Anda di halaman 1dari 39

BAB II

Kajian Teori

A. Kajian Umum Kompetensi Pedagogik Guru Keagamaan

1. Pengertian Kompetensi Pedagogik


Istilah kompetensi memiliki banyak makna. Terdapat beberapa

definisi tentang pengertian kompetensi yaitu:

a. Dalam kamus ilmiah populer dikemukakan bahwa kompetensi adalah

kecakapan, kewenangan, kekuasaan dan kemampuan. 38

b. Dalam UU RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan

bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau dosen

dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.39

c. Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd. berpendapat bahwa kompetensi adalah

perpaduan dari penguasaan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan

sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak

dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya. 40

d. Menurut Trianto, kompetensi guru adalah kecakapan, kemampuan dan

keterampilan yang dimiliki oleh seseorang yang bertugas mendidik

38
Pius A.Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: PT.Arkola, 1994),
hlm. 353.
39
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS,
(Bandung:Fermana, 2006), hlm. 4.
40
Dr. H. Syaiful Sagala. Kemampuan Professional Guru Dan Tenaga Kependidikan.
(Bandung:Alfabeta, 2009), hlm. 29.

34
35

siswa agar mempunyai kepribadian yang luhur dan mulia sebagaimana

tujuan dari pendidikan.41

e. Broke dan Stone memberikan pengertian sebagai berikut: competence

is descriptive of qualitative nature or teacher behavior appears to be

entirely meaningful, yang berarti kemampuan merupakan gambaran

hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti. 42

Dari uraian di atas nampak bahwa kompetensi mengacu pada

kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan.

Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang

rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-

tugas kependidikan. Hal tersebut dikatakan rasional karena kompetensi

mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance adalah perilaku nyata

seseorang yang diamati oleh orang lain Sedangkan pengertian pedagogik

adalah teori mendidik yang mempersoalkan apa dan bagaimana mendidik

sebaik-baiknya. 43

Sedangkan menurut pengertian Yunani, pedagogik adalah ilmu

menuntun anak yang membicarakan masalah atau persoalan-persoalan

dalam pendidikan dan kegiatan-kegiatan mendidik, antara lain seperti tujuan

41
Trianto,dkk. Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), hlm. 63.
42
Drs. Moh. User Usman. Menjadi Guru Professional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1998),
hlm. 14.
43
http://skripsi-tarbiyahpai.blogspot.com/2016/11/10/pengertian-kompetensi-pedagogik.html.
online tersedia: (10 November 2016).
36

pendidikan, alat pendidikan, cara melaksanakan pendidikan, anak didik,

pendidik dan sebagainya. Oleh sebab itu pedagogik dipandang sebagai suatu

proses atau aktifitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami

perubahan.

Kompetensi Pedagogik adalah seperangkat kemampuan dan

ketrampilan (skill) yang berkaitan dengan interaksi belajar mengajar

antaraguru dan siswa dalam kelas. Kompetensi Peagogik meliputi,

kemapuanguru dalam menjelaskan materi, melaksanakan metode

pembelajaran, memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengelola

kelas, dan melakukan evaluasi. 44

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta

didik, perancangan dan pelaksanaanpembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya. 45

Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik

dalam Penelitian ini yaitu kemampuan Guru Keagamaan di MTs Darut

Tauhid Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik dalam mengelola kelas

sedemikian rupa agar tujuan pendidikan dapat tercapai, yang didalamnya

terdapat banyak hal cakupannya.

44
http://skripsi-tarbiyahpai.blogspot.com/2016/11/10/pengertian-kompetensi-pedagogik.html.
online tersedia: (10November 2016).
45
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007),
hlm. 75.
37

2. Komponen Komponen Kompetensi Pedagogik

Menurut E. Mulyasa kompetensi pedagogik merupakan

kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaranpeserta didik yang

sekurang kurangnya meliputi:46

a. Pemahaman wawasan dan landasan kependidikan Guru sebagai tenaga

pendidik yang sekaligus memiliki peran penting dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan di negara ini, terlebih dahulu harus

mengetahui dan memahami wawasan dan landasan kependidikan

sebagai pengetahuan dasar. Pengetahuan awal tentang wawasan dan

landasan kependidikan ini dapat diperoleh ketika guru mengambil

pendidikan keguruan di perguruan tinggi.

b. Pemahaman Terhadap Peserta Didik Pemahaman terhadap peserta

didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki

guru. Sedikitnya terdapat tempat hal yang harusdipahami guru dari

peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik dan

perkembangan kognitif.

1) Tingkat Kecerdasan

Kecerdasan seseorang terdiri dari beberapa tingkat yaitu: golongan

terendah adalah mereka yang IQ-nya antara 0-50 dan di katakan

idiot. Golongan kedua adalah mereka yang ber-IQ antara 50- 70

yang dikenaldengan golongan moron yaitu keterbatasan mental.

Golonganketiga yaitumereka yang ber-IQ antara 70-90 disebut

46
E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. (Bandung: RemajaRosdakarya,2007),
hlm. 75-107.
38

sebagai anak lambat atau bodoh. Golongan menengah merupakan

bagian yang besar jumlahnya yaitu golongan yang ber-IQ 90-110.

Mereka bisa belajar secara normal. Sedangkan yang ber IQ 140 ke

atas disebut genius, mereka mampu belajar jauh lebih cepat dari

golongan lainnya.

2) Kreativitas

Setiap orang memiliki perbedaan dalam kreativitas baik inter

maupun intra individu. Orang yang mampu menciptakan sesuatu

yang baru disebut dengan orang kreatif. Kreativitas erat

hubungannya dengan intelegensi dan kepribadian. Seseorang yang

kreatif pada umumnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi dan

suka hal-hal yang baru.

3) Kondisi Fisik

Kondisi fisik berkaitan dengan penglihatan, pendengaran,

kemampuan berbicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena

kerusakan otak. Guru harus memberikan layanan yang berbeda

terhadap peserta didik yang memiliki kelainan seperti diatas dalam

rangka membantu perkembangan pribadi mereka. Misalnya dalam

hal jenis media yang digunakan, membantu dan mengatur posisi

duduk dan lain sebagainya.

4) Perkembangan Kognitif

Pertumbuhan dan perkembangan dapat diklasifikasikan atas

kognitif, psikologis dan fisik. Pertumbuhan dan perkembangan


39

berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi karakteristik

manusia. Perubahan tersebut terjadi dalam kemajuan yang mantap

dan merupakan proses kematangan. Perubahan ini merupakan

hasil interaksi dari potensi bawaan dan lingkungan.

