Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENERAPAN KOMPETENSI KEGURUAN

DALAM PEMBELAJARAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : strategi Pembelajaran Agama Islam

Dosen Pengampu : Putri Nurhayati Lubis, M.Pd

DISUSUN OLEH:

Fitriani : 020011516

Sariani : 010011531

Muhammad fahmi : 020011526

Raudhatul Kabila :

Sultan Aska El husein

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM

DELI SERDANG SUMATERA UTARA

2021

KATA PENGANTAR
Assallamu’alaikum wr. wb
Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah memberi rahmat
dan hidayah-nya sehigga kami mampu menyelesaikan tugas yang diampu oleh Ibu
Putri Nurhayati,M.Pd. Strategi pembelajaran Agama Islam yang berjudul
“Penerapan Kopetensi Keguruan Dalam Pembelajaran”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya. Saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun atau memperbaiki demi
kesempurnaan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan
bermanfaat untuk penigkatan dan pengembangan wawasan ilmu pengetahuan kita
semua.

Lau bakeri, 30 September 2021


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Makalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran, Dan Kompetensi Guru.......................2
B. Standar Kopetensi Guru Profesional.........................................................3
C. Tujuan Kompetensi...................................................................................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam undang-undang republic indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen pada pasal 8 yang berbunyi “guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Pada
pasal 9 yang berbunyi “kualifikasi akademik sebagaimana yang dimaksud
pasal 8 di peroleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program
diploma empat”.
Pada pasal 10 yang berbunyi;
1. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang di peroleh melalui pendidikan profesi.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kompetensi guru sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.[CITATION und05 \p 1-35
\l 1033 ]

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian strategi pembelajaran,
kompetensi guru?
2. Apa saja yang terdapat dalam kompetensi guru profesional
3. Apa tujuan kompetensi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran, kompetensi guru.
2. Untuk mengetahui apa-apa saja yang terdapat pada kompetensi guru
profesional.
3. Untuk mengetahui tujuan kompetensi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran, Dan Kopetensi Guru


Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang
diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan suatu peperangan . Seorang yang berperan mengatur strategi,
untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan
menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari
kuantitas maupun kualitas; misalnya kemampuan setiap personal, jumlah dan
kekuatan persenjataan, motivasi pasukannya, dan lain sebagainya.selanjutnya
ia juga akan mengumpulkan informasi tentang kekuatan lawan, baik jumah
prajuritnya maupun keadaan persenjataannya.
Strategi pembelajaran merupakan rencana atau tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan rencana kerja
belum sampai tindakan.[CITATION san06 \l 1033 ]
Istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Competence means
fitness or ability” yang berarti kecakapan kemampuan. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia (2006: 584) kompetensi adalah” 1). kewenangan
(kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan), 2) kemampuan menguasai.
Sementara Johnson (Sanjaya 2008: 145) menyatakan “Competency as
rational performance which save factorial meets the objective for a desired
condition”. Menurutnya kompetensi merupakan perilaku rasional guna
mencapai tujuan yang dipercayakan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Dengan demikian suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk
kerja yang dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya dalam mencapai suatu
tujuan. Dari batasan tersebut, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
kompetensi pada dasarnya merupakan seperangkat kemampuan standar yang
diperlukan untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara maksimal.
Kompetensi dapat juga diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Kompetensi guru diartikan dengan penguasaan terhadap suatu tugas
(mengajar dan mendidik), keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan
untuk menunjang keberhasilan proses pendidikan yang dilakukannya. Dengan
demikian kompetensi tidak hanya berkenaan dengan kemampuan guru dalam
menyajikan pelajaran di depan kelas, melainkan termasuk keterampilan guru
dalam mendidik dan menanamkan sikap yang baik kepada Belajar. [CITATION
Nov15 \p 48 \l 1033 ]

