Anda di halaman 1dari 42

Implementasi Pembelajaran Kuis berbasis Crossword Puzzle dalam

meningkatkan Prestasi belajar SKI siswa MTS Al-Ishlah

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Institut Agama Islam NU Bangil guna Memenuhi Sebagian


Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Muhammad Zulfikri Arief

NIM: 20.A.60.020

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah

Institut Agama Islam NU Bangil

2024

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : MOHAMMAD ZULFIKRI ARIEF

NIM : 20.A.60.020

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Implementasi Pembelajaran Kuis berbasis Crossword Puzzle dalam


meningkatkan Prestasi belajar SKI siswa MTS Al-Ishlah

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Bangil, …………………………..….…

Menyetujui Pembimbing,

Drs. H. Sami’udin, M.Si.

NIDN. 2101015801

ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tim Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Bangil
menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Kuis
berbasis Crossword Puzzle dalam meningkatkan Prestasi belajar SKI siswa MTS
Al-Ishlah” yang ditulis oleh Mohammad Zulfikri Arief, NIM 20.A.60.020 telah
diuji oleh Tim Penguji pada 25 Maret 2024, Skripsi telah disetujui untuk dijadikan
sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar “S.Pd” (Bachelor of Arts) Ilmu
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah.

Tim Penguji Skripsi:

Pimpinan Sidang

Dr.Hj.Siti Yumnah, M. Pd. I

NIDN: 2130037601

Sekretaris

Drs. H. Sami’udin, M.Si.


NIDN. 2101015801

Penguji I

Dr.Hj.Siti Yumnah, M. Pd. I

NIDN: 2130037601

Penguji II

Drs. H. Sami’udin, M.Si.

iii
NIDN. 2101015801

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, atas segala rakh dayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi
Pembelajaran Kuis berbasis Crossword Puzzle dalam meningkatkan
Prestasi belajar SKI siswa MTS Al-Ishlah”. Skripsi ini merupakan karya
ilmiah disusun dalam upaya untuk menyelesaikan pendidikan sarjana Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Bangil.

Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak,


arena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Drs. Hj. Siti Romlah, M. Pd. selaku Rektor IAI NU Bangil.
2. Khoirul Anam, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah Institut Agama islam
Nahdlatul Ulama Bangil.
3. Siti Rohmatul Ummah Lc, M.Ag. selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Bangil.
4. Drs. H. Sami’udin, M.Si. selaku pembimbing yang senantiasa sabar dan
memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Guru MTS Al-Islah yang telah memberikan bantuan
serta doanya dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Semua pihak yang telah membantu penelitian ini berjalan lancar. Akhirnya,
semoga amal baik yang telah bapak/ibu berikan kepada penulis mendapatkan
balasan sebaik-baiknya dari Allah SWT.

Pasuruan, 09 Maret 2024

M. Zulfikri Arief

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Akhir-akhir ini nilai siswa-siswi MTS Al-Ishlah dalam AKMI Tahun

ini cenderung menurun. Tahun lalu nilai rata-rata AKMI murid MTS Al-

Ishlahdiatas 80. Di tahun ini nilai rata-rata AKMI MTS Al-Ishlahhanya

menyentuh angka 70. Sebabnya karena siswa malas untuk belajar

dikarenakan pembelajaran yang terlalu monoton, motivasi belajar yang

rendah, kemampuan belajar yang rendah.

Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional. “Mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta tanggung jawab”.1

Tanggungjawab pendidikan dalam mewujudkan manusia yang

berkualitas terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek

yang makin berperan, menampilkan keunggulan yang tangguh, kreatif,

mandiri, professional dan produktif dalam bidangnya masing-masing

merupakan sesuatu hal yang tidaklah mudah dan gampang 2.

Pendidikan yang bermutu adalah ketika peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

1
Tim redaksi, Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Sinar Grafika, Jakarta, 2011), h.7

2
Imam, Wahyudi, Pengembangan Pendidikan strategi Inovatif dan Kreatif dalam Mengelola
Pendidikan secara Komprehensif(Cet. I Jakarta : Prestasi Pustaka, 2012), h. 3.

1
keagamaan, pengendalian, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara, yang dilakukan secara

sadar dan terencana. Dalam hal ini peserta didik diposisikan sebagai subjek

pendidikan dan guru harus menyesuaikan diri potensi peserta didik 3.

Dalam konteks Islam, pembelajaran dan ilmu pengetahuan sangat

dianjurkan seperti dalam firman Allah SWT.

‫ٰٓيَاُّيَه ا اَّل ِذ ْيَن ٰا َم ُن ْٓو ا ِاَذ ا ِقْي َل َلُك ْم َتَفَّس ُحْو ا ِفى اْلَم ٰج ِلِس َفاْفَس ُحْو ا َيْفَس ِح ُهّٰللا َلُك ْۚم َو ِاَذ ا ِقْي َل اْنُش ُز ْو ا‬

‫َفاْنُشُز ْو ا َيْر َفِع ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ِم ْنُك ْۙم َو اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِع ْلَم َد َر ٰج ٍۗت َو ُهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َخ ِبْيٌر‬

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

"Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",

Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman

di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Mujadilah:11) 4.

Ayat di atas menunjukkan bahwa Islam sangat mementingkan ilmu

pengetahuan dan menghendaki umatnya menjadi orang yang pandai dan

menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Untuk menguasai berbagai macam

ilmu pengetahuan tentu harus melalui proses pendidikan. Pelajaran dapat

diterima, hal ini sesuai dengan pendapat Sumardi Suryabrata “guru harus

mampu mengatasi peserta didik yang malas dan tidak menemukan kesulitan

saat penyajian materi”.5

3
Abd Rahman Getteng, Rosdiana, Etika Profesi Keguruan,( Yogyakarta: Arti Bumi Intraran, 2020),
h. 18.

4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Yayasan Penerjemah Al-Qur’an, Jakarta,h.54

5
Sumardi Suryabrata, Metode Pengajaran, (Jakarta: Rajawali, 2001),h.18

2
Dalam Lingkungan MTSN 5 Pasuruan saya melihat rata-rata nilai

Mata Pelajaran Agama banyak yang dibawah KKM yang ditentukan oleh

pihak MTS khususnya mapel SKI. Dari rata-rata Mapel UAMBN yang

diujikan nilai SKI lebih rendah daripada mapel Fiqih, Akidah dan Al-Qur’an

Hadits. Menurut data sekolah rata-rata nilai SKI yang didapat oleh murid

MTS yaitu 70, nilai Fikih 80, nilai Akidah 82, nilai Al-Qur’an Hadits 78.

Alasan Penulis mengambil judul ini adalah pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam sering dianggap remeh dan gampang, minat dan motivasi

ketika belajar pelajaran SKI, pembelajaran yang monoton, komplesitas materi

SKI,

Oleh karena itu, skripsi ini bertujuan untuk Meningkatkan Proses

Pembelajaran agar metode yang dilakukan dalam KBM tidak monoton,

mengukur perubahan prestasi siswa dan pemahaman materi SKI sebelum dan

setelah diterapkan nya model crossword title dalam proses KBM.

Skripsi ini dapat menjadi penting bagi pihak sekolah, pendidik, orang

tua, dan pihak terkait lainnya untuk memberikan kontribusi positif pada dunia

pendidikan, membantu meningkatkan prestasi siswa, dan mengembangkan

pengetahuan tentang metode pembelajaran yang efektif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kontribusi?

2. Apa yang dimaksud dengan Pelajaran Aqidah?

3
3. Bagaimana cara membentuk karakter siswa melalui pendidikan
Aqidah?

C. Tujuan

Tujuan dibuatnya Skripsi ini yang berjudul “Kontribusi Pendidikan


Aqidah terhadap pembentukan karakteristik Siswa MTSN 1 Pasuruan Tahun
2024” adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian Kontribusi.

