Anda di halaman 1dari 10

Pembelajaran al-Qur’an Hadis sebagai landasan yang integral dari pendidikan agama, memang

bukan satu-satunya yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Tetapi
secara substansial mata pelajaran al-Qur’an Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw. Untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia. Sesungguhnya al- Qur’an itu
menjadi mu’jizat karena ia datang dengan bahasa yang paling fasih dalam susunan yang paling baik
dengan mengandung pengertian-pengertian yang benar berupa ke-Esaan Allah swt.10 Allah swt.

Sebagai penguat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sebagai pengajaran


ketrampilan membaca dan menulis Al-Qur'an. Sebagai pengajaran terhadap peserta didik akan isi
kandungan ayat-ayat Al-Qur'an. Sebagai pedoman hidup peserta didik, sehingga memiliki karakter yang
bernafaskan Al-Qur'an.

Membaca Al Qur'an dengan pelan atau tidak tergesa-gesa, dan tenang. Setiap huruf dibaca
dengan jelas dan tepat sesuai dengan ilmu tajwid, kaidah dan hukum-hukumnya. Selain itu, setiap huruf
atau setiap ayat juga dipahami maknanya secara mendalam, agar kita lebih khusyu' dengan apa yang
sedang kita lafalkan

Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan
hati dan pembenaran terhadap sesuatu. Sementara itu, menurut istilah atau terminologi, aqidah
adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.

Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui
pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan,
sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah SWT.

Pada dasarnya, strategi pembelajaran mencakup empat langkah dasar, yaitu:

1. Penetapan tujuan pengajaran.


2. Penetapan sistem pendekatan pengajaran.
3. Pemilihan dan penetapan metode, teknik, dan prosedur pembelajaran yang paling tepat dan
efektif.
4. Penetapan kriteria keberhasilan proses pembelajaran.
RESUME KETETAPAN MENUNJUKKAN PERAN DAN FUNGSI DARI
MASING-MASING FAKTOR DALAM MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN PAI

Faktor pendukung pembelajaran PAI adalah tersedianya sarana prasarana serta guru PAI yang
seusai bidangnya. Faktor penghambat pembelajaran PAI adalah meskipun sudah tersedia namun
belum sesuai dengan standart serta kurangnya pengembangan pengetahuan bagi guru PAI.
Pekerjaan jabatan guru agama adalah luas, yaitu untuk membina seluruh kemampuan-
kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti
bahwa, perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan
didalam kelas saja.
Pendidikan agama islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslimyang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara,
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk membimbing dan mendidik seseorang untuk memahami
ajaran agama Islam. Diharapkan mereka memiliki kecerdasan berpikir (IQ), kecerdasan
emosional (EQ) dan memiliki kecerdasan Spiritual (SQ) untuk bekal hidup menuju kesuksesan
dunia dan akhirat.
Beberapa cara mendidik yang bisa diterapkan agar sesuai dengan tujuan pendidikan Islam adalah
sebagai berikut:
 Kenalkan dasar-dasar Islam sejak dini.
 Seimbangkan dengan memberikan pendidikan ilmiah.
 Ajarkan anak akhlak terpuji.
 Beri contoh yang baik.
 Ajarkan anak sikap disipin dan pantang menyerah.
RESUME MENUNJUKKAN SIKAP KOMITMEN DALAM PEMBELAJARAN PAI

Guru PAI yang profesional selain mahir dalam memberi motivasi belajar, trampil menggunakan
metode dan pendekatan pembelajaran, ahli dalam melakukan gaya mengajar yang bervariasi,
rajin melaksanakan pengabdian atau melayani masyarakat juga harus memiliki ketrampilan dan
keahlian dalam memahamkan nilai nilai atau norma ...
Sebagai pendidik, komitmen guru professional di antaranya;
 komitmen terhadap dirinya sebagai makhluk tuhan
 komitmen terhadap profesinya sebagai pembelajar
 komitmen terhadap sekolah sebagai satu unit sosial
 komitmen terhadap kegiatan akademik sekolah
 komitmen terhadap siswa-siswi sebagai individu yang unik
Komitmen guru dalam mengajar merupakan kebulatan tekad guru yang paling utama untuk
menunjukkan kesungguhan dan mengarahkan segala kemampuan secara profesional dalam
melaksanakan tugas di sekolah. Adapun aspek yang dilihat dari komitmen tersebut adalah
kepedulian, tanggung jawab, dan loyalitas dalam mengajar.
Adapun syarat-syarat guru Pendidikan Agama Islam yaitu: seorang pendidik Islam harus
seseorang yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT, ikhlas, berakhlak yang baik,
berkepribadian yang integral (terpadu), mempunyai kecakapan mendidik, bertanggung jawab,
mempunyai sifat keteladanan, serta memiliki kompetensi keguruan ...
Adapun Upaya-Upaya yang dilakukan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yaitu
 Peninkatan Mutu Belajar Siswa Untuk Mempelajari Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam
 Pengadaan Buku Panduan Atau Literature Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam,
 Penguasaan Metodologi Pembelajaran Bagi Guru ...
Strategi yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan agama Islam diantaranya:
membuat perencanaan pembelajaran dengan menyusun silabus dan RPP, memilih penggunaan
metode yang tepat, menggunakan media pembelajaran, melaksanakan evaluasi, dan
mengembangkan program keagamaan.
Resume persoalan di lapangan

