Anda di halaman 1dari 15

URGENSI KETELADANAN PENGURUS RAYON DALAM

MENANAMKAN AKHLAK KARIMAH SANTRIWATI PONDOK


MODERN DARUSSALAM GONTOR

Maulida Hasyyah Sabrina


Fakultas Ushuluddin Universitas Darussalam Gontor
E-mail: maulida.hasyyah@gontor.ac.id

Abstract

In the current postmodern era, moral crises are rife. Where this moral crisis leads
to the abuss of destruction. Before falling into ruin, this moral crisis must be
overcome. One way to overcome it is by using an example. Exemplary is the
power that arises in a person to influence others in the context of shaping a
person’s character. Exemplary is something that can be imitated, and followed by
someone. With the descriptive method, this paper will explain the urgency of
exemplary rayon management in instilling the good morals of santriwati in
Islamic Boarding School Darussalam Gontor. Where the rayon management has
a role as educators, role models, and guides for students to become better
induviduals. With the example of the rayon management, the santriwati can
imitate, and apply what they see in their daily lives and make the santriwati
disciplined and have good character.
Keywords: Urgency, Exemplery, Good Morals

Abstrak

Pada zaman postmodern saat ini, sangat marak akan krisis moral dan akhlak.
Dimana krisis akhlak ini mengarahkan kepada jurang kehancuran. Sebelum
terjerumus kedalam kehancuran, maka krisis akhlak ini harus ditanggulangi. Salah
satu cara penanggulangannya adalah dengan sebuah keteladanan. Keteladanan
merupakan daya yang timbul dalam diri seseorang untuk mempengaruhi orang
lain dalam rangka pembentukan watak atau karakter seseorang. Keteladanan
merupakan suatu hal yang dapat ditiru, dicontoh, dan diikuti dari seseorang.
Dengan metode diskriptif makalah ini akan menjelaskan urgensi keteladanan
pengurus rayon dalam menanamkan akhlak karimah santriwati di Pondok Modern
Darussalam Gontor. Dimana pengurus rayon memiliki peran sebagai pendidik,
teladan, dan pembimbing bagi para santriwati untuk bisa menjadi pribadi yang
lebih baik. Dengan keteladanan pengurus rayon, para santriwati dapat meniru,
meneladani dan mengaplikasikan dari apa yang mereka lihat pada kesehariannya
dan menjadikan santriwati berdisiplin dan berakhlak karimah.
Kata Kunci: Urgensi, Keteladanan, Akhlak Karimah

1
Pendahuluan

Manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan yang tidak mengetahui


sesuatu, dan orangtuanyalah yang mengajarkannya bagaimana cara berbicara, cara
berjalan dan lain sebagainya. Maka, pada hakikatnya sedari lahir manusia
membutuhkan sosok teladan yang bisa dijadikan contoh dalam kehidupannya.
Manusia tidak bisa berdiri sendiri dan bisa melakukan sesuatu dengan sendirinya,
tanpa adanya contoh atau arahan.

Manusia adalah makhluk Allah SWT yang paling istimewa jika


dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Dan keistimewaan ini
terletak pada otak yang memiliki fungsi untuk berfikir, menelaah, memahami, dan
menganalisa segala fenomena yang ditemuinya.1 Dari fungsi otak inilah manusia
dapat menilai dan meneladani apa yang dianggap menjadi teladan baginya.

Nabi Muhammad SAW di utus dengan misi untuk menyempurnakan


akhlak yang baik. Maka, pendidikan akhlak sangatlah penting dalam kehidupan
manusia. Dan dalam al-Qur’an dijelaskan juga, bahwa dalam diri Nabi
Muhammad SAW ada suri teladan yang baik.2 Manusia adalah makhluk sosial
yang tidak bisa hidup sendiri dan akan selalu membutuhkan orang lain untuk
berinteraksi. Dalam proses interaksi inilah akan terjadi saling mempengaruhi,
karena secara psikologis manusia terutama anak-anak memiliki kecenderungan
atau naluri meniru orang lain dan membutuhkan tokoh teladan dalam
kehidupannya. Semua itu disadari atau tidak akan mempengaruhi kepribadian
seseorang.3

Muncul dan lahirnya sikap yang tidak terpuji saat ini salah satu
penyebabnya dari individu yang menerima budaya asing yang datang dari luar
tanpa penyeleksian baik dan buruknya terhadap mereka, dan ilmu akhlak

1
Munirah, “Akhlak dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Dasar Islam,
4.2, (Desember-2017), Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Alauddin,
Makassar, h. 39
2
QS. 33: 21
3
Cak Heppy, Keteladanan Sebagai Strategi Pembelejaran, Wordpress.com, (Maret-
2011), h. 13