2. Untuk mengetahui pengertian pelajaran aqidah.

3. Untuk mengetahui cara membentuk karakter siswa melalui Pendidikan


Aqidah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dibuatnya Skripsi ini yang berjudul “Kontribusi Pendidikan Aqidah


terhadap pembentukan karakteristik Siswa MTSN 1 Pasuruan Tahun 2024 adalah
sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Dapat memberi wawasan kepada pembaca mengenai Kontribusi Pendidikan


Aqidah terhadap pembentukan karakteristik Siswa MTSN 1 Pasuruan Tahun 2024

2. Bagi Pembaca

a. Dapat mengetahui seberapa persen Kontribusi Pendidikan Aqidah


terhadap pembentukan karakteristik Siswa MTSN 1 Pasuruan Tahun
2024

b. Dapat mempermudah Guru khususnya Guru PAI dalam menentukan


materi yang berguna untuk pembentukan karakter siswa yang baik dan
benar menurut akidah islam.

E. Penegasan Judul

4
Judul dalam karya ilmia ini perlu mendapatkan penjelasan secara

rinci, agar tidak menimbulkan penafsiran ganda. Adapun judul dalam skripsi

ini adalah “Kontribusi Pelajaran Aqidah terhadap pembentukan karakter

siswa Di MTSN 1 Pasuruan Tahun 2024”

1. Kontribusi

Kontribusi adalah pengorbanan atau sumbangan yang diberikan oleh

seseorang atau sebuah kelompok untuk tujuan yang lebih besar atau

untuk memperbaiki keadaan yang ada. Kontribusi bisa berupa waktu,

tenaga, pikiran, atau sumber daya finansial yang diberikan untuk

membantu orang lain atau memajukan suatu tujuan atau proyek.

2. Pelajaran aqidah

Pelajaran aqidah adalah pelajaran yang membahas tentang keyakinan

atau iman dalam Islam. Pelajaran aqidah membahas tentang hal-hal yang

harus dipercayai oleh setiap muslim, seperti keimanan kepada Allah,

malaikat, kitab suci, rasul, hari kiamat, dan qada dan qadar.

Pelajaran aqidah merupakan salah satu dari enam cabang ilmu dalam

Islam yang disebut dengan "Ilmu Kalam". Pelajaran aqidah mempelajari

tentang berbagai konsep teologis dan filsafat dalam Islam, seperti esensi

Allah, sifat-sifat Allah, hubungan antara kekuasaan Allah dan kehendak

manusia, dan lain sebagainya.

Pelajaran aqidah sangat penting bagi setiap muslim, karena iman adalah

salah satu dari rukun Islam yang harus dipenuhi. Selain itu, dengan

mempelajari aqidah, seseorang akan dapat memahami dan memperkuat

keyakinannya sebagai muslim, serta dapat menjawab berbagai tantangan

5
dan pertanyaan yang mungkin muncul seputar keyakinannya sebagai

seorang muslim.

3. Pembentukan karakter siswa

Pembentukan karakter siswa adalah proses pengembangan nilai-nilai,

sikap, dan perilaku yang positif pada diri siswa, sehingga siswa dapat

menjadi individu yang memiliki kepribadian yang kuat, berkualitas, dan

mampu menghadapi berbagai tantangan dan persoalan dalam kehidupan

sehari-hari.

Pembentukan karakter siswa tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik,

tetapi juga oleh faktor lingkungan dan pengalaman hidup. Oleh karena

itu, lingkungan sekolah dan pengajaran yang diberikan oleh guru

memainkan peran penting dalam membentuk karakter siswa.

Pembentukan karakter siswa dapat dilakukan melalui pendidikan

karakter, yaitu proses pembelajaran yang bertujuan untuk

mengembangkan nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang positif pada diri

siswa. Pendidikan karakter dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan,

seperti pendekatan pembelajaran langsung maupun tidak langsung.

Pendidikan agama juga memiliki peran penting dalam pembentukan

karakter siswa, karena melalui pendidikan agama, siswa dapat

memperoleh nilai-nilai moral dan etika yang baik, serta dapat

mengembangkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

Pembentukan karakter siswa juga dapat dilakukan melalui berbagai

kegiatan di luar kelas, seperti kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan sosial,

6
kegiatan keagamaan, dan lain sebagainya. Melalui kegiatan-kegiatan

tersebut, siswa dapat mengembangkan nilai-nilai positif, seperti

kejujuran, keberanian, kerjasama, toleransi, dan rasa empati terhadap

orang lain.

F. Sistematika Pembahasan

Sebuah skripsi akan lebih sistematis jika disusun dengan sistematika yang sesuai
dengan kaidah yang baik, maka dalam skripsi ini penulis cantumkan bagaimana
sistematika penulisan skripsi sebagai berikut :

Sistematika Penulisan Proposal (Penelitian Kualitatif)

a. Bagian Awal .

Sampul Depan

Halaman Judul

Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

Kata Pengantar Daftar Isi

Daftar Tabel (jika ada)

Daftar Gambar (jika ada)

Daftar Lampiran (jika ada)

b. Bagian Inti

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah/konteks Penelitian

B. Rumusan Masalah/fokus Penelitian

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

7
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

B.

C. Dst.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian,

B. Tempat dan Waktu Penelitian,

C. Sumber Data,

D. Teknik Pengumpulan Data,

E. Teknik Analisa Data,

C. Bagian akhir

Jadwal Penelitian

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran (jika ada)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengevaluasi kontribusi pelajaran


aqidah dalam membentuk karakter siswa. Beberapa studi tersebut menyoroti
hubungan antara pemahaman aqidah dan perkembangan karakter siswa. Berikut
adalah beberapa penelitian terdahulu terkait kontribusi pelajaran aqidah terhadap
pembentukan karakter siswa:

8
1. KONTRIBUSI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK TERHADAP
PESERTA DIDIK KELAS XI MA DDI LEBANI KABUPATEN MAMUJU
(ARDIANSYAH NIM: 13.1100.097, Mahasiswa IAIN Pare Pare Prodi PAI
Tahun 2020)

Penelitian ini menggunakan data yang bersifat kualitatif dan datanya diperoleh
dari hasil penelitian yaitu: Pembelajaran akidah akhlak di MA DDI Lebani
Kabupaten Mamuju memberikan kontribusi yang positif dalam membentuk
karakter peserta didik. Proses pembelajaran yang komprehensif, perubahan
perilaku yang teramati, dan pengaruh lingkungan yang disiplin menjadi faktor
penting dalam kontribusi tersebut. Temuan ini dapat memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang pentingnya pembelajaran akidah akhlak dalam
pendidikan karakter siswa (Persamaan). Perbedaan dari penelitian terdahulu
yaitu: bukan hanya melihat kontribusi dan perubahan yang terjadi pada peserta
didik namun menilai dari segi efektifitas metode pengajaran aqidah yang
membantu para siswa memahami nilai-nilai yang ada dalam pelajaran aqidah,
Mengidentifikasi nilai-nilai aqidah yang diajarkan dalam pembelajaran dan
bagaimana nilai-nilai tersebut dapat membentuk karakter siswa. Hasil
penelitian terdahulu yaitu Pembelajaran aqidah memberikan kontribusi besar
dalam membentu peserta didik.

2. "The Relationship Between Aqidah Education and Students' Prosocial


Behavior" (2016)

Penelitian ini meneliti hubungan antara pendidikan aqidah dan perilaku


prososial siswa. Dalam penelitian ini, para peneliti mengamati sekelompok
siswa yang menerima pelajaran aqidah secara teratur dan membandingkannya
dengan kelompok siswa yang tidak mendapatkan pendidikan aqidah. Hasilnya
menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan pelajaran aqidah memiliki
kecenderungan yang lebih tinggi untuk menunjukkan perilaku prososial, seperti
membantu sesama, berbagi, dan menunjukkan empati.

3. "The Influence of Aqidah Education on Students' Ethical Decision-Making"


(2015)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pendidikan aqidah terhadap


kemampuan siswa dalam mengambil keputusan etis. Melalui kuesioner dan studi
kasus, penelitian ini menemukan bahwa siswa yang mendapatkan pendidikan
aqidah yang baik memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengambil
keputusan yang etis dalam situasi-situasi yang membutuhkan pertimbangan moral.

