Anda di halaman 1dari 74

METODE PENDIDIKAN DALAM KITAB TA’LIM MUTA’ALLIM

DI SMP - SMK YAPA 01 CILEUNGSI - BOGOR

Proposal Ini Diajukan


Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Tugas Akhir Skripsi
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :
Risqi Ramadani
NIM : 172100172

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI AL-AQIDAH AL-HASYIMIYYAH JAKARTA
TAHUN 1442 H/ 2021 M
II
PENGESAHAN KETUA PROGRAM STUDI

Proposal Skripsi dengan judul “Metode Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim Di
Smp – Smk Yapa 01 Cileungsi – Bogor”, yang disusun oleh Risqi Ramadani Nomor
Induk Mahasiswa 172100172, telah disetujui dan disahkan untuk dilanjutkan pada proses
pembimbingan skripsi.

Jakarta, 27 Januari 2021

Ketua Program Studi


Pendidikan Agama Islam,

Ilyas Ichsani, M.Hum


NIDN: 2120038103

III
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Risqi Ramadani
NPM : 172100172
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi : METODE PENDIDIKAN DALAM KITAB TA’LIM MUTTA’ALIMDI
SMP - SMK YAPA 01 CILEUNGSI - BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana strata
satu di STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta. Sumber yang saya gunakan dalam
menulis skripsi ini sudah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di STAI
Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.

Jakarta, 14 Juni 2021

Meterai 6000
Dan ditandatangani

Risqi Ramadani

IV
Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Risqi Ramadani

NPM : 172100172

Program Studi : Pendidikan Agama Islam ( PAI)

Judul Skripsi : METODE PENDIDIKAN DALAM KITAB TA’LIM


MUTTA’ALIM DI SMP - SMK YAPA 01 CILEUNGSI - BOGOR

Telah diujikan di hadapan Dewan Penguji pada ………… dan telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam, STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta

DEWAN PENGUJI TANDA TANGAN TANGGAL

Dr. Muhammad Zain, M.Ag.

Ketua …………... …………...

A. Misbakhun Najakhi, M.Pd

Sekretaris …………... …………...

Ilyas Ichsani, M.Hum

Ketua Program Studi …………... …………...

Pendidikan Agama Islam

V
ABSTRAK

Kata Kunci: Talim Muta’allim, Metode belajar, Etika Belajar

Kitab Ta’lim al-Mutta’allim merupakan kitab klasik yang membahas tentang adab-adab
belajar yang sangat mengedepankan akhlak demi tercapainya kemanfaatan ilmu.
Meskipun kecil dan dengan judul yang seakan-akan hanya membahas metode belajar,
sebenarnya esensi dari kitab ini juga mencakup tujuan, prinsip–prinsip dan strategi
belajar yang didasarkan pada moral religius.Melihat situasi peserta didik khususnya di
kalangan siswa-siswi saat ini,sangatlah menarik untuk dibahas terkait etika belajar.
Dalam penelitian ini akan membahas tentang Metode Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim
Muta’allim Di SMP-SMK YAPA CILEUNGSI-BOGOR. Dalam peneltian ini akan
dibahas tentang konsep pendidikan yang disampaikan oleh Imam Az-Zarnuji dalam Kitab
Ta’lim al-Muta’allim yang kemudian akan di refleksikan terhadap kehidupan siswa
maupun sisiwi dalam melaksanakan pembelajaran di Madrasah maupun pesantren.
Skripsi ini meneliti secara mendalam tentang metode-metode belajar yang terdapat dalam
kitab Ta’lim Muta’allim dalam pembentukan etika belajar siswa. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini dipergunakan, karena penulis
mencoba melihat, mengamati dan menelaah implementasi kitab Ta’lim Muta’allim dalam
pembentukan etika belajar santri, yang tidak mungkin dilakukan dengan analis aangka-
angka dan statistik sebagaimana yang lazim dalam penelitian kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kitab Ta’lim Muta’allim dan mengandung pendidikan akhlak yang
berorientasi pada pembentukan etika belajar peserta didik. Kitab Ta’lim Muta’allim
memberikan perhatian penuh pada cara-cara yang seharusnya dilakukan oleh para
penuntut ilmu. Dari semua bab yang ada dalam kitab ini,semuanya berkonsentrasi pada
perbaikan akhlak, sehingga menjadikan ini identik dengan kitab yang membahas tentang
ilmu pengetahuan. Dari berbagai keterangan yang ada tentang ilmu pengetahuan sebagian
besar berkonsentrasi pada perbaikan akhlak yang harus dilakukan oleh peserta didik
dalam menuntut ilmu.

VI
Nama : Risqi Ramadani
NPM : 172100172

Program Studi : Pendidikan Agama Islam ( PAI)

Judul Skripsi : METODE PENDIDIKAN DALAM KITAB TA’LIM MUTTA’ALIM


DI SMP - SMK YAPA 01 CILEUNGSI - BOGOR

VII
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang, Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Syukur Alhamdulillah atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
mampu menyelesaikan skripsi ini dan selalu tegar selama menjalani hari-hari di kampus
STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.

Penyusunan skripsi ini terlaksana dengan baik dan lancar adalah berkat kerjasama
antara serta tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, Oleh karena itu, perkenankanlah
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani.
2. Orang tua tercinta yang telah memberikan do’a dan dukungannya.
3. Bapak Dr. Muhammad Zein, MA selaku Ketua STAI Al-Aqidah
Al-Hasyimiyyah Jakarta. Dan selaku pembimbing skripsi kami, yang tidak pernah
bosan mengingatkan kepada kami.
4. Bapak TGKH. Muslihan Habib, selaku Wakil Ketua I dan A. Misbakhun Najakhi,
M.Pd, sebagai Wakil II STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.
5. Bapak Ilyas Ichsani, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Pendidika Agama Islam
STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.
6. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.
7. Segenap Staff Kampus STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.
8. Bapak/Ibu pimpinan, Dosen, karyawan/karyawati STAI Al-Aqidah AlHasyimiyyah
Jakarta.
9. Bapak KH. Asep Saepudin MM. selaku Kepala Yayasan Pendidikan Islam Al-
Isti’anaah.
10. Segenap guru dan staf tata usaha di Yayasan Pendidikan Islam Al-Isti’anaah.

VIII
11. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu pelaksanaan dan penulisan
skripsi, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya kami ucapkan terima kasih semoga itikad amal baik mendapatkan balasan
dari Allah SWT. Semoga ilmu yang di berikan dapat bermanfaat. Mohon maaf kepada
semua pihak apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Wassalamualaikum wr.wb.

IX
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………..……..…………… II
LEMBAR PENGESAHAN KAPRODI ……………………………………………. III
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………………….... IV
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI….…………………………………………..... V
ABSTRAK……………………………………………………………………............. V1
KATA PENGANTAR…….………………………………………………………… VIII
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. X

BAB I PENDAHULUAN…………………………..…………………………………..
……… 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………..……….. 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………...………………………….. 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah…..………….…………………………. 8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...………………........................................... 9
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………..………..…………………………...... 9
F. Metodologi Penelitian …………………………...………………………...…. 9
G. Sistematika Penulisan …..………………………...………………………..... 10
BAB II KAJIAN TEORI ..…………………………………………………………..... 12
A. Pengertian Pendidikan …………………….……………………………..... 12
B. Tujuan Pendidikan …………………………..…………………………….. 20
C. Pengaruh Pendidikan ……...……………………...……......……………… 23
D. Motivasi Belajar Siswa ………….......…..………………………..……….. 28
BAB III GAMBARAN SINGKAT SMP-SMK YAPA CILEUNGSI …………..….. 31
A. Sejarah Singkat ………………………….…............................................... 32
B. Visi Dan Misi Sekolah ………………………...……………………….…. 34
C. Struktur Organisasi …..…………...... ……...……………………...….…... 34
D. Metode Penelitian ……………...…… …..………………………..………. 34
BAB IV PEMBAHASAN MASALAH …………….…………………..………..…… 39
A. Konsep Pendidikan Dalam Ta’lim Muta’allim ….…………………….….. 39
B. Relevansi Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim Dan
Pendidikan Nasional………………… ….……………………………...…. 51
BAB V PENUTUP …...…………………………..………………………………….... 56

X
A. Kesimpulan ...………………………….…................................................... 56
B. Saran ……….….……………………………...….……………………...… 56
C. Daftar Pustaka ...………………………….….............................................. 58

XI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

a. Biografi Syekh Az-Zarnuji

Di kalangan pesantren, khususnya pesantren tradisional, nama Az-Zarnuji

tidak asing lagi di telinga para santri. Az-Zarnuji dikenal sebagai tokoh

pendidikan Islam. Kitabnya yang berjudul Ta’lim Muta’allim merupakan kitab

sangat popular yang wajib dipelajari di pesantren-pesantren.Bahkan para santri

wajib mengkaji dan mempelajari kitab ini sebelum membaca kitab-kitab

lainnya.Nama lengkap Az-Zarnuji adalah Burhanudin Ibrahim Az-Zarnuji al-

Hanafi. Nama lain yang disematkan kepadanya adalah Burhan al-Islam dan

Burhan al-Din. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti waktu dan

tempat lahirnya al-Zarnuji.Nama “Az-Zarnuji” sendiri dinisbatkan pada suatu

tempat bernama Zurnuj, sebuah tempat yang berada di wilayah Turki.

Sementara kata “al-Hanafi” diyakini dinisbatkan kepada nama mazhab yang

dianutnya, yakni mazhab Hanafi.

Beberapa peneliti juga telah menyebutkan nama lengkap Az-Zarnuji

dengan nama yang berbeda-beda. Sebagaimana dikutip oleh Ahmad Sholeh

dalam literatur skripsinya, Khoeruddin al-Zarkeli menyebutkan nama Az-

Zarnuji adalah al-Nu’man bin Ibrahim bin Kholil al-Zarnuji

Tajuddin.1Sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Amirin M. Ali Hasan

Umar, dalam sampul buku Az-Zarnuji, menyebutkan nama lengkap al-Zarnuji


1
Ahmad Sholeh, Pembelajaran Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Implikasinya dalam Pembentukan Akhlaq
Santri di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin “Aspir” Pesantren Kaliwungu Kendal,Skripsi Semarang :
IAIN Walisongo, 20060,hal.51

XII
adalah Syaih al-Nu‟man bin Ibrahim bin Isma‟il bin Kholil al-Zarnuji. Disisi

lain ia jugamenyebutkan nama lengkapnya adalah Syaikh Tajuddin Nu‟man bin

Ibrahim bin al-Kholil az-Zarnuji.2

Perjalanan kehidupan Az-Zarnuji tidak dapat diketahui secara pasti. Meski

diyakini ia hidup pada masa kerajaan Abbasiyah di Baghdad, kapan pastinya

masih menjadi perdebatan hingga sekarang. Al-Quraisyi menyebut Az-Zarnuji

hidup pada abad ke-13 M. Sementara para orientalis seperti G.E. Von

Grunebaun, Theodora M. Abel, Plessner dan J.P. Berkey meyakini bahwa Az-

Zarnuji hidup di penghujung abad 12 dan awal abad 13 M.

Az-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, dua tempat yang

disebut-sebut sebagai pusat keilmuan, pengajaran dan sebagainya. Semasa

belajar, Az-Zarnuji banyak menimba ilmu dari; syeikh Burhan al-Din,

pengarang buku al-Hidayah; Khawahir Zadah, seorang mufti di Bukhara;

Hamad bin Ibrahim, seorang yang dikenal sebagai fakih, mutakallim, sekaligus

adib; Fakhr al-Islam al-Hasan bin Mansur al-Auzajandi al-Farghani; al-Adib al-

Mukhtar Rukn al-Din al-Farghani yang dikenal sebagai tokoh fikih dan sastra;

juga pada Syekh Zahir al-Din bin ‘Ali Marghinani, yang dikenal sebagai

seorang mufti.

Karya termasyhur Az-Zarnuji adalah Ta’lim Muta’allim Tariq al-

Ta’allum, sebuah kitab yang bisa dinikmati dan dijadikan rujukan hingga

sekarang. Menurut Haji Khalifah, kitab ini merupakan satu-satunya kitab yang

dihasilkan oleh Az-Zarnuji. Meski menurut peneliti yang lain, Ta’lim al-

2
Dwi Yuniarti, Konseptika dalam Pendidikan menurut Imam al-Zarnuji, Skripsi, Semarang : IAIN
Walisongo ,2002, hlm. 33

XIII
Muta’allim, hanyalah salah satu dari sekian banyak kitab yang ditulis oleh al-

Zarnuji. Seorang orientalis, M. Plessner, misalnya, mengatakan bahwa kitab

Ta’lim Muta’allim adalah salah satu karya Az-Zarnuji yang masih tersisa.