2
bertujuan untuk memberikan pedoman dan penerangan bagi manusia dan
mengetahui perbuatan yang baik dan buruk.4

Ada 9 tanda-tanda zaman yang menunjukkan sebuah bangsa menuju


jurang kehancuran, yaitu: (1) meningkatnya kekerasan dikalangan remaja, (2)
penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer group yang
kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, (5) semakin
kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin
rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung
jawab, (9) adanya rasa curiga dan keencian diantara sesama.5

Dari tanda-tanda yang telah disebutkan, sangat tampak bahwa bangsa kita
saat ini sangat mengalami krisis akhlak yang menuju pada jurang kehancuran.
Maka harus ada gerakan untuk membangkitkan kembali akhlak karimah anak
bangsa, karena jika dibiarkan maka kerusakan akan terus rerjadi dan dapat
menjaruhkan bangsa ini kedalam jurang kehancuran. Dan salah satu dari gerakan
tersebut adalah memberikan teladan yang baik untuk dicontoh sebagai arahan
kepada kebaikan. Tidak akan ada kemajuan tanpa adanya kedisiplinan, dan tidak
akan ada kedisiplinan tanpa adanya keteladanan.

Pondok pesantren adalah salah satu institut pendidikan tertua di Indonesia


yang sangat memperhatikan tentang pendidikan akhlak dan telah menjadi produk
budaya Indonesia, yang telah mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang
berkembang sejak awal kedatangan Islam di Nusantara.6 Penyelenggaraan
lembaga pendidikan pesantren berbentuk asrama yang merupakan komunitas
tersendiri di bawah pimpinan kyai oleh seorang atau beberapa orang, dan para

4
Ahmad Zuhdi, “Akhlak yang Buruk dalam Perspektif Pendidikan Islam Serta Upaya
Penanggulangannya”, Jurnal Tarbawi, 14.1, (Juli, 2018), IAIN Kerinci, h. 61-62
5
Khomsun Nurhalim, “Pola penanaman Nilai-nilai Moral Religius di TKIT Arofah 3
Bade Klego”, Journal of Nonformal Education, Penididikan Luar Sekolah, Universitas Negeri
Semarang, (2017), h.54
6
Mansur Hidayat, “Model Komunikasi Kyai Dengan Santri di Pesantren”, Jurnal
Komunikasi ASPIKOM, 2.6, (Januari-2016), UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, h. 387

3
ustadz atau ustadzah yang hidup bersama ditengah-tengah para santriwati dengan
masjid sebagai pusat kegiatan peribadatan keagamaan.7

Beberapa elemen pesantren yang membedakannya dengan lembaga lain


yaitu, (1) pondok sebagai tempat menginap santri/ santriwati, (2) santri/ santriwati
sebagai peserta didik, (3) masjid sebagai sarana ibadah dan pusat kegiatan
pesantren, (4) kyai sebagai tokoh atau sebutan seseorang yang memiliki kelebihan
dari sisi agama dan kharisma yang dimilikinya, (5) kitab kuning sebagai referensi
pokok dalam kajian keislaman.8

Pondok Pesantren Darussalam Gontor adalah salah satu lembaga


pendidikan pesantren yang sangat mengutamakan pendidikan akhlak. Dimana
sosok Kiyai yang menjadi sentral figurnya. Dalam pengaplikasian sistem
pembentukan karakter dan akhlak. Gontor menggunakan sistem asrama yang
biasa disebut rayon sebagai tempat santriwati menetap dan melakukan kegiatan
kesehariannya.

Setiap rayon memiliki pengurus yang mengatur jalannya keorganisasian


ini. Dimana pengurus rayon ini di tuntut untuk bisa menjadi pembimbing dan di
tuntut untuk bisa menjadi contoh yang baik bagi santri lain yang lebih junior di
rayon. Apapun yang mereka lakukan akan di contoh oleh para santri tersebut.
Karena pengurus rayon dianggap sebagai teladan bagi mereka untuk membimbing
mereka dalam kehidupan sehari-harinya.

Keteladanan adalah hal yang paling penting dalam pembentukan akhlak al-
karimah, terutama di Pondok Modern Darussalam Gontor. Apalagi bagi
santriwati-santriwati baru yang belum banyak mengetahui tentang etika yang
benar dan bagaimana melakukan semua kegiatan dengan benar. Maka yang
pertama mereka lihat adalah pengurus rayonnya. Karena pengurus rayon adalah
orang terdekat yang bisa mereka ambil contoh.

