Anda di halaman 1dari 114

UPAYA GURU DALAM MEMBENTUK KARAKTER

TANGGUNG JAWAB MELALUI KEGIATAN


KEAGAMAAN PADA SISWA KELAS IV
MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL
IHSAN KOTA JAMBI

SKRIPSI

LINA RUKMANA
NIM. TPG. 161909

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
UPAYA GURU DALAM MEMBENTUK KARAKTER
TANGGUNG JAWAB MELALUI KEGIATAN
KEAGAMAAN PADA SISWA KELAS IV
MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL
IHSAN KOTA JAMBI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

LINA RUKMANA
NIM. TPG. 161909

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020

i
ii
iii
iv
v
vi
PERSEMBAHAN

Bismillaahirrahmaaniraahiim
Segala puja dan puji bagi Allah Tuhan semesta alam, tempat meminta
pertolongan, pengampunan serta petunjuk kepada-Nya.
Skripsi Ini Ku Persembahkan Untuk:
Ibu dan Bapak Tercinta
Ibu ku Wiwik Nurhayati dan Bapak ku Subagiyo, terima kasih atas doa, motivasi,
semangat, cinta, kasih, dan sayang. Yang telah berkorban dan berjasa, baik berupa
moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan Pendidikan ini..
Adik Ku Tersayang
Adik ku Jannatin Aliyah terima kasih telah memberikan semangat serta doa
selama ini, semoga kita menjadi orang yang berguna di masa yang akan datang..
Teman-Teman Ku
Terima kasih telah menjadi motivasi tersendiri bagi penulis untuk segera
menyelesaikan Pendidikan ini..

vii
MOTTO

.‫جات‬
َ ‫دَ َر‬ ‫َي ْزفَعِ هللاُ الَّذِينَ َءا َمنُوا ِمن ُك ْم َوالَّذِينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم‬
Artinya :”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.”(QS.Al-Mujadalah:11)

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha „Alim yang
kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya, atas iradah-Nya hingga
skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam atas Nabi SAW pembawa
risalah pencerahan bagi manusia.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat


akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada fakultas Tarbiyah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah memberikan motivasi
baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini penulis menyampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asyari, MA, Ph.D Selaku Rektor UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi, Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE,ME, selaku wakil
Rektor I, Bapak Dr. As‟ad Isma, M.Pd, selaku wakil Rektor II, Bapak Dr.
Bahrul Ulum, selaku wakil Rektor III UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Ibu Dr. Risnita, M.Pd, selaku wakil dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Bapak Dr. Najmul Hayat, M.Pd.I, selaku wakil dekan II Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, dan Ibu Dr. Yusria, S.Ag, M.Ag, selaku wakil dekan III Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Ikhtiati, M.Pd.I dan Nasyariah Siregar, M.Pd.I, Selaku Ketua Program
Studi Dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd.I, selaku dosen Pembimbing I dan Ibu Kiki
Fatmawati, M.Pd.I, selaku dosen Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

ix
x
ABSTRAK

Nama : Lina Rukmana


Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : Upaya Guru Dalam Membentuk Karakter Tanggung Jawab
Melalui Kegiatan Keagamaan Pada Siswa Kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi

Skripsi ini membahas tentang upaya guru dalam membentuk karakter


tanggung jawab melalui kegiatan keagamaan pada siswa kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan tentang upaya guru dalam membentuk karakter tanggung jawab
siswa melalui kegiatan keagamaan. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis
adalah penelitian lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kegiatan keagamaan yang
diterapkan dalam upaya membentuk karakter tanggung jawab siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi antara lain rutinitas sholat dhuha berjamaah,
rutinitas sholat dhuhur berjamaah, tahfiz juz 30, dan kegiatan muhadharah.
Adapun faktor pendukung dalam membentuk karakter tanggung jawab siswa
melalui kegiatan keagamaan yaitu sarana prasarana dan adanya kerjasama pihak
sekolah dengan orang tua siswa sedangkan faktor yang menghambat yaitu
keterbatasan waktu, minimnya perhatian orang tua terhadap perkembangan
karakter siswa dan pengaruh lingkungan sekitar. Adapun solusi untuk mengatasi
hambatan dalam membentuk karakter tanggung jawab siswa yaitu pengintegrasian
Pendidikan karakter ke dalam proses pembelajaran serta menjalin kerjasama
dengan orang tua siswa.

Kata Kunci: Pendidikan karakter tanggung jawab, kegiatan keagamaan.

xi
ABSTRACT

Name : Lina Rukmana


Study Program : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Title : Teachers Efforts In Shaping The Character Of Responsibility
Through Religious Activities To Students Class IV Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi

This thesis discusses the efforts of teachers in shaping the character of


responsibility through religious activities in fourth grade students of Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan, Jambi City. The purpose of this study is to describe the
efforts of teachers in shaping the character of student responsibility through
religious activities. This type of research used by the writer is descriptive
qualitative field research. The data collection methods used are the method of
observation, interviews, and documentation.
The results showed that the types of religious activities that were
implemented in an effort to shape the character of student responsibility in
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan, Jambi City included the routine of Dhuha
prayer in congregation, the routine of Dhuhr prayer in congregation, tahfiz juz 30,
and muhadharah activities. The supporting factors in shaping the character of
student responsibility through religious activities are infrastructure and the
cooperation of the school with parents of students while the inhibiting factors are
time constraints, lack of parents' attention to the development of student character
and the influence of the surrounding environment. The solution to overcome
obstacles in shaping the character of student responsibility is the integration of
character education into the learning process and collaborating with students'
parents.

Keywords: Responsibility character education, religious activities.

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


NOTA DINAS ................................................................................................. ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
PERNYATAN ORISINALITAS .................................................................. vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
ABSTRAK ...................................................................................................... xi
ABTRACT ...................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ..................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori ....................................................................................... 6
1. Pendidikan Karakter ....................................................................... 6
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ........................................ 8
3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter .................................................... 9
4. Prinsip Pendidikan Karakter .......................................................... 12
5. Faktor Pembentuk Karakter ........................................................... 14
6. Nilai Tanggung Jawab.................................................................... 16
7. Kegiatan Keagamaan ..................................................................... 18

B. Studi Relevan ......................................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Desain Penelitian ........................................................... 23
B. Setting dan Subjek Penelitian .................................................................. 24

xiii
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 24
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 25
E. Teknik Analisis Data ................................................................................ 27
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ...................................................... 28
G. Jadwal Penelitian ..................................................................................... 31
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum ....................................................................................... 32
B. Temuan Khusus dan Pembahasan .......................................................... 40
1. Temuan Khusus ................................................................................
a. Upaya Guru Dalam Membentuk Karakter Tanggung Jawab
Melalui Kegiatan Keagamaan Pada Siswa Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi .............................. 40
b. Faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk
Karakter Tanggung Jawab Melalui Kegiatan Keagamaan Pada
Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi ..... 50
c. Solusi untuk mengatasi hambatan dalam membentuk
karakter tanggung jawab melalui kegiatan keagamaan pada
siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi ...... 57
2. Pembahasan ....................................................................................... 60

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 66
B. Saran ........................................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xiv
DAFTAR TABEL

Table 4.1 Tenaga Kependidikan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan


Kota Jambi ...................................................................................... 36
Table 4.2 Daftar Nama Guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan
Kota Jambi ...................................................................................... 37
Table 4.3 Data Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi. 38
Table 4.4 keadaan sarana dan prasarana di Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Ihsan Kota Jambi ............................................................................ 39

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Siswa Kelas IV Melaksanakan Sholat Dhuha ............................. 43


Gambar 4.2 Siswa Kelas IV Melaksanakan Sholat Dhuhur ........................... 44
Gambar 4.3 Siswa Melakukan Setoran Tahfiz ............................................... 46
Gambar 4.4 Siswa Mengikuti Kegiatan Muhadharah ..................................... 49

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrument Pengumpulan Data (IPD)


a. Pedoman Observasi
b. Pedoman Wawancara
c. Pedoman Dokumentasi
2. Hasil Wawancara
3. Daftar Riwayat Hidup

xvii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun
2018 Pasal 2 tentang penguatan Pendidikan karakter (PPK), yang menyebutkan
bahwa: “Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan dengan menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam Pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius,
jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung
jawab”.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bergotong royong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila. (Gunawan, 2017, hal. 30)
Namun pada kenyataannya pelaksanaan Pendidikan karakter khususnya pada
anak tingkat usia sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah belum tercapai seutuhnya.
Dilihat dari semakin bergesernya nilai-nilai moral seperti, kurangnya tingkat
kesopanan, budaya tidak tertib, tidak disiplin, kurang peduli akan kebersihan
lingkungan sekolah, kurangnya rasa tanggung jawab, dan bentuk-bentuk
kenakalan terhadap teman entah hanya sekedar lelucon atau ikut-ikutan, terkadang
anak secara sadar atau tidak mengejek temannya, misalnya memanggil julukan
yang tidak pantas terhadap temannya.
Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan
teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan
berbuat baik, berlaku jujur, bertanggung jawab, menghindari perbuatan curang,
selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan sebagainya. Karakter tidak
terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara terus menerus agar mencapai
bentuk dan kekuatan yang ideal. (Gunawan, 2017, hal. 33)

1
2

Karakter yang harus dibentuk pada diri peserta didik tentu banyak macamnya,
salah satunya tangggung jawab yang merupakan bagian dari nilai karakter yang
penting untuk diterapkan pada peserta didik. Tanggung jawab itu sendiri
merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang untuk dapat melaksanakan tugas
dan kewajiban yang harus dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat dan
lingkungan sekitar. Dengan adanya tanggung jawab maka peserta didik akan
memiliki beban yang harus diselesaikan terkait masalah yang sedang dialami.
Apabila karakter tanggung jawab dapat diterapkan dengan baik pada peserta didik
khususnya peserta didik pada sekolah tingkat dasar, maka akan meningkatkan
kualitas Pendidikan di Indonesia.(Lickona, 2013, hal. 72)
Upaya pengembangan nilai-nilai karakter di lembaga Pendidikan, seorang
guru dituntut untuk tidak hanya terfokus dalam kegiatan belajar mengajar
didalam kelas saja, tetapi juga harus mengarahkan kepada siswanya dalam bentuk
implementasi keagamaan. Pembinaan keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah tentu
masih membutuhkan bimbingan guru, dimana guru membimbing, menuntun,
memberikan contoh, bahkan menghantarkan anak pada kedewasaan yang muslim.
Contoh kegiatan keagamaan yang dapat diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah antara
lain, membaca doa bersama sebelum jam pelajaran di mulai, membaca surat-surat
pendek, sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah, melaksanakan peringatan hari
besar islam (PHBI), dan pesantren kilat.
Selain kegiatan keagamaan yang mendukung pendidikan karakter, lingkungan
sekolah hendaknya juga harus membiasakan kegiatan yang dapat membentuk
karakter siswa seperti, menjaga kebersihan lingkungan sekolah, kedisiplinan,
sikap saling menghormati, dan lain sebagainya, serta keteladanan yang diberikan
oleh guru. Salah satu lembaga yang peduli akan Pendidikan karakter dalam bidang
keagamaan adalah Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi, yang mana
merupakan salah satu sekolah yang mengusung Pendidikan karakter sebagai
terwujudnya visi dan misi Madrasah yaitu untuk membentuk karakter siswanya
sesuai dengan karakter islam.
Jenis kegiatan keagamaan yang diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Ihsan Kota Jambi antara lain, melaksanakan sholat dhuha berjamaah, sholat
3

dzuhur berjamaah, melaksanakan tahfidz sebelum memulai proses pembelajaran,


dan melaksanakan kegiatan muhadharah. Namun pada saat peneliti melakukan
observasi awal, masih melihat beberapa siswa kelas IV ketika akan melaksanakan
sholat dhuha maupun sholat dhuhur berjamaah siswa satu dengan yang lainnya
saling menunjuk antara yang menjadi muadzin, imam sholat, dan yang memimpin
doa setelah sholat, bahkan sebagian besar siswa tidak melakukan setoran tahfiz
dengan alasan belum menghapal. Dalam hal ini kurangnya rasa tanggung jawab
dari masing-masing siswa dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Hal
tersebut menunjukkan bahwasannya pendidikan karakter melalui kegiatan
keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi belum tertanam dalam
diri siswa sepenuhya. Oleh karena itu perlu adanya pembinaan yang lebih intensif
dari guru dalam melaksanakan Pendidikan karakter pada siswa. (Observasi, Juni
2019)
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi,
dengan mengambil judul “Upaya Guru Dalam Membentuk Karakter
Tanggung Jawab Melalui Kegiatan Keagamaan Pada Siswa Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi”.

B. FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, untuk mempermudah peneliti
dalam menganalisis hasil penelitian dan menghindari penyimpangan dalam
pembahasan penelitian ini, maka penelitian memfokuskan pada lingkup upaya
guru dalam membentuk karakter tanggung jawab melalui kegiatan keagamaan
yang dilakukan pihak sekolah dan mengambil fokus di kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.
4

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya guru kelas dalam membentuk karakter tanggung jawab
melalui kegiatan keagamaan siswa kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Ihsan Kota Jambi ?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter
tanggung jawab melalui kegiatan keagamaan pada siswa kelas IV di
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi ?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan dalam membentuk karakter
tanggung jawab melalui kegiatan keagamaan pada siswa kelas IV di
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi?

D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan upaya guru kelas dalam membentuk karakter
tanggung jawab melalui kegiatan keagamaan pada siswa kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi
b. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam
membentuk karakter tanggung jawab melalui kegiatan keagamaan pada
siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi
c. Untuk mendeskripsikan solusi dalam mengatasi hambatan pembentukan
karakter tanggung jawab melalui kegiatan keagamaan pada siswa kelas
IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
a. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada stake holder sekolah dan para guru dalam mengintegrasikan
Pendidikan karakter salah satunya melalui kegiatan keagamaan
b. Menjadi acuan teoritis bagi penelitian-penelitan lain yang sejenis
5

c. Sebagai salah satu persyaratan bagi peneliti untuk menyelesaikan tugas


akhir dan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan pada intinya adalah bimbingan yang diberikan kepada anak
sehingga anak mampu mengeluarkan potensi yang berada dalam dirinya
untuk keberlangsungan hidupnya dikemudian hari. Sedangkan kata karakter
dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai tabiat, sifat-
sifat kejiwaan,akhlak atau budi pekerti yang membedakan sesorang dengan
yang lain.
Secara terminology D.Yahya khan (2010) menyatakan bahwa karakter
adalah sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif
dan dinamis, integrasi antara pernyataan dan tindakan. Sedangkan Suyanto,
menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yag
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dibuat. (Muslich,
2018, hal. 70)
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap
individu untuk dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa, dan negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. (Mukhlas&
Hariyanto, 2017, hal. 41)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseoarang dengan
yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang

6
7

terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Nilai-nilai yang


unik, baik itu kemudian dalam desain induk pembangunan karakter bangsa
2010-2025 dimaknai sebagai tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan
nyata berkehidupan baik. (Kementrian Pendidikan Nasional. 2010)
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa karakter
adalah segala sesuatu yang terdapat pada diri seseorang yang berbeda
dengan orang lain berupa sifat, akhlak, tabiat atau nilai-nilai perilaku yang
yang terwujud melalui perkataan, ataupun perbuatan.
Sedangkan pengertian pendidikan karakter adalah hal positif apa saja
yang dilakaukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang
diajarnya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan Pendidikan
yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan
pengembangan etika para siswa. Dan merupakan suatu upaya proaktif yang
dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa
mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian,
kejujuran, kerajinan, keuletan, ketabahan , tanggung jawab, menghargai diri
sendiri dan orang lain. (Mukhlas &Hariyanto, 2017, hal. 43)
Pendapat lain mengenai pendidikan karakter yakni, Pendidikan karakter
adalah Pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek teori
pengetahuan (cognitive), perasan (feeling), dan tindakan (action). Menurut
Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan karakter tidak
akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan
berkelanjutan. Dengan Pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi
cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam
mempersiapkan anak menyongsong masa depan. (Muslich, 2018, hal. 29)
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari Pendidikan
moral, karena Pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah
benar salah, tetapi bagaimana menanamkan kebisaan tentang hal-hal yang
baik dalam kehidupan, sehingga anak atau peserta didik memiliki kesadaran,
dan pemahaman yang tinggi serta kepedulian dan komitmen untuk
8

menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. (Hermino, 2014, hal.


