tidak terkait dengan keterkaitan daerah atau keluarga, tetapi
didasarkan pada keimanan yang teguh.
3. Memberi Perhatian dan Kasih Sayang
Orang yang lebih muda usianya membutuhkan perhatian orang
yang lebih tua. Oleh karena itu hendaknya orang yang lebih tua
menampakkan perhatian yang lebih besar kepada mereka yang muda.
Seorang anak atau pemuda bisa berprilaku nakal, karena mau mendapat
perhatian orang dewasa. Mereka membutuhkan diri untuk diperhatikan, di
22

antara caranya adalah dengan mencari informasi latar belakang mengapa


mereka berperilaku demikian dan menunjukkan sikap secara langsung
berupa kasih sayang dengan bergaul.
Perhatian dan kasih sayang ini dapat dilakukan dengan komunikasi
yang baik. Karena pada hakekatnya anak-anak, remaja dan pemuda ingin
dihargai, didengar dan diperhatikan keluhan-keluhan mereka. Dalam hal
ini tentunya diperlukan sosok yang tua yang dapat bersikap tegas, tetapi
dapat akrab dengan mereka. Di sini orang yang lebih tua harus bisa
bersikap sebagai orang tua, guru sekaligus kawan bagi mereka.Dalam
mendidik anak harus dilakukan dengan cara yang masuk akal, dapat
menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk, melakukan
pendekatan persuasif dan memberikan perhatian yang cukup. Hal ini
dilakukan karena anak, remaja dan pemuda sekarang semakin kritis dan
memiliki wawasan yang luas yang diakibatkan oleh informasi dan proses
globalisasi.

F.Akhlak Terpuji

1. Amal Shalih
Secara istilah amal shalih adalah perbuatan bersungguhsungguh
dalam menjalankan ibadah atau menunaikan kewajiban agama yang
dilakukan dalam bentuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau
sesama manusia. Amal shalih adalah setiap pekerjaan yang baik,
bermanfaat dan patut dikerjakan, baik 40 pekerjaan yang bersifat ubudiyah
(seperti; sholat, puasa, zakat, haji dan lain-lain) atau pekerjaan yang
bersifat sosial (seperti; menolong orang lain, menyantuni anak yatim,
peduli pada sesama dan lain-lain). Amal shalih penting untuk dilakukan
oleh setiap muslim.
Allah Swt berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih,
baik lakilaki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).
Selain itu orang yang melakukan amal shalih dijamin mendapatkan
surga oleh Allah Swt. Allah Swt berfirman: Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah Sebaik-baik
makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang
23

mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya


selamalamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha
kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Tuhannya. (QS. Al-Bayyinah (98): 7-8).
2. Ukhuwah
Ukhuwah dalam kamus bahasa Indonesia berarti persaudaraan.
Secara umum ukhuwah adalah persaudaraan, kerukunan, persatuan dan
solidaritas yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Persaudaraan
yang dilakukan oleh umat Islam diistilahkan dengan istilah ukhuwah
islamiyah yang berarti persaudaraan yang didasarkan pada agama Islam.
Dengan demikian ukhuwah islamiyah merupakan bentuk persaudaraan
yang lintas wilayah dan kebangsaan. Jadi siapapun orangnya dan dari
mana saja asalnya selagi ia seorang muslim, maka ia adalah bersaudara.
3. Kompetisi Dalam Kebaikan
Kompetisi Dalam Kebaikan (fastabiq al-khairat) secara secara
etimologi berarti berlomba-lomba dalam kebaikan. Anjuran ini tertuju baik
bagi laki-laki maupun perempuan. Manusia diperintahkan untuk berlomba
dalam berbuat kebajikan, baik kepada manusia atau alam sekitarnya.
Misalnya dengan menolong sesama, menyingkirkan sesuatu yang
membahayakan di jalan, mengikuti olimpiade mata pelajaran tertentu dan
sebagainya.
Islam memberi motivasi kepada pemeluknya untuk
mengedepankan berbuat kebaikan dengan penuh antusias disebabkan
antara lain:
a. Melakukan dan menyebarkan kebaikan adalah tugas pokok setiap
insan.
Tanpa kebaikan Allah, maka manusia di muka bumi ini bisa
dipastikan telah musnah sejak ratusan tahun yang silam. Kata fastabiqu
memberi kesan perintah berlomba-lomba agar tidak didahulukan oleh
orang lain. Oleh karena itu ia harus bergerak cepat dan bersegera untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam perlombaan ada tenaga ekstra yang
digunakan, segala kemampuan dikerahkan sehingga cita-cita yang
diinginkan bisa diraih. Nabi saw bersabda : “Dari Abu Hurairah ra.
bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Bersegeralah kamu sekalian
untuk melakukan amal-amal yang shalih, karena akan terjadi suatu
bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita dimana ada
seseorang pada waktu pagi ia beriman tapi pada waktu sore ia kafir,
pada waktu sore ia beriman tapi pada waktu pagi ia kafir, ia rela
menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia. (H.R. Muslim).
b. Usia manusia terbatas.
24

Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan ia akan meninggal


dunia. Oleh karena itu seorang hamba Allah agar segera melakukan
kebaikan. Jika ia tidak melaksanakannnya, maka ia akan menjadi
orang yang paling sengsara dan hal tersebut tidak hanya terjadi di
dunia saja melainkan juga akhirat
4. Kreatif
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kreatif berarti memiliki daya
cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan. kreatif adalah
menemukan, menggabungkan, membangun, mengarang, mendesain,
merancang, mengubah ataupun menambah. Oleh karena itu kreatif sering
digambarkan dengan kemampuan berfikir kritis dan banyak ide serta
gagasan. Orang kreatif adalah orang yang melihat sesuatu yang sama,
tetapi dengan cara pandang yang berbeda. Selain itu orang kreatif adalah
orang yang memiliki kemampuan menggabungkan sesuatu yang belum
pernah tergabung sebelumnya. Kreatif juga bisa berarti kemampuan
menemukan atau mendapatkan ide dan pemecahan masalah baru.
Dalam perspektif Islam kreatif dapat diartikan sebagai kesadaran
keimanan seseorang, untuk menggunakan keseluruhan daya dan
kemampuan diri yang dimiliki sebagai wujud syukur akan nikmat Allah
guna menjadikan atau menghasilkan sesuatu yang terbaik dan bermanfat
bagi kehidupan sebagai wujud pengabdian yang tulus kehadirat Allah.

Ada beberapa nilai positif dari kreatif, diantaranya yaitu sebagai berikut:
a) Beretos Kerja Tinggi
Adanya etos kerja yang kuat memerlukan kesadaran pada orang
bersangkutan tentang kaitan bekerja dengan pandangan hidupnya yang
lebih menyeluruh. Etos kerja dalam Islam adalah hasil suatu
kepercayaan seorang Muslim bahwa bekerja mempunyai kaitan
dengan tujuan hidupnya, yaitu memperoleh ridha dari Allah SWT.
Berkaitan dengan ini penting untuk ditegaskan bahwa pada dasarnya,
Islam adalah agama amal atau kerja. Inti ajarannya ialah bahwa hamba
Alalh akan mendekati dan berusaha memperoleh ridha Allah melalui
bekerja atau amal shalih serta dengan memurnikan sikap penyembahan
hanya kepada-Nya.
b) Berhasil Karya
Dalam Islam beramal atau bekerja itu juga harus dilakukan dalam
bentuk shalih sehingga dikatakan amal shalih, yang secara harfiah
berarti sesuai, yaitu sesuai dengan standar mutu. Berorientasi kepada
mutu dan hasil yang baik.
25

c) Tidak Mudah Putus Asa


Seseorang yang kreatif tidak akan menyerah sebelum
kemampuannya berakhir. Ia akan terus berupaya dan berusaha sekuat
tenaga mencapai cita-citanya awalaupun ia harus menghadapi
tantangan dan hambatan. Dalam perjalanannya pasti ia akan menemui
cemoohan orang-orang yang iri kepadanya tetapi ia hanya menanggapi
dengan tenang dan tidak putus asa. Sikap percaya diri dan tidak putus
asa yang dilandaskan pada iman, menyebabkan segala bentuk tekanan
tidak dijadikan sebagai kendala, tetapi sebuah tantangan yang akan
membentuk kepribadian dirinya menjadi lebih cemerlang. Sebaliknya
orang yang memiliki sikap tidak percaya diri, putus asa, dan pesimis
adalah termasuk orangorang yang putus harapan, fasik dan sesat, serta
kufur

G.Akhlak Tercela

1. Fitnah
Kata fitnah yang dimaksudkan di sini tentu saja maksudnya adalah
perkataan (tanpa dasar) yang dilancarkan untuk menjatuhkan atau
merendahkan martabat seseorang. Fitnah berintikan kebohongan yang
diciptakan untuk membunuh karakter (character assassination) seseorang
karena ada sebabsebab tertentu.

2. Namimah
Menurut al-Ghazali sesungguhnya namimah bersifat luas yaitu
dengan mengungkap sesuatu yang sesungguhnya tidak seharusnya
diungkap sehingga menimbulkan percekcokan di antara pihak-pihak yang
ada melalui ucapan, tulisan, perbuatan atau isyarat. Oleh karena itu bagi
seorang muslim sebaiknya merahasiakan segala sesuatu yang ia lihat dari
diri saudaranya kecuali apabila menceritakannya mengandung manfaat
atau dalam rangka menolak perbuatan maksiat seperti ketika seseorang
melihat si A mengambil harta si B, maka ia cukup menjadi saksi saja dan
menjaga hak si A. Namimah atau mengadu domba haram hukumnya
berdasarkan al Qur’an dan hadits nabi.
3. Ghibah
Secara terminology ghibah berarti mengemukakan atau
membicarakan perihal orang lain yang apabila orang lain tersebut
mendengarnya, maka ia tidak menyukainya. Ghibah dapat mencakup hal
fisik seperti mengemukakan seseorang kurus, hitam, dekil dan bentuk fisik
lainnya. Bisa juga terkait keturunan misalnya mengemukakan tentang
26

seseorang anak haram, anak pelacur atau anak orang miskin. Begitu pula
yang terkait dengan prilakunya misalnya pembohong, penipu dan sifat
buruk lainnya. Syaikh Jamaluddin al-Qasimi mengemukakan sesuatu dapat
dikatakan ghibah ketika ia berupa pengungkapan tentang seseorang yang
bersifat mengejek.

E. Studi Relevan

Dari penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa penelitian


(skripsi) yang memiliki kesamaan obyek penelitian, namun memiliki fokus
penelitian yang berbeda. Berikut beberapa hasil penelitian tersebut:

1. Skripsi dari Insiani, Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam


Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2014 yang berjudul"Pendidikan
Karakter Dalam Hadits (Studi terhadap Kumpulan Hadits dalam Kitab Al-
Jami’ Bulughul Maram)." Penelitian ini berfokus pada nilai-nilai karakter
dan pendidikan karakter menurut kitab Al Jami’ Bulughul Maram.
Persamaan dengan skripsi dari Insiani, obyek penelitiannya sama sama
menggunakan kitab Bulughul Maram.
Sedangkan perbedaannya, adalah jika dalam penelitian Insiani
berfokus pada nilai-nilai karakter dan pendidikan karakter menurut kitab
al-jami' Bulughul Maram. Sedangkan, dalam penelitian yang akan
dilakukan penelitian adalah berfokus pada nilai pendidikan Akhlak dalam
27

bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram dan relevansinya dengan
materi akidah akhlak kelas XII Madrasah Aliyah.
2. Skripsi dari Hanif Zulaiha, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam
(Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
tahun 2018 yang berjudul"Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Hadis
Dan Relevansinya Terhadap Akhlak Anak Masa Kini (Studi Analisis
Hadis tentang Mendoakan Orang Bersin, Makan dengan Tangan Kanan
dan Ghibah dalam Kitab Bulugh Al-Maram)". Penelitian ini berfokus pada
nilai-pendidikan akhlak dalam hadis tentang bersin, makan dengan tangan
kanan, dan ghibah dalam kitab Bulughul Maram dan relevansinya terhadap
akhlak masa kini.
Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan
skripsi Hanif Zulaiha adalah obyek penelitiannya sama-sama
menggunakan kitab Bulughul Maram. Sedangkan perbedaannya adalah
jika dalam penelitian Hanif Zulaiha berfokus pada nilai-nilai pendidikan
akhlak dalam hadis tentang bersin, makan dengan tangan kanan, dan
ghibah dalam kitab Bulughul Maram dan relevansinya terhadap akhlak
masa kini. Sedangkan, dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti
adalah berfokus pada nilai pendidikan Akhlak dalam bab al-birr was shilah
kitab Bulughul Maram dan relevansinya dengan materi akidah akhlak
kelas XII Madrasah Aliyah.
3. Skripsi dari Muhammad Hotib, Mahasiswa Jurusan Tarjamah Fakuktas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006 yang
berjudul"Analisis Diksi Terjemahan Buku Bulughul Maram pada Bab
Riba "Versi A. Hassan". Penelitian ini berfokus pada analisis diksi hasil
terjemahan bab "Riba" pada buku tersebut, yang berkaitan dengan
keserasian kata dengan konteks kalimat.

Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan


skripsi Muhammad Hotib adalah obyek penelitiannya sama-sama
menggunakan buku/kitab Bulughul Maram. Sedangkan perbedaannya,
adalah jika dalam penelitian Muhammad Hotib bsrfokus pada analisis
diksi hasil terjemahan bab "Riba" pada buku tersebut, yang berkaitan
dengan keserasian kata dengan konteks kalimat. Sedangkan, dalam
penelitian yang akan dilakukan penelitian adalah berfokus pada nilai
pendidikan Akhlak dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram
dan relevansinya dengan materi akidah akhlak kelas XII Madrasah Aliyah.

4. Skripsi dari Sarifah, Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas
Ushuluddin Adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri Salatiga
tahun 2020 yang berjudul "Nilai-Nilai Edukasi dalam As-Siyaqun Nahyi
28

(Analisis Ilmu Ma'ani Terhadap Bab Jami'ul Adab dari Bulughul Maram)".
Penelitian ini berfokus pada bab Jami’ fil Adab dalam kitab Bulughul
Maram yakni Nilai-Nilai Edukasi dalam As-Siyaqun Nahyi dan Analisis
Ilmu Ma'ani pada bab tersebut.
Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan
skripsi Sarifah adalah obyek penelitiannya sama-sama menggunakan kitab
Bulughul Maram. Sedangkan perbedaannya adalah jika dalam penelitian
Sarifah berfokus pada bab Jami’ fil Adab dalam kitab Bulughul Maram
yakni Nilai-Nilai Edukasi dalam As-Siyaqun Nahyi dan Analisis Ilmu
Ma'ani pada bab tersebut. Sedangkan, dalam penelitian yang akan
dilakukan peneliti adalah berfokus pada pendidikan Akhlak dalam bab al-
birr was shilah kitab Bulughul Maram dan relevansinya dengan materi
akidah akhlak kelas XII Madrasah Aliyah.
5. Skripsi dari Heri Nurdiansyah, Mahasiswa Jurusan Ilmu Hadis Fakuktas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung tahun
2019 yang berjudul "Studi Kritis atas Pemahaman A Hasan Terhadap
Hadis Waqaf dalam Kitab Bulughul Maram Min Adilatil Ahkam".
Penelitian ini berfokus pada tentang bagai mana ia memberikan tanggapan
(syarh) serta sikap kontekstualis nya dalam memberikan pemahaman
dalam bab waqaf.
Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan
skripsi Heri Nurdiansyah adalah obyek penelitiannya sama-sama
menggunakan kitab Bulughul Maram. Sedangkan perbedaannya adalah
jika dalam penelitian Heri Nurdiansyah berfokus pada Studi Kritis atas
Pemahaman A Hasan Terhadap Hadis Waqaf dalam Kitab Bulughul
Maram Min Adilatil Ahkam tentang bagaimana ia memberikan tanggapan
(syarh) serta sikap kontekstualisnya dalam memberikan pemahaman dalam
bab waqaf. Sedangkan, dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti
adalah berfokus pada nilai pendidikan Akhlak dalam bab al-birr was shilah
kitab Bulughul Maram dan relevansinya dengan materi akidah akhlak
kelas XII Madrasah Aliyah.
Dilihat dari persamaan dan perbedaan penelitian diatas, penelitian
ini layak diteliti karena penelitian tentang Pendidikan Akhlaq dalam Kitab
Bulughul Maram Pada Bab Al-Birr Wal-washilah Karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani dan Relevansinya Dengan Materi Akidah akhlak Kelas XII
Madrasah Aliyah belum pernah diteliti sebelumnya.
29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif, yakni untuk


mendeskripsikan atau menggambarkan objek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.Penulis berusaha
memahami Pendidikan Akhlaq dalam bab albirr was shilah kitab Bulughul Maram
karya Ibnu Hajar Al-Asqalani. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian library
research (penelitian kepustakaan). Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang
dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku,
catatan, maupun laporan hasil penelitian dari peneliti terdahulu.Penelitian
perpustakaan merupakan penelitian yang sebagian besar prosesnya dilakukan di
perpustakaan dengan cara mengkaji/menganalisis data yang tersedia dalam bentuk
dokumen/arsip.(Sugeng Pujileksono, 2016, Hlm. 17).

