Anda di halaman 1dari 18

TAFSIR SURAH TENTANG SHALAT

Disusun Untuk Tugas Mata Kuliah

Tafsir Ahkam

Disusun oleh :

Putri Megawati Agustin

Dosen pengampu :

Dr. Usman Betawi, M.HI

PROGRAM STUDI AHWAL SYAHSYIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARAFAH

SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Tafsir Ayat
Tentang Sholat”. Shalawat dan salam saya junjungkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW., yang telah membawa kita dari zaman kegelapan sehingga
zaman terang benderang.
Selanjutnya kami berterima kasih kepada dosen kita Ustad Dr. Usman Betawi,
M.HI., selaku dosen dengan mata kuliah “Tafsir Ahkam” yang telah membimbing
serta mengarahkan kami dengan sabar dan ikhlas dalam menyusun makalah ini
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini, maka
dari itu kritik dan saran dari pembaca, kami harapkan agar dapat
menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Pancur Batu,15 Februari 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Tafsir Surah Al-Baqarah : 83........................................................................3
B. Tafsir Surah An Nisa 77................................................................................6
C. Tafsir Surah Yunus : 87................................................................................8
D. Tafsir Surah An-Nur 58..............................................................................10
E. Tafsir Surah Al-Isra’ 78..............................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang kedua, merupakan rukun
wajib stelah melafadzkan du kalimat syahadat. Kesepakatan (Ijma’)
dikalangan muslimin terutama para ulama menyepakati kewajiban shalat lima
waktu. Hukuman bagi Orang yang mengingkari kewajiban shalat, ataupun
meninggalkanya dengan snegaja secara terus-menerus, dihukumi kafir.
Ketika ibadah shlat menempati kedudukan tertinggi dalam agama Islam,
sebagai Langkah meraih ketengan dan kebahagian hakiki di dunia dan di
akhirat, maka sangatlah urgen brikhtiar dan berusaha mencapai kualitas
ibadah yang baik berdasarkan tuntunan Rasulullah sebagai mana sabdanya :
ِ
َ ‫صلُّو ا َك َما َر َْأيتُ ُمو نيُأ‬
‫صلِّي‬ َ
Sebagai ibadah yang paling awal disyariatkan memilki kedudukan yang
paling tinggi dari lima rukun Islam yang ada. Sholat di umpakan layaknya
sebuah tiang dalam sebuah bangunan yang tanpanya bangunan tersebut tidak
berdiri dengan baik, sama halnya agama Islam, ”ash-shalatul ‘imad al-
din”(shalat adalah tiang agama). Bahkan disalah satu haits Nabi disebutkan
bahwa amalan pertama ketika manusia telah meninggalkan jasad tubuhnya
maka akan ditanyakan oleh malaikat diyaumil hisab nanti.
Didalam al quran sendiri banyak menyebutkan ayat-ayat ibadah tentang
sholat, dibandingkan dengan ibadah yang lain ayat mengenai shalat lebih
banyak diantara yang lain. Maka dalam hal ini pemakalah akan membahas
sedikit tentang beberapa ayat-ayat al quran mengenai ibadah sholat.

B. Rumusan Masalah
Dari beberapa pemaparan diatas dan permasalahnya dapat menjadi
rumusan masalah dalam makalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tafsir surah al-Baqarah : 83 tentang sholat?
2. Bagaimana tafsir surah an-Nisa : 77 tentang sholat?
3. Bagaimana tafsir surah Yunus : 87 tentang sholat?

1
4. Bagaimana tafsir surah An-Nur : 58 tentang sholat?
5. Bagaimana tafsir surah Al-Isra’ :78 tentang sholat?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk menjawab rumusan masalah
diatas yaitu :

1. Untuk mengetahui tafsir surah al-Baqarah : 83 Tentang sholat.


2. Untuk mengetahui tafsir surah An-Nisa : 77 tentang sholat.
3. Untuk mengetahui tafsir surah Yunus : 87 tentang sholat.
4. Untuk mengetahui tafsir surah An-Nur : 58 tentang sholat.
5. Untuk mengetahui tafsir surah Al-Isra’ : 78 tentang sholat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir Surah Al-Baqarah : 83

