Anda di halaman 1dari 63

1

STRATEGI GURU PAI DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN

REMAJA SISWA DI MTSS DDI GALESONG BARU MAKASSAR

Oleh :

RISMUGNI AZIZ

80200222075

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAKASSAR

2023
1

Nama : Rismugni Azis,S.Pd


Nim :80200222075
Judul : “Strategi Guru PAI dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja
Siswa (Di MTSs DDI Galesong Baru Makassar )”.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia masih dihadapkan pada krisis multidimensional. Segala

macam krisis itu berpangkal dari krisisnya akhlak atau moral. Krisis ini, secara

langsung atau tidak berhubungan dengan pendidikan agama Islam. Untuk

mengantisipasi berbagai krisis tersebut maka pembelajaran agama Islam di

sekolah harus menunjukkan pada kontribusinya.1 Krisis akhlak disebabkan

penyelenggaraan pendidikan agama Islam di lapangan peran pada keefektifannya

dipertanyakan, pendidikan agama Islam di sekolah juga dipandang belum mampu

menjadi roh atau semangat yang mendorong pertumbuhan harmoni kehidupan

sehari-hari, selain itu pendidikan agama lebih berorientasi pada belajar tentang

agama dan kurang berorientasi pada belajar bagaimana cara beragama yang

benar. “Akibatnya, terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengalaman,

yang dalam prakteknya pendidikan agama berubah menjadi pengajaran agama

sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral, padahal inti

dari pendidikan agama adalah pendidikan moral”.2

1
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), 9.
2
Ibid.,10.
2

Akan menjadi tidak adil bila munculnya kesenjangan antara harapan dan

kenyataaan hanya ditimpakan kepada pendidikan agama Islam di sekolah,

sebab pendidikan agama bukan satu-satunya faktor pembentuk watak dan

kepribadian peserta didik, namun kenyataan peran guru pendidikan agama

Islam sebagai pengembang kurikulum sangat besar (berpengaruh) terhadap

pembentukan kepribadian peserta didik.

Dengan proses pembimbingan dan mengarahkan generasi muda yang

tangguh dan memiliki wawasan atau pengetahuan yang luas saja tidaklah

cukup rasanya, namun akan tetapi semuanya haruslah di lengkapi dengan adanya

penanaman jiwa keberagamaan yang tinggi. Dan berkaitan dengan hal ini maka

Winarno Surakhmad mengatakan:3

Sebuah fakta didalam sejarahnya pembangunan umat Islam yang akan

memelihara keberlangsungan hidup untuk senantiasa menyerahkan dan

mempercayakan hidupnya didalam tangan generasi yang lebih muda. Generasi

muda itulah yang kemudian memikul tanggung jawab untuk tidak hanya

memelihara kelangsungan hidup umatnya tetapi juga meningkatkan pada harkat

hidup tersebut. Apabila generasi muda yang seharusnya menerima tugas

penulisan sejarah bangsanya tidak memiliki kesiapan dan kemampuan yang

diperlukan oleh kehidupan berbangsa itu, niscaya akan berlangsung kearah

kegersangan menuju kepada pada kekerdilan dan akhirnya sampai pada

kehancuran. Karna itu, kedudukan angkatan muda dalam suatu masyarakat

adalah vital bagi masyarakat itu.Dewasa ini tuntutan akan pada ilmu pendidikan

semakin meningkat.

3
Winarno Surakhmad, Psikolog Pemuda, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 12-13
3

Hal ini merupakan dorongan yang sangat kuat untuk membangun ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin maju untuk memenuhi kebutuhan hidup

yang sedemikian rupa, maka tidak dapat di elakkan kalau pendidikan memegang

peran penting dalam menghadapi era yang modern saat ini.

Setiap orang menyadari bahwa harapan di masa yang akan datang

terletak pada putra putrinya, sehingga hampir setiap orang selalu berkeinginan

agar putra putrinya kelak menjadi orang yang berguna. Oleh karna itu perlu

pembinaan yang terarah bagi putra putrinya sebagai generasi penerus bangsa,v

sehingga mereka akan dapat memenuhi harapannya yang di cita-citakan.

Pembinaan dan pengembangan generasi muda dilakukan secara nasional,

menyeluruh dan terpadu. Pembinaan dan pengembangan generasi muda

merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, keluarga, masyarakat,

pemuda dan pemerintah serta di tunjukkan untuk meningkatkan kualitas generasi

muda.

Pendidikan nasional yang di laksanakan di Indonesia merupakan upaya

pemerintah dalam rangka membangun manusia Indonesia agar berkualitas tinggi

secara lahir maupun batinnya, dalam pelaksanaan pendidikan nasional erat sekali

kaitannya dengan perkembangan sumber daya manusia, agar potensi dasar

yang dimiliki oleh manusia warga Indonesia dapat bermanfaat secara maksimal

bagi kepentingan Bangsa dan Negara.

Seiringan dengan hal ini, maka didalam pembangunan lima tahun kabinet

persatuan Nasional telah menetapkan misi-misi pembangunan bidang pendidikan

sebagai berikut:
4

Perwujudan dan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis

dan bermutu guna memperteguhkan yang akhlak mulia, kreatif, inovatif,

berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab,

berketrampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka

mengembangkan kualitas manusia Indonesia.

Berbicara mengenai remaja yang terutama yang berkaitan dengan masalah

kenakalan adalah merupakan permasalahan yang dirasakan sangatlah penting dan

menarik untuk dibahas karena seseorang yang namanya remaja yang merupakan

bagian-bagian dari generasi muda adalah aset Nasional dan merupakan

tumpuhan harapan bagi masa depan bangsa dan Negara serta agama. Untuk

mewujudkan semuanya dan demi kejayaan bangsa dan Negara serta agama kita

ini, maka sudah barang tentu menjadi kewajiban dan tugas kita semua baik

pihak kepada orang tua, pendidik (guru) dan pemerintah untuk mempersiapkan

generasi muda menjadi generasi yang tangguh dan berwawasan atau

berpengetahuan yang luas dengan jalan membimbingnya dan menjadikan mereka

semua sehingga menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab secara

moral.

Kalau kita lihat pendapat di atas mengandung arti bahwa tanggung

jawab dari generasi muda (remaja) di masanya yang akan datang sangatlah berat,

yaitu mempertahankan pada kelangsungan hidup dan meningkatkan harkat hidup

umat manusia. Untuk itu adanya upaya-upaya ilmu pendidikan dan pembinaan

moral (akhlak) terhadap remaja sebagai generasi penerus suatu bangsa sangatlah

wajar dan mutlak diperlukan dengan kepribadian yang memiliki budi pekerti dan

akhlak yang mulia sebagai bekal hidup dimasa yang akan datang. Yang sudah
5

pasti tantangan dan hambatan untuk membangun sebuah kemajuan atau

peradapan baru lebih besar dari saat ini. Sebab apabila dari pribadi generasi muda

telah memiliki sifat budi pekerti dan akhlak yang mulia, maka keberlangsumgan

hidup suatu bangsa akan dapat di pertahankan. Namun sebaliknya, apabila para

remaja memiliki akhlak yang rendah atau rusak, maka akan terjadilah

kerusakan terhadap keberlangsungan hidup bangsaitu.

Remaja adalah masyarakat yang akan datang. Dapat di perkirakan bahwa

gambaran pada kaum remaja sekarang adalah pencerminan masyarakat yang akan

datang, baik buruknya bentuk dan susunan di masyarakat, bangunan moral

dan intelektual, dalam penghayatan terhadap ilmu agama, kesadaran kebangsaan,

dan derajat kemajuan prilaku dan kepribadianya antara sesame masyarakat

yang akan datang tergantung kepada remaja sekarang.4

Bentuk-bentuk dari kenakalan remaja siswa itu berbeda, maka didalam hal

ini Zakiyah Daradjat juga menyatakan: “Di negara kita persoalan ini sangat

menarik perhatian, kita dengar anak-anak belasan tahun berbuat jahat,

menganggu ketentraman umum misalnya: mabuk-mabukan, kebut-kebutan dan

main-main dengan wanita.”5

Apakah hal yang menimbulkan kenakalannya remaja tersebut?

Barangkali jawaban pertanyaan inilah yang dapat dipakai sebagai

landasan berpijak untuk menemukan berbagai aternatif cara pemecahannya.

Dalam bukunnya “Kesehatan Mental”mengemukakan bahwa beberapafaktor

yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja adalah sebagai berikut:6


4
Nurdin Samauna, Pengaruh Globalisasi Terhadap Moral Remaja Sebagai Sumberdaya
Manusia, (Dalam PJPT II, no,36/XII/Oktober 2004), 14.
5
Zakiah Daradjat,Kesehatan Mental,CV Mas Agung, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005),111.
6
Ibid
6

1. Kurangnya sadar terhadap pendidikan

2. Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan

3. Kurang teraturnya pengisian waktu

4. Tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi

5. Banyaknya film dan buku-buku bacaan yang tidak baik

6. Menyusutnya moral dan mental orang dewasa

7. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik

8. Kurangnya perhatian masyarakat dalam pendidikan anak.

Adapun gejala-gejala kenakalannya remaja atau siswa yang di lakukan di

sekolah jenisnya yang bermacam-macam, dan bisa di golongkan kedalam bentuk

kenakalan yang berbentuk kenakalan ringan. Adapun bentuk dan jenis kenakalan

ringan adalah:

1. Tidak patuh kepada orang tua dan guru

2. Lari atau bolos dari sekolah

3. Sering berkelahi

4. Cara berpakaian yang tidak sopan.7

Meskipun kenakalan yang terjadi masih dalam bentuk kenakalannya

yang ringan hal itu sudah termasuk didalam kurangnya penghayatan dan

pemahaman terhadap nilai-nilai ilmu pendidikan agama yang di ajarkan oleh

gurunya. Dan hal itu merupakan sifat yang tercela dan tidak mencerminkan etika

agama yang baik.

Beberapa faktor penyebab kenakalan remaja yang tampak dalam kutipan

di atas dapat diamati bahwa faktor-faktor tersebut bersumber pada tiga

7
Ibid,113
7

keadaan yang terjadi dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh

karna itu upaya untuk mengatasinya merupakan tanggung jawab bersama antara

orang tua, guru di sekolah dan masyarakat.

Kegiatan pendidikan di sekolah, sampai saat ini masih merupakan

wahana sentral dalam mengatasi berbagai bentuk kenakalan remaja yang terjadi.

Oleh karena itu segala apa yang terjadi didalam lingkungan di luar sekolah,

senantiasa mengambil tolak ukur aktivitas pendidikan dan pembelajaran sekolah.

Hal seperti ini cukup disadari oleh para-para guru dan pengelolah lembaga

pendidikan, dan mereka melakukan berbagai upayanya untuk mengantisipasi dan

memaksimalkan kasus-kasus yang terjadi akibat kenakalan siswanya melalui

penerapan tata tertib pembelajaran moral, agama dan norma-norma susila lainnya.

