Anda di halaman 1dari 97

i

STRATEGI GURU SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DALAM


MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK
MADRASAH ALIYAH PONDOK PESANTREN
DDI GALESONG BARU MAKASSAR

Oleh :

Al Subrahmat Ramadhan Saifudin


10120180078

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing Penulis Skripsi Al Subrahmat Ramadhan Saifudin, NIM

10120180078, Maha Peserta didik Program Studi Pendidikan Agama Islam

Universitas Muslim Indonesia pada Fakultas Agama Islam Universitas Muslim

Indonesia Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi

yang bersangkutan dengan judul “Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik Madrasah Aliyah Pondok

Pesantren DDI Galesong Baru Makassar” memandang bahwa skripsi tersebut

telah memenuhi syarat – syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke

sidahng Seminar Hasil.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.

Makassar, Februari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Andi Bunyamin, M.Pd Bambang Sampurno, S.Pd.I.,M.A.

ii
iii

LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing Penulis Skripsi Al Subrahmat Ramadhan Saifudin, NIM

10120180078, Maha Peserta didik Program Studi Pendidikan Agama Islam

Universitas Muslim Indonesia pada Fakultas Agama Islam Universitas Muslim

Indonesia Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi

yang bersangkutan dengan judul “Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik Madrasah Aliyah Pondok

Pesantren DDI Galesong Baru Makassar” memandang bahwa skripsi tersebut

telah memenuhi syarat – syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke

sidahng Seminar Hasil.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.

Makassar, Februari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Andi Bunyamin, M.Pd Bambang Sampurno, S.Pd.I.,M.A.

Mengetahui,

Wakil Dekan I Ketua Jurusan Tarbiyah

Dr. Syarifah Raehana, S.Ag.,M.Ag Mustamin, S.Ag.,M.Si.

iii
iv

ABSTRAK

Nama : Al Subrahmat Ramadhan Saifudin


Stambuk : 10120180078
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam Dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Dididk Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak bisa
belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan
dalam belajar. Seorang guru harus mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar yang dialami oleh peserta didik sebelum memikirkan bantuan, agar
masalah yang dihadapi peserta didik bisa diminimalisir bahkan dapat terselesaikan
dengan sebaik-baiknya
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Faktor apa yang
menyebabkan kesulitan belajar peserta didik di Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren DDI Galesong Baru Makassar dan Bagaimana Strategi Guru Sejarah
Kebudayaan Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar. Tujuan penelitian ini
Untuk mengetahui bagaimana Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik Pondok Pesantren DDI Galesong Baru
Makassar. Untuk mengetahui bagaimana Faktor penghambat dan pendukung
strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Peserta Didik Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Faktor yang menyebabkan
kesulitan belajar peserta didik kesulitan itu muncul pada dasarnya terjadi pada diri
masing – masing peserta didik memang tidak semua peserta didik mengalami
kesulitan yang sama akan tetapi menumbuhkan minat membaca pada diri peserta
didik itu dirasa sedikit sulit, melihat jaman sekarang sosial media lebih unggul
dan mampu mempengaruhi minat dari peserta didik. Strategi Guru Sejarah
Kebudayan Islam dalam mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik guru harus
menguasai materi untuk meningkatkan minat belajar peserta didik adalah dengan
sesuai silabus dan RPP. Selain sesuai dengan silabus dan RPP guru harus
menguasai materi dalam menyampaikan materi dan meruntutkan materi yang akan
disampaikan kepada peserta didik agar dalam pembelajaran berjalan dengan baik
serta memberikan motivasi.

Kata Kunci: Strategi, Kesulitan Belajar, Peserta didik.

iv
v

ABSTRACT

Name : Al Subrahmat Ramadhan Saifudin


Stabuk : 10120180078
Program Study : Pendidikan Agama Islam
Title : Teacher's Strategy of History of Islamic Culture in
Overcoming Learning Difficulties for Students of Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar

Learning difficulty is a condition where students cannot learn properly,


due to threats, obstacles or distractions in learning. A teacher must know the
factors that cause learning difficulties experienced by students before thinking
about assistance, so that the problems faced by students can be minimized and can
even be resolved as well as possible.
The formulation of the problem in this study is what factors cause learning
difficulties for students at Madrasah Aliyah Pondok Pesantren DDI Galesong
Baru Makassar and What are the Strategies of Islamic Cultural History Teachers
in Overcoming Learning Difficulties for Students at Madrasah Aliyah Islamic
Boarding School DDI Galesong Baru Makassar. The purpose of this study is to
find out how the Islamic Cultural History Teacher's Strategy is in Overcoming
Learning Difficulties for DDI Galesong Baru Islamic Boarding School Students in
Makassar. To find out how the inhibiting factors and supporting strategies of
Islamic Cultural History Teachers in Overcoming Learning Difficulties for DDI
Galesong Baru Islamic Boarding School Students in Makassar. The type of
research used in this research is descriptive qualitative. Observation data
collection techniques, interviews, and documentation.
The results of the study can be concluded that the factors that cause
students' learning difficulties appear to occur basically in each student's self,
indeed not all students experience the same difficulties but fostering an interest in
reading in students feels a little difficult, looking at the times now social media is
superior and able to influence the interests of students. The teacher's strategy of
Islamic Cultural History in Overcoming Student Learning Difficulties Teacher
students must master the material to increase students' interest in learning
according to the syllabus and lesson plans. In addition to being in accordance with
the syllabus and lesson plans, the teacher must master the material in conveying
the material and sequence the material to be delivered to students so that learning
goes well and provides motivation.

Keywords: Strategy, Learning Difficulties, Learners.

v
vi

KATA PENGANTAR

ُ‫سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬


َّ ‫ال‬

‫س ِم هللاِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬


ْ ِ‫ب‬

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan limpahan

rahmat dan kasih sayang-Nya kepada semua makhluk-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan dengan baik tugas skripsi yang menjadi salah satu persyaratan

untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam di Universitas Muslim

Indonesia.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa risalah keilahian dan telah mengarahkan

kita semua ke alam penuh petunjuk dan hidayah.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program

studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Muslim

Indonesia. Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharap

kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan skripsi ini.

Berbagai kendala dan tantangan yang penulis hadapi memang tidak mudah

untuk menyelesaikan tulisan ini, berkat bantuan dari berbagai pihak

Alhamdulillah semuanya dapat dilalui. Oleh karenanya itu dalam kesempatan ini,

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sangat mendalam kepada:

1. Kedua orang tua penulis ayahanda Saifudin, SE dan Ibunda Dra. Harliati

sangat kucintai yang telah ikhlas mendidik, mendoakan, membimbing,

vi
vii

mengarahkan, membesarkan, memberikan kepercayaan, dan memberikan

dukungan moral maupun material dengan penuh kesabaran demi

kesuksesan penulis.

2. Bapak Prof. Dr. H. Basri Modding, SE., M.Si selaku Rektor Universitas

Muslim Indonesia.

3. Bapak Dr. Andi Bunyamin selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muslim Indonesia Sekaligus Pembimbing I yang telah

memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan mendidik secara tegas dan

disiplin kepada penulis, serta mengarahkan, membimbing, dan

meluangkan waktu kepada penulis selama proses penulisan skripsi.

4. Bambang Sampurno, S.Pd.I.,M.A. selaku Pembimbing II yang telah

memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan mendidik secara tegas dan

disiplin kepada penulis, serta mengarahkan, membimbing, dan

meluangkan waktu kepada penulis selama proses penulisan skripsi.

5. Bapak Ahmad Taslim, S.Ag.,M.Si selaku Kepala Pondok Pesantren DDI

Galesong Baru Makassar yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian di Ponpes tersebut.

6. Bapak Rizaldy Gunawan,S.Hum selaku Guru Mata Pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam dan seluruh Guru yang telah memfasilitasi penulis

untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan objek

penelitian dalam skripsi ini.

vii
viii

7. Kepada keempat saudara penulis Al Imran Sayf S. Kom, Suhardin Sayf,

Al Muh. Fatahudin saifudin S.Ds, Muh. Al Qadar, yang selalu

memberikan dukungan selama proses penulisan skripsi.

8. Kepada seluruh pihak yang telah ikut serta membantu dalam penyusunan

skripsi ini yang namanya tidak dapat dicantumkan satu persatu.

Makassar, Februari 2023

Al Subrahmat Ramadhan Saifudn

viii
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ........................................................... 8

C. Tujuan dan kegunaan penelitian .......................................................... 9

D. Pengertian dan Daefenisi Operasional ................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 13

A. Relevansi dengan peneliti sebelumnya .......................................... 10

B. Landasan Teori............................................................................... 15

1. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam SKI....... 11

2. Strategi Guru............................................................................. 17

3. Guru dan Peranannya................................................................ 20

4. Kesulitan Belajar...................................................................... 26

C. Kerangka Pikir ............................................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 46

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 46

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 46

C. Fokus Penelitian ............................................................................. 48

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 48

ix
x

E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 53

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 53

B. Hasil Penelitian .................................................................................... 58

C. Pembahasan ......................................................................................... 65

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 71

A. Kesimpulan .......................................................................................... 71

B. Saran .................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 74

x
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan hakikatnya mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan

melatih. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai suatu usaha untuk

mentransformasikan nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai pengetahuan

dan teknologi serta nilai keterampilan. Nilai-nilai yang akan ditransformasikan

tersebut dalam rangka mempertahankan, mengembangkan bahkan kalau perlu

mengubah kebudayaan yang dimiliki Peserta didik. Maka disini pendidikan akan

berlangsung dalam kehidupan.

Pendidikan dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku Peserta didik

agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota

masyarakat dalam lingkungan individu berbeda. Pendidikan tidak hanya

mencakup pengembangan intelektual saja, akan tetapi lebih ditekankan pada

proses pembinaan kepribadian Peserta didik secara menyeluruh sehingga Peserta

didik menjadi dewasa, karena itu pendidikan pada dasarnya merupakan usaha

guru dengan penuh tanggung jawab membimbing Peserta didik menjadi dewasa.

Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran dimana ada guru yang

melayani Peserta didiknya melakukan kegiatan pembelajaran dan guru menilai

atau mengukur tingkat keberhasilan Peserta didik tersebut.

Pendidikan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

manusia, tidak ada manusia di dunia ini yang hidup tanpa pendidikan. Adapun

profesi seseorang, baik sebagai pejabat, politikus, pengusaha, ekonom,


2

budayawan, olahragawan dan lain-lain, pendidikanlah yang mengantarkannya

pada keberhasilan yan diraihnya, dan guru merupakan sosok yang menjadi bagian

terpenting dalam dunia pendidikan.1

Pentingnya pendidikan juga dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam

surah An-nahl/16:125

َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗ ُن اِ َّن َرب‬
‫ك‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬
ُ ‫اُ ْد‬
َ‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬
َ ‫هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
Terjemahnya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan


pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat.2

M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbah menjelaskan bahwa “Ajaklah

kaum cendekiawan yang memiliki pengetahuan tinggi untuk berdialog dengan

kata-kata bijak, sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.

Terhadap kaum awam, ajaklah mereka dengan memberikan nasihat dan

perumpamaan yang sesuai dengan taraf mereka sehingga mereka sampai kepada

kebenaran melalui jalan terdekat yang paling cocok untuk mereka. Debatlah Ahli

al-Kitab yang menganut agama-agama terdahulu dengan logika dan retorika yang

halus, melalui perdebatan yang baik, lepas dari kekerasan dan umpatan agar

mereka puas dan menerima dengan lapang dada. Itulah metode berdakwah yang

benar kepada agama Allah sesuai dengan kecenderungan setiap manusia.


1
Jaja Suteja, Etika Profesi Keguruan, (Cet.1, Sleman; Grup Penerbitan CV Budi Utama,
2013), h,1.

2
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Darus Sunnah, 2013),
h.281.
3

Tempuhlah cara itu dalam menghadapi mereka. Sesudah itu serahkan urusan

mereka pada Allah yang Maha Mengetahui siapa yang larut dalam kesesatan dan

menjauhkan diri dari jalan keselamatan, dan siapa yang sehat jiwanya lalu

mendapat petunjuk dan beriman dengan apa yang kamu bawa.3

Menurut Darji Darmodiharjo yang dikutip oleh Marno penulis buku yang

berjudul Strategi dan Metode Pembelajaran, bahwa:

Tugas seorang guru sebagai penjabaran dari misi dan fungsi yang
diembangnya, minimal ada tiga: mendidik, mengajar, dan melatih. Tugas
mendidik lebih menekankan pada pembentukan jiwa, karakter dan
kepribadian berdasarkan nilai-nilai. Tugas mengajar lebih menekankan
pada pengembangan kemampuan penalaran dan tugas melatih menekankan
pada pengembangan kemampuan penerapan teknologi dengan cara melatih
berbagai keterampilan.4

Guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak jarang

menangani anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Aktivitas belajar bagi

setiap individu, tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar, adakalanya mereka

sulit dalam menangkap pembelajaran yang telah disampaikan guru ataupun yang

telah tertulis di dalam buku. Pada tingkat tertentu memang ada Peserta didik yang

dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Dalam

proses belajar mengajar di sekolah, Peserta didik diharapkan dapat belajar dan

mencapai hasil yang optimal.

Peserta didik terkadang mengalami berbagai hambatan dan kesulitan

belajar. Kesulitan belajar yang dialami peserta didik merupakan masalah yang

begitu penting dan perlu mendapatkan perhatian karena semuanya akan

3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Volume 15), (Jakarta: Lentera Hati, 2017),
h.400.
4
Marno, Strategi dan Metode Pengajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 19.
4

berdampak pada dirinya dan lingkungannya. Kesulitan belajar pada seorang

peserta didik sangat mungkin akan bersifat menetap atau mungkin juga hanya

sementara dan berlangsung dalam kurun waktu tertentu, baik sebentar atau dalam

kurun waktu yang lama. Lama atau tidaknya peserta didik mengalami kesulitan

belajar akan sangat tergantung oleh banyak faktor termasuk faktor individu

peserta didik , yaitu usaha mengatasi kesulitan belajar akan berbeda-beda yang

dialaminya. Artinya, kesulitan belajar akan berbeda-beda pada masing-masing

peserta didik.5 Tetapi pada kasus tertentu, karena anak didik belum mampu

mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat

diperlukan oleh anak didik. Disinilah tugas seorang guru sangat dibutuhkan yakni

mendidik, mengajar dan melatih. Agar peserta didik dapat mengatasi kesulitan

belajar yang dialaminya. Selain itu seorang guru harus mengetahui faktor-faktor

kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik sebelum memberikan bantuan,

agar masalah yang dihadapi Peserta didik tersebut dapat terselesaikan dengan

sebaik-baiknya.

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak bisa

belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan

dalam belajar.6 Seorang guru harus mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan

belajar yang dialami oleh peserta didik sebelum memikirkan bantuan, agar

masalah yang dihadapi peserta didik bisa diminimalisir bahkan dapat terselesaikan

dengan sebaik-baiknya.

5
Muhammad Irham, Psikologi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 257.

6
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), h.201
5

Kesulitan belajar dapat menghinggapi seorang dalam kurun waktu yang

lama. Beberapa kasus memperlihatkan bahwa kesulitan ini mempengaruhi banyak

aspek kehidupan seseorang, baik di sekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari,

kehidupan keluarga, atau bahkan terkadang dalam hubungan persahabatan dan

bermain.7 Masalah kesulitan belajar dihadapi oleh setiap jenjang sekolah. Sekolah

dasar pun juga tidak luput dari masalah kesulitan belajar.

Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak

jarang menangani anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Aktifitas belajar

bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berjalan lancar, adakalanya mereka

sulit dalam menangkap pembelajaran yang telah disampaikan guru ataupun yang

telah tertulis di dalam buku. Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang

dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Dalam

proses belajar mengajar di sekolah, peserta didik diharapkan dapat belajar dan

mencapai hasil yang optimal.

