Anda di halaman 1dari 8

A.

Latar Belakang Masalah


Terwujudnya kehidupan masyarakat yang berpegang pada moralitas tidak bisa terlepas dari
pendidikan, khususnya pendidikan akhlak mulia.Sebab,moralitas yang mempunyai daya ikat
masyarakat bersumber dari agama, nilai-nilai dan norma-norma (akhlak) agama. Agama yang
berdimensi pada kehidupan manusia membentuk daya tahan untuk menghadapi berbagai godaan,
ancaman, penderitaan, dan keluar membentuk tingkah laku yang sesuai dengan ucapan batinnya.
Pendidikan akidah akhlak mulia menekankan pada ajaran moral, moralitas dalam pergaulan hidup
menjadi sumber solidaritas. Dengan berpegang kepada moralitas orang menyadari perlunya menjaga
akidah dan akhlak mulia anak di usia dini dan orang lain disekitarnya.Dari tuntutan tujuan pendidikan
tentu saja tidak seratus persen tanggung jawab guru saja, namun perlu adanya kerja sama dengan
komponen lain seperti pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Dalam perkembangan istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan
secara sengaja terhadap anak didik usia dini oleh orang tua agar anak didik menjadi insan yang
berakhlak. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai
individu, masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung bagaimana
akhlak. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka
rusaklah lahir dan batinnya. orang yang memiliki akhlak sama dengan orang yang memiliki keimanan
yang sempurna. Jadi seseorang yang seringkali melakukan akhlak yang baik dengan menggunakan
hal-hal yang sesuai dengan syari’at Islam maka orang itu termasuk orang yang beriman kepada Allah.
Memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun tegaknya aktifitas keislaman
dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak.
Jika tidak ada peran keluarga keberdaan lembaga sekolah yang saling bekerja sama dalam membina
akhlak maka pembinaan akhlak tidak akan berjalan dengan baik. Keberadaan sekolah sebagai
organisasi bersifat unik, dalam arti memiliki budayabudaya yang berbeda dengan organisasi lainnya. 1
Dari permasalahan di atas, kiranya dalam rangka pembinaan akhlak anak-anak di usia disi, sosok guru
ataupun orang tua perlu menggunakan peran dan pembentukan akhlak mulia anak usia dini khusus,
sehingga membentuk dan berdampak positif pada peningkatan program guru dalam pendidikan dan
pembinaan akhlak mereka. Maka dari itu, penulis merasa tertarik untuk membahas lebih dalam
dengan mengadakan penelitian dan mengkaji program guru pendidikan agama islam dalam
membentuk akhlak mulia terhadap anak usia dini di desa muara hutaraja kecamatan muara batang
toru.

1 Socroyo,jurnal ilmu pendidikan Islam (Yogyakarta.Fak.ty.suna kalijaga,1991)hlm5

1
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan
bahwa:
1.Bagaimana program guru dalam pembentukan akhlak mulia pada anak usia dini di desa muara
hutaraja kecamatan muara batang toru kabupaten tapanuli selatan.
2.Bagaimana cara guru untuk memperkaya wawasan guru dan orang tua dalam mengarahkan anak
berakhlak mulia dan memiliki budi pekerti yang mulia.

C. Kajian Teori
Sebelum dipaparkan mengenai pengertian pendidikan akhlak, maka terlebih dahulu dibahas
beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan. Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu
memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan ialah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan, dan pencerahan
pengetahuan. Dalam arti luas pendidikan baik formal maupun informal meliputi segala hal yang
memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup.
Menurut caranya pendidikan terbagi atas tiga macam, yaitu:
1). Pressure, yaitu pendidikan berdasar-kan paksaan (secara paksa).
2). Latihan untuk membentuk kebiasaan.
3). Pendidikan dimaksudkan untuk membentuk hati nurani yang baik.²

Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpin-an secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani 2.terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama atau insan kamil. Hasan Langgulung memberi pengertian tentang Pendidikan adalah sebagai
salah satu upaya penting pewarisan kebudayaan yang dilakukan oleh generasi tua kepada generasi
muda agar kehidupan tetap berlanjut.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara. Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan secara terinci, maka penulis dapat

2 taringan Hery Guntur piss-ktb.com, 1 Januari 2017.

