Anda di halaman 1dari 102

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa dan diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Selain itu pendidik juga dapat menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang

damai, tertib dan teratur. Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai

usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

masyarakat dan kebudayaan. Salah satu upaya membina kepribadian dengan

pendidikan karakter.

Pendidikan karakter menjadi isu penting dalam dunia pendidikan akhir-

akhir ini, hal ini berkaitan dengan perkembangan arus globalisasi, kemajuan

teknologi dan informasi serta bergesernya nilai dan norma yang ada dalam

masyarakat cenderung mempengaruhi pola sikap remaja untuk melakukan

penyimpangan perilaku. Kenakalan remaja pada saat ini, seperti yang banyak

diberitakan diberbagai media, juga yang kita jumpai, banyak anak remaja dan

anak di bawah umur sudah mengenal rokok, narkoba, seks bebas, tawuran,

pencurian, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya yang menyimpang dari

norma-norma yang berlaku di masyarakat dan berurusan dengan hukum.

Berbagai kerusakan moral di atas mengindikasikan telah terjadinya

pergeseran nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta

memudarnya kesadaran masyarakat tehadap nilai-nilai agama, budaya dan


2

falsafah bangsa. Dampaknya hilanglah nilai-nilai karakter yang melekat pada

bangsa kita, seperti rasa malu, kejujuran, kesantunan, kebersamaan, tanggung

jawab dan sebagainya.1 Kondisi karakter remaja tersebut telah mendorong

pemerintah untuk mengambil inisiatif untuk memprioritaskan pembangunan

karakter bangsa. untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter

sebagaimana di amanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN). Dalam Bab II Pasal 3 dinyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.2

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional kita seperti yang di amanatkan

UUSPN di atas, intinya adalah peningkatan iman dan takwa serta pembinaan atau

pembangunan karakter peserta didik ke arah yang lebih baik. Membangun

karakter peserta didik membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan harus

dilakukan secara berkesinambungan. Pemerintah tidak ada henti-hentinya untuk

melakukann upaya-upaya untuk perbaikan karakter peserta didik. Salah satu

upaya untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan karakter tersebut, pemerintah

telah menyusun kebijakan atau grand design pengembangan pendidikan karakter,

baik secara makro maupun mikro.3


1
Amirullah Syarbini, Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga: Studi Tentang Model
Pendidikann Karakter dalam Keluarga Perspektif Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h.
13
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional, Kementrian Pendidikan. Republik Indonesia, (Jakarta:2013), h. 5
3
Amirullah Syarbini, Op Cit, h. 15
3

Secara makro, pengembangan pendidikan karakter dapat dibagi menjadi

tiga tahap, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan atau implementasi dan

tahap evaluasi. Sementara itu, pada tataran mikro, pengembangan pendidikan

karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar mengajar di kelas,

kegiatan keseharian dalam bentuk budaya satuan pendidikan, kegiatan

kokurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan dalam masyarakat.4

Pendidikan karakter telah banyak di jelaskan dalam Al-Qur’an, salah

satunya terdapat pada QS. Luqman (31) ayat 13 sampai 19, sebagai berikut:

‫َو ِإْذ َقاَلُلْقَٰم ُنٱِلْبِنِهۦَو ُهَو َيِع ُظ ۥُهَٰي ُبَنَّىاَل ُتْش ِرْك ِبٱلَّلِۖه ِإَّنٱلِّش ْر َك َلُظْلٌمَعِظ يٌم‬. . .
‫َۚك‬
‫َو ٱْقِص ْد ِفىَم ْش ِيَك َو ٱْغ ُضْض ِم نَص ْو ِت ِإَّنَأنَك َر ٱَأْلْص َٰو ِتَلَص ْو ُتٱْلَح ِم يِر‬. . .
Terjemah:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia


memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau
menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah adalah
benar-benar kezaliman yang besar. Dan Kami perintahkan kepada manusia
(agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. Dan jika keduanya
memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak
mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu,
maka akan Aku beri tahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(Luqman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi,
niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah
Mahahalus, Mahateliti. Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah
(manusia berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang
demikian itu termasuk perkara yang penting. Dan janganlah kamu
4
?
Ibid, h. 17
4

memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah


berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam
berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai."5
Berdasarkan ayat di atas, terdapat enam komponen pendidikan karakter

sebagai berikut:

1. Komponen pendidik dalam hal ini adalah kedua orang tua.

2. Komponen peserta didik

3. Lingkungan, dimana kegiatan pendidikan tersebut berlangsung

4. Materi (kurikulum) pendidikan yang dalam ayat-ayat tersebutmencangkup

materi pendidikan tentang keimanan atau akidah yang kokoh dan akhlak

yang mulia.

5. Hubungan, pendekatan dalam proses belajar mengajar.

6. Metode.6

Dengan mengikuti uraian tersebut nampak dengan jelas bahwa ajaran

Islam amat memperhatikan pembinaan karakter peserta didik. pembinaan tersebut

dilakukan melalui pendidikan karakter yang dimulai dari keluarga, yang

selanjutnya dilakukan oleh sekolah.

MTs. Negeri 1 Banggai Laut adalah salah satu lembaga pendidikan yang

berlabel agama. Seiring dengan berkembangnya zaman bermacam-macam corak

pergaulan yang menjamur dikalangan peserta didik di MTs. Negeri 1 Banggai

Laut dalam pola kehidupan sehari-hari. Salah satu kebiasaan di kalangan peserta

didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut, misalnya kebiasaan hidup mereka mulai
5
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Terjemahan dan Tajwid, (Bandung: Creative Media
Corp, 2014), h. 405-406
6
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), h. 203-204
5

meniru budaya barat. Hal ini menyebabkan banyak perilaku amoral yang

seharusnya tidak terjadi dikalangan mereka. Sehingga mereka tidak optimal dalam

menerapkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya moral

dan budi pekerti menurun drastis, seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi.

Berdasarkan informasi yang di dapatkan pada observasi awal peneliti di

MTs. Negeri 1 Banggai Laut Provinsi Sulawesi tengah pada tanggal 15-16

November 2021, ternyata masih sering terjadi permasalahan-permasalahan dalam

penanaman nilai karakter pada peserta didik MTs. Negeri 1 Banggai Laut.

Misalnya masih ada saja ketidak jujuran yang terjadi, baik itu ketika ulangan

berlangsung, bahkan juga ketika ada salah satu temannya yang kehilangan uang

saku, kurangnya rasa hormat pada guru, dan juga mereka saling mengolok-olok

atau bertutur kata yang kasar secara berlebihan sehingga berakibat dapat

menyakiti perasaan temannya yang di olok. Menurut bapak Saprudin Jawana,

S.Pd.I selaku guru Akidah Akhlak, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam, peserta

didik yang demikian mencapai 50% dari keseluruhan peserta didik di MTs. Negeri

1 Banggai Laut.7

Pembentukan karakter peserta didik sebagai generasi muda sangatlah

penting. Akhlak adalah sumber segala-galanya, semua dalam kehidupan

tergantung pada akhlak, artinya tidak ada kehidupan tanpa akhlak. Itulah sebabnya

karakter menjadi perhatian dalam kehidupan manusia. Para pendidik harus selalu

mengarahkan pergaulan peserta didik kepada pembentukan karakter akhlak mulia

dan kebiasaan yang baik.

7
Saprudin Jawana, Guru Akidah Akhlak MTs. Negeri 1 Banggai Laut, Wawancara di
Lingkungan Madrasah oada Tanggal 15 Desember 2021
6

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak Peserta

Didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

a. Bagaimana pendidikan karakter peserta didik di MTs. Negeri 1 Banggai

Laut?

b. Bagaimana akhlak peserta didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut?

c. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan karakter

dan akhlak peserta didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut?

2. Batasan Masalah

Agar permasalahan tidak meluas, serta untuk mendapatkan hasil atau

gambaran yang jelas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang

bertujuan untuk memfokuskan permasalahan yang akan dibahas untuk

mendapatkan tingkat kedalaman penelitian dengan jelas dan maksimal.

Mengingat luasnya permasalahan yang akan diidentifikasikan yakni

tentang pengaruh pendidikan karakter terhadap akhlak peserta didik di MTs.

Negeri 1 Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah. Maka dalam hal ini, peneliti

membatasi hanya sebagian peserta didik saja agar mudah di kontrol.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
7

a. Untuk mengetahui pendidikan karakter peserta didik di MTs. Negeri 1

Banggai Laut.

b. Untuk mengetahui akhlak Peserta didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut.

c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan karakter terhadap akhlak peserta

didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca khususnya

mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) tentang pengaruh pendidikan

karakter terhadap akhlak peserta didik.

b. Manfaat praktis

Diharapkan dalam penulisan ini dapat memberikan hasil dan manfaat bagi

semua pihak diantaranya sebagai beribut:

1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, bahwa perlunya

pembentukan karakter pada peserta didik.

2) Sebagai sarana bagi penulis untuk meningkatkan kemampuan melakukan

penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah.

3) Sebagai sarana untuk penulis dan peneliti lain yang akan melakukan penelitian

tentang pengaruh pendidikan karakter terhadap akhlak peserta didik.

4) Penelitian ini diharapkan berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan,

terutama bagi jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

D. Hipotesis Penelitian
8

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori

yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data.8 Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat penulis kemukakan

hipotesis dalam penilitian ini, yaitu:

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan karakter dan

akhlak peserta didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut.

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan karakter dan akhlak

peserta peserta didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut.

E. Pengertian Judul dan Operasional

1. Pengertian Judul

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Akhlak

Peserta Didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah” dengan

begitu, kata yang perlu di definisikan agar tidak terjadi kesalah pahaman sebagai

berikut:

a. Pengaruh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan daya yang

ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,

kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

b. Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan proses,

cara, perbuatan mendidik atau proses mengubah sikap dan tata laku seseorang

8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2019), h. 99
9

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan.

c. Karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

d. Akhlak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu budi pekerti atau

kelakuan.

e. Peserta Didik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu murid atau

siswa. Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur

pendidikan baik pendidikan informal, pendidikan formal maupun nonformal.9

2. Definisi Operasional

Mengacu pada pengertian di atas, maka penulis mengemukakan definisi

Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Akhlak Peserta Didik di MTs. Negeri 1

Banggai Laut yaitu reaksi yang timbul dari proses pembinaan dan bimbingan

perilaku peserta didik.

9
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Jakarta:
Kencana, 2016), h. 60
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Relevansi dengan Penelitian Sebelumnya

1. Berdasarkan penelitian skripsi yang dilakukan oleh Nurhudayana dengan

judul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak Aeserta

Didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Lembang Kabupaten Pinrang”. Penelitian ini

menggunakann jenis penelitian kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan

terdapat pengaruh pembelajaran penidikan agama Islam terhadap akhlak peserta

didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Lembang Kabupaten Pinrang. 10

Adapun perbedaannya penelitian ini berfokus pada Pendidikan agama

Islam sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan berfokus pada Pendidikan

karakter yang ditanamkan dalam keseharian peserta didik di sekolah.

2. Berdasarkan hasil penelitian skripsi yang dilakukan oleh Zakiah Daradjat

dengan judul “Hubungan antara Lingkungan Keluarga dengan Pembentukan

Karakter Anak Murid Kelas V SD Negeri No. 196 Bontomajannang Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takalar”. Didapatkan bahwa hubungan lingkungan

keluarga terhadap karakter anak SDN No. 196 Bontomajannang Kecamatan

Galesong Utara Kabupaten Takarlar termasuk dalam kategori baik. Lingkungan

keluarga memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap karakter anak.

10
Nurhudayana, Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Akhlak
Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 3 Lembang Kabupaten Pinnrang,Vol. 17,Jurnal
Pendidikan Islam ,2019, h. 57-70
11

Hal tersebut dapat dilihat dari koefesien korelasi yang ditemukann sebesar 0,6664

termasuk kategori kuat.11

Adapun perbedaan, dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Zakiah

Daradjat yaitu berfokus pada hubungan antara lingkungan keluarga dengan

pembentukan karakter sedangkan peneliti meneliti yang berfokus pada pengaruh

pendidikan karakter.