Penelitian kajian pustaka adalah telah yang dilaksanakan untuk


memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaah kritis
dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Telaah pustaka
semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi
dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau
untuk keperluan baru. Dalam hal ini bahan-bahan pustaka itu diperlakukan
sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran atau gagasan baru, sebagai bahan
dasar untuk melakukan deduksi dari pengetahuan yang telah ada, sehingga
kerangka teori baru dapat dikembangkan atau sebagai dasar pemecahan
masalah.(Martono, 2020: 15).

Data-data yang terkumpul melalui sumber literartur dengan rujukan


utamanya kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar AlAsqalani yang ditunjang
dengan buku sekunder yang ada kaitannya dengan pembahasan tersebut kemudian
ditelaah secara kritis dan mendalam.

B. Data Dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini didapat dari pesan-pesan tentang pendidikan


akhlaq dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-
Atsqolani. Penelitian ini menggunakan sumber data kepustakaan yang digunakan
sebagai bahan kajian. Sumber pustaka untuk bahan kajian library research dapat
berupa jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks,

30
makalah, laporan seminar, diskusi ilmiah, atau terbitan-terbitan resmi pemerintah
atau lembaga lain.

Sumber data dalam penelitianini diperoleh dari beberapa bahan pustaka


yang dibagi menjadi dua yakni sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data pada penelitian yang akan dilakukan oleh Penulis digunakan untuk
mengkaji lebih mendalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram karya
Ibnu Hajar Al-Atsqolani dan kemudian akan menganalisis Pendidikan Akhlak
yang terkandung dalam bab tersebut dan nantinya akan direlevansikan dengan
pendidikan materi akidah akhlak kelas XII Madrasah Aliyah sehingga menjadi
penelitian yang baru.(Ibid., 49)

Sumber data yang dijadikan bahan-bahan dalam kajian ini merupakan


sumber data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan yang dikategorikan
sebagai berikut:

a.Sumber Data Primer

Sumber Data Primer Merupakan sumber data pokok yang berkaitan dan
diperoleh langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini sumber primernya
adalah Kitab Bulughul Maram Karya Ibnu Hajar AlAtsqolani

b.Sumber Data Sekunder

Sumber Data Sekunder Merupakan data yang digunakan untuk pelengkap


data primer, dan juga sebagai penunjang penelaah data-data yang dihimpun dan
sebagai pembanding data primer.

C.Teknik Pegumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam


penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang diterapkan. Teknik pengumpulan data yang
dipakai dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang didapatkan dari dokumen, yakni mencari, mengumpulkan
data dan buku yang menjadi sumber data primer dan sekunder, adapun data-data
yang dikumpulkan dapat berupa catatan, buku-buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat dan sebagainya.(Andi Prastowo, 2014, Hlm. 208)

Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dokumentasi


merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama. Dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data-data yang penting dalam bab albirr was shilah kitab
Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-Atsqolani. Dokumentasi dalam penelitian
yang akan dilakukan juga sebagai sumber kajian dalam menganalisis kandungan
Pendidikan Akhlaq dalam bab tersebut dan nantinya juga digunakan untuk
merelevansikan dengan materi akidah akhlak kelas XII Madrasah Aliyah.

D.Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian library research ini merupakan proses


mencari dan menyusun secara sistematis data yang didapatkan dari pustaka, baik
yang didapat dari sumber primer maupun sekunder, sehingga dengan mudah bisa
dipahami dan temuannya bisa diinformasikan kepada orang lain.(Tim Penyusun,
2020, Hlm. 106). Dalam penelitian library research analisis data menggunakan
analisis isi. Teknik analisis ini digunakan untuk membuat inferensi yang valid
sehingga dapat diteliti ulang dari data berdasarkan konteksnya. Inferensi dalam
analisis ini bersifat kontekstual. Analisis isi adalah metode yang digunakan untuk
menganalisis komunikasi dan mempelajarinya secara sistematis, objektif, dan
kuantitatif terhadap pesan yang terlihat. Analisis isi juga merupakan analisis
ilmiah tentang konten/isi dengan menggunakan seperangkat prosedur untuk
membuat inferensi yang valid dari teks. Sehingga analisis isi adalah suatu teknik
yang digunakan untuk menganalisis dan memahami teks.(Umar Sidiq, 2019,
Hlm.58).

Cara menganalisis isi dokumen adalah dengan memeriksa dokumen secara


sistematik bentuk-bentuk komunikasi yang dituangkan secara tertulis dalam
bentuk dokumen secara objektif. Teknik yang dilakukan secara terus menerus dan
berlangsung secara bersama selama penelitian berlangsung. Aktivitas dalam
analisis Model Miles dan Huberman.

Weber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang


memanfaatkan perangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari
sebuah buku atau dokumen. (Lexi J.Moleong, 2002, Hlm. 163) Adapun menurut
Miles dan Huberman ada 3 macam kegiatan analisis data, sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)


Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok,memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu. Dengan kata lain proses reduksi data ini
dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian
untuk menghasilkan catatan-catatan inti dari data yang yang diperoleh dari
hasil penggalian data.
Dengan demikian, tujuan dari reduksi data ini adalah untuk
menyederhanakan data yang diperoleh selama penggalian data di
lapangan. Dalam mereduksi data, setiap penelitian akan dipandu oleh
tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah pada
temuan. Sehingga, apabila peneliti dalam melakukan penelitian
menemukan segala sesuatu yang dianggap asing, tidak dikenal, belum
memiliki pola, maka justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti
dalai melakukan reduksi data untuk dijadikan fokus pengamatan
selanjutnya.
2. Penyajian Data (Data Display)
Menurut Miles dan Huberman bahwa, penyajian data adalah
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan. Langkah ini dilakukan dengan menyajikan
sekumpulan informasi yang tersusun yang member kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan. Hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang
diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif,
sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.
Penelitian data dilakukan untuk dapat melihat gambar keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion)
Kesimpulan atau verifikasi adalah tahapan akhir dalam proses
analisis data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-
data yang telah diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna
data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau
perbedaan. Penarikan kesimpulan bisa dilakukan dengan jalan
membandingkan kesesuaian pernyataan dari subjek penelitian dengna
makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasardalam penelitian
tersebut. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara.
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum
A. Biografi Ibnu Hajar As-Qalani
1. Riwayat Hidup Ibnu Hajar As-qalani

Pada akhir abad kedelapan hijriah dan pertengahan abad


kesembilan hijriah termasuk masa keemasan para ulama dan terbesar bagi
perkembangan madrasah, perpustakaan dan halaqah ilmu, walaupun
terjadi keguncangan sosial politik. Hal ini karena para penguasa dikala itu
memberikan perhatian besar dengan mengembangkan madrasah-
madrasah, perpustakaan dan memotivasi ulama serta mendukung mereka
dengan harta dan jabatan kedudukan. Semua ini menjadi sebab
berlombanya para ulama dalam menyebarkan ilmu dengan pengajaran dan
menulis karya ilmiah dalam beragam bidang keilmuan.

Pada masa demikian ini muncullah seorang ulama besar yang


namanya harum hingga kini Al-Haafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani. Beliau
bernama Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin
Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kannani Al-Asqalani Al-Mishri. (Lihat
Nazhm Al-‘Uqiyaan Fi A’yaan Al-A’yaan, karya As-Suyuthi hal ) Gelar
dan Kunyah Beliau Beliau seorang ulama besar madzhab Syafi’i, digelari
dengan ketua para qadhi, syaikhul islam, hafizh Al-Muthlaq (seorang
hafizh secara mutlak), amirul mukminin dalam bidang hadist dan dijuluki
syihabuddin dengan nama pangilan (kunyah-nya) adalah Abu Al-Fadhl.
Beliau juga dikenal dengan nama Abul Hasan Ali dan lebih terkenal
dengan nama Ibnu Hajar Nuruddin Asy-Syafi’i. Guru beliau,
Burhanuddin Ibrahim Al-Abnasi memberinya nama At-Taufiq dan sang
penjaga tahqiq.

Beliau dilahirkan tanggal 12 Sya’ban tahun 773 Hijriah dipinggiran


sungai Nil di Mesir kuno. Tempat tersebut dekat dengan Dar An-Nuhas
dekat masjid Al-Jadid. Ibnu Hajar adalah seorang yang mempunyai tinggi
badan sedang berkulit putih, mukanya bercahaya, bentuk tubuhnya indah,
berseri-seri mukanya, lebat jenggotnya, dan berwarna putih serta pendek
kumisnya. Dia adalah seorang yang pendengaran dan penglihatan sehat,
kuat dan utuh giginya, kecil mulutnya, kuat tubuhnya, bercita-cita tinggi,
kurus badannya, fasih lisannya, lirih suaranya, sangat cerdas, pandai,
pintar bersyair dan menjadi pemimpin dimasanya.

34
Ibnu Hajar tumbuh dan besar sebagai anak yatim, ayah beliau
meninggal ketika ia berumur 4 tahun dan ibunya meninggal ketika ia
masih balita. Ayah beliau meninggal pada bulam rajab 777 H. setelah
berhaji dan mengunjungi Baitulmaqdis dan tinggal di dua tempat tersebut.
Waktu itu Ibnu Hajar ikut bersama ayahnya. Setelah ayahnya meninggal
beliau ikut dan diasuh oleh Az-Zaki Al-Kharubi (kakak tertua ibnu Hajar)
sampai sang pengasuh meninggal. Hal itu karena sebelum meninggal, sang
ayah berwasiat kepada anak tertuanya yaitu saudagar kaya bernama Abu
Bakar Muhammad bin Ali bin Ahmad Al-Kharubi (wafat tahun 787 H.)
untuk menanggung dan membantu adik-adiknya. Begitu juga sang ayah
berwasiat kepada syaikh Syamsuddin Ibnu Al-Qaththan (wafat tahun 813
H.) karena kedekatannya dengan Ibnu Hajar kecil.

Ibnu Hajar tumbuh dan besar sebagai anak yatim piatu yang
menjaga iffah (menjaga diri dari dosa), sangat berhati-hati, dan mandiri
dibawah kepengasuhan kedua orang tersebut. Zaakiyuddin Abu Bakar Al-
Kharubi memberikan perhatian yang luar biasa dalam memelihara dan
memperhatikan serta mengajari beliau. Dia selalu membawa Ibnu Hajar
ketika mengunjungi dan tinggal di Makkah hingga ia meninggal dunia
tahun 787 H. Pada usia lima tahun Ibnu Hajar masuk Al-Maktab
(semacam TPA sekarang) untuk menghafal Alquran, di sana ada seorang
guru yang bernama Syamsuddin bin Al-Alaf yang saat itu menjadi
gubernur Mesir dan juga Syamsuddin Al-Athrusy. Akan tetapi, ibnu Hajar
belum berhasil menghafal Alquran sampai beliau diajar oleh seorang ahli
fakih dan pengajar sejati yaitu Shadruddin Muhammad bin Muhammad
bin Abdurrazaq As-Safthi Al Muqri’. Kepada beliau ini lah akhirnya ibnu
Hajar dapat mengkhatamkan hafalan Alqurannya ketika berumur sembilan
tahun.

Ketika Ibnu Hajar berumur 12 tahun ia ditunjuk sebagai imam


shalat Tarawih di Masjidil Haram pada tahun 785 H. Ketika sang
pengasuh berhaji pada tahun 784 H. Ibnu Hajar menyertainya sampai
tahun 786 H. hingga kembali bersama Al-Kharubi ke Mesir. Setelah
kembali ke Mesir pada tahun 786 H. Ibnu Hajar benAr-benar bersungguh-
sungguh dalam menuntut ilmu, hingga ia hafal beberapa kitab-kitab induk
seperti Al-‘Umdah Al-Ahkaam karya Abdulghani Al-Maqdisi, Al-Alfiyah
fi Ulum Al-Hadits karya guru beliau Al-Haafizh Al-Iraqi, Al-Haawi Ash-
Shaghi karya Al-Qazwinir, Mukhtashar ibnu Al-Haajib fi Al-Ushul dan
Mulhatu Al-I’rob serta yang lainnya.
Pertama kali ia diberikan kesenangan meneliti kitab-kitab sejarah
(tarikh) lalu banyak hafal nama-nama perawi dan keadaannya. Kemudian
meneliti bidang sastra Arab dari tahun 792 H. dan menjadi pakar dalam
syair.Kemudian diberi kesenangan menuntut hadits dan dimulai sejak
tahun 793 H. namun beliau belum konsentrasi penuh dalam ilmu ini
kecuali pada tahun 796 H. Diwaktu itulah beliau konsentrasi penuh untuk
mencari hadits dan ilmunya.

Saat ketidakpuasan dengan apa yang didapatkan akhirnya Ibnu


Hajar bertemu dengan Al-Hafizh Al-Iraqi yaitu seorang syaikh besar yang
terkenal sebagai ahli fikih, orang yang paling tahu tentang madzhab
Syafi’i. Disamping itu ia seorang yang sempurna dalam penguasaan tafsir,
hadist dan bahasa Arab. Ibnu Hajar menyertai sang guru selama sepuluh
tahun. Dan dalam sepuluh tahun ini Ibnu Hajar menyelinginya dengan
perjalanan ke Syam dan yang lainnya. Ditangan syaikh inilah Ibnu Hajar
berkembang menjadi seorang ulama sejati dan menjadi orang pertama
yang diberi izin Al-Iraqi untuk mengajarkan hadits. Sang guru
memberikan gelar Ibnu Hajar dengan Al-Hafizh dan sangat
dimuliakannya.

Adapun setelah sang guru meninggal dia belajar dengan guru


kedua yaitu Nuruddin Al-Haitsami, ada juga guru lain beliau yaitu Imam
Muhibbuddin Muhammad bin Yahya bin Al-Wahdawaih melihat
keseriusan Ibnu Hajar dalam mempelajari hadits, ia memberi saran untuk
perlu juga mempelajari fikih karena orang akan membutuhkan ilmu itu dan
menurut prediksinya ulama didaerah tersebut akan habis sehingga Ibnu
Hajar amat diperlukan.Imam Ibnu Hajar juga melakukan rihlah (perjalanan
tholabul ilmi) ke negeri Syam, Hijaz dan Yaman dan ilmunya matang
dalam usia muda himgga mayoritas ulama dizaman beliau mengizinkan
beliau untuk berfatwa dan mengajar.

Beliau mengajar di Markaz Ilmiah yang banyak diantaranya


mengajar tafsir di Al-madrasah Al-Husainiyah dan Al-Manshuriyah,
mengajar hadits di Madaaris Al-Babrisiyah, Az-Zainiyah dan Asy-
Syaikhuniyah dan lainnya. Membuka majlis Tasmi’ Al-hadits di Al-
Mahmudiyah serta mengajarkan fikih di Al-Muayyudiyah dan selainnya.
Beliau juga memegang masyikhakh (semacam kepala para Syeikh) di Al-
Madrasah Al-Baibrisiyah dan madrasah lainnya (Lihat Ad-Dhau’ Al-
Laami’ 2/39).Pada tahun 786 H Ibnu Hajar belajar Shahih Al-Bukhari di
Mesir kepada Syaikh Abdurrahman bin Razin. Dan pada tahun 802 H ia
mengembara ke Damaskus lalu menemui sebagian sahabat Al-Qasim bin
Asakir dan ulama-ulama besar lainnya.