Namun yang disayangkan adalah, meskipun para pengurus rayon sudah


memberikan contoh dan teladan yang baik kepada para santriwati, mulai dari
7
Imam Syafe’i, Pondok Pesantren: “Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter”, At-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8.1, (2017), Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
h. 62
8
Imam Syafe’i, h. 65

4
disiplin akan peraturan, cara berpakaian, cara berbicara, dan lain sebagainya yang
bersangkutan dengan akhlak karimah, namun pada kenyataannya masih banyak
santri yang tidak meneladaninya. Masih banyak santri yang melanggar peraturan,
kurang baik dalam bersikap dan lainnya.

Dari fenomena yang jelas terlihat, ini menjadi salah satu tanda rusaknya
generasi karena penurunan akhlak, maka, beberapa persoalan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah bagaimana urgensi pengurus rayon dalam menanamkan
akhlak karimah di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Pengertian Keteladanan

Dalam bahasa Arab keteladanan biasa disebut dengan Al-Qudwah dan Al-
Uswah, yang secara etimologi berarti sesuatu yang layak untuk diikuti atau
diteladani.9 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian Keteladanan
berasal dari kata “Teladan” yang artinya hal yang dapat ditiru atau dicontoh.
Sedangkan menurut Ishlahatunnisaa’ (2010) pengertian keteladanan berarti
penanaman akhlak, adab dan kebiasaan-kebiasaan baik yang seharusnya diajarkan
dan dibiasakan.10

Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru, diikuti, atau dicontoh dari
seseorang. Keteladanan merupakan daya yang timbul dalam diri seseorang untuk
mempengaruhi orang lain dalam rangka pembentukan watak atau karakter
seseorang.11 Keteladanan merupakan role model yang memberikan contoh dalam
hal sikap, perilaku dan pembentukan kepribadian seseorang.12 Peniruan
merupakan cara yang digunakan seseorang untuk belajar dari orang lain. Ini
terjadi terutama pada kondisi sosial, dimana interaksi terjadi dari satu pihak
dengan yang lainnya.13

9
Iswandi, “Efektifitas Pendekatan Keteladanan dalam Pembinaan Akhlak Siswa di MIN
Bandar Gadang”, Jurnal Pendidikan Islam, 10.1, (2019), STAI YAPTIP, Pasaman Barat, h. 118
10
Karso, “Keteladanan Guru dalam Proses Pendidikan di Sekolah”, Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Program Pascasarjana, Universitas PGRI, Palembang, (Januari-2019), h. 384
11
Iswandi, h. 119
12
Akhiya Huddin, “Keteladanan Guru dalam Proses Pendidikan di kelas IV SD Negeri
No. 28/I Malapari-Muara Bulian”, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas
Jambi, (Juli, 2017), h. 5
13
Muhammad Ghulam Nuruzzaman, Pengaruh Teladan Kyai Terhadap Akhlak Santri di
MMI Baitul Arqom Balung, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Jember, (2017)

5
Keteladanan adalah perilaku yang terpuji dan disenangi karena sesuai
dengan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.14 Keteladanan dalam perspektif
pendidikan Islam adalah metode influentif yang paling meyakinkan bagi
keberhasilan pembentukan aspek moral, spiritual dan etos social peserta didik.
Keteladanan adalah salah satu metode yang bersumber dari al-Qur’an.15

Dalam Al-Qur’an kata teladan diibaratkan dengan kata-kata uswah yang


kemudian dilekatkan dengan kata hasanah, sehingga menjadi padanan kata
uswatuh hasanah yang berarti teladan yang baik. Sehingga dapat didefinisikan
metode keteladanan adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara
memberi contoh-contoh teladan yang baik yang berupa perilaku nyata, khususnya
ibadah dan akhlak.16

Landasan keteladanan yang menjadi prinsip utama sebagai perintah Allah


SWT kepada manusia agar meneladani Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa
Al-Ahzab, yaitu meneladani kesabaran, upaya, dan penantiannya atas jalan keluar
yang diberikan oleh Allah SWT, yakni ujian dan cobaan yang membuahkan
pertolongan dan kemenangan sebagaimana yang telah Allah janjikan.17

Keteladanan bersifat multidimensi yang artinya bahwa keteladanan ada


dalam berbagai aspek kehidupan. Keteladanan tidak hanya sekedar memberikan
contoh dalam melakukan sesuatu, tetapi juga menyangkut berbagai hal yang dapat
diteladani, termasuk kebiasaan-kebiasaan yang merupakan contoh keteladanan.18

Dalam islam keteladanan merupakan salah satu metode dakwah yang


ditempuh seseorang dalam proses dakwah melalui perbuatan atau tingkah laku
yang patut ditiru. Karena hakikat dakwah dalam islam adalah mencapai keridhaan
Allah dan mengaangkat derajat akhlak dalam bermasyarakat berdasarkan pada