B. Standar Kopetensi Guru Profesional


1. Kompetensi Pedagogis
Secara etimologis, kata petagogi berasal dari kata bahasa yunani,
pedos dan agogos (paedos = anak dan agoge = mengantar atau
membimbing). Karena itu pedagogi berarti membimbing anak. tugas
membimbing anak ini melekat dalam tugas seorang pendidik, apakah
guru atau orang tua. Karena itu pedagogi berarti segala usaha yang
dilakukan oleh pendidik untuk membimbing anak muda menjadi manusia
yang dewasa dan matang. Dari asal kata ini maka kopetensi pedagogis
nampaknya merupakan kopetensi yang tertua dan bahkan sudah menjadi
tuntunan mutlak bagi mannusia sepanjang zaman, karena kopetensi ini
melekat dalam martabat manusia sebagai pendidik, khususnya pendidik
asali yakni orangtua.
Ketika peran pendidik dari orangtua digantikan dengan peran guru di
sekolah maka tuntutan kemampuan pedagogis ini juga berlatih kepada
guru. Tidak hanya sebagai pengajar yang mentransfer ilmu, pengetahuan
dan keterampilan kepada siswa juga merupakan pendidik dan
pembimbing yang membantu siswa untuk mengembangkan segala
potensinya terutama terkait dengan potensi akademis maupun non
akademis. Melalui peran ini, para guu ini secara spesifik haruslah
menjadi orang yang dapat membuat siswa bisa belajar. Dengan demikian
kopetensi pedagogis terkait erat dengan kemampuan didaktik dan
metodik yang harus dimiliki guru sehingga dia dapat berperan sebagai
pendidik dan membimbing dengan baik.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi dan kopetensi Guru telah menggaris bawahi 10
kopetensi inti yang harus dimiliki oleh guru yang terkait dengan standar
kompetensi pedagogis. Kesepuluh kopetensi inti itu adalah sebagai
berikut:
a. Menguasahi karakteristik peserta didk dari aspek fisik, moral,
kultural, emosional dan intelektual.
b. Menguasai teori-teori belajar, dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
c. Mengembambangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
atau bidang pengembangan yang diampu.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan dan santun dengan
peserta didik.
h. Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
2. Kompetensi Profesional
Kopetensi professional sebagaimana yang diamanatkan oleh
peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional
Pendidikan terkait penguasaan terhadap struktur keilmuan dari mata
pelajaran yang diasuh secara luas dan mendalam, sehingga dapat
membantu guru membimbing siswa untuk menguasai pengetahuan dan
keterampilan secara optimal. Secara lebih spesifik menurut
Permendiknas No. 16/2007, standar kopetensi ini dijabarkan kedalam
lima kopetensi inti yakni:
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampuh
Penguasaan terhadap materi ini menjadi salah satu persyaratan
untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif, karena guru
sering menjadi tempat bertanya bagi siswa dan dapat juga menjadi
sumber pemuas dahaga keingintahuan siswa. Dalam diri siswa tentu
ada kebanggaan, bila memilki guru yang bisa menjadi pemuas
dahaga keingintauhannya. Selain itu penguasaan terhadap materi
juga dapat menjadi salah satu persyaratan bagi guru, untuk dapat
memberikan bantuan yang tepat terhadap permasalahan belajar yang
dihadapi oleh siswa. Sering dijumpai, siswa mengalami kesulitan
dalam belajar karena ketidak mampuannya memahami konsep-
konsep keilmuan dalam suatu pelajaran yang dipelajari. Kepada
siapa mereka akan bertanya jika sumber-sumber belajar lain tidak
dapat memberi jawaban yang memuaskan bagi mereka ? Dalam
kondisi ini, guru adalah andalan yang diharapkan bisa memberikan
bantuan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi siswa.
[CITATION Pay01 \p 28 \l 1033 ]
b. Menguasai Standar Kopetensi dan Kopetensi Dasar Mata Pelajaran
Yang diasuh.
Sebagai pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan,
guru memiliki kewajiban untuk menguasai standar kopetensi dasar
dari mata pelajaran yang diasuh. Standar kopetensi (SK) dan
Kopetensi Dasar (KD) untuk semua mata pelajaran dari jenjang SD?
MI?SDLB sampai SMA/MA/SMK/SMALB sudah disusun oleh
Badan Standar Nasioal Pendidikan (BSNP) dan sudah ditetapkan
melaui Permendiknas No. 22 tahun 2006.
Melalui penguasaan terhadap standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran maka diharapkan guru dapat
mengembankan silabus dan rencana pembelajaran secara cermat. Hal