ِ ِ ِ ِ ٰ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ُربٰى‬ ْ ‫س انًا َّوذى الْق‬ َ ‫َوا ْذ اَ َخ ْذنَا م ْيثَ ا َق بَن ْٓي ا ْس َراۤءيْ َل اَل َت ْعبُ ُد ْو َن ااَّل اللّ هَ َوبال َْوال َديْ ِن ا ْح‬
‫الز ٰك و ۗةَ ثُ َّم َت َولَّْيتُ ْم‬ َّ ‫َّاس ُح ْس نًا َّواَقِ ْيمُوا‬
َّ ‫الص ٰلو َة َو ٰاتُوا‬ ِ ‫َوالْيَت ٰٰمى َوال َْم ٰس ِك ْي ِن َو ُق ْو ْلُوا لِلن‬
ِ
ُ ‫ااَّل قَلِ ْياًل ِّم ْن ُك ْم َواَْنتُ ْم ُّم ْع ِر‬
‫ض ْو َن‬
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil,
“Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat-baiklah kepada
kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan
bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan
tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali
sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.

Tasfir beserta Asbabun Nuzul dari ayat di atas adalah ketika para pendeta
yahudi mengetahui bahwa ciri-ciri kenabian orang yang dikabarkan dalam
taurat sesuai dengan ciri-ciri fisik Rasulullah, namun kemudian mereka
ingkar terhadaap kitab mereka sendiri dan menyembunyikan hal ini tehadap
orang lain dengan mengubah isi dari kitab taurat itu.
Allah Ta’ala mengingatkan Bani Israil mengenai beberapa perkara yang
telah diperintahkan kepada mereka. Dia mengambil janji dari mereka untuk
mengerjakan perintah tersebut. Namun mereka berpaling dan mengingkari
semua itu secara sengaja, sedang mereka mengetahui dan mengingatnya.
Kemudian Allah Ta’ala menyuruh mereka agar beribadah kepada-Nya dan
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dia juga memerintahkan
hal itu kepada seluruh makhuk-Nya. Dan untuk itu pula (beribadah) mereka
diciptakan. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 25 yang
artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kalian, me-
lainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan
melainkan Aku, maka sembahlah Aku oleh kamu sekalian." Itulah hak Allah
Ta’ala yang paling tinggi dan agung, yaitu hak untuk senantiasa diibadahi dan
tidak disekutukan dengan sesuatu apapun, lalu setelah itu ha kantar sesama
makhluk.

3
Firman-Nya (‫انا‬EE‫دين إحس‬EE‫ )وبالوال‬adalah hak antar makhluk yang paling
ditekankan dan utama adalah hak kedua orang tua. Oleh karena itu, Allah
Ta’ala memadukan antara hak-Nya dengan hak kedua orang tua, sebagaimana
firman-Nya dalam Surah Luqman ayat 14 yang artinya: “Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, dan hanya kepada-Kulah
kembali kalian.” Dan Allah Ta’ala secara gambling dan jelas telah
memerintahkan kita untuk senantiasa beribadah kepada-Nya dan berbakti
kepada kedua orang tua. Dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

:‫ال‬
َ َ‫َأي؟ ق‬ ُ ‫ ُقل‬."‫"الصاَل ةُ َعلَى َوقْتِ َها‬
ٌّ ‫ ثُ َّم‬:‫ْت‬ َّ :‫ال‬ َ َ‫ض ُل؟ ق‬ ُّ ،‫ول اللَّ ِه‬
َ ْ‫َأي ال َْع َم ِل َأف‬ َ ‫يَا َر ُس‬
."‫يل اللَّ ِه‬
ِ ِ‫اد فِي َسب‬ ِ ‫ "ال‬:‫ال‬
ُ ‫ْج َه‬ َ َ‫َأي؟ ق‬
ٌّ ‫ ثُ َّم‬:‫ْت‬ ُ ‫ ُقل‬."‫"بُِّر ال َْوالِ َديْ ِن‬
Artinya: “Aku bertanya "Wahai Rasulullah, amal perbuatan apakah
yang paling utama?" Beliau menjawab, "Salat pada waktunya." Akubertanya
lagi, "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab,"Berbakti kepada kedua ibu
bapak." Aku bertanya, "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab, "Jihad di
jalan Allah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis sahih disebutkan:

:‫ال‬
َ َ‫) ؟ ق‬5( ‫ ثُ َّم َم ْن‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬."‫ك‬
َ ‫"ُأم‬ َ َ‫ َم ْن َأبُِّر؟ ق‬،‫ول اللَّ ِه‬
َّ :‫ال‬ َ ‫ يَا َر ُس‬:‫ال‬ َّ
َ َ‫َأن َر ُجاًل ق‬
"‫ ثم أدناك أدناك‬.‫ "أباك‬:‫ال‬ َ َ‫ ثُ َّم َم ْن؟ ق‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬."‫ك‬ َ ‫"ُأم‬
َّ
Artinya: “Seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang
harus didahulukan aku berbakti kepadanya?" Beliau menjawab,"Ibumu."
Lelaki itu bertanya, "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab, "Ibumu."
Lelaki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab, "Ayahmu,
kemudian orang yang paling dekat kekerabatannya denganmu, lalu orang
yang dekat kekerabatannya denganmu."

Firman-Nya (‫اهلل‬ ‫ )ال تعب دون إال‬menurut Az-Zamakhsyari, ini merupakan

khabar dengan makna thalab (tuntutan) dan hal itu lebih tegas atau kuat.

Firman-Nya ( ‫امى‬ ‫)اليت‬ yaitu anak-anak yang masih kecil dan tidak

memiliki orang tua lagi yang memberikan nafkah kepada mereka.

4
Firman-Nya (‫ )والمساكين‬yaitu orang-orang yang tidak mampu menafkahi

diri sendiri dan keluarganya.

Firman-Nya (‫حس نا‬ ‫)وقول وا للن اس‬ artinya, ucapkanlah kepada mereka

ucapan yang baik dan sikap yang lembut. Termasuk dalam hal itu adalah
amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh berbuat baik dan mencegah
kemungkaran). Sebagaimana dikatakan oleh Al-Hasan Al-Bashri mengenai
firman-Nya ini: “Termasuk ucapan yang baik adalah menyuruh berbuat baik
dan mencegah perbuatan mungkar, bersabar, suka memberi maaf, serta
berkata kepada manusia dengan ucapan yang baik. Yaitu setiap akhlak baik
yang diridhai oleh Allah Ta’ala.” Terdapat hadis yang diriwayatkan dari Abu
Dzar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

" ‫اك بَِو ْج ٍه ُم ْنطَلِ ٍق‬ ِ ‫"اَل تَح ِقر َّن ِمن الْمعر‬
َ ‫ َوِإ ْن لَ ْم تَ ِج ْد فَال‬،‫وف َش ْيًئا‬
َ ‫ْق َأ َخ‬ ُْ َ َ َ ْ
Artinya: “Jangan sekali-kali kamu meremehkan suatu hal yang makruf
(bajik) barang sedikit pun; apabila kamu tidak menemukannya, maka
sambutlah saudaramu dengan wajah yang berseri.” (HR. Imam Ahmad,
Imam Muslim, At-Tirmidzi dan mensahihkan hadis ini)

Firman-Nya (‫الزك اة‬ ‫)وأقيم وا الص الة وآت وا‬ menurut Ibnu Katsir, setelah

Allah Ta’ala memerintahkan Bani Israil untuk berbuat baik kepada manusia
dengan tindakan nyata, Dia menyuruh mereka mengucapkan ucapan yang baik
kepada manusia. Dengan demikian Dia telah menyatukan antara kebaikan
dalam bentuk tindakan nyata dengan kebaikan dalam bentuk ucapan. Setelah
itu Dia menegaskan perintah untuk beribadah kepada-Nya dan berbuat baik
kepada umat manusia dengan cara tertentu berupa salat dan zakat.

Firman-Nya (‫معرض ون‬ ‫ )ثم ت وليتم إال قليال منكم وأنتم‬menurut Ibnu Katsir:
“Kemudian Allah Ta’ala memberitahukan bahwa Bani Israil berpaling dari
semuanya itu dan meninggalkannya di belakang mereka secara sengaja,
setelah mereka mengetahui dan memahaminya. Hanya sedikit sekali dari
mereka yang tidak berpaling.” Allah Ta’ala juga telah memerintahkan umat

5
ini dengan hal serupa dalam Surah An-Nisa’ ayat 36 yang artinya:
“Sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, Leman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri.” Umat ini pun melakukan semuanya itu, yang belum pernah
dikerjakan sama sekali oleh umat-umat lain sebelumnya. Segala puji dan
karunia bagi Allah Ta’ala.
Menurut Sunnah, kita tidak boleh terlebih dahulu memberi salam kepada
mereka (ahlul kitab).

