Anda di halaman 1dari 104

IMPLEMENTASI PROGRAM METODE PEMBIASAAN TADARUS

AL-QUR’AN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN


MEMBACA AL-QUR’AN SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI 16
MERANGIN PROVINSI JAMBI

SKRIPSI

MELIYANA FEBRIYANTI
NIM : 201180100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN
JAMBI
2022
IMPLEMENTASI PROGRAM METODE PEMBIASAAN TADARUS
AL-QUR’AN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN
MEMBACA AL-QUR’AN SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI 16
MERANGIN PROVINSI JAMBI

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
dalam Pendidikan Agama Islam

MELIYANA FEBRIYANTI
NIM : 201180100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN
JAMBI

i
ii
KEMENTRIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR


Kode Berlaku No. Tgl. Halaman
Dokumen Kode Formulir Tanggal Resivisi Revisi
In.08-PP- In.08-FM-PP- 2021 R-0 - 1 dari 1
05-01 05-03

Hal : NOTA DINAS


Lampiran :-

Kepada
Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
Tempat

Assalamu‟alaikum wr.wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi Saudara :

Nama : Meliyana Febriyanti


NIM : 201180100
Judul : Implementasi Program Metode Pembiasaan Tadarus Al-Qur‟an
Dalam Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin Provinsi Jambi

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan


Keguruan Jurusan/Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu dalam Pendidikan Agama Islam. Dengan ini kami
mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat segera
dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Jambi, 25 Februari 2022


Pembimbing II

Rina Juliana, M.Pd.I


NIP. 198907302020122004

iii
iv
v
PERSEMBAHAN

ِ ‫س ِم ه‬
‫َّللا ال هر ْح َم ِن ال هر ِحيم‬ ْ ِ‫ب‬
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Dengan rasa syukur dan bahagia kupersembahkan skripsi ini untuk

Ayahanda Suminto dan Ibunda Nur Widayanti

Yang selalu memperjuangkan hidupku dengan penuh kesabaran,

Cinta dan kasih sayang, sebagai bukti dan rasa banggaku,

Selalu ada doa agar beliau diberikan kesehatan,

Umur panjang dan terutama selalu ta‟at beribadah pada Allah SWT.

Dengan didikan dan pengorbanan yang tak terhingga kepadaku,

sehingga aku bisa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua,

berguna bagi Agama, bangsa dan terlebih mampu dalam

menjalani kehidupan di masyarakat.

Untuk adikku Natasya Della Pratiwi yang juga selalu ikut mendo‟akan

agar selalu dipermudah dan diperlancar

dalam segala urusan.

vi
MOTTO

‫صلّى اهللُ َعلَْي ِو‬ ِ ُ ‫قال‬


َ ‫رسول اللَّو‬ َ : ‫رضي اللَّو عنوُ قال‬ َ ‫عن عثما َن بن عفا َن‬
‫ « َخيرُكم َم ْن تَ َعلَّ َم ال ُق ْرآ َن َوعلَّموُ » رواه البخاري‬: ‫وسلَّم‬
َ
Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah
yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya.” (HR. Tirmidzi);

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul : “Implementasi
Program Metode Pembiasaan Tadarus Al-Qur‟an Terhadap Peningkatan
Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siwa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin Jambi”, dapat diselesaikan

Shalawat serta salam tidak lupa peneliti kirimkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya ke jalan Islam dan Ilmu
pengetahuan.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat


akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan
pihak yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu
melalui kata pengantar ini peneliti menyampaikan terimakasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat Bapak/Ibu :

1. Prof. Dr. H. Su‟aidi, MA, Ph.D, Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
2. Dr. Hj. Fadlilah, M. Pd, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Prof. Dr. Risnita, M. Pd, Wakil Dekan I, Dr. Najmul Hayat, M. Pd.I,
Wakil Dekan II, Dr. Yusria, M. Ag, Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Mukhlis, S. Ag, M. Pd. I, Ketua Prodi Pendidikam Agama Islam, dan
Habib Muhammad, M. Ag, Sekretaris Prodi Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.

viii
ix
ABSTRAK

Nama : Meliyana Febriyanti


Nim : 201180100
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Implementasi Program Metode Pembiasaan Tadarus Al-Qur‟an
Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Siswa Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin Provinsi Jambi
Penelitian ini di latar belakangi oleh observasi awal peneliti melalui
program metode pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin disebut dalam sebuah kegiatan yang memiliki fungsi untuk
menciptakan lingkungan yang cinta Al-Qur‟an dilaksanakan setiap 30 menit
sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.
Tadarus Al-Qur‟an atau kegiatan membaca Al-Qur‟an
merupakan salah satu bentuk peribadatan yang diyakini dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT, dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan yang
berimplikasi pada sikap dan perilaku positif, dapat mengontrol diri, dapat tenang,
lisan terjaga, dan istiqomah dalam beribadah. Dengan adanya anak terbiasa
membaca Al-Qur‟an setiap hari, maka itu sebagai langkah awal dalam
mengyahati, memahami, mencintai dan mengamalkan apa yang terkandung di
dalamnya.
Pendekatan Penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan serta verifikasi keterpercayaan hasil penelitian
diperoleh dengan teknik triangulasi data.
Hasil penelitian peningkatan kemampuan membaca Al-Qur‟an melalui
program metode pembiasaan tadarus Al-Qur‟an dapat dikatakan sebagai program
yang sangat baik. Faktor yang menjadi kendala program tadarus Al-Qur‟an
diantaranya adalah alokasi waktu yang kurang, kurang menghargai waktu, dan
factor lingkungan siswa. Sedangkan solusi untuk mengatasi kendala tersebut
adalah motivasi dan perhatian dari guru, ciptakan suasana yang inovatif, ciptakan
peraturan baru, dan memberikan reward dan funishment.
Dengan adanya pembiasaan ini dipagi hari sebelum jam pelajaran dimulai
dengan begitu suasana di sekolah tercipta susasana yang religious, mudah
melantunkan dan menghafal Al-Qur‟an dan dapat meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur‟an siswa.
Kata Kunci : Implementasi, Metode Pembiasaan, Tadarus Al-Qur‟an

x
ABSTRAK
Name : Meliyana Febriyanti
Number : 201180100
Study Program : Islamic Religious Education
Title : Implementation of the Al-Qur‟an Habituation Method
Program on the Ability to Read Al-Qur‟an Students of State
Junior High School 16 Merangin Province Jambi

This research was motivated by. From the initial observations of the
researchers through the program of the Qur'an tadarus habituation method at the
State Junior High School 16 Merangin, it was mentioned in an activity that has a
function to create an environment that loves the Qur'an which is carried out every
30 minutes before teaching and learning activities begin.
Tadarus Al-Qur‟an or activities to read the Qur'an is a form of worship
that is believed to be able to draw closer to Allah SWT, can increase faith and
piety which has implications for positive attitudes and behavior, can control
oneself, can be calm, verbally awake, and istiqomah in worship. With children
accustomed to reading the Qur'an every day, then that is the first step in
understanding, understanding, loving and practicing what is contained in it.
The research approach that the writer uses is descriptive qualitative.
Data was collected by using observation, interview and documentation techniques.
The data analysis technique was carried out by data reduction, data presentation
and conclusion drawing and verification of the reliability of the research results
obtained by data triangulation techniques.
The results of the research on increasing the ability to read the Qur'an
through the Al-Qur‟an tadarus habituation method program can be said to be a
very good program. Factors that become obstacles to the Al-Qur‟an tadarus
program include insufficient time allocation, lack of respect for time, and student
environmental factors. While the solution to overcome these obstacles is the
motivation and attention of the teacher, creating an innovative atmosphere,
creating new regulations, and providing rewards and funishment.
With this habituation in the morning before class starts, the atmosphere
at school creates a religious atmosphere, it is easy to recite and memorize the
Qur'an and can improve students' ability to read the Qur'an.

Keywords: Implementation, Habituation Method, Tadarus Al-Qur‟an

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. ...i


NOTA DINAS ...................................................................................................... ..ii

PENGESAHAN .................................................................................................... .iv

PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................Error! Bookmark not defined.


PERSEMBAHAN ............................................................................................................... v
MOTTO .............................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... viii
ABSTRAK ..........................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
C. Rumusan Masalah ................................................................................................. 10
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 10
E. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 11
A. Kajian Teoritik ...................................................................................................... 11
1. Pengertian Implementasi ................................................................................... 11
2. Pembiasaan Tadarus Al-Qur‟an ........................................................................ 12
3. Tadarus Al-Qur‟an ............................................................................................ 18
B. Studi Relevan ........................................................................................................ 29
BAB III METODE PENEITIAN ...................................................................................... 32
A. Pendekatan dan Desain Penelitian ........................................................................ 32
B. Setting dan Subjek Penelitian .............................................................................. 32
C. Jenis Dan Sumber Data ......................................................................................... 34
D. Tekhnik Pengumpulan Data .................................................................................. 35
E. Tekhnik Analisis Data........................................................................................... 37
F. Triangulasi ............................................................................................................ 40

xii
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 44
A. Temuan Umum ..................................................................................................... 44
1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .............................................................. 44
2. Deskripsi Data ................................................................................................... 53
3. Deskripsi Data Hasil Wawancara ..................................................................... 54
B. Temuan Khusus dan Pembahasan ......................................................................... 55
1. Implementasi program metode pembiasaan tadarus Al-Qur‟an terhadap
peningkatan kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin .................................................................................................. 55
2. Kendala implementasi Program metode pembiasaan tadarus Al-Qur‟an terhadap
peningkatan kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin .................................................................................................. 59
3. Solusi untuk mengatasi kendala implementasi program metode pembiasaan
tadarus Al-Qur‟an terhadap peningkatan kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin .................................................... 62
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 68
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 68
B. Saran ..................................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DOKUMENTASI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal penelitian .............................................................................. ….42

Tabel 1.2 Daftar guru dan Tenaga Administrasi .............................................. ….47

Tabel 1.3 Jumlah Siswa ................................................................................... .....48

Tabel 1.4 Sarana dan prasarana ........................................................................ ….49

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Pengumpulan Data

Lampiran 2 Daftar Informan dan Responden

Lampiran 3 Dokumentasi

Lampiran 4 Kartu Bimbingan

Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan termasuk hal yang penting dalam kehidupan manusia,
dengan pendidikan, manusia dapat belajar semua ilmu pengetahuan.
karena pada dasarnya manusia dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari
tidak lepas dari pendidikan. Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya
adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, sehingga
dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam
(Umar,2010)
Pendidikan juga berusaha mengubah keadaan seseorang dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat berbuat menjadi dapar berbuat, dari
tidak dapat bersikap seperti yang diharapkan menjadi bersikap seperti yang
diharapkan. Tujuan dari pendidikan agama islam itu sendiri adalah
membina manusia beragama seperti manusia yang mampu melaksanakan
ajaran-ajaran agama islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin
pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka
mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat yang dapat dibina
melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif. (Marno,2011:114)

Al-Qur‟an adalah petunjuk bagi perjalanan hidup manusia dari


awal hingga akhir kehidupannya, Allah menciptakan alam semesta dan
menjadikannya sebuah petunjuk untuk dijadikan pegangan bagi manusia
yang hidup dimuka bumi. Tanpa Al-Qur‟an seseorang tidak akan bisa
merasakan kehidupan yang seimbang di alam ini. Dan Al-Qur‟an juga

1
2

merupakan undang-undang kemanusiaan yang mampu


memberikan pengaruh pada keimanan seorang muslim, keyakinan dan
kebaikannya.

Menurut Abdul Majid (2014) dasar dalam pendidikan agama islam


itu sendiri adalah islam dengan segala ajarannya. Ajaran itu yang salah
satunya bersumber dari Al-Qur‟an yang harus diajarkan kepada anak
didik, karena Al-Qur‟an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama
dan pertama ajaran islam yang berfungsi sebagai petunjuk bagi kehidupan
manusia.

Secara yuridis undang-undang pendidikan mengisyaratkan bahwa


pendidikan harus menjadikan peserta didiknya memiliki akhlak yang
mulia, artinya praktik pendidikan tidak semata berorientasi pada aspek
kognitif saja, melainkan secara terpadu menyangkut aspek afektif dan
psikomotor, hal ini sejalan dengan tujuan dari peraturan pemerintah
Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan Agama dan
Keagamaan bab 2 pasal 2 yang berbunyi: “Pendidikan agama berfungsi
membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian
serta kerukunan hubungan umat beragama.

Salah satu faktor penting dalam menumbuhkan karakter religious


dan kemampuan membaca Al-Qur‟an peserta didik adalah kebiasaan,
karena itu kita harus mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur‟an
kepada nak sedini mungkin, sehingga nantinya diharapkan setelah dewasa
dapat membaca, menulis, memahami dan mengamalkan Al-Qur‟an dengan
baikdan benar. Pembelajaran Al-Qur‟an yang optimal akan melahirkan
generasi qur‟ani yang mampu memakmurkan bumi dengan Al-Qur‟an dan
menyelamatkan peradaban dunia dimasa mendatang. Syarat mutlak untuk
memunculkan generasi qurani adalah pemahaman terhadap Al-Qur‟an
3

yang diawali dengan mampu membaca dan menulis Al-Qur‟an dengan


baik sesuai dengan tajwidnya. (Andi Anirah,2015: 2)

Dengan begitu Allah memerintahkan kepada manusia untuk


membaca. Membaca tidak hanya berarti memberantas buta huruf, tetapi
juga memahami dan mempelajari semua ilmu yang berguna bagi makhluk
dan membimbing manusia agar insyaf dan bertaqwa kepada Allah. Firman
Allah SWT (Q.S Al-Alaq 96/ 1-5)

ِ ِْ ‫﴾خلَق‬۱﴿‫ك الَّ ِذي خلَق‬ ِ


‫ك‬َ ُّ‫﴾ اقْ َرأْ َوَرب‬۲﴿‫اْلنْ َسا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬ َ َ ْ ِ‫اقْ َرأْ ب‬
َ َ ْ َ ِّ‫اس ِم َرب‬
ِْ ‫﴾ علَّم‬٤﴿ۚ‫﴾ الَّ ِذي علَّم بِالْ َقلَ ِم‬۳﴿ۚ‫ْاْلَ ْكرم‬
﴾۵﴿‫اْلنْ َسا َن َما ََلْ يَ ْعلَ ْم‬ ََ ََ ْ َُ

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan
Mu lah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Q.S
Al-Alaq: 96/ 1-5). ( Fadhol Abdurrahman, Al-Qur’an dan
Terjemahnya:597)

Quraish Shihab sebagai musafir kontemporer cenderung


memahami qara‟a itu dalam pengertian luas, seperti penegasannya bahwa
kata dalam susunan yang tidak disebutkan obyeknya maka obyek yang
dimaksudkan bersifat umum, mencakup segala yang dapat dijangkau oleh
kata tersebut. (M.Quraisy Shihab:260)

Dalam Surat Al-Alaq, obyek bacaan tidak disebut secara khusus.


Sesuai dengan penegasan Quraish Shihab diatas perintah membaca yang
dimaksud berkonotasi umum yakni membaca apa saja yang dapat dibaca
dan berguna, baik untuk diri si pembaca maupun umat manusia umumnya.
Tidak peduli apakah yang dibaca itu tertulis atau tidak tertulis, seperti
membaca atau meneliti alam semesta. Berdasarkan uraian diatas turunnya
perintah membaca tanpa menyebut objek becaan secara sksplisit pada
4

wahyu pertama, dimaksudkan agar perintah tersebut berkonotasi luas


sehingga dapat memuat pesan-pesan yang lebih kondusif dan kondisi umat
memajukan kehidupan mereka di muka bumi ini. Dengan demikian,
materi membaca dalam pendidikan sangat penting dan mempunyai efek
yang amat besar dalam memajukan kehidupan. Dan amat masuk akal jika
perintah membaca diturunkan Allah dalam wahyu pertama, agar umat
manusia memahaminya dengan baik dan sekaligus mengaplikasikannya
dalam kehidupan mereka. ( Sakban Lubis,2019:932)

Kemampuan membaca Al-Quran adalah merupakan hal yang


penting dalam proses pembelajaran anak, karena hal ini adalah
kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh anak (Rauf, 2012: 27).
Kemampuan membaca Al-Quran hendaknya dimiliki anak sejak dini.
Kemampuan membaca Al-Quran merupakan bekal kehidup anak.
Kegiatan pengajaran membaca Al-Quran harus memperhatikan kaidah
syar‟i.

