Anda di halaman 1dari 105

“PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS

PERMULAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


DENGAN METODE BERMAIN KOTAK RAHASIA
PADA SISWA KELAS I DI MI. MIFTAHUL HUDA KALIPENGGUNG
RANDUAGUNG LUMAJANG”

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Syarifuddin

Oleh:
SITI ROMLAH
NIM. 2017100260234

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN
TAHUN 2019
LEMBAR PERSETUJUAN

“PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS


PERMULAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE BERMAIN KOTAK RAHASIA
PADA SISWA KELAS I DI MI. MIFTAHUL HUDA KALIPENGGUNG
RANDUAGUNG LUMAJANG”

SKRIPSI

Telah disetujui untuk diujikan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Syarifuddin

Oleh:
SITI ROMLAH
NIM. 2017100260234

Disetujui

Pembimbing Ketua Program Studi

Taqwa Nur Ibad, M.Pd.I. H. Muhammad Abdul Halim Sidiq, M.Pd.I


NIY. 1984090914081 NIY. 19840525126054

ii
LEMBAR PENGESAHAN

“PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS


PERMULAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE BERMAIN KOTAK RAHASIA
PADA SISWA KELAS I DI MI. MIFTAHUL HUDA KALIPENGGUNG
RANDUAGUNG LUMAJANG”

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertaankan untuk memenuhi persyaratan memperoleh


gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Pada Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Syarifuddin

Hari : Sabtu
Tanggal : 16 November 2019

Tim Penguji

Penguji Pendamping, Sekretaris Sidang,

Taqwa Nur Ibad, M.Pd.I. Syamsul Arifin, S.Pd.I, MA


NIY: 19840909146081 NIY: 19840603086027

Penguji Utama, Ketua Sidang,

Dr. Fazlul Rahman, Lc.,MA, Hum KH. M. Adnan Syarif, Lc.,MA


NIY: 19850913156090 NIY: 19770615032008

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Syarifuddin

Dr. Syuhud, M.Pd.I


NIY: 19710506046010

iii
MOTTO

“Pendidikan Bukan Hanya Untuk Yang Muda Tapi Untuk Segala Umur”

iv
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Kepada:

Ayah dan bunda tercinta

Suami dan Anakku terkasih dan tersayang

Adik-adikku

Saudara-saudaraku seiman dan seperjuangan

Civitas Akademika Institut Agama Islam Syarifuddin

Semua pihak yang telah membantu dan mendukung karya ilmiah ini

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan atas limpahan rahmat dan


bimbingan Allah SWT, skripsi sederhana yang berjudul: “Peningkatan
Kemampuan Membaca Dan Menulis Permulaan Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Bermain Kotak Rahasia Pada
Siswa Kelas I Di MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang”,
dapat terselesaikan dengan baik, semoga ada guna dan manfaatnya.
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah SAW,
keluarga dan para shahabatnya, serta umatnya yang setia dan senantiasa
menegakkan agama Allah.
Banyak pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, untuk itu
penulis sampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
dengan ucapan Jazakumullahu Ahsanal Jaza’ khususnya kepada:
1. KH. M. Adnan Syarif, LC., M.A selaku Rektor Institut Agama Islam
Syarifuddin (IAIS) Lumajang;
2. Bapak Syuhud, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Syarifuddin (IAIS) Lumajang;
3. Bapak Taqwa Nur Ibad, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini;
4. Para Dosen dan Staf Administrasi pada Institut Agama Islam Syarifuddin
(IAIS) Lumajang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dari para
pembaca yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk perbaikan ke arah yang lebih
baik, sehingga akan lebih bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

vi
ABSTRAK

Romlah, Siti. 2019. “Peningkatan Kemampuan Membaca Dan Menulis


Permulaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode
Bermain Kotak Rahasia Pada Siswa Kelas I Di MI. Miftahul Huda
Kalipenggung Randuagung Lumajang”. Skripsi Fakultas Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Institut
Agama Islam Syarifuddin Wonorejo Lumajang. Dosen Pembimbing:
Taqwa Nur Ibad, M.Pd.I.

Kata kunci: Menbaca dan Menulis Permulaan, Model Pembelajaran Kooperatif,


Metode Bermain Kotak Rahasia.

Penelitian ini dilatar belakangi kemampuan membaca dan menulis


menjadi sesuatu yang sangat sulit bagi siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda
Kalipenggung Randuagung Lumajang. Banyak siswa yang bicara sendiri, ngantuk
dan kurang antusias dalam bertanya. Salah satu media pembelajaran yang penuh
dengan permainan yang mengarah pada keaktifan siswa yang bisa dilakukan guru
adalah penggunaan metode bermain kotak rahasia.
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah langkah-
langkah penggunaan metode bermain kotak rahasia dalam pembelajaran membaca
dan menulis pada siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung
Lumajang?, 2) Apakah terdapat peningkatan kemampuan membaca dan menulis
pada siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang
setelah dengan menggunakan metode bermain kotak rahasia?, 3) Apakah metode
bermain kotak rahasia dapat menumbuhkan keaktifan membaca dan menulis pada
siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang?
Dalam PTK tahap penelitian terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Untuk mengetahui peningkatan pada
waktu tindakan, dan setelah tindakan dilakukan. Penelitian ini menggunakan dua
siklus tindakan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
observasi, catatan lapangan, wawancara, tes, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan membaca
dan menulis siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung
Lumajang dengan menggunakan metode bermain kotak rahasia, terlihat
kemampuan membaca siswa mengalami kenaikan setiap siklusnya yaitu pada
prasiklus ada 8 siswa atau 42%, mengalami kenaikan pada siklus I yaitu 12 siswa
atau 63% dan di akhir siklus II menjadi 17 siswa atau 89% yang tuntas. Begitu
juga kemampuan menulis siswa mengalami kenaikan pada setiap siklusnya
dimana pada prasiklus ketuntasannya mencapai 9 siswa atau 47% mengalami
kenaikan pada siklus I ada 13 siswa atau 69%, dan pada siklus II mengalami
kenaikan sebanyak 17 siswa atau 90%. Hasil tersebut ini sudah melampaui
indikator yang ditetapkan yaitu 80%. Begitu juga keaktifan siswa terjadi kenaikan
dimana pada siklus I ada 10 siswa atau 52% dan setelah dilakukan perbaikan pada
siklus II sudah mencapai siswa 16 siswa atau 86%. Hasil tersebut sudah mencapai
indikator yang ditentukan.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
Judul Penelitian (Sampul) ........................................................................... i
Persetujuan Pembimbing.............................................................................. ii
Pengesahan .................................................................................................. iii
Motto ........................................................................................................... iv
Persembahan ............................................................................................... v
Kata Pengantar ............................................................................................ vi
Abstrak ........................................................................................................ vii
Daftar Isi ..................................................................................................... viii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
E. Definisi Konsep ...................................................................................... 6
F. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 8

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 10


A. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 10
B. Kajian Teori Terkait ............................................................................... 13

BAB III : METODE PENELITIAN ...................................................... 44


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................. 44
B. Lokasi Penelitian .................................................................................... 44
C. Sumber Data ........................................................................................... 45
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 46
E. Analisis Data ........................................................................................... 48
F. Keabsahan Data ...................................................................................... 49
G. Tahap-Tahap Penelitian ......................................................................... 49

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ................................. 54


A. Gambaran obyek Penelitian ................................................................... 54
B. Penyajian data dan Analisa ..................................................................... 59
C. Pembahasan Temuan .............................................................................. 83

BAB V : PENUTUP ............................................................................... 91


A. Kesimpulan ............................................................................................ 91
B. Saran ....................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 96

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

melalui media kata-kata atau bahasa tulis.1

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan

orang lain. Menulis merupakan suatu yang produktif dan ekspresif. Dalam

kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafolegi, struktur

bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara

otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.2

Keterampilan membaca dan menulis merupakan salah satu

kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap siswa untuk memasuki dunia

belajar. Keberhasilan membaca dan menulis permulaan pada umumnya

dimiliki siswa kelas I dan II akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran

pada tahap-tahap berikutnya.3

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik

membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman).

Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca permulaan menurut Lamb dan

1
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa,
2008), 7.
2
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 3-4.
3
Nurhayati, Alat Peraga Pendidikan Bahasa Indonesia Belajar Membaca untuk SD, (Surabaya:
tt), 5.

1
2

Arnold seperti yang dikutip oleh Farida Rahim dalam bukunya Pengajaran

Membaca di Sekolah Dasar adalah “faktor fisiologis, intelektual, lingkungan,

dan psikologis”.4

Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi

proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi

interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam

diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan

keterampilan atau sikap.5

Sebagaimana diketahui bahwa dalam metodologi pembelajaran, ada

dua aspek yang paling penting, yakni metode mengajar dan media pembela-

jaran sebagai alat bantu mengajar. Media pembelajaran dapat mempertinggi

proses belajar siswa yang pada gilirannya diharapkan mampu mempertinggi

hasil belajar siswa.6

Penggunaan model maupun media sangat penting bagi keberhasilan

tercapainya pembelajaran di kelas, terutama di kelas rendah sekolah dasar

yang siswanya memang masih belum dapat berfikir secara abstrak, sehingga

dengan penggunaan media atau pun medel dalam pembelajaran dapat

menjadikan belajar siswa di kelas menjadi lebih bermakna, mudah diingat

sebab kongrit serta berkesan bagi siswa.

Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengajar membaca

dan menulis adalah model pembelajaran kooperatif. Apalagi kenyataan di

lapangan ditemukan ada sebagian siswa yang masuk kelas 1 MI. Miftahul
4
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 16.
5
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), 48.
6
Basyirudin Usman, dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 9.
3

Huda Kalipenggung Kecamatan Randuagung Kabupaten Lumajang adalah

anak-anak yang sebelumnya tidak sekolah di Taman Kanak-Kanak, sehingga

proses belajar harus dimulai dari mengenal huruf dan membacanya dengan

cara mengeja huruf demi huruf tersebut. Belajar dengan cara kooperatif

dianggap model pembelajaran yang terbaik dalam membaca karena dalam

pendekatan ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil.

Siswa bekerja sama dan saling membantu menyelesaikan tugas. Maksudnya,

siswa yang sudah mengenal huruf dan bisa mengeja dapat bertindak sebagai

guru sebaya bagi temannya.

Metode yang sesuai untuk mengajar membaca dalam pembelajaran

kooperatif, antara lain metode bermain dengan bantuan media kotak rahasia.

Metode ini menurut Kunandar dipandang sebagai yang paling sederhana dan

paling langsung dari pendekatan kooperatif.7 Oleh sebab itu, untuk

membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

bermain kotak rahasia meningkatkan kemampuan membaca lancar perlu

diadakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti tentang:

“Peningkatan Kemampuan Membaca Dan Menulis Permulaan Melalui

Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Bermain Kotak

Rahasia Pada Siswa Kelas I Di MI. Miftahul Huda Kalipenggung

Randuagung Lumajang.

7
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 270.
4

B. Fokus Peniltian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah langkah-langkah penggunaan metode bermain kotak

rahasia dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan pada siswa

kelas 1 MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang?;

2. Apakah terdapat peningkatan kemampuan membaca dan menulis

permulaan pada siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda Kalipenggung

Randuagung Lumajang setelah dengan menggunakan metode bermain

kotak rahasia?;

3. Apakah metode bermain kotak rahasia dapat menumbuhkan keaktifan

membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda

Kalipenggung Randuagung Lumajang?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian yang

ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui langkah-langkah penggunaan metode bermain kotak

rahasia dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan pada siswa

kelas 1 MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang;

2. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan membaca

dan menulis permulaan pada siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda


5

Kalipenggung Randuagung Lumajang setelah dengan menggunakan

metode bermain kotak rahasia;

3. Untuk mengetahui apakah metode bermain kotak rahasia dapat

menumbuhkan keaktifan membaca dan menulis permulaan pada siswa

kelas 1 MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang Peneliti lakukan semoga bermanfaat bagi siapapun

secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat yang signifikan bagi semua pihak, khususnya pihak-pihak yang

berkepentingan dan memiliki hubungan kompetensi dengan permasalahan

yang dibahas serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang saya miliki

dan menjadi tambahan wawasan bagi pembaca.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga

1). IAIS Syariffuddin Wonorejo Kedungjajang Lumajang

Peneliti berharap upaya penelitian yang dibuat agar

peneliti bisa memudahkan mahasiswa IAIS lainnya. Peneliti juga

berharap penelitian ini dapat memperkaya karya ilmiah


6

di perpustakaan IAIS Syarifuddin Wonorejo Kedungjajang

Lumajang.

2). MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang

Peneliti berharap dapat memberikan konstribusi terhadap

peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan siswa

kelas I di MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung

Lumajang.

b. Bagi Masyarakat

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi

masyarakat umum yang berminat pada kajian yang sama yaitu

sebagai contoh atau gambaran dan sebagai referensi pembandingan

ketika melakukan penelitian yang sama.

c. Bagi Peneliti

1). Dapat melaksanakan tugas dari IAIS Syarifuddin dengan baik dan

benar.

2). Mendapatkan pengalaman meneliti dan mampu membuat karya

dengan baik dan benar.

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari kekeliruan dalam pemahaman istilah-istilah yang

terdapat dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan beberapa istilah

sebagai berikut:
7

1. Peningkatkan

Peningkatan adalah kemajuan dari seseorang dari tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.8

2. Kemampuan

Kemampuan adalah kecakapan atau potensi seseorang untuk

menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas

dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.9

3. Membaca dan Menulis Permulaan

Membaca dan menulis permulaan (MMP) adalah kemampuan awal

anak yang harus dimiliki untuk membuka cakrawala pengetahuan yang

sangat luas.10

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.11

8
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern Press,
1995), 160.
9
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan, (Bandung: PT
Imperial Bhakti Utama, 2007), 35.
10
Ika Lestari, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, (Padang: Akademia Permata,
2013), 4.
11
Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), 37.
8

5. Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan

rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah

disusun tercapai secara optimal.12

6. Bermain Kotak Rahasia

Kotak rahasia adalah suatu permainan kata yang ditujukan untuk

anak yang sudah dapat mengeja sebagai latihan membaca. Kotak ini

dihias semenarik mungkin yang di dalamnya diisi dengan gambar/

miniatur objek.13

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasannya, skripsi yang berjudul

Peningkatan Kemampuan Membaca Dan Menulis Permulaan Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Bermain Kotak Rahasia Pada Siswa

Kelas I Di MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang, maka

perlu diberi gambaran singkat yang dirumuskan dalam sistematika

pembahasan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan

sistematika pembahasan.

12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2006), 7.
13
Dewey Sugani Shoba, Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis dengan Bermain,
(Jakarta: PT. Gramedia, tt), 56.
9

BAB II: Kajian pustaka yang berisi tentang penelitian terdahulu dan

kajian teoritik tentang peningkatan kemampuan membaca dan menulis

permulaan melalui model pembelajaran kooperatif dengan metode bermain

kotak rahasia pada siswa kelas I Di MI. Miftahul Huda Kalipenggung

Randuagung Lumajang.

BAB III: Metode penilitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis

data, keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

BAB IV: Penyajian data dan analisis yang berisi tentang gambaran

objek penelitian, penyajian dan analisis data, dan pembahasan temuan.

