UNKAFA
Abstrak
LATAR BELAKANG
1
Peserta didik; begitu ironi jika komponen ini tidak ada, karena peserta didik
merupakan target utama dalam pendidikan. Selanjutnya sarana prasarana; meskipun berbagai
pendapat ada yang mengatakan bahwa sarana prasana yang kurang memadai masih bisa
dilaksanakan proses belajar mengajar, namun komponen ini sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Sekolah yang memiliki sarana prasana yang baik
dapat dipatikan akan jauh berbeda kualitas keluarannya dengan sekolah yang sarana
prasarananya rendah. Komponen berikutnya yang sangat urgen adalah kurikulum, sebab
kurikulum ibarat jalan untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan pendidikan.
Dari sini dapat dimengerti bahwa komponen yang berada di dalam kurikulum bukan
sebatas mata pelajaran, melainkan termasuk proses belajar maupun usaha-usaha yang
dilakukan dengan dalih mencapai daripada tujuan tersebut. Sebab pada hakekatnya
pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran
yang harus dipelajari serta bagaiman cara mempelajarinya dan tidak mengabaiakan prinsip-
prinsipnya, baik prinsip umum maupun khusus. Adapun prinsip umum dalam pengembangan
kurikulum adalah relevansi, fleksibilitas, kontunuitas, praktis, efektivitas; sedang prinsip
khusus adalah berkenaan dengan tujuan isi pendidikan, berkenaan dengan pemilihan isi
pendidikan, berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, berkenaan dengan
pemilihan media, dan berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Lebih lanjut pada makalah ini akan terfokus pada kajiannya tentang Analisis Materi
Pembelajaran PAI sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
PEMBAHASAN
1
Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Sugeng Listyo Prabowo (ed), Materi
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), (Malang: UIN Maliki Press, 2011), 161-162
2
ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar
menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
tercapainya indikator.
Analisis pengembangan materi adalah kegiatan yang dilakukan seorang guru
dalam meneliti isi kurikilum yang tertuang dalam Kompetendi dasar, kemudian
mengkaji dan menjabarkannya sampai mendalam serat mempertimbangkan
penyajiannya. Hasil analisis materi ini kemudian digunakan dalm menyusun
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jadi Analisis Materi
Pembelajaran adalah salah satu bagian dari rencan kegiatan belajar mengajar yang
hubungannya erat dengan materi pelajaran dan penyusunan silabus/RPP.2
Analisis pengembangan materi pendidikan agama Islam merupakan kegiatan
pengklasifikasian dan pemilihan materi untuk dikembangkan dengan mendasarkan
pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK) mata
pelajaran dan dan ketersediaan sumber belajar atau referensi untuk mencapai hasil
belajar yang diharapkan. Karena itu, kegiatan ini merupakan kegiatan yang cukup
strategi dalam implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan di madrasah/
sekolah. Klasifikasi ini akan memudahkan para guru untuk menentukan indikator-
indikator hasil belajar.3
Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kemampuan kelulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar Kompetensi lulusan digunakan
sebagai pedoman dalam penilaian kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
Standar Kompetensi Lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran
atau seluruh kelompok mata pelajaran. Kompetensi dasar adalah sejumlah
kemampuan untuk dikuasai peserta didik dalam pelajaran tertentu (sebagai
rujukan penyusunan indikator kompetensi). Indikator kompetensi adalah perilaku
yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indicator
merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda,
perbuatan, dan respon yang dilakuka atau ditampilkan oleh peserta didik.4
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
2
Ibid., 161-162
3
Ibid., 161-162
4
Ibid., 161-162
3
Agama memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
bahkan agama seolah mendominasi sebagai besar kehidupan. Karena agama
merupakan motivator untuk mejawab segala persoalan-persoalan yang di luar
jangkauan akal manusia. Agama juga sebagai alat untuk mengembangkan serta
pengendalian diri yang efektif. Maka dari itu, perting kiranya agama untuk
diketahui, dimengerti atau dipahamai, dan diamalkan oleh manusia sebagai dasar
pembentukan kepribadian sehingga menjadi manusia seutuhnya.
