Anda di halaman 1dari 114

PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

SURAH AR-RA’D AYAT 20-24 DALAM MENINGKATKAN


KUALITAS KEILMUAN SANTRI

(Studi Kualitatif di Pesantren Al-Khoiriyah Cisaat Kabupaten


Sukabumi)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Sidang Skripsi guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

M. IQBAL ULUL HAKIM


No. Pokok/NIRM: 18.1.T1.5151/014.14.0511.18

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAMSUL ‘ULUM
GUNUNGPUYUH
SUKABUMI
2022/1443
LEMBAR PERSETUJUAN
PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM SURAH AR-RA’D AYAT 20-24
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEILMUAN SANTRI
(Studi Kualitatif di Pesantren Al-Khoiriyah Cisaat Kabupaten Sukabumi)

Oleh

M. IQBAL ULUL HAKIM

No. Pokok/NIRM: 18.1.T1.5151/014.14.0511.18

Menyetujui :
Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Kusoy Anwarudin, S.Ag., M.Si Arman Syaefurrohman, SE., Ak., MM


NIDN : 2109086301

Mengetahui :

Ketua STAI Syamsul’Ulum Ketua Program Studi


Gunungpuyuh Sukabumi, Pendidikan Agama Islam,

Dr. H. A. Suganda, M.Ag Muhammad Ridwan Fauzi, M.Pd


NIDN : 2121036101 NIDN : 2117058803

LEMBAR PENGESAHAN

i
Skripsi yang berjudul PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM SURAH AR-RA’D AYAT 20-24 DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS KEILMUAN SANTRI (Studi Kualitatif di Pesantren Al-
Khoiriyah Cisaat Kabupaten Sukabumi) telah dipertanggung jawabkan dalam
Sidang Ujian Munaqasah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah
Tinggi Agama Islam (STAI) Syamsul’Ulum Gunungpuyuh Sukabumi. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI).
Sukabumi, 2022

Majelis Sidang Munaqosah

Ketua, Sekertaris

Drs. H. Adang Shabarna, M.Ag Arman Syaefurrahman,SE.,Ak.,MM

Anggota :

Penguji I, Penguji II,

Liah Siti Syarifah S.P.d.I, M.Pd


Fenti Setiawati S.Ag, M.A
NIDN: 2122049202
NIDN: 2115107701

ii
PERNYATAN KEASLIAN NASKAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : M. Iqbal Ulul Hakim


No. Pokok/ NIRM : 18.1.T1.5151/ 014.14.0511.18
Program : Sarjana
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Menyatakan bahwa naskah skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/
karya saya sendiri, kecuali ada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Sukabumi, 2022
Saya yang menyatakan,
Materai
10.000

M. Iqbal Ulul Hakim


No. Pokok/NIRM:
18.1.T1.5151 /014.14.0511.18

iii
ABSTSRAK

M. IQBAL ULUL HAKIM, Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Akhlak


dalam Surah Ar-Ra’d ayat 20-24 dalam Meningkatkan Kualitas Keilmuan Santri
(Studi Kualitatif di Pesantren Al-Khairiyah Cisaat Sukabumi).
Judul di atas menjelaskan tentang penafsiran ayat-ayat yang menerangkan
tentang sifat-sifat atau akhlak terpuji dari orang-orang yang berakal (ulul albab)
dan penerapan nilai-nilai pendidikan akhlak kepada santri-santri Al-Khairiyah
untuk meningkatkan kualitas keilmuannya. Yaitu dijelaskan dalam surah Ar-Ra’d
ayat 20-24 ini menekankan bagaimana cara menjaga kebersihan jiwa supaya ilmu
itu bisa masuk dan tetap berkualitas pada diri santri.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa
penerapan nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada surah Ar-Ra’d ayat 20-24
dapat meningkatkan kualitas keilmuan santri Al-Khairiyah.
Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan metode studi kepustakaan yang berusaha membedah isi
kandungan dan tafsir Suarah Ar-Ra’d ayat 20-24 dan menginterpretasikan dengan
objek yang ada sesuai dengan apa adanya. Data yang dikumpulkan melalui:
observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan: pengumpulan data reduksi, penyajian data dan verifikasi.
Penelitian ini berisi nilai-nilai pendidikan yang terkaandung dalam surah
Ar-Ra’d ayat 20-24 yaitu: memenuhi janji, tidak merusak perjanjian,
menyambung tali silaturrahim, takut kepada Allah dan hisab yang buruk, sabar,
mendirikan solat dan menginfakkan rezeki. Lalu jika semua sifat-sifat ulul albab
dalam kehidupan sehari-hari santri baik di dalam kelas maupun di luar kelas
dilakukan maka dapat memiliki jiwa yang bersih dan ilmu mudah masuk serta
terjaga dari hal-hal yang melalaikan hafalan. Sehingga hafalan menjadi
berkualitas dan santri lebih berprestasi
Kata kunci: Kualitas keilmuan, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak, Santri, QS. Ar-
Ra’d

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikan Taufik dan Hidayah-Nya. Sholawat beserta salam semoga

senantiasa tercurah kepada baginda alam Nabi Muhammad SAW, yang telah

membawa risalahnya kepada ummat-Nya.

Berkat rahmat dan karunia-Nya yang selalu terpancar bagi ummat-Nya,

maka segala macam halangan dan hambatan yang senantiasa merintangi dapat

teratasi, sehingga dengan terbukanya pintu kelancaran, peneliti dapat

menyelesaikan penulisan skripsi sebagai salah satu syarat untuk penyusunan

skripsi pada program studi Pendidikan Agama Islam dengan judul

“PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAH

AR-RA’D AYAT 20-24 UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

KEILMUAN SANTRI (Studi Kualitatif di Pesantrean Al-Khoiriyah Cisaat

Kabupaten Sukabumi)”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis meyampaikan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. H. A. Suganda,M.Ag., selaku ketua STAI Syamsul Ulum

Gunungpuyuh Sukabumi

2. Dr. H. Kusoy Anwarudin S.Ag, M.Si selaku Pembimbing I dalam

penyusunan skripsi

v
3. Arman Syaefurrahman, SE., Ak., MM selaku Pembimbing II dalam

penyusunan skripsi

4. Bapal M. Ridwan Fauzi S.Hum., M.Pd., selaku ketua Program studi

Pendidikan Agama Islam (PAI) STAI Syamsul ‘Ulum Gunungpuyuh

Sukabumi

5. Ustadz Ishomuddin selaku pengasuh Ponpen Al-Khairiyah beserta para

santri

6. Maruf baidhowi dan Mukhtar dzul Hilmi yang turut membantu dalam

penulisan skripsi

7. M. Abdurrahman S.Ag selaku kakak dan Adik Kana Nahdia Umami

yang turut membantu dan memotivasi

8. Teman-teman mahasiswa PAI A semester VIII yang selalu

memberikan semangat

9. Yusfika Permatasari, Adznia, Silmina, Muh Abdullah S.Pd, Mursyidah

yang selalu memberikan dukungan baik nasihat maupun arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

10. Orang tua yang telah mendidik, memberikan semangat dan

mendukung dalam penulisan skripsi ini.

11. Dan tak lupa semua guru-guru yang telah memberikan bimbingan juga

teman teman lain yang tidak bisa dituliskan satu-persatu

Semoga Allah Swt., memberikan balasan yang lebih baik atas segala

kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam hal

penulisan dan penyusunan skripsi ini banyak sekali kekurangan dan sangat jauh

vi
dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktifsangat penulis

harapkan untuk karya yang lebih baik di masa mendatang, akhirnya hanya kepada

Allah Swt., penulis berharap semoga dengan skripsi ini bermanfaat khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca (Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamiin)

Sukabumi, 6 Juli 2022

M. Iqbal Ulul Hakim

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUANi

LEMBAR PENGESAHANii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIANiii

ABSTRAKiv

KATA PENGANTARvi

DAFTAR ISIix

DAFTAR TABELxi

BAB I PENDAHULUAN1

A. Latar Belakang1

B. Rumusan Masalah Penelitian10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian10

D. Penelitian Terdahulu11

E. Kerangka Berpikir16

F. Fokus Penelitian19

BAB II KAJIAN PUSTAKA20

A. Kajian Konseptual20

B. Kajian Teori23

BAB III METODE PENELITIAN39

A. Pendekatan dan Metode Penelitian39

B. Jenis dan Sumber Data40

C. Subjek Penelitian41

ix
D. Teknik Pengumpulan Data41

E. Instrumen Penelitian43

F. Teknik Analisis Data46

G. Waktu dan Tempat Penelitian48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN50

A. Deskripsi Data50

B. Hasil Penelitian55

C. Pembahasan Hasil Penelitian70

BAB V HASIL PENUTUP95

A. Kesimpulan95

B. Saran97

DAFTAR PUSTAKA98

RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

No Nama Hlm

1 Daftar Penelitian Terdahulu 10

2 Jadwal Penelitian 43

3 Identitas Pesantren Al-Khairiyah 45

4 Data pimpinan dan Ustadz 47

5 Jadwal Kegiatan Santri Al-Khairiyah 60

6 List Capaian Hafalan Santri Al-Khairiyah 62

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran merupakan mukjizat bagi Rasulullah ‫ﷺ‬. Yang kekal dan

abadi, serta menjadi bukti yang menguatkan dan membenarkan segala

sesuatu yang disampaikan oleh beliau. Al-Quran merupakan sebuah

penentang bagi orang-orang kafir yang mengingkari kebenaran. Al-Quran

merupakan warisan yang diperantarakan melalui Nabi Muhammad ‫ﷺ‬

untuk dijadikan pedoman dan sumber terhadap Pendidikan Agama Islam.

Al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada khatamul

anbiya wal mursalin Muhammad ‫ ﷺ‬sebagai wahyu dan mukjizat,

diturunkan melalui perantara malaikat Jibril alaihissalam dan keluar

melalui lisan Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬berbentuk Bahasa Arab. Hal itu

merupakan pemuliaan terhadap bangsa Arab.1

) 44 :‫وف تُسَئ لُو َن (الزخرف‬


َ ‫ك َو َس‬ ِ ‫ك ولَِق‬
َ ‫وم‬ َ َّ‫واِنَّهُ لَ ِذكرل‬
َ ٌ َ

Artinya: Dan sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar adalah

suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan

diminta pertanggung jawaban. (Q.S. Az-Zukhruf:44)2

1
Ragib, As-Sirjani, Abdurrahm an Abdul Khaliq, Cara Cerdas Hafal Al-Quran,
(Solo; AQWAM, 2013) hlm.15
2
KEMENAG RI, Al-Quran dan terjemahannya. (Jakarta; PT. SURYA PRISMA SINERGI)
hlm. 493
2

Al-Quran merupakan kitab pemungkas dan penyempurna bagi

kitab-kitab sebelumnya Zabur, Taurat, dan Injil, yang wajib diimani oleh

setiap umat Islam. Allah menurunkan Al-Quran sebagai kitab yang

berbeda dari sebelum-sebelumnya, yakni Al-Quran tidak ditujukan hanya

untuk satu bangsa saja tetapi untuk seluruh alam atau umat manusia,

keotentikannya dijamin oleh Allah hingga kini masih terbukti tidak ada

yang berubah dari segi isinya, dan Al-Quran memuat ringkasan ajaran-

ajaran ketuhanan yang juga tercantum dalam kitab-kitab yang sebelumnya.

Tentu masih banyak perbedaan Al-Quran dengan kitab-kitab yang

sebelumnya, begitu banyak karunia yang Allah turunkan untuk

menyempurnakan nikmatnya kepada manusia, salah satunya

menyempurnakan akhlak melalui Utusan-Nya Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Disebutkan dalam hadits, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

)‫ َكا َن ُخلُ ُقهُ ال ُقرأ َن (رواه مسلم‬.......

“......Akhlak Nabi ‫ ﷺ‬adalah Al-Quran” (H.R Muslim)

Disebutkan pula pada hadits lain, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ثت ُأِلمَتِّ َم َم َكا ِر َم اَألخلالَ ِق‬ِ


ُ ‫إمَّنَا بُع‬

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan

akhlak.” (H.R Al-Baihaqi dari Abu Huraiarah Radhiyallahu ‘Anhu)3

3
Musnad Imam Ahmad, v (Dar al-Fikir, Kairo, Mesir: 1976) hlm.75
3

Dari hadits di atas jelas bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad

‫ ﷺ‬dengan membekali al-Quran untuk menyempurnakan Akhlak manusia

bukan untuk mengganti adat istiadat manusia yang sudah berlangsung

sejak lama.

Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬datang dengan membawa ajaran Islam yang

mengajarkan berbagai macam kebajikan terhadap sekian banyak objek.

Beliau menyimpulkan aneka kebajikan itu dengan sabdanya:

)‫سن اخلُلُ ِق (رواه مسلم‬ ‫رِب‬


ُ ‫……آل ُّ ُح‬.

“Kebajikan adalah budi pekerti yang luhur” (H.R. Muslim)

Jika melihat makna hadits di atas, tidaklah meleset bahwa Islam

adalah budi pekerti yang luhur (khuluq).4 Agama yang mengajarkan

akhlak. Islam adalah akhlak, karenanya islam sangat memperhatikan

pembinaan dan pendidikan akhlak secara kompherehensif baik segi materi,

metode pendekatan, dan praktik pelaksanaannya. Sejatinya dalam

beragama Islam tidak hanya tentang melaksanakan ibadah ritual saja.

Namun, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan dari iman,islam, serta

ihsannya itu dapat membawa dampak yang baik buat kehidupan individual

dan kehidupan sosialnya.

Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan

setiap individu. Yang dapat membentuk dan menuntun masa depan.

4
Quraish Shihab, Yang Hilang dari Kita: AKHLAK.(Tangerang Selatan, Penerbit
Lentera Hati,2016), hlm.94
4

Manusia dilahirkan tanpa membawa bekal apa apa, putih, bersih seperti

kertas kosong. Hal ini dapat disadari bahwa manusia yang baru lahir

sangat memerlukan bantuan dari sekitarnya untuk dapat mengetahui apa

saja yang dia jumpai melalui pendidikan, pembinaan, pengenalan, arahan,

dan bimbingan menuju ke arah yang lebih dewasa.

Pendidikan akhlak islami merupakan urgensi dari fungsi beragama

itu sendiri. Berakhlak berarti mengedepankan budi pekerti yang luhur.

Bahkan, ditekankan oleh Islam, bahwa Islam adalah akhlak luhur.

Penekanan ini antara lain karena dengan akhlak akan tercipta

keharmonisan hubungan dan kedamaian di bumi. Damai adalah dambaan

setiap makhluk. Dengan sopan santun, permusuhan dapat dihindari,

bahkan dapat berubah menjadi pertemanan yang akrab.5

ِ ِ ‫السيِّ ةُ ِإدفَع بِالَّىِت‬


َ َ‫َأحس ُن فَِإذَا الَّذى بَين‬
ُ‫ك َوبَينَه‬ َ َ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫َوالَ تَستَ ِوى احلَ َسنَهُ َوالَ َّ َئ‬

ِ
ٌ ‫َع َد َاوةٌ َكَأنَّهُ َويِل ٌّ مَح‬
)34:‫يم (فصلت‬

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu)

dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan

antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat

setia” (QS. Fushilat: 34)6


5
Quraish Shihab, Yang Hilang dari Kita: AKHLAK.(Tangerang Selatan, Penerbit
Lentera Hati,2016), hlm.124
6
KEMENAG RI, Al-Quran dan terjemahannya. (Jakarta; PT. SURYA PRISMA SINERGI)
hlm.481
5

Akhlak yang luhur adalah hal yang paling banyak dilihat orang.

Tolok ukurnya pun dekenal luas walau oleh yang tidak terpelajar. Antara

lain karena banyak norma dan praktiknya yang bersumber dari

masyarakat. Lain halnya dengan akidah atau kepercayaan yang tidak

nampak karena tempatnya di dalam hati, ibadah pun tidak selalu

ditampilkan.

Keutamaan akhlak islami yang luhur inilah yang membuat islam

dapat masuk ke wilayah nusantara. Dengan sopan santun ketika

berdakwah yang dilakukan oleh para pedagang muslim dahulu, kaum

pribumi (masyarakat indonesia) tidak merasa dipaksa untuk menganut

agama islam, tetapi karena dorongan hati setelah melihat indahnya akhlak

yang luhur.

Mengingat pentingnya pendidikan akhlak bagi terciptanya kondisi

lingkungan yang harmonis, diperlukan upaya serius oleh para guru untuk

menanamkan nilai-nilai tersebut secara intensif. Secara umum pendidikan

agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan

keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,

pengamalan, pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga

menjadi manusia yang terus berkembang dalam hal keimanan,

ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.7

7
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: PT.
Remaja,2004) hlm.135
6

Dalam hal pendidikan akhlak, tidak hanya diajarkan di sekolah

formal saja akan tetapi di pendidikan nonformal juga diajarkan dan

diterapkan lebih intesn misalnya di pesantren Al-Khairiyah. Menurut UU

no.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yang diperkuat dengan terbitnya

peraturan pemerintah no. 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan

penyelenggaraan pendidikan, khususnya Pasal 1 ayat 31 menyebutkan

bahwa Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.8

Pendidikan akhlak berfungsi sebagai panduan bagi manusia untuk

memilih dan menetapkan perbuatan yang hendak dilakukannya, serta dapat

menetukan mana yang baik dan mana yang buruk. Namun yang terjadi di

masa kini banyak sekali hal-hal yang diluar dugaan, kerap kali muncul di

layar gadget, media media digital yang memberitakan hal-hal yang

dulunya dianggap kejadian luar biasa menjadi biasa saja, sudah seperti aib

umum. Misalnya, anak membunuh orang tuanya, guru dibunuh muridnya

karena motif sakit hati, banyak orang bergelar pendidikan tinggi namun

berakhir di balik jeruji besi karena tersandung kasus korupsi, pelecehan

seksual di wilayah kampus, putus tali persaudaraan hanya karena berbeda

pilihan politik dan masih banyak fenomena-fenomena lain yang

menandakan betapa pentingnya nilai-nilai pendidikan akhlak itu perlu

sekali untuk diimplementasikan dalam kehidupan, supaya tercipta

8
KEMENDIKBUD. BAHAN AJAR PENGENALAN PENDIDIKAN NONFORMAL
DAN INFORMAL. hlm. 3
7

kedamaian dan saling bergandengan tangan dalam merajut ukhuwah

Islamiyah.

Pendidikan akhlak ini mempunyai kaitannya dengan kualitas ilmu,

meskipun kadang kala tidak menjamin pada kenyataannya, semisal banyak

orang yang berilmu akan tetapi belum tentu mempunyai akhlak yang

setara dengan ilmunya, sama halnya dengan orang yang berakhlak belum

tentu dia mempunyai kualitas keilmuan yang setara dengan budi pekerti

atau akhlaknya yang mulia.

