Anda di halaman 1dari 52

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM

MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM DI SMP NEGRI 1 LENTENG SUMENEP
TAHUN PELAJARAN 2021-2022

PROPOSAL

Oleh :

Achmad Iqbalil Khair

NIM : T20181488

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FEBRUARI 2022
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM
MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SMP NEGRI 1 LENTENG SUMENEP
TAHUN PELAJARAN 2021-2022

PROPOSAL

Diajukan kepada Universitas Islam Negri KH Achmad Siddiq Jember


Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :
Achmad Iqbalil Khair
NIM : T20181488

Disetujui Pembimbing :

Dr. Mu’alimin, S.Ag., M.Pd.I


NIP. 197502042005011003

ii
DAFTAR ISI

PROPOSAL ............................................................................................................. i
PROPOSAL ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
A. Judul Penelitian ........................................................................................... 1
B. Konteks Penelitian....................................................................................... 1
C. Fokus Penelitian .......................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian......................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian....................................................................................... 6
F. Definisi Istilah ............................................................................................. 7
G. Kajian Kepustakaan ................................................................................... 10
1. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 10
2. Kajian Teori .......................................................................................... 18
a. Kompetensi Pedagogik Guru ........................................................... 18
b. Mutu Pembelajaran ........................................................................... 35
c. Pendidikan Agama Islam ................................................................. 37
H. Metode Penelitian ...................................................................................... 39
I. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46

iii
A. Judul Penelitian
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGRI 1
LENTENG SUMENEP TAHUN PELAJARAN 2021-2022

B. Konteks Penelitian
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,
dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta
didik di masa yang akan datang.1
Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan
kegiatan yang sangat penting bagi bangsa. Suatu Negara dapat dikatakan
maju jika Negara tersebut mengedepankan pendidikan. Karena tanpa
pendidikan suatu bangsa tidak akan memiliki kemampuan untuk mengelola
sumber daya alam dan dapat menjadi penghambat dalam pembangunan
nasional.
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar bidang pendidikan titik walaupun pada kenyataannya
masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Untuk seorang
guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar
ia dapat melaksanakan tugasnya secara professional.2
Mutu atau Kualitas pembelajaran lebih ditentukan bagaimana proses
pembelajaran dan bimbingan direncanakan, dikelola atau dilaksanakan.
Karenanya guru yang berkualitas memegang peran penting. Ditambah
dukungan manajemen sekolah yang kuat, akan memberikan efek positif bagi
perkembangan intelektual, kepribadian, dan psikologi siswa.
Dalam pandangan Zamroni dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah
adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan

1
Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), 22.
2
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 15-16

1
kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu,
dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif
dan efisien.3

Dalam prosesnya belajar mengajar melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru
dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa
yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan
anak sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi
belajar yang diciptakan seorang guru. Guru adalah orang yang berwenang dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-muridnya, baik ecara
individual atau secara klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Guru
yang baik adalah guru yang memberikan pengajarannya dengan mudah
dicerna atau mudah diterima. Profesi guru inilah yang tertuang dalam UU No
14 tahun 2005 pasal 8 menyatakan bawasannya guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani, dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.
Yang dimaksud dengan kompetensi di atas dijelaskan dalam UU RI No 14
Tahun 2005 yang terdapat pada pasal 10 ayat 1 tentang guru dan dosen
(Kajian Ilmu Pendidikan Islam) bawasannya setiap guru memiliki empat
kompetensi guru diantaranya:
1. Kompetensi Pedagogik.
Dengan demikian dalam ilmu pendidikan Islam sangat
memperhatikan dalam mengelola pembelajaran peserta didik, sehingga
seorang pendidik/guru harus mampu memperhatikan proses
pembelajaran terutama dalam penggunaan metode yang akan digunakan
sehingga bahan pengajaran menjadi bisa dipahami oleh siswa dan
menjadi sajian yang dapat dicerna oleh siswa secara tepat dan bermakna.
2. Kompetensi Kepribadian
Dengan demikian, dalam pendidikan Islam khususnya dalam
kompetensi kepribadian sangat menekankan pada kepribadian guru

3
Zamroni, Meningkatkan Mutu Sekolah, (Jakarta : PSAP Muhamadiyah, 2007), 2

2
karena sesuai dengan fungsinya sebagai pembangun kualitas manusia,
pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pendidikan khususnya dalam kegiatan pembelajaran.
3. Kompetensi Sosial
Dalam kacamata Islam, manusia adalah makhluk sosial yang
memerlukan orang lain dalam kehidupan untuk mewujudkan eksistensi
sebagai makhluk mulia ciptaan Allah swt. Dalam ajaran Islam dikenal
istilah habluminalloh dan hablumminanaas. Dalam konteks hubungan
dengan sesama manusia perlu landasan etika dalam pergaulan sehingga
kehidupan bersama dapat menjadi tentram dan damai.
4. Kompetensi Profesional
Dalam kacamata pendidikan Islam, setiap pekerjaan harus
dilakukan secara profesional, dalam arti harus dilakukan secara benar. Itu
hanya mungkin dilakukan oleh orang yang ahli. Rasul Allah saw.
mengatakan bahwa ”Bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak
ahli, maka tunggulah kehancuran”. (HR Bukhari).4
Kompetensi guru sangat penting dalam hubungan dengan kegiatan dan
hasil belajar siswa proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan hanya
ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi
sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan
membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu
mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal.
Sehingga kompetensi guru untuk membentuk siswa yang berpengetahuan
hingga mampu mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupannya kelak
sangatlah diperlukan guru yang professional.5
Namun dalam kenyataan guru yang mempunyai kompetensi mengajar
yang baik dalam proses pembelajaran tidaklah mudah ditemukan, disamping

4
Fitri Mulyani, KONSEP KOMPETENSI GURU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 14
TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN (Kajian Ilmu Pendidikan Islam) (Jurnal
Pendidikan Universitas Garut, Vol. 03; No. 01; 2009), 7-8
5
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rajawali press 2014), 138

3
itu kompetensi mengajar guru bukanlah persoalan yang berdiri sendiri tetapi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor latar belakang
pendidikan, pengalaman mengajar dan training keguruan yang pernah diikuti.
Oleh sebab itu seorang guru yang professional dalam tugasnya harus berusaha
untuk selalu mengembangkan kemampuan dan kompetensi yang ia miliki,
sehingga dapat melaksanakan profesinya dengan baik, sebagaimana
dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an :

ٗ ََ ‫َ َ َۡۡ َل ُو ۡوىَ َه ۡي ََ ُك ۡو ُى‬ َ ََ ‫اهل‬


َ ‫َ ۡو‬ ِ ‫ع‬َ ‫ع ٰلى َه َكا ًَتِ ُك ۡن ِا ًِّ ۡى‬
َ ‫اع َولُ ۡوا‬
ۡ ‫قُ ۡل ٰي َق ۡو ِم‬
‫عاقِبَةُ اَد َِّارؕ اًَِّ ٗ ََ ي ُۡۡ ِل ُُ اَ ل‬
َ‫ّٰ ِل ُو ۡوى‬ َ
Artinga : Katakanlah (Muhammad), “Wahai kaumku! Berbuatlah
menurut kedudukanmu, aku pun berbuat (demikian). Kelak
kamu akan mengetahui, siapa yang akan memperoleh
tempat (terbaik) di akhirat (nanti). Sesungguhnya orang-
orang yang zalim itu tidak akan beruntung (QS. Al-An’am:
135).6
Berdasarkan ayat diatas, telah dijelaskan bahwa seseorang yang memiliki
sebuah profesi atau kedudukan harus melaksanakan tugas dan profesinya
dengan sebaik mungkin, maka Allah SWT. telah menjanjikan tempat terbaik
untuknya di akhirat nanti, dan sesungguhnya orang yang berbuat dzalim
tidak akan beruntung.
Guru yang mempunyai kompetensi mengajar akan mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optima.
Selain itu juga guru harus memiliki kompetensi pedagogik yang mantap
karena merupakan modal dasar yang sangat penting bagi guru dalam
menjalankan tugas keguruannya dalam pengelolaan kelas secara professional.
Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru, karena seorang guru
dituntut untuk dapat memenuhi persyaratan tertentu memiliki kompetensi
dasar dalam bidangnya.

