Anda di halaman 1dari 89

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI PADA

ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN KARYAWISATA DI TAMAN


KANAK-KANAK ISLAM TERPADU MUTIARA HATI
KOTA JAMBI

SKRIPSI

OLEH :
Vira Septina
NIM : TRA 162035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 2020
UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI PADA
ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN KARYAWISATA DI TAMAN
KANAK-KANAK ISLAM TERPADU MUTIARA HATI
KOTA JAMBI

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
starata satu (S1) dalam pendidikan Islam Anak Usia Dini
Fakultas Tarbiyah dan keguruan

OLEH :
Vira Septina
NIM : TRA 162035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 2020
i
ii
iii
iv
PERSEMBAHAN

Skripsi ini di persembahkan kepada kedua orang tua Bapak M.Taufik dan Ibu Ramziana,
adik-adikku Isfana Salsabila dan Alif Alfarizi, serta sahabat-sahabat seperjuangan dan orang-
orang yang mencintai ilmu pengetahuan

v
MOTTO

ِ ِِ ‫مِم‬ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ‫إِ َّنِاللَّهَ ََِلِي غَيِّ رِماِبَِقوٍمِح ََّّتِي غَيِّ رو‬


‫نِوال‬
َ ‫نِدونهِم‬
ُ ِّ ُ‫ِمَرَّدِلَهُ َِوَماِ ََل‬ ُ ‫اِماِبأَنْ ُفسه ْم َِوإ َذاِأ ََر َادِاللَّهُِب َق ْوم‬
َِ ‫ِسوءًاِفَ ََل‬ َ ُ ُ َ ْ َُ ُ

Artinya:Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum, amak tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.(Q.S Ar- ra’ad :11)

vi
KATA PENGANTAR

Alhmdulillah puji syukur Allah SWT, Tuhan yang Maha’Alim yang kita tidak
mengetahui kecuali apa yang diajarkan Nya , atas iradahnya sehingga skripsi ini dapat
dirampungkan. Shalawat dan salam atas Nabi SAW pembawa risalah pencerah bagi manusia.
Penulis skripi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat akademik guna
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
Penulis menyadari sepenuhnya penyelesaian skripsi ini tidak banyak melibatkan pihak
yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini
penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. H. Suaidi Asy’ari,MA, Ph.D Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Dr. Hj. Fadlillah, Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
3. Ridwan S,Psi, M.Psi.Psikolog dan Amirul Mukminin Al Anwari, M.Pd.I Selaku Kaprodi
dan Sekprodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).
4. Dra. Rts. Magdalena, M.Pd.I Selaku dosen pembimbing I dan Ibu Siti Maria Ulfa,
M.Pd.I Pembimbing II
5. Ibu Rasini, S.Pd, Aud Selaku Kepala Sekolah yang telah memberi kemudahan kepada
penulis dalam memperoleh data dilapangan.
6. Kedua Orang Tua Tercinta Beserta Keluargaku yang telah memberikan motivasi tiada
henti hingga menjadi kekuatan pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat seperjuanaganku“ Dwi Wulan dari, Nanda Sartika, Ninda Rahilda,
Nisrina zihni, Nurzalina,Nila Dia Rahma, Ricka Alfitri, Safitri Bahran, M.Satria
Budi,Mela novebriana, Indah Dwi Lestary, Putri Hidyatul Aisyah, Seren Monica Putri.
8. Kepada semua Pihak yang telah banyak memberikan dukungannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga bantuan dan bimbingan yang mereka berikan dengan penuh ke ikhlasan
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, AAMIIN Ya Rabbal Alamin.

Penulis,

Vira Septina
NIM: TRA.162035

vii
ABSTRAK

Nama : Vira Septina


Program Study : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul : Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Pada Anak
Usia Dini Melalui Kegiatan Karyawisata Di TK Islam Terpadu
Mutiara Hati Kota Jambi

Skripsi ini membahas tentang upaya guru dalam meningkatkan kemampuan literasi
anak usia dini di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk
memberi bantuan kepada guru dalam meningkatan kemampuan literasi anak di TK Islam
Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi. Subjek penelitian ini adalah anak-anak kelas B4 TK Islam
Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi sebanyak 9 anak 7 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.
Skripsi ini bersifat kualitatif dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder. Untuk
memperoleh data tersebut peneliti menggunakan metode observasi, dokumentasi, wawancara,
triangulangi, pengujian keabsahan data dengan menggunakan beberapa variabael atau skripsi
yang relevan saling berkaitan sehingga dapat memperkuat data yang di dapat dalam
penelitian. Selanjutnya dalam pengujian keabsahan data, peneliti memahami terlebih dahulu
penelitian lain yang berkaitan dengan masalah ini yang sudah diteliti oleh orang lain
ditempatkan untuk memperkuat isi dari skripsi yang bermutu.
Penelitian menemukan bahwa bentuk kesulitan dalam literasi ( bahasa ) pada anak
yaitu kurang lancarnya anak dalam menyampaikan pendapat seperti belum bisa dalam
merangakai kata-kata yang baik dan benar. Penyebab sulitnya anak dalam kemampuan
berbahasa ini disebabkan karena faktor lingkungan dan faktor orang tua. Kendala guru dalam
mengatasi kesulitan berbahasa anak adalah anak kurang memperhatikan guru ketika kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya guru dalam mengatasi kesulitan
berbahasa adalah anak telah dapat meningkatkan kemampuan bahasanya dengan berani
berbicara di depan umum. Upaya guru dalam mengatasi kesulitan berbahasa anak adalah
dengan melaksanakan kegiatan karyawisat

viii
ABSTRACT

Name : Vira Septina


Study Program : Early Childhood Islamic Education
Title :Teacher's Efforts in Improving Literacy Ability in Early Childhood
Through Field Trip Activities in Mutiara Hati Integrated Islamic
Kindergarten, Jambi City

This thesis discusses the efforts of teachers in improving the ability of early
childhood literacy in Mutiara Hati Integrated Islamic Kindergarten in Jambi City. This study
aims to provide assistance to teachers in improving children's literacy skills in the Integrated
Islamic Kindergarten Mutiara Hati Jambi City. The subjects of this study were 9 children of
B4 Integrated Islamic Kindergarten in Mutiara Hati, Jambi City, 9 children, 7 boys and 2
girls. This thesis is qualitative by using primary and secondary data sources. To obtain these
data the researcher uses the method of observation, documentation, interviews, triangulang,
testing the validity of the data by using several relevant variables or theses that are
interrelated so as to strengthen the data obtained in the study. Furthermore, in testing the
validity of the data, the researcher first understands other research related to this problem that
has been investigated by others placed to strengthen the content of a quality thesis.
The study found that the form of difficulty in literacy (language) in children is the
lack of fluency in children expressing opinions such as not being able to use good and right
words. The cause of children's difficulty in language skills is due to environmental factors
and parental factors. The obstacle of the teacher in overcoming the language difficulties of
children is that children pay less attention to the teacher when learning activities take place.
The results showed that teachers' efforts to overcome language difficulties are that
children have been able to improve their language skills by speaking in public. The teacher's
effort in overcoming child language difficulties is by carrying out field trip activities

ix
DAFTAR ISI

PENGESAHAN ....................................................................................................... i

NOTA DINAS........................................................................................................... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... iv

PERSEMBAHAN .................................................................................................... v

MOTTO .................................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

ABSRTRACK ............................................................................................................ ix

DAFTAR ISI............................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1


B. Fokus Penelitian........................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori ............................................................................................ 9


1.Upaya Guru ............................................................................................... 9
a.Pengertian Upaya Guru ........................................................................ 9
2.Defenisi Literasi Anak Usia Dini ............................................................. 13
3.Prinsip Pembelajaran Pada anak Usia Dini .............................................. 17
4.Macam-macam Literasi ............................................................................ 19

a.Menyimak dan Berbicara ..................................................................... 20


b.Menyimak dan Membaca ..................................................................... 20
c.Berbicara dan Membaca ....................................................................... 22
d.Ekspresi lisan dan Tulisan.................................................................... 23
5. Bahasa ...................................................................................................... 24
a.Pengertian Bahasa ................................................................................ 24

x
b.Perkembangan Bahasa Anak ................................................................ 25
c. Teori-Teori Perkembangan Bahasa Anak ........................................... 27
6.Metode Karyawisata ................................................................................. 28

a. Pengertian karyawisata bagi anak TK ................................................ 28


b. Manfaat karyawisata bagi anak TK .................................................... 31
c. Tujuan karyawisata bagi anak TK ...................................................... 33

B. PENELITIAN YANG RELEVAN ........................................................... 34


BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desian Penelitian ........................................................... 36


B. Setting dan Subjek Penelitian .................................................................. 36
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian ............................................................ 38
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 38
E. Teknik Analisis Data................................................................................ 40
F. Uji Keabsahan Data ................................................................................. 41
G. Rencana Waktu Penelitian ....................................................................... 44
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum
1. Histori dan geografis TKIT mutiara Hati Kota Jambi ....................... 45
a. Historis ................................................................................... 45
b. Letak geografis....................................................................... 46
c. Identitas sekolah..................................................................... 46
2. Struktur organisasi ............................................................................. 48
3. Keadaan tenaga pendidikan dan anak ............................................... 49
4. Sarana dan prasarana.......................................................................... 50
B. Temuan khusus dan pembahasan ............................................................ 52
1. Tingkat kemamapuan anak dalam kemampuan literasi anak
di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi ................................. 52
2. Kendala guru dalam meningkatkan kemapuan berbahasa
anak diTK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi ......................... 56
3. Upaya guru dalam meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak usia
dini kelompok B4 di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi ... 58
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 60
B. Saran........................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA

xi
LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 :Kartu Konsultasi

LAMPIRAN 2 :Instrumen Pengumpulan Data (IPD)

LAMPIRAN 3 :Dokumentasi Penelitian

LAMPIRAN 4 : Daftar Riwayat Hidup

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ....................................................................................... 45

Tabel 4.1 Keadaan Guru ............................................................................................ 50

Tabel 4.2 Keadaan Siswa ........................................................................................... 51

Tabel 4.3 Sarana......................................................................................................... 52

Tabel 4.4 Prasarana .................................................................................................... 53

Tabel 4.5 Data Anak ................................................................................................. 54

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasonal pasal
1 ayat 14 yaitu,pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang di
tunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan dengan
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Selanjutnya pasal 28 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan
melalui jalur formal,nonformal,dan informal.
Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan
dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi
berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses
pendidikan. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil
peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai
dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita
dan pernyataan tujuan pendidikanya. Sekaligus juga menunjukkan sesuatu bagaimana warga
Negara bangsanya berpikir dan berprilaku secara turun-temurun hingga kepada generasi
berikutnya yang dalam perkembangannya akan sampai pada tingkat peradaban yang maju
atau meningkatnya nilai-nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna.
(Drs. H. Fuad Ihsan, 2010)
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak dari usia 0-6 tahun, yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
bekal dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

1
2

pendidikan yang dimulai sejak dini akan berbeda, karena dengan pendidikan
atau pembiasaan akan lebih meransang otak anak untuk enerima pendidikan-pendidikan
selanjutnya. Melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal atau diakui
masyarakat. Hendaknya pendidikan juga memperhatikan lingkungan disekitarnya,
sehingga tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Setiap
anak membutuhkan ransangan pendidikan untuk mengoptimalkan potensinya. Melalui
pendidikan anak juga diperkenalkan dengan lingkungannya agar dia dapat
menyesuaikan diri ilingkungannya. (Mukhtar Latif, dkk, 2013, )
Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan
perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan
anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral,
fisik, kognitif, bahasa dan sosial emosional. Pertumbuhan anak yang mencakup
pemantauan kondisi kesehatan dan gizi mengacu pada panduan kartu menuju sehat
(KMS) dan deteksi tumbuh kembang anak. Perkembangan anak berlangsung secara
berkesinambungan, yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu
tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap
selanjutnya. Walaupun setiap anak adalah unik, karena perkembangan anak berbeda
satu sama lain yang dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal, namun demikian,
perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum. Agar anak mencapai tingkat
perkembangan yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orangtua dan orang dewasa untuk
memberikan ransangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang meliputi pendidikan,
pengasuhan, kesehatan, gizi dan perlindungan yang diberikan secara konsisten melalui
pembiasaan.(Permen Diknas No. 58 Tahun 2009)
Bentuk kerja sama dengan orangtua dan orang dewasa ini sangat penting
dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui
enam aspek perkembangan yang meliputi aspek moral dan agama, fisik motorik,
kognitif, bahasa, seni, dan sosial-emosional. Maka dari itu, pendidik dituntut kreatif
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di PAUD, terutama dalam meningkatkan
kecerdasan bahasa pada anak.
3

Pada masa anak-anak mulailah memperperkenalkan Aspek Agama melalui


pendidikan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an yang menjadi peganggan dan pedoman
didalam kehidupan nanti,sehingga ketika dewasa tidak kehilangan peganggan dan
pedoman. Maka dari itulah kita harus meperkenalkan Aspek agama kepada anak, kita
harus mengenalkan huruf-huruf hijaiyah pada anak sebagai dasar pembelajaran
Al-Qur’an tuntutan dasar dalam pendidikan al-qur’an adalah jelas terdapat didalam
AL-Qur’an surah AL-Tahrimayat 6 :
‫س‬ ُ ‫س كُ ْم َو أ َ ه ْ ل ِ ي كُ ْم ن َا ًر ا َو ق ُ ى دُ ه َا ال ن َّا‬
َ ُ ‫ي َ ا أ َ ي ُّ ه َ ا ا ل َّ ِذ ي َن آ َم ن ُ ىا ق ُ ىا أ َ ن ْ ف‬
‫َّللا َ َم ا أ َ َم َز ه ُ ْم َو ي َ ف ْ َع ل ُ ى َن َم ا‬
َّ ‫ص ى َن‬ ُ ‫ع ل َ ي ْ ه َ ا َم ََل ئ ِ كَ ة ٌ ِغ ََل ظ ٌ ِش دَ ا دٌ ََل ي َ ْع‬ َ ُ ‫َو ال ْ ِح َج ا َر ة‬
‫ي ُ ْؤ َم ُز و َن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluar gamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu
penjagaannya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahnya kepada mereka
dan selalu mengajarkan apa yang diperintahkan”.