Plessner menduga kuat bahwa Az-Zarnuji memiliki karya lain, tetapi banyak

hilang, karena serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan

terhadap kota Baghdad pada tahun 1258 M.

b. Hubungan Pendidikan Talim Muta’allim Dengan Pendidikan Islam


Pendidikan Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat
menyebabkan seseorang tunduk dan taat pada ajaran agama Islam dan
menerapkannya secara sempurna di dalam kehidupan sekolah, individu dan
masyarakat. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan sangat berpengaruh pada siswa dalam
menyesuaikan diri dan berkelanjutan secara sosial dengan
lingkungannya. Pendidikan mempunyai konsep yang harus tertata rapi dalam
melaksanakan prinsip pendidikan dengan hasil yang berkualitas dan menjadikan
pendidikan benar-benar mampu membentuk peserta didik menjadi generasi
yang cerdas dan religius.
Konsep pendidikan tersebut ada dalam Kitab Ta'limu Muta'allim yang
ditulis oleh Syekh Burhanuddin Az-Zarnuji secara luas digunakan sebagai
panduan bagi santri di pesantren-pesantren di Indonesia. Kitab tersebut dinilai
penting untuk panduan, sebagai acuan dalam mengetahui konsep pendidikan
dalam kitab Ta'lim Mut'allim oleh Syekh Burhanuddin Az-Zarnuji . Ta’lim
Mutt’alim banyak dikaji bahkan dijadikan tuntunan dan panduan belajar bagi
peserta didik sekaligus panduan bagi pendidik yang sangat populer di hampir
seluruh pesantren terutama pesantren salafi di Indonesia. Kitab ini, meskipun
kecil, tapi sudah diakui sebagai karya monumental dan sangat diakui
keberadaannya. Kitab ini juga banyak dijadikan bahan penelitian dan rujukan
dalam penulisan karya ilmiah, terutama dalam bidang pendidikan. Kitab ini

XIV
tidak hanya digunakan oleh ilmuan muslim saja, tetapi juga dipakai oleh
orientalis dan penulis barat.
Mengenai pendidikan kita akan dihadapkan dengan proses pembelajaran
yang tidak akan bisa lepas dari keberadaan dan penggunaan sumber belajar.
Dengan tersedianya dan dimanfaatkannya sumber belajar secara tepat dan
kontekstual akan mampu memperkaya dan mempermudah proses belajar yang
sedang berlangsung. Tersedianya sumber belajar yang memadai akan dapat
mengatasi hambatan ruang dan waktu yang terkait dengan proses pembelajaran
di kelas. Menurut Deny Darmawan “Dengan demikian, tersedianya sumber
belajar yang memadai akan dapat melengkapi, memelihara, maupun
memperkaya proses pembelajaran. Kerena banyaknya variasi dari sumber
belajar kita perlu memahami berbagai format atau bentuk yang beraneka ragam,
karakteristik, dan pemanfaatnya” (Inovasi Pendidikan, 2012, PP. 43-44).
Untuk pelaku belajar tidak terfokus hanya pada siswa yang belajar di
bangku sekolah, seperti diungkapkan pada sebuah hadist bahwa setiap manusia,
baik laki-laki maupun perempuan, baik anak-anak, para remaja, tua maupun
yang muda diwajibkan mendapatkan ilmu, dan hanya dengan belajar ilmu
itupun akan dengan mudah kita dapat. Sebagaimana Rasulullah SAW. Bersabda
:

‫طلب العم فريضة على كل مسلم ومسلمة‬


“Tholabul ‘ilmi fariidhatun ‘ala kulli muslimin wa muslimatin”
Artinya: “Menuntut Ilmu itu adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim dan

muslimat.3”.

Dengan belajar manusia dapat mengerti akan dirinya, lingkungannya dan


juga Tuhan-nya. Dengan belajar pula manusia mempu menciptakan kreasi unik
dan spektakuler yang berupa teknologi maupun yang lainnnya. Belajar dalam
pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga hampir setiap saat
manusia tak pernah lepas dari aktivitas belajar. Keunggulan suatu umat manusia
atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka

3
Syeh Az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim, (Semarang: Toha Putra, Ttt), h. 15

XV
menggunakan rasio pemikiran serta akal sebagai anugerah Tuhan untuk belajar
dan memahami ilmu dunia dan akhirat. Hingga dalam al-Qur’an dinyatakan
Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu ke derajat yang tinggi.
Allah SWT Berfirman :

ِ ‫س فَا ْف َسح ُْوا يَ ْف َس‬


‫ح‬ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قِي َْل لَ ُك ْم تَفَ َّسح ُْوا فِى ْال َم ٰجل‬
‫هّٰللا ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِي َْل ا ْن ُش ُز ْوا فَا ْن ُش ُز ْوا يَرْ فَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذي َْن‬
‫ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُ ْو َن َخبِ ْي ٌر‬
ٍ ۗ ‫اُ ْوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر ٰج‬
Artinya : “ Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapangalah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”,
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”4
Ayat diatas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan
derajat seorang berilmu. tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-
derajat yakni yang lebih tinggi dari yang sekedar beriman. Tidak disebutnya
kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya
itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan
akibat dari faktor di luar ilmu itu.5

ٍ ‫َد َر ٰج‬
Tentu saja, yang dimaksud ۗ‫ت‬ ‫اُ ْوتُوا ْال ِع ْل َم‬ adalah mereka yang
beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti, ayat diatas
membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekedar
beriman dan beramal saleh dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta
memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan

4
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya jilid x, (Jakarta: Percetakan Ikrar Mandiri
abadi, 2010), hlm. 25.
5
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati,
2007), hal. 14

XVI
saja karena nilai ilmu yang disandangkanya, tetapi juga amal dan pengajarannya
kepada pihak lain baik secara lisan, atau tulisan, maupun dengan keteladanan.6
Karena tanpa ilmu, maka seorang yang mengaku mukmim, tidak akan
sempurna bahkan tidak benar dalam keimanannya. Karena seorang muslim
wajib mempunyai ilmu untuk mengenal berbagai pengetahuan dunia maupun
akhirat dan ilmu yang diperoleh seharusnya menambah dekatnya hubungan
manusia dengan sang Khaliq.
Apalagi dalam konsep Islam  terdapat keyakinan yang menegaskan, bahwa
belajar  merupakan kewajiban dan berdosa bagi yang meninggalkannya.
Keyakinan demikan ini begitu membentuk dalam diri umat yang beriman,
sehingga  mereka memiliki etos belajar yang tinggi dan penuh semangat serta
mengharapkan “janji luhur” Tuhan  sebagaimana yang difirmankan dalam ayat-
Nya (QS. Al-Mujadilah : 11).
Maka konsep atau pasal yang bersangkutan metode pendidikan atau
pembelajaran yang diajarkan dalam kitab “Ta’lim Mutta’allim” karangan Syekh
Burhanuddin Az-Zarnuji meliputi :.
1. Hakikat ilmu, fikih dan keutamannya.
2. Niat dalam mencari ilmu
3. Memilih ilmu, guru, teman dan ketekunan
4. Menghormati ilmu dan guru
5. Kesungguhan, ketekunan, dan cita-cita dalam mencari ilmu
6. Permulaan, ukuran dan urusan dalam mempelajari ilmu
7. Tawakal
8. Waktu menuntut ilmu
9. Saling mengasihi dan menasihati
10. Mengambil dan mempelajari adab
11. Bersikap Wara’ ketika menuntut ilmu
12. Hal-hal yang menguatkan dan melemahkan hafalan.

6
lbid.

XVII
13. Hal-hal yang mendatangkan dan menolak rezeki,serta hal-hal yang
memperpanjang dan mengurangi umur.7
Dengan demikian pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
interaksi edukatif antara anak didik dengan pendidik. Salah satu indikator
interaksi edukatif adalah apabila interaksi tersebut dilakukan secara terencana,
terkendali dan ada sesuatu atau bahan yang akan disampaikan dan dapat
dievaluasi dalam suatu sistem. Ketika interaksi dilakukan tanpa
memperhatikan karakteristik interaksi edukatif. Salah satu permasalahan
penting dalam dunia pendidikan adalah komponen pendidik dan peserta didik.
Begitu pentingnya interaksi antara guru dan murid. Konsep Pendidikan Islam
yang ada dalam kitab “Ta’lim Muta’allim”, maka konsep-konsep tersebut
dikategorikan sebagai berikut : pertama, Hakikat Pendidikan Islam, kedua,
Tujuan Pendidikan Islam, ketiga, Guru dan Murid, keempat, Metode
Pembelajaran. Syekh Az-Zarnuji tidak memberikan pengertian Pendidikan
islam secara langsung..
Maka berdasarkan pola perumusan pengertian pendidikan di atas kita akan
dapat melihat pokok pikiran Az-Zarnuji dalam pendidikan yang selanjutnya
akan dapat digunakan sebagai acuan untuk mendefinisikan hakikat Pendidikan
Islam sesuai pola pikir Syekh Az-Zarnuji yang terdapat dalam kitab Ta’lim
Mutta’alim. Pertama adalah pola interaksi dapat diruntut dari pendapat Az-
Zarnuji yang menyatakan bahwa salah satu syarat ilmu yang paling utama
adalah petunjuk guru. Penuntut ilmu hendaknya teguh dan sabar ketika belajar
kepada seorang guru dan mempelajari kitab ataupun buku sehingga tidak
meninggalkannya sebelum selesai.
Konsep Pendidikan Islam yang dirumuskan oleh Syekh Burhanuddin Az--
Zarnuji dalam kitabnya yaitu Ta’lim Mutta’alim memang sudah mewakili dari
pengertian tujuan Pendidikan yang diharapkan yaitu memanusiakan manusia
yang telah mencakup aspek kemanusiaan seperti Kecerdasan Intelektual (IQ),
Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ), Seperti yang
telah dicantumkan dalam UU No 20 tahun 200, Bab II pasal 3 yaitu tentang

7
Burhanul Islam, Ibid, h. 19

XVIII
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut :
a. Pendidikan sangat berpengaruh pada siswa dalam menyesuaikan diri dan
berkelanjutan secara sosial dengan lingkungan SMP-SMK YAPA 01.
b. Pendidikan mempunyai konsep yang harus tertata rapi dalam melaksanakan
prinsip pendidikan dengan hasil yang berkualitas.
c. Pelaku belajar yang tidak fokus pada bangku sekolah ataupun pendidikan
sekolah
d. Proses pembelajaran yang tidak bisa lepas dari keberadaan dan penggunaan
sumber belajar.
e. Pentingnya interaksi antara guru dan murid.
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas
dapat dibatasi dengan beberapa istilah antara lain :
a. Bagaimana Konsep Pendidikan Syekh Az-Zarnuji yang terdapat dalam
Kitab Ta’lim Mutta’alim ?
b. Bagaimana Relevansinya Pendidikan dalam kitab ta’lim muta’allim
dengan Pendidikan saat ini ?

D. Tujuan Kegunaan Penelitian

8
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang: Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Jakarta:

XIX
1. Tujuan dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui Bagaimana Konsep
Pendidikan Islam menurut Burhanul Islam Syekh Az-Zarnuji dalam Kitab
Ta’lim Mutt’allim
2. Bagaimana Relevansinya Pendidikan Islam menurut Az-Zarnuji dengan
Pendidikan Islam Saat ini.
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan tidak lepas dari penelitian-penelitian terdahulu terdahulu
yang relevan sebagai bahan perbandingan sesuai dengan topik penelitian mengenai
“ Metode Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim Mutta’alim SMP-SMK YAPA Cileungsi
“ Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh :
1. Khoirun Nasihin dalam penelitiannnya yang berjudul “KONSEP
PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB TA’LIMUL MUTA’ALIM KARYA
AZ-ARNUJI “
2. Amien Nurhakim dalam artikelnya yang berjudul “Mengenal Kitab Ta’lim
Muta’alim, Panduan Mencari Ilmu”
3. Muhammad Zamhari dan Ulfa Masamah dalam artikelnya yang berjudul
“RELEVANSI METODE PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM KITAB TA’LIM AL MUTA’ALIM TERHADAP DUNIA
PENDIDIKAN MODERN”
Pada skripsi dan artikel terdahulu penelitiannya lebih pada penerapan
serta pembelajaran dalam konsep pendidikan yang diajarkan oleh Syekh Az-
Zarnuji. Perbedaaan dari penelitian yang saya lakukan adalah dalam penelitian
ini saya sertakan penjelasan tentang dalil derajat orang yang berilmu sehingga
peserta didik lebih semangat lagi dalam belajar.
F. Metodologi Penelitian.
1. Populasi dan sampel
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMP – SMK
YAPA CILEUNGSI 01
2. Teknik pengumpulan data

XX
Sumber data yang telah terkumpul dianalisis secara kualitatif melalui distribusi
frekuensi dan memberikan persetase, dalam hal ini mengguanakan rumus
sebagai berikut :
P : F x 100%
=N
Keterangan :
P : Prosentase yang dicari
F : Frekuensi
N : Jumlah seluruh sampel
a. Sumber data yang dilakukan untuk menghimpun informasi yang relevan
dengan topik atau masalah yang sedang diteliti. Dokumentasi yang dapat
diperoleh dari buku-buku ilmiah, jurnal, dan sumber-sumber tertulis. Data-
data yang dikumpulkan harus tetap ada untuk menjawab persoalan
penelitian. Sumber primer didapatkan secara langsung dari dokumen-
dokumen,majalah dan Koran (sumber tulisan) dan benda-benda yang
dianggap dapat memberikan informasi. Adapun sumber primer ini adalah
Kitab Ta’lim Muta’alim.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara disengaja, dilakukan
secara spontan dan bisa pula dengan daftar isiian yang telah disiapkan
sebelumnya. Observasi sebagai alat pengumpulan data yang harus
sistematis,, artinya observasi serta pencatatnya dilakukan menurut prosedur
dan aturan-aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti
lain.
c. Tujuan observasi mengarahkan dan memusatkan kepada hal-hal yang
relavan. Dengan observasi kita dapat mengetahui kebenaran tentang masalah
yang kita selidiki dalam hubungannya dengan kenyataannya.