Lebih dalam, agama juga sebagai alat untuk mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya , hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia
dengan alam, bahkan hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Sehingga dari
berbagai aturan hubungan yang ada tersebut dapat menciptakan keselarasan,
keseimbangan, serta keserasian dalam kehidupan, kehidupan dirinya maupun
masyarakat.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa secara garis besar agama sebagai dasar tata
nilai merupakan penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa kemanusiaan
yang adil dan beradab, manusia yang adil dan beradab merupakan komponen
untuk menciptakan kesatuan suatu bangsa. Sabagai manusia tidak cukup menjadi
manusia adil dan beradab, lebih dari itu juga harus menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa, hal ini sejalan dengan salah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,5 dalam hal ini agama
yang dimaksud adalah terkhusus agama islam.
Analisis antara agama dan kebutuhan pendidikan saling sinkron
dan keterkaitannya dengan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama
islam perlu diberikan atau diajarkan pada semua jenjang dan jenis sekolah dari
tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Dalam prespektif pendidikan Islam, tujuan hidup seorang muslim pada
hakekatnya adalah mengabdi kepada Allah. Pengabdian kepada Allah sebagai
realisasi dari keimanan yang diwujudkan dalam amal, tidak lain untuk mencapai
derajat yang bertaqwa disisinya. Beriman dan beramal soleh merupakan dua aspek
kepribadian yang dicita-citakan dalam pendidikan Islam. Sedangkan tujuan
5
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. VI, 87.
4
pendidikan Islam adalah terbentuknya insan yang memiliki dimensi religious dan
berkemampuan ilmiah.6
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu
berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun
peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban
bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam
menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan
masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
Ruang Lingkup bahan ajar baik di madrasah yaitu :
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT
2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
3. Hubungan manusia dengan sesama manusia
4. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alam sekitar
3. Aspek-Aspek Pembelajaran PAI
Terdapat beberapa aspek pembelajaran Pendidikan Agama Islam baik di
madrasah maupun di sekolah umum, penjabarannya adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di madrasah dibagi dalam 5
sub mata pelajaran, yaitu:
1) Qur’an Hadits
2) Aqidah akhlaq
3) Fiqh
4) Sejarah dan kebudayaan islam
b. Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah umum meliputi 7
unsur pokok, yaitu :
1) Al Qur’an
2) Keimanan
3) Akhlaq
4) Ibadah
5) Mu’amalah
6) Syari’ah
7) Tarikh
6
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009). hlm : 137
5
Materi-materi tersebut diklasifikasifan menjadi beberapa aspek, yakni aspek Al-Qur’an dan
hadist, aspek akhidah, aspek akhlak, aspek fiqih, dan aspek tarikh. Dari berbagai aspek ini
diharapkan peserta didik benar-benar bisa menjadi manusia muslim seutuhnya (manusia yang
mampu menjalin hubungan baik antara dirinya dengan Tuhannya, dengan sesama, dengan
alam, dan dengan dirinya sendiri) dan manusia yang memiliki nilai-nilai yang terkandung di
dalam agama, pancasila dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: riligius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cainta tnah air, menghargai prestasi, berahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.7
Prinsip pendidikan Islam juga ditegakan di atas dasar yang sama dan
berpangkal dari pandangan Islam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia,
masyarakat, ilmu pengetahuan dan akhlak. Pandangan Islam terhadap masalah-
masalah tersebut, melahirkan berbagai prinsip dalam pendidikan Islam.
7
Pusat Kurikulum, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, 2009, 9-10.
6
d. Pendidikan Islam merupakan pendidikan terbuka.
Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam tujuan-
tujuan, kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya untuk selalu
memperbaharuhi diri dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Pendidikan Islam seyogyanya mampu memberikan respon terhadap kebutuhan-
kebutuhan zaman dan tempat dan tuntutan perkembangan dan perubahan sosial.
Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam yang memotivasi untuk
hidup dinamis.8
5. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan berarti proses, perbuatan, dan cara mendekati. Dari pengertian ini
pendekatan Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, dan
cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan. Jika dalam
kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai cara mendidik, maka
pendekatatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut
mengalami kemudahan dan keberhasilan.9 Selain metode-metode memiliki
8
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, hlm : 100-104
9
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam (Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium baru) Ciputat: Logos,
2000.hlm, 45
7
peranan penting dalam kegiatan pendidikan Islam, pendekatan-pendekatan
juga menempati posisi yang berarti pula untuk memantapkan penggunaan metode-
metode tersebut dalam proses pendidikan, terutama proses belajar mengajar.
Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya dipahami dan
dikembangkan oleh para pendidik adalah meliputi10 :
a. Pendekatan Psikologis. Yang tekanannya diutamakan pada
dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu
suatu dorongan yang mampu menggerakan daya kognitif (mencipta
hal-hal baru), konatif (daya untuk berkemauan keras), dan afektif
(kemampuan yang menggerakkan daya emosional). Ketiga daya
psikis tersebut dikembangkan dalam ruang lingkup penghayatan dan
pengamalan ajaran agama di mana faktor-faktor pembentukan
kepribadian yang berproses melalui individualisasi
dan sosialisasi bagi hidup dan kehidupannya menjadi titik
sentral perkembangannya.
b. Pendekatan sosial-kultural: yang ditekankan pada usaha
pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan
masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang
semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban. Hal ini banyak
menyentuh permasalahan-permasalahan inovasi ke arah sikap
hidup yang alloplastis (bersifat membentuk lingkungan sesuai
dengan ide kebudayaan modern yang dimilikinya), bukannya
bersifat auto plastis (hanya sekedar menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang ada).
c. Pendekatan Religik. Yakni suatu pendekatan yang membawa
keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang
cenderung ke arah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam
dan meluas). Pandangan yang demikian, terpancar dari sikap
bahwa segala, ilmu pengetahuan itu pada hakikatnya adalah
mengandung nilai-nilai ke-Tuhanan. Sikap yang demikian harus di
internalisasikan (dibentuk dalam pribadi) dan
di eksternalisasikan (dibentuk dalam kehidupan di luar diri pribadinya.
A. Mukti. Ali Metodologi penelitian Agama; sebuah pengantar, taudik Abdullah dan M. Rusli Karim (Ed),
10
8
d. Pendekatan historis, yang ditekankan pada usaha
pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui
proses kesejarahan. Dalam hubungan ini penyajian serta faktor
waktu secara kronologis menjadi titik tolak yang
dipertimbangkan dan demikian pula faktor keteladanan
merupakan proses identifikasi dalam rangka
mendorong penghayatan dan pengamalan agama.
e. Pendekatan komparatif. Yaitu pendekatan yang dilakukan
dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan
hukum agama yang ditetapkan selaras dengan siatuasi dan
zamannya. Pendekatan komparatif ini sering diwujudkan dalam
bentuk komparatif studi, baik di bidang hukum agama maupun j
uga antara hukum agama itu sendiri dengan hukum lain yang
berjalan, seperti hukum adat, hukum pidana/perdata, dan lain-lain.
f. Pendekatan filosofis. Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan
atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung
kepada usaha mencapai kebenaran dengan memakai akal atau
rasio. Pendekatan filosofis sering dipergunakan sekaligus dengan pola
berpikir yang rasional dan membandingkan dengan pendapat-
pendapat para ahli filsafat dari berbagai kurun zaman tertentu beserta
aliran filsafatnya.
