Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PADA PEMBELAJARAN

AKIDAH AKHLAK MATERI BERHIAS DIRI DENGAN


AHKLAK TERPUJI DI KELAS V MIN 2 CIAMIS

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis

Oleh:
ADELYA SITI NURLATHIFAH
Hj. N. HANI HERLINA
LILIS NURTETI

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
(IAID)
CIAMIS JAWA BARAT
2022
ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PADA PEMBELAJARAN
AKIDAH AKHLAK MATERI BERHIAS DIRI DENGAN
AHKLAK TERPUJI DI KELAS V MIN 2 CIAMIS

Oleh:
ADELYA SITI NURLATHIFAH
Hj. N. HANI HERLINA
LILIS NURTETI

ABSTRAK
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil
pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas akan tercipta apabila guru
kompeten di bidangnya, terkhusus guru memiliki kompetensi pedagogik yang berkaitan
langsung dengan proses pembelajaran. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran tentang bagaimana merancang perencanaan
pembelajaran, merancang dan melaksanakan pembelajaran, serta merancang dan
mengevaluasi pembelajaran. Pembelajaran adalah proses membimbing siswa untuk
mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembelajaran Akidah Akhlak
merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan dalam menyiapkan siswa untuk
mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikannya
dalam perilaku akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) Analisis kompetensi pedagogik guru
dalam perencanaan pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji.
(2) Analisis kompetensi pedagogik guru dalam pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhlak
materi berhias diri dengan akhlak terpuji. (3) Analisis kompetensi pedagogik guru dalam
evaluasi pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Metode
ini dipilih karena permasalahan penelitian ini bersifat kompleks, dinamis, dan penuh
makna sehingga data tidak mungkin dapat dijaring dengan penelitian kuantitatif. Adapun
teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data
dalam penelitian ini ada tiga tahap yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data.
Setelah data dianalisis kemudian diuji keabsahannya dengan menggunakan triangulasi
sumber dan triangulasi teknik serta peneliti melakukan perpanjangan pengamatan dan
member check.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Analisis kompetensi pedagogik guru dalam
perencanaan pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji di
kelas V MIN 2 Ciamis bahwa guru Akidah Akhlak telah melakukan perencanaan
pembelajaran yang mengaktualisasikan tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik
dibuktikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik sesuai panduan
yang ditetapkan. (2) Analisis kompetensi pedagogik guru dalam pelaksanaan pembelajaran
Akidah Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2 Ciamis bahwa
guru menggunakan model pembelajaran keteladanan dan pembiasaan yang menuntut siswa
membiasakan berhias diri dengan akhlak terpuji serta berorientasi pada pembelajaran yang
berpusat pada siswa atau yang kita kenal dengan student centered. (3) Analisis kompetensi
pedagogik guru dalam evaluasi pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri dengan
akhlak terpuji di kelas V MIN 2 Ciamis bahwa rancangan juga pelaksanaan evaluasi yang
dilakukan guru telah terlaksana sesuai dengan prinsip instrumen evalusi dengan konsep
Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam ranah menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Guru juga mencantumkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang mencakup evaluasi proses, evaluasi hasil, umpan balik, dan remidial.
Kata kunci: Kompetensi Pedagogik, Akidah Akhlak, Ahklak Terpuji.

1
A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai
nilai strategi bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh karena itu, hampir
semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama
dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitupun Indonesia menempatkan
pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Menurut Kusnandar (2010) hal ini
sesuai dengan isi pembukaan UUD 1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu
tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Salah satu komponen penting dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut adalah
guru. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara
keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Figur yang satu
ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena
guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan.
Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang
diselenggarakan secara formal di sekolah. Sebagimana diutarakan oleh E. Mulyasa (2007)
Guru juga sangat menentukan keberhasilan siswa, terutama kaitannya dengan proses
pembelajaran. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya
proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan
sumbangan yang signifikan tanpa dukungan oleh guru yang profesional dan berkualitas.
Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung
pula pada guru.
Peran sentral guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan sulit diabaikan. Guru
secara khusus sering diistilahkan sebagai jiwa bagi tubuh pendidikan. Sebagaimana
tercantum dalam Keputusan Menteri Agama (2011) Guru merupakan pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi siswa. Pendidikan tidak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru.
Tentunya keberadaan guru sebagai tenaga pendidik profesional yang harus memiliki ilmu
pengetahuan dan sejumlah kompetensi tidak bisa diabaikan. sebagaimana firman Allah Swt
dalam Quran Surat Al-Mujadilah ayat 11:
َ َ َُ َ َ ُ‫َ ه‬ َ َ َ ْ ُ ُ َ ‫ُ َ ه‬ ْ َ َ َ ‫َ َ هُ ه‬
‫ر‬
ۡ ۡۡ‫ي‬ ۡ ‫ام ُنواۡمِنك ۡمۡ ۡوۡٱَّلِينۡأوتواۡٱلۡعِلۡمۡدر‬
ۡ ِ ‫جتۡۡ ۡوۡٱَّللۡبِماۡتعۡملونۡخب‬ َ ‫يرۡفعِ ۡٱَّللۡٱَّلِينۡء‬

2
Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”. (Q.S Al-Mujadilah: 11).
Sebagaimana diterangkan ayat Qur’an di atas bahwa seorang guru merupakan sosok
yang yang beriman memiliki ilmu pengetahuan dengan sejumlah kompetensi penunjang
yang harus dimiliki, seorang guru tentunya akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt. Lebih
jauh lagi seorang guru harus benar-benar mau belajar agar terwujudnya jiwa
profesionalitas. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki sejumlah kompetensi
yang dapat menunjang tugasnya. Pengertian kompetensi guru berdasarkan Undang-
Undang Nomor 14 (2005) kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.
Kompetensi berarti kemampuan mewujudkan sesuatu sesuai dengan tugas yang
diberikan kepada seseorang. Kompetensi juga terkait dengan standar dimana seseorang
dikatakan kompeten dalam bidangnya jika pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta hasil
kerjanya sesuai standar (ukuran) yang ditetapkan dan diakui oleh lembaganya atau
pemerintah. Hakikat kompetensi menurut Musfah dan Jejen (2015) adalah kekuatan mental
dan fisik untuk melakukan tugas atau keterampilan yang dipelajari melalui latihan dan
praktek. Dari hal ini maka suatu kompetensi dapat diperoleh melalui pelatihan dan
pendidikan.
Kompetensi guru berdasarkan Undang-undang Nomor 14 (2005) tentang Guru dan
Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.
Kemudian dalam Peraturan Menteri Agama No. 16 (2010) dan (Keputusan Menteri Agama
RI Nomor 211 (2011) tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru ada penambahan
terkait kompetensi guru pendidikan agama Islam, yaitu: Kompetensi spiritual, dan
Kompetensi leadership.
Kompetensi yang tidak kalah penting yang harus dimiliki guru dalam proses
pembelajaran adalah kompetensi pedagogik. Pedagogik sebagaimana dipaparkan
Kusnandar (2007) adalah ilmu tentang pendidikan yang ruang lingkupnya terbatas pada
interaksi edukatif antara guru dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagogik adalah
kemampuan guru meliputi pemahaman terhadap siswa, merancang perencanaan
pembelajaran, merancang dan melaksanakan pembelajaran, merancang dan melaksanakan

3
evaluasi pembelajaran, selanjutnya pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Kemampuan pedagogic menurut Bukhari Alma Dkk
(2009) disebut juga kemampuan mengelola proses pembelajaran.
Kompetensi Pedagogik menurut Oemar Hamalik (2009) adalah: 1. Memahami siswa
secara mendalam yang meliputi memahami siswa dengan memamfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal
siswa. 2. Merancang perencanaan pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan
untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi memahami landasan pendidikan,
menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan
karakteristik siswa, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun
rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. 3. Melaksanakan pembelajaran
yang meliputi menata latar atau setting pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang
kondusif. 4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi
merancang dan melaksanakan evaluasi (assesment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil
belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memanfaatkan
hasil penilaian pembelajaran untuk memperbaiki kualitas program pembelajaran secara
keseluruhan. 5. Mengembangkan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya
meliputi memfasilitasi siswa untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik.
Belajar sebagaimana yang diuraikan Achmad Fanani (2016) merupakan usaha yang
dilakukan seseorang untuk mencapai sebuah tujuan, usaha tersebut mengarahkan seseorang
dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, yang tidak terlepas dari faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi proses dan hasilnya. Proses belajar siswa tentu
bergantung pada proses pembelajaran, yang mana pembelajaran merupakan suatu sistem
yang dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pembelajaran memiliki beberapa komponen, antara
lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran. Pembelajaran memproses input agar menghasilkan output yang diinginkan.
Pembelajaran menurut Nurhasanah dan Auliyati (2018) merupakan suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu proses belajar siswa. Yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar siswa yang bersifat internal. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

