Anda di halaman 1dari 132

SISTEM REKRUTMEN GURU

PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


(Studi Kasus di MI Nurul Islam Selokgondang Sukodono Lumajang)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian Syarat


Memperoleh Gelar Magister dalam Program
Studi Manajemen Pendidikan Islam

Oleh

DIDIK MUSSOLI
NIM : 2015.XV.79.1363

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
AL-KHOZINY
BUDURAN SIDOARJO
2017
PERSETUJUAN

Tesis Didik Mussoli ini telah diuji


Pada tanggal 22 Oktober 2017

Oleh
Pembimbing

DR. H. Zakariyah, M.Pd.I

ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tesis Didik Mussoli ini telah diuji


Pada tanggal 22 Oktober 2017

Tim Penguji :

1. DR. K. H. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag (Ketua) ...................................

2. Drs. H. M. Fathoni, M.Pd.I (Sekretaris) ...................................

3. Prof. DR. H. Sa‟dun Akbar, M.Pd (Penguji) ...................................

4. DR. H. Zakariyah, M.Pd.I (Penguji) ...................................

Sidoarjo, 21 Oktober 2017

Derektur,

DR. H. Zakariyah, M.Pd.I


NIP. 196802112003121002

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Didik Mussoli


NIM : 2015.XV.79.1363
NIRM : 016.02.04.0718
Program : Magister (S-2)

Dengan ini sunguh-sungguh menyatakan bahwa TESIS ini secara keseluruhan


adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya.

Sidoarjo, 21 Oktober 2017


Saya yang menyatakkan

Didik Mussoli

iv
KESEDIAAN PERBAIKAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Nama : Didik Mussoli


NIM : 2015.XV.79.1363
NIRM : 016.02.04.0718
Program : Magister (S-2)
Tanggal Ujian : 22 Oktober 2017

Menyatakan bahwa Tesis dengan judul: Sistem Rekrutmen Guru Pada Lembaga
Pendidikan Islam (Studi Kasus di MI Nurul Islam Selokgondang Sukodono
Lumajang). Telah diperbaiki sesuai dengan saran dan masukan dari Tim Penguji
Institut Agama Islam Al Khoziny Buduran Sidoarjo.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Sidoarjo, 24 Oktober 2017

Menyetujui, Pembuat Pernyataan


Pembimbing

DR. H. Zakariyah, M.Pd.I Didik Mussoli

Mengetahui,
Direktur Pascasarjana
IAI Al Khoziny Buduran Sidoarjo

DR. H. Zakariyah, M.Pd.I


NIP. 196802112003121002

v
KATA PENGANTAR
   

Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan atas limpahan rahmat dan


bimbingan Allah SWT, tesis sederhana yang berjudul: Sistem Rekrutmen Guru
Pada Lembaga Pendidikan Islam (Studi Kasus di MI Nurul Islam Selokgondang
Sukodono Lumajang), dapat terselesaikan dengan baik, semoga ada guna dan
manfaatnya.
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah SAW,
keluarga dan para shahabatnya, serta umatnya yang setia dan senantiasa
menegaKkan agama Allah.
Banyak pihak yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini, untuk itu
penulis sampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
dengan ucapan Jazakumullahu Ahsanal Jaza’ khususnya kepada:
1. Bapak DR. K.H. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag, selaku Rektor Institut Agama
Islam Al Khoziny Buduran Sidoarjo;
2. Bapak DR. H. Zakariyah, M.Pd. I selaku Direktur Pascasarjana Institut
Agama Islam Al Khoziny Buduran Sidoarjo dan sekaligus Dosen
Pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyusun tesis ini;
3. Para Dosen dan Staf Administrasi pada Program Pascasarjana Institut Agama
Islam Al Khoziny Buduran Sidoarjo;
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangannya,
untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dari para pembaca yang
selanjutnya dapat dipergunakan untuk perbaikan ke arah yang lebih baik, sehingga
akan lebih bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Sidoarjo, 02 Oktober 2017


Hormat Saya,

Didik Mussoli

vi
ABSTRAK
Mussoli, Didik (2017). Sistem Rekrutmen Guru pada Lembaga Pendidikan Islam:
(Studi Kasus di MI Nurul Islam Selokgondang Sukodono Lumajang).
Tesis. Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam, Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Al Khoziny Buduran Sidoarjo. Pembimbing:
DR. H. Zakariyah, M.Pd.I

Kunci : sistem rekrutmen guru, lembaga pendidikan Islam.

Kebutuhan akan sumber daya manusia atau guru dalam suatu lenbaga
pendidikan, adalah merupakan bagian terpenting yang harus dilakukan oleh
lembaga tersebut. Kebutuhan sumber daya ini bukan sekedar kuantitas atau
jumlahnya saja, tetapi juga menyangkut soal kualitas. tanpa memiliki orang-orang
yang cakap, kualitas dan semangat yang tinggi, maka lembaga yang bersangkutan
akan gagal mencapai tujuan yang diharapkan.Untuk memperoleh tenaga guru
yang berkualitas, tentunya tidak mudah seperti membalik telapak tangan, tetapi
harus memilki sisitem rekrutmen dan penjaringan yang baik dan tepat.
Penelitian ini menekankan kepada sistem rekrutmen guru pada lembaga
pendidikan Islam, sehingga fokus penelitiannya berupa pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut: (1) sumber-sumber rekrutmen guru, (2) proses pelaksanaan
penyeleksian guru dan (3) proses pelaksanaan orientasi guru.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan rancangan
penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan: obsevasi,
wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan
berpedoman pada langkah-langkah penelitian.
Berdasarkan hasil temuan penelitian maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut: 1) Sumber-sumber rekrutmen yang didapatkan di lembaga ini
terdiri dari: (a) Sumber interen, yaitu memanfaatkan guru yang telah ada di dalam
lembaga untuk mengganti bila salah seorang guru mata pelajaran tertentu
mengundurkan diri atau dimutasi. (b) Sumber ekstern, yaitu memperoleh calon
guru dari luar berupa: lamaran, baik pelamar datang langsung ke lembaga maupun
melalui pos, lewat pengiklanan, dan lewat informasi orang dalam; 2) proses
pelaksanaan penyeleksian di lembaga ini melalui beberapa tahap antara lain: (a)
menentukan spesifikasi guru yang mencakupi keahlian, umur, jenjang pendidikan,
minat dan bakat serta karakteristik. (b) mencari informasi tahap awal yaitu berupa
penerimaan pendahuluan agar tidak terjadi salah faham dan pemeriksaan referensi
melalui orang yang dapat dipercaya dan terdekat dengan calon guru yang
bersangkutan. (c) Mendapatkan informasi tahap kedua yang meliputi tes
psikologi, tes praktek dan tes wawancara. (d) keputusan menerima atau menolak.
Yaitu setelah keputusan telah diambil, pihak lembaga mengirimkan surat
pemberitahuan, dan bagi yang lulus tidak langsung menjadi guru tetap tetapi
melalui masa percobaan; 3) Setiap calon guru baru yang masuk di lembaga ini,
sebelum melaksanakan aktivitas belajar mengajar, pihak lembaga selalu
melakukan orientasi terlebih dahulu. Persoalan-persoalan yang disampaikan
dalam orientasi ini mencakupi: sejarah lembaga, sturktur organisasi, tata kerja
dalam lembaga dan pedoman-pedoman tentang kesejahteraan guru serta pegawai.

vii
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Indonesia Program Pasca Sarjana IAI Al Khoziny Buduran


Sidoarjo adalah sebagai berikut:
Arab Indonesia Arab Indonesia
‫ا‬ „ ‫ط‬ t
‫ب‬ B ‫ظ‬ z
‫ت‬ T ‫ع‬ „
‫ث‬ Th ‫غ‬ gh
‫ج‬ J ‫ف‬ f
‫ح‬ H ‫ق‬ q
‫خ‬ Kh ‫ك‬ k
‫د‬ D ‫ل‬ l
‫ذ‬ Dh ‫م‬ m
‫ر‬ R ‫ن‬ n
‫ز‬ Z ‫و‬ w
‫س‬ S ‫ه‬ h
‫ش‬ Sh ‫ء‬ „
‫ص‬ S ‫ي‬ y
‫ض‬ D

Untuk menunjukkan bunyi panjang (maad), maka caranya dengan menuliskan


coretan horizontal (marcon) di atas huruf, seperti a, i, dan u ( ‫ا‬, ‫ ي‬dan ‫) و‬. Bunyi
hidup dobel (dipthong) Arab ditransliterasikan dengan menggabung dua huruf
''ay'' dan ''aw'' seperti layyinah, lawwamah. Kata yang berakhiran ta‟ marbuthah
dan berfungsi sebagai sifah (modifier) atau mudaf ilayh ditransliterasikan dengan
''ah'', sedangkan yang berfungsi sebagai mudaf ditransliterasikan dengan ''at''.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAM PERSETUJUAN TIM PENGUJI .................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................. vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ................................. 4
C. Fokus Penelitian ........................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ......................................................... 5
E. Kegunaan Penelitian .................................................... 5
F. Definisi Istilah ............................................................. 6
G. Sistematika Pembahasan .............................................. 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis ............................................................. 7
B. Penelitian Terdahulu .................................................... 53
C. Kerangka Pemikiran ..................................................... 55
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian .......................................................... 56
B. Kehadiran Peneliti di Lapangan .................................... 58
C. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................... 60
D. Data dan Sumber Data .................................................. 62
E. Tehnik Pengumpulan Data ........................................... 64
F. Tehnik Analisis Data .................................................... 68
G. Pengecekan Keabsahan Data ........................................ 71
BAB IV. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................... 73
B. Papran Data .................................................................. 78
C. Temuan Penelitian ........................................................ 82
BAB V. PEMBAHASAN
A. Sumber-Sumber Rekrutmen .......................................... 88
B. Sistem Seleksi .............................................................. 96
C. Sistem Orientasi ........................................................... 105

ix
BAB VI. PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................... 107
B. Implikasi Teoritis ......................................................... 108
C. Keterbatasan Penelitian ................................................ 111
D. Rekomendasi ............................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 113
LAMPIRAN

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya terpenting dalam suatu organisasi, lembaga atau sekolah

adalah sumber daya manusia (orang-orang yang memberikan tenga, bakat dan

kreativitas lainnya kepada organisasi atau lembaga). Tanpa memiliki orang-

orang yang cakap, kualitas dan bermutu serta semangat yang tinggi,

organisasi atau lembaga tersebut akan gagal mencapai tujuan yang

diharapkjan. Untuk itu seorang pimpinan dalam hal ini kepala sekolah (jika

dalam lembaga pendidikan) atau pimpinan lainnya harus memiliki tanggung

jawab dan wewenang untuk merekrut dan memilih orang-orang yang tepat

sesuai dengan kehendak lembaga atau sekolah. Karena menurut Hasibuan1,

rekrutmen merupakan fungsi operasional pertama dalam manajemen sumber

daya manusia.

Jika seorang pemimpin tidak menjalankan tanggung jawab dalam

perekrutan dengan baik dan teliti, maka ada kemungkinan orang-orang yang

akan ditempatkan sebagai guru atau karyawan akan dan tidak sesuai dengan

harapan dan keinginan lembaga atau sekolah. Begitu pula sebaliknya, jika

dalam proses perekrutan dan penarikan guru atau tenaga pendidik yang efektif

dan efisien, akan sangat membantu tercapainya tujuan sekolah atau lembaga.

Karena merekrut guru yang baik dan berkualitas, merupakan langkah pertama

1
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), 87.
2

dan mencerminkan berhasil atau tidaknya suatu lembaga atau sekolah itu

sendiri. Apabila guru yang diterima benar-benar kompeten dalam bidangnya

masing-masing, maka usaha untuk menwujudkan tujuan sekolah relatif

mudah. Hal senada diungkapkan oleh Redmond2, bahwa ketelitian dalam

tahap-tahap awal rekrutmen dan terutama dalam membuat spesifikasi

pekerjaan akan membantu dalam penarikan pelamar-pelamar dengan kualitas

yang tepat.

Pada sisi yang lain, kita sering mendengar dan mengenal istilah sistem

keluarga (family system) dalam proses penerimaan tenaga guru atau tenaga

administrasi lainnya, hal ini merupakan tantangan yang berat bagi pimpinan

dalam penagadaan atau peningkatan sumber daya manusia. Karena sistem

keluarga ini dilakukan, maka unsur subyaktivitasnya sangat tinggi dan

konsekuensinya seperti dikatakan Handoko, kemungkinan besar tenaga baru

yang telah terpilih tidak akan sesuai dengan harapan lembaga.3 Untuk

menghindari hal seperti itu agar tidak terjadi dalam perekrutan, maka saat

menentukan untuk memilih seseorang, seorang pimpinan harus membuat

keputusan penting yang mempunyai implikasi jangka panjang bagi lembaga

atau diri kita sendiri maupun orang yang akan terlibat ke dalamnya. Sangtlah

penting untuk mengkorelasikan informasi dari orang yang akan direkrut

dengan spesifikasi orang yang telah dibuat. Oleh karena itu satu hal yang

perlu diperhatikan dalam perekrutan adalah tetap obyektif dan menghindari

perasaan yang tidak obyektif dalam memutuskan siapa yang akan dipilih.
2
Robert S. Redmond, Cara Merekrut Manajer yang Baik dan Cara Mempertahankan Mereka,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 3.
3
Hani T. Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2000), 87.
3

Tetaplah menjaga agar proses pembuatan keputusan tetap logis dan rasional,

karena hal ini akan membantu dalam memilih orang yang paling tepat untuk

sebuah pekerjaan yang diinginkan.

Berkaitan dengan ketelitian dalam perekrutan ini, maka Keenan 4,

menawarkan bahwa jika seorang kepala atau pimpinan ketika memutuskan

harus merekrut orang baru, perlu diputuskan dengan tepat apa pekerjaan atau

lowongan teresebut. Pastikan bahwa bisa mengidentifikasi apa yang

diharapkan bisa disumbangkan oleh pekerjaan baru tersebut bagi efektivitas

dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti: nilai tambah yang akan

diciptakan pekerjaan tersebut, ada peluang untuk meningkatkan kualitas dan

jasa tambahan yang dapat diberikan kepada lembaga atau sekolah. Dengan

kata lain, pastikan bahwa pimpinan atau kepala sekolah telah memikirkan

secara matang bahwa hasil-hasil apa yang kita harapakan dari orang baru

tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dengan mengambil obyek

pada MI Nurul Islam Selokgondang Sukodono Lumajang. Pokok masalah

yang diteliti adalah “Sistem Perekrutan Guru pada Lembaga Pendidikan Islam

(Studi kasus di MI Nurul Islam Selokgondang Sukodono Lumajang)” dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Fenomena perekrutan guru maupun karyawan di sekolah-sekolah dalam

Lembaga Pendidikan Islam, khususnya di Kabupaten Lumajang menurut

pengamatan kami belum memenuhi standar ideal sistem rekrutmen.

4
Kate Keenan, Pedoman Manajemen Penyeleksian, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1996), 4.
4

2. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis oleh peneliti lain sebelumnya.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Sumber-sumber rekrutmen guru di MI Nurul Islam Selokgondang

Sukodono Lumajang;

b. Proses penyeleksian guru di MI Nurul Islam Selokgondang Sukodono

Lumajang;

c. Proses orientasi guru di MI Nurul Islam Selokgondang Sukodono

Lumajang.

2. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada tesis ini adalah sistem perekrutan

guru di MI Nurul Islam Selokgondang Sukodono Lumajang.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sumber-sumber rekrutmen guru di MI Nurul Islam

Selokgondang Sukodono Lumajang?;

2. Bagaimanakah proses penyeleksian guru di MI Nurul Islam

Selokgondang Sukodono Lumajang?

3. Bagaimanakah proses orientasi guru di MI Nurul Islam Selokgondang

Sukodono Lumajang?
5

D. Tujuan Penelitian

Dari hasil rumusan masalah tersebut di atas maka dapat dipertegaskan

bahwa tujuannya antara lain:

1. Untuk mengetahui sumber-sumber rekrutmen guru di MI Nurul Islam

Selokgondang Sukodono Lumajang;

2. Untuk mengetahui proses penyeleksian guru di MI Nurul Islam

Selokgondang Sukodono Lumajang;

3. Untuk mengetahui proses orientasi guru di MI Nurul Islam Selokgondang

Sukodono Lumajang.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang sedang dilakukan ini dengan harapan:

1. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan

terutama yang berkaitan dengan pengemangang sumber daya manusia,

khususnya masalah penarikan atau perekrutan guru atau tenaga kerja

lainnya dalam lembaga pendidikan Islam;

2. Memberikan sumbangsi informasi tentang betapa pentingnya ketelitian

dalam rekrutmen kepad para pengelola lembaga pendidikan Islam atau

kepala sekolah khususnya di MI Nurul Islam;

3. Memberikan masukan kepada pihak lain untuk lebih memperhatikan dan

mencermati masalah rekrutmen guru ini di masing-masing lembaga atau

sekolah.
6

F. Definisi Istilah

Untuk memperjelas konsep dan menghindari adanya perbedaan

pemahaman istilah-istilah dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi

istilah sebagai berikut:

1. Sistem perekrutan guru adalah proses mencari, menentukan, mengajak

dan menetapkan sejumlah orang dari dalam maupun dari luar perusahaan

sebagai calon tenaga kerja dengan karakteristik tertentu seperti yang telah

ditetapkan dalam perencanaan SDM.

2. Lembaga Pendidikan Islam adalah tempat berlangsungnya proses

pendidikan Islam bersama dengan proses pembudayaan serta dapat

mengikat individu yang berada dalam naungannya, sehingga lembaga ini

mempunyai kekuatan hukum.

G. Sistematika Pembahasan

Pembahasan di dalam penelitian ini akan disusun menjadi 6 (enam)

bab, dengan perincian sebagai berikut:

Bab satu pendahuluan, yang terdiri dari: (1) latar belakang,

(2) identifikasi dan batasan masalah, (3) fokus penelitian, (4) tujuan

penelitian, (5) kegunaan penelitian, (6) definisi istilah, (7) sistematika

pembahasan.

Bab dua kajian pustaka, yang terdiri dari: (1) kajian teoritis,

(2), penelitian terdahulu, (3) kerangka pemikiran.


7

Bab tiga metode penelitian, yang terdiri dari: (1) lokasi penelitian,

(2) kehadiran peneliti di lapangan, (3) pendekatan dan jenis penelitian,

(4) data dan sumber data, (5) teknik pengumpulan data, (6) teknik analisis

data, (7) pengecekan keabsahan data.

Bab empat paparan data dan temuan penelitian

Bab lima pembahasan.

Bab enam penutup, yang terdiri dari: (1) kesimpulan, (2) implikasi

teoritis, (3) keterbatasan penelitian, (4) rekomendasi.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Sisitem Rekrutmen

a. Pengertian Rekrutmen

Rekrutmen adalah proses pencarian dan pemikatan para calon

guru yang mampu untuk melamar sebagai guru. Dalam kamus Besar

Bahasa Indonesia5, rekrutmen memiliki makna pengerahan. Menurut

Simamora6, rekrutmen adalah serangkaian aktivitas mencari dan

memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan

pengetahuan yang diperlukan guna menutup kekurangan yang

diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.

Adapun rekrutmen menurut Andrew dalam Mangkunegara,

adalah tindakan atau proses dari suatu usaha organisasi untuk

mendapatkan tambahan pegawai untuk tujuan organisasi. 7 Oleh

karena itu dalam perekrutan harus melibatkan sumberdaya manusia

yang mampu berfungsi sebagai input lembaga yang bersangkutan.

Lebih lanjut dikatakan, rekrutmen mencakupi indentifikasi dan

evaluasi sumber-sumber, tahapan dalam proses keseluruhan

5
Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 942.
6
Hendry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, (Yogyakarta: STIE YPKN,
2001), 212.
7
Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: AMISSCO, 2003), 2.
9

kemudian dilanjutkan dengan mendaftar kemampuan penarikan,

seleksi, penempatan dan orientasi.

Sedangkan perekrutan menurut Filippo dalam Hasibuan,

adalah proses pencarian dan pemikatan para calon pegawai yang

mampu bekerja di dalam organisasi. 8 Dengan kata lain, perekrutan

atau penarikan adalah usaha mencari dan menarik tenaga kerja agar

mau melamar lowongan kerja yang ada pada suatu lembaga atau

instansi.

Selain pengertian-pengertian tersebut di atas, di lain sisi

rekrutmen diartikan sebagai proses mencari tenaga kerja (guru jika

dalam lembaga pen-didikan) dan mendorong serta memberikan suatu

pengharapan dari mereka untuk melamar pekerjaan yang telah

disediakan dalam suatu lembaga. 9

Rekrutmen bagi Susilo Martoyo, adalah upaya untuk

memperoleh jumlah dan jenis tenega kerja yang tepat untuk

memenuhi kebtuhan tenaga kerja yang dibutuhkan guna mencapai

tujuan organisasi. 10

Sedangkan pengertian rekrutmen menurut Agus Sunyoto,

adalah sebagai kegiatan mengidentifikasikan dan membuat tertarik

calon guru atau pekerja untuk mengisi pekerjaan yang tersedia untuk

waktu sekarang maupun waktu yang akan datang. 11

8
Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, 40.
9
Bedjo Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja, (Bandung: Sinar Baru, 1987), 49.
10
Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE, 1999), 21.
11
Agus Sunyoto, Modul Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: IPWI, 1999), 67.
10

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat

dipertegaskan bahwa rekrutmen adalah sebuah cara, perbuatan

merekrut atau pemilihan dan pengangkatan orang untuk mengisi

lowomgan atau peran tertentu dalam sistem sosial berdasarkan sifat

dan status tertentu pula.

b. Identifikasi Kebutuhan dalam Rekrutmen

Membuat suatu rencana perekrutan dengan baik, harus

dipikirkan secara matang jauh-jauh sebelumnya tentang langka-

langka yang akan ditempuh agar tindakan-tindakan yang dilakukan

hanya kecil kemungkinan mengalami kekeliruan. Hal ini berarti pihak

lembaga telah memperkecil resiko yang mungkin timbul baik resiko

kekeliruan maupun resiko kegagalan. Begitu pula sebaliknya jika

tidak direncanakan atau dianalisa secara baik, maka hal ini

memungkin tindakan-tindakan yang kita lakukan banyak terjadi

kekeliruan sehingga dapat menimbulkan pengorbanan yang lebih

besar bahkan tujuan yang ditetapkan tidak dapat tercapai.

Untuk menghindari atau meminimalisasi kegagalan-kegagalan

dan kekeliruan-kekeliruan yang akan terjadi, maka sebelum

melakukan perekrutan, tugas pertama yang harus dilakukan seorang

pimpinan adalah melakukan anlisis kebutuhan antara lowogan yang

disediakan dengan tenaga yang akan dicari untuk mengisi lowongan

tersebut. Meminjam bahasa Cushway, pada saat ada lowongan,

menjadi pertimbangan pertama-tama adalah apakah kekosongan yang


11

ada perlu diisi?12 Pertanyaan itu menunjukan bahwa perencanaan

perekrutan tenaga kerja, biasanya menekankan pada kebutuhan-

kebutuhan tenaga yang sekarang maupun yang akan datang,

ditentukan baik dari aspek kualitas maupun kuantitasnya. Kebutuhan-

kebutuhan tersebut sedapat mungkin diramalkan atau diperkirakan

secara baik dan matang. Ramalan-ramalan tentang kebutuhan inipun

tergantung kepada perencanaan dan perhitungan-perhitungan yang

matang dari lembaga atau organinsasi yang bersangkutan. Langkah

pertama dalam penentuan kebutuhan-kebutuhan akan tenaga kerja

adalah analisa jabatan (job analysis).

Dari uraian tersebut dapat dipahami, bahwa dalam melakukan

suatu rencana perekrutan, pertimbangan-pertimbangan yang harus

difikirkan adalah mengambil sejumlah keputusan yang mendahului

tindakan yang diharapkan. Karena titik akhir dari sebuah perencanaan

adalah sebagai suatu keputusan, maka proses pemikiran dan analisis

yang logis merupakan suatu alat yang sangat penting dalam

menentukan kebutuhan akan tenaga kerja. Jika hal itu telah dilakukan,

maka bagian dari kepegawaian dalam sebuah lembaga harus dapat

menyediakan tenaga kerja (guru) secara lebih tepat agar sesuai

dengan kebutuhan lembaga atau organisasi yang bersangkutan.