Kemampuan membaca Al-Quran adalah kecakapan membaca


Al-Quran dengan bagus dan benar sesuai dengan tuntunan syari‟at
sebagaimana yang dijelaskan oleh ilmu tajwid (Annuri, 2007: 23).
Kemampuan membaca Al-Quran adalah keterampilan melafadzkan setiap
huruf dengan memberikan hak huruf (sifat-sifat yang menyertainya seperti
qolqolah dan lain-lain) dan mustahaknya (perubahan-perubahan bunyi
huruf ketika bersambung dengan huruf lain seperti gunnah, idgham dan
lain-lain(Sami, 2010: ix).

Kemampuan membaca Al-Quran yang baik dan benar memerlukan


tahapan-tahapan tertentu, hal ini sesuai dengan teori yang mengungkapkan
bahwa kemampuan membaca Al-Quran dapat dimiliki melalui beberapa
tahapan, yaitu tahap kemampuan melafalkan huruf-huruf dengan baik dan
benar, sesuai dengan makhroj dan sifatnya (Djaluddin, 2012: 17).
5

Tahap kemampuan membaca ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan


hukum-hukum tajwid dan kemampuan membaca Al-Quran dengan lancar
dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah ilmu tajwid, sehingga mampu
melaksanakan anjuran Rasulullah yaitu membaca 30 juz dalam sebulan.
Djalaluddin menyatakan bahwa kemampuan membaca Al-Quran dapat
diraih melalui tiga tahapan, yaitu mengenal karakteristik huruf, bunyi
huruf, dan membacanya. ( Rini Astuti, 2013:353)

Yang dimaksud penulis dengan adanya kemampuan membaca


Al-Qur‟an siswa adalah suatu cara atau teknik yang digunakan guru
pembimbing dalam meningkatkan proses pembelajaran sehingga siswa
dapat melisankan atau melafalkan apa yang tertulis didalam kitab suci
Al-Qur‟an dengan benar sesuai dengan makhraj dan tajwidnya.
Kemampuan membaca Al-Qur‟an juga terkait dengan perkataan dalam
shalat, yaitu berupa bacaan surat, dan ayat Al-Qur‟an serta bacaan-bacaan
lainnya dalam bahasa arab.

Faktor penyebab peserta didik belum mampu membaca


Al-Qur‟an yaitu adanya perbedaan latar belakang dari masing-masing
peserta didik yang mungkin pengalaman dan pengetahuan membaca
Al-Qur‟an yang diperolehnya sedikit. Walaupun diantara mereka
sebelumnya juga pernah belajar di TPA ( Taman Pendidikan Al-Qur‟an)
tetapi walaupun begitu, mereka jarang mengulang kembali sehingga
mereka tidak lancar dalam membaca Al-Qur‟an.

Pembiasaan sebagai salah satu cara yang efektif untuk


menumbuhkan kemampuan membaca Al-Qur‟an peserta didik karena
dilatih dan dibiaskan untuk melakukannya setiap hari. Kebiasaan yang
dilakukan setiap hari secara diulang-ulang senantiasa akan tertanam dan
diingat oleh peserta didik sehingga mudah untuk melakukannya tanpa
harus diperingatkan.
6

Menurut Sapendi metode pembiasaan sendiri merupakan suatu


kegiatan untuk melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara
bersungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau
menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi terbiasa. Dengan kata
lain metode pembiasaan merupakan cara mendidik anak dengan
penanaman proses kebiasaan. ( Sapendi,2015:27)

Esensi dari metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dilakukan


oleh guru agar siswa mempraktekkan hal-hal yang telah mereka pelajari
secara sengaja dan berulang-ulang hingga mereka terbiasa melakukannya
(Abidin,2019; Ahsanulkhaq, 2019; Sari, 2017; Ulya, 2020). Metode
pembiasaan sebagai salah satu cara yang efektif untuk menanamkan nilai-
nilai keagamaan siswa karena dilatih dan dibiasakan untuk melakukannya
setiap hari. Kebiasaan yang dilakukan setiap hari serta diulang-ulang
senantiasa akan tertanam dan diingat oleh siswa sehingga mudah untuk
melakukannya tanpa harus diperingatkan.

Latihan pengamalan dan pembiasaan diisyartkan dalam Al-Qur‟an


sebagai salah satu yang digunakan dalam pendidikan. Latihan pengamalan
dimaksudkan sebagai latihan penerapan secara terus menerus, sehingga
peserta didik terbiasa melakukan sesuatu sepanjang hidupnya. Suatu saat
setelah latihan yang dimaksudkan selesai maka peserta didik terbiasa dan
merasakan bahwa melakukan sesuatu tersebut tidak lagi mejadi beban
hidupnya, melainkan menjadi kebutuhan hidupnya. ( Syahidin,2009:137-
138)

Sebenarnya, pembiasaan bukanlah suatu hal yang baru dalam


dunia pendidikan. Rasulullah dan para ulama terdahulu juga menggunakan
pembiasaan sebagai salah satu teknik untuk mendidik. Untuk itu pada
pendidikan modern di sekolah-sekolah, teknik pembiasaan perlu
mendapatkan perhatian semua pihak, dalam arti perlu terprogram secara
7

sistematis. Di lembaga pendidikan formal saat ini sudah mulai menerapkan


metode pembiasaan, terutama pembiasaan tadarus (membaca al-Qur`an).

Jadi intinya bahwa pembiasaan adalah proses melatih keadaan jiwa


seseorang dalam melakukan perbuatan secara konsisten untuk waktu yang
lama sehingga memperoleh kepuasan dan kesenangan dalam
melakukannya tanpa adanya pertimbangan. Pembiasaan sebenarnya
berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang
diamalkan. Metode pembiasaan juga tergambar dalam al-Qur`an dalam
penjabaran materi pendidikan melalui kebiasaan yang dilakukan secara
bertahap. Pembiasaan yang baik juga dapat menimbulkan akhlak yang
mulia dan akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik.

Tadarus Al-Qur‟an atau kegiatan membaca Al-Qur‟an


merupakan salah satu bentuk peribadatan yang diyakini dapat
mendekatkan diri kepada Allah SWT, dapat meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan yang berimplikasi pada sikap dan perilaku positif, dapat
mengontrol diri, dapat tenang, lisan terjaga, dan istiqomah dalam
beribadah. Dengan adanya anak terbiasa membaca Al-Qur‟an setiap hari,
maka itu sebagai langkah awal dalam menghayati, memahami, mencintai
dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya.

Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin membentuk


sebuah program pembiasaan yang bersifat keagamaan seperti membaca
Al-Qur‟an dan menghafal surah-surah pendek yang dilaksanakan setiap
hari sebelum jam pelajaran sekolah dimulai. Hal tersebut diterapkan agar
tertanamnya kepribadian yang beragama, taat beribadah yang
mencerminkan seorang muslim yang bertakwa kepada Allah Swt. Dengan
adanya pembiasaan membaca Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin dapat mengajak siswa agar lebih terbiasa dalam
melaksanakan kegiatan keagamaan, lebih taat kepada Allah swt, khsusnya
dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an.
8

Karena dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat


membiasakan para siswa untuk selalu membaca Al-Qur‟an setiap
hari dan dalam segala kegiatan apapun mereka selalu melibatkan
Allah. Kegiatan ini dimulai awal masuk kelas, pukul 07.00 selama
30 menit. Selama 30 menit diisi dengan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Salah satunya kegiatan tadarus Al-Qur‟an. Kegiatan tadarus Al-Qur‟an ini
didampingi oleh guru yang mengajar pada awal pelajaran. Dilakukan
secara bersama-sama oleh semua anggota kelas masing-masing. Sebelum
melaksanakan tadarus Al-Qur‟an biasanya Kepala sekolah memberi
motivasi-motivasi, dilanjut pembacaan asmaul husna atau hafalan surah-
surah pendek selama 15 menit, kemudian tadarus Al-Qur‟an selama 15
menit. Semua kegitan itu menjadi rutinitas para siswa Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Merangin setiap hari terkecuali hari senin dan sabtu.
Setelah semua kegiatan itu dilakukan barulah mulai pelajaran sesuai
dengan jadwal yang ada. Adanya pembiasaan tadarus Al-Qur‟an ini adalah
salah satu wujud dalam membentuk para siswa agar mempunyai karakter
religius dan menjadikan anak dapat lancar membaca Al-Qur‟an dengan
baik dan benar tanpa terburu-buru.

Berdasarkan observasi awal dalam membaca Al-Qur‟an di Sekolah


Menengah Negeri 16 Merangin menunjukan bahwa mayoritas peserta
didik belum mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar, dengan
baik dan benar disini maksudnya adalah membaca dengan menggunakan
ketentuan-ketentuan yang berlaku, seperti hukum tajwidnya, pengucapan
makhorijul hurufnya, maupun bacaan gharibnya yakni bacaaan yang
dibaca dengan cara yang tidak biasa. Karena ada beberapa siswa yang
kurang lancar dalam membaca ayat-ayat Al-Qur‟an, ada beberapa anak
dalam pelaksanan tadarus Al-Qur‟an bermalas-malasan dalam
membacanya, serta kurangnya memerhatikan pentingnya membaca
Al-Qur‟an. Pada kenyataannya masih ada siswa yang belum dapat
membaca Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah tajwid. Mereka sekedar mampu
9

membaca Al-Qur‟an belum sesuai dengan ketentuan bacaan Al-Qur‟an.


Belum lagi siswa yang datang terlambat, itu membuat program
pembiasaan tadarus ini tidak efektif karena ada beberapa siswa yang
datang terlambat. Alokasi waktu yang kurang juga menjadi faktor yang
mempengaruhi program tadarus Al-Qur‟an siswa, sehingga siswa yang
diluar sekolah tidak menambah waktu untuk belajar Al-Qur‟an dirumah
akan mengalami kesulitan dalam mengikuti program tadarus Al-Qur‟an.
Kegiatan tadarus Al-Qur‟an ini diharapkan dapat membantu siswa untuk
membiasakan membaca Al-Qur‟an sehingga dapat memperbaiki
kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa.

Hal tersebut memiliki suatu tujuan yaitu agar peserta didik di


Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin mampu membaca
Al-Qur‟an dengan cara membiasakan tadarus Al-Qur‟an di sekolah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
dan menulis sebuah penelitian yang berjudul “Implementasi Program
Metode Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an Dalam Peningkatan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin Jambi”.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan semula maka


perlu adanya pembatasan masalah yaitu difokuskan pada kemampuan
membaca Al-Qur‟an siswa yang sesuai dengan ketentuan melalui metode
pembiasaan tadarus Al-Qur‟an.
10

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Implementasi Program Metode Pembiasaan Tadarus Al-
Qur‟an Terhadap Peningkatan Kemanpuan Membaca Al-Qur‟an siswa
Sekolah Menegah Pertama Negeri 16 Merangin Provinsi Jambi?
2. Apa saja kendala program metode pembiasaan tadarus Al-Qur‟an
terhadap Peningkatan Kemanpuan Membaca Al-Qur‟an siswa Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin Provinsi Jambi?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala Program Metode
Pembiasaan tadarus Al-Qur‟an terhadap Peningkatan Kemanpuan
Membaca Al-Qur‟an siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin Provinsi Jambi?

D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Implementasi Program Metode Pembiasaan Tadarus
Al-Qur‟an Terhadap Peningkatan Kemanpuan Membaca Al-Qur‟an
siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin Provinsi Jambi
2. Mengetahui kendala Program Metode Pembiasaan Tadarus Al-Qur‟an
terhadap Peningkatan Kemanpuan Membaca Al-Qur‟an Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin Provinsi Jambi.
3. Mengetahui solusi untuk mengatasi kendala dalam Program Metode
Pembiasaan Tadarus Al-Qur‟an Terhadap Peningkatan Kemanpuan
Membaca Al-Qur‟an siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin Provinsi Jambi

E. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis:
1. Para siswa diharapkan dapat memahami metode yang diberikan para
pendidik dan siswa mampu melaksanakan pembelajaran dengan
metode pembiasaan dengan baik.
2. Diharapkan pembiasaan tadarus Al-Qur‟an bukan dianggap sebagai
beban namun dianggap sebagai kebutuhan, dengan tadarus Al-Qur‟an
siswa diharapkan menjadi lebih tenang, mudah berkonsentrasi dalam
11

belajar, dapat mengatur waktu, termotivasi untuk rajin membaca


Al-Qur‟an, dan juga dapat menambah pahala dengan membacanya
setiap hari.

Manfaat Praktis:

1. Sebagai bahan referensi bagi peneliti apabila mengadakan penelitian


lanjutan.
2. Sebagai slah satu syarat untuk memenuhi program Strata Satu
Pendidikan Agama Islam.
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik
1. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna.
Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas,
aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan
sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapa
tujuan kegiatan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
implementasi adalah suatu penerapan sebuah kegiatan yang memiliki
tujuan untuk menghadirkan adanya perubahan dari segi pengetahuan,
keterampilan maupun nilai dan sikap dan dalam mencapai tujuan tersebut
diperlukan rencana dan kemudian dilaksanakan dengan ketentuan tertentu.

Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah


dianggap fix. Implementasi juga bisa berarti pelaksanaan yang berasal dari
kata bahasa Inggris Implement yang berarti melaksanakan.

(E.Mulyasa,2013:56)

1. Pengertian Program
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia program adalah “ rencana
atau rancangan mengenai sesuatu serta usaha-usaha yang akan dijalankan”.
Menurut Suharsimi dan cepi, program dapat didefinisikan sebagai “ suatu
unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atai implementasi
dari suati kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan, dan
terjadi dalam suatu organisasi yang meliatkan sekelompok orang”.

11
12

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa program


adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan seksama berlangsung
secara berkelanjutan hari demi hari dan dilaksanakan dalam sebuah
lembaga formal maupun non formal.

2. Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an


Peran metode dalam pendidikan berasal dari kenyataan bahwa
materi pendidikan tidak akan dapat dikuasai kecuali dengan menggunakan
metode yang tepat. Ketidaktepatan dalam penerapan metode akan
menghambat proses belajar-mengajar yang berakibat pada gagalnya
mencapai tujuan yang ditetapkan. Ada pula batasan yang lebih luas, tidak
terbatas pada cara atau jalan yang ditempuh. Metode pendidikan dapat
diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dalam
proses pendidikan sehingga memungkinkan peserta didik mencapai suatu
tujuan.

a. Pengertian Metode Pembiasaan

Metode berasal dari bahasa Latin meta yang berarti “melalui” dan
hodos yang berarti “jalan ke” atau “cara ke”. Dalam bahasa Arab metode
disebut tariqah “jalan”, “cara”, “sistem” atau “ketertiban” dalam
mengerjakan sesuatu. Sebagai suatu istilah, metode berarti suatu sistem
atau cara yang mengatur suatu cita-cita. Menurut Sudiyono (2009)
Pembiasaan adalah memberikan kesepakatan kepada peserta didik untuk
senantiasa mengamalkan ajaran agamanya atau akhlakul karimah.
Sedangkan menurut Ramayulis (2012) menyebut “Pembiasaan adalah
suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan”.
13

Menurut Sapendi (2015) Sebagai permulaan dan sebagai pangkal


pendidikan, pembiasaan merupakan alat satu-satunya, sejak lahir harus
dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan-perbuatan yang baik itu
harus tetap diberikan. Pembiasaan tersebut diantaranya adalah akhlaqul
karimah, seperti: (a) mengucap salam; (b) membaca basmallah pada saat
akan mengerjakan sesuatu; (c) membaca hamdallah pada saat
mendapatkan kenikmatan dan setelah mengerjakan sesuatu; (d)
menghormati orang lain; (e) memberi shodaqoh; (f) memelihara
kebersihan; (g) berdoa sebelum dan sesudah belajar; (h) berdoa sebelum
dan sesudah makan; (i) mengucap salam kepada guru dan teman; (j)
merapikan mainan setelah bermain.

