Anda di halaman 1dari 87

“PENINGKATAN HASIL BELAJAR ENERGI PERUBAHAN IPA

MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI


DENGAN MEDIA SEDERHANA PADA SISWA KELAS V
MI. DARUL ULUM JATIROTO LUMAJANG”

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Syarifuddin

Oleh:
MUHIMAH
NIM. 2017100260215

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN
TAHUN 2019
LEMBAR PERSETUJUAN

“PENINGKATAN HASIL BELAJAR ENERGI PERUBAHAN IPA


MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI
DENGAN MEDIA SEDERHANA PADA SISWA KELAS V
MI. DARUL ULUM JATIROTO LUMAJANG”

SKRIPSI

Telah disetujui untuk diujikan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Syarifuddin

Oleh:
MUHIMAH
NIM. 2017100260215

Disetujui

Pembimbing Ketua Program Studi

Taqwa Nur Ibad, M.Pd.I. H. Muhammad Abdul Halim Sidiq, M.Pd.I


NIY: 19840909146081 NIY: 19840525126054

ii
LEMBAR PENGESAHAN

“PENINGKATAN HASIL BELAJAR ENERGI PERUBAHAN IPA


MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI
DENGAN MEDIA SEDERHANA PADA SISWA KELAS V
MI. DARUL ULUM JATIROTO LUMAJANG”

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertaankan untuk memenuhi persyaratan memperoleh


gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Pada Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Syarifuddin

Hari : Sabtu
Tanggal : 16 November 2019

Tim Penguji

Penguji Pendamping, Sekretaris Sidang,

Taqwa Nur Ibad, M.Pd.I. Syamsul Arifin, S.Pd.I, MA


NIY: 19840909146081 NIY: 19840603086027

Penguji Utama, Ketua Sidang,

Dr. Fazlul Rahman, Lc.,MA, Hum KH. M. Adnan Syarif, Lc.,MA


NIY: 19850913156090 NIY: 19770615032008

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Syarifuddin

Dr. Syuhud, M.Pd.I


NIY: 19710506046010

iii
MOTTO

“Apabila suatu urusan(pekerjaan) diserahkan kepada yang bukan


ahlinya (profesi)
maka waspadalah terhadap datangnya saat kehancuran”
(HR. Bukhori)

iv
PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Kepada:

Suami dan Anakku terkasih dan tersayang

Saudara-saudaraku seiman dan seperjuangan

Civitas Akademika Institut Agama Islam Syarifuddin

Semua pihak yang telah membantu dan mendukung karya ilmiah ini

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan atas limpahan rahmat dan


bimbingan Allah SWT, skripsi sederhana yang berjudul: “Peningkatan Hasil
Belajar Energi Perubahan IPA Melalui Penerapan Metode Demonstrasi
Dengan Media Sederhana Pada Siswa Kelas V MI. Darul Ulum Jatiroto
Lumajang”, dapat terselesaikan dengan baik, semoga ada guna dan manfaatnya.
Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah SAW,
keluarga dan para shahabatnya, serta umatnya yang setia dan senantiasa
menegakkan agama Allah.
Banyak pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, untuk itu
penulis sampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
dengan ucapan Jazakumullahu Ahsanal Jaza’ khususnya kepada:
1. KH. M. Adnan Syarif, LC., M.A selaku Rektor Institut Agama Islam
Syarifuddin (IAIS) Lumajang;
2. Bapak Syuhud, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Syarifuddin (IAIS) Lumajang;
3. Bapak Taqwa Nur Ibad, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini;
4. Para Dosen dan Staf Administrasi pada Institut Agama Islam Syarifuddin
(IAIS) Lumajang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dari para
pembaca yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk perbaikan ke arah yang lebih
baik, sehingga akan lebih bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

vi
ABSTRAK

Muhimah. 2019. “Peningkatan Hasil Belajar Energi Perubahan IPA Melalui


Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Sederhana Pada
Siswa Kelas V MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang”. Skripsi Fakultas
Tarbiyah Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Institut Agama Islam Syarifuddin Wonorejo Lumajang. Dosen
Pembimbing: Taqwa Nur Ibad, M.Pd.I.

Kata kunci: Hasil Belajar, Metode Demonstrasi, Media Sederhana.

Metode demonstrasi merupakan cara mengajar di mana seorang instruktur


atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses (relevan dengan
pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan), sehingga seluruh peserta didik
dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar, mungkin meraba-raba, dan
merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah hasil
belajar siswa sebelum menggunakan metode demonstrasi melalui
media sederhana pada pembelajaran IPA materi energi dan perubahaanya?,
2) Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah menggunakan metode demonstrasi
melalui media sederhana pada pembelajaran IPA materi energi dan
perubahaanya?, 3) Apakah proses penerapan metode pembelajaran demonstrasi
melalui media sederhana dapat meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran IPA materi energi dan perubahaanya?.
Dalam PTK tahap penelitian terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Untuk mengetahui peningkatan pada
waktu tindakan, dan setelah tindakan dilakukan. Penelitian ini menggunakan dua
siklus tindakan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
observasi, tes tulis, wawancara, dan dokumentasi..
Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Sebelum
menggunakan metode pembelajaran demonstrasi hasil belajar siswa belum
mencapai nilai KKM yang telah di tentukan dapat dilihat dari nilai rata-rata pada
saat pra-siklus sebesar 68,57 dari 21 orang siswa dengan ketuntasan klasikal siswa
sebanyak 6 orang (28,57%), 2) Setelah menggunakan metode pembelajaran
demonstrasi hasil belajar siswa dapat meningkat, hal ini terbukti pada siklus I
hasil belajar siswa memiliki nilai rata-rata 76,19 dengan ketuntasan klasikal siswa
sebanyak 11 siswa (52,39%) yang mencapai tingkat ketuntasan dan pada siklus II
diperoleh nilai rata-rata 83,81 dengan ketuntasan klasikal siswa sebanyak 18 siswa
(85,71%), 3) Penerapan metode pembelajaran demonstrasi melalui media
sederhana pada mata pelajaran IPA materi energi dan perubahannya berjalan
dengan baik sesuai dengan RPP yang telah direncakan. Hal ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, dimana dengan menggunakan metode
demonstrasi melalui media sederhana pada mata pelajaran IPA materi energi dan
perubahannya dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar, karena
siswa terlihat lebih bersemangat dan aktif dan percaya diri selama berlangsungnya
proses pembelajaran.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
Judul Penelitian (Sampul) ........................................................................... i
Persetujuan Pembimbing.............................................................................. ii
Pengesahan .................................................................................................. iii
Motto ........................................................................................................... iv
Persembahan ............................................................................................... v
Kata Pengantar ............................................................................................ vi
Abstrak ........................................................................................................ vii
Daftar Isi ..................................................................................................... viii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Fokus Penelitian .................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 10
E. Definisi Konsep ................................................................... 11
F. Sistematika Pembahasan ...................................................... 13

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 14


A. Penelitian Terdahulu ............................................................ 14
B. Kajian Teori Terkait ............................................................. 16

BAB III : METODE PENELITIAN ...................................................... 36


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................... 36
B. Lokasi Penelitian ................................................................. 38
C. Sumber Data ........................................................................ 39
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 40
E. Analisis Data ........................................................................ 41
F. Keabsahan Data .................................................................... 45
G. Tahap-tahap Penelitian ........................................................ 46

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS .................................. 50


A. Gambaran obyek Penelitian ................................................ 50
B. Penyajian data dan Analisa .................................................. 54
C. Pembahasan Temuan ........................................................... 73

BAB V : PENUTUP ................................................................................ 77


A. Kesimpulan .......................................................................... 77
B. Saran .................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 80

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin

dicapai oleh setiap negara di dunia ini. Terlebih dalam era industrialisasi

sekarang ini. Tak terkecuali bangsa Indonesia pun juga ikut membulatkan

tekadnya untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi prasyarat

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kita tidak dapat

mengelak bahwa tegnologi kini menjadi ikon kehidupan umat manusia.

Tentu, saat ini harus ada reformasi belajar menuju pembelajaran berbasis

teknologi informasi tentang kejadian-kejadian, temuan-temuan baru atau

peristiwa lain di daerah atau negara lain adalah sumber belajar yang riil, dan

hal demikian dapat diperoleh dengan memanfaatkan kemajuan teknologi

dan informasi yang ada.1 Adapun salah satu faktor yang mendukung

perkembangan tersebut adalah pendidikan.


Pendidikan bertujuan membentuk manusia seutuhnya, yakni manusia

pancasilais sejati serta berlangsung seumur hidup, di dalam maupun di luar

sekolah dan diharapkan agar menjadi manusia atau warga masyarakat yang

terampil bekerja, mampu menyesuaikan diri dengan sekitarnya dan mengatasi

1
Musthofa Rembangi, Pendidikan Transformatif, (Yogyakarta: Teras, 2010), 69.

1
2

masalah dalam kehidupannya pada masa sekarang dan masa yang akan

datang.2
Ironisnya ketika pendidikan berada pada titik puncak “kemajuan”,

justru moral keserakahan ekonomi, moral kekuasaan politik, dan moral

ketidakadilan hukum merajalela.3 Pendidikan tidak ditumbuh kembangkan

dalam perilaku keseharian. Akibatnya pendidikan dibiarkan terseret mengikuti

kecenderungan pemanfaatan teknologi secara praktis.4 Globalisasi menjadi

tantangan yang nyata bagi budaya lokal dan nasional kaitanya dengan ini

adalah menyangkut bidang pendidikan, budaya bangsa Indonesia sebagai

bagian dari sistem pendidikan kita lambat laun bergeser, bahkan mendapatkan

posisi yang marginal. Mampukah kita menciptakan sistem pendidikan yang

mampu bersaing dalam konstalasi global namun tetap menjaga jati diri dan

mempertahankan eksistensi pendidikan kita.5


Fenomena dunia pendidikan yang masih banyak kelemahannya, sistem

pendidikan di Indonesia tidak berorientasi pada pembentukan kepribadian

namun lebih pada pengisian otak (kognitif) anak saja yang membuat anak

tidak pernah di didik atau tidak dibiasakan kreatif dan inovatif kurangngya

perhatiaan pada aspek ini menyababkan anak hanya dipaksa untuk menghafal

dan menerima apa yang diajarkan oleh guru.6


Hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas

pendidikan adalah penyelenggaraan proses pembelajaran, dimana guru

sebagai pelaksana pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

2
Oemar Hamalik, Media Pembelajaran, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1989), 2.
3
Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2009), 27.
4
Suhartono, Filsafat Pendidikan, 28.
5
Rembangi, Pendidikan Transformatif, 38.
6
Qordi Azizi, Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang: Aneka Ilmu,
2002), 81.
3

keberhasilan proses pembelajaran disamping faktor lainnya seperti peserta

didik, bahan pelajaran, motivasi, dan sarana penunjang.7 Oleh karena itu

inovasi dan kreatifitas para pendidik sebagai ujung tombak berhasil tidaknya

pendidikan dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia mutlak

diperlukan, salah satu bentuknya adalah dengan melakukan pembaharuan

model pembelajaran. Pendidikan dengan berorientasi pada kecakapan hidup

bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat

digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapinya.8


Demikian halnya pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Madrasah

Ibtidaiyah. Guru MI harus mengerti apa hakekat dari pembelajaran IPA.

Fowler mengatakan IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang

berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas

pengamatan dan induksi.9 Dengan kata lain IPA merupakan suatu pengetahuan

teori yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan

observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,

observasi, dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu

dengan cara yang lain.10


Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA, tidak semua materi

khususnya energi dan perubahannya bisa didengarkan saja. Tetapi butuh

diperlihatkan secara langsung untuk mengetahui bentuk serta fungsinya,

hal-hal yang mempengaruhi bentuk serta fungsi dan manfaatnya bagi

kehudupan. Maka dari itu peserta didik perlu terlibat secara langsung dalam

7
Buchari, Alma, et. all. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar,
(Bandung: Alfabeta, 2008), 79.
8
Rembangi, Pendidikan Transformatif, 133.
9
Abu Ahmadi dan Supatmo, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 1.
10
Abdullah Aly dan Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 18.
4

pembelajaran. Walaupun pada realitanya bentuk serta fungsinya tersebut

secara tidak sadar telah dialami dan dirasakan oleh peserta didik sendiri

dalam kehidupan sehari-hari.


Pada intinya, fokus kajian IPA adalah berbagai peristiwa atau

kejadian yang terdapat di lingkungan peserta didik. Pelajaran IPA

membutuhkan pemahaman yang nyata mengenai berbagai peristiwa di

lingkungan sekitar atau masyarakat. Jadi guru harus mampu membantu

peserta didik agar dapat memahami suatu materi pelajaran dengan cara

memperlihatkan atau mempraktekkan secara langsung kejadian atau hal-hal

yang terdapat dalam materi sesuai dengan kondisi lingkungan kehidupan

peserta didik.
Pendidik sering memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan

kubutuhan, minat dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Kelemahan

pendidik kita mereka tidak pernah mengali potensi dan bakat yang dimiliki

peserta didik pendidik seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan

malah memaksa sesuatu yang membuat peserta didik kurang nyaman dalam

menuntut ilmu. Untuk itu maka diperlukan adanya pembelajaran melalui

pengertian dan perbuatan, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat saja.