159)
Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai Pendidikan yang
mengembangkan karakter yang mulia dari peserta didik dengan
mempraktikan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan
keputusan yang beradab dalam hubungannya dengan sesama manusia
maupun hubungannya dengan Tuhannya.
Berdasarkan uraian diatas, jadi Pendidikan karakter merupakan proses
pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya
yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga serta karsa. Pendidikan
karakter dapat dimaknai sebagai Pendidikan nilai, budi pekerti, moral,
watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan karakter


Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Dengan demikian, tujuan pendidikan karakter adalah untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh, terpadu dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan
peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari. (Muslich, 2018, hal. 81)
9

Pendidikan karakter berfungsi:


a. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berprilaku baik
b. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
c. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia. (Aqib&Amrullah, 2017, hal. 4-5)

3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter


Kemendiknas mengungkapkan bahwa nilai-nilai yang dikembangkan
dalam Pendidikan budaya dan karakter bangsa berasal dari beberapa sumber
berikut: yaitu agama, Pancasila, budaya, dan tujuan Pendidikan Nasional.
Agama menjadi sumber Pendidikan karakter karena Indonesia merupakan
negara yang beragama sehingga nilai yang terkandung dalam agamanya
dijadikan dasar dalam membentuk karakter. Pancasila digunakan sebagai
sumber karena Pancasila adalah dasar negara sehingga nilai-nilai Pancasila
menjadi sumber Pendidikan karakter.
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam suku bangsa dan
budaya sehingga nilai-nilai budaya dalam masyarakat menjadi sumber
dalam Pendidikan karakter. Sedangkan tujuan Pendidikan Nasional menjadi
sumber pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter dikarenakan semua
bentuk Pendidikan tidak boleh bertentangan dengan tujuan Pendidikan
Nasional. Berikut adalah sejumlah bentuk nilai-nilai Pendidikan karakter.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan Pendidikan karakter,
telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya
dan tujuan Pendidikan nasional, yaitu: : (1) Reigius, (2) Jujur, (3) Toleransi,
(4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9)
Rasa ingin tahu, (10) Semangat kebangsaan, (11) Cinta tanah air, (12)
Menghargai prestasi, (13) Bersahabat /komunikatif, (14) Cinta damai, (15)
Gemar membaca, (16) Peduli lingkungan, (17) Peduli social, dan (18)
Tanggung jawab. (Pusat Kurikulum. Pengembangan dan Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa:Pedoman Sekolah, 2009:9-10)
10

Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun


satuan Pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan
cara melanjutkan nilai prakondisi (takwa, bersih, rapih, nyaman, dan
santun), yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18
nilai diatas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis karakter yang dipilih
tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan
yang lainnya.
Hal diatas tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan Pendidikan
masing-masing. Di antara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam
pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan
mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/
wilayah, yakni bersih,nyaman, rapih, disiplin, sopan dan santun. Berikut
adalah butir nilai-nilai pengembangan Pendidikan budaya dan karakter
bangsa menurut Diknas adalah sebagai berikut:
a. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur
Perilaku yang didasari pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan.
c. Toleran
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras
11

Tindakan yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam


mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
j. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap Bahasa,
lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
l. Menghargai Prestasi.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memeperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan
bekerja sama dengan orang lain.
12

n. Cinta Damai
Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadirannya, diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, social dan budaya) dan negara.
o. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa. (Syamsul Kurniawan, 2017, hal. 41)

4. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter disekolah akan terlaksana dengan lancar, jika guru
dan pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip Pendidikan karakter.
Kemendiknas (2010) memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk
mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan dan perilaku
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk
membangun karakter
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
13

e. Memberi kesempatan kepada pesrta didik untuk menunjukan perilaku


yang baik
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka,
dan membantu mereka untuk sukses
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk Pendidikan karakter dan setia pada nilai
dasar yang sama
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif Pendidikan karakter
j. Memfugsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta
didik.
Schwartz (2008) dalam Samani & Hariyanto (2013, hal. 168-175)
menguraikan prinsip-prinsip pendidikan karakter yang efektif, yaitu:
a. Pendidikan karakter harus mempromosikan nilai-nilai inti (ethical core
values) sebagai landasan bagi pembentukkan karakter yang baik
b. Karakter harus dapat dipahami secara komperhensif termasuk dalam
pemikiran, perasaan, dan perilaku
c. Pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan yang
sungguh-sungguh dan proaktif serta mempromosikan nilai-nilai inti ke
semua fase kehidupan
d. Sekolah harus menjadi komunitas yang peduli
e. Menyediakan peluang bagi para siswa untuk melakukan tindakan
bermoral
f. Pendidikan karakter yang efektif harus dilengkapi dengan kurikulum
akademis yang bermakna dan menantang, yang menghargai semua
pembelajar dan membantu mereka untuk mencapai sukses
14

g. Pendidikan karakter harus secara nyata mengembangkan motivasi


pribadi siswa
h. Seluruh staf sekolah harus menjadi komunitas belajar dan komunitas
moral yang semuanya saling berbagi tanggung jawab bagi
berlangsungnya pendidikan karakter, dan berupaya untuk
mengembangkan nilai-nilai inti yang sama menjadi panduan pendidikan
karakter bagi para siswa
i. Implementasi pendidikan karakter membutuhkan kepemimpinan moral
yang diperlukan bagi staf sekolah maupun para siswa
j. Sekolah harus merekrut orang tua dan anggota masyarakat sebagai
partner penuh dalam upaya pembangunan karakter
k. Evaluasi terhadap pendidikan karakter harus juga menilai karakter
sekolah, menilai fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, sampai
pada penilaian terhadap bagaimana cara para siswa memanifestasikan
karakter yang baik.

5. Faktor-Faktor Pembentukan Karakter


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata pembentukan berarti
proses, cara, perbuatan membentuk sesuatu dengan cara-cara tertentu.
(https://kbbi. web. id/bentuk diakses pada tanggal 10 september 2019 pada
pukul 14.23 WIB). Dalam hal ini, karakter yang di maksudkan adalah
karakter mulia yang diharapkan dan dapat dikembangkan oleh siswa,
pembentukan karakter siswa mengarah pada pengertian tentang
pembentukan siswa agar memiliki kepribadian, perilaku, sifat, dan watak
yang mulia. Berbicara masalah pembentukan karakter sama halnya
berbicara tentang tujuan Pendidikan, karena menurut beberapa pendapat
tujuan Pendidikan kita adalah sama halnya dengan pembentukan karakter.
Pembentukan karakter dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh
dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana Pendidikan
dan pembinaan yang terprogram dengan baik, dilaksanakan dengan
15

sungguh-sungguh dan konsisten. Berikut merupakan factor-faktor dalam


pembentukan karakter:
a. Faktor Internal
1). Insting atau Naluri
Insting adalah suatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang
menyampaikan tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu.
Setiap perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan
oleh naluri. Pengaruh naluri pada diri seseorang tergantung pada
bagaimana seseorang menyalurkan naluri tersebut. (Gunawan, 2012,
hal. 19)
2). Adat atau Kebiasaan
Salah satu faktor penting dalam tingkah laku manusia adalah
kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi karakter sangat erat
sekali dengan kebiasaan. Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu
diulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Faktor kebiasaan ini
memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk dan
membina karakter.
3). Kehendak atau Kemauan
Kehendak atau kemauan ialah keinginan untuk melangsungkan
segala ide walau disertai dengan berbagai rintangan dan kesukaran.
4). Suara Hati atau Hati Nurani
Hati nurani adalah suatu benih yang telah diciptakan oleh Allah
dalam jiwa manusia. Nurani dapat tumbuh berkembang karena
pengaruh Pendidikan, oleh karenanya, pendidikan karakter tidak akan
mencapai sasarannya tanpa disertai pemupukan hati nurani, yang
merupakan kekuatan dari dalam diri manusia, yang dapat menilai baik
dan buruk suatu perbuatan.
5).Hereditas atau Keturunan
Keturunan merupakan suatu factor yang dapat mempengaruhi sifat
manusia. Sifat-sifat atau ciri yang diperoleh oleh seorang anak atas
16

dasar keturunan. Sifat yang diturunkan itu pada garis besarnya ada dua
macam yaitu:
a) Sifat jasmaniyah, yakni kekuatan dan kelemahan otot-otot dan
urat sarap orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya
b) Sifat ruhaniyah, yakni lemah dan kuatnya suatu naluri dapat
diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi
perilaku anak cucunya.
b. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
Pertumbuhan karakter tidak dapat dipisahkan dari proses Pendidikan.
Tujuan pendidikan ialah menyiapkan manusia supaya hidup dengan
kehidupan yang sempurna. Pendidikan mempunyai peran yang sangat
penting dalam pembentukan karakter seseorang. Begitu pentingnya
faktor pendidikan itu sehingga dengan pendidikan naluri yang terdapat
pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan terarah.
2) Lingkungan
Disamping faktor hereditas, faktor lingkungan sangat berpengaruh
terhadap pembentukan karakter, misalnya seorang anak yang dilahirkan
tumbuh besar dan bergaul dengan orang disekitarnya. Terutama keluarga,
keluarga memiliki konstribusi dalam pembentukan karakter anak.
Keluarga adalah lingkungan pertama yang membina dan
mengembangkan pribadi seorang anak.

6. Nilai Tanggung Jawab


Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya), Negara, dan Tuhan. Apabila dalam penggunaan hak dan
kewajiban itu bisa tertib, maka akan timbul rasa tanggung jawab. Tanggung
jawab yang baik itu apabila antara perolehan hak dan penunaian kewajiban
bisa saling seimbang. ( Mustari, 2014, hal. 19)
17

Indikator karakter tanggung jawab menurut Wibowo dan Gunawan


(2015) adalah sebagai berikut: (1) peserta didik melaksanakan tugas dengan
sepenuh hati, (2) peserta didik belajar dengan semangat tinggi, (3) peserta
didik berusaha mencapai prestasi, (4) peserta didik mampu mengontrol diri,
(5) peserta didik akuntabel terhadap pilihan yang diambil, (6) peserta didik
memiliki kedisiplinan, (7) peserta didik mengerjakan tugas dengan baik, (8)
peserta didik tertib melaksanakan tugas, dan (9) peserta didik melakukan
perbaikan bila terjadi kesalahan.
Dalam kehidupan manusia tanggung jawab dapat dibedakan menjadi 5,
diantaranya sebagai berikut:
a. Tanggung jawab pada diri sendiri; kesadaran setiap orang untuk
memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian
sebagai manusia pribadi. Dia dapat memecahkan masalah mengenai
dirinya sendiri.
b. Tanggung jawab pada keluarga; kesadaran atas keluarga sebagai
masyarakat kecil, yang terdiri dari beberapa anggota yang saling
melengkapi dan memiliki kewajiban.
c. Tanggung jawab pada masyarakat; kesadaran akan keberadaannya
sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tetapi
membutuhkan bantuan orang lain. Ia juga mempunyai tanggung jawab
seperti anggota masyarakat lainnya agar bisa melanjutkan hidupnya
dalam masyarakat.
d. Tanggung jawab pada bangsa dan negara; kesadaran akan kewajiban
sebagai warga negara yang diartikan sebagai perbuatan sebab-akibat.
e. Tanggung jawab pada Tuhan; kesadaran akan adanya Tuhan yang
meguasai kehidupan dirinya dan apa yang ia lakukan harus
dipertanggung jawabkan semuanya kelak.
Karena pentingnya tangggung jawab pada diri seseorang maka sifat
tersebut penting untuk ditanamkan sejak dini pada peserta didik di
lingkungan sekolah. Agar guru dapat mengajari tanggung jawab secara
18

lebih efektif dan efisien kepada peserta didiknya, guru dapat melakukan
beberapa cara sebagai berikut:
a. Memberi pengertian pada peserta didik apa itu sebenarnya tanggung
jawab. Tanggung jawab adalah sikap ketika kita harus bersedia menerima
akibat dari apa yang telah kita perbuat.
b. Perlu adanya pembagian tanggung jawab peserta didik satu dengan yang
lain. Batas-batas dan aturan-aturannya harus jelas dan tegas agar peserta
didik lebih diarahkan.
c. Mulailah memberikan pelajaran kepada peserta didik tentang rasa
tanggung jawab dari hal-hal kecil, tentunya jika hal-hal kecil bisa
dijalankan dengan baik, berikutnya peserta didik bisa diajarkan rasa
tanggung jawab yang lebih besar. (Syamsul Kurniawan, 2016, hal.158)
Berikut ini merupakan indikator tanggung jawab yang akan digunakan
oleh peneliti sebagai pedoman penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan:
a. Melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh dan tidak lari dari tugas
yang harus diselesaikan
b. Berani menanggung konsekuensi dari sikap, perkataan, dan perilaku
c. Menyelesaikan kewajiban disekolah
d. Memiliki kedisiplinan

7. Kegiatan Keagamaan
a. Pengertian Kegiatan Keagamaan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kegiatan berasal dari kata
giat yang berarti rajin, bergairah dan bersemangat. Terdapat imbuhan
ke-an yang mempunyai makna melakukan suatu pekerjaan. Jadi
kegiatan adalah aktifitas, usaha, pekerjaan. (http//kamus besar Bahasa
Indonesia.org/kegiatan, diakses pada tanggal 10 september 2019 pada
pukul 15.20 WIB)
Sedangkan pengertian dari keagamaan itu sendiri berasal dari
agama yang kemudian mendapat awalan “ke” dan akhiran”an”,
sehingga membentuk kata baru yaitu “keagamaan”. Jadi keagamaan
19

disini mempunyai arti yang berhubungan dengan agama. (Depatemen


Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indinesia, 2005, hal. 234).
Jalaludin ( 2001, hal. 199) menjelaskan bahwa keagamaan merupakan
suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong untuk
bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
keagamaan adalah usaha yang dilakukan seseorang atau per kelompok
yang dilaksanakan secara kontinu maupun yang ada hubungannya
dengan nilai-nilai keagamaan. Dalam hal ini kegiatan keagamaan yang
berhubungan dengan nilai-nilai agama islam.

b. Fungsi dan Tujuan Kegiatan Kegamaan di Madrasah Ibtidaiyah


1) Meningkatkan pemahaman terhadap agama sehingga mampu
mengembangkan dirinya sejalan dengan norma-norma agama dan
mampu mengamalkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan budaya.
2) Meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota
masyarakat dalam megadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosisl, budaya dan alam sekitar.
3) Menyalurkan dan mengembangkan potensi dan bakat peserta didik
agar dapat menjadi manusia yang berkreativitas tinggi dan penuh
karya.
4) Melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan dan tanggung jawab
dalam menjalani tugas.
5) Menumbuh kembangkan akhlak islami yang mengintegrasikan
hubungan dengan Allah, Rasul, manusia, alam semesta bahkan diri
sendiri.
6) Mengembangkan sensifitas peserta didik dalam melihat persoalan
persoalan sosial keagamaan sehingga menjadi insan yang proaktif
terhadap permasalahan sosial dan dakwah.
20

7) Memberikan bimbingan dan arahan serta pelatihan kepada peserta


didik agar memiliki fisik yang sehat, bugar, kuat, cekatan, dan
terampil.
8) Memberi peluang peserta didik agar memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dengan baik, secara verbal maupun non verbal.
9) Melatih kemampuan peserta didik untuk bekeja dengan sebaik-
baiknya, secara mandiri, maupun kelompok.
10) Menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik untuk
memecahkan masalah sehari-hari.
c. Bentuk-Bentuk Kegiatan Keagamaan
Kegiatan keagamaan mempunyai beberapa bentuk atau macam
dilihat dari segi ataupun sudut pandang yang berbeda-beda pula. Dalam
bukunya Daradjat (1983) menyebutkan bentuk-bentuk kegiatan
keagamaan islam berdasarkan beberapa sudut pandangnya, sebagai
berikut:
1) Kegiatan keagamaan Islam yang bersifat umum dan khusus.
Pertama, Khasahah adalah kegiatan keagamaan Islam yang
ketentuannya telah ditetapkan oleh nash, seperti: shalat, zakat,
puasa, dan haji. Kedua, „Aamah adalah semua perbuatan baik yang
dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah,
seperti makan dan minum, bekerja dan lain sebagainya.
2) Kegiatan keagamaan Islam dari segi pelaksanaannya dibagi
menjadi tiga, yaitu jasmaniyah ruhiyah (shalat dan puasa), ruhiyah
dan maliyah (zakat), dan jasmaniyah ruhiyah dan maliyah,
(mengerjakan haji).
3) Kegiatan keagamaan Islam dari segi kepentingan perseorangan atau
masyarakat dibagi menjadi dua yaitu Fardhi, sepeti shalat dan
puasa, kedua ijtima‟i seperti zakat dan haji.
4) Kegiatan keagamaan Islam dari segi bentuk dan sifatnya dibedakan
menjadi tiga yaitu: Pertama, Kegiatan keagamaan Islam yang
berupa perkataan atau ucapan lidah seperti: membaca doa,
21

membaca Al-Quran, membaca zikir, membaca tahmid, dan


mendoakan orang yang bersin. Kedua, Kegiatan keagamaan Islam
yang berupa pekerjaan tertentu yang bentuknya meliputi perkataan
dan perbuatan, seperti shalat, zakat, puasa, haji. Ketiga, Kegiatan
keagamaan Islam yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan
bentuknya, seperti: menolong orang lain, berjihad, dan membela
diri.