"Aqidah Education and Character Development: A Longitudinal Study" (2014)

9
Studi ini merupakan penelitian longitudinal yang dilakukan untuk melacak
dampak pendidikan aqidah terhadap perkembangan karakter siswa selama jangka
waktu tertentu. Penelitian ini mengamati kelompok siswa dari tahun ke tahun dan
melibatkan pengukuran yang beragam, seperti penilaian karakter, sikap, dan
perilaku siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa pelajaran aqidah memiliki pengaruh
positif dalam membentuk karakter siswa, khususnya dalam hal kejujuran, rasa
hormat, dan tanggung jawab.

Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa hasil penelitian dapat bervariasi
dan faktor-faktor lain juga dapat berkontribusi pada pembentukan karakter siswa.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menggali lebih dalam
mengenai kontribusi pelajaran aqidah dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pembentukan karakter siswa.

B. Kerangka Teori

1. Kontribusi Pembelajaran aqidah

a. Pengertian Kontribusi

Secara etimologis, dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI),


kontribusi diartikan sebagai sumbangan. Merujuk pada makna tersebut,
maka secara umum kita dapat menjelaskan bahwa kontribusi merupakan
daya dukung atau sumbangsih yang diberikan oleh sesuatu hal, yang
memberi peran atas tercapainya sesuatu yang lebih baik.6

Kontribusi dalam bahasa Inggris yaitu contribute, contribution, yang


artinya keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan.
Dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Dengan
kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan efesiensi
dan efektivitas hidupnya. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai
bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan
lainnya.7

6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, (Jakarta: Balai
Pustaka 2002), h. 592
7
Anne Ahira, Terminologi Kosa Kata, (Jakarta: Bumi Aksara 2012), Cet.I, h. 77

10
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kontribusi
merupakan daya dukung atau sumbangsih yang diberikan oleh sesuatu hal,
yang memberi peran atas tercapainya sesuatu yang lebih baik. Dengan
kontribusi tersebut berarti individu juga berusaha meningkatkan efesiensi
dan efektivitas hidupnya. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai
bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan
lainnya.

b. Pelajaran Aqidah

Pelajaran aqidah adalah pelajaran yang membahas tentang keyakinan atau

iman dalam Islam. Pelajaran aqidah membahas tentang hal-hal yang harus

dipercayai oleh setiap muslim, seperti keimanan kepada Allah, malaikat,

kitab suci, rasul, hari kiamat, dan qada dan qadar.

Pelajaran aqidah merupakan salah satu dari enam cabang ilmu dalam Islam

yang disebut dengan "Ilmu Kalam". Pelajaran aqidah mempelajari tentang

berbagai konsep teologis dan filsafat dalam Islam, seperti esensi Allah,

sifat-sifat Allah, hubungan antara kekuasaan Allah dan kehendak manusia,

dan lain sebagainya.

Pelajaran aqidah sangat penting bagi setiap muslim, karena iman adalah

salah satu dari rukun Islam yang harus dipenuhi. Selain itu, dengan

mempelajari aqidah, seseorang akan dapat memahami dan memperkuat

keyakinannya sebagai muslim, serta dapat menjawab berbagai tantangan

dan pertanyaan yang mungkin muncul seputar keyakinannya sebagai

seorang muslim.

11
Pelajaran aqidah memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan karakter

siswa. Berikut adalah beberapa hubungan antara pelajaran aqidah dengan

pendidikan karakter siswa:

1) Memahami Nilai-nilai Agama

Pelajaran aqidah membantu siswa untuk memahami nilai-nilai agama,

prinsip-prinsip, keyakinan, dan ajaran-ajaran dalam Islam. Hal ini

berkontribusi pada pembentukan karakter siswa yang berdasarkan pada

ajaran agama dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam kehidupan.

Ketika siswa mempelajari aqidah, mereka akan diperkenalkan kepada

nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam ajaran agama Islam.

Memahami nilai agama ini berkontribusi dalam membentuk karakter siswa

yang berkaitan dengan keyakinan dan praktek keagamaan yang kuat.

Contoh:

Dalam pelajaran aqidah, siswa belajar tentang pentingnya iman kepada

Allah dan pengabdian kepada-Nya. Mereka memahami bahwa menjaga

ikatan spiritual dengan Allah adalah aspek penting dalam kehidupan

mereka. Hal ini berdampak pada pembentukan karakter siswa yang

memiliki keyakinan yang kokoh dan menjadikan Allah sebagai pusat

kehidupan mereka. Ketika mereka memahami nilai-nilai agama ini, siswa

juga cenderung mengembangkan sikap kerendahan hati, rasa syukur, dan

keterampilan dalam beribadah kepada Allah. Ini adalah contoh bagaimana

pemahaman nilai agama melalui pelajaran aqidah berkontribusi dalam

pembentukan karakter siswa yang religius dan memiliki sikap yang baik.

12
2) Pembentukan Akhlak yang Mulia

Pelajaran aqidah melibatkan pembahasan tentang akhlak yang mulia,

seperti kejujuran, keadilan, toleransi, dan kasih sayang. Dengan

mempelajari aqidah, siswa dapat mengembangkan akhlak yang baik dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui pelajaran aqidah, siswa akan mempelajari nilai-nilai etika dan

moral yang terkandung dalam ajaran agama Islam. Hal ini berkontribusi

pada pengembangan akhlak yang baik dan perilaku yang terpuji pada

siswa.

Contoh:

Dalam pelajaran aqidah, siswa mempelajari nilai-nilai seperti kejujuran,

keadilan, kasih sayang, dan kesabaran. Mereka memahami pentingnya

berperilaku jujur dalam segala situasi, menerapkan prinsip keadilan dalam

hubungan dengan sesama, menunjukkan kasih sayang kepada orang lain,

dan bersikap sabar dalam menghadapi cobaan. Pelajaran aqidah membantu

siswa untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai ini, sehingga

mereka menjadi individu yang memiliki akhlak yang mulia.

Contoh lainnya, melalui pelajaran aqidah siswa mempelajari nilai

pentingnya tolong-menolong dan empati terhadap sesama manusia.

Mereka memahami betapa pentingnya membantu orang lain yang

membutuhkan dan berempati terhadap kesulitan yang dialami oleh orang

lain. Hal ini membentuk karakter siswa yang peduli dan memiliki rasa

empati yang tinggi.

13
Dengan demikian, melalui pelajaran aqidah, siswa dapat memperoleh

pemahaman dan kesadaran akan nilai-nilai moral dan etika yang

diperlukan dalam membentuk akhlak yang mulia. Pemahaman ini

berkontribusi pada pengembangan karakter siswa yang memiliki perilaku

dan sikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

3) Memperkuat Identitas Keagamaan

Pelajaran aqidah membantu siswa untuk memahami dan mengidentifikasi

diri mereka sebagai individu yang beragama. Ini berdampak pada

pembentukan karakter siswa yang memiliki kesadaran dan kebanggaan

terhadap identitas keagamaan mereka, yang pada gilirannya

mempengaruhi sikap dan perilaku mereka.

Melalui pelajaran aqidah, siswa diperkenalkan pada ajaran dan nilai-nilai

agama Islam yang membentuk dasar identitas keagamaan mereka. Hal ini

berkontribusi pada pembentukan karakter siswa yang memiliki kesadaran

dan kebanggaan terhadap identitas keagamaan mereka.

Contoh:

Dalam pelajaran aqidah, siswa mempelajari konsep-konsep pokok dalam

Islam, seperti tauhid (keyakinan akan keesaan Allah), nabi dan rasul,

akhirat, dan lain sebagainya. Melalui pemahaman ini, siswa

mengembangkan identitas keagamaan yang kuat sebagai seorang Muslim.