Karena hal ini akan mudah dilupakan oleh peserta didik mengutip pendapat

filosof barat Rene Descartes Cogito ergo sum (aku berfikir maka saya ada).11

Berbeda jika peserta didik diajak untuk mengamati, menebak, berbuat,

mencoba, bahkan mampu untuk menjawab dan mendebat, dengan begitu

proses pembelajaran IPA lebih bermakna.

11
Muzairi, Filsafat Umum, (Yogyakarta :Teras, 2009), 132.
5

Sekarang telah banyak ditemukan bahwa kualitas pembelajaran

akan meningkat jika para peserta didik memperoleh kesempatan yang luas

untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan baru

yang diperoleh. Dengan cara ini diketahui pula bahwa pengetahuan baru

tersebut cenderung untuk dapat dipahami, bermakna dan dikuasai secara

lebih baik. Sesungguhnya peserta didik yang aktif dan mampu memahami

akan lebih bisa berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi permasalahan

yang ada.
Berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik dan wawancara

dengan guru mata pelajaran IPA di MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang pada

tanggal, 17 Pebruari 2019 kemarin, terdapat beberapa kendala yang dihadapi

dalam proses pembelajaran IPA, salah satunya adalah kurangnya pemahaman

peserta didik terhadap materi-materi yang diajarkan oleh guru. Kondisi

tersebut disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya yaitu: (1) peserta didik

kurang memperhatikan materi yang disampaikan karena merasa bosan

dengan model pembelajaran yang monoton yaitu lebih banyak didominasi

oleh guru, sehingga peserta didik menjadi kurang aktif dan hasil belajar

menjadi dibawah KKM yang telah ditentukan, (2) Cara mengajar guru

membosankan, kurang menarik perhatian peserta didik, (3) Dalam proses

belajar mengajar selama ini hanya sebatas pada upaya menjadikan peserta

didik mampu dan terampil mengerjakan soal-soal yang ada sehingga

pembelajaran yang berlangsung kurang bermakna dan terasa membosankan

serta peserta didik kesulitan dalam menghubungkan materi dengan peristiwa

sehari-hari. (4) suasana pembelajaran yang hanya menghadap kedepan


6

papan tulis saja tanpa menggunakan media sehingga pembelajaran terkesan

kaku. (5) ketakutan peserta didik dalam menyampaikan persoalan atau

gagasan yang dia peroleh karena bayang-bayang kesalahan.12 Hal ini

apabila dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan tidak tercapainya

tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan.


Motivasi belajar peserta didik yang rendah antara lain disebabkan

karena pada umumnya dalam proses pembelajaran yang diterapkan di MI.

Darul Ulum Jatiroto Lumajang masih cenderung bersifat konvensional dengan

hanya mendengar ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan pembelajaran-

nya didominasi oleh guru dan sedikit melibatkan peserta didik. Sehingga

peserta didik menjadi cepat bosan dan malas dalam mengikuti materi

pelajaran.
Dengan metode demonstrasi boleh jadi merupakan suatu pendekatan

metode yang menjanjikan dalam pembelajaran IPA. Diharapkan dengan

penggunaan metode demonstrasi ini peserta didik dan guru terlibat dalam

suatu kegiatan, dan secara berkelanjutan menjadikan peserta didik sebagai

seorang penanya, sebagai orang yang selalu ingin mencari tahu, sebab dalam

pikirannya terdapat pertanyaan dan keingintahuan.13


Metode demonstrasi merupakan cara mengajar di mana seorang

instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses

(relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan), sehingga

seluruh peserta didik dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar,

mungkin meraba-raba, dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru

12
Hayruniswati, Wawancara, Lumajang, 17 Pebruari 2019.
13
Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Malang: Universitas Negeri Malang,
2005), 62.
7

tersebut.14 Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara

memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesuatu

kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran

yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Pengertian lain dari para ahli mengenai pengertian dari metode demonstrasi

adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan

kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang

dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan

penjelasan lisan.15 Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan

menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur,

gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain.


Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba untuk menyumbangkan

pembelajaran IPA melalui pengunaan metode demonstrasi yang dapat efektif

untuk mempermudah pembelajaran IPA peserta didik kelas V MI. Darul Ulum

Jatiroto Lumajang tentang materi energi dan perubahaanya. Metode ini

merupakan metode yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan

dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak

mengharuskan urutan penyampaian.16


Alasan lain dipilihnya metode demonstrasi, karena model pembela-

jaran ini sangat menarik jika diterapkan pada peserta didik. Peserta didik akan

lebih aktif untuk belajar sendiri dan mencari tahu bagian-bagian yang

ditugaskan kepada mereka. Sehingga dapat memberikan motivasi belajar

14
Rostiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 83.
15
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), 90.
16
Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2005),
56.
8

kepada siswa juga memudahkan untuk penyampaian materi pelajaran terkait

dengan pelajaran IPA di kelas V MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang.


Dari pemaparan di atas maka penulis mencoba mengambil suatu

penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Energi

Perubahan IPA Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media

Sederhana Pada Siswa Kelas V MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang”

untuk membuktikan bahwa dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik dan juga tercapainya tujuan instruksional

pembelajaran.

B. Fokus Peniltian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa sebelum menggunakan

metode demonstrasi melalui media sederhana pada

pembelajaran IPA materi energi dan perubahaanya?;

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah menggunakan metode

demonstrasi melalui media sederhana pada pembelajaran IPA

materi energi dan perubahaanya?;

3. Apakah proses penerapan metode pembelajaran demonstrasi melalui

media sederhana dapat meningkatkan hasil belajar pada mata

pelajaran IPA materi energi dan perubahaanya?.

C. Tujuan Penelitian
9

Berdasarkan Rumusan permasalahan diatas maka penelitan ini

bertujuan untuk mengetahui:

1. Hasil belajar siswa sebelum menggunakan metode demonstrasi

melalui media sederhana pada pembelajaran IPA materi energi dan

perubahaanya;

2. Hasil belajar siswa setelah menggunakan metode demonstrasi

melalui media sederhana pada pembelajaran IPA materi energi dan

perubahaanya;

3. Apakah proses penerapan metode pembelajaran demonstrasi melalui

media sederhana dapat meningkatkan hasil belajar pada mata

pelajaran IPA materi energi dan perubahaanya.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang Peneliti lakukan semoga bermanfaat bagi siapapun

secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat yang signifikan bagi semua pihak, khususnya pihak-pihak yang

berkepentingan dan memiliki hubungan kompetensi dengan permasalahan

yang dibahas serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang saya miliki

dan menjadi tambahan wawasan bagi pembaca.


10

2. Manfaat Praktis

a. Bagi IAIS Syariffuddin Wonorejo Kedungjajang Lumajang


Peneliti berharap upaya penelitian yang dibuat agar peneliti

bisa memudahkan mahasiswa IAIS lainnya. Peneliti juga berharap

penelitian ini dapat memperkaya karya ilmiah di perpustakaan IAIS

Syarifuddin Wonorejo Kedungjajang Lumajang.


b. Bagi Kepala MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang
1). Sebagai acuan dalam menyusun program

pembelajaran bagi

sekolah;
2). Sebagai motivasi untuk menyediakan sarana dan

prasarana

sekolah untuk terciptanya pembelajaran yang

optimal.

c. Bagi Para Guru MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang


1). Dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan

program kegiatan

belajar mengajar dikelas;


2). Dijadikan pedoman dalam penggunaan metode

yang sesuai dalam

proses pembelajaran;
3). Mempermudah guru untuk menyampaikan bahan

ajar dikelas;
4). Meningkatkan pemahaman materi kepada peserta

didik.
d. Bagi Peserta Didik MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang
11

1). Memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk

meningkatkan

hasil belajar pada mata pelajaran IPA;


2). Mempermudah dalam memahami materi pelajaran;
3). Memberikan motivasi dalam belajar dikelas dan

diluar kelas;
4). Menambah pengetahuan baru bagi peserta didik.
e. Bagi Peneliti
1). Dapat melaksanakan tugas dari IAIS Syarifuddin dengan baik dan

benar.
2). Mendapatkan pengalaman meneliti dan mampu membuat karya

dengan baik dan benar.

E. Definisi Konsep
Untuk menghindari kekeliruan dalam pemahaman istilah-istilah yang

terdapat dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan beberapa istilah

sebagai berikut:
1. Peningkatkan Hasil Belajar
Peningkatan Hasil Belajar adalah usaha untuk menjadikan hasil

belajar siswa agar menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan adanya

perubahan tingkah laku dalam diri siswa, yang diamati dan diukur dalam

bentuk perubahan pengetahuan, tingkah laku, sikap dan keterampilan

setelah pembelajaran.17

2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan

memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses,

situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.18

3. Media Sederhana
17
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), 3.
18
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), 152.
12

Media pembelajaran sederhana merupakan media pembelajaran

yang tidak berbasis teknologi modern dan dapat dibuat sendiri dengan

relatif mudah dan tidak memerlukan biaya yang mahal.19

4. Energi Perubahan
Energi perubahan adalah kemampuan untuk melakukan kerja

(energyis the capability for doing work).20


F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasannya, skripsi yang berjudul

“Peningkatan Hasil Belajar Energi Perubahan IPA Melalui Penerapan Metode

Demonstrasi Dengan Media Sederhana Pada Siswa Kelas V MI. Darul Ulum

Jatiroto Lumajang”, maka perlu diberi gambaran singkat yang dirumuskan

dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan

sistematika pembahasan.

BAB II: Kajian pustaka yang berisi tentang penelitian terdahulu dan

kajian teoritik tentang peningkatan hasil belajar energi pereubahan IPA

melalui Penerapan metode demonstrasi dengan media sederhana pada siswa

kelas V MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang.

BAB III: Metode penilitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis

data, keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

19
Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, 136.
20
Astu Pudjanarsa dan Djati Nursuhud, Mesin Konversi Energi, (Yogyakarta: C.V Andi OFFSET,
2013), 1.
13

BAB IV: Penyajian data dan analisis yang berisi tentang gambaran

objek penelitian, penyajian dan analisis data, dan pembahasan temuan.

BAB V: Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu

membuktikan bahwa motode pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan

oleh:
Puji Astutik, dalam judul skripsinya “Penerapan Metode Demonstrasi

Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Kelas III di MI Tarbiyatussibyan

Boyolangu Tulungagung”. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran

IPA dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi

belajar peserta didik di MI Tarbiyatussibyan Boyolangu Tulungagung. Hal

tersebut terlihat dari hasil pre tes skor ratarata kelas sebesar 50%. Siklus I

menunjukan sebesar 62,5% dan siklus II sebesar 87,5%. Dari hasil

pelaksanaan dari siklus I menunjukan adanya peningkatan prestasi peserta

didik dibandingkan hasil pre tes yang dilakukan sebelumnya, tingkatan

keberhasilan 62,5% yakni dari 8 peserta tes yang dinyatakan lulus sebanyak 5

anak sedangkan yang gagal sebanyak 3 anak. Ini membuktikan berhasil

mempelajari gerak benda. Pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan

metode demonstrasi.21

21
Puji astutik, Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Peserta
Didik Kelas III Di MI Tarbiyatussibyan Boyolangu Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi
tidak diterbitkan, 2012).

14
15

Yeyen Triwardani, dalam judul skripsinya “Penerapan Metode

Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Sifat-

sifat Cahaya Peserta Didik Kelas V MI Bendil Jati Wetan Sumber Gempol

Tulungagung”. Hasil penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi

dalam pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya, dalam

penerapan metode demonstrasi guru juga melibatkan peserta didik untuk

ikut berpartisipasi dalam penerapan metode yang digunakan, sedangkan

hasil belajar peserta didik pada pelajaran IPA melalui penerapan metode

demonstrasi dapat meningkat terlihat dari siklus I dan siklus II hasil belajar

kognitif meningkat 16,73% sedang untuk aspek psikomotor meningkat 13,4%

dan hasil belajar afektif meningkat 10%.22


Siti Rofi’ah, dalam judul skripsinya “Penggunaan Metode Demonstrasi

dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Materi

Dokumen dan Benda Berharga Kelas II MI Gondoriyo, Bergas Kab.

Semarang Tahun 2016/2017. Hasil penelitian menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar IPS. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari

bertambahnya motivasi belajar siswa yang berdampak pada ketuntasan belajar

siswa dari rata-rata nilai pada data awal siswa yaitu 50.3 dan memiliki

ketuntasan belajar sebesar 37% dan pada akhir siklus pertama nilai rata-rata

siswa menjadi 78.8 dengan ketuntasan belajarnya menjadi 81.4% dan pada

akhir siklus kedua nilai ratarata siswa naik menjadi 86.2 dengan ketuntasan

belajar siswa mencapai 92.5%. Selain dari meningkatnya hasil belajar,

22
Yeyen Triwardani, Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Pokok Bahasan Sifat-sifat Cahaya Peserta Didik Kelas V MI Bedil Jati Wetan Sumber Gempol
Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi tidak diterbitkan, 2012).
16

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas juga ikut mengalami

peningkatan.23
Dari uraian penelitian terdahulu di atas terdapat beberapa perbedaan

terhadap penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti. Adapun

perbedaannya dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini


Dari berbagai hasil penelitian di atas, penelitian tentang peningkatan

Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Demonstrasi sudah banyak,

akan tetapi bedanya di sini, peneliti akan mengkaji upaya peningkatan

hasil belajar IPA melalui penerapan metode demonstrasi dengan media

sederhana pada siswa kelas V MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang.

B. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.24 Hasil

belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuk

nya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)

menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu

aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara

fungsional. Hasil produksi adalah adalah perolehan yang didapatkan

karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi

barang jadi (finished goods). Dalam siklus input-proses-hasil, hasil

dengan dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan

23
Siti Rofi’ah, Penggunaan Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran IPS Materi Dokumen dan Benda Berharga Kelas II MI Gondoriyo, Bergas Kab.
Semarang Tahun 2016/2017, (Skripsi: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Walisongo Semarang 2016).
24
Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 22.
17

oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah

mengalami belajar peserta didik berubah perilakunya dibandingkan

sebelumnya. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya

perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu

merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan

perilaku.25 Istilah prestasi atau hasil belajar selalu diartikan nilai yang

dicapai dalam belajar, dengan kata lain prestasi atau hasil belajar

adalah sebagai hasil usaha yang dilakukan oleh peserta didik dalam

belajarnya dengan berbagai macam tingkat keberhasilan.


Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah

proses belajar mengajar. Menurut Hamalik definisi prestasi belajar

sebagai berikut: “Prestasi belajar adalah penilaian dari hasil usaha

kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun

kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai seseorang

dalam jangka waktu tertentu”.26


Menurut Abdurrahman menyatakan bahwa: “Hasil belajar

adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar.

Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang

berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang

relatif menetap”.27 Selanjutnya Dimyati menyatakan bahwa: “Hasil

belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

25
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakatra: Pustaka Pelajar, 2009), 44.
26
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 36.
27
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
(1999). 37.
18

mengajar.” Berdasarkan pernyataan ini hasil belajar pada dasarnya

merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi

proses berpikir secara keseluruhan.28


Sehingga dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil

belajar peristiwa alam adalah suatu usaha belajar peristiwa alam.

Perubahan hasil belajar peristiwa alam dapat dilihat dari hasil tes

yang diberikan. Hasil ini diketahui dengan pengadaan terhadap hasil

tes belajar yang diberikan tersebut. Prestasi belaja peristiwa alam

peserta didik mempunyai indikator untuk mengukur keberhasilan

dalam pembelajaran tematik yang dinyatakan dalam bentuk skor dan

hasil tes yang dilakukan guru pada sejumlah materi pelajaran tersebut.

Proses pembelajaran yang baik akan menghasilan prestasi belajar

yang baik sebaliknya proses pembelajaran yang tidak baik akan

memperoleh hasil belajar yang tidak baik pula.


b. Klasifikasi Hasil Belajar
Dalam sistem pendidikan nasional,baik tujuan kulikuler

maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar

dari Benyamin Bloom yang secara garis besarnya membaginya

menjadi tiga ranah, yakni:


1). Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua
aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat
aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
2). Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi.
3). Ranah Psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam asek
ranah psikomotoris, yakni: (a) gerakan reflex,
28
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 3.
19

(b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual,


(d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan
kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.29

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.

Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak

dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan

para peserta didik dalam menguasai isi bahan pengajaran.


Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah

laku pada diri peserta didik, yang dapat diamati dan diukur dalam

bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan

tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dengan sebelumnya,

misalnya dari tindakan tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan

menjadi sopan, dan sebagainya.30


c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Adapun uraian yang mempengaruhi hasil belajar adalah

sebagai berikut:

1). Faktor Dari Luar


Faktor dari luar terdiri dari dua bagian penting, yakni:
a). Faktor Environmental Input (lingkungan)
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan

hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/

alam dan lingkungan sosial.


Lingkungan fisik/alami termasuk di dalamnya adalah

seperti keadaan suhu, kelembapan, kepengapan udara,dan

sebagainya. Belajar pada keadaan udara segar, akan lebih

29
Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, 22.
30
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), 155.
20

baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang

panas dan pengap.


Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia

maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses

dan hasil belajar. Seperti lingkungan sekolah yang bising,

sekolah berdekatan dengan pabrik, atau sekolah yang

berdekatan dengan jalan raya yang bising. Kendala-kendala

tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik

karena kurang kondusifnya lingkungan sekolah saat

memberikan pelajaran. Untuk itu ketenangan dan

kekondusifan sekolah terutama kelas saat pembelajaran harus

dijaga.31

b). Faktor-faktor Instrumental


Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya

dan penggunanya dirancang disesuaikan hasil belajar yang

diharapkan. Faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai

sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah

direncanakan.
Faktor instrumental ini dapat berwujud faktor-faktor

keras (hardware), seperti: (1) Gedung perlengkapan belajar,

(2) Alat-alat praktikum, (3) Perpustakaan dan sebagainya.

Maupun faktor-faktor lunak (software): (1) Kurikulum,

(2) Bahan/program yang harus dipelajari, (3) Pedoman-

pedoman belajar dan sebagainya.


31
Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2008), 31.
21

Kiranya jelas bahwa faktor-faktor tersebut dan faktor

lain yang sejenis besar pengaruhnya terhadap hasil dan proses

belajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan evaluasi mengenai

keberhasilan usaha belajar, maka faktor-faktor tersebut harus

ikut dipertimbangkan.32
2). Faktor Dari Dalam
Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak yang

belajar itu sendiri. Faktor individu masih dibagi menjadi dua

bagian:

a). Kondisi Fisiologis Anak


Fisiologis (jasmaniah) yaitu faktor jasmaniah baik

yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari luar.

Termasuk di dalamnya adalah kesehatan dan cacat tubuh.33


b). Kondisi Psikologis Anak
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong

ke dalam faktor kondisi psikologis anak yang mempengaruhi

belajar. Faktor-faktor itu adalah:


(1). Intelegensi
Intelegensi itu adalah suatu kesanggupan atau

kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan dengan

cepat, mudah, dan tepat (memadai). Namun, dalam

perbincangan sehari-hari kita sering dikacaukan dengan

pengertian intelek dan intelegensi. Istilah intelek berarti

pikiran, sedangkan intelegensi berarti kecerdasan

pikiran.34
(2). Perhatian
32
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 106.
33
Annisatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), 31.
34
Baharuddin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), 127.
22

Perhatian menurut Slameto dalam Yudhi,

perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu

pun sematamata tertuju kepada suatu obyek ataupun

sekumpulan objek.35

(3). Minat
Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang

untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat

untuk melakukan sesuatu.36


(4). Bakat
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang

dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat

yang berbeda-beda.37
(5). Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan

yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat

disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu

perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat

adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/

pendorongnya.38
(6). Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam

pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya

sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

35
Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, 27.
36
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi,
(Yogyakarta: Teras, 2009), 186.
37
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 82.
38
Slameto, Belajar Dan Faktor–Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
56.
23

(7). Kesiapan
Kesiapan atau readiness adalah kesediaan untuk

member response atau bereaksi.

2. Metode Demonstrasi
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Demonstrasi berasal dari kata demonstration yang artinya

pertunjukan.39 Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran

dengan peragaan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang

suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya

sekedar tiruan.40 Demonstrasi dalam hubungan nya dengan penyajian

informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan tentang suatu cara

melakukan sesuatu. Metode demonstrasi ini adalah metode mengajar

dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan

melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui

penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan

yang disajikan.41
Model demonstrasi ini dapat bersifat konstruktivis bila dalam

demonstrasi guru tidak hanya menunjukkan proses ataupun alatnya,

tetapi disertai banyak pertanyaan yang mengajak peserta didik

berfikir dan menjawab persoalan yang diajukan. Maka demonstrasi

yang baik selalu diawali dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru,

sehingga peserta didik berfikir dan membuat hipotesis ataupun ide

awal. Setelah itu guru baru menunjukkan demonstrasinya dan peserta


39
Paul Suparno, Metode Pembelajaran Fisika, Cet. I, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma,
2007), 142.
40
Wina Sanjaya, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet. II, (Jakarta:
Kencana, 2007), 150
41
Pupuh dan M. Sobri Sutikno, 2010. Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep Umun dan
Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama, 2010), 62.
24

didik dapat mengamati apakah yang mereka pikirkan dan jawabkan

itu sama dengan yang mereka amati. Selama proses demonstrasi dan

juga pada akhir, guru tetap dapat terus mengajukan pertanyaan

kepada peserta didik. Dengan pertanyaan itulah, peserta didik dibantu

terus mengembangkan gagasan mereka dan aktif berfikir. Dengan

demikian peserta didik bukab hanya melihat, tetapi aktif memikirkan,

mengolah proses itu dalam pikirannya, dan menhambil kesimpulan.

Bila selama demonstrasi guru yang aktif maka dapat terjadi peserta

didik menjadi pasif dan tidak belajar secara konstruktivis.42


b. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi
1). Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan adalah:
a). Merumuskan dengan jelas kecakapan atau keterampilan
apa yang diperoleh setelah demonstrasi dilakukan;
b). Tentukan peralatan yang digunakan, kemudian dicoba
dahulu agar dalam pelaksanaan demonstrasi tidak
mengalami kegagalan;
c). Menetapkan prosedur yang dilakukan, dan selama
demonstrasi dilakukan perlu diadakan percobaan terlebih
dahulu;
d). Menentukan lama pelaksanaan demonstrasi;
e). Selama demonstrasi berlangsung guru harus intropeksi
diri apakah:
(1). Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas
oleh peserta didik;
(2). Apakah semua media yang di gunaka telah di
tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua
peserta didik dapat melihat semuanya dengan jelas;
(3). Peserta didik di sarankan membuat catatan yang
dianggap perlu.
f). Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan
anak didik.43
2). Pelaksanaan
Langkah pembukaannya yaitu:

42
Suparno, Metode Pembelajaran Fisika, 142.
43
Suwarna, dkk, Pengajaran Mikro, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), 112.
25

a). Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua peserta


didik dapat memperhatikan dengan jelas apa yang
didemonstrasikan;
b). Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh peserta
didik;
c). Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh
peserta didik, misalnya peserta didik ditugaskan untuk
mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan
demonstrasi.44
Langkah Pelaksanaannya yaitu:
a). Mulaadalah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang peserta didik untuk berpikir;
b). Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari
suasana yang menegangkan;
c). Mengingat pokok-pokok materi yang akan di
demonstrasikan agar mencapai sasaran;
d). Yakinkan bahwa semua peserta didik mengikuti jalannya
demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh peserta
didik.45
e). Tumbuhkan sikap kritis pada peserta didik sehingga
terdapat tanya jawab, dan diskusi tentang masalah yang
didemonstrasikan;
f). Beri kesempatan setiap peserta didik untuk mencoba
sehingga peserta didik merasa yakin tentang benenaran
suatu proses;
g). Buatlah penilaian dari kegiatan peserta didik, dalam
demonstrasi tersebut.46

3). Evaluasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses

pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas

tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan

proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk

meyakinkan apakah peserta didik memahami proses demonstrasi

itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada

baiknya guru dan peserta didik melakukan evaluasai bersama


44
Sanjaya, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 152.
45
Sanjaya, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 152.
46
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005),
84.
26

tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan

selanjutnya.47
c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Seperti metode pembelajaran yang lain bahwa penggunaan

suatu metode memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian halnya

pada metode demonstrasi. Adapun keunggulan dari penggunaan

metode ini adalah:


1). Peserta didik memahami obyek yang sebenarnya;
2). Peserta didik dibiasakan bekerja secara sistematis;
3). Dapat membuat pengajaran lebih jelas dan lebih konkret,
sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-
kata atau kalimat);
4). Peserta didik lebih mudah memahami apa yang dipelajari;
5). Proses pengajaran lebih menarik;
6). Peserta didik dirangsang untuk aktif mengamati,
menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba
melakukannya sendiri;
7). Memberi penglaman praktis yang dapat membentuk perasaan
dan kemauan anak.48
Berdasarkan dari beberapa kelebihan metode demonstrasi di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan

suatu metode yang mampu mengantarkan peserta didik satu langkah

lebih dekat dengan dunia nyata, dan tidak hanya berkecimpung

dengan dunia teori, melainkan mampu memahamkan peserta didik

sesuai dengan objek yang sebenarnya.


