Anda di halaman 1dari 21

i

ETIKA GURU DALAM KITAB ADAB AL ‘ALIM WAL AL MUTA’ALIM DAN


RELEVANSINYA DENGAN KOMPETENSI GURU

HALAMAN SAMPUL

SKRIPSI

OLEH :
IMAM SETIAWAN
NPM. 21801011322

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022
ETIKA GURU DALAM KITAB ADAB AL ‘ALIM WAL AL MUTA’ALIM DAN
RELEVANSINYA DENGAN KOMPETENSI GURU

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Malang Untuk Memenuhi Salah


Satu Persyaratan Dalam Menyikapi Program Sarjana (S1) Pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:
Imam Setiawan
NPM. 21801011322

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022

ii
ABSTRAK

Setiawan, Imam. 2022. Etika Guru Dalam Kitab Adab Al „Alim Wal Al Muta‟alim Dan
Relevansinya Dengan Kompetensi Guru, Skripsi, Progam Studi Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Malang, pembimbing 1: Dr. Rosichin
Mansur, S.Fil, M.Pd.. Pembimbing 2: Dr. Moh. Muslim, M.Ag

Kata Kunci : Etika Guru, Adab Al „Alim Wa Al Muta‟allim , Kompetensi Guru

Kajian ini dilatar belakangi oleh pentingnya peran guru sebagai pendidik, yang mana
guru atau pendidik saat ini banyak melakukan tindakan yang tidak mencerminkan dirinya
sebagai guru. Hal ini menjadi penting, sebab pendidik merupakan cerminan yang uang baik
dan menjadi panutan bagi para siswa dan masyarakat. Kajian ini dimaksudkan untuk
menjawab permasalah yang sering terjadi pada sosok guru dalam berperilaku. Dengan
mencoba menghadirkan kepribadian guru perspektif tokoh pendidikan Islam KH Hasyim
Asyari dalam kitab adab al „Alim wa al muta‟allim
Penelitian ini dibuat penulis dengan tujuan untuk mendeskripsikan etika guru terhadap
murid menurut dalam kitab Adab al „Alim wa al– Muta‟allim. Serta untuk mendeskripsikan
seperti apa etika guru terhadap pelajarannya dalam kitab Adab al „Alim wa al–Muta‟allim,
dan untuk mendeskripsikan relevansi etika guru dalam kitab Adab al „Alim wa al–
Muta‟allim dengan kompetensi guru, menurut KH Hasyim Asy‟ari yang terkandung dalam
kitab nya yakni adab al „Alim wa al muta‟allim.
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, lebih tepatnya adalah metode penelitian kepustakaan atau library reasearch yaitu
mengkaji gagasan primer mengenai ruang lingkup permasalahan yang dipercaya oleh gagasan
sekunder yang relevan. Sumber utama penelitian ini ialah Kitab Adab al „Alim wa al–
Muta‟allim karya KH Hasyim Asy‟ari , dan juga menggunakan sumber sekunder, yaitu
sumber buku- buku, jurnal serta karya ilmiah lain yang memiliki relevansi dengan
pembahasan penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun metode
analisis datanya mengunakan metode analisis deskriptif, yakni analisis untuk mengungkapkan
gagasan pemikiran yang diteliti serta interpretasi data sebagai pendukung dalam
menyampaikan pendapat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Etika guru yang dirumuskan oleh Hasyim
Asyari dalam adab al „Alim wa al muta‟allim menunjukkan bahwa : guru harus memiliki
etika yang baik dan adab untuk teladan bagi siswa dan masyarakat, serta, berpegang teguh
pada sunnah, memerangi bid‟ah dan istiqamah dalam beribadah, berakhlak mulia,
mengembangkan keilmuan. Etika guru yang dirumuskan KH Hasyim Asy‟ari dapat
direlevansikan dengan kompetensi guru dalam Permendiknas nomer 16 tahun 2007 sehingga
mampu mengkontrol perilaku guru agar tidak melakukan tindakan amoral atau menyimpang.

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sebuah kehidupan manusia sebagai makhluk yang berakal mempunyai

sikap dan pola perilaku ideal dan dituntut untuk memiliki etika atau akhlak yang baik.

Etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antar

sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. (Bertens, 2003 :

103). Berkaitan dalam berperilaku dan berpola sebagai kebiasaan hidup yang baik,

baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat.

Ini berarti etika berkaitan dengan nilai - nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup

yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang

yang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini terungkap dalam

perilaku berpola yang terus berulang sebagai sebuah kebiasaan.

Perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan

perempuan ini tidak sembarang ilmu, tapi terbatas ilmu agama, dan ilmu yang

menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan sesama manusia. Dalam

kitab Ta‟lim Muta‟allim menjelaskan bahwa, “Ilmu yang paling utama ialah ilmu hal.

Dan perbuatan yang paling mulia adalah menjaga perilaku” yang dimaksud ilmu hal

ialah ilmu agama Islam. Belajarlah ilmu pengetahuan, karena sesungguhnya ilmu

pengetahuan itu merupakan hiasan bagi yang memiliknya.

Ilmu itu juga menjadi kelebihan, dan tanda bagi setiap sesuatu yang terpuji.

Maka, hendaknya setiap manusia jangan sampai lupa dan lengah memikirkan dirinya,

mana yang baik dan bermanfaat serta yang tidak baik dan mencelakakan bagi dirinya

1
2

selama hidup di dunia, apalagi melupakan kehidupan di akhirat. Untuk itu, pandai-

pandailah mencari sesuatu yang dapat berguna serta menyelamatkan diri masing-

masing

Kedudukan pengajar atau guru dalam sebuah sistem pendidikan formal atau

non formal sangat penting. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak

usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal.

Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru

dapat juga dianggap seorang guru.

Dalam mencari ilmu, peran lingkungan pergaulan sangat berpengaruh dalam

mencapai cita-cita para pelajar atau murid dalam dunia pendidikan. Maka dari itu

dalam mencari ilmu harus pandai-pandai dalam menjaga etika kita sendiri, terutama

etika terhadap guru harus dijaga. Masalah etika adalah masalah yang pertama-tama

muncul pada diri manusia, secara ideal maupun real dan masalah etika adalah masalah

normatif. Dengan perubahan zaman yang semakin maju secara otomatis juga telah

merombak tatanan kehidupan. Pada masa dulu dalam proses belajar mengajar antara

murid dan guru saling menghormati dan menghargai. Berbeda dengan kehidupan

remaja pada masa sekarang yang modern dan pluralistik telah memberikan warna

yang bervariasi dalam berbagai segi.

Etika merupakan cita pembawaan insani, yang tidak lepas dari sumber yang

awal yaitu Allah SWT. Etika adalah salah satu prosedur dalam pembelajaran. Dalam

menjalin hubungan antar sesama manusia harus dilandasi dengan akhlakul karimah,

dengan mempunyai akhlakul karimah tentunya manusia akan mudah dalam

melakukan segala sesuatu. Dalam pengertian filsafat Islam etika atau akhlak ialah

salah satu hasil dari iman dan ibadat, bahwa iman dan ibadat manusia tidak sempurna
3

kecuali kalau timbul etika atau akhlak yang mulia dan muamalah yang baik terhadap

Allah dan makhluk-Nya.

Dalam lingkungan pendidikan, murid merupakan suatu subyek dan obyek

pendidikan yang memerlukan bimbingan dari orang lain untuk membantu

mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimiliki serta membimbingnya

menuju kedewasaan. Seorang guru dalam dunia pendidikan adalah seseorang yang

wajib dihormati oleh para murid, karena guru yang membimbing jiwa murid agar

menjadi manusia sejati, yang mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah SWT

(Rachmat Djatmika, 1996: 11 ). Oleh karena itu murid sebagai pihak yang diajar,

dibina dan dilatih untuk dipersiapkan menjadi manusia yang kokoh iman dan

islamnya harus mempunyai etika dan berakhlakul karimah baik kepada guru maupun

dengan yang lainnya.

Murid yang mempunyai etika mulia juga akan mampu mewujudkan norma-

norma dan nilai-nilai positif yang akan mempengaruhi keberhasilan di dalam proses

pendidikan dan pengajaran. Dengan mempunyai etika atau akhlak yang mulia murid

akan mampu mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk.

