Anda di halaman 1dari 9

“ETIKA PROFESI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEWUJUDKAN

PEMBELAJARAN”

Sholihatun Nur Khasanah

email : snkagrellya23@gmail.com

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

UIN Mahmud Yunus Batusangkar

Abstrak

Etika profesi guru pada hakikatnya adalah pengembangan dan penerapan metode
pengajaran yang baik serta pelaksanaannya sesuai dengan sikap dan perilaku yang baik, baik di
lembaga pendidikan maupun di masyarakat tempat guru itu tinggal, namun untuk menjadikan
mengajar sebagai suatu karir. Masih perlu berpikir lebih luas dan mendalam, mengingat bahwa
profesi guru pada hakikatnya menentukan berhasil tidaknya, maju atau mundurnya pembangunan
generasi mendatang. Dengan mengintegrasikan etika pada diri guru, maka guru akan lebih
mudah dalam memenuhi kewajibannya dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana seorang guru beretika
menjalankan profesinya sebagai guru pendidikan agama Islam dengan mencapai pembelajaran
yang berkualitas. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode tinjauan pustaka, yaitu
peneliti menganalisis bacaan penelitian yang relevan. Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti
hanya menjelaskannya kepada guru yang beragama Islam dan tidak kepada guru SMA. Oleh
karena itu, peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut oleh
peneliti selanjutnya.

Kata Kunci: Etika profesi,Guru PAI, Pembelajaran

Pendahuluan
Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya untuk memanusiakan manusia. Pendidikan
merupakan salah satu kunci penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan adalah suatu proses perubahan tingkah laku dan sikap seseorang atau sekelompok
orang dengan tujuan pendewasaan manusia melalui pembelajaran dan pelatihan (Van Mieghem
dkk., 2020). Penyelenggaraan pendidikan merupakan suatu sistem yang diatur secara sistematis,
agar pendidikan dapat berjalan dengan mengembangkan kemampuan dan membentuk tingkah
laku atau watak seseorang dan tujuannya untuk meningkatkan potensi peserta didik.
Pembelajaran pendidikan agama Islam tidak terlepas dari jasa seorang guru. Pendidikan
merupakan upaya membimbing, membina, dan menstimulasi untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilan anak.

Pendidik merupakan tenaga pendidik yang profesional, merupakan bagian yang sangat
penting dalam proses pendidikan, sehingga pendidikan yang memenuhi etika adalah pendidikan
yang mempunyai tanggung jawab besar dalam penyelenggaraannya (Chen dkk., 2020). Oleh
karena itu, pendidik profesional mempunyai tanggung jawab dalam mata pelajaran yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan siswa di berbagai bidang, seperti keterampilan mental
motorik, kecerdasan, moralitas, etika dan kebugaran jasmani siswa. Seorang pendidik atau guru
adalah seorang profesional, seorang guru harus mampu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan atau menerapkan proses pembelajaran, hasil proses pembelajaran, memberikan
nasihat atau pelatihan dan melaksanakan pekerjaan yang menjadi kepentingan bersama .

Etika Pendidik yang dimaksud dengan tugas guru adalah mengubah perilaku yang
berkaitan dengan etika, standar dan rasa hormat, sehingga guru harus mempunyai kompetensi
dasar peran yang diperlukan yaitu pendidik, konselor dan guru (Fauth dkk., 2019). Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa etika guru akan menjaga nilai-nilai profesionalisme dan dapat
menanamkan perilaku yang baik pada diri anak. Etika seorang pendidik adalah aset mendasar
yang sangat penting untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif, pengendalian
diri, dan hubungan yang sukses satu sama lain. Oleh karena itu, etika guru juga erat kaitannya
dengan keterampilan komunikasi dalam aspek otonomi.

Etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan
manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya dikaitkan dengan seni pergaulan
manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan tertulis yang secara sistematik
sengaja dibuat berdasarkan prinsip prinsip moral yang ada. Etika profesi dapat diartikan pola
aturan, tata cara, tanda, pedoman etika dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Etika
profesi merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku (Silberstein dkk.,
2018). Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa etika profesi merupakan tata cara atau aturan
yang menjadi standar kegiatan anggota suatu profesi. Etika profesi menggambarkan nilai-nilai
profesi suatu profesi yang diterjemahkan menjadi standar perilaku bagi para anggotanya

Dengan demikian, etika merupakan cerminan dari apa yang disebut “otonomi”, karena
segala sesuatu diciptakan dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial
(pekerjaan) itu sendiri. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa suatu profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat apabila di kalangan elite profesi terdapat rasa hormat
yang kuat terhadap etika profesi ketika hendak memberikan pelayanan tentang keahlian
profesional bagi yang membutuhkan. Nilai profesional yang paling penting adalah keinginan
untuk melayani masyarakat. Yang patut diperhatikan bukan hanyalah etika profesi guru yang
baik, tetapi kinerja guru yang harus diperhatikan (Peterson & Arthur, 2020).

Metode Penelitian

Metode penelitian ini bersifat kualitatif dengan penelitian dokumen untuk menganalisis
permasalahan yang diteliti dalam dokumen.. Penelitian kepustakaan digunakan untuk
mengumpulkan informasi dan data dengan menggunakan berbagai jenis bahan yang terdapat di
perpustakaan, seperti buku, majalah, dokumen sejarah, dan bahan referensi lainnya.. Penelitian
ini dilakukan berdasarkan membaca, mengkaji dan menganalisis literatur yang ada.. Asal usul
penelitian ini berasal dari pencarian artikel penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang
kurikulum pendidikan menurut Ibnu Sina melalui Google Schoolar.. Artikel-artikel ini dipilih
oleh peneliti dan kemudian dikembangkan dalam bahasa mereka sendiri..

Pembahasan

Berbicara mengenai etika erat kaitannya dengan moralitas dan etika. Kata etika berasal
dari bahasa Latin Mores (jamak dari kata mos) yang berarti adat istiadat, sedangkan istilah etika
diartikan sebagai ajaran tentang benar dan salah yang sesuai dengan gagasan umum yang
dianggap baik dan wajar atau diukur dengan tradisi yang berlaku di negara tertentu. Kata etika
berasal dari bahasa Arab yaitu akhlaaq bentuk jamak dari khuluq, yang berarti tingkah laku,
perangai, atau budi pekerti (Sperling, 2021). Secara istilah, moralitas diartikan sebagai sikap-
sikap yang menuntun pada perbuatan, baik yang baik maupun yang buruk, atau sifat hati yang
tercermin dalam tingkah laku. Dalam ajaran Islam, landasan akhlak tampak dalam bentuk Al-
Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Profesi adalah pekerjaan atau jabatan yang memerlukan keahlian, tanggung jawab, dan
kesetiaan terhadap pekerjaan tersebut (Dyess dkk., 2019). Profesi adalah suatu jabatan atau
pekerjaan yang biasanya memerlukan persiapan yang relatif lama dan terutama pada jenjang
pendidikan tinggi yang pelaksanaannya diatur dengan kode etik tersendiri dan memerlukan
kualifikasi intelektual, kecerdasan atau hati nurani yang tinggi, serta pertimbangan pribadi.
Dalam pengertian lain, profesi adalah suatu pernyataan atau persetujuan terbuka bahwa
seseorang akan mengabdikan diri pada suatu jabatan atau pekerjaan yang mempunyai unsur
pengabdian. Dengan demikian suatu profesi dapat dicapai melalui pelatihan pada tingkat yang
tinggi, dilaksanakan dalam jangka waktu yang relatif lama dan dilengkapi dengan kode etik.

