BAB I
PENDAHULUAN
Artinya “sesungguhnya, telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-
Qur’an dan terjemahnya : 421).
Menurut Ibnu Katsir ayat yang mulia ini adalah pokoknya yang agung
tentang mencontoh Rasulullah SAW. dalam berbagai perkataan, perbuatan
dan perilakunya. Untuk itu Allah memerintahkan manusia untuk
mensuritauladani Rosulullah SAW. dalam kesabaran, keteguhan,
kepahlawanan dan perjuangannya dalam menanti pertolongan dari Rabbnya.
(Ibnu Katsir, 2003 : 461)
Hadist tersebut menjelaskan bahwa pada diri Rasulullah telah ada suri
tauladan yang baik. Dimana keteladanan merupakan salah satu metode dalam
pendidikan Islam. Pendidikan islam dalam pelaksanaannya membutuhkan
metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya kearah
tujuan pendidikan islam yang dicita-citakan yaitu terbentuknya pribadi yang
beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT.
Keteladanan merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan
pendidikan, karena secara psikologis manusia memang membutuhkan tokoh
teladan dalam hidupnya. Dalam pendidikan, anak sering kali menjadikan
pendidik sebagai teladan. Oleh karena itu pendidik harus menjadi suri
tauladan yang baik bagi anak didiknya. Metode keteladanan sebagai suatu
2
sangat kentara dalam kehidupan seorang anak remaja, sehingga hal ini
menjadikan keteladanan menjadi sangat penting dalam mendidik anak usia
remaja. (Abd. Rahman An-Nahlawi, 1995:66)
Agar seorang anak meniru sesuatu yang positif dari orang tua, guru,
ataupun orang yang dianggap ia idolakan, menjadi kemestian mereka itu
semua harus menjadikan dirinya sebagai uswatun hasanah dengan
menampilkan diri sebagai sumber norma, budi yang luhur, dan perilaku yang
mulia. Keteladanan juga dapat dijadikan metode dalam membentuk perilaku
sosial santri di pondok pesantren.
Santri adalah siswa yang belajar di pesantren. Dalam penelitian ini
penulis memfokuskan pada santri yang berusia 13-18 tahun, dimana usia
tersebut masuk kedalam kategori masa remaja. (Hery Jauhari Mukhtar,
2005:69). Santri yang berusia 13- 18 tahun pada teorinya sedang mengalami
banyak perkembangan. Mereka mencoba menggali pendangan hidup sendiri
sesuai dengan apa yang diketahui dan pengalaman yang dimiliki. Jika santri
yang berusia 13-18 tahun tersebut tidak diiringi dengan pembimbing yang
sesuai dengan kehendaknya maka bisa diprediksi akan mengarah pada
perilaku-perilaku yang negatif. Akibatnya santri tidak lagi menaati aturan
yang berada dalam lingkungan pondok pesantren. Santri merupakan tumpuan
harapan agama dan bangsa, karena mereka diharapkan bisa menjadi generasi
penerus bangsa yang dapat membawa kesan yang positif bagi bangsanya,
sebagai bangsa yang memiliki sikap atau perilaku yang positif bukan perilaku
yang negatif.
Perilaku sosial merupakan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan
segala perbuatan yang secara langsung berhubungan atau dihubungkan
dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. (Abdul Syani, 2007:28).
Perilaku sosial memegang peranan penting dalam membawa nama baik
seseorang atau nama baik suatu bangsa. Berbicara tentang perilaku berarti
berbicara tentang ucapan, sikap, dan perbuatan yang semestinya ditampakkan
oleh seseorang yang dalam hal ini dititik beratkan kepada santri. Oleh karena
itu perilaku sosial merupakan hal pokok yang harus diperhatikan untuk
mengatasi kemerosotan akhlak pada remaja yang sekarang ini rentan terjadi.
4
Kerja sama kyai, pengurus pondok, dan elemen lainnya sangat diperlukan
termasuk kerja sama dengan lingkungan sekitar pondok pesantren untuk
mewujudkan santri dengan perilaku sosial yang baik. Melalui keteladanan
dari pendidik akan memberikan pengertian untuk para santri sebagai landasan
untuk membedakan perilaku yang baik dan yang buruk.
