Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teoretis

1. Kompetensi Pedagogik

Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau

kecakapan,20 yaitu kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu

pekerjaan. 21 Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,

dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau

dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. 22 Kompetensi guru

merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi,

sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk standar profesi guru,

yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,

pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan

profesionalisme.23

Menurut pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang

Guru dan Dosen, bahwa syarat wajib seorang guru adalah memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani

dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. 24 Kemudian dijelaskan dalam Pasal 10 tentang

macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu

20
Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), hlm. 19
21
Buchari Alma, dkk, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar,
(Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 134
22
Nasrul HS, Op. cit., hlm. 37
23
E. Mulyasa, Op. cit, hlm. 26
24
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

11
12

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan pendidik dalam mengelola

pembelajaran peserta didik.

Atas dasar itu, maka jelaslah bahwa seorang guru harus

mempunyai kompetensi dalam dirinya salah satunya adalah kompetensi

pedagogik. Yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta

didik.

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan


25
mengelola pembelajaran peserta didik”. Departemen Pendidikan

Nasional (Depdiknas) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi

pengelolaan pembelajaran”. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan

merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan

interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan

melakukan penilaian.26

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik itu adalah

kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik.

2. Komponen-Komponen Kompetensi Pedagogik

Komponen pedagogik merupakan kemampuan guru dalam

pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya

meliputi:

25
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
26
Departemen Pendidikan Nasional
13

a. Pemahaman wawasan dan landasan kependidikan

Guru sebagai tenaga pendidik yang sekaligus memiliki peran

penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di negara ini,

terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami wawasan dan

landasan kependidikan sebagai pengetahuan dasar. Pengetahuan awal

tentang wawasan dan landasan kependidikan ini dapat diperoleh

ketika guru mengambil pendidikan keguruan di perguruan tinggi.

b. Pemahaman terhadap Peserta didik

Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari


seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan. Tujuan guru mengenal siswa-siswanya adalah agar guru
dapat membantu pertumbuhan dan perkembangannya secara efektif,
menentukan materi yang akan diberikan, menggunakan prosedur
mengajar yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa, dan kegiatan-kegiatan guru lainnya yang
berkaitan dengan individu siswa. Dalam memahami siswa, guru perlu
memberikan perhatian khusus pada perbedaan individual anak didik.
Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami oleh guru dari
peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan
perkembangan kognitif.27

1) Tingkat kecerdasan

Kecerdasan seseorang terdiri dari beberapa tingkat yaitu :

golongan terendah adalah mereka yang IQ-nya antara 0-50 dan di

katakan idiot. Golongan kedua adalah mereka yang ber-IQ antara

50- 70 yang dikenal dengan golongan moron yaitu keterbatasan

mental. Golongan ketiga yaitu mereka yang ber-IQ antara 70-90

disebut sebagai anak lambat atau bodoh. Golongan menengah

merupakan bagian yang besar jumlahnya yaitu golongan yang ber-

27
E. Mulyasa, Op. cit., hlm. 79
14

IQ 90-110. Mereka bisa belajar secara normal. Sedangkan yang

ber IQ 140 ke atas disebut genius, mereka mampu belajar jauh

lebih cepat dari golongan lainnya.

2) Kreativitas

Setiap orang memiliki perbedaan dalam kreativitas baik

inter maupun intra individu. Orang yang mampu menciptakan

sesuatu yang baru disebut dengan orang kreatif. Kreativitas erat

hubungannya dengan intelegensi dan kepribadian. Seseorang yang

kreatif pada umumnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi dan

suka hal-hal yang baru.

3) Kondisi Fisik

Kondisi fisik berkaitan dengan penglihatan, pendengaran,

kemampuan berbicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena

kerusakan otak. Guru harus memberikan layanan yang berbeda

terhadap peserta didik yang memiliki kelainan seperti diatas dalam

rangka membantu perkembangan pribadi mereka. Misalnya dalam

hal jenis media yang digunakan, membantu dan mengatur posisi

duduk dan lain sebagainya.