Oleh karena itu, kedudukan guru terutama guru agama memiliki peran

yang sangat penting didalam turut serta mengatasi terjadinya kenakalan siswanya,

sebab guru agama merupakan sosok yang bertanggung jawab langsung terhadap

pembinaan sifat moral dan menanamkan norma hukum tentang baik buruk

serta tanggung jawabnya seseorang atas segala tindakan yang dilakukan baik di

dunia maupun di akherat.

Mengingat betapa pentingnya peranan remaja sebagai generasi muda

bagi masa depan bangsa Negara. Maka masalah tersebut mendorong peneliti

untuk melakukan penelitian terhadap remaja-remaja yang masih mempunyai

status siswa. Dengan demikian peneliti akan dapat melihat lebih dekat lagi

terhadap kehidupan remaja, khususnya remaja atau siswa yang pernah atau telibat

kenakalan. Ditinjau dari lokasinya MTSs DDI Galesong Baru Makassar adalah

sekolah-sekolah yang cukup maju dan dapat dijadikan barometer pendidikan di


8

Tulungagung, khususnya di jenjang Sekolah menengah Atas jurusan Kejuruan.

MTSs DDI Galesong Baru Makassar merupakan sekolah kejuruan yang dapat

dikatakan secara kultur bernuansa Islami, yang memberikan pengajaran bersifat

Islami pula, lembaga ini dinaungi oleh Kementerian pendidikan menengah.8

Menurut salah satu guru MTSs DDI Galesong Baru Makassar, mengatakan

bahwa pada lembaga tersebut memang benar ada pembinaan moralitas peserta

didik, ditunjang visi dan misi yang mengarah pada moral, yaitu mewujudkan

generasi yang cerdas, terampil dan berakhlakul karimah yang peka terhadap

terketerampilan dan teknologi, pada poin misi, melaksanakan perilaku yang

santun dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan ini perlu diperhatikan pergaulan mereka di luar sekolah dan

kecerdasan emosional gurulah yang seharusnya aktif dalam menangani hal ini.

kecerdasan ini akan dikaitkan dengan bagaimana kemampuan guru dalam

mengendalikan emosinya yang negatif menjadi positif begitu pula dapat

mempengaruhi moral peserta didik yang meliputi sikap siswa terhadap guru

terhadap sesama dan terhadap tuhannya ketika beribadah.

Peneliti ingin menggali data yang ada di MTSs DDI Galesong Baru

makassar karena sekolah ini merupakan sekolah yang memiliki prestasi

memberikan motivasi kepada peserta didik lain untuk meningkatkan prestasi

mereka.

Peserta didik MTSs DDI Galesong Baru Makassar mendapatkan pelajaran

bimbingan moral yang diterapkan oleh guru agama dan dibantu guru-guru

lain. Yaitu bimbingan seusai shalat jamaah dhuhur. Dan setiap peserta didik

88
Observasi sementara, pada tanggal 20 Maret 2023
9

dianjurkan mengikuti ini akan tetapi masih ada peserta didik yang

melanggar. Dalam kasus lain juga masih banyak yang melanggar, padahal

moral mereka sudah terdidik, ini merupakan kesenjangan antara harapan dengan

kenyataan, dalam visi juga tercantumkan pada poin indikator berjiwa Islami,

meningkatkan penghayatan dan pengalaman ajaran Islam , meningkatkan budaya

Islami dalam kehidupan sehari-hari, dan berakhlaq mulia terhadap orang tua,

warga madrasah serta masyarakat.

Oleh karena itu penulis terdorong untuk meneliti sebagaimana penulis

mengambilkan yakni judul : “Strategi Guru PAI dalam Menanggulangi

Kenakalan Remaja Siswa (Di MTSs DDI Galesong Baru Makassar )”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah preventif (pencegahan) guru PAI dalam

menanggulangi kenakalan remaja MTSs DDI Galesong Baru

Makassar?

2. Bagaimana langkah represif (penghambatan) guru PAI dalam

menanggulangi kenakalan remaja di MTSs DDI Galesong Baru

Makassar?

3. Bagaimana langkah kuratif (penyembuhan) PAI dalam menanggulangi

kenakalan remaja di MTSs DDI Galesong Baru Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui langkah preventif (pencegahan) guru PAI dalam

menanggulangi kenakalan remaja di di MTSs DDI Galesong Baru

Makassar
10

2. Untuk mengetahui langkah represif (penghambatan) guru PAI dalam

menanggulangi kenakalan remaja di MTSs DDI Galesong Baru

Makassar

3. Untuk mengetahui langkah kuratif (penyembuhan) guru PAI dalam

menanggulangi kenakalan remaja di MTSs DDI Galesong Baru

Makassar

Manfaat Penelitian
11

Selain untuk mencapai tujuan yang di harapkan di atas, penelitian ini

nantinya di harapkan bermanfaat bagi:

1. Bagi peneliti untuk menambah ilmu-ilmu pengetahuan, pengalaman

dan wawasan berfikir kritis guna akan melatih kemampuan, memahami

dan menganalisis masalah-masalah pendidikan pendidikan agama Islam.

2. Bagi sekolah akan juga dapat digunakan sebagai masukan dan bahan

pertimbangan mengambil kebijakan dalam mengantisipasi adanya

kenakalan siswa.

3. Bagi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, untuk dapat juga

menambahkan pembendaharaan kepustakaan, terutama bagi pendidikan

agama Islam.

D. Penjelasan Istilah

1. Penjelasan Konseptual

a. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas

didalam kurun waktu yang tertentu.

b. Mata pelajaran PAI adalah materi wajib yang harus di pelajari siswa

dalam semester tentu yang berisi dasar-dasar pokok ajaran Islam.

c. Strategi guru PAI adalah rangkaian perilaku pendidik yang tersusun,

terencana, terperinci, dan secara sistematis untuk menginformasikan,

mengtransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai ajaran

Islam agar dapat membentuk kepribadian muslim yang seutuhnya.

d. Kenakalan remaja adalah kenakalan yang terjadi pada saat mulai

beranjak dewasa, jadi kenakalan remaja dalam konsep Psikologi


12

adalah Juvenile dilinquincy secara etimologi dapat diartikan bahwa

Juvenile berasal dari kata latin yang mana artinya ialah anak-

anak atau anak muda. Sedangkan “delinquere” artinya akan

terabaikan atau mengabaikan, maka dengan itu keduanya dapat

diperluas akan menjadi jahat, asosial, pelanggar aturan, pengacau,

peneror, kriminal, susila dan lain sebagainya.

2. Penjelasan Operasional

Strategi guru PAI dalam menanggulangi kenakalan remaja

(Multi Situs MTSS DDI Galesong Baru Makassar ), dalam penelitian ini,

peneliti bermaksud melakukan penelitian terhadap langkah preventif

guru PAI, langkah represif guru PAI dan langkah kuratif PAI dalam

menanggulangi kenakalan remaja. Ketiga unsur tersebut, merupakan

indikator dari strategi guru dalam menanggulangi kenakalan remaja.


13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendekatan Guru PAI

1. Pengertian dan jenis pendekatan guru PAI

a. Pengertian pendekatan

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak

atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk

pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih

sangat umum, didalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan

melatari perencanaan pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Jika dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua

jenis yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat

pada siswa (student centered approach) danpendekatan pembelajaran

yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered

approach).

b. Pendekatan guru PAI

Pembelajaran dan bimbingan pendidik didalam mata pelajaran

pendidikan agama Islam dilakukan melalui berbagai pendekatan.

”HM. Chatib Thaha, mendefinisikan pendekatan adalah cara

pemrosesan subjek atas objek untuk mencapai tujuan. Pendekatan juga

bisa berarti cara pandang terhadap sebuah objek persoalan, di

mana cara pandang itu adalah cara pandang dalam konteks yang

secara lebih luas.


14

Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan pendidik

untuk kegiatan pembelajaran dalam pendidikan agama Islam yaitu :

c. Pendekatan pengalaman

Pendekatan ini merupakan pemberian pengalaman keagamaan

kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.

Dengan pendekatan ini peserta didik diberi kesempatan untuk

mendapatkan pengalaman keagamaan baik secara individual maupun

kelompok. Dalam pembelajaran ibadah misalnya, guru atau pendidik

akan menemui kesulitan yang besar apabila mengabaikan pendekatan

ini. Peserta didik harus mengalami sendiri ibadah itu dengan

bimbingan gurunya. Belajar dari pengalaman jauh lebih baik dari pada

hanya sekedar bicara, tidak pernah berbuat sama sekali. Pengalaman

yang dimaksud disini tentunya pengalaman yang bersifat akan

mendidik. Memberikan pengalaman yang edukatif kepada peserta

didik diarahkan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

d. Pendekatan pembiasaan

Pendekatan ini dimaksudkan agar seseorang dapat memiliki

kebiasaan berbuat hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran agama

Islam. Edi Suardi dalam bukunya, Pedagogik menjelaskan bahwa

”kebiasaan itu adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya

otomatis, tanpa direncanakan dulu, serta berlaku begitu saja tanpa

dipikir lagi” (Edi Suardi). Pembiasaan memberikan kesempatan


15

kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya dalam

kehidupan sehari-hari.8

e. Pendekatan emosional

Emosi merupakan gejala kejiwaan yang berada didalam diri

seseorang. Emosi tersebut juga berhubungan denganmasalah perasaan.

Karena itu pendekatan emosional merupakan ”usaha untuk menggugah

perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta

dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk. Emosi

berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang, oleh karena itu

pendekatan emosional merupakan salah satu pendekatan yang didalam

Pendidikan Agama Islam. Metode pembelajaran dalam pendekatan

emosional ini yang digunakan adalah metode ceramah, sosio drama.

f. Pendekatan rasional

Pendekatan rasional merupakan yakni sesuatu pendekatan

yang mempergunakan rasio didalam memahami dan menerima suatu

ajaran agama. Dengan mempergunakan akalnya seseorang bisa

membedakan mana yang baik, mana yang lebih baik, atau mana yang

tidak baik. Pembelajaran pendidikan dengan melalui metode tanya

jawab atau kerja kelompok, misalnya seorang guru bisa melakukan

pendekatan rasional dengan memberikan peran akal didalam

memahami dan menerima kebenaran ajaran atau tuntunan agama.