2
menyimpulkan, bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar melalui bimbingan, pengarahan, dan atau
latihan untuk membantu dan mengarahkan anak didik agar berkepribadian tinggi menuju hidup
sempurna serta mampu melaksanakan kewajibannya terhadap agama dan negara.
Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan secara terinci, maka penulis dapat
menyimpulkan, bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar melalui bimbingan, pengarahan, dan atau
latihan untuk membantu dan mengarahkan anak didik agar berkepribadian tinggi menuju hidup
sempurna serta mampu melaksanakan kewajibannya terhadap agama dan negara. Adapun akhlak
menurut Hamzah Ya’qub berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata “khuluqun”, artinya tindakan.
Kata “khuluqun” sepadan dengan kata “khalqun”, artinya kejadian dan kata “khaliqun”. Artinya
pencipta dan kata “makhluqun”, artinya yang diciptakan. Dengan demikian, rumusan terminologis
dari akhlak merupakan hubungan erat antara Khaliq dengan makhluq serta antara makhluq dengan
makhluq.³Dalam Ensiklopedi Islam akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran,
pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji,
disebut akhlaq mahmudah. Sedangkan, jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik, disebut
akhlaq madzmumah. Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka suatu
perbuatan dapat disebut akhlak kalau terpenuhi dua syarat:

1). Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau suatu perbuatan hanya sesekali saja, maka tidak
disebut akhlak.
2). Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti terlebih dahulu sehingga ia benar-
benar merupakan suatu pemikiran.
1.Program guru dalam meningkatkan pendidikan akhlak pada anak usia dini
Lia Mulyaningsih, Program Guru Dalam Meningkatkan Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini
Melalui Pembelajaran Buku Kisah Teladan Nabi Muhammad SAW. Skripsi, Jurusan Pendidikan
Islam Anak Usia Dini, Fakultas tarbiyah, institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2019.
Akhlak merupakan bagian yang paling penting dalam terciptanya suatu hubungan, baik antara
manusia dengan Allah SWT dan antara manusia dengan manusia itu sendiri. Kesempurnaan Islam itu
tergantung pada kemuliaan dan kebaikan akhlaknya.
Akhlak yang baik tidak akan terwujud pada seseorang tanpa adanya pembinaan,
pembelajaran, dan pendidikan yang dilakukan. Baik buruknya suatu perbuatan haruslah merujuk
kepada Al-Qur’an dan al-Hadits, karena pendidikan akhlak itu bersumber dari Al-Qur’an dan al-
Hadits. Ada banyak cara dalam menyampaikan pendidikan akhlak, salah satunya adalah dengan
pembelajaran buku kisah teladan Nabi Muhammad SAW yang memiliki kandungan (makna) tentang
pendidikan akhlak yang sangat dalam. Melihat latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana peran guru dalam meningkatkan pendidikan akhlak anak usia
dini melalui pembelajaran buku kisah teladan Nabi Muhammad SAW.

3
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam meningkatkan
pendidikan akhlak anak usia dini dan nilai-nilai pendidikan akhlak apa saja yang terdapat dalam buku
kisah teladan Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang apabila
dilihat berdasarkan tempatnya merupakan penelitian lapangan. Sumber data penelitian ini adalah
kepala sekolah, guru dan peserta didik. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi, untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif dan
kuantitatif.
Hasil yang penulis peroleh dari penelitian ini adalah terlihat dari keseharian peserta didik
yang telah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan yang telah diwajibkan oleh sekolah.
Selain itu, para peserta didik juga sudah melaksanakan kewajibannya sebagai insan kamil. Nilai-nilai
pendidikan akhlak yang terdapat dalam kisah teladan Nabi Muhammad SAW yaitu pendidikan akhlak
terhadap Allah SWT, akhlak terhadap Rasulullah SAW, Akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap
keluarga, dan akhlak terhadap lingkungan. Pada akhlak terhadap Allah anak dapat menunjukkannya
pada keseriusannya dalam praktek shalat, membaca Al-Qur’an dan membaca do’a. Pada Akhlak
terhadap Rasulullah anak dapat menunjukkannya dengan kecintaannya terhadap Rasulullah,
keseriusannya dalam bersholawat kepada Rasulullah.
Pada akhlak terhadap diri sendiri, anak dapat berlaku sabar, tidak lekas marah terhadap
teman, berkata jujur menjawab apa adanya ketika diberikan pertanyaan. Pada akhlak terhadap
orangtua anak dapat berkata sopan terhadap orangtua dan mendo’akan kedua orangtua. Pada akhlak
bermasyarakat anak dapat menunjukannya dengan menolong teman yang kesusahan dan berbagi
makanan.Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Jadi pendidikan anak usia dini berfungsi membina,
menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk
perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk
memasuki pendidikan serta kehidupan selanjutnya.
Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini bertujuan membangun landasan bagi
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif,
mandiri, percaya diri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab dan
mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual,emosional, kinestetis, dan sosial peserta
didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.
Anak Usia (0-6 tahun) akan mampu menyerap ilmu atau pelajaran jauh lebih kuat dari orang
dewasa. Oleh karena itu, mendidik anak pada usia dini tidak dapat dilakukan secara asal-asalan,
karena sangat penting bagi perkembangan kemampuan dasar anak untuk menempuh jenjang

