PROPOSAL
Diajukan untuk memenuhi persaratan guna merai gelar strata satu sarjan pendidikan agama islam
OLEH
MUHAMMAD IDUL
2011111028
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................7
C. TUJUAN PENELITIAN........................................................................................................................7
D. MANFAAT........................................................................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................................................................9
A. KOLABORASi....................................................................................................................................9
1. Jenis- jenis kolaborasi................................................................................................................10
B. IKLIM BELAJAR YANG KONDUSIF...................................................................................................11
1. Pengertian Iklim.........................................................................................................................11
2. Pengertian Pembelajaran..........................................................................................................13
3. Pengertian kondusif...................................................................................................................15
C. PENELITIAN RELEVAN....................................................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................................................................19
A. JENIS PENELITIAN...........................................................................................................................19
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN..................................................................................................19
C. INSTRUMEN PENELITIAN...............................................................................................................19
D. INFORMAN PENELITIAN.................................................................................................................19
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.......................................................................................................19
F. JENIS DAN SUMBER DATA..............................................................................................................20
G. TEKNIK ANALISIS DATA..................................................................................................................20
H. SISTEMATIKA PENULISAN..............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................23
ii
iii
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan
menuju kearah perbaikan, pad dasarnya adalah sebuah penguatan, dan
penyempurnaan semua potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu, ia tidak pula dibatasi tebalnya tembok sekolah juga
sempitnya waktu belajar di kelas. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan
biasa dilakukan dimana saja dan kapan saja manusia mau dan mampu melakukan
proses pendidikan1. Pendidikan dapat diartikan usaha dasar dan terancana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi di dalam didri peserta didik. Pendidikan merupakan sala
satu jalan untuk meraih cita- cita peserta didik di masa yang akan datang.2
Selain itu, pendidikan juga merupakan alat agar peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 “ Pendidikan Nasional yang
memilikifungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban Bangsa. Untuk itu pendidikan Nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, capai,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab’’3.
Kualitas suatu bangsa sering kali di identikan dengan kualitas pendidikan
karena pendidikan merupakan faktor yang sangat berpengaru terhadap sikap dan
tindakan seseorang dalam kehidupan menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam
pendidikan dan pengembangan juga seseorang tidak hanya sebatas kemampuan
1
Roqib Muh, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: PT. LKiS PrintingCemerlang,2010).
2
Depertemen Pendidikan Nasional , kamus Besar Bahas Indonesia. (Balai pustaka: Jakarta, 2005)
3
Afril GuzaUndang-Undang SistemPendidikan Nasional dan undang-undang guru dan dosen,(Jakarta : Asa
Mandiri, 2009)
1
berpikir saja, namun juga kemampuan dalam beretika dan berelasi dengan
lingkungan sosialnya. Sesuai dengan undang-undang sistem pendidikan nasional
(UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masarakat, bangsa, dan
negara. 4
Untuk dapat mencapai hasil pendidikan yang maksimal khususnya dalam
peroses belajar mengajar di perlukan suatu interaksi dan baik antara guru dan
siswa. Oleh karena itu di perlukan dedikasi yang tinggi dari guru untuk selalu
berusaha meningkatkan kualitas belajar dan pembelajaran siswa.5 Selain itu
Kedudukan kelas yang begitu penting dalam proses pembelajaran di sekolah,
mengisyaratkan bahwa guru yang profesional dituntut harus mampu melaksanakan
pembelajaran yang menyeimbangkan dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dengan demikian, pembelajaran menjadi bermakna.
Menurut Winataputra (2003), penataan lingkungan belajar yang tepat
berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran. Pada prinsipnya, lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruang
kelas yang menarik, efektif, dan mendukung siswa dan guru dalam proses
pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan oleh seorang guru dalam menata lingkungan fisik kelas sebagai
berikut: visibility (keleluasaan pandangan) accesibility (kemudahan dicapai)
fleksibilitas (keluwesan) kenyamanan, dan keindahan 6. Lingkungan belajar yang
kondusif adalah lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar secara
efektif dan efisien. Untuk memastikan siswa dapat mencapai potensi maksimal
dalam pendidikan, lingkungan belajar yang kondusif harus diciptakan dan budaya
4
Azna dewi wulan dari, Aset Rudi Nurjaman “Analisis peran guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif” Kelola: Jurnal Pendidikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, no.1 (12 juni 2023): hal. 29.
5
A Basri. Landasan Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2013): hlm. 34
6
Arumasriyarini, Hapmiernawati “Membangun lingkungan sekolah yang kondusif melalui PTK” (no.3. 2023) hlm.
333.
2
sekolah berperan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang diinginkan
(kondusif).7
Budaya sekolah mencakup nilai-nilai, keyakinan, dan praktik-praktik yang
dilakukan oleh semua masyarakat sekolah. Budaya sekolah yang positif dapat
memotivasi siswa dan meningkatkan kinerja akademik mereka. Memberikan
penghargaan atas pencapaian siswa termasuk dari budaya sekolah yang positif,
baik itu dalam bentuk penghargaan, sertifikat atau pengakuan khusus lainnya. Hal
ini dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dan memotivasi mereka
untuk terus bekerja keras.
Menurut Muhtadi (2014:3), menyatakan bahwa “Iklim kelas adalah
kondisi lingkungan kelas dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran.
Iklim kelas merupakan suasana yang ditandai oleh adanya pola interaksi atau
komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa.” Lingkungan belajar
yang kondusif mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif.
Strategi belajar apapun yang digunakan guru akan menjadi tidak efektif jika tidak
didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif. Di kelas segala aspek
pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala
kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya,
kurikulum dengan segala komponennya, materi pelajaran dengan segala pokok
bahasannya, media dengan segala coraknya bertemu, berpadu dan berinteraksi
dikelas. Oleh sebab itu sudah selayaknya kelas dikelola dengan baik, profesional
dan harus berlangsung terus menerus.8
Berdasarkan pengamatan dan observasi awal oleh penulis di SMA
Muhammadia Kota Kupang permasalahan yang terjadi bahwa proses
pembelajaran kurang efektif di karenakan sarana prasarana yang kurang memadai
dan lingkungan yang kurang mendukung hal ini menyebabkan aktifitas belajar
mengajar yang kurang efektif mengakibatkan siswa cenderung pasif, dan
kurangnya perhatian siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya
7
Suwarni Suwarni, Peran budaya sekola dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. ( 02,06, 2002)
no.2.hlm. 243.
8
Rahmat Kurniawan, “Meningkatkan nilai krakter disiplin melalui penciptaan iklim kelas kondusif” thn 2012. Hlm
3-4
3
solusi untuk perbaikan dalam proses pembelajaran agar memungkinkan terjadinya
peningkatan proses belajar peserta didik di SMA Muhammadiya Kota Kupang.
Maka dari itu penulis ingin mengetauhi bagaimana caranya kolaborasi
guru dan murid dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif di SMA
Muhammadiya Kota kupang.
Sehubungan dengan uraian tersebut penulis tertarik untuk menelitih lebih
jauh tentang kolaborasi guru dan murid dalam menciptakan iklim belajar yang
kondusif di SMA Muhammadiya Kota Kupang.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada Latar belakang diatas maka yang menjadi pokok
permesalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana cara guru dan murid berkolaborasi dalam menciptakan iklim
belajar yang kondusif?
b. Apakah ada pengaru terhadap siswa dalam berkolaborasi untuk menciptakan
iklim belajar yang kondusif?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetauhi bagaimana kolaborasi guru dan murid dalam menciptakan
iklim belajar yang kondusif di SMA Muhammadia Kota kupang.
b. Untuk mengetauhui pengaru terhadap siswa dalam berkolaborasi untuk
menciptaka iklim belajar yang kondusif di SMA Muhammadia Kota Kupang.
D. MANFAAT
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka adapun kegunaan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembeca, khususnya yang
berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
4
a. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman dan antusias belajar
pada murid di SMA Muhammadia Kota Kupang Dalam memotivasi guru
untuk meningkatkan prestasi belajar terhdap murid
b. Hasil penelitian ini di harapkan penelitian memberikan deskripsi pada
lembaga keagamaan, kepala sekolah, guru pendidikan, dan peserta didik
dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif di SMA Muhammadia
Kota Kupang
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KOLABORASi
Kolaborasi adalah bentuk interaksi sosial berupa aktifitas kerja sama yang di
tujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan cara saling membantu dan saling
memahami tugasnya masing masing.9 Kolaborasi juga merupakan satu
budaya baru di tempat kerja dimana setiap individu yang berada di tempat kerja
tersebut memiliki sifat terbuka dan saling maumemberi serta menerima saran dan
pendapat orang lain.
Kolaborasi adalah proses mendasar dari bentuk kerja sama yang menghasilkan
kepercayaan, integritas dan terobosan melalui pencapaian konsensus, kepemilikan
dan keterpaduan pada setiap aspek organisasi. Kolaborasi merupakan pendekatan
utama yang menggantikan pendekatan hirarkis yang ada dalam prinsip-prinsip
pengorganisasian untuk memimpin dan mengelola lingkungan kerja pada abad
moderen ini.10 Pembelajaran kolaborasi tidak hanya dapat menemukan
metoda penyelesaian masalah yang menyeluruh, tetapi juga akan dapat mengungkapk
an pegetahuan baru tentang peta permasalahan dan peta solusi baru yang meruang dan
mewaktu. Pembelajaran berkolaborasi tidak hanya berlangsung di antara teman
sekelas, tetapi dapat saja dibangun di antara partisipan dari beragamsekolah dan
universitas, bahkan dari beragam negara. Lebih dari itu, pembelajaranini dapat
mereduksi dominasi suatu pemikiran yang parsial dalam cara pandangdan tawaran
solusinya, diganti dengan pemikiran holistik yang menawarkan solusiyang
menyeluruh. Sehingga pengetahuan baru11 yang dihasilkannya dapat mengurangi
9
“Pengertian kolaborasi” https://www. kelas pintar. Id (diakses 2 oktober 2023)
10
Poppy Fitrijanti Soeparan SH, MP “Kolaborasi dan pengembangan budaya kerja dan tempat kerja yang
kolaboratif,” Kelola: jurnal Media Pratama, no. 20 ( Juni 20, 2013): hal.47
11
“ Pembelajaran kolaborasi,” https: /www.Academia.Edu (diakses 3 oktober 2023)
6
kompleksitas dan menawarkan peta keterkaitan dan penelusuran baik dalam ranah
12
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
7
Dengan demikian kegiatan kolaborasi dilakukan dalam bentuk usaha formal
karena disengaja, berencana, dan sistematis.
b. Kolaborasi skunder
Kolaborasi sekunder ini dimana membuat seseorang diformalisir dan
spesialisir dimana sikap orang - orang disini lebih individualis dan
mengadakan perhitungan-perhitungan. Seperti contoh kolaborasi didalam
sebuah perkantoran, pabrik, pemerintahan, dan sebagainya.13
Proses pelaksanaan kolaborasi sekunder dilakukan lebih individualis yang
berarti dalam bentuk kolaborasi terdapat pihak-pihak yang bekerja. sama
antara guru bimbingan dan konseling dan wali kelas sertamasing-masing
pihak memiliki tugas yang berbeda dalam pelayanan khusus untuk pencapaian
peningkatan hasil belajar peserta didik.
c. Kolaborasi Tertier
Kolaborasi Tertier merupakan kolaborasi yang berbeda dari kolaborasi pada
umunya, dikarenakan kolaborasi ini bersifat oportunis.14 Oportunis dapat
diartikan sebagai suatu aliran pemikiran yang menghendaki pemakaian
kesempatan menguntungkan dengan sebaik-baiknya, demi diri sendiri,
kelompok, atau suatu tujuan tertentu.
1. Pengertian Iklim
Istilah iklim disini merupakan kisan (metafora), yaitu sesuatu yang dapat
memberikan gambaran yang gambling (jelas dan muda di mengerti) pada tingkat
kognitif, emosional, perilaku yang menyatakan suatu kegiatan bagian tertentu
pada tindakan tanpa menetapkan perilaku sebenarnya. 15
13
Ibid, Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, h. 102.
14
Arifah Fahrunnisa, Kolaborasi Guru Bimbingan Konseling dan Guru Tahfidz Dalam Meningkatkan Konsep Diri
Siswa Penghafal Al-Quran di SMP Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta, Jurnal Bimbingan Konseling dan
Dakwah Islam, Vol. 14 No. 2, Desember 2017. h 11
15
Kompri, Mnejemen Pendidkan jilid -3 (Bandung: Alfa beta, 2015) Hlm. 41
8
laku, dan berdasarkan pada presepsi kolektif tingka laku mereka. Iklim
merupakan suasana atau keadaan yang tercipta karena interaksi dari seluruh
personil yang ada di dalamnya. Iklim juga diartikan dengan suasana di sisni
adalah tentang keadaan suhu (matahari, kelembapan, hujan dan awan), sedangkan
suatu keadaan di sini ialah bersangkut paut dengan keadaan ruangannya seperti
( meja ,kursi, papan tuli, jendela, pintu, dinding, dll). Maka di sisni pentingnya
iklim dan satu pembelajaran, kerna bisa berhubungan dengan belajar tersebut.16
16
Dandang Suhardan, Super Fisi Professional ( Layanan dalam meningkatkan mutu pembelajaran diera otonomi
daera), ( Bandung: Alfabeta, 2010 ) hlm.129
17
Darmansyah, Strategi pembelajaran menyenangkan dengan humor, ( Jakarta : PT Bumi aksara, 2012) hal.50
9
perihatian dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Siswa terbut
menunjukan gejala mengantuk, tidak tenang atau gelisa dan susa
memusatkan perihatiannya kepada aktifitas belajar yang di lakukan oleh
guru dan bersama temanyan di kelas lainya.adapun tindakan yang harus
di ambil ole guru jika menghadapi siswa yang mengalami kelelahan
menyuruh siswa untuk istirahat agar dapat kembali segar dalam
mengikuti nprses pembelajaran. Selain itu, para guru harus mewanti
wanti siswa untuk menghindari kelehan fisik sehingga mereka dapat
mencapai kualitas proses pembelajaran di kelas.
2) Faktor eksternal yaitu yang bersumber dari luar diri siswa yang
berpengaru terhadap proses pemebelajaran di kelas, ialah factor
keluwarga, sekola, dan masarakat.18
Menutut Nanang hanafia adapun factor factor lain yang mempengaruhi
iklim belajar siswa yang efektif pada siswa di antaranya sebagai berikut:
a) Kecerdasan ( intelegenqoutient)
b) Bakat (aptitude)
c) Minat (interest)
d) Motivasi (motivation)
e) Rasa percaya diri (self confidence)
f) Stabilits emosi (emotional stability)
g) Komitmen (commitmen)
h) Kesehatan fisik.
3) Factor eksternal
a) Kopetensi guru (pedegogig, sosial, personal, dan propesional
b) Kualifikasi guru
c) Sarana pendukung
d) Kualitas teman sejawat
e) Atmosfir belajar
f) Kepemimpinan kelas dan
g) biaya19
18
A. Muhtadi, op.cit. hal. 200
19
Nanang Hanafiah Konsep strategi pembelajaran, ( Bandung: Pt Refika Aditma, (2012) hal. 57
10
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya suatu proses yang mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan
mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pembelajaran juga di artikan
sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam
melakukan proses belajar.20
11
sebagai sesuatu proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen utama,
yaitu pesrta didik,dan sumber belajar yang berlangung dalam suatu lingkungan
belajar, maka yang bisa dikatakan proses pembelajarana adalah suatu system yang
melibatkan suatu keasatuan komponenen, yang saling berkaitan dan saling
berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.23
Menurut Trianto, pembelajaran adalah interaksi dua arah dari pendidik dan
peserta didik, dintara keduanya terjadi komunikasi yang terarah menuju kepada
target yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan oleh dua orang
pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa
adalah belajar.24
3. Pengertian kondusif
Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan belajar di sekola
dalam suasana berlangsungnya interaksi pembelajaran. Siatu belajar yang
kondusif ini perlu di ciptakan dan di pertahan kan agar pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik efektif dan efesien, sehingga tujuan tercapai optimal.
situasi belajar mengajar yang kondusif ini penting di rancang dan di upayakan ole
guru sengaja agar dapat di hindarkan kondisi yang merugikan peserta didik.
23
Undang- undang Repobelik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang system Pendidikan Nasional, halm. 6.
24
Trianto, mendesain model Pembelajaran Inofatif – progresif ( Jakarta: kencana, 2009): hlm. 19.