8
Ramayulis, Metologi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Kalam Mulia, 2005), 88
16

g. Pendekatan fungsional

Pendekatan ini merupakan upaya memberikan materi

pembelajaran dengan menekankan kepada segi kemanfaatan bagi

peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dan

bimbingan untuk melakukan shalat misalnya, diharapkan berguna bagi

kehidupan seseorang, baik dalam kehidupan individu maupun dalam

kehidupan sosial. Melalui pendekatan fungsional ini berarti peserta

didik dapat memanfaatkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari, metode

yang juga dapat digunakan dalam pendekatan ini antara lain metode

latihan, demonstrasi.

h. Pendekatan keteladanan

Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan pada

keteladanan atau memberikan contoh yang baik. Guru yang senantiasa

bersikap baik kepada setiap orang misal, secara langsung memberikan

keteladanan bagi anak didiknya. Keteladanan pendidik terhadap anak

didiknya merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan

keberhasilan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru akan

menjadi tokoh identifikasi dalam pandangan anak yang akan

dijadikannya sebagai teladan dalam mengidentifikasikan

dirikehidupannya.Kecenderungan anak didik untuk belajar melalui

peniruan menyebabkan pendekatan keteladanan menjadipenting

artinya didalam proses pembelajaran. Bahkan manusia pada umumnya

senantiasa meniru yang lainnya.


17

2. Pengertian Strategi Pembelajaran

Dalam suatu ilmu pendidikan diperlukan suatu perhitungan situasi

dan kondisi dimana ditentukan dalam jangka waktu panjang. Dengan

perhitungan tersebut, maka akan ada proses pendidikan yang lebih

terarah dan matang. Oleh karena itu, pendidikan dapat berjalan dengan

baik dengan melihat situasi dan kondisi yang ada. Secara harfiah kata

strategi dapat diartikan seni dalam melaksanakan strategi yakni siasat atau

rencana, banyak juga pandangan kata strategi dalam bahasa inggris yang

dianggap relevan dengan pembahasan ini adalah kata approach

(pendekatan) dan kata procedure (tahapan kegiatan).

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia strategi adalah rencana

yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.9 Dan

menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang Kontemporer, strategi adalah

mengatur, merencanakan, dan terutama dengan menggunakan stratagem

(perlengkapan), rencana cermat tentan suatu kegiatan guna meraih suatu

target atau sasaran.10

Dalam bidang pendidikan istilah strategi disebut juga teknik

atau cara yang sering dipakai secara bergantian keduanya

bersinonim.Untuk memahami makna strategi atau teknik, maka

penjelasannya biasa dikaitkan dengan istilah pendekatan dan metode.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa s t r a t e g i

adalah suatu cara atau metode yang digunakan untuk mencapai tujuan
9
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 89.
10
Peter Salim dan Yenny, Kamus Besar Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press,
2007), 468.
18

yang telah ditetapkan agar terjadi kesesuaian dengan teknik yang

diinginkan dalam mencapai tujuan.

3. Pengertian guru pendidikan agama Islam

Dalam proses pembelajaran guru memegang peranan penting.

Oleh karena itu, mereka harus memiliki berbagai kompetensi yang

diperlukan dalam memberikan arahan, bimbingan dan pendampingan

terhadap anak didiknya.11

Sebelum mengulas pengertian guru pendidkan agama Islam secara

tuntas, maka akan diuraikan tentang pengertian guru. Menurut undang-

undang guru dan dosen, pengertian dari guru adalah pendidik

profesioanal dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan

pendidikan menengah.12

Pengertian guru pendidikan agama Islam sebenarnya tidak jauh

berbeda dengan pengertian guru yang pada umumnya, namun guru yang

menbedakan hanyalah dalam penyampaian mata pelajaranya.

Pengertian guru agama Islam secara etimologi ialah dalam literatur

Islam seorang guru biasa disebut sebagai Ustad, Mua’allim, Murabby,

Mursyid, Mudarris, mu’addib yang artinya orang yang memberikan ilmu

pengetahuan agama dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak

agar menjadi orang memiliki kepribadian yang baik.


11
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius Di sekolah, (Malang : Maliki Press, 2010), 39 .
12
UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara,
2009), 2.
19

Muhaimin mengemukakan secara utuh mengenai tugas pendidik di

dalam pendidikan agama Islam yaitu sebagai berikut :

a. Ustadz ialah seseorang berkomitmen pada profesionalisme, yaitu yang

melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses

dan hasil kerjanya serta sikap continous improvement.

b. Mu’allim ialah orang menguasai ilmu dan mampu mengembangkan

serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi

teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu

pengetahuannya, interlisasi serta implementasi (amaliah).

c. Mursyid ialah seorang yang mampu menjadi model atau pada sentral

identifikasi diri atau menjadi pusat panutan, teladan, dan konsultasi

bagi peserta didiknya.

d. Mudarris ialah seorang yang memiliki kepekaan intelektual dan

informasi serta memperbaruhi pengetahuan dan keahliannya secara

berkelanjutan dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya,

memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai

dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

e. Mu’addib ialah orang yang memiliki kemampuan menyiapkan

muridnya untuk bertanggungjawab dalam membangun peradaban di

masa depan.

Jadi, dari penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa pengertian

guru pendidikan agama Islam adalah sebuah usaha berupa bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikan dapat
20

memahami apa yang terkandung didalam agama Islam secara

keseluruhan, menghayati makna dan yang maksud tujuannya sehingga

mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mendatangkan keselamatan

didunia dan akhirat.

Sedangkan didalam konteks pendidikan, strategi secara makro

berarti kebijakan-kebijakan yang bersifat mendasar dalam pengembangan

pendidikan sehingga tercapai tujuan pendidikan secara lebih terarah,

efektif, dan efisien. Jika dilihat secara mikro didalam proses belajar

mengajar, maka strategi adalah langkah-langkah tindakan yang mendasar

dan berperan besar didalam proses belajar mengajar untuk mencapai

sasaran pendidikan. Berikut ini beberapa tokoh yang mencoba

mendefinisikan strategi yaitu sebagai berikut :

Menurut Siagian memberikan definisi strategi sebagai serangkaian

keputusan dan pada tindakan mendasar yang dibuat manajemen puncak

dan diimplementasikan jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi tersebut. Tokoh lain mendefinisikan yakni Stephanie,

menurutnya strategi adalah suatu proses penentuan rencana para

pemimpin yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai

penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana tujuan tersebut yang dapat

dicapai.

Pendapat ini tidak jauh dengan Craig dan Grant yang mengartikan

pengertian strategi ialah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang

sebuah perusahaan dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang
21

diperlukan. Secara umum strategi merupakan suatu teknik yang disusun

untuk mencapai sebuah kemenangan atau tujuan tertentu, strategi ini pada

umumnya berkaitan dengan organisasi.

Menurut Hilda Taba strategi pembelajaran adalah cara-cara yang

dipilih oleh pihak guru dalarn proses pengajaran yang dapat memberikan

kemudahan atau fasilitas bagi siswa menuju tercapainya

tujuanpembelajaran. Strategi yang digunakan untuk mengatasi kenakalan

dalam membantu remaja melalui masa krisis serta masa kegoncangan

yangsangat menentukan keadaan masa depannya siswa/remaja diperlukan

tindakan-tindakan yang dapat membantunya mengatasi berbagai masalah

yaitu sebagai berikut :13

a. Melaksanakan pendidikan agama dan pembinaan akhlak.

b. Meningkatkan pengertian remaja akan dirinya.

c. Menciptakan hubungan baik dengan orang tua.

d. Bimbingan kearah hari depan yang baik.

e. Bimbingan hidup masyarakat.

Strategi yang digunakan guru akhlak dalam mengatasi kenakalan

siswa sebagaimana mengutip pendapat Zakiah Darajat dalam memberikan

strategi untuk menanggulangi kenakalan remaja dalam bukunya

Kesehatan Mental melalui pendekatan keagamaan antara lain:

a. Pendidikan ilmu agama.

b. Orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan.

c. Pengisian waktu luang yang teratur.


13
Panut Pamuji dan Ida Umami, Psikolog Remaja, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2012), 155-162.
22

d. Membentuk markas-markas bimbingan dan penyuluhan.

e. Pengalaman ajaran agama.

f. Penyaringan buku-buku komik, film-film dan sebagainya.

4. Pelaksanaan Guru PAI

Pentingnya motivasi bagi kepentingan praktek pendidikan sudah

tidak diragukan lagi. Menurut crow & crow dalam buku segi-segi

pndidikan islam mengatakan telah mengambil ketetapan, bahwa salah satu

bagian integral dari prosedur belajar adalah bentuk motivasi yang

efektif.14 Ini merupakan kesimpulan teoritis, yang tentu saja telah diuji

kebenarannya berdasarkan penelitian empiris, maka tinggal

perwujudannya dalam praktek pengajaran.

Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek

dinamis yang sangat kuat. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi

bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan

tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk

mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian, bisa dikatakan

siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh

kemampuannya yang rendah pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak

adanya dorongan atau motivasi. Seorang guru dituntut kreatif untuk

membangkitkan motivasi belajar siswa. Dalam kaitanya dengan belajar

membaca Al-Qur’an diperlukan sekali akan adanya suatu dorongan yang

mampu merangsang untuk mau belajar. Belajar membaca Al- Qur’an

memerlukan motivasi yang lebih kompleks. Diakui atau tidak, sebenarnya


14
Bawani, Segi-segi Pendidikan…….
23

ada faktor-faktor yang mendorong untuk belajar membaca Al- Qur’an

bukan hanya dari dalam diri sendiri tetapi ada faktor dari luar yaitu

seorang guru yang juga mempunyai andil dalam penyemangat siswa.

Dengan kata lain agar siswa merasa butuh untuk belajar membaca Al-

Qur’an.

B. Pengertian Remaja dan Perkembangannya

1. Pengertian Remaja

Remaja adalah masyarakat yang akan datang. Dapat

diperkirakan bahwa gambaran kaum remaja sekarang adalah pencerminan

masyarakat yang akan datang, baik buruknya bentuk dan susunan

masyarakat, bangunan moral dan intelektual, dalam penghayatan terhadap

agama, kesadaran kebangsaan, dan derajat kemajuan perilaku dan

kepribadian antara sesama masyarakat yang akan datang tergantung

kepada remaja sekarang

Para ahli mempunyai banyak pandangan yang berbeda satu sama

lain untuk memberikan pengertian mengenai remaja. Hal ini di sebabkan

kaum remaja masih menempati posisi yang samar atau belum jelas.

Karena mereka masih tergolong anak-anak tetapi tidak termasuk golongan

orang dewasa. Remaja merasa dirinya bukan anak-anak lagi akan tetapi

mereka belum mampu memegang tanggung jawab seperti orang dewasa.

Sedangkan para ahli mendefinisikan tentang remaja yang

berdasarkan organisasi kesehatan dunia “ WHO” diketemukan ada tiga

definisi antara lain ialah: biologik, psikologik serta sosial ekonomi, maka
24

dengan itu secara lengkapnya definisi itu sebagaimana yang di kutip oleh

Sarlito yang berbunyi sebagai berikut:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda- tanda seksual baik skundernya maupun primernya pada saat ia

mencapai kematangan.

2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola iteraksi dari

kanak-kanak sehingga menjadi dewasa.