14
Halimatussakdiah, “Sikap Keteladanan Guru Dalam Meningkatkan Kepribadian Siswa
di MIN Madinatussalam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Universias Islam Negeri, Sumatera Utara, Medan, (2018)
15
Ali Mustofa, “Metode Keteladanan Perspektif Pendidikan Islam”, Jurnal Studi
Keislaman, 5.1, (Juni-2019), STIT Al-Urwatul Wutsqo, Jombang, h. 32
16
Ahmad Darwin, “Keteladanan Guru dalam Pembinaan Karakter Santri di Dayah Darul
Ulum Abu Lueng Ie”, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry,
Banda Aceh, (2018), h. 14
17
Taklimudin, Febri Saputra, “Metode Keteladanan Pendidikan Islam dalam Perspektif
Qur’an”, Jurnal Pendidikan Islam, Volume 3, No. 1, (2018), STAIN, Curup-Bengkulu, h. 3
18
Karso, hal. 388

6
agama serta membimbing masyarakat pada rancangan akhlak yang dibuat oleh
Allah SWT untuk manusia.19

Pengertian Akhlak Karimah

Kata akhlak berasal dari bahasa arab yang sudah dijadikan bahasa
Indonesia, yang diartikan sebagai tingkah laku, perangai, atau kesopanan. Kata
akhlak merupakan jama’ taktsir dari kata khuluq, yang sering juga diartikan
dengan sifat bawaan, tabiat, adat kebiasaan dan agama. Menurut Imam Al-Ghozali,
akhlak adalah segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-
kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai
pertimbangan.20

Dalam bahasa Inggris kata padanannya adalah ethics yang berarti sebuah
tingkah laku baik atau moral. Bahasa Yunani menyebutnya dengan ethos atau
ethikos yang berarti adat serta kebiasaan, dan dalam bahasa Latin mores yang
berarti sebuah adat.21 Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu
dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku itu buruk, maka disebut akhlak yang
buruk, atau akhlak madzmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik, maka
disebut akhlak yang baik atau akhlak mahmudah.22 Akhlak tidak terlepas dari
aqidah dan syari’ah. Oleh karena itu, akhlak merupakan pola tingkah laku yang
mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan sehingga tergambarkan dalam
perilaku yang baik.23

Akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan suatu perbuatan secara


spontan tanpa pemikiran atau pemaksaan atau perbuatan yang lahir atas dorongan
jiwa berupa perbuatan baik dan buruk.24 Secara terminologis, Fakhruddin ar-Razi
dalam salah satu karyanya al-Firasat Daliluka Ila Ma’rifati Akhlaq al-Nas,

19
Hasan Bastomi, “Keteladanan Sebagai Dakwah Kontemporer dalam Menyongsong
Masyarakat Modern”, Komunika, 11.1, (2017), STAIN Kudus, h. 8
20
Elsa Aprilianingsih, Santi Lisnawati, “Hubungan Keteladanan Guru Terhadap Akhlak
Siswa di MTs Ar-Rofiqy kabupaten Bogor”, Jurnal Mitra Pendidikan, Volume 3, Nomor 4, (April-
2019), Universitas Ibn Khaldun, Bogor, h. 544-545
21
Syafa’atul Jamal, “Konsep Akhlak menurut Ibn Miskawaih”, Jurnal Tasfiyah, Volume
1, No. 1, (Februari-2017), Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo, h. 53
22
Syarifah Habibah, “Akhlak dan Etika dalam Islam”, Jurnal Pesona Dasar, Volume 1,
No. 4, (Oktober-2015), PGSD, FKIP Unsyiah, h. 73
23
Syarifah Habibah, h. 74
24
Munirah, h. 41

7
menyatakan bahwa akhlak adalah aktivitas seseorang yang berasal dari kebiasaan,
watak dasar, atau fitrah. Selain itu kebiasaan tersebut bisa juga diperoleh dari hasil
pendidikan dan berbagai pelatihan.25

Menurut Ibn Miskawaih mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam


dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.26 Ajaran Islam sangat
mengutamakan akhlak karimah, yakni akhlak yang sesuai dengan tuntunan dan
tuntutan syariat islam. Karena dalam konsepsi Islam juga mengartikan akhlak
sebagai suatu istilah yang mencakup hubungan vertikal antara manusia dan
Tuhannya dan hubungan horizontal antara sesama manusia.27

Perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai akhlak apabila


memenuhi dua syarat sebagai berikut: pertama, perbuatan-perbuatan itu dilakukan
berulang kali sehingga perbuatan-perbuatan itu menjadi kebiasaan. Kedua,
perbuatan-perbuatan itu dilakukan dengan kehendak sendiri bukan karena adanya
paksaan atau sebaliknya melalui bujukan atau rayuan.28

