a. Arti Pembelajaran
1
Wina, Sanjaya, 2011, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta:
Kencana, hlm. 206.
2
Rudi, Susilana, 2006, Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Jurusan Kurtekpen
FIP UPI, hlm. 95.
3
Muslich, 2011, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara,
hlm. 15.
4
Ibid, hlm. 16.
Sementara itu, Hall dan Jones membedakan kompetensi menjadi lima jenis, yaitu:
1) Kompetensi kognitif, yang meliputi pengetahuan, pemahaman dan perhatian.
2) Kompetensi afektif, yang meliputi nilai, sikap, minat dan apresiasi.
3) Kompetensi penampilan, yang meliputi demonstrasi keterampilan fisik atau
psikomotor .
4) Kompetensi produk, yang meliputi keterampilan melakukan perubahan.
5) Kompetensi eksploratif atau ekspresi, yang menyangkut pemberian
pengalaman yang mempunyai nilai kegunaan dalam prospek kehidupan.
c. Pembelajaran Berbasis Kompetensi
5
Widiarni, D.R, 2008, “Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi”, Makalah
pada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran UID, Jakarta, hlm. 9.
dipelajari oleh peserta didik yang tidak menunjang terhadap tercapainya penguasaan
kompetensi.
Pencapaian setiap kompetensi tersebut sangat terkait erat dengan sistem
pembelajaran yang dilakukan. Dengan demikian menurut Dyah R. Widiarni, komponen
minimal pembelajaran berbasis kompetensi adalah:6
6
Ibid, hlm. 10.
7
Wina, Sanjaya, 2011, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana,
hlm. 30.
8
Ibid, hlm. 32.
langsung dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan demikian guru
harus bertindak sebagai pengelola proses belajar, bukan bertindak sebagai sumber
belajar.
2) Guru perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk merefleksikan apa yang
telah dilakukannya. Dengan demikian pembelajaran bukan hanya mendorong siswa
untuk melakukan tindakan saja, akan tetapi menghayati berbagai tindakan yang
telah dilakukannya. Hal ini sangat penting baik untuk pembentukan sikap, maupun
untuk mencermati berbagai kelemahan dan kekurangan atas segala tindakannya.
3) Proses pembelajaran harus mempertimbangkan perbedaan individual. Hal ini
didasarkan pada suatu asumsi bahwa tidak ada manusia sama baik dalam minat,
bakat maupun kemampuannya. Pembelajaran harus memberikan kesempatan agar
siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Dengan
demikian siswa yang lambat tidak merasa tergusur oleh siswa yang cepat;
sebaliknya siswa yang cepat tidak merasa terhambat oleh yang lambat belajar.
4) Proses pembelajaran harus dapat memupuk kemandirian disamping kerja sama.
Artinya guru dituntut mampu menyediakan pengalaman belajar yang
memungkinkan siswa dapat mandiri dan bekerja sama dengan orang lain.
5) Proses pembelajaran harus terjadi dalam iklim yang kondusif baik iklim sosial
maupun iklim psikologis. Siswa akan belajar dengan baik manakala terbebas dari
berbagai tekanan, baik tekanan sosial maupun tekanan psikologis. Melalui iklim belajar
yang demikian diharapkan siswa akan berkembang secara optimal sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
6) Proses pembelajaran yang dikelola guru harus dapat mengembangkan kreativitas,
rasa ingin tahu. Hal ini hanya mungkin terjadi manakala guru tidak menempatkan
posisi siswa sebagai objek belajar, akan tetapi sebagai subjek belajar. Untuk itulah
guru harus mendorong agar siswa aktif untuk belajar melalui proses mencari dan
mengobservasi.
KBK mengharapkan adanya hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri
peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna. Hal tersebut
mengandung pengertian bahwa dalam KBK siswa tidak sekedar dituntut untuk memahami
sejumlah konsep, akan tetapi bagaimana pemahaman konsep tersebut berdampak terhadap
perilaku dan pola pikir sehari-hari. Selain itu, KBK juga memberikan peluang pada siswa
sesuai dengan keberagaman yang dimiliki masing-masing. Hal tersebut menandakan bahwa
KBK menghargai bahwa setiap siswa memiliki kemampuan, minat dan bakat yang berbeda-
beda. KBK memberikan peluang kepada setiap siswa untuk belajar sesuai dengan
keberagaman dan kecepatan masing-masing. Oleh karena itu, pembelajaran harus didesain
agar dapat melayani setiap keberagaman tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut, Wina Sanjaya menjelaskan bahwa terdapat tiga
karakteristik utama dalam KBK sebagai sebuah kurikulum, yaitu:9
a. KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Artinya
9
Ibid, hlm. 11.
melalui KBK diharapkan siswa memiliki kemampuan standar minimal yang harus
dimiliki.
b. Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan kepada proses pengalaman
dengan memperhatikan keberagaman setiap individu. Pembelajaran tidak sekedar
diarahkan untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana materi itu
dapat menunjang dan mempengaruhi kemampuan berfikir dan kemampuan
bertindak sehari-hari.
c. Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses belajar. Kedua
sisi evaluasi itu sama pentingnya sehingga pencapaian standar kompetensi
dilakukan secara utuh yang tidak hanya mengukur aspek pengetahuan saja, akan
tetapi sikap dan pengetahuan.
10
Ibid, hlm. 12.
afektif dan psikomotorik. Domain kognisi, mengacu kepada aktifikas mental, dimana suatu
pendekatan pembelajaran terfokus pada proses penyampaian informasi dan penanaman
konsep-konsep baru, untuk memahami hubungan antara konsep, informasi dipecah dan
dibangun kembali dengan koneksi logis. sebagai hasilnya, retensi dan daya ingat tentang
materi menjadi meningkat. Adanya domain afeksi terdiri atas berbagai berbagai kontruksi,
khusus bagi pendidik, digambarkan sebagai sikap, keyakinan, perasaan, apresiasi, dam
kesukaan. Domain psikomotorik, berhubungan dengan perkembangan dan keterampilan
fisik mulai dari kerja fisik sederhana sampai pada kemampuan kerja otot yang lebih rumit.
Pada tahap awal perkembangan psikomotor peserta didik mulai meniru apa yang dilakukan
gurunya dengan mengulangi kegiatan fisik yang bersifat demonstrative dan melakukan
trial and error, percobaan dan salah sampai tercapainya respons yang sesuai. Hal ini terus
berjalan samapi pada tahap peserta didik mampu melakukannya sendiri secara akurat.
Ketiga domain inilah yang dikaji secara mendalam dalam taksonomi tujuan pembelajaran.11
Dalam konsep pendidikan nasional, taksonomi pembelajaan berkisar pada pertumbuhan
hasil budi pekerti (karakter, atau kekuatan batin), pikiran (kognisi atau inteletualitas), dan
jasmani atau tubuh yang terintegrasi dalam suatu bagan yang tak terpisahkan satu sama
lain. Dengan budi pekerti manusia berdiri sebagai insan yang merdeka yang dapat
memerintah atau menguasai diri sendiri yang membentuk manusia yang beradab.
Menurut Muhammad yaumi bahwa pendidikan nasional yang diselenggarakan saat ini
masih didominasi oleh berbagai dogma, dalil atau ajaran yang diperoleh dari barat, padahal
secara kultural pendidikan yang diselenggarakan harus tergali dari nilai luhur bangsa
Indonesia sendiri, seperti berbagai konsep pemikiran kihajar dewantara seharusnya dapat
dikaji kembali agar dapata diimplementasikan. Adapun ranah kognisi, afeksi, dan
psikomotorik yang merupakan produk pendidikan barat khususnya amerika serikat dalam
taksonomipembelajaran tidak lebih sempurna dari taksonomi kihajar dewantara yang
terdiri atas olah piker, olah rasa, olah hati dan olah raga. Namun realitasnya guru dan
perancang pembelajaran lebih cenderung merujuk pada taksonomi bloom yang kar
spiritualitasnya belum terintegrasikan 12
11
Ibid., hlm. 88
12
Ibid., hlm. 90
Berikut ini merupakan taksonomi bloom telah dirumuskan lebih jelas sehingga
indikator pencapaiannya mudah diukur dan dievaluasi:
1. Domain Kognisi
Domain kognitif adalah suatu ranah kemampuan berfikir tentang fakta-fakta
spesifik, pola procedural, dan konsep-konsep dalam mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan intelekual. Bloom merumuskan taksonomi pembelajaran khususnya dalam
domaian kognisi mulai dari keterampilan berpikir tingkat rendah sampai mulai dari
keterampilan berfikir tingkat tingkat rendah pada sampai pada keterampilan berfikir
tingkat pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis yang digolongkan dalam
keterampilan berfikir tingkat tinggi rendah sampai sampai pada tingkat tinggi.13
Domain Kognisi Bloom
BLOOM TAKSONOMI
Pengetahuan Peserta didik yang bekerja pada tingkat ini hanya berkisar
pada mengingat atau menghafal informasi dari konkreat ke
informasi yang bastrak
Pemahaman Pada tingkat ini, peserta didik mampu mengerti dan
membuat rangkaian dari sesuatu yang
dikomunikasikan.artinya peserta didika mampu
menerjemahkan, mengnterpretasikan dan meramalkan
kemungkinan dalam berkomunikasi
Aplikasi Peserta didik dapat menerjemahkan konsep yang sesuai
dengan abstraksi dari suatu masalah atau situasi sekalipun
tidak diminta untuk emalkukannya
Analisis Peserta didik dapat memilah dan membagi materi kedlam
beberapa bagian yang baru untuk menciptakan seluruh
bagian.
Sintesis Peserta didik memberikan keputusan terhadap nilai dari
suatu materi pembelajaran, argumen, atau pandangannya
berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami,
13
Ibid., hlm. 90
dilakukan, dianalisis dan dihasilkan
14
Ibid., hlm. 92
15
Ibid., hlm. 93
memberikan presentasi, pertanyaan cita-cita mengonfirmasi, mendiskusikan, menyapa,
baru, onsep, model, dan lain-lain, mengetahui membuat label, melakukan praktik,
aturan keselamatan dan mempraktikannya menyajikan, membaca, mendeklamasikan
Melaporkan, memilih, mengatakan, menulis.
3. Domain Psikomotorik
Domain termasuk mengingat kembali fakta-fakta tertentu, pola procedural, dan
konsep untuk membantu pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan.`ada
enam kategori utama mulai dari perilaku sederhana sampai perilaku yang paling
kompleks. Pertama, Persepsi, kemampuan untuk menggunakan syarat-syarat sensoris
untuk memandu aktivitas motoric. Domain psikomotorik meliputi keterampilan fisik
dan motoric yang diperoleh lebih banyak ketika memperoleh keterampilan dalam
permainan atau dalam mempelajari pendidikan jasmani. Kedua, Kesiapan, untuk
bertindak mencakup kesiapan mental, fisik, dan emosional. Ketiga, Keterampilan yang
kompleks mencakup peniruan system coba salah, dan kinerja yang baik dapat dicapai
dengan berlatih. Keempat, Mekanisme atau respon, respon yang dipelajari menjadi
kebiasaan lama-kelamaan menjadi suatu keterampilan. Kelima, Respon yang kompleks
yang melibatkan pola gerakan dengan kinerja cepat, akurat dan terkoordinatif. Keenam,
Adaptasi yang dikembangkan dengan baik dan memodifikasi pola baru sesuai dengan
situasi atau masalah tertentu.16
Kata Kerja Operasional Dimensi Psikomotorik
Persepsi Kata Kerja Operasional
Contoh: mendeteksi syarat nonkomunikasi Memilih, mendeskripsikan, mendeteksi,
verbal, memperkiakan dimana bola akan jatuh membedaknan, mengidentifikasi, mengisolasi,
setelah dilemparkn dan kemudian dipidah ke menghubungka, menyeleksi
lokasi yang benar untuk menangkap bola
tersebut, atau mengatur panas kompor untuk
memperbaiki temperature suhu dengan
mencium bau makanan.
16
Ibid., hlm. 86
Kesiapan Kata Kerja Operasional
Contoh: mengetahui dan bertindak menurut Memulai, menampilkan, menjelaskan,
urutan langkah-langkah dlam proses berpindah, bergerk, meneruskan, bereaksi,
manufaktur, mengetahui kemampuan dan menunjukkan, menyatakan, memegang.
keterbatasan seseorang, menunjukkan
keinginan untuk mempelajari proses baru
Respons Terbimbing Kata Kerja Operasional
Contoh : Membuat persamaan rumus-rumus Menyalin, menelusuri, mengikuti, memberi
matematika seperti yng ditunjukkn, mengikuti reaksi, pemproduksi kembali, merespons.
petunjuk-petunjuk untuk membangun suatu
suatu modl. Merespons isyarat tangan
instruktur ketika belajar mengoperasi mesin
pengangkat barang.
Mekanisme Kata Kerja Operasional
Contoh: menggunakan komputerpribadi, Merakit, menyesuaikan, mengkontruksi,
memperbaiki keran bocor, atau mengendarai membongkar, memamerkan, mengikatkan,
mobil memperbaiki, menggiling, memanaskan,
memanipulasi, mengukur, membetulkan
mencmpur, mengelolam ,membuat skeketsa
Respons Kompleks Kata Kerja Operasional
Contoh: memarkir mobil pada tempat parker Merkit, menyesuaikan, mengkontruksi,
parallel, mengoperasikan computer dengan membongkar, memamerkan, mengikatkan,
cepat dan kaurat, atau menunjukkan memperbaiki, menggiling, memanaskan,
kompetensi saat bermain piano memanipulas, mengukur, membetulkan,
mencampur, mengelola, membuat sketsa
Catatan: kata keraja operasional pada tingkat
respons kompleks sama dengn meknisme,
namun perlu ditambahkan kata keterangan cara
seperti lebih cepat, lebih baik, lebih akurat, dan
lain-lain
Adaptasi Kata Kerja Operasional
Contoh: Merespons secara efektif pengalaman Menyesuaikan, mengubah, bertukar, menata
tak terduga, memodifikasi perintah untuk kembali, mereorganisasi, merevisi, bervariasi
memenuhi kebuthan peserta didik, atau
melakukan tugas dengan mesin yang awlnya
bukan dimaksudkan untuk dilakukan
Organisasi Kata Kerja Operasional
Contoh: membangun teori baru, Menyusun, membangun, menggabungkan,
mengembangkan program pelatihan baru dan mengarang, mengembangkan, menciptakan,
komprehensif, atau menciptakan rutinitas mendesain, menginisiasi, membuat.
senam baru
Selain tiga taksonomi yang dijabarkan bloom juga terdapat taksonomi hasil belajar gadge
dikenal dengan istilah five categories of capibilities (lima kategori kemampuan) yaitu
Kemampuan intektual, Kemampuan kognisi, Informasi verbal, Sikap dan Kemampuan
motoric.17
Menurut Rusydi Ananda bahwa Urgensi perumusan tujuan pembelajaran, yaitu:18
1. Untuk menilai hasil pembelajaran.
Pengajaran dianggap berhasil jika siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Ketercapaian tujuan oleh siswa menjadi indikator keberhasilan sistem
pembelajaran.
2. Untuk membimbing siswa belajar.
Tujuan-tujuan yang dirumuskan secara tepat berdayaguna sebagai acuan, arahan, pedoman
bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam hubungan ini, guru dapat merancang
tindakan-tindakan tertentu untuk mengarahkan kegiatan siswa dalam upaya mencapai
tujuan-tujuan tersebut.
3. Untuk merancang sistem pembelajaran.
17
Ibid., hal. 86
18
Rusydi Ananda, dkk. 2019. Perencanaan Pembelajaran, Medan: LPPPI, hlm. 71-72.
Tujuan pembelajaran itu menjadi dasar dan kriteria dalam upaya guru memilih materi
pelajaran, menentukan kegiatan pembelajaran, memilih alat dan sumber serta merancang
prosedur penilaian terhadap hasil belajar siswa.
4. Untuk melakukan komunikasi dengan guru lainnya dalam meningkatkan
proses pembelajaran.
Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut terjadi komunikasi antara guru-
guru mengenai upayaupaya yang perlu dilakukan bersama dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tersebut.
5. Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan
program pembelajaran.
Dengan tujuan pembelajaran maka guru dapat mengontrol pembelajaran
yang telah terlaksana, dan hingga mana siswa telah mencapai hal-hal
yang diharapkan. Berdasarkan hasil kontrol ini dapat dilakukan upaya
pemecahan kesulitan dan mengatasi masalah-masalah yang timbul
sepanjang proses pembelajaran berlangsung.
4. Standar Kompetensi Lulusan dalam Kurikulum 2013
Secara umum standar dipahami sebagai aturan atau prinsip yang digunakan sebagai dasar
untuk penilaian. Dalam hubungannya dengan kompetensi istilah standar dipahami sebagai
apa yang seharusnya peserta didik ketahui dan dapat lakukan berdasarkan tingkat
pengetahuan dan keterampilan. Standar kompetensia adalah ukuran kemmapuan minimal
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yanh gharus dicapai diketahui dan mahir
dilakukan oleh peserta didk pada setip tingkatan dari suatu materi yang diajarkan.
Perkembangan rumusan standar kompetensi lulusan khususnya untuk sekolah pada
perkembangan terakhir tertera pada permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar
kompetensi lulusan. Hal ini dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 27 ayat (1)
peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan peraturan pemerintah nomor 13
tahun 2015 tentang perubahan kedua atas peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan.19
19
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah
Standar kompetentesi lulusan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai acuan
utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan
standar pembiyaan.Dalam penjelasan pasal 35 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus
ddipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah.20
Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Standar kompetensi lulusan terdiri
atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah
menyelesaikan massa belajarnya disatuan pendidikann pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Setiap lulusan satuan pendidikan dasar (SD/ MI/ SDLB/ Paket A/ SMP/ MTs/ SMLB/
Paket B) dan menengah (SMA/ SMK/ MA/ Paket C) harus mengacu memiliki kompetensi
pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan Permendikbud
Nomor 22 Tahun 2016 tersebut. 21
Berikut ini dipaparkan rumusan standar kompetensi lulusan sesuai jenjang satuan
pendidikan:
Kompetensi Sikap Pada Standar Kompetensi Lulusan
1. Kompetensi Sikap
NO JENJANG RUMUSAN
1 SD/MI/ SDLB/ PAKET A Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap :
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME
2. Berkarakter, jujur, dan peduli
3. Bertanggung jawab
4. Pembesar sejati sepanjang hayat
5. Sehat jasmani dan rohani sesuai dengan
20
Rudi Ahmad dan Aguskani, DesainPerencanaan Pembelajaran, Deepublish: Yogyakarta, cetakan
pertama. 2019. hlm. 42
21
Ibid., hlm. 42
perkembangan anak dilingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, dan lingkungan alam
sekitar bangsa dan Negara.
2 SMP/MTS/ SMALB/ PAKET B Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap :
1. Beriman dan bertakwakepada Tuhan YME
2. Berkarakter, jujur, dan peduli
3. Bertanggung jawabPembesar sejati sepanjang
hayat
4. Sehat jasmani dan rohani sesuai dengan
perkembangan anak dilingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, dan lingkungan alam
sekitar bangsa dan Negara, dan kawasan
regional.
Dalam konteks madrasah sebagai saruan pendidikan dibawah Kementerian Agama , SKL
dirumuskan sesuai dengan karakteristik madrasah yaitu Madrasah Ibtidiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA) Praturana yang diberlakukan yaitu
keputusan Menteri Aama (KMA) Nomor 165 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Pada Madrasah. Pada KMA tersebut
dinyatakan beberapa kompetensi lulusna untuk MI, MTs, dan MA. 22
Berikut ini dipaparkan rumusan standar kompetensi lulusan sesuai jenjang satuan
pendidikan
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BERDASARKAN KMA NOMOR 165
TAHUN 2014
NO JENJANG SATUAN DIMENSI DAN RUMUSAN SKL
PENDIDIKAN
SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
1 MI Memiliki perilaku yang Memiliki pengetahuan Memiliki kemampuan
mencerminkan sikap factual dan konseptual pikir dan tindak yang
orang beriman, berdasarkan rasa ingin produktif dan kreatif
berakhlak, mulia, tahunya tentang ilmu dalam ranah abstrak
berilmu, percaya diri, dan pengetahuan, teknolohi, dan konkret sesuai
bertanggung jawab seni, dan budaya dalam dengan yang
dalam berinteraksi secara wawasn kemanusiaan, ditugaskan kepadanya
22
Ibid., hlm. 50
efektif dengan kebangsaan, kenegaraan
lingkungan rumah, dan perdaban terkait
sekolah, dan tempat fenomena dan
bermain kejadiandilingkungan
rumah, sekolah, dan
tempat bermain
2 MTs Memiliki prilaku yang Memiliki pengetahuan Memiliki kemampuan
mencerminkan sikap factual dan konseptual piker dan tindak yang
orang beriman, bsan procedural dalam efektif dan kreatif
berakhlak, mulia, ilmu pengetahuan, dalam ranah bstrak
berilmu, percaya diri dan teknologi,seni dan dan konkreat sesuai
bertanggung jawab budaya dengan dengn yang dipelajari
dalam berinteraksi secara wawasan kemanusiaan, disekolah dan sumber
efektif dengan kebangsaan, lain sejenis
lingkungan social dan kenegaraan, dan
alam dalam jangkauan peradaban terkait
pergaulan dan fenomena dan kejadian
keberadaannya yang tampak mata.
Pernyataan antara permendikbud nomor 20 tahun 2016 tentang SKL dan KMA nomor
165 tahun 2014 memiliki substansi yang sama, terutama pada pembaginan ranah SKL, yaitu
dimensi, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Adapun perbedaannya diantaranya terletak
pada Kompetensi sikap pada KMA lebih bersifat umum, sementara pada Permendikbud
diberikan rincian spesifik yang harus dikembangkan, pada KMA tidak diberikan pemetaan
yang spesifik mengenai rumusan pengetahuan faktual konseptual, procedural, dan
metakognitif keempat hal ini hanya diuraikan pada rumusan pernyataan kompetensi.
5. Kompetensi Inti Dalam Kurikulum 2013
a. Defenisi KI
Didalam Permendibud No. 24 tahun 2016 Kompetensi inti pada kurikulum 2013
merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus
dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Kompetensi terdiri dari
kompetensi sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi inti dan
kompetensi dasar digunakan sebagai dasar untuk perubahan buku teks pelajaran pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
KI merupakan terjemahan atau operasional SKL dalam bentuk kualitas yang harus
dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau
jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utamayang dikelompokkan
ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotorik)
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
KI harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan
softskills.
KI dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenan dengan sikap
keagamaan (KI1), sikap sosial (KI2), pengetahuan (KI3), dan penerapan pengetahuan (KI
4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari KD dan harus dikembangkan dalam setiap
peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap
keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada
waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (KI 3) dan penerapan pengetahuan (KI4).
b. Fungsi KI
Pendidikan kelas/jenjang diatasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi
horizontal adalah keterkaitan antara konten KD satu mata pelajaran dengan konten KD dari
mata pelajaran yang berbeda dalam satu temuan mingguan dan kelas yang sama sehingga
terjadi proses saling memperkuat. Adapun rincian KI pada kelas pada setiap jenjang MTS
dan MA sebagai berikut :
menyaji dalam ranah menyaji dalam ranah konkret menyaji dan mencipta dalam
konkret dan ranah abstrak terkait dan ranah abstrak terkait dengan ranah abstrak terkait dengan
dengan pengembangan dari yang pengembangan dari yang pegembangan dari yang
dipelajarinya di Madrasah secara dipelajarinya di Madrasah secara dipelajarinya di madrasah
mandiri dan mampu mandiri bertindak secara efektif secara mandiri serta
menggunakan metode sesuai dan kreatif serta mampu bertindak secara efektif dan
kaidah keilmuan. menggunakan metode sesuai mampu menggunakan
kaidahkeilmuan. metode sesuai kaidah
keilmuan.
KELAS: VII
1.2. Terbiasa membaca al-Qur’an 2.2. Menunjukkan perilaku ikhlas, sabar, dan
dengan meyakini bahwa Allah Swt. pemaaf sebagai
mencintai orang-orang yang ikhlas, implementasi pemahaman Q.S.an-
sabar, dan pemaaf Nisa/4: 146, Q.S. al-Baqarah/2: 153, dan
Q.S. Ali Imran/3: 134, dan Hadis terkait
1.3. Meyakini bahwa Allah Swt. Maha 2.3. Menunjukkan perilaku percaya diri, tekun,
Mengetahui, Maha Waspada, teliti, dan kerja keras sebagai implementasi
Maha Mendengar, dan Maha makna al-Alim, al- Khabir, as-Sami’, dan al-
Melihat Bashir
1.7. Menghayati ajaran bersuci 2.7. Menunjukkan perilaku hidup bersih sebagai
dari hadas kecil dan hadas wujud ketentuan bersuci dari hadas besar
besar berdasarkan syariat berdasarkan ketentuan syari’at Islam
Islam
1.13. Menghayati perjuangan dan 2.13. Meneladani perilaku terpuji al- Khulafa
kepribadian al-Khulafaal-Rasyidun al- Rasyidun
sebagai penerus perjuangan Nabi
Muhammad saw. dalam
menegakkan risalah Allah Swt.
3.3. Memahami makna al-Asma‘u al- 4.3. Menyajikan contoh perilaku yang
Husna: al-’Alim, al-Khabir,as-Sami’, mencerminkan orang yang
dan al-Bashir meneladanial- Asma’ul-Husna:al-
’Alim,al-Khabir,as Sami’,dan al-Bashir
3.4. Memahami makna iman kepada 4.4. Menyajikan contoh perilaku yang
malaikat berdasarkan dalil naqli mencerminkan iman kepada
malaikat Allah Swt.
3.5. Memahami makna perilaku jujur, 4.5. Menyajikan makna perilaku jujur,
amanah, dan istiqamah amanah, dan istiqamah
3.6. Memahami makna hormat dan patuh 4.6. Menyajikan makna hormat dan patuh kepada
kepada kedua orang tua dan guru, orang tua dan guru, dan empati terhadap
dan empati terhadap sesama sesama
3.7. Memahami ketentuan bersuci dari 4.7. Menyajikan cara bersuci dari hadas besar
hadas besar berdasarkan
ketentuan syari’at Islam
3.10. Memahami ketentuan salat jamak 4.10. Mempraktikkan salat jamak dan qasar
qasar
3.11. Memahami sejarah 4.11. Menyajikan strategi perjuangan yang
perjuangan Nabi Muhammad dilakukan Nabi Muhammad saw. periode
saw. periode Makkah Makkah
3.13. Memahami sejarah perjuangan dan 4.13. Menyajikan strategi perjuangan dan
kepribadian al-Khulafa al-Rasyidun kepribadian al-Khulafa al-Rasyidun
KELAS: VIII
Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan
Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan sebagai berikut, yaitu siswa
mampu:
1.1. Terbiasa membaca al-Qur’an 2.1. menunjukkan perilaku rendah hati, hemat,
dengan meyakini bahwa rendah hati, dan hidup sederhana sebagai implementasi
hemat, dan hidup sederhana adalah pemahaman Q.S. al-Furqan/25: 63, Q.S. al-
perintah agama Isra’/17: 26-27 dan Hadis terkait
1.3. beriman kepada kitab-kitab suci 2.3. Menunjukkan perilaku toleran sebagai
yang diturunkan Allah Swt. implementasi beriman kepada kitab-kitab
Allah Swt.
1.4. beriman kepada Rasul AllahSwt. 2.4. menunjukkan perilaku amanah sebagai
implementasi iman kepada Rasul Allah Swt.
1.6. meyakini bahwa perilaku jujur 2.6. menunjukkan perilaku jujur dan adil dalam
dan adil adalah ajaran pokok kehidupan sehari-hari
agama
1.7. menghayati ajaran berbuat baik, 2.7. menunjukkan perilaku berbuat baik, hormat,
hormat, dan patuh kepada orang tua dan patuh kepada orang tua dan guru dalam
dan guru adalah perintah agama kehidupan sehari-hari
1.8. meyakini bahwa beramal saleh dan 2.8. memiliki sikap gemar beramal saleh dan
berbaik sangka adalah ajaran pokok berbaik sangka kepada sesama
agama
1.9. melaksanakan salat sunah 2.9. menunjukkan perilaku peduli dan gotong
berjamaahdanmunfaridsebagai royong sebagai implementasi pemahaman
perintah agama salat sunah berjamaah dan munfarid
1.11. menjalankan puasa wajib dan 2.11. menunjukkan perilaku empati sebagai
sunah sebagai perintah agama implementasi puasa wajib dan sunah
1.12. meyakini ketentuan makanan dan 2.12. menunjukkan perilaku hidup sehat
minuman yang halal dan haram dengan mengonsumsi makanan dan
berdasarkan al-Qur’an dan Hadis minuman halal
3.2. memahami Q.S. an-Nahl/16:114 dan 4.2.1. membaca Q.S. an-Nahl/16: 114
Hadis terkait tentang mengonsumsi terkait dengan tartil
makanan dan minuman yang halal 4.2.2. menunjukkan hafalan Q.S. an-
dan bergizi dalam kehidupan sehari- Nahl/16: 114 serta Hadis terkait dengan
hari lancar
3.3. memahami makna beriman 4.3. menyajikan dalil naqli tentang beriman
kepada Kitab-kitab Allah Swt. kepada Kitab-kitab Allah Swt.
3.4. memahami makna 4.4. menyajikan dalil naqli tentang iman kepada
beriman kepada Rasul Rasul Allah Swt.
Allah Swt.
3.5. memahami bahaya 4.5. menyajikan dampak bahaya mengomsumsi
mengonsumsi minuman keras, minuman keras, judi, dan pertengkaran
judi, dan pertengkaran
3.8. memahami makna perilaku gemar 4.8. menyajikan contoh perilaku gemar beramal
beramal saleh dan berbaik sangka saleh dan berbaik sangka kepada sesama
kepada sesama
3.9. memahami tata cara salat 4.9. mempraktikkan salat sunah berjamaah
sunah berjemaah danmunfarid danmunfarid
3.10. memahami tata cara sujud syukur, 4.10. mempraktikkan sujud syukur, sujud sahwi,
sujud sahwi, dan sujud tilawah dan sujud tilawah
3.11. memahami tata cara puasa wajib 4.11. menyajikan hikmah pelaksanaan puasa
dan sunah wajib dan puasa sunah
KELAS: IX
Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan
Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan sebagai berikut, yaitu siswa
mampu:
1.3. beriman kepada hari akhir 2.3. menunjukkan perilaku mawas diri sebagai
implementasi pemahaman iman kepada hari
akhir
1.4. beriman kepada qadha dan qadar 2.4. menunjukkan perilaku tawakal kepada Allah
Swt sebagai implementasi pemahaman iman
kepada qadha dan qadar
1.5. meyakini bahwa jujur dan menepati 2.5. menunjukkan perilaku jujur dan menepati
janji adalah ajaran pokok agama janji dalam kehidupan sehari-hari
1.6.meyakini bahwa berbakti dan taat 2.6. menunjukkan perilaku hormat dan taat
kepada orang tua dan guru adalah kepada orang tua dan guru dalam kehidupan
perintah agama sehari-hari
1.7. meyakini bahwa berbakti dan 2.7. menunjukkan perilaku tata krama, sopan
taat tata krama, sopan santun, dan santun, dan rasa malu
rasa malu adalah ajaran pokok
agama
1.8. melaksanakan zakat sesuai dengan 2.8. menunjukkan perilaku taat dan peduli
ketentuan syari’at Islam sebagai hikmah dari ketentuan zakat
1.9. meyakini bahwa ibadah haji dan 2.9. menunjukkan perilaku menjaga solidaritas
umrah adalah perintah Allah Swt. umat Islam dalam kehidupan sehari-hari
1.10. menjalankan ketentuan syariat Islam dalam 2.10. menunjukkan perilaku peduli terhadap
penyembelihan hewan lingkungan sebagai implementasi
pemahaman ajaran penyembelihan hewan
1.13. meyakini bahwa tradisi Islam Nusantara 2.13. menunjukkan perilaku peduli lingkungan
sebagai bukti ajaran Islam dapat sebagai implementasi mempelajari
mengakomodir nilai- nilai sosial budaya sejarah tradisi Islam Nusantara
masyarakat
3.3. memahami makna iman kepada Hari 4.3. menyajikan dalil naqli yang menjelaskan
Akhir berdasarkan pengamatan terhadap gambaran kejadian hari akhir
dirinya, alam sekitar, dan makhluk
ciptaanNya
3.4. memahami makna iman kepada Qadha 4.4. menyajikan dalil naqli tentang adanya
dan Qadar berdasarkan pengamatan Qadha dan Qadar
terhadap dirinya, alam sekitar dan
makhlukciptaan- Nya
3.5. memahami penerapan jujur dan menepati 4.5. menyajikan penerapan perilaku jujur dan
janji dalam kehidupan sehari-hari menepati janji dalam kehidupansehari-hari
3.6. memahami cara berbakti dan taat 4.6. menyajikan cara berbakti dan taat kepada
kepada orang tua dan guru orang tua dan guru
3.11. memahami ketentuan qurban dan 4.11. menjalankan pelaksanaan ibadah qurban
aqiqah dan aqiqah di lingkungan sekitar rumah
3.13. memahami sejarah tradisi Islam Nusantara 4.13. menyajikan sejarah dan perkembangan
tradisi Islam Nusantara
7. Menyusun Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menganalisis Tingkat Kompetensi yang Digunakan KD Berikut ini langkah- langkah
dalam membuat atau merumuskan indikator dalam RPP:
a) Pahami C1 sampai C6 terlebih dahulu
CONTOH DAFTAR KATA KERJA RANAH KOGNITIF (Cl – C6) 23
Pengetahuan Pemahaman Penerapan (C3) Analisis (C4) Sintesis (C5) Penilaian (C6)
(C1) (C2)
Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalisis Mengabstraksi Membandingkan
23
https://kependidikan.com/amp/kata-kerja-operasional/ diakses pada Selasa 1 Oktober 2019 pukul
09:42
Menandai Menjalin Mencegah Menguji Menciptakan Mempertahankan
Memproses
Mengaitkan Menampilkan
Mensuimulasika Menyiapkan
n
Memecahkan Memproduksi
Mel.akukan Merangkum
Mentabulasi Merekonstruksi
Menyusun
Memproses
meramalkan
Untuk membuat atau merumuskan indikator harus memahami tingkatan kompetensi yang
digunakan dalam Kompetensi Dasar (KD). Dalam Taxonomi Bloom terdapat 6 tahapan
berfikir. Biasa kita kenal dengan C1 sampai dengan C6.
