Kajian Teori
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau dosen
38
Pius A.Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: PT.Arkola, 1994),
hlm. 353.
39
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS,
(Bandung:Fermana, 2006), hlm. 4.
40
Dr. H. Syaiful Sagala. Kemampuan Professional Guru Dan Tenaga Kependidikan.
(Bandung:Alfabeta, 2009), hlm. 29.
34
35
sebaik-baiknya. 43
41
Trianto,dkk. Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), hlm. 63.
42
Drs. Moh. User Usman. Menjadi Guru Professional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1998),
hlm. 14.
43
http://skripsi-tarbiyahpai.blogspot.com/2016/11/10/pengertian-kompetensi-pedagogik.html.
online tersedia: (10 November 2016).
36
pendidik dan sebagainya. Oleh sebab itu pedagogik dipandang sebagai suatu
proses atau aktifitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami
perubahan.
yang dimilikinya. 45
44
http://skripsi-tarbiyahpai.blogspot.com/2016/11/10/pengertian-kompetensi-pedagogik.html.
online tersedia: (10November 2016).
45
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007),
hlm. 75.
37
perkembangan kognitif.
1) Tingkat Kecerdasan
46
E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. (Bandung: RemajaRosdakarya,2007),
hlm. 75-107.
38
atas disebut genius, mereka mampu belajar jauh lebih cepat dari
golongan lainnya.
2) Kreativitas
3) Kondisi Fisik
4) Perkembangan Kognitif
5) Pengembangan kurikulum/silabus
menyenangkan.
c. Perancangan Pembelajaran
1) Identifikasi Kebutuhan
40
belajar.
luar.
teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung
lainnya.
meliputi:
preses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh dari itu pre tes
pembelajaran dimulai.
2) Proses (Inti)
Biasanya dalam akhir pembelajaran post tes. Seperti halnya pre tes,
keberhasilan pembelajaran.
didik belajar tanpa batas, tidak hanya di ruang kelas, tetapi bisa di
1) Penilaian Kelas
remedial).
4) Benchmarking
5) Penilaian program
45
lain:
didik.
46
baik.
melakukan
antara lain:
belajar.
sebagian tanggung jawab para orang tua. Dan tidak sembarang orang
47
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 2006), hlm. 291.
48
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: BumiAksara, 1992), hlm. 39.
50
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan bahwa “guru adalah orang dewasa
luar sekolah.51
49
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Fabelan,
2003), hlm. 54.
50
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007),
hlm. 93.
51
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam InteraksiEdukatif, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000), hlm. 31-32.
51
Islam.54
didik, ahli dalam materi dan cara mengajar materi itu, sertamenjadi suri
52
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 86.
53
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya PembentukanPemikiran dan Kepribadian
Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006), hlm. 6
54
Wahab dkk, Kompetensi Guru Agama Tersertifikasi, (Semarang:Robar Bersama, 2011), hlm.63.
52
dari sudut keagamaan. Guru sebagai pendidik adalah orang yang berjasa
dan pengajaran yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu guru
sebagai berikut:
a. Berijazah
55
Undang-undang R.I. Nomor 14 Tahun 2005, Guru dan Dosen,Pasal 8.
53
itu masih banyak lagi pendapat yang lain mengenai syarat-syarat yang
Vos, yang dikutip Asep Mahfudz mengatakan bahwa syarat yang harus
56
Ahmad Fatah Yasin, Pengembangan Sumber Daya Manusia diLembaga pendidikan Islam,
(Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm. 51.
57
Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, hlm. 54.
55
harus belajar mengenai isu, dinamika, sejarah dan nilai nilai global.58
menulis beberapa sifat yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan
Islam, yaitu:
2) Seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan,
bersih jiwa terhindar dari dosa besar, sifat ria,dengki, permusuhan dan
sifat-sifat tercela.
4) Suka pemaaf.
58
https://himitsuqalbu.wordpress.com/2016/10/21/definisi-guru-pendidikan-islam-menurutpara-
ahli/ online tersedia: (10November 2016).
59
https://himitsuqalbu.wordpress.com/2016/10/21/definisi-guru-pendidikan-islam-menurutpara-
ahli/ online tersedia: (10November 2016).