B. Studi Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Afriyanto pada tahun 2018,
Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “ Pembentukan
karakter tanggung jawab dan bersahabat melalui kegiatan karawitan”.
Pembentukan karakter tanggung jawab dalam penelitian ini tercermin
dari pemberian pemahaman wawasan global tentang perkembangan
karawitan yang sudah mendunia agar pesrta didik melaksanakan tugas
dengan sepenuh hati, adanya rangsangan event sehingga anak merasa
ada kesempatan untuk tampil, giat latihan, konsekuensi untuk selalu
hadir latihan secara rutin.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu sama-sama membahas tentang pembentukan karakter
tanggung jawab pada siswa. Sedangkan perbedaannya terletak pada
proses pelaksanaan,, dalam penelitian ini yakni melalui kegiatan
karawitan sedangkan penulis akan mengkaji upaya pembentukan
karakter siswa melalui kegiatan keagamaan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Listya Rani Aulia pada tahun 2016,
Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul “Implementasi religius
dalam pendidikan karakter bagi peserta didik di sekolah dasar juara
Yogyakarta”. Dari hasil penelitian ini bahwasannya pelaksanaan
Pendidikan karakter yang telah diterapkan di sekolah dasar juara
Yogyakarta yaitu bagaimana sekolah mempersiapkan peserta didik agar
menjadi generasi yang dekat dengan Allah dan Rosul-Nya. Pendidikan
22

karakter dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan di sekolah dan di


rumah seperti mengurus kegiatan kantin, PBB, tahfidz, sholat
berjamaah, dan kegiatan-kegiatan yang ada di syiar bulanan.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu sama-sama membahas tentang pembentukan karakter
pada peserta didik usia sekolah dasar. Sedangkan perbedaannya terletak
pada pelaksanaannya, dalam penelitian ini yaitu melalui pembiasaan-
pembiasaan di sekolah maupun di rumah sedangkan penulis akan
mengkaji mengenai upaya pembentukan karakter siswa melalui
kegiatan keagamaan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Khoirul Muktadin pada tahun 2008
Universitas Islam Negeri Malang dengan judul “Pelaksanaan kegiatan
keagamaan dalam membentuk tingkah laku siswa di MTs Negeri
Malang III Sepanjang Gondanglegi” dari hasil penelitian ini
bahwasannya bentuk kegiatan keagamaan untuk membentuk tingkah
laku siswa yaitu rutinitas membaca ayat suci al-quran sebelum memulai
pembelajaran selama 15 menit, melaksanakan sholat dhuha berjamaah,
berdoa sebelum dan sesudah pelajaran di kelas, membelakukan sanksi
da sanksi tersebut nantinya akan dikomulasikan, serta memberikan
reword kepada siswa yang berprestasi. Adapun tujuan dari program
tersebut yaitu menumbuhkan kesadaran siswa tentang berprilaku islami,
menciptakan lingkungan sekolah yang islami serta dapat mencegah
siswa dari perilaku menyimpang.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu sama-sama mengkaji tentang jenis kegiatan keagamaan
yang dilaksanakan di sekolah. Sedangkan perbedaannya yaitu jika
dalam penelitian ini subjek penelitiannya ditujukan pada anak usia
remaja yakni tingkat sekolah menengah pertama sedangkan penulis
akan mengakaji tentang upaya pembentukan karakter pada anak usia
sekolah dasar.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif ini bermaksud memahami fenomena apa yang
dialami oleh subjek penelitian. Dasar penelitian adalah kontruktivisme yang
berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu
pertukaran pengalaman social yang ditemukan oleh setiap individu
(Sukmadinata, 2005, hal. 578).
Pendekatan ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan) analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi (Sugiyono,
2009 ,hal. 9).
Penelitian kualitatif menurut Moleong (2006) adalah sebuah penelitan
yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,
pandangan, perasaan, dan perilaku individua tau sekelompok orang. Penelitian
dengan pendekatan kualitatif merupakan analisis proses dari proses berpikir
secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena
yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah (Gunawan, 2015, hal.
80).
Menurut Fiks (2000), penlitian kualitatif adalah keterkaitan spesifik pada
studi hubungan sosial yang berhubungan dengan fakta dari pluralisasi dunia
kehidupan. Metode diterapkan untuk melihat dan memahami, subjek dan objek
yang meliputi orang, Lembaga, berdasarkan fakta yang tampil secara apa
adanya.

23
24

Jadi penelitian kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk


mendeskripsikan data yang telah diperoleh berupa kata-kata, gambar, tabel,
grafik ataupun tampilan lainnya berdasarkan hasil temuan di lapangan.

B. Setting dan Subjek Penelitian


1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini ditujukan kepada Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan
Kota Jambi. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, wali kelas IV, dan
beberapa siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.

C. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan
tujuan penelitian yang peneliti lakukan dalam mengumpulkan data yang
berkaitan dengan kelengkapan data yang ingin diteliti, maka di perlukan dua
jenis data yaitu data primer dan data sekunder, data tersebut yang meliputi:
a. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. ( Sugiyono, 2016, hal. 225)
Data primer yang akan diperoleh oleh peneliti adalah:
1) Hasil wawancara dengan kepala sekolah/madrasah, tentang seputar
gambaran umum Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota (sejarah
berdirinya, letak geografis, visi dan misi, kondisi siswa, guru dan
staf, serta sarana prasarana) dan upaya kepala sekolah/madrasah
dalam membentuk karakter tanggung jawab pada siswa.
2) Hasil wawancara dengan wali kelas IV, tentang seputar upaya yang
dilakukan wali kelas dalam membentuk karakter tanggung jawab
melalui kegiatan keagamaan pada siswa kelas IV.
25

3) Hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas IV tentang kewajiban


siswa dalam melaksanakan segala bentuk kegiatan keagamaan yang
ada di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen, misalnya data dari majalah, koran, keterangan - keterangan
atau publikasi lainnya. (sugiyono, 2016, hal. 225). Dalam hal ini adalah
data yang diambil dari gambaran umum di Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Ihsan Kota Jambi sebagai berikut:
1) Sejarah dan Geografis
2) Sarana dan prasarana
3) Struktur organisasi
4) Keadaan guru, tata usaha, dan Peserta didik.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek penelitian dari mana data
diperoleh. Sumber data yaitu berbentuk perkataan maupun tindakan, yang
didapat melalui wawancara, sumber data peristiwa (situasi) yang didapat
melalui observasi, dan sumber data dari dokumen didapat dari instansi
terkait. Sedangkan menurut Lofland yang dikutip oleh Moleong, sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. ( Lexi
Moleong, 2013, hal.157).

D. Teknik Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
1) Observasi
Observasi adalah teknik yang digunakan oleh peneliti untuk
mengetahui aktivitas-aktivitas yang terjadi selama penelitian dengan
mengamati secara langsung. (Sugiyono, 2015, hal .203). Cara ini juga
26

efektif untuk menggambarkan kondisi kelas, perilaku siswa, atau respon


dan tanggapan dari siswa tentang penelitian ini.
Peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif. Dalam penelitian
ini, peneliti dating di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan tersebut. (Sugiyono, 2016, hal. 227). Dalam
penelitian ini hal-hal yang akan di observasi adalah segala bentuk kegiatan
keagamaan yang di lakukan oleh siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan
Kota Jambi.
2) Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung (Usman dan Purnomo, 2011, hal. 55). Wawancara di
gunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus di teliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
(Sugiyono, 2016, hal. 137).
Peneliti menggunakan wawancara tersetruktur sebagai teknik
pengumpulan data yang telah menyiapkan instrument penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis. Dalam melakukan wawancara, selain
harus membawa instrument sebagai pedoman wawancara, maka
pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder,
gambar, brosur dan material yang lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara menjadi lancar. (Sugiyono,2016, hal. 138)
Dalam penelitian ini Teknik wawancara dimaksudkan untuk
memperoleh data dari narasumber seperti kepala sekolah , wali kelas IV
dan beberapa siswa kelas IV terkait dengan upaya pembentukan
karakter tanggung jawab melalui kegiatan keagamaan.
3) Dokumentasi
Dokumentasi ialah metode pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar,
maupun elektronik. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
27

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam pnenelitian


kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif akan semakin
tinggi jika melibatkan dan menggunakan studi dokumen.yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen. (Sugiyono, 2016, hal. 240)
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data berupa: sejarah
berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi, data tentang
guru dan staf-staf, data siswa, fasilitas yang digunakan, struktur
organisasi, program pengembangan penanaman niai-nilai karakter, serta
dokumentasi lain yang menguatkan hasil penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan.
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sabelum peneliti memasuki
lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
skunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun
demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang
setelah peneliti masuk dan selama dilapangan. (Sugiyono,2016, hal. 245)
Berikut komponen dalam analisis data:
1. Reduksi Data (Reduction Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
28

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah


peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori , flowchart dan sejenisnya. Menurut Miles dan
Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.
(Sugiyono, 2016, hal. 249)
Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan teks yang bersifat
naratif. Penyajian data dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai
dengan sub babnya masing-masing, data yang telah didapatkan dari hasil
wawancara, sumber tulisan maupun dari sumber pustaka .
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan berdasarkan analisis
data. Peneliti menjumlah dan mengklasifikasi data yang telah didapatkan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori. ( Sugiyono, 2016, hal. 253)

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


1. Meningkatkan ketekunan
Teknik ini dimaksudkan untuk melakukan pengamatan secara lebih
cermat. Menurut Sugiyono (2016, hal. 272) Meningkatkan ketekunan ini
dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh hasil penelitian dengan
cermat. sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan dengan
membaca berbagai referensi buku maupun hasil peneliti atau dokumentasi
yang terkait dengan upaya guru dalam membentuk karakter tanggung
jawab melalui kegiatan keagamaan pada siswa kelas IV.
29

2. Kecukupan referensi
Referensi disini adalah adanya pendukung untuk membeuktikan data
yang telah ditemukan oleh peneliti (Sugiyono, 2016, hal.275). kecukupan
referensi, peneliti menggunakan alat bantu perekam, kamera atau video.
Kecukupan referensi membantu peneliti dalam waancara kepada informan
dan mengamati fenomena yang terjadi di lapangan sesuai dengan fokus
penelitian dengan mengambil gambar atau video. Data dan informasi yang
diperoleh dapat digunakan sebagai dasar untuk menguji data ketika
diadakan analisis data dan penafsiran sehingga peneliti tidak lagi
mengalami kesulitan ketika menyusun laporan dari penelitian tersebut.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data atau pembanding
data. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data. Triangulasi berarti peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. (Sugiyono, 2016, hal. 241)
Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis triangulasi yaitu
triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
a. Triangulasi sumber
Adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai
metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara,
peneliti juga melakukan observasi, dokumen tertulis, arsif, catatan resmi,
gambar atau foto. Peneliti melakukan perbandingan dari sumber data
yang telah didapatkan.
b. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik juga digunakan dalam penelitian ini, peneliti
mengecek hasil data yang diperoleh melalui beberapa teknik
pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk
30

memastikan bahwa data yang diperoleh tidak saling bertentangan.


Misalnya dari data wawancara dipadukan dengan observasi, kemudian
dipadukan dengan dokumenter, dan sebaliknya sehingga ditemukan
kenyataan yang sesungguhnya.
G. Jadwal Penelitian

Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret


Jenis 2019
2019 2019 2019 2019 2019 2020 2020 2020
NO Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
Proposal √
Penyusunan
2 Proposal √ √
Bimbingan
3 Proposal √ √ √
Seminar
4 Proposal √
Perbaikan
5 Proposal √
Pembuatan
6 Izin Riset √
Pelaksanaan
7 Riset √ √ √ √ √ √ √
Penyusunan
8 Data √
Bimbingan
9 Skripsi √ √ √
10 ACC Skripsi √
11 Munaqosah
BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum
1. Historis dan Geografis
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan letak dan geografisnya sangatlah
strategis, yang mana terletak di Jl. Masjid Nurul Ihsan RT. 02. No. 01.
Kel. Pematang Sulur Telanaipura Kota Jambi. Yang mana terletak
ditengah-tengah lingkungan masyarakat, namun jauh dari keramaian
sehingga memberikan ketenangan kepada siswa saat melaksanakan
proses pembelajaran dan adanya pagar yang mengelilingi bangunan
sekolah sehingga dapat meningkatkan rasa aman dari gangguan pihak
luar terhadap sekolah. Keberadaan lokasi Madrasah Nurul Ihsan
sangatlah mudah dijangkau dan ditemukan oleh masyarakat.
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan berdiri sejak tanggal 22 mei
1992, sebagai Madrasah sore sampai tahun 2008. Madrasah mengalami
perubahan menjadi Madrasah pagi yakni mulai tanggal 04 Maret 2008.
Sejalan dengan perkembangan zaman, Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Ihsan terus mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Berbagai
prestasi akademik dan non akademik banyak diraih oleh siswa setiap
tahunnya. Pada awal berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan
menerima 24 siswa dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya,
dan saat ini jumlah seluruh siswa Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan
sebanyak 155 siswa/i. Dan terus berbenah dibawah kepemimpinan
kepala madrasah yang telah beberapa kali mengalami pergantian yakni
sebagai berikut:
1. Bapak Musyafiruddin, A.Md periode 2008-2010
2. Ibu Azizah, S.Ag periode 2010-2013
3. Ibu Rostini, S.Pd.I periode 2013-2014
4. Ibu Hj. Three hartati, S.Ag periode 2014-2016
5. Ibu Endang Susilawati, S.Pd.I periode 2016 sampai sekarang.

32
33

Adapun tata letak Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi


adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Masjid Nurul Ihsan
b. Sebelah Timur : Perkebunan warga
c. Sebelah Selatan : Jalan setapak
d. Sebelah Barat : Perumahan warga

2. Visi, Misi Serta Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota


Jambi
a. Visi
Menjadikan MI Nurul Ihsan sebagai lembaga pendidikan yang
cerdas, berkarakter dan islami.
b. Misi
Melakukan perubahan yang mengembangkan potensi kecerdasan
peserta didik secara professional dengan cara :
1) Memberikan bimbingan dan pembinaan dengan optimal dalam
mengoptimalkan potensi kecerdasan, spiritual, social,
matematis, interpersonal, linguistik, spasial, musikal dan
kinestetik.
2) Membentuk insan yang soleh dan solehah dengan berjiwa
mujahid, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, disiplin serta mandiri.
3) Mengembangkan dan membina jaringan kerja sama dengan
semua elemen masyarakat secara lokal, regional, nasional dan
internasional.
c. Tujuan
1) Mewujudkan peserta didik menjadi generasi yang berkarakter
rabbaniah dan ilmiah
2) Menciptakan lingkungan masyarakat yang tangguh dengan
generasi beriman, berilmu, dengan pemahaman dan pengalaman
Al-qur‟an Hadits secara kaffah
3) Mewujudkan generasi yang mujahid dan mujahidah.
34

3. Strukur Organisasi
Dalam suatu Lembaga Pendidikan tentunya ada setruktur
organisasi yang dijadikan sebagai pedoman menjalankan tugas pokok
dan fungsi dari masing-masing personel sekolah. Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Ihsan Kota Jambi saat ini dipimpin oleh oleh Ibu Endang
Susilawati, S.Pd.I yang bertugas sebagai kepala sekolah yang tentunya
mengkoordinir kegiatan sekolah, agar kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan dengan semestinya.
Selain Kepala Sekolah sebagai pimpinan, disamping itu wali kelas
juga memegang peranan penting yaitu bertanggung jawab dalam
melaksanakan administrasi kelas yang diercayakan kepadanya, untuk
menunjang kelancaran proses pembelajaran dalam Pendidikan.
Dengan adanya struktur organisasi akan memudahkan kepala
sekolah mengadakan pengawasan, koordinasi dan pengambilan
keputusan-keputusan yang diperlukan dalam tubuh organisasi,
sedangkan organisasi tanpa struktur, membuat personil sulit untuk
melaksanakan aktivitas dalam melaksanakan kegiatan program kerja
berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing personil.
Kemudian dalam organisasi harus mempunyai program kerja yang
jelas, sehingga mempermudah dalam pencapaian tujuan organisasi.
Untuk itulah mengenai struktur organisasi Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Ihsan Kota Jambi dapat dilihat pada gambar berikut.
35

Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi

Ketua Yayasan
M. Yusuf Munir, S.KM

]‟
Ketua Komite Kepala Madrasah
uuu\e
Prof.Dr.H.M. Rachmad, Endang Susilawati, S.Pd.I
R.SE, ME

TU Bendahara
Rahma Dewi Kusmala S, S.Pd

Waka Kesiswaan Waka Kurikulum Waka Prasarana


Nova Arilawati R, M.Pd Nurul Rahmawan, S.Pd Eka Diawati, S.Ag

Majelis Guru
MI Nurul Ihsan

Siswa
MI Nurul Ihsan
36

Berdasarkan struktur organisasi diatas, maka jelas bahwa


Lembaga Pendidikan itu memiliki pimpinan tertinggi yaitu kepala
sekolah selaku pelaksana di lapangan dan bertugas selaku supervisor
Pendidikan yang bertanggung jawab dalam mengawasi dan
mengkoordinir semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahan. Dalam
hal ini kepala sekolah, mempunyai tanggung jawab, baik yag
berkenaan dengan tugas proses pembelajaran maupun tugas dalam
memperlancar jalannya administrasi Pendidikan itu sendiri.

4. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
Pendidikan. Yang termasuk kedalam tenaga kependidikan adalah
kepala satuan Pendidikan, pendidik, dan tenaga Pendidikan lainnya.
Berikut tenaga kependidikan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota
Jambi.
Tabel 4.1
Tenaga kependidikan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan
Kota Jambi
No Nama Jabatan

1 Endang Susilawati, S.Pd.I Kepala Madrasah

2 Hj.Rostini, S.Pd.I Guru Kelas

3 Hj.Three Hartati S.Ag Guru Kelas

4 Eka Diawati, S.Ag Guru Kelas

5 Nova Arilawati Ritonga,M.Pd Guru Kelas

6 Dewi Kusmalasari, S.Pd Guru Kelas

7 Heri Ariansyah, S.Pd Guru Kelas


37

8 Idawati, S.Pd Guru Mapel

Nurul Rahmawan Saputra, Guru Mapel


9
S.Pd

10 Mashar, A.Ma Guru Mapel

11 Rahma TU/Operator

(Sumber: Arsip MI Nurul Ihsan Kota Jambi)

a. Keadaan Guru
Guru adalah pelaksanaan dan pengembangan program
kegiatan dalam proses belajar mengajar. Dimana guru merupakan
tenaga edukatif yang bertugas mengajar, mendidik, membimbing
siswa dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan. Guru di
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan kota Jambi mempunyai tugas
utama dalam mengolah pelajaran untuk disampaikan kepada
siswanya. Selain itu guru Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan kota
Jambi juga harus menjalankan tugas piket dan sebagai wali kelas.
Berikut adalah daftar nama guru kelas dan bidang studi di
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi pada tahun ajaran
2019/2020 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2. Daftar Nama Guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul


Ihsan Kota Jambi
No Nama Keterangan

1 Eka Diawati, S.Ag Guru Kelas I

2 Hj.Three Hartati S.Ag Guru Kelas II

3 Hj.Rostini, S.Pd.I Guru Kelas III

4 Nova Arilawati Ritonga, M.Pd Guru Kelas IV


38

5 Heri Ariansyah,S.Pd Guru Kelas V

6 Dewi Kusmalasari, S.Pd Guru Kelas VI

7 Idawati, S.Pd Guru Mapel

8 Nurul Rahmawan Saputra, S.Pd Guru Mapel

10 Mashar, A.Ma Guru Mapel

(Sumber: Arsip MI Nurul Ihsan Kota Jambi)

b. Keadaan Siswa
Didalam Pendidikan ada beberapa unsur yang harus ada, agar
proses pembelajaran terlaksana dengan baik. Salah satu unsur
tersebut adalah anak didik. Anak didik merupakan unsur yang tidak
dapat diabaikan keberadaannya dalam proses pembelajaran, sebab
anak didik merupakan objek dari Pendidikan. Demikian juga
halnya dengan Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.
Berikut merupakan data siswa Madrash Ibtidaiyah Nurul Ihsan
Kota Jambi yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. 4.3
Data Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan
Kota Jambi
Tahun
To-
2019/ Kelas
tal
2020
Kelas Kelas II Kelas Kelas Kelas Kelas
I III IV V VI
LK PR LK Pr L Pr LK Pr LK Pr LK Pr
K
9 14 13 16 15 7 10 10 19 9 19 14
Jumlh 23 29 22 20 28 33 155

(Sumber: Arsip MI Nurul Ihsan Kota Jambi )


39

5. Sarana dan Prasarana


Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pendidikan , kualitas
suatu pendidikan juga di dukung dengan adanya sarana dan prasarana,
yang menjadi standar sekolah. Sarana dan prasarana sangat
mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar. Hal ini menunjukkan
bahwa peranan sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang
kualitas belajar siswa. Sarana Pendidikan merupakan tempat
berlangsungnya proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik
dan juga dapat memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar,
sementara prasarana merupakan fasilitas yang membantu dan
menunjang proses pembelajaran.
Sarana dan prasarana merupakan salah satu objek yang sangat
urgen dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan dalam proses
belajar mengajar. Diera sekarang ini berbagai macam cara telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan salah satunya adalah
dengan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Begitu pula
dengan sarana dan prasarana yang terdapat di Madrasah Ibtidaiyah
Nrul Ihsan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel. 4.4
Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan
Kota Jambi

No Jenis Bangunan Jumlah Kondisi

1. Ruang Kelas 6 Baik

2. Ruang Guru dan Kepala Sekolah 1 Baik

3. Ruang TU 1 Baik

4. Ruang Gudang 1 Baik

5. Lapangan Upacara 1 Baik


40

6. (
Kantin 2 Baik

7. Tempat Parkir 1 Baik


S
8. Masjid ( 1 Baik

9. TempatSWudhu 3 Baik
u
10. Toilet 2 Baik
m
b
(Sumber: Arsip MI Nurul Ihsan Kota Jambi)

B. Temuan Khusus dan Pembahasan


1. Temuan khusus
a. Upaya Guru Dalam Membentuk Karakter Tanggung Jawab
Melalui Kegiatan Keagamaan Pada Siswa Kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi
Upaya adalah usaha atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya. Maka
upaya adalah suatu usaha yang dilakukan dengan maksud tertentu
agar semua permasalahan yang ada dapat terselesaikan dengan baik
dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam hal ini, upaya guru dalam pembentukan karakter siswa
adalah peranan seorang guru membentuk karakter siswa dengan
suatu kegiatan secara terus-menerus yang dilakukan oleh para
pendidik terhadap peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan
Kota Jambi.
1) Melalui rutinitas sholat dhuha berjamaah
Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat di Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi, bahwasannya sebelum siswa
masuk kelas untuk mengikuti proses pembelajaran, siswa
melaksanakan sholat dhuha berjamaah terlebih dahulu di masjid.
Dalam pelaksanaan sholat dhuha tersebut siswa tidak hanya
41

diajarkan untuk memilki karakter religius namun juga ditanamkan


rasa tanggung jawab pada diri masing-masing siswa yaitu dengan
menjalankan tugas piket yakni antara yang menjadi muadzin,
imam sholat, dan memimpin doa setelah sholat. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara peneliti dengan ibu Nova Arilawati
Ritonga, M.Pd selaku wali kelas IV dalam upaya membentuk
karakter tanggung jawab siswa melalui kegiatan keagamaan di
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi:

“Mengenai pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan


itu yang rutin dilaksanakan setiap hari dan tentunya dalam
pengawasan dan bimbingan guru. Yang pertama itu ada
sholat dhuha berjamaah, yang mana setiap paginya itu kita
melakukan sholat sebelum masuk kelas, jam tujuh kita mulai
sholat sampai setengah delapan, baru masuk kelas. Nah itu
kan kalau sebelum sholat itu kan ada yang jadi muadzin,
imam sholat dan memimpin doa setelah sholat. Jadi kalau ibu
sendiri membimbing anak kelas empat ini ibu atur sesuai
jadwal piket, siapa- siapa saja yang bertugas pada hari itu jadi
nggak ada lagi yang namanya saling tunjuk menunjuk antara
yang adzan, terus yang jadi imam sholat kemudian yang
mimpin doa setelah sholat. Itu semua kan termasuk upaya ibu
sebagai wali kelas dalam membentuk karakter tanggung
jawab anak. Meskipun masih ada beberapa siswa yang belum
menjalankannya. Contohnya harus ibu suruh beberapa kali
baru mau jadi imam, adzan, mimpin doa. Namanya juga
proses kan harus perlahan-lahan”. (wawancara, 16 januari
2020)
Hal senada juga diungkapkan ibu Endang Susilawati, S.Pd.I
selaku kepala madrasah yang mengatakan:

“Kalau mengenai pendidikan karakter itu sendiri tentunya


semua sekolah pasti menerapkan ya, tapi dengan caranya
masin-masing. Untuk di madrasah ini memang kita ada
beberapa program yang kita jalankan disekolah ini salah
satunya sholat dhuha yang di laksanakan oleh semua kelas
mulai dari kelas satu sampai enam, yang mana kalau selain
hari jumat itu dilaksanaknnya per kelas dan dibimbing oleh
wali kelas masing-masing. Agar bisa lebih mudah dalam
membimbing, mengarahkan dalam artian lebih terfokus
kepada anak masing-masing. Apalagi kalau anak kelas
42

rendah satu, dua, dan tiga itu kan masih pada tahap belajar
ya, jadi lebih membutuhkan bimbingan dari seorang guru,
mulai dari bacaan sholat sampai doa. Tapi bukan berarti yang
kelas tinggi terlepas dari bimbingan guru ya, Namanya juga
anak tingkat dasar, ada gurunya ada mereka ribut sana-sini
apalagi kalau tidak diawasi. Intinya guru itu harus
membimbing, mengarahkan dan tentunya juga menjadi
teladan bagi siswanya. (wawancara, 11 januari 2020)
Harapan kepala sekolah disekolah tersebut begitu besar, agar
semua guru khususnya wali kelas untuk selalu memberikan
bimbingan serta mengarahkan siswa-siswinya agar memiliki
karakter yang baik dari segala segi. Dan tentunya guru dapat
dijadikan contoh dan panutan bagi anak didik.
Sebagaimana wawancara penulis dengan Muhammad Alqis,
salah satu siswa kelas IV yang mengatakan:
“Sebelum masuk kelas kami sholat dhuha dulu di masjid, sama
ibuk Nova. Kalau nggak ada ibuk kami ribut, lari-lari sampe
kena marah sama ustad. Soalnya gak ada yang mau adzan,
terus buk Endang datang nyuruh kami adzan sama bilang gak
boleh ribut sampai buk Nova datang. Tapi kami ribut lagi
kalau ibu kepala sekolah keluar, kalau ibuk Nova sudah
datang baru kami diam semua takut soalnya. Terus ibuk
nanya biasanya sudah adzan, kalau belum ibuk nanya lagi
siapa yang piket hari ini, terus suruh adzan sama jadi imam
sholat”. (wawancara, 18 januari 2020)

Selain wali kelas yang secara langsung membimbing siswa


ketika melaksanakan sholat dhuha, kepala sekolah juga ikut serta
dalam mengarahkan siswa. Berdasarkan observasi, peneliti
melihat secara langsung ketika kepala sekolah yang turut
mengarahkan siswa dan berdiri tepat di samping pintu masjid
bahkan secara tegas memanggil siswa yang masih berada diatas
untuk segera turun kebawah agar segera mengambil wudhu dan
langsung menuju masjid. (observasi, 17 januari 2020)
Untuk memperkuat hasil penelitian ini, berikut peneliti
menyajikan gambar siswa saat melaksanakan sholat dhuha
berjamaah.
43

Gambar 4.1 Siswa sedang melaksanakan sholat dhuha berjamaah

Berdasarkan wawancara dan observasi penulis, dapat


disimpulkan bahwasannya guru selalu memberikan bimbingan,
mengarahkan anak didik agar selalu menjalankan kewajibannya
serta mengerti akan tanggung jawab sebagai siswa. Guru tidak
hanya memberikan ilmu pengetahuan dan mengajarkan teori pada
anak didik, akan tetapi guru juga merupakan teladan bagi anak
didik.
2) Melalui rutinitas sholat dhuhur berjamaah
Sebagaimana wawancara penulis dengan ibu Nova Arilawati
Ritonga, M.Pd selaku wali kelas IV yang mengatakan:
“Sebelum pulang kita sholat dhuhur berjamaah dulu,
biasanya kalau kelas empat itu turun kebawah untuk sholat
jam setengah dua setelah selesai pembelajaran baru kita
pulang nya itu jam dua. Sama halnya dengan sholat dhuha ya
waktu sebelum masuk kelas, ini juga rutinitas yang harus kita
laksanakan. Karna kan sholat ini wajib ya, jadi kita tanamkan
sejak dini kepada anak-anak mengenai kewajiban. Nah dari
sini kita juga dapat menanamkan karakter ke siswa, seperti
yang ibuk katakan tadi selain religius juga dapat
menanamkan karakter tanggung jawab, siapa-siapa saja yang
bertugas untuk yang adzan, imam, dan mimpin doa.
Berhubung kita sudah sholat dhuha waktu pagi jadi untuk
sholat dhuhur ini bisa tukaran yang jadi petugasnya kalau
waktu sholat dhuha adzan berarti siangnya jadi imam dan
sebaliknya”. (wawancara, 16 januari 2020)
44

Hal serupa juga di katakan oleh ibu Endang Susilawati,


S.Pd.I selaku kepala madrasah yang mengatakan:
“Untuk siswa kelas empat, lima, dan enam mereka memang
harus melaksanakan sholat dhuhur berjamaah terlebih dahulu
sebelum pulang kerumah. Kecuali kelas rendah karena kan
mereka pulang lebih awal. Kenapa ini kita terapkan, ya
karena untuk membiasakan anak agar tau akan kewajibannya
sebagai umat islam, selain itu juga salah satu cara kita untuk
membentuk karakter anak. Dari sini bisa kita lihat ada tidak
rasa tanggung jawab mereka untuk menjalankan kewajiban
tadi. Meskipun kebanyakan orang tua mereka sudah lama
menunggu untuk menjemput anaknya, tapi anak-anak tidak
ada yang boleh pulang dulu sebelum sholat dhuhur
berjamaah. Itu semua juga tidak terlepas dari bimbingan guru
kelas masing-masing”. (wawancara, 11 januari 2020)

Sebagaimana wawancara penulis dengan Muhammad Alqis


siswa kelas IV yang mengatakan:
“Sebelum pulang sholat dhuhur dulu habis itu setoran tahfiz ,
kalau sudah selesai baru pulang ke rumah”. (wawancara, 18
januari 2020)

Untuk memperkuat hasil penelitian ini, berikut peneliti


menyajikan gambar siswa kelas IV saat melaksanakan sholat
dhuhur berjamaah.

Gambar 4.2 Siswa kelas IV melaksanakan


sholat dhuhur berjamaah.
45

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, dapat


disimpulkan bahwa salah satu upaya guru dalam membentuk
karakter tanggung jawab peserta didik yaitu dengan membuat
program sholat dhuhur berjamaah yang harus di ikuti oleh siswa
kelas empat, lima, dan enam. Dalam hal ini siswa bukan hanya
dapat melaksanakan kewajibannya sebagai umat islam namun
siswa juga dapat menjalankan tanggung jawab sebagai peserta
didik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan dengan mengikuti
semua peraturan yang ada disekolah tersebut.
3) Program tahfiz jus 30
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan ibu Nova
Arilawati Ritonga, M.Pd selaku wali kelas IV yang mengatakan:
“Disini kita ada tahfiz jus 30 yang wajib diikuti oleh semua
siswa. Kalau dikelas empat ini, ibu nerapkannya itu tidak
setiap hari biasanya dua hari sekali untuk setorannya. Kita
juga ada lembar bukti setoran tahfiz, jadi sebelum anak-anak
setoran ke ibuk terlebih dahulu mereka setoran sama orang
tuanya dirumah dan juga harus ada tanda tangan orang tua
sebagai bukti bahwa mereka sudah benar-benar hapal, baru
mereka setoran ke ibuk waktu di sekolah. Kalau memang
sudah selesai satu surat dengan lancar baru ibuk tanda tangan
juga sebagai wali kelasnya. Hapalan ini kan tidak sekaligus
satu surat apalagi suratnya panjang, biasanya ibuk kasih
batasan minimal lima ayat dalam satu kali setoran dan
setorannya itu kita lakukan setelah sholat dhuha atau sebelum
pembelajaran dimulai bagi yang belum mendapat giliran bisa
dilajutkan waktu setelah sholat dhuhur. Kalau dikaitkan ke
pendidikan karakter sudah pasti tanggung jawab ya, karena
kan anak dituntut untuk mengahapal dirumah, ada tidak rasa
tanggung jawabnya, bisa dikatakan seperti PR lah ya”
(wawancara, 16 januari 2020).

Hal serupa juga dikatakan oleh ibu Endang Susilawati, S.Pd.I


selaku kepala madrasah yang mengatakan:

“Untuk program tahfiz itu memang salah satu program yang


ada di MI Nurul Ihsan ini, semua anak wajib mengikuti tahfiz
atau melakukan setoran ke wali kelas masing-masing. Itu
sebagai syarat untuk mengikuti ujian semester, itukan bisa
46

dilihat dari lembar setorannya, dan setiap anak itu punya


lembaran bukti setoran itu. Dan cara untuk melakukan
setoran tergantung wali kelasnya, apa mau pagi atau saat mau
pulang. Ini salah satu cara sekolah untuk menjadikan anak
mempunyai keunggulan dibidang keagamaan ya. Yang mana
diharapkan setelah anak-anak lulus dari sekolah MI ini
mereka hapal juz 30 dan setidaknya pasti anak tadi bisa
mengaji, sehingga mereka nantinya bisa dengan mudah untuk
masuk sekolah tingkat selanjutnya”. (wawancara, 11 januari
2020)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Muhammad Alqis siswa


kelas kelas IV berikut:
“iya emang ada hapalan juz‟amma biasanya kalau sama ibuk
Nova dikasih batesan biasanya lima ayat kalau setoran”.

Untuk memperkuat hasil penelitian ini, berikut peneliti


menyajikan gambar salah satu siswa kelas IV sedang melakukan
setoran tahfiz juz 30.

Gambar 4.3 Salah satu siswa kelas IV sedang


melakukan setoran tahfiz.

Berdasrkan hasil wawancara dan observasi peneliti, dapat


disimpulkan bahwa upaya lain yang dilakukan guru dalam
membentuk karakter tanggung jawab siswa yaitu dengan
diadakannya program tahfiz jus 30. Yang mana dari program ini
dapat menanamkan rasa tangung jawab kepada masing- masing
anak untuk menghapal surat-surat pendek atau jus 30 dan
47

melakukan setoran ke wali kelas sebagai syarat dalam mengikuti


ujian semester.
4) Program muhadharah
Pengembangan karakter siswa dapat ditempuh melalui
berbagai kegiatan pembinaan siswa salah satunya yaitu program
muhadharah, seperti yang telah diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Ihsan Kota Jambi. Sebagaimana hasil wawancara dengan
ibu Nova Arilawati Ritonga, M.Pd selaku wali kelas IV yang
menjelaskan berikut ini:

“Disini ada program mingguan yang dilaksanakan setiap hari


jumat yang disebut muhadharah. Kita lakukan setelah sholat
dhuha berjamaah, kegiatan ini khusus anak-anak yang
mengisi semuanya, biasanya dalam satu kelas itu harus ikut
semua itu kan banyak petugasnya dari mulai pembawa acara,
sholawat putra dan putri, terus ada tilawah, pembacaan
asmaul husna, pembacaan tahfiz jus 30 , ada ceramah juga
dan terakhir ada doa. Nah kalau untuk pembagian petugasnya
itu giliran setiap minggunya jadi dapat semua, misalnya
minggu ini nampil sholawat untuk penampilan yang
selajutnya apa jadi pembawa acara begitu seterusnya.
Biasanya mulai hari senin itu sudah ibuk latih sampai hari
kamis jumatnya nampil, karena itu harus dipersiapkan
matang-matang. Siapa-siapa saja orangnya, jadi setiap anak
punya tanggung jawab untuk latihan benar-benar baik
disekolah maupun dirumah, jangan sampai pas hari jumat
mau nampil anaknya gak datang. Tapi yang namanya anak-
anak kadang dia merasa tidak siap untuk tampil dan akhirnya
memilih untuk tidak berangkat sekolah. Ini kan juga diambil
nilai jadi semua harus ikut kegiatan ini”. (wawancara, 16
januari 2020)

Hal serupa juga ditegaskan oleh Ibu Endang Susilawati,


S.Pd.I selaku kepala madrasah berikut ini:

“Meskipun ibu tidak masuk lokal untuk mengajar, tapi ibu


selalu memantau anak baik dari kegiatan pembelajaran
ataupun kegiatan lainnya. Seperti ketika anak-anak sedang
melaksanakan sholat atau latihan muhadharah ibu langsung
koordinasi dengan wali kelas, apakah anak muridnya sudah
48

latihan atau belum intinya kerjasama lah. Tidak lepas tangan


begitu saja, dan juga kita kan ada apel pagi ya disitu ibu
selalu mengingatkan giliran siapa yang hari jumat tampil
untuk muhadharah dan apakah sudah latihan. Yang ikut
muhadharah ini kan cuman kelas empat sampai enam, karena
kalau untuk kelas bawah itu belum ikut karena masih sulit lah
ya belum begitu mengerti mereka, jadi setelah sholat dhuha
berjamaah langsung masuk kelas.” (wawancara, 11 januari
2020)

Selain mendapatkan informasi dari kegiatan wawancara


peneliti juga mendapatkan data dari hasil observasi. Berdasarkan
hasil observasi ( 17 januari 2020) pada hari jumat ketika siswa
masih berada didalam masjid setelah selesai melaksanakan sholat
dhuha, siswa diarahkan untuk menuju kelapangan untuk
mengikuti kegiatan muhadharah, dalam hal ini bukan hanya guru
saja yang membimbing/mengarahkan siswa, namun kepala
sekolah juga secara langsung ikut mengarahkan siswa agar
kondusif dalam mengikuti kegiatan muhadharah.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, bahwasannya
upaya yang dilakukan guru dalam membentuk karakter tanggung
jawab siswa melalui kegiatan keagamaan diantaranya yaitu
melalui rutinitas sholat dhuha berjamaah, rutinitas sholat dhuhur
berjamaah, program tahfiz juz 30, dan program muhadharah yang
di laksanakan setiap hari jumat setelah sholat dhuha berjamaah
yang diikuti oleh siswa kelas empat, lima, dan enam. Dalam
mengikuti kegiatan ini setiap anak diberi tanggung jawab untuk
berlatih sesuai dengan tugas yang didapat secara matang baik
disekolah maupun dirumah, sehingga dapat menampilkan yang
terbaik.
49

Berikut gambar siswa kelas IV-VI saat mengikuti kegiatan


muhadharah.