3. Tersedia peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi kepada

kedaan yang relatif lebih mandiri.15

Anna Freud mendefinisikan, sebagaimana dikutip oleh Singgih,

“Masa remaja adalah suatu proses perkembangan meliputi perubahan-

perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual,

perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka”.16

Menurut Zakiah Daradjat, didalam bukunya Kesehatan mental,

pertumbuhan remaja masa ini kira-kira pada umur 13 tahun dan berakhir

kira-kira umur 21 tahun.17 Dan didalam buku yang lain beliau

menyimpulkan “Masa remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh

seorang dari kanak-kanak menuju dewasa atau perpanjangan masa kanak-

kanak sebelum mencapai masa dewasa”.18

Masa remaja merupakan masa yang kritis sebab dalam masa

remaja banyak dihadapkan dengan soal apakah ia dapat mengahadapi dan


15
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja . Rajawali Pres, (Jakarta: Pustaka Setia, 1991), 9.
16
Singgih Gunarsa, Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta,
1996), 202.
17
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta, Bina Ilmu, 1999),101.
18
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Gema Insani, 2001),69.
25

memecahkan masalah atau tidak. Dalam hal ini ketidak mampuan dalam

menghadapi masalah dalam masa remaja akan menjadi orang dewasa

yang tergantung.

Pada masa kanak-kanak ada beberapa ciri yang menandainya

sehingga menjadi jalas kedudukannya, yaitu ia belum dapat hidup

mandiri, belum matang dalam segala segi, tubuh masih kecil, organ-

organ belum dapat menjalankan fungsinya secara sempurna, kecerdasan,

emosi dan hubungan sosial belum selesai pertumbuhannya. Hidupnya

masih tergantung pada orang dewasa, belum dapat diberi tanggung jawab

atas segala hal.

Dilihat dari tubuhnya, masa remaja kelihatan seperti orang dewasa,

jasmaninya telah jelas berbentuk laki-laki/wanita, organ-organya telah

dapat menjalankan fungsinya. Dan dari segi lain dia sebenarnya belum

matang segi emosi dan sosial masih memerlukan waktu untuk berkembang

menjadi dewasa, kecerdasanya mengalami pertumbuhan mereka ingin

berdiri sendiri akan tetapi belum mampu bertangguang jawab dalam soal

ekonomi dan sosial.

Masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan, dimana jiwa

mereka berada dalam peralihan atau diatas jembatan yang goyang yang

menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan dari masa

dewasa yang matang dan berdiri sendiri.

Dengan demikian dari berbagai pandangan pengertian remaja

tersebut, dapat juga disimpulkan sebagai pedoman dalam pembahasan


26

selanjutnya bahwa remaja adalah beralihnya masa kanak-kanak menuju

masa dewasa dengan rentang usia antara 14 tahun sampai 21 tahun.

C. Perkembangan Remaja

Pada umumnya permulaan masa remaja ditandai oleh perubahan-

perubahan fisik yang mendahului kematangan seksual. Bersama dengan

perubahan fisik, proses perkembangan psikis remaja juga akan dimulai, dimana

mereka mulai melepaskan diri dari ikatan orang tuanya. Kemudian terlihat

perubahan-perubahan kepribadian yang terwujud dalam cara hidup untuk

menyesuaikan diri dalam masyarakat.

Perlu diketahui bahwa yang sangat berpengaruh pada proses

perkembangan remaja pada tahap selanjutnya atau untuk seterusnya adalah

lingkungan sosial dan teman sepergaulan. Perubahan yang dialami oleh para

remaja dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu:

1. Perubahan yang mudah diketahui, karena proses perkembangannya jelas

dan mudah diamati orang lain.

2. Perubahan yang sulit dilihat orang lain, maupun oleh remaja yang

mengalaminya sendiri.19

Didalam masa remaja mengalami adanya suatu proses perkembangan

yang meliputi:

1. Perkembangan Fisik

Perubahan fisik masa remaja dapat meliputi dua hal yaitu

a) Percepatan pertumbuhan dalam segala pertumbuhan fisik.

19
Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (BPK Gunung Mulia,
Jakarta, 1990), 2.
27

b) Proses kematangan seksual20

Pada awal percepatan dan cepatnya pertumbuhan masing-masing

individu mengalami perbedaan, dalam hal ini perbedaan jenis kelamin. Hal ini

sebagai mana di kemukakan oleh Gunarsa bahwa “Remaja wanita mengalami

perkembangan fisik lebih cepat kurang lebih 2 tahun dari pada remaja pria.

Permulaan percepatan pertumbuhan remaja pria berkisar antara 10,5 tahun

dan 16 tahun, sedangkan remaja wanita dimulai antara 7,5 tahun dan 11,5

tahun dengan umur rata-rata 10,5 tahun”.21

2. Perkembangan Psikologis

Masa remaja adalah masa dimana peralihan dari anak-anak menuju

masa dewasa, bukan hanya perubahan fisik akan tetapi perubahan psikologis

juga. Perkembangan psikologis muncul sebagai akibat dari perkembangan

fisik tersebut. Perubahan fisik tersebut menyebabkan kecanggungan bagi

remaja kerena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang

terjadi pada dirinya.

J.J. Rousseau, mengatakan bahwa “Yang penting dalam perkembangan

jiwa manusia adalah perkembangan perasaan. Perasaan itu harus dibiarkan

berkembangn bebas sesuai dengan pembawaan alam yang berbeda dari satu

individu ke individu yang lain”.22 Oleh sebab itu agar lebih bisa memahami

jiwa remaja dalam proses perkembanga psikologinya, maka dapat ditinjau dari

berbagai perkembangan yakni, perkembangan intelegensi, emosi, moral,

keagamaan serta perkembangan pribadi dan sosial.


20
Ibid, 40.
21
Y. Singging Gunarsa dan Singgih Gunarsa,: 40-43.
22
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja. (Jakarta :Rajawali Pres, 1991),21.
28

3. Perkembangan Intelegensi

Wechster mendefinisikan intelegensi seperti yang dikutip Sarlito

sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara

terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.23

Intelegensi adalah merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang

yang memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu

tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah yang timbul.

William Stern, seperti yang dikutip oleh singgih mengemukakan bahwa

“Intelegensi merupakan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri pada

tuntutan baru yang dibantu dengan penggunaan fungsi berfikir”.24 Binet, Item

juga berpendapat bahwa intelegensi merupakan kemampuan yang diperoleh

melalui keturunan, kemampuan yang dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu

banyak di pengaruhi oleh lingkungan.

4. Perkembangan Emosi

Pada awal bab ini sudah dijelaskan bahwa remaja bukanlah anak- anak

lagi akan tetapi belum mampu memegang tanggung jawab seperti halnya

orang dewasa. Ia ingin bebas, tetapi ia masih bergantung kepada orang tua dan

masih diperlakukan seperti anak kecil.

5. Perkembangan Moral dan Keagamaan

Masalah moral dan agama merupakan bagian yang cukup penting

dalam jiwa remaja sebagaimana orang tahu banyak orang yang berpendapat

bahwa moral dan agama bisa mengendalikan tingkah laku anak yang

23
Ibid, 77.
24
Y. Singgih gunarsa, 56-57.
29

beranjak dewasa, sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau

bertentangan dengan kehendak masyarakat. Pada sisi lain tidak ada moral dan

agama yang sering dianggap sebagai faktor penyebab meningkatnya

kenakalan remaja. Karena dalam diri seseorang sudah diatur segala sesuatu

perbuatan yang baik maka segala perbuatan yang dinilai tidak baik perlu

dihindari.

Zakiah menjelaskan bahwa “faktor yang menimbulkan gejala

kemerosotan moral yang terpenting diantaranya adalah kurang tertanamnya

jiwa agama dalam tiap-tiap orang dan agama tidak dilaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari baik yang individu maupun masyarakat.”25 Adapun

faktor-faktor yang menimbulkan gejala kemerosotan moral adalah sebagai

berikut:

a. Kurang tertanamnya jiwa agama dalam hati tiap-tiap orang dan tidak

dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, baik individu maupun

masyarakat.

b. Tidak dilaksanakanya pendidikan moral baik dalam rumah tangga,

sekolah maupun masyarakat.

c. Kerukunan hidup dalam rumah tangga kurang terjamin.

d. Kurangnya bimbingan dalam mengisi waktu luang dengan cara yang baik

dan sehat.

25
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan., 56
30

Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pendidikan moral dan

pembangunan mental, karna pendidikan agama harus dilaksanakan secara

intensif di rumah tangga, sekolah dan masyarakat.

Karna semakin jauh seseorang dari agama maka semakin susah

memelihara moral seseorang.

6. Perkembangan Pribadi dan Sosial

Perkembangan pribadi dan sosial pada anak usia remaja ditandai

dengan adanya kebutuhan ingin dihargai, diakui dan dipercaya oleh

lingkungannya, terutama oleh teman-teman yang sebayanya, karena

membutuhkan teman untuk mengembangkan pribadinya.

Masa remaja merupakan masa krisis identitas, dimana remaja

mengalami kegoncangan sehingga pembentukan identitas selalu terancam

yang biasanya ditandai dengan timbulnya bermacam-macam konflik baru.

Singgih Gunarsa menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan identitas adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi yaitu sifat yang meniru yang lebih mendalam. Dengan

identifikasi dimaksudkan bahwa tingkah laku, pandangan, pendapat, nilai-

nilai, norma, minat dan aspek-aspek lain dari kepribadian seseorang akan

diambilnya dan dijadikan bagian dari pada kepribadiannya sendiri.

b. Eksperimentasi yaitu mencoba beberapa peranan sosial sebelum ia

menentukan peranan sosial yang akan diambilnya untuk masa dewasa.26

26
Singgih Gunarsa dan Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (BPK
Jakarta: Gunung Mulia, 1989), 88-89.
31

Perkembangan sosial dan kepribadian dimulai dari usia pra sekolah

sampai akhir masa sekolah dan ditandai dengan meluasnya lingkungan sosial.

Anak mulai melepaskan diri dari keluarganya dan mendekatkan dirinya

dengan orang lain atau anggota keluarganya.

Meluasnya lingkungan sosial bagi anak, menyebabkan anak menjumpai

pengaruh-pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tuanya.

D. Pengertian Kenakalan Remaja dan Penyebab Terjadinya Kenakalan

Remaja

1. Pengertian kenakalan remaja

Kenakalan remaja adalah kenalan yang terjadi pada saat ia mulai

beranjak dewasa, jadi kenakalan remaja dalam konsep Psikologi adalah

Juvenile dilinquincy secara etimologi dapat diartikan bahwa Juvenile

berasal dari kata latin yang mana artinya ialah anak-anak atau anak muda.

Sedangkan “delinquere” artinya terabaikan atau mengabaikan, maka

dengan itu keduanya dapat diperluas menjadi jahat, asosial, pelanggar

aturan, pengacau, peneror, kriminal, susila dan lain sebagainya.