G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dan menghasilkan skripsi yang baik maka penulis membagi
sistematika penulisan sebagai berikut :

XXI
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Kajian teori, Pengertian Pendidikan, Tujuan Pendidikan,
Pengaruh Pendidikan Terhadap Peserta Didik, Motivasi Belajar.
BAB III : Gambaran Tentang Sekolah Smp Smk Yapa Cileungsi 01 Sejarah
singkat Tentang Smp Smk Yapa Cileungsi 01, Visi dan Misi Smp
Smk Yapa Cileungsi 01 Struktur Organisasi Sekolah Smp Smk
Yapa Cileungsi 01. Metode Penelitian..
BAB IV : Pembahasan Masalah, Konsep Pendidikan, Relevansi Pendidikan
BAB V : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran, Daftar pustaka.

XXII
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan

a. Pendidikan Umum

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan

belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan

yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan juga dapat diartikan suatu

usaha manusia untuk membawa peserta didik atau siswa ke tingkat kedewasaan

dalam arti sadar dalam memikul tanggung jawab segala perbuatan secara moral.

Dalam psikologi penidikan disebutkan bahwa pendidikan adalah “ proses

pertumbuhan yang berlangsung dilakukannya perbuatan belajar ”.9

Secara Etimologi pendidikan adalah kemampuan diri sendiri dan kekuatan

individu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengelolaan dan pelatihan.

Pengertian pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai suatu metode

untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang

diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Pengertian pendidikan

menurut beberapa ahli :

9
Withelingson, HC., Psikologi Pendidikan, Alih Bahasa M.Bukhari, (Jakarta: Aksara Baru, 1984),
hal. 12

XXIII
1. Menurut H. Horne, pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus

(abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah

berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan,

seperti termanifestasai (terwujud) dalam alam sekitar intelektual, emosional,

dan kemanusiaan dari manusia.

2. Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional mengatakan

pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun

maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada

pada anak-anak itu, agar mereka, sebagai manusia dan anggota masyarakat

dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tinggiinya.10

3. Menurut Heidrachman dan husnah (1997:77) Pendidikan adalah suatu

kegiatan untuk meningkatkan pegetahuan umum seseorang termasuk di

dalam peningkatkan penguasaan teori dan keterampilan, memutuskan dan

mencari solusi atas persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan di dalam

mencapai tujuannya, baik itu persoalan dalam dunia pendidikan maupun

kehidupan sehari-hari.

4. Menurut Notoatmodjo (2003:77) Pendidikan formal dalam suatu organisasi

merupakan suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang diinginkan

oleh organisasi yang bersangkutan.11

b. Pendidikan Agama Islam

10
Haryanto S.pd, Februari 5, 2012 dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para ahli
http://id.scrbd.com/doc/201424971/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/
11
Benny Heldrianto, 2013 : Dalam jurnal “penyebab rendahnya tingkat pendidikan anak putus
sekolah dalam program wajib belajar 9 tahun desa sungai kakap kecamatan sungai kakap
kabupaten kubu raya” https://jurmafis.untan.ac.id

XXIV
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa,

berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab

suci Al-Quran dan Al-Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

serta penggunaan pengalaman.12 Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No.

55 Tahun 2007 Bab I Pasal 2 menyebutkan bahwasannya pendidikan agama

adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan, membentuk sikap,

kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran

agamnya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah

pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.13

Di dalam pendidikan islam terdapat tiga istilah yang digunakan untuk

menandai konsep pendidikan dalam islam, yakni tarbiah, ta’lim, dan ta’dib

berikut penjelasannya:

1. Tarbiah istilah tarbiah secara umum berasal dari kata kerja yang berbeda

yaitu, raba-yarbu yang berarti berkembang, rabiya-yarba yang berarti

tumbuh, dan rabba-yarubu yang berarti memperbaiki.

2. Ta’lim dipetik dari kata dasar ‘allama-yu’allimu-ta’lim () yang dapat

diartikan dengan mengajarkan atau pembelajaran.

3. Ta’dib berasal dari kata adaba-ya’dubu () yang berarti melatih dan

mendisiplinkan diri untuk berperilaku baik.

c. Metode Pembelajaran Umum

12
Prof. Dr. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2005, hal. 21
13
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan Bab I, Pasal 2, Ayat (1)

XXV
Proses pembelajaran tentunya memerlukan metode-metode khusus agar

mencapai tujuan penmbelajaran yang efektif dan efisien. Metode pembelajaran

merupakan cara sistemastis dalam bentuk konkrit berupa langkah-langkah yang

memudahkan pelaksanaan suatu proses pembelajaran. Penggunaan metode ini

sangat penting karena dengan metode guru dapat merencanakan suatu proses

pembelajaran yang utuh dan terstruktur dalam menyajikan materi pembelajaran.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar

Mengajar, hlm 46, Beliau berpendapat bahwasannya metode adalah suatu cara

yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan

belajar mengajar, metode perlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Berikut

penjelasan beberapa metode pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan

belajar mengajar :

1. Metode tutorial

Tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian arahan,

bantuan, petunjuk, dan motivasi agar siswa belajar secara efisien dan efektif.

Pemberian bantuan berarti membantu siswa dalam mempelajari materi

pelajaran. Petunjuk dalam hal ini berarti memberikan informasi tentang cara

belajar secara efisien dan efektif.14 Arahan berarti memberikan arahan

kepada peserta didik dalam mempelajari materi, mengerjakan tugas-tugas,

14
Rijalullah, Model Pembelajaran Tutorial Sebaya dalam Pembelajaran BTQ (Skripsi),
(Jakarta;STAINU, 2013) hlm. 32

XXVI
dan mengikuti penilaian. Bimbingan berarti membantu para siswa

memecahkan masalah-masalah belajar.15

2. Metode demonstrasi

Menurut Drajat metode demonstrasi metode yang menggunaan

peragaan untuk memperjelan atau pengertian atau untuk memperlihatkan

bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta lain. Demonstrasi merupakan

metode pembelajran yang efektif, karena peserta didik dapat mengetahui se

cara langsung penerapan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.16

Metode demonstrasi dapat diartikan sebagai metode penyajian

pelajaran dengan memeragakan dan menunjukan kepada siswa tentang suatu

proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya ataupun hanya sekedar

tiruan, metode penyajian tidak terlepas dari penjelasan guru, walau dalam

metode demonstrasi siswa hanya sekedar memperhatikan.17

3. Metode debat aktif

Metode debat aktif adalah metode metode yang membantu anak

didik menyalurkan ide, gagasan dan pendapatnya. Kelebihan metode ini

adalah pada daya membangkitkan keberanian mental anak didik dalam

berbicara dan bertanggung jawab atas pengetahuan yang didapat melalui

proses debat, baik di kelas maupun di luar kelas. 18 Debat merupakan forum

yang sangat sangat strategis untuk mengasah kemampuan berfikir dan


15
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru ,(Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2012) hlm. 300
16
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2013) hlm. 233
17
Ahmad Mujin Nasih dan Lilik Nur Khodijah, Metode dan Tehnik Pembelajaran Agama Islam,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2019) hlm. 49

XXVII
mengasah keterampilan mengolah kata saat berbicara. Debat juga dapat

memberikan kontribusi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.

4. Metode role playing

Metode role playing atau bermain peran merupakan permainan yang

memerankan tokoh dalam suatu cerita, binatang, atau benda sekitar anak,

berdasarkan khayalan atau pengalaman seseorang yang meibatkan

kemampuan berbicara (Halida, 2011:28). Nurul Ramadhani Makarao

(2009:121) juga berpendapat bahwasannnya role playing adalah suatu

metode pelatihan yang memfasilitasi peserta untuk memainkan peran dalam

skenario tertentu.

5. Metode problem solving

Menurut Abdul Majid (2013) metode problem solving merupakan cara

memberikan pengertian dengan menstimulasi peserta didik untuk,

memperhatikan, menelaah, dan berfikir tentang suatu masalah untuk

selanjutnya menganalisis masalh tersebut sebagai upaya untuk memecahkan

masalah. Proses menganalisa adalah konsep memadukan pikiran dengan

kegiatan motoric untuk memecahkan masalah. Metode problem solving

merupakan salah satu dasar teoritis yang menjadikan masalah sebagai isu

utama dalam pembelajaran.

d. Metode Pendidikan Ta’lim Muta’alim

Dalam kitab ta’lim muta’alim karangan Syekh Az-Zarnuji di dalamnya

mengupas tuntas tentang cara-cara atau metode-metode belajar agar ilmu yang

18
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta, CTSD Institut
Agama Islam Negeeri Sunan Kali Jaga, 2002) hlm. 12

XXVIII
didapatkan bermanfaat bagi pemiliknya. Sebagaimana pendapat Syekh Az-

Zarnuji dalam bukunya beliau mengatakan bahwasanya kitab ta’lim muta’alim

adalah “sebuah kitab kecil yang sangat penting, mengajarkan tentang cara

menjadi santri (siswa) dan guru (kyai) yang baik” 19

Berikut beberapa poin-poin metode atau tata cara belajar yang terdapat

dalam kitab ta’lim muta’alim karya Syekh Az-Zarnuji :

a. Al-Fahmu

Pertama-tama anak didik memahami materi yang dibaca atau yang disampaikan

oleh guru. Anak dikatakan faham, apabila dapat mengambil inti dari sesuatu

permasalahan yang dipelajarinya selama dia belajar.

b. Al-Hifdzu

Langkah selanjutnya adalah menghafalkan materi yang telah difahami oleh

anak didik. Menghafalkan dari materi yang telah difahami akan lebih mudah.

c. At Taamul

Materi yang telah dihafal anak, hendaknya tidak dibiarkan begitu saja, tetapi

harus selalu direnungkan dan dicari kaitannya dengan hal-hal lain yang

relevan agar tercipta suatu pengertian yang untuh tentang materi yang telah

didapat oleh anak didik.

d. At Ta’liq

Untuk menjaga pemahaman dan hafalan, anak harus mempersiapkan catatan

untuk menuliskan materi yang telah difahami dan dihafalkan. Hal ini untuk

19
Syaikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’allim, (Jakarata: Rica Grafika, 1994), hlm. 3

XXIX
menghindari adanya kelupaan yang mungkin terjadi. Dengan adanya catatan

dapat membantu pemahaman dan hafalan yang dimiliki anak didik.

e. At-Tikrar

Cara selanjutnya, untuk melestarikan hafalan dan pemahaman adalah dengan

mengadakan pengulangan terhadap materi yang telah dipelajari. Dengan

seringnya mengulang akan menghindarkan diri dari kelupaan yang disebabkan

lamanya jejak ingatan (memory trace) tidak ditimbulkan.

f. Al-Mudzakarah

Selain dengan cara mengulangi, sekali waktu perlu juga diadakan mudzakarah

(saling mengingatkan) misal: dengan tanya jawab. Caraseperti lebih

membekas dalam ingatan.

g. Al-Munadzarah

Diskusi perlu juga digunakan untuk lebih mendalami materi. Dengan diskusi

akan semakin memperluas wawasan dan cakrawala informasi dan

membiasakan untuk berani dalam mengemukakan pendapat tentang sesuatu.

Dari beberapa metode belajar tersebut pada intinya untuk mencari dan

menjaga pemahaman atau insight yang merupakan inti dari belajar Gestalt.

