Anda di halaman 1dari 86

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENANAMKAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMA’AH


DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 20
TANJUNG JABUNG TIMUR

SKRIPSI

OLEH:
NUR LAILA
NIM : TP.120 414

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENANAMKAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMA’AH
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 20
TANJUNG JABUNG TIMUR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan

OLEH:
NUR LAILA
NIM : TP.120 414

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
PERSEMBAHAN

Alhamdulllahirabbil’alamin…

Alhamdulllahirabbil’alamin…

Alhamdulllahirabbil’alamin…

Akhirnya aku sampai ke tiik ini,secuil keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya
RabbTak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu ya Rabb. Shalawat dan salam
kepada idola ku Rasulullah SAW.

Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan
bagi keluargaku tercinta

Ibundaku tersayang ( Hj. Salmi (Alm) )

Ayahandaku tercinta (H. M. Nuh)

Adikku tersayang (Nur Su’adah )

Suamiku Tercinta (Agus Widodo)

Anakku tersayang (M. Rizky Albughori)

Kepada teman-teman seperjuangan khususnya rekan-rekan PAI “12” dan rekan rekan
kampus UIN STS Jambi yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu terima kasih
yang tiada tara ku ucapakan.
MOTTO

           

          

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Attahrim : 6)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan


kehadirat Allah Swt. sebagai Pencipta, Pengatur, dan Pemelihara alam semesta
ini, dan Yang Maha Kuasa serta Maha Berkehendak atas apa yang di
kehendakinya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan sebagai satu syarat untuk meraih sarjana
program S.1 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN STS jambi, dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih
jauh dari kesempurnaan. Namun berkah dari Allah Swt. serta usaha-usaha penulis,
skripsi ini juga dapat diselesaikan. Selama pembuatan skripsi ini banyak halangan
dan rintangan yang penulis hadapi. Tetapi berkat kerja keras, bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, sehingga semuanya masih bisa di atasi. Pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor UIN STS Jambi
2. Bapak Dr. Hj. Armida, M.Pd Selaku Dekan FTK UIN STS Jambi
3. Bapak Ridwan, S.Psi, M. PSi Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
dan segenap staf yang telah memberikan fasilitas dan layanan administrasi
dengan baik selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Ridwan. S.Psi., M.Psi Selaku Ketua sidang Munaqasah
5. Ibu Dra. Hj. Hadijah, M.Pd Selaku Penguji I sidang Munaqasah
6. Ibu Hj. Hindun, M.Pd.I Selaku penguji II sidang Munaqasah
7. Bapak Saparuddin M.Pd selaku sekretaris Sidang Munaqasah
8. Bapak Dr. H. M. Saman Sulaiman, M.Ag sebagai pembimbing I dan Bapak
Jaya, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing, mengarahkan penulis dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan
rasa tanggung jawab, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
9. Pimpinan Perpustakaan Institut dan Fakultas Tarbiyah serta karyawan/I yang
telah membantu penulis dalam melengkapi referensi dalam penulisan skripsi
ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan hikmah


dan manfaat bagi semua pihak dan khususnya bagi penulis sendiri. Amin ya
Rabbal „Alamin.
Jambi, November 2018

Penulis

Nur Laila
NIM.TP.120414
ABSTRAK
Nama : Nur Laila
NIM : TP.120414
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul :Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan
Pembiasaan Shalat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur

Siswa-siswi SMPN 20 Tanjabtim tidak mempunyai motivasi untuk


mengerjakan sholat dzuhur berjama‟ah disekolah, terlebih lagi guru pendidikan
agama islam terlihat tidak memiliki upaya atau strategi apapun untuk menyikapi
hal tersebut, seharusnya Guru pendidikan agama islam menjadi faktor utama yang
harus berperan untuk menerapkan pembiasaan sholat bagi siswa nya disekolah,
guru haruslah mempunyai strategi untuk membuat siswa mau atau terbiasa
menjalankan perintah sholat ini terutama sholat dzuhur yang dilakukan disekolah.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tahap teknik analisis
data meliputi reduksi data, penyajian data dan verifikasi data, sedangkan
pengecekan keterpercayaan data dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan,
ketelitian pengamatan, triangulasi, dan melakukan konsultasi ke pembimbing.
Strategi peningkatan pembiasaan shalat berjama‟ah pada siswa di SMPN
20 Tanjung Jabung Timur adalah Adanya pelaksanaan shalat dzuhur berjama‟ah
secara kontinyu, Faktor-faktor pendukung peningkatan pembiasaan shalat
berjama‟ah pada siswa di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur adalah Mayoritas
siswa-siswi SMPN 20 Tanjung Jabung Timur bergama islam, Faktor-faktor yang
menjadi penghambat dalam meningkatkan pembiasaan shalat berjama‟ah adalah
Faktor intern.
Saran atau usulan sebagai masukan untuk lebih meningkatkan kegiatan
pembiasaan shalat berjama‟ah di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur bagi Kepala
Sekolah , bagi Guru dan bagi siswa.

Kata Kunci : Strategi Guru, Pembiasaan, Sholat Berjama‟ah


ABSTRACT
Name : Nur Laila
NIM : TP.120414
Department : Islamic Education
Title : The Strategy of Islamic Education Teachers in Embedding the
Habit of Congregational Prayers at State Junior High Schools
(SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur

Students of Tanjabtim Junior High School 20 do not have the motivation


to do the midnight prayers at the school, moreover the Islamic religious education
teacher does not seem to have any efforts or strategies to address this, the Islamic
religious education teacher should be the main factor that must play a role in
applying habituation prayer for students at school, the teacher must have a
strategy to make students want or are accustomed to carrying out this prayer
command especially dzuhur prayers which are conducted at school.
This research is qualitative research using data collection methods of
observation, interviews, and documentation. Stages of data analysis techniques
include data reduction, data presentation and data verification, whereas checking
of data reliability is done with extension of participation, observation accuracy,
triangulation, and consultation to supervisor
The strategy of increasing the habit of congregational prayer in students
at Tanjung Jabung Timur Junior High School 20 is that there is a continuous
Dhul'ah congregation in congregation, the supporting factors of increasing
congregational prayer in students at Tanjung Jabung Timur 20 Public High School
are the majority of junior high school students 20 Tanjung Jabung Timur is in
Islam, the factors that inhibit increasing habitual congregational prayer are
internal factors.
Suggestions or suggestions as input to further enhance the activities of
praying in congregation at the Tanjung Jabung Timur Public High School 20 for
the Principal, for the Teachers and for students.

Keywords: Teacher Strategy, Habituation, Prayer berjama'ah


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

NOTA DINAS ................................................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................................... v

PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi

MOTTO ............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

ABSTRAK ........................................................................................................ x

ABSTRACT...................................................................................................... xi

DAFTAR ISI. .................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah. ..................................................................... 1


B. Fokus penelitian ................................................................................... 6
C. Rumusan Masalah. ............................................................................. 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.. ....................................................... 7
BAB II KERANGKA TEORI

A. Kajian Teoritik ....................................................................................... 9


B. Studi Relevan....................................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ..................................................... 29


B. Setting Dan Subjek Penelitian ............................................................. 29
C. Jenis dan sumber Data ........................................................................ 30
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 31
E. Teknik Analisis Data. ............................................................................ 32
F. Uji Keterpercayaan Data. ..................................................................... 34
G. Jadwal Penelitian ................................................................................. 36
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan umum ..................................................................................... 37


B. Temuan Khusus ................................................................................... 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. .......................................................................................... 59
B. Saran. ................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Jadwal Penelitian ....................................................................................... 36

Tabel 4.1:Keadaan Sarana dan Prasarana SMPN 20 Tanjung Jabung Timur ............... 40

Tabel 4.2:Keadaan Tenaga Pendidik SMPN 20 Tanjung Jabung Timur. ...................... 43

Tabel 4.3: Keadaan Peserta Didik SMPN 20 Tanjung Jabung Timur…………................. 45


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Instrumen Pengumpulan Data

Lampiran 2: Foto Kegiatan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi
sumber daya manusia. Suatu proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan
semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia
yang handal dan berkualitas. Sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan
nasional itu sendiri.Berbicara tentang pendidikan tentu tidak lepas dari masalah
pengajaran, karena pengajaran atau mengajar merupakan istilah yang tidak luput
dari pembahasan pendidikan, pengajaran sebagai aktivitas pendidik yang tugas
utamanya mendidik.

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat diprioritaskan dalam


pembangunan nasional, karena akan mewujudkan cita-cita untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk
peningkatan mutu pendidikan, seperti perbaikan dan peningkatan sarana dan
prasarana, penataran guru, metode serta perbaikan kurikulum.

Pendidikan secara umum bertujuan untuk mengembangkan sumber daya


manusia yang utuh dan handal, tetapi seringkali sangat kurang idealitis dan tanpa
arah, sehingga kurang relevan dengan kebutuhan dilapangan.Hanya manusia
berdaya yang mampu mengatasi problema dalam hidup ini.Oleh karena itu
diperlukan manusia-manusia yang tangguh, handal, cerdas, berwatak dan
kompetitif. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tiga factor yakni sifat bawaan,
lingkungan dan latihan

Peran pendidkan tentunya pada factor lingkungan dan latihan yakni


mampu menciptakan suasana yang terkondiskan dan memberikan latihan-latihan
yang diperlukan yang berkaitan dengan permasalahan dalam kehidupan.Oleh
karena itu dibutuhkan suatu pembelajaran yang kreatif untuk menghasilkan
manusia yang kreatif dan pendidikan manusia yang seutuhnya (whole-person
education) untuk menghasilkan manusia yang memiliki keterampilan (life skill)
dan berkarakter.

Manusia dan pendidikan adalah dua hal yang terkait erat. Siapapun dia,
mulai dari bayi hingga dewasa dan tua selalu terlibat dalam proses pendidikan
atau belajar untuk mengenal, mengetahui, memikirkan, memahami,
mempertimbangkan atau memutuskan, dan berbuat untuk dilaksanakan. Dengan
demikian urusan pendidikan, seolah tanpa proses pendidikan manusia tidak
mampu berbuat atau bertindak dengan baik dan benar. Dengan demikian
pendidikan menjadi persoalan utama dan pertama yang harus dialami oleh setiap
manusia sebelum melakukan aktivitas apapun.

Pendidikan merupakan aktivitas jasmani dan ruhani yang rumit, yang


menyatukan semua potensi dan keistimewaan manusia. Nabi Muhammad SAW
dalam sebuah sabdanya mengingatkan manusia “Menuntut ilmu itu dimulai dari
bulian sampai ke liang lahat Pepatah ini merupakan sebuah lompatan besar dalam
dunia pendidikan, ketika rasul yang mulia itu lebigh dari 14 abad yang lalu
menginspirasikan manusia agar mereka menuntut ilmu dari sejak dalam buaian –
perut – ibunya sampai datangnya ajal. Tentu saja himbauan ini ditujukan kepada
orang tua, agar anak-anak mereka diberi pelajaran dan pendidikan sejak dalam
perut ibunya.

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi


pembangunan suatu bangsa dan Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di
perguruan tinggi yang melibatkan dosen sebagai pendidik dan mahasiswa sebagai
peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses
pembelajaran.

Pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh pendidikan atau orang


dewasa lainnya untuk membuat siswa dapat belajar dan mencapai hasil belajar
yang maksimal. Akan tetapi mengajar tidak semudah itu, tiap mata pelajaran dan
pokok bahasan dalam kegiatan proses pembelajaran membutuhkan metode dan
teknik yang bervariasi, pemilihan metode dan teknik tidak dapat begitu saja
ditentukan oleh selera dan kemauan guru. Pemilihan tersebut juga tergantung pada
pokok bahasan tujuan belajar yang harus dicapai disisi lain bakat, minat dan usia
kemampuan siswa juga ikut mempengaruhi.

Guru dituntut untuk aktif dan kreatif menciptakan suasana pembelajaran


yang efektif agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai
secara optimal. Guru juga harus dapat menerapkan pembelajaran yang inovatif
dan menyenangkan sesuai pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.
Pembelajaran sebaliknya diselenggarakan dalam suasana yang menyenangkan
karena pembelajaran yang menyenangkan tentunya akan mendorong peserta didik
untuk belajar dan tertarik terhadap pembelajaran tersebut.
Guru harus profesional dalam dalam membentuk kompetensi peserta didik
sesuai dengan karakteristik, individual masing-masing. Guru juga harus
menyenangkan, tidak saja bagi peserta didik, tetapi juga bagi dirinya.Artinya,
belajara dan pembelajaran harus menjadi makanan pokok guru sehari-hari, garus
dicintai, agar dapat membentuk dan membangkitkan rasa cinta dan nafsu belajar
peserta didik.Dalam kondisi dan perubahan yang bagaimanapun dahsyat, guru
harus tetap guru; guru jangan terpengaruh oleh isu, dan jangan bertindak terburu.
Pendidikan agama merupakan salah satu bidang studi yang diharapkan
dapat memberi peranan dalam usaha menumbuh kembangkan sikap beragama
siswa.Sikap dan kemampuan siswa dalam beragama merupakan cerminan dari
keberhasilan guru agama disekolah dalam menyalurkan ajaran agama melalui
usaha pendidikan.
Karena itu para pendidik harus dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
sehingga proses pendewasaan tersebut dapat terselenggara dan tujuan bisa
tercapai. Guru harus bisa mengajar dengan baik agar supaya pengajaran bisa
berhasil. Ciri pengajaran yang berhasil salah satu diantaranya dilihat dari kadar
kegiatan siswa belajar. Makin tinggi kegiatan belajar siswa makin tinggi
peluangberhasilnya pengajaran. Ini berarti kegiatan guru mengajar harus
merangsang kegiatan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar (Nana Sudjana,
1989: 72)

Begitu pentingnya shalat untuk umat Islam, tetapi ketika melihat realita
zaman sekarang, banyak anak yang meninggalkan shalat, padahal mereka tahu
hukum shalat yakni wajib, dan mereka tahu bagaimana tata caranya untuk
beribadah shalat. Dan lebih tragisnya terkadang malah ada anak yang bacaan
shalatnya ada yang tidak tahu. Padahal anak-anak adalah generasi penerus, dan
bagaimana nantinya Islam dimasa mendatang ketika realita generasi umat Islam
seperti itu.