Pola Penanaman Akhlak Al-Karimah

Dalam membentuk akhlak karimah santriwati dengan keteladanan


pengurus rayon dibutuhkan pola-pola yang membentuk dan memudahkan
penerapan keteladanan tersebut oleh para santriwati, diantara pola-pola tersebut
adalah:

1. Pendidikan Budi Pekerti

Dalam pergaulan dengan orang lain setiap muslim harus dapat berbudi
pekerti sesuai dengan status dan posisi masing-masing.29 Maka, pengurus rayon
selaku pemimpin yang keorganisasian rayon harus memberi keteladanan budi

25
Jarman Arroisi, “Integrasi Tauhid dan Akhlak dalam Pandangan Fakhruddin Ar-Razi”,
Jurnal Tsaqafah, 9.2, (November-2013), Institut Studi Islam Darussalam Gontor, Ponorogo, h. 317
26
Nurhayati, “Akhlak dan Hubungannya dengan Aqidah dalam Islam”, Mudarrisuna, 4. 2,
(2014), STAIP PTIQ Banda Aceh, h. 291
27
Nurhayati, h.295
28
Ahmad Sahnan, “Konsep Akhlak dalam Islam dan Kontribusinya terhadap
Konseptualisasi Pendidikan Dasar Islam, Ar-Riayah: Jurnal Pendidikan Dasar, 2. 2, STAIN
Bengkulu, h. 101
29
Roudlotul Jannah, “Pemikiran Hamka Tentang Nilai-nilai Pendidikan Budi Pekerti”,
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, (2015)

8
pekerti terutama pada hal-hal sikap dan perilaku seperti ikhlas, jujur, tidak
berbohong, amanah, tidah dzolim, dan lain sebagainya. Pengurus rayon juga harus
memberi pengenalan terhadap perilaku dan sikap yang benar dan tidak benar,
serta pengenalan tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

2. Pembentukan Kedisiplinan

Kedisiplinan adalah sebuah kunci bagi sekolah untuk mengantarkan siswa-


siswanya menjadi pribadi yang mandiri. 30Seperti yang sering dikatakan Pak Kyai,
bahwa Pondok Gontor dapat maju karena adanya kedisiplinan, namun tidak akan
ada kedisiplinan tanpa adanya keteladanan. Maka pengurus rayon dituntun untuk
berdisiplin atas peraturan-peraturan yang telah tertulis maupun tidak tertulis.
Karena anggota rayon akan melihat contoh dari para pengurus rayon dalam
menegakkan kedisiplinan terhadap peraturan yang ada di rayon maupun di
Organisasi Pelajar Pondok Modern. Jika pengurus rayon tidak menerapkan
kedisiplinan, maka santriwati sebagai anggota rayon akan meremehkan pengurus
rayonnya.

3. Penanaman Tanggung Jawab

Penanaman tanggung jawab dapat dilakukan dengan pendelegasian


pengurus rayon terhadap santriwati. Misalnya dengan memberikan jadwal piket
kamar yang akan membentuk rasa tanggung jawab mereka akan kebersihan
kamarnya masing-masing. Dan membentuk rasa kepemilikan dan kesadaran
bahwa kamar adalah milik mereka yang harus dijaga kebersihannya.

4. Pendidikan Kepedulian

Kepedulian merupakan rasa empati kepada orang lain.31 Hal ini pengurus
rayon harus menanamkannya kepada setiap santriwati terhadap sesama khususnya
dengan teman satu kamar. Salah satu bentuk pendidikan kepedulian bisa dengan
menanamkan rasa empati terhadap sesama temannya, dan saling menghormati
kepada orang yang lebih tua dan saling menyayangi kepada orang yang lebih
30
Ayatullah, “Pendidikan Kedisiplinan Siswa Madrasah Aliyah, Pandawa: Jurnal
Pendidikan dan Dakwah”, 2.2, (Mei-2020), STIT Palapa Nusantara, h. 220
31
Muhammad Darwis Dasopang, “Pola Penanaman Karakter Mulia Terhadap Anak Didik
Dalam Keluarga Berdasarkan Nilai Yang Terkandung dalam Hadits”, Jurnal Tazkir, 6.1, Juni-
2020), h. 126

9
muda dari santriwati tersebut. Dari sikap-sikap tersebut maka akan lahir sikap
kepedulian santriwati terhadap sekitar.

