HALAMAN SAMPUL
SKRIPSI
OLEH :
IMAM SETIAWAN
NPM. 21801011322
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Oleh:
Imam Setiawan
NPM. 21801011322
ii
ABSTRAK
Setiawan, Imam. 2022. Etika Guru Dalam Kitab Adab Al „Alim Wal Al Muta‟alim Dan
Relevansinya Dengan Kompetensi Guru, Skripsi, Progam Studi Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Malang, pembimbing 1: Dr. Rosichin
Mansur, S.Fil, M.Pd.. Pembimbing 2: Dr. Moh. Muslim, M.Ag
Kajian ini dilatar belakangi oleh pentingnya peran guru sebagai pendidik, yang mana
guru atau pendidik saat ini banyak melakukan tindakan yang tidak mencerminkan dirinya
sebagai guru. Hal ini menjadi penting, sebab pendidik merupakan cerminan yang uang baik
dan menjadi panutan bagi para siswa dan masyarakat. Kajian ini dimaksudkan untuk
menjawab permasalah yang sering terjadi pada sosok guru dalam berperilaku. Dengan
mencoba menghadirkan kepribadian guru perspektif tokoh pendidikan Islam KH Hasyim
Asyari dalam kitab adab al „Alim wa al muta‟allim
Penelitian ini dibuat penulis dengan tujuan untuk mendeskripsikan etika guru terhadap
murid menurut dalam kitab Adab al „Alim wa al– Muta‟allim. Serta untuk mendeskripsikan
seperti apa etika guru terhadap pelajarannya dalam kitab Adab al „Alim wa al–Muta‟allim,
dan untuk mendeskripsikan relevansi etika guru dalam kitab Adab al „Alim wa al–
Muta‟allim dengan kompetensi guru, menurut KH Hasyim Asy‟ari yang terkandung dalam
kitab nya yakni adab al „Alim wa al muta‟allim.
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, lebih tepatnya adalah metode penelitian kepustakaan atau library reasearch yaitu
mengkaji gagasan primer mengenai ruang lingkup permasalahan yang dipercaya oleh gagasan
sekunder yang relevan. Sumber utama penelitian ini ialah Kitab Adab al „Alim wa al–
Muta‟allim karya KH Hasyim Asy‟ari , dan juga menggunakan sumber sekunder, yaitu
sumber buku- buku, jurnal serta karya ilmiah lain yang memiliki relevansi dengan
pembahasan penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun metode
analisis datanya mengunakan metode analisis deskriptif, yakni analisis untuk mengungkapkan
gagasan pemikiran yang diteliti serta interpretasi data sebagai pendukung dalam
menyampaikan pendapat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Etika guru yang dirumuskan oleh Hasyim
Asyari dalam adab al „Alim wa al muta‟allim menunjukkan bahwa : guru harus memiliki
etika yang baik dan adab untuk teladan bagi siswa dan masyarakat, serta, berpegang teguh
pada sunnah, memerangi bid‟ah dan istiqamah dalam beribadah, berakhlak mulia,
mengembangkan keilmuan. Etika guru yang dirumuskan KH Hasyim Asy‟ari dapat
direlevansikan dengan kompetensi guru dalam Permendiknas nomer 16 tahun 2007 sehingga
mampu mengkontrol perilaku guru agar tidak melakukan tindakan amoral atau menyimpang.
vi
BAB I
PENDAHULUAN
sikap dan pola perilaku ideal dan dituntut untuk memiliki etika atau akhlak yang baik.
Etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antar
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. (Bertens, 2003 :
103). Berkaitan dalam berperilaku dan berpola sebagai kebiasaan hidup yang baik,
baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat.
Ini berarti etika berkaitan dengan nilai - nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup
yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang
yang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini terungkap dalam
Perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan
perempuan ini tidak sembarang ilmu, tapi terbatas ilmu agama, dan ilmu yang
menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan sesama manusia. Dalam
kitab Ta‟lim Muta‟allim menjelaskan bahwa, “Ilmu yang paling utama ialah ilmu hal.
Dan perbuatan yang paling mulia adalah menjaga perilaku” yang dimaksud ilmu hal
ialah ilmu agama Islam. Belajarlah ilmu pengetahuan, karena sesungguhnya ilmu
Ilmu itu juga menjadi kelebihan, dan tanda bagi setiap sesuatu yang terpuji.