Namun, ilmu merupakan perangkat yang sangat penting bagi

manusia dalam menjalankan hidupnya, ilmu sendiri merupakan

sekumpulan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya serta tersusun

secara sistematis berdasarkan dengan metode ilmiah. Jadi perumpamaan

ilmu seperti bahan/alat peraganya sedangkan akhlak adalah teknis

pelaksanaan, baik ataupun buruknya pelaksanaan tergantung bagaimana

keduanya bisa berjalan dengan baik sehingga mempunyai kualitas yang

dapat dilihat.

Sebagai bagian dari bangsa yang mempunyai populasi mayoritas

Muslim terbanyak di dunia, sudah sepatutnya Indonesia ini menjadi negeri

yang damai, aman, dan tentram bagi seluruh penduduknya baik yang

muslim maupun yang non-muslim. Jika ajaran Islam adalah membawa

pesan pesan rahmat, maka tidak salah Al-Quran menjadi pedoman bagi

setiap Muslim untuk membangun karakter bangsa. Hal ini sudah terbukti
8

sebagaimana yang terjadi pada bangsa Arab Jahiliyah yang dahulu banyak

penyimpangan berhasil merubah karakter bangsa Arab menjadi bangsa

yang berperadaban.

Dalam Surah Al-Ahzab: 21 dijelaskan mengenai peran Nabi

Muhammad ‫ ﷺ‬sebagai role model/suri tauladan untuk manusia,

ِ ِ ‫اِل‬ ‫ىِف‬
َ‫رجوا اهلل‬
ُ َ‫ُأسوةٌ َح َسنَةٌ ل َمن َكا َن ي‬
َ ‫لََقد َكا َن لَ ُكم َر ُسو هلل‬

)21:‫اَألخَر َوذَ َكَر اهللَ َكثِ ًريا (األحزب‬


ِ ‫واليوم‬
َ َ َ

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-

Ahzab: 21)9

Dari makna ayat di atas dapat kita ambil bahwa pribadi Rasulullah

adalah keseluruhannya dapat dijadikan teladan atau contoh agar umat

muslim mencontoh seperti yang dilakukan Nabi, akan tetapi dalam

memaknai mencontoh atau meneladani disini secara kontekstual.

Akhlak Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬adalah akhlak quran, di antara banyak

akhlak-akhlak terpuji yang Beliau contohkan, Al-Quran juga membahas

tentang beberapa sifat-sifat orang-orang beriman yang mengandung nilai-


9
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya (Bandung: Syamil Cipta
Media, 2005) hlm.420
9

nilai pendidikan akhlak. Salah satunya adalah nilai-nilai pendidikan akhlak

dalam Surah Ar-Ra’d ayat 20-24.

Penelitian ini mengangkat pembahasan penafsiran yang

menjelaskan sifat-sifat ulul albab sekaligus penerapannnya terhadap

pencari ilmu, hal ini bermaksud untuk menerangkan bahwa diatas

kepintaran seseorang menguasai suatu ilmu ada yang namanya keberkahan

yang didapat oleh pencari ilmu. Oleh karena itu penelitian ini hendak

menjabarkan tafsir Surah Ar-Ra’d ayat 20-24, kemudian penerapannya,

serta melihat hasil dari penerapan nilai-nilai pendidikan akhlak yang ada

pada sifat-sifat ulul albab.

Adanya fenomena kejadian seperti yang sudah dijelaskan di atas,

maka yang akan dijadikan objek kajian adalah Surat Ar-Ra’d ayat 20-24

yang tertuang dalam judul: “PENERAPAN NILAI-NILAI

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAH AR-RA’D AYAT 20-24

UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KEILMUAN SANTRI

(Studi Kualitatif di Pesantren Al-Khairiyah Cisaat Kabupaten

Sukabumi)”

B. Rumusan Masalah
10

Berdasarkan alasan pemilihan judul yang telah diuraikan di atas,

pokok permasalahan yang ada antara lain:

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Surah Ar-Ra’d ayat

20-24?

2. Bagaimana penerapan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Surah

Ar-Ra’d ayat 20-24 untuk meningkatkan kualutas keilmuan santri?

3. Bagaimana kualitas keilmuan santri Al-Khairiyah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a) Mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surah Ar-Ra’d

ayat 20-24

b) Mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surah Ar-Ra’d

ayat 20-24 untuk meningkatkan kualitas ilmu santri kualitas

keilmuan santri di Al-Khairiyah

c) Mengetahui kualitas keilmuan santri di Al-Khairiyah

2. Manfaat Penelitian

a) Memberikan informasi ilmiah kepada dunia pendidikan Islam

b) Dapat memahami dan mempelajarai al-Quran sebagai petunjuk dan

pedoman hidup.
11

c) Menumbuhkan keimanan dan ketakwaan yang lebih mendalam

d) Mengetahui isi kandungan dan tafsir tentang nilai-nilai pendidikan

akhlak yang terkandung dalam Surah Ar-Ra’d ayat 20-24 untuk

meningkatkan kualitas ilmu

e) Sebagai bentuk rasa syukur dengan memberikan sumbangsih karya

ilmiah kepada pembaca, khususnya kepada penulis.

D. Penelitian Terdahulu

Tabel 1 Daftar Penelitian Terdahulu

N Nama dan Judul Hasil Penelitian Persamaan dan


o Perbedaan
1. Muflikhatul Mengkaji nilai-nilai Persamaan :
Karomah. pendidikan akhlak yang Mengkaji nilai

108011000044 terkandung dalam surah pendidikan akhlak yang


terkandung dalam ayat-
(2014), Tafsir yusuf 58-62, yaitu
ayat al-quran
Surah Yusuf ayat meneladani nilai akhlak
menggunakan
58-62 (Kajian Nilai yang terdapat pada diri
pendekatan studi
Pendidikan nabi Yusuf diantaranya
pustaka.
Akhlak) akhlak pemaaf, sabar,
tanggung jawab, Perbedaan :
dermawan dan Pada skripsi
kejujuran. Muflikhatul Karomah
mengkaji Surah Yusuf
58-62, yang isinya
tentang pendidikan
akhlak namun lebih
spesifik pada akhlak
yang menonjol pada
nabi Yusuf diantanya
12

pemaaf, sabar,
tanggung jawab,
dermawan, dan
kejujuran. Sedangkan
penulis membahas
nilai-nilai pendidikan
akhlak spesifik
membahas tentang
sifat-sifat ulul albab
yang terdapat pada
surah Ar-Ra’d 20-24.
2. Halimah Tusa’diah. Menjelaskan mengenai Persamaan :
13110141. akhlak yang meliputi a) Mengkaji nilai
(2017).Pendidikan perintah bersyukur pendidikan akhlak yang
Akhlak Dalam Al- kepada Allah. b) terkandung dalam ayat-
ayat al-quran
Quran Surah perintah untuk tidak
menggunakan
Luqman Ayat 12- menyekutukan Allah, c)
pendekatan studi
19 StudiTafsir Al- berbakti kepada orang
pustaka.
Mishbah. tua, d) segala amal
diperhitungkan, e)
Perdedaan :
mendirikan solat,
Pada skripsinya
menyeru kebaikan,
Halimah Tusa’diah
mencegah
mengkaji tafsir yang
kemungkaran, dan
terdapat pada surah
bersabar, f) rendah hati
luqman 12-19,
adalah akhlak utama.
sementara penulis
mengkaji surah Ar-
Ra’d 20-24. Nilai
Pendidikan Akhlak
yang dijelaskan oleh
Halimah yaitu spesifik
13

tentang pesan-pesan
Luqman kepada
anaknya yaitu
meliputi a) perintah
bersyukur kepada
Allah. b) perintah
untuk tidak
menyekutukan Allah,
c) berbakti kepada
orang tua, d) segala
amal diperhitungkan,
e) mendirikan solat,
menyeru kebaikan,
mencegah
kemungkaran, dan
bersabar, f) rendah
hati adalah akhlak
utama. Dan perbedaan
studi tafsir, penulis
menggunakan Tafsir
Al-Munir, sementara
Halimah
Menggunakan tafsir
Al-Mishbah.
3. Devi Wulantika. Membahas tentang Persamaan :
13210063. (2018). konsep pendidikan Mengkaji nilai
Konsep Pendidikan akhlak. Namun, pendidikan akhlak yang
Akhlak dalam Al- mengaitkannya antara terkandung dalam ayat-
ayat al-quran
Quran (Studi Surah relevansi pendidikan
menggunakan
Luqman ayat 12-19 akhlak dalam surah
pendekatan studi
dalam tafsir al- luqman 12-19 dengan
14

Misbah). fenomena yang terjadi pustaka.


sekarang, di tengah
masyarakat, seperti Perdedaan :
krisis moral. Karena Pada skripsi Devi

menggunakan tafsir al- Wulantika. Membahas


misbah, yang mana kandungan tentang

merupakan salah satu Surah Luqman 12-19,


tafsir modern yang namun mengaitkannya
bercorak al-adabi al- dengan fenomena

ijtimai yaitu corak yang yang kekinian. Devi


menggunakan menggunakan Tafsir

pendekatan Al-Mishbah

kemasyarakatan. sedangkan Penulis


menggunakan Tafsir
Al-Munir serta
mengkaji nilai
pendidikan akhlak
dalam Surah Ar-Ra’d
20-24
4. Siti Ngaisah. Menjelaskan tentang Persamaan :
1423301202.(2018) pendidikan akhlak yang Mengkaji nilai
Nilai-nilai menjunjung tinggi pendidikan akhlak yang
Pendidikan Akhlak kehormatan sesama terkandung dalam ayat-
ayat al-quran
dalam Surat Al- muslim, pendidikan
menggunakan
Hujurat ayat 11-13 akhlak untuk
pendekatan studi
(KajianTafsir Al- menghindari sifat-sifat
pustaka.
Mishbah karya tercela, pendidikan
Prof. Dr. Quraish bertaubat dan bertakwa,
Shihab) pendidikan sosial
kemasyarakatan yang Perbedaan :
meliputi pendidikan
15

kesamaan derajat, Pada skripsi Ngaisah


menghargai perbedaan, menjelaskan Surah
dan saling mengenal Al-Hujurat 11-13,
satu sama lain. sedangkan Penulis
menjelaskan Surah
Ar-Ra’d ayat 20-24.
Dan Studi Analisis
Tafsir yang digunakan
berbeda Ngaisah
menggunakan Tafsir
Al-Mishbah
sedangkan Penulis
menggunakan Tafsir
Al-Munir.
5. Andi.20100113062. Membahas tentang Persamaan :
(2018), Nilai nilai-nilai pendidikan Mengkaji nilai
Pendidikan Akhlak akhlak yaitu tanggung pendidikan akhlak yang
Dalam Tafsir Al- jawab dalam mengurus terkandung dalam ayat-
ayat al-quran
Mishbah (Studi harta anak yatim, nilai
menggunakan
Tentang Surah Al- adil dalam menetukan
pendekatan studi
An’am Ayat 152) takaran dan timbangan,
pustaka, serta terdapat
nilai kejujuran, dan
kesamaan membahas
keadilan dalam berkata, tentang menepati janji.
nilai menepati janji.

Perbedaan :
Pada skripsi Andi
membahas nilai-nilai
pendidikan akhlak
Surah Al-An’am 152
dengan studi analisis
16

Tafsir Al-Mishbah,
sedangkan Penulis
menggunakan Surah
Ar-Ra’d 20-24 dengan
Studi analisis tafsir
Al-Munir

E. Kerangka Berpikir

Memahami Al-Quran merupakan kegiatan yang sangat berfaedah,

mengingat Al-Quran tidak bisa hanya dipahami secara tekstual, karena

makna Al-Quran mempunyai penjelasan yang sangat luas, oleh sebab itu

dalam memahami diperlukan sumber-sumber lain seperti hadits,

penjelasan para mufassir yang banyak ditemukan pada buku-buku tafsir,

salah satunya adalah Tafsir Al-Munir. Al-Quran berisi tentang kisah-kisah,

syariat, akidah, serta nilai-nilai positif. Salah satu isi dari al-Quran adalah

mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak. Di antara banyak dari nilai-nilai

pendidikan akhlak, terdapat dalam Surah Ar-Ra’d yang secara garis

besarnya membahas tentang sifat-sifat Ulul Albab.

َ َ‫ضو َن الْ ِميث‬ ِ ِ ِ َّ


)20( ‫اق‬ ُ ‫ين يُوفُو َن بِ َع ْهد اللَّه َوال َيْن ُق‬
َ ‫الذ‬
17

ِ ِ ‫والَّ ِذ‬
َ ُ‫ين يَصلُو َن َما ََأمَر اللَّهُ بِه َأ ْن ي‬
‫وص َل َوخَي ْ َش ْو َن َربَّ ُه ْم‬ َ َ
)21( ‫اب‬ ِ ‫وخَيَافُو َن سوء احْلِس‬
َ َ ُ َ
‫الصال َة َوَأْن َف ُقوا مِم َّا‬ َّ ‫صَب ُروا ابْتِغَاءَ َو ْج ِه َرهِّبِ ْم َوَأقَ ُاموا‬
َ ‫ين‬
ِ َّ
َ ‫َوالذ‬
( ‫ك هَلُم عُ ْق الدَّا ِر‬ َ ‫السيَِّئةَ ُأولَِئ‬
َّ ِ َ‫رز ْقنَاهم ِسًّرا وعالنِيةً وي ْدرءو َن بِاحْل سن‬
‫ة‬
‫ىَب‬ ْ ََ ُ َ ََ َ َ َ ْ ُ ََ
)22

‫صلَ َح ِم ْن آبَاِئ ِه ْم َو َْأز َو ِاج ِه ْم‬ ٍ


َ ‫َّات َع ْدن يَ ْد ُخلُو َن َها َو َم ْن‬
ُ ‫َجن‬
)23( ‫اب‬ ٍ ‫وذُِّريَّاهِتِم والْمالِئ َكةُ ي ْد ُخلُو َن َعلَْي ِهم ِمن ُك ِّل ب‬
َ ْ ْ َ َ َْ َ
)24( ‫كم مِب َا صبرمُتْ فَنِ ْعم عُ ْق الدَّا ِر‬
‫َ ىَب‬ ْ َ َ ْ ُ ‫الم َعلَْي‬ ٌ ‫َس‬
(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak

perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah

perintahkan supaya dihubungkannya, dan mereka takut kepada Tuhannya

dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena

mencari keridaan Tuhannya, mendirikan salat, dan menafkahkan

sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau

terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang-orang

itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga 'Adn

yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang

yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya,

sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua

pintu (sambil mengucapkan), "Keselamatan terlimpahkan kepada kalian

berkat kesabaran kalian." Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.

(Q.S. Ar-Ra’d: 20-24)10

10
KEMENAG RI, Al-Quran dan terjemahannya.hlm. 253
18

Untuk mengambil nilai-nilai pendidikannya, maka perlu penelitian

dan pengkajian lebih dalam.

Dalam hal ini penelitian dilakukan melalui pendekatan analisis

studi kepustakaan yang menghasilkan kesimpulan dari data.

Pada penelitian kali ini penulis ingin mengulas fakta di pondok

pesantren Al-Khoiriyah yang telah bertahun tahun mengorbitkan santri-

santrinya di berbagai bidang ajang kompetensi baik mewakili nama

sekolah ataupun dalam mengikuti cabang musabaqah tilawatil quran dan

banyak diantaranya yang keluar sebagai juara.

Dalam hal ini tentu banyak tips, metode pembelajaran dan hal-hal

yang diamalkan secara istiqamah oleh santri Al-Khairiyah. Salah satu hal

yang paling utama dalam menunjang kualitas keilmuan yang ada di Al-

Khairiyah adalah mengamalkan sedikit demi sedikit apa yang terdapat

dalam isi kandungan Al-Quran, salah satunya adalah

mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Surah Ar-Ra’d

ayat 20-24 dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian terdapat

beberapa perubahan yang di alami santri Al-Khairiyah setelah dilakukan

penelitian.

Berdasarkan hasil pencarian literatur yang dilakukan penulis, maka

terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang mengungkapkan dan

memiliki keterkaitan dengan topik penelitian ini, di antaranya:

Skirpsi karya Muflikhatul Karomah berjudul Tafsir Surat Yusuf

ayat 58-62 (Kajian Nilai Pendidikan akhlak) Membahas tentang kisah-


19

kisah Nabi Yusuf yang dapat diambil nilai-nilai pendidikan akhlak,

diantaranya adalah akhlak terhadap diri sendiri dan terhadap sesama

manusia yaitu sebagai berikut: akhlak pemaaf, sabar, tanggung jawab,

dermawan, dan kejujuran.

Mengkaji tafsir Surah Kondisi keilmuan di al-khairiyah:


Ar-Ra’d ayat 20-24 1. Santri istiqomah solat berjamaah
setiap waktu
2. hafalan santri terjaga karena
murajaah minimal 3 juz perhari
3. mampu menghafal minimal 1
halaman perhari
4. terbiasa di tes sehingga dapat
melatih mental dan kelancaran
Menganalisis hasil hafalan
dari implementasi 5. Istirahat dan tertib
nilai-nilai Surah Ar-
Ra’d 20-24 Mengimplementasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam Surah Ar-Ra’d 20-24

F. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif ini yaitu penelaahan

nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Surah Ar-Ra’d ayat

20-24 dengan studi analisis Tafsir Al-Munir dan dikaitkan dengan fakta

yang terjadi di lapangan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Konseptual

Agar masalah yang dibahas dalam penelitian ini terarah pada

sasaran yang telah ditentukan, maka peneliti akan memberikan batasan-

batasan yang ada pada judul tersebut di atas:

1. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Pengertian yang pertama mengacu pada pendidikan pada

umumnya, yaitu pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat pada

umum. Dan pendidikan adalah pengaruh bimbingan dan arahan dari

orang dewasa kepada orang lain, untuk melaju kearah kedewasaan,

kemandirian serta kematangan mentalnya. Pekerjaan mendidik

mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan

perkembangan manusia.11

11
Made Pidarta, Landasan Pendidikan, (Jakarta; Rineka Cipta, 2007) h.2

20
21

Menurut Imam Al-Ghazali pendidikan adalah sebagai sarana

untuk menyebarluaskan keutamaan, membersihkan jiwa dan sebagai

media untuk mendekatkan manusia kepada Allah SWT. Dengan itulah

pendidikan menurut Al-Ghazali adalah suatu ibadfah dan sarana

kemashlahatan untuk membina umat.12

Dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin memberikan pengertian tentang

akhlak sebagai berikut: “akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa,

yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan mudah tanpa

memerlukan pertimbangan dan pemikiran. Perbuatan yang benar

adalah perbuatan yang berpijak pada kebenaran yang telah digariskan

oleh doktrin agama yang bersumber dari Al-Quran dan hadits.13

Kedudukan akhlak dalam Islam merupakan fondasi dasar

karakter diri manusia. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang

menempatkan posisi akhlak sebagai pemelihara eksistensi manusia.