B. Landasan Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistemattis

untuk memotivasi, membina membantu, serta membimbing seseorang untuk

mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih

baik.12

Secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa Latin kharakter atau

bahasa Yunani charassein yang berarti to engrave yang artinya mengukir,

melukis, memahatkan atau mengoreksikan.13 Secara terminologis, Doni Koesoema

memahami karakter sama dengan kepribadian, yaitu ciri atau karakteristik, gaya,

sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang

11
Zakiah Daradjat, Hubungan antara Lingkungan Keluarga dengan Pembentukan
Karakter Anak Murid Kelas V SDN No. 196 Bontomajannang Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar, Skripsi, (Makassar: Universitas Muhamadiyah Makassar, 2021)
12
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 2
13
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 19-20
12

diterima dari lingkungan. Hermawan Kertajaya Berpendapat, karakter adalah ciri

khas yang dimilki suatu benda atau individu (manusia). Ciri khas tersebut adalah

asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan

mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar daan

merespon sesuatu.14

Menurut Scerenko pendidikan karakter adalah sebagai upaya yang

sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan,

didorong dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah dan biografi para

bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk

mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari). 15 Menurut

Lickona, pendidikan karakter adalah upaya membentuk atau mengukir

kepribadian manusia melalui proses knowing tha good (mengetahui kebaikann),

loving the good (mmencintai kebaikan), dan acting the good (melakukan

kebaikan), yaitu proses pendidikan yang melibatan tiga ranah, pengetahuan moral,

perasaan moral dan tindakan moral. Tanpa melibatkan ketiga ranah tersebut

pendidikan karakter tidak akan berjalan dengan efektif.16

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa

pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat

mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan

14
Amirullah Syarbini, Op Cit, h.28-29
15
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Op Cit, h 45
16
Amirullah Syarbini, Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga: Revitalisasi Peran
Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: PT. Gramedia,
2014), h. 13
13

sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif pada

lingkungannya.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk mengembangkan potensi

dasar agar berhati baik, dan berperilaku baik, memperkuat dan membangun

perilaku bangsa yang multikultural, meningkatkan peradaban bangsa yang

kompetitif dalam pergaulan dunia.17

Pendidikan karakter berkaitan dengan pembentukan mental dan sikap

peserta didik dikelola dengan menanamkan nilai-nilai religius dan nilai-nilai yang

positif. Nilai itu perlu ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata

pelajaran. Oleh karena itu, perlu disiplin sejumlah nilai utama sebagai pangkal

tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. 18 Dari penjelasan di atas peneliti dapat

menyimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan karakter adalah untuk menjadikan

manusia yang seutuhnya yaitu manusia yang beradab dan bermartabat.

c. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, baik dalam

satuan pendidikan formal, nonformal maupun informal, pemerintah sebenarnya

telah mengidentifikasi 18 nilai-nilai yang bersumber dari agama, Pancasila,

budaya, dan tujuan pendidikan nasional, tersebut adalah religius, jujur, toleransi,

disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif,

17
Daryanto dan Suryatri Darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 45
18
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Op Cit, h. 39
14

cinta damai, gemar membaca, peduli lingungan, peduli sosial dan tanggung

jawab.19 Dengan begitu dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Religius, ialah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta

hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur, ialah perilaku yang di dasarkan pada upayamenjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

3) Toleransi, ialah sikap dan tindakan yang enghargai perbedaan agama, suku,

etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4) Disiplin, ialah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras, ialah perilaku yang menunjukan upaya sunguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas

dengansebaik-baiknya.

6) Kreatif, ialah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau

hasil baru dari sesuatu yang telah dimilki.

7) Mandiri, ialah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang

lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis, ialah cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama

hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

19
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:
Rosdakarya, 2019), h. 52
15

9) Rasa ingin tahu, ialah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,

dilihat dan didengar.

10) Semangat kebangsaan, ialah cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

11) Cinta tanah air, ialah cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

12) Menghargai prestasi, ialah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta

menghormati keberhasilan orang lain.

13) Bersahabat atau komunikatif, ialah tindakan yang mmemperlihatkan rasa

senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

14) Cinta damai, ialah sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang

lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15) Gemar membaca, ialah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16) Peduli ingkungan, ialah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-

upaya untuk memperbaiki kerusakanalam yang sudah terjadi.

17) Peduli sosial, ialah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan

pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.


16

18) Tanggung jawab, ialah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, baik terhadap diri

sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), maupun negara

dan Tuhan yang Maha Esa.20

Selain itu, terdapat 13 nilai pendidikan karakter menurut Abuddin Nata,

yaitu ikhlas, rela, tabah, kejujuran, keadilan, saling menyayangi, saling mencintai,

tolong menolong, toleransi, bersaudar, kesetiakawanan, kebebasan dan

kemandirian.21 dari uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa nilai-nilai

Pendidikan karakter mencangkup nilai karakter yang berhubungan dengan Tuhan,

diri sendiri, sesama manusia, masyarakat dan berbangsa.

d. Metode Pendidikan Karakter

Karakter yang akan ditanamkan hendaknya disampaikan dengan metode

yang tepat sehingga tujuan dapat tercapai. Begitu juga dalam karakter peserta

didik diperlukan berbagai macam metode karena ada banyak karakter yang perlu

dimilki oleh peserta didik dalam mengarungi kehidupannya sehingga dapat

selamat dunia dan akhirat. Metode tersebut sebagai berikut:

1) Metode internalisasi, adalah upaya memasukan pengetahuan dan keterampilan

melaksanakan pengetauan kedalam diri seseorang sehingga penetahuan itu

menjadi kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Metode keteladanan, adalah pendidik meneladankan (mencontoh-kan)

kepribadian muslim dalam segala aspeknya.

3) Metode pembiasaan, sebenarnya berintikan pengalaman yang di ulang-ulang.


20
Daryanto dan Suryatri Darmiatun, Op Cit, h. 134-143
21
Abuddin Nata, Pendidikan Islam di Era Milenial, (Jakarta: Kencana, 2020), h. 170
17

4) Metode cerita, ialah upaya mendidik yang bertumpu pada bahasa, baik lisan

maupun tulisan. Dengan bercerita, orang tua dapat menanamkan nilai-nilai

Islam pada anaknya, seperti menunjukan perbedaan perbuatan baik dan buruk

serta ganjaran dari setiap perbuatan.

5) Metode nasihat, merupakan penyampaian kata-kata yang menyentuh hati dan

disertai keteladanan.

6) Metode penghargaan dan hukuman, Penghargaan penting untuk dilakukan

karena pada dasarnya setiap orang dipastikan membutuhkan penghargaan dan

ingin dihargai.22

2. Akhlak Peserta Didik

a. Pengertian Akhlak Peserta Didik

Menurut etimologi, akhlak adalah bentuk masdar (infinitif) dari kata

akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan yang memiliki arti perangai (as-sajiyah) yang berarti

kelakuan, tabiat, atau watak dasar (ath-thabi’ah) kebiasaan atau kelaziman

(al-‘adat) yang berarti peradaban yang baik (al-muru’ah) dan agama (ad-diin).

Kata khuluqu juga ada yang menyamakan dengan kesusilaan, sopan santun, serta

gambaran sifat batin dan lahiriah manusia. Sedangkan secara terminologi akhlak

adalah hal yang berhubungan dengan perilaku manusia.23

Ibn Miskawaih, mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam

dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan. Selain itu, Ghazali mengatakan bahwa akhlak

22
Amirulloh Syarbini, Op Cit, h. 59-73
23
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers,
2012), h. 72
18

adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam

perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.24

Dari berbagai pengertian di atas, tampak saling melengkapi oleh karena itu

kita dapat melihat 5 ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak yaitu:

1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang,

sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa

pemikiran.

3) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang

mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

4) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan,

pilihan, dan keputusan yang bersangkutan.

5) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,

bukan main-main atau bersandiwara.25

Dari uraian di atas penulis dapat mennyimpulkan bahwa akhlak adalah sifat

atau tabiat yang terlihat dari diri setiap manusia.

b. Macam-macam Akhak Peserta Didik

Akhlak secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akhlak

mahmudah (akhak terpuji) dan madzmumah (akhlak tercelah). Akhlak terpuji

adalah yang dikehendaki oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah. Sedangkan

24
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2010),
h. 14
25
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 4-7
19

aklak yang tercela adalah akhlak yang dibenci oleh Allah sebagaimana akhlak

orang-orang kafir, orang-orrang musyik dan orang-orang munafik.26

1) Akhlak mahmudah (akhlak terpuji)

Menurut Al-ghazali, akhlak terpuji yaitu sumber kataatan dan kedekatan

kepada Allah SWT, sehingga mempelajari dan mengamalkannya merupakan

kewajiban individual setiap muslim. Selain itu, Ibnu Qayyim juga berpendapat

bahwa, akhlak terpuji adalah ketundukan dan keinginan yang tinggi. Sifat-sifat

terpuji, menurutnya berpangkal dari kedua hal tersebut. Ia memberikan gambaran

tentang bumi yang tunduk dengan ketentuan Allah, ketika air turun menimpanya,

bumi merespon dengan kesuburan dan menumbuhkan tanaman-tanaman yang

indah. Demikian pula manusia, tatkala diliputi rasa ketundukan kepada Allah,

kemudiian turun taufik dari Allah, ia akan merespon dengan sifat-sifat terpuji.27

Dengan demikian, yang dimaksud dengan akhlak mahmudah ialah

perilaku manusia yang baik dan disenangi menurut individu dan sosial, serta

sesuai ajaran yang bersumber dari Allah SWT. adapun contoh akhlak terpuji,

yaitu:

1. Amanat (jujur, dapat di percaya)

2. Al-haya’ (malu),

3. Tawadhu (rendah hati)

4. Al-ikhlas (ikhlas)

5. Ash-shabru (sabar)

26
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Op Cit, h. 199-200
27
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 180
20

6. Asy-syukur (syukur)

7. Al-wafa (menepati janji)28

2) Akhlak madzmumah (akhlak tercela)

Secara bahasa, kata madzmumah berasal dari bahasa Arab yang artinya

tercela. Segala bentuk perbuatan yang bertentangan dengan akhlak terpuji disebut

akhlak tercelah. Akhlak tercelah merupakan tingkah laku yang dapat merusak

keimanan seseorang, dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia. Akhlak

tercela juga menimbulkan orang lain merasa tidak suka terhadap perbuatan

tersebut.

Akhlak tercelah adalah akhlak yang bertentangan dengan perintah Allah.

Dengan demikian, pelakunya mendappatkan dosa karena mengabaikan perintah

Allah.29 Diantara perbuatan akhlak tercelah sebagai berikut:

1. Al-khiyanah (khianat)

2. Al-ghadhab (marah)

3. Al-kadzbu (menipu)

4. Al-ghibah (mengumpat)

5. As-sirqah (mencuri)

28
Ibid, h. 182
29
Ibid, h. 232-233
21

Berdasarkan macam-macam akhlak terpuji di atas, penulis dapat

menguraikan sebagai berikut:

1. Amanat (jujur, dapat di percaya), adalah kesesuaian antara ucapan dengan

kenyataan, tergantung pada keyakinan orang yang berbicara. Jujur adalah

lawan kata dusta.30

2. Al-haya’ (malu), ialah malu terhadap Allah dan malu kepada diri sendiri di

kala melanggar peraturan-peraturan Allah31. Perasaan ini dapat menjadi

bimbingan kepada jalan keselamatan dan mencegah dari perbuatan nista.

3. Tawadhu (rendah hati), secara bahasa tawadhu bermakna tadzallul dan

takhasyu’ (merendahkan diri), atau dapat dikatakan bahwa tawadhu adalah

bersikap rendah hati terhadap orang yang dihormati.

4. Al-ikhlas (ikhlas), secara bahasa ikhlas bermakna jernih dan bersih dari noda.

Dikatan khalasha min warathatihi khallashahu takhlishan artinya

menyelamatkannya. Ikhlas dalam ketaatan berarti meninggalkan riya’.

