Anda di halaman 1dari 18

KONSEP NEGARA HUKUM

“Disusun Untuk Tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara”

Disusun oleh :

Putri Megawati Agustin


Dimas Adi Putra

Dosen pengampu :

M. Hasan Elkholiqiyah, S.H. M.H

PROGRAM STUDI AHWAL SYAHSYIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARAFAH

SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Konsep
Negara Hukum”. Shalawat dan salam saya junjungkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW., yang telah membawa kita dari zaman kegelapan sehingga
zaman terang benderang.
Selanjutnya kami berterima kasih kepada dosen kita Ustad M. Hasan
Elkholiqiyah, S.H, M.H., selaku dosen dengan mata kuliah “Hukum Tata
Negara” yang telah membimbing serta mengarahkan kami dengan sabar dan
ikhlas dalam menyusun makalah ini
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini, maka
dari itu kritik dan saran dari pembaca, kami harapkan agar dapat
menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Pancur Batu, 08 Februari 2022


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Definisi Negara Hukum................................................................................3
B. Ciri-Ciri Negara Hukum...............................................................................4
C. Tujuan Hukum..............................................................................................6
D. Konsep Negara Hukum.................................................................................7
E. Hubungan Indonesia Sebagai Negara Hukum dengan UUD 1945.............11
BAB III PENUTUP.............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara hukum indonesia sudah berdiri sejak di proklamirkan
kemerdekaannya sejak tanggal 17 agustus 1945, yang sudah terjadi selama
enam puluh tahun silam. Indonesia dikatakan sebagai negara hukum telah
tertuang dalam penjelasan Undang – Undang Dasar 1945. Dalam penjelasan
mengenai sistem pemerintahan negara, dikatakan bahwa, “ Indonesia adalah
negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (Machtsstaat)”. Kemudian dipertegas lagi dalam pasal 1
ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Negara
hukum sudah merupakan tipe negara yang umum dimiliki oleh bangsa –
bangsa di dunia saat ini. Karena adanya hukum ini adalah untuk membatasi
sikap penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang dalam menjalankan
negaranya.
Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus
dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum,
bukan politik ataupun ekonomi. Sesuai prinsip Negara Hukum adalah ‘the
rule of law, not of man’. Yang disebut pemerintahan pada pokoknya
adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya bertindak
sebagai ‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya. Maka dari itu,
Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita tentang Negara Hukum dan
Negara Hukum Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud negara hukum?
2. Bagaimana ciri-ciri negara hukum?
3. Apa tujuan dari hukum?
4. Bagaimana konsep dari negara hukum?

1
5. Bagaimana hubungan Indonesia sebagai negara hukum dengan UUD
1945?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari negara hukum.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri negara hukum.
3. Untuk mengetahui tentang tujuan hukum.
4. Untuk mengetahui konsep dari negara hukum.
5. Untuk mengetahui hubungan Indonesia sebagai Negara Hukum dengan
UUD 1945.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Negara Hukum


Negara adalah suatu badan yang merupakan alat dari masyarakat untuk
mengatur hubungan antar manusia dalam suatu wilayah tertentu diman
didalamnya terdapat pemerintah yang berdaulat untuk mewujudkan tujuan
negara yang memiliki, (1) sifat memaksa ketertiban, menghilangjkan
anarkisme, (2) sifat monopoli, tujuan bersama dimonopoli oleh negara, (3)
sifat mencakup semua, peraturan per-UU-an yang berlaku untuk semua.
(Wahyudi, 2014)
Melihar sifat negara yang memaksa, maka dibutuhkanlah sebuah hukum
dalam suatu negara untuk menjalankannya. Hukum ini dipakai sebagai alat
untuk kontrol sosial, yaitu suatu proses mempengaruhi orang – orang untuk
bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat. Pengontrolan hukum ini
dilakukan dengan berbagai cara dan melalui badan – badan resmi yang
didirikan oleh negara. (Huda, 2014)
Negara hukum adalah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat),
tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat), dan pemerintahannya
berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), dan tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan tak terbatas). Adapun ciri – ciri negara hukum :
1. Adanya Undang Undang Dasar atau Konstitusi yang memuat ketentuan
tertulis tentang hubungan antara penguasa dan rakyat.
2. Adanya pembagian kekuasaan negara.
3. Diakui dan dilindungi hak – hak kebebasan rakyat.
Dari ciri-ciri diatas menunjukkan bahwa ide pokok negara hukum adalah
pengakuan terhadap hak asasi manusia yang bertumpu atas prinsip kebebasan
dan persamaan. Adanya Undang-Undang Dasar akan memberikan jaminan
konstutional terhadap asas kebebasan dan persamaan.
Paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari paham kerakyatan,
sebab pada akhirnya, hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan negara
atau pemerintah diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar kekuasaan
atau kedaulatan rakyat.

