Oleh :
Risqi Ramadani
NIM : 172100172
Proposal Skripsi dengan judul “Metode Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim Di
Smp – Smk Yapa 01 Cileungsi – Bogor”, yang disusun oleh Risqi Ramadani Nomor
Induk Mahasiswa 172100172, telah disetujui dan disahkan untuk dilanjutkan pada proses
pembimbingan skripsi.
III
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Risqi Ramadani
NPM : 172100172
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi : METODE PENDIDIKAN DALAM KITAB TA’LIM MUTTA’ALIMDI
SMP - SMK YAPA 01 CILEUNGSI - BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana strata
satu di STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta. Sumber yang saya gunakan dalam
menulis skripsi ini sudah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di STAI
Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.
Meterai 6000
Dan ditandatangani
Risqi Ramadani
IV
Skripsi ini disusun oleh:
NPM : 172100172
Telah diujikan di hadapan Dewan Penguji pada ………… dan telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam, STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta
V
ABSTRAK
Kitab Ta’lim al-Mutta’allim merupakan kitab klasik yang membahas tentang adab-adab
belajar yang sangat mengedepankan akhlak demi tercapainya kemanfaatan ilmu.
Meskipun kecil dan dengan judul yang seakan-akan hanya membahas metode belajar,
sebenarnya esensi dari kitab ini juga mencakup tujuan, prinsip–prinsip dan strategi
belajar yang didasarkan pada moral religius.Melihat situasi peserta didik khususnya di
kalangan siswa-siswi saat ini,sangatlah menarik untuk dibahas terkait etika belajar.
Dalam penelitian ini akan membahas tentang Metode Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim
Muta’allim Di SMP-SMK YAPA CILEUNGSI-BOGOR. Dalam peneltian ini akan
dibahas tentang konsep pendidikan yang disampaikan oleh Imam Az-Zarnuji dalam Kitab
Ta’lim al-Muta’allim yang kemudian akan di refleksikan terhadap kehidupan siswa
maupun sisiwi dalam melaksanakan pembelajaran di Madrasah maupun pesantren.
Skripsi ini meneliti secara mendalam tentang metode-metode belajar yang terdapat dalam
kitab Ta’lim Muta’allim dalam pembentukan etika belajar siswa. Jenis penelitian ini
adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini dipergunakan, karena penulis
mencoba melihat, mengamati dan menelaah implementasi kitab Ta’lim Muta’allim dalam
pembentukan etika belajar santri, yang tidak mungkin dilakukan dengan analis aangka-
angka dan statistik sebagaimana yang lazim dalam penelitian kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kitab Ta’lim Muta’allim dan mengandung pendidikan akhlak yang
berorientasi pada pembentukan etika belajar peserta didik. Kitab Ta’lim Muta’allim
memberikan perhatian penuh pada cara-cara yang seharusnya dilakukan oleh para
penuntut ilmu. Dari semua bab yang ada dalam kitab ini,semuanya berkonsentrasi pada
perbaikan akhlak, sehingga menjadikan ini identik dengan kitab yang membahas tentang
ilmu pengetahuan. Dari berbagai keterangan yang ada tentang ilmu pengetahuan sebagian
besar berkonsentrasi pada perbaikan akhlak yang harus dilakukan oleh peserta didik
dalam menuntut ilmu.
VI
Nama : Risqi Ramadani
NPM : 172100172
VII
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang, Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Syukur Alhamdulillah atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
mampu menyelesaikan skripsi ini dan selalu tegar selama menjalani hari-hari di kampus
STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.
Penyusunan skripsi ini terlaksana dengan baik dan lancar adalah berkat kerjasama
antara serta tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, Oleh karena itu, perkenankanlah
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani.
2. Orang tua tercinta yang telah memberikan do’a dan dukungannya.
3. Bapak Dr. Muhammad Zein, MA selaku Ketua STAI Al-Aqidah
Al-Hasyimiyyah Jakarta. Dan selaku pembimbing skripsi kami, yang tidak pernah
bosan mengingatkan kepada kami.
4. Bapak TGKH. Muslihan Habib, selaku Wakil Ketua I dan A. Misbakhun Najakhi,
M.Pd, sebagai Wakil II STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.
5. Bapak Ilyas Ichsani, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Pendidika Agama Islam
STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.
6. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.
7. Segenap Staff Kampus STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta.
8. Bapak/Ibu pimpinan, Dosen, karyawan/karyawati STAI Al-Aqidah AlHasyimiyyah
Jakarta.
9. Bapak KH. Asep Saepudin MM. selaku Kepala Yayasan Pendidikan Islam Al-
Isti’anaah.
10. Segenap guru dan staf tata usaha di Yayasan Pendidikan Islam Al-Isti’anaah.
VIII
11. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu pelaksanaan dan penulisan
skripsi, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih semoga itikad amal baik mendapatkan balasan
dari Allah SWT. Semoga ilmu yang di berikan dapat bermanfaat. Mohon maaf kepada
semua pihak apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Wassalamualaikum wr.wb.
IX
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………..……..…………… II
LEMBAR PENGESAHAN KAPRODI ……………………………………………. III
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………………….... IV
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI….…………………………………………..... V
ABSTRAK……………………………………………………………………............. V1
KATA PENGANTAR…….………………………………………………………… VIII
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. X
BAB I PENDAHULUAN…………………………..…………………………………..
……… 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………..……….. 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………...………………………….. 8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah…..………….…………………………. 8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...………………........................................... 9
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………..………..…………………………...... 9
F. Metodologi Penelitian …………………………...………………………...…. 9
G. Sistematika Penulisan …..………………………...………………………..... 10
BAB II KAJIAN TEORI ..…………………………………………………………..... 12
A. Pengertian Pendidikan …………………….……………………………..... 12
B. Tujuan Pendidikan …………………………..…………………………….. 20
C. Pengaruh Pendidikan ……...……………………...……......……………… 23
D. Motivasi Belajar Siswa ………….......…..………………………..……….. 28
BAB III GAMBARAN SINGKAT SMP-SMK YAPA CILEUNGSI …………..….. 31
A. Sejarah Singkat ………………………….…............................................... 32
B. Visi Dan Misi Sekolah ………………………...……………………….…. 34
C. Struktur Organisasi …..…………...... ……...……………………...….…... 34
D. Metode Penelitian ……………...…… …..………………………..………. 34
BAB IV PEMBAHASAN MASALAH …………….…………………..………..…… 39
A. Konsep Pendidikan Dalam Ta’lim Muta’allim ….…………………….….. 39
B. Relevansi Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim Dan
Pendidikan Nasional………………… ….……………………………...…. 51
BAB V PENUTUP …...…………………………..………………………………….... 56
X
A. Kesimpulan ...………………………….…................................................... 56
B. Saran ……….….……………………………...….……………………...… 56
C. Daftar Pustaka ...………………………….….............................................. 58
XI
BAB I
PENDAHULUAN
tidak asing lagi di telinga para santri. Az-Zarnuji dikenal sebagai tokoh
Hanafi. Nama lain yang disematkan kepadanya adalah Burhan al-Islam dan
Burhan al-Din. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti waktu dan
XII
adalah Syaih al-Nu‟man bin Ibrahim bin Isma‟il bin Kholil al-Zarnuji. Disisi
hidup pada abad ke-13 M. Sementara para orientalis seperti G.E. Von
Grunebaun, Theodora M. Abel, Plessner dan J.P. Berkey meyakini bahwa Az-
Hamad bin Ibrahim, seorang yang dikenal sebagai fakih, mutakallim, sekaligus
adib; Fakhr al-Islam al-Hasan bin Mansur al-Auzajandi al-Farghani; al-Adib al-
Mukhtar Rukn al-Din al-Farghani yang dikenal sebagai tokoh fikih dan sastra;
juga pada Syekh Zahir al-Din bin ‘Ali Marghinani, yang dikenal sebagai
seorang mufti.
Ta’allum, sebuah kitab yang bisa dinikmati dan dijadikan rujukan hingga
sekarang. Menurut Haji Khalifah, kitab ini merupakan satu-satunya kitab yang
dihasilkan oleh Az-Zarnuji. Meski menurut peneliti yang lain, Ta’lim al-
2
Dwi Yuniarti, Konseptika dalam Pendidikan menurut Imam al-Zarnuji, Skripsi, Semarang : IAIN
Walisongo ,2002, hlm. 33
XIII
Muta’allim, hanyalah salah satu dari sekian banyak kitab yang ditulis oleh al-
Ta’lim Muta’allim adalah salah satu karya Az-Zarnuji yang masih tersisa.