B. Tafsir Surah An Nisa 77

‫ب‬ ِ
َ ‫الز َك ا َة َفلَ َّما ُكت‬َّ ‫الص ال َة َوآتُوا‬ َّ ‫يل لَ ُه ْم ُك ُّفوا َأيْ ِديَ ُك ْم َوَأقِيمُوا‬ ِ ‫َألَم َت ر ِإلَى الَّ ِذ‬
َ ‫ين ق‬ َ َ ْ
‫َّاس َك َخ ْشيَ ِة اللَّ ِه َْأو َأ َش َّد َخ ْشيَةً َوقَالُوا َر َّبنَ ا‬
َ ‫ش ْو َن الن‬َ ‫ال ِإ َذا فَ ِري ٌق ِم ْن ُه ْم يَ ْخ‬ُ َ‫َعلَْي ِه ُم ال ِْقت‬
ِ ‫الد ْنيا قَلِيل و‬ َ َ‫ت َعلَْينَ ا ال ِْقت‬ َ ‫لِ َم َكتَْب‬
ُ‫اآلخ َرة‬ َ ٌ َ ُّ ُ‫قُل َمتَ اع‬ ْ ‫يب‬ َ ‫ال لَ ْوال َأخ َّْرَتنَ ا ِإلَى‬
ٍ ‫َأج ٍل قَ ِر‬
)٧٧( ‫َخ ْي ٌر لِ َم ِن َّات َقى َوال تُظْلَ ُمو َن فَتِيال‬
Artinya : 77. Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan
kepada mereka[1]: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah
sembahyang dan tunaikanlah zakat!"; Setelah diwajibkan kepada mereka
berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan orang-orang Munafik)
takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih
takut. Mereka berkata: "Ya (Allah) Tuhan kami, mengapa Engkau (Allah)
wajibkan berperang kepada kami?, mengapa tidak Engkau (Allah)
tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami hingga beberapa waktu
lagi?". Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sedikit (sebentar), dan
akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan
dianiaya sedikitpun.

Tafsir beserta Asbabun Nuzul dari ayat di atas adalah ayat ini
menggambarkan tentang keadaan orang-orang pada masa Jahiliah. Mereka
suka berperang meskipun karena sebab yang sekecil-kecilnya. Setelah mereka
masuk Islam, mereka diperintahkan supaya menghentikan perang dan mereka
diperintahkan salat dan membayar zakat. Sebagian dari mereka mengharap-
harap adanya perintah perang karena kepentingan duniawi sebagaimana

6
kebiasaan mereka pada masa Jahiliah. Pada ayat ini Allah memerintahkan
kepada sebagian kaum Muslimin yang enggan berperang supaya mereka
bersikap tenang dan menahan diri untuk mengadakan peperangan terhadap
orang kafir dan mereka hanya diperintahkan melakukan salat dan membayar
zakat Akan tetapi pada waktu mereka diperintahkan berperang ternyata
sebagian dari mereka tidak bersemangat untuk berperang karena takut kepada
musuh, padahal semestinya mereka hanya takut kepada Allah. Malahan
mereka berkata: "Mengapa kami diwajibkan berperang pada waktu ini,
biarkanlah kami mati sebagaimana biasa". Allah SWT memerintahkan kepada
Rasul Nya supaya mengatakan kepada sebahagian kaum Muslimin bahwa
sikap mereka itu adalah sikap seorang pengecut. karena takut mati dan cinta
kepada harta dunia, sedangkan kelezatan dunia itu hanya sedikit sekali
dibandingkan dengan kelezatan akhirat yang abadi dan tidak terbatas, yang
hanya akan didapat oleh orang-orang yang bertakwa kepada Allah yaitu orang
yang bersih dari syirik dan akhlak yang rendah. Pada akhir ayat ini ditegaskan
bahwa Allah tidak akan menganiaya dan merugikan manusia. Masing-masing
akan mendapat balasan sesuai dengan amal perbuatannya, walaupun sebesar
zarah.
Asbabun Nuzul menurut DEPAG pada Surah An-Nisaa' : 77, Nasai dan
Hakim mengetengahkan dari Ibnu Abbas bahwa Abdurrahman bin Auf serta
beberapa orang kawannya datang menemui Nabi saw. lalu kata mereka,
"Wahai Nabi Allah! Dahulu ketika masih musyrik kita ini orang-orang yang
kuat, tetapi setelah beriman, kita menjadi orang-orang yang lemah." Jawab
Nabi saw., "Saya disuruh untuk memaafkan kesalahan mereka, maka
janganlah kalian perangi orang-orang itu!" Maka tatkala mereka disuruh
pindah oleh Allah ke Madinah, mereka disuruh-Nya berperang, tetapi mereka
tidak bersedia. Maka Allah pun menurunkan, "Tidakkah kamu perhatikan
orang-orang yang dikatakan kepada mereka, 'Tahanlah tanganmu...' sampai
akhir ayat." (Q.S. An-Nisa 77)

