PAREPARE
DRAF
Oleh :
KARTINI
NIM: 15.08.01.0002
(STAI-DDI) Parepare
2020
DRAF
I. IDENTITAS MAHASISWA
a. Nama : KARTINI
II. JUDUL
PAREPARE ’’
BAB I
PENDAHULUAN
bagi peserta didik kearah yang lebih baik yaitu dari tidak tahu menjadi tahu.
2
Melalui pendidikan peserta di berikan wawasan yang luas mengenai pengetahuan,
memelihara kesiapan riil. Manusia sebagai homo educandum yang berarti manusia
apabila manusia tidak memiliki pendidikan tersebut bukan tidak mungkin manusia
dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
yang terdiri pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dan
jalur pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang lebih banyak diminati
Selain jalur Pendidikan formal, ada juga jalur Pendidikan non formal.
Biasanya jalur lebih kepada yang bersifat singkat, seperti kasus dan sejenisnya.
1
UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS (t.ct; Bandung Citra Umbara, 2006), h. 80.
2
M.F. Atsnan,danRahmita Yuliana Gazali., MembangunDisiplinKarakter Anak Bangsa,
(Yogyakarta: Andi, 2015), h. 198.
3
Allah menerangkan dalam firmannya dalam Q.S Luqman ayat 12 sebagai berikut :
َو َلَقْد آَتْيَنا ُلْقَم اَن اْلِح ْك َم َة َأِن اْشُك ْر هلِل َو َم ْن َيْشُك ْر َفإَّنَم اَيْشُك ُر ِلَنْفِسِه َو َم ْن َكَفَر َفِإَّن َهللا َغ ِنٌّي َحِم ْيٌد
Yang artinya :
(action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan
karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara
4
berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan untuk berhasil secara
akademis.3
are what we repeatedly do. Excellence, then, is not an act, but habbit”.4Karakter
merupakan cirri khas yang dimiliki oleh tiap-tiap orang yang menyangkut hal
Melalui pendidikan karakter pada remaja akan membentuk pribadi remaja menjadi
ideologi negara yaitu Pancasila, karena pada dasarnya negara dikenal sebagai
negara yang sangat menjunjung tinggi adanya tata krama dan sopan santun.
dimulai, dan era globalisasi total yang akanterjadi pada tahun 2020. Kedua
tantangan tersebut, merupakan ujian berat yang harus dilalui dan dipersiapkan
oleh seluruh bangsa Indonesia. Kunci sukses dalam menghadapi tantangan berat
itu, terletak pada kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang handal dan
berbudaya. Oleh Karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal
3
MuslichMasnur, Pendidikan KarakterMenjawabTantanganKrisisMultidimensional
(Jakarta: BumiAksara, 2011), h.29-30.
4
Daryanto dan SuryatruDarmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 3.
5
Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena
berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa
kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah
karena jika tanda-tanda ini sudah ada, berarti sebuah bangsa sedang menuju
per-group yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkat nya perilaku merusak
diri, seperti penggunaan narkoba, alcohol, dan seks bebas, semakin rendahnya
rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu
dan warga negara, membudaya nya ketidak jujuran, adanya rasa saling curiga dan
sebagian dapat diamati serta diukur kuantitas dan kualitas kedurjanaannya, namun
sebagian lagi tidak bias diamati dan tetap tersembunyi. Sedang dalam kondisi
5
MuslichMasnur, Pendidikan KarakterMenjawabTantanganKrisis Multidimensional, h. 35-
36.