BAB V: Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan bertujuan untuk melakukan survei

secara sungguh-sungguh mengenai apa yang telah diketahui orang dalam

bidang yang akan diteliti. Adapun beberapa studi yang peneliti temukan dan

memiliki relevansi dengan permasalahan yang dikembangkan peneliti ini

antara lain:

Lia Ardiyanti, Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta 2015, yang berjudul: “Peningkatan

Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Metode Kata Lembaga Siswa

Kelas I SD Karanggayam Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Penelitian ini

bertujuan: (1) Meningkatkan proses pelaksanaan pembelajaran membaca

permulaan melalui metode kata lembaga pada siswa kelas I SD Karanggayam

Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul, (2) Meningkatkan hasil proses

peningkatan keterampilan membaca permulaan melalui metode kata lembaga

siswa kelas I SD Karanggayam Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Hasil

penelitian menunjukkan proses pembelajaran siklus I guru menerapkan

metode kata lembaga dan penggunaan media Big Book. Siklus II guru

menerapkan metode kata lembaga, penggunan media Big Book, dan diskusi

kelompok, pada siklus III guru menerapkan metode kata lembaga,

10
11

penggunaan media Big Book, diskusi kelompok dan permainan. Hasil siklus I

keterampilan membaca siswa mengalami peningkatan dari hasil pratindakan

nilai rata-rata 65 meningkat menjadi 70, dan siswa yang mencapai KKM

sebanyak 52%. Siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 78 dan siswa yang

telah mencapai KKM sebanyak 72%. Siklus III nilai rata-rata meningkat

menjadi 84 dengan nilai ketuntasan siswa mencapai 92%.14

Putri Mulya Sari, Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh 2018, yang berjudul: Peningkatan

Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini Melalui Permainan Kartu

Di Kelompok B TK Ibnu Sina Barabung Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan:

(1) Mengetahui aktivitas guru selama proses pembelajaran melalui

penggunaan permainan kartu huruf di kelompok B TK Ibnu Sina Barabung

Aceh Besar, (2) Mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan

anak setelah penerapan permainan kartu huruf di Kelompok B TK Ibnu Sina

Barabung Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan kemampuan membaca permulaan sebesar 37,5% pada akhir

siklus I dan pada akhir siklus II mengalami peningkatan sebesar 87,5%.15

Amni Fadillah, Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru 2012, yang berjudul:

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode Struktur

Analisis Sintesis Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas I


14
Lia Ardiyanti, Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Metode Kata Lembaga
Siswa Kelas I SD Karanggayam Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul, Skripsi, Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 2015.
15
Putri Mulya Sari, Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini Melalui
Permainan Kartu Di Kelompok B TK Ibnu Sina Barabung Aceh Besar, Skripsi, Banda Aceh:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh 2018.
12

Madrasah Ibtidayah Negeri Pulau Kijang Kecamatan Reteh. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui penggunaan metode SAS dalam peningkatkan

kempuan membaca siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 1

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pulau Kijang Kecamatan Reteh. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan metode struktur analisis sintesis dapat

meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah

Negeri Pulau Kijang Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir

dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada bidang studi

Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan adanya peningkatan baik aktivitas guru

maupun aktivitas siswa dan seiring dengan meningktanya kemampuan

membaca siswa dengan menggunakan metode struktur analisis sintesis mulai

dari siklus I rata-rata siswa 58,87 %, pada siklus II rata-rata siswa meningkat

menjadi 64,70 %. Sedangkan pada siklus III rata-rata siswa semakin

meningkat menjadi 70,58 %.16

Dari berbagai hasil penelitian di atas, penelitian tentang upaya

peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan melalui penerapan

berbagai metode sudah banyak, akan tetapi bedanya di sini, peneliti akan

mengkaji upaya peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan

melalui metode bermain kotak rahasia Di MI. Miftahul Huda Kalipenggung

Randuagung Lumajang”.

B. Kajian Teori

16
Amni Fadillah, Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode Struktur
Analisis Sintesis Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas I Madrasah Ibtidayah
Negeri Pulau Kijang Kecamatan Reteh, Skripsi, Pekanbaru: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru 2012.
13

1. Membaca Permulaan

a. Pengertian Membaca Permulaan

Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang

berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam

tulisan.17 Sejalan dengan Henry Guntur Tarigan, membaca adalah

suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata/bahasa tulis.18 Dalam hal ini, membaca adalah suatu

usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.

Anderson berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses

penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding

process).19 Istilah penyandian kembali (recording) digunakan untuk

menggantikan istilah membaca (reading) karena mula-mula lambang

tertulis diubah menjadi bunyi, baru kemudian sandi itu dibaca,

sedangkan pembacaan sandi (decoding process) merupakan suatu

penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran dalam bentuk tulisan.

Syafi’ie mengatakan bahwa tiga kompenen dalam proses

membaca yaitu recording, decoding, dan meaning.20 Recording

merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya

dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan,

sedangkan process decoding (penyandian) merujuk pada proses

17
Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: Raja Garafido Persada, 2013), 5.
18
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 7.
19
Dalman, Keterampilan Membaca, 6.
20
Rahim, Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar, 2.
14

penerjemahan rangkaian grafis kedalam kata-kata. Proses recording

dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD

kelas (I dan II) yang dikenal dengan istilah membaca permulaan.

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar

membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk

memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan

menangkap isi bacaan dengan baik. Kemampuan membaca permulaan

lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni

kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah

dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi

bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat

melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh

pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi lambang tersebut.

Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan

menuju kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana.

Yang dimaksud dengan melek wacana adalah kemampuan membaca

yang sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah lambang-lambang

tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman akan

lambang-lambang tersebut. Dengan bekal kemampuan melek wacana

inilah kemudian anak dikenalkan dengan berbagai informasi dan

pengetahuan dari berbagai media cetak yang dapat diakses sendiri.21

21
Yeti Mulyati, Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan, (Bandung: UPI, 2008), 5-6.
15

Menurut Dalman membaca permulaan merupakan suatu

keterampilan awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh pembaca.22

Membaca permulaan terdiri dari beberapa aspek antara lain:

1). Pengenalan bentuk huruf;


2). Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase,
pola klause, kalimat, dan lain-lain);
3). Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at
print”);
4). kecepatan membaca bertaraf lambat.23

Devine mengatakan bahwa pada tahap pengajaran membaca

permulaan tugas guru adalah sebagai berikut:

1). Memberikan kesempatan lebih lanjut kepada anak didik untuk


mempertajam kesadarannya terhadap bunyi dan bentuk,
dengan itu diharapkan anak mampu menyadari bahwa setiap
bunyi itu memiliki bentuk masing-masing;
2). Menghubungkan antara bunyi yang diucapkan dengan huruf
cetak, dengan itu diharapkan anak mampu menunjukkan
setiap bunyi yang diucapkan sesuai dengan huruf cetaknya;
3). Mengembangkan konsep-konsep kata dan kalimat, dengan itu
diharapkan anak mampu menyadari apa yang dinamakan kata
dan apa yang dinamakan kalimat;
4). Menciptakan situasi yang memungkinkan anak didik dapat
melihat polapola secara lebih baik;
5). Membantu anak didik untuk memahami bahasa lisan dan
tulisan;
6). Mengadakan kesempatan berorganisasi bagi anak didik untuk
berlatih menggunakan bahasa lisan;
7). Memperkenalkan dan menjelaskan kata-kata baru dan konsep-
konsep yang diwakili oleh kata-kata itu, dengan itu
diharapkan anak mampu memahami kata-kata yang baru
sehingga memperkaya perbendaharaan kosakatanya;
8). Membimbing anak didik dalam memperoleh pengetahuan
baru yang kemudian dapat mereka gunakan untuk
menafsirkan teks dan pesan-pesan lisan secara lebih baik;
9). Menunjukkan kepada anak didik bagaimana cara
mendapatkan informasi dari teks dan memadukannya dengan

22
Dalman, Keterampilan Membaca, 85.
23
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 11.
16

pengetahuan yang telah mereka miliki sehingga menghasilkan


makna;
10).Membantu anak didik dalam melihat bahwa membaca adalah
suatu sumber kenikmatan, sumber pengetahuan, dan suatu
cara untuk memaknai dunia di sekitar mereka.24

Ada beberapa macam cara dalam membaca, yaitu:

1). Membaca teknik (membaca nyaring), meliputi penguasaan:


tanda baca (titik, koma, kalimat tanya, tanda seru, intonasi,
lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan, suara;
2). Membaca dalam hati, yaitu membaca tanpa suara, tanpa
adanya gerakan;
3). Membaca bahasa, yaitu pengetahuan yang menyangkut tata
bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), tata tulis
(EYD), makna wacana dari suatu paragraf;
4). Membaca pustaka, yaitu buku paket / rujukan, majalah,
klipping, kumpulan cerita;
5). Membaca cepat, yaitu jenis membaca untuk memperoleh
jumlah bacaan atau halaman yang banyak dalam waktu yang
singkat;
6). Membaca indah, disebut juga membaca emosional yang dapat
menimbulkan keindahan atau estetika.25

Menurut Tarigan dengan mengutip pandangan Anderson

tujuan utama dalam membaca adalah:

1). Membaca untuk rnenemukan atau mengetahui penemuan-


penemuan yang telah diiakukan oleh sang tokoh; apa-apa
yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada
tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah tang
dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca
untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta
(reading for details of facts);
2). Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik
yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita,
apa-apa yang dipeiajari atau yang dialami sang tokoh, dan
merangkumkan hal-hal yang dilakukan oieh sang tokoh untuk
mencapat tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca
untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas);
3). Membaca untuk rnenemukan atau mengetahui apa yang
terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi muia-mula
pertama, kedua, ketiga/seterusnya-setiap tahap dibuat untuk

24
Devine, Teaching Reading in Elementary School from Theory to Practice. (1989), 1.
25
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 12.
17

memecahkan suatu masalah. Adegan-adegan dan kejadian,


kejadian buat dramatisasi,. Ini disebut membaca untuk
mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for
sequence or organization);
4). Membaca untuk rnenemukan serta mengetahui mengapa para
tokoh merasakan seperti cara mereka, apa yang hendak
diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca,
mengapa para tokoh berubah, kulaitaskualitas yang dimiliki
para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini
disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi
(reading for inference);
5). Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang
tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang
lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak
benar. Ini disebut membaca untuk mengelopokkan, membaca
untuk mengklasifikasikan (reading to classify);
6). Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau
hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apak kita ingin berbuat
seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti
cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. ini disebut membaca
menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate);
7). Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh
berubah bagimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita
kenal, bagaimana dua ceria mempunayi persamaan, bagimana
sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk
membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare
or contrast).26

Dengan demikian, keterampilan membaca harus dimulai sejak

awal. Guru bahasa sedapat mungkin membimbing siswa untuk

mengembangkan dan meningkatkan keterampilan membaca.

Misalnya: membimbing siswa dalam memperkaya kosakata dan

memahami makna struktur kata atau makna kiasan dan ungkapan.

Dengan memahami bacaan sedini mungkin anak akan memperoleh

kemudahan dalam mengikuti tahap pembelajaran di sekolah. Apabila

anak masih mempunyai masalah dalam kemampuan membaca dan

26
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 9-10.
18

menulis permulaan sudah barang tentu akan mempersulit dalam

mengikuti pelajaran selanjutnya.

b. Komponen Membaca Permulaan

Menurut Tarigan bahwa membaca permulaan mencakup tiga

komponen yaitu:

1). Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca;

2). Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur

linguistic yang formal;

3). Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau

meaning.27

Pengajaran membaca di sekolah dasar terdiri atas dua jenis,

yaitu: membaca permulaan di kelas satu dan dua; dan membaca lanjut

di kelas tiga. Membaca permulaan merupakan kompetensi

diperuntukan bagi siswa SD/MI. Tujuannya antara lain untuk

membina dasar-dasar mekanisme membaca. Sedangkan membaca

lanjut mencakup pengembangan membaca demi terbinanya

keterampilan membaca yang lebih baik. Departemen Pendidikan

Nasional merumuskan kompetensi dasar membaca adalah

kemampuan membaca dan memahami teks pendek dengan cara

membaca lancar (bersuara) beberapa kalimat sederhana.28 Sedangkan

indikatornya adalah siswa mampu membaca lafal, intonasi, jeda,

penekanan pada kata-kata tertentu, mengidentifikasi kata-kata kunci.


27
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 11.
28
Departemen Pendidikan Nasional, Membaca dan Menulis Permulaan, (Jakarta: Depdiknas,
2009), 28-29.
19

Tujuan pengajaran membaca permulaan adalah mengetahui

huruf dan terampil mengubah huruf menjadi suara. Lebih lengkapnya

Soejono memaparkan tentang tujuan pengajaran membaca permulaan

adalah sebagai berikut:

1). Mengenalkan pada para anak didik huruf-huruf dalam abjad,


sebagai tanda suara atau tanda bunyi;
2). Melatih keterampilan anak didik untuk mengubah huruf-huruf
dalam kata menjadi suara.
3). Mengetahui huruf-huruf dalam abjad dan melatih
keterampilan anak didik untuk menyuarakannya dan dalam
waktu singkat dapat mempraktekkannya dalam membaca
lanjut.29

Berdasarkan tujuan pengajaran membaca permulaan di atas,

penelitian ini juga secara spesifik bertujuan untuk: 1) Melatih subjek

penelitian agar mampu membaca kata dan kalimat sederhana yang

terdiri dari 2-4 kata, dan 2) Melatih subjek penelitian agar mampu

membaca menulis kata dan kalimat sederhana.

c. Langkah-Langkah Membaca Permulaan

Membaca dan menulis permulaan dengan pendekatan tematik,

bukanlah sekedar bertujuan siswa dapat membaca dan menulis,

melainkan lebih luas jangkauannya, yaitu dapat berkembang terus

kepribadiannya secara wajar. Langkah-langkah yang dapat dilakukan

guru dalam membaca permulaan menurut Hurlock, E. B, yaitu sebagai

berikut:

Putaran I:
Pada putaran I dilakukan beberapa langkah, yaitu:
1). Melakukan orientasi;
2). Merekam bahasa siswa;
29
Soejono, Metodik Khusus Bahasa Indonesia, (Bandung: Bina Karya, 1983), 19.
20

3). Meneliti hasil rekaman;


4). Menyusun cerita berdasarkan hasil rekaman;
5). Menempatkan gambar sebagai pusat minat;
6). Menganalisis dan membuat sintesis gambar: gambar totalitas,
gambar analitik, gambar totalitas dalam situasi baru;
7). Menambah kartu-kartu kaiimat dengan gambar analitis;
8). Memperkenalkan 5 struktur kalimat yang bermakna.
Putaran II
Menyusun analisis dan sintesis temadap 5 kalimat dasar menjadi
kalimat dalam urutan baru
Putaran III
Analisis untuk kalimat menjadi kata sintesis untuk kata menjadi
kalimat-kalimat baru
Putaran IV:
1). Analisis untuk kalimat menjadi kata;
2). Analisis untuk kata menjadi suku-kata;
3). Sintesis untuk suku kata menjadi kata-kata baru;
4). Sintesis untuk kata-kata baru menjadi kalimat-kalimat baru.
Putaran V
1). Analisis untuk kalimat menjadi kata analisa kata menjadi
suku-kata;
2). Analisis untuk suku kata menjadi huruf;
3). Sintesis untuk huruf menjadi suku-kata baru;
4). Sintesis untuk suku kata baru menjadi kata-kata baru;
5). Sintesis untuk kata-kata baru menjadi kalimat-kalimat baru.30

d. Jenis Kalimat dalam Membaca Permulaan

Proses kegiatan membaca dimulai dari penguasaan kode-kode

bahasa, yang diikuti oleh penguasaan kosa kata atau perbendaharaan

kata, kemudian pemahaman kalimat, paragraf, dan sampai pada

akhirnya pemahaman teks/wacana.31

Brougton dalam Tarigan, mengemukakan bahwa secara garis

besar terdapat dua aspek penting dalam proses membaca:

30
Hurlock, E. B, Perkembangan Anak Jilid 1, (Alih Bahasa: Meitasari Tjandrasa dan
Muslichach Zarkasih), (Jakarta: Erlangga, 1991), 15-16.
31
Suryatin, Keterkaitan Antara Minat Baca Sastra Indonesia dan Pengalaman Belajar Sastra
Indonesia Dengan Tingkat Kemampuan Apresiasi Sastra Indonesia, Tesis, (Bandung: IKIP,
1990), 23.
21

1). Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang


dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower
order). Aspek ini mencakup:
a). Pengenalan huruf;
b). Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata,
frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain;
c). Pengenalan hubungan korespodensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at
print”);
d). Kecepatan membaca bertaraf lambat.
2). Keterampilan yang bersifat pemahaman (comperhension
skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih
tinggi (higher order). Aspek ini mencakup:
a). Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal
dan retorikal);
b). Memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan
pengarang, relevansi/keadaan budaya, reaksi pembaca);
c). Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk);
d). Kecepatan membaca yang fleksibel, yang sudah
disesuaikan dengan keadaan.32

Dalam penelitian ini karena merupakan kegiatan membaca

permulaan, maka aspek dalam proses membaca yang ingin dicapai

adalah keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang

meliputi pengenalan huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik,

pengenalan hubungan korespodensi pola ejaan dan bunyi, dan

kecepatan membaca bertaraf lambat. Aspek proses membaca yang

lebih tinggi yang merupakan keterampilan yang bersifat pemahaman

bukan menjadi aspek kajian penelitian ini.