Ketika menjelang wafat, al-Hafizh al-Iraqi ditanya: Siapa orang


yang paling bagus dalam ilmu hadits setelahmu? Beliau menjawab, "lbnu
Hajar kemudian anakku Abu Zur'ah kemudian al-Haitsami." Beliau juga
memuji dan menyanjung lbnu Hajar dengan mengatakan, "Syaikh yang
sangat alim, sempurna, memiliki banyak keutamaan, seorang pakar hadits
yang banyak memberi faidah dan memiliki keagungan serta seorang
penghafal yang sangat kuat, cermat, teliti dan terpercaya dalam
menyampaikan ilmu hadits. " Salah seorang muridnya, al-Baqa'i berkata,
"Beliau adalah syaikhul Islam, figur umat manusia, panji orang-orang
berilmu dan para imam, bintang bagi para pengikutnya para imam, hafizh
pada zamannya, ustadz pada masanya dan pemimpin ulama serta penghulu
para ahli fiqih" Karya ilmiahnya mencapai 150 buah, sebagian besar kitab-
kitab induk (besar), dan diantaranya adalah Bulugh Al-Maram Min
Adillati Al-Ahkam.

Beliau wafat pada tahun 852 Hijriyah dan dimakamkan di Kairo,


Mesir. Berdasarkan hal diatas, penulis menyimpulkan bahwa nilai-nilai
moral adalah sesuatu yang bernilai dan berharga yang berisi norma-norma
atau kaidah-kaidah yang dianggap baik dan buruk oleh manusia dan
makhluk hidup lainnya. Materi akidah akhlak adalah materi yang sangat
penting untuk diajarkan kepada siswa, karena berfungsi sebagai penguat
dasar-dasar keimanan kepada Allah agar siswa bisa menjalankan perntah
agama dan menjauhi larangan dalam beragama dengan lebih baik lagi.

Materi akidah akhlak juga berfungsi sebagai pembentuk dan


pembangun nilai pendidikan Akhlak siswa agar siswa memiliki Akhlaq
yang baik, seperti menghormati guru, belajar dengan sungguh-sungguh,
dan lain-lainnya agar siswa mendapat ilmu berguna dan bermanfaat, yang
nantinya bisa digunakan sebagai bekal agar menjadi pribadi yang memiliki
akhlak yang baik.

Dan ketika manusia sudah memiliki Akhlaq baik, maka ia menjadi


manusia yang berharga, dan bernilai, karena yang membuat kita bernilai
sesungguhnya adalah Akhlaq kita. Oleh karena itu, penting bagi kita
memiliki akhlak yang baik di dalam kehidupan ini. Kitab Bulughul Maram
karya Ibnu Hajar Al-Asaqalani merupakan kitab yang sangat layak untuk
diajarkan kepada siswa hingga masa sekarang, karena kitabnya praktis
dalam memuat hadits-hdits sehingga mudah dipahami, juga dilengkapi
dengan perawi-perawi haditsnya dan juga kualitas haditsnya juga
dijelaskan secara jelas, sehingga tidak menimbulkan salah paham di dalam
kualitas hadits. Pengarangnya Ibnu Hajar Al-Asqalani adalah ulama hadits
yang sangat masyhur dan telah diakui keilmuannya, sehingga tidak ada
keraguan dalam kitab hadits yang dkarangnya.(Alawi, 2010, Hlm. 22).

B. Kitab Bulughul Maram


1. Deskripsi Kitab Bulughul Maram

Kitab Bulugh al-Maram merupakan kitab yang disusun oleh Imam


al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani (773 H - 852 H) ulama ahli hadis dari
Madzhab Syafii yang memiliki banyak karya. Seperti disebutkan oleh
Imam Al-Suyuthi dalam kitabnya Nazham al-Uqyan bahwa, Ibnu Hajar
telah menulis 198 kitab dalam berbagai disiplin keilmuan. Salah satunya
adalah kitab Fathu Al-Bari Syarh Shahih Bukhari, yang mendapat
perhatian dari para ulama dan santri di berbagai negeri di dunia. Tidak
hanya itu, Al-Asqalani juga memiliki lebih dari lima ratus murid. Diantara
murid-muridnya yang sangat terkenal adalah Al-lmam As- Sakhawi, Al-
Biqa'i, Zakariya AlAnshari, Ibnu Qadhi Syuhbah, lbnu Tahgri Bardi, Ibnu
Fahd Al-Makki, dan masih banyak yang lainnya.

Dan diantara keistimewaan kitab Bulugh Al-Maram adalah bahwa


kitab ini merupakan kitab hadits tematik yang memuat hadis-hadis
Rasulullah Saw dan menjadi sumber pengambilan hukum fiqih (istinbath)
oleh para fuqaha` khususnya dari kalangan Madzhab Syafii. Hadis-hadis
yang terdapat di Bulugh al-Maram diambil dari kitab-kitab hadis muktabar
seperti Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, dan lainnya.
Sementara metode yang digunakan dalam susunan kitab ini ialah secara
tematis berdasarkan tema-tema fiqih, yaitu dimulai dari pembahasan
bersuci (Thaharah), shalat, puasa, zakat, haji, muamalah, hingga masalah
adab dan akhlak

Keistimewaan lain dari kitab Bulughul Maram ini antara lain adalah:

a. Muallif kitab ini (Ibn Hajar al-„Asqalany) menjelaskan martabat


(derajat) haditsberupa shahih, hasan, dan dhoifnya, sehingga para
penuntut ilmu terbantu untuk mencari rujukan dari kitab lain.
b. Jika suatu hadits memiliki riwayat lain yang dapat menjadi
tambahan yang bermanfaat, muallif membawakannya dengan
ringkas dan jelas. Dengan demikian riwayat-riwayat hadits saling
menyempurnakan terhadap suatu masalah
c. Isi hadits pada kitab ini dari hasil seleksi kitab induk yang terkenal,
seperti musnad Imam Ahmad, al-Jami‟ al-Shahih karya imam
Bukhari dan imam Muslim, Kitab Sunan yang empat, serta lainnya.
d. Kebanyakan hadits bersumber dari al-Jami‟ al-Shahih atau salah
satunya, kemudian diikuti dengan riwayat dari kitab Sunan agar
hadits benar-benar shahih dan dapat menjadi landasan serta
referensi terhadap suatu masalah dan selainnya menjadi
penyempurna.
e. Muallif menyebutkan 'illah (cacat) yang ada pada hadits tertentu,
manakala dijumpainya.
f. Jika hadits tersebut memiliki penguat (tabi' atau syahid), beliau
mengisyaratkannya dengan isyarat yang lembut. Dari sini teraihlah
faedah dari sisi al-jam'u (menggabungkan) hadits itu lebih baik
daripada mencelanya.
g. Muallif mengurutkan bab dan hadits sesuai dengan kajian kitab
fiqh, agar memudahkan pembacanya untuk muroja'ah.
h. Muallif menutup kitabnya dengan bab tentang adab yang
merupakan kumpulan dari hadits pilihan yang dinamakan dengan
bab "Jami' fil Adab" agar pembaca dapat mengambil manfaat dari
kitab ini, bukan hanya dari sisi hukum, tetapi juga aspek akhlak

Secara umum Bulughul Maram merupakan karya mengenai hukum yang


terbaik, sebaiknya pencari ilmu menghafal, memahami dan mempehatikan secara
seksama. Pengarang telah memberikan kebebasan penuh agar orang yang
menghafalnya di tengah-tengah sahabatnya menjadi sosok yang cemerlang, dapat
membantu seorang pemula dan para ulama merasa cukup dengannya.

Kitab yang mensyarahi Bulughul Maram ada banyak, diantaranya sebagai berikut:

a. Al-Badr At-Tamam karya Syaikh Al Husein bin Muhmmad Al


Maghribi Ash-Shan’ani, masih berbentuk manuskrip.
b. Subul As-Salam karya syaikh Muhammad bin Ismail Ash-Shan’ani
merupakan ringkasan dari Al Badru At-Tamam. Buku ini beberapa
kali dicetak ulang. Ini adalah Syarah Bulughul Maram yang paling
banyak beredar.
c. Fath Al-Allam karya syaikh Muhammad Shadiq bin Hasan Khan
ringkasan dari Subulus Salam.
d. Syarah As-Sayid Muhammad bin Yusuf Al Ahdal.
e. Syarah Syaikh Ahmad Ad-Dahlawi di mana ia memilihnya dari
Fath Al Bari dan beberapa sumber lainnya.
f. Syarah Syaikh Muhammad bin Al Anshari Al Hanafi, seorang
yang mengabdi kota Madinah, biografinya ada dalam catatan kitab
Kasyf Azh-Zhunun.
g. Syarah Syaikh Muhammad Ali Ahmadin seorang pengajar
penganti dari mesir untuk mengajar di sekolah agama di Arab
Saudi di kota Mekah. Ia masih berbentuk manuskrip.
h. Nail Al Maram syarah Madrasi yang ditulis oleh As-Sayid Alawi
Al Maliki dan Prof. Ibrahim Sulaiman An-Nuri.
i. Basyir Al Karam adalah Hasyiah yang sangat berharga karya,
AsSayid Muhammad Amin Kalbi.
j. Mandzumah Bulugh Al Maram karya Syaikh Muhammad bin
Ismail As-Shan’ani berupa syair-syair sekitar hadits-hadits
Bulughul Maram dan telah dicetak.
k. Taudhihul Ahkam Syarah Bulughul Maram karya syaikh
Abdurrahman Al-Bassam.
l. Ibanatul Ahkam karya 'Alawi 'Abbas al-Maliki, Hasan Sulaiman
al-Nuri.
2. Isi Kitab Bulughul Maram Bab Al- Birr Wal Washilah
Secara umum Kitab Bulughul Maram Terdapat 16 Bab Dimulai
Dari Bab Thaharah, Bab Sholat , Bab Jenazah, Bab Zakat, Bab Shiyam,
Bab Hajji, Bab Jual Beli, Bab Nikah, Bab Urusan Pidana, Bab Hukuman,
Bab Jihad, Bab Makanan, Bab Sumpah dan Nazar, Bab Tentang
Memutuskan Perkara, Bab Tentang Memerdekakan Budak. Dan yang
terakhir Bab Kelengkapan yang nantinya peneliti.
Berikut ini Isi Bab Al-birr Wal-Washilah kitab Bulughul Maram terdapat
14 Hadist :
1. Hadist ke 1217 pada hadist pertama dalam bab Al-birr wal washilah

َ ‫َب أَ ْن يُ ْب‬
‫س َط‬ ‫ّللَا صلى هللا عليه وسلم ( َم ْن أ َ ََح ه‬ ِ ‫سو ُل َ ه‬ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ع َْن أ َ ِبي ه َُري َْرةَ رضي هللا عنه َقال‬
‫ فَ ْل َي ِص ْل َر ِح َمهُ ) أ َ ْخ َر َجهُ ا َ ْلبُ َخ ِاري‬,ِ‫سأ َ لَهُ فِي أَث َ ِره‬
َ ‫ َوأ َ ْن يُ ْن‬,‫علَ ْي ِه فِي ِر ْزقِ ِه‬
َ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu


'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa ingin dilapangkan rizqinya dan
dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menghubungkan tali kekerabatan
(silaturrahim)." Riwayat Bukhari.
2. Hadist ke 1218 pada hadist kedua dalam bab Al-Birr Wal Washilah

ِ ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم ( َال يَ ْد ُخ ُل اَ ْل َجنهةَ َق‬


(‫اطع‬ ُ ‫ َقا َل َر‬:‫َوع َْن ُجبَي ِْر ب ِْن ُم ْط ِعم رضي هللا عنه قَا َل‬
‫سو ُل َ ه‬
‫علَ ْي ِه‬ ِ َ‫يَ ْعنِي ق‬
َ ‫اط َع َر ِحم ُمتهفَق‬
Dari Jubair Ibnu Muth'im Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak akan masuk surga
seorang pemutus, yaitu pemutus tali kekerabatan." Muttafaq Alaihi.

3. Hadist ke 1219 pada hadist ketiga dalam bab Al-Birr Wal Washilah

‫حَر َم‬ ‫ ( إِنه َ ه‬:‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬
‫ّللَاَ ه‬ ‫سو ِل َ ه‬ُ ‫س ِعيد رضي هللا عنه ع َْن َر‬ َ ‫ير ِة ب ِْن‬ َ ‫َوع َْن ا َ ْل ُم ِغ‬
َ‫ َو َكثْ َرةَ اَلسؤَا ِل َوإِضَاعَة‬,‫ َوك َِر َه لَ ُك ْم ِقي َل َوقَا َل‬,‫ت‬ ِ ‫ َو َم ْنعًا َو َها‬,‫ت‬ ْ
ِ ‫ َو َوأ َد ا َ ْلبَنَا‬,‫ت‬ ُ َ ‫عقُو‬
ِ ‫ق ا َ ْْل همهَا‬ ُ ‫علَ ْي ُك ْم‬
َ
‫ع َليْه‬ َ ‫اَ ْل َما ِل ) ُمتهفَق‬

Dari al-Mughirah Ibnu Syu'bah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa


Sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian durhaka
kepada ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menahan dan
menuntut; dan Dia tidak suka kalian banyak bicara, banyak bertanya, dan
menghambur-hamburkan harta." Muttafaq Alaihi.
4. Hadist ke 1219 pada hadist keempat dalam bab Al-Birr Wal Washilah

‫ ( َواَلهذِي نَ ْفسِي بِيَ ِد ِه َال يُؤْ ِم ُن‬:‫َوع َْن أَنَس رضي هللا عنه ع َْن اَلنهبِي ِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬
‫علَ ْي ِه‬ ِ ‫ َما يُ ِحب ِل َن ْف‬-‫ أَ ْو ِْلَ ِخي ِه‬- ‫َار ِه‬
َ ‫س ِه ) ُمتهفَق‬ ‫عبْد َحتهى يُ ِح ه‬
ِ ‫ب ِلج‬ َ

Dari Anas bin Malik radhiallâhu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah (sempurna) iman seseorang
diantara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri". (H.R. Muttafaqun 'Alaih).
5. Hadist ke 1220 pada hadist kelima dalam bab Al-Birr Wal Washilah

َ ُ‫ ( َواَلهذِي َن ْفسِي ِب َي ِد ِه َال يُؤْ ِمن‬:‫َوع َْن أَنَس رضي هللا عنه ع َْن اَل هن ِبي ِ صلى هللا عليه وسلم َقا َل‬
‫عبْد‬
‫علَ ْي ِه‬ ِ ‫ َما يُ ِحب ِلنَ ْف‬-‫ أَ ْو ِْلَ ِخي ِه‬- ‫َار ِه‬
َ ‫س ِه ) ُمتهفَق‬ ‫َحتهى يُ ِح ه‬
ِ ‫ب ِلج‬
Dari Anas bin Malik radhiallâhu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah (sempurna) iman seseorang
diantara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri". (H.R. Muttafaqun 'Alaih).
6. Hadist ke 1221 pada hadist keenam dalam bab Al-Birr Wal Washilah

:‫ب أ َ ْع َظ ُم؟ َقا َل‬


ِ ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم أَي اَلذه ْن‬ ‫سو َل َ ه‬ ُ ‫سأ َ ْلتُ َر‬َ ‫سعُود رضي هللا عنه قَا َل‬ ْ ‫َوع َْن اِب ِْن َم‬
َ
‫ ث ُ هم أَي؟‬: ُ‫شيَة أَ ْن يَأ ْ ُك َل َمعَكَ قُ ْلت‬
ْ ‫ ث ُ هم أ َ ْن ت َ ْقت ُ َل َو َلدَكَ َخ‬:‫ َوه َُو َخلَ َقكَ قُ ْلتُ ث ُ هم أَي؟ قَا َل‬,‫( أ َ ْن تَجْ عَ َل ِ هلِلِ نِدًّا‬
‫علَ ْي ِه‬
َ ‫َاركَ ) ُمتهفَق‬ ِ ‫ ث ُ هم أ َ ْن ت َُزانِ َي َح ِليلَةَ ج‬:‫قَا َل‬

Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku bertanya kepada


Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, dosa apakah yang paling
besar?. Beliau menjawab: Engkau membuat sekutu bagi Allah, padahal
Dia-lah yang menciptakanmu." Aku bertanya lagi: Kemudian apa?. Beliau
menjawab: "Engkau membunuh anakmu karena takut ia akan makan
bersamamu." Aku bertanya lagi: Kemudian apa?. Beliau bersabda:
"Engkau berzina dengan istri tetanggamu." Muttafaq Alaihi.