Dengan kata lain, lembaga harus mengidentifikasi kebutuhan-

kebutuhan yang bersifat jangka panjang maupun jangka pendek. Oleh

12
Cushway, Barry, Human Resource Nanagement (Manajemen Sumber Daya Manusia), Alih
Bahasa: Paloepi Tiyas Rahajeng, (Jakarta: PT Elex Media Koputindo, 1994), 61.
12

karena itu dalam pelaksanaan fungsi tersebut ada baiknya perlu

ditentukan terlebih dahulu

1). Kualitas atau mutu tenaga yang diinginkan sesuai persaratan

jabatan yang ada;

2). Jumlah tenaga yang dibutuhkan.

Kedua hal tersebut bersifat overall, sehingga diperlukan

adanya koordinasi, singkronisasi dan kerja sama dari setiap bidang

dalam lembaga atau orginisasi yang bersangkutan agar keterpaduan

perencanaan perekrutan dalam lembaga tersebut dapat tercapai. untuk

menentukan kuantitas dan kualitas tenaga yang diperlukan,

terlebihdahulu diketahui sifat dan kondisi pekerjaan yang

memerlukan tenaga yang dimaksud atau dengan kata lain diperlukan

adanya analisa jabatan atau analisa kerja (job analysis).

Bagaimanapun juga, mutu dan tipe orang yang kita pilih atau

kita rekrut sekarang, sebagian besar akan menentukan jenis dan

kualitas lembaga atau instansi kita di masa yang akan datang. Ibarat

sebuah prodak, rencana-rencana prodak sekarang menentukan

pasaran-pasaran di tahun yang akan datang. Perencanaan-perencanaan

dan keputusan-keputusan yang dibuat sekarang harus mempunyai

implikasi jangka panjang.

Dengan kata lain, sebelum diputuskan tindakan apa yang

besok, harus ditentukan terlebih dahulu apakah tindakan tindakan itu


13

akan membantu atau merintangi kemajuan kearah tujuan yang hendak

dicapai.

Sebelum melakukan perekrutan, perencanaan sumberdaya

manusia merupakan suatu keharusan agar dapat terwujudnya “action

plans” yang jelas dan tegas sehingga pada akhirnya dapat mengetahui

kualitas yang bagaimana dan sejumlah berapa orang yang akan

diperlukan. Bagaimanapun juga analisa pekerjaan atau jabatan

merupakan suatu peoses untuk membuat uraian pekerjaan sedemikian

rupa sehingga dari uraian tersebut dapat diperoleh keterangan-

keterangan yang perlu untuk bisa menilai apakah kekosongan itu

segerah diisi atau tidak. Sebagaimana William B. dalam Susilo 2000:

22 mengatakan bahwa analisa pekerjaan adalah suatu proses untuk

mengamati atau meneliti suatu pola aktivitas guna menentukan tugas,

kewajiban dan tanggung jawab yang diperlukan atas suatu

pekerjaan. 13

Analisa pekerjaan pada hakikatnya sebagai alat pimpinan

lembaga atau instansi dalam memecahkan masalah ketenagakerjaan

secara manusiawi. Lebih dari itu, kualifikasi personil atau tenaga

yang dubutuhkan dapat dicantumkan dalam analisa jabatan tersebut.

Gordon dalam Moekijat, mengungkapkan, “Analisa jabatan

adalah suatu proses dalam menentukan unsusr-unsur komponen dari

suatu jabatan, alat-alat, perlengkapan-perlengakapan atau bahan-

13
Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, 22.
14

bahan yang dipergunakan, latihan khusus, kecakapan-kecakapan,

bakat-bakat, pertimbangan-pertimbangan dan keputusan-keputusan

yang diperlukan, kecepatan-kecepatan termasuk resiko-resikonya

pada saat pekerjaan tersebut dilakukan” 14. Dengan kata lain,

berharaplah untuk mendapatkan yang terbaik, namun tetap bersiaga

akan hal-hal yang terburuk (pen).

Analisa pekerjaan juga dapat memberikan manfaat pada

perbaikan-perbaikan, syarat pekerjaan, suatu perencanaan organisasi

dalam sebuah lembaga, mempermudah pekerjaannya, dapat

mengetahu secara tepat dan jelas batasan masing-masing jabatan dan

hubungan jabatan antara satu dengan yang lainnya dan pada akhirnya

datapat terhindar dari duplikasi tugas dalam suatu organisasi atau

lembaga.

Menurut Susilo Martoyo, dalam melakukan analisa pekerjaan

atau jabatan, ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu mendapatkan

perhatian antara lain:

1). Analisa pekerjaan harus memberikan semua fakta yang


penting yang ada hubungannya dengan pekerjaan yang
bersangkutan;
2). Analisa pekerjaan harus sering ditinjau kembali dan perlu
diperbaiki. Karena posisi-posisi atau kebijakan-kebijakan
yang telah ada tidak statis tetapi selalu berubah-ubah baik dari
sisi proses, metode maupun aspek-aspek lainnya;
3). Analisa pekerjaan harus menunjukan unsusr-unsur mana yang
paling penting di antara unsur-unsur yang ada;
4). Analisa pekerjaan harus memberikan informasi yang teliti dan
dapat dipercaya. 15
14
Moekijat, Manajemen Kepegawaian dan Hubungan-Hubungan Dalam Perusahaan, (Bandung:
ALUMNI, 1975), 67.
15
Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, 24.
15

Mengacu pada beberapa prinsip-prinsip di atas, bahwa untuk

melakukan perencanaan dan analisis pekerjaan secara efektif, maka

beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: Pertama,

mengumpulkan terlebih dahulu informasi yang tepat. Kedua,

mempelajari pemecahan-pemecahan yang mungkin dapat diambil dan

memilih alternatif-alternatif yang paling baik. Ketiga, mengada-kan

dugaan-dugaan atau ramalan-ramalan dan mengidentifikasi masalah

yang sesungguhnya.

Berkaitan dengan proyeksi atau ramalan-ramalan dalam

pelaksanaan perekrutan tersebut, maka ada dua cara atau metode yang

di tawarkan dalam proyeksi ini antara lain:

1). Proyeksi Mekanis

Dalam memakai proyksi ini, seorang pimpinan

menganggap bahwa waktu yang akan datang merupakan suatu

lanjutan dari waktu yang lampau dan sekarang tanpa suatu

perubahan. Ia mengembangkan suatu gambaran yang jelas

mengenai apa yang sudah terjadi sampai sekarang, dengan

mengabaikan kekurangan-kekurangan dan memindahkan

gambaran-gambaran itu ke waktu yang akan datang serta

menganggap bahwa kecenderungan-kecenderungan serupa akan

berlangsung terus tanpa ada perubahan. Walaupun ada

perubahan, diterima begitu saja tanpa berusaha mengetahui

sebab-sebab terjadinya perubahan itu.


16

Proyeksi-proyeksi mekanis ini mungkin hanya cocok

untuk jangka pendek. padahal jika mulai melakukan dugaan-

dugaan jauh ke depan, maka kemungkinan akan ada perubahan-

perubahan yang lebih radikal bertambah besar. Artinya, proyeksi

mekanis ini yang menilai bahwa yang terjadi di waktu lampau itu

berlangsung terus tanpa suatu perubahan dan diterima begitu saja,

maka akan dapat membawa bahaya-bahaya atau dampak negatif

yang seharusnya tidak terjadi.

2). Proyeksi Analitis

Proyeksi ini bertentangan dengan proyeksi mekanis

proyeksi analitis memungkinkan kita untuk menggunakan analisa

berdasarkan logika dalam membuat ramalan atau dugaan-dugaan

sambil menoleh ke belakang untuk menjaring pelajara-pelajaran

penting dari pengalaman-pengalaman di masa lampau. Dengan

kata lain, berusaha mengetahui sebab-sebab dari peristiwa-

peristiwa masa lampau, bisa dijadikan sebagai petunjuk yang

tepat mengenai bentuknya di waktu yang akan datang.

Alex S. Nitisemito menjelaskan, bahwa dalam melakukan

suatu perencanaan rekrutmen yang diawali dengan ramalan-

ramalan atau dugaan-dugaan, harus didasarkan pada pengalaman,

penghetahuan dan intuisi. 16

16
Alex S. Nitisemito, Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar, (Sasmita Bros, 1978), 48.
17

Dengan pengalaman-pengalaman maka seorang pimpinan

dapat membuat perencanaan dan persiapan yang lebih baik dari

pada sebelumnya. Karena dengan pengalaman-pengalaman

tersebut akan dapat dianalisa kelemahan-kelemahan serta

keunggulan-keunggulan dari perbuatan perencanaan yang lalu

yang akan dapat diterapkan untuk bahan pembuatan perencanaan-

perencanaan yang akan datang. Namun hanya mengandalkan

pengalaman saja untuk membuat suatu analisa dan perencanaan

dianggap kurang cukup karena pengalaman secara pribadi masih

sangat terbatas sehingga dibutuhkan juga pengetahuan. Walaupun

pada dasarnya antara pengetahuan dan pengalaman hampir sama,

yaitu pengetahuan bisa diperoleh dari pengalaman-pengalaman

yang lalu. Tetapi lebih dari itu pengetahuan bisa di ambil dari

buku-buku ataupun diperoleh dari hasil pengelaman yang telah

dikaji kebenarannya.

Untuk dapat menduga dan meramal dengan baik memang

diperlukan pengalaman dan pengetahuan, tetapi kadang-kadang

penga-laman dan pengetahuan saja masih menimbulkan keragu-

raguan keputus-an mana yang akan diikuti. Oleh karena itu peran

intuisi sangat dapat dimanfaatkan walaupun intuisi itu sendiri

tidak terlepas dari pengalaman dan pengetahuan. Kebanyakan


18

peran intuisi itu sangat bermanfaat manakala keputusan yang

diambil sifatnya mendadak. 17

Dari berbagai pemikiran tersebut dapat disimpulkan

bahwa perencanaan dan analisa jabatan atau pekerjaan (job

analysis) sebelum melakukan perekrutan tenaga-tenaga baru,

merupakan sesuatu yang sangat perlu diperhatikan oleh setiap

organisasi, lembaga atau instansi yang bersangkutan sehingga

tidak terjadi penyesalan di kemudian hari. Pristiwa-pristiwa di

waktu yang akan datang biasanya merupakan hasil dari hal-hal

yang terjadi sekarang dan di waktu yang lampau. Prinsip ini

menyadarkan kepada kita bahwa waktu yang akan datang tidak

terwujud atau terbentuk dengan sendirinya atau mendadak

melainkan ada korelasi dengan kejadian yang terdahulu. Hal-hal

yang terjadi di waktu yang lampau dan terjadi sekarang akan

mengakibatkan timbulnya peristiwa-peristiwa di waktu yang akan

datang.

Harus diperhatikan bahwa faktor-faktor tunggal sendiri

jarang dapat diidentikan sebagai sebab-sebab yang mempercepat

peristiwa-peristiwa yang akan datang. Tetapi kebanyakan

perubahan-perubahan ditimbulkan oleh sejumlah kekuatan yang

diatur secara sistematis dan terencana. Oleh karena itu agar

pelaksanaan perekrutan itu bisa berjalan secara sistematis dan

17
Nitisemito, Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar, 48.
19

terarah, maka sebelumnya harus ada anlisis dan mendesain

pekerjaan-pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan, bagaimana

cara mengerjakannya, mengapa pekerjaan itu harus dikerjakan

dan kapan pekerjaan itu akan dikerjakannya.

c. Sumber-Sumber Rekrutmen

Setelah memutuskan atau mengidentifikasi sifat dan keadaan

dari jabatan seperti apa yang akan diposisikan atau berkaitan dengan

perekrutan guru, maka bidang studi apa yang akan dibutuhkan dari

lembaga itu sendiri, maka paling tidak petugas pencari tenaga kerja

atau badan bagian urusan pegawai perlu mengetahui atau mengenali

berbagai sumber rekrutmen yang mungkin digarap, meskipun tidak

semua sumber tersebut perlu selalu digarap. Perlu tidaknya

menggarap sumber-sumber tertentu tergantung pada jenis dan jumlah

tenaga kerja baru yang hendak direkrut. Akan tetapi apakah semua

sumber yang ada perlu digarap atau tidak merupakan hal yang dapat

dipertimbangkan kemudian. Artiya, pengetahuan yang mendalam

tentang eksistensi berbagai sumber itu sangat penting karena dengan

pengetahuan itu dengan mudah ditentukan sumber mana yang wajar

digarap dan sumber mana pula yang pada suatu ketika tertentu dapat

diabaikan.

Berhubung dengan penjelasan itu, maka secara garis besar,

sumber-sumber rekrutmen dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber


20

yang dari dalam lembaga sendiri (intern), maupun sumber-sumber

yang datang dari luar (ekstern).

1). Sumber Intern

Banyak kejadian menunujukan bahwa bilamana terdapat

suatu lowongan jabatan, seringkali dengan mengangkat petugas

yang ada dari dalam lembaga itu sendiri untuk mengisi

kekosongan dari sebuah lowongan tersebut. Semacam pertanyaan

yang sering dikemukakan bahwa mengapa diprioritaskan kepada

orang dalam sendiri? Hal ini tidak hanya karena pertimbangan

telah diketahui benar sifat, kepribadian dan kecakapan mereka

masing-masing, tetapi lebih dari itu menurut Susilo Martoyo,

karena secara psikologis dapat lebih meningkatkan moral para

guru atau karyawan dari dalam lembaga yang bersangkutan. Jika

dilihat dari aspek yang lain, hal ini juga merupakan suatu

kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi

mereka masing-masing dari jabatan baru yang diperoleh tentunya

melalui prestasi yang telah ditunjukan sebelumnya. Dengan kata

lain, untuk membangun komitmen program promosi dari dalam

hendaknya komprehensif. Yakni pihak lembaga atau instansi

harus selalu melakukan hubungan dan mengidentifikasi dengan

baik untuk mengetahui siapa calon-calon yang masuk kualifikasi

untuk direkrut dalam mengisi kekosongan itu.


21

Gery Dessler mengatakan, Prekrutan melalui promosi dari

internal lembaga sendiri dapat menjadi kekuatan untuk

menciptakan komitmen dan semangat kerja guru atau tenaga yang

bersangkutan.18 Hal seperti inilah akan berpeluang terbentuknya

“the right man on the right place”. Selain itu juga alokasi dana

yang dikeluarkanpun akan lebih murah. Pertimbangan positif

dalam menentukan sumber tenaga yang terdapat dari dalam

lembaga menurut Bedjo Siswanto, antara lain:

a). Akan dijadikan daya dorong bagi tenaga yang


bersangkutan untuk meningkatkan kwantitas maupun
kualitas hasil kerjanya;
b). Transferisasi dari satu tempat ke tempat yang lain
memungkinkan dapat menghindarkan kejenuhan dan
kebosanan;
c). Dengan promosi dan mutasi secara otomatis akan
menumbuhkan semangat kerja yang lebih tinggi;
d). Alokasi dana ketika memutasi dari dalam lebih rendah
dibanding pencarian dari luar;
e). Alokasi waktupun semakin singkat sehingga kekosongan
yang terjadi segerah diisi;
f). Krakteristik pribadi dan kecakapan lebih dikenal dan
diketahui secara nyata.19

Walaupun demikian, masih saja ada kelemahan yang perlu

diperhatikan, seperti kesulitan yang timbul dalam menentukan

dan memililih siapa yang akan dipilih. Yakni dasar kriteria yang

bagaimana yang akan digunakan? Apakah jasa, senioritas,

prestasi dan pertanyaan lainnya. Jika senior yang dipilih, maka

belum nentu senior itu lebih baik atau bermutu dari pada yunior.

18
Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih Bahasa: Benyamin Molan, (Jakarta: PT
Prenhallindo), 139.
19
Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja, 54.
22

Jika dasar prestasi menjadi pertimbangan, maka harus

obyektifitas yang dikedepankan karena sering terjadi tebang pilih

atau atas dasar emosi lantaran subyektifitas yang tinggi dari si

penentu kebijakan. Sedangkan melalui cara promosi, bisa akan

menutupi jalan atau membatasi ide-ide segar yang justru

datangnya dari luar organisasi atau lembaga lain.

Ada nilai kelemahan dalam perekrutan intern yang

menjadi perhatian juga adalah menimbulkan rasa iri, tidak puas

antar tenaga kerja, dan terkesan mempertahankan praktek lama

yang mungkin kurang baik dan profesional.

2). Sumber Ekstern

Perekrutan tenaga dari luar lembaga, memerlukan suatu

perencanaan yang matang terutama berkaiatan dengan imbalan

yang akan diberikan kepada tenaga yang akan direkrutkan nanti.

Yakni balansi antara kualitas sumberdaya manusia yang

direncanakan dengan salaris (gaji) yang akan diberikan kepada

mereka. Jika hal itu tidak dilakukan atau diperhitugkan secara

matang, maka tidak menutup kemungkinan dalam waktu yang

singkat bisa menemukan kegagalan.

Ada beberapa sumber rekrutmen ekstern yang ditawarkan

oleh Sondang, untuk dijadikan pijakan dan dikolaborasi dengan

para sumber yang lain akan diuraikan sebagai berikut:20

20
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 103.
23

a). Pelamar Langsung

Pengalaman menunjukkan bahwa salah satu sumber

rekrutmen yang selalu dapat dimanfaatkan adalah datangnya

para pelamar pekerjaan ke organisasi. Pelamar langsung ini

sering dikenal dengan istilah “applications at the gate”.

Artinya para pencari pekerjaan datang sendiri ke suatu

organisasi untuk melamar, ada kalanya tanpa mengetahui

apakah di organisasi yang bersangkutan ada atau tidak ada

lowongan yang sesuai dengan pengetahuan, ketrampilan atau

pengalaman pelamar yang bersangkutan.

Sumber ini penting dipertimbangkan, terutama dalam

hal tingkat pengangguran tinggi karena sangat mungkin

banyak diantara para pelamar yang tidak mempunyai

pekerjaan padahal mereka memenuhi kualifikasi yang

dituntut oleh organisasi untuk mengisi lowongan yang

tersedia. Memang tidak mustahil ada diantara para pelamar

yang hanya coba-coba, jadi bersifat untung-untungan, karena

didesak oleh kebutuhan akan pekerjaan.

b). Lamaran Tertulis

Sumber lain yang wajar dipertimbangkan adalah

lamaran tertulis yang dikirim oleh para pelamar.

Sebagaimana halnya dengan lamaran langsung, para pelamar

yang mengirimkan lamarannya secara tertulis mungkin hanya


24

mencoba saja tanpa mengetahui secara pasti apakah dalam

organisasi yang menjadi alamat lamarannya ada lowongan

atau tidak.

Biasanya para pelamar yang mengajukan lamaran

tertulis melengkapi surat lamarannya dengan berbagai bahan

tertulis mengenai dirinya, seperti surat keterangan berbadan

sehat dari dokter, surat berkelakuan baik dari instansi

pemerintah yang berwenang, salinan atau fotokopi ijazah dan

piagam yang dimiliki, surat referensi dan dokumen lainnya

yang dianggapnya perlu diketahui oleh perekrut tenaga kerja

baru yang akan menerima dan meneliti surat lamaran

tersebut. Bagi pencari tenaga kerja, sumber ini penting

dipertimbangkan karena jika ternyata ada lamaran yang

dipandang memenuhi berbagai persyaratan yang telah

ditetapkan, beban tugasnya menjadi berkurang untuk mencari

dan menemukan tenaga kerja baru. Berarti secara otomatis

akan terjadi penghematan tenaga, biaya dan waktu.

c). Berdasarkan Informasi Orang Dalam

Biasanya para anggota suatu organisasi mengetahui

ada tidaknya lowongan di berbagai satuan kerja dalam

organisasi di mana mereka berkarya. Karena mereka adalah

“orang dalam”, pengetahuan mereka tentang lowongan yang

tersedia dapat dikatakan lengkap yang mencakup berbagai


25

hal, seperti: (1) sifat pekerjaan yang harus dilakukan,

(2) persyaratan pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman

kerja; d) imbalan yang diberikan, dan (5) status dalam

hierarki organisasi.

Suatu hal yang lumrah apabila para anggota organisasi

menyampaikan informasi mengenai lowongan yang ada

kepada berbagai pihak yang diketahuinya sedang mencari

pekerjaan dan menganjurkan mereka mengajukan lamaran.

Berbagai pihak itu dapat sanak saudara, tetangga, teman

sekolah, berasal dari satu daerah dan lain sebagainya.

Pihak-pihak yang memperoleh informasi dari orang

dalam tersebut lalu mengajukan lamaran. Sumber rekrutmen

ini layak dipertimbangkan karena:

(1). Para pencari tenaga kerja baru memperoleh bantuan

dalam usaha mencari tenaga kerja baru sehingga biaya

yang harus dipikul oleh organisasi menjadi lebih ringan;

(2). Para pegawai yang menginformasikan lowongan itu

kepada teman atau kenalannya akan berusaha agar hanya

yang paling memenuhi syaratlah yang melamar;

(3). Para pelamar sudah memiliki bahan informasi tentang

organisasi yang akan dimasukinya sehingga lebih mudah

melakukan berbagai penyesuaian yang diperlukan jika

lamarannya ternyata diterima;


26

(4). Pengalaman banyak organisasi menunjukkan bahwa

pekerja yang diterima melalui jalur ini menjadi pekerja

yang baik karena mereka biasanya berusaha untuk tidak

mengecewakan orang yang membawa mereka ke dalam

organisasi.

Walaupun demikian menurut Sondang, kelemahan

penggunaan sumber ini pun tentunya ada. Berbagai

kelemahan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: Tidak

ada jaminan bahwa informasi tentang lowongan diberikan

oleh orang dalam kepada para calon pelamar yang paling

memenuhi syarat. Artinya, tidak mustahil bahwa

pertimbangan-pertimbangan primordial, seperti pertalian

darah, kesukuan, daerah asal dan sekolah lebih menonjol

ketimbang pemenuhan persyaratan obyektif. Hal ini harus

diwaspadai oleh para pegawai yang tugas pokoknya adalah

merekrut pegawai baru.21

d). Advertensi (Iklan)

Perekrutan tenaga kerja melalui periklanan atau

disebut advertensi, meruapakan hal yang lazim dilakukan

oleh lembaga atau instansi manapun juga. Tidak dapat

dielakan, bahwa dengan cara advertensi akan menarik

pelamar-pelamar yang lebih banyak jumlahnya, apalagi cara

21
Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, 115.
27

dan metode pengiklanannya sangat menarik. Menurut

Manulang, terdapat dua variasi dalam pelaksanaan rekrutmen

melalui advertensi ini. Pertama, tidak menyebut nama

lembaga yang membutuhkan tenaga. Yakni para pelamar

diminta untuk mengajukan permohonan tertulis kesuatu

tempat tertentu seperti media elektronik atau media cetak

yang membuat iklan tersebut cara ini disebut blind

advertisement. Kedua, menyebut nama lembaga atau instansi

dan alamat yang jelas yang membutuhkan tenaga, cara ini

disebut open advertisement.22

Iklan dapat dipasang di berbagai tempat dan

menggunakan berbagai media, baik yang visual seperti di

media cetak-surat kabar, majalah, selebaran yang

ditempelkan di berbagai tempat yang ramai dikunjungi orang-

atau yang bersifat audio seperti di radio maupun yang bersifat

audio visual seperti televisi dan lain sebagainya.

Suatu iklan rekrutmen biasanya berisikan berbagai

jenis informasi seperti jenis lowongan, jumlah lowongan,

persyaratan yang harus dipenuhi para pelamar seperti umur,

jenis kelamin, pengalaman, domisili dan berbagai informasi

lainnya termasuk nama, kegiatan dan alamat organisasi

pencari tenaga kerja.

22
M. Manulang, Manajemen Personalia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), 47.
28

Sebelum memutuskan apakah menggunakan jalur

iklan atau tidak, perlu dipertimbangkan secara matang.