4
merupakan segala upaya untuk menciptakan kondisi secara sengaja agar tujuan
pembelajaran dapat mudah tercapai secara efektif dan efisien.
Pembelajaran Akidah Akhlak merupakan usaha sadar yang terencana dan dilakukan
dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah
Swt serta merealisasikannya dalam perilaku akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan,
dan pembiasaan.
Pembelajaran Akidah akhlak yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam
yang lebih mengedepankan aspek afektif, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan yang
hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam siswa sehingga tidak hanya
berkonsentrasi pada persoalan teoritis yang bersifat kognitif semata, tetapi sekaligus juga
mampu mengubah pengetahuan akidah akhlak yang bersifat kognitif menjadi bermakna
dan dapat diinternalisasikan serta diaplikasikan kedalam perilaku sehari-hari.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada hakikatnya pendidikan akhlak adalah inti
pendidikan dari semua jenis pendidikan. karena pendidikan akhlak mengarahkan pada
terciptanya perilaku lahir dan batin manusia sehingga menjadi manusia seimbang dalam
arti terhadap dirinya maupun terhadap orang lain. Karakteristik mata pelajaran akidah
akhlak yang dimaksudkan adalah ciri-ciri khas dari mata pelajaran tersebut jika
dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya dalam lingkup pendidikan agama Islam.
Adapun untuk menggali karakteristik mata pelajaran bisa bertolak dari pengertian dan
ruang lingkup mata pelajaran tersebut, serta tujuan beserta orientasinya.
Berdasarkan pada uraian di atas dapat dipahami bahwa secara umum karakteristik
mata pelajaran akidah akhlak sebagaimana yang diutarakan (Muhaimin 2014) lebih
menekankan pada pengetahuan, pemahaman dan penghayatan siswa terhadap keyakinan
atau kepercayaan, serta perwujudan keyakinan atau kepercayaan yang lebih dikenal dengan
istilah iman dalam bentuk sikap hidup siswa, baik perkataan, amal perbuatan, termasuk
pada berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pendidikan akhlak yang dirumuskan Ibn Maskawaih dalam A. Susanto
(2010) adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk
melahirkan perbuatan bernilai baik sehingga tercapai kesempurnaan dan memperoleh
kebahagiaan yang sempurna. Pembelajaran Akidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
siswa tentang akidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus

5
berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannnya kepada Allah Swt serta
berakhlak terpuji dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk
dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Materi pembelajaran akidah akhlak ini merupakan latihan membangkitkan sifat-sifat
rubbubiyah (ketuhanan) dan menghilangkan nafsu-nafsu shaythoniyah. Berkaitan dengan
materi ini siswa dikenalkan juga dilatih untuk memamhami dan menerapkan pada diri
pribadi siswa dalam kehidupan sehari-hari mengenai akhlak yang terpuji (akhlakul
mahmudah) seperti jujur, rendah hati, sabar. Termasuk mengenai perilaku akhlak yang
tercela (akhlakul madzmuah) seperti dusta, takabbur, khianat. Sesuai dengan apa yang
diutarakan oleh Heri Gunawan (2012) bahwa setelah materi-materi tersebut disampaikan
kepada siswa diharapkan memiliki perilaku-perilaku akhlak yang terpuji dan menjauhi pun
meninggalkan perilaku-perilaku akhlak yang tercela.
Peneliti memilih MIN 2 Ciamis Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis sebagai latar
penelitian karena berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru kelas dan
guru mata pelajaran Akidah Akhlak bahwa dalam pembelajaran akidah akhlak siswa
dikenalkan dan dilatih untuk memahami dan menerapkan pada diri pribadi siswa dalam
kehidupan sehari-hari mengenai akhlak yang terpuji termasuk ada materi yang berjudul
berhias diri dengan akhlak terpuji.
Praktik di lapangan berdasarkan pada hasil observasi awal mengenai kompetensi
pedagogik guru pada pembelajaran akidah akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji
guru mata pelajaran akidah akhlak masih merasa kesulitan dalam mengajarkan materi
berhias diri dengan akhlak terpuji. Karena tanggung jawab guru bukan hanya
menyampaikan materi dan siswa memahami tanpa adanya pembuktian dari diri pribadi
guru dan siswa dalam hal menerapkan akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
Termasuk dilihat dari hasil pembelajaran guru akidah akhlak menyebutkan bahwa hasilnya
masih belum maksimal karena dalam hasil pembelajaran masih banyak nilai siswa yang di
bawah kkm. Dari hasil observasi awal peneliti berasumsi bahwa kompetensi pedagogik
guru harus benar-benar dimiliki oleh guru untuk mengajarkan materi berhias diri dengan
akhlak terpuji pada mata pelajaran akidah akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji.
Berdasarkan deskripsi di atas peneliti menyimpulkan bahwa MIN 2 Ciamis
Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis menjadi tempat yang layak di teliti karena adanya
kesenjangan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang belum sesuai dengan
apa yang telah guru akidah akhlak rencanakan dalam RPP, serta dilihat dari hasil belajar
siswa banyak nilai ulangan harian yang masih rendah atau di bawah batas nilai lulusan

6
mata pelajaran sehingga membutuhkan kajian atau penelitian untuk mencari tahu
bagaimana solusi mengatasi masalah yang ada.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mencoba membuat penelitian tentang
pentingnya kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran akidah akhlak materi berhias
diri dengan akhlak terpuji. Karena begitu pentingnya peran guru yang memiliki kompetensi
terkhusus kompetensi pedagogik untuk menunjang proses pembelajaran. peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul:
ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PADA PEMBELAJARAN
AKIDAH AKHLAK MATERI BERHIAS DIRI DENGAN AHKLAK TERPUJI
(Penelitian Kualitatif di Kelas V MIN 2 Ciamis Kecamatan Rajadesa Kabupaten
Ciamis).

B. KAJIAN TEORI
1. Analisis Kompetensi Pedagogik Guru
a. Pengertian Kompetensi Pedagogik Guru
Pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki,
dan agagos yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah
pembantu laki-laki zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya
pergi ke sekolah.
Pedagogik menurut Ahmad Fatah Yasin (2011) berfungsi mempelajari fenomena
pendidikan atau situasi pendidikan dengan maksud untuk memahami situasi pendidikan
atau fenomena pendidikan tersebut sebagai objek studinya. Selain itu, pedagogik juga
sekaligus berfungsi untuk mempelajari tentang bagaimana seharusnya pendidik bertindak
dalam rangka mendidik anak. Sebab itu, Pedagogik tidak hanya berisi deskripsi
pemahaman tentang situasi pendidikan apa adanya, melainkan juga berisi tentang
bagaimana seharusnya pendidik bertindak dalam rangka mendidik anak.
Kemudian dalam sudut pandang pendidikan agama Islam kompetensi pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap siswa,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran dan pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Mengenai kompetensi pedagogik Oemar Hamalik (2009) membagi sub kompetensi
pedagogik sebagai berikut:

7
a. Memahami siswa secara mendalam yang meliputi memahami siswa dengan
memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan
mengidentifikasi bekal ajar awal siswa.
b. Merancang pembelajaran,termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran yang meliputi memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar
dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa,
kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan
pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar atau setting pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi merancang dan
melaksanakan evaluasi (assesment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan
dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran untuk memperbaiki kualitas program pembelajaran secara
keseluruhan.
e. Mengembangkan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya meliputi
memfasilitasi siswa untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi
siswa untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik.
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan bahwa
kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran siswa”. Depdiknas
(2004) menyebut kompetensi pedagogik dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran.
Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program pembelajaran,
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses pembelajaran, dan kemampuan
melakukan penilaian.
Kemampuan merencanakan program pembelajaran menurut Hasan Basri (2014),
mencakup kemampuan:
1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran.
2) merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran.
3) merencanakan pengelolaan kelas.
4) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran.
5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Melaksanakan proses pembelajaran merupakan tahap pelaksanaan program yang
telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru

8
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Melaksanakan proses pembelajaran Sri Yutmini (1992) mengemukakan,
persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran meliputi kemampuan: (a) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan
bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran, (b) mendemonstrasikan penguasaan
mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran, (c) berkomunikasi dengan siswa, (d)
mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (e) melaksanakan evaluasi proses
pembelajaran.
Adapun penilaian proses pembelajaran menurut Ahmad Fatah Yasin (2011)
merupakan proses yang dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan
pembelajaran yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang
menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti menyimpulkan bahwa kompetensi pedagogik
merupakan kemampuan guru dalam memahami siswa secara mendalam, merancang
perencanaan pembelajaran, merancang dan melaksakan pembelajaran, merancang dan
melakukan evaluasi pembelajaran, serta memfasilitasi siswa agar bisa memaksimalkan
potensinya.
b. Indikator Kompetensi Pedagogik Guru
Seorang guru profesional menurut Moh. Uzer Usman (2014) adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian dalam bidang keguruan atau dengan kata lain ia telah
terdidik dan terlatih dengan baik. Terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh
pendidikan formal saja akan tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di
alam kegiatan pembelajaran serta menguasai landasan-landasan kependidikan seperti yang
tercantum dalam kompetensi guru.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang pendidik dalam mengelola
pembelajaran siswa menurut Suyanto dan Jihad (2013) yang meliputi:
1) Kemampuan dalam Memahami Siswa dengan Indikator Antara Lain:
a) Memahami karakteristik perkembangan siswa, seperti memahami tingkat kognitif
siswa sesuai dengan usianya.
b) Memahami prinsip-prinsip perkembangan kepribadian siswa, seperti mengenali tipe-
tipe kepribadian siswa dan mengenali tahapan-tahapan perkembangan kepribadian
siswa.

9
c) Mampu mengidentifikasi bekal ajar awal siswa dan mengenali perbedaan potensi
yang dimiliki siswa.
2) Kemampuan dalam Membuat Perancangan Pembelajaran, dengan Indikator
Antara Lain:
a) Mampu merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran, seperti merumuskan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai, memilih jenis strategi atau metode pembelajaran yang cocok, menentukan
langkah-langkah pembelajaran, dan menentukan cara yang dapat digunakan untuk
memotivasi siswa.
b) Mampu merencanakan pengorganisasian bahan pembelajaran, seperti mampu
menjabarkan materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, serta mampu
menyusun bahan pembelajaran secara runtut dan sistematis.
c) Mampu merencanakan penggunakan media dan sumber pengajaran sarana yang bisa
digunakan untuk mempermudah pencapaian kompetensi, dan lainnya.
d) Mampu merencanakan pengelolaan kelas, seperti mampu menentukana lokasi waktu
pembelajaran, serta mampu menentukan cara pengorganisasian siswa agar terlibat
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
e) Mampu merencanakan model penilaian hasil belajar, seperti menentukan macam-
macam bentuk penilaian dan membuat instrument penilaian hasil belajar.
3) Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis,
dengan Indikator Antara Lain:
a) Mampu membuka pelajaran, seperti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dan memotivasi siswa, dan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan
materi prasyarat.
b) Mampu mengelola kegiatan pembelajaran, seperti mampu menjelaskan materi,
menggunakan metode mengajar, memberi contoh yang sesuai dengan materi,
menggunakan media pembelajaran, memberi penguatan, memberi pertanyaan, dan
menekankan hal-hal yang menumbuhkan kebiasaan positif pada tingkah laku siswa.
c) Mampu berkomunikasi dengan siswa, seperti mampu memberi kesempatan kepada
siswa untuk memahami materi, mengklarifikasi petunjuk dan penjelasan apabila
siswa salah mengerti, memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan
menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas dan benar.
d) Mampu mengorganisasi kelas dan menggunakan waktu dengan baik.

10
e) Mampu melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran berlangsung dan
melaksanakan penilaian pada akhir pelajaran.
f) Mampu menutup pelajaran, seperti menyimpulkan kesimpulan, melakukan refleksi
atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa dan melaksanakan tindak lanjut
dengan memberikan arahan atau tugas sebagai bagian remidi atau pengayaan.
4) Kemampuan dalam Mengevaluasi Hasil Belajar, dengan Indikator Antara
Lain:
a) Mampu merancang dan melaksanakan penilaian, seperti memahami prinsip-prinsip
penilaian, mampu menyusun macam-macam instrument evaluasi pembelajaran,
mampu melaksanakan evaluasi.
b) Mampu menganalisis hasil penilaian, seperti mampu mengklasifikasikan hasil
penilaian dan menyimpulkan hasil penilaian secara jelas.
c) Mampu memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan kualitas pembelajaran
selanjutnya, seperti mampu memperbaiki soal yang tidak valid dan mampu
mengidentifikasi tingkat variasi hasil belajar.
5) Kemampuan dalam Mengembangkan Siswa Untuk Mengaktualisasikan Berbagai
Potensi Yang Dimilikinya, dengan Indikator Antara Lain:
a) Memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi akademik, seperti menyalurkan
potensi akademik siswa sesuai dengan kemampuannya, mampu mengarahkan dan
mengembangkan potensi akademik siswa.
b) Mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi nonakademik, seperti
menyalurkan potensi non-akademik siswa sesuai dengan kemampuannya, mampu
mengarahkan dan mengembangkan potensi non akademik siswa.
2. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar yang bermakna proses, pembentukan tingkah
laku secara terorganisir. Proses pembelajaran adalah suatu sistem artinya suatu keseluruhan
yang terdiri dari beberapa komponen-komponen yang berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian pembelajaran merupakan keseluruhan kegiatan yang
memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar mengajar. Pembelajaran
dalam pengertian ini lebih menekankan pada proses, baik yang terjadi di dalam kelas
maupun yang terjadi di luar kelas.
Pendidikan secara bahasa menurut Syamsul Nizar (2012) pada umumnya mengacu
pada istilah at-tarbiyah (pendidikan), al-takim (pengajaran), al-ta’dib (pembudayaan), sari

11
ketiga istilah at-tarbiyah. Adapun menurut Benjamin Bloom (2013) belajar adalah
perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik agar mencapai taraf
hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun makhluk Tuhan yang maha Esa.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas
yang utama. Secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan
dan prosedur yang mana hal tersebut saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Adapun penjelasan dari unsur-unsur pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2012)
tersebut yakni:
1) Manusia yang terlibat di dalam sistem pengajaran yang terdiri dari siswa, guru dan
tenaga lainnya.
2) Material berupa buku-buku, papan tulis, spidol, fotografi, slide, film dan lain
sebagainya.
Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, komputer
dan lain sebagainya.
b. Pengertian Akidah Akhlak
Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, sesuai
dengan apa yang diutarakan Nata Abuddin (2010) pada hakikatnya peranan guru tidak bisa
digantikan oleh siapapun, karena guru merupakan salah satu faktor yang paling
menentukan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Tujuan guru yang paling
utama adalah mengajar dan mendidik. Selain sebagai pengajar guru juga merupakan
pendidik yang aktif bagi siswa dalam menyampaikan ilmu pengetahuan.
Pekerjaan mengajar merupakan pekerjaan yang kompleks dan sifatnya dimensial.
Terkait dengan hal tersebut, paling tidak guru harus menguasai berbagai teknik yang erat
hubungannya dengan kegiatan-kegiatan penting dalam pembelajaran. Urutan pembelajaran
yang baik selalu melibatkan keputusan guru berdasarkan berbagai tugas.
Pembelajaran Akidah akhlak merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan
dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah
SWT dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan
dan pembiasaan.