Shalat adalah satu-satunya ibadah dalam Islam yang langsung diwajibkan


hukumnya di langit, berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain yang ditetapkan
hukumnya dibumi. Shalat juga satu-satunya ibadah yang tidak bisa diganti baik
dengan denda atau fidyah, serta dalam konsidi apapun tidak ada hal yang bisa
menggugurkan kewajiban shalat. Dari konteks tersebut, sebagai orang tua sudah
seharusnya untuk tidak bosan-bosan menyuruh anaknya untuk shalat. Seperti
sabda nabi yang artinya“perintahkanlah kepada anak yang telah mencapai usia
tujuh tahun untuk mengerjakan shalat dan apabila telah mencapai sepuluh tahun
maka pukulalah jika ia meninggalkan shalat.”(H.R Turmudzi)

Pembiasaan merupakan bagian penting dalam tahapan peserta didik


untukmulai bersosialisasi, berinteraksi sosial di lingkungan sekolahnya, dimana
mulamula mengembangkan ketrampilan hidupnya yang masih tergantung pada
faktor ekstenal. Oleh karena itu, peran guru sebagai pengganti orang tua yang
berada di sekolah sangat dibutuhkan dalam mengembangkan pembiasaan
berperilaku yang dikehendaki (misalnya disiplin, tertib, menghargai sesama dan
mencintai sesama makhluk ciptaan Tuhan) melalui contoh dan tindakan nyata.

Secara lebih rinci rinci tugas guru adalah mendidik anak dengan titik berat
memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun
jangka panjang, memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman
belajar yang memadai, serta membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti
sikap, nilainilai dan penyesuaian diri (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004:
104).

Sedangkan pembiasaan terbentuk melalui pengulangan dan memperoleh


bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasan. Anak yang sering
mendengar orang tuanya mengucapkan nama Allah, umpamannya, akan mulai
mengenal nama Allah. Hal itu kemudian mendorong tumbuhnya jiwakeagamaan
pada anak tersebut. Demikian pula anak dapat berdisiplin dengan berlatih
mematuhi peraturan yang secara berulang-ulang di lingkungan keluarga, sekolah
dan lingkungan lainnya (Hery Noer Aly, 1999: 189)

Pembiasaan shalat berjama‟ah pada siswa di sekolah pada hakikatnya


adalah upaya pendidik dalam mewujudkan nilai-nilai agama sebagai tradisi dalam
berperilaku yang diikuti oleh siswa maupun warga sekolah yang lainnya. Dengan
menjadikan agama sebagai tradisi di sekolah, maka secara sadar maupun tidak
sadar ketika siswa telah mengikuti tradisi yang sudah tertanam tersebut berarti
mereka sudah menjalankan ajaran agama. (Asmaun Sahlan, 2009: 77).

Maka dari itu semua tugas pendidik muslim harus bisa benar-benar
merealisasikan pengalaman shalat bagi generasi muda Islam agar bisa
mengamalkan shalat bagi generasi muda Islam agar bisa mengamalkan ajaran
Islam terutama dalam kehidupan sehari-hari mengingat urgensi dari ibadah sholat
itu sendiri.

Perkembangan zaman yang serba materi seperti saat ini banyak umat islam
yang begitu ringan meninggalkan shalat berjama‟ah, umat lebih sibuk dengan
kepentingan dunia. Padahal dengan shalat berjama‟ah paling tidak mengandung
hikmah. Dapat membangun persatuan umat, mamaklumatkan syiar islam,
mengikis kesenjangan sosial antara anggota masyarakat, memupuk semangat
ukhuwah umat islam dan masih banyak lagi.

Guru di sekolah, selain sebagai pendidik juga menjadi orang tua untuk
peserta didiknya, yakni sebagai orang tua kedua.Pendidikan di sekolah tentu harus
bisa menggantikan pendidikan keluarga, kerana orang tua sudahmengamanatkan
anaknya kepada pihak sekolah untuk mendidik anak-anak mereka ketika tidak
berada dalam pengawasan orang tuanya. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa-siswanya untuk turut serta melakukan shalat bersama-sama. Sebab dengan
kebiasaan ini siswa diharapkan akan mengerti bahwa shalat itu merupakan
keharusan bagi seiap orang Islam,bila dewasa kelak menjadi kebiasaan yang
sudah berakar dalam kehidupannya sehingga menjadi tanggung jawab moral
dalam melaksanakannya.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa-siswanya untuk turut serta


melakukan shalat bersama-sama. Sebab dengan pembiasaan ini siswa diharapkan
akan mengerti bahwa shalat itu merupakan keharusan bagi setiap orang Islam, bila
dewasa kelak menjadi kebiasaan yang sudah berakar dalam kehidupannya
sehingga menjadi tanggung jawab moral dalam melaksanakannya.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis, peneliti


menemukan bahwa banyak sekali siswa-siswa SMPN 20 Tanjabtim tidak
melaksanakan sholat dzuhur berjama‟ah di mushollah sekolah dengan berbagai
alasan, bahkan mereka lebih suka berkumpul dikantin dan kelas saat sholat
berjama‟ah dilaksanakan, padahal di SMPN 20 Tanjabtim ini seluruh siswa-siswi
nya mayoritas beragama islam.

Jika ditanya mengapa mereka tidak melaksanakan sholat, kebanyakan sisi


mengatakan mereka sedang berhalangan/haid, lupa membawa mukenah.
Sedangkan siswa yang ditanya beralasan bahwa air sering mati disekolah sehingga
mereka tidak bisa berwudhu‟. Hasil kecil seperti inilah yang membuat mushollah
sekolah SMPN 20 Tanjabtim lengang.

Siswa-siswi tidak mempunyai motivasi untuk mengerjakan sholat dzuhur


berjama‟ah disekolah, terlebih lagi guru pendidikan agama islam terlihat tidak
memiliki upaya atau strategi apapun untuk menyikapi hal tersebut, seharusnya
Guru pendidikan agama islam menjadi faktor utama yang harus berperan untuk
menerapkan pembiasaan sholat bagi siswa nya disekolah, guru haruslah
mempunyai strategi untuk membuat siswa mau atau terbiasa menjalankan perintah
sholat ini terutama sholat dzuhur yang dilakukan disekolah.

Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan


sebuah penelitian dengan judul : STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DALAM MENANAMKAN PEMBIASAAN SHOLAT
BERJAMA’AH DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI (SMPN)
20 TANJUNG JABUNG TIMUR.

B. Fokus Penelitian
Penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan semula, maka perlu
adanya pembatasan masalah : penelitian ini difokuskan pada Stratrgi Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Dzuhur
Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung jabung
timur.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjdi pokok-
pokok permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Strategi guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan


Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur?
2. Apa Saja Faktor Pendukung dan Penghambat yang dihadapi guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat
Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung
Jabung Timur?
3. Apa Saja Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Faktor Penghambat
Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui bagaimana Strategi guru Pendidikan Islam Dalam
Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.
b. Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi
guru Pendidikan Islam Dalam Menanamkan pembiasaan Sholat
Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung
Jabung Timur.
c. Ingin Mengetahui Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Faktor
Penghambat Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan penelitian ini adalah:
a. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana
strata satu (S.1) dalam Ilmu Tarbiyah dan keguruan Jurusan Pendidikan
Agama Islam pada IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
b. Untuk mengetahui bagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur
c. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat yang
dihadapi guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Pembiasaan
Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20
Tanjung Jabung Timur.
4. Untuk mengetahui Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Faktor
Penghambat Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik
1. Strategi
Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia, strategi
merupakan sebuah perencanaan yang panjang untuk berhasil dalam mencapai
suatu keuntungan. Strategi menurut bahasa (inggris) adalah siasat, kiat atau
rencana.Dalam pembahasan mengenai PMB, strategi berarti prosedur atau
langkah-langkah pelaksanaan mencapai sasaran.Samahalnya dengan strategi
mengajar, strategi PMB juga memerlukan alokasi upaya kognitif
(pertimbangan akal).Secara cermat. (Supriyadi,2013: 59)

Strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam


usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.Dihubungkan dengan belajar
mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan. (Djamarah dan Aswan Zain,2013 : 5 ). Strategi adalah
pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan,
perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.

Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki


tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki
taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik
yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat,
walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukan kedua kata
tersebut

Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, strategi untuk


memenangkan keseluruhan satu pertandingan.Pada awalnya kata ini
dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke
berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, dan olahraga.
2. Guru
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan formal.tugas utama itu akan efektif jika
guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi,
kemahiran, keakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau
norma etik tertentu.(Supradi,2013,11)

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang


memberkan lmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid,
di surau/musholla, di rumah, dan sebagainya. (Djamarah, 2010,31)

Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus.


Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian
untuk melakukan pekerjaan sebagi guru.Profesi guru memerlukan syarat-syarat
khusus, apalagi sebagai guru yang profesional, yang harus menguasai seluk-
beluk pendidikan dan pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan.Profesi
ini juga pelu pembinaan dan pengembangan melalui masa pendidikan tertentu
atau pendidikan prajabatan. (Ningrum,2013 : 101 )

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang


yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam Undang-Undang
Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 2, dikatan sebagai tenaga
profesional yang mengadung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan
oleh seseorang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi
pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan pendidikan tertentu.
(Ningrum,2013 : 101 )

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan menengah. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki
kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan
mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai
tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.
(Ningrum,2013 : 101 )

Saiful Bahri Djamarah secara keseluruhan guru adalah figur yang


menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau
di sekolah. Tidak ada seorang pun yang tidak mengenal guru.Hal ini
dikarenakan figur seorang guru itu bermacam-macam seperti guru silat, guru
ngaji, guru mata pelajaran, dan lain-lain. Ki Hajar Dewantara menyebutkan
sosok guru sebagai berikut tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, ing
ngarso sung tulodo. (Martinis Yamin, Maisah, 2012 : 100)

Selain guru dalam pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir siapa saja
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam,
orang yang paling bertanggung tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak
didik. Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hak;
pertama karena kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua
anaknya, dan karena itu dia ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidik
anaknya; kedua karena kepentingan terhadap kemajuan perkembangan
anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.(Martinis Yamin,
Maisah, 2012 : 101 )

Menurut Mulyasa, semua orang yakni bahwa guru memiliki andil


yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat
berperan dalam membantu perkembengan peserta didik untuk mewujudkan
tujuan hidupnya secara optimal. Kenyakinan ini muncul karena manusia adalah
makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang
lain, sejak lahir bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa
setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian
halnya peserta didik; ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada
saat itu juga menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang
secara optimal.(Martinis Yamin, Maisah, 2012 : 102)

Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh


peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam
kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena
antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat
mendasar.

Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu


pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik.Mereka memiliki peran dan
fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta
mensejahterakan masyarkat, kemajuan negara dan bangsa.

Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan


kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan
kompetensinya, secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional,
dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut:
1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta
didik.
3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani
peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat
mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran
pemecahan.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturrahmi)
dengan lain secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisai yang wajar antar peserta didik, orang
lain, dan lingkungannya.
8. Menjadi pembantu jika diperlukan.
Untuk memenuhi tuntutan diatas, guru harus mampu memaknai
pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajaran pembentukan
kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.(Martinis Yamin,
Maisah, 2012 : 102)

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. (Facruddin Saudagar, Ali idrus, 2009, 6)

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, dalam bukunya Ilmu Pendidikan


Islam, secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat
memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya hendaknya memenuhi
beberapa syarat sebagai berikut:

a. Takwa kepada Allah


Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik
anak agar bertakwa kepada Allah jika Ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya.
Sebab ia adalah teladan bagi muridnya sebagaimana rasulullah saw. Yang
merupakan teladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu
memberi teladan baik kepada murid-muridnya sejauh itu pulalah ia
diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus
bangsa yang baik dan mulia.
b. Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu
yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai ijazah
supaya ia dibolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya
jumlah murid sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh daripada
mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima
guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan
bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu pendidikan dan pada
gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.
c. Sehat jasmani
Guru akan mampu menunaikan tugasnya dengan baik bila didukung dengan
kesehatan yang baik. Kesehatan ini menjadi penting akan mempengaruhi
semangat mengajar dan tercapainya tujuan pendidikan.
d. Berkelakuan baik
Budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan watak murid. Guru
harus menjadi suri teladan karena anakanak bersifat suka meniru. Diantara
tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak baik kepada anak dan hal ini
bisa terwujud jika guru berakhlak baik pula. (Zakiah Daradjat, 2011, 41-42)
Guru adalah tenaga profesional. Hal tersebut diperkuat dalam
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dengan visi
yaitu mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-
prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga
negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. (Abd. Rahman
Getteng, 14)
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas dalam kelas atau sekolah tapi
juga dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen
strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju
kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio sine
quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun, dalam
kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih pada era kontenporer ini.( Moh. Uzer
Usman, 1999, 6-7)
Menurut Mahmud, istilah yang tepat untuk menyebut guru adalah
mu‟ allim. Arti asli kata ini dalam bahasa Arab adalah menandai. Secara
psikologis pekerjaan guru adalah mengubah perilaku murid. Pada dasarnya
mengubah perilaku murid adalah memberi tanda, yaitu tanda perubahan.(
Mahmud, 2010, 289 )

Dalam khazanah pemikiran Islam, guru memiliki beberapa istilah,


seperti “ustadz”, “mu„allim”, muaddib”, dan “murabbi”. Beberapa istilah
untuk sebutan “guru” itu terkait dengan beberapa istilah untuk pendidikan,
yaitu “ta„lim”, “ta‟dib”, dan “tarbiyah”. Istilah mu„allim lebih
menekankan guru sebagai pengajar dan menyampaikan pengetahuan
(knowledge) dan ilmu (science); istilah muaddib lebih menekankan guru
sebagai pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan
sedangkan istilah murabbi lebih menekankan pengembangan dan
pemeliharaan baik aspek jasmaniah maupun aspek ruhaniah. Sedangkan
istilah yang umum dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas dan
netral adalah ustadz yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan
guru.( Marno dan Idris, 2010 :15)

Guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau,harus


dilaksanakannya sebagai seorang guru. Sardiman dalam bukunya yang
berjudul Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar diterangk an ada
beberapa berpendapat tentang peran guru antara lain :

a. Prey Katz menggambarkan peran guru sebagai kominator, sahabat yang


dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi
dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah
laku serta nilai-nilai orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
b. Havighurst menjelaskan bahwa peran guru disekolah sebagai pegawai
(employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subardinate)
terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman
sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik,
sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
c. James W.Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara
lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan
dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan
mengevaluasi kegiatan siswa.
d. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan
bahwa peran guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide
tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan
sikap. (Sardiman, 2011:143-144)
Guru bertanggung jawab melaksanakan sistem pembelajaran agar
berhasil dengan baik. (Oemar Humalik, 2007:108) Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, guru adalah salah satu komponen manusia dalam proses
pembelajaran yang ikut berperan dalam profesinya mengajar. (Departemen
Pendidikan Nasional, 2002:785.) Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005, tentang Guru dan Dosen, tergambar dengan jelas definisi guru sebagai
berikut: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidik formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. (UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Bab I Pasal 1 ayat 1 dalam Abd. Rahman Getteng, 2012:93 )