Menurut Abdullaah Nasih Ulwan (Zubaedi, 2017) metode


pembiasaan adalah cara atau upaya yang praktis dalam pembentukan
(pembinaan) dan persiapan anak. Menurut Armai Arief, metode
pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan
anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran
agama islam. ( Halimah dkk, 2019: 2)

Pembiasaan adalah salah satu metode pengajaran yang paling


efektif, khususnya dalam peningkatan kemampuan membaca Al-Qur‟an.
Cara tersebut secara umum dilakukan dengan pembiasaaan dan teladan
yang disesuiakan dengan perkembangan jiwa anak. (Nata,2002:75)

Menurut para pakar (Gunawan, 2014) metode pembiasaan ini


sangat efektif dalam rangka pembinaan moral dan kepribadian anak. Orang
tua membiasakan anak-anaknya untuk bangun pagi, maka bangun pagi itu
akan menjadi kebiasaan. Kegiatan pembiasaan pada dasarnya merupakan
implementasi nyata semua mata pelajaran terutama moral anak karena
pembiasaan merupakan terapan atas pemahaman, keterampilan, serta sikap
dan nilai yang dibangun pada semua mata pelajaran. Oleh karena itu,
14

pengembangan metode pembiasaan merupakan tanggung jawab semua


guru khususnya, dan warga sekolah pada umumnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembentukan berarti


proses, cara, perbuatan membentuk. Berbicara masalah pembentukan
akhlak sama dengan berbicara dengan tujuan pendidikan, karena banyak
sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalam pembentukan akhlak. Athiyah al-Abrasyi misalnya
mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan
tujuan pendidikan Islam. Demikian pula Ahmad Marimba berpendapat
bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah identik dengan tujuan hidup
setiap muslim, yaitu untuk menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang
percaya dan menyerahkan diri kepada Allah dengan memeluk agama
Islam.

b. Pelaksanaan Metode Pembiasaan

Untuk mewujudkan pembiasaan di sekolah, menurut Ahmad Tafsir


ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh para praktisi pendidikan.
Di antaranya melalui:

(1) Memberikan contoh (teladan),


(2) Membiasakan hal-hal yang baik,
(3) Menegakkan disiplin,
(4) Memberikan motivasi dan dorongan,
(5) Memberikan hadiah terutama secara psikologis,
(6) Menghukum (mungkin dalam rangka kedisiplinan),
(7) Pembudayaan agama yang berpengaruh bagi pertumbuhan anak.
Seorang anak terbiasa shalat karena orang tua sebagai figurnya selalu
mengajak dan memberi contoh kepada anak tersebut tentang shalat
yang mereka kerjakan setiap waktu shalat. Demikian pula kebiasaan
kebiasaan lainnya.
15

Sementara itu, menurut Muhaimin, strategi untuk membudayakan


(membiasakan) nilai-nilai agama di sekolah dapat dilakukan melalui:

(1) Power strategy

Yakni dengan cara menggunakan kekuasaan atau people‟s power.


Dalam hal ini, peran kepala sekolah dengan segala kekuasaannya sangat
dominan dalam melakukan perubahan. Hal ini dikembangkan melalui
perintah dan larangan atau reward and punishment.

(2) Persuasive strategy

Dijalankan melalui pembentukan opini dan pandangan masyarakat


atau warga sekolah, dikembangkan melalui pembiasaan, keteladanan, dan
pendekatan persuasive.

(3) Normative re-educative.

Norma adalah aturan yang berlaku di masyarakat. Norma


kemasyarakatkan melalui education. Normative digandengkan dengan re-
educative untuk menanamkan dan mengganti paradigma berpikir
masyarakat sekolah yang lama dengan yang baru. (Muhaimin, 2009: 328)

Hal tersebut sesuai yang dikatakan oleh Ibnu Sina yang dikutip
oleh Abudin Nata tentang metode pengajaran terdapat metode pembiasaan
dan teladan bagi anak.

Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus


menerus dan dalam kehidupan sehari-sehari anak sehingga menjadi
kebiasaan yang baik. Pembiasaan ini meliputi aspek perkembangan moral,
nilai-nilai agama, ahklak, pengembangan sosio emosional dan kemadirian.
Dari program pembinaan akhlak dan moral diharpakan dapat
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan membantu
terbinanya sikap anak yang baik dan dapat mengendalikan diri dan
berinteraksi dengan lingkungannya. (Isjoni, 2009:63)
16

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembiasaan positif yang


ditanamkan sejak dini sangat memberikan pengaruh positif pula pada masa
yang akan datang. Yang di maksud pembiasaan dalam konteks ini adalah
pembentukan keterampilan berucap, berbuat sesuai dengan yang diajarkan
oleh agama Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat al-Ghazali yang
mengatakan “anak adalah amanah orang tuanya”. Hatinya yang bersih
adalah permata berharga yang murni, yang kosong dari setiap tulisan dan
gambar. Hati itu siap menerima tulisan dan cenderung pada setiap yang ia
inginkan. Oleh karena itu, jika dibiasakan mengerjakan yang baik,
kemudian tumbuh di atas kebaikan itu mak bagaimanalah ia di dunia dan
akhirat, orang tuanya pun mendapat pahala bersama. Hal ini memperjelas
kedudukan metode pembiasaan bagi perbaikan dan pembentukan akhlak
melalui pembiasaan Adapun bentuk-bentuk pembiasaan pada peserta didik
dapat dilaksanakan dengan cara berikut:

a. Kegiatan rutin, adalah kegiatan yang dilakukan oleh sekolah setiap


hari, misalnya berbaris, berdoa, tadarus dan lain sebagainya.
b. Kegiatan spontan, adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan,
misalnya meminta tolong dengan baik, menawarkan bantuan dengan
baik, menjenguk teman yang sedang sakit.
c. Pemberian teladan, adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi
teladan/contoh yang baik kepada peserta didik, misalnya budaya hidup
bersih, disiplin, sopan santun dalam berperilaku dan berkata.
d. Kegiatan terpogram, adalah kegiatan yang terpogram dalam kegiatan
pembelajaran, sholat dhuhur berjamaah, dan tadarus al-Qur`an. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, tadarus artinya pembacaan Al-Qur‟an
secara bersama-sama.

(Departemen Pendidikan Nasional, 2002: 118)


17

c. Syarat- Syarat Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan tidak serta merta mendatangkan


keberhasilan, maka perlu suatu strategi atau langkah-langkah dalam
melaksanakannya, yakni sebagai berikut:

1. Pembiasaan hendaknya dimulai sejak awal sebelum terlambat,


artinya pembisaan harus segera dilaksanakan sebelum anak
mempunyai kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran agama
Islam.
2. Pembiasaan harus dilakukan secara berulang-ulang, dijalankan
dengan tertib dan teratur sehingga akhirnya menjadi suatu
kebiasaan yang otomatis atau menjadi bagian dari karakter anak.
Agar ini dapat berjalan, dibutuhkan seorang pembimbing,
pendamping dan lain sebagainya.
3. Proses pendidikan harus dilaksanakan dengan tegas agar lembaga
pendidikan tidak kehilangan wibawa, karena dianggap tidak tegas
melaksanakan sebuah aturan. Ketegasan ini akandapat mencegah
anak untuk melakukan atau mempunyai kebiasaan yang tidak baik.
4. Pembiasaan pada mulanya memang mekanistik, akan tetapi
pendidik harus mengupayakan dan mendorong bahwa kebiasaan
dilakukan berdasarkan kata hati atau kesadaran anak/peserta didik.
d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan

Sebagaimana pendekatan-pendekatan lainnya didalam proses


pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek
yang saling bertentangan, yaitu kelebihan dan kekurangan. Sebab tidak
satupun dari hasil pemikiran manusia yang sempurna dan bebas dari
kelemahan.
18

1. Kelebihan Kelebihan dari pendekatan ini antara lain adalah:


1) Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.
2) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah aspek tetapi
juga berhubungan dengan aspek bathiniah.
3) Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling
berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.
2. Kekurangan Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga
pendidik yang benar-benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan
dalam menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. ( Arief, 2002:
115-116)

3. Tadarus Al-Qur’an
a. Pengertian Tadarus

Kata Tadarus berasal dari kata “ ‫س‬


َ ‫د َر‬-
َ ‫س‬ُ ‫ی ْد ُر‬
َ ”, yang artinya
mempelajari, meneliti, menela‟ah, mengkaji dan mengambil pelajaran dari

wahyu-wahyu Allah SWT. Lalu kata “ ‫س‬


َ ‫” َد َر‬ ketambahan huruf

“‫“ت‬didepannya sehingga menjadi “‫س‬


َ ‫تَ َد َر‬- ‫س‬
ُ ‫”يَتَ َد َر‬, maka maknanya
bertambah menjadi saling belajar atau mempelajari secara lebih
mendalam. Tadarus menurut bahasa berarti belajar. Sedangkan menurut
istilah ini biasa diartikan dan digunakan dengan pengertian khusus, yaitu
membaca Al-Qur‟an semata-mata untuk ibadah kepada Allah dan
memperdalam pemahaman terhadap ajaran Al-Qur‟an.( Ahsin, 2006: 280)

Tadarus sebagaimana yang diungkapkan Mulla Ali al-Qari dalam


Misykatul-Mashabih yang dikutip oleh Ahmad Syarifudin mengatakan
bahwa tadarus adalah kegiatan qira‟ah sebagian orang atas sebagian yang
lain sambil membetulkan lafal-lafal nya dan mengungkapkan makna-
maknanya. (Syarifudin, 2008: 49)
19

Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa


Tadarus adalah membaca, mempelajari dan menelaah bersama-sama serta
mengaktualisasikan kandungan isi Al- Qur‟an. Hal ini merupakan ibadah
yang sangat mulia disisi Allah SWT.

Al-Qur‟an menurut bahasa ialah bacaan atau yang dibaca.Al-


Qur‟an adalah mashdar yang diartikan dengan arti isim maf‟ul yaitu
maqru yaitu yang dibaca. Menurut istilah ahli agama („urf syara‟) ialah
nama bagi Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Yang ditulis dalam mashhaf. (Tengku Hasbi,2009:1).

Menurut al-Lihyani, kata Al-Qur‟an ditulis dengan huruf hamzah


berdasarkan wazan (bentuk) ghufran, bentuk masdar dari kata qara‟a,
artinya “yang dibaca.”Disisilain, Al-Qur‟an (QS. Al-Qiyamah: 17-18) juga
memberi gambaran mengenai asal-usul kata Al-Qur‟an, yaitu:

۱۱( ُ‫) فَِإذَا قَ َرأْنَاهُ فَاتَّبِ ْع قُ ْرآنَو‬۱٧( ُ‫إِ َّن َعلَْي نَا َج ْم َعوُ َوقُ ْرآنَو‬

Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah


mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan
yaitu.”(QS. Al-Qiyamah: 17-18).

Ayat ini memberi pengertian, bahwa kata Al-Qur‟an (dalam bahasa


Arab) merupakan bentuk mashdar yang maknanya sejajar (pararel) dengan
kata qira‟ah yang berarti “bacaan”. Dengan berpegang pada ayat ini,
beberapa ulama, seperti Manna Khalil Qaththan, Muhammad Salim
Muhisan, Muhammad Bakar Ismail menguatkan pendapatnya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Tadarus
Al-Qur‟an adalah kegiatan membaca Al-Qur‟an secara mendalam yang
dilakukan oleh orang Islam, semata-mata untuk ibadah kepada Allah dan
memperdalam pemahaman terhadap ajaran Al-Qur‟an.
20

Al-Qur‟an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan


Allah kepada rasulnya yang terakhir yaitu nabi Muhammad SAW.
Sekaligus sebagai mukjizat yang terbesar diantara mukjizat-mukjizat
yang lain. Turunnya Al-Qur‟an dalam kurun waktu 23 tahun, dibagi
menjadi dua fase. Pertama diturunkan di Mekkah yang biasa disebut
dengan ayat-ayat Makiyah. Dan yang kedua diturunkan di Madinah
disebut dengan ayat-ayat Madaniyah.

Al-Qur‟an sebagai kitab terakhir dimaksudkan untuk menjadi


petunjuk bagi seluruh umat manusia (hudan linnas) sampai akhir zaman.
Bukan cuma diperuntukkan bagi anggota masyarakat Arab tempat
dimana kitab ini diturunkan akan tetapi untuk seluruh umat manusia. Di
dalamnya terkandung nilai-nilai yang luhur yang mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia dalam berhubungan dengan Tuhan maupun
hubungan manusia dengan sesama manusia lainnya dan hubungan
manusia dengan alam sekitarnya. Fazlur Rahman mengemukakan tentang
tema-tema pokok yang terkandung dalam Alquran yang meliputi :
tentang Ketuhanan, kemanusiaan (individu/masyarakat), alam semesta,
kenabian, eskatologi, setan/kejahatan dan masyarakat muslim.

Menurut Ahmad Van Denffer pendekatan terhadap Al-quran itu


dapat dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu :
Pertama : Menerima Al-Qur‟an lewat membaca dan mendengarnya.
Kedua: Memahami pesan-pesan yang dikandung Al-Qur‟an dengan cara
menghayati, dan kemudian mengkaji makna yang dikandungnya.
Ketiga : Menerapkan pesan-pesan yang dibawa Al-Qur‟an lewat
pelaksanaan, baik dalam kehidupan pribadi ataupun kehidupan
masyarakat yang kita jalani. ( Muhammad Roihan, 2014: 31-32)
21

b. Keutamaan tadarus Alquran:


1. Bertadarus Al-quran secara berjamaah di masjid merupakan salah satu
amalan yang dapat mendatangkan ketenangan jiwa (sakinah), bahkan
akan dinaungi rahmat Allah. Lebih dari itu, yang menyibukkan dirinya
dengan bertadarus akan disebutkan nama-nama mereka di sisi Allah
Swt. Hal ini tentu saja keutamaan yang agung. Sungguh merugi,
mereka yang menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
2. Bertadarus Al-Quran merupakan salah satu cara yang paling ampuh
dan paling afdhal dalam menjaga hafalan serta pemahaman seseorang
terhadap Al-Quran. Walaupun Allah berjanji menjadikan Al-Quran ini
mudah untuk dihapal, namun apabila tidak dijaga, dengan cara
bertadarus, diulang bacaannya, dipahami maknanya, sehingga ringan
hafalannya, maka surah dan ayat yang telah dihapal akan lebih mudah
lepas dari pada lepasnya unta dari ikatannya.
3. Bertadarus Al-Quran merupakan amalan rutin Rasulullah s.a.w setiap
tahunnya terkhusus di Bulan Ramadhan. Karena dimomen istimewa
ini, Nabi tidak bertadarus dengan para sahabatnya, melainkan
bertadarus bersama malaikat Jibril. Momen tadarus ini, bukan hanya
sekedar bagaimana Jibril dan Rasulullah saling mengulang bacaan
Al-Quran, namun keduanya juga saling mengkaji makna kandungan
Al-Quran, sehingga hafalan Rasulullah terhadap Al-Quran semakin
mantap. Momen tersebut dirasa sangat istimewa oleh Rasulullah. Ini
tercermin dari bagaimana Rasulullah menunjukkan puncak
kedermawanan nya setiap kali beli bertadarus Al-Quran bersama jibril,
hingga disifati kedermawanan nya seperti angin yang berhembus.
(H.Zamakhsyari, 2016: 25-26)
22

5. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Menurut Gina Giftia AD “ secara etimologi kata kemampuan


berasal dari kata “mampu” yang berarti kesanggupan kecakapan,
kekuatan. Kemampuan adalah suatu kapasitas individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Adapun pengertia
membaca adalah kegiatan yang melibatkan symbol-simbol yang dicetak
atau ditulis”. (gina Giftia, 2014:144)

Sedangkan Kartina De Hirset yang dikutip oleh Gina Giftia AD


menyatakan bahwa kegiatan membaca adalah jawaban yang berhasil
terhadap bentuk visual dari bahasa. Dalam hal kemampuan membaca
Al-Qur‟an, seseorang dikatakan mampu membaca Al-Qur‟an ketika
mengenal dengan baik huruf hijaiyah dari mulai bentuk sampai dengan
cara menyambung huruf. Setelah mampu mengenal dan faham huruf
hijaiyah maka seseorang dapat membaca dengan baik ayat per ayat
dalam Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah tajwid yang baik dan benar.
Seseorang dikatakan mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik ketika ia
dapat melafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an sesuai dengan makharijul huruf
dan kaidah tajwid.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi indikator bahwa


seseorang tersebut dikatakan mempunyai kemampuan membaca
Al-Qur‟an diantaranya yaitu:

a. Tartil

Tartil dalam membaca Al-Qur‟an. Tartil membaca Al-Qur‟an


adalah membaca Al-Qur‟an pembacaan tenang dan tadabbur, dengan
tingkat kecepatan standar, sehingga pembaca bisa maksimal memenuhi
setiap hukum bacaan dan sifat-sifat huruf yang digariskan. Hal ini
sesuai dengan firman Allah (QS. Al-Muzammil/73:04).
23

‫اَوۡ ِزدۡ َعلَيۡ ِه َوَرتِّ ِل الۡقُرۡ ٰا َن تَرۡتِيۡ ًل‬


Arti dari surat tersebut adalah Atau lebih dari seperdua itu dan
bacalah Al-Qur‟an itu dengan perlahan-lahan (tartil). (QS. Al-Muzammil:
04). ( Fadhol Abdurrahman: 574 )
Tartil yang dimaksud pada ayat di atas adalah menghadirkan hati
ketika membaca, tidak hanya sekedar mengeluarkan huruf-huruf dari
tenggorokan dengan mengerutkan muka, mulut dan irama nyanyian,
sebagaimana dilakukan oleh para Qori‟. Sehingga hikmah tartil adalah
memungkinkan perenungan hakekat-hakekat ayat dan detail-detailnya.
Dengan demikian, ketartilan dapat menjadi salah satu indikator bahwa
seseorang tersebut mempunyai kemampuan membaca Al-Qur‟an.

b. Ketepatan pada tajwid.

Tajwid adalah ilmu yang memberikan kepada huruf akan


hak-haknya dan tertibnya, mengembalikan huruf pada makhraj dan
asalnya, serta mengahaluskan pengucapannya dengan cara yang sempurna
tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa, dan dipaksa-paksakan. Dengan
demikian, orang yang mempunyai kemampuan membaca Al-Qur‟an dapat
di ukur dengan betul salahnya pelafalan huruf-huruf Al-Qur‟an, yang
berkaitan dengan tempat berhenti, panjang pendeknya bacaan huruf dan
lain sebagainya.

c. Kefasihan dalam Membaca Al-Qur‟an.

Dalam membaca Al-Qur‟an harus dengan bacaan yang pelan-pelan,


hati-hati dan penuh dengan pengertian itulah yang lebih utama walaupun
jumlahnya sedikit. Standar kefasihan bacaan disesuaikan dengan
bagaimana orang Arab mengucapkan huruf hijaiyah atau sering disebut
dengan langgam Arab. Maksudnya dengan ucapan Arab yang fasih. Dalam
Al-Qur‟an Surat Al-Qiyamah/75: 16-18.
24

‫) فَِإ َذا‬۱٧( ُ‫) إِ َّن َعلَْي نَا َج ْم َعوُ َوقُ ْرآنَو‬۱٦( ‫ك لِتَ ْع َج َل بِ ِو‬
َ َ‫سان‬ ِ ِِ
َ ‫َل تُ َح ِّر ْك بو ل‬
۱۱( ُ‫قَ َرأْنَاهُ فَاتَّبِ ْع قُ ْرآنَو‬

Artinya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur‟an


karena hendak cepat-cepatnya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya, Maka ikutilah bacaannya
itu.(Q.S Al Qiyamah/75:16-18).

B. Faktor Kendala Metode Pembiasaan Tadarus Al-Qur’an Terhadap


kemampuan membaca Al-Qur’an
Kendalanya antara lain:
1. Alokasi waktu yang kurang

Kemampuan membaca Al-Qur‟an meski dipandang mudah


namun jika tidak diasah dan tidak diulang-ulang juga dapat
mengakibatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an menurun. Pembiasaan
tadarus di Sekolah Menengah Pertama 16 Merangin dilakukan selama 30
menit sebelum Kegiatan Belajar Mengajar dimulai, meski waktu yang
disediakan sudah cukup banyak namun masih bisa terpotong untuk
persiapan seluruh siswa untuk melaksanakan tadarus tersebut.

2. Kurang Menghargai waktu


Waktu adalah hal yang sangat berharga, nikmat dan karunia tuhan
yang diberikan kepada setiap manusia. Setiap manusa mempunyai hak
dan kewajibannya masing-masing. Setiap aktivitas yang dilakukan
manusia termasuk dalam hak dan kewajiban yang mana semua itu di atur
dalam suatu waktu atau masa. Menghargai waktu sebagai realisasi
disiplin adalah salah satu sikap individu manusia yang dapat memaneg
waktunya dengan baik.
25

3. Faktor lingkungan peserta didik

Adanya perbedaan latar belakang dari masing-masing peserta


didik. Sebagian besar dari mereka adalah lulusan SD yang mungkin
pengalaman dan pengetahuan membaca Al-Qur‟an yang diperolehnya
sedikit. Walaupun diantara mereka sebelmnya pernah belajar di TPA
(Taman Pendidikan Al-Qur‟an) mungin mereka jarang mengulang
kembali sehingga mereka tidak lancar dalam membaca Al-Qur‟an.

C. Upaya Dalam Mengatasi Faktor Kendala Metode Pembiasaan


Tadarus Al-Qur’an

Untuk mengatasi berbagai faktor penghambat yang terjadi ketika


kegiatan pembiasaan tadarus Al-Qur‟an ada beberapa cara yang diterapkan
oleh para guru-guru yakni:

1. Motivasi dan perhatian guru

Setiap pendidik perlu mengetahui berbagai kateristik anak dan


perbedaan yang paling menonjol antara anak berdasarkan tahapan
berkembaang yang berbeda. Berinteraksi lah dengan anak dengan cara
yang tepat dan sesuai. Memilih waktu yang tepat untuk memotivasi anak
merupakan salah satu faktor penting yang dapat membantu anak untuk
mencintai Al-Qur‟an. Setiap pendidik hendaknya membuang jauh
anggapan bahwa peserta didik ibarat mesin yang diatur kapan saja, tanpa
menghiraukan segala kebutuhan dan keinginan serta kepribadiannya,
dengan alasan tidak ada yang lebih mulia dari Al-Qur‟an. Atas dasar
asumsi miring ini, sebagian orang berasumsi bahwa kewajiban anak-anak
terhadap Al-Qur‟an adalah mempelajarinya kapan saja dalam suasan apa
pun pertanyaan dan sanggahan. Asumsi ini adalah asumsi yang keliru, hal
ini akan menimbulkan kebencian dalam jiwa anak kerena semakin
menambah beban pendiritanya.
26

2. Ciptakan suasana pembelajaran yang inovatif

Inovasi bidang pendekatan pembelajaran berdasarkan cara belajar


siswa aktis meliputi:

(1) Menempatkan siswa pada posisi sentral sebagai subyek yang belajar
(2) Guru menguasai dan memperhatikan unsur-unsur belajar aktif,
diantaranya: mengerti tentang tujuan dan fungsi belajar, mengenal
siswa dan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya,
menggunakan metode belajar yang bervariasi, mengembangkan ruang
belajar yang indah, bersih, rapi nyaman dan menyenangkan,
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, memberikan
umpan balik untuk meningkatkan aktivitas sumber belajar, dan dalam
pelaksanaan kurikulum muatan lokal agar santri dapat mempelajari
masalah-masalah praktis lainnya sesuai dengan kondisi setempat,
seperti bahasa Arab praktis, bahasa Inggris praktis, kreatifitas seni,
olahraga, keterampilan bela diri dan sebagainya.

Menanamkan rasa cinta Al-Qur‟an di hati anak termasuk tugas


yang sulit. Salah satu sarana penujangn yang dapat mempermudah
pendidik dalam menunaikan tugas ini adalah dengan mengunakan berbagai
media pembelajaran yang bervariasi dan berusaha untuk terus
memperbarui metode pengajaran yang sesuai dengan peserta didik.

3. Menciptakan peraturan

Ketika pihak sekolah membuat peraturan , maka ada beberapa


pertimbangan yang perlu dipahami. Tujuan dibuatnya aturan di sekolah
tersebut agar siswa mampu mengikuti proses pembelajaran secara kondusif.
Aturan di sekolah ini harus mengandung peraturan berperilaku. Jadi pihak
sekolah harus memikirkan secara mendalam apa saja yang akan diatur,
mulai dari cara berpakaian hingga durasi keterlambatan. Dengan tata
perilaku tersebut diharapkan para murid bisa memiliki akhlak terpuji.
27

Tujuan sekolah menciptakan aturan adalah membiasakan siswa


serta guru untuk hidup disiplin. Dengan peraturan, suasana di dalam dan
luar kelas lebih kondusif sehingga dapat memperlancar proses belajar
mengajar. Jika peraturan mengandung tata kelakukan, potensi mencetak
generasi unggul makin besar.

Saat menulis peraturan, umumnya akan sepaket dengan sangsinya.


Hukumannya umumnya dituliskan terpisah. Namun, di bagian papan
pengungumannya hanya mengandung aturan itu saja. Saat aturan mulai
diberlakukan, pihak sekolah biasanya memberitahukan konsekuensi apabila
melanggarnya.

Pelanggaran ini membuat siswa takut untuk melanggarnya. Ada


berbagai macam jenis sangsi mulai penambahan poin hingga
pemberlakukan skorsing terhadap murid yang melanggarnya. Mengenai
pemberian hukuman tersebut tergantung pada masing-masing pengurus di
sebuah sekolah.

4. Memberikan reward dan funishment

Pemberian Reward dan Punishment dalam pembelajaran merupakan


salah satu usaha yang dilakukan oleh guru dengan maksud untuk
menjadikan siswa lebih giat lagi dalam melakukan sesuatu guna
memperbaiki atau mempertahankan prestasi yang telah dicapainya.

Metode yang dapat digunakan guru untuk memberikan motivasi


kepada siswa yaitu dengan pemberian reward and punishment. Kompri
(2016: 289) Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan,atau imbalan.
Reward sebagai alat pendidikan diberikan ketika seorang anak melakukan
sesuatu yang baik, atau telah tercapainya sebuah target.
28

Dalam konsep pendidikan, reward merupakan salah satu alat untuk


peningkatan motivasi para peserta didik. Metode ini bisa mengasosiasikan
perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan
biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik
secara berulang-ulang. Penghargaan adalah unsur disiplin yang sangat
penting dalam pengembangan diri dan tingkah laku anak. Seseorang akan
terus berupaya meningkatkan dan mempertahankan disiplin apabila
pelaksanaan disiplin itu menghasilkan prestasi dan produktivitas yang
kemudian mendapatkan penghargaan.

Kompri (2016: 291) punishment diartikan sebagai hukuman atau


sanksi. Punishment biasanya dilakukan ketika apa yang menjadi target
tertentu tidak tercapai, atau ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan
norma-norma yang diyakini oleh sekolah tersebut. Jika reward merupakan
bentuk reinforcement yang positif; maka punishment sebagai bentuk
reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak
bisa menjadi alat motivasi bagi siswa.
29

B. Studi Relevan
1. Program Pembiasaan Membaca Al-Qur’an Kelas V di MI
Muhammadiyah Watubelah Banjarnegara.

Penelitian yang terakhir dilakukan oleh Nurul Faizah Lestari,


Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2015. Dengan judul Hasil pengamatan program
pembiasaan membaca al-Qur‟an kelas V dilaksanakan dengan dua
kegiatan yaitu kegiatan membaca al-Qur‟an secara bersama-sama dan
kegiatan hafalan sendiri-sendiri. Pembiasaan yang diterapkan pada kelas V
bertujuan untuk membantu siswa di kelas VI. Karena di kelas VI akan
diadakan Khotmil Qur‟an. Faktor pendukung pembiasaan membaca al-
Qur‟an di kelas V MI Muhammadiyah yaitu siswa yang mematuhi
peraturan madrasah dan ketentuan bahwa hafal Juz 30 dijadikan sebagai
syarat untuk naik ke kelas VI. Sedangkan faktor penghambatnya adalah
kurangnya alokasi waktu dan siswa kelas V yang banyak mengikuti latihan
dalam rangka persiapan pekan olahraga daerah.

Adapun persamaan penelitian relevan dengan penelitian ini adalah


dari segi pengamatan yaitu meneliti tentang program pembiasaan
membaca Al-Qur‟an. Sedangkan perbedaannya ialah penelitian ini
melakukan kegiatan hafalan yang bertujuan untuk persiapan lomba
khotmil Qur‟an pada saat kelas VI sedangkan penelitian yang penulis
lakukan kegiatan pembiasaan tadarus Al-Qur‟an ditujukan untuk
meningkatkan kemapuan membaca Al-Qur‟an siswa
30

2. Implementasi Program Tadarus Al-Qur’an Siswa Madrasah


Tsanawiyah Negeri 2 Jakarta Selatan

Yang diteliti oleh Riri Yusria. Mahasiswa pendidikan Agama Islam


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil dari penelitian
tersebut adalah berdasarkan data-data analisis yang penulis paparkan
mengenai pembiasaan tadarus Al-Qur‟an bisa dijadikan sebagai penunjang
dalam membantu kemampuan peserta didik khususnya mempelajari baca
Al-Qur‟an secara baik dan benar sesuai tajwid dan makhraj nya.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan diteliti oleh
penulis adalah pada metode penelitian dan juga sama-sama meneliti
pembiasaan tadarus Al-Qur‟an. Sedangkan perbedaan nya pada subjek
penelitian, pada penelitian tersebut memakai pedoman habitual curriculum
sedangkan penelitian yang saya pakai tidak memakai pedoman apapun.

3. Pengaruh Program Pembiasaan Baca Al-Qur’an Oleh


Pemerintah Kota Palembang Terhadap Tingkat Religius Peserta
Didik Di SD Negeri 104 Palembang.

Yang diteliti oleh Khairul Aini pada tahun 2019, Berdasarkan hasil
analisis pengaruh pelaksanaan program pembiasaan baca al-Quran oleh
Pemerintah Kota Palembang terhadap tingkat religiusitas peserta didik SD
Negeri 104 Palembang dengan menggunakan teknik korelasi product
moment didapatkan bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara nilai X
(program pembiasaan membaca Al-Quran oleh Pemerintah Kota
Palembang) dengan nilai Y (tingkat Religiusitas) bagi peserta didik,
dibuktikan dengan hasil r xy = 0, 86. Untuk signifikasi taraf kepercayaan
0,05 Maka dapat diperoleh rhitung = 0,86 > rtabel = 0,21 sehinga hipotesis
nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja diterima. Sehingga terdapat pengaruh
yang signifikan antara program pembiasaan membaca Al-Quran dengan
tingkat Religiusitas peserta didik di SD Negeri 104 Palembang.
31

Sedangkan pada penelitian penulis menggunakan jenis penelitian


kualitatif sehingga penulis dalam mendapatkan data dengan cara observasi
dan wawancara terhadap pihak-pihak tertentu yang bisa memberikan
informasi tentang kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa.
32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian


Penelitian kualitatif adalah jenis metode penelitian yang bersifat
deskriptif dan menggunakan analisis secara detail. Dalam
pelaksanaannya, metode ini sifatnya subjektif dimana proses penelitian
lebih diperllihatkan dan cenderung lebih fokus pada teori. Menurut
Sugiyono yang dikutip dari Trianto penelitian kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.
Dengan demikian, penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan
instrumen kunci. ( Trianto, 2012: 3)

Menurut Sugiyono (2020: 9) metode penelitian kualitatif adalah


obyek yang alamiah, atau natural setting sehingga metode penelitian ini
sering disebut metode naturalistic. Objek yang alamiah adalah objek
yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada
saat peneliti memasuki obyek, setelah berada di ibyek dan setelah keluar
dari objek relativ tidak berubah.