7. Hadist ke 1222 pada hadist ketujuh dalam bab Al-Birr Wal Washilah

:‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬ ُ ‫ أَنه َر‬-‫ع ْن ُه َما‬
‫سو َل َ ه‬ ‫ َر ِض َي َ ه‬- ‫اص‬
َ ُ‫ّللَا‬ ِ َ‫ع ْم ِرو ب ِْن ا ْلع‬ ‫ع ْب ِد َ ه‬
َ ‫ّللَاِ ب ِْن‬ َ ‫َوع َْن‬
‫سب‬ َ َ
‫سب أبَا اَ ه‬
ُ َ‫ في‬,‫لر ُج ِل‬ َ
ُ َ‫ نَعَ ْم ي‬:‫لر ُج ُل َوا ِل َد ْي ِه؟ قا َل‬
‫سب ا َ ه‬ َ ‫) ِم ْن ا َ ْل َكبَائِ ِر‬
‫شتْ ُم ا َ ه‬
ُ َ‫ َو َه ْل ي‬:‫لر ُج ِل َوا ِل َد ْي ِه قِي َل‬
َ ‫سب أ ُ همهُ ) ُمتهفَق‬
‫ع َل ْي ِه‬ ُ َ‫ فَي‬,ُ‫سب أ ُ همه‬ ُ َ‫ َوي‬,ُ‫أَبَاه‬

Dari Abdullah Ibnu Amar Ibnu al-'Ash Radliyallaahu 'anhu bahwa


Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Termasuk dosa
besar ialah seseorang memaki orang tuanya." Ada seseorang bertanya:
Adakah seseorang akan memaki orang tuanya. Beliau bersabda: "Ya, ia
memaki ayah orang lain, lalu orang lain itu memaki ayahnya dan ia
memaki ibu orang lain, lalu orang itu memaki ibunya." Muttafaq Alaihi
8. Hadist ke 1223 pada hadist kedelapan dalam bab Al-Birr Wal Washilah

‫س ِلم أَ ْن يَ ْه ُج َر‬
ْ ‫ ( َال يَ ِحل ِل ُم‬:‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬ ُ ‫وب رضي هللا عنه أَنه َر‬
‫سو َل َ ه‬ َ ‫َوع َْن أَبِي أَي‬
‫س ََل ِم ) ُمت ه َفق‬ ‫ َو َخي ُْر ُه َما اَلهذِي يَ ْب َدأ ُ بِال ه‬,‫ض َهذَا‬
ُ ‫ َويُ ْع ِر‬,‫ض َهذَا‬ ُ ‫ فَيُ ْع ِر‬,‫ان‬ َ ‫أَ َخاهُ فَ ْو‬
ِ ‫ق ثَ ََل‬
ِ َ‫ث لَيَال يَ ْلتَ ِقي‬
‫علَ ْي ِه‬
َ

Dari Abu Ayyub Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu


'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak halal bagi muslim memutuskan
persahabatan dengan saudaranya lebih dari tiga malam. Mereka bertemu,
lalu seorang berpaling dan lainnya juga berpaing. Yang paling baik di
antara keduanya ialah memulai mengucapkan salam. Muttafaq Alaihi.
9. Hadist ke 1224 pada hadist kesembilan dalam bab Al-Birr Wal
Washilah

ُ‫ص َدقَة ) أ َ ْخ َر َجه‬ ُ ‫ َقا َل َر‬:‫ع َْن جَا ِبر رضي هللا عنه قَا َل‬
‫سو ُل َ ه‬
َ ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم ( كُل َم ْع ُروف‬
‫اَ ْلبُ َخ ِاري‬

Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa


Sallam bersabda: "Setiap kebaikan adalah sedekah." Riwayat Bukhari.
10. Hadist ke 1225 pada hadist kesepuluh dalam bab Al-Birr Wal
Washilah

ِ ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم ( َال تَحْ ِق َرنه ِم ْن ا َ ْل َم ْع ُر‬


‫وف‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫َوع َْن أ َ ِبي ذَر رضي هللا عنه َقا َل‬
‫سو ُل َ ه‬
) ‫ َولَ ْو أ َ ْن تَ ْلقَى أ َ َخاكَ ِب َوجْ ه َط ْلق‬,‫ش ْيئ ًا‬
َ
Dari Abu Dzar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Janganlah engkau memandang rendah bentuk
apapun dari kebaikan, walaupun engkau hanya bertemu dengan
saudaramu dengan muka manis." Riwayat Muslim.
4. Hadist ke 1226 pada hadist kesebelas dalam bab Al-Birr Wal Washilah

َ ‫ َوتَعَا َه ْد ِج‬,‫ فَأ َ ْكثِ ْر َما َء َها‬,ً‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم ( إِذَا َط َب ْختَ َم َرقَة‬
) َ‫يرانَك‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ع ْنهُ قَا َل‬
‫سو ُل َ ه‬ َ ‫َو‬
ْ ‫أَ ْخ َر َج ُه َما ُم‬
‫س ِلم‬

Dari Abu Dzar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi


wa Sallam bersabda: "Apabila engkau memasak kuah, perbanyaklah
airnya dan perhatikanlah tetanggamu." Riwayat Muslim.
11. Hadist ke 1227 pada hadist keduabelas dalam bab Al-Birr Wal
Washilah

‫س ع َْن ُمؤْ ِمن‬ َ ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم ( َم ْن نَفه‬ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫َوع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ رضي هللا عنه قَا َل‬
‫س َر َ ه‬
ُ‫ّللَا‬ ‫ يَ ه‬,‫علَى ُم ْعسِر‬ َ ‫س َر‬ ‫ َو َم ْن يَ ه‬, ‫ب يَ ْو ِم ا َ ْل ِق َيا َم ِة‬ِ ‫ع ْنهُ ك ُْربَةً ِم ْن ك َُر‬ ‫س َه‬
َ ُ‫ّللَا‬ ِ ‫ك ُْربَةً ِم ْن ك َُر‬
َ ‫ نَفه‬,‫ب اَلد ْنيَا‬
‫ّللَاُ فِي ع َْو ِن ا َ ْلعَ ْب ِد َما‬ ‫ َو َ ه‬,‫ّللَاُ فِي اَلد ْنيَا َو ْاْل ِخ َر ِة‬ ‫ست َ َرهُ َ ه‬ ْ ‫ست َ َر ُم‬
َ ,‫س ِل ًما‬ َ ‫ َو َم ْن‬,‫علَ ْي ِه فِي اَلد ْنيَا َو ْاْل ِخ َر ِة‬
َ
ْ َ َ ْ َ
ْ ‫كَانَ العَ ْب ُد فِي ع َْو ِن أ ِخي ِه ) أخ َر َجهُ ُم‬
‫س ِلم‬

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu


'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang
muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada
hari kiamat; barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat
kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan
barangsiapa menurutpi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi
(aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allah selalu akan menolong hambanya
selama ia menolong saudaranya." Riwayat Muslim.
12. Hadist ke 1228 pada hadist ketigabelas dalam bab Al-Birr Wal
Washilah

ُ‫ َفلَه‬,‫علَى َخيْر‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫سعُود رضي هللا عنه قَا َل‬


‫سو ُل َ ه‬
َ ‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم ( َم ْن َد هل‬ ْ ‫َوع َْن أ َ ِبي َم‬
ْ ‫ِمثْ ُل أَجْ ِر فَا ِع ِل ِه ) أ َ ْخ َر َجهُ ُم‬
‫س ِلم‬

Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu


'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa menunjukkan (seseorang)
kepada kebaikannya, ia memperoleh pahala seperti pahal orang yang
melakukannya." Riwayat Muslim.
13. Hadist ke 1214 pada hadist keempatbelas dalam bab Al-Birr Wal
Washilah

ِ‫ستَعَاذَ ُك ْم ِبا َ هلِل‬ ْ ‫ ( ِم ْن ا‬:‫ ع َِن النه ِبي ِ صلى هللا عليه وسلم َقا َل‬:‫ قَا َل‬-‫ع ْن ُه َما‬ ‫ َر ِض َي َ ه‬- ‫ع َم َر‬
َ ُ‫ّللَا‬ ُ ‫َوع َْن اِب ِْن‬
َ َ َ ً َ َ َ َ
) ُ‫ فا ْدعُوا لَه‬,‫ ف ِإ ْن لَ ْم تَ ِجدُوا‬,ُ‫ َو َم ْن أتَى إِلَ ْي ُك ْم َم ْع ُروفا فكَافِئ ُوه‬,ُ‫سألَ ُك ْم بِا َ هلِلِ فأ ْع ُطوه‬َ ‫ َو َم ْن‬,ُ‫فَأ َ ِعيذُوه‬
‫أ َ ْخ َر َجهُ ا َ ْلبَ ْي َه ِقي‬

Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa


Sallam bersabda: "Barangsiapa meminta perlindugan kepadamu dengan
nama Allah, lindungilah dia; barangsiapa meminta sesuatu kepadamu
dengan nama Allah, berilah dia; barangsiapa berbuat baik kepadamu,
balaslah dia, jika engkau tidak mampu, berdoalah untuknya." Riwayat
Baihaqi.
B. Temuan Khusus

Pendidikan akhlaq dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram

Bab al-Birr was shilah adalah bab yang membahas tentang kebaikan dan
silaturahmi Bab al-Birr was shilah juga merupakan bab terakhir dari kitab
Bulughul Maram, yakni masuk ke dalam bab al-jami', yang termasuk pada sub
bab dari bab al-jami' itu sendiri. Bab al-birr was shilah memuat 14 hadits tentang
kebaikan dan silaturrahim, sesuai dengan judul babnya. Bab ini terdapat pada
halaman 323-326 dari kitab Bulughul Maram. Dalam pembahasan ini, peneliti
membahas pendidikan akhlaq dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul
Maram yang akan dijelaskan di bawah ini.

A.Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Bulughul Maram

Kitab Bulughul Maram merupakan kitab yang berisi tentang hadist-hadist


yang dijadikan sumber pengambilan hokum fiqih (istinbath) oleh para ahli fiqih
kitab bulughul maram ini sudah banyak juga dipelajari diberbagai pendidikan
terutama pondok pesantren bahkan disetiap pesantren mempelajari kitab bulughul
maram Karena isi-isi dalam kitab ini banyak faedah yang didadapat seperti dalam
hal sibadah, muamalah, adab, dan tentunya bab tentang kebaikan dan silahturahmi
yang nanti saya bahas dalam skripsi saya. Kitab ini selain berisi tentang hadist-
hadist mashur, Tapi juga terdapat pendidikan akhlak yang perlu dikaji dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama bagi kalangan guru dan peserta
didik. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari belajar tersebut dapat tercapai, dan
menjadikan manusia tersebut semakin taat kepada Allah serta bermanfaat bagi
sesama.

Menurut Burhānuddīn Az-Zarnūjī dalam muqadimahnya beliau


mengatakan bahwa pada zamannya, banyak para penuntut ilmu yang tekun belajar
namun tidak bisa mendapatkan manfaat dari ilmu tersebut. Hal ini dapat terjadi
karena mereka para peserta didik meninggalkan persyaratan yang harus dipenuhi
sehingga mereka tidak berhasil dalam menuntut ilmu. Konsep pendidikan yang
ditawarkan dalam kitab tersebut sangat erat kaitannya dengan pendidikan, namun
pendidikan yang dimaksudkan bukan hanya pendidikan yang hanya merupakan
proses transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan saja tetapi juga terdapat
pendidikan akhlak yang harus diketahui dan dimiliki oleh semua orang terutama
bagi seorang pelajar yang sedang menuntut ilmu.

Pendidikan akhlak menurut Az-Zarnūjī yaitu menanamkan akhlak mulia


serta menjauhkan dari akhlak yang tercela. Akhlak di sini adalah sifat-sifat
manusia untuk bermuamalah dengan orang lain. Sehingga dari disini dapat
dikatakan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar yang dilakukan oleh
manusia untuk menciptakan suatu perilaku lahir maupun batin untuk melakukan
kebaikan dan menjauhi keburukan, sehingga manusia dapat memiliki kepribadian
yang baik kepada dirinya sendiri maupun selain dirinya. Adapun pendidikan
akhlak dalam kitab Bulughul Maram ini begitu kompleks, yaitu menyangkut
hubungan antara manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan
sesama.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam teori ruang lingkup pendidikan akhlak


yang mencakup pendidikan akhlak kepada Allah, akhlak kepada diri sendiri, dan
akhlak kepada sesama makhluk. Berikut akan dipaparkan mengenai
penjelasannya:

1. Nilai Pendidikan Akhlaq Dalam Bab Al-Birr Wal-Washilah Dalam


Hubungan Manusia Dengan Allah
Akhlak dalam islam sendiri harus dibangun atas dasar kesadaran
akan keberadaan Allah SWT sebagai pencipta alam beserta seluruh isinya.
Ini artinya akhlak kepada Allah itu merupakan suatu perbuatan yang
dilakukan manusia sebagai mahluk kepada tuhannya. Menurut Ali Nurdin
dalam bukunya, akhlak kepada Allah meliputi: (1) Menauhidkan, (2)
Beribadah, (3) Bersyukur, (4) Taqwa, (5) Berdoa, (6) Berdzikir, (7)
Tawakal, (8) Mahabbah atau cinta.
Berikut akan dijelaskan mengenai nilai pendidikan akhlak yang ada
dalam kitab Bhulugul Maram Pada Bab Al-Birr Wal washilah sendiri yaitu
pendidikan Akhlak itu sendiri terdapat bahasan pendidikan akhlaq dalam
hubungan manusia dengan Allah (Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani,
2001, Hlm. 234) yang menurut Fachrudin menyatakan bahwa Pendidikan
Akhlak dalam hubungan manusia dengan Allah yakni dalam bentuk
manusia yang bermental baik, selalu dituntut sifat yang sabar, manusia
harus mendekatkan diri kepada Allah atau sembahyang, berdoa dan
bersyukur kepadanya, memohon ampun dari segala dosa yang telah
terlanjur dibuat, berjanji akan mengerjakan perintah-perintahnya dan
menjauhi larangannya dengan segala kesungguhannya dan keikhlasan hati,
dan lain-lainnya.

Pendidikan Akhlak dalam hubungan manusia dengan Allah dalam


bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram yakni terdapat dalam hadits
nomor 1272 dari Kitab Bulughul Maram, hadits urutan nomor 6 dari bab
al-birr was shilah, halaman 324 yang berbunyi:
‫ { أ َ ْن‬:‫ظ ُم? قَا َل‬ َ ‫ب أ َ ْع‬
ِ ‫ّللَا أَي اَلذه ْن‬ ُ ‫سأ َ ْلتُ َر‬
ِ ‫سو َل َ ه‬ َ ‫سعُود قَا َل‬ ْ ‫َوع َْن اِ ْب ِن َم‬
‫ش َيةَ أَ ْن‬ ْ ‫ ث ُ هم أ َ ْن ت َ ْقت ُ َل َولَدَكَ َخ‬:‫ قُ ْلتُ ث ُ هم أَي? قَا َل‬. َ‫ َو ُه َو َخلَ َقك‬,‫تَجْ عَ َل ِ هلِلِ نِدًّا‬
َ ‫ ث ُ هم أ َ ْن ت ُ َزانِ َي َح ِليلَةَ َج ِاركَ } ُمت ه َفق‬:‫ ث ُ هم أَي? قَا َل‬: ُ‫ قُ ْلت‬. َ‫يَأ ْ ُك َل َم َعك‬
‫علَ ْي ِه‬
Dan Dari Ibnu Mas'ud ra, dia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah
saw, 'Dosa apakah yang paling besar?' Beliau menjawab, 'Kamu
menjadikan tandingan bagi Allah padahal Dia telah menciptakanmu.' Aku
bertanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Kamu membunuh
anakmu karena takut akan makan bersamamu.'Aku bertanya lagi,
'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Kamu berzina dengan isteri
tetanggamu."' (Muttafaq 'alaih).
Dalam hadits tersebut terdapat dua nilai pendidikan akhlak.
Pendidikan akhlak yang pertama dalam hadits terdapat pada kalimat ‫أَ ْن‬
‫ تَجْ عَ َل ِ هلِلِ نِدًّا‬Kamu (menjadikan tandingan bagi Allah). Kalimat ini secara
jelas menjelaskan bahwa kita Rasul melarang kita untuk menyekutukan
Allah (syirik), yakni kita tidak boleh menjadikan tandingan bagi Allah,
karena merupakan dosa yang paling besar.
Pendidikan akhlak yang kedua terdapat pada kalimat َ‫أَ ْن ت َ ْقت ُ َل َو َلدَك‬
. َ‫شيَةَ أ َ ْن يَأ ْ ُك َل َمعَك‬
ْ ‫ َخ‬Kamu membunuh anakmu karena takut akan makan
bersamamu). Kalimat ini menjelaskan bahwa Rasul melarang kita
membunuh anak karena ragu kepada Allah akan rezeki anak, kita harus
yakin bahwa Allah akan memberi rizki kepada anak, selama kita mau
berusaha. Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat nilai pendidikan
akhlak dalam hubungan manusia dengan Allah dalam bab al-birr was
shilah kitab Bulughul Maram adalah bahwa dilarang menyekutukan Allah
dan yakin kepada Allah.
2. Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Bab Al-Birr Wal-washilah dalam
Hubungan Manusia Dengan Diri Sendiri
Akhlak kepada diri sendiri yaitu bagaimana seseorang bersikap dan
berbuat yang terbaik umtuk dirinya terlebih dahulu, karena dari sinilah
seseorang akan menentukan sikap dan perbuatannya yang terbaik untuk
orang lain, sebagaimana sudah dipesankan oleh Nabi bahwasannya
mulailah sesuatu itu dari diri sendiri.
Dalam pendidikan akhlak sendiri terdapat bahasan pendidikan
akhlak dalam hubungan manusia dengan diri sendiri yang menurut
Partiwintaro, manusia sebagai makhluk ciptaan Allah memiliki kaidah
yang sepatutnya dipatuhi oleh dirinya sendiri dalam melakukan tindakan,
ataupun perbuatan. Keutamaan Akhlak sehubungan dengan batin atau kata
hati manusia untuk perbuatan baik meliputi kerendahan hati, penuh
percaya diri, keterbukaan, kejujuran, bekerja keras, keandalan, dan penuh
kasih dan lain-lainnya. Pendidikan akhlak dalam hubungan manusia
dengan diri sendiri dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram
yakni terdapat dalam dua hadits, yang pertama yakni hadits nomor 1269
dari Kitab Bulughul Maram, hadits urutan nomor 3 dari bab al-birr was
shilah, halaman 323- 324 yang berbunyi:

‫ّللَا صلى هللا عليه‬ ِ ‫سو ِل َ ه‬ ُ ‫س ِعيد رضي هللا عنه ع َْن َر‬ َ ‫ير ِة ْب ِن‬َ ‫َوع َْن ا َ ْل ُم ِغ‬
,‫ت‬ ِ ‫ َو َوأْ َد ا َ ْلبَنَا‬, ‫ت‬
ِ ‫ َو َم ْنعًا َو َها‬, ‫ت‬ ِ ‫عقُوقَ ا َ ْْل ُ هم َها‬
ُ ‫علَ ْي ُك ْم‬ َ ‫ ِإ هن َ ه‬:‫وسلم قَا َل‬
َ ‫ّللَا َح هر َم‬
(‫علَ ْيه‬ َ ‫عةَ ا َ ْل َما ِل ) ُمتهفَق‬ َ ‫ضا‬ َ ‫ َو َكثْ َرةَ اَلسؤَا ِل َو ِإ‬, ‫َوك َِر َه لَ ُك ْم ِقي َل َوقَا َل‬
Dan Dari Mughiruh bin Syu'bah ra, bahwa Rasulullah saw
bersabda, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada kalian
berbuat durhaka kepada lbu, mengubur bayi wanita hidup-hidup, bakhil
dan suka meminta. Dan Allah membenci orang yang suka kosak-kusuk,
banyak bertanya dan orang yang suka menghambur-hamburkan harta."
(Muttafaq 'alaih).

Nilai pendidikan akhlak dalam hadits tersebut terdapat pada kata


‫ت‬ َ
ِ ‫( َوها‬dan suka meminta-minta). Kata tersebut menjelaskan bahwa Rasul
melarang umatnya meminta-minta, dan juga sekaligus memerintahkan
umatnya untuk kerja keras.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka terdapat pendidikan akhlak


dalam hubungan manusia dengan diri sendiri dalam bab al-birr was shilah
kitab Bulughul Maram yakni kerja keras. Hadits yang kedua yakni hadits
nomor 1271 dari kitab Bulughul Maram, hadits urutan nomor 5 dari bab
al-birr was shilah, halaman 324 yang berbunyi:

‫ َواَلهذِي‬: ‫َوع َْن أَنَس رضي هللا عنه ع َْن اَلنه ِبي ِ صلى هللا عليه وسلم َقا َل‬
ِ ‫ َما يُ ِحب ِلنَ ْف‬- ‫ أ َ ْو ِْل َ ِخي ِه‬- ‫ب ِل َج ِار ِه‬
‫س ِه‬ َ ُ‫نَ ْفسِي بِيَ ِد ِه َال يُ ْؤ ِمن‬
‫ع ْبد َحتهى يُ ِح ه‬
(‫علَ ْي ِه‬
َ ‫) ُمتهفَق‬
ari Anas ra, dari Rasulullah saw. beliau bersabda, "Demi Dzat yang
jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sampai ia
mencintai tetangganya atau saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri." (Muttafaq 'alaih).

Nilai pendidikan akhlak dalam hadits tersebut terdapat pada


ِ ‫ َما يُ ِحب ِلنَ ْف‬-‫ أ َ ْو ِْلَ ِخي ِه‬- ‫َار ِه‬
kalimat ‫س ِه َال يُؤْ ِم ُن‬ ‫عبْد َحتهى يُ ِح ه‬
ِ ‫ب ِلج‬ َ tidaklah beriman
seorang hamba sampai ia mencintai tetangganya atau saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri). Kalimat tersebut menjelaskan
bahwa Rasul memerintahkan umatnya untuk menjadi pribadi yang penuh
kasih, baik kepada sendiri, maupun terhadap sesama. Berdasarkan
penjelasan tersebut, terdapat pendidikan Akhlak dalam hubungan manusia
dengan diri sendiri dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram
yakni penuh kasih.
3. Nilai pendidikan akhlak Dalam Bab al-birr Wal-washilah dalam
Hubungan sesama Makhluk
Menurut Ali Nurdin manusia itu sendiri adalah makhluk sosial,
sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa untuk hidup sendiri, mereka
membutuhkan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya,
sehingga mereka membutuhkan interaksi dan komunikasi dengan orang
lain.Akhlak kepada sesama makhluk sendiri meliputi akhlak kepada orang
tua, akhlak kepada saudara, akhlak kepada tetangga, akhlak kepada sesama
muslim, akhlak kepada kaum yang lemah, serta akhlak kepada orang lain
seperti akhlak kepada guru.
Dalam pendidikan akhlak sesama makhluk terdapat bahasan nilai
pendidikan akhlak sesame makhluk yang menurut Hartini mengatakan
bahwa manusia diharapkan saling kenal mengenal, sehingga terjalin
hubungan baik dalam hidupnya, harus saling membantu karna dalam
kenyataan tidak ada orang yang bisa hidup sendiri tanpa ada bantuan dari
orang lain. Hal ini sependapat dengan Ismuhendro yang mengatakan nilai
moral yang terkandung dalam hubungan antara manusia dengan sesama
manusia meliputi jujur terhadap orang lain, silaturrahim, tolong-menolong,
kewajiban berbakti atau mengabdi kepada orang lain dan melaksanakan
peraturan pemerintah, dan lain-lainnya.
Nilai pendidikan akhlak dengan sesame makhluk dalam bab al-birr
was shilah kitab Bulughul Maram yakni terdapat nilai pendidikan akhlak,
nilai pendidikan akhlak yang pertama yakni terdapat dalam hadits nomor
1280 dari Kitab Bulughul Maram, hadits urutan nomor 14 dari bab al-birr
was shilah, halaman 326 yang berbunyi:

‫ع َِن النه ِبي ِ صلى هللا عليه وسلم‬: ‫قَا َل‬- ‫ع ْن ُه َما‬ ‫ َر ِض َي َ ه‬-‫ع َم َر‬
َ ُ‫ّللَا‬ ُ ‫َوع َْن ِا ْب ِن‬
‫ َو َم ْن أَتَى‬, ُ‫طوه‬ ُ ‫سأَلَ ُك ْم ِبا َ هلِلِ فَأ َ ْع‬
َ ‫ َو َم ْن‬, ُ‫ست َ َعاذَ ُك ْم ِبا َ هلِلِ فَأ َ ِعيذُوه‬
ْ ‫ ِم ْن ا‬: ‫قَا َل‬
(‫فَا ْدعُوا لَهُ ) أ َ ْخ َر َجهُ ا َ ْلبَ ْي َه ِقي‬, ‫فَ ِإ ْن لَ ْم ت َ ِجدُوا‬, ُ‫إِلَ ْي ُك ْم َم ْع ُروفًا فَكَافِئ ُوه‬
Dari lbnu Umar ra, dari Nabi saw, beliau bersabda, "Barangsiapa
meminta perlindungan kepada kalian dengan nama Allah maka
lindungilah. Barangsiapa meminta kepada kalian dengan nama Allah
maka berilah. Dan barangsiapa yang memberikan hal yang baik kepada
kalian maka balaslah, jika kamu tidak dapat membalasnya maka
berdoalah untuknya." (HR. Al-Baihaqi).

Nilai pendidikan akhlak dalam hadits tersebut terdapat pada


kalimat, ‫ َو َم ْن أَتَى‬dan ‫ إِلَ ْي ُك ْم َم ْع ُروفًا فَ َكافِئ ُو ُه‬Dan barangsiapa yang memberikan
hal yang baik kepada kalian maka balaslah). Kalimat pada hadits tersebut
menjelaskan bahwa Rasul memerintahkan untuk membalas perbuatan
orang yang berbuat kepada kita, dalam istilah lain yakni tolong-menolong
dalam kebaikan. Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat nilai
pendidikan akhlak sesame makhluk dalam bab al-birr was shilah kitab
Bulughul Maram yakni tolong-menolong.
Nilai pendidikan Akhlak yang kedua yakni terdapat dalam hadits
nomor 1269 dari kitab Bulughul Maram, hadits urutan nomor 3 dari bab
al-birr was shilah, halaman 323-324, dan hadits nomor 1270 dari kitab
Bulughul Maram, hadits urutan nomor 4 dari bab al-birr was shilah,
halaman 324, yang berbunyi:

‫ّللَا صلى هللا عليه‬ ِ ‫سو ِل َ ه‬ُ ‫س ِعيد رضي هللا عنه ع َْن َر‬ َ ‫ير ِة ْب ِن‬ َ ‫َوع َْن ا َ ْل ُم ِغ‬
ِ ‫ َو َوأْ َد ا َ ْل َبنَا‬, ‫ت‬
‫ َو َم ْنعًا‬, ‫ت‬ ِ ‫عقُوقَ ا َ ْْل ُ هم َها‬
ُ ‫علَ ْي ُك ْم‬ َ ‫ ِإ هن َ ه‬: ( ‫وسلم قَا َل‬
َ ‫ّللَا َح هر َم‬
(‫علَ ْيه‬ َ ‫ضاعَةَ ا َ ْل َما ِل ) ُمت ه َفق‬ َ ِ‫ َو َكثْ َرةَ اَلسؤَا ِل َوإ‬, ‫ َوك َِر َه لَ ُك ْم قِي َل َوقَا َل‬, ‫ت‬ ِ ‫َو َها‬
Dari Mughiruh bin Syu'bah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada kalian berbuat
durhaka kepada lbu, mengubur bayi wanita hidup-hidup, bakhil dan suka
meminta. Dan Allah membenci orang yang suka kosak-kusuk, banyak
bertanya dan orang yang suka menghambur-hamburkan harta." (Muttafaq
'alaih).

‫ع َْن اَلنهبِي ِ صلى هللا عليه‬-, ‫ع ْن ُه َما‬ َ ُ‫ّللَا‬ ‫ َر ِض َي َ ه‬-‫ع َم َر‬ ِ ‫ع ْب ِد َ ه‬


ُ ‫ّللَا ْب ِن‬ َ ‫َوع َْن‬
‫س َخ ِط ا َ ْل َوا ِل َد ْي ِن‬ ‫ط َ ه‬
َ ‫ّللَاِ فِي‬ ُ ‫س َخ‬ َ ‫ َو‬, ‫ضا ا َ ْل َوا ِل َد ْي ِن‬ َ ‫ ِر‬: ( ‫وسلم قَا َل‬
ِ ‫ضا َ ه‬
َ ‫ّللَا فِي ِر‬
(‫ان َوا ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫ص هح َحهُ اِ ْبنُ ِحبه‬ َ ‫ َو‬, ‫لت ْر ِمذِي‬ِ َ ‫)أ َ ْخ َر َجهُ ا‬
Dan dari Abdullah bin 'Amr bin al-Ash ra, dari Nabi saw, beliau
bersabda,"Ridha Allah ada pada keridhaan kedua orang tua, dan murka
AIIah ada pada kemurkaan kedua orang tua." (Hadits riwayat at-Tirmidzi
dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban serta al-Hakim).

Nilai pendidikan akhlak pada hadits yang pertama terdapat pada


ِ ‫عقُوقَ ا َ ْْل ُ هم َها‬
‫ ِإنه َ ه‬Dan ‫ت‬
kalimat َ‫ّللَا‬ ُ ‫ع َل ْي ُك ْم‬
َ ‫ح هَر َم‬, Sesungguhnya Allah telah
mengharamkan kepada kalian berbuat durhaka kepada lbu) dan pada hadits
kedua terdapat pada kalimat ‫ّللَاِ فِي ِرضَا ا َ ْل َوا ِل َدي ِْن‬
‫( ِرضَا َ ه‬Ridha Allah ada pada
keridhaan kedua orang tua).
Kalimat pada kedua hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasul
memerintahkan umatnya untuk berbakti kepada orang tua, yakni dengan
tidak durhaka kepada Ibu dan bahkan Rasul menjelaskan bahwa ridho
Allah tergantung ridho kedua orang tua, ini berarti kita harus berbakti
kepada keduanya dan tidak boleh menyakiti hatinya.
Berdasarkan penjelasan , terdapat nilai pendidikan akhlak sesame
makhluk dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram yakni
berbakti kepada orang tua. Nilai pendidikan akhlak yang ketiga yakni
terdapat dalam hadits nomor 1275 dari kitab Bulughul Maram, hadits
urutan nomor 9 dari bab al-birr was shilah, halaman 325, dan hadits
nomor 1277 dari kitab Bulughul Maram, hadits urutan nomor 11 dari bab
al-birr was shilah, halaman 325, yang berbunyi:

ُ ‫قَا َل َر‬: ‫ع َْن َجابِر رضي هللا عنه قَا َل‬


ِ ‫سو ُل َ ه‬
‫ كُل‬:‫ّللَا صلى هللا عليه وسلم‬
(‫ص َدقَة ) أ َ ْخ َر َجهُ ا َ ْلبُ َخ ِاري‬
َ ‫َم ْع ُروف‬
Dan Dari Jabir ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Setiap
kebaikan adalah sedekah." (HR. Al-Bukhari).

َ ‫ ِإذَا‬:‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم‬


َ‫طبَ ْخت‬ ُ ‫قَا َل َر‬: ‫ع ْنه قَا َل‬
‫سو ُل َ ه‬ ‫ع ْنهُ َر ِض َي َ ه‬
َ ُ‫ّللَا‬ َ ‫َو‬
َ ‫ َوت َ َعا َه ْد ِج‬, ‫فَأ َ ْك ِث ْر َما َء َها‬, ً‫َم َرقَة‬
ْ ‫يرانَكَ ) أ َ ْخ َر َج ُه َما ُم‬
(‫س ِلم‬
Dan Dari Abu Dzar ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda,"Apabila
kamu memasak daging berkuah, maka perbanyaklah kuahnya dan
berikanlah kepada tetanggamu."(HR. Muslim).

Nilai pendidikan akhlak pada hadits pertama terdapat pada kalimat


َ‫ص َدقة‬
َ ‫( كُل َم ْع ُروف‬setiap kebaikan adalah sedekah) dan pada hadits kedua
terdapat pada kalimat َ‫يرانَك‬ َ ‫ َوتَ َعا َه ْد ِج‬,‫( فَأ َ ْك ِث ْر َما َء َها‬perbanyaklah maka kuahnya
dan berikanlah kepada tetanggamu).

Kalimat pada kedua hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasul


mengatakan setiap kebaikan adalah sedekah/pemberian, kita tidak boleh
meremehkan kebaikan walalupun hanya memberi kuah kepada tetangga.
Ini juga mengisyaratkan bahwa Rasul juga menganjurkan umatnya agar
suka memberi. Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat nilai penddikan
akhlak sesame makhluk dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul
Maram yakni suka memberi. Nilai pendidikan akhlak yang keempat yakni
terdapat dalam hadits nomor 1276 dari kitab Bulughul Maram, hadits
urutan nomor 10 dari bab al-birr was shilah, halaman 325, yang berbunyi:

‫ َال‬:‫ّللَاِ صلى هللا عليه وسلم‬‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫قَا َل َر‬: ‫َوع َْن أ َ ِبي ذَر رضي هللا عنه قَا َل‬
َ ‫ َولَ ْو أ َ ْن ت َ ْلقَى أ َ َخاكَ ِب َوجْ ه‬, ‫ش ْيئ ًا‬
‫ط ْلق‬ ِ ‫تَحْ ِق َر هن ِم ْن ا َ ْل َم ْع ُر‬
َ ‫وف‬
Dan Dari Abu Dzar ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Janganlah
sekali-kali kamu meremehkan hal yang baik, meski hanya bertemu kepada
saudaramu dengan muka ceria." (HR. Muslim).