Salah satu hal yang perlu dipahami guru untuk mengefektifkan proses
pembelajaran adalah bahwa semua manusia (siswa) dilahirkan dengan rasa
ingin tahu yang tak pernah terpuaskan dan mereka semua memiliki potensi
untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itulah, guru perlu
menciptkan lingkungan belajar yang kondusif dan menantang rasa ingin
tahu siswanya.( E. Mulyasa, 2008: 49)

3. Pendidikan Agama Islam


Pengertian pendidikan agama Islam dalam GBPP SMU seperti yang
dikutip oleh Akmal Hawi adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam
menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam melaluai
kegiatan bimbingan, pengarahan, atau latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.(Akmal
Hawi : 19-20)
Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2/1989
Pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat: (a) pendidikan Pancasila, (b) pendidikan agama, (c)
pendidikan kewarganegaraan. Dari isyarat pasal tersebut dapat dipahami bahwa
bidang studi pendidikan agama, baik agama Islam maupun agama lainnya
merupakan komponen dasar/wajib dalam kurikulum pendidikan nasional.
(Akmal Hawi : 19-20)
Pendidikan Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah,
al-ta‟dib, dan al-ta‟lim.Dari ketiga istilah tersebut term yang populer
digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah termal-tarbiyah sedangkan
term al-ta‟dib dan al-ta‟lim jarang sekali digunakan.Padahal kedua istilah
tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan
Islam.penggunaan al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini
memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna
tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga
kelestarian atau eksisensinya.
Uraian diatas, secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses
pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah
sebagai “ pendidik “ seluruh ciptaanNya.(Samsul Nizar,2002,25-26)
Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada prilaku dan perbuatan
manusia yang berpedoman pada syariat Allah. Artinya, manusia tidak merasa
keberatan atas ketetapan Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang digambarkan
Allah dalam firmannya ini :
              

    

Artinya : maka demi tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya. (An-nisa‟ : 65)
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa keselamatan manusia dari kerugian
dan azab Allah dapat tercapai melalui tiga bentuk pendidikan berikut. Pertama,
pendidikan individu yang membawa manusia pada keimanan dan ketundukan
kepada syariat Allah SWT serta beriman kepada yang ghoib; kedua,
pendidikan diri yang membawa manusia pada amal shaleh dalam menjalani
hidupnya sehari-hari; dan ketiga, pendidikan masyarakat yang membawa
manusia pada sikap saling pesan dalam kebenaran dan saling memberi
kekuatan ketika menghadapi kesulitan yang pada intinya, semuanya ditujukan
untuk beribadah kepada Allah.(Abdurrahman An nahlawi, 1995, 25-27)

Kongres sedunia ke 11 tentang pendidikan Islam tahun 1980 di


islamabad, menyatakan bahwa :Tujuan pendidikan Islam adalah untuk
mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta
didik).Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan indera.
Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek
fitrah peserta didik; aspek spritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, dan
bahasa, baik secara individual maupun kolektif; dan mendorong semua aspek
tersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir
pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna
kepada allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat
manusia.(Samsul Nizar, 2002, 37-38)
Secara praktis, muhammad Athiya al-abrasyi, menyimpulkan bahwa
tujuan pendidikan Islam terdiri atas lima sasaran, yaitu: (Samsul Nizar,2002,
37)
1) Membentuk akhlak mulia
2) Mempersiapkan kehidupan dunia dan akherat
3) Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya
4) Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik
5) Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil.
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
mengimani, bertakwa berahlak mulia, mengamal ajaran agama Islam dari
sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan al-Hadits, melalui kegitan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta pengunaan pengalaman. (Ramayulis,
2010 : 21)
Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah
Swt serta berahlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa
dan bernegara. (Ramayulis, 2010 : 22)
Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam di atas penulis
menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk
menyiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami dan mengamalkan
ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt.
Demikian beberapa pengertian guru menurut para pakar pendidikan.
Adapun pengertian Pendidikan Agama Islam itu sendiri peneliti mengutip dari
beberapa sumber buku sebagai berikut:
PAI dibakukan sebagai nama kegiatan mendidikkan Agama Islam.
PAI sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan “Agama Islam”, karena
yang diajarkan adalah agama Islam bukan Pendidikan Agama Islam. Nama
kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikkan agama Islam disebut sebagai
Pendidikan Agama Islam. Kata “pendidikan” ini ada pada dan mengikuti setiap
mata pelajaran. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu bagian dari
pendidikan Islam. (Muhaimin, 2012 : 163)
Menurut Muhaimin, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk
menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT,
mewujudkan manusia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia
yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis,
berdisiplin bertoleransi menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta
mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. (Wahab dkk, 2011,
65-66)
Guru PAI adalah sosok yang diharapkan menjadi pengubah tingkah
laku dan pola pikir siswa serta masyarakat dari pribadi yang tidak baik menuju
pribadi lebih baik melalui materi PAI yang diajarkannya. Oleh karena itu
seorang guru Pendidikan Agama Islam hendaknya memiliki karakteristik yang
dapat membedakannya dengan guru lain. Dengan karakteristik itu menjadi ciri
dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya. Totalitas
tersebut kemudian akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan
perbuatannya. Karakteristik pendidik atau guru muslim dapat dilihat dalam
beberapa bentuk yaitu:
a. Mempunyai watak dan sifat rabbaniyah yang terwujud dalam tujuan,
tingkah laku dan pola pikirnya.
b. Untuk mencari keridhaan Alah dan penegakan kebenaran.
c. Bersifat sabar dalam mengajarkan bebagai pengetahuan kepada peserta
didik.
d. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
e. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi sesuai dengan
prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan.
f. Berlaku adil terhadap peserta didiknya. (Samsul Nizar, 2002:45-46)

4. Pembiasaan
Menurut Bellefroid, pembiasaan merupakan semua peraturan yang
meskipun tidak ditetapkan oleh pemerintah, tetapi ditaati oleh seluruh rakyat
karena mereka yakin bahwa peraturan itu berlaku sebagai hukum. Agar
kebiasaan itu mempunyia kekuatan dan dapat dijadikan sebagai sumber hukum,
maka ditentukan oleh 2 faktor:
a. Adanya perbuatan yang dilakukan berulang kali dalam hal yang sama yang
selalu diikuti dan diterima oleh orang yang lainnya.
b. Adanya keyakinan hukum dari orang-orang atau golongan-golongan yang
berkepentingan. Maksudnya adanya keyakinan bahwa kebiasaan itu
memuat hal-hal yang biak dan pantas ditaati serta mempunyai kekuatan
mengikat (Budiyanto, 2003 : 124).
Secara Etimologi, pembiasaan berasal dari kata “biasa”. Dala kamus
Besar Bahasa Indonesia, “biasa” adalah “(1) Lazim atau umum; (2) Seperti
sedia kala; (3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan
sehari-hari”. Menurut Armai Arief dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an”
menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses
membuat sesuatu/seseorang menjadi terbiasa.( Armai Arief, ,2002: 110)
Sedangkan dalam pengertian yang lain, yang dimaksud pembiasaan adalah
proses penanaman kebiasaan. Kebiasaan adalah pola untuk melakukan
tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan
yang dilakukannya secara berulang-ulang untuk hal yang sama.

Kartini Kartono dan Dali Gulo memberikan pengertian, bahwa


kebiasaan (habit) adalah tingkah laku yang diperoleh dan dimanifestasikan
secara konsisten atau tindakan yang telah dipelajari dan menjadi mapan serta
relatif otomatis melalui pengulangan terus menerus. (Kartini Kartono dan
Ghalio1987: 198)

Senada dengan pengertian yang telah diutarakan tersebut di atas, M.D.


Dahlan mengartikan bahwa yang dimaksud dengan kebiasaan atau habit adalah
suatu cara-cara bertindak yang persistent, uniform, dan hampir-hampir
otomatis (hampir tidak disadari oleh pelakunya). Sedangkan menurut Dr.
Abdullah Nashih Ulwan, pembiasaan adalah dimensi praktis dalam upaya
pembentukan (pembinaan) dan persiapan (M.A. Dahlan, 1979 : 7)

Kebiasaan terbentuk melalui pengulangan dan memperoleh bentuknya


yang tetap apabila disertai dengan kepuasan. Menanamkan kebiasaan itu sulit
dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan
pada mulanya seseorang atau anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang
hendak dibiasakannya. Apalagi kalau yang dibiasakan itu dirasakan kurang
menyenangkan. Oleh sebab itu dalam menanamkan kebiasaan diperlukan
pengawasan. Pengawasan hendaknya digunakan, meskipun secara berangsur-
angsur peserta didik diberi kebebasan. Dengan perkataan lain, pengawasan
dilakukan dengan mengingat usia peserta didik, serta perlu ada keseimbangan
antara pengawasan dan kebebasan. (Hery Noer Aly, 1999 : 189)

Kebiasaan ditempatkan oleh manusia sebagai suatu yang istimewa. Ia


menghemat banyak sekali kekuatan manusia, karena sudah menjadi kebiasaan
yang melekat dan spontan. Di samping mempunyai kedudukan yang amat
penting di dalam kehidupan manusia, ia juga dapat dirubah menjadi faktor
penghalang yang besar apabila ia kehilangan “penggerak”nya dan berubah
menjadi kelambanan yang memperlemah dan mengurangi reaksi jiwa. (Abudin
Nata, 1997: 100 – 101)
Pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam
menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu pendekatan pembiasaan juga
dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif.
Namun demikian pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan jika tidak diiringi
dengan contoh tauladan yang baik dari si pendidik.

5. Sholat
a. Pengertian shalat
Shalat menurut bahasa berarti do‟a, sedangkan menurut syara‟
berarti menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah SWT karena kepatuhan
dan ketakwaan manusia kepadanya, mengagungkan kebesarannya dengan
khusyu‟ dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengak takbir dan diakhiri dengan salam, menurut cara-cara dan syarat-
syarat yang telah ditentukan. (Tim Dosen PAI universitas jambi,2015:219).
Pada dasarnya arti salat menurut bahasa adalah do`a. Allah SWT
berfirman :
            

                 

Artinya : dan di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang
beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan memandang apa
yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk
mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk
memperoleh doa rasul. ketahuilah, Sesungguhnya nafkah itu
adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada
Allah). kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat
(surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Q.S. At-Taubah : 99) (Anonim, Al-Qur`an dan
Terjemahnya Special for Woman, 2009 : 202)
Sedang pengertiannya dalam agama dan syariah adalah ibadah
yang kita kenal selama ini, dimana dituntut kesucian padanya yang
mengandung ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan khusus, dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Shalat merupakan pilar dan salah satu dari lima rukun islam yang
diisyaratkan oleh hadis yang mulia, “islam dibangun atas lima perkara:
kalimat syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa pada bulan
ramdahan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu menempuhnya.
Imam ja‟far Shadiq (as) berkata, “Tidak ada jarak antara kekufuran
dan keimanan kecuali meninggalkan shalat. Barangsiapa meninggalkan
shalat dengan sengaja maka islam berlepas diri darinya.”Imam Shadiq (as)
juga berkata, “sesungguhnya pezina dan peminum khamar itu diajak oleh
syahwatnya. Tetapi orang yang meninggalkan shalat, tidak diajak melainkan
oleh sikap merendahkannya.” Fukaha sepakat bahwa bila seorang muslim
menyangkal kewajiban shalat maka ia kafir murtad yang wajib dibunuh,
karena menciptakan agama selain islam. Jika seorang muslim meninggalkan
shalat karena kefasikan dan malas maka hakim akan memberikan sanksi
kepadanya sesuai dengan pandangan sihakim, berupa celaan, cambuk, atau
penjara. Jika ia membuktikan kefasikannya maka ia di kenakan sanksi untuk
kedua kalinya. Jika ia tidak bertaubat juga maka dikenakan sanksi yang
lebih berat. Dan jika ia masih melangsungkan terus kefasikannya maka
dikenakan sanksi keempat, maka dibunuh.