Melalui keteladanan yang baik yang diberikan pendidik, semestinya
santri dapat memiliki perilaku sosial yang baik seperti saling menghormati,
tolong menolong, sopan santun, memiliki kepedulian, menjaga silaturahmi,
dan menjaga lingkungan. Berbeda jika keteladanan yang diberikan pendidik
kurang baik, maka santri cenderung memiliki perilaku sosial yang kurang
baik, misalnya tidak saling menghormati, tidak suka tolong menolong, tidak
memiliki sopan santun, tidak memiliki kepedulian, dll.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah ini, di bagi ke dalam 3 bagian yaitu:
1. Identifikasi Masalah
a. Wilayah penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah Pendidikan
Luar Sekolah
b. Pendekatan penelitian yang di tempuh menggunakan pendekatan
kuantitatif tentang keteladanan pendidik dan pengaruhnya terhadap
perilaku sosial santri putra usia 13-18 tahun di Pondok Pesantren An-
Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan”
c. Jenis masalah pada penelitian ini adalah ketidak jelasan pengaruh
keteladanan pendidik terhadap perilaku sosial santri putra usia 13-18
tahun di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan
Ciawigebang Kabupaten Kuningan.
2. Pembatasan masalah
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dijelaskan di atas, maka penulis membatasi masalah penelitian agar tidak
terjadi pembahasan yang luas, penelitian ini akan dibatasi pada beberapa
aspek yaitu:
a. Keteladanan pendidik yang dimaksud dalam skripsi ini adalah adalah
perilaku pendidik yang dapat ditiru atau dicontoh oleh santri di Pondok
Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang
Kabupaten Kuningan dan keteladanan yang dimaksud disini adalah
keteladanan yang dapat digunakan sebagai alat pendidikan islam sesuai
dengan pengertian uswah yaitu keteladanan yang baik.
b. Perilaku sosial yang dimaksud disini adalah ucapan, sikap, dan
perbuatan yang ditampakkan oleh santri usia 13-18 tahun di Pondok
Pesantren An-Nahdliyah RT 01 RW 01 Desa Gresik Kecamatan Ciawi
Gebang Kabupaten Kuningan. dimana perilaku sosial tersebut meliputi :
saling menghormati, tolong menolong, sopan santun, memiliki
kepedulian, menjaga silaturahmi, dan menjaga lingkungan.
6
3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana keteladanan pendidik di Pondok Pesantren An-Nahdliyah
Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan?
b. Bagaimana perilaku sosial santri usia 13-18 tahun di Pondok Pesantren
An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Kabupaten
Kuningan?
c. Bagaimana pengaruh keteladanan pendidik terhadap perilaku sosial
santri usia 13-18 tahun di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik
Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
dari penelitian ini adalah untuk:
a. Untuk mengetahui keteladanan pendidik di Pondok Pesantren An-
Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan.
b. Untuk mengetahui perilaku sosial santri usia 13-18 tahun di Pondok
Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang
Kabupaten Kuningan.
c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keteladanan pendidik
terhadap ketaatan beribadah santri usia 13-18 tahun di Pondok Pesantren
An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Kabupaten
Kuningan.
D. Kerangka Pemikiran
Ontologi dari pembinaan keteladanan pendidik dengan perilaku sosial
santri adalah membentuk kepribadian santri. Popi Sopiatin dan Sohari Sahrani
mengutip dari Gordon W Allport (2011: 125) menjelaskan bahwa kepribadian
dapat didedefinisikan sebagai suatu organisme dinamis dalam diri individu
pada sistem psikofisis, kepribadian berfungsi menentukan cara yang khas
dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. Kepribadian mencakup juga
tempramen, sifat, watak atau karakter, kebiasaan (habit), serta tipe.
7
Menurut Ibnu Katsir ayat yang mulia ini adalah pokoknya yang agung
tentang mencontoh Rasulullah SAW. dalam berbagai perkataan, perbuatan
dan perilakunya. Untuk itu Allah memerintahkan manusia untuk
mensuritauladani Rosulullah SAW. dalam kesabaran, keteguhan,
kepahlawanan dan perjuangannya dalam menanti pertolongan dari Rabbnya.
(Ibnu Katsir, 2003 : 461)
Suri tauladan yang dimiliki Rosulullah Muhammad SAW tidak
diragukan lagi, terbukti para sahabatnya dan para pemimpin setelah
kewafatannya mampu menjadikan islam sebagai agama dan pemerintahan
yang memberikan pengayoman baik bagi masyarakat muslim sendiri maupun
bagi rakyat nonmuslim. Karena itu, seyogyanya kita sebagai umatnya harus
menjadikan beliau Muhammad SAW sebagai panutan dan pedoman dalam
membentuk pribadi dan perilaku sosial yang berakhlakul karimah.