2. Menulis Permulaan

a. Pengertian Menulis Permulaan

32
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 13.
22

Menulis adalah menjelaskan bahasa lisan menjadi tertulis,

melalui proses menyalin melahirkan pikiran/perasaan atau melukis-

kan lambang-lambang grafik. Melalui tulisan, terjadi komunikasi

antara penulis dengan pembaca. Untuk itu fungsi utama menulis

adalah melakukan komunikasi secara tidak langsung kepada

pembaca.33

Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan

berbahasa tulis yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis

ini merupakan kemampuan yang menghasilkan, dalam hal ini

menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan

kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan

antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan

mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas dengan

menggunakan bahasa yang efektif, dan kemampuan dalam

menerapkan katdah tulis menulis dengan baik. Tarigan

mengemukakan tentang menulis, adalah “menurunkan atau

melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu

bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain

dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka

memahami bahsa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan

mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak

menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan

refresentasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini


33
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 22.
23

merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara

melukis dan menulis. Dengan perkataan lain: menggambar huruf-

huruf bukanlah menulis. Seorang pelukis dapat saja melukis huruf-

huruf Cina, tetapi ia tidak dapat dikatakan menulis, kalau dia tidak

tahu bagaimana cara menulis bahasa Cina, yaitu kalau dia tidak

memahami bahasa Cina beserta huruf-hurufnya. Dengan kriteria

seperti itu, maka dapatlah dikatakan bahwa menyalin/mengkopi

huruf-huruf ataupun menyusun menset suatu naskah dalam huruf

huruf tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang-orang

tersebut tidak memahami bahasa tersebut beserta refresentasinya”.34

Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, maka

Hugo Hartig, Hippie sebagaimana dikutip oleh Tarigan merangkum-

kannya sebagai berikut:

1). Assignment Purpose (tujuan penugasan)


Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan
sama sekali. Penuiis menulis sesuatu karena ditugaskan,
bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi
tugas merangkurnkan buku, sekretaris yang ditugaskan
membuat laporan, notulen rapat).
2). Altruistic Purpose (tujuan altruistik)
Penuiis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,
menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para
pembaca memahami , menghargai perasaan dan penalarannya,
ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih
menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan
dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya,
baik secara sadar maupun secara tidak sadar bahwa pembaca
atau penikmat karyanya itu adalah "lawan" atau "musuh".
Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan.
3). Persuasive Purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan
kebenaran gagasan yang diutarakan.
34
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 22.
24

4). Informational Purpose (tujuan informasional, tujuan


penerangan)
Tulisan yang bertujuan member! informasi atau keterangan /
penerangan kepada para pembaca.
5). Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri
sang pengarang kepada para pembaca
6). Creative Purpose (tujuan kreatif)
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri.
Tetapi "keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan
melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik,
atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan
mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
7). Problem-Solving Purpose (tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah
yang dihadapi. Sang penulis ingin memperjelas, menjernihkan
serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran
dan gagasangagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan
diterima oleh para pembaca.35

Peranan pengajaran menulis di sekolah dasar sangat penting,

yaitu dengan cara memberikan latihan secara kontinyu/praktek dalam

rangka membina siswa untuk disiplin menulis. Dalam KTSP tujuan

pengajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan

etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, memahami

bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional

dan sosial, memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa, menghargai, dan membanggakan sastra

35
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 25.
25

Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia

Indonesia.36

Pada bagian lain dijelaskan bahwa standar kompetensi yang

dicapai khususnya kelas satu adalah "Mampu menulis beberapa

kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf lepas dan huruf sambung,

menulis kalimat yang didiktekan guru, dan menuklis rapi

(handwriting) menggunakan huruf sambung".37 Pengajaran menulis di

sekolah dasar sangat efektif dalam upaya meningkatkan keterampilan

menulis siswa untuk mencapai tujuan berbahasa Indonesia dengan

baik dan benar.

Menulis dan membaca mempunyai kaitan yang sangat erat,

tidak dapat dipisahkan. Artinya, pada saat mengajarkan menulis kata

atau kalimat, guru mengajarkan pula kemampuan membaca kata atau

kalimat tersebut. Kemampuan menulis dan membaca permulaan harus

sudah diajarkan mulai sejak dini yaitu di kelas awal (satu). Khusus

kemampuan membaca dan menulis yang diajarkan pada kelas 1 dan

kelas 2 SD/MI, merupakan kemampuan tahap awal atau tahap

permulaan. Sedangkan di kelas III, IV, V, dan VI disebut

pembelajaran menulis lanjut.

b. Komponen-Komponen Menulis Permulaan

Kemampuan menulis permulaan merupakan salah satu jenis

kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif. Artinya


36
Wirasana, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2003), 12.
37
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, (Jakarta: Depdiknas, 2003), 34.
26

kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan

suatu karya tulis, Untuk itu, kemampuan yang diperlukan antara lain

kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan

mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, menggunakan

bahasa yang efektif, dan kemampuan menerapkan kaidah tulis

menulis dengan baik. Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan

disebutkan bahwa:

Siswa mampu menulis huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf


dengan tulisan rapi dan jeias, menulis karangan sederhana,
berbagai petunjuk, teks percakapan, surat pribadi, dan surat resmi
dengan memperhatikan tujuan dan ragam pembaca dan
menggunakan ejaan dan tanda baca serta kosakata yang tepat
denganmenggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk,
menulis berbagai formulir, pengumuman, tata tertib, bernagai
laporan, buku harian, poster, iklan, teks pidato dan sambutan.
Kompetensi menulis juga diarahkan menumbuhkan kebiasaan
menulis. Oleh karena itu, pembelajaran menulis dan membaca di
kelas 1 dan kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah disebut pula cara menulis
dan membaca permulaan.38

Sebelum sampai pada tingkat kemampuan menulis, siswa

harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai dari

pengenalan lambang-lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan

yang diperoleh pada tingkat permulaan pada pembelajaran menulis

permulaan, akan menjadi dasar peningkatan dan pengembangan

kemampuan siswa selanjutnya. Apabila dasar itu baik, kuat, maka

dapat diharapkan hasil pengembanganpun akan baik pula.

c. Langkah-Langkah Menulis Permulaan

38
Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, Tentang Standar Isi untukSatuan Pendidikan Dasar
dan Menengah, (Jakarta: BSNP, 2006), 2-7.
27

Pelajaran membaca dan menulis di Madrasah sebagai dasar

atau landasan bagi pengembangan berbahasa pada tingkat yang lebih

tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut, prosedur pengajaran

membaca di Madrasah mutlak diperlukan guru. Berbagai

keterampilan yang dikembangkan guru seperti: prabaca, pengenalan

kata, pemahaman, dan membaca lungsional dilakukan dalam upaya

mengajarkan siswa membaca dengan benar. Untuk kegiatan prabaca

(siswa yang belum dapat membaca), langkah-langkah yang dilakukan

adalah:

1). Sambil menulis kalimat atau suku kata, buat gerakan dari kiri
ke kanan dengan gerakan telunjuk secara bertanjut;
2). Buat duplikat kata-kata atau kalimat, siswa menjodohkannya;
3). Siswa mencari kata-kata yang sesuai dengan isi yang ada
dalam wacana;
4). Siswa menandai huruf-huruf tertentu yang sesuai dengan yang
ada dalam namanya;
5). Suruh siswa mendengarkan bunyi tertentu ketika guru
membaca;
6). Suruh siswa mencari kata-kata yang mempunyai persamaan,
Misalnya kata "satu", "baru". Guru bertanya mengapa sama
dan mengapa beda.39.

Untuk menarik minat siswa membaca, pada umumnya siswa

SD/MI menyenangi cerita. Guru dapat membacakan cerita yang

menarik minat siswa, hal ini sangat bermanfaat sekali untuk

membantu siswa menyadari makna cerita. Buku-buku banyak

memuat hal-hal yang menarik dan mempesona. Sehubungan dengan

itu, Adrienne, mengungkapkan hal sebagai berikut: “Anak siap

membaca karena ia menginginkannya. la telah menemukan bahwa

39
Adrienne Katz, Membimbing Anak Belajar Membaca, (Surakarta: Arcan, 1997), 36-37.
28

mendengarkan cerita-ceria baru amatlah menyenangkan, dan

mengulang-ngulang cerita favorit merupakan hiburan. la tahu cerita

tetap ada dalam bacaan dan gambar-gambar yang dilihatnya kembali.

la mulai menyadari bahwa ia dapat mengambil arti dari tulisan yang

ada di buku maupun di sekitamya”.40

d. Menulis Kalimat dalam Menulis Permulaan

Pada tahap pengenalan kata-kata, guru membantu siswa

memperhatikan huruf-huruf yang digunakan dalam penulisan kata-

kata tersebut sampai cara pengucapannya. Di bawah ini berbagai

kegiatan yang dapat membantu siswa mengambangkan keterampilan

mengenal kata, yaitu:

1). Membuat kartukartu kata dari potongan kertas tebal, siswa


menuliskan setiap kata dari wacana;
2). Untuk mempelajari kosakata, siswa mengucapkan kata
tersebut, bukan hurufhuruf yang mebentuk kata itu;
3). Siswa meletakkan/menyusun kartu-kartu kata sesuai dengan
susunan dalam wacana;
4). Siswa mencari kata-kata yang ada dalam kartu yang dimulai
dengan bunyi tertentu. Misalnya, kata yang dimulai dengan
bunyi m. Buatlah daftar kata-kata tersebut dan bacalah
bersama-sama dengan memberikan tekanan pada bunyi /m/.
Siswa membacakan sendiri kata tersebut, seianjutnya
menugaskan siswa mencari /m/ yang ada di tengah kata dan
/m/ pada akhir kata;
5). Melingkari kata-kata yang sudah siswa kenal;
6). Membimbing siswa mengenal kata berimbuhan, misalnya:
awalan me, ber; dan akhiran kan, i, dan sebagainya;
7). Membimbing siswa menemukan vokal atau konsonan;
8). Membimbing siswa menunjukkan tempat-tempat meletakkan
tanda baca.41

40
Katz, Membimbing Anak Belajar Membaca, 37.
41
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 26.
29

Dalam Implementasi Pendekatan Tematik dalam Pembelajaran

Berbahasa yang penting dikuasai guru adalah: merangsang pikiran

siswa, mendengarkan dan mengarahkan interaksi siswa, menuliskan

hal-hal yang didiktekan siswa, menyuruh siswa membaca wacana

sesuai tema sambil mengadakan diagnose, dan menggunakan wacana

untuk mengajarkan keterampilan membaca dan memperkaya

kosakata. Pendekatan ini sangat sesuai dengan tingkat kematangan

dan minat siswa, sebab langsung melakukan pengalaman sendiri.

Keterampilan berbahasa yang lainnya adalah menulis.

Mengajarkan menulis pada siswa sekolah dasar merupakan bagian

yang yang penting dalam pengajaran berbahasa di sekolah dasar.

Sebelum siswa mampu menulis, dimulai dengan mendengarkan cerita

ataupun kegiatan membaca. Sebab siswa kelas I dan II belum

memiliki kemampuan menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam

pikirannya secara otomatis. Menulis permulaan lebih diutamakan

kepada pengenalan huruf melalui kata-kata dan kalimat fungsional.

Untuk melatih keterampilan menulis, siswa dibimbing dengan

membiasakan menulis huruf secara tegak berangkai. Huruf tulis harus

dilukiskan dengan huruf tulis yang tegak (berdiri 90 derajat) dan

huruf-huruf pada setiap kata ditulis secara berangkai (tidak terputus).

Gambar-gambar atau ilusrasi lainnya dapat membantu siswa

memudahkan siswa dalam menulis selain itu, membaca berulang

ulang dari suatu wacana sangat efektif dalam memperlancar siswa


30

menulis. Siswa termotivasi untuk menuliskan kembali kalimat demi

kalimat dari teks tersebut.

Selanjutnya siswa menceritakan ulang isi bacaan secara

tertulis. Guru membimbing siswa menuliskan kata-kata pokok dalam

setiap kalimat. Untuk membantu minat dan motivasi siswa dalam

menulis, guru dituntut menciptakan suatu kondisi yaitu dengan cara

menyediakan bahan bacaan dan memberikan kesempatan menulis

kepada siswa. Dengan keterampilan membaca siswa terampil

menulis. Dari bacaannyalah siswa melahirkan aspirasi berupa ide

atau gagasan baru yang dapat dituangkan ke dalam tulisan.

Dengan demikian, untuk mengembangkan minat membaca dan

menulis perlu diperhatikan beberapa pedoman antara lain sebagai

berikut:

1). Guru harus mengembangkan fungsi psikologis anak, sehingga


ia menyadari bahwa:
a). Ia harus padai mendengarkan dengan baik dan harus
mengerti benar apa yang dikatakan orang lain kepadanya;
b). Ia harus pandai berbicara dengan baik, membuat kaiimat-
kalimat dengan baik, meskipun masih sederhana;
c). Ia harus sudah dapat mengucapkan kata-kata dengan
betul;
d). Ia harus mengerti bahwa tanda huruf tertentu dapat
melukiskan katakata atau isi hatinya; dan
e). Ia harus menyadari, bahwa apa yang ditulisnya
mengandung arti bagi dirinya dan juga bagi orang lain.
2). Guru harus mengembangkan fungsi fisik anak, sehingga ia
pandai memegang alat tulis dengan baik serta dapat
menggerakkan tangannya untuk menulis;
3). Guru harus mampu menyadarkan para siswa, bahwa untuk
menjadi seorang penulis yang baik, seorang pengarang yang
terkenal memerlukan ketekunan menulis secara terus
menerus. Untuk menjadi seorang pengarang, ia harus lebih
tabah dari pekerja lain;
31

4). Siswa harus mengerti, tidak ada sebuah lembaga pendidikan


yang khusus mencetak seorang pangarang. Pengarang muncul
dari orang yang rajin menulis dan menulis sehari-hari;
5). Untuk mengembangkan minat dan keterampilan menulis
dipertukan:
a). Rajin membaca, terutama buku-buku sastra dengan
penulis disiplin;
b). Berlatih terus menerus, mengakap, berpikir dan menulis;
c). Rajin mengisi buku harian dengan penuh disiplin;
d). Merantau jauh untuk mefihat objek yang lebih luas untuk
dijadikan sebagai bahan tulisan;
e). Berlaku jujur dalam menulis cerita yang benar
f). Membiasakan diri setiap hari menulis, sehingga tumbuh
minat dan merasa kekurangan dalam hidup kalau belum
menulis.42

Menurut Baderi, bahan-bahan yang akan diajarkan untuk

keperluan Membaca Menulis Permulaan (MMP), baik tanpa buku

maupun dengan buku adalah bahan yang telah dikuasai anak.43 Bahan

itu berupa perbendaharaan kata yang telah dikenal dan dikuasai anak

lewat lingkungannya. Kata-kata yang telah dikenal anak,

dikembangkan menjadi kalimat-kalimat sedemana dan semakin lama

semakin kompleks. Guru dapat merangsang siswa untuk berpikir

tentang pengalamannya masing-masing, misalnya dari cerita tersebut,

dapatkah kamu menceritakan kembali Menulis permulaan untuk

siswa kelas awal, masih menggunakan huruf kecil. Proses belajar

menulis di MI dilakukan melalui proses: (1) mendengarkan,

(2) bercakap-cakap, (3) membaca, (4) menulis kerangka,

(5) memajangkan.44 Siswa kelas I atau II pada dasamya belum

42
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987),
16.
43
Baderi, Penggunaan Metode SAS dan Non SAS Dalam Pengajaran Mengarang Paragraf Murid
Kelas Tiga SD, (Tesis Program S2 PPS IKIP Bandung, 1985), 66.
44
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Persada, 1996), 31.
32

memiliki kemampuan untuk menuangkan ide, gagasan yang ada

dalam piktran secara otomatis, melainkan harus dibantu/dirangsang

atau diarahkan melalui cerita, bercakap-cakap dan membaca. Untuk

kegiatan prabaca berbagai langkah yang dilakukan di antaranya “guru

menyuruh siswa untuk melingkari huruf-huruf tertentu, misalnya

huruf-huruf yang sama dengan yang ada dalam namanya.

Siswa mendengarkan cerita guru, siswa harus bertepuk tangan waktu

mendengarkan bunyi yang ditentukan itu” dan sebagainya. Melatih

siswa untuk trampil membaca dan menulis, benda-benda visual dapat

digunakan seperti: gambar, boneka, bunga, foto, buku gambar dsb,

yang betul-betul dikenal siswa. Misalnya: “sebutkan nama-nama

temanmu dari foto yang kamu bawa!”