5. Evaluasi Secara Berkala

Setelah pengurus rayon memberikan contoh-contoh teladan yang baik,


selanjutnya pengurus rayon harus mengamati adakah pengaruh yang terlihat dari
penerapan santriwati akan apa yang mereka lihat dari keteladanan yang
dicontohkan oleh pengurus rayon tersebut. Jika masih ditemukan pelanggaran-
pelanggaran dari santriwati, maka harus diadakan evaluasi untuk meluruskan
kemelencengan sikap tersebut. Agar santriwati lain dapat mengambil pelajaran
sehingga tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuat oleh temannya. Dan
evaluasi ini dapat dilaksanakan setiap seminggu sekali. Dengan adanya evaluasi
santriwati bisa ber-muhasabat al-Nafs. Muhasabat al-Nafs merupakan jalan yang
mesti ditempuh agar manusia benar-benar bisa menjadi lebih baik.32

Urgensi Pengurus Rayon dalam Menanamkan Al-Akhlak Al-Karimah

Pada zaman postmodern ini, anak bangsa sedang mengalami krisis moral
yang ditandai dengan buruknya akhlak. Maka yang sangat dibutuhkan saat ini
adalah kesadaran akan pentingnya akhlak karimah sebagai pedoman dalam
kehidupan. Apalagi sebagai santriwati yang akan terjun ke masyarakat yang
memiliki peran penting sebagai mundzirul qoum. Mereka akan dilihat oleh
masyarakat karena dianggap sebagai seseorang yang memiliki orientasi baik
dalam moral dan akhlak.

Namun, jika dilihat realitanya, bahwa tidak semua dari santriwati dapat
menjadi seperti yang diharapkan oleh masyarakat tersebut. Pondok pesantrenlah
yang sangat berperan penting dalam membentuk akhlak santriwati. Karena satu-
satunya lingkungan yang ada disekitar para santriwati ialah lingkungan pondok,
terutama asrama. Maka pengurus rayon memiliki peran yang sangat penting pula
dalam pembentukan akhlak santriwati sebagai teladan yang ada dialam rayon atau
asrama.

32
Jarman Arroisi, “Bahagia dalam perspektif al-Ghozali”, Kalimah: Jurnal Studi Agama-
agama dan Pemikiran Islam, 17.1, Universitas Darussalam Gontor, h. 91

10
Dengan ini, dalam melaksanakan kesehariannya di dalam pondok,
santriwati membutuhkan sosok yang dapat memberikannya arahan, petunjuk, dan
bimbingan. Sehingga mereka tidak tersesat dan salah dalam mengambil langkah.
Peran inilah yang harus dimiliki oleh setiap pengurus rayon di asrama. Dengan
pemberian contoh, teladan, arahan dan bimbingan, maka santriwati dapat
mengetahui apa yang harus mereka lakukan dalam kegiatan pondok.

Salah satu daya mengetahui adalah daya yang mengetahui dari luar, yaitu
panca indera eksternal seperti telinga, mata, lidah, hidung dan kulit.33 Dalam hal
ini, maka santriwati dapat mengambil pengetahuan dari apa yang mereka lihat,
apa yang mereka dengar, dan apa yang mereka rasakan. Karena segala aspek yang
terjadi disekitar mereka adalah pendidikan. Maka, keteladanan pengurus rayon
yang tercurahkan melalui nasehat, tampilan kehidupan, serta perilaku keseharian
menjadi pendidikan karakter di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Sistem asrama dalam pendidikan pondok pesantren sebagai miniatur


masyarakat. Penanaman akhlak merupakan urgensi yang patut diberikan sejak
usia dini. Apalagi dalam lembaga pendidikan khususnya pondok pesantren yang
sangat memperhatikan pendidikan akhlak karimah bagi para santriwatinya.
Sehingga akhlak karimah bisa menjadi tameng atas bobroknya moral anak bangsa.

Keteladanan sangat berpengaruh dengan kesehatan jiwa dan keimanan


seseorang. Jiwa yang cenderung pada kebaikan adalah jiwa yang dapat
menghantarkan pada ketenangan, mendapatkan ridha-Nya. Itulah jiwa sehat yang
akan mendapatkan surga-Nya. Sementara jiwa yang ingkar akan semakin jauh dari
rahmat-Nya dan surga-Nya. Jiwa yang ingkar dengan Tuhannya akan cenderung
melakukan perbuatan buruk karena pada dasarnya salah satu karakter jiwa itu
memiliki kecenderungan untuk berbuat jahat. Itulah wujud jiwa yang sakit dan
jiwa yang kotor.34

Dengan ini, urgensi pengurus rayon dalam menanamkan al-akhlak al-


karimah di Pondok Modern Darussalam Gontor sangat terlihat. Mereka memiliki

33
Jarman Arroisi, Rahmat Ardi, “Konsep Jiwa perspektif Ibn Sina”, Islamica, 13.2,
(Maret-2019), Universitas Darussalam Gontor, h. 336
34
Jarman Arroisi, “Spiritual Healing dalam Tradisi Sufi”, Tsaqafah, 14.2, (November-
2018), Universitas Darussalam Gontor, h. 331

11
peran sebagai pendidik, teladan, dan pembimbing bagi para santriwati untuk bisa
menjadi pribadi yang lebih baik dan bisa menjadi seperti apa yang dicita-citakan
oleh Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai mundzirul qoum atau yang
memberi peringatan bagi umat.