4
pendidikan selanjutnya. Anak akan tumbuh menurut apa yang dibiasakan oleh pendidiknya ketika
kecil. Jika sedari kecil anak sudah terbiasa marah, keras kepala, tergesa-gesa, mudah mengikuti hawa
nafsu, tamak dan seterusnya, maka akan sulit baginya untuk memperbaiki diri dan menjauhi hal-hal
tersebut ketika dewasa. Untuk itu penanaman akidah pada anak harus disertai dengan pengenalan dan
menanamkan al-akhlaq al-karimah seperti berbakti kepada orangtua, santun terhadap sesama, bersikap
jujur, berani berkata benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja, selalu memaafkan
orang lain, lapang dada, toleran, suka memberi dan sifat-sifat baik lainnya. Masa anak-anak adalah
masa terpenting dalam pembinaan akhlak, masa tersebut memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pada
masa sebelum dan sesudahnya. Pada masa itulah seorang pendidik atau orangtua memiliki peluang
yang sangat besar dalam membentuk anak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang anak sekaligus
merupakan peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi
antara orang tua dan anak.
Dalam berinteraksi dengan anaknya, orangtua akan menunjukkan sikap dan perilaku tertentu
sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya. Pentingnya pola asuh orangtua terhadap anaknya
mengandung arti bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pondasi bagi perkembangan pribadi
anak. Orangtua yang mampu menyadari akan peran dan fungsinya yang demikian strategis akan
mampu menempatkan diri secara lebih baik dan menerapkan pola pendidikan secara lebih tepat sesuai
dengan kebutuhan anak. Tujuan pendidikan dalam keluarga tiada lain agar anak mampu berkembang
secara maksimal, baik jasmani, akal, maupun ruhaninya.13Pendidikan di sekolah merupakan
kelanjutan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang
kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Di
sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus
mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari
kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya.
Dalam kehidupan modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena
tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak memungkinkan akan dapat
dilayani oleh keluarga. Tetapi realitas di masyarakat membuktikan pendidikan di sekolah belum
mampu menghasilkan anak didik bekualitas secara keseluruhan, kenyataan ini dapat dicermati dengan
banyaknya perilaku kurang terpuji di masyarakat, sebagai contoh merebaknya penggunaan narkoba,
perampokan, bunuh diri, pelecehan seksual dan masih banyak lagi. Realitas ini memunculkan
anggapan bahwa pendidikan gagal membentuk anak didik berakhlak mulia. Pembelajaran akhlak
penting sekali ditanamkan pada anak didik sejak usia dini, karena pada usia ini anak mudah sekali
meniru apa yang mereka lihat dan dengar. Jika anak tidak dibina dengan pembelajaran akhlak terpuji
sedini mungkin, maka pada masa perkembangan anak menuju kedewasaan akan membawa dampak
yang lebih fatal lagi dan akan meresahkan masyarakat sekitarnya. 3

3 Abd. al- Rahman al-Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, Sekolah dan Masyarakat,
5
D. Jenis dan metode penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian lapangan (field research)
yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang pengumpulan data dilakukandi lapangan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dan pandangan perilakunya. Menurut Sugiyono metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositive, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, tekhnik pengumpulan
data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

E. Tehnik pengumpulan data

Tekhnik pengumpulan data adalah segala macam kegiatan yang digunakan dalam rangka
melakukan kegiatan pengumpulan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Ada beberapa macam
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Observasi (pengamatan langsung), yaitu suatu tekhnik pengumpulan data dimana peneliti terlibat
dengan kegiatan orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal
ini dilakukan dengan tujuan agar dalam penelitian tersebut dapat memperoleh data yang benar-benar
akurat.

2. Interview (wawancara), yaitu suatu tekhnik yang mengadakan tanya jawab seputar masalah
penelitian untuk mendapatkan keterangan dari informan yang dibutuhkan terkait masalah yang diteliti.

3. Dokumentasi yaitu suatu tekhnik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data dengan
mencari data seperti catatan transkip, data guru, data siswa, data karyawan, letak geografis, sejarah
berdirinya dan perkembangan sekolah lainnya.

F. Tehnik analisis data

Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kulitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam
analisis data, yaitu: data reduksi, data display, dan conclusion.
1. Data Reduction (Reduksi Data)

Terjemahan oleh Sihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995),

6
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perludicatat secara teliti dan
rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)


Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah mendisplaykan data. Display data dalam
penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori
flowchart dan sebagainya. Miles dan Huberman menyatakan: “the most frequent form of display data
for qualitative research data in the pas has been narrative tex” artinya yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Selain dalam
bentuk naratif, display data dapat juga berupa grafik, matriks, network (jejaringan kerja).

3. Conclusion drawing/ verification


Langkah ketiga adalah penarikkan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan telah didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuanbaru yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek sebelumnya belum jelas,
sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Hamruri. 2012. Pendidikan akhlak.Yogyakarta : Insan Madani

Miles dan Huberman. 1984. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UIPress

7
Mulyasa. 2002. Manajemen Pendidikan Sekolah. Bandung : Remaja Roesdakarya

Soeroyo. 1991. Jurnal ilmu pendidikan Islam. Yogyakarta : Gak.ty.Sunan Kalijaga

Tarigan Henry Guntur. 1 Januari 2017. Pendidikan akhlak mulia. Bandung : Angkasa

Anda mungkin juga menyukai