Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI STANDAR

PROSES PENDIDIKAN
Jumlah BAB : 14

Jumlah Halaman : 294

NAMA : MUTMAINNAH

NIM : 200606501017
BAB 1

STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Kandungan Isi Bab 1

Akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya untuk masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk mencapai
kesemuanya itu harus ada standar dalam sebuah pendidikan.
Standar Proses Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi. (PP. No. 19 tahun 2005 Bab I pasal 1 ayat 6). Standar proses pendidikan
yang dimaksud, berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan
tertentu, dalam lingkup secara nasional.
Fungsi-fungsi Standar proses Pendidikan, antara lain: sebagai alat dalam
pencapaian tujuan pendidikan (kompetensi kelulusan), bagi guru, sebagai pedoman
dalam membuat perencanaan program pembelajaran, bagi kepala sekolah sebagai
barometer keberhasilan program pendidikan yang ada disekolah, serta sumber utama
dalam merumuskan kebijakan. Bagi para pengawas, sebagai patokan, ukuran, pedoman
dalam penilaian. Bagi komite sekolah, sebagai pertimbangan dalam penyusunan
program dan pemberian bantuan, pemberian saran.
Perbandingan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah Pasal 1
menjelaskan bahwa Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Menurut Ahmad Syar’I (2006: 127) Pendidkan Islam adalah upaya atau ikhtiar yang
dilakukan oleh si pendidik dan atau terdidik dalam rangka terbentuknya kedewasaan
jasmani atau rohani (kognitif, psikologi dan afektif) terdidik sesuai dengan tuntutan ajaran
Islam dalam rangka kebahagiaan hidup di dunia akhirat.
Dalam kegiatan belajar mengajar tentu dibutuhkan standar kegiatan pembelajaran,
terutama bagi pendidikan dasar dan menengah. Standar-standar tersebut digunakan
sebagai penentu pelaksanaan pembelajaran.
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting
dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar
proses pendidikan setiap guru dan/atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana
seharusnya proses pembelajaran berlangsung.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan
kehidupan sosial yang bermoral.
BAB 2

GURU DALAM PENCAPAIAN STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Kandungan Isi Bab 2


Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting
dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar
proses pendidikan setiap guru dan atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana
seharusnya proses pembelajaran berlangsung.
Tujuan pendidikan itu sendiri bahwa pendidikan bukan hanya sekedar penyampai
informasi, lebih jauh, seorang guru mampu mengubah prilaku siswa yang sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Sehingga guru, di tuntut untuk memiliki suatu keahlian tertentu
dan dibedakan berdasarkan latar belakang pendidikannya. Sebagai suatu profesi,
terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru, yaitu meliputi kompetensi
pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial kemasyarakatan.
Perbandingan
Sebagai pendidik, guru harus professional sebagaimana ditetapkan dalam
Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional bab IX pasal 39 ayat 2: “Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabidaian kepada mayarakat, terutama bagi
pendidikan pada pergurua tinggi”.
Ada beberapa kompetensi yang harus di miliki oleh seorang guru dalam mendidik,
yaitu sesuai dengan UU pasal 8 No. 14 th 2005 tentang pendidikan nasional bahwa
seorang pendidik / guru harus memiliki kompetensi sosial, kepribadian, profesional dan
pedagogik guna meningkatkan kualitas dan martabat pendidikan nasional
Ahmad Tafsir (1992: 74) menjelaskan, secara khusus, guru adalah orang yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan murid dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi murid, baik potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Menurut Majid (2005:236) ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru, antara lain
melaksanakan pengajaran perbaikan, pengajaran pengayaan, program akselerasi,
pembinaan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, dan peningkatan motivasi belajar.
Sedangkan Usman (1994:38) menjelaskan dalam melatih keterampilan proses sekaligus
dikembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti kreatif, kerjasama, bertanggung
jawab, dan sikap berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.
Pendidik Islam juga harus professional, karena dalam Islam setiaqp pekerjaan
harus dilakukan secara professional, dalam arti harus dilakukan secara benar, hal itu
hanya mungkin dilakukan oleh seorang ahli (Mukodi, 201: 22).
Profesionalisme menjadi taruhan ketika mengahadapi tuntutan-tuntutan
pembelajaran demokratis, karena tuntutan tersebut merefleksikan suatu kebutuhan yang
semakin kompleks yang berasal dari siswa, tidak sekedar kemampuan guru menguasai
pelajaran semata tetapi juga kemampuan lainnya yang bersifat psikis, strategis dan
produktif. Tuntutan demikian ini hanya bisa dijawab oleh guru yang profesional.
Kompetensi tersebut adalah kompetensi pribadi, profesi, dan sosial. Jika salah
satu kompetensi tidak dikuasai, maka bisa berakibat nilai dan tujuan pendidikan tidak
bisa dicapai. Hal ini tentu sangat berpengaruh, karena sosok seorang guru mempunyai
peran yang sangat besar dalam mensukseskan tujuan, visi, dan misi pendidikan.
BAB 3