Kemampuan literasi adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk
dimiliki setiap orang. Literasi adalah proses membaca, menulis, berbicara,
mendengarkan, melihat dan berpendapat (Kuder & Hasit, 2002). Literasi secara umum
didefinisikan sebagai kemampuan membaca dan menulis serta menggunakan bahasa
lisan. Perkembangan literasi pada anak prasekolah berada pada tahap literasi dasar.
Anak-anak prasekolah sering kali terlihat mencorat-coret kertas atau bahkan dinding
dengan huruf-huruf atau angka namun masih kurang jelas dan kurang tertata.
Era literasi,memang sudah ada dari dulu sejak zaman pra-sejarah, bahkan sudah
hadir sejak zaman Nabi Adam yang hidup selama 930 tahun (sekitar 3760-2830 SM)
sejak awal penciptaan yang ada di dalam islam disebut penciptaan nur muhammad
(cahaya yang terpuji) oleh Allah SWT. Sedangkan dalam teori modern disebut bigbang
atau ledakan besar yang menjadi awal kehidupan. Dalam surah Al-Baqarah (2):31, telah
dijelaskan Adam dididik langsung oleh Allah SWT dengan baca tulis.
“Dan (Allah) mengajarkan kepada adam nama-nama (benda-
benda)seluruhnya,kemudian,mengemukakannya kepada para malaikat,lalu berfirman:
4

“sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar.” (Q.S, Al-
Baqarah ayat 31).
Dari penjelasan di atas, Nabi Adam dikenalkan dengan nama-nama makhluk
selain dirinya sendiri. Di sini, Literasi sebenarnya sudah dimulai dan di situlah sejarah
dan episode literasi mulai diputa. Pesan ayat di atas,menyimpan makna bahwa “ Yang
Maha Literasi” adalah Allah SWT, bukan manusia.
Allah Swt secara tegas di Al-qur’an menyuruh manusia untuk berpikir atau
menggunakan akal. Peranti akal itu menjadi salah satu wahana untuk melakukan
kegiatan literasi yang komprehensif. Lietrasi tidak hanya sekadar kemampuan membaca
saja,namun lengkap,dan universal dan bahkan sakral. Kemudian, Nabi Muhammad
Saw, sebagai rasul terakhir diperintah Allah untuk berliterasi melalui perintah iqra’
dalam surat Al-alaq ayat 1-5

(3) (2) (1)


(5) (4)

Artinya:”Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan tuhanmu lah yang paling
pemurah,sang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinnya.” (Q.S Al-Alaq:1-5).
Ayat pertama kali yang diturunkan Allah Swt lewat perantara malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad Saw itu memerintahkan untuk “Membaca” Sejarah manusia
tidak bisa lepas dari sejarah mambaca. Maka dari itu,membaca menjadi “kunci” dalam
kehidupan. Sebelum Al-qu’an pun Allah memberi kitab suci yang juga berfungsi
sebagai “kitab literasi” yaitu Taurat ( Nabi Musa),Zabur( Nabi Daud) dan Injil (Nabi
Isa).
Jika boleh diusulkan,”Pahlawan literasi” atauu pun “Bapak Literasi” di dunia
adalah Nabi Muhammad Saw. Juga ketiga Nabi di atas,Musa,Daud, dan Isa.
Namun,karena kita adalah umat Nabi Muhammad Saw,maka kita kaji hanya fokus pada
Al-qur’an dan Nabi Muhammad Saw saja.
5

Jika diruntut lebih lanjut, Literasi harus diakui sudah ada sejak dulu,dan kini
warga dunia termasuk indonesia baru sadar, bahwa kegiatan literasi sangat penting
untuk kepentingan ilmu pengetahuan, dan untuk kelangsungan hidup manusia. Tidak
hanya sekadar karena alasan ilmu pengetahuan,namun juga berkaitan dengan trinitas
sejarah,yaitu masa lalu,masa sekarang dan masa depan.
Kuder & Hasit (2002) menjelaskan bahwa pertama kali anak-anak memegang
sebuah buku atau pensil melihat orang dewasa membaca atau menulis, atau melihat
papan nama rumah makan, maka anak tersebut sedang belajar sesuatu tentang literasi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku anakanak tersebut telah menunjukkan
adanya tahap literasi dasar. Anak-anak yang memperlihatkan kemampuan membaca
yang baik akan menunjukkan sikap yang lebih positif dibandingkan dengan anak-anak
yang memiliki masalah dalam kegiatan membacanya (Mullis, dalam Hayat & Yusuf
2010). Namun, minat membaca di Indonesia masih rendah. Hal ini diketahui dari
beberapa hasil penelitian bertaraf internasional yang telah diikuti oleh Indonesia untuk
dapat mengetahui kondisi bangsa Indonesia jika disejajarkan dengan negera-negara lain
di dunia
Pemaparan hasil penelitian tersebut menunjukkan pentingnya meningkatkan
kemampuan baca tulis anak. Keterlibatan orang tua adalah salah satu faktor yang dapat
mengoptimalkan kemampuan literasi anak. Oleh karena itu, kesadaran para orang tua
untuk dapat ikut terlibat dalam mendidik anak-anaknya sejak dini terutama mengenai
literasi merupakan hal yang sangat diperlukan.
Sesuai dengan perkembangan anak prasekolah, maka persepsi tentang
pengembangan literasi dasar anak mengarah pada emergent literacy. Umumnya, anak
memiliki kesiapan membaca pada usia enam tahun (Adhim, 2004). Teori kesiapan ini
sejalan dengan pendapat klasik Havigurst (dalam Adhim, 2004), bahwa mengajar
haruslah pada saat anak berada dalam kondisi teachable moment (saat tepat untuk
belajar). Pandangan inilah yang menjadi dasar anak-anak yang masih berada di Taman
Kanak-kanak dilarang untuk diberikan pelajaran membaca.
Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya salah dan tidak pula sepenuhnya benar.
Kesiapan membaca tidak harus ditunggu secara pasif, sesuai dengan pendapat Burns
6

dkk, di bukunya yang berjudul Teaching Reading in 6 Today’s Elementary Schools


(dalam Adhim, 2004), yang menyatakan bahwa para pendidik modern tidak percaya
bahwa kesiapan merupakan sesuatu yang harus ditunggu secara pasif melainkan sebuah
tahap yang anak-anak dapat dibimbing untuk memasukinya.
Karyawisata merupakan salah satu kegiatan yang sangat dapat menunjang
pembelajaran anak-anak dengan cara mengunjungi tempat-tempat diluar sekolah seperti
kebun binatang, museum, taman-taman dan tempat lainnya. Pengamatan itu diperoleh
melalui panca indera seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, pembauan dan
perabaan. Enam manfaat metode karyawisata bagi anak adalah dapat menumbuhkan
minat anak untuk mengenal dan belajar mengenai sesuatu hal yang nyata.
Penggunaan metode ini dikarenakan pembelajarannya yang menarik dan
menyenangkan serta banyak diminati oleh anak. Pendidikpun dapat memanfaatkan
lingkungan dan alam sekitar sebagai objek wisata.
Dengan demikian akan lebih mudah untuk mengembangkan kemampuan bahasa
anak. Perkembangan bahasa anak memang masih jauh dari sempurna. Namun
potensinya dapat diransang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa
yang baik dan benar. Kualitas bahasa yang digunakan orang-orang yang dekat dengan
anak-anak akan mempengaruhi keterampilan anak dalam berbicara atau berbahasa
(Nurbiana Dhieni, dkk, 2008). Maka dalam hal ini pendidik di tuntut untuk
berkomunikasi baik dengan anak.
Fungsi strategis dijalankan guru yaitu membantu anak agar mampu berbahasa
dengan baik. Guru memiliki peranan penting dalam mengembangkan metode
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan anak disekolah. Guru selama ini telah
berusaha menjalankan fungsinya sebagai pendidik yang membantu terlaksananya
pendidikan dan pembelajaran.
Pengembangan metode karyawisata menjadi sangat penting jika guru di TKIT
Mutiara Hati adalah ingin meningkatkan kemampuan literasi anak. Namun
permasalahannya, metode karyawisata di TKIT Mutiara Hati hanya dilaksanakan sekali
dalam satu bulan.Keterbatasan dana menjadi alasan dalam pelaksanaan metode
karyawisata. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman pendidik mengenai hal yang
7

diperlukan dalam mengembangkan metode tersebut, padahal pendidik dapat


memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai tempat wisata.
Dari hasil tinjauan awal yang peneliti lakukan mengenai kemampuan literasi
(Bahasa) pada anak usia dini melalui kegiatan karyawisata, ada beberapa hal yang
peneliti temui, hasil observasi menunjukkan bahwa dalam kegiatan karyawisata anak
kurang fokus dalam mengikuti kegiatan karyawisata,contohnya ada anak yang jika
sedang mengamati suatu hal dia tidak fokus dengan kegitan tersebut karena dia melihat
benda-benda yang lebih menarik di luar misalnya ada yang berjualan mainan atau
makanan. Kemudian data yang peneliti dapat di TKIT Mutiara Hati kelas B 4 terdiri
dari 9 anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Berdasarkan latar
belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Upaya
meningkatkan kemampuan literasi pada anak usia dini melalui kegiatan karyawisata
kelompok B 4 di TKIT Mutiara Hati Kota Jambi.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini pada Upaya dalam meningkatkan kemampuan literasi melalui
kegiatan karyawisata di TKIT Mutiara Hati kelas B 4 yang dilakukan 1 bulan sekali.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan Literasi anak melalui metode karya wisata di TKIT
Mutiara Hati Kota Jambi?
2. Apa saja kendala guru dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak
melalui metode karya wisata di TKIT Mutiara Hati Kota Jambi?
3. Apa upaya guru untuk meningkatkan kemampuan literasi pada anak melalui
metode karya wisata di TKIT Mutiara Hati Kota Jambi?
D. Tujuan dan kegunaanPenelitian
1.Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui cara meningkatkan kemampuan literasi anak melalui
metode karya wisata di TKIT Mutiara hati Kota Jambi.
8

b. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam meningkatkan kemampuan


berbahasa anak melalui metode karya wisata di TKIT Mutiara Hati Kota Jambi.
c. Untuk mengetahui upaya mengatasi masalah dalam meningkatkan
kemampuan berbahasa anak melalui metode karya wisata di TKIT Mutiara Hati
Kota Jambi.
2.Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan yang baik dalam bidang teoritis
dan praktis maupun yang lainnya diantaranya sebagai berikut :
a.Kegunaan teoritis
Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan hasilnya dapat menjadi
pedoman dan acuan bagi para orangtua dan guru dalam meningkatkan
kemampuan literasi pada anak usia dini.
b.Kegunaan praktis
Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan temuan-temuan dari
pembahasan hasil penelitian dapat menjadi pedoman dalam memahami upaya
kendala dan faktor.
1.Guru
Dapat menjadi masukan bagi guru tentang faktor yang menunjang dan
menghambat untuk meningkatkan kemampuan literasi pada anak usia dini.
2.Anak Usia Dini
Dapat menjadikan anak usia dini memiliki kemampuan yang baik dalam
berbahasa.
3.Masyarakat
Dapat menjadi masukan bagi masyarakat tentang faktor yang menunjang
dan menghambat untuk meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan
karyawisata pada anak usia dini.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Peneliti sangat memerlukan landasan berpikir. Untuk itu, bagaian ini akan
dikemukakan teori dari sejumlah ahli untuk mengkaji masalah yang ada di lapangan,
teori yang digunakan adalah:
1. Upaya Guru
a. Pengertian Upaya Guru
Dalam KBBI upaya adalah usaha, ikhtiar ( untuk mencapai suatu
maksud, memecahkan persoalan,mencari jalan keluar dan sebagainya).
Upaya adalah usaha,ikhtiar untuk mencapai suatu apa yang hendak di
capai untuk diinginkan (Pius A Partanto,1994:770). Upaya merupakan usaha
sadar yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini
adalah upaya guru dalam meningkatkan kemampuan Literasi Anak Usia Dini.
Guru adalah orang yang memberi ilmu pengetahuan kepada anak didik.
Guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu
seperti sekolah,madrasah,masjid,rumah dan lain sebagainya (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000:31). Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah
ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah atau madrasah. Guru adalah
orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang
dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas
(Syaiful Bahri Djamarah,2000:126).
Guru adalah seseorang yang memberikan pengetahuan kepada seseorang
(dalam hal ini siswa) secara sadar dan terencana untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapakan.
Guru sebagai pengajar atau peserta didik merupakan salah satu faktor
yang menjadi penen tu keberhasilan setiap usaha pendidikan. Oleh karena itu,
upaya guru dalam peningkatan proses pembelajaran adalah suatu hal yang amat

9
10

penting. Guru dapat melalui tahap-tahap pembelajaran dalam melaksanakan


strategi mengajar. Pendekatan proses belajar mengaja, proses belajar mengajar
merupakan proses yang sistematik, artinya proses dilakukan guru dan siswa
ditempat belajar untuk mencapai tujuan (Martinis Yamin, 2010: 59). Demikian
juga guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kemampuan tersendiri
guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan
pada umumnya dan proses belajar-mengajar pada khususnya.
Untuk memiliki kemapuan tersebut guru membina diri secara baik
karena fungsi guru adalah membina dan mengembangkan kemampuan siswa
secara profesionaldi dalam proses belajar-mengajar. Tujuan dasar pembelajaran
adalah mentransfer ilmu pengetahuan secara efektif dan menyeluruh (totality)
dalam artian bahwa proses pembelajaran untuk membentuk pola berfikir dalm
konsep pengetahuan yang lengkap dan detail, sehingga perlu strategis yang
efektif pula dalam mencapai proses tersebut. Dalam pengaruh lebih lanjut dapat
mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian anak.
Peserta didik membutuhkan pendidikan karena pendidikan dipandang
penting. Sebagai salah satu aspek yang memiliki penerapan pokok dalam
membentuk generasi masa mendatang. Dalam pendidikan dapat menghasilakan
manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu menghadapi
masa depan. Salah satu untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan
memberikan kesempatan kepada pihak sekolah untuk mengelola lembaga
pendidikan sebaik mungkin agar tujuan pendidikan dapat tercapai,termasuk
kesempatan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru.
Guru adalah salah satu faktor yang menetukan berbagai keberhasilan
siswa dalam suatu proses pembelajaran dikelas. Untuk itu, profesioanalitas guru
dalam suatu pembelajaran sangatlah dirasakan penting. Menurut (Martinis dan
Maisah, 2010: 3-4) ada beberapa hal dapat dilakukan guru untuk mmewujudkan
hal tersebut yaitu :
1. Menguasai bahan meliputi menguasai bahan mata pelajaran dalam
kurikulum dan menguasai bahan penunjang mata pelajaran.
11

2. Mengelola program pengajaran berupa merumuskan tujuna intruksional,


mengenal dan dapat mengunakan prosedur intruksional yang tepat,
melaksanakan program pengajaran dan mengenal kemampuan anak didik.
3. Mengelola kelas meliputi mengatur tata ruang kelas dan menciptakan iklim
belajar mengajar yang serasi.
4. Mengunakan media/sumber
5. Menguasai landasan-landasan pendidikan.
6. Mengelola interaksi belajar mengajar.
7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan belajar mengajar.
8. Mengenal layanan bimbingan dan penyuluahn di sekolah.
9. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan.