Walaupun standar proses (pembelajaran), standar pendidik dan standar prasarana dan sarana sudah
disiapkan, dan pendekatan “pembelajaran berpusat pada siswa” (student centered approach) telah lama
dikumandangkan, namun suasana pembelajaran yang kondusif, aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan
boleh dikatakan belum terinternalisasi oleh pendidikan dalam proses pembelajaran.

Kendala-kendala dalam pelaksanaannya

Standar proses

Untuk dapat memenuhi tuntutan pembelajaran dengan berpusat kepada peserta didik yakni
pembelajaran yang mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat
belajar peserta didik, maka guru dituntut untuk dapat memilih strategi pembelajaran bervariasi sesuai
tuntutan materi pembelajaran.Pelaksanaan standar ini sangat berkaitan dengan guru. Nurfaisal (2012)
menyatakan guru kesulitan dalam mengimplementasikan pemenuhan tuntutan standar proses dalam
pembelajaran. Pembelajaran cendrung berjalan secara konvensional. Faktor yang mempengaruhi antara
lain disebab media dan peralatan pembelajaran yang minim di sekolah, jumlah siswa yang terlalu besar
dalam satu kelas, sehingga tidak mendukung diterapkannya pembelajaran yang aktif dan kreatif yang
berpusat kepada siswa. Pendekatan pembelajaran yang terjadi lebih sering berpusat pada guru (teacher-
centred approaches).

Standar pendidik

Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang
guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki :

a. Kompetensi Kepribadian, yakni kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang


mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia.
 Kompetensi Pedagogik, merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta
didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
 Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi
pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi
kurikulum matapelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut,
serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.
 Kompetensi Sosial, berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Permasalahan guru di Indonesia sangat beragam, jika dikelompokkan berdasarkan empat


kompetensi guru, maka permasalahan guru antara lain :
 Kompetensi Profesional: kecakapan guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran;
kecakapan guru menentukan dan menyajikan materi esensial; masih mengandalkan LKS
yang dijual dipasaran, belum membuat bahan ajar sendiri; sains disajikan secara teoritis, belum
menggunakan laboratorium secara optimal,
 Kompetensi pedagogik : strategi yang digunakan kurang tepat; gaya mengajar yang kurang
menyenangkan peserta didik; peran sebagai pendidik, pengjar dan pelatih belum optimal; tugas yang
terlalu padat kepada peserta didik,
 Kompetensi sosial/interpersonal: kurang terbuka terhadap kritikan teman sejawat;
 Kompetensi personal/individu: afeksi guru belum bisa diteladani; kurang menerapkan disiplin
bagi anak didik; komitmen, kinerja dan keiklasan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
masih kurang.