Sebagaimana diungkapkan oleh Sondang antara lain:

(1). Pemasangan iklan memerlukan biaya yang tidak


sedikit apalagi kalau menggunakan berbagai media
yang telah disinggung di atas. Artinya, perlu
diketahui berbagai tarif iklan yang berlaku di
berbagai media tersebut. Misalnya, tarif iklan di surat
kabar bergengsi, beredar luas dan bersifat nasional
pasti lebih tinggi dibandingkan dengan tarif iklan di
surat kabar lokal yang oplahnya kecil.
(2). Akibat pemasangan iklan sangat mungkin jumlah
pelamar jauh melebihi lowongan yang tersedia
sehingga tenaga, waktu dan biaya yang diperlukan
untuk meneliti semua surat lamaran yang masuk bisa
menjadi besar. Belum lagi tenaga, waktu dan biaya
yang harus dikeluarkan untuk menjawab lamaran
yang ditolak.
(3). Belum tentu semua pelamar pekerjaan yang potensial
membaca iklan yang dipasang di berbagai media.
Berarti bagi para calon pegawai yang diinginkan oleh
organisasi, misalnya para pelamar potensial yang
berdomisili di tempat yang lain dari lokasi organisasi
atau para pelamar potensial lainnya yang karena
berbagai pertimbangan perlu diberi informasi tentang
lowongan yang tersedia, cara lain disamping iklan
layak untuk dipertimbangkan.23

Meskipun demikian, pemasaran iklan sebagai salah

satu upaya menarik para pelamar yang memenuhi persyaratan

relevan untuk dipertimbangkan.

e). Badan-badan Penempatan Tenaga Kerja

Badan-badan penempatan tenaga kerja ini dapat

dikalsifikasi menjadi dua bagian.

23
Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, 116.
29

(1). Badan yang resmi didirikan oleh pemerintah

Pemerintahan atau negara manapun hampir dapat

dipastikan adanya instansi yang tugas fungsionalnya

adalah mengurus ketenagakerjaan secara nasional dengan

nama apapun instansi tersebut dikenal, seperti

Departeman Tenaga Kerja, Departemen Perburuhan,

Departemen Sumber Daya Manusia atau nama lain

dengan cakupan tugas yang sejenis. Badan seperti ini

dapat disebut United States Employment Service.

Salah satu aktifitas instansi seperti itu adalah

membina kerjasama dengan berbagai instansi lainnya di

lingkungan pemerintahan dan dengan dunia usaha.

Kerjasama tersebut dapat berwujud di satu pihak

kesediaan para pemakai tenaga kerja menyampaikan

informasi tentang berbagai lowongan yang tersedia

dalam organisasi masing-masing dan di lain pihak

penyampaian informasi tersebut kepada para pencari

pekerjaan yang terdaftar pada kantor tenaga kerja yang

bersangkutan. Di hampir semua negara instansi

pemerintah seperti itu tersebar di seluruh wilayah

kekuasaan negara. Salah satu manfaat penggunaan jalur

ini ialah bahwa persyaratan yang ditentukan oleh

organisasi untuk mengisi lowongan yang tersedia relatif


30

mudah dicocokkan dengan daftar lamaran yang ada di

kantor tenaga kerja karena para pejabat atau pegawai

yang bekerja di instansi itu adalah tenaga ahli di bidang

analisis pekerjaan. Keuntungan lainnya ialah bahwa para

pelamar pekerjaan selalu dengan mudah melihat

informasi tentang berbagai lowongan yang tersedia

karena ditempelkan di papan pengumuman yang khusus

disediakan untuk maksud tersebut. Artinya, para pelamar

tidak perlu menemui pegawai tertentu di instansi yang

bersangkutan untuk memperoleh informasi yang

diperlukannya.

Guna memberikan informasi yang lengkap dan

mutakhir tentang lowongan yang tersedia, kantor tenaga

kerja yang handal biasanya mempunyai “bank data

lowongan”. Dengan bantuan komputer, pemutakhiran

data sangat mudah dilakukan, baik dalam arti mencoret

lowongan yang sudah terisi maupun lowongan baru yang

terdapat dalam berbagai organisasi.

(2). Perusahaan atau badan-badan khusus yang didirikan

untuk mencaritenaga kerja.

Badan seperti ini kebanyakan bertujuan mencari

laba atau keuntungan dan merupakan tempat pendaftaran

orang yang mencari pekerjaan kemudian badan inilah


31

yang akan menawarkan ke instansi atau lembaga yang

membutuhkan tenaga kerja. Salah satu perkembangan

baru dalam dunia ketenagakerjaan ialah tumbuh dan

beroperasinya perusahaan-perusahaan swasta yang

kegiatan utamanya adalah mencari dan menyalurkan

tenaga kerja. Pada mulanya, perusahaan-perusahaan yang

bergerak di bidang ketenagakerjaan tersebut lahir sebagai

pelengkap kantor tenaga kerja milik pemerintah. Dalam

perkembangan selanjutnya pun perusahaan-perusahaan

swasta tersebut bekerja sama dengan instansi pemerintah

dimaksud.

Dua keuntungan utama dapat diperoleh dengan

menggunakan jalur ini. Pertama: Karena perusahaan

seperti ini bermotifkan pencaharian laba, pegawai

perusahaan itu pada umumnya berusaha untuk

memberikan pelayanan sebaik dan secepat mungkin

kepada para pelanggannya. Artinya, begitu mereka

memperoleh permintaan dari pelanggan tertentu, segera

pula mereka mengambil langkah rekrutmen tenaga

kerjayang diperlukan dengan berbagai cara dan teknik.

Kedua: Dalam rangka usaha memuaskan pelanggannya,

perusahaan penempatan tenaga kerja itu berusaha

mencari pelamar yang paling memenuhi persyaratan


32

yang ditentukan oleh pelanggan. Dengan demikian

organisasi pemakai tenaga kerja dapat mengisi lowongan

yang tersedia dengan segera oleh pegawai baru yang

betul-betul memenuhi syarat.

Proses rekrutmen dengan menggunakan jalur ini

bervariasi. Ada organisasi pencari tenaga kerja yang

mempercayakan penyelesaian seluruh proses rekrutmen

itu kepada perusahaan penempatan tenaga kerja sehingga

organisasi pemakai tinggal menerima dan mempekejakan

tenaga kerja yang telah direkrut oleh perusahaan

penempatan tenaga kerja tersebut. Tetapi ada pula

organisasi pemakai yang membatasi proses rekrutmen itu

hanya pada penerimaan lamaran dan skrining calon-calon

pegawai untuk melihat apakah para pelamar memenuhi

syarat atau tidak. Sedangkan proses selanjutnya, seperti

seleksi, dilakukan oleh organisasi pemakai, suatu

kegiatan yang dpercayakan akepada satuan kerja yang

mengelola sumber daya manusia dalam organisasi yang

bersangkutan.

Jika organisasi pemakai tenaga kerja baru akan

menggunakan jalur ini, soal pembiayaan perlu mendapat

perhatian dan kejelasan karena cara pembayaran jasa

perusahaan penempatan tenaga kerja itu dapat


33

mengambil satu dari dua bentuk pembiayaan. Bentuk

pertama ialah organisasi pemakai tenaga kejalah yang

membayar perusahaan yang ditugaskan mencari tenaga

kerja baru yang jumlahnya didasarkan pada kesepakatan

bersama. Bentuk kedua ialah pelamar yang berhasil

ditempatkan membayar jumlah tertentu kepada

perusahaan yang merekrut dan menempatkannya. Dalam

bentuk kedua ini caranya bervariasi juga. Salah satu cara

ialah sejumlah tertentu dibayar sekaligus oleh pelamar

yang diterima kepada perusahaan. Cara lain adalah

pembayaran dilakukan dengan pemotongan gaji pegawai

baru itu dalam jumlah tertentu untuk diserahkan oleh

perusahaan kepada organisasi yang merekrutnya.

f). Perusahaan Pencari Tenaga Kerja Profesional

Berbeda dengan perusahaan penempatan tenaga kerja

yang telah dibahas di atas, perusahaan pencari tenaga kerja

profesional ini mengkhususkan diri pada tenaga kerja tertentu

saja, misalnya tenaga eksekutif atau tenaga profesional

lainnya yang memiliki pengetahuan atau keahlian khusus.

Memang terdapat beberapa persamaan antara kedua jenis

perusahaan tersebut, seperti:


34

(1). Keduanya menerima permintaan untuk mencari tenaga

kerja baru dari organisasi pemakai tenaga kerja yang

mempunyai lowongan tertentu;

(2). Keduanya membantu mencari tenaga kerja baru untuk

organisasi yang memerlukannya;

(3). Kedua jenis perusahaan tersebut memungut biaya atas

jasa yang diberikannya.

Perbedaan nyata antara kedua jenis perusahaan

tersebut terletak pada pendekatannya dalam mencari tenaga

kerja baru yang hendak direkrutnya. Perusahaan penempatan

tenaga kerja yang pertama biasanya mengandalkan iklan

sebagai alat rekrutmen, sedangkan yang kedua secara aktif

mencari tenaga kerja yang dibutuhkannya diantara para

pekerja yang sudah berkarya di organisasi-organisasi lain.

Dengan pendekatan demikian berarti bahwa:

(1). Perusahaan sudah memiliki informasi yang akurat

tentang berbagairagam tenaga kerja profesional dan di

mana mereka bekerja sekarang;

(2). Perusahaan mampu dan mau menggunakan pendekatan

tertentu sehingga tenaga kerja profesional yang

diinginkannya itu bersedia pindah bekerja. Karena

pendekatan demikian ada kalanya kepada perusahaan

pencari tenaga kerja profesional tersebut dilemparkan


35

tuduhan bahwa tindakan mereka melanggar kode etik

kerja karena apa yang mereka lakukan dapat

diinterpretasikan sebagai usaha pembajakan tenaga kerja

profesional. Merupakan hal yang sangat sulit untuk

mengatakan apakah usaha yang dilakukan itu merupakan

pembajakan atau tidak dan apakah melanggar kode etik

kerja atau tidak.

Terlepas dari pndangan apakh tindakan seperti itu

dapat dibenarkan atau tidak, karya tulis ini hanya

menekankan bahwa salah satu sumber tenaga kerja baru

untuk mengisi lowongan yang ada ialah penggunaan jasa

perusahaan yang bersedia membantu organisasi yang

membutuhkan tenaga kerja baru itu. Soal apakah sumber itu

akan digunakan atau tidak, pada akhirnya terserah pada

organisasi atau lembaga yang memerlukannya. Digunakan

tidaknya sumber tersebut tergantung pada berbagai faktor

seperti filsafat organisasi, kultur yang dianut, nilai etika yang

berlaku, mendesak tidaknya lowongan diisi, langka tidaknya

tenaga profesional yang dibutuhkan di pasaran kerja dan

berbagai faktor lainnya.

g). Lembaga Pendidikan

Diakui atau tidak, salah satu sumber rekrutmen tenaga

kerja baru yang terbaik adalah melalui lembaga pendidikan,


36

baik lembaga pendidikan umum maupun pendidikan

kejuruan. Perlu ditekankan bahwa yang dimaksud dengan

lembaga pendidikan sebagai sumber rekrutmen tenaga kerja

baru adalah yang menyelenggarakan pendidikan tingkat

tinggi atau sarjana. Pembatasan ini didasarkan kepada alasan

bahwa lembaga-lembaga pendidikan yang menyelenggarakan

kegiatan belajar mengajar pada tingkat menengah apalagi

sekolah dasar belum layak meluluskan anak-anak sebagai

pencari lapangan kerja.

Pada umumnya menggunakan jalur ini sering terjadi

terutama di negara-negara yang sudah maju, ialah organisasi

yang memerlukan tenaga kerja baru mengirimkan pencari

tenaga kerja ke berbagai lembaga pendidikan yang

diperkirakan menyelenggarakan program pendidikan tertentu

sehingga para lulusannya dianggap memiliki pengetahuan

dan atau keahlian yang diperlukan oleh organisasi pemakai

tenaga kerja baru tertentu.

Cara seperti ini sering dilalui karena di banyak

lembaga pendidikan yang sudah mapan, biasanya terdapat

“biro penempatan” yang tugas pokoknya adalah membantu

alumni lembaga pendidikan tersebut memperoleh pekerjaan

yang sesuai dengan pengetahuan atau keahliannya. Para

pencari tenaga kerja menghubungi “biro penempatan” itu


37

terlebih dahulu dan biro itulah yang mempertemukan pencari

tenaga kerja dengan pencari pekerjaan.

Agar para pencari tenaga kerja itu berfungsi secara

efektif, menurut Sondang, mereka dituntut memenuhi

berbagai persyaratan, antara lain:

(1). Pemilikan wewenang memutuskan apakah seorang


calon diterima atau tidak;
(2). Mengenal bentuk seluk beluk organisasi yang
mengutusnya mencari tenaga kerja baru sehingga
bukan hanya segi positif organisasi yang dikuasainya,
akan tetapi juga mampu memberikan penjelasan
apabila ditanyakan mengenai segi-segi negatif
organisasi;
(3). Tidak memberikan gambaran yang muluk-muluk
tentang organisasi karena dapat berakibat pada
harapan yang berlebihan di kalangan calon tenaga
baru;
(4). Berusaha mempeelajari riwayat hidup para alumni
yang akan direkrutnya, sebelum berhadapan dengan
alumni yang bersangkutan, misalnya untuk
wawancara;
(5). Mempunyai kepribadian yang menarik;
(6). Kesungguhan dalam menjalankan tugas;
(7). Menghargai para pencari lapangan pekerjaan sebagai
individu yang mempunyai jati diri yang khas;
(8). Mahir dalam menggali informasi tentang cita-cita,
harapan dan keinginan pencari pekerjaan;
(9). Menyenangi pekerjaan dan memiliki loyalitas yang
tinggi kepada organisasi tempatnya bekerja;
(10). Dapat mengambil keputusan dengan cepat, rasional
dan obyektif serta mampu menyampaikan keputusan
itu dengan cara yang simpatik.24

Terlepas dari kenyataan bahwa jalur ini ditempuh

secara luas oleh berbagai organisasi, kiranya relevan untuk

menekankan bahwa di kalangan organisasi pemakai tenaga

24
Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, 120.
38

kerja masih sering dipertanyakan apakah suatu lembaga

pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan para lulusan

yang “siap pakai” ataukah ada kriteria lain.

Nampaknya terdapat dua kubu pendapat tentang

orientasi lembaga-lembaga pendidikan formal. Di satu pihak

terdapat orang yang perpendapat bahwa lembaga-lembaga

pendidikan harus menghasilkan para lulusan yang “siap

pakai”. Penganut pendapat ini berkata bahwa lembaga-

lembaga pendidikan formal berkewajiban membekali para

anak didiknya dengan pengetahuan teoritikal dan praktikal

sehingga mereka segera mampu terjun ke bidang pekerjaan

tertentu dan segera pula dapat memberikan kontribusi positif

terhadap keseluruhan usaha organisasi mencapai tujuan dan

berbagai sasarannya.

Di pihak lain terdapat pandangan yang mengatakan

bahwa orientasi yang tepat dari suatu lembaga pendidikan

terutama yang programnya bersifat umum, adalah orientasi

standar kurikuler. Menurut pandangan ini, suatu lembaga

pendidikan berkewajiban untuk menjamin bahwa para anak

didiknya sudah memenuhi persyaratan kurikuler untuk

dinyatakan lulus dari program pendidikan yang menjadi

pilihannya. Setelah menyelesaikan pendidikannya, demikian

pendapat kubu ini, para lulusan sendirilah yang menentukan


39

dan memutuskan bagaimana caranya yang bersangkutan

mengamalkan ilmunya dan di bidang kegiatan organisasional

apa ia akan bergerak. Misalnya seorang mahasiswa fakultas

hukum di suatu universitas. Pada dasarnya universitas yang

bersangkutan berkewajiban mendidik mahasiswanya untuk

menjadi seorang sarjana hukum yang benar-benar menguasai

bidang ilmiah yang ditekuninya. Apakah setelah lulus

mahasiswa yang bersangkutan manjadi hakim, jaksa,

pengacara atau bahkan mungkin memasuki profesi di luar

bidang ilmu hukum, bukan lagi “urusan” almamaternya,

melainkan terserah pada alumnus yang bersangkutan.

Jika alumni tertentu ingin memanfaatkan jasa biro

penempatan yang terdapat di universitas tersebut, langkah

tersebut dapat saja diambilnya. Akan tetapi pemanfaatan itu

hanya mungkin jika alumni yang bersangkutan sudah

memutuskan di bidang profesi apa ia akan berkarya.

Terlepas dari adanya dua kubu tersebut, yang jelas

ialah bahwa jalur lembaga pendidikan formal ini tersedia

untuk dimanfaatkan oleh organisasi yang memrlukan tenaga

kerja baru.

h). Organisasi Profesi

Makin maju suatu masyarakat makin banyak pula

organisasi profesi yang dibentuk seperti di bidang


40

kedokteran, teknik, ahli ekonomi, ahli administrasi, ahli

hukum, ahli pekerja sosial, ahli statistik, ahli matematika, ahli

komunikasi, ahli pertanian dan lain sebagainya. Tidak jarang

berbagai organisasi profesi berusaha memberikan bantuan

kepada para anggotanya, baik yang lama maupun yang baru,

untuk memperoleh pekerjaan baru.

Banyak organisasi profesi yang menerbitkan media

komunikasi bagi kalangan sendiri, seperti majalah ilmiah atau

“news letter”, dan tidak jarang ditemukan bahwa salah satu

rubrik dalam media komunikasi tersebut adalah informasi

tentang berbagai lowongan yang tersedia. Terserah kepada

para anggota yang bersangkutan hendak memanfaatkannya

atau tidak. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak

organisasi pemakai tenaga kerja yang memanfaatkan sumber

ini terutama dalam hal memerlukan tenaga profesional yang

sudah berpengalaman.

i). Balai Latihan Kerja Milik Pemerintah

Sebagai bagian dari usaha meningkatkan

kesejahteraan sosial rakyatnya, pemerintah suatu negara

menempuh berbagai cara dan menetapkan berbagai

kebijaksanaan di bidang ketenagakerjaan. Salah satu

bentuknya ialah menyelenggarakan pelatihan di berbagai

balai latihan kerja. Balai latihan kerja tersebut pada umumnya


41

mempunyai tugas pokok melatih sejumlah warga sehungga

memiliki ketrampilan teknis yang benar-benar siap pakai.

Karena salah satu maksud dan tujuan didirikannya

balai latihan itu adalah mengurangi tingkat pengangguran,

maka yang diberi prioritas mengikuti berbagai pelatihan yang

diselenggarakan adalah warga masyarakat yang menganggur.

Seperti diketahui pengangguran dapat digolongkan pada dua

jenis utama, yaitu pengangguran struktural dan non

struktural. Pengangguran struktural terjadi apabila para

penganggur siap, mau dan mampu bekerja, tetapi ketrampilan

yang dimiliki tidak sesuai dengan permintaan di pasaran

kerja. Sebaliknya, pengangguran non struktural timbul karena

para penganggur tidak memiliki ketrampilan apapun yang

dapat “dijual” kepada para pemakai tenaga kerja.

Dengan alasan bahwa kedua kelompok penganggur

itulah yang hendak dibantu, maka balai latihan kerja

menyelenggarakan kegiatan latihan, baik yang dimaksudkan

sebagai upaya memberikan ketrampilan baru kepada para

penganggur struktural sehingga mereka memperoleh

pekerjaan yang sesuai dengan dan memang ditawarkan di

pasaran kerja maupun yang diperuntukkan bagi para

penganggur yang belum memiliki ketrampilan tertentu

apapun.
42

Peranan berbagai balai latihan itu akan semakin

penting apabila:

(1). Para penyelenggara memiliki informasi yang lengkap dan

mutakhir tentang permintaan akan tenaga teknis tertentu

di pasaran kerja sehingga program pelatihan yang

diselenggarakan benar-benar tertuju pada pemenuhan

permintaan di pasaran kerja;

(2). Para lulusan betl-betul merupakan tenaga kerja yang siap

pakai sehingga segera setelah diterima sebagai pegawai,

mereka langsung dapat berkarya secara produktif;

(3). Terjalin kerjasama antara berbagai balai latihan kerja itu

dengan berbagai organisasi/perusahaan pemakai tenaga

kerja.

Jelaslah bahwa jalur ini merupakan salah satu jalur

yang layak untuk dipertimbangkan oleh para pencari tenaga

kerja baru, terutama apabila yang dicari adalah tenaga kerja

yang mahir menyelenggarakan berbagai kegiatan teknis

operasional.

2. Sistem Seleksi

a. Pengertian Seleksi

Penentuan untuk memilih calon atau tenaga kerja yang

diharapkan oleh lembaga / organisasi, tidak mungkin dilakukan hanya

seperti membalik telapak tangan, atau meminjam istilah Bedjo


43

Siswanto, tidak hanya dengan memencet tombol untuk bertanya

kepada klakson ajaib, tetapi memerlukan tindakan ilmiah dan

rasional. 25 Kegiatan untuk memilih dan mentukan tenaga kerja yang

memenuhi kriteria dan harapan lembaga/organisasi adalah melalui

seleksi. Dengan demikian maka seleksi adalah kegiatan suatu

lembaga/organisasi untuk menentukan atau memilih calon tenaga

kerja yang memenuhi kriteria sesuai dengan apa yang telah ditetapkan

oleh lembaga/organisasi serta memprediksi kemungkinan-

kemungkinan terhadap kesuksesan atau kegagalan individu dalam

pekerjaan yang akan diembannya.

Di sisi lain Hendry Simamora menyebutkan, seleksi

merupakan bagian dari motivasi. 26 Menurutnya, jika orang yang tepat

telah diseleksi maka proses motivasi dengan sendirinya akan berjalan

baik disebabkan orang-orang tersebut telah memiliki sikap dan

perilaku yang baik dan akan menunaikan tugas-tugas mereka sesuai

dengan sistem yang telah tertata. Oleh karena itu dari awal

penyeleksian, lembaga atau organisasi harus membuat pilihan-pilihan

yang cermat. Karena seleksi juga merupakan tempat awal untuk

membangun kualitas ke dalam organisasi. Individu-individu yang

telah disaring dengan teliti berdasrkan spesifikasi pekerjaan yang

telah dibuat kemungkinan besar akan lebih siap mempelajari

pekerjaan mereka, maka se-cara otomatis hasilnyapun akan menjadi

25
Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja, 68.
26
Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, 254.
44

lebih baik dan mudah dalam penyesuaian terhadap situasi pekerjaan.

Dengan kata lain, hasil seleksi yang cermat akan bermanfaat baik

individu maupun organisasi atau lembaga itu sendiri.

Sedangkan seleksi menurut Susilo Martoyo, pemilihan tenaga

kerja yang telah tersedia atau sudah direkrut.27 Yakni untuk

memenuhi syarat dan memiliki kualifikasi yang sesuai dengan

deskripsi jabatan yang ada atau sesuai dengan kebutuhan organisasi

atau lembaga.

Selain pengertian-pengertian tersebut di atas, ada beberapa

pengertian atau definisi seleksi yang dikemukakan oleh para ahli

sebagaimana dikutip Hasibuan antara lain:

1). Dale Yoder

Seleksi adalah suatu proses ketika calon tenaga kerja atau

guru di bagi dua bagian antara yang diterima dan yang ditolak.

2). R.S. Dwifedi

Seluruh konsep dari seleksi dan penempatan karyawan

atau tenaga kerja yang efektif dapat diharapkan mengurangi

tingkat perputaran atau keluar masuknya tenaga kerja.

3). Mitton M. Mandel

Seleksi atau pemilihan yang cermat dan penempatan

tenaga kerja membuat mereka secara fisik, mental dan

temperamen sesuai dengan pekerjaan yang mereka harapkan,

27
Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, 45.
45

membuat tenaga baru dapat berkembang sesuai dengan keinginan

mereka sehingga akan memperkecil jumlah tenaga yang tidak

pada tempatnya.

4). Hasibuan

Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan dan penentuan

pelamar yang diterima atau ditolak untuk menjadi tenaga kerja

dalam sebuah lembaga atau organisasi. 28

Sedangkan pengertian seleksi munurut Sony Sumarsono,

adalah sekumpulan langkah-langkah untuk memilih dan memilah

tenaga kerja yang sesuai dengan persyaratan jabatan. 29

Berdasarkan pengertian-pengertian tentang seleksi yang

dilontarkan oleh para ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa seleksi adalah usaha pertama yang ahrus dilakukan oleh

lembaga atau instansi untuk memperoleh tenaga kerja yang qualified

dan kompeten yang akan menjabat atau mengerjakan pekerjaan pada

lembaga tersebut. Dengan kata lain, penyaringan atau pemilihan

tenaga kerja yang sudah direkrut atau telah tersedia dan bersedia

untuk bekerja di dalam lembaga atau organisasi yang yang dimaksud.