Dari jabaran diatas maka yang dimaksud dengan Juvenile

delequent adalah kenakalan remaja, namun pegertian tersebut

diinterprestasikan berdampak negatif secara Psikologis serta berdampak

pada anak yang akan menjadi pelakuknya. Sehingga pengertian secara

Etimologis tersebut telah mengalami adanya perubahan atau mengalami

pergeseran secara merata, akan tetapi hanya menyangkut aktivitas yakni

istilah kejahatan menjadi kenakalan.


32

Psikolog Bimo Walgito merumuskan arti dari Juvenile dilinquincy

sebagai berikut “Tiap-tiap perbuatanitu dilakukan oleh orang dewasa,

maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi perbuatan yang melawan

hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja”27

Maka dengan itu pengertian dapat disimpulkan bahwa kenakalan

remaja adalah tindak perbuatan yang dilakukan anak remaja dan perbuatan

melawan hukumyang mana terdapat dalamnya anti sosial, anti susila

serta melanggar norma agama maka kalau dilanggar orang yang sudah

menginjak dewasa akan menjadi tindak kejahatan. Ciri-ciri pokok

kenakalan remaja antara lain adalah sebagai berikut:

a. Pengertian kenakalan harus terlihat adanya perbuatan atau tingkah

laku yang bersifat pelanggaran hukum yang berlaku. pelanggaran

nilai-nilai moral.

b. Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang anti social yakni dengan

perbuatan atau tingkah laku tersebut bertentangan dengan nilai atau

norma sosial yang ada dilingkungan hidupnya.

c. Kenakalan merupakan kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang

berumur antara 13-17 tahun keatas dan belum menikah.

d. Kenakalan remaja dapat juga dilakukan bersama dalam satu kelompok

remaja.28

Masalah kenakalan remaja adalah masalah yang menjadi perhatian

setiap orang dimana saja, baik dalam masyarakat yang telah maju,

27
Bimo Walgito, Kenakalan Remaja, Fakultas Psikologi,(Yogyakarta, Media Press,1988 ), 2.
28
Singgih Gunarsa,………. 19.
33

maupun dalam masyarakat yang terbelakang. Karena kenakalan moral

seseorang berakibat sangat menganggu ketentraman orang yang berada di

sekitar mereka.

Akhir-akhir ini banyak kasus kenakalan remaja yang sering

meresahkan masyarakat antara lain; perkelahian, perampasan, pembajakan

angkutan umum, pelecehan seksual atau pun dalam bentuk-bentuk lain

yang sering kita temui. Bermacam-macam bentuk kenakalan remaja

semakin meningkat dan mewarnai kehidupan kita, membuat orang tua,

guru, tokoh masyarakat bahkan pemerintah pun ikut resah.

Adapun jenis kenakalan remaja menurut Dr. Zakiah Daradjat

dalam bukunya Membina Nilai-nilai Moral, beliau membagi dalam

tiga bagian yaitu:

1. Kenakalan Ringan

Kenakalan ringan adalah suatu kenakalan yang tidak sampai

melanggar hukum. Diantaranya adalah:

a. Tidak mau patuh kepada orang tua dan guru.

Hal seperti ini biasanya terjadi pada kalangan remaja, dia

tidak segan-segan menentang apa yang dikatakan oleh orang tua

dan gurunya bila tidak sesuai dengan jalan pikirannya. Remaja

mengalami pertentangan apabila orang tua dan guru masih

berpegang pada nilai-nila lama, yaitu nilai-nilai yang tidak sesuai

dengan zaman sekarang ini. Remaja mau patuh kepada orang tua

dan guru apabila mengetahui sebab dan akibat dari perintah itu.
34

Maka dari itu sebagai pihak orang tua dan guru hendaknya

memperhatikan dan menghargai jerih payah remaja agar remaja

merasa diperhatikan dan dihargai.

b. Lari atau bolos dari sekolah

Sering kita temui dipinggir-pinggir jalan, siswa-siswa yang

hanya sekedar melepas kejenuhan di sekolah. Di sekolah mereka

tidak luput dari keluhan para guru dan hasil prestasipun menurun

mereka tidak hanya mengecewakan wali murid dan guru saja

melainkan masyarakat juga merasa kecewa atas prilaku mereka.

Kadang remaja berlagak alim di rumah dengan pakaian seragam

sekolah tapi entah mereka pergi kemana, dan bila waktu jam

sekolah sudah habis merekapun pulang dengan tepat waktu. Guru

selolah-olah kehabisan cara untuk menarik minat remaja agar tidak

lari dari sekolah khususnya pada jam- jam pelajaran berlangsumg.

Namun begitu masih ada saja remaja yang masih berusaha

melarikan diri dari sekolah dengan alasan kebelakang, namun

akhirnya tidak kembali lagi ke kelas.

c. Sering berkelahi

Sering berkelahi merupakan salah satu dari gejala

kenakalan remaja. Remaja yang perkembangan emosinya tidak

stabil yang hanya mengikuti kehendaknya tanpa memperdulikan

orang lain, yang menghalanginya itulah musuhnya. Remaja yang


35

sering berkelahi biasanya hanya mencari perhatian saja dan untuk

memperlihatkan kekuatannya supaya dianggap sebagai orang yang

hebat. Remaja ini hanya mencari perhatian karna kurangnya

perhatian dari orang tua dan lingkungan yang ada di sekitarnya.

d. Cara berpakaian

Meniru pada dasarnya sifat yang di miliki oleh para remaja,

meniru orang lain atau bintang pujaannya yang sering di lihat di

TV atau pada iklan-iklan baik dalam hal berpakaian atau tingkah

laku, walaupun itu tidak sesuai dengan keadaan dirinya yang

penting baginya adalah mengikuti mode zaman sekarang.

2. Kenakalan yang menganggu ketentraman dan keamanan orang lain

Kenakalan ini adalah kenakalan yang dapat di golongkan pada

pelanggaran hukum sebab kenakalan ini menganggu ketentraman dan

keamanan masyarakat di antaranya adalah:

a. Mencuri

b. Menodong

c. Kebut-kebutan

d. Minum-minuman keras

e. Penyalahgunaan Narkotika

3. Kenakalan seksual

Pengertian seksual tidak terbatas pada masalah fisik saja,

melainkan jika secara psikis dimana perasaan ingin tahu anak-anak

terhadap masalah seksuil. Perkembangan kematangan seksuil ini


36

tidak secara fisik dan psikis saja. Kerapkali pertumbuhan ini tidak di

sertai dengan pengertian yang cukup untuk menghadapinya, baik dari

anak sendiri maupun pendidik serta orang tua yang tertutup dengan

masalah tersebut, sehingga timbullah kenakalan seksuil, baik terhadap

lawan jenis maupun sejenis. Adapun jenisnya meliputi:

a. Terhadap jenis lain

b. Terhadap orang sejenis.

Sedangkan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih Gunarsa juga

mengelompokkan kenakalan remaja dalam dua kelompok besar yaitu:

1. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak diatur

dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan

pelanggaran hukum.

2. Kenakalan remaja yang bersifat melanggar hukum dengan

penyesuaian sesuai dengan Undang-undang dan hukum yang

berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bilamana

dilakukam oleh orang dewasa.29

Sekarang ini yang banyak di jumpai kenakalan remaja pada saat

ini baik yang bersifat a-moral dan a-sosial yang tidak diatur oleh

Undang-undang maupun yang bersifat melanggar Undang- undang,

antara lain:

1) Berbohong

29
Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia,
1990,) 19.
37

Berbohong yaitu memutar balikkan kenyataan dengan

tujuan menipu atau menutup kesalahan. Yang dalam agama islam

di sebut sebagai orang munafik. Sebagaimana yang dijelaskan

dalam hadits Nabi SAW mengenai tanda-tanda orang munafik:

“Abu Hurairah r.a berkata: Nabi SAW bersabda: Tanda-tanda

orang munafik ada 3, yaitu: jika ia berkata dusta, jika ia berjanji

menghianati, dan jika ia dipercaya hianat”.30

John A. Bar mengatakan diantara sebab-sebab anak

berbohong adalah:

a. Perlindungan; anak sering berkata bohong untuk

melindungi dari hukuman atau orang lain

b. Prestise; melebih-lebihkan keadaan atau memalsukan

kenyataan

c. Proyeksi; anak telah dibuat “tahu” bahwa bohong itu

menyakitkan hati orang lain.maka, kalau anak ingin menyakiti

orang lain ia akan berbohong.

d. Kezaliman, kebiasaan, misalnya kebiasaan pada orang

dewasa untuk mengatakan “tidak di rumah” kalau dia tidak

mau menerima tamu, kebiasaan semacam ini bisa tumbuh

subur setelah anak menginjak remaja, karna lingkungannya

memupuk demikian.31

2) Membolos

30
Muhammad Fu’ad Abdul Bahri, Lu’lu’ Wal marjan, 21.
31
Kartini Kartono, Patologi sosial 2 Kenakalan Remaja,( Jakarta CV. Rajawali,1992), 7.
38

Membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa

sepengetahuan pihak sekolah.32 Hal ini yang memungkinkan

perkelahian pelajar, karena mereka pulang sebelum jamnya dan

tanpa sepengetahuan dari pihak guru maupun orang tua.

3) Membaca buku-buku yang berbau pornografi dan berpersta pora

semalam suntuk.

Banyak dari kalangan para remaja yang menggunakan

waktu luangnya dengan hal-hal yang negatif yang merugikan

dirinya sendiri, seperti membaca buku porno atau berfoya-foya

serta begadang semalam suntuk.33

Kalau di atas telah disebutkan sebagian kenakalan remaja

yang tidak diatur dalam undang-undang, maka dibawah ini akan di

sebutkan kenakalan remaja yang dianggap melanggar hukum,

diselesaikan dengan hukum dan disebut dengan istilah kejahatan.

a) Perjudian dan segala macam bentuk perjudian yang

menggunakan uang

b) Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekeraan :

pencopetan, perampasan, dan penjambretan

c) Penggelapan barang

d) Penipuan dan pemalsuan

e) Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno dan

pemerkosaan
32
NY. Y Singgih D. Gunarsa, 20.
33
Ibid,:21-22.
39

f) Pemalsuan uang dan surat-surat keterangan resmi

g) Tindakan-tindakan anti sosial: perbuatan yang merugikan

milik orang lain

h) Percobaan pembunuhan

i) Menyebabkan kematian orang, turut tersangkut masalah.

j) Pembunuhan

k) Pengguguran kandungan.

Kenakalan atau kerusakan yang bersifat a-moral dan a-

sosial tersebut diatas merupakan kelakuan remaja yang

menggelisahkan para orang tua, guru dan masyarakat secara

umum. Yang menjadi tanggung jawab kita selaku pendidik

sekarang adalah bagaimana cara mengarahkan para remaja dan

dengan jalan apa serta mampukah kita bertanggung jawab atas

semua hal tersebut.