Plessner menduga kuat bahwa Az-Zarnuji memiliki karya lain, tetapi banyak
hilang, karena serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan
XIV
tidak hanya digunakan oleh ilmuan muslim saja, tetapi juga dipakai oleh
orientalis dan penulis barat.
Mengenai pendidikan kita akan dihadapkan dengan proses pembelajaran
yang tidak akan bisa lepas dari keberadaan dan penggunaan sumber belajar.
Dengan tersedianya dan dimanfaatkannya sumber belajar secara tepat dan
kontekstual akan mampu memperkaya dan mempermudah proses belajar yang
sedang berlangsung. Tersedianya sumber belajar yang memadai akan dapat
mengatasi hambatan ruang dan waktu yang terkait dengan proses pembelajaran
di kelas. Menurut Deny Darmawan “Dengan demikian, tersedianya sumber
belajar yang memadai akan dapat melengkapi, memelihara, maupun
memperkaya proses pembelajaran. Kerena banyaknya variasi dari sumber
belajar kita perlu memahami berbagai format atau bentuk yang beraneka ragam,
karakteristik, dan pemanfaatnya” (Inovasi Pendidikan, 2012, PP. 43-44).
Untuk pelaku belajar tidak terfokus hanya pada siswa yang belajar di
bangku sekolah, seperti diungkapkan pada sebuah hadist bahwa setiap manusia,
baik laki-laki maupun perempuan, baik anak-anak, para remaja, tua maupun
yang muda diwajibkan mendapatkan ilmu, dan hanya dengan belajar ilmu
itupun akan dengan mudah kita dapat. Sebagaimana Rasulullah SAW. Bersabda
:
muslimat.3”.
3
Syeh Az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim, (Semarang: Toha Putra, Ttt), h. 15
XV
menggunakan rasio pemikiran serta akal sebagai anugerah Tuhan untuk belajar
dan memahami ilmu dunia dan akhirat. Hingga dalam al-Qur’an dinyatakan
Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu ke derajat yang tinggi.
Allah SWT Berfirman :
ٍ َد َر ٰج
Tentu saja, yang dimaksud ۗت اُ ْوتُوا ْال ِع ْل َم adalah mereka yang
beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti, ayat diatas
membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekedar
beriman dan beramal saleh dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta
memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan
4
Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsirnya jilid x, (Jakarta: Percetakan Ikrar Mandiri
abadi, 2010), hlm. 25.
5
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati,
2007), hal. 14
XVI
saja karena nilai ilmu yang disandangkanya, tetapi juga amal dan pengajarannya
kepada pihak lain baik secara lisan, atau tulisan, maupun dengan keteladanan.6
Karena tanpa ilmu, maka seorang yang mengaku mukmim, tidak akan
sempurna bahkan tidak benar dalam keimanannya. Karena seorang muslim
wajib mempunyai ilmu untuk mengenal berbagai pengetahuan dunia maupun
akhirat dan ilmu yang diperoleh seharusnya menambah dekatnya hubungan
manusia dengan sang Khaliq.
Apalagi dalam konsep Islam terdapat keyakinan yang menegaskan, bahwa
belajar merupakan kewajiban dan berdosa bagi yang meninggalkannya.
Keyakinan demikan ini begitu membentuk dalam diri umat yang beriman,
sehingga mereka memiliki etos belajar yang tinggi dan penuh semangat serta
mengharapkan “janji luhur” Tuhan sebagaimana yang difirmankan dalam ayat-
Nya (QS. Al-Mujadilah : 11).
Maka konsep atau pasal yang bersangkutan metode pendidikan atau
pembelajaran yang diajarkan dalam kitab “Ta’lim Mutta’allim” karangan Syekh
Burhanuddin Az-Zarnuji meliputi :.
1. Hakikat ilmu, fikih dan keutamannya.
2. Niat dalam mencari ilmu
3. Memilih ilmu, guru, teman dan ketekunan
4. Menghormati ilmu dan guru
5. Kesungguhan, ketekunan, dan cita-cita dalam mencari ilmu
6. Permulaan, ukuran dan urusan dalam mempelajari ilmu
7. Tawakal
8. Waktu menuntut ilmu
9. Saling mengasihi dan menasihati
10. Mengambil dan mempelajari adab
11. Bersikap Wara’ ketika menuntut ilmu
12. Hal-hal yang menguatkan dan melemahkan hafalan.
6
lbid.
XVII
13. Hal-hal yang mendatangkan dan menolak rezeki,serta hal-hal yang
memperpanjang dan mengurangi umur.7
Dengan demikian pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
interaksi edukatif antara anak didik dengan pendidik. Salah satu indikator
interaksi edukatif adalah apabila interaksi tersebut dilakukan secara terencana,
terkendali dan ada sesuatu atau bahan yang akan disampaikan dan dapat
dievaluasi dalam suatu sistem. Ketika interaksi dilakukan tanpa
memperhatikan karakteristik interaksi edukatif. Salah satu permasalahan
penting dalam dunia pendidikan adalah komponen pendidik dan peserta didik.
Begitu pentingnya interaksi antara guru dan murid. Konsep Pendidikan Islam
yang ada dalam kitab “Ta’lim Muta’allim”, maka konsep-konsep tersebut
dikategorikan sebagai berikut : pertama, Hakikat Pendidikan Islam, kedua,
Tujuan Pendidikan Islam, ketiga, Guru dan Murid, keempat, Metode
Pembelajaran. Syekh Az-Zarnuji tidak memberikan pengertian Pendidikan
islam secara langsung..
Maka berdasarkan pola perumusan pengertian pendidikan di atas kita akan
dapat melihat pokok pikiran Az-Zarnuji dalam pendidikan yang selanjutnya
akan dapat digunakan sebagai acuan untuk mendefinisikan hakikat Pendidikan
Islam sesuai pola pikir Syekh Az-Zarnuji yang terdapat dalam kitab Ta’lim
Mutta’alim. Pertama adalah pola interaksi dapat diruntut dari pendapat Az-
Zarnuji yang menyatakan bahwa salah satu syarat ilmu yang paling utama
adalah petunjuk guru. Penuntut ilmu hendaknya teguh dan sabar ketika belajar
kepada seorang guru dan mempelajari kitab ataupun buku sehingga tidak
meninggalkannya sebelum selesai.
Konsep Pendidikan Islam yang dirumuskan oleh Syekh Burhanuddin Az--
Zarnuji dalam kitabnya yaitu Ta’lim Mutta’alim memang sudah mewakili dari
pengertian tujuan Pendidikan yang diharapkan yaitu memanusiakan manusia
yang telah mencakup aspek kemanusiaan seperti Kecerdasan Intelektual (IQ),
Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ), Seperti yang
telah dicantumkan dalam UU No 20 tahun 200, Bab II pasal 3 yaitu tentang
7
Burhanul Islam, Ibid, h. 19
XVIII
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut :
a. Pendidikan sangat berpengaruh pada siswa dalam menyesuaikan diri dan
berkelanjutan secara sosial dengan lingkungan SMP-SMK YAPA 01.
b. Pendidikan mempunyai konsep yang harus tertata rapi dalam melaksanakan
prinsip pendidikan dengan hasil yang berkualitas.
c. Pelaku belajar yang tidak fokus pada bangku sekolah ataupun pendidikan
sekolah
d. Proses pembelajaran yang tidak bisa lepas dari keberadaan dan penggunaan
sumber belajar.
e. Pentingnya interaksi antara guru dan murid.
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas
dapat dibatasi dengan beberapa istilah antara lain :
a. Bagaimana Konsep Pendidikan Syekh Az-Zarnuji yang terdapat dalam
Kitab Ta’lim Mutta’alim ?
b. Bagaimana Relevansinya Pendidikan dalam kitab ta’lim muta’allim
dengan Pendidikan saat ini ?
8
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang: Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Jakarta:
XIX
1. Tujuan dari penelitian ini yaitu dapat mengetahui Bagaimana Konsep
Pendidikan Islam menurut Burhanul Islam Syekh Az-Zarnuji dalam Kitab
Ta’lim Mutt’allim
2. Bagaimana Relevansinya Pendidikan Islam menurut Az-Zarnuji dengan
Pendidikan Islam Saat ini.