5. Ash-shabru (sabar), sabar secara bahasa berarti menahan dan mencegah.

Lawan katanya adalah sedih. Shabara shabran dia bersabar dan tidak

bersedih. Sabar adalah mencegah atau menahan diri untuk tidak bersedih,

menahan lisan untuk tidak mengadu, menahan anggota tubuh untuk tidak

melakukan tindakan tercela.32

30
Said Ali Wahaf al-Qahthani, Panduan Akhlak Mulia sesuai Tuntunan Al-qur’an dan
Sunnah, (Yogyakarta: Pustaka Hati, 2018), h. 111
31
?
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Perspektif Ak-qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 45
32
Said Ali Wahaf al-Qahthani, Op Cit, h. 58, 56, 401
22

6. Asy-syukur (syukur), Syukur secara bahasa ialah membuka dan menyatakan.

Adapun menurut istilah ialah menggunakan nikmat Allah untuk taat kepada

Allah dan tidak menggunakannya untuk berbuat maksiat kepadda Allah.

Bentuk syukur ini ditandai dengan keyakinan hati, bahwa nikmat yang

diperoleh berasal dari Allah bukan selain-Nya. Kemudian diikuti pujian dari

lisan dan tidak menggunakan nikmat tersebut untuk sesuatu yang dibenci oleh

pemberinya.33

7. Al-wafa (menepati janji), dalam ajaran Islam, janji adalah hutang yang harus

dibayar. Apabila kita mengadakan perjanjian pada suatu waktu, kita harus

menunaikannya tepat pada waktunya. Janji disini menanggung tanggung

jawab. Artinya jika kewajiban tersebut tidak dipenuhi, dalam pandangan

Allah kita termasuk orang yang bersalah dan berdosa. Menurut Al-Mawardi,

menepati janji merupakan salah satu kewajibban seorang pemimpin, bahkan

menjadi tonggak berdirinya pemerintahan yang disiplin.34

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat dua macam

akhlak yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela, diaman akhlak terpuji adalah

perbuatan atau tingkah laku peserta didik yang sesuai dengan ajaran agama Islam

yang di contohkan oleh Rasulullah saw, sedangkan akhlak tercela adalah

perbuatan atau tingkah laku yang di larang oleh Allah SWT.

33
Samsul Munir Amin, Op Cit, h. 201-202
34
Ibid, h. 207
23

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Akhlak Peserta Didik

Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak merupakan

faktor penting yang berperan dalam menentukan baik buruknya tingkah laku

seseorang. Faktor-faktor tersebut juga turut memproduk dan mempengaruhi

tingkah laku seseorang dalam pergaulan hidupnnya sehari-hari. Adapun faktor

yang mempengaruhi bentuk akhlak meliputi:

1) Insting dan naluri

Menurut bahasa insting berarti kemampuan berbuat pada suattu tujuanyang

dibawah sejak lahir, merupakan pemuasan nafsu, dorongan-dorongan nafsu dan

doronngan psikologis. Menuru James insting adalah suatu sifat yang

menyampaikan pada tujuan dan cara berpikir. Insting merupakan kemampuan

yang melekat sejak lahir dan dibimbing oleh nalurinya.

Insting pada intinya adalah suatu kesanggupan unttuk melakukan

perbuatan yang tertuju kepada sesuatu pemuasan dorongan nafsu atau dorongan

batin yang telah dimiliki manusia maupun hewan sejak lahir.35

2) Nafsu

Nafsu berasal dari bahasa Arab, yaitu nafsun yang artinya niat. Nafsu ialah

keinginan hati yang kuat. Nafsu merupakan kumpulan dari kekuatan amanah dan

sahwat yang ada pada manusia. Menurut Agus Sudjanto nafsu ialah hasrat yang

besar dan kuat, ia dapat memengaruhi seluruh fungsi jiwa.

3) Adat dan kebiasaan


35
Yatimin Abdullah, Op Cit, h. 76
24

Adat menurut bahasa ialah aturan yang lazim diikuti sejak dahulu. Biasa

ialah kata dasar yang mendapat imbuhan ke-an, artinya boleh, data atau sering.

Menurut Nasraen, adat itu ialah suatu pandangan hidup yang mempunyai

ketentuan-ketentuan yang objektif, kokoh dan benar serta mengandung nilai

mendidik yang besar terhadap seseorang dalam masyarakat.

Kebiasaan ialah perbuatan yang berjalan dengan lancar seolah-olah

berjalan dengan sendirinya. Perbuatan kebiasaan pada mulanya dipengaruhi oleh

kerja pikiran, didahului oleh pertimbangan akal dan perencanaan yang matang.

Lancarnya perbuatan dikarrenakan perbuatan itu seringkali diulang-ulang.

4) Lingkungan

Lingkungan ialah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang

dapat berwujud benda-benda seperti air, udara, bumi, langit, dan matahari.

Berbentuk selain bentuk seperti insan, pribadi, kelompok, institusi, sistem,

undang-undang dan adat kebiasaan. Lingkungan dapat memainkan peranan dan

mendorong terhadap perkembangan kecerdasan, sehingga manusia dapat

mencapai taraf yang setinggi-tingginya dan sebaliknya juga dapat merupakan

penghambat yang menyekat perkembangan sehingga seorang tidak dapat

mengambil manfaat dan kecerdasan yang divariasi. Adapun jenis dari lingkungan,

sebagai berikut:

1. Lingkungan dalam rumah tangga. Akhlak orangtua di rumah dapat

mempengaruhi tingkah laku anggota keluarganya dan anak-anaknya. Oleh

karena itu, orang tua harus dapat menjadi contoh suru teladan yang baik

terhadap anggota keluarnya terkhhusus anak-anaknya.


25

2. Lingkungan sekolah. Sekolah dapat membentuk pribadi peserta didiknya.

3. Lingkungan pergaulan bebas. Pergaulan bebas dapat menfhalalkan segala

cara untuk mewujudkan impiannya.36

5) Pendidikan

Dalam pendidikan, anak didik akan diberikan didikan untuk menyalurkan

dan mengembangkan bakat yang ada, serta membimbing dan mengembangkan

bakat tersebut, agar bermanfaat pada dirinya dan bagi masyarakat.

Pendidikan ikut mematangkan kepribadian manusia sehingga tingkah

lakunhya sesuai dengan pendidikan yang telah diterima oleh seseorang, baik

pendidikan formal, infoerman maupun nonformal. Betapa pentingnya faktor

pendidikan itu, karena naluri yang terdapat pada seseorang dapat dibangun dengan

baik dan terarah. Oleh karena itu, pendidikan agaa perlu dimanifestasikan melalui

berbagai media baik pendidiikan formal di sekolah, pendidikann informal di

lingkungan keluarga dan pendidikan non formal yang ada pada masyarakat.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan konseptualisasi mengenai bagaimana suatu

teori memiliki hubungan diantara bermacam-macam faktor yang di identifikasikan

penting dalam permasalah pendidik. Dalam kerangka pemikiran, peneliti harus

menguraikan konsep atau variabel penelitiannya secara lebih terperinci. 37

Pendidikan karakter adalah salah satu usaha dalam pembentukan akhlak

peserta didik, begitupun dengan karakter religiusitas merupakan sifat, kepribadian,


36
Ibid, h. 83-90
37
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 76
26

perilaku, kejiwaan yang berorientasi pada keagamaan. Oleh karena itu, dalam

mencari pembenaran pendidikan agam islam dapat mempengaruhi pembentukan

karakter religiusitas siswa, dapat digambarkan dalam kerangka pikir penelitian ini

sebagai berikut:

Pendidikan Akhlak Peserta Didik


Karakter (X) (Y)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
27

Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kuantitatif. Teknik

analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana, untuk menguji

hipotesisnya. Desain yang digunakan adalah desain deskritif kuantitatif.

Penulis juga menggunakan metode penelitian survei. Metode survei adalah

metode riset yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data,

tujuannya untuk untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang

diangggap mewakili populasi tertentu.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Pemelihan lokasi penelitian adalah di MTs. Negeri 1 Banggai Laut,

Kecamatan Labobo, Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2022/2023

yang kurang lebih selama 2 bulan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik tertentu.

Maka populasi yang penulis ambil adalah sejumlah 49 peserta didik di MTs.
28

Negeri 1 Banggai Laut yang terdiri dari kelas VII 13 orang, VIII A 13 orang, VIII

B 12 orang dan IX 11 orang.

2. Sampling

Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Boring Sampli.

Boring sampling adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya

dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100.

D. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

1. Definisi Operasional

Denisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel38.

Tabel 3.1

Indikator Pencapaian Variabel

No. Variabel Indikator Sub Indikator

1. Pendidikan Berhubungan dengan Tuhan. Religius

karakter (X) Diri sendiri Jujur


Disiplin
Kerja keras
Kreatif
Mandiri
Rasa ingin tahu

38
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: PT. Midas
Surya, 1989), h. 46
29

Mengahargai prestasia
Gemar membaca
Tanggung jawab
Sesama lingkungan Toleransi
Demokratis
Bersahabat/komunikatif
Cinta damai
Peduli sosial
Peduli lingkungan
Kebangsaan Semangat kebangsaan
Cinta tnah air
2. Akhlak peserta Akhhlak Mahmudah (akhlak Shidqu (jujur)

didik (Y) terpuji) Al-haya’ (Malu)


Tawadhu (rendah hati)
Al-ikhlas (ikhlas)
Ash-shabaru (sabar)
Asy-syukur (syukur)
Al-wafa (menepati janji)

2. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentu apa sajayang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi yang

kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi

dua, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dengan uraian sebagai

berikut:
30

a. Variabel bebas (X), adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pendidikan karakter.

b. Variabel terikat (Y), adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adala akhlak peserta didik di MTs.

Negeri 1 Banggai Laut.

Variabel X yang memepengaruhi variabel Y.

X = Pendidikan karakter

Y = Akhlak Peserta didik

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian yang terpenting adalah pengumpulan data, karena untuk

mendapatkan data yang akurat. Selain itu, tanpa teknik pengumpulan data peneliti

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diharapkan. Oleh

karena itu, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu:

1. Kuisioner/Angket

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan

karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh

oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.39

Dalam hal ini peneliti menggunakan angket yang bersifat tertutup yaitu

jawaban dari pertanyaan penulis telah disediakan dan responden hanya memilih
39
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perbandingan
Perhitungan Manual dan SPSS, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 18-21
31

salah satu jawaban, yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Ini

dilakukan untuk memperoleh data variabel X dan Y.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda, dan

sebagainya. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi

benda mati.40 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah

peserta didik dan profil sekolah.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis dalam penelititan ini adalah untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh pendidikan karakter dalam keluarga terhadap akhlak peserta didik

di MTs. Negeri 1 Banggai Laut, maka langkah yang dilakukan dengan skala

likert, mengembangan prosedur pengukuran dengan skala:

1) Mengelola setiap jawaban dari angket yang telah disebarkan, memberi skor

pada masing-masing pernyataan.

2) Pemberian nilai pada angket yang telah disebarkan kepada responden, dengan

menggunakan skala likert, yaitu memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu

pernyataan positif dan pernyataan negatif, pernyataan positif diberi skor 1

untuk jawaban tidak pernah, skor 2 untuk jawaban kadang-kadang, skor 3

untuk jawaban sering, dan skor 4 untuk jawaban selalu. Sementara itu,

pernyataan negatif diberi skor 1 untuk jawaban selalu, skor 2 untuk jawaban
40
Salim dan Haidir, Penelitian Pendidikan: Metode Pendekatan dan Jenis, (Jakarta:
Kencana, 2019), h. 100
32

sering, skor 3 untuk jawaban kadang-kadang, dan skor 4 untuk jawaban tidak

pernah.41

Tabel 3.2

Skala Likert

Skala Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

Pernyataan 4 3 2 1

Positif
Skor

Pernyataan 1 2 3 4

negatif

Cara menjawabnya dengan menggunakan cheklist pada salah satu

alternatif jawaban yang sudah disediakan.