Shalat diwajibkan kepada setiap muslim, yang baliq,dan berakal,


kecuali yang sedang haid dan nifas. Shalat tidak diwajibkan kepada orang-
orang gila dan orang-orang kafir. Adapun kepada anak kecil, bagi orang tua
atau para wali diwajibkan mengajarkan kepada mereka bagaimana tata cara
shalat yang benar, kemudian mereka harus diperintahkan untuk
menunaikannya apabila telah menginjak usia tujuh tahun, dengan tujuan
mendidik dan membiasakan mereka. Lalu setelah itu, mereka berhak untuk
dipukul apabila telah berusia sepuluh tahun tapi ternyata masih tidak mau
mengerjakan shalat, begitu pula terhadap anak perempuan. (Hasan Ayyub,
2002 : 116)
Tujuan dari itu semua adalah agar mereka terbiasa untuk
menunaikan kewajiban shalat dan tidak merasa asing dengan ibadah yang
namanya shalat, agar mereka belajar terhadap sesuatu yang baik bagi
dirinya, memahami terhadap sesuatu yang membawa bencana terhadap
dirinya (apabila meninggalkan shalat, sehingga tatkala mereka telah
menginjak usia baliq, tidak butuh lagi kesulitan belajar, karena memang
sudah terbiasa dan terlatih. (Hasan Ayyub, 2002 : 116)
b. Pengertian shalat jama’ah
Pengertian shalat jama‟ah sendiri ialah mengerjakan shalat baik
shalat wajib maupun shalat lainnya yang dilakukan secara bersama-sama
yang terdiri dari beberapa orang-orang muslim baik perempuan maupun
laki-laki yang sekurang-kurangnya atau minimal terdiri dari 2 (dua) orang
dan maksimal tidak terbatas. Shalat secara berjama‟ah ini juga sering
dikenal dengan sebutan shalat makmum kemudian untuk mengerjakan
shalat berjama‟ah ini bisa dilakukan di manapun seperti di masjid, rumah,
tanah lapang dan lain-lain
Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan oleh beberapa orang
yang terdiri dari “Imam” dan “Makmum”. Imam adalah orang yang
memimpin shalat berjamaah. Sedangkan Makmum adalah orang yang
berdiri dibelakang imam sebagai jamaah.Orang yang sah menjadi imam
haruslah laki-laki kepada orang laki-laki, wanita makmum kepada laki-laki,
wanita makmum kepada wanita, banci makmum kepada laki-laki, wanita
makmum kepada banci.
“Makmum” merupakan beberapa orang yang mengikuti segala
gerak-gerik imamnya dalam rangkaian sholat.Sholat berjamaah bila
dikerjakan mendapatkan pahala 27 derajat dari pada shalat sendiri. Apabila
kita datang terlambat dalam shalat berjamaah, imam masih atau sedang
membaca surat. Kita langsung saja Takbiratul Ihram dan membaca Al
Fatihah sedapat mungkin.Tetapi jika kita sempat ikut sesudah rukuk atau
sujud atau duduk diantara dua sujud atau Tasyahud awal, tidak terhitung
dalam satu rakaat. Maka setelah imam memberi salam. Kita lanjut
menambah kekurang rakaatnya
c. Ketentuan Sholat Berjamaah
1) Syarat Menjadi Imam
Jika kamu melaksanakan sholat berjamaah, paling sedikit harus ada
dua orang atau lebih. Satu orang menjadi imam, dan yang lain menjadi
makmum. Yang dimaksud imam dalam sholat adalah seseorang yang
diangkat untuk memimpin pelaksanaan sholat berjamaah.Secara umum
ketentuan untuk menjadi imam sholat meliputi:
a) Imam hendaklah orang yang lebih dalam ilmu agamanya
b) Imam hendaklah orang yang lebih fasih bacaan Al-Qur'annya dan
banyak hafalannya
c) Imam hendaklah orang yang memahami hukum-hukum sholat
d) Imam hendaklah berdiri di depan makmun
e) Imam hendaklah orang yang berakhlak mulia
f) Imam hendaklah berniat menjadi imam
d. Saf Sholat Berjamaah
Saf dalam sholat berjamaah artinya barisan sholat makmum di
belakang imam.Sebelum sholat berjamaah dimulai, saf harus di tata agar
rapi dan tertib.Saf yang baik adalah saf yang lurus, rapat, dan tertib. Oleh
karena itu sebelum sholat berjamaah dimulai, imam disunahkan untuk
memerintahkan para makmun agar meratakan saf serta menutupi barisan
yang masih lowong sebelum memulai sholat
e. Hikmah shalat berjama’ah
Sholat berjamaah juga memiliki fungsi dalam hubungan
kemanusiaan.Hubungan ini ditunjukkan dengan simbol-simbol yang
terdapat di dalamnya.Mulai dari keberadaan imam, makmum serta barisan
dan lainnya.Dalam sholat berjamaah, imam diibaratkan sebagai pimpinan
yang harus diikuti.Saat imam rukuk, makmum juga harus rukuk, demikian
seterusnya. Proses ikutnya makmum kepada imam tidak dilakukan secara
buta. Artinya, jika imam membuat kesalahan dalam bacaan, gerakan atau
rukun sholat yang lain, makmum tidak boleh membiarkan, tetapi harus
mengingatkannya. Begitu juga, sewaktu-waktu imam batal, tiba-tiba sakit
atau mengalami kejadian luar biasa seperti lupa ingatan, maka makmum di
belakangnya harus cekatan untuk maju mengganti posisi imam.

Saat sholat jamaah berlangsung saf atau barisan di mana makmum


berdiri sholat harus lurus tidak boleh berbengkok-bengkok. Sebagaimana
dikisahkan oleh Ibnu mas'ud, sahabat Nabi saw., suatu ketika saat hendak
sholat berjamaah, Nabi menyentuh setiap bahu kami sambil bersabda:
"Luruskan safmu, jangan bengkok-bengkok. Saf yang bengkok-bengkok
akan menyebabkan hatimu terpecah-pecah." (H.R.Muslim)
B. Studi Relevan
1. Penelitian Agus Riyadi yang berjudul “Ibadah Shalat Siswa MI Ma‟arif NU
Banjarsari, Kecamatan Ajibarang”, skripsi tahun 2013 yang mana di dalam
skripsi ini dijelaskan kasus ibadah shalat siswa wajib sehari semalam lima
kali, dimana siswa mendapatkan pengobatan kasus yang terjadi dengan cara
bimbingan dan penyuluhan agama, juga perlu mendapatkan bimbingan
ataupun pengawasan dari orang tua. Penulis disini lebih menspesifikasikan
yakni mengenai upaya pembiasaan pengamalan ibadah shalat siswa.
2. Penelitian Sangadah yang berjudul “Upaya Peningkatan Ibadah Shalat Bagi
Siswa Di Madrasah Ibtidai‟ah Al Ikhlas Karang Pucung, Kecamatan
Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas”, skripsi tahun 2013 membahas
tentang upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah kepada kelas III-VI dalam
meningkatkan pengamalan Ibadah shalat di MI al Ikhlas Karang Pucung.
3. Penelitian yang berjudul “Upaya Pembiasaan Ibadah Shalat Siswa Di Mts
Model Purwokerto Kabupaten Banyumas Pelajaran 2011/2012” oleh Izul
Musyafa Hadi, yang membahas tentang pembiasaan para siswa dalam
melakukan ibadah shalat di sela-sela pelajaran yang ada di dalam
kurikulum.
Berdasarkan skripsi di atas dengan judul skripsi yang penulis angkat
memiliki kesamaan yaitu sama-sama membahas tentang peningkatan
pembiasaan ibadah shalat.Sementara perbedaan dengan ketiga skripsi tersebut
adalah ketiga skripsi tersebut membahas upaya yang dilakukan oleh para guru
dalam melakukan pembiasaan shalat.Sedangkan dalam skripsi penulis
membahas Strategi pembiasaan shalat jama‟ah di sekolah. Dalam skripsi yang
penulis tulis lebih pada bagaimana Strategi pembiasaan shalat berjama‟ah di
SMPN 20 Tanjabtim serta faktor penghambat dan pendukungnya.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian


Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut
pandang pendidikan dengan mengkaji tentang Strategi Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Menanamkan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur. Disebut kualitatif karena
sifat data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif bukan dengan cara
kuantitatif yang menggunakan alat ukur tertentu. Melalui pendekatan kualitatif
ini diharapkan terangkat gambaran mengenai kualitas, realitas sosial dan
persepsi sasaran peneliti tanpa tercemar oleh pengukuran formal.

Format desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format
deskriptif, format verifikasi, dan format grounded research. Dalam penelitian
ini digunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang
memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu
tentang keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993:89).

Selanjutnya penelitian kualitatif menurut Moleong (2007:6) adalah


penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong


(2007:4) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Selanjutnya dijelaskan oleh David Williams (1995) seperti yang


dikutip Moleong (2007:5) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah
pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode
alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.

B. Setting dan Subjek Penelitian


1. Setting Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)
20 Tanjung Jabung Timur, karena berdasarkan grand tour yang pernah peneliti
amati masih terdapat siswa yang tidak melaksanakan sholat terutama waktu
zuhur di sekolah.

2. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri


(SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur yang diambil dengan menggunakan cara
“purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau
penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi. (Sugiyono, 2009 : 85 )
Maka ditetapkan informan kunci (key informan) adalah siswa sebagai
responden, sedangkan kepala sekolah Dan Guru Pendidikan Agama Islam
dijadikan informan.

Subjek dalam penelitian ini sebagian didatangi dan diwawancarai, dan


sebagian lagi didatangi untuk diamati atau diobservasi secara langsung.Hal ini
dilakukan untuk penyesuaian informasi atau data yang diperoleh melalui
wawancara dengan data yang diperoleh melalui observasi melalui teknik
triangulasi, sehingga data atau informasi sampai pada titik jenuh.

C. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
Data merupakan sejumlah bukti dan fakta yang dikumpulkan dan
disajikan untuk tujuan tertentu.berdasarkan sumbernya, data terdiri dari data
primer dan data skunder.

a). Data Primer

“Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden


atau obyek yang diteliti. Oleh karena itu, data primer adalah data yang
langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber
pertamanya. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi mengenai Strategi Guru dalam Menanamkan Sholat
Berjama‟ah di Sekolah Mengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung
Jabung Timur

b). Data Sekunder


“Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran
keterangan-keterangan atau publikasi lainnya.(Mukhtar, 2007, 87) Data
sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil mengenai gambaran
umum Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung
Timur, seperti:

1) Historis dan geografis.


2) Struktur organisasi.
3) Keadaan guru dan siswa.
4) Keadaan sarana dan prasarana.
2. Sumber Data
Sumber data adalah dimana data diperoleh, sedangkan sumber data
dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat di peroleh. (Suharsimi
Arikunto, 2010 : 172) Diantaranya :
1) Buku-buku yang bersangkutan dengan proposal ini seperti jurnal, skripsi-
skripsi, dan sumber-sumber yang berkaitan dengan proposal ini.
2) Informan, seperti : Kepala sekolah, guru Sekolah Menengah Pertama,
dan siswa-siswa Sekolah Menengah Pertama yang bersangkutan pada
lokasi penelitian.
3) Dokumentasi yang diambil dari dokumentasi yang terdapat dilapangan
lokasi penelitian.
4) Arsip
5) Peristiwa/kejadian
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data yang di perlukan untuk penulisan
proposal skripsi ini, ada beberapa metode yang peneliti gunakan untuk
pengumpulan data, diantaranya:

1. Observasi
“Metode observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan
kegiatan pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh
indera.(Suharsimi Arikunto,2006, 156)

Observasi dilakukan dengan menggunakan panduan observasi yang


disiapkan untuk memudahkan dan membantu peneliti dalam memperoleh
data.Panduan tersebut dikembangkan dan diperbaharui selama penulis berada
di lokasi penelitian. Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode observasi partisipan, yang mana melibatkan diri secara langsung
dalam lingkungan penelitian Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menanamkan Sholat Berjama‟ah di Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur, yang meliputi

1) Bagaimana Strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan


Sholat Berjama‟ah di Sekolah Menengah Pertama Negeri(SMPN) 20
Tanjung Jabung Timur ?
2) Apa faktor pendukung dan penghambat dihadapi guru Pendidikan Agama
Islam dalam Menanamkan Sholat Berjama‟ah di Sekolah Menengah
Pertama Negeri(SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur ?
2. Wawancara
“Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. (Suharsimi
Arikunto,2006, 155)

Wawancara tidak terstuktur penulis gunakan sebagai instrumen


pelengkap observasi untuk mengumpulkan data di lapangan tentang Strategi
Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Sholat Berjama‟ah di
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.

3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari
seseorang.(Sugiyono, 2014:329). Dokumentasi adalah sebagai cara mencari
data mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang merupakan catatan buku,
surat kabar, majalah, agenda dan lain sebagainya.(Suharsimi Arikunto,
2010:274). Dokumentasi penulis gunakan untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menanamkan Sholat Berjama‟ah di Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.

E. Teknik Analisis Data


Untuk menganalisis data,maka penulis menggunakan analisis kualitatif,
data ini dianalisis dengan teknik sebagai berikut:

1. Analisis Domain
Analisis domein dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dan
menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau objek penelitian.Data
diperoleh dari grang tour dan minitour question.Hasilnya berupa gambaran
umum tentang objek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah
diketahui.(sugiyono, 2007:256). Biasanya dilakukan terhadap data yang
diperoleh dari pengamatan berperanserta/wawancara atau pengamatan
deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan. (Lexy J.Moleong, 2007: 305).

Analisis domein ini di gunakan untuk menganalisis data yang di peroleh


dari tempat penelitian secara garis besarnya yaitu Strategi Guru Pendidikan
Agama Islam dalam Menanamkan Sholat Berjama‟ah di Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.

2. AnalisisTaksonomi
Setelah peneliti melakukan analisis domain, sehingga ditemukan
domain-domain atau kategori dari situasi sosial tertentu,maka selanjutnya
domain yang dipilih oleh peneliti dan selanjutnya di tetapkan sebagai focus
penelitian, perlu diperdalam lagi melalui pengumpulan data di lapangan.
Pengumpulan data dilakukan terus menerus melalui pengamatan,wawancara
mendalam dan dokumentasi sehingga data yang terkumpul menjadi
banyak.Oleh karena itu pada tahap ini diperlukan analisis lagi yang disebut
dengan analisis taksonomi.(Sugiyono, 2014:261)
Jadi analisis taksonomi adalah analisis terhadap keseluruhan data yang
terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan.Analisis taksonomi ini
digunakan untuk menganalisis data yang di peroleh dari tempat penelitian
secara garis besarnya yaitu Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menanamkan Sholat Berjama‟ah di Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.

3. Analisis Komponensial
Dalam analisis taksonomi ,yang diuraikan adalah domain yang telah
ditetapkan menjadi fokus. Melalui analisis taksonomi, setiap domain dicari
elemen yang serupa atau serumpun.Ini diperoleh melalui observasi dan
wawancara serta dokumentasi yang terfokus.

Pada analisis kompensional, yang dicari untuk diorganisasikan dalam


domain bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi justru yang memiliki
berbedaan atau yang kontras.Data ini dicari melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi yang terseleksi. Dengan teknik pengumpulan data yang bersifat
triangulasi tersebut,sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap
elemen akan dapat ditemukan. (Sugiyono,2009:264). Analisis komponensial
menggabungkan data-data hasil wawancara dan observasi dan digunakan untuk
menjawab permasalahan-permasalahan mengenai Strategi Guru Pendidikan
Agama Islam dalam Menanamkan Sholat Berjama‟ah di Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk mendapatkan data yang absah yang lain di luar data itu untuk
sesuai dengan penelitian kualitatif (data truthwirtyness) digunakan teknik
triangulasi. “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data itu. (Lexy J. Moleong, 2004 : 330 )
Jadi dalam hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di lapangan
berkenaan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan triangulasi dengan
sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan
menengah atau tinggi, orang kaya, pemerintah.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.( Moleong, 2004 : 330-331)
Triangulasi dengan metode menurut Moleong adalah: Pertama,
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data
dengan metode yang sama. (Moleong, 2004 :331 )

Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk


mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang
Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Sholat Berjama‟ah di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Tanjabtim, dari sumber hasil observasi,
wawancara maupun melalui dokumentasi.
G. Jadwal Penelitian