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan tidak lepas dari penelitian-penelitian terdahulu terdahulu
yang relevan sebagai bahan perbandingan sesuai dengan topik penelitian mengenai
“ Metode Pendidikan Dalam Kitab Ta’lim Mutta’alim SMP-SMK YAPA Cileungsi
“ Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh :
1. Khoirun Nasihin dalam penelitiannnya yang berjudul “KONSEP
PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB TA’LIMUL MUTA’ALIM KARYA
AZ-ARNUJI “
2. Amien Nurhakim dalam artikelnya yang berjudul “Mengenal Kitab Ta’lim
Muta’alim, Panduan Mencari Ilmu”
3. Muhammad Zamhari dan Ulfa Masamah dalam artikelnya yang berjudul
“RELEVANSI METODE PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM KITAB TA’LIM AL MUTA’ALIM TERHADAP DUNIA
PENDIDIKAN MODERN”
Pada skripsi dan artikel terdahulu penelitiannya lebih pada penerapan
serta pembelajaran dalam konsep pendidikan yang diajarkan oleh Syekh Az-
Zarnuji. Perbedaaan dari penelitian yang saya lakukan adalah dalam penelitian
ini saya sertakan penjelasan tentang dalil derajat orang yang berilmu sehingga
peserta didik lebih semangat lagi dalam belajar.
F. Metodologi Penelitian.
1. Populasi dan sampel
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMP – SMK
YAPA CILEUNGSI 01
2. Teknik pengumpulan data
XX
Sumber data yang telah terkumpul dianalisis secara kualitatif melalui distribusi
frekuensi dan memberikan persetase, dalam hal ini mengguanakan rumus
sebagai berikut :
P : F x 100%
=N
Keterangan :
P : Prosentase yang dicari
F : Frekuensi
N : Jumlah seluruh sampel
a. Sumber data yang dilakukan untuk menghimpun informasi yang relevan
dengan topik atau masalah yang sedang diteliti. Dokumentasi yang dapat
diperoleh dari buku-buku ilmiah, jurnal, dan sumber-sumber tertulis. Data-
data yang dikumpulkan harus tetap ada untuk menjawab persoalan
penelitian. Sumber primer didapatkan secara langsung dari dokumen-
dokumen,majalah dan Koran (sumber tulisan) dan benda-benda yang
dianggap dapat memberikan informasi. Adapun sumber primer ini adalah
Kitab Ta’lim Muta’alim.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara disengaja, dilakukan
secara spontan dan bisa pula dengan daftar isiian yang telah disiapkan
sebelumnya. Observasi sebagai alat pengumpulan data yang harus
sistematis,, artinya observasi serta pencatatnya dilakukan menurut prosedur
dan aturan-aturan tertentu sehingga dapat diulangi kembali oleh peneliti
lain.
c. Tujuan observasi mengarahkan dan memusatkan kepada hal-hal yang
relavan. Dengan observasi kita dapat mengetahui kebenaran tentang masalah
yang kita selidiki dalam hubungannya dengan kenyataannya.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dan menghasilkan skripsi yang baik maka penulis membagi
sistematika penulisan sebagai berikut :
XXI
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Kajian teori, Pengertian Pendidikan, Tujuan Pendidikan,
Pengaruh Pendidikan Terhadap Peserta Didik, Motivasi Belajar.
BAB III : Gambaran Tentang Sekolah Smp Smk Yapa Cileungsi 01 Sejarah
singkat Tentang Smp Smk Yapa Cileungsi 01, Visi dan Misi Smp
Smk Yapa Cileungsi 01 Struktur Organisasi Sekolah Smp Smk
Yapa Cileungsi 01. Metode Penelitian..
BAB IV : Pembahasan Masalah, Konsep Pendidikan, Relevansi Pendidikan
BAB V : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran, Daftar pustaka.
XXII
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan
a. Pendidikan Umum
yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan juga dapat diartikan suatu
usaha manusia untuk membawa peserta didik atau siswa ke tingkat kedewasaan
dalam arti sadar dalam memikul tanggung jawab segala perbuatan secara moral.
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau
9
Withelingson, HC., Psikologi Pendidikan, Alih Bahasa M.Bukhari, (Jakarta: Aksara Baru, 1984),
hal. 12
XXIII
1. Menurut H. Horne, pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus
(abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah
berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada tuhan,
pada anak-anak itu, agar mereka, sebagai manusia dan anggota masyarakat
kehidupan sehari-hari.
10
Haryanto S.pd, Februari 5, 2012 dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para ahli
http://id.scrbd.com/doc/201424971/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/
11
Benny Heldrianto, 2013 : Dalam jurnal “penyebab rendahnya tingkat pendidikan anak putus
sekolah dalam program wajib belajar 9 tahun desa sungai kakap kecamatan sungai kakap
kabupaten kubu raya” https://jurmafis.untan.ac.id
XXIV
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar terencana dalam menyiapkan
berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab
menandai konsep pendidikan dalam islam, yakni tarbiah, ta’lim, dan ta’dib
berikut penjelasannya:
1. Tarbiah istilah tarbiah secara umum berasal dari kata kerja yang berbeda
12
Prof. Dr. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2005, hal. 21
13
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan Bab I, Pasal 2, Ayat (1)
XXV
Proses pembelajaran tentunya memerlukan metode-metode khusus agar
sangat penting karena dengan metode guru dapat merencanakan suatu proses
Mengajar, hlm 46, Beliau berpendapat bahwasannya metode adalah suatu cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Berikut
belajar mengajar :
1. Metode tutorial
bantuan, petunjuk, dan motivasi agar siswa belajar secara efisien dan efektif.
pelajaran. Petunjuk dalam hal ini berarti memberikan informasi tentang cara
14
Rijalullah, Model Pembelajaran Tutorial Sebaya dalam Pembelajaran BTQ (Skripsi),
(Jakarta;STAINU, 2013) hlm. 32
XXVI
dan mengikuti penilaian. Bimbingan berarti membantu para siswa
2. Metode demonstrasi
proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya ataupun hanya sekedar
tiruan, metode penyajian tidak terlepas dari penjelasan guru, walau dalam
proses debat, baik di kelas maupun di luar kelas. 18 Debat merupakan forum
XXVII
mengasah keterampilan mengolah kata saat berbicara. Debat juga dapat
memerankan tokoh dalam suatu cerita, binatang, atau benda sekitar anak,
skenario tertentu.
merupakan salah satu dasar teoritis yang menjadikan masalah sebagai isu
mengupas tuntas tentang cara-cara atau metode-metode belajar agar ilmu yang
18
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta, CTSD Institut
Agama Islam Negeeri Sunan Kali Jaga, 2002) hlm. 12
XXVIII
didapatkan bermanfaat bagi pemiliknya. Sebagaimana pendapat Syekh Az-
adalah “sebuah kitab kecil yang sangat penting, mengajarkan tentang cara
Berikut beberapa poin-poin metode atau tata cara belajar yang terdapat
a. Al-Fahmu
Pertama-tama anak didik memahami materi yang dibaca atau yang disampaikan
oleh guru. Anak dikatakan faham, apabila dapat mengambil inti dari sesuatu
b. Al-Hifdzu
anak didik. Menghafalkan dari materi yang telah difahami akan lebih mudah.
c. At Taamul
Materi yang telah dihafal anak, hendaknya tidak dibiarkan begitu saja, tetapi
harus selalu direnungkan dan dicari kaitannya dengan hal-hal lain yang
relevan agar tercipta suatu pengertian yang untuh tentang materi yang telah
d. At Ta’liq
untuk menuliskan materi yang telah difahami dan dihafalkan. Hal ini untuk
19
Syaikh Az-Zarnuji, Terjemah Ta’lim Muta’allim, (Jakarata: Rica Grafika, 1994), hlm. 3
XXIX
menghindari adanya kelupaan yang mungkin terjadi. Dengan adanya catatan
e. At-Tikrar
f. Al-Mudzakarah
Selain dengan cara mengulangi, sekali waktu perlu juga diadakan mudzakarah
g. Al-Munadzarah
Diskusi perlu juga digunakan untuk lebih mendalami materi. Dengan diskusi
Dari beberapa metode belajar tersebut pada intinya untuk mencari dan
menjaga pemahaman atau insight yang merupakan inti dari belajar Gestalt.