SISTEM PEMBELAJARAN DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Kandungan Isi Bab 3

Ada tiga hal dalam sistem, pertama, sistem selalu memiliki tujuan, kedua,
sistem selalu mengandung proses, ketiga, sistem selalu melibatkan komponen-
komponen yang ada. Sehingga sistem bermanfaat dalam merancang dan
merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara
berfikir yang dapat membantu dalam mencapai hasil yang diharapkan, misalnya;
mampu melihat proses pendidikan.
Faktor yang berpengaruh dalam sistem pembelajaran, antara lain; guru,
siswa, saran dan prasarana, serta faktor lingkungan. Komponen sistem
pembelajaran terdiri dari Input-Proses-Output, dimana proses memuat bebarapa hal,
diantaranya meliputi tujuan, isi/materi/ metode, media, dan evaluasi.
Perbandingan
Menurut Oemar Hamalik (2001: 77) pembelajaran sebagai suatu sistem
artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan
berinterelasi antara satu sama lain dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran sebagai suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri
dari: (1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan, (4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7)
Evaluasi, dan (8) Lingkungan/konteks. Masing-masing komponen itu sebagai bagian
yang berdiri sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka saling
bergantung dan bersama-sama untuk mencapai tujuan. (Soetopo Hendyat, 2005:
143).
Menurut Achmadi (2005: 17) Kata ‫ َعلَّ َم‬didalam ayat di atas lebih mengacu
kepada konotasi pemberian pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan dan sebagainya.
Ayat ini menunjukkan bahwa sebenarnya Islam sebagai agama lahir bersamaan
dengan hadirnya manusia pertama yaitu Nabi Adam a.s. Saat itu pula pendidikan
dimulai oleh Allah yang mendidik dan membimbing manusia pertama yaitu Adam
sebagai subyek didik, dengan mengajarkan ilmu pengetahuan (nama-nama benda),
yang tidak diajarkan kepada makhluk lain termasuk kepada malaikat sekalipun.

Kesimpulan
Sistem Pembelajaran adalah suatu kesatuan komponen yang satu sama lain
saling berkaitan untuk mencapai suatu hasil kegiatan pembelajaran yang
diharapkan. Dalam pendekatan sistem, pembelajaran merupakan suatu kesatuan
dari komponen-komponen pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lain, karena satu sama lain saling mendukung.

BAB 4
TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI

Kandungan Isi Bab 4

Tujuan merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa sedangkan


mengajar merupakan proses dalam mencapai tujuan tersebut. Sehingga ukuran
atau barometer keberhasilan diukur oleh aktivitas siswa, dengan kemampuannya
dalam memahami pelajaran. Tujuan juga berguna sebagai pedoman dan panduan
kegiatan belajar siswa, membantu dalam mendsain pembelajaran, serta sebagai
kontrol terhadap batasan-batasan dan kualitas pembelajaran.
Terdapat empat macam tingkatan tujuan; tujuan pendidikan nasional (setiap
lembaga yang pada akhir dari prosesnya dapat membentuk manusia seperti yang
dirumuskan), tujuan institusional, tujuan kulikuler, dan tujuan instruksional atau
tujuan pembelajaran (TP). Kompetensi sebagai tujuan, didalamnya terdapat
beberapa aspek; pengetahuan, pemahaman, kemahiran, nilai, sikap, minat.
Klasifikasi kompetensi meliputi: kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi,
Kompetensi dasar.
Perbandingan
Tujuan belajar menurut Sukandi (1983: 18) adalah mengadakan perubahan
tingkah laku dan perbuatan. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu
kecakapan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau
penerimaan dan penghargaan.
Menurut Abdul Majid (2012: 42) Standar kompetensi merupakan kerangka yang
menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktu

Kesimpulan

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa
telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan
dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar
adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa
setelah berlangsungnya proses belajar.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim
yang sadar akan tujuan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba).
Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak
didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata, selain itu
dalam setiap gerak langkahnya selalu bertujuan memperoleh ridho dari Yang Maha
Kuasa.
Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata
pelajaran tertentupada jenjang pendidikan tertentu pula.

BAB 5
MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Kandungan Isi Bab 5

Apabila dilihat dari tujuan pembelajaran, bahwa pembelajaran tidak hanya


sebatas, penguasaan, penyampaian materi saja, melainkan mampu mengubah
perilaku siswa, serta mengajar bagaimana belajar (proses berpikir). Sehingga
dianggap penting untuk mengubah paradigma khalayak terhadap mengajar, sebab,
pertama siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi organisme yang
sedang berkembang.
Sesuai dengan konsep teori behavioristic yaitu belajar pada hakikatnya
adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh panca indera
dengan kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan menurut teori kognitif, belajar
adalah proses mengembangkan insight yaitu pemahaman terhadap hubungan antar
bagian didalam suatu situasi permasalahan.

Pendapat
Menurut Syah (2006:63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis
dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan bergantung bagaimana cara dan proses belajar
peserta didiknya, baik ketika berada di sekolah maupun tatkala berada dirumah.
Belajar menurut Abdul Rahman Shaleh (2009: 209) merupakan proses yang
secara umum menetap, ada kemampuan bereaksi, adanya suatu yang diperkuat dan
dilakukan dalam bentuk praktik atau latihan.
Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah (2002: 397), manusia
merupakan objek dan subjek dari pendidikan, hal ini dapat dipahamai didalam surat
al-Alaq ayat 1 sampai dengan 5.
“Pengulangan iqra’ (dalam surat itu) dimaksudkan agar Nabi lebih banyak
membaca, menelaah, memperhatikan alam raya serta membaca kitab yang tertulis
dan tidak tertulis dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke masyarakat".

Kesimpulan
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh peserta didik agar
dapat merubah pola tingkah laku yang baru, sering kali didefinisikan sebagai
perubahan yang secara relatif berlansung lama pada masa berikutnya yang
diperoleh dari pengalaman-pengalaman.
Belajar adalah suatu kegiatan yang fundamental dalam diri organisme dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan yang diperoleh melalui proses
adaptasi prilaku dan tingkah laku individu berlangsung secara progresif yang
diperolehnya melalui lingkungan di sekitarnya sehingga peserta didik dapat
mengambil setiap makna dan pemahamannya dari setiap kegiatan yang ia amati
maupun yang ia lakukan.

BAB 6
STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA

Kandungan Isi Bab 6

Untuk mencapai suatu perencanaan dibutuhkan strategi agar perencanaan


itu dapat berjalan sesuai dengan tujuan, sedangkan metode adalah cara yang
digunakan dalam melaksanakan strategi, sedangkan pendekatan adalah sudut
pandang kita terhadap sesuatu itu. Kemudian teknik dan taktik adalah cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan metode. Menurut Rowntree
(1974), mengelompokkan strategi dalam strategi penyampaian- penemuan
(exposition – discovery learning), strategi pembelajaran kelompok dan individual.
Hal yang menjadi pertimbangan dalam menetukan strategi yakni tujuan yang akan
dicapai, siswa, bahan pelajaran, dan faktor lainnya.
Prinsip dalam pelaksanaannya, meliputi antara lain : berorientasi pada
tujuan, aktivitas, individualitas, Integritas. Pada PP No.19 tahun 2005, prinsip
khusunya antara lain : interaktif, Menyenangkan, Menantang, Motivasi. Lebih
penting, seperti yang tersirat dalam pengertian pendidikan, hendaknya
pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa

Pendapat
Menurut B.S. Sidjabat (1993: 277) strategi dalam pembelajaran mengandung
arti bagaimana guru merencanakan kegiatan mengajar (a plan for teaching) sebelum
ia melaksanakan tugasnya bersama dengan anak didik.
Menurut Oemar Hamalik (2001: 201) defenisi strategi pengajaran, adalah:
“keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa
dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.”.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 5) mengartikan strategi dalam belajar
mengajar, sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar yang mencapai tujuan yang telah digariskan".