4) Perkembangan Kognitif

Pertumbuhan dan perkembangan dapat diklasifikasikan atas

kognitif, psikologis dan fisik. Pertumbuhan dan perkembangan

berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi karakteristik

manusia. Perubahan tersebut terjadi dalam kemajuan yang mantap


15

dan merupakan proses kematangan. Perubahan ini merupakan

hasil interaksi dari potensi bawaan dan lingkungan.

c. Pengembangan kurikulum

Guru menempati kedudukan sentral, sebab peranannya sangat


menentukan, ia harus mampu menterjemahkan dan menjabarkan nilai-
nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian mentransformasikan
nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses pengajaran di sekolah.
Guru tidak membuat atau menyusun kurikulum, tapi ia menggunakan
kurikulum, menjabarkannya, serta melaksanakan melalui suatu proses
pengajaran. Kurikulum diperuntukkan bagi siswa, melalui guru yang
secara nyata memberikan pengaruh kepada siswa pada saat terjadinya
proses pengajaran.28

Dengan adanya kurikulum, akan membuat tugas guru atau

pendidik akan lebih terarah. Hubungan kurikulum dengan pengajaran

dalam bentuk lain adalah dokumen kurikulum yang biasanya disebut

dengan silabus.

Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan

pembelajaran, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan

kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian. Silabus

merupakan sumber pokok dan penyusunan rencana pembelajaran.

Secara umum proses pengembangan silabus berbasis


kompetensi terdiri atas tujuh langkah utama sebagaimana tercantum
dalam Buku Pedoman Umum Pengembangan Silabus (Depdiknas,
2004) yaitu: (1) penulisan identitas mata pelajaran, (2) perumusan
standar kompetensi, (3) penentuan kompetensi dasar, (4) penentuan
materi pokok dan uraiannya, (5) penentuan pengalaman belajar, (6)
penentuan alokasi waktu, (7) Penentuan sumber bahan.29
Standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok sudah
disiapkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu tugas guru adalah
mengembangkan setiap kompetensi dasar tersebut dengan jalan

28
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2014), hlm. 1
29
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi,
(Bandung: PT. Rosdakarya Offset, 2008), hlm. 41-42.
16

menentukan materi pokok, pengalaman belajar, alokasi waktu dan


sumber bahan. Untuk implementasi di kelas, silabus dijabarkan lagi ke
dalam bentuk persiapan mengajar, baik dalam bentuk satpel maupun
rencana pembelajaran.30

d. Menyelenggarakan Pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

Dalam peraturan pemerintah tentang guru dijelaskan bahwa


guru harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran
yang mendidik dan dialogis. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan
pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antar sesama subjek
pembelajaran sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikatif.
Tanpa komunikasi tidak akan ada pendidikan sejati. Secara umum,
pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pre tes, proses, dan post
tes, sebagai berikut:31

1) Pre Tes (tes awal)

Pelaksanaan pembelajaran biasanya dimulai dengan pre tes,

untuk menjajaki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Oleh karena itu, pre tes memegang peranan yang cukup penting

dalam proses pembelajaran.

2) Proses

Kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi

peserta didik dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi

proses, pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan

berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar

(75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik,

maupun sosial. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran

dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil apabila terjadi

perubahan kompetensi dan prilaku yang positif pada diri peserta

30
Ibid.,
31
E. Mulyasa, Op. cit., hlm. 103
17

didik seluruhnya atau sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses

pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil

dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output

yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan

perkembangan masyarakat dan pembangunan.

3) Post Test

Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan

post tes. Seperti halnya pre tes, post tes memiliki banyak kegunaan

terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran.

e. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran

Abad 21, merupakan abad pengetahuan, sekaligus merupakan

abad informasi dan teknologi. Oleh karena itu sudah sewajarnya

dalam abad ini, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam

memanfaatkan teknologi pembelajaran, terutama internet (e-learning),

agar dia mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan, teknologi, dan

informasi dalam melaksanakan tugas utamanya mengejar dan

membentuk kompetensi peserta didik.

Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran

dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan

pembelajaran.32

32
Ibid, hlm. 106-107
18

f. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan

perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat

dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian

akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, serta penilaian

program.33

Untuk dapat menetukan tercapainya tujuan pendidikan dan

pengajaran, perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau

evaluasi. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan

pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.

Fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar bermanfaat


ganda, yakni bagi siswa dan bagi guru. Penilaian hasil belajar dapat
dilaksanakan dalam dua tahap. Pertama, tahap jangka pendek, yakni
penilaian dilaksanakan guru pada akhir proses belajar mengajar.
Penilaian ini disebut dengan penilaian formatif. Kedua, tahap jangka
panjang, yakni penilaian yang dilaksanakan setelah proses belajar
mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh beberapa
periode tertentu, misalnya penilaian tengah semester atau penilaian
pada akhir. Penilaian ini disebut penilaian sumatif.34

Dalam proses belajar mengajar, penilaian hasil belajar ini

sangatlah penting untuk dilaksanakan. Karena dengan penilaian hasil

belajar inilah seorang guru bisa mengetahui tercapai tidaknya tujuan

pembelajaran dan keefektifan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

tersebut.