Karya Imam Az-Zarnuji ini telah dikenal banyak orang baik di Timur
maupun di Barat. Banyak para ulama yang memuji kitab Ta’lîm Muta’allim, di
membaca kitab ini berulang-ulang, dia adalah kitab yang ringkas, memiliki
B. Tujuan Pendidikan
20
Ibid. hal. 40
XXX
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau
kegiatan selesai. Jika kita melihat kembali pengertian pendidikan agama Islam,
akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang
membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola taqwa insan kamil artinya
manusia utuh rohani dan dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal
karena takwanya kepada Allah SWT.Berikut beberapa pendapat para ahli tentang
pokok dari pendidikan islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan
yang tertinggi. Sedangkan akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan
islam.21
2. Menurut Mohammad Daud Ali, Tujuan pendidikan islam ialah untuk membina
insan yang beriman dan bertaqwa, yang mengabdikan dirinya hanya kepada
membimbing anak agar meeka menjadi orang muslim sejati, beriman teguh,
21
Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, JAKARTA : Bulan Bintang, 1970,
hlm1-2
22
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, JAKARTA, Raja Grafindo Persada, 1998. Jlm
181-182
XXXI
beramal sholeh, dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan
Negara.23
Sekilas penjelasan tentang pendapat tujuan pendidikan agama islam oleh para
ahli, dan perlu diketahui ada beberapa tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu:
pendidikan.24
b) Tujuan akhir pendidikan islam itu identik dengan tujuan hidup orang
23
Zuhrani, Metodik khusus Pendidikan Agama,Malang, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiah IAIN Sunan
Ampel, 1983.Hlm. 45
24
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, 2009,
Bandung:hlm 139
25
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: CV Jaya Sakti, 1997), hlm. 862.
XXXII
Dengan begitu, maka tujuan akhirnya tedapat pada waktu hidup di dunia
ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk dengan pola takwa
Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola waktu sudah
XXXIII
soal kecil. Dalam pendidikan hal ini terutama berkaitan dengan kegiatan
lahiriyah, seperti bacaan dari kafiyat shalat, akhlak, dan tingkah laku.
C. Pengaruh Pendidikan
yaitu manusia yang berahlak mulia, maka hubungan Pendidikan Agama Islam
dengan etika yaitu berhubungan sebagai proses dan hasil. Jika proses itu terjalin
dengan baik maka hasil yang akan diperoleh pun akan baik. Jadi tidak dapat
disangkal bahwa pada prinsipnya pendidikan itu membawa dan membina mental
seseorang itu semakin baik, dalam arti menjadikan seseorang itu menjadi cerdas,
lebih bermoral, jelasnya maju dari pada sebelum menerima pendidikan. Pendidikan
sebenarnya tidak hanya menata pakaian lahir tetapi yang utama adalah pakaian
jiwa. Dan salah satu titik fokus tujuan Pendidikan Agama Islam adalah
pembentukan akhak siswa untuk pencapaian hal tersebut melibatkan beberapa unsur
yaitu :
1. Pendidik/Guru
Pendidik dalam Pendidikan Agama Islam adalah setiap orang orang dewasa
dan orang lain. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, pendidik dalam Islam ialah
pada siswa dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat
26
Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam. Cet 1. (Jakarta : Logos), 1999. h 83
XXXIV
kedewasaan, mampu berdiri sendiri, memenuhi tugasnya sebagai hamba dan
khalifah Allah SWT. Dan mampu sebagai makhluk sosial dan individu yang
dan perencana. Dari katerangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya
Islam dalam hal ini yaitu pembentukan Etika Islam siswa (akhlaqul karimah).
Karena dari guru Pendidikan Agama Islam siswa mendapatkan sumber suri
tauladan di sekolah.
2. Siswa
Siswa adalah Raw Material (bahan mentah) di dalam proses transformasi yang
pelajar yang terdaftar sedang mengikuti pelajaran di suatu sekolah” 27. Siswa
untuk berkembang ke arah yang negatif tanpa adanya pengarahan, oleh karena
pendidikan di sekolah-sekolah.
Shihab yang dikutip oleh oleh Ramayulis dalam diri siswa adalah :
27
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, Rajawali Pers,
Jakarta, 1992. hlm 4
XXXV
b. Ditundukkan bumi, langit dan segala isinya : binatang-binatang, planet dan
sebagai khalifah Allah SWT. Sejak dini siswa haruslah ditanamkan pendidikan
akhlak, bahkan sejak dalam kandungan. Karena perlu disadari bahwa pendidikan
akhlak itu terjadi melalui semua segi pengalaman hidup, baik melalui penglihatan,
akhlak, yang nantinya akan berguna sebagai penyeimbang antara etika yang
berlandaskan Islam dengan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh, dan dapat
program yang mapan dan dapat menghantarkan proses pendidikan sampai pada
Sudirman yang dikutip oleh Muhaimin dan Abdul Mujib bahwa komponen
28
Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam. (Jakarta: Tribenda Karya),1993. h 183
XXXVI
kurikulum dalam pendidikan sangat berarti, karena merupakan operasionalisasi
tujuan yang dicita-citakan, bahkan tujuan tidak akan tercapai tanpa keterlibatan
yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini
bertolak dari sesuatu yang aktual, yang nyata, yaitu yang aktual terjadi di sekolah
belajar itu kurikulum. Pengalaman belajar inilah yang banyak pengaruhnya dalan
benarbenar matang berdasarkan hasil yang ingin dicapai. Dari situ siswa
diharapkan dapat menjadi output seperti yang diharapkan. Lingkungan sejak lahir
dapat dikuasai dan membiarkan diri dikuasai oleh lingkungan fisik keadaan itu dia
luar diri siswa dalam alam semesta ini. Lingkungan dapat berupa hal-hal nyata,
XXXVII
lingkungan dapat pula merupakan suatu hal diluar anak yang tidak ditangkap oleh
inderanya karena sifatnya abstrak, seperti situasi politik, ekonomi, agama, adat
maka ada tiga macam lingkungan, yakni : lingkungan keluarga, sekolah dan
dikatakan negatif yaitu apabila lingkungan memberi pengaruh jelek dan tidak
dengan jalan mempelajari Pendidikan Agama Islam itu sendiri. Pengaruh agama
Islam, dengan sendirinya membina dua sektor pada diri seseorang. Pertama
membina budinya, kedua membina otaknya, sebab orang yang beragama itu,
menurut ajaran Islam orang yang mementingkan rohaniah 29.Orang yang sama
sekali tidak mendapatkan didikan dan ajaran agama, maka langkah-langkah dan
pembentukan Akhlak. Dari keterangan yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik
29
Burhanuddin, Etika Individual, (Jakarta : Rineka Cipta), 2000. h 19
XXXVIII
melibatkan unsur-unsur yang telah dijelaskan di atas. Supaya terjadi keselarasan
Motivasi merupakan akar kata dari bahasa Latin movore, yang berarti
gerak atau dorongan untuk bergerak30.Motivasi dalam Bahasa Inggris berasal dari
kata motive yang berarti daya gerak atau alasan31. Motivasi dalam Bahasa
Indonesia, berasal dari kata motif yang berarti daya upaya yang mendorong
seseorang melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam diri subyek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan.
Motif tersebut menjadi dasar kata motivasi yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif.32
30
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Yogyakarta, Ar-Ruzz
Media, 2014), hlm. 319.
31
John Eschols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2003), hlm.
386.
32
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, hlm. 73.
33
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi : Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, hlm. 180-182.
XXXIX
1) Menurut Mc. Donald, motivasi adaalah perubahan energi dalam diri
(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan.
2) Menurut Thomas M. Risk, motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak
guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri siswayang menunjang
kearah tujuan-tujuan belajar.
3) Menurut Chaplin, motivasi adalah variabel penyelang yang digunakan
untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu didalam membangkitkan,
mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu
sasaran.
4) Menurut Tabrani Rusyan, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong
seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
5) Menurut Dimyati dan Mudjiono,di dalam motivasi terkandung adanya
keinginan mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan
sikap dan perilaku individu belajar.34
6) Menurut Atkinson, motivasi dijelaskan sebagai suatu tendensi seseorang
untuk berbuat yang meningkat guna menghasilkan satu hasil atau lebih
pengaruh.
7) Menurut A.W Bernard, motivasi adalahfenomena yang dilibatkan dalam
perangsangan tindakan kearah tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau
tidak ada gerakan kearah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi merupakan
usaha memperbesar atau mengadakan gerakan untuk mencapai tujuan
tertentu.
8) Menurut Abraham Maslow, motivasi adalah sesuatu yang bersifat konstan
(tetap), tidak pernah berakhir, berfluktuasi dan bersifat kompleks, dan hal
itu kebanyakan merupakan karakteristik universal pada setiap kegiatan
organisme
34
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 141-142.
XL
9) Menurut John W Santrock, motivasi adalah proses memberi semangat,
arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.35
BAB III
A. Sejarah Singkat
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Kode Pos 16820. Berdiri setelah mendapat
sebidang tanah pada 20 September 1995 dari Al-Maghfurlah Bapak H. Suma bin
Samid sebidang tanah seluas 210 M2 dan disusunlah pengurus pendiri awal yaitu
35
John W Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 510.