Satu hal yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan seleksi adalah

harus dilakukan secara jujur, cermat, dan obyektif agar tenaga yang

akan diterima benar-benar qualified.

28
Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, 47.
29
Sumarsono, Sony, Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003), 86.
46

b. Menentukan Spesifikasi Orang (Guru)

Spesifikasi orang adalah uraian persyaratan kualitas minimum

orang yang bisa diterima agar dapat menjalankan satu jabatan atau

tugas dengan baik dan kompeten. Sebelum petugas melakukan

penyeleksian, maka pihak lembaga, sekolah atau organisasi terlebih

dahulu menulis spesifikasi orang. Renungkan atau pikirkanlah secara

matang spesifikasi yang dikehendaki untuk sebuah pekerjaan dan tipe

orang yang akan mampu mengerjakannya secara baik dan efektif. Hal

ini kebanyakan sekolah, instansi, organisasi atau lembaga sering

mengabaikannya dalam melaksanakan proses penyeleksian.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam spesifikasi orang ini

adalah mencatat ketrampilan, kemampuan, dan krakteristik yang kita

cari pada diri orang yang diperlukan untuk sebuah pekerjaan yang

dimaksud. Sehingga pada saat petugas mewancarai mereka, bisa

mengetahui seberapa dekat keseuaian mereka dengan spesifikasi yang

telah dikehendaki. Walaupun dalam menentukan spesifikasi orang ini

sifatnya sangat subyektif sekali karena tergantung kepada lembaga

atau instansinya, namun menurut Kate Keenan, ada tiga hal yang

dapat dicantumkan sebagai bahan pertimbangan antara lain:

1). Ciri-ciri pribadi. Spersifikasi ciri-ciri pribadi ini mencakupi


fisik, sifat istimewa dan keadaan umum. Misalnya: mobilitas,
kekuatan tubuh, penampilan, kedisiplinan dan lain
sebagainya;
2). Kemampuan dan prestasi. Spesifikasi ini menyangkut
kecerdasan umum dan bakat khusus. Dalam hal ini berkaitan
dengan pendidikan maupun jabatan. Misalnya: indra
penglihatan, pemikiran dan pertimbangan kritis.
47

3). Krakteristiik individu. Menyangkut watak dan kepribadian,


kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, minat dan
tingkat motivasi. Misalnya: tabah, dapat beradaptasi,
persuasif, inovatif, dan lain sebagainya. 30

Berkaitan spesifikasi orang ini, Hasibuan, juga memberikan

uaraian antara lain: tingkat pendidikan, jenis kelamin, keadaan fisik,

pengetahuan dan kecakapan, batas umur, status pernikahan, minat,

emosi dan tempramen serta pengalaman. 31

Bambang Tri, mengungkapkan, spesifikasi orang disusun

berdasarkan uraian pekerjaan dengan mempertimbnagkan ciri-ciri,

krakteristik, pendidikan, pengalaman dan lain sebagainya. 32

Sedangkan Manulang, memberikan gambaran spesifikasi yang

lebih rinci untuk masuk sebagai dasar dalam seleksi antara lain: 33

1). Keahlian

Keahlian merupakan salah satu syarat utama yang menjadi

dasar pertimbangan dalam pelaksanaan seleksi. Keahlian ini

menurutnya, dapat digolongkan dalam tiga macam. Pertama,

“technical skill” lebih menekankan pada pekerjaan-pekerjaan

yang bersifat praktis. Kedua, “human skill” mengarah kepada

orang yang bukan pimpinan puncak semacam kepala sekolah

(jika dalam lembaga pendidikan) tetapi kepada orang yang

memimpin hanya beberapa orang bawahan. Ketiga, “conceptual

30
Keenan, Pedoman Manajemen Penyeleksian, 6.
31
Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, 34.
32
Bambang Tri Cahyono, Kasus-Kasus Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: IPWI, 1999),
14.
33
Manulang, Manajemen Personalia, 53.
48

skill” suatu keahlian yang harus dimiliki oleh pimpinan puncak

atau kepala sekolah karena dapat mengkoordinir segala aktivits

untuk mencapai tujuan organisasi.

2). Pengalaman

Keahlian dan pengalaman merupakan dua hal yang selalu

diperhatikan dalam pelaksanaan penyeleksian guru atau tenaga

kerja. Dalam pandangan umum, orang yang berpengalaman akan

lebih pandai dan lebih ahli. Padahal kesanggupan untuk dapat

menyelesaikan suatu tugas tertentu, tidak hanya ditentukan oleh

pengalaman, tetapi juga san gat besar pengaruh oleh intelejensia

seseorang. Memang pada tahap permulaan, mereka yang

memiliki pengalaman tidak terlalu dibutuhkan bimbingan dan

pengawasan. Namun pada masa berikutnya, bila para tenaga itu

diberikan secara sistematis, maka mereka yang memilki

intelejensia yang baik akan menunjukan prestasi yang lebih baik

dari mereka yang berpenagalaman tetapi tidak memilki

intelejensia yang baik.

3). Umur

Ketentuan umur termasuk mendapatkan perhatian dalam

penyeleksian. Pada umumnya lembaga atau instansi tidak begitu

saja menerima calon yang berusia terlalu muda maupun usia

lanjut. Karena karena usia terlalu muda relatif kurang tanggung


49

jawab. Sedangakan mereka yang berusia lanjut, tenaga fisik reltif

lebih kecil dan terbatas.

4). Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga sering diperhatikan sebagai dasar

dalam mengadakan seleksi. Apalagi untuk guru mata pelajaran

tertentu atau jabatan-jabatan tertentu, jenis kelamin ini menjadi

bahan pertimbangan.

5). Pendidikan

Pendidikan sering diidentikan dengan latihan. Tamatan

dari perguruan tinggi-perguruan tinggi selalu menjadi salah satu

kualifikasi dalam memangku suatu jabatan atau kedudukan.

6). Fisik

Untuk jabatan-jabatan tertentu, keadaan fisik calon tenaga

kerja harus menadapatkan perhatian. Apalagi tugas-tugas yanga

akan dijalankannya nanti memerlukan tenaga, maka tenaga yang

kuat dan kokoh merupakan suatu kualifikasi tersendiri. Begitu

juga suatu tugas di mana telinga atau penglihatan memegang

peranan penting, maka tidak boleh mengabaikan keadaan fisik

seperti tersebut di atas.

7). Bakat

Bakat atau apitude, belakangan ini memainkan peranannya

sebagai suatu syarat yang menentukan dalam proses pemilihan

calon tenaga kerja. Bakat ini sendiri bisa diklasifikasi menjadi


50

dua yaitu bakat yang tersembunyi dan bakat yang nyata. Dalam

proses seleksi biasanya yang ditonjolkan adalah bakat yang nyata.

Namun bakat yang tersembunyi inipun perlu mendapatkan

perhatian, karena hal ini akan dapat dikembanmgkan dengan

jalan pelatihan atau pendidikan.

8). Karakter

Karakter ini yang berkaitan dengan sifat-sifat kejiwaan

atau akhlak dan budi pekerti tenaga kerja yang akan di seleksi.

Sehubungan dengan spesifikasi orang atau guru, maka Undang-

Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen BAB IV pasal 8, disebutkan: Guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

jasmani dan rohani, serta memilki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan nasional.

Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8

diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program

diploma empat. Dan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam

pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi. Sedangkan sertifikat pendidik sebagaimana

dimaksud dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi

persyaratan. Adapun sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh


51

perguruan tinggi yang memilki program pengadaan tenaga

kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.

Dari uraian tersebut di atas dapat dipertegaskan bahwa tujuan

dari spesifikasi orang atau guru ini adalah untuk menunjukan

persyaratan orang yang akan menjadi dasar dalam pelaksanaan

seleksi. Namun tetap diperhatikan, jika semua pelamar tidak masuk

kualifikasi sesuai dengan spesifikasi atau syarat-syarat yang telah

dibuat, maka sangat terbuka kemungkinan menerima pelamar yang

mendekati syarat-syarat tersebut. Persaratan-persaratan tersebut hanya

sebagai gambaran umum, bisa saja akan berubah sesuai dengan

perubahan ruang dan waktu atau tergantung siatuasi dan kondisi dari

instansi, lembaga atau sekolah yang bersangkutan.

3. Sistem Orientasi

Orientasi adalah meperkenalkan tenaga kerja baru ke dalam

lembaga atau instansi berarti mengupayakan agar tenaga yang telah

diterima segera mungkin dapat menyesuaikan diri ke dalam lembaga yang

bersangkutan. Untuk mencapai maksud ini, selain harus diberi gambaran

keseluruhan kepada tenaga baru itu, ia juga harus diperkenalkan kepada

pekerja-pekerja lain baik pekerja yang baru maupun lama serta

memberikan suasana cair dari kekakuannya. Ketika memberikan

gambaran keseluruhan berarti secara otomatis memberikan penjelasan

kepada mereka tentang semua persoalan-persoalan terutama hak dan

kewajiban yang ada dalam lembaga.


52

Hal-hal yang perlu dijelaskan dalam pelaksanaan orientasi menurut

Manulang, antara lain: (a) sejarah lembaga, (b) struktur organisasi,

(c) tata kerja dalam lembaga, (d) pedoman pedoman tentang kesejahteraan

pegawai, (e) pedoman-pedoman tentang kemungkinan promosi. 34

Penjelasan akan hal-hal tersebut sangat perlu, karena pada

umumnya tenaga-tenaga baru ketika mulai bekerja di suatu bidang, selalu

timbul pertanyaan-pertanyaan pada dirinya yang perlu segerah

mendapatklan penjelasan. Begitu juga memperkenalkan dengan tenaga-

tenaga yang lain dianggap penting dan harus dilakukan oleh petugas pada

hari-hari pertama tenaga baru itu bertugas agar dapat terciptanya

hubungan baik antar pegawai dan tidak terdapat suasana kekakuan. Selain

langkah-langkah proses memperkenalkan pegawai baru tersebut di atas, di

samping itu juga tenga baru harus diberi tugas yang jelas sehingga mereka

menmgerti benar apa yang menjadi tanggung jawabnya dan kebijaksanaan

seperti apa yang ditempuhnya untuk menyelesaiakan tugas itu.

Handoko menyebutkan, manfaat dari program orientasi ini akan

menurunkan perasaan terasing, cemas dan khawatir dari para tenaga

baru.35 Mereka dapat meresakan sebagai bagian dari organisasi atau

lembaga itu secara cepat; merasa lebih terjamin dan lebih diperhatikan.

Dengan kata lain, karena dengan melalui orientasi ini tingkat kecemasan

menjadi rendah dan mudah menjalankan tugas-tugas dengan baik. Bahkan

34
Manulang, Manajemen Personalia, 102.
35
Handoko, Manajemen, 106.
53

lebih dari itu, melalui orientasi ini pula membantu memahami aspek-

aspek sosial, teknis dan budaya di tempat kerja mereka.

Dari paparan tersebut di atas, maka dapat dipertegaskan bahwa

orientasi adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja

baru dalam mengembangkan pengertian hubungannya dengan tenaga

kerja yang lain dan juga merupakan suatu proses untuk mengetahui serta

mengenal tempatnya dalam totalitas pekerjaan. Oleh karena itu orientasi

tehadap tenaga kerja baru merupakan suatu kegiatan yang sangat penting

dan harus dilakukan. Untuk itu sukses-tidaknya tenaga kerja yang

bersangkutan dalam melaksanakan tanggung jawab di bidang dan tugas

pekerjaan yang diembankannya di masa yang akan datang, tergantung

kepada selain sistem rekrutmen dan seleksi yang bagus, di sampin g itu

juga sistem pelaksanaan orientasi yang tepat.

B. Penelitian Terdahulu

Penggalian dari wacana openelitian terdahulu dilakukamn sebagai

upaya memperjelas tentang variabel-variabel dalam penelitian, sekalipun

untuk membedakan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

Namun selama ini masih belum ada peneliti yang mengangkat tentang

rekrutmen guru pada lembaga ini melainkan mengankat tentang penelitian

hubungan guru dengan murid, hubungan kerjasama antara guru dengan orang

tua/wali murid, meskipun berbeda dalam pembahasan bukan berarti tidak ada

keterkaitan dalam penelitian rekrutmen guru karena obyek dalam penelitian


54

masih dalam lingkup. Adapun peneliti terdahulu yang pernah melakukan

penelitian di lembaga ini adalah :

1. Bahrul Ulum (2013), melakukan penelitian dengan judul “Analis Faktor

Kinerja Guru Dalam Mempengaruhi Tingkat Belajar Siswa kelas 6 MI

Nurul Islam Selokgondang” hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja

baik guru mempengaruhi tingkat belajar siswa.

2. Titin Maisaroh (2015), melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Rekrutmen Tenaga Kerja (studi di koprasi barokah MTs Miftahul Ulum

Sukodono)” hasil penelitian menunjukkan bahwa Dalam koprasi Barokah

MTs Miftahul Ulum Sukodono menggunakan kriteria dalam ekonomi

islam yaitu berupa kecakapan tenaga kerja yang meliputi kesehatan moral

dan fisik, akal fikiran (pengetahuan yang baik) pendidikan dan pelatihan,

kesempurnaan kerja.

3. Sayyidi Zazuli (2015), judul penelitian “Sistem Rekrutmen Guru Pada

lembaga pendidikan islam : Studi Kasus di MI Al-Ghozali Sukodono”

hasil penelitian menunjukkan bahwa Persoalan-persoalan yang

disampaikan dalam orientasi ini mencukupi : Sejarah Lembaga, struktur

Organisasi, Tata Kerja Dalam Lembaga dan pedoman-pedoman tentang

kesejahteraan guru dan karyawan


55

Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu

Metode dan
No Peneliti Judul Hasil Penelitian
Analisis data
1 Bahrul Analis Faktor Kinerja Kualitatisf menunjukkan bahwa
Ulum Guru Dalam kinerja baik guru
(2013) Mempengaruhi mempengaruhi tingkat
Tingkat Belajar belajar siswa
Siswa kelas 6 MI
Nurul Islam
Selokgondang
2 Titin Analisis Rekrutmen Kualitatif Dalam koprasi barokah
Maisaroh Tenaga Kerja (studi MTs Miftahul Ulum
(2015) di koprasi barokah Sukodono
MTs Miftahul Ulum menggunakan kriteria
Sukodono) dalam ekonomi islam
yaitu berupa
kecakapan tenaga kerja
yang meliputi
kesehatan moral dan
fisik, akal fikiran
(pengetahuan yang
baik) pendidikan dan
pelatihan,
kesempurnaan kerja
1 Sayyidi Sistem Rekrutmen Kualitatis Persoalan-persoalan
Zazuli Guru Pada lembaga yang disampaikan
(2015) pendidikan islam : dalam orientasi ini
Studi Kasus di MI mencukupi : Sejarah
Al-Ghozali Lembaga, struktur
Sukodono Organisasi, Tata Kerja
Dalam Lembaga dan
pedoman-pedoman
tentang kesejahteraan
guru dan karyawan

C. Kerangka Pemikiran

Manajemen berbasis sekolah adalah pengordinasian dan penyelarasan

sumber daya yang dilakukan secara otomatis (mandiri) oleh sekolah melalui

sejumlah input manajemen yang berpengaruh terhadap berlangsungnya

proses. Sumber daya sekolah yang dimaksud tidak harus berupa barang, tetapi
56

dapat juga berupa perangkat dan harapan-harapan sebagai pemandu bagi

berlangsungnya proses.

Mutu yang baik bergantung dari dari input dan proses yang baik,

demikian juga input pada MI Nurul islam Selokgondang Lumajang yang

meliputi kepala sekolah, guru , staf tata usaha, komite, sarana dan prasarana

dan sumber dana.

Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dengan memaksimalkan semua

tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana sekolah dan

semua warga yang peduli terhadap pendidikan di sekitar sekolah dalam

rangka mencapai prestasi sekolah sebagai bentuk output yang diharapkan.

Proses Implementasi
Manajemen Berbasis
Sekolah:
1. Pengelolaan
kurikulum dan
pembelajaran dalam
implementasi MBS
Kepala Sekolah
2. Pengelolaan
Guru
kesiswaan dalam
Siswa implementasi MBS. Mutu sekolah
Sarana 3. Pengelolaan tenaga
Prasarana pendidik dan
kependidikan dalam
implementasi MBS.
4. Pengelolaan sarana
prasarana dalam
implementasi MBS.
5. Pengelolaan
pembiayaan dalam
implementasi MBS.
6. Pengelolaan Humas
dalam implementasi
GambarMBS
: 1.1 Kerangka Pemikiran
7. Pengelolaan
lingkungan dan budaya
dalam implementasi
MBS.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

1. Lokasi penelitian bertempat di Lembaga Pendidikan Islam :

a. Nama Lembaga : MI Nurul Islam

b. Alamat : Jl. Orang Gantung, Desa Selokgondang

Desa Selokgondang Kec. Sukodono

Kabupaten Lumajang

c. NSM : 111235080026

d. NPSN : 69725581

e. Nama yayasan : LP. Maarif NU Kab. Lumajang

2. Alasan Peneliti

Alasan peneliti memilih MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang

sebagai obyek penelitian, dikarenakan :

a. Lembaga MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang adalah satu-

satunya lembaga islam yang berada di Desa selokgondang Lumajang

yang mempunyai usia yang lebih lama dari lembaga-lembaga islam

yang lain.

b. Berdasrkan pengetahuan peneliti bahwa Alumni MI Nurul Islam

Selokgondang Lumajang banyak yang terjun di dunia pendidikan baik

sebagai pendidik atau tenaga kependidikan khusunya di lingkungan

Pondok Pesantern di Kabupaten Lumajang yang mempunyai santri


58

ribuan, misalnya Pondok Pesanterin Miftahul Ulum Banyu Putih

Lumajang yang di asuh oleh KH. R. Husni dan Pondok Pesantern

Ky. Syarifudin Wonorejo Lumajang yang diasuh oleh KH. M. Adnan

Syarif, Lc, MA.

B. Kehadiran Peneliti Di Lapangan

Penelitian kualitatif merupakan pendaketan yang menekan pada hasil

pengamatan peneliti. Sehingga peran manusia sebagai instrumen penelitian

menjadi suatu keharusan. Bahkan dalam penelitian kuantitatif peneliti menjadi

instrumen kunci. Untuk itu validasi dan realibilitas data kualitatif banyak

tergantung pada ketrampilan metodologis, kepekaan, dan integritas peneliti

sendiri.

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian dilakukan 3 kali dalam satu

minggu yakni hari selasa, kamis, dan sabtu untuk konsultasi pada Kepala

Madrasah, TU, dan Dewan Guru MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang.

Hal menarik sebagai tantangan saat di lokasi penelitianb adalah pada keadaan

secara struktur dan sosial di lokasi penelitian sangat rumit dan kompleks,

maka upaya peneliti dalam membangun komunikasi di lokasi penelitian

mengalami beberapa kendala, misalnya karena sibuknya informan,

keengganan informan dalam pemberian data, dan terjadi kesalahpahaman

komunikasi antara peneliti dengan pengelola MI Nurul Islam Selokgondang

Lumajang dan informan. Hal tersebut menjadi p[enyebab dibutuhkan waktu

yang tepat dan cocok.


59

Sedangkan intensitas kehadiran peneliti di lokasi penelitian dari

tanggal 4 September 2017 sampai dengan tanggal 7 Oktober 2017

memerlukan waktu 3 hari berturut turut di lokasi penelitian guna studi

pendahuluan . Kemudian dilanjutkan pengumpulan data-data yang berkenaan

dengan fokus penelitian.

Agar lebih terstruktur dan terperinci maka peneliti menyusun schedule

penelitian dan penganggaran frekuensi kehadiran peneliti dalam pengumpulan

data di lokasi penelitian untuk keterkendalian penelitian. Scedhule penggalian

data penelitian yang telah peneliti lakukan sebagai berikut :

Tabel 1.2 Jadual Penggalian Data di MI Nurul Islam Selokgondang


Sukodono

No Objek Subjek Waktu


1 Memintak ijin kepada TU Wakil Kepala Madrasah 4-5 September 2017
MI Nurul Islam MI Nurul Islam
Selokgondang Lumajang, Selokgondang Lumajang
sekaligus memohon surat
disposisi untuk menemui
Kepala Madrasah MI
Nurul Islam
Selokgondang Lumajang
dan dewan guru MI Nurul
islam Selokgondang
Lumajang
2 Menemui Kepala Kepala Madrasah Nurul 7, 9, 12, 14, 16
Madrasah Nurul islam islam Selokgondang September 2017
Selokgondang Lumajang Lumajang
3 Menemui sebagian guru Guru Nurul islam 19, 21, 23 Septeber
Nurul islam Selokgondang Lumajang 2017
Selokgondang Lumajang
60

4 Menemui sebagian siswa Siswa Nurul islam 26, 28, 30


Nurul islam Selokgondang Lumajang September 2017
Selokgondang Lumajang
5 Melaporkan hasil Wakil kepala Nurul 2-7 September 2017
penelitian dan meminta islam Selokgondang
surat keterangan telah Lumajang
melakukan peneltian di
Nurul islam
Selokgondang Lumajang

C. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian tentang Sistem Rekrutmen pada Lembaga Pendidikan Islam

ini dengan menggunakan pendekatan kualitatitf. Pendekatan kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku dari orang-orang yang dapat diamati.

Berkaitan dengan ini maka Kerk & Miler dalam James & Dean, menjelaskan

bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam

kawasannya sendiri. 36 Sementara Sumanto, menyebutkan bahwa penelitian

kualitatif bertujuan untuk menggambarkan ciri tertentu dari suatu fenomena. 37

Ada lima ciri utama penelitian kualitatif, walaupun tidak selamanya

bentuk penelitian kualitattif selalu memperlihatkan ciri tersebut. Lima ciri

penelitian kualitatif yang dimaksud adalah: (1) memiliki setting alami sebagai

sumber data langsung dan peneliti adalah instrumen utamnya. Kedudukan

36
A.B. James, & J.C. Dean, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, (Bandung: Eresco, 1992), 45.
37
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode Kuantitatif dan
Stattistika dalam Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), 7.
61

peneliti sebagai instrumen pengumpul data lebih dominan dari pada instrumen

laiiny, (2) bersifat deskriptif, di mana data yang dikumpulkan berbentuk kata-

kata, gambar dan bukan angka-angka. Data yang diperoleh meliputi transkrip

interview, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi dan lain-lain, (3) lebih

menekankan pada proses kerja di mana seluruh fenomena yang dihadapi

diterjemahkan dalam kegiatan sehari-hari terutama yang berkaitan langsung

dengan masalah sosial, (4) cenderung menggunakan pendekatan induktif, (5)

memberi titik tekan pada makna, di mana fokus penelaahan terpaut langsung

dengan masalah kehidupan manusia.

Senada dengan hal tersebut di atas, Lincoln & Guba dalam Maleong,

mengidentifikasi ciri-ciri penelitian kualitatif antara lain: (1) memiliki latar

alamiah, (2) manusia merupakan alat atau instrumen penelitian, (3)

menmggunakan pendekatan kualitatif yang menyajikan secara langsung

hakikat hubungan antara peneliti dengan responden, (4) analisis data secara

induktif yang dapat membuat hubungan peneliti dengan responden menjadi

eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel (5) merupakan teori dari dasar grounded

theory, (6) deskriptif yang pada umumnya dikumpulkan dari gambar, kata-

kata dan bukan merupakan angka, (7) lebih mementingkan proses dari pada

hasil, (8) adanya batasan yang ditentukan oleh rumusan masalah, sehingga

dalam hal ini peneliti dapat menemukan batas penelitian dan lokasi penelitian,

(9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, (10) desain penelitian yang

bersifat sementara.38

38
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 1997), 4-8.
62

Adapun penelitian ini berkenaan dengan sistem rekrutmen dalam

lembaga pendidikan Islam, dengan rumusan masalah antara lain: (1) sumber-

sumber rekrutmen guru dalam lembaga pendidikan Islam (2) proses

pelaksanaan seleksi (3) proses orientasi.