Tahun 2018

No Kegiatan Jun Jul Agt Sep Okt Nov


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan x
Judul
2 Pembuatan x x x
proposal
3 Perbaikan x x x x
proposal
dan
seminar
4 Surat Izin x x
Riset
5 Pengumpul x x x
an Data
6 Pengolaha x x x
n dan
Analisis
Data
7 Pembuatan x x
Laporan
8 Bimbingan x x x
dan
Perbaikan
9 Agenda x x x
dan Ujian
Skripsi
10 Perbaikan x x x x x
dan
Penjilidan
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Historis
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 20 Tanjung Jabung Timur
salah satu dari sekian lembaga pendidikan yang ada di Tanjung Jabung Timur,
penggagasan pendirian SMPN 20 Tanjung Jabung Timur berawal pada Tahun
2005 dimana atas keinginan masyarakat Mendahara Tengah yang sangat
membutuhkan lembagara pendidikan menengah negeri karena anak-anak dari
penduduk setempat setelah tamat dari jenjang Sekolah Dasar mereka hanya
bisa melanjutkan ke MTs Swasta yang dikelola oleh yayasan. Dengan dasar
itulah salah satu lembaga pendidikan yang berstatus negeri didirikan atas hasil
musyawarah masyarakat Mendahara Tengah dengan Pemerintah daerah dan
pertama kali SMPN 20 Tanjung Jabung Timur tersebut dikelola oleh salah
seorang pimpinan sekolah/ Kepala sekolah yang ditunjuka oleh Dinas
Pendidikan Tanjung Jabung Timur atas nama Akinuddin, S.Pd (almarhum).
Salah satu tokoh yang ikut andil dalam pendirian SMPN ini adalah mantan
ketua RT Desa Mendahara Tengah yaitu, Lias Komarudin.
Mengenai data sekolah secara lengkap dapat dilihat pada keterangan
di bawah ini :
a. Nama Sekolah :SMP Negeri 20 Tanjugn Jabung Timur
b. No. Statistik Sekolah / NPSN :201100802003/ 10505276
c. Alamat Sekolah :Jln. Taqwa Parit 08 Kampung Lama
Desa Mendahara Tengah
Kecamatan Mendahara
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Propinsi Jambi
d. Telepon/HP/Fax :0853 1218 5086
e. Email :smpn20tjt@gmail.com
f. Website sekolah :http//:www.smpn20.tanjabtim.jbisch.net
g. Status Sekolah :Negeri
h. Nilai Akreditasi Sekolah :B Skor = 75
i. Luas Lahan : 11875 m2
j. Jumlah ruang pada lantai 1 :9
k. Jumlah ruang pada lantai 2 :-
l. jumlah ruang pada lantai 3 :-
m. Jumlah Rombel :4
2. Geografis
SMPN 20 Tanjung Jabung Timur beralamat di jalan Takwa, RT. 10,
Desa Mendahara Tengah, Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tenjung Jabung
Timur dengan Kode Pos. 36764. Dengan lokasi yang + 1 km dari jangkauan
penduduk setempat sehingga sekolah tersebut terlihat agak strategis dan aman
karena sekelilingnya dikelilingi oleh kebun-kebunnya para penduduk setempat.
SMPN 20 Tanjung Jabung Timur walaupun terletek sangat jauh dari pusat
Kota Kabupaten namun dari tahun ke tahun terus berbenah diri untuk menjadi
SMPN yang terbaik kendatipun berbagai rintangan dan kendala terutama akses
jalan antar kecamatan masih menggunakan transportasi air namun sekolah
tersebut satu-satunya SMPN tumpuan dan idola masyarakat setempat.
3. VISI DAN MISI SEKOLAH
a. Visi Sekolah
“Tauladan Dalam Budi Pekerti, Tinggi Dalam Prestasi, Dan Berwawasan
Lingkungan Hayati”
Indikator :
a. Terwujudnya pola pikir yang kritis dan dinamis
b. Terwujudnya prestasi yang tinggi baik akademik maupun non akademik
c. Terwujudnya keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
d. Terwujudnya perilaku yang bertanggung jawab dan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan budaya
b. MISI SEKOLAH
1) Mengoptimalkan pembinaan keagamaan dalam upaya menumbuhkan
penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama dan perilaku
beretika dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menciptakan lingkungan dan budaya sekolah yang kondusif dalam
upaya meningkatkan mutu pembelajaran.
3) Melaksanakan pembinaan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga
kependikan secara kontinu.
4) Mengoptimalkan kegiatan ekstrakurikuler bidang akademik dan non
akademik.
5) Menerapkan manajemen partisipatif yang melibatkan seluruh warga
sekolah
6) Meningkatkan kesadaran dan partisipasi warga sekolah dalam
menjaga dan mengelolah lingkungan hayati
7) Membiasakan pola hidup sehat dan bersih
4. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sekolah merupakan faktor yang menunjang
ketercapaian tujuan pendidikan di sekolah. Pengelolaan sarana dan prasarana
sekolah yang baik akan menimbulkan suasana pembelajaran yang kondusif.
Lengkapnya sarana dan prasarana sekolah juga akan memperlancar proses
pencapaian tujuan pembelajaran.
Sarana dan prasarana sekolah harus dikelola dan dirawat sebaik
mungkin. Perawatan merupakan tindakan yang dilakukan untuk menjaga agar
sarana dan prasarana sekolah dalam keadaan siap pakai. Bila proses perawatan
diabaikan tentu akan bermuara pada terganggunya proses pembelajaran yang
kondusif di sekolah.
Perawatan sarana dan prasarana sekolah harus dilakukan secara
periodik dan terencana, tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja warga
sekolah/memperlancar aktivitas pendidikan, memperpanjang usia pakai, dan
menurunkan biaya perbaikan/menghemat pengeluaran uang sekolah. Untuk
mencapai tujuan demikian, peran kepala sekolah sebagai organisator sekolah
sangat diharapkan, sehingga sarana dan prasarana sekolah yang ada dapat
berfungsi semestinya.
Berdasarkan hasil observasi dan dari data dokumentasi di lapangan,
diketahui bahwa SMPN 20 Tanjung Jabung Timur pada saat ini telah memiliki
sarana dan prasarana pendidikan yang terdiri dari 4 ruang belajar, ruang guru,
staf tata usaha dan kepala sekolah masing-masing 1 buah. Untuk lebih jelasnya
dapat kita lihat dari tabel berikut ini:
Tabel IV.1 Keadaan Sarana dan Prasarana SMPN 20 Tanjung Jabung Timur
No Jenis ruang Jumlah Keterangan
1 Ruang Kepala sekolah 1 Baik
2 Ruang Wakil kepala sekolah - -
3 Ruang Guru 1 Baik
4 Ruang Tata usaha 1 Baik
5 Ruang Tamu 1 Baik
6 Ruang Perpustakaan 1 Baik
7 Ruang kelas 4 Baik
8 Ruang Labor IPA 1 Rusak ringan
9 Ruang Gudang 1 Rusak ringan
10 Ruang WC Guru 2 Rusak ringan
11 Ruang WC Peserta siswa 3 Rusak berat
12 Ruang UKS 1 Baik
13 Ruang Mushalla - -
Sumber: Profil SMPN 20 Tanjung Jabung Timur Tahun 2017
Berdasarkan data di atas dapat kita ditelaah dengan seksama, bahwa
dengan kondisi labor IPA, gudang, WC guru, WC siswa dalam keadaan masih
perlu diperbaiki, dan ruang mushalla sementara masih menggunakan ruang
kelas dan itu berarti sarana yang ada walaupun belum begitu mendukung upaya
kepala sekolah dalam meningkatkan kenerja guru di SMPN 20 Tanjung Jabung
Timur. Namun seperti halnya keadaan yang rusak ringan di atas, barangkali
tidak begitu mengganggu karena rusak ringan berarti masih dapat
dimanfaatkan. Kondisi ini menunjukkan SMPN 20 Tanjung Jabung Timur
sudah sesuai dengan standar minimal sebuah sekolah. Ini berarti bahwa upaya
kepala sekolah dalam meningkatkan Kinerja guru masih dapat dikatakan
berjalan dengan baik.
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian
tugas (job description) dan tanggung jawab serta hierarki kekuasaan mulai dari
pimpinan (top management) sampai bawahan (low management). Struktur
organisasi mencakup semua komponen yang terdapat di sekolah, mulai dari
Kepala sekolah sebagai top management sampai peserta didik. Struktur
organisasi juga mencakup komponen yang berasal dari luar sekolah tetapi
memiliki korelasi dengan sekolah, seperti Dinas Pendidikan dan komite
sekolah.
Besar dan kompleksnya struktur organisasi sebuah sekolah
mengindikasikan besar dan kompleksnya intensitas aktivitas yang dilakukan
pada sekolah tersebut. Berdasarkan data dokumentasi yang penulis peroleh,
struktur organisasi SMPN 20 Tanjung Jabung Timur selengkapnya bisa dilihat
dari bagan berikut ini:
STRUKTUR ORGANISASI SMPN 20 TANJUNG JABUNG TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KEPALA SEKOLAH
Hasanudin, S.Pd.I

KEPALA TATA USAHA


Nur Husna, S.HI

WA.KA KESISWAAN WA.KA KURIKULUM WA.KA SARPRAS


Hasan Basri, S.Pd.I Rubiah Siti Fatimah

MAJELIS GURU WALI KELAS

PESERTA DIDIK
Gambar IV.1 Struktur Organisasi Smpn 20 Tanjung Jabung Timur Tahun Pelajaran 2016/2017.
Berdasarkan data struktur organisasi SMPN 20 Tanjung Jabung Timur
di atas, terlihat dengan jelas bahwa kepala sekolah sebagai top management
memegang posisi sentral dalam menata dan mengelola sekolah yang ia pimpin.
Kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagai pengelola sekolah dapat
berkoordinasi vertikal dengan Dinas P dan K dan berkoordinasi horizontal
dengan Dewan Komite. Selanjutnya dia dapat memberikan komando atas
kebijakan yang diambilnya kepada segenap warga sekolah yang berada di
bawah kepimpinannya.
Untuk urusan kurikulum, kepala sekolah memiliki wewenang
menugaskan wakil kepala sekolah bidang kurikulum (waka kurikulum)
menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Begitu juga sebaliknya untuk urusan
kesiswaan dan sarana prasarana. Masing-masing waka memiliki wewenang
pula untuk menginstruksikan kebijakan yang dia ambil untuk kepentingan
sekolah kepada wali kelas dan majelis guru serta siswa, sesuai dengan hirarki
kekuasaan yang tergambar dalam struktur organisasi di atas.
6. Keadaan Tenaga Kependidikan dan Peserta didik
a. Keadaan Tenaga Pendidik
Tenaga kependidikan merupakan tenaga yang vital dalam proses
pembelajaran. Akan bagaimana warna pendidikan di sebuah lembaga, di
tangan merekalah jawabannya, karena mereka memiliki peran dan
memberikan kontribusi yang besar bagi terwujudnya lembaga pendidikan
yang berkualitas.
Di era globlisasi saat ini, di mana perkembangan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi (IPTEK) kian pesat, maka tenaga pendidik diharapkan
mampu mengikuti perkembangan iptek di tengah-tengah kehidupan
mayarakat. Akan lebih berkontribusi lagi bagi mereka buat dunia
pendidikan, sekiranya mereka bisa mengimplementasikan iptek yang
mereka kuasai kedalam proses pembelajaran. Sehingga melalui sentuhan
tangan-tangan mereka yang kompeten di berbagai bidang maka
pembelajaran bisa menjadi menyenangkan dan sebuah kebutuhan. Untuk
lebih jelasnya, penulis akan menyajikan data tenaga pendidik SMPN 20
Tanjung Jabung Timur beserta kualifikasi pendidikannya. Selengkapnya
mengenai hal tersebut bisa dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel IV.2 Keadaan Tenaga Pendidik SMPN 20 Tanjung Jabung Timur
tahun pelajaran 2016/2017.
Kualifikasi Tugas Jmh
No Nama Jabatan
Pendidikan Mengajar Jam
1 2 3 4 5 6
1 Hasanudin, S.Pd.I Kep. S1/A4/PAI PAI 24
sekolah
2 Hasan Basri, Wakasis S1/A4/PAI PAI 24
S.Ag
3 M. Nasir, S.Pd.I Guru S1/A4/PAI TIK 22
4 Yandur Guru Proses. A. Indo 22
Perkul
5 Nova, S.Pd.I Guru S1/A4/MT MTK 24
K
6 Rubiah Guru Proses. KTK 24
Perkul
7 Emilia Perwita, Kep. S1/A4/Biol IPA 24
S.Pd.I Labor ogi
8 Safrita, S.Ag Kep. S1/A4/Huk. IPS 26
Perpus Islam
9 Dian Eka Sari, Guru S1/A4/Teol B Indo 24
S.TH.I ogi
10 Siti Patimah, Ketua S1/A4/PAI B Indo 22
S.Pd.I Rohis
11 Nur Husna, S.HI Kep. TU S1/A4/Huk. TU 12
Islam
12 Wati Staf TU/ Proses. Bendahara 12
Bend Perkul
1 2 3 4 5 6
13 Ikrar Dinata, S.Pd Guru S1/A4/B. B Ingris 24
Ingris
14 Abdullah, S.Pd Guru S1/A4/PJO PJOK 26
K
15 Mastur Penj. - -
Sekolah
Sumber: Profil SMPN 20 Tanjung Jabung Timur Tahun 2017
Dari data di atas, terlihat bahwa kualifikasi pendidikan tenaga
pendidik yang ada di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur secara umum
berkualifikasi Sarjana Strata Satu (S1) dan sebagian masih dalam
perkuliahan dengan komposisi 85% S1 dan 15% masih kuliah. Ini
menunjukkan bahwa potensi pedagogis yang dimiliki oleh tenaga pendidik
di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur sudah memenuhi standar, tergantung
lagi bagaimana kepala sekolah memanfaatkan atau mengembangkan
potensi yang sudah ada tersebut.
b. Keadaan Tenaga Non Kependidikan
Karyawan/karyawati Tata Usaha (TU) dalam suatu lembaga
pendidikan merupakan unsur yang memiliki peran vital terutama dalam hal
administrasi pendidikan. Menuntut kinerja guru lebih berkualitas jika
mengabaikan peran serta karyawan/karyawati TU tentu akan membuat
guru mendapat beban kerja ekstra. Keberadaan tenaga TU merupakan
jawaban dari semua persoalan tersebut. Di lembaga pendidikan modern
dewasa ini keberadaan tenaga TU merupakan sebuah keniscayaan.
Kuantitas dan kualitas mereka juga berpengaruh pada efisiensi dan
efektifitas kerja guru dan manejer lembaga pendidikan (kepala sekolah).
Berdasarkan data dokumentasi yang ada di SMPN 20 Tanjung
Jabung Timur pada tahun pelajaran 2016/2017 tercatat ada 1 orang tenaga
TU yang berkualifikasi Strata Satu (S.I), Mengacu pada data dokumentasi
yang disajikan di atas, dapat dikatakan bahwa dengan jumlah satu orang
tenaga TU tidak berbanding dengan jumlah orang tenaga pendidik, berarti
1 orang TU belum dapat melayani kebutuhan administrasi maksimal
semua guru. Ini menunjukkan bahwa beban kerjanya belum seimbang.
Apalagi kualifikasi pendidikannya tidak dalam kapasitas/keahlian dibidang
keprofesionalannya. Dengan tenaga TU yang ada dimungkinkan belum
dapat menunjang peningkatan kinerja guru di SMPN 20 Tanjung Jabung
Timur.
c. Keadaan Peserta didik
Peserta didik merupakan orang yang menjadi target dari proses
pembelajaran. Keberhasilan suatu proses pembelajaran kebanyakan diukur
dari output/lulusan dari suatu lembaga pendidikan, baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Apabila kuantitas peserta didiknya sedikit dan kualitas
lulusannya tidak mampu berkompetisi dengan peserta didik dari sekolah
lain, maka ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran di sekolah
tersebut perlu pembenahan. Celakanya lagi, apabila suatu sekolah tidak
ada peserta didiknya sama sekali, tentu sekolah tidak dapat menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan.
Berdasarkan data dokumentasi yang penulis lakukan pada tahun
2017, peserta didik SMPN 20 Tanjung Jabung Timur secara keseluruhan
berjumlah 98 orang dengan rincian, 23 orang kelas VII, 26 orang kelas
VIII, dan 49 orang kelas IX. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel IV.2 Keadaan Peserta Didik SMPN 20 Tanjung Jabung Timur.