b. Faktor penyebab timbulnya permasalahan dalam pembelajaran dari aspek guru


 Intake (kualitas input) dari calon guru dan kualitas dari LPTK penghasil guru - Populasi
guru yang belum profesional ini lebih besar dibandingkan dengan guru profesional alumni LPTK
berkualitas .Sejalan dengan kondisi di atas tantangan lain dalam pengembangan profesionalisme guru
sains seperti yang dikemukakan Lufri (2008) adalah : guru kurang berpengalaman dalam pekerjaannya;
rendahnya komitmen profesional guru dan etos kerjanya serta pengontrolan yang lemah dari pimpinan;
minat baca yang rendah untuk mengembangkan diri; budaya mental dalam belajar yang hanya
berorientasi pada ijazah dan pangkat; suka mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan sesuatu,
misalnya menyalin RPP yang sudah ada tanpa menyesuaikan dengan kondisi sekolah tempat dia bekerja,
ini semua mempengaruhi kualitas pembelajaran sains di kelas.
 Kualitas buku pelajaran yang digunakan guru - Guru belum bisa membuat bahan ajar sendiri
dan memilih materi-materi esensial dari mata pelajarannya. Pembelajaran tergantung kepada buku teks
yang digunakan sekolah. Banyak buku teks sains saat ini memberikan penekanan berlebihan pada fakta
ilmiah dan formula matematis sedangkan hubungan konsep-konsep dengan pengalaman atau fenomena
alam sehari-hari, banyak tidak dijelaskan.
 Ijazah/tingkat pendidikan guru - Sebagian guru di Indonesia dinyatakan tidak layak mengajar.
Fenomena ini berkaitan dengan anggapan sebagian besar masyarakat terhadap profesi guru. Tilaar (2002:
95-99) menyatakan ada beberapa anggapan yang salah atau kurang tepat terhadap profesi guru ini.
o Siapa yang tidak dapat berpikir dan berbuat, maka lebih baik dia memilih pekerjaan
mengajar. Pendapat ini juga merupakan refleksi untuk “oknum” guru yang tidak kreatif, yang tidak
membangkitkan kemampuan kreativitas peserta didik. Untuk itu mengembangkan kreativitas guru harus
menjadi jiwa dari program pendidikan dan pelatihan guru.
o Profesi guru adalah profesi terbuka. Ini berasal dari anggapan bahwa untuk jadi guru
tidak diperlukan syarat-syarat tertentu. Profesi guru bukanlah profesi sembarangan, tetapi harus
memenuhi kriteria-kriteria profesional sehingga profesi guru bukan profesi terbuka.
o Siapa saja dapat dan boleh jadi guru. Ini berkaitan dengan anggapan siapa saja boleh
jadi guru. Artinya siapa saja yang dapat berdiri di depan kelas tanpa mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan profesional boleh jadi guru. Ini yang menyebabkan masih ada guru yang mempunyai ijazah
SMA non pendidikan, atau Menteri Pendidikan yang bukan berlatar pendidikan profesi guru.

c. Kebijakan pemerintah
 Peningkatan mutu guru tergantung proyek - Pemerintah telah melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, mulai dari upaya pengubahan kurikulum (sekarang
berlaku KTSP), peningkatan guru (penataran, seminar, pelatihan), manajemen sekolah, melengkapi
media, laboratorium (sarana, prasarana), hingga ke penerbitan payung hukum dalam peningkatan mutu
pendidikan dengan dikeluarkannya UU No 14 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan Pemerintah No.
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
 Ujian Nasional membelenggu guru - Faktor Kebijakan Pemerintah yang cukup mengganggu
proses pembelajaran adalah Ujian Nasional (UN). Menjelang UN, semua perhatian sekolah tertuju pada
persiapan menghadapi UN. Para guru yang biasanya aktif di MGMP menjadi tidak aktif. Mereka sibuk
mengadakan dril dan latihan menyelesaikan soal untuk para siswanya. Tindakan guru sebelum UN,
melakukan dril dan latihan penyelesaian soal.
 Beban kerja guru 24 jam seminggu yang memberatkan - Masalah lain yang muncul dari
kebijakan sertifikasi adalah beban kerja guru yang dinilai memberatkan. Beban kerja yang tinggi
membuat guru kurang mempunyai waktu untuk mempersiapkan pembelajarannya, ini membuat kualitas
pembelajaran jadi menurun. Idealnya penilaian 24 jam tersebut berdasarkan kinerja, dimana kegiatan guru
tidak hanya dinilai dari jumlah jam mengajar dikelas, tetapi kegiatannya dalam mempersiapkan perangkat
pembelajaran, penelitian, bahan ajar juga jadi pertimbangan.
 Standar sanana dan prasarana - Fasilitas Laboratorium , perpustakaan dan sarana prasarana
lainnya. Kualitas sanpra dapat dilihat dari keberadaan Laboratorium dan Perpustakaan Sekolah.
Laboratorium ada tetapi terbatas, peralatan dan bahan tidak lengkap, sementara di dalam perpustakaan
yang ada hanyalah buku yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.

d. Standar sanana dan prasarana

Fasilitas Laboratorium , perpustakaan dan sarana prasarana lainnya. Kualitas sanpra dapat dilihat dari
keberadaan Laboratorium dan Perpustakaan Sekolah. Laboratorium ada tetapi terbatas, peralatan dan
bahan tidak lengkap, sementara di dalam perpustakaan yang ada hanyalah buku yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran.