6
teknologi, industrialisasi, dan urbanisasi. Banyak perbuatan kejahatan anak-anak
dan remaja tidak dapat diketahui, dan tidak dihukum disebabkan kejahatannya
dianggap sepele hingga tidak perlu dilaporkan kepada pihak berwajib, orang
segan dan malas berurusan dengan polisi dan pengadilan, dan orang merasa takut
parah. Tidak hanya pencurian, seks bebas, ngelem dan geng motor yang kerap kali
Berdasarkan data Polrestabes Makassar tahun 2015, tercatat49 kasus pada Januari
dan tinggal 36 kasus pada bulan Februari. 7 Beberapa kasus tersebut, telah
menunjukkan keprihatinan terhadap moral peserta didik masa kini. Salah satu
kemungkinan alasan masalah yang terjadi di kalangan pelajar tersebut adalah arus
globalisasi yang sekarang ini dapat menyebabkan degradasi nilai-nilai dan moral
remaja.
masa sekarang ini, terkadang membuat remaja salah mengartikan dan mudah
sekali mengimitasi informasi atau tontonan yang dilihatnya. Hal inilah yang
6
KartonoKartini, PatologiSosial 2 KenakalanRemaja(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.23.
7
Tri Yadi Kurniawan, “PelakuBegal Motor di Makassar di DominasiRemaja”, Tempo.co,
Maret 2015, https://nasional.tempo.co/read/646140/pelaku-begal-motor-di-makassar-didominasi-
remaja (01Maret 2015).
7
menjadi keprihatinan bagi pemerintah untuk lebih menekankan pendidikan
karakter bagi anak dalam proses pendidikan. Peraturan Presiden tahun 2010
(SBY) Mohammad Nuh, menegaskan bahwa tidak ada yang menolak tentang
pentingnya karakter, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana menyusun dan
pemerintah untuk lebih membentuk anak bangsa menjadi pribadi yang berkarakter
dan berbudaya sesuai dengan ideologi bangsa yaitu Pancasila. Tugas untuk
remaja saat ini, mampu teratasi secara baik. Namun, dari beberapa masalah yang
masih sering dijumpai dalam berbagai muatan berita, baik di media cetak maupun
online terkait dengan kasus kenakalan remaja, hal ini dapat dipahami bahwa
8
Muhsin pamungkas, ”Desain Induk Pendidikan Nasional Kementrian Pendidikan
Nasional”,https://muhsinpamungkas.files.wordpress.com/2011/05/desain-induk-pendidikan-
karakter-kemdiknas.pdf (diunduh Mei 2011).
8
Penerapan pendidikan karakter sekarang ini, telah diterapkan oleh beberapa
serta berbagai jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan
membentuk dan memperbaiki karakter peserta didik menjadi lebih baik, maka dari
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
7 Parepare.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
b. Secara Praktis
1) Bagi Guru
2) Bagi Sekolah
10
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi
remaja.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu skripsi yang diteliti Nur Setyanti Arif Novita yang berjudul
mencapai tahap akhir sudah mencapai taraf yang tidak sederhana lagi. Hal
Agama pun juga kerap terlibat. Hal ini tentunya menjadi PR tersendiri bagi
para guru, orang tua dan semua pihak yang bersangkutan. Tentunya hal ini
menuntut para guru untuk melakukan sesuatu dalam menangani masalah ini
guna menjadikan para penerus bangsa ini menjadi manusia yang berakhlak
lebih mulia.
jenis penelitian yang dipakai adalah studi kasus, oleh karena itu kehadiran
peningkatan kerjasama dengan wali murid dan menciptakan tata tertib yang
12
lebih ketat, semua itu berjalan dengan mudah. Banyak kendala-kendala yang
harus di hadapi, enggannya orang tua siswa atau kurang perhatiannya orang
yang dirasa sangat besar bagi para guru. Ketika orang tua acuh terhadap
Tetapi pihak guru dan juga sekolah tetap berupaya menjalin kerja sama
dengan wali murid menyikapi kenakalan –kenakalan siswa saat ini melalui
dokumentasi.
13
B. Landasan Teori
pendidikan formal. 10
pernah bias ditinggalkan. Sebagai sebuah proses, ada dua asumsi yang
dianggap sebagai sebuah proses yang terjadi secara tidak sengaja atau
berjalan secara ilmiah. Kedua, pendidikan bias dianggap sebagai proses yang
kesepakatan masyarakat. 11
mencapai tujuan yang baik dengan cara yang baik dan dalam
9
Pius Abdillah, KamusLengkap Bahasa Indonesia, h. 250.