Karya Imam Az-Zarnuji ini telah dikenal banyak orang baik di Timur

maupun di Barat. Banyak para ulama yang memuji kitab Ta’lîm Muta’allim, di

antaraya adalah al-‘Allamah al-Kinawi a-Hindi. Beliau mengatakan, “Aku telah

membaca kitab ini berulang-ulang, dia adalah kitab yang ringkas, memiliki

banyak manfaat, berharga dan berfaedah.20

B. Tujuan Pendidikan
20
Ibid. hal. 40

XXX
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau

kegiatan selesai. Jika kita melihat kembali pengertian pendidikan agama Islam,

akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang

mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang

membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola taqwa insan kamil artinya

manusia utuh rohani dan dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal

karena takwanya kepada Allah SWT.Berikut beberapa pendapat para ahli tentang

tujuan pendidikan islam :

1. Menurut Athiyah Al-Abrasyi beliau mengemukakan bahwasannya : “Tujuan

pokok dari pendidikan islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan

jiwa.semua mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran akhlak, setiap guru

haruslah memperhatikan akhlak, setiap guru haruslah memikirkan alkhlak

keagamaan sebelum yang lain-lainnya, karena akhlak keagmaan adalah akhlak

yang tertinggi. Sedangkan akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan

islam.21

2. Menurut Mohammad Daud Ali, Tujuan pendidikan islam ialah untuk membina

insan yang beriman dan bertaqwa, yang mengabdikan dirinya hanya kepada

Allah SWT. Membina serta memelihara alam sesuai dengan syari’ahserta

memanfaatkannya sesuai dengan akidah dan akhlak islam22

3. Sedangkan Menurut Zuhraini, Tukjuan umum pendidikan agama islam ialah

membimbing anak agar meeka menjadi orang muslim sejati, beriman teguh,

21
Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, JAKARTA : Bulan Bintang, 1970,
hlm1-2
22
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, JAKARTA, Raja Grafindo Persada, 1998. Jlm
181-182

XXXI
beramal sholeh, dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan

Negara.23

Sekilas penjelasan tentang pendapat tujuan pendidikan agama islam oleh para

ahli, dan perlu diketahui ada beberapa tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu:

a) Tujuan Institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap

sekolah atau lembaga pendidikan. Tujuan intitusional ini merupakan

penjabaran dari tujuan pendidikan sesuaidengan jenis dan sifat sekolah

atau lembaga pendidika. Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan

mempunyai tujuan sekolahnya sendiri-sendiri, tidak seperti tujuan

pendidikan nasional, tujuan institusional lebih bersifat spesifik. Tujuan

institusional ini dapat dilihat dalam kuriulum setiap lembaga

pendidikan.24

b) Tujuan akhir pendidikan islam itu identik dengan tujuan hidup orang

islam, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Adz-Dzariyat : 56

َ ‫ت ْال ِج َّن َو ْاِإل ْن‬


‫س ِإالَّ لِيَ ْعبُ ُدو ِن‬ ُ ‫ َو َما َخلَ ْق‬ 

Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka menyembah-Ku”. 25

23
Zuhrani, Metodik khusus Pendidikan Agama,Malang, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiah IAIN Sunan
Ampel, 1983.Hlm. 45
24
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, 2009,
Bandung:hlm 139
25
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: CV Jaya Sakti, 1997), hlm. 862.

XXXII
Dengan begitu, maka tujuan akhirnya tedapat pada waktu hidup di dunia

ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk dengan pola takwa

dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan

hidup seseorang. Karena itulah pendidikan islam itu berlaku selama

hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara,

dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.

c) Tujuan sementara (Instruksional) Tujuan sementara adalah tujuan yang

akan dicapai setelah seseorang didik diberi sejumlah pengalaman

tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola waktu sudah

kelihatan meskipun dalam ukuran sementara, sekurang-kurangnya

beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi seseorang didik.

d) Tujuan Operasinal Tujuan Operasional adalah tujuan praktis yang akan

dicapai dengan sejumlah kegiatan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan

dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan

mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam tujuan

operasional ini lebih banyak dituntut dari seseorang didik suatu

kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih

ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang

paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilanlah yang

ditonjolkan. Misalnya, ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancer

mengucapkan, mengerti, memahami, menyakini dan menghayati adalah

XXXIII
soal kecil. Dalam pendidikan hal ini terutama berkaitan dengan kegiatan

lahiriyah, seperti bacaan dari kafiyat shalat, akhlak, dan tingkah laku.

C. Pengaruh Pendidikan

Dengan tujuan Pendidikan Agama Islam yang menurut Athiyah Al-Abrasy

yaitu manusia yang berahlak mulia, maka hubungan Pendidikan Agama Islam

dengan etika yaitu berhubungan sebagai proses dan hasil. Jika proses itu terjalin

dengan baik maka hasil yang akan diperoleh pun akan baik. Jadi tidak dapat

disangkal bahwa pada prinsipnya pendidikan itu membawa dan membina mental

seseorang itu semakin baik, dalam arti menjadikan seseorang itu menjadi cerdas,

lebih bermoral, jelasnya maju dari pada sebelum menerima pendidikan. Pendidikan

sebenarnya tidak hanya menata pakaian lahir tetapi yang utama adalah pakaian

jiwa. Dan salah satu titik fokus tujuan Pendidikan Agama Islam adalah

pembentukan akhak siswa untuk pencapaian hal tersebut melibatkan beberapa unsur

yaitu :

1. Pendidik/Guru

Pendidik dalam Pendidikan Agama Islam adalah setiap orang orang dewasa

yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya

dan orang lain. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, pendidik dalam Islam ialah

siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa. 26 Jadi

pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan

pada siswa dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat
26
Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam. Cet 1. (Jakarta : Logos), 1999. h 83

XXXIV
kedewasaan, mampu berdiri sendiri, memenuhi tugasnya sebagai hamba dan

khalifah Allah SWT. Dan mampu sebagai makhluk sosial dan individu yang

mandiri. Hakekatnya seorang pendidik tidak hanya bertugas sebagai Transfer of

Knowledge kepada seseorang, tetapi pendidik juga bertanggung jawab atas

pengelolaan (manager of learning), pengarah (director of learning), fasilitator

dan perencana. Dari katerangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya

seorang guru akan sangat mempengaruhi tercapainya tujuan Pendidikan Agama

Islam dalam hal ini yaitu pembentukan Etika Islam siswa (akhlaqul karimah).

Karena dari guru Pendidikan Agama Islam siswa mendapatkan sumber suri

tauladan di sekolah.

2. Siswa

Siswa adalah Raw Material (bahan mentah) di dalam proses transformasi yang

disebut pendidikan. Menurut Suharsimi Arikunto ”Siswa adalah anak atau

pelajar yang terdaftar sedang mengikuti pelajaran di suatu sekolah” 27. Siswa

mempunyai potensi yang harus dikembangkan ke arah positif, karena rawan

untuk berkembang ke arah yang negatif tanpa adanya pengarahan, oleh karena

itu untuk mendpatkan pengarahan seorang siswa harus mengikuti aktivitas

pendidikan di sekolah-sekolah.

Adapun potensi-potensi yang perlu dikembangkan menurut Quraish

Shihab yang dikutip oleh oleh Ramayulis dalam diri siswa adalah :

a. Kemampuan untuk mengetahui sifat-sifat, fungsi dan kegunaan segala

macam benda (Al Baqarah : 231).

27
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, Rajawali Pers,
Jakarta, 1992. hlm 4

XXXV
b. Ditundukkan bumi, langit dan segala isinya : binatang-binatang, planet dan

sebagainya oleh Allah kepada manusia ( Al Jaatsiyah : 12-13)

c. Potensi akan pikiran serta panca indera (Al Mulk : 23)

d. Kekuatan positif untuk merubah corak kehidupan manusia ini (11-13)

Potensi inilah yang akan memungkinkan diri untuk mengemban tugas

sebagai khalifah Allah SWT. Sejak dini siswa haruslah ditanamkan pendidikan

akhlak, bahkan sejak dalam kandungan. Karena perlu disadari bahwa pendidikan

akhlak itu terjadi melalui semua segi pengalaman hidup, baik melalui penglihatan,

pendengaran, perasaan dan pengalaman atau perlakuan yang diterima.

Pembentukan akhlak dilakukan setahap demi setahap sesuai dengan irama

pertumbuhan dan perkembangan dengan mengikuti proses yang alami. Dengan

demikian, siswa di sekolah akan mendapatkan pemantapan dalam pendidikan

akhlak, yang nantinya akan berguna sebagai penyeimbang antara etika yang

berlandaskan Islam dengan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh, dan dapat

mengantarkan mereka pada kehidupan yang bahagia di dunia dan di akherat,

hingga ke surganya Allah SWT.

Kurikulum Pendidikan Agama Islam Setiap kegiatan ilmiah memerlukan

suatu perencanaan, organisasi. Kegiatan tersebut harus dilaksanakan secara

sistimatis dan terstruktur. Demikian pula dalam pendidikan, diperlukan adanya

program yang mapan dan dapat menghantarkan proses pendidikan sampai pada

tujuan yang diinginkan. Proses, pelaksanaan, sampai penilaian dalam pendidikan

lebih dikenal dengan istilah “kurikulum pendidikan”.28 Sebagai pendapat

Sudirman yang dikutip oleh Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa komponen
28
Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam. (Jakarta: Tribenda Karya),1993. h 183

XXXVI
kurikulum dalam pendidikan sangat berarti, karena merupakan operasionalisasi

tujuan yang dicita-citakan, bahkan tujuan tidak akan tercapai tanpa keterlibatan

kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan salah satu dari komponen pokok

pendidikan dan kurikulum sendiri juga merupakan sistem yang mempunyai

komponen-komponen tertentu. Kurikulum dalam pandangan modern ialah semua

yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini

bertolak dari sesuatu yang aktual, yang nyata, yaitu yang aktual terjadi di sekolah

dalam proses belajar. Pandangan modern berpendapat bahwa semua pengalaman

belajar itu kurikulum. Pengalaman belajar inilah yang banyak pengaruhnya dalan

pendewasaan jasmani dan rohani siswa.

Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah-sekolah

merupakan miniatur masyarakat. Sehingga pengelolaan kurikulum harus

benarbenar matang berdasarkan hasil yang ingin dicapai. Dari situ siswa

diharapkan dapat menjadi output seperti yang diharapkan. Lingkungan sejak lahir

manusia berinteraksi dengan lingkungan dan mempengaruhi lingkungan.

Sebaliknya, manusia dipengaruhi lingkungan pula. berfungsinya kepribadian

seseorang merupakan hasil interaksi antara dirinya dan lingkungan.

Lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Manusia

dapat dikuasai dan membiarkan diri dikuasai oleh lingkungan fisik keadaan itu dia

dapat pula menyesuaikan diri atau menguasai lingkungan fisiknya. Kaitannya

dengan pendidikan lingkungan diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di

luar diri siswa dalam alam semesta ini. Lingkungan dapat berupa hal-hal nyata,

dan dapat diamati seperti tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Namun

XXXVII
lingkungan dapat pula merupakan suatu hal diluar anak yang tidak ditangkap oleh

inderanya karena sifatnya abstrak, seperti situasi politik, ekonomi, agama, adat

istiadat dan kebudayaan. Jadi kalau dilihat tempat berlangsungnya pendidikan

maka ada tiga macam lingkungan, yakni : lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat. Ketiga lingkungan di atas hendaklah dijadikan sumber belajar

sebagai salah satu faktor pendidikan.

Pengaruh lingkungan dikatakan positif yaitu apabila lingkungan yang ada

dapat memberikan kerelevanan terhadap pendidikan. Dan sebaliknya lingkungan

dikatakan negatif yaitu apabila lingkungan memberi pengaruh jelek dan tidak

sesuai dengan tujuan pendidikan. Maka usaha pembentukan lingkungan yang

kondusif dan mendukung dalam pembentukan Akhlak sangat diperlukan sekali

demi tercapainya tujuan pendidikan. Pembentukan Akhlak dapat diperoleh

dengan jalan mempelajari Pendidikan Agama Islam itu sendiri. Pengaruh agama

Islam, dengan sendirinya membina dua sektor pada diri seseorang. Pertama

membina budinya, kedua membina otaknya, sebab orang yang beragama itu,

menurut ajaran Islam orang yang mementingkan rohaniah 29.Orang yang sama

sekali tidak mendapatkan didikan dan ajaran agama, maka langkah-langkah dan

kebiasaan hidupnya dengan sendirinya tidak dilandasi oleh ajaran-ajaran agama

itu. Dari sinilah Pendidikan Agama Islam mempunyai pengaruh terhadap

pembentukan Akhlak. Dari keterangan yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa pelaksanaan Pendidikan Agama Islam mempunyai pengaruh

dalam pembentukan Akhlak. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut harus

29
Burhanuddin, Etika Individual, (Jakarta : Rineka Cipta), 2000. h 19

XXXVIII
melibatkan unsur-unsur yang telah dijelaskan di atas. Supaya terjadi keselarasan

dalam pembentukan Akhlak siswa.

D. Motivasi Belajar Siswa

Motivasi merupakan akar kata dari bahasa Latin movore, yang berarti
gerak atau dorongan untuk bergerak30.Motivasi dalam Bahasa Inggris berasal dari
kata motive yang berarti daya gerak atau alasan31. Motivasi dalam Bahasa
Indonesia, berasal dari kata motif yang berarti daya upaya yang mendorong
seseorang melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam diri subyek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan.
Motif tersebut menjadi dasar kata motivasi yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif.32

Penggunaan istilah motif dan motivasi dalam pembahasan psikologi


terkadang berbeda.Motif dan motivasi digunakan bersama dalam makna kata yang
sama, hal ini dikarenakan pengertian motif dan motivasi keduanya sulit
dibedakan. Motif adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong
orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu. Motif
merupakan tahap awal dari motivasi. Motif dan daya penggerak menjadi aktif,
apabila suatu kebutuhan dirasa mendesak untuk dipenuhi. Motif yang telah
menjadi aktif inilah yang disebut motivasi. Motivasi dapat didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau
mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan.33

Beberapa ahli memberikan batasan tentang pengertian motivasi, antara


lain sebagai berikut:

30
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Yogyakarta, Ar-Ruzz
Media, 2014), hlm. 319.
31
John Eschols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2003), hlm.
386.
32
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, hlm. 73.
33
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi : Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, hlm. 180-182.