Sedangkan kelemahan digunakannya demonstrasi yaitu:
1). Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus,
kerena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan
demonstrasi akan tidak efektif;
2). Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai
tidak selalu tersedia dengan baik;
3). Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang
matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang,

47
Sanjaya, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 142.
48
Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, 91.
27

yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran


lain;
4). Apabila kekurangan alat-alat peraga, padahal alat-alatnya
tidak sesuai dengan kebutuhan, maka metode ini kurang
efektif;
5). Metode ini sukar dilaksanakan apabila anak belum matang
untuk melakukan demonstrasi.49
d. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Selama Proses Demonstrasi
Secara rinci menekankan apa yang perlu diperhatikan selama

guru melakukan demonstrasi, yaitu:


1). Demonstrasi supaya sungguh jelas dapat dilihat peserta didik.
Bila peserta didik, terlebih yang duduk dibelakang tidak
melihat, mereka dimintai maju ke depan;
2). Bicaralah yang keras sehingga peserta didik dapat mendengar
apa yang anda katakan;
3). Libatkan peserta didik dalam proses pembelajaran;
4). Mulailah dengan pertanyaan awal, seluruh peserta didik
membuat hipotesis, baru mulai ditunjukkan jalannya
demonstrasi;
5). Jelaskan apa yang anda lakukan, tujuannya, dan prosesnya;
6). Bila anda bertanya kepada peserta didik, beri waktu mereka
untuk berfikir terlebih dahulu;
7). Gunakan papan tulis untuk menulis tujuan dari demo itu
sehingga peserta didik menjadi jelas dan dapat berfikir secara
terfokus;
8). Dalam mengambil kesimpulan, biarkan peserta didik
menyimpulkan terlebih dahulu;
9). Kadang demonstrasi perlu diulang beberapa kali agar jelas
bagi peserta didik;
10).Dalam pelaksanaan perlu dilakukan step by step, jangan
loncat-loncat sehingga peserta didik dapat menangkap.50

3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari kata latin, yakni medius yang secara harfiah

berati ‘tengah, pengantar atau perantara’ ada yang memakai media

dalam istilah mediasi yakni sebagai kata yang biasa dipakai dalam

proses perdamaian dua belah pihak yang sedang bertikai. media

49
Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, 63.
50
Suparno, Metode Pembelajaran Fisika, 144.
28

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan

mengeluarkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta

lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat

melakukan proses pembelajaran secara efektif dan efisien.51


Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau

pelengkap yang digunakan guru atau pendidik dalam rangka

berkomunikasi dengan peserta didik.52 Media pembelajaran secara

umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang

dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian

dan kemampuan atau ketrampilanpembelajaran sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan

mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan

metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran dan pelatihan.


b. Pengelompokan Media Membelajaran
1). Media Audio
Media audio adalah media yang hanya melibatkan indra

pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara

saja. Jenis media yang termasuk media ini adalah radio, program

rekaman.
2). Media Visual
Media yang hanya melibatkan indra penglihatan saja.

termasuk juga media cetak verbal, media cetak grafis dan media

visual non cetak. Media cetak verbal antara lain tulisan. Media

cetak grafis seperti lukisan, sketsa, dan photo. Media visual non

cetak seperti model, miniatur dan diorama.


3). Media Audio Visual
51
Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, 8.
52
Sudarman Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 7.
29

Media yang melibatkan indra pendengaran dan

penglihatan sekaligus dalam suatu proses. Sifat pesan yang dapat

disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal maupun non

verbal yang terdengar layaknya media audio di atas media ini

seperti film documenter, flim drama dan video juga tayangan

televisi.

4). Multimedia
Media yang melibatkan berbagai indra dalam sebuah

proses pembelajaran.termasuk dalam media ini adalah segala

sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa

melalui computer dan internet, juga melalui pengalaman berbuat

dan pengalaman terlibat. Termasuk pengalaman berbuat adalah

lingkungan nyata dan karyawisata sedangkan pengalaman terlibat

adalah permainan, stimulasi, bermain peran dan teatrikal.53


c. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran
Tujuan penggunaan media pembelajaran, antara lain:
1). Agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat
berjalan dengan tepat;
2). Untuk mempermudah bagi guru/pendidik dalam menyampai-
kan informasi materi kepada peserta didik;
3). Untuk mempermudah bagi peserta didik dalam menyerap atau
menerima materiyang disampaikan oleh guru;
4). Untuk dapat mendorong keinginan peserta didik untuk
mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau
pesan yang disampaikan oleh guru;
5). Untuk menghindari salah pengertian atau salah paham antara
peserta didik yang satu dengan peseta didik yang lain terhadap
materi yang disampaikan oleh guru.54.

d. Manfaat Media Pembelajaran


Manfaat media pembelajaran, antara lain:

53
Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, 55.
54
Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, 59.
30

1). Media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian


peserta didik terhadap materi pengajaran yang disajikan;
2). Media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman
belajar peserta didik berdasarkan latar belakang sosil
ekonomi;
3). Media pengajaran dapat membantu peserta didik dalam
memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan
cara lain;
4). Media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran
peserta didik secara teratur tentang hal yang mereka alami
dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misainya
menyaksikan pemutaranflim tentang suatu kejadian atau
peristiwa. Rangkaian dan urutan kejadian yang mereka
saksikan dan pemutaran flim tadi akan dapat mereka pelajari
secara teratur dan berkesinambungan;
5). Media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan peserta
didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan
pengalaman dan kenyataan;
6). Media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme.55

4. Energi dan Perubahannya (Gaya dan Gerak)


Tim Bina IPA menyatakan bahwa gaya merupakan tarikan atau

dorongan yang mempengaruhi keadaan suatu benda.56 Gerak merupakan

perpindahan tempat atau kedudukan suatu benda. Pegas merupakan per

atau benda yang memiliki sifat dapat melenting.


a. Hubungan Antara Gaya dan Gerak
Jungkat-jungkit merupakan pengungkit dengan penumpu

dibagian tengah. Gerak jungkat-jungkit adalah naik-turun di kedua

sisinya. Seorang anak melakukan tolakan terhadap tanah agar dapat

naik. Dorongan menunjukkan terhadap tanah. Anak yang lain dapat

turun karena adanya tarikan. Tarikan itu terjadi akibat gaya gravitasi

terhadap anak itu. Perahu motor menarik pemain ski air dengan seutas

tali. Gaya tarik perahu motor menyebabkan pemain ski bergerak.


55
Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, 60.
56
Tim Bina IPA, Ilmu Pengetahuan Aalam (IPA) Kelas 6 Sekolah Dasar, (Bogor: Yudhistira,
2008), 88.
31

Kegiatan ini terjadi tarikan. Seorang ibu mendorong kereta bayi. Gaya

otot tangan sang ibu bekerja pada kereta bayi. Gaya ini menyebabkan

kereta bergerak dan terjadi dorongan.


Gerak adalah perubahan posisi, benda dikatakan bergerak bila

posisinya berubah dari posisi awal. Penyebab benda bergerak adalah

gaya. Gaya adalah tarikan atau dorongan yang dapat mempengaruhi

keadaan benda. Bendaang dikenai gaya dapat bergerak dan berhenti

bergerak, berubah bentuk, atau berubah arah geraknya.


b. Hubungan Gaya dan Gerak Melalui Model
Model merupakan rancangan atau tiruan suatu benda.

Hubungan gaya dan gerak melalui model ketapel dan model neraca

dapat dijelaskan melalui karekateristik di bawah ini:


1). Gerak sebuah benda dipengaruhi oleh gaya;
2). Gaya yang dikenakan pada sebuah benda diam menyebabkan

benda dapat bergerak;


3). Gaya yang dikenakan pada sebuah benda yang bergerak

menyebabkan benda semakin cepat bergerak, benda semakin

lambat bergerak, benda bergerak dengan arah yang berubah, dan

benda berhenti bergerak.


Hubungan antara gaya dan gerak mari membuat modelmodel

seperti berikut:
1). Model Ketapel
Model dalam membuat ketapel sangatlah mudah dan

bahan yang digunakan cukup sederhana, ketika kamu menarik

ketapel maka karet ketapel akan elastis, karet ketapel yang

merenggang akan menghasilkan gaya pegas pada ketapel, ketika

karet dan batu yang terdapat pada ketapel kamu lepaskan maka

gaya pegas akan menyebabkan batu terlempar.


32

Alat dan bahan untuk membuat model ketepel berupa:

gelang, kalep (bekas sepatu kulit), ranting kayu berbentuk huruf

Y, gunting, dan pisau. Ketapel dapat dibuat dengan

memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: kupas kulit luar

ranting kayu berbentuk Y dengan menggunakan pisau; bentuklah

kalep dari bekas kulit sepatu dengan menggunakan pisau dan

gunting; potong salah satu karet gelang menjadi empat bagian

sama panjang, dengan menggunakan potongan karet gelang

tersebut, ikat karet gelang lainnya pada kalep; ikatlah masing-

masing ujung karet gelang pada ranting kayu; cobalah gunakan

ketapel buatanmu itu dengan menjepit sebuah kerikil pada kalep.

Pegang erat-erat tangkai ketapel lalu tariklah kalep kebelakang.

Arahkan tangkai ketapel kearah yang kamu inginkan, selanjutnya

lepaskan pegangan kalepnya sehingga kerikil terlontar ke depan.


2). Model Neraca Pegas
Model membuat neraca pegas cukup mudah dan bahanya

juga mudah didapat, dengan memanfaatkan bahan yang sudah

tidak terpakai yang ada dilingkungan sekitar.


Alat dan Bahan yang digunakan untuk membuat neraca

berupa: kawat, papan, paku kecil dan sedang, karet dari sandal

jepit, karet gelang, palu, spidol, penggaris, dan lem. Cara kerja

membuat neraca pegas: rancang neraca pegas secara sederhana

dengan mengikuti seperti pada gambar; dan setelah model neraca

pegas selesai dibuat, gantunglah dua buah benda yang bobotnya

berbeda (berat dan ringan) secara bergantian.


33

Sapriati, dkk mengemukakan bahwa Gaya merupakan konsep

yang abstrak, karena tidak dapat diamati, dan kita hanya dapat

mengamati akibat yang ditimbulkan oleh gaya.57 Contoh dalam

kehidupan sehari hari seperti mendorong meja, menggeser lemari, dan

membuka pintu. Gaya juga bisa diartikan sebagai tarikan atau

dorongan, dalam pengertian ilmiah gaya adalah suatu yang dapat

menyebabkan suatu benda/yang dikenainya berubah, seperti halnya:


1). Berubah bentuknya, misalnya plastisin dapat diubah bentuknya

dengan menekan atau menariknya dengan tangan;


2). Berubah kecepatannya, misalnya mobil dari berhenti menjadi

bergerak atau dari bergerak lambat menjadi bergerak cepat, dari

bergerak menjadi berhenti;


3). Berubah arah geraknya, misalnya bola yang menggelinding

dapat ditendang sehingga menuju arah yang diinginkan.

57
Sapriati, dkk, Pembelajaran IPA Di SD (edisi 1), (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), 844.
36

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK) yang dalam bahasa inggris PTK disebut Classroom

Active Research (CAR). PTK sangat cocok untuk penelitian ini, karena

penelitian diadakan dalam kelas dan lebih difokuskan pada masalahmasalah

yang terjadi di dalam kelas atau pada proses belajar mengajar.


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari tiga kata yaitu penelitian,

tindakan, kelas. Berikut penjelasannya:


1. Penelitian diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu objek,
menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal
yang menarik minat dan penting bagi penelitian;
2. Tindakan diartikan sebagai suatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk
siklus kegiatan;
3. Kelas diartikan sebagai sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.58
Dengan menggabungkan ketiga kata tersebut, yakni penelitian,

tindakan dan kelas, maka dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan bentuk

penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu yang

dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas.


PTK yang digunakan pada penelitian ini adalah PTK partisipan.

Artinya suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan jika peneliti

terlibat langsung di dalam penelitian sejak awal sampai dengan hasil

58
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, Cet. V, (Bandung : Yrama Media, 2009), 12.
37

penelitian yang berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan

penelitian senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan

mengumpulkan data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan

hasil penelitiannya.59
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pastilah mempunyai tujuan,

termasuk penelitian tindakan kelas (PTK). Sehubungan dengan itu tujuan

secara umum dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:


1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan kualitas pembelajaran di
kelas;
2. Meningkatkan layanan professional dalam konteks pembelajaran di
kelas;
3. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan tindakan
dalam pembelajaran yang direncanakan di kelas;
4. Melakukan kesempatan kepada guru untuk melakukan pengkajian
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.60

Dari beberapa tujuan yang telah dijelaskan di atas, inti dari tujuan PTK

tidak lain adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran yang berkaitan

dengan media, metode, model, teknik, dan lain-lain.


Berdasarkan jenis penelitian sebagaimana dipaparkan sebelumnya,

rancangan atau desain PTK yang digunakan adalah menggunakan model

PTK Kemmis & Mc. Taggart yang dalam alur penelitiannya yakni meliputi

langkah-langkah: (1) Perencanaan (plan), (2) Melaksanakan Tindakan (act),

(3) Melaksanakan Pengamatan (observe), dan (4) Mengadakan Refleksi/

Analisis (reflection).61
Sehingga penelitian ini merupakan siklus spiral, mulai dari perenca-

naan, pelaksanaan tindakan, pengamatan untuk memodifikasi perencanaan,

dan refleksi. Penelitian ini juga merupakan penelitian individual.