Pada dasarnya penelitian jenis ini bertujuan untuk mengetahui


suatu hal secara mendalam yang menekankan pada analisis situasional
yang mengamati konteksnya disuatu tempat. Dimana dalam penelitian ini
peneliti berusaha menggambarkan bagaimana rasanya berada dalam
situasi tertentu. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode study kasus untuk mengetahui
secara mendalam bagaimana implementasi tadarus Al-Qur‟an terhadap
peningkatan kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Merangin.

32
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian

Setting penelitian dalam penelitian ini juga diperlukan untuk


memperoleh data, informasi, dan keterangan yang diperlukan
sehubungan dengan kepentingan penelitian.
a) Peneliti mendapat informasi yang diinginkan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin melalui beberapa orang
yang dianggap dapat memberikan informasi yang memadai seperti
kepala sekolah dan guru agama di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin dan juga beberapa siswa yang dipilih secara
kebetulan bukan secara acak.
b) Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Merangin Desa. Rasau Kecamatan. Renah
Pamenang, Kabupaten, Merangin, Provinsi. Jambi.
c) Waktu Penelitian ini dilakukan pada saat observasi pertama.
Dimulai pada bulan juni sampai dengan selesai tahun 2021.
d) Kegiatan Penelitian Kegiatan penelitian ini didasari oleh kendala-
kendala yang masih ada ketika kegiatan berlangsung, sehingga
menarik peneliti untuk melakukan penelitian. Dalam kegiatan ini
peneliti mencari informasi dan keterangan dari sumber atau
informan yang dijadikan dalam penelitian ini mengenai persoalan
yang ada pada rumusan masalah penelitian.
2. Subjek Penelitian

Tekhnik sampling adalah merupakan tekhnik pengambilan


sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian, terdapat berbagai tekhnik sampling yang digunakan.
Tekhnik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua
yaitu, probablility sampling dan nonprobablity sampling.
33

Probablility sampling adalah tekhnik pengambilan sampel yang


memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Non probability sampling adalah
tekhnik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. ( Sugiyono, 2020:107-108)

Dalam penelitian ini saya menggunakan jenis sampel non


probability sampling Purposive Sampling Sesuai dengan namanya,
sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau
sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa
seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan
bagi penelitiannya.

Peneliti mengambil jenis purposive sampling dikarenakan


pemilihan sampel dan informan benar-benar dipertimbangkan agar
jatuh pada subjek yang benar-benar menguasai situasi sosial yang
diteliti, hal ini juga memudahkan peneliti karena tidak memerlukan
banyak sampel lagi, sehingga penelitian cepat selesai. Jadi yang
menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah tuntasnya perolehan
informasi dengan keragaman variasai yang ada, bukan dari banyaknya
sampel sember data.

Dalam penelitian ini subjek penelitian ny adalah :


1. Informan kepala sekolah atas nama bapak Yolendri, S.Pd.I
2. Informan koordinator sekaligus guru PAI bapak Ahmad Yani,
S.Pd.I
3. Responden siswa-siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin
34

C. Jenis Dan Sumber Data


1. Jenis Data

Jenis data yang peneliti ambil adalah data kualitatif. Data


kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata-kata (tulisan),
gambar (audio) atau video yang memiliki makna. Data-data tersebut
diperoleh dari wawancara, pengamatan, pemotretan, perekaman dan
lain-lain. Pada intinya data kualitatif adalah data yang bukan
merupakan bilangan angka sehinga tidak dianalisis dengan ilmu
statistic. Dalam penelitian ini penulis memperoleh data secara primer
dan sekunder.

2. Sumber Data
a) Data Primer

Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari


objek penelitian oleh peneliti. Pengumpulan data dapat berupa
wawancara atau observasi. Data yang dikumpulkan tentu saja sesuai
dengan peneliti tersebut.

b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara


langsung dari objek penelitian. Data ini biasanya diperoleh dari data
yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain. Data ini diambil
dari beberapa sumber seperti buku dan jurnal.
35

D. Tekhnik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto yang dikutip oleh Trianto metode


pengumpulan data dan hakikatnya adalah cara-cara yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Alwi, 2013:10).

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,


berbagai sumber, dan berbagai cara. bila dilihat dari segi cara atau
tekhnik pengumpulan data, maka tekhnik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan observasi (pengamatan) interview (wawancara),
kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.
(Sugiyono,2020:105)

1. Observasi

Observasi yaitu cara menghimpun data yang dilakukan dengan


mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yag dijadikan sasaran pengamatan. Observasi
yang peneliti pakai adalah observasi partisipatif pasif yakni peneliti
datang ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin dan
mengamati kegiatan tadarus Al-Qur‟an tetapi tidak terlibat dalam
kegiatan tersebut. ( sugiyono, 2020:108)

Dalam observasi ini, peneliti mengamati subjek yang digunakan


sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti
juga ikut mengawasi yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan
penelitian ini data yang diperoleh akan lebih lengkap karena peneliti
benar-benar mengamati bagaimana kegiatan berlangsung sampai
selesai.
36

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh


pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Tekhnik
ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang valid dan sesuai fakta
dan sumber lainnya. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui
informasi tentang pelaksanaan kegiatan tadarus Al-Qur‟an yang
dilaksanakan setiap pagi sebelum proses belajar dimulai. Dalam hal ini,
penulis melakukan wawancara tidak terstruktur dengan kepala sekolah
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin, koordinasi dengan
guru agama dan beberapa siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri
16 Merangin.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas


dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. ( Sugiyono, 2020: 176)

Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih


lengkap, peneliti melakukan wawancara pada pihak-pihak yang
mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek. Untuk
mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden, maka
peneliti lebih mengarah kepada siswa yang memang yakin mempunyai
jawaban yang akan diberikan oleh peneliti. Berdasarkan analisis
terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat
mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada
suatu tujuan.
37

3. Dokumentasi

Studi dokumentasi menurut Djam‟an Satori, “yaitu


mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam
permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat
mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu
kejadian. Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan
pelengkap metode observasi dan wawancara.

Menurut Sugiyono (2020:124) dokumen merupakan catatan


peristiwa yang sudah beralu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar, misalnya poto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen
yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar,
patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.

Dalam penelitian ini dokumen yang akan dikumpulkan penulis


meliputi data keadaan Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin,
data tentang lembaga, staff pengajar dan karyawan, keadaan siswa, dan
dokumentasi foto kegiatan yang berkaitan dengan tadarus Al-Qur‟an di
sekolah.

E. Tekhnik Analisis Data


Teknik analisis data dilakukan bersamaan dengan proses
pengumpulan data. Data-data yang diperoleh akan dianalisis dengan
analisis data deskriptif, dengan tujuan untuk menggambarkan secara
sitematis, dan akurat mengenai fakta yang ada dilapangan.
Sebagaimana yang dikatakan Miles dan Huberman yang dikutip oleh
Sugiyono mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis kualitatif
38

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus


sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu


analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan
menjadi hipotesis. berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan
data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang
sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut
diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumul. Bila berdasarkan
data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan tekhnik
triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut
berkembang menjadi teori. (Sugiyono,2020:131)

Menurut Sugiyono (2020) aktivitas dalam analisis data, yaitu


reduksi data, penyajian data, kesimpulan.

1. Data Collection (Pengumpulan Data)


Kegiatan utama pada setiap penelitian adalah mengumpulkan data.
Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dengan observasi,
wawancara mendalam, dan dokumentasi atau gabungan ketiganya
(triangulasi). Pengumpulan data dilakukan berhari-hari, mungkin
berbulan-bulan, sehingga data yang diperoleh akan banyak. Pada tahap
awal peneliti melakukan penjelajahan secara umum terhadap situasi
social/obyek yang diteliti, semua yang dilihat dan didengar direkam
semua. Dengan demikian peneliti akan memperoleh data yang sangat
banyak dan sangat bervariasi.
2. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah
dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data
akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
39

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal


yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat
dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan
memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

Dalam penelitian ini setelah peneliti menelaah data-data yang


tersedia dari hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi
kemudian peneliti melakukan reduksi data untuk memilah dari semua
data yang ditemukan kemudian peneliti mengambil hal-hal yang sesuai
dengan kebutuhan penelitian. Dalam bidang pendidikan, setelah
peneliti memasuki setting sekolah sebagai tempat penelitian, maka
dalam mereduksi data peneliti akan memfokuskan pada murid-murid
yang memiliki kemampuan membaca Al-Qur‟an yang baik dengan
mengkategorikan pada aspek, tajwid dan makhroj hurufnya.

3. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah


mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman
menyatakan “ the most frequent form of display data for qualitative
research data in the past has been narratie text”. Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk


memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. (Sugiyono, 2020; 138)
40

4. Conclision Drawing/ verification

Langkah ke empat dalam analisis data kualitatif menurut Miles


and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif


mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak
awal, tetapi mungkin juga tidak, karena sepeti telah dikemukakan
bahwa masalah dalam penelitian kualitatif asih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. (Sugiyono,
2020: 142)

F. Triangulasi

Triangulasi metode, menurut Patton, terdapat dua strategi


dalam triangulasi metode, yaitu:

a) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian


beberapa teknik pengumpulan data, dan
b) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama. (Djam‟an n Aan,2013: 149).
Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan strategi
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama, peneliti membandingkan data hasil wawancara antara
kepala sekolah, guru dan siswa.
41

Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara


mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama dan
serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan tekhnik yang sama. Dengan
triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan
dengan satu pendekatan. (Sugiyono, 2020: 126-127)
42

A. Jadwal Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Bulan dan Tahun


No Kegiatan Juni Juli Agustus
Septembe Oktober November Desember Januari Februari Maret
2021 2021 2021
r 2021 2021 2021 2022 2022 2022
2021
1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul X

2 Pembuatan Proposal X

3 Pengajuan Dosen X
Pembimbing
4 Bimbingan Proposal X

5 Seminar Proposal X
6 Perbaikan Hasil Seminar X
Proposal

7 Pengajuan Izin Riset X

8 Pelaksanaan Riset X

9 Penyusuan data X
10 Penulisan skripsi X
11 Perbaikan skripsi X
44

BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum

1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian


a. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMP Negeri 16 Merangin
Alamat : Jl. Siswa No. 01 km 30 Desa/Kelurahan :
Rasau Kec. : Renah Pamenang Kab. :
Merangin Prov. : Jambi
NPSN : 10505034
Status : Negeri
Bentuk Pendidikan : SMP
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
SK Pendirian Sekolah : 886/0/1986
SK Izin Operasional : 896/0/1986
Jumlah Siswa : 87 Orang
Jumlah Ruang Kelas : 6 Jumlah
Rombel :3
Jumlah Guru : 11 0rang
Akreditasi :A
b. Latar Belakang Berdirinya SMP Negeri 16 Merangin
Rasau adalah salah satu diantara desa-desa yang ada di
Kec.Renah Pamenang, yang mayoritas penduduknya transmigrasi
dari pulau jawa. Daerah tersebut dibagi menjadi beberapa Unit.
Desa Rasau disebut Unit B2. Sebelum berdirinya sekolah yang ada
sekarang ini Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin telah
berdiri sekolah Sekolah Menengah Pertama yang dikelola oleh
masyarakat setempat dibawah pengawasan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Seiring dengan adanya upaya dari masyarakat

44
45

pada tahun 1991, maka berubahlah sekolah tersebut menjadi


Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Pamenang dengan tenaga
pengajar honorer dengan beberapa orang guru negeri.
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin yang
terletak di desa terpencil, maka Sekolah Menengah Pertama tersebut
termasuk dalam deretan Sekolah Menengah Pertama terpencil di
kecamatan Pamenang. Namun dengan keterpencilan tersebut tidak
menyurutkan guru, siswa dan masyarakat untuk tetap menjalankan
roda pendidikan ditempat mereka, karena sekolah tersebut adalah
Sekolah Menengah Pertama satu-satunya yang ada desa Rasau dari
beberapa unit, jadi banyak siswa dari beberapa desa yang sekolah di
Sekolah Menengah Pertama tersebut.

c. Tinjauan Geografis
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin terletak di
jalan Siswa No.01 Km 30 Karya Makmur di Desa Rasau Kecamatan
Pamenang yang kemudian terjadi pemekaran menjadi Kecamatan
Renah Pamenang. Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin
didirikan pada Tahun 1986 dengan luas 20.000 m2 . Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin ini terletak di Dusun Karya
Makmur dan di Desa Rasau Kec. Renah Pamenang Kab. Merangin.

d. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin Kabupaten Merangin berada dibawah naungan
Kementerian Pendidikan Nasional. Dalam menjalankan tugas dan
fungsinya sebagai lembaga pendidikan, Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin Kecamatan Renah Pamenang dipimpin oleh
kepala Sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh
pengelolaan dan organisasi kegiatan pendidikan dengan dibantu
oleh beberapa guru.
46

Kepala Sekolah : Yolendri, S. Pd.