3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Abdurrahman dan Bintaro mengatakan bahwa “Pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis

mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh

antara sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat

nyata”.45

Robert Slavin juga mengatakan bahwa cooperative learning

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja

45
Nurhadi dan Agus Gerad Senduk, Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya Dalam KBK,
(Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), 59-60.
33

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya

terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang

bersifat heterogen. Keberhasilan belajar dalam kelompok tergantung

pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara

individual maupun secara kelompok.46

Artzt dan Newman mendefinisikan “Coooperatife learning is

an approach that involves a small group of learners working together

as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a

comman goal”. Menurut pengertian definisi ini, pembelajaran

kooperatif adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil

dari siswa yang bekerja bersama sebagai suatu tim untuk

memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau

menyelesaikan suatu tujuan bersama.47

Model pembelajaran cooperatif lerning merupakan suatu

model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan

pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kebutuhan di masyarakat,

sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara sesama

anggoata kelompok akan meningkatkan motivasi, produktifitas dan

perolehan belajar.

b. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut:

46
Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperatif Learning Analitis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2007), 4.
47
Nur Asma, Model Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Direktur Jendral Pendidikan Tinggi
Direkturat Ketenagaan, 2006), 11.
34

1). Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk


menuntaskan materi belajar;
2). Kelompok di bentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan
tinggi, sedang dan rendah;
3). Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin yang beragam;
4). Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada
individu.48
c. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Adapun unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif

menurut (Lungdren) sebagai berikut:

1). Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam


atau berenang bersama”. Para siswa harus memiliki tanggung
jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam
kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri
dalam menghadapi materi yang di hadapinya;
2). Para siswa harus berpandangan bahwa mereka mempunyai
tujuan yang sama;
3). Para siswa membagi tugas dan membagi tanggung jawab
diantara para kelompoknya;
4). Para siswa diberi satu penghargaan atau evaluasi yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok;
5). Para siswa membagi kepemimpinan sementara mereka
memperoleh ketrampilan bekerja sam selama belajar;
6). Setiap siswa akan diminta mepertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.49
Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif

tersebut, peneliti berpendapat bahwa dalam pembelajaran kooperatif

setiap siswa yang bergabung dalam kelompok harus betul-betul dapat

menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat

dalam kelompok, tetapi juga di tuntut tanggung jawab individu.

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

48
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Surabaya: Kencana, 2009), 65-66.
49
Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2010),
14.
35

Adapun tujuan utama dalam penerapan model belajar

mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar

secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling

menghargai pewndapat dan memberikan kesempatan kepada orang

lain untuk mengemukakan gagasanya dengan menyampaikan

pendapat mereka secara berkelompok.50

Menurut Slavin ada tiga konsep sentral yang menjadi

karakteristik cooperative learning yaitu:

1). Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai

skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok

didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok

dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling

mendukung, saling membantu dan saling peduli.

2). Pertanggung Jawaban Individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran

individu dari semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban

tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang

saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban

individu menjadikan setiap anggota siap menghadapi tes dan

tugas-tugas secara mandiri tanpa bantuan kelompoknya.


50
Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, 21.
36

3). Kesempatan Yang Sama Untuk Mencapai Keberhasilan

Cooperative learning menggunakan metode skoring yang

mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi

yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan metode

skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi baik rendah,

sedang, tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk

berhasil dan melakukan yang terbaik untuk kelompoknya.51

e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah atau fase-fase model pembelajaran

kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut:

1). Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa;

2). Menyampaikan informasi;

3). Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar;

4). Memantau kelompok siswa dan membimbing di mana perlu;

5). Evaluasi dan umpan balik dan memberikan penghargaan.52

f. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1). Kelebihan pembelajaran kooperatif, yaitu:


a). Dapat meningkatkan kecakapan individu maupun
kelompok dalam memecahkan masalah;
b). Meningkatkan komitmen;
c). Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya;
d). Tidak memiliki rasa dendam.

51
Rober E. Slavin, Coperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2009),
10.
52
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Teknik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa,
(t.t.p: GP Press, 2008), 75.
37

2). Kekurangan pembelajaran kooperatif, yaitu:


a). Dalam menyelesaikan suatu materi pelajaran dengan
pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu yang
relative lebih lama;
b). Materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum apabila
guru belum berpengalaman;
c). Siwa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang
memiliki prestasi tinggi akan mengarah kepada
kekecewaan;
d). Siswa yang berkemampuan tinggi merasakan kekecewaan
ketika mereka harus membantu temannya yang
berkemampuan rendah.53

4. Metode Bermain Kotak Rahasia

a. Pengertian Bermain Kotak Rahasia

Bermain adalah aktivitas yang identik dengan anak-anak. Bisa

dikatakan bahwa dunia anak-anak adalah dunia bermain. Aktivitas

bermain akan membuat anak merasa asyik dan senang. Sebagai guru,

sudah seharusnya kita dapat memberikan kebebasan anak untuk

bermain, namun tetap dapat memberikan pendidikan dalam setiap

permainan.54

“Way to earn personal experience because game-based


learning is often experience-based or exploratory, and therefore
relies upon experiential, problem-based or exploratory learning
approaches. Wider use of games for supporting formal educational
and training objectives and outcomes is one of trends of game based
learning. While a key challenge for designers then is to get the
correct balance between delightful play and fulfilling specified
learning outcomes.”

Berdasarkan jurnal Hyungsung Park di atas, cara untuk

memperoleh pengalaman dalam pembelajaran dapat dilakukan

dengan pemberian permainan. Penerapan permainan dalam


53
Asma, Model Pembelajaran Kooperatif, 26-27.
54
Erwin Widiasworo, 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi Belajar Peserta Didik, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2015), 129-130.
38

pembelajaran juga dapat mendukung tujuan pendidikan. Sementara

tantangan utama bagi pendidik adalah mendapatkan keseimbangan

antara bermain yang menyenangkan dan memenuhi hasil belajar

peserta didik.55

Ada beberapa jenis permainan yang dapat dijadikan sebagai

media pembelajaran seperti soal ajaib, monopoli, role playing,

KOKAMI dan lain-lain. Salah satu dari beberapa permainan tersebut

yang dijadikan sebagai media pada penelitian ini. Permainan tersebut

adalah KOKAMI.

Permainan KOKAMI singkatan dari kotak kartu misterius/

rahasia yang mana pada permainan ini menggunakan media berupa

sebuah kotak dan kartu berisi amplop yang bertuliskan perintah,

pertanyaan, petunjuk, bonus, atau sanksi. Permainan KOKAMI

diciptakan oleh seorang guru bahasa Inggris di SMP Negeri 15

Mataram yang bernama Abdul Kadir Tahun 2003. Metode permainan

KOKAMI merupakan sebuah metode dalam pembelajaran yang

diperkenalkan oleh Abdul Kadir, dengan metode KOKAMI ini Abdul

Kadir mendapatkan juara II pada Lomba kreativitas Guru tingkat

SLTP Tahun 2003 yang diselenggarakan oleh LIPI.56

Permainan KOKAMI ini, guru sebagai intsruktur sekaligus

fasilitator menyiapkan sebuah kotak yang didalamnya terdapat

55
Hyungsung Park, “Relationship between Motivation and Student’s Activity on Educational
Game”, (International Journal of Grid and Distributed Computing, Vol. 5, No. 1, 2012), 103.
56
Siska Fitri Alwi, dkk, “Penerapan Metode Permainan Kokami berdasarkan LKPD Saintifik
dalam Model Quantum Learning terhadap Kompetensi IPA Peserta Didik Kelas VII SMPN 31
Padang”, (Jurnal Pillar Of Physics Education, Vol. 6, 2015), 59.
39

amplop yang berisi pertanyaan, bonus/sanksi, gambar/simbol,

petunjuk, bonus atau sanksi dan perintah. Untuk melakukan

permainan KOKAMI ini, perlu mempersiapkan kelengkapan-

kelengkapan seperti sebuah kotak yang berukuran 30×20×15 cm, dan

30 buah amplop berukuran 8×14 cm, serta 30 lembar kartu pesan

ukuran 7,5×12,5 cm.57

Aturan permainan KOKAMI, yaitu:

1). Masing-masing terdiri atas enam siswa (jika siswa 30 orang


per kelas). Jadi terdapat lima kelompok permaianan dengan
duduk menghadap ke papan tulis. Media KOKAMI dengan
kelengkapannya di letakkan di depan papan tulis di atas
sebuah meja, sedangkan pada papan tulis guru sudah
menyiapkan sebuah tabel skor;
2). Anggota setiap kelompok diwakili seorang ketua yang dipilih
oleh guru bersama-sama siswa;
3). Selama permaianan berlangsung, ketua dibantu sepenuhnya
oleh anggota;
4). Ketua kelompok selain bertugas mengambil satu amplop dari
dalam kokami secara acak dan tidak boleh dilihat, juga
membacakan isi amplop dengan keras (boleh juga dibacakan
anggota lain) dan harus diperhatikan oleh seluruh anggota;
5). Kelompok lain berhak menyelesaikan tugas yang tidak dapat
diselesaikan oleh salah satu kelompok;
6). Pemenang ditentukan dari skor tertinggi dan mendapatkan
bonus;
7). Kelompok yang hanya mendapatkan setengah atau kurang
dari setengah jumlah skor pada setiap kartu pesan akan
dikenakan sanksi.58

Permainan dalam pembelajaran dapat mengembangkan

motivasi kegiatan belajar aktif dengan alasan sebagai berikut:

1). Permainan mampu menembus kebosanan;


57
Fitri Alwi, dkk, “Penerapan Metode Permainan Kokami berdasarkan LKPD Saintifik dalam
Model Quantum Learning terhadap Kompetensi IPA Peserta Didik Kelas VII SMPN 31
Padang”, 59.
58
Neneng Paisah, dkk, “Penerapan Media Kotak dan Kartu Misterius (KOKAMI) untuk
Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 25 Purworejo”,
(Jurnal Radiasi, Vol. 3, No. 1, 2013), 29.
40

2). Permainan memberikan tantangan untuk memecahkan


masalah dalam suasana gembira;
3). Permainan menimbulkan semangat kooperatif dan kompetitif
yang sehat;
4). Permainan dapat membantu peserta didik yang lamban dan
kurang motivasi.59

Ruggiero dalam jurnal Isabela Granic, Adam Lobel, and


Rutger C. M. E. Engels, mengatakan: among the top reasons
individuals cite for using diverse forms of media are to manage their
moods and to enhance their emotional states. Gaming may be among
the most efficient and effective means by which children and youth
generate positive feelings.

Adapun Ruggiero dalam jurnal Isabela Granic, Adam Lobel,

and Rutger C. M. E. Engels mengatakan bahwa alasan individu

menggunakan media adalah untuk mengelola suasana hati mereka.

Permainan mungkin termasuk cara yang paling efisien dan efektif

dimana anak-anak dan remaja menghasilkan perasaan positif.60

b. Bermain Kotak Rahasia dalam Pembelajaran Membaca dan

Menulis Permulaan

Kotak rahasia adalah suatu permainan kata yang ditujukan

untuk anak yang sudah dapat mengeja sebagai latihan membaca.

Kotak ini dihias semenarik mungkin yang di dalamnya diisi dengan

gambar/miniatur objek.61

Media kotak rahasia ini merupakan media dua dimensi.

Permaian menggunakan media kotak rahasia adalah aktifitas yang

menggembirakan siswa untuk memperoleh keterampilan membaca

59
Widiasworo, 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi Belajar Peserta Didik, 131.
60
Isabela Granic, Adam Lobel, and Rutger C. M. E. Engels, “The Benefits of Playing Video
Games”, (American Psychologist, Vol. 69, No. 1, 2014), 71.
61
Dewey Sugani Shoba, Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis dengan Bermain,
(Jakarta: PT. Gramedia, Tt), 56.
41

dan menulis dengan menggunakan kotak atau kubus yang di

dalamnya diisi gambar yang akan dibaca siswa, dengan cara

menyusun kartu huruf yang sudah disediakan.

Penggunaan media kotak rahasia dalam pembelajaran

membaca dan menulis diterapkan melalui pendekatan konstrukti-

visme menggunakan metode pembelajaran bermain. Substansi materi

membaca dan menulis di kelas I SD dengan menggunakan kotak

rahasia meliputi: ejaan, pembendaharaan kata, pembubuhan tanda-

tanda bacaan, bunyi ucapan, pengertian, dan menulis yang baik

diajarakan secara menyeluruh dengan konsep pembelajaran yang

aktual.

Pembelajaran ini diawali dengan kegiatan bercerita, menulis

bebas (membuat kalimat), menulis runtut, membaca kalimat yang

telah dibuat, melalui permainan bahasa yang disuguhkan secara

keseluruhan, pembelajaran dengan konsep demikian dimungkinkan

hasilnya lebih baik dari pada pembelajaran yang dipisah-pisahkan,

karena dapat menghidupkan suasana dalam pembelajaran di sekolah

dasar.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bermain Kotak Rahasia

Kelebihan metode permainan kotak rahasia, sebagai berikut:

1). Siswa dapat belajar untuk bertanggung jawab, tenggang rasa,

mandiri, saling menghargai dan menghormati, dan sebagainya;


42

2). Siswa dapat berpartisipasi aktif dan dapat mengenal dirinya

sebagai individu dan sebagai anggota kelompok;

3). Mendorong siswa untuk kompetitif dan menunjukkan

kemampuan berbahasa.

Kekurangan metode permainan kotak rahasia, sebagai berikut:

1). Pembuatan media kotak rahasia yang cenderung kurang praktis.

Pengajar akan membuat media yang berbeda-beda dalam setiap

materi yang diajarkan;

2). Keterbatasan keterampilan yang diajarkan hanya sebatas

pembelajaran kosakata;

3). Siswa lebih tertarik pada permainannya daripada hasil yang ingin

dicapai;

4). Siswa akan lupa waktumemerlukan banyak persiapan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK

“merupakan suatu upaya untuk memecahkan masalah, sekaligus mencari

dukungan ilmiyah”.62 Jadi PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk memecahkan masalah dari

tindakantindakan peserta didik dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya, dan memperbaiki

kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Menurut Stephen Kemmis sebagaimana dikutip Subyantoro

menyatakan PTK sebagai suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui

refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam

situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan

kebenaran dari (1) praktik-praktik sosial atau kependidikan yang mereka

lakukan sendiri, (2) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan

(3) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan.63

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI. Miftahul Huda Kalipenggung

Randuagung Lumajang, peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan letak


62
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006), 95.
63
Subyantoro, Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang: CV. Widya Karya, 2009), 8.

44
45

lokasi berada ditengah-tengah padatnya masyarakat yang beraktivitas, dan

MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang. Madrasah ini

beralamatkan di Jalan Persil Gedangan RT. 038 RW. 010 03 RW 03 Desa

Kalipenggung Kecamatan Randuagung Kabupaten Lumajang. Adapun Desa

Kalipenggung ini sebelah timur berbatasan dengan Desa Jatiroto Lor

Kecamatan Sumberbaru, sebelah selatan Desa Jatiroto, sebelah utara Desa

Jamintoro Kecamatan Sumberbaru, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa

Tunjung Randuagung.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat

diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka data disebut responden, yaitu orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun

lisan.64

Menurut sumbernya data penelitian digolongkan menjadi dua yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau

alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang

dicari. Dan data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder

biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia.65

64
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 129.
65
Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), 91.
46

Adapun sumber data dari penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah

dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang

menjadi sumber data utama yaitu Kepala Madrasah, Guru kelas I, serta

para guru dan staf yang ada di MI. Miftahul Huda Kalipenggung

Randuagung Lumajang.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang

berfungsi melengkapi data yang di perlukan oleh data primer. Adapun

sumber data sekunder yang diperlukan yaitu: buku-buku, foto dan

dokumen tentang MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung

Lumajang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.66

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi dan tes. Data ini

bersumber dari interaksi peneliti dengan siswa kelas I MI. Miftahul Huda

Kalipenggung Randuagung Lumajang.

1. Pengamatan (observasi)

66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2006), 308.
47

Metode pengamatan (observasi), cara pengumpulan datanya terjun

langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti, populasi (sampel).67

Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data tentang keaktifan siswa

pada proses penggunaan metode bermain kotak rahasia yang dapat

meningkatkan kemampuan membaca dan menulis pada siswa kelas 1 MI.

Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang, bentuk observasi

dilakukan dengan menggunakan format observasi (instrumen observasi

terlampir), selain itu juga digunakan untuk mengamati aktivitas guru

dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh kolaborator.

2. Tes

Metode tes merupakan seperangkat instrumen atau alat yang

diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban

yang dapat dijadikan dasar bagi penentu skor angka.68

Metode tes oleh peneliti digunakan untuk mendapatkan data hasil

kemampuan membaca dan menulis siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda

Kalipenggung Randuagung Lumajang sebagai evaluasi setelah proses

tindakan berlangsung.

E. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis kritis dan analisis diskriptif komparatif. Teknik analisis kritis yang

67
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 158.
68
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, 170.
48

dimaksud dalam penelitian ini mencakup kegiatan mengungkap kelemahan,

kelebihan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria.