Pendekatan dalam pendidikan Islam merupakan suatu cara untuk
mempermudah dalam kelangsungan belajar mengajar. Sehingga tercapai
tujuan pendidikan yang diharapkan dan lebih bisa menunjukkan
keberhasilan pendidikan anak didik yang berdasarkan Skill yang
dimilikinya.
6. 16 Kriteria Pengajaran Yang Digunakan:
1) Relevansi, maksudnya harus ada kesesuai antara materi pembelajaran
dengan tujuan.
2) Essensial, maksudnya materi pembelajaran termasuk materi Dasar
Kemampuan Minimal (DKM) untuk satuan Pendidikan tertentu.
3) Konsep Utuh, materi pembelaran untuk satuan waktu tertentu harus
selesai sesuai pada satuan waktu itu.
4) Tidak sarat, maksudnya materi dan alokasi waktu harus sesuai.
9
5) Bukan pengulangan, maksudnya dalam satu tingkatan satuan pendidikan
tidak boleh ada pengulangan materi.
6) Pengembangan, maksudnya semakin tinggi jenjang satuan pendidikan
maka materinya harus bersifat pengembangan dari materi terdahulu.
7) Bersifat membimbing, maksudnya materi harus bersifat pengembangan
sikap.
8) Bersifat mengajar, maksudnya materi harus bersifat pengembangan
pengetahuan.
9) Bersifat melatih, maksudnya materi harus bersifat pengembangan
keterampilan dan pengamalan ajaran agama.
10) Sesuai dengan tingkat perkembangan Peserta Didik, maksudnya materi
harus disesuaikan dengan tingkat kematangan peserta didik pada kelas
tertentu.
11) Berkaitan dengan bidang studi lain.
12) Berkaitan dengan IPTEK.
13) Praktis , maksudnya materi yang diberikan harus bermanfaat dalam
kehidupan keseharian.
14) Mengembangkan kepribadian peserta didik, maksudnya materi harus
dapat memberikan motivasi untuk pengembangan kepribadian peserta
didik.
15) Bersifat melanjutkan pelajaran, maksudnya materi harus dapat menjadi
dasar bagi pendidikan lanjutan peserta didik.
16) Menunjang kebutuhan pembangunan.
A. ANALISIS
Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber utama pendidikan Islam adalah kitab
suci Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Serta pendapat para sahabat dan ulama
atau ilmuan muslim sebagai tambahan. Pendidikan Islam sebagai sebauah disiplim
ilmu harus membuka mata bahwa keadaan pendidikan yang terjadi saat ini jauh dari
apa yang kita harapkan. Kita mengaharapkan bahwa pendidikan Islam memberikan
kontribusi terhadap pendidikan yang terdapat di Indonesia, namun hal tersebut belum
terealisaikan dengan maksimal.
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,
damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan
10
umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi
menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Peningkatan potensi spritual mencakup
pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.
Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi
berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Analisis dari pembelajaran PAI akan memudahkan bagiamana kita mengetahui
Pendidikan Islam secara utuh yang ada Madrasah. Ada beberapa aspek yang perlu kita
analisis anatara lain :
1) Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
2) Aspek-Aspek Pembelajaran PAI
3) Prinsip Pembelajaran PAI
4) Pendekatan Pembelajaran
11
sarana kelas menjadi baik dan kelangsungan pembelajaran menjadi nyaman.
Khususnya dalam pendidikan Islam
Oleh karena itu, diperlukan metode yang tepat untuk setiap jenis bahan
memerlukan jenis belajar sendiri. Pada umumnya dikenal jenis bahan dan jenis belajar
yang sesuai dengannya.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Mukti. Ali Metodologi penelitian Agama; sebuah pengantar, taudik Abdullah dan M.
Rusli Karim (Ed), Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. 1989 hlm. 76
12
Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Sugeng Listyo Prabowo
(ed), Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), (Malang: UIN Maliki Press,
2011), 161-162
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. VI, 87.
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009). hlm
: 137
Pusat Kurikulum, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, 2009, 9-10.
13