Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KEGIATAN MAULID NABI

Rizki Saputra
Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
Email: poetrarizky98@gmail.com

Abstract

Basically humans are born and divided into various kinds of character and
temperament. In recent years and long before that, moral and moral decline has
always been a complex problem. Moral education is very important in reducing
existing problems. The birthday tradition is one of the activities that reduces the
decline of national and religious morality. This study aims to reveal the values of
goodness and morals contained in the tradition. So that the maulid tradition becomes
one of the factors to be able to reduce the number of lack of morality and human
character in every human being who runs it.

Kata Kunci: Pendidikan, akhlak, maulid nabi

A. Pendahuluan
Kehidupan manusia di muka bumi ini dari sejak awal penciptaan hingga
sampai sekarang tidak pernah lepas dari ketentuan sang Pencipta. Allah Swt. telah
mengatur kehidupan manusia sedemikian rupa dengan memberikan aturan serta
norma-norma untuk diamalkan manusia dalam kehidupannya agar terciptanya
kehidupan yang harmonis, tentram dan sejahtera. Agama Islam secara absolut
merupakan agama yang rahmatan lil alamin, merupakan agama yang
menyempurnakan ajaran ajaran sebelumnya dengan membawa satu tujuan utama,
yakni memperbaiki akhlak manusia melalui nilai-nilai yang terkandung yang
menjadi risalah dari nabi Muhammad saw.
Ajaran islam yang nilai-nilai tersebut bisa diajarkan baik dari lembaga-
lembaga pendidikan formal maupun non formal, proses pembelajaran atau proses
pendidikan bisa kita temui di banyak tempat seperti sekolah, kampus, pusat kajian,
pesantren, madrasah dan lainnya. Yang pada intinya untuk saling menguatkan dan
mengajarkan temtang pemahaman Islam.(Saputra & Muhajir, 2019). Kita ketahui
suatu ilmu pengetahuan baik pengetahuan dalam bidang apapun diibaratkan
sebagai pisau bermata dua yang bisa digunakan kapan pun oleh pemiliknya.
Namun perlu ingat kembali suatu ilmu pengetahuan tanpa dibarengi akhlak yang
mulia maka ditakutkan justru akan mendorong pada hal-hal yang melanggar
norma-norma dan kesopanan.(Sungkowo, 2014).
Kita amati kembali dalam realita kehidupan saat ini dalam dunia
pendidikan pendidikan akhlak menjadi titik paling krisis dibandingkan aspek
lainnya. Selama ini proses pendidikan yang berlangsung lebih menitik beratkan
pada aspek kognitif saja, dan penentuan kelulusan pun tidak jauh dari hal tersebut.
Bahkan jika melihat lebih luas lagi, berbagai masalah yang melanda pada bangsa
Indonesia adalah akibat rendahnya moral dan akhlak pada sebagian para pelaku
masalah tersebut. Kita katakan terkait pendidikan akhlak sudah seharusnya
menjadi tanggung jawab kita bersama dan perlu dibangun dengan penuh
kesadaran dan keikhlasan yang kuat. Sehingga pendidikan akhlak perlu dilatih dan
ditanamkan sejak dini karena akan terbawa pada kehidupan berikutnya.
(HIDAYAT, 2021)
Indonesia adalah negara majemuk yang terdapat banyak keragaman
budaya dan agama. Hal tersebut merupakan sebuah kekayaan yang tak ternilai
harganya baik dalam budaya, suku maupun dalam agama. Dalam sejarahnya
Indonesia mampu menciptakan sejarah yang luar biasa terlebih lagi dalam agama
Islam. Suksesnya penyebaran ajaran Islam dalam waktu singkat yang kemudian
menjadia agama mayoritas tentunya dengan melalui pendekatan internalisasi dan
budaya.(Hayaturrohman et al., 2020)
Umat islam memiliki tradisi yang selalu dilaksanakan tiap tahunnya di
banyak tempat bahkan banyak negara. Tradisi tersebut dilaksanakan setiap bulan
Rabiul awal yang kita kenal dengan Peringatan Maulid Nabi Saw. dan ada pula yang
merayakan di luar bulan tersebut. Di negara kita kegiatan maulid nabi sudah
menjadi tradisi yang mendarah daging di kalangan masyarakat. Peringatan
tersebut dilakukan oleh masyarakat dalam rangka mengingat kembali sejarah
kehidupan beliau, meneladani akhlak beliau, dan mengingat tugas utama yakni
membawa agama Islam yang rahmatan lil alamin. Dengan adanya kegiata maulid
nabi proses pendidikan akhlak memberikan peluang yang besar, sebab kita belajar
nilai-nilai dan akhlak dari sumbernya langsung, yakni satu-satunya makhluk paling
mulia yakni nabi Muhammad saw. dengan dibacakan akhlak-akhlak beliau sedikit
demi sedikit memberikan pemahaman terhadap anak tentang bagaimana kriteria
seseorang berakhlak mulia dan kemudian diharapkan mampu untuk
mempraktikannya sendiri salam kehidupannya.(Masruri, 2018)