1. Mencari Presentasi Frekuensi

Cara menghitung presentase adalah banyaknya frekuensi (f) dibagi dengan

jumlah data (N). Ini dapat dibuat dalam formula sebagai berikut:42

Keterangan:

41
Syofian Siregar, Op Cit, h. 6
42
Syafril, Statistik Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2019), h. 19
33

P : Angket presentase

f : Frekuensi yang sedang dicari presentasinya

N : Jumlah Frekuensi/Banyaknya Individu

Penentuan kategori presentase menurut Arikunto, sebagai berikut:

81% - 100% kategori sangat tinggi

61% - 80% kategori tinggi

41% - 60% kategori cukup

21% - 40% kategori rendah

< 21% kategori sangat rendah43

2. Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrument penelitian dilakukan untuk mengukur dan

mengetahui tingkat validasi dan reabilitas. Pengujian dilakukan untuk

memperoleh instrument-instrumen yang layak digunaka dalam penelitian ini.

a. Uji Validasi

Uji validasi instrument dilakuakn dengan menggunakan kesahihan butir,

dengan Teknik korelasi product moment. Untuk menguji skor butir dengan skor

total digunakan derajat kebebasan α = 0,05 (5%). Uji validasi instrument

dilakukan terhadap semua yang dijadikan sampel penelitian. Uji validasi

instrument pada penelitian ini menggunakan SPSS, instrument di anggap valid

apabila rhitung > rtable.44 Uji validasi pada penelitian ini menggunakan SPSS.

b. Uji Reliabilitas

43
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 2009), h. 44
44
Supardi, Op. Cit, h.146
34

Butir instrument penelitian dikatakan reliabel apabila standar koefisien

Alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,6 (ἁ ≥ 0.06). uji reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan SPSS.

3. Pengujian Persyaratan Analisisi

Uji persyaratan analisis dalam penelitiaan kuantitatif merupakan uji asumsi

klasik. Sebelum melakukan uji hipotesis, maka diperluka uji pesyaratan analisis

terlebih dahulu. Uji persyaratan analisis tersebut meliputi uji normalitas, uji

linearitas dan uji homogenitas.45

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah menguji data yang memiliki distribusi normal

sehingga dapat dipakai dalam statistik parametik.46 Untuk menguji

normalitasdalam penelitian ini digunnakan metode Kolmogorov-Smirnov, pada

output SPSS terdapat dua jenis hasil data perhitungan yaitu Konglomogrov-

Smirnev. Kriteria pengujian normalitas menurut versi ini, jika nilai p value Sig >

0,05.47

b. Uji Linearitas

Uji linear bertujuan untuk mengetahui bentuk variabel bebas dan variabel

terikat. Hubungan ditunjukan dengan status linear (garis lurus) suatu distribusi

45
Kasmadi dan Nia Siti Sunariah, Panduan Modern Penelitian Kuantitatif, (Sukabumi:
Alfabeta, 2013), h. 92
46
Duwi Prayanto, Paham Analisis Statistik dengan SPSS, (Yogyakarta: Media Kom,
2010), h. 71
47
Kasmadi dan Nia Siti Sunairah, Op. Cit, h. 117
35

data penelitian. Untuk menentukan data disebut linear, maka mengacu pada

ketentuan berikut:48 Uji Linearitas pada penelitian ini menggunakan SPSS.

1) Jika nilai probalitas > 0,05 maka terdapat hubungan yang linear antara

variable bebas dengan variable terikat.

2) Jika nilai probalitas < 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linear antara

variabel bebas dengan variabel terikat.

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan pengujian asumsi dengan tujuan untuk

membuktikan data yang dianalisis berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda

keragamannya (varians). Kriteria homogenitas varians yaitu apabila nilai p value

Sig > 0,05. nilai p value Sig merupakan nilai perhitungan hasil pengujian

homogenitas.49 Uji homogenitas ini menggunakan SPSS.

2. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Regresi Linear Sederhana

Regresi linear sederhana melibatkan hubungan dua variabel yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Persamaan umum regresi linear sederhana adalah

Y= a + bX

Keterangan:

48
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan, (Bandung:
Anggota IKAPI, 2012), h. 175
49
Kasmadi dan Nia Siti Sunairah, Op. Cit, h. 118-119
36

Y : Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.

a : harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b : angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel independen. Bila b (+)

maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X : subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

Agar hasil yang diperoleh regresi dapat dijelaskan hubungannya, maka

hasil regresi tersebut akan diuji menggunakan uji-t dengan derajat kepercayaan

0,05. Adapun kriteri hasil penelitian untuk menguji hipotesis dijelaskan sebagai

berikut:

1) Apabila nilai signifikan < α = (0,05), maka dapat disimpulkan H 0 ditolak,

artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variable bebas terhadap

variabel terikat.

2) Apabila nilai signifikan > α = (0,05), maka dapat disimpulkan H 0 diterima,

artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable bebas terhadap

variabel terikat.

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain koefesien determinasi digunakan

untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas yang diteliti pengaruh

pendidikan karakter (X) terhadap akhlak peserta didik (Y) yang merupakan

variabel terikat. Koefisien determinasi (R 2) berkisar antara nol sampai dengan satu
37

(0 ≤ R2 ≤ 1). Hal ini berarti R2 = 0 Menunjukkan tidak adanya pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat.

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat MTs. Negeri 1 Banggai Laut


38

MTs. Negeri 1 Banggai Laut pada awalnya adalah MTs. AL Huda

Mansalean Berdiri pada Tahun 1985-1996 Yang pengelolahnya Yayasan PERGIS

Al huda Mansalean (Ketua Yayasan Drs. Abu S. Bukamo) adalah PNS

Dapertemen Agama Kab.Banggai di Luwuk sehingga MTs. AL Huda Mansalean

di bawah naungan Dapertemen Agama Kab.Banggai Sulawesi Tengah. Madrasah

ini berubah status menjadi MTs.Negeri Labobo Bangkurung tahun 1997 dalam

SK Keputusan Menteri Agama RI No. 107 Tahun 1997 Tanggal 17 Maret 1997 ,

Tentang Pembukaan dan Penegerian Madrasah (MTs.Al Huda Mansalean) pada

Lampiran SK No. Urut 147.

Pada perubahan Status MTs. Al Huda mansalean menjadi MTs.Negeri

Labobo Bangkurung tahun 1997, maka pada saat itu Drs Abu S.Bukamo selaku

Ketua Yayasan PERGIS Al Huda Mansalean menyerahkan ke pemerintahan

Dapertemen Agama 1 Lokal gedung bangunan (3 ruang belajar) yang dibangun

oleh Yayasan Al Huda Mansalean yang masih Semi Permanen. Dengan jumlah

pegawai / Guru berstatus PNS sejumlah 2 Orang dibantu 11 Orang Guru tenaga

honorer , di antara lain :

1) Rahima BA., A.Md (Status PNS Kemag);

2) Masnang K. Daid ( Status PNS Kemag );

3) Saridin Supu;

4) Rusdin K Bukamo;

5) Abu Bukamo;

6) Wardana Bukamo;

7) Abd. Rasid Bukamo;


39

8) Suharto AR.Hamid;

9) Suparto Lamuri;

10) Muslim Dulumina;

11) Husain Dale

MTs.Negeri 1 Banggai Laut Sebagai Ketua Kelompok Kerja Madrasah

(KKM) membawahi 5 MTs. swasta sebagai KKM Induk.Adapun Kepala

Madrasah yang yang menjabat pada saat itu adalah Salamudin A. Manan sampai

dengan tahun 1997-2001.

Selanjutnya mulai tahun 1998 dan seterusnya seluruh Kegiatan Belajar

Mengajar dapat berlangsung di gedung yang sudah menjadi milik sendiri yang

berlokasi di Mansalean Kec. Labobo Kab. Banggai Laut maka pada saat dari

tahun 1987-2020, MTs. Negeri 1 Banggai Laut memiliki 9 bangunan gedung

Terdiri : 7 Lokal Bangunan Komputer Bantuan Pemerintahan Kementerian

Agama. Adapun pemanpaatan bangunan gedung ada beberapa yang masih di

pakai untuk Ruang Kepala Madrasah/ TU/ Dewan Guru adalah bangunan

ketrampilan ruang kelas ada sebagian di pakai Mushalah, Perpustakaan dan

serbaguna.

MTs.Negeri 1 Banggai Laut sampai saat ini memiliki pegawai/Guru

berjumlah 23 orang, PNS berjumlah 7 orang ( 4 guru termasuk Kepala Madrasah )

dan 3 Pegawai Tata Usaha (KTU.Staf TU) selain itu memiliki 16 Pegawai Non

PNS (Honorer) 10 berstatus Guru/ 6 berstatus Staf TU, 1 pengemudi/Operator

Dana (Keuangan), 2 Pegawai Satpam, 1 Pegawai Pramubakti. Melihat gambaran

singkat diatas secara Idealnya masih belum cukup dan perlu penambahan
40

terutama, (Perkantoran, Gedung Lep Lainnya) dan Tenaga Pengajar (Guru)

PNS sehingga dapat hasil yang maksimal seperti ada yang diharapkan.

Adapun beberapa Kepala Madrasah awal berdiri sampai berstatus

MTs.Negeri 1 Banggai Laut tercantum pada table 4.1 berikut.

Table 4.1

Nama dan Periode Kepemimpinan Kepala MTs.Negeri 1 Banggai Laut

No Nama Kepala Madrasah Periode Kepemimpinan

1. Saridin Supu 1985-1997 (SK Yayasan)

2. Salamudin A.Manan 1997-2001 (SK Menteri Agama)

3. Rahima. BA,A.Md 2001-2010 (SK Menteri Agama)

4. Kanapi, S.Ag 2010-2014 (SK Menteri Agama)

5. Mudmain Enga, S.Ag.M.Pd 2014-2015 (SK Menteri Agama)

6. Sukril Muhtar, S.Ag.,MM 2015-2016 (SK Menteri Agama)

7. Kamarudin Sook, S.Pd.I 2016-2019 (SK Menteri Agama)

8. Anwar Yabiy, S.Pd.I.,MM 2019-2021 (SK Menteri Agama)

9. Arif Momping, S.Pd.I.,MM 2021-Sampai sekarang

2. Visi dan Misi Madrasah

a. Visi
41

Mewujudkan Madrasah yang Bermartabat, Berakhlakul karimah, Cerdas

dan Terampil

b. Misi

1) Menciptakan lingkungan dan suasana kehidupan madrasah yang

religious dan islami.

2) Menanamkan dalam membina kehidupan dan 5 (lima) Budaya Kerja

(1.INTERGRITAS, 2. PROFESIONALISME, 3. INOVASI, 4.

TANGGUNG JAWAB, 5.KETELADANAN, Bagi Guru, Tata

Usaha dan Peserta Didik.

3) Menumbuhkan dan mengintregrasikan semangat pendalaman

penghayatan dan pengalaman ajaran agama islam pada setiap

kegiatan.

4) Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan

untuk dapat memberikan layanan yang optimal dalam kegiatan

pembelajaran dan pelayanan administrasi yang prima.

5) Meningkatkan hubungan yang sinegrisbaik internal maupun

eksternal.

6) Mewujudkan lingkungan madrasah yang bersih, sehat, indah, asri,

rindang, tertib, aman, nyaman, dan tenang.

c. Tujuan Pendidikan MTs. Negeri 1 Banggai Laut

Dengan berpedoman pada visi dan misi yang telah dirumuskan serta

kondisi di madrasah, maka tujuan madrasah yang ingin dicapai pada tahun

pelajaran 2020/2021 adalah sebagai berikut :


42

1) Mempersiapkan peserta didik yang bertakwa kepada Allah Tuhan Yang Maha

Esa, Berakhlak Mulia, dan cinta tanah air.

2) Menyiapkan peserta didik agar lulus ujian Nasional dan Madrasah

3) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian,

cerdas, berkualitas dan berprestasi dalam bidang akademik dan non

akademik.

4) Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi informasi.

5) Menanamkan peserta didik sikap ulet dan gigih dalam berkompetisi,

beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan sikap sportifitas.

6) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar

mampu bersaing di jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan dunia kerja.

7) Mewujudkan lingkungan madrasah yang dapat menunjang proses

pembelajaran.