Kesimpulan

Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru, diikuti, atau dicontoh dari
seseorang. Keteladanan merupakan daya yang timbul dalam diri seseorang untuk
mempengaruhi orang lain dalam rangka pembentukan watak atau karakter
seseorang. Pondok Pesantren Darussalam Gontor adalah salah satu lembaga
pendidikan pesantren yang sangat mengutamakan pendidikan akhlak. Dalam
pengaplikasian sistem pembentukan karakter dan akhlak, Gontor menggunakan
sistem rayon atau asrama yang dibina olen pengurus rayon.

Dan akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan suatu perbuatan


secara spontan tanpa pemikiran atau pemaksaan atau perbuatan yang lahir atas
dorongan jiwa berupa perbuatan baik dan buruk. Jika perilaku itu buruk, maka
disebut akhlak yang buruk, atau akhlak madzmumah. Sebaliknya, apabila perilaku
tersebut baik, maka disebut akhlak yang baik atau akhlak mahmudah. Dan pada
era postmodern ini maraknya krisis moral dan akhlak yang menjerumuskan
kepada jurang kehancuran. Maka harus ada penanaman akhlak karimah untuk
menanggulangi krisis akhlak ini.

Ada beberapa pola dalam penanaman akhlak mahmudah atau akhlak


karimah ini, diantaranya: (1) pendidikan budi pekerti, (2) pembentukan
kedisiplinan, (3) penanaman tanggung jawab, (4) penanaman kepedulian, dan (5)
evaluasi secara berkala. Dalam kesehariannya santriwati membutuhkan sosok
yang dapat memberikannya arahan, petunjuk, dan bimbingan. Sehingga mereka
tidak tersesat dan salah dalam mengambil langkah. Peran inilah yang harus
dimiliki oleh setiap pengurus rayon di asrama.

Sistem asrama dalam pendidikan pondok pesantren sebagai miniatur


masyarakat. Penanaman akhlak merupakan urgensi yang patut diberikan sejak
usia dini. Apalagi dalam lembaga pendidikan khususnya pondok pesantren yang

12
sangat memperhatikan pendidikan akhlak karimah bagi para santriwatinya yang
akan menjadi kader-kader masyarakat. Sehingga akhlak karimah bisa menjadi
tameng atas bobroknya moral anak bangsa. Salah satu cara penanaman akhlak
karimah ini adalah dengan sebuah keteladanan.

Dengan ini, urgensi pengurus rayon dalam menanamkan akhlak karimah di


Pondok Modern Darussalam Gontor sangat terlihat. Mereka memiliki peran
sebagai pendidik, teladan, dan pembimbing bagi para santriwati untuk bisa
menanamkan akhlak karimah dalam diri setiap santriwati dan bisa menjadi seperti
apa yang dicita-citakan oleh Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai
mundzirul qoum atau yang memberi peringatan bagi umat.

Daftar Pustaka

Al-Qur’an Al-Karim, Surat Al-Ahzab ayat 21


Aprilianingsih, Elsa. Lisnawati, Santi. “Hubungan Keteladanan Guru Terhadap
Akhlak Siswa di MTs Ar-Rofiqy kabupaten Bogor”. Jurnal Mitra
Pendidikan. 3. 4. (April-2019). Universitas Ibn Khaldun. Bogor
Arroisi, Jarman. “Bahagia dalam perspektif al-Ghozali”. Kalimah: Jurnal Studi
Agama-agama dan Pemikiran Islam. 17. 1. Universitas Darussalam Gontor

_____________, “Integrasi Tauhid dan Akhlak dalam Pandangan Fakhruddin Ar


Razi”. Jurnal Tsaqafah. 9. 2. (November-2013). Institut Studi Islam
Darussalam Gontor. Ponorogo
_____________,“Spiritual Healing dalam Tradisi Sufi”. Tsaqafah. 14. 2.
(November-2018). Universitas Darussalam Gontor

_____________, Rahmat Ardi. “Konsep Jiwa perspektif Ibn Sina”. Islamica. 13.
2. (Maret-2019). Universitas Darussalam Gontor

Ayatullah. “Pendidikan Kedisiplinan Siswa Madrasah Aliyah”. Pandawa: Jurnal


Pendidikan dan Dakwah. 2. 2. (Mei-2020). STIT Palapa Nusantara

Bastomi, Hasan. “Keteladanan Sebagai Dakwah Kontemporer dalam


Menyongsong Masyarakat Modern”. Komunika. 11.1. (2017). STAIN
Kudus

13
Darwin, Ahmad. Keteladanan Guru dalam Pembinaan Karakter Santri di Dayah
Darul Ulum Abu Lueng Ie. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry. Banda Aceh. (2018)
Dasopang, Muhammad Darwis. “Pola Penanaman Karakter Mulia Terhadap Anak
Didik Dalam Keluarga Berdasarkan Nilai Yang Terkandung dalam
Hadits”. Jurnal Tazkir. 6. 1. (Juni-2020)

Ghulam, Muhammad . Nuruzzaman. Pengaruh Teladan Kyai Terhadap Akhlak


Santri di MMI Baitul Arqom Balung. Fakultas Agama Islam. Universitas
Muhammadiyah Jember. (2017)
Habibah, Syarifah. “Akhlak dan Etika dalam Islam”. Jurnal Pesona Dasar. 1. 4.
(Oktober-2015). PGSD. FKIP Unsyiah
Halimatussakdiah. Sikap Keteladanan Guru Dalam Meningkatkan Kepribadian
Siswa di MIN Madinatussalam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universias Islam
Negeri. Sumatera Utara. Medan. (2018)
Heppy, Cak. Keteladanan Sebagai Strategi Pembelejaran. Wordpress.com.
(Maret-2011)
Hidayat, Mansur. “Model Komunikasi Kyai Dengan Santri di Pesantren”. Jurnal
Komunikasi ASPIKOM. 2. 6. (Januari-2016). UIN Sunan Kalijaga.
Yogyakarta
Huddin, Akhiya. Keteladanan Guru dalam Proses Pendidikan di kelas IV SD
Negeri No. 28/I Malapari-Muara Bulian. Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Universitas Jambi. (Juli, 2017)
Iswandi. “Efektifitas Pendekatan Keteladanan dalam Pembinaan Akhlak Siswa di
MIN Bandar Gadang”. Jurnal Pendidikan Islam. 10. 1. (2019). STAI
YAPTIP. Pasaman Barat
Jamal, Syafa’atul. “Konsep Akhlak menurut Ibn Miskawaih”. Jurnal Tasfiyah.
1. 1. (Februari-2017). Universitas Darussalam Gontor Ponorogo
Jannah, Roudlotul. Pemikiran Hamka Tentang Nilai-nilai Pendidikan Budi
Pekerti. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Salatiga. (2015)

14
Karso. “Keteladanan Guru dalam Proses Pendidikan di Sekolah”. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana. Universitas PGRI.
Palembang. (Januari-2019)
Munirah. “Akhlak dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Jurnal Pendidikan Dasar
Islam. 4. 1. (Desember-2017). Fakultas Tarbiyah da Keguruan, Universitas
Islam Negeri Alauddin, Makassar
Mustofa, Ali. “Metode Keteladanan Perspektif Pendidikan Islam”. Jurnal Studi
Keislaman. 5. 1. (Juni-2019). STIT Al-Urwatul Wutsqo. Jombang
Nurhalim, Khomsun. “Pola penanaman Nilai-nilai Moral Religius di TKIT Arofa
3 Bade Klego”. Journal of Nonformal Education. Penididikan Luar
Sekolah Universitas Negeri Semarang. (2017)
Nurhayati. “Akhlak dan Hubungannya dengan Aqidah dalam Islam”. Mudarrisuna
4. 2. (2014). STAIP PTIQ Banda Aceh
Sahnan, Ahmad. “Konsep Akhlak dalam Islam dan Kontribusinya terhadap
Konseptualisasi Pendidikan Dasar Islam”. Ar-Riayah: Jurnal Pendidikan
Dasar. 2. 2. STAIN Bengkulu
Syafe’I, Imam. “Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Pembentukan Karakter”.
At-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. 8. 1. (2017). Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung
Taklimudin. Saputra Febri, Metode Keteladanan Pendidikan Islam dalam
Perspektif Qur’an. Jurnal Pendidikan Islam. 3. 1. (2018). STAIN. Curup-
Bengkulu
Zuhdi, Ahmad. “Akhlak yang Buruk dalam Perspektif Pendidikan Islam Serta
Upaya Penanggulangannya”. Jurnal Tarbawi. 14.1. (Juli-2018). IAIN
Kerinci

15

Anda mungkin juga menyukai