3
B. Ciri-Ciri Negara Hukum
1. Ciri Negara hukum Eropa Kontinental

Menurut Kant untuk dapat disebut sebagai Negara hukum harus


memiliki dua unsur pokok, yaitu:
a. Adanya perlindungan HAM.
b. Adanya pemisahan kekuasaan.
Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata model Negara hukum ini
belum memuaskan dan belum dapat mencapai tujuan kalau hanya dua
unsur tersebut tidaklah cukup. Maka Negara hukum sebagai paham
liberal berubah ke paham Negara kemakmuran (Welvaarstaat atau Social
Service Staat) yang dipelopori oleh Friedrich Julius Stahl. Menurut Stahl
Negara hukum harus memenuhi empat unsur pokok, yaitu:
a. Adanya perlindungan HAM.
b. Adanya pemisahan kekuasaan
c. Pemerintah haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum.
d. Adanya peradilan administrasi.
Pada suatu Welvaarstaat tugas pemerintah adalah mengutamakan
seluruh kepentingan rakyat. Dalam mencampuri urusan kepentingan
rakyat pemerintah harus dibatasi oleh undang-undang. Apabila timbul
perselisihan antara pemerintah dengan rakyat akan diselesaikan oleh
peradilan administrasi yang berdiri sendiri. Peradilan ini memenuhi dua
persyaratan yaitu yang pertama, tidak memihak ke pihak manapun dan
yang kedua, petugas-petugas peradilan harus terdiri dari orang-orang
yang ahli dalam bidang-bidang tersebut.
2. Ciri Negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law)
Menurut A.V. Dicey, Negara hukum harus memiliki 3 (tiga) unsur
pokok, yaitu:
a. Supremacy of Law (Supremasi Hukum).

4
Dalam suatu Negara hukum, maka kedudukan hukum
merupakan posisi tertinggi. Kekuasaan harus tunduk pada hukum,
bukan sebaliknya hukum tunduk pada kekuasaan, maka kekuasaan
dapat membatalkan hukum, dengan kata lain hukum hanya dijadikan
alat untuk membenarkan kekuasaan. Hukum harus menjadi tujuan
untuk melindungi kepentingan rakyat.
b. Equality Before The Law (Kedudukan Sama/Sederajat dimata
Hukum).
Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat
dimata hukum adalah sama (sederajat), yang membedakan hanyalah
fungsinya, yakni pemerintah berfungsi mengatur dan rakyat yang
diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur berpedoman satu,
yaitu undang-undang. Bila tidak mempunyai persamaan hukum
maka orang yang mempunyai kekuasaan akan merasa kebal hukum.
Pada prinsipnya Equality Before The Law adalah tidak ada tempat
bagi backing yang salah, melainkan undang-undang merupakan
backing  (bantuan/dorongan) terhadap yang benar.
c. Human Right (Hak-hak Manusia dalam UU).
Human Right meliputi 3 hal pokok, yaitu:
1) The Right to Personal Freedom (Kemerdekaan Pribadi)
Yaitu hak untuk melakukan sesuatu yang dianggap baik
bagi dirinya tanpa merugikan orang lain.
2) The Right of Discussion (Kemerdekaan Berdiskusi)
Yaitu hak untuk mengemukakan pendapat dan mengkritik
dengan ketentuan yang bersangkutan, juga harus bersedia
mendengarkan pendapat dan menerima kritik dari orang lain.
3) The Right of Public Meeting (Kemerdekaan Mengadakan Rapat)
Kebebasan ini harus dibatasi jangan sampai menimbulkan
kekacauan atau memprovokasi. Paham Dicey ini adalah
merupakan kelanjutan dari ajaran John Locke yang berpendapat
bahwa manusia sejak lahir sudah mempunyai hak-hak azasi &