25
Trianto, hlm.20
12
Permasalhan yang timbul dan perlu di pecahkan bagaiman peran seorang guru
dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif.26
Selain itu, Sekolah juga berperan penting untuk mewujudkan iklim dan
suasana yang baik gun amemberikan kenyamanan. Iklim dan suasana yang
kondusif dapat memberikan energi kerja yang tinggi dan hubungan kekeluargaan
yang hangat dengan sesama rekan kerja. Selain itu, iklimyang kondusif juga akan
menjadikan guru tetap bertahan dan loyal terhadap sekolah.
Adapun faktor terciptanya suasan belajar kondusif yaitu: 27
a. Suasana dalam kelas guru menjadi pihak yang paling bertanggungjawab
dalam pengelolaan pembelajaran di ruang kelas. Strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan sangat menentukan kondusif tidaknya
suasana belajar. Kemudian bagaimana guru menguasai situasi belajar
siswa.
b. Lingkungan di sekitar kelas suasana belajar yang kondusif akan tercipta
apabila didukung dengan suasana yang nyaman dan tentram di sekitar
kelas atau sekolah. Lokasi sekolah yang terlalu dekat dengan keramaian
seperti pasar, pinggiran jalan raya atau pabrik cenderung mengganggu
kosentrasi siswa dalam belajar.
Suasana belajar yang kondusif akan tercipta apabila suasana diruangan kelas
dan lingkungan sekitarnya, mendukung terlaksananya proses belajar siswa. Proses
belajar yang kondusif akan menhantarkan siswa pada hasil belajar yang optimal.
Secara umum, kondusif tidaknya suatu kelas sangat dipengaruhi oleh dua faktor
utama, factor internal dan faktor eksternal siswa. Faktor internal siswa biasanya
berhubungan erat dengan masalah-masalah emosi, pikiran, dan perilaku siswa.
Sementara faktor eksternal siswa biasanya sangat erat dengan masalah lingkungan
dimana mereka belajar, penempatan siswa, pengelompokan, jumlah, dan bahkan
lingkungan keluarga.
26
Jurawarsi, Neviyarni Suhaili “Peran seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif”( tahun
desember 2020 ) hal. 51
27
ulia Dini Hanipah , Titan Nurul Amalia. “Urgensi Lingkungan Belajar Yang Kondusifdalam Mendorong Siswa
Belajar Aktif” Vol 2 No. (1 Maret 2022). hlm.45
13
C. PENELITIAN RELEVAN
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan mengenai penelitian-penelitian
terdahulu, berdasarkan penelusuran hasil-hasil penelitian skripsi yang ada ditemukan
beberapa skripsi yang relevan dengan penelitian ini, antara lain;
14
penelitian ini mengarah pada kolaborasi guru dan murid dalam menciptakan iklim
belajar yang kondusif.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif, yaitu: dimana peneliti mengumpulkan data scara langsung di lapangan.
Permasalahan yang di teliti adalah permasalahan yang actual, memusatkan pada
deskripsi peneliti sebagai instrument kunci atau utama dalam pengumpulan data.
C. INSTRUMEN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kualitatifdengan menggunakan metode penggalian data
melalui wawancara dan observasi partisipatif, maka peneliti menjadi informan kunci
atau di bantu oleh orang lain untuk mengumpulkan data utama guna mendapatkan
informan agar dapat bersedia untuk di wawancarai demmi kepentingan penelitian
D. INFORMAN PENELITIAN
Teknik penentuan informan yang di gunakan dalam penelitian ini, yaitu
pengambilan sampele dari satu populasi (snowball sampling) yaitu peneliti
menentukan beberapa informan kunci untuk di wawancarai sehingga dapat di peroleh
data yang akurat dan memeberikan jalan bagi peneliti untuk memperdalam data
dengan informan lain yang berpotensi bila data belum lengkap. Informan tersebut
akan di kembangkan lebih lanjut oleh peneliti berdasarkan petunjuk atau informasi
dari informan kunci. Orang orang yang di jadikan informan adalah orang-orang cukup
tahu tentang permasalahan penelitian.
16
Teknik observasic dalam kegiatan observasi, peneliti menggunakan observasi
mendalam yakni peneliti mengikuti dan menyaksikan secara langsung berbagai
objek dilapangan yang berkaitan dengan colaborasi dan murid dalam
menciptakan iklim belajat yang kondusif di SMA Muhammadiya Kota Kupang.
b. Teknik wancara
Teknik pengumpulan dengan cara memperoleh informasi melalui wawancara
terbuka dan mendalam yang di lakukan dalam suasana kekeluwargaan dan
keakraban dengan responde. Wawancara tersebut berpedoman pada daftar
pertanyaan yang telah di siapkan oleh peneliti. Wawancara tersebut berpedoman
pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah data sekunder mengenai gambaran dan catatan
tertulis yang berhubungan dengan masalah yang di teliti.