D. Data Dan Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari

responden yang disebarkan. Karena responden Menurut Moleong dalam

Wahyudi, adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian.39 Responden yang dipilih

harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar peneilitian. Adapun

syarat yang diperlukan dalam memilih dan menentukan seorang

responden antara lain: jujur, tepat dengan janji, patuh pada peraturan,

punya kemampuan berbicara yang baik dan tidak termasuk salah satu

anggota dari suatu kelompok yang bertentangan dengan latar penelitian

serta mempunyai pandangan tertentu tentang suatu hal peristiwa yang

terjadi.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menemukan responden

yang sesuai, dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: (a) melalui

keterangan orang-orang yang berwewenang baik secara formal (struktural

organisasi) maupun informal (tokoh masyarakat atau simpatisan

39
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 55.
63

organisasi yang sangat faham) tentang persoalan yang diteliti, (b) melalui

wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan

rumusan masalah yang ada.

Berkaitan dengan sumber data primer ini, agar untuk memperoleh

informasi yang sebanyak-banyaknya, Purwanti dalam Wahyudi,

menjelaskan, peneliti harus mengumpulkan data melalui observasi,

wawancara dengan menggunakan teknik sampling bola salju (snowball

sampling technique).40 Mengapa dikatakan bola salju? menurut Maleong,

karena semakin lama semakin besar. 41 Besar dalam arti memperoleh

informasi secara terus-menerus dan baru akan berhenti, setelah informasi

yang diperoleh peneliti ada kesamaan antara satu responden ke responden

yang lainnya. Karakteristik-karakteristik khusus yang harus dimilki oleh

setiap responden adalah harus terkait dengan rumasan masalah yang ada.

Sesuai dengan karakteristik sebagai mana yang diuraikan di atas,

maka yang menjadi sasaran responden dalam penelitian ini adalah:

(a) kepala sekolah MI Nurul Islam, (b) wakil kepala sekolah,

(c) pengawas yayasan dan masuk dalam anggota tim penyeleksi serta,

(d) staf bidang pendidikan yayasan dan juga masuk dalam anggota tim

penyeleksi.

40
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 56.
41
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 164.
64

2. Sumber Data Skunder

Sumber data skunder ini adalah data penunjang yang berkaitan

dengan sumber daya manusia terutama masalah rekrutmen, melalui telaah

terhadap beberapa reverensi seperti; buku-buku, majalah atau dokumen-

dokumen yang ada di lokasi penelitian serta bahan-bahan lain yang ada

relevansinya dengan penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik observasi

Berkaitan dengan observasi ini dapat diartikan sebagai keaktifan

untuk memperhatikan sesuatu dengan meggunakan seluruh alat indera.

Sedangkan teknik observasi ini akan membeikan kesempatan agar dapat

mengetahui dan memahami reaksi subyek penelitian dan dapat

mengarahkan peneliti untuk membangun pengetahuan berdasarkan

informasi yang diperoleh. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif

atau non partisipaktif. Artinya peneliti dapat ikut atau tidak ikut terlibat

secara langsung dalam berbagai kegiatan yang ada, yaitu peneliti dapat

melakukan pengamatan secara pasif. 42 Hal senada juga diungkapkan oleh

Spradley dalam Wahyudi, bahwa observasi kontinum, yaitu: (a) sama

sekali tidak berperan serta (non participation), (b) bersifat pasif,

42
S. Hasri, Manajemen Pendidikan: Pendekatan Nulai dan Budaya Organisasi, (Makasar:
YAPMA, 2004), 64.
65

(c) bersifat moderat, (d) kemudian bersifat aktif, dan (e) sampai benar-

benar berperan serta (complete participation).43

Yin juga memberikan gambaran tentang observasi partisipan, yaitu

suatu bentuk observasi khusus di mana peneliti tidak hanya menjadi

pengamat yang pasif melainkan juga mengambil berbagai peran dalam

situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan

diteliti. 44

2. Teknik Wawancara

Wawancara atau sering disebut dengan interview, yaitu dialog

yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari

terwawancara (informan).45 Untuk itu, dalam melaksanakan wawancara

digunakan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban yang berupa

informasi. Sebelum memulai wawancara, pertanyaan disiapkan terlebih

dahulu sesuai dengan tujuan penggalian data yang diperlukan dan kepada

siapa wawancara tersebut dilakukan. Walaupun demikian, tidak menutup

kemungkinan ketika dilapangan terjadi penyimpangan dari rencana

karena situasi berubah dan sikap serta pengetahuan responden berbeda.

Misalnya di antara responden ada yang terbuka dan ada yang tertutup,

bahkan ada yang tidak begitu mengetahui tentang persoalan yang sedang

diteliti.

43
M. Ali Wahyudi, Analisa Kebijakan Sumber Pendanaan Pendidikan (Studi Kasus di Lembaga
Pendidikan Islam Ar-Rahmah Pesantren Hidayatullah Lumajang, 2006, 58.
44
R.Y. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), 74.
45
S. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Penfekatan Praktek, Edisi Revisi V, (Jakarta: Renika
Cipta, 2002), 145.
66

Jika kondisi seperti itu benar-benar terjadi yaitu tetutup dan tidak

banyak mengetahui tentang persoalan yang sedang dicari, maka

pewawancara segerah mencari responden yang lain untuk diwawancarai

agar data yang diinginkan dapat diperoleh. Menurut Wahyudi, di selah-

selah percakapan itulah pancingan pertanyaan yang ingin diajukan sesuai

dengan data yang dibutuhkan. 46 Pertanyaan-pertanyan yang diajukan

adalah pertanyaan yang terbuka, yaitu pertanyaan yang membutuhkan

jawaban yang berbentuk informasi. Ciri utama wawancara adalah kontak

langsung dengan tatap muka antara pencari informasi/peneliti dengan

sumber informasi/responden. Untuk memperoleh informasi yang tepat

dan obyektif, tentunya setiap peneliti harus mampu menciptakan

hubungan baik dengan responden, yaitu suatu suatu situasi psikologis

yang menunjukan bahwa responden bersedia bekerja sama, bersedia

menjawab pertanyaan dan memberikan informasi sesuai dengan pikiran

dan keadaan yang sebenarnya.

Hadi dalam Wahyudi, menjelaskan bahwa pemilihan waktu dalam

kegiatan wawancara sangat tergantung pada situasi yang ada di tempat

penelitian. 47 Adakalanya seorang peneliti langsung masuk pada latar

penelitian dan melakukan observasi, kemudian hasil observasi diperdalam

dan dipertajam dengan melakukan wawancara kepada orang-orang yang

terlibat dalam latar itu. Begitu pula sebaliknya, ada juga informasi yang

diperoleh melalui wawancara kemudian diamati dalam latar yang

46
Wahyudi, Analisa Kebijakan Sumber Pendanaan Pendidikan, 59.
47
Wahyudi, Analisa Kebijakan Sumber Pendanaan Pendidikan, 60.
67

sesungguhnya untuk mengetahui apakah informasi tersebut memang

terjadi dalam bentuk kenyataan yang sesungguhnya.

Dalam wawancara penelitian ini, peneliti lakukan terhadap 4

komponen sebagai responden kunci sebagaimana telah tersebut dalam

sumber data primer yang terdiri dari: (a) kepala sekolah MI Nurul Islam,

(b) wakil kepala sekolah, (c) pengawas yayasan dan masuk dalam anggota

tim penyeleksi serta, (d) staf bidang pendidikan yayasan dan juga masuk

dalam anggota tim penyeleksi.

3. Teknik Dokumentasi

Arikunto menjelaskan, dokumentasi atau dokumen adalah barang-

barang yang tertulis. 48 Dengan jalan peneliti menyelidiki, membaca dan

mengutip benda-benda tertulis maupun gambar yang ada relevansinya

dengan permasalahan. Yin menyebutkan, dalam studi kasus, penggunaan

dokumen adalah sebagai pendukung atau penambah bukti dari sumber-

sumber lain, seperti: (a) dokumen membantu pemverifikasi-an ejaan atau

nama yang benar dari organisasi-organisasi yang telah disinggung dalam

wawancara, (b) dokumen dapat menambah rincian spesifik lainnya guna

mendukung informasi dari sumber-sumber lain, (c) dokumen dapat dibuat

sebagai inferensi. 49

Adapun data yang berupa dokumen dalam penelitian ini adalah

segala bentuk laporan atau juklak dan juknis, baik dikeluarkan oleh

48
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Penfekatan Praktek, 149.
49
Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, 77.
68

Yayasan atau kepala sekolah yang berkaitan dengan spesifikasi atau

kriteria guru. Data ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh

dari wawancara, yaitu dengan cara menelaahnya kembali.

F. Tehnik Analisis Data

Analisa data menurut Singarimbun & Efendi, adalah proses penyeder-

hanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimple-

mentasikan.50 Sedangkan Babbie dalam Wahyudi, mendefinisikan analisa data

sebagai proses yabg merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan

merumuskan hipotesis/ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha

untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis tersebut.51

Dalam tahapan analisa data dapat dibagi menjadi tiga yaitu: Pertama,

tahap pendahuluan atau pengolahan data (kelengkapan data yang diperoleh,

keterbatasan tulisan, kejelasan makna dan kesesuaian data dengan yang lain).

Kedua, pengorganisasian data yang merupakan inti dari analisa data. Ketiga,

tahap penemuan hasil. Yaitu tahap analisis data dimulai dari awal yang

diperoleh peneliti. Hasil penelitian kemudian dilakukan pengecekan kembali

dalam rangka mendapatkan keabsahan dan kredibilitas data yang diperoleh

peneliti.

Adapun tahapan yang dilakukan dalam menganalisis data adalah

sebagai berikut:

50
M. Singarimbun & S. Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1995), 265.
51
Wahyudi, Analisa Kebijakan Sumber Pendanaan Pendidikan, 62.
69

1. Reduksi Data

Pada tahap reduksi data ini merupakan proses kegiatan yang

dilakukan oleh peneliti untuk memilih, meyederhanakan, mengabstraksi

sekaligus mentranformasi data lapangan ke dalam format yang telah

disediakan. Baik format catatan lapangan hasil observasi dan hasil

wawancara, maupun format catatan lapangan hasil studi dokumentasi.

Reduksi data serta pemaparan hasilnya dilakukan secara terus menerus

ketika proses pengumpulan data berlangsung,

Selanjutnya dari hasil reduksi data kemudian ditarik kesimpulan-

kesimpulan sementara.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu cara untuk memaparkan data

secara rinci dan sistematis setelah dianalisis ke dalam format yang

disiapkan. Namun data yang disajikan itu masih dalam bentuk sementara

untuk kepentingan peneliti dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut secara

cermat hingga diperoleh tingkat keabsahannya.

3. Penarikan Kesimpulan Sementara

Awal proses pengumpulan data di lapangan, peneliti

dimungkinkan untuk mearik kesimpulan. Pada saat peneliti memberi arti

dan memaknai data-data yang diperoleh baik melalui observasi,

wawancara maupun studi dokumentasi berarti peneliti telah menarik


70

kesimnpulan. Namun kesimpulan-kesimpulan itu masih bersifat

sementara, sebab pada awalnya belum jelas dan masih berpeluang untuk

berubah sesuai kondisi yang berkembang di lapangan.

4. Verifikasi

Setelah dilakukan reduksi data secara berulang dan diperoleh

kesesuaian dengan penyajian data, kemudian kesimpulan-kesimpulan

sementara disempurnakan melalui verifikasi.

5. Penarikan Kesimpulan Akhir

Setelah temuan-temuan sementara dilakukan verifikasi melalui

teknik-teknik pengecekan keabsahan temuan penelitian, selanjutnya

dirumuskan simpulan temuan yang merupakan hasil penelitian.

Uraian tahapan dalam melakukan analisa data tersebut di atas,

merupakan saduran dari model analisa data menurut Miles & Huberman

dalam Wahyudi, sebagaimana digambarkan berikut ini: 52

52
Wahyudi, Analisa Kebijakan Sumber Pendanaan Pendidikan, 65.
71

G. Pengecekan Keabsahan Data

Meneliti kembali keabsahan hasil temuan, adalah suatu hal yang

penting untuk dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan interpretasi yang

absah. Dalam menentukan keabsahan data, Maleong memberikan beberapa

kriteria yang perlu dilalui antara lain: 53

1. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan ini dianggap sesuai untuk digunakan

sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Dengan maksud untuk

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan

dengan persoalan atau isu-isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan

diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Ketekunan pengamatan pada penelitian ini untuk melakukan

pengamatan secara teliti dan rinci terhadap: sistem rekrutmen, seleksi dan

spesifikasi guru serta orientasi.

2. Pemeriksaan sejawat melalui Diskusi

Pemeriksaan sejawat dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

mengekspos hasil simpulan akhir dalam bentuk diskusi analitis dengan

rekan-rtekan sejawat. Dengan tujuan, agar peneliti tetap pertahankan

sikap terbuka dan kejujuran serta untuk memberikan kesempatan awal

yang baik dalam menjajaki dan menguji hasil pemikiran peneliti.

53
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 81.
72

Tentunya, rekan-rekan sejawat yang diajak diskusi adalah mereka yang

memahami tentang persoalan yang diteliti peneliti.

3. Triangulasi

Agar terjadi validasi data dan hasil analisis data, peneliti

menggunakan teknik triangulasi. Dengan cara, peneliti

mengkonsultasikan hasil analisis data yang telah dilakukan selama

penelitian berlangsung untuk memperoleh pengesahan terhadap

kesohihan hasil analisis yang dilakukan peneliti. Sedangkan triangulasi ini

dilakukan dengan para pakar yaitu dosen pembimbing dari IAI Al

Khoziny Buduran Sidoarjo dan beberapa orang luar yang dianggap ahli

dalam bidang yang diteliti ini.


BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Sejarah MI Nurul Islam Selokgondang Sukodono

MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang didirikan pada tahun

1979. Pada tahun 1982 madrasah ini terdaftar di Departemen Agama

dengan surat tanda bukti terdaftar Nomor: L.M/3/4913/17/1982,

tertanggal tertanggal 1 Juni 1982. Berdirinya MI Nurul Islam

Selokgondang Lumajang tidak lepas dari sentuhan perubahan yang

dialami oleh MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang secara umum.

Sejak periode generasi ketiga (1982) MI Nurul Islam Selokgondang

Lumajang mulai melakukan proyek pengembangan pendidikan yang

diarahkan pada penerapan sistem pendidikan. Lokasi MI Nurul Islam

Selokgondang Lumajang terletak di desa yang tidak terlampau jauh dari

kabupaten Lumajang. Sebagian besar penduduknya berada pada tingkat

ekonomi menengah ke bawah dengan mata pencaharian sebagai petani,

buruh tani, buruh pabrik dan PNS.

Maka sejak berdirinya tahun 1980 MI Nurul Islam Selokgondang

Lumajang selalu mengelola kurikulum didasarkan pada kenyataan sosial

masyarakat setempat dan latar belakang stakeholder yang di MI Nurul

Islam Selokgondang Lumajang. Selain itu, penerapan kurikulum juga

memperhatikan kurikulum pesantren, kurikulum umum (pemerintah) serta

selalu disesuaikan dengan perkembangan kurikulum yang ada. Karena itu


74

maka pada tanggal 24 Maret 1994, MI Nurul Islam Selokgondang

Lumajang berhasil merubah status menjadi DIAKUI.

Perubahan status dari terdaftar menjadi diakui tentunya menjadi

energi untuk terus melakukan perubahan dan pembaharuan di dalam

pengelolaan MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang, sehingga kondisi

ini mampu menanamkan kepercayaan di tengah masyarakat akan

keberadaan MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang sebagai lembaga

yang kehadirannya semakin diperlukan. Kondisi ini memancing animo

masyarakat dan segenap alumni untuk menyekolahkan anak-anak mereka

di MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang, sehingga dari tahun ke tahun

jumlah siswanya terus bertambah. Dan pada tanggal 29 Maret 1999, MI

Nurul Islam Selokgondang Lumajang mampu merubah statusnya lagi

menjadi DISAMAKAN.

Perubahan status di atas tentunya bukti riil dedikasi MI Nurul

Islam Selokgondang Lumajang atas pengabdian dan ketulusan melayani

masyarakat melalui pendidikan. Status itu tidak membuat lembaga

berpuas diri, justru yang menjadi tantangan adalah bagaimana terus

menjaga kualitas. Salah satu caranya adalah dengan menjalin kerja sama

dan kemitraan dengan lembaga-lembaga lain melalui studi banding,

seminar, pelatihan-pelatihan; seperti pelatihan manajemen, pelatihan

guru, maupun pelatihan siswa. Pada tanggal 2 Pebruari 2007 melalui hasil

akreditasi Dewan Akreditasi Madrasah (DAM) Depag Kabupaten

Lumajang, MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang mendapatkan

piagam sebagai madrasah TERAKREDITASI dengan peringkat (B).


75

Hingga saat ini MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang telah

meraih prestasi melalui berbagai jenis lomba yang diadakan oleh lembaga

pendidikan maupun instansi terkait, baik di bidang akademis, life skill,

maupun olah raga, serta memiliki penyebaran alumni di hampir seluruh

tingkat pendidikan yang lebih tinggi di Kabupaten Lumajang Selanjutnya,

bahwa kualitas atau mutu merupakan suatu konsep yang sulit

didefinisikan, namun mudah dipahami ketika kita melihat atau

merasakannya sebagai hasil sebuah proses. Dalam proses pendidikan,

mutu yang ideal tidaklah muncul dengan sendirinya, melainkan lahir dari

pengelolaan yang terkait dengan seluruh aspek sehingga membutuhkan

suatu sistem manajemen mutu. Pengendalian mutu (quality control)

merupakan bagian yang terpennting dari proses pendidikan sebagai upaya

untuk meningkatkan mutu. Oleh karena itu untuk mendukung

pencanangan Tahun Prestasi ini, dipandang perlu adanya keinginan

bersama (political will) dari semua unsur guna menjalankan tugas

perencanaan mutu (quality planning) pengendali mutu (quality control)

dan perbaikan mutu (quality improvement). Akhirnya, menjadi harapan

semua pihak, MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang dengan sistem

kendali mutu yang kuat diharapkan dapat melahirkan generasi-generasi

prestasi sesuai dengan standart kualitas yang ditetapkan.

2. Letak Geografis MI Nurul Islam Selokgondang Sukodono

Sedangkan profil MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang:

Nama Madrasah : MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang


76

Alamat Madrasah : Jl. Pohgunung RT. 35 RW. 11

Kabupaten : Lumajang

Propinsi : JAWA TIMUR

Nomor Telepon :

Nama Yayasan : Yayasan LP Maarif NU Kab. Lumajang

Status : Terakreditasi B

NSM : 111235080026

Tahun Berdiri : 196882

Jumlah Guru :8

Tenaga Kependidikan :3

3. Visi-misi MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang

a. Visi

Visi MI Nurul Islam selokgondang Lumajang adalah:

“Pengembangan ilmu keislaman berbasis ilmu pengetahuan dan

teknologi”.

Indikator Visi:

1). Unggul dalam perolehan nilai akademis dan non akademis;

2). Memiliki tenaga pendidik yang profesional;

3). Unggul dalam meneliti dan menulis karya ilmiah;

4). Menjadi siswa yang taat beribadah dan berakhlaqul karimah;

5). Mampu/dapat membaca dan memahami al-Qur‟an dengan benar,

memahami kitab-kitab salaf dan terampil dalam bidang

keagamaan;
77

6). Pengembangan akademik berbasis IT (information technology);

7). Memiliki siswa yang disiplin;

8). Unggul dalam bidang seni dan olah raga.

b. Misi

Misi MI Nurful Islam Selokgondang Lumajang adalah :

1). Memberikan penguasaan dalam bidang ilmu keislaman,

kewarganegaraan, bahasa, sains, pengetahuan sosial, seni dan

budaya.

2). Menyiapkan lulusan yang mampu menginternalisasi nilai-nilai

keislaman, memiliki kematangan aqidah dan kedalaman spiritual,

dan keluruhan akhlaq.

3). Membangun tradisi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni melalui pengkajian dan penelitian ilmiah.

4). Memupuk kebiasaan siswa untuk berpikir secara terarah,

sistematis, memperhitungkan peluang dan potensi, serta siap

menghadapi berbagai kemungkinan dinamika sosial.

Tabel 1.3 Jumlah Siswa

DATA SISWA MI NURUL ISLAM SELOKGONDANG LUMAJANG


TAHUN AJARAN 2016/2017
JENIS
NO KELAS KELAMIN JUMLAH LOKAL
L P
1 I 6 10 16 1
2 II 8 7 15 1
3 III 11 12 23 1
4 IV 5 5 10 1
5 V 11 7 18 1
6 VI 11 9 20 1
JUMLAH 52 50 102 6
78

Tabel 1.4 Data Personalia

TANGGAL
NAMA DAN IJAZAH JABATAN DI STATUS
NO L/P MULAI
TEMPAT TANGGAL LAHIR TERTINGGI SEKOLAH INI KEPEGAWAIAN
DIANGKAT

1 2 3 4 5 6 7
NIWAR DEDI EFFENDI, S.PdI
1 L S1 Ka Madrasah GTY 01 - 11 - 2006
Lumajang, 15 - 4 - 1974
KHUDLORI, A.Ma.
2 L D2 Guru / TU GTY 05 - 07 - 1996
Lumajang, 02 - 04 - 1974
ALI WAFA, S.PdI L S1 Guru GTY 20 - 04 - 1999
3
Lumajang, 13 - 03 - 1980
BAHRUL ULUM, S.Pd L S1 Guru GTY 20 - 07 - 2002
4
Lumajang, 20 - 10 - 1983
ELYANA AGUSTIN, S.PdI P S1 Guru GTY 01 - 07 - 2005
5
Lumajang, 15 - 12 - 1981
TRI MARIANY, S.Pd P S1 Guru GTY 01 - 07 - 2005
6
Lumajang, 24 - 08 - 1983
ROBI'ATUL ADAWIYAH, S.PdI P S1 Guru GTY 01 - 07 - 2005
7
Lumajang, 08 - 04 - 1984
FAISOL L MA Guru PTY 10 - 12 - 2008
8
Lumajang, 20 - 06 - 1982
ZAMRATUS SHALIHAH, S.Pd.I
9 P S1 Guru GTY 10 - 07 - 2009
Lumajang, 29 - 06 - 1989
WIWIK WIDARTI, S.Pd.I
10 P S1 Guru PNS 31 - 12 - 2015
Lumajang, 04 - 07 - 1973
KAMIL
11 L MTS Penjaga PTY 27 - 07 - 2002
Lumajang, 10 - 09 - 1976

B. Paparan Data

1. Sumber-Sumber Data

a. Sumber Internal

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lembaga ini,

terungkap bahwa lembaga ini pernah melakukan penarikan atau

perekrutan guru mata pelajaran baru dari intern sekolah sendiri untuk

mengisi kekosongan pada guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Hal ini seperti diungkapkan oleh Niwar Dedi Efendi sebagai

berikut:

“Kami pernah merekrut guru dari intern sekolah sendiri. Adapun


guru mata pelajaran yang pernah dilakukan dengan cara
pengambilan dari intern sekolah sendiri pada masa kepemimpinan
saya adalah guru mata pelajaran komputer.”54

54
Niwar Dedi Efendi, Wawancara, Selokgondang, 20 Maret 2017.
79

Hal yang sama mengenai perekrutan guru dari dalam intern

sekolah juga diungkapkan oleh Rifiani dengan pernyataan:

“Memang sepengetahuan saya, di sekolah ini pernah mengambil


guru dari dalam sendiri yang waktu itu adalah guru mata pelajaran
komputer.”55

Setelah peneliti menelusuri lebih lanjut dengan pertanyaan

yang sama kepada salah satu anggota bagian pendidikan dalam

yayasan dan sekaligus sebagai tim penyeleksi, menyampaikan hal

senada:

“Kami pernah menarik guru dari dalam sekolah sendiri dengan


tujuan memanfaatkan potensi guru yang telah ada. Tapi dengan
catatan, guru mata pelajaran yang serumpun atau ada korelasinya
antara satu mata pelajaran dengan pelajaran lainnya seperti
Al-Qur‟an, Hadits, Aqidah dan lain lain.”56

b. Sumber Eksternal

Peneliti mencoba mengorek lebih jauh lagi ke Drs. M. Yamin

(Pengawas Pendidikan Yayasan) terkait dengan sumber rekrutmen

guru dari ekstern sekolah sebagai mana tersebut di atas, apakah

mungkin ada sumber-sumber ekstern lain seperti badan-badan

penempatan tenaga kerja yang mencakupi badan yang didirikan oleh

pemerintah, perusahaan pencari tenaga kerja, lembaga pendidikan,

organisasi profesi, balai latihan kerja dan lain-lain. Sisgiono

menjelaskan sebagai berikut:

“Apa yang disampaikan oleh Bu Rifiani memang benar, karena


selama saya menjadi salah satu tim penyeleksi calon guru baru di
lembaga ini, yang pernah saya temui hanya sumber-sumber
sebagai mana tersebut itu. Sementara sumber-sumber lain seperti

55
Rifiani, Wawancara, Selokgondang, 20 Maret 2017.
56
Priyo, Wawancara, Selokgondang, 20 Maret 2017.
80

badan-badan penempatan tenaga kerja yang anda sebutkan itu


tidak ada.”57

Peneliti mencoba mempertanyakan lebih jauh lagi ke Priyo

terkait dengan alasan tidak langsung merekrut calon guru ke badan-

badan penempatan tenaga kerja. Alasannya sebagai berikut:

“Mengapa kami tidak langsung meminta atau mencari ke badan-


badan penempatan tenaga kerja? Karena kami menyadari bahwa
tanpa mendatangi badan-badan yang dimaksudpun, para pelamar
atau para calon guru sudah agresif, semangat dan berlomba-lomba
untuk melamar ke lembaga ini.”58

2. Menentukan Spesifikasi Calon Guru

Spesifikasi calon guru yang kami tetapkan ketika mau

melaksanakan penyeleksian antara lain pengalaman

Saat ditanya ke Rifiani tentang hal ini, ia membenarkan jawaban

kepala sekolah tersebut, hanya saja spesifikasi masalah umur Rifiani

memperjelaskan lagi seperti dalam ungkapannya sebagai berikut:

“Masalah umur memang kami memberi standar calon seorang guru


yang baru masuk maksimal 30 tahun dan ketika menginjak usia 50
tahun mereka akan dipensiunkan.” 59

Ketika mendengar uraian tersebut, sepertinya ada perbedaan antara

Sisgiono dan Niwar Dedi Efendi tentang “pengalaman” menjadi salah

satu spesifikasi, maka peneliti menayakan lagi kepada Priyo berkaitan

dengan hal itu, beliau menambahkan dengan ungkapannya sebagai

berikut:

“Memang pengalaman tidak menjadi salah satu sarat dalam perekrutan


guru karena kami lebih cenderung menilai pada saat tes praktek

57
Sisgiono, Wawancara, Selokgondang, 27 Maret 2017.
58
Priyo, Wawancara, Selokgondang, 29 Maret 2017.
59
Rifiani, Wawancara, Selokgondang, 22 Maret 2017.
81

maupun tes psikologi. Dari situlah baru hasilnya kita menilai siapa
yang lebih layak atau mumpuni untuk menjadi guru di lembaga ini.”60

Pertama, Keahlian ini berkaitan dengan kemampuan dalam

mengajar dan kapasitas keilmuannya baru kedua, Pengalaman.

a. Mendapatkan Informasi Tahap Awal

Paparan senada juga disampaikan oleh Priyo dengan ungkapan

yang ditangkap antara lain setelah ditelusuri lebih lanjut dan

dikonfirmasikan kepada Priyo, terungkap dengan pemahaman sejalan

dengan pendapat di atas.

b. Keputusan Menolak atau Menerima

Setelah wawancara sebagai akhir seleksi, kegiatan selanjutnya

yang dilakukan di lembaga ini adalah rapat untuk menentukan

keputusan menolak atau menerima. Hal ini sesuai dengan penuturan

Rifiani, terungkap gambaran sebagai berikut:

“Pada saat keputusan dari hasil proses tes, bagi mereka yang tidak
diterima, tentunya kita tidak diam begitu saja tetapi pihak lembaga
mengirimkan surat pemberitahuan ke alamat mereka masing-
masing. Adapun mereka yang dinyatakan lulus atau diterima,
tidak langsung ditetapkan sebagai guru tetap, tetapi diberi masa
percabaan terlebih dahulu tetapi mereka yang dinyatakan lulus
diberi masa percobaan tahap pertama 3 bulan, setelah itu 6 bulan,
sampai 1 tahun. Ternyata dalam jangkau waktu 1 tahun
dinyatakan baik atau layak, maka akan diperpanjang SK sampai 4
tahun.”61

Hal yang sama juga di sampaikan oleh Sisgiono antara lain:

“Memang, pada saat seleksi telah usai, kita akan memadukan hasil
seleksi tersebut dalam rapat untuk memberikan keputusan siapa
yang di tolak dan siapa yang akan diterima. Tapi harus menyikapi
secara manusiawi bagi mereka yang tidak diterima. Artinya kita
melayangkan surat pemberitahuan kepada mereka. Begitu pula

60
Priyo, Wawancara, Selokgondang, 29 Maret 2017.
61
Rifiani, Wawancara, Selokgondang, 22 Maret 2017.
82

sebaliknya. Kita tidak langsung memposisikan mereka yang


dinyatakan lulus sebagai guru tetap, tetapi harus melalui masa
percobaan dulu”.62

Ketika peneliti menelusuri masalah ini lebih jauh ke Priyo,

beliau membenarkan apa yang telah disampaikan di atas sebagai

mana ungkapannya berikut ini:

“Mekanismenya memang seperti itu. Sebenarnya tidak diberitahu


pun tidak apa-apa, karena dari awal ada kesepakatan. Tetapi kita
tetap memberitahu agar mereka tidak cemas mengharapkannya.
Sama halnya bagi yang luluspun tidak langsaung menjadi guru
tetap, tetapi harus ada masa percobaan atau bisa saya istilah
magang dulu.”63

3. Orientasi

Pada waktu yang berbeda, peneliti kembali menanyakan hal ini

kepada Rifiani, tertangkap informasi senada seperti dalam pernyataannya.

C. Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, pengamatan yang

dilakukan peneliti, maka peneliti selanjutnya akan mengungkapkan hasil

temuan di lapangan berdasarkan fokus penelitian sebagai berikut:

1. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Pendidik (Educator)

Berdasarkan hasil di lapangan melalui pengamatan terkait Peran

dan Fungsi Kepala Sekolah sebagai Pendidik dalam rangka meningkatkan

mutu di MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang adalah sebagai berikut :

a. Mengingat tugas kepala sekolah adalah tugas tambahan, maka pada

hakekatnya kepala sekolah adalah seorang guru. Jiwa seorang

62
Sisgiono, Wawancara, Selokgondang, 27 Maret 2017.
63
Priyo, Wawancara, Selokgondang, 29 Maret 2017.
83

pendidik tetap melekat pada pribadi kepala sekolah. Hal ini terlihat

dengan tanggung jawab, kreativitas kepala sekolah dalam mengajar

dan disukai oleh murid-murid.

b. Kepala sekolah sangat mencintai profesi sebagai seorang pendidik.

Hal ini membuat nyaman dan menimbulkan kebahagiaan dalam

mengerjakan tugas-tugas sebagai pendidik, karena bekerja tanpa

paksaan tapi karena panggilan jiwa. Tugas sebagai pendidik atau guru

dilakukan dengan profesional.

c. Kepala sekolah memiliki kompetensi sebagai seorang guru.

Kompetensi ini sangat penting, agar proses pembelajaran yang

bermutu dapat dicapai. Bila kompetensi ini tidak dimiliki, maka

kepala sekolah akan kesulitan untuk menjalankan perannya yang lain

yaitu sebagai supervisor. Dimana sebagai supervisor harus menguasai

kompeten-kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, sehingga ia

dapat memberi masukkan perbaikan pada guru yang disupervisi.

d. Kepala sekolah mencintai dunia anak, sehingga beliau dapat

memahami prilaku anak sesuai dengan perkembangannya. Karena

kefahamannya dengan dunia anak, maka mengubah perilaku anak

dari tidak baik menjadi baik mudah dilakukan.

e. Kepala sekolah berupaya meningkatkan profesionalisme guru-guru

dengan memberi keteladanan dan arahan pada guru-guru, bagaimana

menjadi sosok seorang pendidik yang baik/profesional.


84

2. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah sebagai Manajer

Hasil penelitian di lapangan, berdasarkan pengamatan

menunjukkan kesamaan jawaban dari informan. Sebagian besar

menyatakan bahwa sebagai kepala sekolah mampu menjalankan peran

dan fungsinya sebagai manajer dalam mengelola sekolah. Informasi di

lapangan diperoleh sebagai berikut:

a. Kepala sekolah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dalam

mengelola sekolah, dengan melakukan perencanaan, pengelolaan,

melaksanakan, mengkontrol, dan mengevaluasi program di sekolah.

b. Kepala sekolah sebagai manajer membuat perencanaan program,

berupa program pengembangan dan program kegiatan sekolah dengan

tim kerja yaitu 2 wakil kepala sekolah. Program kemudian

disosialisasikan ke para guru untuk diminta masukkan terkait program

yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa. Kemudian langsung

ditunjuk untuk penanggung jawab dari setiap kegiatan.

c. Program kegiatan sekolah secara teknis diserahkan pada kepala

sekolah, sedangkan program pengembangan diusulkan oleh kepala

sekolah pada yayasan. Setelah mendapatkan rekomendasi maka

ditunjuk penanggung jawab dari yayasan, meliputi pengembangan

sarana dan prasarana, SDM, dan kerjasama dengan eksternal.

d. Pengelolaan program yang dikelola secara teknis oleh kepala sekolah,

meliputi kurikulum dan program pengajaran, kesiswaan, SDM,

keuangan, sarana dan prasarana, hubungan kemasyarakatan.


85

e. Kontroling dilakukan oleh kepala sekolah dengan tim berupa 2 orang

wakil kepala sekolah. Untuk program yang terkait dengan kurikulum

dan implementasinya, kesiswaan atau proses berjalannya aktivitas

pembelajaran dan penunjang dibagi dalam dua kontroling. Wakil

kepala sekolah yang membawahi kelas atas yaitu dari kelas 4-6 dan

satu orang wakil kepala sekolah membawahi kelas bawah yaitu kelas

1-3. Masing-masing mengkontrol berjalannya KBM, KKG,

pembinaan guru, pembinaan siswa oleh guru dan kegiatan penunjang

pembelajaran.

f. Evaluasi dilakukan oleh kepala sekolah dalam dua bentuk, yaitu

formal dan informal. Dalam bentuk formal dalam rapat bulanan, rapat

setiap akhir semester, rapat akhir tahun pelajaran. Kemudian saat

KKG dan rapat kegiatan. Sedangkan informal saat persiapan kegiatan,

saat berjalannya kegiatan dan sesudah kegiatan dengan bentuk

diskusi, memberi arahan perbaikan-perbaikan.

3. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah sebagai Pemimpin (Leader)

Semua informan menyatakan bahwa kepemimpinan sangat

menentukan keberhasilan sebuah sekolah untuk menjadi lebih baik.

Karena pemimpinlah yang akan membawa gerbong sekolah sesuai

dengan tujuan atau tidak. Berdasarkan temuan di lapangan terhadap peran

dan fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin adalah seabgai berikut:

a. Kepala sekolah memahami visi, misi dan karakteristik MI Nurul

Islam Selokgondang Lumajang. Pemahaman ini penting agar semua


86

program dan kerja-kerja dibingkai oleh visi dan misi serta tidak

meninggalkan karateristik MI Nurul Islam Selokgondang Lumajang

yang mengintegrasikan nilai-nilai islam dalam setiap aspek di sekolah

begitu juga sebaliknya mengintegrasikan semua aspek di sekolah

dalam pembelajaran nilai-nilai keIslaman.

b. Kepala sekolah selalu mensosialisasikan, mengimplementasikan dan

mengevaluasi visi, misi dan karakteristik MI Nurul Islam

Selokgondang Lumajang pada setiap pemeblajaran dan kegiatan yang

dilakukan guru, karyawan dan siswa.

c. Kepala sekolah mampu memberdayakan guru-guru dan karyawan

untuk mencapai tujuan sekolah. Hal ini di dukung karena karakteristik

kepemimpinan kepala sekolah yang diterima oleh guru dan karyawan.

d. Karakteristik kepala sekolah MI Nurul Islam Selokgondang

Lumajang sebagai pemimpin,meliputi: demokratis, memiliki

keteladanan, tegas, disiplin, dekat dengan bawahan, menngaprsiasi

kerja-kerja bawahan. Karakter ini culup membuat guru nyaman.

e. Kepala sekolah dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan,

yang diberikan oleh dinas terkait maupun oleh yayasan. Keberhasilan

ini salah satunya didukung oleh kerja-kerja guru dan karyawan.

f. Upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah agar dapat menjalankan

peran dan fungsinya sebagai pemimpin, yaitu mensosialisasikan

visi,misi, karakteristik dan targetan SDIT dengan media di dinding

koridor sekolah. Kemudian mengimplementasikan dalam setiap

pembelajaran, kegiatan, rapat dan kehidupan sehari-hari di sekolah.


87

g. Menjalin komunikasi yang efektif baik antar sesama guru, karyawan,

dan siswa. Agar terhindar komunikasi yang negatif dan tidak

produktif.

h. Selalu memberi penghargaan pada guru dan karyawan yang memiliki

kinerja yang baik, sehingga menambah motivasi guru-guru dan

karyawan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.

Kemudian menjalankan sangsi bagi guru dan karyawan yang

melanggar kesepakatan dengan aturan sekolah, baik dalam bentuk

sangsi ringan maupun berat. Hal ini membuat guru dan karyawan

menghormati kepala sekolah sebagai sosok pemimpin.


BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai hasil peneltian yang

disajikan berkenaan dengan fokus penelitian yang meliputi: (a) sumber-sumber

rekrutmen guru, (b) spesifikasi atau syarat minimum perekrutan guru, (c) proses

penyeleksian guru dan (d) proses orientasi guru.

A. Sumber-sumber Rekrutmen Guru

Dalam sebuah instansi atau lembaga paling tidak memilki pengetahuan

yang mendalam tentang eksistensi berbagai sumber tenaga kerja, karena

dengan pengetahuan itu akan mempermudah dalam penentuan sumber mana

yang layak digarap dan sumber mana yang suatu ketika dapat diabaikan.

Berkaitan dengan penjelasan itu, maka sumber-sumber rekrutmen yang telah

diperoleh secara garis besar dapat dibagi menjadi dua.

Pertama, sumber yang dari dalam lembaga sendiri (intern). Gary

Dessler mengatakan, perekrutan melalui promosi dari intenal lembaga sendiri

dapat menjadi kekuatan untuk menciptakan komitmen dan semangat kerja

guru atau tenaga yang bersangkutan. Hal seperti inilah akan berpeluang

terbentuknya “the right man on the right place” dan selain itu juga alokasi

dana yang akan dikeluarkanpun relatif lebih murah.64

Menurut Martoyo, perekrutan dari intern lembaga, secara psikologis di

satu sisi dapat lebih meningkatkan moral para guru atau tenaga dari dalam

64
Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, 139.
89

lembaga yang bersangkutan dan di sisi yang lain juga merupakan suatu

kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi mereka masing-

masing dari kesempatan baru yang diperolehnya. 65 Dengan kata lain, untuk

membangun komitmen program promosi yang bersifat komprehensif. Yaitu

lembaga harus selalu mengidentifikasi dengan baik untuk mengetahui siapa

calon-calon yang masuk kualifikasi untuk direkrut dalam mengisi kekosongan

itu.

Uraian tersebut sejalan dengan apa yang ada dalam temuan penelitian,

bahwa pihak lembaga ini telah melakukan perekrutan guru dari intern sendiri

sebagai pengganti ketika salah satu guru mata pelajaran yang kosong. Guru

mata pelajaran yang pernah dilakukan di lembaga ini sebagaimana data yang

telah diperoleh adalah guru mata pelajaran komputer dan mata pelajaran

lainnya yang ada hubungan atau kedekatan antara satu dengan yang lainnya.

Pilihan untuk merekrut guru dari dalam lembaga sendiri merupakan suatu

pertimbangan dari efektivitas pelaksanaannya maupun efisiensi dana yang

dikeluarkan.

Walaupun pertimbangan sisi positif dari aspek efektivitas pelaksanaan

dan efesiensi dana, namun model sumber ini memiliki kelemahan yang harus

menjadi perhatian tersendiri oleh semua lembaga terutama lembaga yang

menjadi sasaran tempat penelitian: (1) setiap proses transferisasi tenaga atau

guru, bisa terjadi penumpukan beban kerja atau tugas mengajar, (2) akan

membatasi opini dan input yang datang dari luar lembaga.

65
Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, 37.
90

Kedua, sumber-sumber yang datang dari luar (ekstern). Perekrutan

tenaga dari luar lembaga, memerlukan suatu perencanaan yang matang

terutama berkaiatan dengan imbalan yang akan diberikan kepada tenaga yang

akan direkrutkan nanti.

Yakni balansi antara kualitas sumberdaya manusia yang direncanakan

dengan (gaji) yang akan diberikan kepada mereka. Jika hal itu tidak dilakukan

atau diperhitugkan secara matang, maka tidak menutup kemungkinan dalam

waktu yang singkat bisa menemukan kegagalan.

Ada beberapa sumber rekrutmen ekstern yang ditawarkan oleh

Sondang, antara lain: (1) pelamar langsung, (2) lamaran tertulis, (3)

berdasarkan informasi orang dalam, (4) adverstensi atau pengiklanan, (5)

badan-badan penempatan tenaga kerja yang meliputi: badan resmi yang

didirikan oleh pemerintah, badan khusus yang didirikan oleh perusahaan

untuk mencari tenaga kerja, lembaga pendidikan, organisasi profesi dan balai

latihan kerja milik pemerintah.66

Dari sumber rekrutmen ekstern yang ditawarkan tersebut di atas,

sebagian besar sejalan dengan temuan penelitian, bahwa di lembaga ini telah

melakukan rekrutmen guru melalui beberapa sumber ekstern. Adapun di

antara sumber-sumber tersebut yang pernah dilakukan oleh lembaga ini, dapat

dibahas sebagai berikut.

66
Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, 103.
91

1. Pelamar Langsung

Salah satu sumber rekrutmen yang selalu dapat dimanfaatkan

adalah datangnya para pelamar pekerjaan ke sebuah organisasi, lembaga

maupun instansi. Pelamar langsung ini sering dikenal dengan istilah

“applications at the gate”. Artinya, sebagaimana data yang diperoleh

dalam penelitian ini, bahwa ada para pencari pekerjaan atau calon guru

datang sendiri ke lembaga ini untuk melamar secara langsung, walaupun

tanpa mengetahui apakah di lembaga ini telah membuka lowongan yang

sesuai dengan pengetahuan, ketrampilan atau pengalaman pelamar yang

bersangkutan.

2. Lamaran Tertulis

Sumber lain yang wajar dipertimbangkan adalah lamaran tertulis

yang dikirim oleh para pelamar. Sebagaimana halnya dengan lamaran

langsung, para pelamar yang mengirimkan lamarannya secara tertulis

mungkin hanya mencoba saja tanpa mengetahui secara pasti apakah

dalam instansi atau lembaga yang menjadi alamat lamarannya ada

lowongan atau tidak.

Sesuai data yang diperoleh, pihak lembaga pernah memperoleh

atau menerima sumber calon seorang guru melalui lamaran tertulis. Hal

seperti ini pihak lembaga merasa perlu mempertimbangkan karena jika

ternyata ada lamaran yang dipandang memenuhi berbagai persyaratan

yang telah ditetapkan, beban tugas lembaga ini menjadi berkurang untuk
92

mencari dan menemukan tenaga kerja baru. Berarti secara otomatis akan

terjadi penghematan tenaga, biaya dan waktu.

3. Lamaran Berdasarkan Informasi Orang Dalam

Merupakan suatu hal yang umum apabila para tenaga yang ada

dalam dalam sebuah instansi atau lembaga menyampaikan informasi

mengenai lowongan yang ada kepada berbagai pihak yang diketahuinya

sedang mencari pekerjaan dan menganjurkan mereka mengajukan

lamaran. Berbagai pihak itu tentunya tidak bisa dipungkiri seperti sanak

saudara, tetangga, teman sekolah, berasal dari satu daerah atau siapapun

orang yang akan disampaikan, yang jelas orang yang ada di dalam

lembaga memiliki peran besar untuk menyampaikan informasi kepada

orang yang terdekat dengannya ketika lembaga tersebut sedang membuka

lowongan perekrutan tenaga atau guru baru.

Pihak-pihak yang memperoleh informasi dari orang dalam tersebut

lalu mengajukan lamaran. Hal tersebut di atas seperti dalam temuan

penelitian ini bahwa di lembaga ini (Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam

Selokgondang Sukodono) pernah memperoleh guru baru dari sumber

orang dalam sendiri. Sumber rekrutmen ini memang di satu sisi layak

dipertimbangkan karena:

a. Para pencari tenaga kerja atau guru baru memperoleh bantuan dalam

usaha mencari tenaga kerja atau guru baru sehingga biaya yang harus

dipikul oleh lembaga menjadi lebih ringan;


93

b. Orang dalam yang menginformasikan lowongan itu kepada teman

atau kenalannya akan berusaha agar yang paling memenuhi syaratlah

yang melamar;

c. Para pelamar sudah memiliki bahan informasi tentang organisasi

yang akan dimasukinya sehingga lebih mudah melakukan berbagai

penyesuaian yang diperlukan jika lamarannya ternyata diterima;

d. Pelamar yang diterima melalui jalur ini bisa menjadi pekerja yang

baik karena mereka biasanya berusaha untuk tidak mengecewakan

orang yang membawa mereka.

Walaupun demikian, namun di sisi yang lain memilki sisi negatif

yang perlu diperhatikan secara serius agar tidak terjadi peraktek sistem

Kolusi dan Nepotisme di dalam lembaga. Hal ini seperti diungkapkan

oleh Sondang, kelemahan penggunaan sumber ini pun tentunya ada. 67

Berbagai kelemahan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: Tidak ada

jaminan bahwa informasi tentang lowongan diberikan oleh orang dalam

kepada para calon pelamar yang paling memenuhi syarat. Artinya, tidak

mustahil bahwa pertimbangan-pertimbangan primordial, seperti pertalian

darah, kesukuan, daerah asal dan sekolah lebih menonjol ketimbang

pemenuhan persyaratan obyektif. Hal ini harus diwaspadai oleh para

petugas yang tugas pokoknya adalah merekrut pegawai baru.

67
Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, 115.
94

4. Advertensi (Iklan)

Perekrutan tenaga kerja melalui periklanan atau disebut advertensi,

meruapakan hal yang lazim dilakukan oleh lembaga atau instansi

manapun juga. Tidak dapat dielakan, bahwa dengan cara advertensi akan

menarik pelamar-pelamar yang lebih banyak jumlahnya, apalagi cara dan

metode pengiklanannya sangat menarik. Menurut Manulang, terdapat dua

variasi dalam pelaksanaan rekrutmen melalui advertensi ini. Pertama,

tidak menyebut nama lembaga yang membutuhkan tenaga. Yakni para

pelamar diminta untuk mengajukan permohonan tertulis ke suatu tempat

tertentu seperti media elektronik atau media cetak yang membuat iklan

tersebut cara ini disebut blind advertisement. Kedua, menyebut nama

lembaga atau instansi dan alamat yang jelas yang membutuhkan tenaga,

cara ini disebut open advertisement.68

Iklan dapat dipasang di berbagai tempat dan menggunakan

berbagai media, baik yang visual seperti di media cetak-surat kabar,

majalah, selebaran yang ditempelkan di berbagai tempat yang ramai

dikunjungi banyak orang atau yang bersifat audio seperti di radio maupun

yang bersifat audio visual seperti televisi dan lain sebagainya.

Walaupun perekrutan guru melalui pengiklanan ini memakan

biaya yang cukup besar di bandingkan dengan cara yang lain, tetapi

karena memilki kelebihan yang cukup besar pula. Yakni jangkauan

sasaran yang sangat luas, secara otomatis volume pelamar yang datang

68
Manulang, Manajemen Personalia, 47.
95

cukup banyak sehingga kemungkinan besar untuk memperoleh tenaga

kerja yang sesuai dengan harapan bisa tercapai. Dengan pertimbangan

inilah maka sesuai dengan data yang diperoleh dalam penelitian ini,

bahwa pihak lembaga pernah melakukan pencarian atau perekrutan guru

melalui pengiklanan.