C. Tafsir Surah Yunus : 87

7
Artinya : “Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya:
‘Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat
tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat
shalat dan dirikanlah olehmu shalat serta gembirakanlah orang-orang yang
beriman.” (QS. Yunus: 87)
Tafsir dari ayat di atas adalah Allah Swt. menyebutkan penyebab yang
menyelamatkan kaum Bani Israil dari Fir'aun dan kaumnya, serta bagaimana
mereka lolos dari Fir'aun dan kaumnya. Pada mulanya Allah Swt.
memerintahkan Musa dan Harun (saudaranya) untuk mengambil rumah-
rumah di Mesir sebagai tempat tinggal buat kaumnya.
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman-Nya:

ً‫اج َعلُوا ُبيُوتَ ُك ْم قِ ْبلَة‬


ْ ‫َو‬
dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu tempat salat. (Yunus:
87)
Menurut As-Sauri dan lain-lainnya, dari Khasif, dari Ikrimah, dari Ibnu
Abbas, firman Allah Swt.: dan jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu
tempat salat. (Yunus: 87) Maksudnya adalah, mereka diperintahkan untuk
menjadikannya sebagai masjid-masjid untuk salat mereka.
As-Sauri telah meriwayatkan pula dari Ibnu Mansur, dari Ibrahim,
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan jadikanlah oleh kalian rumah-
rumah kalian itu tempat salat. (Yunus: 87) Bahwa mereka dicekam oleh rasa
takut, lalu mereka diperintahkan untuk melakukan salat di rumah masing-
masing. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Malik, Ar-Rabi'
ibnu Anas, Ad-Dahhak, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan ayahnya
(yaitu Zaid ibnu Aslam).
Seakan-akan hal tersebut, hanya Allah yang lebih mengetahui, di saat
penindasan dari Fir'aun dan kaumnya terasa makin keras atas diri mereka
yang mempersempit ruang gerak mereka; maka mereka diperintahkan untuk

8
banyak melakukan salat. Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung
di dalam firman-Nya:
ِ ‫الص‬
‫الة‬ َّ ِ‫استَ ِعينُوا ب‬
َّ ‫الص ْب ِر َو‬ ِ َّ
ْ ‫آمنُوا‬
َ ‫ين‬
َ ‫يَا َُّأي َها الذ‬
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai
penolong kalian. (Al-Baqarah: 153)

Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. apabila meng-


alami suatu musibah, maka beliau salat. Hadis diketengahkan oleh Imam Abu
Daud. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
ِِ ِ ِ
َ ‫ش ِر ال ُْمْؤ من‬
‫ين‬ ِّ َ‫الصالةَ َوب‬
َّ ‫يموا‬
ُ ‫اج َعلُوا ُبيُوتَ ُك ْم ق ْبلَةً َوَأق‬
ْ ‫َو‬
dan jadikanlah rumah-rumah itu oleh kalian tempat salat, dan dirikanlah
oleh kalian sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman.
(Yunus: 87)