17
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan yang di pelajari dan
memutuskan apa yang dapat di ceritakan kepada orang lain.
a) Reduksi data
Merupakan proses pengumpulan data penelitian. Seorang peneliti dapat
menemukan data yang banyak apabila peneliti mampu melakukan metode
wawancara, obsevasi atau dari berbagai dokumen yang berhubungan dengan
subjek yang di teliti. Pada tahap ini peneliti harus mampu merekam data
lapangan dalam bentuk catatan catatan lapangan (flend note), harus di tafsirkan,
atau di seleksi masing masing data yang relevan dengan focus masalah yang di
teliti. Dalam penelitian ini segala data yang dapat melalui wawancara, observasi
dan studi dokumentasi akan di deskripsikan, di tafsirkan atau di maknai sesuai
dengan aspek atau focus kajian penelitian ini.
b) Display data (penyajian Data)
Setelah melakukan proses reduksi data, kegiatan selanjutnya yakni menyajikan
data yang telah direduksi dalam kelompok atau bagian bagian tertentu. Dalam
penelitian ini data yang di dapatkan akan di sajikan dalam bentuk teks naratif,
matriks dan bagan. Biasanya dalam penelitian mendapat data yang banyak, akan
tetapi tidak semua data yang di peroleh dapat di paparkan secara keseluruhan.
Untuk itu dalam menyajikan data, data dapat di analisis oleh peneliti untuk
disusun secara sistematis atau simultan sehingga data yang di peroleh dapat
menjelaskan atau menjawabmasalah yang ditelitih.
c) Kesimpulan atau verifikasi
Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan
display dat sehingga data dapat di simpulkan dan peneliti masi berpeluang
menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masi dapat di uji kembali
dengan data di lapangan dengan cara merefleksi kembali, peneliti dapat
melakukan triangulasi maupun memberi cek sehingga kebenaran ilmia dapat di
capai. Bila proses siklus interaktif berjalan dengan continue dan baik, maka ke
ilmiahan hasil penelitian dapat di terima. Setelah hasil penelitian di uji
kebenaranyan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam bentuk deskriptif
sebagai laporan penelitian.
18
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Pada penelitian ini adapun penulisan sistematika dalam penulisan ini yang
masing masing terdiri dari lima bab, dan lima bab tersebut terdapat sub sub
pembahasan yang saling berkaitan di antaranya:
Bab I Pendahuluan yaitu, berisi tentang pembahasan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan menfaat penelitian.
Bab II Kerangka teori yaitu, berisi pembahasan tentang kolaborasi, dan iklim
belajar yang kondusif.
Bab III Metode penelitian yaitu, berisi tentang pembahasan yang melipu
tentang jenis penelitian, subjek penelitian, sumber data, dan teknik pengumpulan data,
teknik penyajian data dan analisis data.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arifah Fahrunnisa, Kolaborasi Guru Bimbingan Konseling dan Guru Tahfidz Dalam
Azna dewi wulan dari, Aset Rudi Nurjaman “Analisis peran guru dalam menciptakan
aksara, 2012).
20
Depertemen Pendidikan Nasional, kamus Besar Bahas Indonesia. (Balai pustaka: Jakarta,
2005).
Poppy Fitrijanti Soeparan SH, MP “Kolaborasi dan pengembangan budaya kerja dan
tempat kerja yang kolaboratif,” Kelola: jurnal Media Pratama, no. 20 (Juni 20,
2013).
Rahmat Kurniawan, “Meningkatkan nilai krakter disiplin melalui penciptaan iklim kelas
Roqib Muh, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang, 2010).
Suwarni Suwarni, Peran budaya sekola dalam menciptakan lingkungan belajar yang
Ulia Dini Hanipah , Titan Nurul Amalia. “Urgensi Lingkungan Belajar Yang
Undang- undang Repobelik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang system Pendidikan
Nasional.
21
“Pengertian kolaborasi” https://www. kelas pintar. Id (diakses 2 oktober 2023).
22