Nilai pendidikan akhlak dalam hadits tersebut terdapat pada


kalimat ‫ َو َل ْو أ َ ْن تَ ْلقَى أ َ َخاكَ ِب َوجْ ه َط ْلق‬meski hanya bertemu kepada saudaramu
dengan muka ceria). Kalimat pada hadits tersebut menjelaskan bahwa
Rasul memerintahkan kepada kita agar tidak meremehkan kebaikan meski
hanya bertemu saudara dengan muka ceria (ramah). Berdasarkan
penjelasan tersebut, terdapat nilai pendidikan akhlak sesame makhluk
dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram yakni ramah.

Nilai pendidikan akhlak yang kelima yakni terdapat dalam hadits


nomor 1278 dari kitab Bulughul Maram, hadits urutan nomor 12 dari bab
al-birr was shilah, halaman 325-326, yang berbunyi:

‫ّللَاِ صلى هللا عليه‬ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫قَا َل َر‬: ‫َوع َْن أ َ ِبي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل‬
‫ع ْنهُ ك ُْر َبةً ِم ْن‬ ‫س َ ه‬
َ ُ‫ّللَا‬ ِ ‫س ع َْن ُم ْؤ ِمن ك ُْر َبةً ِم ْن ك َُر‬
َ ‫نَفه‬, ‫ب اَلد ْن َيا‬ َ ‫ َم ْن نَفه‬: ‫وسلم‬
‫علَ ْي ِه فِي اَلد ْنيَا‬َ ُ‫ّللَا‬‫س َر َ ه‬ ‫يَ ه‬, ‫علَى ُم ْعسِر‬ َ ‫س َر‬ ‫ َو َم ْن يَ ه‬, ‫ب يَ ْو ِم ا َ ْل ِقيَا َم ِة‬
ِ ‫ك َُر‬
‫ّللَاُ فِي ع َْو ِن‬‫ َو َ ه‬, ‫ّللَاُ فِي اَلد ْنيَا َو ْاْل ِخ َر ِة‬
‫ست َ َرهُ َ ه‬
َ , ‫س ِل ًما‬ َ ‫ َو َم ْن‬, ‫َو ْاْل ِخ َر ِة‬
ْ ‫ست َ َر ُم‬
ْ ‫َان ا َ ْل َع ْب ُد ِفي ع َْو ِن أ َ ِخي ِه ) أ َ ْخ َر َجهُ ُم‬
(‫س ِلم‬ َ ‫ا َ ْل َع ْب ِد َما ك‬
Dan Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, "Rasulullah saw
bersabda, 'Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari
kesusahan-kesusahan dunia, maka AIIah akan menghilangkan
kesusahannya di hari Kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan orang
yang susah, niscaya Allah akan memudahkan dia di dunia dan akhirat.
Barangsiapa menutupi aib seorang muslim niscaya Allah akan menutupi
aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya
selama hamba tersebut mau menolong saudaranya."' (HR. Muslim).

Nilai pendidikan akhlak dalam hadits tersebut terdapat pada


kalimat, ‫ّللَاُ فِي ع َْو ِن ا َ ْل َع ْب ِد َما كَانَ اَ ْلعَ ْب ُد فِي ع َْو ِن أَ ِخي ِه‬
‫ َو َ ه‬senantiasa Allah Dan
menolong hamba-Nya selama hamba tersebut mau menolong saudaranya).
Kalimat pada hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasul memerintahkan
umatnya agar senantiasa menolong orang lain, karena Allah akan
menolong hambanya selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat nilai pendidikan akhlak sesame
manusia dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram yakni
menolong orang lain.
Nilai pendidikan akhlak yang keenam yakni terdapat dalam hadits
nomor 1279 dari kitab Bulughul Maram, hadits urutan nomor 13 dari bab
al-birr was shilah, halaman 326, yang berbunyi:

‫ّللَا صلى هللا عليه‬ ِ ‫سو ُل َ ه‬ ُ ‫قَا َل َر‬: ‫سعُود رضي هللا عنه قَا َل‬ ْ ‫َوع َْن أَبِي َم‬
ْ ‫فَلَهُ ِمثْ ُل أَجْ ِر فَا ِع ِل ِه ) أ َ ْخ َر َجهُ ُم‬, ‫علَى َخ ْير‬
(‫س ِلم‬ َ ‫ َم ْن َد هل‬: ‫وسلم‬
Dari Ibnu Mas'ud ra, dia berkata, "Rasulullah saw bersabda,
'Barangsiapa menunjukkan seseorang kepada kebaikan, maka ia akan
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya."' (HR.
Muslim).
Nilai pendidikan akhlak dalam hadits terdapat pada kalimat ‫َم ْن َد هل‬
‫ فَلَهُ ِمثْ ُل أَجْ ِر فا ِع ِل ِه‬,‫علَى َخيْر‬
َ َ (kepada seseorang menunjukkan Barang siapa
kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang
yangmengerjakannya). Kalimat pada hadits tersebut menjelaskan bahwa
Rasul memerintahkan untuk mengajak kepada kebaikan, karena ia akan
mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya. Berdasarkan
penjelasan tersebut, terdapat nilai pendidikan akhlak sesame makhluk
dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram yakni mengajak
kepada kebaikan.
Nilai pendidikan akhlak yang ketujuh yakni terdapat dalam hadits
nomor 1267 dari kitab Bulughul Maram, hadits urutan nomor 1 dari bab
al-birr was shilah, halaman 323, dan hadits nomor 1268 dari kitab
Bulughul Maram, hadits urutan nomor 2 dari bab al-birr was shilah,
halaman 323, yang berbunyi:

: ‫ّللَا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫سو ُل َ ه‬ُ ‫قَا َل َر‬: ‫ع َْن أَبِي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل‬
ُ‫فَ ْليَ ِص ْل َر ِح َمه‬, ‫سأ َ لَهُ فِي أَث َ ِر ِه‬
َ ‫ َوأ َ ْن يُ ْن‬, ‫علَ ْي ِه فِي ِر ْزقِ ِه‬
َ ‫ط‬ َ ‫ب أ َ ْن يُ ْب‬
َ ‫س‬ ‫َم ْن أ َ َح ه‬
( ‫)أ َ ْخ َر َجهُ ا َ ْلبُ َخ ِاري‬
Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda,
"Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan
umurnya maka sambunglah tali silaturrahim. "' (HR. Al-Bukhari).
‫سو ُل َ ه‬
‫ّللَاِ صلى هللا عليه‬ ُ ‫قَا َل َر‬: ‫َوع َْن ُجبَ ْي ِر ْب ِن ُم ْط ِعم رضي هللا عنه قَا َل‬
(‫علَ ْي ِه‬
َ ‫اط َع َر ِحم ) ُمتهفَق‬ ِ َ‫ َال يَ ْد ُخ ُل ا َ ْل َجنهةَ ق‬:‫وسلم‬
ِ َ‫اطع يَ ْعنِي ق‬
Dan Dari Jubair bin Muth'im ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda,
"Tidak masuk surga orang yang memutuskan. "'Yakni tali silaturrahim.
(Muttafaq 'alaih).

Nilai pendidikan akhlak dalam hadits pertama terdapat pada kalimat ‫َم ْن‬
ُ‫ فَ ْليَ ِص ْل َر ِح َمه‬,ِ‫سأ َ لَهُ فِي أَث َ ِره‬
َ ‫ َوأ َ ْن يُ ْن‬,‫علَ ْي ِه فِي ِر ْزقِ ِه‬ َ ‫َب أ َ ْن يُ ْب‬
َ ‫س َط‬ ‫( أَح ه‬Barang siapa yang
ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah
tali silaturrahim), dan dalam hadits kedua terdapat pada kalimat َ‫َال يَ ْد ُخ ُل ا َ ْل َجنهة‬
‫اط َع َر ِحم‬ِ ‫اطع يَ ْعنِي َق‬ ِ َ‫ق‬surga masuk Tidak orang yang memutuskan, yakni tali
silturrahim).

Kalimat pada hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasul


memerintahkan menyambung silaturrahim karena keutamaannya, dan
Rasul melarang memutuskan silaturrahim, karena bahayanya. Berdasarkan
penjelasan tersebut, terdapat nilai pendidikan akhlak sesame makhluk
dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram yakni menyambung
silaturrahim.
Nilai pendidikan akhlak yang kedelapan yakni terdapat dalam
hadits nomor 1273 dari kitab Bulughul Maram, hadits urutan nomor 7 dari
bab al-birr was shilah, halaman 324-325, yang berbunyi:

‫سو َل َ ه‬
ِ‫ّللَا‬ ُ ‫أ َ هن َر‬- ‫ع ْن ُه َما‬ ‫ َر ِض َي َ ه‬-‫اص‬
َ ُ‫ّللَا‬ ِ َ‫ّللَاِ ْب ِن ع َْم ِرو ْب ِن ا ْلع‬ ‫ع ْب ِد َ ه‬ َ ‫َوع َْن‬
‫سب‬ ُ َ‫ َو َه ْل ي‬: ‫لر ُج ِل َوا ِل َد ْي ِه قِي َل‬ َ ‫ ِم ْن ا َ ْل َكبَائِ ِر‬: ‫صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬
‫شتْ ُم ا َ ه‬
‫سب‬ ُ َ‫فَي‬, ُ‫سب أ ُ همه‬ُ َ‫ َوي‬, ُ‫سب أَبَاه‬ ُ َ‫فَي‬, ‫لر ُج ِل‬‫سب أَبَا ا َ ه‬ ُ َ‫نَعَ ْم ي‬: ‫لر ُج ُل َوا ِل َد ْي ِه؟ قَا َل‬
‫اَ ه‬
َ ‫أ ُ همهُ ) ُمتهفَق‬
(‫علَ ْي ِه‬
Dan Dari Abdullah bin 'Amr bin al-Ash ra, bahwasanya
Rasulullah saw bersabda, "Termasuk dosa besar adalah seseorang yang
mencaci maki kedua orang tuanya." Lalu beliau ditanya, "Apakah ada
seorang yang mencaci maki kedua orang tuanya?" Beliau bersabda, "Ya,
ia mencaci-maki bapak orang lain, lalu orang lain itu mencaci-maki
ayahnya dan ia mencaci-maki ibu orang lain, Ialu orang lain itu
mencacimaki ibunya." (Muttafaq 'alaih).
Nilai pendidikan akhlak dalam hadits tersebut terdapat pada
kalimat ُ‫سب أ ُ همه‬ ُ َ‫ َوي‬,ُ‫سب أَبَاه‬
ُ َ‫ فَي‬,ُ‫سب أ ُ همه‬ ‫سب أَبَا ا َ ه‬
ُ َ‫ فَي‬,‫لر ُج ِل‬ ُ َ‫( نَعَ ْم ي‬Ya, ia mencacimaki
bapak orang lain, lalu orang lain itu mencaci-maki ayahnya dan ia
mencaci-maki ibu orang lain, Ialu orang lain itu mencaci-maki ibunya).
Kalimat pada hadits tersebut menjelaskan bahwa Rasul memerintahkan
umatnya agar tidak saling mencaci orang lain, karena termasuk dosa besar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat nilai pendidikan akhlak dalam
hubungan manusia dengan manusia lain dalam bab al-birr was shilah kitab
Bulughul Maram yakni tidak saling mencaci maki.
Nilai pendidikan akhlak yang kesembilan yakni terdapat dalam
hadits nomor 1274 dari kitab Bulughul Maram, hadits urutan nomor 8 dari
bab al-birr was shilah, halaman 325, yang berbunyi:

‫ َال‬: ‫ّللَا صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬ ِ ‫سو َل َ ه‬ ُ ‫وب رضي هللا عنه أ َ هن َر‬ َ ‫َوع َْن أَبِي أَي‬
‫ض‬ ُ ‫فَيُ ْع ِر‬, ‫ان‬
ُ ‫ َويُ ْع ِر‬, ‫ض َهذَا‬ ِ َ‫ث لَيَال يَ ْلت َ ِقي‬ِ ‫س ِلم أ َ ْن يَ ْه ُج َر أ َ َخاهُ فَ ْوقَ ث َ ََل‬
ْ ‫يَ ِحل ِل ُم‬
(‫علَ ْي ِه‬ َ ‫س ََل ِم ) ُمت ه َفق‬ ‫ َو َخ ْي ُر ُه َما اَلهذِي َي ْب َدأ ُ ِبال ه‬, ‫َهذَا‬
Dari Abu Ayyub ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,"Tidak halal
bagi seorang muslim memusuhi saudaranya lebih dari tiga malam, ketika
bertemu satu dengan yang lainnya mereka saling berpaling. Orang yang
paling baik di antara keduanya adalah orang yang memulai mengucapkan
salam." (Muttafaq 'alaih).

Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat nilai pendidikan akhlak


dengan sesame makhluk dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul
Maram yakni larangan berseteru dengan saudara muslim melebihi tiga
hari, karena sesama muslim seharusnya bersaudara dan rukun, tidak
berseteru. Dari analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan
akhlak dengan sesame makhluk lebih banyak daripada nilai pendidikan
akhlak dalam hubungan manusia dengan Allah dan dalam hubungan
manusia dengan diri sendiri dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul
Maram.

Di dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram berisi


tentang pendidikan akhlak yang beragam, mulai dari pendidikan akhlak
dalam hubungan manusia dengan Tuhan, pendidikan akhlak dalam
hubungan manusia dengan diri sendiri, dan pendidikan akhlak dalam
hubungan manusia dengan manusia lain, sehingga sangat bisa digunakan
sebagai acuan dalam berakhlak yang baik sesuai ajaran Nabi, baik
berakhlak kepada Tuhan, diri sendiri maupun masyarakat sekitar.
B. Relavansi Pendidikan Akhlaq Dalam Bab Al-Birr Was Shilah Kitab
Bulughul Maram Dengan Materi Akidah Akhlak Kelas XII Madrasah
Aliyah

Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu


mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari akidah
dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah.
Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari dan memperdalam
akidah akhlak sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih
tinggi dan untuk hidup bermasyarakat dan/atau memasuki lapangan kerja.

Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah bertujuan untuk (1)


Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt.; (2)
Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak
tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun
sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

Sedangkan materi-materi akidah akhlak yang ada di kelas XII Madrasah Aliyah
adalah sebagai berikut:

1. Bab 1 yaitu Nilai-Nilai Mulia Al-Asma Al-Husna, membahas tentang


AlGaffar, Al-Rozzaq, Al-Malik, Al-Hasib, Al-Hadi, Al-Khaliq, dan Al-
Hakim.
2. Bab 2 yaitu Membiasakan Akhlak Terpuji, membahas tentang Amal
Shalih, Toleransi, Musawah, dan Ukhuwah.
3. Bab 3 yaitu Menghindari Akhlak Tercela, membahas tentang Nifaq dan
Keras Hati.
4. Bab 4, yaitu Membiasakan Adab Pergaulan Dalam Islam, membahas
tentang Adab bergaul dengan teman sebaya, Adab bergaul dengan yang
lebih tua, Adab bergaul dengan yang lebih muda, dan Adab bergaul
dengan lawan jenis.
5. Bab 5, yaitu Meneladani Akhlak Utama Orang-Orang Shalih, membahas
tentang Al-Ghazali dan Ibnu Sina.
6. Bab 6, yaitu Membiasakan Akhlak Terpuji, membahas tentang
Kompetensi dalam Kebaikan, Optimis, Dinamis, Inovatif, dan Kreatif.
7. Bab 7, yaitu Menghindari Akhlak Tercela, membahas tentang Fitnah,
Namimah dan Ghadab.
8. Bab 8, yaitu Membiasakan Adab Membaca Al-Qur’an dan Do’a,
membahas tentang Adab Membaca Al-Qur’an dan Adab Berdo’a.
9. Bab 9, yaitu Meneladani Akhlak Utama Orang-Orang Shalih, membahas
tentang Ibnu Rusyd dan Muh. Iqbal.