Menurut Muhaimin (2009: 3), ayat ini menyiratkan makna sebelum seseorang
melakukan nadr, sebenarnya sudah berusaha melakukan perbuatan-perbuatan baik
dan menghindari perubatan-perbuatan negatif. Namun, ia masih disuruh untuk
melakaukan nadr; melakukan penilaian secara cermat dan akurat terhadap proses
hasil kerja sebelumnya, atau bahkan melakukan perubahan cara pandang dan
kerangka pikir karena tantangan-tantangan yang bakal dihadapinya jauh lebih
berbeda daripada priode sebelumnya. Dengan demikian, ia diharapkan dapat
melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sisi-sisi yang dianggap kurang baik untuk
melangkah ke arah yang lebih baik.

Kesimpulan
Dari uraian pengertian strategi pengajaran yang dirumuskan oleh para ahli
pendidikan, penulis merangkum pengertian strategi pengajaran yakni:
“Perencanaan pemilihan cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar dalam
kegiatan pembelajaran dimana dalam proses pembelajaran menitikberatkan pada
kegiatan siswa. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi
dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang
dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Ruh dari ayat diatas dapat memaknai pentingnya strategi dalam aktivitas
pendidikan. Hal itu dikarenakan pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem
dan cara untuk meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Hampir tidak ada
kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan
peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif. Hanya
sistem dan metodenya yang berbeda-beda, seusai dengan taraf hidup dan budaya
masyarakat masing-masing. Di sinilah strategi pengembangan pendidikan
ditemukan urgensinya.
Strategi adalah jantung dari tiap keputusan yang diambil kini dan
menyangkut masa depan. Tiap strategi selalu dikaitkan dengan upaya mencapai
sesuatu tujuan di masa depan, yang dekat maupun yang jauh. Tanpa tujuan yang
ingin diraih, tidak perlu disusun strategi. Selanjutnya, suatu strategi hanya dapat
disusun jika terdapat minimal dua pilihan. Tanpa itu, orang cukup menempuh satu-
satunya alternatif yang ada dan dapat digali.

BAB 7

METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM STANDAR PROSES


PENDIDIKAN

Kandungan Isi Bab 7

Metode yang biasa digunakan dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran,


antara lain :
1. Ceramah. Berbentuk lisan dengan sasaran kelompok.
2. Demontrasi. Berbentuk Lisan, namun lebih dominan pada memperagakan, atau
mempertunjukkan tentang suatu proses.
3. Diskusi. Pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan,
tujuan memecahkan permasalahan. (diskusi : kelas, kecil, Simposium, panel)
4. Simulasi.
Cara penyajian pembalajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami
tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. (Sosiodrama, Psikodrama, Role
playing).
Menurut Gerlach dan Ely, bahwa media adalah meliputi manusia, bahan,
peralatan, serta kegiatan yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan
pengetahuan dan kterampilan serta sikap. Macam macam media: Media Auditif,
media Visual, media Audivisual. Media Sama memiliki prinsip yang sama prinsip
menentukan strategi digunakan. Sumber belajar (Manusia, alat, bahan
pengajaran.aktivitas, lingkungan).

Pendapat
Menurut Yatim (2009: 268) Metode dalam pembelajaran adalah prosedur
untuk membantu siswa dalam menerima dan memperoleh informasi guna mencapai
tujuan pembelajaran. Titik awal upaya diletakkan pada perbaikan proses
pembelajaran atau pada variabel metode pembelajaran.
Media dalam pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau
elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal (Jennah Rodhatul, 2009).

Kesimpulan
Metode dalam pembelajaran adalah prosedur untuk membantu siswa dalam
menerima dan memperoleh informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Titik
awal upaya diletakkan pada perbaikan proses pembelajaran atau pada variabel
metode pembelajaran.
Media dalam pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau
elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal.