Yakni dengan pahala dan kemenangan yang dekat waktunya. Al-Aufi


telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir ayat ini,
bahwa orang-orang Bani Israil berkata kepada Musa a.s., "Kami tidak mampu
menampakkan salat kami kepada kaki tangan Fir'aun itu." Maka Allah
mengizinkan mereka melakukan salat di rumah masing-masing. Dan Allah
memerintahkan kepada mereka untuk menjadikan rumah-rumah mereka
menghadap ke arah kiblat.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
jadikanlah oleh kalian rumah-rumah kalian itu sebagai tempat salat. (Yunus:
87) Ketika kaum Bani Israil merasa takut Fir'aun akan membunuh mereka di
gereja-gereja tempat mereka berkumpul melakukan ibadahnya, maka mereka
diperintahkan menjadikan rumah-rumah mereka sebagai masjid-masjidnya
dengan menghadap ke arah Ka'bah; mereka boleh melakukan sembahyangnya
di dalam rumah masing-masing secara sembunyi-sembunyi. Hal yang sama
telah dikatakan oleh Qatadah dan Ad-Dahhak.
Sa'id ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan
jadikanlah oleh kalian rumah-rumah itu tempat ibadah. (Yunus: 87) Bahwa

9
yang dimaksud dengan istilah qiblah ialah berhadapan, yakni sebagian
darinya berhadapan dengan yang lainnya.

D. Tafsir Surah An-Nur 58

‫ْحلُ َم‬ ِ َّ ِ َّ ِ ِ ِ َّ
ُ ‫ين لَ ْم َي ْبلُغُوا ال‬
َ ‫ت َأيْ َمانُ ُك ْم َوالذ‬ ْ ‫ين َملَ َك‬َ ‫آمنُوا ليَ ْستَْأذنْ ُك ُم الذ‬ َ ‫ين‬ َ ‫يَا َُّأي َها الذ‬
‫ضعُو َن ثِيَابَ ُك ْم ِم َن الظَّ ِه َير ِة َو ِم ْن‬
َ َ‫ين ت‬ ِ ِ ‫ات ۚ ِمن َقب ِل‬
َ ‫صاَل ة الْ َف ْج ِر َوح‬ َ ْ ْ
ٍ ‫ث م َّر‬
َ َ ‫م ْن ُك ْم ثَاَل‬
ِ

ٌ َ‫س َعلَْي ُك ْم َواَل َعلَْي ِه ْم ُجن‬


ۚ ‫اح َب ْع َد ُه َّن‬ ٍ
َ ‫ث َع ْو َرات لَ ُك ْم ۚ لَْي‬ ُ ‫ش ِاء ۚ ثَاَل‬
َ ‫صاَل ِة ال ِْع‬ ِ
َ ‫َب ْعد‬
ِ ِ َ ِ‫ض ۚ َك َٰذل‬
ٌ ‫ك ُيَبيِّ ُن اللَّهُ لَ ُك ُم اآْل يَات ۗ َواللَّهُ َعل‬
‫يم‬ ٍ ‫ض ُك ْم َعلَ ٰى َب ْع‬
ُ ‫طََّوافُو َن َعلَْي ُك ْم َب ْع‬
‫يم‬ ِ
ٌ ‫َحك‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki
dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara
kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum
sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah
hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada
dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu.
Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada
sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi
kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana," (QS. An-Nur
[24]: 58).

Tafsir QS. An-Nur ayat 58


Quraish Shihab (2009: 609) dalam tafsirnya menjelaskan bahwa An-Nur
Ayat 58 ini turun ketika Nabi saw. memerintahkan seorang anak bernama
Mudlij Ibn ‘Amir agar memanggil Umar bin Khattab. Hal itu terjadi pada
siang hari saat Umar sedang beristirahat. Sang anak masuk tanpa izin,
sehingga ia mendapati Umar dalam keadaan yang tidak beliau senangi.
al-Qurthubi (2009: 757-758) menjelaskan bahwa ayat di atas
menjelaskan tentang waktu-waktu yang diharuskan meminta izin bagi
seorang anak ketika memasuki ruangan pribadi orang tuanya. Setidaknya
anak meminta izin dalam tiga waktu; Pertama, sebelum salat Subuh, karena
ketika itu adalah waktu bangun tidur yang dikhawatirkan pakaian sehari-hari
belum dipakai. Kedua waktu Zuhur, sebab ketika itu orang-orang
menanggalkan pakaiannya bersama suami atau istrinya. Ketiga, setelah salat
Isya, sebab waktu tersebut adalah waktu untuk tidur atau beristirahat.

10
Berkaitan dengan hal tersebut, Ibnu Katsir (2004: 82-83) mengutip
riwayat al-Auza’i dari Yahya bin Abi Katsir. Ia mengatakan bahwa: “Apabila
seorang anak masih balita, ia harus meminta izin kepada kedua orang tuanya
(bila ingin masuk menemui keduanya dalam kamar) pada tiga waktu tersebut.
Apabila telah mencapai usia baligh, ia harus meminta izin pada setiap waktu.