Guru mempunyai tugas untuk mendorong,membina,membimbing, dan


memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Secara lebih
terperinci tugas guru berpusat pada mendidik dengan titik berat memberikan
arah pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, memberi
fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai,
membantu perkembangan aspek-aspek probadi seperti sikap, nilai-nilai dan
penyesuaian diri. Pendidikan guru tidak terbatas sebagai penyampaian ilmu
pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ai bertanggung jawab akan keseluruhan
perkembangan keribadian siswa.
Sebagai salah satu aspek terpenting dalm prosespembelajaran aktivitas
siswa merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran
tersebut. Dengan aktivitas belajar yang tinggi, maka sumbangan partisipasi
soswa akan optimal, sehingga mempercepat untuk mencapai kemadirian dan
dapat mengembangkan cakrawala berpikir siswa. Dengan demikian aktivitas
belajar siswa menjadi keharusan dalam proses pembelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Tidak semua pendidik memahami fakto-faktor yang mempengaruhi
belajar seorang anak. Hal ini sebabkan kebekuan pemahaman pendidik terhadap
12

anak. Tidak sepatutnya guru memiliki kebekuan pemikiran dalam hal ini, guru
juga bersifat dinamisator dengan melakukan tindakan efektif dalam mengajar
dengan lebih memahami sisi individu seorang anak baik psokologis, sosiologis
maupun fisiknya. Ini tentu memrerlukan kerja keras dari pendidik sendiri dalam
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak selalu berubah setiap
waktunya.
Aktivitas belajar setiap individu tidak selamnya dapat berlangsung secara
wajar. Siswa terkadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang lambat.
Pada waktu tertentu terkadang terasa amat sulit untuk menangkap apa yang
dipelajari. Setiap individu tidak ada yang sama. Perbedaan individu itulah yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik. Keadaan di
mana anak diidk tidak dapat belajar sebagaimana mestinya maka anak didik
tersebut telah mengalami kesulitan belajar.
Dalam proses pembelajaran guru melakukan tindakan mendidik seperti
memberi hadiah,memuji,menegur,menghukum atau memberi nasehat. Tindakan
guru tersebut berarti menguatkan motivasi instrinsik; tindakan guru tersebut juga
berati mendorong siswa belajar,suatu penguatan minat belajar. Siswa tertarik
belajar karena ingin memperoleh hadiah. Meskipun hadiah memiliki fungsi yang
tepat untuk membangkitkan minat siswa, namun guru memperhatikan waktu
penggunaanya, sehungga hadiah memiliki fungsi sebagai motivasi belajar saat
digunakan dalam pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu interaksi anara guru dan siswa
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran. Tujuan yang
ingin dicapai dari interaksi itu pada dasarnya adalah bertambahnya pengalaman
siswa baik teori maupun praktek dan perubahan tingkah laku siswa. Proses
pembelajaran membutuhkan adanya kegiatan komunikasi.
Komunikasi tersebut timbul karena adanya hubungan timbal balik antara
guru dan siswa yang tujuan hubungan itu akan mempengaruhi perubahan intelek,
watak serta sosial dan hubungan tersebut didasarkan pada hubungan yang
bersifat mendidik. Dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya aksi dan
13

reaksi yang menjadi interaksi antara guru dan siswa mempunyai fungsi berbeda,
yaitu guru berfungsi sebagai pengajar dan siswa berfungsi sebagaai pelajar.
Dalam proses pembelajaran,siswa sering dihadapkan dengan berbagai hambatan
dalam menerima pelajaran yang di ajarkan. Untuk itu diperlukan adanya binaan
dari guru.
2. Definisi Literasi Anak Usia Dini
Literasi yang dalam bahasa Inggrisnya Literacy berasal dari bahasa
Latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem
tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya. Kendatipun demikian, literasi
utamanya berhubungan dengan bahasa dan bagaimana bahasa itu digunakan.
Lebih lanjut Literasi merupakan kemampuan yang terkait dengan kemampuan
membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Sependapat yang disampaikan oleh
Laurie & Whitehead (2004) mengemukakan bahwa literasi anak merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan, membaca, menulis, menyimak dan berbica.
Literasi menurut kemendikbud (2016:2) adalah kemampuan
mengakses,memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai
aktivitas,antara lain membaca,melihat,menyimak,menulis dan berbicara.
Secara sederhana, literasi berarti kemampuan membaca dan menulis, atau
melek aksara (Resmini, 2013). Dalam konteks sekarang, literasi memiliki arti
yang sangat luas. Literasi dapat berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis,
dan peka terhadap lingkungan sekitar. Widayati (2011) mendefinisikan literasi
kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan informasi
tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga mendatangkan
manfaat bagi masyarakat. Lebih jauh, seorang baru dapat dikatakan literat jika ia
sudah dapat memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu
berdasarkan pemahaman bacaannya.
Menurut hemat Justice dan Kaderavek (2002) mengatakan bahwa periode
literasi anak mulai dari lahir sampai dengan usia enam tahun. Pada periode
tersebut anak-anak memperoleh pengetahuan tentang membaca dan menulis tidak
melalui pengajaran, tetapi melalui perilaku yang sederhana dengan mengamati
14

dan berpartisipasi pada aktivitas yang berkaitan dengan literasi. Pengajaran formal
tidak selalu diperlukan untuk mengembangkan literasi emergen. Dengan
mengamati orang yang melakukan aktivitas literasi dan berpartisipasi dengan
aktivitas tersebut maka anak akan memperoleh kemampuan yang merupakan
prasyarat penting untuk mengembangkan membaca konvensional.
Menurut Nutbrown & Claugh (2015) mengemukakan bahwa pengenalan
literasi bagi anak anak mulai dikembangakan terlebih di Inggris sejak tahun 1980-
an karena para guru dan peneliti melihat jika pentingnya mengenalkan atau
membelajarkan literasi membaca dan menulis bagi anak usia dini. Senada yang
disampaikan oleh Chomsky (Subyantoro, 2012) pemerolehan literasi anak pada
dasarnya ia akan menginternalisasikan sistem kaidah yang berhubungan dengan
bunyi dan makna secara khusus dan anak memperoleh kemampuan lietrasi dengan
cara yang sangat menakjubkan.
Lebih lanjut Montessori dan Maturationis (Moriison, 2013) mengemukakan
bahwa, penguasaan bahasa adalah pembawaan lahir pada semua anak tanpa
memandang budaya dan agamnya. Artinya bahwa sejak lahir sampai dengan usia
6 tahun anak usia dini sudah mempunyai kemampuan dalam literasi, meskipun
tidak belajar secara khusus tetapi anak belajar bahasa memlalui interaksi dengan
lingkungan dimana anak tinggal.
Anak memiliki Pengalaman literasi sebelum mereka pergi ke sekolah dan
apa yang mereka ketahui tentang keaksaraan sangat penting bagi perkembangan
mereka. Anak belajar aksaraan pertama kali didapat dari rumah mereka masing-
masing melalui interaksi dengan orang tua dan dengan cara yang menyenangkan
tanpa adanya intimidasi (Makin 1L, & Whitehead M, 2004). Gambaran
lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang kondusif menstimulasi
kemampuan literasi anak mengenai kemampuan mambaca dan menulis Nutbrown
& Claugh (2015). Kemampuan literasi awal anak adalah suatu proses kemampuan
yang dimulai pada saat lahir dan terus berkembangn selama masa hidup. Anak-
anak mempelajari literasi dengan cara yang sangat menakjubkan. Menurut
15

Montessori (Morrison, 2013) mengemukakan bahwa, penguasaan bahasa adalah


pembawaan lahir pada semua anak tanpa memandang budaya dan agamnya.
Menurut Hasan (2010), minat anak untuk membaca tidak lepas pula dari
kebiasaan orang tuanya. Oleh karena itu orang tua hendaknya membuat 3 (tiga)
lingkungan keluarga yang kondusif dan membangkitkan minat belajar baca-tulis.
Kesadaran orang tua terhadap pengembangan literasi anak diperlihatkan dengan
keterlibatan orang tua dalam aktifitas literasi anak.
Menurut Curtis (2003), keterlibatan orang tua diidentikan dengan kerjasama
dengan orang tua. Dalam hal ini, keterlibatan orang tua adalah segala usaha yang
dilakukan oleh orang tua untuk menjalankan sebuah program atau aktifitas dalam
perkembangan literasi anak. Penelitian oleh Reutzel, dkk (2006) menunjukkan
bahwa keterlibatan orang tua dan guru dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca dan menulis. Namun, yang terjadi saat ini adalah orang tua
cenderung melimpahkan pembelajaran literasi kepada guru PAUD.
Iswidharmanjaya (2008) menyatakan bahwa, banyak orang tua khususnya di
Indonesia yang berpikir bahwa anak-anaknya dapat mulai belajar ketika ia
bersekolah. Oleh karena itu kebanyakan orang tua menyerahkan pendidikan
sepenuhnya ada di tangan para pendidik di sekolah (Iswidharmanjaya, 2008).
Pemaparan Iswidharmanjaya tersebut berkaitan dengan persepsi yang dimiliki 5
oleh orang tua, yaitu orang tua mepersepsikan anak siap belajar ketika anak telah
bersekolah. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang
kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Sehingga persepsi orang tua dapat
menentukan cara orang tua terlibat dalam pengembangan literasi dasar anak.
Selanjutnya,
Davidov (dalam Walgito, 2003), meyatakan bahwa dengan persepsi
individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada
disekitarnya, dan juga tentang keadaan individu yang bersangkutan. Persepsi
merupakan proses yang integrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu
seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan, dan
aspekaspek lain yang ada dalam individu akan terlibat dalam persepsi tersebut.
16

Sehingga meskipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama,


kemampuan berpikir tidak sama, dan kerangka acuan tidak sama, maka hasil
persepsi individu satu dengan yang lainnya tidak akan sama (Walgito, 2003).
Menurut Burns dkk (dalam Adhim, 2004), kesiapan membaca pada anak
dapat dirangsang dengan memberikan pengalaman pramembaca (prereading
experience). Inilah yang sekarang disebut dengan emergent literacy, yaitu
anakanak mulai dikenalkan dengan tulisan namun dengan kegiatan yang lebih
menyenangkan, bukan langsung pada ketrampilan membaca. Yang terpenting
dalam hal ini adalah anak mulai memiliki ketertarikan dengan buku, walaupun
hanya melihat sampul buku atau melihat gambar-gambar didalamnya. Dua
pandangan ini memang telah menjadi perdebatan panjang oleh para orang tua
yaitu kapan waktu yang tepat mengajarkan anak mengenai baca tulis terutama saat
ini banyak TK yang telah mengajarkan baca tulis sebagai persiapan anak masuk
ke Sekolah Dasar (SD).
Kemampuan berbahasa sangat dibutuhkan anak untuk berkomunikasi, atau
berhubungan dengan orang lain. Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa anak didiknya adalah dengan menggunakan
metode karya wisata.(Nurbiana Dhieni, dkk, 2008)
Menurut Clay dalam Musfiroh (2009, hal.23) anak belajar bahasa secara
otentik, holistik dan bertujuan. Cara tersebut membangkitkan dan
mengembangkan kontrol anak terhadap bahasa tulis. Menurut Alwasilah
(2012,hal.160) literasi adalah memahami, melibatkan, menggunakan,
menganalisis dan mentransformasi teks.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa literasi berhubungan erat
dengan kemampuan menulis dan membaca. Kemampuan menulis dan membaca
pada anak dimulai dengan kemampuan berbahasa atau berkomunikasi.
Kemampuan berbahasa di mualai sejak bayi berkomunikasi dengan menangis
kemudian merespon orang terdekat dengan cara tersenyum dan mengoceh. Dari
ocehan tersebut kemudian berkembang menjadi kata dan kalimat selanjutnya
bercerita atau mendengarkan cerita di usia 2-3 tahun. Sejak itu mulailah
17

kemampuan literasi berkembang. Kemapuan literasi atau kemampuan berbahasa


pada anak-anak bertahap berkembang dari melakukan ekspresi menjadi
berekspresi dengan komunikasi mereka dapat menggunakan bahasa dengan
berbagai cara seperti bertanya,berdialog dan bernyanyi.
Allah menciptakan bahasa supaya manusia dapat berkomunikasi dan saling
kenal mengenal selanjutnya dapat saling tolong menolong. Walaupun dengan
bahasa pula manusia bisa saling menyakiti. Tetapi dengan bahasa ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat berkembang luas.
Tahapan penguasaan bahsa pada masa anak-anak menurut Hetherington
dalam Izzaty(2005,hal 61) adalah:
1.Usia 36-48 bulan :
a.Menggunakan pertanyaan “Ya/tidak” kalimat bertanya,kalimat negatif dan
kalimat perintah.
b.Menggunakan klausa untuk penekanan pada kalimat yang dimaksud.
c.Mengkoordinasikan kalimat-kalimat dengan menggunakan preposisi.
2.Usia 48-50 bulan
a.Menggunakan aturan pragmatik dalam berkomunikasi
b.Menggunakan kata-kata humor dan perumpamaan.
3.5 Tahun ke atas
a.Menggunakan kompleks sintaksis
b.Kosa kata mencapai 14000
c.Perkembangan kesadran metalinguistik( kesadaran akan belajar mengenai
fungsi bahasa yang benar)
3. Prinsip Pembelajaran Literasi Pada AUD
Menurut Kern (2000) Terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi
diantarannya yaitu: Pertama; Literasi melibatkan interpretasi; Penulis/pembicara
dan pembaca/pendengar berpartisipasi dalam tindak interpretasi, yakni:
penulis/pembicara menginterpretasikan dunia (peristiwa, pengalaman, gagasan,
perasaan, dan lain-lain), dan pembaca/pendengar kemudian mengiterpretasikan
interpretasi penulis/pembicara dalam bentuk konsepsinya sendiri tentang dunia.
18

Kedua; Literasi melibatkan kolaborasi; Terdapat kerjasama antara dua


pihak yakni penulis/pembicara dan pembaca/pendengar. Kerjasama yang
dimaksud itu dalam upaya mencapai suatu pemahaman bersama.
Penulis/pembicara memutuskan apa yang harus ditulis/dikatakan atau yang tidak
perlu ditulis/dikatakan berdasarkan pemahaman mereka terhadap
pembaca/pendengarnya. Sementara pembaca/pendengar mencurahkan motivasi,
pengetahuan, dan pengalaman mereka agar dapat membuat teks penulis bermakna.
Ketiga; Literasi melibatkan konvensi; Orang-orang membaca dan menulis
atau menyimak dan berbicara itu ditentukan oleh konvensi/kesepakatan kultural
(tidak universal) yang berkembang melalui penggunaan dan dimodifikasi untuk
tujuan-tujuan individual. Konvensi disini mencakup aturan-aturan bahasa baik
lisan maupun tertulis.
Keempat; Literasi melibatkan pengetahuan kultural; Membaca dan menulis
atau menyimak dan berbicara berfungsi dalam sistem- sistem sikap, keyakinan,
kebiasaan, cita-cita, dan nilai tertentu. Sehingga orang- orang yang berada di luar
suatu sistem budaya itu rentan/beresiko salah/keliru dipahami oleh orang-orang
yang berada dalam sistem budaya tersebut.
Kelima; Literasi melibatkan pemecahan masalah; Karena kata-kata selalu
melekat pada konteks linguistik dan situasi yang melingkupinya, maka tindak
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis itu melibatkan upaya
membayangkan hubungan-hubungan di antara kata-kata, frase- frase, kalimat-
kalimat, unit-unit makna, teks-teks, dan dunia-dunia. Upaya membayangkan,
memikirkan, mempertimbangkan ini merupakan suatu bentuk pemecahan
masalah.
Keenam; Literasi melibatkan refleksi dan refleksi diri; Pembaca/pendengar
dan penulis/pembicara memikirkan bahasa dan hubungan- hubungannya dengan
dunia dan diri mereka sendiri. Setelah mereka berada dalam situasi komunikasi
mereka memikirkan apa yang telah mereka katakan, bagaimana mengatakannya,
dan mengapa mengatakan hal tersebut.
19

