Anda di halaman 1dari 4

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah yang Akan Diselesaikan


Salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan dalam proses
pendidikan adalah guru. Guru berada di garda terdepan dalam menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian),
kematangan emosional, moral, maupun spiritual. Kedudukan guru dalam
lembaga pendidikan menjadi sangat penting karena ia menjadi mesin penggerak
dalam pelaksanaan pendidikan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh
kualitas guru yang menjalankan pendidikan tersebut.
Menurut Fuad Hassan, meskipun kurikulum dan pendidikan baik,
apabila tidak didukung dengan mutu guru yang memenuhi syarat, maka semua
itu tidak dapat berjalan lancar.1 Oleh karena itu sosok guru yang mempunyai
kualifikasi kompetensi sangat mutlak diperlukan. Dengan kompetensi itulah
diharapkan di masa yang akan datang, guru tidak lagi tampil sebagai pengajar
(teacher) belaka, akan tetapi mampu bertindak sebagai pelatih (coach),
pembimbing (counselor), dan manajer belajar (learning manager) yang mampu
memotivasi siswa dalam mengembangkan potensi diri dan kreativitasnya
sehingga mampu bersaing dalam menghadapi situasi global.
Kompetensi berasal dari bahasa Inggris: “competency”, yang
mempunyai dua pengertian, yaitu: 1) to do something if you have the necessary
knowledge, skill or training do it; 2) to describe something that is of satisfactory
or acceptable standard.2 E. Johnson mengartikan kompetensi sebagai perilaku
rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.3 Sementara W. Robert Houston berpendapat bahwa kompetensi
adalah “adequacy for a task or a possession of require knowledge, skill and
abilities”.4 Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi pada dasarnya adalah kemampuan atau kecakapan dan wewenang.
Jika dikaitkan dengan profesi keguruan, maka pengertian kompetensi adalah: 1)
Menurut Broke dan Stone adalah hakikat kualitatif perilaku guru yang tampak
sangat berarti.5 2) Sementara Mc. Leod menyatakan bahwa kompetensi guru
adalah “the ability of a teacher to responsibility performs his or her duties
appropriately”.6
1
Lihat Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 40.
2
Elaine Higgleton, Essential English Dictionary, (Edinburgh: Chambers, 1995), h. 95.
3
Lihat Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), cet. II, h. 152.
4
Sebagaimana dikutip oleh Roestiyah NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina
Aksara, 1982), h. 86.
5
Lihat Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran Para Tokohnya, h. 152.
6
Lihat Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1990), h. 14.
4

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, menurut Asnawir,


ada tiga, yaitu: (1) Kompetensi di bidang kognitif, yaitu kemampuan intelektual
yang harus dimiliki oleh seorang guru yang meliputi: penguasaan materi
pelajaran, pengetahuan cara mengajar, pengetahuan belajar dan tingkah laku
individu, pengetahuan tentang andministrasi kelas, pengetahuan tentang cara
menilai hasil belajar murid, dan pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta
pengetahuan umum lainnnya; 2) Kompetensi bidang sikap, yaitu kesiapan dan
kesediaan guru terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya
yang meliputi: menghargai pekerjaan, mencintai dan memiliki perasaan senang
terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman
seprofesinya, memiliki kemauan yang keras untuk mengetahui hasil
pekerjaannya; 3) Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan guru dalam berbagai
ketrampilan berprilaku yang meliputi: ketrampilan mengajar, membimbing,
menggunakan alat bantu/media pengajaran, bergaul/berkomunikasi dengan
menumbuhkan semangat belajar murid, menyusun persiapan perencanaan
mengajar dan ketrampilan pelaksanaan administrasi kelas.7
Semantara menurut peraturan Pemerintah (PP) RI No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat (3), ada empat jenis
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik/guru, yaitu: (1)
kompetensi paedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi
professional, dan (4) kompetensi sosial.8 Kompetensi paedagogik merupakan
kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola
pembelajaran yang mendidik dan dialogis.9
Dengan kompetensi paedagogik ini guru diharapkan: pertama, dapat
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, serta dapat mengidentifkasi bekal ajar
awal peserta didik; kedua, dapat merancang pembelajaran dengan menerapkan
teori belajar dalam rangka menentukan strategi pembelajaran berdasarkan
karakteristik peserta didik; ketiga, dapat menata latar (setting) pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif; keempat, dapat melaksanakan
evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan
berbagai metode, menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara
umum; kelima, dapat memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai
potensi akademik dan non akademik.
Suatu kenyataan yang belum dapat dihindari bahwa pendidikan di
Indonesia pada umumnya, dan khususnya di Kabupaten Indragiri Hilir adalah
masih banyaknya guru-guru yang tidak memenuhi kualifikasi akademik dan

7
Asnawir, Administrasi Pendidikan, (Padang: IAIN Press, 2004), h. 224.
8
Lihat, Anonim, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang
Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2007), h. 155.
9
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi,
Kompetensi, dan Kesejahteraan, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h. 71.
5

guru-guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keilmuan yang


ditekuninya.

