Oleh :
PERSETUJUAN PEMBIMBING
telah memenuhi syarat – syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke
Pembimbing I Pembimbing II
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
telah memenuhi syarat – syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
iii
iv
ABSTRAK
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak bisa
belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan
dalam belajar. Seorang guru harus mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar yang dialami oleh peserta didik sebelum memikirkan bantuan, agar
masalah yang dihadapi peserta didik bisa diminimalisir bahkan dapat terselesaikan
dengan sebaik-baiknya
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Faktor apa yang
menyebabkan kesulitan belajar peserta didik di Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren DDI Galesong Baru Makassar dan Bagaimana Strategi Guru Sejarah
Kebudayaan Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar. Tujuan penelitian ini
Untuk mengetahui bagaimana Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik Pondok Pesantren DDI Galesong Baru
Makassar. Untuk mengetahui bagaimana Faktor penghambat dan pendukung
strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Peserta Didik Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Faktor yang menyebabkan
kesulitan belajar peserta didik kesulitan itu muncul pada dasarnya terjadi pada diri
masing – masing peserta didik memang tidak semua peserta didik mengalami
kesulitan yang sama akan tetapi menumbuhkan minat membaca pada diri peserta
didik itu dirasa sedikit sulit, melihat jaman sekarang sosial media lebih unggul
dan mampu mempengaruhi minat dari peserta didik. Strategi Guru Sejarah
Kebudayan Islam dalam mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik guru harus
menguasai materi untuk meningkatkan minat belajar peserta didik adalah dengan
sesuai silabus dan RPP. Selain sesuai dengan silabus dan RPP guru harus
menguasai materi dalam menyampaikan materi dan meruntutkan materi yang akan
disampaikan kepada peserta didik agar dalam pembelajaran berjalan dengan baik
serta memberikan motivasi.
iv
v
ABSTRACT
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan limpahan
rahmat dan kasih sayang-Nya kepada semua makhluk-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan dengan baik tugas skripsi yang menjadi salah satu persyaratan
Indonesia.
Muhammad SAW yang telah membawa risalah keilahian dan telah mengarahkan
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
Indonesia. Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
Berbagai kendala dan tantangan yang penulis hadapi memang tidak mudah
Alhamdulillah semuanya dapat dilalui. Oleh karenanya itu dalam kesempatan ini,
1. Kedua orang tua penulis ayahanda Saifudin, SE dan Ibunda Dra. Harliati
vi
vii
kesuksesan penulis.
2. Bapak Prof. Dr. H. Basri Modding, SE., M.Si selaku Rektor Universitas
Muslim Indonesia.
vii
viii
8. Kepada seluruh pihak yang telah ikut serta membantu dalam penyusunan
viii
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
B. Landasan Teori............................................................................... 15
2. Strategi Guru............................................................................. 17
4. Kesulitan Belajar...................................................................... 26
ix
x
C. Pembahasan ......................................................................................... 65
A. Kesimpulan .......................................................................................... 71
B. Saran .................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 74
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
mengubah kebudayaan yang dimiliki Peserta didik. Maka disini pendidikan akan
agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota
didik menjadi dewasa, karena itu pendidikan pada dasarnya merupakan usaha
guru dengan penuh tanggung jawab membimbing Peserta didik menjadi dewasa.
Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran dimana ada guru yang
Pendidikan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia, tidak ada manusia di dunia ini yang hidup tanpa pendidikan. Adapun
pada keberhasilan yan diraihnya, dan guru merupakan sosok yang menjadi bagian
surah An-nahl/16:125
َ َّك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗ ُن اِ َّن َرب
ك َ ِّع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب
ُ اُ ْد
َض َّل ع َْن َسبِ ْيلِه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين
َ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن
Terjemahnya:
perumpamaan yang sesuai dengan taraf mereka sehingga mereka sampai kepada
kebenaran melalui jalan terdekat yang paling cocok untuk mereka. Debatlah Ahli
al-Kitab yang menganut agama-agama terdahulu dengan logika dan retorika yang
halus, melalui perdebatan yang baik, lepas dari kekerasan dan umpatan agar
mereka puas dan menerima dengan lapang dada. Itulah metode berdakwah yang
2
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Darus Sunnah, 2013),
h.281.
3
Tempuhlah cara itu dalam menghadapi mereka. Sesudah itu serahkan urusan
mereka pada Allah yang Maha Mengetahui siapa yang larut dalam kesesatan dan
menjauhkan diri dari jalan keselamatan, dan siapa yang sehat jiwanya lalu
Menurut Darji Darmodiharjo yang dikutip oleh Marno penulis buku yang
Tugas seorang guru sebagai penjabaran dari misi dan fungsi yang
diembangnya, minimal ada tiga: mendidik, mengajar, dan melatih. Tugas
mendidik lebih menekankan pada pembentukan jiwa, karakter dan
kepribadian berdasarkan nilai-nilai. Tugas mengajar lebih menekankan
pada pengembangan kemampuan penalaran dan tugas melatih menekankan
pada pengembangan kemampuan penerapan teknologi dengan cara melatih
berbagai keterampilan.4
setiap individu, tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar, adakalanya mereka
sulit dalam menangkap pembelajaran yang telah disampaikan guru ataupun yang
telah tertulis di dalam buku. Pada tingkat tertentu memang ada Peserta didik yang
dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Dalam
proses belajar mengajar di sekolah, Peserta didik diharapkan dapat belajar dan
belajar. Kesulitan belajar yang dialami peserta didik merupakan masalah yang
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Volume 15), (Jakarta: Lentera Hati, 2017),
h.400.
4
Marno, Strategi dan Metode Pengajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 19.
4
peserta didik sangat mungkin akan bersifat menetap atau mungkin juga hanya
sementara dan berlangsung dalam kurun waktu tertentu, baik sebentar atau dalam
kurun waktu yang lama. Lama atau tidaknya peserta didik mengalami kesulitan
belajar akan sangat tergantung oleh banyak faktor termasuk faktor individu
peserta didik , yaitu usaha mengatasi kesulitan belajar akan berbeda-beda yang
peserta didik.5 Tetapi pada kasus tertentu, karena anak didik belum mampu
mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat
diperlukan oleh anak didik. Disinilah tugas seorang guru sangat dibutuhkan yakni
mendidik, mengajar dan melatih. Agar peserta didik dapat mengatasi kesulitan
belajar yang dialaminya. Selain itu seorang guru harus mengetahui faktor-faktor
kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik sebelum memberikan bantuan,
agar masalah yang dihadapi Peserta didik tersebut dapat terselesaikan dengan
sebaik-baiknya.
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak bisa
belajar yang dialami oleh peserta didik sebelum memikirkan bantuan, agar
masalah yang dihadapi peserta didik bisa diminimalisir bahkan dapat terselesaikan
dengan sebaik-baiknya.
5
Muhammad Irham, Psikologi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 257.