Cara pengiklanan yang dilakukan di lembaga ini adalah dengan

cara “open advertisement” yaitu pengiklanan langsung memakai alamat

lembaga sendiri. Adapun media pengiklanan yang pernah dilakukan pada

lembaga ini adalah media cetak (koran, selebaran/brosur) dan audio

(radio).

Selain sumber-sumber ekstern yang telah dilakukan oleh lembaga

ini sebagaimana tersebut di atas, di samping itu juga masih ada beberapa

sumber ekstern lagi yang belum dilakukan di lembaga ini seperti:

(a) badan-badan penempatan tenaga kerja baik badan resmi yang

didirikan oleh pemerintah maupun badan khusus yang didirikan oleh

perusahaan untuk mencari tenaga kerja, (b) lembaga pendidikan,

(c) organisasi profesi dan, (d) balai latihan kerja. Walaupun beberapa

sumber lain yang belum di terapkan di lembaga ini, namun tetap menjadi

perhatian juga terutama lewat lembaga pendidikan. Apalagi lembaga

pendidikan yang bonafit, nentunya memilki stok yang cukup signifikan

baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Karena diakui atau tidak, salah

satu sumber rekrutmen tenaga kerja baru yang terbaik adalah melalui

lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan umum maupun pendidikan


96

kejuruan.69 Perlu ditekankan bahwa yang dimaksud dengan lembaga

pendidikan sebagai sumber rekrutmen tenaga kerja baru adalah yang

menyelenggarakan pendidikan tingkat tinggi atau sarjana. Pembatasan ini

didasarkan kepada alasan bahwa lembaga-lembaga pendidikan yang

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar pada tingkat menengah

apalagi sekolah dasar belum layak meluluskan anak-anak sebagai pencari

lapangan kerja.

B. Sistem Seleksi

Seleksi adalah suatu proses yang mana calon-calon pegawai, guru, atau

tenaga kerja laninya dibagi dalam dua golongan antara mereka yang

ditawarkan untuk dipekerjakan dan mereka yang tidak. Menurut Moekijat,

proses ini dapat disebut sebagai proses penerimaan dan proses penolakan.

Karena menentukan dua pilihan antara yang diterima dan di tolak, maka

seleksi sering diidentikan sebagai suatu proses yang mendebarkan,

menakutkan atau negatif, berlawanan dengan rekrutmen identik dengan proses

yang positif. Karena rekrutmen hanya menyedikan sekelompok calon atau

kandidat tenaga kerja yang poternsial. Sedangkan seleksi adalah mencakupi

keputusan atau menentukan terhadap siapa dari sekelompok kandidat atau

calon tersebut yang akan diterima.70

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, seleksi diartikan dengan

“penyaring-an atau pemilihan untuk mendapatkan yang terbaik”. 71

69
Manulang, Manajemen Personalia, 46.
70
Moekijat, Manajemen Kepegawaian dan Hubungan-Hubungan Dalam Perusahaan, 89.
71
Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1019.
97

Karena seleksi adalah penyaringan untuk mendapatkan yang terbaik,

maka seleksi memiliki fungsi yang penting karena keahlian-keahlian yang

dibutuhkan oleh organisasi atau lembaga untuk mencapai tujuan-tujuan yang

ditetapkan akan diperoleh melalui proses ini (seleksi). Sehingga, tujuan dari

seleksi ini diusahakan untuk mendapatkan tenaga kerja yang memnuhi syarat

dan mempunyai kualifikasi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana tercantum

dalam job description.

1. Menentukan Spesifikasi Orang (Guru)

Spesifikasi orang adalah uraian persyaratan kualitas minimum

orang yang bisa diterima agar dapat menjalankan satu jabatan atau tugas

dengan baik dan kompeten. Sebelum petugas melakukan penyeleksian,

maka terlebih dahulu pihak lembaga, sekolah atau organisasi terlebih

dahulu menulis spesifikasi orang. Renungkan atau pikirkanlah secara

matang spesifikasi yang dikehendaki untuk sebuah pekerjaan dan tipe

orang yang akan mampu mengerjakannya secara baik dan efektif. Hal ini

seharusnya sekolah, instansi, organisasi atau lembaga tidak

mengabaikannya dalam melaksanakan penyeleksian.

Dari hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa sebelum

melaksanakan prose penyeleksian lebih lanjut, di MI Nurul Islam ini

terlebih dahulu membuat spesifikasi orang atau menetapkan persyaratan

minimum untuk mendapatkan guru yang sesuai dengan harapan lembaga.


98

Berkaitan dengan spesifikasi orang atau persyaratan minimum ini,

memberikan gambaran spesifikasi yang lebih rinci untuk masuk sebagai

dasar dalam seleksi antara lain: 72

a. Keahlian

Keahlian merupakan salah satu syarat utama yang menjadi

dasar pertimbangan dalam pelaksanaan seleksi. Keahlian ini

menurutnya, dapat digolongkan dalam tiga macam. Pertama,

“technical akill” lebih menekankan pada pekerjaan-pekerjaan yang

bersifat praktis. Kedua, “human skill” mengarah kepada orang yang

bukan pimpinan puncak semacam kepala sekolah (jika dalam

lembaga pendidikan) tetapi kepada orang yang memimpin hanya

beberapa orang bawahan. Ketiga, “conceptual skill” suatu keahlian

yang harus dimiliki oleh pimpinan puncak atau kepala sekolah karena

dapat mengkoordinir segala aktivits untuk mencapai tujuan

organisasi.

b. Pengalaman

Keahlian dan pengalaman merupakan dua hal yang selalu

diperhatikan dalam pelaksanaan penyeleksian guru atau tenaga kerja.

Dalam pandangan umum, orang yang berpengalaman akan lebih

pandai dan lebih ahli. Padahal kesanggupan untuk dapat

menyelesaikan suatu tugas tertentu, tidak hanya ditentukan oleh

pengalaman, tetapi juga sangat besar pengaruh oleh intelejensia

72
Manulang, Manajemen Personalia, 53.
99

seseorang. Memang pada tahap permulaan, mereka yang memiliki

pengalaman tidak terlalu dibutuhkan bimbingan dan pengawasan.

Namun pada masa berikutnya, bila para tenaga itu diberikan secara

sistematis, maka mereka yang memilki intelejensia yang baik akan

menunjukan prestasi yang lebih baik dari mereka yang

berpenagalaman tetapi tidak memilki intelejensia yang baik.

c. Umur

Ketentuan umur termasuk mendapatkan perhatian dalam

penyeleksian. Pada umumnya lembaga atau instansi tidak begitu saja

menerima calon yang berusia terlalu muda maupun usia lanjut.

Karena karena usia terlalu muda relatif kurang tanggung jawab.

Sedangakan mereka yang berusia lanjut, tenaga fisik reltif lebih kecil

dan terbatas.

d. Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga sering diperhatikan sebagai dasar dalam

mengadakan seleksi. Apalagi untuk guru mata pelajaran tertentu atau

jabatan-jabatan tertentu, jenis kelamin ini menjadi bahan

pertimbangan.

e. Pendidikan

Pendidikan sering diidentikan dengan latihan. Tamatan dari

perguruan tinggi-perguruan tinggi selalu menjadi salah satu

kualifikasi dsalam memangku suatu jabatan atau kedudukan.


100

f. Fisik

Untuk jabatan-jabatan tertentu, keadaan fisik calon tenaga

kerja harus menadapatkan perhatian. Apalagi tugas-tugas yanga akan

dijalankannya nanti memerlukan tenaga, maka tenaga yang kuat dan

kokoh merupakan suatu kualifikasi tersendiri. Begitu juga suatu tugas

di mana telinga atau penglihatan memegang peranan penting, maka

tidak boleh mengabaikan keadaan fisik seperti tersebut di atas.

g. Bakat

Bakat atau apitude, belakangan ini memainkan peranannya

sebagai suatu syarat yang menentukan dalam proses pemilihan calon

tenaga kerja. Bakat ini sendiri bisa diklasifikasi menjadi dua yaitu

bakat yang tersembunyi dan bakat yang nyata. Dalam proses seleksi

biasanya yang ditonjolkan adalah bakat yang nyata. Namun bakat

yang tersembunyi inipun perlu mendapatkan perhatian, karena hal ini

akan dapat dikembanmgkan dengan jalan pelatihan atau pendidikan.

h. Karakter

Karakter ini yang berkaitan dengan sifat-sifat kejiwaan atau

akhlak dan budi pekerti tenaga kerja yang akan di seleksi.

Sehubungan dengan spesifikasi orang atau guru, maka Undang-

Undang Rebublik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen BAB IV pasal 8, disebutkan: Guru wajib memiliki kualifikasi

akdemik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

memilki kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional.


101

Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8

diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program

diploma empat. Dan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal

8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan

profesi. Sedangkan sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam

pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Adapun

sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki

program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan

ditetapkan oleh pemerintah.

Dari uraian tersebut di atas dapat dipertegaskan bahwa tujuan dari

spesifikasi orang atau guru ini adalah untuk menunjukan persyaratan

orang yang akan menjadi dasar dalam pelaksanaan seleksi. Namun tetap

diperhatikan, jika semua pelamar tidak masuk kualifikasi sesuai dengan

spesifikasi atau syarat-syarat yang telah dibuat, maka sangat terbuka

kemungkinan menerima pelamar yang mendekati syarat-syarat tersebut.

Persaratan-persaratan tersebut hanya sebagai gambaran umum, bisa saja

akan berubah sesuai dengan perubahan ruang dan waktu atau tergantung

siatuasi dan kondisi dari instansi, lembaga atau sekolah yang

bersangkutan.

Adapun spesifikasi orang atau persyaratan minimum yang

ditetapkan di lembaga ini hampir sejalan dengan uraian tersebut di atas

yakni mencakupi: keahlian baik dari sisi technical skill maupun


102

konceptual skill, pengalaman, pendidikan, fisik, bakat dan karakteristik

yakni berkaiatan dengan sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti.

2. Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Seleksi

Sebagaimana penjelasan pada bab dua, bahwa langkah-langkah

dalam pelaksanaan seleksi yang terdiri dari dua tahap antara lain:

Pertama, mendapatkan informasi tahap awal yang mencakupi:

penerimaan pendahuluan yaitu untuk mendengarkan pendapat dari

pelamaragar tidak terjadi kesalahfahaman, menyerhkan formulir lamaran

untuk diisi oleh pelamar agar dapat mengumpulkan keterangan-

keterangan dari pelamar secara efesien, pemeriksaan referensi atau

mengambil keterangan dari pihak ketiga agar untuk memperoleh

informasi yang falid tentang pelamar, dan evaluasi kesehatan.

Kedua, mendapatkan informasi tahap kedua yang mencakupi: tes

psikologi untuk mengetahui minat dan bakat bagi para calon guru, tes

praktek untuk mengetahui dan memastikan apakah ketrampilan calon

guru tersebut sesuai dengan harapan atau tidak, dan terakhir tes

wawancara untuk menilai kecocokan secarah menyeluruh bagi calon guru

tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan di lembaga ini, dari

langkah-langkah penyeleksian baik pelaksanaan tahap awal maupun tahap

kedua yang ditawarkan tersebut, hampir semuanya sudah diterapkan di

lembaga ini kecuali dua poin dari tahap pertama yang belum
103

diterapkannya yaitu penyerhan formulir untuk diisi oleh pelamar dan

pemeriksaan kesehatan. Padahal kedua poin tersebut memiliki makna

yang sangat penting terutama formulir lamaran dapat dirancang untuk

mengumpulkan keterangan-keterangan dari para calon guru secara

efesien.

3. Keputusan Penerimaan atau Penolakan

Apabila proses pelaksanaan seleksi telah selesai, maka kegiatan

selanjutnya adalah keputusan menerima atau menolak. Dalam mengambil

keputusan ini, menurut, tidak hanya sekedar berspekulasi apakah

seseorang itu tepat atau tidak untuk suatu pekerjaan, melainkan berpegang

pada spesifikasi yang telah dibuat sebelumnya. Jika hal ini dilakukan

dengan baik maka dapat dipastikan menempatkan orang secara obyektif

dan harapan untuk memperoleh orang yang tetapt bisa dapat terwujud.

Namun dalam kode etik hubungan kemasyarakatan (public relation), bagi

calon tenaga kerja yang tidak terpilih atau tidak diterima harus ada

pemberitahuan. 73

Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi kekeliruan dalam

proses pelaksanaan penyeleksian, maka walaupun keputusan penolakan

dan penerimaan tenaga atau guru baru berdasarkan spesifikasi yang telah

dibuat oleh lembaga atau pihak panitia, tapi tidak serta merta mereka yang

telah diterima langsung menjadi pegawai atau guru tetap. Hal ini seperti

73
Keenan, Pedoman Manajemen Penyeleksian, 59.
104

yang ditawarkan oleh Hasibuan, agar mereka yang telah diseleksi dan

dinyatakan lulus, maka bisa diterima menjadi tenaga kerja atau guru

dengan status dalam masa percobaan. 74

Uraian tersebut di atas sejalan dengan apa yang telah dilakukan di

lembaga ini baik dari sisi pemberitahuan tentang penerimaan atau

penolakan calon guru. Seperti yang dijelaskan oleh ibu Dwi Rifiani

bahwa, (wakil kepala sekolah bagian administrasi dan kepegawaian),

bahwa mereka yang dinyatakan diterima atau ditolak, pihak lembaga

selalu mengirimkan surat pemberitahuan kepada alamat calon guru yang

bersangkutan. Begitu pula bagi mereka yang yang telah diterima, status

kepegawaian mereka masih dalam masa percobaan.

Berdasarkan hasil penelitian yang kami temui, bahwa masa

percobaan yang diterapkan di lembaga ini adalah terdiri dari beberapa

tahap. Tahap pertama, dengan tnggang waktu tiga bulan, selama tiga

bulan ternyata dianggap layak, maka dilanjutkan pada tahap kedua, yaitu

diperpanjang menjadi enam bulan, selama enam bulan ini jika tetap

memenuhi syarat, maka akan dilanjutkan pada tahap ketiga, yaitu dengan

tenggang waktu selama satu tahun. Pada tahap ketiga ini dilakukan

evaluasi kemudian dipertimbangkan dan masuk kualifikasi, maka pada

tahap keemapat dilakukan perpanjangan Sk menjadi emapat tahun.

Selama emapat tahun ini ternyata para guru baru ini memiliki kompetensi

74
Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, 61.
105

sesuai dengan harapan lembaga, baru mereka bisa ditetapkan menjadi

guru tetap.

C. Sistem Orientasi

Dalam masa orientasi atau masa perkenalan kepada pegawai atau guru

baru, diberikan gambaran atau kesan yang baik tentang lembaga. Karena

kesan-kesan pertama ini memegang peranan penting dalam menentukan

apakah seorang atau tenaga yang baru itu kelak merupakan anggota tim yang

baik atau tidak. Pencapaian seperti ini di jalankan dengan cara mengajak para

tenaga atau guru baru mengadakan pembicaraan. Saat pembicaraan seperti ini

diberi penjelasan tentang lembaga yang bersangkutan.

Hal-hal yang perlu dijelaskan dalam pelaksanaan orientasi menurut

Bahrul Ulum, S. Pd antara lain: (1) sejarah lembaga, (2) struktur organisasi,

(3) tata kerja dalam lembaga, (4) pedoman-pedoman tentang kesejahteraan

pegawai, (5) pedoman-pedoman tentang kemungkinan promosi. 75

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa penjelasan lima poin

dalam pelaksanaan orientasi sebagaimana di tawarkan Manulang tersebut di

atas semuanya telah dilakukan oleh lembaga ini. Ketika ditanya masalah

tujuan pembicaraan dalam orientasi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut di

atas, dijelaskan bahwa pihak lembaga melakukan pembicaraan dengan tujuan

agar para guru baru merasa seperti rumah sendiri dan agar tertanam perasaan

pada dirinya sendiri bahwa lembaga ini menerimanya dengan terbuka.

75
Manulang, Manajemen Personalia, 102.
106

Begitu pula memperkenalkan dengan para guru yang lain dianggap

penting terutama pada hari-hari pertama tenaga atau guru baru itu bertugas

dengan harapan dapat terciptanya hubungan baik antar guru atau pegawai dan

tidak terdapat suasana kekakuan.


BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

1. Sumber-Sumber Rekrutmen Guru

Sumber-sumber rekrutmen yang didapatkan di lembaga ini terdiri

dari: (a) Sumber interen, yaitu memanfaatkan guru yang telah ada di

dalam lembaga untuk mengganti bila salah seorang guru mata pelajaran

tertentu mengundurkan diri atau dimutasi. (b) Sumber ekstern, yaitu

memperoleh calon guru dari luar berupa: lamaran baik pelamar datang

langsung ke lemba-ga maupun melalui pos, lewat pengiklanan, dan lewat

informasi orang dalam.

2. Proses Penyeleksian

Proses pelaksanaan penyeleksian calon guru di lembaga ini

melalui beberapa tahap antara lain:

a. Menentukan spesifikasi atau persaratan minimum yang mencakupi:

keahlian, umur, jenjang pendidikan, minat dan bakat serta

karakteristik.

b. Mendapatkan Informasi Tahap Awal.

Mendapatkan informasi merupakan tahap kedua yang meliputi

tes psikologi, tes praktek dan tes wawancara.

c. Keputusan menerima atau menolak


108

Yaitu setelah keputusan telah diambil, pihak lembaga

mengirimkan surat pemberitahuan, dan bagi yang lulus tidak

langsung menjadi guru tetap tetapi melalui masa percobaan, tes

psikologi, tes peraktek, dan tes wawancara, sebagai akhir dari proses

penyeleksian tahap ke dua.

3. Proses Orientasi Guru

Setiap calon guru baru yang masuk di lembaga ini, sebelum

melaksanakan aktivitas belajar mengajar, pihak lembaga selalu

melakukan orientasi terlebih dahulu.

B. Implementasi Teoritis

1. Rekrutmen Guru

Dalam rangka memiliki guru yang berkualitas sangat tergantung

pada kualitas proses rekrutmennya. Semakin baik prosesnya, semakin

besar pula kemungkinan didapatkannya individu-individu yang sangat

memenuhi kualifikasi sesuai dengan yang diharapkan oleh sekolah .

Rekrutmen atau Penerimaan tenaga kependidikan merupakan kegiatan

untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan pada lembaga

pendidikan, baik jumlah maupun kualitasnya, untuk kegiatan tersebut

diperlukan kegiatan penarikan. Menurut T. Hani Handoko

mengemukakan bahwa Penarikan (rekrutmen) adalah proses pencarian

dan pemikatan para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk


109

melamar sebagai karyawanî. Pengelolaan unsur manusia mulai dari

perencanaan sampai pada tahap akhir, pada intinya diorientasikan untuk

tahap mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam organisasi.

Dalam hal ini mencari dan mendapatkan calon-calon tenaga kependidikan

yang memenuhi syarat sebanyak mungkin. Selain itu menurut T.Hani

Handoko Penarikan berkenaan dengan pencarian dan penarikan sejumlah

karyawan potensial yang akan di seleksi untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan organisasiî. Dari pengertian di atas tentang rekrutmen, maka

dapat diambil suatu kesimpulan bahwa rekrutmen adalah proses

menghasilkan satu kelompok para pelamar kerja yang memenuhi syarat

untuk bekerja di dalam organisasi. Kegiatan rekrutmen sebagai suatu

proses selalu diikuti dengan seleksi untuk menemukan kesesuaian

kebutuhan dengan kemampuan pribadi sumber daya manusia. Menurut

Ibrahim Bafadal Rekrutmen guru merupakan satu aktivitas manajemen

yang mengupayakan didapatkannya seorang atau lebih calon pegawai

yang betul-betul potensial untuk menduduki posisi tertentu di sebuah

lembagaî. Sebagai bagian dari organisasi seluruh sumber daya manusia

(SDM) yang ada memang harus mendapatkan perhatian, karena mereka

akan memberikan kontribusinya masing-masing dalam pencapaian tujuan

organisasi.
110

2. Rekrutmen Yang Efektif

Rekrutmen yang efektif dipengaruhi oleh bagaimana organisasi

dapat melaksanakan sejumlah kegiatan ini di dalam proses tersebut.

Menurut Stoner, kegiatan yang dilaksanakan dalam proses rekrutmen

adalah sebagai berikut:

a. Menentukan dan membuat kategori kebutuhan Sumber Daya Manusia

jangka pendek dan jangka panjang.

b. Selalu memperhatikan perubahan kondisi di dalam pasar tenaga kerja.

c. Mengembangkan media (promosi) rekrutmen yang paling sesuai

untuk menarik para pelamar.

d. Menyimpan data tentang jumlah dan kualitas peramal pekerja dari

setiap sumber.

e. Menindaklanjuti dari setiap permohonan pelamar kerja untuk

kemudian melakukan evaluasi efektivitas dengan upaya rekrutmen

yang telah dilakukan.

3. Alasan-alasan Dasar Rekrutmen

Menurut Faustino Cardoso Gomes mengatakan bahwa Rekrutmen

dilaksanakan dalam suatu organisasi karena kemungkinan adanya

lowongan dengan beraneka ragam alasan yaitu sebagai berikut :

a. Berdirinya organisasi baru.

b. Adanya perluasan kegiatan organisasi.

c. Terciptanya pekerjaan-pekerjaan dan kegiatan-kegiatan baru.


111

d. Adanya pekerja yang pindah keorganisasi lain.

e. Adanya pekerja yang berhenti, baik dengan hormat maupun tidak

hormat.

f. Adanya pekerja yang berhenti karena memasuki usia pensiun.

g. Adanya pekerja yang meninggal dunia. Dari ketujuh alasan tersebut

maka pemerintah melakukan rekrutmen tenaga kependidikan (guru)

calon guru baru.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat banyak kekurangan-kekurangan dalam

memperoleh data, pada saat peneliti melakukan penelitian terhadap

responden, salah satunya guru. Peneliti mengalami kesulitan dikarenakan para

guru sedang dalam menjalan tugas pembelajaran pada siswa sedangkan pada

saat jam istirahat peneliti hanya memperoleh data yang sedikit dikarenakan

keterbatasan waktu, sebagai inisiatif lain maka, peneliti memohon ijin kepada

Kepala Madrasah dan Dewan guru yang berkompeten dalam penelitian ini

untuk kami kunjungi dirumah para guru yang bersedia dikunjungi sehingga

peneliti memperoleh waktu yang cukup untuk melakukan penelitian dan

memperoleh data-data yang maksimal.

D. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian dan kesimpulan, maka peneliti

menyarankan beberapa hal yang dianggap penting dan perlu mendapatkan

perhatian dari pelaku-pelaku pendidikan antara lain:


112

1. Bagi MI Nurul Islam

a. Apabila merekrut atau memanfaatkan guru dari dalam sendiri berupa

penambahan jam mengajar, memang akan lebih baik jika dilihat dari

aspek efektifitas dan efisiensi, tetapi harus dipertimbangkan

kesesuaian antara guru dan bidang studi yuang bersangkutan.

b. Menjadi bahan pertimbangan lagi, badan-badan penempatan tenaga

kerja juga bisa dijadikan bagaian dari sumber ekstern dalam

perekrutan guru baru.

c. Penentuan spesifikasi guru dalam pelaksanaan seleksi merupakan satu

langkah maju yang dapat dipertahankan bahkan bila perlu

ditingkatkan lagi standar minimalnya yaitu dari S-1, dapat

ditingkatkan menjadi S-2.

2. Bagi Lembaga-Lembaga Lain

Diharapkan bagi para pengelola Lembaga Pendidikan yang lain

khususnya bagi lembaga yang belum menerapkan sistem rekrutmen guru

yang baik dan benar, bisa segera melakukan langkah-langkah perbaikan

agr bisa mendapatkan calon tenaga pengajar atau guru yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Penfekatan Praktek. Edisi Revisi V.


Jakarta: Renika Cipta.

Cushway, Barry, 1994. Human Resource Nanagement (Manajemen Sumber Daya


Manusia). Alih Bahasa: Paloepi Tiyas Rahajeng, Jakarta: PT Elex Media
Koputindo.