Maka, hendaknya setiap manusia jangan sampai lupa dan lengah memikirkan dirinya,
mana yang baik dan bermanfaat serta yang tidak baik dan mencelakakan bagi dirinya
1
2
selama hidup di dunia, apalagi melupakan kehidupan di akhirat. Untuk itu, pandai-
pandailah mencari sesuatu yang dapat berguna serta menyelamatkan diri masing-
masing
Kedudukan pengajar atau guru dalam sebuah sistem pendidikan formal atau
non formal sangat penting. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak
usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru
mencapai cita-cita para pelajar atau murid dalam dunia pendidikan. Maka dari itu
dalam mencari ilmu harus pandai-pandai dalam menjaga etika kita sendiri, terutama
etika terhadap guru harus dijaga. Masalah etika adalah masalah yang pertama-tama
muncul pada diri manusia, secara ideal maupun real dan masalah etika adalah masalah
normatif. Dengan perubahan zaman yang semakin maju secara otomatis juga telah
merombak tatanan kehidupan. Pada masa dulu dalam proses belajar mengajar antara
murid dan guru saling menghormati dan menghargai. Berbeda dengan kehidupan
remaja pada masa sekarang yang modern dan pluralistik telah memberikan warna
Etika merupakan cita pembawaan insani, yang tidak lepas dari sumber yang
awal yaitu Allah SWT. Etika adalah salah satu prosedur dalam pembelajaran. Dalam
menjalin hubungan antar sesama manusia harus dilandasi dengan akhlakul karimah,
melakukan segala sesuatu. Dalam pengertian filsafat Islam etika atau akhlak ialah
salah satu hasil dari iman dan ibadat, bahwa iman dan ibadat manusia tidak sempurna
3
kecuali kalau timbul etika atau akhlak yang mulia dan muamalah yang baik terhadap
menuju kedewasaan. Seorang guru dalam dunia pendidikan adalah seseorang yang
wajib dihormati oleh para murid, karena guru yang membimbing jiwa murid agar
menjadi manusia sejati, yang mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah SWT
(Rachmat Djatmika, 1996: 11 ). Oleh karena itu murid sebagai pihak yang diajar,
dibina dan dilatih untuk dipersiapkan menjadi manusia yang kokoh iman dan
islamnya harus mempunyai etika dan berakhlakul karimah baik kepada guru maupun
Murid yang mempunyai etika mulia juga akan mampu mewujudkan norma-
norma dan nilai-nilai positif yang akan mempengaruhi keberhasilan di dalam proses
pendidikan dan pengajaran. Dengan mempunyai etika atau akhlak yang mulia murid
akan mampu mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk.
Dalam dunia pelajar di zaman sekarang banyak pelajar yang menyampingkan etika,
sehingga tidak sedikit pelajar yang berpotensi akhirnya gagal hanya karena salah
pergaulan.
Sebagai seorang guru, guru dituntut dalam berperilaku terpuji santun yang
akan menjadi contoh anak didiknya. Kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh
depan tanpa figur pendidik, mungkin bangsa besar tidak akan dapat menikmati hasil
mengarahkannya dengan cara yang paling mereka minati. Jika anak didik diberi rasa
aman, dihindarkan dari celaan dan cemoohan, berani berekspresi dan bereksplorasi
secara leluasa ia akan tumbuh menjadi insan yang penuh dengan percaya diri dan
optimistis. Seorang guru bisa menjadi pahlawan pembangunan yang memiliki jiwa
juang, memiliki semangat untuk berkorban, dan menjadi pionir bagi kemajuan
masyarakat.