6
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), h.201
5
bermain.7 Masalah kesulitan belajar dihadapi oleh setiap jenjang sekolah. Sekolah
bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berjalan lancar, adakalanya mereka
sulit dalam menangkap pembelajaran yang telah disampaikan guru ataupun yang
telah tertulis di dalam buku. Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang
dapat mengatasi kesulitan belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Dalam
proses belajar mengajar di sekolah, peserta didik diharapkan dapat belajar dan
hambatan dan kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami peserta didik
merupakan masalah yang begitu penting dan perlu mendapatkan perhatian karena
pada seorang peserta didik sangat mungkin akan bersifat menetap atau mungkin
juga hanya sementara dan berlangsung dalam kurun waktu tertentu, baik sebentar
atau dalam kurun waktu yang lama. Lama atau tidaknya Peserta didik mengalami
kesulitan belajar akan sangat tergantung oleh banyak faktor termasuk faktor
peserta didik.8
Tetapi pada kasus tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi
kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh
anak didik. Disinilah tugas seorang guru sangat dibutuhkan yakni mendidik,
mengajar dan melatih. Agar peserta didik dapat mengatasi kesulitan belajar yang
belajar yang dialami oleh peserta didik sebelum meberikan bantuan, agar masalah
Kebudayaan Islam yang luas, maka guru adalah salah satu unsur yang berperan
dalam keberhasilan peserta didik untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Hal ini
sebagai alternatif untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Menerapkan suatu strategi yang tepat dalam
baik. Dengan adanya strategi dari guru dalam mengatasi kesulitan belajar,
lokasi penelitian karena peneliti melihat peserta didik masih kesulitan belajar,
Bapak Rizaldi Gunawan, S.Hum sebagai guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) mengatakan bahwa metode yang digunakan saat proses belajar ialah
metode ceramah yang monoton. Beliau juga mengatakan bahwa sarana yang
dulunya mendukung akan tetapi sekarang sudah tidak lagi, seperti penggunaan
LCD yang tidak semua kelas bisa digunakan karena ada yang rusak, buku paket
yang tidak semua peserta didik dapat pegang, karena ketika belajar sejarah
pastinya kita juga dituntut untuk membaca. Buku LKS yang ada hanya sebagai
Maka dari hasil observasi yang peneliti lakukan disana menunjukan bahwa
sebelum memulai pembelajaran hal pertama yang dilakukan oleh guru yaitu
melihat situasi, kondisi dan karakter kelas baik dari Peserta didik maupun
didik dalam belajar adalah menggunakan metode, media, dan teknik yang sesuai
tergerak untuk mengkaji permasalahan yang ada pada lembaga tersebut. Sesuai
1. Rumusan Masalah
2. Batasan Masalah
akan tercapai.
1. Tujuan Penelitian
9
Makassar.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Ilmiah
lanjut.
b. Kegunaan Praktis
a) Bagi Guru
mengajar.
pembelajaran.
c) Bagi peneliti
mengajar.
d) Bagi Madrasah
1. Pengertian Judul
11
Demi tujuan tersebut maka peningkatan kualitas guru adalah hal yang
c. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat
gangguan belajar tertentu yang dialami oleh Peserta didik atau anak didik.
strategi belajar Peserta didik, sehingga tidak semua Peserta didik dapat
yang dihasilkan oleh umat Islam untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan
manusia.
2. Defenisi Oprasional
12
didik pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga peserta didik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pemilihan metode, media, dan sumber belajar (2) Pelaksanaan guru dalam
didik masuk kelas dan guru memulai pembelajaran dengan salam. (3)
didik memahami materi yang disampaikan bisa berupa tes tulis maupun tes
tentang strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar Peserta didik pada
9
Yuswita Lutfi Na’Idah, Strategi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Mata
Pelajarn Sejarah Kebudayaan Islam di MTS Ma’Arif Sudimoro Pacitan. Jurusan PAI. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Tulungagung: 2016.
14
sarana dan prasarana di sekolah serta karakter dan keadaan guru maupun
B. Landasan Teori
dari masa lampau hingga masa kini. Sebagai generasi umat Islam, perlu untuk
sehingga sampai sekarang. Hal ini bertujuan untuk menambah dan meningkatkan
Apabila digambarkan secara sistematik, sejarah hampir sama dengan pohon, yang
memiliki cabang dan ranting, bermula dari sebuah bibit kemudian tumbuhan
16
berkembang. Lalu layu dan tumbuh, seirama dengan kata sejarah adalah silsilah,
oleh segolongan rakyat melawan golongan yang lain dengan akibat timbulnya
pertukangan dan pada umumnya, tentang segala perubahan yang terjadi dalam
yaitu bentuk jamak dari kata buddhi, yang artinya budi atau akal. Budaya juga
diartikan sebagai daya dari budi yang berupa cipta, rasa, karsa dan rasa manusia.
dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari
perkembangan masyarakat Islam pada masa pada masa nabi Muhammad Saw dan
11
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h.1-2
12
Murodi, Sejarah kebudayaan Islam Madrsah Tsanawiyah kelas VIII, (Semarang:
PT.Karya Toha Putra, 2010), hal. 4
17
Islam di Indonesia.
suatu peristiwa atau kejadian masa lampau pada diri individu masyarakat untuk
2. Strategi Guru
a. Pengertian Strategi
Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang di lakukan
oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Dalam kamus besar
bahasa indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus (yang diinginkan).13 Menurut Joni strategi adalah suatu
sebagai cara penggunaan seluruh sumber daya dan kekuatan untuk memenangkan
suatu peperangan. Secara bahasa, strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu
13
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 1340.
18
berbagai situasi termasuk untuk situasi pendidikan. Adapun secara istilah, strategi
memerlukan wawasan yang mantap dan utuh tentang kegiatan belajar mengajar.
b. Macam-macam Strategi
secara verbal oleh seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan
maksud agar Peserta didik mampu untuk memguasai materi pelajaran dengan
Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis
14
Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer, (Yogyakarta: Diva Press, 2019), h.
32.
15
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2015), h.
174-177.
19
untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang
Pada dasarnya yaitu pendidikan nilai yang berarti suatu konsep dalam
dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran
16
Lahadisi, Inkuiri: Sebuah Strategi Menuju Pembelajaran Bermakna Jurnal Al-Ta’dib,
Vol. 7, No. 2, 2014, h. 89.
17
M. Idrus Hasibuan, Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning),
Jurnal Logaritma, Vol. II, No. 01, 2014, h. 3.
18
Chomaidi dan Salamah, Pendidikan dan Pengajaran Strategi Pembelajaran di Sekolah,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2018), h. 229.
20
a. Pengertian Guru
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Di dunia
pendidikan, istilah guru bukanlah hal asing. Menurut pandangan lama, guru
adalah sosok manusia yang patut “diguguh” dan “ditiru”. “Diguguh” dalam arti
segala ucapannya dapat dipercayai. “Ditiru” dalam arti segala tingkah lakunya
harus dapat menjadi contoh atau teladan bagi masyarakat. 19 Guru merupakan
yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan juga
yang dimilikinya ia dapat menjadikan peserta didik menjadi orang yang cerdas. 21
tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga
pelajaran dan sekaligus sebagai pendidik agar anak pintar dan juga berakhlak
mulia (terpuji). Jadi, jelas seorang pemimpin mempunyai tugas sebagai manajer
19
Khusnul Wardan, Guru sebagai Profesi, (Yogyakarta: Deepublish, 2019), h. 31.