Ketujuh; Literasi melibatkan penggunaan bahasa; Literasi tidaklah sebatas


pada sistem-sistem bahasa (lisan/tertulis) melaikan mensyaratkan pengetahuan
tentang bagaimana bahasa itu digunakan baik dalam konteks lisan maupun tertulis
untuk menciptakan sebuah wacana/diskursus.
4. Macam-macam literasi
Ruang lingkup literasi seperti konsep kemampuan berbahasa terbagi atas
empat aspek atau biasa disebut “Caturtunggal Bahasa” atau kemapuan
berbahasa.dalam ilmu bahasa,keterampilan berbahasa merupakan hal yang penting
bagi seorang pelajar khususnya,karena ketika orang bisa menguasai keterampilan
berbahasa seorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami
suatu maksud.
Farid ahmadi dkk (2019:24) sejak lama membagi keterampilan berbahasa
meliputi empat aspek. Empat aspek tersebut,yaitu :
a. Keterampilan menyimak.
b. Ketampilan berbicara.
c. Keterampilan membaca.
d. Keterampilan menulis.
Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubungannya dengan keterampilan
yang lainnya dengan cara yang memang braneka ragam. Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa,biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang
terakhir: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian
berbicara;sesudah itu kita membaca dan menulis . menyimak dan berbicara kita
pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari
sekolah.keempat keterampilan tersebut pada dasarnya memang merupakan satu
kesatuan biasa disebut ”Caturtunggal”.
Selanjutnya,setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses
berpikir yang mendasari adalah bahasa. Bahasa seorang mencerminkan
pikirannya. Semakin terampil seorang berbahasa, semakin cerah dan jelaskan
jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan
20

praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berati pula melatih
keterampilan berfikir.Farid ahmadi dkk (2019:24).
Adapun keterampilan berbahasa itu sendiri meliputi:
a. Menyimak dan berbicara
Menurut kamus besar bahasa indonesia, menyimak adalah
mendengarkan(memperhatikan ) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca
orang. Sedangkan berbicara berkata,bercakap,berbahasa. Menyimak dan
berbicara merupakan kegiatan komunikasi tatap muka atau face to face
communication ( Farid ahmadi dkk 2019:24).
Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat,hubungan
ini terdapat pada hal-hal berikut:
1. Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru
(imitation). Oleh karena itu, model atau contoh yang disimak serta direkam
oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.
2. Ujaran sang anak mencerminkan pemkaian bahasa di rumah dan dalam
masyarakat tempatnya hidup. Hal ini terlihat dalam ucapan,intonasi
kosakata, penggunaan kata-kata pola-pola kalimatnya.
3. Meningkatnya sebuah keterampilan menyimak berarti pula membantu
meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
4. Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara
pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu, sang anak akan tergolong
kalau dia mendengar serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dan benar dari
para guru,rekaman-rekaman yang bermutu,cerita-cerita yang bernilai tinggi
dan lain-lain.
b. Menyimak dan membaca
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membac adalah melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis,menjaga atau melafalkan apa yang tertulis.
Menyimak dan membaca mempunyai persamaan,kedua-duanya bersifat
reseptif,bersifat menerima (Brook,1964:134), perbedaanya menyimak
21

menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima


informasi dari kegiatan menulis.
Agar mendapat gambaran yang lebih jelas,perhatikan bagan berikut ini:
Menyimak, Lisan (hasil kegiatan berbicara), Membaca, Reseptif (menerima
informasi dari sumber) dan Tulisan (hasil kegiatan menulis)
Keterampilan menyimak juga merupakan faktor penting bagi
keberhasilan seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Penelitian para
pakar atau ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan anatara membaca dan
menyimak, sebagai berikut:
1. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan oleh
sabagian guru melalui bahasa lisan,dan kemampuan sang anak untuk
menyimak dengan pemahaman sangat penting sekali.
2. Menyimak merupakan cara atau metode utama bagi pelajaran lisan (
verbalized learning), selama betahun-tahun permulaan sekolah. Perlu dicatat
misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah meneruskan
pelajarannya di kelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak menyimak
daripada membaca.
3. Walaupun menyimak pemahaman (listening kemprehension) lebih unggul
daripada membaca pemahaman (reading komprehension) anak-anak sering
gagal memahaminya, dan tetap menyimpan,memakai menguasai sejumlah
pakta yang merekan dengar atau mereka simak.
4. Oleh karena itu, para siswa membutuhkan bimbingan dalam belajar
menyimak lebih efektif dan lebih tertutup lagi agar pengajaran itu lebih baik.
5. Kosa kata simak (listening vocabulary) yang sangat terbatas mempunyai
kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.
6. Menyimak turut membantu anak untuk menanggapi ide pokok atau gagasan
utama yang diajukan oleh sang pembaca.
Tujuan menyimak dan membaca terbagi atas beberapa hal:
1. Untuk membedakan dn menemukan unsur-unsur fonetik dan struktur kata
lisan.
22

2. Mempergunkan cuplikan-cuplikan yang mengandung kata-kata yang


bersajak.
3. Untuk memperkenalkan bunyi-bunyi,kata-kata atau ide-ide baru kepada
penyimak
4. Membaca nyaring,langsung,atau buatan. Adalam hal ini rekaman dapat
digunakan.
5. Menyimak secara terperinci agar dapat menginterpretasikan ide pokok dan
juga menanggapinya secara tepat.
6. Sesudah menyimak,menunjukan ide pokok beserta detail-detail yang
terpancar darinya.
7. Memahami kalimat penunjuk itu terjadi dalam posisi yang beraneka ragam.
c. Berbicara dan Membaca
Berbicara ialah bentuk komunikasi denga menggunakan media
bahasa,berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-
ujaran. Beberapa penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat
antara perkembangan kecakapan berbahasa lisan dan kesiapan
membaca.telaaah-telaah tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan-
kemampuan umum berbahasa lisan turut melengkapi suatu latarbelakang
pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan bagi pelajaran membaca.
Kemampuan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancar,kosa kata
yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap dan
sempurna bila diperukan,pembedaan-pembedaan pendengaran yang tepat dan
kemapuan mengikuti serta menelusuri perkembangan suatu cerita. Selain itu
juga, menghubungkan ankea kejadian dalam urutan yang wajar.
Aneka hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat
kita ketahui dalam beberapa telaah penelitian,antara lain:
1. Performa atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan
berbahasa lisan.
2. Pola-pola ujaran tuna aksara atau buta huruf mungkin sekali mengganggu
pelajaran membaca bagi anak-anak.
23

3. Jika pada tahun-tahun permulaan sekolah,ujaran membentuk suatu dasar bagi


pelajaran membaca,membaca bagi anak-anak yang lebi tinggi kelasnya turut
membantu meningkatkan bahasa lisan mereka, misalnya: kesadaran
linguistik mereka terhadap kata-kata baru atau istilah-istilah baru, struktur
kalimat yang lebih baik dan efektif,serta penggunaan kata-kata yang tepat.

d. Ekspresi lisan dan Tulisan


Kamus besar bahasa indonesia (KBBI) menjelaskan ekspresi merupakan
sebuah pengungkapan atau proses menyatakan meksud dan gagasan perasaan.
Kemudian kata lisan diartikan sebagai lidah,kata-kata yang diucapkan dan
berkenaan dengan kata yang diungkapkan. Serta kata tulis merupakan huruf
(angka dan sebagainya) yang dibuat dengan pena (pensil),cat dan sebagainya).
Jadi dapat diketahui bahwa ekspresi lisan merupakan pengungkapan
yang di implementasikan melalui perkataan maupun ungkapan secara langsung.
Kemudian ekspresi tulis adalah pengungkapan yang di implementasikan melalui
mediumisasi huruf ataupun angka (tulisan0.
Pada dasarnya kommunikasi lisan dan juga komunikasi tulis erat sekali
hubungannya karena keduanya memang mempunyai banyak kesejajaran bahkan
kesamaan,antara lain:
1. Sang anak belajar berbicra jauh sebelum dia dapat menulis,sedangkan
kosakata,pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri
kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
2. Aneka perbedaan pun terdapat antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis.
Ekspresi lisan cenderung ke arah kurang berstruktur,lebih sering berubah-
ubah ,tidak tetapitetapi biasanya lebih kacau serta membingungkan daripada
ekspresi tulis,sebaliknya, komunikasi tulis cenderung lebih unggul dalam isi
pikiran maupun struktur kalimat,lebih formal dalam gaya bahasa,jauh lebih
teratur dalam penyajian ide-ide. Sang penulis biasanya telah memikirkan
dalam setiap kalimat sebelum ia menulis naskahnya.
24

Menyimak dan membaca berhubungan erat sebagai alat menerima


komunikasi. Berbicara dan menulis,di sisni juga berhubungan erat dalam hal
mengekspresikan mana. Seorang maha siswa saat membuat catatan ketika dia
menyimak atau membaca. Seorang pembicara menafsirkan respons pendengar
terhadap suaranya sendiri. Dalam percakapan,jelas terlihat bahwa berbicara da
menyimak hampir-hampir merupakan proses sama Farid ahmadi dkk(2019:29)
Dari penjelasan Farid ahmadi dkk (2019:29) dapat disimpulkan ruang
lingkup literasi meliputi keterampilan berbahasa yang di dalamnya merupakan hal
penting bagi seorang pelajar khususnya,karena dengan menguasai keterampilan
berbahasa,seorang akan lebih mudah dalam menangkap ilmu pengetahuan.
Keterampilan berbahasa anak meliputi beberapa aspek, yaitu keterampilan
menyimak/mendengarkan,lalu keterampilan berbicara,keterampilan
membaca,keterampilan menulis dan keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis.
5. Bahasa
a. Pengertian Bahasa
Badudu mengemukakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau
komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang
menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya.bahasa sebagai sistem bunyi
yang sering digunakan masyarakat dalam rangka bekerja sama, berinteraksi
dengan mengidentifikasi diri. (Gunarti Winda, dkk. 2008, hal 135).Dari
pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi
antar seseorang untuk menyampaikan informasi melalui kombinasi symbol-
simbol sesuai dengan ketentuan atau sistem komunikasi yang digunakan
seseorang untuk memperoleh informasi.
Kecerdasan linguistik (bahasa) adalah kemampuan dalam mengolah
kata atau menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun
tertulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi,
meyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata
yang diucapkan. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan
25

berbagai informasi yang berkaitan dengan proses berpikirnya. ( Soefandi Indra,


dkk: 58)
Kecerdasan linguistik-verbal mengacu pada kemampuan untuk
menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini
secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran ini
dalam berbicara, membaca dan menulis. Kecerdasan verbal penting bukan
hanya untuk keterampilan berkomunikasi melainkan juga penting untuk
mengungkapkan pikiran, keinginan dan pendapat seseorang.
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa kecerdasan bahasa
adalah kecerdasan dalam mengolah kata atau kemampuan menggunakan kata
secara efektif baik lisan maupun tertulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini
dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan
efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Kecerdasan ini memiliki empat
keterampilan yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara.
b. Perkembangan Bahasa Anak
Anak-anak usia dini adalah masa yang sangat penting dalam
perkembangan bahasannya. Bahasa anak adalah sistem simbol lisan yang
digunakan anak. Sistem tersebut digunakan untuk berkomunikasi dengan orang
lain yang mengacu pada bahasa tertentu,seperti bahasa indonesia,bahasa
jawa,bahsa inggris.(Daryanto, 2010:110). Bahasa mencakup setiap sarana
komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan
makna kepada orang lain.(Musfiroh Tadkiroatun, 2010 :109)
Semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa,sejak lahir
manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk memperlajari bahasa
dengan sendirinya, Wardhani & Asmawulan menjelaskan bahasa adalah
rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran,perasaan dan sikap manusia.
Dengan menggunakan bahasa anak akan tumbuh dan berkembang menjadi
manusia dewasa yang dapat bergaul di tengah-tengah masyarakat.
Rice mengungkapkan banyak peneliti mengenai penguasaan bahsa
menyakini bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas mampu
26

menguasai bahsa ibu mereka tanpa terlebih dahulu diajarkan secara khusus dan
tanpa penguatan yang jelas.
Menurut Vygosky,ada tiga tahapan perkembangan bahsa anak yang
menentukan tingkat perekambangan berpikir,yaitu tahap
eksternal,egosentris,dan internal. Pertama tahap eksternal yaitu tahap berfikir
dengan sumber berpikir anak berasal dari luar dirinya. Sumber eksternal
tersebut terutama dari orang dewasa yang memberi pengarahan kepada anak
dengan cara tertentu. Kedua tahap egosentris, yaitu tahap ketika pembicaraan
orang deawasa tidak lagi menjadi persyaratan dengan suara khas,anak akan
berbicara seperti jalan pikirannya. Ketiga tahap internal,yaitu tahap ketika anak
dapat menghayati proses berpikir.(Elisabet Hurlock,1978:11)
Perkembangan bahasa anak melalui cara-cara yang sistematis dan
berkembangan secara bersama-sama. Anak melewati tahapan yang
sama,meskipun dengan waktu yang berbeda,tergantung pada latar belakang
kehidupan anak. Sekalipun berbeda komponen-komponen dalam bahasa tidak
berubah,komponen tersebut diorganisasikan dalam lima sistem aturan:
a. Fonologi adalah sistem dari suatu bahasa, termasuk suara-suara yang
digunakan dan bagaimana suara-suara tersebut dikombinasikan. Berkenaan
dengan adanya pertumbuhan dan produksi sistem bunyi dalam bahasa;
b. Morfologi brkenaan dengan pertumbuhan dan produksi arti bahasa;
c. Sintaksis meliputi bagaimana kata-kata dikombinasikan sehingga
membentuk frasa-frasa dan kalimat-kalimat yang dapat dimengerti;
d. Semantik mengacu pada makna kata dan kalimat;
e. Pragmatik adalah penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks-konteks
yang berbeda.
Secara naluriah,anak memiliki potensi untuk berkomunikasi dengan
lingkungan yang telah di wujudkan sejak lahir. Beriku ini beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan bahsa anak:
27