5
tidak seluruh hak-hak azasi diserahkan kepada Negara dalam
kontrak sosial.
Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum
Anglo Saxon adalah keduanya mengikuti adanya Supremasi Hukum.
Perbedaannya adalah pada Negara Anglo Saxon tidak terdapat peradilan
administrasi yang berdiri sendiri sehingga siapa saja yang melakukan
pelanggaran akan diadili pada peradilan yang sama, sedangkan Negara
hukum Eropa Kontinental terdapat peradilam administrasi yang berdiri
sendiri.
Selanjutnya konsep Rule of  Law dikembangkan dari ahli hukum
(International Comunition of  Jurits) Asia Tenggara & Asia Pasifik yang
berpendapat bahwa Rule of Law harus mempunyai syarat/ciri sebagai
berikut:
a. Perlindungan Konstitusional.
b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
c. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
d. Pemilihan umum yang bebas.
e. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi.
f. Pendidikan civics (kewarganegaraan/politik)
Adapun ciri Negara hukum menurut Montesquieu, yaitu:
a. Perlindungan HAM.
b. Ditetapkan suatu ketatanegaraan suatu negara.
c. Membatasi kekuasaan & wewenang organ-organ negara.

C. Tujuan Hukum
Di dalam ilmu hukum disebutkan bahwa tujuan hukum adalah
menciptakan ketertiban dan keadilan. Dalam membahas masalah tujuan
hukum, banyak pendapat dikemukakan oleh para sarjana. Namun demikian
secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan hukum adalah sesuatu yang
ingin dicapai oleh hukum. Menurut L.J. Van Apeldoorn, tujuan hukum adalah
untuk memepertahankan ketertiban masyarakat. (Pakpahan, 2010) Dalam
mempertahankan ketertiban tersebut hukum harus secara seimbang

6
melindungi kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat. Mengenai
kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat ini, Roscoe Pond
membedakan antara kepentingan pribadi, kepentingan publik, dan
kepentingan sosial. Apabila pandangan Van Apeldoorn dikaitkan dengan
pandangan Roscoe Pond tersebut, berarti dalam mempertahankan ketertiban
masyarakat, hukum harus mampu menyeimbangkan kepentingan-kepentingan
pribadi, publik, dan sosial. Pengaturan yang didalamnya terdapat
keseimbangan antara kepentingan-kepentingan tersebut oleh Van Apeldoorn
dikatakan sebagai pengaturan yang adil.
Keadilan menurut Ulpianus adalah Justitia est perpetua et constans
voluntas jus suum cuique tribuendi yang kalau diterjemahkan secara bebas
keadilan adalah suatu keinginan yang terus menerus dan tetap untuk
memberikan kepada orang apa yang menjadi haknya. Ini berarti keadilan
bahwa keadilan harus senantiasa mempertimbangkan kepentingan yang
terlibat di dalamnya
Terdapat 4 kelompok teori mengenai tujuan negara sebagai berikut :
(Atmadja, 2017)
1. Teori Kekuasaan : tujuan negara semata-mata untuk mempertahankan
“Penguasa”, teori ini merupakan teori pendukung diktatur.
2. Teori Kemakmuran Negara : tujuan negara ialah negara itu sendiri,
karena pusat segala kehidupan ada pada negara.
3. Teori Kemakmuran Individu : kebebasan sepenuhnya untuk mencapai
kemakmuran dan dapat dicapai dengan melalui kebebasan individu yang
dijamin oleh UU.
4. Teori Kemakmuran Rakyat : tujuan ini mengutamakan kemakmuran
rakyat yang harus dicapai secara adil. Sehingga tipe negara hukum adalah
tipe yang diidealkan oleh teori ini.

D. Konsep Negara Hukum


Dalam bernegara, umat manusia memang tidak mengenal adanya konsep
Negara Ekonomi atau pun Negara Politik. Yang ada adalah doktrin mengenai
Negara Hukum. Negara kita diimpikan oleh ‘the founding leaders’ sebagai