XLI
pada tanggal 22 september 1995. Yang ditanda tangani di Notaris Rohayati
Yogasara yang beralamat di Tambun Bekasi Oleh H. Asep Saepudin M.M sebagai
YAPA, yang diambil dari kata Al-Isti’aanah yang artinya pertolongan dari Allah
SWT sesuai dengan firman-Nya surat Al-Fatihah Ayat 5, yang berawal dari
Majelis Ta’lim ibu-ibu yang didirikan oleh Ibu Hj. Ai Khodijah pada tahun 1982
dan didukung oleh Ibu Hj. Enah Komalasari dan Renovasi pada tahun 1990.
Yayasan Al- Isti’aanah terus berinovasi guna mencapai tujuan yang sesuai
dengan visi dan misi yang tercantum dalam Akte Notaris. Berdiri sebuah TPA-
TKA dan Panti Asuhan ( Sosial ) dan diawali dengan Pendidikan Formal . TK
Tahun 2000 dengan izin Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Kemudian
merintis untuk berdirinya sebuah SMP YAPA tahun 2002 s/d Sekarang. Ditambah
dengan susunan Pengurus badan yaitu dewan pendiri H. Suma (Alm) dan Hj.
Endah Ratna (Almh) Dewan Pembina H. Ompih Supandi Ketua Yayasan H.Asep
Saepudin M.M Sekertaris Hj. Lili Dahlia M.Pd Bendahara Hj. Oci Suparsih
XLII
1. Al-Isti’aanah YAPA ( I ) Blok Pandai Rt 01/ 17 Cileungsi Bogor.Luas Area
15.000 M²
Area 520 M²
a. Visi
1. SMP
mulia.
2. SMK
b. Misi
1. SMP
XLIII
- Mengembangkan budaya gemar membaca, saling menghargai, disiplin,
peserta didik.
2. SMK
- Menanamkan kepada peserta didik tentang iman dan taqwa kepada Allah
SWT.
masyarakat
C. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
XLIV
PKS. KURIKULUM : Saepul Akbar
2. Yusup Kholipin
3. Komariatul Huda
D. Metode penelitian
keadaan yang diteliti sesuai dari data yang diperoleh di lapangan. Penelitian
dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, catatan atau memo dan
36
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 20.
37
Ibid., 23.
XLV
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah kualitatif lapangan
secara deskriptif tentang karakter disiplin dan tanggung jawab siswa SMP-
penelitian yang bertujuan untuk mencari fenomena yang dialami oleh subjek
secara cara pandang, diuraikan dalam bentuk uraian kata-kata dan bahasa,
yang sesuai.39
38
Ibid., 11.
39
Ibid., 11
XLVI
diambil semua. Jika subyeknya lebih besar maka dapat diambil antara
10%-15% dan 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2006 : 20). Mengapa
menggunakan rumus diatas,dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
1) Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.
2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data.
3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh penulis. (Arikunto, 1992:
112)
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa--sisiwi SMP-SMK YAPA
CILEUNGSI-BOGOR.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field Research), yaitu
research yang dilakukan dikancah atau medan terjadinya gejala-gejala.
(Hadi, 2000: 9). Maka jenis data yang dibutuhkan dan yang digunakan
adalah jenis data lapangan dan deskriptif kuantitatif dalam penyajian
data menggunakan data primer dan sekunder.
b. Sumber DataUntuk mengumpulkan sejumlah data diperlukan sumber
data diberbagai sumber yaitu:
1) Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini adalah Metode pendidikan dalam
Kitab Ta’lim Muta’allim Di SMP-SMK Yapa Cileungsi-Bogor.
2) Data Sekunder
Dalam penelitian ini adalah kondisi objektif Siswa-siswi SMP-SMK
YAPA CILEUNGSI Tahun Pelajaran 2020/2021.
Data ini berupa data tentang letak geografis, struktur organisasi,
jumlah siswa, guru dan sarana prasarana.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Adapun data yang dikumpulkan dalam penyusunan skripsi ini, sesuai jenis
penelitiannya adalah lapangan, maka untuk mendapatkan data dilapangan,
penulis menggunakan metode:
XLVII
1) Metode Angket
Metode angket disebut pula sebagai metode kuesioner atau dalam bahasa
2) Metode dokumentasi
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen
XLVIII
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum. Kitab ini diakui sebagai karya yang
dijadikan bahan penelitian dan rujukan dalam penulisan karya-karya ilmiah, terutama
dalam bidang pendidikan. Kitab ini tidak hanya digunakan oleh ilmuwan Muslim
saja, tetapi juga dipakai oleh para orientalis dan penulis barat. Keistimewaan lain dari
kitab Ta’lim Muta’allim ini terletak pada materi yang dikandungnya. Meskipun kecil
dan dengan judul yang seakan-akan hanya membahas metode belajar, sebenarnya
XLIX
esensi kitab ini juga mencakup tujuan, prinsip-prinsip dan strategi belajar yang
Kitab ini tersebar hampir ke seluruh penjuru dunia. Kitab ini juga dicetak dan
Indonesia, kitab Ta’lim Muta’allim dikaji dan dipelajari hampir di setiap lembaga
Dari pembahasan kitab ini, dapat diketahui tentang konsep metode pembelajaran
yang bersifat etik mencakup niat dalam belajar; Kedua, metode yang bersifat teknik
strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-
ilmu tauhid. Kemudian ketika memilih guru; sebaiknya memilih guru yang lebih
alim, wara’ dan umurnya lebih tua dari peserta didik. Dalam urusan memilih teman,
menurut Az-Zarnuzi, sebaiknya mencari teman yang rajin, wara’ dan berwatak baik,
mudah paham akan pelajaran, tidak malas, tidak banyak bicara dan lain sebagainya.
Grunebaum dan Abel. Menurut mereka, terdapat lima langkah atau tahapan dalam
belajar, yaitu:
L
4) Dynamics of learning (pembelajaran yang berdinamika)
5) the student’s relationship to other (menjalin hubungan baik dengan sesama peserta
didik).40
Dan berikut beberapa pasal atau metode belajar yang terdapat dalam kitab ta’lim
muta’allim :
membicarakan perihal kewajiban menuntut ilmu, dan tidak semua ilmu harus
dipelajari. Karena yang wajib bagi mereka adalah Ilmul hâl atau ilmu agama
yang berkaitan dengan peribadahan, seperti ilmu iman, ilmu shalat, zakat, dan
dibanding para malaikat adalah karena ilmu yang dimilikinya, Imam Az-Zarnuji
juga menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu ada 4. Pertama, fardlu‘ain, salah
satunya adalah ilmu wudhu dan shalat. Kedua, fardlu kifayah, seperti ilmu cara
kedokteran.
2. Niat ketika belajar Imam Az-Zarnuji menyebutkan, bahwa seorang pelajar harus
memiliki niat saat menuntut ilmu. Landasan yang digunakan beliau yaitu sabda
40
Ahmad Sholeh, Konsep Pembelajaran Islam (Surakarta; CV. Permata, 2007), 23.
LI
Artinya : “Sesungguhnya amal seseorang tergantung pada niatnya.”41
Ada beberapa niat yang dianjurkan Imam Az-Zarnuji ketika menuntut ilmu.
dan orang lain. Ketiga, menghidupkan agama dan mendirikan Islam. Keempat,
mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan. Dalam pasal ini Imam Az-Zarnuji
juga memberi peringatan supaya seorang pelajar tidak boleh mencari ilmu
begitu juga mencari kedudukan di sisi penguasa, kecuali jika ilmu tersebut
pemerintah.