20
Ibid, h. 108-109.
21
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 112.
21
yang menggerakkan semua orang yang terkait agar dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik.
Disisi lain, guru masa depan tidak tampil lagi sebagai pengajar (teacher)
seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih
potensi-potensi yang dimiliki anak didik tersebut agar terwujud generasi manusia
b. Peran Guru
peranan yang sangat penting walaupun unsur-unsur lain ada seperti; kurikulum,
tata usaha, dan sarana prasarana juga dapat mendukung kualitas pembelajaran
tersebut. Namun, peran aktif seorang guru sebagai pemimpin di kelas sangat
dibutuhkan. Sebab guru merupakan “motor penggerak” bagi para peserta didik.
22
Heriyansyah, Guru adalah Manajer Sesungguhnya di Sekolah, Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, Vol. I, No.1, 2018, h. 119.
22
Guru harus mampu mengatur dan menstimulir para peserta didiknya dalam
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh dan panutan bagi para peserta
terjadi proses pelestarian dan penerusan nilai. 23 Oleh karena itu, guru harus
memahami nilai, norma moral dan sosial serta berusaha berperilaku sesuai
dengan nilai dan norma yang ada. Selain itu, guru juga harus bertanggung
Dengan adanya tanggung jawab, wibawa, dan disiplin maka seorang guru
akan memiliki kualitas dalam mendidik peserta didiknya dan mampu menjadi
Peran guru selain menjadi seorang pendidik adalah sebagai pengajar. Guru
peserta didik dengan ilmu pengetahuan. Guru membantu peserta didik yang
23
M. Shabir U, Kedudukan Guru sebagai Pendidik, Jurnal Auladuna, Vol. 2, No. 2, 2015,
h. 224.
23
mengembangkan bakat yang telah dimiliki. Seorang guru tidak hanya sebagai
baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan
24
Helda Jolanda Pentury, Pengembangan Kreativitas Guru dalam Pembelajaran Kreatif
Pelajaran Bahasa Inggris, Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4, No. 3, 2017, h. 266.
25
Siti Aisyah Abbas, Kedudukan Guru sebagai Pendidik, Jurnal Pendidikan Studi Islam,
Vol. 1, No. 1, 2017, h. 17.
24
peserta didik secara optimal baik fisik maupun psikis. Kinerja guru dalam
hangat terhadap peserta didik, sehingga peserta didik merasa betah untuk
pikiran orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi dirinya
merasakan dan melayani apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh peserta
26
M. Ali Nurhasan Islamy, Penerapan senyum Pustakawan sebagai Keterampilan Sosial
di Perpustakaan, Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Volume XI, Nomor 2, 2015, h. 45.
25
respect terhadap dirinya. Peserta didik dengan perlakuan oleh guru yang
kesungguhan.
masa depan peserta didik yang lebih baik (visioner), dan memberikan
27
Hendro Widodo, Pengembangan Respect Education melalui Pendidikan Humanis
Religius di Sekolah, Jurnal Lentera Pendidikan, Vol. 21, No. 1, 2018, h. 112.
28
Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 98.
26
person).
menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Untuk analisis guru sebagai
pendidik dan pengajar maka kemampuan guru yang banyak hubungannya dengan
usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat digolongkan ke dalam empat
melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar, (3) menilai
kemajuan proses belajar mengajar, dan (4) menguasai bahan pelajaran yaitu
4. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang tampak pada peserta didik yang
ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau di bawah rata-rata yang
ditetapkan.30 Fenomena kesulitan belajar seorang anak didik biasanya tampak jelas
29
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 84.
30
Stefanus M. Marbun, Psikologi Pendidikan, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
2018), h. 123.
27
belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku anak didik
Masalah kesulitan belajar ini dapat dialami oleh setiap peserta didik dan
masalah ini bukan suatu masalah yang ringan, karena banyak faktor yang menjadi
penyebab terjadinya kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Untuk itu
solusi atau pemecahan masalah tidak lepas dari faktor penyebabnya. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu hambatan
atau gangguan belajar yang dialami peserta didik yang ditandai dengan
Kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States Office
kesulitan mengeja, dan kesulitan berhitung. Menurut Ratna Yudhawati dan Dany
a) Kekacauan Belajar
28
didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran tertentu, tetapi harus
b) Ketidakmampuan Belajar
belajar yang mengacu pada gejala dimana peserta didik tidak mampu
perhatian dan dorongan orang tua yang kurang mendukung atau masalah
31
Asrorul Mais, Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Jember: Pustaka
Abadi, 2018), h. 164.
32
Supriyanto, Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah, Jurnal
Swarnadwipa, Volume 2, Nomor 1, 2018, h. 16.
29
proses belajar yang tidak berfungsi dengan baik karena adanya gangguan
syaraf otak sehingga terjadi gangguan pada salah satu tahap dalam proses
secara keseluruhan.
Slow Learner atau lambat belajar adalah peserta didik yang lambat
e) Kurang Termotivasi
termotivasi untuk belajar. Hal ini bermula dari sebuah potensi inteligensi
Cara mengatasi kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri peserta
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Wasty Soemanto dalam
kondisi badan yang sehat. Orang yang badanya sakit akibat penyakit-
penyakit tertentu serta kelelahan tidak akan dapat belajar dengan efektif”.35
b) Membangkitkan minat pada diri sendiri , alam setiap belajar dan berusaha
mengetahui tujuan belajar secara jelas. Tanpa adanya minat dan tujuan dalam
belajar maka hasilnya tidak akan dapat dicapai secara maksimal. Seorang
35
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Cet. V; Jakarta: Bina Aksara, 2011), h. 115.
31
menarik minat seseorang akan dapat dipelajari dengan sebaik- baiknya dan
sebaliknya bidang studi yang tidak sesuai dengan minatnya tidak akan
anak mempunyai bakat dan dia aktif mengikutinya, maka anak akan lebih
mengatur waktu seseorang dapat membiasakan disiplin diri dalam segala hal.
berlangsung.
belajar sendiri, anak dapat belajar sepuasnya tanpa ada gangguan dari luar,
Cara mengatasi kesulitan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik
Dalam penataan ruang kelas, panjang kelas hendaknya jangan lebih dari
belakang masih bisa membaca tulisan di papan tulis dan mendengarkan suara
b) Peralatan pengajaran
c) Pendidik (guru)
hadapi dalam belajar dapat teratasi, selain itu juga dapat memotivasi peserta
contoh perbuatan yang baik pada anak, memberi waktu yang cukup untuk
belajar dan istirahat pada anak, memberikan makanan yang bergizi, karena
dengan badan yang sehat anak menjadi lebih giat belajar dan lebih cerdas
dalam berfikir.