12
Pembelajaran Akidah akhlak menurut Muhaimin (2014) merupakan bagian dari
pendidikan agama Islam yang lebih mengedepankan aspek afektif, baik nilai ketuhanan
maupun kemanusiaan yang hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam siswa
sehingga tidak hanya berkonsentrasi pada persoalan teoritis yang bersifat kognitif semata,
tetapi sekaligus juga mampu mengubah pengetahuan akidah akhlak yang bersifat kognitif
menjadi bermakna dan dapat diinternalisasikan serta diaplikasikan kedalam perilaku
sehari-hari.
Berdasarkan pada uraian di atas dapat dipahami bahwa secara umum karakteristik
mata pelajaran akidah akhlak sebagaimana yang diutarakan Muhaimin (2014) lebih
menekankan pada pengetahuan, pemahaman dan penghayatan siswa terhadap keyakinan
atau kepercayaan, serta perwujudan keyakinan atau kepercayaan yang lebih dikenal dengan
istilah iman dalam bentuk sikap hidup siswa, baik perkataan, amal perbuatan, termasuk
pada berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada hakikatnya pendidikan akhlak adalah inti
pendidikan dari semua jenis pendidikan. karena pendidikan akhlak mengarahkan pada
terciptanya perilaku lahir dan batin manusia sehingga menjadi manusia seimbang dalam
arti terhadap dirinya maupun terhadap orang lain. Karakteristik mata pelajaran akidah
akhlak yang dimaksudkan adalah ciri-ciri khas dari mata pelajaran tersebut jika
dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya dalam lingkup pendidikan agama Islam.
Adapun untuk menggali karakteristik mata pelajaran bisa bertolak dari pengertian dan
ruang lingkup mata pelajaran tersebut, serta tujuan beserta orientasinya.
c. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak
Pembelajaran Akidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa tentang
akidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan
meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannnya kepada Allah Swt serta berakhlak terpuji
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Tercantum pada Muhaimin (2014) mata pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk:
1) Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan keyakinan akan hal-hal yang harus
diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.
2) Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan
akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan

13
Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan alam
lingkungannya.
Siswa memperoleh bekal tentang akidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke
jenjang pendidikan menengah.
3. Berhias Diri Dengan Akhlak Terpuji
a. Pengertian Berhias Diri Dengan Akhlak Terpuji
Berhias diri adalah aktivitas memperindah penampilan ataupun sikap berupa akhlak
yang baik yang harus dilakukan dalam perilaku hidup sehari-hari. Berbiacara mengenai
berhias diri dengan akhlak terpuji tentunya diperlukan pembiasaan agar bisa tertanam
dalam sanubari sehingga dengan sendirinya tercerminkan dalam perilaku hidup sehari-hari.
Pembiasaan menurut Tesaurus, (2017) dalam Bahasa Indonesia berasal dari kata “biasa”
yang artinya banal, bersahaja, formal, kaprah, lazim, lumrah, standar, umum, wajar,
sederhana, terbiasa, terkondisi, kerap, serimg, rutin. Sedangkan makna pembiasaan itu
sendiri mempunyai arti, (1) adaptasi, (2) aklimitisasi, (3) habituasi, (4) penyesuaian.
Pembiasaan dalam beragama dapat menciptakan kesadaran dalam beragama.
Menurut Zakiyah Darajat (2008) mengatakan tentang pembiasaan yang pernah dilakukan
oleh sufi, mereka merasa bahwa Allah selalu hadir dalam hatinya, kejadian tersebut
tercipta melalui proses yaitu pertama, lisan dibiasakan dan dilihat untuk berdzikir kepada
Allah, maka mereka akan senantiasa mengucap kata Allah dengan kesadaran dan
pengertian.
Akhlak diuraikan oleh Daud Mohammad (2013) yaitu berasal dari bahasa arab
akhlak , bentuk jamak kata khuluq atau al-khuluq, yang mempunyai arti budi pekerti,
perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Dan dalam kepustakaan, akhlak diartikan sikap yang
melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik dan mungkin saja buruk.
Akhlak Terpuji atau akhlakul karimah menurut Azmi Muhammad (2016) yaitu
segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak terpuji atau akhlakul karimah atau dapat disebut juga dengan sifat-sifat terpuji ini
banyak macamnya, dan diantaranya adalah jujur, adil, amanah, khusnudzan, gigih,
berinisiatif, dan rela berkorban.
Berdasarkan pada uraian deskripsi diatas bahwa berhias diri dengan Akhlak Terpuji
merupakan perilaku-perilaku yang baik yang harus dibiasakan pada kehidupan sehari-hari,
perlu kita ketahui bahwa akhlak terpuji atau akhlakul karimah bukan sekedar materi semata
seperti jujur, adil, amanah, rendah hati yang harus tertanam dalam diri dan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

14
b. Tujuan Berhias Diri Dengan Akhlak Terpuji
Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak terpuji. Akhlak yang terpuji
ini sangat ditekankan karena di samping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga
sekalgus membawa kebahagiaan masyarakan pada umumnya. Dengan kata lain bahwa
akhlak utama yang ditampilkan sesorang tujuannya adalah untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rosulullah Saw yang menghimbau
kepada umatnya bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaknya, sabda Rosulullah Saw tersebut sebagai berikut:

َ ْ‫أ َ ْك َم ُل ْال ُمؤْ ِم ِنيْنَ ِإ ْي َما ًنا أَح‬


‫س َن ُه ْم ُخلُقًا‬
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya”. (HR. Tirmidzi)
Tujuan Berhias Diri dengan Akhlak terpuji dalam Islam menurut Azmi Muhammad
(2016) adalah membentuk orang-orang yang bermoral baik, sopan dalam berbicarara dan
perbuatan, terpuji dalam tingkah laku, bersifat bijaksana, sopan dan beradab, dan
membantu untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, dan penghayatan serta pengalaman
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
Yang Maha Esa, berakhlak terpuji dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Adapun tujuan berhias diri dengan akhlak terouji secara khusus diuraikan oleh
Mujahidin Endin (2015) sebagai berikut:
1) Remaja memahami dan menghayati ajaran agama Islam terutama yang berkaitan dan
menghayati ajaran agama Islam, terutama yang berkaitan dengan fardu ‘ain.
2) Remaja mau dan mampu dalam melaksanakan ajaran agama Islam.
3) Remaja memiliki kesadaran dan kepekaan sosial dalam hidup.
c. Strategi Berhias Diri Dengan Akhlak Terpuji
Strategi yang dapat digunakan dalam membiasaan berhias diri dengan akhlak terpuji
adalah sebagai berikut:
1) Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan menurut Azmi Muhammad (2016) merupakan bagian
dari sejumlah strategi yang paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan
membentuk anak secara moral, spiritual, dan sosial. Sebab, seorang pendidik merupakan
contoh ideal dalam pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru,
disadari atau tidak, bahkan semua keteladanaan itu akan melekat pada diri dan

15
perasaannya, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, inderawi,
maupun spritual.
Teladan dalam Qur’an sebagaimana diuraikan oleh Manan Syaepul (2017) bahwa
istilah “uswaħ” dan “iswaħ” atau dengan kata “al-qudwaħ” dan “al qidwaħ” yang
memiliki arti suatu keadaan ketika seseorang manusia mengikuti manusia lain, apakah
dalam kebaikan, dan kejelekan. Jadi keteladanan adalah hal-hal yang ditiru atau dicontoh
oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah
keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islām, yaitu keteladanan yang
baik, sesuai dengan pengertian “uswatun ḥasanaħ”.
Guru merupakan teladan atau model bagi siswa dan semua orang yang menganggap
dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini
tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Menjadi teladan adalah sifat dasar guru
dalam pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima dan menerapkannya
secara konstruktif maka telah mengurangi efektivitas pembelajaran. Allah Swt. berfirman:
َ َ‫َ َ َ ََ ه‬ َ َ ‫ه ُ ٌَ َ َ َ ر‬
َ ‫نَۡك َنۡيَر ُجوا ْ ه‬ ُ َ َ َ َ‫ه‬
ٗ ‫ۡكث‬
ۡ ۡۡ‫ِيا‬ ۡ ‫ۡوٱۡلَو َمۡٱٓأۡلخِرۡوذكر‬
‫ۡٱَّلل‬ َ ‫ۡٱَّلل‬ ‫ۡر ُسو ِلۡٱَّللِۡأسوةۡحسنةۡل ِم‬
َ ‫كمِۡف‬
ِ ‫لقدَۡكنۡل‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S Al-Ahzab: 21).
Berdasarkan pada uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa metode keteladanan
merupakan suatu cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam proses pendidikan
melalui perbuatan atau tingkah laku yang patut ditiru (modeling).
2) Nasihat
Imam Ibnu Rajab rahimahullah menukil ucapan Imam Khaththabi rahimahullah:
“Nasehat itu adalah suatu kata untuk menerangkan satu pengertian, yaitu keinginan
kebaikan bagi yang dinasehati”. Nasihat juga dapat diartikan sebagai kata-kata yang
memiliki nilai dan motivasi yang dapat menggerakan hati. Dalam Al-Qur’an, dijelaskan
tentang nasehat yang dilakukan oleh para Nabi kepada kaumnya, seperti Nabi Shaleh yang
menasehat kaumnya agar menyembah Allah, Nabi Ibrahim yang menasehati ayahnya agar
menyembah Allah dan tidak lagi membuat patung.
Dapat disimpulkan bahwa nasihat menerangkan suatu pengertian yang berisi kebaikan dan
memiliki nilai-nilai yang baik yang harus dipeljari pun dipahami untuk diamalkan dalam
perilaku hidup sehari-hari. Melalui nasihat ada transfer ilmu pengetahuan yang