59
Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, 20.
60
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 155.
61
Dwi Atmono, Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Scripta Cendekia), 14.
38

Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan konsep yang

diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen action (tindakan)

dengan observe (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan yang

disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan

bahwa penerapan antara action dan observe merupakan dua kegiatan yang

tidak terpisahkan, maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam

satu kesatuan waktu, jadi jika berlangsungnya suatu tindakan begitu pula

observasi juga dilakukan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang, peneliti

memilih lokasi tersebut dikarenakan letak lokasi yang berdekatan dengan

kediaman peneliti. Madrasah ini beralamatkan di Jalan Lapangan Terbang

Sukosari Kecamatan Jatiroto Kabupaten Lumajang. Adapun Desa Sukosari ini

sebelah timur berbatasan dengan Kaliboto Lor, sebelah selatan Desa

Rojopolo, sebelah utara Desa Kalidilem Kecamatan Randuagung, dan sebelah

barat berbatasan dengan Desa Banyuputih Kidul.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat

diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka data disebut responden, yaitu orang yang


39

merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun

lisan.62

Menurut sumbernya data penelitian digolongkan menjadi dua yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau

alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang

dicari. Dan data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder

biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia.63

Adapun sumber data dari penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah

dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang

menjadi sumber data utama yaitu Kepala Madrasah, Guru kelas V, serta

para guru dan staf yang ada di MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang

berfungsi melengkapi data yang di perlukan oleh data primer. Adapun

62
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. IV, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), 129.
63
Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), 91.
40

sumber data sekunder yang diperlukan yaitu: buku-buku, foto dan

dokumen tentang MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan Data merupakan langkah yang sangat penting dalam

suatu penelitian, sehingga kecermatan dan ketelitian sangat diperlukan untuk

mendapatkan data yang baik dan valid. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat

observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Dalam PTK,

observasi menjadi instrumen utama yang digunakan untuk mengumpulkan

data. Hal ini disebabkan observasi sebagai pengamatan langsung,

merupakan instrumen yang cocok untuk memantau kegiatan pembelajaran

baik prilaku guru maupun prilaku siswa. Adapun jenis kegiatan yang akan

diobservasi adalah mengerjakan tugas, memperhatikan pelajaran,

mencatat pelajaran, bertanya tentang pelajaran yang kurang dipahaminya,

kedisilpinan siswa.

2. Tes tertulis, merupakan tes tertulis berbetuk pilihan berganda. Pilihan

berganda adalah sejenis kemajuan belajar yang memerlukan jawaban

yang bersifat mutlak. Pra tindakan merupakan tes awal yang diberikan

kepada siswa sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung yang bertujuan

untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, dan


41

sebagai dasar pembentukan kelompok belajar siswa. Tes akhir

kemampuan memecahkan masalah diberikan setelah kegiatan

pembelajaran pada siklus I siklus yang telah dilakasanakan, tes ini

bertujuan untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

selama proses pembelajaran berlangsung dalam satu siklus.

3. Wawancara, yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

interview bebas. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Suharsimi

Arikunto bahwa interview bebas, dimana responden memilki kebebasan

untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokanpatokan

yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.64 Wawancara dilakukan terhadap

guru sebagai sumber data, dengan tujuan menggali informasi sebanyak

mungkin tentang fokus penelitian.

4. Dokumentasi, yaitu merupakan catatan, foto atau gambar peristiwa.

Sebagai pelengkap dari observasi yang telah dilakukan.

E. Analisis Data
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya

tindakan yang dilakukan dalam penelitian. Hal ini dilihat dari presentase

tingkat keberhasilan yang dicaapai oleh siswa kelas V MI. Darul Ulum

Jatiroto Lumajang.
Data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya di analsisis dengan

menggunakan teknik data kualitatif model interaktif dari Miles dan Huberman

diantaranya. Reduksi data, penyajian data dan verifikasi atau menarik

64
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, 193.
42

kesimpulan. Untuk lebih jelasnya disini akan dijelaskan satu-persatu

mengenai teknik analisis data:


1. Reduksi Data
Miles dan Hubermen menjelaskan bahwa reduksi data diartikan

sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabsatrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis dilapangan.65 Dalam hal ini proses reduksi data dilakukan

dengan cara menyeleksi, menyederhanakan data yang telah disajikan

dalam transkip catatan lapangan. Kegiatan ini bertujuan memilih jawaban

siswa dari jenis kesalahan dan kebenaran dalam menyelesaikan soal-soal

tentang materi. Reduksi data dilakukan dengan pertimbangan bahwa data

yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dipilih sesuai dengan kebutuhan. Keterangan nilai soal-soal latihan:


a. Setiap soal memiliki skor 5;
b. Apabila siswa menjawab 1 soal yang benar, siswa mendapat skor 5;
c. Tidak benar sama sekali akan mendapat skor 0.

2. Penyajian Data
Penyajian data adalah sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dalam hal ini data kemampuan siswa yang telah direduksi,

disajikan dalam bentuk paparan data peningkatan kemapuan. Data yang

diperoleh dari tes yang diberikan dan menganalisis hasil belajar siswa

menggunakan langkah dengan rumus sebagai berikut:


a. Daya Serap Perseorangan/Individual
Rumus Individu

65
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Cipta Pustaka Media, 2007),
148.
43

Skor Mentah
Nilai = x 100%
Jumlah Item
Kriteria nilai ketuntasan siswa
N ≥ 65 Tuntas
N ≤ 65 Belum Tuntas

b. Daya Serap Klasikal


Untuk mengetahui hasil siswa yang sudah belajar harus

menggunakan rumus klasikal

P
PKK = x 100%
N

PKK : Persen keberhasilan Klasikal


P : Banyak Siswa Ketuntasan ≥ 65
N : Banyak siswa

c. Rumus Rata-rata
Analisis data dilakukan dengan berhasil tidaknya tindakan

yang dilakukan dengan menggunakan presentase sebagai berikut:

F
P = x 100%
N
d. Rumus Analisis Persentase

R
NP = x 100%
SM

Keterangan:
NP : Nilai persen yang dicari
R : Skor mentah yang diperoleh
SM : Skor maksimal dan tes yang bersangutan66

Analsis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analsis

digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan

lanjut dalam siklus selanjutnya.

Tabel 3.1
Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Dalam (%)

66
Salim, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Medan: Perdana Publishing, 2015), 94-98.
44

Tingkat Keberhasilan (%) Keterangan


>80% Sangat Tinggi
60-70% Tinggi
40-59% Sedang
20-39% Rendah
<20% Sangat Rendah

Dalam penelitian ini, dinyatakan berhasil dalam klasikal jika

mendapat ≥80% dan jika ketuntasan belajar siswa mendapat nilai ≥80%

maka siswa dikatakan berhasil atau tuntas.

3. Verifikasi atau Menarik kesimpulan


Verifikasi adalah suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan

peninjauan kembali serta tukar pikiran antara teman sejawat untuk

mengembangkan kesepakatan intersubjektif, atau juga upaya-upaya luas

untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang

lain.

F. Keabsahan Data
Dalam menjamin keabsahan data hasil penelitian, maka peneliti

menggunakan pedoman pedoman yang dibuat oleh Lincoln & Guba, yaitu:
1. Keterpercayaan (Credible)
Adapun usaha untuk membuat lebih terpercaya proses,

interprestasi dan temuan dalam penelitian ini yaitu dengan cara:


a. Peneliti ikut serta dalam kegiatan proses pembelajaran yang akan

dilaksanakan dengan tidak tergesa-gesa sehingga pengumpulan

data dan informasi tentang situasi sosial dan fokus penelitian akan

diperoleh secara sempurna. Dalam hal ini peneliti sendiri yang

akan mengajarkan metode pembelajaran demonstrasi di dalam kelas;


45

b. Ketekunan pengamatan (persistent observation) terhadap cara-cara

pelaksanaan dalam pembelajaran, untuk memperoleh informasi yang

terpercaya;
c. Melakukan trianggulasi (trianggulation), yaitu informasi yang

diperoleh dari beberapa sumber diperiksa silang dan antara data

wawancara dengan data pengamatan dan dokumen;


d. Kecukupan referensi.

2. Transferabilitas (Transferability)
Dalam penelitian kualitatif keshahihan eksternal berbeda dengan

validitas eksternal penelitian kuantitatif. Kalau validitas eksternal

kuantitatif menyatakan bahwa generalisasi hasil penelitian dapat

diterapkan kesemua konteks dalam populasi yang sama atas dasar

perolehan dari sampel. Sedangkan keshahihan eksternal dalam penelitian

kualitatif merupakan persoalan empiris bergantung dengan kesamaan

konteks, untuk dapat orang lain memahami temuan penelitian maka

peneliti bertanggung jawab menyediakan laporan deskriptif yang rinci,

jelas, sistematis, empiris, jika ingin membuat keputusan tentang validitas

eksternal tersebut.

3. Keterandalan (Dependenbility)
Untuk menguji dan tercapai keterandalan atau realibilitas data

penelitian, jika dua atau beberapa kali penelitian dengan fokus masalah

yang sama diulang penelitiannya dalam suatu kondisi yang sama dan hasil

yang esensialnya sama, maka dikatakan memiliki realibilitas

(keterandalan) yang tinggi.67


67
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, 165-166.
46

G. Tahap-Tahap Penelitian
Posedur pada penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini tediri dari 2 siklus.

Siklus I merupakan Pengenalan Metode, yang diikuti dengan pengamatan

secara seksama, pencatatan proses dan aktivitas belajar disertai dengan

pemberian tes individu kepada siswa dan berlanjut pada tahap refleksi pada

tahap dan hasil belajar. Siklus II merupakan upaya pembanding proses dan

hasil belajar yang telah dilaksanakan pada siklus I. Dengan demikian dapat

diketahui manfaat penerapan metode demonstrasi dengan media sederhana

untuk meningkatkan hasil belajar energi perubahan IPA pada siswa kelas V

MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang.


1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan merupakan rancangan tindakan yang

akan dilakukan peneliti memperbaiki, meningkatkan, merubah prilaku

dan sikap sebagai solusi. Adapun yang dilakukan pada tahap ini

adalah:
1). Membuat rencana pembelajaran sesuai dengan materi yang akan

diajarkan;
2). Mempersiapkan bahan materi yang akan diajarkan yaitu materi

energi dan perubahannya;


3). Mempersiapkan benda-benda yeng berhubungan dengan materi;
4). Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana

perkembangan siswa di dalam kelas;


5). Menyusun tes untuk mengukur hail belajar siswa selama tindakan

penelitian diterapkan.

b. Tahap Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan tindakan yang telah disusun dengan


47

memperlihatkan metode demostrasi dalam pembelajaran demostrasi.

Kegiatan yang akan dilakukan adalah:


1). Peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan mengadakan

tanya jawab dengan siswa tentang materi yang akan diajarkan;


2). Peneliti juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai dalam mempelajari materi tersebut;


3). Peneliti menggunakan metode demostrasi dan ceramah untuk

menerangkan beberapa hal tentang gaya magnet dan didemons-

trasikan langsung oleh peneliti tersebut;


4). Peneliti mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi

yang disampaikan;
5). Peneliti memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya;
6). Kemudian Peneliti mengarahkan siswa untuk memberikan

kesimpulan sendiri;
7). Setelah selesai peneliti melaksanakan proses belajar mengajar,

peneliti melakukan tes untuk mengetahui hasil dari proses belajar

mengajar tes belajar yang dilakukan bersifat individual.


c. Tahap Pengamatan
Kegiatan pengamatan yang akan dilakukan oleh si pengamat.

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan

tindakan dan proses mengamati pembelajaran dengan menggunakan

lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi ini dilaksanakan

selama proses pembelajaran berlangsung, yang berkenaan dengan

aktivitas belajar siswa.


d. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data observasi di

dalam kelas tentang aktivitas siswa dan tes hasil belajar siswa saat

pembelajaran. Refleksi ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru

kelas untuk mencari perbaikan-perbaikan tindakan selanjutnya. Hasil


48

refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk pemecahan pada

siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Prosedurnya sama dengan siklus I, rencana tindakan pada

siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi dan analisis dari pada

siklus I.
b. Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan

skenario kegiatan yang telah dilaksanakan.


c. Pengamatan atau Observasi
Kegiatan observasi dan evaluasi yang dilaksanakan sama

dengan siklus I. Hasil observasinya dan evaluasi ditindak lanjuti

dengan analisi untuk bahan refleksi.


BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Obyek Penelitian

Dalam hal ini akan disajikan data hasil penelitian untuk mengetahui

kebenaran teori serta hipotesis yang telah disajikan sebelumnya. Serta laporan

hasil penelitian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan obyek penelitian, serta

lokasi yang terdapat di MI. Darul Ulum Sukosari Jatiroto Lumajang.

1. Sejarah Berdirinya MI. Darul Ulum Sukosari Jatiroto Lumajang

Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Sukosari didirikan pada tahun

1959 Oleh Bapak H. Holil dan tokoh-tokoh di Dusun Sukosari Tengah

RT. 05 RW. 02 Desa Sukosari Kecamatan Jatiroto.

Berikut ini pereodeisasi kepemimpinan MI. Darul Ulum sukosari:

a. Ky. Saifuddin dari tahun 1970-1983;


b. Abdul Ghoni dari tahun 1983-1992;
c. Mistadji S.Pd.I dari tahun 1992-2009;
d. Hayruniswati Spd dari th 2009-sekarang.

2. Letak Geografis MI. Darul Ulum Sukosari Jatiroto Lumajang

Secara geografis MI.Sukosari Jatiroto Lumajang terletak di tempat

sukosari tengah,yaitu jalan lapangan terbang lama dengan batas-batas

sebagai berikut:

50
51

a. Sebelah Utara,Perkebunan Tebu/Persil Jatiroto sebagai batas antara

Desa Sukosari Dengan Desa Kalidilem Kecamatan Randuagung;

b. Sebelah Selatan, perumahan penduduk;

c. Sebelah Barat, perumahan Penduduk;

d. Sebelah Timur, perumahan Penduduk.