Namun dalam kenyataannya peserta didik terkadang mengalami berbagai

hambatan dan kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami peserta didik

merupakan masalah yang begitu penting dan perlu mendapatkan perhatian karena

semuanya akan berdampak pada dirinya dan lingkungannya. Kesulitan belajar

pada seorang peserta didik sangat mungkin akan bersifat menetap atau mungkin

juga hanya sementara dan berlangsung dalam kurun waktu tertentu, baik sebentar

atau dalam kurun waktu yang lama. Lama atau tidaknya Peserta didik mengalami

kesulitan belajar akan sangat tergantung oleh banyak faktor termasuk faktor

individu Peserta didik, yaitu usaha mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang


7
Derek Wood, dkk, Kiat Mengatasi Gangguan Belajar, (Jogjakarta: Katahati, 2017), h.23
6

dialaminya. Artinya, kesulitan belajar akan berbeda-beda pada masing masing

peserta didik.8

Tetapi pada kasus tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi

kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh

anak didik. Disinilah tugas seorang guru sangat dibutuhkan yakni mendidik,

mengajar dan melatih. Agar peserta didik dapat mengatasi kesulitan belajar yang

dialaminya. Selain itu seorang guru harus mengetahui faktor-faktor kesulitan

belajar yang dialami oleh peserta didik sebelum meberikan bantuan, agar masalah

yang dihadapi peserta didik tersebut dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Melihat berbagai masalah yang muncul terkait dengan tuntutan dunia

pendidikan, kesulitan peserta didik dalam belajar dan cakupan Sejarah

Kebudayaan Islam yang luas, maka guru adalah salah satu unsur yang berperan

dalam keberhasilan peserta didik untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Hal ini

bisa dilakukan dengan memberikan motivasi, memberikan tawaran inovatif

sebagai alternatif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik pada mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Menerapkan suatu strategi yang tepat dalam

pembelajaran memungkin kan tercapainya efektivitas pembelajaran yang lebih

baik. Dengan adanya strategi dari guru dalam mengatasi kesulitan belajar,

diharapkan peserta didik lebih bersemangat dalam belajar Sejarah Kebudayaan

Islam. Apalagi dengan strategi pembelajaran yang menyenangkan akan membuat

peserta didik tidak gampang bosan. Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam

sangat penting untuk mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan

peradaban Islam, sejak zaman lahirnya sampai masa sekarang. Apalagi


8
Muhammad Irham, Psikologi Pendidikan. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal.257
7

kebanyakan peserta didik sangat malas dalam mempelajari mata pelajaran

tersebut, dikarenakan banyak nya kisah yang harus dipahami.

Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar sengaja dipilih menjadi

lokasi penelitian karena peneliti melihat peserta didik masih kesulitan belajar,

Bapak Rizaldi Gunawan, S.Hum sebagai guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam (SKI) mengatakan bahwa metode yang digunakan saat proses belajar ialah

metode ceramah yang monoton. Beliau juga mengatakan bahwa sarana yang

dulunya mendukung akan tetapi sekarang sudah tidak lagi, seperti penggunaan

LCD yang tidak semua kelas bisa digunakan karena ada yang rusak, buku paket

yang tidak semua peserta didik dapat pegang, karena ketika belajar sejarah

pastinya kita juga dituntut untuk membaca. Buku LKS yang ada hanya sebagai

penunjang latihan atau pendamping untuk latihan soal-soal sehingga

mengakibatkan peserta didik sulit belajar.

Maka dari hasil observasi yang peneliti lakukan disana menunjukan bahwa

sebelum memulai pembelajaran hal pertama yang dilakukan oleh guru yaitu

melihat situasi, kondisi dan karakter kelas baik dari Peserta didik maupun

keadaan lingkungan kelas sebelum memulai pelajaran. Serta strategi yang

digunakan guru dengan memberikan motivasi dan membangunkan minat Peserta

didik dalam belajar adalah menggunakan metode, media, dan teknik yang sesuai

dengan materi pembelajaran.

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang di atas, maka penulis merasa

tergerak untuk mengkaji permasalahan yang ada pada lembaga tersebut. Sesuai

dengan masalah ini penulis mengambil judul “Strategi Guru Sejarah


8

Kebudayaan Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik

Madrasah Aliyah Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mendapatkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Faktor apa yang menyebabkan kesulitan belajar peserta didik di

Madrasah Aliyah Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar?

2. Bagaimana Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam

Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik Madrasah Aliyah Pondok

Pesantren DDI Galesong Baru Makassar?

2. Batasan Masalah

Pembatas suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya

penyimpangan atau pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih

terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian

akan tercapai.

Bebrapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Luas lingkup hanya meliputi informasi seputar pendidikan.

2. Informasi yang disajikan yaitu: Strategi Guru Sejarah Kebudayaan

Islam dalam Mengatasi Kesulitan Peserta Didik.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
9

a. Untuk mengetahui bagaimana Strategi Guru Sejarah Kebudayaan

Islam dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik Pondok

Pesantren DDI Galesong Baru Makassar.

b. Untuk mengetahui bagaimana Faktor penghambat dan pendukung

strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam Mengatasi Kesulitan

Belajar Peserta Didik Pondok Pesantren DDI Galesong Baru

Makassar.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Ilmiah

Secara ilmiah penelitian ini diharapkan dapat berguna yaitu:

1) Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu Strategi pembelajaran

Kepada para pembaca.

2) Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan Strategi Guru dalam

Mengatasi Kesulitan belaja peserta didik serta menjadi kajian lebih

lanjut.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat berguna sebagai berikut:

a) Bagi Guru

- Dengan dilaksanakannya penelitian ini guru dapat mengetahui

Strategi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar

- Mendapatkan pengalaman langsung dalam melakukan

penelitian untuk meningkatkan strategi mengajar


10

- Guru lebih mengetahui potensi yang dimiliki peserta didik

sehingga dapat mengoptimalkan proses kegiatan belajar

mengajar.

b) Bagi Peserta Didik

- Peserta didik menjadi lebih mudah untuk memahami

pembelajaran.

- Meningkatkan Minat Belajar.

c) Bagi peneliti

- Peneliti mendapatkan pengalaman langsung dalam

pembelajaran di kelas dengan melihat Strategi Guru dalam

mengajar.

- Mengetahui kekurangan dan kelemahan diri pada saat meneliti.

d) Bagi Madrasah

- Memberikan informasi tambahan dalam rangka peningkatan

hasil belajar peserta didik.

- Mengenalkan pada sekolah, bagaimana gambaran tentang

Strategi Guru dalam mengajar.

D. Pengertian Judul Dan Defenisi Operasional

Untuk menghindari agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami atau

menafsirkan dari istilah-istilah yang ada, maka penulis perlu memberikan

penegasan dan pembahasan dari istilah-istilah yang terkandung dalam penulisan

judul ini sebagai berikut:

1. Pengertian Judul
11

a. Strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur

pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan

hasil belajar pada peserta didik.

b. Guru. Guru adalah seseorang yang berprofesi sebagai pengajar dan

pendidik. Bisa dikatakan bahwa guru merupakan pemegang kendali yang

sangat menentukan kualitas SDM di suatu negara. Guru yang berkualitas

dan professional akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas pula.

Demi tujuan tersebut maka peningkatan kualitas guru adalah hal yang

mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Tanpa adanya peningkatan

kualitas guru, maka upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan

kucuran dana yang besar-besaran akan sia-sia semua.

c. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat

belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan atau

gangguan belajar tertentu yang dialami oleh Peserta didik atau anak didik.

Setiap Peserta didik pada prinsipnya diharapkan dapat menunjukkan

bahwa masing-masing Peserta didik memiliki perbedaan baik dalam hal

kemampuan fisik, kemampuan intelektual, latar belakang keluarga, dan

strategi belajar Peserta didik, sehingga tidak semua Peserta didik dapat

berkinerja dan berprestasi secara optimal.

d. Sejarah Kebudayaan Islam yaitu catatan lengkap tentang segala sesuatu

yang dihasilkan oleh umat Islam untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan

manusia.

2. Defenisi Oprasional
12

Berdasarkan penegasan konseptual di atas, maka secara operasional

yang dimaksud dengan “Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam Dalam

Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik Madrasah Aliyah Pondok

Pesantern DDI Galesong Baru Makassar”, adalah tindakan guru dalam

mencari solusi untuk mengatasi berbagai macam kesulitan belajar peserta

didik pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga peserta didik

diharapkan dapat belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan

mudah, tanpa hambatan dan mendapatkan prestasi yang memuaskan.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Relevansi dengan Peneliti Sebelumnya

1. Yuswita Lutfi Na’idah. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Tulungagung

yang berjudul “Strategi Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta

didik Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaa Islam di MTs Ma’Arif Sudimoro

Pacitan”.9 Adapun hasil penelitiannya adalah (1) Perencanaan guru dalam

mengatasi kesulitan belajar Peserta didik mata pelajaran SKI di MTs

Ma’arif Sudimoro Pacitan. Guru menggunakan suatu perencanaan strategi

yang meliputi penyusunan perangkat pembelajaran secara baik dengan

pemilihan metode, media, dan sumber belajar (2) Pelaksanaan guru dalam

mengatasi kesulitan belajar Peserta didik mata pelajaran SKI di Mts

Ma’arif Sudimoro Pacitan. Pada saat dimulainya pembelajaran, Peserta

didik masuk kelas dan guru memulai pembelajaran dengan salam. (3)

Evaluasi guru dalam mengatasi kesulitan belajar Peserta didik mata

pelajaran SKI di MTs Ma’arif Sudimoro Pacitan. Guru harus membuat

pertanyaan atau mengadakan tes, untuk mengetahui sejauh mana Peserta

didik memahami materi yang disampaikan bisa berupa tes tulis maupun tes

lisan. Adapun persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama membahas

tentang strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar Peserta didik pada

9
Yuswita Lutfi Na’Idah, Strategi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Mata
Pelajarn Sejarah Kebudayaan Islam di MTS Ma’Arif Sudimoro Pacitan. Jurusan PAI. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Tulungagung: 2016.
14

mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan beberapa metode dan

strategi yang di gunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, sarana dan

prasarana di sekolah serta karakter dan keadaan guru maupun Peserta

didik pada lokasi penelitian nantinya.

2. Skripsi Siti Lutfiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah

Dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlat’ul Ulama Jepara yang

berjudul “Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam Dalam Mengatasi

Kesulita Belajar Peserta didik Kelas X MA Mutholi’ul Bugel Kedung

Jepara”.10 Adapun Hasil Penelitiannya adalah (1) Melalui data yang

didapat guru dalam melakukan pembelajaran menggunakan metode

ceramah yang dipadukan dengan metode-metode lain seperti: Tanya jawab

interaktif kuis, diskusi kelompok, menampilkan video dan lain-lain. (2)

Strategi guru dalam pembelajaran menggunakan strategi lansung atau

direc instruction, kontekstual dan diskusi kelompok. Sedangkan untuk

mengatasi kesuliatan belajar siwa guru mengguanaka strategi: menerapkan

metode-metode yang efektif dan menyenangkan, memperkaya khazana

pengetahuan, mengulang-ulang materi dan mengkaitka materi dengan

kehidupa nyata. (3) Faktor pendukung penerapa strategi guru dalam

mengatasi kesulitan belajar yaitu: fasilitas yang memadahi dilingkungan

sekolah dan kelas, guru sudah menggunakan media laptop dalam

pembelajaran dan ruang kelas yang nyaman. Sedangkan faktor


10
Siti Lutfiyah. Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam Dalam Mengatasi Kesulita
Belajar Siswa Kelas X MA Mutholi’ul Bugel Kedung Jepara. Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlat’ul Ulama Jepara: 2019.
15

penghambat penerapan strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar

yaitu: tidak adanya internet di setiap ruang kelas, tidak tersedianya

computer disetiap ruang kelas, kurangnya referensi, Peserta didik jenuh

dan bosan pada saaat pembelajaran, banyaknya aktivitas Peserta didik di

luar sekolah. Adapun persamaan dari skripsi ini adalah sama-sama

membahas tentang strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar Peserta

didik pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan beberapa

metode dan strategi yang di gunakan oleh guru dalam proses

pembelajaran. Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian,

sarana dan prasarana di sekolah serta karakter dan keadaan guru maupun

Peserta didik pada lokasi penelitian nantinya.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI )

Sejarah kebudayaan Islam mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan

dan nilai-nilai mengenai proses perubahn dan perkembangan masyarakat Islam

dari masa lampau hingga masa kini. Sebagai generasi umat Islam, perlu untuk

mengetahui perkembangan sejarah kebudayaan Islam, sejak lahirnya budaya Islam

sehingga sampai sekarang. Hal ini bertujuan untuk menambah dan meningkatkan

semantapan seimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Kata sejarah berasal dari bahasa “syahjarotun” yang artinya pohon.

Apabila digambarkan secara sistematik, sejarah hampir sama dengan pohon, yang

memiliki cabang dan ranting, bermula dari sebuah bibit kemudian tumbuhan
16

berkembang. Lalu layu dan tumbuh, seirama dengan kata sejarah adalah silsilah,

kisah, hikayat yang berasal dari bahasa Arab.

Sejarah muslim Ibnu Kaldun mendefinisikan sejarah adalah catatan

tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia tentang perubahan-

perubahan yang terjadi pada watak masyarakat, seperti keliaran, keramah-

tamahan, dan solidaritas golongan tentang rakyat revolusi dan pemberontakan

oleh segolongan rakyat melawan golongan yang lain dengan akibat timbulnya

kerajaan- kerajaan dari negara-negara, dengan tingkat bermacam-macam: tentang

bermacam-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk mencapai

penghidupanya, maupun dalam bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan dan

pertukangan dan pada umumnya, tentang segala perubahan yang terjadi dalam

masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri.11

Secara bahasa, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, budhaya

yaitu bentuk jamak dari kata buddhi, yang artinya budi atau akal. Budaya juga

diartikan sebagai daya dari budi yang berupa cipta, rasa, karsa dan rasa manusia.

Sedang kebudayaan merupakan hasil dari cipta, karsa, dan rasa.12

SKI di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran yang

menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam

dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari

perkembangan masyarakat Islam pada masa pada masa nabi Muhammad Saw dan

11
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h.1-2
12
Murodi, Sejarah kebudayaan Islam Madrsah Tsanawiyah kelas VIII, (Semarang:
PT.Karya Toha Putra, 2010), hal. 4
17

Khulafarosiyin Bani Umayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan

Islam di Indonesia.

Dari pengertian di atas, dapat di defisinikan bahwa arti sejarah adalah

suatu peristiwa atau kejadian masa lampau pada diri individu masyarakat untuk

mencapai kebenaran suatu penjelasan tentang sebab-sebab dan asal-usul segala

sesuatu, suatu pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana dan mengapa

peristiwa-peristiwa itu terjadi. Dari segala kejadian tersebut kiranya dapat

mengantarkan manusia kepada sebuah kebenaran dan ketakwaan kepada Allah

yang Maha Esa.

2. Strategi Guru

a. Pengertian Strategi

Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang di lakukan

oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dalam kamus besar

bahasa indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai sasaran khusus (yang diinginkan).13 Menurut Joni strategi adalah suatu

prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada

Peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Istilah “strategi” lazim digunakan dalam dunia militer yang diartikan

sebagai cara penggunaan seluruh sumber daya dan kekuatan untuk memenangkan

suatu peperangan. Secara bahasa, strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu

strategia yang memiliki makna “seni seorang jenderal”. Seiring dengan

perkembangan dunia pendidikan, istilah tersebut telah banyak digunakan dalam

13
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 1340.
18

berbagai situasi termasuk untuk situasi pendidikan. Adapun secara istilah, strategi

dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pendekatan dalam

mengorganisasikan komponen-konponen pembelajaran yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan pembelajaran.14 Guru dalam kegiatan belajar mengajar

memerlukan wawasan yang mantap dan utuh tentang kegiatan belajar mengajar.

b. Macam-macam Strategi

Strategi dalam pembelajaran begitu beragam dan memiliki keunikan yang

berbeda-beda. Ada beberapa jenis strategi pembelajaran yang dapat dilakukan

oleh seorang guru:

1) Strategi pembelajaran ekspositori

Strategi pembelajaran ini menekankan pada proses penyampaian materi

secara verbal oleh seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan

maksud agar Peserta didik mampu untuk memguasai materi pelajaran dengan

optimal.15 Strategi pembelajaran ekspositori ini merupakan bentuk dari

pendekatan yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).

Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang

sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pelajaran

yang disampaikan itu dapat dikuasai peserta didik dengan baik.

2) Strategi pembelajaran inquiry

Strategi pembelajaran ini lebih menekankan pada rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis

14
Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer, (Yogyakarta: Diva Press, 2019), h.
32.