8) Meningkatkan hubungan yang sinergis baik internal maupun eksternal demi

terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, indah, asri, rindang, tertib, aman,

nyaman, dan tenang.

3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan MTs. Negeri 1 Banggai Laut

Personal pada MTs. Negeri 1 Banggai Laut seluruhnya berjumlah 25

orang, meliputi Tenaga Pendidik (Guru) berjumlah 15 orang dan Tenaga

Kependidikan (Tata Usaha) berjjumlah 10 orang, tertera pada tabel 2 dan tabel 3.

Tabel 4.2

Tenaga Pendidik Madrasah (PNS/Non PNS)


43

No. Nama Pendidik L/P Mata Pelajaran Keterangan

1. Arif Momping, S.Pd.I., L Akidah Akhlak Kepala

MM Madrasah

2. Safrudin Jawana, S.Pd.I L SKI, Fiqih, Akidah Waka

Akhlak Kurikulum

3. Rahman Dg Marola, S.Pd L BHS. Indonesia Waka

Kesiswaan

4. Nurlan M. Bukaeda L Matematika Peng. Perpus

5. Ily U Yaipi, S.Pd P PKn, Mulok GTT

6. Masridin R.Batadi, S.Pd L IPA GTT

7. Marini, S.Pd P PKn, Prakarya GTT

8. Karlina, S.Pd P IPA GTT

9. Husdin, S.Pd L Bhs Arab, PKn, GTT

Mulok

10 Rahmaya, S.Pd P Seni Budaya GTT

11. Rastin R.Totanga, S.Pd P Bhs Arab GTT

12. Nurhikma, S.Pd P Quran Hadits, GTT

Prakarya
44

13. Masriko, S.Pd L Penjas GTT

14. Faizal M Supu, S.Pd L IPS GTT

15. Ulfa, S.Pd P Bahasa Inggris GTT

Tabel 4.3

Tenaga Kependidikan Madrasah (PNS/Non PNS)

No. Nama Pendidik L/P Jabatan Keterangan

1. Abu Bukamo, S.Pd.I L Kepala Urusan Tata Usaha PNS

2. Hairia Piri, S.Pd P Bendahara Pengeluaran PNS

3. Sutrisman A. Daid L Peng. Administrasi Umum PNS

4. Hasnawati H. Ladula, P Pengelolah Perpustakaan PTT

ST Thn 2019-2021

5. Nurnima P Pengelolah Perpustakaan PTT

Thn 2021-

6. Rizkiyanto M.S.AP L Pengemudi dan Operator PTT

Data/Keuangan

7. Suplan, SE L Pramubakti PTT

8. Siti Samsia H, S.Sos P Pramubakti PTT


45

9. Taupan L Satpam PTT

10. Hasri L Satpam PTT

Tabel 4.4

Status Kepegawaian Tenaga Pendidik dan Kependidikan

No Status Kepegawaian Tenaga Pendidik Tenaga Kependidikan

L P L+P L P L+P

1. PNS 4 - 4 2 1 3

2. Non-PNS 4 7 11 4 3 7

Jumlah 8 7 15 6 4 10

Tabel 4.5

Kualifikasi Pendidikan Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Tenaga Pendidik Tenaga Kependidikan

No Kualifikasi Pendidikan L P L+P L P L+P

1. S2 1 - 1 - - -

2. S1/A4 7 7 14 3 3 6
46

3. D1/D2/D3 - - - - - -

4. SMA/MA/PGA - - - 3 1 4

5. SMP/MTS - - - - - -

6. SD/MI - - - - - -

Jumlah 8 7 15 6 4 10

Tabel 4.6

Pangkat/Golongan Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Tenaga Pendidik Tenaga Kependidikan

No. Pangkat/Golongan L P L+P L P L+P

1. IV/b - - - - - -

2. IV/a 1 - 1 - - -

3. III/d - - - - - -

4. III/c 1 - 1 - - -
47

5. III/b - - - - - -

6. III/a 2 - 2 1 1 2

7. II/d - - - - - -

8. II/c - - - - - -

9. II/b - - - 1 - 1

Tidak Memiliki 4 7 11 4 3 6

Jumlah 8 7 15 6 4 10

4. Peserta Didik

a) Rombongan Belajar

Pada Tahun Pelajaran 2022/2023 MTs. Negeri 1 Banggai Laut memiliki

jumlah kelas sebanyak 4 rombongan belajar yang terdiri dari Kelas VII sebanyak

1 rombel, kelas VIII sebanyak 2 rombel dan kelas IX sebanyak 1 rombel

sebagaimana yang tercantum pada tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7

Jumlah Rombongan Belajar Peserta Didik Madrasah

Rombongan Belajar

A B
48

No. Kelas Jumlah

1. VII 1 - 1

2. VIII 1 1 4

3. IX 1 - 1

Jumlah 3 1 4

b) Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

Pada Tahun Pelajaran 2022/2023, MTs Negeri 1 Banggai Laut menerima

peserta didik sebanyak 13 orang dari 13 pendaftar, seperti yang tertera pada tabel

4.8.

Tabel 4.8

Rasio PPDB 5 (Lima) Tahun Terakhir

Tahun Diterima Pendaftar Salam

No Pelajaran Pendaftaran
L P L+P L P L+P

1. 2018/2019 10 15 25 10 15 25

2. 2019/2020 8 8 16 8 8 16

3. 2020/2021 9 6 15 9 6 15 Online

4. 2021/2022 18 12 29 18 12 29 Online

5. 2022/2023 4 9 13 4 9 13 Online
49

Ket: Sejak T.P 2020/2021 pendaftaran siswa baru melalui jalur Online (Covid 19)

c) Jumlah Peserta Didik

Jumlah peserta didik MTs.Negeri 1 Banggai Laut selama 5 (lima) tahun

terakhir, tertera pada tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.9

Jumlah Peserta Didik Madrasah

Kelas

No Tahun Jumlah
VII. AB VIII. AB IX. AB
Pelajaran
L P L P L P

1. 2018/2019 11 20 21 22 28 27 129

2. 2019/2020 10 15 11 20 15 17 88

3. 2020/2021 *8 *8 *10 *15 10 19 71

4. 2021/2022 18 12 *8 *9 *9 *8 64

5. 2022/2023 *4 *9 15 10 5 6 49

Ket. Tanda (*) hanya 1 rombongan belajar

Adapun jumlah peserta didik MTs. Negeri 1 Banggai Laut Tahun

Pelajaran 2022/2023 sebanyak 49 orang, terdiri dari kelas VII sebanyak 13 orang,

kelas VIII sebanyak 25 orang dan kelas IX sebanyak 11 orang. Rinciannya dapat

dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini.

Tabel 4.10
50

Peserta Didik Madrasah Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Pelajaran

2022/2023

Jenis Kelamin

No Kelas L P Jumlah

1. VII 4 9 13

2. VIII. A.B 15 10 25

3. IX 5 6 11

Jumlah 24 25 49

d) Output Peserta Didik

Output hasil Ujian Nasional peserta didik MTs. Negeri 1 Banggai Laut

selama 5 (Lima) Tahun terakhir secara kuantitas terpenuhi 100% lulus Ujian

Nasional sebagaimana yang ditargetkan, tetapi secara kualitas belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.11

Output Peserta Didik Madrasah 5 (Lima) Tahun Terakhir

Tahun Tingkat Rerata Melanjutkan

No. Pelajaran Kelulusan Nilai UN Keterangan Ke SMA/MA

1. 2021/2022 100% 91 UM 17 orang


51

2. 2020/2021 100% 92 UM 25 orang

3. 2019/2020 96.6% 87 UM 28 orang

4. 2018/2019 100% 72.0 UNBK 32 orang

5. 2017/2018 100% 68.0 UNBK 24 orang

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Teknik

kuesioner/angket. Teknik angket merupakan pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis dan

diberikan kepada responden untuk menjawabnya. Pengumpulan data dilakukan

pada sumber data yaitu peserta didik.

Data dalam penelitian ini ada dua yaitu data tentang pendidikan karakter

dan adata tentang khlak peserta didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut. Data

Pendidikan karakter dan data akhlak peserta didik berasal dari jawaban peserta

didik yang tertuang dalam setiap pernyataan pada angket yang disebarkan.

Berdasarkan hasil dari jawaban angket peserta didik di dapatkan sebagai berikut:

a. Pendidikan Karakter di MTs. Negeri 1 Banggai Laut

Berdasarkan hasil jawaban dari pernyataan kuesioner/angket yang

disebarkan pada peserta didik, di dapatkan sebagai berikut:

Tabel 4.12
52

Rangkuman Statistik Deskriptif Variabel Pendidikan Karakter

Statistics
X
N Valid 49
Missing 0
Mean 26.55
Median 27.00
Mode 25
Std. Deviation 4.088
Variance 16.711
Range 19
Minimum 15
Maximum 34
Sum 1301
sumber: hasil olahan data SPSS

Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa skor variabel Pendidikan

karakter (X) pada nilai minimum 15 dan nilai maximum 34, median 27,00, modus

25, varians 16,711, dan standar deviasi 4,088. Distribusi Pendidikan karakter (X)

memiliki skor yang diperoleh dari responden (peserta didik) yang valid dengan

nilai mode 25 yang memiliki 8 frekuensi sebanyak 16,32% dari 49 jumlah

responden. Dengan demikian variabel Pendidikan karakter (X) dapat dilihat dalam

bentuk diagram batang dan lingkaran sebagai berikut:

Gambar 4.1 Digram batang variabel Pendidikan karakter (X)


53

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS

Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Variabel Pendidikan Karakter (X)

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS

Berdasarkan diagram batang dan diagram lingkaran di atas, bahwa

distribusi frekuensi Pendidikan karakter (X) memiliki skor dan total diperoleh

pada setiap responden (peserta didik) nilai 31, 32 dan 34 masing-masing memiliki

1 frekuensi (2,04%), nilai 15, 21, dan 22 masing-masing memiliki 2 frekuensi

(4,08%), nilai 30 memiliki 3 frekuensi (6,12%), nilai 26 dan 33 memiliki 4

frekuensi (8,16%), nilai 23, 28 dan 29 memiliki 5 frekuensi (10,20%), nilai 27

memiliki 6 frekuensi (12,24%), dan nilai 25 memiliki 8 frekuensi (16,32%).

Berdasarkan pada gambar 4.2 diagram lingkaran variabel distribusi

frekuensi Pendidikan karakter di atas menunjukan bahwa skor yang diperoleh

oleh responden (peserta didik) 49 dan jumlah persen diperoleh 100%. Selanjutnya

setelah data dalam bentuk gambar distribusi frekuensi, Langkah berikutnya adalah

penyajian data dalam bentuk histogram. Adapun bentuk histogramnya sebagai

berikut:
54

Gambar 4.3 Histogram Pendidikan Karakter (X)

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS

Berdasarkan skor total variabel Pendidikan Karakter yang diperoleh dari

hasil penelitian adalah 1.301, skor teoritik tertinggi variabel ini tiap responden

adalah 10 x 4 = 40, karena jumlah responden 49 orang, maka skor kriterium

adalah 40 x 49 = 1.960. sehingga, Pendidikan karakter adalah 1.301 : 1.960 =

0,6647 atau 66,47% dari kriteria yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

Pendidikan karakter di MTs. Negeri 1 Banggai Laut termasuk kategori tinggi.

b. Akhlak Peserta Didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut

Berdasarkan hasil jawaban dari pernyataan kuesioner/angket yang

disebarkan pada peserta didik pada variabel akhlak peserta didik (X), di dapatkan

sebagai berikut:

Tabel 4.13

Rangkuman Statistik Deskriptif Variabel Akhlak Peserta Didik (Y)


55

Statistics
Y
N Valid 49
Missing 15
Mean 27.20
Median 28.00
Mode 28
Std. Deviation 3.725
Variance 13.874
Range 18
Minimum 17
Maximum 35
Sum 1333
Sumber: hasil olahan data SPSS

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel akhlak peserta didik (Y) di

atas, didapatkan nilai minimum 17, nilai maximum 35, median 28,00, modus 28,

varians 13,725, dan standar deviasi 3,725. Distribusi akhlak peserta didik (Y)

memilikii skor yang diperoleh dari responden (peserta didik) yang valid dengan

nilai mode 28 yang memiliki 9 frekuensi (18,36%) dengan 49 responden. Dengan

demikian variabel akhlak peserta didik (Y) dapat dilihat dalam bentuk digram

batang dan diagram lingkaran berikut ini:

Gambar 4.4 Diagram Batang Variabel Akhlak Peserta Didik (Y)

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS


56

Gambar 4.5 Diagram Lingkaran Variabel Akhlak Peserta Didik (Y)

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS

Berdasarkan diagram batang dan diagram llingkaran di atas, didapatkan

bahwa distribusi frekuensi akhlak peserta didik (Y) memiliki skor dan total

diperoleh pada setiap responden (peserta didik) sebagaia berikut, nilai 17, 18, 21,

24, 32, 33 dan 35masing-masing memiliki 1 frekuensi (2,04%), nilai 27 memiliki

2 frekuensi (4,08%), nilai 22, 23, dan 29 memiliki 3 frekuensi (6,12%), nilai 25

memiliki 4 frekuensi (8,16%), nilai 26 dan 31 memiliki 5 frekuensi (10,20%),

nilai 30 memiliki 8 frekuensi (16,32%), dan nilai 28 memiliki 9 frekuensis

(18,36%).