Dalam dunia pelajar di zaman sekarang banyak pelajar yang menyampingkan etika,

sehingga tidak sedikit pelajar yang berpotensi akhirnya gagal hanya karena salah

pergaulan.

Sebagai seorang guru, guru dituntut dalam berperilaku terpuji santun yang

akan menjadi contoh anak didiknya. Kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh

kemampuan para pendidiknya untuk mengubah karakter generasi penerusnya ke

depan tanpa figur pendidik, mungkin bangsa besar tidak akan dapat menikmati hasil

jerih payah putra-putri yang sudah mendorong perkembangan tersebut.


4

Disini, tugas guru adalah menumbuhkan keingintahuan anak didik dan

mengarahkannya dengan cara yang paling mereka minati. Jika anak didik diberi rasa

aman, dihindarkan dari celaan dan cemoohan, berani berekspresi dan bereksplorasi

secara leluasa ia akan tumbuh menjadi insan yang penuh dengan percaya diri dan

optimistis. Seorang guru bisa menjadi pahlawan pembangunan yang memiliki jiwa

juang, memiliki semangat untuk berkorban, dan menjadi pionir bagi kemajuan

masyarakat.

Oleh sebab itu, tugas yang diemban oleh seorang guru tidak ringan, karena

guru yang baik tidak hanya memberitahu, menjelaskan atau mendemonstrasikan, tapi

juga dapat menginspirasi. Seorang guru harus mampu memandang perubahan jauh ke

depan, dengan demikian guru dapat merencanakan apa yang terbaik untuk anak

didiknya. Seorang guru juga harus dapat mengemban tugasnya sebagai motivator

yang mampu memotivasi anak didiknya agar penuh semangat dan siap menghadapi

serta menyongsong perubahan hari esok.

Karena Kedudukan etika atau akhlak murid dalam lingkungan pendidikan

menempati tempat yang paling penting sekali. Sebab apabila murid mempunyai etika

yang baik, maka akan sejahteralah lahir dan batinnya, akan tetapi apabila etikanya

buruk (tidak berakhlak), maka rusaklah lahirnya atau batinnya. Murid ketika

berhadapan dengan guru, sang murid harus senantiasa menghormati. Sekali ia menjadi

murid dari seorang guru, selamanya status itu tidak berubah.

Menurut Hamka ada delapan ketentuan etika seorang guru, seorang guru harus

mempunyai etika yang baik dengan ketentuan ketentuan salah satunya sebagai berikut

Seorang guru seharusnya rnempunyai cukup ilmu, tidak mencukupkan ilmunya dan

pendidikan formal saja. Tetapi, seharusnya seorang guru rnenambah ilmunya itu

dengan mencari pengalaman dan membaca buku-buku yang dibutuhkan untuk

4
5

memperkuat ilmunya. dan seorang guru seharusnya mengikuti perkembang-an dan

kemajuan, sehingga tidak tertinggal dengan masalah masalah yang aktual, terutama

dalam bidang yang ditekuni. (Haris, 2010:168)

Dunia pendidikan dihadapkan pada berbagai persoalan, persoalan itu dapat

dilihat dari mulai banyaknya kenakalan anak didik seperti tawuran antar pelajar,

penyalahgunaan narkoba dan kenakalan-kenakalan lainnya. Hal ini diperparah lagi

dengan hadirnya persoalan-persoalan yang justru datang dari seorang guru sendiri.

Banyak terjadi dalam proses pendidikan, etika guru yang kurang sesuai dengan nilai

pendidikan Islam Sebagai contoh kasus seorang siswa dari Kecamatan Beslutu,

Kabupaten Konawe pingsan usai dibogem berkali-kali oleh gurunya. Penyebabnya

sepele, ia menjatuhkan kaki kursi secara tak sengaja.