XXXIX
1) Menurut Mc. Donald, motivasi adaalah perubahan energi dalam diri
(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan.
2) Menurut Thomas M. Risk, motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak
guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri siswayang menunjang
kearah tujuan-tujuan belajar.
3) Menurut Chaplin, motivasi adalah variabel penyelang yang digunakan
untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu didalam membangkitkan,
mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu
sasaran.
4) Menurut Tabrani Rusyan, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong
seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
5) Menurut Dimyati dan Mudjiono,di dalam motivasi terkandung adanya
keinginan mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan
sikap dan perilaku individu belajar.34
6) Menurut Atkinson, motivasi dijelaskan sebagai suatu tendensi seseorang
untuk berbuat yang meningkat guna menghasilkan satu hasil atau lebih
pengaruh.
7) Menurut A.W Bernard, motivasi adalahfenomena yang dilibatkan dalam
perangsangan tindakan kearah tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau
tidak ada gerakan kearah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi merupakan
usaha memperbesar atau mengadakan gerakan untuk mencapai tujuan
tertentu.
8) Menurut Abraham Maslow, motivasi adalah sesuatu yang bersifat konstan
(tetap), tidak pernah berakhir, berfluktuasi dan bersifat kompleks, dan hal
itu kebanyakan merupakan karakteristik universal pada setiap kegiatan
organisme

34
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 141-142.

XL
9) Menurut John W Santrock, motivasi adalah proses memberi semangat,
arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.35

Dari beberapa pengertian diatasa maka dapat disimpulkan bahwasannya


Motivasi belajar merupakan suatu energi psikologis yang dimiliki oleh siswa atau
peserta didik yang digunakan sebagai pendorong, penggerak, dan pengarah
perbuatan dalam suatu aktivitas pembelajaran yang menimbulkan perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

BAB III

GAMBARAN TENTANG SMP-SMK YAPA CILEUNGSI

A. Sejarah Singkat

Yayasan Pendidikan Agama Islam Al-isti’aanah (YAPA) terletak di

Kampung Blok Pandai RT. 01 RW. 17 Desa Cileungsi Kecamatan Cileungsi

Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Kode Pos 16820. Berdiri setelah mendapat

sebidang tanah pada 20 September 1995 dari Al-Maghfurlah Bapak H. Suma bin

Samid sebidang tanah seluas 210 M2 dan disusunlah pengurus pendiri awal yaitu

35
John W Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 510.

XLI
pada tanggal 22 september 1995. Yang ditanda tangani di Notaris Rohayati

Yogasara yang beralamat di Tambun Bekasi Oleh H. Asep Saepudin M.M sebagai

Ketua/Sekertaris Cahya Komara Sugilar bendahara Jamaludin, dan ditetapkan

setiap tanggal tersebut sebagai MILAD YAYASAN yang disingkat dengan

YAPA, yang diambil dari kata Al-Isti’aanah yang artinya pertolongan dari Allah

SWT sesuai dengan firman-Nya surat Al-Fatihah Ayat 5, yang berawal dari

Majelis Ta’lim ibu-ibu yang didirikan oleh Ibu Hj. Ai Khodijah pada tahun 1982

dan didukung oleh Ibu Hj. Enah Komalasari dan Renovasi pada tahun 1990.

Yayasan Al- Isti’aanah terus berinovasi guna mencapai tujuan yang sesuai

dengan visi dan misi yang tercantum dalam Akte Notaris. Berdiri sebuah TPA-

TKA dan Panti Asuhan ( Sosial ) dan diawali dengan Pendidikan Formal . TK

Islam Al –Isti-aanah tahun 1998. Dilanjutkan dengan pendirian kejar paket A B C.

Tahun 2000 dengan izin Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Kemudian

merintis untuk berdirinya sebuah SMP YAPA tahun 2002 s/d Sekarang. Ditambah

program dengan pendirian SMK pada tahun 2011 s/d Sekarang.

Pada perkembanganya di tahun 2011 ada perubahan peraturan harus

tercatat di SK Kementrian Hukum Akte Notaris perubahan Dedi Sobari S.H

dengan susunan Pengurus badan yaitu dewan pendiri H. Suma (Alm) dan Hj.

Endah Ratna (Almh) Dewan Pembina H. Ompih Supandi Ketua Yayasan H.Asep

Saepudin M.M Sekertaris Hj. Lili Dahlia M.Pd Bendahara Hj. Oci Suparsih

angggota Agus Muhidin S.Pd.i selama berkiprah YAPA Al-Isti’aanah

mengembangkan supaya menjadi :

XLII
1. Al-Isti’aanah YAPA ( I ) Blok Pandai Rt 01/ 17 Cileungsi Bogor.Luas Area

15.000 M²

2. Al-Isti’aanah YAPA (II) Cikukulu Rt 01/01 Cipenjo Cileungsi Bogor.Luas

Area 520 M²

3. Al-Isti’aanah YAPA (III) Kampung Karet Rt 02/01 Situsari-Cileungsi-

Bogor.Luas Area 1.750 M²

4. Al-Isti’aanah YAPA (IV) Kampung Cibungur Rt 03/05 Tanjung Rasa –

Tanjung Sari.Luas Area 37.000 M²

B. Visi Dan Misi Sekolah

a. Visi

1. SMP

Mewujudkan siswa/siswi SMP YAPA yang uggul dalam berprestasi, serta

menjadi insan yang berpengetahuan luas, beriman, bertaqwa dan berakhlak

mulia.

2. SMK

Terwujudnya lulusan yang cerdas, beriman, bertaqwa, berjiwa wirusaha,

siap bekerja dan berakhlak mulia.

b. Misi

1. SMP

XLIII
- Mengembangkan budaya gemar membaca, saling menghargai, disiplin,

jujur, kerja keras, kreatif dan inofatif

- Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan,

komunikatif, tanpa takut salah.

- Mengembangkan iklim pembelajaran yang mendukung kemandirian

peserta didik.

- Menetapkan tutur kata santuan setiap proses pembelajaran.

2. SMK

- Melatih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan masyarakat

- Menanamkan kepada peserta didik tentang iman dan taqwa kepada Allah

SWT.

- Membekali kepada lulusan menjadi tenaga kerja yang terampil,

professional, yang produktif dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan

masyarakat

- Membekali lulusan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.

C. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI

Yayasan Pendidikan Islam Al-Isti’anaah ( YAPA )

KOMITE : Ayat S.pd.i

KEPALA SEKOLAH : KH. Asep Saepudin MM.

WAKIL KEPALA SEKOLAH : Nining Ratna Sari S.pd

BENDAHARA : Lili Dahlia M.pd

XLIV
PKS. KURIKULUM : Saepul Akbar

PKS. KESISWAAN : Syihabudin S.Pd

PKS. HUMAS : Abdul Hajat Spd.i

STAF TU : 1. Siti Nurlaela S.Pd.I

2. Yusup Kholipin

3. Komariatul Huda

SARANA PRASARANA : Agus Muhidin S.pd.i

D. Metode penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian adalah deskriptif

kualitatif. Jenis penelitian deskriptif kualitatif mendeskripsikan ciri-ciri

keadaan yang diteliti sesuai dari data yang diperoleh di lapangan. Penelitian

ini bersifat empiris, yakni seorang peneliti melakukan penelitian turun

langsung ke lapangan. Jenis penelitian ini menggali informasi menggunakan

metode pengamatan field research36.

Menurut Moleong, deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa

uraian kata-kata, gambar, dan bukan dengan numerik.37 Dengan demikian

laporan yang disusun dalam penelitian berisi kutipan-kutipan data untuk

memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut bisa berasal

dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, catatan atau memo dan

dokumen resmi lainnya.

36
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 20.
37
Ibid., 23.

XLV
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah kualitatif lapangan

(grounded)38. Jenis penelitian ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui

secara deskriptif tentang karakter disiplin dan tanggung jawab siswa SMP-

SMK YAPA AL-ISTI’ANAAH.

Menurut Moleong dalam Sugiyono, penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bertujuan untuk mencari fenomena yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya tingkah laku, penilaian, motivasi, tindakan, dan lain-lain

secara cara pandang, diuraikan dalam bentuk uraian kata-kata dan bahasa,

pada suatu pembahasan khusus yang alamiah dengan menggunakan metode

yang sesuai.39

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2021 di SMP-

SMK YAPA CILEUNGSI-BOGOR Tahun Pelajaran 2020/2021.

3. Populasi dan Sampel


a. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto ,2010: 173).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SMP-
SMK YAPA CILEUNGSI-BOGOR Tahun Pelajaran 2020/2021 yang
terdiri dari 6 ruang kelas SMP : VII A, VII B,VIII A, VIII B, IX A, IX B
dan juga 6 ruang kelas SMK : X A, X B, XI A, XI A, XII A, XII B.
Jumlah siswa-siswi SMP sebanyak 194, dan siswa-siswi SMK bejumlah
164.
b. Sampel Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti. (Arikunto, 2010: 174). Sebagai sampel dalam penelitian ini,
penulis menggunakan batasan-batasan sesuai yang diberikan Suharsimi
Arikunto bahwa apabila subyek kurang dari 100 orang, maka lebih baik

38
Ibid., 11.
39
Ibid., 11

XLVI
diambil semua. Jika subyeknya lebih besar maka dapat diambil antara
10%-15% dan 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2006 : 20). Mengapa
menggunakan rumus diatas,dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
1) Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.
2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data.
3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh penulis. (Arikunto, 1992:
112)
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa--sisiwi SMP-SMK YAPA
CILEUNGSI-BOGOR.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field Research), yaitu
research yang dilakukan dikancah atau medan terjadinya gejala-gejala.
(Hadi, 2000: 9). Maka jenis data yang dibutuhkan dan yang digunakan
adalah jenis data lapangan dan deskriptif kuantitatif dalam penyajian
data menggunakan data primer dan sekunder.
b. Sumber DataUntuk mengumpulkan sejumlah data diperlukan sumber
data diberbagai sumber yaitu:
1) Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini adalah Metode pendidikan dalam
Kitab Ta’lim Muta’allim Di SMP-SMK Yapa Cileungsi-Bogor.
2) Data Sekunder
Dalam penelitian ini adalah kondisi objektif Siswa-siswi SMP-SMK
YAPA CILEUNGSI Tahun Pelajaran 2020/2021.
Data ini berupa data tentang letak geografis, struktur organisasi,
jumlah siswa, guru dan sarana prasarana.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Adapun data yang dikumpulkan dalam penyusunan skripsi ini, sesuai jenis
penelitiannya adalah lapangan, maka untuk mendapatkan data dilapangan,
penulis menggunakan metode:

XLVII
1) Metode Angket

Metode angket disebut pula sebagai metode kuesioner atau dalam bahasa

Inggris disebut questionnaire (daftar pertanyaan).Metode angket

merupakan serangkaian daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis,

kemudian dikirim untuk diisi oleh responden.Setelah diisi, angket dikirim

kembali atau dikembalikan kepetugas atau peneliti (Bungin, 2005:

123).Tehnik ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data tentang

Metode Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim terhadap

pembentukan sikap dan etika siswa-sisiwi SMP-SMK YAPA

CILEUNGSI BOGOR Tahun Pelajaran 2020/2021.

2) Metode dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen

rapat, lengger, agenda dan sebagainya” (Arikunto, 2006: 231). Metode

dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang situasi

umum data-data guru, karyawan dan siswa-siswi SMP-SMK YAPA

CILEUNGSI BOGOR yang dibutuhkan oleh peneliti.

XLVIII
BAB IV

PEMBAHASAN MASALAH

A. Konsep Pendidikan Dalam Ta’lim Mutta’alim

Konsep Pendidikan Az-Zarnuji karya monumentalnya tertuang pada kitab

Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum. Kitab ini diakui sebagai karya yang

monumental dan sangat diperhitungkan keberadaannya. Kitab ini juga banyak

dijadikan bahan penelitian dan rujukan dalam penulisan karya-karya ilmiah, terutama

dalam bidang pendidikan. Kitab ini tidak hanya digunakan oleh ilmuwan Muslim

saja, tetapi juga dipakai oleh para orientalis dan penulis barat. Keistimewaan lain dari

kitab Ta’lim Muta’allim ini terletak pada materi yang dikandungnya. Meskipun kecil

dan dengan judul yang seakan-akan hanya membahas metode belajar, sebenarnya

XLIX
esensi kitab ini juga mencakup tujuan, prinsip-prinsip dan strategi belajar yang

didasarkan pada moral religius.