33
uang.
f) Media Masa
TV ,majalah, kaset dan masih banyak lagi. Media masa seperti yang
pedagogis, sehingga meraka lupa akan tugas belajarnya. Oleh sebab itu
lain : kepala sekolah, guru kelas,atau guru bidang studi, orang tua dan sebagainya.
yang dilakukan oleh guru bidang studi dan dibantu oleh guru bimbingan dan
pihak lain yang diangga dapat menciptakan suasana peserta didik dengan
semangat belajar.
mengecek tepat guna dari program remedial yang dilakukan dan setiap
diadakan revisi.
diluar kemampuan atau wewenang guru. Transfer khusus semacam ini bisa
dilakukan kepada orang lain atau 37lembaga lain seperti psikologis, psikiater
bersangkutan.
Hal penting lain yang berkaitan dengan masalah belajar adalah faktor yang
mempengaruhi hasil belajar seseorang. Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar
yang dicapai oleh para peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni
faktor internal (faktor yang terdapat dalam diri peserta didik itu sendiri) dan faktor
eksternal (faktor yang terdapat di luar diri peserta didik). Secara garis besar
peserta didik dapat dikelompokkan menjadi dua macam.38 Berikut ini faktor-faktor
a) Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak
seseorang meliputi:
37
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar Di sekolah, (Cet. IV ;
Surabaya: Usaha Nasional, 2012), h. 54.
38
Muhammad Irham dan Novan Andi Wiyani, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta:
ArRuzz Media, 2013), h. 264-266.
35
b) Daya ingat rendah, Daya ingat rendah seseorang sangat memengaruhi hasil
belajar dengan keras namun mempunyai daya ingat yang di bawah rata-rata
hasilnya akan kalah dengan anak yang mempunyai daya ingat tinggi. Hasil
indra.40 Seseorang yang mengalami cacat mata tentu akan merasa kesulitan
yang menderita tuna rungu, tentu ia akan kesulitan mempelajari pelajaran seni
musik dan hal-hal yang berhubungan dengan suara. Seorang peserta didik
pada anak.
d) Usia anak Usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
gangguan belajar pada anak. Perkembangan pada masa awal anak akan
40
Husnul Khotimah, Meningkatkan Atensi Belajar Siswa Kelas Awal melalui Media
Visual, Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 8, No. 1, 2019, h. 21.
41
Moh. Faiziddin dan Mufarizuddin, Useful of Clap Hand Games for Optimalize
Cognitive Aspect in Early Chilhood Education, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 2, No. 2,
2018, h. 163.
36
diberikan di SD, meskipun tidak menuntut kemungkinan ada anak yang belum
guru.
e) Jenis kelamin, Jenis kelamin juga memengaruhi hasil belajar anak. Konsep
gender berkaitan dengan sifat dan watak terutama perasaan terhadap diri
mudah belajar yang berhubungan dengan ilmu sosial dibanding ilmu pasti
dalam waktu yang lama dan mempunyai ciri aktivitas bagi individu.42 Seorang
anak yang terbiasa belajar dengan kata lain ada jadwal tertentu setiap harinya
juga akan mengalami perbedaan prestasi dengan anak yang belajar tidak
tertentu setiap harinya (tidak terjadwal). Rutinitas yang terjadi setiap harinya
akan membentuk pola berpikir yang berbeda dengan anak yang dibiarkan
begitu saja. Karena rutinitas belajar tidak dijalankan akan terasa ada yang
kurang, sehingga membentuk kedisiplinan pada anak untuk selalu belajar dan
belajar.
42
Roida Eva Flora Siagian, Pengaruh Minat dan Kebiasaan Belajar Siswa terhadap
Prestasi Belajar Matematika, Jurnal Formatif, Vol. 2, No. 2, 2016, h. 127.
37
sebagai kecakapan yang terdiri dari tiga jenis kecakapan yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan
yang cepat) dan perilaku yang tampak (misalnya tersenyum dan ringisan).43
Dengan emosi, seseorang dapat merasakan cinta, kasih sayang, benci, aman,
cemburu, rasa takut, dan semangat. Emosi itulah yang akan membantu
i) Motivasi atau cita-cita Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri
seseorang yang entah disadari atau tidak untuk melakukan suatu tindakan
43
Rikha Sartika Dewi, Metode Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini,
(Tasikmalaya: Edu Publisher, 2018), h. 11.
38
sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Motivasi yang tinggi
tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai kesuksesan
konsentrasi pada anak yang sedang belajar. Anak dengan konsentrasi tinggi
untuk belajar akan tetapi belajar meskipun banyak faktor memengaruhi seperti
seseorang tidak bisa memiliki konsentrasi untuk belajar, hal yang mudah pun
akan terasa sulit untuk dipelajari. Apalagi pelajaran yang sulit tentu akan
k) Rasa percaya diri rasa percaya diri merupakan modal belajar yang sangat
perjalanan belajar pun tidak ada semangat untuk meraih apa yang diinginkan.
44
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.
72.
45
Mutia Rahma Setyani dan Ismah, Analisis Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa dalam
Proses Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Hasil Belajar, Jurnal Pendidikan Matematika,
Vol. 1, No. 1, 2018, h. 75.
39
seseorang telah siap untuk melakukan suatu kegiatan.46 Oleh karena itu, setiap
usaha belajar akan lebih berhasil bila dilakukan bersamaan dengan tingkat
kematangan seseorang.
1) Faktor eksternal
a) Lingkungan keluarga
1. Orang tua anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua
46
Mohamad Rifai dan Fahmi, Pengelolaan Kesiapan Belajar Anak Masuk Sekolah
Dasar, Jurnal Tabrani, Vol. 3, No. 01, 2017, h. 132.
47
Siswo Pangarso, Jurus Jitu Mendampingi Belajar Anak Usia Emas, (Jakarta: Gramedia,
2017), h. 148.
40
b) Lingkungan sekolah
49
Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak, (Jakarta: Perpustakaan Nasional,
2011), h. 32.
50
Junita Lisda Lisa, Analisis Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas VII SMP 15 Kota Bengkulu, Jurnal Ilmiah Korpus, Vol. 2, No. 3, 2018, h. 271.
41
didik kurang baik, seperti ada jarak karena sakit, tidak akrab, dan
mengajar.