a. Pengaruh biologis terhadap perkembangan bahasa anak


Chomsky menyatakan bahwa anak-anak dilahirkan ke dunia dengan
alat penguasa language Acquisition Device (LAD), yaitu suatu keterikatan
biologis yang memudahkan anak untuk mendeteksi kategori bahasa
teretentu, seperti fonologi,sintaksis, dan semantik. LAD menurut Chomsky
adalah suatu kemampuan tata bahasa bawaan yang mendasari semua bahsa.
b. Pengaruh intelektual terhadap perkembangan bahasa
Lingkungan yang berperan besar dalam perkembangan awal bahasa
anak adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial pertama yaitu keluarga,
lingkungan sosial kedua yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak
adalah sekolah. Yaitu anak mulai berinteraksi dengan teman sebayanya,
ibu/bapak guru dan orang deawsa lainnya.(Ahmad Susanto, 2017 :165)
c. Teori teori perkembangan dasar bahasa anak
Teori nativis, teori nativis ini berpandangan bahwa ada unsur
keterkaitan yang erat antara faktor biologis dengan perkembangan bahasa.
Para ahli nativis berpendapat bahwa kemampuan berbahasa sifatnya ini
sangat natural (bawaan), sering dengan pertumbuhan fisik dan mental anak
maka perkmbangan bahasa menjadi lebih baik dan meningkat. Para ahli
nativis juga meyakini bahwa anak-anak menginternalisasi aturan tata bahasa
sehingga mereka dapat menyusun berbagai macam kalimat tanpa
latihan,penguatan,maupun meniru bahasa orang dewasa. Jadi teori nativis
ini lebih cenderung pada kemapuan internal tiap-tiap anak dan
perkembangan bahsa berjalan seiring dengan kematangan otak.
Teori Behavioristik, teori behavioristik beranggapan bahwa bahsa
merupakan masalah respons dan seuah imitasi, yaitu bahasa dipelajari
melalui pembiasaan dari lingkungan dan merupakan hasil imitasi terhadap
orang dewasa. Dengan kata lain perkembangan bahasa menurut teori
behavioristik berasal dari luar atau disebut dengan faktor eksternal,
perkembangan bahasa pada anak usia dini diperoleh melalui pergaulan dan
interaksi yang diperoleh anak dengan teman sebayanya atau orang dewasa.
28

Teori perkembangan kognitif beranggapan bahwa berpikir sebagai


persyaratan berbahasa, bahsa terus berkembangan sebagai hasil dari
pengalaman dan penalaran. Teori perkembangan kognitif lebih menekankan
pada proses berpikir dan penalaran. Salah satu tokoh teori perkembangan
kognitif adalah Jean Peaget, ia mengungkapkan bahwa perkembangan
bahasa bersifat progresif dan terjadi pada setiap tahap perkembangan,artinya
perkembangan bahsa anak berkaitan erat dengan berbagai kegiatan
anak,objek daan kejadian yang mereka alami. Selain Piaget, Vygotsky
menyatakan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak berkaitan erat
dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan. Jadi, para ahli
perkembangan kognitif menyakini bahwa perkembangan bahasa ada
kaitannya dengan hubungan antara anak,orang dewasa, dan lingkungan
sosialnya. Dengan adanya interaksi yang harmonis antara anak,orang
dewasa dan orang-orang yang ada di sekitar lingkunga,maka anak tersebut
dapat meningkatkan kemampuan bahasannya.(Ahmad Susanto 2017: 163-
165)
6.Metode karyawisata
a. Pengertian Karyawisata Bagi Anak Usia Dini
Karyawisata merupakan salah satu metode melaksanakan kegiatan
pengajaran di taman kanak-kanak dengan cara mengamati dunia sesuai
dengan kenytaan yang ada secara lansung yang meliputi
manusia,hewan,tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya. Dengan
mengamati secara langsung anak memperoleh kesan yang sesuai dengan
pengamatannya. Dan pengamatan ini diperoleh melalui panca indra yakni
mata, telinga, lidah, hidung atau penglihatan, pendengaran, pengecapan,
pembauan,dan perabaan.
Hasil penglihatan oleh mata memberi informasi tentang kesan
pengamatan (persepsi penglihatan) mengenai bentuk (segitiga, bundar,
persegi, dan sebagainya); dan ukuran (besar, kecil, tinggi, rendah, pendek,
dan sebagainnya).
29

Persepsi penglihatan ini membantu anak mengembangkan


perbendaharaan pengetahuan dan memperluas wawasan. Anak dapat
mengetahui bahwa:
a) Setiap benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, orang itu mempunyai
sifat-sifat yang dapat dilihat dan dideskripsikan.
b) Benda-benda itu dapat dibandingkan berdasarkan persamaan dan
perbedaan dalam warna, bentuk, dan ukurannya.
c) Benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan, ataupun orang dapat
digolongkan berdasarkan kesamaan sifat yang dimiliki ke dalam
satu kelompok.
Indra pembauan pada hidung memberikan informasi melalui persepsi
pembauan tentang bermacam bau benda dan gas. Sedikitnya anak
memperoleh persepsi pembauan seperti bau harum, busuk, amis, sangit, dan
sebagainnya.
Persepsi pembauan akan membantu anak mengembangkan perbendaraan
pengetahuan dan memperluas wawasan :anak dapat mengetahui bahwa:
a) Setiap benda itu mempunyai sifat yang dapat dicium dan dapat
dideskripsikan sifat baunya.
b) Benda–benda itu dapat dibamdingkan berdasarkan persamaan dan
perbedaan baunya.
c) Benda-benda itu dapat digolongkan berdasarkan kesamaan bau
dalam satu penggolongan.
Indra pendengaran yang ada telinga memberi informasi dalam bentuk
persepsi auditif tentang berbagai suara,misalnya suara anak menangis,burung
berkicau,mesin berderu,lonceng berdentang, dan sebagainya.
Persepsi auditif akan membantu anak mengembangkan pendaraan
pengetahuan dan memperluas wawasan: anak dapat mengetahui bahwa:
a) Setiap bunyi itu mempunyai sumber suara dan dapat
dideskripsikan.
30

b) Bunyi-bunyian itu dapat dibandingkan berdasarkan persamaan


dan sumber suaranya.
c) Bunyi-bunyian itu dapat digolongkan berdasarkan kesamaan sifat
bunyi ke dalam satu penggolongan.
Indra pengecapan yang terdapat pada lidah memberi informasi berupa
persepsi pengecapan tentang berbagai rasa seperti misalnya rasa
pahit,manis,asam,asin,dan sebagainya.persepsi pengecapan ini membantu
anak mengembangkan perbedaharaan pengetahuan dan memperluas
wawasan:anak dapat mengetahui bahwa:
a) Setiap benda itu mempunyai sifat-sifat yang dapat dirasa oleh
lidah dan dapat dideskripsikan rasanya.
b) Benda-benda itu dapat dibandingkan berdasarkan persamaan dan
perbedaa rasanya.
c) Benda-benda itu dapat digolongkan berdasarkan kesamaan rasa
dalam satu penggolongan.
Indra perabaan yang terdapat dalam kulit memberi informasi kesan
pengamatan tekanan, rasa sakit, panas, dingin, kasar, halus, lunak, keras.
Informasi tentang kesan pengamatan melalui kulit itu membantu anak
mengembangkan perbendaharaan pengetahuan dan memprluas wawasan:
a) Setiap benda itu mempunyai sifat-sifat yangdapat diraba dan
dapat dideskripsikan.
b) Benda-benda itu dapat dibandingkan berdasarkan persamaan dan
perbedaan dalam sifat panas/dinging, kasar/halus, keras/lunak.
c) Benda-benda itu dapat digolongkan berdasarkan kesamaan sifat
panas/dingin, kasar/halus, keras/lunak.
Jadi,ank Tk dengan menggunakan ke lima indranya untuk mengamati
dunia kenyataan secara langsung dalam kegiatan karyawisata dapat
mengembangkan pengetahuan dan memperluas wawasan,(Setiap benda itu
mempunyai sifat-sifat yang dapat dilihat, dibau, didengar, dirasakan dan
diraba serta dapat dideskripsikan).
31

Karena proses belajar anak usia dini lebih ditekankan pada “Berbuat”
dari pada mendeganrkan ceramah, maka mengajar anak usia dini itu lebih
merupakan pemberian bahan dan aktivitas sedemikian rupa sehingga anak
belajar menurut pengalamannya sendiri dan membuat kesimpulan dengan
pikirannya sendiri. Ini berarti bahwa melalui karyawisata diharapkan anak
mendapatkan kesempatan yang luas untuk melakukan kegiatan dan
dihadapkan dengan berbagai macam bahan yang dapat menarik perhatiannya,
memenuhi kebutuhan rasa ingin tahunya, dan mengadakan kajian terhadap
fakta yang dihadapi secara langsung. Karyawisata memberi kesempatan anak
untuk melihat, mendengar, membau,mengecap, dan meraba tentang benda-
benda yang sesuai dengan memperoleh bermacam pengalaman dari tangan
pertama tersebut hal-hal yang menarik perhatiannya akan mendorong anak
ingin mengetahui dan mengkaji lebih lanjut semua hal yang
dipersepsikannya.(Moeslichatoen R 2004:70).
b. Manfaat Karyawisata bagi anak TK
Karyawisata bagi anak TK dapat dipergunakan merangsang minat
mereka terhadap sesuatu,memperluas informasi yang telah di peroleh di kelas,
memberikan pengalaman mengenai kenyataan yang ada dan dapat menambah
wawasan (Moeslichatoen R 2004: 71).
Melalui karyawisata anak TK mendapat kesempatan untuk
menumbuhkan minat tentang sesuatu hal, misalnya untuk mengembangkan
minat tentang dunia hewan anak dibawa ke kebun bintanatang. Mereka
mendapat kesempatan untuk mengamati tingkah laku binatang yang ada di
situ. Dengan mengamati berbagai macam binatang maka tumbuh minat untuk
mengamati lebih lanjut binatang yang menarik perhatiannya. Minat tersebut
menimbulkan dorongan untuk memperoleh informasi lebih lanjut seperti
informasi tentang kehidupannya, asalnya, makanannya, cara berkembang
biaknya, tempat tinggalnya, cara mengasuh anaknya, dan sebagainnya.
Sebagai bekal karyawisata anak perlu lebih dahulu memperoleh informsi
di kelas mengenai beberapa hal (binatang, tumbuh-tumbuhan, dan
32

sebagainnya) yang akan di amati. Dengan demikian karyawisata merupakan


pengalaman puncak sesudah anak mengikuti kegiatan belajar dikelas.
Pengalaman anak di dunia yang nyata lebih mengesankan daripada informasi
yang diperoleh dikelas.
Karyawisata dapat pula menjadi batu loncatan untuk melakukan kegiatan
yang lain. Informasi-informasi yang diperoleh anak di dunia nyata merupakan
masukan dalam kegiatan belajar selanjutnya yang akan memperkaya isi
kegiatan belajar di kelas. Misanya dalam kegiatan bermain membangun,
menggambar, dan bermain drama melalui kegiatan tersebut anak dapat
mengaitkannya dengan pengalaman yang diperolehnya melalui kegiatan
karyawisata.
Hal ini sesuai dengan pendapat Freunbel, yang mengatakan bahwa apa
yang ingin ditampilkan dan dilakukan oleh anak berangkat dari
pemahamannya tentang sesuatu yang diamati (Moeslichatoen R 2004: 72).
Untuk mencerna pengamatannya itu anak membutuhkan waktu. Tidak
mungkin demikian selesai melaksanakan karyawisata anak mampu
memproduksi apa yang diamati anak memerlukan beberapa hari untuk
memncoba memproduksi pengalammannya itu.
Setelah mengamati berbagai hal dalam kegiatan karyawisata, ada dua hal
yang mungkin dilakukan oleh anak :
a) Berusaha untuk mempertajam kesan pengamatannya sehingga
memperjelas pengertian tentang hal : kantor pos, kebun bintang,
pabrik roti dan sebagainnya. Pemahaman merupakan penguatan
bagi anak untuk mempelajari lebih lanjut hal yang diminatinnya.
b) Bersaha untuk mereproduksikan hal-hal yang yang diamati.
Reproduksi lebih mudah dikomunikasikan kepada guru atau anak
lain dibandingkan bila dikemukakan melalui kata-kata.
Semakin banyak perbendaharaan pengetahuan anak tentang dunia nyata
semakin cepat perkembangan kognisi mereka terutama dalam kemampuan
berpikir konvergen,divergen, dan kemampuan membuat penilaian.
33

Berfikir konvergen merupakan kemampuan kognisi anak untuk


menggunakan informasi yang diperoleh sebagai dasar untuk memecahkan
masalah. Semakin banyak pengalaman diperoleh dari dunia nyata, semakin
mantap pula cara anak memcahkan masalah.
Kemampuan berfikir divergen adalah kemampuan berfikir yang
berangkat dari bermacam informasi yang diperoleh anak dalam rangka
mencari cara-cara baru bagi pemecahan masalah, yaitu cara yang berbeda
dengan cara yang sudah di ketahui.
Kemampuan membuat penilaian diperoleh anak dengan cara
membandingkan berbagai informasi yang dipeoleh dari tangan pertama
dengan pengalaman selanjutnya serta melihat perbedaan dan persamaanya
dan baru kemudian menentukan pilihannya.
c. Tujuan Karyawisata bagi Anak Taman Kanak-Kanak
Sesuai dengan kemungkinan manfaat yang diperoleh anak TK dari
kegiatan karyawisata. Yakni menumbuhkan minat, meningkatkan
perbendaharaan, pengetahuan, memperluas wawasan, meningkatkan
kemampuan hidup masyarakat, penghargaan terhadap karya dan jasa, maka
tujuan karyawisata dapat diarahkan pada pengembangan aspek perkembangan
anak TK yang sesuai. Ada beberapa pengembangan aspek perkembangan
anak TK yang cocock dengan program kegiatan belajar memalui karyawisata.
Program kegiatan belajar yang cocok dengan metode karyawisata antara lain
pengembangan aspek kognitif, bahasa, kreativitas, emosi dan kehidupan
bermasyarakat, serta penghargaan pada karya dan jasa orang-orang tertentu.
Tujuan karyawisata juga perlu dikaitkan dengan tema-tema yang sudah di
tetapkan pada program kegiatan belajar anak TK.
Tema-tema yang sesuai dengan pengembangan aspek perkembangan
anak TK dalam karyawisata antara lain tema binatang,tanaman, pekerjaan,
kehidupan kota, desa, pesisir, pegunungan. Bila anak di bawa berkaryawisata
ke kebun binatang anak akan memperoleh pemahaman penuh tentang jenis
34

binatang, makanan binatang, tempat hidupnya, berkembang biaknya, ciri-ciri


binatang, jenis-jenis binatang dan lainnya.
Bila anak dibawa berkaryawisata ke kebun, maka anak akan memperoleh
pemahaman penuh tentang macam-macam tanaman, fungsi tanaman, cara
menanam, cara memelihara, bagian tanaman. Informasi macam-macam
tanaman.
Bila anak dibawa berkaryawisata untuk mengamati langsung pekerjaan
dokter, tukang pos, pedagang, anak akan memperoleh pemahaman secara
langsung tentang berbagai macam pekerjaan.
Bila anak dibawa berkaryawisata ke pantai atau pegunungan mereka akan
memperoleh pemahaman penuh tentang keadaan lingkungannya, tata cara
kehidupannya, mata pecarian anggota masyarakat yang tinggal di sana.
B. Penelitian yang Relevan
1. Kolbiyah, Suci. 2010. Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui metode
Karyawisata pada Anak Kelompok B TK Al Hidayah 01 Dadaplangu Ponggok
Blitar. kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak untuk berkomunikasi
secara lisan dengan orang lain. Kemampuan/kesanggupan anak menyusun kosa
kata menjadi suatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur dapat dilatih agar
mereka biasa berinteraksi dengan yang lainnya, serta anak dapat memberikan
keterangan / informasi tentang suatu hal secara sederhana.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak
yang meliputi aspek kelancaran berbicara anak, kenyaringan berbicara anak, dan
keruntutan berbicara anak, serta mendiskripsikan pelaksanaan metode karya
wisata dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada kemampuan berbahasa di
TK Al Hidayah 01 Dadaplang.
Persamaan penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama meneliti
tentang meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui metode karyawisata.
Sedangkan perbedaannya adalah peneliti ini meneliti di TK Al Hidayah 01
Dadaplang ponngok blitar melalui aspek ketermpilan berbicara. sedangkan
peneliti melalui aspek kemampuan berbahasa yang baik.
35