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan
pendekatan kajian pustaka (library research). Pembahasan dalam artikel ini tidak
terlepas dari penelitian sebelum-sebelumnya. Kita ketahui penelitian adalah
sebuah proses langkah demi langkah yang digunakan untik mengumpulkan dan
menganalisis suatu informasi untuk meningkatkan pemahaman kita terhadap
suatu topik atau isu terkini.
Adapun teknik pengambilan data atau sumber yang digunakan adalah
dengan melakukan kajian pustaka dengan mengumpulkan sumber-sumber dan
literatur menjadi satu. Yakni mengambil sumber langsung dari literatur-literatur
yang tersedia oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Kemudian dianalisis untuk
menjadi data yang lebih sederhana dan mudah untuk difahami.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menemukan gambaran secara
utuh bagaimana konsep pendidikan akhlak dalam yang terkandung dalam tradisi
maulid nabi dengan mengacu pada kajian-kajian yang sudah ada. Pemaknaan
pendidikan akhlak dalam penelitian ini dimaknai sebagai upaya mencari suatu
langkah yang relevan dalam menangani permasalahan yang ada.

C. Hasil Kajian Dan Pembahasan


Pendidikan akhlak adalah suatu pendidikan tentang pondasi dan dasar
akhlak serta keutamaan memilik akhlak mulia, suatu tabiat yang harus melekat
dan dijadikan kebiasaan oleh anak agar ia tumbuh serta berkembang dengan teguh
pada landasan keimanan dan ketaatan kepada Allah Swt. dan terdidik mempunyai
sifat selalu tangguh dan kuat dalam mengarungi kehidupan dengan berserah diri
kepada Allah.(Ii, 2003). Atau bisa kita artikan suatu kegiatan untuk memberi
bimbingan dengan melalui penanaman nilai islam, melakukan latihan moral
maupun fisik dengan mendalami nilai-nilai akhlak mulia dan berpikir untuk
terbentuknya anak yang berakhlak mulia. Dengan pengalaman dan perbuatan yang
dilakukan secara konsisten akan menghasilkan perilaku baik tanpa ada pemikiran
dan pertimbangan lagi.
Pendidikan yang telah dijalankan oleh lembaga-lembaga selama ini dalam
mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai akhlak dasar Islam perlu di evaluasi
secara konsisten dan ktitis, karena jika tidak ada ingin melihat sejauh mana hasil
keberhasilan yang tela dicapai sehingga dapat mengukur sudah sesuaikan hasil
yang didapatkan dengan yang diharapkan. Kemudian akan diketahui di mana celah
untuk berbenah dalam aspek yang bersangkutan, dan dapat memperbaiki
kekurangan dan mempertahankan yang baik. Hal itu sebagai upaya terakhir
apakah anak dapat melaksanakan dan mempraktikkan nilai-nilai akhlak yang telah
diajarkan, atau hanya sekedar menerima teori-teori atau konsep yang
dikumpulkan saja.
Islam sangat memperhatikan akhlak dan bagaimana untuk
mempraktikannya, dan sangat menempatkan akhlak sebagai hal yang sangat
diutamakan. Rasulullah bersabda “orang mukmin yang paling sempurna adalah
yang paling baik akhlaknya”. Banyak sekali hadist-hadist nabi yang menjelaskan
betapa pentingnya akhlak dalam diri manusia. Rasulullah pun memberi keterangan
secara jelas bahwa diutusnya pun karena untuk misi utama yaitu
menyempurnakan akhlak manusia.(Bafadhol, 2017)
Tentunya pendidikan akhlak memiliki tujuannya sendiri, secara garis