Depdiknas. 2005. Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen. Surabaya: UBHARA.

Dessler, Gary, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Alih Bahasa: Benyamin
Molan. Jakarta: PT Prenhallindo.

Hasri, S., 2004. Manajemen Pendidikan: Pendekatan Nulai dan Budaya


Organisasi. Makasar: YAPMA.

Hasibuan, Malayu, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.


Jakarta: Bumi Aksara.

Handoko, Hani T., 2000. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Handoko, Hani T., 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE.

Ilalahi, Ulbert, 2005. Studi tentang Ilmu Administrasi (Konsep, Teori dan
Dimensi). Bandung: Sinar Baru.

James, A.B. & Dean, J.C. 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung:
Eresco.

Kertonegoro, Sentanoe, 1985. Prinsip dan Teknik Manajemen. Yogyakarta:


Ananda.

Keenan, Kate, 1996. Pedoman Manajemen Penyeleksian. Jakarta: Pustaka Utama


Grafiti.

Maleong, L.J. 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2003. Perencanaan Dan Pengembangan Sumber


Daya Manusia. Jakarta: AMISSCO.

Manulang, M. 1977. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.


114

Manulang, M. 1985. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Martoyo, Susilo, 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

Moekijat, 1975, Manajemen Kepegawaian dan Hubungan-Hubungan Dalam


Perusahaan. Bandung: ALUMNI.

Moekijat, 1977. Kamus Manajemen. Bandung: ALUMNI.

Moekijat, 1989. Manajemen Kepegawaian. Bandung: Mandar Maju.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:


Rineke Cipta.

Nitisemito, Alex S., 1978. Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar. Sasmita Bros.

Panglaikim dan Hazil, 1971. Manajemen Suatu Pengantar. Jakarta: Pustaka


Sarjana.

Poerwanti, E. 1998. Dimensi-dimensi Riset Ilmiah. Lumajang: Universitas


Muhammadiyah Lumajang.

Redmond, Robert S., 1997. Cara Merekrut Manajer yang Baik dan Cara
Mempertahankan Mereka. Jakarta: Bumi Aksara.

Siagian, Sondang P., 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.

Simamora, Hendry, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua.


Yogyakarta: STIE YPKN.

Singarimbun, M. & Efendi, S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Siswanto, Bedjo, 1987. Manajemen Tenaga Kerja. Bandung: Sinar Baru.

Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode


Kuantitatif dan Stattistika dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.

Sumarsono, Sony, 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan


Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sunyoto, Agus, 1999. Modul Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: IPWI.

Tri Cahyono, Bambang, 1999. Kasus-Kasus Manajemen Sumber Daya Manusia.


Jakarta: IPWI.
115

Wahyudi, M. Ali. 2006. Analisa Kebijakan Sumber Pendanaan Pendidikan (Studi


Kasus di Lembaga Pendidikan Islam Ar-Rahmah Pesantren Hidayatullah
Lumajang (Tesis belum Diterbitkan).

Widagdo, Bambang, 1991. Manajemen Personalia, Bagian I. Lumajang: UMM


Press.

Winardi, 1975. Asas-Asas Manajemen. Bandung: ALUMNI

Yin, R.Y. 2004. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

________, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.


KEMENTERIAN AGAMA R.I
Format Data Kelembagaan Madrasah Ibtidaiyah TP 2016/2017

I. Profil Lembaga
A. Data Umum Madrasah
1. NSM : 1 1 1 2 3 5 0 8 0 0 2 6 (12 digit)

2. NPSN : 6 9 7 2 5 5 8 1 (8 digit)

3. Nama Madrasah : Nurul Islam Selokgondang

4. Status Madrasah : 2 1 : Negeri 2 : Swasta

5. Waktu Belajar : 1 1 : Pagi 2 : Siang 3 : Kombinasi (Pagi dan Siang)

6. NPWP : 0 2 . 2 6 6 . 5 0 6 . 1 - 6 2 5 . 0 0 0
Poin 7 s/d 9 hanya diisi oleh Madrasah Negeri
7. Kode Satker Anggaran : (6 digit)
8. Nomor DIPA Tahun 2016 :
9. Penempatan DIPA 2016 : 1 : Kanwil Kemenag 2 : Kemenag Kab./Kota 3 : Madrasah

B. Lokasi Madrasah
1. Jalan/Kampung & RT/RW : Jl. Pohgunung RT 35 RW 11 Desa Selokgondang
2. Desa/Kelurahan : Selokgondang
3. Kecamatan : Sukodono
4. Kabupaten/Kota : Lumajang
5. Provinsi : Jawa Timur
6. Kode Pos : 6 7 3 5 2 (5 digit)
7. Titik Koordinat : a. Latitude (Lintang) : -8.115500 b. Longitude (Bujur) :+113.264100
8. Kategori Geografis Wilayah : 2 1 : Pesisir Pantai 2 : Dataran Rendah 3 : Pegunungan
9. Kategori Wilayah Khusus : 1 : Daerah Terpencil/Terbelakang 2 : Daerah Masyarakat Adat
3 : Daerah Bencana Alam/Bencana Sosial 4 : Daerah Perbatasan

C. Kontak Madrasah
1. Nomor Telepon Madrasah : - 085236131313 (Kode Area + Nomor Telepon)
2. Nomor Fax Madrasah : - (Kode Area + Nomor Telepon)
3. Alamat Website Madrasah :
4. Alamat Email Madrasah : minurulislamselokgondang60@gmail.com

D. Jarak Madrasah ke Lokasi Tertentu


1. Ke Kanwil Kemenag Provinsi : 5 1 : < 1 Km 2 : 1 - 10 Km 3 : 11 - 30 Km 4 : 31 - 50 Km 5 : > 50 Km
2. Ke Kankemenag Kab./Kota : 2 1 : < 1 Km 2 : 1 - 10 Km 3 : 11 - 30 Km 4 : 31 - 50 Km 5 : > 50 Km
3. Jarak ke RA Terdekat : 2 1 : < 1 Km 2 : 1 - 2 Km 3 : 3 - 5 Km 4 : 6 - 10 Km 5 : > 10 Km
2
4. Jarak ke TK Terdekat : 2 1 : < 1 Km 2 : 1 - 2 Km 3 : 3 - 5 Km 4 : 6 - 10 Km 5 : > 10 Km
5. Jarak ke MI Terdekat : 3 1 : < 1 Km 2 : 1 - 2 Km 3 : 3 - 5 Km 4 : 6 - 10 Km 5 : > 10 Km
3
6. Jarak ke SD Terdekat : 3 1 : < 1 Km 2 : 1 - 2 Km 3 : 3 - 5 Km 4 : 6 - 10 Km 5 : > 10 Km
3
7. Jarak ke MTs Terdekat : 2 1 : < 1 Km 2 : 1 - 10 Km 3 : 11 - 30 Km 4 : 31 - 50 Km 5 : > 50 Km
8. Jarak ke SMP Terdekat : 2 1 : < 1 Km 2 : 1 - 10 Km 3 : 11 - 30 Km 4 : 31 - 50 Km 5 : > 50 Km
117

E. Dokumen Perijinan & Sertifikat ISO


1. No. SK Pendirian : L.M/3/4913/17/1982
2. Tanggal SK Pendirian : 0 1 / 0 6 / 1 9 6 0 (Format penulisan : dd/mm/yyyy)
3. No. SK Ijin Operasional : kd.13.08/4/pp.00/64.b/2010
4. Tanggal SK Ijin Operasional : 0 1 / 0 7 / 2 0 1 0 (Format penulisan : dd/mm/yyyy)
5. Kepemilikan Sertifikat ISO : 4 1 : 9001:2000 2 : 9001:2008 3 : Dalam Proses 4 : Belum

F. Akreditasi Madrasah Terakhir


1. Status Akreditasi Terakhir : ## 1 : A 2:B 3:C 4 : Tidak Terakreditasi
2. No. SK Akreditasi Terakhir : 250/BAP-SM/SK/X/2014
3. TMT SK Akreditasi Terakhir : 0 1 / 0 7 / 2 0 1 0 (Format penulisan : dd/mm/yyyy)
4. Tanggal Berakhir Akreditasi : 2 8 / 1 0 / 2 0 1 9 (Format penulisan : dd/mm/yyyy)
5. Nilai Akreditasi Terakhir : 72,00

G. Riwayat Akreditasi Madrasah


Status Nomor SK TMT Tanggal Berakhir Nilai
1)
Akreditasi Akreditasi Akreditasi Akreditasi Akreditasi

2 250/BAP-SM/SK/X/2014 07/01/2010 28/10/2019 72

1) Status Akreditasi : 1:A 2:B 3:C 4 : Tidak Terakreditasi

H. Kelompok Kerja Madrasah (KKM), Komite Madrasah & Asrama Siswa


1. Status dalam KKM : 2 1 : Induk KKM 2 : Anggota KKM 3 : Tidak Masuk KKM
2. Jika sebagai Induk KKM, berapa jumlah anggota KKM : madrasah
3. Jika sebagai Anggota, sebutkan : a. Nama Madrasah Induk: MIN Lempeni Lumajang
b. NSM Madrasah Induk : 111135080001
4. Status Komite Madrasah : 1 1 : Sudah Terbentuk 2 : Belum Terbentuk
5. Asrama Siswa : 2 1 : Tersedia 2 : Tidak Tersedia
6. Daya Tampung Asrama : 0 siswa

I. Penyelenggara Madrasah Swasta (Pertanyaan Khusus Madrasah Swasta)


1. Penyelenggara Madrasah : 2 1 : Organisasi Keagamaan 2 : Yayasan 3 : Perorangan
2. Jika "Organisasi Keagamaan/Yayasan", sebutkan organisasi afiliasi (Pilih salah satu jawaban) :
√ Nahdlatul Ulama Muhammadiyah Persis PUI
DDI Mathlaul Anwar Al Khairaat PERTI
Hidayatullah Al Washliah Nahdlatul Wathan GUPPI
Mandiri Lainnya, sebutkan :
3. Madrasah berada di bawah naungan Pondok Pesantren? : 2 1 : Ya 2 : Tidak
4. Jika "Ya", sebutkan : a. Nama Pondok Pesantren :
b. Nomor Statistik Pontren (NSPP) :

J. Data Kepala Madrasah


1. Nama Lengkap (tanpa gelar) : Niwar Dedi Effendi, S.Pd.I
2. Gelar Akademik a. Gelar Depan : b. Gelar Belakang : S.Pd.I
3. Jenis Kelamin : L L : Laki-Laki P : Perempuan
4. Status Kepegawaian : 2 1 : PNS 2 : Non-PNS
5. NIP :
6. Pendidikan Terakhir : 6 1 : ≤ SLTA 2 : D1 3 : D2 4 : D3
5 : D4 6 : S1 7 : S2 8 : S3
7. Status Sertifikasi : 1 1 : Sudah Sertifikasi 2 : Belum Sertifikasi
8. Nomor Telepon/HP : 085236131313
118

K. Data Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Madrasah (untuk Seluruh Madrasah Negeri dan Swasta)
1. Status Menerima BOS : 1 1 : Bersedia 0 : Tidak Bersedia
Jika jawaban nomor 1 di atas adalah "Bersedia", maka isilah pertanyaan nomor 2 s/d 6 di bawah ini :
2. Nama Bendahara BOS : Trimariany, S.Pd
3. Nomor Rekening BOS : 1430015075888
4. Pemilik Rekening BOS : Nurul Islam Selokgondang
5. Nama Bank : Bank Mandiri
6. Cabang Bank : KCP Lumajang

II. Sarana Prasarana Madrasah


A. Kepemilikan Tanah (Status Kepemilikan dan Penggunaannya)
1. Luas Tanah
Luas Tanah (m2) Menurut Status Sertifikat
No. Status Kepemilikan
Bersertifikat Belum Sertifikat Total

1. Hak Milik Sendiri 445


2. Wakaf
3. Hak Guna Bangunan
4. Sewa/Kontrak
5. Pinjam/Menumpang

2. Penggunaan Tanah
Luas Tanah Menurut Status Sertifikat (m2)
Status Status
Penggunaan Kepemilikan Penggunaan
No.
Tanah 1) 2)
Bersertifikat Belum Sertifikat Total

1. Bangunan 445 445 1


2. Lapangan Olahraga
3. Halaman 25 25 1
4. Kebun/Taman
5. Belum Digunakan
1)
Status Kepemilikan : 1 : Milik Sendiri 2 : Bukan Milik Sendiri
2)
Status Penggunaan : 1 : Hanya Digunakan Sendiri 2 : Digunakan Bersama dengan Lembaga/Madrasah Lain

B. Jumlah dan Kondisi Bangunan


Jumlah Ruangan Menurut Kondisi
Status Total Luas
No. Jenis Bangunan Rusak Rusak Rusak 1)
Baik Kepemilikan Bangunan (m2 )
Ringan Sedang Berat

1. Ruang Kelas 5 1 1
2. Ruang Kepala Madrasah 1 1
3. Ruang Guru 1 1
4. Ruang Tata Usaha
5. Laboratorium IPA (Sains)
6. Laboratorium Komputer
7. Laboratorium Bahasa
8. Laboratorium PAI
9. Ruang Perpustakaan
10. Ruang UKS
11. Ruang Keterampilan
12. Ruang Kesenian
13. Toilet Guru 1 1
14. Toilet Siswa 1 1
15. Ruang Bimbingan Konseling (BK)
119

C. Sarana Prasarana Pendukung Pembelajaran


Jumlah Sarpras Menurut Kondisi Jumlah Ideal Status
No. Jenis Sarpras 1)
Baik Rusak Sarpras Kepemilikan

1. Kursi Siswa 80 15 1
2. Meja Siswa 40 10 1
3. Loker Siswa
4. Kursi Guru di Ruang Kelas 3 3
5. Meja Guru di Ruang Kelas 3 3
6. Papan Tulis 5 1
7. Lemari di Ruang Kelas 5 1
8. Komputer/Laptop di Lab. Komputer
9. Alat Peraga PAI
10. Alat Peraga IPA (Sains)
11. Bola Sepak 2
12. Bola Voli 2
13. Bola Basket 2
14. Meja Pingpong (Tenis Meja) 1
15. Lapangan Sepakbola/Futsal
16. Lapangan Bulutangkis
17. Lapangan Basket
18. Lapangan Bola Voli
1) Status Kepemilikan : 1 : Milik Sendiri 2 : Bukan Milik Sendiri

D. Sarana Prasarana Pendukung Lainnya


Jumlah Sarpras Menurut Kondisi Status
No. Jenis Sarpras 1)
Baik Rusak Kepemilikan

1. Laptop (di luar yang ada di Lab. Komputer) 1 1 1


2. Komputer (di luar yang ada di Lab. Komputer) 10
3. Printer 1 1
4. Televisi 1
5. Mesin Fotocopy
6. Mesin Fax
7. Mesin Scanner 1
8. LCD Proyektor
9. Layar (Screen)
10. Meja Guru & Pegawai 8 2
11. Kursi Guru & Pegawai 8 2
12. Lemari Arsip 2
13. Kotak Obat (P3K) 1
14. Brankas
15. Pengeras Suara 1
16. Washtafel (Tempat Cuci Tangan)
17. Kendaraan Operasional (Motor)
18. Kendaraan Operasional (Mobil)
19. Mobil Ambulance
20. AC (Pendingin Ruangan)
1) Status Kepemilikan : 1 : Milik Sendiri 2 : Bukan Milik Sendiri
120

E. Rincian Data Ruang Kelas


Status Ukuran Ruang Kelas
Nama Jenis Status Kondisi Tahun
1) 2) Penggunaan 4)
Ruang Kelas Lantai Kepemilikan 3) Bangunan Dibangun
Panjang (m) Lebar (m)

1 1 1 1 1 2014 8 6
2 1 1 1 1 2014 8 6
3 1 1 1 1 2014 8 6
4 1 1 1 1 2014 8 6
5 1 1 1 1 2014 8 6
1) Jenis Lantai : 3) Status Penggunaan :
1 : Keramik/Ubin 1 : Hanya Digunakan Sendiri
2 : Semen Plesteran 2 : Digunakan Bersama dengan Madrasah Lain
3 : Kayu
4 : Tanah 4) Kondisi Bangunan :
1 : Baik
2)
Status Kepemilikan : 2 : Rusak Ringan
1 : Milik Sendiri 3 : Rusak Sedang
2 : Bukan Milik Sendiri 4 : Rusak Berat

F. Ketersediaan Listrik
1. Sumber Listrik : 1 1 : PLN 2 : Diesel/Genset 3 : Belum Tersedia
2. Daya Listrik (Watt) : 2 1 : 450 W 2 : 900 W 3 : 1300 W
(Jika sudah memiliki 4 : 2200 W 5 : 3500 W 6 : 4400 W
listrik)
7 : 5500 W 8 : 6600 W 9 : > 6600 W

G. Ketersediaan Air Sanitasi


1. Kecukupan Air : 1 1 : Cukup 2 : Kurang 3 : Tidak Ada
2. Sumber Air Sanitasi : 2 1 : Ledeng/PAM 2 : Air Tanah/Sumur 3 : Belum Tersedia
3. Air Minum untuk Siswa : 1 1 : Disediakan Madrasah 2 : Tidak Disediakan

H. Ketersediaan Jaringan Internet


1. Kualitas Akses Internet : 3 1 : Baik 2 : Kurang Baik 3 : Belum Tersedia
2. Akses Internet Tersedia: 1 : Mobile Access (menggunakan HP sebagai modem)
(Jika sudah memiliki 2 : Langganan Provider Internet Broadband (IndoHome, Firs Media, dll)
akses internet)
3 : VSAT (Very Small Aperture Terminal)
4 : DSL (Digital Subcriber Line)
5 : Dial-Up (menggunakan sambungan telepon)
6 : Lainnya
121

III. Rekap Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)


A. Jumlah Kepala Madrasah, Wakil Kepala, Pendidik dan Tenaga Kependidikan
PNS Non-PNS
No. Uraian
Lk. Pr. Lk. Pr.

1. Jumlah Kepala Madrasah 1


2. Jumlah Wakil Kepala Madrasah 1
1)
3. Jumlah Pendidik 1 4 4
2)
4. Jumlah Pendidik Sudah Sertifikasi 1 3 3
2)
5. Jumlah Pendidik Berprestasi Tk. Nasional
2)
6. Jumlah Pendidik Sudah Ikut Bimtek K-13 1 3 3
7. Jumlah Tenaga Kependidikan 1
1) Di luar Kepala dan Wakil Kepala Madrasah 2) Termasuk Kepala dan Wakil Kepala Madrasah

IV. Rekap Siswa


A. Ringkasan Data Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kelas 1 - TP 2016/2017
1. Daya tampung madrasah untuk siswa baru di Kelas 1 TP 2016/2017 : 20 siswa

2. Jumlah Pendaftar di Kelas 1 pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) TP 2016/2017 : 13 pendaftar

3. Jumlah Siswa Baru Yang Diterima di Kelas 1 pada PPDB TP 2016/2017 : 13 siswa

B. Rincian Jumlah Pendaftar & Jumlah Siswa Baru Yang Diterima di Tingkat 1 TP 2016/2017
Jumlah Pendaftar Jumlah Siswa Baru Diterima
No. Asal Sekolah
Lk. Pr. Lk. Pr.
1. RA 6 7 6 7
2. TK
3. Lembaga PAUD
4. Langsung dari Orangtua
5. TK Luar Biasa
6. TK di Luar Negeri
7. Lainnya

C. Data Rombongan Belajar pada Semester Ganjil TP 2016/2017 (Tahun Pelajaran Sekarang)
Tingkat/ Kurikulum Nama Ruang Jumlah Siswa
Nama Rombel Nama Wali Kelas
Kelas 1 ) 2)
Kelas 3 ) Lk. Pr.

1)
Tingkat/Kelas : 1 : Kelas 1 2 : Kelas 2 3 : Kelas 3 4 : Kelas 4 5 : Kelas 5 6 : Kelas 6
2) Kurikulum Yang Digunakan : 1 : Kurikulum 2013 2 : KTSP 2006 3 : Mandiri
3)
Nama Ruang Kelas yang digunakan untuk Kegiatan Belajar Mengajar mengacu pada data Sarpras Bagian E.

D. Kondisi Siswa dan Rombel Akhir TP 2015/2016 (Tahun Pelajaran Lalu)


Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5 Tingkat 6
No. Uraian Siswa & Rombel
Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr.
1. Jumlah Siswa Awal TP 2015/2016 13 13 5 5 11 8 9 9 8 4 5 5
2. Jumlah Siswa Pindah Masuk
3. Jumlah Siswa Pindah Keluar
4. Jumlah Siswa Drop-out Keluar
5. Jumlah Siswa Drop-out Kembali
6. Jumlah Siswa Akhir TP 2015/2016 13 13 5 5 11 8 9 9 8 4 5 5
7. Jumlah Siswa Naik Tingkat
8. Jumlah Siswa Lulus 5 5
9. Jumlah Rombel 1 1 1 1 1 1

V. Kegiatan Belajar Mengajar dan Ekstrakurikuler


A. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Kurikulum Y ang Digunakan : 2 1 : Kurikulum 2013 3 : Kurikulum Mandiri
2 : KTSP 2006 4 : Kombinasi
2. Durasi 1 Jam Tatap Muka : 1 1 : < 45 Menit 2 : 45 Menit 3 : > 45 Menit
3. Jam Belajar : Mulai pukul : 07,00 sampai pukul : 13,00

4. Buku Penunjang Pembelajaran


a. Buku Teks Siswa : 2 1 : Lengkap 2 : Kurang Lengkap 3 : Tidak Ada
b. Buku Teks Guru : 2 1 : Lengkap 2 : Kurang Lengkap 3 : Tidak Ada
c. Buku Referensi Lainnya : 2 1 : Lengkap 2 : Kurang Lengkap 3 : Tidak Ada
5. Kegiatan Rutin Keagamaan : Pesantren Kilat √ Sholat Berjamaah Tadarus
(Jika memiliki dan boleh lebih dari
1 pilihan) √ Sholat Dhuha √ Baca Tulis Qur'an Qiyamul Lail
Sholat Tarawih Latihan Dakwah Lainnya
122

B. Kegiatan Ektstrakurikuler Yang Diselenggarakan Madrasah


Apakah Jumlah Siswa Prestasi Yang
No. Jenis Ekstrakurikuler 1) 2)
Diselenggarakan? Yang Mengikuti Pernah Diraih

1. Pramuka
2. Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)
3. Marching Band 1 60 2

4. Robotik
5. Matematika
6. Sepakbola/Futsal
7. Bola Basket
8. Bulutangkis
9. Olahraga Bela Diri (Karate, Silat, dll)
10. Catur
11. Renang
12. Grup Band
13. Seni Suara/Vocal Grup
14. Seni Musik/Alat Musik
15. Seni Tari Tradisional/Daerah
16. Seni Tari Modern
17. Seni Drama/Teater
18. Marawis/Nasyid
19. Kaligrafi
20. Lainnya
1) 2)
Apakah Diselenggarakan? Prestasi Yang Pernah Diraih :
1 : Ya 0 : Belum Ada 3 : Tingkat Provinsi
0 : Tidak 1 : Tingkat Kecamatan 4 : Tingkat Nasional
2 : Tingkat Kab./Kota 5 : Tingkat Internasional

VI. Keuangan dan Bantuan


A. Penerimaan Keuangan Madrasah selama Tahun 2015
No. Sumber Penerimaan Jumlah (Rp)
1. Pemerintah Pusat (APBN)
a. DIPA/RKA-KL (untuk Madrasah Negeri) Rp.
b. Bantuan Pemerintah Pusat (untuk Madrasah Swasta) Rp. 52.200.000
2. Bantuan Pemerintah Daerah (APBD) Rp. 6.300.000
3. Iuran Orangtua Siswa (Uang Pangkal, SPP, Iuran Ekskul, dll) Rp.
4. Sumbangan Masyarakat Rp.
5. Sumbangan Alumni Rp.
6. Sumbangan BUMN/BUMD/Perusahaan Swasta Rp.
7. Biaya Pendaftaran Calon Peserta Didik Baru Rp.
8. Hasil Wirausaha Madrasah Rp.
9. Sumber Lainnya Rp.
Jumlah Rp. 58.500.000

Anda mungkin juga menyukai