Hasil analisis kritis tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan

tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Berkaitan

dengan kemampuan membaca dan menulis, analisis kritis mencakup hasil

membaca dan menulis yang dilakukan saat prasurvai. Hal ini untuk

mengetahui kondisi awal mengenai keterampilan dialog sederhana peserta

didik.

Setelah kondisi awal dialog sederhana peserta didik diketahui, penulis

merencanakan siklus tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.

Setiap siklus berakhir, hasilnya dianalisis apa saja kekurangan dan

kelebihannya sehingga diketahui peningkatan keterampilan menulis cerita

siswa. Analisis kritis terhadap keterampilan menulis cerita mencakup

indikator yang telah ditentukan dalam setiap pembelajaran.

Teknik komparatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

membandingkan hasil penelitian siklus pertama dan siklus kedua. Hasil

komparasi tersebut untuk mengetahui indikator keberhasilan dan kekurang-

berhasilan dalam setiap siklusnya. Indikator yang belum berhasil tercapai

diperbaiki pada siklus berikutnya. Sehingga kekurangan-kekurangan yang

telah diperbaiki, pada siklus berikutnya dapat meningkatkan kemampuan

membaca dan menulis peserta didik.

F. Keabsahan Data
49

Pengecekan keabsahan data yang bersifat kualitatif, dalam penelitian

tindakan kelas ini peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagaian bahan pembanding

terhadap data tersebut.69

Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, penulis

menggunakan triangulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan

kebenaran suatu fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti, baik

dilihat dari dimensi waktu maupun sumber yang lain. Pengecekan keabsahan

data dilakukan dalam beberapa tahapan, antara lain:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

2. Membandingkan hasil wawancara dan pengamatan dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan.70

G. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari

Kemmis dan Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan pembelajaran

berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus

sebelumnya. Setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.

Rancangan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 tahap. Secara

rinci digambarkan sebagai berikut:


69
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), 330.
70
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, 331.
50

1. Siklus I

a. Perencanaan

1). Menyusun RPP;

2). Menentukan pokok bahasan;

3). Menyiapkan sumber belajar;

4). Menyiapkan media bermain kotak rahasia;

5). Menyusun tes;

6). Menyusun LOS (lembar Observasi siswa).

b. Tindakan

Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario dan lembar

kerja siswa dengan tahapan sebagai berikut:

1). Tahap persiapan yaitu tahap pengkondisian siswa agar siap

melaksanakan proses pembelajaran. Tahap persiapan ini berupa

kegiatan guru menyapa siswa, menanyakan keadaan siswa,

memancing siswa menyampaikan pendapatnya agar termotivasi

dalam belajar, menyiapkan kotak rahasia, dan menyiapkan tempat

duduk siswa;

2). Tahap pelaksanaan yaitu berupa tahap melakukan kegiatan

pembelajaran. Tahap ini meliputi beberapa bagian, antara lain:

a). Guru memberitahukan kepada siswa tentang kegiatan yang

akan dilakukan;
51

b). Guru memberi petunjuk kepada siswa tentang hal-hal yang

harus dilakukan oleh siswa agar kegiatan pembelajaran

berjalan lancar;

c). siswa mengamati gambar dan/atau teks yang ada pada kartu

dengan bimbingan guru;

d). Siswa membaca/menjelaskan apa yang ada pada kartu atas

perintah guru.

3). Tahap akhir guru mengklarifikasi hasil kerja siswa dan menutup

dengan berdo’a

c. Pengamatan

1). Kolaborator melakukan observasi dengan memakai lembar

observasi;

2). Kolaborator menilai aktivitas belajar siswa dengan menggunakan

format lembar observasi;

3). Kolaborator mengamati langkah-langkah pembelajaran yang

dilakukan guru.

d. Refleksi

1). Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format LOS;

2). Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan;

3). Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang

skenario model pembelajaran, LOS, dan lain-lain;

4). Menilai pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus berikutnya.


52

2. Siklus II

Setelah melakukan evaluasi tindakan I, maka dilakukan tindakan

II. Peneliti mengamati proses penggunaan metode bermain kotak rahasia

pada pembelajaran kemampuan membaca dan menulis. Langkah-langkah

siklus II adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

1). Mengidentifikasi masalah-masalah khusus yang dialami pada

siklus sebelumnya;

2). Mencarikan alternatif pemecahan;

3). Membuat satuan tindakan (pemberian bantuan).

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu pengembangan

rencana tindakan II dengan melaksanakan tindakan upaya lebih

meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan

refleksi siklus I.

c. Observasi

1). Kolaborator melakukan observasi dengan memakai lembar

observasi;

2). Kolaborator menilai aktivitas belajar siswa dengan menggunakan

format lembar observasi;

3). Kolaborator mengamati langkah-langkah pembelajaran yang

dilakukan guru.
53

d. Refleksi

1). Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format

LOS;

2). Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan;

3). Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang

skenario model pembelajaran, LOS, dan lain-lain;

4). Menilai pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus berikutnya.


BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Obyek Penelitian

Dalam hal ini akan disajikan data hasil penelitian untuk mengetahui

kebenaran teori serta hipotesis yang telah disajikan sebelumnya. Serta laporan

hasil penelitian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan obyek penelitian, serta

lokasi yang terdapat di MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung

Lumajang. Adapun data yang akan dilaporkan yang berkaitan dengan obyek

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sejarah Berdirinya MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung

Lumajang

Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Kalipenggung didirikan pada

tahun 1983 Oleh Bapak Yunus Hasbullah dan tokoh-tokoh di Dusun

Timur Jurang RT. 038 RW. 010 Desa Kalipenggung Kecamatan

Randuagung. Berikit ini pereodeisasi kepemimpinan MI. Miftahul Huda

Kalipenggung:

a. Yunus Hasbullah dari tahun 1982 sampai 2006;

b. Siti Romlah dari tahun 2006 sampai 2013;

c. Narsim dari tahun 2013 sampai dengan sekarang.

54
55

2. Letak Geografis MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung

Lumajang

Secara geografis MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung

Lumajang terletak di tempat yang sangat terpencil, yaitu di Jalan

Persil Gedangan Kalipenggung, dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah Utara, sungai sebagai batas antara desa kalipenggung Dengan

Desa Jamintoro Kecamatan Sumberbaru Kabupaten Jember

b. Sebelah Selatan, perumahan Penduduk

c. Sebelah Barat, perumahan Penduduk

d. Sebelah Timur, perumahan Penduduk.

3. Profil MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang

Profil MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang

sebagai berikut:

a. Nama Madrasah : MI. Miftahul Huda Kalipenggung

b. Nomor Statistik Madrasah : 111235080058

c. Propinsi : Jawa Timur

d. Otonomi Daerah : Kabupaten Lumajang

e. Kecamatan : Randuagung

f. Desa/Kelurahan : Kalipenggung

g. Kode Pos : 67354

h. Akreditasi :B

i. Tahun Berdiri : 15 Mei 1982


56

4. Visi, Misi, dan Tujuan MI. Miftahul Huda Kalipenggung

Randuagung Lumajang

a. Visi

“Terwujudnya Generasi Islam Yang Terampil Qiro’ah, Tekun

Beribadah, Berakhlak Karimah, Dan Unggul Dalam Prestasi” 

Indikator-indikator Visi:

1). Terwujudnya peserta didik yang mampu membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar (tartil);

2). Terwujudnya peserta didik yang tekun melaksanakan ibadah

wajib maupun sunnah;

3). Terwujudnya peserta didik yang santun dalam bertutur dan

berperilaku;

4). Terwujudnya peserta didik yang unggul dalam prestasi akdemik

dan non akademik sebagai bekal melanjutkan pendidikan yang

lebih tinggi dan atau hidup mandiri.

b. Misi

1). Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari

Al-Qu’ran dan menjalankan ajaran agama Islam; 

2). Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang mampu

mengaktualisasikan diri dalam masyarakat;

3). Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam

pencapaian prestasi akademik;


57

4). Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga

kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan;

5). Menyelenggarakan tata kelola Madrasah yang efektif, efisien,

transparan dan akuntabel.

c. Tujuan

1). Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran aktif (PAKEM, CTL);

2). Mengembangkan potensi akademik, minat dan bakat siswa

melalui layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan

ekstrakurikuler;

3). Membiasakan perilaku islami diingkungan Madrasah;

4). Meningkatkan prestasi akademik siswa dengan nilai rata-rata

70,00;

5). Meningkatkan prestasi akademik siswa di bidang seni dan olah

raga lewat kejuaraan dan kompetisi.

5. Keadaan Sarana dan Prasarana MI. Miftahul Huda Kalipenggung

Randuagung Lumajang

Adapun sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar

mengajar di MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang

adalah sebagai berikut:


58

Tabel 4.1
Keadaan Sarana dan Prasarana MI. Miftahul Huda Kalipenggung
Randuagung Lumajang

No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan


1. Ruang Kepala Madrasah 1 Baik
2. Ruang Guru 1 Baik
3. Ruang Kelas I 1 Baik
4. Ruang Kelas II 1 Baik
5. Ruang Kelas III 1 Baik
6. Ruang Kelas IV 1 Baik
7. Ruang Kelas V 1 Baik
8. Ruang Kelas VI 1 Baik
9. Kamar Mandi dan WC 2 Baik

6. Data Jumlah Guru dan Pegawai MI. Miftahul Huda Kalipenggung

Randuagung Lumajang

Berikut ini adalah data guru di MI. Miftahul Huda Kalipenggung

Randuagung Lumajang Tahun Pelajaran 2018/2020

Tabel 4.2
Data Guru dan Pegawai MI. Miftahul Huda Kalipenggung
Randuagung Lumajang

No Nama NIP/NIGP Jabatan


1. Narsim, S.Pd.I, M.Pd. 111235080058320015 Kepala Madrasah
2. Yunus Hasbullah 111235080058080001 Guru PAI
3. Abdul Qodi, S.Pd.I 111235080058320002 Guru Kelas III
4. Giman, S.Pd.I 111235080058320005 Guru Kelas VI
5. Sukarno, S.Pd. 111235080058320007 Guru Kelas I
6. Siti Romlah, S.Pd.I 111235080058320009 Guru Kelas IV
7. Nuryeni, S.Pd.SD 197205252005012002 Guru Kelas V
8. Fitria S, S.Pd.I 111235080058010013 Guru Kelas II
9. Yuliana 111235080058270016 Guru Kelas PJOK
10. M. Arifullah 111235080058280017 Guru Bahasa Arab
59

B. Penyajian dan Analisa Data

1. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Prasiklus

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas

I MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang tanggal 13

Maret 2019, peneliti mengidentifikasi permasalahan pembelajaran

membaca dan menulis kelas I di MI. Miftahul Huda Kalipenggung

Randuagung Lumajang yaitu siswa mengalami kesulitan dalam

memahami materi pembelajaran tematik yang disampaikan oleh guru.71

Kemudian peneliti disini akan menerapkan pembelajaran dengan

menggunakan metode bermain kotak rahasia.

Pada pra siklus, peneliti mengumpulkan data awal berupa daftar

nilai awal peserta didik, dengan KKM 6,5 Nilai awal peserta didik

diambil dari nilai pra siklus berupa nilai tematik terakhir yang diperoleh

peserta didik sebelum menggunakan pembelajaran metode bermain kotak

rahasia. Nilai awal digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta

didik. Nilai pra siklus dapat dilihat dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3
Nilai Pra Siklus

Nilai
No Nama Siswa
Membaca Ket Menulis Ket
1 Badrus Sodik 56 TT 60 TT
2 Diana Putri 66 T 65 T
3 Fitri 55 TT 60 TT
4 Meme 64 TT 66 TT
5 Muhammad Alif 55 TT 55 TT
6 M. Ghofur 63 TT 60 TT
7 Rendi Putra 55 TT 60 TT
8 Robiatul Awalia 62 TT 65 TT
71
Observasi di kelas I pada tanggal 13 Maret 2019.
60

9 Siti Patima 70 T 70 T
10 Jannatul F 62 TT 65 TT
11 Nadia Aulia 52 TT 60 TT
12 Aisyah 72 T 72 T
13 Fahmi Hidayah 78 T 75 T
14 Syarifah Asfarina 67 T 65 T
15 Wardatul Asfiah 77 T 80 T
16 Hilmy Mubarok 63 TT 65 TT
17 Hikmatul Laila 64 TT 65 TT
18 Siti Maisaroh 76 T 76 T
19 Safaah Putriana 55 TT 60 TT
Jumlah 1.212 1.244
Rata-rata 63,79 65,47
Tuntas 36,84% 7 siswa 36,84% 7 siswa
Tidak tuntas 63,16% 12 siswa 63,16% 12 siswa

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas72

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta

didik berada pada taraf rendah, yaitu terlihat pada ketuntasan peserta

didik baik membaca maupun menulis hanya 36,84% dan 63,16% peserta

didik tidak tuntas belajar. Sesuai Tabel 4.3 bahwa hasil belajar peserta

didik dapat dikelompokan dalam Tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4
Kategori Nilai Hasil Belajar Siswa Pra Siklus73

Membaca Menulis
Nilai Kategori
Jumlah Siswa % Jumlah Siswa %
85-100 Baik sekali 0 0% 0 0%
65-84 Baik 7 31,58 7 31,58
46-64 Cukup 12 68,42 12 68,42
0-45 Kurang 0 0% 0 0%
Rata-rata Kelas 63,79 65,47
Jumlah Ketuntasan 7 Siswa 7 Siswa
Persentase Ketuntasan 36,84% 36,84 %

72
Observasi di kelas I pada tanggal 13 Maret 2019.
73
Observasi di kelas I pada tanggal 13 Maret 2019.
61

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dirancang

secara bersiklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan (planning),

pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan/observasi (observing), dan

refleksi (reflecting). Hasil penelitian meliputinilai hasil belajar siswa

dalam pembelajaran dan hasil observasi siswa terhadap proses

pembelajaran.

Pada setiap siklus, pelaksanaan tindakan dilakukan dua kali

pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran, yang setiap

jamnya adalah 35 menit. Seperti pada prosedur penelitian, setiap siklus

dilaksanakan dengan beberapa tahap, yaitu: perencanaan, tindakan,

observasi, analisis dan refleksi.

2. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Sesuai hasil pada prasiklus maka pada siklus I ini dilakukan

proses pembelajaran membaca dan menulis tematik. Pelaksanaannya

dilakukan dengan menggunakan metode bermain kotak rahasia.

Pelaksanaan tindakan dilakukan pada 19 Maret 2019. Pada siklus ini

dilakukan beberapa tahapan di antaranya:

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini peneliti menyiapkan:

1). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir);

2). Menyediakan metode bermain kotak rahasia;

3). Menyiapkan lembar observasi (terlampir).


62

b. Tindakan

Proses pembelajaran ini dimulai dengan mengucapkan salam

dan mengajak siswa untuk berdoa bersama-sama, apersepsi (siswa

bersama guru menyanyikan lagu kasih ibu), dan memberikan acuan,

memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik demi

tercapainya tujuan yang diharapkan dan dilanjutkan dengan

mengabsen siswa.

Selanjutnya guru menerangkan materi tentang membaca dan

menulis tentang tema lingkungan bersih yang diarahkan pada proses

membaca dengan nyaring dan intonasi dengan jelas dan mencontoh

tulisan di buku dan gambar dengan benar. Guru hanya menjelaskan

secara ringkas karena nanti proses pembelajaran lebih banyak pada

tahapan praktek. Pada proses pembelajaran ini, guru sebagai

fasilitator dan motivator untuk siswa, menyediakan segala sesuatu

yang diperlukan dan membantu kegiatan pembelajaran. Salah satunya

adalah metode bermain kotak rahasia. Dalam kaitan ini guru

menggunakan berbagai metode pembelajaran dalam melaksanakan

tindakan ini, namun pada saat pelaksanaan penggunaan metode

bermain kotak rahasia guru/peneliti berpedoman pada langkah

langkah yang sudah ditentukan.

Pada awal kegiatan inti (eksplorasi) guru meminta siswa untuk

mengamati gambar tentang lingkungan desa yang bersih, biasanya

spontan ruang kelas menjadi sedikit bising karena banyak siswa yang
63

menyebutkan nama-nama kampung tersebut tanpa guru bertanya

terlebih dahulu. Hal ini membuktikan adanya motivasi dan minat

yang besar dari siswa untuk mengikuti pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Setelah siswa menyebutkan macam-macam benda yang

ada di lingkungannya sesuai dengan gambar yang ada, guru

memberikan amplop kepada siswa secara individu berisi gambar-

gambar yang terdapat huruf yang menunjukan nama benda tersebut.

Guru meminta siswa bersama-sama membaca nama-nama gambar

tersebut.

Saat kegiatan membaca bersama, terlihat beberapa siswa tidak

ikut membaca. Siswa bermain dan santai meletakkan kepalanya di

atas meja. Guru memberikan umpan balik dari apa yang sudah

dijelaskan pada siswa, guru memberikan penjelasan tentang gambar-

gambar tersebut. Untuk melanjutkan tindakan pada kegiatan

pembelajaran, guru yang sebelumnya sudah mempersiapkan metode

bermain kotak rahasia yang sudah disusun rapi. Guru berdiri tepat di

samping meja guru di tempat metode bermain kotak rahasia sudah

tersusun. Siswa pun sudah duduk seperti biasanya. Guru tidak lupa

untuk selalu memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam

pembelajaran tahap itu. Langkah pertama penggunaan metode

bermain kotak rahasia adalah guru sambil menghadap siswa dan

memegang susunan kartu (metode bermain kotak rahasia) lalu

mengambilnya satu per satu dan memperlihatkan setinggi dada.


64

Selanjutnya siswa mengamati gambar/tanda simbol pada metode

bermain kotak rahasia yang disediakan oleh guru. Guru menanyakan

isi kartu tersebut kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menjelaskan isi masing-masing kartu (kegiatan

membersihkan), setelah itu guru mencabut satu per satu kartu yang

sudah dijelaskan kepada siswa.

Selanjutnya guru membagikan kartu-kartu tersebut

kepada salah satu siswa yang ada di dekat guru, dan memintanya

untuk meneruskan kepada teman-temannya secara bergantian/estafet.

Masing-masing siswa mengamati setiap kartu yang dipegangnya.

Namun ada beberapa siswa yang belum sempat mengamati, karena

kartu kotak rahasia langsung diteruskan kepada teman sebangkunya/

teman bangku lain. Dari hasil pengamatan kartu kotak rahasia

tersebut, kembali guru meminta siswa untuk membaca huruf-huruf

dari masing-masing kartu yang sudah diamati. Pada saat kegiatan

ini terlihat adanya keberanian siswa untuk mengungkapkan ide/

pikiran yang pada akhirnya nanti dapat dituangkan dalam bentuk

tulisan.

Selanjutnya guru membuat proses belajar yang aktif, dan

terlihat siswa sangat antusias pada saat melaksanakan kegiatan ini,

sehingga tumbuh rasa percaya diri siswa. Setelah kartu-kartu tersusun

dengan baik dan menjadi bermakna, guru meminta siswa secara


65

bergilir untuk membaca huruf-huruf pada kartu sesuai yang

ditunjukkan oleh guru dan siswa lain mengomentari.

Kegiatan selanjutnya adalah guru membagikan (kartu kotak

rahasia menulis) untuk masing-masing siswa. Guru meminta siswa

untuk mengamati kartu tersebut. Media (kartu kotak rahasia menulis)

ini dibuat lain, kartu ini dibuat untuk membantu siswa dalam menulis.

Setelah siswa mengamati kartu, guru meminta siswa untuk menyalin

tulisan yang ada pada kartu ke dalam buku tulis milik siswa.

Kartu-kartu (metode bermain kotak rahasia) baik kontak

rahasia membaca maupun kontak rahasia menulis didesain dengan

dilengkapi gambar-gambar yang menarik perhatian siswa. Tujuannya

agar siswa merasa senang dan membawa dampak baik pada

keikutsertaan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada

saat siswa menyalin tulisan yang ada pada kontak rahasia, mengulas

materi pembelajaran serta menyimpulkan akhir dari materi yang telah

disampaikan.

Selanjutnya, untuk mengetahui daya serap siswa dalam

pembelajaran guru mengevaluasi dengan menyuruh siswa maju ke

depan untuk membaca dan memberikan lembaran tes tertulis kepada

siswa untuk dikerjakan secara individual. Pada akhir pembelajaran

guru bersama siswa mengakhiri dan menutup kegiatan dengan berdoa

bersama dilanjutkan salam.


66

c. Observasi

1). Observasi Keaktifan Siswa

Setelah mengobservasi siswa selama proses pembelajaran

di kelas (menggunakan instrumen observasi yang dipegang

kolaborator yang terkait dengan siswa) oleh peneliti dipersiapkan

diri secara baik. Hal ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk

aktif dalam pembelajaran serta tumbuh keberanian dan rasa

percaya diri (komunikasi, mengungkapkan ide), tujuan lain agar

siswa senang dalam pembelajaran menggunakan metode bermain

kotak rahasia dengan baik. Sementara itu siswa yang lain

mengevaluasi dengan mengomentari hasil kerja teman. Ada

beberapa catatan hasil dari bentuk keaktifan yang telah dilakukan

oleh siswa, yaitu hasil keaktifan siswa dapat diketahui dalam

gambaran tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5
Kategori Nilai Keaktifan Siklus I

Jumlah
Kategori Siswa %
Keaktifan
5 Baik Sekali 5 26%
4 Baik 5 26%
3 Cukup 4 21%
2 Kurang 3 16%
1 Sangat Kurang 2 11%
Jumlah 19 100%

Observasi ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah

dibuat oleh peneliti.


67

Tabel 4.6
Kategori Nilai Kemampuan Membaca Siklus I

Nilai Kategori Keterangan Siswa %


85-100 Baik Sekali Tuntas 3 15,79%
65-84 Baik Tuntas 5 26,32%
46-64 Cukup Tidak Tuntas 10 52,63%
0-45 Kurang Tidak Tuntas 1 5,26%
Jumlah 19 100,00%

Dari tabel 4.6 diketahui bahwa hasil tes keterampilan

kemampuan membaca pada siklus I diperoleh prosentase sebesar

52,63% pada kategori cukup dan diperoleh prosentase 5,26%

pada kategori kurang. Sedangkan jumlah peserta didik yang

tuntas belajar ada 8 peserta didik dari 19 peserta didik kelas atau

sebesar 79%.

Sedangkan hasil pengamatan kemampuan menulis dengan

menggunakan metode bermain kotak rahasia adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.7
Kategori Nilai Kemampuan Menulis Siklus I

Nilai Kategori Keterangan Siswa %


85-100 Baik Sekali Tuntas 0 0.00
65-84 Baik Tuntas 5 26%
46-64 Cukup Tidak Tuntas 14 74%
0-45 Kurang Tidak Tuntas 0 0.00
Jumlah 19 100,00%

Dari tabel 4.7 diketahui bahwa hasil tes keterampilan

kemampuan membaca pada siklus I diperoleh prosentase sebesar

74% pada kategori cukup. Sedangkan jumlah peserta didik yang


68

tuntas belajar ada 5 peserta didik dari 19 peserta didik kelas atau

sebesar 26%.

2). Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Selain mengamati keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran kolaborator juga meneliti proses pengajaran yang

dilakukan peneliti, Berikut dicantumkan hasil pengamatan

terhadap kinerja guru yang dilakukan pada siklus I:

Tabel 4.8
Kategori Kinerja Guru Siklus I

No Aspek Pengamatan Penilaian Kriteria


Keterampilan membuka
1 3 Baik
pelajaran
Keterampilan penggunaan
2 2 Cukup
metode pembelajaran
Keterampilan penggunaan
3 3 Baik
metode bermain kotak rahasia
Penguasaan, kejelasan
4 2 Cukup
penyajian materi
Pengaktifan siswa dalam
5 3 Baik
pembelajaran
Keterampilan memberi
6 2 Cukup
motivasi/penguatan
Penggunaan bahasa (ekspresi
7 3 Baik
gerak, lisan, dan tulisan)
Pelaksanaan prosedur/langkah
8 3 Baik
pembelajaran
Keterampilan pelaksanaan
9 2 Cukup
prosedur penilaian
Keterampilan menutup
10 3 Baik
pelajaran
Rata-Rata 2,6 Cukup

3). Data Hasil Tes

Nilai hasil tes kemampuan membaca dan menulis pada

siklus I dapat diketahui pada tabel 4.9.


69

Tabel 4.9
Nilai Siklus I

Nilai
No Nama Siswa
Membaca Ket Menulis Ket
1 Badrus Sodik 63 TT 64 TT
2 Diana Putri 75 T 75 T
3 Fitri 63 TT 65 TT
4 Meme 75 T 80 T
5 Muhammad Alif 63 TT 64 TT
6 M. Ghofur 73 T 75 T
7 Rendi Putra 60 TT 60 TT
8 Robiatul Awalia 73 T 75 T
9 Siti Patima 75 T 80 T
10 Jannatul F 73 T 75 T
11 Nadia Aulia 64 TT 64 TT
12 Aisyah 78 T 80 T
13 Fahmi Hidayah 81 T 80 T
14 Syarifah Asfarina 75 T 75 T
15 Wardatul Asfiah 81 T 80 T
16 Hilmy Mubarok 74 T 75 T
17 Hikmatul Laila 75 T 75 T
18 Siti Maisaroh 80 T 80 T
19 Safaah Putriana 60 TT 63 TT
Jumlah 1.362 1.389
Rata-rata 71,68 73,11
Tuntas 68,42% 13 siswa 68,42% 13 siswa
Tidak tuntas 31,58% 6 siswa 31,58% 6 siswa

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan adanya peningkatan

ketuntasan siswa dari sebelum menggunakan media flash card

pada pembelajaran bahasa indonesia yaitu 68,42% pada siklus I

sebanyak 13 siswa, dan 31,58% tidak tuntas yaitu sebanyak 6

siswa dari 19 siswa. Sesuai Tabel 4.9 hasil belajar peserta didik

dapat dikelompokan dalam Tabel 4.10 sebagai berikut:


70

Tabel 4.10
Kategori Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I

Membaca Menulis
Nilai Kategori Jumlah Jumlah
% %
Siswa Siswa
85-100 Baik sekali 0 0% 0 0%
65-84 Baik 13 68,42% 13 68,42%
46-64 Cukup 6 31,58% 6 31,58%
0-45 Kurang 0 0% 0 0%
Rata-rata Kelas 71,68 73,11
Jumlah Ketuntasan 13 siswa 13 siswa
Persentase Ketuntasan 68,42% 68,42%

Dari tabel 4.10 diketahui bahwa hasil tes keterampilan

kemampuan menulis siklus I diperoleh prosentase sebesar

31,58% pada kategori cukup. Jumlah peserta didik yang tuntas

belajar ada 13 peserta didik dari 19 peserta didik kelas atau

sebesar 68,42%.

d. Refleksi

Tes evaluasi dan observasi yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa tingkat hasil belajar dan keaktifan siswa masih rendah. Oleh

karena itu perlu diteliti dan dikolabolatori, yaitu perbaikan lagi proses

pelaksanaan penggunaan metode bermain kotak rahasia guna

meningkatkan kemampuan membaca dan menulis pada siswa kelas 1

MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang.

Di akhir kegiatan diisi lembar observasi siswa pada siklus I

ini. Selanjutnya dilakukan refleksi dengan mengevaluasi kegiatan

yang ada di siklus I, mencari solusi terhadap permasalahan yang

ditemukan di kelas dengan melakukan tindakan.


71

1). Kekurangan

a). Guru kurang mengontrol siswa, masih banyak siswa yang

bermain sendiri, terutama pada saat kegiatan menyusun kartu

kotak rahasia menjadi susunan yang bermakna;

b). Hanya beberapa siswa saja yang terlihat aktif menggunakan

metode bermain kotak rahasia;

c). Siswa secara estafet menggilir kartu kotak rahasia hingga

semua siswa dalam satu kelas kebagian. Hal itu memerlukan

waktu yang lama/tidak efisien waktu, mengingat jumlah

siswa yang ada banyak, sehingga kurang mengaktifkan siswa

dan pelaksanaannya;

d). Pelaksanaan penggunaan metode bermain kotak rahasia pada

siklus I khususnya pada pertemuan 1 ini terbilang lama dan

kurang efektif;

e). Guru kurang bisa mengefektifkan waktu, sehingga

penggunaan media tersebut memakan waktu yang cukup

lama;

f). Guru banyak berdiri di samping meja guru, jadi kurang

efektif dalam memotivasi siswa;

g). Guru belum menata tempat duduk siswa, sehingga siswa ada

yang duduk paling belakang pojok kanan dan jarak pandang

yang jauh membuat siswa sulit mengamati kotak rahasia;


72

h). Alangkah baiknya langkah penggunaan metode bermain

kotak rahasia dibuat seefektif mungkin;

i). Guru kurang dapat memberikan penjelasan mengenai proses

pembelajaran yang dilakukan;

j). Guru kurang mampu memberikan semangat kepada siswa;

k). Guru menjelaskan materi masih kurang melibatkan siswa;

l). Siswa masih kurang respon terhadap materi dan model

pembelajaran.

2). Kelebihan

a). Pelaksanaan pembelajaran secara umum dan keseluruhan

sudah baik;

b). Guru selalu mengajak siswa untuk aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran sehingga siswa selalu bersemangat dan senang;

c). Guru melalui pembelajaran membaca dan menulis

menggunakan media dan model pembelajaran yang berbeda

dari biasanya ternyata memberi manfaat bagi siswa, mereka

terlihat senang dan antusias dalam proses pembelajaran.

Menurut pendapat dari beberapa anak yang diwawancarai,

pembelajaran dengan menggunakan metode bermain kotak

rahasia sangat menyenangkan.74 Anak-anak merasa lebih

mudah dan tidak kesulitan dalam mengikuti pembelajaran

yang dilakukan oleh guru;

74
Fahmi Hidayah, Wawancara, Lumajang, 19 Maret 2019.
73

d). Guru memberikan kesempatan siswa untuk membaca

bersama-sama;

e). Guru memberikan penghargaan bagi siswa setelah membaca;

f). Siswa ada keberanian membaca.

3). Perbaikan

a). Siswa ditekankan untuk lebih fokus dalam proses

pembelajaran yang dilakukan;

b). Guru memotivasi siswa untuk belajar aktif dalam

pembelajaran;

c). Guru lebih menekankan penggunaan metode bermain koatak

rahasia yang lebih yang dapat memotivasi siswa;

d). Posisi guru dalam menyajikan metode bermain kotak rahasia

belum tepat, sehingga perlu lebih banyak berkeliling;

e). Guru membuat pembentukan kelompok pasangan agar siswa

lebih termotivasi dalam pembelajaran;

f). Guru memberikan motivasi, penguatan, dan peluang yang

lebih untuk siswa, serta arahan dan bimbingan untuk siswa

yang di bawah rata-rata, sehingga harapan yang ingin tercapai

dapat terwujud;

g). Guru membuat setting kelas dengan baik terutama yang dapat

menjadikan siswa menjadi aktif dan mempermudah siswa

dalam melihat metode bermain kotak rahasia.


74

Dari refleksi di atas didapatkan beberapa solusi terhadap

permasalahan pada siklus I. Hasil refleksi kemudian dijadikan sebagai

rumusan untuk diterapkan pada siklus II sebagai upaya tindak

perbaikan terhadap upaya perbaikan siswa pada siklus I.

3. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

Sesuai hasil refleksi pada siklus I maka dilakukan tindakan siklus

II. Tindakan pada pelaksanaan siklus II ini dilakukan pada 26 Maret 2019.

Siklus II ini terdiri dari beberapa tahapan di antaranya:

a. Perencanaan

1). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir);

2). Menyiapkan media bermain kotak rahasia;

3). Menyiapkan lembar observasi (terlampir).

b. Tindakan

Proses pembelajaran tidak jauh berbeda dengan yang

dilakukan pada siklus I, hanya saja lebih diintensifkan pembelajaran-

nya. Pembelajaran dimulai guru mengucapkan salam dan mengajak

siswa untuk berdoa bersama-sama, apersepsi dan dilanjutkan dengan

memantau kehadiran siswa. Selanjutnya guru menerangkan materi

tentang lingkungan, yang ditekankan pada proses memaknai gambar

“taman” sehingga dapat dibaca rangkaian gambar dengan benar dan

mampu menulisnya secara benar dan teratur.


75

Guru bersama siswa melakukan tanya jawab mengenai gambar

tersebut. Untuk melanjutkan tindakan dalam kegiatan pembelajaran,

guru yang sebelumnya sudah mempersiapkan media bermain kotak

rahasia, mengambil posisi yang tepat agar semua siswa dapat melihat

isi kotak rahasia dengan jelas. Sebelumnya guru pun tidak lupa selalu

memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

Kegiatan guru selanjutnya adalah menghadap siswa

memegang susunan kartu (media bermain kotak rahasia) lalu

mengambilnya satu per satu dan memperlihatkan setinggi dada. Isi

kartu tersebut diberikan kepada siswa dan diberikan kesempatan

untuk menjelaskan isi masing-masing kartu, yang selanjutnya dicabut

satu per satu.