Keadaan Peserta didik


Jumlah
No Kelas
Rombel L P Jumlah

1 VII 1 12 11 23

2 VIII 1 14 12 26

3 IX 2 25 24 49

Jumlah 4 51 47 98
Sumber: Profil SMPN 20 Tanjung Jabung Timur Tahun 2017
B. Temuan Khusus
1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam menanamkan
pembiasaan sholat berjama’ah
Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang telah mukallaf.
Shalat yang diwajibkan dalam sehari semalam adalah lima waktu sebagaimana
yang dipahami dari ajaran Islam. Barangsiapa yang mengingkarinya maka ia
termasuk orang kafir. (Syaikh M. Arsyad Al Banjari, 2008 hal. 305)
Dalam proses pembelajaran guru sebagai pendidik dalam lembaga
pendidikan selain menggunakan metode belajar juga harus senantiasa
menggunakan strategi tertentu dengan tujuan agar materi pelajaran yang
diajarkan dapat dipahami secara sistematis dan mencapai tujuan, salah satu
faktor yang melatar belakangi adalah strategi yang digunakan dalam mengajar.
Kegiatan shalat Dzuhur berjama‟ah yang dilaksanakan di SMPN 20
Tanjung Jabung Timur bertujuan untuk membiasakan siswa dalam
melaksanakan shalat serta menanamkan kedalam diri siswa akan pentingnya
melaksanakan kewajiban melaksanakan perintah Allah SWT yang utama.
Adapun strategi yang dilakukan oleh guru pendidikan agama islam adalah
membagikan jadwal masing masing kelas untuk melaksanakan Shoat
berjama‟ah. sebagaimana wawancara penulis dengan bapak (HB),
mengatakan:
Setiap hari 2 kelas secara bergiliran melaksanakan shalat dzuhur
berjama‟ah dengan jadwal yang sudah diatur. Kenapa cuma dua kelas
saja, ini disebabkan keterbatasan kapasitas mushala yang berukuran 8 M
x 8 M, serta agar pengkordinasian lebih mudah, maka cukup
dilaksanakan 2 kelas setiap harinya. Pada kegiatan ini yang bertugas
tidak hanya guru PAI tetapi dibantu oleh guru lain yang dianggap
mampu. (Wawancara, Guru PAI (HB) 12/04/2017)

Permasalahan shalat lima waktu pada usia anak dan remaja saat ini
sangat memperihatinkan, banyak sekali diantara anak seusia sekolah belum
mampu melaksanakan shalat lima waktu. Padahal ini kewajiban utama umat
Islam. Pembinaan shalat dzuhur berjama‟ah ini diharapkan memberikan
kesadaran bagi siswa yang sudah mendekati baligh, atau bahkan pada kelas IX
yang rata-rata sudah baligh bisa melaksanakan yang lima waktu.
Secara keseluruhan, berdasarkan penelitian yang ada, pelaksanaan
shalat dzuhur berjamaah berjalan dengan tertib dan baik, meskipun diawal
penerapan pembiasaan ini semua warga sekolah harus bekerja keras secara
bersama-sama mengajak dan mengawasi kegiatan sholat dzuhur berjama‟ah
ini, seperti adanya bantuan dari kepala sekolah dan guru-guru lainnya bukan
hanya guru PAI saja. Dalam kegiatan pembelajaranpun guru mengingatkan,
menjeaskan dan nasihat secara rutin, dan juga disaat upacara bendera pembina
upacara juga ikut menyampaikan betapa pentingnya sholat berjama‟ah kepada
seuruh siswa.
Pelaksanaan sholat berjama‟ah ini pun harus dilakukan secara
kontinyu, agar seluruh siswa menyadari jadwal mereka dan benar-benar
menjadi terbiasa nantinya, seperti yang dijelaskan ibu (SP) selaku guru Bahasa
Indonesia di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur :
Kami warga sekolah bekerja sama dalam mengajak dan mengawasi
sholat berjama‟ah siswa, karena kami sadar, bahwa kalau hanya guru PAI
saja yang bertindak, maka pasti akan sangat keropotan, apalagi siswa-
siswi disini sangat susah diatur dan diajak untuk sholat berjama‟ah
dengan berbagai alasan yang mereka lontarkan. (Wawancara dengan ibu
(SP) selaku guru bahasa Indonesia 12/04/2017)

Strategi guru PAI dan juga warga sekolah telah diterapkan agar siswa-
siswi SMPN 20 Tanjung Jabung Timur dapat menanamkan pembiasaan sholat
berjama‟ah ini, termasuk memberikan peringatan kepada siswa-siswi yang
tidak melaksanakan sholat berjama‟ah sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Peringatan tersebut ada yang berupa teguran saja dan ada juga yang berupa
sanksi, seperti yang dijelaskan oleh bapak (HB) Berikut ini :
Biasanya, bagi kelas yang anggota kelasnya paling sedikit mengikuti
sholat berjama‟ah, maka ketua kelasnya akan dipanggil untuk mendata
nama-nama siswa yang tidak mengikuti sholat berjama‟ah, setelah itu
anak-anak yang tidak sholat berjama‟ah akan dipanggil keruangan dan
ditanyakan apa alasan mereka tidak sholat, setelah diperingatkan.
Biasanya mereka akan mendapatkan sanksi untuk memungut sampah,
membersihkan WC, serta membersihkan Mushollah.(wawancara dengan
Guru PAI (HB) 14/04/2017)
Seperti yang dijelaskan oleh bapak (HB) dalam hasil wawancara
diatas adalah, hal ini dilakukan agar menjadikan suatu efek jera bagi siswa-
siswi agar rajin mengikuti sholat berjama‟ah. namun, bukan hanya hukuman
strategi yang diberikan, tetapi juga berupa penghargaan atau reward, hal ini
dibuktikan dengan banyaknya siswa yang mendapatkan penghargaan berupa
hadiah mukenah bagi yang perempuan dan sarung serta baju muslim bagi yang
laki-laki. Biasanya SMPN 20 Tanjung Jabung Timur melakukan evaluasi
berupa praktek sholat yang diadakan setiap menjelang ujian semester dan
dinilai langsung oleh guru PAI. Hal tersebut diharapkan agar menjadi pemicu
bagi siswa-siswa agar lebih giat mengikuti sholat berjama‟ah disekolah.
Dengan pendidikan agama Islam, maka tumbuh kebiasaan shalat pada
siswa semakin bertambah. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai tumbuhnya
kebiasaan shalat berjamaah pada siswa, maka dalam hal ini, dapat dilihat
melalui hasil observasi yang telah dilakukan di lapangan. Observasi yang
berorientasi pada aspek pendidikan agama Islam. Hal ini dimaksudkan untuk
melihat sejauh mana kebiasaan shalat berjamaah siswa, sebagaimana yang
telah dikemukakan lebih awal.
Guru sebagai seorang pendidik harus memberikan pengetahuan
melalui proses belajar mengajar. Dalam proses tersebut, siswa diharapkan
mengalami perubahan menuju tingkat kedewasaan. Dengan demikian, guru
merupakan penentu dalam proses pendidikan terhadap pembentukan,
pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh siswa. Tanpa bimbingan
guru, siswa tidak akan mengalami perubahan kearah yang lebih baik dan
berkembang.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti
menemukan:
1. Siswa diberi arahan oleh guru sebelum melaksanakan shalat berjamaah.
2. Siswa Melaksanakan shalat berjamaah di sekolah setiap hari sebelum
pulang ke rumah.
Adapun yang di lakukan oleh guru sebelum siswa melaksanakan
shalat berjamaah di sekolah yaitu:
1. Pengawasan guru yang dilakukan secara intensif
Guru adalah orang yang diberi kepercayaan untuk mengarahkan anak
didiknya agar tumbuh menjadi manusia yang berguna. Di samping fungsinya
sebagai tenaga pengajar, ia juga mempunyai fungsi sebagai pengarah,
pembimbing dan pengawas dan pengontrol terhadap siswanya. Terhadap fungsi
yang terakhir pengawas dan pengontrol dalam konteks ini, seorang guru harus
mempunyai kepekaan dan sikap bijak terhadap siswanya, sehingga fungsi
pengawasan ini tidak menganggap sebagai momok yang seingatnya memata-
matai ataupun menakut-nakuti, melainkan dapat menjadi sarana untuk memacu
prestasi mereka secara optimal. Jadi pengawasan yang dilakukan guru secara
intensif, antara lain :
a. Mengontrol kebiasaan siswa untuk shalat berjamaah.
b. Mengawasi siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
c. Mengawasi atau mengontrol dalam pergaulan siswa dengan sesamanya.
2. Memberikan nasehat/bimbingan kepada siswa
Guru sebagai pendidik di sekolah, tidak hanya menyampaikan ilmu
kepada siswa-siswinya, akan tetapi juga berfungsi sebagai pembimbing atau
pemberi nasehat. Sebagai seorang pembimbing, guru harus mengetahui
karakter siswanya agar siswa dapat belajar dengan baik, dapat
mempergunakan waktunya seefisien mungkin dan sebagainya. Begitu pula
siswa yang malas ataupun kurang bergairah dalam belajar, sebagai seorang
guru yang baik dan bijak dapat membantu siswa tersebut sehingga ia merasa
ringan dari persoalan yang dihadapinya.
Dalam rangka menanamkan kebiasaan shalat berjamaah pada siswa,
bimbingan atau nasehat seorang guru mempunyai arti seperti yang
dikemukakan oleh Guru Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam sebagai
berikut:
Setelah mereka diberikan bimbingan atau nasehat, perhatian mereka
sangat baik, karena mereka berupaya untuk mendalami tentang ajaran
agama Islam seperti shalat, puasa dan lain sebagainya dengan melalui
kegiatan-kegiatan kultum (kuliah tujuh menit) atau pada proses
pembelajaran di kelas.
Dari keterangan tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa betapa
pentingnya arti bimbingan dan nasehat terhadap siswa dalam menyelesaikan
persoalan yang mereka hadapi. Jadi kongkritnya bimbingan dan nasehat guru,
yaitu :
a. Memberikan arahan dan latihan-latihan kepada siswa serta memberikan
petunjuk dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti
ibadah shalat, puasa, pesantren kilat dan peringatan hari besar Islam
b. Memberikan bimbingan dalam memahami arti dan pentingnya pendidikan
agama Islam terutama yang berkaitan dengan ibadah.
3. Memberikan motivasi kepada siswa
Dalam proses belajar mengajar, yang patut diperhatikan adalah
menciptakan kondisi atau proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan
aktifitas belajar, dalam hal ini seorang guru hendaknya melakukan suatu
usaha, seperti memberikan motivasi kepada siswa dengan melakukan aktifitas
belajar, seperti yang diungkapkan Guru Bidang Studi Sejarah Kebudayaan
Islam yang mengatakan bahwa :
Mengadakan kegiatan shalat berjamaah setiap hari agar menjadi kebiasaan
siswa, memberikan pandangan-pandangan tentang shalat berjamaah
dibanding shalat Sendiri. Jadi konkritnya motivasi seorang guru kepada
siswa-siswi.
Pada dasarnya pembiasaan sholat berjama‟ah disekolah ini diharapkan
dapat tertanam dalam diri siswa untuk dapat menjalankan ibadah sholat lima
waktu sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT,terumata bagi siswa
kelas IX, karena mereka dikategorikan siswa yang paling besar diantara kelas
lainnya, maka mereka diemban kewajiban menjadi imam disetiap sholat dzuhur
berjama‟ah, hal tersebut agar dapat memicu siswa agar lebih berani dan
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. sebagaimana yang
disampaikan oleh guru kelas IX ibu (S) berikut ini:
Pembiasaan sholat dzuhur berjama‟ah ini diharapkan ada kesadaran bagi
mereka untuk melaksanakan shalat lima waktu, tidak hanya shalat dzuhur
saja ketika dapat jadwal tapi bisa istiqomah untuk yang di rumah di
serahkan ke orang tua masing-masing. Saya sebagai guru kelas hanya
menasehati dan memberi masukan kepada siswa-siswi kita. dan khusus
bagi siswa kelas IX, mereka diwajibkan menjadi imam secara bergantian
setiap harinya, agar mereka bisa dan terbiasa. (wawancara dengan guru
kelas IX ibu (S) 14/04/017)

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pembiasaan shalat


berjama’ah pada siswa
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam kegiatan pembiasaan sholat berjama‟ah ini
adalah Mayoritas siswa-siswi SMPN 20 Tanjung Jabung Timur bergama
islam, sehingga hal tersebut menjadi tolak ukur bahwa mereka harus bisa dan
menjadi pembiasaan untuk melaksanakan sholat lima waktu dan bukan hanya
sholat dzuhur saja, sholat dzuhur berjama‟ah disekolah ini agar siswa-siswi
terbiasa dalam menjalankan kewajibannya selaku umat islam, seperti hasil
wawancara penulis kepada salah satu siswa kelas IX berikut ini:
Jujur saja, saya jarang sholat dirumah buk, kalaupun sholat itu masih
bolong-bolong, dari lima waktu sholat yang sering saya kerjakan
hanyalah shoat maghrib, itupun karena saya langsung belajar ngaji.
Tetapi disekolah kami diberi jadwal buat melaksanakan sholat dzuhur
berjama‟ah, dan selaku kelas IX, saya pernah mendapatkan tugas menjadi
imam, dan hal ini menjadikan saya lebih giat untuk menghafalkan doa,
agar nanti tidak salah ketika menjadi imam.(wawancara dengan siswa
kelas IX (KHY) 15/04/2017)