Di akses di (https://www.liputan6.com/regional/read/Pada tanggal 9 Januarai 2019

pukul 11.00 )

Hadratussyaikh K.H Hasyim Asy‟ari merupakan seorang tokoh ulama‟

sekaligus pengasuh salah satu Pondok Pesantren terbesar di Jawa. Beliau memiliki

keahlian dalam bidang keilmuan, seperti halnya ulama pada umumnya yaitu

meneruskan tradisi keilmuan yang bercorak multidisipliner. Banyak sekali karya-

karya beliau yang telah dikumpulkan oleh Kiai Ishomuddin Hadziq menjadi beberapa

kitab. Kitab-kitab karangan beliau dikumpulkan menjadi sebuah kumpulan yang

berjudul “Irsyadus Syarii”. Pembahasan dalam kitab-kitab tersebut yaitu meliputi

aqidah, syari‟ah, hadis, politik, etika, sejarah dan hubungan sesama makhluk.

Kitab yang termaktub di dalam Adabul „Alim Wal Muta‟alim dengan judul

lengkap Adabul Alim Wal Muta‟allim Fii Ma Yahtaju Ilaihi Fii Ahwal Ta‟limih wama

Yatawaqqof „alaiih All-Muallim fii maqot Ta‟lim merupakan satu dari sekian banyak

kitab karya KH. Hasyim Asy‟ari yang terdapat dalam kitab Irsyadus Syarii, yang

5
6

mana kitab tersebut membahas tentang akhlak atau karakter yang ditujukan kepada

pelajar dan pendidik yang meliputi ilmu pengetahuan, perlakuan terhadap ilmu, antara

adab dengan ilmu, dan juga kedudukan ilmu dan orang-orang yang mempunyai ilmu.

Menurut Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy‟ari, dalam menimba ilmu hal yang

paling esensial adalah pendekatan kepada Tuhan yang mempunyai Ilmu, bukan

mengandalkan kecerdasan dan teori yang dimiliki oleh manusia, maka hal tersebut

dinamakan “Adab”. Adab atau etika merupakan pokok utama yang diajarkan beliau

dalam mencari ilmu daripada mengedepankan bagaimana cara belajar menggunakan

metode praktis. Menimba ilmu adalah salah satu perintah Allah SWT sebagaimana

firmannya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, menuntut ilmu

juga bagian dari aktifitas yang sangat mulia. Oleh karena itu, dalam menuntut ilmu

juga harus memperhatikan adab atau etika yang luhur. Seperti halnya yang telah

dipaparkan oleh beliau dalam kitabnya.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, penulis mencoba untuk

mengapresiasi pandangan KH. Hasyim Asy‟ari ikut berpartisipasi dalam memberikan

kontribusi keilmuan dalam pendidikan Islam. Pada bab V, VI, VII dalam kitabnya

yang diberi nama Adab al „Alim wa al-Muta‟allim, KH. Hasyim Asy‟ari memaparkan

beberapa konsep etika guru dalam pendidikan Islam dan mencari relevansinya dengan

kompetensi guru. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, penulis merasa tertarik

untuk melakukan penelitian ini dengan judul “ETIKA GURU DALAM KITAB

ADAB AL ‘ALIM WA AL– MUTA ‘ALLIM DAN RELEVANSINYA DENGAN

KOMPETENSI GURU”. Dengan harapan semoga hasil penelitian ini dapat

memberikan manfaat bagi para pemerhati pendidikan dan solusi atas problematika

pendidikan yang terjadi saat ini.


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pokok

pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana etika guru terhadap pelajarannya menurut kitab Adab al „Alim wa al –


Muta‟allim?
2. Bagaimana etika guru terhadap diri sendiri dalam kitab Adab al „Alim wa al–
Muta‟allim ?
3. Bagaimana relevansi etika guru dalam kitab Adab al „Alim wa al–Muta‟allim
dengan kompetensi guru?

C. Tujuan Kajian

Tujuan penelitian Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dapat

dirumuskan tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskrisikan etika guru terhadap diri sendiri menurut dalam kitab Adab
al „Alim wa al– Muta‟allim.
2. Untuk mendeskripsikan etika guru terhadap pelajarannya dalam kitab Adab al
„Alim wa al–Muta‟allim.
3. Untuk mendeskripsikan relevansi etika guru dalam kitab Adab al „Alim wa al–
Muta‟allim dengan kompetensi guru

D. Kegunaan Kajian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis:

1. Secara Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

khazanah keilmuan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan

diharapkan dapat bermanfaat dalam memecahkan krisis moral yang dihadapi

bangsa Indonesia saat ini.