Guru selalu berusaha untuk membuat proses belajar yang aktif

dan menyenangkan, terlihat siswa sangat antusias pada saat

melaksanakan kegiatan ini, sehingga tumbuh keberanian dan rasa

percaya diri siswa. Setelah kartu-kartu tersusun guru menyuruh siswa

membacanya bersama-sama.

Kegiatan selanjutnya adalah guru mendekati siswa satu per

satu, memerintahkan siswa membaca kata yang terdapat pada gambar

flash card,. Guru meminta siswa mengamati kartu tersebut dan juga

meminta siswa untuk menyalin tulisan yang ada pada kartu ke dalam

buku milik siswa. Hal ini dilakukan dalam rangka pengamatan

kemampuan membaca siswa serta pengamatan proses menulis siswa.


76

Kartu-kartu (media bermain kotak rahasia) baik kotak rahasia

membaca maupun kotak rahasia menulis didesain dengan dilengkapi

gambar-gambar yang menarik perhatian siswa dan disesuaikan

dengan materi yang sedang dipelajari, sehingga siswa merasa senang

dan membawa dampak baik pada keikutsertaan siswa untuk aktif

dalam kegiatan pembelajaran. Pada siklus II kotak rahasia didesain

dengan cetakan print berwarna sehingga guru memberi kesempatan

kepada siswa yang cepat dan selesai lebih awal dalam menulis untuk

mewarnai kotak rahasia tersebut.

Langkah selanjutnya adalah guru mempersilakan pasangan

siswa maju ke depan untuk membaca dan menulis sesuai hasil kerja

pasangan yang telah dilakukan. Guru mempersilakan pasangan lain

mengomentari, setiap pasangan maju ke depan, dan bersama

pasangan lain memberikan applause.

Setelah semua pasangan maju, guru melaksanakan klarifikasi

kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesulitan-

kesulitan yang dialami siswa pada proses pembelajaran berlangsung.

Klarifikasi dilakukan yaitu dengan merefleksi proses belajar terutama

pada langkah-langkah penggunaan media kotak rahasia (kegiatan

permainan), dan hasil bacaan dan tulisan siswa.

Selanjutnya, untuk mengetahui kemampuan daya serap siswa

dalam pembelajaran guru memberikan lembaran tes tertulis kepada

siswa untuk dikerjakan secara individu untuk membaca dan menyalin


77

menjadi tulisan dengan maju kedepan. Pada akhir pembelajaran guru

bersama siswa mengakhiri dan menutup kegiatan dengan berdoa

bersama. Nilai hasil nilai tes kemampuan membaca pada siklus

II dapat diketahui dalam tabel berikut:

Tabel 4.11
Kategori Nilai Kemampuan Membaca Siklus II

Nilai Kategori Keterangan Siswa %


85-100 Baik Sekali Tuntas 2 11%
65-84 Baik Tuntas 13 68%
46-64 Cukup Tidak Tuntas 5 21%
0-45 Kurang Tidak Tuntas - -
Jumlah 19 100,00%

Dari tabel 4.11 diketahui bahwa hasil tes keterampilan

kemampuan membaca pada siklus II diperoleh prosentase sebesar

21% pada kategori cukup.Sedangkan jumlah peserta didik yang tuntas

belajar ada 15 peserta didik dari 19 peserta didik kelas atau sebesar

79%.

Sedangkan nilai hasil nilai tes kemampuan menulis pada siklus

II dapat diketahui dalam tabel berikut:

Tabel 4.12
Kategori Nilai Kemampuan Menulis Siklus I

Nilai Kategori Keterangan Siswa %


85-100 Baik Sekali Tuntas 7 37%
65-84 Baik Tuntas 11 58%
46-64 Cukup Tidak Tuntas 1 5%
0-45 Kurang Tidak Tuntas - -
Jumlah 19 100,00%

Dari tabel 4.12 diketahui bahwa hasil tes keterampilan

kemampuan menulis pada siklus II diperoleh prosentase sebesar 5%


78

pada kategori cukup. Jumlah peserta didik yang tuntas belajar ada 18

peserta didik dari 19 peserta didik kelas atau sebesar 95%.

c. Observasi

1). Observasi Keaktifan Siswa

Setelah mengobservasi siswa selama proses pembelajaran

di kelas dengan menggunakan instrumen observasi yang dipegang

kolaborator yang terkait dengan siswa mempersiapkan diri secara

baik, siswa termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran serta

tumbuh keberanian dan rasa percaya diri (komunikasi, mengung-

kapkan ide), siswa senang dalam pembelajaran, siswa

menggunakan media bermain kotak rahasia dengan baik dan

siswa melakukan evaluasi dengan mengomentari hasil kerja

teman.

Ada beberapa catatan hasil dari bentuk keaktifan yang

telah dilakukan oleh siswa. Hasil keaktifan siswa dapat diketahui

dalam gambaran tabel sebagai berikut:

Tabel 4.13
Kategori Nilai Keaktifan Siklus II

Jumlah
Kategori Siswa %
Keaktifan
5 Baik Sekali 9 47%
4 Baik 7 37%
3 Cukup 2 11%
2 Kurang 1 5%
1 Sangat Kurang 0 0%
Jumlah 19 100%
79

Tabel di atas terlihat bahwa pada siklus II keaktifan dalam

proses pembelajaran membaca dan menulis dengan media

bermain kotak rahasia pada siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda

Kalipenggung Randuagung Lumajang yaitu pada taraf kategori:

a). Kategori baik sekali ada 9 siswa atau 47% (mengalami

kenaikan dari siklus I);

b). Kategori baik ada 7 siswa atau 37% (mengalami kenaikan

dari siklus I);

c). Kategori cukup ada 2 siswa atau 11% (mengalami penurunan

dari siklus I);

d). Kategori kurang ada 1 siswa atau 5% (mengalami penurunan

dari siklus I) yaitu Kategori sangat kurang tidak ada atau 0%

(mengalami penurunan dari siklus I).

Di samping itu kecenderungan siswa sudah aktif dalam

proses pembelajaran, terbukti siswa sudah antusias mempersiap-

kan diri secara baik, termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran

serta tumbuhkeberanian dan rasa percaya diri (komunikasi,

mengungkapkan ide). Terkait dengan itu dapat dijelaskan ada

siswa antusias dalam pembelajaran, menggunakan metode

bermain kotak rahasia dan mengevaluasi dengan mengomentari

hasil kerja teman.


80

2). Observasi Aktivitas Mengajar Guru

Selain mengamati keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran kolaborator juga meneliti proses pengajaran yang

dilakukan peneliti. Berikut dikembangkan hasil pengamatan

terhadap kinerja guru pada siklus II.

Tabel 4.14
Kategori Kinerja Guru Siklus II

No Aspek Pengamatan Penilaian Kriteria


Keterampilan membuka
1 4 Baik Sekali
pelajaran
Keterampilan penggunaan
2 3 Baik
metode pembelajaran
Keterampilan penggunaan
3 3 Baik
metode bermain kotak rahasia
Penguasaan, kejelasan
4 3 Baik
penyajian materi
Pengaktifan siswa dalam
5 4 Baik Sekali
pembelajaran
Keterampilan memberi
6 3 Baik
motivasi/penguatan
Penggunaan bahasa (ekspresi
7 4 Baik Sekali
gerak, lisan, dan tulisan)
Pelaksanaan prosedur/langkah
8 3 Baik
pembelajaran
Keterampilan pelaksanaan
9 3 Baik
prosedur penilaian
Keterampilan menutup
10 4 Baik Sekali
pelajaran
Rata-Rata 3,4 Cukup

3). Data Hasil Tes

Nilai hasil tes kemampuan membaca dan menulis pada

siklus II dapat diketahui pada tabel 4.15


81

Tabel 4.15
Nilai Siklus II

Nilai
No Nama Siswa
Membaca Ket Menulis Ket
1 Badrus Sodik 64 TT 63 TT
2 Diana Putri 80 T 80 T
3 Fitri 75 T 76 T
4 Meme 76 T 75 T
5 Muhammad Alif 75 T 75 T
6 M. Ghofur 78 T 80 T
7 Rendi Putra 64 TT 64 TT
8 Robiatul Awalia 75 T 76 T
9 Siti Patima 80 T 80 T
10 Jannatul F 75 T 75 T
11 Nadia Aulia 70 T 70 T
12 Aisyah 82 T 85 T
13 Fahmi Hidayah 90 T 90 T
14 Syarifah Asfarina 82 T 85 T
15 Wardatul Asfiah 85 T 85 T
16 Hilmy Mubarok 80 T 80 T
17 Hikmatul Laila 80 T 85 T
18 Siti Maisaroh 90 T 90 T
19 Safaah Putriana 64 T 64 TT
Jumlah 1.465 1.478
Rata-rata 77,10 77,78
Tuntas 84,21% 16 siswa 84,21% 16 siswa
Tidak tuntas 15,79% 3 siswa 15,79% 3 siswa

Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas

Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukkan adanya peningkatan

ketuntasan siswa dari sebelum menggunakan metode bermain

kotak rahasia pada pembelajaran tematik yaitu 84,21% pada

siklus II sebanyak 16 siswa, dan 15,79% tidak tuntas yaitu

sebanyak 3 siswa dari 19 siswa. Sesuai Tabel 4.15 hasil belajar

peserta didik dapat dikelompokan dalam Tabel 4.16 sebagai

berikut:
82

Tabel 4.16
Kategori Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II

Membaca Menulis
Nilai Kategori Jumlah Jumlah
% %
Siswa Siswa
90-100 Baik sekali 0 0% 0 0%
70-89 Baik 16 84,21% 16 84,21%
50-69 Cukup 3 15,79% 3 15,79%
0-49 Kurang 0 0% 0 0%
Rata-rata Kelas 77,10 77,78
Jumlah Ketuntasan 16 siswa 16 siswa
Persentase Ketuntasan 84,21% 84,21%

Dari tabel 4.16 diketahui bahwa hasil tes keterampilan

kemampuan membaca dan menulis siklus II diperoleh prosentase

sebesar 84% pada kategori baik. Jumlah peserta didik yang tuntas

belajar ada 16 peserta didik dari 19 peserta didik kelas atau

sebesar 84.21%.

d. Refleksi

Dari tes evaluasi dan observasi yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa tingkat kemampuan membaca dan menulis siswa

sudah mencapai indikator yang diharapkan, yaitu di atas 80 %, begitu

juga keaktifan dan kinerja guru mengajar juga sudah mencapai

indikator yang ditentukan. Selanjutnya berdasarkan hasil itu dapat

disimpulkan peningkatan sudah baik, dan hanya menyisakan sedikit

siswa yang kurang aktif, yang nilainya tidak tuntas. Bertolak dari

penjelasan itu maka penelitian ini dihentikan.


83

C. Pembahasan Temuan

Penelitian tindakan kelas diawali dengan melaksanakan tindakan

mengenai pembelajaran yang biasa dilaksanakan oleh guru kelas serta di

dapatkan hasil kemampuan membaca dan menulis siswa ≤80. Berbekal dari

hasil kemampuan membaca dan menulis pada proses belajar mengajar

tersebut, dilakukan tindakan perbaikan pada proses pembelajaran guna

meningkatkan kualitas pembelajaran. Selama penelitian, pada setiap

pertemuan digunakan metode bermain kotak rahasia sebagai media

utama, dan penggunaan metode bermain kotak rahasia merupakan suatu upaya

dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa kelas 1.

Langkah-langkah penggunaannya mengacu pada kerangka yang sudah

disusun.

Pada siklus I, secara umum dan secara keseluruhan pelaksanaan

pembelajaran yang dilaksanakan baik oleh peneliti sebagai guru maupun

siswa sudah berjalan dengan baik. Meskipun ada beberapa langkah

penggunaan metode bermain kotak rahasia yang belum/tidak dilaksanakan,

ketercapaian tujuan yang diinginkan tercapai. Siswa aktif, antusias, dan

senang pada setiap kegiatan pembelajaran. Kekurangan pada siklus I akan

diperbaiki pada siklus II dengan memperbaiki langkah yang belum tepat.

Selain langkah penggunaan media dalam pembelajaran, guru juga belum

sepenuhnya memotivasi siswa, guru kurang memberikan peluang dan

penguatan kepada siswa, sehingga terlihat hanya siswa-siswa tertentu yang

aktif pada tiap-tiap kegiatan pembelajaran.


84

Efektivitas waktu pada siklus ini pun sangat banyak, sehingga

mendapat kritikan dari salah satu observer yang merupakan guru kelas. Guru

kelas tersebut tidak mempunyai jam mengajar, beliau merasa kurang berkenan

dengan alokasi waktu tersebut. Akhirnya hasil diskusi antara peneliti dengan

observer memutuskan perlu dilakukan efektivitas waktu dan perbaikan dalam

langkah-langkah proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil akhir dari pembelajaran pada siklus I diperoleh data

nilai kemampuan membaca diperoleh data kemampuan membaca siswa pada

akhir siklus I, kategori “Cukup” dengan jumlah akhir dari rata rata 66,7

dengan tingkat ketuntasan siswa sebanyak 10 siswa atau 53%. Untuk

kemampuan menulis siswa kelas 1 pada akhir siklus I kategori “Cukup”

dengan jumlah rata-rata 69% dengan tingkat ketuntasan siswa sebanyak 9

siswa atau 47%. Persentase yang diperoleh pada siklus I belum memenuhi

kriteria indikator kinerja penelitian, sehingga peneliti melanjutkan siklus II.

Begitu juga hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca

dan menulis siswa pada siklus I masih rendah.

Berdasarkan segala catatan kekurangan dan kelemahan yang diperoleh

pada siklus I, dirancanglah rencana kegiatan untuk siklus II yang lebih

matang, efektif, dan efisien dibandingkan siklus I. Mulai dari Penekanan pada

siswa ditekankan untuk lebih fokus dalam proses pembelajaran. Guru

perlumemotivasi siswa untuk belajar aktif dalam pembelajaran, perlu lebih

menekankan penggunaan metode bermain kotak rahasia yang lebih yang

dapat memotivasi siswa. Posisi guru dalam menyajikan metode bermain kotak
85

rahasia belum tepat, sehingga perlu lebih banyak berkeliling. Guru perlu

mmbentuk kelompok pasangan agar siswa lebih termotivasi dalam

pembelajaran. Guru perlu memotivasi, menguatkan, dan memberi peluang

yang lebih untuk siswa, serta arahan dan bimbingan untuk siswa yang di

bawah rata-rata. Tujuannya agar harapan yang ingin tercapai dapat terwujud

dan membuat setting kelas dengan baik, terutama yang dapat menjadikan

siswa menjadi aktif dan mempermudah siswa dalam melihat metode bermain

kotak rahasia.

Sebenarnya metode pembelajaran yang digunakan pada pelaksanaan

tindakan tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I. Perbedaannya yaitu

pada saat kegiatan menyusun metode bermain kotak rahasia menjadi susunan

yang bermakna, pada siklus II menggunakan metode permainan. Namun

secara umum pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan dengan baik,

runtut, dan lancar.

Pada akhir pembelajaran siklus II diperoleh data nilai rata-rata akhir

siswa adalah 74,4 dan ketuntasan belajar siswa mencapai membaca siswa

dengan tingkat ketuntasan sebanyak 15 siswa atau 79%, sedangkan

kemampuan menulis adalah 76,6 dan ketuntasan belajar siswa mencapai

membaca siswa dengan tingkat ketuntasan sebanyak 16 siswa atau 89%.

Dalam pada itu kemampuan membaca siswa pada siklus II ini mengalami

peningkatan. Buktinya rata-rata siswa mencapai kategori “Baik”. Persentase

yang diperoleh pada siklus II sudah memenuhi kriteria indikator kinerja

penelitian, sehingga penelitian dihentikan.