3. Profil MI. Darul Ulum Sukosari Jatiroto Lumajang

Profil MI.Darul Ulum Sukosari Jatiroto Lumajang sebagai berikut:

a. Nama Madrasah : MI. Darul Ulum

b. Nomor Statistik Madrasah : 111235080117

c. Propinsi : Jawa Timur

d. Otonomi Daerah : Kabupaten Lumajang

e. Kecamatan : Jatiroto

f. Desa/Kelurahan : Sukosari

g. Kode Pos : 67355

h. Akreditasi :B

i. Tahun Berdiri : 14 Mei 1970

4. Visi, Misi, dan Tujuan MI. Darul Ulum Lumajang

a. Visi

“Terwujudnya Generasi Islam Yang Terampil Qiro’ah, Tekun

Beribadah, Berakhlak Karimah, Dan Unggul Dalam Prestasi”

Indikator-indikator Visi:
52

1). Terwujudnya peserta didik yang mampu membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar (tartil);

2). Terwujudnya peserta didik yang tekun melaksanakan ibadah

wajib maupun sunnah;

3). Terwujudnya peserta didik yang santun dalam bertutur dan

berperilaku;

4). Terwujudnya peserta didik yang unggul dalam prestasi akdemik

dan non akademik sebagai bekal melanjutkan pendidikan yang

lebih tinggi dan atau hidup mandiri.

b. Misi

1). Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari

Al-Qu’ran dan menjalankan ajaran agama Islam;

2). Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang mampu

mengaktualisasikan diri dalam masyarakat;

3). Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam

pencapaian prestasi akademik;

4). Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga

kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan;

5). Menyelenggarakan tata kelola Madrasah yang efektif, efisien,

transparan dan akuntabel.

c. Tujuan

1). Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran aktif (PAKEM, CTL);


53

2). Mengembangkan potensi akademik, minat dan bakat siswa

melalui layanan bimbingan dan konseling dan kegiatan

ekstrakurikuler;

3). Membiasakan perilaku islami diingkungan Madrasah;

4). Meningkatkan prestasi akademik siswa dengan nilai rata-rata

70,00;

5). Meningkatkan prestasi akademik siswa di bidang seni dan olah

raga lewat kejuaraan dan kompetisi.

5. Keadaan Sarana dan Prasarana MI. Darul Ulum Sukosari Jatiroto

Lumajang

Adapun sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar

mengajar di MI. Darul Ulum Sukosari Jatiroto Lumajang adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.1
Keadaan Sarana dan Prasarana MI. Darul Ulum Sukosari Jatiroto
Lumajang

No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan


1. Ruang Kepala Madrasah 1 Baik
2. Ruang Guru 1 Baik
3. Ruang Kelas I 1 Baik
4. Ruang Kelas II 1 Baik
5. Ruang Kelas III 1 Baik
6. Ruang Kelas IV 1 Baik
7. Ruang Kelas V 1 Baik
8. Ruang Kelas VI 1 Baik
9. Kamar Mandi dan WC 2 Baik
54

6. Data Jumlah Guru dan Pegawai MI. Darul Ulum Sukosari Jatiroto

Lumajang

Berikut ini adalah data guru di MI. Darul Ulum Sukosari Jatiroto

Lumajang Tahun Pelajaran 2018/2020

Tabel 4.2
Data Guru dan Pegawai MI. Darul Ulum Sukosari Jatiroto
Lumajang

No Nama Jabatan
1. Hayruniswati, S.Pd Kepala Madrasah
2. Imron Hamzah, S.Pd.I Guru PAI
3. Alfia, S.Pd Guru Kelas III
4. Muhimah, S.Pd.I Guru Kelas V
5. Sumila, S.Pd. Guru Kelas I
6. Abdul Ghofar, S.Pd Guru Kelas Vl
7. Ari Cahyo Purnomo S.Pd.I Guru Kelas IV
8. Siti Diana Nurcholida, S.Pd Guru Kelas II
9. Tri Mahmuda, S.Pd. Guru Kelas PJOK
10. Ridwan Muzakki Aji Guru Bahasa Arab

B. Penyajian dan Analisa Data

1. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Prasiklus

Sebelum diterapkannya metode demonstrasi dengan media

sederhana oleh peneliti, peneliti ingin mengetahui sampai dimana

kemampuan dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPA materi

energi dan perubahannya sebelum diterapkannya metode demonstrasi

dengan media sederhana, penaliti melakukan pre test yang bertujuan

untuk mengetahui gambaran kesulitan siswa dalam menjawab soal-soal

secara individu. Adapun hasil belajar siswa pada pelaksanaan pre test

dapat dilihat pada tabel 4.3.


55

Tabel 4.3
Hasil Belajar Siswa Pada Pre Test

Ketuntasan
Jenis
No Nama Peserta Didik Nilai Belajar
Kelamin
Ya Tidak
1 M. Wildan L 60 √
2 Dian Aprilia P 65 √
3 Baihaki L 60 √
4 Kaeysa Putri Junaidi P 60 √
5 Dini Kamila P 60 √
6 Iin Mutmainah P 80 √
7 Lilik Sulistiyowati P 65 √
8 Misri Astutik P 70 √
9 Maulida P 60 √
10 M. Mahesun L 70 √
11 Rama Hakim L 65 √
12 Muhammad Fathur L 80 √
13 Khoirul Davi L 80 √
14 Mahfud L 60 √
15 M. Dasir L 70 √
16 Siti Khadijah P 70 √
17 Putri Riska Ramadani P 90 √
18 Risa Indriani P 50 √
19 Uut Permatasari P 80 √
20 Wiwik P 65 √
21 Sambasri L 80 √
Jumlah 1.440 6 15
Nilai Rata-Rata Peserta Didik 68,57
Jumlah Skor Maksimal 2.100
KKM 80
Ketuntasan 28,57%

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa hasil belajar

siswa pada pre test dalam menguasai materi energi dan perubahannya

hanya mencapai nilai rata-rata sebesar 68,57.

Tabel 4.4
Presentase Ketuntasan Belajar Siswa Pada Pre Test

Presentasi
Presentasi Tingkat Banyak
No Jumlah
Ketuntasan Ketuntasan Siswa
Siswa
1 90%-100% Sangat Tinggi 1 4,76%
56

2 80%-89% Tinggi 5 23,81%


3 65%-79% Sedang 8 38,10%
4 55%-64% Rendah 7 33,33%
5 0%-54% Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 21 100%

Berdasarkan tabel di atas bahwa terdapat siswa yang memiliki

kriteria penilaian tinggi maupun sangat rendah. Siswa yang memiliki

kriteria sangat tinggi hanya 1 siswa (4,76%), siswa yang memiliki kriteria

tinggi 5 siswa (23,81%), yang memiliki kriteria sedang berjumlah 8 siswa

(38,10%), sedangkan 7 siswa memiliki kriteria rendah (33,33%), dan

siswa tergolong pada kriteria yang sangat rendah tidak ada (0%).

Hasil dari pre test yang telah diberikan kepada 21 siswa

menunjukkan masih sedikit jumlah siswa yang mampu menjawab soal-

soal dan dinyatakan tuntas terkait materi energi dan perubahannya yaitu 6

orang siswa. Hasil pre test ini digunakan sebagai acuan dalam

memberikan tindakan dan menyusun rencana pembelajaran untuk

dilaksanakan pada siklus I dalam membantu siswa mengatasi kesulitan-

kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

2. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan saya menyiapkan dan merancang RPP

(Rancangan Perencanaan Pembelajaran) pada siklus I dalam upaya

untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok

energi dan perubahannya.


57

Kemudian saya mempersiapkan sarana pembelajaran yang

mendukung terlaksananya proses pembelajaran, seperti buku ajar

siswa (buku IPA kelas V). Membuat format tes hasil belajar siswa,

untuk melihat hasil belajar siswa setelah melakukan proses

pembelajaran pada materi energi dan perubahannya. Dan kemudian

saya juga melakukan wawancara selama proses pembelajaran

berlangsung baik mengenai materi yang telah dibahas dan kepada

siswa yang berkesulitan dalam belajar.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan siklus I berlangsung dalam waktu 4 x 35 menit.

Peneliti melakukan proses pembelajaran sesuai dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun dengan menggunakan

metode pembelajaran demonstrasi kegiatan pembelajaran ini dibagi

dalam tiga kegiatan, yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

akhir.

1). Kegiatan Awal

Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan membaca doa

bersama, mengabsen kehadiran siswa, melakukan senam otak dan

memberikan apresiasi kepada siswa. Selanjutnya peneliti

memulai pembelajaran dengan menjelaskan kepada siswa tentang

teknis pelaksanaan pembelajaran dangan menggunakan metode

pembelajaran demonstrasi dan memberikan arahan kepada siswa

serta menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.


58

2). Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru memulai pembelajaran dengan

menjelaskan materi energi dan perubahannya. Siswa bertugas

untuk mendengarkan penjelasan materi dari guru dengan seksama

namun masih ditemukan siswa yang tidak mendengarkan dengan

baik penjelasan dari guru. Maka guru mengubah posisi tempat

duduk menjadi kelompok diskusi.

Kemudia guru melanjutkan kembali pembelajaran dengan

memberikan contoh benda-benda yang berhubungan dengan

materi energi dan perubahannya. Setelah guru menyelesaikan

materi lalu guru memberikan lembar kerja. Guru menginstruk-

sikan ke tiga kelompok untuk mempraktekkan dan membuktikan

bahwa benda apa saja yang berhubungan dengan materi energi

dan perubahannya, dimana guru sudah menyediakan alat dan

benda yaitu seperti: ketapel dan pegas. Dimana setiap kelompok

mempraktekkan bahan-bahan yang disediakan guru menjadi

sebuah energi dan perubahannya, setelah itu siswa diminta untuk

menuliskan hasil pengamatan yang dilakukan siswa ke lembar

kerja yang sudah di bagikan oleh guru ke setiap kelompok. Dan

tiga kelompok mendemonstrasikan hasil pengamatan yang

mereka lakukan dengan mempraktekan benda-benda tersebut.

Sedangkan pada pertemuan selanjutnya dilanjutkan lagi

dengan kegiatan keempat dan kelima. Guru menginstruksikan tiga


59

kelompok untuk mendemonstrasikan dan membuktikan bahwa

benda apa saja yang dapat dijadikan contoh pada materi energi

dan perubahannya dan menjelaskan apa alasannya, kemudian

kelompok lain menyimak dan melihat hasil yang dijelaskan oleh

kelompok-kelompok tersebut. Setelah itu lembar kerja dikumpul-

kan dan dipresentasikan didepan kelas.

3). Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru bersama dengan

siswa membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.

Sebelum mengakhiri pembelajaran, guru memberikan test berupa

soal pilihan berganda kepada siswa.

Selanjutnya peneliti ingin mengambil sejauh mana

kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah

diberikan dengan menggunakan metode demonstrasi melalui

media sederhana. Oleh karena itu peneliti memberikan tes yang

merupakan post test siklus I. Adapun hasil belajar siswa pada tes

siklus I dapat dilihat pada tabel berikuti :

Tabel 4.5
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Ketuntasan
Jenis
No Nama Peserta Didik Nilai Belajar
Kelamin
Ya Tidak
1 M. Wildan L 65 √
2 Dian Aprilia P 80 √
3 Baihaki L 70 √
4 Kaeysa Putri Junaidi P 70 √
5 Dini Kamila P 70 √
6 Iin Mutmainah P 85 √
60

7 Lilik Sulistiyowati P 65 √
8 Misri Astutik P 80 √
9 Maulida P 65 √
10 M. Mahesun L 80 √
11 Rama Hakim L 70 √
12 Muhammad Fathur L 85 √
13 Khoirul Davi L 90 √
14 Mahfud L 65 √
15 M. Dasir L 80 √
16 Siti Khadijah P 80 √
17 Putri Riska Ramadani P 95 √
18 Risa Indriani P 60 √
19 Uut Permatasari P 85 √
20 Wiwik P 70 √
21 Sambasri L 90 √
Jumlah 1.600 11 10
Nilai Rata-Rata Peserta Didik 76,19
Jumlah Skor Maksimal 2.100
KKM 80
Ketuntasan 52,39%

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat kemampuan

siswa dalam menjawab soal-soal post test I tergolong sedang,

terbukti dari 21 siswa hanya 11 orang yang mampu mencapai

nilai ketuntasan belajar. Dengan rata-rata nilai sebanyak 76,19.

Rekapitulasi presentase dari hasil belajar siswa pada siklus

I dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6
Presentasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Presentasi
Presentasi Tingkat Banyak
No Jumlah
Ketuntasan Ketuntasan Siswa
Siswa
1 90%-100% Sangat Tinggi 3 14,29%
2 80%-89% Tinggi 8 38,10%
3 65%-79% Sedang 9 42,86%
4 55%-64% Rendah 1 4,76%
5 0%-54% Sangat Rendah 0 0%
61

Jumlah 21 100%
Berdasarkan tabel di atas bahwa terdapat siswa yang

memiliki kriteria penilaian tinggi maupun sangat rendah. Siswa

yang memiliki kriteria sangat tinggi hanya 3 siswa (14,29%),

siswa yang memiliki kriteria tinggi 8 siswa (38,10%), yang

memiliki kriteia sedang berjumlah 9 siswa (42,86%), sedangkan 1

siswa memiliki kriteria rendah (4,76%), dan siswa tergolong

pada kriteria yang sangat rendah tidak ada (0%).