Kitab ini tersebar hampir ke seluruh penjuru dunia. Kitab ini juga dicetak dan

diterjemahkan serta dikaji di berbagai dunia, baik di Timur maupun di Barat. Di

Indonesia, kitab Ta’lim Muta’allim dikaji dan dipelajari hampir di setiap lembaga

pendidikan klasik tradisional seperti pesantren, bahkan di pondok pesantren modern.

Dari pembahasan kitab ini, dapat diketahui tentang konsep metode pembelajaran

pendidikan Islam yang dikemukakan Az-Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim,

menjelaskan bahwa metode pembelajaran meliputi dua kategori. Pertama, metode

yang bersifat etik mencakup niat dalam belajar; Kedua, metode yang bersifat teknik

strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-

langkah dalam belajar. Cara memilih pelajaran misalnya, sebaiknya mendahulukan

memilih/mempelajari ilmu yang dibutuhkan dalam urusan-urusan agamanya, seperti

ilmu tauhid. Kemudian ketika memilih guru; sebaiknya memilih guru yang lebih

alim, wara’ dan umurnya lebih tua dari peserta didik. Dalam urusan memilih teman,

menurut Az-Zarnuzi, sebaiknya mencari teman yang rajin, wara’ dan berwatak baik,

mudah paham akan pelajaran, tidak malas, tidak banyak bicara dan lain sebagainya.

Tahapan pembelajaran ini ternyata juga serupa dengan langkah-langkah pembelajaran

Grunebaum dan Abel. Menurut mereka, terdapat lima langkah atau tahapan dalam

belajar, yaitu:

1) the curruculum and subject matter (subjek kurikulum harus jelas)

2) the choice of setting and teacher (memilih tempat dan guru)

3) the time for study (menentukan waktu belajar)

L
4) Dynamics of learning (pembelajaran yang berdinamika)

5) the student’s relationship to other (menjalin hubungan baik dengan sesama peserta

didik).40

Dan berikut beberapa pasal atau metode belajar yang terdapat dalam kitab ta’lim

muta’allim :

1. Hakikat ilmu dan keutamaannya   Dalam pasal ini Imam Az-Zarnuji

membicarakan perihal kewajiban menuntut ilmu, dan tidak semua ilmu harus

dipelajari. Karena yang wajib bagi mereka adalah Ilmul hâl atau ilmu agama

yang berkaitan dengan peribadahan, seperti ilmu iman, ilmu shalat, zakat, dan

semacamnya. Setelah itu beliau menyebutkan keutamaan-keutamaan menuntut

ilmu, di antaranya analogi Imam Az-Zarnuji akan keutamaan Nabi Adam AS

dibanding para malaikat adalah karena ilmu yang dimilikinya, Imam Az-Zarnuji

juga menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu ada 4. Pertama, fardlu‘ain, salah

satunya adalah ilmu wudhu dan shalat. Kedua, fardlu kifayah, seperti ilmu cara

menguburkan jenazah. Ketiga, haram, seperti mempelajari ilmu ramalan

berdasarkan perbintangan. Keempat, jawâz (boleh), seperti mempelajari ilmu

kedokteran.

2. Niat ketika belajar Imam Az-Zarnuji menyebutkan, bahwa seorang pelajar harus

memiliki niat saat menuntut ilmu. Landasan yang digunakan beliau yaitu sabda

Nabi tentang niat :

™‫إنما األعمال بالنيات‬


“innamal a’mâlu binniyyât”,

40
Ahmad Sholeh, Konsep Pembelajaran Islam (Surakarta; CV. Permata, 2007), 23.

LI
Artinya : “Sesungguhnya amal seseorang tergantung pada niatnya.”41

Ada beberapa niat yang dianjurkan Imam Az-Zarnuji ketika menuntut ilmu.

Pertama, mencari ridha Allah SWT. Kedua, menghilangkan kebodohan dirinya

dan orang lain. Ketiga, menghidupkan agama dan mendirikan Islam. Keempat,

mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan. Dalam pasal ini Imam Az-Zarnuji

juga memberi peringatan supaya seorang pelajar tidak boleh mencari ilmu

dengan maksud mencari pengaruh supaya orang-orang berpaling kepadanya,

begitu juga mencari kedudukan di sisi penguasa, kecuali jika ilmu tersebut

digunakan untuk menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran di tengah

pemerintah.

3. Memilih ilmu, guru, dan teman, serta ketekunan dalam menuntut ilmu Dalam

pasal ini Imam Az-Zarnuji memberi saran bagi para pelajar untuk memilih ilmu,

guru, dan teman. Hendaknya bagi seorang pelajar mendahulukan ilmu yang

dibutuhkannya sekarang dalam urusan agama (ilmul hal), baru kemudian

mempelajari ilmu yang berguna baginya pada masa yang akan datang. Dan Imam

Az-Zarnuji menyarankan agar mencari guru yang lebih pandai dan lebih sepuh

dari dirinya, dan memilih teman yang tekun, wara’, baik tabiatnya, dan tanggap.

4. Menghormati ilmu dan ahlinya di sini Imam Az-Zarnuji menjelaskan bahwa

seorang pelajar tidak akan mendapat ilmu melainkan ia menghormati ilmu dan

pemiliknya, yaitu gurunya. Beliau menyebut etika apa saja yang harus dilakukan

seorang pelajar, di antaranya adalah tidak duduk di tempat duduk gurunya, tidak

memulai percakapan dengan guru kecuali atas izinnya, tidak banyak berbicara di

sisi gurunya, dan lain-lain.


41
Ibid hlm. 3

LII
5. Sungguh-sungguh, tekun, dan semangat dalam mencariilmu, Imam Az-Zarnuji

memandang ilmu adalah tujuan yang agung, ia harus dicapai dengan

kesungguhan, ketekunan dan semangat yang tinggi. Kesungguhan tidak hanya

bergantung pada pelajar saja, namun guru dan orangtua pun harus bersungguh

menyiapkan pendidikan anaknya. Beliau banyak memberi saran supaya ilmu itu

kuat melekat pada diri seorang pelajar. Di antaranya dengan mengulang pelajaran

pada setiap permulaan dan akhir malam.

6. Permulaan, ukuran dan urusan dalam mempelajari ilmu,  Di sini imam Az-

Zarnuji banyak menyinggung soal urutan tingkat pelajaran yang mesti diajarkan

guru kepada murid, dari dasar baru kemudian kepada tingkat yang lebih

tinggiSelain itu, Imam Az-Zarnuji juga menyatakan bahwa merupakan suatu

keharusan bagi pelajar untuk saling menggelar kegiatan seperti mudzâkarah,

munâdharah, dan almuthârahah. Imam Az-Zarnuji juga mengingatkan kepada

pelajar untuk senantiasa bersyukur atas karunia yang dianugerahkan kepada

mereka berupa kemampuan untuk menuntut ilmu.

7. Tawakal kepada Allah   Tentunya setelah usaha-usaha diatas, seorag pelajar

harus berserah diri kepada Allah SWT. Imam Az-Zarnuji menganjurkan para

pelajar untuk tidak perlu merasa sulit dan menyibukkan hati dalam masalah

rezeki. Hal ini senada dengan hadis Nabi SAW, “Barangsiapa yang mencari

ilmu, maka Allah SWT akan menjamin rezekinya.”

8. Waktu mencari ilmu, Masa mencari ilmu adalah seumur hidup, sejak dilahirkan

hingga masuk ke liang lahat. Menurut Imam Az-Zarnuji, waktu terbaik untuk

LIII
mencari ilmu adalah saat masih muda. Jika seorang pelajar merasa jenuh

terhadap satu disiplin ilmu, ia dapat beralih pada disiplin ilmu yang lain.

9. Saling mengasihi dan Menasehati Ilmu dan akhlak adalah dua hal yang tidak

dapat dipisahkan. Seorang pelajar hendaknya memiliki rasa kasih sayang,

bersedia memberi nasihat dan tidak iri hati. Seorang pelajar juga seharusnya

menghindari permusuhan dengan orang lain, karena dapat menyia-nyiakan

waktu. Beliau juga menyarankan agar mereka selalu positif thinking, tidak

berburu sangka kepada orang lain.

10. Mengambil dan mempelajari Adab serta menyiapkan kebutuhan belajar,  Imam

Az-Zarnuji meletakan metode praktis untuk menambah pengetahuan, di

antaranya ialah dengan mempersiapkan alat tulis setiap saat, tidak menyia-

nyiakan waktu, bergaul dengan guru dan tamak kepada ilmu, fokus ketika

pelajaran, dan taat kepada seorang guru.

11. Bersikap wara’ ketika belajar Imam Az-Zarnuji dalam pasal ini memberi

wejangan kepada para pelajar untuk menjauhi rasa kenyang, banyak tidur,

banyak membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat, menghindari makanan dari

pasar bila memungkinkan, menggunjing, bergaul dengan orang yang rusak

akhlaknya. Dan hendaknya mereka bergaul bersama orang-orang sholeh, duduk

menghadap kiblat, mengamalkan sunnah -sunnah Rasul, memperbanyak

sholawat.

12. Hal-hal yang menguatkan dan melemahkan hafalan Menghafal termasuk ke

dalam metode belajar di berbagai lembaga pendidikan. Imam Az-Zarnuji

menyebutkan bahwa hal yang banyak membantu hafalan ialah kesungguhan,

LIV
tekun, sedikit makan, dan shalat di malam hari, membaca Al-Qur’an. Sedangkan

hal-hal yang dapat menyebabkan lupa di antaranya adalah banyak berbuat

maksiat, banyak melakukan dosa, gelisah, khawatir, dan sibuk dengan urusan

dunia.

13. Hal-hal yang mendatangkan dan menolak rezeki,serta hal-hal yang

memperpanjang dan mengurangi umur Dalam pasal ini Imam Az-Zarnuji

mengingatkan bahwa seorang pelajar harus mengetahui apa saja yang menambah

rezeki dan apa saja yang menambah panjang usia dan kesehatan, supayamasa

belajarnya dapat diselesaikan dengan baik. Imam Az-Zarnuji menyebutkan

bahwa perbuatan dosa dan dusta dapat menjadi penghalang datangnya

rezeki.Selain itu, Beliau juga menyatakan bahwa tidur pada waktu Subuh

termasuk penghalang rezeki, banyak tidur menyebabkan fakir, termasuk fakir

dalam ilmu. Sedangkan bangun di waktu pagi dapat mendatangkan segala

kemudahan dan dapat mendatangkan rezeki.42   Dalam memperkuat pendapatnya,

Imam Az-Zarnuji terkadang menggunakan hadist dan syair-syair. Banyak sekali

syair dalam kitab Ta’lîm al-Muta’allim, hingga ada yang menghimpunnya dalam

kitab khusus, yaitu syair Alala. Salah satu bait yang terkenal dalam kitab ini

adalah Syair Muhammad bin al-Hasan:

‫ وفضل وعنوان لكل المحامد‬# ‫تعلم فإن العلم زين ألهله‬

‫ من العلم واسبح في بحور الفوئد‬# ‫وكن مستفيدا كل يوم زيادة‬

42
Amien Nurhakim, Mengenal Kitab Ta’lim al-Muta’alim, Panduan Etika Mencari Ilmu, April
2020, Https://www.nuu.or.id/post/read/ 119376/mengenal-kitab-ta-lim-al-muta-allim—panduan-
etika-mencari-ilmu

LV
“Ta’alam fainnal ‘ilma zainun liahlihi # wafadlun wa ‘unwaanun likullil

mahaamidi

  Wa kun mustafiidan kulla yaumin ziyadatan # minal ‘ilmi wasbah fii buhuuril

fawaidi”

Artinya : “Belajarlah, karena ilmu adalah perhiasan bagi pemiliknya, juga

keutamaan dan tanda bagi setiap sesuatu yang terpuji.Jadilah dirimu dapat

mengambil faedah dari ilmu setiap harinya, dan berenanglah engkau dalam lautan

kemanfatan”43

Dan berikut target inti pendidikan untuk proses pembelajaran secara umum yang

terdapat di dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim :

a) Niat Belajar Mengenai niat dan tujuan belajar, Az-Zarnuji mengatakan bahwa niat

yang benar dalam belajar adalah untuk mencari keridloan Allah SWT, agar

memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Niat belajar juga dimantapkan

dengan selalu berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan orang lain,

mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam, dan mensyukuri nikmat Allah

SWT. Sehubungan dengan hal ini, Az-Zarnuji mengingatkan agar setiap penuntut

ilmu tidak sampai keliru menentukan niat dalam belajar, misalnya belajar yang

diniatkan untuk mencari pengaruh, mendapatkan kenikmatan duniawi atau

kehormatan dan kedudukan tertentu. Jika masalah niat ini sudah benar, tentu ia

akan merasakan kelezatan ilmu dan amal serta berkuranglah kecintaannya pada

harta dunia . Berikut kutipan Syekh Az-Zarnuji yang terdapat dalam kitab Ta’lim

Muta’allim :

43
Imam Az-Zarnuji, Ta’lîm al-Muta’allim, Beirut:hlm 61

LVI
‫ إذ النية هى األصل فى جميع‬،‫ثم البد له من النية فى زمان تعلم العلم‬

‫™ حديث صحيح‬.‫ إنما األعمال بالنيات‬:‫األفعال لقوله عليه السالم‬.