15
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2015), h.
174-177.
19

untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang

ditanyakan.16 Hal ini dilakukan baik dalam proses pembelajaran maupun di

lingkungan dimana individu berada, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan

sikap percaya diri dan kebermaknaan hidup.

3) Strategi Pembelajaran Kontekstual

Strategi pembelajaran ini lebih menekankan pada keterkaitan antara

materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik

mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan

lebih bermakna bagi peserta didik yang mana proses pembelajaran

berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami

sendiri bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke peserta didik.17

4) Strategi pembelajaran afektif

Pada dasarnya yaitu pendidikan nilai yang berarti suatu konsep dalam

pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi.18 Strategi afektif memang berbeda

dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan

dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran

seseorang yang tumbuh dari dalam diri peserta didik.

16
Lahadisi, Inkuiri: Sebuah Strategi Menuju Pembelajaran Bermakna Jurnal Al-Ta’dib,
Vol. 7, No. 2, 2014, h. 89.

17
M. Idrus Hasibuan, Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning),
Jurnal Logaritma, Vol. II, No. 01, 2014, h. 3.

18
Chomaidi dan Salamah, Pendidikan dan Pengajaran Strategi Pembelajaran di Sekolah,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2018), h. 229.
20

3. Guru dan Peranannya

a. Pengertian Guru

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Di dunia

pendidikan, istilah guru bukanlah hal asing. Menurut pandangan lama, guru

adalah sosok manusia yang patut “diguguh” dan “ditiru”. “Diguguh” dalam arti

segala ucapannya dapat dipercayai. “Ditiru” dalam arti segala tingkah lakunya

harus dapat menjadi contoh atau teladan bagi masyarakat. 19 Guru merupakan

seorang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan

mengupayakan perkembangan seluruh potensi (fitrah) peserta didik, baik potensi

kognitif, afektif maupun psikomotorik.20

Guru dalam pengertian yang lebih sederhana adalah tenaga pendidikan

yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan juga

orang yang dianggap berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan

yang dimilikinya ia dapat menjadikan peserta didik menjadi orang yang cerdas. 21

Guru dalam pandangan masyarakat adalah yang melaksanakan pendidikan di

tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga

di masjid, di surau, di mushola, di rumah, dan lain sebagainya. Guru dalam

lembaga pendidikan guru sebagai pemimpin (manager) yang memberikan materi

pelajaran dan sekaligus sebagai pendidik agar anak pintar dan juga berakhlak

mulia (terpuji). Jadi, jelas seorang pemimpin mempunyai tugas sebagai manajer

19
Khusnul Wardan, Guru sebagai Profesi, (Yogyakarta: Deepublish, 2019), h. 31.

20
Ibid, h. 108-109.

21
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 112.
21

yang menggerakkan semua orang yang terkait agar dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik.

Disisi lain, guru masa depan tidak tampil lagi sebagai pengajar (teacher)

seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih

(coach), pembimbing (conselor), dan manajer belajar (learning manager).22

Berdasarkan uraian di atas guru adalah seseorang yang memiliki ilmu

pengetahuan dan pengalaman serta perkembangan peserta didik dengan

mengupayakan perkembangan seluruh potensi (fitrah) peserta didik, baik potensi

kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Berdasarkan uraian di atas guru adalah seseorang yang memiliki ilmu

pengetahuan dan pengalaman serta keahlian khusus yang bertanggung jawab

dalam membantu anak didik dalam mengembangkan kemampuan, perilaku, dan

potensi-potensi yang dimiliki anak didik tersebut agar terwujud generasi manusia

yang berkualitas dan berakhlak mulia.

b. Peran Guru

Kualitas suatu pembelajaran terletak kepada guru karena memegang

peranan yang sangat penting walaupun unsur-unsur lain ada seperti; kurikulum,

tata usaha, dan sarana prasarana juga dapat mendukung kualitas pembelajaran

tersebut. Namun, peran aktif seorang guru sebagai pemimpin di kelas sangat

dibutuhkan. Sebab guru merupakan “motor penggerak” bagi para peserta didik.

22
Heriyansyah, Guru adalah Manajer Sesungguhnya di Sekolah, Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, Vol. I, No.1, 2018, h. 119.
22

Guru harus mampu mengatur dan menstimulir para peserta didiknya dalam

mengembangkan strategi, metode mengajar dan memberikan motivasi dalam hal

pelaksanaan tugas belajar dan tugas-tugas lain di sekolah. Dengan demikian

Peran guru dalam kegiatan belajar mengajar, secara singkat dapat

dipaparkan sebagai berikut:

a) Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh dan panutan bagi para peserta

didik dan lingkungannya. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab

mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi muda sehingga

terjadi proses pelestarian dan penerusan nilai. 23 Oleh karena itu, guru harus

mempunyai kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa,

dan disiplin. Mengenai tanggung jawab guru harus mengetahui dan

memahami nilai, norma moral dan sosial serta berusaha berperilaku sesuai

dengan nilai dan norma yang ada. Selain itu, guru juga harus bertanggung

jawab dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan adanya tanggung jawab, wibawa, dan disiplin maka seorang guru

akan memiliki kualitas dalam mendidik peserta didiknya dan mampu menjadi

teladan bagi para peserta didiknya.

b) Guru sebagai pengajar

Peran guru selain menjadi seorang pendidik adalah sebagai pengajar. Guru

sebagai pengajar berperan aktif dalam menghubungkan (medium) antara

peserta didik dengan ilmu pengetahuan. Guru membantu peserta didik yang

23
M. Shabir U, Kedudukan Guru sebagai Pendidik, Jurnal Auladuna, Vol. 2, No. 2, 2015,
h. 224.
23

sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum pernah

diketahuinya, membentuk kompetensi, memahami materi yang dipejari dan

mengembangkan bakat yang telah dimiliki. Seorang guru tidak hanya sebagai

pendidik, namun juga sebagai pengajar untuk menyampaikan materi

pembelajaran dengan kompetensi yang dimilikinya.

c) Guru sebagai pendorong kreativitas

Kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk

baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan

modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada.24

Kreativitas merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pembelajaran,

sehingga guru dituntut untuk mendemonstrasikan proses kreativitas tersebut.

d) Guru sebagai mediator dan fasilitator

Guru sebagai mediator harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang

cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat

komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses pembelajaran.25 Sedangkan

guru sebagai fasilitator hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang

kiranya berguna dan dapat menunjang pencapaian tujuan dalam proses

pembelajaran. Guru dalam melaksanakan perannya yaitu sebagai pendidik,

pengajar, pemimpin, mediator dan administrator harus mampu melayani

peserta didik yang dilandasi dengan kesadaran (awarreness), keyakinan

(belief), kedisiplinan (discipline), dan tanggung jawab (responsibility) secara

24
Helda Jolanda Pentury, Pengembangan Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Kreatif
Pelajaran Bahasa Inggris, Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4, No. 3, 2017, h. 266.

25
Siti Aisyah Abbas, Kedudukan Guru sebagai Pendidik, Jurnal Pendidikan Studi Islam,
Vol. 1, No. 1, 2017, h. 17.
24

optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan

peserta didik secara optimal baik fisik maupun psikis. Kinerja guru dalam

melayani peserta didik dapat tergambar sebagai berikut:

1) Smile and Simpathy

Guru dalam menjalankan tugasnya secara sadar harus mempresentasikan

wajah dengan penuh senyuman sebagai wujud simpati dan sambutan

hangat terhadap peserta didik, sehingga peserta didik merasa betah untuk

melakukan proses pembelajaran. Senyum dapat menunjukkan suatu

ekspresi baik itu senang, gembira, ataupun suka terhadap sesuatu. 26

Pembelajaran harus menjadi inspirasi dari pewujud kebahagiaan

intelektual (intelectual happiness), kebahagiaan emosional (emotional

happiness), kebahagiaan spiritual (spiritual happiness) dan kebahagiaan

dalam merekayasa ancaman menjadi peluang (adversity happiness).

2) Empathy and Enthusiasm

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk memahami perasaan dan

pikiran orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi dirinya

sendiri. Guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki pribadi

merasakan dan melayani apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh peserta

didik dalam proses pembelajaran, serta dalam hidupnya dengan penuh

antusias berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan potensi yang

dimiliki peserta didik dengan semaksimal mungkin.

26
M. Ali Nurhasan Islamy, Penerapan senyum Pustakawan sebagai Keterampilan Sosial
di Perpustakaan, Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Volume XI, Nomor 2, 2015, h. 45.
25

3) Respect and Recovery

Guru dalam menjalankan tugasnya harus menaruh hormat dan menghargai

(respect) terhadap peserta didik dengan setulus hati, sehingga menjadi

kesan yang mendalam (impresive) dan sekaligus merupakan daya pikat

(magnetic force) di hati peserta didik. kondisi respect mengandung arti

bahwa di dalamnya ada aktivitas memperhatikan, menghargai, menilai,

dan menyukai.27 Orang lain dihargai sebagai manusia yang membutuhkan

respect terhadap dirinya. Peserta didik dengan perlakuan oleh guru yang

manusiawi, guru harus menjadi obat mujarab bagi pemulihan (recovery)

peserta didik untuk kembali belajar dengan penuh gairah dan

kesungguhan.

4) Vision and Victory

Guru dalam menjalankan tugasnya harus menunjukkan komitmen terhadap

masa depan peserta didik yang lebih baik (visioner), dan memberikan

keuntungan (victory) atau nilai tambah bagi kehidupannya secara unggul

komparatif dan kompetitif.28 Salah satu komponen penting dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan nasional adalah adanya guru yang

berkualitas, profesional dan berpengetahuan. Guru tidak hanya sebagai

pengajar, namun juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, dan

mengevaluasi peserta didik. Guru yang profesional merupakan guru yang

menguasai materi pelajaran, menguasai kelas dan mampu mengendalikan

27
Hendro Widodo, Pengembangan Respect Education melalui Pendidikan Humanis
Religius di Sekolah, Jurnal Lentera Pendidikan, Vol. 21, No. 1, 2018, h. 112.

28
Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 98.
26

perilaku anak didik, menjadi teladan, membangun kebersamaan,

menghidupkan suasana belajar dan menjadi manusia pembelajar (learning

person).

Kompetensi profesional yang dimaksud adalah kemampuan guru untuk

menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses

belajar mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam

menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Untuk analisis guru sebagai

pendidik dan pengajar maka kemampuan guru yang banyak hubungannya dengan

usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat digolongkan ke dalam empat

kemampuan yang meliputi: (1) merencanakan program belajar mengajar, (2)

melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar, (3) menilai

kemajuan proses belajar mengajar, dan (4) menguasai bahan pelajaran yaitu

bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya.29

4. Kesulitan Belajar

a. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam

proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang tersebut mengalami

kegagalan atau setidak-tidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar.

Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang tampak pada peserta didik yang

ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah rata-rata yang

ditetapkan.30 Fenomena kesulitan belajar seorang anak didik biasanya tampak jelas

29
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 84.

30
Stefanus M. Marbun, Psikologi Pendidikan, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
2018), h. 123.
27

dari menurunya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan

belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku anak didik

seperti berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak

masuk sekolah, dan sering bolos sekolah.

Masalah kesulitan belajar ini dapat dialami oleh setiap peserta didik dan

masalah ini bukan suatu masalah yang ringan, karena banyak faktor yang menjadi

penyebab terjadinya kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Untuk itu

solusi atau pemecahan masalah tidak lepas dari faktor penyebabnya. Berdasarkan

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu hambatan

atau gangguan belajar yang dialami peserta didik yang ditandai dengan

menurunnya prestasi belajar yang mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak dapat

dicapai secara optimal.

b. Bentuk-bentuk Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States Office

of Education pada tahun 1977 menampakkan diri dalam bentuk kesulitan

mendengarkan, kesulitan belajar berfikir, kesulitan membaca, kesulitan menulis,

kesulitan mengeja, dan kesulitan berhitung. Menurut Ratna Yudhawati dan Dany

Haryanto, terdapat beberapa bentuk kesulitan belajar. Bentuk-bentuk kesulitan

belajar tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Kekacauan Belajar
28

Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana

proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang

bertentangan.31 Gejala semacam ini kemungkinan dialami oleh peserta

didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran tertentu, tetapi harus

mempelajari tuntutan kurikulum. Kondisi semacam ini menimbulkan

berbagai gangguan seperti berkurangnya intensitas kegiatan-kegiatan

belajar seperti kurang berkonsentrasi bahkan mogok belajar.

b) Ketidakmampuan Belajar

Learning disability atau ketidakmampuan belajar adalah kesulitan

belajar yang mengacu pada gejala dimana peserta didik tidak mampu

belajar atau menghindari belajar sehingga hasil belajar di bawah potensi

intelektualnya.32 Kegiatan ini berupa ketidakmampuan untuk belajar

karena berbagai sebab, peserta didik tidak mampu belajar atau

menghindari belajar. Penyebabnya beranekaragam, mungkin akibat

perhatian dan dorongan orang tua yang kurang mendukung atau masalah

emosional dan mental.

c) Kurang Memahami Pelajaran

Learning disfungcional merupakan gejala dimana proses belajar

yang dilakukan Peserta didik tidak berfungsi dengan baik meskipun

sebenarnya Peserta didik tersebut tidak menunjukkan adanya

subnormalitas mental, gangguan alat indra atau gangguan psikologis

31
Asrorul Mais, Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Jember: Pustaka
Abadi, 2018), h. 164.

32
Supriyanto, Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah, Jurnal
Swarnadwipa, Volume 2, Nomor 1, 2018, h. 16.
29

lainnya.33 Kesulitan belajar yang berupa ketidakmampuan untuk

memahami seluruh mata pelajaran, gangguan belajar ini berupa gejala

proses belajar yang tidak berfungsi dengan baik karena adanya gangguan

syaraf otak sehingga terjadi gangguan pada salah satu tahap dalam proses

belajarnya, kondisi semacam ini menggangu kelancaran proses belajar

secara keseluruhan.

d) Peserta Didik Lamban

Slow Learner atau lambat belajar adalah peserta didik yang lambat

dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama

dibandingkan sekelompok peserta didik yang memiliki taraf potensi

intelektual yang sama. Kesulitan belajar semacam ini memperlihatkan

gejala belajar lambat, peserta didik tidak mampu menyelesaikan pelajaran-

pelajaran atau tugas-tugas belajar dalam batas waktu yang sudah

ditetapkan, karena waktu yang lebih lama dibandinkan dengan

sekelompok peserta didik yang normal.

e) Kurang Termotivasi

Under Uchiver adalah jenis kesulitan belajar yang berupa kurang

termotivasi untuk belajar. Hal ini bermula dari sebuah potensi inteligensi

yang dikomparasi dengan keberhasilan anak meraih prestasi akademik di

sekolah.34 Peserta didik semacam ini memiliki hasrat belajar rendah di

bawah potensi yang ada, kecerdasannya tergolong normal, tetapi karena

sesuatu hal, proses belajarnya terganggu sehingga prestasi belajarnya yang


33
Ibid, h. 15.
34
Rikha Sartika Dewi dan Mery Trisnawati, Identifikasi Anak Underachievement, Jurnal
Pendidikan Vol. 1, No. 2, 2017, h. 6.
30

diperoleh tidak sesuai dengan potensial kemampuan yang dimilikinya.