6
Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Kudus: CV. Mubarokatan Toyyibah)

4
Dalam standar nasional pendidikan penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a.
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. lebih lanjut dalam rpp tentang guru dikemukakan bahwa
kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2. Pemahaman terhadap peserta didik
3. Pengembangan kurikulum atau silabus
4. Perancangan pembelajaran
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7. Evaluasi hasil belajar
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya7
Berdasarkan Pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk menggali
lebih dalam Kompetensi pedagogic yang dimiliki oleh guru dalam
meningkatkan mutu pembelajaran PAI, sehingga penulis melakukan
penelitian dengan judul “Kompetensi Pedagogik Guru dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islamn di SMP
Negri 1 Lenteng Sumenep Tahun Pelajaran 2021-2022”

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, agar dalam penelitian


terfokus pada permasalahan, maka penulis membatasi masalah pada
penelitian ini sebagai berikut:

7
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 75

5
1. Bagaimana Kompetensi Pedagogik Guru dalam Merencanakan
Pembelajaran di SMP Negri 1 Lenteng Sumenep?
2. Bagaimana Kompetensi Pedagogik Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran di SMP Negri 1 Lenteng Sumenep?
3. Bagaimana Kompetensi Pedagogik Guru dalam Mengevaluasi hasil
belajar di SMP Negri 1 Lenteng Sumenep?

D. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Merencanakan
Pembelajaran di SMP Negri 1 Lenteng Sumenep
2. Mendeskripsikan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran di SMP Negri 1 Lenteng Sumenep
3. Mendeskripsikan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Mengevaluasi hasil
belajar di SMP Negri 1 Lenteng Sumenep

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan
setelah selesai melakukan penelitian. Adapun manfaat penelitian yang
diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
signifikan serta dapat menambah wawasan dan menambah ilmu
pengetahuan bagi semua pihak. Khususnya bagi pihak-pihak yang
berkompeten dengan permasalahan yang diangkat, khususnya tentang
kompetensi pedagogik guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
1) Peneliti
Hasil penelitian in dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
peneliti untuk menyalurkan ilmu yang sudah didapat dalam penelitian
dan mengembangkan kompetensi peneliti dalam menambah ilmu
pengetahuan terkait dengan kompetensi pedagogik guru dalam

6
meningkatkan mutu pembelajaran serta dapat menjadi bekal untuk
masa yang akan datang.
2) Mahasiswa UIN KH Achmad Siddiq Jember
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat dalam menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan referensi khususnya
kepada mahasiswa UIN KH Achmad Siddiq Jember tentang
kompetensi pedagogik guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
3) Lembaga SMP Negri 1 Lenteng Sumenep
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan saran
kepada lembaga SMP Negri 1 Lenteng Sumenep dalam menjalankan
proses peningkatan mutu pembelajaran.

F. Definisi Istilah
Definisi istilah adalah istilah-istilah yang menjadi titik perhatian dalam
judul penelitian sehingga tidak terjadi kesalahpahaman makna istilah
sebagaimana yang dimaksud oleh peneliti.8 beberapa istilah dalam judul
penelitian ini dibahas sebagai berikut:
1. Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai
dengan standardisasi yang diharapkan.9
Definisi lainnya menyatakan bahwa kompetensi merupakan suatu hal
yang berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan individu untuk
mencapai hasil yang diharapkan (International Organization for
Standardization, 2012). Berdasarkan definisi ini, maka beberapa hal
penting yang terkait dengan kompetensi diantaranya adalah pengetahuan,
sikap, pemahaman, nilai, bakat atau kemampuan, dan minat.
2. Pedagogik

8
Tim Penyusun Karya Tulis Ilmiah, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IAIN Jember (Jember:
IAIN Jember 2020), 45
9
Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia (Peraturan Badan Nasional Sertifikasi
Profesi Nomor : 04/BNSP.305/X/2013), 6

7
Pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru sebagai kemampuan utama dalam menjalankan
profesinya. Definisi pedagogik telah tertuang dalam undang-undang
No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang mengemukakan bahwa
kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik, yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.10
3. Guru
Secara umum dalam Bahasa Indonesia pengertian guru adalah
merujuk sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Sedangkan pada Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen, di sana dikatakan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan
dasar dan pendidikan menengah.
4. Meningkatkan Mutu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata
meningkatkan adalah mengangkat diri. Arti lainnya dari meningkatkan
adalah menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya).11
Dalam Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Mutu dapat diartikan
sebagai ukuran baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat
(kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya).12
Crosby mendefiniskan mutu kualitas adalah conformance to
requirement, yaitu sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan.13

10
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 75
11
https://kbbi.web.id/tingkat
12
https://kbbi.web.id/mutu

8
Maka meningkatkan mutu merupakan upaya yang dilakukan untuk
menaikkan ukuran atau kualitas suatu derajat (kepandaian, kecerdasan,
dan sebagainya) sesuai dengan standar yang ditentukan.
5. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran adalah usaha sadar yang melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk
mencapai tujuan kurikulum. Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.14 Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik
belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan
kata lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar
terjadi suatu kegiatan belajar.
Menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat,
pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap seseorang agar
menjadi muslim semaksimal mungkin.15
Maka dapat disimpulkan bahwa, Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam adalah suatu kegiatan terencana dalam mengajarkan atau
membimbing peserta didik agar menjadi muslim yang sempurna.
Jadi yang dimaksud dengan judul “Kompetensi Pedagogik Guru dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islamn di SMP Negri
1 Lenteng Sumenep Tahun Pelajaran 2021-2022” yaitu Kemampuan yang
dimiliki guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik untuk
meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam.

13
Hasan Baharun, Zamroni, MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN Ikhtiar dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Madrasah melalui Pendekatan Balanced Scorecard (tulungagung: Akademia
Pustaka, 2017), 63
14
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 Ayat 20
15
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
1

9
G. Kajian Kepustakaan

1. Penelitian Terdahulu
Peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang
memiliki relevansi dengan penelitian ini, dengan melakukan langkah ini,
maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinilitas dan posisi
penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian terdahulu yang memiliki
relevansi dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:.
a. Penelitian yang dilakukan oleh Ramlah Mahasiswi Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Kegurun
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi 2020,
dengan judul “Kompetensi Pedagogik Guru dalam Meningkatkan
Mutu Pembelajaran Siswa di Madrasah Tsanawiyah Laboratorium
Kota Jambi”.16 Fokus yang diambil pada penelitian ini Bagaimana
Kompetensi Pedagogik Guru dalam Meningkatkan Mutu Belajar
Siswa di Madrasah Tsanawiyah Laboratorium Kota Jambi, Apa
kendala yang dihadapi guru dalam meningkarkan kompetensi
pedagogik guru di Madrasah Tsanawiyah Laboratorium Kota Jambi,
Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan mutu belajar siswa di
Madrasah Tsanawiyah Laboratorium Kota Jambi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan
data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini 1) Kompetensi pedagogik guru di Masrasah
Tsanawiyah Laboratorium Kota Jambi dikatakan baik, karena
dilakukan dengan berbagai macam bentuk yaitu a). memahami
karakteristik peserta didik, b).menguasai teori belajar dan prinsip-
prinsip pembelajaran yang mendidik, c). kegiatan pembelajaran yang
mendidik. d) pengembangan potensi peserta didik. e)
menyelenggarakan evaluasi dan memanfaatkan hasil penilaian untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa. 2). Kendala kompetensi
16
Ramlah, Kompetensi Pedagogik Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Siswa di
Madrasah Tsanawiyah Laboratorium Kota Jambi (Skripsi, UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi,
2020)

10
pedagogik guru dalam meningkatkan mutu belajar siswa di madrasah
Tsanawiyah Laboratorium kota jambi tidak terlalu banyak ada
beberapa kendala yan dihadapi diantaranya, a). kurangnya disiplin
siswa, b). kurangnya sarana dan prasarana sekolah., 3). Upaya yang
dilakukan dalam mengatasi kendala pada kompetensi pedagogik
guru di Madrasah Tsanawiyah Laboratorium Kota Jambi ada
beberapa solusi sssyang dilakukan pihak Madrasah seperti, a).
mengikuti pelatihan kurikulum dan menerapkannya, b). guru
menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Tesya Aprilia Mahasiswi Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung 1441 H/2019 M. dengan judul “Implementasi Kompetensi
Pedagogik dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SD DCC Global Bandar Lampung”.17 Fokus yang
diambil pada penelitian ini adalah Kompetensi Pedagogik dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD
DCC Global Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi
kasus. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Hasil penelitian diperoleh: 1) guru telah melakukan berbagai
metode dan pendekatan guna menguasai karakteristik peserta didik,
2) guru telah menjelaskan teori belajar lalu selanjutnya
mengimplementasikan prinsip-prinsip pembelajaran, 3) dalam
pengembangan kurikulum guru telah menyusun RPP sesuai dengan
kurikulum yang ada di sekolah dan telah menyampaikan,
menyesuaikan, dan menghubungkan materi dengan kehidupan
sehari-hari, 4) guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
mendidik dengan melakukan aktivitas pembelajaran yang bervariasi
17
Tesya Aprilia, Implementasi Kompetensi Pedagogik Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SD DCC Global Bandar Lampung (Skripsi, UIN Raden Intan
Lampung, 2019)