Artinya :
Wajib berniat waktu belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala hal,
sebagaimana sabda nabi saw : Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu terserah
niatnya"44
Sebagaimana yang dikatakan Syekh Az-Zarnuji : “Orang yang menuntut ilmu
harus berniat untuk mencari ridho Allah . Mengharap pahala akhirat dan
menghilangkan kebodohan diri sendiri juga orang lain, menghidupkan agama
dan memeperjuangkan islam”.45
Di waktu belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah swt. Kebahagian
akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh,
mengembangkan agama dan melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu
harus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpa berdasar
ilmu.
b) Peserta Didik (Murid) Fokus pembahasan banyak ditujukan kepada murid. Syarat
– syarat yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh murid, baik itu mengenai kognitif
(intelektual), afektif (sikap, nilai – nilai) dan psikomotor (kelincahan /
keterampilan) dan kehalusan bahasa sesuai dengan tujuan proses balajar. Murid
harus memilih ilmu, guru dan teman. (Az-Zarnuji,tt:13).
Peserta didik adalah manusia yang akan dibentuk oleh dunia pendidikan. Ia
merupakan objek sekaligus subjek, yang mana tanpa keberadaannya mustahil
proses pendidikan akan berjalan. Dalam hal ini Az-Zarnuji lebih fokus pada
kepribadian atau sikap dan moral yang mulia, yang sangat diperlukan oleh para

44
Syeikh Az-Zarnuji. Pedoman Belajar Bagi Penuntut Ilmu Secara islami (Surabaya; Menara Suci,
2008),H. 15
45
Syekh Ibrahim bin Isma‟il, Syarh Ta‟lim al-Muta‟allim ,ala Thariiqa Ta‟allum, (Semarang:
Karya Toha Putra, 1993) hal 41.

LVII
pelajar. Adapun kepribadian yang harus dimiliki tersebut sebagaimana dikatakan
Az-Zarnuji, adalah setiap murid harus mempunyai sifat-sifat tawadhu‟, iffah,
yaitu sifat yang menunjukkan harga diri yang menyebabkan seseorang terhindar
dari perbuatan yang tidak pantas dilakukan, kemudian sifat tabah, sabar, wara‟
(menjauhkan diri dari dosa, dari maksiat, dari perkara syubhat), serta tawakkal,
yaitu menyerahkan segala perkara hanya kepada Allah.46 Az-Zarnuji juga
menekankan agar dalam menuntut ilmu, setiap murid hendaknya mencintai ilmu,
hormat kepada guru, keluarganya, sesama penuntut ilmu, sayang kepada kitab dan
menjaganya dengan baik, bersungguhsungguh dalam belajar dengan
memanfaatkan waktu, tekun dalam menuntut ilmu serta mempunyai cita-cita
tinggi dalam menuntut ilmu pengetahuan.47
Maka tidak ada salahnya seorang peserta didik memilih mata pelajaran yang ia
sukai dengan mendapat petunjuk dari gurunya dalam pemilihan tersebut, dengan
syarat pembawaan lahir peserta didik tersebut tidak dilupakan.48 Seorang peserta
didik hendaknya menjauhi akhlak yang tercela, sebagaimana ungkapan Az-
Zarnuji, "Akhlak tercela itu termasuk anjing secara konstektual".49
c) Pendidik (Guru) Guru dalam belajar itu adalah seorang yang sangat dihormati dan
ilmu tidak akan bermanfaat tanpa menghormati guru. Murid memilih guru dengan
cara mencari yang alim, yang bersifat wara’ dan yang lebih tua. Posisi guru atau
pendidik yang sentral ini menjadikan masalah pemilihan guru menjadi begitu
esensial. Dalam kitabnya Az-Zarnuji banyak menggunakan istilah ustadz, dan
mua'llim untuk menyebut pendidik. Az-Zarnuji tidak mengemukakan syarat dan
kode etik mengenai pendidik secara langsung, namun ia mengemukakan kriteria
guru yang hendaknya dipilih oleh seorang murid yang secara tidak langsung juga
mengemukakan tentang persyaratan yang dimiliki oleh seorang guru. Az-Zarnuji
mengemukakan "Hendaklah seorang murid memilih guru yang paling alim,
berwibawa (shaleh), dan senior".50
46
Az-Zarnuji, Ta‟lim al-Muta‟allim Thoriq al-Ta‟allum, (Semarang: Toha Putra, tt) hal 16.
47
Ibid hal. 25--26
48
Mohd. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A.Gani dan
Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 195.
49
Az-Zarnuji, Ta‟lim al-Muta‟allim Thoriq al-Ta‟allum, (Semarang: Toha Putra, ) hal 20.
50
Muhammad Abd al-Qadir Ahmad, Ta`lim al-Muta`allim Tariq al-Ta`alum, (Surabaya: Maktabah
Seikh Muhammad Nabhan, tt), 13.

LVIII
Guru dianggap sebagai unsur yang mendasar dalam pembelajaran, dengan segala
keteguhan, kesungguhan, dan segala kesabarannya akan sangat berpengaruh pada
pendidikan, karena pendidikan merupakan tanggung jawab yang dipikul oleh
seorang guru sebagai amanah yang akan dipertanggungjawabkan di depan Allah
kelak, maka dengan menjalankan amanah tersebut harus sesuai dengan apa yang
dianjurkan oleh Allah SWT.51 Maka kesimpulannya, al-Zarnuji lebih
mengutamakan guru dari segi kualifikasi keilmuan, kewibawaan dan usianya.
Seorang guru harus menguasai keilmuan dalam arti ia mempunyai kompetensi
paedagogis dan profesional. Guru juga harus berwibawa dalam arti bahwa
seorang guru harus mempunyai kompetensi sosial dan juga sudah berpengalaman.
Az-Zarnuji menempatkan posisi pendidik sebagai posisi yang istimewa,
bahkan ia mensyairkan sebagai berikut:
‫ وأوجبه حفظا على كل مسلم‬# ‫رأيت أحق الحق حق المعلم‬
Artinya : Saya berpendapat bahwa paling benarnya kebenaran adalah benarnya
orang mengajar dan ia adalah salah satu yang harus dijaga oleh seluruh orang
Islam.
‫ لتعليم حرف واحد ألف درهم‬# ‫لقد حق أن يهدى إليه كرامة‬
Artinya : Guru senantiasa harus diberi hadiah kemuliaan dan seribu dirham
karena ia mengajar satu huruf.52
Hal ini mengisyaratkan bahwa seorang guru dalam mengajar haruslah
serius dan tidak boleh menganggap bahwa mengajar adalah pekerjaan sambilan
saja. Dalam sebagian syairnya al-Zarnuji mengatakan "Guru lebih didahulukan
dalam dimuliakan daripada ayah, walaupun mulia itu diperoleh dari seorang ayah.
Guru itu mendidik ruh dan ruh itu seperti permata, sedangkan orang tua itu
mendidik jasmani dan jasmani itu seperti tempat permata." 53 Maka guru
menurutnya adalah orang yang mampu membawa ruh anak didik menuju
kesempurnaan dan menjadi dekat dengan sang pencipta.
Posisi guru yang mengajar satu huruf dalam konteks ilmu keagamaan
merupakan bapak spiritual. Oleh karenanya, kedudukan guru sangatlah terhormat

51
Abu Lubabah Husain, Tarbiyah Fi Sunnah anNabawiyah, (Riyad: Darul Liwa‟, 1977) hal 47.
52
Ahmad, Ta`lim al-Muta`allim..., 16-17.
53
Az Zarnuji, Ta`lim al-Muta`allim, terj Santri Lirboyo, (Kediri: Lirboyo, tt), 5.

LIX
dan tinggi karena dengan jasanya seorang murid dapat mencapai ketinggian
spiritual dan keselamatan dunia dan akhirat.54
Dalam unsur-unsur pendidikan dalam kitab Ta’limul Muta’allim evaluasi
belum dijelaskan secara eksplisit dan implisit,dalam pengembangan kitab tersebut
di pesantren, menurut penulis hanya dengan metode setoran hafalan kepada kyai,
ustadz / ustadzah dan juga pengembangan materi yang dipelajari sehari-hari hanya
melalui diperhatikan oleh Kyai, ini dibuktikan pada bab III pada unsur-unsur
pendidikan hanya ditemukan sumber yang membahas lima unsur saja. Tetapi di
zaman modern ini evaluasi harus ada dan dilaksanakan, karena pendidikan tidak
sempurna tanpa adanya evaluasi, dalam unsur-unsur pendidikan satu dengan
lainnya mempunyai hubungan timbal balik dan tidak boleh dipisah –pisah.
Unsur-unsur pendidikannya yaitu:
1. Tujuan pendidikan
2. Anak didik
3. Pendidik
4. Interaksi Edukatif
5. Materi pendidikan
6. Metode
7. Alat –alat
8. Lingkungan
9. Evaluasi
Sebenarnya bila dikaji lebih lanjut, ada banyak hal-hal yang masih relevan
untuk diterapkan meskipun juga ada beberapa pendapat beliau yang sudah tidak
relevan lagi. Maka, jika kitab ini dikaji di pesantren, supaya tidak menimbulkan
akses yang tidak diinginkan, sebaiknya Diajarkan oleh seorang guru yang
mempunyai pemahaman mendalam mengenai bimbingan belajar, sehingga ketika
mempunyai gagasan yang dianggap kurang relevan dengan zaman sekarang, bisa
mengadakan reinterpretasi atau merefleksikan dengan masa Syaikh Az-Zarnuji.

54
Ahmad, Ta`lim al-Muta`allim...., 18. Sya'roni, Model Relasi Ideal Guru & Murid: Telaah atas
Pemikiran Az-Zarnuji dan KH Hasyim Asyari, (Yogyakarta: Teras, 2007), 48.

LX
Karya besar ini sebenarnya sangat bisa diterapkan ke arah luar pesantren
baik itu madrasah atau sekolah-sekolah umum. Karena bisa diketahui dari analisis
konsep pendidikan Az Zarnuji cukup banyak yang masih relevan dan baik untuk
diajarkan dan ditanamkan sejak dini.Seperti, menghormati guru, anak didik
ditanamkan sejak dini untuk bisa berakhlak baik kepada guru, disiplin dalam
belajar, memuliakan ilmu; anak didik bisa diajarkan sejak dini tidak mengotori
kitab meletakkan kitab atau buku ditempat yang tepat, juga kesungguhan dalam
mencari ilmu, beristiqamah dan cita-cita yang luhur. Karena Mencari ilmu itu
harus bersungguh-sungguh dan kontinyu. Karena itu, pendidikan menurut Syaikh
Az-Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim telah menggali dan menghidupkan
kembali nilai-nilai etika dalam proses pendidikan dan sekaligus menjadikannya
sebagai dasar pembentukan akhlak dan landasan dalam membina hubungan yang
harmonis antara guru dengan murid yang berorientasi pada hubungan yang etis-
humanis. Membuat suasana religius dan membiasakan akhlak yang baik dalam
setiap kegiatan belajar mengajar untuk melangkah maju menuju cita-cita
keseimbangan dunia dan akhirat.

B. Relevansi Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim Dan


Pendidikan Nasional
Kata relevansi berasal dari kata relevan, yang mempunyai arti bersangkut

paut, yang ada hubungan, selaras dengan.55 Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia relevansi artinya hubungan, kaitan.56Sedangkan menurut Sukmadinata,

relevansi terdiri dari relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi internal

adalah adanya kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen seperti

tujuan, isi, proses penyampaian dan evaluasi, atau dengan kata lain relevansi

internal menyangkut keterpaduan antar komponen-komponen. Sedangkan

55
Paus Apartando, Kamus Populer,(Surabaya: PT. Arkola, 1994), h. 666.
56
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
h. 943.

LXI
relevansi eksternal adalah kesesuaian dengan tuntutan, kebutuhan, dan

perkembangan dalam masyarakat.57 Dengan demikian dapat dipahami bahwa

relevansi adalah hubungan, kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat.