7
Negara Hukum atau ‘Rechtsstaat’ menurut tradisi Eropa Kontinental atau pun
‘The Rule of Law’, (Plato : 1986) menurut tradisi Anglo-Amerika. Negara
Indonesia ialah ‘rechtsstaat’, bukan ‘machtsstaat’ (negara kekuasaan) atau
pun korporatokrasi.
Menurut Huda (2005:73-74), persaman antara konsep rechtsstaat dengan
konsep rule of law, yaitu: pada dasarnya kedua konsep itu mengarahkan
dirinya pada satu sasaran yang utama, yakni pengakuan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia. Sedangkan perbedaan antara konsep
rechsstaat dengan konsep rule of law, yaitu: (Simamora, 2014)
1. Konsep rechsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme
sehingga sifatnya revolusioner, sebaliknya konsep rule of law
berkembang secara evolusioner.
2. Konsep rechsstaat bertumpu atas sistem hukum kontinental yang disebut
civil law, sedangkan konsep rule of law bertumpu atas sistem hukum
yang disebut common law. Karakteristik civil law adalah administratif,
sedangkan karakteristik common law adalah judicial.
Menurut Mahfud MD (dalam Imamuddin, 2011), perbedaan konsepsi
antara rechtsstaat dengan rule of law sebenarnya lebih terletak pada
operasionalisasi atas substansi yang sama yaitu perlindungan atas hak-hak
asasi manusia.
Menurut Kampar (2008), perbedaan yang menonjol antara konsep
rechtsstaat dan rule of law ialah pada konsep rechtsstat peradilan administrasi
negara merupakan suatu sarana yang sangat penting dan sekaligus pula ciri
yang menonjol pada rechtsstaat itu sendiri. Sebaliknya pada rule of law,
peradilan administrasi tidak diterapkan, karena kepercayaan masyarakat yang
demikian besar kepada peradilan umum. Ciri yang menonjol pada konsep
rule of law ialah ditegakkannya hukum yang adil dan tepat (just law).
Prinsip pokok negara hukum menurut Jimly Asshiddiqie adalah sebagai
berikut :
1. Supremasi Hukum (supremacy of law)
Adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi
hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai

8
pedoman tertinggi. Dalam perspektif supremasi hukum (supremacy of
law), pada hakikatnya pemimpin tertinggi negara yang sesungguhnya,
bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang mencerminkan hukum yang
tertinggi. Pengakuan normative mengenai supremasi hukum adalah
pengakuan yang tercermin dalam perumusan hukum dan/atau konstitusi,
sedangkan pengakuan empirik adalah pengakuan yang tercermin dalam
perilaku sebagian terbesar masyarakatnya bahwa hukum itu memang
‘supreme’.
2. Persamaan dalam Hukum (equality before the law)
Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan
pemerintahan, yang diakui secara normative dan dilaksanakan secara
empirik. Dalam rangka prinsip persamaan ini, segala sikap dan tindakan
diskriminatif dalam segala bentuk dan manifestasinya diakui sebagai
sikap dan tindakan yang terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang
bersifat khusus dan sementara yang dinamakan ‘affirmative actions’ guna
mendorong dan mempercepat kelompok masyarakat tertentu atau
kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan sehingga
mencapai tingkat perkembangan yang sama dan setara dengan kelompok
masyarakat kebanyakan yang sudah jauh lebih maju. Kelompok
masyarakat tertentu yang dapat diberikan perlakuan khusus melalui
‘affirmative actions’ yang tidak termasuk pengertian diskriminasi itu
misalnya adalah kelompok masyarakat suku terasing atau kelompok
masyarakat hukum adapt tertentu yang kondisinya terbelakang.
Sedangkan kelompok warga masyarakat tertentu yang dapat diberi
perlakuan khusus yang bukan bersifat diskriminatif, misalnya, adalah
kaum wanita ataupun anak-anak terlantar.
3. Asas legalitas
Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas
legalitas dalam segala bentuknya (due process of law), yaitu bahwa
segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-
undangan yang sah dan tertulis. Peraturan perundang-undangan tertulis
tersebut harus ada dan berlaku lebih dulu atau mendahului tindakan atau