Pendidikan agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang berkaitan dengan
pembentukan kepribadian siswa di sekolah, khususnya dengan mengoptimalkan pembelajaran
mata pelajaran pendidikan agama Islam yang dinilai sangat bernilai strategi untuk mencapai
tujuan pembentukan kepribadian siswa (Tayeb, 2018). Fungsi dan peran guru agama dalam
interaksi pendidikan sama dengan fungsi dan peran guru pada umumnya. Guru mempunyai
fungsi dan peranan penting dalam kegiatan pendidikan interaktif di sekolah. Karena tugas
mulianya, guru menduduki kedudukan yang luhur dengan fungsi yaitu :

1. Guru sebagai pemberi pengetahuan yang benar kepada muridnya.


2. Guru sebagai pembina akhlak yang mulia.
3. Guru adalah orang yang memberikan nasehat kepada anak bagaimana cara hidup yang
baik.
4. Gurulah pengembang kurikulum PAI berdasarkan Akhlak Mulia Mulia
Peran guru pendidikan agama islam dalam mengajarkan pendidikan agama pada anak
autis (Scanlon, 2018). Ingatlah bahwa membesarkan anak berkebutuhan khusus tidak seperti
membesarkan anak lainnya. Guru yang berkualitas adalah guru yang menunjukkan
profesionalisme dalam mendidik siswanya, yaitu guru yang mempunyai pengetahuan,
kepribadian, keterampilan sosial dan profesional. Sehingga guru dapat menyampaikan pesan
pendidikan kepada siswa secara efektif.

Demikian pula guru pendidikan agama Islam harus mempunyai keterampilan serupa, agar
guru agama benar-benar dapat menjadi guru yang terpuji dan patut diteladani. Guru pendidikan
agama Islam harus menunjukkan profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
mempunyai sikap yang sangat berdedikasi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu
proses dan hasil kerja, serta sikap perbaikan terus-menerus. Artinya, selalu berusaha
memperbaiki dan menginovasi model dan metode kerja sesuai dengan tuntutan zaman, didasari
oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas pendidikan adalah tugas mempersiapkan generasi
penerus untuk hidup di masa depan.

Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai komitmen terhadap profesionalisme yang


harus ditunjukkan dalam segala aktivitasnya sebagai murabbî, mu'allim, motshid, mu'addib dan
mudarris. Sebagai seorang murrabbi, beliau akan berusaha untuk mengembangkan, menata dan
memelihara potensi, minat, bakat dan kemampuan siswa secara bertahap dengan tujuan untuk
mewujudkan anak secara optimal, melalui kegiatan penelitian, percobaan laboratorium,
pemecahan masalah, dan lain-lain, sehingga tercipta nilai-nilai positif berupa sikap rasional-
empiris, objektif-empiris, dan objektif-matematis. Sebagai seorang mu'allim, ia akan
memberikan ilmu, memperoleh atau memperoleh atau menghargai ilmu pengetahuan, ilmu dan
nilai-nilai pada dirinya atau murid-muridnya, dan berusaha membangkitkan semangat dan
motivasi mereka untuk mengamalkannya.

Peningkatan mutu pembelajaran merupakan salah satu unsur utama pendidikan


(Mukwambo, 2019). Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran antara lain:

1. Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengkoordinasikan,


menggerakkan dan menyelaraskan sumber daya pendidikan yang tersedia. Untuk
meningkatkan kapasitas etika profesional guru guna mencapai pembelajaran yang
bermutu, maka kepemimpinan kepala sekolah sangat berperan dalam hal ini dengan
menciptakan peluang, kemampuan serta seperti mengarahkan dan membimbing guru
secara maksimal dan berkesinambungan. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara
kualitas kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin
sekolah, lingkungan budaya sekolah dan pengurangan perilaku menyimpang siswa.
Budaya organisasi merupakan aspek yang mempengaruhi anggota suatu organisasi
dalam mencapai komitmennya.
2. Untuk menjadi guru yang profesional perlu mempunyai seperangkat keterampilan
dan kemampuan khusus berupa penguasaan keterampilan mengajar dan beberapa
bidang ilmu yang harus dipelajari secara mendalam kemudian diterapkan untuk
kepentingan umum sesuai dengan kualifikasi jenisnya, dan tingkat pendidikan-
pendidikan dari sekolah tempat bekerja.

