Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Nabi Muhammad SAW selain diutus untuk menyadarkan manusia
dari kekufuran dan mengajaknya menuju jalan cahaya yaitu Islam, beliau juga
diutus untuk membentuk manusia menjadi pribadi-pribadi yang berakhlak
sosial, tangguh, dan berperilaku yang terpuji. Sebagaimana disebutkan dalam
Q.S. Al-Ahzab ayat 21:

               

 
Artinya “sesungguhnya, telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-
Qur’an dan terjemahnya : 421).

Menurut Ibnu Katsir ayat yang mulia ini adalah pokoknya yang agung
tentang mencontoh Rasulullah SAW. dalam berbagai perkataan, perbuatan
dan perilakunya. Untuk itu Allah memerintahkan manusia untuk
mensuritauladani Rosulullah SAW. dalam kesabaran, keteguhan,
kepahlawanan dan perjuangannya dalam menanti pertolongan dari Rabbnya.
(Ibnu Katsir, 2003 : 461)
Hadist tersebut menjelaskan bahwa pada diri Rasulullah telah ada suri
tauladan yang baik. Dimana keteladanan merupakan salah satu metode dalam
pendidikan Islam. Pendidikan islam dalam pelaksanaannya membutuhkan
metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya kearah
tujuan pendidikan islam yang dicita-citakan yaitu terbentuknya pribadi yang
beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT.
Keteladanan merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan
pendidikan, karena secara psikologis manusia memang membutuhkan tokoh
teladan dalam hidupnya. Dalam pendidikan, anak sering kali menjadikan
pendidik sebagai teladan. Oleh karena itu pendidik harus menjadi suri
tauladan yang baik bagi anak didiknya. Metode keteladanan sebagai suatu
2

yang digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi


contoh keteladanan yang baik kepada anak agar mereka dapat berkembang
baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar.
Keteladanan memberikan konstribusi yang sangat besar dalam pendidikan
ibadah, akhlak, dan lain-lain. Keteladanan dalam pendidikan merupakan
metode yang ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak
secara moral, spiritual, dan sosial. Sebab seorang pendidik merupakan contoh
yang ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya
akan ditiru, ia sadari atau tidak, bahkan semua keteladanan itu akan melekat
pada diri dan perasaannya, baik dalam bentuk ucapan, maupun perbuatannya.
Oleh karenanya keteladanan merupakan salah satu faktor penentu baik
buruknya anak didik. Jika seorang pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak
mulia, pemberani, dan tidak berbuat maksiat, maka kemungkinan besar anak
akan tumbuh dengan sifat-sifat mulia. Sebaliknya jika pendidik seorang
pendusta, pengkhianat, berbuat sewenang-wenang, bakhil, dan pengecut,
maka kemungkinan besar anak akan tumbuh dengan sifat-sifat tercela. (Armai
Arif, 2002:122)
Konsep dan persepsi pada diri seorang anak remaja dipengaruhi oleh
unsur dari luar diri mereka. Hal ini terjadi karena sejak usia dini telah melihat,
mendengar, mengenal, dan mempelajari hal-hal yang berada diluar diri
mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan
diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu. Dalam
kehidupan sehari-hari perilaku yang dilakukan anak-anak sampai usia remaja
pada dasarnya lebih banyak mereka peroleh dari meniru. Shalat berjama’ah
misalnya, mereka lakukan sebagai hasil dari melihat perbuatan itu
dilingkungannya, baik berupa pembiasaan ataupun pengajaran khusus yang
intensif. Sehingga, sifat meniru yang dimiliki anak ini merupakan modal
positif dan potensial dalam pendidikan pada anak remaja. Sejak fase-fase
awal kehidupan, seorang anak remaja banyak sekali belajar melalui peniruan
terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang-orang disekitarnya. Salah satu
diantaranya dari orang-orang yang mereka anggap sebagai idola, selain
orangtuanya itu sendiri. Kebiasaan meniru dan belajar melalui peniruan masih
3