3. Memilih ilmu, guru, dan teman, serta ketekunan dalam menuntut ilmu Dalam
pasal ini Imam Az-Zarnuji memberi saran bagi para pelajar untuk memilih ilmu,
guru, dan teman. Hendaknya bagi seorang pelajar mendahulukan ilmu yang
mempelajari ilmu yang berguna baginya pada masa yang akan datang. Dan Imam
Az-Zarnuji menyarankan agar mencari guru yang lebih pandai dan lebih sepuh
dari dirinya, dan memilih teman yang tekun, wara’, baik tabiatnya, dan tanggap.
seorang pelajar tidak akan mendapat ilmu melainkan ia menghormati ilmu dan
pemiliknya, yaitu gurunya. Beliau menyebut etika apa saja yang harus dilakukan
seorang pelajar, di antaranya adalah tidak duduk di tempat duduk gurunya, tidak
memulai percakapan dengan guru kecuali atas izinnya, tidak banyak berbicara di
LII
5. Sungguh-sungguh, tekun, dan semangat dalam mencariilmu, Imam Az-Zarnuji
bergantung pada pelajar saja, namun guru dan orangtua pun harus bersungguh
menyiapkan pendidikan anaknya. Beliau banyak memberi saran supaya ilmu itu
kuat melekat pada diri seorang pelajar. Di antaranya dengan mengulang pelajaran
6. Permulaan, ukuran dan urusan dalam mempelajari ilmu, Di sini imam Az-
Zarnuji banyak menyinggung soal urutan tingkat pelajaran yang mesti diajarkan
guru kepada murid, dari dasar baru kemudian kepada tingkat yang lebih
harus berserah diri kepada Allah SWT. Imam Az-Zarnuji menganjurkan para
pelajar untuk tidak perlu merasa sulit dan menyibukkan hati dalam masalah
rezeki. Hal ini senada dengan hadis Nabi SAW, “Barangsiapa yang mencari
8. Waktu mencari ilmu, Masa mencari ilmu adalah seumur hidup, sejak dilahirkan
hingga masuk ke liang lahat. Menurut Imam Az-Zarnuji, waktu terbaik untuk
LIII
mencari ilmu adalah saat masih muda. Jika seorang pelajar merasa jenuh
terhadap satu disiplin ilmu, ia dapat beralih pada disiplin ilmu yang lain.
9. Saling mengasihi dan Menasehati Ilmu dan akhlak adalah dua hal yang tidak
bersedia memberi nasihat dan tidak iri hati. Seorang pelajar juga seharusnya
waktu. Beliau juga menyarankan agar mereka selalu positif thinking, tidak
10. Mengambil dan mempelajari Adab serta menyiapkan kebutuhan belajar, Imam
antaranya ialah dengan mempersiapkan alat tulis setiap saat, tidak menyia-
nyiakan waktu, bergaul dengan guru dan tamak kepada ilmu, fokus ketika
11. Bersikap wara’ ketika belajar Imam Az-Zarnuji dalam pasal ini memberi
wejangan kepada para pelajar untuk menjauhi rasa kenyang, banyak tidur,
sholawat.
LIV
tekun, sedikit makan, dan shalat di malam hari, membaca Al-Qur’an. Sedangkan
maksiat, banyak melakukan dosa, gelisah, khawatir, dan sibuk dengan urusan
dunia.
mengingatkan bahwa seorang pelajar harus mengetahui apa saja yang menambah
rezeki dan apa saja yang menambah panjang usia dan kesehatan, supayamasa
rezeki.Selain itu, Beliau juga menyatakan bahwa tidur pada waktu Subuh
syair dalam kitab Ta’lîm al-Muta’allim, hingga ada yang menghimpunnya dalam
kitab khusus, yaitu syair Alala. Salah satu bait yang terkenal dalam kitab ini
42
Amien Nurhakim, Mengenal Kitab Ta’lim al-Muta’alim, Panduan Etika Mencari Ilmu, April
2020, Https://www.nuu.or.id/post/read/ 119376/mengenal-kitab-ta-lim-al-muta-allim—panduan-
etika-mencari-ilmu
LV
“Ta’alam fainnal ‘ilma zainun liahlihi # wafadlun wa ‘unwaanun likullil
mahaamidi
Wa kun mustafiidan kulla yaumin ziyadatan # minal ‘ilmi wasbah fii buhuuril
fawaidi”
keutamaan dan tanda bagi setiap sesuatu yang terpuji.Jadilah dirimu dapat
mengambil faedah dari ilmu setiap harinya, dan berenanglah engkau dalam lautan
kemanfatan”43
Dan berikut target inti pendidikan untuk proses pembelajaran secara umum yang
a) Niat Belajar Mengenai niat dan tujuan belajar, Az-Zarnuji mengatakan bahwa niat
yang benar dalam belajar adalah untuk mencari keridloan Allah SWT, agar
dengan selalu berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan orang lain,
SWT. Sehubungan dengan hal ini, Az-Zarnuji mengingatkan agar setiap penuntut
ilmu tidak sampai keliru menentukan niat dalam belajar, misalnya belajar yang
kehormatan dan kedudukan tertentu. Jika masalah niat ini sudah benar, tentu ia
akan merasakan kelezatan ilmu dan amal serta berkuranglah kecintaannya pada
harta dunia . Berikut kutipan Syekh Az-Zarnuji yang terdapat dalam kitab Ta’lim
Muta’allim :
43
Imam Az-Zarnuji, Ta’lîm al-Muta’allim, Beirut:hlm 61
LVI
إذ النية هى األصل فى جميع،ثم البد له من النية فى زمان تعلم العلم
Artinya :
Wajib berniat waktu belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala hal,
sebagaimana sabda nabi saw : Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu terserah
niatnya"44
Sebagaimana yang dikatakan Syekh Az-Zarnuji : “Orang yang menuntut ilmu
harus berniat untuk mencari ridho Allah . Mengharap pahala akhirat dan
menghilangkan kebodohan diri sendiri juga orang lain, menghidupkan agama
dan memeperjuangkan islam”.45
Di waktu belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah swt. Kebahagian
akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh,
mengembangkan agama dan melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu
harus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpa berdasar
ilmu.
b) Peserta Didik (Murid) Fokus pembahasan banyak ditujukan kepada murid. Syarat
– syarat yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh murid, baik itu mengenai kognitif
(intelektual), afektif (sikap, nilai – nilai) dan psikomotor (kelincahan /
keterampilan) dan kehalusan bahasa sesuai dengan tujuan proses balajar. Murid
harus memilih ilmu, guru dan teman. (Az-Zarnuji,tt:13).
Peserta didik adalah manusia yang akan dibentuk oleh dunia pendidikan. Ia
merupakan objek sekaligus subjek, yang mana tanpa keberadaannya mustahil
proses pendidikan akan berjalan. Dalam hal ini Az-Zarnuji lebih fokus pada
kepribadian atau sikap dan moral yang mulia, yang sangat diperlukan oleh para
44
Syeikh Az-Zarnuji. Pedoman Belajar Bagi Penuntut Ilmu Secara islami (Surabaya; Menara Suci,
2008),H. 15
45
Syekh Ibrahim bin Isma‟il, Syarh Ta‟lim al-Muta‟allim ,ala Thariiqa Ta‟allum, (Semarang:
Karya Toha Putra, 1993) hal 41.
LVII
pelajar. Adapun kepribadian yang harus dimiliki tersebut sebagaimana dikatakan
Az-Zarnuji, adalah setiap murid harus mempunyai sifat-sifat tawadhu‟, iffah,
yaitu sifat yang menunjukkan harga diri yang menyebabkan seseorang terhindar
dari perbuatan yang tidak pantas dilakukan, kemudian sifat tabah, sabar, wara‟
(menjauhkan diri dari dosa, dari maksiat, dari perkara syubhat), serta tawakkal,
yaitu menyerahkan segala perkara hanya kepada Allah.46 Az-Zarnuji juga
menekankan agar dalam menuntut ilmu, setiap murid hendaknya mencintai ilmu,
hormat kepada guru, keluarganya, sesama penuntut ilmu, sayang kepada kitab dan
menjaganya dengan baik, bersungguhsungguh dalam belajar dengan
memanfaatkan waktu, tekun dalam menuntut ilmu serta mempunyai cita-cita
tinggi dalam menuntut ilmu pengetahuan.47
Maka tidak ada salahnya seorang peserta didik memilih mata pelajaran yang ia
sukai dengan mendapat petunjuk dari gurunya dalam pemilihan tersebut, dengan
syarat pembawaan lahir peserta didik tersebut tidak dilupakan.48 Seorang peserta
didik hendaknya menjauhi akhlak yang tercela, sebagaimana ungkapan Az-
Zarnuji, "Akhlak tercela itu termasuk anjing secara konstektual".49
c) Pendidik (Guru) Guru dalam belajar itu adalah seorang yang sangat dihormati dan
ilmu tidak akan bermanfaat tanpa menghormati guru. Murid memilih guru dengan
cara mencari yang alim, yang bersifat wara’ dan yang lebih tua. Posisi guru atau
pendidik yang sentral ini menjadikan masalah pemilihan guru menjadi begitu
esensial. Dalam kitabnya Az-Zarnuji banyak menggunakan istilah ustadz, dan
mua'llim untuk menyebut pendidik. Az-Zarnuji tidak mengemukakan syarat dan
kode etik mengenai pendidik secara langsung, namun ia mengemukakan kriteria
guru yang hendaknya dipilih oleh seorang murid yang secara tidak langsung juga
mengemukakan tentang persyaratan yang dimiliki oleh seorang guru. Az-Zarnuji
mengemukakan "Hendaklah seorang murid memilih guru yang paling alim,
berwibawa (shaleh), dan senior".50
46
Az-Zarnuji, Ta‟lim al-Muta‟allim Thoriq al-Ta‟allum, (Semarang: Toha Putra, tt) hal 16.