Adanya kerjasama yang baik antara Kepala Sekolah dengan guru serta
karyawan yang ada di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur menjadi faktor
pendukung lainnya. Pengawasan dilakukan oleh para guru dengan secara
langsung bergerak menuju kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk
menuju masjid dan mushola sebagai tempat pelaksanaan ibadah, guru diberikan
tugas masing –masing dalam pelaksanaan sholat dzuhur berjama‟ah, ada guru
yang bertugas didalam mushollah untuk mengatur siswa sebelum sholat dzuhur
dilaksanakan, ada juga guru yang melakukan pengecekan siswa siswi dikelas,
Bukan hanya mengingatkan dan mengawasi saja, guru juga harus ikut dalam
kegiatan ini agara hal tersebut menjadi contoh yang dapat ditiru oleh siswa-
siswi, seperti halnya yang disampaikan oleh bapak (H) selaku kepala sekolah
SMPN 20 Tanjung Jabung Timur.
Kegiatan sholat berjama‟ah ini adalah kegiatan yang sekolah kami
nomorsatukan, karena kami selaku guru dan saya khususnya selaku
kepala sekolah sangat prihatin dengan kebanyakan anak-anak zaman
sekarang yang dengan entengnya meninggalkan sholat, padahal sholat
tersebut sangatlah utama dilakukan oleh umat islam, selain membagikan
jadwal setiap kelas yang bertugas menjalankan sholat berjama‟ah, kami
juga mempunyai guru piket untuk mengontrol langsung ke kelas-kelas
dan sekitar sekitar gedung sekolah untuk siswa yang tidak shalat, hal ini
kami lakukan agar siswa-siswi kami menyadari betapa pentingnya sholat
berjama‟ah ini untuk dilakukan. ( wawancara dengan kepala sekolah (H),
14/04/2017)

Tenaga pengajar yang kompeten di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur


yang mempunyai ijazah S1 dan bidangnya adalah Pendidikan Agama Islam
sehingga dapat kompeten melaksanakan tugasnya menjadi faktor pendukung
dalam menanamkan pembiasaan sholat berjama‟ah ini, Seorang guru
Pendidikan Agama Islam di samping sebagai seorang guru yang
menyampaikan materi pembelajaran juga terdapat tugas berat ketika berada di
kelas saat proses pembelajaran di lingkungan sekolah bahkan di lingkungan
masyarakat tugas berat itu adalah harus memberi teladan bagi orang-orang
sekitar bagaimana berperilaku yang baik. Mengenai hal ini peneliti
mewawancarai kepala sekolah SMPN 20 Tanjung Jabung Timur tentang
keadaan guru-guru disekolah yang beliau pimpin:
Alhamdulillah, rata-rata guru SMPN 20 Tanjung Jabung Timur semuanya
tamatan S1 dan kalaupun ada yang belum sarjana, mereka dalam proses
perkuliahan, sehingga semua guru dianggap berkompeten dibidangnya
masing-masing. (wawancara dengan kepala sekolah (H) 12/042017)

Selain itu Tata tertib sekolah yang ditindak lanjuti dengan adanya
sanksi pelanggaran dengan tegas, seperti ditegur saat pertama tidak mengikuti
shalat berjama‟ah juga merupakan hal yang mendukung dalam terlaksananya
pembiasaan sholat berjama‟ah ini, seperti hasil wawancara penulis dengan
siswa kelas VIII berikut ini:
Saya pernah dihukum guru piket dan disuruh membersihkan WC saat
saya tidak sholat berjama‟ah, saat itu saya malas, dan hanya nongkrong
dikantin, lalu saya dipanggil kekantor. Dan disuruh membersikan WC
saat jam pulang. Setelah kejadian itu, saya tidak pernah absen untuk
sholat berjama‟ah karena saya takut jika dihukum lagi. (wawancara
dengan siswa kelas VIII (AQ) 15/04/2017)

b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat pembiasaan sholat berjama‟ah ini adalah Faktor
intern atau faktor yang datang dari dalam, yakni siswa mempunyai pemahaman
agama yang berbeda-beda, dan kebanyakan dari mereka adalah kurang
mendalam pemahamannya sehingga konsekuensinya guru-guru harus
memberikan perhatian yang ekstra kepada siswa-siswa tersebut, seperti yang
disampaikan Guru PAI berikut ini:
Siswa-siswi SMPN 20 Tanjung Jabung Timur ini memiliki latar belakang
yang berbeda-beda, ada yang orangtuanya sangat peka terhadap shoat
anaknya, ada juga yang orangtuanya tidak memperhatikan apakah
anaknya bisa sholat atau tidak, nah hal ini menjadi kendala tersendiri
bagi saya selaku guru PAI, karena berarti saya harus lebih ekstra
memperhatikan pemahaman mereka terhadap betapa pentingnya sholat
berjama‟ah ini.( wawancara dengan guru PAI 15/04/2017)

Sebagaimana wawancara dengan Guru PAI diatas SMPN 20 Tanjung


Jabung Timur merupakan sekolah yang terletak di daerah pedesaan yang
tingkat ekonomi masyarakatnya rata-rata menengah ke bawah, Sehingga
keseharian dari wali murid atau orangtua mereka semua rata-rata bekerja di
kebundari pagi sampai sore, hingga sedikit sekali waktu orangtua untuk
memperhatikan dan menanyakan apakah anaknya sudah bisa melaksanakan
sholat atau belum, bahkan menurut wawancara penulis dengan (ELS)
orangtuanya tidak pernah menanyakan atau mengajak dia untuk mengerjakan
sholat.
Ibu dan Ayah saya bekerja di kebun, mereka pulang kalau sudh mau
maghrib, dan selama ini mereka tidak pernah menanyakan apakah saya
sudah sholat atau belum.(wawancara dengan siswi SMPN 20 Tanjung
Jabung Timur 15/04/2017)

Maka kurangnya Pemahaman anak tentang betapa pentingnya Sholat


tersebut menjadi faktor penghambat dalam kegiatan pembiasaan sholat
berjama‟ah ini, serta ketidakperhatian orangtua terhadap anak mereka menjadi
faktor yang ikut memberatkan suksesnya kegiatan pembiasaan sholat
berjama‟ah di SMPN 20 Tanuung Jabung Timur ini.
Berbagai hal yang terkait dengan penanaman pembiasaan sholat
berjama‟ah telah diupayakan oleh guru PAI dengan dibantu oleh seluruh warga
sekolah, namun ada saja hal yang menghambat lancarnya kegiatan tersebut,
Sekolah akan berjalan dengan baik jika memiliki aturan yang di taati oleh
semua. Aturan – aturan tersebut bertujuan untuk acuan dalam melaksanakan
aktivitas sehingga tujuan pendidikan yang sesungguhnya akan berjalan dengan
baik dan lancar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan beberapa
keterangan yang ada
Bagi siswa yang melanggar tata tertib diatas akan dikenakan sanksi
sebagai berikut:
1. Teguran
2. Hukuman membersihkan lingkungan sekolah
3. Pemanggilan orang tua
4. Surat pernyataan
5. Dikembalikan kepada orang tua.
Dari tata tertib yang ada sebenarnya cukup efektif untuk
mendisiplinkan siswa, namun tetap saja ada beberapa siswa yang berani
melanggar tata tertib sekolah dengan berbagai alasan yang dilontarkan. Seperti
yang dikatakan oleh RF :
Saya tidak sholat itu buk karena malas ngantri untuk berwudhu, siswanya
banyak, tapi tempat wudhunya sedikit, terus airnya kadang tidak ada,
terus kami mau wudhu dimana lagi, makanya saya sering tidak sholat
berjama‟ah (wawancara dengan siswa (RF) 15/04/017)

Hal senada juga disampaikan oleh RA yang sering melihat teman-


temannya tidak sholat berjama‟ah.
Saya ikut-ikutan kawan saja buk, mereka biasanya kabur saat yang
laiinya sholat berjama‟ah, mereka nongkrong dikantin, jadi saya juga
ikutan.(wawancara dengan siswa (RA) 15/04/2017)
Berbagai alasan yang penulis temui ketika mencoba mendekati
mereka dan menanyakan alasan mereka tidak sholat berjama‟ah, seperti
keterangan diatas, Hal ini dibenarkan oleh waka kesiswaan (HB) yang
mengatakan:
Saya sering mendapati siswa bersembunyi dikantin sekolah saat kelasnya
sedang melaksanakan sholat berjama‟ah, jika ditanya, mereka menjawab
dengan bermaam-macam jawaban. Namun, bagi saya hal tersebut tetap
harus kita tindak lanjuti karena kalau dibiarkan, nanti bakalan menjadi
kebiasaan buruk bagi mereka. (wawancara dengan bapak (HB)
15/04/2017)

Selain itu, sekolah seharusnya juga menyediakan sarana prasarana


yang layak dalam kegiatan ini. Sarana prasarana mampu menjadi penunjang
kelancaran pelaksanaan program. Diantaranya adalah musholllah. Mushola
berfungsi sebagai tempat melaksanakan program pembiasaan Sholat Dzuhur
berjama‟ ah. Dukungan mental dan material bermanfaat dalam membantu
pelaku program dalam agar pelaksanaan kebijakan Sholat Dzuhur berjamaah
dapat berjalan dengan baik, namun hal terseut sepertinya sangat jauh dari
harapan. SMPN 20 Tanjung Jaung Barat ini belum memiliki bagunan khusus
untuk Musholah sebagaimana sekolah-sekolah pada umumnya, seperti yang
sudah penulis jelaskan diatas, bahwa SMPN 20 Tanjung Jabung Barat
menjadikan laboratorium sebagai Mushollah sementara, sebagaimana
wawancara penulis dengan bapak kepala sekolah berikut ini :
Iya, sekolah ini memang belum memiliki bangunan khusus untuk
mushollah maka dari itu kami sementara menggunakan ruang
laboratorium yang dialih fungsikan menjadi mushollah, karena memang
kami belum memiliki bagunan mushollah seperti kebanyakan disekolah-
sekolah lain, akan tetapi selaku pimpinan sekolah, saya akan tetap
berusaha agar kedepannya sekolah ini memiliki bangunan mushollah
tersendiri. (wawancara dengan kepala sekolah 15/04/2017)

Adanya kesulitan dalam melaksanakan shalat berjama‟ah yang


berhubungan dengan strategi yang lebih efektif untuk digunakan dalam
melaksanakan shalat berjama‟ah ini diakui oleh Guru PAI, sebagaimana
wawancara penulis berikut ini:
Saya menyadari, terkadang saya sendiri kewalahan dan bingung untuk
mengatasi permasalahan anak-anak yang tidak mau mengikuti sholat
berjama‟ah ini, dan kedepannya saya berencarana akan mengadakan
lomba antar kelas untuk kegiatan sholat berjama‟ah ini, agar hal tersebut
menjadi dorongan agar mereka mau mengikuti sholat.(wawancara
dengan Guru PAI 15/04/2017)

3. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Faktor Penghambat Dalam


Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama’ah
Berdasarkan hasil wawancara diatas, banyak sekali faktor yang
menjadi penghambat tidak terwujudnya kebiasaan sholat dzuhur berjama‟ah
dikalangan siswa SMPN 20 Tanjung Jabung Timur ini, namun jika semua
warga sekolah dan orangtua menyadari betapa pentingnya penanaman
kebiasaan sholat dzuhur berjama‟ah ini maka faktor penghambat tersebut bisa
dijadikan motivasi agar kegiatan ini benar-benar dapat menjadikan siswa taat
melaksanakan sholat.
Orang tua mendukung program ini dan merasakan dampak yang
ditimbulkan terhadap rutinitas pelaksaan program pembisaan Sholat Dzuhur
berjamaah yang menjadi kebijaksan SMPN 20 Tanjung Jabung Timur.
Pembisaan ini dikatakan berhasil, apabila peserta didik senantiasa
melaksanakan pembiasaan ini di rumah bukan hanya disekolah saja. Jadi, baik
di lingkungan masyarakat, peserta didik mampu mengaplikasikan pembiasaan
sholat berjamaah dan berkarakter insanul karimah dengan baik. Program ini
betul-betul bermanfaat baik untuk dirinya (peserta didik) maupun bagi orang
lain (teman, guru, dan orang tua). Pelaksanaan pembiasaan Sholat Dzuhur
berjamaah tidak hanya mengajak peserta didik untuk selalu sholat berjamaah,
namun juga membimbing peserta didik agar selalu ingat kepada Tuhan YME,
pembiasaan Sholat Dzuhur berjamaah, mempengaruhi peserta didik lebih bisa
berinteraksi dengan sesama secara sopan, perilaku negatif mulai berkurang,
saling gotong royong dan bersama-sama peduli terhadap sesama menciptakan
suasana yang damai di lingkungan sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh Guru
PAI berikut ini:
Saya berharap orangtua siswa juga dpat ikut memantau anak mereka
dirumah, karena kegiatan disekolah ini hanyalah sebagai pembiasaan
bagi anak, namun, tetap harus adanya kerjasama dengan orangtua yang
mengingatkan anak dirumah, percuma saja kalau disekolah mereka selalu
kita pantau, tetapi dirumah tidak, maka hal tersebut menjadikan anak
dengan gampang meninggalkan sholat. (wawancara dengan Guru PAI
16/04/2017)

Ketidakefektifan pelaksanaan pembiasaan Sholat Dhuhur berjamaah


juga dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap bacaan sholat, maka
hal tersebut menjadi pemicu bagi pihak sekolah untuk mengambil langkah agar
anak-anak dapat hafal bacaan sholat, sehingga pembiasaan sholat dzuhur
berjamaah ini dapat dilakukan dengan baik, sebagaimana yang dijelaskan oleh
waka kurikulum berikut ini.
Kami pihak sekolah menyediakan buku saku Anak Sholeh. Buku Saku
Anak Sholeh berfungsi sebagai alat untuk membantu pelaksanaan Sholat
Dzuhur berjamaah, khususnya bagi siswa yang belum bisa sholat,
sehingga pembiasaan Sholat Dzuhur berjamaah dapat berjalan dengan
baik. Buku yang berjudul buku saku anak sholeh berisikan tata cara
Sholat dan kumpulan doa-doa. Masing-masing peserta didik dan guru
memiliki buku tersebut. Buku tersebut disediakan sekolah sebagai
penunjang demi kelancaran pelaksanaan program pembiasaan Sholat
Dzuhur berjamaah. (wawancara dengan waka kurikulum 16/04/2017)