Wakil Kepala Sekolah : Abdul Arif, S. Pd.
Komite Sekolah : Wahyudi, S. E.
Bendahara Komite : Aida
Pengendali Dapodik : Esi Kurniasih, S. Pd.
Tata Usaha : Diyah Tri Utami, S. Si.
Bendahara BOS : Dopirman, S. Pd.
Bendahara Gaji : Abdul Arif. S. Pd.
Staf :9
Staf Kurikulum : Abdul Arif, S. Pd.
Staf Sarana Prasarana : Zulpahri, S. Pd.I.
Staf Kesiswaan : Aini Hawati, S. Pd.
Staf Humas : Zulpahri, S. Pd. I.
Pembina OSIS : Aini Hawati, S. Pd.
Kepala Labor IPA : Dopirman, S. Pd.
Pembina UKS : Jeni Subekti, S. Pd.
Kepala Labor TIK : Dopirman, S. Pd.
Pustakawan : Budi Haryani
Koor Ekstrakurikuler : Soffiana Meyta Sari, S. Or.
Kepala Perpustakaan : Jeni Subekti, S. Pd.
Pengelola Koperasi
Ketua : Tjinto Pribadi, S. Pd.
Bendahara : Aini Hawati, S. Pd.
Sekretaris : Zulpahri, S. Pd. I.
Keamanan : Dopirman, S. Pd.
47

4. Keadaan guru dan siswa


a. Keadaan guru
Suatu lembaga adat dikatakan sebagai lembaga pendidikan
apabila mempunyai dua unsur pokok dalam proses pendidikan dan
pengajaran, yaitu pendidik dan peserta didik. adapun tenaga pengajar di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin Kecamatan Renah
Pamenang berjumlah orang guru termasuk kepala sekolah, yang terdiri
sebagai berikut :

Tabel 1.1 Data guru dan karyawan SMP Negeri 16 Merangin


No Nama NIP Jabatan Golongan
1 Yolendri, S.PdI 197007221995121002 Kepala Sekolah IV/b
2 Abdul Arif, S.Pd 197308052006041006 Guru Bahasa III/c
Indonesia
3 Aini Hawati, S.Pd 196506091990032003 Guru PKN IV/a
4 Jeni Subekti, S.Pd 197412152008012003 Guru IPS III/c
5 Zulpahri, S.Pd 198505012009042002 Guru MTK IV/a
6 Sarfini, S.PdI 198505012009042002 Guru Bahasa III/c
Inggris
7 Dofirman, S.Pd 198309282010011009 Guru IPA III/b
8 Candra Pramanasari, Guru Seni
S.Pd Budaya
9 Soffiana Meyta Sari, Guru Penjas
S.Or
10 Ahmad Yani, S.Pd Guru Agama
11 Nesra Angglaini S.Pd Guru Prakarya
12 Esi Kurniasih, S.Pd Oprator
13 Budi Haryani Pustakawan
14 Dyah Tri Utami,S.Si Tata Usaha
Sumber : Data SMP N 16 Merangin
48

b. Keadaan siswa
Jumlah seluruh siswa/siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin Tahun 2021 berjumlah 87 orang, adapun data jumlah siswa laki-
laki dan perempuan dari kelas VII sampai kelas IX terlihat pada tabel
berikut :
Tabel 1.2 Data Siswa SMPN 16 Merangin Tahun 2017
No Kelas Jumlah
L P
1 Kelas VII 13 11
2 Kelas VIII 16 14
3 Kelas IX 13 20
Jumlah 42 45
Total 87
Sumber : Data SMPN 16 Merangin
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh siswa 87 orang yang
terdiri dari 42 siswa laki-laki dan 45 siswa perempuan

c. Jumlah Bangunan

Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin berdiri di atas


tanah seluas 20.000m2 dan luas bangunan 862M2. Luas bangunan
tersebut dijadikan Ruang Kelas, Kantor Guru, Lapangan, Masjid dan
lain sebagainya. Adapun bangunan yang ada di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Merangin diuraikan sebagai berikut:

Table 1.3 Daftar Bangunan SMP N 16 MERANGIN

NO URAIAN JUMLAH KEADAAN


1 RUANG TU 1 PERMANEN
2 RUANG KEP. SEKOLAH 1 PERMANEN
3 RUANG GURU 1 PERMANEN
49

4 RUANG KELAS 6 PERMANEN


5 RUANG KOMPUTER 1 PERMANEN
6 RUANG PERPUSTAKAAN 1 PERMANEN
7 RUANG LABOR 1 PERMANEN
8 RUANG KETERAMPILAN 1 PERMANEN
9 RUANG MCK 4 PERMANEN
Sumber : Data SMP N 16 Merangin

d. Visi dan Misi


Visi : “MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERBASIS RELIGI,
LINGKUNGAN DAN PRESTASI”.
Misi :
a) Terwujudnya iklim suasana yang berbudaya islami bagi seluruh
warga sekolah
b) Terwujudnya sistem manajemen lingkungan hijau (Green School).
c) Terciptanya lingkungan belajar yang kondusif
d) Terciptanya Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang
unggul
e) Terwujudnya pembelajaran dan bimbingan secara efektif
f) Meningkatnya pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
g) Terwujudnya Inovasi Pembelajaran
h) Terwujudnya peningkatan kualitas lulusan dalam bidang akademik
maupun non akademik dengan dilandasi Imtaq.

MISI SEKOLAH
Untuk mencapai visi tersebut, perlu dilakukan suatu Misi yang
merupakan kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas. Berikut ini
Misi yang dirumuskan berdasrkan Visi diatas.
1) Mewujudkan iklim suasana yang berbudaya Islami begi seluruh warga
sekolah
50

a. Semua siswa perempuan menggunakan seragam dengan jilbab


b. Dilingkungan sekolah semua warga harus mengucapkan salam
apabila bertemu
c. Melaksanakan kegiatan keagaman yang diprogramkan secara
terencana, terarah, teratur dan berkesinambungan yang
pelaksanaannya dapat berkolaborasi dengan pesantren atau lembaga
keagamaan terdekat
d. Melaksanakan pengembangan kegiatan dibidang Imtaq
( pembimbingan kerohanian disekolah)
1) Mewujudkan sistem Manajemen Lingkungan Hijau (Green
School)
a. Tersedianya taman akademis/apotik hidup dilingkungan
sekolah yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
b. Penataan lingkungan melalui penataan pohon yang rindang
c. Pembentengan /pemagaran lingkungan sekolah
2) Terciptanya lingkungan belajar yang kondusif
a. Membiasakan tepat datang, tepat masuk, tepat istirahat dan
tepat pulang untuk semua warga sekolah
b. Penataan dan pemenuhan sarana prasarana yang dibutuhkan
untuk menunjang KBM.
3) Mengoptimalkan pemberdayaan kompetensi tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan
a. Melaksanakan pelatihan guru mata pelajaran
b. Melatih kompetensi guru melalui kegiatan MGMP dan KKG
c. Melatih guru dalam pembelajaran ICT
d. Melatih TU dalam penguasaan ICT
4) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif agar
siswa dapat berkembang lebih optimal
a. Melaksanakan pengebangan metode pembelajaran (proses)
disekolah
b. Melaksanakan pengembangan strategi pembelajaran
51

5) Mengembangkan dan mengoptimalkan pengembangan Kurikulum


a. Melaksanakan pengembangan kurikulum KTSP
b. Melakasankan pengembangan perangkat pembelajaran dan
silabus dan RPP
c. Melaksanakan pengembangan sistem penilaian
d. Melaksanakan pengembangan kurikulum muatan lokal
6) Melaksanakan pengembangan inovasi dalam pembelajaran
a. Mengadakan pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK/PTBK)
bagi guru
b. Membuat model pembelajaran (metode, pendekatan, strategi
dsb)
c. Menciptakan media pembelajaran
d. Memanfaatkan sarana/media pembelajaran yang tersedia
7) Melaksanakan pengembangan kegiatan Akademik dan non
akademik
a. Melaksanakan remedial terhadap mata pelajaran sesuai
dengan program dan perangkat pembelajaran yang telah
dilaksankan
b. Melaksanakan pengayaan bagi pelajaran yang di UN kan
c. Melaksanakan pengembangan kegiatan bidang wiyata
mandala
d. Melaksanakan pengembangan kegiatan bidang kesehatan
e. Melaksanakan pengembangan kegiatan kesenian dan
keterampilan
f. Melaksanakan pengembangan kegiatan bidang olahraga
g. Melaksanakan pengembangan kegiatan bidang pramuka
52

TUJUAN SEKOLAH
a. Semua guru, TU, karyawan dan siswa telah membiasakan
perilaku budaya islami dalam berinteraksi di lingkungan
b. Menjadikan kegiatan IMTAQ sebagai kegiatan yang dapat
menjadi contoh di Desa
c. Menjadikan sekolah yang bersih, indah, nyaman dan sehat
sesuai dengan sistem manajemen lingkungan hijau (Green
school)
d. Sekolah memiliki standar sarana dan prasarana/fasilitas sekolah
meliputi : semua sarana dan prasarana,fasilitas,peralatan dan
perawatan memenuhi SPM
e. Pengelaan manajemen sekolah dapat terkoordinir dengan baik
sesuai standar pengelolaan manajemen sekolah
f. Sekolah dapat mencapai standar pendidik dan tenaga
kependidikan meliputi : semua guru berkualitas minimal S1
g. Semua guru telah mengembangkan dan memiliki serta
melaksanakan perangkat mengajar sesuai dengan kurikulum
yang berlaku
h. Proses pembelajaran dapat mencapai standar proses
pembelajaran dengan strategi CTL, pendekatan belajar tuntas,
pendekatan pembelajaran individual,dll.
i. Semua guru terlatih dalam melakukan inovasi pembelajaran
j. Kompetensi kelulusan siswa dapat memperoleh nilai rata-rata
Ujian Nasional mencapai 7,50
k. Sekolah memiliki peserta didik dengan kompetensi yang handal
dan dapat bersaing dengan sekolah lain baik secara akademik
dan non akademik
53

2. Deskripsi Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang


bertujuan untuk mengetahui peningkatan program pembiasaan tadarus
Al-Qur‟an siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin,
maka pada bab ini peneliti akan menguraikan data-data yang berasal dari
hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

1. Deskripsi Data Hasil Observasi Observasi yang peneliti lakukan


berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan implementasi
program pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin, baik secara umum maupun khusus. Berdasarkan
hasil observasi yang peneliti lakukan secara garis besar peneliti
mendapatkan data sebagai berikut:

a. Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin terletak di


samping jalan raya. Lokasi sekolah nyaman dan sejuk.
b. Ruang kelas Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin
terdapat tiga kelas. Satu kelas VII, satu kelas VIII, dan satu kelas
IX. Keadaan kelas baik, terdapat fasilitas dan alat belajar
memadai. Alat belajar tersebut diantaranya : meja, kursi, papan
tulis putih, marker, penghapus papan tulis, lemari siswa dan guru,
proyektor, alat kebersihan, kipas angin, foto presiden dan wakil
presiden.
c. Pelaksanaan kegiatan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Merangin sudah berjalan cukup baik hingga
saat ini dan juga terdapat perubahan dalam metode pelaksanaan
kegiatan tersebut.
54

3. Deskripsi Data Hasil Wawancara

Peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan pihak terkait


dengan implementasi program pembiasaan tadarus Al-Qur‟an siswa di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin. Dalam memilih
informan peneliti terlebih dahulu menentukan bahwa mereka adalah
orang-orang yang mengetahui situasi dan kondisi pelaksanaan program
kegiatan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin dan juga terlibat secara langsung dalam pelaksanaan kegiatan
tadarus Al-Qur‟an. Hal tersebut bertujuan agar peneliti mendapatkan
informasi yang mendalam sesuai fakta yang ada. Adapun informan yang
peneliti wawancarai antara lain:

a. Yolendri, S.Pd

Beliau adalah kepala Sekolah Menegah Pertama Negeri 16


Merangin. Informasi yang peneliti dapatkan dari beliau tentunya
berkaitan dengan latar belakang dan tujuan diterapkannya program
pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin, alokasi waktu dan materi dalam kegiatan tadarus Al-Qur‟an,
faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan program
pembiasaan tadarus Al-Qur‟an, evaluasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan program, dan tentunya harapan kepala sekolah dengan
diterapkannya program pembiasaan tadarus Al-Qur‟an siswa siswi
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin.

b. Ahmad Yani, S.Pd.I

Beliau adalah guru Pendidikan Agama Islam sekaligus


koordinator keagamaan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin. Peneliti mendapatkan informasi terkait pelaksanaan program
pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di sekolah, bagaimana kemampuan siswa
dalam membaca Al-Qur‟an, pelaksanaan kegiatan tadarus Al-Qur‟an,
55

kendala dalam pelaksanaan kegiatan tadarus Al-Qur‟an di sekolah,


kemudian solusi apa yang diberikan ketika terjadi kendala seperti itu,
kemudian alokasi waktu kegiatan tadarus Al-Qur‟an di sekolah

c. Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin

Peneliti mewawancarai enam orang siswa. Peneliti mendapatkan


informasi terkait pandangan mereka terhadap kegiatan tadarus Al-Qur‟an
disekolah, manfaat yang mereka rasakan setelah melaksanakan kegiatan
tadarus Al-Qur‟an, perkembangan dalam pelaksanaan tadarus Al-Qur‟an,
peningkatan kegiatan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin.

B. Temuan Khusus dan Pembahasan

1. Implementasi program metode pembiasaan tadarus Al-Qur’an


terhadap peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin

Sekolah Menengah Pertama juga perlu menanamkan pendidikan agama


agar para siswa dan siswi juga mempunyai akhlak dan perilaku yang baik .
Salah satu upaya yang dilakukan oleh sekolah agar pendidikan agamanya
berkualitas yaitu dengan cara menanamkan nilai-nilai agama sesuai
dengan ajaran Islam yang disusun oleh organisasi sekolah dalam bentuk
pembinaan dan pembiasaan siswa. Hal itu dilakukan dengan cara
menanamkan nilai-nilai agama dengan melakukan tadarus Al-Qur‟an sebelum
jam pelajaran dimulai.

Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin dikenal dengan


kegiatan apel pagi setiap hari yang diisi dengan kegiatan keagamaan
seperti, tadarus Al-Qur‟an, menghafal surah-surah pendek dalam Al-
Qur‟an dan juga kultum dan membiasakan siswa siswi Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin untuk selalu berakhlak mulia
dalam mengamalkan nilai-nilai keagamaan dan kemandirian juga
56

menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Selain itu tadarus


Al-Qur‟an yang dilakukan sebelum memulai kegiatan belajar juga akan
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur‟an. Kegiatan
tadarus Al-Qur‟an dilakukan setiap hari selasa, rabu, kamis, dan jum‟at
akan menjadi suatu kebiasaan baik bagi siswa.

Berdasarkan observasi peneliti diketahui bahwa ada kegiatan yang


dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Kegiatan tersebut
menggunakan metode pembiasaan yang dilakukan setiap hari selain hari senin
dan sabtu. ( observasi, 03 desember 2021)

Wawancara dengan bapak yolendri selaku kepala sekolah

“ kegiatan ini memang menggunakan metode pembiasaan dikarenakan jika


dilakukan setiap hari, itu akan membuat siswa-siswi menjadi terbiasa
sehingga tidak akan terasa berat bagi siswa.” (wawancara kepala sekolah,
15 desember 2021)

Berdasarkan wawancara pada guru agama bapak Ahmad Yani pada


hari Rabu 15 Desember 2021.

“Beliau mengatakan bahwa penerapan program pembiasaan tadarus


Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin adalah
salah satu kegiatan sebagai pendukung peningkatan kemampuan
membaca Al-Qur‟an siswa. Penanaman nilai keagamaan harus diterapkan
sejak dini, selain itu juga sebagai upaya internalisasi nilai ajaran Islam di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin. Disamping itu kegiatan
yang diterapkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin tidak
hanya tadarus Al-Qur‟an namun juga ada kegiatan kultum. Yang
diterapkan oleh kepala sekolah semenjak tahun 2012.” (Ahmad Yani 15
Desember 2021)

Berdasarkan wawancara dengan bapak yolendri selaku kepala sekolah.

“Program pembiasaan Al-Qur‟an dipercayakan oleh guru keagamaan


yang dibentuk oleh sekolah untuk meningkatkan kemampuan membaca
Al-Qur‟an siswa dan kegiatan keagamaan lainnya. Program pembiasaan
tadarus Al-Qur‟an adalah salah satu program guna untuk menumbuhkan
kecintaan siswa terhadap Al-Qur‟an. Program ini dibentuk agar menjadi
sebuah pembiasaan yang baik dalam kegiatan sehari-hari siswa bukan
57

hanya di sekolah namun juga ketika mereka berada di lingkungan


keluarga terlebih di masyarakat.” (yolendri:wawancara,15 desember
2021)

Di terapkannya program pembiasaan tadarus Al-Qur‟an ini untuk


membiasakan siswa siswi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin agar mereka cinta terhadap Al-Qur‟an dengan cara
membiasakan mereka untuk membaca, manghafal ayat ataupun surat, dan
memahami arti yang terdapat dalam Al-Qur‟an. Dengan adanya program
ini, maka secara otomatis siswa akan terbiasa dalam membaca Al-Qur‟an
dan menjadikan Al-Qur‟an adalah kebutuhan pokok bagi diri mereka.
Karena sesungguhnya itulah kewajiban umat muslim yakni beribadah
kepada Allah swt dengan cara membaca Al-Qur‟an, menghafal,
mentadabburi bahkan mengamalkan ajaran Islam dan menjauhkan
larangan Allah swt.