5) Pengembangan kurikulum/silabus

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan

sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai

tujuan Pendidikan tertentu. Sedangkan silabus adalah seperangkat

rencana dan pengaturan untuk membantu mengembangkan

seluruh potensi yang meliputi kemampuan fisik, intelektual,

emosional, dan moral agama. proses belajar mengajar,

kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum/silabus

sesuai dengan kebutuhan peserta didik sangat penting, agar

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan

menyenangkan.

c. Perancangan Pembelajaran

Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi

pedagogik yang harus dimiliki guru, yang akan tertuju pada

pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya

mencakup tiga kegiatan, yaitu:

1) Identifikasi Kebutuhan
40

Kebutuhan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya

dengan kondisi yang sebenarnya. Identifikasi kebutuhan bertujuan

untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan

belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa

memilikinya. Hal ini dapat dilakukan dengan:

a) Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar

berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan

diperoleh melalui kegiatan pembelajaran.

b) Peserta didik didorong untuk mengenali dan mendayagunakan

lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan

belajar.

c) Peserta didik dibantu untuk mengenali dan menyatakan

kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhi

kebutuhan belajar, baik yang datang dari dalam maupun dari

luar.

2). Identifikasi kompetensi

Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta

didik dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan

dalam pembelajaran, yang memiliki peran penting dalam

menentukan arah pembelajaran. Kompetensi akan memberikan

petunjuk yang jelas terhadap materi yang harus dipelajari,

penetapan metode dan media pembelajaran serta penilaian.

Penilaian pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif


41

berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan

mereka terhadap suatu kompetensi sebagai hasil belajar.

3) Penyusunan program pembelajaran

Penyusunan program pembelajaran akan tertuju pada Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagai produk program

pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program

kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen

program mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan

teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung

lainnya.

d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

Dalam peraturan pemerintah tentang guru dijelaskan bahwa guru

harusmemiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang

mendidik dandialogis. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan

pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antar sesama subjek

pembelajaran sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikatif.

Tanpa komunikasi tidak akan ada pendidikan sejati. pembelajaran

meliputi:

1) Pre Tes (Apersepsi/ Pembuka)

Pembelajaran biasanya dimulai dengan pre tes untuk menjajagi

preses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh dari itu pre tes

memegang perana penting dalam pembelajaran. Adapun fungsi pre

tes adalah: untuk menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran;


42

untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehabungan

dengan proses pembelajaran; untuk mengetahui kemampuan awal

yang dimiliki peserta didik mengenai kompetensi topik dalam

proses pembelajaran; dan untuk mengetahui dari mana seharusnya

pembelajaran dimulai.

2) Proses (Inti)

Proses dimaksudkan sebagai kegiatan dari pelaksanaan

pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. Proses

pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik perlu

dilakukan dengan menyenangankan, hal tersebut tentu saja

menuntut aktivitas dan kreatifitas guru dalam menciptakan

lingkungan pembelajaran yang kondusif. Proses pembelajaran

dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara Aktif,

baik mental, fisik maupun sosial. Untuk itu guru haruslah

menggunakan variasi dalam proses pembelajaran, variasi dalam

kegiatan pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut:

-Variasi dalam penggunaan metode

-Variasi dalam menggunakan media dan sumber belajar

-Variasi dalam memberikan contoh dan ilustrasi

-Variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik.

3) Post tes (Penutup)


43

Biasanya dalam akhir pembelajaran post tes. Seperti halnya pre tes,

post tes juga mempunyai kegunaan, terutama dalam melihat

keberhasilan pembelajaran.

e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

Fasilitas pendidikan pada umumnya mencakup sumber

belajar, sarana dan prasarana penunjang lainnya, sehingga peningkatan

fasilitas pendidikan harus ditekankan pada peningkatan sumber-

sumber belajar, baik kualitas maupun kuantitasnya yang sejalan

dengan perkembangan teknologi pendidikan dewasa ini.

Perkembangan sumber-sumber belajar ini memungkinkan peserta

didik belajar tanpa batas, tidak hanya di ruang kelas, tetapi bisa di

laboratorium, perpustakaan, di rumah dan di tempat-tempat lain.

Teknologi pembelajaran merupakan sarana pendukung untuk

membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran dan

pembentukan kompetensi, memudahkan penyajiandata, informasi,

materi pembelajaran, dan variasi budaya.

f. Evaluasi hasil belajar (EHB)

1) Penilaian Kelas

Penilaian kelas dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan

hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar,

memberikan umpan balik, memperbaiki proses pembelajaran dan

pembentukan kompetensi peserta


44

didik serta menentukan kenaikan kelas. Penilaian kelas dilakukan

dengan ulangan harian dan ujian akhir.

2) Tes kemampuan dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untukmengetahui

kemampua membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan

dalam rangkamemperbaiki program pembelajaran (program

remedial).

3) Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi

Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran

diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran

secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta

didik dalam satuan waktu tertentu dan juga untuk keperluan

sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat

Tanda Tamat Belajar (STTB).

4) Benchmarking

Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur

kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai

suatu keunggulan yang memuaskan. Untuk dapat memperoleh data

dan informasi tentang

pencapaian benchmarking dapat diadakan penilaian secara nasional

yang dilakukan pada akhir satuan pendidikan.

5) Penilaian program
45

Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan

Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinyu dan

berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui

kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan

nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan

masyarakat, dan kemajuan zaman.

Kompetensi pedagogik pada penelitian ini hanya terbatas

pada kemampuan perancangan pembelajaran, penyelenggaraan

pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dan evaluasi hasil

belajar karena secara operasional ketiga kemampuan tersebut

merupakan komponen dalam pengelolaan pembelajaran.

3. Indikator kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang pendidik

dalam mengelola pembelajaran p-esertadidik yang meliputi:

a. Kemampuan dalam memahami peserta didik, dengan indikator antara

lain:

1) Memahami karakteristik perkembangan peserta didik, seperti

memahami tingkat kognitif peserta didik sesuai dengan usianya.

2) Memahami prinsip-prinsip perkembangan kepribadian peserta

didik, seperti mengenali tipe-tipe kepribadian peserta didik dan

mengenali tahapan-tahapan perkembangan kepribadian peserta

didik.
46

3) Mampu mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik dan

mengenali perbedaan potensi yang dimiliki peserta didik.

b. Kemampuan dalam membuat perancangan pembelajaran, dengan

indikator antara lain:

1) Mampu merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar,

seperti merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai

dengan kompetensi yang ingin dicapai, memilih jenis

strategi/metode pembelajaran yang cocok, menentukan langkah-

langkah pembelajaran, dan menentukan cara yang dapat digunakan

untuk memotivasi peserta didik.