8

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan semakin

memperkaya wawasan keilmuan bagi seluruh praktisi pendidikan, terutama bagi

para guru untuk lebih memperhatikan etika dalam mengajar sebagai langkah awal

untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan mudah.

E. Metode Kajian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif. Peneliti mencari informasi

secara mendalam dan mengumpulkan data secara menyeluruh hingga ditemukan

titik inti permasalahan yang ditemukan oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif

ini bertujuan untuk menghasilkan data deskriptif, baik berupa lisan atau kata-kata

maupun perilaku yang dapat diamati.

Dalam penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kepustakaan (library

research), karena teknik pengumpulan datanya didasarkan pada teks-teks pustaka.

Penelitian kepustakaan (library research) adalah sebuah penelitian yang

diarahkan dan difokuskan untuk membahas dan menelaah bahan-bahan pustaka,

baik berupa buku, jurnal serta karya ilmiah lain yang memiliki relevansi dengan

pembahasan penelitian (Surakhmat, 1998:140 ).

Dimana peneliti melakukan pengkajian, mentelaah berdasarkan dokumen serta

menindentifikasi isi pesan yang disampaikan oleh seorang tokoh K.H Hasyim

Asy‟ari Dalam Kitab Adabul Alim Wal Muta‟alim Begitu juga dari jenis datanya,

penelitian ini termasuk penelitian kualitatif.


9

2. Sumber Data

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yaitu kegiatan yang dilakukan

dalam menghimpun data-data literatur. (Suharsimi, 2006) Sumber data

merupakan subyek data tersebut diperoleh. Adapun sumber data dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sekunder.

a. Sumber Data Primer

Jenis data primer adalah data yang pokok yang berkaitan dan diperoleh secara

langsung dari obyek penelitian, sumber data primer adalah sumber data yang

dapat memberikan data penelitian secara langsung. (Suharsimi, 2006) Sumber

primer yang digunakan adalah karangan KH. Hasyim Asy‟ari yang berjudul Adab

al Alim wa al-Muta‟allim, buku Pendidikan Akhlak untuk Pengajar dan Pelajar

(Terjemah Kitab Adabul Alim Wal Muta‟allim).

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang berisi data-data yang bersifat

mendukung yang menjadi data sekunder adalah buku, artikel, dokumen, arsip dan

sebagainya yang berkaitan dengan pemikiran KH. Hasyim Asy‟ari

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini memakai teknik penelitian kepustakaan (Library

research). Teknik kepustakaan dapat diangkat karena penulis berupaya mengkaji

sebuah kitab, hingga memerlukan belajar dan membaca referensi yang

berhubungan pada judul.

Dalam skripsi ini, peneliti mencari data menggunakan terjemahan kitab yang

berjudul Adab al Alim wa al-Muta‟allim karya KH. Hasyim Asy‟ari dan juga

menggunakan beberapa jurnal, artikel, serta buku buku yang terkait dengan

skripsi ini .
10

4. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan jenis dan sifat data yang diperoleh dari penelitian ini, maka

teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi dan

mode interpretasi, karena data ini memerlukan cara berfikir kreatif, krisis dan

sangat hati-hati. Kedua proses tersebut memerlukan proses yang saling terkait dan

sangat erat hubungannya.

Analisis data merupakan proses untuk pengorganisasian data dalam rangka

mendapatkan pola-pola atau bentuk-bentuk keteraturan. Sedangkan interpretasi

data adalah proses pemberian makna terhadap pola-pola atau keteraturan-

keteraturan yang ditemukan dalam sebuah penelitian.

a. Analisis isi

Menurut Soejono content analysis yaitu usaha untuk mengungkapkan isi

sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu

buku itu ditulis (Soedjono,1999:14-13). Analisis isi (content analysis) digunakan

dalam rangka untuk menarik kesimpulan bagaimana pemikiran KH. Hasyim

Asy‟ari tentang etika Guru. Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan seluruh data dari berbagai sumber

2. Memilih dan memilah data yang dibutuhkan dalam penelitian, data primer

sebagai sumber utama dan data sekunder sebagai sumber pendukung, baik

kitab karya KH. Hasyim Asy‟ari sendiri atau buku-buku yang membahas

tentang beliau, kemudian dianalisis isinya.