Gambar 4.4 Siswa kelas IV-VI saat mengikuti kegiatan muhadharah.

UPAYA GURU DALAM MEMBENTUK KARAKTER TANGGUNG


JAWAB MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN PADA SISWA KELAS
IV MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL IHSAN KOTA JAMBI

Rutinitas sholat dhuha


berjamaah

Rutinitas sholat dhuhur


berjamaah

Program tahfiz juz 30

Program muhadharah
50

b. Apa Saja Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam


Membentuk Karakter Tanggung Jawab Melalui Kegiatan
Keagamaan Pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Ihsan Kota Jambi

1. Faktor Pendukung
Adapun faktor pendukung dalam membentuk karakter
tanggung jawab siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota
Jambi adalah sebagai berikut:
a) Sarana dan Prasarana
Dalam membentuk karakter tanggung jawab pada siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi, keberadaan
sarana prasarana sangat dibutuhkan, tanpa adanya sarana dan
prasarana maka pembentukan karakter siswa tidak akan
berjalan dengan optimal. Sebagaimana hasil wawancara
peneliti dengan ibu Endang Susilawati, S.Pd.I selaku kepala
Madarasah berikut ini.

“Tentunya dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang


seperti ibuk jelaskan diawal tadi pasti harus adanya sarana
prasarana, sholat itu kan harus ada tempat yang luas disini
kita sholatnya di masjid karena sekolah ini langsung
berdampingan dengan masjid, sebelum sholat tentunya
wudhu misalkan saja kalau tidak ada tempat wudhu kan
pasti menghambat ya, alhamdulillah tempat wudhu disini
bisa dikatakan banyak ada yang memang milik sekolah
dan juga milik masjid jadi anak tidak berebut saat ngambil
wudhu. Kemudian, karena kita ada tahfiz jadi disetiap
kelas itu ada juz‟amma dan al-quran. Dan juga meskipun
kita belum punya ruang khusus untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan seperti muhadharah tapi kita bisa
melaksanakannya di lapangan. Dan yang pasti harus ada
pengeras suara ya karena kan yang namanya anak-anak
sudah pasti ribut ketika mau sholat. Apalagi muhadharah
kalau tidak pakai sound ya pasti nggak kedengaran, dan
tentunya mikrofonnya juga harus lebih dari satu kalau
nggak salah kita punya tiga atau berapa itu”. (wawancara,
11 januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, jadi


faktor pendukung dalam membentuk karakter tanggung jawab
51

siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan yaitu dengan adanya


sarana prasarana, seperti keberadaan masjid Nurul Ihsan yang
berdampingan dengan madrasah sehingga mempermudah
peserta didik maupun tenaga pendidik dalam melaksanakan
ibadah sholat dhuha maupun sholat dhuhur berjamaah, adanya
juz‟amma dan al-quran disetiap kelas untuk mempermudah
siswa dalam menghapal juz 30, tempat wudhu yang memadai,
dan loudspeaker yang dapat menunjang berjalannya kegiatan
keagamaan yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan.
b) Adanya kerjasama pihak sekolah dengan orang tua siswa
Kerjasama merupakan sebuah usaha yang dilakukan
antara beberapa belah pihak untuk mencapai tujuan bersama.
Sama halnya dalam membentuk karakter peserta didik, pihak
sekolah dan orang tua siswa tentunya harus berperan aktif
dalam menumbuhkan karakter siswa.
Sebagaimana hasil wawancara dengan ibu Nova Arilawati
Ritonga, M.Pd selaku wali kelas IV yang menyatakan :
“ Untuk faktor pendukung tentunya kerjasama dengan
orang tua siswa, mengenai kerjasama berarti itu kan
adanya tujuan yang ingin dicapai bersama. Apalagi
tentang pendidikan karakter itu tidak bisa hanya dari
sekolah saja yang menerapkan justru keluarga itulah yang
utama dari orang tua khususnya seperti anak rajin
melaksanakan sholat saat disekolah tapi jika dirumah saja
orang tua atau keluarganya tidak sholat maka anak pasti
ikut terbawa itu misal ya. Dan disinikan kita ada grup wa
wali murid jadi biasanya ibu sering konfirmasi disitu, Pada
dasarnya kita selaku guru harus melibatkan orang tua
dalam menumbuhkan karakter siswa. Orang tua memiliki
peran yang sangat penting dalam menumbuhkan karakter
anak. keterlibatan orang tua dalam menumbuhkan karakter
anak yaitu dengan membimbing anak di rumah, membagi
waktu belajar dan bermain anak. intinya peran orang tua
sangat penting, anak tidak bisa hanya dididik di sekolah
saja tapi harus ada bimbingan dari orang tua”.
(wawancara, 16 januari 2020)
52

Dari pernyataan wali kelas IV tersebut bahwasannya orang


tua adalah pendidik pertama dan yang paling utama. Walaupun
anak telah dididik di sekolah dengan sedemikian rupa, namun
tanpa adanya bantuan dan arahan dari orang tua maka
pendidikan anak tidak akan sempurna. Oleh karena itu perlu
adanya kerjasama antara sekolah dan orang tua.
Sebagaimana diungkapkan oleh ibu Endang Susilawati,
S.Pd.I selaku kepala madrasah berikut:

“Kerjasama antara guru dan orang tua siswa itu tentu


harus terjalin, apa lagi tentang karakter anak. karakter
anak itu sebenarnya terbentuk dari apa yang diajarkan di
rumah. Dan waktu yang tersedia di sekolah pun juga
terbatas, anak itu kan lebih sering bergaul di rumah
ketimbang di sekolah. Contohya kerjasama dengan orang
tua itu seperti mengadakan rapat wali murid untuk
membicarakan perkembangan siswa di sekolah, selain itu
kegiatan rapat ini bertujuan untuk membahas atau
bermusyawarah dengan orang tua siswa mengenai
permasalah pembelajaran dan tentunya mengenai akhlak
juga. Sehingga dengan adanya rapat tadi kita bisa
menemukan solusi dari masalah tadi”.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dapat diketahui


bahwa tujuan kerjasama sekolah dengan orang tua adalah
untuk menjembatani kebutuhan sekolah dan orang tua.
Meningkatkan kepercayaan orang tua terhadap sekolah dalam
mendidik anak-anak mereka. Serta sebagai suatu pembenahan
agar pendidikan anak kedepannya menjadi lebih baik seperti
yang diharapkan.

2. Faktor penghambat
Adapun faktor yang menghambat dalam pembentukan karakter
siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi sebagai
berikut.
53

a) Keterbatasan waktu
Berikut hasil wawancara peneliti dengan ibu Nova Arilawati
Ritonga, M.Pd selaku wali kelas IV berikut:

“Faktor penghambat menurut ibu mungkin soal waktu, anak


sekolah dalam sehari itu kan cuman beberapa jam itu pun
dikurangi jam keluar main dua kali. Mengenai Pendidikan
karakter itu bukan hal yang mudah untuk membentuknya
maupun merubah. Jadi tugas guru disekolah itu kan sebagai
pengganti orang tua saat disekolah yang bukan hanya
mengajarkan materi saja tapi juga mendidik seperti
membentuk karakter anak, karakter itu kan banyak tidak
hanya satu,dua, atau tiga saja. Jadi sudah pasti memerlukan
waktu yang lama dan itu juga harus dilakukan secara terus
menerus barulah bisa karaker itu ada pada diri anak. Apalagi
setiap tahun itu guruya ganti, seperti yang kita ketahui, beda
guru beda juga cara mendidiknya”. (wawancara, 16 januari
2020)

Hal serupa juga ditegaskan oleh ibu Endang Susilawati,


S.Pd.I selaku kepala madarasah berikut:

“Faktor penghambat sudah pasti ada ya, yang pertama itu


waktu ya kita di sekolah kurang lebih tujuh jam. Mulai sholat
dhuha itu jam tujuh dan pulang jam dua untuk kelas atas,
sedangkan kelas bawah mereka pulangnya cepat dan mereka
itu justru lebih lama menghabiskan waktunya dirumah dari
pada disekolah. Jadi kalau dikatakan guru harus bisa merubah
semua karakter siswa itu saya rasa ya tidak mungkin karena
setiap anak itukan bawaannya beda-beda. Ada yang memang
penurut ada juga yang susah, tapi kita berusaha sebisa
mungkin untuk menjadikan anak berkepribadian yang baik.
Apalagi untuk K13 ini sekolah dituntut untuk mencapai tiga
ranah kan, kognitif, afektif, dan psikomotorik”. (wawancara,
11 januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti, jadi salah satu faktor


yang menghambat pembentukan karakter siswa yaitu keterbatasan
waktu saat di sekolah. Membentuk karakter anak bukanlah hal
yang mudah atau dapat terbentuk secara instan, oleh karenanya
54

dibutuhkan waktu yang relative lama dan dilakukan secara terus


menerus agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal.
b) Minimnya perhatian orang tua terhadap perkembangan karakter
siswa
Dalam pembinaan karakter siswa di Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Ihsan Kota Jambi khususnya pada kelas IV terdapat
kendala yaitu masih lemahnya perhatian orang tua siswa terhadap
perkembangan karakter anak mereka, hal ini sesuai dengan hasil
wawancara peneliti dengan ibu Nova Arilawati Ritonga, M.Pd
selaku wali kelas IV yang mengatakan:

“Menurut ibuk faktor penghambat lainnya itu kurangnnya


perhatian orang tua dalam perkembangan karakter siswa.
Tidak semua orang tua itu punya waktu untuk anak-anak
mereka, memberikan perhatian, kasih sayang karena orang
tua sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga anak
terabaikan. Berdasarkan pengalaman selama ibuk mengajar
banyak ya ibuk menemukan kasus-kasus seperti itu. Seperti
anak punya perilaku yang kurang baik disekolah atau bisa
diperhatikan langsung dari penampilannya misal dari
pakaiannya rapi atau tidak nah itu kan keliatan. Kita tidak
bisa menyalahkan sepenuhnya ke anak, mereka kan masih
usia sekolah dasar dan belum mengerti tentang semuanya.
Jadi tentu harus ada peran orang tua, jadi gimana kalau orang
tuanya saja sibuk tidak memperhatikan anaknya bisa
dikatakan kurangnya didikan yang diberikan oleh orang
tuanya dirumah. Apalagi mengenai karakter itu kan tidak bisa
hanya guru saja yang berperan tapi harus ada peran orang tua
yang sejalan sehingga bisa mencapai tujuan bersama”.
(wawancara, 16 januari 2020)
Hal senada juga disampaikan oleh ibu Endang Susilawati,
S.Pd,I selaku kepala madrasah berikut:

“Kendala sekolah dalam membina karakter siswa kearah


yang lebih baik diantaranya adalah kurangnya perhatian
orang tua dalam perkembangan siswa. Orang tua terkadang
lebih sibuk dengan pekerjaan sehingga anak terlupakan,
orang tua yang mempunyai pemikiran bahwasannya kalau
anak sudah dididik di sekolah itu sudah cukup sehingga para
55

orang tua dirumah tidak memberikan bimbingan lagi ke anak


mereka”. (wawancara, 11 januari 2020)

Sebagaimana diketahui bahwa orang tua merupakan pendidik


yang utama dalam lingkungan keluarga, jika orang tua kurang
memperhatikan perkembangan anak baik dari segi pendidikan
maupun karakter maka anak tersebut merasa kurang mendapat
perhatian sehingga mereka mencari perhatian lebih pada saat
belajar disekolah, hal ini tentu saja membawa pengaruh negatif
terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah.
c) Pengaruh lingkungan sekitar
Anak lebih sering berinteraksi dengan lingkungan sekitar
dibanding dengan sekolah. Pergaulan sehari-hari tentunya
mempengaruhi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekolah. Pergaulan siswa di luar lingkungan sekolah tentunya
membawa pengaruh, baik positif maupun negatif di lingkungan
sekolah.
Sebagaimana dikatakan oleh ibu Nova Arilawati Ritonga,
M.Pd selaku wali kelas IV yang mengatakan:

“Kendala lainnya menurut ibuk dalam membina karakter


siswa adalah pengaruh lingkungan sekitar dalam keseharian
anak yang dapat membawa dampak negatif. Pergaulan di
lingkungan masyarakat sekitar akan membawa dampak bagi
perkembangan siswa. Pergaulan positif akan membawa
dampak positif begitupun sebaliknya. Sebagai contoh nyata
yaitu dari perkataan siswa, mereka sering mengucapkan kata-
kata yang tidak pantas seperti memanggil nama teman
dengan sebutan yang tidak baik, bahkan suka menjahili
teman, itu semua mereka dapatkan dari pengaruh teman
bermain saat di luar lingkungan sekolah. Dan pada akhirnya
terbawa sampai ke sekolah. Itu sebagai wujud dari pergaulan,
hal inilah yang menjadi salah satu kendala bagi sekolah
dalam membina karakter siswa”. (wawancara, 17 januari
2020)
56

Hal serupa juga ditegaskan oleh ibu Endang Susilawati,


S.Pd.I selaku kepala madrasah yang mengungkapkan:

“Penghambat lainnya bisa dari pergaulan di luar sekolah


seperti dari lingkungan sekitar tempat tinggal,seperti teman
main, tetangga intinya dari lingkungan lah ya, apalagi seusia
mereka sudah pasti banyak berinteraksi dengan lingkungan
contohnya bermain dengan teman sebaya dan pastinya sedikit
banyaknya berpengaruh terhadap diri anak tadi, seperti yang
kita ketahui misalnya dari omongan yang kurang sopan
padahal terkadang anak itu tidak paham dengan apa yang
mereka ucapkan, tapi karena mereka sering mendengar waktu
bermain di luar lingkungan sekolah dan akhirnya terbawalah
sampai ke sekolah dan ini harusnya menjadi tugas orang tua
untuk selalu mengawasi anak-anaknya agar tidak salah
pergaulan”. (wawancara, 11 januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti, bahwa lingkungan


sekitar dapat mempengaruhi karakter siswa yang kurang baik saat
di sekolah. Karena siswa lebih banyak berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat dari pada sekolah. Untuk itulah
diharapkan peran aktif orang tua dalam memperhatikan
perkembangan siswa kearah yang lebih baik.
57

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM


MEMBENTUK KARAKTER TANGGUNG JAWAB MELALUI
KEGIATAN KEAGAMAAN PADA SISWA KELAS IV MADRASAH
IBTIDAIYAH NURUL IHSAN KOTA JAMBI

Faktor pendukung Faktor penghambat

Sarana dan Keterbatasan


prasarana waktu

Adanya kerjasama Minimnya perhatian


pihak sekolah dengan orang tua terhadap
orang tua siswa perkembangan
karakter siswa

Pengaruh lingkungan
sekitar

c. Bagaimana Solusi Untuk Mengatasi Hambatan Dalam


Membentuk Karakter Tanggung Jawab Melalui Kegiatan
Keagamaan Pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Ihsan Kota Jambi
Solusi adalah cara atau jalan yang digunakan untuk
memecahkan masalah atau menyelesaikan masalah tanpa adanya
tekanan. Maksud tanpa adanya tekanan adalah adanya objektivitas
dalam menentukan pemecahan masalah dimana oarng yang mencari
solusi tidak memaksakan pendapat pribadinya dan berpedoman pada
kaidah atau aturan yang ada.
58

1. Pengintegrasian Pendidikan karakter kedalam proses


pembelajaran
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan ibu Endang
Susilawati, S.Pd.I selaku kepala madrasah berikut:

“Untuk solusi mengenai kendala yang ada mengenai


pendidikan karakter, kemungkinan dari pihak guru yang
pertama jadi di harapkan guru itu bisa/istilahnya
mengaitkan materi pembelajaran dengan Pendidikan
karakter dalam proses pembelajaran sehingga penanaman
karakter terhadap siswa tidak hanya melalui kegiatan
keagamaan yang rutin kita laksanakan setiap hari tapi juga
melalui kegiatan pembelajaran”. (wawancara, 11 januari
2020)

Pengintegrasian Pendidikan karakter ke dalam mata


pelajaran, hendaknya guru lebih perduli, mau, dan mampu
mengaitkan konsep-konsep Pendidikan karakter pada materi-
materi pembelajaran yang akan di ajarkan kepada siswa. Dalam
hal ini, setiap guru dituntut untuk terus menambah wawasan
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Pendidikan karakter,
yang dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran.

2. Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik


Pada hakekatnya guru dan orang tua dalam Pendidikan
mempunyai tujuan yang sama, yakni mengasuh, mendidik,
membimbing, dan membina anak. Oleh karenanya menjalin
kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa sangat
penting untuk terjaminnya keberhasilan siswa, baik dari segi
akademik maupun karakter.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan ibu Nova
Arilawati Ritonga, M.Pd selaku wali kelas IV yang
mengungkapkan:
59

“Disetiap kendala pasti ada solusi tentunya, begitu pula


dengan masalah pembentukan karakter siswa. Tidak bisa
dipungkiri antara pihak sekolah sudah pasti menjalin
kerjasama dengan wali murid. Apalagi masalah karakter
tentunya harus ada komunikasi antara ibuk selaku wali
kelas dengan orang tua siswa, gimana orang tua mereka bisa
tau tentang perkembangan anaknya di sekolah kalau guru
saja tidak memberi tau”. (wawancara, 16 januari 2020)
Lebih lanjut dikatakan oleh ibu Endang Susilawati, S.Pd.I
selaku kepala madrasah berikut:

“Mengenai solusi dari kendala yang ada tentunya kembali


lagi ke orang tua siswa. Dalam menanamkan pendiikan
karakter itu kan tidak hanya dari sekolah saja melainkan ada
campur tangan orang tua. Karena orang tua lah yang lebih
mengenal anak mereka segala kelebihan dan kekurangan
anak pasti orang tua itu tau dan segala kebutuhan anak
Kalau untuk karakter tanggung jawab, disini ibu tidak bisa
bilang semua anak mempunyai tanggung jawab yang sama,
setiap anak kan berbeda-beda ada yang bertanggung jawab
ada yang tidak, fifty-fifty lah. Mengenai Pendidikan
karakter melalui kegiatan keagamaan disekolah kita sudah
terapkan semaksimal mungkin, tergantung lagi orang tuanya
di rumah dalam mengarahkan anak mereka. Intinya sekolah
harus saling kerjasama lah dengan orang tua siswa dari segi
apapun. Bentuk kerjasamanya contoh melakukan rapat wali
murid untuk membahas perkembangan siswa di sekolah”.
(wawancara, 11 januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dapat disimpulkan


bahwasannya solusi untuk mengatasi hambatan dalam
membentuk karakter tanggung jawab siswa yaitu yang pertama,
melalui pengintegrasian pendidikan karakter kedalam proses
pembelajaran yang mana guru dituntut untuk bisa
mengintegrasikan pendidikan karakter melalui proses
pembelajaran di kelas. Dan yang kedua, yaitu terjalinnya
kerjasama antara guru dengan orang tua siswa, melalui
kerjasama tersebut orang tua akan memperoleh pengetahuan dan
pengalaman tentang tingkat keberhasilan anaknya dalam
60

mengikuti aktivitas sekolah baik dari segi akademik maupun


karakter anak. Disamping itu, orang tua juga akan mengetahui
kesulitan-kesulitan apa yang sering dihadapi anak-anaknya
disekolah.

SOLUSI UNTUK MENGATASI HAMBATAN DALAM MEMBENTUK


KARAKTER TANGGUNG JAWAB MELALUI KEGIATAN
KEAGAMAAN PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH
NURUL IHSAN KOTA JAMBI

Pengintegrasian Menjalin kerjasama


pendidikan karakter dengan orang tua
kedalam proses peserta didik
pembelajaran

2. Pembahasan
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik
memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan, kemudian nilai-nilai tersebut dapat terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Dalam membentuk karakter siswa tentunya tidak terlepas dari
upaya yang dilakukan oleh guru itu sendiri. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan
Kota Jambi, bahwasannya upaya yang dilakukan guru dalam
membentuk karakter tanggung jawab siswa yaitu melalui kegiatan-
kegiatan keagamaan yang sudah terprogramkan dengan baik dalam
kegiatan rutin setiap harinya maupun kegiatan keagamaan pada hari
61

tertentu. Menurut Jalaludin (2001, hal. 199) keagamaan merupakan


suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong untuk
bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Jadi
kegiatan keagamaan merupakan sejumlah aktivitas yang berhubungan
dengan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah.
Bentuk kegiatan keagamaan yang diterapkan di Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi dalam membentuk karakter
tanggung jawab, diantaranya rutinitas sholat dhuha berjamaah, rutinitas
sholat dhuhur berjamaah, tahfidz juz 30, dan program muhadharah.
Kegiatan keagamaan yang ada di Madrasah tersebut sesuai dengan yang
tertera dalam Peraturan Direktur Jendral Pendidikan Islam nomor
DJ.1/12A tahun 2009 tentang penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan agama islam pada sekolah. kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan agama islam adalah upaya pemantapan, pengayaan dan
perbaikan nilai-nilai norma serta pengembangan bakat, minat dan
kepribadian peserta didik dalam aspek pengalaman dan penguasaan
kitab suci, keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, ibadah, sejarah, seni
dan kebudayaan, dilakukan diluar intrakurikuler melalui bimbingan
guru PAI, guru mata pelajaran lain, tenaga kependidikan dan tenaga
lainnya yang berkompeten, dilaksanakan di sekolah atau di luar
sekolah.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa melalui bentuk-bentuk
kegiatan keagamaan guru dapat mengembangkan nilai-nilai karakter
peserta didiknya. Karena peran guru tidak hanya mentransfer ilmu saja,
melainkan mendidik peserta didik agar menjadi manusia yang
berakademis tinggi serta dibarengi dengan berakhlakul karimah sesuai
tujuan Pendidikan islam. Bentuk -bentuk kegiatan keagamaan di
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi dirancang dalam rangka
peningkatan karakter peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Thomas Lickona bahwa Pendidikan karakter adalah Pendidikan budi
pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan ( cognitive), perasaan
62

(feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona dalam


Salahudin dan Alkrienciehie (2013, hal.45), dengan ketiga aspek
tersebut, jika Pendidikan karakter diterapkan secara sistematis dan
berkelanjutan akan membuat anak menjadi cerdas emosinya.
Selain dari upaya yang dilakukan guru dalam membentuk karakter
tanggung jawab melalui kegiatan keagamaan, terdapat pula faktor
pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter tanggung
jawab melalui kegiatan keagamaan. Faktor pendukung dalam
membentuk karakter tanggung jawab siswa yaitu adanya sarana
prasarana dan adanya kerjasama pihak sekolah dengan orang tua siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hermino (2014) bahwasannya
Pendidikan yang bermutu dapat dihasilkan melalui transformasi sebuah
system Pendidikan yang didukung dengan komponen input yang
bermutu, salah satu komponen input tesebut adalah sarana prasarana.
Faktor pendukung lainnya yaitu adanya kerjasama antara pihak
sekolah dan orang tua siswa, hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto
(2004, hal. 126) dengan adanya kerjasama antara sekolah dan keluarga,
orang tua akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari
guru dalam hal mendidik anak-anaknya. Sebaliknya, para guru dapat
pula memperoleh keterangan-keterangan dari orang tua tentang
kehidupan dan sifat-sifat anaknya. Keterangan-keterangan orang tua itu
sungguh besar gunanya bagi guru dalam memberikan pelajaran dan
pendidikan terhadap murid-muridnya.
Adapun faktor yang menghambat dalam proses pembentukan
karakter siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan adalah keterbatasan
waktu saat di sekolah, anak berada di sekolah hanya beberapa jam saja,
selebihnya mereka menghabiskan waktunya di rumah. Hal ini menjadi
salah satu penghambat guru dalam membentuk karakter siswa,
membentuk karakter anak bukanlah hal yang mudah atau dapat
terbentuk secara instan, oleh karenanya dibutuhkan waktu yang relative
lama dan dilakukan secara terus menerus.
63

Penghambat lainnya yaitu minimnya perhatian orang tua terhadap


perkembangan karakter anak, dukungan dalam menumbuhkan karakter
yang baik bagi siswa dari orang tua sangat berpengaruh dalam
menumbuhkan karakter siswa tersebut, karena bagaimanapun juga
peranan orang tua dalam membimbing anak-anaknya jauh lebih besar
dibanding dengan peranan guru di lingkungan sekolah yang dalam
menumbuhkan kecerdasan siswa. Kurangnya perhatian atau
pengawasan orang tua juga menjadi kendala bagi guru dalam
menumbuhkan karakter siswa, karena bagaimanapun guru hanya
sebagai jambatan bagi pendidikan anak, yang lebih banyak bertanggung
jawab terhadap anak adalah orang tua, karena waktu anak di sekolah
hanyalah beberapa jam saja.
Orang tua merupakan pendidikan pertama bagi anaknya, orang tua
tugasnya bukan hanya menyerahkan anaknya ke Pendidikan Madrasah
kemudian setelahnya tidak ada rasa tanggung jawab sebagai orang tua,
hal seperti ini adalah anggapan yang salah. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Yusuf dan Sughandi (2011, hal. 23) Pendidikan dalam
lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan
utama bagi setiap anak yang lahir, tumbuh dan berkembang secara
manusiawi dalam mencapai kematangan fisik dan mental masing-
masing anak. dalam keluarga, setiap anak memperoleh pengaruh yang
mendasar sebagai landasan pembentukan pribadi dan peningkatan
potensi pada diri anak. Selain itu, faktor lingkungan sekitar juga dapat
mempengaruhi kakter seorang anak, lingkungan sekitar adalah
lingkungan diluar rumah tempat individu bersosialisasi dengan
tetangga, pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, sehingga
memberikan pengaruh terhadap kepribadian, mental dan perilakunya.
Seseorang yang tinggal di lingkungan yang baik, dalam dirinya
tertanam sifat-sifat yang baik pula. Sebaliknya, individu yang tinggal di
lingkungan yang buruk akan cenderung memiliki perilaku yang buruk
pula terutama pada naka-anak. Dalam hal ini interaksi anak dengan
64

lingkungan tidak dapat dielakkan, karena anak membutuhkan teman


bermain dan kawan sebaya untuk bisa diajak bicara sebagai bentuk
sosialisasi, sedikit banyak informasi yang diterima akan terekam
dibenak anak. Contoh nyata dari pengaruh lingkungan sekitar yaitu
penggunaan bahasa yang kurang baik pada anak.
Dari beberapa faktor penghambat diatas tentunya ada solusi untuk
mengatasi hambatan tersebut. Dari hasil observasi dan wawancara
dengan wali kelas IV dan kepala madrasah bahwa mengenai solusi
dalam mengatasi hambatan pembentukan karakter tanggung jawab
siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi yakni pertama,
mengintegrasikan Pendidikan karakter ke dalam proses pembelajaran,
hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ghufron (2010) yang
menuturkan bahwa pengintegrasian nilai-nilai karakter bangsa dalam
kegiatan pembelajaran berarti memadukan, memasukkan, dan
menerapkan nilai-nilai yang diyakini baik dan benar dalam rangka
membentuk, mengembangkan, dan membina tabiat atau kepribadian
peserta didik sesuai jati diri bangsa tatkala kegiatan pembelajaran
berlangsung.
Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari tiga tahapan kegiatan, yaitu
pendahuluan, inti, dan penutup. Ketiga tahapan kegiatan pembelajaran
hendaknya memfasilitasi peserta didik dalam mempraktikkan nilai-niai
karakter yang ditargetkan. Dalam kegiatan pembelajaran guru harus
merancang langkah-langkah pembelajaran yang memfasilitasi peserta
didik aktif dalam proses pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti, dan
penutup.
Pada tahap kegiatan inti pembelajaran peserta didik difasilitasi
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan mengembangkan
sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Kemendiknas (2011) menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran dalam
kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan
pendekatan belajar konstektual, kooperatif, pembelajaran berbasis
65

masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan,


pembelajaran berbasis kerja, ICARE (introduction, connection,
application, reflection, extention) dapat digunakan untuk Pendidikan
karakter. Dalam hal ini guru bisa memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif (contoh nilai yang ditanamkan adalah percaya
diri, saling menghargai, dan tanggung jawab).
Menurut Wibowo (2013) Pada tahap kegiatan penutup
pembelajaran ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar
internalisasi nilai-nilai terjadi dengan lebih intensif, diantaranya selain
simpulan yang terkait dengan pengetahuan, siswa difasilitasi untuk
membuat pelajaran moral dari pelajaran yang telah dilalui, penilaian
tidaka hanya mencakup pengetahuan dan keterampilan saja tapi juga
perkembangan karakter, karya-karya siswa dipajang untuk
mengembangkan karakter siswa salah satunya sikap saling menghargai
karya orang lain, dan kegiatan tindak lanjut remedy maupun pengayaan
tidak hanya terkait dengan intelektual saja namun juga kepribadian
siswa.
Kedua, menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik, sesuai
dengan pendapat Zuchdi (2010, hal. 133) yang mengatakan bahwa
kerjasma antara pihak sekolah dan keluarga perlu ditingkatkan supaya
tidak terjadi kontradiksi atau ketidakserasian antara nilai-nilai yang
harus dipegang teguh oleh anak-anak disekolah dan yang harus mereka
ikuti dilingkungan keluarga atau masyarakat. Hubungan kerjasama
sekolah dengan orang tua siswa merupakan hubungan timbal balik
antara sekolah dengan orang tua dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa solusi untuk mengatasi
hambatan dalam membentuk karakter tanggung jawab siswa melalui
kegiatan keagamaan ada dua yaitu pengintegrasian pendidikan karakter
dalam proses pembelajaran dan menjalin kerjasama antara pihak
sekolah dengan orang tua peserta didik.
66

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis di Madrasah Ibtidayah Nurul
Ihsan Kota Jambi mengenai Upaya Guru Dalam Membentuk Karakter
Tanggung Jawab Melalui Kegiatan Keagamaan Pada Siswa Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi.
Maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Upaya guru dalam membentuk karakter tanggung jawab melalui
kegiatan keagamaan pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Ihsan Kota Jambi adalah melalui kegiatan rutinitas yakni
melaksanakan sholat dhuha berjamaah, sholat dhuhur berjamaah,
program tahfiz juz 30, dan program muhadharah.
2. Faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter
tanggung jawab melalui kegiatan keagamaan pada siswa kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi, faktor pendukung
meliputi: 1) Adanya sarana dan prasarana, 2) Adanya kejasama pihak
sekolah dengan orang tua siswa sedangkan faktor yang menghambat
antara lain: 1)Keterbatasan waktu, 2) Minimnya perhatian orang tua
terhadap perkembangan karakter siswa, 3) Pengaruh lingkungan
sekitar.
3. Solusi untuk mengatasi hambatan dalam membentuk karakter
tanggung jawab melalui kegiatan keagamaan siswa kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi, yaitu: 1) Mengintegrasian
pendidikan karakter ke dalam proses pembelajaran, 2) Pihak sekolah
menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik.
67

B. Saran
Adapun saran-saran penulis setelah membuat kesimpulan adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Madrasah, diharapkan dapat selalu memberikan
kontribusi dengan berbagai pendekatan yang dilakukan baik kepada
siswa, orang tua dalam pembinaan karakter siswa kearah yang lebih
baik.
2. Bagi guru, baik guru kelas maupun guru umum hendaknya
meningkatkan kerjasama dalam mengimplementasikan Pendidikan
karakter tanggung jawab pada siswa, guru juga harus memberikan
keteladanan yang baik untuk siswanya dalam segala hal baik didalam
maupun diluar sekolah.
3. Bagi siswa, diharapkan dapat belajar dengan sungguh-sungguh
sehingga dapat menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas disertai
dengan karakter yang baik dan luhur.
68

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal dan Ahmad Amrullah. 2017. Pedoman Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa. Yogyakarta : Gava Media.
Ani nur aeni. 2014. Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD Dalam Perspektif
Islam. Mimbar Sekolah Dasar. Vol.1. No.1.Hal. 50-58.
Direktorat Jendral. 2010. Draf Grand Design Pendidikan Karakter Arah Serta
Tahapan dan Prioritas Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 – 2025.
Diroktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2005. Pedoman Integrasi
Pendidikan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Eko Afriyanto. 2018. Pembentukan karakter tanggung jawab dan bersahabat
melalui kegiatan karawitan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Gunawan, Imam. 2015. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hermino, Agustinus. 2014. Manajemen Kurikulum Berbasis Krakter. Bandung :
Alfabeta.
Hidayatullah, M Furqon. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban
Bangsa. Yuma Pustaka.
Husaini, Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2011. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara.
Http://kbbi.web.id/bentuk diakses pada tanggal 10 september 2019. Pukul 14.23
WIB.
Http://kamus besar Bahasa Indonesia.org/kegiatan diakses pada tanggal 10
september 2019. Pukul 15.20 WIB.
Jalaludin. 2001. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
69

Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan


Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Kurniawan, Syamsul. 2017.Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Implementasinya
Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga. Yogyakarta: Ar-Rozz Media.
Listya Rani Aulia. 2016. Implementasi Religius dalam Pendidikan Karakter Bagi
Peserta Didik Di Sekolah Dasar Juara Yogyakarta. Jurnal Kebijakan
Pendidikan. Vol.5.
Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2010. Pendidikan Karakter dalam Perpspektif
Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy. J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muslich, Masnur.2018. Pendidikan Karakter. Jakarta : Bumi Aksara.
Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : Bumi Aksara.
Mustari, Mohammad. 2014. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Penulis. T. (2018). Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Peraturan Direktorat Jendral Pendidikan Islam. 2009. No. DJ.1/2A
Purwanto, M. Ngalim. 2004. Ilmu Pendidikan.Teoritis dan Praktis. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Samani, Muchlas. 2017. Pendidikan Karakter. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
70

. 2009. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


. 2015. Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung : Alfabeta.
. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata, Nana. S. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. 2013. Pendidkan Karakter
Pendidikan Berbasis Agama Budaya dan Bangsa. Bandung: Pustaka Setia.
Wibowo, Agus dan Gunawan. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan
Lokal di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Yahya, Khan. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta :
Pelangi Publishing.
Yusuf, Syamsu dan Nani Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Zuchdi, Darmiyati. 2010. Humanisasi Pendidikan Meneguhkan Kembali
Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara.
Lampiran I

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)

Judul Skripsi : Upaya Guru dalam Membentuk Karakter Tanggung Jawab


Melalui Kegiatan Keagamaan Pada Siswa Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi

A. Pedoman Observasi
1. Kondisi tempat ibadah
2. Mengamati bentuk-bentuk pembentukan karakter siswa
3. Mengamati pelaksanaan kegiatan keagamaanm
4. Mengamati perilaku siswa
5. Mengamati kondisi sarana dan prasarana
B. Pedoman Wawancara
1. Wawancara dengan kepala madrasah
a. Bagaimana gambaran singkat mengenai latar belakang Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi
1) Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota
Jambi
2) Letak geografis Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi
3) Tujuan berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi
4) Visi dan misi Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ihsan Kota Jambi
5) Keadaan staf, tenaga pengajar/pendidik dan peserta didik
b. Bagaimana kualifikasi akademik guru dimadrasah ini
c. Apa yang ibu ketahui tentang Pendidikan karakter
d. Sejauh mana madrasah ini menerapkan Pendidikan karakter
e. Kegiatan apa saja yang mendukung keberhasilan Pendidikan
karakter di madrasah ini
f. Apa saja kegiatan keagamaan yang diterapkan dimadrasah ini
g. Bagaimana kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua
dalam membentuk karakter siswa
h. Apa saja faktor pendukung serta penghambat dalam membentuk
karakter siswa
i. Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan yang ada dalam
membentuk karakter tanggung jawab siswa melalui kegiatan
keagamaan

2. Wawancara dengan wali kelas IV


a. Sudah berapa lama ibu mengajar di madrasah ini
b. Apa yang ibu ketahui tentang Pendidikan karakter dan seberapa
pentingnya Pendidikan karakter itu
c. Sejauh mana ibu menerapkan Pendidikan karakter di kelas IV ini
d. Bagaimana karakter siswa di kelas IV ini, khususnya mengenai
karakter tanggung jawab
e. Bagaimana upaya ibu dalam membentuk karakter tanggung jawab
siswa
f. Bagaimana pandangan ibu mengenai kegiatan keagamaan yang
diterapkan di madrasah ini
g. Bagaimana upaya ibu dalam menerapkan karakter tanggung jawab
melalui kegiatan keagamaan pada siswa kelas IV ini
h. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk
karakter tanggung jawab siswa di kelas IV ini
i. Bagaimanakah solusi ibu untuk mengatasi hambatan dalam upaya
membentuk karakter tanggung jawab siswa di kelas IV

3. Wawancara dengan siswa kelas IV


a. Siapa nama kamu
b. Kenapa kamu berkeinginan masuk di madrasah ini
c. Apa saja jenis kegiatan yang ada di madrasah ini
d. Apakah guru disini sering memberi sanksi kepada siswa ketika
siswa tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
e. Apakah guru disini selalu membimbing siswa ketika akan
melaksanakan kegiatan seperti sholat duha, dan sholat dhuhur
f. Apakah siswa selalu melakukan setoran tahfiz setiap harinya
g. Sudahkah guru menjadi teladan/contoh yang baik bagi siswa-siswi
di madrasah ini
h. Apakah kamu merasa senang atau terbebani dengan arahan guru
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada di madrasah ini

C. Pedoman Dokumentasi
1. Keadaan geografis sekolah
2. Struktur organisasai sekolah
3. Visi dan misi sekolah
4. Keadaan guru dan siswa
5. Keadaan sarana dan prasarana
6. Macam-macam kegiatan keagamaan yang diterapkan sekolah
Lampiran II

HASIL WAWANCARA

Informan : Endang Susilawati, S.Pd.I


Jabatan : Kepala Madrasah
Tanggal : 11 januari 2020
Tempat : Ruang Kepala Madrasah

Peneliti : Assalamualaikum buk?


Informan : Waalaikumsalam..
Peneliti : Terimakasih atas waktunya buk, langsung saja saya ingin bertanya
yang pertama tentang sejarah singkat berdirinya Madrasah ini?
Informan : iya, sejarah berdirinya singkat saja ya, dulu sebenarnya sore
madrasah ini tapi tahun 2008 itu harus pagi seandainya mau
ditetapkan dana bos kita harus bisa bukak pagi. Jadi itu kan
sebagian guru bekerjasama supaya bisa berdiri pagi terus
alhamdulillah dapat siswa, terus dengan adanya siswa setahun
kemudian kita dapat bantuan dana dari pemerintah bloggren waktu
itu. Dulu kan madrasah ini kayak emperan kayak sekolah jaman
dulu bentuknya sederhana, karena kita bisa berdiri pagi di 2008
sehingga pemerintah pun dapat memberi bantuan ke Nurul Ihsan
ini sehingga dapat dibangun enam kelas ini, tiga kelas dibawah dan
tiga kelas lagi diatas. Dan mulai berdiri pagi dan siswanya pun
terus bertambah sampai sekarang ini, meskipun disebelah ini kan
ada SD ya tapi alhamdulillah kita bisa bersaing dengan sekolah lain
hingga saat ini.
Peneliti : Kemudian tentang letak geografis madrasah ini buk?
Informan : Letak geografis..perbatasan ya, yang jelas depan ini berbatasan
dengan kebun warga untuk samping kiri itu langsung dengan
masjid dibelakang perumahan kompleks sebelah kanan jalan jugo
dan perumahan.
Peneliti : Selanjutnya buk, pada tahun berapa ibuk mulai menjadi tenaga
pendidik di Madrasah ini?
Informan : Tahun 2005 sayo ngajar disini dari mulai tamat kuliah sampai
sekarang. Dulu sayo jadi guru mata pelajaran mulai tahun 2005 itu
kan sekolah sore, eee terus 2008 kan beralih pagi tetap guru kelas
sore guru mata pelajaran. Terus jadi bendahara sampai jadi kepala
madrasah itu 2016 keluar SK nya sampai sekarang.
Peneliti : Kemudian visi dan misi madrasah ini buk?
Informan : Visi dan misi intinya kita membentuk anak yang berakhlakul
karimah mengedepankan akhlak yang utama
Peneliti : Bagaimana kualifikasi akademik guru disini buk
Informan : Untuk kualifikasi guru disini alhamdulillah linear semuanya, latar
belakang Pendidikan sarjana Pendidikan semuanya. Untuk staf kita
ada ibu Rahma yang memang tugasnya khusus dan tidak pegang
kelas, tujuan kami memang ke operator tentang administrasi saja.
Selain wali kelas juga ada guru mata pelajaran seperti guru
matematika, Bahasa inggris, Bahasa arab dan juga PJOK.
Peneliti : kemudian saya ingin bertanya mengenai Pendidikan karakter buk,
menurut ibuk Pendidikan karakter itu apa dan sejauh mana sekolah
ini menerapkan Pendidikan karakter buk?
Informan : Pendidikan karakter menurut ibuk lebih ke akhlak, kepribadian
yang baik dalam segala hal dan sejauh mana sekolah ini
menerapkan ya sejauh mata memandang tentunya, sebenarnya gini
ya kadang keinginan kita itu hasil dengan keinginan itu maksimal
tapi ya kita ini kan anak-anak, tapi kami patut bersyukur lah dari
apa yang dicapai anak gitu kan yang namanya proses itu kan dan
mungkin kito naik tangga langsung keatas. Lebih mengedepankan
nilai agama kalau kami dari situlah yang nantinya akan bisa
menanamkan karakter-karakter lainnya.
Peneliti : kegiatan apa saja yang mendukung keberhasilan Pendidikan
karakter di madrasah ini buk?
Informan : Kegiatan yang ada di madrasah ini, banyaknya dari segi
keagamaan ya seperti sholat dhuha, sholat dhuhur, tahfiz, tilawah
dan muhadharah terus kalau untuk ekskulnya ada pramuka itu
semua kita terapkan.
Peneliti : Apa saja kegiatan keagamaan yang diterapkan di madrasah ini
buk?
Informan : Kegiatan keagamaan yang pertama ada sholat dhuha berjamaah,
sholat dhuhu berjamaah, tahfiz juz 30, dan muhadharah, itu saja
sih.
Peneliti : Kemudian mengenai karakter tanggung jawab buk, bagaimana
karakter tanggung jawab siswa di madrasah ini buk?
Informan : Kalau untuk karakter tanggung jawab, disini ibu tidak bisa bilang
semua anak mempunyai tanggung jawab yang sama, setiap anak
kan berbeda-beda ada yang bertanggung jawab ada yang tidak,
fifty-fifty lah.
Peneliti : Bagaimana upaya guru dalam membentuk karakter tanggung jawab
melalui kegiatan keagamaan di madrasah ini?
Informan : Kalau mengenai pendidikan karakter itu sendiri tentunya semua
sekolah pasti menerapkan ya, tapi dengan caranya masin-masing.
Untuk di madrasah ini memang kita ada beberapa program yang
kita jalankan disekolah ini salah satunya sholat dhuha yang di
laksanakan oleh semua kelas mulai dari kelas satu sampai enam,
yang mana kalau selain hari jumat itu dilaksanaknnya per kelas dan
dibimbing oleh wali kelas masing-masing. Agar bisa lebih mudah
dalam membimbing, mengarahkan dalam artian lebih terfokus
kepada anak masing-masing. Apalagi kalu anak kelas rendah satu,
dua, dan tiga itu kan masih pada tahap belajar ya, jadi lebih
membutuhkan bimbingan dari seorang guru, mulai dari bacaan
sholat sampai doa. Tapi bukan berarti yang kelas tinggi terlepas
dari bimbingan guru ya, Namanya juga anak tingkat dasar, ada
gurunya ada mereka ribut sana-sini apalagi kalau tidak diawasi.
Intinya guru itu harus membimbing, mengarahkan dan tentunya
juga menjadi teladan bagi siswanya.
Kemudian sholat dhuhur Untuk siswa kelas empat, lima, dan enam
mereka memang harus melaksanakan sholat dhuhur berjamaah
terlebih dahulu sebelum pulang kerumah. Kecuali kelas rendah
karena kan mereka pulang lebih awal. Kenapa ini kita terapkan, ya
karena untuk membiasakan anak agar tau akan kewajibannya
sebagai umat islam, selain itu juga salah satu cara kita untuk
membentuk karakter anak. Dari sini bisa kita lihat ada tidak rasa
tanggung jawab mereka untuk menjalankan kewajiban tadi.
Meskipun kebanyakan orang tua mereka sudah lama menunggu
untuk menjemput anaknya, tapi anak-anak tidak ada yang boleh
pulang dulu sebelum sholat dhuhur berjamaah. Itu semua juga
tidak terlepas dari bimbingan guru kelas masing-masing.
Selanjutnya ada program tahfiz itu memang salah satu program
yang ada di MI Nurul Ihsan ini, semua anak wajib mengikuti tahfiz
atau melakukan setoran ke wali kelas masing-masing. Itu sebagai
syarat untuk mengikuti ujian semester, itukan bisa dilihat dari
lembar setorannya, dan setiap anak itu punya lembaran bukti
setoran itu. Dan cara untuk melakukan setoran tergantung wali
kelasnya, apa mau pagi atau saat mau pulang. Ini salah satu cara
sekolah untuk menjadikan anak mempunyai keunggulan dibidang
keagamaan ya. Yang mana diharapkan setelah anak-anak lulus dari
sekolah MI ini mereka hapal juz 30 dan setidaknya pasti anak tadi
bisa mengaji, sehingga mereka nantinya bisa dengan mudah untuk
masuk sekolah tingkat selanjutnya.
Kemudian ada program muhadharah, meskipun ibu tidak masuk
lokal untuk mengajar, tapi ibu selalu memantau anak baik dari
kegiatan pembelajaran ataupun kegiatan lainnya. Seperti ketika
anak-anak sedang melaksanakan sholat atau latihan muhadharah
ibu langsung koordinasi dengan wali kelas, apakah anak muridnya
sudah latihan atau belum intinya kerjasama lah. Tidak lepas tangan
begitu saja, dan juga kita kan ada apel pagi ya disitu ibu selalu
mengingatkan giliran siapa yang hari jumat tampil untuk
muhadharah dan apakah sudah latihan. Yang ikut muhadharah ini
kan cuman kelas empat sampai enam, karena kalau untuk kelas
bawah itu belum ikut karena masih sulit lah ya belum begitu
mengerti mereka, jadi setelah sholat dhuha berjamaah langsung
masuk kelas.
Peneliti : Apa saja faktor pendukung dalam membentuk karakter tanggung
jawab melalui kegiatan keagamaan buk?
Informan : Tentunya dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang seperti ibuk
jelaskan diawal tadi pasti harus adanya sarana prasarana, sholat itu
kan harus ada tempat yang luas disini kita sholatnya di masjid
karena sekolah ini langsung berdampingan dengan masjid, sebelum
sholat tentunya wudhu misalkan saja kalau tidak ada tempat wudhu
kan pasti menghambat ya, alhamdulillah tempat wudhu disini bisa
dikatakan banyak ada yang memang milik sekolah dan juga milik
masjid jadi anak tidak berebut saat ngambil wudhu.
Kemudian, karena kita ada tahfiz jadi disetiap kelas itu ada
juz‟amma dan al-quran. Dan juga meskipun kita belum punya
ruang khusus untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti
muhadharah tapi kita bisa melaksanakannya di lapangan. Dan yang
pasti harus ada pengeras suara ya karena kan yang namanya anak-
anak sudah pasti ribut ketika mau sholat. Apalagi muhadharah
kalau tidak pakai sound ya pasti nggak kedengaran, dan tentunya
mikrofonnya juga harus lebih dari satu kalau nggak salah kita
punya tiga atau berapa itu.
Kemudian Kerjasama antara guru dan orang tua siswa itu tentu
harus terjalin, apa lagi tentang karakter anak. karakter anak itu
sebenarnya terbentuk dari apa yang diajarkan di rumah. Dan waktu
yang tersedia di sekolah pun juga terbatas, anak itu kan lebih
sering bergaul di rumah ketimbang di sekolah. Contohya kerjasama
dengan orang tua itu seperti mengadakan rapat wali murid untuk
membicarakan perkembangan siswa di sekolah, selain itu kegiatan
rapat ini bertujuan untuk membahas atau bermusyawarah dengan
orang tua siswa mengenai permasalah pembelajaran dan tentunya
mengenai akhlak juga. Sehingga dengan adanya rapat tadi kita bisa
menemukan solusi dari masalah tadi itu saja sih menurut ibu untuk
factor pendukungnya.
Peneliti : Untuk faktor penghambatnya buk apakah ada?
Informan : Faktor penghambat sudah pasti ada ya, yang pertama itu waktu ya
kita di sekolah kurang lebih tujuh jam. Mulai sholat dhuha itu jam
tujuh dan pulang jam dua untuk kelas atas, sedangkan kelas bawah
mereka pulangnya cepat dan mereka itu justru lebih lama
menghabiskan waktunya dirumah dari pada disekolah. Jadi kalau
dikatakan guru harus bisa merubah semua karakter siswa itu saya
rasa ya tidak mungkin karena setiap anak itukan bawaannya beda-
beda. Ada yang memang penurut ada juga yang susah, tapi kita
berusaha sebisa mungkin untuk menjadikan anak berkepribadian
yang baik. Apalagi untuk K13 ini sekolah dituntut untuk mencapai
tiga ranah kan, kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Yang kedua, kendala sekolah dalam membina karakter siswa
kearah yang lebih baik diantaranya adalah kurangnya perhatian
orang tua dalam perkembangan siswa. Orang tua terkadang lebih
sibuk dengan pekerjaan sehingga anak terlupakan, orang tua yang
mempunyai pemikiran bahwasannya kalau anak sudah dididik di
sekolah itu sudah cukup sehingga para orang tua dirumah tidak
memberikan bimbingan lagi ke anak mereka. Kemudian
penghambat lainnya bisa dari pergaulan di luar sekolah seperti dari
lingkungan sekitar tempat tinggal,seperti teman main, tetangga
intinya dari lingkungan lah ya, apalagi seusia mereka sudah pasti
banyak berinteraksi dengan lingkungan contohnya bermain dengan
teman sebaya dan pastinya sedikit banyaknya berpengaruh terhadap
diri anak tadi, seperti yang kita ketahui misalnya dari omongan
yang kurang sopan padahal terkadang anak itu tidak paham dengan
apa yang mereka ucapkan, tapi karena mereka sering mendengar
waktu bermain di luar lingkungan sekolah dan akhirnya terbawalah
sampai ke sekolah dan ini harusnya menjadi tugas orang tua untuk
selalu mengawasi anak-anaknya agar tidak salah pergaulan.
Peneliti : Bagaimana solusi untuk mengatasi hambatan dalam membentuk
karakter siswa ?
Informan : Untuk solusi mengenai kendala/hambatan yang ada mengenai
pendidikan karakter, kemungkinan dari pihak guru yang pertama
jadi di harapkan guru itu bisa/istilahnya mengaitkan materi
pembelajaran dengan Pendidikan karakter dalam proses
pembelajaran sehingga penanaman karakter terhadap siswa tidak
hanya melalui kegiatan keagamaan yang rutin kita laksanakan
setiap hari tapi juga melalui kegiatan pembelajaran. Dan juga
solusi yang kedua dari kendala yang ada tentunya kembali lagi ke
orang tua siswa. Dalam menanamkan pendiikan karakter itu kan
tidak hanya dari sekolah saja melainkan ada campur tangan orang
tua. Karena orang tua lah yang lebih mengenal anak mereka segala
kelebihan dan kekurangan anak pasti orang tua itu tau dan segala
kebutuhan anak. Kalau untuk karakter tanggung jawab, disini ibu
tidak bisa bilang semua anak mempunyai tanggung jawab yang
sama, setiap anak kan berbeda-beda ada yang bertanggung jawab
ada yang tidak, fifty-fifty lah. Mengenai Pendidikan karakter
melalui kegiatan keagamaan disekolah kita sudah terapkan
semaksimal mungkin, tergantung lagi orang tuanya di rumah dalam
mengarahkan anak mereka. Intinya sekolah harus saling kerjasama
lah dengan orang tua siswa dari segi apapun. Bentuk kerjasamanya
contoh melakukan rapat wali murid untuk membahas
perkembangan siswa di sekolah.
Peneliti : Baik buk, terimakasih banyak atas waktu dan penejelasan yang
telah ibuk berikan (sambil berjabat tangan)
Informan : Iya sama-sama, kalau ada yang kurang silahkan kesini lagi.
Lampiran III

HASIL WAWANCARA

Informan : Nova Arilawati Ritonga, M.Pd


Jabatan : Wali Kelas IV
Tanggal : 16 januari 2020
Tempat : Ruang Kelas IV

Peneliti : Assalamualaikum buk?