47
Ibid hal. 25--26
48
Mohd. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A.Gani dan
Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 195.
49
Az-Zarnuji, Ta‟lim al-Muta‟allim Thoriq al-Ta‟allum, (Semarang: Toha Putra, ) hal 20.
50
Muhammad Abd al-Qadir Ahmad, Ta`lim al-Muta`allim Tariq al-Ta`alum, (Surabaya: Maktabah
Seikh Muhammad Nabhan, tt), 13.
LVIII
Guru dianggap sebagai unsur yang mendasar dalam pembelajaran, dengan segala
keteguhan, kesungguhan, dan segala kesabarannya akan sangat berpengaruh pada
pendidikan, karena pendidikan merupakan tanggung jawab yang dipikul oleh
seorang guru sebagai amanah yang akan dipertanggungjawabkan di depan Allah
kelak, maka dengan menjalankan amanah tersebut harus sesuai dengan apa yang
dianjurkan oleh Allah SWT.51 Maka kesimpulannya, al-Zarnuji lebih
mengutamakan guru dari segi kualifikasi keilmuan, kewibawaan dan usianya.
Seorang guru harus menguasai keilmuan dalam arti ia mempunyai kompetensi
paedagogis dan profesional. Guru juga harus berwibawa dalam arti bahwa
seorang guru harus mempunyai kompetensi sosial dan juga sudah berpengalaman.
Az-Zarnuji menempatkan posisi pendidik sebagai posisi yang istimewa,
bahkan ia mensyairkan sebagai berikut:
وأوجبه حفظا على كل مسلم# رأيت أحق الحق حق المعلم
Artinya : Saya berpendapat bahwa paling benarnya kebenaran adalah benarnya
orang mengajar dan ia adalah salah satu yang harus dijaga oleh seluruh orang
Islam.
لتعليم حرف واحد ألف درهم# لقد حق أن يهدى إليه كرامة
Artinya : Guru senantiasa harus diberi hadiah kemuliaan dan seribu dirham
karena ia mengajar satu huruf.52
Hal ini mengisyaratkan bahwa seorang guru dalam mengajar haruslah
serius dan tidak boleh menganggap bahwa mengajar adalah pekerjaan sambilan
saja. Dalam sebagian syairnya al-Zarnuji mengatakan "Guru lebih didahulukan
dalam dimuliakan daripada ayah, walaupun mulia itu diperoleh dari seorang ayah.
Guru itu mendidik ruh dan ruh itu seperti permata, sedangkan orang tua itu
mendidik jasmani dan jasmani itu seperti tempat permata." 53 Maka guru
menurutnya adalah orang yang mampu membawa ruh anak didik menuju
kesempurnaan dan menjadi dekat dengan sang pencipta.
Posisi guru yang mengajar satu huruf dalam konteks ilmu keagamaan
merupakan bapak spiritual. Oleh karenanya, kedudukan guru sangatlah terhormat
51
Abu Lubabah Husain, Tarbiyah Fi Sunnah anNabawiyah, (Riyad: Darul Liwa‟, 1977) hal 47.
52
Ahmad, Ta`lim al-Muta`allim..., 16-17.
53
Az Zarnuji, Ta`lim al-Muta`allim, terj Santri Lirboyo, (Kediri: Lirboyo, tt), 5.
LIX
dan tinggi karena dengan jasanya seorang murid dapat mencapai ketinggian
spiritual dan keselamatan dunia dan akhirat.54
Dalam unsur-unsur pendidikan dalam kitab Ta’limul Muta’allim evaluasi
belum dijelaskan secara eksplisit dan implisit,dalam pengembangan kitab tersebut
di pesantren, menurut penulis hanya dengan metode setoran hafalan kepada kyai,
ustadz / ustadzah dan juga pengembangan materi yang dipelajari sehari-hari hanya
melalui diperhatikan oleh Kyai, ini dibuktikan pada bab III pada unsur-unsur
pendidikan hanya ditemukan sumber yang membahas lima unsur saja. Tetapi di
zaman modern ini evaluasi harus ada dan dilaksanakan, karena pendidikan tidak
sempurna tanpa adanya evaluasi, dalam unsur-unsur pendidikan satu dengan
lainnya mempunyai hubungan timbal balik dan tidak boleh dipisah –pisah.
Unsur-unsur pendidikannya yaitu:
1. Tujuan pendidikan
2. Anak didik
3. Pendidik
4. Interaksi Edukatif
5. Materi pendidikan
6. Metode
7. Alat –alat
8. Lingkungan
9. Evaluasi
Sebenarnya bila dikaji lebih lanjut, ada banyak hal-hal yang masih relevan
untuk diterapkan meskipun juga ada beberapa pendapat beliau yang sudah tidak
relevan lagi. Maka, jika kitab ini dikaji di pesantren, supaya tidak menimbulkan
akses yang tidak diinginkan, sebaiknya Diajarkan oleh seorang guru yang
mempunyai pemahaman mendalam mengenai bimbingan belajar, sehingga ketika
mempunyai gagasan yang dianggap kurang relevan dengan zaman sekarang, bisa
mengadakan reinterpretasi atau merefleksikan dengan masa Syaikh Az-Zarnuji.
54
Ahmad, Ta`lim al-Muta`allim...., 18. Sya'roni, Model Relasi Ideal Guru & Murid: Telaah atas
Pemikiran Az-Zarnuji dan KH Hasyim Asyari, (Yogyakarta: Teras, 2007), 48.
LX
Karya besar ini sebenarnya sangat bisa diterapkan ke arah luar pesantren
baik itu madrasah atau sekolah-sekolah umum. Karena bisa diketahui dari analisis
konsep pendidikan Az Zarnuji cukup banyak yang masih relevan dan baik untuk
diajarkan dan ditanamkan sejak dini.Seperti, menghormati guru, anak didik
ditanamkan sejak dini untuk bisa berakhlak baik kepada guru, disiplin dalam
belajar, memuliakan ilmu; anak didik bisa diajarkan sejak dini tidak mengotori
kitab meletakkan kitab atau buku ditempat yang tepat, juga kesungguhan dalam
mencari ilmu, beristiqamah dan cita-cita yang luhur. Karena Mencari ilmu itu
harus bersungguh-sungguh dan kontinyu. Karena itu, pendidikan menurut Syaikh
Az-Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim telah menggali dan menghidupkan
kembali nilai-nilai etika dalam proses pendidikan dan sekaligus menjadikannya
sebagai dasar pembentukan akhlak dan landasan dalam membina hubungan yang
harmonis antara guru dengan murid yang berorientasi pada hubungan yang etis-
humanis. Membuat suasana religius dan membiasakan akhlak yang baik dalam
setiap kegiatan belajar mengajar untuk melangkah maju menuju cita-cita
keseimbangan dunia dan akhirat.
paut, yang ada hubungan, selaras dengan.55 Menurut Kamus Besar Bahasa
relevansi terdiri dari relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi internal
tujuan, isi, proses penyampaian dan evaluasi, atau dengan kata lain relevansi
55
Paus Apartando, Kamus Populer,(Surabaya: PT. Arkola, 1994), h. 666.
56
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
h. 943.
LXI
relevansi eksternal adalah kesesuaian dengan tuntutan, kebutuhan, dan
LXII
khususnya pada jenjang SMP dan SMA. Ketiga nilai tersebut termuat
dalam materi PAI terbagi menjadi beberapa aspek materi, yakni aspek al-
Qur’an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, danTarikh yang menjadi satu
kesatuan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti.