BAB 8

STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI (SPE)

Kandungan Isi Bab 8

Strategi ini menekankan pada proses bertutur (Direct Intruktion), yang di


pengaruhi aliran belajar behavioristik (stimulus dan respon). Jadi, SPE adalah
strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara
verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai pelajaran secra maksimal. Bahan pelajaran dirancang sudah jadi
oleh guru. Dengan prinsipnya, antara lain : Berorientasi pada tujuan, komunikasi,
kesiapan, berkelanjutan. Prosedurnya, : merumuskan tujuan yang akan dicapai,
guru mengusai pelajaran dengan baik, kenalin medan.
Keuntungan dari strategi ini, pelajaran dapat dikontrol secara urutan dan
keluasan. Kelemahannya, siswa yang memiliki kelamahan dengan pendengaran
kemungkinan akan kurang mendapat pemahaman.

Pendapat
Dalam Direktorat Tenaga Kependidikan “Strategi pembelajaran ekspositori
adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi
secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi
pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan
materi itu. Materi pelajaran seakanakan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih
menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi”chalk
and talk” (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008: 31)
Roy Killen dalam Sunardi (1990: 86) menamakan strategi ekspositori ini dengan
istilah strategi pembelajaran langsung (direct insruction). Dalam sistem ini, guru
menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapih, sistematik
dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan
tertib. Siswa juga dituntut untuk menguasai bahan yang telah disampaikan tersebut
Kesimpulan
Dari beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli diatas, penyusun
menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran ekspositori adalah; ”strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
dari seseorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pembelajaran secara optimal”.
Dalam konteks pembelajaran, ekspositorii merupakan strategi yang
dilakukan guru untuk mengatakan atau menjelaskan fakta-fakta, gagasan-gagasan
dan informasi-informasi penting lainnya kepada para pembelajar. Metode
ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan
keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta
memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah,
demonstrasi, tanyajawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan
oleh guru secara cermat.

BAB 9

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI (SPI)

Kandungan Isi Bab 9

Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan yang


menekankan pada proses berpikir secra kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu yang dipertanyaakan. SPI beranggapan
bahwa, manusia sejak lahir sudah memiliki dorongan untuk ingin tahu dengan
segala sesuatu, jadi strategi ini menekankan pada keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran.
Prinsipnya: berorientasi pda pengembangan Intelektual, Interaksi, Betanya,
Belajar untuk berfikir, keterbukaan. Sedangkan prosedurnya: Orientasi, rumusan
masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis,
merumuskan kesimpulan. Kelebihan SPI: menekankan pada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Kelemahan SPI; sulit dalam mengontrol kegiatan
dan keberhasilan siswa.

Pendapat
Suryo subroto (1993: 193), menyatakan bahwa dicovery merupakan bagian
dari inquiri, atau inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang digunakan
lebih mendalam.
“Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa
dimana kelompok siswa inquiry kedalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban
terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan
struktural kelompok. (Oemar Hamalik, 2005: 219-220).

Kesimpulan
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanyajawab antara guru dan siswa.
Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk
membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan
proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan,
maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun
kemampuan itu.
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah
mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal akan tetapi merancang
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendirimateri yang
harus dipahaminya.

BAB 10

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (SPBM)

Kandungan Isi Bab 10

Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM) merupakan serangkaian


aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah secara
ilmiah. Jenis masalah: mengandung konflik yang bersumber dari berita, rekaman,
video dan lainnya, familier dengan siswa, berhubungan dengan kepentingan orang
banyak, bahan mendukung dengan bahan tujuan dalam mencapai kompetensi,
bahan dipilih sesuai dengan minat siswa.
Prosedurnya, merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, pengujian hipotesis, merumuskan rekomendasi pemecahan
masalah.
Keunggulan SPBM; Problem solving merupakan teknik afektiv dalam
memahami isi pelajaran serta menantang kemampuan siswa. Kelemahan; sulitnya
mengakomodasi minat seluruh siswa, memerlukan waktu dalam persiapan.