Guru dapat mengembangkan model dan metode pembelajaran modern, namun


pemilihannya hanya berdasarkan perkiraan. Dampak yang ditimbulkan adalah penerapan suatu
model pembelajaran tidak berkelanjutan karena mengandung kesulitan atau risiko yang besar,
dimana hambatan yang ditimbulkan dianggap lebih besar daripada manfaat yang diperoleh. Oleh
karena itu, penguasaan guru terhadap analisis SWOT diperlukan untuk mengembangkan model
pembelajaran yang berkualitas, berkelanjutan, efektif dan efisien.

Kesimpulan

Mengajar merupakan profesi yang sangat penting dan berkontribusi langsung terhadap
kemajuan negara. Sebagai sebuah profesi, guru idealnya memiliki persyaratan khusus yang dapat
dipenuhi oleh satu orang.. Dibutuhkan keterampilan khusus untuk menjadi seorang guru. Guru
menempati posisi strategis dalam pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak
dapat digantikan oleh unsur lain dalam kehidupan berbangsa sejak dahulu kala. Semakin besar
kehadiran guru dalam melaksanakan peran dan fungsinya, maka semakin terjamin pula
terciptanya kredibilitas dan berkembangnya kesiapan seseorang..
Dengan kata lain potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di masa
sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat bergantung dari "citra" guru di tengah-
tengah masyarakat. Layaknya profesi lain, profesi guru juga dilengkapi dengan berbagai atribut
profesi, antara lain kode etik profesi keguruan, organisasi profesi keguruan, organisasi profesi
keguruan, serta undang-undang yang menjamin hak dan kewajiban guru Indonesia. Regulasi dan
seperangkat tata nilai tersebut dibuat untuk menjamin profesi guru dapat berperan maksimal
dalam proses pendidikan.
Daftar Pustaka

Chen, X., Xie, H., Zou, D., & Hwang, G.-J. (2020). Application and theory gaps during the rise
of Artificial Intelligence in Education. Computers and Education: Artificial Intelligence,
1, 100002. https://doi.org/10.1016/j.caeai.2020.100002

Dyess, A. L., Brown, J. S., Brown, N. D., Flautt, K. M., & Barnes, L. J. (2019). Impact of
interprofessional education on students of the health professions: A systematic review.
Journal of Educational Evaluation for Health Professions, 16, 33.
https://doi.org/10.3352/jeehp.2019.16.33

Fauth, B., Decristan, J., Decker, A.-T., Büttner, G., Hardy, I., Klieme, E., & Kunter, M. (2019).
The effects of teacher competence on student outcomes in elementary science education:
The mediating role of teaching quality. Teaching and Teacher Education, 86, 102882.
https://doi.org/10.1016/j.tate.2019.102882

Mukwambo, P. (2019). Quality in Higher Education as a Tool for Human Development:


Enhancing Teaching and Learning in Zimbabwe (1 ed.). Routledge.
https://doi.org/10.4324/9780429490880

Peterson, A., & Arthur, J. (2020). Ethics and the Good Teacher: Character in the Professional
Domain (1 ed.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9780429320699

Scanlon, L. (2018). The Role of Research in Teachers’ Work: Narratives of Classroom Action
Research (1 ed.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9781315204154

Silberstein, J. M., Pinkham, A. E., Penn, D. L., & Harvey, P. D. (2018). Self-assessment of social
cognitive ability in schizophrenia: Association with social cognitive test performance,
informant assessments of social cognitive ability, and everyday outcomes. Schizophrenia
Research, 199, 75–82. https://doi.org/10.1016/j.schres.2018.04.015

Sperling, D. (2021). Ethical dilemmas, perceived risk, and motivation among nurses during the
COVID-19 pandemic. Nursing Ethics, 28(1), 9–22.
https://doi.org/10.1177/0969733020956376

Tayeb, A. (2018). Islamic Education in Indonesia and Malaysia: Shaping Minds, Saving Souls (1
ed.). Routledge. https://doi.org/10.4324/9781351116862
Van Mieghem, A., Verschueren, K., Petry, K., & Struyf, E. (2020). An analysis of research on
inclusive education: A systematic search and meta review. International Journal of
Inclusive Education, 24(6), 675–689. https://doi.org/10.1080/13603116.2018.1482012

Anda mungkin juga menyukai