Menurut peneliti nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung
dalam kitab Ta’lim Muta’allim baik nilai aqidah, nilai ibadah, dan nilai
akhlak dapat memberikan kontribusi terhadap pembaca sehingga dapat
mewujudkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam pribadi masyarakat
muslim khususnya pribadi peserta didik muslim, serta dapat
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu memberikan
sumbangsih di bidang pendidikan khususnya pada Pendidikan Agama
Islam antara lain:
a. Metode pembelajaran yang terkandung dalam kitab Ta’lim Muta’allim
meliputi : mengulang dan menghafal, memahami dan mencatat,
mengingatkan pelajaran (mudzakarah), berdiskusi (munadzarah) dan
memecahkan masalah bersama (mutharahah). Dari segi metode
pembelajaran yang tergambar dalam kitab tersebut banyak menerapkan
macam-macam metode pembelajaran Pendidikan Islam yang nantinya
bisa di terapkan dalam proses pembelajaran PAI dan Budi Pekerti
kurikulum 2013
b. Guru. Karakter yang harus dimiliki guru adalah Al-A’lam(lebih alim),
Al-Auwra’(menjaga diri), Al-Asanna(kebapakan), berwibawa, Al-
Hilm(santun), dan penyabar. Karakter-karakter yang baik tersebut
harus dimiliki oleh setiap guru karena guru sangat berjasa dalam
membimbing, memberikan pengetahuan, membentuk akhlak peserta
didiknya hingga dia menjadi manusia yang seutuhnya yang dapat
melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
c. Peserta didik. Hal-hal yang harus dimiliki peserta didik diantaranya
niat tulus dalam belajar, menghormati atau memuliakan ilmu dan guru,
mempunyai keseriusan ketekunan dan minat dalam belajar, tawakal
dalam belajar, serta wara’ dalam belajar.
LXIII
2. Nilai-nilai pendidikan karakter DIKNAS
a) Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
b) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
c) Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e) Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
f) Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru darisesuatu yang telah dimiliki.
g) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h) Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i) Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
LXIV
j) Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k) Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
l) Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
m) Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
n) Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
o) Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
p) Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q) Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
LXV
r) Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.59
59
Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk
Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan
Nasional, 2010
LXVI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
LXVII
dimana seorang murid harus menghormati gurunya dan gurupun harus
mempunyai sifat kasih sayang kepada muridnya. Seorang murid harus
menghormati ilmunya dengan merawat buku-bukunya yang selama ini banyak
dilupakan oleh pelajar di Indonesia atau di manapun itu, mereka tidak tahu akan
bermanfaatnya menghormati ilmu dan ahlinya, yang mereka tahu adalah sekolah
untuk mendapatkan kerja, maka bagaimana bisa ilmu itu merasuk kedalam hati
mereka. Maka harus ada wadah tersendiri dalam mengimplementasikan ini,
contoh nyataselama ini pondok pesantren sebagai salah satu lembaga di
Indonesiabanyak yang mengimplementasikannya.
2. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kitabTa’lim Muta’allim ini hendaknya
diterapkan oleh setiap individu, khususnya di dunia pendidikan, karena sejalan
dengan sistem pendidikan karakter yang telah dicanangkan Pemerintah untuk
keseimbangan dinamisasi pendidikan.Sehingga nilai-nilai pendidikan akhlak yang
ada dalam kitab Ta’lim Muta’allim tersebut juga layak dijadikan referensi dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter di dunia pendidikan Indonesia.Dengan
melihat wajah pendidikan saat ini, faktanya dalam pendidikan tidak hanya
membutuhkan kemajuan dalam bidang teknologi maupun intelektual semata, akan
tetapi juga menuntut kecerdasan secara emosional, dan dalam hal ini sudah
tercover dalam kitab Ta’lim Muta’allim yang nilai-nilainya cukup komprehensif,
yakni meliputi learning to live together (hubungan dalam konteks bermasyarakat),
learning to be (diri sendiri) dan hubungan dengan Tuhan.
3. Tanpa mengurangi rasa hormat kami sebagai peneliti maka sedikit kritisi tentang
kitab Ta’lim Muta’allim yang seharusnya menjadi pedoman para pencari ilmu
akan tetapi banyak dilupakan dikarenakan pembahasannya sudah dianggap terlalu
kuno dan tidak sesuai dengan zamannya. Tapi itu tidak serta merta mengurangi
kredibilitas kitab Ta’lim Muta’allim sebagai pedoman di berbagai tempat yang
memang menerapkannya seperti di pesantren Indonesia.
LXVIII
C. Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Agama RI, Kementrian. 2010. Al-Qur‟an dan Tafsirnya jilid x, Jakarta : Percetakan Ikrar Mandiri abadi.
Al-Abrasyi, Athiyah. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, JAKARTA : Bulan Bintang.
Al-Qadir Ahmad, Muhammad Abd. Ta`lim al-Muta`allim Tariq al-Ta`alum. Surabaya : Maktabah
Seikh Muhammad Nabhan.
Apartando, Paus. 1994. Kamus Populer,Surabaya : PT. Arkola.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif. Jakarta :
Rajawali Pers.
Athiyah al-Abrasyi, Mohd. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A.Gani
dan Djohar Bahry. Jakarta : Bulan Bintang.
Atmaja Prawira, Purwa.2014. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.
Az-Zarnuji, Imam, Ta’lîm al-Muta’allim, Beirut.
Az-Zarnuji, Syaikh. 1994. Terjemah Ta’lim Muta’allim. Jakarata : Rica Grafika.
Az-Zarnuji, Syeikh. 2008. Pedoman Belajar Bagi Penuntut Ilmu Secara islami. Surabaya; Menara
Suci.
Az-Zarnuji, Ta‟lim al-Muta‟allim Thoriq al-Ta‟allum, Semarang : Toha Putra.
Burhanuddin, 2000. Etika Individual. Jakarta : Rineka Cipta.
Daud Ali, Mohammad. 1998. Pendidikan Agama Islam, JAKARTA :Raja Grafindo Persada.
Haryanto S.pd, Februari 5, 2012 dalam artikel “pengertian pendidikan menurut para ahli
http://id.scrbd.com/doc/201424971/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/
Heldrianto, Benny. 2013 : Dalam jurnal “penyebab rendahnya tingkat pendidikan anak putus
sekolah dalam program wajib belajar 9 tahun desa sungai kakap kecamatan sungai kakap
kabupaten kubu raya” https://jurmafis.untan.ac.id
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka
LXIX
Belajar.
Husain, Abu Lubabah. 1977. Tarbiyah Fi Sunnah anNabawiyah, Riyad : Darul Liwa.
Ibrahim bin Isma‟il. 1993. Syarh Ta‟lim al-Muta‟allim ,ala Thariiqa Ta‟allum, Semarang :
Karya Toha Putra.
J Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
John Eschols dan Hasan Shadily. 2003 Kamus Bahasa Inggris, Jakarta : Gramedia Pustaka.
Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran.
Mujin Nasih, Ahmad, dkk. 2019 Metode dan Tehnik Pembelajaran Agama Islam. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Noer, Hery. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Cet 1. Jakarta : Logos.
Nurhakim, Amien. April 2020. Mengenal Kitab Ta’lim al-Muta’alim, Panduan Etika Mencari
Ilmu. Https://www.nuu.or.id/post/read/ 119376/mengenal-kitab-ta-lim-al-muta-allim—
panduan-etika-mencari-ilmu
Pemerintah, Peraturan, No. 55 Tahun 2007. Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan Bab I, Pasal 2, Ayat (1)
Pendidikan Nasional, Departemen. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Pendidikan Nasional, Kementrian. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter.
______ 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai
Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa.
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia.
Republik Indonesia, UU. No.20 Tahun 2003 tentang: Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Jakarta.
Rijalullah. 2013. Model Pembelajaran Tutorial Sebaya dalam Pembelajaran BTQ. Jakarta :
STAIN.
Rusman, 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi : Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam.
Shihab, Quraish. 2007. Tafsir al-Misbah Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur‟an. Jakarta : Lentera Hati.
LXX
Kaliwungu Kendal,Skripsi Semarang : IAIN Walisong.
Sholeh, Ahmad. 2007. Konsep Pembelajaran Islam. Surakarta : CV. Permata.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Prakte. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Sya'roni. 2007. Model Relasi Ideal Guru & Murid: Telaah atas Pemikiran Az-Zarnuji dan KH
Hasyim Asyari, Yogyakarta: Teras.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran.
Bandung.
Withelingson. HC. 1984. Psikologi Pendidikan, Alih Bahasa M.Bukhari. Jakarta: Aksara Baru.
Yuniarti, Dwi. 2002. Konseptika dalam Pendidikan menurut Imam al-Zarnuji, Skripsi. Semarang :
IAIN Walisongo.
Zaini, Hisyam. dkk. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi Yogyakarta: CTSD
Institut Agama Islam Negeri Sunan Kali Jaga.
Zuhrani. 1993 Metodik khusus Pendidikan Agama,Malang, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiah IAIN
Sunan Ampel.
Halaman Sampul
LXXI
Lembar Persetujuan Pembimbing
Lembar Pengesahan Kaprodi
Lembar Pernyataan Orisinalitas
Lembar Pengesahan Skripsi
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
F. Metodologi Penelitiam
G. Sistematika Penulisan
A. Sejarah Singkat
C. Struktur Organisasi
D. Metode Penelitian
LXXII
BAB IV : PEMBAHASAN MASALAH
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar Pustaka
LXXIII