Akhlaklah yang membedakan karakter manusia dengan makhluk

lainnya. Manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat sebagai hamba

Allah yang paling terhormat. Sebagaimana Firmannya dalam surah

At-Tin ayat 4-6 yang artinya:

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam

bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke

tempat yang serendah-rendahnya kecuali orang-orang yang beriman

12
Evi Fatimatur Rusyidah. Aliran Paradigma Pemikiran Agama Islam
Kontemporer, (Surabaya:UIN SUNAN AMPEL PRESS, 2019) hlm.139
13
Tim Dosen PAI UM. Pendidikan Islam Transformatif Membentuk Pribadi
Berkarakter.(Malang, Penerbit Dream Litera 2014) hlm.104
22

dan mengerjakan amal saleh. Maka bagi mereka pahala yang tiada

putus-putusnya”. (Q.S. At-Tin; 4-6)14

Pendidikan Akhlak merupakan sesuatu yang diperjuangkan

bagi setiap individu untuk dapat diterapkan hingga menjadi kebiasaan

dan budaya yang luhur.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak itu tidak hanya

berorientasi pada hasil sebuah tindakan seperti baik dan buruk,

melainkan secara struktur merupakan hasil dan proses, jika sesuatu itu

baik namun berakhirnya menjadi sesuatu yang buruk maka itu

menjadi suatu keburukan, begitu pula sebaliknya jika suatu itu buruk

namun berakhir dengan suatu kebaikan, bisa jadi hal itu menjadi suatu

kebaikan.

2. Surah Ar-Ra’d ayat 20-24

Al-Quran terdiri dari 30 juz, 114 surah, mengandung berbagai

aspek kehidupan diantaranya dapat dirinci menjadi aspek aqidah,

akhlak, syariah. Dari aspek-aspek tersebut hampir 80% kandungan ayat

Al-Quran meliputi aspek akhlak, dimana nilai akhlak ini banyak

dibahas dalam Al-Quran baik akhlak terhadap sang Khaliq maupun

sesama makhluk. Diantara begitu banyak surah dan ayat yang

mengandung unsur akhlak seperti surah luqman, surah Ibrahim, surah

Al-Baqarah, surah Al-Isra, Surah Al-Furqan dan sebagainya.

Dari sebegitu banyak surah dan ayat yang mengandung akhlak

dalam Al-Quran seperti nyang disebutkan di atas, penulis lebh fokus


14
KEMENAG RI, Al-Quran dan terjemahannya. Hlm. 598
23

pada surah Ar-Ra’d 20-24. Dimana surah Ar-Ra’d berisi tentang

penekanan terhadap memenuhi perjanjian dan kesepatakatan-

kesepakatan sosial, yang demikian merupakan salah satu ciri dari orang

yang beriman dan sifat ulul albab. Selain itu menjaga pertalian

kekeluargaan atau silaturrahim dan pemberian bantuan kepada orang-

orang yang mengalami kesulitan adalah sesuatu yang ditekankan dalam

agama Islam.

Jadi, Islam sangat menekankan untuk memperhatikan

hubungannya dengan Allah, akan tetapi harus pula dengan

memperhatikan hubungan baik antara sesama manusia. Jika tidak

demikian maka agama seseorang tidak akan sempurna.

B. Kajian Teori

1. Konsep Nilai-Nilai Pendidikan

a. Pengertian Nilai

Nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat

berarti pada kehidupan manusia,15khususnya mengenai kebaikan

dan tindak kebaikan suatu hal, nilai merupakan hal yang bersifat

abstrak, ideal, bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya

persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empiric,

melainkan sosial penghayatan yang dikehendaki, disenagi dan

15
M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,1996), Cet.1 h.61
24

tidak disenangi.16Adapun pengertian nilai menurut para ahli antara

lain:

Em Kaswardi, nilai adalah realitas abstrak yang

merupakan prinsip-prinsip yang menajdi pedoman seseorang.17

M. Arifin, nilai adalah keseluruhan tatanan yang terdiri dari

dua atau lebih komponen yang satu sama lain saling

mempengaruhi atau bekerja dalam satu kesatuan atau keterpaduan

yang bulat yang berorientasi kepada nilai.18

b. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah fenomena fundamental atau asasi dalam

kehidupan manusia. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad

abad silam, untaian sejarah menggambarkan bahwa dimana ada

manusia, disitu juga ada pendidikan. Sesungguhnya setiap

pendidikan itu terjadi di setiap sendi kehidupan umat manusia,

dengan perkataan lain pendidikan berlangsung di dalam kehidupan

manusia sebagai makhluk individu, sosial, religi, estetika dan

budaya. Artinya, proses pendidikan berada di lingkungan manusia,

yang hidup dalam kelompok masyarakat (kehidupan sosial) atau

dalam keterkaitan individu dengan lingkungannya.19

16
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,
2001) h. 98
17
Em Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta; Gramedia, 1993)
h.20
18
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta; Bumi Aksara, 2000) h.139
19
Prayitno dan Belferick Manullang, Pendidikan Karakter dalam Pembangunan
Bangsa, (Jakarta: Grasindo, 2011) h.56
25

Menurut Islam pendidikan adalah pemberi corak hitam

putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam

menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan

yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan berlangsung

seumur hidup, semenjak dari buaian hingga ajal datang (al-Hadis)

– life long education.20

Pendidikan menurut beberapa ahli, yaitu diantaranya

Langeveld, Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,

perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada

pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup

cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu

datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang

dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari dan

sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.21

Ki Hajar Dewantara, Pendidikan yaitu tuntunan dalam

hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu

menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,

agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat

dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-

tingginya.22

20
Zuharini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) cet-4. hlm. 1
21
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: Rajawali Pers,
2002), hlm.2
22
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Edisi Revisi) hlm.4
26

Soeganda Poerbakawatja, Pendidikan dalam artian yang

luas, yaitu semua perbuatan dan usaha dari generasi tua

mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya

serta keterampilannya (orang menamakan hal ini juga

“mengalihkan” kebudayaan) kepada generasi muda, sebagai usaha

menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik

jasmaniah maupun rahaniah. Dapat pula dikatakan bahwa

pendidikan itu adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa

dengan pengruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang

selalu diartikan mampu memikul tanggung jawab moril dari segala

perbuatannya.23

Pendidikan itu terjadi di setiap sendi kehidupan manusia,

dengan perkataan lain, pendidikan berlangsung di dalam

kehidupan manusia sebagai makhluk individu, sosial, religi,

estetika, dan budaya. Artinya, proses pendidikan berada di

lingkungan manusia, yang hidup dalam kelompok masyarakat

(kehidupan sosial) atau dalam keterkaitan individu dengan

lingkungannya. Pemahaman ini menggambarkan bahwa mendidik

itu terjadi dalam aktivitas-aktivitas yang boleh jadi tidak dengan

sendirinya merupakan aktivitas mendidik. Artinya ada jarak atau

setidak-tidaknya dapat dipilah antara pendidikan dan aktivitas

dimana pendidikan itu menjelma. Aktivitas manusia yang hidup di

lingkungann individual dan sosial tetap berhubungan dengan diri


23
Zuharini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, hlm,120
27

pribadi, orang lain, alam sekitar, sehingga dalam kaitan hubungan

dengan diri sendiri, orang lain, dan alam sekitar itu jugalah

pendidikan menjelma.24

c. Pengertian Pendidikan Non-formal

Pendapat para pakar pendidikan non-formal mengenai

definisi pendidikan non-formal cukup bervariasi. Philip H.

Coombs berpendapat bahwa pendidikan non-formal adalah setiap

kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan di

luar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari

suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan

layanan kepada sasaran didik tertentu dalam mencapai tujuan-

tujuan belajar.25

Menurut Soelaman Joesoef, pendidikan nonformal adalah

setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang terarah di

luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan,

latihan, maupun bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan

kebutuhan hidup, dengan tujuan mengembangkan baginya peserta-

peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga,

pekerjaan, bahkan lingkungan masyarakat.26

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan non-formal adalah

pendidikan yang diadakan di luar kelas untuk memenuhi

24
Prayitno dan Belferik Manullag, Pendidikan Karakter dalam Pembangunan
Bangsa, hlm. 55-56
25
Soelaman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan non formal. (Jakarta: Bumi Aksara.
1992 hlm. 50
26
Ibid. hlm.51
28

kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk mendapatkan

informasi, pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga mampu

bermafaat bagi keluarga, masyarakat dan negara.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Non-formal

Manusia setiap saat memang dihadapkan pada pilihan, mana

yang dilakukan dan mana yang tidak dilakukan. Setiap manusia

memilih sesuatu tentu ada yang harus ditinggalkannya, setiap

pilihan ada konsekuensinya sendiri antara lebih banyak peluang

atau resiko yang dipilih oleh pengambil keputusan itulah nilai.27

Kehidupan manusia selalu ada nilai-nilai yang melingkupi

dan mendasari segala jenis pikiran, ucapan dan tindakan. Tanpa

disadari nilai-nilai pendidikan sudah ada di lingkungan kita sejak

kecil. Kedua orang tua mengajarkam untuk bertoleransi dengan

sesama, cinta dan empati, adil dan lain lain. Bahkan di sekolah

dasar hingga sekarang tanpa disadari kita sudah terbiasa dengan

melaksanakan nilai-nilai pendidikan tersebut. Secara praktis

pendidikan tidak terlepas dari nilai nilai itu terutama mengenai

kualitas kecerdasan, ketekunan, kerajinan. Lebih-lebih bila

menyangkut proses pembinaan nilai-nilai yang bersifat

fundamental, seperti nilai-nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral, 28

nilai religius dan nilai budaya29

27
Achmad Sanusi, Sistem Nilai, (Bandung Nuansa Cendekia, 2017) cet. 3 hlm.13
28
H. A. Yunus , Filsafat Pendidikan, (Bandung: CV. Citra Sarana Grafika, 1999), h.190
29
Griya Wardani, Nilai-nilai Pendidikan, dalam
http://griyawardani.wordpress.com/nilai-nilai-pendidikan, diakses pada 9 Maret
2022. 20.09 WIB
29

Adapun yang memberikan ciri khusus pada pendidikan

nonformal adalah:

1) Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan

dipergunakan.

2) Berpusat pada peserta didik.

3) Waktu penyelenggaraan relative singkat, dan pada umumnya

tidak berkesinambungan

4) Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat

fleksibel, dapat dimusyawarahkan secara terbuka, dan banyak

ditentukan o;eh peserta didik.

5) Menggunakan metode pembelajaran yang partisipatif, dengan

penekanan pada belajar mandiri.

6) Hubungan pendidik dan peserta didik bersifat mendatar.

Pendidik adalah fasilitator bukan menggurui. Hubungan di

antara kedua belah pihak bersifat akrab dan informal, peserta

didik memandang fasilitator sebagai narasumber dan bukan

sebagai instruktur.

7) Penggunaan sumber-sumber lokal. Mengingat sumber-sumber

untuk pendidikan sangat langka, maka diusahakan sember-

sumber lokal sigunakan seoptimal mungkin.30

Sedangkan isi pendidikan nonformal yang berkaitan dengan

peningkatan mutu kehidupan seperti:

30
Ishak Abdulhak, Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non-formal,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka, 2012) hlm. 25
30

1) Pengembangan nilai-nilai etis, religi, estetis, sosial dan budaya

2) Pengembangan wawasan dan tata cara berfikir

3) Peningkatan kesehatan pribadi, keluarga, dan lingkungan

4) Peningkatan dan pengembangan pengetahuan di dalam arti

luas

5) Apresiasi seni-budaya31

2. Tafsir dan Nilai-nilai Akhlak dalam QS. Ar-Ra’d ayat 20-24

a. Pengertian Tafsir

Tafsir secara Bahasa adalah bentuk nasdar dari kata

“fassaraa –yufassiru –tafsiran”, yang mengikuti wazan “taf’ilan”

yang mempunyai arti penjelasan dan keterangan. Menurut KH.

Ma’shum bin ‘Ali dalam kitab Al-Amtsilat Al-Tasrifiyyah,

penggunaan wazan fa’ala berfungsi untuk kata kerja transitif.

Dengan demikian kata Fassara adalah “menjelaskan dan

menerangkan”, penjelasan ini dibuat agar informasi yang masih

belum atau tidak jelas menjadi jelas.32 Jadi tafsir secara garis besar

adalah kacamata besar untuk memperjelas makna yang masih

samar, memyingkap makna yang masih tersembunyi, dan

menampakkan yang masih belum jelas.

Adapun secara istilah para ulama memberikan pengertian

yang berbeda-beda menurut sudut pandangnya msing-masing yaitu

seperti:
31
Sanapiah Faisal, Pendidikan non-formal Di Dalam Sistem Pendidikan dan
Pengembangan Nasional, Surabaya: Usaha Offset Printing,1981) hlm.96
32
Ma’shum bin ‘Ali, Al-Amtsilat Al-Tasrifiyyah (Lirboyo: Lirboyo Press, 2016)
31

Menurut Al-Zarkasyi tafsir adalah ilmu untuk mengetahui

penjelasan Al-Quran yang diturunkan Nabi Muhammad untuk

menjelaskan berbagai makna, hukum dan hikmah yang terkadung

di dalamnya.33

Menurut Abu Hayyan, tafsir adalah ilmu yang membahas

tentang cara-cara untuk memahami teks yang berkaitan dengan

petunjuk dan hukum-hukumnya baik yang berbentuk teks maupun

konteksnya serta makna yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut

secara kontekstual ataupun tekstual.34

Menurut sebagian ulama tafsir menyatakan bahwa tafsir

tidak termasuk ilmu pengetahuan yang terbatas. Pemikiran ini

berdasarkan alasan bahwa tafsir tidak mempunyai kaidah dan

batasan khusus, seperti yang terdapat pada ilmu sains yang

diciptakan oleh akal manusia.35

b. Sejarah Tafsir

Ilmu tafsir tumbuh sejak zaman Rasulullah beserta para

sahabatnya mentradisikan, menguraikan dan menafsirkan al-Quran

setelah turunnya. Tradisi tersebut berlangsung hingga beliau

wafat. Sejak itu perkembangan dan pertumbuhan tafsir seiring

dengan keragaman yang mufassir miliki hingga pada bentuk yang

33
Nashrudin Baidan, Metode Penafsiran Al-Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002) hlm.15
34
Abdul Jalal HA, Urgensi Tafsir Maudu’I Pada Masa Kini (Jakarta: Kalam Mulia,
1990). hlm.6
35
Sauqiyah Musyafa’ah, dkk, Studi Al-Quran (Surabaya: IAIN SA PRESS, 2012)
hlm. 359-360
32

disaksikan saat ini.36 Muhammad Husain al-Dzahabi menjelaskan

dalam kitabnya Tafsir Wa al-Mufassir bahwa masa kodifikasi tafir

ada 3 periode, yaitu masa Nabi, masa Mutaqaddimin (masa

sahabat), masa Mutaakkhirin (masa Tabiin), dan masa periode

baru.37

1. Masa Nabi

Secara garis besar pada masa kenabian Rasulullah ‫ﷺ‬,

penafsiran Al-quran tersentral hanya pada Beliau, karena posisi

Beliau sebagai Penjelas (mubayyin).38 Semua persoalan yang

menyangkut pemahaman Al-Quran dikembalikan kepada

Rasulullah ‫ﷺ‬. Persoalan apapun yang muncul akan terjawab

secara cepat dan tepat karena tidak melalui hasil pemikiran

Rasulullah ‫ﷺ‬, akan tetapi terjawab oleh apa yang diwahyukan

Allah melalui perantara jibril alaihissalam.

Sumber penafsiran Al-Quran pada masa Nabi yaitu ada

dua yaitu Al-Quran dengan Al-Quran, dan Al-Quran dengan

hadits.

2. Masa Sahabat

Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬wafat para sahabat tidak

mengalami kesulitan dalam melanjutkan penafsiran Al-Quran,

mereka para sahabat berpaku pada apa yang telah ditafsirkan

36
Rosihon Anwar,dkk, Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, Bandung, 2015)
hlm.167
37
Muhammad Husain Al-Dzahabi, Tafsir Wa al-Mufassirun, Jilid 1 (Kairo: Dar al-
Kutub al-Hadits,1976) hlm.32-363
38
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, hlm.71
33

oleh Rasulullah ‫ﷺ‬, yang notabene mereka menerima langsung

dari Shahih al-Risalah (pemilik tuntunan), mereka mudah

memahami al-quran, karena Bahasa mereka sendiri dan mereka

menyaksikan kronologi sebab ayat itu turun. Secara garis besar

mereka terpanggil untuk melanjutkan penafsiran sesuai dengan

kondisi keadaan zaman mereka akan tetapi sumber penafsiran

mereka berbeda ketika masa kenabian Rasulullah ‫ﷺ‬. Adapun

sumber penafsiran mereka adalah sebagai berikut: al-Quran

dengan Al-Quran, al-Quran dengan hadits, ijtihad, ragam

qiraat, pendapat dari kalangan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani)

3. Masa Tabi’in

Setelah berakhirnya tafsir era masa sahabat dengan

ditandainya banyak kalangan mufassir dari sahabat yang

menjadi gurunya para tabiin. Penafsiran Nabi dan para sahabat

tidak mencakup semua ayat al-quran, ditambah dengan

munculnya persoalan-persoalan baru.

Pengaruh utama yang melatarbelakangi perkembangan

tafsir pada masa tabi’in adalah meluasnya wilayah ekspansi

kekuasaan Islam, maka hal itu mendorong tokoh tokoh sahabat

berpindah ke daerah-daerah dan masing-masing membawa

ilmu, yang kemudian mendirikan madrasah-madrasah dan

mengorbitkan banyak tabi’in yang menimba ilmu pada kajian


34

kajian tafsir al-Quran yang dikomandoi para sahabat di

wilayah masing-masing.

Sumber penafsiran pada masa tabiin yaitu: ayat al-Quran

dengan ayat lain yang masih universal, hadits (berupa

perkataan, perbuatan, dan persetujuan), semua informasi yang

didengar oleh para tabiin dari nabi dan sahabat, menerima dari

ahli kitab asal tidak bertentangan dengan al-Quran, hasil

ijtihad.

4. Masa Tabi’i Al-Tabi’in

Generasi Tabi’i Al-Tabi’in adalah (generasi ketiga

kaum muslimin) meneruskan ilmu yang mereka terima dari

para Tabi’in. Mereka mengumpulkan semua pendapat dan

penafsiran al-Quran yang dikemukakan para ulama terdahulu,

kemudian mereka terangkan ke dalam kitab-kitab tafsir.

Seperti yang dikemukakan oleh Sufyan bin Uyainah, Rauh bin

Ubadah al-Basri, Abd al-Razzaq bin Hammam, Adam bin Abu

Iyas. Tafsir golongan ini sedikitpun tidak ada yang sampai ke

kita melainkan hanya nukilan-nukilan yang dinisbatkan kepada

mereka, seperti termuat dalam kitab-kitab tafsir al-Ma’tsur.39

c. Tafsir surah Ar-Ra’d ayat 20-24

Menurut Imam Al-Ghazaly dalam bukunya Ihya Ulum ad-

Din mengemukakan tentang akhlak bahwa: “Khuluq dan khalaq

39
Hamdan Hidayat, SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR AL-QURAN. Al-Munir: Jurnal
Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir, 2020, 2.01: h.66
35

adalah dua kata yang dapat ditemukan dalam satu kalimat. Anda

dapat berkata: Fulan hasan al-khalq wa al-khuluq (Si A baik

bentuk badannya dan baik pula akhlaknya): yang pertama

(rupa/badan) dapat dilihat dengan mata kepala, sedang yang kedua

karena sifat batin, “tidak terlihat substansinya”, tetapi terlihat

dampaknya dalam aktivitasnya. Lebih jauh lagi Al-Ghazali

menjelaskan bahwa akhlak merupakan kondisi kejiawaan yang

mantap, yang atas dasarnya lahir aneka kegiatan yang dilakukan

dengan mudah, tanpa harus dipikirkan terlebih dahulu.40

Mencermati dari definisi tentang pendidikan Akhlak yang

telah dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang

dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk tabiat yang

baik pada seorang peserta didik, sehingga terbentuk manusia yang

taat kepada Allah SWT.

Pembetukan tabiat ini dilakukan oleh pendidik secara

continue dan tidak ada pemaksaan dalam proses pembelajarannya.

Tabiat itu bisa berupa tabiat baik maupun buruk. Karena pada

dasarnya manusia itu terdiri atas dua unsur yaitu jasmani dan

rohani yang keduanya tersebut bisa juga baik dan bisa juga buruk.

Dalam Al-Quran terdapat Surah Ar-Ra’d ayat 20-24 yang

menjelaskan tentang sifat-sifat Ulul Albab, yaitu orang yang

40
Quraish Shihab, Yang Hilang dari Kita: AKHLAK.(Tangerang Selatan, Penerbit
Lentera Hati,2016), h.4-5
36

mempu nyai akal. Berasal dari kata ulul dalam Bahasa arab yang

berarti dzu yaitu memiliki.41 Sedangkan albab berasal dari kata al-

lubb yang artinya otak atau pikiran (intelek) beberapa orang,

melainkan hanya dimiliki oleh seseorang.42 Adapun sifat-sifat ulul

albab yang dijelaskan pada Surah Ar-Ra’d berkaitan dengan sifat-

sifat akhlak terpuji di antaranya; memenuhi janji, tidak melanggar

perjanjian, menyambung tali silaturrahim, takut kepada Allah,

takut adzab, menegakkan solat, berinfak untuk hal-hal baik,

membalas keburukan dengan kebaikan.43

3. Kualitas Keilmuan

Kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu. Menurut KBBI

mempunyai arti bermutu baik. Secara sederhana, pengertian kualitas

adalah tingkat baik atau buruknya, mutu, taraf atau derajat sesuatu.

Dalam hal ini “sesuatu” dapat mewakili banyak hal, baik itu sebuah

barang, jasa, keadaan, maupun hal lainnya.

Adapun ilmu menurut KBBI adalah sebagai berikut, yaitu

pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem

menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan

gejala tertentu di bidang pengetahuan itu. Adapun menurut para ahli

ilmu adalah sebagai berikut:

41
Ahmad Warson al-Munawwir, Al-Munawwir Kamus Bahasa Arab Indonesia,
(Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, 1982), h.49
42
M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Quran, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-
konsep Kunci (Jakarta: Paramadina,2002), h.557
43
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir Jilid 7. (Depok,Gema Insani Press,2016), h.
153-155
37

Mohammad Hatta, ilmu adalah pengetahuan atau studi yang

teratur tentang pekerjaan hukum uum, sebab akibat dalam suatu

kelompok masalah yang sifatnya sama baik dapat dilihat dari

kedudukannya maupun hubungannya.

Harsojo, menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi

pengetahuan yang disistemkan dan suatu pendekatan terhadap seluruh

dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu,

dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh pancaindera manusia.

Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang

mengijinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan suatu proporsi

dalam bentuk “jika….maka”.

Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam,

masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep,

kategori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya

diuji dengan pengalaman praktis.44

Jadi, dapat disimpulkan ilmu merupakan pengetahuan yang

rasional, sistematik, konfrehensif, konsisten, dan bersifat umum

tentang fakta dari pengamatan yang telah dilakukan.

44
Ivan Eldes Daftira, ILMU DAN HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN DALAM NILAI
AGAMA.hlm.161
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan

metode penelitian yang digunakan adalah metode studi analisis

kepustakaan. Penelitian ini termasuk deskriptif kualitatif yang mana

peneliti berusaha mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dan

dirasakan. Dan masalah serta peristiwa yang diperoleh diungkapkan

peneliti sebagaimana adanya. Dikatakan kualitatif karena temuan-

temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk

hitungan lainnya.45

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah studi

kepustakaan dan wawancara. Studi kepustakaan adalah jenis metode

penelitian yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data

secara mendalam melalui literatur, buku, catatan, majalah, referensi

lainnya, serta hadir penelitian sebelumnya yang relevan, untuk

mendapatkan jawaban dan landasan teori mengenai masalah yang

diteliti.46 Metode ini digunakan untuk meneliti nilai-nilai pendidikan


45
Ayu Anisa Utami, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam Berita
Program Inikah Taqdir Trans 7, Skripsi, (Purwokerto: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Purwokerto, 2015), hlm V
46
R. Poppy Yaniawati. Penelitian Studi Kepustakaan (Library Research).2014.FKIP
UNPAS

38
39

dalam Tafsir Al-Munir Surat Ar-Ra’d ayat 20-24 karya Wahbah Al-

Zuhaili.

B. Jenis dan Sumber Data Penelitian

1. Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Adapun data berarti keterangan-keterangan fakta.47 Karena

penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan yang bersifat kualitatif

maka objek materi penelitian dari tafsir al-Munir karya Wahbah Al-

Zuhaili dan Tafsir Ibnu Katsir.

2. Sumber Data Penelitian

Peneliti memperoleh data dari berbagai sumber, data-data

tersebut diklasifikasikan menjadi referensi yang dijadikan sumber

utama:

a. Data primer, yaitu acuan penelitian. Sumber data primer dalam

penelitian ini adalah tafsir Al-Munir karya Wahbah Al-Zuhaili,

selain itu menggunakan data dari hasil wawancara, dokumentasi

dan observasi terkait implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak

dalam Surat Al-Ra’d ayat 20-24, di Pondok Pesantren Al-

Khairiyah Cisaat Sukabumi

b. Data sekunder, yaitu referensi-referensi pendukung dan pelengkap

bagi data primer, seperti kitab-kitab, buku-buku, dan lain

sebagainya, yaitu kitab suci Al-Quran, kitab hadits musnad Imam

47
Talizuhudu Ndhraha, Research, Teori Metodologi II, (Jakarta: Bina Aksara. 1981)
h. 76
40

Ahmad, buku-buku karya Quraish Shihab Membumikan Al-Quran,

Yang Hilang dari Kita: Akhlak, dan buku Tafsir tarbawi dan yang

berkaitan dengan penafsiran Surah Al-Ra’d ayat 20-24, serta data

data pesantren yang menyangkut dengan kondisi keilmuan di

pondok pesantren Al-Khairiyah. Sehingga hal ini dapat membantu

memecahkan permasalahan yang terjadi di fokus penelitian ini.

Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah: buku-

buku kajian akhlak, profil pondok pesantren,

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang

dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Subyek penelitian juga

membahas karakteristik subyek yang digunakan dalam penelitian,

termasuk penjelasan mengenai populasi, sampel dan teknik yang

digunakan. Dalam hal ini subyeknya adalah para santri, ustadz dan

beberapa pengurus pesantren Al-Khoiriyah Cisaat Kabupaten Sukabumi

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan secara langsung terjun ke

lapangan dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:

1. Observasi

Metode obervasi adalah metode untuk menghimpun

bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan


41

mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran

pengamatan.48 Dalam penelitian menggunakan metode

observasi untuk mengamati dan mencatat tentang hal-hal yang

berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak yang

terkandung dalam surah Ar-Ra’d ayat 20-24.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka atau library research merupakan suatu

teknik yang dilaksanakan dengancara membaca, menelaah dan

mencatat berbagai literarur atau bahan bacaan yang sesuai

dengan pokok bahasan, kenudian disaring dan dituangkan

dalam kerangka pemikiran secara teoritis.49

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data

langsung dari tempat penelitian meliputi, buku-buku yang

relevan atau berkaitan dengan penelitian, peraturan-peraturan,

laporan-laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, serta

data lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Pada penelitian

ini peneliti menggunakan dokumentasi buku-buku yang

berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Surah

Ar-Ra’d ayat 20-24.

48
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2012) hlm. 76
49
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research, ALUMNI, Bandung, 1998,
hlm.78
42

E. Instrumen Penelitian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa instrumen

adalah alat yang diperlukan untuk mengerjakan sesuatu.50 Berdasarkan

pengertian tersebut dapat didefinisikan bahwa instrumen penelitian

merupakan alat bantu yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data

dalam proses penelitian instrumen berkaitan erat dengan metode yang

digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini instrument yang

digunakan anatara lain:

1. Instrumen Wawancara

Instrumen wawancara merupakan pedoman peneliti dalam

mewawancarai subyek penelitian untuk menggali sebanyak-banyaknya

tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang masalh yang diberikan

peneliti. Untuk memaksimalkan hasil wawancara peneliti

menggunakan alat perekam dalam pengambilan data berupa suara,

tujuannya untuk mengantisipasi keterbatasan peneliti dalam mengingat

informasi pada saat wawancara berlangsung.

Menurut Lexy J.Moleong (2009:186) wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh

dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewise) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan yang diajukan.51

50
Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 264
51
Lexy J. Moeloeng, Penelitian metode kualitatif, 2014, hlm.186
43

Wawancara merupakan teknik utama dalam penelitian

kualitatif. Pada penelitian kualitatif peneliti menekankan sumber data

yang didapat melalui proses wawancara.

Wawancara juga digunakan sebagai teknik pengumpulan

data apanila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti dan apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal tentang responden dengan lebih mendalam dan

jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report atau

tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi.52

Teknik ini digunakan peneliti untuk menggali informasi

tentang penerapan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surah Ar-Ra’d

ayat 20-24 dalam meningkatkan kualitas keilmuan santri Al-Khairiyah.

2. Instrumen Observasi

Instrumen observasi merupakan pedoman dalam

mengadakan pengamatan dan pencarian sistematik terhadap fenomena

yang diteliti. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai

yang spesifikbila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

wawancara dan kuesioner. Apabila wawancara dan kuesioner selalu

berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada

orang, yakni objek-objek alam yang lain.53 Jenis observasi yang

52
Sugiono, metode penelitian pendidikan kuantitatif, kualitatif dan R&D, 2013,
hlm.194
53
Sugiono, metode penelitian pendidikan kuantitatif, kualitatif dan R&D, 2013,
hlm.203
44

digunakan dalam penelitian ini adalah observasi berperanserta, peneliti

terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diteliti atau

digunakan sebagai sumber penelitian. Pedoman ini berkaitan dengan

situasi dan kondisi di Pesantren Al-Khoiriyah Cisaat Kabupaten

Sukabumi.

3. Instrument Dokumentasi

Instrument dokumentasi adalah alat bantu yang digunakan

untuk mengumpulkan data-data yang berupa dokumen seperti

dokumen dokumen tafsir dan transkip wawancara.

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang memiliki

makna barang-barang tertulis. Penulis menyelidiki benda-benda

tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan notulen rapat, catatan

harian, dan sebagainya.54 Dan dalam penelitian ini peneliti juga

mengumpulkan data-data dengan mencatat atau menyalin dokumen-

dokumen.

F. Teknis Analisis Data

Proses analsisi data dalam penelitian ini penulis menganalisis data

dengan model Miles Dan Huberman. Kedua tokoh tersebut menerangkan

bahwa dalam penelitian kualitatif data yang terkumpul melalui berbagai

54
Sudartok, hubungan antara pendidikan kepramukaan dengan kedisiplinan belajar
siswa kelas IV,V VI di MI Al-Khairiyah Curahjeru Kecamatan Panji Kabupaten
Situbondo tahun 2002/2003, skripsi sarjana Pendidikan, Fakultas keguruan dan
Ilmu Pendidikan, PGRI Situbondo, hlm. 29
45

teknik pengumpulan data yang berbeda-beda seperti interview, observasi,

kutipan dan dokumen. Catatan melalui tipe: terlihat lebih banyak berupa

kata-kata dari pada angka.55

Proses data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data

kualitatif. Ketiga kegiatan yang dilakukan dalam analisis data kualitatif

yang dilakukan oleh penulis pada penelitian ini adalah model miles

haburman yang memiliki tiga kegiatan analisis data secara bersamaan

yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan, pemerhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

Penulis menggunakan reduksi data dengan tujuan untuk

memilih data-data yang terkumpul sesuai dengan fokus penelitian.

Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara kemudian direduksi

atau menggunakan pemilihan data dengan tujuan agar memperoleh

data yang sesuai dengan memberikan gambaran yang lebih tajam

sehingga memudahkan penulis untuk memilah data sewaktu ketika

diperlukan. Proses pemilahan data setelah observasi dan wawancara

yang didapatkan di lapangan menegenai Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

dalam Surah Ar-Ra’d ayat 20-24 dalam meningkatkan kualitas

keilmuan santri di Pesantren Al-Khairiyah.

2. Penyajian data
55
Yusuf, 2005, hlm. 407
46

Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan atau menyajikan data dalam hal penelitian kualitatif,

penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan anatara kategori dan sejenisnya. Dengan penyajian data,

maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut, penyajian data dapat terwujud sekumpulan informasi yang

tersusun sehingga memberikan kemungkinan penarikan simpulan dan

pengambilan tindakan agar disajikan dengan cara yang teliti, yaitu

dengan adanya pembatasan hanya sampai dengan permasalahan yaitu,

Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Surah Ar-Ra’d ayat 20-24 dalam

meningkatkan kualitas keilmuan santri.

3. Verifikasi

Verifikasi data atau penarikan kesimpulan data penelitian

kualitatif adalah tenuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskriptif atau gambaran suatu obyek yang

sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa kausal interaktif, hipotesis atau teori.

Verifikasi data didasarkan pada reduksi dan sajian sata yang

merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

Penarikan kesimpulan harus didasarkan pada semua data yang

diperoleh selama kegiatan penelitian. Data dapat menjawab dari semua

permasalahan yang ada kesimpulan dari data-data yang sudah


47

terkumpul untuk dijadikan bahan pembahasan yaitu nilai-nilai

pendidikan akhlak dalam surah Ar-Ra’d ayat 20-24 dalam

meningkatkan kualitas kelimuan santri.

Reduksi data, penyajian data dan verifikasi data sebagai

suatu yang saling berhubungan pada saat, selama dan sesudah

pengumpulan data. Miles and Huberman (1984) mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus

menerus sampai tuntas sehingga datanya sesudah jenuh. Aktivitas

dalam analisis data yaitu reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

G. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Khairiyah

karena masalah yang yang akan diteliti ada di tempat ini dan terjangkau

oleh penulis untuk melakukan penelitian.

Objek penelitian adalah nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surah

Ar-Ra’d 20-24 untuk meningkatkan kualitas ilmu. Sedangkan subjek

penelitian ini adalah santri Al-Khairiyah.

Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan November sampai

beberapa bulan mendatang.

Tabel 2 Jadwal Penelitian

No Jenis kegiatan Waktu


48

1 Pengajuan Judul November 2021

2 Seminar proposal Desember 2021

3 Observasi Januari 2022

4 Penelitian Maret 2022

5 Bimbingan Skripsi Juni-Juli 2022

6 Sidang skripsi Agustus 2022


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Kondisi Geografis Pesantren Al-Khairiyah Cisaat Sukabumi

Pesantren Al-Khairiyah merupakan salah satu pesantren

yang terletak di kampung Cihingkik, desa Sukasari, kecamatan Cisaat,

kabupaten Sukabumi provinsi Jawa Barat dengan batas-batas lokasi

sebagai berikut:

- Batas utara adalah rumah penduduk

- Batas selatan adalah rumah penduduk

- Batas barat adalah persawahan

- Batas timur adalah kediaman Hj. Maryam

2. Sejarah singkat Pesantren Al-Khairiyah

Berdirinya pesantren Al-Khairiyah berawal dari datangnya

seorang ulama dari Mekkah Saudi Arabia, bernama Syeikh Yusuf

Jamal Al-zamzami (almarhum) bersama istrinya Hj. Maryam (berdarah

asli Indonesia). Beliau datang ke Indonesia untuk mengembangkan

dakwah Islam melalui tahfidz quran. Oleh karena itu beliau

merealisasikan tujuan tersebut dengan mendirikan lembaga pendidikan

tahfidz Al-Quran di wilayah Cisaat Sukabumi Jawa Barat.

Pada awal berdiri, pesantren ini diberi nama “Yayasan

Yatim Piatu Al-Akadimiah Al-Khairiyah Al-Islamiyyah”. Sesuai

dengan namanya, yayasan ini dulunya ditujukan untuk menampung

49
50

anak anak yatim supaya mereka juga menikmati kehidupan yang layak

dan memperoleh pendidikan yang baik seperti halnya anak- anak lain

yang masih mempunyai kedua orang tua. Namun, rencana ini tidak

sepenuhnya berhasil karena banyak kendala yang dihadapi sehingga

terjadi kemacetan dalam proses pembelajaran.

Pada akhirnya, yayasan ini berubah fungsi dari yang

awalnya hanya menampung santri-santri yang yatim piatu berubah

menjadi yayasan yang menampung semua anak baik laki-laki maupun

perempuan yang mempunyai minat untuk menghafalkan al-quran

dengan memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh yayasan.

Demikian selayang pandang mengenai historis pesantren

Al-Khairiyah Cisaat Sukabumi, yang sampai saat ini masih mendapat

kepercayaan dalam mengelola pendidikan.

3. Identitas Pesantren Al-Khairiyah Cisaat Sukabumi

Identitas Pesantren Al-Khairiyah Cisaat Sukabumi secara

deskriptif dapat dipaparkan sebagai sebagai berikut:

Tabel 3 Identitas Pesantren Al-Khairiyah

Nama Pesantren : Pondok Pesantren Al-Khairiyah

Jalan : Kadudampit No. 98 Cihingkik

Desa : Sukasari

Kecamatan : Cisaat

Kabupaten : Sukabumi

Tanggal didirikan : 25 November 1993


51

Tahun beroperasi : 1994/1995

Status tanah : Tanah wakaf

Luas tanah : +/_ 1 ha

Berdasarkan akta notaris Churfan Hamal, S.H. di Jakarta

No. 117, bahwa pendiri pesantren Al-Khairiyah adalah Syeikh Yusuf

Jamal Jamal Al-Zamzami beserta kedelapan anaknya, yaitu sebagai

berikut:

1) Syekh Yusuf Jamal Al-Zamzami

2) Dr. Thoriq Yusuf Al-Zamzami

3) Afaf Yusuf Al-Zamzami

4) Khalid Yusuf Al-Zamzami

5) Hindun Yusuf Al-Zamzami

6) Ahmad Yusuf Al-Zamzami

7) Hanan Yusuf Al-Zamzami

8) Usamah Yusuf Al-Zamzami

9) Fatma Yusuf Al-Zamzami

Nama-nama yang ada di atas, selain sebagai pendiri juga

merupakan donator tetap pesantren Al-Khairiyah. Oleh karena itu

pesantren Al-Khairiyah tidak menerima sumbangan dalam

menjalankan program pembelajarannya dan tidak ada sumbangan dari

pemerintah Indonesia maupun pemerintah Arab Saudi.


52

4. Pimpinan dan Ustadz-ustadz

Keadaan tenaga kepesantrenan di Al-Khairiyah secara

keseluruhan ada 7 orang dan 1 pimpinan, yaitu di antaranya sebagai

berikut:

Tabel 4 Data Pimpinan dan Ustadz

No Nama Pendidikan Jabatan

1 Hj. Maryam SMA Ketua Pimpinan

2 M. Ishomuddin S2 Pengasuh yayasan

3 Siti Miftahul Barokah S1 Pengurus yayasan

4 Maruf Baidhowi SMA Ustadz

5 Fadil kurniwan S1 Ustadz

6 M. Abdullah S1 Ustadz

7 Mukhtar dzul hilmi SMA Ustadz

8 M. Iqbal U.H SMA Ustadz

5. Visi, Misi, dan Tujuan

Visi

‫تركت فيكم أمرين ماإن تمسكتم بهما لن تضلوا أبدا كتاب هللا وسنة‬

‫رسوله‬

Mencetak generasi-generasi muslim yang berkualitas

berbekal IMTAQ dan IPTEK, serta berguna bagi bangsa dan negara.
53

Misi

a) Menyelenggarakan pendidikan untuk mewujudkan generasi-

generasi meslim yang berpegang teguh pada Al-Quran dan

Sunnah Rasul

b) Mempersiapkan sumber daya manusia sebagai kader yang

mampu berkompetensi dalam kehidupan modern tanpa

mengabaikan ajaran Islam

c) Mewujudkan generasi-generasi yang berakhlaqul karimah.

Tujuan

Pontren Al-Khairiyah dalam usahanya memberikan bantuan

kepada putra putri Indonesia, bertujuan:

a) Membentuk generasi muslim-muslimah yang taat kepada

agamanya dengan bekal pengetahuan Islam yang cukup

b) Membimbing peserta didik untuk mengahafal Al-Quran 30 juz

beserta terjemahannya

c) Mengajarkan ilmu-ilmu Al-Quran dan Tajwidnya

d) Menanamkan pendidikan tauhid, hadits, dan dasar-dasar ilmu

fiqh

e) Membekali peserta didik dengan ilmu-ilmu agama dan ilmu-

ilmu umum lainnya guna bekal kehdupan dunia akhirat.


‫‪54‬‬

‫‪B. Hasil Temuan Penelitian‬‬

‫‪1. Tafsir Surah Ar-Ra’d 20-24‬‬

‫‪a. Lafal Surah Ar-Ra’d 20-24‬‬

‫ضو َن املِيثَ َ‬
‫اق‬ ‫ِ ِ‬
‫ين يُوفُو َن بِ َعهد اهلل َواَل يَن ُق ُ‬
‫َّ ِ‬
‫اَلذ َ‬
‫ص َل َوخَي َشو َن َربَّ ُهم َوخَيَافُو َن‬ ‫ِ‬ ‫والَّ ِذ ِ‬
‫ين يَصلُو َن َمآ اََمَر اهللُ به اَن يُّ َ‬
‫َ َ‬
‫سوءاحلِس ِ‬
‫اب‬ ‫ُ َ َ‬
‫الص َلو َة َواَن َف ُقوا مِم َّا‬ ‫والَّ ِذين صبروا ابتِغَآء و ِ‬
‫جه َرهِّبِم ّواَقَ ُاموا َّ‬ ‫ََ‬ ‫َ َ ََ ُ‬

‫السيَِّئةَ اُولَِئ َ‬
‫ك هَلُم عُقىَب‬ ‫درءُو َن بِاحلَ َسنَ ِة َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َر َز َقن ُهم سًّرا َو َعاَل نيَةً َّويَ َ‬
‫الدَّا ِر‬

‫زو ِاج ِهم َوذُِّريَّتِ ِهم‬‫ا‬


‫َ‬
‫َ َ‬ ‫و‬ ‫م‬‫ه‬‫صلَح ِمن اَبَآِئ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫ا‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫و‬‫ل‬
‫ُ‬ ‫دخ‬
‫ُ‬ ‫ي‬
‫َّ‬ ‫جنَّت ع ٍ‬
‫دن‬ ‫َ َ‬
‫دخلُو َن َعلَي ِهم ِّمن ُك ِّل بَبٍا‬ ‫ِئ‬
‫َواملَلَ َكةُ يَ ُ‬
‫الد ِر‬
‫عم عُقىَب َّ‬‫ِ‬ ‫مِب‬
‫َسلَ ٌم َعلَي ُكم َا صَرَب مُت فَن َ‬
‫‪(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak‬‬

‫‪merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-‬‬

‫‪apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkannya, dan mereka‬‬

‫‪takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan‬‬
55

orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya,

mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami

berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan

serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah

yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga 'Adn

yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-

orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak

cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat

mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), "Keselamatan

terlimpahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian." Maka

alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Q.S. Ar-Ra’d: 20-24)56

b. Tafsir dan penjelasan Surah Ar-Ra’d 20-24

Pada Surah Ar-Ra’d ayat 20-24 Allah memberitahukan

sifat-sifat terpuji atau pendeskripsian kategori apa saja yang harus

dimiliki ulul albab dari orang-orang yang beriman. Ulul Albab

pada masa kini bisa disebut orang yang intelek, insan cendekia,

mengetahui kebenaran dan menyakini kebenaran. Adapun kaitan

ayat 20 dengan ayat yang sebelumnya. Ayat ini menuturkan

spesifikasi dan sifat-sifat terpuji ulul albab sedangkan ayat

sebelumnya merupakan perbandingan antara orang yang

mengetahui kebenaran dan yang buta terhadap kebenaran. Berikut

artinya; “Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang

diturunkan Tuhan kepadamu adalah kebenaran, sama dengan


56
KEMENAG RI, Al-Quran dan terjemahannya. Hlm.253
56

irang yang buta? hanya orang yang berakal saja yang dapat

mengambil pelajaran”

Jadi ulul albab bukan sekedar orang yang berakal atau

paham teorinya saja akan tetapi dapat diamalkan apa yang didapat

dari pelajaran tersebut. Adapun penjelasan mengenai ayat 20-24

surah Ar-Ra’d terdapat sembilan spesifikasi sifat sebagai berikut.

Pertama, memenuhi janji, ‫هللا‬


ِ ‫ون ِب َعه ِد‬ َ ‫ اَلَّذ‬yaitu
َ ُ‫ِين يُوف‬
mereka yang memenuhi apa yang telah mereka ikrarkan atas diri

mereka sendiri berupa pengakuan rububiyyah Allah swt,

memenuhi perjanjian antara mereka dan Tuhan mereka dan antara

mereka sesama manusia (hablun min Allah wa hablun min An-nas).

Ahdullahi, merupakan segala sesuatu yang dipastikan

kebenarannya berdasarkan dalil naqli dan aqli57. Jadi, segala yang

diwajibkan Allah baik itu perintah maupun larangan wajib ditaati.

Kedua, tidak melanggar perjanjian, َ ‫ون المِي َث‬


‫اق‬ َ ‫ض‬ُ ُ‫اَل َينق‬
mereka tidak melanggar perjanjian apa yang telah diikrarkannya,

janji yang telah mereka ikrarkan terhadap Tuhan dan sesama

manusia dengan menjalankan perintah dan tidak melanggar

larangan yang sudah ada ketentuannya pada Ahdullahi. Tidak

seperti orang munafik yang omongannya tidak bisa dipercayai dan

mengkhianati apa yang sudah dikhianati. Seperti hadits nabi yang

membahas ciri-ciri orang munafik

57
Wahbah az-Zuhaili, tafsir Al-Munir jilid 7. 2016 Depok; Gema Insani Press hlm.
154
57

‫ف َوِإ َذا اؤمُتِ َن‬


َ َ‫ َوِإ َذا َو َع َد َأخل‬,‫ب‬ ٌ ‫اَيَةُ املنَافِ ِق ثَاَل‬
َ ‫ ِإ َذا َحد‬:‫ث‬
َ ‫َّث َك َذ‬ ُ
ٍ
َ ‫اه َد َغ َد َر َوِإذَا َخ‬
‫اص َم فَ َجَر‬ َ ‫َخا َن – َويِف ِر َوايَة – َوِإذَا َع‬

“Tanda orang munafik ada tiga: apabila dia berbicara, maka dia

berdusta; apabila dia berjanji, maka dia menyalahi; dan apabila

dia diberi amanah, dia berkhianat.” Dalam riwayat lain

dikatakan, apabila dia berjanji, maka menipu dan apabila

berseteru , maka dia membongkar segala rahasia.”58

Sebenarnya menurut jumhur ulama tidak melanggar janji

tidak jauh berbeda dengan memenuhi janji, keduanya saling

keterkaitan, meskipun keduanya berbeda. Tidak melanggar janji

lebih mempertegas dari pada Memenuhi janji yang terlihat masih

bersifat secara umum.

Ketiga, yaitu mereka yang menyambung tali silaturrahim,

menjaga kekerabatan, menjaga keharmonisan serta menjaga hak-

‫ص َل‬ ِ ِ ‫والَّ ِذ‬


hak yang wajib ditunaikan
َ ُّ‫ين يَصلُو َن َمآ اََمَر اهللُ به اَن ي‬
َ َ
mereka menghubungkan/menyambungkan apa saja yang

diperintahkan Allah untuk disambungkan dan melarang

memutuskannya, termasuk di antaranya adalah membantu dan

membela Nabi Muhammad dalam berdakwah, menjalankan dan

58
Muhammad Nasib Aar-Rifa’i. Kemudahan dari Allah Ringkasan Taafsir Ibnu Katsir
jilid 2. Cet. 11. 2007 Depok; Gema Insani Press. Hlm. 919
58

mensyiarkan islam dengan cara paling lembut, bersosial dengan

tanpa membeda-bedakan suku, ras dan agama, menjaga keutuhan

antar kerabat dan keluarga.

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan

dari Anas R.A ia berkata “Rasulullah bersabda

‫ِ مِح‬ ِ ِ ِ ‫ب َأن يبس َ يِف‬


ُ‫نسَألَهُ يِف َأثَِر ِه فَليَصل َر َه‬
َ ُ‫ط لَهُ رزقه َوي‬ َ ُ َّ ‫َأح‬َ ‫َمن‬

“Barangsiapa ingin rezekinya dilapangkan dan umurnya

dipanjangkan (dan selalu dikenang dengan baik setelah mati),

hendaklah ia menyambung kekerabatan.”59

Pada spesifikasi yang ketiga ini yang diwajibkan untuk

dipelihara dengan baik bukan hanya berkomitmen baik dengan

Allah (hablun Min Allah) akan tetapi wajib juga memelihara

hubungan baik dengan manusia di antaranya tetap tidak melanggar

janji dan memenuhi janji terhadap sesama manusia terlebih lagi

manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri oleh

karenanya dibutuhkan keseimbangan dalam berbuat hal apapun

selama syariat Allah.

Keempat, takut kepada Allah, merekaa senantiasa merasa

takut kepada Allah dalam melakukan segala aktivitas baik ketika

menjalankan amal saleh maupun ketika meninggalkan segala

maksiat, serta senantiasa menyadari bahwa Allah selalu mengawasi


59
Wahbah az-Zuhaili, tafsir Al-Munir jilid 7. 2016 Depok; Gema Insani Press hlm.
154
59

mereka. Oleh karena itu, Allah menyatakan bahwa orang yang

berpengetahuan (Ulama) senantiasa tidak lalai serta memiliki

ketakutan akan agungnya Allah SWT yang kemudian rasa takut

menjadi taat dan patuh akan Syariat.

‫ِإ‬ ِِ ِ ِ ‫ِإ‬
ٌ ‫مَّنَا خَي َشى هللَ من عبَاده العُلَ َموا َّن اهلل َع ِز ٌيز َغ ُف‬
‫ور‬

“Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-

Nya hanyalah para ulama” (Q.S Fathir; 28)60

Kelima, takut Azab atau takut hisab yang buruk di akhirat.

Mereka takut jika nantinya mereka dihisab, dicecar dan diperiksa

dengan mendalam. Karena barang siapa yang diperiksa dan dihisab

berarti sama saja telah diazab. Mereka melakukan introspeksi diri

sebelum diperiksa dan dihisab. Karena hisab menyangkut segala

jenis amal baik yang kecil maupun yang besar.

ُ‫فَ َمن يَع َمل ِمثقَا َل َذ َّر ٍة خَ يرًا يَ َره‬

ُ‫ال َذ َّر ٍة َش ًّرا يَ َره‬


َ َ‫َو َمن يَع َمل ِمثق‬
“Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan seberat dzarrahpun,

niscaya dia akan mendapat balasannya

Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun,

niscaya dia akan mendapat balasannya pula” (Q.S Al-Zalzalah

ayat 7-8)61

60
KEMENAG RI, Al-Quran dan terjemahannya. Hlm. 438
61
Kemenag RI.Al-Quran dan terjemahannya. Hlm.1087
60

Perbedaan bagian keempat dan kelima ini yaitu terjadi

penekanan agar lebih menjauhi maksiat agar terhindar dari hisab

yang buruk, sedangkan bagian keempat mengisyaratkan takut

kepada Allah merasa hina dihadapan keagungan Allah SWT.

Keenam, sabar dan tabah akan mengharap keridhaan Allah,

mereka merupakan orang orang yang senantiasa taat dan patuh

dalam menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang

larang oleh Allah, setiap sesuatu yang dijalani oleh manusia tentu

tak ada yang namanya tiada hambatan baik itu dalam bentuk ujian

kekurangan harta, sakit, kelaparan, dan ujian hati ketika ditimpa

banyaknya harta yang melimpah, ketenaran, dan sebagainya. Pada

dasarnya baik dalam kondisi kekurangan ataupun kelebihan

semuanya adalah ujian, mereka ini mengejawantahkan semuanya

ini dengan menjalankan ketaatan, kewajiban, dan menjauhi segala

bentuk maksiat dzahir maupun bathin, karena tujuan mereka adalah

mencari keridhaan Allah SWT.

Ketujuh, menegakkan solat, mereka menegakkan salat

dengan menunaikan kewajiban secara sempurna tidak terlewat

dalam 5 waktu, dengan memenuhi rukun dan syaratnya secara

lengkap, serta menjalankannya secara khusyuk karena Allah bukan

karena ingin dilihat oleh makhluk atau tujuan duniawi laiinnya.

Ulul Albab atau orang-orang yang berpengetahuan tentu

menjadikan solat sebagai kebutuhan bukan sekedar kewajiban


61

karena menyadari akan nikmat yang telah diberikan Allah kepada

mereka, selain menjalankan solat sebagai kewajiban, kebutuhan,

solat juga menjadi media untuk bersyukur.

Kedelapan, berinfak untuk hal-hal kebaikan. Mereka

membelanjakan hartanya yang diberi oleh Allah dengan tanpa

menghambur-hamburkan untuk hal yang sia-sia, dengan harta yang

diamanahkan itu mereka mengalokasikannya untuk membantu

meringankan beban kaum dhuafa, membangun fasilitas belajar

untuk anak-anak yang kurang mampu secara finansial, dan

sebagainya. Adapun cara mereka menginfakkan hartanya bisa

dengan secara terang-terangan dan semmbunyi-sembunyi, secara

terang-terangan agar perbuatan mereka dicontoh oleh orang lain

atau kaum hartawan khususnya untuk saling berbagi (share

positive vibes) utamanya dalam kondisi seperti ketika masa

sekarang banyak yang terdampak adanya wabah COVID sehingga

masyarakat banyak yang kesusahan dan banyak pula konglomerat

yang memikirkan nasib asetnya sendiri. Adapun mereka yang

berinfak secara sembunyi-sembunyi bukan karena tidak mau

mencontohkan keteladanan berbagi ini di khalayak umum, akan

tetapi mereka bermaksud biarlah amal mereka hanya Allah yang

tahu serta dilakukan secara rahasia ini agar terhindar dari maksud

berbuat riya.
62

Kesembilan, membalas keburukan dengan kebaikan,

mereka tidak membalas kejahatan yang orang lain lakukan kepada

mereka melainkan membalasnya dengan kebaikan, seperti

membalas umpatan kasar dengan senyuman dan perkataan lembut

dan santun, serta mengahadapi gangguan dengan sabar

sebagaimana firman Allah:

‫َواِ َذا خَاطَبَهُ ُم ال َجا ِهلُونَ قَلُوا َساَل ًما‬

“Apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata

yang menhina), mereka mengucapkan salam.” (Q.S Al-Furqan; 63)

Dalam sebuah riwayat Imam Ahmad, At-Tirmidzi, al-

Hakim dan al-Baihaqi dari Abu Dzarr R.A disebutkan

ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬
‫ق َح َس ٍن‬ َ َّ‫ق الن‬ َ َ‫َوَأتبِ ِع ال َّسيَِّئة‬
ِ ِ‫الح َسنَةَ تَم ُحهَا َوخَ ال‬
“iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, perbuatan

baik itu akan menghapus perbuatan buruk, dan berakhlaklah kamu

kepada manusia dengan akhlak yang baik.”62

Perlakuan membalas keburukan dengan kebaikan adalah

perbuatan yang berfaidah selain agar tidak memperpanjang urusan,

juga tidak menimbulkan iri dengki dan dendam. Memang secara

dzahir mereka sebagai korban kejahatan atau keburukan lain tentu

ada yang terluka baik perasaannya ataupun fisiknya, akan tetapi

membalasnya dengan kebaikan adalah supaya tidak memunculkan

62
Wahbah az-Zuhaili, tafsir Al-Munir jilid 7. 2016 Depok; Gema Insani Press hlm.
156
63

masalah yang lebih buruk lagi sekaligus mencontohkan kebaikan

supaya yang menjahatinya bisa tersentuh hatinya untuk berubah

lebih baik.

Setelah dijelaskan semua spesifikasi mengenai mereka yang

termasuk ulul albab, Allah menjelaskan balasan atau akibat

(‘uqba) yang baik ِ ‫ك َلهُم عُق َبى ال َّد‬


‫ار‬ َ ‫اُو َلِئ‬. Akhir bagi mereka (ulul
albab) adalah yaitu mereka memperoleh kemenangan atas musuh-

musuhnya selama di dunia dan di akhirat Allah sediakan tempat

kediaman yang indah berupa surga.

Allah menjelaskan mengenai uqba ad-dar, yaitu surga yang

mereka tempati untuk selama-lamanya dan mereka memasukinya

beserta nenek moyangnya, pasangannya, serta anak cucunya yang

soleh solehah.

Hal ini menegaskan bahwa hubungan nasab tidak akan

memengaruhi tingkat derajat manusia disisi Allah, akan tetapi

tingkat kesalehan seseorang yang dapat menunjang tingkat derajat

seseorang di mata Allah. Adapun kriteria kesalehan seseorang telah

dijelaskan dalam sembilan penjelasan yang terdapat pada ayat 20-

23 surah Ar-Ra’d, baru kemudian ayat 24 menjelaskan tentang

balasan yang baik bagi mereka berupa surga.

َ ‫َيو َم اَل َين َف ُع َما ٌل َواَل َب ُن‬


‫ون‬

َ ‫ِااَّل َمن َأ َتى‬


ٍ ‫هللا ِب َقل‬
‫ب َسل ٍِيم‬
64

“(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna,

kecuali, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati

yang bersih” (Q.S. As-Syuaraa; 88-89)63

Pada saat mereka baru memasuki surga, para malaikat

masuk dan memberikan selamat kepada para penghuni surga,

“Selamat sejahtera dan damai abadi untuk kalian serta rahmat dari

Tuhan kalian.” Sebaik-baik akhir kesudahan dunia adalah surga.64

2. Kondisi keilmuan di pesantren Al-Khairiyah

Keadaan Pondok Pesantren Al-Khairiyah semakin hari

mulai bangkit kembali seiring bertambahnya santri baru dan proses

regenerasi terus berjalan, meskipun Al-Khairiyah dulu berbeda dengan

Al-Khairiyah 2021.

Menurut Ustadz Ishomuddin, pengurus Pondok Pesantren

Al-Khairiyah menerangkan bahwa di Pesantren Al-Khairiyah para

santri diajarkan beberapa ilmu Agama yaitu mulai dari pembelajaran

Akhlak, kegiatan Tahfidzul Quran, dan pelajaran umum lainnya. Lebih

lanjut lagi bahwa pembelajaran di Al-Khairiyah ini tidak terlalu

banyak kepada penyampaian materi dulu akan tetapi lebih kepada

pemratekkan yang diajari di awal ketika santri baru masuk.

Sedangkan menurut Ustadz Maruf, salah satu pengajar di

Pesantren Al-Khairiyah mengungkapkan bahwa kondisi keilmuan di

Al-Khairiyah tidak banyak materi yang diajarkan ke santri, seperti


63
KEMENAG RI, Al-Quran dan terjemahannya.hlm. 372
64
Wahbah az-Zuhaili, tafsir Al-Munir jilid 7. 2016 Depok; Gema Insani Press hlm.
151-156
65

mempelajari beberapa buah kitab. Akan tetapi, Pesantren Al-Khairiyah

ini merupakan pesantren takhasshus penghafal quran. Jadi, beliau

mengungkapkan bahwa fokusnya terhadap Al-Quran saja.

Akan tetapi lanjut Ustadz Maruf, penerapan nilai-nilai

akhlak terpuji ini juga diajarkan semenjak para santri datang bahkan

sebelum mereka memulai untuk menghafalkan Al-Quran. Seperti

diajarkan cara berjalan membungkuk didepan orang yang lebih tua,

cara menghormati guru, selalu melaksanakan Sholat fardu berjamaah,

menjaga kebersihan, menjaga kedisiplinan baik saat di dalam kelas

pembelajaran maupun di luar, dan yang terpenting adalah selalu tertib

dan taat aturan terhadap peraturan pesantren.

Salah satu santri Al-Khairiyah Ahmad Haaza Kamal

menuturkan bahwa Pesantren Al-Khairiyah sangat menjaga kualitas

hafalan dan perilaku santri di dalamnya, bahkan Al-Khairiyah sendiri

merupakan pesantren yang tertutup dari segala bentuk aktivitas diluar

pesantren, tertutup disini bermaksud agar santri tidak terkontaminasi

pandangan serta pergaulannya dari dunia luar dan upaya Pesantren

untuk menjaga kualitas keilmuan dan hafalan para santri. Namun

demikian karena adanya keterbatasan ruang untuk santri kendala yang

dihadapi para santri yaitu ketika merasa bosan di dalam oleh karena itu

para ustadz tetap berinovasi dan terus memberi motivasi kepada santri-

santri supaya dapat menghatamkan Al-Quran sesuai target yang sudah

direncanakan.
66

Adapun kegiatan sehari-harinya di pesantren Al-Khairiyah

sebagian besar waktunya digunakan untuk menghafal dan memurajaah

Al-Quran dari mulai bangun tidur sampai menjelang tidur lagi, berikut

seperti yang di bawah:

Tabel 5 Jadwal Kegiatan Santri Al-Khairiyah

Waktu Kegiatan

03.30 -Adzan Shubuh Santri mulai bangun tidur dan bergegas ke

mushola untuk kegiatan tahajjud dan

murajaah sembari menunggu

berkumandangnya adzan.

Ba’da Shubuh - 07.00 Santri menyetorkan hafalan kepada

ustadznya masing masing.

07.00 - 07.30 Setelah jam ngaji pagi santri melaksanakan

solat dhuha dan berdoa bersama, kemudian

menyantap sarapan pagi yang sudah

disiapkan, lalu melakukan senam pagi

sebentar.

07.30 - 10.35 Santri mengikuti kegiatan belajar mengajar

pelajaran umum dan agama, dan sekolah

(untuk santri lama)

10.35 -13.00 Istirahat, Solat dzuhur berjamaah, dan

makan siang

13.00 -15.00 Santri masuk kelas kembali untuk


67

mengikuti kelas ngaji siang

15.00 -16.00 Istirahat, Solat Ashar berjamaah, dan

Mandi

16.00 -17.15 Santri masuk kelas ngaji sore

17.15 - Adzan Makan sore, lalu dilanjut kegiatan tasmi’

Maghrib Al-Quran sampai adzan Maghrib

Ba’da Maghrib – Isya Santri masuk kelas ngaji untuk sesi

terakhir, untuk menyimak bacaan ayat dari

ustadz yang hendak dihafalkan

Ba’da Isya -21.00 Santri bersantai dan tetep belajar untuk

menyiapkan pelajaran sekolahnya, atau

bebas belajar apapun lalu kemudian

istirahat jam tidur

Keadaan lingkungan Pesantren Al-Khairiyah sangat

nyaman bila digunakan untuk menghafal Al-Quran selain waktu

mengajinya yang intens selalu diawasi senior dan tempatnya kondusif

jauh dari keramaian jalan, karena secara struktur bangunan pesantren

ini lumayan tertutup dan ketat penjagaannya.

Adapun capaian hafalan santrinya juga berbeda-beda,

memang rata-rata setiap harinya santri mampu menghafal 1 halaman

perhari dan disetorkan setiap paginya, serta murajaah 5 juz perhari,

kemampuan santri tentu berbeda-beda. Hal itu yang menjadikan setiap


68

guru mempunyai kebijakan masing-masing untuk terus menambah

hafalan santrinya atau menjedanya sementara, walaupun tetap setiap

tahunnya ditarget minimal 5 juz, berikut adalah capaian hafalan per 17

April 2022:

Tabel 6 List Capaian Hafalan Santri Al-Khairiyah

No Nama Santri Capaian hafalan

1 Salim Syatiri Juz 10, At-Taubah

ayat 93

2 Hafidz Syahdani Khatam 30 juz

3 Niam Dzikrullah Akbar Juz 10, At-Taubah

ayat 93

4 Ahmad Nashihul Amin Khatam 30 juz

5 Muhsinul Asror Juz 7, Al-An’am ayat

110

6 Sabichi Anwar Juz 12, Yusuf ayat

52

7 Arga Juz 12, Yusuf ayat

52

8 Idba Azkia Juz 13, Ibrahim ayat

52

9 Muhammad Sayyid Sholeh Khatam 30 juz

10 Thoriqul Huda Khatam 30 juz

11 Fatan Juz 6, Al-maidah


69

ayat 82

12 Alfan Khairun Nabawi Khatam 30 juz

13 Ahmad Haaza Kamal Khatam 30 juz

14 Ainun Syifaul Maarif Khatam 30 juz

15 Shonniful Ulum Khatam 30 juz

16 Ahmad Agus Luqmanul hakim Khatam 30 juz

17 Ahmad Fauzi Firmansyah Ridwan Khatam 30 juz

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Nilai-nilai Pendidikan Surah Ar-Ra’d 20-24

a. Menepati Janji

Pada ayat 20 surah Ar-Ra’d dijelaskan sifat atau nilai yang

dapat diamalkan dari kriteria Ulul albab, yaitu menepati janji.

Menepati janji adalah usaha untuk memenuhi semua yang telah

dijanjikan atau diikrarkan kepada orang lain di wajtu yang akan

datang.

Menurut KBBI janji adalah ucapan yang menyatakan

kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (seperti hendak

menolong, memberi, datang, bertemu dan lain lain). Dalam Islam

menepati janji disebut al-wafa, janji merupakan utang. Utang harus

dibayar (ditepati). Kalau kita mengadakan janji pada hari tertentu,


70

kita harus menunaikannya tepat waktu, janjinmengandung

tanggung jawab.65

Hukum menepati janji adalah wajib bagi orang yang

beriman, Allah berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 1;

‫ِين َأ َم ُنؤآ َأوفُؤا ِبا ل ُعقُو ِد‬


َ ‫َيآَأ ُّي َها الَّذ‬

“Hai orang-orang yang beriman penuhilah aqad-aqad

(perjanjian) itu” (Q.S al-Maidah:1)

‫ان َمسُئواًل‬
َ ‫العهدَ َك‬ َ ‫َوَأوفُوا ب ِا‬
َ َّ‫لعه ِد اِن‬

“dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggung

jawaban” (Q.S al-Isra:34)

Menepati janji merupakan kriteria dari orang yang beriman,

dengan demikian orang yang belum bisa menepati jani merupakan

bagian orang munafiq. Menepati jani merupakan kunci sukses

dalam berkomunikasi. Orang yang menepati janji akan mudah

dipercaya oleh orang lain, akan tetapi jika ja nji itu diinkari maka

akan dengan sendirinya kepercayaan orang lain terhadap dirinya

akan runtuh. Hal ini perlu diterapkan dalam dunia pendidikan

utamanya seorang guru harus bertanggung jawab dalam mendidik

siswanya sesuai dengan kesepakatannya terhadap lembaga

yayasan.

65
Yunahar Ilyas. Kuliah Akhlaq. (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 1999) hlm.103
71

b. Tidak melanggar janji

Masih di ayat 20 Surah Ar-Ra’d membahas tentang janji,

setelah tadi menepati janji, kemudian ini tidak melanggar janji,

tidak melanggar janji adalah tindakan menjaga suatu perjanjian,

baik itu janji kepada Allah, janji kepada sesama makhluk dan janji

kepada diri sendiri.

Kriteria ini merupakan lanjutan dari menepati janji, lebih

spesifik dalam hal menjaga janjinya, terutama tidak melanggar apa

yang dilarang oleh Allah, karena jika melanggar janji tersebut akan

ada konsekuensinya, baik itu berupa diberikan balasan di dunia

bahkan di akhirat.

c. Menyambung Silaturrahim

Silaturrahim berasal dari kata sillah yang artinya hubungan

atau menghubungkan. Adapun kata ar-rahim, jamaknya arham

yakni Rahim atau kerabat. Asal katanya dari ar-rahmah (kasih

sayang). Kata ini digunakan untuk menyebut kerabat karena

adanya hubungan Rahim atau kekerabatan itu, orang-orang yang

berkasih sayang.66

Silaturrahim dengan silaurrahmi memiliki maksud

pengertian yang sama namun dalam penggunaan bahasa Indonesia

istilah silaturrahmi memiliki pengertian yang lebih luas, karena

penggunaan istilah ini tidak hanya sebatas pada hubungan

66
Muhammad Habibillah, Raih Berkah Harta Dengan Sedekah dan Silaturrahmi
(Cet, 1; Yogyakarta; Sabil 2013) hlm.123
72

kekerabatan dalam keluarga senenek moyang akan tetapi juga

mencakup ruang lingkup yang lebih luas dalam masyarakat, 67

kemudian mengadakan sillaturrahim dapat diaplikasikan dengan

mengunjungi kediaman keluarga atau teman, karib kerabat, guru,

dengan memberikan kebaikan baik berupa ucapan, pemberian, dan

perbuatan yang ma’ruf.

Inti dari pokok bahasan menyambung Sillaturrahim adalah

mememilihara rasa kasih sayang dan menyambung tali

persaudaraan untuk keberlangsungan hidup yang aman, nyaman

dan tentram dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan

bernegara.68

Jadi silaturrahim adalah pemeliharaan rasa kasih sayang

dalam hubungan antar manusia utamanya antar kerabat dan

keluarga, namun yang lebih pentingnya adalah tidak membeda-

bedakan perlakuan atau diskriminasi dalam hal membantu,

menolong, bergaul dan sebagainya. Akan tetapi, saling bersosial

yang baik dalam kehidupan sekitar tanpa memandang status

personal yang melekat pada diri seseorang, karena pada dasarnya

Silaturrahim ini juga erat kaitannya dengan Ukhuwah. Maka dari

itu sebagai warga indonesia yang mempunyai beragam ras, suku,

agama, status sosial alangkah lebih baiknya menjaga rasa kasih

67
Fatihuddin , Dahsyatnya Silaturrahmi (Yogyakarta; Delta Prima Press, 2010)
hlm.13
68
Rahmat Syafe’i, Al-Hadis; Akidah, Akhlak, Sosial dan Hukum (Bandung: Pustaka
Setia, 2000) hlm.21
73

sayang persaudaraan dalam ukhuwah Islamiyah (persaudaraan

umat islam), ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan bangsa), dan

ukhuwah Insaniyah (persaudaraan umat manusia) demi utuhnya

NKRI.

d. Takut kepada Allah

Pada lanjutan ayat 21 Surah Ar-Ra’d yaitu َ ‫َو َيخ َش‬


‫ون َر َّبهُم‬
(mereka takut kepada Tuhannya), yaitu terdapat rasa takut yang

dibarengi dengan pengagungan kepada Tuhan mereka. Al-

Khasyyah artinya takut dan tahu tentang siapa yang ditakuti.69

Takut seperti ini adalah takut secara berlebihan dan seharusnya

hanya diperuntukkan kepada Allah swt. Karena itu, kata ini pada

mulanya digunakan untuk menunjukkan kepada sifat keagungan

dan kebesaran Allah.

Adapun secara terminologi Al-Khasyyah berarti ketakutan

yang sangat mendalam dilatarbelakangi adanya pengetahuan

terhadap sesuatu yang ditakuti. Karena itu kata ini hanya tepat

apabila digunakan kepada Allah, karena hanya Dialah yang Maha

Agung dan memiliki sifat sempurna.

Pada hakikatnya adalah Al-Khasyyah merupakan ketakutan

kepada Allah yang mengantarkan kepada hati yang tenang karena

69
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir jilid 7: Aqidah, Syari’ah dan Manhaj, (Depok:
Gema Insani Press) hlm. 153
74

meninggalkan kemaksiatan dan didorong untuk melaksanakan

ketaatan dan ketakwaan.70

Terkhusus pada Surah Ar-Ra’d ayat 21:

َ ‫ون َر َّبهُم َو َي َخا ُف‬


‫ون‬ َ ‫ص َل َو َيخ َش‬ َ ُ‫ِين يَصِ ل‬
َ ‫ون َمآ اَ َم َر هللاُ ب ِه اَن ُّي‬ َ ‫َوالَّذ‬

‫ب‬
ِ ‫سُو َءالح َِسا‬

“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah

perintahkan supaya dihubungkannya, dan mereka takut kepada

Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”71

Kata yakhsyauna pada ayat di atas objeknya adalah rabba,

Tuhan pemelihara dan Pendidik. Takut (Al-Khasyyah) di sini

mengandung makna takut melanggar dan melalaikan ibadah yang

diperintahkan Allah swt. Yang Maha Pemelihara dan Pendidik,

karena yakhsyauna memberika kesan untuk mendekatkankan diri

(bertaqarrub) kepada Allah bukan malah menjauhi-Nya.

Maka dari itu jelas ketakutan yang diberengi dengan

pengagungan kepada Allah berkaitan dengan kondisi ilmu yang

dimiliki manusia, semakin manusia mengetahui banyak hal

mengenai kebesaran Allah semakin bertambah pula rasa takutnya

dibarengi dengan meningkatnya ketaatan dengan melaksanakan

berbagai macam ibadah dan menjauhi maksiat sesuai yang

70
Muhammad Yas Khidr al-Duri, Daqaaiq al-Furuuq al-Lughawiyyah fii al-Bayan al-
Quran. (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2007) hlm. 181
71
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, hlm.340
75

diajarkan oleh para ulama yang sanad keilmuannya bersambung

sampai ke Rasulullah ‫ﷺ‬.

e. Takut hisab yang buruk

Selanjutnya setelah membahas Al-Khasyyah seperti yang

telah dijelaskan di poin sebelumnya. Poin takut hisab yang buruk

adalah lanjutan yang masih terletak pada satu ayat yang sama yaitu

َ ُ‫ون َر َّبهُم َو َي َخاف‬


‫ون‬ َ ‫ص َل َو َيخ َش‬ َ ُ‫ِين يَصِ ل‬
َ ‫ون َمآ اَ َم َر هللاُ ب ِه اَن ُّي‬ َ ‫َوالَّذ‬

‫ب‬
ِ ‫سُو َءالح َِسا‬

“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah

perintahkan supaya dihubungkannya, dan mereka takut kepada

Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk” (Q.S. Ar-Ra’d: 21)

Kata yang digaris bawahi adalah bentuk fiil mudhari’

berdhomir ‫هُم‬ dari khafa yang berarti mereka takut, secara

etimologi al-khauf berasal dari bahasa arab khafa, isim masdarnya

khufaa yang berarti ketakutan

f. Sabar

Pada Surah Ar-Ra’d ayat 22 dijelaskan bahwa salah satu

kriteria Ulul Albab berikutnya adalah sabar. Yaitu sabar dalam

mencari ridho Allah.

Sabar berasal dari Bahasa Arab, shabara-shabran, yang

memiliki makna tabah hati. Sedangkan menurut istilah, artinya

menahan dan mencegah diri.


76

Sabar adalah menahan diri dalam menanggung suatu

penderitaan, baik dalam menemukan sesuatu yang tidak diingini

maupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi.

Kedudukan sabar dalam mencapai keberhasilan sama halnya

dengan

kepala bagi sesosok tubuh. Sabar adalah jalan menuju kesuksesan

dan kebahagiaan.72

Sabar berarti teguh tanpa mengeluh ketika ditimpa

bencana.73 Sabar adalah bagian dari akhlak terpuji yang dibutuhkan

seorang muslim dalam masalah dunia dan agama. Kesabaran

adalah kekuatan jiwa yang membuat orang tabah menghadapi

berbagai macam ujian.

Sebagai hamba Allah, kita tidak terlepas dari segala ujian

baik yang menimpa diri sendiri atau bahkan menimpa sekelompok

orang atau bangsa. Ketika menerima cobaan yang bertubi-tubi, dan

tidak tahu kapan berakhirnya suatu cobaan, sebagai umat Islam

hanya bisa bersabar, karena hanya sabar yang dapat memelihara

seorang muslim dari kebinasaan, memberikan hidayah yang

menjaga dari putus asa.74

72
Muhammad Sholikhin, The Power of Sabar, (Solo:PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri,2009) hlm.6
73
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994)
hlm.228
74
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta:Amzah,
2007) hlm.47
77

Jadi sabar dapat diartikan menahan dari segala sesuatu yang

menjadi kehendak hawa nafsu, karena jika seseorang tidak sabar

dalam menghadapi cobaan maka akan mengarah kepada keputus

asaan, berbuat melampaui batas, dan berakhir menganiyaya diri

sendiri dalam pelampiasan hawa nafsunya

ِ ‫أل َواالَن ُف‬


‫س‬ َ َ‫قص م َِّن اال‬
ِ ‫مو‬ ٍ ‫ُوع َو َن‬ ِ ‫الخوفِ َوالج‬ َ ‫َو َل َنبلُ َو َّن ُكم ِب َشي ٍء م َِن‬
َ ‫ت َو َب ِّش ِر الص َِّب ِر‬
‫ين‬ َّ ‫َو‬
ِ ‫الث َم َرا‬
َ ‫ص َبتهُم مُّصِ ي َب ٌة َقالُوا ِا َّنا هَلِل ِ َو ِا َّنآ ِا َلي ِه ر ِجع‬
‫ُون‬ َ ‫ِين ِإذآ َأ‬
َ ‫َألَّذ‬
َ ‫وات مِن َرب ِِّهم َو َرح َم ٌة َوا ُ َل‬
َ ‫ِئك ُه ُم المُه َت ُد‬
‫ون‬ ٌ ‫ص َل‬ ِ ‫ِئك َع َل‬
َ ‫يهم‬ َ ‫اُو َل‬
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan

sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-

buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang

bersabar

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka

mengucapkan: Inna lillahi wainna ilaihi rajiuun

“mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan

rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang

mendapat petunjuk” (Q.S. Al-Baqarah;155-157)

Pada intinya sabar adalah sebuah usaha seorang muslim

dalam menjaga dan mengendalikan hawa nafsu agar tidak

melampaui batas dalam berkehendak. Cobaan yang dihadapi

manusia tidak selalu mengarah kepada yang terlihat miskin atau

kekurangan tapi diberikan kelimpahan harta yang banyak, hidup


78

serba mewah dan mudah juga merupakan cobaan juga. Sabar

merupakan solusi agar kebutuhan dunia dan akhirat bisa menjadi

seimbang karena hidup di dunia hanyalah sementara harta banyak

tidak dibawa sampai di akhirat. Jadi, Allah sangat adil memberikan

karunia kepada semua hamba-Nya, karena hidup di dunia bukan

semata-mata mencari harta sebanyak banyaknya akan tetapi

mencari ridho Allah dengan beribadah.

ِ ‫نس ِااَّل لِ َيع ُب ُد‬


‫ون‬ ُ ‫َو َما َخ َل‬
َ ِ‫قت ال ِجنَّ َواال‬

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka

beribadah kepada-Ku” (Q.S. Adz-Dzariyat:56)

g. Menegakkan solat

Sholat adalah rukun Islam yang kedua dan merupakan

rukun yang sangat ditekankan (utama) sesudah dua kalimat

syahadat.75 Telah disyari’atkan sebagai sempurna dan sebaik-

baiknya ibadah. Shalat ini mencakup berbagai macam ibadah: zikir

kepada Allah, tilawah Kitabullah, berdiri menghadap Allah, ruku’,

sujud, do’a, tasbih, dan takbir.76

Terdapat sejumlah hadis yang berkenaan dengan keutamaan

dan wajibnya shalat bagi perorangan. Hukum fardhunya sangat

dikenal di dalam agama Islam.

75
Syaikh Muhammad Fadh & Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Sifat Wudhu & Shalat
Nabi SAW, Penerjemah: Geis Umar Bawazier, (Jakarta: al-Kautsar, 2011), cet. ke-1,
hlm.75.
76
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, Penerjemah,
Khairul Amru Harahap dan Faisal Saleh, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), cet. ke1,
hlm.277.
79

Shalat secara etimologis adalah do‟a. Allah SWT berfirman

dalam surah At-Taubah ayat 103 yang berbunyi:

ِ ‫ص ِّل َع َل‬
َّ‫يهم اِن‬ ً َ‫صد‬
َ ‫قة ُت َط ِّه ُرهُم َو ُت َز ِّكيهم ِب َها َو‬ َ ‫ُخذ مِن َأ‬
َ ‫مول ِِهم‬
‫ك َس َكنٌ َلهُم َوهللاُ َسمِي ٌع َعلِيم‬
َ ‫ص َلو َت‬
َ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi

Maha Mengetahui”. (Q.S at-Taubah: 103).

Arti shalat secara terminologis adalah ucapan dan

perbuatan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan

salam. Dinamakan demikian karena mengandung do’a. Orang yang

melakukan shalat tidak lepas dari do’a ibadah, pujian dan

permintaan. Itulah sebabnya dinamakan shalat.

Berdasarkan kepada beberapa firman Allah SWT, dalam al-

Qur’an dinyatakan bahwa setiap muslim yang mukallaf wajib

melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam. 77

Sebagaimana firman Allah SWT, di bawah ini:

‫صلَ َوةَ فَذ ُكرُو هللاَ قِيَ ًما وقُعُودًا َو عَلى ُجنُوبِ ُكم فَِإ َذ اط َمأ‬ َ َ‫فَِإ َذا ق‬
َّ ‫ضيتُ ُم ال‬
‫صلَ َوةَ َكنَت َعلَى ال ُمو ِمنِينَ ِكتَبًا َموقُوتًا‬ َّ ّ‫نَنتثم فََأقِي ُمو ال‬
َّ ‫صلَ َوةَ˜ اِ َّن ال‬
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah

Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.

77
Syafrida dan Nurhayati Zein, Fiqh Ibadah, (Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir
Sumatra, 2015), cet. Ke 1, hlm.7
80

Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah

shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah

fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang

beriman” (Q.S. An-Nisa 103)

Jadi, orang yang selalu menegakkan solat terutama solat

fardhunya merupakan ciri atau kriteria ulul albab, kenapa? Karena

solat merupakan kebutuhan bagi manusia yang percaya Allah

untuk sarana bersyukur, dan bentuk sebuah kesadaran diri manusia

yang tidak pernah lepas dari ketergantungan kasih sayang Allah.

Oleh karena itu sudah sepatutnya bagi manusia yang beriman dan

berakal untuk menunaikan kewajban solat lima waktunya setiap

hari.

h. Menginfakkan rezeki

Kata infaq berasal dari Bahasa Arab dari kata anfaqo-

yunfiqu, artinya membelanjakan atau membiayai, arti infaq

menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-

perintah Allah, dengan demikian infaq hanya berkaitan dengan

atau hanya dalam bentuk materi saja, adapun hukumnya ada yang

wajib (seperti zakat, nadzar), ada infaq yang sunnah, mubah

bahkan ada yang haram. Menurut kamus Bahasa Indonesia Infaq

adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat.

Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti


81

mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki untuk kepentingan

yang diperintahkan ajaran Islam.78

Adapun perintah untuk beramal saleh tidak hanya berinfak

saja dalam ajaran Islam juga dikenal dengan istilah shadaqah.

Shadaqah berasal dari Bahasa Arab yang artinya benar. Orang

yang bershadaqah atau sedekah merupakan wujud dari bentuk

keimanannya kepada Allah. Menurut terminologi syariat Shadaqah

sama saja dengan berinfaq, termasuk hukum dan ketentuannya.

Hanya saja, jika infaq berkaitan dengan materi, shadaqah memiliki

arti lebih luas, menyangkut hal yang non materiil.

i. Menolak keburukan dengan kebaikan

Dalam kehidupan selalu ada yang namanya berpasangan

dalam segi apapun yaitu, seperti malam dan siang, gelap dan

terang, kanan dan kiri, baik dan buruk, dan sebagainya. Seringkali

mudah kita terima sisi baik baiknya saja, akan tetapi banyak yang

tidak siap ketika menghadapi sisi buruk dari kehidupan bersosial

antara manusia dan penghuni planet ini. Allah berfirman dalam

Surah Fushilat ayat 34-35:

َ ‫ِي َأ‬
‫حسنُ َفِإ َذا الَّذِى‬ َ ‫الح َس َن ُة َواَل ال َّس ِّيَئ ُة اد َفع ِبالَّتِى ه‬
َ ‫َواَل َتس َت ِوى‬
‫دَوةٌ َكَأ َّن ُه َولِيٌّ َحمِي ٌم‬َ ‫ك َو َبي َن ُه َع‬
َ ‫َبي َن‬
‫ص َبرُوا َو َما ُي َل َّقهآ ِااَّل ُذو َح ٍّظ َعظِ ٍيم‬ َ ‫َو َما ُي َل َّقهآ ِإاَّل الَّذ‬
َ ‫ِين‬
“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah

(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang
78
Majalah OASE Desember 2012. hlm. 15
82

ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman

yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan

dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak

dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai

keberuntungan yang besar.” (Q.S. Fushilat: 34-35)

Kebaikan adalah suatu yang diperintahkan atau diwajibkan

dan menghindari semua yang dilarang oleh Allah terhadap

pelakunya dan akan bermanfaat bagi pelakunya di dunia dan

akhirat. Kebaikan adalah suatu perbuatan yang apabila

dilakukannya maka akan dicatat sebagai nilai ibadah oleh Allah

dan akan dibalas oleh Allah baik berupa ganjaran di dunia maupun

di akhirat kelak.

Kebaikan berbalas kebaikan merupakan hal biasa akan

tetapi jika kebaikan itu digunakan untuk membalas kejahatan atau

keburukan maka hal itu merupakan suatu yang luar biasa bahkan

menjadi nilai tersendiri yang merepresentasikan bahwa memang

Islam penuh rahmat. Adapun macam-macam kebaikan yang dapat

menolak keburukan terbagi menjadi empat macam, antara lain79:

1) Menolak kebatilan dengan kebenaran

Dalam pandangan Al-Quran, manusia adalah makhluk yang

lurus, cinta kebenaran, dimana di dalam dirinya terdapat

kecenderungan fitrah pada kesempurnaan, kebaikan, dan

kebenaran. Pada saat yang sama manusia juga memiliki


79
Hamdar Arraiyyah, Sabar Kunci Surga, (Jakarta: Khazanah Baru, 2002). Hlm. 158
83

kebebasan dan kehendak untuk memilih, sehingga terdapat

kemungkinan dirinya akan menyimpang dari jalur fitrahnya;

menolak kebenaran, berbuat kedzaliman, dan berbohong. Al-

Quran mengakui bahwa semua itu bersifat sementara.

Kebatilan merupakan wujud sampingan, bersifat sementara,

dan tak lebih dari sekedar parasite. Sedangkan wujud yang

senantiasa ada adalah kebenaran. Karenanyanya, masyarakat

yang lebih cenderung kepada kebatilan akan dianggap musnah.

Kecenderungan pada kebatilan secara penuh berarti

memutuskan diri dari kebenaran, dan itu berarti bergerak

menuju kemusnahan.80

َ‫َو َمن يَبت َِغ غَي َر ا ِالساَل ِم ِدينًا فَلَن يُقبَ َل ِمنهُ َوهُ َو فِى اَأل ِخ َر ِة ِمن‬

ِ َ‫الخ‬
َ‫اس ِرين‬

“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka

sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia

di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Ali Imran;

85)

2) Menolak ketidaktahuan dengan kearifan

Orang bijak apabila tidak mengetahui pada suatu hal, maka

orang tersebut akan langsung bertanya tentang suatu hal

tersebut. Tidak bersikap pasrah dengan apa yang tidak

diketahuinya. Banyak orang tidak mau hidup dalam


80
http://www.alhassanain.com/indonesian/book/hak_dan_batil/004.html/ 8 Juni
2022
84

kepasrahan. Sebagian yang lain ingin berpasrah tetapi tidak

tahu bagaimana bisa melakukannya. Orang tidak melihat

bahwa sesungguhnya kepasrahan sudah berlangsung begitu

saja. Kepasrahan alamiah inilah yang menopang kehidupan

tetap ada.

Kepasrahan sering dipandang sebagai bentuk kekalahan,

kelemahan atau sikap negatif. Di medan perang, pasukan

musuh yang menyerah dianggap kalah. Orang yang berjuang

tetapi cepat menyerah kepada segala keterbatasan dianggap

lemah. Kepuasan atas kondisi saat sekarang dan hilangnya

keinginan akan sesuatu di masa depan membuat orang tidak

berani melangkah lebih maju dan ini dipandang sebagai sikap

negatif.

Kepasrahan yang yang dimaksud bukanlah kepasrahan

dalam pengertian di atas. Tidak ada kemenangan, kekuatan atau

tindakan positif tanpa kepasrahan. Ketidakmampuan berpasrah

atau berserahdiri justru merupakan tanda kelemahan dan

ketidaktahuan.

Kepasrahan adalah kerelaan untuk melepaskan pola

resistensi diri dan mengambil sikap lentur terhadap arus

kehidupan. Resistensi diri terjadi ketika pikiran atau ego

didaulat sebagai penggerak utama roda kehidupan. Cara hidup

seperti ini cenderung menerima apa yang disukai dan menolak


85

apa yang

tidak disukai. Kehidupan bergerak pada arus dualitas suka dan

tidak suka.

3) Memberi maaf atas kejahatan mereka

Memaafkan kesalahan seseorang merupakan suatu

perbuatan yang mulia, memaafkan berarti menghapus luka atau

bekas-bekas luka yang ada dalam hati. 81 Jadi, pemaaf dapat

diartikan sebagai perbuatan yang dapat menghapus rasa sakit

yang ada di dalam hati serta menerima kekurangan orang lain

dengan lapang dada. Allah SWT memerintahkan kita untuk

menjadi pribadi yang pemaaf, sebagaimana firman-Nya:

ِ ‫ُوف َوَأ‬
َ‫عرض ع َِن ال َج ِهلِين‬ ِ ‫ُخ ِذ ال َعف َو َوأ ُمر بِال َمعر‬
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan

yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang

bodoh”. (Q.S Al-A’raf: 199)

Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan

kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf

dari yang bersalah. Sekalipun orang yang bersalah telah

menyadari kesalahannya dan berniat untuk meminta maaf,

tetapi boleh jadi dia mengalami hambatan psikologis untuk

mengajukan permintaan maaf. Apalagi bagi orang-orang yang

status sosialnya lebih tinggi dari pada orang yang dimintai

81
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI), 1999) Cet. 1. hlm. 140
86

maaf itu. Misalnya seorang pemimpin kepada rakyatnya,

seorang bapak pada anaknya, seorang menager terhadap

karyawannya. Barangkali itulah hikmah, kenapa Allah SWT

memerintahkan kita untuk memberi maaf sebelum dimintai

maaf.82 Adapun keutamaan memaafkan sebagaimana sabda

Rasulullah:

‫ص َّل هللا َعلَي ِه‬


َ ِ‫ عَن َرسُو َل هللا‬,ُ‫ض َي هللاُ عَنه‬ ِ ‫عَن اَبِي هُ َري َرةَ َر‬
‫ َو َما زَا َد هللاُ عَبدًا بِ َعف ٍو ِإاَّل‬,‫ص َدقَةٌ ِمن َما ٍل‬
َ ‫صت‬َ َ‫ َما نَق‬:‫َو َسلَّم قَا َل‬
َ ‫ َو َما ت ََو‬,‫ِع ًّزا‬
ِ ‫اض َع َأ َح ٌد‬
)‫هلل ِإاَّل َرفَ َعهُ هّللا ُ (رواه مسلم‬
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Harta tidak akan berkurang karena shadaqah. Allah swt pasti

akan menambah kemuliaan seseorang yang suka memaafkan.

Dan seseorang yang merendahkan diri karena Allah swt

niscaya Allah swt yang Maha mulia lagi Maha Agung akan

meninggikan derajatnya.” (H.R. Muslim)83

4) Mendoakan mereka yang telah berbuat salah agar

diampuni

Semua orang berpotensi untuk melakukan kesalahan. Orang

yang pasti tidak nyaman dalam keluarga, tidak tenteram dalam

bertetangga, ketika hati dipenuhi dengan kesombongan

semakin menjadikan hati lebih sesak karena tidak menemukan

82
Ibid. hlm. 141
83
Mustafa Said Al-Khin, dkk, Syarah dan Terjemah Riyadhus Shalihin, (Jakarta: Al-
I’tishom, 2013) Cet. Ke-10. hlm. 625
87

ketentraman hati, perasaan kurang terima yang bercokol dalam

hati manusia menjadikan manusia busuk hatinya.

Berbeda dengan orang bersih hatinya, bersyukur dengan

apa yang ada padanya tanpa iri melihat kebahagiaan yang ada

pada orang lain, selalu lapang dada terhadap segala yang

menimpanya baik itu menerima perlakuan yang menyenangkan

atau tidak mengenakan.

Salah satu yang harus dilakukan oleh orang yang

berkeinginan mempunyai hati yang bersih adalah pemaaf dan

memohonkan ampunan atas orang bersalah dan mendoakan

supaya mendapat petunjuk.

Umat Islam dianjurkan menjadi umat yang adem, pemaaf,

penyabar dan selalu bersyukur atas apa yang menimpa pada

dirinya karena baik itu suka maupun duka merupakan atas izin

Allah.

Al-Quran menceritakan banyak kisah yang penuh hikmah

salah satunya ialah kebesaran hati Nabi Yakub A.S yang

memintakan ampunan untuk anak-anaknya yang telah

membohonginya atas pemalsuan kematian Nabi Yusuf karena

di makan serigala, padahal sudah bertahun-tahun lamanya

dibohongi oleh anak-anaknya hingga menjadikan kesedihan

yang mendalam sampai menyebabkan memutihnya mata Nabi

Yakub AS karena kebutaan.


88

2. Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Surah Ar-Ra’d 20-24

Penerapan nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada Surah Ar-Ra’d

ayat 20-24 bisa dimulai dari hal kecil, dimulai dari santri-santri yang

sedang belajar atau anak-anak yang sedang bersekolah. Penulis

menyakini bahwa kriteria atau sifat-sifat yang wajib diteladani dari

Ulul Albab juga bisa diterapkan pada santri-santri Al-Khairiyah dalam

kegiatan belajar dan mengaji setiap harinya.

a. Menepati janji

Menepati janji adalah salah satu akhlak mulia yang bila

dilakukan oleh setiap orang maka akan menjadikan hidup ini

begitu indah. Peneliti beranggapan bahwa setiap pesantren,

khususnya Pesantren Al-Khairiyah tentu menerapkan akhlak mulia

ini baik dilakukan secara sadar penuh tanggung jawab atau tidak

dirasa karena faktor kebiasaan baik sudah bercokol begitu kuat

pada diri santri. Lalu apa saja janji santri-santri Al-Khairiyah yang

wajib ditepati agar menjadi hafidz quran yang intelek?