3. Pemeriksaan data, melakukan koreksi, apakah data yang terkumpul sudah

cukup dan sudah benar dengan masalah yang akan diteliti dalam skripsi

4. Rekonstruksi data, yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan dan

logis, sehingga mudah dipahami dan diintepretasikan.


11

5. Penyajian data, serta menarik kesimpulan dari apa yang sudah diteliti

b. Interprestasi Data

Dapat dilakukan dengan merujuk pada pengembangan ide-ide atas hasil

penemuan untuk kemudian direlasikan dengan kajian teoritik (teori yang telah

ada) untuk menghasilkan konsep-konsep atau teori-teori substansif yang baru

dalam rangka memperkaya khazanah ilmu. Setelah analisis data dilakukan,

selanjutnya adalah interpretasi data. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Menemukan karakteristik pesan, ide gagasan peserta didik dalam menuntut

ilmu KH. Hasyim Asy‟ari., selanjutnya melakukan pemahaman yang

mendalam dari konsep ide tersebut.

2. Menemukan karakteristik pesan, ide gagasan peserta didik dalam menuntut

ilmu KH. Hasyim Asy‟ari., selanjutnya melakukan pemahaman yang

mendalam dari konsep ide tersebut.

3. Menafsirkan ide atau gagasan KH. Hasyim Asy‟ari secara utuh, artinya

dengan melihat kondisi masyarakat sebagaimana ide atau gagasan itu muncul,

serta melihat latar belakang kehidupan KH. Hasyim Asy‟ari dan pendidikan

yang ditempuh

4. Mendapatkan kebenaran fakta data dengan menguraikan isi dan sumber yang

berhasil ditafsirkan sehingga sesuai dengan realitas. Dan menyatukan serta

memberikan penafsiran terhadap sumber, dengan cara menghubung-

hubungkan antara sumber satu dengan sumber lainnya, sehingga didapatkan

fakta sejarah secara ilmiah.

5. Dan terakhir menarik kesimpulan, yakni seperti apa sebenarnya pemikiran

KH. Hasyim Asy‟ari tentang etika guru.


12

F. Definisi Istilah

Definisi istilah dari judul penelitian “Etika Guru Dalam Kitab Adab Al „Alim

Wal Al Muta‟alim Dan Relevansinya Dengan Kompetensi Guru” supaya tidak

menyimpang dari alur substansinya, maka penulis akan mendefinisikan beberapa

istilah dalam judul tersebut, antara lain :

1. Etika Guru
Etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995:402) Dengan kata lain etika adalah

ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Guru

diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau mata pencahariaannya atau profesinya

sebagai pengajar. Perkataan guru adalah hasil gabungan dua suku kata yaitu `Gu‟ dan

`Ru‟. Dalam bahasa jawa, Gu diambil dari perkataan gugu bermakna boleh dipercayai

manakala Ru diambil dari perkataan tiru yang bermaksud boleh diteladani atau

dicontohi. Oleh karena itu, (guru) dimaksudkan seorang yang boleh ditiru

perkataannya, perbuatannya, tingkah lakunya, pakaiannya, amalannya dan boleh

dipercayai keamanahan yang dipertanggungjawabkan kepadanya untuk dilakukan

dengan jujur. (Arikunto, 2003:179 )

2. Adab Al „Alim Wal Al Muta‟alim


Salah satu karya dari KH. Hasyim Asy‟ari. Semasa hidup beliau juga telah

banyak menulis kitab-kitab lain. Khusus Adab Al „Alim Wal Al Muta‟alim adalah

kitab yang berisi tema adab guru dan murid atau etika antara murid dengan guru.

3. Relevansi
Relevansi adalah sesuatu yang mempunyai kecocokan.
13

4. Kompetensi Guru
Kompetensi guru adalah kemampuan menggunakan keterampilan, daya, dan

pengetahuan yang diwujudkan dalam tindakan yang rasional untuk mencapai target

sebagai pendidik dalam menyelenggarakan tugas- tugas pembelajaran.

G. Biografi KH. Hasyim Asy’ari

Nama lengkap dari KH. Hasyim Asy‟ari adalah Muhammad Hasyim.