Berdasarkan observasi peneliti kegiatan tadarus Al-Qur‟an


dilakukan setiap hari dimulai dari pukul 07:00 sampai pukul 07:30.
Didalam nya terdapat beberapa kegiatan seperti menghafal surah pendek
dan kultum. (observasi 03 desember 2021)

Berdasarkan wawancara bersama bapak yolendri beliau memaparkan

“ Kegiatan tadarus ini dimulai pertama kali pada tahun 2012 saat itu
dipimpin oleh bapak sapril selaku kepala sekolah, kegiatan dimulai dari
pukul 07:00 sampai pukul 07:30. Kegiatan dimulai dari kultum dan
menghafal surah pendek kemudian dilanjutkan tadarus Al-Qur‟an.
Pelaksanaan nya setiap hari selain haris senin dan sabtu. Kegiatan ini
berlangsung sampai sekarang karena memiliki nilai positif bagi para
siswa-siswi.” (wawancara bapak yolendri: 15 desember 2021)

Program pembiasaan Al-Qur‟an dipercayakan oleh koordinator


keagamaan yang dibentuk oleh sekolah untuk membina siswa dan
mengawasi kegiatan keagamaan. Program pembiasaan tadarus Al-Qur‟an
adalah salah satu program guna untuk menumbuhkan kecintaan siswa
terhadap Al-Qur‟an. Program ini dibentuk agar menjadi sebuah
58

pembiasaan yang baik dalam kegiatan sehari-hari siswa bukan hanya di


sekolah namun juga ketika mereka berada di lingkungan keluarga
terlebih di masyarakat.

“Di terapkannya program pembiasaan tadarus Al-Qur‟an ini untuk


membiasakan siswa siswi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin agar mereka cinta terhadap Al-Qur‟an dengan cara
membiasakan mereka untuk membaca,manghafal ayat ataupun surat, dan
memahami arti yang terdapat dalam Al-Qur‟an. Dengan adanya program
ini, maka secara otomatis siswa akanterbiasa dalam membaca Al-Qur‟an
dan menjadikan Al-Qur‟an adalah kebutuhan pokok bagi diri mereka.
Karena sesungguhnya itulah kewajiban umat muslim yakni beribadah
kepada Allah swt dengan cara membaca Al-Qur‟an.” (wawancara bapak
yani, 15 desember 2021)

Menurut koordinator keagamaan sekaligus guru PAI Bapak Ahmad


Yani pembiasaan tadarus Al-Qur‟an bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur‟an peserta didik, mempunyai sikap yang
sangat mencintai kitab suci Al-Qur‟an, menumbuhkan sikap disiplin, dan
juga melatih siswa agar terbiasa malantukan ayat suci Al-Qur‟an dengan
baik.

Berdasarkan wawancara dengan bapak ahmad Yani mengenai


kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan

“ Metode pembiasaan ini merupakan metode yang baik untuk


meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an, kalau sering dibaca
secara terus- menerus pasti jadi lancar membaca nya. Kekurangan nya
mungkin siswa jadi mudah bosan karena dilakukan setiap hari.” (
wawancara Ahmad Yani: 15 desember 2021)

Berdasarkan pemaparan diatas disimpulkan bahwa Sekolah


Menengah Pertama Negeri 16 Merangin memiliki program tadarus Al-
59

Qur‟an yang menggunakan metode pembiasaan untuk memperbaiki cara


membaca Al-Qur‟an siswa. Kegiatan tersebut dilaksanaan setiap hari
selasa, rabu, kamis dan jum‟at dimulai pukul 07:00 sampai pukul 07:30
Kegiatan tersebut bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik
dengan menanamkan nilai-nilai religius, sikap yang sangat mencintai
kitab suci Al-Qur‟an, menumbuhkan sikap disiplin, dan juga melatih
siswa agar terbiasa malantukan ayat suci Al-Qur‟an dengan baik

2. Kendala implementasi Program metode pembiasaan tadarus Al-


Qur’an terhadap peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an
siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin
a. Alokasi waktu yang kurang

Kegiatan tadarus Al-Qur‟an bertujuan untuk meningkatkan


kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa sehingga siswa dapat membaca
bahkan menghafal surah-surah pendek dengan benar sesuai dengan
ketentuan yang ada. Membaca Al-Qur‟an membutuhkan waktu yang
tidak sedikit agar siswa dapar membaca sesuai dengan kaidah tajwid.

Berdasarkan hasil observasi peneliti waktu yang digunakan


untuk kegiatan tadarus Al-Qur‟an sangat minim hanya 30 menit selama
satu hari dan masih dibagi dengan kegiatan yang lainnya. (observasi, 03
desember 2021)

Berdasarkan hasil wawancara oleh guru agama sekolah


Menengah Pertama Negeri 16 Merangin beliau memaparkan

“Bahwa waktu yang digunakan untuk tadarus Al-Qur‟an dirasa kurang


cukup, pelaksanaan kegiatan tadarus Al-Qur‟an dilaksanakan selama 30
menit dan itu masih dibagi dengan beberapa kegiatan seperti menghafal
surah pendek dan kultum. sehingga beberapa siswa yang belum lancar
membaca Al-Qur‟an tidak bisa diperhatikan secara lebih teliti.”
Berdasarkan wawancara dengan salah satu siswa di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin mereka mengatakan bahwa
“Waktu yang digunakan sangat sedikit, apalagi dibagi dengan kegiatan
lain seperti asmaul husna dan kultum, jadi untuk tadarus Al-Qur‟an
60

waktunya tidak maksimal belum lagi ada teman-teman yang belum


lancer membaca nya.”

Berdasarkan wawancara diatas para siswa juga merasa kesulitan


terutama para siswa yang belum lancar dalam membaca Al-Qur‟an.
sehingga mereka butuh perhatian dan waktu yang lebih agar dapat
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an.

Dengan demikian guru agama di Sekolah Menengah Pertama


Negeri 16 Merangin merasa kesulitan untuk mengatasi siswa yang
belum lancar membaca Al-Qur‟an, guru agama di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Merangin harus mempunyai strategi khusus untuk
mengatasi kendala tersebut

b. Kurang menghargai waktu

Dalam pelaksanaan kegiatan tadarus Al-Qur‟an di sekolah


tentunya disiplin menjadi faktor utama dalam pelaksanaan suatu
kegiatan. Dikategorikan berhasil jika suatu program dapat berjalan
dengan efektif dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara oleh
koordinator keagamaan dan kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri
16 Merangin bahwa salah satu faktor penghambat atau kendala yang
terjadi dalam pelaksanaan kegiatan tadarus Al-Qur‟an di sekolah salah
satunya yaitu kurang menghargai waktu.

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti amati, siswa kurang


bisa menghargai waktu. Contohnya pada kegiatan belajar mengajar
berlangsung, mereka lebih senang melakukan aktivitas diluar kelas atau
free class, dan mereka cenderung mengulur waktu yang telah
ditentukan. Kesadaran mereka akan pentingnya waktu itu belum ada.
(observasi, 03 desember 2021)
61

“Kepala sekolah dan dewan guru berharap agar semua kegiatan yang
ada di sekolah dapat berjalan seuai waktu yang telah ditentukan tidak
kurang ataupun lebih.” ( Ahmad Yani, 15 Desember 2021)

c. Faktor lingkungan peserta didik

Faktor lingkungan membawa pengaruh besar terhadap


pertumbuhan mereka. Sebagaimana dapat disebut bahwa keluarga,
sekolah dan masyarakat adalah tri pusat pendidikan yang sangat
berperan. Madrasah pertama bagi seorang anak adalah ibunya, maka
sepatutnya seorang ibu maupun ayah dapat membimbing dan
membina anak-anak mereka dalam ajaran Islam sesuai aturannya.
Tidak hanya di lingkungan keluarga, namun di sekolah juga termasuk
dalam tri pusat pendidikan. bahwa sekolah juga harus berperan dalam
pendidikan dan pertumbuhan anak baik secara formal maupun non
formal.

Berdasarkan observasi peneliti diketahui bahwa lingkungan di


daerah yang diteliti tersebut memang terdapat beragam keadaan,
diantaranya terdapat beberapa siswa yang telah mengikuti pendidikan
di taman pendidikan Al-Qur‟an dan sebagian lagi tidak. (observasi, 03
desember 2021)

Berdasarkan wawancara dengan bapak kepala sekolah beliau


memaparkan

“Faktor lingkungan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16


Merangin memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Terdapat
beberapa siswa yang memang tidak mengaji di madrasah dan bahkan
ada beberapa yang memang tidak mengaji dirumah. Hal itu
disebabkan ada kesibukan pribadi dari orang tua mereka masing-
masing.” (Yolendri, 15 desember 2021)
62

Sedangkan wawancara dengan guru agama bapak Ahmad Yani di


Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin yang mengatakan

“Saya selaku guru agama memiliki PR besar untuk itu, beliau


mengatakan bahwa untuk mengatasi hal yang demikian beliau sengaja
sebelum pelajaran agama dimulai beliau menyempatkan untuk
bertadarus Al-Qur‟an dan memberikan perhatian lebih kepada iswa
yang memang kurang bisa membaca Al-Qur‟an. Beliau mengharapkan
setiap anak didiknya bisa mengaji dan juga memehami isi Al-Qur‟an.”
(Ahmad Yani, 15 Desember 2021)

Dengan demikian Tidak hanya ilmu pengetahuan yang harus


dibekali kepada anak didik namun pengetahuan tentang agama juga
mesti di bekali untuk bekal mereka hidup di akhirat dan tentunya hidup
sesuai syariat Islam.

Berdasarkan wawancara diatas menarik kesimpulan bahwa


kendala implementasi pembiasaan program tadarus Al-Qur‟an adalah
alokasi waktu yang kurang, kurang menghargai waktu, factor
lingkungan peserta didik yang berbeda.

3. Solusi untuk mengatasi kendala implementasi program metode


pembiasaan tadarus Al-Qur’an terhadap peningkatan
kemampuan membaca Al-Qur’an siswa Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Merangin

a. Motivasi dan Perhatian dari Guru

Motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong


seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
(Sardiman,2011:73)
63

Bahkan motif dapat dikatakan sebagai suatu kondisi intern


(kesiap siagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif
menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Dalam segala kegiatan di lembaga pendidikan perhatian guru


terhadap peserta didik sangat diperlukan. Peserta didik saat ini harus
selalu dibekali motivasi. Karena motivasi tidak hanya berasal dari diri
sendiri (internal) namun motivasi dari luar atau orang lain juga sangat
mereka butuhkan (eksternal). Dengan adanya motivasi dan perhatian
dari guru, maka peserta didik akan tergugah hatinya untuk selalu
melaksanakan kegiatan sekolah dengan baik, tertib dan sesuai
aturanyang berlaku tanpa menyalahi aturan dan melawan para dewan
guru.

Berdasarkan observasi peneliti bahwa para dewan guru dan


kepala sekolah senantiasa memberikan motivasi dan dukungan kepada
siswa agar siswa lebih bersemangat dalam melaksanakan kegiatan
tadarus Al-Qur‟an. (observasi 03 desember 2021)

Berdasarkan hasil wawancara oleh kepala sekolah bahwa

“setiap kegiatan upacara bendera tepatnya hari Senin kepala sekolah


ataupun dewan guru yang bertugas selalu memberikan perhatian,
motivasi serta do‟a untuk seluruh peserta didiknya agar selalu
melaksanakan kegiatan di sekolah dengan ikhlas dan selalu tertib
dalam berdisiplin.” (Yolendri, 15 Desember 2021)

Dalam memberikan motivasi guru tidak hanya sebatas pada


kegiatan upacara saja, namun dalam kegiatan pembinaan wali kelas
dan juga ketika pelajaran berlangsung.
64

“Saya selalu memberikan motivasi dan arahan kepada peserta didik


setiap harinya, tentunya juga memberikan hadis ataupun firman Allah
swt sebagai penguat dalam motivasi tersebut. Begitu juga yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad saw adalah salah satu suri tauladan
yang patut kita teladani karena akhlaknya yang sangat mulia, sifatnya
yang sangat baik, kemampuannya yang sangat cerdas, dan juga sikap
yang tidak pernah berdusta.” (Ahmad Yani, 15 Desember 2021)

Memilih waktu yang tepat untuk memotivasi anak merupakan


salah satu faktor penting yang dapat membantu anak untuk mencintai
Al-Qur‟an. Kecintaan terhadap kitab suci Al-Qur‟an adalah sesuatu
yang harus ditanamkan pada dalam diri anak dari usia dini.

“Pengajaran Al-Qur‟an kepada anak-anak ketika mereka masih kecil


akan membuatnya lebih mudah diserap dalam hati mereka, ia akan
menambah kekuatan iman, serta menjadikan iman tersebut dapat
memenuhi hatinya. Kegiatan tadarus Al-Qur‟an yang dilakukan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin pada pagi hari
sehingga para siswa masih fokus untuk melakukan kegiatan tersebut
disamping itu juga ketika guru ataupun kepala sekolah memberikan
arahan mereka juga dapat menerima dengan baik.” (Ahmad Yani, 15
Desember 2021)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama kepala sekolah


dan guru agma di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin
bahwa motivasi sangat diperlukan untuk menumbuhkan semangat
siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin.

b. Ciptakan suasana pembelajaran yang inovatif

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil


belajar, maka upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur‟an adalah sebagai berikut: Pertama,
Menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Lingkungan
pembelajaran merupakan unsur yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar siswa, sebab lingkungan merupakan tempat berlangsungnya
pembelajaran, baik lingkungan fisik maupun lingkungan non-fisik.
65

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa lingkungan


Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin memiliki lingkungan
yang asri sehingga pelaksanaan kegiatan dilingkungan sekolah akan
merasa tenang dan lebih fokus, guru juga menciptakan variasi dalam
kegiatan tersebut sehingga tidak monoton. ( observasi 03 desember
2021)

Berdasarkan pemaparan bapak ahmad yani selaku guru agama di


Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin bapak Yani

“Saya tidak mempunyai metode khusus dalam kegiatan tadarus Al-


Qur‟an ini, beliau mengatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur‟an beliau hanya memberikan penjelasan penjelasan
tentang tajwid dan lebih berfokus kepada siswa mampu membaca dan
memahami Al-Qur‟an dengan baik bukan fokus kepada metode nya.
Kami selaku dewan guru juga memiliki variasai agar siswa tidak
mudah bosan, seperti ganti-ganti kegiatan menghafal surah pendek
atau pidato bahasa, asmaul husna dan kultum” (Ahmad Yani, 15
Desember 2021)

Kesimpulan dari wawancara tersebut yakni guru agama tidak


memakai metode khusus dalam kegiatan tadarus Al-Qur‟an, jadi
lingkungan sangat besar pengaruhnya dalam peningkatan kemampuan
membaca Al-Qur‟an siswa. Lingkungan harus diciptakan semenarik
mungkin agar dapat meningkatkan dan menjaga semangat belajar
siswa dalam membaca Al-Qur‟an, sehingga akan meningkatkan
intensitas dan frekuensi belajar siswa yang dan pada akhirnya
mendukung peningkatan kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa.
66

c. Membuat peraturan baru

Dalam pelaksanaan kegiatan tadarus Al-Qur‟an salah satunya yaitu


ada alokasi waktu. Alokasi waktu dalam kegiatan ini tidaklah lama
atau sebanyak mata pelajaran lainnya. Melainkan hanya 30 menit.
Namun dengan adanya waktu yang diberikan, walaupun sedikit namun
diharapkan siswa dapat melaksanakan kegiatan sesuai waktu yang
telah ditentukan dan tidak membuang-buang waktu. Dengan itu untuk
memanfaatkan waktu agar kegiatan tadarus berjalan dengan kondusif
dan efektif maka kepala sekolah membuat peraturan baru.