2) Mampu merencanakan pengorganisasian bahan pembelajaran,

seperti mampu menjabarkan materi yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran,serta mampu menyusun bahan pembelajaran secara

runtut dan sistematis.

3) Mampu merencanakan penggunakan media dan sumber pengajaran

sarana yang bisa digunakan untuk mempermudah pencapaian

kompetensi, dan lainnya.

4) Mampu merencanakan pengelolaan kelas, seperti mampu

menentukan alokasi waktu belajar mengajar, serta mampu

menentukan cara pengorganisasian siswa agar terlibat secara aktif

dalam kegiatan belajar mengajar.


47

5) Mampu merencanakan model penilaian hasil belajar, seperti

menentukan macam-macam bentuk penilaian dan membuat

instrument penilaian hasil belajar.

c. Kemampuan melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,

dengan indikator antara lain:

1) Mampu membuka pelajaran, seperti menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dan memotivasi siswa, dan

mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi prasyarat.

2) Mampu mengelola kegiatan belajar mengajar, seperti mampu

menjelaskan materi, menggunakan metode mengajar, memberi

contoh yang sesuai dengan materi, menggunakan media

pembelajaran, memberi penguatan, memberi pertanyaan, dan

menekankan hal-hal yang menumbuhkan kebiasaan positif pada

tingkah laku siswa.

3) Mampu berkomunikasi dengan siswa, seperti mampu memberi

kesempatan kepada siswa untuk memahami materi, mengklarifikasi

petunjuk dan penjelasan apabila siswa salah mengerti, memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan menggunakan

bahasa lisan dan tulisan secara jelas dan benar.

4) Mampu mengorganisasi kelas dan menggunakan waktu dengan

baik.

5) Mampu melaksanakan penilaian selama proses belajar mengajar

berlangsung dan melaksanakan penilaian pada akhir pelajaran.


48

6) Mampu menutup pelajaran, seperti menyimpulkan kesimpulan,

melakukan

refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa dan

melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau tugas

sebagai bagian remidi / pengayaan.

d. Kemampuan dalam mengevaluasi hasil belajar, dengan indikator

antara lain:

1) Mampu merancang dan melaksanakan penilaian, seperti memahami

prinsip-prinsip penilaian, mampu menyusun macam-macam

instrument evaluasi pembelajaran, mampu melaksanakan evaluasi.

2) Mampu menganalisis hasil penilaian, seperti mampu

mengklasifikasikan hasil penilaian dan menyimpulkan hasil

penilaian secara jelas.

3) Mampu memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan kualitas

pembelajaran selanjutnya, seperti mampu memperbaiki soal yang

tidak valid dan mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil

belajar.

e. Kemampuan dalam mengembangkan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, dengan

indicator antara lain:

a. Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi

akademik, seperti menyalurkan potensi akademik peserta didik


49

sesuai dengan kemampuannya. Mampu mengarahkan dan

mengembangkan potensi akademik peserta didik.

b. Mampu memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan

potensinonakademik, seperti menyalurkan potensi non-akademik

peserta didik sesuai dengan kemampuannya, mampu mengarahkan

dan mengembangkan potensi non-akademik peserta didik.

4. Pengertian Guru Keagamaan

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, dinyatakan bahwa pendidik

adalah orang yang mendidik. Sedangkan mendidik itu sendiri artinya

memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan

pikiran. 47Sebagai kosakata yangbersifat umum, pendidik mencakup pula

guru, dosen, dan gurubesar. Guru adalah pendidik profesional, karena

secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul

sebagian tanggung jawab para orang tua. Dan tidak sembarang orang

dapat menjabat guru. 48

Pengertian guru menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 12 ayat 1 poin a tentang

hak setiap peserta didik untuk mendapatkan Pendidikan agama sesuai

agamanya dan diajarkan oleh guru yang seagama, serta Peraturan

Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 mengatur tentang Pendidikan agama

dan Pendidikan keagamaan, maka Pemenuhan hak dalam mendapatkan

Pendidikan agama bagi peserta didik muslim di sekolah harus terpenuhi

47
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 2006), hlm. 291.
48
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: BumiAksara, 1992), hlm. 39.
50

secara maksimal. dijelaskan bahwa: ”Guru adalah tenaga didik yang

khusus bertugas mendidik dan mengajar”. 49


Sedangkan Menurut

Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan bahwa “guru adalah orang dewasa

yang bertanggung jawab memberi bimbingan/bantuan kepada anak didik

dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai

kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah,

khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai

individu yang sanggup berdiri sendiri”.50

Syaiful Bahri mengungkapkan, guru adalah semua orang yang

berwenang dan bertanggung jawab untukmembimbing dan membina

anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di

luar sekolah.51

Demikian beberapa pengertian guru menurut para pakar

pendidikan. Adapun pengertian pendidikan Agama Islam it. Menurut

Zakiah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan

melalui ajaran agama Islam, pendidik membimbing dan mengasuh anak

didik agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran

agamaIslam secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agamaIslam

49
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Fabelan,
2003), hlm. 54.
50
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007),
hlm. 93.
51
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam InteraksiEdukatif, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000), hlm. 31-32.
51

sebagai pandangan hidup untuk mencapai keselamatan dan kesejahteraan

di dunia maupun di akhirat.52

Pendapat yang lain mengatakan, bahwa Pendidikan Agama

Islam dapat diartikan sebagai program yang terencanadalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga

mengimani ajaran agama Islam serta diikuti tuntunan untuk menghormati

penganut agama laindalam hubungannya dengan kerukunan antar umat

beragamahingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.53

Wahab dkk, memaknai Guru Keagamaan adalah guru yang

mengajar mata pelajaran Akidah akhlak, Al-Qur‟an danHadis, Fiqih atau

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah. Banyak sekali pengertian

yang dikemukakan oleh para pakar Pendidikan tentang pendidikan agama

Islam.54

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulakan bahwa

pengertian guru Keagamaan adalah guru yang mengajar mata pelajaran

Akidah akhlak, Al-Qur‟an dan Hadis, Fiqih atau Sejarah Kebudayaan

Islam (SKI) di sekolah/ madrasah, tugasnya membentuk anak didik

menjadi manusia berimandan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

membimbing, mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak

didik, ahli dalam materi dan cara mengajar materi itu, sertamenjadi suri

tauladan bagi anak didiknya.