Keberhasilan proses belajar mengajar pada siklus I belum

dapat dikatakan berhasil sebab masih banyak diperoleh data siswa

yang belum mencapai ketuntasan, yaitu sebanyak 10 orang siswa.

Oleh karena itu, data hasil belajar siswa pada siklus I digunakan

sebagai acuan untuk melakukan tindakan pada siklus II dengan

tujuan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa

dalam menyelesaikan soal-soal pada materi energi dan

perubahannya.

c. Pengamatan

Pada proses pengamatan, aktivitas yang akan diamati terdiri

dari aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa.

1). Aktivitas Guru

Pada saat yang bersamaan peneliti diamati oleh guru kelas.

Observer memberikan hasil mengenai kemampuan peneliti dalam

menyampaikan materi dengan menggunakan metode demonstrasi

sebagai berikut:
62

Tabel 4.7
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I

No Keterangan 1 2 3 4
1 Kemampuan membuka pelajaran
a. Menarik Perhatian siswa √
b. Memberikan motivasi awal √
c. Memberikan apersepsi (kaitan materi
yang sebelumnya dengan materi yang √
akan disampaikan
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan diberikan
e. Memberikan acuan bahan ajar yang

akan diberikan
2 Sikap guru dalam proses pembelajaran
a. Kejelasan artikulasi suara √
b. Variasi gerakan badan tidak

mengganggu perhatian siswa
c. Antusiasme dalam perhatian √
d. Mobilitas posisi pengajar √
3 Penguasaan bahan belajar
a. Bahan belajar disajikan sesuai dengan
langkah-langkah yang direncanakan √
dalam RPP
b. Kejelasan dalam menjelaskan bahan

belajar (materi)
c. Kejelasan dalam memberikan contoh √
d. Memilki wawasan yang luas dalam

menyampaikan bahan belajar
4 Kegiatan belajar mengajar
a. Kesesuaian metode dengan bahan

belajar yang disampaikan
b. Penyajian bahan pelajaran yang sesuai
dengan tujuan/indikator yang telah √
ditetapkan.
c. Memilki keterampilan dalam
menaggapi dan merespon pernyataan √
siswa.
d. Ketetapan dalam penggunaan alokasi

waktu yang disediakan
5 Kemampuan menggunakan media
pembelajaran
a. Memperhatikan prinsip-prinsip
penggunaan ketepatan/kesesuaian

penggunaan media dengan materi yang
disampaikan
b. Memilki keterampilan dalam √
penggunaan media pembelajaran
63

c. Membantu meningkatkan perhatian



siswa dalam kegiatan pembelajaran
6 Evaluasi pembelajaran
a. Penilaian relevan dengan tujuan yang

telah ditetapkan
b. Menggunakan bentuk dan jenis ragam

penilaian
c. Penilaian diberikan sesuai dengan RPP √
7 Kemampuan menutup kegiatan
pembelajaran
a. Meninjau kembali materi yang

diberikan
b. Memberi kesempatan untuk bertanya

dan menjawab pertanyaan
c. Memberikan kesimpulan kegiatan

pembelajaran
8 Tindak lanjut/Follow Up
a. Memberikan tugas kepada siswa baik

secara individu maupun kelompok
b. Menginformasikan materi/bahan

belajar yang akan dipelajari berikunya
c. Memberikan motivasi untuk selalu

harus belajar
Jumlah 87

Dari data di atas dapat diketahui hasil observasi sebagai

berikut:

Jumlah Skor Pengamatan


Nilai Akhir = x 100%
Jumlah Skor Maksimal
87
Nilai Akhir = x 100% = 75%
116

2). Aktivitas Siswa

Tabel 4.8
Lembar Observasi Siswa Siklus I

Siklus I
No Aspek Yang Diamati
1 2 3 4
1 Memperhatikan/mendengarkan penjelasan

guru saat memberikan pelajaran
2 Keaktifan siswa pada saat menjawab

pertanyaan guru
3 Merespon jawaban teman √
64

4 Berinteraksi dengan siswa lainnya pada



saat diskusi kelompok
5 Bekerjasama dengan siswa lainnya pada √
6 Berani mempresentasekan hasil diskusi

kelompok di depan kelas
7 Dapat menjawab soal yang diberikan

guru secara lisan dengan baik dan tertib
Jumlah 18

Dari data diatas dapat diketahui hasil observasi sebagai

berikut:

Jumlah Skor Pengamatan


Nilai Akhir = x 100%
Jumlah Skor Maksimal
18
Nilai Akhir = x 100% = 64,28%
28

Dengan demikian, siswa yang aktif dalam mengikuti

pembelajaran sudah mencapai 64% dari seluruh indikator. Oleh

karena itu, perlu dilakukan beberapa perbaikan pada bagian-

bagian yang kurang baik.

d. Refleksi

Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa siswa

kelas V MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang yang berjumlah 21 orang

siswa pada mata pelajaran IPA dengan materi energi dan

perubahannya, persentase secara klasikal mencapai ketuntasan

sebanyak 52,39% dari 21 siswa, terdapat 11 orang siswa yang tuntas

dan 10 orang yang tidak tuntas. Hasil belajar siswa pada siklus I ini

mengalami peningkatan dari hasil Pre test sebelumnya namun hasil

belajar ini masih berada di bawah kriteria keberhasilan.


65

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan siklus I, yaitu:

1). Terdapat beberapa siswa yang belum memiliki keinginan lebih

untuk berpastisipasi dalam pembelajaran yang sifatnya tugas

kelompok dan diskusi;

2). Kecenderungan siswa untuk terlihat lebih menonjol masih banyak

sehingga aktivitas belajar siswa terutama dalam kelompok masih

kurang maksimal;

3). Kurang kondusifnya keadaan kelas mengakibatkan guru kesulitan

antara membimbing proses kegiatan belajar siswa dengan

mengkondusifkan keadaan kelas.

Berdasarkan kendala yang dihadapi pada pelaksanaan siklus I,

maka penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus II sebagai lanjutan

dan perbaikan dari siklus I.

3. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I yang masih rendah,

maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pelaksanaan siklus II

dilakukan dengan tahap: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan,

(c) pengamatan, (d) refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II ini tidak jauh berbeda dengan

perencanaan pada siklus I. Tetapi untuk mengatasi kemungkinan


66

kendala yang telah dihadapi sebelumya pada siklus I maka peneliti

mengambil tindakan perbaikan.

Perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai

berikut:

1). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

alokasi waktu 4 x 35 menit. Materi dalam penelitian adalah energi

dan perubahannya;

2). Menyiapkan bahan ajar yaitu berupa paket IPA untuk kelas V

SD/MI;

3). Menyiapkan lembar observasi guna mangamati proses

pembelajaran;

4). Mempersiapkan bahan ajar untuk melaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan metode demonstrasi berkaitan dengan

materi energi dan perubahannya serta alat dan bahan yang

digunakan;

5). Mendesaian penataan kelas sesuai dengan kebutuhan proses

pembelajaran;

6). Siswa melakukan demonstrasi tetap secara berkelompok.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan siklus II berlangsung dalam waktu 4 x 35 menit.

Peneliti memperbaiki pembelajaran yang masih kurang seperti yang

telah di refleksi pada siklus I. Kegiatan pembelajaran ini dibagi dalam

tiga kegiatan, yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
67

1). Kegiatan Awal

Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan membaca doa

bersama, mengabsen kehadiran siswa, melakukan senam otak dan

memberikan apresiasi kepada siswa. Selanjutnya peneliti

memulai pembelajaran dengan menjelaskan kepada siswa tentang

teknis pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran demonstrasi dan memberikan arahan kepada siswa

serta menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2). Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti pembelajaran ini peneliti kembali

mengulang penjelasan tentang materi energi dan perubahannya

untuk mengkondusifkan keadaan kelas, sesekali guru

memberikan pertanyaan kepada siswa dan memberikan peluang

kepada siswa untuk melakukan tanya jawab seputar materi

pelajaran. Beberapa siswa juga memberikan pertanyaan kepada

guru, sebelum guru menjawab pertanyaan tersebut, guru

menyuruh siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut, guru

menyuruh siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya.

Setelah itu guru baru menjawab pertanyaan yang diberikan siswa.

Dengan begitu, perhatian siswa menjadi fokus kepada

pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.

Adapun kendala lain yang ditemukan dalam pelaksanaan

siklus I yaitu, terdapatnya beberapa siswa yang belum memilki


68

keinginan lebih untuk berpartisipasi dalam pembelajaran yang

sifatnya tugas kelompok dan diskusi. Maka untuk mengatasi

permasalahan tersebut, pada siklus II ini guru menginstruksikan

kepada masing-masing siswa untuk melakukan pengamatan dan

setiap siswa wajib mengisi lembar kerja miliknya. Setelah setiap

kelompok selesai melakukan pengamatan lalu hasilnya tersebut

dipresentasekan di depan kelas secara acak.

3). Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru bersama dengan

siswa membuat kesimpulan dari hasil kegiatan yang telah

dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Sebelum

mengakhiri pembelajaran, guru juga memberikan test berupa soal

pilihan berganda sebanyak 10 butir kepada siswa untuk mengukur

tingkat pencapaian siswa terhadap materi yang telah diberikan

guru.

Berdasarkan dari hasil test terlihat bahwa pada siklus II ini

hasil belajar siswa lebih meningkat dibandingkan dengan hasil

belajar siswa pada siklus I. Berikut ini adalah hasil belajar siswa

pada siklus II:

Tabel 4.9
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Ketuntasan
Jenis
No Nama Peserta Didik Nilai Belajar
Kelamin
Ya Tidak
1 M. Wildan L 80 √
2 Dian Aprilia P 85 √
69

3 Baihaki L 80 √
4 Kaeysa Putri Junaidi P 80 √
5 Dini Kamila P 80 √
6 Iin Mutmainah P 90 √
7 Lilik Sulistiyowati P 70 √
8 Misri Astutik P 85 √
9 Maulida P 80 √
10 M. Mahesun L 85 √
11 Rama Hakim L 80 √
12 Muhammad Fathur L 90 √
13 Khoirul Davi L 95 √
14 Mahfud L 70 √
15 M. Dasir L 85 √
16 Siti Khadijah P 85 √
17 Putri Riska Ramadani P 100 √
18 Risa Indriani P 75 √
19 Uut Permatasari P 90 √
20 Wiwik P 80 √
21 Sambasri L 95 √
Jumlah 1.760 18 3
Nilai Rata-Rata Peserta Didik 83,81
Jumlah Skor Maksimal 2.100
KKM 80
Ketuntasan 85,71%

Rekapitulasi presentase dari hasil belajar siswa pada siklus

II dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10
Presentasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Presentasi
Presentasi Tingkat Banyak
No Jumlah
Ketuntasan Ketuntasan Siswa
Siswa
1 90%-100% Sangat Tinggi 6 28,57%
2 80%-89% Tinggi 12 57,14%
3 65%-79% Sedang 3 14,29%
4 55%-64% Rendah 0 0%
5 0%-54% Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 21 100%
70

Keberhasilan proses belajar mengajar pada siklus II sudah

dapat dikatakan berhasil sebab hanya sedikit yang diperoleh data

siswa yang belum mencapai ketuntasan, yaitu sebanyak 3 orang

siwa (14,29%).

c. Pengamatan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama siklus II ini,

pembelajaran yang dilaksanakan sudah berhasil karena guru sudah

lebih mengoptimalkan pembelajaran dari siklus I. Adapun pada proses

pengamatan, aktivitas yang akan diamati terdiri dari aktivitas

mengajar guru dan aktivitas belajar siswa.

1). Aktivitas guru

Pada saat yang bersamaan peneliti diamati oleh guru kelas.