ini karena standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah
dan dasar untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan
pembelajaran, idikator pencapaian kompetensi.[CITATION mul06 \p
109 \l 1033 ]
c. Mengembangkan materi Pembelajaran secara kreatif
Dalam mengembangkan materi pembelajaran, guru dapat
menggunakan model-model pengembangan secara sebagaimana
yang telah dikuasai dalam teori-teori pembelajaran. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa pengembangan materi pembelajaran harus
dapat mengikuti suatu pola atau urutan logis tertentu, misalnya dari
yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang konkret kepada
yang abstrak, dari yang dekat kepada yang jauh.
Prinsip utama dari penguasaan kompetensi ini adalah agar
materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa agar menjadi
bermakna bagi mereka sehingga tidak hanya diketahui dan
diamalkan oleh siswa. Melaui prinsip ini, guru dapat
mengembangkan materinya secara kratif (asalkan tidak menyimpang
dari konsep keilmuan) dengan menyesuaikannya dengan kebutuhan
khas siswa.
Dalam mengembangkan materi guru perlu memperhatikan
prinsip-prinsip berikut :
1) Validitas artinya ketepatan materi terkait dengan konsep
keilmuannya. Materi yang diberikan haruslah sudah teruji
kebenarannya sehingga tidak menimbulkan salah tafsir atau
perdebatan.
2) Keberartian artinya signifikansi dari materi tersebut terhadap
peserta didik. Materi yang sudah diberikan haruslah bermakna
bagi siswa terutama untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan
khasnya.
3) Relevansi yakni bahwa materi yang dikembangkan harus sesuai
juga dengan kemampuan siswa untuk menerimanya.
4) Kemenarikan hendaknya materi juga hendaknya materi juga
dapat mendorong siswa untuk mednalami lebih jauh atau
menimbulkan rasa ingin tahu.
5) Kepuasan artinya materi yang diberikan dapat menimbulkan
perasaan senang dan puas dalam diri siswa, karena kebutuhan
atau keinginannya terpenuhi.
d. Mengembangkan Profesional Berkelanjutan Melalui Tindakan
Relektif[CITATION Mul07 \p 139-140 \l 1033 ]
Kegiatan pengembangan professional berkelanjutan (contouning
professional development = CPD merupakan sebuah tuntutan
mutlak bagi para guru karena perkembangan ilmu dan teknologi
berjalan begitu cepat. Karena penyesuaian terhadap penguasaan ilmu
dan teknologi bagi guru haruslaj senantiasa up to date dan menjadi
salah satu syarat penting bagi guru, untuk mengembangkan diri dan
memperbaharui praktik profesionalnya. Penguasaan kompetensi ini
masih terkait dengan penguasaan salah satu kompetensi pada standar
kompetensi pedagogis. Pengembangan profesi berkelanjutan
merupakan guru di abad ini haruslah menjadi teladan seumur hidup.
e. Memanfaatkan Teknologi Informsi dan Komunikasi Untuk
Berkomunikasi dan Mengembangkan Diri
Jika dalam standar kompetensi pedagogis, pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi diperuntuhkan bagipeningkatan
kualitas pembelajran, mak dalam kompetensi professional,
pemanfaatan teknologi komunikasi bagi diperuntukkan bagi
pengembangan diri atau berkomunikasi dengan kolega dan sejawat.
Sebagaimana yang telah diketahui, penentrasi teknologi informasi
dan komunikasi terutama melalu komputer dan internet telah
merambah begitu dalam pada segala segi manusia, dan telah
dimanfaatkan secara luas oleh semua kalangan, dari anak-anak,
remaja, orang dewasa dan para professional maka kemampuan untuk
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi meruapakan
suatu hal yang mutlak.
3. Kompetensi Kepribadian
Menurut Permendiknas No.16/2007, kemampuan dalam standar
kompetensi ini mencakup lima kompetensi utama yakni:
a. Bertindak sesuai dengan agama, hukum, sosial dan kebudayaan
nasional Indonesia.
Guru tidak hanya bekerja mentransfer ilmu pegetahuan tetapi
juga menjadi pemberi teladan nilai-nilai moral yang dianut oleh
masyarakat. Ia harus menjadi garda ke depan dalam teladan moral
yang tercermin dalam sikap, perilaku dan cara hidupnya. Karakter
inilah yang menyebabkan guru dianggap sebagai tugas yang
istimewa dan mulia di mata masyarakat. Bertindak sesuai norma
agama, norma hukum dan norma sosial serta kebudayaan Nasional
Indonesia mengharuskan guru untuk satu kata dan perbuatan. Apa
yang diajarkannya kepada para murid haruslah menjadi sikap dan
cara hidupnya yang selalu diterapkan secara konsisten.
Dalam kaitan dengan guru Indonesia dengan sikap, tutur kata