E. Tafsir Surah Al-Isra’ 78

‫س ِق اللَّْي ِل َو ُق ْرآ َن الْ َف ْج ِر ۖ ِإ َّن ُق ْرآ َن الْ َف ْج ِر َكا َن‬ ‫الش ْم ِ ِإ‬ ِ ُ‫الصاَل َة لِ ُدل‬
َّ ‫وك‬ َّ ‫َأقِ ِم‬
َ َ‫س لَ ٰى غ‬
‫ودا‬
ً ‫َم ْش ُه‬
Artinya: "Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai
gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh
itu disaksikan (oleh malaikat)," (QS. Al-Isra [17]: 78).

Adapun asbabun nuzul dari ayat di atas adalah ayat ini turun bertepatan
dengan suatu peristiwa Nabi SAW dan umat Islam diperintahkan untuk
melaksanakan shalat lima waktu wajib dalam sehari semalam, sedang ketika
itu penyampaian Nabi SAW baru bersifat lisan dan waktu-waktu
pelaksanaannya pun belum lagi tercantum dalam Al-Qur’an, hinggaakhirnya
turunlah ayat ini.
Allah yang Maha suci lagi Mahatinggi berfirman kepada Rasul-Nya,
Muhammad saw, seraya menyuruhnya untuk mengerjakan shalat wajib tepat
pada waktunya.
Aqimish shalaata liduluukisy syamsi (“Dirikanlah shalat dari sesudah
matahari tergelincir.”) Ada yang berpendapat, yakni sesudah matahari
terbenam. Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu Mas’ud, Mujahid dan Ibnu
Zaid.
Hasyim menceritakan, dari al-Mughirah, dari asy-Sya’bi, dari Ibnu
`Abbas: “Duluuk berarti tergelincirnya matahari.” Hal itu juga diriwayatkan
oleh Nafi’, dari Ibnu `Umar. Juga diriwayatkan oleh Imam Malik dalam
tafsirnya dari az-Zuhri, dari Ibnu `Umar. Dan dikemukakan juga oleh Abu
Barzah al-Aslami. Hal itu juga merupakan riwayat dari Ibnu Mas’ud dan

11
Mujahid. Demikian pula al-Hasan, adh-Dhahhak, Abu Ja’far al-Baqir dan
Qatadah mengatakan, juga menjadi pilihan Ibnu Jarir.

Dengan demikian, di dalam ayat ini disebutkan waktu kelima shalat


wajib, yakni dalam firman-Nya: Aqimish shalaata liduluukisy syamsi ilaa
ghasaqil laili (“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai
gelap malam.”) Yakni gelap malam. Ada yang menyatakan, diambil dari
terbenamnya matahari itu waktu-waktu, dhuhur, `ashar, maghrib dan `isya’.
Wa qur-aanal fajri (“Dan shalat fajar,”) yakni shalat subuh. Di dalam
hadits yang bersumber dari Rasulullah ditegaskan kemutawatiran perbuatan
maupun ucapan beliau yang merinci waktu-waktu shalat tersebut
sebagaimana yang sudah berlaku bagi kaum muslimin sekarang ini, yang
diajarkan dari generasi ke generasi, dari waktu ke waktu, sebagaimana yang
telah ditetapkan pada tempatnya masing-masing. Segala puji bagi Allah.
Inna qur-aanal fajri kaana masy-Huudan (“Sesungguhnya shalat subuh
itu di saksikan [oleh Malaikat].”)
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi
bersabda: “Keutamaan shalat berjama’ah atas shalat sendiri adalah dua puluh
lima derajat. Para Malaikat malam dan Malaikat siang berkumpul pada shalat
Subuh.”
Abu Hurairah ra. berkata, jika kalian menghendaki bacalah: wa qur-aanal
fajri. Inna qur-aanal fajri kaana masy-Huudan (“Dan shalat subuh.
Sesungguhnya shalat subuh itu di saksikan [oleh Malaikat].”)
Dalam kitab ash-Shahihain juga diriwayatkan melalui jalan Malik dari
Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Para Malaikat malam dan
Malaikat siang datang kepada kalian silih berganti, dan mereka berkumpul
pada shalat shubuh dan shalat `ashar. Kemudian para Malaikat yang berada di
tengah-tengah kalian itu naik. Lalu mereka ditanya oleh Rabb mereka, yang
Dia lebih mengetahui tentang kalian, ‘Bagaimana kalian meninggalkan
hamba-hamba-Ku?’ Para Malaikat itu menjawab: ‘Kami datang kepada
mereka ketika mereka tengah mengerjakan shalat dan kami tinggalkan
mereka juga ketika mereka tengah mengerjakan shalat.’