Semua peraturan akan menjadi kebiasaan-kebiasaan yang baik bila


dalam melaksanakan berbagai peraturan terwujud kondisi yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan berbuat sesuatu sesuai
kemampuannya. Bahkan akan berkembang menjadi disiplin,bila peraturan itu
dipegang secara konsisten. Hukuman yang diperlukan terhadap ketidaktaatan
hanya akan mempunyai efek baik, bila bersifat mendidik dan sasaran yang
jelas.
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, maka sarana prasarana
sangat penting. Fungsinya adalah mempermudah tercapainya tujuan
pendidikan. Apabila sarana dan prasarana kurang mendukung, maka
penyelenggraan atau pelaksanaan proses pembelajaran tidak dapat berjalan
dengan sempurna. Demikian sebaliknya, ketersediaan sarana dan prasarana
yang mendukung dan lengkap akan berimplikasi pada proses belajar mengajar.
Berikut hasil wawancara penulis bersama kepala sekolah mengenai saranan
dan prasarana:
Mengenai belum tersedianya bangunan khusus untuk mushollah di
SMPN 20 Tanjung Jabung Timur ini, kami selaku pihak sekolah telah
mengdiskusikan hal tersebut dengan komite sekolah, dan juga wali murid
dan masyarakat sekitar agar dapat membantu dan mendukung rencana
kami kedepannya agar suatu hari nanti sekolah ini dapat mempunyai
bangunan mushollah tersendiri.(wawancara dengan kep.Sekolah
16/04/2017)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
maka kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Strategi peningkatan pembiasaan shalat berjama’ah pada siswa di
SMPN 20 Tanjung Jabung Timur adalah:
Adanya pelaksanaan shalat dzuhur berjama‟ah secara kontinyu, Kepala
sekolah, guru-guru dan karyawan mengawasi kegiatan shalat dzuhur
berjama‟ah yang sudah terjadwal, Anjuran lisan (mengingatkan, penjelasan
dan nasihat) secara rutin yaitu pada upacara dan tambahan jam pelajaran
khusus agama, Kontrolan langsung ke kelas-kelas dan sekitar sekitar gedung
sekolah untuk siswa yang tidak shalat dan Memberi peringatan kepada siswa
yang tidak shalat berjama‟ah secara berjama‟ah (hukuman dalam bentuk
lisan)
2. Faktor-faktor pendukungdan penghambat peningkatan pembiasaan
shalat berjama’ah pada siswa di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur
adalah:
Mayoritas siswa-siswi SMPN 20 Tanjung Jabung Timur bergama islam,
Adanya kerjasama yang baik antara Kepala Sekolah dengan guru, Tenaga
pengajar yang kompeten di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur mempunyai
ijazah S1 dan bidangnya adalah Pendidikan Agama Islam sehingga dapat
kompeten melaksanakan tugasnya, Adanya tata tertib sekolah yang ditindak
lanjuti dengan adanya sanksi pelanggaran dengan tegas, seperti ditegur saat
pertama tidak mengikuti shalat berjama‟ah dan factor penghambatnya adalah:
Faktor intern atau faktor yang datang dari dalam yakni siswa mempunyai
pemahaman agama yang berbeda-beda, dan kebanyakan dari mereka adalah
kurang mendalam pemahamannya sehingga konsekuensinya guru-guru harus
memberikan perhatian yang ekstra kepada siswa-siswa tersebut.
3. Usaha Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Faktor Penghambat Dalam
Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama’ah
Pihak sekolah menyediakan buku saku Anak Sholeh. Buku Saku Anak
Sholeh berfungsi sebagai alat untuk membantu pelaksanaan Sholat Dzuhur
berjamaah, khususnya bagi siswa yang belum bisa sholat, sehingga
pembiasaan Sholat Dzuhur berjamaah dapat berjalan dengan baik, Pihak
sekolah telah mengdiskusikan tentang pembangunan mushollah dengan
komite sekolah.
B. Saran
Pada bagian akhir skripsi ini, perkenankanlah penulis memberikan saran
atau usulan sebagai masukan untuk lebih meningkatkan kegiatan pembiasaan
shalat berjama‟ah di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur.
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Hendaknya melaksanakan pembinaan dan sosialisasi bagi guru-guru agar
kegiatan pembiasaan shalat berjama‟ah lebih optimal
b. Diharapkan melakukan evaluasi pencapaian target dengan menetapkan
beberapa indikator
2. Bagi Guru
a. Hendaknya guru terus memberi inspirasi, motivasi, bimbingan dan
penguatan kepada peserta didik dalam berbagai kesempatan dalam
melakukan pembiasaan shalat berjama‟ah
b. Diharapkan guru terus berinovasi agar peserta didik tidak merasa jenuh
dan bosan dalam melaksanakan pembiasaan shalat berjama‟ah
c. Hendaknya guru bisa terus meningkatkan interaksi dan komunikasi
dengan siswa agar terjalin kerja sama yang sinergis serta pembiasaan
shalat berjama‟ahpun dapat ditindak lanjuti dan berjalan lebih optimal
3. Bagi siswa
a. Hendaknya siswa menindak lanjuti pembiasaan shalat berjama‟ah yang
telah dilaksanakan di Sekolahuntuk dilaksanakan juga dirumah
b. Hendaknya siswa selalu mengikuti pembiasaan shalat berjama‟ah di
Sekolah dengan perasaan sengan bukan karena paksaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Depag RI, (2009) Al-Qur`an dan Terjemahnya Special for
Woman Bandung: J-ART
Abd. Rahman Getteng, Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika , Cet.
VII; Yogyakarta: Grha Guru, 2012
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada media,
2006
Abdurrahman An nahlawi, (1995) Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah,
dan Masyarakat, Jakarta : Gema Insani Press
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, (2004) Psikologi Belajar. Jakarta:
PT. Rineka. Cipta.
Abudin Nata,(1997), Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana
Ilmu
Armai Arief, (2002) Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Pers
Asmaun Sahlan, (2009) Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah,
Malang: UIN-Maliki. Press
Budiyanto. (2003). Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara. Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
III, Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Facruddin Saudagar, Ali idrus, (2009) Pengembangan Profesionalisme
Guru, Jakarta: Gaung Persada.
Hasan Ayyub (2002) Fikih Ibadah : Jakarta : Pustaka Al-kautsar
Hasbi Ash Siddieqy (1994) Pedoman Shalat : Jakarta : PT. Bulan Bintang
Hery Noer Aly, (1999), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu
Jamil Suprihati ningrum,( 2013) Pembelajaran Teori dan Aplikasinya,
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Kartini Kartono dan Ghalio, (1978), Kamus Psikologi, Bandung: Pioner
Jaya
Lexy J Moleong (2004) Metodologi Penelitian Kualitatif : Bandung :
Remaja Rosda Karya
Martinis Yamin (2013) Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran,
Jakarta : GP. Press Group
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam,
Jakarta: Rajawali Press, 2012
Nana Sudjana, (1989) TwinPenilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar.Yogyakara: Pustaka Yustisia. Anto
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara,
2013
Ramayulis, (2010) Ilmu Pendidikan Islām. Jakarta: Kalam Mulia
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan
Praktis, Cet. I; Jakarta: Ciputat Press, 2002
Sugiyono, (2019), Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Rsd, Bandung
: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto (2006) Prosedur Penelitian : Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Supian (2015) Pendidikan Agama Islam : Jakarta : Gaung Persada Press
Supriyadi (2011) Strategi Belajar dan Mengajar : Yogyakarta : Penerbit
Jaya Ilmu
Syaiful Bahri (2013) Strategi Belajar Mengajar : Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Tim Dosen PAI universitas jambi,(2015), PAI buku Daras Untuk
Mahasiswa UNJA
Tim Penyusun, (2015), Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN STS Jambi.
UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 ayat 1
dalam Abd. Rahman Getteng, Menuju Guru Profesional dan Ber-etika,
Cet. VII; Yogyakarta: Graha Guru, 2012
Wahab dkk, Kompetensi Guru Agama Tersertifikasi, Semarang: Robar
Bersama, 2011
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)
Judul Penelitian:
Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan
Pembiasaan Shalat Berjama’ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)
20 Tanjung Jabung Timur

Pedoman Observasi
1. Mengamati Aktivitas siswa di lingkungan sekolah
2. Mengamati seberapa jauh pembiasaan sholat jama’ah yang dilakukan
siswa
3. Mengamati strategi yang digunakan guru PAI dalam menanamkan
pembiasaan sholat berjama’ah.

Pedoman Wawancara
A. Kepala Sekolah SMP N 20 Tanjung Jabung Timur
1. Bagaimana sejarah dan latar belakang didirikiannya SMP N 20 Tanjung
Jabung Timur?
2. Bagaimana perkembangan peserta didik SMP N 20 Tanjung Jabung
Timur?secara kuantitas maupun kualitas?
3. Berapa jumlah keseluruhan peserta didik SMP N 20 Tanjung Jabung
Timur?
4. Bagaimana letak geografis SMP N 20 Tanjung Jabung Timur?
5. Bagaimana struktur organisasi yang ada di SMP N 20 Tanjung Jabung
Timur?
6. Bagaimana sarana dan prasarana di SMP N 20 Tanjung Jabung Timur?
7. Kapan pertama kali pembiasaan shalat berjama’ah dilakukan di SMP N
20 Tanjung Jabung Timur?
B. Guru Kelas
1. Apa dasar dan tujuan dilakukan pembiasaan shalat berjama’ah?
2. Bagaimana proses pelaksanaan pembiasaan shalat berjama’ah?
3. Strategi apa yang dipakai dalam pembiasaan shalat berjama’ah?
4. Bagaimana hasil yang dicapai oleh peserta didik pada pembiasaan
shalat berjama’ah?
5. Apa peran dan fungsi guru kelas dalam pelaksanaan pembiasaan shalat
berjama’ah?
6. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
proses pembiasaan shalat berjama’ah?
7. Bagaimana usaha yang dilakukan untuk mengatasi faktor penghambat
dalam pembiasaan shalat berjama’ah?
8. Bagaimana evaluasi dari proses kegiatan pembiasaan shalat berjama’ah?

C. Guru PAI
1. Apa peran guru PAI dalam proses pembiasaan shalat berjama’ah?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan guru PAI supaya pembiasaan shalat
berjama’ah dapat berjalan lancar dengan memenuhi target yang sudah
ditentukan?
3. Bagaimana strategi yang dilakukan dalam meningkatkan pembiasaan
shalat berjama’ah di SMP N 20 Tanjung Jabung Timur?
4. Sanksi apa yang diberlakukan jika ada salah satu siswa yang sengaja
tidak mengikuti pembiasaan shalat berjama’ah?
5. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
proses pembiasaan shalat berjama’ah?
D. Siswa
1. Namanya siapa?
2. Kelas berapa?
3. Sering ikut kegiatan sholat berjama’ah tidak?
4. Apa alasan tidak sholat berjama’ah di mushollah?
5. Biasanya kemana kalau tidak sholat berjama’ah?
6. Ada sanksi tidak dari guru jika tidak sholat jama’ah?
7. Selain disekolah, biasanya dirumah sering sholat berjama’ah tidak?

Pedoman Dokumentasi
Mendokumentasi apa saja hal yang dapat menunjang suksesnya
penelitian ini, baik dari segi kegiatan, lingkungan, maupun personal informan
yang diteliti.
TAMPAK BANGUNAN SMPN 20 TANJUNG JABUNG TIMUR
TEMPAT BERWUDHU PUTRI
TEMPAT BERWUDHU PUTRA
KEGIATAN PEMBIASAAN SHOLAT DZUHUR BERJAMA’AH
PENELITI MELAKUKAN WAWANCARA KEPADA INFORMAN
JADWAL WAKTU SHOLAT
JADWAL PETUGAS SHOLAT DZUHUR BERJAMA’AH
TAMPAK PAPAN NAMA SMPN 20 TANJABTIM
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)

Nama : Nur Laila


JenisKelamin : Perempuan
Tempat tgl Lahir : Mendahara Tengah, 09-08-1994
Alamat : Simpang Rimbo
Alamat Email : Nurlaila1946@yahoo.com
No Kontak : 0822 8240 2926

Riwayat Pendidikan

A. Pendidikan Formal
1. MI Mendahara Tengah Tanjung Jabung Timur
2. SDN 62 Mendahara Tengan Tanjung Jabung Timur
3. MTs Subulussalam Mendahara Tengah Tanjung Jabung Timur
4. MAS Subulussalam Mendahara Tengah Tnjung Jabung Timur
5. Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

B. Pendidikan Non-Formal
1. Pelatihan Pramuka Tanjabtim 2011

Jambi, Agustus 2018

Nurlaila
TP.120 414
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat: Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi. Jl. Jambi – Ma. Bulian
KM. 16 Simp. Sungai Duren Muara Jambi 36363

KARTU KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Nur Laila


NIM : TP. 120 414
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester : XIII (Tiga Belas)
Judul : Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan
Pembiasaan Shalat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri (Smpn) 20 Tanjung Jabung Timur

Pembimbing I : Dr. H. M. Saman Sulaiman, M.Ag

No Hari, Materi TTD


Tanggal Konsultasi
1 Senin, Penyerahan surat penunjukan dosen pembimbing
01/08/2016
2 Rabu, ACC izin seminar proposal
23/09/2016
3 Jum‟at Perbaikan proposal pada latarbelakang masalah,
18/11/2016 kategorisasi penulisan dan pada metodologi penelitian,
focus masalah
4 Selasa, ACC izin riset dan pengesahan judul
12/05/2017
5 Rabu, Perbaikan latar belakang, tinjauan pustaka dan
17/07/2017 metodologi penelitian
6 Kamis, Perbaikan pada bab IV
29/05/2018
7 Jumat, Study relevan dan penutup
02/06/2018
8 Kamis, ACC nota dinas
20/09/2018

Jambi, September 2018


Mengetahui,
Pembimbing I

Dr. H. M. Saman Sulaiman, M.Ag


NIP. 19571229198703 1003
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat: Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi. Jl. Jambi – Ma. Bulian
KM. 16 Simp. Sungai Duren Muara Jambi 36363

KARTU KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Nur Laila


NIM : TP. 120 414
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester : XIII (Tiga Belas)
Judul : Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan
Pembiasaan Shalat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri (Smpn) 20 Tanjung Jabung Timur

Pembimbing II : Jaya, M.Pd

No Hari, Materi TTD


Tanggal Konsultasi
1 Kamis, Penyerahan surat penunjukan dosen pembimbing
15/08/2016
2 Rabu, ACC izin seminar proposal
13/09/2016
3 Senin, Perbaikan proposal pada latarbelakang masalah,
29/09/2016 metodologi penelitian,fokus masalah
4 Rabu, ACC izin riset dan pengesahan judul
23/05/2017
5 Kamis, Lengkapi draf skripsi
01/06/2017
6 Jumat, Perbaikan pada bab IV
20/04/2018
7 Kamis, Perbaikan kata pengantar, Study relevan, penutup dan
30/05/2018 bab V

8 Selasa, ACC nota dinas


07 /08/ 2018

Jambi, Agustus 2018


Mengetahui,
Pembimbing II

Jaya, M.Pd
NIP. 19700802200003 1002

Anda mungkin juga menyukai