B. Tindakan yang Dilakukan


Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur
Negara, nomor 118/1996, Bab II Pasal 3, ayat (1) dijelaskan bahwa tugas pokok
pengawas pendidikan agama Islam adalah menilai dan membina teknis
pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah umum dan pelaksanaan
pendidikan di madrasah, baik negeri maupun swasta yang menjadi tanggung
jawabnya.10 Sementara itu, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pasal 23 menyebutkan bahwa pengawasan proses
pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (3), meliputi
pemantauan, pengawasan, supervisi, pelaporan, dan pengambilan langkah
tindak lanjut yang diperlukan. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan pengawasan
pendidikan di tingkat satuan pendidikan memiliki cakupan dan ruang lingkup
pemantauan,11 supervisi,12 evaluasi,13 pelaporan,14 dan pengambilan langkah
tindak lanjut.
Berdasarkan hal tersebut, maka salah satu alternatif tindakan yang dapat
dilakukan sebagai Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam menyikapi
permasalahan di atas adalah dengan mengadakan pembinaan terhadap guru-guru
madrasah demi terwujudnya peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten
Indragiri Hilir khususnya dan Propinsi Riau serta Negara Kesatuan Republik
Indonesia pada umumnya.

C. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

10
Sebagaimana dikutip oleh M. Amin Thaib, dkk., Profesionalisme Pelaksanaan
Pengawasan Pendidikan: Upaya Meningkatkan Kinerja Pengawas, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam/Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada
Sekolah Umum, 2005), h. 79.
11
Pemantauan merupakan pengawasan yang dilaksanakan langsung terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan di madrasah atau sekolah. Pemantauan ini diperlukan untuk melihat
secara real pelaksanaan proses pendidikan secara komprehensif dan faktual.
12
Supervisi pada dasarnya adalah aktivitas pembinaan terhadap guru dan tenaga
kependidikan lainnya yang dilakukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Lihat pendapat M.
Ngalim Purwanto, juga Ametambun sebagaimana dikutip dalam Anonim, Pedoman Pengembangan
Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam/Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2000), h. 32.
13
Evaluasi dimaksudkan sebagai proses penilaian terhadap proses pembelajaran yang
dilaksanakan, apakah sudah mencapai kompetensi yang telah direncanakan atau belum. Selain itu
evaluasi juga dimaksudkan sebagai proses penilaian terhadap program pembelajaran yang dilakukan
di madrasah atau sekolah dalam setahun dan semester.
14
Pelaporan merupakan data tertulis yang diperoleh dari hasil pemantauan, supervisi, dan
evaluasi. Data dalam bentuk report tersebut menjadi dasar bagi pengawas untuk melakukan
perbaikan dan peningkatan proses pendidikan yang dilaksanakan di madrasah atau sekolah.
6

Adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai


dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan
profesionalitasnya (berdasarkan Permennegpan dan Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2009).
Pengertian utuh dari Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB), yang terdapat dalam buku Pedoman Pengelolaan
PKB yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional (2011),
bahwa : PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang
merupakan kendaraan utama dalam upaya membawa perubahan yang
diinginkan berkaitan dengan keberhasilan siswa. Dengan demikian
semua siswa diharapkan dapat mempunyai pengetahuan lebih,
mempunyai keterampilan lebih baik, dan menunjukkan pemahaman
yang mendalam tentang materi ajar serta mampu memperlihatkan apa
yang mereka ketahui dan mampu melakukannya. PKB mencakup
berbagai cara dan/atau pendekatan dimana guru secara
berkesinambungan belajar setelah memperoleh pendidikan dan/atau
pelatihan awal sebagai guru. PKB mendorong guru untuk memelihara
dan meningkatkan standar mereka secara keseluruhan mencakup bidang-
bidang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai profesi. Dengan
demikian, guru dapat memelihara, meningkatkan dan memperluas
pengetahuan dan keterampilannya serta membangun kualitas pribadi
yang dibutuhkan di dalam kehidupan profesionalnya.15[3]
Profesi sebagai guru mengemban amanah yang berat. Amanah itu
antara lain adalah mencerdaskan anak-anak didiknya sehingga mereka
kelak di kemudian hari mampu menjalani kehidupannya dengan bekal
pendidikan yang diberikan gurunya.  Sejalan dengan hal itu, Trimo
(2008) mengemukakan bahwa pekerjaan sebagai guru menjadi lebih
berat tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya
sedangkan kemampuan dirinya mengalami stagnasi. Oleh karena itu,
guru perlu bahkan harus terus mengembangkan dirinya.16[4] Unsur
kegiatan PKB terdiri dari tiga macam kegiatan yaitu : pengembangan
diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif.

15

16

Anda mungkin juga menyukai