“Saya menentukan bahwa seluruh peserta didik diwajibkan sudah


memiliki air wudhu untuk kegiatan tersebut. Maka dengan berjalannya
ketentuan tersebut dengan baik, maka kegiatan juga tentunya berjalan
sesuai yang diharapkan dan juga sangat bernilai positif dalam
pembiasaan siswa untuk lebih disiplin dalam menghargai waktu.”
(Yolendri, 15 Desember 2021)

Berdasarkan wawancara diatas bahwa peraturan yang dibuat


tersebut bertujuan agar waktu tadarus Al-Qur‟an lebih bisa
memanfaatkan waktu sehingga kegiatan tersebut bisa lebih efektif dan
efesien.

d. Memberikan reward dan funishment

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan yang telah


peneliti lakukan terkait dengan dampak pemberian reward and
punishment bagi siswa Sekolah Menengah Pertama 16 Merangin dan
telah diuraikan sebelumnya peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pemberian reward and punishment berdampak positif bagi siswa.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran dan kedisiplinan guru
menerapkan metode untuk memberikan motivasi kepada siswa agar
lebih patuh dan tertib segala peraturan yang ditetapkan sekolah.salah
satu kebutuhan yang dimiliki siswa adalah kebutuhan reward yang
terdapat dalam kebutuhan intelektual.
67

Dalam prakteknya pemberian reward and punishment digunakan


oleh guru sebagai bentuk penguatan, stimulus dalam mendidik siswa.
Reward diberikan oleh guru kepada siswa dengan memberikan hadiah
atas hal postif yang dilakukan oleh siswa. Pemberian reward
dimaksudkan untuk membentuk anak lebih giat lagi usahanya untuk
bekerja dan berbuat lebih baik lagi. Punishment diberikan oleh guru
kepada siswa karena siswa melakukan pelanggaran atau kesalahan.
Punishment akan membuat siswa menyesali perbuatannya yang salah
itu.

Berdasarkan observasi peneliti bahwa memang beberapa siswa


pada saat melakukan observasi terdapat beberapa siswa yang dihukum
karena terlambat. (observasi 03 desember 2021)

“Saya sepakat dengan para dewan guru untuk memberikan beberapa


penghargaan saat setelah ujian semester dilaksanakan seperti
penghargaan siswa teladan, penghargaan siswa berprestasi yang tujuan
nya untuk membangun semangat para siswa dalam melaksanakan
kegiatan dan pembelajaran. Dan kami juga sepakat memberikan
hukuman kepada siswa yang melanggar pearturan sekolah, namun
hukuman yang kami berikan hanya memberi efek jera kepada siswa
bukan membuat siswa sampai ketakutan.”

Dengan adanya pemberian reward tersebut dapat meningkatkan


semangat siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin
dan juga dengan diberikan hukuman akan membuat jera para siswa
sehingga mereka tidak akan mengulangi kesalahan yang sudah
diperbuatnya.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu siswa di Sekolah


Menengah Pertama Negeri 16 Merangin mengatakan

“ kami jadi semangat dengan diberikan hadiah dan penghargaan bagi


siswa yang lancar membaca Al-Qur‟an, kami lebih giat lagi untuk
mengulang-ulang bacaan Al-Qur‟an ketika dirumah supaya lancar
membacanya ketika di sekolah nanti.”
68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dengan judul


Implementasi Program Pembiasaan Tadarus Al-Qur‟an Siswa di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin, dapat disimpulkan sebagai
berikut:

1. Pelaksanaan kegiatan pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah


Menegah Pertama Negeri 16 merangin. Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin telah menerapkan program pembiasaan tadarus
Al-Qur‟an terhitung mulai dari tahun 2012. Alokasi waktu pelaksanaan
kegiatan tadarus Al-Qur‟an di sekolah selama 15 menit di lapangan
sekolah dan dilanjutkan 15 menit didalam lokal masing-masing.
Kegiatan tadarus Al-Qur‟an dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu dan
Kamis dan jum‟at pagi sebelum mata pelajaran dimulai. Penerapan
kegiatan tadarus Al-Qur‟an dan di sekolah ini yakni bertujuan untuk
menanamkan nilai-nilai ajaran agama Islam berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan dalam
bentuk tadarus Al-Qur‟an terbukti sangat efektif dalam peningkatan
kemampuan membaca Al-Qur‟an pada siswa dengan menerapkan
metode pembiasaan salah satunya yakni pembiasaan tadarus Al-
Qur‟an, menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an, do‟a sehari-hari, dan selalu
berperilaku baik dan bertanggung jawab serta melaksanakan perintah
Allah swt dan menjauhi segala larangan Nya.

68
69

2. Kendala Kegiatan Tadarus Al-Qur‟an

Kendalanya antara lain: Alokasi waktu yang kurang, Kurang


menghargai waktu, dan faktor lingkungan peserta didik.
70

3. Solusi untuk Mengatasi Faktor Penghambat

Motivasi dan perhatian guru, Ciptakan suasana pembelajaran yang


inovatif, Menciptakan peraturan baru dan Memberikan reward and
funishment.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16


Merangin secara langsung, maka dapat dikemukan beberapa hal
diantaranya yaitu:

1. Peneliti berharap implementasi program pembiasaan tadarus Al-Qur‟an


di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin dapat
dipertahankan dan selalu ditingkatkan agar semua tujuan yang
diharapkan dapat tercapai secara optimal.
2. Mengingat perlunya program pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di sekolah
terutama program tadarus Al-Qur‟an, sebaiknya guru harus selalu
mengawasi dan mengingatkan siswa untuk dapat melaksanakan
kewajiban mereka dengan mengikuti dan melaksanakan program
pembiasaan program tadarus Al-Qur‟an tersebut. Bukan hanya di
lingkungan sekolah namun kegiatan yang sekiranya dilakukan di
rumah harus selalu diperhatikan dan memberikan penilaian pada
kegiatan tersebut secara objektif berdasarkan fakta yang mereka
lakukan yaitu agar siswa dapat melaksanakan kewajibannya sebagai
muslim yang taat terhadap perintah Allah swt.
3. Pihak sekolah harus selalu melakukan komunikasi kepada pihak orang
tua secara khusus terkait pelaksanaan kegiatan pembiasaan tadarus
Al-Qur‟an yang mencakup program tadarus Al-Qur‟an di lingkungan
keluarga. Dengan begitu diharapkan orang tua juga dapat membantu
guru dalam mengawasi dan mengingatkan siswa untuk melaksanakan
program tadarus Al-Qur‟an dengan sebaik-baiknya agar mendapat
penilaian yang baik dari wali kelas masing-masing dan menjadi
kegiatan yang selalu diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-
hari untuk bekal mereka di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an dan terjemahan, 2009 Jakarta: PT Al-Manan Pustaka

Abudin Nata, 2002 Pemikiran para Tokoh Pendidikan Islam,


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
A.M, Sardiman, 2011, Intruksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
Jakarta: Rajawali Pers
Andi Anirah, 2015 optimalisasi Metodologi Pembelajaran Al-
Qur’an Dalam meningkatkan Minat Baca Anak
Santri, jurnal Penelitian Ilmiah vol 3, No.1
Djam‟an Stori dan Aan Komariah,2013 Metode Penelitian
Kualitatif, Bandung: Alfabeta
E.Mulyasa, 2013, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara
Gina Giftia, 2014, Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf
Al-Qur‟an Melalui Metode Taman Pada
Mahasiswa Fakultas Sins dan Tekhnologi UIN
Sunan Gunung Djati Bandung” Jurnal TEKNOIF,
Vol.3
Halimah dkk, 2019, Implementasi Metode Pembiasaan Dalam
Pengembangan Moral AUD: Jurnal Raudhah
H.Mat Syafi‟I, 2017 Analisis SWOT Dalam Pembinaan Akhlakuk
Karimah: Jurnal Tarbawi 03 (01)
H.Zamakhsyari, 2016 Tadarus Al-Qur’an : Jurnal Alfumida 01
(01)
Idrus Alwy, 2013 Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta:
Dara Publishing,
Kompri. 2016. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan
Siswa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Lexy J.
Moleong, 2011 Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung: PT Remaja
Marno, 2011 Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah
Jakarta : Ditpais
Muhammad Abdurahman, 2016 Akhlak Menjadi Seorang Muslim
Berakhlak Mulia, Jakarta: PT RajaGrafindo
Muhaimin, 2009 Rekontruksi Pendidikan Islam : dari paradigma

72
73

Pengembangan, Manajemen Kelembagaan,


Kurikulum hingga StrategiPembelajaran, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
M. Jamil Yusuf,2017 Metode IQRA’: Kajian Inovasi Pembelaja
ran Al-Qur’an , Jurnal Edukasi voi 3 No.2

Muhammad Roihan, 2014 Study Pendekatan Al-Qur’an : Jurnal


Thoriqah Ilmiah 01 (01) 31-32

Moh. Zaiful Rosyid, 2018 Reward & punishment Dalam


Pendidikan Malang: Literasi Nusantara

Rini Astuti, 2013 Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an


Pada Anak Attention Defict Disorder Melalui
Metode Al-Barqy Berbasis Applied Behavior
Analisis, Jurnal Pendidikan Usia Dini vol.07 Edisi
2

Sakban Lubis dan Muhammad Roihan, 2019 Nilai Pendidikan


Pada Surah Al-Alaq 1-5 Menurut Quraisy Shihab,
Jurnal AL-HADI Volume IV No.2

Syahidin, 2009 Menelusuri Merode Pendidikan Dalam Al-Qur’an


Bandung:Alfabeta
Sapendi, 2015 Jurnal Internalisasi Nilai-Nilai Moral Agama Pada
Anak Usia Dini, IAIN Pontianak : At-Turats
Sugiyono, 2020 Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta
Tatang Ari Gumanti dkk, 2016 Metode Penelitian Pendidikan,
Jakarta: Mitra Wacana Media
Trianto ,2012 Pengantar Penelitian Pendidikan pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D” Bandung:
Alfabeta
Vebri Anggraeni dkk, 2020 “Implementasi Metode Pembiasaan
Upaya Penanaman Nilai-Nilai islami Siswa SDN
08 Rejang Lebong” Jurnal At-Ta’lim vol 19 NO.1
Yusuf Al-Qaradhawi,2018 Bagaimana Berinteraksi Dengan
Al-Qur’an,Jakarta : pustaka Al-Kautsar
Yolendri, S.Pd, wawancara kepala sekolah, 27 mei 2021, ruang
kepala sekolah SMP N16 MERANGIN,
ZahrudinAR, 2004 Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung: Raja Grafindo Persada
Lampiran 1
Instrumen Pengumpulan Data
A. Pedoman Wawancara
1. Kepala Sekolah
a. Bagaimana sosisalisasi pelaksanaan program tadarus Al-Qur‟an di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin ?
b. Bagaimana pelaksanaan program metode pembiasaan tadarus Al-
Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin?
c. Bagaimana bentuk pelaksanaan program tadarus Al-Qur‟an melalui
metode pembiasaan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin?
d. Apa harapan kepala sekolah atas program pembiasaan tadarus Al-
Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin?
e. Bagaimana sikap siswa ketika awal mula dilaksanakan program
pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin?
f. Bagaimana sikap guru kertika awal mula dilaksanakan program
pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin?
g. Apa kendala dalam pelaksanaan program metode pembiasaan
tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin?
h. Apa solusi untuk mengatasi kendala pada pelaksanaan program
metode pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Merangin?
i. Bagaimana perubahan siswa setelah dilaksanakan program
pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin?
j. Apa yang langkah yang dilakukan kepala sekolah untuk kedepannya
agar kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa lebih meningkat?

2. Guru Agama
a. Bagaimana sosisalisasi pelaksanaan program tadarus Al-Qur‟an di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin ?
b. Bagaimana bentuk pelaksanaan program tadarus Al-Qur‟an melalui
metode pembiasaan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin?
c. Apa upaya guru untuk mengatasi kendala pada pelaksanaan
program metode pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin?
d. Apa kesulitan guru pada pelaksanaan program tadarus Al-Qur‟an di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin?
e. Apa kesulitan yang dialami siswa pada saat melakukan program
pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin?
f. Apa upaya yang dilakukan guru untuk menumbuhkan semangat
siswa dalam melaksanakan program tadarus Al-Qur‟an di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin?
g. Apa rencana guru kedepan nya untuk mengatasi kesulitan siswa
dalam program tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin?
h. Bagaimana dukungan siswa pada program tadarus Al-Qur‟an di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin?
i. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa
setelah ada program pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin?
j. Bagaimana tanggapan guru agama tentang peningkatan yang
dialami siswa dalam program tadarus Al-Qur‟an di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin?
3. Siswa
a. Bagaimana siswa terlibat dalam program tadarus Al-Qur‟an yang
telah dibuat oleh Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin?
b. Bagaimana siswa menyesuaikan pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin?
c. Apa saja kesulitan yang dialami siswa ketika melaksanakan
program tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama Negeri
16 Merangin?
d. Bagaimana sikap guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan
dalam program tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin?
e. Apa hal yang dilakukan siswa untuk meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur‟an diluar Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin?
f. Apa saja manfaat yang dirasakan siswa setelah diterapkan
pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin?

B. Pedoman Observasi
1. Sosisalisasi pelaksanaan program pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin
2. Pelaksanaan program metode pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin
3. Bentuk pelaksanaan program tadarus Al-Qur‟an melalui metode
pembiasaan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin
4. Kendala dalam pelaksanaan program metode pembiasaan tadarus Al-
Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin
5. solusi untuk mengatasi kendala pada pelaksanaan program metode
pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama Negeri
16 Merangin
6. kesulitan guru pada pelaksanaan program tadarus Al-Qur‟an di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin
7. Rencana guru kedepan nya untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
program tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin
8. Dukungan siswa pada program tadarus Al-Qur‟an di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Merangin
9. Peningkatan kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa setelah ada
program pembiasaan tadarus Al-Qur‟an di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 16 Merangin
C. Pedoman Dokumentasi
1. Historis dan geografis Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin
2. Struktur organisasi Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Merangin
3. Keadaan sarana dan prasarana Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin

Lampiran 2

Daftar Responden

No Nama Keterangan
1. Willy Saputra Siswa kelas VII
2. Zahra Sebrina Siswi kelas VII
3. Natasya Della Pratiwi Siswi kelas VIII
4. Andre Yufitra Nasra Siswa kelas VIII
5. Zulfa Dwi Ramadhani Siswi kelas IX
6. Aswin Bahar Siswa kelas IX
Daftar Informan

No Nama Keterangan
1. Yolendri, S.Pd Kepala Sekolah
2. Ahmad Yani, S.Pd.I Guru Agama
Lampiran 3

Daftar Gambar

Kegiatan tadarus Al-Qur’an di kelas VII

Kegiatan tadarus Al-Qur’an di kelas VIII


Kegiatan Tadarus Al-Qur’an di Lapangan Sekolah
Kegiatan tadarus Al-Qur’an di kelas IX

Wawancara kepada siswa sekaligus melihat kemamouan membaca siswa


wawancara bersama kepala sekolah
Wawancara bersama guru Pendidikan Agama Islam
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Jl. Jambi-Ma.Bulian Km.16 Simp.Sungai Duren Kab.Muaro Jambi 36363

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR


Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku No Tanggal Halaman
Tanggal Revisi Revisi
In. 08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 2021 R-0 - 1 dari 2

Nama Mahasiswa : Meliyana Febriyanti


NIM : 201180100
Pembimbing II : Rina Juliana, M.Pd.I
Judul : Implementasi Program Metode Pembiasaan Tadarus
Al-Qur‟an Dalam Peningkatan Kemampuan Membaca
Al-Qur‟an Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 16
Merangin Provinsi Jambi
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Tanda Tangan
No Tanggal Materi Bimbingan
Pembimbing
Penyerahan surat penunjukan dosen
1. 19 Juni 2021
pembimbing
2. 06 Juli 2021 Bimbingan Bab I, II, III
3. 19 Juli 2021 Perbaikan
ACC Proposal untuk dilanjutkan ke DP
4. 23 Agustus 2021
1
5. 14 Oktober 2021 Seminar Proposal
Perbaikan Proposal Sesuai Hasil
6. 08 November 2021
Seminar
7. 18 November 2021 ACC Riset
8. 19 Januari 2022 Bimbingan Bab I, II, III, IV, dan V
9. 24 Januari 2022 Perbaikan Bab IV dan V
10. 16 Februari 2022 ACC Skripsi

Jambi, 25 Februari 2022


Pembimbing II

Rina Juliana,M.Pd.I
NIP.198073020201220

Anda mungkin juga menyukai