11
dan mengelola kelas secara efektif lalu memberikan banyak
kesempatan bertanya pada peserta didik, 5) guru mengembangkan
potensi peserta didik dengan melakukan analisis hasil belajar,
merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang
mendorong peserta didik untuk memunculkan kreativitas dan
kemampuan berfikir kritis peserta didik, dan memberikan
kesempatan belajar kepada peserta didik dengan cara belajarnya
masing-masing, 6) guru melakukan komunikasi dengan peserta didik
dengan cara menggunakan pertanyaan untuk mengetahui
pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik dan memberikan
perhatian kepada setiap respon jawaban yang diberikan oleh peserta
didik, 7) guru melakukan penilaian dan evaluasi dengan cara
menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran,
melakukan penilaian dengan teknik lain, menganalisis hasil
penilaian, dan menggunakan masukan dari peserta didik dan
merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya.
Guru telah melaksanakan 7 indikator tersebut sesuai dengan
ketentuan yang ada, meskipun masih ada beberapa indikator yang
belum terlaksana dengan baik.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Wahyudi Mahasiswa
Program Studi Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar 2018/2019.
Dengan judul “Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap
Mutu Pembelajaran dI SD INPRES 188 Tombo-Tombolo
18
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto”. Fokus yang diambil
pada penelitian ini apakah ada pengaruh kompetensi pedagogik guru
terhadap mutu pembelajaran di SD Inpres 188 Tombo-Tombolo
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan Metode
18
Ahmad Wahyudi, Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Mutu Pembelajaran dI SD
INPRES 188 Tombo-Tombolo Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto (Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Makassar, 2019)

12
korelasional. Teknik pengumpulan data melalui observasi, dan
dokumentasi.
Hasil Penelitian ini bahwa guru di SD Inpres 188 Tombo-
Tombolo memiliki kompetensi pedagogik yang baik yaitu pada
kategori kuat. Hal ini dapat dilihat dari data yang ada pada bab IV
yang memperlihatkan persentase anatara kompetensi pedagogik guru
terhadap mutu pembelajaran berada pada derajat hubungan yang
sempurna dengan nilai 0,880 yaitu > 0,811 serta memiliki nilai sig
0.04 yaitu < 0,05 yang artinya hal tersebut telah menjadi bukti akan
adanya koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik guru
terhadap mutu pembelajaran. Data ini menunjukkan bahwa ada
korelasi antara kemampuan kompetensi pedagogik guru terhadap
mutu pembelajaran di SD Inpres 188 Tombo-Tombolo. Dengan
demikian hasil hipotesis H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya
terdapat koefisien korelasi antara kompetensi pedagogik guru
terhadap mutu pembelajaran.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Isnaini Mahasiswi Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negri Jember 2019,
dengan judul “Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran Al-
Qur’an Hadits di MIN 1 Bondowoso Tahun Pelajaran 2018/2019”.19
Fokus yang diambil pada penelitian ini bagaimana Kompetensi
Pedagogik Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MIN 1
Bondowoso Tahun Pelajaran 2018/2019, dan bagaimana dampak
Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di
MIN 1 Bondowoso Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis
penelitian field research. Teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi.

19
Isnaini, Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MIN 1 Bondowoso
Tahun Pelajaran 2018/2019 (Skripsi, IAIN Jember, 2019)

13
Hasil penelitian ini bahwa guru memiliki kemampuan
memahami karakter peserta didik yakni memahami peserta didik
secara menyeluruh yang meliputi perkembangan kognitif
kepribadian dan kemampuan awal peserta didik. Guru harus mampu
merencanakan pembelajaran yakni yang meliputi pemahaman, dasar-
dasar pendidikan, tujuan pembelajaran, teori belajar dan
pembelajaran, dan memilih strategi pembelajaran, pendekatan dan
metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Bahwa
dampak kompetensi pedagogik adalah berpengaruh terhadap
perencanaan pembelajaran, strategi, dan metode, variasi pemanfaatan
media yang inovatif dan menarik atau tradisional modern, hasil
belajar efektif, pembelajaran di kelas non kelas, Mengembangkan
perilaku dengan berbagai teknik dan guru harus mampu mengelola
pembelajaran seperti memahami karakteristik siswa, kemampuan
merencanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar, serta
kemampuan mengembangkan ragam potensi siswa, serta mampu
memanfaatkan dalam proses pembelajaran.
e. Penelitian yang dilakukan oleh Megawati Mahasiswi Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negri Jember
2019, dengan judul “Peran Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan
Agama Islam Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik di Sekolah
Menengah Kejuruan Inklusi taman Pendidikan dan Asuhan Jember
Tahun Pelajaran 2019/2020”.20 Fokus yang diambil pada penelitian
ini bagaimana peran kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama
Islam terhadap prestasi belajar peserta didik di SMK Inklusi tes TPA
(Taman Pendidikan dan Asuhan) Jember tahun pelajaran 2019/2020,
dan bagaimana evaluasi kompetensi pedagogik guru Pendidikan
Agama Islam terhadap prestasi belajar peserta didik di SMK Inklusi
tes TPA (Taman Pendidikan dan Asuhan) Jember tahun pelajaran
20
Megawati, Peran Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Prestasi
Belajar Peserta Didik di Sekolah Menengah Kejuruan Inklusi taman Pendidikan dan Asuhan
Jember Tahun Pelajaran 2019/2020 (Skripsi, IAIN Jember, 2019)

14
2019/2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini 1) Peran kompetensi pedagogik guru
Pendidikan Agama Islam terhadap prestasi belajar akademik peserta
didik yaitu: kemampuan seorang guru dalam mengelola
pembelajaran yang meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik
sudah baik, kemampuan guru dalam merancang sudah cukup baik,
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah sangat
baik kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil belajar, dan
kemampuan dalam mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2) evaluasi
kompetensi pedagogik guru PAI terhadap prestasi belajar peserta
didik yang ada di lingkungan SMK Inklusi CPA Jember yaitu:
dimana evaluasi kompetensi pedagogik ini terhadap prestasi belajar
peserta didik yaitu dilakukan dengan tes, dan hasil tes tersebut
tertuang dalam sebuah rapor yang diberikan pada setiap akhir
semester.
Table: G.1
No Nama Judul Persamaan Perbedaan
1. Ramlah (2020) Kompetensi Judul pada Peneliti terdahulu
Pedagogik Guru penelitian mengambil fokus
dalam terdahulu sama tentang
Meningkatkan
dengan peneltitan bagaimana
Mutu
ini, hanya berbeda Kompetensi
Pembelajaran
lokasi tempat Pedagogik Guru,
Siswa di
penelitian upaya guru, dan
Madrasah
kendala apa saja
Tsanawiyah
Laboratorium yang dihadapi
Kota Jambi dalam
Meningkatkan

15
Mutu Belajar
Siswa
2. Tesya Aprilia Implementasi Penelitian Pada penelitian
(2019) Kompetensi terdahulu terdahulu Fokus
Pedagogik Dalam memiliki variable yang diambil
Meningkatkan
yang sama adalah
Mutu
dengan penelitian Kompetensi
Pembelajaran
ini yaitu Pedagogik dalam
Pendidikan
kompetensi Meningkatkan
Agama Islam di
SD DCC Global
pedagogik guru Mutu

Bandar Lampung dan mutu Pembelajaran


pembelajaran, Pendidikan
teknik dalam Agama Islam di
pengumpulan data SD DCC Global
juga sama melalui Bandar Lampung
observasi,
wawancara, dan
dokumentasi.
3. Ahmad Wahyudi Pengaruh Penelitian Penelitian
(2019) Kompetensi terdahulu terdahulu
Pedagogik Guru memiliki variable menggunakan
Terhadap Mutu
yang sama pendekatan
Pembelajaran dI
dengan penelitian kuantitatif
SD INPRES 188
ini yaitu dengan
Tombo-Tombolo
kompetensi menggunakan
Kecamatan
Bangkala
pedagogik guru Metode

Kabupaten dan mutu korelasional.


Jeneponto pembelajaran Berbeda dengan
penelitian ini
yaitu pendekatan

16
kualitatif jenis
deskriptif.
4. Isnaini (2019) Kompetensi Pada Penelitian Pendekatan
Pedagogik Guru terdahulu dalam penelitian
Mata Pelajaran menggunakan terdahulu
Al-Qur’an Hadits
teknik menggunakan
di MIN 1
pengumpulan data jenis penelitian
Bondowoso
yang sama field research,
Tahun Pelajaran
dengan penelitian sedangkan dalam
2018/2019
ini, yaitu melalui penelitian ini
observasi, menggunakan
wawancara, dan jenis deskriptif.
dokumentasi.
5. Megawati (2019) Peran Pada Penelitian Fokus penilitian
Kompetensi terdahulu pada penelitian
Pedagogik Guru menggunakan terdahulu berbeda
Pendidikan
pendekatan, dengan penelitian
Agama Islam
teknik, dan ini yaitu:
Terhadap
metode yang bagaimana peran
Prestasi Belajar
sama dengan dan evaluasi
Peserta Didik di
penelitian ini, kompetensi
Sekolah
Menengah yaitu pendekatan pedagogik guru
Kejuruan Inklusi kualitatif Pendidikan
taman Pendidikan deskriptif. Teknik Agama Islam
dan Asuhan pengumpulan data terhadap prestasi
Jember Tahun melalui observasi, belajar peserta
Pelajaran wawancara, dan didik.
2019/2020
dokumentasi.

17
2. Kajian Teori
Bagian ini berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai
perspektif dalam melakukan penelitian. Pembahasan teori secara lebih
luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam
mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian.21

a. Kompetensi Pedagogik Guru


Kompetensi Pedagogik Guru merupakan kemampuan dasar
yang dimiliki seorang guru dalam mengelola pembelajaran, seorang
guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam nmemahami peserta
didik, melakukan perencanaan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar, dan mengembangkan
potensi yang dimiliki peserta didik.
Dijelaskan dalam undang-undang No.14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen yang mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik
adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.22 Lebih lanjut dalam rpp tentang guru dikemukakan
bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi hal-hal sebagai berikut: Pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan, Pemahaman terhadap peserta didik, Pengembangan
kurikulum atau silabus, Perancangan pembelajaran, Pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis, Pemanfaatan teknologi

21
Tim Penyusun Karya Tulis Ilmiah, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IAIN Jember (Jember:
IAIN Jember 2020), 46
22
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 75

18
pembelajaran, Evaluasi hasil belajar, Pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya23
1) Memahami Peserta Didik
Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu
kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. setidaknya
terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta
didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan
perkembangan kognitif.24
a) Tingkat kecerdasan
Tingkat Kecerdasan merupakan ukuran kecerdasan
yang dimiliki peserta didik dalam mengelola pembelajaran,
kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal tersebut
adalah masalah yang menuntut kemampuan berpikir serta
dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.
Macam-macam kecerdasan menurut para ahli psikologi
di dunia menyimpulkan terkait dengan pemetaan
kecerdasan (quotient mapping) seseorang, dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiga
kecerdasan ini merupakan kecerdasan personal yang
melekat pada pribadi seseorang.25
Upaya untuk mengetahui tingkat kecerdasan telah
dilakukan para ahli psikologi, antara lain pada tahun 1890
oleh Cattell dengan istilah mental tes. pada tahun 1905
Binet mengembangkan tes intelegensi yang digunakan
secara luas, dan berhasil menemukan cara untuk

23
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 75
24
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 79
25
Rustam Hanafi, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional Dan Performa Auditor
(Semarang : Universitas Islam Sultan Agung Semarang), 22

19
menentukan usia mental seseorang. Usia mental mungkin
lebih rendah, lebih tinggi, atau sama dengan usia kronologis
(usia yang dihitung sejak kelahirannya). Anak cerdas
memiliki usia mental lebih tinggi dari usianya, dan mampu
mengerjakan tugas-tugas untuk anak yang usianya lebih
tinggi.
b) Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru, baik yang benar-benar merupakan hal
baru atau sesuatu ide baru yang diperoleh dengan cara
menghubungkan beberapa hal yang sudah ada dan
menjadikannya suatu hal baru. Selain itu, kreativitas adalah
hal-hal yang membuat kita takjub dengan hal-hal baru,
karena kreativitas bisa mewujudkan ide-ide cemerlang kita.
Chaplin (1989) Pengertian kreativitas adalah
kemampuan menghasilkan bentuk baru menggunakan
metode-metode baru.
Kreativitas bisa dikembangkan dengan penciptaan
proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
dapat mengembangkan kreativitasnya. Secara umum guru
diharapkan dapat menciptakan kondisi yang baik yang
memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan
kreativitasnya antara lain dengan teknik kerja kelompok
kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan proyek.
Anak yang kreatif belum tentu pandai, dan sebaliknya.26
c) Kondisi fisik
Kondisi fisik merupakan sebuah gambaran atau
perumpamaan tentang keadaan manusia yang dilihat dari
fisiknya. kemampuan fisik adalah kemampuan

26
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 86

20
memfungsikan organ-organ tubuh dalam melakukan
aktivitas fisik. Kemampuan fisik sangat penting untuk
mendukung mengembangkan aktifitas psikomotor. Gerakan
yang terampil dapat dilakukan apabila kemampuan fisiknya
memadai.
Kondisi fisik antara lain berkaitan dengan penglihatan,
pendengaran, kemampuan bicara, pincang (kaki) dan
lumpuh karena kerusakan otak. Terhadap peserta didik yang
memiliki kelainan fisik diperlukan sikap dan layanan yang
berbeda dalam rangka Membantu perkembangan pribadi
mereka, misalnya guru harus bersikap lebih sabar dan
telaten, tetapi dilakukan secara wajar sehingga tidak
menimbulkan kesan negatif. Perbedaan layanan (jika
mereka bercampur dengan anak yang normal) antara lain
dalam bentuk jenis media pendidikan yang digunakan, serta
membantu dan mengatur posisi duduk. sehubungan dengan
peserta didik yang mengalami hambatan ini, Ornstein dan
Levine (1986) membuat pernyataan sebagai berikut.
orang-orang yang mengalami hambatan, bagaimanapun
hebatnya ketidakmampuan mereka, harus diberi kebebasan
dan pendidikan yang cocok.
 Penilaian terhadap mereka harus adil, dan menyeluruh.
 Orang tua atau wali mereka harus adil, dan boleh
memprotes keputusan yang dibuat oleh Kepala
Sekolah.
 Rencana pendidikan individual yang meliputi
pendidikan jangka panjang dan jangka pendek harus
diberikan. Harus pula diadakan tinjauan ulang terhadap
tujuan dan metode yang dipilih.
 Layanan pendidikan diberikan dalam lingkungan yang
agak terbatas untuk memberikan layanan yang tepat

21
pada saat tertentu anak-anak bisa ditempatkan di kelas
khusus atau terpisah.27
d) Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif ialah tahapan-tahapan
Perubahan yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia
untuk memahami, mengolah informasi, memecahkan
masalah dan mengetahui sesuatu.
Jean Piaget adalah salah satu tokoh yang meneliti
tentang perkembangan kognitif dan mengemukakan
tahapan-tahapan perkembangan koginitif. Tahapan-tahapan
tersebut adalah tahap sensory motorik (0–2 tahun), pra-
operasional (2–7 tahun), operasional konkret (7–11 tahun)
dan operasional formal (11–15 tahun). Dalam memahami
dunia secara aktif, anak menggunakan skema, asimilasi,
akomodasi, organisasi dan equilibrasi. Pengetahuan anak
terbentuk secara berangsur sejalan dengan pengalaman
tentang informasi-informasi yang ditemui. Menurut Piaget,
anak menjalani urutan yang sudah pasti dari tahap-tahap
perkembangan kognitif. Pada setiap tahap, baik kuantitas
maupun kualitas kemampuan anak menunjukkan
peningkatan.28
2) Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu
kompetensi pedagogis yang harus dimiliki guru, yang akan
bermuara Pada pelaksanaan pembelajaran. perancangan
pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan yaitu

27
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 94-95
28
Siti Aisyah Mu’minTeori Perkembanganb Kognitif Jean Piaget (Jurnal Al-Ta’dib: Vol. 6 No. 1
Januari-Juni, 2013), 89

22
identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan
penyusunan program pembelajaran.29
Perencanaan pengajaran memainkan peran penting dalam
memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik
dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan
pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum
proses pembelajaran berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pengajaran dalam
proses belajar mengajar yaitu: sebagai petunjuk arah kegiatan
dalam mencapai tujuan, sebagai pola dasar dalam mengatur
tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam
kegiatan, sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur baik Unsur
guru maupun unsur murid, sebagai alat ukur efektif tidaknya
suatu pekerjaan sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan
kelambatan kerja, untuk bahan penyusunan data agar terjadi
keseimbangan kerja, untuk menghemat tenaga alat-alat dan
biaya.30
Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang
pengajar dalam perencanaan pembelajaran adalah, identifikasi
kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan
program pembelajaran.
a) Identifikasi kebutuhan
Kebutuhan merupakan Kesenjangan antara apa yang
seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya, atau sesuatu
yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan. pada tahap ini
sebaiknya guru melibatkan peserta didik untuk mengenali,
menyatakan, dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-
sumber yang tersedia, dan hambatan yang mungkin

29
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 101
30
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 22

23
dihadapi dalam kegiatan pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan belajar. Pelibatan peserta didik perlu disesuaikan
dengan tingkat kematangan dan kemampuan, serta mungkin
hanya bisa dilakukan untuk kelas-kelas tertentu yang sudah
bisa dilibatkan. Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain
untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar
kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan
dan mereka merasa memilikinya
Hal ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
 Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan
belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka
miliki dan diperoleh melalui kegiatan pembelajaran.
 Peserta didik didorong untuk mengenali dan
mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk memenuhi kebutuhan belajar.
 Peserta didik dibantu untuk mengenal dan menyatakan
kemungkinan adanya hambatan dalam upaya
memenuhi kebutuhan belajar, baik yang datang dari
dalam (internal) maupun dari luar (eksternal)
b) Perumusan kompetensi dasar
Kompetensi dasar merupakan serangkaian kemampuan
yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam sebuah mata
pelajaran tertentu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016
Pasal 2 Ayat 2 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 bahwa Kompetensi
dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran
minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata

24
pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang
mengacu pada kompetensi inti.31
Perumusan kompetensi dasar adalah menetapkan
kemampuan dan materi pemebalajaran minimal yang harus
dicapai oleh peserta didik yang mengacu pada kompetensi
inti untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan
pendidikan.
c) Penyusunan program pembelajaran
Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai produk
program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup
komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan
program. Komponen program mencakup kompetensi dasar,
materi standar, metode dan teknik, media dan sumber
belajar, waktu belajar, dan daya dukung lainnya. Dengan
demikian rencana pelaksanaan pembelajaran pada
hakekatnya merupakan suatu sistem yang terdiri atas
komponen-komponen yang saling berhubungan serta
berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah
pelaksanaannya untuk mencapai tujuan atau membentuk
kompetensi.32
Rencana pembelajaran yang baik menurut gagne dan
Briggs (1974) hendaknya mengandung 3 komponen yang
disebut anchor point yaitu: 1) Tujuan pengajaran; 2) Materi
pelajaran atau bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar,
media pengajaran dan pengalaman belajar; dan 3) Evaluasi
keberhasilan.33

31
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Pasal 2 Ayat 2 Tentang KI dan KD Pelajaran pada
Kurikulum 2013.
32
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 102
33
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 96

25
Penyusunan program pembelajaran bertujuan utnuk
menjadi pedoman dalam kegiatan pembelajaran dan
memudahkan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran
sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai
kompetensi dasar yang telah ditentukan.
3) Pelaksanaan Pembelajaran
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.
Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh
pengetahuan menurut pemahaman sains konvensional kontak
manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman
(experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan
pengetahuan (Knowledge), atau a body of knowledge. Definisi
ini merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara
konvensional dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah
terletak di alam, Tinggal bagaimana siswa atau pembelajar
bereksplorasi menggali dan menemukan kemudian
34
memungutnya untuk memperoleh pengetahuan.
Pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar
yang didalamnya terdapat interaksi antara guru dan dan siswa,
dimana seorang guru menjadi pendidik sebagai orang yang
memberi pengetahuan, dan siswa sebagai peserta didik yang
menerima pengetahuan tersebut, dengan mengguanakan
berbagai sumber belajar, strategi, metode, dan media yang telah
ditentukan dalam perencanaan pembelajaran sebelum
melakukan kegiatan pembelajaran.
Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru/pengajar
adalah mengelola pengajaran dengan lebih efektif, dinamis,
efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan

34
Suyono, Haryanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), 9

26
keterlibatan aktif di antara dua subjek pelajaran; guru sebagai
pengisi aktif awal dan pengarah serta pembimbing, sedang
peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk
memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.35
Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal
berikut: Pre tes, Proses, dan Pos tes, sebagai berikut:36
a) Pre Tes
Pelaksanaan pembelajaran biasanya dimulai dengan
peri tes, untuk menjajagi proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Oleh karena itu, pre tes memegang peranan
yang cukup penting dalam proses pembelajaran, yang
berfungsi antara lain sebagai berikut:
 Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar
karena dengan kritis maka pikiran mereka akan
terfokus pada soal-soal yang harus mereka
jawab/kerjakan.
 Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik
sehubungan dengan proses pembelajaran yang
dilakukan dengan cara membandingkan hasil pre tes
dengan post tes.
 Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah
dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang
akan dijadikan Topik dalam proses pembelajaran.
 Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses
pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang
telah dimiliki peserta didik, dan tujuan-tujuan mana
yang perlu mendapat penekanan dalam perhatian
khusus.

35
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), 1
36
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 103

27
b) Proses
Proses dimaksudkan sebagai kegiatan inti dari
pelaksanaan pembelajaran dan pembentukan kompetensi
peserta didik. Proses pembelajaran dan pembentukan
kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan
menyenangkan hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas
dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi
dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat
secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosial.
Kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi
peserta didik dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari
segi proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau
setidak-tidaknya sebagian besar 75% peserta didik terlibat
secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran, di samping menunjukkan gairah belajar yang
tinggi, nafsu belajar yang besar, dan tumbuhnya rasa
percaya diri. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran
dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan kompetensi dan perilaku yang positif pada
diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian
besar 75%. Lebih lanjut proses pembelajaran dan
pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak
dan bermutu tinggi. serta sesuai dengan kebutuhan
perkembangan masyarakat dan pembangunan.
c) Pos Tes
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri
dengan pos tes seperti halnya pre tes. Pos tes memiliki
banyak kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan

28
pembelajaran. fungsi pos tes antara lain dapat dikemukakan
sebagai berikut:
 Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditentukan baik secara
individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui
dengan membandingkan hasil pre tes dan pos tes.
 Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan yang
dapat dikuasai oleh peserta didik serta kompetensi
dasar dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya.
Sehubungan dengan kompetensi dasar dan tujuan yang
belum dikuasai ini, Apabila sebagian besar belum
menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran
kembali (remedial teaching).
 Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti
kegiatan remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan
pengayaan, serta Untuk mengetahui tingkat kesulitan
belajar.
 Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan
terhadap proses pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik yang telah dilaksanakan, baik
terhadap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
4) Evaluasi Hasil Belajar
Istilah evaluasi sekarang sudah mempunyai Padanan kata
dalam bahasa Indonesia, yaitu penilaian. Sebagai komponen
kurikulum, sebagai rencana, dan sebagai kegiatan, peran
evaluasi sangat menentukan. Evaluasi bukan saja dapat
memberikan informasi mengenai tingkat pencapaian
keberhasilan belajar siswa tetapi juga dapat memberikan
informasi mengenai komponen kurikulum lainnya. Artinya,
melalui kegiatan evaluasi komponen-komponen kurikulum

29
lainnya dapat dikaji dan diketahui hubungannya dalam sistem
kurikulum.37
Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar
peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang
telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan tujuan yang telah
ditetapkan.38
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui
perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik
yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan
dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi,
benchmarking, serta penilaian program.39
a) Penilaian kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian
ulangan umum dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan
setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan
atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari
seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan
tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang
sedang dibahas.
Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester,
dengan bahan yang diujikan adalah: ulangan umum
semester pertama soalnya diambil dari materi semester
pertama, ulangan umum semester ke-dua soalnya
merupakan gabungan dari materi semester pertama dan
kedua, dengan penekanan pada materi semester kedua.
Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan.
bahan-bahan yang diujikan meliputi seluruh materi
pembelajaran yang telah diberikan, dengan penekanan pada

37
Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 36
38
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), 179
39
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 108

30
bahan-bahan yang diberikan pada kelas kelas tinggi. hasil
ujian akhir ini terutama digunakan untuk menentukan
kelulusan bagi setiap peserta didik dan layak tidaknya untuk
melanjutkan pendidikan pada tingkat di atasnya.
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui
kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa
kesulitan belajar, memberikan umpan balik, memperbaiki
proses pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta
didik, serta menentukan kenaikan kelas.
b) Tes kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang
diperlukan dalam rangka memperbaiki program
pembelajaran. tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap
tahun akhir kelas III.
c) Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi
Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi pada
setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan
kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh
dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik
dalam satuan waktu tertentu. untuk keperluan sertifikasi,
kinerja, dan hasil belajar, yang dicantumkan dalam surat
tanda tamat belajar, tidak semata-mata didasarkan atas hasil
penilaian pada akhir jenjang sekolah.
d) Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk
mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil
untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan.
Ukuran keunggulan dapat ditentukan di tingkat sekolah,
daerah, atau nasional. Penilaian dilaksanakan secara
berkesinambungan Sehingga peserta didik dapat mencapai

31
satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan usaha dan keuletannya
Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang
pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian
secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan
pendidikan. hasil penilaian tersebut dapat dipakai untuk
memberikan peringkat kelas dan tidak untuk memberikan
nilai akhir peserta didik. Hal ini dimaksudkan sebagai salah
satu dasar pembinaan guru dan kinerja sekolah.
e) Penilaian program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen
Pendidikan Nasional dan dinas pendidikan secara kontinu
dan berkesinambungan. penilaian program dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar fungsi dan
tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan
tuntutan perkembangan masyarakat dan kemajuan zaman.
5) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya
Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari
kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap
peserta didik. Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh
guru melalui berbagai cara antara lain melalui kegiatan ekstra
kurikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan dan
konseling (BK).
a) Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang sering juga disebut
ekskul merupakan kegiatan tambahan di suatu lembaga
pendidikan yang dilaksanakan diluar kegiatan kurikuler,
kegiatan ekskul ini banyak ragam dan kegiatannya antara
lain, paduan suara, Paskibra, Pramuka, olah raga, kesenian,

32
panjat tebing, pencinta alam, dan masih banyak kegiatan
yang dikembangkan oleh setiap lembaga pendidikan sesuai
dengan kondisi sekolah dan lingkungan masing-masing.
Meskipun kegiatan ini sifatnya ekstra namun tidak sedikit
yang berhasil mengembangkan bakat peserta didik, Bahkan
dalam kegiatan ekskul inilah peserta didik mengembangkan
berbagai potensi yang dimilikinya atau bakat-bakatnya yang
terpendam, disamping mengembangkan bakat dan
keterampilan, ekskul juga dapat membentuk watak dan
kepribadian peserta didik, karena dalam kegiatan ini
biasanya ditanamkan disiplin, kebersihan, cinta lingkungan
dan lain-lain yang sangat erat kaitanya dengan pembentukan
pribadi peserta didik.
b) Pengayaan dan Remedial
Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari
program mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisis
terhadap kegiatan belajar, dan terhadap tugas-tugas, hasil
tes, dan ulangan dapat diperoleh Tingkat kemampuan belajar
setiap peserta didik. Hasil analisis ini dipadukan dengan
catatan-catatan yang ada pada program mingguan dan
harian, untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. program ini juga
mengidentifikasi materi yang perlu diulang, peserta didik
yang wajib mengikuti remedial, dan yang mengikuti
program pengayaan.
Sekolah perlu memberikan perlakuan khusus terhadap
peserta didik yang mendapat kesulitan belajar melalui
kegiatan remedial, Peserta didik yang cemerlang diberikan
kesempatan untuk tetap mempertahankan kecepatan
belajarnya melalui kegiatan pengayaan. kedua program itu

33
dilakukan oleh sekolah karena lebih mengetahui dan
memahami kemajuan belajar setiap peserta didik.
c) Bimbingan dan Konseling (BK).
Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan
konseling kepada peserta didik yang menyangkut pribadi
sosial belajar dan karir. Selain guru pembimbing guru mata
pelajaran yang memenuhi kriteria pelayanan bimbingan dan
karir diperkenankan memfungsikan diri sebagai guru
pembimbing. Oleh karena itu guru mata pelajaran dan wali
kelas harus senantiasa berdiskusi dan berkoordinasi dengan
Guru bimbingan dan konseling secara rutin dan
berkesinambungan.
Tugas mengembangkan potensi peserta didik secara
utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama
yang harus dilaksanakan oleh keluarga, sekolah/madrasah,
dan lingkungannya. Di sekolah/madrasah, peran tenaga
instruksional, bimbingan dan konseling serta tenaga
administrasi dan kepemimpinan adalah unsur utama yang
berperan dalam stabilitas kelangsungan proses belajar para
peserta didiknya. dimana masing-masing pihak memiliki
wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri
dan pencapaian kompetensi peserta didik. Masalah-masalah
perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat
pembelajaran ditangani bersama/dilimpahkan kepada
konselor sementara untuk masalah-masalah peserta didik
yang terkait dengan proses pembelajaran/bidang studi
dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya.40

40
Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmalia, Perencanaan Pembelajaran Pada Bidang Studi,
Bidang Studi Tematik Muatan Lokal Kapan Hidup Bimbingan Dan Konseling (Malang: UIN
Maliki press, 2010), 229

34
b. Mutu Pembelajaran
1) Pengertian Mutu Pembelajaran
Dalam Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Mutu dapat
diartikan sebagai ukuran baik buruk suatu benda; kadar; taraf
atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya).41
Dalam kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki arti,
dalam bahasa inggris “Quality” artinya adalah taraf atau
tingkatan kebaikan, nilai sesuatu. Jadi mutu memiliki arti
kualitas atau nilai kebaikan sesuuatu. Dalam konteks pendidikan
pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.
Sedanghkan Istilah mutu menurut para ahli mendefinisikan
mutu dalam prespektif produk yaitu:
Menurut Crosby mutu ialah conformance to requirement,
yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu
produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar atau
kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu tersebut
meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.
Menurut Deming mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan
pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah
perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil
produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga
menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa
puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk
perusahaan tersebut baik berupa barang maupun jasa.
Menurut Feigenbaum mutu adalah kepuasan pelanggan
sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk dianggap
bermutu apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya
kepada konsumen, yaitu sesuai dengan harapan konsumen atas
produk yang dihasilkan oleh perusahaan.42

41
https://kbbi.web.id/mutu
42
Abdul Hadis, Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2014), 84-85

35
Sedangkan mutu dalam dimensi pendidikan atau yang
disebut dengan mutu pembelajaranj/mutu pendidikan adalah
kualitas suatu pembelajaran atau pendidikan yang diberikan
sekolah terhadap peserta didik sebagai konsumen pendidikan
yang sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, sehingga
peserta didik sebagai konsumen pendidikan di sekolah
mendapatkan kepuasan dari suatu pendidikan yang diberikan,
dalam segi proses dan juga hasil.
Mutu pembelajaran merupakan pokok penting yang harus
diperhatikan oleh seorang guru atau pendidik dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan kegiatan guru dalam mengelola proses belajar
peserta didik dengan berbagai metode belajar yang digunakan.
Dalam proses pembelajaran yang bermutu terlibat berbagai input
pembelajaran seperti; pesertadidik (kognitif, afektif, atau
psikomotorik), bahan ajar, metode pengajaran (bervariasi sesuai
dengan kemampuan guru dan karakter siswa), sarana sekolah,
dukungan administrasi, sarana prasarana dan sumber daya
lainnya, serta penciptaan suasana yang kondusif. Mutu proses
pembelajaran ditentukan dengan metode, strategi, alat media,
dan kemampuan guru mengelola proses pembelajaran tersebut.
Mutu pembelajaran pada hakikatnya menyangkut mutu
proses dan mutu hasil pembelajaran. mutu proses pembelajaran
dapat diartikan sebagai mutu aktivitas pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dan peserta didik di kelas. Sedangkan
mutu hasil pembelajaran adalah Mutu aktivitas pembelajaran
terwujud dalam bentuk hasil belajar nyata berupa nilai-nilai
yang telah dicapai oleh peserta didik.
Mutu pembelajaran memiliki empat indikator, yaitu
diantaranya:

36
a) Kesesuaian antara karakteristik peserta didik dengan strategi
belajar mengajar yang diterapkan oleh guru
b) Daya tarik guru dalam menciptakan suasana kelas yang
akrab dan hangat sehingga peserta didik merasa lebih
bersemangat dan nyaman dalam mengikuti pembelajaran.
c) Efektifitas belajar melalui kegiatan perencanaan yang
meliputi desain pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
sesuai dengan desain yang telah ditetapkan dan penilaian
(evaluasi) untuk mengetahui sejauh mana peserta didik
dapat menyerap materi yang telah disampaikan.
d) Efisiensi dan produktifitas pembelajaran, pembelajaran dari
menghafal dan mengingat ke menganalisis dan mencipta.43

c. Pendidikan Agama Islam


1) Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar
ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila
disingkat, pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap
seseorang agar menjadi muslim semaksimal mungkin.44
Dapat disimpulkan berdasarkan pandangan yang telah
diuraikan diatas bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan
usaha sadar dan terencana dalam rangka mempersiapkan peserta
didik untuk menyakini, memahami, serta mengamalkan ajaran
agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yag
telah ditetapkan serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam
yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga
dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak.

43
Pudji Muljono, Manajemen Pembelajaran Quantum Teaching (Jakarta: Balai Pustaka,
2006), 29
44
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
1

37
2) Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta
didik tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan
bernegara.
Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Ramayulis secara
umum adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama
Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.45
3) Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam adalah untuk
mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:
(1) hubungan manusia dengan Allah SWT; (2) hubungan
manusia dengan dirinya sendiri; (3) hubungan manusia dengan
sesama manusia; (4) dan hubungan manusia dengan makhluk
lain (selain manusia) dan lingkungannya.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama
islam di Sekolah Menengah Pertama terfokus pada aspek
Keimanan, Al Qur’an dan Hadist, Akhlak, Fiqh atau Ibadah, dan
Tarikh.
a. Aqidah/Keimanan, menekankan pada kemampuan
memahami dan mempertahankan keyakinan serta
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma’ul husna
sesuai dengan kemampuan peserta didik.

45
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 22

38
b. Al-Qur’an dan Hadist, menekankan pada kemampuan
membaca, menulis, dan menerjemahkan dengan baik dan
benar.
c. Akhlak, menekankan pengalaman sikap terpuji dan
menghindari akhlak tercela.
d. Fiqh/Ibadah, menekankan pada cara melakukan ibadah dan
mu’amalah yang baik dan benar.
e. Tarikh dan kebudayaan Islam, menekankan pada
kemampuan mengambil pelajaran (ibrah) dari peristiwa-
peristiwa bersejarah (islam), meneladani tokoh-tokoh
muslim yang berprestasi, dan mengaitkannya dengan
fenomena-fenomena social, untuk melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam.
Berdasarkan paparan di atas dapat dilihat bebarapa ruang
lingkup pendidikan agama Islam yang diajarkan di Sekolah,
baik di Madrasah maupun di Sekolah umum, jika di madrasah
ruang lingkup tersebut menjadi mata pelajaran yang berdiri
sendiri, sedangkan di Sekolah umum semua menjadi satu
kesatuan dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI).

H. Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara yang ilmiah guna mendapatkan
data dan informasi dengan maksud, tujuan dan kegunaan tertentu. 46

1. Pendekatan dan Jenis


Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deksriptif
yaitu penelitian yang disajikan dalam bentuk deskriptif melalui data-data
lisan maupun tertulis dari narasumber terkait. Penelitian deskriptif

46
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), 3.

39
bertujuan untuk memaparkan, menggambarkan, dan memetakan fakta-
fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berfikir tertentu.47
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka,
tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan data yang
diperoleh.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (Field
Research) dimana peneliti terjun langsung ke lapangan dan mengamati
fakta atau kejadian yang ada di lapangan. Dalam hal ini, peneliti menggali
data-data lapangan mengenai Kompetensi Pedagogik Guru dalam
Meningkatkan Mutu Pemeblajaran PAI di SMP Negri 1 Lenteng
Sumenep.

2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negri 1 Lenteng Sumenep. yang
terletak di Jalan Bromo Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena sekolah ini menjadi satu-
satunya sekolah menengeh pertama negri di kecamatan Lenteng. Sehingga
mutu pembelajaran pendidikan agama islam perlu di uji tingkat
kualitasnya, agar pemeblajaran yang diterapkan dapat dengan mudah
mencapai tujuan pembelajaran sehingga dapat mencetak lulusan yang
berkualitas dan memiliki jiwa islam yang kamil.

3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive, yaitu dalam proses pengambilan data dilakukan dengan
berbagai pertimbangan dan tujuan tertentu, seperti orang yang dianggap
paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan.48 Adapun subyek yang
akan dipilih dalam penelitian ini yaitu pihakpihak yang terlibat dalam
kegiatan pembelajaran PAI sesuai apa yang dikehendaki peneliti. Dalam
hal ini peneliti memilih beberapa subyek penelitian sebagai berikut:

47
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), 100.
48
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, 216.

40
a. Kepala Sekolah SMP Negri 1 Lenteng Sumenep
b. Guru PAI SMP Negri 1 Lenteng Sumenep
c. Siswa SMP Negri 1 Lenteng Sumenep

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam
penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian.
Teknik ini digunakan untuk mengamati dari dekat dalam upaya
mencari dan menggali data melalui pengamatan secara langsung dan
mendalam terhadap subjek dan objek yang diteliti.49 Teknik observasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non-partisipatif
dimana peneliti hanya sebagai pengamat saja, tidak ikut serta dalam
kegiatan maupun program yang sedang diteliti. Namun, kehadiran
peneliti tetap dipertanggungjawabkan dalam memperoleh data di
lapangan. Proses observasi yang dilakukan oleh peneliti bertujuan
untuk memperoleh data mengenai Kompetensi pedagogik guru di
lembaga tersebut meliputi tahap perencanaan pembelajaran, tahap
pelaksanaan pembelajaran dan tahap evaluasi hasih belajar.
Data-data yang ingin diperoleh pada tahap observasi diantaranya:
1) Mengamati sistem Pembelajaran yang diterapkan di SMP Negri 1
Lenteng Sumenep
2) Mengamati Kompetensi Pedagogik guru dalam dalam mengelola
pembelajaran peserta didik di SMP Negri 1 Lenteng Sumenep
3) Mengamati sistem peningkatam mutu pembelajaran sekolah di
SMP Negri 1 Lenteng Sumenep
b. Wawancara

49
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, 216.

41
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti melalui proses tanya jawab dengan subyek
penelitian untuk menggali data yang relevan dan valid mengenai
penelitian yang dimaksud. Teknik wawancara yang digunakan adalah
wawancara tidak terstrukur yaitu wawancara yang bebas, dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya garis-garis besar pertanyaan yang
akan ditanyakan.50 Meskipun demikian, wawancara yang dilakukan
tidak boleh keluar dari pembahasan penelitian sehingga peneliti hanya
menerima data-data yang relevan dan valid dari narasumber. Proses
wawancara yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk memperoleh
data mengenai Kompetensi pedagogik guru di lembaga tersebut
meliputi tahap perencanaan pembelajaran, tahap pelaksanaan
pembelajaran dan tahap evaluasi hasih belajar.
Data-data yang ingin didapat dari metode wawancara ini adalah:
1) Bagaimana Kompetensi pedagogik guru dalam merancang
pembelajaran siswa di SMP Negri 1 Lenteng Sumenep
2) Bagaimana Kompetensi pedagogik guru dalam pelaksanaan
pembelajaran siswa di SMP Negri 1 Lenteng Sumenep
3) Bagaimana Kompetensi pedagogik guru dalam evaluasi hasil
belajar siswa di SMP Negri 1 Lenteng Sumenep
c. Dokumentasi
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data berupa transkip,
catatan, gambar, majalah, notulensi kegiatan maupun rapat. Hasil
dokumentasi juga bisa menjadi bukti kevalidan data yang sebelumnya
telah diperoleh baik dari observasi maupun wawancara.
Adapun data yang ingin diperoleh dari proses dokumentasi adalah
sebagai berikut :
1) Historis dan geografis

50
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, 140.

42
2) Struktur Organisasi
3) Keadaan Masyarakat
4) Keadaan Sarana dan prasarana
5) Kegiatan Belajar Mengajar

5. Teknik Analisi Data


Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.51 Penelitian
ini menggunakan analisis data model interaktif Miles dan Huberman.
Aktivitas dalam analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
a. Pengumpulan Data (Data Collection)
Tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data terkait data-data
yang terkait dengan tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar dengan menggunakan teknik
pengumpulan data, yaitu dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi.
b. Kondensasi Data (Data Condentation)
Data Condentation refers to the process of selecting, focusing,
simplifying, abstracting and/or transforming the data. Dari pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa kondensasi data merupakan proses
pemilihan, pemusatan pergantian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan trasformasi data. Pada tahap ini, peneliti
menyesuaikan seluruh data yang dijaring tanpa harus memilah
(mengurangi) data. Hal ini berbeda dengan proses reduksi data yang
cenderung memilah dan dapat menghilangkan data yang sudah
diperoleh dari narasumber.

51
Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018),
248.

43
c. Penyajian Data (Data Display)
Penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sebagainya. Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif52. Penyajian data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh gambaran
mengenai informasi terkait kompetensi pedagogik guru dalam
meningkatkan mutu pembelajaran PAI.
d. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi
atau gambarang suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang
atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas baik berupa
hubungan kasual, hipotesis atau teori. Proses penarikan kesimpulan
tidak dapat dilakukan sebelum semua data berhasil dikumpulkan.
Tahap ini dilakukan setelah penganalisisan data selesai dilakukan
mulai data pengumpulan data, kondensasi data dan penyajian data.

6. Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dilakukan agar data yang diperoleh
berupa data valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, pada
tahap ini peneliti menghubungkan berbagai teknik dan sumber agar
pengecekan keabsahan data dilakuakan secara maksimal dan tidak terjadi
kesalahan. Keabsahan data yang akan digunakan pada penelitian ini ialah
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber untuk
menguji kredibilitas data, dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh dengan berbagai sumber. Sedangkan, triangulasi teknik
untuk menguji kredibilitas data dilakuakn dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda

52
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, 249.

44
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi
yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup 53. Adapun
sistematika pembahasan dalam penelitian ini terbagi menjadi lima bab, yaitu
sebagai berikut:
Bab I, pendahuluan. Bab ini membahas tentang latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan
diakhiri dengan sistematika pembahasan.
Bab II, kajian kepustakaan. Bab ini membahas tentang kajian terdahulu
yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan dan kajian teori yang
dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan penelitian.
Bab III, metode penelitian. Bab ini membahas tentang metode penelitian
yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek
penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, serta
tahap-tahap penelitian
Bab IV, penyajian data dan analisis. Bab ini membahas tentang gambaran
obyek penelitian, penyajian data dan analisis, serta pembahasan temuan.
Bab V, penutup. Yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.

53
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 48

45
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kudus: CV. Mubarokatan Toyyibah
Aprilia, Tesya. Implementasi Kompetensi Pedagogik Dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD DCC Global Bandar
Lampung. Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, 2019
B. Uno, Hamzah. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Badan Nasional Sertifikasi Profesi Republik Indonesia, Peraturan Badan Nasional
Sertifikasi Profesi Nomor : 04/BNSP.305/X/2013
Baharun, Hasan dan Zamroni, Manajemen Mutu Pendidikan Ikhtiar dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Madrasah melalui Pendekatan Balanced
Scorecard. Tulungagung: Akademia Pustaka, 2017
Hadis, Abdul dan Nurhayati. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta,
2014.
Isnaini. “Kompetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MIN
1 Bondowoso Tahun Pelajaran 2018/2019”. Skripsi, IAIN Jember, 2019
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013
Megawati, “Peran Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam
Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik di Sekolah Menengah Kejuruan
Inklusi taman Pendidikan dan Asuhan Jember Tahun Pelajaran
2019/2020”. Skripsi, IAIN Jember 2019
Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2018
Mu’min, , Siti Aisyah. Teori Perkembanganb Kognitif Jean Piaget. Jurnal Al-
Ta’dib: Vol. 6 No. 1 Januari-Juni, 2013
Muljono, Pudji. Manajemen Pembelajaran Quantum Teaching. Jakarta: Balai
Pustaka

46
Mulyani, Fitri. “Konsep Kompetensi Guru Dalam Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen (Kajian Ilmu Pendidikan Islam)”.
Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 03; No. 01; 2009
Mulyasa, E. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2013
Mustari, Mohamad. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rajawali press 2014
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Pasal 2 Ayat 2 Tentang KI dan KD
Pelajaran pada Kurikulum 2013.
Prabowo, Sugeng Listyo dan Nurmalia, Faridah Perencanaan Pembelajaran Pada
Bidang Studi, Bidang Studi Tematik Muatan Lokal Kapan Hidup
Bimbingan Dan Konseling. Malang: UIN Maliki press, 2010
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2008
Ramlah, “Kompetensi Pedagogik Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Siswa di Madrasah Tsanawiyah Laboratorium Kota Jambi”. Skripsi, UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi, 2020
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2014
Rustam Hanafi, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional Dan Performa
Auditor. Semarang : Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Sudaryono, Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2012
Suyono dan Haryanto, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2017
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014
Tim Penyusun Karya Tulis Ilmiah, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IAIN
Jember . Jember: IAIN Jember 2020
Triwiyanto, Teguh. Pengantar Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara, 2017
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20

47
Wahyudi, Ahmad. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Mutu
Pembelajaran dI SD INPRES 188 Tombo-Tombolo Kecamatan Bangkala
Kabupaten Jeneponto”. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Makassar,
2019
Zamroni, Meningkatkan Mutu Sekolah. Jakarta : PSAP Muhamadiyah, 2007

48
MATRIK PENELITIAN

Judul Variabel Sub Variabel Indikator Sumber Data Metode Penelitian Fokus Penelitian
Kompetensi 1. Kompetensi a. Perancangan 1) Menentukan strategi 1. Data primer 1. Jenis penelitian 1. Bagaimana Kompetensi
Pedagogik Guru Pedagogik pembelajaran berdasarkan a. Kepala sekolah Kualitatif deskriptif Pedagogik Guru dalam
dalam Guru karakteristik peserta didik, b. Guru Pendidikan 2. Teknik pengumpulan Merencanakan Pembelajaran
Meningkatkan kompetensi yang akan Agama Islam data untuk meningkatkan mutu
Mutu dicapai dan materi ajar c. Siswa SMP Negri 1 a. Obeservasi Pembelajaran Pendidikan
Pembelajaran 2) Menyusun rancangan Lenteng Sumenep b. Wawancara Agama Islam di SMP Negri 1
Pendidikan pembelajaran berdasarkan c. Dokumentasi Lenteng Sumenep?
Agama Islam di strategi yang dipilih 2. Data Sekunder 3. Teknik Analisis 2. Bagaimana Kompetensi
SMP Negri 1 b. Pelaksanaan 1) Menata Latar (setting) a. Buku Data Pedagogik Guru dalam
Lenteng pembelajaran b. Skripsi a. Pengumpulan data Melaksanakan Pembelajaran
Sumenep Tahun 2) Melaksanakan pembelajaran c. Jurnal b. Kondensasi data untuk meningkatkan mutu
Pelajaran 2021- yang kondusif d. Internet/web c. Penyajian data Pembelajaran Pendidikan
2022 c. Evaluasi 1) Merancang dan d. Penarikan Agama Islam di SMP Negri 1
melaksanakan evaluasi kesimpulan Lenteng Sumenep?
(assessment) proses dan 4. Uji keabsahan data 3. Bagaimana Kompetensi
hasil belajar secara a. Triangulasi sumber Pedagogik Guru dalam
berkesinambungan dengan data Mengevaluasi hasil belajar
berbagai metode b. Triangulasi teknik untuk meningkatkan mutu
2) Memanfaatkan hasil Pembelajaran Pendidikan
penilaian pembelajaran Agama Islam di SMP Negri 1
untuk perbaikan kualitas Lenteng Sumenep?
program pembelajaran
secara umum
2. Mutu a. Mutu 1) Mutu Pembelajaran
Pembelajaran Pembelajaran
Pendidikan
Agama Islam

49

Anda mungkin juga menyukai