Observer memberikan hasil mengenai kemampuan peneliti dalam

menyampaikan materi dengan menggunakan metode

pembelajaran demontrasi sebagai berikut :

Tabel 4.11
Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II

No Keterangan 1 2 3 4
1 Kemampuan membuka pelajaran
a. Menarik Perhatian siswa √
b. Memberikan motivasi awal √
c. Memberikan apersepsi (kaitan materi
yang sebelumnya dengan materi yang √
akan disampaikan
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan diberikan
e. Memberikan acuan bahan ajar yang

akan diberikan
2 Sikap guru dalam proses pembelajaran
a. Kejelasan artikulasi suara √
71

b. Variasi gerakan badan tidak



mengganggu perhatian siswa
c. Antusiasme dalam perhatian √
d. Mobilitas posisi pengajar √
3 Penguasaan bahan belajar
a. Bahan belajar disajikan sesuai dengan
langkah-langkah yang direncanakan √
dalam RPP
b. Kejelasan dalam menjelaskan bahan

belajar (materi)
c. Kejelasan dalam memberikan contoh √
d. Memilki wawasan yang luas dalam

menyampaikan bahan belajar
4 Kegiatan belajar mengajar
a. Kesesuaian metode dengan bahan

belajar yang disampaikan
b. Penyajian bahan pelajaran yang sesuai
dengan tujuan/indikator yang telah √
ditetapkan.
c. Memilki keterampilan dalam
menaggapi dan merespon pernyataan √
siswa.
d. Ketetapan dalam penggunaan alokasi

waktu yang disediakan
5 Kemampuan menggunakan media
pembelajaran
a. Memperhatikan prinsip-prinsip
penggunaan ketepatan/kesesuaian

penggunaan media dengan materi yang
disampaikan
b. Memilki keterampilan dalam

penggunaan media pembelajaran
c. Membantu meningkatkan perhatian

siswa dalam kegiatan pembelajaran
6 Evaluasi pembelajaran
a. Penilaian relevan dengan tujuan yang

telah ditetapkan
b. Menggunakan bentuk dan jenis ragam

penilaian
c. Penilaian diberikan sesuai dengan RPP √
7 Kemampuan menutup kegiatan
pembelajaran
a. Meninjau kembali materi yang

diberikan
b. Memberi kesempatan untuk bertanya

dan menjawab pertanyaan
c. Memberikan kesimpulan kegiatan

pembelajaran
8 Tindak lanjut/Follow Up
72

a. Memberikan tugas kepada siswa baik



secara individu maupun kelompok
b. Menginformasikan materi/bahan

belajar yang akan dipelajari berikunya
c. Memberikan motivasi untuk selalu

harus belajar
Jumlah 108

Dari data di atas dapat diketahui hasil observasi sebagai

berikut:

Jumlah Skor Pengamatan


Nilai Akhir = x 100%
Jumlah Skor Maksimal
108
Nilai Akhir = x 100% = 93,10%
116

Dengan demikian, guru pada saat mengajar sudah

melakukan sebesar 93,10% dari seluruh indikator yang harus

dilakukan.

2). Aktivitas Siswa

Tabel 4.12
Lembar Observasi Siswa Siklus II

Siklus I
No Aspek Yang Diamati
1 2 3 4
1 Memperhatikan/mendengarkan penjelasan

guru saat memberikan pelajaran
2 Keaktifan siswa pada saat menjawab

pertanyaan guru
3 Merespon jawaban teman √
4 Berinteraksi dengan siswa lainnya pada

saat diskusi kelompok
5 Bekerjasama dengan siswa lainnya pada √
6 Berani mempresentasekan hasil diskusi

kelompok di depan kelas
7 Dapat menjawab soal yang diberikan

guru secara lisan dengan baik dan tertib
Jumlah 25
73

Dari data diatas dapat diketahui hasil observasi sebagai

berikut:

Jumlah Skor Pengamatan


Nilai Akhir = x 100%
Jumlah Skor Maksimal
25
Nilai Akhir = x 100% = 89,28%
28

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa selama

proses pembelajaran berlangsung, aktivitas siswa sudah berjalan

dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

d. Refleksi

Pada pembelajaran siklus II terjadi peningkatan hasil belajar

siswa dibandingkan dengan pembelajaran siklus I. Jika dalam siklus I

jumlah siswa yang tuntas sebanyak 11 orang siwa (52,39%) dan yang

tidak tuntas sebanyak 10 orang siswa (47,61%), maka pada siklus II

meningkat menjadi 18 orang siswa ( (85,71%) dan 3 orang yang tidak

tuntas (14,29%).

C. Pembahasan Temuan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jalannya pembelajaran di

MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang dengan menerapkan metode pembelajaran

demonstrasi melalui media sederhana pada mata pelajaran IPA pokok bahasan

energi dan perubahannya dan bentuk-bentuknya dapat terlaksana dengan

optimal, hal tersebut didukung dengan instrument tes hasil belajar dan lembar

observasi.
74

1. Siklus I

Berdasarkan pungumpulan data selama siklus I telah diperoleh

nilai untuk tes kemampuan siswa pada saat pre test dan post test siklus I

di MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang melalui penggunaan metode

pembelajaran demonstrasi melalui media sederhana dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hasil penelitian, pada saat

pre test sebelum diberikan tindakan diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar

68,57 dengan ketuntasan klasikal 6 orang siswa atau 28,57% dikatakan

belum berhasil baik secara individu maupun keseluruhan. Setelah

pemberian tindakan melalui penggunaan metodedemonstrasi yang

dilakukan peneliti pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas meningkat

menjadi 76,19 dengan tingkat ketuntasan belajar siswa meningkat

mencapai 52,39 sedangkan yang tidak tuntas mencapai 47,61. Dapat

diambil kesimpulan bahwa pada siklus I kegiatan belajar mengajar belum

dapat terlaksana secara efektif karena belum mencapai target yang

diharapkan. Berangkat dari fakta ilmiah, peneliti kemudian melanjutkan

penelitian ini pada siklus II untuk bisa mencapai target yang diharapkan.

2. Siklus II

Pada tindakan siklus II, dilakukan perbaikan pembelajaran yang

dilaksanakan pada siklus I. Peneliti menerapkan kembali metode

pembelajaran demonstrasi melalui media sederhana dengan

memperdalam pemahaman siswa pada pokok bahasan materi energi dan


75

perubahannya dalam artian mengulang kembali materi pembelajaran. Dari

tes kemampuan menyelesaikan soal diperoleh nilai rata-rata kelas yang

meningkat menjadi 83,81 dengan ketuntasan belajar meningkat sebesar

85,71% Hal ini berarti membuktikan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan metode pembelajaran demonstrasi melalui media sederhana

yang dilaksanakan peneiti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

mata pelajaran IPA pokok bahasan energi dan perubahannya dan bentuk-

bentuknya. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata perubahan hasil

belajar siswa pada pre test, post test I pada siklus I dan pada post test II

pada siklus II. Utuk lebih menambah pemahaman kita tentang presentase

ketuntasan belajar siswa di MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang terhaadap

materi energi dan perubahannya pada sebelum dan sesudah penerapan

metode pembelajaran demonstrasi melalui media sederhana, dapat dilihat

pada tabel 4.13 di bawah ini.

Tabel 4.13
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Prasiklus, Siklus I dan II

Presentasi Prasiklus Siklus I Siklus II


Tingkat
Ketuntasa % % %
Ketuntasan Siswa Siswa Siswa
n
90%-100% Sangat Tinggi 1 4,76% 3 14,29% 6 28,57%
80%-89% Tinggi 5 23,81% 8 38,10% 12 57,14%
65%-79% Sedang 8 38,10% 9 42,86% 3 14,29%
55%-64% Rendah 7 33,33% 1 4,76% 0 0%
0%-54% Sangat Rendah 0 0% 0 0% 0 0%
Jumlah 21 100% 21 100% 21 100%

Dari data ketuntasan belajar siswa pada siklus II masih terdapat

siswa yang tidak tuntas belajar setelah diamati, ada beberapa faktor
76

penyebab rendahnya hasil belajar siswa tersebut, yaitu kurangnya minat

mereka untuk belajar IPA sehingga mereka sama sekali tidak

berkonsentrasi pada materi yang sedang diajarkan.

Namun, fakta tersebut tidaklah berpengaruh kepada ketuntasan

belajar siswa. Dengan lebih banyaknya siswa yang tuntas belajar, maka

target yang diharapakan pun telah tercapai. Dengan demikian, diambil

kesimpulan bahwa penerpan metode pembelajaran demonstrasi pada

siklus II berjalan dengan lancar dan efektif.

Selain observasi dan tes hasil belajar siswa, aktivitas guru juga

diamati. Peneliti yang bertindak sebagai guru, diamati dengan

menggunakan lembar observasi yang diisi oleh guru pamong. Dari hasil

observasi tersebut, diketahui bahwa peneliti telah mampu menerapkan

metode pembelajaran demonstrasi secara efektif. Hal ini terlihat pada

proses belajar mengajar yang lancar tanpa ada kesulitan-kesulitan yang

berarti.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Penelitian yang telah dilaksanakan dalam mata pelajaran

IPA dikelas V MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang pada sub pokok bahsan

energi dan perubahannya dengan menggunakan metode pembelajaran

demonstrasi melalui media sederhana diperoleh hasil disimpulkan,

sebagai berikut:

1. Sebelum menggunakan metode pembelajaran demonstrasi hasil belajar

siswa belum mencapai nilai KKM yang telah di tentukan dapat dilihat

dari nilai rata-rata pada saat pra-siklus sebesar 68,57 dari 21 orang siswa

dengan ketuntasan klasikal siswa sebanyak 6 orang (28,57%).

2. Setelah menggunakan metode pembelajaran demonstrasi hasil belajar

siswa dapat meningkat, hal ini terbukti pada siklus I hasil belajar siswa

memiliki nilai rata-rata 76,19 dengan ketuntasan klasikal siswa sebanyak

11 siswa (52,39%) yang mencapai tingkat ketuntasan dan pada

siklus II diperoleh nilai rata-rata 83,81 dengan ketuntasan klasikal

siswa sebanyak 18 siswa (85,71%).

3. Penerapan metode pembelajaran demonstrasi melalui media sederhana

pada mata pelajaran IPA materi energi dan perubahannya di kelas V MI.

Darul Ulum Jatiroto Lumajang berjalan dengan baik sesuai dengan RPP

yang telah direncakan. Hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa,

77
78

dimana dengan menggunakan metode demonstrasi melalui media

sederhana pada mata pelajaran IPA materi energi dan perubahannya

dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar, karena siswa

terlihat lebih bersemangat dan aktif dan percaya diri selama

berlangsungnya proses pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran demonstrasi tersebut.

B. Saran

Ada beberapa saran peneliti yang diharapkan dapat

membangun dan

mendukung peningkatan hasil belajar peserta didik materi

energi dan

perubahannya agar lebih efektif di MI. Darul Ulum Jatiroto

Lumajang pada

khususnya diantaranya adalah:

1. Kepada Kepala MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang

Untuk kepala MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang,

disarankan memberikan rekomendasi bagi para guru agar

dapat mengembangkan pelaksanaan sistem pembelajaran

yang telah ada melalui penerapan metode demonstrasi

melalui media sederhana dalam upaya meningkatkan hasil

belajar dan mutu madrasah yang lebih berkualitas sesuai

dengan visi dan misi madrasah yang telah ada.


79

2. Bagi Guru MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang

Diharapkan dapat menerapkan metode demonstrasi

melalui media

sederhana bukan hanya untuk materi IPA saja, tetapi bisa

diterapkan pada

mata pelajaran lain, karena pembelajaran ini terbukti

dapat meningkatkan

hasil belajar.

3. Bagi Peserta Didik MI. Darul Ulum Jatiroto Lumajang

Agar peserta didik lebih aktif dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar. Serta diharapkan mampu

mengaktualisasi pengalaman belajar yang diperolehnya,

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Peneliti Lain

Kepada peneliti yang akan dating diharapkan agar

dapat mengembangkan pengetahuan penelitian yang

berkaitan dengan peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar

peserta didik mudah memahami dan mengerti materi

pelajaran dengan baik. Serta bagi peneliti lain hendaknya

dapat dijadikan sebagai dasar penelitian lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

______, Abu. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

______, Abu dan Supatmo. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Aly, Abdullah dan Eny Rahma. 2006. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Alma, Buchari.. et. all. 2008. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil
Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Arifin, Mulyati. dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang: Universitas
Negeri Malang.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Cet.


IV. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmono, Dwi. 2009. Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:


Scripta Cendekia.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Cet. V. Bandung: Yrama Media.

Azizi, Qordi. 2002. Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial.


Semarang: Aneka Ilmu.

Azwar, Syaifuddin. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Danim, Sudarman. 2008. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 1989. Media Pembelajaran. Bandung: Citra Aditya Bakti.

______, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

80
81

______, Oemar. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta: Bumi Aksara.

Mufarokah, Annisatul. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Teras.

Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munadi, Yudi. 2008. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:


Gaung Persada Press.

Muzairi. 2009. Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras.

N, Rostiyah.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Pudjanarsa, Astu dan Djati Nursuhud. 2013. Mesin Konversi Energi. Yogyakarta:
C.V Andi Offset.

Pupuh dan M. Sobri Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep
Umun dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakatra: Pustaka Pelajar.

Rembangi, Musthofa. 2010. Pendidikan Transformatif. Yogyakarta: Teras.

Salim dan Syahrum. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Cipta


Pustaka Media.
Salim, dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Perdana Publishing.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

______, Wina. 2007. Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Cet. II. Jakarta: Kencana.

Sapriati, dkk. 2006. Pembelajaran IPA Di SD (edisi 1). Jakarta: Universitas


Terbuka.

Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor–Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar


Baru Algesindo.

______, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Suhartono, Suparlan. 2009. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
82

Suparno, Paul. 2007. Metode Pembelajaran Fisika. Cet. I. Yogyakarta:


Universitas Sanata Dharma.

Suwarna. dkk. 2005. Pengajaran Mikro. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Tim Bina IPA, 2008. Ilmu Pengetahuan Aalam (IPA) Kelas 6 Sekolah Dasar.
Bogor: Yudhistira.

Zaini, Hisyam. dkk. 2005. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka


Insani Madani.

Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum. Konsep Implementasi


Evaluasi dan Inovasi. Yogyakarta: Teras.

Anda mungkin juga menyukai