Pembinaan perilaku sosial juga merupakan tanggung jawab setiap
orang tua atau pendidik di pesantren untuk membina santri-santrinya supaya
memiliki perilaku sosial yang baik, apalagi pada zaman modern seperti saat
ini, banyak budaya-budaya luar yang masuk ke negara ini, cenderung kepada
8
perusakan perilaku sosial. jika tanpa adanya filter (penyaring) yang tepat,
maka budaya yang masuk akan banyak yang merusak perilaku sosial santri,
khususnya para santri remaja. Dengan demikian, yang dibutuhkan santri
adalah pembinaan akhlak dan perilaku sosial. Untuk mewujudkannya tidaklah
mudah, karena membutuhkan kerja keras serta kesabaran seorang pendidik
untuk menjadkan perangai dan sikap yang baik sebagai watak seorang anak
(Muhammad Nur Abdul Hafidz, 1999:178)
Pembinaan perilaku harus diperhatikan dalam lingkungan pondok
pesantren. Perilku sosial kepada sesama teman, kepada masyarakat sekitar,
terlebih kepada kyai. Terhadap sesama teman harus dijaga betul sehingga
tidak timbul sengketa dan ukhuwah islamiyah selalu dijaga. Terhadap
masyarakat sekitar perlu dijaga, agar citra pesantren tidak luntur di mata
masyarakat. perilaku terhadap kiyai sangat diutamakan, sebab dari kyailah
santri memperoleh pengetahuan. Durhaka kepada kiyai bisa berakibat tidak
berkahnya ilmu. Jadi dalam kehidupan pesantren, penghormatan kepada kiyai
menempati posisi penting. Nasihat-nasihat, petuah-petuah kiyai selalu
diperhatikan.
E. Langkah-langkah Penelitian
1. Menentukan Sumber Data
a. Data teoritik
Data teoritik ialah data yang diperoleh dari sejumlah buku yang ada
hubungannya dengan judul skripsi untuk dijadikan sumber rujukan.
b. Data empirik
Data empirik ialah data yang diperoleh dari objek penelitian dengan
menggunakan teknik observasi, angket, wawancara, dokumentasi, dan
studi pustaka.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek dari penelitian. Populasi
dalam peneitian ini adalah santri berusia 13-18 tahun di Pondok
Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang
Kabupaten Kuningan yaitu berjumlah 18 orang.
9
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti. Sifat data
ini adalah estimate value (perkiraan). Apabila subjeknya kurang dari
100 maka sampel dapat diambil semua, selanjutnya apabila subjeknya
lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10%-15% atau tergantung
pada kemampuan peneliti. (Suharsimi Arikunto, 2002:108). karena
pada penelitian ini yang diambil adalah keseluruhan santri usia 13-18
tahun dan jumlahnya kurang dari 100 yaitu 18 orang, maka penulis
mengambil sampel keseluruhan santri usia 13-18 tahun. Yaitu
berjumlah 18 orang.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan tanya jawab lisan secara sepihak, untuk
meminta penjelasan sehubungan dengan objek penelitian, dalam
penelitian ini penulis menggunakan tekhnik wawancara terpimpin
dimana peneliti melakukan wawancara sesuai dengan konsep yang
sudah peneliti siapkan sebelum penelitian dimulai, isi dari konsep
tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai objek penelitian.
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah santri
berusia 13-18 tahun di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik
Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan.
b. Observasi
Observasi adalah tekhnik pengumpulan data dengan cara
pengamatan langsung dan mencatat dengan sistematis hal-hal yang
berkaitan langsung dengan data yang diperlukan melalui tekhnis ini
penulis melakukan pengamatan secara langsung pada objek
penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan observasi di Pondok
Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang
Kabupaten Kuningan.
c. Angket
10
Keterangan :
P : Angka Prosentase
F : Frekuensi yang sedang dicari prosentasinya
N : Jumlah Responden
100% : Bilangan tetap. (Anas Sudijono, 1999: 40-41)
Untuk menentukan hasil prosentase menggunakan ketentuan
sebagaimana dikemukakan Suharsimi Arikunto (2002 : 162) sebagai
berikut:
Seluruhnya = 100%
11
N xy ( x)( y )
rxy=
( N x 2 ) ( x ) 2 ( N y 2 ( y ) 2 )
Keterangan:
N = Jumlah responden
DC = ( x 100 %