Oleh sebab itu, tugas yang diemban oleh seorang guru tidak ringan, karena
guru yang baik tidak hanya memberitahu, menjelaskan atau mendemonstrasikan, tapi
juga dapat menginspirasi. Seorang guru harus mampu memandang perubahan jauh ke
depan, dengan demikian guru dapat merencanakan apa yang terbaik untuk anak
didiknya. Seorang guru juga harus dapat mengemban tugasnya sebagai motivator
yang mampu memotivasi anak didiknya agar penuh semangat dan siap menghadapi
menempati tempat yang paling penting sekali. Sebab apabila murid mempunyai etika
yang baik, maka akan sejahteralah lahir dan batinnya, akan tetapi apabila etikanya
buruk (tidak berakhlak), maka rusaklah lahirnya atau batinnya. Murid ketika
berhadapan dengan guru, sang murid harus senantiasa menghormati. Sekali ia menjadi
Menurut Hamka ada delapan ketentuan etika seorang guru, seorang guru harus
mempunyai etika yang baik dengan ketentuan ketentuan salah satunya sebagai berikut
Seorang guru seharusnya rnempunyai cukup ilmu, tidak mencukupkan ilmunya dan
pendidikan formal saja. Tetapi, seharusnya seorang guru rnenambah ilmunya itu
4
5
kemajuan, sehingga tidak tertinggal dengan masalah masalah yang aktual, terutama
dilihat dari mulai banyaknya kenakalan anak didik seperti tawuran antar pelajar,
dengan hadirnya persoalan-persoalan yang justru datang dari seorang guru sendiri.
Banyak terjadi dalam proses pendidikan, etika guru yang kurang sesuai dengan nilai
pendidikan Islam Sebagai contoh kasus seorang siswa dari Kecamatan Beslutu,
pukul 11.00 )
sekaligus pengasuh salah satu Pondok Pesantren terbesar di Jawa. Beliau memiliki
keahlian dalam bidang keilmuan, seperti halnya ulama pada umumnya yaitu
karya beliau yang telah dikumpulkan oleh Kiai Ishomuddin Hadziq menjadi beberapa
aqidah, syari‟ah, hadis, politik, etika, sejarah dan hubungan sesama makhluk.
Kitab yang termaktub di dalam Adabul „Alim Wal Muta‟alim dengan judul
lengkap Adabul Alim Wal Muta‟allim Fii Ma Yahtaju Ilaihi Fii Ahwal Ta‟limih wama
Yatawaqqof „alaiih All-Muallim fii maqot Ta‟lim merupakan satu dari sekian banyak
kitab karya KH. Hasyim Asy‟ari yang terdapat dalam kitab Irsyadus Syarii, yang
5
6
mana kitab tersebut membahas tentang akhlak atau karakter yang ditujukan kepada
pelajar dan pendidik yang meliputi ilmu pengetahuan, perlakuan terhadap ilmu, antara
adab dengan ilmu, dan juga kedudukan ilmu dan orang-orang yang mempunyai ilmu.
Menurut Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy‟ari, dalam menimba ilmu hal yang
paling esensial adalah pendekatan kepada Tuhan yang mempunyai Ilmu, bukan
mengandalkan kecerdasan dan teori yang dimiliki oleh manusia, maka hal tersebut
dinamakan “Adab”. Adab atau etika merupakan pokok utama yang diajarkan beliau
metode praktis. Menimba ilmu adalah salah satu perintah Allah SWT sebagaimana
firmannya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, menuntut ilmu
juga bagian dari aktifitas yang sangat mulia. Oleh karena itu, dalam menuntut ilmu
juga harus memperhatikan adab atau etika yang luhur. Seperti halnya yang telah
kontribusi keilmuan dalam pendidikan Islam. Pada bab V, VI, VII dalam kitabnya
yang diberi nama Adab al „Alim wa al-Muta‟allim, KH. Hasyim Asy‟ari memaparkan
beberapa konsep etika guru dalam pendidikan Islam dan mencari relevansinya dengan
untuk melakukan penelitian ini dengan judul “ETIKA GURU DALAM KITAB
memberikan manfaat bagi para pemerhati pendidikan dan solusi atas problematika
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Kajian
1. Untuk mendeskrisikan etika guru terhadap diri sendiri menurut dalam kitab Adab
al „Alim wa al– Muta‟allim.
2. Untuk mendeskripsikan etika guru terhadap pelajarannya dalam kitab Adab al
„Alim wa al–Muta‟allim.