sangat kentara dalam kehidupan seorang anak remaja, sehingga hal ini
menjadikan keteladanan menjadi sangat penting dalam mendidik anak usia
remaja. (Abd. Rahman An-Nahlawi, 1995:66)
Agar seorang anak meniru sesuatu yang positif dari orang tua, guru,
ataupun orang yang dianggap ia idolakan, menjadi kemestian mereka itu
semua harus menjadikan dirinya sebagai uswatun hasanah dengan
menampilkan diri sebagai sumber norma, budi yang luhur, dan perilaku yang
mulia. Keteladanan juga dapat dijadikan metode dalam membentuk perilaku
sosial santri di pondok pesantren.
Santri adalah siswa yang belajar di pesantren. Dalam penelitian ini
penulis memfokuskan pada santri yang berusia 13-18 tahun, dimana usia
tersebut masuk kedalam kategori masa remaja. (Hery Jauhari Mukhtar,
2005:69). Santri yang berusia 13- 18 tahun pada teorinya sedang mengalami
banyak perkembangan. Mereka mencoba menggali pendangan hidup sendiri
sesuai dengan apa yang diketahui dan pengalaman yang dimiliki. Jika santri
yang berusia 13-18 tahun tersebut tidak diiringi dengan pembimbing yang
sesuai dengan kehendaknya maka bisa diprediksi akan mengarah pada
perilaku-perilaku yang negatif. Akibatnya santri tidak lagi menaati aturan
yang berada dalam lingkungan pondok pesantren. Santri merupakan tumpuan
harapan agama dan bangsa, karena mereka diharapkan bisa menjadi generasi
penerus bangsa yang dapat membawa kesan yang positif bagi bangsanya,
sebagai bangsa yang memiliki sikap atau perilaku yang positif bukan perilaku
yang negatif.
Perilaku sosial merupakan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan
segala perbuatan yang secara langsung berhubungan atau dihubungkan
dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. (Abdul Syani, 2007:28).
Perilaku sosial memegang peranan penting dalam membawa nama baik
seseorang atau nama baik suatu bangsa. Berbicara tentang perilaku berarti
berbicara tentang ucapan, sikap, dan perbuatan yang semestinya ditampakkan
oleh seseorang yang dalam hal ini dititik beratkan kepada santri. Oleh karena
itu perilaku sosial merupakan hal pokok yang harus diperhatikan untuk
mengatasi kemerosotan akhlak pada remaja yang sekarang ini rentan terjadi.
4

Kerja sama kyai, pengurus pondok, dan elemen lainnya sangat diperlukan
termasuk kerja sama dengan lingkungan sekitar pondok pesantren untuk
mewujudkan santri dengan perilaku sosial yang baik. Melalui keteladanan
dari pendidik akan memberikan pengertian untuk para santri sebagai landasan
untuk membedakan perilaku yang baik dan yang buruk.
Melalui keteladanan yang baik yang diberikan pendidik, semestinya
santri dapat memiliki perilaku sosial yang baik seperti saling menghormati,
tolong menolong, sopan santun, memiliki kepedulian, menjaga silaturahmi,
dan menjaga lingkungan. Berbeda jika keteladanan yang diberikan pendidik
kurang baik, maka santri cenderung memiliki perilaku sosial yang kurang
baik, misalnya tidak saling menghormati, tidak suka tolong menolong, tidak
memiliki sopan santun, tidak memiliki kepedulian, dll.

Berdasarkan oservasi awal yang penulis lakukan di pondok pesantren


An-Nahdliyah, realitas dilapangan yang penulis dapatkan mengenai
keteladanan pendidik dan perilaku sosial santri adalah para pendidik telah
berusaha memberikan keteladanan yang baik kepada para santri, namun
perilaku sosial santri dinilai kurang sesuai dengan yang diharapkan dari
keteladanan yang diberikan, misalnya kurang sopan terhadap guru, kurang
harmonisnya hubungan antar santri, tidak saling menghormati.
Hasil daripada observasi awal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
masalah yang bersifat kesenjangan antara keteladanan pendidik dengan
perilaku sosial santri. paddahal idealnya keteladanan pendidik yang baik akan
disertai perilaku sosial santri yang baik pula. Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, penulis tertarik untuk mengangkat tema tersebut dengan
mengambil judul skripsi “Keteladanan Pendidik dan Pengaruhnya
terhadap Perilaku Sosial Santri Putra Usia 13-18 Tahun di Pondok
Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Kabupaten
Kuningan”
5