9
perbuatan administrasi yang dilakukan. Dengan demikian, setiap
perbuatan atau tindakan administrasi harus didasarkan atas aturan atau
‘rules and procedures’ (regels). Prinsip normatif demikian nampaknya
seperti sangat kaku dan dapat menyebabkan birokrasi menjadi lamban.
Oleh karena itu, untuk menjamin ruang gerak bagi para pejabat
administrasi negara dalam menjalankan tugasnya, maka sebagai
pengimbang, diakui pula adanya prinsip ‘Freies Ermessen’ yang
memungkinkan para pejabat administrasi negara mengembangkan dan
menetapkan sendiri ‘beleid-regels’ atau ‘policy rules’ yang berlaku
internal secara bebas dan mandiri dalam rangka menjalankan tugas
jabatan yang dibebankan oleh peraturan yang sah.
4. Pembatasan kekuasaan
Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-organ Negara
dengan cara menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal
atau pemisahan kekuasaan secara horizontal. Sesuai dengan hukum besi
kekuasaan, setiap kekuasaan pasti memiliki kecenderungan untuk
berkembang menjadi sewenang-wenang, seperti dikemukakan oleh Lord
Acton: “Power tends to corrupt, and absolute power corrupts
absolutely”. Karena itu, kekuasaan selalu harus dibatasi dengan cara
memisah-misahkan kekuasaan ke dalam cabang-cabang yang bersifat
‘checks and balances’ dalam kedudukan yang sederajat dan saling
mengimbangi dan mengendalikan satu sama lain. Pembatasan kekuasaan
juga dilakukan dengan membagi-bagi kekuasaan ke dalam beberapa
organ yang tersusun secara vertical. Dengan begitu, kekuasaan tidak
tersentralisasi dan terkonsentrasi dalam satu organ atau satu tangan yang
memungkinkan terjadinya kesewenang-wenangan.
Idealitas negara berdasarkan hukum ini pada dataran implementasi
memiliki karakteristik yang beragam, sesuai dengan muatan lokal, falsafah
bangsa, ideologi negara, dan latar belakang historis masing-masing negara.
Oleh karena itu, secara historis dan praktis, konsep negara hukum muncul
dalam berbagai model seperti negara hukum menurut Qur’an dan Sunnah atau
nomokrasi Islam, negara hukum menurut konsep Eropa Kontinental yang

10
dinamakan rechtsstaat, negara hukum menurut konsep Anglo-Saxon (rule of
law), konsep socialist legality, dan konsep negara hukum Pancasila.
Menurut Philipus M. Hadjon, karakteristik negara hukum Pancasila
tampak pada unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia, yaitu sebagai
berikut :
1. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
2. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara;
3. Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana ter-akhir;
4. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Berdasarkan penelitian Tahir Azhary, negara hukum Indonesia memiliki
ciri-ciri sebagai berkut :
1. Ada hubungan yang erat antara agama dan negara;
2. Bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa;
3. Kebebasan beragama dalam arti positip;
4. Ateisme tidak dibenarkan dan komunisme dilarang;
5. Asas kekeluargaan dan kerukunan.
Meskipun antara hasil penelitian Hadjon dan Tahir Azhary terdapat
perbedaan, karena terdapat titik pandang yang berbeda. Tahir Azhary
melihatnya dari titik pandang hubungan antara agama dengan negara,
sedangkan Philipus memandangnya dari aspek perlindungan hukum bagi
rakyat. Namun sesungguhnya unsur-unsur yang dikemukakan oleh kedua
pakar hukum ini terdapat dalam negara hukum Indonesia. Artinya unsur-
unsur yang dikemukakan ini saling melengkapi.

E. Hubungan Indonesia Sebagai Negara Hukum dengan UUD 1945


Bentuk pemerintahan Indonesia adalah ‘Republik’. Disebut republik, dan
bukan kerajaan (monarchi), karena pengalaman bangsa indonesia dimasa
sebelum kemerdekaan, penuh diliputi oleh sejarah kerajaan – kerajaan besar
dan kecila diseluruh wilayah nusantara. Namun, sejak bangsa Indonesia