10
Ara Hidayat, PengelolaanPendidikan (t.ct; YogyakartaPustakaEduca, 2009), h.30.
11
FathchulMuin, Pendidikan KarakterKonstruksiTeoretik dan Praktik (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), h.287-288.
12
Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (t.ct; Semarang: Akfi Media, 2009),
h. 57.
14
berarti watak, sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang yang lain. 13Karakter juga bias diartikan
tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan,
ataupun bias diartikan watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi
diambil dari bahasa yunani yang berarti “to mark” (menandai). Istilah ini
lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua pengertian karakter.
Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus, tentu saja orang
karakter mulia.
tahu, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar
15
Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan “personality”. Seseorang
implicit mengandung arti membangun sifat yang positif atau yang baik,
Hal ini didukung oleh pakar pendidikan Amerika Serikat, Peterson dan
kehidupan yang baik, dan bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. 18
dapat membuat suatu nilai yang dipahami oleh seseorang untuk menjadi suatu
sikap dan perilaku yang bermoral. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Fatchul
17
Fihris, Pendidikan Karakter di madrasah salafiyah (t.ct; Semarang: IAIN Walisongo
Semarang, 2010), h. 24.
18
MasnurMuslich, Pendidikan KarakterMenjawabtantanganKrisis Multidimensional, h. 72.
16
dan Praktik” bahwa karakter mengalami pertumbuhan yang membuat suatu nilai
menjadi budi pekerti, sebuah watak batin yang dapat diandalkan dan digunakan
baik bagi peserta didik terbangun dan peserta didik memiliki akhlak yang
umat manusia.
19
FatchulMu’in, Pendidikan Karakter: KonstruksiTeoretik dan Praktik, h. 72.
17
b. Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan
harmoni.
manusia yang memiliki cara berfikir dan berperilaku baik serta memiliki
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
pendidikan karakter menekankan anak didik untuk mempunyai karakter yang baik
pendidikan karakter untuk membangun karakter yang berakhlak mulia pada anak,
20
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: BumiAksara, 2013), h. 9.
21
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), h. 16.
18
harapannya anak dapat menjadi warga negara yang baik. Selain itu tujuan dari
peserta didik lebih mandiri dalam hal meningkatkan dan menggunakan ilmu serta
dari nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehinga dapat terwujud dalam kehidupan
sehari-hari.
budi pekerti yang bersumber dari etika dan moral menekankan unsur utama
kepribadian, yaitu kesadaran dan berperannya hati nurani dan kebijakan bagi
kehidupan yang baik berdasarkan sistem dan hukum nilai-nilai moral masyarakat.
dasar karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada
dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu, pendidikan karakter pada dasarnya adalah
pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa
pendidikan nasional.
22
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi PekertidalamPerspektifPerubahan(Jakarta:
BumiAksara, 2011), hlm. 67-68
19
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakater di Indonesia
Pancasila terdapat pada pembukaan UUD 1945 yang dijabarkan lebih lanjut ke
Ketiga, budaya. Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang
hidup bermasyarakat yang tidak didasari nila-nilai budaya yang diakui masyarakat
tersebut. Nilai budaya ini dijadika dasar dalam pemberian makna terhadap suatu
potensi peserta didik agar menjadi manusia yag beriman dan bertakwa kepada dan
23
Syamsul Kurniawan. M.S.I., Pendidikan
KarakterKonsepsi&Implementasisecaraterpadu….., h. 39-40.
20
Pengembangan pendidikan karakter di lingkungan sekolah pada dasarnya
karakter sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang
pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
dan menerapkan nilai-nilai yang diyakini baik dan benar demi membentuk,
mengembangkan, dan membina tabiat atau kepribadian peserta didik sesuai jati
Peserta didik merupakan generasi yang akan menentukan nasib bangsa kita
dikemudian hari. Karakter peserta didik yang terbentuk sejak sekarang akan
sangat menentukan karakter bangsa ini di kemudian hari. Karakter peserta didik
akan terbentuk dengan baik manakala dalam proses tumbuh kembang mereka
didik adalah pribadi yang mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara
pembiasaan untuk berlaku jujur, kesatria,malu berbuat curang, dan lain lain.
Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi bisa melalui transformasi budaya dan
21
yang menginternalisasi kebajikan (tahu dan mau) dan terbiasa mewujudkan
mengingat kurikulum adalah “ruh” atau inti dari pendidikan itu sendiri.
Dengan demikian Nampak jelas bahwa apabila seorang anak masih berada
norma hukum, sosial, susila dan agama maka perbuatan anak tersebut
sifat nakal; perbuatan nakal; tingkah laku secara ringan yang menyalahi norma
yang berlaku dalam suatu masyarakat; remaja perilaku remaja yang menyalahi
24
AmirullohSyarbini, Pendidikan KarakterBerbasisKeluarga (Yogyakarta: Ar-Ruzz,
2016), h. 53.
25
FJ. Monks, dan Knoers Siti RahayuHadiantono, PsikologiPerkembangan,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), h.220.
22
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan mulai dewasa; sudah
atau perbuatan yang menyalahi norma yang berlaku dalam suatu masyarakat,
perilaku tersebut dilakukan oleh remaja atau seorang muda yang dalam usia mulai
Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, artinya anak-anak, anak muda,
ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas Delinquent berasal dari kata
ribut, pengacu, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain
kenakalan remaja ialah tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-
syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai acceptable dan baik oleh suatu
delinquency atau kenakalan remaja adalah suatu perilaku atau kenakalan yang
dilakukan oleh remaja yang disebabkan oleh keadaan sosial yaitu dimana anak
26
KartiniKartono ,PatologiSosial 2: KenakalanRemaja, h. 7.
27
Sofyan S. Willis.Remaja dan Masalah: Mengupas Berbagai BentukKenakalan
Remaja Seperti Narkoba, Free Sex, dan Pemecahannya (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 89.
23
tidak dapat bersikap atau bertingkah laku sesuai dengan norma yang ada pada
pengabaian sosial dan faktor orang dewasa yang belum percaya memberikan
tanggung jawab pada remaja, sehingga terjadi ketimpangan karena seorang remaja
kepribadian yang defek, yaitu yang mendorong anak menjadi delinkuen. Berikut
E.Hipotesis
28
KartiniKartono, PatologiSosial 2: KenakalanRemaja, h. 49-56.
24
membantu membentuk karakter peserta didik dengan menanamkan nilai-
judul skripsi ini, maka penulis perlu mengangkat suatu batasan sederhana tentang
pengertian judul dan beberapa kata yang dianggap penting yaitu “Implementasi
sekolah.
25
c. Mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang di terapkan di
sekolah.
kenakalan remaja
terapkan di sekolah
yang berlaku.
26
a. Memahami faktor yang mendukung dalam mengatasi kenakalan
remaja
remaja
G. KerangkaFikir
Guru
Peserta
Kerangka pikir diatas dapat dijelaskan didikyang terkait dengan judul skripsi
bahwa
unsur yang sanga tpenting yaitu guru dan peserta didik dimana kedua unsure
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
28
SMPN 7 Parepare di Jalan KebunkacangKecamatan Bacukiki Kabupaten Kota
Parepare
B. Waktu penelitian
bulan.
a. Jenis penelitian
29
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Parepare dengan
ruang lingkup penelitian yaitu kepala sekolah dan Guru Agama yang
1. Observasi
dan pencatatan terhadap gejala yang diselidiki. Pada penelitian ini, peneliti
30
2. Wawancara
3. Dokumentasi
E. Analisis Data
Data yang sudah didapat dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi
data ke dalam berbagai fokus, kategori atau permasalahan yang sesuai. Pada akhir
tahap ini, semua data yang relevan diharapkan telah tersusun dan terstruktur
sesuai kebutuhan.
31
Komposisi BAB
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
B. RumusanMasalah
32
A. Tinjauan penelitian tertentu
B. Landasan Teori
E. Hipotesis
G. KerangkaFikir
A. Lokasi Penelitian
B. Waktu Penelitian
E. Analisis Data
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
33