2. Meta Novtrya Sari. 2014. Yang berjudul “Meningkatkan kemampuan bahasa anak
melalui metode bercerita di kelompok B TK yasporbi kota bengkulu”. Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui metode
bercerita. Persamaan penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama meneliti
tentang kemampuan bahasa anak. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini
meneliti di TK yasporbi kota bengkulu melalui metode bercerita sedangkan
peneliti melalui metode karyawisata di TKIT Mutiara Hati Kota Jambi.
3. Mar’ah Rizkiyana. Yang berjudul “Meningkatkan perkembangan bahsasa anak
usia dini melalui media kartu bergambar kelompok A di TK AISYIAH
BUSTANUL ATHFAL WATES GADINGREJO PRINGSEWU” Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak melalui media kartu
bergambar. Persamaan penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama meneliti
tentang perkembangan bahasa anak. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian
ini melalui media kertu bergambar di TK Aisyiah bustanul athfal sedangkan
peneliti melalui kegiatan karyawisata di TKIT Mutiara hati kota jambi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian


yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif.
Kualitatif deskriprif menurut Sugiyono(2017;86) adalah suatu penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,baik satu veriabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel
lain .Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kejadian atau
fakta, keadaan, fenomena, variable dan keadaan yang terjadi pada saat penelitian
berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitian
kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Oleh karena itu analisis data dilakukan bersifat
indukatifberdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat
dikontruksikan menjadi hipotesis atau teori.Selain itu (Bogdan dan Taylor, 1978,
hlm. 5) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diminati. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan
dalam penelitian kualitatif. Penelitian dengan judul Upaya dalam Meningkatkan
Kemampuan literasi pada anak usia dini di TKIT Mutiara Hati kelompok B 4.

B. Setting dan Subjek Penelitian


1. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi : tempatdan waktu penelitian sebagai
berikut :
a) Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TKIT Mutiara Hati kec.Kota Baru.
Pemilihan tempat tersebut sebagai tempat penelitian berdasarkan atas
pemikiran bahwa fokus permasalahan penelitian.

36
b) Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020 yang dimulai dari bulan
Januari 2020 sampai dengan bulan Maret 2020
c) Subjek penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak dikenal konsep “keterwakilan”
contoh sampel dalam rangka generarisasi yang berlaku bagi populasi.
(Sanapiah Faisal, 1990 hlm.38).
Mengenai penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana memilih
informasi atau sosial yang dapat memberikan informasi yang mantap dan
terpecaya mengenai elemen-elemen yang ada (karakteristik elemen-elemen yang
tercakup dalam penelitian). (Sanapiah Faisal, 1990 hlm 38), Terdapat tiga tahap
yang biasanya dilakukan dalam pemilihan sampel/cuplikan pada penelitian yaitu:
d. Pemilihan sample awal, apakah informasi (untuk di wawancara) ataukah suatu
situasi sosial (untuk di observasi).
e. Pemilihan sample lanjutan guna memperluas informasi dan melacak segenap
variasi informasi yang mungkin ada.
f. Menghentikan pemilihan sample lanjutan sekiranya sudah tidak muncul lagi
informasi-informasi baru yang bervariasi dengan informasi-informasi yang
telah diperoleh sebelumnya.
Subjek penelitian adalah anak murid TKIT Mutiara Hatii, yang ditetapkan
dengan teknik Purpossivee sampling, yaitu teknik yang didasarkan pada ciri-ciri
tertentu yang diperkirakan erat sangkut pautnya dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Berdasarkan teknik ini, maka sebagai key iinforman dalam penelitian ini
ditetapkan guru TKIT Mutiara Hati, dan sebagai responden di tetapkan kepada
anak murid. Sedangkan sebagai informann tambahan ditetapkan sebagai guru
TKIT Mutiara Hati yang diperoleh berdasarkan observasi dan mengamati secara
langsung pada proses kegiatan karyawisata di TKIT Mutiara Hati.

37
38

C. Jenis dan Sumber Data Penelitian


1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder:
a. Data primer
Data Primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti tanpa
campur tangan orang lain yaitu peneliti langsung dapat data dari objek yang
diteliti (Sugiono, 2014 hlm. 62).
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung misalnya lewat orang
lain atau di dapatkan lewat dokumen (Sugiono, 2014 hlm. 62).
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata, peristiwa, dan
dokumentasi. Dalam penelitian ini sumber data yang didapatkan yaitu
pencatatan yang dilakukan peneliti melalui observasi dan wawancara (catatan
dilapangan) kepada guru.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data , maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Data adalah keterangan-
keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau dianggap
atau anggapan, atau suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode dan
lain-lain. (sugiyono, 2017:19-20).
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
observasi, wawancara, dan dokumnetasi, lebih lengkapnya adalah sebagai
berikut:
1. Metode Observasi
Nasution ( 1988) observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
39

kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan


sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-
benda yang sangat kecil(proton atau elektron) maupun yang sangat jauh(
benda ruang angkasa) dapat diobservasikan dengan jelas. (Sugiyono, 2017 :
226).
Observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan kegiatan
pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh inder.
Metode observasi juga dapat diartikan sebagai pengamatan langsung
terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan
maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian. Metode atau
pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya.
Observasi dalam rangka penelitian kualitatif harus dalam konteks alamiah.
Teknink observasi ini adalah dimana peneliti melakukan pengamatan
langsung dilakukan terhadap objek penelitian.
Berkaitan dengan focus penelitian ditujukan kepada guru,bahwa
observasi ini berguna untuk mendapatkan informasi secara akurat melalui
pengamatan langsung oleh peneliti, peneliti berperan langsung dalam
observasi dimana peneliti mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang
akandiamati. Ada beberapa hal yang diobservasikan yaitu :
a. Bagaimana anak meningkatkan kemampuan berbahasa
b. Bagaimana cara guru meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak
usia dini
c. Bagaimana hambatan guru dalam meningkatkan kemampuan
berbahasa pada anak di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi.
2. Metode Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
satu topik tertentu. Wawancara digunakan digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
40

menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti


ingin mengetahui hal-hal dari respondenyang lebih mendalam. Wawancara
atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Dalam wawancara
pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Hubungan anatara
penginterviewdan yang interview bersifat sementara, yaitu berlangsung
dalam jangka wantu tertentu dan kemudian diakhiri. Wawancara digunakan
sebagai tekhnik pengumpula data ketika peneliti ingin melakukan study
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam . (Sugiyono,
2017:231)
3. Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan pristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau kerya-karyamonumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
ceritera, biografi, peraturan , kebijkan. Dokumen yang berbentuk gambar,
misalnya, foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk
karya misalnya, kaerya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-
lain. Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek
sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.
( Sugiyono, 2017: 240)

E. Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2012:92) mereduksi data berarti merangkum,memilih
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Sehingga data yang telah di reduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas,dan mencarinya bila diperlukan.Berikut
langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data:
41

Pengumpulan Penyajian Data


Data

Verifikasi/
Reduksi Data Penarikan
Kesimpulan

1.Bagan Teknik Analisis Data


1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data di lapangan yang akan
digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Validitas instrumen
pengumpulan data serta kualifiasi pengumpul data sangat diperlukan untuk
memperoleh data yang berkualitas. Saat mengumpulkan data, peneliti harus
tekun, sabar, dan tidak putus asa. Peneliti harus sabar untuk berjalan dari
rumah ke rumah, atau mendatangi instansi tertentu untuk mengadakan
wawancara atau membagi kuesioner.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merrangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya.
Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan
memudahkan untuk melakukan pengumpulan data Sugiyono, (2014; 92).
3. Penyajian Data
Pemyajian data adalah penuangan sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
data. Penyajian data digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan analisis
sajian data. Data penyajian ini disajikan dalam bentuk uraian yang didukung
dengan jringan kerja Imam gunawan, (2015; 211).
4. Kesimpulan / Verifikasi
42

Langkah ketiga dalam analisi data kualitatif menurut Miles dan


Hubermanadalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan awal
yangdikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Kegiatan verifikasi diperlukan untuk membuat kesimpulan
menjadi kredibel, artinyaterpercaya yang dapatteruji dengan bukti dan
catatan lapangan melalui metode pengumpulan data yang digunakan.
F. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data adalah upaya peneliti untuk memberikan jaminan yang
diperoleh terpercaya kebenarannya (Valid). Dalam penelitian kualitatif bermacam
carau ntuk menguji keabsahan data yaitu kredibilitas, uji transfer ability, uji depend
ability, uji komfirm abillity. Masing-masing uji tersebut memiliki konsep pengujian
yang berbeda. Dalam penelitian menggunakan uji kredibilitas data sebagai alat uji
keabsahan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji kredibilitas
(kepercayaan terhadap data) sebagai alat uji keabsahan data.
1)Perpanjangan Pengamatan
Perpanjang pengamatan dimna peneliti harus kembali kelapangan untuk
melakukan pengamatan dan wawancara dengan sumber data yang pernah ditemui
atau sumber data baru. Dengan perpan jangan pengamatan ini bearti hubungan
peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab
(tidakadajaraklagi), saling terbuka saling mempercayai sehingga tidak ada informasi
yang disembunyikan lagi. Bila terbentuk raport maka telah terjadi kewajaran dalam
penelitian dimana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari
(Sugiyono, 2014, hlm.123) Perpanjangan pengamatan yang dilakukan peneliti guna
untuk menguatkan data yang diperoleh pada tahap awal. Dan peneliti juga harus
mengecek kembali apakah data yang di berikan pada tahap awal sudah benar atau
tidak, jika peneliti menemukan ada data yang tidak benar ketika di cek dengan
sumber yang asli maka peneliti harus melakukan pengamatan dan wawancara
mendalam sehingga diperoleh data yang pasti akan kebenarannya.
43

2)Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan bearti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan pristiwa
akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk
meningkatkkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku
maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan
yang diteliti.
3)Tringulasi
Tringulasi mencari dengan cepat pengujian data yang sudah ada dalam
memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan, serta program yang berbasis pada
bukti yang telah tersedia. Tringulasi adalah suatu pendekatan analisa data yang
mensintesa data dari berbagai sumber (Bachri, 2010, hlm. 55). Tringulasi sebagai
teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data itu sendiri, untuk keperluan pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tringulasi
sumber , teknik, dan waktu (Imam Gunawan, 2015, hlm. 219).
a)Tringulasi Sumber
Tringulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu
melalui berbagai sumber memperoleh data. Dalam tringulasi dengan perbedaan-
perbedaan tersebut. Sebuah strategi kunci harus menggolongkan masing-masing
kelompok bahwa peneliti sedang “mengevaluasi” kemudian yakin pada
sejumlah orang untuk dibandingkan dari masing-masing kelompok dalam
evaluasi tersebut. Dengan demikian, tringulasi sumber bearti membandingkan
(pengecekanulang) informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.
Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara
membandingkan dengan apa yang dikatakan secarapribadi, membandingkan
hasil wawancara dengan dokumen (Rahardjo, 2010, hlm. 219)
b)Tringulasi Teknik
Tringulasi teknik adalah upaya pengecekan data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Teknik dilakukan pengecekan data dengan
44

teknik yang berbeda untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak
hanya satu cara pandang (Imam Gunawan, 2015, hlm. 222). Tringiulasi teknik
untuk menguji kredebilitas data dilakukan dengan cara pengecekan data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya data diperoleh
dengan wawancara , lalu dicek dengan observasi , dokumentasi atau kuesioner.
Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data
yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada
sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana
yang dianggap benar. Atau mungkin semua benar, karena sudut pandangnya
berbeda-beda (Sugiono, 2014, hlm. 127)
c)Tringulasi Waktu
Tringulasi waktu adalah pengecekan data dengan cara pengumpulan
data melalui observasi dan wawancara pada waktu yang berbeda. Perbedaan
waktu dalam melakukan pengumpulan data dapat memberikan hasil berbeda
terhadap sumber yang sama dapat berbeda dengan wawancara yang dilakukan
siang atau sore hari. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh kesegaran fisik.
Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teklnik
lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
45

G. Rencana Waktu Penelitian


Rencana waktu penelitian akan dilakukan selama tiga bulan rencana waktu
ini masih bersifat tentative, artinya dapat berubah berdasarkan situasi dan
kondisi secara teknis administrative maupun kondisi di lapangan. Berikut ini
dapat diberikan uraian tahap-tahap yang dilakukan selama penelitian
dilaksanakan.