Jika dalam satu hari ada tiga guru yang memberikan PR dan harus
mengerjakan.
c) Lingkungan masyarakat
anak bergaul.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan inti dari teori yang telah dikembangkan yang
diteliti. Kerangka pikir yang baik akan menjelaskan teoritis antara variabel yang
akan diteliti. Untuk itu sesuai dengan judul peneliti yang akan membahas tentang
Peserta Didik Madrasah Aliyah Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar:
44
Kerangka Pikir
Strategi
1. Strategi pembelajaran
ekspositori
2. Strategi pembelajaran inquiry
3. Strategi Pembelajaran
4. Strategi pembelajaran afektif
Kesulitan Belajar
1. Kekacauan belajar
2. Ketidak mampuan belajar
3. Kurang memahami pelajaran
4. Peserta didik lamban
5. Kurang termotivasi
Mengacu dari kerangka pikir di atas maka ada beberapa jenis strategi
pembelajaran yang dapat di lakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan belajar
peserta didik baik itu berasal dari dalam diri maupun dari luar diri peserta didik,
yaitu :
Strategi ini di digunakan untuk membantu peserta didik yang tidak mampu
Strategi ini di digunakan untuk membantu peserta didik agar dapat berpikir
kritis dan menganalisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
atau pemahaman yang mendalam tentang sesuatu masalah yang dihadapi, yang
tampak dalam bentuk data kualitatif, baik berupa gambar, kata, maupun kejadian
penelitian ini berupa kata-kata atau tindakan dari orang yang di wawancara,
penelitian yang dibahas oleh peneliti yaitu mengenai Strategi Guru dalam
1. Lokasi Penelitian
Kelas XII b
2. Waktu Penelitian
C. Fokus Penelitian
menentukan focus masalah yang akan diteliti yaitu tentang Strategi Guru dalam
Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar. Adapun informan yang akan
diwawancarai yaitu guru SKI, Kepala Sekolah dan beberapa Peserta didik.
1. Observasi
dilakukan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan peserta didik dalam
teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan
situasi sedang terjadi.53 Jadi observasi ini di fokuskan pada peserta didik kelas
52
Abdullah Sani. Ridwan, Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan Profesi Guru, (Cet.
I: Tanggerang ; Tsmart Printing, 2016), h. 62.
53
Ibid, h. 70.
49
dan Guru bidang studi SKI di MA Pondok Pesantren DDI Galesong Baru
Makassar.
2. Wawancara
dengan fokus penelitian. Wawancara ini dilakukan dengan Guru Bidang Studi
3. Dokumentasi
yang penting, menyusun atau menyajikan data sesuai dengan masalah penelitian
54
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online), ”Dokumentasi”
http://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-dokumentasi.html, (diakses pada 9
februari, pukul 19.01).
50
dalam bentuk laporan dan membuat kesimpulan agar mudah dipahami ada empat
Reduksi
Data
Penarikan/
Verifikasi
Kesimpulan
pengumpulan data adalah langka utama dan paling penting untuk penelitian,
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti
yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada
teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka
51
merupakan sesuatu yang terpisah dari analisis, akan tetapi merupakan bagian
upaya penelitian untuk mendapatkan gambaran dan penafsiran dari data yang
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mungkin juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
BAB IV
naungan Kementerian Agama RI. MA DDI Galesong baru di dirikan pada tahun
1969 oleh beberapa tokoh DDI (Darul Da’wah Wal Irsyad) Kota Makassar, salah
DDI Galesong Baru Makassar berada pada lokasi yang sangat strategis yaitu di
pusaran Jantung Kota Makassar tepatnya di Jl. Yos Sudarso Lr. 154/A No. 17,
pendidikan yang bermutu, dengan cara membina dan menciptakan generasi islam
Tabel 4.1
Kepemilikan Tanah
Wakaf
1. Status Tanah
2. Luas Tanah 338 M2
a) Visi
b) Misi
55
Mutmainna, Tata Usaha Sekolah (TU), Profil Sekolah dan Visi Misi, Observasi, 25
Desember 2022.
55
Tabel 4.2
Makassar
Tabel4.2
Data Guru dan Tenaga Pendidik di Pondok Pesantren DDI Galesong
Baru Makassar
No Nama Jabatan
1 Ahmad Taslim,S.Ag.,M.Si Kepala Madrasah
2 Nurlina,S.Pd Wakamad Kurikulum
3 Abrar,S.Pd Wakamad Ke Peserta didikan
4 Dita Hamsinah,S.E Bendahara Dana Bos
5 Mutmainna,S.Q Kepala Tata Usaha
6 Muslimin M,S.Pd Operator/SarPras
7 Chaerah,S.Pd.I Wali Kelas X (Sepuluh)
8 Rizaldy Gunawan,S.Hum Wali Kelas XI (Sebelas)
9 Miftahul Khaerat,S.Pd Wali Kelas XII (Dua belas)
10 Soyan,S.pd Guru Mapel Seni Budaya
11 Mardia Najamuddin,S.Ag Guru Mapel Al-Qur’an Hadis
12 M. Yunus, S.Pd Guru Mapel Ekonomi
13 Kurnia,S.E.,M.Si Guru Mapel Ekonomi
14 Nasrah,S.Pd Guru Mapel Bahasa Indonesia
15 Darmi.S.S Guru Mapel PKN
16 St. Musdalifah,S.Pd Guru Mapel Prakarya
17 Rosalia,S.S Guru Mapel Bahasa Arab
18 St. Mila Darmilah,S.Pd Guru Mapel Bahasa Inggris
57
Makassar dari kelas X, XI dan XII berjumlah 98 peserta didik, berikut data table
Tabel 4.3
Jumlah Keseluruhan peserta didik pada MA DDI Galesong Baru Makassar
N0 Kelas L P Jumlah
1 X (Sepuluh) 20 19 39
2 XI (sebelas) 15 14 29
3 XII (Duabelas) 22 8 30
JUMLAH 57 41 98
Sumber : Dokumen dan Data Pondok Pesantren DDI Galesong Baru
B. Hasil Penelitian
aspek kognitif, afektif, dan pasikomotorik, yang mana harus dilakukan secaran
seimbang agar tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat tercapai seperti apa yang
yang mendukung proses pendidikan yang berlangsung. Salah satunya adalah dari
dalama pembelajaran.
Akan tetapi aktifitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat
kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-
hari dalam kaitannya dengan aktifitas belajar. Begitu juga di Pondok Pesantren
DDI Galesong Baru Makassar, dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam pun
peserta didik juga masih ada yang mengalami kesulitan dalam belajar mata
pelajaran tersebut.
jelas terlihat. Kurangnya minat peserta didik dibuktikan dengan ketika guru
memberikan tugas untuk dikerjakan banyak peserta didik yang hanya diam dan
mengganggu peserta didik yang lain mengerjakan. Minat belajar peserta didik
yang rendah salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan dari peserta didik itu
sendiri, kemampuan peserta didik dalam menyerap materi yang disampaikan oleh
guru. Setiap peserta didik memiliki perbedaan dalam menyerap materi yang
59
disampaikan oleh guru, ada peserta didik yang langsung faham ketika
menyampaikan materi dan ada peserta didik yang harus berulang – ulang. Ketika
materi pembelajaran ini sulit dan malas untuk mempelajarinya, ini mengakibatkan
minat peserta didik untuk belajar materi SKI menurun. Hal ini senada dengan
SKI, bahwasanya faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik dalam
pembeljaran SKI adalah faktor dari peserta didik itu sendiri. Hal itu dapat dilihat
ketika peneliti melakukan pengamatan di dalam kelas, terlihat peserta didik malas
dan sering bermain sendiri ketika guru menjelaskan materi di depan kelas,
terutama peserta didik perempuan yang duduk dibangku nomor dua dari belakang.