1. Pendidikan Karakter Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim


Dalam hal ini akan dibahas tentang relevansi nilai nilai pendidikan
karakter dalam kitab Ta’lim Muta’allim terhadap materi Pendidikan
Agama Islam dan Budi pekerti di tingkat SMP dan SMA. Tujuan
pendidikan akan tercapai, jika materi pendidikan diseleksi dengan baik dan
tepat. Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk
mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik.58 Materi dalam konteks
ini intinya adalah subtansi yang akan disampaikan dalam proses interaksi
edukatif kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
Islam.
Dari segi nilai pendidikan Islam dalam kitab tersebut nantinya juga
bisa di adopsi sebagai tambahan materi endidikan Agama Islam dan Budi
pekerti karena di dalamnya mengadopsi pada pendidikan Aqidah,Ibadah
dan Akhlak yang tersusun dalam materi PAI dan Budi Pekerti meliputi
Aqidah Akhak, Fiqih, Qur’an Hadits dan Tarikh.Implementasi dari
pendidikan Agama Islam di sekolah khususnya SMP dan SMA salah
satunya dapat dilihat dari muatan materi pelajaran Pendidikan Agama
Islam. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam kitab Ta’limul
Muta’allim sangat relevan dengan materi Pendidikan Agama Islam di SMP
dan SMA. Nilai-nilai yang terkandung dalam kitab tersebut relevan
dengan materi PAI yang lebih dominan masuk dalam Akhlak, karena kitab
ini merupakan kitab tuntunan akhlak peserta didik dalam mencari ilmu,
sehingga nilai tentang akidah dan syariat sedikit. Nilai-nilai pendidikan
karakter dalam kitab Ta’lim Muta’allim meliputi nilai Aqidah, Ibadah dan
Akhlak tersebut telah ada dalam materi pendidikan agama Islam
57
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 150-151
58
Kemendiknas Desain Induk Pendidikan Karakter 2010-2050, 2010, op,it.hal 12.

LXII
khususnya pada jenjang SMP dan SMA. Ketiga nilai tersebut termuat
dalam materi PAI terbagi menjadi beberapa aspek materi, yakni aspek al-
Qur’an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, danTarikh yang menjadi satu
kesatuan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti.
Menurut peneliti nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung
dalam kitab Ta’lim Muta’allim baik nilai aqidah, nilai ibadah, dan nilai
akhlak dapat memberikan kontribusi terhadap pembaca sehingga dapat
mewujudkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam pribadi masyarakat
muslim khususnya pribadi peserta didik muslim, serta dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu memberikan
sumbangsih di bidang pendidikan khususnya pada Pendidikan Agama
Islam antara lain:
a. Metode pembelajaran yang terkandung dalam kitab Ta’lim Muta’allim
meliputi : mengulang dan menghafal, memahami dan mencatat,
mengingatkan pelajaran (mudzakarah), berdiskusi (munadzarah) dan
memecahkan masalah bersama (mutharahah). Dari segi metode
pembelajaran yang tergambar dalam kitab tersebut banyak menerapkan
macam-macam metode pembelajaran Pendidikan Islam yang nantinya
bisa di terapkan dalam proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti
kurikulum 2013
b. Guru. Karakter yang harus dimiliki guru adalah Al-A’lam(lebih alim),
Al-Auwra’(menjaga diri), Al-Asanna(kebapakan), berwibawa, Al-
Hilm(santun), dan penyabar. Karakter-karakter yang baik tersebut
harus dimiliki oleh setiap guru karena guru sangat berjasa dalam
membimbing, memberikan pengetahuan, membentuk akhlak peserta
didiknya hingga dia menjadi manusia yang seutuhnya yang dapat
melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
c. Peserta didik. Hal-hal yang harus dimiliki peserta didik diantaranya
niat tulus dalam belajar, menghormati atau memuliakan ilmu dan guru,
mempunyai keseriusan ketekunan dan minat dalam belajar, tawakal
dalam belajar, serta wara’ dalam belajar.

LXIII
2. Nilai-nilai pendidikan karakter DIKNAS
a) Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
b) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
c) Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e) Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
f) Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru darisesuatu yang telah dimiliki.
g) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h) Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i) Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.

LXIV
j) Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k) Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
l) Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
m) Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
n) Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
o) Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
p) Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q) Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.

LXV
r) Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.59

59
Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk
Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan
Nasional, 2010

LXVI
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari analisa sekripsi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa nilai-nilai


pendidikan karakter yang terdapat dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim terdapat dua
belas butir nilai pendidikan karakter maupun nilai-nilai pendidikan akhlak di dalam
kitab Ta’lim Muta’allim adalah :
1. Seseorang harus memiliki niat dalam mencari ilmu,
2. Mempunyai sifat tawakkal,
3. Wara’ yaitu menjauhi segala sesuatu yang belum jelas halal
haramnya.
4. Menjaga perilaku dan sunnah Rasul,
5. Akhlakterhadap sesama makhluk untuk menghormati ilmu,
6. Menjaga hubunganbaik dan menghormati guru,
7. Sabar dan tabah dalam belajar,
8. Bermusyawarah,
9. Akhlak pribadi dalam kesungguhan hati (ketekunan),
10. Akhlak terhadap diri sendiri menyantun diri,
11. Memiliki rasa kasih sayang,
12. Menjaga diri dari melakukan pantangan menuntut ilmu.
Dan secara keseluruhan pendidikan akhlak yang ada di dalam kitab Ta’lim
Muta’allim beroientasi kepada pendidikan akhlak yang bersifat vertikal dan
horisontal antara manusia dengan tuhannya ataupun manusia dengan sesama
manusia bahkan dengan diri sendiripun harus menjaga. Hubungan vertikal meliputi
niat yang baik dalam mencari ilmu, tawakkal kepada allah setelah berusaha sekuat
mungkin.
B. Saran
1. Dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan akhlak pada kitab Ta’lim
Muta’allim membutuhkan keinginan yang kuat dari pendidik maupun peserta
didik karena sifatnya cenderung mengutamakan kepada praktek dalam keseharian

LXVII
dimana seorang murid harus menghormati gurunya dan gurupun harus
mempunyai sifat kasih sayang kepada muridnya. Seorang murid harus
menghormati ilmunya dengan merawat buku-bukunya yang selama ini banyak
dilupakan oleh pelajar di Indonesia atau di manapun itu, mereka tidak tahu akan
bermanfaatnya menghormati ilmu dan ahlinya, yang mereka tahu adalah sekolah
untuk mendapatkan kerja, maka bagaimana bisa ilmu itu merasuk kedalam hati
mereka. Maka harus ada wadah tersendiri dalam mengimplementasikan ini,
contoh nyataselama ini pondok pesantren sebagai salah satu lembaga di
Indonesiabanyak yang mengimplementasikannya.
2. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitabTa’lim Muta’allim ini hendaknya
diterapkan oleh setiap individu, khususnya di dunia pendidikan, karena sejalan
dengan sistem pendidikan karakter yang telah dicanangkan Pemerintah untuk
keseimbangan dinamisasi pendidikan.Sehingga nilai-nilai pendidikan akhlak yang
ada dalam kitab Ta’lim Muta’allim tersebut juga layak dijadikan referensi dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter di dunia pendidikan Indonesia.Dengan
melihat wajah pendidikan saat ini, faktanya dalam pendidikan tidak hanya
membutuhkan kemajuan dalam bidang teknologi maupun intelektual semata, akan
tetapi juga menuntut kecerdasan secara emosional, dan dalam hal ini sudah
tercover dalam kitab Ta’lim Muta’allim yang nilai-nilainya cukup komprehensif,
yakni meliputi learning to live together (hubungan dalam konteks bermasyarakat),
learning to be (diri sendiri) dan hubungan dengan Tuhan.
3. Tanpa mengurangi rasa hormat kami sebagai peneliti maka sedikit kritisi tentang
kitab Ta’lim Muta’allim yang seharusnya menjadi pedoman para pencari ilmu
akan tetapi banyak dilupakan dikarenakan pembahasannya sudah dianggap terlalu
kuno dan tidak sesuai dengan zamannya. Tapi itu tidak serta merta mengurangi
kredibilitas kitab Ta’lim Muta’allim sebagai pedoman di berbagai tempat yang
memang menerapkannya seperti di pesantren Indonesia.

LXVIII
C. Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.


Abdul Mujib, Muhaimin. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta : Tribenda Karya.
Agama RI, Departemen. 1997 Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya : CV Jaya Sakti.

Agama RI, Kementrian. 2010. Al-Qur‟an dan Tafsirnya jilid x, Jakarta : Percetakan Ikrar Mandiri abadi.

Al-Abrasyi, Athiyah. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, JAKARTA : Bulan Bintang.
Al-Qadir Ahmad, Muhammad Abd. Ta`lim al-Muta`allim Tariq al-Ta`alum. Surabaya : Maktabah
Seikh Muhammad Nabhan.
Apartando, Paus. 1994. Kamus Populer,Surabaya : PT. Arkola.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta :
Rajawali Pers.
Athiyah al-Abrasyi, Mohd. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A.Gani
dan Djohar Bahry. Jakarta : Bulan Bintang.
Atmaja Prawira, Purwa.2014. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.
Az-Zarnuji, Imam, Ta’lîm al-Muta’allim, Beirut.
Az-Zarnuji, Syaikh. 1994. Terjemah Ta’lim Muta’allim. Jakarata : Rica Grafika.
Az-Zarnuji, Syeikh. 2008. Pedoman Belajar Bagi Penuntut Ilmu Secara islami. Surabaya; Menara
Suci.
Az-Zarnuji, Ta‟lim al-Muta‟allim Thoriq al-Ta‟allum, Semarang : Toha Putra.
Burhanuddin, 2000. Etika Individual. Jakarta : Rineka Cipta.
Daud Ali, Mohammad. 1998. Pendidikan Agama Islam, JAKARTA :Raja Grafindo Persada.
Haryanto S.pd, Februari 5, 2012 dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para ahli
http://id.scrbd.com/doc/201424971/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/
Heldrianto, Benny. 2013 : Dalam jurnal “penyebab rendahnya tingkat pendidikan anak putus
sekolah dalam program wajib belajar 9 tahun desa sungai kakap kecamatan sungai kakap
kabupaten kubu raya” https://jurmafis.untan.ac.id
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka

LXIX
Belajar.
Husain, Abu Lubabah. 1977. Tarbiyah Fi Sunnah anNabawiyah, Riyad : Darul Liwa.
Ibrahim bin Isma‟il. 1993. Syarh Ta‟lim al-Muta‟allim ,ala Thariiqa Ta‟allum, Semarang :
Karya Toha Putra.
J Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
John Eschols dan Hasan Shadily. 2003 Kamus Bahasa Inggris, Jakarta : Gramedia Pustaka.
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran.
Mujin Nasih, Ahmad, dkk. 2019 Metode dan Tehnik Pembelajaran Agama Islam. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Noer, Hery. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Cet 1. Jakarta : Logos.
Nurhakim, Amien. April 2020. Mengenal Kitab Ta’lim al-Muta’alim, Panduan Etika Mencari
Ilmu. Https://www.nuu.or.id/post/read/ 119376/mengenal-kitab-ta-lim-al-muta-allim—
panduan-etika-mencari-ilmu
Pemerintah, Peraturan, No. 55 Tahun 2007. Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan Bab I, Pasal 2, Ayat (1)
Pendidikan Nasional, Departemen. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Pendidikan Nasional, Kementrian. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter.
______ 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai
Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa.
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia.

Republik Indonesia, UU. No.20 Tahun 2003 tentang: Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Jakarta.

Rijalullah. 2013. Model Pembelajaran Tutorial Sebaya dalam Pembelajaran BTQ. Jakarta :
STAIN.
Rusman, 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi : Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam.

Shihab, Quraish. 2007. Tafsir al-Misbah Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an. Jakarta : Lentera Hati.

Sholeh, Ahmad. 2006. Pembelajaran Kitab Ta‟lim Al-Muta‟allim Implikasinya dalam


Pembentukan Akhlaq Santri di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin “Aspir” Pesantren

LXX
Kaliwungu Kendal,Skripsi Semarang : IAIN Walisong.
Sholeh, Ahmad. 2007. Konsep Pembelajaran Islam. Surakarta : CV. Permata.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Prakte. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Sya'roni. 2007. Model Relasi Ideal Guru & Murid: Telaah atas Pemikiran Az-Zarnuji dan KH
Hasyim Asyari, Yogyakarta: Teras.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran.
Bandung.
Withelingson. HC. 1984. Psikologi Pendidikan, Alih Bahasa M.Bukhari. Jakarta: Aksara Baru.
Yuniarti, Dwi. 2002. Konseptika dalam Pendidikan menurut Imam al-Zarnuji, Skripsi. Semarang :
IAIN Walisongo.
Zaini, Hisyam. dkk. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi Yogyakarta: CTSD
Institut Agama Islam Negeri Sunan Kali Jaga.
Zuhrani. 1993 Metodik khusus Pendidikan Agama,Malang, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiah IAIN
Sunan Ampel.

Halaman Sampul

LXXI
Lembar Persetujuan Pembimbing
Lembar Pengesahan Kaprodi
Lembar Pernyataan Orisinalitas
Lembar Pengesahan Skripsi
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

F. Metodologi Penelitiam

G. Sistematika Penulisan

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Islam

B. Tujuan Pendidikan Islam

C. Pengaruh Pendidikan Islam

D. Motivasi Belajar Siswa

BAB III : GAMBARAN UMUM TEMPAT DAN METODE PENELITIAN

A. Sejarah Singkat

B. Visi Dan Misi

C. Struktur Organisasi

D. Metode Penelitian

LXXII
BAB IV : PEMBAHASAN MASALAH

A. Konsep Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim

B. Relevansi Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim

Dengan Pendidikan Saat Ini

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

C. Daftar Pustaka

LXXIII

Anda mungkin juga menyukai