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah ini, di bagi ke dalam 3 bagian yaitu:
1. Identifikasi Masalah
a. Wilayah penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah Pendidikan
Luar Sekolah
b. Pendekatan penelitian yang di tempuh menggunakan pendekatan
kuantitatif tentang keteladanan pendidik dan pengaruhnya terhadap
perilaku sosial santri putra usia 13-18 tahun di Pondok Pesantren An-
Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan”
c. Jenis masalah pada penelitian ini adalah ketidak jelasan pengaruh
keteladanan pendidik terhadap perilaku sosial santri putra usia 13-18
tahun di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan
Ciawigebang Kabupaten Kuningan.
2. Pembatasan masalah
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dijelaskan di atas, maka penulis membatasi masalah penelitian agar tidak
terjadi pembahasan yang luas, penelitian ini akan dibatasi pada beberapa
aspek yaitu:
a. Keteladanan pendidik yang dimaksud dalam skripsi ini adalah adalah
perilaku pendidik yang dapat ditiru atau dicontoh oleh santri di Pondok
Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang
Kabupaten Kuningan dan keteladanan yang dimaksud disini adalah
keteladanan yang dapat digunakan sebagai alat pendidikan islam sesuai
dengan pengertian uswah yaitu keteladanan yang baik.
b. Perilaku sosial yang dimaksud disini adalah ucapan, sikap, dan
perbuatan yang ditampakkan oleh santri usia 13-18 tahun di Pondok
Pesantren An-Nahdliyah RT 01 RW 01 Desa Gresik Kecamatan Ciawi
Gebang Kabupaten Kuningan. dimana perilaku sosial tersebut meliputi :
saling menghormati, tolong menolong, sopan santun, memiliki
kepedulian, menjaga silaturahmi, dan menjaga lingkungan.
6

3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana keteladanan pendidik di Pondok Pesantren An-Nahdliyah
Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan?
b. Bagaimana perilaku sosial santri usia 13-18 tahun di Pondok Pesantren
An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Kabupaten
Kuningan?
c. Bagaimana pengaruh keteladanan pendidik terhadap perilaku sosial
santri usia 13-18 tahun di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik
Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
dari penelitian ini adalah untuk:
a. Untuk mengetahui keteladanan pendidik di Pondok Pesantren An-
Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan.
b. Untuk mengetahui perilaku sosial santri usia 13-18 tahun di Pondok
Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang
Kabupaten Kuningan.
c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keteladanan pendidik
terhadap ketaatan beribadah santri usia 13-18 tahun di Pondok Pesantren
An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang Kabupaten
Kuningan.
D. Kerangka Pemikiran
Ontologi dari pembinaan keteladanan pendidik dengan perilaku sosial
santri adalah membentuk kepribadian santri. Popi Sopiatin dan Sohari Sahrani
mengutip dari Gordon W Allport (2011: 125) menjelaskan bahwa kepribadian
dapat didedefinisikan sebagai suatu organisme dinamis dalam diri individu
pada sistem psikofisis, kepribadian berfungsi menentukan cara yang khas
dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. Kepribadian mencakup juga
tempramen, sifat, watak atau karakter, kebiasaan (habit), serta tipe.
7

Organisme dinamis adalah kepribadian yang selalu berkembang atau berubah


walaupun ada organisme sistem yang mengikat dan menghubungkan sebagai
komponen kepribadian. Psikofisis menunjukkan bahwa kepribadian bukanlah
semata-mata neural (fisik), tapi menyatakan perpaduan kerja antara aspek
psikis dan fisik dalam kesatuan kepribadian.
Kepribadian sangat berhubungan erat dengan akhlak atau perilaku,
karena dalam penjelasannya perilaku dan kepribadian sama-sama membentuk
karakter dan watak manusia. Nabi Muhammad SAW diutus untuk
membentuk manusia menjadi pribadi-pribadi yang berakhlak mulia, tangguh,
dan berperilaku yang terpuji. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Ahzab
ayat 21 :

 .....       

Artinya “sesungguhnya, telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri


tauladan yang baik bagimu” (Hasbi Ash-shiddieqy, 1977:1046).