16
mengajarkan kebaikan-kebaikan sehingga perlu ditumbuh kembangkan dalam diri setiap
individu dan diterapkan dalam hehidupan.
3) Kisah Qur’ani dan Nabawi
Strategi kisah Qurani dan nabawi dijelaskan Sri Minarti (2013) adalah penyajian
bahan pembelajaran yang menampilkan cerita-cerita yang terdapat dalam Qur’an dan
Hadits Nabi. Kisah Qurani bukan semata-mata karya seni yang indah, tetapi juga cara
mendidik umat agama beriman kepada-Nya. Dalam pendidikan Islam, kisah merupakan
metode yang sangat penting karena dapat menyentuh hati manusia.
Ulil Amri Syafri (2012) mengutip pendapat Abdurrahman An-Nahlawy bahwa
metode kisah yang terdapat dalam Qur’an mempunyai sisi keistimewaan dalam proses
pendidikan dan pembinaan manusia. Menurutnya, metode kisah dalam Qur’an berefek
positif pada perubahan sikap dan perbaikan niat atau motivasi seseorang. Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi kisah Qurani dan nabawi yaitu strategi yang
dapat mempengaruhi jiwa siswa, denga kisah kisah orang terdahulu supaya siswa dapat
meneladani dari kisah tersebut.

C. METODOLOGI PENELITIAN
a. Jenis dan Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut

Meleong, Lexy J (2005) yakni penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif ini mendeskripsikan Kompetensi Pedagogik guru pada

pembelajaran akidah akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2

Ciamis Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis. Pembahasan dalam penelitian ini

menjelaskan mengenai kompetensi pedagogik guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi pembelajaran Akidah akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V

MIN 2 Ciamis Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis.

17
b. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis.

Metode deskriptif analisis menurut Sugiyono (2016) merupakan suatu metode yang

berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti

melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan

analisis dan membuat simpulan yang berlaku untuk umum. Metode deskriptif analisis ini

digunakan untuk menggali seluruh fakta, gejala, peristiwa, sifat, dan karakter kompetensi

pedagogik guru dalam proses merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi

pembelajaran akidah akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2

Ciamis Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis dengan jelas sesuai fakta di lapangan.

A. Setting Penelitian

Penulis menetapkan lokasi penelitian di mana penelitian akan dilakukan. Adapun

lokasi dan waktu penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat di mana peneliti melakukan penelitian terutama

dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti

dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Penelitian ini berlokasi di

kelas V MIN 2 Ciamis, tepatnya di Jalan Cipancur No. 04, Desa Sirnabaya, Kecamatan

Rajadesa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, kode pos 46254.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini, dimulai dari bulan Januari 2022 hingga bulan Juni

2022. Rincian waktu penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Waktu Penelitian

No Waktu Kegiatan Penelitian

1 Januari 2022 Observasi Awal

18
2 Februari-Maret 2022 Penyusunan Instrumen Penelitian

3 April-Mei 2022 Pengumpulan Data Penelitian

4 Juni 2022 Analisis Data Penelitian

B. Sumber Data

Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subjek yang dapat

memberikan keterangan guna dijadikan data penelitian. Sumber data penelitian ini dibagi

menjadi dua jenis yaitu:

1. Sumber Data Primer

Data primer ini bersumber dari ucapan dan tindakan yang diperoleh peneliti dari

kepala sekolah, guru kelas, guru akidah akhlak, dan siswa di kelas V MIN 2 Ciamis

Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis berdasarkan pada hasil wawancara, dokumentasi,

dan observasi atau pengamatan langsung pada objek selama kegiatan penelitian di

lapangan berkaitan dengan Kompetensi Pedagogik guru dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi pembelajaran akidah akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji

sehingga mendapatkan data yang rinci, lengkap, dan akurat.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku,

hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan hasil penilaian mata pelajaran

akidah akhlak siswa kelas V MIN 2 Ciamis. Sumber data sekunder merupakan sumber data

di luar kata-kata dan tindakan yakni sumber data tertulis yang merupakan sumber data

pelengkap yang berfungsi melengkapi data yang dibutuhkan oleh data primer berkaitan

dengan kompetensi Pedagogik guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran akidah akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji sehingga

mendapatkan data yang rinci, lengkap, dan akurat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Data yang dimaksud adalah

19
data yang terkait dengan kompetensi pedagogik guru dalam proses merencanakan,

melaksanakan, mengevaluasi pembelajaran akidah akhlak materi berhias diri dengan

akhlak terpuji di kelas V MIN 2 Ciamis Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis.

Adapun pengertian teknik pengumpulan data menurut Arikunto, Suharsimi (2012)

adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, di mana

cara tersebut menunjukan pada suatu yang abstrak, tidak dapat di wujudkan dalam benda

yang kasat mata, tetapi dapat dipertontonkan penggunaannya. Adapun teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan metode pengumpulan data di mana peneliti

mencatat informasi sebagaimana yang disaksikan selama penelitian. Menurut W. Gulo

(2010) Proses observasi terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat,

mendengarkan, merasakan, yang kemudian dicatat seobjektif mungkin oleh peneliti.

Teknik observasi ini dilakukan dengan cara melihat, medengarkan, merasakan, serta

menganalisis susuai dengan pedoman observasi penelitian untuk menjawab rumusan

penelitian terkait kompetensi pedagogik guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi pembelajaran akidah akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji di

kelas V MIN 2 Ciamis Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis.

2. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden.

Penelitian ini juga menggunakan wawancara mendalam (indepth interview). indepth

interview menurut Sutopo (2016) merupakan proses yang bertujuan untuk memperoleh

keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

responden, menggunakan pedoman wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat

dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dalam penelitian ini wawancara digunakan

untuk menggali informasi sedalam-dalamnya dari sumber-sumber data primer yaitu kepala

sekolah, guru kelas, guru akidah akhlak, dan siswa di kelas V MIN 2 Ciamis Kecamatan

20
Rajadesa Kabupaten Ciamis, sehingga data hasil penelitian mengenai kompetensi

pedagogik guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran akidah akhlak

materi berhias diri dengan akhlak terpuji akan lebih terperinci, jelas, dan akurat.

3. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Nana Syaodih (2011) adalah pengumpulan data yang

dilakukan dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokuman, baik berupa

dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Seluruh hasil pengumpulan dokumen

tersebut didokumentasikan dalam catatan lapangan. Dalam pelaksanaan teknik

dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) mata pelajaran akidah akhlak, silabus, buku-buku, modul, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian guru, serta hasil penilaian siswa mata

pelajaran akidah akhlak untuk melengkapi data penelitian mengenai kompetensi pedagogik

guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran akidah akhlak materi

berhias diri dengan akhlak terpuji sehingga mendapatkan data yang akurat dan dapat

dipertanggung jawabkan.

D. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teori dari Miles dan Huberman

sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono (2016) yang menyatakan bahwa analisis data

dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam tiga tahap setelah data dikumpulkan yaitu

reduksi data, display data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan data. Data tersebut

tentunya data yang berkaitan dengan permasalahan kompetensi pedagogik guru dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran akidah akhlak materi berhias diri

dengan akhlak terpuji serta tentang bagaimana memahami pembelajaran akidah akhlak

yang bukan sekedar diajarkan tanpa adanya pengamalan pun aplikasi pada diri pribadi guru

dan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini gambar skema analisis data menurut

Miles dan Huberman:

21
Tabel 3.2
Komponen Analisis Data
oleh Miles dan Huberman

Pengumpulan Display Data


Data

Reduksi Data

Penarikan
Kesimpulan

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, sebagaimana diuraikan oleh Sugiyono (2016)

berupa kegiatan memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

Selama masa pengumpulan data, peneliti melakukan pengumpulan data-data dari

hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti melakukan reduksi data dengan cara

mengambil hal-hal yang pokok sesuai fokus penelitian, serta membuang data yang

dianggap tidak diperlukan.

Reduksi data dalam penelitian ini adalah kegiatan yang mengacu pada proses

pemilihan, pemusatan perhatian, dan penyederhanaan data di lapangan yang berkaitan

dengan permasalahan kompetensi pedagogik guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi pembelajaran akidah akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji.

22
2. Display Data

Setelah data direduksi langkah selanjutnya dalam analisis data adalah mendisplay

data atau menyajikan data. Dengan menyajikan data, maka akan lebih mudah untuk

dipahami mengenai apa yang terjadi, serta dapat merencana kerja selanjutnya berdasarkan

pemahaman tersebut. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Namun

menurut Sugiyono (2016), yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Peneliti menyajikan data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap

kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran akidah akhlak, serta siswa kelas V MIN 2

Ciamis yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran akidah akhlak materi berhias diri dengan akhlak

terpuji yang disajikan secara naratif.

3. Verifikasi Data

Vertifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam analisis data.

Vertifikasi atau penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan hasil

observasi, wawancara, dan dokumentasi dari kepala sekolah, guru kelas, guru mata

pelajaran akidah akhlak, serta siswa kelas V MIN 2 Ciamis yang terpilih sebagai responden

serta teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan kompetensi pedagogik guru dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran akidah akhlak materi berhias diri

dengan akhlak terpuji. Data-data yang telah dikemukakan pada penyajian data

diinterpretasikan kemudian dianalisis untuk memperoleh simpulan.

E. Teknik Keabsahan Data

Uji keabsahan data penelitian ini dilakukan untuk memastikan bahwa data yang

ditemukan benar-benar valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Uji keabsahan data dalam

penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2016) meliputi beberapa uji, salah satu diantaranya

23
adalah uji keabsahan data. Uji keabsahan data ini berkenaan dengan derajat akurasi data

penelitian yang harus dicapai..

Pengujian keabsahan data pada penelitian kualitatif ditetapkan untuk menghindari

data yang bias atau tidak valid serta untuk menghindari adanya jawaban dari informan

yang tidak jujur. Menurut Meleong, Lexy. J (2015) uji keabsahan data terhadap data

penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam proses penelitian, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif,

member check, triangulasi.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan

triangulasi teknik. Diuraikan oleh Sugiyono (2016) bahwa Triangulasi sumber ialah

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui sumber yang sama dalam waktu yang berbeda. Sedangkan triangulasi teknik

dilakukan dengan membandingkan data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dari

kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran akidah akhlak, serta siswa kelas V MIN 2

Ciamis Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis. Kemudian jika hasil kroscek keduanya

saling terkait maka data dapat dipercaya kebenarannya.

Peneliti juga melakukan perpanjangan pengamatan yakni peneliti tidak hanya

melakukan observasi sekali saja. Peneliti juga menggunakan member check dengan

melakukan pengecekan data yang diperoleh agar disepakati oleh pemberi data, ketika data

tersebut disepakati maka data tersebut valid. Sebagaimana disebutkan oleh Burhan Bungin

(2017) mengenai uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi: ketekunan

pengamatan, perpanjang pengamatan, Triangulasi, member chek, diskusi dengan teman

sejawat, kecukupan referensial, dan analisis kasus negatif.

Data-data dalam penelitian ini tentunya data yang berkaitan dengan permasalahan

kompetensi pedagogik guru dalam perencaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran

24
akidah akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2 Ciamis

Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis yang mana pembelajaran akidah akhlak bukan

sekedar diajarkan tanpa adanya pengamalan dan aplikasi pada diri pribadi guru dan siswa

dalam kehidupan sehari-hari, karena hakikatnya pembelajaran akidah akhlak itu harus

tercermin pada diri pribadi setiap individu dalam kehidupan sehari-hari.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


Hasil dan Pembahasan penelitian merupakan bagian yang mengkomparasikan teori-
teori yang dikemukakan dengan hasil penelitian atau temuan-temuan di lapangan.
Pembahasan hasil penelitian dalam penelitian ini adalah sebagia berikut:
1. Kompetensi Pedagogik Guru dalam Perencanaan Pembelajaran Akidah Akhlak
Materi Berhias Diri dengan Akhlak Terpuji
Kompetensi menurut Musfah dan Jejen (2015) berarti kemampuan mewujudkan
sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan kepada seseorang. Kompetensi juga terkait
dengan standar dimana seseorang dikatakan kompeten dalam bidangnya jika pengetahuan,
keterampilan, dan sikap serta hasil kerjanya sesuai standar (ukuran) yang ditetapkan dan
atau diakui oleh lembaganya atau pemerintah. Hakikat kompetensi adalah kekuatan mental
dan fisik untuk melakukan tugas atau keterampilan yang dipelajari melalui latihan dan
praktek. Dari hal ini maka suatu kompetensi dapat diperoleh melalui pelatihan dan guru.
Pengertian kompetensi guru berdasarkan (UU No. 14 Tahun 2005, pasal 10, ayat 1)
kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran. Kompetensi guru berdasarkan (UU No. 14 Tahun 2005, pasal
8, ayat 1) menyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional”. Kemudian dalam (PMA No. 16 Tahun 2010) dan (KMA RI
No.211 Tahun 2011) tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru, yaitu: Kompetensi
spiritual, dan Kompetensi leadership.
Peneliti memfokuskan pada kompetensi pedagogik guru yang berkaitan langsung
dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji.
Pedagogik menurut Kusnandar (2010) adalah ilmu tentang guru yang ruang lingkupnya
terbatas pada interaksi edukatif antara guru dengan siswa. Sedangkan kompetensi

25
pedagogik adalah kemampuan guru meliputi pemahaman terhadap siswa, merancang
perencanaan pembelajaran, merancang dan melaksanakan pembelajaran, merancang dan
melaksanakan evaluasi pembelajaran, selanjutnya pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Pedagogik berfungsi mempelajari fenomena guru atau situasi guru dengan maksud
untuk memahami situasi guru atau fenomena guru tersebut sebagai objek studinya. Selain
itu, pedagogik juga sekaligus berfungsi untuk mempelajari tentang bagaimana seharusnya
guru bertindak dalam rangka mendidik anak. Sebab itu, Pedagogik tidak hanya berisi
deskripsi pemahaman tentang situasi guru apa adanya, melainkan juga berisi tentang
bagaimana seharusnya guru bertindak dalam rangka mendidik siswa.
Peneliti telah mendeskripsikan mengenai perencanaan Pembelajaran Akidah
Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2 Ciamis dalam temuan
hasil penelitian berdasarkan pada hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi bahwa
proses pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V
MIN 2 Ciamis ini dilaksanakan dengan berdasar pada program yang telah ditetapkan. Guru
Akidah Akhlak telah melaksanakan seperti apa yang telah disusun pada perencanaan
pembelajaran ke dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian
antara apa yang ada di dalam RPP dengan seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan
oleh guru Akidah Akhlak dan siswa di dalam kelas. Seluruh proses pembelajaran Akidah
Akhlak telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan RPP, walau memang pembelajaran
di beberapa kelas membutuhkan improvisasi dari guru Akidah Akhlak. Hal ini dilakukan
guna tetap berjalannya proses pembelajaran dan tujuan pembelajaran tercapai. Penyesuaian
dengan kondisi siswa memang selayaknya dilakukan. RPP yang dibuat merupakan acuan
pelaksanaan pembelajaran, tetapi pelaksanaannya akan dikembalikan kepada kreativitas
guru Akidah Akhlak dalam mengelola kelas.
Pembelajaran sesuai dengan yang diutarakan E. Mulyasa (2007) merupakan
aktualisasi kurikulum yang menuntut guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan
siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Jadi perencanaan dalam
pembelajaran dipandang penting karena perencanaan yang baik akan menimbulkan proses
pembelajaran yang baik pula.
Definisi di atas dapat ditarik satu pemahaman bahwa, pembelajaran adalah proses
yang disengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri
individu. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal

26
dan sengaja dirancang juga direncanakan untuk mendukung terjadinya proses yang efektif
dan efisien dalam pembelajaran.
Berdasarkan pada temuan hasil penelitian Pembelajaran Akidah Akhlak materi
berhias diri dengan akhlak terpuji menurut peneliti bisa berjalan dengan baik dan kondusif
karena guru telah merencanakan pembelajaran dengan baik. Pada pelaksanaan
pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji guru menggunakan
model pembelajaran Pembiasaan yang menuntut siswa membiasakan berhias diri dengan
akhlak terpuji atau akhlakul karimah dan pada ranah psikomotorik siswa mampu
mengaktualisasikan apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Akidah
Akhlak merupakan usaha sadar yang dilakukan dan terencana dalam menyiapkan siswa
untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan dan
pembiasaan.
Pembelajaran Akidah akhlak menurut Muhaimin (2014) merupakan bagian dari
pendidikan agama Islam yang lebih mengedepankan aspek afektif, baik nilai ketuhanan
maupun kemanusiaan yang hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam siswa
sehingga tidak hanya berkonsentrasi pada persoalan teoritis yang bersifat kognitif semata,
tetapi sekaligus juga mampu mengubah pengetahuan akidah akhlak yang bersifat kognitif
menjadi bermakna dan dapat diinternalisasikan serta diaplikasikan kedalam perilaku
kehidupan sehari-hari.
Mengenai pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji
guru dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Pembiasaan sesuai yang
tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Model Pembiasaan ini
diterapkan agar siswa mampu berfikir tingkat tinggi untuk bisa memecahkan permasalahan
yang dipaparkan dan mampu mengaktualisasikan pelajaran yang dipelajari ke dalam
kehidupan sehari-hari siswa.
Peneliti menyimpulkan berdasarkan pada temuan hasil penelitian dan teori yang
dicantumkan, bahwa analisis peneliti mengenai perencanaan Pembelajaran Akidah Akhlak
materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2 Ciamis terinterpretasi pada
kategori baik. Peneliti juga menemukan bahwa pembelajaran Akidah Akhlak materi
berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2 Ciamis ini telah tercantum pada
perangkat pembelajaran seperti, silabus, RPP, dibarengi dengan dokumentasi dari silabus
dan RPP yang dibuat oleh guru Akidah Akhlak di kelas V MIN 2 Ciamis. Dengan adanya

27
dokumentasi terhadap silabus dan RPP yang dibuat oleh guru Akidah Akhlak peneliti
menyimpukan bahwa guru Akidah Akhlak di interpretasikan baik dalam melakukan
perencanaan pembelajaran.
2. Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak
Materi Berhias Diri dengan Akhlak Terpuji
Melaksanakan proses pembelajaran merupakan tahap pelaksanaan program yang
telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah
kegiatan pembelajaran dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu
perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Melakasanakan proses pembelajaran Azyumardi Azra (2012) mengemukakan,
persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran meliputi kemampuan: (1) menggunakan metode belajar, media pelajaran,
dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan
mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa, (4)
mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (5) melaksanakan evaluasi proses
pembelajaran.
Peneliti telah memaparkan berdasarkan keterangan-keterangan yang di dapatkan
pada temuan hasil penelitian, telah dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran Akidah
Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2 Ciamis ini
dilaksanakan berdasarkan pada program yang telah ditetapkan. Guru Akidah Akhlak telah
melaksanakan seperti apa yang telah ia susun pada perencanaan pembelajaran ke dalam
proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara apa yang ada di
dalam RPP dengan seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru Akidah
Akhlak dan siswa di dalam kelas. Seluruh proses pembelajaran Akidah Akhlak telah
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan RPP, walau memang pembelajaran di beberapa
kelas membutuhkan improvisasi dari guru Akidah Akhlak. Hal ini dilakukan guna tetap
berjalannya proses pembelajaran dan tujuan pembelajaran tercapai. Penyesuaian dengan
kondisi siswa memang selayaknya dilakukan. RPP yang dibuat merupakan acuan
pelaksanaan pembelajaran, tetapi pelaksanaannya akan dikembalikan kepada kreativitas
guru Akidah Akhlak dalam mengelola kelas.
Kualitas pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji
menurut peneliti bersumber dari guru yang kompeten dan professional, guru yang

28
mengajar di kelas V MIN 2 Ciamis telah teruji Kompetensinya disertai dengan pengalaman
guru mengajar yang sudah lama sehingga memberikan efek tersendiri dalam pelaksanaan
pembelajaran terkhusus pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri dengan akhlak
terpuji dengan sendirinya berlangsung kondusif karena guru yang mengajar kompeten dan
profesional sehingga siswa menghormati guru Akidah Akhlak baik di dalam kelas maupun
di luar kelas.
Berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri
dengan akhlak terpuji berdasarkan pada apa yang peneliti amati selama proses
pembelajaran faktanya siswa telah mampu mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini
terlihat dari kondusifnya proses pembelajaran. Siswa terlihat antusias dalam belajar.
Mereka mendengarkan dan memperhatikan setiap penjelasan yang diberikan oleh guru
Akidah Akhlak, serta siswa berperan aktif dalam hal menganalisis informasi, siswa mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab, mengidentikasi serta merumuskan
pertanyaan. Siswa bisa mengevaluasi dengan memberikan penilaian terhadap solusi, ide,
gagasan dan metodologi, membuat hipotesis, serta diberikan kewenangan untuk menerima
atau menolak suatu pernyataan. Siswa pula bisa mencipta dengan menentukan cara
pandang terhadap sesuatu, merancang cara penyelesaian masalah, mengorganisasi unsur-
unsur menjadi struktur baru yang belum ada sebelumnya. Walaupun memang peneliti juga
menemukan beberapa siswa yang kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran.
Namun hal itu tidak mengganggu proses pembelajaran siswa lainnya yang memiliki
semangat belajar tinggi.
Mengenai penjelasan diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa pelaksanaan
pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2
Ciamis telah terlaksana dengan baik, kesimpulan ini peneliti dapatkan atas kesesuaian
antara aturan yang ditetapkan lembaga dengan perangkat pembelajaran yang dibuat guru
Akidah Akhlak, hingga pelaksanaan pembelajaran yang telah sesuai dengan apa yang
sudah dirancang dan dilaksanakan oleh guru.
3. Kompetensi Pedagogik Guru dalam Evaluasi Pembelajaran Akidah Akhlak
Materi Berhias Diri dengan Akhlak Terpuji
Peneliti telah mendeskripsikan dalam pembahasan mengenai temuan hasil
penelitian diterangkan di dalamnya bahwa guru Akidah Akhlak di kelas V MIN 2 Ciamis
merancang dan melaksanakan evaluasi. Bahkan pada setiap petemuan pembelajaran guru
Akidah Akhlak merancang dan melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran yang
sebagaimana dirancang berikut tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