Berdasarkan gambar 4.4 di atas, distribusi frekuensi akhlak peserta didik

di atas, menunjukan bahwa skor yang diperoleh responden (peserta didik) 49 dan

jumlah persen yang diperoleh adalah 100%. Sekanjutnya setelah data dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi, Langkah berikutnya adalah penyajian data dalam

bentuk histogram. Adapun bentuk histogram pada variabel akhlak peserta didik

(Y) sebagai berikut:


57

Gambar 4.6 Histogram Akhlak Peserta Didik (Y)

Sumber: Hasil Olahan Data SPSS

Berdasarkan skor total variabel akhlak peserta didik (Y) yang diperoleh

dari hasil penelitian adalah 1.333, skor teoritik tertinggi variabel ini tiap

responden adalah 10 x 4 = 40, karena jumlah responden 49 orang, maka skor

kriterium adalah 40 x 49 = 1.960. sehingga, Pendidikan karakter adalah 1.333 :

1.960 = 0,6801 atau 68,01% dari kriteria yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa akhlak peserta didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut termasuk kategori

tinggi.

C. Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, peneliti terlebih dahulu menguji

instrument penelitian kemudian uji persyaratan analisis lalu analisis regresi linear

sederhana, serta uji-t menggunakan program SPSS.

1. Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Validasi
58

Berdasarkan uji coba kuesioner variabel Pendidikan karakter (X) dan

Akhlak peserta didik (Y) pada penelitian ini, yang terdiri dari 10 butir pernyataan

pada setiap variabel, setelah di uji cobakan kepada 30 peserta didik kemudian di

analisis dengan menggunakan uji validasi melalui SPSS terdapat pada lampiran

skripsi ini. Setiap butir pernyataan dinyatakan valid apabila nilai r hitung > rtabel nya.

rtabel dapat dilihat pada tabel r statistic yang terdapat pada lampiran skripsi ini.

Oleh karena itu, nilai rtabel pada N = 30 dengan taraf signifikansi ditetapkan 0,05

atau 5%, maka didapatkan nilai rtabel = 0,361.

Tabel 4.14

Hasil Uji Validasi Variabel Pendidikan Karakter (X)

Validitas

Item Soal r hitung r tabel Keterangan

1. 0,591 0,361 Valid

2. 0,497 0,361 Valid

3. 0,511 0,361 Valid

4. 0,573 0,361 Valid

5. 0,632 0,361 Valid

6. 0,539 0,361 Valid

7. 0,440 0,361 Valid

8. 0,723 0,361 Valid

9. 0,470 0,361 Valid

10. 0,487 0,361 Valid


59

Sumber: Hasil olahan dari SPSS

Tabel 4.15

Hasil Uji Validasi Variabel Akhlak Peserta Didik (Y)

Validitas

Item Soal r hitung r tabel Keterangan

1. 0,676 0,361 Valid

2. 0,597 0,361 Valid

3. 0,445 0,361 Valid

4. 0,446 0,361 Valid

5. 0,549 0,361 Valid

6. 0,602 0,361 Valid

7. 0,579 0,361 Valid

8. 0,582 0,361 Valid

9. 0,708 0,361 Valid

10. 0,629 0,361 Valid

Sumber: Hasil olahan dari SPSS

Berdasarkan tabel hasil uji validasi instrument Pendidikan karakter (X)

dan akhlak peserta didik (Y) di atas, terlihat bahwa perbandingan antara nilai r hitung

dan rtabel terdapat bahwa nilai rhitung > rtabel. Sehingga semua item pernyataan pada

instrument penelitian ini dinyatan valid.

b. Uji Reliabilitas
60

Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui bahwa data yang di ambil

benar-benar reliabel, yakkni konsisten dan dapat diandalkan. Pada penelitian ini,

uji reliabilitas dilakukan dengan statistic Cronbach alpha. Suatu instrument

dianggap reliabel, apabila koefisien alpha lebih atau sama dengan 0,6. Teknik

koefisien alpha dihitung menggunakan bantuan SPSS

Tabel 4.16

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pendidikan Karakter (X)

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.736 10
Sumber: Hasil olahan data SPSS

Tabel 4.17

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Akhlak Peserta Didik (Y)

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.782 10
Sumber: hasil olahan data SPSS

Dari hasil pengujian raliabilitas kedua Variabel di atas menunjukan nilai

Cronbach Alpha = 0,736 dan 0,782 > 0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
61

seluruh item pernyataan penelitian ini telah memenuhi syarat reliabilitas atau

dengan kata lain kuesioner ini reliabel sebagai instrument penelitian.

2. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini digunakan metode

Kolmogorov-Smirnov, kriteria dalam pengambilan keputusan agar dapat

dikatakan pengkajian data variabel berdistribusi normal dalam pengujian ini yaitu

jika nilai Asymp Sig > nilai α (0,05).

Tabel 4.18

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize
d Residual
N 49
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std. Deviation 1.50581511
Most Extreme Absolute .095
Differences Positive .087
Negative -.095
Test Statistic .095
Asymp. Sig. (2-tailed)c .200d
Monte Carlo Sig. Sig. .322
(2-tailed)e 99% Confidence Lower .310
Interval Bound
Upper Bound .334
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
62

e. Lilliefors' method based on 10000 Monte Carlo samples with starting


seed 2000000.
Sumber: hasil olahan data dari SPSS

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa nilai Asymp Sig adalah

0,200,. Maka didapatkann 0,200 > 0,05, dengan demikian dapat dikatakan

variabel data populasi berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Untuk menentukan data disebut linear, maka mengacu pada ketentuan, jika

nilai probalitas > α (0,05), maka terdapat hubungan yang linear antara variabel

bebas dan variabel terikat.

Tabel 4.19

Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Akhlak Between (Combined 600.343 13 46.180 24.633 <,001
Peserta Groups )
Didik * Linearity 557.120 1 557.120 297.169 <,001
Pendidikan Deviation 43.222 12 3.602 1.921 .066
Karakter from
Linearity
Within Groups 65.617 35 1.875
Total 665.959 48
Sumber: hasil olahan data SPSS

Berdasarkan tabel Inova di atas, diketahui nilai signifikansi yang diperoleh

dari uji Linearitas dengan Deviation from Linearity yaitu 0,066. Dan jika ditarik

dari pengambilan keputusan di dapatkan bahwa nilai signifikansi 0,066 > 0,05.
63

Maka dapat dikatakan variabel Pendidikan karakter dan variabel akhlak peserta

didik bersifat linear.

c. Uji Homogenitas

Kriteria pengambilan keputusan uji homogenitas varians yaitu apabila nilai

Sig > 0,05.

Tabel 4.20

Hasil Uji Homogenitas

Tests of Homogeneity of Variances


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Akhlak Based on Mean 1.503 10 35 .180
Peserta Based on Median .772 10 35 .655
Didik Based on Median and .772 10 23.652 .654
with adjusted df
Based on trimmed 1.422 10 35 .211
mean
Sumber: hasil olahan data SPSS

Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji homogenitas dengan Based om

trimmed mean di atas, didapatkan nilai Signifikan yaitu 0,211 untuk keseluruhan

variabel. Dan jika ditarik dari pengambilan keputusan didapatkan bahwa 0,211 >

0,05, dengan demikian dapat dikatakan seluruh variabel bersifat homogen.

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisi ini dugunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini analisis linear regresi

sederhana untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pendidikan karakter terhdap

(X) akhlak peserta didik (Y). lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
64

Tabel 4.21

Hasil Analisis Linear Regresi Sederhana

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.076 1.443 3.518 <,001
Pendidikan .833 .054 .915 15.511 <,001
Karakter
a. Dependent Variable: Akhlak Peserta Didik
Sumber: hasil olahan data SPSS

Berdasarkan tabel di atas, diketahui analisis linear regresi sederhana

diperoleh nilai a = 5,076 dan b = 0,833, sehingga persamaan regresinya adalah:

Y = a + bX

= 5,076 + 0,833X

Persamaan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 5,076, mengandung arti bahwa nilai konsisten variabel

akhlak peserta didik adalah sebesar 5,076.

2. Koefesien regresi X sebesar 0,833 menyatakan bahwa setiap penambahan satu-

satuan nilai Pendidikan karakter maka nilai dari akhlak peserta didik di MTs.

Negeri 1 Banggai Laut, bertambah sebesar 0,5076 satu-satuan.

Y adalah akhlak peserta didik dan X adalah pendidikan karakter, dari

persamaan di atas, dapat dijelaskan bahwa koefesien regresi X bernilai positif. Hal

ini menunjukan bahwa Pendidikan karakter searah dengan akhlak peserta didik,

dengan kata lain, Pendidikan karakter mempunyai pengaruh yang positif terhadap

akhlak peserta didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut.


65

Pengambilan keputusan dalam Analisis regresi linear sederhana sebagai

berikut:

1. Berdasarkan nilai signifikansi, dari tabel di atas diperoleh nilai signifikansi

sebesar 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Pendidikan

karakter (X) berpengaruh terhadap variabel akhlak peserta didik (Y).

2. Berdasarkan nilai t: diketahui nilai thitung sebesar 15,511 dan nilai ttabel dapat

dilihat pada tabel t statistic yang terdapat pada lampiran skripsi ini dengan taraf

signifikansi didapatkan 0,025 maka nilai ttabel sebesar 2,012. Oleh karena itu,

didapatkan nilai thitung 15,511 > ttabel 2,012 Sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel Pendidikan karakter (X) berpengaruh terhadap variabel akhlak peserta

didik (Y).

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi (R2) ini digunakan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel Pendidikan Karakter (X) terhadap variabel akhlak peserta

didik (Y)

Tabel 4.22

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 .915 .837 .833 1.522
a. Predictors: (Constant), Pendidikan Karakter
Sumber: hasil olahan data SPSS

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat nilai koefesian determinasi (R 2)

adalah 0,837 atau 83,7% yang dapat diartikan bahwa pendidikan karakter
66

memiliki pengaruh kontribusi sebesar 83,7% terhadap akhlak peserta didik di

MTs. Negeri 1 Banggai Laut. Dan sisanya 16,3% dipengaruhi faktor-faktor selain

pendidikan karakter.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Sebelum peneliti menjelaskan tentang hasil penelitian, maka terlebih

dahulu peneliti ingin mendeskripsikan bahwa pendidikan karakter adalah hal yang

sangat penting dalam dunia pendidikan dan sangat beguna untuk pembentukan

akhlak peserta didik, dimana peran seorang guru harus memberikan motivasi,

dorongan serta contoh yang baik kepada peserta didik. Dalam pendidikan karakter

terdapat beberapa nilai-nilai yang dalam penelitian ini berupa instrument yang

harus dicapai, nilai-nilai tersebut sebagai berikut: ikhlas, rela, tabah, kejujuran,

keadilan, saling menyayangi,, saling mencintai, tolong menolong, toleransi,

bersaudara, kesetiakawanan, kebebasan, dan kemandirian.

Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Negeri 1 Banggai Laut Provinsi

Sulawesi Tengah dengan jumlah populasi 49 peserta didik, peneliti menggunakan

pengambilan sampel dengan teknik sampling atau mengambil keseluruhan

populasi dikarenakan populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 peserta didik.

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan

dokumentasi. Langkah pertama yang dilakukan peneliti yaitu dengan melakukan

observari awal yaitu dengan cara mengamati aktivitas di lingkungan sekolah dan

sikap peserta didiknya.


67

Pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru dan

oang tua agar peserta didik dapat memahami, mencontohi dan menjadikannya

kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari menurut syariat Islam. Akhlak peserta

didik adalah perangai serta tingkah laku dan kebiasaan yang terdapat pada diri

peserta didik yang sudah melekan, dilakukan dan dipertahankan secara terus-

menerus. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akhlak peserta didik yaitu

insting dan naluri, nafsu, adat dan kebiasaan, lingkungan dan pendidikan.

Dalam penelitian ini didapatkan bahwasanya terdapat hubungan dan

pengaruh antara pendidikan karakter dan akhlak peserta didik yang dimana,

pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak

peserta didik yang jika pendidikan karakternya rendah maka akhlak pun ikut

rendah begitupun sebaliknya jika pendidikan karakter tinggi maka akhlaknya pun

ikut tinggi. Oleh karena itu, pendidikan karakter sangatlah penting dalam upaya

pembentukan akhlak peserta didik.


68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang di uraikan dalam BAB IV skripsi ini,

tentang pengaruh pendidikan karakter terhadap akhlak peserta didik di MTs.

Negeri 1 Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pendidikan karakter di MTs. Negeri 1 Banggai Laut, termasuk kategori tinggi.

2. Akhlak peserta didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut termasuk kategori tinggi

atau baik.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan pendidikan karakter terhadap akhlak peserta

didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut.


69

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti mengenai pengaruhh pendidikan

karakter terhadap akhlak peserta didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut, peneliti

dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk MTs. Negeri 1 Banggai Laut, diharapkan lebih mengoptimalkan

pendidikan karakter dengan cara guru atau staf yang ada di MTs. Negeri 1

Banggai Laut untuk mencontohkan nilai-nilai karakter yang sudah peneliti

jelaskan pada BAB II ini, agar peserta didik dapat meniru dan manjadikannya

kebiasaan.

2. Untuk peserta didik, diharapkan dapat mengambil contoh kepada guru dan juga

staf yang berada dilingkungan sekolah, dan orang tua yang berada di

lingkkungan keluarga, contoh yang sesuai dengan syariat Islam.

3. Peneliti berharap agar penelitian selanjutan dapat meneliti lebih dalam lagi

tentang pengaruh pendidikan karakter terhadap akhlak peserta didik.


70

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Prespektif Al-Qur’an. Jakarta:


Amzah

Al-Qahthani, Said Ali Wahab. 2018. Panduan Akhlak Mulia: Sesuai Tuntunan Al-
Qur’an dan Sunnah. Yogyakarta: Pustaka Hati

Amin, Samsul Munir. 2019. Ilmu Akhlak. Jakarta: Amzah

Arikunto, Suharsimi. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara

Daradjat, Zakiah. 2021. Hubungan antara Lingkungan Keluarga dengan


Pembentukan Karakter Anak Murid Kelas V SDN No. 196
Bontomajannang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
Makassar: Universitas Muhamadiyah Makassar

Daryanto dan Suryatri Darmiatun. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di


Sekolah. Yogyakarta: Gava Media

Daulay, Haidar Putra. 2016. Pemberdayaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah.


Jakarta: Kencana

Hamid, Hamdani dan Beni Ahmad Saebani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif
Islam. Bandung: Pustaka Setia
71

Helmawati. 2017. Pendidikan Karakter Sehari-hari. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Jawana, Saprudin. 2021. Guru Akidah Akhla. Banggai Laut: MTs. Negeri 1
Banggai Laut

Kasmamdi dan Nia Siti Sunariah. 2013. Panduan Mordn Penelitian Kuantitatif.
Sukabumi: Alfabeta

Kementerian Agama RI. 2014. Al-Qur’an Terjemahan dan Tajwid. Bandung:


Creative Media Corp

Marzuki. 2019. Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Amzah

Nata, Abuddin. 2010. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers

Nata, Abuddin. 2017. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Nata, Abuddin. 2020. Pendidikan Islam di Era Milenial. Jakarta: Kencana

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana

Nurhudayana. 2019. Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap


Akhlak Peserta Dididk Kelas VIII di SMP Negeri 3 Lembang Kabupaten
Pinrang. Jurnal Pendidikan Islam. Volume 17. Hal. 57-70

Prayanto, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: Media
Kom

Riadi, Edi. 2016. Statistika Penelitian: Analisis Manual dan IBM SPSS.
Yogyakarta: ANDI

Saebani, Beni Ahmad dan Abdul Hamid. 2010. Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka
Setia

Salim dan Haidir. 2019. Penelitian Pendidikan: Metode Pendekatan dan Jenis.
Jakarta: Kencana

Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2019. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Rosdakarya

Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan


Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta:
PT. Midas Surya
72

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabet

Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.


Bandung: Anggota IKAPI

Syafri, Ulil Amri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Jakarta:


Rajawali Pers

Syafril. 2019. Statistik Pendidikan. Jakarta: Kencana

Syarbini, Amirulloh. 2014. Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga:


Revitalisasi peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak Menurut
Prespektif Islam. Jakarta: Elex Media Komputindo

Syarbini, Amirulloh. 2016. Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga: Studi


tentang Model Pendidikan Karakterdalam Keluarga Perspektif Islam.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. 2013. Sistem


Pendidikan Nasional, Kementrian Pendidikan. Republik Indonesia.
Jakarta
73

R
74

LAMPIRAN 1

Surat Permohonan Penelitian


75

LAMPIRAN 2
76

Surat Penelitian dari Fakultas

LAMPIRAN 3
77

Surat Izin Penelitian PTSP Kementrian Agama Kabupaten Banggai Laut

LAMPIRAN 4
78

Surat Telah Menyelesaikan Penelitian

LAMPIRAN 5
79

Angket Penelitian Tentang “Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap


Akhlak Peserta Didik di MTs. Negeri 1 Banggai Laut”.
80
81
82

LAMPIRAN 6

HASIL ANGKET

Hasil Angket

Variabel Pendidikan Karakter (X)

Butir Pernyataan

Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total

1. 2 3 3 3 2 2 2 3 4 4 28

2. 2 4 4 2 2 2 2 3 3 2 26

3. 2 3 4 4 1 4 2 2 3 3 28

4. 2 2 4 2 2 2 1 2 4 2 23

5. 2 3 3 3 2 2 4 4 2 4 29

6. 4 4 2 4 2 2 2 4 3 3 30

7. 3 2 2 4 2 2 4 3 4 3 29

8. 2 3 3 4 3 1 3 3 3 4 29

9. 2 2 2 4 2 2 3 4 4 4 29

10. 2 3 4 4 2 2 4 3 4 4 32

11. 2 3 4 4 1 2 3 3 3 2 27

12. 3 4 4 4 4 2 2 4 4 2 33

13. 2 3 3 4 2 4 4 4 3 4 33

14. 2 2 4 4 2 2 3 3 3 2 27

15. 1 2 4 3 2 1 2 2 4 2 23

16. 2 2 4 2 1 1 1 2 3 3 21

17. 2 2 4 3 2 2 2 2 3 3 25
83

18. 2 3 4 3 3 3 3 4 4 4 33

19. 1 2 2 3 2 2 2 2 4 2 22

20. 1 2 2 3 2 1 2 2 4 2 21

21. 2 2 4 4 2 2 3 3 2 4 28

22. 1 2 4 3 2 2 2 3 3 3 25

23. 2 4 3 2 2 2 3 2 3 2 25

24. 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 15

25. 1 1 2 2 1 1 1 1 4 1 15

26. 3 2 2 3 2 2 2 2 3 4 25

27. 2 2 4 3 2 2 2 4 3 4 28

28. 2 2 4 4 2 1 2 2 3 3 25

29. 4 2 4 3 3 4 2 3 4 4 33

30. 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 23

31. 2 2 3 4 2 2 2 4 3 3 27

32. 4 2 3 4 1 2 2 4 1 3 26

33. 2 2 3 2 2 1 2 2 3 3 22

34. 2 4 4 2 2 1 2 2 4 4 27

35. 2 4 4 2 1 4 1 2 3 2 25

36. 2 4 4 2 2 1 3 2 3 3 26

37. 4 4 2 3 1 4 3 2 4 1 28

38. 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 23

39. 3 4 4 4 3 2 1 3 4 3 31

40. 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 25
84

41. 2 4 2 4 2 1 2 4 3 3 27

42. 2 4 3 4 2 3 2 2 3 2 27

43. 2 4 3 3 4 2 2 4 3 3 30

44. 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 23

45. 2 4 3 2 2 1 2 3 3 3 25

46. 4 4 4 4 2 3 1 2 2 3 29

47. 4 3 3 4 2 3 1 4 3 3 30

48. 1 4 3 2 2 2 2 3 3 4 26

49. 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 34

Hasil Angket

Variabel Akhlak Peserta Didik (Y)

Butir Pernyataan

Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total

1. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

2. 2 3 4 2 2 3 3 4 2 3 28

3. 2 3 4 2 4 3 3 4 2 2 29

4. 1 3 2 2 3 3 2 3 2 2 23

5. 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 30

6. 2 2 3 3 3 3 2 4 4 4 30

7. 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 30
85

8. 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 33

9. 2 3 4 2 4 3 2 4 2 4 30

10. 4 3 3 2 3 3 2 4 3 4 31

11. 3 4 2 3 3 2 3 4 2 2 28

12. 2 4 4 2 4 2 4 4 2 2 30

13. 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 35

14. 2 4 3 2 3 4 3 3 2 3 29

15. 1 2 3 3 3 2 2 3 2 2 23

16. 2 2 2 2 3 2 2 4 1 2 22

17. 1 4 3 2 3 2 2 4 3 4 28

18. 3 3 4 3 2 4 3 4 3 2 31

19. 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 21

20. 1 2 4 2 3 2 2 3 2 2 23

21. 3 4 2 3 3 3 2 2 3 2 27

22. 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 29

23. 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 26

24. 1 2 3 2 2 1 1 2 2 2 18

25. 1 1 3 2 2 1 2 2 1 2 17

26. 2 3 3 2 3 2 3 4 2 2 26

27. 2 3 4 2 2 1 2 4 3 2 25

28. 1 4 3 2 4 2 2 4 2 4 28

29. 2 3 4 3 4 2 2 4 4 4 32

30. 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 24
86

31. 2 2 4 2 2 3 3 4 2 4 27

32. 1 2 3 2 3 3 2 4 2 3 25

33. 1 2 3 2 3 2 2 4 2 1 22

34. 2 2 4 2 4 2 2 4 2 4 28

35. 2 3 4 2 4 2 1 3 2 3 26

36. 3 2 3 3 4 3 2 2 2 4 28

37. 3 2 4 1 4 4 1 4 1 4 28

38. 1 4 1 2 2 2 4 2 2 2 22

39. 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 31

40. 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 26

41. 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 28

42. 2 4 3 2 3 4 2 3 2 3 28

43. 3 3 4 2 3 4 4 3 3 2 31

44. 2 3 4 2 3 2 1 2 3 3 25

45. 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 25

46. 2 4 3 3 4 3 2 4 2 3 30

47. 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 31

48. 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 26

49. 3 3 2 3 4 4 3 2 3 3 30

LAMPIRAN 7
87

Distribusi Nilai r tabel (Tabel r untuk df = 1-50)