Menurut Ibnu Katsir ayat yang mulia ini adalah pokoknya yang agung
tentang mencontoh Rasulullah SAW. dalam berbagai perkataan, perbuatan
dan perilakunya. Untuk itu Allah memerintahkan manusia untuk
mensuritauladani Rosulullah SAW. dalam kesabaran, keteguhan,
kepahlawanan dan perjuangannya dalam menanti pertolongan dari Rabbnya.
(Ibnu Katsir, 2003 : 461)
Suri tauladan yang dimiliki Rosulullah Muhammad SAW tidak
diragukan lagi, terbukti para sahabatnya dan para pemimpin setelah
kewafatannya mampu menjadikan islam sebagai agama dan pemerintahan
yang memberikan pengayoman baik bagi masyarakat muslim sendiri maupun
bagi rakyat nonmuslim. Karena itu, seyogyanya kita sebagai umatnya harus
menjadikan beliau Muhammad SAW sebagai panutan dan pedoman dalam
membentuk pribadi dan perilaku sosial yang berakhlakul karimah.
Pembinaan perilaku sosial juga merupakan tanggung jawab setiap
orang tua atau pendidik di pesantren untuk membina santri-santrinya supaya
memiliki perilaku sosial yang baik, apalagi pada zaman modern seperti saat
ini, banyak budaya-budaya luar yang masuk ke negara ini, cenderung kepada
8

perusakan perilaku sosial. jika tanpa adanya filter (penyaring) yang tepat,
maka budaya yang masuk akan banyak yang merusak perilaku sosial santri,
khususnya para santri remaja. Dengan demikian, yang dibutuhkan santri
adalah pembinaan akhlak dan perilaku sosial. Untuk mewujudkannya tidaklah
mudah, karena membutuhkan kerja keras serta kesabaran seorang pendidik
untuk menjadkan perangai dan sikap yang baik sebagai watak seorang anak
(Muhammad Nur Abdul Hafidz, 1999:178)
Pembinaan perilaku harus diperhatikan dalam lingkungan pondok
pesantren. Perilku sosial kepada sesama teman, kepada masyarakat sekitar,
terlebih kepada kyai. Terhadap sesama teman harus dijaga betul sehingga
tidak timbul sengketa dan ukhuwah islamiyah selalu dijaga. Terhadap
masyarakat sekitar perlu dijaga, agar citra pesantren tidak luntur di mata
masyarakat. perilaku terhadap kiyai sangat diutamakan, sebab dari kyailah
santri memperoleh pengetahuan. Durhaka kepada kiyai bisa berakibat tidak
berkahnya ilmu. Jadi dalam kehidupan pesantren, penghormatan kepada kiyai
menempati posisi penting. Nasihat-nasihat, petuah-petuah kiyai selalu
diperhatikan.
E. Langkah-langkah Penelitian
1. Menentukan Sumber Data
a. Data teoritik
Data teoritik ialah data yang diperoleh dari sejumlah buku yang ada
hubungannya dengan judul skripsi untuk dijadikan sumber rujukan.
b. Data empirik
Data empirik ialah data yang diperoleh dari objek penelitian dengan
menggunakan teknik observasi, angket, wawancara, dokumentasi, dan
studi pustaka.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subjek dari penelitian. Populasi
dalam peneitian ini adalah santri berusia 13-18 tahun di Pondok
Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang
Kabupaten Kuningan yaitu berjumlah 18 orang.
9

b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti. Sifat data
ini adalah estimate value (perkiraan). Apabila subjeknya kurang dari
100 maka sampel dapat diambil semua, selanjutnya apabila subjeknya
lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10%-15% atau tergantung
pada kemampuan peneliti. (Suharsimi Arikunto, 2002:108). karena
pada penelitian ini yang diambil adalah keseluruhan santri usia 13-18
tahun dan jumlahnya kurang dari 100 yaitu 18 orang, maka penulis
mengambil sampel keseluruhan santri usia 13-18 tahun. Yaitu
berjumlah 18 orang.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan tanya jawab lisan secara sepihak, untuk
meminta penjelasan sehubungan dengan objek penelitian, dalam
penelitian ini penulis menggunakan tekhnik wawancara terpimpin
dimana peneliti melakukan wawancara sesuai dengan konsep yang
sudah peneliti siapkan sebelum penelitian dimulai, isi dari konsep
tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai objek penelitian.
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah santri
berusia 13-18 tahun di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik
Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan.
b. Observasi
Observasi adalah tekhnik pengumpulan data dengan cara
pengamatan langsung dan mencatat dengan sistematis hal-hal yang
berkaitan langsung dengan data yang diperlukan melalui tekhnis ini
penulis melakukan pengamatan secara langsung pada objek
penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan observasi di Pondok
Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan Ciawigebang
Kabupaten Kuningan.
c. Angket
10