3. Untuk mendeskripsikan relevansi etika guru dalam kitab Adab al „Alim wa al–
Muta‟allim dengan kompetensi guru
D. Kegunaan Kajian
maupun praktis:
1. Secara Teoritik
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan semakin
para guru untuk lebih memperhatikan etika dalam mengajar sebagai langkah awal
E. Metode Kajian
titik inti permasalahan yang ditemukan oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif
ini bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif, baik berupa lisan atau kata-kata
baik berupa buku, jurnal serta karya ilmiah lain yang memiliki relevansi dengan
menindentifikasi isi pesan yang disampaikan oleh seorang tokoh K.H Hasyim
Asy‟ari Dalam Kitab Adabul Alim Wal Muta‟alim Begitu juga dari jenis datanya,
2. Sumber Data
merupakan subyek data tersebut diperoleh. Adapun sumber data dapat dibedakan
Jenis data primer adalah data yang pokok yang berkaitan dan diperoleh secara
langsung dari obyek penelitian, sumber data primer adalah sumber data yang
primer yang digunakan adalah karangan KH. Hasyim Asy‟ari yang berjudul Adab
Sumber data sekunder adalah sumber data yang berisi data-data yang bersifat
mendukung yang menjadi data sekunder adalah buku, artikel, dokumen, arsip dan
Dalam skripsi ini, peneliti mencari data menggunakan terjemahan kitab yang
berjudul Adab al Alim wa al-Muta‟allim karya KH. Hasyim Asy‟ari dan juga
menggunakan beberapa jurnal, artikel, serta buku buku yang terkait dengan
skripsi ini .
10
Sesuai dengan jenis dan sifat data yang diperoleh dari penelitian ini, maka
teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi dan
mode interpretasi, karena data ini memerlukan cara berfikir kreatif, krisis dan
sangat hati-hati. Kedua proses tersebut memerlukan proses yang saling terkait dan
a. Analisis isi
sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu
Asy‟ari tentang etika Guru. Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:
2. Memilih dan memilah data yang dibutuhkan dalam penelitian, data primer
sebagai sumber utama dan data sekunder sebagai sumber pendukung, baik
kitab karya KH. Hasyim Asy‟ari sendiri atau buku-buku yang membahas
cukup dan sudah benar dengan masalah yang akan diteliti dalam skripsi
4. Rekonstruksi data, yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan dan
5. Penyajian data, serta menarik kesimpulan dari apa yang sudah diteliti
b. Interprestasi Data
penemuan untuk kemudian direlasikan dengan kajian teoritik (teori yang telah
3. Menafsirkan ide atau gagasan KH. Hasyim Asy‟ari secara utuh, artinya
dengan melihat kondisi masyarakat sebagaimana ide atau gagasan itu muncul,
serta melihat latar belakang kehidupan KH. Hasyim Asy‟ari dan pendidikan
yang ditempuh
4. Mendapatkan kebenaran fakta data dengan menguraikan isi dan sumber yang
F. Definisi Istilah
Definisi istilah dari judul penelitian “Etika Guru Dalam Kitab Adab Al „Alim
1. Etika Guru
Etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995:402) Dengan kata lain etika adalah
ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Guru
diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau mata pencahariaannya atau profesinya
sebagai pengajar. Perkataan guru adalah hasil gabungan dua suku kata yaitu `Gu‟ dan
`Ru‟. Dalam bahasa jawa, Gu diambil dari perkataan gugu bermakna boleh dipercayai
manakala Ru diambil dari perkataan tiru yang bermaksud boleh diteladani atau
dicontohi. Oleh karena itu, (guru) dimaksudkan seorang yang boleh ditiru
banyak menulis kitab-kitab lain. Khusus Adab Al „Alim Wal Al Muta‟alim adalah
kitab yang berisi tema adab guru dan murid atau etika antara murid dengan guru.
3. Relevansi
Relevansi adalah sesuatu yang mempunyai kecocokan.
13
4. Kompetensi Guru
Kompetensi guru adalah kemampuan menggunakan keterampilan, daya, dan
pengetahuan yang diwujudkan dalam tindakan yang rasional untuk mencapai target
Sedangkan nama Asy‟ari meruapakan penisbatan terhadap nama ayahnya. Ia lahir dari
keluara khas kiai Jawa pada pada tanggal 14 Februari 1871 M/24 Dzulqa‟dah 1287 H
di desa Gedang, sekitar dua kilometer sebelah timur Jombang. Secara silsilah, melalui
jalur Kyai Asy‟ari (ayahnya), beliau masih keturunan dari Jaka Tingkir yang
merupakan Raja dari kesultanan Pajang sekaligus putra Brawijaya VI, penguasa
Kehidupan sosok KH. Hasyim Asy‟ari tidak lepas dari corak pendidikan
budaya dan lingkungan pesantren. Keluarga beliau sendiri merupakan keluarga kiai
yang membangun serta mengasuh pondok pesantren seperti kakeknya yaitu Kiai
Usman yang merintis berdirinya Pondok Pesantren Gedang, Kiai Sihah sebagai kakek
buyut beliau juga merupakan pendiri dari Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang.
