PENDAHULUAN
Pendidikan karakter bukanlah sebagai sesuatu yang baru, namun saat ini
learners sebagai salah satu karakter penting untuk hidup di era reformassi
yang bersifat global, tetapi juga mampu berfungsi dengan peran serta yang
positif baik sebagi pribadi, sebagai anggota keluarga, sebagai warga negara,
dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
1
Maksudin, Pendidikan Karakter Non Dikotomik, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), h.54
1
2
kamil.
merupakan salah satu fungsi peradaban yang paling utama, (3) Peran sekolah
lembaga keagamaan, (4) masih adanya nilai-nilai moral yang secara universal
masyarakat, (6) Tidak ada sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai. Sekolah
hari melalui desain ataupun tanpa desain, (7) Komitmen pada pendidikan
karakter penting manakala kita mau dan terus menjadi guru yang baik, dan (8)
Pendidikan karakter yang efektif membuat sekolah lebih beradab, peduli pada
yang strategis untuk membentuk karakter. Hal ini dimaksudkan agar peserta
2
Ibid., h.52
3
unsur sekolah dapat secara langsung maupun tidak langsung memberikan dan
berpatisipasi secara aktif sesuai dengan fungsi dan perannya, termasuk guru
(SDM) yang kuat, maka dirasa tepat adanya pendidikan karakter. Disamping
itu, pembentukan karakter juga merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan
Kondisi ini akan terbangun jika semua pihak memiliki kesadaran bersama
yang tepat.
4
utuh. Dikatakan demikian, karena guru merupakan figur utama, serta contoh
dan teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter
guru harus mulai dari dirinya sendiri agar apa-apa yang dilakukannya dengan
hasil kerja dan prestasi peserta didik, menggunakan hadiah, dan hukuman
memiliki akhlak mulia (budi pekerti luhur) yang merupakan misi utama
3
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, (Yogyakarta: Teras, 2007), h.12
5
salah satu sekolah yang telah menerapkan pola pendidikan karakter dalam
ajaran pendidikan tahun lalu. Untuk itulah, penulis ingin meneliti strategi
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa
meningkat.
pembelajaran.
4. Bagi Guru atau Calon Guru, Sebagai sumber informasi dan referensi
1. Objek Penelitian
2. Subjek Penelitian
F. Definisi Operasional
1. STRATEGI
khusus.
2. MENGAJAR
3. GURU
mengajar.
8
islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
5. PENDIDIKAN KARAKTER
dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa. Yang bertujuan
4
Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter Konsep dan Model, ( Bandung:
Rosdakarya, 2012), h.45
9
6. SMPN 2 Trenggalek
66317.
G. Kajian Teori
3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
masyarakat itu.
Indonesia.
NILAI/
DESKRIPSI
KARAKTER
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya
11
kurikulum sehingga semua siswa di suatu sekolah faham benar tentang nilai-
nilai tersebut dan mampu menerjemahkannya dalam perilaku nyata. Untuk itu
seperti pulau dengan bahasa dan budayanya sendiri. Namun, sekolah juga
harus memperluas pendidikan karakter buka saja kepada guru, staf, dan
diri setiap siswa ada tiga tahapan strategi yang harus dilalui, diantaranya:
dan doktriner ) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam
2. Moral Loving/ Moral Feeling, Belajar mencintai dan melayani orang lain.
untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nialai-nilai akhlak
mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran gurur adalah dimensi
emosional siswa, hati, atau jiwa. Bukan lagi akal, rasio dan logika. Guru
kebutuhan dalam diri siswa. Untuk mencapai tahapan ini guru bisa
5
Abdul majid, et al., Pendidikan Karakter Perspektif Islam, ( Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), h. 112
14
kontemplasi. Melalui tahap ini pun siswa diharapkan mampu menilai diri
itu dam perilakunya sehari hari. Siswa menjadi semakin sopan, ramah,
hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih dan sayang, adil serta
murah hati dan seterusnya. Selama perubahan akhlak belum terlihat dalam
perlaku anak walaupun sedikit, selama itu pula kita memliki setumpuk
adalah guru yang paling baik dalam menanamkan nilai. Siapa kita dan apa
pemotivasian.6
examine the level of teaching that is engaging the learner. There are basically
competencies.
6
Ibid., h.113
15
mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga peserta didik mampu
komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada
tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor (olah raga).
1. Kegiatan rutin, Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik
secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara
7
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.176
16
pada saat itu juga, misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika ada teman
bencana.
yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain.
H. Metode penelitian
ilmiah.10
menganalisis data cenderung secara induktif; dan makna merupakan hal yang
data secara sistematis dan cermat tentang fakta-fakta aktual dari sifat
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.14
11
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.38
12
Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, (Malang:
Kalimasahada Press, 1996), h.49-50
13
S. Margono, Metodologi Penelitian, ibid, h.8
14
Ibid, h.36
18
3. Jenis dan Sumber Data, Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.16 Sumber data penelitian
diperoleh dari:
a. Person, yaitu sumber data berupa orang, yakni sumber data yang bisa
b. Place, yaitu sumber data berupa tempat, yaki sumber data yang
15
Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
h.121
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), Edisi Revisi VI, h.129
19
menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dan
berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Sumber data ini
a. Metode observasi
merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk
b. Metode Wawancara.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.317
21
c. Metode Dokumentasi
5. Analisis Data
kembali data-data yang didapat, apakah data tersebut sudah cukup baik
memberikan analisis.
22
keadaan sesuatu.
18
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, ibid, h.103
23
paradigmanya sendiri.
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
secara inci.
hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
dapat digunakan sebagai alat perekam yang pada saat senggang dapat
24
dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi
kepastian data.
sejawat.
25
7. Sistematika Penulisan
hasil skripsi.