Bentuk-bentuk kesulitan belajar sangat beragam dan seringkali

menghambat proses belajar peserta didik dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa kesulitan belajar

masing-masing individu berbeda-beda karena banyaknya penyebab atau

faktor yang mempengaruhi kualitas dan kelancaran belajar seseorang.

c. Strategi Mengatasi kesulitan belajar

Cara mengatasi kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri peserta

didik, antara lain :

a) Menjaga kesehatan badan, karena kesehatan dapat menunjang kemampuan

belajar peserta didik akan mudah menangkap pelajaran yang dipelajarinya.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Wasty Soemanto dalam

bukunya Psikologi Pendidikan yaitu “ orang yang belajar membutuhkan

kondisi badan yang sehat. Orang yang badanya sakit akibat penyakit-

penyakit tertentu serta kelelahan tidak akan dapat belajar dengan efektif”.35

b) Membangkitkan minat pada diri sendiri , alam setiap belajar dan berusaha

mengetahui tujuan belajar secara jelas. Tanpa adanya minat dan tujuan dalam

belajar maka hasilnya tidak akan dapat dicapai secara maksimal. Seorang

peserta didik dapat membangkitkan minat belajarnya misalnya dengan

menghubungkan pelajaran dengan hal-hal yang menarik dalam keseharianya,

sehingga menjadi menarik untuk dipelajari pelajaran tersebut. Seperti yang

dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi “ Spesialisasi bidang studi yang

35
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Cet. V; Jakarta: Bina Aksara, 2011), h. 115.
31

menarik minat seseorang akan dapat dipelajari dengan sebaik- baiknya dan

sebaliknya bidang studi yang tidak sesuai dengan minatnya tidak akan

mempunyai daya tarik baginya “ Memupuk bakat yang dimilikinya. Bila

anak mempunyai bakat dan dia aktif mengikutinya, maka anak akan lebih

mudah dalam memecahkan masalah khususnya masalah pelajaran.

c) Mendorong dan memotivasi diri untuk belajar

“Motivasi adalah penting bagi proses belajar, karena motivasi penggerakan

organismem mengerahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa

paling berguna bagi kehidupan individu”. Karena belajar tanpa adanya

motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan yang semaksimal mungkin.36

d) Dapat mengatur waktu belajar, Istirahat dan kegiatan lainya. Dengan

mengatur waktu seseorang dapat membiasakan disiplin diri dalam segala hal.

e) Berusaha memperhatikan dan memusatkan pikiran pada saat pelajaran

berlangsung.

f) Peserta didik mempunyai tempat belajar sendiri.dengan memiliki tempat

belajar sendiri, anak dapat belajar sepuasnya tanpa ada gangguan dari luar,

sehingga anak dapat berkonsentrasi terhadap pelajaran yang dipelajarinya,

dengan begitu dia dapat mencapai hasil belajar dengan maksimal.

Cara mengatasi kesulitan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik

antara lain, mengatasi kesulitan belajar dari faktor lembaga sekolah.

Penanggulangan kesulitan belajar yang dilakukan oleh lembaga sekolah berupa

melengkapi sarana dan prasarana sekolah untuk memperlancar jalannya kegiatan

belajar-mengajar di sekolah, antara lain:


36
Wasty Soemanto, ibid, Hal. 115
32

a) Penataan ruang kelas

Dalam penataan ruang kelas, panjang kelas hendaknya jangan lebih dari

delapan atau Sembilan bangku sehingga peserta didik yang duduk di

belakang masih bisa membaca tulisan di papan tulis dan mendengarkan suara

guru dengan baik.

b) Peralatan pengajaran

Kelengkapan alat pengajaran juga mempunyai pengaruh yang besar pada

keberhasilan proses belajar mengajar. Sebaliknya dengan kurangnya alat-alat

pengajaran menyebabkan timbulnya kesulitan belajar. Untuk itu demi

tercapainya tujuan belajar maka alat pengajaran juga harus dilengkapi.

c) Pendidik (guru)

Guru akan mengorganisir seluruh kegiatan belajar peserta didik di dalam

kelas. Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas mendorong,

mendidik, dan memberi fasilitas belajar bagi peserta didiknya. Sehingga

peserta didik akan merasa diperhatikan belajarnya dan kesulitan yang di

hadapi dalam belajar dapat teratasi, selain itu juga dapat memotivasi peserta

didik untuk giat belajar.

d) Perhatian orang tua

Orang tua hendaklah selalu memberi perhatian terhadap anak memberi

contoh perbuatan yang baik pada anak, memberi waktu yang cukup untuk

belajar dan istirahat pada anak, memberikan makanan yang bergizi, karena

dengan badan yang sehat anak menjadi lebih giat belajar dan lebih cerdas

dalam berfikir.
33

e) Keadaan ekonomi keluarga

Dengan perekonomian yang baik maka akan dapat memenuhi kebutuhan

belajar anak, sehingga orang tua harus berusaha memenuhi perekonomian

keluarga, disamping itu anak juga harus membantu dengan jalan

memanfaatkan alat belajar dengan baik dan tidak menghambur- hamburkan

uang.

f) Media Masa

Masa media merupakan penghambat dalam belajar, misalnya bioskop, radio,

TV ,majalah, kaset dan masih banyak lagi. Media masa seperti yang

tercantum diatas yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dari segi

pedagogis, sehingga meraka lupa akan tugas belajarnya. Oleh sebab itu

perlunya pengawasan yang ketat.

Membuat rencana mengatasi kesulitan belajar yang didiskusikan atau

dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam masalah tersebut antara

lain : kepala sekolah, guru kelas,atau guru bidang studi, orang tua dan sebagainya.

Kemudian melakukan tindak lanjut melakukan pengajaran remedial yang

diperkirakan paling tepat dalam mebantu peserta didik mengalami kesulitan

belajar, kegiatan tindak lanjut ini berupa :

a) Melaksanakan bantuan berupa remedial teaching pada bidang studi tertentu

yang dilakukan oleh guru bidang studi dan dibantu oleh guru bimbingan dan

pihak lain yang diangga dapat menciptakan suasana peserta didik dengan

semangat belajar.

b) Senantiasa mengecek kemajuan yang dicapai peserta didik baik pemahaman


34

mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan pelajaran, maupun

mengecek tepat guna dari program remedial yang dilakukan dan setiap

diadakan revisi.

c) Mentransfer peserta didik yang diperkiran tidak mungkin ditolong karena

diluar kemampuan atau wewenang guru. Transfer khusus semacam ini bisa

dilakukan kepada orang lain atau 37lembaga lain seperti psikologis, psikiater

dan sebagainya. Yang diperkirakan dapat membantu perserta didik yang

bersangkutan.

d. Faktor-faktor Kesulitan Belajar

Hal penting lain yang berkaitan dengan masalah belajar adalah faktor yang

mempengaruhi hasil belajar seseorang. Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar

yang dicapai oleh para peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni

faktor internal (faktor yang terdapat dalam diri peserta didik itu sendiri) dan faktor

eksternal (faktor yang terdapat di luar diri peserta didik). Secara garis besar

Dimyati dan Mudjiono, factor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada

peserta didik dapat dikelompokkan menjadi dua macam.38 Berikut ini faktor-faktor

yang dapat menyebabkan kesulitan belajar peserta didik:

a) Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak

itu sendiri. Faktor internal biasanya tergantung pada perkembangan fungsi

otak seseorang. Faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar

seseorang meliputi:

37
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar Di sekolah, (Cet. IV ;
Surabaya: Usaha Nasional, 2012), h. 54.

38
Muhammad Irham dan Novan Andi Wiyani, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:
ArRuzz Media, 2013), h. 264-266.
35

b) Daya ingat rendah, Daya ingat rendah seseorang sangat memengaruhi hasil

belajar seseorang. Suatu ingatan terdapat hubungan antara pengalaman dengan

masa lalu yang menunjukkan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan,

dan menimbulkan kembali pengalaman sebelumnya.39 Anak yang sudah

belajar dengan keras namun mempunyai daya ingat yang di bawah rata-rata

hasilnya akan kalah dengan anak yang mempunyai daya ingat tinggi. Hasil

usaha belajarnya tidak sepadan dengan prestasi yang didapatkannya.

c) Terganggunya alat-alat indra Manusia memiliki organ penginderaan yang

berfungsi untuk menangkap rangsangan. Organ ini disebut dengan panca

indra.40 Seseorang yang mengalami cacat mata tentu akan merasa kesulitan

saat mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan dunia penglihatan. Anak

yang menderita tuna rungu, tentu ia akan kesulitan mempelajari pelajaran seni

musik dan hal-hal yang berhubungan dengan suara. Seorang peserta didik

dengan penglihatan atau pendengaran yang kurang baik sebaiknya menempati

tempat dibagian depan. Hal ini dimaksudkan meminimalisir gangguan belajar

pada anak.

d) Usia anak Usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

gangguan belajar pada anak. Perkembangan pada masa awal anak akan

menjadi penentu bagi perkembangan selanjutnya. 41 Anak yang belum


39
Mita Beti Umainingsih, Alexon, dan Nina Kurniah, Penerapan Model Pembelajaran
Memori dengan Meningkatkan Daya Ingat dan Prestasi Belajar Matematika, Jurnal Ilmiah
Teknologi Pendidikan, Vol. 7, No. 2, h. 89.

40
Husnul Khotimah, Meningkatkan Atensi Belajar Siswa Kelas Awal melalui Media
Visual, Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 8, No. 1, 2019, h. 21.

41
Moh. Faiziddin dan Mufarizuddin, Useful of Clap Hand Games for Optimalize
Cognitive Aspect in Early Chilhood Education, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 2,
2018, h. 163.
36

waktunya (umur masih di bawah yang dipersyaratkan), misalnya anak berusia

6 tahun dimasukkan dalam Sekolah Dasar yang syarat minimalnya berusia 7

tahun. Ada kemungkinan si anak merasa sulit mengikuti pelajaran yang

diberikan di SD, meskipun tidak menuntut kemungkinan ada anak yang belum

memenuhi syarat umurnya tetapi lancar-lancar saja mengikuti pelajaran dari

guru.

e) Jenis kelamin, Jenis kelamin juga memengaruhi hasil belajar anak. Konsep

gender berkaitan dengan sifat dan watak terutama perasaan terhadap diri

sendiri sebagai laki-laki atau perempuan.36 Anak perempuan biasanya lebih

mudah belajar yang berhubungan dengan ilmu sosial dibanding ilmu pasti

(Matematika, Sains, Apoteker, Sipil, dan sebagainya). Sedangkan anak laki-

laki lebih menyukai pelajaran yang langsung berhubungan dengan praktik

seperti komputer, teknik otomotif, mesin, dan sebagainya.

f) Kebiasaan belajar Kebiasaan belajar merupakan perilaku yang sudah tertanam

dalam waktu yang lama dan mempunyai ciri aktivitas bagi individu.42 Seorang

anak yang terbiasa belajar dengan kata lain ada jadwal tertentu setiap harinya

juga akan mengalami perbedaan prestasi dengan anak yang belajar tidak

tertentu setiap harinya (tidak terjadwal). Rutinitas yang terjadi setiap harinya

akan membentuk pola berpikir yang berbeda dengan anak yang dibiarkan

begitu saja. Karena rutinitas belajar tidak dijalankan akan terasa ada yang

kurang, sehingga membentuk kedisiplinan pada anak untuk selalu belajar dan

belajar.

42
Roida Eva Flora Siagian, Pengaruh Minat dan Kebiasaan Belajar Siswa terhadap
Prestasi Belajar Matematika, Jurnal Formatif, Vol. 2, No. 2, 2016, h. 127.
37

g) Tingkat kecerdasan (intelegensi) Menurut Syaiful Bahri Djamarah intelegensi

sebagai kecakapan yang terdiri dari tiga jenis kecakapan yaitu kecakapan

untuk menghadapi dan menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan

cepat dan efektif, kemampuan untuk menggunakan konsep yang abstrak

secara efektif, dan kemampuan untuk memahami hubungan dan

mempelajarinya dengan cepat.38 Intelegensi juga memberi pengaruh pada

kesulitan belajar seseorang. Intelegensi merupakan kemampuan umum

seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berpikir abstrak. Secara

umum, seseorang dengan tingkat kecerdasan tinggi dapat mudah belajar

menerima apa yang diberikan padanya. Sedangkan, yang tingkat

kecerdasannya cenderung lebih lambat menerima (kesulitan menangkap

materi yang diberikan).

h) Emosi (perasaan) Emosi diartikan sebagai perasaan atau afeksi yang

melibatkan suatu campuran antara gejolak fisiologis (seperti denyut jantung

yang cepat) dan perilaku yang tampak (misalnya tersenyum dan ringisan).43

Dengan emosi, seseorang dapat merasakan cinta, kasih sayang, benci, aman,

cemburu, rasa takut, dan semangat. Emosi itulah yang akan membantu

mempercepat proses pembelajaran.

i) Motivasi atau cita-cita Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri

seseorang yang entah disadari atau tidak untuk melakukan suatu tindakan

dengan tujuan tertentu. Menurut Vroom dalam Ngalim Purwanto, motivasi

mengacu kepada suatu proses yang mempengaruhi pilihan-pilihan individu

43
Rikha Sartika Dewi, Metode Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini,
(Tasikmalaya: Edu Publisher, 2018), h. 11.
38

terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki.44 Motivasi erat

sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Motivasi yang tinggi

tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai kesuksesan

walaupun berbagai kesulitan menghadang, ia akan tetap belajar meskipun sulit

demi meraih apa yang menjadi tujuannya (cita-citanya) selama ini.

j) Konsentrasi belajar kesulitan belajar peserta didik dipengaruhi dari

kemampuan otak masing-masing anak untuk memusatkan perhatian pada apa

yang sedang dipelajari.45 Kesulitan belajar juga dipengaruhi oleh daya

konsentrasi pada anak yang sedang belajar. Anak dengan konsentrasi tinggi

untuk belajar akan tetapi belajar meskipun banyak faktor memengaruhi seperti

kebisingan, acara lebih menarik dan sebagainya. Namun sebaliknya, jika

seseorang tidak bisa memiliki konsentrasi untuk belajar, hal yang mudah pun

akan terasa sulit untuk dipelajari. Apalagi pelajaran yang sulit tentu akan

terasa lebih berat lagi.

k) Rasa percaya diri rasa percaya diri merupakan modal belajar yang sangat

penting. Terbentuknya kemampuan percaya diri adalah suatu proses belajar

merespon berbagai rangsangan dari luar dirinya melalui interaksi dengan

lingkungannya.42 Seseorang yang merasa dirinya mampu mempelajari

sesuatu maka keyakinannya itu yang akan menuntunnya menuju keberhasilan.

Berbeda jika tidak memiliki kepercayaan bahwa ia mampu maka dalam

perjalanan belajar pun tidak ada semangat untuk meraih apa yang diinginkan.
44
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.
72.

45
Mutia Rahma Setyani dan Ismah, Analisis Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa dalam
Proses Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Hasil Belajar, Jurnal Pendidikan Matematika,
Vol. 1, No. 1, 2018, h. 75.
39

l) Kematangan atau kesiapan kematangan merupakan suatu tingkat atau fase

dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru. Dalam belajar, kesiapan sebagai tanda

seseorang telah siap untuk melakukan suatu kegiatan.46 Oleh karena itu, setiap

usaha belajar akan lebih berhasil bila dilakukan bersamaan dengan tingkat

kematangan seseorang.

1) Faktor eksternal

a) Lingkungan keluarga

1. Orang tua anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua

dalam kegiatan belajar. orang tua hendaknya memahami

pendampingan belajar yang efektif dan efisien bagi anak.47 Apabila

anak sedang belajar, janganlah diganggu dengan tugas-tugas di

rumah. Terkadang anak-anak pada suatu ketika mengalami lemah

semangat. Dalam hal ini pihak orang tua berkewajiban

memberikan pengertian dan dorongan, serta semaksimal mungkin

membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi anak.

2. Suasana rumah pentingnya pendidikan anak di lingkungan

keluarga menjadikan keluarga mempunyai pengaruh terhadap

46
Mohamad Rifai dan Fahmi, Pengelolaan Kesiapan Belajar Anak Masuk Sekolah
Dasar, Jurnal Tabrani, Vol. 3, No. 01, 2017, h. 132.

47
Siswo Pangarso, Jurus Jitu Mendampingi Belajar Anak Usia Emas, (Jakarta: Gramedia,
2017), h. 148.
40

keberhasilan anak.48 Hubungan antar anggota keluarga yang kurang

intim, akan menimbulkan suasanan kaku dan tegang dalam

keluarga, hal ini mengakibatkan anak kurang semangat untuk

belajar. Oleh karena itu, suasanan keluarga yang akrab,

menyenangkan, dan penuh rasa kasih sayang akan memberikan

motivasi yang mendalam pada anak.