Dewasa ini masalah kenakalan remaja sudah meraja lela

yang telah menjangkau dalam Undang-undang hukum pidana.

Masalah penyalagunaan narkotika telah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dengan masalah kenakalan remaja.

Kita sebagai pendidik harus bertangguang jawab atas

kenakalan-kenakalan remaja tersebut dan membinanya dengan

diadakan kegiatan-kegiatan yang dapat mengisi kekosongan

para remaja sehingga para remaja tidak ada waktu untuk

melakukan hal- hal yang tidak di inginkan oleh agama.


40

2. Sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja

Setelah kita mengetahui dan memahami pengertian dan jenis-

jenis kenakalan remaja dalam pembahasan ini, maka untuk lebih jauh lagi

kita akan membahas sebab-sebab dari adanya kenakalan remaja.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kanakalan merupakan

penyimpangan yang bersifat sosial, dan pelanggaran terhadap nilai-

nilai moral, nilai-nilai sosial, nilai-nilai lihur agama, dan beberapa segi

penting yang terkandung di dalamnya, serta norma-norma hukum yang

hidup dan tumbuh di dalamnya baik hukum tertulis maupun hukum tidak

tertulis. Semua perilaku yang menyimpang bagi remaja itu akan

menimbulkan dampak pada pembentukan citra diri remaja dan aktualisasi

potensinya.

Sebenarnya banyak sekali faktor atau gejala yang menyebabkan

kenakalan remaja yang terjadi. Dan yang terpenting diantaranya adalah

kurang tertanamnya jiwa agama dalam hati tiap-tiap orang. Dan tidak di

terapkannya agama dalam kehidupan sehari-hari baik oleh individu

maupun masyarakat. Adapun sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja

antara lain:

a. Kurangnya perhatian orang tua pada anaknya

Didalam rumah tangga kadang terjadi apa yang dimaksud

dengan tidak adanya perimbangan serta perhatian maksudnya adalah

perimbangan orang tua dengan tugas-tugasnya harus menyeluruh.

Masing-masing tugas menuntut perhatian yang penuh sesuai dengan


41

posisinya. Kalau tidak demikian akan terjadi keseimbangan yang

dibebankan orang tua dalam perkembangan anak.Yang artinya tidak

dibutuhkan stabilitas keluarga, pendidikan, pemeliharaan fisik dan

psikis termasuk kehidupan yang religius. Kalau perhatian orang tua

terhadap tugas-tugas sebagai seorang pendidik dan sekaligus ayah/ibu

bagi anak tidak seimbang berarti kebutuhan anak dapat terpenuhi yang

menyebabkan anak tersebut bisah menempuh jalan yang tidak ada

kontrolnya dari orang tua, seperti menyaksikan adengan-adengan yang

dapat menjadikan berpikiran negatif

b. Kurang tauladan dari orang tua

Ketauladanan dari kedua orang tua sangat diperlukan oleh

anaknya baik dalam bentuk tingkah laku seorang ayah/ibu kepada

adiknya, kakak-kakaknya maupun terhadap lingkungan disekitarnya.

Banyak anak yang merosot moralnya kerena sikap ayah/ibunya kurang

baik. Bila orang tua tidak memberi tauladan yang baik mengenai sikap

yang baik tersebut maka sikap tersebut akan berpengaruh terhadap

perkembangan moral anak secara tidak langsung yaitu melalui proses

peniruan sebab orang tua adalah orang yang paling dekat dengan

dirinya dan ditemui setiap hari.

c. Kurang pendidikan agama dalam keluarga

Biasanya orang tua beranggapan bahwa pendidikan itu hanya

diberikan disekolah saja sedangkan dirumah tidak perlu lagi, padahal

orang tua tidak menyadari bahwa kehidupan anak dirumah lebih lama
42

dibandingkan disekolah yang hanya beberapa jam saja. Dan lebih fatal

lagi bila orang tua beranggapan masalah pendidikan agama tidaklah

penting yang lebih penting adalah pendidikan umum.34

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja

Kalau kita menaggapi banyaknya kasus yang terjadi pada anak

remaja itu di karenakan tidak adanya control dari orang tua untuk

mendidik anaknya. Maka dengan itu orang tua dianggap kurang mampu

menanamkan keimanan pada anaknya yang mana dikarenakan adanya

kesibukan masing-masing sampai-sampai mendidik anaknyapun

terabaikan.

Maka dengan banyaknya bermunculan kasus tentang kenakalan

yang dilakukan oleh anak-anak yang beru mulai meningkat/beranjak

dewasa dikarenakan tidak adanya pengawasan dari orang tua tersebut dan

lingkungannyapun kurang mendudkung itu dikatakan sebagai salah satu

penyebabnya. Serta guru-gurupun ikut dianggap bertanggung jawab.

Maka dengan itu secara garis besar faktor yang mempengaruhi

terjadinya kenakalan remaja bisa di golongkan menjadi tiga antara lain:

1. Faktor keluarga

Keluarga adalah sebuah wadah dari permulaan pembentukan

peribadi serta tumpuhan dasar fundamental bagi perkembangan dan

pertumbuhan anak. Lingkungan keluarga secara potensial dapat

membentuk peribadi anak menjadi hidup secara bertanggung jawab,

34
Tarigan henry, Strategi Pengajaran Dan Pembeajaran, (Bandung : Angkasa, 2008), 35.
43

apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu gagal, akan terbentuk

seorang anak yang lebih cenderung melakukan tindakan- tindakan

yang bersifat kriminal, padahal dalam hadist sudah diatur.

2. Faktor sekolah

Sekolah adalah suatu lingkungan pendidikan yang secara garis

besar masih bersifat formal. Anak remaja yang masih duduk dibangku

SLTP dan SMU pada umumnya mereka menghabiskan waktu mereka

selama tujuh jam disekolah setiap hari, jadi jangan heran bila

lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan

moral anak.

Kepala sekolah dan guru adalah pendidik, disamping

melaksanakan tugas mengajar, yaitu mengembangkan kemampuan

berpikir serta melatih membinah dan mengembangkan kemampuan

berpikir anak didiknya, serta mempunyai kepribadian dan budi pekerti

yang baik dan membuat anak didik mempunyai sifat yang lebih

dewasa.

Dr. Zakiah Daradjat mengatakan behwa yang menyebabkan

kenakalan remaja diantaranya adalah kurang terlaksana pendidikan

moral dengan baik.35

Karena kebanyakan guru sibuk dengan urusan pribadinya

tanpa dapat memperhatikan perkembangan moral anak didiknya, anak

hanya bisah diberi teori belaka sementara dalam perakteknya gurupun

melanggar teori yang telah disampaikan pada anak didiknya. Padahal


35
Zakiah Drajat, Kesehatan Mental, (Bandung :Bulan Bintang, 1989 ).15-16.
44

guru merupakan suri tauladan yang nomor dua setelah orang tua,

makanya setiap sifat dan tingkah laku guru menjadi cerminan anak

didiknya. Bila pendidikan kesusilaan dalam agama kurang dapat

diterapkan disekolah maka akan berakibat buruk terhadap anak, sebab

disekolah anak menghadapi berbagai macam bentuk teman bergaul.

Dimana didalam pergaulan tersebut tidak seutuhnya membawa

kebaikan bagi perkembangan anak.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat adalah lingkungan yang terluas bagi remaja dan

sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Pada lingkungan inilah

remaja dihadapkan berbagai bentuk kenyataan yang ada dalam

kehidupan masyarakat yang berbeda-beda, apalagi dasawarsa terakhir

ini perkembangan moral kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi

berkembang dengan pesat, sehingga membawa perubahan-perubahan

yang sangat berarti tetapi juga timbul masalah yang mengejutkan.

Maka dalam situasi itulah yang menimbulkan melemahnya

norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat akibat perbuatan

sosial. Akibatnya remaja terpengaruh dengan adanya yang terjadi

dalam masyarakat yang mana kurang landasan agamanya, dan

masyarakat yang acuh terhadap lingkungan yang ada disekitarnya.

4. Upaya penanggulangan kenakalan remaja

Upaya penangulangan kenakalan remaja telah banyak dilakukan

oleh perorangan atau kelompok secara bersam-sama untuk mendapat hasil


45

yang dingginkan dengan itu pula dapat menjadikan remaja bisa atau dapat

menerima keadaan di lingkungannya secara wajar.

Zakiah mempunyai alternatif dalam menghadapi kenakalan remaja

yang mana dalam bukunya yang berjudul tetang kesehatan mental sebagai

berikut:

a. Pendidikan agama

Pendidikan agama harus dimulai dari rumah tangga, pada anak

tersebut masih kecil tetapi yang paling terpenting adalah percaya

kepada Tuhan. Serta dapat membiasakan atau mematuhi dan menjaga

nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang ditemukan didalam ajaran agama

tersebut.

b. Orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan.

Pendidikan dan perlakuan yang diterima oleh anak sejak kecil

merupakan sebab pokok dari kenakalan anak, maka orang tua harus

mengetahui bentuk-bentuk dasar pengetahuan yang minimal tentang

jiwa anak dan pokok pendidikan yang harus dilakukan dalam

menghadapi bermacam-macam sifat anak.

c. Pengisian waktu luang dengan teratur.

Cara pengisian waktu luang kita jangan membiarkan anak mencari

jalan sendiri. Terutama anak yang sedang menginjak remaja, karena

pada masa ini anak banyak menhadapi perubahan yang bercam-

macam dan banyak menemui problem pribadi. Bila tidak pandai


46

mengisi waktu luang, mungkin akan tenggelam dalam memikirkan diri

sendiri dan menjadi pelamun.

d. Membentuk markas-markas bimbingan dan penyuluhan.

Adanya markas-markas bimbinga dan penyeluruhan disetiap

sekolah ini untuk menampung kesukaran anak-anak nakal.

e. Pengertian dan pegalaman ajaran agama.

Hal ini untuk dapat menghindarkan masyarakat dari kerendahan

budi dan penyelewengan yang dengan sendirinya anak-anak juga akan

tertolong.

f. Penyaringan buku-buku cerita, komik, Film-film dan sebagainya.

Sebab kenakalan anak tidak dapat kita pisahkan dari pendidikan

dan perlakuan yang diterima oleh anak dari orang tua, sekolah dan

masyarakat.36

Maka dengan itu wujud dan jenis kenakalan remaja tidak lagi

bernilai kenakalan biasa, tetapi akan menjadi kekalan tindak keriminal

yang dapat mengaggu atau meresahkan masyarakat, oleh sebab itu suatu

kewajiban bersama dalam menaggulangi terjadinya kenakalan remaja,

baik penaggulangan secara preventif maupun secara represif.