dan tindakannya menjadi cerminan dari kesetiaan penghayatannya
terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancsila sebagai
sumber dari segala norma kehidupan bangsa Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
Tugas guru sebagai seorang pribadi professional yang harus juga
harus nampak dalam eksistensi dirinya sebagai pribadi yang jujur,
berakhlak mulia dan menjadi suri teladan bagi siswa dan masyarakat.
Menjadi pribadi yang jujur berarti berani untuk memperbaiki diri.
Guru memang bukanlah superman dan superwoman yang bisa dala
segala hal, tetapi juga memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu
dalam sikap, perilaku atau kemampuan yang dimilikinya. Karena
itulah ia harus terbuka juga terhadap masukan, kritik dan saran, serta
bersedia mendengarkannya dengan hati yang lapang. Ia harus juga
menyadari bahwa siswa sebagai individu yang unik, dapat menjaid
sumber untuk belajar tentang kehidupa.
Guru merupakan seorang individu yang bermakna bagi siswa
(the significant others).ia menjadi model (rode model ) yang
memperlihatkan sikap dan perilaku yang pantas dicontohi. Itulah
sebabnya guru itu dikataka digugu dan ditiru karena karakternya
sebagai pemberi teladan. Peribahasa latin
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa.
Guru yang haruslah individu yang memiliki pribadi yang stabil
secara emosional sehingga mampu membimbing siswa secara
efektif. Ini memprasyaratkan bahwa guru setidak-tidaknya harus
memiliki kecerdasan emosional yang cukup. Kecakapan dan
kemampuan yang dimiliknya baik pedagogis maupun keilmuan
belum cukup apabila bila tidak dibarengi dengan kestabilan
emosional guru.
Menjadi pribadi yang matang secara hawa nafsu,
kecenderungan-kecenderungan tertentu yang dimilkinya.
Berhadapan dengan siswa berasal dari berbagai latar belakang, watak
dan karakter, guru haruslah dapat menempatkan diri megola diri dan
emosinya sehingga berinteraksi secara efektif siswa.
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab ya[ CITATION The81 \l 1033 ]
tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya tinggi.
Guru yang memiliki etos kerja yang tinggi selalu menjunjung
tinggi semangat pengabdian tanpa pamrih. Ia mengedepankan
kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi dan mengutamakan
pelayanan prima kepada pihak-pihak pada pihak lain yang
membutuhkannya. Etos kerja tercermin dalam kedisplinan dan
ketaatannya dalam bekerja, keberanian mengambil tanggung jawab
dan kesedihan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi perkembangan
siswa maupun bagi penigkatan mutu pendidikan secara keseluruhan.
Rasa bangga menjadi guru juga harus ditunjukkan melalui
kepercayaan diri yang kokoh. Menurut Branden, kepercayaan diri
sebetulnya bersumber dari harga diri (self-esteem). Harga diri
memliki dua aspek yang saling berkaitan yakni rasa kemampuan diri
(a senses of personal efficacy) dan rasa kebermaknaan diri ( a senses
of personal worth)[CITATION bra81 \p 110 \l 1033 ]
e. Menjunjung tiggi kode etik profesi guru.
Guru sebagai professional yang diikat melalui suatu persekutuan
kesejawatan dalam sebuah organisasi profesi guru tertentu harus
memiliki kode etik yang mengatur sikap dan profesionalnya. Kode
etik merupakan pedoman sikap dan perilaku bagi anggota profesi
dalam profesional maupun dalam hubungan dengan masyarakat.
4. Kompetensi Sosial
Guru professional juga memiliki kompetensi sosial yang dapat
diandalkan. Kompetensi ini nampak dalam kemampuan untuk
berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain secara efektif (siswa,
rekan, guru, orang tua, kepala sekolah, dan masyarakat pada umumnya).
Menurut permendiknas No.16/2007, kemampuan dalam standart
kompetensi ini mencakup empat kompetensi utama yakni: 1)bersikap
inklusif dan bertindak objektif serta tidak deskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin,agama, ras, kondisi fisik,latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi; 2)berkomunikasi efektif, empatik,
dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tau, dan
masyarakat; 3)beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah republic
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya; 4)berkomunikasi
dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan
atau bentuk lain. Berikut akan dijelaskan secara spesifik keempat
kompetensi utama tersebut.