besarnya tujuannya adalah membentuk kepribadian yang berakhlak mulia baik
lahir maupun batinnya. Agar terbiasa melakukan hal-hal baik, indah, santun,
menyenangkan, sopan, terpuji dan sebagainya. Dan yang paling penting adalah
untuk menjaga hubungan yang baik dengan Allah Swt. sehingga mendapatkan
ridho-Nya.(Nisa & Hasan, 2019)
Fenomena yang ada saat ini adalah di sebagian besar tempat bahwa
minimnya moralitas dan akhlak pada pribadi indual masyarakatnya. Memang
masalah tersebut yang selalu menjadi problematika bangsa dari tahun ke tahun.
Seharusnya jika tiap-tiap individu kritis dan sadar akan tanggung jawab diri
sendiri tentulah masalah tersebut sudah bisa teratasi jauh-jauh hari. Semua
kesejahteraan sebuah kehidupan pasti diawali dari individu-individu setiap orang.
Ketika setiap individu sudah sadar dan mengamalkan akhlak mulia, pastinya akan
berkembang menjadi keluarga yang memiliki akhlak mulia. Tak hanya sampai
disitu dari keluarga berkembang menjadi satu desa, menjadi satu kecamata, satu
kota dan satu negara. Dengan kesadaran pada diri sendiri akan terciptanya
ekosistem kehidupan negara yang berakhlak mulia, namun hal tersebut tidak
mudah dan mengalami banyak kendala di berbagaai aspek.
Dilaksanakannya tradisi maulid nabi ini, sedikit memberi sebuah dorongan
dan motivasi agar kita tetap selalu optimis dalam mewujudkan generasi pemuda
bangsa yang memiliki moral dan akhlak yang mulia. Tidak cukup hanya satu dua
orang yang andil begitu gigih dalam masalah ini, tetapi seluruh lapisan masyarakat
harus saling bahu-membahu sedikit demi sedikit untuk mewujudkan cita-cita
mulia ini.
Melalui pendidikan akhlak ini anak diharapkan mampu memahami dan
nilai-nilai kebaikan yang dipelajari dapt terpatri di dalam hati serta mendarah
daging dalam diri setiap anak. Hal ini dapat kita lihat dalam praktik kehidupan
keseharian anak dalam menjalaninya. Kita bisa mengamati sudahkah ada
perubahan dalam diri anak dalam mengamalkan nilai kebaikan. Maka jika anak
dalam kehidupannya sudah mampu mengamalkan tanpa perlu pertimbangan lagi
dalam melakukan sesuatu maka pendidikan akhlak telah berhasil.
Salah satu metode atau cara dalam proses menanamkan akhlak pada anak
adalah kegiatan perayaan maulid nabi. Makna perayaan maulid sendiri adalah
berkumpulnya manusia untuk membacakan, mengingat kembali tentang tanda-
tanda kebesaran nabi, apa yang terjadi pada permulaan nabi, dan khabar-khabar
yang datang dari nabi, dan tidak tertinggal pula membacakan bagaimana akhlak-
akhlak keseharian nabi yang telah dicontohkan pada umatnya.(Awliya, 2008)
Secara sadar atau tanpa tersadar kegiatan perayaan maulid nabi
merupakan sebuah tradisi yang memiliki nilai yang sangat luhur, adalah kita
memaknai meneladani setiap sifat dan akhlak yang melekat pada diri Rasulullah.
(Andryyanti, 2017). Sebenarnya masyarakat sangat antusias dalam merespons
adanya kegiatan maulid nabi, baik dari kalangan anak kecil hingga usia paruh baya.
Ini menjadi alternatif bagi masyarakat dalam mewadahi masyarakat yang ingin
menghadiri majlis-majlis. Sehingga terbentuk masyarakat yang aktif dalam
kegiatan keagamaan khususnya dalam kegiatan maulid nabi.