3. Keadaan sosial ekonomi keluarga Faktor ekonomi juga menjadi

salah satu penyebab kesulitan belajar pada Peserta didik. 49

Keluarga dengan keadaan ekonomi pas-pasan cenderung sulit

memenuhi kebutuhan anak terutama dalam hal fasilitas yang

mendukung kegiatan belajar. Hal ini tentu memberikan pengaruh

pada kesulitan belajarnya.

b) Lingkungan sekolah

1) Interaksi guru dan murid Kegiatan pembelajaran memiliki

keterkaitan antara komponen satu dengan yang lainnya yang saling

mempengaruhi pada pencapaian dan keberhasilan dalam

pembelajaran.50 Hal ini sebagaimana relasi (hubungan) antara guru

dan peserta didik. Proses belajar mengajar terjadi antara guru

dengan peserta didik. Anak akan menyukai mata pelajaran yang

diberikannya sehingga peserta didik berusaha mempelajari dengan


48
Sri Rahayu, Hubungan Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar Sosiologi di SMA
Negeri 16 Padang, Jurnal Ilmu Sosial, Volume 5, Nomor 1, 2016, h. 51.

49
Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak, (Jakarta: Perpustakaan Nasional,
2011), h. 32.

50
Junita Lisda Lisa, Analisis Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas VII SMP 15 Kota Bengkulu, Jurnal Ilmiah Korpus, Vol. 2, No. 3, 2018, h. 271.
41

sebaik-baiknya. Namun, jika hubungan antara guru dan peserta

didik kurang baik, seperti ada jarak karena sakit, tidak akrab, dan

sebagainya, maka akan berpengaruh pada kelancaran belajar

mengajar.

2) Hubungan antar murid Hubungan antar peserta didik di sekolah

juga menentukan tingkat kecerdasan anak. Melalui hubungan

tersebut akan menimbulkan perubahan perilaku antar peserta

didik.51 Anak yang pendiam, mengurung diri, dan tidak mau

bergaul dengan teman lainnya tentu kesulitan bertanya jika ada

materi yang belum dipahaminya. Anak akan cenderung diam

daripada mencari tahu penyelesaian masalahnya.

3) Tugas rumah (PR) Pekerjaan rumah (PR) dalam pembelajaran

identik dengan metode penugasan yaitu penyajian bahan dimana

guru memberikan tugas tertentu agar Peserta didik melakukan

kegiatan belajar. Namun, terkadang banyaknya tugas rumah yang

diberikan guru juga memengaruhi tingkat kesulitan belajar anak.

Jika dalam satu hari ada tiga guru yang memberikan PR dan harus

dikumpulkan esok harinya, tentu anak akan merasa kesulitan dalam

mengerjakan.

c) Lingkungan masyarakat

1) Kegiatan anak dalam masyarakat, kegiatan anak dalam kehidupan

masyarakat dapat memberi pengaruh bagi diri anak tersebut. Anak

menjadi banyak pengalaman, bayak teman, tambah pengetahuan,


51
Ibid., h. 271.
42

dan sebagainya. Bandingkan dengan anak yang jarang aktif dengan

kegiatan di masyarakat. Anak cenderung menjadi pendiam, sulit

berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.

2) Teman bergaul, pergaulan memiliki pengaruh terhadap tingkat

kesulitan belajar yang dihadapi oleh Peserta didik. Anak perlu

bergaul dengan yang lain untuk mengembangkan sosialisasinya.

Namun, perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul

yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah berpengaruh

terhadap orang lain sehingga perlu dikontrol dengan siapa saja

anak bergaul.

3) Bentuk kehidupan dalam masyarakat, kehidupan bermasyarakat di

sekitar anak juga berpengaruh terhadap belajar peserta didik.

Masyarakat merupakan sebuah sistem yang saling berhubungan

antara satu manusia dengan manusia yang lainnya yang

membentuk suatu kesatuan. Masyarakat yang terdiri dari orang-

orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai

kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh buruk kepada anak

yang berada di lingkungan tersebut.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan inti dari teori yang telah dikembangkan yang

mendasari perumusan hipotesis. Yaitu teori yang telah dikembangkan dalam

rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah.


43

Kerangka pikir merupakan gambaran pola hubungan antar variabel-

variabel yang akan digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah yang akan

diteliti. Kerangka pikir yang baik akan menjelaskan teoritis antara variabel yang

akan diteliti. Untuk itu sesuai dengan judul peneliti yang akan membahas tentang

“Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam Mengatasi Kesulitan Belajar

Peserta Didik Madrasah Aliyah Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar:
44

Kerangka Pikir

Pondok Pesantren DDI Galsong Baru Makassar

Strategi

1. Strategi pembelajaran
ekspositori
2. Strategi pembelajaran inquiry
3. Strategi Pembelajaran
4. Strategi pembelajaran afektif

Kesulitan Belajar

1. Kekacauan belajar
2. Ketidak mampuan belajar
3. Kurang memahami pelajaran
4. Peserta didik lamban
5. Kurang termotivasi

Mengatasi Kesulitan belajar Mengatasi Kesulitan belajar


dari diri peserta didik dari diri luar peserta didik

1. Menjaga kesehatan badan 1. Penataan Ruang Kelas


2. Membangkitkan minat pada diri
2. Peralatan Pengajaran
sendiri
3. Mendorong dan memotivasi diri 3. Pendidik (guru)
untuk belajar
4. Perhatian orang tua
4. Dapat mengatur waktu belajar
5. Berusaha memperhatikan dan 5. Keadaan ekonomi keluarga
memusatkan pikiran pada saat
6. Media Masa
pelajaran berlangsung
6. Peserta didik mempunyai tempat
belajar sendiri
45

Strategi dalam pembelajaran begitu beragam dan berbeda – beda.

Mengacu dari kerangka pikir di atas maka ada beberapa jenis strategi

pembelajaran yang dapat di lakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan belajar

peserta didik baik itu berasal dari dalam diri maupun dari luar diri peserta didik,

yaitu :

a. Strategi pembelajaran ekspositori

Strategi ini di digunakan untuk membantu peserta didik yang tidak mampu

menguasai materi pembelajaran dengan optimal.

b. Strategi pembelajaran inquiry

Strategi ini di digunakan untuk membantu peserta didik agar dapat berpikir

kritis dan menganalisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu

masalah yang di hadapi.

c. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Strategi ini di digunakan untuk membantu peserta didik mengkaitkan

antara materi pembelajaran dengan dunia di kehidupan nyata.

d. Strategi pembelajaran afektif

Strategi ini di digunakan untuk membantu peserta didik untuk dapat

berpikir optimis serta termotivasi untuk memahami suatu pembelajaran.


46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu

penelitian yang digunakan apabila ingin melihat dan mengungkapkan suatu

keadaan maupun suatu objek dalam konteksnya. Menemukan makna (meaning)

atau pemahaman yang mendalam tentang sesuatu masalah yang dihadapi, yang

tampak dalam bentuk data kualitatif, baik berupa gambar, kata, maupun kejadian

serta dalam ”natural setting”.

Disebut penelitian kualitatif karena sumber data yang diperoleh dari

penelitian ini berupa kata-kata atau tindakan dari orang yang di wawancara,

pengamatan atau observasi, dan pemanfaatan dokumentasi yang berkaitan dengan

penelitian yang dibahas oleh peneliti yaitu mengenai Strategi Guru dalam

Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran SKI MA Pondok

Pesantren DDI Galesong Baru Makassar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

peneltian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini beralokasi di

Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar


47

Populasi Madrasah Aliyah Ddi Galesong Baru Makassar


Tabel 1
No Unsur Rincian Tugas Ket

1. Pimpinan Madrasah 1. Kepala Madrasah


2. Wakamad Kurikulum
3. Wakamad Ke Peserta didikan
2. Guru / Pendidik Wali Kelas X
Wali Kelas XI
Wali Kelas XII
Guru Mapel Seni Budaya
Guru Mapel Al-Qur’an Hadis
Guru Mapel Ekonomi
Guru Mapel Bahasa Indonesia
Guru Mapel PKN
Guru Mapel Prakarya
Guru Mapel Bahasa Arab
Guru Mapel Bahasa Inggris
Guru Mapel Akidah Akhlak
Guru Mapel Kimia
Guru Mapel Sejarah Kebudayaan
Islam
Guru Mapel Sejarah Indonesia
3. Tenaga Kependidikan Bendahara Dana Bos
Kepala Tata Usaha
Operator/SarPras
4. Peserta didik Kelas X a
Kelas X b
Kelas XI a
Kelas XI b
Kelas XII a
48

Kelas XII b

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksankan selama 2 bulan.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah penemuan konsentrasi yang menjadi objek

penelitian sehingga benar-benar memperoleh hasil yang diinginkan. Peneliti

menentukan focus masalah yang akan diteliti yaitu tentang Strategi Guru dalam

Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta dalam Pembelajaran SKI Madrasah Aliyah

Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar. Adapun informan yang akan

diwawancarai yaitu guru SKI, Kepala Sekolah dan beberapa Peserta didik.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan

terhadap objek diikuti dengan pencatatan secara cermat. 52 Observasi yang

dilakukan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan peserta didik dalam

mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Hadari Nawawi menjelaskan bahwa

teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan

dan pencatatan gejala-gejala yang tempak pada objek penelitian yang

pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau

situasi sedang terjadi.53 Jadi observasi ini di fokuskan pada peserta didik kelas
52
Abdullah Sani. Ridwan, Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan Profesi Guru, (Cet.
I: Tanggerang ; Tsmart Printing, 2016), h. 62.
53
Ibid, h. 70.
49

dan Guru bidang studi SKI di MA Pondok Pesantren DDI Galesong Baru

Makassar.

2. Wawancara

Wawancara adalah cara mengumpulkan data keterangan yang

dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, dan

berhadapan muka. Wawancara digunakan sebagai suatu carapengumpulan data

untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya yang dianggap relevan

dengan fokus penelitian. Wawancara ini dilakukan dengan Guru Bidang Studi

SKI kelas XI MA Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah aktivitas atau proses sistematis dalam melakukan

pengumpulan, pencarian penyelidikan, pemakaian dan penyediaan dokumen untuk

mendapatkan keterangan, penerangan pengetahuan dan bukti serta

menyebarkannya kepada pengguna.54

E. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan kerakterisktik penelitian kualitatif maka analisis data

dilakukan selama proses berlangsungnya penelitian. Dan penelitian ini diperoleh

dari hasil wawancara, pengamatan atau observasi, dokumentasi dan tringulasi.

Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasikan data yang diperoleh

kedalam sebuah kategori, menjabarkan data ke dalam unit-unit, menganalisis data

yang penting, menyusun atau menyajikan data sesuai dengan masalah penelitian

54
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online), ”Dokumentasi”
http://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-dokumentasi.html, (diakses pada 9
februari, pukul 19.01).
50

dalam bentuk laporan dan membuat kesimpulan agar mudah dipahami ada empat

macam kegiatan dalam analisis kualitatif sebagai berikut:

Pengumpulan Model Data


Data

Reduksi
Data
Penarikan/
Verifikasi
Kesimpulan

Gambar: 1.1 Komponen dan Analisis Data (Interactive model)

1. Pegumpulan data (Data Collection)

Pengumpulan data adalah sebagai prosedur mengumpulkan, mengukur,

dan menganalisis wawasan yang akurat untuk penelitian menggunakan teknik

standar yang valid. Seseorang peneliti dapat mengevaluasi hipotesis penelitian

mereka berdasarkan data yang dikumpulkan. Dalam banyak kasus,

pengumpulan data adalah langka utama dan paling penting untuk penelitian,

terlepas dari bidang penelitian. Pengumpulan data berbeda untuk berbagai

bidang studi, tergantung pada informasi yang diperlukan.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Meruduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti

yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada

teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka
51

wawasan penelitian akan berkembang, sehingga dapat meruduksi data-data

yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

3. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan usaha merangkai informasi yang terorganisir

dalam upaya menggambarkan kesimpulan dan mengambil tindakan.

Sebagaimana reduksi data, kreasi dan penggunan display juga bukan

merupakan sesuatu yang terpisah dari analisis, akan tetapi merupakan bagian

dari analisis. Dengan demikian, sajian/tampilan data (display data) merupakn

upaya penelitian untuk mendapatkan gambaran dan penafsiran dari data yang

telah diperoleh serta hubungan dengan fokus penelitian yang dilaksanakan.

4. Kesimpulan atau verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)

Analisis data kualitatif menurut Miles dan Hurbeman adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apa bila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah

dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan

akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.


52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar

Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar merupakan salah satu

lembaga satuan pendidikan Islam pada jenjang MA (Madrasah Aliyah) dibawah

naungan Kementerian Agama RI. MA DDI Galesong baru di dirikan pada tahun

1969 oleh beberapa tokoh DDI (Darul Da’wah Wal Irsyad) Kota Makassar, salah

satunya ialah AG. H. Abd. Rahman Matammeng. Selain daripada jenjang MA

(Madrasah Aliyah), DDI Galesong Baru Juga memiliki Jenjang Pendidikan MI

(Madrasah Ibtidaiyah) dan MTs (Madrasah Tsanawiyah) yang merupakan satu

kesatuan lembaga pendidikan di DDI Galesong Baru Makassar. MTs dan MA

DDI Galesong Baru Makassar berada pada lokasi yang sangat strategis yaitu di

pusaran Jantung Kota Makassar tepatnya di Jl. Yos Sudarso Lr. 154/A No. 17,

Kelurahan Tabaringan, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar, Provinsi

Sulawesi Selatan. Sedangkan pada MI (Madrasah Ibtidaiyah) DDI Galesong Baru

berada di tempat sebelum bangunan MA dan MTs DDI Galesong Baru.

MA DDI Galesong Baru Makassar dalam Ritme dan Perjalanannya telah

banyak memberikan kontribusi dan berperan aktif terhadap pengembangan

pendidikan yang bermutu, dengan cara membina dan menciptakan generasi islam

yang berprestasi mandiri, berwawasan dan berakhlakul karimah.


53

Tabel 4.1

Profil Ponpes DDI Galesong Baru Makassar

Nama Sekolah MA DDI Galesong Baru


Nomor Statistik 1312 737107 138
NIS 312737107138
NPSN 403205488
Provinsi Sulawesi Selatan
Pemerintah Kota/ Kab. Makassar
Kecamatan Ujung Tanah
Desa/ Kelurahan Tabaringan
Jalan dan Nomor Jl. Yosudarso lr.154/A No.17
Kode Pos 90165
Telephone (0411)3631761
Daerah Perkotaan
Status Sekolah Swasta
Kelompok Sekolah C
Akreditasi Terdaftar
Tahun Berdiri 1969
No SK Pendirian 9/L-AL/81
Tgl SK Pendirian 01-05-1981
NPWP Madrasah 00.680.391.0-801.000

Kepemilikan Tanah
Wakaf
1. Status Tanah
2. Luas Tanah 338 M2

Status Bangunan Wakaf

Luas Bangunan 282 M2

Kegiatan Belajar Mengajar Pagi dan Siang


Sumber : Dokumen dan Data Ponpes DDI Galesong Baru, 2022
54

2. Visi dan Misi Madrasah

a) Visi

Menuju Peserta Didik berprestasi mandiri, berwawasan keislaman

dan berakhlakul Karimah.

b) Misi

1. Meningkatkan prestasi akademik lulusan.

2. Meningkatkan prestasi ekstra kurikuler.

3. Meningkatkan minat baca Al-Qur’an.

4. Meningkatkan disiplin Peserta Didik.

5. Membentuk peserta didik yang berakhlakul karimah55

3. Sarana dan Prasarana

Pada pelaksanaan pembelajaran dan kegiatan di sekolah sekiranya

perlu sarana dan prasarana yang memadai agar nantinya dapat

meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan secara maksimal. Adapun sarana dan

prasarana di MA DDI Galesong Baru yaitu :