Pendapat
Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi
didalam hidupnya, baik masalah dalam diri sendiri maupun masalah dalam
kehidupan bermasyarakat.Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi
yang handal dalam pemecahan masalah maka diperlukan serangkaian strategi
pembelajaran pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
( Isriani Hardini, 2012).
Menurut Dewey dalam Trianto (2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar
dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan
dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu
secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis,
serta dicari pemecahannya dengan baik.

Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL)
adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan
pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-
paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman
belajar yang lebih realistik (nyata)
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi pembelajaran
dalam konteks kehidupan nyata yang berorientasi pada pemecahan masalah serta
mengembangkan berpikir kritis, sintetik, dan praktikal dengan memanfatkan
multiple intellegencies untuk membiasakan belajar bagaimana belajar.

BAB 11

STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB)

Kandungan Isi Bab 11


SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada
kemampuan berfikiri siswa. Tujuan pada strategi ini sama dengan halnya dengan
strategi Inkuiri, perbedaannya terletak pada pola pembelajaran yang digunakan,
dalam SPPKB, guru memanfaatkan pengalaman siswa, sedangkan inkuiri siswa
baru mencari. Strategi ini pertama kalinya dirancang untuk pelajaran IPS, yang
artinya strategi ini tidak hanya dirancang untuk siswa bisa memahami pelajaran,
tapi lebih pada bagaimana supaya siswa bisa mengembangkan fikirannya dengan
mengemukan ide, gagasannya secara verbal, dengan tujuan akhir diharapkan siswa
mampu memecahkan permasalahan sosial sesuai dengant tingkatannya.
Kareteristik SPPKB ini, menekankan pada proses mental pada siswa secara
maksimal, dibangun dalam nuansa dialogis dan tanya jawab secara terus menerus,
bersandarkan pada sisi proses dan hasil. Siswa ditempatkan sebagai subjek dalam
proses pembelajaran. Prosedurnya, Orientasi, pelacakkan, konfrontasi, Inkuiri,
Akomodasi, Transfer.

Pendapat
Menurut Zubaidah (2013:35) dengan memberdayakan kemampuan berpikir
melalui pertanyaan, di samping siswa aktif menjawab pertanyaan ternyata hal
tersebut memicu timbulnya pertanyaan – pertanyaan baru. Pertanyaan – pertanyaan
yang timbul dalam pikiran siswa tersebut menunjukkan bahwa semakin
berkembangnya penalaran siswa.
Sedangkan menurut Wahyana (1997:62) salah satu bentuk komunikasi adalah
bentuk verbal, memberi informasi, bertanya dan mendengar. Dengan suatu
pertanyaan guru, siswa dapat belajar berpikir dengan cara berpikir, memperoleh
kesempatan untuk belajar kreatif supaya menjadi kreatif, dan menjadi sensitif
karena kemampuannya.

Kesimpulan
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir adalah strategi
pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa dengan
pemberian pertanyaan – pertanyaan yang memacu anak untuk berpikir sehingga
dapat menemukan konsep sendiri.
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
merupakan strategi pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan
kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta – fakta atau pengalaman anak
sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Dalam SPPKB, materi
pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada peserta didik. Akan tetapi, peserta didik
dibimbing untuk menemukan sendiri melalui proses dialog dengan memanfaatkan
pengalaman peserta didik.

BAB 12

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF (SPK)

Kandungan Isi Bab 12


Strategi pembelajaran kooperatif (kelompok) merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada 4 unsur penting dalam
SPK, yaitu: ada peserta dalam kelompok, adanya aturan dalam kelompok, adanya
upaya belajar setiap kelompok, adanya tujuan yang harus dicapai. SPK digunakan
apabila guru menekankan pentingnya usaha kelompok dari pada individu. Jika guru
menghendaki adanya kerjasama antar siswa.
Karekteristik SPK adalah didasarkan pada manajemen koorperatif, adanya
kemampuan untuk bekerjasama, dan keterampilan bekerjasama. Prinsipnya, yaitu:
ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, interaksi tatap muka,
parisipasi dan komunikasi. Prosedur pelaksanaan, yaitu: Penjelasan materi, belajar
dalam kelompok, penilaian, pengakuan tim.
Kelebihan dalam SPK, yaitu: siswa tidak tergantung pada guru, adanya rasa
percaya diri pada kemampuan siswa dalam belajar. Sedangkan keterbatasan SPK
adalah: adanya keterhambatan pada siswa yang memiliki kemampuannya dalam
kelompok, karena harus menyesuaikan yang lainnya, sedangkan pada siswa yang
terbelakang seringkali tidak bisa mengikuti cara belajar kelompok seperti itu.