a. Bersikap inklusif, bertindak objektif dan tidak diskriminatif


Bersikap inklusif artinya bersikap terbuka tehadap berbagai
perbedaan yang dimiliki oleh orang lain dalam berinteraksi. Guru
dalam berinteraksi dengan siswa atau sesame guru juga berhadapan
dengan realitas ini. Siswa memiliki latar belakang yang berbeda-
beda dari segi jenis kelamin, agama, suku, ras, status sosial ekonomi,
dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan selera, minat, prefensi juga
dapat membawa situasi konflik yang potensial. Situasi semacam ini
memiliki potensi konflik tertentu baik laten atau nyata. Guru
professional adalah guru yang bisa membawa diri dalam situasi
semacam ini. Ia harus bisa berinteraksi dan bergaul dengan siswa
atau rekan sejawat atau bahkan anggota masyarakat yang berada
pada latar semacam ini.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
Pada prinsipnya komunikasi yang efektif terjadi apabila pesan
yang disampaikann oleh pengirim pesan (guru) dapat diterima
dengan baik oleh penerima (orang tua, rekan sejawat, atau
masyarakat pada umumnya), komunkasi yang efektif
memprasyaratkan guru dalam berkomunikasi dengan orang lain
harusnya memperhatikan kebutuhan dasar, kecendrungan, minat dan
aspirasi, serta nilai-nilai yang mereka anut. Di pihak guru sendiri
selaku komunikator juga harus memperhatikan kredibilitas dan daya
Tarik yang di milikinya. Kredibilitas berkaitan dengan kemampuan
dan keahlian yang dimiliki guru sehingga apa yang disampaikan
kepada orang lain selaku penerima pesan dapat diterima dengan baik
karena dianggap berasal dari sumber yang dapat dipercaya atau
diandalkan. Kredibilitas yang dimiliki guru selaku komunikator juga
sekaligus berlaku sebagai daya Tarik tertentu bagi orang lain.
Sehingga pesan-pesan guru dapat memikat perhatian mereka.

c. Beradaptasi di tempat tugas di seluruh wilayah RI


Guru Indonesia telah disiapkan untuk mampu bekerja diseluruh
Indonesia. Ia telah disiapkan sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat dimana saja di seluruh wilayah Indonesia.karena itu guru
harus memiliki cultural intelligence (CI) yakni kemampuan untuk
beradaptasi dengan kondisi budaya yang beraneka ragam diseluruh
Indonesia. Kemampuan beradaptasi ini antara lain ditunjukkan
dengan kemampuan untuk menempatkan diri sebagai warga
masyarakat dimana pun ia bekerja, kemampuan untuk memahami
dan menggunakan bahasa setempat sebagai bahasa pergaulan.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
Kemampuan komunikasi guru tidak hanya sebatas
berkomunikasi dalam konteks pembelajaran yang melibatkan
interaksi guru siswa, tetapi juga kemampuan untuk bisa
berkomunikasi secara ilmiah dengan komunitas sepofesi maupun
komunitas profesi lain dengan menggunakan berbagai macam media
dan forum. Melalui komunikasi semacam ini guru dapat memberikan
pencerahan kepada masyarakat melalui media seperti majalah, surat
kabar, bahkan melalui website-website gratis yang sekarang banyak
tersedia di dunia maya. Komunikasi dengan sejawat seprofesi
maupun profesi lain, juga dapat dilakukan melalui penyajian hasil
penelitian atau pemikiran dalam forum-forum ilmiah seperti seminar,
lokakarya,panel, dan lain sebagainya pada berbagai level (lokasi,
nasional, maupun internasional).[CITATION Pay01 \p 43 \l 1033 ]