optimal dalam belajar dikelas. Oleh karena itu, peran guru sebagai motivator
dalam mengajar di kelas perlu dilakukan dan dioptimalkan. Selain itu banyaknya
Tidak adanya minat pada anak akan menimbulkan kesulitan belajar pada
anak. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya,
tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan bahkan banyak
56
60
menimbulkan problem pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi
proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan. Ada tidaknya minat terhadap
sesuatu pelajaran dapat terlihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidak
Adapun hasil yang diperoleh pada saat pengamatan adalah ketika guru
mengajar, ada beberapa peserta didik yang kurang begitu senang, peserta didik
tersebut juga terlihat malas memperhatikan gurunya. Hal ini sesuai dengan
SKI dan beranggapan bahwa pembelajaran SKI membosankan. Hal ini akan
berdampak negatif pada prestasi belajar peserta didik, karena jika peserta didik
sudah tidak senang lagi belajar SKI maka peserta didik itu sudah tidak
bersemangat untuk belajar. Adapun peserta didik yang memahami pelajaran SKI
karena peserta didik tersebut suka dengan pembelajaran SKI dan senang dengan
gurunya, bahkan ada juga yang senang karena itu cita – citanya. Sedangkan
peserta didik yang tidak senang belajar SKI adalah disebabkan oleh ketidak
pahaman peserta didik terhadap mata pelajaran SKI, sehingga peserta didik
merasa malas belajar, malas mengerjakan tugas dan lain sebagainya yang
berdampak buruk terhadap prestasi belajar peserta didik. Sesuai hasil wawancara
57
61
”Saya setengah – setengah belajar SKI kak, kadang ya senang kadang malas
juga, saya suka sama gurunya yang sabar, sering kasiki motivasi, tapi ya
kadang bosan, pelajarannya begitu begitu terus.”58
mereka pelajaran SKI membosankan peserta didik jarang sekali bahkan tidak
pernah melakukan pembelajaran di luar kelas, peserta didik juga jarang mendapat
Motivasi belajar peserta didik rendah hal ini dapat dilihat dari perhatian
peserta didik yang minim saat mengikuti pelajaran SKI serta kurang adanya
keseriusan dalam mengerjakan tugas yang diberkan oleh guru. Selain itu faktor
yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar peserta didik adalah metode yang
digunakan oleh guru, metode yang tidak menyenangkan atau hanya dengan
Sikap yang kurang positif di dalam belajar ini akan semakin nampak tidak
ada pengawasan dari guru atau orang tua. Oleh karena itu rendahnya motivasi
belajar merupakan masalah dalam belajar. Karena hal ini dapat memberikan
dampak bagi ketercapainya hasil belajar yang diharapkan. Guru serta orang tua
memiliki peran yang sangat penting menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.
didik, guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja peserta didik akan
menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif
berani mencoba metode baru yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar
yaitu adanya perhatian, kepedulian dan motivasi belajar dari orang tua sebagai
orang terdekat bagi anak. Orang tua yang kurang memperhatikan dan kurang
Orang tua adalah orang pertama yang mengenalkan agama kepada anak
sejak dalam kandungan sehingga mereka dewasa, akan tetapi ada diantara orang
tua menganggap baha pendidikan agama sudah dipelajari oleh anak ketika di
bangku sekolah.
“Orang tua ku saya kak sibuki kerja, jadi saya kurang dapat perhatian. Kadang
saya mau bimbingan ketika belajar dan buat PR, tapi orang tuaku sudah tidur,
dan kadang pergi. Jadi biasa malaskan belajar di rumah”60
Hasil wawancara dengan salah satu peserta didik yang bernama ............
mengatakan bahwa :
59
60
63
“Orang tua ku tidak pernah bertanya kenapa jarangka belajar di rumah, ada PR
atau tidak, bagaiman perkembangan sekolah ku juga. Karna sibuk ki kak sama
kerjaanya cari uang”61
Kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan materi dalam keluarga
sebagai salah satu wujud kewajiban terhadap keluarga, namun perhatian dan
motivasi terhadap perkembangan anak baik seputar pendidikan maupun orang tua
belajar peserta didik ditemukan bahwa penyebab yang terjadi kendala dalam
keberhasilan guru SKI saat berupaya untuk membantu peserta didik keluar dari
permasalahannya. Salah satu kendala yang dihadapi guru SKI dalam mengatasi
kesulitan belajar peserta didik adalah kurangnya kepedulian orang tua dengan
prestasi belajar anak yang mengakibatkan anak semakin malas untuk belajar
karena tidak ada yang memperhatikan. Hal ini dapat dibuktikan ketika guru
memberikan tugas, peserta didik jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru. Peserta didik juga jarang belajar di rumah, karena orang tua tidak
mereka kurang mendapatkan perhatian lebih terhadap sekolah mereka. Hal ini
“Saya lupa tidak mengerjakan PR kak, saya jarang sekali belajar di rumah
malas sekali belajar ku rasa. Kegiatan saya saat pulang sekolah main hp.
Orang tua ku jarang sekali menanyakan tugas sekolah saya, jadi saya sering
kelupaan kalu ada PR”62.
61
62
64
Kenyataan yang terjadi adalah orang tua peserta didik kurang peduli pada
balajar anak mereka, orang tua peserta didik hanya sebatas memfasilitasi alat tulis
menulis anak mereka, akan tetapi anak di rumah tidak diperintahkan dan juga
tidak di kontrol untuk belajar atau melaksanakan tugas sekolah. Bahkan orang tua
sama sekali tidak menanyakan tugas atau PR anak. Hal inilah yang menjadi
wakatunya untuk belajar lalu sebaliknya saat di rumah orang tua tidak mencoba
atau bermain gedget dan tidak dikontrol orang tua. Kasus di atas terjadi karena
orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak memperhatikan
belajar anak mereka dirumah, dan pada akhirnya orang tua hanya mengetahui
berbagai permasalahan anak mereka saat ke sekolah untuk menerima Raport atau
motivasi peserta didik itu sendiri, karena dengan adanya motivasi tinggi terhadap
suatu pelajarn atau kegiatan, maka peserta didik itu akan sungguh belajar.