55
Mutmainna, Tata Usaha Sekolah (TU), Profil Sekolah dan Visi Misi, Observasi, 25
Desember 2022.
55

Tabel 4.2

Keadaan Sarana dan Prasarana Ponpes DDI Galesong Baru Makassar

Tahun Panjang Lebar


No Nama Jenis Ruangan Kondisi
Dibangun (m) (m)
1. Ruang Rapat Ruang Guru Baik 1990 6 4
2. Kantor Kepala Ruang Kepala Baik 2017 5 3
Madrasah Madrasah
3. Ruang TU Ruang Tata Usaha Rusak Ringan 1990 5 4
4. Perpustakaan Ruang Perpustakaan Baik 1990 8 5
5. Laboratorium R. Lab. Komputer Rusak Ringan 1990 8 4
6. Ruang OSIM Ruang OSIS Rusak Sedang 1990 4 4
7. Ruang Koperasi Kantin Rusak Ringan 1990 4 6
8. Masjid Masjid/Mushollah Baik 1990 6 10
9. Ruang AULA Ruang serba guna Rusak Sedang 1990 8 5
10 Perpustakaan Ruang Perpustakaan Baik 2014 6 4
.
11 Ruang TU Ruang Tata Usaha Baik 2014 4 4
.
12 Ruang Guru Ruang Guru Baik 2014 6 4
.
13 R. Toilet Guru Toilet/Kamar Mandi Baik 1990 2 2
.
14 R. Toilet Toilet/Kamar Mandi Rusak ringan 1990 2 2
. Peserta didik
15 R. Toilet Guru Toilet/Kamar Mandi Baik 2014 2 2
.
16 Ruang Kelas Kelas Tambahan Rusak Berat 1990 4 6
.
17 Ruang Kelas Kelas X-01 Baik 2011 7 5
.
18 Ruang Kelas Kelas X-02 Rusak Ringan 2011 6 5
.
19 Ruang Kelas Kelas XI-01 Baik 2011 8 5
.
20 Ruang Kelas Kelas XII-02 Baik 2011 7 5
.
21 Ruang Kelas Kelas XII-01 Baik 2011 7 6
.
56

22 Ruang Kelas Kelas XII-02 Baik 2011 6 5


.
23 Ruang Kelas Kelas XI B Baik 2014 8 6
.
24 Ruang Kelas Kelas XII C Rusak Ringan 2015 7 6
.
25 Ruang Kelas XII ALM Rusak Ringan 2003 7 6
.
Sumber : Dokumen dan Data Ponpes DDI Galesong Baru 2022

4. Data Guru dan Tenaga Pendidik di MA DDI Galesong Baru

Makassar

Tabel4.2
Data Guru dan Tenaga Pendidik di Pondok Pesantren DDI Galesong
Baru Makassar
No Nama Jabatan
1 Ahmad Taslim,S.Ag.,M.Si Kepala Madrasah
2 Nurlina,S.Pd Wakamad Kurikulum
3 Abrar,S.Pd Wakamad Ke Peserta didikan
4 Dita Hamsinah,S.E Bendahara Dana Bos
5 Mutmainna,S.Q Kepala Tata Usaha
6 Muslimin M,S.Pd Operator/SarPras
7 Chaerah,S.Pd.I Wali Kelas X (Sepuluh)
8 Rizaldy Gunawan,S.Hum Wali Kelas XI (Sebelas)
9 Miftahul Khaerat,S.Pd Wali Kelas XII (Dua belas)
10 Soyan,S.pd Guru Mapel Seni Budaya
11 Mardia Najamuddin,S.Ag Guru Mapel Al-Qur’an Hadis
12 M. Yunus, S.Pd Guru Mapel Ekonomi
13 Kurnia,S.E.,M.Si Guru Mapel Ekonomi
14 Nasrah,S.Pd Guru Mapel Bahasa Indonesia
15 Darmi.S.S Guru Mapel PKN
16 St. Musdalifah,S.Pd Guru Mapel Prakarya
17 Rosalia,S.S Guru Mapel Bahasa Arab
18 St. Mila Darmilah,S.Pd Guru Mapel Bahasa Inggris
57

19 Syamsi,S.Pd Guru Mapel Akidah Akhlak


20 Hajariah Hasbullah,S.Pd Guru Mapel Kimia
21 Junaedy,S.Pd Guru Mapel Sejarah Indonesia
Sumber : Dokumen dan Data Pondok Pesantren DDI Galesong Baru, 2022
5. Keadaan Peserta Didik

Jumlah Keseluruhan peserta didik pada MA DDI Galesong Baru

Makassar dari kelas X, XI dan XII berjumlah 98 peserta didik, berikut data table

peserta didik di MA DDI Galesong Baru Makassar.

Tabel 4.3
Jumlah Keseluruhan peserta didik pada MA DDI Galesong Baru Makassar

N0 Kelas L P Jumlah

1 X (Sepuluh) 20 19 39

2 XI (sebelas) 15 14 29

3 XII (Duabelas) 22 8 30

JUMLAH 57 41 98
Sumber : Dokumen dan Data Pondok Pesantren DDI Galesong Baru

B. Hasil Penelitian

Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang mencakup tiga

aspek kognitif, afektif, dan pasikomotorik, yang mana harus dilakukan secaran

seimbang agar tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat tercapai seperti apa yang

diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka memerlukan faktor – faktor


58

yang mendukung proses pendidikan yang berlangsung. Salah satunya adalah dari

guru, dimana seorang guru harus mampu menjelankan tugasnya secara

profesional, tidak hanya sekedar menyampikan tetapi juga mengaplikasikannya

dalama pembelajaran.

Akan tetapi aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat

berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, dan

kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal motivasi terkadang semangatnya

tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian

kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-

hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Begitu juga di Pondok Pesantren

DDI Galesong Baru Makassar, dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam pun

peserta didik juga masih ada yang mengalami kesulitan dalam belajar mata

pelajaran tersebut.

1. Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar peserta didik di Madrasah

Aliyah Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar

a. Kurangnya minat dan Motivasi Belajar Peserta Didik

Dalam proses pembelajaran, minimnya minat belajar peserta didik sangat

jelas terlihat. Kurangnya minat peserta didik dibuktikan dengan ketika guru

memberikan tugas untuk dikerjakan banyak peserta didik yang hanya diam dan

mengganggu peserta didik yang lain mengerjakan. Minat belajar peserta didik

yang rendah salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan dari peserta didik itu

sendiri, kemampuan peserta didik dalam menyerap materi yang disampaikan oleh

guru. Setiap peserta didik memiliki perbedaan dalam menyerap materi yang
59

disampaikan oleh guru, ada peserta didik yang langsung faham ketika

menyampaikan materi dan ada peserta didik yang harus berulang – ulang. Ketika

peserta didik merasa kesulitan dalam menyerap materi mereka menganggap

materi pembelajaran ini sulit dan malas untuk mempelajarinya, ini mengakibatkan

minat peserta didik untuk belajar materi SKI menurun. Hal ini senada dengan

pendapat Bapak Rizal Gunawan sebagai berikut :

“Begini, kesulitan belajar yang dialami Peserta didik disebabkan karena


kurangnya minat belajar Peserta didik sendiri, Peserta didik juga seringkali
berbicara sendiri saat pembelajaran berlangsung. Peserta didik minim sekali
untuk merespon apa yang saya jelaskan. Akhirnya ya begitumi nilainya
dibawah KKM”56

Pernyataan yang diungkapkan oleh Bapak Rizal Gunawan selaku guru

SKI, bahwasanya faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik dalam

pembeljaran SKI adalah faktor dari peserta didik itu sendiri. Hal itu dapat dilihat

ketika peneliti melakukan pengamatan di dalam kelas, terlihat peserta didik malas

dan sering bermain sendiri ketika guru menjelaskan materi di depan kelas,

terutama peserta didik perempuan yang duduk dibangku nomor dua dari belakang.

Minat belajar peserta didik yang rendah menyebabkan mereka tidak

optimal dalam belajar dikelas. Oleh karena itu, peran guru sebagai motivator

dalam mengajar di kelas perlu dilakukan dan dioptimalkan. Selain itu banyaknya

materi yang perlu disampaikan mengharuskan guru untuk mencari metode,

strategi dan pendekatan yang sesuai dalam belajar mengajar di kelas.

Tidak adanya minat pada anak akan menimbulkan kesulitan belajar pada

anak. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya,

tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan bahkan banyak
56
60

menimbulkan problem pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi

proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan. Ada tidaknya minat terhadap

sesuatu pelajaran dapat terlihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidak

catatan, memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung.

Adapun hasil yang diperoleh pada saat pengamatan adalah ketika guru

mengajar, ada beberapa peserta didik yang kurang begitu senang, peserta didik

tersebut juga terlihat malas memperhatikan gurunya. Hal ini sesuai dengan

pendapat .......................... menurutnya :

“Saya malaska belajar SKI kak, sebenarnya sudah ku perhatikan guru


mengajar, tapi lama kelamaan bosan sama mengantukka, soalnya begitu –
begitu terusji.” 57

Pernyataan diatas menandakan bahwa peserta didik kurang senang belajar

SKI dan beranggapan bahwa pembelajaran SKI membosankan. Hal ini akan

berdampak negatif pada prestasi belajar peserta didik, karena jika peserta didik

sudah tidak senang lagi belajar SKI maka peserta didik itu sudah tidak

bersemangat untuk belajar. Adapun peserta didik yang memahami pelajaran SKI

karena peserta didik tersebut suka dengan pembelajaran SKI dan senang dengan

gurunya, bahkan ada juga yang senang karena itu cita – citanya. Sedangkan

peserta didik yang tidak senang belajar SKI adalah disebabkan oleh ketidak

pahaman peserta didik terhadap mata pelajaran SKI, sehingga peserta didik

merasa malas belajar, malas mengerjakan tugas dan lain sebagainya yang

berdampak buruk terhadap prestasi belajar peserta didik. Sesuai hasil wawancara

peneliti dengan ................. adalah sebagai berikut :

57
61

”Saya setengah – setengah belajar SKI kak, kadang ya senang kadang malas
juga, saya suka sama gurunya yang sabar, sering kasiki motivasi, tapi ya
kadang bosan, pelajarannya begitu begitu terus.”58

Pernyataan diatas jelas kalau pelajaran SKI kurang menyenangkan. Menurut

mereka pelajaran SKI membosankan peserta didik jarang sekali bahkan tidak

pernah melakukan pembelajaran di luar kelas, peserta didik juga jarang mendapat

pembelajaran yang menyenangkan. Seharusnya guru berupaya membuat situasi

belajar peserta didik lebih menyenangkan.

Motivasi belajar peserta didik rendah hal ini dapat dilihat dari perhatian

peserta didik yang minim saat mengikuti pelajaran SKI serta kurang adanya

keseriusan dalam mengerjakan tugas yang diberkan oleh guru. Selain itu faktor

yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar peserta didik adalah metode yang

digunakan oleh guru, metode yang tidak menyenangkan atau hanya dengan

menggunakan metode ceramah akan membuat peserta didik bosan.

Sikap yang kurang positif di dalam belajar ini akan semakin nampak tidak

ada pengawasan dari guru atau orang tua. Oleh karena itu rendahnya motivasi

belajar merupakan masalah dalam belajar. Karena hal ini dapat memberikan

dampak bagi ketercapainya hasil belajar yang diharapkan. Guru serta orang tua

memiliki peran yang sangat penting menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.

Metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi belajar peserta

didik, guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja peserta didik akan

menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif

berani mencoba metode baru yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar

dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar dengan baik.


58
62

b. Kurangnya Kepedulian Orang Tua dengan Prestasi Belajar Anak

Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas kegiatan belajar mengajar

yaitu adanya perhatian, kepedulian dan motivasi belajar dari orang tua sebagai

orang terdekat bagi anak. Orang tua yang kurang memperhatikan dan kurang

memberikan motivasi belajar akan menimbulkan kemalasan dan kurang semangat

pada diri anak untuk belajar.

Orang tua adalah orang pertama yang mengenalkan agama kepada anak

sejak dalam kandungan sehingga mereka dewasa, akan tetapi ada diantara orang

tua menganggap baha pendidikan agama sudah dipelajari oleh anak ketika di

bangku sekolah.

Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Rizaldy Gunawan, selaku

guru sejarah kebudayaan Islam mengatakan bahwa :

“Saya sering mengalami kendala dalam mengatasi kesulitan belajar Peserta


didik di sekolah dikarenakan orang tua Peserta didik yang kurang mau
bekerja sama untuk memberikan bimbingan dan perhatian anak mereka
dirumah. Setiap Peserta didik yang bermasalah saya selalu memanggil orang
tua untuk mencari solusi yang terbaik, namun orang tua Peserta didik sering
juga tidak datang dengan alasan sibuk bekerja.”59

Selanjutnya hasil wawancara penulis dengan ........................ salah seorang

Peserta didik kelas mengatakan bahwa :

“Orang tua ku saya kak sibuki kerja, jadi saya kurang dapat perhatian. Kadang
saya mau bimbingan ketika belajar dan buat PR, tapi orang tuaku sudah tidur,
dan kadang pergi. Jadi biasa malaskan belajar di rumah”60
Hasil wawancara dengan salah satu peserta didik yang bernama ............

mengatakan bahwa :

59

60
63

“Orang tua ku tidak pernah bertanya kenapa jarangka belajar di rumah, ada PR
atau tidak, bagaiman perkembangan sekolah ku juga. Karna sibuk ki kak sama
kerjaanya cari uang”61
Kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan materi dalam keluarga

sebagai salah satu wujud kewajiban terhadap keluarga, namun perhatian dan

motivasi terhadap perkembangan anak baik seputar pendidikan maupun orang tua

dan sebagai guru harus memberikan motivasi yang baik juga.

Dalam strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam mengatasi kesulitan

belajar peserta didik ditemukan bahwa penyebab yang terjadi kendala dalam

keberhasilan guru SKI saat berupaya untuk membantu peserta didik keluar dari

permasalahannya. Salah satu kendala yang dihadapi guru SKI dalam mengatasi

kesulitan belajar peserta didik adalah kurangnya kepedulian orang tua dengan

prestasi belajar anak yang mengakibatkan anak semakin malas untuk belajar

karena tidak ada yang memperhatikan. Hal ini dapat dibuktikan ketika guru

memberikan tugas, peserta didik jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru. Peserta didik juga jarang belajar di rumah, karena orang tua tidak

menyenangkan tentang sekolah mereka. Kasibukan orang tua yang menyebabkan

mereka kurang mendapatkan perhatian lebih terhadap sekolah mereka. Hal ini

sependapat dengan ...............ketika diwawancarai pada saat peserta didik tersebut

tidak mengerjakan PR yang diberikan oleh guru, menurutnya :

“Saya lupa tidak mengerjakan PR kak, saya jarang sekali belajar di rumah
malas sekali belajar ku rasa. Kegiatan saya saat pulang sekolah main hp.
Orang tua ku jarang sekali menanyakan tugas sekolah saya, jadi saya sering
kelupaan kalu ada PR”62.

61

62
64

Kenyataan yang terjadi adalah orang tua peserta didik kurang peduli pada

balajar anak mereka, orang tua peserta didik hanya sebatas memfasilitasi alat tulis

menulis anak mereka, akan tetapi anak di rumah tidak diperintahkan dan juga

tidak di kontrol untuk belajar atau melaksanakan tugas sekolah. Bahkan orang tua

sama sekali tidak menanyakan tugas atau PR anak. Hal inilah yang menjadi

permasalahan, saat di sekolah peserta didik di motivasi agar memanfaatkan

wakatunya untuk belajar lalu sebaliknya saat di rumah orang tua tidak mencoba

memberikan perhatian pada belajar anak.

Setelah diselidiki kebanyakan peserta didik jika pulang dari sekolah

ataupun saat liburan, mereka hanya menghabiskan waktunya dengan keluyuran

atau bermain gedget dan tidak dikontrol orang tua. Kasus di atas terjadi karena

orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak memperhatikan

belajar anak mereka dirumah, dan pada akhirnya orang tua hanya mengetahui

berbagai permasalahan anak mereka saat ke sekolah untuk menerima Raport atau

hasil belajar peserta didik.

c. Rendahnya Konsentrasi Belajar Peserta Didik di Kelas

Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas tidak terlepas dengan

motivasi peserta didik itu sendiri, karena dengan adanya motivasi tinggi terhadap

suatu pelajarn atau kegiatan, maka peserta didik itu akan sungguh belajar.

Kesungguhan ini tentu nantinya bisa mempengaruhi keberhasilan dalam belajar,

wawancara dengan Bapak Rizaldy Gunawan, selaku guru Sejarah Kebudayaan

Islam yang mengajar di kelas mengatakan bahwa :

“Rendahnya motivasi Peserta didik dalam belajar dan mengikuti suatu


kegiatan pembelajaran menyebabkan mereka kesulitan belajar. Kesulitan
65

belajar ini terbentuk karena kurangnya keinginan mereka untuk belajar dan
kurangnya keinginan mereka untuk mempelajari ilmu pengetahuan Sejarah
Kebudayaan Islam yang seharunya mereka pelajari”63

Bentuk kesulitan belajar peserta didik dalah ketidak terbukaan peserta

didik dalam mengungkapkan berbagai masalah mereka dalam belajar selama ini

disekolah, dengan kondisi ini membuat guru kesulitan belajar mengetahui

kesulitan belajar peserta didik.