Tingkat Signifikansi Untuk Uji Satu Arah

0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005


Df = (N-2) Tingkat Signifikansi Untuk Uji Dua Arah

0.1 0.05 0.02 0.01 0.001

1. 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999 1.0000

2. 0.9000 0.9500 0.9800 0.9900 0.9990

3. 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587 0.9911

4. 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172 0.9741

5. 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745 0.9509

6. 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343 0.9249

7. 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977 0.8983

8. 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646 0.8721

9. 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348 0.8470

10. 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079 0.8233

11. 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.8010

12. 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614 0.7800

13. 0.4409 0.5140 0.5923 0.6411 0.7604

14. 0.4259 0.4973 0.5742 0.6226 0.7419

15. 0.4124 0.4821 0.5577 0.6055 0.7247

16. 0.4000 0.4683 0.5425 0.5897 0.7084

17. 0.3887 0.4555 0.5285 0.5751 0.6932

18. 0.3783 0.4438 0.5155 0.5614 0.6788

19. 0.3687 0.4329 0.5034 0.5487 0.6652

20. 0.3598 0.4227 0.4921 0.5368 0.6524

21. 0.3515 0.4132 0.4815 0.5256 0.6402


88

22. 0.3438 0.4044 0.4716 0.5151 0.6287

23. 0.3365 0.3961 0.4622 0.5052 0.6178

24. 0.3297 0.3882 0.4534 0.4958 0.6074

25. 0.3233 0.3809 0.4451 0.4869 0.5974

26. 0.3172 0.3739 0.4372 0.4785 0.5880

27. 0.3115 0.3673 0.4297 0.4705 0.5790

28. 0.3061 0.3610 0.4226 0.4629 0.5703

29. 0.3009 0.3550 0.4158 0.4556 0.5620

30. 0.2960 0.3494 0.4093 0.4487 0.5541

LAMPIRAN 8
89

Distribusi Nilai Ttabel

d.f TINGKAT SIGNIFIKANSI

Dua Sisi 20% 10% 5% 2% 1%

Satu Sisi 10% 5% 2,5% 1% 0,5%

1. 3,078 6,314 12,706 31,821 63,657

2. 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925

3. 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841

4. 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604

5. 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032

6. 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707

7. 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499

8. 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355

9. 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250

10. 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169

11. 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106

12. 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055

13. 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012

14. 1,345 1,761 2,145 2,624 1,977

15. 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947

16. 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921

17. 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898

18. 1,330 1,734 2,101 2,101 2,878

19. 1,328 1,729 2,093 2,539 2,539

20. 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845

21. 1,323 1,721 2,080 2,518 2,831

22. 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819


90

23. 1,329 1,714 2,069 2,500 2,807

24. 1,318 1,711 2,064 2,492 2,797

25. 1,316 1,708 2,060 2,485 2,787

26. 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779

27. 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771

28. 1,313 1,701 2,048 2,467 2,763

29. 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756

30. 1,310 1,697 2,042 2,457 2,570

31. 1,309 1,696 2,040 2,453 2,774

32. 1,309 1,694 2,037 2,449 2,738

33. 1,308 1,692 2,035 2,445 2,733

34. 1,307 1,691 2,032 2,441 2,728

35. 1,306 1,690 2,030 2,438 2,724

36. 1,306 1,688 2,028 2,434 2,719

37. 1,305 1,687 2,026 2,431 2,715

38. 1,304 1,686 2,024 2,429 2,712

39. 1,303 1,685 2,023 2,426 2,708

40. 1,303 1,684 2,021 2,423 2,704

41. 1,303 1,683 2,020 2,421 2,701

42. 1,302 1,682 2,018 2,418 2,698

43. 1,302 1,681 2,017 2,416 2,695

44. 1,301 1,680 2,015 2,414 2,692

45. 1,301 1,679 2,014 2,412 2,690

46. 1,300 1,679 2,013 2,410 2,687

47. 1,300 1,678 2,012 2,408 2,685

48. 1,299 1,677 2,011 2,407 2,682


91

49. 1,299 1,677 2,010 2,405 2,680

50. 1,299 1,676 2,009 2,403 2,678

LAMPIRAN 9
92

DESKRIPTIF DATA PENELITIAN SETIAP VARIABEL

Statistics
X
N Valid 49
Missing 0
Mean 26.55
Median 27.00
Mode 25
Std. Deviation 4.088
Variance 16.711
Range 19
Minimum 15
Maximum 34
Sum 1301
93

Statistics
Y
N Valid 49
Missing 15
Mean 27.20
Median 28.00
Mode 28
Std. Deviation 3.725
Variance 13.874
Range 18
Minimum 17
Maximum 35
Sum 1333
94

LAMPIRAN 10

UJI INSTRUMEN PENELITIAN

A. UJI VALIDITAS

Correlations

X01 X02 X03 X04 X05 X06 X07 X08 X09 X10 Total
X01 Pearson 1 .332 .102 .308 .189 .479** .088 .344 .086 .212 .591**
Correlation
Sig. (2-tailed) .073 .590 .098 .318 .007 .645 .063 .650 .261 <,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
95

X02 Pearson .332 1 .225 -.021 .230 .266 .229 .081 .397* -.069 .497**
Correlation
Sig. (2-tailed) .073 .232 .914 .222 .155 .223 .671 .030 .716 .005

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X03 Pearson .102 .225 1 .219 .334 -.013 .029 .318 .210 .363* .511**
Correlation
Sig. (2-tailed) .590 .232 .245 .071 .944 .877 .087 .264 .049 .004

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X04 Pearson .308 -.021 .219 1 .304 .185 .315 .678** .058 .135 .573**
Correlation
Sig. (2-tailed) .098 .914 .245 .102 .327 .090 <,001 .759 .478 <,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X05 Pearson .189 .230 .334 .304 1 .057 .095 .420* .571** .371* .632**
Correlation
Sig. (2-tailed) .318 .222 .071 .102 .763 .617 .021 <,001 .043 <,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X06 Pearson .479* .266 -.013 .185 .057 1 .257 .365* .180 .050 .539**
*
Correlation
Sig. (2-tailed) .007 .155 .944 .327 .763 .170 .047 .340 .792 .002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X07 Pearson .088 .229 .029 .315 .095 .257 1 .289 .031 .167 .440*
Correlation
Sig. (2-tailed) .645 .223 .877 .090 .617 .170 .122 .872 .378 .015

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X08 Pearson .344 .081 .318 .678** .420* .365* .289 1 .060 .391* .723**
Correlation
Sig. (2-tailed) .063 .671 .087 <,001 .021 .047 .122 .752 .033 <,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X09 Pearson .086 .397* .210 .058 .571** .180 .031 .060 1 .029 .470**
Correlation
Sig. (2-tailed) .650 .030 .264 .759 <,001 .340 .872 .752 .879 .009

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

X10 Pearson .212 -.069 .363* .135 .371* .050 .167 .391* .029 1 .487**
Correlation
Sig. (2-tailed) .261 .716 .049 .478 .043 .792 .378 .033 .879 .006

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Tot Pearson .591* .497** .511** .573** .632** .539** .440* .723** .470** .487** 1
*
al Correlation
96

Sig. (2-tailed) <,00 .005 .004 <,001 <,001 .002 .015 <,001 .009 .006
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

Y01 Y02 Y03 Y04 Y05 Y06 Y07 Y08 Y09 Y10 Total
Y01 Pearson 1 .344 .045 .479** .129 .521** .443* .310 .469** .220 .676**
Correlation
Sig. (2-tailed) .062 .813 .007 .497 .003 .014 .095 .009 .243 <,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y02 Pearson .344 1 .000 .093 .435* .359 .443* .241 .299 .280 .597**
Correlation
Sig. (2-tailed) .062 1.000 .624 .016 .052 .014 .199 .108 .133 <,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y03 Pearson .045 .000 1 -.051 .180 .000 .277 .404* .333 .258 .445*
Correlation
Sig. (2-tailed) .813 1.000 .790 .342 1.000 .139 .027 .073 .169 .014

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y04 Pearson .479 .093 -.051 1 .130 .267 .264 -.072 .571** .184 .446*
**
Correlation
Sig. (2-tailed) .007 .624 .790 .494 .153 .158 .706 <,001 .331 .013

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y05 Pearson .129 .435* .180 .130 1 .208 .263 .294 .213 .426* .549**
Correlation
Sig. (2-tailed) .497 .016 .342 .494 .270 .160 .115 .258 .019 .002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y06 Pearson .521 .359 .000 .267 .208 1 .424* .173 .286 .268 .602**
**
Correlation
Sig. (2-tailed) .003 .052 1.000 .153 .270 .020 .361 .126 .152 <,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y07 Pearson .443 .443* .277 .264 .263 .424* 1 .313 .104 -.018 .579**
*
Correlation
Sig. (2-tailed) .014 .014 .139 .158 .160 .020 .092 .586 .926 <,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
97

Y08 Pearson .310 .241 .404* -.072 .294 .173 .313 1 .254 .335 .582**
Correlation
Sig. (2-tailed) .095 .199 .027 .706 .115 .361 .092 .176 .070 <,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y09 Pearson .469 .299 .333 .571** .213 .286 .104 .254 1 .576** .708**
**
Correlation
Sig. (2-tailed) .009 .108 .073 <,001 .258 .126 .586 .176 <,001 <,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Y10 Pearson .220 .280 .258 .184 .426* .268 -.018 .335 .576** 1 .629**
Correlation
Sig. (2-tailed) .243 .133 .169 .331 .019 .152 .926 .070 <,001 <,001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Tot Pearson .676 .597** .445* .446* .549** .602** .579** .582** .708** .629** 1
**
al Correlation
Sig. (2-tailed) <,00 <,001 .014 .013 .002 <,001 <,001 <,001 <,001 <,001
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

B. Uji Reliabilitas

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pendidikan Karakter (X)

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.736 10

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Akhlak Peserta Didik (Y)

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.782 10
98

LAMPIRAN 11

UJI ANALISIS

A. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 49
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std. Deviation 1.50581511
Absolute .095
99

Most Extreme Positive .087


Differences Negative -.095
Test Statistic .095
c
Asymp. Sig. (2-tailed) .200d
Monte Carlo Sig. Sig. .322
e
(2-tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound .310
Upper Bound .334
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
e. Lilliefors' method based on 10000 Monte Carlo samples with starting seed
2000000.

B. Uji Linearitas

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Akhlak Between (Combined) 600.343 13 46.180 24.63 <,001
Peserta Groups 3
Didik * Linearity 557.120 1 557.120 297.1 <,001
Pendidikan 69
Karakter Deviation 43.222 12 3.602 1.921 .066
from
Linearity
Within Groups 65.617 35 1.875
Total 665.959 48

C. Uji Homogenitas

Tests of Homogeneity of Variances


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Based on Mean 1.503 10 35 .180
100

Akhlak Based on Median .772 10 35 .655


Peserta Based on Median and .772 10 23.652 .654
Didik with adjusted df
Based on trimmed 1.422 10 35 .211
mean

D. Aalisis Linear Regresi Sederhana

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.076 1.443 3.518 <,001
Pendidikan .833 .054 .915 15.511 <,001
Karakter
a. Dependent Variable: Akhlak Peserta Didik

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
a
1 .915 .837 .833 1.522
a. Predictors: (Constant), Pendidikan Karakter

LAMPIRAN 12 Dokumentasi
101

Gambar 1. Menyerahkan Surat Penelitian dari PTSP

Gambar 2. Pengisian Angket Oleh Peserta Didik


RIWAYAT HIDUP
102

Nama Suspita, lahir pada tanggal 22 Februari 1999 di Mansalean, Kabupaten

Banggai Laut. Merupakan anak ke dua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak

Mudi Lapalani dan Ibu Hasrina Y. Piyama. Menyelesaikan

sekolah dasar di SDN. Pembina Mansalean pada tahun 2010.

Kemudian melanjutkan pendidkan sekolah menengah di MTs.

Negeri 1 Banggai Laut, lulus pada tahun 2013. Kemudian

melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di MAN. 1 Banggai Laut dan

Lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2018 melanjutkan pendidikan di perguruan

tinggi swasta tepatnya di Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Makassar.

Penulis ini merupakan mahasiswa Strata 1 (S1) di program studi Pendidikan

Agama Islam, Jurusan Tarbiyah.

Motto:”Kebanyakan kegagalan berasal dari takut gagal”

Anda mungkin juga menyukai