belajar ini terbentuk karena kurangnya keinginan mereka untuk belajar dan
kurangnya keinginan mereka untuk mempelajari ilmu pengetahuan Sejarah
Kebudayaan Islam yang seharunya mereka pelajari”63
didik dalam mengungkapkan berbagai masalah mereka dalam belajar selama ini
tersebut peserta didik kurang disiplin saat mengikuti pembelajaran pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Tidak ada kesadaran diri dari peserta didik
sepertinya tidak menyadari arti penting disiplin bagi keberhasilan balajar yang
dilakukan peserta didik. Observasi peneliti dimana peserta didik tidak tepat waktu
mengerjakan tugas dan terlambat datang masuk ke dalam kelas saat belajar mata
63
66
“Di sekolah, saat belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,
masih ada Peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang diperintahkan
sama guru”64
Sejarah Kebudayaan Islam. Karena peserta didik masih banyak yang kurang
menyadari akan pentingnya disiplin bagi setiap peserta didik saat belajar mata
semua dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan
tersebut sering kandas karena sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam
belajar. Strategi guru sangat penting dalam mengatasi kesulitan belajar peserta
dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik, ada beberapa hal yang dilakukan
64
67
selaku guru SKI mengenai bentuk-bentuk pendekatan individu guru SKI dalam
perhatian atau yang biasa disebut kurang fokus adalah dengan cara memberikan
perhatian kepada peserta didik yang bersangkutan dengan harapan peserta didik
Berikut adalah hasil wawancara dari Rizaldy Gunawan selaku guru SKI
mengenai pendekatan individu kepada peserta didik yang kesulitan belajar karena
hiperaktif :
“
Kepada Peserta didik yang hiperaktif, guru melakukan pendekatan
secara individual yakni setiap saat bertemu baik di dalam kelas maupun di
luar kelas Peserta didik diajak bergaul lebih dekat dengan guru. Peserta
didik lebih banyak diberi perhatian dengan selalu memberikan sapaan atau
teguran seperti ucapan “bagaimana kabarmu ?. kabar orang tuamu ?, atau
ungkapan rasa bangga dari guru kelas dengan mengatakan “saya senang
dan bangga memiliki Peserta didik seperti kamu yang selalu suka
65
68
mendengarkan guru, Peserta didik yang sopan dan rajin belajar, tidak
nakal, Peserta didik pintar dan penyayang teman. Guru juga sering
melakukan sapaan yang disertai sentuhan seperti memegang tangan
Peserta didik, mengelus kepala, atau merangkul jika Peserta didik itu
sejenis dengan guru, sentuhan ini diikuti dengan ucapan kamu pintar,
hebat, tidak nakal, dan Peserta didik yang disiplin”66
cara diajak lebih dekat dengan guru dengan tujuan agar peserta didik tersebut
merasa diperhatikan. Karena kebanyakan peserta didik yang hiperaktif itu ketika
berbuat ulah hanya ingin diperintahkan, oleh karena itu guru bisa memberikan
perhatian, kepedulian, sentuhan, dan bahkan pujian kepada peserta didik yang
hiperaktif. Jika melakukan pendekatan seperti ini dan kemudian bisa membuat
Pendekatan guru di atas dilakukan tidak cukup sekali atau dua kali,
66
69
buku. Pada saat itu guru mengajak Peserta didik untuk berdiskusi
bagaimana caranya bisa memiliki uang untuk membeli buku”67
rendah yang disebabkan kurangnya fasilitas belajar yang dimiliki adalah dengan
cara memberikan solusi kepada peserta didik bagaimana memperoleh uang untuk
bisa membeli buku tanpa meminta uang kepada orang tua. Karena pada sekarang
ini khususnya kota makassar anak-anak pun tidak mau ketinggalan juga mencari
uang. Banyak ditemukan anak yang masih tingaktan sekolah dasar yang mencari
uang dengan berjualan kue ataupun mainan dan ada juga beberapa anak yang
pendekatan individu kepada peserta didik yang kesulitan belajar karena malas
belajar :
67
68
70
ada motivasi belajar, tidak ada dukungan dari orang tua, kurangnya minat pada
pelajaran, atau karena peserta didik tersebut tidak menyukai pelajaran tertentu
peserta didik yang malas belajar adalah dengan cara membangun komunikasi
dengan peserta didik tersebut lalu mencari tahu latar belakang penyebab peserta
didik tersebut malas untuk belajar. Jika peserta didik malas belajar karena tidak
ada dukungan dari orang tua, maka guru menghubungi keluarga peserta didik
individu kepada peserta didik yang malas belajar dan hanya senang bermain-
main, maka diberikan motivasi atau bimbingan yang lebih agar peserta didik
tersebut mau dan mempunyai semangat belajar. Guru juga harus menjelaskan
keuntungan rajin belajar dan kerugiannya jika malas belajar. Bila semua itu
belum berhasil maka guru perlu melakukan home visit atau kunjungan ke
yang mencakup pembinaan keakraban dan pre- test. Pembinaan keakraban telah
harmonis antara guru sebagai fasilitator dan peserta didik serta antara peserta
keakraban dengan peserta didiknya. Meskipun diantara sesama guru dan peserta
didik sudah saling mengenal, hal ini telah di perhatikan dan dijalankan. Suasana
ini dapat mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar, suasana
pembelajaran dimulai agar peserta didik menjadi berani bertanya jika menemukan
kesulitan belajar.
diantaranya adalah interaksi antara guru dan anak didiknya. Bila kedua faktor ini
tidak baik keadaannya, maka hasil yang dicapai tidak sempurna pula, namun
apabila baik keduanya maka target yang dicapai pasti menemui keberhasilan.
Pengamatan dikelas yaitu hubungan guru dengan peserta didik terjalin sangat
akrab. Tidak nampak guru memarahi peserta didik atau peserta didik
mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan didepan guru yang mengajar di kelas
69
72
berlangsung. Terlihat guru selalu memberikan pujian kepada peserta didik yang
berprestasi. Saat mengajar pada materi tertentu, maka guru terlihat menjawab
pertanyaan peserta didik jika peserta didik bertanya tentang materi yang belum
Islam. Sedangkan wawancara dengan Cindi Triano salah seorang Peserta didik
memberikan 5 soal kepada peserta didik. Maksud yang ingin dicapai oleh guru
tentang tingkat kemampuan peserta didik dalam belajar dapat diketahui melalui
pos tes yang diberikan. Dengan demikian untuk mengetahui keberhasilan guru
70
73
mencapai suatu tujuan. Peserta didik yang kurang mempunyai motivasi atau
bahkan tidak adanya motivasi belajar, akan sulit menerima apa yang disampaikan
Untuk mengatasi peserta didik yang kurang aktif dalam belajar, guru
memberikan reward berupa tambahan nilai kepada peserta didik yang bertanya,
diungkapkan oleh bapak Rizaldy Gunawan selaku guru sejarah kebudayaan Islam,
sebagai berikut :
“Tentu saja ada peserta didik yang kurang aktif pada saat belajar, tetapi
ada cara yang sudah saya terapkan yaitu dengan memberikan reward
berupa tambahan nilai kepada peserta didik yang bertanya, menyanggah,
menambah atau menjawab pertanyaan”71
sangat penting untuk peserta didik yang berkesulitan belajar, agar mereka dapat
tergerak untuk lebih semangat lagi dalam belajar sejarah kebudayaan Islam.
anak dalam belajar. Tidak bisa kita pungkiri bahwa motivasi belajar peserta didik
satu dengan yang lain sangat berbeda, untuk itulah penting bagi guru selalu
senantiasa memiliki semangat belajar dan mampu menjadi Peserta didik yang
71
74
berprestasi serta dapat mengembangkan diri secara optimal. Hal ini berdasarkan
Motivasi yang baik dapat membawa pengaruh yang baik sekali dalam jiwa
peserta didik, yang dapat menyebabkan peserta didik tersebut menyukai guru dan
sekolahnya serta otaknya menjadi mudah menerima pelajaran. Pada waktu proses
belajar mengajar sedang berlangsung, seorang guru tidak lupa untuk berusaha
memberikan motivasi. Dalam hal ini seorang guru harus mampu menciptkan
belajar.
didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji. Karena pujian menimbulkan
rasa puas dan senang. Namun begitu, pujian harus sesuai dengan hasil kerja
peserta didik. Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat.