Wawancara dengan ................ yang mengikuti pembelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam, mengatakan :

“Guru kadang nakasika teguran kak karena kurang sungguh – sungguh


mengikuti pelajaran dan kurang konsentrasi belajar”

Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa guru kesulitan

memeriksa kesulitan belajar peserta didik karena kurangnya keterbukaan peserta

didik dalam mengungkapkan permasalahan mereka dengan guru mata pelajaran.

d. Peserta Didik Kurang Disiplin dalam Belajar

Kondisi penegakan disiplin peserta didik di Madrasah Aliyah Pondok

Pesantren DDI Galesong Baru Makassar dimana di dapat keterangan di kelas

tersebut peserta didik kurang disiplin saat mengikuti pembelajaran pada mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Tidak ada kesadaran diri dari peserta didik

untuk lebih mendisiplinkan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peserta didik

sepertinya tidak menyadari arti penting disiplin bagi keberhasilan balajar yang

dilakukan peserta didik. Observasi peneliti dimana peserta didik tidak tepat waktu

mengerjakan tugas dan terlambat datang masuk ke dalam kelas saat belajar mata

63
66

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Wawancara dengan Akbar Peserta didik

kelas X yang mengatakan :

“Di sekolah, saat belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,
masih ada Peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang diperintahkan
sama guru”64

Bentuk – bentuk pelanggaran kurang disiplin oleh peserta didik akan

mengakibatkan peserta didik mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran

Sejarah Kebudayaan Islam. Karena peserta didik masih banyak yang kurang

menyadari akan pentingnya disiplin bagi setiap peserta didik saat belajar mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Mereka tidak bisa memahami bahwa

disiplin sangat dibutuhkan bagi seorang peserta didik dalam belajar.

2. Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam mengatasi kesulitan

belajar peserta didik di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren DDI

Galesong Baru Makassar.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik mempunyai keinginan agar

semua dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan

tersebut sering kandas karena sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam

belajar. Strategi guru sangat penting dalam mengatasi kesulitan belajar peserta

didik. Kaitannya dengan bentuk-bentuk strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam

dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik, ada beberapa hal yang dilakukan

oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam hal ini yaitu :

a. Melakukan Pendekatan Individu pada Peserta didik

64
67

Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan bapak Rizaldy Gunawan

selaku guru SKI mengenai bentuk-bentuk pendekatan individu guru SKI dalam

mengatasi kesulitan belajar Peserta didik:

“Untuk Peserta didik yang kesulitan memusatkan perhatian


pendekatannya bisa dilakukan dengan cara mendekati Peserta didik yang
bersangkutan dengan menanyakan beberapa hal diantarnya bagaimana
kabarnya dan keluarganya, kemudian memberikan pujian atau apresiasi
terhadap sesuatu yang dianggap baik yang pernah dilakukan oleh Peserta
didik. Kemudian guru kelas melakukan komunikasi secara individu, hal
ini dilakukan sampai guru kelas menemukan masalah yang menyebabkan
Peserta didik mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian ketika
belajar. Setelah mengetahui masalahnya, guru kelas memberikan nasehat
dan tawaran-tawaran pemikiran, nasehat, dan petunjuk teknis dalam
mengatasinya yang dapat diterima Peserta didik. Hal ini dilakukan
dengan tetap membesarkan jiwa Peserta didik”65

Pendekatan individu kepada peserta didik yang kesulitan memusatkan

perhatian atau yang biasa disebut kurang fokus adalah dengan cara memberikan

perhatian kepada peserta didik yang bersangkutan dengan harapan peserta didik

tersebut bisa menceritakan permasalahannya lalu diberikan nasehat dengan tujuan

untuk mendukung semangat belajar peserta didik .

Berikut adalah hasil wawancara dari Rizaldy Gunawan selaku guru SKI

mengenai pendekatan individu kepada peserta didik yang kesulitan belajar karena

hiperaktif :


Kepada Peserta didik yang hiperaktif, guru melakukan pendekatan
secara individual yakni setiap saat bertemu baik di dalam kelas maupun di
luar kelas Peserta didik diajak bergaul lebih dekat dengan guru. Peserta
didik lebih banyak diberi perhatian dengan selalu memberikan sapaan atau
teguran seperti ucapan “bagaimana kabarmu ?. kabar orang tuamu ?, atau
ungkapan rasa bangga dari guru kelas dengan mengatakan “saya senang
dan bangga memiliki Peserta didik seperti kamu yang selalu suka
65
68

mendengarkan guru, Peserta didik yang sopan dan rajin belajar, tidak
nakal, Peserta didik pintar dan penyayang teman. Guru juga sering
melakukan sapaan yang disertai sentuhan seperti memegang tangan
Peserta didik, mengelus kepala, atau merangkul jika Peserta didik itu
sejenis dengan guru, sentuhan ini diikuti dengan ucapan kamu pintar,
hebat, tidak nakal, dan Peserta didik yang disiplin”66

Pendekatan individu kepada peserta didik yang hiperaktif adalah dengan

cara diajak lebih dekat dengan guru dengan tujuan agar peserta didik tersebut

merasa diperhatikan. Karena kebanyakan peserta didik yang hiperaktif itu ketika

berbuat ulah hanya ingin diperintahkan, oleh karena itu guru bisa memberikan

perhatian, kepedulian, sentuhan, dan bahkan pujian kepada peserta didik yang

hiperaktif. Jika melakukan pendekatan seperti ini dan kemudian bisa membuat

peserta didik tersebut senang maka akan mudah mengarahkannya.

Pendekatan guru di atas dilakukan tidak cukup sekali atau dua kali,

memang harus dilakukan berulang-ulang kali sampai adanya perubahan tingkah

laku dari Peserta didik.

Berikut adalah wawancara dengan bapak Rizaldy Gunawan selaku guru

Sejarah Kebudayaan Islam mengenai pendekatan individu kepada peserta didik

yang kesulitan belajar karena motivasi belajar rendah disebabkan kurangnya

fasilitas belajar yang dimiliki :

“Kepada Peserta didik yang motivasi belajarnya rendah karena


kurangnya fasilitas belajar yang dimiliki bentuk pendekatannya biasanya
dengan menanyakan secara pribadi kepada Peserta didik kenapa tidak
memiliki buku cetak seperti teman-teman. Biasanya Peserta didik akan
menjawab apa adanya misalnya karena orang tua tidak belikan, atau
Peserta didik tersebut hanya terdiam saja. Dari sini guru kelas dapat
melihat bahwa masalahnya adalah tidak memiliki biaya untuk membeli

66
69

buku. Pada saat itu guru mengajak Peserta didik untuk berdiskusi
bagaimana caranya bisa memiliki uang untuk membeli buku”67

Pendekatan individu kepada peserta didik yang memiliki motivasi belajar

rendah yang disebabkan kurangnya fasilitas belajar yang dimiliki adalah dengan

cara memberikan solusi kepada peserta didik bagaimana memperoleh uang untuk

bisa membeli buku tanpa meminta uang kepada orang tua. Karena pada sekarang

ini khususnya kota makassar anak-anak pun tidak mau ketinggalan juga mencari

uang. Banyak ditemukan anak yang masih tingaktan sekolah dasar yang mencari

uang dengan berjualan kue ataupun mainan dan ada juga beberapa anak yang

menjadi juru parkir liar.

Berikut adalah hasil wawancara dari bapak Rizaldy Gunawan mengenai

pendekatan individu kepada peserta didik yang kesulitan belajar karena malas

belajar :

“Pendekatan individu bagi Peserta didik yang malas belajar ialah


mencari tahu latar belakang penyebab Peserta didik tersebut menjadi
malas belajar. saya berkomunikasi dengan Peserta didik agar terbuka
untuk menceritakan kegiatan sehari- harinya khususnya dalam hal belajar
karena biasanya Peserta didik yang malas belajar disebabkan kebanyakan
ingin bermain dan minimnya dorongan dari orang tua. Apabila dalam
keluarga Peserta didik tersebut kurang dukungan, maka saya meminta
kepada keluarga untuk memberikan dukungannya, dan apabila Peserta
didik tersebut belajar di sekolah maka diberikan motivasi atau bimbingan
yang lebih agar Peserta didik tersebut mau dan mempunyai semangat
belajar. Selain memberikan motivasi dan bimbingan, saya sebagai guru
juga menjelaskan tentang keuntungan rajin belajar dan kerugian jika
malas belajar. Bila belum berhasil maka guru perlu mengadakan
bimbingan dengan cara kunjungan rumah”68

67

68
70

Malas belajar merupakan masalah yang sering ditemukan oleh semua

guru-guru pada peserta didiknya. Penyebabnya pun berbeda-beda misalnya, tidak

ada motivasi belajar, tidak ada dukungan dari orang tua, kurangnya minat pada

pelajaran tertentu, kelambanan peserta didik dalam menyesuaikan materi

pelajaran, atau karena peserta didik tersebut tidak menyukai pelajaran tertentu

disebabkan karena gurunya, dan penyebab-penyebab lainnya.

Guru Sejarah Kebudayaan Islam melakukan pendekatan individual kepada

peserta didik yang malas belajar adalah dengan cara membangun komunikasi

dengan peserta didik tersebut lalu mencari tahu latar belakang penyebab peserta

didik tersebut malas untuk belajar. Jika peserta didik malas belajar karena tidak

ada dukungan dari orang tua, maka guru menghubungi keluarga peserta didik

dan meminta kepada keluarga untuk memberikan dukungannya. Pendekatan

individu kepada peserta didik yang malas belajar dan hanya senang bermain-

main, maka diberikan motivasi atau bimbingan yang lebih agar peserta didik

tersebut mau dan mempunyai semangat belajar. Guru juga harus menjelaskan

keuntungan rajin belajar dan kerugiannya jika malas belajar. Bila semua itu

belum berhasil maka guru perlu melakukan home visit atau kunjungan ke

rumah Peserta didik yang bersangkutan.

b. Memberikan Motivasi pada Peserta didik

Kegiatan awal atau pembukaan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam

yang mencakup pembinaan keakraban dan pre- test. Pembinaan keakraban telah

dilakukan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif bagi

pembentukan kemampuan peserta didik, sehingga tercipta hubungan yang


71

harmonis antara guru sebagai fasilitator dan peserta didik serta antara peserta

didik dengan peserta didik. Sebelum menjelaskan tentang aktivitas guru

memberikan pelajaran. Wawancara peneliti dengan bapak Rizaldy Gunawan,

selaku guru Sejarah Kebudayaan Islam mengatakan bahwa:

“Langkah awal yang saya lakukan dalam membuka pelajaran yaitu


melakukan salam, lalu dilanjutkan dengan pengisian absensi Peserta didik
dan menanyakan keadaan Peserta didik pada waktu pembelajaran, sekitar
5 menit aktivitas demikian berlangsung, sehingga saya memulai
pengajaran pada mata pelajaran tersebut”69

Berdasarkan keterangan diatas berarti guru memiliki kepekaan terhadap

usaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat menjalin

keakraban dengan peserta didiknya. Meskipun diantara sesama guru dan peserta

didik sudah saling mengenal, hal ini telah di perhatikan dan dijalankan. Suasana

ini dapat mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar, suasana

keakraban ini penting ditumbuhkan oleh guru/fasilitator sebelum kegiatan inti

pembelajaran dimulai agar peserta didik menjadi berani bertanya jika menemukan

kesulitan belajar.

Faktor-faktor di dalam kegiatan pembelajaran sangat banyak sekali

diantaranya adalah interaksi antara guru dan anak didiknya. Bila kedua faktor ini

tidak baik keadaannya, maka hasil yang dicapai tidak sempurna pula, namun

apabila baik keduanya maka target yang dicapai pasti menemui keberhasilan.

Pengamatan dikelas yaitu hubungan guru dengan peserta didik terjalin sangat

akrab. Tidak nampak guru memarahi peserta didik atau peserta didik

mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan didepan guru yang mengajar di kelas

69
72

saat pembelajaran mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam yang sedang

berlangsung. Terlihat guru selalu memberikan pujian kepada peserta didik yang

berprestasi. Saat mengajar pada materi tertentu, maka guru terlihat menjawab

pertanyaan peserta didik jika peserta didik bertanya tentang materi yang belum

dimengerti. Di samping itu, sesekali guru menggunakan metode cerita untuk

memberikan semangat Peserta didik dalam belajar. Metode cerita di gunakan

untuk menjelaskan tentang sejarah Nabi Muhammad SAW dan sahabat -

sahabatnya, dengan tujuan agar Peserta didik termotivasi mempelajari sejarah

Islam. Sedangkan wawancara dengan Cindi Triano salah seorang Peserta didik

kelas XII A mengatakan :

“Saya bisa berkonsentrasi dalam menyimak materi pelajaran yang


disampaikan guru, karena guru mengeraskan suaranya dalam mengajar,
guru juga menerangkan pelajaran dengan berjalan-jalan mengitari bangku
kami, guru juga memotivasi betapa pentingnya belajar mata pelajaran
sejarah kebudayaan Islam, dan guru memberi beberapa pada waktu dalam
menyampaikan materi pelajaran agar kami dapat bertanya tentang materi
yang belum kami mengerti”70

Berdasarkan keterangan diatas, berarti guru telah memiliki usaha dalam

membangkitkan perhatian peserta didik dalam pembelajaran mata pelajaran

sejarah kebudayaan Islam. Memberikan pre-tes dalam bentuk tulisan dengan

memberikan 5 soal kepada peserta didik. Maksud yang ingin dicapai oleh guru

tentang tingkat kemampuan peserta didik dalam belajar dapat diketahui melalui

pos tes yang diberikan. Dengan demikian untuk mengetahui keberhasilan guru

selama pembelajaran dapat dilihat dari pre-tes.

70
73

Motivasi mutlak sangat dibutuhkan peserta didik dalam belajar. Dengan

motivasi, seseorang akan tergerak untuk melakukan suatu aktivitas dalam

mencapai suatu tujuan. Peserta didik yang kurang mempunyai motivasi atau

bahkan tidak adanya motivasi belajar, akan sulit menerima apa yang disampaikan

oleh guru meskipun dipaksakan.

Untuk mengatasi peserta didik yang kurang aktif dalam belajar, guru

memberikan reward berupa tambahan nilai kepada peserta didik yang bertanya,

menyanggah, menambah, atau, menjawab pertanyaan. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh bapak Rizaldy Gunawan selaku guru sejarah kebudayaan Islam,

sebagai berikut :

“Tentu saja ada peserta didik yang kurang aktif pada saat belajar, tetapi
ada cara yang sudah saya terapkan yaitu dengan memberikan reward
berupa tambahan nilai kepada peserta didik yang bertanya, menyanggah,
menambah atau menjawab pertanyaan”71

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa motivasi

sangat penting untuk peserta didik yang berkesulitan belajar, agar mereka dapat

tergerak untuk lebih semangat lagi dalam belajar sejarah kebudayaan Islam.

Meningkatkan motivasi belajar peserta didik adalah salah satu kegiatan

yang wajib ada dalam kegiatan pembelajaran. Selain memberikan dan

mentransfer ilmu pengetahuan guru juga bertugas untuk meningkatkan motivasi

anak dalam belajar. Tidak bisa kita pungkiri bahwa motivasi belajar peserta didik

satu dengan yang lain sangat berbeda, untuk itulah penting bagi guru selalu

senantiasa memberikan motivasi kepada peserta didik supaya Peserta didik

senantiasa memiliki semangat belajar dan mampu menjadi Peserta didik yang

71
74

berprestasi serta dapat mengembangkan diri secara optimal. Hal ini berdasarkan

wawancara dengan bapak Rizaldy Gunawan selaku guru sejarah kebudayaan

Islam, sebagai berikut:

“Sebelum saya memulai pelajaran saya selalu memberikan motivasi


kepada Peserta didik, baik itu motivasi Islami maupun motivasi
kehidupan, hal ini saya lakukan agar Peserta didik sebelum memulai
pelajaran dapat semangat untuk belajar”72

Motivasi yang baik dapat membawa pengaruh yang baik sekali dalam jiwa

peserta didik, yang dapat menyebabkan peserta didik tersebut menyukai guru dan

sekolahnya serta otaknya menjadi mudah menerima pelajaran. Pada waktu proses

belajar mengajar sedang berlangsung, seorang guru tidak lupa untuk berusaha

memberikan motivasi. Dalam hal ini seorang guru harus mampu menciptkan

kondisi kelas yang merangsang peserta didiknya untuk melakukan kegiatan

belajar.