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan rukun wajib bagi umat islam stelah melafadzkan dua
kalimat syahadat. Kesepakatan (Ijma’) dikalangan muslimin terutama para
ulama menyepakati kewajiban shalat lima waktu. Dan Hukuman bagi Orang
yang mengingkari kewajiban shalat, ataupun meninggalkanya dengan sengaja
secara terus-menerus, dihukumi kafir.
Tafsir surah al-Baqarah : 83 adalah ketika para pendeta yahudi
mengetahui bahwa ciri-ciri kenabian orang yang dikabarkan dalam taurat
sesuai dengan ciri-ciri fisik Rasulullah, namun kemudian mereka ingkar
terhadaap kitab mereka sendiri dan menyembunyikan hal ini tehadap orang
lain dengan mengubah isi dari kitab taurat itu.
Tafsir surah An-Nisa : 77 ayat ini menggambarkan tentang keadaan
orang-orang pada masa Jahiliah. Mereka suka berperang meskipun karena
sebab yang sekecil-kecilnya. Setelah mereka masuk Islam, mereka
diperintahkan supaya menghentikan perang dan mereka diperintahkan salat
dan membayar zakat. Sebagian dari mereka mengharap-harap adanya perintah
perang karena kepentingan duniawi sebagaimana kebiasaan mereka pada
masa Jahiliah.
Tafsir surah Yunus : 87 adalah Allah Swt. menyebutkan penyebab yang
menyelamatkan kaum Bani Israil dari Fir'aun dan kaumnya, serta bagaimana
mereka lolos dari Fir'aun dan kaumnya. Pada mulanya Allah Swt.
memerintahkan Musa dan Harun (saudaranya) untuk mengambil rumah-
rumah di Mesir sebagai tempat tinggal buat kaumnya.
Tafsir QS. An-Nur ayat 58
Quraish Shihab (2009: 609) dalam tafsirnya menjelaskan bahwa An-Nur
Ayat 58 ini turun ketika Nabi saw. memerintahkan seorang anak bernama
Mudlij Ibn ‘Amir agar memanggil Umar bin Khattab. Hal itu terjadi pada
siang hari saat Umar sedang beristirahat. Sang anak masuk tanpa izin,
sehingga ia mendapati Umar dalam keadaan yang tidak beliau senangi.

13
Tafsir surah Al-Isra’ : 78 adalah ayat ini turun bertepatan dengan suatu
peristiwa Nabi SAW dan umat Islam diperintahkan untuk melaksanakan
shalat lima waktu wajib dalam sehari semalam, sedang ketika itu
penyampaian Nabi SAW baru bersifat lisan dan waktu-waktu pelaksanaannya
pun belum lagi tercantum dalam Al-Qur’an, hinggaakhirnya turunlah ayat ini.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa dalam makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, saran dan kritik dari dosen
dan teman-teman pembacasangat kami butuhkan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hashri, Tafsir Ayat Ahkam, Dar al-Jalil, Beirut-Lubanan.
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Vol. 1, Dar al-Fikr,: Beirut-Lubanan.
Nawawi al-Bantani, Marah Labid Tafsir al-nawawi (al-Tafsir al-Munir) VOL.1.
Dara Ihya’al-Kutub
al-Arabiyyah, Indunisiya,
Ibnu Kasir Ad-Dimasqy, Tafsir al-qur’anil Adzim, Bandung:2000,PT Algensindo.
Departemen Agama, 2009.Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Lembaga Percetakan
al-Qur’an
Shalih bin Abdullah bin Humaid,” Tafsir Al-Mukhtashar” .Arab Saudi:
tafsir/digital
Yahya,Ali, 2013, Tafsir Nurul Qur’an, Jakarta:Nur Al-Huda

15

Anda mungkin juga menyukai