Pujian yang baik adalah pujian yang keluar dari hati seorang guru secara
wajar dengan maksud untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik atas
Banyak peserta didik yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus.
Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian peserta didik nilai dapat
72
75
menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus
dilakukan segera, agar peserta didik secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya.
didik belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh
hasil yang baik. Disamping itu, para peserta didik selalu mendapat tantangan dan
lebih teliti dan seksama. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak
“Saya selalu memberikan nilai kepada Peserta didik saya ketika mereka
telah menyelesaikan tugas dari saya. Dalam memberi nilai saya lakukan
secara objektif sesuai dengan kemampuan Peserta didik masing-masing
agar mereka tidak merasa kecil hati”73
komentar yang positif. Setelah peserta didik selesai mengerjakan suatu tugas,
“bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif
belajar. Bahkan menimbulkan efek psikologis yang lebih jelek. Hal ini sesuai
73
76
“Saya akan memberikan komentar yang bagus apabila Peserta didik saya
mampu menjawab pertanyaan saya atau mampu mengerjakan tugas yang
saya berikan dengan baik, dengan komentar bagus kamu nak, hebat kamu
nak, pintar kamu nak”74
terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan
Peserta didik untuk bersaing baik antar kelompok maupun antar individu. Namun
didik yang memang dirasakan tidak mampu untuk bersaing, oleh sebab itu
persaingan antar kelompok. Selain persaingan antar Peserta didik lebih banyak
didik. Persaingan antara diri sendiri dapat dilakukan dengan cara memberi
dicapai sebelumnya dan apa yang dapat dicapai pada waktu berikutnya. Misalnya
guru membuat dan memberi tahu grafik kemajuan belajar Peserta didik.
perhatian lebih lama dan bekerja keras. Oleh karena itu, usaha dan perhatian guru
yang besar lebih diperlukan untuk membimbing Peserta didik- Peserta didik yang
memiliki pencapaian rendah, agar mereka memiliki motivasi belajar yang baik.
74
77
semacam itu hanya bisa digunakan dalam kasus tertentu. Beberapa ahli
banyak merugikan Peserta didik. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan
dihindari.
Dari strategi yang dilakukan guru sejarah kebudayaan Islam di atas dalam
c. Bimbingan Belajar
berhasil diperlukan suasana belajar yang menyenangkan atau nyaman bagi diri
Peserta didik. Setiap Peserta didik memiliki karakter yang berbeda-beda dalam
sebuah materi pembelajaran dan ada pula yang sangat lamban dalam menangkap
sebuah materi pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diberikan cara belajar yang
belajar, ada baiknya juga perlunya pengawasan dan bimbingan terhadap anak-
anak- dalam belajar. Hasilnya lebih baik lagi kalau cara-cara itu dipraktikkan
dalam setiap pelajaran yang diberikan oleh guru khususnya guru sejarah
kebudayaan Islam.
78
kepada Peserta didik yang kesulitan belajar dengan mencari tahu terlebih dahulu
masalah kesulitan belajar apa yang sedang dihadapi oleh Peserta didiknya,
guru mencari jalan keluar atau solusi dari masalah kesulitan belajar yang
dialami Peserta didik tersebut. Setelah selesai dalam mengatasi kesulitan belajar
baik. Dalam hal ini bapak Rizaldy Gunawan selaku guru sejarah kebudayaan
Islam berpendapat :
“Ketika saya menemukan Peserta didik yang kesulitan dalam belajar maka
saya akan memberikan bimbingan kepada Peserta didik tersebut dengan
kegiatan perbaikan dan pengayaan, peningkatan motivasi belajar,
pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik”.75
perkembangan Peserta didik, sehingga sedikit demi sedikit kesulitan belajar yang
dialami Peserta didik dapat teratasi. Dengan begitu ketika proses belajar mengajar
di kelas guru lebih mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.
75
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dapat ditarik kesimpulan bahwa Strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam
Pondok Pesantren DDI Galesong Baru Makassar yaitu kurangnya minat dan
kelas, peserta didik kurang disiplin dalam belajar. serta kesulitan itu muncul
pada dasarnya terjadi pada diri masing – masing peserta didik memang tidak
menumbuhkan minat membaca pada diri peserta didik itu dirasa sedikit sulit,
melihat jaman sekarang sosial media lebih unggul dan mampu mempengaruhi
memberikan motivasi pada peserta didik, dan bimbingan belajar. Guru harus
dengan sesuai silabus dan RPP. Selain sesuai dengan silabus dan RPP guru
B. Saran
saran, sebagai strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam mengatasi kesulitan
1. Bagi pembaca
2. Bagi Sekolah
a. Guru perlu terus diberi motivasi, agar lebih giat dalam mengajar dan
b. Untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana yang ada menjadi lebih
baik.
Kebudayaan Islam.
4. Peserta didik
Kebudayaan Islam.
disekolah, karena semua ilmu yang kamu cari saat ini akan bermanfaat
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Siti Aisyah Abbas, Kedudukan Guru sebagai Pendidik, Jurnal Pendidikan Studi
Islam, Vol. 1, No. 1, 2017.
Junita Lisda Lisa, Analisis Interaksi Guru dan Peserta didik dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP 15 Kota Bengkulu, Jurnal Ilmiah
Korpus, Vol. 2, No. 3, 2018.
Moh. Faiziddin dan Mufarizuddin, Useful of Clap Hand Games for Optimalize
Cognitive Aspect in Early Chilhood Education, Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, Vol. 2, No. 2, 2018,
Mohamad Rifai dan Fahmi, Pengelolaan Kesiapan Belajar Anak Masuk Sekolah
Dasar, Jurnal Tabrani, Vol. 3, No. 01, 2017.
Mutia Rahma Setyani dan Ismah, Analisis Tingkat Konsentrasi Belajar Peserta
didik dalam Proses Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Hasil
Belajar, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 1, 2018.
Rikha Sartika Dewi, Metode Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini,
(Tasikmalaya: Edu Publisher, 2018).
Roida Eva Flora Siagian, Pengaruh Minat dan Kebiasaan Belajar Peserta didik
terhadap Prestasi Belajar Matematika, Jurnal Formatif, Vol. 2, No. 2,
2016
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010).
Siti Aisyah Abbas, Kedudukan Guru sebagai Pendidik, Jurnal Pendidikan Studi
Islam, Vol. 1, No. 1, 2017.
Siswo Pangarso, Jurus Jitu Mendampingi Belajar Anak Usia Emas, (Jakarta:
Gramedia, 2017).
Rikha Sartika Dewi, Metode Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini,
(Tasikmalaya: Edu Publisher, 2018)
Yenni Suzana dan Imam Jayanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Malang,
Literasi Nusantara, 2021).
86
Lampiran 1
Pedoman Wawancara
Untuk Guru
Lampiran 2