Janji seorang santri salah satunya adalah menaati peraturan

yang sudah ditetapkan oleh Pesantren Al-Khairiyah baik itu secara

tertulis maupun tidak tertulis. Peraturan Pesantren Al-Khairiyah

mungkin hamper mirip seperti pesantren lainnya sebagai

contohnya adalah selalu menjaga kebersihan, selalu mengikuti

kegiatan mengaji (kecuali yang berhalangan atau sakit), tidak

membawa hand phone bagi yang belum lulus sekolah dan


89

sebagainya. Adapun di Al-Khairiyah ini merupakan pesantren

takhassus tahfidzul quran, yang mana setiap guru atau ustadz

mempunyai kebijakan masing masing dalam menghadapi

muridnya. Namun, bisa dipastikan setiap Ustadz berharap

Santrinya tetap sungguh-sungguh dalam ziyadah dan murajaah

ketika Ustadznya tidak berada dihadapannya. Hal ini merupakan

PR sehari-hari ustadz Al-Khairiyah untuk selalu memastikan

santrinya mengaji dengan sungguh-sungguh agar tidak sampai

mengobrol saat jam ngaji di kelas, atau bahkan tidak ada di kelas

tetapi malah ke asrama dengan sengaja tanpa alasan yang jelas.

Jadi, penerapan akhlak menepati janji ini sangat intens dan

memengaruhi kualitas hafalan santri karena menyangkut dengan

kesetiaan santri untuk terus mengaji dengan sungguh-sungguh.

b. Tidak melanggar janji

Pada poin kedua ini adalah untuk lebih menegaskan

penerapan akhlak yang pertama, bahwa Santri dilarang keras untuk

tidak melanggar aturan sebagai halnya berikut:

 Tidak keluar dari pesantren kecuali dengan izin dari

Ustadz

 Tidak ketemuan untuk berpacaran dengan santri putri

 Tidak membawa handphone kecuali dengan izin Ustadz

 Tidak bolos saat jam mengaji tanpa alasan yang jelas

 Tertib dan disiplin mengikuti kegiatan pesantren


90

c. Menyambung silaturrahim

Menyambung silaturrahim dalam pesantren merupakan hal

yang penting juga, peneliti menyimpulkan pada poin ini lebih

untuk menjaga persaudaraan, karena Santri Al-Khairiyah juga

seperti pesantren lainnya yang latar belakang santrinya juga

beragam dari kelas sosialnya, rasnya, dan bahasanya.

Pertemanan dalam pesantren tak selamanya selalu akur

kadang masih tetap ada kasus pembullyan, pengkucilan terhadap

salah satu santri oleh teman-temannya, dan bersaing antar geng

secara tidak dewasa, hal demikian itu sangat mengganggu pikiran

santri yang jadi korban.

Oleh karena itu Ustad-ustadz selalu memberikan materi

pentingnya menjaga ukhuwah dan juga mencontohkannya dalam

kegiatan di luar kelas. Salah satu contohnya adalah tidak

membeda-bedakan dan mengucilkan salah satu santri saat bermain,

selalu diikutkan dalam kegiatan selain mengaji untuk terus bersama

sama baik itu kerja bakti, ramah tamah bersama (ngaliwet) dan

sebagainya. Hal itu dapat menjadikan santri mempunyai kenangan

yang indah dan mempererat persaudaraan.

d. Takut kepada Allah


91

Sebagai makhluk yang bertuhan, manusia wajib

mempunyai rasa takut kepada Allah khususnya umat Islam,

menanamkan rasa takut ini semata-mata untuk meningkatkan

ketaatan dan kesungguhan dalam mencari ilmu, selalu merasa

terawasi ketika tidak sedang ditunggui oleh Ustadz di sampingnya.

Sebagai santri tentu menyakini bahwa semakin dekat

penghambaan kepada Allah maka akan dipermudah segala urusan

termasuk dipermudahnya proses menghafal dan menjaga hafalan.

Takut kepada Allah ini merupakan takut yang disertai pengetahuan

(khasyyah)

e. Takut hisab yang buruk

Rasa takut akan balasan akibat perbuatan buruk itu harus

ditanamkan dalam jiwa manusia. Hal baik akan berbuah baik. Hal

buruk akan berbuah buruh. Adapun rasa takut akan hisab yang

buruk bisa diterapkan pada santri-santri Al-Khairiyah, utamanya

dalam hal kedisiplinan. Santri akan merasa bertanggung jawab

terhadap dirinya sendiri ketika akan melakukan sesuatu. Sebagai

contoh, dalam hal kasus pelanggaran peraturan di pesantren akan

ada hukumannya seperti, santri ketika murajaah tidak mengaji

dengan khusyu akan tetapi malah mengobrol dengan temannya,

kemudian ketika tiba-tiba Ustadz memanggilnya untuk setoran

santri tidak dapat menyetorkan hafalannya dengan baik dan lancar,

akibat dari hafalannya yang tidak lancar itu Ustadz memberinya


92

teguran dan hukuman tambahan waktu mengaji saat diluar jam

ngaji agar menanamkan rasa tanggung jawab dan kembali serius

dalam menghafal.

f. Sabar

Sabar merupakan salah satu nilai yang mulia, mudah

diucapkan dan paling berat ketika dijalani, seorang santri manapun

pasti mengalami yang namanya bersusah payah dalam belajar,

menghafal, otaknya diperas demi mengingat-ingat pelajaran, di uji

dengan berpisah sementara dengan keluarga, dan sebagainya.

Implementasi sikap sabar harus ditanamkan dalam batin

juga dzahir, memiliki jiwa yang sabar maka akan teguh pendirian,

gigih dalam belajar serta berusaha patuh terhadap ustadznya.

Sedangkan sabar secara dzahir atau yang terlihat oleh mata, yaitu

melembutkan kata-kata dan perangai selayaknya seorang santri

yang penuh ta’dzim, sabar untuk tidak terburu-buru dalam

berproses mencari ilmu, tidak kabur atau boyong dari pondok

sebelum menjalani masa pengabdian.

g. Menegakkan solat
93

Sholat merupakan hal yang tidak boleh terlewatkan oleh

santri apalagi sengaja melewatkan, karena jika hamba senantiasa

solat fardhunya terjaga maka hajatnya akan mudah terkabul.

h. Menginfakkan rezki

Menginfakkan rezeki ini juga bisa diterapkan pada santri

Al-Khairiyah, meskipun secara Pesantren ini tidak dipungut biaya

sepeserpun, akan tetapi ada momen-momen dimana ketika seorang

santri mempunyai hajat, baik itu hajat sendiri atau hajat

keluarganya, maka sering sekali diadakan acara makan-makan

yang sebelumnya dibuka dengan acara khataman al-quran, yasinan,

atau kirim-kirim doa untuk yang punya hajat.

i. Menolak keburukan dengan kebaikan

Nilai pendidikan yang terakhir dari surah ar-Ra’d ayat 20-

24 ini yaitu menolak keburukan dengan kebaikan, hal ini

merupakan kesadaran yang harus diterapkan dalam jiwa santri

untuk menjadi pribadi yang pemaaf, bukan pendendam, dan selalu

menjaga perasaan agar selalu berprasangka baik kepada sesama

santri mapun ustadz.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti

melalui observai, wawancara, dan dokumentasi penulis menyimpulkan

sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam Surah Ar-

Ra’d ayat 20-24 terdapat 9 kriteria akhlak terpuji yaitu di

antaranya; menepati janji, tidak merusak perjanjian,

menyambung silaturrahim, takut kepada Allah, takut kepada

hisab yang buruk, sabar dalam mencari ridho Allah,

menegakkan sholat, menginfakkan sebagian rizki, dan menolak

kejahatan dengan kebaikan. Kesemuanya itu merupakan nilai-

nilai yang dimiliki oleh ulul albab (orang-orang yang berakal),

sebagai hamba Allah yang dikaruniai akal dan fikiran sudah

sepatutnya manusia punya kesadaran untuk mengarah menjadi

bagian dari ulul albab, karena Al-quran yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬sejatinya menjadi petunjuk bagi

seluruh alam (semua manusia pada zaman Nabi Muhammad

sampai akhir zaman), yang mana ayat-ayat-Nya hanya bisa

dipahami oleh orang-orang yang mau mengambil pelajaran,

94
95

serta tidak ada alasan lagi bagi umat Islam untuk memahami isi

Al-Quran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Al-Khairiyah sampai saat ini sangat menjaga kualitas yang

dimiliki santri dengan tetap mempertahankan apa yang telah

diterapkannya sejak dulu, nilai-nilai pendidikan akhlak yang

terdapat pada Surah Ar-Ra’d ayat 20-24 juga diterapkan oleh

santri-santri, meskipun belum sesempuna yang diinginkan akan

tetapi sedikit banyaknya telah berpengaruh pada keberhasilan

yang diraih oleh para santri. Penerapan nilai-nilai tersebut lebih

kepada menanamkan nilai positif kebathinan, seperti menjaga

perjanjian dan tidak merusak perjanjian yang telah menjadi

tanggung jawab antara santri dan pesantren, menjaga

persaudaraan antar teman dan tidak memelihara kedengkian

terhadap sesama santri atau ustadz, selalu mengupayakan

mendirikan solat berjamaah, berbagi kebahagiaan atau rezeki

yang lain kepada sesama, dan selalu menghadirkan suasana

positif ketika terjadi sesuatu hal yang tidak mengenakan hati

seorang santri.

3. Adapun Pesantren Al-Khairiyah merupakan tempat takhassus

penghafal al-Quran yang sudah berdiri sejak 1994 yang telah

mengorbitkan banyak alumni, dan kualitas hafalan santri-santri

juga dapat dilihat dari banyaknya prestasi yang diraih setiap

tahunnya melalui Musabaqah Tilawatil Quran dan Seleksi


96

tilawatil Quran, khususnya cabang tahfidzul quran. Hal itu

tidak terlepas dari proses menjaga hafalan yang dilakukan

secara terus menerus setiap harinya dengan cara memurajaah,

talaqqi, tahsinul quran, serta memahami makna dan menghafal

terjemahan ayat al-qurannya.

B. Saran

Kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan di Pesantren Al-

Khairiyah dalam hal ini peneliti ingin menyampaikan beberapa hal terkait

mengenai penelitian yang telah peneliti laksanakan dalam penelitiannya.

Adapun rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kepada para pembimbing tahfidz agar selalu memberikan

motivasi terkait hikmahnya mengamalkan isi kandungan al-

Quran. Karena apa-apa yang dijanjikan Allah pasti akan

dipenuhi oleh-Nya selama mengikuti apa yang diperintahkan

Allah terus dilaksanakan dan menjaga diri dari hawa nafsu agar

terhindar dari maksiat.

2. Kepada para santri Al-Khairiyah untuk terus istiqomah dalam

menghafal dan menjaga hafalan dengan menerapkan nilai-nilai

pendidikan akhlak dalam surah Ar-Ra’d ayat 20-24, supaya

termasul menjadi bagian orang-orang yang berakal (Ulul

Albab)
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran, Jakarta:

Amzah.

Al-Duri, Muhammad Yas Khidr. 2007. Daqaaiq al-Furuuq al-Lughawiyyah fii al-

Bayan al-Quran. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

Al-Dzahabi, Muhammad Husain. 1976. Tafsir Wa al-Mufassirun, Jilid 1 (Kairo:

Dar al-Kutub al-Hadits Ali, Ma’shum bin. 2016. Al-Amtsilat

AlTasrifiyyah.Lirboyo: Lirboyo Press.

Al-Khin, Mustafa Said, dkk. 2013. Syarah dan Terjemah Riyadhus Shalihin,

Jakarta: Al-I’tishom,

Al-Munawwir, Ahamd Warson. 1982. Al-Munawwir Kamus Bahasa Arab

Indonesia. Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak.

Al-Quran dan Terjemahan KEMENAG RI

Anwar Rosihon, dkk. 2015. Ilmu Tafsir.Bandung: Pustaka Setia, Bandung.

Arifin M. 2000. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara

Arraiyyah, Hamdar. 2002. Sabar Kunci Surga. Jakarta: Khazanah Baru.

Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. 2007. Kemudahan dari Allah Ringkasan Taafsir

Ibnu Katsir jilid 2. Cet. 11. Depok; Gema Insani Press

As, Asmaran. 1994. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

As-Sirjani Ragib, Abdurrahm an Abdul Khaliq.2013. Cara Cerdas Hafal Al-

Quran. Solo; AQWAM.

Al-Zuhaili, Wahbah. 2016. Tafsir al-Munir Jilid 1.Depok; Gema Insani Press

Al-Zuhaili, Wahbah. 2016. Tafsir al-Munir Jilid 7. Depok; Gema Insani Press

97
98

Buchori, Didin Saefudin. 2005. Metodologi Studi Islam, Bogor: Granada Sarana

Pustaka.

Departemen Agama RI. 2005. Al-Quran dan Terjemahnya .Bandung: Syamil

Cipta Media.

Daftira. Ivan Eldes, ILMU DAN HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN DALAM

NILAI AGAMA.

Fadh, Syaikh Muhammad & Syaikh Abdul Aziz bin Baz. 2011. Sifat Wudhu &

Shalat Nabi SAW, Penerjemah: Geis Umar Bawazier. Jakarta: al-Kautsar.

Fatihuddin. 2010. Dahsyatnya Silaturrahmi Yogyakarta; Delta Prima Press.

Habibillah Muhammad. 2013. Raih Berkah Harta Dengan Sedekah dan

Silaturrahmi Cet, 1; Yogyakarta; Sabil

Hadi Sutrisno. 1993. Metode Research. Yogyakarta: Andi Offset

Hasbullah.2002 Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: Rajawali

Pers.

Hidayat, Hamdan. 2020. SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR AL-QURAN. Al-

Munir: Jurnal Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir.

Isna Mansur. 2001. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka

Utama.

Ilyas, Yunahar. 1999. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Kaswardi Em. 1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000.Jakarta; Gramedia.

KEMENDIKBUD. Bahan Ajar Pengenalan Pendidikan Nonformal dan Informal.

Majalah OASE Desember 2012


99

Majid Abdul.2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.Bandung: PT.

Remaja,

Manullang Belferick dan Prayitno.2011. Pendidikan Karakter dalam

Pembangunan Bangsa, Jakarta: Grasindo.

Musnad Imam Ahmad, v Dar al-Fikir, Kairo, Mesir: 1976

Ndhraha Talizuhudu. 1981. Research, Teori Metodologi II. Jakarta: Bina Aksara.

Pidarta Made.2007. Landasan Pendidikan.Jakarta; Rineka Cipta.

Rahardjo, M. Dawam. 2002. Ensiklopedi Al-Quran, Tafsir Sosial Berdasarkan

Konsep-konsep Kunci. Jakarta: Paramadina.

Rusyidah, Evi Fatimatur. 2019. Aliran Paradigma Pemikiran Agama Islam

Kontemporer. Surabaya. UIN SUNAN AMPEL PRESS

Sanusi Achmad Sanusi. 2017. Sistem Nilai. Bandung Nuansa Cendekia.

Salim, Abu Malik Kamal bin as-Sayyid. 2007. Shahih Fikih Sunnah, Penerjemah,

Khairul Amru Harahap dan Faisal Saleh. Jakarta: Pustaka Azzam.

Shihab, Quraish. 2008. Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan Pustaka

Shihab, Quraish.2016. Yang Hilang dari Kita: AKHLAK.Tangerang Selatan,

Penerbit Lentera Hati.

Sholikhin, Muhammad. 2009. The Power of Sabar, (Solo: PT. Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri.

Sudijono Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sugiono. 2014. Metodologi pendidikan. Bandung: Alfabeta


100

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitati, kualitatif, dan R &

D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian: Pendekatan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Syafe’I Rahmat. 2000. Al-Hadis; Akidah, Akhlak, Sosial dan Hukum (Bandung:

Pustaka Setia.

Syukri, Ahmad. 2007. Metodologi Tafsir Al-Quran, Jakarta: Sulthan Thaha Press.

Thoha M. Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Tim Dosen PAI UM. 2014 Pendidikan Islam Transformatif Membentuk Pribadi

Berkarakter.Malang. Penerbit Dream Litera

Utami, Ayu Anisa.2015. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam

Berita Program Inikah Taqdir Trans 7, Skripsi, (Purwokerto: Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto

Yaniawati Poppy R. 2014. Penelitian Studi Kepustakaan (Library

Research).FKIP UNPAS

Yunus. H. A. 1999. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Citra Sarana Grafika.

Zein, Nurhayati dan Syafrid. 2015. Fiqh Ibadah. Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir

Sumatra.

Zuharini dkk. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

http://www.alhassanain.com/indonesian/book/hak_dan_batil/004.
Griya Wardani, Nilai-nilai Pendidikan, diakses pada
http://griyawardani.wordpress.com/nilai-nilai-pendidikan, diakses pada 9 Maret
2022. 20.09 WIB
101

RIWAYAT HIDUP

M. Iqbal Ulul Hakim, lahir di Nganjuk pada 15 februari

1999. Anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak

Ach. Syamsuri dan Ibu Dewi Siti Masrurah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di MI CIKAROYA

pada tahun 2012. Kemudian menyelesaikan pendidikan

menengah pertama di MTs YASTI 3 pada tahun 2015. Menyelesaikan pendidikan

menengah atas di MA Tarbiyatul Falah tahun 2018. Kemudian melanjutkan

pendidikan tinggi pada program studi Pendidikan Agama Islam di STAI Syamsul

‘Ulum Gunungpuyuh Sukabumi sejak 2018.

Prestasi yang pernah diraih penulis di antaranya: Menjuarai lomba STQ

tingkat Provinsi Jawa Barat terbaik ke 3 cabang MHQ 20 JUZ, dan lainnya.
LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN

Judul : Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam


Surah Ar-Ra’d ayat 20-24 dalam Meningkatkan
Kualitas Keilmuan Santri (Studi Kualitatif di
Pesantren Al-Khairiyah Cisaat Kabupaten
Sukabumi)
Penyusun :
Nama : M. Iqbal Ulul Hakim
No. Pokok/NIRM : 18.1.T1.5151/014.14.0511.18
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Keterangan : 1. Tidak dipublikasikan
2. Tersedia di Perpustakaan dalam lingkungan
STAI Syamsul ‘Ulum Gunungpuyuh
Sukabumi
3. Diperkenankan untuk dijadikan referensi
kepustakaan, dengan catatan:
a. Pengutipan harus seizin penyusun
b. Harus menyebutkan sumbernya sesuai
dengan kebiasaan ilmiah
c. Dokumen Skripsi merupakan hak milik
STAI Syamsul Ulum Gunungpuyuh
Sukabumi,

Sukabumi, 6 Juli 2022

Penyusunan

M. Iqbal Ulul Hakim

No. Pokok/NIRM; 18.1.T1.5151/014.14.0511.18

102
103

Anda mungkin juga menyukai