33
Ibid, hlm. 108
34
Abdul Majid, Op. cit, hlm. 111
19

g. Pengembangan Peserta Didik

Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari


kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Pengembangan peserta didik dapat dilakukan guru melalui berbagai
cara antara lain melalui kegiatan ekstrakurikuler (ekskul), pengayaan
dan remedial serta Bimbingan dan Konseling (BK).35

h. Berkomunikasi Secara Efektif, Empatik dan Santun dengan

Peserta Didik

Komunikasi guru dan murid sangat berpengaruh terhadap

kedekatan dan efektifitas proses pembelajaran yang dilakukan guru.

Jika seorang guru itu suka marah, memaksa, menghukum anak

didiknya secara tidak manusiawi, maka anak didik tidak akan

bersemangat dalam belajar, dan tidak berani bertanya ketika

menemukan kesulitan dalam belajar.36

Lebih lanjut Kunandar menjelaskan, komponen-komponen

kompetensi pedagogik antara lain:

1) Memahami peserta didik secara mendalam, indikatornya antara


lain: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-
prinsip perkembangan kognitif, perkembangan kepribadian dan
mengidentifikasi bekal awal peserta didik.
2) Merancang Pembelajaran, termasuk memahami landasan
pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, indikatornya antara
lain: memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar
dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan
karakteristik peserta didik dan menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang dipilih.
3) Melaksanakan pembelajaran, indikatornya antara lain: menata
latar pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang
kondusif.

35
Ibid, hlm. 112
36
Jamal Makmur Asmani, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional,
(Jogjakarta: Power Books, 2009), hlm. 95
20

4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran,


indikatornya antara lain: merancang dan melaksanakan evaluasi
proses dari hasil belajar secara berkesinambungan dengan
berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil
belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar dan
memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan
kualitas program pembelajaran secara umum.
5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya, indikatornya antara lain:
memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi
akademik dan pengembangan potensi non-akademik.37

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru dalam

proses pembelajaran

Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat kompetensi pedagogik

guru, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri guru (internal) dan faktor

yang berasal dari luar diri guru (eksternal). Faktor-faktor tersebut meliputi:

a. Tingkat dan Latar Belakang Pendidikan Guru

Dalam UU Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 10, Guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah. 38 Serta guru wajib memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,

serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Yang dimaksud dengan kualifikasi akademik sebagaimana

37
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 76-77.
38
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
21

dimaksud dalam pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program

sarjana atau program diploma empat.39

Syaiful Bahri menambahkan bahwa “latar belakang guru juga

menentukan, dimana guru yang berlatar pendidikan keguruan akan

lebih menguasai metode-metode pembelajaran, karena memang

dicetak sebagai tenaga ahli keguruan. 40 Latar belakang pendidikan

merupakan pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang. Latar

belakang pendidikan ni meliputi pendidikan formal dan non formal.

b. Pengalaman Mengajar

Selain latar belakang pendidikan guru, pengalaman guru dalam

mengajar juga turut mempengaruhi kompetensi guru. Karena dengan

pengalaman, seseorang akan mudah dalam melakukan sesuatu

tindakan atau pekerjaan.

Guru yang baru pertama kali menerjunkan diri mengajar di depan


kelas biasanya menunjukkan sikap yang agak kaku dan terkadang
bingung untuk mengeluarkan kata-kata apa yang tepat untuk memulai
pembicaraan. Keadaan seperti itu terkadang mendatangkan trauma
dalam dirinya. Keringat keluar membasahi sekujur tubuh karena
kurang terbiasa berhadapan dengan anak didik di depan kelas.41

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengalaman mengajar sangat mempengaruhi kompetensi guru. Sebab

pengalaman secara teoritis yang diterima di jenjang pendidikan, tidak

selamanya menjamin keberhasilan guru dalam mengajar, apabila tidak

39
Ibid., hlm. 8
40
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 82
41
Ibid., hlm. 133.
22

ditunjang dengan pengalaman interaksi langsung dengan lingkungan

belajar dan siswa.

c. Ikut Serta dalam Berbagai Pelatihan Keguruan dan Pendidikan

Training atau penataran disebut juga dengan upgrading, yaitu

segala usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk meninggikan atau

meningkatkan taraf ilmu pengetahuan dan kecakapan para pegawai,

guru-guru atau petugas pendidikan lainnya, sehingga dengan demikian

keahliannya akan bertambah luas.42

d. Keadaan Ekonomi dan Penghasilan Guru

Keadaan ekonomi seorang guru sangat berpengaruh terhadap

kompetensi mengajarnya, “seorang guru jika terpenuhi kebutuhannya,

maka ia akan lebih percaya diri, merasa lebih aman dalam bekerja

maupun kontak-kontak sosial lainnya. 43 Sebaliknya jika guru tidak

dapat memenuhi kebutuhannya diakibatkan gaji guru yang di bawah

rata-rata, akan menyebabkan guru tersebut mencari pekerjaan

tambahan di luar jam sekolah.

Kalau kondisi ini terus terjadi, maka akan mengakibatkan

berkurangnya efektifitas sebagai guru. Hal ini sebagaimana yang

diungkapkan oleh Mukhtar dan Iskandar, yaitu: “Biaya yang harus

disediakan oleh guru untuk melengkapi kebutuhan hidup dan

42
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 76
43
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 192
23

perlengkapan belajar anak tidak sedikit dapat memberikan pengaruh

terhadap peningkatan kompetensi guru.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor

ekonomi atau tingkat kesejahteraan guru juga ikut mempengaruhi

terhadap kompetensi guru. Oleh karena itu, pemerintah harus

memperhatikan semua pihak dalam meningkatkan penghasilan dan

meningkatkan sumber daya guru.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan digunakan sebagai bahan perbandingan guna

menghindari manipulasi terhadap sebuah karya ilmiah dan menguatkan

bahwa penelitian yang penulis lakukan benar-benar belum pernah diteliti oleh

orang lain. Berikut penulis uraikan beberapa penelitian yang relevan dengan

penelitian yang penulis lakukan, antara lain:

1. Penelitian Saudari Sri Maryati, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada tahun

2013 dengan judul Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama

Islam dalam interaksi belajar Mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri

2 Kecamatan Rengat Kabupaten Kampar Indragiri Hulu. Penelitian

tersebut berkesimpulan bahwa Kompetensi Profesional Guru Pendidikan

Agama Islam di Sekolah Menengah Atas 2 Kecamatan Rengat adalah

“cukup tinggi”.

2. Penelitian Syalma Hendri, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau tahun 2013 dengan
24

judul Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam variasi mengajar

di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tapung Hulu Kecamatan Tapung

Hulu. Penelitian tersebut berkesimpulan bahwa kompetensi Guru

Pendidikan Agama Islam dalam variasi mengajar di Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Tapung Hulu Kecamatan Tapung Hulu adalah “Cukup

Baik”.

Pada dasarnya, penelitian yang penulis lakukan sejalan dengan

penelitian-penelitian tersebut, akan tetapi ada perbedaan pada ruang

lingkupnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sri Maryati dan Syalma

Hendri tersebut adalah meneliti kompetensi profesional guru dan kompetensi

guru secara umum, sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah

meneliti kompetensi secara spesifik, yaitu terfokus pada kompetensi

pedagogik.

C. Konsep Operasional

Konsep Operasional merupakan operasional dari semua variabel yang

dapat diolah dari definisi konseptual.44 Konsep Operasional digunakan untuk

memberikan batasan terhadap konsep teoretis agar tidak terjadi kesalah

pahaman pada penelitian ini, serta mudah diukur di lapangan. Sehubungan

dengan judul dan permasalahan yang diteliti, maka kompetensi pedagogik

guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dapat dikatakan baik apabila terdapat

indikator-indikator sebagai berikut:

44
Amri Darwis, Metode Penelitian Pendidikan Islam (Pengembangan Ilmu
Berparadigma Islami), (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 38
25

1. Guru mempunyai catatan perkembangan kognitif siswa

2. Guru mempunyai catatan tentang bakat dan minat siswa

3. Guru mempunyai catatan tentang kecerdasan siswa

4. Guru mengatur tempat duduk siswa sebelum belajar

5. Guru memotivasi siswa untuk belajar

6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

7. Guru menerapkan metode yang telah dicantumkan dalam RPP

8. Guru menggunakan media yang telah dicantumkan dalam RPP

9. Guru menggunakan bahasa yang baik dan santun

10. Guru menggunakan waktu secara efisien

11. Guru menyajikan materi pelajaran secara sistematis

12. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa

13. Guru menentukan instrumen penilaian

14. Guru melaksanakan ulangan harian

15. Guru menyimpulkan pembelajaran

16. Guru mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan bakatnya

Konsep operasional faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi

pedagogik guru secara internal dan eksternal meliputi:

1. Guru memiliki tingkat dan latar belakang pendidikan keguruan

2. Guru memiliki pengalaman mengajar

3. Guru ikut serta dalam berbagai pelatihan keguruan dan pendidikan

4. Guru memiliki penghasilan yang memadai

Anda mungkin juga menyukai