86

Hasil selengkapnya kemampuan membaca dan menulis siswa tiap

siklusnya dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.17
Perbandingan Penilaian Kemampuan Membaca Siswa
Prasiklus, Siklus I dan II

Prasiklus Siklus I Siklus II


Siswa Kategori Ket
Siswa % Siswa % Siswa %
85-100 Baik Sekali 4 21% 3 16% 2 11% T
65-84 Baik 4 21% 5 26% 13 68% T
46-64 Cukup 7 37% 10 53% 4 21% TT
0-45 Kurang 4 21% 1 5% 0 0% TT
Jumlah 19 100% 19 100% 19 100%

Tabel 4.18
Perbandingan Penilaian Kemampuan Menulis Siswa
Prasiklus, Siklus I dan II

Prasiklus Siklus I Siklus II


Siswa Kategori Ket
Siswa % Siswa % Siswa %
85-100 Baik Sekali 5 26% - 0% 7 37% T
65-84 Baik 4 21% 5 26% 11 58% T
46-64 Cukup 7 37% 14 74% 1 5% TT
0-45 Kurang 3 16% - 0% 0 0% T
Jumlah 19 100% 19 100% 19 100%

Peningkatan juga terjadi pada keaktifan belajar siswa, pada siklus I

siswa yang aktif hanya mencapai 7 siswa atau 37%, dan setelah dilakukan

perbaikan pada siklus II sudah aktif dengan menunjukkan ketuntasan siswa 16

siswa atau 84%. Artinya persiapan diri siswa sudah baik, mereka sangat

termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran serta tumbuh keberanian dan rasa

percaya diri dalam berkomunikasi, mengungkapkan ide. Siswa antusias dalam

pembelajaran, tertarik menggunakan metode bermain kotak rahasia dan

antusias melakukan mengevaluasi dengan mengomentari hasil kerja teman.


87

Perbandingan hasil keaktifan siswa tiap siklus dapat

peneliti gambarkan dalam tabel dan grafik berikut:

Tabel 4.19
Perbandingan Penilaian Keaktifan Belajar Siswa
Siklus I dan II

Siklus
Jumlah Siklus I
Kategori II
Keaktifan
Siswa % Siswa %
5 Baik Sekali 2 11% 4 21%
4 Baik 5 26% 12 63%
3 Cukup 12 63% 3 16%
2 Kurang - - - -
1 Sangat Kurang - - - -
Jumlah 19 100% 19 100%

Berdasarkan hasil pembelajaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa

terjadi peningkatan dari prasiklus, siklus I dan siklus II, dengan kata lain

tindakan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis

permulaan pada siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung

Lumajang telah membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran dan

membimbing pada nilai ketuntasan belajar.

Langkah-langkah penggunaan metode bermain kotak rahasia secara

tepat dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa dapat

diuraikan sebagai berikut. Peneliti melaksanakan tindakan pada siklus I, dan

II, dengan menggunakan metode bermain kotak rahasia sebagai alat bantu

untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa.

Proses belajar siswa meningkat secara baik karena peneliti telah

menggunakan metode bermain kotak rahasia dengan langkah-langkah yang

tepat, yaitu dengan memperhatikan tahapan proses pembelajaran, alokasi


88

waktu, dan dan penilaian yang tepat. Tahapan proses pembelajaran pada

langkah-langkah penggunaan metode bermain kotak rahasia antara lain:

(1) guru sambil menghadap siswa dan memegang susunan kartu (bermain

kotak rahasia) lalu mengambilnya satu per satu dan memperlihatkan setinggi

dada, (2) mencabut satu-per satu kotak rahasia yang sudah dijelaskan kepada

siswa, (3) mengaktifkan siswa melalui kegiatan permainan/membagikan kartu

kepada siswa, (4) memberikan peluang kepada siswa melalui kegiatan

membaca bersama, (5) melakukan penilaian melalui kegiatan membaca secara

individu, (6) memberikan kotak rahasia menulis, (7) melakukan penilaian

melalui kegiatan menyalin tulisan secara individu.

Tahapan proses pembelajaran langkah-langkah penggunaan metode

bermain kotak rahasia di atas diperkuat dengan pendapat bahwa: (1) kartu-

kartu telah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke siswa,

(2) cabutlah kartu satu per satu setelah guru selesai menerangkan; (3) siswa

diminta guru untuk mengamati kartu tersebut, dan (4) Jika sajian

menggunakan cara permainan: (a) letakkan kartu-kartu secara acak pada

sebuah kotak yang berada jauh dari siswa, (b) menyiapkan siswa yang akan

berlomba, (c) guru memerintahkan siswa mencari kartu yang berisi gambar,

teks, atau lambang sesuai perintah, (d) setelah mendapatkan kartu tersebut

siswa kembali ke tempat semula/start, (e) siswa menjelaskan isi kartu

tersebut.75

Selama proses pembelajaran penggunaan metode bermain kotak

rahasia berlangsung, dapat digambarkan perubahan perilaku siswa saat


75
D Indriana, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), 56.
89

mengikuti kegiatan pembelajaran. Sebagian besar siswa aktif dan antusias

pada saatpembelajaran, karena siswa senang pembelajaran dibuat dengan

kegiatan yang berbeda disertai penggunaan media yang berbeda pula.

Selain itu metode bermain kotak rahasia membaca dan menulis juga

didesain oleh peneliti semenarik mungkin agar siswa tertarik

dan senang. Kotak rahasia membaca dan menulis didesain dengan

penggunaan simbol-simbol/gambar-gambar yang menarik dan contoh tulisan

yang dapat membantu siswa pada saat kegiatan menyalin kembali tulisan yang

ada pada bermain kotak rahasia tersebut. Cara ini berhasil, karena memang

sesuai dengan karakteristik siswa kelas 1, yaitu masih senang melakukan

peniruan-peniruan besar dan sudah menguasai fungsi simbol. Hal ini

diperkuat oleh pernyataan Izzaty, bahwa pada tahap praoperasional, anak

mulai menguasai fungsi simbolis, terjadi tingkah laku imitasi, cara berpikir

ego sentris dan centralized, serta berpikir terarah statis.76

Selanjutnya peningkatan kemampuan membaca siswa kelas 1 ini

ditunjukkan dari cara siswa membaca dengan lancar dan tepat sesuai dengan

isi bacaan, serta siswa bisa menangkap dan memahami isi bacaan tersebut.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ibrahim dalam Alek dan Achmad bahwa

membaca teknis bertujuan agar si pembaca memiliki kemampuan yang

diucapkan dan dilagukan secara tepat sesuai dengan isi makna bacaan,77 serta

pernyataan Tarigan bahwa tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.78


76
Izzaty, Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta: UNY Press, 2008), 23.
77
Alex & Achmad, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), 75-76.
78
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 9.
90

Begitu pula untuk peningkatan kemampuan menulis siswa kelas 1

dibuktikan dengan penulisan yang jelas, urut, dan bersih. Hal ini diperkuat

oleh pernyataan Mc. Mahan & Day sebagaimana dikutip oleh Tarigan secara

singkat merumuskan ciri-ciri tulisan yang baik salah satunya adalah

jelas dan tidak membingungkan para pembaca.79

Peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan siswa

dengan penggunaan metode bermain kotak rahasia diperoleh melalui proses

panjang. Hal itu terbukti mulai dari pengenalan media kepada anak yang

peneliti buat dengan banyak menggunakan simbolsimbol dan gambar-gambar,

sampai kepada penuangan ide dan pikiran siswa atas apa yang siswa lihat dan

amati. Dengan penggunaan simbol/gambar pada metode bermain kotak

rahasia sangat membantu siswa, karena siswa mulai menguasai fungsi

simbolis dengan baik. Selain itu penggunaan metode bermain kotak rahasia

menulis sengaja dibuat oleh guru dan diberikan secara individu sebagai

contoh pada saat kegiatan menyalin tulisan. Karena siswa kelas 1 lebih suka

melakukan peniruan-peniruan besar, langkah ini merupakan salah satu faktor

untuk mencapai keberhasilan penelitian.

79
Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 12.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan pembahasan hasil penelitian, maka

dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:

1. Langkah-langkah penggunaan metode bermain kotak rahasia dalam

pembelajaran membaca dan menulis pada siswa kelas 1 MI. Miftahul

Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang. Pada siklus I dilakukan

melalui tahapan perencanaan dengan menyiadakan perangkat yang

diperlukan dalam penelitian seperti RPP, LOS metode bermain kotak

rahasia. Pada siklus I ini dilakukan tindakan mulai dari do’a bersama,

menerangkan materi tentang membaca dan menulis tentang tema

lingkungan dan menyuruh siswa untuk mengamati gambar tentang benda-

benda yang berada di sekitar, guru memegang susunan kartu (kotak

rahasia) lalu mengambilnya satu per satu dan memperlihatkan setinggi

dada menghadap siswa setelah itu siswa mengamati gambar pada metode

bermain kotak rahasia yang disediakan oleh guru. Guru menanyakan isi

kartu tersebut kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menjelaskan isi dari masing-masing kartu (benda-benda sekitar),

Selanjutnya guru membagikan kartu-kartu tersebut kepada salah satu

siswa secara bergantian/estafet. Guru melakukan evaluasi secara praktek,

siklus I ini juga dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa, setelah

91
92

hasil tes didapat dan keaktifan siswa diperoleh oleh peneliti dan

kolabolator diadakan refleksi dari tindakan yang sudah dilakukan sebagai

rujukan bagi tindakan pada siklus berikutnya. Terakhir pada siklus II

tahapannya seperti pada siklus I hanya pada siklus II ini lebih diperbaiki

tindakannya dan materi yang diajarkan adalah menjaga lingkungan, tahap

pertama adalah merencanakan pembelajaran dengan membuat RPP, dan

LOS, disiapkan kotak rahasia, dilanjutkan dengan melakukan tindakan

yang diawali dengan salam, menerangkan materi menjaga lingkungan.

Selanjutnya guru mengajak pasangan siswa melaksanakan permainan, dan

membuat pasangan, lalu dilanjutkan dengan diskusi kelas dan guru

memberikan kuis. Pada saat tindakan kolabolator mengamati keaktifan

belajar siswa, tindakan ini diakhiri dengan salam dan do’a bersama.

2. Peningkatan kemampuan membaca dan menulis pada siswa kelas 1 MI.

Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang setelah dengan

menggunakan metode bermain kotak rahasia. Peningkatan kemampuan

membaca dan menulis pada siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda

Kalipenggung Randuagung Lumajang dengan menggunakan metode

bermain kotak rahasia, terlihat kemampuan membaca nilai hasil kuis

mengalami kenaikan setiap siklusnya yaitu pada pra siklus ada 8 siswa

atau 42% mengalami kenaikan pada siklus I yaitu 12 siswa atau 63%

dan di akhir siklus II menjadi 17 siswa atau 89% yang tuntas. Begitu juga

kemampuan menulis siswa mengalami kenaikan pada setiap siklusnya di

mana pada prasiklus ketuntasannya mencapai 9 siswa atau 47%


93

mengalami kenaikan pada siklus I ada 13 siswa atau 69%, dan pada siklus

II mengalami kenaikan sebanyak 17 siswa atau 90%. Hasil tersebut ini

sudah melampaui indikator yang ditetapkan yaitu 80%. Kenaikan juga

terjadi pada siklus I ada 10 siswa atau 52% dan setelah dilakukan

perbaikan pada siklus II sudah aktif dengan menunjukkan ketuntasan

siswa 16 siswa atau 86%. Hasil tersebut sudah mencapai indikator yang

ditentukan.

3. Metode bermain kotak rahasia dapat menumbuhkan keaktifan membaca

dan menulis pada siswa kelas 1 MI. Miftahul Huda Kalipenggung

Randuagung Lumajang. Selama proses pembelajaran di kelas

(menggunakan instrumen observasi yang dipegang kolaborator yang

terkait dengan siswa) oleh peneliti dipersiapkan diri secara baik. Hal

ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran serta

tumbuh keberanian dan rasa percaya diri (komunikasi, mengungkapkan

ide), tujuan lain agar siswa senang dalam pembelajaran menggunakan

metode bermain kotak rahasia dengan baik. Sementara itu siswa yang lain

mengevaluasi dengan mengomentari hasil kerja teman. Ada beberapa

catatan hasil dari bentuk keaktifan yang telah dilakukan oleh siswa, yaitu

keaktifan belajar siswa, pada siklus I siswa yang aktif hanya mencapai 7

siswa atau 37%, dan setelah dilakukan perbaikan pada siklus II sudah

aktif dengan menunjukkan ketuntasan siswa 16 siswa atau 84%. Artinya

persiapan diri siswa sudah baik, mereka sangat termotivasi untuk aktif

dalam pembelajaran serta tumbuh keberanian dan rasa percaya diri dalam
94

berkomunikasi, mengungkapkan ide. Siswa antusias dalam pembelajaran,

tertarik menggunakan metode bermain kotak rahasia dan antusias

melakukan mengevaluasi dengan mengomentari hasil kerja teman.

B. Saran

Dari penelitian ini dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang

Agar penerapan metode bermain kotak rahasia diterapkan dalam

kegiatan belajar mengajar pada bidang studi tematik, karena berdasarkan

hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan kemampuan membaca dan

menulis khususnya membaca dan menulis permulaan.

2. Bagi Guru MI. Miftahul Huda Kalipenggung Randuagung Lumajang

a. Agar penerapan metode bermain kotak rahasia benar-benar efektif,

sebelum mengajar sudah mempersiapkan materi yang didesain dalam

bentuk permainan dan pemberian reward bagi siswa yang aktif;

b. Bagi siswa yang belum tuntas, guru disarankan untuk memberikan

perhatian lebih dengan tidak mengesampingkan siswa yang sudah

tuntas (memenuhi KKM).

3. Bagi Peneliti Lain

Materi pada penelitian ini hanya terbatas pada pelajaran tematik

materi kegiatan, sehingga diharapkan bagi peneliti lain yang ingin


95

menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain kotak

rahasia dalam peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan

siswa dan melakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih

baik.
DAFTAR PUSTAKA

Alex & Achmad. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana.

Alwi, Siska Fitri. dkk. 2015. “Penerapan Metode Permainan Kokami


berdasarkan LKPD Saintifik dalam Model Quantum Learning terhadap
Kompetensi IPA Peserta Didik Kelas VII SMPN 31 Padang”. Jurnal Pillar
Of Physics Education. Vol. 6.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Direktur Jendral


Pendidikan Tinggi Direkturat Ketenagaan.
Azwar, Syaifuddin. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Baderi. 1985. Penggunaan Metode SAS dan Non SAS Dalam Pengajaran
Mengarang Paragraf Murid Kelas Tiga SD. Tesis Program S2 PPS IKIP
Bandung.

B, Hurlock. E. 1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Alih Bahasa: Meitasari


Tjandrasa dan Muslichach Zarkasih. Jakarta: Erlangga.

Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: Raja Garafido Persada.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang RI Nomor20 Tahun


2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Membaca dan Menulis Permulaan.


Jakarta: Depdiknas.

Devine. 1989. Teaching Reading in Elementary School from Theory to Practice.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Indriana, D. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: Diva Press.

Isabela Granic. Adam Lobel. and Rutger C. M. E. Engels. 2014. “The Benefits of
Playing Video Games”. American Psychologist. Vol. 69. No. 1.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.


Bandung: Alfabeta.

96
97

Izzaty. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.


Katz, Adrienne. 1997. Membimbing Anak Belajar Membaca. Surakarta: Arcan.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai


Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang:


Akademia Permata.

Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Mulyati, Yeti. 2008. Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan. Bandung: UPI.

Nurhadi dan Agus Gerad Senduk.2003. Pembelajaran Konstektual dan


Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nurhayati. Tt. Alat Peraga Pendidikan Bahasa Indonesia Belajar Membaca untuk
SD. Surabaya.

Paisah, Neneng. dkk. 2013. “Penerapan Media Kotak dan Kartu Misterius
KOKAMI untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa
Kelas VII SMP Negeri 25 Purworejo”. Jurnal Radiasi. Vol. 3. No. 1.

Park, Hyungsung. 2012. “Relationship between Motivation and Student’s Activity


on Educational Game”. International Journal of Grid and Distributed
Computing. Vol. 5. No. 1.

Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006. 2006. Tentang Standar Isi untukSatuan


Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta:Bumi


Aksara.

Salim, Peter dan Yeni Salim. 1995. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta: Modern Press.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Shoba, Dewey Sugani. Tt. Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis


Dengan Bermain. Jakarta: PT. Gramedia.
98

Slavin, Rober E. 2009. Coperative Learning: Teori. Riset. dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.

Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: CV. Widya Karya.

Soejono. 1983. Metodik Khusus Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Karya.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperatif Learning Analitis Model


Pembelajaran IPS. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.

Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.


Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RnD. Alfabeta:
Bandung.

Sukardi, Dewa Ketut. 1987. Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak. Jakarta:


Ghalia Indonesia.

Suryatin. 1990. Keterkaitan Antara Minat Baca Sastra Indonesia dan


Pengalaman Belajar Sastra Indonesia Dengan Tingkat Kemampuan
Apresiasi Sastra Indonesia. Tesis. Bandung: IKIP.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya:


Kencana.
Usman, Basyirudin dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat
Pers.

Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. 2008. Teknik Mengembangkan Kemampuan


Individual Siswa. t.t.p: GP Press.

Widiasworo, Erwin. 2015. 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi Belajar


Peserta Didik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Wirasana. 2003. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. 2003.

Anda mungkin juga menyukai