c) Mencocokkan Kata Kerja Tentukan kata kerja operasional (KKO) dengan mencocokkan
kata kerja tersebut dengan KKO yang ada pada ranah C1 Taxonomi Bloom.
Contoh indikator: Menyebutkan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah.
Menjelaskan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari- hari di rumah. Mengidentifikasi
aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari- hari di rumah.
UKRK dijadikan kriteria dalam memilih dan memilah ketepatan membuat indikator
penting atau indikator penunjang. Kategori Indikator ada 3 yaitu
a) Indikator Kunci. Ciri-ciri indikator kunci: Indikator yang memenuhi kriteria UKRK
Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi minimal yang terdapat pada KD. Memiliki
sasaran untuk mengukur ketercapaian standar minimal dari KD. Dinyatakan secara tertulis
dalam pengembangan RPP dan harus teraktualisasi dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, sehingga kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa tercapai
berdasarkan tuntutan KD mata pelajaran.
b) Indikator Pendukung. Ciri-ciri indikator pendukung: Membantu peserta didik memahami
indikator kunci. Dinamakan juga indikator prasyarat yang berarti kompetensi yang
sebelumnya telah dipelajari siswa, berkaitan dengan indikator kunci yang dipelajari.
c) Indikator Pengayaan. Ciri-ciri indikator pengayaan: Mempunyai tuntutan kompetensi yang
melebihi dari tuntutan kompetensi dari standar minimal KD. Tidak selalu harus ada.
Dirumuskan oleh pendidik apabila potensi peserta didik memiliki kompetensi yang lebih
tinggi dan perlu peningkatan yang baik dari standar minimal KD.
Berdasarkan contoh indikator yang telah dibuat diatas, kali ini kita akan
memetakan kedalam kategorinya Menyebutkan aturan yang berlaku dalam kehidupan
sehari-hari di rumah. (indikator pendukung) Menjelaskan aturan yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari di rumah. (indikator kunci) Mengidentifikasi aturan yang
berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah. (indikator pengayaan)
C. PENUTUP
Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan, bahwa komponen paling mendasar
dalam proses desain pembelajaran adalah menentukan tujuan dan standar kompetensi
yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran. Penentuan ini penting untuk
dilakukan mengingat pembelajaran yang tidak diawali dengan identifikasi dan
penentuan tujuan yang jelas.
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembelajaran, rumusan tujuan
merupakan aspek fundamental dalam mengarahkan proses pembelajaran ynag baik.
Namun sejak dirancang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, bahkan kurikulum 2013, para guru, dosen dan pengembangan
pembelajaran tidak lagi terbiasa bahkan diduga tidak lagi mengenal istilah tujuan
instruksional umum (TIU) dan tujuan Instruksional khusus (TIK) dalam setiap
merancang pembelajaran. Mereka hanya mengenal istilah standar kompetensi dan
kompetensi dasar sebagaimana dirumuskan secara nasioanal melalui Peaturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
Kompetensi adalah kemampuan siswa atau mahasiswa untuk mengerjakan sesuatu
dengan baik sebagai hasil dari proses pembelajaran atau pendidikan yang diikutinya.
Sehingga kompetensi merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh individu dalam
melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan uraian tugas yang dilakukannya.Sementara
karakteristik kompetinsi meliputi motives, traits, self concept, knowledge, skills.
Cara Mendesain Kompetensi Alternative pertama mendesain kompetensi atau
tujuan pembelajaran atau hasil belajar mata kuliah atau mata pelajaran yang anda ampu
berdasarkan KBK (kurikulum berbsasi kompetensi), lazimnya ada tiga komponen yang
harus dirumuskan khususnya dalam KBK, yaitu; Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, Indikator.
Oleh sebab itu, Hubungan Kompetensi pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran
Dalam kurikulum yaitu kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dijadikan sebagai
standar dalam pencapaian tujuan kurikilum. Baik guru dan siswa perlu memahami
kompetensi yang harus dicapai dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
Pemahaman ini diperlukan untuk memudahkan dalam merancang strategi keberhasilan.
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Rusydi. dkk. 2019. Perencanaan Pembelajaran, Medan: LPPPI.