Mereka menyadari dan menghargai nilai-nilai Islam serta menjadikannya

sebagai panduan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Identitas

keagamaan yang kuat ini membantu siswa untuk mengambil keputusan

14
berdasarkan prinsip-prinsip agama dan menjalankan ibadah dengan penuh

keyakinan.

Contoh lainnya, dalam pelajaran aqidah, siswa mempelajari sejarah dan

tokoh-tokoh penting dalam Islam. Mereka memahami warisan keagamaan

yang mereka warisi dan memiliki kesadaran akan peran dan tanggung

jawab mereka sebagai anggota umat Muslim. Identitas keagamaan ini

dapat tercermin dalam sikap dan perilaku siswa yang mencerminkan nilai-

nilai Islam dalam interaksi mereka dengan sesama, baik dalam lingkungan

sekolah maupun masyarakat.

Dengan demikian, melalui pelajaran aqidah, siswa dapat memperkuat

identitas keagamaan mereka. Pemahaman yang mendalam tentang ajaran

agama dan kesadaran akan identitas keagamaan yang kuat membentuk

karakter siswa yang memiliki keyakinan yang kokoh dan kesetiaan pada

nilai-nilai agama yang dijunjung tinggi.

4) Mengembangkan Kesadaran Moral

Pelajaran aqidah juga membantu siswa untuk mengembangkan kesadaran

moral. Mereka belajar tentang prinsip-prinsip etika dan moralitas yang

dijelaskan dalam ajaran agama Islam. Ini membantu siswa memahami

perbedaan antara yang benar dan salah serta mempengaruhi mereka dalam

mengambil keputusan dan bertindak secara bertanggung jawab.

Melalui pelajaran aqidah, siswa akan belajar tentang prinsip-prinsip etika

dan moralitas yang terkandung dalam ajaran agama Islam. Hal ini

15
berkontribusi pada pengembangan kesadaran moral siswa, yang

mempengaruhi sikap dan perilaku mereka.

Contoh:

Dalam pelajaran aqidah, siswa mempelajari nilai-nilai moral yang meliputi

kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan kasih sayang. Mereka

memahami pentingnya berperilaku jujur dalam segala situasi, menerapkan

prinsip keadilan dalam hubungan dengan sesama, bertanggung jawab atas

tindakan dan kata-kata mereka, serta menunjukkan kasih sayang kepada

orang lain. Melalui pemahaman ini, siswa mengembangkan kesadaran

moral yang kuat, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang baik

dan bertindak dengan integritas.

Contoh lainnya, melalui pelajaran aqidah siswa juga mempelajari nilai-

nilai seperti empati, pengampunan, dan menghormati hak-hak orang lain.

Mereka diajarkan untuk memahami dan menghormati perbedaan individu

serta berempati terhadap kesulitan yang dialami oleh orang lain. Hal ini

membantu siswa mengembangkan kesadaran moral yang tinggi, di mana

mereka mampu menjaga hubungan yang harmonis dengan orang lain dan

bertindak dengan belas kasihan.

Dengan demikian, melalui pelajaran aqidah, siswa dapat mengembangkan

kesadaran moral yang mendalam. Pemahaman nilai-nilai moral dan etika

yang diajarkan dalam aqidah membentuk karakter siswa yang memiliki

kesadaran moral yang kuat, mampu membedakan antara yang benar dan

salah, serta bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etis

16
5) Memperkuat Nilai-nilai Positif

Pelajaran aqidah memberikan landasan nilai-nilai positif yang penting

dalam pembentukan karakter siswa, seperti keikhlasan, kerendahan hati,

kesabaran, dan rasa syukur.

Melalui pelajaran aqidah, siswa akan diperkenalkan pada nilai-nilai moral

dan etika yang dijunjung tinggi dalam agama Islam. Hal ini berkontribusi

pada penguatan dan pemantapan nilai-nilai positif pada karakter siswa.

Contoh:

Dalam pelajaran aqidah, siswa mempelajari nilai-nilai seperti kejujuran,

kesabaran, kerendahan hati, dan kebaikan hati. Mereka memahami

pentingnya berperilaku jujur dalam segala aspek kehidupan, bersikap sabar

dalam menghadapi tantangan dan rintangan, memiliki kerendahan hati

dalam bersikap, serta menunjukkan kebaikan hati kepada sesama. Melalui

pembelajaran ini, siswa diberdayakan untuk memperkuat dan menerapkan

nilai-nilai positif ini dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Contoh lainnya, melalui pelajaran aqidah siswa juga mempelajari nilai-

nilai seperti toleransi, kasih sayang, dan keadilan. Mereka belajar untuk

menghormati perbedaan dan memperlakukan semua orang dengan

toleransi. Mereka diajarkan untuk memiliki kasih sayang kepada sesama

manusia serta menjunjung tinggi prinsip keadilan dalam interaksi mereka.

Dengan memperkuat nilai-nilai ini, siswa dapat mengembangkan karakter

yang inklusif, penuh empati, dan adil terhadap orang lain.

17
Dengan demikian, pelajaran aqidah berperan penting dalam memperkuat

nilai-nilai positif pada karakter siswa. Melalui pemahaman dan penerapan

nilai-nilai agama yang diajarkan dalam aqidah, siswa diberi landasan kuat

untuk mengembangkan dan memperkuat nilai-nilai positif dalam diri

mereka, yang pada gilirannya membentuk karakter yang baik dan

bermanfaat bagi masyarakat

Dengan memahami dan menginternalisasi nilai-nilai ini, siswa dapat

mengembangkan kepribadian yang kuat dan mencerminkan karakter yang

baik.

Dengan demikian, pelajaran aqidah berperan penting dalam pendidikan

karakter siswa, karena membangun pemahaman, kesadaran, dan

pengamalan nilai-nilai agama yang akan membentuk karakter yang baik

dan moral dalam diri siswa.

2. Pembentukan Karakter Siswa

a. Pengertian karakter menurut Islam

Menurut perspektif Islam, karakter merujuk pada kualitas moral dan


etika seseorang yang tercermin dalam perilaku dan sikapnya. Karakter
dalam Islam didasarkan pada ajaran agama dan nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadis.

Beberapa aspek penting dalam pengertian karakter menurut Islam


meliputi:

1) Taqwa

Takwa adalah konsep penting dalam Islam yang mencerminkan


ketakwaan kepada Allah SWT. Ini adalah keadaan pikiran dan sikap
hati yang ditandai oleh kesadaran akan keberadaan Allah, rasa takut
akan kemurkaan-Nya, dan upaya untuk hidup dalam ketaatan dan
ketundukan kepada-Nya.

18
Dalam konteks karakter, takwa menjadi dasar yang kuat untuk
membentuk perilaku dan sikap yang baik. Seseorang yang memiliki
takwa menjadikan Allah sebagai sumber otoritas dalam hidupnya dan
berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Mereka sadar bahwa
Allah melihat segala tindakan dan pikiran mereka, sehingga mereka
berusaha menjaga diri dari perbuatan yang dilarang-Nya dan berusaha
melakukan perbuatan yang dicintai-Nya.

Aspek takwa dalam karakter mencakup beberapa hal, antara lain:

a) Ketaatan kepada Allah: Orang yang memiliki takwa akan


mentaati perintah-perintah Allah yang terkandung dalam Al-
Qur'an dan Hadis. Mereka menjalankan ibadah dengan
sungguh-sungguh, seperti shalat, puasa, dan zakat, serta
menjauhi segala larangan-Nya.

b) Kesadaran akan akibat: Takwa juga melibatkan kesadaran


akan akibat dari tindakan yang dilakukan. Seseorang yang
memiliki takwa akan memikirkan konsekuensi dari setiap
tindakan mereka, baik di dunia maupun di akhirat, dan
berusaha untuk menghindari perilaku yang dapat
mendatangkan dosa dan siksaan.

c) Kesadaran Allah yang hadir dalam setiap langkah: Orang yang


memiliki takwa menjadikan Allah sebagai pengawas dalam
setiap aspek kehidupan mereka. Mereka selalu sadar bahwa
Allah melihat segala tindakan dan pikiran mereka, sehingga
mereka berusaha untuk hidup dengan integritas dan
menghindari perbuatan yang dapat mengecewakan-Nya.

d) Menghindari dosa dan maksiat: Takwa mendorong seseorang


untuk menjauhi segala bentuk dosa dan maksiat. Mereka
berusaha untuk hidup dengan integritas, menjaga diri dari
perbuatan yang buruk, dan berusaha untuk melakukan
kebaikan.