Sedangkan nama Asy‟ari meruapakan penisbatan terhadap nama ayahnya. Ia lahir dari

keluara khas kiai Jawa pada pada tanggal 14 Februari 1871 M/24 Dzulqa‟dah 1287 H

di desa Gedang, sekitar dua kilometer sebelah timur Jombang. Secara silsilah, melalui

jalur Kyai Asy‟ari (ayahnya), beliau masih keturunan dari Jaka Tingkir yang

merupakan Raja dari kesultanan Pajang sekaligus putra Brawijaya VI, penguasa

kerajaan Majapahit abad XVI (Hadi, 2018: 17 ).

Kehidupan sosok KH. Hasyim Asy‟ari tidak lepas dari corak pendidikan

budaya dan lingkungan pesantren. Keluarga beliau sendiri merupakan keluarga kiai

yang membangun serta mengasuh pondok pesantren seperti kakeknya yaitu Kiai

Usman yang merintis berdirinya Pondok Pesantren Gedang, Kiai Sihah sebagai kakek

buyut beliau juga merupakan pendiri dari Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang.

Selain berasal dari keluarga kiai, beliau juga tumbuh dan berkembang melalui pondok

pesantren yang diasuh oleh keluarganya sendiri.

Dengan demikian, sudah sewajarnya kepribadian dan pemikiran KH. Hasyim

Asy‟ari sebagai ulama tidak lepas dari ajaran pesantren yang mendasarinya. Salah

satu kiprah beliau dalam dunia pesantren adalah mengusung berdirinya Pondok

Pesantren Tebuireng Jombang, salah satu pesantren yang berpengaruh di Indonesia

yang selama ini masih bertahan dan terus berprogres secara inklusif dari zaman ke

zaman melalui asuhan keturunan beliau sebagai penerusnya


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa penulis tentang etika guru dalam kitab Adab al-„Alim wa

al-Muta‟allim dan relevansinya dengan kompetensi guru dalam permendiknas nomer

16 tahun 2007 dan kemenag, dan ketika merujuk kepada hasil jawaban dari rumusan

masalah diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Etika guru terhadap pelajarannya dalam kitab adabul alim wal muta‟alim

Dalam mengajar seorang guru harus memperhatiakan masing-masing dari

kemampuan muridnya, mengajar dengan tidak terlalu lama dan menciptakan

ketengan dalam kelas serta memilihkan mata pelajaran yang sesuai dengan

kemampuaan peserta didik. Hal ini relevan dengan kode etik guru di Indonesia

bahwa guru memberikan layanan pembelajaran berdasarkan karakteristik

individu serta mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif

dan menyenangkan.

2. Etika guru terhadap diri sendiri dalam kitab adabul alim wal muta‟alim

seorang guru harus memiliki kesiapan yang matang, baik secara mental

maupun konseptual menyangkut tugas-tugas yang disandangnya sebagai

seorang pengajar dan pendidik dengan cara membangun niat dan tujuan

yang baik. Hal ini relevan dengan kode etik guru bahwa guru bertindak

profesional dalam melaksanakan tugas mendidik.

3. Relevansi Etika guru dalam kitab adabul alim wal muta‟alim dengan kompetensi

guru

secara umum memiliki relevansi dengan kompetensi guru sekarang ini yaitu:

62
63

a. Etika guru terhadap diri sendiri mempunyai relevansi terhadap kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.

b. Etika guru terhadap pelajarannya mempunyai relevansi terhadap kompetensi

kepribadian dan kompetensi pedagogik

c. Relevansi Etika guru dalam kitab adab al alim wal muta‟alim mempunyai

dengan kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi

kepribadian.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang kiranya dapat

menjadi salah satu upaya dalam membina atau membangun pendidikan akhlak di

kalangan pelajar.

1. Bagi pendidik, guru, ustadz, hendaknya menjadi faktor sentral dan penentu dalam

proses pencapain keberhasilan saat mengajar, dan menjadi sumber tauladan pertama

di lingkungan pembelajaran.

2. Hendaknya etika-etika yang terkandung dalam kitab adab Al-„Alim Wa Al Mutaa‟lim

dapat diterapkan di saat sedang mengajar, atau pada suatu majelis .