11
merdeka dan membentuk negara modern yang diproklamasikan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Bentuk pemerintahan yang
dipilih adalah ‘Republik’. Karena itu, falsafah dan kultur politik yang bersifat
‘kerajaan’ yang didasarkan atas sistem feodalisme dan paternalisme, tidaklah
dikehendaki oleh bangsa Indonesia modern. Bangsa Indonesia menghendaki
negara modern dalam pemerintahan ‘res publica’.
Dalam konstitusi ditegaskan bahwa negara Indonesia adalaha negara
hukum (rechtsstaat), bukan negara kekuasaan (machtsstaat). Didalamnya
terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum
dan konstitusi dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan
menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang Undang Dasar.
Adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak yang menjamin
persamaan setiap warga dalam hukum, serta menjamin keadilan yang setiap
orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang
berkuasa. Dalam paham negara hukum itu, hukumlah yang memegang
komando tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Dengan demikian, harus
diadakan jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut
prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat (democratische rechtsstaat).
Prinsip-prinsip itu tidak boleh mengabaikan demokrasi yang diatur dalam
Undang Undang Dasar.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagai jantung dan
jiwa Negara. Undang-undang dasar suatu Negara memberi tahu kepada kita
tentang apa maksud membentuk Negara, bagaimana cita-citanya dengan
bernegara itu , apa yang ingin dilakukannya ,serta asas-asas kehidupan yang
terdapat di dalamnya. Dengan undang-undang dasar itu suatu Negara sebagai
komunitas memiliiki tujuan yang jelas dan akan memandu menuju apa yang
dicita-citakan.Undang-undang dasar juga sangat penting bagi
penyelenggaraan hukum suatu Negara ,oleh karena pada saat-saat tertentu
hukum perlu melihat kepada panduan yang diberikan oleh undang-undang
dasarnya. Hal tersebut terjadi, Misalnya ,pada saat hukum mengalami
kebuntuan dan tidak tahu ke mana harus melangkah.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara hukum adalah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat),
tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat), dan pemerintahannya
berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), dan tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan tak terbatas). Adapun ciri – ciri negara hukum :
1. Adanya Undang Undang Dasar atau Konstitusi yang memuat ketentuan
tertulis tentang hubungan antara penguasa dan rakyat.
2. Adanya pembagian kekuasaan negara.
3. Diakui dan dilindungi hak – hak kebebasan rakyat.
Dari ciri-ciri diatas menunjukkan bahwa ide pokok negara hukum adalah
pengakuan terhadap hak asasi manusia yang bertumpu atas prinsip kebebasan
dan persamaan. Adanya Undang-Undang Dasar akan memberikan jaminan
konstutional terhadap asas kebebasan dan persamaan. Negara hukum adalah
negara yang kekuasaan tertingginya adalah hukum itu sendiri. Seperti yang
kita tahu bahwa tujuan hukum adalah untuk ketertiban masyarakat itu sendiri.
Konsep dari negara hukum adalah rechtsstaat dan rule of law yang mana
keduanya sama-sama mengarahkan dirinya pada satu sasaran yang utama,
yakni pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.
Dalam paham negara hukum itu, hukumlah yang memegang komando
tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Dengan demikian, harus diadakan
jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip
demokrasi atau kedaulatan rakyat (democratische rechtsstaat). Prinsip –
prinsip itu tidak boleh mengabaikan demokrasi yang diatur dalam Undang
Undang Dasar. Dengan undang-undang dasar itu suatu Negara sebagai
komunitas memiliiki tujuan yang jelas dan akan memandu menuju apa yang
dicita-citakan.Undang-undang dasar juga sangat penting bagi
penyelenggaraan hukum suatu Negara. Karena didalam Undang Undang

13
Dasar Negara Republik Indonesia telah tertuang cita-cita luhur bangsa
Indonesia dan merupakan jantung bagi bangsa Indonesia.

B. Saran
Adapun yang ingin dimintakan perhatian di sini yaitu, hendaknya kita
juga meninjau perkembangan hukum di Indonesia semenjak penjajahan
sebagai pembelajaran untuk masa sekarang dan yang akan datang. Terutama
untuk menghadapi masalah yang sudah pernah terselesaikan di masa lampau,
seperti korupsi. Banyak hal yang harus dilakukan untuk mencapai Tujuan dan
cita-cita Indonesia sebagai Negara hukum agar ‘negara hukum’ tidak sekedar
menjadi slogan kaku yang tidak bisa di realisasikan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, I. G. (2017). Ilmu Negara. Yogyakarta: Setara Press.
Huda, N. (2014). Ilmu Negara. Jakarta: Rajawali Pers.
Pakpahan, M. (2010). Ilmu Negara dan Politik. Jakarta: PT. Bumi Intitama
Sejahtera.
Simamora, J. (2014). Tafsir Makna Negara Hukum dalam Perspektif Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jurnal Dinamika
Hukum, XIV(3), 547-561.
Wahyudi, A. (2014). Ilmu Negara dan Tipologi Kepemimpinan Negara.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

15

Anda mungkin juga menyukai