Setelah melihat bab-bab yang ada pada pelajaran akidah akhlak di


Madrasah Aliyah, penulis menemukan terdapat bab-bab yang sekiranya
berkesinambungan dengan penelitian pustaka yang sedang penulis lakukan. Yaitu
terdapat pada bab nilai-nilai mulia al-asma al-husna, membiasakan adab pergaulan
dalam Islam, membiasakan akhlak terpuji, dan menghindari akhlak tercela. Dalam
nilai-nilai mulia al-asma al-husna dijelaskan tentang al-hasbi dan al-khaliq. Pada
bab membiasakan adab pergaulan dalam Islam menjelaskan tentang adab bergaul
dengan teman sebaya, adab bergaul dengan yang lebih tua, adab bergaul dengan
yang lebih muda, dan adab bergaul dengan lawan jenis.

Dalam adab bergaul dengan teman sebaya yakni dengan saling


menghormati, tolong-menolong, cinta dan kasih sayang, saling menasehati, dan
dilarang bermusuhan, pergaulan bebas, melanggar norma-norma. Dalam adab
dengan yang leib tua yakni dengan menghormati yang lebih tua, berbakti kepada
orang tua, menghormati guru dan mematuhi nasehatnya. Dalam adab bergaul
dengan yang lebih muda yakni dengan memberi nasehat dengan bijak,
mempererat persaudaraan, dan memberi perhatian dan kasih sayang.

Dalam membiasakan akhlak terpuji dijelaskan tentang amal shalih,


ukhuwah, kompetisi dalam kebaikan, dan kreatif. Dalam menghindari akhlak
tercela dijelaskan tentang fitnah, namimah, dan ghibah. Berdasarkan penelusuran
materi akidah akhlak tersebut, penulis melihat adanya kesinambungan antara
nilai-nilai mulia al-asma al-husna, adab pergaulan dalam Islam, membiasakan
akhlak tercela, dan menghindari akhlak tercela yang ada pada materi akidah
akhlak kelas XII dengan nilai pendidikan akhlak dalam bab albirr was shilah
kitab Bulughul Maram. Di bawah ini merupakan relevansi antara materi akidah
akhlak kelas XII Madrasah Aliyah dengan nilai pendidikan akhlak dalam bab al-
birr was shilah kitab Bulughul Maram, antara lain:

a. Nilai Pendidikan Akhlak dalam hal Tidak Menyekutukan Allah


Menyekutukan Allah merupakan dosa yang paling besar. Karena
itu kita tidak boleh menyekutukan Allah dengan menjadikan tandingan
bagi Allah dengan selain-Nya.
Dalam Materi Akidah Akhlak Al-Khaliq secara etimologi berasal
dari kata khalq atau khalaqa yang berarti mengukur atau menghapus.
Kemudian makna ini berkembang dengan arti menciptakan dari tiada,
menciptakan tanpa suatu contoh terlebih dahulu, mengatur dan membuat.
Menurut al-Ghazali meskipun kata Al-Khaliq sama dengan Al-
Bari’ yang berarti pencipta, tetapi keduanya memiliki makna masing-
masing. Al-Khaliq berarti Allah Swt mewujudkan sesuatu dengan ukuran
yang ditetapkan. Sementara Al-Bari’ mewujudkan dari tidak ada menjadi
ada saja. Sedangkan Al- Mushawwir Dzat yang memberi rupa.
Maka, jelas bahwa Allah adalah Al-Khaliq (pencipta) yang
menciptakan seluruhnya, semesta alam dan seluruh isinya sesuai
ukurannya yang pas sehingga bisa dihuni oleh makhluk hidup di
dalamnya. Karena itu, kita tidak boleh menyekutukan Allah dengan
sesuatu selain-Nya.
b. Nilai Pendidikan Akhlak dalam hal Yakin Kepada Allah
Nabi melarang seseorang membunuh anaknya, karena seseorang
tersebut khawatir anaknya tidak bisa makan nantinya. Kita diperintahkan
untuk yakin kepada Allah, yakin bahwa Allah akan memberikan jalan
keluar.
Dalam materi Akidah Akhlak Allah memiliki sifat al-Hasib. Imam
al-Ghazali mengartikan al-Hasib dengan Dia yang mencukupi siapa saja
yang mengandalkan diri-Nya. Sifat ini hanya milik Allah karena tidak ada
satu makhlukpun di dunia ini yang dapat mencukupi kebutuhan orang lain.
Menurut al-Ghazali rezeki yang diberikan oleh Allah Swt kepada bayi
sesungguhnya karena Al-Hasibnya Allah Swt. Allah-lah yang mencukupi
kebutuhan bayi dengan menciptakan ibu yang menyusui, air susunya dan
insting serta keinginan untuk menyusui.
Seseorang yang memaknai al-Hasib sebagai Dzat yang memberi
kecukupan, maka ia akan nyaman dan tentram. Ia tidak akan terganggu
oleh bujuk rayu setan lalu menjadi sekutunya dan ia tidak akan sedih saat
harus kehilangan sesuatu, baik berupa materi atau kesempatan karena ia
yakin dirinya sudah merasa cukup dengan adanya Allah Swt.
Maka, kita harus yakin kepada Allah bahwa Allah akan mencukupi
segala kebutuhan kita, karena Allah memiliki sifat al-Hasib sehingga kalau
kita sudah yakin, kita akan menjadi tenang di dalam menjalani kehidupan
ini.
c. Nilai Pendidikan Akhlak dalam hal Kerja Keras
Nabi melarang umatnya agar tidak meminta-minta karena itu
merupakan perbuatan hina. Selama kita mempunyai jiwa dan raga yang
sehat, kita bekerja keras dalam kehidupan ini, agar kita menjadi orang
yang berharga.
Dalam perspektif Islam kreatif dapat diartikan sebagai kesadaran
keimanan seseorang, untuk menggunakan keseluruhan daya dan
kemampuan diri yang dimiliki sebagai wujud syukur akan nikmat Allah
guna menjadikan atau menghasilkan sesuatu yang terbaik dan bermanfat
bagi kehidupan sebagai wujud pengabdian yang tulus kehadirat Allah.
Orang yang kreatif akan beretos kerja tinggi. Adanya etos kerja
yang kuat memerlukan kesadaran pada orang bersangkutan tentang kaitan
bekerja dengan pandangan hidupnya yang lebih menyeluruh. Etos kerja
dalam Islam adalah hasil suatu kepercayaan seorang Muslim bahwa
bekerja mempunyai kaitan dengan tujuan hidupnya, yaitu memperoleh
ridha dari Allah SWT. Berkaitan dengan ini penting untuk ditegaskan
bahwa pada dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja. Inti ajarannya
ialah bahwa hamba Alalh akan mendekati dan berusaha memperoleh ridha
Allah melalui bekerja atau amal shalih serta dengan memurnikan sikap
penyembahan hanya kepada-Nya.
Kita sebagai muslim, harus menjadi pribadi yang bekerja keras,
tidak bermalas-malasan, tidak meminta-minta agar menjadi muslim yang
kuat karena muslim yang kuat lebih dicintai Nabi daripada muslim yang
lemah. Dan bekerja dalam Islam merupakan suatu bentuk ibadah jika
diniatkan ikhlas mengharap ridha Allah.
d. Penuh Kasih
Nabi memerintahkan kita agar memiliki penuh kasih, baik kepada
diri sendiri maupun kepada sesama, baik kepada tetangga maupun saudara.
Bahkan Nabi mengindikasikan bahwa keimanan seseorang bisa diukur
dengan kecintaannya kepada tetangga saudaranya sebagaiamana ia
mencintai dirinya sendiri.
Dalam adab bergaul dengan teman sebaya harus dengan cinta dan
kasih sayang. Cinta berarti perasaan kasih sayang yang besar. Sementara
kasih sayang terdiri dari dua kata, kasih dan sayang. Kasih sebenarnya
berasal dari rasa belas kasih seperti Allah Swt mengasihi manusia karena
kelemahan dan memang perlu diberi belas kasih. Rasa kasih biasanya
menjadi awal munculnya rasa sayang. Sementara rasa sayang itu sendiri
merupakan perasaan ingin saling menjaga dan membuat bahagia siapapun
yang disayangi.
Kasih sayang antara teman atau anggota masyarakat sangat
penting. Kasih sayang akan melahirkan kekuatan yang besar. Kasih sayang
akan menciptakan masyarakat yang rukun, solid dan kompak dan akan
melahirkan kepekaan sosial yang kuat, bahkan seseorang yang
menyayangi temannya dengan tulus akan melahirkan persaudaraan yang
hakiki. Pergaulan dengan teman sebaya termasuk dengan siapa pun harus
dilandasi oleh rasa kasih sayang dan keikhlasan.
Maka, kita harus menjadi pribadi yang penuh kasih, baik kepada
diri sendiri, maupun kepada orang lain agar tercipta kehidupan yang
harmonis, aman, tenteram, dan sentosa, sehingga kehidupan menjadi
nyaman dan banyak teman dan saudara.
e. Tolong-Menolong
Nabi mengajarkan kepada kita bahwa kita harus membalas orang
yang berbuat baik kepada kita, atau dalam istilah lain yakni tolong-
menolong dalam kebaikan. Apabila kita tidak mampu membalas, maka
kita bisa mendoakannya sebagai gantinya, karena sesungguhnya
melakukan kebaikan itu berat jika sendiri, namun ringan apabila dengan
orang lain kita melakukan tolongmenolong dalam kebaikan. Dalam
bergaul dengan teman sebaya kita harus tolong-menolong, karena
merupakan bagian dari ajaran Islam yang dianjurkan. Tolong-menolong
yang dimaksud di sini adalah tentu saja tolong-menolong dalam hal
kebajikan.
Oleh karena itu ketika seorang teman memiliki hajat ataupun
kegiatan yang membutuhkan pertolongan, maka diusahakan untuk
menolongnya. Dari sini kelak akan timbul keharmonisan dalam berteman.
Tolong-menolong dalam kebaikan dalam Islam dianjurkan karena
merupakan hal yang indah yang patut untuk dilestarikan. Karena bersama-
sama dalam mengerjakan sesuatu akan lebih mudah daripada mengerjakan
hanya mengandalkan diri sendiri.
f. Berbakti Kepada Orang Tua
Nabi telah menjelaskan bahwa Allah mengharamkan berbuat
durhaka kepada Ibu, dan juga ridha Allah terletak pada ridha kedua orang
tua. Ini menjelaskan bahwa kita wajib berbakti kepada orang tua, terutama
ibu, karena ibu telah bersusah payah mengandung, melahirkan, dan
menyusui kita. Islam telah menganjurkan pemeluknya untuk menghormati
orang yang lebih tua dan menyayangi sosok yang lebih muda. Dalam
kamus bahasa Indonesia orang yang lebih tua yaitu orang yang dipandang
tua atau berpengalaman seperti orang tua, para pemimpin dan para
penasihat.
Orangtua misalnya memiliki peran yang sangat penting dalam
membesarkan anaknya. Orangtua adalah orang yang bertanggung jawab
dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan
sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu. Orang tua memiliki kedudukan
yang sangat mulia sehingga Allah memerintahkan kita untuk berbakti
kepada keduanya Allah Swt berfirman : “Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu”. (QS. Luqman (31):
14).
Oleh karena itu, kita wajib berbakti kepada orang tua karena
jasanya mereka yang sangat besar kepada kita yang kita tidak aan pernah
mampu mebalasnya hingga kapapun. Kita harus menghormatinya dan
tidak melukai perasaannya.
g. Suka Memberi
Nabi menjelaskan bahwa setiap kebaikan adalah sedekah,
meskipun hanya dengan memasak daging berkuah, memperbanyak
kuahnya dan dibagikan kepada tetangganya. Ini juga menjelaskan bahwa
Nabi mengajarkan kita bahwa kita harus menjadi pribadi yang suka
memberi, sesuai kesanggupan kita saja. Kompetisi Dalam Kebaikan
(fastabiq al-khairat) secara secara etimologi berarti berlomba-lomba dalam
kebaikan. Anjuran ini tertuju baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Manusia diperintahkan untuk berlomba dalam berbuat kebajikan, baik
kepada manusia atau alam sekitarnya. Misalnya dengan menolong sesama,
menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalan, mengikuti olimpiade
mata pelajaran tertentu dan sebagainya.
Kita harus membiasakan diri untuk suka memberi, dan tidak
meremehkan kebaikan, misal teman kita kita berikan jajan atau kopi
misalnya, sesuai kesanggupan kita, karena itu merupakan hal yang baik
untuk dilakukan agar terjalin hubungan yang akrab dan tidak canggung
lagi dengan teman.
h. Nilai Pendidikan akhlak Ramah
Nabi memerintahkan untuk bersikap ramah kepada saudara kita
apabila kita bertemu dengan mereka dengan murah senyum karena itu
merupakan kebaikan dan sedekah. Kompetisi Dalam Kebaikan (fastabiq
al-khairat) secara secara etimologi berarti berlomba-lomba dalam
kebaikan. Anjuran ini tertuju baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Manusia diperintahkan untuk berlomba dalam berbuat kebajikan, baik
kepada manusia atau alam sekitarnya. Misalnya dengan menolong sesama,
menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalan, mengikuti olimpiade
mata pelajaran tertentu dan sebagainya.
Kita harus menjadi pribadi yang ramah terdap orang lain karena itu
akan memudahkan kita untuk disukai dan berhubungan dengan orang lain,
seperti tersenyum ketika berjumpa dengan saudaranya karena itu juga
merupakan sebuah kebaikan dan kita tidak boleh meremehkannya.
i. Nilai pendidikan akhlak tentang Menolong Orang Lain
Nabi menjelaskan bahwa kita harus menjadi orang yang mau
menolong orang lain karena keutamaan-keutamaan yang didapatkan dari
hal tersebut, yakni Allah akan menghilangkan kesusahannya di hari
kiamat, Allah akan memudahkan dia di dunia dan akhirat, dan Allah
senantiasa menolong hambaNya selama hamba tersebut mau menolong
saudaranya. Amal shalih menurut bahasa diartikan sebagai perbuatan baik
yang mendatangkan pahala, atau sesuatu yang dilakukan dengan tujuan
berbuat baik terhadap masyarakat atau sesama manusia. Amal shalih dari
sisi Arab yaitu amal dan shalih, amal berarti perbuatan dan shalih artinya
baik atau lawan dari rusak.
Secara istilah amal shalih adalah perbuatan bersungguh-sungguh
dalam menjalankan ibadah atau menunaikan kewajiban agama yang
dilakukan dalam bentuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau
sesama manusia. Amal shalih adalah setiap pekerjaan yang baik,
bermanfaat dan patut dikerjakan, baik pekerjaan yang bersifat ubudiyah
(seperti; sholat, puasa, zakat, haji dan lain-lain) atau pekerjaan yang
bersifat sosial (seperti; menolong orang lain, menyantuni anak yatim,
peduli pada sesama dan lain-lain). Amal shalih penting untuk dilakukan
oleh setiap muslim. Allah Swt berfirman:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Selain itu orang yang melakukan amal shalih dijamin mendapatkan
surga oleh Allah Swt. Allah Swt berfirman: Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah Sebaik-
baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selamalamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha
kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Tuhannya. (QS. Al-Bayyinah (98): 7-8).
Karena keutamaan-keutamaan dari menolong oran lain sangat
besar dan banyak, maka kita harus memafaatkannya dengan sebaik-
baiknya, kita harus mau menolong orang bahkan kita harus gemar
menolong orang, terutama yang sedang dalam keadaan kesusahan agar kita
mendapat keutamaannya yang besar di dalamnya.
j. Nilai pendidikan akhlak Mengajak Kepada Kebaikan
Nabi memerintahkan kita untuk mengajak orang lain kepada
kebaikan karena kita akan memperoleh pahala seperti orang orang yang
melakukan kebaikan karena ajakan kita. Islam memberi motivasi kepada
pemeluknya untuk mengedepankan berbuat kebaikan dengan penuh
antusias disebabkan karena melakukan dan menyebarkan kebaikan adalah
tugas pokok setiap insan.
Tanpa kebaikan Allah, maka manusia di muka bumi ini bisa
dipastikan telah musnah sejak ratusan tahun yang silam. Kata fastabiqu
memberi kesan perintah berlomba-lomba agar tidak didahulukan oleh
orang lain. Oleh karena itu ia harus bergerak cepat dan bersegera untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam perlombaan ada tenaga ekstra yang
digunakan, segala kemampuan dikerahkan sehingga cita-cita yang
diinginkan bisa diraih.
Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk mengajak orang lain
kepada kebaikan semampu kita, seperti memerintahkan adk untuk mengaji
dan shalat, mengajak tema untuk menghadiri majelis sholawat, dan
sebagainya.
k. Nilai pendidikan akhlak Menyambung Silaturrahim
Nabi menjelaskan bahwa siapa yang ngin dipalangkan rizkinya dan
dipanjang umurnya maka dengan menyambung silaturrahim. Dan Nabi
menjelaskan bahwa tidak akan masuk surga bagi orang yang memututskan
silaturrahim. Ini menunujukkan tentang keutamaan menyambung
silaturrahim dan bahayanya apabila memutuskan silaturrahim. Ukhuwah
dalam kamus bahasa Indonesia berarti persaudaraan. Secara umum
ukhuwah adalah persaudaraan, kerukunan, persatuan dan solidaritas yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain.
Persaudaraan yang dilakukan oleh umat Islam diistilahkan dengan
istilah ukhuwah islamiyah yang berarti persaudaraan yang didasarkan pada
agama Islam. Dengan demikian ukhuwah islamiyah merupakan bentuk
persaudaraan yang lintas wilayah dan kebangsaan. Jadi siapapun orangnya
dan dari mana saja asalnya selagi ia seorang muslim, maka ia adalah
bersaudara.
Kita harus menyambung silaturrahim, karena persaudaraan itu
indah, dan apabila kita menyambung silaturrahim maka hidup kita akan
ramai, tidak sepi dan berwarna karena dengan menyambung silaturrahim,
persaudaraan akan tetap terjaga dan akan terus bersambung, dalam artian
saudara kita tetap banyak, tidak berkurang, asal kita terus menyambung
silaturrahim
l. Nilai pendidikan akhlak Tidak Saling Mencaci Maki
Nabi menjelaskan bahwa mencaci maki termasuk dosa besar, yakni
mencaci maki kedua orang tua orang lain sehingga orang tersebut juga
mencaci orang tua orang yang mencaci maki tersebut, dan mencaci maki
orang lain juga bisa menyebabkan tindakan saling mencaci maki.
Secara bahasa, ghibah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata
ghaba, yang berarti tidak hadir atau sesuatu yang tertutup dari pandangan.
Kata ghibah dalam bahasa Indonesia berarti menggunjing yakni,
menyebutkan katakata keji atau meniru-niru suara atau perbuatan orang
lain di belakang dirinya dengan tidak berhadapan langsung dengan
maksud untuk menghinanya. Secara terminology ghibah berarti
mengemukakan atau membicarakan perihal orang lain yang apabila orang
lain tersebut mendengarnya, maka ia tidak menyukainya. Ghibah dapat
mencakup hal fisik seperti mengemukakan seseorang kurus, hitam, dekil
dan bentuk fisik lainnya. Bisa juga terkait keturunan misalnya
mengemukakan tentang seseorang anak haram, anak pelacur atau anak
orang miskin. Begitu pula yang terkait dengan prilakunya misalnya
pembohong, penipu dan sifat buruk lainnya
Syaikh Jamaluddin al-Qasimi mengemukakan sesuatu dapat
dikatakan ghibah ketika ia berupa pengungkapan tentang seseorang yang
bersifat mengejek. Oleh karena itu ketika seseorang mengejek bukan
denganpembicaraan tetapi dengan gerak, isyarat dan tulisan juga dapat
dikatakan ghibah. Kita harus menghindari perbuatan saling mencaci
maki/mengejek karena itu perbuatan yang bisa menyebabkan melukai hati
orang lain dan menyebabkan terputusnya hubungan yang baik. Maka kita
harus menghindari perbuatan buruk itu.
m. Nilai pendidikan akhlak Larangan Berseteru Dengan Saudara
Muslim melebihi Tiga Hari
Nabi mengharamkan seorang muslim berseteru dengan saudaranya
yang muslim lebih dari tiga hari, dan yang paling baik diantaranya
keduanya adalah yang mengucapkan salam terlebih dahulu, karena dengan
salam menandai berakhirnya permusuhan. Larangan dalam bergaul dengan
teman sebaya yakni bermusuhan, artinya tidak ramah atau tidak
bersahabat. Oleh karena itu bermusuhan berarti tindakan tidak bersahabat
atau tidak ramah terhadap sesama.
Agama Islam melarang bermusuhan, apalagi dalam waktu yang
cukup lama. Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah halal bagi seorang
muslim mendiamkan (tidak mengajak bicara) saudaranya yang muslim
lebih dari tiga hari. Jika keduanya bertemu, lalu ingin memalingkan
muka, dan yang lain pun demikian juga. Dan yang paling baik di antara
keduanya adalah yang terlebili dahulu mengucapkan salam”. (HR.
Bukhari Muslim).
Tawuran antar pemuda dan pelajar yang kerap terjadi sudah
menjadi budaya dan trend yang salah di kalangan remaja. Tawuran dapat
menyebabkan perpecahan di kalangan para pelajar dan dapat
mengakibatkan korban harta dan jiwa. Seorang muslim dilarang saling
membenci. Sebab Allah Swt telah menjadikan mereka teman dan saudara
yang saling menyayangi, bukan saling membenci. Sebagai seorang
muslim, kita tidak boleh memusuhi saudara muslim lainnya melebihi tiga
hari karena muslim satu dengan muslim lainnya pada haklikatnya adalah
saudara, dan sesama saudara harusnya berhubungan baik, bukannya malah
bermusuhan.