3. Bagi penulis, penelitian ini belum dapat dikatakan sempurna dan tentunya masih

terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis sangat berharap jika ada peneliti

selanjutnya yang ingin mengangkat tema sebagaimana penelitian itu, untuk

mengembangkan penelitian yang jauh lebih baik.


DAFTAR RUJUKAN

Abdul Hadi, KH. Hasyim Asy‟ari, sehimpun cerita, Cinta, dan Karya Maha Guru
Ulama Nusantara, (Yogyakarta: Diva Press, 2018)

Abdur Rahman Mas‟ud, Dari Haramain ke Nusantara: jejak Intelektual Arsitek


Pesantren, (Jakarta: Kencana, 2006)

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1994)

A. Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. Hasyim Asy‟ari tentang Ahl AsSunnah Wa Al-
Jamaah, (Surabaya: Kalista,2010)

Ahmad Reza, Panduan Lengkap Bersuci Untuk Muslim dan Muslimah, (Yogyakarta:
Diva Press, 2013)

Al-Abrasyi, Mohammad Athiyah, 1970, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan


Bintang, Jakarta.

Al-Ghazali, Ihya ulumuddin, juz 3, p. 52, Vol. 10. No. 2, Desember 2015

Al-Nawawi, Al-Tibyan Fi Adabi Ḥamalah AlQur‟an, (Jakarta: Dar Al-Kutub Al-


Islamiyah, 2012)

Alwi,Hasan, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2002

Amin, Ahmad, Etika, Ilmu Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

Amirul Ulum, Hadratusy Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy‟ari Al-Jombangi,


(Yogyakarta: Global Press, 2016)

Ani Nur Aeni, Pendidikan Karaker Untuk siswa SD dalam Perspektif Islam, Mimbar
sekolah dasar, volume 1.
(http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar/article/download/863/598)

Arikunto, Suharsimi Etika Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka


Cipta, 2006.

Barnawi, Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media, 2012.

Bertens, K., Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: 2000, Kanisius.

Chairul Anam, Pertumbuhan Dan Perkembangan Nahdlatul Ulama (Surabaya: Duta


Aksara Mulia, 2010)

64
65

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: Jumanatul „Ali-Art,


2004)

Di akses di ( https://www.liputan6.com/regional/read/3538283/gara-gara-kaki-kursi-
jatuh-guru-smp-di-konawe-pukul-siswa-hingga-pingsan Pada tanggal 9
Januarai 2019 pukul 11.00 )

Haris, Abd., Etika Hamka Yogyakarta: LKiS, 2010

Harry Muhammad dkk, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, (Jakarta:
Gema Insani, 2006)

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, edisi revisi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2012)

Ibnu Miskawaih, Tahdzib al-Akhlak, Beirut,Libanon: Darul Kutub Al-ilmiah, 1985,

Juwariyah. 2010. Hadis Tarbawi. Yogyakarta: Teras

Ki Hajar Dewantara, Pendidikan, (Yogyakarta: Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa,


2004)

Muhammad Rifa‟i, KH. Hasyim Asy‟ari: Biografi Singkat 1871- 1947 (Jakarta:
Garasi, 2009),

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2000)

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)

Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam: Suatu Kerangka


Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, penerjemah: Haidar Baqir,
(Bandung: Mizan, 1992)

Mohamad Kholil, Kode Etik Guru Menurut Hadhrotus Syaikh KH. Hasyim Asy‟ari

Perkataan Imam Al-Qurthubi yang dinukil oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam
kitabnya Fathul Bari: 1/456.

Ramayulis, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.

Soedjono, Metode Penelitian Suatu Pemikiran Dan Penerapan, Jakarta: Rineka Cipta,
1999.

Subandi, M (2007). Scholars in The Islamic Golden Ages in Revealing Scientific


Information in the Qur‟an. Dialektika Budaya Journal of Islamic Culture,
History and Language. Vol XIV/No.2/November 2007, Bandung.

Udaimah, Salih. Musthalah Qur‟aniyyah, (Beirut: Daar al-Nas, t.t)


66

Wahbah Zuhaili, al-Fiqih al-Islami Wa Adillatuhu Vol. 8 (Damaskus: Dar al-Fikr,


1985)

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,


(Jakarta: LP3ES, 1982)

Anda mungkin juga menyukai