Pendapat
Majid (2013:174) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Rini (2010:12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu
bentuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning). Pendekatan kontekstual itu sendiri menekankan
pentingnya lingkungan alamiah diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih
hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang sedang
dialaminya. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain dengan
kemampuan yang heterogen.

Kesimpulan
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompom-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
Pada pembelajaran kooperatif ini, setiap siswa mempunyai kesempatan yang
sama untuk sukses. Pada pembelajaran ini, menekankan pada pemberian
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif dimana siswa dapat
memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-
keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.

BAB 13

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

Kandungan Isi Bab 13


Strategi pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang
nyata sehingga siswa terdorong untuk melakukannya dalam kehidupan yang nyata.
Dari konsep tersebut, ada 3 hal yang harus dipahami,
1. Adanya keaktifan siswa,
2. Adanya hubungan antara materi dengan kehidupan nyata,
3. Mendorong siswa untuk melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Filosofis asas CTL yaitu: Konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat
belajar, pemodelan, refleksi, penilaian nyata. Prosedurnya: pendahuluan, inti
(dilapangan, di dalam kelas, penutup).

Pendapat
Menurut Suyadi (2013: 81) Strategi pembelajaran kontekstual merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik
secara penuh untuk dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan realitas kehidupan nyata, sehingga mendorong peserta didik untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Elaine B. Johnson dalam Ibnu Setiawan (2010: 67);
Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang membantu para
siswa melihat makna di dalam materi yang mereka pelajari dengan menghubungkan
subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun menurut Masnur (2014: 41): Pembelajaran kontekstual atau
contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Kesimpulan
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah sebuah pembelajaran dimana seorang guru mengaitkan materi
pembelajaran dengan realitas kehidupan peserta didik dan memotivasi siswa untuk
mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dengan caranya sendiri
sehingga pengetahuan yang ia dapatkan lebih bermakna dan dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan konsep ini, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses berlangsung secara
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar
mentransfer pengetahuan dari guru.

BAB 14

STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF

Kandungan Isi Bab 14


Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional adalah
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
Bangsa yang bermatabat, dalam rangka mencardaskan kehidupan bangsa,
bertujuan berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang
beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Rumusan tujuan diatas sarat dengan pembentukkan sikap atau afektif yang
berhubungan erat dengan nilai, yang sulit untuk diukur. Hakikat Nilai dan sikap, nilai
adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya
tersembunyi, tidak berada dalam dunia empiris. Berkaitan dengan pandangan
seseorang tentang baik, buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak.
Douglas graham (Gulo, 2002) melihat empat faktor kepatuhan seseorang
terhadap nilai, yaitu : normativist (kepatuhan terhadap hukum), Integralist
(kepatuhan terhadap hal-hal yang rasional), Fenomenalist (kepatuhan terhadap
suara hati atau basa basi), Hedonist (kepatuhan terhadap diri sendiri). Proses
pembentukkan sikap, yaitu: Pola pembiasaan, modeling. Strategi pembelajaran
afektif diantaranya, antara lain yaitu : model konsiderasi, dan model pengembangan
koqnitif. Teknik mengklasifikasi nilai, yakni: kebebasan memilih menghargai
berbuat.
Kesulitan dalam pembelajaran afektif adalah belum adanya kurikulum penuh
dalam menanamkan nilai, sulitnya melakukan kontrol, tidak bisa dievaluasi secara
langsung, kuatnya pengaruh lingkungan dengan kemajuan teknologi.
Pendapat
Menurut Allport dalam Djali (2009: 114) ranah afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap adalah suatu kesiapan mental dan syaraf
yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada
respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan
objek itu. Sikap tidak muncul ketika dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk
melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons
seseorang.
Domain afektif yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan
batiniah dan terjadi bila siswa menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian
mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah laku (Arifin, 2010: 22).