Informan : Waalaikumsalam..
Peneliti : Sebelumnya terimakasih banyak buk atas waktunya, langsung saja
ke pertanyaan pertama buk, sudah berapa lama ibuk mengajar di
madrasah ini?
Informan : Ibu mulai ngajar tahun 2008. Kurang lebih sebelas tahun lah dak
Peneliti : Iya buk, langsung saja buk saya ingin bertanya mengenai
Pendidikan karakter, yang pertama apa yang ibu ketahui tentang
Pendidikan karakter dan seberapa pentingnya Pendidikan karakter
menurut ibuk?
Informan : Sebelum membahas mengenai karakter yang diterapkan disini
lebih lanjut lagi, ibu akan menjelaskan tentang pentingnya
Pendidikan karakter itu sendiri. Terkadang Pendidikan itu lebih
mementingkan pintarnya, padahal sebenarnya Pendidikan itu lebih
ke akhlaknya, makanya sekarang itu mendidik anak itu ya memang
benar-benar dari karakternya atau akhlaknya. Makanya yang
seperti ibu katakan tadi begitu pentingnya Pendidikan karakter itu,
apalagi kan kita ini MI ya. Jadi pasti setiap orang tua berharap saat
menyekolahkan anaknya di MI ini mempunyai akhlak yang baik,
karena dapat kita ketahui bahwasannya pelajaran di MI ini bukan
hanya mata pelajaran yang umum saja tapi juga mata pelajaran
agama juga banyak.
Peneliti : Sejauh mana ibu menerapkan Pendidikan karakter di kelas IV ini?
Informan : Kalau sejauh mana ya pasti ibuk selaku wali kelas berusaha baik
dari sehari-hari siswa baik di kelas maupun kegiatan yang
dilakukan di luar kelas.
Peneliti : Bagaimana karakter siswa di kelas IV ini, khususnya mengenai
karakter tanggung jawab?
Informan : Tentunya pasti berbeda-beda ya, ada yang penurut ada juga yang
susah. Kalau karakter tanggung jawab misalnya ini yang sering
masalah piket sebagian anak itu tau dan menjalankan tugasnya, tapi
banyak juga yang tidak mau tau, kalau tidak ibuk suruh tidak
dikerjakan. Nah, itulah yang nantinya menjadi tugas guru untuk
merubah karakter anak yang kurang baik menjadi lebih baik lagi.
Peneliti : Bagaimana upaya ibu dalam membentuk karakter tanggung jawab
siswa?
Informan : Upaya pasti banyak, dari proses pembelajaran bisa kita masukkan
nilai-nilai karakternya dan bisa juga melalui kegiatan rutinitas kita
kan ada kegiatan seperti sholat dhuha, dhuhur dan lainnya. Itu
semua tergantung masing-masing guru sih bagaimana cara
menerapkannya.
Peneliti : Bagaimana pandangan ibu mengenai kegiatan keagamaan yang
diterapkan di madrasah ini
Informan : yaa pasti bagus lah, dan emang harus begitu karena kita ini MI jadi
sudah harus banyak kegiatan yang mengarah pada agama. Dan
kegiatan keagamaan yang ada di sekolah ini tidak semua MI
melakukannya itu, inilah yang menjadi niai plus MI Nurul Ihsan
ini.
Peneliti : Bagaimana upaya ibu dalam menerapkan karakter tanggung jawab
melalui kegiatan keagamaan pada siswa kelas IV ini?
Informan : Mengenai pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan itu
yang rutin dilaksanakan setiap hari, dan tentunya dalam
pengawasan dan bimbingan guru. Yang pertama ada sholat dhuha
berjamaah, yang mana setiap paginya itu kita melakukan sholat
sebelum masuk kelas, jam tujuh kita mulai sholat sampai setengah
delapan, baru masuk kelas. Nah itu kan kalau sebelum sholat itu
kan ada yang jadi muadzin, imam sholat dan memimpin doa
setelah sholat. Jadi kalau ibu sendiri membimbing anak kelas
empat ini ibu atur sesuai jadwal piket, siapa- siapa saja yang
bertugas pada hari itu jadi nggak ada lagi yang namanya saling
tunjuk menunjuk antara yang adzan, terus yang jadi imam sholat
kemudian yang mimpin doa setelah sholat. Itu semua kan termasuk
upaya ibu sebagai wali kelas dalam membentuk karakter tanggung
jawab anak. Meskipun masih ada beberapa siswa yang belum
menjalankannya. Contohnya harus ibu suruh beberapa kali baru
mau jadi imam, adzan, mimpin doa. Namanya juga proses kan
harus perlahan-lahan.
Yang kedua, Sebelum pulang kita sholat dhuhur berjamaah dulu,
biasanya kalau kelas empat itu turun kebawah untuk sholat jam
setengah dua setelah selesai pembelajaran baru kita pulang nya itu
jam dua. Sama halnya dengan sholat dhuha ya waktu sebelum
masuk kelas, ini juga rutinitas yang harus kita laksanakan. Karna
kan sholat ini wajib ya, jadi kita tanamkan sejak dini kepada anak-
anak mengenai kewajiban. Nah dari sini kita juga dapat
menanamkan karakter ke siswa, seperti yang ibuk katakan tadi
selain religius juga dapat menanamkan karakter tanggung jawab,
siapa-siapa saja yang bertugas untuk yang adzan, imam, dan
mimpin doa. Berhubung kita sudah sholat dhuha waktu pagi jadi
untuk sholat dhuhur ini bisa tukaran yang jadi petugasnya kalau
waktu sholat dhuha adzan berarti siangnya jadi imam dan
sebaliknya.
Kemudian disini kita ada tahfiz jus 30 yang wajib diikuti oleh
semua siswa. Kalau dikelas empat ini, ibu nerapkannya itu tidak
setiap hari biasanya dua hari sekali untuk setorannya. Kita juga ada
lembar bukti setoran tahfiz, jadi sebelum anak-anak setoran ke ibuk
terlebih dahulu mereka setoran sama orang tuanya dirumah dan
juga harus ada tanda tangan orang tua sebagai bukti bahwa mereka
sudah benar-benar hapal, baru mereka setoran ke ibuk waktu di
sekolah. Kalau memang sudah selesai satu surat dengan lancar baru
ibuk tanda tangan juga sebagai wali kelasnya. Hapalan ini kan
tidak sekaligus satu surat apalagi suratnya panjang, biasanya ibuk
kasih batasan minimal lima ayat dalam satu kali setoran dan
setorannya itu kita lakukan setelah sholat dhuha atau sebelum
pembelajaran dimulai bagi yang belum mendapat giliran bisa
dilajutkan waktu setelah sholat dhuhur. Kalau dikaitkan ke
pendidikan karakter sudah pasti tanggung jawab ya, karena kan
anak dituntut untuk mengahapal dirumah, ada tidak rasa tanggung
jawabnya, bisa dikatakan seperti PR lah ya.
Dan juga disini ada program mingguan yang dilaksanakan setiap
hari jumat yang disebut muhadharah. Kita lakukan setelah sholat
dhuha berjamaah, kegiatan ini khusus anak-anak yang mengisi
semuanya, biasanya dalam satu kelas itu harus ikut semua itu kan
banyak petugasnya dari mulai pembawa acara, sholawat putra dan
putri, terus ada tilawah, pembacaan asmaul husna, pembacaan
tahfiz jus 30 , ada ceramah juga dan terakhir ada doa. Nah kalau
untuk pembagian petugasnya itu giliran setiap minggunya jadi
dapat semua, misalnya minggu ini nampil sholawat untuk
penampilan yang selajutnya apa jadi pembawa acara begitu
seterusnya. Biasanya mulai hari senin itu sudah ibuk latih sampai
hari kamis jumatnya nampil, karena itu harus dipersiapkan matang-
matang. Siapa-siapa saja orangnya, jadi setiap anak punya
tanggung jawab untuk latihan benar-benar baik disekolah maupun
dirumah, jangan sampai pas hari jumat mau nampil anaknya gak
datang. Tapi yang namanya anak-anak kadang dia merasa tidak
siap untuk tampil dan akhirnya memilih untuk tidak berangkat
sekolah. Ini kan juga diambil nilai jadi semua harus ikut kegiatan
ini.
Peneliti : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk
karakter tanggung jawab siswa di kelas IV ini buk?
Informan : Untuk faktor pendukung menurut ibuk kerjasama dengan orang tua
siswa, mengenai kerjasama berarti itu kan adanya tujuan yang
ingin dicapai bersama. Apalagi tentang pendidikan karakter itu
tidak bisa hanya dari sekolah saja yang menerapkan justru keluarga
itulah yang utama dari orang tua khususnya seperti anak rajin
melaksanakan sholat saat disekolah tapi jika dirumah saja orang
tua atau keluarganya tidak sholat maka anak pasti ikut terbawa itu
misal ya. Dan disinikan kita ada grup wa wali murid jadi biasanya
ibu sering konfirmasi disitu, Pada dasarnya kita selaku guru harus
melibatkan orang tua dalam menumbuhkan karakter siswa. Orang
tua memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan
karakter anak. keterlibatan orang tua dalam menumbuhkan karakter
anak yaitu dengan membimbing anak di rumah, membagi waktu
belajar dan bermain anak. intinya peran orang tua sangat penting,
anak tidak bisa hanya dididik di sekolah saja tapi harus ada
bimbingan dari orang tua. Itu menurut ibuk termasuk factor
pendukungnya.
Kalau faktor yang menghambat mungkin yang pertama soal
waktu, anak sekolah dalam sehari itu kan cuman beberapa jam itu
pun dikurangi jam keluar main dua kali. Mengenai Pendidikan
karakter itu bukan hal yang mudah untuk membentuknya maupun
merubah. Jadi tugas guru disekolah itu kan sebagai pengganti
orang tua disekolah yang bukan hanya mengajarkan materi saja
tapi juga mendidik seperti membentuk karakter anak, karakter itu
kan banyak tidak hanya satu,dua, atau tiga saja. Jadi sudah pasti
memerlukan waktu yang lama dan itu juga harus dilakukan secara
terus menerus barulah bisa karaker itu ada pada diri anak. Apalagi
setiap tahun itu guruya ganti, seperti yang kita ketahui, beda guru
beda juga cara mendidiknya. Kalau untuk kelas empat ini yah
seperti yang ibuk jelaskan tadi, trik-trik ibuk dalam menanamkan
karakter kepada siswa sebisa mungkin lah ibuk masukkan
Pendidikan karakter itu kesetiap kegiatan yang dilakukan siswa
bukan hanya dari pembelajaran saja. Ibuk rasa semua guru sebisa
mungkin pasti berupaya lah dalam membentuk watak/kepribadian
yang baik untuk anak didiknya dengan segala caranya sendiri.
Kemudian menurut ibuk faktor penghambat lainnya itu kurangnnya
perhatian orang tua dalam perkembangan karakter siswa. Tidak
semua orang tua itu punya waktu untuk anak-anak mereka,
memberikan perhatian, kasih sayang karena orang tua sibuk
dengan pekerjaan masing-masing sehingga anak terabaikan.
Berdasarkan pengalaman selama ibuk mengajar banyak ya ibuk
menemukan kasus-kasus seperti itu. Seperti anak punya perilaku
yang kurang baik disekolah atau bisa diperhatikan langsung dari
penampilannya misal dari pakaiannya rapi atau tidak nah itu kan
keliatan. Kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya ke anak, mereka
kan masih usia sekolah dasar dan belum mengerti tentang
semuanya. Jadi tentu harus ada peran orang tua, jadi gimana kalau
orang tuanya saja sibuk tidak memperhatikan anaknya bisa
dikatakan kurangnya didikan yang diberikan oleh orang tuanya
dirumah. Apalagi mengenai karakter itu kan tidak bisa hanya guru
saja yang berperan tapi harus ada peran orang tua yang sejalan
sehingga bisa mencapai tujuan bersama.
Kendala lainnya menurut ibuk dalam membina karakter siswa
adalah pengaruh lingkungan sekitar dalam keseharian anak yang
dapat membawa dampak negatif. Pergaulan di lingkungan
masyarakat sekitar akan membawa dampak bagi perkembangan
siswa. Pergaulan positif akan membawa dampak positif begitupun
sebaliknya. Sebagai contoh nyata yaitu dari perkataan siswa,
mereka sering mengucapkan kata-kata yang tidak pantas seperti
memanggil nama teman dengan sebutan yang tidak baik, bahkan
suka menjahili teman, itu semua mereka dapatkan dari pengaruh
teman bermain saat di luar lingkungan sekolah. Dan pada akhirnya
terbawa sampai ke sekolah. Itu sebagai wujud dari pergaulan, hal
inilah yang menjadi salah satu kendala bagi sekolah dalam
membina karakter siswa.
Peneliti : Bagaimanakah solusi ibu untuk mengatasi hambatan dalam upaya
membentuk karakter tanggung jawab siswa di kelas IV?
Informan : Disetiap kendala pasti ada solusi tentunya, begitu pula dengan
masalah pembentukan karakter siswa. Tidak bisa dipungkiri antara
pihak sekolah sudah pasti menjalin kerjasama dengan wali murid.
Apalagi masalah karakter tentunya harus ada komunikasi antara
ibuk selaku wali kelas dengan orang tua siswa, gimana orang tua
mereka bisa tau tentang perkembangan anaknya di sekolah kalau
guru saja tidak memberi tau. Solusinya itu saja menurut ibuk,
kerjasama lah intinya.
Peneliti : Baik buk, terimakasih banyak atas waktu dan penjelasannya
mengenai Pendidikan karakter tanggung jawab khususnya pada
siswa kelas IV ini.
Informan : Iya, sama-sama, semoga sukses untuk kedepannya.
Lampiran IV

HASIL WAWANCARA

Informan : Muhammad Alqis (siswa kelas IV)


Tanggal : 17 januari 2020
Tempat : Ruang kelas

Peneliti : Maaf ya dek, kakak minta waktunya sebentar mau wawancara,


siapa nama kamu?
Informan : Muhammad alqis kak
Peneliti : Kenapa kamu berkeinginan masuk di madrasah ini
Informan : Emang disekolahkan disini kak
Peneliti : kakak mau nanya jenis kegiatan yang ada di madrasah ini apa saja?
Informan : Eee.. sholat dhuha, sholat dhuhur, terus tahfiz, tiga muhadharah
sama tilawah, pramuka juga.
Peneliti : Apakah guru disini sering memberi sanksi kepada siswa ketika
siswa tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru?
Informan : Eee.. suruh bersih-bersih kelas biasanya
Peneliti : Pertanyaan selanjutnya, kalau kalian melaksanakan sholat
dibimbing tidak sama ibuk guru dan kalau ibuk guru belum datang
apakah kalian melaksanakan sholat dengan tertib?
Informan : Sebelum masuk kelas kami sholat dhuha dulu di masjid, sama ibuk
Nova. Kalau nggak ada ibuk kami ribut, lari-lari sampe kena marah
sama ustad. Soalnya gak ada yang mau adzan, terus buk Endang
datang nyuruh kami adzan sama bilang gak boleh ribut sampai buk
Nova datang. Tapi kami ribut lagi kalau ibu kepala sekolah keluar,
kalau ibuk Nova sudah datang baru kami diam semua takut
soalnya. Terus ibuk nanya biasanya sudah adzan, kalau belum ibuk
nanya lagi siapa yang piket hari ini, terus suruh adzan sama jadi
imam sholat
Peneliti : Sebelum pulang apakah kalian melaksanakan sholat dhuhur
terlebih dahulu?
Informan : Iya sebelum pulang sholat dhuhur dulu habis itu setoran tahfiz ,
kalau sudah selesai baru pulang ke rumah.
Peneliti : Apakah kalian melaksanakan setoran tahfiz setiap harinya?
Informan : Iya emang ada hapalan juz”amma biasanya kalau sama ibuk Nova
dikasih batesan biasanya lima ayat kalau setoran”.
Peneliti : Sudahkah guru menjadi teladan/contoh yang baik bagi siswa-siswi
di madrasah ini?
Informan : Sudah ( tersenyum tipis)
Peneliti : Apakah kamu merasa senang atau terbebani dengan arahan guru
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada di madrasah ini?
Informan : Iya senang.
Peneliti : Kakak rasa sudah cukup, terimakasih banyak sudah memberikan
jawaban atas pertanyaan kakak tadi
Informan : Iya kak sama-sama.
Lampiran V
Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Kegiatan Wawancara Dengan Kepala


Madrasah

(Dokumentasi, 11 januari 2020)

Gambar 2. Kegiatan Wawancara Dengan Wali Kelas IV

( Dokumentasi, 16 januari 2020)


Gambar 3. Kegiatan Wawancara Dengan Salah Satu
Siswa Kelas IV

(Dokumentasi, 18 januari 2020)

Gambar 4. Suasana siswa kelas IV saat mengikuti proses


pembelajaran

(Dokumentasi, 16 januari 2020)


DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)

Nama : Lina Rukmana

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Trimulya, 30 Desember 1998

Alamat : Jl. Kapten Hasan, Kel


Simpang IV Sipin, Kec
Telanaipura

Email : linarukmana30@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. MA Negeri 1 Tanjab Timur, 2016


2. SMP Negeri 29 Tanjab Timur, 2013
3. SD Negeri 149/X Trimulya, 2010

MOTTO Hidup

Man Jadda Wajada

Anda mungkin juga menyukai