D. Kesimpulan
Pendidikan akhlak menjadi tanggung jawab bersama untuk bisa
mewujudkan hasil yang diharapkan. Meskipun pada dasarnya dalam diri manusia
sudah dibekali dengan potensi kebaikan pada dirinya. Namun masalahnya terletak
pada bagaimana tingkat kesadaran yang dimiliki oleh manusia itu sendiri, semakin
sadar akan potensi itu maka akan semakin besar pula kebaikan yang ia perbuat.
Kemerosotan moral dan akhlak pada bangsa ini, bahkan dalam agama Islam pun
selalu menjadi permasalahan yang sukar untuk diselesaikan. Salah satu kiat untuk
sedikit membantu mengatasinya adalah dengan kita melaksanakan kegiatan yang
mengajarkan pendidikan akhlak. Kegiatan tradisi maulid adalah contoh kegiatan
yang mengandung banyak sekali neilai-nilai pendidikan akhlak. Bagaimana tidak,
kita mempelajarinya dari sumbernya langsung di muka bumi ini. Satu-satunya
makhluk paling mulia, makhluk yang mempunyai perangai paling indah yang
mengajarkan kepada umatnya. Dengan adanya tradisi tersebut diharapkan nilai-
nilai kebaikan yang diajarkan tidak hanya menjadi suatu konsep yang diterima,
melainkan juga dapat mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari yakni dengan
mengamalkannya.
Daftar Pustaka

Andryyanti, M. (2017). Makna maulid nabi muhammad saw. Dakwah, Fakultas


Komunikasi, D A N Makassar, U I N Alauddin, 1–2.
Awliya, A. (2008). Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw Pada Komunitas
Etnis Betawi Kebagusan.
Bafadhol, I. (2017). Pendidikan Akhlak dalam Persfektif Islam. Jurnal Edukasi
Islami Jurnal Pendidikan Islam, 06(12), 45–61.
Hayaturrohman, H., Rahman, A., & El jinand, R. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan
Akhlak Dalam Kitab Al-Barzanji. Mozaic : Islam Nusantara, 6(1), 35–60.
https://doi.org/10.47776/mozaic.v6i1.157
HIDAYAT, R. (2021). Konsep Pendidikan Akhlak Di Era Globalisasi.
http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/8mxcf
Ii, B. A. B. (2003). yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang
sekolah diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan
menjemput dinamakan. Pendidikan, 2(pendidikan), 18–62.
Masruri, U. N. (2018). Perayaan Maulid Nabi Dalam Pandangan Kh. Hasyim Asy’Ari.
Riwayah : Jurnal Studi Hadis, 4(2), 281.
https://doi.org/10.21043/riwayah.v4i2.3596
Nisa, R. A., & Hasan, S. (2019). Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab al
Barzanji Karya Syaikh Ja’far al Barzanji dan Implementasinya Dalam
Pendidikan. Al-I’tibar : Jurnal Pendidikan Islam, 6(1), 50–63.
https://doi.org/10.30599/jpia.v6i1.586
Saputra, E., & Muhajir, A. (2019). Penanaman dan penguatan nilai-nilai keislaman
melalui perayaan hari besar islam. Jo urnal of Qur;an and Hadits Studies, 5(2),
125–142.
Sungkowo. (2014). Konsep Pendidikan Akhlak: Komparasi Pemikiran Al-Ghazali
dan Barat. Nur El-Islam, 1(1), 33–62.
JURNAL VICRATINA

PENDAHULUAN
PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai