Anda di halaman 1dari 27

KOLABORASI GURU DAN MURID DALAM MENCIPTAKAN IKLIM BELJAR YANG KONDUSIF

DI SMA MUHAMMADIYA KOTA KUPANG

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi persaratan guna merai gelar strata satu sarjan pendidikan agama islam

OLEH

MUHAMMAD IDUL

2011111028

PROGRAM SETUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIFERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................7
C. TUJUAN PENELITIAN........................................................................................................................7
D. MANFAAT........................................................................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................................................................9
A. KOLABORASi....................................................................................................................................9
1. Jenis- jenis kolaborasi................................................................................................................10
B. IKLIM BELAJAR YANG KONDUSIF...................................................................................................11
1. Pengertian Iklim.........................................................................................................................11
2. Pengertian Pembelajaran..........................................................................................................13
3. Pengertian kondusif...................................................................................................................15
C. PENELITIAN RELEVAN....................................................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................................................................19
A. JENIS PENELITIAN...........................................................................................................................19
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN..................................................................................................19
C. INSTRUMEN PENELITIAN...............................................................................................................19
D. INFORMAN PENELITIAN.................................................................................................................19
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.......................................................................................................19
F. JENIS DAN SUMBER DATA..............................................................................................................20
G. TEKNIK ANALISIS DATA..................................................................................................................20
H. SISTEMATIKA PENULISAN..............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................23

ii
iii
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan
menuju kearah perbaikan, pad dasarnya adalah sebuah penguatan, dan
penyempurnaan semua potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu, ia tidak pula dibatasi tebalnya tembok sekolah juga
sempitnya waktu belajar di kelas. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan
biasa dilakukan dimana saja dan kapan saja manusia mau dan mampu melakukan
proses pendidikan1. Pendidikan dapat diartikan usaha dasar dan terancana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi di dalam didri peserta didik. Pendidikan merupakan sala
satu jalan untuk meraih cita- cita peserta didik di masa yang akan datang.2
Selain itu, pendidikan juga merupakan alat agar peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 “ Pendidikan Nasional yang
memilikifungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban Bangsa. Untuk itu pendidikan Nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, capai,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab’’3.
Kualitas suatu bangsa sering kali di identikan dengan kualitas pendidikan
karena pendidikan merupakan faktor yang sangat berpengaru terhadap sikap dan
tindakan seseorang dalam kehidupan menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam
pendidikan dan pengembangan juga seseorang tidak hanya sebatas kemampuan

1
Roqib Muh, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: PT. LKiS PrintingCemerlang,2010).
2
Depertemen Pendidikan Nasional , kamus Besar Bahas Indonesia. (Balai pustaka: Jakarta, 2005)
3
Afril GuzaUndang-Undang SistemPendidikan Nasional dan undang-undang guru dan dosen,(Jakarta : Asa
Mandiri, 2009)

1
berpikir saja, namun juga kemampuan dalam beretika dan berelasi dengan
lingkungan sosialnya. Sesuai dengan undang-undang sistem pendidikan nasional
(UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masarakat, bangsa, dan
negara. 4
Untuk dapat mencapai hasil pendidikan yang maksimal khususnya dalam
peroses belajar mengajar di perlukan suatu interaksi dan baik antara guru dan
siswa. Oleh karena itu di perlukan dedikasi yang tinggi dari guru untuk selalu
berusaha meningkatkan kualitas belajar dan pembelajaran siswa.5 Selain itu
Kedudukan kelas yang begitu penting dalam proses pembelajaran di sekolah,
mengisyaratkan bahwa guru yang profesional dituntut harus mampu melaksanakan
pembelajaran yang menyeimbangkan dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dengan demikian, pembelajaran menjadi bermakna.
Menurut Winataputra (2003), penataan lingkungan belajar yang tepat
berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran. Pada prinsipnya, lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruang
kelas yang menarik, efektif, dan mendukung siswa dan guru dalam proses
pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan oleh seorang guru dalam menata lingkungan fisik kelas sebagai
berikut: visibility (keleluasaan pandangan) accesibility (kemudahan dicapai)
fleksibilitas (keluwesan) kenyamanan, dan keindahan 6. Lingkungan belajar yang
kondusif adalah lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar secara
efektif dan efisien. Untuk memastikan siswa dapat mencapai potensi maksimal
dalam pendidikan, lingkungan belajar yang kondusif harus diciptakan dan budaya

4
Azna dewi wulan dari, Aset Rudi Nurjaman “Analisis peran guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif” Kelola: Jurnal Pendidikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, no.1 (12 juni 2023): hal. 29.
5
A Basri. Landasan Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2013): hlm. 34
6
Arumasriyarini, Hapmiernawati “Membangun lingkungan sekolah yang kondusif melalui PTK” (no.3. 2023) hlm.
333.

2
sekolah berperan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang diinginkan
(kondusif).7
Budaya sekolah mencakup nilai-nilai, keyakinan, dan praktik-praktik yang
dilakukan oleh semua masyarakat sekolah. Budaya sekolah yang positif dapat
memotivasi siswa dan meningkatkan kinerja akademik mereka. Memberikan
penghargaan atas pencapaian siswa termasuk dari budaya sekolah yang positif,
baik itu dalam bentuk penghargaan, sertifikat atau pengakuan khusus lainnya. Hal
ini dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dan memotivasi mereka
untuk terus bekerja keras.
Menurut Muhtadi (2014:3), menyatakan bahwa “Iklim kelas adalah
kondisi lingkungan kelas dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran.
Iklim kelas merupakan suasana yang ditandai oleh adanya pola interaksi atau
komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa.” Lingkungan belajar
yang kondusif mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif.
Strategi belajar apapun yang digunakan guru akan menjadi tidak efektif jika tidak
didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif. Di kelas segala aspek
pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala
kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya,
kurikulum dengan segala komponennya, materi pelajaran dengan segala pokok
bahasannya, media dengan segala coraknya bertemu, berpadu dan berinteraksi
dikelas. Oleh sebab itu sudah selayaknya kelas dikelola dengan baik, profesional
dan harus berlangsung terus menerus.8
Berdasarkan pengamatan dan observasi awal oleh penulis di SMA
Muhammadia Kota Kupang permasalahan yang terjadi bahwa proses
pembelajaran kurang efektif di karenakan sarana prasarana yang kurang memadai
dan lingkungan yang kurang mendukung hal ini menyebabkan aktifitas belajar
mengajar yang kurang efektif mengakibatkan siswa cenderung pasif, dan
kurangnya perhatian siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya

7
Suwarni Suwarni, Peran budaya sekola dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. ( 02,06, 2002)
no.2.hlm. 243.
8
Rahmat Kurniawan, “Meningkatkan nilai krakter disiplin melalui penciptaan iklim kelas kondusif” thn 2012. Hlm
3-4

3
solusi untuk perbaikan dalam proses pembelajaran agar memungkinkan terjadinya
peningkatan proses belajar peserta didik di SMA Muhammadiya Kota Kupang.
Maka dari itu penulis ingin mengetauhi bagaimana caranya kolaborasi
guru dan murid dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif di SMA
Muhammadiya Kota kupang.
Sehubungan dengan uraian tersebut penulis tertarik untuk menelitih lebih
jauh tentang kolaborasi guru dan murid dalam menciptakan iklim belajar yang
kondusif di SMA Muhammadiya Kota Kupang.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada Latar belakang diatas maka yang menjadi pokok
permesalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana cara guru dan murid berkolaborasi dalam menciptakan iklim
belajar yang kondusif?
b. Apakah ada pengaru terhadap siswa dalam berkolaborasi untuk menciptakan
iklim belajar yang kondusif?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetauhi bagaimana kolaborasi guru dan murid dalam menciptakan
iklim belajar yang kondusif di SMA Muhammadia Kota kupang.
b. Untuk mengetauhui pengaru terhadap siswa dalam berkolaborasi untuk
menciptaka iklim belajar yang kondusif di SMA Muhammadia Kota Kupang.

D. MANFAAT
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka adapun kegunaan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembeca, khususnya yang
berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis

4
a. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman dan antusias belajar
pada murid di SMA Muhammadia Kota Kupang Dalam memotivasi guru
untuk meningkatkan prestasi belajar terhdap murid
b. Hasil penelitian ini di harapkan penelitian memberikan deskripsi pada
lembaga keagamaan, kepala sekolah, guru pendidikan, dan peserta didik
dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif di SMA Muhammadia
Kota Kupang

5
BAB II
KAJIAN TEORI

A. KOLABORASi
Kolaborasi adalah bentuk interaksi sosial berupa aktifitas kerja sama yang di
tujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan cara saling membantu dan saling
memahami tugasnya masing masing.9 Kolaborasi juga merupakan satu
budaya baru di tempat kerja dimana setiap individu yang berada di tempat kerja
tersebut memiliki sifat terbuka dan saling maumemberi serta menerima saran dan
pendapat orang lain.
Kolaborasi adalah proses mendasar dari bentuk kerja sama yang menghasilkan
kepercayaan, integritas dan terobosan melalui pencapaian konsensus, kepemilikan
dan keterpaduan pada setiap aspek organisasi. Kolaborasi merupakan pendekatan
utama yang menggantikan pendekatan hirarkis yang ada dalam prinsip-prinsip
pengorganisasian untuk memimpin dan mengelola lingkungan kerja pada abad
moderen ini.10 Pembelajaran kolaborasi tidak hanya dapat menemukan
metoda penyelesaian masalah yang menyeluruh, tetapi juga akan dapat mengungkapk
an pegetahuan baru tentang peta permasalahan dan peta solusi baru yang meruang dan
mewaktu. Pembelajaran berkolaborasi tidak hanya berlangsung di antara teman
sekelas, tetapi dapat saja dibangun di antara partisipan dari beragamsekolah dan
universitas, bahkan dari beragam negara. Lebih dari itu, pembelajaranini dapat
mereduksi dominasi suatu pemikiran yang parsial dalam cara pandangdan tawaran
solusinya, diganti dengan pemikiran holistik yang menawarkan solusiyang
menyeluruh. Sehingga pengetahuan baru11 yang dihasilkannya dapat mengurangi

9
“Pengertian kolaborasi” https://www. kelas pintar. Id (diakses 2 oktober 2023)
10
Poppy Fitrijanti Soeparan SH, MP “Kolaborasi dan pengembangan budaya kerja dan tempat kerja yang
kolaboratif,” Kelola: jurnal Media Pratama, no. 20 ( Juni 20, 2013): hal.47
11
“ Pembelajaran kolaborasi,” https: /www.Academia.Edu (diakses 3 oktober 2023)

6
kompleksitas dan menawarkan peta keterkaitan dan penelusuran baik dalam ranah

masalah maupun ranah solusi.

1. Jenis- jenis kolaborasi


Jenis-jenis Kolaborasi Ada tiga jenis kolaborasi yang didasarkan kebutuhan,
yaitu:
a. Kolaborasi Primer

Kolaborasi primer merupakan pelaksanaan grup dan individu sungguh-


sungguh diatur menjadi satu, grup berisi seluruh kehidupan tentang individu
dan masing-masing saling mengejar untuk pekerjaan, demi kepentingan
seluruh anggota di dalam grup tersebut. Contohnya seperti kehidupan rutin
seharihari dalam berbicara, dan kehidupan keluarga.12

Di dalam kelompok-kelompok kecil seperti keluarga dan komunitas-


komunitas proses sosial di dalam kolaborasi ini bersifat spontan. Inilah
kolaborasi terbentuk secara wajar di dalam sebuah kelompok-kelompok yang
di sebut kelompok primer, didalam kelompok primer yang kecil dan bersifat
tatap muka, individu lebih senang bekerja dalam tim selaku anggota tim
daripada bekerja sebagai perorangan

Proses pelaksanaan dalam kolaborasi primer dengan diawali adanya pihak-


pihak yang akan diajak kolaborasi seperti guru, konselor, dan tenaga kerja
lainnya untuk pencapaian peningkatan hasil belajar pada peserta didik.

12
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),

7
Dengan demikian kegiatan kolaborasi dilakukan dalam bentuk usaha formal
karena disengaja, berencana, dan sistematis.

b. Kolaborasi skunder
Kolaborasi sekunder ini dimana membuat seseorang diformalisir dan
spesialisir dimana sikap orang - orang disini lebih individualis dan
mengadakan perhitungan-perhitungan. Seperti contoh kolaborasi didalam
sebuah perkantoran, pabrik, pemerintahan, dan sebagainya.13
Proses pelaksanaan kolaborasi sekunder dilakukan lebih individualis yang
berarti dalam bentuk kolaborasi terdapat pihak-pihak yang bekerja. sama
antara guru bimbingan dan konseling dan wali kelas sertamasing-masing
pihak memiliki tugas yang berbeda dalam pelayanan khusus untuk pencapaian
peningkatan hasil belajar peserta didik.
c. Kolaborasi Tertier
Kolaborasi Tertier merupakan kolaborasi yang berbeda dari kolaborasi pada
umunya, dikarenakan kolaborasi ini bersifat oportunis.14 Oportunis dapat
diartikan sebagai suatu aliran pemikiran yang menghendaki pemakaian
kesempatan menguntungkan dengan sebaik-baiknya, demi diri sendiri,
kelompok, atau suatu tujuan tertentu.

B. IKLIM BELAJAR YANG KONDUSIF

1. Pengertian Iklim
Istilah iklim disini merupakan kisan (metafora), yaitu sesuatu yang dapat
memberikan gambaran yang gambling (jelas dan muda di mengerti) pada tingkat
kognitif, emosional, perilaku yang menyatakan suatu kegiatan bagian tertentu
pada tindakan tanpa menetapkan perilaku sebenarnya. 15

Hoy dan Miakell Menyatakan bahwa iklim merupakan kualitas dari


lingkungan (kelas) terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi tingka

13
Ibid, Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, h. 102.
14
Arifah Fahrunnisa, Kolaborasi Guru Bimbingan Konseling dan Guru Tahfidz Dalam Meningkatkan Konsep Diri
Siswa Penghafal Al-Quran di SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta, Jurnal Bimbingan Konseling dan
Dakwah Islam, Vol. 14 No. 2, Desember 2017. h 11
15
Kompri, Mnejemen Pendidkan jilid -3 (Bandung: Alfa beta, 2015) Hlm. 41

8
laku, dan berdasarkan pada presepsi kolektif tingka laku mereka. Iklim
merupakan suasana atau keadaan yang tercipta karena interaksi dari seluruh
personil yang ada di dalamnya. Iklim juga diartikan dengan suasana di sisni
adalah tentang keadaan suhu (matahari, kelembapan, hujan dan awan), sedangkan
suatu keadaan di sini ialah bersangkut paut dengan keadaan ruangannya seperti
( meja ,kursi, papan tuli, jendela, pintu, dinding, dll). Maka di sisni pentingnya
iklim dan satu pembelajaran, kerna bisa berhubungan dengan belajar tersebut.16

Memperbaiki iklim kelas dengan cara sistematis memonitor dan


memperbaiki kualitas hubungan guru dan siswa dan teman akan dapat menciptkan
perilaku posistif siswa dan guru juga dipengaruhi oleh kualitas kehidupan sekolah
secara luas.ikil kelas juga merupakan suatu proses belajar yang sangat
berpengaruh dalam terciptanya pembelajaran yang diciptakan. Kareena iklim
merupakan suasana atau keadaan di sini ialah bersangkut paut dengan keadaan
ruangannya seperti (meja, kursi, papan tulis, jendela, pintu dinding, dan dll).

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Iklim Belajar


Menurut Darmansyah ada beberapa factor yang berperan dalam menciptakan
iklim beljar siswa menyenangkan tersebut, interaksi antar guru dan siswa
yaitu:
1) Meningkatkan kesadaran
2) Daya dengar
3) Partisipasi
4) Umpan balik
5) Pertumbuhan serta tempat emosi yang di hargai17
Menurut A. Muhtadi adapun factor factor lain yang menyebabkan iklim
belajar siswa di antaranya sebagai berikut:
1) Faktor internal berpengaru terhadap proses dan iklim belajar siswa ialah
factor kelehan. Siswa yang mengalami kelehan karena tela melalukan
pekerjaan berat yang melibatkan kegiatan fisik akan kurang memusatkan

16
Dandang Suhardan, Super Fisi Professional ( Layanan dalam meningkatkan mutu pembelajaran diera otonomi
daera), ( Bandung: Alfabeta, 2010 ) hlm.129
17
Darmansyah, Strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor, ( Jakarta : PT Bumi aksara, 2012) hal.50

9
perihatian dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Siswa terbut
menunjukan gejala mengantuk, tidak tenang atau gelisa dan susa
memusatkan perihatiannya kepada aktifitas belajar yang di lakukan oleh
guru dan bersama temanyan di kelas lainya.adapun tindakan yang harus
di ambil ole guru jika menghadapi siswa yang mengalami kelelahan
menyuruh siswa untuk istirahat agar dapat kembali segar dalam
mengikuti nprses pembelajaran. Selain itu, para guru harus mewanti
wanti siswa untuk menghindari kelehan fisik sehingga mereka dapat
mencapai kualitas proses pembelajaran di kelas.
2) Faktor eksternal yaitu yang bersumber dari luar diri siswa yang
berpengaru terhadap proses pemebelajaran di kelas, ialah factor
keluwarga, sekola, dan masarakat.18
Menutut Nanang hanafia adapun factor factor lain yang mempengaruhi
iklim belajar siswa yang efektif pada siswa di antaranya sebagai berikut:
a) Kecerdasan ( intelegenqoutient)
b) Bakat (aptitude)
c) Minat (interest)
d) Motivasi (motivation)
e) Rasa percaya diri (self confidence)
f) Stabilits emosi (emotional stability)
g) Komitmen (commitmen)
h) Kesehatan fisik.
3) Factor eksternal
a) Kopetensi guru (pedegogig, sosial, personal, dan propesional
b) Kualifikasi guru
c) Sarana pendukung
d) Kualitas teman sejawat
e) Atmosfir belajar
f) Kepemimpinan kelas dan
g) biaya19
18
A. Muhtadi, op.cit. hal. 200
19
Nanang Hanafiah Konsep strategi pembelajaran, ( Bandung: Pt Refika Aditma, (2012) hal. 57

10
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya suatu proses yang mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan
mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pembelajaran juga di artikan
sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam
melakukan proses belajar.20

Pembelajaran merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat


dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi sarana
kondusif, afektif dan psikomotorik. Dari segi guru proses belajar yang merupakan
proses internal siswa tidak dapat diamati, akan tetapi dapat di pahami ole guru.
Proses belajar tersebut tampak melalui perilaku siswa mempelajari bahan belajar.
Perilaku tersebut ada hubbungannya dengan desain instruksinal guru,, karena di
dalam desain instruksional, guru membuat tujuan instrksional khusus atau sasaran
belajar.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Pengertian pembelajaran berarti


proses, cara, pembuatan, menjadi mahkluk hidup belajar. Pembelajaran dapat di
artikan sebagai hasil dari memori seseorang ketika sedang belajar, karena belajar
merupakan proses almiah setiap orang21.Dalam pembelajaran tentunya banyak
perbedaan ada pula peserta didik yang lambat dalam mencerna materi
pembalajaran kedua perbrdaan ini yang menyebabkan guru mampu mengatur
strategi dalam pembelajaran yang sesuai dengan keaadaan setiap peserta didik. ole
karena itu, jika hakekat belajar adalah perubahan maka hakekat pembelajaran
adalah pengaturan.22

Menurut Undang-undang Repobleik Indonesia Nomor 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasioanal, bahwah pembelajaran adalah proses
interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung
dalam suatu lingkungan belajar. Secara Nasional, pembelajaran dipandang
20
https// KBBI.Webid/guru/disercing pada. Tgl 3 oktober 2023.
21
Marno Dan M Idris, Strategi dan Metode pengajaran: Mencitakan keterampilan mengajar yang edukatif Dan
eduksi ( Yogyakarta Ar Ruzz) 2008 hlm. 20
22
Bahri Djamara, “Strategi belajar meningkatkan motivasi ,” Kelola: Jurnal motivasi Pembelajaran interaktif6, no
4(2018): 39

11
sebagai sesuatu proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen utama,
yaitu pesrta didik,dan sumber belajar yang berlangung dalam suatu lingkungan
belajar, maka yang bisa dikatakan proses pembelajarana adalah suatu system yang
melibatkan suatu keasatuan komponenen, yang saling berkaitan dan saling
berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.23

Menurut Trianto, pembelajaran adalah interaksi dua arah dari pendidik dan
peserta didik, dintara keduanya terjadi komunikasi yang terarah menuju kepada
target yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan oleh dua orang
pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa
adalah belajar.24

Pembelajaran adalah kegiatan terancana yang mengkondisikan atau


merangsang seseorang agar dapat belajar deengan baik, sehingga kegiatan
pembelajaran ini bermuara pada dua kegiatan pokok, yaitu bagaimana orang
melakukan tindakan perubahan tingka mlaku melalui kegiatan belajar dan
bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetauhan melalui
kegiatan mengajar. Oleh karena itu, maka pembelajaran merupakan tindakan
eksternal dari belajar, sedangkan belajar adalah tindakan internal dari
pembelajaran.25

3. Pengertian kondusif
Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan belajar di sekola
dalam suasana berlangsungnya interaksi pembelajaran. Siatu belajar yang
kondusif ini perlu di ciptakan dan di pertahan kan agar pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik efektif dan efesien, sehingga tujuan tercapai optimal.
situasi belajar mengajar yang kondusif ini penting di rancang dan di upayakan ole
guru sengaja agar dapat di hindarkan kondisi yang merugikan peserta didik.

23
Undang- undang Repobelik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang system Pendidikan Nasional, halm. 6.
24
Trianto, mendesain model Pembelajaran Inofatif – progresif ( Jakarta: kencana, 2009): hlm. 19.
25
Trianto, hlm.20

12
Permasalhan yang timbul dan perlu di pecahkan bagaiman peran seorang guru
dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif.26
Selain itu, Sekolah juga berperan penting untuk mewujudkan iklim dan
suasana yang baik gun amemberikan kenyamanan. Iklim dan suasana yang
kondusif dapat memberikan energi kerja yang tinggi dan hubungan kekeluargaan
yang hangat dengan sesama rekan kerja. Selain itu, iklimyang kondusif juga akan
menjadikan guru tetap bertahan dan loyal terhadap sekolah.
Adapun faktor terciptanya suasan belajar kondusif yaitu: 27
a. Suasana dalam kelas guru menjadi pihak yang paling bertanggungjawab
dalam pengelolaan pembelajaran di ruang kelas. Strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan sangat menentukan kondusif tidaknya
suasana belajar. Kemudian bagaimana guru menguasai situasi belajar
siswa.
b. Lingkungan di sekitar kelas suasana belajar yang kondusif akan tercipta
apabila didukung dengan suasana yang nyaman dan tentram di sekitar
kelas atau sekolah. Lokasi sekolah yang terlalu dekat dengan keramaian
seperti pasar, pinggiran jalan raya atau pabrik cenderung mengganggu
kosentrasi siswa dalam belajar.

Suasana belajar yang kondusif akan tercipta apabila suasana diruangan kelas
dan lingkungan sekitarnya, mendukung terlaksananya proses belajar siswa. Proses
belajar yang kondusif akan menhantarkan siswa pada hasil belajar yang optimal.
Secara umum, kondusif tidaknya suatu kelas sangat dipengaruhi oleh dua faktor
utama, factor internal dan faktor eksternal siswa. Faktor internal siswa biasanya
berhubungan erat dengan masalah-masalah emosi, pikiran, dan perilaku siswa.
Sementara faktor eksternal siswa biasanya sangat erat dengan masalah lingkungan
dimana mereka belajar, penempatan siswa, pengelompokan, jumlah, dan bahkan
lingkungan keluarga.

26
Jurawarsi, Neviyarni Suhaili “Peran seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif”( tahun
desember 2020 ) hal. 51
27
ulia Dini Hanipah , Titan Nurul Amalia. “Urgensi Lingkungan Belajar Yang Kondusifdalam Mendorong Siswa
Belajar Aktif” Vol 2 No. (1 Maret 2022). hlm.45

13
C. PENELITIAN RELEVAN
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan mengenai penelitian-penelitian
terdahulu, berdasarkan penelusuran hasil-hasil penelitian skripsi yang ada ditemukan
beberapa skripsi yang relevan dengan penelitian ini, antara lain;

1. Penelitian oleh Nur Ikhsan 2019

Skripsi dengan judul “Strategi Guru Dalam Menumbuhkan Iklim Kelas


Yang Kondusif Disdit Salsabila Al Muthi ’ In Banguntapan Bantul” Tujuan
penelitian ini untuk persamaan skrpsi dari Nur Ikhsan dengan penelitian ini yaitu
membahas tentang Strategi Guru Dalam Menumbuhkan Iklim Kelas Yang
Kondusif dan perbedan dari skripsi ini adalah yaitu Kolaborasi guru dan murid
dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif. Sedangkan penelitian ini adalah
dimana Guru dan Murid berkolaborasi dalam menciptakan iklim belajar yang
kondusif.

2. Penelitian oleh Harjali 2016

Skripsi dengan judul “Stategi guru dalam membangun lingkungan belajar


yang kondusif: Studi fenomenologi pada kelas, sekola menenga pertama di
ponorogo.Tujuan penelitian ini untuk mengetauhi persaman skripsi dari Harjali
dengan penelitian ini adalah membahas tentang memebangun lingkungan belajar
yang kondusif. Dan perbedaan dari skripsi Harjali adalah dari segi strategi dan
tujuan penelitian serta model penelitian.sedangkan penelitian ini memebahas
tentang kolaborasi guru dan murid dalam menciptakan iklim beljar yang kondusif.

3. Pelitian oleh Abdul kadir jaelani 2022


Skripsi tentang “Kemampuan kinerja guru dalam menciptakan iklim kelas
yang kondusif di SDN 34 Mataram”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
persamaan skripsi dari Abul kadir jaelani dengan penelitian ini adalah membahas
tentang untuk mengetahui bagaiaman cara kinerja guru untuk menciptakan iklim
kelas yang kondusif di SDN 34 Mataram. Dan perbedaan dari skripsi Abdul kadir
jaelani dengan penelitian ini adalah. Dari system model penelitian yang tertujuh
pada kinerja guru dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif sedangan

14
penelitian ini mengarah pada kolaborasi guru dan murid dalam menciptakan iklim
belajar yang kondusif.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif, yaitu: dimana peneliti mengumpulkan data scara langsung di lapangan.
Permasalahan yang di teliti adalah permasalahan yang actual, memusatkan pada
deskripsi peneliti sebagai instrument kunci atau utama dalam pengumpulan data.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


Lokasi dalam penelitian ini adalah guru dan murid di SMA Muhammadiyah
Kota Kupang menjadi penelitian utama dalam proses pengumpulan data yaitu guru
dan murid dalam berkolaborasi untuk menciptakan iklim beljar yang kondusif di
SMA Muhammadiyah Kota Kupang.

C. INSTRUMEN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kualitatifdengan menggunakan metode penggalian data
melalui wawancara dan observasi partisipatif, maka peneliti menjadi informan kunci
atau di bantu oleh orang lain untuk mengumpulkan data utama guna mendapatkan
informan agar dapat bersedia untuk di wawancarai demmi kepentingan penelitian

D. INFORMAN PENELITIAN
Teknik penentuan informan yang di gunakan dalam penelitian ini, yaitu
pengambilan sampele dari satu populasi (snowball sampling) yaitu peneliti
menentukan beberapa informan kunci untuk di wawancarai sehingga dapat di peroleh
data yang akurat dan memeberikan jalan bagi peneliti untuk memperdalam data
dengan informan lain yang berpotensi bila data belum lengkap. Informan tersebut
akan di kembangkan lebih lanjut oleh peneliti berdasarkan petunjuk atau informasi
dari informan kunci. Orang orang yang di jadikan informan adalah orang-orang cukup
tahu tentang permasalahan penelitian.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


a. Teknik obsevasi

16
Teknik observasic dalam kegiatan observasi, peneliti menggunakan observasi
mendalam yakni peneliti mengikuti dan menyaksikan secara langsung berbagai
objek dilapangan yang berkaitan dengan colaborasi dan murid dalam
menciptakan iklim belajat yang kondusif di SMA Muhammadiya Kota Kupang.
b. Teknik wancara
Teknik pengumpulan dengan cara memperoleh informasi melalui wawancara
terbuka dan mendalam yang di lakukan dalam suasana kekeluwargaan dan
keakraban dengan responde. Wawancara tersebut berpedoman pada daftar
pertanyaan yang telah di siapkan oleh peneliti. Wawancara tersebut berpedoman
pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah data sekunder mengenai gambaran dan catatan
tertulis yang berhubungan dengan masalah yang di teliti.

F. JENIS DAN SUMBER DATA


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang digambarkan sebagai beriku:
a. Data perimer
Data perimer adalah suatu objek atau dokumen original atau juga material
mentah dari pelaku yang di sebut “firs-hand information”. Data yang di
kumpulkan dari situasi aktual ketika perestiwa terjadi (peneliti sebagai
informan kunci)
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang di kumpulkan dari tangan kedua atau dari
sumber sumber lain yang tersedia sebelum penelitian di lakukan. Sumber
sekunder meliputi komentar, interprestasi, atau pembahasan tentang materi
original. Data sekunder juga dapat dikatakan sebagai “second-hand informsion”.

G. TEKNIK ANALISIS DATA


Teknik analisi adat menurut Bogdan dan Biklen dalam malog, 2011 adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memila milahnya menjadi satuan yang dapat di kelola, mensistesiskanya, mencari dan

17
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan yang di pelajari dan
memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain.
a) Reduksi data
Merupakan proses pengumpulan data penelitian. Seorang peneliti dapat
menemukan data yang banyak apabila peneliti mampu melakukan metode
wawancara, obsevasi atau dari berbagai dokumen yang berhubungan dengan
subjek yang di teliti. Pada tahap ini peneliti harus mampu merekam data
lapangan dalam bentuk catatan catatan lapangan (flend note), harus di tafsirkan,
atau di seleksi masing masing data yang relevan dengan focus masalah yang di
teliti. Dalam penelitian ini segala data yang dapat melalui wawancara, observasi
dan studi dokumentasi akan di deskripsikan, di tafsirkan atau di maknai sesuai
dengan aspek atau focus kajian penelitian ini.
b) Display data (penyajian Data)
Setelah melakukan proses reduksi data, kegiatan selanjutnya yakni menyajikan
data yang telah direduksi dalam kelompok atau bagian bagian tertentu. Dalam
penelitian ini data yang di dapatkan akan di sajikan dalam bentuk teks naratif,
matriks dan bagan. Biasanya dalam penelitian mendapat data yang banyak, akan
tetapi tidak semua data yang di peroleh dapat di paparkan secara keseluruhan.
Untuk itu dalam menyajikan data, data dapat di analisis oleh peneliti untuk
disusun secara sistematis atau simultan sehingga data yang di peroleh dapat
menjelaskan atau menjawabmasalah yang ditelitih.
c) Kesimpulan atau verifikasi
Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan
display dat sehingga data dapat di simpulkan dan peneliti masi berpeluang
menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masi dapat di uji kembali
dengan data di lapangan dengan cara merefleksi kembali, peneliti dapat
melakukan triangulasi maupun memberi cek sehingga kebenaran ilmia dapat di
capai. Bila proses siklus interaktif berjalan dengan continue dan baik, maka ke
ilmiahan hasil penelitian dapat di terima. Setelah hasil penelitian di uji
kebenaranyan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam bentuk deskriptif
sebagai laporan penelitian.

18
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Pada penelitian ini adapun penulisan sistematika dalam penulisan ini yang
masing masing terdiri dari lima bab, dan lima bab tersebut terdapat sub sub
pembahasan yang saling berkaitan di antaranya:
Bab I Pendahuluan yaitu, berisi tentang pembahasan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan menfaat penelitian.
Bab II Kerangka teori yaitu, berisi pembahasan tentang kolaborasi, dan iklim
belajar yang kondusif.
Bab III Metode penelitian yaitu, berisi tentang pembahasan yang melipu
tentang jenis penelitian, subjek penelitian, sumber data, dan teknik pengumpulan data,
teknik penyajian data dan analisis data.

19
DAFTAR PUSTAKA

A Basri. Landasan Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2013).

Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).

Afril Guza Undang-Undang SistemPendidikan Nasional dan undang-undang guru dan

dosen, (Jakarta : Asa Mandiri, 2009).

A. Muhtadi, op.cit. hal. 200.

Arifah Fahrunnisa, Kolaborasi Guru Bimbingan Konseling dan Guru Tahfidz Dalam

Meningkatkan Konsep Diri Siswa Penghafal Al-Quran di SMP Muhammadiyah

Boarding School Yogyakarta, Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam,

(Vol. 14 No. 2, Desember 2017).

Arumasriyarini, Hapmiernawati “Membangun lingkungan sekolah yang kondusif melalui

PTK” (no.3. 2023).

Azna dewi wulan dari, Aset Rudi Nurjaman “Analisis peran guru dalam menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif” Kelola: Jurnal Pendidikan ilmu-ilmu sosial

dan humaniora, no.1 (12 juni 2023).

Bahri Djamara, “Strategi belajar meningkatkan motivasi,” Kelola: Jurnal motivasi

Pembelajaran interaktif6, no 4(2018).

Dandang Suhardan, Super Fisi Professional (Layanan dalam meningkatkan mutu

pembelajaran diera otonomi daera), (Bandung: Alfabeta, 2010).

Darmansyah, Strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor, (Jakarta: PT Bumi

aksara, 2012).

20
Depertemen Pendidikan Nasional, kamus Besar Bahas Indonesia. (Balai pustaka: Jakarta,

2005).

https// KBBI.Webid/guru/disercing (pada Tgl 3 oktober 2023).

Jurawarsi, Neviyarni Suhaili “Peran seorang guru dalam menciptakan lingkungan

belajar yang kondusif” (tahun desember 2020).

Kompri, Mnejemen Pendidkan jilid -3 (Bandung: Alfa beta, 2015).

Marno Dan M Idris, Strategi dan Metode pengajaran: Mencitakan keterampilan

mengajar yang edukatif Dan eduksi (Yogyakarta Ar Ruzz) 2008.

Nanang Hanafiah Konsep strategi pembelajaran, (Bandung: Pt Refika Aditma, (2012).

Pembelajaran kolaborasi,” https: /www.Academia.Edu (diakses 3 oktober 2023).

Poppy Fitrijanti Soeparan SH, MP “Kolaborasi dan pengembangan budaya kerja dan

tempat kerja yang kolaboratif,” Kelola: jurnal Media Pratama, no. 20 (Juni 20,

2013).

Rahmat Kurniawan, “Meningkatkan nilai krakter disiplin melalui penciptaan iklim kelas

kondusif” (thn 2012).

Roqib Muh, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang, 2010).

Suwarni Suwarni, Peran budaya sekola dalam menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif. (02,06, 2002).

Trianto, mendesain model Pembelajaran Inofatif – progresif (Jakarta: kencana, 2009).

Ulia Dini Hanipah , Titan Nurul Amalia. “Urgensi Lingkungan Belajar Yang

Kondusifdalam Mendorong Siswa Belajar Aktif” Vol 2 No. (1 Maret 2022).

Undang- undang Repobelik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang system Pendidikan

Nasional.

21
“Pengertian kolaborasi” https://www. kelas pintar. Id (diakses 2 oktober 2023).

22

Anda mungkin juga menyukai