Dengan demikian, maka pendidikan akhlak dalam bab al-birr was


shilah kitab Bulughul Maram memiliki relevansi dengan materi akidah
akhlak kelas XII Madrasah Aliyah dan nantinya bisa digunakan sebagai
referensi tambahan atau sebagai pelengkap dalam mengajarkan materi
kepada siswa.
Table 1.2

Relevansi Pendidikan Akhlak Dalam Bab Al-Birr Was Shilah Kitab Bulughul
Maram dengan Materi Akidah Akhlak Kelas XII Madrasah Aliyah

Relevansi Pendidikan Akhlak Dalam Bab Al-Birr Was Shilah Kitab


Bulughul Maram dengan Materi Akidah Akhlak Kelas XII Madrasah
Aliyah

No
Nilai pendidikan akhlak tidak menyekutukan Allah memiliki 
1 keterkaitan dengan al-asma al-husna al-khaliq
Nilai pendidikan akhlak yakin kepada Allah memiliki keterkaitan 
2 dengan al-asma al-husna al-hasib.

Nilai pendidikan akhlak kerja keras memiliki keterkaitan dengan 


3 akhlak terpuji kreatif, yakni beretos kerja tinggi.
Nilai pendidikan akhlak penuh kasih memiliki keterkaitan dengan 
4 adab bergaul dengan teman sebaya, yakni cinta dan kasih sayang.
Nilai pendidikan akhlak tolong-menolong memiliki keterkaitan 
5 dengan adab bergaul dengan teman sebaya, yakni tolong-menolong
Nilai pendidikan akhlak berbakti kepada orang tua memiliki 
6 keterkaitan dengan adab bergaul dengan yang lebih tua.
7 Nilai pendidikan akhlak suka memberi sesuai dengan memiliki 
keterkaitan dengan akhlak terpuji kompetisi dalam kebaikan
8 Nilai pendidikan akhlak ramah memiliki keterkaitan dengan akhlak 
terpuji kompetisi dalam kebaikan
Nilai pendidikan akhlak menolong orang lain memiliki keterkaitan 
10 dengan akhlak terpuji amal shalih.
Nilai moral mengajak kepada kebaikan memiliki keterkaitan 
11 dengan akhlak terpuji kompetisi dalam kebaikan, yakni melakukan
dan menyebarkan kebaikan adalah tugas pokok setiap insan.
12 Nilai pendidikan akhlak menyambung silaturrahim memiliki 
keterkaitan dengan akhlak terpuji ukhuwah.

Nilai pendidikan akhlak tidak saling mencaci maki memiliki
13 keterkaitan dengan akhlak tercela ghibah.
Nilai pendidikan akhlak larangan berseteru dengan sauara muslim 
14 melebihi tiga hari memiliki keterkaitan dengan larangan bergaul
dengan teman sebaya, yakni bermusuhan
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan analisis data hasil penelitian disimpulkan
sebagai berikut:
1. Nilai pendidikan akhlak dalam hubungan manusia dengan tuhan
dalam bab albirr was shilah kitab Bulughul Maram yakni tidak
menyekutukan Allah dan yakin kepada Allah.
2. Nilai pendidikan akhlak dalam hubungan manusia dengan diri
sendiri dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram yakni
kerja keras dan penuh kasih.
3. Nilai pendidikan akhlak dalam hubungan manusia dengan manusia
lain dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram yakni
tolong-menolong, berbakti kepadaa orang tua, suka memberi,
ramah, menolong orang lain, mengajak kepada kebaikan,
menyambung silaturrahim, tidak saling mencaci maki, dan
larangan berseteru dengan saudara muslim melebihi tiga hari.
4. Relevansi antara nilai pendidikan akhlak dalam bab al-birr was
shilah kitab Bulughul Maram dengan materi akidah akhlak kelas
XII Madrasah Aliyah yakni pendidikan akhlak tidak menyekutukan
Allah memiliki keterkaitan dengan al-asma al-husna al-khaliq, nilai
moral yakin kepada Allah memiliki kemterkaitan dengan al-asma
al-husna al-hasib, nilai akhlak kerja keras memiliki keterkaitan
dengan akhlak terpuji kreatif, yakni beretos kerja tinggi,
pendidikan akhlak penuh kasih memiliki keterkaitan dengan adab
bergaul dengan teman sebaya, yakni cinta dan kasih sayang,
pendidikan akhlak tolong-menolong memiliki keterkaitan dengan
adab bergaul dengan teman sebaya, yakni tolong-menolong,
pendidikan akhlak berbakti kepada orang tua memiliki keterkaitan
dengan adab bergaul dengan yang lebih tua, pendidikan akhlak
suka memberi sesuai dengan memiliki keterkaitan dengan akhlak
terpuji kompetisi dalam kebaikan, ramah memiliki keterkaitan
dengan akhlak terpuji kompetisi dalam kebaikan, pendidikan
akhlak menolong orang lain memiliki keterkaitan dengan akhlak
terpuji amal shalih, pendidikan akhlak mengajak kepada kebaikan
memiliki keterkaitan dengan akhlak terpuji kompetisi dalam
kebaikan, yakni melakukan dan menyebarkan kebaikan adalah

67
68

tugas pokok setiap insan, pendidikan akhlak menyambung


silaturrahim memiliki keterkaitan dengan akhlak terpuji ukhuwah,
tidak saling mencaci maki memiliki keterkaitan dengan akhlak
tercela ghibah, dan pendidikan akhlak larangan berseteru dengan
sauara muslim melebihi tiga hari memiliki keterkaitan dengan
larangan bergaul dengan teman sebaya, yakni bermusuhan.
B. Saran
1. Di era modern yang sangat beraneka ragam identitasnya perlu
penguat nilai pendidikan akhlak agar tatanan akhak di masyarakat
tetap terjaga. Oleh karena itu pendidikan akhlak sebagaimana
dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram sangat perlu
diterapkan di era saat ini.
2. Pembelajaran akidah akhlak sangat beragam materinya, pengajaran
akidah akhlak ini tidak boleh diajarkan hanya pada satu sisi sudut
pandang saja, misalnya pengajaran akidah akhlak ssaja dengan
mengesampingkan nilai pendidikan akhlak, atau sebaliknya.
Karena keduanya merupakan satu kesatuan utuh, yang tidak dapat
dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, agar membentuk
manusia yang sempurna, bermoral dan berakhlak.
3. Bagi para pelajar sebisa mungkin meniru pendidikan akhlak yang
terdapat dalam bab al-birr was shilah kitab Bulughul Maram, agar
ketika belajar tidak menyimpang dari hal baik yang semestinya
diterapkan, sehingga bisa memperoleh ilmu yang baik dan
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Dan Terjemah

Al-Asqalani, Al-Hafizh Ibnu Hajar. Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam.


Makkah: Al-Haromain, 2001.

Al-Baqir, Muhammad, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia.


Jakarta Selatan: Mizania, 2014.

Al Bassam, Abdullah bin Abdurrahman. Syarah Bulughul Maram Jilid 1. Jakarta:


Pustaka Azzam, 2006.

Abdullah bin Abdurrahman. Syarah Bulughul Maram Jilid 7. Jakarta: Pustaka


Azzam, 2007.

Allusy, Abu Abdullah bin Abd al-Salam. Ibanah Al-Ahkam Syarah Bulugh
AlMaram (Jilid Keempat). Selangor: Al-Hidayah Publication, 2010.

Al-Maliki, 'Alawi 'Abbas, Al-Nuri, Hasan Sulaiman. Ibanah Al-Ahkam Syarah


Bulugh Al-Maram (Jilid Pertama). Kuala Lumpur: Al-Hidayah
Publication, 2010.

Al-Qarni, ‘Aidh, La Tahzan Jangan Bersedih. Penerjemah Samson Rahman.


Jakarta: Qisthi Press, 2004).

Al-Rasyidin, Al, Amroeni, et.al. Nilai: Perspektif Filsafat. Medan: Perdana


Publishing, 2016.

Ash-Shan'ani, Muhammad bin Ismail Al-Amir. Subulus Salam-Syarah Bulughul


Maram Jilid 1. Jakarta Timur: Darus Sunnah Press, 2007.

Muhammad bin Ismail Al-Amir. Subulus Salam-Syarah Bulughul Maram Jilid 3.


Jakarta Timur: Darus Sunnah Press, 2008.

Azizi, Muhammad Reza. Akidah Akhlak MA Kelas XII. Jakarta: Kementerian


Agama, 2016.

Azmi, Muhammad. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra- sekolah (Upaya


Mengefektifkan Nilai-Nilai pendidikan Islam dalam Keluarga).
Yogyakarta: CV. Venus Corporation, 2006.

Badrudin. Akhlak Tasawuf. Serang: IAIB Press, 2015

69
70

Ibnu Hajar. Terjemah Bulughul Maram Berdasarkan Takhrij KitabKitab Hadits


Al-Bani. Bekasi: Pustaka Imam Adz-Dzahabi, 2007.

Firwan, Muhammad. "Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Novel Sang Pencerah


Karya Akmal Nasrey Basral," Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 2 No 2
(2017).

Hadi, Amirul, Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka


Setia, 1998.

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 165 Th 2014, Tentang


Kurikulum PAI dan Bahasa Arab Pada Madrasah.

Miswar, et al. Akhlak Tasawuf Membangun Karakter Islami. Medan: Perdana


Publishing, 2015.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2002.

Nawawi, Hadari. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,


1996.

Pujileksono, Sugeng. Metodologi Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang:


Kelompok Intrans Publishing, 2016.

Sangadji, Etta Mamang, Sopiah. Metodologi Penelitian-Pendekatan Praktis dalam


Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010.

Saproni. Panduan Praktis Akhlak Seorang Muslim. Bogor: CV. Bina Karya
Utama, 2015.

Sidiq, Umar, Choiri, Moh. Miftachul. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang


Pendidikan. Ponorogo: CV Nata Karya, 2019.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2016.

Susilawati, Suryanti, Koesbyanto, Dhanu. Urgensi Pendidikan Moral, Suatu


Upaya Membangun Komitmen Diri. Yogjakarta: Surya Perkasa, 2010.

Thabrani, Abdul Muis. Filsafat Dalam Pendidikan. Jember: IAIN Jember Press,
2015.
71

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Kuantitatif, Kualitatif, Library, dan PTK Edisi Revisi. Ponorogo:
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo, 2020.

Tumanggor, Raja Oloan, Suharyanto, Carolus. Pengantar Filsafat Untuk


Psikologi. Sleman: PT Kanisius, 2018.
72

LAMPIRAN-LAMPIRAN
73

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Isnatul Awliah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl Lahir : Desa Bedaro, 05 Maret 2001

Alamat : Desa Bedaro, Bedaro Sebrang Kec Muko-muko


Bathin VII Muaro Bungo Provinsi Jambi

Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat Email : isnatulawliah@gmail.com

Nomor Kontak : 082281065023

Riwayat Pendidikan :

1. UIN STS JAMBI : Tahun 2022


2. PONPES AL-HIDAYAH : Tahun 2018
3. PONPES ITTIHADUL UMMAH : Tahun 2016
4. SDN 115 BEDARO : Tahun 2012
“Orang-orang sukses punya momentum. Semakin sukses mereka, akan semakin ingin
mereka menjadi lebib sukses, dan semakin mungkin mereka menemukan jalan menuju
kesuksesan. Sama seperti kegagalan . Semakin sering kita ingin gagal, kita akan
terperangkap dalam spiral kegagalan”

Jambi, Februari 2022

Isnatul Awliah
74
75

Anda mungkin juga menyukai