Dengan mengembangkan aspek takwa dalam karakter, seseorang


dapat mencapai keberhasilan dalam hidup dunia dan akhirat. Takwa
menjadi dasar yang kuat untuk membentuk perilaku yang bermoral,
bertanggung jawab, dan bertaqwa kepada Allah dalam segala aspek
kehidupan.

2) Ikhlas

19
Ikhlas berarti tulus dan ikhlas dalam niat dan tujuan. Dalam konteks
karakter, Ikhlas mencerminkan ketulusan hati seseorang dalam
menjalankan segala perbuatan dan tindakannya, semata-mata untuk
mencari keridhaan Allah SWT, bukan untuk tujuan pribadi atau
kepentingan dunia semata.

Beberapa poin penting dalam pengertian Ikhlas dalam karakter adalah:

a) Niat yang murni: Seseorang yang memiliki Ikhlas dalam


karakter akan memperhatikan niatnya dalam setiap tindakan
yang dilakukan. Mereka bertujuan untuk mendapatkan
keridhaan Allah dan mengharapkan pahala-Nya, bukan untuk
mencari pujian, popularitas, atau keuntungan duniawi.

b) Tidak mencari pujian manusia: Orang yang memiliki Ikhlas


tidak bergantung pada pujian atau pengakuan dari orang lain.
Mereka melaksanakan tindakan baik dengan tujuan semata-
mata memenuhi kewajiban agama dan menjalankan perintah
Allah, tanpa mengharapkan apresiasi atau penghargaan dari
orang lain.

c) Konsistensi dalam amal perbuatan: Ikhlas melibatkan


konsistensi dalam menjalankan amal perbuatan baik dalam
kondisi apapun. Seseorang yang memiliki Ikhlas akan terus
berbuat baik, tidak hanya saat diperhatikan oleh orang lain,
tetapi juga ketika tidak ada yang memperhatikan. Mereka
meyakini bahwa Allah melihat segala tindakan mereka dan
berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam menjalankan
perintah-Nya.

d) Kesadaran akan akhirat: Ikhlas melibatkan kesadaran yang


kuat akan akhirat. Seseorang yang memiliki Ikhlas dalam
karakternya menyadari bahwa dunia ini hanyalah sementara,
sedangkan akhirat adalah tujuan utama. Oleh karena itu,
mereka berusaha untuk melakukan amal yang ikhlas dan
bertahan dalam ketaatan kepada Allah agar dapat memperoleh
kebaikan di akhirat.

Dengan mengembangkan aspek Ikhlas dalam karakter, seseorang


dapat mencapai tingkat integritas dan ketulusan yang tinggi dalam
menjalani kehidupan. Ikhlas menjadi landasan yang kokoh dalam
melakukan segala perbuatan, dan hal ini membantu seseorang untuk
menghindari sikap riya (pamer) dan mengarahkan segala tindakan
hanya untuk mendapatkan keridhaan Allah semata.

20
3) Akhlak Mulia

Karakter yang baik dalam Islam mencakup akhlak yang mulia, seperti
kejujuran, kesabaran, keadilan, kebaikan, kemurahan hati, dan rasa
empati terhadap sesama. Ini mencerminkan kepribadian yang baik dan
mempengaruhi interaksi sosial yang sehat. Akhlak mulia merujuk
pada karakter yang terpuji, perilaku yang baik, dan sikap yang
terhormat. Dalam konteks karakter, akhlak mulia mencerminkan sifat-
sifat yang diharapkan dalam Islam, seperti kejujuran, kesabaran,
keadilan, kebaikan hati, dan sikap rendah hati.

Beberapa poin penting dalam pengertian akhlak mulia dalam karakter


adalah:

Kejujuran: Seseorang yang memiliki akhlak mulia akan selalu jujur


dalam kata-kata dan tindakannya. Mereka menghindari kebohongan
dan tidak menipu orang lain. Kejujuran menjadi prinsip yang mereka
pegang teguh dalam berinteraksi dengan sesama.

Kesabaran: Akhlak mulia juga melibatkan sikap sabar dalam


menghadapi cobaan dan tantangan hidup. Seseorang yang memiliki
akhlak mulia tidak mudah putus asa atau marah dalam menghadapi
kesulitan, tetapi mereka tetap tenang dan bersikap sabar.

Keadilan: Akhlak mulia mencakup sikap adil dalam segala aspek


kehidupan. Seseorang yang memiliki akhlak mulia akan
memperlakukan orang lain dengan adil, tanpa memihak atau
mendiskriminasi. Mereka menghormati hak-hak orang lain dan
berusaha untuk memenuhi kewajiban mereka dengan keadilan.

Kebaikan hati: Akhlak mulia melibatkan sikap baik hati dan kasih
sayang terhadap sesama. Seseorang yang memiliki akhlak mulia akan
berusaha untuk membantu orang lain, memberikan bantuan, dan
menunjukkan empati. Mereka memiliki perhatian yang tulus terhadap
kebutuhan dan kebahagiaan orang lain.

Sikap rendah hati: Akhlak mulia juga melibatkan sikap rendah hati
dan tidak sombong. Seseorang yang memiliki akhlak mulia tidak
menyombongkan diri, tetapi mereka rendah hati dalam bersikap dan
tidak merendahkan orang lain. Mereka menghargai kontribusi orang
lain dan tidak memandang rendah siapapun.

Dengan mengembangkan aspek akhlak mulia dalam karakter,


seseorang dapat mencapai tingkat kesempurnaan dalam kehidupan.
Akhlak mulia menjadi landasan untuk membangun hubungan yang

21
harmonis dengan sesama manusia dan mencapai keridhaan Allah
SWT.

4) Kedisiplinan

Karakter yang baik dalam Islam melibatkan disiplin dalam


menjalankan kewajiban agama, seperti shalat, puasa, dan menjauhi
larangan-Nya. Kedisiplinan juga mencakup kepatuhan terhadap
hukum dan etika yang ditetapkan dalam Islam.

Kedisiplinan adalah sikap atau kebiasaan untuk melaksanakan tugas


atau kewajiban dengan tertib, penuh tanggung jawab, dan sesuai
dengan aturan yang berlaku. Dalam konteks karakter, kedisiplinan
mencerminkan kemampuan seseorang untuk mengatur diri, mengikuti
jadwal, dan menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh.

Beberapa poin penting dalam pengertian kedisiplinan dalam karakter


adalah:

a) Patuh pada aturan: Seseorang yang memiliki kedisiplinan


tinggi akan mematuhi aturan yang ditetapkan, baik aturan yang
ditetapkan oleh Allah SWT, aturan agama, aturan sosial,
maupun aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka memahami pentingnya aturan sebagai panduan untuk
menjaga ketertiban dan keharmonisan.

b) Menghormati waktu: Kedisiplinan juga melibatkan


penghormatan terhadap waktu. Seseorang yang disiplin akan
menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Mereka menghargai waktu sendiri dan orang lain,
tidak menyia-nyiakan waktu dengan aktivitas yang tidak
bermanfaat.

c) Tanggung jawab: Kedisiplinan mencakup tanggung jawab


dalam menjalankan tugas dan kewajiban. Seseorang yang
memiliki kedisiplinan akan bertanggung jawab atas tindakan
dan keputusannya. Mereka menyadari bahwa keberhasilan dan
kegagalan tergantung pada sejauh mana mereka menjalankan
tanggung jawab dengan baik.

d) Ketekunan: Kedisiplinan juga melibatkan sikap ketekunan dan


kerja keras. Seseorang yang disiplin akan tetap fokus dan tidak
mudah menyerah dalam menghadapi tantangan atau rintangan.
Mereka memiliki kemauan kuat untuk terus berusaha dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

22
e) Pengendalian diri: Kedisiplinan juga berhubungan dengan
kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri, termasuk
mengendalikan emosi, keinginan, dan godaan yang dapat
mengganggu jalannya tugas atau kewajiban. Seseorang yang
disiplin dapat mengatur dirinya sendiri dengan baik, sehingga
tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif.