Resume Kultur Sekolah


Kultur sekolah berperan dalam mengembangkan prestasi siswa melalui nilai-nilai utama dan nilai
pendukung; yaitu nilai berprestasi; kedisiplinan; kebersihan dan religi. Adapun nilai pendukung seperti
tanggung jawab; kejujuran; toleransi, yang dibudayakan melalui tugas-tugas yang diberikan kepada
siswa.Kultur sekolah adalah budaya sekolah yang menjadi ciri dan nilai unggul SMA Negeri 3 Semarang,
kultur sekolah yang dikembangkan diantaranya : Efektifitas sekolah, terutama efektifitas pembelajaran.
Lingkungan sekolah bersih, rapi, aman, Indah, dan rindang.Kultur sekolah dan mutu pendidikan adalah
dua aspek penting dalam dunia pendidikan. Kultur sekolah mengacu pada nilai-nilai, norma, dan praktik-
praktik yang berkembang dalam lingkungan sekolah. Sedangkan mutu pendidikan mengacu pada standar
dan tingkat keberhasilan pencapaian pendidikan yang diukur berdasarkan hasil belajar siswa, kualitas
pengajaran, kurikulum, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi kualitas pendidikan secara
keseluruhan.Kultur sekolah yang positif dan mendukung memiliki dampak yang signifikan terhadap mutu
pendidikan. Beberapa elemen kultur sekolah yang dapat meningkatkan mutu pendidikan antara
lain:Kepemimpinan yang efektif: Kepala sekolah yang visioner dan memimpin dengan teladan dapat
menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar dan meningkatkan motivasi serta keterlibatan semua
anggota sekolah.Kolaborasi dan kerja tim: Budaya sekolah yang mendorong kolaborasi dan kerja tim
antara guru, siswa, orang tua, dan staf sekolah lainnya dapat meningkatkan pertukaran ide,
pengembangan profesional, dan penerapan praktik terbaik dalam pengajaran.Penghargaan terhadap
keragaman: Menghargai keragaman budaya, sosial, dan individual di sekolah menciptakan lingkungan
yang inklusif dan memungkinkan setiap siswa untuk merasa diterima dan berpartisipasi secara
aktif.Lingkungan belajar yang aman: Lingkungan yang aman, baik fisik maupun emosional, memberikan
rasa percaya diri pada siswa untuk mengambil risiko dalam pembelajaran, berbagi ide, dan berpartisipasi
aktif.Pendekatan pembelajaran yang inovatif: Menerapkan pendekatan pembelajaran yang inovatif dan
memanfaatkan teknologi dapat meningkatkan motivasi siswa, keterampilan kritis, dan
kreativitas.Evaluasi dan umpan balik yang konstruktif: Memberikan umpan balik yang efektif dan
konstruktif kepada siswa, guru, dan staf sekolah lainnya membantu dalam perbaikan terus-menerus dan
pengembangan profesional.Keterlibatan orang tua dan masyarakat: Melibatkan orang tua dan
masyarakat secara aktif dalam kegiatan sekolah dapat menciptakan hubungan yang positif dan
mendukung, serta meningkatkan komunikasi antara sekolah dan rumah.Dengan menciptakan kultur
sekolah yang positif, sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan. Kombinasi dari
kultur sekolah yang baik dan pendekatan pembelajaran yang efektif akan menciptakan lingkungan yang
memungkinkan siswa untuk mencapai potensi penuh mereka dan meningkatkan hasil belajar mereka.
Resume Sikap Berfikir Kritis, Analistis, Dan Logis