Kesimpulan
Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan
untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetai juga bertujuan untuk mencapai
dimensi lainya. Yaitu sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume
yang sulit di ukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari
dalam, afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang diakibatkan dari
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila siswa
menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga
menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.

KESIMPULAN BUKU

Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan


dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan. Standar proses pendidikan berfungsi sebagai pedoman
dalam pelaksanaan pendididikan di Indonesia. Standar Proses Pendidikan ditentukan
oleh Standar Kompetensi Lululusan dan Standar Isi.
Dalam rangka penerapan pembelajaran yang berorientasi standar proses
pendidikan maka paradigma bahwa mengajar hanya sekedar proses penyampaian
pengetahuan saja harus di ubah menjadi pradigma baru yaitu mengajar adalah proses
mengatur lingkungan. Guru juga harus mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai
dengan standar proses pendidikan untuk kemudian menerapkannya

KOMENTAR

Buku ini menyajikan ragam strategi pembelajaran yang sesuai dengan Standar
Proses Pendidikan yang berlaku. Strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa,
ekspositori, inkuiri adalah beberapa tema strategi pembelajaran yang dibahas di sini.
Kerangka teori, konsep, dan prinsip, serta contoh pengeplikasian setiap strategi
pembelajaran diuraikan setahap demi setahap guna memandu pembanca untuk
memahami, memilih, dan menerapkan strategi yang sesuai dengan lingkungan
pembelajaran.

KELEBIHAN BUKU

Didalam buku ini dikupas beberapa strategi pembelajaran yang berbeda dengan
strategi pembelajaran konvensional, lebih berorientasi pada proses bukan sekedar
hasil. Dilengkapi contoh-contoh pembelajaran berbasis proses yang lebih interaktif
dan aplikatif, antara pengajar dan yang diajar serta keterkaitan dengan lingkungan
dan masyarakat. Disertai konsep-konsep dan teori-teori pembelajaran dan
penerapannya, serta metode dan pemanfaatan sarana dan media pembelajaran
sesuai standar proses pembelajaran.

KELEMAHAN BUKU

Buku ini tidak menyajikan gambar-gambar berwarna melainkan hitam-putih saja


sekalipun relevan dengan topik yang dibicarakan dan cukup memberi gambaran
serta informasi yang jelas. Agar tidak terkesan membosankan, ada baiknya gambar-
gambar yang disajikan oleh penulis diberi warna, sehingga akan terlihat lebih
menarik.
Terlepas dari kekurangan-kekurangannya, Buku Strategi Pembelajaran Berorientasi
Proses Standar Pendidikan ini, dapat digunakan sebagai referensi yang baik bagi
guru pada khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya. Diharapkan setelah
membaca buku ini para guru dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya
dalam mengajar, serta dapat mengimplementasikan pembelajaran yang sesuai
dengan standar proses pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
sehingga salah satu permasalahan pendidikan yaitu lemahnya pembelajaran dapat
diatasi. Bagi mahasiswa STAIM, dapat dijadikan salah satu sumber dalam
menyelesaikan tugas akhir.

IDENTITAS BUKU

Judul : STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI STANDAR PROSES


PENDIDIKAN
Pengarang : Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd.
Penerbit : Kencana Prenadamedia Group - Jakarta, 2013
Tebal : 294 Halaman
Daftar isi : Bab 1 Standar Proses Pendidikan
Bab 2 Guru Dalam Pencapaian Standar Proses Pendidikan
Bab 3 Sistem Pembelajaran Dalam Standar Proses Pendidikan
Bab 4 Tujuan Dan Standar Kompetensi
Bab 5 Mengajar Dan Belajar Dalam Standar Proses Pendidikan
Bab 6 Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Bab 7 Metode Dan Media Pembelajaran Dalam Standar Proses Pendidikan
Bab 8 Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Bab 9 Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Bab 10 Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
Bab 11 Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Bab 12 Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Bab 13 Strategi Pembelajaran Kontektual (CTL)
Bab 14 Strategi Pembelajaran Afektif

Anda mungkin juga menyukai