Selain berasal dari keluarga kiai, beliau juga tumbuh dan berkembang melalui pondok
Asy‟ari sebagai ulama tidak lepas dari ajaran pesantren yang mendasarinya. Salah
satu kiprah beliau dalam dunia pesantren adalah mengusung berdirinya Pondok
yang selama ini masih bertahan dan terus berprogres secara inklusif dari zaman ke
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa penulis tentang etika guru dalam kitab Adab al-„Alim wa
16 tahun 2007 dan kemenag, dan ketika merujuk kepada hasil jawaban dari rumusan
1. Etika guru terhadap pelajarannya dalam kitab adabul alim wal muta‟alim
ketengan dalam kelas serta memilihkan mata pelajaran yang sesuai dengan
kemampuaan peserta didik. Hal ini relevan dengan kode etik guru di Indonesia
dan menyenangkan.
2. Etika guru terhadap diri sendiri dalam kitab adabul alim wal muta‟alim
seorang guru harus memiliki kesiapan yang matang, baik secara mental
seorang pengajar dan pendidik dengan cara membangun niat dan tujuan
yang baik. Hal ini relevan dengan kode etik guru bahwa guru bertindak
3. Relevansi Etika guru dalam kitab adabul alim wal muta‟alim dengan kompetensi
guru
secara umum memiliki relevansi dengan kompetensi guru sekarang ini yaitu:
62
63
c. Relevansi Etika guru dalam kitab adab al alim wal muta‟alim mempunyai
kepribadian.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang kiranya dapat
menjadi salah satu upaya dalam membina atau membangun pendidikan akhlak di
kalangan pelajar.
1. Bagi pendidik, guru, ustadz, hendaknya menjadi faktor sentral dan penentu dalam
proses pencapain keberhasilan saat mengajar, dan menjadi sumber tauladan pertama
di lingkungan pembelajaran.
3. Bagi penulis, penelitian ini belum dapat dikatakan sempurna dan tentunya masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis sangat berharap jika ada peneliti
Abdul Hadi, KH. Hasyim Asy‟ari, sehimpun cerita, Cinta, dan Karya Maha Guru
Ulama Nusantara, (Yogyakarta: Diva Press, 2018)
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1994)
A. Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. Hasyim Asy‟ari tentang Ahl AsSunnah Wa Al-
Jamaah, (Surabaya: Kalista,2010)
Ahmad Reza, Panduan Lengkap Bersuci Untuk Muslim dan Muslimah, (Yogyakarta:
Diva Press, 2013)
Al-Ghazali, Ihya ulumuddin, juz 3, p. 52, Vol. 10. No. 2, Desember 2015
Alwi,Hasan, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2002
Ani Nur Aeni, Pendidikan Karaker Untuk siswa SD dalam Perspektif Islam, Mimbar
sekolah dasar, volume 1.
(http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar/article/download/863/598)
64
65
Di akses di ( https://www.liputan6.com/regional/read/3538283/gara-gara-kaki-kursi-
jatuh-guru-smp-di-konawe-pukul-siswa-hingga-pingsan Pada tanggal 9
Januarai 2019 pukul 11.00 )
Harry Muhammad dkk, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, (Jakarta:
Gema Insani, 2006)
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, edisi revisi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012)
Muhammad Rifa‟i, KH. Hasyim Asy‟ari: Biografi Singkat 1871- 1947 (Jakarta:
Garasi, 2009),
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2000)
Mohamad Kholil, Kode Etik Guru Menurut Hadhrotus Syaikh KH. Hasyim Asy‟ari
Perkataan Imam Al-Qurthubi yang dinukil oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam
kitabnya Fathul Bari: 1/456.
Ramayulis, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.
Soedjono, Metode Penelitian Suatu Pemikiran Dan Penerapan, Jakarta: Rineka Cipta,
1999.