52
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 86.
53
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya PembentukanPemikiran dan Kepribadian
Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006), hlm. 6
54
Wahab dkk, Kompetensi Guru Agama Tersertifikasi, (Semarang:Robar Bersama, 2011), hlm.63.
52

5. Syarat-syarat Guru Agama Islam

Pekerjaan sebagai guru merupakan pekerjaan yang luhur dan

mulia, baik ditinjau dari sudut masyarakat dannegara maupun ditinjau

dari sudut keagamaan. Guru sebagai pendidik adalah orang yang berjasa

besar terhadap masyarakat dan negara. Tinggi dan rendahnya kebudayaan

suatu masyarakat dan negara sangat bergantung pada mutu pendidikan

dan pengajaran yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu guru

hendaknya berusaha menjalankan sebaikbaiknya sehingga demikian

masyarakat menginsafi sungguh-sungguh betapa berat dan mulianya

pekerjaan guru. Sebagai guru yang baik harus memenuhisyarat-syarat

yang tertulis di dalam Undang-undang R.I.No.14 tahun 2005 tentang

guru dan dosen. “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,kompetensi,

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuanpendidikan nasional.”55

Dari undang-undang tersebut, syarat-syarat untuk menjadi guru diuraikan

sebagai berikut:

a. Berijazah

Yang dimaksud dengan ijazah ialah ijazah yang dapat memberi

wewenang untuk menjalankan tugas sebagai guru di suatu sekolah

tertentu. Ijazah bukanlahsemata-mata sehelai kertas saja, ijazah adalah

surat buktiyang menunjukkan bahwa seseorang telah mempunyai ilmu

55
Undang-undang R.I. Nomor 14 Tahun 2005, Guru dan Dosen,Pasal 8.
53

pengetahuan dan kesanggupan-kesanggupan yang tertentu, yang

diperlukannya untuk suatu jabatan atau pekerjaan.

b. Sehat jasmani dan rohani

Kesehatan merupakan syarat yang tidak bisa diabaikan bagi guru.

Seorang guru yang berpenyakit menular contohnya, akan anak anak

dan membawa akibat yang tidak baik dalam tugasnya sebagai

pengajar dan pendidik. Bahkan seseorang tidakakan dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik jika badannya selalu terserang

penyakit. Namun hal ini tidak ditujukan kepada penyandang cacat.

c. Memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

profesional dan kompetensi sosial.

Kompetensi guru merupakan kemampuan dan kewenangan guru

dalam melaksanakan profesi keguruannya. Guru harus memiliki

kompetensi pedagogik, artinya guru harus memiliki kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik. Mulai dari merencanakan program

belajar mengajar, melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar

mengajar, dan melakukan penilaian. selanjutnya beralih pada kompetensi

kepribadian, hal ini berkaitan dengan kemampuan kepribadian yang

mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa. Berikutnya kompetensi

profesional, adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat

mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Meliputi kepakaran atau

keahlian dalam suatu bidang. Dan yang terakhir, kompetensi sosial,

merupakan kemampuanpendidik sebagai bagian dari masyarakat


54

untukberkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, sesama tenaga kependidikan, dengan

orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.56

Syarat-syarat yang telah diuraikan merupakan syarat-syarat

umum yang berhubungan dengan jabatan guru dimasyarakat. Di samping

itu masih banyak lagi pendapat yang lain mengenai syarat-syarat yang

harus dimiliki oleh guru sebagai pendidik yang baik.

Muri Yusuf, pendidik adalah individu yang dewasa dan

bertanggung jawab, sehat jasmani dan rohaninya.Hal utama yang dituntut

bagi pendidik adalah kesediaan dankerelaan untuk menerima tanggung

jawab sebagai pendidik,sehingga proses pendidikan berjalan dengan baik.

Di sampingitu pendidik juga haruslah seorang dewasa, jujur, sabar,

sehatjasmani dan rohani, susila, ahli, terampil, terbuka, adil, luashorizon

cakrawala pandangannya dan kasih saying.57

Guru merupakan profesi yang mulia, mendidik danmengajarkan

pengalaman baru bagi anak didiknya. Menurut Dryden dan Jeannette

Vos, yang dikutip Asep Mahfudz mengatakan bahwa syarat yang harus

dimiliki guru dalammengembangkan pendidikan yang memiliki

perspektif global adalah kemampuan konseptual. Yakni berkenaan

56
Ahmad Fatah Yasin, Pengembangan Sumber Daya Manusia diLembaga pendidikan Islam,
(Malang: UIN Maliki Press, 2011), hlm. 51.
57
Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, hlm. 54.
55

dengan peningkatan pengetahuan guru dalam konteks isu-isu global.Guru

harus belajar mengenai isu, dinamika, sejarah dan nilai nilai global.58

Hal tersebut merupakan tanggung jawab bagiguru dalam

membangun suasana belajar dinamis. Guru merupakan spirituil father

atau bapak-rohani bagi seorang murid, karena memberi santapan jiwa

dengan ilmu dan mendidik akhlak. Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi

menulis beberapa sifat yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan

Islam, yaitu:

1) Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari

keridaan Allah semata.

2) Seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan,

bersih jiwa terhindar dari dosa besar, sifat ria,dengki, permusuhan dan

sifat-sifat tercela.

3) Ikhlas dan jujur dalam pekerjaan.

4) Suka pemaaf.

5) Seorang guru merupakan seorang bapak sebelum ia seorang guru.

Maka seorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti cintanya

terhadap anak anaknya sendiri.

6) Harus mengetahui tabi’at murid.

7) Harus menguasai mata pelajaran.59

58
https://himitsuqalbu.wordpress.com/2016/10/21/definisi-guru-pendidikan-islam-menurutpara-
ahli/ online tersedia: (10November 2016).
59
https://himitsuqalbu.wordpress.com/2016/10/21/definisi-guru-pendidikan-islam-menurutpara-
ahli/ online tersedia: (10November 2016).
56

Demikian persyaratan yang hendaknya dimiliki guru, karena

tanggung jawab guru di masyarakat sangat pentinguntuk melahirkan

kemajuan bangsa. Kebudayaan dan pengetahuan peserta didik akan

tinggi, jika mutu dan kualitas dari pendidik juga tinggi. Apabila

persyaratan tersebut di atas adapada diri pendidik, tentu keresahan di

dunia Pendidikan tidak akan terjadi lagi.

B. Keistiqomahan Belajar

1. Pengertian tentang Istiqomah

menurut bahasa berasal dari kata yang tersusun dari huruf qaf,

wa, dan mim yang menunjukkan dua makna. Makna pertama, adalah

kumpulan manusia (kaum) dan makna kedua, adalah berdiri atau tekad

yang kuat. Dari makna yang kedua, istiqomah diartikan dengan I’tidal

(tegak atau lurus).60

Adapun secara terminologi, istiqomah bisa diartikan dengan

beberapa pengertian, diantaranya: Pertama, Abu Bakar as-Shiddiq ketika

ditanya tentang istiqomah menjawab, istiqomah adalah kemurnian tauhid

(tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa atau siapa pun). Umar bin

al-Khattab berkata, istiqomah adalah komitmen terhadap perintah dan

larangan dan tidak boleh menipu. Ketiga, Usman bin Affan berkata,

istiqomah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah. Keempat, Ali bin

abi Thalib berkata istiqomah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban.

Kelima, Mujahid berkata, istiqomah adalah komitmen terhadap syahadat

60
Mahmud Al-Mishri Abu Ammar, Mausu‟ah min Akhlaqir-Rasul, (Cairo: DarutTaqwa),
Penerjemah Abdul Amin, Ensiklopedi Akhlak Muhammad SAW, (Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2009), hlm. 763.
57

tauhid ampai bertemu dengan Allah (meninggal). Keenam, Ibnu

Taimiyyah berkata, istiqomah adalah mencintai dan beribadah kepada

Allah tanpa menoleh kiri kanan.61

Istiqomah adalah kokoh dalam akidah dan konsisten dalam

beribadah. Dalam keadaan apa pun, sesulit atau sesenang apapun, ia tetap

konsisten dalam keadaan sadar. Ia ingat bertanggung jawab

kehambaannya. Ia ingat tanggung jawab kemanusiaannya. Ia pun ingat

tanggung jawab dalam peran-peran lain yang diberikan oleh Allah Swt.

Kepadanya, Ia tak terpengaruh pada perbuatan-perbuatan setan. Ia tak

terjebak pada gejolak hawa nafsunya. Ia juga tak melakukan kesia-

siaan.62

Dari pengertian tersebut, indikator istiqomah sseorang terutama

akan terlihat ketika menghadapi perubahan dan godaan dalam menjalani

suatu perbuatan. Dengan demikian, dapat diilistrasikan bahwa istiqomah

ibarat laboratorium “uji nyali”, apakah seseorang akan goyah dan tergoda

oleh rayuan atau teguh hati dan konsisten dalam memegang prinsip.

2. Cara Memunculkan Sikap Istiqomah

Sikap istiqomah bukan sejedar bisa diterapkan untuk ibadah

ibadah mahdhah semata. Namun, sikap ini juga dapat diterapkan dalam

61
Yusni Amru Ghazali, Ensiklopedia Al-qur‟an dan Hadits Per Tema, (Jakarta: PT Niaga
Swadaya, 2011), hlm. 998.
62
Azizah Hefni, loc. cit.
58

berbagai dimensi kehidupan lainnya. Inilah beberapa cara memunculkann

sikap istiqomah:63

a. Lakukan Setiap Pekerjaan dengan Optimal

Mengoptimalkan semua kemampuan untuk sebuah pekerjaan akan

mendorong kita bersikap istiqomah. Seseorang yang benar-benar

optimal dalam bekerja biasanyaa ia akan berusaha untuk

menghindari hal-hal yang dapat melalaikannya dari pekerjaan.

Untuk bisa bekerja dengan optimal, hal utama yang harus

diperhatikan adalah waktu. Pergunakan waktu sebaik mungkin saat

kita bekerja.

b. Bekerja sesuai tugas

Setiap orang memiliki tugas yang berbeda-beda. Umumnya,

mereka bekerja berdasarkan bidang keahlian mereka masing

masing. Jika kita sudah memperoleh bagian sendiri untuk

mengerjakan suatu pekerjaan, maka kerjakanlah sesuai kompetensi

dan kemampuan yang kita miliki. Hindari mengerjakan pekerjaan

orang lain yang kita sendiri tidak memiliki kemampuan di bidang

ity. Fokus pada pekerjaan yang merupakan bidang kemampuan diri

sendiri justru akan menjadikan kita mampu untuk bersikap

konsisten.

c. Buatlah target

63
Rusdi, Ajaibnya Tawadhu dan Istiqomah, (Yogyakarta: Sabil, 2013), hlm. 149-153.
59

Tanpa sebuah target, pekerjaan apapun bentuknya tidak akan bisa

dikerjakan dengan baik. Dengan adanya target, kita bias bekerja

lebih optimal, memanfaatkan waktu sebaik mungkin, serta

termotivasi untuk tidak lalai terhadap tugas yang harus kita

kerjakan. Semakin jelas target yang harus dicapai, amak semakin

maksimal kita dalam bekerja. Target itu sendiri bisa kita

kelompokkan ke dalam dua bagian, yakni target yang harus dicapai

dalam jangka pendek dan jangka panjang.

d. Hargai Pekerjaan yang Ada

Hargai pekerjaan yangs edang kita tekuni saat ini dengan

menjalankannya sebaik mungkin. Dengan menghargai pekerjaan,

kita akan terhindar dari kebiasaan melalaikan kewajibankewajiban.

Selain itu, dengan mengahargai pekerjaan kita juga akan

mengarahkan seluruh kemampuan kita demi memperoleh hasil

kerja yang berkualitas.

e. Intropeksi Diri

Intropeksi diri merupakan cara yang sangat baik untuk mengoreksi

seberapa berkualitasnya hasil pekerjaan kita. Dengan banyak

melakukan koreksi diri atas hasil kerja yang telah kita capai, maka

kita akan dengan mudah mengetahui apa kekurangan yang masih

melekat pada diri kita dan juga apa eklebihan yang sudah berhasil

kita peroleh. Saat kita mendapatkan prestasi, hendaknya kita tidak


60

sampai lupa diri sehingga dapat mengabaikan kita pada tugas-tugas

selanjutnya.

f. Sadar Tanggung Jawab

Harus disadari bahwa bekerja semakin mencari rezeki adalah

sebuah tanggung jawab. Semakin baik pemahaman kita tentang

tanggung jawab, hal itu akan berimbas pada totalitas kita dalam

bekerja. Orang yang bekerja dengan totalitas yang tinggi, tentu ia

akan selalu berpikir untuk menajaga kualitas pekerjaannya secara

konsisten atau istiqomah. Itulah beberapa cara memunculkan sikap

istiqomah.

3. Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan

berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.

Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :

a. Moh. Surya: “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru

secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu

sendiri dalam berinteraksi dengan lingkunganya”.

b. Witherington: “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian

yang dimanifestasikan segabai pola-pola respons yang baru

berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan ”.

c. Crow & Crow: “belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,

Pengetahuan dan sikap baru”.


61

d. Hilgard: “belajar adalah proses dimana suatu perilaku, muncul

perilaku atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu

situasi”.

e. Di Vesta dan Thompson: belajar adalah perubahan perilaku yang

relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”64

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diata, Kata kunci dari

belajar adalah perubahan perilaku. Dan ilmu pengetahuan bias diperoleh

dengan adanya belajar secara istiqomah, dan kemampuan belajar,

keinginan yang tinggi, kesabaran dan hal-hal lain yage rat kaitanya

dengan keberlangsungan proses belajar atau mencari ilmu pengetahuan.65

C. Kajian Teori dalam Prespektif Islam

1. Kompetensi Pedagogik dalam prespektif islam

yaitu kemampuan seorang guru dalam memahami peserta didik,

dalam pelaksanaa pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi yang

mereka miliki.

Jika ditelusuri dalam sirah nabi, banyak terdapat kisah yang

mengagumkan tentang keberhasilan Rasulullah SAW dalam mengubah

sikap kaumnya yang sebelumnya kasar lagi jahil menjadi sahabat yang

lemah lembut lagi cerdas. Umar bin Khattab, misalnya, pada awalnya

Umar termasuk tokoh yang disegani di kalangan suku Quraisy, sikapnya

yang sangat temperamental selalu menunjukkan permusuhannya terhadap

Rasulullah beserta sahabatnya. Namun, ketika keislamannya, ia tampil

64
http/husniabdillah. Multiplay.com/jurnal/pengertian belajar
65
Syekh Azzarnuji, Ta’lim Wa Muta’allim, (Surabaya: Haromain), hlm 15.
62

menjadi sahabat yang setia, tegas terhadap kejahatan, dan selalu tampil

terdepan membela agama Islam. Perubahan sikap ini tentu tidak terlepas

dari kepiawaian Rasulullah SAW menanamkan keimanan kepada para

sahabatnya, termasuk Umar ibn Khatab. Tampaknya, teknik yang

digunakan Rasulullah SAW dalam merubah sikap para sahabatnya adalah

memahami psikologis sahabatnya lalu berdasarkan psikologis itu ia

gunakan metode dan pendekatan yang tepat. Rasulullah SAW juga

memahami benar psikologis para sahabatnya. Hal itu dapat dilihat dari

kaidah yang digunakannya dalam memberi tugas sesuai dengan

kemampuan. Kemampuan tersebut tentu tidak hanya dilihat dari segi

fisik, tetapi juga kesanggupan sesuai dengan perkembangan

psikologisnya. Sabdanya:

‫فإذ امرتكم بشئ فأتوا منه ماستطعتم‬


Jika saya memerintahkan sesuatu kepada kaliah, maka
tunaikanlah sesuai dengan kemampuan kamu (yang paling maksimal).
(H.R. Muslim) 66

Selain itu, juga ditemukan beberapa kisah yang menunjukkan

bahwa Rasulullah SAW memahami kondisi psikologis sahabatnya

sehingga ia memperlakukannya secara bijak. Seperti kisah seorang

Baduwi yang tidak mengetahui tata krama. Diriwayatkan dari Anas bin

Malik, ia berkata: ketika itu kami duduk di masjid Bersama Rasulullah,

tiba-tiba seorang Badui datang dan berdiri kencing di masjid. Para

sahabat marah dan berteriak, ”hei, hei...!”. Tetapi Rasulullah bersabda:


66
Imam Muslim bin Hajjaj An-Naisyaburi, Shahih Muslim, Kitab Haji, Tarqiq Syaikh Fuaad
Abdul Baqi, (Saudi Arabia: t.pn, 1400 H). hlm. 2380.
63

”Jangan kalian hentikan kencingnya, biarkan dia”. Setelah ia selesai

kencing, Rasulullah memanggilnya seraya menasehati:

‫إن هذه المساجد ال تصلح لشئ من هذا البول و ال القذر إنا هي‬

‫لذكر اللهع و جل والصالة و قراءة القرأن‬


”Sesungguhnya masjid ini tidak layak untuk sesuatu seperti
kencing ini dan kotoran. Ia adalah (tempat) untuk berdzikir kepada
Allah, shalat, dan membaca al-Qur’an.” Rasul pun menyuruh salah
seorang sahabat untuk menyiram kencing orang badui tersebut. (H.R.
Muslim).67

Nabi Muhammad SAW juga pernah menggunakan pendekatan

emosional kepada para sahabatnya sehingga mereka lebih terkesan,

misalnya memegang bagian tubuh sahabat. Hal ini dapat dilihat dari

hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibn Mas'ud, ia berkata:

ً ‫م َو َك ِفي بَيْنَ َكف ْي ِه الت‬.‫س ْو ُل هللا ص‬


‫ش ُّه ِد َك َما يُ َع ٍّل ُم ِني‬ ُ ‫َعل َم ِني َر‬

َ ‫“ الت ِحياتُ ِِلِ َوال‬: ‫س ْو َرة َ ِمنَ ْالقُ ْرأ َ ِن‬


‫ اَلسالَ ُم‬، ُ‫صلَ َواتُ الطيِبَات‬ ُّ ‫ال‬

ُّ ‫َعلَي َْك أَيُّ َها الن ِب‬


ِ‫اَلسالَ ُم َعلَ ْينَا َو َعلَى ِعبَا ِد هللا‬. ُ‫ي َو َر ْح َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬

ُ ‫أ َ ْشهدُ ا َ ْن الَ ِإلَهَ ِإال هللاُ َوا َ ْش َهدُ أَن ُم َحمدًا َر‬. َ‫الصا ِل ِحيْن‬
”ِ‫س ْو ُل هللا‬

ِ ‫على النبِي‬. ‫ يعني‬،‫السالَ ُم‬: ‫ض قُ ْلنَا‬


َ ِ‫ فَلَما قُب‬،‫ظ ْه َرانَ ْينَا‬
َ َ‫َو ُه َو بَيْن‬

‫م‬.‫ص‬.
Hadis di atas menyebutkan bahwa Abdullah bin Mas’ud berkata:
67
Imam Muslim, Shahih Muslim, Kitab ath-Thaharah, Bab Wujub Ghaslil Bawli wa Ghairihi
minan Najasaat Idza Hashalat fil Masjid, hlm. 100 (285), 1/236-237.
64

”Rasulullah mengajarkan saya tasyahud sedangkan telapak tangan saya

di antara kedua telapak tangan beliau sebagaimana beliau mengajarkan

saya surat dari al-Qur’an”.68

Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW membangun

keakraban kepada sahabatnya sehingga menimbulkan rasa senang dan

apa yang diajarkan pun mudah dikuasai. Dalam hadis lain juga

ditemukan bahwa Rasulullah SAW memegang pundak sahabatnya.

Seperti Abdullah bin Umar juga pernah bercerita, ”Rasulullah pernah

memegang pundakku lalu bersabda :

َ ‫ُك ْن فِى الدُّ ْن َيا َكأَن َك غ َِريْب أ َ ْو َعا ِب ُر‬


‫سبِ ْي ٍّل‬
(Jadilah kam di dunia ini laksana orang asing atau seorang
pengembara).69

Kemampuan ini turut menentukan keberhasilan Nabi

Muhammad SAW dalam mendidik para sahabatnya sehingga menjadi

sahabat yang kekokohan iman, ketaatan dalam beribadah, dan kemuliaan

dalam bersikap.

2. Guru Keagamaan dalam prespektif islam.

Pendidik Pendidik adalah orang yang mendidik. istilah pendidik

juga beragam sesuai dengan kebiasaan di daerah setempat; lembaga

pendidikan di tanah Jawa yang berupa pesantren dikenal sebutan Kiyai,

68
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 4, kitab al-Isti'dzan, nomor: 6265 (Beirut: Dar al-Kitab al-
'Ilmiyah, 1997), hlm. 153.
69
Kitab ar-Riqaq, hadis nomor: 6416, hlm. 190.
65

di daerah Sumatera Barat yang berupa Surau dikenal sebutan Buya, dan

sebagainya.

Dalam bahasa Arab, juga ditemukan beberapa istilah yang

memiliki makna pendidik, yaitu ustadz, mudarris, mu’allim, dan

mu’addib. Abuddin Nata mengemukakan bahwa kata ustadz jamaknya

asātidz yang berarti teacher (guru), professor (gelar akademik), jenjang

di bidang intelektual, pelatih, penulis, dan penyiar. Adapun kata mudarris

berarti teacher (guru), instructor (pelatih), lecture (dosen). Sedangkan

kata mu’allim yang juga berarti teacher (guru), instructor (pelatih), dan

trainer (pemandu). Sementara kata mu’addib berarti educator (pendidik)

atau teacher in koranic school (guru dalam lembaga pendidikan Al-

Qur’an). Adanya perbedaan dalam penggunaan istilah pendidik, juga

berangkat dari penggunaan istilah pendidikan yang digunakan. Bagi

orang yang berpendapat bahwa istilah yang tepat untuk menggunakan

pendidikan adalah tarbiyah, maka seorang pendidik disebut murabbi, jika

ta’līm yang dianggap lebih tepat, maka pendidiknya disebut mu’allim,

dan jika ta’dīb yang dianggap lebih cocok untuk makna pendidikan,

maka pendidik disebut dengan mu’addib.

Kata ”murabbi”, sering dijumpai dalam kalimat yang

orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat

jasmani atau rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang

tua membesarkan anaknya. Mereka tentunya berusaha memberikan

pelayanan secara penuh agar anaknnya tumbuh dengan fisik yang sehat
66

dan kepribadian serta akhlak terpuji. Term mu’addib mengacu kepada

guru yang memiliki sifat-sifat rabbany yaitu nama yang diberikan bagi

orang-orang yang bijaksana dan terpelajar yang memiliki sikap tanggung

jawab yang tinggi serta mempunyai jiwa kasih sayng terhadap peserta

didik. Sedangkan kata ”mu’allim” memberikan konsekuensi bahwa guru

adalah seorang yang alim (ilmuan), menguasai ilmu pengetahuan, keratif

dan memiliki komitmen dalam pengembangan ilmu. Dalam pengertian

ini maka seorang guru harus kaya dengan ilmu dan aktivitas dan ia

berusaha untuk memberikan pengetahuannya tersebut kepada peserta

didiknya.70

Meskipun terdapat berbagai perbedaan istilah, yang jelasnya

makna dasar dari masing-masing istilah tersebut terkandung di dalam

konsep ”pendidik” dalam pendidikan Islam. Dengan demikian,

”pendidik” tidak hanya sebagai orang yang menyampaikan materi ansich

kepada peserta didik (transfer of knowladge), tetapi lebih dari itu ia juga

bertugas untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara

optimal (tranformation of knowladge) serta menanamkan nilai

(internalitation of values) yang berlandaskan kepada ajaran Islam.

Tegasnya, seorang pendidik berperan besar dalam menumbuh

kembangkan berbagai potensi positif peserta didik secara optimal

sehingga tujuan pendidikan Islam yang ideal dapat diraih.

70
Ramayulis, Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, (Padang, Diktat, 2007), hal.105-106
67

Lebih jelas lagi, al-Qur’an mengisyaratkan Rasulullah SAW

tidak hanya sebagai mu’allim, tetapi juga sebagai mutli dan muzakki (QS.

Al-Baqarah/2: 151). Al-Qur’an juga memberikan informasi tentang siapa

saja yang disebut pendidik. Menurut Abuddin Nata, setidaknya ada

empat, yaitu: Pertama, Allah SWT sebagai pendidik bagi hamba-hamba

dan sekalian makhluk-Nya (Qs. Al-’Alaq/96: 1-5 dan QS. Al-Fatihah/2:

2). Kedua, Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya telah menerima

wahyu dari Allah kemudian bertugas untuk menyampaikan

petunjukpetunjuk yang ada di dalamnya kepada seluruh manusia (Q.S.

alBaqarah/2: 151 dan an-Nisa’/4: 165). Ketiga, orang tua sebagai

pendidik dalam lingkungan keluarga bagi anak-anaknya (QS. Bani

Isra’il/17: 23 dan Luqman/31: 12). Keempat, orang lain, seperti Nabi

Musa as. belajar kepada Nabi Khidir yang bertindak sebagai pendidik

(Q.S. al-Kahfi/18: 60-82).71 Sementara Ramayulis menyebutkan pendidik

yang keempat ini adalah guru sebagai pendidik di lingkungan pendidikan

formal, seperti di sekolah atau madrasah.4 Namun pendidik yang lebih

banyak dibicarakan dalam pembahasan ini adalah pendidik dalam bentuk

yang kedua, yaitu Nabi Muhammad SAW sebagai model pendidik ideal

bagi pendidik atau guru-guru, khususnya yang beragama Islam

sepanjangmasa.