Tabel 3.1: Jadwal Penelitian


No Kegiatan Bulan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

1 Pengajuan Judul √
2 Penyusunan Proposal √
3 Bimbingan Proposal √
4 Seminar Proposal √
5 Pengajuan Riset √
6 Pelaksanaan riset √
7 Penyusunan Data √
8 Penulisan Skripsi √
9 Perbaikan Skripsi √
10 Munaqasah
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Historis dan Geografis TKIT Mutiara Hati Kecamatan Kota Baru Kota
Jambi
a. Historis
Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Mutiara Hati berdiri pada
tanggal 19 April 2003 dibawah naungan Yayasan Shohwah Jambi Di bawah
pimpinan yayasan Zaenal Ekarosa,S.Pd.
Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Mutiara Hati merupakan
satuan PAUD yang melayani kelompok usia 4-6 tahun yang dikelola dengan
management berbasis masyarakat dibawah naungan Yayasan Shohwah jambi di
bawah pimpinan yayasan Zaenal Ekarosa,S.Pd, telah memiliki izin opersional
dengan nomor 420/ 0070/BPMPTSP/2018 , nomor NPSN 69905108.
Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi terletak di
Jalan Sunan Kalijaga RT.16 No.79 Kelurahan Simpang Tiga Sipin Kecamatan
Kota Baru Kota jambi 36126.
Adapun Visi didirikannya Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Mutiara
Hati Kota jambi “ Membentuk Generasi Yang Cerdas,Religius Dan
Berkarakter”.
Misi yang digunakan Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Mutiara hati
Kota Jambi adalah :
1. Menumbuhkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
2. Menanamkan Nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air.
3. Melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan,
inovatif,kreatif,modern,terpadu dan religius
Tujuan yang digunakan Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Kota Jambi
adalah :

46
a. Mendidik,mengasuh dan mengasah anak-anak agar mempunyai tingkat
kecerdasan (IQ) yang seimbang dengan tinngkat emosional (EQ) serta
kemampuan spritual (SQ).
b. Mendidik anak agar mempunyai dasar-dasar akhlaq islami.
c. Mendidik anak agar mempunyai dasar-dasar akhlaq islami.
d. Mendidik anak agar mempunyai karakter yang islami.
b. Letak Geografis
Lokasi Taman Kanak-Kanak islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi
merupakan lokasi yang sangat baik untuk kegiatan pembelajaran, karena letaknya yang
cukup jauh dari keramaian. Sehingga kelihatannya dampak positif dari anak-anak dalam
mengikuti proses pembelajaran tidak terlalu bising dari suara kendaraan adapun letak
geografis Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Mutiara hati Kota Jambi sebagai berikut
a. Sebelah barat berbatasan dengan rumah peenduduk
b. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan sunan kalijaga.
c. Sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk
d. Sebelah utara berbatsan dengan rumah penduduk

c. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : TK Islam Terpadu Mutiara Hati
NPSN/NSS :69905108 :
Alamat Sekolah :Jl.Sunan Kalijaga No. 79 Rt.16 Kelurahan Simpang III
Sipin
Kecamatan : Kota Baru
Provinsi : Jambi
Status Sekolah : Swasta
Waktu Belajar : Pagi
Tahun Berdiri : 19 April 2003
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan tolak ukur dalam suatu lembaga organisasi baik
lembaga pendidikan maupun lembaga lainnya. Organisasi yang baik dapat
menunjukkan kegiatan yang baik dan juga merupakan pendukung dalam pelaksanaan
segala program kerja organisasi tersebut. TK Islam Terpadu Mutiara hati Kota Jambi
telah mempunyai struktur organisasi sekolah, sama halnya dengan sekolah lainnya.
Secara operasional struktur organisasi ini sudah mempunyai tugas dan wewenang
masing-masing dalam menjalankan tugas sehari-hari. TK Islam Terpadu Mutiara hati
Kota Jambi dipimpin oleh Kepala sekolah,dibantu oleh Guru-Guru dan beberapa staf
lainnya. (Dokumentasi, 10 February 2020).
Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi TK islam Terpadu Mutiara Hati
Kota Jambi dapat dilihat pada struktur berikut :
STRUKTUR ORGANISASI TAMAN KANAK KANAK ISLAM TERPADU
MUTIARA HATI KOTA JAMBI

Ketua Yayasan

DR. H. Muhammad Nurung, Lc, M.Ag

Kepala TKIT MUTIARA HATI

Rasini, S.Pd

Tenaga Administrasi

Nita, S.Ei

TENAGA PENDIDIK

Sitti Hajrah, S.Pd. AUD Tarminah, S.Pd

Yesi Gumala Sari, S.Pd Nur Zahadah, A.md

Linda Rahmawati, S.Pt Runikarina. WH, SP

Samidah, S.Ei

PESERTA DIDIK

Gambar 4.1 Struktur 0rganisasi (Dokumentasi, 10 February 2020)


3. Keadaan Tenaga Pendidikan dan Anak di TK Islam Terpadu Mutiara Hati
Kota Jambi
a. Keadaan Pendidik
KEADAAN GURU TKIT MUTIARA HATI KOTA JAMBI
TAHUN AJARAN 2019/2020 (Dokumentasi February 2020)
Tabel 4.1 Keadaan Guru
No Nama Jabatan/ Mengajar Pendidikan
Guru Kelas Terakhir
1 Rasini,S.Pd Kepala S1 PAUD
Sekolah
2 Nita,S.Ei T.U S1
3 Tarminah,S.Pd Guru Kelas B1 S1 PAUD
4 Sitti Hajrah,S.Pd.AUD Guru Kelas B2 S1 PAUD
5 Runikarina WH,SP Guru Kelas B3 S1 PERTANIAN
6 Nur Zahada,A.Md Guru Kelas B4 D 111
7 Yesi Gumala Sari,S.Pd Guru Kelas A S1 Pend.Eko
8 Linda Rahmawati,S.Pt Guru Kelas KB S1 Perternakan
9 Samidah,S.Ei Guru B/A/KB S1
Tahfidz
10 Septi Pratiwi Guru Kelas TPA
11 Misridesi,S.P Guru TPA S1
pendamping

(Dokumentasi,28 February 2020 )


b. Keadaan Anak
Dalam pendidikan ada beberapa unsur yang dapat menunjang terjadinya
pembelajaran,selain guru,gedung dan kurikulum,anak juga tidak kalah pentingnya.
Tanpa adanya peserta didik proses pembelajaran tidak akan mungkin dapat berjalan atau
terlaksana. Adapaun jumlah peserta didik TK Islam Terpadu Mutiara hati Kota jambi
pada saat ini adalah 80 Orang yang mana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Keadaan anak Tk Islam Terpadu Mutiara Hati Kota
Jambi

No Nama Kelas Jumlah Anak Nama Guru

1 B1 15 Tarminah,S.Pd
2 B2 14 Sitti Hajrah,S.Pd.AUD
3 B3 9 Runikarina WH,SP
4 B4 9 Nur Zahada,Amd
A 16 Yesi Gumala Sari,S.Pd
5 KB 5 Linda Rahmawati,S.Pt
6 TPA 12 Septi Pratiwi

4. Sarana dan Prasarana di TK Islam Terpadu Mutiara Kota Jambi


1.Sarana
Upaya dalam meningkatkan mutu pendidika dan tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan maka dalam suatu lembaga pendidikan adanya faktor yang menunjang
terlaksananya proses pembelajaran tersebut, karena itu sarana dan prasarana merupakan
salah satu faktor yang mempunyai fungsi penting yang dapat memperlancar proses
pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Sarana pendidikan merupakan tempat berlangsngnya proses pembelajran agar
dapat berjalan dengan baik dan juga dapat memberikan pembelajaran dengan baik
kepada siswa, sementara prasarana merupakan fasilitas yang membantu dan menunjng
proses pembelajaran.
Adapun sarana yang dapat menunjang berlangsungnya proses pembelajaran di
TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi dapat dilihat pada tabel berikut
ini.(Dokumentasi 28 February 2020)

Tabel 4.3 Keadaan Sarana TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota jambi
No Jenis Sarana Jumlah Satuan Kondisi
1. Meja/Kursi kepala sekolah 1 Set Baik
sekolah
2. M 1 Set Baik
eja/Kursi Tamu
3. Permadani/Karpet 10 Buah Baik
4. Meja Siswa 20 Buah Baik
5. Kursi Siswa 4 Buah Baik
6. Meja Komputer 1 Buah Baik
7. Rak/Lemari 1 Buah Baik
8 Meja TU 1 Buah Baik
9 Papan Tulis/White Board 9 Buah Baik
10 Papan Data kantor 2 Buah Baik
11 Mading 1 Unit Baik
Sumber Data : (Dokumentasi, 28 February 2020)

2.Prasarana
Di samping sarana terdapat pula prasarana yang merupakan fasilitas yang
mendukung dan membantu proses pembelajaran di TK Islam Terpadu Mutiara Hati
Kota Jambi yaitu dapat dilihat pada tabel berikut. ( Dokumentasi 28 February 2020).
Tabel 4.4 Keadaan Prasarana TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota
jambi
No Prasarana Jumlah Kondisi
1 Luas Tanah 382 m2 Baik
2 Ruang kelas 6 Baik
3 Ruang kantor/Adm 1 Baik
4 Tempat Bermain Outdoor 1 Baik
5 WC 2 Baik
6 Gudang 1 Baik
7 Buku Lks 50 Baik
8 Buku khibar 40 Baik
9 Buku Cerita Bergambar 100 Baik
10 Perangkat komputer 1 Baik
11 Printer 1 Baik
12 Infokus 1 Baik
13 Layar Infokus 1 Baik
14 DVD Player 1 Baik
15 Sound System 1 Baik
16 TOA 1 Baik

B. Temuan Khusus dan Pembahasan


Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dilapangan melalui
wawancara bersama kepala sekolah dan guru kelompok B4 TK Islam Terpadu
Mutiara Hati Kota Jambi dengan hasil penelitian sebagai berikut :
1. Tingkat Kemampuan Literasi anak Di TK Islam Terpadu Mutiara Hati
Kota Jambi.
Pada tingkat kemampuan anak dalam Literasi Contohnya dalam
Berbahasa berbeda-beda, di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota jambi ada
yang sudah bisa berbahasa dengan baik ada juga yang belum bisa berbahasa
dengan baik, Didalam tingkat kemampuan anak untuk berbahasa di TK Islam
Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi ini di kelompok B4 hampir keseluruhan sudah
bisa berbahasa dengan baik walaupun ada sekitar 2 anak yang belum baik.
Tabel 4.5 Data Anak dalam berbahasa dengan baik di TK Islam
Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi.
4-5
Kelompok
No Nama tahun Keterangan
A/ Kelas
L P
1 Muhammad Fakhri B4 L BAIK
2 Muhammad Azzam B4 L CUKUP
3 Azizah B4 P BAIK
4 Abbiyu B4 L CUKUP
5 Rayyan B4 L BAIK
6 Raihan B4 L BAIK
7 Iif B4 L BAIK
8 Gita B4 P CUKUP
9 Zikri B4 L BAIK