Angket merupakan sebuah pertanyaan tertulis yang penulis gunakan


untuk memperoleh informasi dari responden. Teknik ini dilakukan
melalui penyebaran daftar pertanyaan kepada santri berusia 13-18
tahun di Pondok Pesantren An-Nahdliyah Desa Gresik Kecamatan
Ciawigebang Kabupaten Kuningan. Adapun angket yang diberikan
kepada ibu pedagang yaitu angket tertutup artinya alternatif jawaban
dari pertanyaan sudah disiapkan.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang
bersumber pada tulisan-tulisan, arsip-arsip serta sumber data lainnya
yang berhubungan dengan kondisi objek penelitian.
e. Studi Kepustakaan
Dalam penelitian ini, penulis membutuhkan buku sebagai data
literatur mengenai pendapat-pendapat para ahli yang menerangkan
tentang pola asuh orang tua dan kedisiplinan belajar.
4. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis melalui pendekatan kuantitatif
yaitu dengan angka-angka dengan memberikan pemaparan terhadap data
kuantitatif setelah dilakukan tabulasi dan menentukan prosentasi.
(Arikunto, 2006:78). Adapun penentuan prosentase menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝐹
P= 𝑁 X 100%

Keterangan :
P : Angka Prosentase
F : Frekuensi yang sedang dicari prosentasinya
N : Jumlah Responden
100% : Bilangan tetap. (Anas Sudijono, 1999: 40-41)
Untuk menentukan hasil prosentase menggunakan ketentuan
sebagaimana dikemukakan Suharsimi Arikunto (2002 : 162) sebagai
berikut:
Seluruhnya = 100%
11

Hampir seluruhnya = 90% - 99%


Sebagian besar = 60% - 89%
Lebih dari setengahnya = 51% - 59%
Setengahnya = 50%
Hampir setengahnya = 40% - 49%
Sebagian kecil = 10% - 39%
Sedikit sekali = 1%
Tidak ada = 0%
Data yang telah diolah melalui proses perhitungan prosentasi,
kemudian di kategorikan sebagai berikut :
76% - 100 % = Kriteria baik
56% - 75 % = Kriteria cukup baik
40 % - 55 % = Kriteria kurang baik
Kurang dari 40% = Kriteria tidak baik.
(Suharsimi Arikunto, 2002: 244)
Kemudian data di analisis menurut pendekatan kuantitatif, adapun
kriteria yang harus diuji terhadap instrument penelitian sebelum diuji
hipotesisnya. Untuk mengetahui validitas dari setiap item angket atau tes
penelitian, maka perlu adanya uji validitas yang menggunakan rumus
korelasi product moment. (Suharsimi Arikunto, 2006: 213)

N  xy  ( x)( y )
rxy=
( N  x 2 )  ( x ) 2 ( N  y 2  ( y ) 2 )

Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi “r” product moment

N = Jumlah responden

∑xy = Jumlah perkalian antara skor X dan skor Y

∑x = Jumlah seluruh skor X

∑y = Jumlah seluruh skor Y


12

Sedangkan penafsiran dari analisa tersebut menggunakan


besarnya koefisien korelasi sebagai berikut:
0,000 - 0,200 : korelasi sangat rendah (tak berkorelasi)
0,200 - 0,400 : korelasi rendah
0,400 - 0,700 : korelasi sedang
0,700 - 0,900 : korelasi tinggi
0,900 - 1,000 : korelasi sangat tinggi (sempurna)
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 258).
Selain itu, mengetahui besarnya pengaruh variable X terhadap
variabel Y terlebih dahulu dicari KD (Koefesien Determinasi). Menurut
sugiyono bahwa koefesien determinas adalah kuadrat dari koefesien
korelasi yang di kalikan dengan 100. Adapun mencari pengaruh antara
variabel X terhadap Y dengan menggunakan rumus :

DC = ( x 100 %

Anda mungkin juga menyukai