Dengan mengembangkan aspek kedisiplinan dalam karakter,


seseorang dapat mencapai efisiensi dan efektivitas dalam menjalani
kehidupan. Kedisiplinan membantu seseorang untuk menjalankan
tugas dengan lebih baik, menghindari perilaku yang merugikan, dan
mencapai tujuan dengan lebih konsisten.

5) Tanggung Jawab

Karakter yang baik dalam Islam juga ditandai dengan rasa tanggung
jawab terhadap tugas dan kewajiban individu, keluarga, masyarakat,
dan umat manusia secara keseluruhan. Tanggung jawab terhadap diri
sendiri, keluarga, dan masyarakat merupakan bagian integral dari
karakter yang kuat.

Tanggung jawab adalah kemampuan seseorang untuk mengenali dan


memenuhi kewajiban serta tugas-tugas yang diberikan. Dalam konteks
karakter, tanggung jawab mencerminkan kesadaran individu terhadap
peran dan tanggung jawabnya dalam kehidupan, baik terhadap diri
sendiri, keluarga, masyarakat, dan Allah SWT.

Berikut adalah poin-poin penting dalam pengertian tanggung jawab


dalam karakter:

a) Mengetahui kewajiban: Seseorang yang memiliki tanggung


jawab tinggi akan memiliki pemahaman yang baik tentang
kewajiban-kewajibannya dalam berbagai aspek kehidupan.
Mereka menyadari tugas dan peran yang harus mereka
jalankan, baik sebagai individu, anggota keluarga, anggota
masyarakat, maupun sebagai hamba Allah SWT.

b) Melakukan kewajiban dengan sungguh-sungguh: Tanggung


jawab dalam karakter melibatkan kemampuan untuk
melaksanakan kewajiban dengan penuh kesungguhan dan
komitmen. Seseorang yang bertanggung jawab akan
menjalankan tugas-tugasnya dengan sebaik mungkin, tanpa
menghindari atau menunda-nunda.

23
c) Mengakui konsekuensi: Tanggung jawab juga mencakup
kesadaran terhadap konsekuensi dari tindakan atau keputusan
yang diambil. Individu yang bertanggung jawab akan
mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka dan siap
menerima akibat yang mungkin timbul. Mereka tidak mencari
alasan atau mencoba menghindari tanggung jawab yang
seharusnya mereka emban.

d) Menghormati janji dan komitmen: Tanggung jawab


melibatkan penghormatan terhadap janji dan komitmen yang
telah diberikan. Seseorang yang bertanggung jawab akan
menjaga kepercayaan orang lain dengan memenuhi janji yang
telah diucapkan. Mereka dapat diandalkan dan dipercaya
dalam menjalankan kewajiban yang telah diemban.

e) Mengambil inisiatif: Tanggung jawab juga melibatkan


kemampuan untuk mengambil inisiatif dalam menjalankan
tugas dan kewajiban. Seseorang yang bertanggung jawab tidak
menunggu perintah atau pengingat, tetapi secara proaktif
mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memenuhi
tanggung jawabnya.

Dengan mengembangkan aspek tanggung jawab dalam karakter,


seseorang dapat menjadi individu yang bertanggung jawab, dapat
diandalkan, dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Tanggung
jawab membantu seseorang untuk menjadi pribadi yang dapat
dipercaya, membangun hubungan yang baik dengan orang lain, dan
mengambil bagian dalam pembangunan masyarakat yang lebih baik.

Tujuan utama dari pengembangan karakter dalam Islam adalah untuk


mencapai kebaikan, keberkahan, dan keselamatan hidup di dunia dan
akhirat. Dalam Islam, karakter yang baik dipandang sebagai hal yang
penting dan dianggap sebagai landasan yang kokoh dalam membentuk
individu yang bermoral dan bertanggung jawab dalam masyarakat.

3. Pembentukan karakter Siswa dalam pelajaran aqidah

Kegiatan evaluasi dalam proses belajar-mengajar mempunyai beberapa

karakteristik penting, diantaranya sebagai berikut:

a. Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi. Hal

ini terjadinya misalnya seorang guru melakukan penilaian terhadap

24
kemampuan yang tidak tampak dari siswa. Apa yang dilakukan adalah

ia lebih banyak menafsir melalui beberapa aspek penting yang

diizinkan seperti melalui keterampilan, penampilan, atau reaksi mereka

terhadap sesuatu.

b. Lebih bersifat tidak lengkap. Dikarenakan evaluasi tidak dilakukan

secara kontinue hanya merupakan sebagian fenomena saja, atau

dengan kata lain, apa yang dievaluasi hanya sesuai dengan pertanyaan

item yang direncanakan oleh seorang guru.

c. Mempunyai sifat kebermaknaan relative. Ini berarti, hasil penilaian

tergantung pada tolak ukur yang digunakan oleh guru. Di samping itu,

evaluasi pun tergantung dengan tingkatan ketelitian alat ukur yang

digunakan.8

B. Persamaan dan Perbedaan Monitoring dengan Evaluasi

1. Persamaan monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi tidak sama, tapi keduanya memerlukan berbagai

unsur dan alat yang sama antara lain:

a. Adanya sasaran-sasaran program yang jelas, target dan indikator serta

basis data yang mengandung data mutakhir.

b. Sasaran diantaranya output, outcome, impact perlu ditetapkan sejak

awal yaitu pada saat perencanaan begitu pula dengan indikator dan

sasaran utama.

8
Eka Prihatin. Teori Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabet, 2011. Hal 168

25
c. Monitoring dapat memudahkan kita dalam mengamati terus menerus

trend dan masalah, dan bila perlu melakukan penyesuain dalam

rencana implementasi atau proses pengelolaan secara tepat waktu.

d. Monitoring dan evaluasi juga penting dalam upaya untuk merekam

temuan, inovasi, hasil dan praktik baik.9

2. Perbedaan Monitoring dan Evaluasi

Monitoring Evaluasi

Waktu Terus menerus Akhir setelah program

Apa yang Output dan proses, tetapi Dampak jangka panjang,


diukur? sering fokus ke input, kelangsungan.
kegiatan, dan kondisi/asumsi.

Siapa yang Umumnya orang dalam Orang luar dan dalam


terlibat

Sumber Sistem rutin, survey kecil, doku Dokumen internal dan


informasi men internal, dan laporan. eksternal, laporan tugas, dan riset
evaluasi.

Pengguna Manajer dan staf Manajer, staf, donor, klien,


organisasi lain.

Penggunaa Koreksi minor program Koreksi mayor program, perubah


n hasil (feedback) an
kebijakan, strategi, masa mendata
ng, termasuk penghentian
program.