Serta dengan itu dari kedua penaggulangan baik yang bersifat

preventif maupun represif itu dapat dijelaskan secara singkat:

a. Upaya penaggulangan secara preventif

Upaya penanggulangan secara preventif yaitu suatu usaha untuk

menghindari kenakalan atau mencegah timbulnya kenakalan-


36
Ibid. 121-125.
47

kenakalan sebelum rencana kenakalan itu bisah atau setidaknya dapat

memeprkecil jumlah kenalan remaja setiap harinya.

Agar dapat mewujudkan upaya penggulangan tersebut perlu

dilakukan langkah-langkah yang tepat didalam melakukan upaya

preventif tersebut antara lain:

1) Dalam lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan

terakhir dalam membentuk peribadi anak, sehingga langkah yang

dapat ditempuh dalam upayah preventif ini antara lain

a) Menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dengan

menghindari percecokan antara istri dan suami serta kerabat

yang lain.

b) Menjaga agar dalam keluarga jangan sampai terjadi

perceraian, sehingga dalam keluarga tidak terjadi broken

home.

c) Orang tua hendaknya lebih banyak meluangkan wakru

dirumah, sehingga mereka mempunyai waktu untuk memberi

perhatian terhadap pendidikan anaknya.

d) Orang tua harus berupaya memahami kebutuhan anak-

anaknya tidak bersikap yang berlebihan, sehingga anak tidak

akan menjadi manja.

e) Menanamkan disiplin pada anaknya.


48

f) Orang tua tidak terlalu mengawasi dan mengatur setiap gerak-

gerik anak, sehingga kebebasan berdiri sendiri akan tertanam.

2) Dalam lingkungan sekolah

Langkah-langkah untuk melakukan upaya pencegahan

dalam lingkungan sekolah:

a) Guru hendaknya menyampaikan materi pelajaran tidak

membosankan, dan jangan terlalu sulit sehingga motivasi

belajar anak tidak menurun secara drastis.

b) Guru harus memiliki disiplin yang tinggi terutama frekuensi

kehadiran yang lebih teratur didalam hal mengajar.

c) Antar pihak sekolah dan orang tua secara teratur dapat

mengadakan kerjasama dalam membentuk pertemuan untuk

membicarakan masalah pendidikan dan prestasi siswa.

d) Pihak sekolah mengadakan operasi pada ketertiban secara

kontinyu dalam waktu tertentu.

e) Adanya sarana prasarana yang memadai guna mendukung

berlangsungnya proses belajar mengajar, sehingga siswa

merasa kerasan disekolah.

3) Dalam lingkungan masyarakat

Langkah-langkah pencegahan yang harus ditempuh

masyakat antara lain:

a. Perlu adanya pengawasan ataupun kontrol dengan jalan

menyeleksi masuknya unsur-unsur baru.


49

b. Perlu adanya pengawasan terhadap pengedaran buku-buku

seperti komik, majalah ataupun pemasangan iklan-iklan yang

dianggap perlu.

c. Menciptakan kondisi sosial yang sehat, sehingga akan

mendukung perkembangan dan pertumbuhan anak.

d. Memberi kesempatan untuk berpartisipasi pada bentuk

kegiatan yang lebih relavan dengan adanya kebutuhan anak

muda zaman sekarang.

b. Upaya penanggulangan secara represif

1) Upaya penaggulangan secara represif seperti tertulis Yulia dan

gunarsa adalah“ suatu usaha atau tindakan untuk menindas dan

menahan kenakalan remaja sesering mungkin atau menghalagi

timbulnya peristiwa yang lebih kuat”.37

2) Upaya ini bisa diwujudkan dengan jalan memberi peringatan

atau hukuman kepada remaja diliquent terhadap setiap pelangaran

yang dilakuan setiap remaja. Bentuk hukuman tersebut bersifat

psikologis yaitu mendidik dan menolong agar mereka menyadari

akan perbuatannya dan tidak akan mengulangi kesalahannya.

3) Upaya penaggulangan secara represif dari lingkungan keluarga

dapat ditempuh dengan jalan memdidik anak hidup disiplin

terhadap peraturan yang berlaku dan bila dilanggar harus ditindak

atau diberi hukuman sesuai dengan perbuatannya.

37
Y. Singgih Gunarsa dan Singgih Gunarsa, 140.
50

4) Dalam lingkungan masyarakat tindakan yang represif dapat

ditempuh dalam memfungsikan peran masyarakat sebagai kontrol

sosial yaitu dengan langkah-langkah sebagi berikut:

a) Memberi nasehat secara langsung kepada anak yang

bersangkutan agar anak tersebut meninggalkan kegiatannya

yang tidak sesuai dengan seperangkat norma yang berlaku,

yakni norma hukum, sosial, susila dan agama.

b) Membicarakan dengan orang tua anak yang bersangkutan

dan dicarikan jalan keluar untuk anak tersebut.

c) Sebagai langkah terakhir masyarakat untuk lebih berani

melaporkan kepada yang berwajib tentang adanya perbuatan

dengan disertai bukti-bukti yang nyata, sehingga bukti tersebut

dapat dijadikan dasar yang kuat bagi instansi yang berwenang

didalam menyelesaikan kasus kenakalan remaja.

5) Dalam lingkungan sekolah tindakan represif dapat diambil sebagai

langkah awal adalah dengan memberi teguran dan peringatan jika

anak didik kita melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di

sekolah. Bentuk hukuman tersebut bisa berupa melarang

bersekolah untuk sementara waktu. Hal ini dilakukan agar menjadi

contoh bagi siswa lainya, sehingga dengan demikian mereka tidak

mudah melakukan pelangaran atau tata tertib sekolah.

c. Upaya penanggulangan secara kuratif dan rehabilitasi


51

Tindakan kuratif dan rehabilitasi dalam mengatasi kenakalan

remaja berarti usaha untuk memulihkan kembali (menolong) anak

yang terlibat kenakalan agar kembali dalam perkembangan yang

normal atau sesuai dengan aturan-aturan/norma-norma hukum yang

berlaku. Sehingga pada diri siswa tumbuh kesadaran dan terhindar dari

keputusasaan (frustasi). Penanggulangan ini dilakukan melalui

pembinaan secara khusus maupun perorangan yang ahli dalam

bidang ini.
52

E. Penelitian Terdahulu

Tabel Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel Metode Hasil Analisis


Analisis
Indra Wahyuni Strategi Pencegahan Strategi Pencegahan Deskriptif Family Futsal Academy adalah academy futsal yang memiliki
Perdana Kenakalan Remaja Kenakalan Remaja, Kualitatif tujuan agar para remaja di Tanjung Priok khususnya kelurahan
Melalui Pengembangan Pengembangan Potensi Sungai Bambu terhidndar dari tindakan-tindakan negatif yang
Potensi Olahraga Futsal Diri masuk dalam kategori kenakalan remaja, Family Futsal Academy
di Sungai Bambu membuat strategi – strategi khusus agar siswa academynya tidak
Jakarta Utara melakukan tindakan kenakalan remaja, dimana strategi tersebut
dicetuskan dan dilaksanakan oleh para pengurus dan staf pelatih
Family Futsal Academy.
Anik Dwi Cahyani Strategi Penanggulangan Strategi Guru PAI , Deskriptif Strategi Guru PAI dalama menanggulangi kenakalan remaha yaitu
Kenakalan Remaja Penanggulangan Kualitatif dengan menanamkan nilai – nilai agama melalui pembelajaran PAI,
Sekolah Menengah Kenakalan Remaja, mengaktifkan kegiatan keagamaan di sekolah, melakukan
Pertama Negeri 1 pendekatan kepada siswa yang bermasalah, membentuk bimbingan
Ngargoyoso Kabupaten keagamaan bagi siswa yaitu ROHIS dan melakukan kunjungan ke
Karanganyar Tahun rumah siswa yang bermasalah
Ajaran 2021/2022
Sarmin Husaini Strategi Dakwah Dalam Strategi Dakwah, Deskriptif Strategi dakwah dalam meminimalisir kenakalan remaja sudah di
Meminimalisir Meminimalisisr Kualitatif susun dalam bentuk program – program dakwah yaitu membuat
Kenakalan Remaja di Kenakalan Remaja berbagai agenda keagamaan seperti pengajian, dan acara – acara
Kelurahan Katangka keagamaan lainnya.
Kab. Gowa
53

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini jika dilihat dari lokasi sumber datanya termasuk kategori

penelitiannya lapangan (field research). Penelitian lapangan adalah penelitian

yang bertujuan untuk mencari peristiwa-peristiwa yang menjadi sebuah objek

penelitian yang berlangsung, sehingga mendapatkan informasi langsungdan

terbaru tentang masalah yang akan diteliti, sekaligus sebagai cross checking

terhadap bahan-bahan yang telah ada. Ditinjau dari segi sifat-sifat data maka

termasuk dalam penelitian Kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh pihak subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan

dengan cara deskripsi didalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Jika di tinjau dari sudut kemampuannya atau kemungkinan penelitian

dapat memberikan informasi atau penjelasan, maka penelitian ini termasuk

penelitian bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

berusaha mendeskriptifkan yang mengenai unit sosial tertentu yang meliputi

individu, kelompok, lembaga dan masyarakat. Dalam hal ini peneliti berupaya

mendeskripsikannya secara dalam bagaimana upaya guru PAI menanggulangi

kenakalan remaja di MTSs DDI Galesong Baru Makassar dilaksanakan dengan

rincian mengetahui jenis-jenis kenakalan remaja, penyebab terjadinya kenakalan

remaja dan upaya dalam menanggulangi kenakalan remaja.


54

Didalam penelitian deskriptif, ada 4 tipe penelitian yaitu penelitian survey,

studi kasus, penelitian korelasional dan penelitian kausal. Dan dalam hal ini,

penelitian yang peneliti lakukan termasuk penelitian studi kasus (case research),

yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai pada

unit-unit sosial tertentu, yang meliputi individu, kelompok, lembaga dan

masyarakat. Penelitian studi kasus ini peneliti gunakan dengan alasan

sebagaimana yang dikemukakan oleh Sevilla ed.all yang dikutip oleh farchan

arief, karena kita akan terlibat dalam penelitian yang lebih mendalam dan

pemeriksaan yang akan lebih menyeluruh terhadap perilaku individu. Di samping

itu studi kasus juga dapat mengantarkan peneliti memasuki unit-unit sosial

terkecil seperti perhimpunan, kelompok, keluarga, sekolah dan berbagai bentuk

unit sosial lainnya.