29
Evaluasi merupakan hal yang penting harus dilakukan oleh guru, terkhusus guru Akidah
Akhlak di kelas V MIN 2 Ciamis.
Penilaian proses pembelajaran menurut Suharsimi Arikunto (2012) “penilaian
proses pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan
pembelajaran yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang
menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan”.
Kemampuan dalam mengevaluasi hasil pembelajaran menurut (Usman dan Uzer,
1994) dengan indikator antara lain:
1. Mampu merancang dan melaksanakan penilaian, seperti memahami
prinsip-prinsip penilaian, mampu menyusun macam-macam instrumen
evaluasi pembelajaran, mampu melaksanakan evaluasi.
2. Mampu menganalisis hasil penilaian, seperti mampu mengklasifikasikan hasil penilaian
dan menyimpulkan hasil penilaian secara jelas.
3. Mampu memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan kualitas pembelajaran
selanjutnya, seperti mampu memperbaiki soal yang tidak valid dan mampu
mengidentifikasi tingkat variasi hasil belajar.
Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses pembelajaran merupakan bagian
tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran,
sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa.
“Evaluasi pembelajaran menurutnya sangat penting. Guru harus memberikan
penilaian pada siswa mencakup tiga ranah yaitu kognitif afektif, dan psikomotori, terutama
pada ranah Afektif yang berkaitan langsung dengan akhlak siswa. Ketika setiap selesai
memberikan materi pembelajaran guru harus memberikan latihan kepada siswa untuk
melihat sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan. Dan penilaian
tersebut juga sebagai umpan balik bagi guru untuk mengadakan penilaian terhadap metode
pembelajaran yang guru berikan. Guna untuk mengetahui metode pembelajarannya sudah
bagus apa tidak, sehingga guru tahu kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya begitu juga
dengan siswanya”. (Wawancara, Yati Kurniati Rohmat, S.Pd.I., 11 April 2022).
Peneliti menanggapi pernyataan diatas tentang bagaimana guru Akidah Akhlak
MIN 2 Ciamis melakukan evalusi termasuk melihat terhadap instrument evaluasi yang
guru Akidah Akhlak buat yang telah mengacu pada konsep dan prinsip instrument sesuai

30
yang sekolah tetapkan, melihat pada hal tersebut tentunya peneliti merasa puas atas apa
yang dilakukan guru Akidah Akhlak MIN 2 Ciamis dalam membuat instrument evaluasi.
Peneliti mengobservasi dengan seksama dalam proses pembelajaran bahwa guru
Akidah Akhlak diakhir pembelajaran guru selalu memberikan evaluasi pembelajaran.
Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang telah dilaksanakan
peneliti di atas, maka kompetensi pedagogik dalam mengevaluasi hasil pembelajaran
merupakan kompetensi yang sangat penting di miliki seorang guru untuk mengetahui
tingkat keberhasilan yang telah dicapai guru dalam pembelajaran. Sehingga dengan
evaluasi tersebut, guru juga mendapatkan umpan balik atas setiap pembelajaran yang telah
dilaksanakannya.
Peneliti mengobservasi langsung bagaimana guru merancang dan melaksanakan
evaluasi pembelajaran Akidah Akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji. Peneliti
menyimpulkan bahwa rancangan juga pelaksanaan evaluasi yang dilakukan guru Akidah
Akhlak di kelas V MIN 2 Ciamis telah terlaksana dengan baik sesuai dengan apa yang
dirancang dan tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mencakup
evaluasi proses pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran dengan penilaian autentik,
pemberian umpan balik, program perbaikan atau remidial.

D. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian tentang analisis kompetensi pedagogik guru pada

pembelajaran akidah akhlak materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2

Ciamis, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Analisis kompetensi pedagogik guru dalam perencanaan pembelajaran Akidah Akhlak

materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2 Ciamis bahwa guru Akidah

Akhlak telah melakukan perencanaan pembelajaran yang mengaktualisasikan tiga ranah

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik dibuktikan dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang baik sesuai panduan yang ditetapkan.

2. Analisis kompetensi pedagogik guru dalam pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhlak

materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2 Ciamis bahwa guru masih

merasa kesulitan dalam mengajarkan materi berhias diri dengan akhlak terpuji dengan

menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa atau yang kita kenal

31
dengan student centered, guru juga menggunakan teknik keteladanan dan pembiasaan

yang menuntut siswa membiasakan berhias diri dengan akhlak terpuji.

3. Analisis kompetensi pedagogik guru dalam evaluasi pembelajaran Akidah Akhlak

materi berhias diri dengan akhlak terpuji di kelas V MIN 2 Ciamis bahwa rancangan

juga pelaksanaan evaluasi yang dilakukan guru belum sesuai dengan prinsip instrumen

evalusi dengan konsep Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam ranah menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta. Guru mencantumkan dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) berkaitan dengan evaluasi proses, evaluasi hasil, pemberian umpan

balik, dan remidial namun belum sesuai dengan konsep Higher Order Thinking Skills

(HOTS).

E. Daftar Pustaka

Abdullah, M. Yatimin. (2012). Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran. Jakarta: PT.
Amzah.
Anwar, Rosihon. (2008). Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Azmi, Muhammad. (2016). Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah. (Yogyakarta:
Belukar Press.
Azra, Azyumardi. (2012). Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi dan
Demokratisasi, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Basri, Hasan. (2015). Paradigma Baru Sistem Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Bloom, Benjamin. (2013). Manajemen Dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks.
Bungin, Burhan. (2019). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Daud, Muhammad. (2016). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Darajat, Zakiyah. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VII.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Agama RI. (2016). Al-Quran Dan Terjemah. Jakarta: Pustaka Agung
Harapan.

32
Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. (2005). Wawasan;
tugas guru dan tenaga kependidikan. Jakarta Depag.
Fanani, Achmad. (2016). Pengembangan Pembelajaran Berbasis HOTS di Sekolah Dasar
Kelas V. Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1. No. 1. Hal: 6-14.
Gunawan, Heri. (2012). Pendidikan karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta.
Gulo, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.
Hamalik, Oemar. (2009). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. (2012). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hikmawati, Fenti. (2017). Metodologi Penelitian. Depok: Raja Grafindo Persada.
Jamhari, Muhammad dan Zainudin A. (2017). Al-Islam 2: Muamalah Dan Akhlak. Jakarta:
Gema Insani.
Kementrian Agama RI. (2010). Al-Quran Al-kariman dan Terjemahnya. Bandung: Syamil
Quran.
Keputusan Menteri Agama. (2011). Tentang Pedoman Pengembangan Stanndar Nasional
Pendidikan Agama Islam. KMA No. 211. Th. 2011.
Keputusan Menteri Agama, Tentang Pedoman Pengembangan Stanndar Nasional
Pendidikan Agama Islam (KMA No. 211. Th. 2011).
Kusnandar. (2010). Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Manan, Syaepul. (2017). Pembinaan Akhlak Terpuji melalui Keteladanan Dan
Pembiasaan. Jurnal Pendidikan Agama Islam: Volume 15 No 1.
Minarti, Sri. (2013). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah Press.
Moleong, Lexy J. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mujahidin, Endin. (2015). Pesantren Kilat. Jakarta: Pustaka al-Kaustar.
Muhaimin. (2014). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muhadjir, Noeng. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Musfah, Jejen. (2015) Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Prenadamedia Group.
Nata, Abuddin. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Kencana Prenada Media Grup.

33
Nizar, Syamsul (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.
Nurhasanah, Nina & Auliyati, Yetty. (2018). “Pengembangan Nilai Karakter Siswa
Melalui Pembelajaran Berbasih Higher Order Thinking Skills Di Sekolah Dasar”.
Jurnal Pemberdayaan Sekolah Dasar. Volume 1, No. 1. Hal: 7-12.
Peraturan Menteri Agama. (2010). tentang Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah.
PMA: No.16, tahun 2010.
Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge. (2016). Perilaku Organisasi Edisi 16. Jakarta:
Salemba Empat.
Salamah, Murad. (2011). Wasiat Bijak Di Akhir Hayat. Solo: Pustaka Arafah.
Sudjana, Nana. (2017). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru dan
Pusat Pengajaran-Pembidangan Ilmu Lembaga Penelitian IKIP Bandung.
Sutopo. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Syafri, Ulil Amri. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Qur’an. Jakarta: Rajawali.
Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Qur’an. Bandung: Alfabeta.
Syah, Muhibbin. (2016). Psikolgi Pendidikan. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. (2014). Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. (2016). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Ramaja
Rosdakarya.
Usman, Moh Uzer (2016). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Uno, Hamzah B. (2014). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Yasin, Ahmad Fatah. (2011). Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan
Agama Islam di Madrasah (Studi Kasus di MIN 1 Malang). Jurnal el-Qudwah
Volume 1 Nomor 5.

34
1

Anda mungkin juga menyukai