Meskipun monitoring dan evaluasi keduanya berkaitan dengan mengukur


kinerja suatu program atau kegiatan, tetapi keduanya memiliki perbedaan dalam
beberapa hal. Berikut ini adalah beberapa perbedaan dan persamaan antara
monitoring dan evaluasi:

a. Definisi: Monitoring adalah proses pengawasan secara berkelanjutan


terhadap program atau kegiatan untuk memastikan bahwa program atau

9
Eka Prihatin. Teori Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabet, 2011. Hal 177-178

26
kegiatan berjalan sesuai rencana dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Evaluasi adalah proses sistematis dan objektif untuk menilai
efektivitas, efisiensi, dampak, dan keberlanjutan program atau kegiatan.

b. Fokus: Monitoring berfokus pada pengawasan aktivitas program atau


kegiatan saat dilaksanakan. Sedangkan evaluasi berfokus pada
mengevaluasi hasil dan dampak dari program atau kegiatan tersebut.

c. Waktu: Monitoring dilakukan secara berkelanjutan selama program atau


kegiatan berlangsung, sedangkan evaluasi dilakukan pada akhir program
atau kegiatan atau pada titik-titik tertentu dalam siklus program.

d. Metode: Monitoring menggunakan metode dan alat pengukuran sederhana


dan praktis, seperti checklist atau laporan kegiatan, sedangkan evaluasi
memerlukan metode dan teknik yang lebih kompleks, seperti survei,
wawancara, atau studi kasus.

e. Output: Monitoring menghasilkan output dalam bentuk laporan progress


yang menunjukkan aktivitas yang telah dilakukan dan capaian yang telah
dicapai, sedangkan evaluasi menghasilkan output dalam bentuk laporan
evaluasi yang menunjukkan dampak dan hasil yang dicapai oleh program
atau kegiatan.

f. Tujuan: Tujuan monitoring adalah untuk memastikan bahwa program atau


kegiatan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai efektivitas, efisiensi, dampak, dan
keberlanjutan program atau kegiatan.

g. Pelaporan: Hasil dari monitoring biasanya dilaporkan secara internal


kepada manajemen program atau kegiatan. Sedangkan hasil evaluasi
biasanya dilaporkan secara eksternal kepada stakeholder dan pihak-pihak
yang berkepentingan.

Meskipun memiliki perbedaan dalam beberapa hal, tetapi monitoring dan evaluasi
saling terkait dan penting untuk memastikan keberhasilan suatu program atau
kegiatan. Keduanya harus dilakukan secara berkelanjutan dan terintegrasi untuk
memastikan program atau kegiatan berjalan sesuai rencana dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

C. Monitoring dan evaluasi Inovasi Pendidikan dalam meningkatkan mutu


pendidikan

1. Rasional dan Tujuan

27
Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan integral di
pengelolaan pendidikan, baik ditingkat mikro (sekolah), meso (dinas
pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan propinsi), maupun makro
(departemen).10

Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa dengan monitoring dan


evaluasi kita dapat mengukur kemajuan pendidikan pada tingkat sekolah,
dinas pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan propinsi dan
departemen. Tanpa pengukuran, tidak ada alasan untuk mengatakan
apakah suatu sekolah mengalami kemajuan atau tidak, monitoring dan
evaluasi pada umumnya menghasilkan informasi yang dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan.

Penerapan inovasi juga memerlukan monitoring dan evaluasi


secara intensif dan dilakukan secara terus menerus dan evaluasi kita dapat
melihat apakah inovasi benar-benar mampu meningkatkan mutu
pendidikan? Jika inovasi kurang berhasil, apa yang salah? Karena itu,
dengan monitoring dan evaluasi kita juga dapat memperbaiki konsep dan
pelaksanaan inovasi. Pada komponen inovasi baik yang menyangkut
proses pengambilan keputusan, pengelolaan lembaga,
pengelolaan program dan lain-lain.

Sedang evaluasi adalah ada pada hasil inovasi. Informasi hasil ini
kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan. Jadi apabila
hasil sesuai dengan sasaran yang ditetapkan berarti inovasi efektif.
Sebaliknya jika hasil tidak sesuai dengan yang telah diharapkan maka
inovasi dianggap tidak efektif atau gagal. Oleh karena itu sebaiknya setiap
sekolah yang melaksanakan inovasi diharapkan memiliki data-data tentang
kekuatan dan kelemahan sekolah.

Halitu penting dilakukan agar sekolah dengan mudah untuk membandingk


-an prestasi sebelum dan sesudah inovasi dan peningkatan prestasi yang
signifikan sebelum inovasi, maka hal ini dapat diduga bahwa inovasi
Diakses http://nurlinafitriy.blogspot.com/2009/04/manfaat-monev-monitoring-
10

dan-evaluasi.html?m=1

28
cukup berhasil. Monitoring dan evaluasi inovasi bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan. Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan
atau umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan inovasi.

Sedang hasil evaluasi dapat memberikan informasi yang dapat


digunakanuntuk memberi masukan terhadap keseluruhan komponen
inovasi baik pada konteks, input, proses, output maupun outcomenya.
Masukan-masukan dari hasil monitoring dan evaluasi akan digunakan
untuk mengambil keputusan.

2. Jenis Monitoring dan Evaluasi Sekolah

Ada dua jenis monitoring dan evaluasi sekolah yaitu :

a. Monitoring dan evaluasi internal

Monitoring dan evaluasi internal adalah monitoring dan evaluasi yang


dilakukan oleh sekolah sendiri. Pada umumnya pelaksanaan monitoring
dan evaluasi internal adalah warga sekolah sendiri yaitu kepala sekolah,
guru, siswa, orang tua siswa, guru pembimbing dan penyuluhan serta
warga sekolah lainnya. Tujuan utama monitoring dan evaluasi internal
sekolah adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri atau
sekolah sehubungan dengan sasaran yang telah ditetapkan

b. Monitoring dan evaluasi eksternal

Monitoring dan evaluasi eksternal adalah monitoring dan evaluasi yang


dilakukan oleh pihak eksternal sekolah (external institution), misalnya
dinas pendidikan, pengawas dan perguruan tinggi atau gabungan dari
ketiganya. Hasil monitoring dan evaluasi eksternal dapat digunakan untuk
reward system terhadap individu sekolah meningkatkan iklim kompetisi
antar sekolah, kepentingan akuntabilitas publik memperbaiki sistem yang

29
ada secara keseluruhan dan membantu sekolah dalam mengembangkan
dirinya.

Seringkali para “policy maker”11melihat bahwa peningkatan mutu


pendidikan banyak diupayakan melalui penyedian sarana yang lengkap,
pembaharuan kurikulum atau pembangunan gedung yang memadai,
tanpamenyadari bahwa salah satu komponen dalam proses manajemen
pendidikan sering terabaikan yang menghasilkan informasi paling
berharga dalam menigkatkan mutu12
pendidikan. Komponen yang sering terlupakan dalam pemanfaatannya yan
g lebih luas ini tiada lain adalah monitoring dan evaluasi.

Hasil monitoring dan evaluasi merupakan informasi yang dapat digunakan


untuk memperbaiki dan menyempurnakan program-program pendidikan.
Di samping itu informasi tersebut dapat digunakan untuk kepentingan
sertifikasi, seleksi, remedial, promosi. Serta pertanggung jawaban
pelaksanaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Saat itu monitoring
dan evaluasi hanya dikaitkan dengan prestasi akademik yang dicapai setiap
siswa yang berupa angka-angka dan kalaupun disajikan bahan untuk
perbaikan hanya digunakan pada kepentingan mikro sifatnya, seperti
penyempurnaan metode mengajar atau pengembangan bahan ajar.

Hubungan antara monitoring dan evaluasi terhadap mutu pendidikan

11
Policy maker adalah orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab untuk membuat,
melaksanakan, dan mengevaluasi kebijakan yang mengatur berbagai aspek dalam masyarakat,
seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan keamanan publik. Para policy maker dapat berupa
pejabat terpilih, seperti anggota parlemen atau kongres, atau pejabat yang ditunjuk, seperti
administrator pemerintah atau kepala lembaga.

http://nurlinafitriy.blogspot.com/2009/04/manfaat-monev-monitoring-dan-
12

evaluasi.html?m=1

30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini berjenis penelitian lapangan (Field Research) dimana penelitian


ini diartikan dengan penelitian yang dilaksanakan di lapangan atau lokasi
terjadinya suatu fenomena.13, Peneliti akan melaksanakan penelitian di lokasi
penelitian demi mengumpulkan informasi dengan langsung. Lokasi dalam
penelitian ini yaitu MTSN 1 Pasuruan.

Monitoring dan evaluasi pendidikan penting untuk memastikan bahwa


proses pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan pendidikan tercapai.
Monitoring dan evaluasi dapat membantu meningkatkan kualitas
pendidikan, memantau progres siswa, mengukur efektivitas program.