56
tinggi, jika mutu dan kualitas dari pendidik juga tinggi. Apabila
B. Keistiqomahan Belajar
menurut bahasa berasal dari kata yang tersusun dari huruf qaf,
wa, dan mim yang menunjukkan dua makna. Makna pertama, adalah
kumpulan manusia (kaum) dan makna kedua, adalah berdiri atau tekad
yang kuat. Dari makna yang kedua, istiqomah diartikan dengan I’tidal
(tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa atau siapa pun). Umar bin
larangan dan tidak boleh menipu. Ketiga, Usman bin Affan berkata,
60
Mahmud Al-Mishri Abu Ammar, Mausu‟ah min Akhlaqir-Rasul, (Cairo: DarutTaqwa),
Penerjemah Abdul Amin, Ensiklopedi Akhlak Muhammad SAW, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2009), hlm. 763.
57
beribadah. Dalam keadaan apa pun, sesulit atau sesenang apapun, ia tetap
tanggung jawab dalam peran-peran lain yang diberikan oleh Allah Swt.
siaan.62
ibarat laboratorium “uji nyali”, apakah seseorang akan goyah dan tergoda
oleh rayuan atau teguh hati dan konsisten dalam memegang prinsip.
ibadah mahdhah semata. Namun, sikap ini juga dapat diterapkan dalam
61
Yusni Amru Ghazali, Ensiklopedia Al-qur‟an dan Hadits Per Tema, (Jakarta: PT Niaga
Swadaya, 2011), hlm. 998.
62
Azizah Hefni, loc. cit.
58
sikap istiqomah:63
kita bekerja.
konsisten.
c. Buatlah target
63
Rusdi, Ajaibnya Tawadhu dan Istiqomah, (Yogyakarta: Sabil, 2013), hlm. 149-153.
59
e. Intropeksi Diri
melakukan koreksi diri atas hasil kerja yang telah kita capai, maka
melekat pada diri kita dan juga apa eklebihan yang sudah berhasil
selanjutnya.
tanggung jawab, hal itu akan berimbas pada totalitas kita dalam
istiqomah.
3. Pengertian Belajar
situasi”.
keinginan yang tinggi, kesabaran dan hal-hal lain yage rat kaitanya
mereka miliki.
sikap kaumnya yang sebelumnya kasar lagi jahil menjadi sahabat yang
lemah lembut lagi cerdas. Umar bin Khattab, misalnya, pada awalnya
64
http/husniabdillah. Multiplay.com/jurnal/pengertian belajar
65
Syekh Azzarnuji, Ta’lim Wa Muta’allim, (Surabaya: Haromain), hlm 15.
62
menjadi sahabat yang setia, tegas terhadap kejahatan, dan selalu tampil
terdepan membela agama Islam. Perubahan sikap ini tentu tidak terlepas
memahami benar psikologis para sahabatnya. Hal itu dapat dilihat dari
psikologisnya. Sabdanya:
Baduwi yang tidak mengetahui tata krama. Diriwayatkan dari Anas bin
إن هذه المساجد ال تصلح لشئ من هذا البول و ال القذر إنا هي
misalnya memegang bagian tubuh sahabat. Hal ini dapat dilihat dari
ُ أ َ ْشهدُ ا َ ْن الَ ِإلَهَ ِإال هللاُ َوا َ ْش َهدُ أَن ُم َحمدًا َر. َالصا ِل ِحيْن
”ِس ْو ُل هللا
م.ص.
Hadis di atas menyebutkan bahwa Abdullah bin Mas’ud berkata:
67
Imam Muslim, Shahih Muslim, Kitab ath-Thaharah, Bab Wujub Ghaslil Bawli wa Ghairihi
minan Najasaat Idza Hashalat fil Masjid, hlm. 100 (285), 1/236-237.
64
apa yang diajarkan pun mudah dikuasai. Dalam hadis lain juga
dalam bersikap.
68
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 4, kitab al-Isti'dzan, nomor: 6265 (Beirut: Dar al-Kitab al-
'Ilmiyah, 1997), hlm. 153.
69
Kitab ar-Riqaq, hadis nomor: 6416, hlm. 190.
65
di daerah Sumatera Barat yang berupa Surau dikenal sebutan Buya, dan
sebagainya.
kata mu’allim yang juga berarti teacher (guru), instructor (pelatih), dan
dan jika ta’dīb yang dianggap lebih cocok untuk makna pendidikan,
jasmani atau rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang
pelayanan secara penuh agar anaknnya tumbuh dengan fisik yang sehat
66
guru yang memiliki sifat-sifat rabbany yaitu nama yang diberikan bagi
jawab yang tinggi serta mempunyai jiwa kasih sayng terhadap peserta
ini maka seorang guru harus kaya dengan ilmu dan aktivitas dan ia
didiknya.70
kepada peserta didik (transfer of knowladge), tetapi lebih dari itu ia juga
70
Ramayulis, Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, (Padang, Diktat, 2007), hal.105-106
67
tidak hanya sebagai mu’allim, tetapi juga sebagai mutli dan muzakki (QS.
Musa as. belajar kepada Nabi Khidir yang bertindak sebagai pendidik
yang kedua, yaitu Nabi Muhammad SAW sebagai model pendidik ideal
sepanjangmasa.
71
Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005),hlm. 208-213.
68
َاب َم َع َك َو َال ت َ ۡطغ َۡو ۟اۚ ِإن ۥهُ ِب َما ت َعۡ َملُون َ ٱست َ ِق ۡم َك َما أ ُ ِم ۡر
َ َ ت َو َمن ت ۡ َف
ۚصير
ِ َب
Artinya: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,
sebagaimana diperintahkan keapdamu dan (juga) orang yang telah
taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan,” (QS. Huud
(11): 112).72
Kata istaqim pada ayat tersebut bermakna tetap pada jalan yang
benar. Allah Swt. Memerintahkan kita untuk selalu teguh dan konsisten
di jalan Allah Swt. Perintah ini bisa juga berarti kita harus menaati
adalah hal yang benar, dan melanggar aturan-Nya adalah hal yang tidak
benar. Jadi, istiqomah adalah bentuk ketaatan atau kepatuhan. Dalam ayat
۟ ُب ۡٱل َجنَّ ِة َخ ٰـ ِلدِینَ فِی َها َجزَ ٰۤا َۢ َء بِ َما َكان
}١٤{ َوا یَعۡ َملُون ُ ۟ولَ ٰٰۤـ ِٕى َك أَصۡ َح ٰـ
Artinya: “Sesungguhnya, orang-orang yang mengatakan,
„Tuhan kami ialah Allah‟, kemudian mereka tetap istiqomah, maka tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka
cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya,
72
Kementerian Agama Republik Indonesia, Alqur-an dan Terjemah, (Jakarta: Dharma Art, 2015)
69
maka maknanya adalah teguh pada kebenaran tentang keesaan Allah Swt.
Jika kita istiqomah (teguh) memegang kebenaran ini, maka Allah Swt
istiqamah dalam iman sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh imam
Muslim:74
73
Kementerian Agama Republik Indonesia, Alqur-an dan Terjemah, (Jakarta: Dharma Art, 2015)
74
Yusni Amru Ghazali, Ensiklopedia Al-qur‟an dan Hadits Per Tema, (Jakarta: PT. Niaga
Swadaya, 2011), hlm. 984.
70
dan kepastian akan fatwa tersebut tidak perlu diragukan lagi an sahabat
maupun kepada orang lain. Lalu Rasulullah menjawab dua hal penting,
kebenaran dari apa yang kita yakini. Sebuah pernyataan tidak bias
dikatakan benar tanpa sebuah pembuktian. Sama halnya dengan iman itu
sendiri, kita tidak dapat dikatakan patuh kepada Allah tanpa dibuktikan
D. Kerangka Berfikir
(Gambar 2.1)
Siswa
dalam akidah dan konsisten dalam belajar. Dalam keadaan apapun, sesulit
Karena belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
siswa yang dinyatakan cara bertingkah laku yang baru berkat latihan dan
pengalaman. Oleh sebab itu maka prinsip pemikiran yang dijadikan dasar