Berpikir kritis adalah suatu kemampuan untuk berpikir dengan rasional dan tertata yang
bertujuan untuk memahami hubungan antara ide dan/atau fakta. Pemikiran kritis merupakan
sesuatu yang bisa membantu kita dalam menentukan apa yang kita percayai.Berpikir kritis
merupakan kemampuan berpikir dengan jernih dan rasional mengenai apa yang yang harus
dilakukan atau apa yang harus dipercayai. Proses di mana kita harus membuat penilaian yang
rasional, logis, sistematis, dan dipikirkan secara matang adalah proses dalam berpikir
kritis.Robert Ennis seorang filsuf Amerika yang dianggap sebagai salah satu tokoh terkemuka
pemikiran kritis menyimpulkan, berpikir kritis merupakan penalaran mengenai keyakinan dan
tindakan yang masuk akal dan berfokus pada memutuskan apa yang dipercayai atau yang
dilakukan.Sementara itu, Michael Scriven profesor ahli ilmu perilaku dan organisasional yang
berasal dari Claremont Graduate University, mengungkapkan bahwa berpikir kritis merupakan
proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan terampil membuat konsep, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi. Baik informasi yang dikumpulkan
atau dihasilkan lewat observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, dan komunikasi, sebagai
panduan untuk meyakini sesuatu dan melakukan sebuah tindakan.Sederhananya, berpikir kritis
adalah kemampuan berpikir dengan rasional dan melihat permasalahan secara objektif sehingga
hasil yang akan diperoleh tidak bias dan sesuai dengan kenyataan yang ada.Pola berpikir
analitis adalah pola berpikir yang berlandaskan pada usaha mengadakan pemetaan masalah,
menemukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian atau gagasan dan menunjukkan
hubungan antar bagian-bagian tersebut.Berpikir analitis merupakan kemampuan berpikir secara
sistematis, dimulai dari mengenali, memilah unsur pembentuk kondisi dan melihat keterkaitan
masing-masing unsur pembentuk kondisi tersebut, kemampuan melihat hubungan sebab akibat
dalam rangka mengenali unsur utama pembentuk perilaku.Kemampuan berfikir logis
merupakan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah tidak hanya berdasar pada
prosedur yang ada, akan tetapi memiliki landasan kebenaran yang kuat dari prosedur tersebut .
Resume Persoalan Di Lapangan

Problematika berasal dari kata problem. Dalam kamus besar bahasa Indonesia problem
artinya adalah masalah atau persoalan.2 Dalam sebuah pembelajaran pasti ada masalah yang
akan ditemui. Tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada PAI. Dalam Tabel yang disajikan
secara horizontal. Penyajian Tabel dilengkapi dengan “Judul Tabel” dan “Sumber Tabel.” Setiap
Tabel diikuti dengan kajian serta komentar penulis sebagai bagian dari analisis pembelajaran PAI
banyak sekali masalah yang ditemui, yang permasalahan tersebut dapat menghambat proses
pembelajaran. Dengan adanya permasalahan tersebut juga menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran PAI. Problem-problem tersebut yakni sebagai berikut:

1. Minat Belajar Peserta Didik Rendah Pada Pembelajaran PAI Tingkatan minat belajar siswa
pada dasarnya akan memberikan pengaruh terhadap hasil akhir proses pembelajaran. Untuk
dapat melihat capaian hasil belajar siswa, sangat perlu adanya perhatian terhadap seluruh faktor
yang berkaitan antara guru dengan siswa.

2. Kurangnya Alokasi Waktu Alokasi waktu disini berkaitan dengan peran seorang pendidik.

Dalam PAI, pendidik dituntut untuk bersikap profesional dalam melaksanakan tugasnya. Seorang
pendidik dapat dikatakan mem-punyai sikap profesional bila ia komitmen terhadap mutu proses
pengajaran dan hasil kerjanya.8 Problem yang muncul yaitu saat mata pelajaran PAI diletakkan
pada saat jam pelajaran terakhir, maka siswa SMP akan merasa jenuh dan pada akhirnya tidak
dapat memahami materi pelajarannya

3. Problem Pada Pendidik Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan ketrampilan,
dan membentuk sikap peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama pada semua jalur.

4. Problem Pada Peserta didik Mu’allimah5 menyatakan bahwa peserta didik pada suatu lembaga
pendidikan tentu memiliki latar belakang kehidupan beragama yang berbeda-beda. Ada peserta
didik yang taat beragama, namun ada juga yang berasal dari keluarga yang kurang taat pada
agama, bahkan ada yang berasal dari keluarga yang tidak perduli dengan agama.
5. Problem Pada Sarana dan Prasarana Sarana menjadi salah satu pendukung proses kelancaran
pembelajaran, kelengkapan dan sarana dapat membantu guru dalam meyelenggarakan proses
pembelajaran.

6. Problem Pada Metode Pembelajaran PAI Metode pembelajaran yaitu suatu cara yang dapat
digunakan pendidik dalam hal penyampaian bahan pelajaran agar peserta didik dapat
mengetahui, memahami, menghayati, mengamalkan dan menguasai bahan pelajaran tersebut.

7. Problem Pada Evaluasi Pembelajaran Evaluasi merupakan suatu kegiatan pembelajaran untuk
melihat apakah suatu program yang direncanakan dapat tercapai atau tidak, berharga atau tidak,
serta dapat digunakan untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanannya.

Anda mungkin juga menyukai