Studi kasus juga akan berusaha mendeskripsikan sesuatu latar, objek

atau suatu peristiwa tertentu secara mendalam. Pendapat ini didukung oleh

Yin yang menyatakan bahwa studi kasusnya merupakan strategi yang dipilih

untuk menjawab sebuah pertanyaan , jika fokus penelitian berusaha menelaah

fenomena kontemporer (masa kini) dalam kehidupan nyata. Adapun alasan

peneliti menggunakan studi kasus didalam mengkaji peran guru PAI dalam

menerapkan metode pembiasaan untuk menanggulangi kenakalan remaja di

MTSs DDI Galesong Baru Makassar dikarenakan beberapa alasannya sebagai

berikut:
55

a) Studi kasus dapat juga memberikan informasi penting mengenai

hubungan antara variabelnya, serta proses-proses yang memerlukan

penjelasan dan pemahaman yang lebih luas.38

b) Studi kasus akan memberikan kesempatan untuk memperoleh

wawasan mengenai konsep-konsep dasarnya tentang metode pembiasaan.

Dengan melalui penyelidikan peneliti dapat menemukan karakteristik dan

hubungan yang mungkin tidak diharapkan dan diduga sebelumnya.

c) Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang berguna

sebagai dasar untuk membangun latar permasalahannya bagi perencanaan

penelitian yang lebih besar dan dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial.

B. Kehadiran Peneliti

Instrumen yang utama didalam penelitian ini adalah manusia. Untuk

memperoleh data sebanyak mungkin dan mendalam, peneliti langsung hadir

ditempat penelitiannya. “Dalam pendekatan kualitatif, peneliti itu sendiri atau

bantuan dengan orang lain merupakan alat pengumpulan data utama”. Seiring

pendapat yang di atas, peneliti langsung hadir di lokasi penelitian yaitu

MTSs DDI Galesong Baru Makassar, untuk mengetahui pada waktu kegiatan

belajar mengajar dan agar bisa menyatukan dengan informan dan lingkungan

sekolah sehingga dapat melakukan wawancara secara mendalam,

observasi partisipatif dan melacak data-data yang diperlukan guna mendapatkan

data yang selengkap dan lebih mendalam.

Oleh karena itu untuk menyimpulkan data secara komprehensif maka

kehadiran pihak peneliti di lapangan sangat dibutuhkan supaya sesuai dengan


38
Kartini Kartono,Patologi sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta:CV. Rajawali, 2008), 13.
56

keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai

instrumen sekaligus pengumpul data sehingga dapat dikatakan peneliti dalam

penelitian ini sebagai instrumen kunci.39

C. Sumber data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah “Sumber- sumber

data yang diperoleh.” Data-data tersebut terdiri atas dua jenis yaitu data yang

bersumber dari manusia dan data yang bersumber dari non manusia. “Sumber

data terdiri dari data utama dalam bentuk kata-kata atau ucapan atau perilaku

orang-orang yang diamati dan diwawancarai.” “Sedangkan karakteristik dari data

pendukung berada dalam bentuk non manusia artinya data tambahan dalam

penelitian ini dapat berbentuk surat- surat, daftar hadir, ataupun segala bentuk

dokumentasi yang berhubungan dengan fokus penelitian.”Dengan kata lain

sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu :

1. Orang (person) yaitu sumber data yang bisa memberikan data yang berupa

jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Yang

termasuk dalam sumber data ini adalah kepala sekolah, beberapa siswa dan

beberapa guru di MTSs DDI Galesong Baru Makassar.

2. Tempat (place) yaitu sumber data yang menyajikan darinya dapat diperoleh

gambaran tentang situasi kondisi yang berlangsung berkaitan dengan masalah

yang dibahas, yaitu terkait perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi strategi

guru PAI dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa.

3. Sumber data yang berupa paper. Data ini diperoleh melalui dokumen yang

berupa catatan-catatan, arsip-arsip atau foto yang dapat memberikan informasi


39
Kartini kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2004), 17.
57

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian juga terkait dengan

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi strategi guru PAI dalam

menanggulangi kenakalan remaja siswa.

Pemilihan dan penentuan jumlah sumber data tidak hanya di dasarkan

pada banyakya informan, tetapi lebih dipentingkan pada pemenuhan

kebutuhan data. Sehingga sumber data dilapangan bisa berubah-ubah sesuai

dengan kebutuhan.

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dikelompokan

menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

1. Primer

Sumber data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh

secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Didalam

penelitian ini sumber data primernya yakni sumber data yang diperoleh dan

dikumpulkan langsung dari informan yang terdiri dari kepala sekolah, tenaga

pendidik dan tenaga kependidikan di MTSs DDI Galesong Baru Makassar.

Pemilihan informan didalam penelitian kualitatif dilakukan dengan

cara snowball sampling yakni informan kunci akan menunjuk orang- orang

yang mengetahui masalah-masalah yang akan diteliti untuk melengkapi

keterangannya dan orang-orang yang ditunjuk akan menunjuk orang lain bila

keterangannya yang diberikan kurang memadai begitu seterusnya dan proses

ini akan berhenti jika data yang digali diantara informan yang satu dengan

yang lainnya ada kesamaan. Sehingga data dianggap cukup dan tidak ada yang
58

baru. Bagi peneliti hal ini juga berguna terhadap validitas data yang

dikemukakan para informan yaitu kepala sekolah dan guru PAI. 40

2. Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang

diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat

oleh pihak lain). Adapun data sekunder untuk penelitian ini diambil dari

buku penunjang dan dari data hasilnya observasi yang berkaitan dengan fokus

penelitian. Semua data tersebut diharapkan mampu memberikan deskripsi

tentang strategi guru PAI dalam menerapkan metode pembiasaan untuk

menanggulangi kenakalan remajadi MTSs DDI Galesong Baru Makassar.41

D. Teknik Pengumpulan Data

Didalam penelitian, disamping perlu menggunakan metode penelitian yang

tepat juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan.

Penggunaan pada teknik operasional dan alat pengumpulan data yang tepat

memungkinkan diperolehnya pada data-data yang objektif. Adapun prosedur

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi partisipan

Observasi diartikan juga sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap segala yang tampak pada objek penelitian. Metode

observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data yang

berkaitan dengan fokus penelitian.

40
S, Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 189
41
Muhammad Fu’ad Abdul Bahri, Lu’lu’ Wal marjan, (Jakarta: Press Mulia, 2007), 18.
59

Dalam hal ini peneliti berusaha melakukan suatu pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak di MTSs DDI

Galesong Baru Makassar yaitu terkait perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi strategi guru dalam menanggulangi kenakalan remaja siswa. Adapun

juga dalam pelaksanaan teknik observasi pada penelitian ini adalah

menggunakan observasi partisipan. Adapun tujuan dilakukannya observasi

partisipan adalah untuk mengamati peristiwa sebagaimana apa yang terjadi di

lapangan secara alamiah. Pada teknik ini, peneliti melibatkan diri atau

berinteraksi secara langsung pada kegiatan yang dilakukan oleh subjek dengan

mengumpulkan data secara sistematis dari data yang diperlukan.

2. Wawancara atau Interview Mendalam

Metode wawancara atau interview adalah proses akan memperoleh

keterangan untuk tujuan pada penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka dengan pihak yang bersangkutan. Metode wawancara atau

interview untuk penelitian digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

penelitian. dalam hal ini peneliti memakai teknik wawancara mendalam (in

deep interview), yaitu dengan menggali informasi mendalam mengenai jenis-

jenis kenakalan remaja, sebab akan terjadinya kenakalan remaja dan upaya-

upaya dalam menanggulangi kenakalan remaja atau siswa. Peneliti akan

mewawancarai kepala sekolah, wakil kepala serta guru PAI di MTSs DDI

Galesong Baru Makassar

3. Dokumentasi
60

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk

mencari data mengenai variabel-variabel yang berupa yakni catatan, data

transkrip, buku, surat kabar, agenda atau lain sebagainya. Pada sebuah

penelitian, teknik dokumentasi yang digunakan sebagai sumber data

pendukung. Di samping itu data dokumentasinya diperlukan untuk

melengkapi data yang diperoleh dari proses wawancara dan observasi. Peneliti

didalam hal ini menggunakan teknik dokumentasi untuk memperoleh data

yang berupa arsip-arsip, catatan-catatan, buku - buku yang berkaitan dengan

upaya guru PAI dalam menanggulangi kenakalan remaja. Dokumen yang

dimaksud berupa foto-foto, dokumen sekolah, transkrip wawancara, dan

dukumen tentang sejarah sekolah serta perkembanganya, kesemua

dokumentasi ini akan dikumpulkan untuk di analisis demi kelengkapan

data penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mengambil foto-foto yang

berkaitan dengan peran guru PAI menerapkan metode pembiasaan untuk

menanggulangi kenakalan remaja.42

E. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dibutuhkan untuk membuktikan bahwa data

yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya melalui verifikasi

data. Moleong menyebutkan ada empat kriteria yaitu kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan

kepastian (confirmability).43

42
Singgih Gunarsa Psikologi Remaja,(Jakarta:Gunung Mulia, 2007), 17.
43
Lexy, J. Moleong, Penelitian…, 326.
61

Kredibilitas data adalah membuktikan kesesuaian antara hasil

pengamatan dengan kenyataan yang ada di lapangan. Dalam pencapaian

kredibilitas, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Ketekunan pengamatan, berarti peneliti mengadakan observasi terus- menerus

sehingga memahami gejala dengan lebih mendalam sehingga mengetahui

aspek yangterfokus, dan relevan dengan topik penelitian.

b) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan pada arah keabsahan data dengan

memanfaatkan berbagai sumber di luar data sebagai bahan perbandingan.

Dilakukan cross check agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas menurut William dalam Sugiono,

diartikan sebagai pada pengecekan data dari berbagai sumber-sumber dan

teknik/metode.44

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua triangulasi yaitu;

triangulasi sumber data dan triangulasi teknik/metode. Hal ini sesuai dengan

saran Faisal bahwa untuk mencapai standar kredibilitas hasil penelitian

setidaknya menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber data.45

Transferabilitas adalah berfungsi untuk membangun keteralihan dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara “uraian rinci”. Dengan teknik ini peneliti

akan melaporkan penelitian seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan

konteks tempat penelitian diselenggarakan dengan mengacu pada fokus penelitian.

Dependabilitas adalah kriteria menilai apakah proses penelitian bermutu

atau tidak. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertahankan
44
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
273
45
Sanapiah, Faisal, Penelitian Kualitatif…, 31.
62

ialah dengan audit dependabilitas oleh auditor independent guna mengkaji

kegiatan yang dilakukan oleh peneliti.

Konfirmabilitas adalah kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian

dengan perekaman pada pelacakan data dan informasi serta interpretasi yang

didukung oleh materi yang ada pada penelusuran atau pelacakan audit (audit

trail).Peneliti menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti data bahan

mentah berupa catatan lapangan dan transkrip wawancara; hasil perekaman

berupa dokumen atau foto; hasil analisis data berupa rangkuman hipotesis kerja,

dan konsep; dan catatan tentang proses penyelenggaraan berupa metodologi,

strategis dan usaha keabsahan. Untuk penilaian kualitas hasil penelitian ini

dilakukan oleh dosen pembimbing.

Anda mungkin juga menyukai