Peneliti telah meneliti perkembangan anak dalam berbahasa di TK Islam


Terpadu Mutiara hati Kota Jambi, dari 9 anak di kelompok B4 yang telah
berbahasa dengan baik hanya 6 anak saja , kemudian 3 anak sisanya masih
kurang dalam menyampaikan pendapat seperti jika berbicara masih terbatah
batah.
Untuk mengetahui tingkat kemampuan anak dalam Berbahasa, guru TK
Islam Terpadu Mutiara hati Kota jambi ini telah menggunakan catatan kecil untuk
mengetahui seberapa baiknya anak dalam berbahasa atau menyampaikan
pendapat. Berikut hasil wawancara dengan informan yang peneliti lakukan :
1) Tidak bisa berbahasa dengan baik
Anak usia dini TK Islam Terpadu Mutiara hati kelompok B4
khususnya, masih ada anak yang kurang dalam berbahasa dengan baik. Berikut
wawancara oleh penulis kepada ibu Rasini S.Pd. Aud selaku Kepala sekolah
yang mengatakan
“jika melihat dari apa yang telah di capai anak-anak di kelompok B4,
kemampuan berbahasa yang mereka miliki bisa dikatakan cukup baik karena
dilihat dari ketika anak- anak menyampaikan pendapat di depan kelas sebelum
memasuki ruangan ada sebagian yang menjawab pertanyaan saya ” (wawancara
peneliti, 17 February 2020).
Hal tersebut dibenarkan oleh guru kelompok B4 yang bernama ibu Nur
Zahada,A.Md yang mengatakan :
“Tingkat kemampuan anak dalam Berbahasa di kelompok B4 ini hampir
mendekati sempurna, setiap selesai kegiatan karyawisata/kunjungan edukatif
guru mulai bertanya kepada anak apa saja yang mereka lihat, apa saja yang
mereka lakukan sebagaian anak telah bisa menyampaikan pendapatnya dengan
baik/berbahasa dengan baik ada 3 orang anak yang belum bisa berbahasa dengan
baik,dikarenakan anak tersebut belum fasih dalam menyampaikan
pendapat”(wawancara peneliti, 17 February 2020).
Dari beberapa wawancara peneliti dapat disimpulkan hambir 30% anak
murid kelompok B4 yang belum bisa berbahasa dengan baik. Dalam hal ini sangat
dikhawatirkan terhadap anak yang belum bisa berbahasa dengan baik,jika ini di
biarkan anak akan menjadi orang yang tidak percaya diri karena dia merasa
kurang pandai dalam menyampaikan pendapat atau berbahasa dengan baik di
depan orang banyak. (Observasi Peneliti,17 February 2020).
2) Bisa berbahasa dengan baik
Beberapa bentuk kesulitan dalam berbahasa lainnya masih ada yang
lancar berbahasa dengan baik. Hal ini dijelaskan oleh kepala sekolah ibuk Rasini
S.Pd yang mengatakan :
“saya masih merasa tenang karena diantara beberapa anak ada anak yang
lancar dalam berbahasa dengan baik sebanyak 6 orang anak di kelompok B4,
walaupun umur mereka belum mencapai target yang di tentukan dalam
berbahasa.(wawancara peneliti, 17 February 2020).
Selain itu wawancara penulis dengan Guru kelompok B4 ibu Nur
zahada,A.Md mengatakan :
“saya sangat senang karena dari 6 orang anak sudah baik dalam
berbahasa atau menyampaikan pendapat,jika saya bertanya mereka sudah bisa
mencerna pertanyaan saya dengan baik dan sudah bisa menjawab pertanyaan
saya dengan sangat baik walaupun ada 3 orang anak yang kurang bisa dalam
menyusun kalimat sehingga kurang dalam baik dalam menyampaikan pendapat
atau berbahasa. (wawancara peneliti, 17 February 2020).
Dari hasil wawancara peneliti dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3
orang anak yang sulit dalam berbahasa di karenakan faktor tertentu, tetapi ada
juga yang sudah bisa berbahasa dengan baik dan sempurna,(Observasi Penelitian
17 February 2020).
2. Kendala Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan berbahasa anak di
TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi.
Masalah anak usia dini dalam berbahasa datang dari lingkungan keluarga
yang lingkungan hidupnya berbeda-beda, anak usia dini datang kesekolah
membawa kemampuan dan caranya sendiri yang tumbuh berkembang
dilingkungannya, begitu juga di sekolah TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota
Jambi, ada anak yang bisa berbahasa dengan baik dan ada juga yang belum bisa
dalam berbahasa dengan baik, ada yang bersikap menurut dan patuh dinasehati, dan
ada yang manja suka dipuji dan ada pula yang bertindak seenaknya tanpa
memperdulikan anak lain, ada yang suka mengganggu keadaan masing-masing
anak tersebut bisa mempengaruhi proses-proses kegiatan tersebut.
Berikut wawancara penulis dengan Kepala sekolah Ibu (Rasini S.Pd)
“meningkatkan berbahasa bagi anak itu sangat penting,dalam proses
kegiatan pembelajaran ada beberapa anak di TK Islam Terpadu Mutiara Hati yang
sulit dalam menyampaikan pendapat,seperti contohnya anak tersebut masih
terbatah-batah dalam berbahasa kalimat anak tersebut belum pas dan jika berbicara
kurang jelas,hal ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan orang tua, untuk
faktor yang mendukung dalam berbahasa anak sebagian besar guru-guru
melaksanakan kegiatan karyawisata untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak”
(wawancara peneliti, 17 February 2020)
Pendapat tersebut didukung oleh ibu (Nur Zahada) guru kelompok B4
berikut yang mengatakan bahwa :
”seharusnya lingkungan dan orang tua disini berperan penting dalam
meningkatkan kemampuan bahasa anak dengan cara mengajak anak untuk
berkomunikasi, agar anak lebih lancar dan lebih meningkat lagi dalam
berbahasanya di rumah maupun di sekolah, maka dari itu faktor pendukung guru
dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak dengan melaksanakan kegiatan
karyawisata agar anak bisa bercerita pengalaman menyenangkannya ini kepada
guru di sekolah maupun orang tua di rumah,dengan ini anak secara tidak langsung
kemapuan berbahasa anak akan meningkat.”(wawancara peneliti, 17 February
2020)
Ada dua faktor yang menjadi penghambat anak sulitnya dalam berbahasa,
antara lain:
1. faktor lingkungan
Lingkungan yang kurang baik sangatlah mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan seorang anak yang belum mengetahui
mana yang baik dan yang buruk untuk diikuti. Sehingga berpengaruh kepada
jiwa seorang anak tersebut. (Observasi peneliti, 17 February 2020).
Wawancara penulis dengan Guru kelompok B4 ibuk Nur Zahada, A.Md
terhadap anak didik di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi mengatakan :
“para anak jaman sekarang susah untuk bermain atau bergaul dengan
teman sebaya hal ini dikarenakan anak sejak dini anak sudah dikenalkan dengan
handphone hal ini membuat anak malas untuk berbicara dengan teman atau
bermain denga teman.”(wawancara peneliti 20 Januari 2020)
2. Orang tua
Orang tua adalah guru dirumah tangga, yang mempunyai pengaruh besar
terhadap perkembangan seorang anak dirumah dan lingkungan, apabila seorang
orang tua salah mendidik seorang anak, maka anak tersebut tidak akan berhasil
didalam tingkat berbahasanya dengan baik, dan dari akibat ini anak tidak akan
mendapatkan hasil dalam berbahasa nya dan orang tua dikatakan tidak berhasil
dalam mendidik seorang anak (Observasi Peneliti, 17 January 2020).
Hasil wawancara penulis dengan salah satu anak kelompok A yang
bernama Azzam di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi mengatakan :
“ Ibu dan ayah saya main handphone sendiri sendiri ,dan jarang
mengajak say bermain, ibu dan ayah saya pulang kerja sudah sore jadi saya
jarang ada waktu untuk bertemu ibu dan ayah saya,saya di rumah hanya bermain
bersama nenek di rumah.” (wawancara peneliti, 17 February 2020)
Hal senada dibenarkan oleh guru kelompok B4 ibuk Nur Zahada, A.Md
di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi:
“Dari hasil yang saya ketahui ibu azzam bekerja di sebuah rumah sakit
swasta di jambi dan ayah azzam adalah seorang dosen di sebuah Universitas
swasta di kota jambi azzam di jemput dengan ayahnya ketika sore hari di
Tempat penitipan anak Mutiara Hati setiap hari seperti itu jadi saya pikir azzam
tidak bnayak memiliki waktu bersama orang tuanya.” (Wawancara Peneliti, 17
Februari 2020)
3. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Pada Anak
Usia Dini Kelompok B4 di Tk Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi.
Upaya guru dalam meningkatkan kemampuan anak dalam meningkatkan
kemampuan berbahasa ini, guru TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi ini
menggunakan kegiatan karyawisata.
Berikut hasil wawancara penulis dengan ibuk Rasini S.Pd.selaku kepala
sekolah TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi mengatakan :
“upaya yang kami lakukan di TK Islam Terpadu Mutiara Hati untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak usia dini diantaranya dengan
menggunakan kegiatan karyawisata, kegiatan ini kami gunakan karena cukup
efektif dalam meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak” (wawancara
peneliti, 17 February 2020)
Hal tersebut dibenarkan oleh ibuk Nur Zahada A.Md selaku guru
kelompok B4 di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi mengatakan:
“ jadi upaya guru dalam meningkatkan kemampuan berbahasa ini salah
satunya dengan menggunakan kegiatan karyawisata karena menurut kami
dengan kegiatan karyawisata anak bisa leluasa dalam mengetahui hal-hal yang
nyata seperti contoh anak bisa mengetahui bentuk dari sayur-sayur an anak juga
bisa mengetahui nama-nama sayur dengan melihat secara langsung di sini anak
tidak merasa bosan dengan pembelajaran yang nyata dan anak juga bisa sambil
berekreasi,oleh karena itu kami memilih kegiatan ini untuk salah satu penunjang
pembelajaran di sekolah kami terutama dalam upaya meningkatkan kemampuan
berbahasa anak” (wawancara peneliti 17 February 2020)
Berdasarkan uraian di atas, dari data yang didapatkan, disimpulkan
bahwa dengan adanya kegiatan yang dilaksanakan guna meningkatkan
meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak usia dini, sehingga upaya yang
dilakukan bisa dikatakan berhasil, selain itu setiap anak juga memiliki
kenangan dan cerita yang bisa di kenang dan mereka bisa menceritakan
pengalaman tersebut kepada guru dan orang tua di rumah.
Perencanaan guru dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak
dengan memberikan pertanyaan kepada anak setelah selesai kegiatan
karyawisata tersebut,apakah anak bisa memberikan pendapat mereka dengan
baik atau tidak.
Peneliti menemukan ada 2 (dua) Strategi Guru dalam meningkatkan
kemampuan berbahasa kepada anak usia dini , strateginya antara lain :
a. Melaksanakan kegiatan karyawisata
Untuk mencapai tingkatan berbahasa dengan baik TK Islam Terpadu
Mutiara Hati Kota Jambi menggunakan kegiatan karyawisata sebagai salah satu
penunjang kegiatan belajar mengajar,di sini anak dapat belajar secara nyata
dengan melihat langsung objek tersebut sehingga anak dapat mengetahui dan
merasakannya, para guru dan pihak sekolah yakin dengan adanya kegiatan ini
dapat menunjang kemampuan berbahasa anak karena anak
b. Menggunakan Cara tanya jawab setelah kegiatan karyawisata.
Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak setelah kegiatan
karyawisata para guru hendaknya bertanya kepada anak apakah yang meraka
rasakan setelah kegiatan tersebut, di sini kemapuan bahasa anak akan meningkat
dengan mereka bercerita pengalaman selama kegiatan tersebut.
Dalam perencanaan tersebut peneliti berpendapat bahwa perencanaan
guru sebagai bentuk strategi dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak
ini sudah baik dengan adanya kegiatan karyawisata dan metode tanya jawab
setelah kegiatan tersebut.(Observasi Peneliti, 20 January 2020).
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan tentang uraian-uraian hasil penelitian yang telah dikemukakan
pada bab di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Tingkat kemampua anak dalam literasi di TK Islam Terpadu Mutiara Hati kota
jambi sudah cukup baik,contohnya anak sudah bisa berbahasa dengan benar tetapi
masih ada beberapa anak yang belum bisa berbahasa dengan benar. Bentuk-bentuk
kesulitan dalam berbahasa anak di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota jambi berupa
tidak lancarnya anak dalam berbahasa seperti ada beberapa anak yang kurang bisa
dalam menyusun kata-kata yang benar dalam menyampaikan pendapat.
Kendala guru dalam mengatasi kesulitan bahasa anak pada TK Islam Terpadu
Mutiara Hati Kota Jambi yaitu antara lain kurangnya minat anak dalam memperhatikan
guru ketika sedang mengajar sehingga anak tersebut tidak mengerti apa yang di
sampaikan oleh guru tersebut.
Upaya guru dalam mengatasi kesulitan berbahasa anak di TK Islam Terpadu
Mutiara Hati Kota Jambi yaitu dengan malaksanakan kegiatan karyawisata menurut
guru di TK tersebut kegiatan ini sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan bahasa
anak.

B.Saran
Sebelum mengakhiri tulisan ini tak lupa peneliti menyampaikan beberapa saran
yang dirasakan berguna dan bermanfaat sebagai masukan dalam mengatasi sulitnya
kemapuan bahasa anak di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi. Adapun saran
dari peneliti sebagai berikut:
1. Kepada kepala sekolah untuk terus berupaya meningkatkan jumlah sumber
yang ada, hal ini mengingat pentingnya kemampuan bahasa anak di TK
Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi sudah lumayan bagus, dengan
kegiatan karyawisata diharapkan kemampuan bahasa anak terus meningkat.

61
2. Kepada guru kelas B4 di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi agar
dapat melakukan inovasi baru dalam peningkatan belajar siswa,kemudian
teruslah berupaya untuk membuat pembelajaran yang di senangi anak
sehingga anak lebih mudah dalam memahami setiap pembelajaran yang di
berikan oleh guru.
3. Kepada anak-anak di TK Mutiara Hati Kota Jambi lebih mematuhi perintah
guru dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, mengikuti pembelajaran
dengan tertib dan mematuhi peraturan sekolah serta peraturan yang
ditetapkan oleh guru agar menjadi siswa yang pandai dalam berbahasa yang
baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an, Terjemahan & tajwid ,Bandung :Sygma;2014


Ahmadi farid dkk, Media Literasi Sekolah, Jawa Tengah :CV Pilar Nusantara; 2019
Daryanto, Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa,2010
Drs. H. Fuad Ihsan,Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta,2010
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta. 2000
Gunarti Winda,dkk. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Bahasa di
TK. Jakarta: Depdiknas,2008
Junita Dwi Wardhani dan Tri Asmawulan, Perkembangan Fisik, Motorik dan
Bahasa.Surakarta,2011
Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: Jakarta: Gaung Persada Press,
2010, Cet. 1, Hlm. 59

Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak,Jakarta: PT Rineka


Cipta, 2004

Mukhtar Latif, dkk,Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana
Prenada media Group,2013

MusfirohTadkiroatun..Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, (Yogyakarta:


Kementrian Pendidikan Nasional,2010

Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda


Karya,2009
Nurbiana Dhieni, dkk. Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta: Universitas Terbuka
Permen Diknas No. 58 Tahun 2009
Soefandi Indra, dkk, Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta:
Bee Media Indonesia, 2019
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta;2014

63
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D Bandung: Alfabeta;2017
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D Bandung: Alfabeta;2012
SKRIPSI Astika Leni, Upaya Guru Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Muara
Tabir, Jambi 2016
http://blogspotrahm.blogspot.com/2014/05/meningkatkan-kemampuan-bahasa
anak.html
DAFTAR RESPONDEN

NO NAMA KETERANGAN

1 Rasini, S.Pd Kepala sekolah

2 Nur Zahada, A.Md Guru kelas B4

3 Muhammad Azzam Siswa


DAFTAR INFORMAN

No Nama Keterangan

1 Rasini, S.Pd Kepala sekolah

2 Nur Zahada, A.Md Guru kelas B4

3 Muhammad azzam Siswa

4 Muhammad Fakhri Siswa

5 Azizah Siswa

6 Abbiyu Siswa

7 Rayyan Siswa

8 Raihan Siswa

9 Iif Siswa

10 Gita Siswa

11 Zikri Siswa
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)

Judul Skripsi :Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Pada Anak
Usia Dini Melalui Kegiatan Karyawisata di TK Islam Terpadu Mutiara
Hati Kota Jambi.

A. Dokumentasi
1. Histori TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi.
2. Geografis TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi.
3. Struktur organisasi TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi.
4. Keadaan guru dan siswa TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi.
5. Sarana dan prasarana TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi.

B. Metode Observasi
4. Mengamati Kemampuan Anak Dalam Kemampuan Literasi anak Di TK
Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi.
5. Mengamati Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Pada
Anak Usia Dini Kelompok B4 di Tk Islam Terpadu Mutiara Hati Kota
Jambi.
6. Mengamati Kendala Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan berbahasa
anak di TK Islam Terpadu Mutiara Hati Kota Jambi.
C. Metode wawancara
Metode ini Digunakan untuk wawancara :

1. Bagaimana kemampuan literasi anak melalui metode karyawisata di kelas


B4 TKIT Mutiara Hati Kota Jambi apakah sesuai dengan yang diharapkan
atau masih ada kekurangan?
2. Apa saja kendala guru dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak
melalui melalui metode karyawisata di TKIT Mutiara Hati Kota Jambi?
3. Apa upaya guru untuk meningkatkan kemampuan literasi pada anak melalui
metode karyawisata di TKIT Mutiara Hati Kota Jambi?
4. Bagaimana cara guru supaya anak mengikuti kegiatan karyawisata dengan
tertib?
5. Apakah ada faktor penghambat ketika melaksanakan kegiatan karyawisata
di kelas B4 TKIT mutiara hati kota jambi?
6. Bagaimana dengan anak-anak ketika melaksanakan kegiatan karyawisata
apakah bahagia atau sebaliknya?
7. Bagaimana menurut Ibu,apakah kegiatan karyawisata bisa meningkatkan
kemampuan berbahasa anak?
DOKUMENTASI PENELITIAN

A. Wawancara dengan kepala sekolah

B. Wawancara dengan guru kelas B4


C. Penilitian
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :Vira septina

Jenis kelamin :Perempuan

Tempat/tgl lahir :Malapari 18 September 1998

Alamat sekarang :Mayang. Perumahan Citra Nusa

Pekerjaan :Mahasiswa

Alamat Email :viraseptina96@gmail.com

No kontack :085266649000

Pengalaman pendidikan

Pendidikan Formal

1.SDN 28/1 Desa Malapari


2.MTS N Sridadi
3.SMA N 6 Batanghari
4.UIN STS JAMBI

Pendidikan Non Formal

1. Mengikuti seminar-seminar diberbagai kegiatan kampus maupun luar


kampus
Pengalaman Organisasi

1. Himpunan Mahasiswa Batanghari (2017)


2. Pergerakan mahasiswa islam indonesia (2017)

Motto Hidup:

“Jangan pernah menyerah dalam mengejar impian”

Anda mungkin juga menyukai