13
Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2001),21.

31
1. Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan monitoring dan evaluasi
pendidikan, antara lain:

a. Perencanaan: Tahap ini meliputi menentukan tujuan, mengidentifikasi


indikator, dan menentukan metode pengumpulan data.

b. Implementasi: Tahap ini meliputi pelaksanaan kegiatan monitoring


dan evaluasi, seperti pengumpulan data dan analisis.

c. Analisis: Tahap ini meliputi analisis data yang telah dikumpulkan,


termasuk penilaian terhadap tujuan dan indikator.

d. Pelaporan: Tahap ini meliputi penyusunan laporan hasil monitoring


dan evaluasi dan penyampaian hasil kepada stakeholders.

e. Tindak lanjut: Tahap ini meliputi pengambilan tindakan yang sesuai


berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, seperti perbaikan program
atau kebijakan.

2. Meskipun memiliki perbedaan dalam beberapa hal, tetapi monitoring dan


evaluasi saling terkait dan penting untuk memastikan keberhasilan suatu
program atau kegiatan. Keduanya harus dilakukan secara berkelanjutan
dan terintegrasi untuk memastikan program atau kegiatan berjalan sesuai
rencana dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Kritik dan Saran

Dalam penyusunan makalah Administrasi dan Supervisi Pendidikan

(Monitoring dan Evaluasi). Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa di

dalam makalah kami terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kepada pembaca agar sekiranya dapat memberi saran atau

kritikan untuk kesempurnaan penulisan makalah kedepannya agar menjadi lebih

baik.

32
Bab IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambara Umum MTSN 1 Pasuruan

1. Letak Geografis

Letak MTSN 1 Pasuruan terletak di Jl. Bader Nomor 1 Kalirejo Bangil

2. Identitas Sekolah

a. Nama Madrasah : MTSN 1 Pasuruan

b. Alamat : Jl. Bader Nomor 1 Kalirejo Bangil

c. Tahun Berdiri : 19

d. Status Madrasah : Negeri

e. Kelompok Madrasah :

f. Kegiatan Belajar : Pagi Hari

g. NPSN: 20582044

h. NSS: 121135140001

i. Akreditasi : Akreditasi A

j. Kepala Madrasah : Herlina, S.Pd.

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Pasuruan merupakan suatu lembaga


pendidikan berciri khas islam yang merupakan Madrasah Tsanawiyah tertua di
Kabupaten Pasuruan Jawa Timur…

Awal berdirinya Madrasah ini merupakan Madrasah Tsanawiyah Swasta dibawah


naungan Yayasan Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Kiduldalem Bangil. Atas
dasar surat permohonan dari pimpinan Pondok Pesantren Riyadlul Ulum

33
Kiduldalem Bangil tanggal 12 Juli 1968 Nomor : 03 / PP / RU / VII / 1968.
Tentang permohonan penegerian Madrasah tersebut, maka Menteri Agama
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor : 266 Tahun 1968 tanggal 17
Desember 1968 menegerikan Madrasah Tsanawiyah Riyadlul Ulum Kiduldalem
Bangil menjadi Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri ( MTsAIN ) yang
kemudian berganti nama menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri ( MTsN ) Bangil
sesuai Keputusan Menteri Agama Nomor : 369 Tahun 1993.

Pada tahun 2016 Pemerintah dalam hal ini Kementerian agama menerbitkan
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor : 673 Tahun 2016 pada
tanggal 17 Nopember 2016 tentang Perubahan Nama Madrasah sehingga
Madrasah Tsanawiyah Negeri Bangil berubah nama menjadi Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Pasuruan.

Berikut ini adalah urutan Kepala Madrasah sejak pertama berdirinya Madrasah
hingga saat ini: (1) Kh. Abd. Syukur Adnan (Perintis Madrasah), (2) Ust.
Abdullah Muzammil (Periode 1974-1975), (3) Hasjim AR. BA (Periode 1975-
1979), (4) Machfud Hadi. BA (Periode 1979-1980), (5) Dakijas (Periode 1981-
1984), (6) Drs. H. Ichsan (Periode 1984-1994), (7) Drs.H. Supangat (Periode
1994-2000), (8) Drs. H. Arief Sujitno, MM., M.Si (Periode 2000-2004), (9) HM.
Ma’ruf Ihsan, S.Ag (Periode 2004-2009), (10) HM. Alfan Makmur, MM (Periode
2009-2011),

(11) H. Anas Suprapto, M.Ag (Periode 2011-2014), (12) Drs. H. Pardi, M.Pd.I
(Th 2014-2016), (13) Najib Kusnanto, S.Ag., M.Si (Periode 2016- 2018), H.
Bustanul Arifin, S.Pd, M.Pd ( 2018 – 2021 ), Dra. Herlina Sulistiani, M.Pd
(2021-sekarang).14

Visi dan Misi

Visi :

Terwujudnya siswa berakhlakul karimah, berprestasi, disiplin, dan berbudaya


lingkungan.

14
https://mtsn1pasuruan.sch.id/index.php/sejarah/

34
Misi :

1. Mewujudkan siswa berakhlakul karimah

2. Mewujudkan siswa yang berprestasi dengan proses belajar mengajar yang


efektif, efisien, dan menyenangkan

3. Menumbuhkan sikap disiplin dan bertanggungjawab

4. Menciptakan suasana agama, harmonis, dan berbudaya lingkungan

Tujuan :

1. Mengembangkan budaya madrasah yang religius melalui kegiatan


keagamaan dan memiliki budi pekerti yang luhur sebagai contoh dan
keteladanan di masyarakat

2. Terlaksananya proses belajar mengajar dan bimbingan secara aktif, kreatif,


efektif, inovatif, dan menyenangkan dengan pendekatan saintifik

3. Mampu mengembangkan potensi yang dimiliki sebagai wujud prestasi


belajar untuk mencapai cita-citanya

4. Bersama-sama mewujudkan lingkungan madrasah yang religi, harmonis,


dan berbudaya lingkungan.15

Data Siswa dan Pendidik

DATA JUMLAH SISWA MTSN 1 PASURUAN


TAHUN PELAJARAN 2021/2022

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Rombel


15
https://mtsn1pasuruan.sch.id/index.php/visi-dan-misi/

35
Siswa

1 VII 143 195 338 11 Kelas

2 VIII 172 179 351 11 Kelas

3 IX 163 168 349 11 Kelas

Jumlah 3 504 562 1038 33 Kelas

DATA JUMLAH PENDIDK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


MTSN 1 PASURUAN
TAHUN PELAJARAN 2021/202216

NO STATUS PENDIDIK TENAGA JUMLAH


KEPENDIDIKAN

1 PNS 48 4 52

2 NON-PNS 16 14 30

TOTAL 64 18 82

16
https://mtsn1pasuruan.sch.id/index.php/data-siswa-dan-pendidik/

36
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan peneliti di MTSN 1 Pasuruan dimana
peneliti telah meneliti dengan judul Kontribusi Pembelajaran Akidah Akhlak
Pada Peserta Didik Kelas XI MTSN 1 Pasuruan. Maka dengan ini peneliti
menyimpulkan sebagai berikut

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, Yasak. Administrasi Pendidikan. Cet. III; Pustaka Setia. Bandung.

2005
http://nurlinafitriy.blogspot.com/2009/04/manfaat-monev-monitoring-dan-
evaluasi.html?m=1 .Diakses pada tanggal 25-02-2023

Mania, Sitti. Pengantar Evaluasi Pengajara: Alauddin University Press.

Makassar. 2012

Prasetyo, Iis. Defenisi Monitoring dan Evaluasi. 2009

Prihatin, Eka. Teori Administrasi Pendidikan: Alfabeta. Bandung. 2011

Suhardan, Dadang, dkk. Menejemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2005

Umar, Bukhari. Hadis Tarbawi Pendidikan Dalam Perspektif Hadis. Jakarta:

Amzah. 2012

37

Anda mungkin juga menyukai