3. Istiqomah Belajar dalam prespektif islam

71
Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005),hlm. 208-213.
68

Dalam al-Qur’an perintah untuk beristiqomah cukup banyak, di

antaranya ayat-ayat berikut :

َ‫اب َم َع َك َو َال ت َ ۡطغ َۡو ۟اۚ ِإن ۥهُ ِب َما ت َعۡ َملُون‬ َ ‫ٱست َ ِق ۡم َك َما أ ُ ِم ۡر‬
َ َ ‫ت َو َمن ت‬ ۡ َ‫ف‬

ۚ‫صير‬
ِ ‫َب‬
Artinya: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,
sebagaimana diperintahkan keapdamu dan (juga) orang yang telah
taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan,” (QS. Huud
(11): 112).72

Kata istaqim pada ayat tersebut bermakna tetap pada jalan yang

benar. Allah Swt. Memerintahkan kita untuk selalu teguh dan konsisten

di jalan Allah Swt. Perintah ini bisa juga berarti kita harus menaati

perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sebab, taat pada Allah Swt

adalah hal yang benar, dan melanggar aturan-Nya adalah hal yang tidak

benar. Jadi, istiqomah adalah bentuk ketaatan atau kepatuhan. Dalam ayat

lain, Allah berfirman:

‫ف َعلَ ۡی ِه ۡم َو ََل ُه ۡم‬ ۟ ‫ٱستَقَ ٰـ ُم‬


ٌ ‫وا فَ ََل خ َۡو‬ ۡ ‫ٱَّللُ ث ُ َّم‬ ۟ ُ‫ِإ َّن ٱلَّذِینَ قَال‬
َّ ‫وا َربُّنَا‬

}١٣{ َ‫َی ۡحزَ نُون‬

۟ ُ‫ب ۡٱل َجنَّ ِة َخ ٰـ ِلدِینَ فِی َها َجزَ ٰۤا َۢ َء بِ َما َكان‬
}١٤{ َ‫وا یَعۡ َملُون‬ ُ ‫۟ولَ ٰٰۤـ ِٕى َك أَصۡ َح ٰـ‬
Artinya: “Sesungguhnya, orang-orang yang mengatakan,
„Tuhan kami ialah Allah‟, kemudian mereka tetap istiqomah, maka tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka
cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya,

72
Kementerian Agama Republik Indonesia, Alqur-an dan Terjemah, (Jakarta: Dharma Art, 2015)
69

sebagai balasan atas apa yang


telah mereka kerjakan.” (Q.S al-Ahqaaf (46): 13-14).73

Kalau kita melihat makna istiqomah berdasarkan ayat tersebut,

maka maknanya adalah teguh pada kebenaran tentang keesaan Allah Swt.

Jika kita istiqomah (teguh) memegang kebenaran ini, maka Allah Swt

akan memberikan kita ketenangan hidup dan menjauhkan kita dari

penderitaan. Sebenarnya, akar makna istiqomah pada ayat-ayat tersebut

adalah sama, yakni meneguhkan diri pada kebenaran Allah Swt.

Kebenaran Allah Swt itu sendiri mencakup kebenaran dalam hubungan

vertikal (manusia dengan Allah) dan kebenaran dalam hubungan

horisontal manusia dengan manusia.

Selain dalam al-Qur’an, kita juga bisa menemukan pembahasan

tentang Istiqomah dalam hadits-hadits Rasulullah Saw. Sepanjang

hidupnya, Rasululullah Saw telah menerapkan sikap istiqomah. Itulah

yang membuat dirinya semakin dimuliakan oleh Allah Swt, semakin di

cintai umat-nya, serta tak habis-habis menebar benih kebajikan dan

kebaikan hidup umatnya. Wujud istiqamah yang dimaksudkan adalah

istiqamah dalam iman sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh imam

Muslim:74

73
Kementerian Agama Republik Indonesia, Alqur-an dan Terjemah, (Jakarta: Dharma Art, 2015)
74
Yusni Amru Ghazali, Ensiklopedia Al-qur‟an dan Hadits Per Tema, (Jakarta: PT. Niaga
Swadaya, 2011), hlm. 984.
70

‫عن سفیان عبد هللا الثقفي قال رسول هللا قل لي في االسالم‬

‫ ال اسالعاوا احدا بعدك و في حدیث أبي أساهة غیرك (قال‬،‫قوال‬

‫قل ا هنت باهلل فاستقن) رواه هسلن‬

Artinya:“Dari Sufyan bin Abdillah ats-Tsaqafi, ia berkata, „Aku


bertanya, „Wahai Rasulullah, katakanlah ia kepadaku satu perkataan
dalam Islam yang aku tidak akan bertanya kepada seorang pun selain
engkau!‟beliau bersabda,„katakanlah, „Aku berimn kepada Allah,
kemudian beristiqamahlah (jangan menyimpang).” (HR. Muslim)

Maksud dari pertanyaan Sufyan tadi kurang lebih adalah ia

meminta satu fatwa paling penting dari Rasulullah, sehingga kebenaran

dan kepastian akan fatwa tersebut tidak perlu diragukan lagi an sahabat

Sufyan tidak perlu menanyakannya lagi, baik kepada Rasulullah sendiri

maupun kepada orang lain. Lalu Rasulullah menjawab dua hal penting,

yakni beriman dan beristiqamah. Dengan jawaban ini, Rasulullah seakan

ingin menegaskan kepada kita bahwa iman merupakan landasan utama

bagi seseorang yang beragama Islam. Sementara, istiqamah merupakan

penguat atau pembuktian dari keimanan itu sendiri.

Pentingnya pembuktian ini diperlukan untuk menunjukkan

kebenaran dari apa yang kita yakini. Sebuah pernyataan tidak bias

dikatakan benar tanpa sebuah pembuktian. Sama halnya dengan iman itu

sendiri, kita tidak dapat dikatakan patuh kepada Allah tanpa dibuktikan

dengan mengerjakan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi yang


71

dilarang-Nya. Kepatuhan itu sendiri akan dikatakan benar-benar apalagi

dijalankan dengan istiqamah, kontinu, dan terus menerus.

D. Kerangka Berfikir

Berikut adalah kerangka berfikir peneliti yang akan di jelaskan

pada gambar kerangka penelitian di bawah ini :

(Gambar 2.1)

Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Keagamaa

Meningkatkan Keistiqomahan Belajar

Siswa

Kerangka berfikir penelitian.

Berdasarkan gambar 2.1 diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian

ini, Peneliti meneliti tentang Pengembangan kompetensi pedagogik guru

keagamaan dalam meningkatkan keistiqomahan belajar siswa di MTs Darut

Tauhid Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Maka dari itu pentingnya

bagi guru keagamaan untuk menggembangkan kompetensi pedagogik dalam


72

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar

peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang mereka miliki. Sedangkan

dalam meningkatkan keistiqomahan belajar dapat diartikan sebagai kokoh

dalam akidah dan konsisten dalam belajar. Dalam keadaan apapun, sesulit

atau sesenang apapun, ia tetap konsisten dalam keadaan sadar. Dari

pengertian tersebut indikator istiqomah siswa akan terlihat ketika

menghadapi perubahan dan godaan dalam menjalani suatu perbuatan.

Karena belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri

siswa yang dinyatakan cara bertingkah laku yang baru berkat latihan dan

pengalaman. Oleh sebab itu maka prinsip pemikiran yang dijadikan dasar

dalam penelitian ini adalah Pengembangan kompetensi pedagogik guru

keagamaan dalam meningkatkan keistiqomahan belajar siswa di MTs Darut

Tauhid Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik.

Anda mungkin juga menyukai