C. TUJUAN KOMPETENSI
Dalam kompetensi sebagai tujuan, didalamnya terdapat berbagai aspek,
yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif.
Misalnya, seorang guru dasar mengetaheui teknik –teknik
mengidentifikasi kebutuhan siswa, dan menentukan strategi pembelajaran
yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa.
2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang dimilki
setiap individu. Misalnya, guru sekolah dasar bukan hanya sekedar tahu
tentang teknik mengidentifikasi siswa, tapi juga memahami langkah-
langkah yang harus dilaksanakan dalam proses mengidentifikasi tesebut.
3. Kemahiran (skiil) yaitu kemampuan individu untuk melaksanakan secara
praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Misalnya, kemarihan guru menggunakan media dan sumber
pembelajaran dalam proses belajar mengajar didalam kelas; kemahiran
guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.
4. Nilai (value) yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu.
Nilai inilah yang selanjutnya akan menuntun setiap individu dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Misalnya nilai-nilai kejujuran, nilai
kesederhanaan, nilai keterbukaan, dan lain sebagainya.
5. Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu
untuk melakukan sesuatu perbuatan. Minat adalah aspek yang dapat
menentukan motivasi seseorang melakukan aktifitas tertentu.
Sesuai dengan aspek-apek diatas, maka tampak bahwa kompetensi
sebagai tujuan dalam kurikulum kompleks. Artinya, kurikulum berdasarkan
kompetensi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa agar melakukan sesuatu dalam bentuk
kemahiran disertai rasa tanggung jawab. Dengan demikian, tujuan yang ingin
dicapai dengan kompetensi ini bukan hanya sekedar pemahaman akan materi
pelajaran, kan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat
cara bertidak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.[CITATION san06 \p
70 \l 1033 ]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Strategi pembelajaran merupakan rencana atau tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan rencana kerja
belum sampai tindakan.[CITATION san06 \l 1033 ]
Istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Competence means
fitness or ability” yang berarti kecakapan kemampuan. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia (2006: 584) kompetensi adalah” 1). kewenangan
(kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan), 2) kemampuan menguasai.
Sementara Johnson (Sanjaya 2008: 145) menyatakan “Competency as
rational performance which save factorial meets the objective for a desired
condition”.
Standar Kopetensi Guru Profesional ;
1. Kompetensi pedagogis
2. Kopetensi Profesional
3. Kompetensi Kepribadian
4. Kompetensi sosial
Tujuan kompetensi kurikulum berdasarkan kompetensi bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kecakapan, nilai, sikap dan minat
siswa agar melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai rasa tanggung
jawab.

B. SARAN
Dengan demikian kami buat, kami sadar makalah ini jauh lebih kata
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk dari
pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami
selanjutnya. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan
kita semuanya.

DAFTAR PUSTAKA

Branden , The Psicology of esteern, (Toronto; batam books; 1981)


Feralys Novauli. M,( Februari 2015), Kompetensi Guru Dalam Peningkatan
Prestasi Belajar Pada Smp Negeri Dalam Kota Banda Aceh, Jurnal
Administrasi Pendidikan ISSN 2302-0156 Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala, Volume 3, No. 1, Februari 2015. Hal.48
https://media.neliti.com/media/publications/72121-ID-kompetensi-guru-dalam-
peningkatan-presta.pdf
Marselus R.Payong Sertifikasi Profesi Guru Knsep dasar, Problematika dan
Implementasinya. (jakarta barat: PT. indeks; 2011)
Mulyasa, kurikulum tingkat satuan pendidikan,(bandung;remaja rosdakarya,2006)
Mulyasa,standar kompetensi dan sertifikasii guru (bandung; remaja rosdakarya;
2007)
Sanjaya, Wina. strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,
(Jakarta; Fajar Indera Pratama Mandiri, 2006).
undang-undang republic Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
hal 1-36, journal kompetensi guru,
file:///C:/Users/Asus/Downloads/04.%20Undang-Undang%20Republik
%20Indonesia%20Nomor%2014%20Tahun%202005%20Tanggal
%2030%20Desember%202005%20Tentang%20Guru%20dan
%20Dosen.PDF

Anda mungkin juga menyukai