Motivasi akan tumbuh manakala peserta didik merasa dihargai. Dalam

pembelajaran, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Karena anak

didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji. Karena pujian menimbulkan

rasa puas dan senang. Namun begitu, pujian harus sesuai dengan hasil kerja

peserta didik. Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat.

Pujian yang baik adalah pujian yang keluar dari hati seorang guru secara

wajar dengan maksud untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik atas

jerih payahnya dalam belajar.

Banyak peserta didik yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus.

Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian peserta didik nilai dapat

72
75

menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus

dilakukan segera, agar peserta didik secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya.

Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan Peserta

didik masing-masing. Penilaian secara terus-menerus akan mendorong Peserta

didik belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh

hasil yang baik. Disamping itu, para peserta didik selalu mendapat tantangan dan

masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar

lebih teliti dan seksama. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak

Rizaldy Gunawan, sebagai berikut :

“Saya selalu memberikan nilai kepada Peserta didik saya ketika mereka
telah menyelesaikan tugas dari saya. Dalam memberi nilai saya lakukan
secara objektif sesuai dengan kemampuan Peserta didik masing-masing
agar mereka tidak merasa kecil hati”73

Peserta didik butuh penghargaan, bisa dilakukan dengan memberikan

komentar yang positif. Setelah peserta didik selesai mengerjakan suatu tugas,

sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan

“bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif

dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Penghargaan sangat efektif

untuk memotivasi Peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas, baik tugas-tugas

yang harus dikerjakan segera, maupun tugas-tugas yang berlangsung terus-

menerus. Sebaliknya pemberian celaan kurang menumbuhkan motivasi dalam

belajar. Bahkan menimbulkan efek psikologis yang lebih jelek. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara dengan bapak Rizaldy Gunawan, sebagai berikut :

73
76

“Saya akan memberikan komentar yang bagus apabila Peserta didik saya
mampu menjawab pertanyaan saya atau mampu mengerjakan tugas yang
saya berikan dengan baik, dengan komentar bagus kamu nak, hebat kamu
nak, pintar kamu nak”74

Persaingan yang sehat dapat menumbuhkan pengaruh yang baik untuk

keberhasilan proses pembelajaran Peserta didik. Melalui persaingan Peserta didik

dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang

terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan

Peserta didik untuk bersaing baik antar kelompok maupun antar individu. Namun

demikian, persaingan tidak selamanya menguntungkan, terutama untuk Peserta

didik yang memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing, oleh sebab itu

pendekatan cooperative learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan

persaingan antar kelompok. Selain persaingan antar Peserta didik lebih banyak

pengaruh buruknya daripada baiknya terhadap perkembangan kepribadian Peserta

didik. Persaingan antara diri sendiri dapat dilakukan dengan cara memberi

kesempatan kepada Peserta didik untuk mengenal kemajuan-kemajuan yang telah

dicapai sebelumnya dan apa yang dapat dicapai pada waktu berikutnya. Misalnya

guru membuat dan memberi tahu grafik kemajuan belajar Peserta didik.

Untuk mengembangkan motivasi belajar, guru harus berusaha membentuk

kebiasaan Peserta didiknya agar secara berangsur-angsur dapat memusatkan

perhatian lebih lama dan bekerja keras. Oleh karena itu, usaha dan perhatian guru

yang besar lebih diperlukan untuk membimbing Peserta didik- Peserta didik yang

memiliki pencapaian rendah, agar mereka memiliki motivasi belajar yang baik.

74
77

Adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain

yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran dan kecaman,

memberikan tugas yang sedikit berat dan menantang. Namun teknik-teknik

semacam itu hanya bisa digunakan dalam kasus tertentu. Beberapa ahli

mengatakan dengan membangkitkan motivasi dengan cara- cara negatif lebih

banyak merugikan Peserta didik. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan

cara-cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif

dihindari.

Dari strategi yang dilakukan guru sejarah kebudayaan Islam di atas dalam

mengatasi kesulitan belajar peserta didik menunjukkan tingkat kepedulian guru

terhadap murid yang dididiknya.

c. Bimbingan Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai pembelajaran yang

berhasil diperlukan suasana belajar yang menyenangkan atau nyaman bagi diri

Peserta didik. Setiap Peserta didik memiliki karakter yang berbeda-beda dalam

menangkap sebuah materi pembelajaran. Ada yang cepat dalam menangkap

sebuah materi pembelajaran dan ada pula yang sangat lamban dalam menangkap

sebuah materi pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diberikan cara belajar yang

efektif dan efisien. Disamping memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana cara

belajar, ada baiknya juga perlunya pengawasan dan bimbingan terhadap anak-

anak- dalam belajar. Hasilnya lebih baik lagi kalau cara-cara itu dipraktikkan

dalam setiap pelajaran yang diberikan oleh guru khususnya guru sejarah

kebudayaan Islam.
78

Jadi dalam bimbingan belajar untuk meningkatkan prestasi belajar Peserta

didik yang mengalami kesulitan belajar yaitu guru memberikan bimbingan

kepada Peserta didik yang kesulitan belajar dengan mencari tahu terlebih dahulu

masalah kesulitan belajar apa yang sedang dihadapi oleh Peserta didiknya,

kemudian setelah mengetahui penyebab dari kesulitan belajar tersebut yaitu

guru mencari jalan keluar atau solusi dari masalah kesulitan belajar yang

dialami Peserta didik tersebut. Setelah selesai dalam mengatasi kesulitan belajar

tersebut, guru melakukan bimbingan belajar dalam meningkatkan prestasi belajar

Peserta didik dengan cara memberikan kegiatan perbaikan dan pengayaan,

peningkatan motivasi belajar, pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang

baik. Dalam hal ini bapak Rizaldy Gunawan selaku guru sejarah kebudayaan

Islam berpendapat :

“Ketika saya menemukan Peserta didik yang kesulitan dalam belajar maka
saya akan memberikan bimbingan kepada Peserta didik tersebut dengan
kegiatan perbaikan dan pengayaan, peningkatan motivasi belajar,
pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik”.75

Kegiatan bimbingan belajar sangat membawa dampak positif bagi

perkembangan Peserta didik, sehingga sedikit demi sedikit kesulitan belajar yang

dialami Peserta didik dapat teratasi. Dengan begitu ketika proses belajar mengajar

di kelas guru lebih mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai.

75
79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di paparkan pada bab sebelumnya

dengan metode pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa Strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam

mengatasi kesulitan belajar peserta didik di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren

DDI Galesong Baru Makassar diantaranya adalah :

1. Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar peserta didik di Madrasah Aliyah

Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar yaitu kurangnya minat dan

motivasi belajar peserta didik, kurangnya kepedulian orang tua dengan

prestasi belajar peserta didik, rendahnya konsentrasi belajar peserta didik di

kelas, peserta didik kurang disiplin dalam belajar. serta kesulitan itu muncul

pada dasarnya terjadi pada diri masing – masing peserta didik memang tidak

semua peserta didik mengalami kesulitan yang sama akan tetapi

menumbuhkan minat membaca pada diri peserta didik itu dirasa sedikit sulit,

melihat jaman sekarang sosial media lebih unggul dan mampu mempengaruhi

minat dari peserta didik .

2. Strategi Guru Sejarah Kebudayan Islam dalam mengatasi Kesulitan Belajar

Peserta Didik Madrasah Aliyah Pondok Pesantren DDI Galesong Baru

Makassar yaitu melakukan pendekatan individu pada peserta didik,

memberikan motivasi pada peserta didik, dan bimbingan belajar. Guru harus

menguasai materi untuk meningkatkan minat belajar peserta didik adalah


80

dengan sesuai silabus dan RPP. Selain sesuai dengan silabus dan RPP guru

harus menguasai materi dalam menyampaikan materi dan meruntutkan materi

yang akan disampaikan kepada peserta didik agar dalam pembelajaran

berjalan dengan baik serta memberikan motivasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan saran –

saran, sebagai strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam mengatasi kesulitan

belajar peserta didik.

1. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan menumbuhkan kesadaran para pembaca

dan menyadari pentingnya Sejarah Kebudayaan Islam untuk membangun

masa depan yang lebih baik lagi.

2. Bagi Sekolah

a. Guru perlu terus diberi motivasi, agar lebih giat dalam mengajar dan

mengembangkan pelajaran SKI.

b. Untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana yang ada menjadi lebih

baik.

3. Guru Sejarah Kebudayaan Islam

a. Supaya lebih ditingkatkan lagi pemberian motivasi belajar Sejarah

Kebudayaan Islam.

b. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru lebih memperhatikan peserta

didik agar konsentrasi peserta didik lebih fokus.


81

4. Peserta didik

a. Agar lebih bersemangat dan dalam mengikuti pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam.

b. Cintailah dan senangilah semua mata pelajaran yang kamu tuntut

disekolah, karena semua ilmu yang kamu cari saat ini akan bermanfaat

kelak dimasa depan.

c. Hendaknya peserta didik dapat memanfaatkan fasilitas dan sarana yang

ada untuk meingkatkan minat belajar sejarah kebudayaan Islam.


82

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim

Abdullah Sani. Ridwan, Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan Profesi Guru,


(Cet. I: Tanggerang ; Tsmart Printing, 2016).

Ahmad Tohiri, Metode SPPKB (Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemamouan


dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Sosiologi Peserta didik), Jurnal
Edukatio, Vol. 6, No. 1, 2011.

Amna Emda, Kedudukan Motivasi Belajar Peserta didik Dalam Pembelajara,


(Banda Aceh: Jurnal Lantanida, Vol. 5, No. 2, 2017).

Asrorul Mais, Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Jember: Pustaka


Abadi, 2018)

Chomaidi dan Salamah, Pendidikan dan Pengajaran Strategi Pembelajaran di


Sekolah, (Jakarta: PT. Grasindo, 2018)

Dewi Hari Puspitasari, Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah


(Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir
Kreatif dan Hasil Belajar Peserta didik, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 5,
No. 1, 2017.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi


Keempat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Euis Sofi, Pembelajaran Berbasis E-Learning Pada Mata Pelajaran Sejarah


Kebudayaan Islam Kelas VIII Madrash Tsanawiyah Negeri, (Banten: Jurnal
Penelitian Manajemen Pendidikan, Vol.9, No.1, 2016),

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan


Dosen, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan


Nasional, (Bandung: Nuansa Aulia, 2008.

Siti Lutfiyah. Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam Dalam Mengatasi


Kesulita Belajar Peserta didik Kelas X MA Mutholi’ul Bugel Kedung
Jepara. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan Universitas Islam Nahdlat’ul Ulama Jepara: 2019.
83

Helda Jolanda Pentury, Pengembangan Kreativitas Guru dalam Pembelajaran


Kreatif Pelajaran Bahasa Inggris, Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4, No.
3, 2017.

Siti Aisyah Abbas, Kedudukan Guru sebagai Pendidik, Jurnal Pendidikan Studi
Islam, Vol. 1, No. 1, 2017.

Euis Sofi, Pembelajaran Berbasis E-Learning Pada Mata Pelajaran Sejarah


Kebudayaan Islam Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri, (Banten:
Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan, Vol.1, No. 1, 2016)

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Pustaka Setia. Bandung.2011).

Heriyansyah, Guru adalah Manajer Sesungguhnya di Sekolah, Jurnal Manajemen


Pendidikan Islam, Vol. I, No.1, 2018.

Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer, (Yogyakarta: Diva Press, 2019).

Junita Lisda Lisa, Analisis Interaksi Guru dan Peserta didik dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP 15 Kota Bengkulu, Jurnal Ilmiah
Korpus, Vol. 2, No. 3, 2018.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online), ”Dokumentasi”


http://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-dokumentasi.html,
(diakses pada 9 februari, pukul 19.01).

Khusnul Wardan, Guru sebagai Profesi, (Yogyakarta: Deepublish, 2019)

Lahadisi, Inkuiri: Sebuah Strategi Menuju Pembelajaran Bermakna Jurnal Al-


Ta’dib, Vol. 7, No. 2, 2014.

Marno, Strategi dan Metode Pengajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008)

Moh. Faiziddin dan Mufarizuddin, Useful of Clap Hand Games for Optimalize
Cognitive Aspect in Early Chilhood Education, Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, Vol. 2, No. 2, 2018,

Mohamad Rifai dan Fahmi, Pengelolaan Kesiapan Belajar Anak Masuk Sekolah
Dasar, Jurnal Tabrani, Vol. 3, No. 01, 2017.

Mutia Rahma Setyani dan Ismah, Analisis Tingkat Konsentrasi Belajar Peserta
didik dalam Proses Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Hasil
Belajar, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 1, 2018.

M. Idrus Hasibuan, Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and


Learning), Jurnal Logaritma, Vol. II, No. 01, 2014.
84

M. Shabir U, Kedudukan Guru sebagai Pendidik, Jurnal Auladuna, Vol. 2, No. 2,


2015.

Muhammad Irham dan Novan Andi Wiyani, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:


ArRuzz Media, 2013).

Muhammad Kaidir, Strategi Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Belajar


Peserta didik Pada Mata Pelajaran PAI di SMP N 33 Makassar,(Skripsi).
Jurusan PAI. Fakultas Agama Islam. Universitas Muhamadiyah Makassar:
2019.

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


2013),
Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak, (Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 2011).

Ridwan Abdullah Sani, InovasiPembelajaran, (Cet, II; Jakarta: BumiAksara,


2014)

Rikha Sartika Dewi, Metode Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini,
(Tasikmalaya: Edu Publisher, 2018).

Roida Eva Flora Siagian, Pengaruh Minat dan Kebiasaan Belajar Peserta didik
terhadap Prestasi Belajar Matematika, Jurnal Formatif, Vol. 2, No. 2,
2016

Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015)

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010).

Siti Aisyah Abbas, Kedudukan Guru sebagai Pendidik, Jurnal Pendidikan Studi
Islam, Vol. 1, No. 1, 2017.

Siswo Pangarso, Jurus Jitu Mendampingi Belajar Anak Usia Emas, (Jakarta:
Gramedia, 2017).

Sumadi Suryabrata, Psikolog Pendidikan, (Cet, XVIII; Jakarta: PT Raja Grafindo,


2011).

Stefanus M. Marbun, Psikologi Pendidikan, (Ponorogo: Uwais Inspirasi


Indonesia, 2018).

Sumadi Suryabrata, PsikologPendidikan, (Cet, XVIII; Jakarta: PT Raja Grafindo,


2011).
85

Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2017).

Supriyanto, Analisis Kesulitan Belajar Peserta didik dalam Pembelajaran


Sejarah, Jurnal Swarnadwipa, Volume 2, Nomor 1, 2018.

Rikha Sartika Dewi, Metode Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini,
(Tasikmalaya: Edu Publisher, 2018)

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


2013),

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


(Jakarta: Kencana, 2010).

Yenni Suzana dan Imam Jayanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Malang,
Literasi Nusantara, 2021).
86

Lampiran 1

Pedoman Wawancara

Untuk Guru

1. Bagaimana kedaaan peserta didik di kelas saat pembelajaran berlangsung ?


2. Apakah bapak memberikan motivasi terlebih dahulu sebelum melakukan
pembelajaran berlangsung ?
3. Apa yang dilakukan jika ada anak yang tidak memperhatikan pelajaran ?
4. Apakah bapak selalu mengadakan tanya jawab kepada peserta didik
5. Bagaimana cara yang bapak lakukan untuk mengatasi kesulitan – kesulitan
tersebut ?

Untuk Peserta Didik

1. Apa anda menyukai mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam


2. Apa kesulitan anda jika mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
disampaikan?
3. Penyampaian seperti apa yang anda suka ketigka guru mengajar mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berlangsung?
4. Apakah anda suka membaca pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam?
5. Mengapa anda suka membaca pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam?
6. Mengapa anda tidak suka membaca pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam?
87

Lampiran 2

Anda mungkin juga menyukai